pembelajaran berbasis keunggulan lokal...
TRANSCRIPT
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 421
PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BIOTEKNOLOGI PADA SISWA SMA 1 GAPURA
Eko Yulianingsih
SMA Negeri 1 Gapura
ABSTRAK
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2008 sampai dengan 2013 diketahui bahwa hanya ± 20%
siswa lulusan SMA Negeri 1 Gapura yang berhasil melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu
maka diketahui bahwa 80% siswa lulusan SMA Negeri 1 Gapura yang tidak melanjutkan ke perguruan
tinggi dan harus bekerja. Berdasarkan kenyataan di atas maka dipandang perlu mengintegrasikan
keunggulan lokal dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran bioteknologi melalui pembelajaran
yang . Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajardan keterampilan
sainsbioteknologi tradisional pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas melalui
dua siklus setelah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) klasikal, datanya diperoleh dari hasil
pretest dan postest, dilengkapi dengan instrumen angket dan lembar observasi siswa. Subjek penelitian
dilakukan pada 35 siswa kelas XII IPA. Hasil penelitian menunjukkanbahwaada peningkatan prestasi
belajar bioteknologimelalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal, dan ada peningkatan keterampilan
sains bioteknologi tradisional melalui pembelajaran bioteknologi berbasis keunggulan lokal.
Kata Kunci: bioteknologi, keunggulan lokal, prestasi belajar, keterampilan sains
PENDAHULUAN
Kurikulum disusun dengan memperhatikan
keragaman potensi daerah dan lingkungan (Undang-
undangRepublik Indonesia No. 20Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Peraturan Pemerintah No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada
BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan
kurikulum SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang
sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2008
sampai dengan 2013 diketahui bahwa hanya ± 20% siswa
lulusan SMA Negeri 1 Gapura yang berhasil melanjutkan
ke perguruan tinggi. Oleh karena itu maka diketahui
bahwa 80% siswa lulusan SMA Negeri 1 Gapura yang
tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan harus bekerja.
Berdasarkan kenyataan di atasmaka dipandang perlu
mengintegrasikan keunggulan lokal dalam pembelajaran
khususnya pada pembelajaran bioteknologi.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada tahun
pelajaran 2011/2012 siswa yang tuntas pada materi
bioteknologi masih kurang dari 40% (14 siswa yang
tuntas dari 35 siswa). Oleh karena itu untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
bioteknologi dicoba dengan pembelajaran bioteknologi
berbasis keunggulan lokal. Melalui pembelajaran yang
berbasis keunggulan lokal diharapkan motivasi siswa
untuk menguasai bioteknologi meningkat karena banyak
hal yang berkaiatan dengan bioteknologi ada pada sekitar
kehidupannya dan banyak hal pula yang dapat
dikembangkan dari keunggulan lokal yang dapat
dikembangkan melalui bioteknologi.
Pemberdayaan potensi lokal yang terintegrasikan
dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam
pembelajaran berbasis keunggulan lokal. Indonesia
memiliki potensi kekayaan alam yang beraneka
ragam.Jenis potensi dan kekayaan alam yang dimiliki
oleh daerah sangat berbeda. Potensi kekayaan alam ini
perlu dikelola oleh putra-putri Indonesia untuk
kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Kemampuan untuk mengelola keunggulan lokal ini dapat
ditunjang dengan pembelajaran di sekolah yang berbasis
keunggulan lokal.
Pendidikan di Indonesia perlu diarahkan bagi
pembangunan budaya dan pemberdayaan kekayaan alam.
Pola pendidikan yang memfasilitasi internalisasi budaya
dan pemanfaatan potensi alam dapat dilakukan melalui
pembelajaran berbasis potensi lokal. Hatimah(2004)
menjelaskan bahwa model pengelolaan pembelajaran
berbasis potensi lokal dapat diimplementasikan secara
efektif dan berhasil guna.
