pemberdayaan kaum dhuafa melalui program...

87
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Mustofa 104054102121 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

Upload: others

Post on 31-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM

LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN

MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Mustofa

104054102121

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 2: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2010

Mustofa

NIM. 104054102121

``

Page 3: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM

LABORATORIUM SKILL (LAB. SKILL) DI YAYASAN BINA INSAN

MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Kom.I)

Oleh

Mustofa 104054102121

Pembimbing

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag

NIP 19601208 198803 2 005

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 4: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium

Skill (Lab Skill) di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Program Studi

Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 4 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap

Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA DR. Moh. Ali Wafa, M. Ag

NIP 19700903 199603 1 001 NIP 150 321 584

Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Mahmudah F. ZA, M. Pd Wati Nilamsari, M. Si

NIP 19640212 199703 2 001 NIP 19710520 199903 2 002

Pembimbing

Drs. Helmi Rustandi, M. Ag

NIP 19601208 198803 2 005

Page 5: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

ABSTRAK

Mustofa: Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program lab Skill di

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Dalam rangka upaya penguatan kaum dhuafa agar tebentuknya capacity

building bagi mereka, sehingga kaum dhuafa mempunyai kemampuan dalam

kehidupannya, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok hadir dan concern terhadap masalah tersebut khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya pendidkan

dan pelatihan bagi masyarakat, yang menyebabkan mereka selalu berada di posisi terendah dalam sebuah roda kehidupan, dengan diberikannya pendidikan dan

pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang untuk mengembangkan kapasitasnya diharapkan kaum dhuafa menjadi semakin kuat..

Lewat program laboratorium skill yaitu tempat pendidikan dan pelatihan

bagi kaum dhuafa seperti; anak jalanan, pengamen, pemulung, pengasong dll, di

YABIM diharapkan meningkatnya SDM yang baik sebagai bekal kaum dhuafa kelak, dengan skill yang diperoleh dari laboratorium tersebut kaum dhuafa

diharapkan menjadi mandiri dalam kehidupannya tidak lagi menjadi bagian dari masalah sosial yang membebani pemerintah dan masyarakat dan bahkan mereka

mampu menjadi bagian dari agen atau unsur pembangunan bangsa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar

mendapatkan hasil penelitian yang mendalam yakni dengan menggunakan teknik

wawancara dan observasi. Sample purposif yang digunakan sebanyak 4 orang

yaitu ketua yayasan, instruktur lab skill percetakan dan 2 peserta pelatihan lab

skill percetakan.dengan alasan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan

masalah yang ingin diketahui.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pemberdayaan

dilakukan secara bertahap. tahapan pemberdayaan yang tergambar pada

pelaksanaan dari program lab skill percetakan yaitu: tahap persiapan dimana pihak

Yabim mempersiapkan segala sesuatunya dalam memulai pelatihan keterampilan

ini, tahap assesmen adalah tahap pengungkapan minat bakat pada peserta

pelatihan, tahap perencanaaan adalah tahap yang dipersiapkan sebelum kegiatan pelatihan dilakukan, tahap formulasi aksi adalah penentuan program berupa

keterampilan percetakan, tahap pelaksanaan program adalah tahap kegiatan yang dimulai dari perekrutan hingga penyaluran peserta, tahap evaluasi berfungsi untuk

mengukur perkembangan program percetakan ini, dan tahap terminasi adalah tahap pemutusan secara formal bertujuan agar peserta pelatihan mandiri dan

menerapkan keterampilan yang telah dipelajari sebagai bekal hidup mereka.

Page 6: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat dan kasih sayangnyalah penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini

dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda

Rasulullah Muhammad SAW, begitu juga kepada keluarga, sahabat dan tabi’it-

tabi’innya

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan,

masukan serta motivasi dari banyak pihak, oleh karena itu melalui kata pengantar

ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi setingi-tingginya

atas segala bantuan baik moril maupun materil serta masukan ide yang

membangun bagi penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis haturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda H. Hasan yang tidak mengenal lelah mendidik penulis sampai

saat ini serta bekerja keras memberikan apa yang dapat ia berikan kepada

penulis. Kepada ibunda Hj. Eni Suhaeni yang dengan ketabahan hati,

mencurahkan perhatian, serta kasih sayangnya yang tulus, menjaga dan

memberikan ketentraman kepada penulis hingga saat ini, segala doa-doanya

yang terus mengalir tiada henti untuk penulis. Atas semua yang telah

diberikan semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya, kemudian

semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Komarudin Hidayat,

MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi DR. Arief Subhan,

M.Ag, para dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dosen

pada Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mentransformasikan nilai,

Page 7: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

pengetahuan serta keterampilan kepada penulis. Terimaksih atas semua yang

telah diberikan semoga mendapatkan balasan kebaikan.

3. Dosen Pembimbing bapak Drs, Helmi Rustandi, M.Ag yang telah

memberikan ruang, waktu serta selalu bersabar selama membimbing penulis

dalam menyusun skripsi ini, terima kasih atas masukan, saran serta

motivasinya.

4. Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, kepada bapak Nurrohim, bapak

Mustami’in, bapak Abdul Basit terima kasih sudah mempersilahkan untuk

melakukan penelitian di YABIM

5. Guru-guruku di Pon-Pest Asy-syahadatain Nurul Huda Munjul Cirebon,

khususnya para Kyai & Nyai, kepada kyai Hasan Ma’mun dan nyai

Maimunah serta keluarga, terimakasih atas segala ilmunya.

6. Keluargaku tercinta di Cirebon, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, sepupu,

Kakak- kakaku; Ce Elis, ce Iyan, kang Mas & kang Acenk, Keponakan-

keponakanku; Satria, Aisah Intan & Nok Ninis…Kalian adalah inspirasiku..

7. Seseorang yang selalu menemani dalam keseharianku meskipun dia jauh

disana dan selalu mendoakan untuk keberhasilanku semoga selalu dikuatkan

dalam menjalani kehidupan ini, terima kasih atas semua yang telah kau

berikan.

8. Om Ajiz Moslem dan Planet 13 yang selalu memberikan bimbingan kepada

penulis dalam menjalankan kehidupan ini, segala kebaikanmu tidak akan

pernah aku lupakan.

9. Teman-temanku di jurusan Kesos, Ersyad, Imam al-Bantani, Magfirah,

Anita, dkk yang slalu menemani dalam penulisan skripsi ini. khususnya

Page 8: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

angkatan 2004 “ Izul, Dedy, Jawa, Apip, Item, Hafiz, Ipuy, Wahit, B’jah,

Idung, Fahrudin, Sam, Putri, Winda, Ade, Ziar, Emy, Fitrah, Nana, Nadya,

Sarti, Dhea terima kasih atas semua kebersamaannya.

10. Teman-temanku di asrama IKBAL Ciputat yang selalu bersama dalam

melewati perjuangan kehidupan untuk mengejar sebuah arti keberhasilan,

Qply, Abiq, Dimmy, chiwank, ucup, Tofik, iming, yudi, ade, Ali kwadrat,

Rosyid, Pian, Sukur, Ubay, Alifah, pipit, Tomo terima kasih atas

kebersamaannya Dan kepada Anggota Ikbal lainnya Lukman, roni dll yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, kemudian buat teman-teman di Sosiologi

Agama; Iwes, Ariel, Ade, ghoziel, Eros yang terkadang nongkrong bareng.

Sebagai kata akhir, penulis hanya beharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, segala kebaikan hanya milik Allah

dan segala kehilafan hanyalah milik penulis, sekian dan terima kasih.

Jakarta 14 Februari 2010

Mustofa

Page 9: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………… 9

D. Metodologi Penelitian ……………………………………. 10

E. Sistematika Penulisan ……………………………………. 16

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat ………………………………. 18

1. Pengertian Pemberdayan Masyarakat …………………. 18

2. Strategi Pemberdayan Masyarakat ……………………. 22

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat …………………. 23

B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin ………………….. 26

C. Pengertian Laboratorium Skill ………………………….. 33

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI

DEPOK

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok …. 36

B. Visi dan Misi ……………………………………………… 39

C. Identitas Yayasan …………………………………………. 39

D. Sarana dan Prasarana …………………………………….. 40

E. Struktur Organisasi ……………………………………….. 42

F. Pembiayaan Operasional …………………………………… 43

G. Program dan Kegiatan …………………………………… 43

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Page 10: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab skill Percetakan 46

1. Tahap Persiapan ……………………………………….. 50

2. Tahap Assesmen ………………………………………. 54

3. Tahap Perencanan …………………………………….. 55

4. Tahap Formulasi Aksi ………………………………… 56

5. Tahap Pelaksanaan Program …………………………… 56

6. Tahap Evaluasi ……………………………………….. 60

7. Tahap Terminasi ……………………………………… 67

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Lab Skill

Percetakan ………………………………………………. 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………. 70

B. Saran ……………………………………………………… 72

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 74

LAMPIRAN

Page 11: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah yang ada sudah sejak lama dan

hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “kenyataan abadi” dalam

kehidupan. Kemiskinan sendiri terjadi sebagai dampak pembangunan.

Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas

aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tetinggal jauh dari masyarakat

yang mempunyai potensi lebih tinggi.

Kemiskinan secara umum sebagaimana kita ketahui adalah sebuah

kondisi dimana masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk

kelangsungan hidupnya Parsudi Suparlan dalam bukunya menjelaskan bahwa

“secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat

hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada

sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang

umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang

rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan

kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong

sebagai orang miskin.”1

Kemiskinan terjadi disebabkan oleh banyak faktor dan begitu

kompleks sekali dalam mengklasifikasikannya. Meskipun menurut Badan

Pusat Statistika jumlah kemiskinan di tahun 2009 menurun dengan data BPS

pada awal Juli mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009 yang

1 Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1995), Cet. ke-3, h. 1

1

Page 12: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi sebanyak 32,53 juta

jiwa atau 14,15 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Data itu

menunjukkan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan dengan

hasil survei pada maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42 % dari

total populasi.

Menurut Deputi Statistik Sosial BPS, Arizal Manaf, dalam survei ini

angka jumlah orang miskin tersebut diperoleh berdasarkan garis kemiskinan

atau jumlah pengeluaran sebesar Rp 200.262 per orang per bulan.

Penghitungan Rp 200.262 ribu tersebut dirinci terdiri dari Rp147,339 untuk

makan per bulan dan Rp 52.923 untuk pengeluaran non makanan, seperti

tempat tinggal dan pakaian per bulan.2

Meskipun data BPS menyatakan bahwa jumlah kemiskinan bekurang

di tahun 2009 tetapi pada kenyataannya masih banyak sekali masyarakat yang

merasakan berat dan susahnya menjalani kehidupan, terlihat di jalanan-jalanan

kota besar anak-anak di usia sekolah mencari penghasilan karena kondisi sulit

keluarganya, selain itu dengan ditandai susahnya usia kerja untuk

mendapatkan pekerjaan, tercatat peningkatan jumlah pengangurann di

Indonesia tahun 2009 menurut Analisis Divisi Vibiz Research unit dari Vibiz

Consulting melihat adanya potensi peningkatan pengangguran tersebut maka

akan membuat pengangguran meningkat menembus level 10 juta pada tahun

2009.

Berdasarkan data BPS jumlah pengangguran di Indonesia mencapai

9,4 juta orang. Dimana komposisinya berdasarkan pendidikan adalah:

2 Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27

September 2009 dari http://www.waspada.co.id

Page 13: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dibawah Sekolah Dasar sebanyak 547 ribu, Sekolah Dasar sebanyak 2,1 Juta,

SMP dan sederajat 1,973 juta, SMA dan sederajat 3,81 juta, Diploma dan

sederajat 362 ribu dan Universitas dan sederajat sebanyak 600 ribu jiwa.3

Tabel 1

Jumlah penganguran berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009

No Tingkat

Pendidikan Jumlah Pengangguran

1 < SD 547 ribu

2 SD 2,1 juta

3 SMP dan Sederajat 1,973 juta

4 SMA dan sederajat 3, 81 juta

5 Diploma 362 ribu

6 S1 600 ribu

7 Jumlah 9, 4 juta Sumber: BPS

Terjadinya ketimpangan seperti ini karena pendekatan penanggulangan

kemiskinan masih terpaku pada pendekatan pertumbuhan ekonomi sehingga

terjadi distorsi pembangunan yaitu pembangunan ekonomi tidak sejalan

dengan pembangunan sosial.

Kondisi SDM yang lemah dikarenakan kondisi pendidikan yang

rendah menambah lengkap penderitaan orang miskin untuk selalu berada pada

kondisi marginal/ terasing dari aktifitas ekonomi yang menyebabkan banyak

dari mereka putus asa dan bertahan pada kondisi miskin karena keterbatasaan

mereka.

Krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 sampai saat ini telah

mempengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat yaitu rendahnya

penghasilan sehingga tidak cukup untuk menunjang kehidupan keluarga yang

berakibat kepada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Masalah kemiskinan

3 Ibid.

Page 14: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendasar untuk ditangani salah satu ciri

umumnya adalah kondisi masyarakat yang miskin tidak memilki sarana dan

prasarana, perumaham, dan pemukiman yang tidak memadai, kualitas

lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni.

Masalah kemiskinan adalah tangung jawab bersama bukan hanya

pemerintah saja sebagai stakeholder tetapi juga masyarakat pada umumnya

sangat berpengaruh dalam penanggulangani masalah kemiskinan, karena

masyarakat justru yang paling dekat dengan kemiskinan bahkan mungkin

sebagai pelaku dari kemiskinan itu sendiri.

Bappenas (2002) telah menetapkan dua strategi utama penanggulangan

kemiskinan, yaitu: Pertama meningkatkan pendapatan melalui peningkatan

produktivitas, dimana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan,

memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih

baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik. Kedua

mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti

akses ke pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang mempermudah dan

mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kedua strategi tersebut dijabarkan dalam

pilar langkah kebijakan sebagai berikut:

Dalam rangka upaya peningkatan kemampuan/capacity building maka

strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin

untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan

pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, permodalan, prasarana,

teknologi, serta informasi pasar.

Page 15: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dalam rangka upaya perlindungan sosial/social protection maka

strategi yang dipilih adalah memberikan perlindungan dan rasa aman bagi

masyarakat miskin, utamanya kelompok masyarakat yang paling miskin yaitu

fakir miskin, orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat

miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negatif, krisis ekonomi

dan konflik sosial yang diarahkan melalui kemampuan kelompok masyarakat

dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan melalui mekanisme tabungan

kelompok.

Dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat/community

empowerment, maka strategi yang dipilih adalah peningkatan kualitas

sumberdaya manusia, pemantapan organisasi dan kelembagaan sosial, politik,

ekonomi, dan budaya sehingga mampu mengakses dan berpartisipasi dalam

pengambilan kebijakan dan perencanaan publik.4

Dalam menangani masalah kemiskinan perlu adanya pendekatan yang

bersifat jangka panjang sehingga penanganannya tidak bersifat

karitatif/sementara, pendekatan Pemberdayaan Masyarakat dalam disiplin

ilmu kesesjahteraan sosial memang salah satu alternatif dalam menanggulangi

masalah kemiskinan karena pendekatannya menjadikan masyarakat lebih

mandiri.

Pemberdayaan menurut Edi Soeharto menunjuk pada kemampuan

orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memilki

kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga

mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan

4 Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari

www.google.com

Page 16: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari

kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-

jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.5

Program Pemberdayaan Masyarakat sangat bermanfaat untuk

diterapkan dalam menangani masalah-masalah sosial khususnya masalah

kemiskinan yang kian hari kian memprihatinkan. Program pemberdayaan saat

ini sudah banyak diterapkan di lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non

pemerintah, baik itu dipanti-panti, atau yayasan-yayasan seperti program

pemberdayaan yang diterapkan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat

PKBM (Pusat kegiatan belajar masyarakat) Yayasan Bina Insan Mandiri

Depok memberikan program pemberdayaan masyarakat lewat program

keterampilan yang diberi nama Lab Skill (Laboratorium Skill). dengan

pelatihan dan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa yang

mencakup didalamnya anak jalanan, pengamen, pemulung, pengemis dan lain-

lain yang berada disekitar terminal Depok mulai dari keterampilan otomotif,

percetakan, pengolahan limbah dan banyak lagi yang kesemuanya itu

diharapkan agar kaum Dhu’afa atau kaum yang kurang beruntung mempunyai

keterampilan sehigga dapat diterapkan dalam dunia kerja yang bertujuan untuk

meningkatkan penghasilan hidupnya sebagai cita-cita kesejahteraan pada diri

mereka.

5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika

Aditama, 2005), h. 59-60

Page 17: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok adalah lembaga yang concern

terhadap masalah sosial khususnya kemiskinan yang berakar pada kurangnya

pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat miskin, Mereka diberikan

pendidikan dan pelatihan ditengah mahal dan sulitnya seseorang terlebih orang

miskin untuk mengenyam pendidikan dan pelatihan di negeri ini. Kehadiran

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok memberikan secercah harapan baru untuk

masa depan kaum dhu’afa

Secara administratif Yayasan Bina Insan Mandiri Depok berdiri pada

tahun 2004. Bapak Nurrohim dan Purwandiono yang menggagas dan

mendirikan lembaga ini karena melihat kondisi lingkungannya yang

memprihatinkan, para pengasong, pengamen, pemulung, anak-anak para

pedagang kecil yang kurang mampu serta yatim piatu adalah bagian dari

lingkungannya, dari latar belakang tersebut berdirilah Yayasan Bina Insan

Mandiri Depok dengan tujuan pendidikan dan pelatihan bagi mereka.

Dari gambaran di atas maka penulis tertarik sekali untuk meneliti

bagaimana pelaksanaan pemberdayaan melalui program keterampilan

Laboratorium Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, dengan demikian

penulis memilih judul : “ Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program

Lab. Skill di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lewat PKBM (Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat) menyelenggarakan beberapa program yang berkaitan

Page 18: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

dengan pendidikan dan pelatihan diantaranya yaitu menyelenggarakan

pendidikan kesetaraan Paket A, B, C, PAUD serta kursus dan pelatihan bagi

masyarakat Dhua’fa, termasuk diadalamnya Program Laboratorium Skil.

Program lab skill adalah program keterampilan yang bertujuan

memberdayakan kaum dhu’afa. Program tersebut diantaranya keterampilan

komputer, kursus menjahit, service handphone, penggemukan hewan ternak,

pengobatan dan budi daya jamur, percetakan dll. Karena banyaknya

program keterampilan yang ada pada program lab. skill dan itu bersifat mitra

atau kerjasama dengan institusi lain maka penelitian ini berfokus pada

bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok melalui program Lab. skill percetakan

alasannya adalah karena program percetakan adalah program yang satu-

satunya sudah milik sendiri dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok oleh

karena itu sangat efektif untuk diteliti.

2. Rumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang dan batasan masalah penelitian, agar

uraian dalam bab-bab selanjutnya tidak meluas secara tidak menentu, maka

rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa melalui program

lab. skill keterampilan percetakan?

2) Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

pemberdayaan melalui lab. skill keterampilan percetakan ?

Page 19: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di

atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemberberdayaan kaum

dhu’afa melalui lab. skill keterampilan percetakan.

2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan

kaum dhu’afa melalui program lab. skill keterampilan percetakan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

1) Menambah khasanah akademik berupa dokumen teknis pada ranah

ilmu kesejahteraan sosial khususnya masalah kemiskinan melalui

pemberdayaan masyarakat.

2) Mengenal lebih jauh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai

salah satu yayasan yang ikut serta dalam penanggulangan masalah

sosial.

3) Sebagai prasyarat akhir untuk mendapat gelar sarjana starta satu (S1)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

juga sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan.

khususnya bagi praktisi yang bergelut pada penaggulangan masalah

sosial.

Page 20: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode

penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara utuh.6

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan

sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi

sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan

suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian

kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi

sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima

oleh akal sehat manusia.7

Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini dipilih oleh penulis

berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran proses dari

pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa melalui program lab skill

keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis mendapatkan data-

data yang diperlukan melalui temuan data di lapangan dengan mencari data-

data yang ada yaitu penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas.

6 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1999), h. 3 7 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992), h. 209

Page 21: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Selain itu, penulis melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta

yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara kesemua

kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan lapangan, dimana usaha

pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian

kembali atas semua yang telah dikumpulkan, penulis akan mendapatkan data-

data pemberdayaan kaum dhua’fa yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan

Mandiri Depok.

Dengan memilih metode ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh

data yang lengkap dan akurat.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena

data yang ditampilkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Dengan demikian laporan penelitian akan diberi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa

bersumber dari hasil wawancara, catatan lapangan, memo dan dokumentasi

lainnya.8

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukana di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

terhitung sejak bulan September sampai Maret 2009.

4. Teknik pemilihan informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan

menentukan informasi kunci (key information) tertentu yang sarat informasi

sesuai dengan fokus penelitian.

8 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), Cet. Ke-2 h. 39

Page 22: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Untuk memiih sample lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive

sampling) yaitu peneliti memilih dan menentukan orang-orang atau pegawai

yang menjadi informan untuk di wawancarai.

Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 2

Kerangka dan Jumlah Informan

Informasi yang dicari Informan Jumlah

a. Tahapan Pemberdayaan pada

lab. skill percetakan

b. Faktor pendukung dan

penghambat

1.Ketua Yayasan

2.Penanggung jawab

program

3. Instruktur

3 orang

Manfaat dan hasil dari

keterampilan percetakan

Peserta pelatihan 2 orang

5. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil

wawancara dengan responden di lapangan serta hasil observasi pada

subjek penelitian.

b. Data skunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis.

Data yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip serta dokumen

milik Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan jenis penelitian lapangan/ Field Research dimana peneliti

datang langsung ke Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

Page 23: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dalam penelitian lapangan ini, peneliti juga menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.9 dalam hal ini penulis melakukan penelitian

dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait

dengan masalah Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Melalui Program Lab. Skill

Percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

b. Wawancara

Wawancara atau interview yaitu tanya jawab lisan antara dua orang/

lebih secara langsung.10 Dalam penelitian ini dilakukan komunikasi

langsung dengan nara sumber yaitu ketua yayasan, penanggung jawab

program Lab. skill, instruktur pelatihan dan peserta pelatihan, pada tahap

ini peneliti menggunakan wawancara berstruktur dan terbuka, dimana ada

komunikasi langsung antara responden dengan peneliti, peneliti

memberikan pedoman wawancara yang kemudian diajukan kepada

responden untuk dijawab, intinya agar peneliti dapat berkomunikasi

dengan baik dan peran informan yang melakukan pelatihan keterampilan

yang menjadi subjek peneliti dapat menyampaikan informasi dengan

terang dan akurat.

9 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

PT. Bumi Aksara , 2003), h. 53 10 Ibid, h. 57

Page 24: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung

keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih

aktual.11 Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh dari dokumentasi

yang berkaitan dengan skripsi ini.

7. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana peneliti membaca,

mempelajari, memahami, dan merumuskan semua data yag diperoleh,

kemudian membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian.12

8. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitaitif sering kali dinyatakan tidak ilmiah

sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Dengan

alasan itulah dalam penelitian kualitatif perlu dilaksanakan pemeriksaan

keabsahan data sebagai usaha untuk meningkatkan derajat keperacayaan data.

Pemeriksaan keabsahan data terdiri dari berbagai kriteria:

1) kepercayaan (creadibility). Dalam penerapan kriteria ini ada beberapa

tahapan yang peneliti lakukan yaitu:

a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana peneliti tingal dilapangan sampai

kejenuhan penelitian data tercapai dan dapat menghasilkan data yang

maksimal sesuai kenyataan dilapangan. Dalam penelitian ini peneliti

mengadakan perpanjangan keikutsertaan dilapangan.

11

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.24 12 Ibid., h. 22

Page 25: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

b. Ketekunan atau keajegan

Ketekunan atau keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten

interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis

yang konstan atau tentatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

secara cermat, teliti dan hati-hati secara berkesinambungan dalam

menggali data- data mengenai pemberdayaan melalui program lab. skill.

c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dalam penelitian ini

peneliti mengadakan diskusi dengan teman, dosen pengajar yang

memiliki pengetahuan tentang konteks yang diteliti.

9. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada standar penulisan skripsi pada

buku: “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.

10. Tinjauan Pustaka

Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan beberapa skripsi

yaitu skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan

Keterampilan Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa

yang disusun oleh Amelia. Skripsi ini berisi mengenai pemberdayaan

masyarakat melalui keterampilan teknisi handphone. Upaya yang dilakukan

Page 26: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa melalui teknisi hanphone

menjadikan peserta pelatihan memiliki keahlian khusus dibidang perbaikan

handphone, bermanfaat sekali untuk kemandirian peserta setelah mengikuti

pelatihan tersebut, berdasarkan hasil observasi penulis skripsi ini, banyak

peserta bisa mengembangkan keahliannya kemudian membuka usaha konter

dan service handphone, dari profesi baru tersebut dapat meningkatkan

kehidupan ekonomi peserta pelatihan menjadi lebih baik.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis

penulisanya di bagi ke dalam lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, dikemukakan teori-terori yang melandasi dan

mendukung penelitian. Yang meliputi Pengertian, strategi, dan

tujuan Pemberdayaan Masyarakat, pengertian dhu’afa, fakir dan

miskin dan pengertian laboratorium skill.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini membahas profil dari Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

yang meliputi: sejarah singkat berdirinya visi, misi, motto dan

Page 27: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

tujuanya, identitas yayasan, sarana dan prasarana, struktur

organisasi, pembiayaan operasional dan kerjasama.

