pemberdayaan_wilayah
DESCRIPTION
Pemberdayaan_WilayahTRANSCRIPT
1
PEMBERDAYAAN WILAYAH
DALAM PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA DI PAPUA
Sigit Sasongko1
Berbagai macam isu menyangkut stabilitas keamanan nasional timbul di
berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya
adalah konflik di Papua, dimana sebuah gerakan separatis telah berkecamuk
selama beberapa dekade. Dilihat dari sejarahnya, Papua merupakan daerah
konflik semenjak bergabung ke NKRI. Hasil penelitian LIPI antara tahun 2004-
2009, menyebutkan ada empat akar permasalahan di Papua, yaitu: status
politik integrasi Papua ke Indonesia, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),
pembangunan yang gagal, dan marjinalisasi. Permasalahan-permasalahan ini
dapat menjadi ancaman serius bila dijadikan sebagai isu utama oleh
kelompok separatis Papua yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Disinilah
perlunya suatu bentuk rumusan sistem pertahanan negara (Sishanneg)2 yang
dapat diimplementasikan untuk menghadapi ancaman disintegrasi Papua dari
NKRI.
Tulisan ini akan membahas perumusan Sishanneg, yaitu bagaimana
pemberdayaan wilayah dalam penyelenggaraan pertahanan negara (hanneg)
dapat diimplementasikan secara komprehensif di Papua. Tujuan penulisan ini
adalah memberikan langkah-langkah guna meningkatkan pemberdayaan
wilayah dalam penyelenggaraan hanneg. Ruang lingkup tulisan ini akan
mencakup tiga pokok bahasan, yaitu (1) bagaimana meningkatkan
pemberdayaan wilayah dalam penyelenggaraan hanneg secara komprehensif
sesuai dengan komitmen NKRI; (2) bagaimana pemberdayaan wilayah
hanneg yang diimplementasikan secara interrelationship; dan (3) bagaimana
memberdayakan wilayah hanneg dalam menghadapi situasi global terkait
1 Adalah mahasiswa Universitas Pertahanan Prodi Asymmetric Warfare.
2 Lihat Undang-Undang Pertahanan Negara Nomor 3 Tahun 2002, Ketentuan Umum, Pasal 1
ayat 2.
2
dengan pandangan masyarakat internasional terhadap permasalahan di
Papua.
Komitmen NKRI
Bertolak dari empat permasalahan yang ada di Papua, sudah menjadi
kewajiban bagi pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut
sebagai potensi ancaman bagi keselamatan dan kedaulatan NKRI. Keempat
permasalahan tersebut merupakan ancaman karena dapat dimanfaatkan
aktor-aktor non-negara sebagai titik-titik rawan yang dapat membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Dalam
Sishanneg pemberdayaan wilayah pertahanan harus dapat dilaksanakan
secara maksimal terutama bagaimana memberdayakan masyarakat dengan
memegang komitmen bersama untuk NKRI, sebagai kekuatan pendukung
untuk dapat menangkal setiap ancaman yang datang.
Saat ini pemberdayaan wilayah di Papua masih banyak menemui kendala
terkait dengan bidang geografi , demografi, dan kondisi sosial. Dari segi
geografi, Papua memiliki wilayah yang cukup luas dan kontur medan yang
pegunungan dibanding dengan jumlah personel yang bertangung jawab untuk
melaksanakan pemberdayaan wilayah di Papua masih belum optimal. Jadi,
perlu adanya optimalisasi dalam pemberdayaan wilayah di Papua secara
komprehensif di hadapkan oleh faktor geografis yang ada, yaitu dengan cara
memaksimalkan pembinaan bidang geografis melalui kegiatan seperti bhakti
sosial sehingga wilayah tersebut dapat digunakan sebagai wilayah
pertahanan.
Dibidang demografi, guna menciptakan kondisi yang kondusif di Papua, perlu
adanya komitmen bersama demi tegaknya NKRI dari semua elemen
masyarakat, diantaranya melalui peningkatan pembinaan wilayah pertahanan
dengan jalan adanya komunikasi sosial, dialog antar masyarakat, tokoh
3
agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat mengenai pentingnya
pemberdayaan wilayah pertahanan negara khususnya yang ada di Papua.
Mengoptimalkan peran TNI dalam pemberdayaan teritorial diantaranya
pengawasan wilayah perbatasan baik darat, laut maupun udara yuridiksi
nasional.
Untuk meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan dengan melihat
kondisi sosial yang ada di Papua, TNI dapat berperan serta melalui satuan
komando wilayah (Kowil) TNI dengan pembinaan teritorial, pembinaan potensi
maritim, dan pembinaan potensi dirgantara. Peran tersebut dapat diwujudkan
dengan bersama-sama instansi atau lembaga daerah, organisasi daerah,
masyarakat Papua mengadakan komunikasi sosial, pembinaan
pemberdayaan wilayah, dan bhakti TNI agar terwujud suatu ruang, juang, alat,
dan kondisi juang yang tangguh sesuai dengan komitmen NKRI guna
kepentingan sistem pertahanan semesta sehingga tetap terjaga keutuhan dan
kedaulatan NKRI.
