pembiayaan pembangunan

22
Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 1 Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan 1. Tugas Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Terkait dengan Otonomi Daerah UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait dengan pengertian otonomi daerah dan daerah otonom, berarti bahwa masing-masing daerah mempunyai wewenang penuh ntuk mengatur daerahnya tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang. Hal ini berarti daerah memiliki hak daerah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur daerahnya masing-masing. Adapun hak daerah ini dituangkan dalam pasal 21 UU No.32/2004 yaitu; a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. memilih pimpinan daerah; c. mengelola aparatur daerah; d. mengelola kekayaan daerah; e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya g. yang berada di daerah; h. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan i. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

Upload: lina-kurnia

Post on 27-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tugas Pembiayaan Pembangunan

TRANSCRIPT

Page 1: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 1

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

1. Tugas Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Terkait dengan Otonomi

Daerah

UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa

otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun daerah otonom,

selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terkait dengan pengertian otonomi daerah dan daerah otonom, berarti bahwa

masing-masing daerah mempunyai wewenang penuh ntuk mengatur daerahnya

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang. Hal ini berarti

daerah memiliki hak daerah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur daerahnya

masing-masing. Adapun hak daerah ini dituangkan dalam pasal 21 UU No.32/2004

yaitu;

a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

b. memilih pimpinan daerah;

c. mengelola aparatur daerah;

d. mengelola kekayaan daerah;

e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya

g. yang berada di daerah;

h. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

i. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Page 2: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 2

Selanjutnya selain hak daerah, ada pula yang disebut kewajiban daerah seperti

yang tertuang dalam pasal 22 UU No.32/2004 yaitu;

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

h. mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. melestarikan lingkungan hidup;

l. mengelola administrasi kependudukan;

m. melestarikan nilai sosial budaya;

n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya; dan

o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Sehubungan dengan kedua hal di atas, dana perimbangan yang dapat

dimanfaatkan oleh daerah berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan

Dana Alokasi Khusus. Dana ini didapatkan dari berbagai sumber seperti pajak dan

sumber daya alam. Akan tetapi, perolehan dana perimbangan ini belum tidak dapat

dikatakan merata untuk setiap daerah, terutama untuk perolehan dana bagi hasil yang

bersumber dari sumber daya alam. Hal ini terjadi karena dana bagi hasil berarti

perolehan dana yang dimanfaatkan untuk kepentingan daerah berasal dari sumber

daya alam daerah tersebut, sehingga besar perolehan dana yang diberikan tergantung

dari hasil sumber daya alam masing-masing daerah.

Dana Alokasi Umum sendiri adalah dana yang diberikan secara merata

keseluruh wilayah daerah untuk pembangunan. Dana ini dimaksudkan untuk

Page 3: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 3

digunakan sebagai dana regular tahunan untuk pembangunan sehingga bisa

meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. akan tetapi, pada

kenyataannya pembagian yang merata ini belum bisa membuat pertumbuhan

kesejahteraan masyarakat meningkat secara merata. Faktor jarak dan lokasi juga

mempengaruhi pembangunan daerah yang terhambat. Pada umumnya pembangunan

berjalan lebih lancar jika lokasi yang dipilih berada dekat dengan pusat kota atau

pusat pemerintahan sehingga pembangunan benar-benar dimaksimalkan untuk

memperlihatkan kesuksesan pembangunan pada semua pihak. Akan tetapi, lokasi

pembangunan yang jauh dari pusat kota atau pusat pemerintahan seringkali

terlupakan karena kurangnya perhatian ke lokasi yang jauh, terutama bila lokasi

tersebut berada pada jarak tempuh yang sulit dengan medan yang sulit dilalui.

Dinilai dari namanya, dana alokasi khusus adalah dana yang diperuntukkan

untuk kegiatan pembangunan khusus yang ditentukan pemerintah terkait dengan

prioritas pembangunan nasional. Adanya dana alokasi khusus dapat membantu

daerah untuk mewujudkan pembangunan dengan kegiatan khusus yang dapat menjadi

ciri khas daerah tersebut. Akan tetapi, adanya prioritas untuk perolehan dana ini

menimbulkan persaingan antar daerah untuk mengajukan proyek/kegiatan khusus

kepada pihak pemerintah pusat untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan.

Seringkali, dana yang diberikan jatuh ke pihak yang tidak terlalu membutuhkan

karena banyaknya permohonan dana yang masuk sehingga pemerintah pusat

kesulitan menangani penentuan prioritas proyek terpilih.

Masalah lain yang muncul dari pembagian dana perimbangan ini adalah

ketentuan untuk menghabiskan dana tepat dalam dalam jangka waktu satu tahun.

