pembinaan anak jalanan melalui lembaga...

107
PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIAL (Studi Kasus Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : KURNIYADI 108032200028 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: trinhdieu

Post on 07-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI

LEMBAGA SOSIAL

(Studi Kasus Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina

Anak Pertiwi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

KURNIYADI

108032200028

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Page 3: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Page 4: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Page 5: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

i

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas tentang pembinaan anak jalanan melalui lembaga

sosial, studi kasus pembinaan anak jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak

Pertiwi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Keberadaan anak jalanan di negara ini menjadi permasalahan yang

komplek. Jumlahnya yang setiap tahun mengalami peningkatan, patut

mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Sebagai salah satu bentuk

perhatian terhadap anak jalanan ini adalah dengan membawa mereka ke lembaga-

lembaga sosial, sebagai upaya pembinaan. Salah satunya adalah keberadaan

Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi yang berada di daerah Pasar Minggu,

Jakarta Selatan ini. Kehadiran lembaga ini untuk memberikan pembinaan-

pembinaan terhadap anak jalanan. Kegiatan pembinaan yang dilakukan adalah

dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk anak jalanan agar mereka tetap

belajar. Sehingga kebutuhan untuk pendidikan mereka tetap terpenuhi.

Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah yaitu : (1). Bagaimana

pola pembinaan anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ? (2). Apa saja

bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap

anak jalanan ? (3). Bagaimanakah kontribusi pembinaan anak jalanan yang

dilakukan Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap perilaku anak jalanan ?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,

dengan 15 informan penelitian, di antaranya: pimpinan Yayasaan Bina Anak

Pertiwi, pendamping/guru, anak jalanan, dan masyarakat. Pengambilan informan

dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Dan proses

pengambilan data dilakukan sejak bulan April – Mei 2013 dengan metode

pengumpulan data, wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan, pertama,

pola pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi yaitu dengan

melalui pendekatan kekeluargaan. Artinya, dalam pendekatan ini seorang

pengurus di lembaga bersikap bahwa anak-anak ini telah menjadi ikatan keluarga

yang harus dibina dan dibimbing oleh semua pengurus lembaga. Selain itu juga

melalui pembinaan individu dan kelompok. Kedua, bentuk-bentuk pembinaan

yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Peritiwi antara lain: pembinaan

keterampilan dan skill, pembinaan yang melibatkan sejumlah tokoh masyarakat,

pembinaan yang melibatkan pihak kepolisian, program pendidikan, pembinaan

keagamaan, pembinaan kesehatan yang melibatkan dinas kesehatan. Ketiga,

dengan adanya pembinaan ini nampak sekali perubahan yang terjadi pada

kepribadian mereka. Perubahan ini dapat dilihat dari mereka yang sudah

mempunyai arah dan tujuan hidup, mulai hidup mandiri, hidup bersih, rapi, tidak

lagi suka berkelahi, mudah dinasehati, sopan terhadap masyarakat sekitar, mereka

mulai mengurangi waktunya di jalanan, dan lain-lain.

Page 6: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya,

sehingga kita bisa beraktifitas dan bertatap muka dengan semangat penuh gelora

dalam keadaan sehat walafiyat. Allah Tuhan Semesta Alam telah memberikan kita

nikmat iman dan Islam, yang merupakan hal paling sempurna bagi seorang

muslim. Atas nikmat dan karunia-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini, “Pembinaan Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi Kasus

Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di

Daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan)”, dengan lancar.

Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada sang tauladan

kita, Nabi besar Muhammad SAW. Yang senantiasa mencintai ummatnya hingga

akhir zaman. Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mengalami berbagai

hambatan. Namun semua hambatan tersebut dapat teratasi karena adanya bantuan,

bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari dan oleh banyak pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya pada pihak yang telah membantu dalam memberikan

bimbingan, dukungan moriil dan bantuan penyusunan skripsi ini. Hingga akhirnya

penelitian skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Ucapan terikma kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya, peneliti sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang selalu ada dan menjadi tempat bagi penulis untuk

mengadu dan memohon.

Page 7: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

iii

2. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Nur Kafid, MA selaku dosen pembimbing dengan sabar dan tiada

henti hentinya memberikan semangat, saran-saran, kritik kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Zulkifly, MA selaku Kepala Program Studi Sosiologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Iim Halimatus’adiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh dosen dan staf pada program studi Sosiologi atas segala motivasi,

ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang diberikan.

7. Keluargaku tercinta, (Ayahandaku ‘Marhasan’ dan Ibundaku tersayang

‘Hossirah’), terima kasih atas segala pengorbanan dan segala doanya yang

terus mereka panjatkan untuk peneliti, agar peneliti sukses dan berhasil

dalam penelitian skripsi ini dengan nilai yang baik.

8. Pimpinan Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi, pengurus Yayasan,

dan masyarakat sekitar, yang telah membantu dalam melakukan penelitian

dan data-data yang dibutuhkan.

9. Saudara-saudaraku Kak Idris Hemay, Mbak Nia, Bang Yon, Mbak Atif,

Kak Sabran Sanaf, dan Mbak Suliyati Sanaf yang telah membimbing

peneliti dari masuk kuliah sampai sekaranng. Kawan-kawan Sosiologi

angkatan 2008 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, dan kawan-

Page 8: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

iv

kawan satu kosan (bang Amir dan Eenk), terima kasih atas saran dan

kebersamaannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan skripsi ini, yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu. Peneliti menyadari akan segala

keterbatasan yang ada pada peneliti secara personal dengan hasil

penelitiannya, sehingga peneliti yakin dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik

konstruktif pembaca sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa

mendatang demi terwujudnya insan akdemis yang mumpuni dan

bertanggung jawab.

Jakarta, 10 April 2014

Kurniyadi

Page 9: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah…………………………………………….....1

B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………........4

D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..5

E. Definisi Konsep……………………………………………….......8

A. Anak Jalanan…………………………………………………..8

1. Definisi Anak Jalanan…………………………………......8

2. Munculnya Anak Jalanan………………………………...10

3. Kehidupan Anak Jalanan…………………………………13

B. Pendidikan……………………………………………………16

1. Definisi Pendidikan………………………………….......16

2. Tujuan Pendidikan……………………………………….19

F. Kerangka Teori

1. Pendidikan Demokratis………………...………………...22

2. Pendidikan Hadap Masalah (problem posing)…………...28

G. Metodologi Penelitian…………………………………………....31

H. Sistematika Penulisan…………………………………………….35

Page 10: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

vi

BAB II PROFIL YAYASAN BINA ANAK PERTIWI

A. Sejarah Berdirinya………………………………………………..38

B. Visi, Misi, dan Tujuan……………………………………………42

C. Struktur Yayasan Bina Anak Pertiwi……….……………….......44

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Pola Pembinaan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi…..46

B. Bentuk-bentuk Pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi………55

C. Kontribusi Pembinaan Terhadap Perilaku Anak Jalanan………...65

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………. 70

B. Saran-Saran…………………………………………………........72

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...74

LAMPIRAN

Page 11: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini akan menganalisa tentang pembinaan anak jalanan melalui

lembaga sosial dengan studi kasus pembinaan anak jalanan di Lembaga Sosial

Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Di Jakarta, masih banyak sekali kita temukan anak jalanan di mana-mana.

Kehidupan mereka pun sangat menghawatirkan. Keberadaan mereka merupakan

satu masalah yang harus ditangani oleh Pemerintah. Kehidupan mereka yang tidak

terkontrol sering kali menyebabkan tindakan-tindakan yang menyimpang, baik

secara hukum atau agama.

Menurut hasil penelitian Kementerian Sosial RI, terdapat sekitar 4,5 juta

anak terlantar (seperti anak jalanan, kurang nutrisi, dan anak berkebutuhan

khusus) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Anak jalanan jumlahnya

mencapai 232.000 anak. Sebanyak 80% diantaranya karena disuruh orang tua

bekerja di jalanan, selain karena faktor kemiskinan. Menurut data yang didapat

dari Dinas Sosial DKI Jakarta, tahun 2011 tercatat ada sekitar 7.315 anak jalanan

di ibu kota Jakarta. Tahun 2010 jumlahnya 5.650 orang, dan tahun 2009 sebanyak

3.724 orang. Mereka bekerja sebagai pengelap kaca mobil, pedagang asongan,

joki 3 in 1, parkir liar, penyemir sepatu, penjual koran, pencuci kendaraan, dan

pemulung barang-barang bekas. Sebagian lagi pengemis, pengamen, dan bahkan

ada yang menjadi pencuri, pencopet, bahkan ada yang terlibat perdagangan seks

Page 12: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

2

(Widiantoro, 2011). Padahal, dalam usia mereka yang masih anak-anak,

pendidikan merupakan hal yang harus mereka dapatkan.

Akan tetapi realitasnya, pendidikan di Indonesia yang terus berbenah

tampaknya belum bisa menyentuh semua elemen masyarakat, khususnya anak-

anak kurang mampu. Hal ini kemudian yang menjadi salah satu faktor munculnya

para pekerja anak yang merupakan generasi putus sekolah (Afifah, 2012).

Sehingga, bagi kalangan anak jalanan yang sama sekali tidak pernah mencicipi

dunia pendidikan, sikap, dan perilakunya terkadang menyimpang dari norma-

norma yang ada. Seperti, mencopet, minum-minuman keras, pergaulan bebas,

pengguna narkoba, mengganggu ketenangan umum, dan lain-lain. Padahal,

memperoleh pendidikan yang layak merupakan hal sangat penting bagi generasi

masa depan di Indonesia, termasuk anak-anak jalanan. Adalah hak konstitusional

setiap anak untuk berada di sekolah (Aprianita, 2010).

Secara umum, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi

antara manusia dewasa dengan si anak didik, secara tatap muka atau dengan

menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan

anak seutuhnya, dalam artian supaya dapat mengembangkan potensinya

semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab.

Potensi di sini ialah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, pengetahuan dan

keterampilan (Idris, 1981: 11).

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti daya upaya

untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek),

dan jasmani anak-anak. Maksudnya adalah supaya kita dapat memajukan

Page 13: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

3

kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan

alam dan masyarakatnya (Ekosusilo & Kasihadi, 1999: 14).

Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa pendidikan itu sangat

dibutuhkan dalam kehidupan ini, khususnya dalam membentuk karakter dan

perilaku seseorang. Pendidikan juga menjadi tujuan dari negara Indonesia yang

tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan

bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sejalan

dengan itu, pasal 28 ayat (1) UUD 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi

kesejahteraan umat manusia. Amanat tersebut dipertegas oleh pasal 31 ayat (1)

yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

(Nandika, 2007: 3).

Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana pendidikan anak

jalanan dalam pembinaan yang di lakukan oleh Lembaga Sosial Yayasan Bina

Anak Pertiwi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Page 14: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

4

B. Pertanyaan Penelitian

Terkait dengan uraian pernyataan masalah di atas, maka rumusan

pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pola pembinaan anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi ?

2. Apa saja bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi terhadap anak jalanan ?

3. Bagaimanakah kontribusi pembinaan anak jalanan yang dilakukan

Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap perilaku anak jalanan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pola pembinaan anak jalanan yang diberikan di

Yayasan Bina Anak Pertiwi.

2. Untuk menjelaskan bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan

Bina Anak Pertiwi.

3. Untuk mengidentifikasi sejauhmana kontribusi pembinaan terhadap

perilaku anak jalanan.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara akademis, penelitian akan memberikan informasi pengetahuan

(akademis) dalam bidang kajian sosiologi pendidikan, tentang bagaimana

Page 15: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

5

pembinaan yang diberikan di Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap anak

jalanan. Dan mengetahui bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh

Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap anak jalanan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada

pihak-pihak terkait yang membutuhkan, sekaligus untuk mengetahui

pembinaan yang diberikan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap anak

jalanan, sehingga dapat ditindak lanjuti di masa yang akan datang. Serta

diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak jalanan untuk dapat

mengikuti pendidikan dan pembinaan sebaik-baiknya di Yayasan Bina

Anak Pertiwi.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk mengetahui relevansi sebuah penelitian, sangat dibutuhkan sekali

perbandingan terhadap penelitian-penelitian yang sebelumnya mengenai masalah

pendidikan, khususnya penelitian yang terkait dengan pendidikan anak jalanan.

Salah satu penelitian tersebut adalah tesis yang berjudul “Kebutuhan Pendidikan

Anak Jalanan (Suatu Studi Evaluasi Anak Jalanan Pada Yayasan Mitra

Masyarakat Kota Cipinang, Kebemben, Jakarta Timur), yang ditulis oleh Maydian

Wirdiastuti di Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Jurusan Sosiologi tahun 1998. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa program

pendidikan yang dilakukan Yayasan Mitra Masyarakat Kota (YMMK)

menitikberatkan pada program literacy, yang berupaya mengembangkan

kapasitas-kapasitas atau potensi-potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang

mereka miliki. Kedua, metode lain yang digunakan Yayasan Mitra Masyarakat

Page 16: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

6

Kota adalah karyawisata. Metode ini memiliki unsur hiburan, bermain, dan

berpetualangan. Metode ini sangat menarik bagi anak-anak, tetapi penggunaannya

sangat berkaitan dengan besarnya biaya yang harus disediakan dan juga

membutuhkan persiapan yang matang.

Terkait dengan anak jalanan, tesis yang berjudul “Anak Jalanan Dan

Model Penanganannya (Studi Kualitif Tentang Anak Jalanan Yang Dibina Oleh

Yayasan Dian Mitra, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Dan Yayasan

Amalia Di Jakarta)”, yang ditulis oleh Tuti Kartika di Universitas Indonesia,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi tahun 1997. Studi ini

menemukan beberapa faktor yang mendukung anak jalanan berperilaku negatif

atau melakukan tindakan kriminal. Pertama, pola hubungan sosial. Anak jalanan

dalam berhubungan sosial dengan tokoh jalanan mempelajari cara melarikan diri

dari situasi krisis. Kedua, Stigma masyarakat, di mana masyarakat telah

memberikan stigma bahwa anak jalanan sebagai anak kriminal. Sehingga

keberadaan anak jalanan selalu dicurigai. Ketiga, Sebagai protes, dalam usianya

yang relatif masih anak-anak, anak jalanan tidak mampu melawan orang dewasa

yang mengancam kehidupannya.

Selanjutnya, tesis dengan judul “Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui

Rumah Singgah (Studi Kebijakan Penanganan Anak Jalanan Di Indonesia)”. Yang

ditulis oleh Bakhrul Khair Amal di Universita Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi tahun 2003. Hasil penelitiannya menjelaskan,

bahwa program yang diberikan kepada anak jalanan masih bersifat Top down,

bukan berdasarkan kebutuhan anak atau Bottom up. Sehingga program yang

Page 17: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

7

diberikan mengakibatkan terjadinya proses penanganan tidak tepat sasaran. Selain

itu, program rumah singgah yang dilakukan tidak menginventaris data anak yang

berada di jalan, sehingga program yang diberikan tidak dapat mencapai tujuan

program yang sebenarnya. Selanjutnya, implementasi program pemberdayaan

anak jalanan ini bersifat rehabilitatif. Program rumah singgah tidak mendapat

dukungan dari masyarakat sekitar rumah singgah.

Hampir sama dengan kajian di atas, tesis yang ditulis oleh Ridha Haykal

Amal dengan judul “Program Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah

Singgah (Studi Kasus 5 Anak Jalanan Di Rumah Singgah Yayasan Kesejahteraan

Anak Indonesia)”, ditulis oleh Ridha Haykal Amal pada tahun 2002, Jurusan

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Menemukan bahwa, strategi yang digunakan rumah singgah Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia yaitu menggunakan pendekatan centre based

program dengan fungsi intervensi rehabilitatif, yaitu berusaha melepaskan anak

jalanan. Meskipun demikian rumah singgah juga menggunakan pendekatan

community based dan street based yang tercermin dalam beberapa program dan

kegiatannya.

Terakhir, tesis yang berjudul “Peranan Rumah Singgah Dalam Membina

Anak Jalanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Rumah Singgah Insan Mandiri DKI

Jakarta)”, Tesis ini ditulis oleh Alwi Alimuddin pada tahun 2007, Universitas

Indonesia. Yang menemukan bahwa keberadaan Rumah Singgah Insan Mandiri

dapat mendidik dan mengembangkan moral anak jalanan menjadi warga

Page 18: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

8

masyarakat yang produktif dan berguna, sehingga mampu memberikan kontribusi

terhadap peningkatan ketahanan wilayah DKI Jakarta.

Dari beberapa penelitian terdahulu terkait dengan anak jalanan, belum ada

penelitian yang memfokuskan pada pola pembinaan dan kontribusinya terhadap

perilaku anak jalanan. Walaupun ada penelitian yang sudah disebutkan di atas,

tetapi itu hanya lebih pada pembinaan anak jalanan secara umum saja. Oleh

karena itu, penelitian ini ingin mengungkap perbedaan dalam penelitian

sebelumnya, yaitu dengan menganalisa tentang bagaimana pola pembianaan dan

kontribusinya terhadap perilaku anak jalanan dengan mengambil lokasi di

Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi.

E. Definisi Konsep

A. Anak Jalanan

1. Definisi Anak Jalanan

Sampai saat ini, pengertian tentang anak jalanan belum bisa ditemukan

secara kongkrit, dan belum ada keseragaman pendapat. Banyak istilah atau

sebutan yang ditujukan kepada mereka, seperti anak pasar, anak tukang semir,

anak lampu merah, peminta-minta, anak gelandangan, anak pengamen, dan lain

sebagainya (Setiawan, 2007: 45).

Menurut Pusdatin Kesos, Kementerian Sosial RI dalam kaitannya dengan

penyajian data dasar Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),

mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang berusia 5-18 tahun yang

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di

Page 19: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

9

jalanan maupun tempat-tempat umum (Suradi, 2011: 316). Di jalanan memang

ada anak usia 5 tahun ke bawah, tetapi merekan biasanya dibawa orang tua atau

disewakan untuk mengemis. Memasuki usia 6 tahun biasanya dilepas atau

mengikuti temannya. Anak-anak yang berusia 18 sampai 21 tahun dianggap sudah

mampu bekerja atau mengontrak rumah sendiri bersama teman-temannya

(Setiawan, 2007: 45).

Selanjutnya, Lusk mendefinisikan anak jalanan adalah “any girl or

boy…for whom the street (in the widest sense of the word, including unoccupied

dwellings, wasteland, including unoccuplieed dwellings, wasteland, etc) has

become his or her habitual abode and/or source of livelihood; and who is

inadequately protected, supervised, or directed by responsible adults [setiap anak

perempuan atau laki-laki yang memanfaatkan jalanan (dalam pandangan yang luas

ditulis, meliputi tidak punya tempat tinggal, tinggal di tanah kosong, dan lain

sebagainya) menjadi tempat tinggal sementara dan atau sumber kehidupan, dan

tidak dilindungi, diawasi atau diatur oleh orang dewasa yang bertanggung jawab]

(Setiawan, 2007: 45).

Sementara, Sunusi membedakan anak jalanan ke dalam tiga kategori, yang

didasarkan pada pekerjaannya, waktu dan hubungan dengan orang tuanya (Suradi,

2011: 316-317), sebagaimana di bawah ini :

a. Children of the Street

Anak jalanan yang hidup dan tinggal di jalanan sepanjang waktu. Mereka

tidak bersekolah dan tidak memiliki hubungan dengan keluarga dan orang tuanya.

Page 20: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

10

Secara total mereka hidup mandiri, untuk perjuangan hidup secara fisik maupun

secara psikologis.

b. Children on the Street

Anak dalam kategori ini menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan

atau tempat-tempat umum lainya, untuk bekerja dan penghasilanya digunakan

untuk membantu kehidupan keluarga.

c. Vulnerable to be Street Children

Anak jalanan yang tinggal dengan orang tua atau keluarganya, tetapi

bekerja di jalanan. Pada kelompok ini faktor ekonomi keluarga menjadi faktor

dominan yang mendorong mereka memasuki kegiatan ekonomi jalanan.

2. Munculnya Anak Jalanan

Anak jalanan pada umumnya, menjadi masalah sosial di negara-negara

berkembang, termasuk di Indonesia. Banyak kita saksikan keberadaan anak

jalanan di sekitar perempatan lampu merah, di bus-bus kota, di depan pertokoan,

dan di kolong jembatan. Hal ini menjadi masalah sosial bangsa yang harus segera

diselesaikan.

Keberadaan anak jalanan merupakan akibat langsung dari pemenuhan

kebutuhan yang tidak terpenuhi. Anak yang merupakan bagian dari keluarga,

tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikis, sosial, dan spiritualnya. Anak

tidak tercukupi kebutuhan makan, pendidikan, rasa nyaman, hingga tidak mampu

menjalankan fungsi sosial sebagai anak secara wajar. Oleh karenanya, anak

melakukan upaya dengan cara mereka untuk memenuhi kebutuhan dimaksud.

Page 21: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

11

Untuk itu, anak-anak melakukan upaya mencari pemenuhan kebutuhan fisik,

psikis, sosial, dan spiritualnya dengan turun ke jalan, menjadi anak jalanan

(Mujiyadi, dkk, 2011: 3). Artinya, yang menjadi faktor utama dalam munculnya

anak jalanan adalah aspek ekonomi.