Hadi(2011) menjelaskan bahwa pembelajaran
berbasis keunggulan lokal akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar memahami potensi
daerahnya, menanamkan nilai-nilai dan perasaan
memiliki serta keterampilan untuk memanfaatkan potensi
keunggulan lokal secara bijaksana dan bertanggung
jawab. Melalui proses yang dikembangkan dalam PBKL
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 422
guru dan siswa berinteraksi dengan masyarakat dengan
merencanakan pembelajaran berdasarkan potensi
keunggulan lokal yang mungkin bisa dikembangkan demi
masa depan siswa sebagai pelaku yang dapat
memberdayakan potensi lokal yang ada di daerahnya.
Pembelajaran biologi dalam hal ini
bioteknologidapat diintegrasikan dengan keunggulan
lokal melalui pembelajaran berbasis keunggulan lokal
(PBKL). PBKL dalam pembelajaran bioteknologi
dirancang dengan metode observasi lapangan, tanya
jawab, diskusi, dan praktikum. Kegiatan observasi
lapangan dan praktikum siswa dikenalkan untuk
memahami bioteknologi yang dikembangkan di
lingkungan sekitar siswa dengan dikembangkan
berdasarkan keunggulan lokal.
Bioteknologi dengan PBKL diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Suryatiningsih (2005)
menjelaskan bahwa untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat
(valid) dan dapat dipercaya (reliabel) diperlukan
informasi pendukung oleh data yang objektif dan
memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku
dan pribadi siswa. Oleh karena itu kecermatan evaluasi
atas keberhasilan proses belajar akan banyak tergantung
pada tingkat ketepatan, kepercayaan, dan keobjektifan
informasi yang didukung oleh data yang diperoleh.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan oleh
guru dengan pengukuran secara tertulis, secara lisan, dan
melalui observasi. (Rustaman, 2003) menjelaskan bahwa
prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar
yang sifatnya kognitif dan afektif sedangkan prosedur
observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
sifatnya psikomotor.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gapura
Sumenep, pada semester ke-2 tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini dilaksanakan untuk standar kompetensi,
yaitu memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta
implikasinya pada salingtemas. Kompetensi dasar yang
dijadikan kajian penelitian, yaitu menjelaskan arti,
prinsip, dasar, dan jenis-jenis bioteknologi, dan
menjelaskan dan menganalisis peran bioteknologi serta
implikasi hasil-hasil bioteknologi pada salingtemas.
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XII IPA 2 yang
berjumlah 35 orang dengan rincian laki-laki 14 orang dan
perempuan 21 orang. Objek penelitiannya adalah prestasi
belajar, dan keterampilan sains.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
dua siklus setelah mencapai syarat tercapainya KKM
klasikal.Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)
observasi dan evaluasi tindakan, dan 4) refleksi. Siklus I
dilaksanakan materi pokok tentang arti, prinsip dasar dan
jenis-jenis bioteknologi, sedangkan siklus II diterapkan
pada materi pokok peran dan implikasi hasil-hasil
bioteknologi. Untuk siklus I dirancang dalam 4 Jam
pelajaran (2 kali tatap muka), sedangkan siklus II
dilaksanakan untuk 6 jam pelajaran (3 kali tatap muka).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari bulan
Januari tahun 2013 sampai dengan Februari tahun 2013.
Langkah-langkah dalam perencanaan adalah 1)
mengkaji materi pokok, mempersiapkan silabus, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan
siswa, 2) mempersiapkan dan mengkaji format-format
observasi dan evaluasi yang terdiri dari pretest danpostest
pembelajaran, kuis, lembar observasi, dan angket, dan 3)
mengkaji indikator untuk menentukan keberhasilan
tindakan yang dilaksanakan, seperti daya serap siswa dan
ketuntasan belajar.
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti
melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang
diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses
belajar mengajar yang berlangsung. Variabel-variabel
yang diamati sesuai dengan objek penelitian yaitu
aktivitas belajar siswa. Tes dilakukan terhadap
pemahaman konsep siswa yang berupa peningkatan
rerata hasil belajar antara tes awal dengan tes akhir di
setiap siklus dan keterampilan siswa.