Besarnya dana yang dihabiskan pada tahun sebelumnya akan dijadikan pertimbangan

untuk perolehan dana perimbangan tahun selanjutnya, sehingga daerah berlomba-

lomba membangun berbagai macam fasilitas untuk menghabiskan dana perimbangan

yang diberikan agar besarnya dana perimbangan yang diberikan tahun selanjutnya

tidak akan mengalami pengurangan jumlah. Hal ini mengakibatkan daerah cenderung

membangun fasilitas atau melaksanakan kegiatan dengan terburu-buru tanpa rencana

yang matang sehingga fasilitas atau kegiatan yang dilakukan cenderung hanya

Page 4: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 4

berlangsung setengah jalan atau selesai hingga akhir namun dengan hasil yang kurang

memuaskan.

Berbagai permasalahan ini timbul akibat berubahnya peraturan dari tahun ke

tahun, sehingga pemerintah daerah kesulitan untuk menentukan sikap dalam

melangsungkan pembangunan. Selain itu, kesulitan yang dialami pemerintah pusat

dalam pembagian dana perimbangan juga disebabkan karena jumlah permohonan

kegiatan yang masuk banyak dengan proyek yang relatif sama sehingga prioritas

proyek sulit untuk ditentukan. Untuk itu dibutuhkan adanya fokus pembangunan baik

dari pihak pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga pembangunan

Indonesia dapat berjalan lancar dan pemerataan pembangunan dapat terwujud.

2. TUGAS PENGGOLONGAN PAJAK DAERAH DAN PAJAK PUSAT

Latar Belakang

Penerapan sistem pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi membuat adanya

penyerahan sejumlah kewenangan yang salah satunya berupa pembiayaan yang

dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah), dengan komponen utamanya

adalah penerimaan yang berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber

pembiayaan pembangunan di semua negara. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan

tentang perpajakan yang mampu menjamin adanya efisiensi dan efektivitas

pengelolaan pajak. Reformasi pajak sebagai bagian dari reformasi ekonomi di

Indonesia merupakan suatu usaha untuk mengelola sumber-sumber keuangan negara.

Secara umum, reformasi pajak adalah proses perubahan atas sistem perpajakan yang

ada, yang tidak sesuai dengan kondisi yang berkembang mengarah pada sistem yang

lebih baik.

Menurut undang-undang no. 28 tahun 2007 tentang KUP, pajak adalah

kontribusi wajib pajak kepada negara yang terhutang oleh pribadi/badan yang bersifat

memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. Dari

definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

Page 5: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 5

1. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah

Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan Undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan

kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran -

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Tinjauan Pustaka

Pada umumnya pajak digolongkan atas beberapa bagian seperti Pajak

Langsung dan Pajak Tidak Langsung, menurut sifat pajak yaitu pajak subjektif dan

objektif, penggolongan pajak menurut lembaga pemungutnya yaitu pajak pusat dan

pajak daerah, serta menurut pajak pribadi atau menurut pajak kebendaan.

A. Menurut Golongannya:

1. Pajak langsung, pajak yang dikenakan pada wajib pajak dan tidak dapat

dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Dalam arti ekonomis ialah

pajak yang beban pembayarannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Pajak

angsung dalam arti administratif ialah pajak yang dipungut secara erkala.

Contoh: pajak penghasilan (Pph)

2. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

ilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian ekonomis adalah ajak

yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, ang

menanggung beban pajak pada akhirnya adalah konsumen. Dalam

engertian administratif adalah pajak uang dipungut setiap terjadi eristiwa

yang menyebabkan terhutangnya pajak. Misal saat penyerahanpenjualan

dari produsen pada konsumen, saat pembuatan akta, suratpersetujuan

(sewa menyewa, jual beli, pinjam meminjam), pajak pertambahan nilai

Page 6: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 6

(Ppn), pajak bea materai (pajak atas dokumen), bea balik nama, pajak

tontonan dan sebagainya.

B. Menurut Sifatnya:

1. Pajak Subjektif (pajak perseorangan); ialah pajak yang berpangkal atau

berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib

pajak. Dalam pemungutannya pertama-tama memperhatikan keadaan

pribadi pembayarnya (subyeknya). Status pembayar pajak akan

mempengaruhi besar kecilnya pajak yang akan dibayarkan. Misal status

bujangan atau perawan, status kawin, jumlah tanggungan keluarga dalam

pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi,

2. Pajak objektif. (pajak kebendaan); yaitu pajak yang berpangkal pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam

pemungutannya pertama-tama melihat obyeknya baik berupa benda,

keadaan perbuatan dan peristiwa yang menyebabkan kewajiban membayar

pajak. Besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya,

setelah ketemu obyeknya baru dicari subyeknya (orang atau badan yang

bersangkutan), contoh: PPN, PKB dan PBB.

