pembahasan(1)

7
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet dengan zat aktif Teofilin yang merupakan obat asma dengan menggunakan granulasi kering dengan pengikat Amprotab. Keuntungan dari granulasi kering ini ialah tidak diperlukannya pemanasan dan air sebagai pembantu pembuat granul, peralatan lebih sederhana dan waktu proses pengerjaannya lebih singkat. Namun, kerugian yang ditimbulkan dari proses granulasi kering juga sering ditemukan karena dalam pembuatan granulasi kering semua bahan harus dicampur, penampilan tablet yang kurang bagus, pemakaian pelincir yang banyak dapat menimbulkan masalah dalam pelepasan obat. Pertama-tama semua bahan disiapkan seperti zat aktif teofilin 100mg, laktosa anhidrat 200mg sebagai pengisi, amprotab 200mg sebagai pengikat, PEG 6000 50mg sebagai desintegran, talkum 4mg sebagai lubrikan, serta Magnesium stearate 1mg sebagai glidan. Granulasi kering dipilih sebagai metode pembuatan teofilin karena teofilin merupakan zat yang tidak tahan panas sehingga apabila dilakukan granulasi basah, maka zatnya dikhawatirkan zatnya akan cepat rusak saat pemanasan, dan apabila dilakukan proses kempa langsung, akan menghasilkan hasil yang buruk karena teofilin memiliki daya alir dan daya kompresibilitasnya buruk. Setelah bahan semua siap, kemudian dilakukan pengayakan agar didapatkan serbuk dengan jumlah partikel yang sama. Kemudian, dilakukan penimbangan semua bahan untuk membuat tablet dengan jumlah 300 tablet. Untuk fase dalam, teofilin ditimbang sebanyak 30 gram, laktosa anhidrat 60 gram, amprotab 79,5 gram, talkum 1,2

Upload: eni-herdiani

Post on 18-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pmbhn

TRANSCRIPT

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet dengan zat aktif Teofilin yang merupakan obat asma dengan menggunakan granulasi kering dengan pengikat Amprotab. Keuntungan dari granulasi kering ini ialah tidak diperlukannya pemanasan dan air sebagai pembantu pembuat granul, peralatan lebih sederhana dan waktu proses pengerjaannya lebih singkat. Namun, kerugian yang ditimbulkan dari proses granulasi kering juga sering ditemukan karena dalam pembuatan granulasi kering semua bahan harus dicampur, penampilan tablet yang kurang bagus, pemakaian pelincir yang banyak dapat menimbulkan masalah dalam pelepasan obat.Pertama-tama semua bahan disiapkan seperti zat aktif teofilin 100mg, laktosa anhidrat 200mg sebagai pengisi, amprotab 200mg sebagai pengikat, PEG 6000 50mg sebagai desintegran, talkum 4mg sebagai lubrikan, serta Magnesium stearate 1mg sebagai glidan. Granulasi kering dipilih sebagai metode pembuatan teofilin karena teofilin merupakan zat yang tidak tahan panas sehingga apabila dilakukan granulasi basah, maka zatnya dikhawatirkan zatnya akan cepat rusak saat pemanasan, dan apabila dilakukan proses kempa langsung, akan menghasilkan hasil yang buruk karena teofilin memiliki daya alir dan daya kompresibilitasnya buruk.Setelah bahan semua siap, kemudian dilakukan pengayakan agar didapatkan serbuk dengan jumlah partikel yang sama. Kemudian, dilakukan penimbangan semua bahan untuk membuat tablet dengan jumlah 300 tablet. Untuk fase dalam, teofilin ditimbang sebanyak 30 gram, laktosa anhidrat 60 gram, amprotab 79,5 gram, talkum 1,2 gram dan Magnesium stearate 0,3 gram sehingga didapatkan jumlah total serbuk sebanyak 171 gram untuk fase dalam. Dan untuk fase luar PEG 6000 ditimbang sebanyak 17,28 gram, Talkum sebanyak 1,37 gram dan Mg Stearat 0,34 gram. Talkum dan Magnesium stearate dilakukan dua kali penambahan yakni pada fase dalam dan fase luar. Tujuan penambahan Talkum dan Magnesium pada fase dalam terkait fungsinya sebagai lubrikan dan glidan yang dapat memperbaiki daya alir dan kompresibilitas granul, namun tidak dilakukan penambahan PEG 6000 karena apabila PEG 6000 dimasukkan dalam fase dalam maka granul tersebut akan cepat rusak dan daya alirnya buruk. Sedangkan pada fasa luar pun kembali dilakukan penambahan talkum dan Magnesium stearate agar dalam pembuatan granul menurunkan nilai porositas sehingga dapat mengisi kedalam pori granul dan tablet tidak akan menjadi cepat rusak.Setelah semua bahan ditimbang dan diayak, kemudian fase dalam dicampur hingga homogen, lalu dilakukan pembuatan slug (pembuatan tablet yang berukuran besar) dengan menggunakan alat cetak untuk mendapatkan massa yang kompak. Kemudian, slug tersebu digranulasi dengan mengguanakan granulator dengan ukuran mesh 16/20. Setelah terbentuk granul kemudian ditimbang dan didapatkan bobot granul sebesar 178,1 gram. Setelah fasa dalam terbentuk granul kemudian dicampur dengan fasa luar PEG 6000 sebanyak 17,28 gram, talcum sebanyak 1,37 gram, dan Mg Stearat 0,34 gram.Setelah semua fasa tercampur kemudian dilakukan evaluasi teradap ganul yang sudah jadi. Prosedur pertama evaluasi granul adalah evaluasi laju alir granul dengan alat Powder flow tester yang dijadikan parameter perhitungan adalah waktu alir, tinggi puncak serta diameter puncak yang dihasilkan. Semakin kecil sudut kemiringan maka semakin baik sifat aliran serbuk. Pengujian laju alir granul menunjukkan laju alir yang buruk karena memerlukan waktu yang lama untuk dapat mengalir, sedangkan sudut istirahat dapat dikatakan baik karena dapat membentuk sudut >10O.Kemudian dilakukan pengujian Tap Density untuk melihat nilai kompresibilitas dari granul tersebut, pengujian Tap Density dilakukan dengan menimbang 25 gram granul kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan dicatat volumenya awalnya dan didapatkan volue 40mL, kemudian alat dinyalakan tunggu hingga 4 menit hingga mendapatkan tingkat kepadatan yang konstan, dan volume akhir granul adalah 27,5 mL kemudian didapatkan hasil % kompresibilitas sebesar 31,24% dari hasil yang didapatkan hasil % kompresibilitas dikatakan buruk karena, batas baik untuk kompresibilitas suatu sediaan granul adalah