Namun demikian, keberadaan anak jalanan di kota besar pada umumnya,

lebih banyak diwarnai oleh kehadiran anak jalanan pendatang. Artinya, lebih

banyak anak jalanan kategori pendatang daripada anak jalanan yang terlahir di

kotanya sendiri. Demikian pula keberadaan orang tuanya, yang lebih banyak

sebagai pendatang di kota (Mujiyadi, dkk, 2011: 12). Dengan kata lain, ada proses

urbanisasi di sini. Mereka pindah ke kota tidak lebih untuk memenuhi kebutuhan

kebutuhan ekonominya. Karena kota dinilai menjadi tempat yang mudah untuk

mendapatkan uang.

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga, perlu diketahui aspek

pendukungnya. Aspek sosial ekonomi yang dimaksud di sini adalah pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan (ekonomi), juga tradisi (Suyanto, 2010: 198),

sebagaimana diuraikan di bawah ini :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Oleh sebab itu, dengan pendidikan diharapkan

setiap masyarakat bisa menggunakan akal pikirannya secara sehat, sebagai upaya

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 22: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

12

Pada dasarnya, pendidikan merupakan hal sangat penting dalam kehidupan

manusia, baik dari individu maupun dalam masyarakat. Karena pendidikan

merupakan syarat untuk menjadi manusia berkualitas. Selain itu dengan memiliki

pendidikan, masyarakat secara individu bisa meningkatkan status sosial ekonomi

masyarakat.

Pada umumnya, keluarga anak jalanan juga tidak mendapatkan pendidikan

secara layak. Kebanyakan mereka berpendidikan rendah, bahkan ada yang tidak

pernah bersekolah.

b. Ekonomi

Kehidupan keluarga yang serba kekurangan, mendorong anak turun ke

jalan untuk bekerja dan mencari uang, baik untuk diri sendiri maupun untuk

kebutuhan keluarga. Alasan ekonomi menjadi penyebab utama dari sekian banyak

anak jalanan. Mereka terdorong keinginan untuk membantu ekonomi keluarga,

sehingga mereka terpaksa turun ke jalan.

Padahal, Keluarga merupakan orang pertama yang seharusnya

mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup

manusia. Menurut ST. Vembriarto bahwa keluarga memiliki tiga fungsi dalam

hubungan dengan anak, yaitu : (1) Fungsi biologik. Fungsi ini menunjuk kepada

keluarga sebagai tempat melahirkan anak-anak. (2) Fungsi afeksi, dalam keluarga

terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan, cinta kasih. Dari

hubungan cinta kasih ini timbulah hubungan persaudaraan, persahabatan,

kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan tentang nilai-nilai. (3) Fungsi

Page 23: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

13

sosialisasi, fungsi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian

anak. Melalui interaksi sosial didalam keluarga itu, anak mempelajari pola-pola

tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat (Yusuf,

2008: 45-46).

c. Tradisi

Tradisi sering digunakan untuk menjelaskan keberadaan pekerja anak atau

munculnya anak di jalanan. Anak-anak dari keluarga miskin, umumnya tidak

memiliki alternatif lain dalam hal pekerjaan. Sehingga sudah menjadi semacam

aksioma kultural bagi banyak kalangan, terutama di negara berkembang.

3. Kehidupan Anak Jalanan

Pada umumnya, anak jalanan merupakan bagian dari kehidupan di

perkotaan. Di antara mereka, ada yang bekerja dan ada yang tidak bekerja.

Mereka cenderung melaksanakan aktivitasnya di luar rumah, seperti di jalan raya,

pasar, mall, tempat rekreasi, pelabuhan, terminal, dan tempat pembuangan sampah

akhir. Sebagian besar dari mereka melakukan aktivitas tersebut untuk

mendapatkan uang.

Anak jalanan selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja. Akibat

kelelahan, mereka sulit belajar dan akhirnya putus sekolah. Mereka yang putus

sekolah, kehilangan hak belajarnya dan pada giliranya kehilangan kesempatan

pekerjaan yang layak. Anak jalanan yang tidur di tempat umum, sering mengalami

pelecehan seksual. Mereka berpeluang melakukan tindakan negatif, seperti

mencopet, berjudi, mabuk, merokok, atau bergaul dengan pelacur. Anak jalanan

Page 24: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

14

yang mengontrak kamar dengan sesama anak jalanan, biasanya merasa lebih

bebas untuk melakukan apa saja dan cuek kepada tetangga. Makin lama anak

berada di jalanan dan menginternalisasi nilai-nilai jalanan, akan mempunyai

anggapan bahwa siapa yang kuat dialah yang menang. Sehingga, mereka yang

tidak berkelompok, lebih sering mendapatkan penganiayaan. Dan yang

berkelompok cenderung akan diperbudak oleh yang kuat (Suyanto, 2010: 176).

Terdapat berbagai macam-macam bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh

anak jalanan. Data dari Dinas Sosial Kota Administrasi Jakarta Selatan pada tahun

2011-2012, menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dapat

digolongkan sebagai berikut :

Tabel 1.

Golongan Pekerjaan Anak Jalanan Menurut

Dinas Sosial Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tahun 2011-2012

Bulan Pengamen Asongan Pengelap Mobil Pengemis

Januari 33 8 - 19

Februari 21 1 - 15

Maret 19 8 10 -

April 11 - - 25

Mei 1 5 - 24

Juni 4 1 - 24

Juli 2 4 8 51

Agustus 1 1 - 76

September 2 - - 15

Page 25: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

15

Oktober 4 1 - 13

November - - - -

Desember - - - -

Jumlah 98 29 18 267

Sumber : Data dari Dinas Sosial Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2011-2012

Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa anak jalanan yang bekerja sebagai

pengemis merupakan yang tertinggi. Disusul oleh pengamen, asongan, dan

pengelap mobil. Data ini juga menunjukkan bahwa keberadaan anak jalanan,

khususnya di Jakarta Selatan masih sangat tinggi.

Pada dasarnya mereka bekerja seperti itu tidak lain untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kebutuhan yang harus mereka penuhi (Suradi,

2011: 319-320), yaitu :

a. Pemenuhan Kebutuhan Dasar.

Anak Jalanan tidak mampu memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan

tempat tinggal yang layak dan manusiawi. Pada umumnya, makanan mereka

tergolong kurang sehat karena hanya dua kali sehari dengan menu nasi, sayur atau

lauk, serta jarang ada makanan tambahan. Di antara mereka ada yang makan dari

sisa-sisa makanan yang dibuang di tempat sampah, seperti sayuran, buah-buahan,

nasi, dan sebagainya.

b. Kondisi sosial, mental, dan spiritual.

Anak Jalanan hidup di dalam komunitasnya sendiri. Mereka tinggal di

wilayah yang kurang menyatu dengan wilayah lain. Jadi, wilayah tinggal mereka

Page 26: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

16

relatif tertutup dari komunitas luar. Di dalam komunitas itu, anak jalanan

bersosialisasi dan mengembangkan pola relasi sosial berdasarkan nilai dan norma

sosial yang berlaku dalam komunitas mereka.

Sebagian anak jalanan yang perempuan sudah menyalahgunakan Napza

atau ngelem, berpotensi menjadi wanita tuna susila, dan bahkan ditemukan kasus

sudah menjadi penjaja seks. Hal ini menggambarkan, betapa rapuhnya mental

spiritual anak jalanan, baik karena tekanan ekonomi maupun hubungan sosial

yang buruk di lingkungan keluarga maupun di dalam komunitas mereka (Suradi,

2011: 321).

B. Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Dalam definisi umum, pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa

yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar,

dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi

muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan

tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakikat dan ciri

kemanusiaannya (Munawwaroh & Tanenji, 2003: 5).

Menurut Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973, pendidikan adalah usaha

sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup (Sabri, 2005: 7).

Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pada

Bab 1, Pasal 1, Ayat 1, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Page 27: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

17

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(Sabri, 2005: 7).

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan dengan

tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala

kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia

sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setingi-tingginya (Zurinal & Sayuti, 2006: 2-3).

Sedangkan Emile Durkheim, mendefinisikan pendidikan sebagai proses di

mana individu mendapat alat-alat fisik, intelektual, dan moral yang diperlakukan

agar dapat berperan dalam masyarakat. Ia berpendapat, bahwa pendidikan akan

menolong anak-anak mengembangkan sikap moral terhadap masyarakat. Baginya,

pendidikan anak memberi individu disiplin-disiplin yang mereka butuhkan untuk

mengendalikan nafsu yang mengancam mereka. Dan pendidikan bisa

mengembangkan suatu rasa pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moralnya

di dalam diri para murid. Dia percaya, bahwa sekolah secara praktis adalah satu-

satunya institusi yang akan memberikan landasan sosial bagi moralitas modern

(Ritzer & Goodman, 2009: 115).

Bagi Durkheim, ruang kelas merupakan masyarakat kecil. Di sana ada

sebuah kesadaran kolektif yang akan menciptakan kekuatan yang cukup untuk

menanamkan sikap moral. Hal ini memungkinkan pendidikan untuk hadir dan

Page 28: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

18

memproduksi semua elemen moralitas. Pertama, pendidikan akan memberikan

individu disiplin-disiplin yang mereka butuhkan untuk mengendalikan nafsu yang

mengancam mereka. Kedua, pendidikan bisa mengembangkan suatu rasa

pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moralnya di dalam para murid (Ritzer

& Goodman, 2009: 115).

Dengan teori-teori pendidikannya, Durkheim (1858-1017) memandang

pendidikan sebagai suatu “social thing”. Dia mengatakan, bahwa masyarakat

secara keseluruhan beserta masing-masing lingkungan sosial di dalamnya,

merupakan sumber penentu cita-cita yang dilaksanakan lembaga pendidikan.

Suatu masyarakat bisa bertahan hidup, hanya jika terdapat suatu tingkat

homogenitas yang memadai warganya. Keseragaman esensial yang dituntut dalam

kehidupan bersama tersebut, oleh upaya pendidikan diperkekal dan diperkuat

penanamannya sejak dini pada anak-anak. Tetapi dibalik itu, suatu kerja sama apa

pun tentu tidak mungkin tanpa adanya keanekaragaman, yaitu upaya pendidikan

dijamin dengan jalan pengadaan pendidikan yang beraneka ragam jenjang dan

spesialisasi (Idi, 2011: 10-11).

Bertolak dari pandangannya tentang pendidikan sebagai “social thing",

akhirnya Emile Durkheim berpendapat bahwa, pendidikan bukanlah hanya satu

bentuk, dalam artian ideal dan aktual, tetapi bermacam-macam. Masyarakat secara

keseluruhan beserta masing-masing lingkungan khususnya, akan menentukan

tipe-tipe yang diselenggarakan (Idi, 2011: 11).

Berdasarkan dari beberapa definisi-definisi pendidikan di atas, sebenarnya

memiliki kesamaan pandangan bahwa pendidikan itu adalah sebuah proses yang

Page 29: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

19

melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pelestarian nilai-nilai

budaya dan norma yang berkembang di masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan

Pada hakikatnya, pendidikan itu bertujuan untuk merubah kelakuan anak

didik menjadi lebih baik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada

generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan

manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat (Nasution, 1995: 10).

Tujuan pandidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan

dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.

Mengingat, apa yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa pendidikan itu

menjadi tujuan dari negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-

Undang 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial (Nandika, 2007: 3).

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun

1989, pada Bab II, Pasal 4, tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

Page 30: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

20

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa (Sabri,

2005: 45).

Menurut Langeveld, tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan

sebagai insan kamil, suatu kehidupan di mana ketiga hakikat manusia baik sebagai

makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila atau religius dapat

terwujud secara harmonis (Sabri, 2005: 43).

Dari beberapa tujuan pendidikan di atas, terdapat kesamaan yaitu untuk

mencerdaskan bangsa dan menjadi manusia yang utuh dengan menunjukkan

akhlak yang baik, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta bertanggung

jawab terhadap masyarakat.

Saat ini, terlihat pendidikan dan penanaman nilai-nilai hanya pada

persoalan knowledge saja, tetapi persoalan bagaimana pengetahuan tentang nilai

tersebut dapat diimplementasikan dalam cara berfikir, merasa, dan bertindak

seseorang. Dalam kaitannya dengan itu, ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk menanamkan nilai-nilai pengetahuan (Muzakkar, 2007: 24-25),

yaitu :

a. Learning by doing and exposure

Jenis belajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan kuliah lapangan.

Melalui kegiatan ini, para peserta didik diajak langsung ke lapangan dengan

tujuan untuk mengamati, dan mendengar apa yang sesungguhnya terjadi.

Kemudian mereka membuat refleksi tentang nilai-nilai apa yang dapat mereka

pelajari melalui exposure tersebut.

Page 31: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

21

b. Learning by experiencing

Peserta didik dilibatkan dalam berbagai kegiatan, baik lomba-lomba,

kegiatan sosial, dan kegiatan kerohanian. Bagaimana peserta didik dapat

memahami dan menghayati arti toleransi antar umat beragama bila mereka pernah

berinteraksi, mengalami, dan merasakan perjumpaan dengan orang yang berbeda

agama dan keyakinan.

c. Learning by exploring and appreciating

Melalui media film dan karya seni lainnya, para peserta didik dapat

melihat nila-nilai apa yang dapat dipelajari dan reaksi apa yang muncul pada saat

mereka melihat situasi yang ditayangkan di dalam film tersebut. Pada saat melihat

adegan kekerasan terhadap orang tidak bersalah misalnya, apakah diri mereka

muncul kemarahan moral atau bersikap indefferent. Rasa kemanusiaan dapat

diasah melalui analisis film atau karya seni lainnya.

d. Learning by living in

Peserta didik diajak untuk tinggal beberapa lama di suatu daerah atau

lingkungan untuk mengamati, mengalami, dan berinteraksi dengan penduduk

setempat. Dari situ, mereka dapat mempelajari nilai-nilai yang berlaku, apakah

ada sesuatu yang menggetarkan kesadaran dan nuraninya saat tinggal dan

berinteraksi dengan dunia luar.

e. Problem solving method

Sebagaimana yang dikembangkan Jonh Dewey, peserta didik dilatih untuk

menyadari bahwa ada persoalan, lalu mengidentifikasi dan memahami persoalan

Page 32: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

22

tersebut, menganalisanya dengan tujuan untuk menggali akar penyebabnya,

membuat hipotesis atau jalan keluar yang ditawarkan dan mengujinya ketingkat

praksis, apakah jalan keluar yang diantisipasi sungguh-sungguh menyelesaikan

persoalan yang dihadapi atau tidak. Melalui metode pemecahan masalah, para

peserta didik dipicu kreasi dan imajinasinya untuk menemukan jalan keluar dari

persoaalan yang dihadapinya.

f. Case study method

Melalui metode studi kasus, peserta didik dilatih melihat persoalan-

persoaalan hidup dari berbagai sudut pandang. Melalui metode ini, peserta didik

diajak untuk bekerja sama dan berintrakasi dalam upaya mencari pemecahan atas

berbagai persoalan yang dihadapi. Sehingga peserta didik tidak hanya mengetahui

dan memahami berbagai teori, tapi juga mahir dalam menggunakan teori dan

prinsip-prinsip ke dalam praksis hidup yang kongkrit.

F. Kerangka Teoritis

1. Pendidikan Demokratis

Pendidikan merupakan suatu berkah dari Maha Pencipta terhadap ciptaan-

nya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh

pendidikan. Perolehan pendidikan bukanlah merupakan ikatan terhadap manusia

itu justru untuk pembebasan manusia dari hakikatnya sebagai makhluk yang bebas

dan berakal budi. Sebagai makhluk alamiah yang dilahirkan di dalam lingkungan

alamiahnya manusia diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri posisinya di

dalam dalam lingkungan alamiahnya itu. Di sinilah terletak kebebasan dan

Page 33: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

23

keterikatan manusia dalam proses pengembangan kemanusiaannya. Realisasinya

kemanusiaan makhluk manusia merupakan suatu proses pembebasan. Itulah

makna pendidikan bagi manusia (Tilar, 2005: 110).

Hakikat pendidikan itu sendiri adalah proses memanusiakan anak manusia

yaitu manyadari akan manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka adalah

manusia yang kreatif yang terwujud di dalam budayanya. Manusia dibesarkan di

dalam budayanya, serta menciptakan atau merekstruksikan budayanya itu sendiri

(Tilar, 2005: 112). Artinya, setiap manusia wajib mendapatkan pendidikan, karena

dengan pendidikan manusia bebas dan merdeka.

Menurut James A. Beane dan Michael W. Apple, sekolah demokrasi tiada

lain adalah mengimplementasikan pola-pola demokratis dalam pengelolaan

sekolah, yang secara umum mencakup dua aspek yakni struktur organisasi dan

prosedur kerja dalam struktur tersebut, serta merancang kurikulum yang bisa

mengantarkan anak-anak didik memiliki berbagai pengalaman tentang praktik-

praktik demokrasi. Dengan kata lain, sekolah demokrasi adalah sekolah yang

dikelola dengan struktur yang memungkinkan praktik-praktik demokratis itu

terlaksana, seperti pelibatan masyarakat (stakeholder dan user sekolah) dalam

membahas program-program sekolah, dan prosedur pengambilan keputusan juga

memperhatikan berbagai aspirasi publik, serta dapat dipertanggungjawabkan

implementasinya kepada publik. Demikian pula dengan pola pembinaan siswa,

bahwa pendidikan itu untuk semuanya, guru harus mampu memberikan perhatian

yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang sudah pintar

dengan belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dan yang belum rajin,

Page 34: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

24

semuanya memperoleh perlakuan sama, walaupun bentuknya mungkin berbeda.

Mereka yang belum pintar diberi waktu untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya di saat liburan umum, sehingga kompetensinya meningkat. Pola-

pola pembinaan seperti ini, telah memberikan pengalaman-pengalaman praktik

demokrasi bagi anak-anak, yakni perhatian yang seimbang terhadap semua siswa,

tanpa membedakan antara mayoritas dengan minoritas dalam sekolah (Rosyada,

2004: 17-18).

Lebih lanjut, James A. Beane dan Michael W. Apple juga menjelaskan

berbagai kondisi yang sangat perlu dikembangkan dalam upaya membangun

sekolah demokratis (Rosyada, 2004: 16), yaitu :

1. Keterbukaan seluruh ide dan gagasan, sehingga semua orang bisa

menerima informasi seoptimal mungkin.

2. Meberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan

kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan

sekolah.

3. Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian

evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem dan berbagai kebijakan yang

dikeluarkan sekolah.

4. Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan

terhadap persoalan-persoalan publik.

5. Ada kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak

minoritas.

Page 35: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

25

6. Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belumlah

mencerminkan demokrasi yang diidealkan, sehingga demokrasi harus terus

dikembangkan dan bisa membimbing keseluruhan hidup manusia.

7. Terdapat sebuah institusi yang dapat terus menerus mempromosikan dan

mengmbangkan cara-cara hidup demokratis.

Jadi, inti dari teori James A. Baene dan Michael W. Apple di atas, bahwa

sekolah demokratis itu akan terwujud jika semua informasi penting dapat

dijangkau semua stakeholder sekolah, sehingga semua unsur tersebut memahami

arah pengembangan sekolah, berbagai problem yang dihadapinya, serta langkah-

langkah yang sedang akan ditempuh.

Demokrasi pendidikan pada dasarnya dapat dilihat dalam dua sudut

pandang. pertama, demokrasi secara horizontal, bahwa setiap anak harus

mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan di sekolah. Di

Indonesia ha ini jelas sekali tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 “setiap

warga negara mendapat pengajaran”. Kedua, demokrasi secara vertical, bahwa

setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat

pendidikan sekolah setinggi-tingginya, sesuai dengan kemampuannya (Freire &

Mangunwijaya, 2004: 93).

Sekolah demokratis juga harus diimbangi dengan perhatian yang kuat

terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh sebab itu, persoalan kesejahteraan para

guru, serta semua yang terkait dengan pengelolaan sekolah harus menjadi

perhatian serius, dan manajemen harus dilakukan secara terbuka, khususnya

dalam aspek-aspek yang termasuk wilayah publik harus sekolah secara transparan,

Page 36: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

26

sehingga semua ikut terlibat dalam menentukan dan memutuskannya. Dan bagian

yang amat sensitif serta selalu menjadi persoalan universal, adalah hak-hak

minoritas dalam komunitas sekolah yang harus diperhatikan sama, tidak boleh ada

diskriminasi atas dasar perbedaan ras, agama atau warna kulit (Rosyada, 2004:

17).

Selanjutnya, keunggulan dari model sekolah demokratis, ini sebagaimana

dikemukakan oleh Dwight W. Allen ketika menjelaskan sekolah untuk abad

mendatang, dalam kerangka penguatan model sekolah demokratis (Rosyada,

2004: 20), antara lain adalah :

1. Akuntabilitas; yakni bahwa kebijakan-kebijakan sekolah dalam semua

aspeknya dapat dipertanggungjawabkan pada publik, yang meliputi

pengangkatan guru sesuai dengan kategori kebutuhan dan keahlian, yang

kemudian teruji loyalitasnya terhadap proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah.

2. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan

memberikan pelayanan pada siswa secara invidual. Berbagai kesulitan

siswa akan manjadi perhatian guru, dan dengan senang hati guru akan

terus membantu sehingga siswa dapat menyelesaikan berbagai kesulitan.

3. Keterlibatan masyarakat dalam sekolah; yakni dalam sekolah demokratis,

sistem pendidikan merupakan refleksi dari keinginan masyarakat,

masyarakat akan berpartisipasi dalam pendidikan, akan mempunyai rasa

memiliki terhadap sekolah, dan akan responsif dengan berbagai persoalan

sekolah. Dengan demikian, para guru bekerja juga akan merasa tenang

Page 37: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

27

karena senantiasa bersama-sama dengan masyarakat, keputusan pimpinan

sekolah juga akan manjadi keputusan bulat, karena disepakati bersama

oleh masyarakat, dan sekolah akan selalu terkontrol oleh mekanisme yang

diatur dalam sistem penyelenggaraan sekolah tersebut.

Selanjutnya, dalam proses mengajar seorang guru itu harus memenuhi dua

kategori yaitu memiliki capability dan loyality. Artinya seorang guru itu harus

memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki

kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,

implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan. Gilbert H. Hunt

dalam bukunya effective teaching menyatakan bahwa guru yang baik harus

memenuhi tujuh kriteria (Rosyada, 2004: 113-114), yaitu :

1. Sifat, guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif,

mendorong siswa untuk maju, hangat, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa

dipercaya, demokratis, penuh harapan bagi siswa, mampu mengatasi

stereotipe siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar siswa.

2. Pengetahuan, guru yang baik juga mampu memiliki pengetahuan yang

memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti

kemajuan dalam bidang ilmunya.

3. Apa yang disampaikan, guru yang baik juga mampu memberikan jaminan

bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasa yang

diharapkan siswa secara maksimal.

4. Bagaimana mengajar, guru yang baik mampu menjelaskan berbagai

informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif,

Page 38: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

28

menciptakan dan memelihara momentum, mendorong siswa untuk

berpartisipasi.

5. Harapan, guru yang baik mampu memberikan harapan pada siswa,

mampu membuat siswa akuntibel, dan mendorong partisipasi orang tua

dalam mamajukan kemampuan akademik siswanya.

6. Reaksi guru terhadap siswa, guru yang baik bisa menerima berbagai

masukan, resiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswa.

7. Management, guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian

dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari

pertama dia bertugas, cepet memulai kelas, melewati masa transisi dengan

baik.

Menurut John Dewey, bahwa kualitas proses pembelajaran yang

meningkat, secara otomatis akan meningkatkan pula kualitas hasil belajar siswa.

Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dengannya organisme

memperoleh bentuk-bentuk perubahan perilaku yang cenderung terus

mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah peningkatan.

Perubahan perilaku tersebut terdiri dari berbagai proses modifikasi menuju bentuk

permanen, dan terjadi dalam aspek perbuatan, berpikir, sikap, dan perasaan

(Rosyada, 2004: 98).

2. Pendidikan Hadap Masalah (problem posing)

Pendidikan hadap masalah pada dasarnya merupakan salah satu alternatif

bagi pendidikan gaya bank. Kerena dalam pendidikan gaya bank semuanya

Page 39: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

29

diredusir sebagai usaha untuk menjinakkan manusia. Dalam pendidikan hadap

masalah ini manusia diberikan ruang bebas dalam menikmati pendidikan.

Menurut Paulo Freire dan Mangunwijaya, pendidikan hadap masalah

merupakan pendidikan yang memberikan kebebasan penuh kepada masyarakat

atau siswa untuk merefleksikan masalah, seperti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan atau melakukan emansipasi memalui metode pendidikan. Pendidikan

hadap masalah merupakan pendidikan kritis diaologis yang menempatkan

manusia sebagai subjek bagi dirinya sendiri (Freire & Mangunwijaya, 2004: 117).

Selanjutnya, Jonh Dewey juga menekankan bahwa siswa-siswi harus

dilatih untuk berfikir rekleftif, yakni mencoba melatih mereka untuk

mengaplikasikan teori pada kasus dan situasi yang baru (Rosyada, 2004, 42).

Pola hadap masalah yang dibangun oleh Mangunwijaya adalah

mengikutsertakan masyarakat serta siswa-siswi untuk tahu terhadap masalah dan

berusaha memecahkan masalah. Emansipasi dalam pendidikan menurut

Mangunwijaya penting, dan merupakan kunci utama bagi pemecahan masalah,

terutama sekali dalam mengmbalikan cita-cita masyarakat yang selama ini merasa

dibodohi, ditindas, dan dieksploitasi agar bisa bangkit untuk membangun masa

depan yang baru (Freire & Mangunwijaya, 2004: 121).

Adapun metode dalam pendidikan hadap masalah adalah tidak membuat

dikotomi kegiatan guru dan murid. Guru selalu menyerap baik ketika dia

mempersiapkan bahan pelajaran maupun tidak ketika dia berdialog dengan para

murid. Dia tidak akan menganggap obyek-obyek yang dapat dipahami sebagai

Page 40: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

30

pemilik pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi para murid serta dirinya sendiri.

Dengan cara ini, pendidik hadap masalah secara terus-menerus memperbarui

refleksinya di dalam refleksi para murid. Murid yang bukan lagi pendengar dan

penurut telah menjadi rekan pengkaji yang kritis melalui dialog dengan guru.

Guru mengkaji plajaran kepada murid sebagai bahan pemikiran mereka, dan

menguji kembali pemikirannya yang terdahulu ketika murid menemukan hasil

pemikiran sendiri (Freire, 2008: 65).

Adapun pembinaan anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak

Pertiwi disini merupakan usaha untuk mengubah kehidupan anak jalanan menjadi

lebih baik. Pembinaan yang diberikan oleh lembaga ini salah salah satunya adalah

dengan melalui program pendidikan dan bimbingan-bimbingan. Karena tidak

sedikit dari mereka yang masih membutuhkan bimbingan-bimbingan tersebut.

Seperti, dengan melihat banyak dari mereka yang perilakunya masih tidak baik.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mendapatkan data-data yang

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dari fenomena yang diteliti. Penelitian

kualitatif (Qualitative research) adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-

prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantitatif (pengukuran). Penelitian

ini dapat menunjukkan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,

Page 41: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

31

tingkah laku, juga tentang fungsionalisasi organisasi, pergerakan-pergerakan

sosial atau hubungan kekerabatan (Strauss & Corbin, 2007: 11).

Bogdan dan Taylor, mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005: 4). Indikasi dari

model penelitian ini yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya, antara

lain: (1) adanya latar alamiah; (2) manusia sebagai alat atau instrumen; (3) metode

kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dari dasar (grounded theory);

(6) deskriptif; (7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya batas

yang ditentukan oleh fokus; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10)

desain yang bersifat sementara; (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati

bersama (Moleong, 2005: 8-13).

Adapun penentuan informan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik purposive sampling (sampel purposif), yaitu penentuan yang ditetapkan

secara sengaja oleh peneliti dengan didasarkan atas kriteria atau pertimbangan

tertentu (Salam & Arifin, 2006: 54-55). Jumlah informan dalam penelitian ini

dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.

Daftar Nama Informan Penelitian di Yayasan Bina Anak Peritiwi

No Nama

Informan Status Umur

Jenis

Kelamin Wawancara Kategori

1 Abdus Saleh Pimpinan Yayasan 33 L 28-04-2013 Pendatang

2 Ari M Rifki Pendamping/guru 23 L 16-04-2013 Asli

3 Ali Santoso Pendamping/guru 24 L 17-04-2013 Asli

Page 42: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

32

4 Ibu Teti Warga 42 P 27-09-2013 Asli

5 Moh. Nasir RT/Warga 26 L 27-09-2013 Asli

6 Dede Saputra Children on the street 18 L 6-04-2013 Asli

7 Riski Saputra Children of the street 18 L 8-04-2013 Asli

8 Faisal Saputra Children of the street 18 L 8-04-2013 Asli

9 Gifli Children of the street 18 L 12-04-2013 Pendatang

10 Riski Apriani Children of the street 15 P 16-04-2013 Asli

11 Maria Gureti Vulnerable to be street children 17 P 16-04-2013 Asli

12 Indri Vulnerable to be street children 15 P 16-04-2013 Asli

13 Dia Nurlela Vulnerable to be street children 13 P 17-04-2013 Asli

14 Maryam Vulnerable to be street children 16 P 20-04-2013 Asli

15 Dewi Apriani Vulnerable to be street children 15 P 20-04-2013 Asli

Sumber : Hasil Observasi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini yaitu

terdiri dari 15 informan. Yang berasal dari 3 orang pengurus yayasan terdiri dari

ketua dan 2 pendamping (guru) Yayasan Bina Anak Pertiwi. 2 masyarakat sekitar,

dan 10 orang anak jalanan yang terdiri dari 4 laki-laki dan 6 perempuan dengan

usia berkisar 13-18 tahun. Anak jalanan yang menjadi informan dalam penelitian

ini lebih dominan tergolong kategori Vulnerable to be street children. Artinya

kebanyakan dari anak jalanan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

mereka yang tinggal dengan orang tua atau keluarganya, tetapi bekerja di jalanan.

Informan dalam penelitian ini kebanyakan orang asli Jakarta ketimbanag dari luar

(pendatang). Dan pengambilan jumlah informan tersebut dengan alasan mereka

yang mengikuti program pembinaan dan terlibat langsung di Yayasan Bina Anak

Pertiwi.

Page 43: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

33

2. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara ialah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Lexy J. Moeleng mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dengan maksud

tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan

yang diwawancarai (interviewee) (Moleong, 2005: 135).

Dalam penelitian ini, wawancara di lakukan untuk menggali informasi

tentang pola pembinaan anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Mendalami

informasi tentang bentuk-bentuk pembinaan dan bagaimana kontribusinya

terhadap perilaku anak jalanan. Wawancara ini dilakukan dengan dilengkapi

rekaman supaya dapat mengetahui informasi secara mendalam dari informan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Wawancara juga dibantu dengan

sebuah interview quide (panduan wawancara), yaitu panduan wawancara yang

didalamya berisi beberapa pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan

permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.

b. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini dilakukan langung ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi untuk mengamati situasi dan kondisi serta mengumpulkan data-data yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Seperti, dengan mengikuti kegiatan-

kegiatan anak jalanan di yayasan. Kemudian, peneliti mencatat dan mengambil

Page 44: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

34

foto-foto kegiatan yang dilakukan anak jalanan di yayasan, fasilitas yang

diberikan, dan lain sebagainya.

c. Sumber dan jenis Data

Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain (Basrowi & Suwardi, 2008: 169). Sumber data adalah subyek dimana

data dapat diperoleh, subyek dalam penelitian ini berjumlah dua pihak,

diantaranya: pimpinan atau pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi dan anak

jalanan seprti yang sudah dijelaskan di atas. Alasan peneliti memilih mereka

sebagai subyek untuk memudahkan peniliti mendapatkan data dan informasi yang

diperlukan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari dua sumber

yaitu data primer dan sekunder. Data primer (sumber data utama) adalah data

yang diperoleh langsung dari sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat,

yang untuk pertama kalinya dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan

wawancara. Sedangkan data sekunder adalah pendukung atau pelengkap, seperti

buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya

(Moleong, 2002: 56), yang berkaitan dengan masalah pembinaan moral di

Yayasan Bina Anak Pertiwi.

3. Analisa Data Penelitian

Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan tiga tahap yaitu:

Pertama, Reduksi Data (data reduction), mereduksi data berarti merangkum,

Page 45: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

35

memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting, terhadap data

yang terkait dengan objek penelitian. Kedua, Penyajian Data (display data),

dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami objek

penelitian berdasarkan apa yang telah dipahami. Ketiga, Penarikan Kesimpulan

(Conclusion drawing/verification) dengan menyimpulkan terhadap data tentang

objek penelitian, dan mengaitkan dengan kerangka teori.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini yaitu di Yayasan Bina Anak Pertiwi yang

berada di Jalan Bacang No. 46, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu,

Jakarta Selatan. Pemilihan tempat ini didasarkan oleh dua pertimbangan. Pertama,

Pasar Minggu merupakan kantung anak jalanan yang merupakan lokasi

pengedaran narkoba terbesar setelah Tanah Abang. Kedua, lokasi Yayasan Bina

Anak Pertiwi sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh anak jalanan.

Pemilihan lokasi ini diharapkan dapat merangkul banyak anak jalanan. Adapun

waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu mulai dari tanggal 01 April 2013 - 30 Mei

2013.

H. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis

skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :

Bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

Page 46: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

36

pustaka, definisi konsep, kerangka teoritis, metedologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Gambaran umum Yayasan Bina Anak Pertiwi yang menjelaskan

sejarah berdirinya, visi, misi, dan tujuan, profil anak jalanan.

Bab III : Temuan hasil penelitian. Dalam bab ini berisi pola pembinaan

anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, bentuk-bentuk

pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, dan kontribusi

pembinaan terhadap perilaku anak jalanan.

Bab IV : Penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 47: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

37

BAB II

PROFIL YAYASAN BINA ANAK PERTIWI

Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, berada di Jalan Bacang No. 46,

Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pemilihan

tempat ini didasarkan oleh dua pertimbangan; pertama, Pasar Minggu merupakan

kantung anak jalanan yang merupakan lokasi pengedaran narkoba terbesar setelah

Tanah Abang. Kedua, yaitu lokasi rumah singgah sangat strategis, sehingga

mudah dijangkau oleh anak jalanan. Pemilihan lokasi ini diharapkan dapat

merangkul banyak anak jalanan (Wawancara dengan Pengurus Yayasan Bina

Anak Pertiwi, pada tanggal 20 Desember 2012).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak RT setempat pada tanggal 20

Maret 2013, bahwa Kelurahan Jati Padang adalah salah satu bagian wilayah

Kecamatan Pasar Minggu yang mempunyai luas 249,77 Ha. Kelurahan ini terbagi

atas 10 Rukum Warga (RW) dan 10 Rukun Tetangga (RT) dengan batas wilayah

sebagai berikut:

1. Utara : Jalan Pejaten Raya, berbatasan dengan Kelurahan Pejaten

Barat.

2. Timur : Jalan Salihara dan Jalan Holtikultura, berbatasan dengan

Kelurahan Pasar Minggu.

3. Selatan: Jalan Ring Rood TB Simatupang, berbatasan dengan

Kelurahan Kebagusan.

Page 48: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

38

4. Barat : Jalan Margasatwa dan Jalan Buncit Raya, berbatasan

dengan Kelurahan Ragunan.

Selanjutnya, dari hasil pengamatan penulis pada tanggal 20 Maret 2013

bahwa terdapat banyak tempat umum di Jati Padang dan daerah sekitarnya yang

menjadi tempat perkumpulan anak jalanan, seperti: perempatan jalan dan pasar.

Persimpangan jalan yang sering terdapat anak jalanan adalah pertigaan jalan,

antara Jalan Raya Ragunan dan Jalan Warung Jati Barat. Perempatan jalan antara

Jalan Warung Jati Barat, Jalan Pejaten Barat, dan Jalan Pejaten Raya yang biasa

disebut “Repul”, merupakan tempat mengamen dan nongkrong anak jalanan.

Tidak jauh dari Repul, terdapat sebuah jembatan di mana di kolong jembatan

tersebut dimanfaatkan oleh banyak anak jalanan untuk tempat tinggal. Tempat

umum lain di sekitar daerah Jati Padang yang menjadi kantung jalanan adalah

Pasar Minggu. Banyak anak jalanan yang tinggal dan bekerja di pasar tersebut.

A. Sejarah Berdirinya

Berdasarkan Company profile Yayasan Bina Anak Pertiwi, bahwa pada

awal mula terjadinya krisis politik serta kebangkrutan ekonomi yang melanda

Indonesia, ada sekelompok aktivis mahasiswa yang tergabung dalam sebuah

kelompok kajian sosial akademis yang cukup intens bernama Forum Studi

Dialektika (FOSTUDIA), merasa gelisah dan sekaligus prihatin dengan nasib

bangsanya sendiri, terutama fenomena meningkatnya jumlah anak-anak putus

sekolah dan anak jalanan/terlantar. Mereka sudah bosan dengan berbagai aksi

Page 49: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

39

demonstrasi yang selalu mengusung jargon “reformasi’, yang dinilainya kurang

lagi menyuarakan kepentingan lapisan masyarakat bawah.

Forum tersebut beranggotakan mahasiswa-mahasiswa lintas perguruan

tinggi, yang terdiri dari mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Ilmu

Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) Darul

Qalam, dan Bina Sarana Informatika (BSI). Forum ini sepakat untuk

menampilkan sebuah “reformasi gaya baru”, yang bersentuhan dengan sendi-sendi

kehidupan masyarakat secara langsung. Karena itu, dirumuskanlah sebuah agenda

aksi sosial dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang

sekiranya dapat dilakukan. Maka, kelompok masyarakat anak jalanan menjadi

prioritas utama, mengingat kelompok masyarakat ini tergolong rawan sosial dan

masalahnya kompleks sekali.

Aksi sosial yang dilakukan adalah berupa kepedulian terhadap nasib

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan anak jalanan/terlantar yang kemudian

diwujudkan dalam bentuk pendidikan luar sekolah paket A setara SD, dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan pembelajaran tersebut awalnya

dilaksanakan di Masjid Pasar Kebayoran Lama, tepatnya bulan Juni 1997, dengan

warga belajar umumnya anak jalanan dan anak pemulung berjumlah 73 anak. Saat

itu, proses kegiatan pembelajaran bernaung di bawah sebuah Yayasan Sosial.

Namun, kegiatan kurang berjalan mulus karena ada kekurang-sepahaman

antara kelompok mahasiswa yang mengusung idealisme dengan pihak yayasan

yang berujung pada hengkangnya kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut.

Akhirnya, kegiatan belajar mengajar menjadi bubar.

Page 50: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

40

Sekelompok mahasiswa tersebut tidak patah arang dan ingin tetap berbagi

dengan sesama. Tepatnya awal bulan Juni 1998, pasca reformasi bergulir, dengan

tekad yang bulat dan dibarengi oleh kejenuhan berdemonstrasi, mereka kembali

turun gelanggang melakukan aksi sosial di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

yang kemudian berubah nama menjadi “Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan

Anak Jalanan (P3A)”. Nama ini lebih spesifik dan mencerminkan sebuah wadah

pembinaan terhadap anak jalanan.

Awalnya, kegiatan ini hanyalah kegiatan kemahasiswaan biasa. Namun

dalam perjalanananya, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan luas dari

berbagai kalangan, baik pemerintah maupun masyarakat. Dari pihak pemerintah,

dukungan datang secara langsung dari Dirjen Dikluspora Depdiknas RI, waktu

itu, Bapak Prof. Dr. Sudijarto. Bahkan Dharma Wanita Dikluspora dan Depdiknas

RI adalah salah satu donatur kegiatan tersebut. Kemudian kegiatan pembelajaran

tersebut diresmikan langsung oleh Ibu Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) pada

bulan Juni 1998, bertempat di Masjid Al-Aww abin, Polsek Pasar Minggu. Dari

kelompok masyarakat, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai

kelompok pengajian serta perorangan, bahkan ada dari kalangan pengusaha.

Seperti Pengajian Jenggala Cipete Selatan, Yayasan RAHMA (yang menyediakan

nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga Sakinah, dan lain-lain.

Mengingat kegiatan sosial tersebut haruslah berkesinambungan dan mesti

ada pertanggungjawaban secara yuridis, muncul desakan dari kalangan masyara

kat agar wadahnya berbadan hukum. Karena itu kelompok mahasiswa tersebut

mulai berpikir keras serta melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh nasional

Page 51: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

41

untuk mendukung kelangsungan serta keberhasilan proses belajar mengajar

tersebut.

Maka, muncullah beberapa nama tokoh nasional seperti Hj. Anniswati M.

Kamaluddin (Ketua Presidium Majlis Nasional KAHMI), DR. Hj. Marwah Daud

Ibrahim (anggota DPR RI), Prof. DR. Ir. H. Fachrudin (Mantan Rektor

Universitas Hasanuddin Ujung Pandang yang juga anggota DPR RI), H. Houtman

Z. Arifin (seorang Bankir dan Mantan Vice President Citibank), Hj. Yufimar Ali,

SH (keluarga pengusaha dan anggota Dewan Pakar ICMI KORWIL DKI Jakarta).

Di samping mereka terlibat sebagai anggota badan pendiri, sekaligus juga sebagai

dewan pembina lembaga, yang kemudian dibakukan dengan akte notaris No. 2,

tanggal 3 November 1998 dengan nama Yayasan Bina Anak Pertiwi, Pusat

Pembinaan dan Rumah Belajar Anak Jalanan/Terlantar.

Yayasan Bina Anak Pertiwi, sebagai Pusat Pembinaan dan Rumah

Belajar Anak Jalanan/Terlantar, dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-

sama masyarakat. Adanya pengakuan masyarakat serta rasa memiliki yang sangat

tinggi terhadap lembaga, merupakan modal utama keberhasilan dan kelangsungan

program. Menciptakan rasa saling ketergantungan antara masyarakat dengan

lembaga, demikian juga sebaliknya adalah merupakan suatu hal yang niscaya.

Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara kepentingan lembaga dengan

kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga harus mengidentifikasi jenis-jenis

kebutuhan, potensi yang dimiliki, serta menginventarisasi berbagai aspirasi yang

berkembang di masyarakat. Dengan demikian, apa yang diprogramkan oleh

Page 52: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

42

lembaga merupakan cerminan dari suatu kebutuhan murni serta harapan segmen-

segmen masyarakat tertentu yang akan diberdayakannya.

Untuk itulah, Yayasan Bina Anak Pertiwi, dengan motto, ”bersama untuk

bangsa”, telah melaksanakan berbagai program riil di masyarakat, seperti,

Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat, Pendidikan dan Pelatihan

Keterampilan Kerja, Pengembangan Seni Budaya (Minat dan Bakat), Pelayanan

Kesehatan dan Kesejahteraan, Pengembangan Usaha Mandiri, serta Penempatan

Kerja.

B. Visi, Misi, dan Tujuan

Adapun Visi, misi, dan tujuan Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah sebagai

berikut (Company profile Yayasan Bina Anak Pertiwi, dibuat pada tanggal 08

September 2007) :

Visi Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah meningkatkan taraf hidup serta

kesejahteraan sosial masyarakat fakir miskin, terutama anak yatim, anak

jalanan/terlantar serta anak kurang mampu menjadi anak bangsa yang konstruktif

dan bermartabat sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa

depan bangsa yang lebih berkualitas.

Misi Yayasan Bina Anak Pertiwi, yaitu (1) menumbuhkan rasa percaya

diri yang tinggi, (2) menciptakan peluang kerja baru dengan mengembangkan

pelatihan kerja, (3) menggali serta memberdayakan potensi yang dimilikinya agar

menjadi manusia yang mandiri dan produktif, dan (4) mengembangkan peran serta

masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk turut serta mengentaskan dan

Page 53: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

43

memberdayakan fakir miskin, terutama anak yatim, anak jalanan /terlantar, dan

anak kurang mampu.

Tujuan yang ingin dicapai dari rumah singgah adalah: (1) mengembangkan

sikap mental positif, (2) membangun akhlak al-karimah, (3) menggali serta

memberdayakan potensi yang dimiliki warga belajar dan (4) Memberikan

gambaran akan kepastian masa depan dengan berbekal berbagai keterampilan

kerja dan pengembangan usaha mandiri, serta penempatan kerja.

Yayasan dalam menjalankan aktivitasnya selalu bersama-sama

masyarakat, di mana kegiatan tersebut dilangsungkan. Adanya pengakuan

masyarakat serta rasa memiliki yang sangat tinggi terhadap lembaga merupakan

modal utama keberhasilan kelangsungan program. Maka dilakukan sinergi antara

kepentingan lembaga dengan kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga harus

mengidentifikasi jenis-jenis kebutuhan, potensi yang dimiliki serta menampung

berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, program

yang dirancang oleh lembaga adalah merupakan cerminan dari suatu kebutuhan

serta harapan segmen-segmen masyarakat tertentu yang akan diberdayakannya.

Bina Anak Pertiwi, dengan motto “bersama untuk bangsa”, telah melaksanakan

berbagai program riil di masyarakat, seperti, bimbingan agama dan etika

bermasyarakat, pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja, pengembangan seni-

budaya (minat dan bakat), pelayanan kesehatan dan kesejahteraan, pengembangan

usaha mandiri serta penempatan kerja.

Page 54: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

44

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Yayasan Bina Anak Pertiwi terdiri dari seorang

pimpinan yaitu Abdus Saleh dibawah binaan Ahmad Zayadi. Terdapat seorang

tenaga administrasi (Ali Muhtar), dua pendamping anak jalanan (Ali Santso dan

Ari M Riski), dua staff (Siti Wahdah Zaini dan Suliyati Sanaf) dan dua Sakti

Peksos (Siti Maryam, Novita Dewi, Agus) (Company profile Yayasan Bina Anak

Pertiwi, dibuat pada tanggal 08 September 2007).

Hubungan antara pimpinan dan beberapa pengelola yayasan dengan anak

binaan sangat dekat bahkan seluruh anak binaan menganggap ia sebagai

keluarganya sendiri. Menurut anak binaan, pimpinan dianggap sebagai orangtua

dan kakaknya. Perhatian yang diberikannya kepada anak binaan membuat anak

binaan merasa dianggap sebagai anggota dari sebuah keluarga. Namun terdapat

pula beberapa pengelola yang memiliki hubungan yang tidak begitu dekat dengan

anak binaan, karena dalam melakukan pembinaan kepada anak binaan terdapat

jarak di antara mereka.

Selanjutnya, pola perekrutan pengelola Yayasan tidak didasarkan kriteria

layaknya sebuah perusahaan mempekerjakan karyawan. Modal utama untuk

menjadi pengelola adalah keikhlasan untuk memberikan pelayanan kepada anak

jalanan. Pengelola yayasan bertindak sebagai pembina anak jalanan. Sebagian

besar pengelola di yayasan merupakan volunteer. Namun ada pula pengelola atau

pembina yang bekerja karena ditugaskan oleh Kementrian Sosial RI yakni Satuan

Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos). Sakti Peksos bertugas untuk memantau dan

Page 55: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

45

membantu pelaksanaan program-program pemberdayaan anak jalanan di rumah

singgah.

Page 56: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

46

BAB III

TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN

Bab ini membahas tentang hasil atau temuan-temuan penelitian di

lapangan. Pembahasan meliputi pola pembinaan anak jalanan, bentuk-bentuk

pembinaan anak jalanan, dan kontribusi pembinaan terhadap perilaku anak

jalanan.

A. Pola Pembinaan Anak Jalanan

Pada dasarnya anak merupakan Karunia Ilahi dan amanah yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

Anak juga merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional,

karena itu pembinaan dan pemberdayaannya harus dimulai sedini mungkin agar

dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara.

Begitupun dengan anak jalanan, mereka adalah generasi penerus bangsa yang

harus diperhatikan pula. Selama ini, anak jalanan hanya dipandang sebelah mata

karena kekurangannya, dan bahkan mereka mendapat pencitraan negatif dari

sebagian besar masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa anak jalanan merupakan permasalahan

yang kompleks, di mana setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kerena

banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan jalanan,

seperti: rendahnya ekonomi keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidak

Page 57: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

47

harmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan

anak dengan orang tua (Suyanto, 2010: 196). Tetapi bagaimanapun itu, anak

jalanan telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Mereka

memerlukan perhatian khusus untuk diberikan pengarahan, pelatihan, dan

pembinaan terhadap perilaku mereka selama ini yang diidentik sebagai pembuat

kerusuhan, suka mencuri, dan amoral.

Pada awalnya, kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Bina

Anak Pertiwi adalah dengan menfasilitasi anak-anak untuk tetap belajar,

meskipun mereka masih ada yang mengamen, jual kantong plastik, jual koran, dan

semir sepatu. Sebagai lembaga sosial yang berbasis Islam, pembinaan di Yayasan

Bina Anak Pertiwi ini tentu saja berbasis agama Islam. Program-program yang

dilakasanakan, seperti sholat berjemaah, dan pembinaan keagamaan mendasar

bagi anak-anak. Misalnya cara berwudhu’, cara sholat, mengaji, dan segala

macamnya. Tujuannya adalah agar anak-anak itu mengerti budi pekerti yang baik,

bersikap baik di masyarakat, bisa menghormati orang tua, dan supaya anak ini

tetap berpegang teguh kepada prinsip keagamaan mereka. (Wawancara dengan

Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013).

Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh lembaga tidak lain adalah

memberikan fasilitas-fasilitas untuk anak jalanan agar mereka tetap belajar.

Sehingga pendidikan mereka tetap terpenuhi. Sebagaimana amanat Undang

Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “bahwa setiap warga

negara berhak mendapatkan pengajaran” (Freire & Mangunwijaya, 2004: 93).

Page 58: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

48

Kebutuhan pendidikan merupakan suatu berkah dari Maha Pencipta

terhadap ciptaan-nya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan

untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan bukanlah merupakan ikatan

terhadap manusia itu justru untuk pembebasan manusia dari hakikatnya sebagai

makhluk yang bebas dan berakal budi. Sebagai makhluk alamiah yang dilahirkan

di dalam lingkungan alamiahnya manusia diberikan kebebasan untuk menentukan

sendiri posisinya di dalam dalam lingkungan alamiahnya itu. Di sinilah terletak

kebebasan dan keterikatan manusia dalam proses pengembangan

kemanusiaannya. Realisasinya kemanusiaan makhluk manusia merupakan suatu

proses pembebasan. Itulah makna pendidikan bagi manusia (Tilar, 2005: 110).

Selanjutnya, suatu kegiatan pendidikan tidak akan berlangsung secara

efektif ketika sebuah lembaga tidak memiki seorang guru sebagai tenaga pengajar.

Di Lembaga Yayasan Bina Anak Pertiwi ini terdapat beberapa seorang

pendamping, yang tugasnya mendampingi dan juga sebagai guru pengajar anak

jalanan pada lembaga itu.

Secara umum seorang guru itu harus memenuhi dua kategori yaitu

memiliki capability dan loyality. Artinya seorang guru itu harus memiliki

kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik

tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai

evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan. Gilbert H. Hunt dalam bukunya

Effective Teaching menyatakan bahwa guru yang baik harus memenuhi tujuh

kriteria, yaitu : memiliki sifat (antusias, stimulatif, toleran, sopan, bijaksana, dan

lain-lain), pengetahuan tinggi, apa yang disampaikan dapat dipahami siswa secara

Page 59: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

49

maksimal, bagaimana mengajar, harapan, reaksi guru terhadap siswa, dan

management (Rosyada, 2004: 113-114).

Dari hasil wawancara penulis di lapangan terlihat, bahwa kesediaan

mereka sebagai pendamping/guru di lembaga itu berdasarkan atas kemauannya

sendiri. Artinya, tidak ada proses pengangkatan secara khusus yang dilakukan

oleh lembaga tersebut. Selain itu, mereka mau menjadi pendamping/guru karena

merasa telah dibesarkan oleh lembaga. Mereka pada umumnya juga merupakan

mantan anak jalanan yang diasuh, dan disekolahkan oleh lembaga. Dari situ

mereka merasa terpanggil untuk membantu lembaga tersebut dalam mendampingi

anak jalanan. Sebagai pendamping/guru mereka memiliki tugas yang berbeda-

beda. Sebagimana yang diungkapkan oleh Ari M Rifki, salah satu

pendamping/guru di bawah ini :

Saya sebagai pendamping ya tugasnya mungkin sebagai guru,

mendidik anak-anak dengan mengajarkan sopan santun, mungkin ya

moralnya di sini, etikanya, terus menangani proses hukum,

mendampingi, memberikan pelatihan keterampilan, ngajak jalan-

jalan ke luar mungkin atau rekreasi anak-anak. Ya kita sebagai

pendamping harus ikut berperan aktif lah mendampingi anak-anak

(Wawancara dengan Ari M Rifki, pada tanggal 16 April 2013).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ali Santoso, pendamping/guru yang

lain, sebagai berikut :

Kalo kita di sini tugasnya masing-masing, kalo saya mendampingi

anak-anak yang di dilapanagan yang kadang-kadang punya masalah

dengan hukum, bermasalah dengan preman-preman, mungkin juga

yang mempunyai perselisihan antar anak-anak di luar (Wawancara

dengan Ali Santoso, pada tanggal 17 April 2013).

Page 60: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

50

Sebagai pendamping/guru tugasnya adalah mendidik dan membimbing

para anak jalanan. Pendidikan yang mereka berikan, seperti mengajarkan sopan

santun, moral, etika, dan keterampilan. Selain itu, tugas sebagai pendamping/guru

juga untuk menangani permasalahan hukum yang terjadi pada mereka. Karena

tidak sedikit dari mereka yang sering berhubungan dengan proses hukum. Tetapi

dari para pendamping tersebut, sudah memiliki tugas masing-masing dalam

menganani hal itu.

Adapun, pola pembinaan yang diberikan oleh Lembaga Yayasan Bina

Anak Pertiwi terhadap anak jalanan yaitu: pertama, melalui pendekatan

kekeluargaan. Artinya seorang pengurus/pendamping harus bersikap bahwa anak-

anak ini tidak ada bedanya dengan anak-anak sendiri, tidak bedanya dengan adik-

adik sendiri, dan tidak bedanya dengan saudara sendiri. Pembina, pengurus, serta

guru yang ada di lembaga bersifat multifungsi. Artinya, pembina harus bisa

menjadi orang tua, menjadi kakak, menjadi teman dekat yang bisa anak-anak itu

secara terbuka untuk curhat, mengadu, berkeluh kesah, atau bahkan bermanja-

manja. Karena pengurus itu sendiri merupakan bagian terdekat atau keluarga baru

anak-anak jalanan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Abadus Saleh,

sebagai Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Kita selalu melalui pendekatan. Pendekatannya adalah pendekatan

kekeluargaan, bagaimana kita bersikap bahwa anak-anak ini tidak

bidanya dengan anak-anak kita bahwa anak-anak ini tidak bidanya

dengan adik-adik kita, bahwa anak-anak ini tidak bedanya dengan

saudara kita, jadi yang kita laksanakan adalah bimbingan dengan

cara kekeluargaan otomatis Pembina, pengurus, guru yang ada di

lembaga harus berperan fungsi, artinya harus multifungsi perannya

dalam membina anak-anak misalnya kita sebagai Pembina harus bisa

menjadi orang tua, kita sebagai Pembina harus bisa menjadi kakak,

Page 61: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

51

kita sebagai Pembina harus bisa menjadi teman dekat yang bisa

anak-anak ini secara terbuka untuk curhat, mengadu, berkeluh kesah

atau bahkan bermanja-manja terhadap kita karena kita bagian

terdekat atau keluarga mereka. Dari situlah proses pembinaan

keagamaan bisa dicapai dengan baik (Wawancara dengan bapak

Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013).

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama di Yayasan Bina

Anak Pertiwi, memang terlihat bahwa hubungan diantara mereka sudah seperti

keluarga sendiri. Seperti ketika mereka masak bersama, makan barsama, tidur

bersama, ngobrol bareng, dan bercanda tawa.

Dari sini terlihat bahwa lembaga ini telah menjadi keluarga baru bagi anak

jalanan. Sehingga anak-anak merasa bahwa lembaga adalah rumah sendiri, dan

tinggal bersama saudara sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat ST. Vembriarto,

bahwa selain fungsi biologik, keluarga juga memiliki fungsi lain. Pertama, fungsi

afeksi, terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan, cinta kasih,

yang pada akhirnya menumbuhkan hubungan persaudaraan, persahabatan,

kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan tentang nilai-nilai. Kedua, fungsi

sosialisasi, yang merujuk pada peran pembentukan kepribadian anak. Di sinilah,

anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-

nilai dalam masyarakat (Yusuf, 2008: 45-46).

Kedua, melalui pembinaan individu. Pembinaan perindividu dilakukan

atau dilaksanakan di jalanan. Tujuannya untuk mengenal, mendampingi dan

menjalin komunikasi dengan anak jalanan, dengan kegiatan, antara lain:

konseling, diskusi dan sharing pengalaman. Kegiatan ini berorientasi pada usaha

Page 62: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

52

menangkal pengaruh-pengaruh negatif dan membekali anak jalanan dengan nilai-

nilai atau wawasan positif.

Ketiga, melalui pembinaan kelompok. Pembinaan kelompok dilaksanakan

dengan cara mengumpulkan anak jalanan serta pendampingan pekerja sosial untuk

mengkaji permasalahan yang sama. Pembinaan dilaksanakan dalam bentuk

permainan yang di dalamnya terdapat konsep pengubahan sikap dan perilaku

anak.

Adapun proses pembinaan dilakukan secara formal dan non-formal. Secara

formal dilakukan dengan program pendidikan kejar paket. Seperti, dengan

memberikan mereka pendidikan paket A, B, dan C. Sedangkan yang non-formal

dilakukan di sela-sela waktu pembelajaran, dengan memberikan mereka

pengetahuan tentang moral. Misalnya, pada waktu-waktu tertentu dengan cara

berkumpul bersama dan sharing tentang permasalahan-permasalahan yang mereka

hadapi.

Dalam proses pengajaran di lembaga itu tidak dilakukan setiap hari karena

melihat juga aktifitas yang dilakukan anak jalanan masih banyak yang ngamen,

ngernet angkot, nyetir metro mini, dan lain-lain. Biasanya pembelajaran itu

dilakukan disela-sela waktu mereka kosong atau ketika mereka lagi berada di

Yayasan. Dan dalam seminggu kegiatan belajar anak jalanan ini biasanya hanya

berlangsung 2 sampai 3 kali. Hal ini seperti yang disampaikan Ari M Rifki

sebagai pendamping/guru di sana :

Seminggu mungkin 3 kali, 3 kali itu dari jam 8.00 sampe jam 11.00

siang. Di sela-sala itu kita memberikan ilmu-ilmu pendidikan, ya

Page 63: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

53

salah satunya tentang pendidikan moral lah. Tapi itu sifatnya gak

formal ya. Karena mereka belajarnya di sini di yayasan (Wawancara

dengan Ari M Rifki, pada tanggal16 April 2013).

Hal senada juga disampaikan oleh Ali Santoso yang juga sebagai

pemdamping/guru di sana :

Klo seminggu tergantung, kadang saya mengajar dua atau tiga hari,

disini kan tidak hanya ada satu atau dua pelajaran, juga timnya tidak

hanya dua atau tiga orang, disini mungkin ada enam orang. Ya saya

hanya mengajar dua atau tiga hari saja (Wawancara dengan Ali

Santoso, pada tanggal 17 April 2013).

Secara umum, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya

menggunakan panduan khusus sebagai acuan dalam memberikan materi pelajaran.

Akan tetapi, di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini tidak ada panduan khusus yang

dipakai dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Hanya saja para pendamping/guru

memberikan pembinaan cukup dengan pengalaman yang didapat dari luar. Jadi,

kalau secara khusus mereka tidak menggunakan panduan dalam memberikan

pembinaan terhadap anak jalanan.

Dalam konsep mengajar dan belajar yang ideal harus diimbangi pula

dengan perubahan worldview guru yang sesuai dengan kecenderungan perubahan-

perubahan tersebut, kerena implementasi konsep mengajar untuk mengubah

perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik, dari tidak

mengerti menjadi mengerti, memberi ruang pada guru untuk dominan, memaksa,

dan tidak memberi dorongan tapi malah cemoohan, sebagai implementasi teori

reward and punishment. Kebijakan pola pengajaran seperti ini yang bisa

menimbulkan sikap tidak peduli pada siswa (Rosyada, 2004: 112).

Page 64: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

54

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ari M Rifki, bisa disimpulkan

bahwa metode-metode yang dipakai dalam membina anak jalanan adalah sebagai

berikut :

1. Metode pendekatan-pendekatan. Metode pendekatan di sini dilakukan

dengan cara sharing atau musyawarah dengan mengikuti semua kemauan

anak dulu. Seperti yang awalnya mereka seorang pecandu, maka akan

dijauhkan dengan dikasih rokok sebagai penggantinya. Proses seperti itu

sangat membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan mereka

menjadi orang yang normal atau seperti orang yang semestinya.

2. Metode memecahkan masalah (Problem solving method) yaitu supaya

mereka bisa memahami persoalan-persoalan di luar. Melalui metode ini

mereka dilatih untuk menyadari bahwa ada persoalan, lalu

mengidentifikasi dan memahami persoalan tersebut, menganalisanya

dengan tujuan untuk menggali akar penyebabnya, membuat hipotesis atau

jalan keluar yang ditawarkan dan mengujinya ketingkat praksis, apakah

jalan keluar yang diantisipasinya sungguh-sungguh menyelesaikan

persoalan yang dihadapi atau tidak. Melalui metode pemecahan masalah,

mereka dipicu kreasi dan imajenasinya untuk menemukan jalan keluar dari

persoalan yang dihadapinya.

3. Metode belajar untuk menyelidiki dan menilai (Learning by exploring and

appreciating). Metode ini dilakukan dengan menonton film bareng supaya

mereka dapat memahami nilai-nilai yang dapat dipelajari dan reaksi apa

yang muncul pada saat mereka melihat situasi yang ditanyangkan di dalam

Page 65: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

55

film tersebut. Pada saat melihat adegan kekerasan terhadap orang tidak

bersalah misalnya, apakah diri mereka muncul kemarahan moral atau

bersikap indefferent. Rasa kemanusiaan dapat diasah melalui analisis film

atau karya seni lainnya.

Secara teoritis metode di sini, menunjukkan bahwa peserta didik dituntut

untuk kritis dalam melihat permasalahan di lingkungan sekitar. Hal ini sejalan

dengan pendapat Paulo Freire dan Mangunwijaya dalam teori pendidikan hadap

masalah, yaitu pendidikan yang memberikan kebebasan penuh kepada

masyarakat atau siswa untuk merefleksikan masalah, seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau melakukan emansipasi memalui metode pendidikan.