C. Menurut Lembaganya Pemungutnya:

1. Pajak Pusat (Pajak Negara); adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen

keuangan dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara

pada umumnya. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea

Materai. Pajak yang dipungut pemerintah pusat, adalah oleh:

Dirjen Pajak, yakni:

PPh: Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi

atau badan pada tingkat keberhasilan tertentu

PPN (Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa) dan Ph.Bm. (pajak

penjualan atas barang mewah). Keduanya merupakan satu kesatuan sebagai

pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri oleh karena itu terhadap

Page 7: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 7

penyerahan atau import barang mewah selain dikenakan pajak pertambahan

nilai juga dikenakan pajak penjualan atas barang mewah

PBB adalah pajak atas harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah dan

bangunan (property tax)

Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen

Bea Lelang adalah pajak yang dikenakan atas barang yang penjualannya

dengan cara penjualan lelang

Dirjen Bea Cukai, yaitu:

Bea Masuk: bea atas barang masuk ke dalam kawasan pabean

Pajak Eksport (bea keluar)

Pajak Pertambahan Nilai (import): khusus untuk barang yang dibeli dari luar

negeri

Dirjen Moneter, yaitu:

Pajak atas minyak bumi sbg penghasilan produk

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemda berdasarkan perda

masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah

tanggadaerah masing-masing

2. Pajak Daerah, menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Perubahan

atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapatdipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah

dan pembangunan daerah.

Pajak daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, Pajak Kenderaan Bermotor dan

Kenderaan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor, Pajak

Kabupaten/Kota, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, ajak Reklame,

Pajak Penerangan Jalan. Sesuai UU no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah

dan retribusi daerah, pajak yang dipungut pemerintah daerah, adalah:

Pemda Propinsi, yakni:

Page 8: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 8

Pajak Kendaraan Bermotor;

Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

Pajak bea balik nama tanah (pulasi);

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

Pajak air permukaan

Pajak rokok

Pajak ijin menangkap ikan di wilayahnya.

Pemda Kabupate/Kota, yaitu:

Pajak pertunjukan dan keramaian umum ;

Pajak hotel

Pajak air tanah

Pajak mineral bukan logam dan batuan

Pajak parkir

Pajak bumi bangunan perdesaan dan perkotaan

Pajak air tanah

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Pajak reklame ;

Pajak anjing;

Pajak kendaraan tidak bermotor;

Pajak pembangunan;

Pajak radio;

Pajak jalan;

Pajak bangsa asing;

Pajak potong hewan; dll.

Pemungutan lain bagi daerah, antara lain: bea jalan/jembatan, bea pangkalan,

bea penambangan, bea sepadan/izin bangunan, bea penguburan, bea atas pengujian

kendaraan bermotor, retribusi jembatan timbang, retribusi bus, taksi, retribusi tempat

rekreasi, retribusi pasar, retribusi pesanggrahan, retribusi pelelangan ikan. Sedangkan

Page 9: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 9

Pajak yang dipungut atas barang tentang bea cukai daerah adalah bea rokok dan bea

beras.

Namun dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis pajak Kabupaten atau

Kota selain yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas dengan memenuhi

kriteria sebagai berikut Kurniawan(2004) :

1. Bersifat pajak bukan retribusi, Pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan

pengertian pajak, sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian pajak dalam

Pasal 1 angka 6 dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2000.

2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang

bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya

melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan

umum. Artinya bahwa pajak dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang

lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek

ketenteraman dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan

keamanan.

4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan atau objek pajak

pusat. Kriteria ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pengenaan

terhadap objek yang sama, baik di daerah maupun di pusat sehingga dengan

ketentuan ini tidak akan terjadi pengenaan pajak berganda.

5. Potensinya memadai, Kriteria ini berarti bahwa hasil pajak yang dipungut

cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju

pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi

daerah.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative, Kriteria ini berarti bahwa

pajak yang dipungut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi

secara efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah

maupun kegiatan ekspor-impor.

7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, Kriteria aspek

keadilan berarti objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat dilakukan

Page 10: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 10

pengawasan dalam pemungutan pajaknya, jumlah pembayaran pajak dapat

diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tarif pajak ditetapkan

dengan memperhatikan keadaan wajib pajak. Kriteria kemampuan

masyarakat, berarti memperhatikan kemampuan subjek pajak untuk memikul

tambahan beban pajak.