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang hasil analisis pelaksanaan program lab

skill keterampilan percetakan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

serta faktor pendukung dan penghambat dari program tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian

yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan

masukan ataupun saran membangun terhadap program yayasan.

Page 28: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

18

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah

proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.13

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).

Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai

kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk

membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari

keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa

kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa

hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan

kekuasaan dapat berubah, dengan pemahan kekuasaan seperti ini,

pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki

konsep yang bermakna.14

Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun daya yang dimilki dhu’afa dengan mendorong,

memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang

dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya.15

13

Artmanda. W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Frista) 14

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:

Rafika Aditama, 2005), h. 58 15

Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan

Masyrakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165

Page 29: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa

berbagai pengetian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya

membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam

kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai

suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal

dibidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama self

Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang

pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya

mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan

dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi

sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.16

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku isu-isu tematik pembangunan

sosial yang ditulis oleh Sulistiari (2004) mengatakan, bahwa

memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-

potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat

seluruh lapisan masyarakat, dengan kata lain menjadikan masyarakat

mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi

penguatan anggota individu dan anggota masyarakat tetapi juga pranata-

16

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003) h. 54

Page 30: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

pranatanya menanamkan nilai budaya seperti kerja keras, hemat,

keterbukaan dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya

pemberdayaan.17

Menurut Ife pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni

kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya

menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan

atau penguasaan klien atas:

1) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu

kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya

hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

2) Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan

selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3) Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan

menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara

bebas tanpa tekanan.

4) Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga

kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.

5) Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber

formal, informal dan kemasyarakatan.

6) Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola

mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

17

Sulistiari, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,

(Jakarta: Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004), h. 29

Page 31: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

7) Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses

kelahiran, perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Pemberdayaan Masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan

dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa

(mass education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta memiliki

kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun pengembangan

masyarakat berkembang menjadi disiplin llmu mandiri.18

Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi

bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses

perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping

menjadi objek, masyarakat juga menjadi subjek dan pelaku pembangunan

yang merupakan bagian dari proses peerubahan sosial.19

Menurut Edi Suharto pemberdayaan betujuan untuk:

1) Meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak

beruntung.

2) Sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk

berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi

terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupannya.

3) Menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui

pengubahan struktur sosial.

18

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:

Rafika Aditama, 2005), h. 59 19

Rr. Suhartini, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT

LKiS Pelangi Aksara, 2005), Cet. Ke- 1, h. 133.

Page 32: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

4) Suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan

agar mampu menguasai/ berkuasa atas kehidupannya.20

Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik

kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang

dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan

masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai Power/Kekuatan

dengan cara mengembangkan skill/potensi yang dimilkinya, yang dapat

dikembangkan dalam pelatihan- pelatihan agar mempunyai modal untuk

hidup mandiri.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Strategi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

ilmu/seni menggunakan sumber daya untuk melaksanakan strategi

kebijksanaan tertentu.21 Jika dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat

maka strategi adalah bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan dan

sumber daya sehingga dapat mengaplikasikanya dilapangan.

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan

melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowrment setting):

1) Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered

approach).

20

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 59 21

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonsia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.

964

Page 33: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

2) Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3) Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem

Belajar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan

pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,

perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian

masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam

pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang

yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka

sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk

bertindak.22

3. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat

diantaranya adalah:

1) Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community

worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antar anggota

agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih

dalam melakukan pengemangan masyarakat.

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66

Page 34: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

2) Assesmen. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan

sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat assesmen ini dapat juga

dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan,

weaknes/ kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan.

3) Tahapan Perancanaan Program. Pada tahap ini agen perubah mencoba

melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang mereka hadapi

dan berusaha mencari solusi terhadap masaslah tersebut.

4) Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubah membantu

kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang

akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat.

5) Tahap Pelaksanaan program/Kegiatan. Pada tahap ini agen perubah

membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang

telah direncanakan.

6) Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubah bersama peserta dari

kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-

program yang dilaksanakan dan mengawasinya.

7) Tahap terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja

secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi

pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus

group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh

kegiatan.23

23

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, h. 244

Page 35: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi

tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:

1) Membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.

2) Melakukan analisis/ kajian terhadap permasalahan tersebut secara

mandiri/ partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara

curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan

mengadakan pertemuan warga secara periodik/ terus menerus.

3) Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap

masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.

4) Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain

dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.

5) Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi.

6) Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk

dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.24

Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep

Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi menggambarkan 5 tahapan

utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang

memberdayakan dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua,

Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidak

berdayaan. Ketiga, mengidentifikasikan suatu masalah atau projek

pemberdayaan. Keempat, mengidentifikasikan basis daya yang bermakna

24 Rr. Suhartini, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, h. 135

Page 36: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan rencana-rencana aksi

pemberdayaan dan mengimplementasikannya.25

B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin

1. Pengertian Dhu’afa

Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk

jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu, dhu’fan

atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan

berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks pembahasan

ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah. Menurut al-

Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti

kuat. Kemudian menurut Imam Khalil, Pakar ilmu nahwu, istilah dhu’fu

biasanya dimaksudkan untuk menunjukan lemah fisik, sedangkan dha’fu

biasanya digunakan untuk menunjukan lemah akal.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib al- Ashfahani di dalam

kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan maksud

istilah dhi’af-an pada surat anisa ayat 9 sebagai berikut:

��������� �� ����� ���� ��������� �� � !" #$%&' ()*+-./0 �1#2&/34

���/$��5 �6!"�78%�9 ���:;*<��$%�$ ���� ������:;����� (=���� �>?+ ?&@ ABC

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya

meninggalkan anak-anak yang lemah dibelakang mereka yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, maka hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah daan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar”.

25

Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 10

Page 37: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa

pengertian:

Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa

orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memilki

fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan yang

bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana dirumuskan

dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus memperhatikan

syarat halalan thayyiba, yakni halal secara ilmu fikih dan berkualitas bagi

kesehatan tubuh.26

Sejalan dengan ini Sajogyo menjelaskan seseorang

belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi standar protein dan kalori

tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan minimum untuk hidup di ukur

dengan pengeluaran untuk makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari.27

Kedua, dha’if fi al-aqli yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya

setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya

kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada potensi

anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru dan orang

dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan potensi

kecerdasan mereka.

Ketiga, dha’if al-hali yakni lemah karena keadaan sosial ekonomi

yang dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga

ini adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik,

keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan

26

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Kaum Dhu’afa, h. 19 27

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta:

IMPAC, 1999) h.10

Page 38: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

untuk mndapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2) Kelemahan

itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial. Anak-anak

yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas dan memilki

keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh kelemahan bentuk ketiga.

Seorang muslim selain diperintahkan agar senantiasa meningkatkan

ketakwaan-nya kepada Allah, juga sangat ditekankan agar tidak

membiarkan generasi yang lemah dilingkungan terdekatnya, terutama kaum

dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak jalanan, dan anak-anak

terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang termasuk penyandang

masalah kesejahteraan sosial.

Dapat disimpulkan menurut al-Asfahani, pengertian dhu’afa yang

berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala

perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian: lemah secara

fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan ilmu/ kurang

pendidikan, lemah iman/ keyakinan, dan lemah jiwa.

Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang

mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur, lanjut

usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.28

EF�7�� G8�� ���⌧#&/.B��� J=� G8�� KL&M��&☺���� J=� G8�� �� ����� J=

O?3"�Q ��� O�:; #R+ ST��&U ��0!; �����V�W X� Y Z!��@�.� K ��� G8��

�[ (3\�☺���� � � �]7!^&@ K _���� ⌦.�:#⌧a B � UF. AB4C

Artinya: Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas al-dhu’afa/ orang-orang

yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak

memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku

28

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Kaum Dhu’afa, h. 18-19

Page 39: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk

menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. al-Taubah : 91).

2. Pengertian Fakir dan Miskin

Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut

istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya

dalam bentuk jamak, masakin, debanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan

Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi

kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar

hurufnya terdiri atas s-k-n. Perkataan sakana mengandung arti diam, tetap,

jumud dan statis. al-Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seorang yang

tidak memiliki apapun.

Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang

atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi kecerdasaan,

mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat langsung pada

kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan, memilki dan mengakses

sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki sesuatu apapun untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin memiliki tenaga untuk

bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan dirinya untuk menjadi

pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki potensi untuk

mengembangkan dirinya tetapi tidak berhasil menjadi pekerja yang ulet.

Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud dan statis

Page 40: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan keahlian dalam hidupnya

karena malas. Akibatnya miskin.29

Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya

kemiskinan teori, fakta dan bijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya

disebabkan karena seseorang diam, apatis, malas dan tidak mengembangkan

skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan Kultural/Culture of poverty,

Akan tetapi juga seseorang menjadi miskin karena lebih bersifat hambatan

kelembagaan atau strukturnyna memang bisa menghambat seseorang untuk

meraih kesempatan-kesempatannya sehingga masyarakat tidak dapat ikut

menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi

mereka.30

Menurut Tadjuddin Noer Effendi “ kemiskinan ini meliputi

kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan,

kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, kekurangan perlindungan

dari hukum dan pemerintah.31

Selanjutnya Sajogyo menggunakan satuan kilogram beras ekuivalen

untuk menentukan kriteria batas garis kemiskinan penduduk.

1. Sangat Miskin

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras ekuivalen

setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di perdesaan, dan

mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras untuk penduduk

yang tinggal di perkotaan.

29

Ibid, h. 20 30

Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, h.16 31

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan

kemiskinan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203

Page 41: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

2. Miskin

Penduduk yang temasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras

per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang

berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras per tahun

untuk penduduk yang tinggal di kota.

3. Hampir Cukup

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg beras per

tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang

mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras per

tahun untuk penduduk yang tinggal di kota.

4. Cukup

Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap

orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang mempunyai

penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama setahun untuk

daerah perkotaan.32 .

Sementara itu, istilah fakir di dalam bahasa Indonesia berasal dari

kosa kata bahasa Arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam

bentuk jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib al-Ashfahani,

memilik empat pengertian. Pertama, perkataan faqir berarti orang yang

membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang berkenaan

32 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, h.8

Page 42: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

dengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara universal

membutuhkan Allah sebagaimana dinyatakan di dalam ayat yang berikut:

�)b?cd2�+ ef�f(��� g iWZ e������;:#���� G8j!; k��� � _���� ��/l

mLn����� ?� ☺&����� A4!C

“Wahai seluruh manusia kalian fuqara’ yakni membutuhkan Allah,

sedangkan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Fathir: 15).

Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian

bahwa setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan

fisik-biologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga,

perkataan faqir berarti tidak memilki, tidak mengakses, dan tidak

mendapatkan sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi kebutuhan

hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni membutuhkan

pertolongan dan bantuan dari yang memilki kemampuan. Keempat

perkataan faqir berarti faqr al-nafs, yakni jiwa yang tidak memiliki, tidak

mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk pengayaan batin.33

Para ulama fiqih sepeti Imam Hanafi berpendapat bahwa fakir

adalah orang yang tidak memilki penghasilan tetap dan tidak ada yang

memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’i

berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi

kebutuhan dasar. Sementara itu, orang miskin adalah orang yang memiliki

pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya

sehari- hari.34

33

Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Kaum Dhu’afa, h. 20-21 34

Hasan Shadili, (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7,

(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977

Page 43: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan

miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara fakir

dan miskin ada derajat yang membedakannya yakni istilah fakir lebih

rendah derajatnya dari istilah miskin.