Pendidikan hadap masalah merupakan pendidikan kritis diaologis yang

menempatkan manusia sebagai subjek bagi dirinya sendiri (Freire &

Mangunwijaya, 2004: 117).

Selanjutnya, Jonh Dewey juga menekankan bahwa siswa-siswi harus

dilatih untuk berfikir rekleftif, yakni mencoba melatih mereka untuk

mengaplikasikan teori pada kasus dan situasi yang baru (Rosyada, 2004, 42).

B. Bentuk-Bentuk Pembinaan Anak Jalanan

Kegiatan pembinaan anak jalanan di sebuah lembaga sosial biasanya

tergabung dalam layanan resosialisasi dan pendidikan, diantaranya; (1) kegiatan

keagamaan yang antara lain peringatan hari besar agama; (2) pengajaran dan

diskusi tentang norma sosial; (3) bimbingan sosial kasus, baik yang terjadi di

keluarga, sekolah, maupun lokasi tempat kerja anak jalanan, dan; (4) kunjungan

Page 66: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

56

ke rumah orang tua anak jalanan dalam rangka penyatuan kembali dengan

keluarganya (Alimuddin, 2007: 76).

Setelah dilakukan wawancara lebih dalam tentang bentuk-bentuk

pembinaan anak jalanan di Yayasan Bina Anak Peritiwi ini, didapatkan beberapa

bentuk pembinaan-pembinaan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

Abdus Saleh sebagai Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Klo di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini pembinaan yang dilakukan

klo yang secara umum ya seperti ada yang sifatnya Pembinaan

keterampilan, di sini sebagai upaya untuk memberikan anak jalanan

keahlian atau skill supaya nantinya mereka bisa menjadi anak yang

mandiri. Seperti pelatihan bikin sandal dan pelatihan

otomutif/bengkel. Terus juga pembinaan yang melibatkan sejumlah

tokoh masyarakat supaya mereka juga terlibat dalam pendampingan

anak jalanan gitu, juga kita ada pembinaan yang melibatkan pihak

kepolisian dengan menjelaskan peraturan-peraturan yang harus

dipatuhi dan dilarang, program pendidikan seperti kejar paket bagi

anak jalanan yang masih ingin sekolah, ada juga ya pembinaan

keagamaan dengan mengajarkan mereka sikap dan perilaku yang

sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan

melalui pendidikan aqidah, ibadah dan akhlaq, pembinaan kesehatan

dengan melibatkan dinas kesehatan dengan mengenalkan tentang

bahaya seks dan penyakit-penyakit akibat dari pergaulan bebas, ya

itu aja pembinaan yang dilakukan kami disini (Wawancara dengan

Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013).

Di sini, dapat dijelaskan bahwa bentuk-bentuk pembinaan yang selama ini

diterapkan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi, antara lain :

1. Pembinaan Keterampilan dan Skill

Pembinaan keterampilan di sini sebagai upaya untuk memberikan anak

jalanan keahlian atau skill supaya nantinya mereka bisa menjadi anak yang

mandiri. Pembinaan keterampilan yang dilakukan seperti pelatihan membuat

Page 67: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

57

sandal dan pelatihan otomotif/bengkel. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan

oleh Dewi Apriani, seorang anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Paling pendidikan doang kayak program paket di sini, ya kayak

pelatihan juga, dulu ada tu pelatihan bikin sandal, ya itu ja

(Wawancara dengan Dewi Apriani, pada tanggal 20 April 2013)

Senada juga diungkapkan oleh Faisal Saputra, seorang anak jalanan lainya,

sebagai berikut :

Ya kadang-kadang futsal, terus apa namanya itu ? pelatihan bikin

sandal (Wawancara dengan Faisal Saputra, pada tanggal 8 April

2013)

Diperkuat juga oleh Dede Saputra :

Wah banyak, pengalamannya juga banyak. Seperti kegiatan montir

motor, pendidikan paket B dan belajar mengajar, ekarang karena kak

Wahdah jarang ke sini ya belajarnya sudah jarang. Klo dulu sangat

sering sekali bang, dan juga di sini banyak temannya, bisa ngumpul-

ngumpul klo di rumah bete (Wawancara dengan Dede Saputra, pada

tanggal 6 April 2013)

Dari hasil wawancara dengan pimpinan Yayasan bapak Abdus Shaleh

mengatakan, bahwa dari hasil pelatihan yang diberikan oleh lembaga sejauh ini

belum ada dari anak jalanan yang memanfaatkannya untuk membuka usaha

sendiri. Namun, ada sebagian dari mereka hanya memanfaatkan keahliannya

untuk bekerja di salah satu perusahaan. Seperti pada pabrik-pabrik atau tempat-

tempat otomutif (bengkel). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Dede

Saputra, seorang anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Klo untuk buka usaha sendiri belum pernah kak. Ya paling hanya

pernah bekerja di bengkel punya saudara. Karena klo untuk buka

usaha sendiri masih belum punya modal kak (Wawancara dengan

Dede Saputra, pada tanggal 5 April 2014).

Page 68: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

58

Senada juga diungkapkan oleh Faisal Saputra, seorang anak jalanan

lainnya, sebagai berikut :

Saya dulu pernah bekerja di pabrik sandal di daerah Jaktim bang, tapi

gak lama sih skr udah berhenti. Ya klo pengennya sih mau usaha

sendiri klo ada modal. Pengennya ada modal dari lembaga, tapi

sejauh ini masih belum bang (Wawancara dengan Faisal Saputra,

pada tanggal 5 April 2014).

2. Pembinaan Yang Melibatkan Sejumlah Tokoh Masyarakat

Dalam pengertian ini, mengajak segenap masyarakat untuk peduli terhadap

anak jalanan, diantaranya melalui tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh

seperti RT, RW, Kelurahan atau orang-orang yang bisa mempengaruhi anak ke

arah yang lebih baik. Bisa jadi pelibatan tokoh masyarakat dalam bimbingan anak

jalanan adalah sebagai langkah bagaimana masyarakat peduli terhadap anak

jalanan. Selain itu, tokoh masyarakat digunakan sebagai pengenalan terhadap anak

jalanan tentang norma-norma yang kurang dihiraukan.

3. Pembinaan Yang Melibatkan Pihak Kepolisian

Pembinaan ini lebih ditekankan pada bagaimana sebenarnya peraturan-

peraturan yang harus dipatuhi dan dilarang kemudian dijelaskan. Selain itu,

pelibatan Dinas Kepolisian juga bertujuan agar anak jalanan lebih paham dan

mengerti tentang tata tertib di jalanan. Pembinaan dari Dinas Kepolisian tidak

hanya memberikan pengenalan tentang peraturan-peraturan jalanan, tetapi juga

lebih banyak mengajak anak jalanan untuk tidak terlibat kriminalitas dan belanja

untuk obat-obatan terlarang (Narkoba) dan lain-lain.

Page 69: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

59

4. Program Pendidikan

a). Kegiatan pendidikan melalui kejar paket

Sebagai usaha preventif agar anak jalanan tetap bersekolah. Karena

banyak sekali dari anak jalanan itu yang putus sekolah dan tidak dapat

menikmati pendidika. Di Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam upaya

masukkan pada kejar paket supaya mereka bisa mendapatkan izajah

sehingga nantinya dapat digunakan untuk mencari pekerjaan yang layak.

b). Kegiatan Rekreasi

Kegiatan rekreasi itu sebagai sarana mengajak anak jalanan untuk

lebih mengenal diri sendiri (refleksi diri) baik potensi, bakat dan minatnya.

Dengan metode rekreasi yang dipadukan dengan kegiatan-kegiatan

permainan dan menyenangkan bagi anak.

5. Pembinaan Keagamaan

Sebagai usaha preventif untuk menangkal sikap dan perilaku yang tidak

sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Pendidikan agama di

berikan pada anak jalanan dengan materi-materi yang disesuaikan dengan kondisi

saat ini, yang dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Harapan dari kegiatan ini agar

anak jalanan mempunyai bekal keagamaan dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-

hal negatif. Misalnya: minum-minuman keras, pergaulan bebas, narkoba dan lain

sebagainya. Di Yayasan Bina Anak Pertiwi pembinaan keagamaan dilakukan

dengan pendekatan sebagai berikut :

Page 70: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

60

a) Pendidikan aqidah, yaitu pembinaan keyakinan kepada Allah SWT yang

diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku, dan kepribadian anak,

sebab pendidikan keimanan terutama aqidah akan mengarahkan manusia

memiliki keyakinan bahwa Allah SWT hanya satu-satunya tuhan yang

wajib disembah. Adapun cara-cara menanamkan aqidah pada anak jalanan

antara lain adalah dengan menumbuhkan kepercayaan akan keesaan Allah

SWT, memperkenalkan ucapan dua kalimat syahadat, mengajarkan ucapan

bismillahhirrohmanirrohim, dan mengajak sholat berjamaah.

b) Pendidikan ibadah, ibadah merupakan manifestasi dari iman yang telah

diikrarkan dalam hati artinya seseorang yang telah mengaku beriman harus

juga membuktikannya dengan perbuatan-perbuatan ritual yang disebut

ibadah. Misalnya, kewajiban akan sholat para pendidik perlu mengajarkan

anak-anak jalanan tentang ibadah sholat sejak dini. Anak harus bisa

melaksanakan ibadah sholat yang merupakan salah satu tanda keimanan

kepada Allah SWT. Dengan demikian, apabila sejak kecil anak sudah

dibiasakan untuk mengerjakan sholat dengan baik atas bimbingan dan

keteladaan dari orangtua, maka anak akan terbiasa untuk melakukannya

dalam kehidupan sehari-hari dan kebiasaan tersebut akan terbiasa sampai

ia dewasa bahkan sampai tua nanti.

c) Pendidikan akhlak, atau budi pekerti merupakan suatu yang sangat penting

untuk diberikan kepada anak sebagai bekal guna mencapai pribadi Muslim

sebagaimana yang dicita-citakan. Sebab keimanan serta Keislaman

seseorang tidak akan sempurna jika tidak disertai dengan akhlakul

Page 71: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

61

karimah. Maksud dari pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai

dasar-dasar akhlak dan keutamaan pembentukan tabiat yang dimiliki oleh

anak dimulai sejak kecil sampai dewasa.

Dari penjelasan di atas, bahwa pembinaan agama yang di lakukan oleh

lembaga yaitu dengan mengajarkan anak jalanan tentang prilaku yang baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh Dede Saputra, salah seorang anak jalanan, seperti

berikut :

Waktu itu pernah di ajarin sama kak Ali, karena kak ali sudah gak

ada, gak ada yang ngajarin agama lagi. Contohnya belajar sholat dan

ngaji, klo yang belum bisa al-qur’an dari iqro’ dulu gitu.

Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa ngaji dikit-dikit

(Wawancara dengan Dede Saputra, 6 April 2013).

Hal senada juga dinyatakan oleh Faisal Saputra terkait dengan bimbingan

agama dan perilaku :

Di ajarin, seperti ngaji dan sholat. Tapi untuk melakukannya sih

jarang-jarang. Dan bersyukur aja setelah dapat pembinaan kayak itu

saya tahu sekarang walau jarang-jarang melakukannya (Wawancara

dengan Faisal Saputra, 18 April 2013).

Diperjelas lagi oleh informan Maryam :

Ya, kayak belajar ngaji, sholat sama kakak-kakaknya disini, seperti

yang sering ngajarin itu kak Ari (Wawancara dengan Maryam, 20

April 2013)

6. Pembinaan Kesehatan Yang Melibatkan Dinas Kesehatan

Pembinaan ini lebih ditekankan pada bagaimana mengenalkan anak

jalanan tentang bahaya seks dan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh adanya

Page 72: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

62

pergaulan bebas tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan diajak kerjasama untuk bisa

memahamkan anak tentang manfaat kesehatan dan berobat dini.

Adanya keterlibatan masyarakat atau lingkungan sekitar pada kegiatan

pembinaan seperti telah disebutkan di atas ini menjadi instrumen dalam

menentukan pendidikan pada diri anak jalanan. Hal ini sesuai dengan pendapat

James A. Beane dan Michael W. Apple dalam teori pendidikan demokratis, yaitu

sebuah model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekolah

yang dikelola dengan struktur yang memungkinkan praktik-praktik demokratis itu

terlaksana, seperti pelibatan masyarakat (stakeholder dan user sekolah) dalam

membahas program-program sekolah, dan prosedur pengambilan keputusan juga

memperhatikan berbagai aspirasi publik, serta dapat dipertanggungjawabkan

implementasinya kepada publik. Demikian pula dengan pola pembinaan siswa,

bahwa pendidikan itu untuk semuanya, guru harus mampu memberikan perhatian

yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang sudah pintar

dengan belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dan yang belum rajin,

semuanya memperoleh perlakuan, walaupun bentuknya mungkin berbeda. Mereka

yang belum pintar diberi waktu untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuannya di saat liburan umum, sehingga kompetensinya meningkat.

Pembinaan seperti ini, telah memberikan pengalaman-pengalaman praktik

demokrasi bagi anak-anak, yakni perhatian yang seimbang terhadap semua siswa,

tanpa membedakan antara mayoritas dengan minoritas dalam sekolah (Rosyada,

2004: 17-18). Penerapan demokrasi pendidikan sangat penting bagi bangsa

Page 73: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

63

Indonesia, karena pendidikan demokrasi akan menumbuhkan semangat

kebersamaan di sekolah (Freire & Mangunwijaya, 2004: 95).

Selanjutnya, Emile Durkheim (1858-1017) dengan teori-teori

pendidikannya memandang pendidikan itu sebagai suatu “social thing”.

Durkheim mengatakan bahwa masyarakat secara keseluruhan beserta masing-

masing lingkungan sosial di dalamnya, merupakan sumber penentu cita-cita yang

dilaksanakan lembaga pendidikan (Idi, 2011: 10-11).

Dalam menjalankan kegiatan pembinaan-pembinaan di Lembaga Yayasan

Bina Anak Pertiwi ini, tidak lepas dengan beberapa kendala atau kesulitan yang

mereka alaminya. Hal itu, akan menjadi salah satu penghambat dalam

berlangsungnya proses pembinaan anak jalanan.

Adapun kendala atau hambatan yang mereka alami adalah: Pertama, anak

jalanan itu cuek dengan keadaan sehingga apapun yang dikatakan oleh pengurus

seakan tidak ada art inya dan diabaikan. Kedua, kehidupan anak jalanan berbeda

sekali dengan anak rumahan yang masih dalam pengawasan orang tuanya.

Kehidupan mereka dijalanan itu sangat keras. Ketiga, anak jalanan susah untuk

diatur dan maunya sendiri. Sehingga ketika dinasehati tidak mengikutinya. Hal ini

sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Abdus Saleh sebagai Pimpinan

Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Tentu saja kendala itu ada tidak hanya pada pembinaan terhadap

anak jalanan, pembinaan terhadap masyarakat umum dan anak yang

mormal ja ada. Di anak jalanan itu kendalanya yang paling kita

rasakan adalah mereka itu cuek dengan keadaan sehingga apapun

yang kita katakan itu biasanya dianggap kayak angin lalu angin lalu

atau apa gitu tapi pada prinsipnya ketika kita itu membina

Page 74: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

64

berdasarkan hati, berdasarkan karena allah, klo karena allah ditaruh

didepan bukan karena hal yang lain pasti mereka mengikutinya. Dan

alhamdulillah mereka ikut (Wawancara dengan Abdus Saleh, pada

tanggal 28 April 2013).

Hal senada juga di ungkapkan oleh Ari M Rifki selaku pendamping/guru

di Yayasan Bina Anak Pertiwi :

Mungkin klo kesulitan ada kali’ ya, kesulitan pasti ada. Karena

perbedaan anak jalanan dengan anak rumahan itu beda banget. Klo

anak jalanan ini bisa dibilang lebih keras, gak mudah kita dalam

merberikan pembinaan gak seperti anak rumahan yang masih sama

orang tuanya. Klo anak jalanan ini kan benar-benar tok dijalana itu

kan kehidupan mereka itu keras klo dibilang baku hantam kali’ ya.

Ya klo kita mendidiknya pelan-pelan ja dan harus dengan banyak

gurauan-guarauan, jangan terlalu serius di akrabin gitu lah, karena

klo dengan serius gitu mereka cepat bosan (Wawancara dengan Ari

M Rifki, pada tanggal 16 April 2013).

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ali Santoso :

Klo dibilang kesulitan ya pasti ada, itu pasti ada, itu manusiawi kita,

kesulitannya ya mungkin yang awalnya mereka susah di ataur, ya

adalah yang susah di atur, dari 100% ada 10% yang susah diatur,

mereka ingin maunya sendiri misalnya, terutama di luar yayasan.

Kadang meraka bermasalah dengan hukum, bermasalah dengan

preman di luar. Dan ketika dinisi mereka dinasehati setelah keluar

dari yayasan dan balik lagi udah lupa lagi sama apa yang sudah

dinasehati kita, itu susahnya…. (Wawancara dengan Ali Santoso,

pada tanggal 17 April 2013).

Untuk mengatasi kendala di sini, solusi yang dilakukan mereka adalah

dengan melalui pendekatan pertemanan. Artinya, seorang pembina itu tidak hanya

sebagai orang yang selalu memberi intruksi terhadap anak-anaknya. Melainkan

sebagai teman yang terlibat langsung dengan mereka. Misalnya, sebagaimana

yang diungkapkan oleh bapak Abdus Saleh sebagai pimpinan Yayasan Bina Anak

Pertiwi :

Page 75: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

65

Ketika waktunya sholat dengan mengajak mereka untuk sholat

bersama bukan dengan menyuruhnya. Karena bisa saja orang yang

menyuruh tersebut tidak melakukan seperti yang diperintahkan

kepada anak-anaknya. Selanjutnya, dengan mencari titik-titik

permasalahan yang mereka miliki bersama-sama. Contohnya, kalau

anaknya itu keras pembina mencoba mengakrabinya dengan

mengajak mereka makan, merokok sambil ngobrol bareng, juga

sambil memberikan nasehat-nasehat yang baik. Karena dengan cara

seperti itu mereka akan terbiasa untuk melakukan perilaku yang

baik, sopan, dan menghormati pembinanya pula (Wawancara dengan

Abdus Saleh, pada tanggal 28 April 2013).

C. Kontribusi Pembinaan Terhadap Perilaku Anak Jalanan

Menjadi manusia yang lebih baik merupakan impian semua orang.

Namun, ketika melihat keberadaan anak jalanan di sekitar kita saat ini sungguh

sangat memprihatinkan. Banyak orang menganggap bahwa anak jalanan amoral,

suka bikin resah masyarakat, mabuk, dan lain-lain. Mereka menganggap perilaku

yang dilakukan itu seakan tidak dapat dihilangkan dan akan menjadi identitas

mereka. Padahal, kalau kita perhatikan perilaku seperti itu masih bisa kita

merubahnya menjadi lebih baik lagi. Kita dapat merubahnya dengan melalui

pembinaan-pembinaan seperti yang dilakukan oleh Lembaga Sosial Yayasan Bina

Anak Pertiwi.

Indikator dalam perubahan pada diri anak jalanan selama ini yang

dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak secara eksplisit ditentukan.

Tetapi paling tidak yang menjadi ukuran bahwa pembinaan dan pendidikan itu

mulai berhasil ketika anak-anak sudah mulai mandi dengan teratur, menjaga

kebersihan dirinya. Karena bagiaan dari tahapan perubahan pada diri anak jalanan

itu memang dari tahap mandi, berpakaian yang rapi, bersih-bersih, dan mulai

Page 76: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

66

mengatur cara berbicara. Misalnya, yang biasanya di luar sering mengeluarkan

kata-kata binatang-binatang, ketika di dalam rumah, saat ini sudah berkurang.

Jadi, indikasi-indikasi itu yang dijadikan ukuran. Misalnya juga, yang sholatnya

sekali dalam sebulan mungkin sudah bisa melakukan seminggu dua kali, tidak

harus setiap hari. Namun demikian, lembaga tetap berusaha terus agar anak-anak

jalanan tetap mau meningkatkan intensitas sholatnya menjadi lebih baik, sesuai

aturan yang ada.

Ari M Rifki salah satu pendamping/guru di Yayasan Bina Anak Pertiwi,

mengatakan pandangannya tentang perubahan yang terjadi pada diri anak jalanan,

di bawah ini :

Klo perubahannya sangat banyak. Ya mereka seperti yang saya

bilang tadi mereka dengan diberikan pendidikan seperti itu mereka

mulai terbiasa hidup mandiri, hidup bersih dan mungkin tidak lagi

main pukul hantam atau pukul-pukulan, ya lebih murah hati lah klo

dibilang, lebih mengerti klo dinasehati lebih nurut. Ya sangat jauh

berbesa dari sebelumnya waktu mereka masih berada dijalanan dan

setelah mereka berada di yayasan. Juga saya melihat mereka dengan

masyarakat sekitar yayasan sangat sopan lah bisa menjaga

kesopanan, ya walaupun dari penampilannya mereka seperti itu tapi

mereka sopan. Cuman kan segala sesuatunya butuh proses, ya kita

pelan-pelan aja mendidiknya dengan cara kita. Dan akhirnya itu bisa,

udah sebagian besar dari mereka ada perubahannya (Wawancara

dengan Ari M Rifki, pada tanggal 16 April 2013).

