pembinaan_penggunaan_pestisida

76
.

Upload: jsorenda

Post on 21-Oct-2015

198 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

pest

TRANSCRIPT

Page 1: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

 

Page 2: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

KATA PENGANTAR

Kebijakan produksi pertanian pada saat ini diarahkan pada tuntutan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dalam rangka mewujudkan

ketahanan pangan nasional dan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan ekspor.

Salah satu strategi pencapaian sasaran produksi untuk mewujudkan

ketahanan pangan nasional diupayakan melalui mengurangi kehilangan hasil

dengan mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain

dengan menggunakan varietas unggul, cara mekanis, biologi, kimiawi dan sistem

budidaya yang baik. Namun masih sering dijumpai penggunaan cara kimiawi

menjadi pilihan pertama.

Pengendalian cara kimiawi dengan aplikasi pestisida merupakan cara

yang paling praktis, ekonomis dan efisien. Namun dampak negatifnya seperti

meningkatnya residu serta timbulnya pencemaran lingkungan menjadi masalah

yang harus diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar produksi yang dihasilkan

dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional yang memilki

kriteria-kriteria yang dipersyaratkan dalam Good Agricultural Practices (GPA).

Keberhasilan mewujudkan ketahanan pangan nasional dan memenuhi

kebutuhan ekspor tidak terlepas dari kontribusi penggunaan pestisida yang tepat

guna dan bijaksana.

Buku Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida tahun 2011 ini disusun

dalam rangka memberikan informasi tentang kebijakan dan kaidah penggunaan

pestisida yang tepat guna dan bijaksana dalam pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan.

Page 3: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan, terutama bagi Petugas Kabupaten / Kota dalam memberikan

bimbingan kepada masyarakat tani.

Direktur,

Ir. Suprapti NIP. 195710241984032001

Page 4: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

ii

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR ............................................................. i DAFTAR ISI .................................................................... ii I. PENDAHULUAN ............................................................. 1 II. DAFTAR ISTILAH .......................................................... 3 III. PENGENALAN PESTISIDA

A. Pengertian Pestisida ............................................ B. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran ................. C. Bentuk Formulasi Pestisida .................................. D. Manfaat dan Dampak Negatif Pestisida .................

IV. KEBIJAKAN DAN KAIDAH PENGGUNAAN PESTISIDA ........ A. Peraturan Pestisida ............................................. B. Kaidah Penggunaan Pestisida .............................. C. Ketentuan Pestisida Terbatas ...............................

V. KEBIJAKAN DAN KAIDAH PENGGUNAAN PESTISIDA ........ A. Cara Aplikasi Pestisida ......................................... B. Waktu Aplikasi ................................................... C. Prosedur Penggunaan Pestisida ............................

VI. CARA PENCEGAHAN PADA KASUS KERACUNAN PESTISIDA ...................................................................

A. Cara Masuknya Pestisida Kedalam Tubuh Manusia . B. Gejala Keracunan dan Perawatan ......................... C. Tindakan Pertolongan Pertama .............................

VII. PENUTUP ................................................................

Page 5: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

iii

DAFTAR PUSTAKA .................................................... LAMPIRAN ............................................................... 1. Jenis Pestisida Untuk Penggunaan Terbatas 2. Nilai Ambang Ekonomi Beberapa Hama Tanaman 3. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Padi 4. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Jagung 5. Ringkasan Pengelolaan Ekosistem Tanaman Kedelai 6. Klasifikasi dan Simbol Bahaya Pestisida 7. Arti dan Makna Gambar (Pictogram) pada label

Kemasan

Page 6: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

iv

DAFTAR TABEL

BAB II. DATA DANA DEKONSENTRASI &

TUGAS PEMBANTUAN

TABEL 2.1 Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen PLA Tahun 2009 .................................................. 22

TABEL 2.2 Anggaran Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA Tahun 2009 .................................................. 23

BAB III. DATA ASPEK PERLUASAN AREAL

TABEL 3.1 Target dan Realisasi Kegiatan Perluasan Sawah

Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 33

TABEL 3.2 Target dan Realisasi Kegiatan Pendampingan Cetak Sawah Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 38

TABEL 3.3 Target dan Realisasi Kegiatan Perluasan Areal Lahan Kering Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 40

TABEL 3.4 Target dan Realisasi Kegiatan Pembukaan Areal Hortikultura Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 41

TABEL 3.5 Target dan Realisasi Kegiatan Perluasan Areal Perkebunan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 45

Page 7: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

v

TABEL 3.6 Target dan Realisasi Kegiatan Perluasan Hijauan Makanan Ternak (HMT) Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ................ 48

TABEL 3.7 Target dan Realisasi Kegiatan Pembukaan Padang Penggembalaan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 52

BAB IV. DATA ASPEK PENGELOLAAN LAHAN

TABEL 4.1 Target dan Realisasi Kegiatan Reklamasi Lahan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 54

TABEL 4.2 Target dan Realisasi Kegiatan Optimasi Lahan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 57

TABEL 4.3 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Jalan Produksi Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 65

TABEL 4.4 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Jalan Usaha Tani Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 71

TABEL 4.5 Target dan Realisasi Kegiatan Konservasi Lahan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 76

TABEL 4.6 Target dan Realisasi Kegiatan Konservasi DAS Hulu Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 80

TABEL 4.7 Target dan Realisasi Kegiatan Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah Berbasis Jerami

Page 8: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

vi

Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 82

TABEL 4.7 Target dan Realisasi Kegiatan Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah Berbasis Jerami Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 82

TABEL 4.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Metode SRI Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 85

TABEL 4.9 Target dan Realisasi Kegiatan Dampak Pengembangan SRI Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 87

TABEL 4.10 Target dan Realisasi Kegiatan Sertifikasi Lahan Petani (Pra & Pasca) Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 89

TABEL 4.11 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah lapang Lahan & Air Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 92

TABEL 4.12 Target dan Realisasi Kegiatan Consolidated Farming Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 94

TABEL 4.13 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Rumah Kompos Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 95

TABEL 4.14 Target dan Realisasi Kegiatan Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 97

BAB V. DATA ASPEK PENGELOLAAN AIR

Page 9: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

vii

TABEL 5.1 Target dan Realisasi Kegiatan balai Subak Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 98

TABEL 5.2 Target dan Realisasi Kegiatan Pembuatan cubang Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 98

TABEL 5.3 Target dan Realisasi Kegiatan Pompa Hydram Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 98

TABEL 5.4 Target dan Realisasi Kegiatan Pembuatan Dam Parit Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 99

TABEL 5.5 Target dan Realisasi Kegiatan Bantuan Pompa Untuk Antisipasi Kekeringan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 99

TABEL 5.6 Target dan Realisasi Kegiatan Bantuan Pompa Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 99

TABEL 5.7 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Embung Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 100

TABEL 5.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Bertekanan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 106

TABEL 5.9 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Sumur Resapan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 108

TABEL 5.10 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Air Permukaan Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 113

TABEL 5.11 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Tanah Dangkal 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 117

Page 10: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

viii

TABEL 5.12 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Tanah Dalam Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 123

TABEL 5.13 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan JIDES Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 124

TABEL 5.14 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan JITUT Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 131

TABEL 5.15 Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 139

TABEL 5.16 Target dan Realisasi Kegiatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 141

TABEL 5.17 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 145

BAB VI. DATA PEMBANGUNAN PLA LAINNYA

Kegiatan PISP TABEL 6.1 Target dan Realisasi Pengadaan Jaringan

Irigasi Tersier Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 147

TABEL 6.2 Target dan Realisasi Pemberdayaan P3A (Pemberdayaan Baru & Revitalisasi) Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........ 148

Page 11: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

ix

TABEL 6.3 Target dan Realisasi Pemberdayaan GP3A (Pemberdayaan Baru & Revitalisasi) Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 149

TABEL 6.4 Target dan Realisasi Legalisasi P3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ....... 150

Kegiatan IDB TABEL 6.5 Target dan Realisasi Kegiatan PLJIB Perbaikan

Jaringan Irigasi Desa Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 151

TABEL 6.6 Target dan Realisasi Kegiatan Kegiatan PLJIB Perbaikan Jalan Usaha Tani Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ........................ 152

TABEL 6.7 Target dan Realisasi Kegiatan PLJIB Perluasan Sawah Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 152

Kegiatan WISMP TABEL 6.8 Target dan Realisasi Kegiatan Pembentukan

P3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 153

TABEL 6.9 Target dan Realisasi Kegiatan Pembentukan GP3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 156

TABEL 6.10 Target dan Realisasi Kegiatan Legalisasi P3A/GP3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA .................................. 145

Page 12: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

x

TABEL 6.11 Target dan Realisasi Kegiatan Penguatan Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ................ 163

TABEL 6.12 Target dan Realisasi Kegiatan Dem Area SRI Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ............................................................... 166

TABEL 6.13 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang PHT Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 168

TABEL 6.14 Target dan Realisasi Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahun 2009 Dana Tugas Pembantuan Ditjen PLA ..................................................... 169

Page 13: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    1 

I. PENDAHULUAN

Peranan Pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari

gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila

telah melebihi ambang batas pengendalian atau ambang batas ekonomi.

Namun demikian, mengingat pestisida juga mempunyai resiko terhadap

keselamatan manusia dan lingkungan maka Pemerintah berkewajiban dalam

mengatur pengadaan, peredaran dan penggunaan Pestisida agar dapat

dimanfaatkan secara bijaksana.

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan

alam, khususnya kekayaan alam hayati dan supaya Pestisida dapat digunakan

secara efektif, maka ketentuan Pestisida di Indonesia diatur dalam peraturan

perundangan seperti :

(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya

Tanaman;

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas

Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pestisida;

(3) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2009,

Tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida; dan

(4) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.120/5/2007,

Tentang Pengawasan Pestisida.

Amanat dari peraturan-peraturan tersebut adalah bahwa Pestisida yang

beredar, disimpan dan digunakan adalah Pestisida yang telah terdaftar dan

mendapat izin dari Menteri Pertanian, memenuhi standar mutu, terjamin

efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup serta diberi label.

Page 14: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    2 

Penggunaan Pestisida harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin,

serta memperhatikan anjuran yang dicantumkan dalam label.

Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang

Perlindungan Tanaman, diamanatkan bahwa penggunaan Pestisida dalam

rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah

merupakan alternatif terakhir, dan dampak negatif yang timbul harus ditekan

seminimal mungkin serta dilakukan secara tepat guna.

Untuk itu Pemerintah telah menetapkan kebijakan Pengendalian Hama

Terpadu (PHT) dalam program perlindungan tanaman. Kebijakan PHT ini

merupakan suatu koreksi terhadap usaha pengendalian hama secara

konvensional yang menggunakan Pestisida secara tidak tepat dan berlebihan,

sehingga dapat meningkatkan biaya produksi dan merugikan masyarakat serta

lingkungan hidup.

Buku Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida ini, diharapkan dapat

digunakan terutama oleh Petugas Kabupaten/ Kota dalam rangka Pembinaan

Penggunaan Pestisida secara bijaksana sesuai dengan azas Pengendalian

Hama Terpadu (PHT) dan Kaidah Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

Page 15: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    3 

II. DAFTAR ISTILAH

Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung dalam

Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya racun.

Batas Maksimum Residu (BMR), merupakan batas dugaan maksimum residu

Pestisida yang ada dalam berbagai hasil pertanian yang diperoleh.

Decomposition Time 50 (DT 50), waktu yang diperlukan untuk terjadinya 50%

dekomposisi berupa disipasi dan degradasi suatu bahan kimia di suatu

media.

Dosis, Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan untuk

mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu.

Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar

dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida

sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

Eksplosi, Serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang

sangat cepat dan menyebar luas dengan pesat.

Insektisida Non Sistemik adalah Pestisida yang setelah

diaplikasikan/disemprotkan pada tanaman sasaran tidak diserap oleh

organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.

Insektisida Sistemik adalah salah satu jenis insektisida yang dapat diserap

oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun.

Insektisida Sistemik Lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap

oleh jaringan (umumnya daun), tetapi ditranslokasikan ke bagian

tanaman lainnya.

Page 16: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    4 

Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa,

segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan

menggunakan bahan kimia atau bahan lain.

Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang

memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah

atau pembungkus Pestisida.

Lethal Concentration 50 (LT50), konsentrasi yang diturunkan secara statistik

yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi orga-

nisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.

Lethal Time 50 (LT50), waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan 50%

hewan percobaan dalam kondisi tertentu.

Lethal Dose 50 (LD50), dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain yang

diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian

50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan

yang telah ditentukan.

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Semua organisme yang dapat

merusak/ mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada

tanaman pangan dan hortikultura, termasuk di dalamnya adalah hama,

penyakit dan gulma.

Pencelupan (Dipping) adalah salah satu cara melindungi bahan tanaman agar

terhindar dari hama atau penyakit bahan tanaman, biasanya

pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek kedalam

larutan Pestisida.

Pengasapan (Fogging) adalah penyemprotan Pestisida dengan volume ultra

rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus.

Page 17: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    5 

Pengembusan (Dusting) adalah salah satu cara aplikasi suatu Pestisida yang

diformulasi sebagai tepung hembus.

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk :

(a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil

pertanian;

(b) Memberantas rerumputan;

(c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak

diinginkan;

(d) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-

bagian tanaman, tidak termasuk pupuk;

(e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-

hewan peliharaan dan ternak;

(f) Memberantas atau mencegah hama-hama air;

(g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad

renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat

pengangkutan; dan atau

(h) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Pestisida untuk penggunaan umum adalah Pestisida yang dalam

penggunaannya tidak memerlukan persyaratan dan alat-alat

pengamanan khusus di luar yang tertera pada label.

Page 18: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    6 

Pestisida untuk penggunaan terbatas adalah Pestisida yang dalam

penggunaannya memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan

khusus di luar yang tertera pada label.

Pestisida Dilarang, adalah suatu jenis Pestisida yang di larang untuk semua

bidang penggunaan atau bidang penggunaan tertentu dengan tujuan

melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Racun Kontak adalah salah satu insektisida yang dapat masuk ke dalam tubuh

serangga lewat kulit bersinggungan langsung (kontak langsung).

Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison) adalah insektisida yang

membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke

dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran

pencernaan.

Racun Pernapasan adalah suatu jenis insektisida yang bekerja lewat saluran

pernapasan.

Residu Pestisida adalah sisa-sisa Pestisida, termasuk hasil perubahannya yang

terdapat atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara

atau tanah.

Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit dan /atau

gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal).

Resistensi Hama, suatu fenomena perubahan populasi hama yang didominasi

oleh individu-individu peka menjadi suatu populasi yang didominasi

oleh individu-individu resisten terhadap Pestisida tertentu. Perubahan

ini menyebabkan Pestisida yang awalnya efektif untuk mengendalikan

hama menjadi tidak efektif lagi.

Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran setelah perlakuan

dengan Pestisida.

Page 19: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    7 

Resurjensi Hama, adalah suatu fenomena meningkatnya serangan hama

tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida.

Seed Dressing (SD) atau Seed Treatment (ST) adalah Pestisida berbentuk

tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih.

Selektivitas Herbisida adalah kemampuan insektisida memilih tumbuhan yang

dikendalikannya dalam hubungannya dengan tanaman pokok.

Selektivitas Insektisida adalah kemampuan insektisida memilih OPT sasaran

tanpa merugikan organisme non target termasuk musuh alami hama.

Soluble Liquid (SL) adalah Pekatan cair bila dicampur air akan membentuk

larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan.

Tepung Hendus atau Dust (D) adalah Pestisida siap pakai dengan konsentrasi

rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan

Ultra Low Volume (ULV) adalah sediaan khusus untuk penyemprotan dengan

volume ultra rendah.

Umpan atau Bait (B) Ready Mix Bait (RB atau RMB) adalah formulasi siap

pakai yang umumnya digunakan untuk formulasi rodentisida sebagai

umpan.

Wadah adalah tempat yang terkena langsung Pestisida untuk menyimpan

selama dalam penanganan.

Water Dispersible Granule (WG atau WDG)adalah bentuk butiran,mirip G

(Granule) tetapi penggunaannya sangat berbeda yaitu harus

diencerkan dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

Wettable Powder (WP) adalah bentuk formulasi tepung (WP) yang dapat

disuspensikan dalam air.

Page 20: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    8 

III. PENGENALAN PESTISIDA

A. Pengertian Pestisida

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk :

Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.

Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk.

Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

peliharaan dan ternak.

Memberantas atau mencegah hama-hama air.

Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.

Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi

dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman, yang dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan

Page 21: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    9 

perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang

digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.

Pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga

banyak dibutuhkan masyarakat pada bidang pertanian (pangan, perkebunan,

perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian, kehutanan (tanaman

hutan dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga dan penyehatan

lingkungan, pemukiman, bangunan, pengangkutan dan lain-lain.

Di samping manfaat yang diberikan, pestisida juga sekaligus memilki potensi

untuk dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

B. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran

Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:

1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti

tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu.

2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,

berfungsi untuk membunuh alge.

3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya

sebagai pembunuh atau penolak burung.

4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,

berfungsi untuk membunuh bakteri.

5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang

artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat

bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan

pertumbuhan cendawan).

Page 22: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    10 

6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,

berfungsi untuk membunuh gulma.

7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan

segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis

atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema

berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.

10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak

telur.

11. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi

untuk membunuh kutu atau tuma.

12. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk

membunuh ikan.

13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi

untuk membunuh binatang pengerat.

14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang

kayu berfungsi untuk membunuh rayap.

C. Bentuk Formulasi Pestisida

1. Formulasi Cair

Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang

dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan

dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang

dicairkan (LG).

Page 23: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    11 

a. Pekatan yang diemulsikan Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable

Concentrate (yang lazim disingkat EC) merupakan formulasi

dalam bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif

dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan

pengemulsi.

Formulasi untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan

dengan air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan

membentuk emulsi serta memerlukan sedikit pengadukkan.

Pestisida yang termasuk formulasi pekatan yang dapat

diemulsikan mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.

b. Pekatan yang larut dalam air Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate

(SL) merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang

dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik

dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu

diencerkan dengan air kemudian disemprotkan.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di

belakang nama dagangnya.

c. Pekatan Dalam Air Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC)

merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya

pestisida yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah

bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan

tinggi dalam air.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode AC di

belakang nama dagangnya.

Page 24: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    12 

d. Larutan Dalam Minyak Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah

formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi

tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti

xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah

diencerkan dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar

kemudian disemprotkan atau dikabutkan (Fogging).

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode OL di

belakang nama dagangnya.

e. Aerosol Formulasi pestisida aerosol adalah formulasi cair yang

mengandung bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik.

Ke dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan

kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan

yang siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode A di

belakang nama dagangnya.

f. Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases Formulasi ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk

gas yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan.

Formulasi pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam

ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke

dalam tanah.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di

belakang nama dagangnya.

Page 25: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    13 

2. Formulasi Padat a. Tepung yang dapat disuspensikan/ dilarutkan

Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable

Powder (WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP) adalah

formulasi yang berbentuk tepung kering yang halus, sebagai

bahan pembawa inert (misalnya : tepung tanah liat), yang apabila

dicampur dengan air akan membentuk suspensi, dan ditambah

dengan bahan aktif atau pestisida. Ke dalam formulasi ini juga

ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode WP di

belakang nama dagangnya.

b. Tepung yang dapat dilarutkan Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) sama

dengan formulasi tepung yang dapat disuspensikan, tapi bahan

aktif pestisida maupun bahan pembawa dan bahan lainnya.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SP di

belakang nama dagangnya.

c. Butiran Dalam formulasi butiran atau Granula (G), bahan aktif pestisisda

dicampur atau dilapisi oleh penempel pada bagian luar bahan

pembawa yang inert, seperti tanah liat, pasir, atau tongkol jagung

yang ditumbuk. Kadar bahan aktif formulasi ini berkisar antara 1-

40%. Formulasi ini digunakan secara langsung tanpa bahan

pengecer dengan cara menabur.

Page 26: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    14 

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode G di

belakang nama dagangnya.

d. Pekatan Debu Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering

yang mudah lepas dengan ukuran dari 75 micron, yang

mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi,

berkisar antara 25 %-75 %.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode DC di

belakang nama dagangnya.

e. Debu Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust (D) terdiri dari

bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif

dalam konsentrasi antara 1-10%. Ukuran partikel debu kurang

dari 70 micron.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode D di

belakang nama dagangnya.

f. Umpan Formulasi umpan atau Block Bait (BB) adalah campuran bahan

aktif pestisida dengan bahan penambah yang inert. Formulasi ini

biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode BB di

belakang nama dagangnya.

g. Tablet Formulasi ini ada 2 macam, bentuk yang pertama tablet yang

terkena udara akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan

digunakan untuk fumigasi di gudang atau perpustakaan.

Page 27: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    15 

Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB (Tablet) di

belakang nama dagangnya.

Bentuk kedua adalah tablet yang merupakan umpan racun perut

untuk membunuh hama (kecoa).

3. Padatan Lingkar Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida

dengan serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi

padatan yang melingkar.

Formulasi ini mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya.

D. Manfaat dan Dampak Negatif Pestisida 1. Manfaat Penggunaan Pestisida

Pengendalian organisme pengganggu dengan pestisida banyak

digunakan secara luas oleh masyarakat, karena mempunyai banyak

kelebihan dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain yaitu :

a. Dapat diaplikasikan dengan mudah

Pestisida dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat yang

relatif sederhana (sprayer, duster, bak celup dan sebagainya),

bahkan ada yang tanpa memerlukan alat (ditaburkan).

b. dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat

Pestisida dapat diaplikasikan setiap waktu (pagi, siang, sore atau

malam) dan di setiap tempat, baik di tempat tertutup maupun

terbuka.

c. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat

Hasil penggunaan pestisida misalnya dalam bentuk penurunan

populasi organisme pengganggu dapat dirasakan dalam waktu

singkat, dalam beberapa hal, hasilnya dapat dirasakan hanya

beberapa menit setelah aplikasi.

d. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat

Page 28: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    16 

Hal ini sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan

yang luas dan harus diselesaikan dalam waktu singkat (misalnya

dalam kasus eksplosif organisme pengganggu). Misalkan dengan

menggunakan alat mistblower, power sprayer, bahkan kapal

terbang.

e. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama

jangka pendek.

Perhitungan untung rugi secara ekonomi dalam menggunakan

pestisida relatif lebih mudah dilakukan. Makin langka dan

mahalnya tenaga kerja di sektor pertanian berakibat makin

mendorong masyarakat petani untuk menggunakan pestisida.

2. Dampak Negatif Pestisida Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan

organisme pengganggu tersebut adalah biosida yang tidak saja

bersifat racun terhadap organisme pengganggu sasaran, tetapi juga

dapat memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap

organisme bukan sasaran, termasuk manusia serta lingkungan

hidup.

a. Keracunan pestisida yang digunakan secara kronik maupun akut

dapat terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan

dengan pestisida, misalnya petani, pengecer pestisida, pekerja

pabrik/gudang pestisida, dan sebagainya serta manusia yang

tidak bekerja pada pestisida.