C. Pengertian Laboratorium Skill

Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode

praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa

berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-

gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu

yang dipelajari.35 Sedangkan skill adalah kata serapan dalam bahasa Inggris

yang berarti: keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memampukan

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.36 Skill juga bisa diartikan sebagai

keterampilan/how-to atau cara untuk melakukan sesuatu, landasan dari skill

adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Skill memiliki

karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses

pembelajaran bertahap. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama

bagi seseorang untuk menguasai skill yang baru.37 Jadi laboratorium skill dapat

diartikan sebagai tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang

dilakukan melalui proses pembelajaran bertahap guna meningkatkan

35

Artikel di akses pada 10 november 2009 dari

http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-laboratorium.html 36

J.S Badudu, Kamus; Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia (Jakarta:

Kompas, 2005), h. 322 37 Artikel di akses pada 10 November 2009 dari Http://diglib.petra.ac.id

Page 44: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

keterampilan, kemampuan dan pengetahuan pada diri seseorang sehingga

mampu melakukan suatu pekerjaan untuk bekal hidupnya.

Di era perdagangan bebas seseorang dianjurkan untuk memiliki

kecakapan hidup/life skill sehingga dapat bersaing dengan yang lain. Secara

umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill dan specific life skill.

General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal life skill/kecakapan

personal dan social skill/kecakapan sosial. Kecakapan personal itu sendiri

terdiri dari self awarness skill kecakapan mengenal diri dan thinking skill/

kecakapan berpikir. Spesific life skill juga dibagi menjadi dua yaitu academic

skill kecakapan akademik dan vocational skill kecakapan vokasional/kejuruan.

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,

kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan

berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi,

mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial

meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan kecakapan

bekerjasama. Kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi

variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan

melaksanakan penelitian. Kecakapan vokasional/kejuruan terkait dengan

bidang pekerjaan tertentu (Depdiknas, 2003:8)38

Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life

skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).

2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).

38 Ginna Santosa, S.Pd, “Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam

Pembelajaran Sejarah di Sekolah,” Program Pascasarjana UNDIP Semarang, 3 Juni 2009.

Page 45: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).

4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang

lain).39

39 Artikel di akses pada 10 November 2009 dari Andreas04 oleh Andreas Viklund.

Blog pada WordPress.com.

Page 46: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang mengalami

kemiskinan dan kebodohan, generasi bangsa tersebut berada dalam

persimpangan jalan. Kondisi ekonomi yang terpuruk menambah deretan

permasalahan yang mereka hadapi, kemiskinan, kebodohan yang bermuara

pada kriminalitas dan penyakit sosial lainnya.

Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan

menyelenggarakan pendidikan Gratis, mulai dari Pendidikan Usia dini

(PAUD), SD Persamaan, SMP, dan SMU, penyelanggaraan Lab Skill bagi

masyarakat kurang mampu.40

Pada awalnya bapak Nurrohim dan rekan-rekannya secara suka rela

melakukan pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan,

ia merupakan motor penggerak kegiatan tersebut, baginya pendidikan adalah

hal yang sangat penting sehingga dia merasa terpanggil untuk membantu anak

jalanan yang tidak sekolah agar memperoleh pendidikan. Nurrohim prihatin

dengan kondisi anak-anak bangsa dimana masih banyak anak bangsa yang

tidak dapat bersekolah. Karena kemiskinan, banyak anak yang putus sekolah

bahkan tidak pernah sekolah, jangankan memikirkan pendidikan, memikirkan

makan saja sulit.

Bagi Nurrohim, bergaul dengan kaum dhuafa terminal merupakan hal

yang biasa dalam hidupnya. Predikat lulusan pesantren yang disandangnya

40

Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun

2008/2009

36

Page 47: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

tidak membuatnya jauh dari kehidupan jalanan sehingga dia tahu betul

bagaimana kehidupan di jalanan. Hal itulah yang mendorongnya untuk

mengajak taman-temannya yang berstatus mahasiswa untuk melakukan

pembinaan dan memberikan pendidikan informal bagi anak jalanan.

Kegiatan tersebut dimulai pada tahun 2001 dengan memanfaatkan

sebuah masjid di terminal Depok yang kondisinya pada saat itu masih

memprihatinkan. Dan kini, berkat kesungguhan dan keikhlasan, Nurrohim dan

rekan-rekannya telah mendirikan Yayasan yang tidak hanya diperuntukkan

bagi anak jalanan saja, tetapi juga untuk anak-anak miskin yang tidak memiliki

biaya.

Yayasan Bina Insan Mandiri yang terkenal dengan nama Sekolah

Master/Masjid Terminal karena Nurrohim dan rekan-rekannya pada tahun 2004

melakukan kegiatan di masjid. Keadaaan Bina Insan Mandiri di kalangan

masyarakat sangat dibutuhkan untuk melakukan kewajiban memberi

pencerahan terhadap anak jalanan yang berasal dari latar belakang yang

berbeda.41

Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu dengan

menyelenggarakan pendidikan Gratis mulai dari Pendidikan Usia dini (PAUD),

SD Persamaan, SMP, dan SMU bagi masyarakat kurang mampu. Program

tersebut terlaksana berkat kerjasama dengan USZ Mitra BAZNAS (Badan

Amil Zakat Nasional) Bina Insan Mandiri, Diknas, CSR/Corporate Social

Respon cibility bidang keagamaan, PT. Adikarya dan PT. Bakrie Telkom serta

donatur perorangan.

41 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim tanggal 27 Okt 2009

Page 48: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Selain menggarap bidang pendidikan Yabim dan USZ mitra BAZNAS

Bina Insan Mandiri juga memberikan pelayanan sosial berupa dakwah sosial,

kesehatan dan pemberdayaan ekonomi sehingga konsep Islam yang kamil

dapat terealisasaikan dalam kehidupan sehari-hari.42

YABIM dan USZ mitra BAZNAS Bina Insan Mandiri concern dengan

pembinaan kaum dhu’afa yang terdiri dari pengamen, pengasong, anak jalanan,

pemulung, serta kaum dhu’afa yang memiliki potensi untuk hidup layak dan

akidah yang cukup. Kehadiran Yayasan Bina Insan Mandiri di terminal Depok

sangatlah membantu dalam mencerdaskan anak bangsa dan merealisasikan

harapan-harapannya. Paling tidak dengan adanya PKBM dan Yayasan Bina

Insan Mandiri (Pusat Kegitan Belajar Masyarakat) dan pembelajaran secara

Gratis dapat memberikan solusi dari permasalahan masyarakat yang menjadi

beban pemerintah. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat marginal untuk

tidak dapat mengenyam pendidikan, tidak ada lagi seorang anak bunuh diri

karena tunggakan SPP, tidak ada lagi orang tua yang terbebani dengan

mahalnya biaya pendidikan, tidak ada lagi si sakit yang menangis bertambah

deritanya lantaran tidak memiliki uang untuk berobat.

Tantangan Bina Insan Mandiri ialah mampu membentuk masyarakat

yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat.

Dukungan moril dan materil yang besar dari masyarakat yang peduli

terhadap Bina Insan Mandiri adalah salah satu kekuatan Yayasan Bina Insan

Mandiri, sehingga sampai saat ini pendidikan dan pelatihan dapat dinikmati

42

Brosur Penerimaan Siswa Baru Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun

2008/2009

Page 49: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

oleh masyarakat dhu’afa43.

B. Visi dan Misi

Visi: Cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia

Misi:

1) Menghadirkan pendidikan gratis yang berkualitas

2) Mengembangkan kemandirian melalui Lab skill

3) Pembinaan mental dan spiritual yang berkesinambungan.

C. Identitas Yayasan

1. Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri yaitu yayasan yang

independen yang bergerak di bidang pendidikan,

sosial, dakwah dan ekonomi kerakyatan.

2. Alamat : Jl. Margonda No. 58 Terminal Terpadu Depok

3. Tujuan Pelayanan

Tujuan Umum : Meningkatkan kecerdasan bangsa menuju masyarakat yang

mandiri dan berbudi pekerti.

Tujuan Khusus :

1) Menyiapkan masyarakat yang mandiri.

2) Menyiapkan insan yang handal melalui keterampilan

tepat guna dan berhasil.

4. Sasaran pelayanan :

1) Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk

belajar

2) Masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah

43 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Nurrochim tanggal 27 Okt 2009

Page 50: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

yang belum tersentuh dan sadar akan pentingnya

pendidikan baik formal maupun non formal

3) Para kaum dhu’afa yang mengalami kesulitan dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,

kegiatan ekonomi yang memadai serta kebutuhan

sosial yang menyangkut hajat hidup umat isam.44

D. Sarana dan Prasarana

Tabel 3

Sarana dan Prasarana

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Ruang kelas 10 Baik

2. Ruang guru 2 Baik

3. Perpustakaan 1 Baik

4. Ruang TU 1 Baik

5. Ruang Lab-Skill 1 Baik

6. Lapangan futsal 1 Baik

7. Asrama laki-laki 1 Baik

8. Asrama perempuan 1 Baik

9. WC 3 Baik

10. Masjid 1 Baik

11. komputer 8 Baik

12. Ruang Kesehatan 1 Baik Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Tabel 4

Data Relawan dan Pengurus Yayasan Bina Insan Mandiri

No Nama Lengkap

L

/P

Tempat dan Tempat

Lahir Alamat Pendidikan Jurusan

1 Agus Salim L Tegal, 09 Jan 1985

Cibubur Jakarta

Timur UNINDRA T. Informatika

2

Ahmad Syarifudin

L Jakarta, 25 Jun 1989 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok SMU IPS

3 Ais Rahim L Gorontalo, 22 Des 1988

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok UI

Sastra Jawa

4

Angga Roman

W L Jember, 15 Agust 1974

Jl. Kenanga II No.

120 Pancoran Mas S1 Interlive Sastra Inggris

44 Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri 2009

Page 51: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Depok

5 D. Sofyansyah L Jakarta, 31 Des 1979

Jl. Salak Raya No. 200 Sukamajaya

Depok

AL-

QUDWAH Tarbiyah

6 Dede Hermawan L Bandung, 30 Jan 1984

Jl. Raya Lenteng Agung No.25 Jakarta S1 IISIP B. Inggris

7

Diana Nur Farida

P Depok, 06 Sept 1990 Jl. A.R Hakim No.15 Kemiri Muka Depok

PTJ Inggris Bisnis

8 Dicky Nugraha L Jakarta, 22 Feb 1980

Jl. Cimanuk VII No.2

Depok II SMU IPS

9

Drs.Poerwandri

yono L Jakarta, 24 Juli 1987 Depok

IKIP Jakarta Teknik

10 Eka L Depok, 29 Nov 1988 Depok SMA IPA

11 Ekwanto TP L Depok, 07 Okt 1984

JL. Janger 2 No.125 Depok II

S1 UNINDRA

Pendidikan IPS

12 Emi Maya P Bojonegoro, 05 Feb 1984

Gg. H.Fatimah No.36

Depok STIAMI Administrasi

13

Firman Rizki Hidayat

L Jakarta, 04 Sept 1990

Jl. Rawa Sari No.13

Cipayung Pancoran

Mas Depok SMA IPS

14 Fitriah P Depok, 26 Juni 1989

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok UIN Jakarta Dakwah

15 Hendra Pujianto L Jakarta, 11 Sept 1986

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok

TRIANANDRA Ekonomi

16

Ilhamsyah D

,S.Ked L Jakarta, 03 April 1972

Jl. Tole Iskandar Gg

Attaqwa No.45 BTN Depok S1 UI Kedokteran

17 Ismail L Jakarta, 14 Maret 1986

Jl. Margonda Raya No. 58 Depok

TRIANANDRA Ekonomi

18 Komarudin L Sukabumi, 11 Apil 1986

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok

AL-

QUDWAH Tarbiyah

19 Lianti P Bogor, 29 Agust 1985

Gg Munjar Kp

Kelapa Citayam Bojong Gede Bogor

AL-QUDWAH Tarbiyah

20 M Anshori L Depok, 18 Feb 1988

Gg Swadaya Rt

01/07 No 46 Kemiri Muka Beji Depok UI Hukum

21

M Ayatulloh

Komeni L Bengkulu, 16 Juni 1989

Jl. Margonda Raya

No. 58 Depok UI Sastra Jawa

22 Ma’rifah P Depok, 11 Maret 1977

Gg. Swadaya Beji Depok

Univ. Mutiara

Islam PGTK

23 Masfufah P Depok, 30 Jan 1983 Depok MA IPS

24

Muh Natsir / Ghifar

L Dompu, 16 Juli 1987 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok SMA IPS

25

Muhammad Ramdhani

L Purwakarta, 02 Nov 1971 Jl. Margonda Raya No. 58 Depok D3 STIM Akuntansi

26

Mustamiin,S.Psi L Depok, 19 Okt 1980

Gg. Swadaya Beji

Depok

S1 UIN

Jakarta

Psikologi

Pendidikan

27 Nova Dwi N P Jakarta, 30 Nov 1983

Jl Situ Gede No.1

Cibubur JakTim UNJ PAUD

28 Nur Laela P Jakarta, 08 Sept 1988

JL. Raya Sawangan Pancoran Mas Depok

AL-QUDWAH Tarbiyah

Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Page 52: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

E. Stuktur Organisasi

Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri

Pembina Tekhnis : Dinas Pendidikan / Penilik PLS Diknas

Penasehat : Drs. Poerwandriyono

Ketua : Nurrohim, Amd

Sekretaris : Toni

Bendahara : Ahmad Khairuddin Jufri

Koordinator Pendidikan : Ilham

Koordinator Dakwah : Qomarudin

Koordinator Sosial : Ahmad Syarifudin

Koordinator Kesehatan : Irsan A. Md

Koordinator Lab Skill : Mustami’n

Koordinator TK : Ma’rifah

Koordinator SD : Sofyansyah

Koordinator SMP : Tommy Al-Qodiri

Koordinator SMU : Ekwanto45

F. Pembiayaan Operasional

Dana operasional dalam menjalankan roda Yayasan Bina Insan Mandiri di

dapat dari hasil kerjasama dan bantuan dari CSR perusahaan, badan amil zakat,

para donator dll.46

45

Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri 2009 46 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim tanggal 28 Okt 2009

DONATUR Kas PKBM

Pengembangan SDM

Sarana & Prasarana

Kurikulum

Lap. Keuangan

Page 53: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

G. Program dan Kegiatan

1. Paud (Pendidikan Usia Dini)

Pendidikan usia Dini merupakan wadah yang strategis dalam

pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 tahun. Teori psikologi

perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang ditanamkan pada usia

dini akan mempengaruhi kepribadian anak pada usia selanjutnya, kesalahan

mendidik anak pada usia dini menyebabkan timbulnya benih kepribadian

yang negatif.