Perubahan tersebut juga diakui oleh Riski Saputra, seorang anak jalanan di

Yayasan Bina Anak Pertiwi, seperti dalam penuturannya :

Udah gak, klo dulu kan parah banget ya benar-benar di jalan banget,

klo sekarang gak. Klo dari prilaku ada perubahan klo dulu di jalanan

terus sering mabuk, berantem, begitu lah, ya lontang lantung dan

sekarang setelah tinggal disini udah lebih baikan (Wawancara

dengan Riski Saputra, pada tanggal 8 April 2013).

Page 77: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

67

Banyak perubahan yang nampak terjadi pada diri anak jalanan. Seperti

mereka sudah mulai terbiasa hidup mandiri, hidup bersih, rapi, tidak lagi suka

berantem, mudah dinasehati, sopan sama masyarakat sekitar.

Di sisi lain, perubahan yang nampak terjadi pada diri anak jalanan adalah

ketika mereka mulai mengurangi waktunya di jalanan. Mereka juga mulai beralih

kepada pekerjaan yang lebih baik. Artinya, sudah sebagian dari anak jalanan tidak

lagi mengamin. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Gifli, seorang anak

jalanan di Yayasan bina anak Peritiwi :

Sekarang udah gak, klo dulu ngamin, ngernit, ngamin, ngernit,

sekarang mah netap jadi sopir ja bang. Klo sikap udah bisa berubah

bang, dulu brutal, sekarang sudah bisa menghormati orang bang

(Wawancara dengan Gifli, pada tanggal 16 April 2013)

Hal senada juga diungkapkan oleh Indri, seorang anak jalanan lainnya,

sebagai berikut :

Ya banyak, salah satunya lebih baik aja. Dulu kan saya jarang banget

pulang tu satu minggu, dua minggu gak pulang, setelah dapat

pembinaan di sini saya pulang tiap hari, ya karena disuruh pulang

sama pembinanya disini (Wawancara dengan Indri, 16 April 2013)

Diperjelas lagi oleh informan Maria Gureti :

Udah gak, sekarang sudah tinggal di rumah. Klo dari segi perilaku

ada sih perubahannya, sekarang lebih nurut ja sama orang tua

(Wawancara dengan Maria Gureti, pada tanggal 16 April 2013)

Diperkuat juga oleh informan Riska Apriani :

Sekarang udah gak lagi, klo sebelumnya masih sering kejalanan gak

pulang, sekarang udah di rumah terus. Klo sikap jauh lebih baik kak

udah bisa sopan sama orang tua (Wawancara dengan Riska Apriani,

pada tanggal 16 April 2013)

Page 78: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

68

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, ditemukan bahwa memang banyak dari anak jalanan yang sudah berpakai

rapi. Tetapi, masih ada sebagian dari mereka yang masih berpaikaan pank.

Dengan masyarakat sekitar terlihat mereka sopan, seperti ketika mereka lewat

depan orang dengan menyapa.

Dari hasil wawancara dengan bapak Moh. Nasir seorang RT setempat juga

mengatakan, bahwa banyak perubahan yang terjadi pada anak jalanan setelah

mendapat pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Contohnya, mereka sopan

ketika keluar masuk Yayasan. Yang dulunya mereka kadang berbicara keras

sekarang sudah tidak lagi. Ketika mereka bertemu warga di jalan selalu menyapa.

Sementara ibu Teti, salah satu warga mengatakan pandangannya tentang

perubahan yang terjadi pada diri anak jalanan, seperti barikut :

Klo perubahan ada, ya kayak mereka ketika lewat depan orang selalu

menyapa. Kadang mereka juga sering nganterin orang klo mau ke

rumah sakit, ya klo perilaku sopan lah mereka (wawancara dengan

ibu Teti, pada tanggal 27 September 2013).

Bentuk dari perubahan di sini, merupakan salah satu perkembangan anak

kearah yang lebih baik. Dengan pendidikan kita dapat mengetahui mana itu

perilaku yang baik dan buruk. Sesuai dengan pendapat John Dewey, bahwa

kualitas proses pembelajaran yang meningkat, secara otomatis akan meningkatkan

pula kualitas hasil belajar siswa. Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses

yang dengannya organisme memperoleh bentuk-bentuk perubahan perilaku yang

cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju pada sebuah

Page 79: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

69

peningkatan. Perubahan perilaku tersebut terdiri dari berbagai proses modifikasi

menuju bentuk permanen, dan terjadi dalam aspek perbuatan, berpikir, sikap, dan

perasaan (Rosyada, 2004: 98).

Selanjutnya, Emile Durkheim mengatakan bahwa pendidikan akan

menolong anak-anak mengembangkan sikap moral terhadap masyarakat. Baginya,

pendidikan anak memberi individu disiplin-disiplin yang mereka butuhkan untuk

mengendalikan nafsu yang mengancam mereka. Dan pendidikan bisa

mengembangkan suatu rasa pengabdian terhadap masyarakat dan sistem moralnya

di dalam diri para murid (Ritzer & Goodman, 2009: 115).

Page 80: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

70

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pola pembinaan

anak jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi yaitu: pertama,

melalui pendekatan kekeluargaan. Artinya seorang pengurus lembaga harus

bersikap bahwa anak-anak jalanan itu tidak ada bedanya dengan anak-anak

mereka sendiri, tidak bedanya dengan adik-adik sendiri, dan tidak bedanya dengan

saudara sendiri. Pendekatan itu dilakukan dengan memberikan mereka bimbingan-

bimbingan agama, mengajarkan prilaku yang baik, bimbingan keterampilan, dan

lain-lain. Dari sini terlihat bahwa hubungan interaksi mereka tidak hanya terjadi

ketika dalam pembelajaran saja. Namun, interaksi mereka juga terjalin ketika

diluar pembelajaran. Kedua, pembinaan individu. Tujuannya yaitu untuk

mengenal, mendampingi dan menjalin komunikasi dengan anak jalanan yang lain.

Ketiga, pembinaan kelompok. Pembinaan ini dilaksanakan dengan cara

mengumpulkan anak jalanan serta pendampingan pekerja sosial untuk mengkaji

permasalahan yang sama.

Kemudia, bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Sosial

Yayasan Bina Anak Pertiwi meliputi : pertama, Pembinaan keterampilan dan

Skill. Bentuk pembinaan ini sebagai upaya untuk memberikan anak jalanan

keahlian atau skill supaya nantinya mereka bisa menjadi anak yang mandiri.

Kedua, Pembinaan yang melibatkan sejumlah tokoh masyarakat. Ketiga,

Pembinaan yang melibatkan pihak kepolisian. Keempat, Program pendidikan.

Page 81: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

71

Pendekatan ini melalui kegiatan pendidikan melalui kejar paket dan kegiatan

rekreasi. Kelima, Pembinaan keagamaan. Yaitu sebagai usaha preventif untuk

menangkal sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang

ada di masyarakat. Keenam, Pembinaan kesehatan yang melibatkan dinas

kesehatan. Pembinaan ini lebih ditekankan pada bagaimana mengenalkan anak

jalanan tentang bahaya seks dan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh adanya

pergaulan bebas tersebut. Artinya, keterlibatan masyarakat yang berpendidikan di

atas, menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat.

Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif dalam

kegiatan sosial, terutama dalam memajukan masyarakat, yakni sebagai motor

penggerak dari peningkatan taraf hidup.

Selanjutnya, dengan adanya program pembinaan anak jalanan yang

dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi, tampak perubahan pada diri anak-

anak tersebut. Dengan adanya pembinaan-pembinaan tersebut, mereka lebih

mempunyai arah dan tujuan hidup. Jauh dari sebelumnya ketika mereka masih

berada di jalanan. Perubahan yang nampak dari anak jalanan tersebut seperti

mereka sudah mulai terbiasa hidup mandiri, hidup bersih, rapi, tidak lagi suka

bekelahi, mudah dinasehati, sopan sama masyarakat sekitar, mengurangi waktu

mereka dijalanan, dan lain-lain.

Hal ini sejalan dengan teori Paulo Freire dan Jonh Dewey dengan konsep

pendidikan hadap masalah (problem posing), yaitu peserta didik dituntut untuk

kritis dalam melihat permasalahan di lingkungan sekitar. Kedua, teori James A.

Page 82: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

72

Beane dan Michael W. Apple dengan konsep pendidikan demokratis, yaitu sebuah

model pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

B. Saran

Penelitian lapangan tentang pembinaan anak jalanan yang dilakukan oleh

Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Daerah Pasar Minggu, Jakarta

Selatan melahirkan beberapa saran diantaranya :

Pertama, untuk lembaga sendiri hendaknya selalu lebih aktif dalam

memberikan pembinaan-pembinaan bagi anak jalanan, dan tidak mudah menyerah

meski banyak menemukan kendala dan kurangnya dukungan masyarakat. Siapa

lagi, kalau tidak dimulai dari masing-masing kita yang peduli terhadap nasib,

pendidikan dan masa depan anak-anak bangsa. Jadikanlah ini sebagai bentuk

pengabdian terhadap bangsa, negara dan agama. Jangan meragukan hal yang baik

dan pasti menemukan jalan keluar dari setiap kesulitan-kesulitan yang dialami

Lembaga.

Kedua, bagi anak jalan sendiri harus selalu semangat dalam menjalankan

program-program kegiatan pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi. Aktif dalam mengikuti jadwal-jadwal pembinaan dan kegiatan, serta tidak

egois dengan kepentingan sendiri. Karena itu sarana dalam menjadikan mereka

untuk lebih baik.

Ketiga, bagi pemerintah khususnya Departemen Sosial RI harus lebih

memperhatikan keberadaan anak jalanan. Karena masih banyak dari mereka di

Page 83: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

73

luar sana yang belum tersentuh pemerintah. Dengan membawa mereka kepada

lembaga-lembaga sosial terkait.

Keempat, bagi para akademisi supaya memberikan kontribusinya dalam

menangani persoalan yang terjadi pada anak jalanan. Karena bagitu banyak

permaslahan yang terjadi pada diri anak jalanan.

Kelima, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki

keterbatasan dalam membahas masalah pembinaan anak jalanan yang dilakukan

Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi. Oleh karena itu, untuk kepentingan

akademik penulis menyarankan adanya penelitian serupa dikemudian hari dengan

tinjauan yang lebih sosiologis.

Page 84: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basrowi & Suwardi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta,

2008

Ekosusilo, Madyo & Kasihadi. Dasar-Dasar Pendidikan.

Freire, Paolo. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,

2008

Freire, Paulo & Mangunwijaya. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Jogjakarta:

Logung Pustaka, 2004

Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011

Idris, Zahara. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung : Angkasa, 1981

Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit,

Munawwaroh, Djunaidatul & Tanenji, Filsafat Pendidikan Persefektif Islam dan

Ulama. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003

Mujiyadi, dkk. Studi Kebutuhan Pelayanan Anak Jalanan. Jakarta : P3KS Press,

2011

Moleong, Lexi J. Metetologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung : PT.

Remaja Rosada Karya, 2005

Nandika, Dodi. Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta : LP3ES,

2007

Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1995

Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2004

Ritzer,George & Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta :

Kreasi Wacana, 2009

Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005

Page 85: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

75

Straus, Anselm & Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur,

Teknik, dan Teori Grounded. Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2007

Salam, Syamsir & Jaenal Arifin. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : UIN

Jakarta Press, 2006

Suyanto, Bagong. Masalah Anak Sosial. cet. ke-1. Jakarta : Kencana, 2010

Tilaar. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Persfektif Postmodernisme

dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005

Yusuf, Choirul Fuad. Pendidikan Agama Berwawasan Kerukunan. Jakarta : PT.

Pena Citasatria, 2008

Zurinal & Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidika: Pengantar dan Dasar-Dasar

Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006

Jurnal

Setiawan, Hari Harjanto. “Mencegah Menjadi Anak Jalanan Dan

Mengembalikannya Kepada Keluarga Melalui Model Community Based,”

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. vol. 12, No.

02, (Mei – Agustus 2007)

Suradi. “Permasalahan dan Penanggulangan Anak Jalanan di Kota Bandar

Lampung,”SOSIOKONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial. vol. 16, no. 03, (September - Desember 2011)

Tesis

Amal, Bakhrul Khair. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah:

Studi Kebijakan Penanganan Anak Jalanan di Indonesia. Tesis S2,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, 2003

Amal, Ridha Haykal. Program Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Rumah

Singgah: Studi Kasus 5 Anak Jalanan Di Rumah Singgah Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia. Tesis S2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, 2002

Alimuddin, Alwi. Peranan Rumah Singgah Dalam Membina Anak Jalanan di

DKI Jakarta: Studi Kasus Rumah Singgah Insan Mandiri DKI Jakarta.

Tesis S2, Universitas Indonesia, 2007

Page 86: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

76

Kartika, Tuti. Anak Jalanan dan Model Penanganannya: Studi Kualitif Tentang

Anak Jalanan Yang Dibina Oleh Yayasan Dian Mitra, Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia, Dan Yayasan Amalia Di Jakarta. Tesis S2,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 1997

Wirdiastuti, Maydian. Kebutuhan Pendidikan Anak Jalanan: Suatu Studi Evaluasi

Anak Jalanan Pada Yayasan Mitra Masyarakat Kota Cipinang Kebemben,

Jakarta Timur. Tesis S2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, 1998

Skripsi

Muzakkar, Milastri. Pendidikan Alternatif Sebagai Modal Pemberdayaan

Perempuan di Sekolah Perempuan Ciliwung, di Rawajati Barat, Jakarta

Selatan. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2010

Profil

Company profile Yayasan Bina Anak Pertiwi, dibuat pada tanggal 8 Sepember

2007 oleh Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi

Internet

http://megapolitan.kompas.com/read/2011/11/29/12591825/Target-DKI-Jakarta-

Beba-Anak-Jalanan-Bakal-Tercapai

http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/02/18250611/Pendidikan-Mahal-

Pekerja-Anak-Marak

http://nasional.kompas.com/read/2010/07/28/19305592/Mengembalikan-Anak-

Jalanan-Ke-Sekolah

Wawanara Pribadi

Wawancara pribadi dengan Bapak Abdus Saleh, pimpinan Yayasan Bina Anak

Periwi, 28 April 2013

Wawancara pribadi dengan Ari M Rifki, pendamping/guru di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 16 April 2013

Page 87: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

77

Wawancara pribadi dengan Ali Santoso, pendamping/guru di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 17 April 2013

Wawancara pribadi dengan Dede Saputra, anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 6 April 2013

Wawancara pribadi dengan Faisal Saputra, anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 18 April 2013

Wawancara pribadi dengan Maryam, anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,

20 April 2013

Wawancara pribadi dengan Riski, anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, 8

April 2013

Wawancara pribadi dengan Gifli, anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, 12

April 2013

Wawancara pribadi dengan Indri, anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi, 16

April 2013

Wawancara pribadi dengan Riska Apriani, anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 16 April 2013

Wawancara pribadi dengan Maria Gureti, anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 16 April 2013

Wawancara pribadi dengan Dewi Apriani, anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi, 20 April 2013

Wawancara pribadi dengan Ibu Teti, warga sekitar Yayasan Bina Anak Pertiwi,

27 September 2013

Page 88: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

LAMPIRAN

Gambar 1 : Gedung Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi

Gambar 2 : Suasana belajar bersama di ruang belajar Yayasan Bina Anak Pertiwi

Page 89: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Gambar 3 : Suasana kebersamaan para anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Gambar 4 : Suasana pengajian tentang budi pekerti (akhlak) di Aula Yayasan Bina

Anak Pertiwi

Page 90: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Gambar 5 : Kegiatan penyuluhan tata cara hidup bermasyarakat di Aula Yayasan

Bina Anak Pertiwi

Gambar 6 : Kegiatan belajar mengajar untuk anak jalanan yang dilaksanakan di

Yayasan Bina Anak Pertiwi

Page 91: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Abdus Saleh

Jabatan : Pimpinan

Usia : 33 tahun

Pendidikan : S2

Tanggal : 28 April 2013

1. Sejak kapan bapak menjadi pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Dari tahun 2010 sudah jadi pimpinan yayasan, tapi klo jadi pengurus itu sudah mulai

dari tahun 1998, bisa dibilang mulai awal berdiri lah. Klo proses pengangkatanya ya

tentu saja berdasarkan SK dari lembaga dan juga SK dari dinas sosial DKI Jakarta.

2. Kenapa bapak bersedia untuk mengurus yayasan ini ?

Pertama kegiatan kelembagaan organisasi masyarakat ini berawal dari kepedulian

mahasiswa-mahasiswa pada waktu itu sehingga kami tidak hanya focus pada

kegiatan apa ya ? ya kegiatan-kegiatan diskusi-diskusi, misalnya cukup dengan

peduli aja tanpa adanya tindakan, dari tindakan kepedulian itulah kita mencoba

untuk melakukah hal riil yang bersifat kesosialan. Dari situ kita ada kometmen untuk

mengurus anak-anak jalanan.

3. Apa yang melatar belakangi yayasan ini membina anak jalanan ?

Sebenarnya pada awalnya pada tahun 1998 persisnya sih tahun 1997 kondisi sosial

Indonesia itu kan kacau, krisis moneter, kemiskinan dimana-mana meraja lela banyak

sekali anak jalanan yang turun ke jalanan sehingga kita terpanggil sebagai

mahasiswa yang peduli untuk melakukan hal-hal yang sifatnya empiric gitu, artinya

kegiatan yang menyentuh langsung dengan kegiatan-kegiatan anak jalanan. Karena

anak-anak ini sudah mulai meresahkan di masyarakat, dalam artian anak-anak ini

sudah tidak bisa dikendalikan lagi terutama anak-anak yang masih usia sekolah,

terus masih butuh bimbingan orang tua, sementara mereka banyak sekali dijalanan.

Dari situ kita berkometmen bersama terutama dari teman-teman ada dari UIN, IIQ,

dari UMJ untuk membuat sebuah wadah lembaga yang legal yaitu seperti yayasan.

Dari situlah kita mulai melakukan kegiatan-kegiata yang bersifat sosial secara formal

dan legal gitu.

4. Apa saja kegiatan pembinaan di yayasan bina anak pertiwi ini ?

pada awalnya kita hanya menfasilitasi anak-anak untuk tetap belajar meskipun anak-

anak masih ada yang mengamin, jaul kantong plastik, jual koran, semir sepatu,

paling tidak dari segi pendidikan anak-anak ini tetap terpenuhi karena pendidikan

merupakan hak dasar bagi anak-anak untuk tetap kita berikan gitu. Secara pelan-

pelan dalam proses pendidikan dan pembinaan di sekolah meskipun itu masih sekolah

non formal disitu ada proses perubahan mental anak. Misalnya tidak lagi di jalan

atau kembali kepada orang tua dan pembinaan keagamaannya juga bisa terjaga dan

sosialnya juga terjaga gitu. Tapi klo secara khusus pembinaan di yayasan, tentu saja

kita sebagai lembaga yang berbasis islam pembinaan mintal spritualnya atau

pembinaan keagamaannya adalah berbasis agama islam. Program-program yang

kita lakasanakan di lembaga misalnya seperti ada sholat berjemaah, terus ada

pembinaan keagamaan dari keagamaan yang bentuknya mendasar bagi anak-anak

misalnya seperti cara berwudhu’, cara sholat, mengaji dan segala macemnya tapi

yang terpenting bagi anak adalah bagaimana anak-anak ini mengerti budi pekerti

yang baik, bagaimana bersikap di masyarakat, bagaimana mereka bisa menghormati

orang tua dan bagaimana anak ini tetap berpegang teguh kepada prinsip keagamaan

mereka yaitu dengan melaksanakan sholat lima waktu, berbuat baik terhadap orang

tau dan kepada saudara yang lain.

Page 92: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

5. Apakah kegiatan pembinaan yang diberikan yayasan bina anak pertiwi terhadap anak

jalanan dilaksanakan setiap hari ?

Klo pembinaan yang sifatnya pengajian misalnya ya insidental sifatnya. Tapi klo

pengajian kayak keagamaan misalnya kayak belajar belajar ngaji, sholat itu sifatnya

rutinitas sehari-hari. Tapi klo yang dimaksud adalah pengajian yang berupa

bimbingan secara khusus gitu biasanya kita ada program mingguan, bulanan dan

tahunan ada. Dan ada proram keagamaan yang sifatnya insidental seperti peringatan

maulid nabi, isro’ mi’roj pokoknya yang berhubungan dengan hari-hari besar dan

kegiatan itu selalu diisi dengan program-program pembinaan keagamaan kayak

berkurban, puasa di bula ramadhan dan segala macemnya gitu, disitu juga ada

pesantren kilat, pesantren ramadhan. Itu merupakan program-program keagamaan

yang secara insidental yang kegiatannya tetap kayak pembinaan sholat, ngaji dan

segala macamnya.