Keracunan akut terhadap pemakai dan pekerja dapat terjadi

karena kontaminasi kulit, inhalasi (pernafasan) dan mulut/ saluran

pencernaan, dan apabila mencapai dosis tertentu dapat

mengakibatkan kematian.

Keracunan, selain ditentukan oleh tingkat kontaminasi, juga

ditentukan oleh daya racun pestisida yang berbeda antara satu

formulasi dengan formulasi lainnya.

Page 29: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    17 

Keracunan kronik (antara lain karsinogenik, teratogenik,

onkogenik, mutagenik, kerusakan jantung, ginjal dan lain-lain)

disamping dapat terjadi pada pemakai dan pekerja, juga dapat

terjadi pada konsumen yang mengkonsumsi produk tertentu yang

mengandung residu pestisida.

b. Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan.

Keracunan pada ternak maupun hewan peliharaan dapat terjadi

secara langsung karena penggunaan pestisida pada ternak dan

hewan peliharaan untuk pengendalian ektoparasit, maupun

secara tidak langsung karena digunakan pestisida untuk

keperluan lain, misalnya penggunaan rodentisida dengan umpan

untuk mengendalikan tikus sawah, yang karena kelalain petani

umpan tersebut dimakan oleh ayam, itik dan ternak lainnya atau

pada penyemprotan pada gulma yang menjadi pakan ternak.

c. Keracunan pada ikan dan biota lainnya.

Penggunaan pestisida pada padi sawah atau lingkungan perairan

lainnya dapat mengakibatkan kematian pada ikan yang dipelihara

di sawah atau di kolam maupun ikan liar. Karacunan ikan dan

biota air lainnya tidak senantiasa menyebabkan kelainan

pertumbuhan yang mangakibatkan perubahan tingkah laku dan

bentuk, yang selanjutnya dapat mengakibatkan terhambatnya

perkembangan populasi.

d. Keracunan terhadap satwa liar.

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan

keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti

burung, lebah, serangga penyerbuk dan satwa liar lainnya.

Keracunan dapat terjadi secara langsung misalnya akibat

penyemprotan pestisida dari udara ataupun pengguna pestisida

untuk perlakuan benih yang diperlukan dimakan oleh burung,

maupun tidak langsung terutama melalui rantai makanan.

Page 30: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    18 

e. Keracunan terhadap makanan.

Beberapa pestisida seperti insektisida yang langsung digunakan

pada tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman

yang diperlakukan. Penggunaan herbisida yang tidak hati-hati

dapat pula mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang

ditanam pada waktu aplikasi maupun pada tanaman berikutnya

yang ditanam setelah tanaman pertama dipanen.

Hal yang disebut terakhir ini, sangat perlu diperhatikan terutama

apabila herbisida dipergunakan untuk mengendalikan gulma dari

golongan tertentu yang secara taksonomi atau fisiologis

mempunyai hubungan yang dekat dengan tanaman yang ditanam

berikutnya.

Terlebih lagi apabila herbisida yang digunakan relatif dan jarak

waktu tanam relatif singkat.

f. Kematian musuh alami organisme pengganggu

Penggunaan pestisida yang berspektrum luas dapat

mengakibatkan terjadinya kematian parasit dan predator

organisme pengganggu.

Kemungkinan terjadinya hal tersebut cukup besar apabila

pestisida tersebut digunakan tidak secara selektif ditinjau dari

segi waktu dan cara.

Kematian parasit dan predator dapat terjadi karena kontaminasi

langsung maupun tidak langsung melalui organisme pengganggu

yang telah terkontaminasi pestisida.

g. Kenaikan populasi pengganggu tidak mengalami hambatan oleh

musuh alami tersebut. Akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut

adalah bahwa populasi organisme pengganggu meningkat.

Hal ini dapat terjadi, baik terhadap populasi organisme

pengganggu utama maupun terhadap populasi organisme

pemakan tanaman lainnya, sehingga statusnya berubah menjadi

organisme pengganggu sekunder.

Page 31: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    19 

h. Dapat menyebabkan timbulnya resistensi (kekebalan), sehingga

untuk mengatasi organisme pengganggu yang resisten perlu

dosis yang lebih tinggi, hal ini menjadi lebih berbahaya.

i. Residu Penggunaan Pestisida Khusunya pada tanaman yang

Dipanen.

Besarnya residu pestisida yang tertinggal di tanaman tergantung

pada dosis, banyaknya dan interval aplikasi, faktor-faktor

lingkungan fisik yang mempengaruhi dekomposisi dan

pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi

pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan aktif dan

persistensinya serta saat aplikasi terakhir sebelum hasil tanaman

dipanen.

Pentingnya residu pestisida bagi kesehatan konsumen disamping

ditentukan oleh besarnya residu juga ditentukan oleh daya racun

baik akut maupun kronik, yang berbeda antara pestisida yang

satu dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam usaha melindungi

kesehatan konsumen perlu ditetapkan tingkat residu yang aman

untuk tiap jenis pestisida pada tiap hasil tanaman yang

dikonsumsi.

Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, terutama untuk

perlindungan tanaman tidak saja mengakibatkan residu pada

tanaman tetapi juga pada unsur lingkungan lainnya. Oleh unsur-

unsur lingkungan lainnya terutama air dan angin, residu pestisida

yang tertinggal didaerah penggunaannya dapat menyebar ke

daerah lain, sehingga tergantung pada besarnya residu maupun

jenis pestisida.

Residu dapat merupakan masalah lingkungan yang meliputi

daerah luas. Residu pestisida tidak saja dijumpai sebagai akibat

penggunaannya, tetapi dapat juga dijumpai pada benda-benda

lainnya secara tidak sengaja atau karena kecelakaan

Page 32: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    20 

terkontaminasi pestisida. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat

pengangkutan ataupun penyimpanan pestisida yang tidak hati-

hati. Residu tersebut menjadi sangat berbahaya apabila

ditemukan pada bahan makanan yang terkontaminasi pestisida

dengan konsentrasi yang tinggi.

j. Pencemaran Lingkungan

Tercemarnya tanah, air, udara dan unsur lingkungan lainnya oleh

pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun

tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan

hidup. Suatu pestisida tertentu dapat merusak lapisan ozon

stratosfir. Pencemaran lingkungan pada umumnya terjadi karena

penanganan pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia

pestisidanya.

k. Menghambat Perdagangan

Ekspor komoditi tertentu dari Indonesia dapat diklaim atau

diembargo oleh negara tertentu apabila residu pestisida melebihi

Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan negara

pengimpor atau apabila pestisida tersebut dilarang/ tidak beredar

di negara pengimpor.

IV. KEBIJAKAN DAN KAIDAH PENGGUNAAN PESTISIDA A. Peraturan Pertisida

Mengingat pentingnya peranan Pestisida dalam upaya penyelamatan

produksi pertanian, Pemerintah berkewajiban untuk mengatur peredaran dan

penggunaan Pestisida di Indonesia.

Selain itu, Pestisida termasuk bahan berbahaya, sehingga dalam

pengaturannya juga mengacu kepada peraturan-peraturan internasional yang

disepakati bersama dengan Badan Internasional seperti FAO, WHO,

Kesepakatan Protokol Montreal dan sebagainya.

Page 33: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    21 

Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 ditegaskan bahwa : “Pestisida

yang akan diedarkan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib

terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi

manusia dan lingkungan hidup serta diberi label”.

Sedangkan dalam Permentan No. 45/Permentan/SR.140/10/2009

diamanatkan bahwa: “Pestisida yang terdaftar/diijinkan adalah Pestisida

yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan kriteria teknis yang

ditetapkan Menteri Pertanian”. Perkembangan jumlah Pestisida yang terdaftar dan telah memperoleh izin

dari Menteri Pertanian sampai dengan keadaan Tahun 2010 sebagaimana

pada tabel 1 berikut :

Tabel 1 : Perkembangan Jumlah Pestisida Yang Terdaftar di Indonesia Tahun 2006-2010

No. Jenis

Pestisida

Jumlah Formulasi Pestisida Yang Terdaftar (Kumulatif)

2006 2007 2008 2009 2010 1. PHL 213 253 308 359 391 2. Herbisida 386 444 507 586 631 3. Insektisida 528 621 707 786 847 4. Fungisida 228 274 320 354 389 5. Rodentisida 23 26 31 38 45 6. Akarisida 17 18 19 20 20 7. Bakterisida 6 6 7 7 7 8. ZPT 35 54 75 86 97 9. Perata 26 28 31 31 31 10. Pengawet 49 58 64 72 78 11. Repelen 16 19 22 25 30 12. Moluskisida 6 9 14 27 33 13. Nematisida 7 10 6 6 6 14. Lain-lain 2 3 16 20 23

Jumlah 1.557 1.823 2.125 2.417 2.628 Keterangan : PHL (Pestisida Hygiene Lingkungan).

Page 34: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    22 

Berdasarkan sifat fisiko-kimianya, Pestisida diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Pestisida yang boleh didaftarkan : adalah Pestisida yang tidak termasuk

kategori Pestisida dilarang yang bidang penggunaannya meliputi untuk : pengelolaan tanaman, peternakan, kesehatan hewan, perikanan, kehutanan, penyimpanan hasil, rumah tangga, pengendali vektor penyakit pada manusia, karantina dan pra pengapalan.

2. Pestisida dilarang : adalah Pestisida yang berdasarkan klasifikasi WHO

mempunyai klasifikasi Ia (sangat berbahaya sekali) atau Ib (berbahaya sekali), mempunyai LC50 < 0,05 mg/lt dalam 4 jam paparan, mempunyai indikasi : Karsinogenik, Onkogenik, Teratogenik dan Mutagenik.

Klasifikasi dan Symbol Pestisida dapat dilihat pada Lampiran 3. Bahan aktif Pestisida yang dilarang penggunaannya sebagaimana pada tabel 2 berikut : Tabel 2 : Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang 1. 2,4,5-T 21. Kaptafol 2. 2,4,6-T 22. Klordan 3. Natrium 4-brom-2,5-diklorofenol 23. Klordimefon 4. Aldikarb 24. Leptofos 5. Aldrin 25. Heksakloro Siklo Heksan

(HCH) (Termasuk Lindan) 6. 1,2-Dibromo-3- kloropropan 26. Metoksiklor 7. Cyhexatin 27. Mevinfos 8. Dikloro difenil trikloroetan (DDT) 28. Monosodium metam arsonat

(MSMA) 9. Dieldrin 29. Natrium klorat 10. 2,3-Diklorofenol 30. Natrium tribromofenol 11. 2,4-Diklorofenol 31. Metil parathion 12. 2,5-Diklorofenol 32. Halogen fenol (Termasuk Penta)

Kloro Fenol (PCP) dan Garamnya

13. Dinoseb 33. Pestisida berbahan aktif Salmonella

14. Ethyl p-nitrophenyl Benzene-thiophosponate (EPN)

34. Senyawa arsen

15. Endrin 35. Senyawa merkuri 16. Endosulfan 36. Strikhnin 17. Etilen dibromida (EDB) 37. Telodrin

Page 35: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    23 

18. Formaldehida 38. Toxaphene 19. Fosfor kuning (Yellow

Phosphorus) 39. Mireks

20. Heptaklor B. Kaidah Penggunaan Pestisida

Pengertian yang menarik tentang Pestisida menyatakan bahwa Pestisida adalah racun ekonomis. Jadi Pestisida adalah racun yang mempunyai sifat ekonomis, penggunaan Pestisida dapat memberikan keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian. Pengalaman menunjukan bahwa penggunaan Pestisida sebagai racun, sebenarnya lebih merugikan dibanding menguntungkan, yaitu dengan munculnya berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh Pestisida tersebut. Karena alasan tersebut, maka dalam penggunaan Pestisida harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Pestisida hanya digunakan sebagai alternatif terakhir, apabila belum

ditemukan cara pengendalian daya racun rendah dan bersifat selektif. b. Apabila terpaksa menggunakan Pestisida, maka gunakan Pestisida yang

mempunyai daya racun rendah dan bersifat selektif. c. Apabila terpaksa menggunakan Pestisida, lakukan secara bijaksana. Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan Pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu : 1. Tepat Sasaran

Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.