8. Menjaga kelestarian lingkungan, Kriteria ini berarti bahwa pajak yang bersifat

netral terhadap lingkungan, yakni pengenaan pajak tidak memberikan peluang

kepada pemerntah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan, yang

akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

Syarat Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan

dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam

pelaksanaannya.

Contohnya:

1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai

wajib pajak

3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat

ringannya pelanggaran

Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat

untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

1. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut

harus dijamin kelancarannya

2. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum

3. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak

Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Page 11: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 11

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi

perekonomian baik kegiatan produksi, perdagangan maupaun jasa. Pemungutan pajak

jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha

masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan.

Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak

tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam

pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan

pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung

beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para

wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya,

jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

Contoh:

Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif

Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%

Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan

disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan

maupun perseorangan (pribadi)

Studi Kasus

A. Studi Kasus Pajak Pusat

PURWOKERTO - Mantan Ketua DPRD Banyumas 1999-2004, dr Tri

Waluyo Basuki mendesak Kejaksaan Negeri Purwokerto agar serius dalam mengusut

dugaan korupsi dana insetif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp 4,5 miliar.

Sejumlah elemen partai politik, 22 September lalu melaporkan mantan Bupati

Banyumas HM Aris Setiono ke Kejari Purwokerto, dengan tuduhan korupsi dana

insentif PBB. Karena Aris Setiono dengan sengaja mengeluarkan tiga Peraturan

Page 12: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 12

Bupati yang diduga isinya menguntungkan diri sendiri dan orang lain, sehingga dia

dan 82 orang stafnya menerima dana insentif PBB 2007. Pelanggaran yang dilakukan

Aris, didasarkan pada temuan BPK. Aris Setiono dalam laporan BPK menerima Rp

186.143.167, setelah kasus ini ramai diberitakan media, dia buru-buru mengirim uang

sejumlah itu ke rekening Pemkab Banyumas.

Bupati Mardjoko sebelumnya mengatakan akan menagih uang insentif PBB

dari pejabat yang menerimanya. Kasi Intel Kejari Sunarko SH masih mengumpulkan

data masalah dana insentif PBB yang dilaporkan dr Tri dan teman-temannya.

Instansinya belum bisa mengambil sikap, karena masih dalam tahap mengumpulan

informasi.

Seperti yang diberitakan, dalam laporan BPK, dana insentif PBB 2007

direalisasikan dalam biaya pemungutan PBB pada objek pegawai jenis belanja

opersional kelompok tidak langsung. Nilainya sebesar Rp 6.888.635.312 atau 95,49

% dari nilai anggarannya Rp 7.214.288.252. Itu masuk dalam buku besar belanja

upah pungut. Dana sebesar itu direalisasikan dalam dua bentuk. Pertama, pembayaran

upah pungut sebesar Rp 2.338.843.144 (33,95 %). Kedua, dana insentif PBB sebesar

Rp 4.549.792.168 (66,05 %). Jadi mereka yang masuk tim intensifikasi dan

ekstensifikasi dan tim teknis penagihan sebenarnya sudah menerima gaji resmi (upah

pungut) yang dibayarkan tiap triwulan.

Menurut BPK, dana insentif dibayarkan dua kali. Pertama tanggal 29 Maret 2007

sebesar Rp 1.699.504.301 dan tanggal 31 Desember 2007 sebesar Rp 2.850.287.867.

Dana itu berasal dari penerimaan insentif daerah atas pencapaian atau pelampauan

target penerimaan PBB tahun 2005 dan 2006. Dana itu mengalir dari bupati, wakil

bupati, pejabat-pejabat di sejumlah SKPD, staf, camat, kepala desa/lurah.

Sumber: Suara Merdeka, 6 Oktober 2008

(http://www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=3440)

B. Studi Kasus Pajak Daerah

Kasus Dugaan Pengemplangan Pajak Reklame Rp18,5 Miliar

MEDAN- Penyidik Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

(Kejatisu) sudah selesai memeriksa dugaan pengemplangan pajak reklame senilai

Page 13: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 13

Rp18,5 miliar di Kota Medan. Tapi, hingga kemarin jaksa belum menetapkan

tersangka, karena jaksa masih bingung menentukan tuntutan hukum. Asisten Tindak

Pidana Khusus (Aspidsus) Kejatisu, Erbindo Saragih mengaku, penyelidikan dan

pemeriksaan sudah selesai, hanya saja jaksa sedang menentukan tuntutan hukum.