Berdasarkan observasi dan evaluasi pada siklus I,
peneliti mengadakan refleksi untuk melihat seberapa
besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan
model pembelajaran yang dirancang. Refleksi dilakukan
terhadap aktivitas belajar siswa (motivasi belajar siswa)
dan mencari faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan
tindakan serta mencari solusi terhadap permasalahan
tersebut. Di samping itu juga dilakukan refleksi terhadap
pencapaian pemahaman konsep siswa, serta upaya yang
perlu dilakukan untuk meningkatkannya. Pencermatan
yang dilakukan pada penerapan siklus I dievaluasi dan
diinterpretasi penyebabnya untuk selanjutnya digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pemantapan pada siklus
II.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II
merupakan penyempurnaan terhadap kekurangan-
kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Hasil refleksi
dijelaskan pada kegiatan kelompok siswa yang pandai
diharapkan dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa yang
berkemampun rendah.Materi pokok yang diterapkan pada
siklus II adalah peran bioteknologi dan implikasi hasil-
hasil bioteknologi yang dilaksanakan untuk tiga kali tatap
muka (6 x 45 menit).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa tes, pedoman observasi, dan angket pendapat
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 423
siswa. Tes yang digunakan terdiri dari tes awal, tes akhir
pembelajaran yang disusun dalam bentuk soal uraian
untuk mengetahui pengetahuan awal dan kesiapan siswa
terhadap materi pokok yang akan dibahas.
Pedoman observasi aktivitas siswa yang
digunakan meliputi 5 parameter, yaitu 1) interaksi siswa,
2) keberanian siswa bertanya, 3) partisipasi siswa, 4)
motivasi, ketekunan, dan antusiasme siswa, 5) kehadiran
siswa. Pedoman observasi aktivitas belajar siswa
menggunakan tiga kriteria, yaitu baik (B), cukup (C), dan
kurang (K), seperti Tabel 2. Aktivitas belajar siswa
berkatagori baik (B), jika lebih dari 75% siswa
menunjukkan aktivitas yang diukur. Kualifikasi cukup
(C), jika lebih dari 50% siswa menunjukkan aktivitas
sesuai parameter yang diukur. Sedangkan kurang (K),
jika kurang dari 50% siswa dalam kelas menunjukkan
aktivitas seperti parameter yang diukur.
Tes kognitif menggunakan tes bentuk uraian.Tes
keterampilan sains meliputi keterampilan untuk
menyusun prosedur pengamatan, melakukan pengamatan,
menganalisis, dan mengambil kesimpulan.Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas
aktivitas siswa belajar, skor hasil belajar siswa, dan
pendapat siswa terhadap penerapan pembelajaran biologi
yang dikembangkan. Jenis data, metode dan instrumen
yang digunakan pengumpulkan data pada penelitian ini,
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data, metode, dan
Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data
N
o
Jenis
Data
Me
tode
Instrumen
1 Aktivi
tas Siswa
Ob
servasi
Pedoman
Observasi/ tabel
pengamatan
2 Ketera
mpilan
Tes lembar
observasi
2 Hasil
Belajar siswa
Tes Tes hasil
belajar
3 Penda
pat Siswa
Ku
esioner
Angket
Dalam penelitian ini diperoleh dua jenis data,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitiatif
berupa aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil
observasi dengan menggunakan format observasi. Data
tentang aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif dengan
menarasikan kegiatan-kegiatan siswa selama
pembelajaran serta pendapat siswa.
Sedangkan data kuantitatif berupa skor lembar
observasi, skor tes awal dan tes akhir pembelajaran untuk
siklus I dan siklus II,. Untuk skor keterampilan, tes awal,
dan tes akhir pembelajaran. Sedangkan pendapat siswa
terhadap penerapan model pembelajaran biologi, yang
diketahui dari angket, dianalisis dengan membandingkan
jumlah skor pada pilihan setuju terhadap jumlah skor
pada pilihan tidak setuju.