Kehadiran PAUD di terminal Depok yang dikelola oleh YABIM

bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang memiliki keterbatasan

ekonomi dan pengetahuan cara mendidik anak sehingga kesadaran untuk

menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dapat terealisasikan dengan baik.

Walhasil anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan

oleh orang tuannya. Sampai saat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri

2. Sekolah Dasar Persamaan Paket A

Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan masih

banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk menyekolahkan tidak

terkecuali untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD). Banyaknya

anak–anak jalanan yang berusia Sekolah Dasar berada disekitar trotoar dan

lampu merah

Adalah salah satu akibat dari mahalnya biaya sekolah dasar dan

dengan keterbatasan yang ada YABIM berusaha memberikan fasilitas

kepada mereka untuk belajar dalam program Sekolah Dasar sampai saat ini

program tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat lemah.

Page 54: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Program Sekolah Dasar ini memiliki siswa berjumlah 138 siswa dan siswi.

3. Kejar Paket B Setara SMP dan SLTP Terbuka

SLTP diselenggarakan oleh YABIM sebagai tindak lanjut dari

jenjang dasar bertujuan memberikan bekal pengetehuan serta keterampilan

bagi siswa SLTP sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap

menyongsong masa depan dengan bekal keterampilan yang ia miliki.

Jumlah seluruh siswa yang mengikuti program SLTP sebanyak 348 siswa

yang terdiri dari anak jalanan, pengamen, pengasong dan masyarakat yang

tidak mampu.

4. Kejar Paket C Setara SMU

Kejar paket C merupakan suatu program yang dirancang untuk

meninggkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang kebingungan

ketika harus memilih antara dunia usaha ditengah keterbatasan yang ada.

Program ini juga mempersiapkan para siswa didik untuk menempuh jenjang

perguruan tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka khusus dalam segi

akademis. Jumlah seluruh siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.

5. Lab. Skill

Program ini dimaksudkan agar para siswa memilki semangat/spirit

dalam menjalani kehidupan, memilki jiwa kreatif, sikap positif, jujur dan

inovatif. Harapan dari pelatihan ini agar para siswa memilki jiwa

enterpreneur sejati yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mampu

melihat, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya.47

47

Brosur Proposal Pendidkan gratis, (School for People) Bina Insan Mandiri

2009

Page 55: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Program lab skill adalah sebuah tempat/laboratorium dimana siswa

YABIM bisa meningkatkan keahlian/keterampilannya sehingga mereka

dapat bersaing dalam mendapatkan sebuah pekerjaan dan tidak lagi hidup di

jalan program ini diperuntukan masyarakat dhuafa/marginal yang ada di

sekitar terminal Depok, program ini mempunyai banyak macam dan

jenisnya, sebagai sebuah pilihan bagi mereka untuk menyalurkan minat dan

bakat mereka, diantara macam dan jenisnya adalah keterampilan menjahit,

komputer, pengolahan limbah, pengobatan budi daya jamur, percetakan, dll.

Sasaran programnya sangat strategis yakni kaum dhuafa yang sadar dan

membutuhkan mereka yang ingin mengembangkan skillnya.

Program lab skill yang ada di YABIM Depok begitu efektif dan begitu

besar manfaat yang dirasakan oleh peserta yang mengikutinya karena

banyak dari mereka kini menjadi mandiri dan bisa memanfatkan

keterampilan yang telah di miliki mereka sehingga mereka menjadi mandiri

Program lab skill yang begitu banyak macam dan jenisnya menggunakan

mekanisme mitra dengan LPK/ lembaga pendidikan khusus yang ada di

Depok, jadi YABIM bekerja sama dengan lembaga tersebut untuk

mengirimkan siswa-siswa YABIM untuk bisa diberdayakan dengan program

keterampilan sesuai pilihan mereka, ada juga yang sudah mempunyai tempat

sendiri yaitu lab skill percetakan.48

48 Wawancara Pribadi Dengan Bapak Nurrohim tanggal 27 Okt 2009

Page 56: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

A. Analisis Program Pemberdayaan Pada Lab. Skill Percetakan

Hidup di kota besar sarat dengan berbagai tantangan, tantangan utama

adalah bagaimana dapat bersaing dengan sesama insan untuk terus dapat

memperoleh pendapatan sebagai kebutuhan hidup. Apalagi hidup di era

globalsasi, persaingan hidup semakin ketat dan kentara. life skill atau

kecakapan hidup/ keterampilan hidup seharusnya ada pada diri kaum dhuafa/

kaum lemah

Kaum dhuafa adalah mereka yang lemah secara ekonomi, sosial,

politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama yang selayaknya

mereka memang perlu untuk diberdayakan sehingga mereka keluar dari

lingkaran keterpurukan dan menjadi manusia yang mempunyai SDM untuk

masa depan kelak.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk

memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan

mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan

networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan

kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.49

Pengertian ini sejalan

dengan upaya yang dilakukan oleh YABIM Depok, dalam melakukan usaha

memandirikan rakyat untuk menanggulangi masalah sosial dan keterpinggiran

sosial khususnya masalah kemiskinan yang ada disekitar terminal Depok,

mereka terpinggirkan dari dunia formal sehingga terpaksa masuk dalam

49 Makalah Subejo dan Supriyanto, Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

46

Page 57: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

aktifitas hidup yang apa adanya, mereka mengamen, mengasong bahkan

mengemis.

Peran YABIM dalam menangani permasalahan sosial khusunya kaum

dhuafa dengan pendidikan dan keterampilan, adalah sangat penting, adalah

program Lab. Skill sebagai alterantif bagi mereka untuk mengantarkan ke

masa depan yang lebih baik, langkah positif YABIM ini adalah sebuah cita-

cita demi tercapainya insan yang mandiri yang mampu berdaya karena

diberdayakan sehingga mereka mempunyai keahlian/keterampilan yang baik

untuk modal hidupnya,

Berdirinya YABIM Depok yang diprakarsai oleh bapak Nurrohim

(ketua Yayasan YABIM) pada hakekatnya sebagai tujuan dakwah yang beliau

yakini dan tujuan filosofisnya adalah mengurangi angka seseorang untuk tidak

lagi hidup di jalan sehingga tumbuh kesadaran pada diri mereka untuk

merubah konsep diri yang negatif, kemudian mereka mau mengembangkan

pengetahun dan keterampilannya di YABIM, sebagaimana diungkapkan oleh

ketua yayasan bapak Nurrohim:

“Program ini sebenarnya juga mengurangi mereka di jalan yang

awalnya mereka ngamen mereka beralih profesi, maka kita salurkan,

kita arahkan mau mereka kemana yaitu manfaat yang dirasakan”.50

Program Lab. Skill yang begitu banyak macam dan jenisnya

menggunakan mekanisme mitra dengan LPK/ lembaga pendidikan khusus

yang ada di Depok, jadi untuk saat ini YABIM bekerja sama dengan lembaga

tersebut untuk mengirimkan siswa-siswa YABIM untuk bisa diberdayakan

dengan program keterampilan sesuai pilihan mereka, misalkan yang tertarik

50 Wawancara Pribadi dengan bapak Nurrohim tanggal 7 Desember 2009

Page 58: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

dengan salon maka mereka ditempatkan di LPK pada program keterampilan

salon.

“Kita bekerja sama dengan LPK (lembaga pendidkan khusus) yang

ada di depok setiap 1 tahun 2 kali alhamdulilah mereka cari kita, itu

salah satu keuntungan lembaga ini”.

Program lab. skill keterampilan percetakan adalah program yang satu-

satunya mempunyai tempat praktek/laboratorium sendiri di YABIM Depok,

oleh karena itu penulis hanya meneliti lebih dalam program lab. skill

percetakan karena itu di anggap efektif untuk diteliti. dan cukup efektif

dilaksanakan oleh para siswa YABIM, maksud efektif disini adalah karena

program keterampilan tersebut cukup memenuhi dari segi sarana dan

prasarana, karena dari gedung dan alat-alatnya sudah milik sendiri yakni milik

YABIM, berbeda dengan pelatihan keterampilan lainnya seperti salon,

otomotif, komputer, menjahit dll, itu sifatnya mitra/kerjasama dengan

LPK/lembaga-lembaga kursus yang ada di sekitar Depok.51

Program ini cukup baik untuk dilaksanakan untuk meningkatkan

kemampuan praktek dalam bidang pecetakan bagi peserta pelatihan karena

selain melaksanakan proses pelatihan program ini juga langsung menerima

order dari konsumen yang berkaitan dengan cetak-mencetak, jadi peserta bisa

secara langsung mengetahui cara kerja dari sebuah pasar dari bisnis

percetakan.

Untuk mendukung kegiatan/ program ketrampilan percetakan, YABIM

juga menanamkan pembentukan mental dan wawasan pengetahuan kepada

siswa, dengan adanya pembentukan sikap dan wawasan pengetahuan maka

51 Observasi pada tanggal 21 Nopember 2009

Page 59: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

program keterampilan percetakan akan berlangsung dengan baik karena telah

tertanam kesadaran pada diri siswa. Karena mereka mempunyai konsep diri

yang positif sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua yayasan:

“kita adakan pengajian-pengajian semacam bimbingan konseling, kita

juga sering menghadirkan motivator-motivator istilahnya, seperti itu

setelah dia sadar akhirnya dia punya planing dan punya konsep diri

istilahnya”.52

Dalam pembentukan sikap dan peningkatan wawasan pengetahuan

YABIM memberikan kegiatan di luar jam keterampilan percetakan, berupa

bimbingan sosial yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan prilaku

normatif pada pribadi siswa. Materi yang diberikan ketika bimbigan sosial ini

adalah aspek psikologi, mental spiritual, kewirausahaan, yang semua ini

sebagai solusi dalam upaya pemecahan masalah sosial yang ada pada siswa

baik itu kehidupan pribadi, keluarga dan lingkungannya. Teknisnya dilakukan

dengan bentuk formal dan informal, bentuk formal biasanya pihak yayasan

menyelenggaakan acara-acara formal seperti seminar, pengajian dll,

sedangkan bentuk non formal dilakukan dengan cara door to door yaitu

kunjungan ke rumah-rumah mereka, tempat nongkrong mereka, yang

diistilahkan sebagai pendampingan, pendampingan tersebut berupa, konsultasi

permasalahan ekonomi, sosial, bimbingan mental dan motivasi, bertujuan

untuk memberikan penyadaran sifat, sikap dan karakter mereka dalam

memandang hidupnya.53

Agar pelaksanaa pemberdayaan lab. skill percetakan di YABIM

tersajikan dalam kerangka pemberdayaan maka penulis berpatokan pada teori

52

Wawancara pribadi dengan bapak Nurrohim tanggal 8 Desember 2009 53

Wawancara pribadi dengan bapak Mustami (Penanggung Jawab Program Lab

Skill Percatakan) tanggal 28 Januari 2010

Page 60: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

tahapan pemberdayaan masyarakat dimana tahap pemberdayaan seperti yang

sudah dijelaskan panjang lebar pada Bab II.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh YABIM Depok pada

keterampilan percetakan ini yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi penyiapan instruktur, peserta pelatihan dan

mempersiapkan fasilitas yang akan dijadikan sebagai tempat pelatihan,

sebagaimana yang diungkapkan oleh instruktur pelatihan:

“Yang jelas persiapan dari segi tempat sudah tersedia, kemudian

alat-alat juga juga sudah 90% siap kemudian ee.. dari segi man/

orang serta personil juga ada”54

Dalam tahapan persiapan ini juga ada proses perkenalan yang

dilakukan oleh instruktur meliputi prospek dari bisnis percetakan.