6. Bagaimana pola pembinaan yang diberikan yayasan terhadap anak jalanan ?

Ya tadi, kita selalu melalui pendekatan. Pendekatannya adalah pendekatan

kekeluargaan, bagaimana kita bersikap bahwa anak-anak ini tidak bidanya dengan

anak-anak kita bahwa anak-anak ini tidak bidanya dengan adik-adik kita, bahwa

anak-anak ini tidak bedanya dengan saudara kita, jadi yang kita laksanakan adalah

bimbingan dengan cara kekeluargaan otomatis Pembina, pengurus, guru yang ada di

lembaga harus berperan fungsi, artinya harus multifungsi perannya dalam membina

anak-anak misalnya kita sebagai Pembina harus bisa menjadi orang tua, kita sebagai

Pembina harus bisa menjadi kakak, kita sebagai Pembina harus bisa menjadi teman

dekat yang bisa anak-anak ini secara terbuka untuk curhat, mengadu, berkeluh kesah

atau bahkan bermanja-manja terhadap kita karena kita bagian terdekat atau

keluarga mereka. Dari situlah proses pembinaan keagamaan bisa dicapai dengan

baik.

7. Seperti apa bentuk-bentuk pembinaan yang diberikan oleh Yayasan Bina Anak

Pertiwi ?

Klo di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini pembinaan yang dilakukan klo yang secara

umum ya seperti ada yang sifatnya pembinaan perindividu untuk mengenal,

mendampingi dan menjalin komunikasi dengan anak jalanan yang lain, pembinaan

kelompok ya dengan mengumpulkan anak jalanan dan mengkaji permasalahan

mereka bersama, terus pembinaan yang melibatkan sejumlah tokoh masyarakat

supaya mereka juga terlibat dalam pendampingan anak jalanan gitu, juga kita ada

pembinaan yang melibatkan pihak kepolisian dengan menjelaskan peraturan-

peraturan yang harus dipatuhi dan dilarang, program pendidikan seperti kejar paket

bagi anak jalanan yang masih ingin sekolah, ada juga ya pembinaan keagamaan

dengan mengajarkan mereka sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-

nilai yang ada di masyarakat dengan melalui pendidikan aqidah, ibadah dan akhlaq,

pembinaan kesehatan dengan melibatkan dinas kesehatan dengan mengenalkan

tentang bahaya seks dan penyakit-penyakit akibat dari pergaulan bebas, ya itu aja

pembinaan yang dilakukan kami disini.

8. Setelah mereka mendapat pembinaan disini, apakah ada perubahan pada diri anak

jalanan baik dari sikap atau perilaku ? seperti apa perubahannya ?

Memang tidak mudah untuk memberi penilaian objektif terhadap anak-anak Karena

proses pembinaan terhadap anak jalanan ini tidak sama dengan proses pembinaan

bagi anak-anak pada umumnya. Tentu saja aada perubahan sikap yang signifikan

misalnya klo dulunya anak-anak ini liar tidak bisa dikendalikan setelah mendapatkan

pembinaan keagamaan pasti paling tidak bisa kita lihat ketika mau masuk ke rumah

ja udah panggil salam itu merupakan salah satu barometer bentuk perubahan dari

Page 93: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

proses pembinaan, klo ketemu orang salaman, bertegur sapa dengan yang baik tidak

teriak-teriak dan segala macamnya meskipun banyak dari anak-anak itu yang tidak

sepunuhnya berubah secara total tapi merupakan proses perjuangan kita dan tidak

boleh berhenti berjuang dan terus melakukan pendekata pembinaan-pembinaan

secara terus-menerus gitu

9. Dalam pelaksanaan pembinaan ini, apakah bapak menemukan kendala ? kalau ada

seperti apa kendalanya ?

Tentu saja kendala itu ada tidak hanya pada pembinaan terhadap anak jalanan,

pembinaan terhadap masyarakat umum dan anak yang mormal ja ada. Di anak

jalanan itu kendalanya yang paling kita rasakan adalah mereka itu cuek dengan

keadaan sehingga apapun yang kita katakan itu biasanya dianggap kayak angin lalu

angin lalu atau apa gitu tapi pada prinsipnya ketika kita itu membina berdasarkan

hati, berdasarkan karena allah, klo karena allah ditaruh didepan bukan karena hal

yang lain pasti mereka mengikutinya. Dan alhamdulillah mereka ikut.

10. Bagaimana cara mengatasi semua kendala yang dihadapi tersebut ?

Selama ini yang kita lakukan yang berhubungan dengan pembinaan-pembinaan anak

jalanan adalah dengan pendekatan-pendekatan yaitu dengan pendekatan pertemanan

tidak lagi Pembina itu tok sebagai orang yang selalu memberi intruksi terhadap

anak-anak tidak, teknik yang biasa saya lakukan secara pribadi klo waktunya sholat

saya tidak pernah menyuruh anak-anak sholat tapi saya mengajak sholat, artinya

apa, klo saya menyuruh bisa saja saya tidak melakukan tapi hanya menyuruh anak-

anak. Tapi ketika saya mengajak anak-anak untuk sholat berarti saya dalam keadaan

siap untuk melakukan sholat gitu lho, ketika saya siap dalam keaadaan untuk sholat

maka anak-anak berfikir bahwa kakak tidak hanya menyuruh doang mereka sholat.

Jadi pendekatannya adalah bukan pendekatan menyuruh tapi mengajak. Dan

maksudnya disini adalah biar ada contoh tauladan yang baik dengan tidak hanya

menyuruh tapi melaksanakan juga gitu.

11. Apakah ada indikator tertentu yang digunakan oleh yayasan sebagai ukuran

perubahan perilaku anak jalanan ?

Selama ini yang kita lakukan tidak secara eksplisid indikasi itu ditentukan gitu, tapi

paling tidak yang menjadi ukuran bahwa pembinaan dan pendidikan itu mulai

berhasil ketika anak-anak sudah mulai mandi dengan teratur, kebersihan dirinya

sudah mulai terjaga karena bagiaan dari tahapan anak jalanan itu memang dari

tahap mandi, rap dalam berpakaian, bersih-bersih, cara ngomong yang biasanya

diluar sering ngucap binatang-binatang didalam udah berkurang. Jadi indikasi-

indikasi itu yang kita jadikan ukuran, misalnya juga yang sholatnya sekali dalam

sebulan mungkin udah bisa melakukan seminggu dua kali, tidak harus setiap hari

apalagi setiap waktu itu sudah bagus sekali gitu. Kita tetap berusaha agar anak ini

ada peningkatan dari sebualan sekali atau bahkan beberapa tahun tidak pernah

sholat gitu. (Contohnya sekarang Sahrul tu yang selama ini nakalnya luar biasa tapi

setelah mereka mengalami peristiwa yang menimpa dirinya sendiri sebenarnya ya

setelah pulang dia ke rumahnya sholat rajin bahkan kita tidak pernah menyuruh dia

shalat tahajjut dia melakukan gitu, Alay ja sampai kaget-kaget gitu).

12. Terakhir, bagaimana respon masyarakat sekitar dengan berdirinya Yayasan Bina

Anak Pertiwi ini ?

Ya pada awalnya yang namanya masyarakat udah terbiasa dengan kehidupan

kemasyarakatannya, tatanannya udah ada, peraturannya udah ada dalam masyarakat

tersebut tiba-tiba ada lembaga yang membawa istilahnya anak-anak yang tidak

teratur atau bermasalah dijalan dan dibawa kelingkungan yang sudah tenang gitu

tentu saja beragam. Pertama, ada juga yang mendukung tapi tidak sedikit yang

Page 94: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

menolak pada waktu itu tapi lembaga selalu melkukan pendekatan-pendekatan

terhadap masyarakat sekitar bahwa anak-anak ini perlu dibina oleh kita bersama-

sama tidak hanya oleh lembaga tapi juga masyarakat secara keseluruhan harus

punya kepedulian yang sama untuk menuntaskan anak-anak ini dari anak-anak yang

kurang berakhlaq untuk menjadi anak yang sama lah punya tujuan yang sama untuk

sejahtera terus tidak lagi menjadi anak jalanan dan segala macam. Tantangan di

masyarakat emang itu yang cukup besar, jadi penolakan, ada anak-anak yang sedikit

bersikap reaktif masyarakat ini apa konfrontasi terhadap lembaga inin dan itu tapi

selalu pendekatan lembaga itu baik. Misalnya lembaga dengan sistem meriberikan

anak-anak dilingkungan kita direkrut untuk mendapatkan beasiswa dari lembaga gitu

karena tidak sedikit masyarakat yang cemburu terhadap anak-anak, ya cemburunya

karena anak-anak ini mendapat pelayanan luar biasa di lembaga seperti dapat

santunan, duit dan segala macamnya sementara disekitar kita banyak masyarakat

miskin yang tidak tersentuh, dari situ ada kecemburuan dari RT/RW dan segala

macem, makanya kita sebagai lembaga berusaha untuk juga ikut serta membina

masyarakat yang ada disekitar kita terutama masalah pendidikannya dalam bentuk

beasiswa, biaya sekolah dan segala macamnya yang dilakukan selama ini.

Nama : Ari M Rifki

Jabatan : Pendamping/ Guru

Usia : 23 tahun

Pendidikan : S1

Tanggal : 16 April 2013

1. Sejak kapan anda manjadi pendamping/ guru Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Kurang lebih 4 tahun, proses pengangkatanya ya orang yang tinggal disini dan di

sekolahkan dengan formal nanti klo mereka mau kuliah di kuliahkan. Klo sudah

selesai baru jadi pendamping

2. Kenapa anda berminat menjadi pendamping anak jalanan ?

Ya mungkin karena keinginan sendiri kali’ ya, karena saya dulu juga mantan anak

jalanan, saya di sekolahkan, dibiayai dan diasuh juga dari kecil. Makanya sekarang

saya merasa harus membantu yayasan. Dari itulah saya di angkat jadi pendamping di

yayasan ini

3. Apa saja tugas anda sebagai pendamping anak jalanan ?

Saya sebagai pendamping ya tugasnya mungkin sebagai guru, mendidik anak-anak

dengan mengajarkan sopan santun mungkin ya, moralnya disini, etikanya, terus

menangani proses hukum, mendampingi, memberikan pelatihan keterampilan, ngajak

jalan-jalan ke luar mungkin atau rekreasi anak-anak. Ya kita sebagai pendamping

harus ikut berperan aktif lah mendampingi anak-anak.

4. Bagaimana proses pembinaan yang dilaksanakan di Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Prosesnya mungkin ada waktunya ya seperti kita ada program seperti paket A, B, dan

C tu yang secara formal lah dalam pendidikannya. Terus disela-sela waktu

pembelajaran kita juga beri mereka pendidikan. Dan di waktu-waktu tertentu kita

sering-sering bersama tentang permasalahan-permasalah yang mereka hadapi

sebagai anak jalanan gitu lah. Ya mungkin juga prosesnya dengan memberikan

bimbingan agama, aqidah juga , praktek mengaji dan sholat, seperti itu kita dalam

memberi pendidikan moral

5. Metode apa yang anda gunakan dalam membina anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi ?

Page 95: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Ya mungkin metodenya yang saya pakai apa yang saya dapatkan disini juga ya dan

juga dari pengalaman saya dari di luar, misalnya mencoba memecahkan

permaslahan mereka dengan mengajak mereka shering, atau kadang-kadang nonton

bareng, dan setelah nonton kita tanya apa yang dipahami dari film itu gitu. Selain itu,

ya dengan memberikan bimbingan agama biasanya dengan memberikan praktek

ngaji dan sholat, memberikan nasehat, sering-sering bareng dan dengan

memperingatkan klo ada yang berprilaku tidak baik, gitu lah.

6. Apakah ada penduan khusus yang anda gunakan ketika mengajar anak jalanan ?

seperti apa ?

Mungkin klo panduan khusus gak ada ya, kita hanya memberikan pembinaan dengan

pengalaman kita ja, gak ada klo panduan khususnya.

7. Apakah anda merasa ada kesulitan dalam membina anak jalanan ?

Mungkin klo kesulitan ada kali’ ya, kesulitan pasti ada. Karena perbedaan anak

jalanan dengan anak rumahan itu beda banget. Klo anak jalanan ini bisa dibilang

lebih keras, gak mudah kita dalam merberikan pembinaan gak seperti anak rumahan

yang masih sama orang tuanya. Klo anak jalanan ini kan benar-benar tok dijalana itu

kan kehidupan mereka itu keras klo dibilang baku hantam kali’ ya. Ya klo kita

mendidiknya pelan-pelan ja dan harus dengan banyak gurauan-guarauan, jangan

terlalu serius di akrabin gitu lah, karena klo dengan serius gitu mereka cepat bosan.

8. Bagaimana cara anda mengatasi kesulitan tersebut ?

Saya rasa klo dalam mengatasinya saya mencari titik-titik permasalahannya, dengan

mereka bertingkah laku seperti itu kita mencari jalan solusinya. mungkin contohnya,

klo anaknya ini keras kita mencoba mengakrabinya ya dengan mengajak mereka

makan, merokok sambil ngobrol bareng dengan sambil meberikan nasehat yang baik.

Karena dengan seperti itu mereka akan terbiasa dengan melakukan perilaku yang

baik, sopan, menghormati kita. Ya dengan seperti itu.

9. Berapa hari anda mengajar anak jalanan dalam satu minggu ?

Seminggu mungkin 3 kali, 3 kali itu dari jam 8.00 sampe jam 11.00 siang. Di sela-

sala itu kita memberikan ilmu-ilmu pendidikan, ya salah satunya tentang pendidikan

moral lah. Tapi itu sifatnya gak formal ya. Karena mereka belajarnya di sini di

yayasan

10. Menurut anda, apakah ada perubahan pada diri mereka setelah mendapat pembinaan

di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Klo perubahannya sangat banyak, sangat banyak. Ya mereka seperti yang saya bilang

tadi mereka dengan diberikan pendidikan seperti itu mereka mulai terbiasa hidup

mandiri, hidup bersih dan mungkin tidak lagi main pukul hantam atau pukul-pukulan,

ya lebih murah hati lah klo dibilang, lebih mengerti klo dinasehati lebih nurut. Ya

sangat jauh berbesa dari sebelumnya waktu mereka masih berada dijalanan dan

setelah mereka berada di yayasan. Juga saya melihat mereka dengan masyarakat

sekitar yayasan sangat sopan lah bisa menjaga kesopanan, ya walaupun dari

penampilannya mereka seperti itu tapi mereka sopan. Cuman kan segala sesuatunya

butuh proses, ya kita pelan-pelan aja mendidiknya dengan cara kita. Dan akhirnya itu

bisa, udah sebagian besar dari mereka ada perubahannya.

Page 96: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Ali Santoso

Jabatan : Pendamping / Guru

Usia : 24 tahun

Pendidikan : S1

Tanggal : 17 April 2013

1. Sejak kapan anda menjadi pendamping (guru) di yayasan ini ?

Klo pendamping mungkin dari tahun 2007 kali’ ya. Awalnya kan saya dari anak

jalanan masuk sini dari tahun 1997, saya diasuh disini dan sekolahkan sampai kuliah.

Klo proses pengangkatannya gini kali ya, sedikit saya cerita ya mungkin ini dari

sikap pribadi saya karena sudah dibantu oleh yayasan, ya mungkin kita sudah

waktunya balas budi gitu, ya dengan sebagai pendamping anak, membantu program

yayasan, ya karena kesadaran sendiri kita ja buat membantu disini.

2. Kenapa anda berminat menjadi pendamping anak jalanan ?

Klo berminat pada dasarnya dari hati ya, klo dibilang kita kembali lagi ya kepada

kebaikan yayasan, kita hitungannya balas budi yayasan, mungkin nanti saya lulus

kuliah kita nanti ada kaderisasi, mungkin dari anak yang kita damping, kita

perdayakan sekarang nanti bisa jadi penggati kita.

3. Apa saja tugas anda sebagai pendamping anak jalanan ?

Klo kita disini tugasnya masing-masing, klo saya mendampingi anak-anak yang di

dilapanagan yang kadang-kadang punya masalah dengan hukum, bermasalah dengan

preman-preman, mungkin juga yang mempunyai perselisihan antar anak-anak di

luar.

4. Bagaimana proses pembinaan yang dilaksanakan di Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Klo pembinaan kita melakukannya sama-sama, tapi klo dari pembinaan keagamaan

sudah ada, khusus, baik itu dari kan Abdus sendiri, dan kak Zayyadi sendiri ya. Dan

untuk masalah tingkah laku itu saya sendiri untuk bagaimana mereka berprilaku yang

sopan sama warga, di yayasan sendiri sama teman-teman yang lain

5. Metode apa yang anda gunakan dalam membina anak jalanan di Yayasan Bina Anak

Pertiwi ?

Mungkin kita awalnya pendekatan kali ya, sering atau musyawarah, apa sih kemauan

anak itu, mungkin kemauan anak seperti apa kita ikuti, mungkin yang awalnya

mereka pecandu kita jauhkan mungkin dengan kita kasih rokok gitu. Mungkin kita

suruh kurangi make, sampai lama-lama kelamaan mereka tidak lagi make. Dan

indikator kita saat ini bisa dibilang 90% berhasil menjauhkan mereka dari obat-

obatan

6. Apakah ada penduan khusus yang anda gunakan ketika mengajar anak jalanan ?

seperti apa ?

Klo panduaan khusus gak ada kali’ ya, hanya saja kita melakukan pemantaun-

pemantauan aja baik di yayasan atau di lapangan. Karena kadang kita

kecolongannya gini klo mereka gak di pantau di jalan mereka semaunya ja. Dan klo

tahu mereka di pantau mereka cari lapak-lapak yang aman. Klo mereka berada di

yayasan mereka sopan sama kita khususnya sama pengurus dan warga.

7. Apakah anda merasa ada kesulitan dalam membina anak jalanan ?

Klo dibilang kesulitan ya pasti ada, itu pasti ada, itu manusiawi kita, kesulitannya ya

mungkin yang awalnya mereka susah di ataur, ya adalah yang susah di atur, dari

100% ada 10% yang susah diatur, mereka ingin maunya sendiri misalnya, terutama

di luar yayasan. Kadang meraka bermasalah dengan hukum, bermasalah dengan

preman di luar. Dan ketika dinisi mereka nasehati setelah keluar dari yayasan dan

balik lagi udah lupa lagi sama apa yang sudah dinasehati kita, itu susahnya….

Page 97: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

8. Bagaimana cara anda mengatasi kesulitan tersebut ?

Klo saya pribadi gini, tergantung anak ya, kadang gini klo anaknya bermasalah

dengan hukum kita lihat dulu dia kasusnya seperti apa, misalnya gini yak lo kasusnya

narkoba kita masih bisa negosiasi sama kapolsek apalagi klo orang kapolsek tahu klo

anak itu anak yayasan sini bisa dimaklumi lah. Klo urusannya sama preman itu yang

sulit, tak mungkin saya sendiri berhadapan dengan banyak preman kan, jadi saya

bikin patner preman juga biar preman berhadapan dengan preman juga. Klo

bemasalah dengan kesehatan kita back up

9. Berapa hari anda mengajar anak jalanan dalam satu minggu ?

Klo seminggu tergantung, kadang saya mengajar dua atau tiga hari, disini kan tidak

hanya ada satu atau dua pelajaran, juga timnya tidak hanya dua atau tiga orang,

disini mungki ada enam orang. Ya saya hanya mengajar dua atau tiga hari saja.

10. Menurut anda, apakah ada perubahan pada diri mereka setelah mendapat pembinaan

di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Klo perubahan pasti ada Cuma prosesnya sangat lama bukan Cuma satu, dua tahun

ya butuh waktu sangat panjang ya, kayak yang saya bilang tadi contohnya anak yang

awalnya pecandu itu kan prosesnya gak langsung bleek, butuh waktu yang panjang.

Ada juga yang hanya dengan waktu enam bulan atau satu tahun udah normal seperti

orang biasa atau anak rumahan disini ada, Cuma ketika mereka kembali ke jalanan

lagi mengikuti teman-temannya ya kembali lagi seperti itu. Jadi untuk proses

perubahan prilaku mereka itu cukup lama. Tapi klo pemanpilan perubahannya bisa

dibilang cepat ya yang biasanya mereka berpakaian pank sekarang sudah rapi.

Karena kita selalu memberikan nasehat kepada mereka untuk rapi, wangi gitu ketika

mau ngamen biar orang enak melihatnya, klo berpakaian pank kan orang resah

melihatnya. Ya alhamdulillah lah anak-anak sini banyak perubahannya.

Nama : Ibu Teti (warga)

Umur : 42

Tanggal : 27 September 2013

1. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal disini ?

Berapa ya, dari umur 13 tahun saya sudah disini, dari sekitar tahun 1990-an gitu

sudah disini.

2. Bagaimana pandangan bapak/ibu dengan keberadaan Lembaga Sosial Yayasan Bina

Anak Pertiwi ?

Ya lumayan lah cukup membantu, Yayasan sering membantu orang-orang sakit, untuk

anak sekolah, banyak kok…..

3. Bagaimana bapak/ibu melihat anak jalanan yang ada di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Klo melihat keberadaan anak jalanan disini biasa-biasa saja, gak pernah

mengganggu kok, cuman penampilannya ada yang menyeramkan, tapi ada juga yang

bersih dan rapi.

4. Menurut pandangan bapak/ibu, apakah ada perubahan pada perilaku anak jalanan

setelah mendapat pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi di bandingkan

sebelumnya ? contohnya seperti apa ?