Kreteria keberhasilan peningkatan kualitas
pembelajaran biologi, ditinjau dari aktivitas siswa belajar,
hasil belajar siswa, dan pendapat siswa terhadap
penerapan model pembelajaran. Indikator keberhasilan
peningkatan kualitas aktivitas siswa (motivasi siswa)
dalam penelitian ini, yaitu jika lebih dari 6 (enam)
parameter aktivitas berkatagori baik dan tidak ada dengan
katagori kurang.
Pemahaman konsep siswa dinyatakan berhasil,
jika ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan 70%
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan di sekolah. Sedangkan kreteria keberhasilan
pendapat siswa adalah persentase jumlah siswa yang
memiliki pendapat positif (setuju) lebih besar
dibandingkan dengan persentase jumlah siswa yang
memiliki pendapat negatif (tidak setuju) terhadap model
pembelajaran yang diterapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar pada siklus 1
dan Siklus II
No Indikator Aktivitas Belajar
Siswa
Siklus
I
Siklus
II
1 Interaksi siswa selama
KBM C B
2 Keberanian siswa dalam
bertanya/berpendapat C B
3 Partisipasi siswa dalam
mengerjakan tugas B B
4 Motivasi, ketekunan, dan
antusiasme C B
5 Kehadiran siswa dalam
KBM B B
Data mengenai pemahaman konsep siswa
dikumpulkan dengan menggunakan tes pemahaman
konsep, seperti disajikan dalam Tabel 3. Kelemahan-
kelemahan pembelajaran pada siklus I diperbaiki di siklus
II, hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan hasil
belajar kognitif peserta didik khususnya peserta didik
yang berkemampuan akademik rendah. Kelemahan pada
siklus 1 diperbaiki yaitu dengan memperbaiki kegiatan
apersepsi untuk memberikan motivasi siswa dalam
belajar melalui suatu fenomena dan video. Pada kegiatan
kelompok siswa yang pandai diharapkan dapat menjadi
tutor sebaya bagi siswa yang berkemampun rendah.
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 424
Tabel 3. Data Pemahaman Siswa dengan Menggunakan
Tes Pemahaman Konsep
KETERANGAN Siklus I Siklus II
Pretest Postest Pretest Postest
Rerata 30,4 68,7 45,6 73,7
Siswa yang skornya
≤ 7,00 (%) 60,2 31,4 45,7 0,9
Siswa yang skornya
≥7,00 (%) 39,8 68,6 54,3 99,1
Berdasarkan hasil penyebaran angket tentang
pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran
berbasis keunggulan lokal didapatkan data seperti
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Penyebaran Angket tentang pendapat
Siswa
No. Jawaban Siswa Jumlah
Absolut
Jumlah
persen (%)
1. Setuju 33 99,40
2. Ragu-ragu 2 6,00
3. Tidak setuju - 0,00
Data hasil observasi keterampilan siswa
ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Observasi Keterampilan SainsSiswa
dalam Praktikum Bioteknologi
No. Keterampilan Rerata
Siklus I Siklus 2
1. Menyusun prosedur
pengamatan
69,00 80,00
2. Melaksanakan prosedur
pengamatan
70,00 85,00
3. Menggunakan alat 71,00 85,00
4. Mengambil data 65,00 70,00
5. Menarik kesimpulan 65,00 70,00
Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Bioteknologi Berbasis
Hasil pelaksanaan siklus 1, menunjukkan aktivitas
pembelajaran sebagai bukti keterlaksanaan langkah-
langkah skenario pembelajaran pada kegiatan awal,
antara lain yaitu (1) guru sudah jelas menyampaikan
topik pelajaran dan tujuan pembelajaran, (2) guru sudah
memberikan apersepsi dengan menunjukkan tempe
sebagai produk hasil bioteknologi dengan kajian
ekonomis bahwa proses mengubah bahan (kedelai)
menjadi produk (tempe) dengan menggunakan agen
biologi (ragi/Rhizophus orizae) terjadi peningkatan nilai
ekonomi sehingga siswa dapat membuat definisi dan ciri
dari bioteknologi. Siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan
yaitu pada kegiatan 1 dan kegiatan 2.