“Proses perkenalan dalam keterampilan percetakan, ee..pertama kita

perkenalkan kepada peserta bahwa skill percetakan ini punya potensi

pasar yang sangat luas, setiap sektor usaha apapun jenisnya mereka

pasti butuh yang namanya cetak, dengan itu ee..mereka termotivasi”.55

Berikut pesiapan-persiapan yang sudah dilaksanakan oleh YABIM

Depok pada program lab skill keterampilan percetakan yaitu:56

a. Pelatih/ Instuktur

Instruktur didatangkan dari SDM yang sudah berpengalaman

dibidang percetakan, ada dua orang yang menjadi instuktur dalam

pelatihan ini pertama bapak Abdul Basit yang mengajarkan

keterampilan berkaitan dengan bidang teknik, bidang teknik ini

54

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)

tanggal 10 Desember 2009 55

Ibid 56 Observasi pada tanggal 18 Januari 2010

Page 61: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

berkaitan dengan pengenenalan teknik-teknik berkaitan dengan media

apa saja yang digunakan dalam keterampilan percetakan, bagaimana

cara mengoperasikan mesin dan bagaimana proses dalam melakukan

cetak dan sablon.

Sementara yang kedua adalah bapak Bahtiar yang memberikan

keterampilan mengenai desain grafis, dalam desain grafis ini diajarkan

bagaimana teknik-teknik mendesain dengan baik dan benar dengan

memberikan keahlian dibidang corel draw, photo shop, freehand dll

yang menunjang untuk percetakan.

b. Peserta

Peserta pelatihan keterampilan percetakan adalah siswa YABIM

yang minat dibidang percetakan, siswa YABIM adalah mereka kaum

dhuafa seperti: pemulung, pengasong, pengamen, anak jalanan.

Mereka yang minimal berusia 17 tahun dan mempunyai semangat

tinggi untuk mengikuti pelatihan ini. Berikut daftar nama dari peserta

yang mengikuti keterampilan percetakan:

Tabel 5

Daftar Nama Peserta Keterampilan Percetakan tahun 2009

No Nama L/P Umur Pendidikan Alamat sekarang

1 Wahyu L 19 Paket C Depok

2 Dofir L 21 Paket C Depok

3 Saefurrozi L 20 Paket C Depok

4 Ayatullah Khomaeni L 21 Paket C Depok

5 R. Baini L 22 Paket C Depok

6 Toni L 25 Paket C Depok

7 Saefullah L 22 SMP Depok

8 Yudi L 24 SMP Depok

9 Monika P 17 SMP Depok

10 Fuji lesteri P 17 SMP Depok

11 Deffa L 18 Paket C Depok

12 Arif Rahman L 25 STM Depok

Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

Page 62: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

c. Media 57

Keterampilan percetakan yang ada di YABIM adalah

keterampilan percetakan untuk pembuatan Spanduk, banner, kartu

nama, undangan, atribut, sablon dll. Ada beberapa media yang

digunakan dalam menunjang keterampilan percetakan tersebut yaitu:

a) Komputer

komputer digunakan untuk mendesain target yang hendak dicetak.

Program yang digunakan adalah program design grafis meliputi

freehand, corel draw dan photo shop.

b) Printer

Printer digunakan untuk mengeprint hasil desain dari computer

c) Skrin

Skrin berfungsi untuk meng-copy hasil desain dari komputer,

prosessnya adalah setelah desain yang sudah di print maka

tempelkan hasil desain ke skrin dengan menggunakan minyak.

d) Lampu Tembak

Lampu tembak berfungsi untuk penyinaran skrin supaya skrin

cepat kering berfungsi untuk mengcopy dari kertas ke skrin

waktunya dilakukan kurang lebih 8 menit.

e) Headryer

Headryer berfungsi untuk mengeringkan desain yang sedang di

copy ke skrin.

f) Mesin Cetak

57 Wawancara Pribadi Bersama Wahyu Peserta Pelatihan Tanggal 28 Januari 2010

Page 63: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Mesin cetak berfungsi untuk mencetak hasil desain dari skrin ke

bebagai macam ukuran dan jenis kertas, fungsi dari mesin cetak ini

adalah untuk mengcopy desain dengan jumlah banyak.

g) Rakel/ koas

Rakel digunakan sebagai media untuk meratakan cat pada proses

sablon, penempelan hasil desain ke target.

h) Cat

Cat diguakan untuk bahan sablon, diantara catnya adalah untuk

bahan plastk dan kertas, cat yang digunakan sejenis polimex.

d. Tempat Pelatihan

Pelatihan keterampilan percetakan ini bertempat di Yayasan Bina

Insan Mandiri Depok JL. Margonda no. 58 Terminal Depok, dimana

gedung dan peralatan yang ada sudah menjadi milik dari YABIM

Depok

e. Waktu

Waktu pelaksanaan keterampilan percetakan adalah 6 bulan

kemudian dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari kamis

dengan perincian waktu dimulai pada pukul 09.00 sampai pukul 12.00

istirahat kemudian dilanjutkan kembali sampai dengan pukul 15.00.

“penyiapan jadual, kita adakan keterampilan ini dari hari senin

sampai kamis, dimulai pukul 09.00 sampai pukul 12.00 istirahat,

kemudian dilanjutkan sampai pukul 15.00”. 58

58

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)

tanggal 10 Desember 2009

Page 64: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

f. Jadual

Berikut jadual pelatihan percetakan di YABIM:

Tabel 6

Jadual Kegiatan Pelatihan

Hari Waktu Materi

Senin

09-00 -10. 00

10.00 - 12.00

13.00 -15.00

F Motivasi kerja & wawasan enterurpeneurship

F Teori dasar desain grafis meliputi

(coreldraw, photoshop,dan freehand)

F Praktek aplikasi desain grafis (pembuatan

desain)

Selasa 10-00 -12.00

13.00 - 15.00

F Pengenalan mesin- mesin cetak

F Praktek pengoperasian alat-alat percetakan

Rabu 10-00 - 12.00

13.00-15.00

F Pengenalan bahan- bahan yang digunakan

F Teknik-teknik penyablonan

Kamis

10-00 -12.00

13.00 -16.00

F Materi teori percetakan (metode presentasi &

tanya jawab)

F Praktek pembuatan langsung produk

percetakan

Sumber: Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

2. Tahap Assesmen

Proses assesmen yang dilakukan di YABIM adalah dengan

mengidentifkasi kekuatan dan kelemahan klien dengan cara menilai minat

dan bakat pada peserta yang hendak mengikuti program lab skill, dalam

pelatihan keterampilan ini adalah peserta yang memang berminat di bidang

percetakan, yang tertarik dengan program ini maka siswa YABIM bisa

mengikuti program ini dengan minat bakat yang mereka miliki.

Sebagaimana petikan wawancara dengan instruktur program:

“Assesmen disini adalah pengungkapan minat dan bakat yang ada

pada diri klien, jika si klien pengen kerja di percetakan nantinya atau

Page 65: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

mau membuka usaha percetakan maka kita sebagai fasilitator akan

menmpatkan mereka di program ini jadi bagi mereka yang memang

tertarik dengan dunia percetakan maka kami akan langsung

memberikan pelatihan kepada mereka”.

3. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini instruktur melibatkan peserta untuk membuat strategi

apa yang efektif untuk mempermudah peserta memahami keterampilan

percetakan, strategi yang dilakukan disini adalah YABIM merencanakan

kegiatan ini agar tidak hanya bersifat asal-asalan tetapi merencanakan

betul agar program ini mengantarkan kepada kemandirian. Intinya

bersinergi dengan peserta pelatihan, apa keinginan dan harapan dari

peserta dalam melaksanakan ketrampilan percetakan ini. Sebagaimana

petikan wawancara dengan Toni:

“ Ee dalam perencanaan program kami di ajak untuk breafing atau

kumpul-kumpul gitulah supaya nanti pelaksanaan keterampilan

percatakan ini memang kami senang melaksanakannya.ee Kami

berdiskusi tentang harapan-harapan kami kedepannya setelah kami

menyelesaikan pelatihan ini pengen apa gitu..”59

.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan adalah:

a. Mendeskripsikan hasil assesmen, berbagai masalah, sumber dan

kebutuhan peserta dalam pelatihan keterampilan.

b. Mengadakan penghitungan terhadap sumber dana yang dibutuhkan

dan yang tersedia, dana yang didapatkan untuk pelatihan

keterampilan ini diperoleh dari kerjasama dengan funding yang

ingin mendonasikan dananya untuk kegiatan sosial seperti Baznas,

P.T Sampoerna, Telkomsel.

59

Wawancara Pribadi dengan Toni Peserta Program Lab Skill Keterampilan

Percetakan Tanggal 10 Desember 2009

Page 66: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

c. Menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan, termasuk

didalamnya menetapkan tujuan dan hasil yang ingin di capai, serta

jadual kegiatannya..

4. Tahap Formulasi Aksi

Pada tahap ini YABIM mengupayakan betul bahwa program yang

diselenggarakan adalah program yang dapat membantu masyarakat

khusunya masyarakat dhuafa dalam menangani masalah sosial yang ada

pada kehidupan mereka dengan berlandaskan pada visi YABIM yaitu

cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia. Maka dibentuknya program

lab skill berupa keterampilan percetakan adalah sebuah perumusan yang

matang dalam menempatkan dhuafa sebagai target perubahan, dengan

membekali mereka berupa keterampilan tersebut, karena skill dalam

percetakan adalah peluang yang menjanjikan bagi masyarakat dhuafa,

prospek usaha percetakan juga bagus bila digeluti dengan serius, karena

produk usaha percetakan bila diprediksikan tidak akan pernah sepi dari

pelanggan.

5. Tahap Pelaksanaan Program

Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan percetakan di YABIM

jangka waktu yang diberikan kepada para peserta pelatihan adalah 6 bulan

dimulai dari awal bulan sampai dengan akhir bulan.

“Program ini efektifnya dilaksanakan dengan lama waktu 6 bulan.

program disini prosesnya adalah bulan pertama adalah seleksi dan

assesmen kemudian selanjutnya adalah langsung pemberian teori dan

praktek yang berkaitan dengan masalah percetakan”.60

60

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)

tanggal 10 Desember 2009

Page 67: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan maka

penulis dapat menggambarkan proses pelaksanaan pelatihan keterampilan

percetakan dengan bagan sebagai berikut:

Tabel 7

Bagan Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Percetakan

Waktu Materi pertemuan Strategi

Bulan pertama Perekrutan peserta &

assesmen

Seleksi calon peserta &

pengenalan program percetakan serta

pemberian motivasi

Bulan kedua sampai

bulan kelima

Pemberian teori dan praktek

keterampilan percetakan

Teori dan praktek

Bulan keenam Persiapan magang kerja dan

penyaluran

Kerjasama dengan

komunitas/sentra-sentra

bisnis percetakan Sumber: Observasi Lapangan

Pelaksanaan program keterampilan percetakan adalah sebagai berikut:

a. Perekrutan Peserta

Proses perekrutan yang dilakukan oleh YABIM cukup sederhana

berbeda dengan lembaga seperti panti milik pemerintah yang

mempunyai prosedur perekrutan yang cukup ketat, di YABIM pola

perekrutannya adalah mengaju pada sasaran program yang ada pada

YABIM yaitu: Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk

belajar dan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah yang belum

tersentuh dan sadar akan pentingnya pendidikan baik formal maupun

non formal.

Peserta pelatihan didatangkan dari siswa YABIM dan masyarakat

dhuafa/ lemah yang sudah dewasa yang memang minat di bidang

percetakan dipersilahkan untuk ikut serta dalam meningkatkan skill

percetakan, tanpa proses yang sulit kecuali jika memang dari kapasitas

Page 68: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

pesertanya sudah penuh, maka bisa dialihkan ke pelatihan lain yang

sesuai minat dan bakat mereka, karena pihak yayasan hanyalah berfungsi

sebagai fasilitator.