Menurutnya, dalam kasus tersebut ada dua hal yang menjadi pertimbangan

yakni masalah pajak daerah yang diatur dalam undang-undang atau persoalan suap

terhadap para pejabat yang ada di Pemko Medan. Erbindo menyatakan pihaknya akan

terus melakukan kajian-kajian untuk menentukan terhadap pelaksanaan putusan

hukum. Bila sudah pada posisi yang tepat, yakni dengan pertimbangan dan argumen

hukum yang kuat maka diputuskan ke arah hukum pidana yakni berkaitan suap

menyuap atau ke persoalan pajak daerah.

Di tempat terpisah, Pengamat Hukum, Farid Wajdi SH MHum mengatakan,

kontruksi hukum ini sederhana saja, bila ada kerugian negara maka korupsi, bila tidak

disetorkan pajak maka ada masalah diperpajakan. Tapi, bisa dilihat sebenarnya tidak

mesti ada perbedaan dalam konteks pajak daerah atau pajak pusat, bila sekarang

adalah masalahnya pemungutan berindikasi kepada kerugian negara, maka berkaitan

kepada korupsi.

Diterangkannya, pada posisi hukum ini sebenarnya ada akumulai tuntutan,

bila ada persoalan satu masalah yang saling berkaitan maka sebaiknya di junto-kan

saja. Misalnya, bila ada dugaan dugaan suap menyuap pada persoalan papan reklame

di Kota Medan kemudian ada perkara lainnya yakni pajak daerah sebaiknya junto-kan

saja.

Dekan Fakultas Hukum UMSU ini menilai, hal ini bisa dilihat pada

dimensinya yakni dalam relevansi negara, dua perkara bisa digabungkan menjadi

satu, tinggal pilihannya mana yang lebih berat kemudian dijunto-kan kepada yang

lebih ringan.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, Ikhsar Irsyad

Marbun menyampaikan pihaknya terus melakukan penurunan papan reklame yang

bermasalah, sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Disebutkannya, hingga kini sudah

Page 14: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 14

ada 15 papan reklame yang diturunkan, untuk pekan lalu ada sebanyak 9 papan

reklame, pada (14/7) diturunkan sebanyak 6 papan reklame.

Sumber : (http://www.hariansumutpos.com/arsip/?name=jaksa-bingung-tetapkan-tuntutan-

hukum)

Kesimpulan

Berdasarkan beberapa hal yang ada pada tinjauan pustaka, mengenai studi

kasus yang telah dipaparkan tentang Kasus Dugaan Korupsi Dana Insetif Pajak Bumi

Dan Bangunan (PBB) Sebesar Rp 4,5 Miliar merupakan studi kasus pajak pusat

yaitu pada pengelolaan pajak bumi dan bangunan (PBB). Pajak PBB dikelola

oleh pemerintah pusat yaitu Dirjen Pajak. Kasus tersebut langsung ditangani oleh

Kejaksaan Negeri Purwokerto sebagai Kejaksaan yang berhak menyelidiki dalam

kasus pajak pusat. Kemudian mengenai studi kasus tentang Kasus Dugaan

Pengemplangan Pajak Reklame Rp. 18,5 M merupakan studi kasus pajak daerah

dalam hal pengelolaan pajak reklame. Dalam hal ini kasus tersebut dapat langsung

ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebagai Kejaksaan yang berhak

menyelididki dalam kasus pajak daerah.

3. TUGAS CONTOH PENERAPAN OVOP DI INDONESIA

Latar Belakang

One Village One Product Movement (Gerakan OVOP) pertama kali

dicetuskan oleh Morihiko Hiramatsu saat menjabat sebagai Gubernur Prefektur Oita

di timur laut Pulau Kyushu. Masa jabatannya di Oita selama 6 periode (1979-2003)

benar-benar digunakan untuk mengentaskan kemiskinan warganya dengan

menerapkan konsepsi pembangunan wilayah hasil buah pikirannya itu. Gerakan

OVOP kemudian secara pesat memberikan kontribusi sangat besar bagi

pengembangan regional di Prefektur Oita. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengembangkan produk yang diterima global dengan tetap memberikan

keistimewaan pada invensi nilai tambah lokal dan mendorong semangat menciptakan

kemandirian masyarakat. Sampai pada tahun 2002, Prefektur Oita yang terdiri dan 11

kota dan 47 kabupaten, telah mengembangkan 336 jenis produk OVOP. Pendapatan

Page 15: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 15

asli daerah pun meningkat dan 36 miliar yen menjadi 141 miliar yen. Prefektur Oita

juga menjadi magnet bagi 10 juta wisatawan yang berkunjung per tahun dengan 3.8

juta wisatawan - termasuk studi banding petani/pejabat dan negara berkembang

mengunjungi Kota Yufuin, sebagai kota pelopor Gerakan OVOP. (stkp.kkp.go.id).