2. Tepat Jenis Setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis Pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah Pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan Pestisida tidak berlabel, kecuali Pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan

Sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.

Page 36: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    24 

3. Tepat Waktu Waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan : a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya

stadium larva instar I, II, dan III. b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan

aplikasi Pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.

c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi Pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.

d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

4. Tepat Dosis / Konsentrasi Gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan Pestisida. Jangan melakukan aplikasi Pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang sesuai dengan anjuran, karena dapat menimbulkan dampak negatif.

5. Tepat Cara Lakukan aplikasi Pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi Pestisida dan anjuran yang ditetapkan.

Memperhatikan bahwa Pestisida dapat memberikan dampak negatif terhadap manusia maupun lingkungan, maka penggunaan Pestisida harus dilaksanakan secara bijaksana dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah sebagai berikut :

I. Menerapkan Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

a. Pestisida Digunakan Sebagai Alternatif Terakhir. Penggunaan Pestisida kimia hendaknya digunakan sebagai pilihan

terakhir, apabila alternatif-alternatif pengendalian lain yang digunakan tidak berhasil. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari/mengurangi pencemaran terhadap lingkungan dan mengurangi residu.

b. Pengendalian Hama Dengan Pestisida Dilakukan Berdasarkan

Nilai Ambang Pengendalian (AP) Atau Ambang Ekonomi (AE). Cara-cara petani dalam mengambil keputusan berdasarkan ambang

pengendalian atau ambang ekonomi dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu/SLPHT.

Page 37: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    25 

II. Menggunakan Pestisida Yang Terdaftar Dan Diijinkan Menteri Pertanian.

Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak terdaftar dan tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi lingkungan.

III. Menggunakan Pestisida Sesuai Dengan Jenis Komoditi Dan Jenis

Organisme Sasaran Yang Diijinkan.

Pemberian ijin Pestisida dilakukan berdasarkan terpenuhinya persyaratan kriteria teknis yang meliputi pengujian fisiko-kimia, pengujian efikasi dan pengujian toksisitas. Dengan demikian penggunaan Pestisida harus sesuai dengan jenis komoditi dan jenis organisme sasaran yang diijinkan.

IV.Memperhatikan Dosis Dan Anjuran Yang Tercantum Pada Label.

Efektivitas penggunaan Pestisida diperoleh melalui penggunaan dosis yang tepat. Ketidak taatan dalam menggunakan dosis Pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin merugikan petani.

V.Memperhatikan Kaidah – Kaidah Keselamatan Dan Keamanan Penggunaan Pestisida

Menyadari bahwa Pestisida adalah bahan kimia beracun, maka penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati sesuai ketentuan yang dianjurkan, seperti menggunakan alat pelindung diri dan lain-lain.

C. Ketentuan Pestisida Terbatas

1. Kriteria Pestisida Terbatas

Pestisida Terbatas adalah Pestisida yang dalam penggunaannya memerlukan persyaratan dan alat-alat pengaman khusus di luar yang tertera pada label. Suatu Pestisida digolongkan ke dalam Pestisida terbatas dengan pertimbangan / justifikasi sebagai berikut : a. Dinilai lebih berbahaya dibandingkan dengan Pestisida umum. b. Memerlukan kehati-hatian dalam penggunaan. c. Memerlukan peralatan-peralatan khusus dalam penggunaan. d. Penggunanya harus cakap dan terlatih. e. Penggunaannya terbatas hanya mereka yang terlatih.

Page 38: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    26 

Kriteria Pestisida Terbatas Adalah Sebagai Berikut : a. Formulasi Pestisida korosif pada mata (menyebabkan kerusakan tak

terkembalikan pada jaringan okular) atau mengakibatkan pengkerutan kornea atau iritasi sampai 7 (tujuh) hari atau lebih.

b. Formulasi Pestisida korosif pada kulit atau mengakibatkan iritasi berat sampai 72 jam atau lebih.

c. Bila digunakan seperti tertera pada label, atau menurut praktek yang biasa dilakukan,Pestisida tersebut masih menyebabkan keracunan yang nyata secara subkronik, kronik, atau gejala tertunda pada manusia akibat pemaparan.

2. Jenis Pestisida Terbatas Yang Diizinkan

Bahan aktif Pestisida yang ditetapkan sebagai Pestisida terbatas, yaitu :

Aluminium fosfida, Magnesium fosida, Parakuat diklorida, Seng fosfida Metil bromida. Sulfuril Fluorida

Beberapa Pestisida terbatas yang telah terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian sebagaimana terdapat pada Lampiran 2.

3. Persyaratan Penggunaan Pestisida Terbatas.

Dalam pasal 7 Peraturan Menteri Pertanian No. 45/Permentan/SR.140/10/2009 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, diatur bahwa :

Setiap orang yang menggunakan Pestisida terbatas wajib memiliki ”Sertifikasi Penggunaan Pestisida Terbatas”.

Sertifikat Penggunaan Pestisida Terbatas diberikan kepada orang

yang telah “Lulus Pelatihan” yang diselenggarakan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi/ Kabupaten/ Kota atau Pejabat yang ditunjuk.

Sertifikat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Persyaratan tersebut diberlakukan dengan tujuan untuk melindungi Pengguna Pestisida terbatas terhadap dampak negatif yang dapat

Page 39: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    27 

ditimbulkan, mengingat tingkat bahayanya yang lebih tinggi dari Pestisida umum. Oleh karena itu, perlu ditekankan agar Pengguna Pestisida terbatas, sebelum mengaplikasikan harus memahami betul beberapa ketentuan yang di sampaikan pada kegiatan pelatihan, yaitu :

Peraturan dan Perizinan Pestisida Terbatas, Pemahaman label, Perawatan dan Pemeliharaan Sprayer, Kalibrasi, Penyemprotan yang aman dan efektif, Penyimpanan Pestisida, Pemusnahan Pestisida.

V. TEKNIK PENGGUNAAN PESTISIDA A. Cara Aplikasi Pestisida

Tujuan dari penggunaan Pestisida ialah menekan atau mengurangi populasi

jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma) hingga di bawah

batas nilai ambang ekonomi, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan

seperti antara lain : terjadi resistensi, resurgensi, keracunan tanaman pokok,

dan pencemaran lingkungan.

Keberhasilan penggunaan Pestisida sangat di tentukan oleh teknik aplikasi

yang tepat, yang menjamin Pestisida tersebut mencapai jasad sasaran

dimaksud. Selain itu, keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor jenis, dosis

dan saat aplikasi yang tepat.

Dengan kata lain, tidak ada Pestisida yang dapat berfungsi dengan baik

kecuali bila aplikasi dengan tepat.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian OPT secara kiawi atau

menggunakan Pestisida adalah menggunakan Pestisida yang telah terdaftar

dan diizinkan oleh Menteri Pertanian serta membaca petunjuk penggunaan

Pestisida yang tertera pada label.

Aplikasi Pestisida tergantung dari tujuan pengendalian, jenis OPT sasaran,

tanaman dan produk tanaman yang akan dilindungi, lingkungan sekitar

Page 40: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    28 

wilayah yang akan diberi aplikasi Pestisida, serta cara kerja dan bentuk

formulasi Pestisida.

Beberapa cara aplikasi Pestisida di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Cara Penaburan Aplikasi Pestisida dengan cara penaburan (soil incorporation) pada umumnya

dilakukan untuk Pestisida formulasi butiran /granul, yang bersifat sistemik

dengan OPT sasaran yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam

tanah. Penaburan Pestisida butiran dapat dilakukan di lahan sawah atau di

lahan kering.

a. Lahan Sawah

Aplikasi Pestisida butiran dilahan sawah, Pestisida ditaburkan dalam

keadaan sawah macak-macak, saluran pemasukan dan saluran

pengeluaran air harus ditutup selama beberapa hari agar sawah tetap

dalam keadaan macak-macak.

Setelah Pestisida butiran ditaburkan, selanjutnya sawah diinjak-injak

agara Pestisida yang ditaburkan terbenam ke dalam tanah di sekitar

perakaran.

b. Lahan Kering

Aplikasi Pestisida dilahan kering, Pestisida ditaburkan disekitar batang

tanaman atau pada tanah yang sudah ditugal, kemudian lubang ditutup

dengan tanah atau mulsa.

Cara penaburan Pestisida butiran tidak memerlukan alat aplikasi,

sehinggga setiap petani dengan mudah melakukannya.

Kelemahan dari cara ini adalah Pestisida yang ditaburkan berbentuk

butiran biasanya bekerja lambat (slow action), sehingga apabila terjadi

serangan OPT segera setelah aplikasi penaburan Pestisida butiran

terlambat dan OPT tidak terkendali.

Page 41: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    29 

2. Cara Penyemprotan Aplikasi dengan cara penyemprotan merupakan cara aplikasi yang paling

banyak dilakukan oleh petani. Agar pengendalian OPT dengan cara

penyemprotan Pestisida dapat berhasil baik, maka selain menggunakan jenis

Pestisida dengan dosis dan waktu yang tepat, juga diperlukan alat aplikasi

yan efisien.

Alat aplikasi atau alat semprot yang efisien dapat menjamin penyebaran

bahan/ campuran semprot yang merata pada sasaran dan tidak menimbulkan

pemborosan. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi atau

suspensi.

Berdasarkan volume campuran semprot dan alat aplikasi yang digunakan,

penyemprotan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu Semprotan Volume

Tinggi (SVT) dan Semprotan Volume Rendah (SVR).

Salah satu bagian penting dari alat semprot adalah nozel atau disebut

sprayer, yang berfungsi untuk memecah larutan semprot menjadi droplet. Beberapa jenis nozel yang biasa digunakan, antara lain :

a. Nozel Kerucut (Cone Nozzle) Semprotan keluar dengan pola kerucut, biasanya digunakan untuk

aplikasi insektisida dan fungisida. Ukuran droplet yang keluar sedang

hingga halus.

b. Nozel Kipas (Fan Nozzle) Semprotan keluar dengan pola kipas, biasanya dilakukan untuk aplikasi

herbisida, kecuali nozel kipas yang flat, baik juga digunakan untuk

insektisida dang fungisida. Ukuran droplet yang keluar agak kasar sampai

sedang.

c. Nozel Polijet (Floodjet Nozzle). Semprotan keluar seperti pola pada nozel kipas yang flat hanya cocok

untuk aplikasi herbisida pra tumbuh. Ukuran droplet agak kasar sampai

kasar.

Page 42: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    30 

d. Nozel Tipe Senapan Spary Gun Nozzle). Biasa digunakan pada power sprayer untuk aplikasi insektisida dan

fungisida. Ukuaran droplet mulai dari kasar halus, tergantung pada

tekanan pompa.

e. Nozel Cakram Putar (Spinning Disc Nozzle). Nozel ini biasa digunakan pada alat aplikasi micronair Ultra Low Volume

(ULV), menghasilkan butiran semprot yang sangat halus.