Kegiatan 1: Pengertian, Ciri Bioteknologi dan Jenis-
jenis Bioteknologi
Pada kegiatan 1 dilaksanakan dengan
menginventaris produk-produk bioteknologi baik melalui
buku teks, koran, dan internet. Kegiatan ini dilaksanakan
melalui diskusi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4
–5 orang siswa. Sebelum kegiatan diskusi kelompok
dikenalkan tentang produk bioteknologi melalui youtube-
youtube pilihan tentang produk bioteknologi. Diskusi
kelompok dilaksanakan dengan bantuan LKS.
Setelah diskusi kelompok, siswa ditugaskan
menginventaris produk-produk bioteknologi pada bidang
yang berbeda dengan penugasan di luar kelas untuk
mengunjungi tempat-tempat dalam rangka
menginventaris produk bioteknologi di lapangan.
Kelompok 1 menginvetaris produk-produk bioteknologi
dalam pangan dan mengunjungi pabrik tempe, dan kecap.
Kelompok 2 menginventaris produk-produk biotenologi
pertanian dan mengunjungi Balai Tanaman Pangan Dinas
Pertanian , kelompok 3 menginventaris produk-produk
bioteknologi peternakan dan mengunjungi dinas
peternakan, kelompok 4 menginventaris produk-produk
bioteknologi dalam bidang kesehatan dan mengunjungi
rumah sakit daerah. Kelompok 5 menginventaris produk-
produk bioteknologi dalam bidang lingkungan dan
mengunjungi dinas lingkungan hidup, dan kelompok 6
menginventaris produk-produk bioteknologi bidang
hukum dan mengunjungi Kapolres.
Sebelum kegiatan 1 berakhir guru menjelaskan
tentang kegiatan di luar sekolah yaitu untuk mengunjungi
beberapa instansi untuk mengumpulkan data sejauh mana
produk-produk bioteknologi digunakan dan
dikembangkan oleh masyarakat. Guru juga memberikan
surat pengantar dari sekolah yang harus dibawa pada saat
kunjungan ke instansi tertentu.
Pada kegiatan inti dari kegiatan 1 pembelajaran
siswa masih kesulitan membuat definisi, kesulitan ini
tercairkan setelah siswa membaca buku teks, (4) masih
ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran
terutama pada kegiatan kelompok, (5) masih ada
kelompok yang anggotanya tidak mempunyai buku teks
sehingga harus keluar kelas untuk meminjam buku di
perpustakaan akibatnya diskusi kelompok waktunya
ditambah sehingga pada saat guru akan menjelaskan
tentang kegiatan observasi yang dilaksanakan di luar
kelas untuk kegiatan 2 harus menambah waktu pelajaran.
Kegiatan 2: Diskusi Kelas Produk-produk
Bioteknologi
Diskusi kelas yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok hasil observasi
dengan menggunakan power point setiap kelompok
diberi kesempatan masing-masing 15 menit untuk
presentasi. Guru memfasilitasi dan di akhir tiap diskusi
memberikan arahan jika ada kesalahan konsep dari siswa.
Dari proses kegiatan 1, presentasi, dan keaktifan siswa
selama diskusi dimasukkan dalam penilaian guru.
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 425
Kemudian guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dan peralatan
apa saja yang harus dibawa.
Kegiatan pembelajaran pada kegiatan 2 masih
kurang optimal karena masih ada kelompok yang belum
siap untuk presentasi karena belum membuat power point
sehingga terpaksa presentasi berdasarkan hasil observasi
yang belum dikemas untuk dipresentasikan. Namun
secara umum kegiatan pembelajaran sudah cukup aktif
dan menarik. Kesan umum pembelajaran pada siklus I
adalah (1) waktu pembelajaran menjadi kurang, (2) siswa
masih belum memegang buku teks pada saat
pembelajaran, dan (3) masih ada siswa yang belum aktif
dalam pembelajaran. Presentasi belum mengupas
masalah produk-produk bioteknologi yang sedang
berkembang saat ini yang dapat diperoleh dari buku
maupun internet.