Klo perubahan ada, ya kayak mereka ketika lewat depan orang selalu menyapa.

Kadang mereka juga sering nganterin orang klo mau ke rumah sakit, ya klo perilaku

sopan lah mereka

Page 98: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Moh. Nasir (Pak RT)

Umur : 26 tahun

Tanggal : 27 September 2013

1. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal di sini ?

Saya mah tinggal di sini sudah dari kecil, klo sampai sekarang sudah berapa

tahun itu.......

2. Bagaimana pandangan bapak/ibu dengan keberadaan Lembaga Sosial Yayasan

Bina Anak Pertiwi ?

Klo pandangannya sih bagus, ya cukup membantu warga yang kurang mampu,

klo ada yang sakit, klo ada yang kurang biaya sekolah dibantu sama Yayasan.

3. Bagaimana bapak/ibu melihat anak jalanan yang ada di Yayasan Bina Anak

Pertiwi ?

Klo masalah anak jalanan relatif gak ada masalah, gak ada yang pernah

mengganggu warga kok, gak pernah macem-macem. Mereka baik-baik saja kok

dengan warga.

4. Menurut pandangan bapak/ibu, apakah ada perubahan pada perilaku anak jalanan

setelah mendapat pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi di bandingkan

sebelumnya ? contohnya seperti apa ?

Klo dari perilaku sih ada, ya walupun mereka keluar masuk gitu tapi mereka

sopan, dulu mereka kadang berbicara keras tu tapi sekarang sudah gak. Terus

ketika mereka bertemu orang yang warga sini di jalan mereka menyapanya.

Nama : Dede Saputra

Asal : Jakarta

Tinggal : Pasar Minggu

Usia : 18 tahun

Pendidikan : paket B

Tanggal : 6 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Kurang lebih 15 tahun, aktivitas dijalanan ya ngamin-ngamin aja dan nongkrong

sama teman-teman. Klo pendapatan dari ngamin tiap hari tergantung sih ya paling

banyak Rp. 15.000, itu udah klo rame-rame lah. Sekarang tahu sendiri pengamin

ngambrak.

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Ya pertama karena faktor ekonomi keluarga, ya ekonominya sulit lah, waktu di rumah

karena saya tak ingin membuat orang tua susah saya ingin mandiri ja.

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Alhamdulillah baik-baik aja, tapi saya hanya berbagi waktu saja kadang di rumah,

kadang di yayasan.

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Abang saya, dia pernah tinggal disini sebelumnya sekitar tahun 2004 apa ya

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya karena, kan rumah saya kecil tu ngontrak, saya lima beraudara sedangkan rumah

beberapa petak doang klo saya tidur disono kan pasti sempit-sempitan, makanya saya

tinggal disini.

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Page 99: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Sekitar 5 tahun.

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Wah banyak, pengalamannya juga banyak. Seperti kegiatan montir motor, pendidikan

paket B dan belajar mengajar, sekarang karena kak Wahdah jarang kesini ya

belajarnya sudah jarang. Klo dulu sangat sering sekali bang. Dan juga disini banyak

temanya, bisa ngumpul-ngumpul klo di rumah bete.

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Pastinya itu bang, contohnya disini kita diajarkan bersikap sopan dan saling

menghormati. Karena disini kita punya tetangga bukah hidup di hutan.

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Waktu itu pernah sama kak Ali, karena kak ali sudah gak ada gak ada yang ngajarin

agama lagi. Contohnya belajar sholat dan ngaji, klo yang belum bisa al-qur’an dari

iqro’ dulu gitu. Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa ngaji dikit-dikit.

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Manfaatnya ya buat nambah-nambah pengalaman di kemudian hari. Contohnya

kayak montir motor, yayasan kan mau buka bengkel motor, alay yang mau buka tu,

dan yang anak menjadi pekerjanya anak-anak yayasan gitu.

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Klo ngamin sekarang sudah jarang-jarang gak kayak dulu lagi. Klo dari segi sikap

dikit-dikit tapi ada perubahannya, lumayan lah dari sebelum-sebelumnya. Klo dulu

saya suka berantem, sekarang udah gak bang.

Nama : Riski Saputra

Asal : Jakarta

Tinggal : Yayasan Bina Anak Pertiwi

Usia : 18 tahun

Pendidikan : SMP

Tanggal : 8 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Sudah 3 tahun, aktivitas yang dilakukan ngamin, ya ngamin gitu dah gak ada yang

lain. Klo pendapatan perhari dari ngamin ya lumayan paling Rp. 30.000 – 40.000

gitu.

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Keingin, kemauan sendiri bang

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Ya baik, selama ini hubungan kami lancar-lancar aja masih sering ketemu juga kok

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Pembinanya, namanya kak Alay. Pertamanya ketemua sama anak-anak yayasan dulu,

terus Alay yang ngajak dan didata

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya enak bareng-bareng ma anak-anak yang lain, anak-anaknya juga asyik-asyik dan

pembinanya juga baik, ya pokoknya enak lah bareng-bareng disini

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Sekitar 2 tahunan

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Selama ini yang saya dapatan jalan-jalan doank

Page 100: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya, sama kak Abdus. Seperti disuruh buang sampah, ngepel lantai apa kek dan nyapu

yayasan

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Ya, kayak ngaji. Sekarang saya sudah bisa ngaji dan shalat, tapi jarang-jarang sih.

Klo udah waktunya ngaji gak ngaji dihukum, ya cuma di cubit doank….hahahaha

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Manfaatnya apa ya aduh bingung, ya manfaatnya sekarang mungkin saya sudah

menjadi orang yang lebih baik kali’ ya, klo yang hidupnya dulu lontang lantung di

dimana-mana gtu

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Udah gak, klo dulu kan parah banget ya benar-benar di jalan banget, klo sekarang

gak. Klo dari prilaku ada perubahan klo dulu di jalanan terus sering mabuk,

berantem, begitu lah, ya lontang lantung dan sekarang setelah tinggal disini udah

lebih baikan.

Nama : Faisal Saputra

Asal : Jakarta

Tinggal : Yayasan Bina Anak Pertiwi

Usia : 18 tahun

Pendidikan : SMP

Tanggal : 8 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

2 tahun, aktiviatasnya ya ngamin aja di disekitar jakarta. Klo pendapatan tergantung,

ya Rp. 30.000 – 35.000

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Ya emang kemauan sendiri.

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Baik, komunikasi masih dan sering ketemu

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Pembinanya, kak Ida ma kak Abdus.

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya karena tempatnya nyaman dan orangnya juga baik-baik, enak juga tempatnya

disini. Ya pokoknya enak lah gitu

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Ada 2 tahun

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya kadang-kadang futsal, terus apa namanya itu ? pelatihan bikin sandal

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya diajarin prilaku baik, seperti harus sopan. Ya harus sopan kepada ketua-ketuanya

disini kepada teman-teman sekitar, terhadap tetangga-tetangga sini juga

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Di ajarin, seperti ngaji dan sholat. Tapi untuk melakukannya sih jarang-jarang. Dan

bersyukur aja setelah dapat pembinaan kayak itu saya tahu sekarang walau jarang-

jarang melakukannya.

Page 101: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Lumayan banyak yang bisa saya contoh dari sini, ya contohnya saya sudah bisa ngaji

dan sholat dikit-dikit, membuat sandal juga.

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Masih sama ja, masih tetap ngamin. Tapi klo dari segi sikap ada perubahan lah, saya

sekarang ingin mencari kerja. Klo dulu kerjaannya nagimin, ngamin, ngamin,

sekarang mau kerja aja dan mau jadi orang yang lebih baik.

Nama : Gifli

Asal : Makasar

Tinggal : Yayasan Bina Anak Pertiwi

Usia : 18 tahun

Pendidikan : SMK

Tanggal : 12 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Dari tahun 2005 (8 tahun), aktivitas yang saya lakukan sekarang nyopir ja bang dari

pasar minggu blok M, ya klo pendapatan perhari klo giat gak mati lah Rp. 100.000

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Karena faktor rumah tangga, ya ada sedikit berselisih ja. Saya merasa gak nyaman ja

tinggal di rumah bang

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Baik-baik ja, secara komunikasi masih ada tapi udah jarang banget bang

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Teman juga, namanya iwan.

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya mau tinggal disini ja, disini banyak banyak yang saya dapatkan seperti pembinaan

etika dan pendidikan dari SMP, SMK yang dibiayai oleh yayasan.

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Ya dari tahun 2005 itu.

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Dapat semuanya, seperti belajar terutama ilmu agama. Disini ada pembinanya yang

mau membimbing kita bang.

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Diajarin, seperti cara beretika yang baik, disuruh menghormati sesama orang di

asrama dan orang sekitar

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Diajarkan, seperti ngaji yang dulu sempat putus. Alhamdulillah sekarang sudah bisa

melakukanya. Selain ngaji juga sholat, tapi klo disuruh melakukannya jarang-jarang

sih bang

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Ya banyak lah, ya bisa sopan di jalan, menjaga sikap di jalanan terhadap orang, gak

tertalu brutal lah

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Page 102: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Udah gak, klo dulu ngamin, ngernit, ngamin, ngernit, sekarang mah metap jadi sopir

ja bang. Klo sikap udah bisa berubah bang, dulu brutal sekarang bisa menghormati

orang bang.

Nama : Riska Apriani

Asal : Jakarta

Tinggal : Jaka karsa

Usia : 15 tahun

Pendidikan : SD

Tanggal : 16 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Ya paling 1 tahun lah, dijalanan biasanya ngamen tapi sekarang sudah narik kopaja

jadi kernit dari wisma tani sampe mampang. Klo pendapatan perhari ya tergantung

peling lah Rp. 50.000 ke atas

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Gak ada, hanya kemauan sendiri ja

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Sekarang udah gak ngikut keluarga kak, kalau hubungan masih ada tapi udah gak

pernah pulang ke rumah sekarang

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Kak Lia, waktu itu saya lagi ngamen di wisma tani terus diajak ke yayasan, teman sih

yang ngajak, diajak kesini akhirnya, ya akhirnya masuk kesini kemudian langsung

didata sama kak Lia

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Kurang tahu ya, ya paling ada 1 tahun kurang gitu

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Ya sekitar 1 tahunan lah

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Gak pernah mengikuti kegiatan sih, ya paling klo ada acara doank seperti belajar. Ya

belajar bersama sama orang-orang sini.

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya, seperti disuruh sopan sama orang tua, nurut sama orang tua, banyak sih

pokoknya. Klo yang ngajari itu biasa kak Ari

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Wah gak klo itu kak, saya gak pernah ikut

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Manfaatnya sih banyak, setelah dapat pembinaan disini saya jadi lebih baik terutama

dari sikap, dulu saya orangnya gak enak banget tapi sekarang udah lebih baik kok

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Udah gak, klo sebelumnya masih sering kejalanan gak pulang, sekarang udah di

rumah terus. Klo sikap jauh lebih baik kak udah bisa sopan sama orang tua

Page 103: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Maria Gureti

Asal : Jakarta

Tinggal : Cijantung

Usia : 17 tahun

Pendidikan : SMP

Tanggal : 16 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Baru 2 tahun, ya pekerjaan dijalanan ngamen ja sama anak-anak di daerah pejaten.

Klo pendapatan perhari klo lagi rame ada Rp 50.000, klo sepi ya paling Rp 20.000 ja

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Ini apa ya, karena pengin bebas ja, juga kan orang tua saya jauh, ya kurang dapat

perhatian ja dari orang tua

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Klo sama keluarga masih baik-baik ja kok, komunikasi masih baik, tapi klo ketemu

jarang-jarang sih, tapi masih baik kak

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Kak Lia, ya waktu itu kak Lia datang, kan dulu saya nongkrong di wisma tani

kemudian di data langsung dan disuruh bergabung di yayasan biar mendapat

bimbingan sih gtu katanya, ya udah saya mau

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya karena enak ja sih di yayasan ini, enaknya ya karena banyak temannya dan juga

kakak-kakaknya baik-baik, juga bisa ngelanjutin sekolah lagi disini

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Kurang lebih satu tahun

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Apa ya, banyak sih, dulu pas waktu masih ada kak Fifah, klo kak fifah lagi masak

buat anak-anak sering bantuin, bantuin masak juga dan cuci piring juga sama anak-

anak

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya di ajarkan, sepreti di suruh pulang klo dulu kan jarang pulang dan beberapa

bulan gak pulang-pulang, ya disuruh pulang temui keluarga gitu sih sama kakak-

kakak sini

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Klo disini kan mayoritasnya islan kan, klo agama saya kan katolik jarang sih, paling

agama islam ja tapi saya denger-dengerin juga yang

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Ya klo dulu kan di rumah sering males-malesan terus gak bantuin keluarga, nenek

sendirian di rumah gitu ya, pas disini kan sering bantuin masak dan segala macem

ya, di rumah ya dilakukan juga sekarang

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Udah gak, sekarang udah tinggal di rumah. Klo dari segi prilaku ada sih

perubahannya, sekarang lebih nurut ja sama orang tua.

Page 104: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Indri

Asal : Jakarta

Tinggal : Mangga Besar, Jakarta

Usia : 15 tahun

Pendidikan : SMA

Tanggal : 16 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

1 tahun kurang sih, kegiatan dijalanan ya ngamin sih gak ada lagi, ya ngamin

pulang, ngamin pulang doang. Ngaminnya biasa muter-muter dari mampang – mabes

gitu. Klo pendapatan gak tentu gimana sewanya klo sewanya bagus ya dapat gocap

lebih, klo sewanya jelek ya dapet Rp 20.000 – 30.000

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Yang pasti faktor utama keluarga, yaitu problem mama papa. Ibu jarang di rumah

jarang memberi perhatian sama anak-anaknya. Juga karena ekonomi keluar sih

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Klo sama bapak ya gitu dah kadang akur, kadang gak. Klo sama ibu baik-baik ja.

Tapi komunikasi sama bapak masih lah ya walaupun agak renggang gitu. Klo pulang

ya tiap hari pulang lah kak

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Teman, kenal sih sama bocah-bocah disini dibawa terus didaftarin juga disini, dan

sekarang jadi anak sini

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya karena disini banyak teman kali’ ya, banyak pengalaman juga yang didapat disini,

kayak pendidikan dan pembinaan gitu dari kakak-kakak disini

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Udah berapa ya, udah lama juga sih, ya kurang lebih 1 tahunan dech kurang

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Banyak, kan disini ada tu kayak pembinaan rehabilitasi perokok tu, ya itu dapat juga

pelajaran dari kayak itu. Pendidikan juga, kayak yang selalu diajarkan disini untuk

mendiri gitu, ya belajar mandiri lah

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Iya lah, pasti lah itu mah, seperti disuruh sholat dan disuruh berpakaian sopan lah

terus ngomong yang baik gitu, ya itu lah.

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Pasti lah diajarkan ilmu agama itu nomor satu, ya seperti ngaji, sholat, baca Qur’an,

biasanya yang ngajarin Pembina-pembinanya, dan alhamdulillah sekarang sudah

bisa melakukannya tapi jarang-jarang, sibuk saya ….hahaha

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Ya banya, salah satunya lebih baik ja. Dulu kan saya jarang baget pulang tu satu

minggu, dua minggu gak pulang, setelah dapat pembinaan disini saya pulang tiap

hari, ya karena disuruh pulang sama Pembina disini.

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Masih, cuma jarang ja sekarang udah gak kayak dulu lagi. Klo sikap ada perubahan

tapi tidak sepenuhnya berubah cuma sedikit-sedikit ja, ya kayak dari segi berpakaian

ja lah gitu.

Page 105: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Dia Nurlela

Asal : Jakarta

Tinggal : Jaka karsa

Usia : 13 tahun

Pendidikan : SD

Tanggal : 17 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Ya baru 2 bulan doang, ya ngamin ja di daerah cilandak atau di wisma tani. Klo

pendapatan perhari kecilnya ya Rp 20.000, klo besarnya ada Rp 50.000 lebih

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Iseng ja karena pertama kali melihat ada yang ngamen tu terus diajak-ajak, ya ikut-

ikutan ja sampe sekarang

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Ya akrab, baik-baik ja. Klo orang tua gak mau saya ngamen dijalanan tapi itu

kemauan saya sendir

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Teman, waktu itu yang ngajak namanya Wati. Petama-tamanya sih ada kakak-kakak

datang terus didaftarin gitu dikasih tahu.

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya mau aja, pertama dinisi banyak teman, juga kakak-kakaknya baik-baik selalu

mengajarkan kita semua disini yang baik-baik gitu

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Ya 2 bulan itu

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Apa ya, paling jalan-jalan, kadang-kadang juga dapat buku buat sekolah, gitu aja

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya, seperti diajarkan sopan santun dalam menghadapi kakak-kakak disini, disuruh

menghormati orang yang lebih tua, udah gitu ja. Yang sering mengjarkan itu ya Kak

Abdus.

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Gak, lum pernah, yak arena saya gak tinggal disini. Klo yang tinggal dinisi diajarin

kayak ngaji gitu.

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Ya banyak pengalaman ja, kayak bisa ngumpul-ngumpul bareng dan jalan-jalan

bareng sama anak-anak sini, gitu aja

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Udah gak, udah jarang. Klo prilaku udah lebih baik sekarang.

Page 106: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Maryam

Asal : Jakarta

Tinggal : Jakarta

Usia : 16 tahun

Pendidikan : SMA

Tanggal : 20 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Udah lama sekitar 1 setengah tahun lah, ya kegiatannya dijalanan ngamin ja.

Ngaminnya di daerah mampang sana. Klo pendapatan gak tentu sih ya paling dari Rp

15.000 – 35.000

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Karena ekonomi keluarga kak, saya cuma ingin membantu ekonomi keluarga ja di

rumah.

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Klo sama keluarga masih baik-baik ja kok, komunikasi masih baik, masih ketemu tiap

hari kok

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Namanya kak Lia, pas saya lagi ngamen datang kak Lia kemudian diajak ke yayasan,

dan di data sama yayasan.

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Ya karena disini banyak temannya, banyak pengalaman juga yang didapat disini,

kayak pendidikan dan pembinaan gitu

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

1 tahunan lah kayaknya

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Banyak kak, kayak pendidikan, pelatihan dan belajar bersama disini, banyak lah

pokoknya

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Pasti lah kak, kayak disuruh sholat dan disuruh berpakaian sopan lah terus ngomong

yang baik dan sopan kepada orang yang lebih tua gitu

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Ya, kayak belajar ngaji, sholat, sama kakak-kakaknya disini, seperti yang sering

ngajarin tu kak Ari

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Apa ya ? ya manfaatnya sih banyak, seperti dari sikap kali’ ya, yang dulunya saya

orangnya gitu banget tapi sekarang udah lebih mendingan lah

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Klo ngamen masih kak, tapi Klo dari sikap ada perubahan walaupun cuma sedikit-

sedikit

Page 107: PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI LEMBAGA SOSIALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33512/3/... · bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Dewi Apriani

Asal : Jakarta

Tinggal : Jakarta

Usia : 15 tahun

Pendidikan : SMP

Tanggal : 20 April 2013

1. Sudah berapa lama kamu menjadi anak jalanan ?

Kurang lebih 1 tahun, aktiviatasnya ya ngamin aja di disekitar jakarta. Klo

pendapatan tergantung, ya Rp. 20.000 – 35.000

2. Apa yang menyebabkan kamu menjadi anak jalanan ?

Kemauan sendiri kak, sering diajakin teman juga sih

3. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ?

Baik, komunikasi masih dan sering ketemu

4. Siapa yang membawa kamu tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Kak alay, dia ngajak saya ke yayasan dan di data

5. Kenapa kamu mau tinggal/ masuk di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Mau aja kak, munkin dinisi banyak temannya, kakak-kakaknya baik-baik selalu

mengajarkan kita semua disini yang baik-baik gitu

6. Berapa lama kamu tinggal/ masuk dan mengikuti pendidikan di yayasan ?

Baru 5 tahunan

7. Kegiatan apa saja yang kamu dapatkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

Paling pendidikan doang kayak program paket disini, ya kayak pelatihan juga, dulu

ada tu pelatihan bikin sandal, ya itu ja

8. Apakah kamu diajarkan untuk berperilaku baik di Yayasan Bina Anak Pertiwi ?

seperti apa ?

Ya, kita selalu diajarin prilaku baik sama kakak-kakak disini, seperti harus sopan. Ya

harus sopan kepada ketua-ketuanya disini kepada teman-teman sekitar, terhadap

tetangga-tetangga sini juga

9. Apakah kamu juga diajarkan tentang ilmu agama di yayasan ? seperti apa saja?

Ya, di ajarin, seperti belajar ngaji dan sholat.

10. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah ikut program pembinaan di yayasan ?

Banyak lah kak yang bisa saya dapat dari sini, ya contohnya saya sudah bisa ngaji

dan sholat dikit-dikit, udah ada perubahan dari prilaku saya gitu

11. Apakah sekarang masih beraktifitas menjadi anak jalanan seperti sebelumya ?

kenapa?

Masih, masih tetap ngamin. Tapi klo dari segi sikap ada perubahan lah, dulu saya

sering membatah orang tua tapi sekarang udah gak lagi kak