OVOP diposisikan sebagai program pengembangan potensi komoditas

unggulan daerah untuk memasuki tidak hanya pasar dalam negeri, tetapi juga ekspor.

Program ini memang relatif baru bagi Indonesia tetapi penggalian potensi komoditas

unggulan daerah sebenarnya telah dilakukan pemerintah sejak beberapa tahun

terakhir.Saat ini OVOP telah dikembangkan di 34 daerah dengan berbagai potensi

setempat. Langkah ini dilakukan untuk mengembangkan komoditas unggulan di 100

daerah di seluruh Indonesia. Pendekatan OVOP dilakukan secara lintas sektoral

maupun lintas pelaku antar instansi pusat dan daerah di bawah koordinasi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Keterlibatan pemerintah daerah

sangat menentukan melalui Direktorat Pembangunan Daerah Kementerian Dalam

Negeri (www.depkop.go.id).

Menurut peraturan menteri perindustrian no. 27 tahun 2007, strategi

pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP dilakukan melalui :

1. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sector swasta dan

masyarakat local

2. Pemanfaatan pengetahuan, tenaga kerja dan sumber daya local lainnya yang

memiliki keunikan khas daerah

3. Perbaikan mutu dan penampilan produk

4. Promosi dan pemasaran pada tingkat nasional dan global

Pembinaan IKM yang dilakukan melalui pendekatan OVOP diutamakan

kepada perusahaan IKM sentra IKM yang menghasilkan produk terbaik untuk lebih

ditingkatkan kualitas produk dan akses pasar nasional dan atau globalnya. Adapun

criteria-kriteria produk IKM yang harus dipenuhi untuk dikembangkan melalui

pendekatan OVOP adalah sebagai berikut

1. Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah

2. Unik khas budaya dan keaslian local

Page 16: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 16

3. Bermutu dan berpenampilan baik

4. Berpotensi pasar domestic dan ekspor

5. Diproduksi secara kontinyu dan konsisten

Tinjauan Teori

A. Definisi

Ovop merupakan program baru yang dilaksanakan KADIN Indonesia

bekerjasama dengan Jestro (Japan External Trade Organization), OVOP merupakan

singkatan dari One Village One Product atau Satu Desa Satu Produk. Satu Desa Satu

Produk (OVOP) adalah suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu

wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan

memanfaatkan sumber daya lokal. Pengembangan industry kecil dan

menengah(IKM) dengan pendekatan OVOP bertujuan untuk menggali dan

mempromosikan produk inovatif dan kreatif local yang bersifat unik khas daerah

serta meningkatnya daya saingnya.

B. Landasan Hukum Program Ovop

1. Undang- undang Nomor 25 tahun 1992, Tentang Perkoperasian.

2. Undang- undang Nomor 20 tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah.

3. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Percepatan Sektor Riil dan

Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tanggal 8 Juni 2007 yang

mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan One Village One

Product (OVOP).

4. Keputusan Rapat Kerja Kementerian Koperasi dan UKM dengan Komisi VI

DPRRI tahun 2008 agar program OVOP dapat dikembangkan di Provinsi

lain.

5. Telah diamanatkan dalam Program Kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu

II.

C. Tujuan Pengembangan Program OVOP

1. Mengembangkan komoditas unggulan daerah yang memiliki potensi

pemasaran lokal maupun internasional

Page 17: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 17

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk, agar

mampu bersaing dengan produk dari luar negeri (Impor).

3. Khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan

UKM dalam mengembangkan OVOP harus melalui Koperasi.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

D. Prinsip Gerakan Gerakan OVOP

1. Lokal Tapi Global

Pengembangan Gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan,

mengembangkan dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber

kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di

dalam maupun di luar negeri. Sehingga tercapai tujuan “Lokal Tapi Global”.

2. Kemandirian dan Kreativitas

Sebagai penghela Gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar

mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif.

3. Pengembangan Sumberdaya Manusia

Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumberdaya

manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di

sektor Pertanian, Industri, Pariwisata, Jasa, serta Pemasaran produknya.

Sehingga meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing.