Beberapa jenis alat semprot yang memerlukan tanaga manusia atau

manual dan yang bersumber tenaga motor antara lain :

a. Alat Semprot Dukung (Hand Sprayer atau Knapsack Sprayer) Semi Otomatis.

Alat semprot ini menggunakan sistem pompa hidrolik, yang sekaligus

berfungsi sebagai alat pengaduk campuran Pestisida di dalam tangki.

Kapasitas tengki beragam antara 10-14 liter.

Alat semprot ini termasuk volume tinggi, karena volume cairan yang

digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500-1.000 liter.

Keuntungan menggunakan alat ini, antara lain campuran Pestisida

dalam tangki selalu dalam kondisi teraduk merata dan terdorong

keluar/ dropet tetap halus, karena selam penyemprotan tekanan dalam

tangki dapat dipertahankan dengan memompanya terus menerus.

Tetapi alat ini dioperasikan oleh satu orang dalam area yang luas,

maka sejalan dengan melemahnya tenaga operator kemungkinan

kecepatan memompanyapun melemah, sehingga tekanan dalam

tangki turun dan berakibat campuran Pestisida yang keluar dari nozel

adalah dropet kasar.

b. Alat Semprot Dukung Otomatis (Kompressi) Alat semprot ini menggunakan sistem pompa kompresi atau pompa

angin. Udara dipompakan kedalam tangki yang telah terisi campuran

Pestisida sebanyak ¾ dari volume tangki (kapasitas tangki antara 10-

20 liter) sampai tekanan 4 kg / cm2.

Page 43: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    31 

Alat semprot ini termasuk volume tinggi, karena volume cairan yang

digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500 -1.000 liter.

Keuntungan menggunakan alat semprot ini dibendingkan dengan alat

semprot otomatis adalah tidak perlu memompa terus menerus selama

menyemprot. Akan tetapi tekanan didalam tangki cepat menurun,

sehingga butiran cairan yang keluar menjadi lebih kasar dibandingkan

waktu dimulainya penyemprotan.

Di samping itu, alat semprot ini tidak baik untuk menyemprotkan

suspensi karena tidak mempunyai alat pengaduk didalam tangki.

c. Alat Semprot Bermotor Berenaga Hidrolik Tipe Gotong (Power Sprayer) Alat semprot ini sering disebut alat semprot bermotor bervolume tinggi

high volume power sprayer), karena volume cairan yang digunakan

untuk 1 (satu) hektar berkisar antara 500 – 1.000 liter dan sumber

tenaganya motor (hidrolik).

Alat ini tidak dilengkapi dengan tangki cairan, sehingga dalam

penggunaannya harus disediakan drum / wadah penampung cairan

campuran Pestisida yang berkapasitas antara 50-100 liter.Keuntungan

penggunaan power sprayer ini antara lain dapat menjangkau sasaran

semprot yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan untuk

mengendalikan OPT pada tanaman buah-buahan pohon. Tetapi alat

ini membutuhkan tenaga lebih dari satu orang (minimal tiga orang

untuk mengoperasikannya).

d. Alat Semprot Dukung Bermotor (Mist Blower) Alat ini dapat menyemprotkan cairan dalam bentuk dropet halus

berukuran antara 50 – 250 mikron atau berbentuk kabut, sehingga alat

ini disebut penyembur kabut (mist blower). Alat semprot ini tergolong

bervolume rendah (low volume sprayer), karena volume cairan yang

digunakan untuk 1 (satu) hektar berkisar 12 -125 liter. Kapasitas tangki

cairan sekitar 7 12 liter.

Page 44: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    32 

Apabila alat semprot mist blower ini juga dilengkapi pompa hidrolik,

maka jangkaunnya dapat mencapai ketinggian ± 6 meter. Dengan

demikian dapat juga untuk menyemprot pepohonan yang cukup tinggi

(± 6 meter).

Keuntungan penggunaan alat semprot mist blower ini bekerja cepat

dan membutuhkan cairan yang sedikit. Tetapi karena dropetnya cukup

halus (berbentuk kabut), maka kecepatan angin sangat mempengaruhi

kinerja alat ini.

e. Alat Semprot Mikronair Alat semprot ini menghasilkan dropet yang sangat halus dan volume

cairan yang diperlukan per hektar sangat kecil, sehingga alat ini

disebut micron air ultra low volume.

Keuntungan menggunakan alat ini adalah semua bagian permukaan

tanaman di atas permukaan tanah dapat terlapisi dropet yang sangat

halus dan formulasi Pestisida cair tidak memerlukan pengeceran lagi.

Sedangkan kelemahannya anatara lain : peka terhadap kecepatan

angin dan perlu bergerak cepat saat aplikasinya, sehingga kurang

cocok di permukaan areal yang berat (areal lumpur).

3. Cara Penghembusan Aplikasi Pestisida dengan cara penghembusan biasanya dilakukan terhadap

Pestisida formulasi tepung atau debu (dust), sehingga alatnya disebut duster.

Alat penghembus terdiri dari beberapa tipe, antara lain :

a. Alat Penghembus Debu Bermotor Alat ini sama dengan mist blower tanpa pompa hidrolik, hanya tangki

cairan diisi Pestisida formulasi tepung.

b. Alat Penghembus Pompa Alat ini berbentuk silindris, dan banyak tepung yang dihembuskan dapat

dikontrol dengan banyaknya gerakan pompa, kapasitas pompa ± 100

gram.

Page 45: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    33 

d. Alat Penghembus Beroda Alat ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu : (a) tipa tangan, dengan kapasitas

400 gram, dan (b) tipe gendong / punggung, dengan kapasitas ± kg.

Keuntungan menggunakan alat ini adalah tidak membutuhkan air, tetapi

kelemahannya yaitu sangat peka terhadap hembusan angin.

4. Cara Pengumpanan Cara pengumpanan yaitu mencapur Pestisida dengan makanan atau bahan-

bahan tertentu yang disukai OPT sasaran, seperti :

a. Lalat buah diumpan dengan antraktan yang dicampur insektisida.

b. Babi hutan diumpan dengan ubi jalar yang telah dibubuhi racun.

c. Tikus diumpan dengan beras yang telah dicampur insektisida

antikoagulan.

5. Cara Fumigasi Aplikasi Pestisida bersifat gas (fumigan) dengan cara fumigasi, pada

umumnya dilakukan untuk pengendalian hama gudang, tetapi dapat juga

untuk nematoda di dalam tanah.

Fumigasi hama gudang, diawali dengan menutup bahan yang akan

difumigasi dengan plastik/ bahan lain yang kedap udara. Kemudian,

kedalamnya dimasukkan ampul yang berisi gas beracun yang telah dibuka,

penutup plastik dibuka setelah beberapa lama sesuai anjuran.

Fumigasi nematoda di dalam tanah, keadaan tanah harus gembur dan tidak

ada genangan air. Fumigasi tanah dilakukan dengan cara suntikan,

semprotan dengan traktor yang dilengkapi alat penyemprot dan pembalik

tanah, atau melalui siraman bahan fumigasi (fumigan) ke dalam parit-parit

lahan yang akan difumigasi, tanah ditutup plastik lalu gas dialirkan melalui

pipa-pipa khusus.

Keuntungan cara fumigasi ini adalah hampir atau bahkan sama sekali tidak

meninggalkan residu, tetapi sangat berbahaya sehingga harus dikerjakan

oleh tenaga ahli dalam fumigasi.

Page 46: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    34 

6. Cara Pengapasan Aplikasi Pestisida dengan pengapasan, menggunakan alat pengasap yang

sering disebut swing fog. Hanya digunakan untuk Pestisida yang dapat

dicampur dengan minyak tanah / solar sehingga akan membentuk dropet

yang berbentuk asap.

Cara pengasapan ini cukup efektif, terutama untuk pengendalian OPT di

ruang tertutup atau gudang. Apabila cara pengasapan ini akan digunakan di

pertanaman terbuka, maka pelaksanaannya sebaiknya pada saat pagi hari,

sebelum banyak angin.

B. Waktu Aplikasi Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untukk

mengaplikasikan Pestisida. Waktu aplikasi tersebut merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan efektifitas Pestisida yang diaplikasikan.

Jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu

aplikasi insektisida, yaitu : aplikasi preventif, kuratif, sistem kalender dan

aplikasi berdasar ambang kendali atau ambang ekonomi.

1. Aplikasi Preventif Adalah aplikasi insektisida yang dilakukan sebelum ada serangan hama

dengan tujuan untuk melindungi tanaman. Aplikasi insektisida secara

preventif dianggap tidak sesuai dengan prinsip pengendalian hama

terpadu (prinsip no pest no spray). Akan tetapi, dalam kondisi tertentu,

aplikasi preventif seringkali perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Perlakuan benih (seed treatment) dengan insektisida untuk

menanggulangi hama yang menyerang benih stadia perkecambahan

atau tanaman muda. Aplikasi preventif dengan cara perawatan benih

merupakan cara aplikasi preventif yang terbaik, baik dipandang dari

segi keselamtan lingkungan maupun dari segi ekonomi.

b. Penaburan insektisida butiran diseluruh kebun (broad casting) ataupun

hanya pada lubang-lubang tanam saja (localized application).

Page 47: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    35 

c. Dipandang dari sudut keselamtan lingkungan, aplikasi pada lubang

tanam (localized placement) lebih baik dari pada ditabur diseluruh

kebun.

d. Pencelupan (dipping) benih tanaman (termasuk stek) ke dalam larutan

insektisida untuk mencegah serangan hama yang terbawa oleh bibit.

e. Penyemprotan dengan insektisida, bila diketahui bahwa tanpa

penyemprotan preventif hama tersebut akan menimbulkan kerugian

yang besar dan cara lain untuk melindungi tanaman belum atau tidak

diketahui.

2. Aplikasi Dengan Sistem Kalender Aplikasi sistem kalender atau aplikasi berjadwal, tetap banyak dilakukan

oleh petani, misalnya seminggu sekali atau bahkan seminggu dua kali.

Dengan aplikasi semacam ini, jumlah aplikasi permusim menjadi sangat

banyak.

Para petani bawang dan cabai di Brebes dan sekitarnya, misalnya

menyemprot tidak kurang dari 20 kali permusim untuk tanaman bawang

merah dan sampai 35 kali permusim untuk tanaman cabai.

Di daerah Dieng, Pangalengan dan Garut juga banyak petani yang

melakukan penyemprotan Pestisida dengan sisitem kalender untuk

tanaman kentang.

Pada penyemprotan dengan sistem kalender, insektisida dan fungisida

umumnya digunakan bersama-sama.

Penyemprotan dengan sistem kalender sebenarnya merupakan salah

satu dari aplikasi preventif, bersifat untung-untungan (hama belum tentu

datang ), cenderung boros (karena tidak ada hamapun disemprot),

beresiko besar (bagi pengguna, konsumen dan lingkungan), dan “TIDAK DIANJURKAN DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU”.

Page 48: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    36 

3. Aplikasi Kuratif Aplikasi Kuratif adalah kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi ini

(termasuk aplikasi eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama

dengan maksud untuk menghentikan serang hama atau menurunkan

populasi hama tersebut.

Aplikasi kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk

mist blowing), fogging, fumigasi, injeksi, dan sebagainya.

