pembiayaan pembangunan 222
DESCRIPTION
Pembiayaan PembangunanTRANSCRIPT
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
KELOMPOK 2I0613004 Anisah
I0613010 Dini Nurdiani
I0613011 Dewa Putu Aris Sadana
I0613021 Ghavi Yuda Sefaji
I0613033 Rakhmawati
I0613039 Tirta Aji Setyo Pamungkas
BOOT(Build Own Operate Transfer)
Pengertian
Menurut Andjar P. Wirana dalam Desak (2003), perjanjian bangun
guna serah (build, operate and transfer) adalah suatu perjanjian
baru, dalam arti peraturan perundang-undangan secara khusus
tidak mengatur masalah ini dimana pemilik lahan menyerahkan
studi kelayakan, pengadaan barang dan peralatan, pembangunan
serta pengoperasian hasil pembangunanya kepada investor, dan
investor ini dalam jangka waktu tertentu diberi hak
mengoperasikan, memelihara serta mengambil manfaat ekonomi
dari bangunan bersangkutan dengan maksud untuk mengganti biaya
yang telah dikeluarkan investor dalam membangun proyek tersebut,
kemudian setelah jangka waktu tersebut selesai bangunan beserta
fasilitas yang melekat padanya diserahkan kepada pemilik hak
eksklusif atau pemilik lahan.
Build – Operate - Transfer (BOT) adalah bentuk pembiayaan
proyek, dimana badan/perusahaan swasta menerima konsesi dari
sektor swasta atau publik untuk membiayai, merancang,
membangun, dan mengoperasikan fasilitas tercantum dalam
kontrak konsesi. Hal ini memungkinkan pendukung proyek untuk
memulihkan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan dalam
proyek tersebut.
Contoh negara yang menggunakan BOT adalah Thailand, Turki,
Taiwan, Arab Saudi, Israel, India, Iran, Kroasia, Jepang, Cina,
Vietnam, Malaysia, Filipina, Mesir, Myanmar dan beberapa negara
bagian AS (California, Florida, Indiana, Texas, dan Virginia).
Namun, di beberapa negara, seperti Kanada, Australia, Selandia
Baru dan Nepal, istilah yang digunakan adalah Build-Own-
Operate-Transfer (BOOT).
Skema Pembiayaan BOOTDiambil dari http://www.slideshare.net/wanrempit/buildoperateowntransfer-boot
■ Principal
Dalam proyek BOT, principal adalah BUMN yang mengakui kebutuhan untuk fasilitas - fasilitas tetapi tidak mampu
mendukung proyek secara finansial. Agen pemerintah dengan demikian dipaksa untuk mencari alternatif pilihan.
■ Konsesi
Setelah mengidentifikasi kebutuhan fasilitas, pemerintah, memberikan konsesi kepada pemilik konsesi atau
Promoter. Para Promoter biasanya sebuah konsorsium dan mengambil tanggungjawab pengembangan (merancang,
pembiayaan dan membangun), memelihara dan mengoperasikan fasilitas, atas nama principal. Para Promoter
adalah pemilik fasilitas selama masa konsesi dan menyadari keuntungan dari investasi awal melalui penggunaan
fasilitas.
■ Investor
Pembiayaan disediakan oleh sektor swasta dan investor mencakup pemegang saham dan pemberi pinjaman. Para
pemegang saham menginvestasikan uang sebagai imbalan untuk ekuitas, dan pemberi pinjaman mendukung
Promoter selama negosiasi dengan principal bahwa pinjaman tersedia selama pengembangan proyek. pemberi
pinjaman (lender) adalah bank, perusahaan asuransi dan pemegang obligasi.
■ Kontraktor
Promoter bekerjasama dengan kontraktor dalam membangun sebuah fasilitas.
Dalam kebanyakan kasus, kontraktor merupakan bagian dari pemilik konsesi. Pada
akhirnya, kontraktor bertanggung jawab untuk pembangunan proyek dan untuk
menyewa subkontraktor, pemasok dan konsultan.
■ Operator
Mirip kontraktor, operator biasanya bagian dari Promoter, karena, operatorlah yang
mengerti masalah aliran pendapatan (revenue stream), masalah pengetahuan
operasional, pembiayaan, desain dan konstruksi yang diperlukan. Sering kali
operator didukung oleh sebuah badan pemerintah.