Dalam menyiapkan pemberdayaan wilayah pertahanan di Papua, agar lebih
komprehensif sesuai dengan komitmen NKRI. Diharapkan dengan cara
interrelationship antar komponen dapat menumbuhkan kesadaran dalam
menangkal segala pengaruh dan ancaman terhadap keutuhan bangsa dan
negara.
Interrelationship
Dalam penyelenggaraan hanneg perlu adanya peningkatan pembinaan
wilayah pertahanan dengan melibatkan semua komponen bangsa yang
menyeluruh dan bersifat interrelationship. Komponen bangsa ini terdiri atas,
institusi militer, warga negara, lembaga pemerintahan, organisasi
kemasyarakatan dan sumber daya yang dapat mendukung penyelenggaraan
hanneg. Koordinasi antar komponen dapat dilaksanakan secara optimal guna
4
menghindari terjadinya ketidaksepadanan dalam melaksanakan
pemberdayaan wilayah sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang dapat
menimbulkan gejolak perpecahan yang dapat dimanfaatkan sebagai titik-titik
rawan oleh pihak-pihak yang menginginkan pemisahan dari NKRI.
Dengan mengusung interrelationship sebagai perpaduan antar semua
komponen bangsa dalam mengoptimalisasi pemberdayaan wilayah sebagai
bagian dari penyelenggaraan hanneg, diharapkan memperoleh data potensi
wilayah yang tertuju pada kondisi geografi wilayah secara akurat agar dapat
dimanfaatkan sebagai bagian dari komponen cadangan dan komponen
pendukung dalam implementasi hanneg secara universal. Dalam aplikasi di
lapangan, data ini dapat dijadikan acuan terkait dengan implementasi dari
Sishanneg sehingga memudahkan pendekatan secara psikologis untuk
meningkatkan kesadaran bela negara masyarakat dan menimbulkan rasa
nasionalisme guna mencegah masuknya ancaman baik dari dalam maupun
luar negeri sehingga tercipta ketahanan nasional yang tangguh.
Peran yang setara dari seluruh komponen bangsa juga dapat dijadikan
sebagai solusi guna meminimalisir kegagalan pembangunan yang ada di
Papua. Adanya perwujudan yang nyata dari kebijakan yang terpadu antara
pemerintah pusat dan daerah dapat pula sebagai jalan keluar kegagalan
pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Prinsip saling percaya antar
kelembagaan juga mendukung proses keberhasilan pembangunan itu sendiri.
Kerjasama antar institusi atau kelembagaan sebagai bagian dari pengelolaan
sumber daya nasional secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut. Dengan
kondisi yang dinamis dapat mewujudkan suatu kekuatan yang dapat menjadi
pondasi dalam menegakkan dan mempertahankan kedaulatan dan keutuhan
NKRI, sehingga ancaman disintegrasi Papua dari NKRI tidak dapat
diwujudkan.
5
Dalam implementasi di lapangan paradigma interrelationship antar komponen
bangsa harus didukung dan di tauladani oleh setiap pemimpin atau pembuat
kebijakan terutama dalam pemberdayaan wilayah. Ketauladanan tersebut
dapat diaplikasikan dengan mewujudkan kemampuan dalam memberantas
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), juga ketauladanan dalam melestarikan
nilai-nilai luhur dalam mencintai kebudayaan sendiri sebagai penjabaran dari
cinta tanah air. Dengan mencintai tanah air sendiri dapat mencegah
masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia yang dapat berguna dalam peningkatan pembangunan ketahanan
nasional secara terarah dan terpadu yang melibatkan seluruh komponen
bangsa.
Kerjasama Pertahanan
Sejalan dengan pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan sebagai
bagian dari penerapan Sishanneg yang dilaksanakan secara interrelationship
oleh semua komponen bangsa, diperlukan perhatian khusus terhadap
tinjauan negara lain atau internasional yang berperanserta aktif baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di
tanah air. Keberadaan pihak asing atau internasional sebagai bagian dari
implementasi penyelenggaraan Sishanneg perlu mendapat tempat khusus
dalam upaya meningkatan pemberdayaan wilayah, khususnya di Papua.