E. Kriteria Produk Program OVOP

1. Merupakan unggulan daerah yang telah dikembangkan secara turun

temurun;

2. Merupakan produk khas daerah setempat;

3. Berbasis pada sumberdaya lokal;

4. Memiliki penampilan dan kualitas produk yang sesuai dengan tuntutan

pasar;

5. Memiliki peluang pasar yang luas, baik domestik maupun internasional;

6. Memiliki nilai ekonomi yang tinggi;

7. Bisa menjadi penghela bagi perekonomian daerah.

Page 18: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 18

F. Peran Instansi Dalam Rintisan OVOP TA 2010

Tabel 1.1 Peran Intansi Dalam Rintisan OVOP

No. Instansi Usulan Peran

1. Kementerian

Koperasi

dan UKM

Perkuatan sarana demplot (Greenhouse)

• Perkuatan Kelembagaan Koperasi program OVOP

Penguatan

Kelompok, Fokus : fasilitasi kelompok

• Pendampingan Teknis Lapangan

Peningkatan

Rantai Agribisnis, Fokus : Pemasaran

Peningkatan

Rantai Agribisnis, Fokus : Komoditi unggulan dan kualitas

2. Dinaskop

Provinsi

Studi banding ke Provinsi

• Temu usaha dengan calon Buyers

• Pameran Promosi

3. Dinaskop

Kabupaten

Perkuatan Kelembagaan Koperasi

• Pendampingan teknis budidaya

• Pendampingan teknis design packaging dan pemasaran

• Pendampingan Teknologi Pengolahan / Processing Paska Panen

• Pengadaan Sarana Produksi Pertanian (Benih, Obatobatan, Sarana Pengairan)

G. Tantangan dalam pengembangan OVOP

1. Program ini sudah cukup berhasil di beberapa negara dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat local seperti di Jepang, Thailand.

2. Program ini dapat mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat yang

ada di daerah setempat

3. Program OVOP dapat memberikan nilai tambah produk ungglan suatu

daerah yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun

menurun

4. Program OVOP memerlukan komitmen dan keterlibatan seluruh komponen

masyarakat setempat.

H. Hambatan dalam pengembangan OVOP

1. Lemahnya Koordinasi antara Stakeholder (lintas pelaku)

2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi yang ada di

daerahnya.

3. Kurang memadainya dukungan dana Pemerintah Pusat maupun Daerah

Page 19: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 19

Studi Kasus Penerapan Ovop di Indonesia

Praktik pembuatan gerabah di Kasongan diawali pada sekitar tahun 1675 –

1765, oleh Kyai Song, salah satu pengikut Pangeran Dipenogoro, yang mencoba

untuk mengembangkan produk gerabah. Produk yang dihasilkan berupa peralatan

kesehariaan, seperti belanga, alas makan pengganti alas daun, atau alas batu yang

dikenal dengan nama cobek. Perkembangan berikutnya yaitu tahun 1745 – 1825,

aktivitas tersebut diteruskan oleh Mbah Jembuk, dengan menambahkan variasi

produk, seperti hiasan dinding berupa kepala kerbau, kepala kambing,, rusa, bentuk

ikan gabus, dsb. Bentuk produk celengan lahir setelah alat tukar uang logam

ditemukan.

Antara 1805 – 1890, dikembangkan produk jenis anglo, oleh generasi Mbah

Rono, Mbah Giyek, Mbah Jengkol. Produk pot berkembang pada sekitar tahun 1925,

masa genersi Mbah Harto. Pada masa-masa ini pembagian kerja dibagi 2 yaitu untuk

pekerjaan teknik tatap pelandas dikerjakan oleh kaum perempuan sedangkan peran

kaum pria adalah pada aktivitas pencarian tanah liat, pengolahan bahan, pembakaran

dan pemasaran. Masa Majapahit, abad 14, merupakan puncak kejayaan produk

gerabah yang mendorong lahirnya produk yang berdaya cipta dan daya khayal tinggi.

Teknik produksi untuk benda-benda berupa relief hiasan bangunan dan patung-

patung, sejenis dengan teknik membuat relief pada candi-candi di Sumatera.Sekitar

tahun 1980an, seniman Sapto Hoedojo (alm.) dan mahasiswa ASRI, membentuk

komunitas pengrajin gerabah di wilayah Kasongan. Pengaruh yang tampak pada

karya pengrajin adalah teknik hias tempel pada bentuk produk berupa tokoh-tokoh

satwa mitologi, dengan gaya dekoratif. Sampai saat ini di beberapa pengrajin, dapat

dengan mudah ditemui produk-produk tersebut. Kondisi saat ini sebagian besar

produk gerabah Kasongan, hanya dibakar sekali sampai dengan hasil bakaran biskuit.

Proses finishing selanjutnya dikerjakan dengan cara dicat tembok, ditempel dengan

pasir berwarna, ditempel dengan material kaca, dilapisi anyaman rotan, bahkan ada

yang polos saja dengan dekorasi tempel tekan khas Kasongan.