Berdasarkan penilaian aktivitas belajar dan hasil
belajar yaitu tes awal dan tes akhir yang reratanya masih
di bawah KKM yaitu 68,7% menunjukkan bahwa
pembelajaran masih belum berhasil. Oleh karena itu
penilaian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II.
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada kegiatan
3—5.
Kegiatan 3: Praktikum Bioteknologi Konvensional
Kegitan praktikum ini dilaksanakan di sekolah
selama 2 jam pelajaran. Siswa bekerja secara kelompok.
Kelompok praktikum sama dengan kelompok untuk
diskusi pada kegiatan 1. Kelompok 1 membuat tape ketan
putih, kelompok 2 membuat tape ketan hitam, kelompok
3 membuat tape singkong, kelompok 4 membuat tempe,
kelompok 5 membuat yogurt, dan kelompok 6 membuat
nata de coco.Setiap kelompok merancang prosedur
kegiatan praktikum sendiri dan dikonsultasikan dengan
guru sebelum kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan ini diharapkan siswa memiliki
keterampilan untuk membuat produk bioteknologi
konvensional dengan menggunakan bahan-bahan yang
merupakan keunggulan lokal. Salah satu contoh yang
masih tidak termanfatkan secara baik dari keunggulan
lokal Sumenep yaitu air kelapa, timun yang harganya
sangat murah pada musim penghujan dapat dijadikan
bahan dalam pembuatan nata de coco. Dengan pemberian
keterampilan yang diintegrasikan dalam pem-belajaran
bioteknologi ini diharapkan siswa dapat mengenal,
memahami keunggulan lokal sehingga dapat
memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraannya
kelak di kemudian hari.
Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa
mendapatkan keterampilan dalam pembuatan
bioteknologi tradisional dan menjadi bekal dalam
kehidupannya kelak. Anwar (2004) menjelaskan bahwa
pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan
yang praktis, terpakai, dan terkait dengan kebutuhan
pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau
industri yang ada di masyarakat merupakan perupakan
pendidikan yang berorientasi Life Skill.Pendidikan
kecakapan hidup menurut Marwanti (2009) bertujuan
untuk mengurangi pengangguran, mengurangi
kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan manfaat bagi peserta didik, masyarakat,
pemerintah daerah.
Kegiatan 4: Teknik Rekayasa Genetika
Kegiatan 4 yaitu ada 2 kegiatan di dalam kelas
yaitu guru menjelaskan tentang menjelaskan tentang
rekayasa genetika. Dalam kegiatan ini guru dapat
menggunakan media power point dilengkapi dengan
video-video proses rekayasa genetika
Kegiatan 5: Peran dan Implikasi hasil-hasil teknologi
Diskusi kelompok dan kelas tentang Peran dan
Implikasi hasil-hasil teknologi. Diskusi kelas dengan
presentasi salah satu kelompok di depan kelas. Pada
Kegiatan 5 dikembangkan dengan diskusi kelas tentang
hasil pengamatan pada kegiatan 3 dikaitkan dengan
pengembangan keunggulan lokal. Hal ini bertujuan agar
siswa mengetahui bahwa banyak hal yang merupakan
keunggulan lokal yang dapat dikembangkan sehingga
dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Adapun pelaksanaan siklus II, beberapa aktivitas
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yaitu
(1) guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran,
(2) guru berusaha memberikan waktu kepada siswa
dalam kegiatan kelompok, (3) guru harus menyiapakan
bahan pengayaan maupun rencana kegiatan yang akan
diberikan kepada siswa/kelompok yang telah
menyelesaikan kegiatan kelompoknya sambil menunggu
kelompok lain menyelesaikan kegiatan, (3) guru sudah
berperan sebagai fasilitator.
Menurut paradigma konstruktivisme, belajar
merupakan proses regulasi diri dalam menyelesaikan
konflik kognitif yang sering muncul melalui pe-ngalaman
kongkret, wacana kolaboratif, dan interpretasi. Belajar
adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun
pengetahuannya. Belajar bermakna terjadi melalui
refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian,
pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang
semuanya ditujukan untuk memperbaharui pemikiran
individu sehingga semakin sempurna (Sanyasa, 2007).