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang banyak
mendapat sorotan oleh dunia internasional, baik dalam permasalahan
pelaksanaan dalam konteks keamanan nasional yang menyangkut
pelanggaran HAM maupun dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)
yang melibatkan pihak asing dalam mengeksplorasi kekayaan alam
Indonesia. Olah karena itu, dalam pelaksanaan pemberdayaan wilayah di
Papua sebagai bagian dari penyelenggaraan hanneg perlu melihat situasi dan
kondisi kawasan baik regional maupun secara global khususnya di wilayah
6
Asia Pasifik. Dalam menghadapi ancaman berkaitan dengan status politik
integrasi politik Papua ke Indonesia harus disikapi dengan dua pendekatan.
Pendekatan yang pertama adalah dengan memperkuat penataan sistem
politik dalam negeri yang dapat memberikan stabilitas politik dalam negeri
yang dinamis sehingga menimbulkan efek penangkal yang tinggi. Pendekatan
yang kedua adalah pendekatan keluar yang diarahkan untuk
mendinamisasikan strategi dan upaya diplomatik melalui peningkatan peran
instrumen politik luar negeri dalam membangun kerja sama dan saling
percaya dengan negara-negara lain sebagai kondisi untuk mencegah atau
mengurangi potensi konflik antarnegara, yang dimulai dari tataran internal,
regional, supraregional, hingga global3.
Melihat indikasi keterlibatan internasional dalam pelaksanaan hanneg, perlu
suatu kerjasama pertahanan yang meliputi negara-negara kawasan Asia
Pasifik terkait dengan dinamika geopolitik dan geostrtegi yang diusung oleh
masing-masing negara tersebut. Dengan kerjasama pertahanan secara
interrelationship sesuai dengan kapasitas kepentingan nasional Indonesia,
diharapkan memperoleh dampak yang positif terhadap pemberdayaan
wilayah dengan memantapkan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
Kerjasama Pertahanan yang dilaksanakan haruslah memiliki manfaat positif
terhadap penyelenggaraan hanneg sesuai dengan konsep yang diusung oleh
Indonesia. Selain itu, manfaat lain juga harus dapat mengubah pandangan
dunia internasional terhadap permasalahan yang ada di wilayah NKRI
khususnya permasalahan di Papua. Dialog internasional yang sering
diadakan baik di dalam dan di luar negeri dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap pemberdayaan wilayah untuk ketahanan nasional demi
keutuhan bangsa dan kedaulatan NKRI.
3 Dephan RI, Buku Putih Pertahanan RI 2008, (Jakarta: Dephan RI, 2008), hlm. 85.
7
Kegagalan-kegalan masa lalu Bangsa Indonesia dalam menghadapi tekanan
dunia internasional menjadi pelajaran tersendiri untuk dijadikan pedoman
dalam mengambil langkah di masa depan. Perlunya suatu hubungan baik
antar negara baik di kawasan regional maupun global dapat ditingkatkan
dengan melaksanakan kerjasama pertahanan secara aktif. Peran serta aktif
lembaga-lembaga yang terlibat sebagai pengambil keputusan harus
dilaksanakan secara interrelationship dalam mengambil langkah-langkah
dalam optimalisasi pemberdayaan wilayah sebagai bagian dari pelaksanaan
hanneg, hal ini perlu dilakukan sebagai wujud komitmen antar negara dalam
menjaga keamanan bersama dalam lingkungan strategis.
Demikian pembahasan dalam tulisan ini guna meningkatkan pemberdayaan
wilayah sebagai bagian dari implementasi penyelenggaraan hanneg. Melalui
pembahasan ini dapat diambil beberapa intisari sebagai berikut; (1)
Pemberdayaan wilayah khususnya di Papua harus dilaksanakan melalui hasil
penelitian sehingga kebijakan terhadap Papua tidak menimbulkan
permasalahan baru; (2) Penyelengaraan hanneg perlu mempertimbangkan
aspek keamanan dan politik di lingkungan internal, regional dan global karena
dapat mempengaruhi keputusan politis dalam menghadapi permasalahan di
Papua; (3) Untuk meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan harus
seiring dengan pembinaan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
guna mewujudkan interrelationship antar instansi yang dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan perkembangan ancaman yang dihadapi.
8
Daftar Pustaka
Buzzan, Barry. (2009). People, States & Fear. London: EPCR Press. Dephan RI. (2007). Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta: Dephan RI. Dephan RI. (2007). Strategi Pertahanan Negara. Jakarta: Dephan RI. Dephan RI. (2008). Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Jakarta: Dephan
RI. Elisabeth, Adriana dan Muridan S. Widjojo. (2004). Pemetaan Peran &
Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua. Jakarta: LIPI. Elisabeth, Adriana dan Muridan S. Widjojo. (2009). Papua Road Map. Jakarta:
LIPI. Hakim, Chappy. (2011). Pertahanan Indonesia Angkatan Perang Negara
Kepulauan. Jakarta: Red and White Publishing.
Yudhoyono, Susilo Bambang. (2008). Indonesia Unggul. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.