4. Aplikasi Berdasarkan Ambang Pengendalian Atau Ambang Ekonomi Penentuan waktu aplikasi berdasarkan ambang ekonomi atau ambang

pengendalian meruapakan salah satu variasi dari aplikasi insektisida

secra kuratif dan merupakan cara yang dianjurkan dalam pengendalian

hama terpadu.

Konsep pengendalian hama terpadu, pengendalian secara kimiawi

dilakukan apabila populasi hama atau kerusakan karena hama sudah

mencapai tingkat atau ambang tertentu. Pemikiran ini didasarkan pada

kenyataan-kenyataan sebagai berikut :

a. Pertanaman yang 100% mulus tanpa kerusakan oleh hama pada

kenyataannya hampir tidak ada. Umumnya, petani dapat menerima

adanya sedikit kerusakan, asalkan kerusakan itu secara ekonomi tidak

mendatang kerugian yang banyak.

b. Pada tingkat kerusakan rendah, biaya pengendalian kimiawi dapat

menjadi lebih mahal dibandingkan dengan kerugian karena kerusakan

itu sendiri. Oleh karena itu, pengendalian sebaiknya hanya dilakukan

bila biaya pengendalian lebih rendah dari pada tambahan hasil yang

akan diperoleh.

c. Setiap hama memilki daya rusak yang berbeda-beda. Ada hama yang

mempunyai potensi merusak sangat besar dan ada pula hama yang

potensi merusaknya tidak terlalu besar. Disamping itu, ada juga yang

disebut hama utama, hama sekunder, hama potensi dan hama migran.

Page 49: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    37 

Dalam pengendalian hama, kita harus berkonsentrasi pada hama-

hama yang daya rusaknya besar, terutama hama-hama utama.

d. Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain yang tidak

merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan

petani. Bila kita melakukan penyemprotan secara sembarangan, maka

organisme non target dapat ikut terbunuh.

e. Penggunaan Pestisida secra sembarangan, kecuali pemborosan,

dapat menimbulkan efek buruk bagi pengguna, konsumen dan

lingkungan.

Salah satu syarat untuk suksesnya pengendalian hama terpadu adalah

pengamatan pertanaman secara berkala, misalnya seminggu sekali.

Tanaman dalam satu hamparan tidak perlu semuanya damati, tetapi

cukup diambil sempelnya saja. Apabila penyemprotan harus dilakukan,

hendaknya Pestisida yang dipilih harus sesuai dengan hama tersebut. Bila

dalam contoh tersebut didapati kurang dari batas ambang, maka

penyemprotan tidak perlu dilakukan.

Fungsi aplikasi insektisida dan fungisida berdasarkan pengendalian

sistem PHT adalah untuk menekan populasi hama atau tingkat kerusakan

karena hama dan penyakit, agar tetap berada di bawah ambang

pengendalian atau ambang ekonomi.

Itulah sebabnya, konsep PHT adalah mengendalikan hama dan penyakit,

bukan membrantas. Adanya hama dan penyakit dapat diterima sejauh

populasi atau tingkat kerusakannya tidak melampaui ambang ekonomi

atau ambang pengendalian. Dengan kata lain, secara ekonomi serangan

hama dan penyakit tersebut tidak merugikan.

Ambang pengendalian atau ambang ekonomi bukan suatu statis. Ambang

ekonomi yang ideal harus memperhitungkan berbagai faktor, misalnya

ongkos produksi, harga jual komoditi, harga Pestisida, musim, biaya,

tenaga kerja, dan sebagainya. Oleh karena itu, ambang ekonomi yang

ideal dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu tahun ke

tahun yang lain, bahkan dari musim ke musim yang lain. Nilai Ambang

Page 50: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    38 

Ekonomi beberapa hama tanaman secara rinci dapat dilihat pada

lampiran 2.

C. Prosedur Penggunaan Pestisida Persyaratan dan tata cara penggunaan Pestisida dilapangan melalui

beberapa tahapan, sebagai berikut :

1. Persiapan Sebelum melaksanakan aplikasi Pestisida perlu adanya langkah-langkah

persiapan, antara lain :

a. Menyiapkan bahan-bahan, seperti Pestisida yang akan digunakan

(harus terdaftar), fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis

dan keperluannya, dan peralatan yang sesuai dengan cara yang akan

digunakan (volume tinggi atau volume rendah).

Gambar 1. Belilah Pestisida dengan Merk Terdaftar dan Periksa Izin Kadaluarsa

Penggunaannya.

Gambar 2. Belilah Pestisida dengan Kemasan yang Baik dan Tidak Rusak.

Page 51: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    39 

b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti

sarung tangan, masker, topi, dan sepatu kebun.

c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui

apakah ada kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu

pelaksanaan aplikasi Pestisida.

d. Memeriksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan, jangan menggunakan

alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang

sering terjadi kebocoran.

e. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan

langsung memasukkan Pestisida kedalam tangki. Siapkan ember dan

isi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida

sesuai dengan takaran-takaran yang dikehendaki dan aduk hingga

merata. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam tangki dan

tambahkan air secukupnya.

1. Kalibrasi Untuk memperoleh hasil aplikasi yang optimal, maka alat aplikasi

Pestisida harus dikalibrasi agar dosis yang kita capai sesuai dengan

anjuran. Langkah-langkah kalibrasi alat aplikasi Pestisida (cair), sebagai

berikut :

a. Menyiapkan alat aplikasi dalam kondisi baik ember berukuran sedang,

gelas ukur 100 ml atau 500 ml, stop watch, air, tali rapia, dan meteran.

b. Memasukan air kedalam tangki ± ¾ dari kapasitas tangki. Kemudian,

setelah tangki tertutup, alat aplikasi diberi tekanan atau dipompa

sampai mencapai tekanan yang dianjurkan.

c. Selanjutnya air dari dalam tangki, disemprotkan ke dalam ember

(hindari agar air jangan sampai ada yang keluar dari ember) selama

beberapa menit. Lalu air dari ember ditakar dengan gelas ukur.

Page 52: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    40 

Denganb denikian diketahui waktu yang diperlukan untuk

mengeluarkan cairan/ droplet dalam volume yang sudah terukur.

d. Untuk mengatur kecepatan jalan pada saat aplikasi Pestisida di

lapangan dihitung dengan menggunakan data tersebut di atas (misal

volume cair yang terukur 10 liter dalam waktu 10 menit), maka waktu

aplikasi yang diperlukan perhektar (misal volume larutan yang

diperlukan adalah volume tinggi sekitar 500 liter/ hektar atau disebut

volume tinggi) adalah : 500/10X10 menit = 500 menit. Dengan

demikian luas area yang dapat disemprot per menit adalah :

10.000/500 =20 m² /menit. Hal ini dapat dipraktekkan dengan

membuat suatu area yang terukur (misal 4 m X 5 m) dan dibatasi

dengan tali rapia, lalu dilaksanakan penyemprotan berulang-ulang

sampai diperoleh kecepatan berjalan untuk aplikasi seluas 20 m²,

menghabiskan 1 (satu) liter dalam waktu 1 (satu) menit.

3. Ketentuan Aplikasi Selama pelaksanaan aplikasi dilapang, hal-hal yang perlu diperhatikan

sebagai berikut :

a. Pada waktu aplikasi Pestisida, operator pelaksana atau petani harus

memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan

panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan

bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.

b. Pada waktu aplikasi, jangan berjalan berlawanan dengan arah

datangnya angin dan tidak melalui area yang telah diaplikasi Pestisida.

Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari. c. Selama aplikasi Pestisida, tidak dibenarkan makan, minum, atau

merokok.

d. Satu orang operator/ petani hendaknya tidak melakukan aplikasi

penyemprotan Pestisida terus menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam

sehari.

Page 53: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    41 

e. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah

berusia dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam

keadaan tidak lapar.

f. Pada area yang telah diaplikasi dipasang tanda peringatan bahaya.

4. Pembuangan Sisa Setelah melaksanakan aplikasi Pestisida, beberapa hal yang perlu

diperhatikan, antara lain adalah :

a. Sisa campuran Pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/ disimpan

terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki

berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada

tanaman sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di

sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin

sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah

dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur serta jauhkan

dari jangkauan orang yang tidak berkepentingan (terutama anak-anak).

Gambar 3. Cuci Peralatan dan Perlengkapan Kerja Terpisah dari Tempat

Makanan, Dapur dan Pakaian lainnya

Page 54: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    42 

Gambar 4. tidak membuang wadah bekas pestisida dan bekas penggunaannya

pada tempat terbuka dan mudah terkontaminasi.

c. Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber

air dan lingkungan perairan lainnya.

d. Memusnahkan/ membakar kantong/ wadah bekas Pestisida atau bekas

mencampur benih dengan Pestisida, atau dengan cara menguburnya ke

dalam tanah di tempat yang aman.

Setelah selesai bekerja dengan Pestisida, segera cuci atau mandi dengan air bersih dan gunakan sabun !.

Page 55: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    43 

VI. CARA PENCEGAHAN PADA KASUS KERACUNAN PESTISIDA A. Cara Masuknya Pestisida Ke Dalam Tubuh Manusia

Kemungkinan terjadinya keracunan Pestisida dan faktor-faktor yang

berpengaruh ada 4 (empat) macam pekerjaan yang dapat menimbulkan

kontaminasi dalam penggunaan pestisida yaitu :

1. Membawa, menyimpan, dan memindahkan konsentrat pestisida (produk

pestisida yang belum diencerkan).

2. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.

3. Mengaplikasikan atau menyemprot pestisida.

4. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.

Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas, yang paling sering

menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama

menyemprotkan pestisida.

Namun, yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur Pestisida. Hal

ini dikarenakan ketika mencampur pestisida, kita bekerja dengan konsentrat

(pestisida dengan kadar tinggi), sedang waktu menyemprot, kita bekerja

dengan pestisida yang sudah diencerkan.

Gambar 5. Pintu Masuk Pestisida ke dalam Tubuh

Page 56: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    44 

Pestisida dapat masuk ketubuh manusia atau hewan melalui berbagai cara

yaitu :

Penetrasi lewat kulit (dermal contamination).

Terhisap masuk melalui kedalam saluran pernafasan (inhalation).

Masuk kedalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral).

1. Kontaminasi Lewat Kulit Pestisida yang menempel dipermukaan kulit dapat meresap kedalam

tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat

kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.

Tingkat bahaya kontaminasi lewat kulit dipengaruhi beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Toksisitas dermal (dermal LD50) Pestisida yang bersangkutan : Makin

rendah angka LD50, makin berbahaya.

b. Konsentrasi Pestisida yang menempel pada kulit : Makin pekat

Pestisida, makin berbahaya.

c. Formulasi Pestisida : Misalnya, formulasi EC dan ULV lebih mudah

diserap kulit daripada formulasi butiran.

d. Jenis atau bagian kulit yang terpapar : Mata, misalnya, mudah sekali

meresapkan Pestisida. Kulit punggung tangan mudah sekali

meresapkan Pestisida dari pada kulit telapak tangan.

e. Luas kulit yang terpapar : Makin lama kulit terpapar, makin besar

resikonya.

f. Lamanya kulit terpapar : Makin lama kulit terpapar, makin besar

resikonya.

g. Kondisi fisik seseorang : Makin lemah kondisi fisik seseorang, makin

tinggi resiko keracunannya.

Page 57: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    45 

Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah :

Penyemprotan dan apliksi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh

droplet drift Pestisida atau menyeka wajah dengan tangan, lengan

baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.

Gambar 6. Jangan Menyemprot Melawan Arah Angin

Pencampuran Pestisida.