Page 20: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 20

identifikasi masalahJUNI

pengajuan proposal program

kerja OVOP

JULI FGDAGT diklatSPT pendampinganOKT trade expoNOV

A. Penggunaan Metode OVOP

PROGRAM OVOP : LOKUS SENTRA GERABAH KASONGAN

Gambar 1.1 Metode Ovop Sentra Gerabah Kosongan

B. Tujuan Dan Sasaran Program Diklat Ovop Pada Lokus Kasongan:

1. Memperbaiki desain yang sudah ada, memoles cita rasa produk supaya

menjadi lebih baik dari segi kualitas desain dan estetika, sehingga

diharapkan memiliki nilai jual yang tinggi sekaligus mudah diserap

pasar domestic maupun luar negeri.

2. Para champions terpilih diharapkan mampu mensosialisasikan program

OVOP ini pada komunitasnya sehingga kemandirian dalam mengelola

R&D dalam sentranya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,

sesuai kultur daerahnya.

3. Produk-produk yang telah diperbaiki selama program pendampingan

OVOP diharapkan dapat dipresentasikan pada pameran Trade Expo,

untuk mengundang respon buyers dalam dan luar negeri.

Kesimpulan

Evaluasi serta pendampingan pengembangan dan pelatihan desain gerabah di

Kasongan dengan pendekatan OVOP ini, pada dasarnya mengacu pada 6(enam)

aspek utama dari proses terwujdnya produk kriya gerabah sebagai berikut ini :

- Aspek ketersediaan material tanah liat dan finishing di daerah atau sekitar

Kasongan sebagai kawasan produksi, dengan efek-efek structural maupun non

structural dengan sifat-sifat kimiawi dan fisiknya yang khusus. Kesemuanya ini

Page 21: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 21

diperlukan untuk menunjang pengembangan menuju desain kriya gerabah

Kasongan Baru untuk bisa memenuhi tuntutan selera dan fungsional masyarakat

modern global sebagai pemasaran komoditi ini.

- Aspek penguasaan teknik, keterampilan serta peralatan yang memadai oleh

komunitas pengrajin untuk menunjang proses pengembangan menuju desain kriya

gerabah Kasongan Baru, untuk memenuhi tuntutan masyarakat modern global

sebagai sasaran pemasaran.

- Aspek ketersediaan sumber berbagai jenis enerji pembakaran di Kasongan dan

daerah sekitarnya, dengan efek-efek struktural dan visual non strukturalnya yang

khusus, untuk menunjang proses pengembangan desain menuju ke produk kriya

gerabah Kasongan Baru, sebagai komoditi perdagangan untuk memenuhi tuntutan

pasar modern global.

- Aspek muatan artistik yang memancarkan indikasi-indikasi artistik lokal

Kasongan yang khusus sebagai unsur keunikan yang siap dikembangkan dengan

harapan dan nilai keindahan masa kini yang baru, ialah masyarakat modern global

sebagai sasaran pemasaran dari komoditi ini.

- Aspek pemahaman terhadap fungsi guna dari produk-produk gerabah Kasongan

yang dihasilkan beserta kemungkinan-kemungkinannya untuk dikembangkan

menjadi “produk kriya gerabah Kasongan Baru” yang memenuhi tuntutan

masyarakat modern global sebagai sasaran pemasaran dari komoditi ini.

- Aspek metoda kerja yang efektif dan efisien serta pemasaran dan pendekatan

desain untuk memenuhi tuntutan pasar masa kini yang modern global sebagai

peluang untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk gerabah “Kasongan

Baru”.

Diantara ke 6(enam) aspek tersebut di atas, satu sama lain senantiasa akan

saling pengeruh mempengaruhi dalam proses terwujudnya produk-produk kriya

gerabah/earthenware “Kasongan Baru” yang memenuhi tuntutan pasar modern

global.

Page 22: Pembiayaan Pembangunan

Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan

Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 22

Karena satu dan lain hal, salah satu atau beberapa aspek dari ke 6(enam)

aspek utama tersebut di atas dalam proses pengembangan desainnya bisa tetap, bisa

berubah, bisa hilang atau diganti dengan yang baru.

Ke 6(enam) aspek-aspek utama dalam proses terwujudnya suatu produk kriya,

pada dasarnya mengacu dan bersumber pada unsur-unsur alam ekologi - nilai-nilai

budaya masyarakat, serta demografi dan perilaku manusia di kawasan yang

bersangkutan. Metode OVOP memang cukup tepat untuk digunakan dalam

pengembangan desain produk kriya gerabah Kasongan.