“Pertama pola perekrutan di sini sifatnya tidak terbatas, karena

banyak program keterampilan yang ada disini bagi siswa YABIM

yang minat di bidang percetakan maka boleh langsung mendaftar

untuk ikut keterampilan ini”.61

Dalam perekrutan peserta ini langkah-langkahnya adalah pertama

dengan identifikasi dan seleksi calon peserta didik, dengan

menempatkan warga belajar yang miskin dan tidak mampu sehingga

proses pelayanan jadi tepat sasaran, metode yang dilakukan adalah

dengan mengumpulkan data dengan cara door to door, interview dan

pengumuman.

Kedua assesmen minat dan bakat bagi mereka yang memang

berminat dalam keterampilan percetakan maka mereka berhak ikut

dalam pelatihan tersebut.

b. Pemberian Materi Pelatihan

Dalam keterampilan percetakan ini pemberian materi dilakukan

dengan metode teori dan praktek, untuk teori diberikan mengenai

teknik –teknik dasar desain grafis dan teori tentang percetakan kepada

peserta kesemuanya dipelajari dari buku-buku yang berkaitan dengan

masalah desain grafis dan pecetakan kemudian langsung di praktekan

pada media yang tersedia..

“30 % kita gunakan untuk teori dan 70% untuk praktek, teori kita

gunakan buku-buku keterampilan, disitu terdapat gambar-gambar

dan langsung dipraktekan, kalo dari segi prakteknya kita langsung

61 Ibid

Page 69: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

terapkan dari buku-buku itu untuk langsung dipraktekan, seperti

misalnya bagaimana teknik-teknik perekaman gambar kita

langsung praktek, atau juga karena lembaga ini adalah bisa

langsung menerima projek dari luar maka mereka langsung

mengerjakan proyek tersebut”.62

Metode dalam penyampainnya dengan metode presentasi/

penjelasan yang diberikan oleh instuktur berkaitan dengan media apa

saja yang digunakan, fungsi-fungsi dari mesin percetakan dll, kemudian

selanjutnya metode tanya jawab, kemudian langsung dipraktekan pada

mesin yang tersedia, kemudian metode lainnya adalah bila ada order

dari pelanggan berkaitan dengan percetakan maka peserta bisa langsung

mengerjakan projek tersebut di bawah bimbingan dan pemantauan

instrukur.

Selain itu bagi peserta diberikan materi tentang desain grafis

sebagai penunjang dalam dunia percetakan dalam mendesain sebelum

mencetak.

“Materi tentang desain grafis untuk desain model programnya

corel, photo shop, freehand, setmarker yang mendukung dibidang

percetakan”.63

c. Penyaluran

Penyaluran dilakukan kepada siswa yang sudah mengikuti program

ini dengan baik yaitu mereka yang sudah mengikuti pelatihan selama 6

bulan, karena YABIM sudah punya kerjasama dengan sentra-sentra

bisnis percetakan atau komunitas percetakan maka bagi mereka yang

sudah menyelasaikan program ini bisa direkomendasikan kepada

instansi tersebut.

62

Ibid 63 Ibid

Page 70: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

“Ee yang percetakan itu kita punya kerjasama dengan komunitas

percetkan jadi setelah mereka belajar di sini, ee mereka bisa

langsung magang atau kerja di instansi tersebut, itu kelebih

belajar disini.64

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu

rencana kegiatan atau program, sejauh mana rencana kegiatan atau

program tersebut dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan di YABIM pada

keterampilan percetakan adalah dengan cara mengadakan breafing dua

minggu sekali dengan tujuan menilai sejauh mana mutu pekerjaan yang

sudah dilakasanakan oleh para peserta pelatihan. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh instruktur program keterampilan:

“Evaluasi kita lakukan 2 minggu sekali terutama dalam kinerja

terutama mutu kwalitas pekerjaan, Kita adakan breafing dengan

para peserta”.65

Selain dilakukan ditengah program kegiatan yang bersifat

monitoring, evaluasi pada program ini juga dilakukan menjelang akhir

program, evaluasi ini disebut dengan evaluasi sumatif bertujuan untuk

menilai dampak program kegiatan untuk menilai dampak dari pelatihan ini

sudah terlihat nyata atau belum.

“ Evaluasi juga kita adakan menjelang akhir pelayanan yang kita

sebut dengan evaluasi sumatif, ee..fungsinya untuk menilai dampak

dari program ini sudah terlihat hasilnya apa belum”66

Berikut data evaluasi peserta keterampilan percetakan yayasan Bina

Insan Mandiri Depok tahun 2009: 67

64

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim Tanggal 7 Desember 2009 65

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill Percetakan)

tanggal 10 Desember 2009 66 Ibid

Page 71: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Tabel 8

Aspek Sikap dan Mental

Nama Keaktifan Kepatuhan Kepercaya

dirian

Gaya

Bicara Prilaku

Penerimaan

Materi

Wahyu - Aktif √

-Kurang

-Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi √

-Sedang

-Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak sopan

-sopan √

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat √ -Sedang

-lambat

Dofir - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi √

-Sedang

-Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak

sopan

-sopan √

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat √

-Sedang

-lambat

Saefurrozi - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi

-Sedang √

-Rendah

- Sopan

-Kurang

sopan √

-Tidak

sopan

-sopan

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat

-Sedang √

-lambat

Ayatollah

Khomaeni

- Aktif

-kurang √ -Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi

-Sedang √

-Rendah

- Sopan

-Kurang

sopan √ -Tidak

sopan

-sopan

-kurang sopan

√ -tidak sopan

-Cepat

-Sedang

-lambat

R. Baini - Aktif

-kurang √ -Tidak aktif

- ya √ - Tidak

-Tinggi

-Sedang √

-Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak

sopan

-sopan

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat

-Sedang

-lambat √

Toni - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √ - Tidak

-Tinggi √

-Sedang

-Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak

sopan

-sopan √

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat

-Sedang √

-lambat

Saefullah - Aktif √

-kurang -Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi √ -Sedang -Rendah

- Sopan √

-Kurang sopan

-Tidak

sopan

-sopan √

-kurang sopan -tidak sopan

-Cepat √

-Sedang -lambat

Yudi - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi

-Sedang √

-Rendah

- Sopan

-Kurang

sopan √

-Tidak

sopan

-sopan

-kurang

sopan√

-tidak sopan

-Cepat

-Sedang √

-lambat

Monika - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √ - Tidak

-Tinggi

-Sedang √

-Rendah

- Sopan √

-Kurang

sopan

-Tidak

sopan

-sopan √ -kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat

-Sedang √

-lambat

Fuji Lestari

- Aktif -kurang √ -Tidak aktif

- ya √ - Tidak

-Tinggi -Sedang √

-Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak

-sopan √ -kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat √ -Sedang

-lambat

67

Wawancara Pribadi dengan Instruktur Lab Skill Percetakan Bapak Abdul Basit

Tanggal 3 Februari 2010

Page 72: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

sopan

Deffa - Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √

- Tidak

-Tinggi

-Sedang √ -Rendah

- Sopan √ -Kurang

sopan

-Tidak

sopan

-sopan √

-kurang sopan

-tidak sopan

-Cepat √

-Sedang

-lambat

Arif

Rahman

- Aktif √

-kurang

-Tidak aktif

- ya √ - Tidak

-Tinggi

-Sedang √ -Rendah

- Sopan

-Kurang

sopan √

-Tidak

sopan

-sopan

-kurang

sopan√

-tidak sopan

-Cepat √

-Sedang

-lambat

Sumber: Wawancara bersama instruktur

Aspek Sikap dan Mental Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan

1. Keaktifan

a. Aktif 9 (75%)

b. Kurang aktif 3 (25%)

c. Tidak Aktif 0 (0%)

2. Kepatuhan

a. Patuh 12 (100%)

b. Tidak Patuh 0 (0%)

3. Kepercayadirian

a. Tinggi 4 (30%)

b. Sedang 8 (70%)

c. Rendah 0 (0%)

4. Gaya bicara (sopan santun)

a. Sopan 8 (70%)

b. Kurang sopan 4 (30%)

c. Tidak sopan 0 (0%)

5. Prilaku (sopan santun)

a. Sopan 8 (70%)

b. Kurang sopan 4 (30%)

c. Tidak sopan 0 (0%)

6. Penerimaan Materi

a. Cepat 7 (60%)

b. Sedang 4 (30%)

c. Lambat 0 (0%)

Page 73: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Dari table di atas menggambarkan bahwa aspek sikap dan mental dari

peserta keterampilan percetakan dapat dijelaskan secara rinci yaitu dari

segi keaktifan dari jumlah 12 peserta, ada 9 peserta (75%) aktif dan 3

peserta (25%) kurang aktif, dari segi kepatuhan menunjukan dari 12

peserta (100%) mereka semua patuh terhadap peraturan yang berlaku, dari

segi tingkat kepercayadirian dari 12 orang peserta 4 peserta (30%)

menunjukan kepercayadirian yang tinggi kemudian 8 peserta (70%)

menunjukan tingkat kepercayadirian yang sedang, dari gaya bicara selama

mereka mengikuti kegiatan ini menujukan dari 12 peserta, 8 peserta

(70%) menunjukan gaya bicara yang sopan, dan 4 peserta (30%)

menunjukan gaya bicara yang kurang sopan, dari segi prilaku menujukan 8

peserta (70%) bersikap sopan dan 4 peserta (30%) kurang sopan,

kemudian dari segi penerimaan materi menunjkan 7 peserta (60%)

mempunyai penerimaan yang cepat, 4 peserta (30%) menunjukan

penerimaan materi yang sedang dan 1 peserta (10%) menunjukan masih

lambatnya dalam penerimaan materi.

Tabel 9

Aspek Penerimaan Pengetahuan

Nama Pemahaman

Teori Dasar

Desain Grafis

Pemahaman

Teori Dasar

Percetakan

Kemampuan

Pengenalan Mesin

yang Digunakan

Kemampuan

Pengenalan

Bahan yang Digunakan

Wahyu - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Dofir - Baik √ - Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √ - Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

Saefurrozi - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Ayatollah

Khomaeni

- Baik

- Cukup √

- Baik √

- Cukup

- Baik √

- Cukup

- Baik √ - Cukup

Page 74: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

- Kurang - Kurang - Kurang - Kurang

R. Baini - Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Toni - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Saefullah - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Yudi - Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Monika - Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √ - Cukup - Kurang

Fuji

Lestari

- Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Deffa - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

Arif

Rahman

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

Sumber: Wawancara bersama instruktur

Aspek Penerimaan Pengetahuan Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan

1. Pemahaman teori dasar desain grafis

a. Baik 7 (60%)

b. Cukup 2 (15%)

c. Kurang 3 (25%)

2. Pemahaman teori dasar percatakan

a. Baik 8 (70%)

b. Cukup 4 (30%)

c. Kurang 0 (0%)

3. Kemampuan pengenalan mesin

a. Baik 8 (70%)

b. Cukup 4 (30%)

c. Kurang 0 (0%)

4. Kemampuan pengenalan bahan

a. Baik 12 (100%)

Page 75: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

b. Cukup 0 (0%)

c. Kurang 0 (0%)

Dari table mengenai aspek penerimaan pengetahuan menunjukan

bahwa dari segi pemahaman teori dasar desain grafis, dari 12 peserta

pelatihan menunjukan 7 peserta (60%) mempunyai pemahaman dasar

desain grafis dengan nilai baik, 2 peserta (15%) dengan nilai cukup dan 3

peserta (25%) masih kurang memahami teori dasar desain grafis, dari segi

pemahaman teori dasar percetakan menunjukan 8 peserta (70%) mendapat

nilai baik dan 4 peserta (30%) mendapat nilai cukup, dari segi kemampuan

pengenalan mesin ada 11 peserta (90%) mendapat penilaian baik dan

sisanya 1 peserta (10%) mendapat penilaian cukup, kemudian dari segi

pengenalan bahan yang digunakan menunjukan 12 peserta (100%) sudah

mendapat penilaian baik.