Gambar 7. Gunakan alat-alat pelindung waktu mencampur Pestisida

Mencuci alat-alat aplikasi.

Page 58: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    46 

2. Terhisap Lewat Hidung

Keracunan Pestisida karena partikel Pestisida terhisap lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat masuk keparu-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau di kerongkongan. Bahaya penghirupan Pestisida lewat saluran pernafasan juga di pengaruhi oleh LD50 Pestisida yang terhisap dan ukuran partikel dan bentuk fisik Pestisida.

Pestisida yang berbentuk gas mudah masuk kedalam paru-paru dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari 10 (sepuluh) mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50 mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir hidung dan kerongkongan. Gas beracun yang terhisap ditentukan oleh :

Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara.

Lamanya pemaparan.

Kondisi fisik seseorang (pengguna).

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :

a. Bekerja dengan Pestisida (menimbang, mencampur, dan sebagainya) di ruangan tertutup atau yang ventilasinya buruk.

b. Aplikasi Pestisida berbentuk gas atau yang akan membentukgas (misalnya fumigasi), aerosol serta fogging, terutama aplikasi di adalam ruangan, aplikasi Pestisida berbentuk tepung (misalnya tepung hembus), mempunyai resiko tinggi.

c. Mencampur Pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan).

3. Pestisida Masuk Ke Dalam Sistem Pencernaan Makanan

Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena :

Kasus bunuh diri.

Page 59: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    47 

Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan Pestisida.

Drift Pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

Meniup nozel yang tersumbat langsung ke mulut.

Makanan dan minuman terkontaminasi Pestisida, misalnya diangkut atau disimpan dekat Pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau kemasan Pestisida.

Kecelakaan khusus, misalnya Pestisida disimpan dalam bentuk wadah makanan atau disimpan tanpa label sehingga salah ambil (dikira bukan Pestisida).

Gambar 8. Jangan Membawa Pestisida Bercampur Dengan Bahan Lain, Terutama Bahan Makanan.

Besar resikonya kecelakaan lewat mulut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. LD50 (oral) dari bahan aktif dan LD50 Produk.

b. Kuantitas bahan aktif yang tertelan.

c. Formulasi Pestisida, misalnya tambahan zat lain (solvent, carrier) yang bersifat racun, atau meningkatkan daya racun.

d. Kondisi fisik yang bersangkutan.

Page 60: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    48 

B. Gejala Keracunan dan Perawatan

1. Golongan Organofosfat

Pestisida yang termasuk dalam golongan ini antara lain : asetat (Lancer 75 SP), dimetoat (Decafen 400 EC), fention (Lebaycid 500 EC), malation (Fyfanon 440 EW), profenofos (Akron 500 EC, Curacron 500 EC dan profile 430 EC).

Tanda dan gejala keracunan : Timbulnya gerakan-gerakan otot tertentu, pupil atau celah iris mata menyempit menyebabkan penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa dan berair liur banyak, sakit kepala, pusing, keringat banyak, detak jantung cepat, mual, muntah-muntah, kejang perut, mencret, sukar bernafas, otot tak dapat digerakkan atau lumpuh dan pingsan.

Mekanisme : Masuk kedalam tubuh melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, pernafasan. Berkaitan dalam enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerjanya syaraf, yaitu kholinesterase. Apabila kholinesterase terikat, enzim tak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu, sehingga senantiasa otot-oto bergerak tanpa dapat dikendalikan.

Perawatan : Diberikan atropin sulfat intravena sebagai antidote, dan pra lidoxim.

2. Golongan Karbamat.

Pestisida yang termasuk golongan ini antara lain :karbaril (Petrovin 85 WP dan Sevin 85 SP), karbofuran (Curater 3 GR, Dharmafur 3 GR, Kumbokarno 3 GR), BPMC (Bassa 500 EC, Baycarb 500 EC dan Dharmabas 500EC) dan MIPC (Ancin 50 WP, Tamacin 50 WP dan Mipcin 50 WP).

Tanda dan gejala Keracunan : sama seperti golongan organofosfat.

Mekanisme : Sama seperti golongan organofosfat, menghambat enzim kholinesterase tetapi berlangsung singkat, karena karbamat cepat terurai dalam tubuh.

Perawatan : Sama seperti keracunan organofosfat, hanya tidak diberikan Pralidoxim.

Page 61: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    49 

3. Golongan Bipiridilium.

Pestisida yang termasuk golongan ini antara lain : Paraquat diklorida (Gramoxone S, Para-Col 250/180 SL dan Herbatop 276 SL dan Supretox 276 SL).

Tanda dan gejala keracunan : Keracunan baru terlihat setelah 24-72 jam dan bersifat ringan, sakit perut,mual,muntah dan diare.Setelah 48-72 jam terjadi kerusakan ginjal seperti albunaria,proteinnura,haematuria dan peningkatkan kreatin lever.Dan 72 jam-14 hari timbul kerusakan paru-paru.

Mekanisme : Karena terbentuk ikatan yang merusak jaringan ephitel kulit,kuk,saluran pernafasan dan pencernaan,dan yang pekat menyebabkan peradangan.

Perawatan : Diberikan absorben Fuller’s Earth 30% susupensi dalam air melalui saluran pencernaan untuk mengurangi absorsi.

4. Golongan Antikoagulan.

Pestisida yang termasuk golongan ini antara lain :

Brodifakum (Klerat 0,005 BB), kumatetralil (Racumin 0,0375 GR,Racumin 0,0375 PA), warfarin (Dora 0,105 GR).

Tanda dan gejala keracunan : Nyeri punggung,nyeri lambung dan usus,muntah-muntah pendarahan pada hidung dan gusi,timbul bintik-bintik merah pada kulit,air seni dan tinja berdarah,timbul lebam pada lutut,siku dan pantat,juga merusak ginjal.

Mekanisme : Bekerja menghambat pembekuan darah dan merusak jaringan pembuluh darah.Akibatnya terjadi pendarahan di bagian dalam tubuh.

C.Tindakan Pertolongan Pertama

Hal-hal yang sangat penting dalam mengatasi keracunan Pestisida adalah tindakan “Pertolongan Pertama”. Sangat penting diketahui,karena biasanya penggunaan atau penyemprotan intektisida (Pestisida)dilaksanakan dilapangan ,barang jauh dari dokter.

Page 62: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    50 

Pertolongan darurat adalah dengan pertolongan pertama,sebelum mereka di rawat oleh dokter :

1. Apabila tidak enak badan,berhentilah bekerja.Pergilah ke dokter dengan membawa label Pestisida.

2. Cucilah bagian yang terkena Pestisida dengan sabun sampai bersih,bagian yang terluka tutuplah dengan kaps steril atau kain pembalut,dan gantilah pakaian yang bersih.

3. Apabila Pestisida terhisap melalui pernafasan, bawalah penderita ke tempat terbuka dan segar.Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu agak terangkat ke atas, supaya dapat bernafas dengan leluasa.

4. Apabila Pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar,maka usahakan supaya penderita muntah,dengan cara mencolek bagian bagian belakang tenggorokan dengan jari tangan atau alat lain yang bersih,juga dapat diberikan minum larutan garam dapur satu sendok makan dan segelas air hangat.

Pada waktu penderita muntah,maka dihadapkan kebawah dan kepala agak direndahkan,supaya muntahan tidak masuk ke paru-paru.Pemuntahan diulangi terus sampai didapat muntahan jernih.

Pemuntahan tidak diperkenankan apabila:

Penderita kejang dan tak sadar.

Penderita menelan bahan yang mengandung minyak bumi.

Penderita telah menelan tidak sadar,usahakan saluran pernafasan tidak tersumbat. Apabila pernafasan berhenti,buatlah pernafasan buatan.Apabila kejang,usahakan supaya kekejangan tidak menimbulkan cedera.

D.Penyebab Keracunan dan Tindakan Pencegahan

Kasus keracunan Pestisida dikalangan pengguna atau petani pada umumnya terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

1.Pengguna/petani tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya.

2.Pengguna/petani tidak memiliki informasi tentang Pestisida,risiko penggunaan Pestisida,dan teknik aplikasi Pestisida yang benar dan bijaksana.

Page 63: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    51 

3.Kalupun sudah mendapat informasi yang cukup,Pengguna seringkali tidak mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam menggunakan Pestisida.Banyak pengguna/petani yang tidak memperdulikan atau menganggap enteng resiko yang mungkin timbul dari Pestisida.Keracunan Pestisida,terutama keracunan kronis,tidak terasa dan akibatnya sering sulit diramalkan.

Karena itu kebanyakan petani mengatakan bahwa mereka sudah sekian belas tahun mengaplikasikan Pestisida dengan cara mereka dan mereka tidak merasa terganggu.Anggapan (attitude) petani terhadap yang demikian itu harus dirubah,walaupun sulit.

Untuk menekan resiko dan menghindari dampak negatif penggunaan Pestisida bagi pengguna/ petani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

1. Peraturan Perundangan

Banyak peraturan yang mengatur Pestisida, termasuk penggunaannya serta tindakan keselamatan yang harus diambil. Perlu disosialisasikan agar peraturan tersebut dapat dilaksanakan dan ditaati dengan penuh kesadaran.

2. Pendidikan dan Latihan

Pengguna Pestisida perlu dibekali informasi yang memadai tentang seluk-beluk Pestisida dan cara penggunaannyayang legal, benar, dan bijaksana. Latihan semacam itu dapat disisipkan, misalnya, melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) atau pada penyuluhan-penyuluhan pertanian.

3. Peringatan Bahaya

Setiap kemasan Pestisida/ brosur yang menyertainya selalu memuat petunjuk yang harus dipenuhi oleh pengguna. Pengguna disarankan untuk selalu membaca label atau petunjuk penggunaan sebelum menggunakan Pestisida. Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda gambar) yang terdapat pada kemasan Pestisida atau pada brosur/ leaflet Pestisida.

Page 64: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    52 

Gambar 9. Piktogram pada label sebagai petunjuk.

4. Penyimpanan Pestisida Pestisida sebaiknya disimpan ditempat khusus dan aman bagi siapapun, terutama anak-anak. Tempat untuk menyimpan Pestisida harus terkunci dan tidak mudah dijangkau oleh anak-anak atau bahkan oleh hewan peliharaan. Pestisida harus disimpan di wadah aslinya, bila diganti wadah, harus diberi tanda (nama) yang besar dan jelas pada wadah tersebut dan peringatan tanda bahaya; misalnya, AWAS RACUN (PESTISIDA BERBAHAYA ! ). Untuk tempat atau gudang penyimpanan Pestisida yang besar (misalnya, gudang Pestisida suatu usaha tani atau perkebunan), wadah-wadah (kaleng-kaleng) Pestisida harus diatur/ disusun sesuai dengan kelompoknya, misalnya insektisida, fungisida, dan herbisida. Gudang penyimpanan Pestisida harus berventilasi baik, bila perlu dilengkapi dengan kipas untuk mengeluarkan udara (exhaust fan). Di gudang penyimpanan Pestisida harus disediakan pasir atau serbuk gergajiuntuk membersihkan atau menyerap Pestisida bila ada yang tumpah. Siapkan pula sapu dan wadah kosong untuk menyimpan bekas kemasan Pestisida sebelum di musnahkan. Gambar 10 Penyimpanan Pestisida Harus Aman, Jauh Dari Jangkauan

Anak-anak Dan Hewan.

Page 65: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    53 

5. Tempat Kerja.

Tempat kerja untuk mencampur Pestisida harus bersih, terang, dan berventilasi baik. Pencampuran Pestisida harus dilakukan di luar ruangan.

Sediakan pasir atau serbuk gergaji dan air di dekat tempat kerja. Pasir atau

serbuk gergaji tersebut berguna untuk menyerap atau membersihkan Pestisida yang tumpah dan air digunakan untuk mencuci tangan bila terkena Pestisida.

6. Kondisi Kesehatan Pengguna Pengguna/ petani yang kondisi badannya tidak/ kurang sehat dan atau belum

makan/ perut kosong (lapar), jangan bekerja dengan Pestisida. Namun, badan yang sehat, kuat, dan perut cukup terisi tidak menjamin bebas

dari keracunan Pestisida, tetapi kondisi yang kurang sehat dan perut kosong akan memperburuk keadaan bila terjadi kontaminasi atau keracunan.

Anak-anak di bawah umur jangan pernah diizinkan bekerja dengan Pestisida. 7. Penggunaan Pakaian Dan Peralatan Pelindung Pakaian dan/ atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu

aplikasi, tetapi sejak mulai mencampur, mencuci peralatan aplikasi dan sesudah aplikasi selesai.

Pakaian serta peralatan pelindung yang harus digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Pakaian sebanyak mungkin menutupi tubuh : ada banyak jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pakaian pelindung, tetapi pakaian yang sederhana cukup terdidi atas celana panjang dan kemeja lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dan tenunannya rapat. Pakaian kerja sebaiknya tidak berkantung karena adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti rokok dan sebagainya.

b. Semacam celemak (appron). Yang dapat dibuat dari plastik atau kulit.

Appron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar atau helm khusus untuk

menyemprot. Pelindung kepala juga penting, terutama ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

Page 66: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    54 

d. Pelindung mulut dan lubang hidung, misalnya berupa masker sederhana atau saputangan atau kain sederhana lainnya.

e. Pelindung mata, misalnya kacamata, goggle, face shield.

f. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air.

g. Sepatu bot untuk menyemprot di lahan basah (sawah), memang agak

menyulitkan, tetapi untuk aplikasi di lahan kering perlu digunakan. Ketika mengguna sepatu bot, ujung celana panjang jangan dimasukkan ke dalam sepatu, tetapi ujung celana harus mengikuti sepatu bot.

Gambar 11. Gunakanlah Peralatan Pengamanan Sewaktu Bekerja Dengan

Menggunakan Pestisida

Page 67: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    55 

VII. PENUTUP Pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan guna melindungi tanaman dan hasil tanaman dari gangguan hama dan penyakit yang dapat mendatangkan kerugian bagi petani. Keberhasilan dalam pencapaian sasaran produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi penggunaan Pestisida secara tepat, baik waktu, jumlah, jenis maupun mulutnya. Namun harus disadari bahwa disamping manfaat yang diberikan, Pestisida juga berpotensi menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan, apabila penggunaan tersebut tidak mengindahkan teknologi yang dianjurkan. Oleh karena itu Pestisida harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Dalam Pengendalian Hama Terpadu, pemanfaatan Pestisida merupakan pilihan terakhir apabila teknologi lain tidak dapat menekan serangan OPT. Selain itu penggunaan Pestisida yang tidak bijaksana sangat merugikan bagi manusia dan lingkungan. Masalah yang sering dihadapi dalam penggunaan Pestisida di lapangan adalah tidak tepat jumlah, waktu, dan jenis dalam aplikasi sebagai akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran pengguna dalam aplikasi Pestisida yang benar, efektif dan efisien. Oleh karena itu penggunaan Pestisida di tingkat petani perlu mendapat perhatian dan pembinaan yang memadai. Diharapkan Buku Pedoman Pembinaan Pestisida ini dapat bermanfaat bagi Petugas dalam melakukan pembinaan di lapangan.

Page 68: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    56 

DAFTAR PUSAKA

Anonim, 2000. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Kacang-Kacangan (Edisi Kacang Hijau). Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Produksi Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.

Anonim, 2001. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Jagung. Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Anonim, 2002. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Kacang Tanah. Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian. Jakarta.2

Anonim, 2003. Pedoman Pengguna Pestisida, Khusus Untuk Petani dan

Operator Pestisida. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Anonim, 2003. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan Pada Tanaman Padi. Direktorat Perlindungan Tanaman. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Anonim, 2007. Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan Pusat Perizinan

dan Investasi. Sekretariat Jenderal. Kementrian Pertanian. Jakarta. Djojosumarto Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta. Sudarmo Subiyakto, 1989. Pestisida Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Page 69: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    57 

Lampiran 1 : Jenis Pestisida Untuk Penggunaan Terbatas

Lampiran 1 : Jenis Pestisida Untuk Penggunaan Terbatas

No. Pestisida Bahan Aktif Sasaran 1 ALPHOS 57 DT* Aluminium fosfida Hama gudang 3 CELPHOS 56 TB * Aluminium fosfida Hama gudang 4 DELICIA GASTOXIN 56 TB* Aluminium fosfida Hama gudang 5 FUMIPHOS 56 TB* Aluminium fosfida Hama gudang 6 FUMITOXIN 56 PL* Aluminium fosfida Hama gudang 7 HARVESTPHOS 56 TB* Aluminium fosfida Hama gudang 8 MEPHOS 56 TB* Aluminium fosfida Hama gudang 9 PHOSTOXIN 56 T* Aluminium fosfida Hama gudang 10 PHOSTOXIN 57 P* Aluminium fosfida Hama gudang 11 QUICKPHOS 56 P * Aluminium fosfida Hama gudang 12 QUICKPHOS 56 T * Aluminium fosfida Hama gudang 13 SHENPHOS 56 PL* Aluminium fosfida Hama gudang 14 SHENPHOS 57 TB* Aluminium fosfida Hama gudang 15 AMCOTOP 280 SL* Parakuat diklorida Gulma 16 AMCOXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 17 ANTARKUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 18 BATARA 135 SL* Parakuat diklorida Gulma 19 BEHNQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 20 BENXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 21 BIGQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 22 BRAVOXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 23 DIVAXONE 243 SL* Parakuat diklorida Gulma 24 DIVAXONE MIX 255 SL* Parakuat diklorida Gulma 25 EKSTRAKLIN 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 26 ENKAZONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 27 GEMAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 28 GRAMAQUAT 282 SL* Parakuat diklorida Gulma 29 GRAMOXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 30 GRAMOXONE S 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 31 GRIMASON PLUS 200/5 SL* Parakuat diklorida Gulma 32 GULMAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 33 HACKXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 34 HERBATOP 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 35 HERBIKUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 36 HIROXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 37 KEN-TEC 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 38 KINGQUAT 280 SL* Parakuat diklorida Gulma 39 LANG-KIL 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 40 MANDOXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 41 MARXONE 300 SL* Parakuat diklorida Gulma 42 MP-QUAT 280 SL* Parakuat diklorida Gulma 43 MUPXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 44 NOXONE 297 SL* Parakuat diklorida Gulma

Page 70: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    58 

45 NOXONE MIX 308 SL* Parakuat diklorida Gulma 46 NUQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 47 PARA SPECIAL 250 SL* Parakuat diklorida Gulma 48 PARACOL 250/180 SL* Parakuat diklorida Gulma 49 PARATONE 280 SL* Parakuat diklorida Gulma 50 PARATOP 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 51 PARAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 52 PILARQUAT 135/2 SL* Parakuat diklorida Gulma 53 PIRADIN 138 SL* Parakuat diklorida Gulma 54 PLUTO 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 55 POINTER 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 56 PRIMAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 57 PROQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 58 QUAT-XONE 150 SL Parakuat diklorida Gulma 59 RAMOXONE 278 SL* Parakuat diklorida Gulma 60 RIDATOP 288 SL* Parakuat diklorida Gulma 61 ROLIXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 62 SANKUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 63 SANTAQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 64 SCANNER 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 65 SIDAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 66 SIMXONE 135 SL* Parakuat diklorida Gulma 67 SPECTRA 280 SL* Parakuat diklorida Gulma 68 SQUAD 200 SL Parakuat diklorida Gulma 69 STARQUAT 135 SL* Parakuat diklorida Gulma 70 SUPRETOX 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 71 TOPZONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 72 TRIDAXONE 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 73 UNIQUAT 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 74 ZENUS 276 SL* Parakuat diklorida Gulma 75 CATUS 80 P* Seng fosfida Tikus sawah 76 KILLMOS 80 P* Seng fosfida Tikus sawah 77 KOVINPLUS 80 P * Seng fosfida Tikus sawah 78 POSPIT 80 P* Seng fosfida Tikus sawah 79 RACKUS 80 PL* Seng fosfida Tikus sawah 80 RATOL 80 P* Seng fosfida Tikus sawah 81 MAGNAPHOS 66 TB* Magnesium fosfida Hama gudang 82 MAGTOXIN 56 PB * Magnesium fosfida Hama gudang 83 MAGTOXIN 60 TB * Magnesium fosfida Hama gudang 84 ANTARBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 85 BIOMETH 98 LG* Metil bromida Hama gudang 86 DUPIBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 87 HBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 88 MEBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 89 METABROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 90 METHYBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 91 METIL-GAS 98 LG* Metil bromida Hama gudang 92 PUSKOBRAM 98 LG* Metil bromida Hama gudang

Page 71: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    59 

93 SINOBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang 94 SOBBROM 98 LG* Metil bromida Hama gudang

Lampiran 2 : Nilai Ambang Ekonomi Beberapa Hama Tanaman No. Komoditi Hama Nilai Ambang Ekonomi 1. Padi Penggerek

Batang a. 1 kelompok telur /m² pada

stadium vegetatif dipetak sampel b. 5-10% tunas mati (sundep) c. 2 ekor ngengat /m² d. 5 massa telur/100 m² pada

pesemaian

Wereng Hijau

a. 10 ekor serangga dewasa per Empat kali ayunan jaring dipetak Sampel

b. 2 ekor serangga dewasa per Satu kali ayunan jaring di petak sampel

Wereng

Coklat a. 1 ekor imago / tunas di petak

Sampel b. 10 ekor nimfa / rumpun c. 5 ekor imago / rumput pada

Stadium generatif

Kepinding tanah (Scotinophora spp)

12 ekor / rumpun

Walang Sangit

2 ekor / m² pada stadium matang Susu di petak sampel

Ganjur 1 puru / rumpun pada umur 40 Hari setelah tanam di petak sampel

Ulat grayak 2 ekor / m² di petak sampel

Tikus 5 % tanaman sampel muda (sebelum buntung) terpotong.

Page 72: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    60 

No. Komoditi Hama Nilai Ambang Ekonomi

2.

Jagung

Penggerek tongkol

• 3 tongkol rusak / 50 tanaman

Sampel pada saat baru ter – Bentuk

Penggerek batang Hama bubuk

• 1 kelompok telur / 30 tanaman • 3 ekor / kg biji

3. Kedelai Lalat Kacang • 1 % intensitas serangan pada Stadium vegetatif

Penggerek polong

Perusak daun • 2 % Intensitas serangan • 12,5 % intensitas serangan

Pada stadium generatif 4. Kacang

Tanah Kepik Hijau Perusak daun

• 3 ekor / 5 tanaman sampel pada umur 45 hari

• 12,5 % Intensitas serangan Pada stadium generatif.

Page 73: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    61 

Lampiran : Klasifikasi Dan Simbol Bahaya Pestisida

Page 74: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    62 

Lampiran : Arti & Makna Gambar (PICTOGRAM) Pada Label Kemasan

Page 75: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    63 

Page 76: Pembinaan_Penggunaan_Pestisida

Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011    64