Kontrak Konsesi
Kontrak konsesi ditandatangani antara principal dan Promoter. Kontrak ini berjalan dari tahap desain
awal sampai transfer terakhir, dan termasuk alokasi risiko. Isu-isu utama dalam kontrak konsesi adalah:
Lamanya masa konsesi; tanggal awal dan tanggal transfer.
Struktur dari proyek perusahaan (Promoter).
Skema keuangan.
jaminan keuangan (pokok dan Promoter).
Materi yang menjamin (jika pemegang izin tidak dapat memberikan fasilitas, principal memiliki hak untuk “ikut campur” dan mengambil alih).
Financial ceilings dan biaya pembangunan.
Financial ceilings dan biaya pemakaian.
Proses konstruksi.
Penyelesaian waktu konstruksi.
Metode operasi proyek.
■ Kesepakatan Finansial
Kesepakatan keuangan dilakukan secara personal antara Promoter dan mitra (sponsor) dan para
pemberi pinjaman (yaitu, bank, lembaga keuangan). Persetujuan pemegang saham mengandung
rasio hutang terhadap ekuitas dan rencana rinci untuk distribusi pendapatan yang diharapkan
selama operasi. Persetujuan kreditur, antara penyedia utang dan Promoter, menentukan berbagai
jaminan dan return-on-investment yang telah disepakati. Jaminan yang paling penting adalah
disediakan oleh pemerintah untuk ikut campur jika tingkat pendapatan yang diharapkan lebih
rendah. Salah satu jaminan ekstrim jaminan untuk kreditur adalah hak untuk mengambil alih
fasilitas jika Promoter tidak sanggup memenuhi kewajiban keuangan.
■ Kontrak Konstruksi
Kontrak antara Promoter dan kontraktor biasanya dengan fixed price contract atau design-build
contract. Para Promoter ingin mendelegasikan risiko dengan menuliskan klausul denda dalam
keterlambatan pelaksanaan isi kontrak, karena tanggung jawab Promoter terhadap principal, para
pemberi pinjaman, dan pengguna akhir fasilitas.
■ Kontrak Operasional
Kontrak operasional ditandatangani antara Promoter dan operator (pelaksana). Tarif untuk
penggunaan fasilitas dimasukkan dalam kontrak, sebagaimana disetujui oleh principal dan
Promoter. Sebuah aspek utama untuk perjanjian operasional adalah prognosis bagi
penggunaan fasilitas. Semua kontrak secara ketat terkait satu sama lain dan akhirnya
membentuk sebuah desain, konstruksi dan pengoperasian fasilitas yang menjelaskan
tanggung jawab dan risiko. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan kontrak yang
transparan dimana semua risiko dan pihak-pihak penanggungjawab secara jelas
didefinisikan. Struktur informasi yang terbuka dan manajemen kontrak didefinisikan
dengan baik dengan menyetujui pembagian risiko akan membatasi kesalahpahaman.
Tahapan
Tahapan dalam perjanjian Build Own Operate Transfer, yaitu:
1. Tahap pembangunan: Pihak pertama menyerahkan tanahnya kepada pihak lain untuk
dibangun.
2. Tahap pemilikan dan operasional : Berfungsi mendapatkan penggantian biaya atas
pembangunan dalam jangka waktu tertentu. Dalam tahapan operasional ini dibedakan
atas 2: Perjanjian BOOT dengan fee (Pemilik tanah mendapat sejumlah fee dari pihak
kedua). Perjanjian BOOT tanpa fee (Pemilik tanah tidak dapat fee dari pihak kedua)
3. Tahap transfer : Pihak kedua menyerahkan kepemilikan bangunan komersial kapada
pemilik tanah.
Contoh
■ Pemprov. DKI Jakarta bekerjasama dengan PT.
Jakarta Monorail untuk pengembangan MRT.
■ Proyek monorail akan dikelola selama 30
tahun oleh PT Jakarta Monorail dalam bentuk
BOT (Build Operate Transfer). Artinya, setelah
30 tahun monorail milik Pemprov DKI Jakarta.
KeuntunganSistem BOOT merupakan solusi alternatif yang efektif dan saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Bagi Pemprov DKI Jakarta , pembangunan proyek monorel dengan metode BOOT
menguntungkan, karena dapat membangun infrastruktur dengan biaya perolehan dana dan
tingkat bunga yang relatif rendah, dapat mengurangi penggunaan dana anggaran
public dan juga mengurangi jumlah pinjaman publik, serta setelah masa konsensi bangunan
dan fasilitas yang ada akan diserahkan kepada pemerintah. Pemprov DKI Jakarta juga tidak
menanggung resiko kemungkinan terjadinya perubahan kurs.
Sementara bagi investor, pembangunan infrasruktur dengan pola BOT merupakan pola yang
menarik, karena memiliki hak penguasaan yang tinggi terhadap infrastruktur yang
dibangunnya, adanya kesempatan untuk memasuki bidang usaha dengan hak ekslusif
yang hanya dimiliki oleh pemerintah atau BUMN atau juga BUMD yang bersangkutan serta
mendapatkan keuntungan saat pengoperasian.
KerugianDi sisi lain, kekurangan skema BOOT memerlukan dana yang besar dan rentan terhadap sejumlah risiko. Risiko
yang umum terjadi pada BOOT antara lain adanya
■ Risiko Konstruksi proyek yang diinginkan tidak dapat terealisasi hingga waktu yang telah ditentukan;
■ Risiko Membengkaknya Biaya yang melebihi perkiraan biaya semula;
■ Risiko Politik, yaitu risiko yang timbul dari stabilitas negara yang terganggu seperti huru- hara, unjuk
rasa yang takterkendali, atau perang;
■ Risiko Musibah yang disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, gempa, badai;
■ Risiko Pasar, yaitu produk yang akan dijual atau jasa yang akan dilakukan ternyata tidak dapat menutupi
semua pengeluaran yang telah dilakukan. Oleh karena itu,untuk mengantisipasi segala resiko tersebut,
pelaksanaan BOT harus dipersiapkan,dilaksanakan dan diawasi dengan baik agar tidak merugikan daerah
baik dari sisi pendapatan, lingkungan, kepemilikan aset maupun dari sisi potensi hilangnya aset daerah
KPS
Pengertian
KPS berarti pengaturan antara pemerintah atau badan hukum atau badan milik pemerintah
di satu sisi dan badan swasta di sisi lain, untuk penyediaan aset publik dan atau pelayanan
untuk kepentingan publik, melalui investasi yang dibuat oleh badan swasta dalam jangka
waktu tertentu, di mana ada pembagian risiko antara sektor publik dengan sektor swasta
dimana sektor swasta menerima pembayaran terkait kinerja yang dihasilkan dengan mengacu
pada standar kinerja yang terukur
(Departemen Ekonomi, Kementerian Keuangan, Pemerintah India, 2010).
Dukungan Pemerintah , bisa dilakukan melalui: (a)Pendanaan pembebasan lahan; (b)Pembiayaan sebagian konstruksi; (c) Pemberian Viability Gap Fund (VGF)
Peran dan Fungsi Swasta dalam Pembangunan
Infrastruktura. Pembiayaan infrastruktur melalui Skema KPS/PPP: Percepatan peran Swasta dalam pembiayaan
infrastruktur dengan memanfaatkan dukungan Pemerintah antara lain:
1. Guarantee Fund
2. Infrastructure Fund
3. Land Revolving Fund dan Land Capping
4. Viability Gap Fund (VGF)
b. Pembiayaan infrastruktur untuk kawasan industri/khusus/KEK: Swasta dapat membangun dan
membiayai infrastruktur untuk pemakaian sendiri. Untuk itu, Pemerintah akan memberikan insentif fiskal
Sumber
■ https://www.academia.edu/9959993/Skema_Build_Operate_Transfer_BOT_dalam_Proyek_Pembangunan_Monorel_Kota_Bandung
■ https://mustafit.wordpress.com/2010/12/15/skema-build-operate-transfer/
■ SMI.2014.Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) dalam Penyediaan Infrastruktur. SMI : Jakarta.
■ www.slideshare.net/OswarMungkasa/prosedur-pelaksanaan-kps-gunsairi
■ https://tfkn.wordpress.com/tag/kerjasama-pemerintah-dan-swasta/
■ http://www.bappenas.go.id/files/4313/5228/3148/alternatif-pembiayaan-infrastruktur__20121217143142__3712__2.pdf