Melalui pembelajaran berbasis keunggulan local
dengan metode diskusi, praktikum, dan observasi siswa
dikondisikan berpikir dan bekerja seperti ilmuwan seperti
merencanakan prosedur praktikum, melaksanakan
kegiatan pengambilan data, menyimpulkan hasil
pengamatan, serta mengkomunikasikan hasil observasi
dan pengamatannya. Sementara kehadiran guru sebagai
Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal untuk Meningkatkan.…
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 426
pemimpin, pembimbing, fasilitator berperan untuk
mengarahkan agar pengetahuannya yang dikonstruksi
siswa tidak miskonsepsi (Subamia, 2012).
Berdasarkan prestasi belajar dan aktivitas belajar
siswa pada siklus dua tergolong cukup. Hal ini
ditunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar
siswa dan pestasi belajar yang ditunjukkan dengan rerata
hasil postest pada siklus II yaitu 73,7. Pada akhir
pelaksanaan siswa memberikan angket tanggapan siswa
terhadap pembelajaran bioteknologi berbasis keunggulan
lokal.Hal ini tampak dari hasil belajar kognitif pada
siklus II semakin meningkat dan mampu mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal.
Peningkatan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
Bioteknologi melalui PBKL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran bioteknologi berbasis
keunggulan lokal secara umum mengalami peningkatan.
Motivasi belajar siswa ini dapat kita lihat dari keaktifan
siswa selama proses pembelajaran di kelas termasuk
peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan
dari hasil observasi kegiatan aktivitas belajar siswa pada
Tabel 2 mengalami peningakatan dari siklus 1 ke siklus
2. Berdasarkan hasil belajar kognitif pada Tabel 3 juga
terlihat adanya peningkatan rerata nilai postest dari siklus
1 menuju siklus 2. Peningkatan hasil belajar juga
mengindikasikan peningkatan motivasi siswa dalam
belajar. Temuan ini menunjukkan bahwa pembelajaran
bioteknologi berbasis keunggulan lokal dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Proses pembelajaran akan dapat berjalan dengan
baik jika dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri
peserta didik, oleh karena itu motivasi belajar sangat
penting dalam penentuan keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Dalam hal ini motivasi yang tinggi dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru juga
memberikan motivasi yang positif kepada peserta didik
selama pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri (confidence) yang positif
bagi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi, diketahui
bahwa ada peningkatan motivasi belajar peserta didik.
Hal ini juga didukung oleh hasil angket motivasi yang
diberikan kepada peserta didik pada setiap akhir siklus.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan
pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik
kesimpulan yaitu pembelajaran bioteknologi berbasis
keunggulan lokal dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa, meningkat-kan keterampilan sainsserta dapat
memberikan keterampilan (life skill) kepada siswa yang
digunakan kelak dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung:
Penerbit Alfa Beta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20. Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Hadi, S. 2011. Model Pembelajaran Berbasis
Keunggulan Lokal Berorientasi Keterampilan
Vokasional pada Pengajaran Biologi di SMA.
(Online), http://pendidikan berbasis keunggulan
lokal.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Mei 2014.
Hatimah, I. 2004. Pengelolaan Pembelajaran Berbasis
Potensi Lokal di PKBM. Portal Jurnal Pendidikan
Indonesia. Edisi Mimbar No 1 2004. (Online)
http://jurnal.upi.edu/mimbar-
pendidikan/view/345/pengelolaan-pembelajaran-
berbasis-potensi-lokal-di-pkbm.html. Diakses 16
Mei 2014.
Marwati, Y. P., Ekawatiningsih. 2009. Peningkatan
Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
melalui Pembelajaran keterampilan Wirausaha
Bidang Boga sebagai Bekal Kecakapan Hidup (Life
Skill). Inotek. 13 (2): 193—202
Santyasa, I. W. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan tentang
Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-guru SMP dan
SMA di Nusa Penida, Kelungkung, 29 Juni s/d 1
juli.
Subamia, I.D.P. 2012. Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Starter Experiment.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 45(1): 1—
98.