Tabel 10

Aspek Penerimaan Keterampilan

Nama Kemampuan

Mengoperasikan

Mesin Cetak

Kemampuan

dlm Mendesain

Kemampuan

dan Ketelitian

dlm Menyablon

Kemampuan dlm

Proses Awal hingga

Akhir dlm

Keterampilan

Percetakan

Wahyu - Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

Dofir - Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Saefurrozi - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

Ayatollah

Khomaeni

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

R. Baini - Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Toni - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √

- Kurang

Page 76: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Saefullah - Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

Yudi - Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Monika - Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Fuji

Lestari

- Baik

- Cukup

- Kurang √

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

Deffa - Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

- Baik √

- Cukup - Kurang

Arif

Rahman

- Baik

- Cukup √ - Kurang

- Baik

- Cukup √

- Kurang

- Baik √ - Cukup

- Kurang

- Baik √

- Cukup

- Kurang

Sumber: Wawancara bersama instruktur

Aspek Penerimaan keterampilan Peserta Pelatihan Lab Skill Percetakan

1. Kemampuan mengoperasikan mesin cetak

a. Baik 7 (60%)

b. Cukup 2 (15%)

c. Kurang 3 (25%)

2. Kemampuan dalam mendesain

a. Baik 2 (15%)

b. Cukup 10 (85%)

c. Kurang 0 (0%)

3. kemampuan dan ketelitian dalam menyablon

a. Baik 8 (70%)

b. Cukup 3 (25%)

c. Kurang 1 (5%)

4. kemampuan dari proses awal hingga akhir dalam keterampilan percetakan

a. Baik 11 (90%)

b. Cukup 1 (10%)

c. Kurang 0 (0%)

Dari table aspek penerimaan keterampilan menggambarkan bahwa

dari segi kemampuan mengoperasikan mesin cetak dari total 12 peserta

pelatihan, 7 peserta (60%) mendapat penilaian baik, 2 peserta (15%)

Page 77: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

mendapatkan penilaian cukup dan 3 peserta (25%) masih mempunyai

penilaian kurang, dari segi kemampuan mendesain menunjukan hanya 2

peserta (15%) yang mendapat penilaian baik dan sisanya 10 peserta (85%)

mendapat penilaian cukup, dari segi kemampuan dan ketelitian dalam

menyablon 8 peserta (70%) mendapatkan nilai baik, 3 peserta (25%)

mendapat penilaian cukup dan 1 peserta (5%) mendapat penilaian kurang,

kemudian dari kemampuan proses awal hingga akhir dalam keterampilan

mencetak, dari total 12 peserta 11 peserta (90%) mendapat penilaian baik

dan 1 peserta (10%) mendapat penilaian cukup.

Dari hasil wawancara bersama instuktur mengenai data hasil

evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata peserta pelatihan lab

skill keterampilan percetakan yang dinilai dari aspek sikap, pengetahuan

dan pemehaman keterampilan mayoritas dari mereka sudah cukup baik

dalam memahaminya, mereka antusias dalam mengikuti pelatihan

keterampilan tersebut karena dirasa keterampilan percatakan sangat

penting diikuti sebagai bekal keahlian mereka untuk masa depan.

7. Tahap terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran dengan tujuan agar peserta pelatihan mandiri

dan mencari pengalaman di luar yang lebih menantang, namun dalam

pemutusan hubungan ini pihak yayasan tidak serta merta memutuskannya

begitu saja, melainkan peserta disalurkan pada perusahaan/ sektor-sektor

bisnis percetakan yang ada di sekitar Depok sesuai keahlian yang telah

mereka pelajari, karena YABIM bekerja sama dengan komunitas

Page 78: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

percetakan se-Depok, bagi yang memenuhi persyaratan yang ditawarkan

pihak mitra maka peserta bisa bekerja di tempat tersebut. Namun bagi

mereka yang telah menyelesaikna program lab skill biasanya mereka juga

ada yang membuka usaha sendiri atau berkelompok.

“Penyaluran ada, bentuknya kita jelaskan bahwa jika mereka

ingin yang lebih baik dan menambah pengalaman kita salurkan

mereka karena kita punya komunitas percetakan se-Depok, peserta

bisa ditempatkan disana jika mereka memenuhi kriteria mitra kerja

kita”68

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Keterampilan

Percetakan

Dalam setiap kegiatan apapun bentuknya cukup wajar jika ada

sebuah faktor pendukung dan penghambatnya, sama halnya dengan program

keterampilan percetakan yang ada di YABIM Depok, selama proses

observasi dan wawancara, penulis menemukan beberapa faktor pendukung

dan penghambat dalam pelaksanaan keterampilan percetakan ini yaitu:

1 Faktor Pendukung

a. Sudah lengkapnya fasilitas yang menunjang dalam pelatihan

keterampilan percetakan. Yakni sudah tersedianya sebuah gedung yang

didalamnya terdapat alat-alat yang berkaitan dengan cetak mencetak

yang mempunyai fungsi masing-masing.

b. SDM dari instruktur yang ada sudah cukup baik, dimana instruktur

didatangkan dari orang yang sudah berpengalaman pada dunia kerja

khususnya bidang percetakan dan desain grafis, bapak Abdul Basit dan

Bapak Bahtiar mereka sudah mepunyai pengalaman kerja selama

68

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Basit (Instruktur Lab Skill

Percetakan) tanggal 10 Desember 2009

Page 79: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

kurang lebih 5 tahun di bidang percetakan dan desain grafis sehingga

mereka mampu unruk menerapakan pengalaman kerja yang sudah

diperolehnya dulu kepada peserta pelatihan.

c. Adanya antusias dari siswa, hal ini ditandai dengan peran aktif peserta

dalam mengikuti keterampilan percetakan.

d. Adanya kerjasama dengan sektor-sektor usaha sebagai wadah

penyaluran peserta pelatihan. Yaitu lembaga-lembaga yang bergerak

dibidang percetakan yang ada disekitar Depok, karena pihak Yabim

sudah ikut serta dalam perkumpulan atau komunitas usaha percetakan

sehingga setelah mengikuti pelatihan tersebut peserta bisa

direkomendasikan untuk bekerja di mitra-mitra sektor usaha

percetakan sendiri, atau mereka bisa membuka usaha sendiri.

2 Faktor Penghambat

a. Berbedanya permasalahan peserta yang sangat kompleks sehingga

mempengaruhi proses pelatihan.

b. Kurang nyamannya kondisi ruangan yang ramai karena masih

berdekatan dengan tempat kelas siswa-siswa Paket, sehingga proses

pelatihan keterampilan sedikit terganggu dengan kebisingan.

c. Kurangnya sosialisai dari pemerintah Depok bahwa di YABIM sudah

mempunyai banyak SDM yang siap pakai khususnya dibidang

keahlian percetakan.69

69 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurrohim Tanggal 29 Desember 2009

Page 80: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka peneliti

menyimpulkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan di Yayasan

Bina Insan Mandiri Depok pada program lab. Skill Percetakan bertujuan untuk

Page 81: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

memberikan skill khusus kepada peserta yang berasal dari kaum dhuafa yang

ada disekitar Depok, yang didalamnya adalah anak jalanan, pengamen,

pengasong, pemulung, dll, dalam progam ini juga YABIM tidak hanya

memberikan keterampilan tetapi juga memberikan penanaman akhlak kepada

peserta diluar jam pelatihan keterampilan percetakan dengan bentuk

bimbingan sosial agar terbentuknya kesadaran pribadi untuk berupaya

merubah kehidupannya menjadi lebih baik, sehingga selain mendapatkan

bekal keterampilan peserta juga mempunyai bekal konsep diri yang positif.

Dalam pelaksanaan pemberdayaan dilakukan secara bertahap yaitu:

a. Tahapan Persiapan adalah tahap awal dalam mempersiapkan segala yang

berkenaan pada program lab skill percetakan, dimana persiapan yang

dilakukan adalah: penyiapan instrukur, peserta, media yang digunakan

dan tempat guna berjalannya program dengan baik.

b. Tahapan Assesmen adalah tahapan pengidentifikasian masalah mengenai

kekuatan dan kelemahan yang dimilki oleh peserta pelatihan, sebagai

upaya dalam pemecahan masalah di kemudian hari.diantaranya adalah

pengungkapan minat bakat yang dimiliki oleh peserta pelatihan.

c. Tahap perencanaan adalah tahap dimana instruktur dan peserta

merencanakan strategi apa yang dilakukan agar program keterampilan

dapat dilaksanakan dengan maksimal dan sesuai dengan kehendak dan

keinginan dari peserta pelatihan.

d. Tahap Formulasi Aksi adalah tahap dimana pihak YABIM

mengupayakan betul bahwa program lab skill percetakan merupakan

program yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dicita-citakan 71

70

Page 82: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

peserta pelatihan, karena pihak YABIM sudah memikirkan betul prospek

dari bisnis percetakan tersebut.

e. Tahap Pelaksanaan Program adalah tahap kegiatan yang ada pada

program lab skill percetakan dimana tahapan ini dimulai dari proses

rekrutmen peserta kemudian pemberian materi dan penyaluran.

f. Tahap Evalusi adalah tahap untuk mengukur sejauh mana kegagalan dan

keberhasilan program lab skill percetakan, sebagai alat ukur untuk

perbaikan program kedepan.

g. Tahap Terminasi adalah tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan peserta program lab skill percetakan, dengan tujuan agar peserta

pelatihan menjadi mandiri dan bisa mengembangkan dan mengamalkan

ilmu yang telah dipelajari dari YABIM.

2 . Faktor Pendukung dan penghambat

a. Faktor Pendukung

(1) Sudah lengkapnya fasilitas yang menunjang dalam pelatihan

keterampilan percetakan.

(2) SDM dari instruktur yang ada sudah cukup baik.

(3) Adanya antusias dari siswa, hal ini ditandai dengan peran aktif

peserta dalam mengikuti keterampilan percetakan.

(4) Adanya kerjasama dengan sektor-sektor usaha sebagai wadah

penyaluran peserta pelatihan

b. Faktor Penghambat

(1) Minimnya dana/ terbatasnya dana untuk membeli bahan-bahan

percetakan.

Page 83: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

(2) Berbedanya permasalahan peserta yang sangat kompleks sehingga

mempengaruhi proses pelatihan.

(3) Kurang nyamannya kondisi ruangan yang ramai karena masih

berdekatan dengan tempat kelas siswa-siswa Paket, sehingga proses

pelatihan keterampilan sedikit terganggu dengan kebisingan.

(4) Kurangnya sosialisai dari pemerintah Depok bahwa di YABIM sudah

mempunyai banyak SDM yang siap pakai khususnya dibidang

keahlian percetakan.

B. Saran

Demi memajukan proses pelayanan dan pemberdayaan kaum dhuafa

yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, tanpa mengurangi

rasa hormat atas jerih payah yang dialakukan oleh YABIM, peneliti

memberikan saran diantaranya:

1. Demi terciptanya proses pelatihan yang profesional maka harus diberikan

kompetensi yang baik agar pelatihan kedepan terlaksana dengan kerangka

yang lebih profesional.

2. Menambah kembali program-program lab skill lainnya yang berlokasi di

YABIM sendiri agar masyarakat sekitar terminal Depok khususnya yang

dhuafa lebih mudah untuk ikut serta program pelatihan tersebut.

3. Megaktifkan program-program lab skill seperti lab skill komputer dan

menjahit yang saat ini belum aktif padahal sudah ada peralatannya.

4. Menambah buku-buku perpustakan yang berkaitan dengan motivasi dan

kewirausahaan agar siswa YABIM termotivasi setelah membaca buku-

buku tersebut.

Page 84: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

5. Memperbaiki kinerja para pegawai YABIM yang lebih profesional, agar

kedepan pelayanan YABIM menjadi berkualitas, sehinga pendekatan yang

dicita-citakan dapat terealisasi yaitu mewujukan masyarakan yang

sejahtera.

Page 85: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Jakarta: FEUI Press, 2003.

Badudu , J.S. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam B. Indonesia. Jakarta:

Kompas, 2005.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Brosur Penerimaan Siswa Baru, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Copy Right

2008

- - - - -. Proposal Pendidkan gratis, (School for People), Yayasan Bina Insan

Mandiri Copy Right 2009.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonsia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

Efendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang kerja, dan kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1992.

Ismail, Asep Usman. dkk Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.

Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1999.

Santosa, Ginna. Pengembangan Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam

Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Semarang: Program Pascasarjana

UNDIP, 2009.

Shadili, Hasan (ed), Fakir dalam Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jilid 7.

Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Suhartini, Rr. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT LKiS

Pelangi Aksara, 2005.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: Rafika Aditama, 2005.

Sulistiari. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:

Balai Latihan dan Pengembangan Sosial Dep. Sos. RI, 2004.

Page 86: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

Sumodiningrat, Gunawan. Dkk. Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC,

1999.

- - - - -. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyraka., Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.

Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1995.

Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2003.

W, Artamanda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Frista.

Artikel Internet

Andreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009

Data Jumlah Kemiskinan Tahun 2009 Versi BPS Artikel diakses Pada 27

September 2009 dari http://www.waspada.co.id

Http://diglib.petra.ac.id. Artikel di akses pada 10 Nopember 2009.

Http://Smileboys.Blogspot.Com/2008/05/Pengertian-Laboratorium.Html Artikel

di akses pada 10 Nopember 2009.

Penangulangan Kemiskinan, artikel di akses pada 28 September 2009 dari

www.google.com

Pengertian Kemiskinan, Artikel diakses pada 27 September 2009 dari

http://www.go.to/ambon

Page 87: PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1964/1/MUSTOFA-FDK.pdf · 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil