pembahasan · web viewjika produk yang satu produksinya ditambah maka produk jenis lain juga ikut...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Akuntansi Biaya
Pokok Bahasan:
JUST IN TIME (JIT) DAN BACKFLUSHING
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
Ekonmi & Bisnis
Akuntansi S1
12
84031
H. Sabarudin Muslim, SE, MSi
Abstract
Kompetensi
1. Agara dapat memahami pengertian produk utama (main product), produk sampingan (by-product), produk bersama (Joint Product), biaya bersama (Joint Cost), Co-Product, dan Common Product.
2. Agar dapat memahami beberapa cara (metode) untuk menghitung harga pokok (costing) by-product.
3. Agara dapat memahami metode alokasi Joint Production Cost ke Joint Product.
4. Memahami dan membuat contoh perhitungan untuk masing-masing metode.
.
Pembahasan
JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING
A. Pengertian Just In Time
Produk Bersama (Just In Time) adalah:
Dua jenis produk atau lebih yang diproses secara bersama (serentak atau mungkin berurutan), menggunakan fasilitas produksi yang sama, dan masing-masing produk mempunyai nilai relatif tinggi untuk menghasilkan output berupa main product dan by-product.
Umumnya joint product menggunakan bahan baku yang sama.
Jika produk yang satu produksinya ditambah maka produk jenis lain juga ikut bertambah meskipun kenaikannya mungkin tidak proporsional.
Contoh :Perusahaan tambang minyak menghasilkan beberapa jenis produk seperti
Just In Time (JIT) merupakan filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan.
Aspek yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan barang dalam proses (WIP).
JIT mengurangi persediaan karena persediaan dianggap sebagai pemborosan.
JIT mempunyai 4 aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
Pengurangan persediaan ini bisa dicapai melalui proses berikut:
1. Persediaan dikurangi sampai suatu masalah ditemukan dan diidentifikasikan.
2. Sekali masalah sudah didefinisikan, tingkat persediaan dinaikkan untuk menyerap dampak dari masalah ini dan agar sistem dapat beroperasi dengan lancar.
3. Masalah tersebut dianalisis dengan cara-cara praktis untuk mengurangi atau menghilangkan masalah.
4. Sekali masalah telah dikurangi atau dihilangkan, tingkat persediaan dikurangi lagi sampai masalah berikutnya ditemukan dan diidentifikasi.
5. Langkah 2 dan 4 diulangi hingga pada tingkat persediaan minimum yang paling mungkin untuk dicapai.
JUST IN TIME DAN VELOSITAS
Pengurangan tingkat persediaan juga mempengaruhi kecepatan pemrosesan, atau kecepatan dengan mana suatu tugas atau unit melewati sistem. Hal ini yang dinamakan dengan Velositas (Velocity).
Manfaat strategis dari peningkatan velositas adalah berkurangnya waktu yang diperlukan untuk memenuhi pesanan produksi.
Oleh karena WIP adalah aset mahal yang harus didanai dan dipelihara , manfaat dari pengurangan WIP adalah bahwa total investasi berkurang, sehingga menghasilkan penghematan dalam biaya penyimpanan persediaan.
JUST IN TIME DAN KERUGIAN PRODUKSI
Di lokasi kerja mana pun dalam lini produksi, dampak pengurangan WIP adalah sederhana, yaitu hanya terdapat sedikit unit menunggu di, atau berpindah ke, setiap lokasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap kerugian produksi.
Karena terlalu lama menunggu, kemungkinan barang akan mengalami cacat atau rusak sangat besar.
Oleh karena hubungan antara kerugian dan tingkat WIP sangat berkaitan, banyak penerapan JIT yang berhasil mengurangi kerugian produksi dengan cara mengurangi bahan baku sisa dan pengerjaan kembali serta mengurangi barang cacat.
Aspek JIT ini mengharuskan penerimaan bahan baku dalam jumlah sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering, koordinasi yang baik dan komunikasi berkala dengan pemasok dan perusahaan pengangkutan, kualitas bahan baku yang lebih dapat diandalkan, serta sistem transportasi yang bebas dari kesalahan.
Pendekatan JIT untuk pembelian menekankan pada pengurangan mutu bahan baku maupun fungsi pembelian. Tujuannya untuk memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok ke lantai produksi dengan sedikit atau tanpa inspeksi sama sekali, dan untuk menghilangkan kebutuhan ruang penyimpanan kecuali untuk jangka pendek langsung dari lantai produksi.
Adapun hambatan dalam melaksanakan JIT ini yakni tata letak produksi, frekuensi perubahan jadwal, sikap agen pembelian dan pemasok, keandalan perusahaan pengangkutan, dan jarak dari pemasok.
Pembelian JIT yang sudah dikembangkan dengan baik menggunakan pesanan pembelian gabungan (blanket purchase order). Pesanan pembelian gabungan merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan jumlah yang diperkirakan akan dibutuhkan selama periode tiga atau enam bulan ke depan.
JUST IN TIME DAN PENGORGANISASIAN PABRIK
Salah satu pendekatan JIT adalah untuk berubah dari tata letak tradisional menjadi sel atau sel-sel kerja. Suatu sel bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari suatu produk atau komponen, atau sekelompok produk atau komponen yang serupa.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi sel-sel JIT, hasilnya adalah hilangnya departemen produksi tradisional serta hampir semua departemen jasa.
Oleh karena ukurannya yang kecil, total jarak yang ditempuh oleh suatu produk selama proses produksi dalam sel tersebut berkurang, sehingga menghasilkan penghematan dalam penanganan bahan baku dan kerusakan.
Dampak akhir dari JIT atas pengaturan pabrik adalah pada kebutuhan akan luas lantai pabrik. Banyak pihak yang menerapkan JIT terkejut atas besarnya luas lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan. Penghematan dalam luas lantai dalam beberapa kasus cukup besar sehingga memungkinkan konsolidasi operasi ke lebih sedikit bangunan, sehingga mengurangi biaya fasilitas.
JUST IN TIME SUATU PANDANGAN SEIMBANG
Meskipun begitu besar keuntungan yang dihasilkan JIT, banyak dari penggunanya hanya menerapkan secara parsial, hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu :
a. Waktu dan usaha yang diperlukan untuk mengubah sebagian pemasok agar mengikuti pola pengiriman JIT.
b. Kesulitan untuk memperoleh pengiriman dengan biaya rendah sehingga dapat menjustifikasi pengiriman dalam jumlah kecil namun dengan frekuensi tinggi.
c. Kemungkinan adanya penundaan pengiriman jika pemasok berada ratusan mil jauhnya.
d. Tendensi yang menimbulkan frustasi ketika komponen yang bernilai rendah dan nonkritis menjadi kritis ketika tidak sampai tepat waktu sehingga pesanan penting pelanggan tidak dapat diselesaikan akibat tidak adanya persediaan pengaman.
JIT terbatas dalam penerapannya pada pola permintaan yang berbeda. Apabila permintaan cukup stabil dari periode ke periode, JIT merupakan sistem yang ideal, dan banyak pabrik maupun pengaturan lain dapat mencapai pola permintaan semacam itu.
Apabila permintaan berfluktuasi cukup besar dari jam ke jam dan dari hari ke hari, maka JIT kurang praktis untuk diterapkan.
Penerapan JIT dapat menciptakan konflik dengan ukuran kinerja.
Banyak usaha JIT dapat dikritik sebagai perbaikan seketika atau perubahan kosmetik saja. Para pelaku bisnis mengatakan bahwa penerapan JIT hanyalah pemaksaan kepada pemasok untuk menyimpan persediaan dalam jumlah besar, melakukan sejumlah besar pengiriman kecil, dan membebankan harga yang mahal untuk itu.
BACKFLUSHING
Backflushing disebut juga perhitungan biaya backflush atau akuntansi backflush, yang merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi dari aliran biaya manufaktur. Hal ini dapat diterapkan ke sistem JIT yang sudah mapan, dimana velositas begitu tinggi sedemikian rupa sehingga akuntansi tradisional tidak lagi praktis.
INTI DARI PERHITUNGAN BIAYA BACKFLUSH
Tujuan perhitungan biaya backflush adalah untuk mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi.
Akuntansi untuk persediaan bahan baku, dan juga untuk WIP, dapat diubah dengan perhitungan biaya backflush. Hal ini disebabkan karena dalam penerapan JIT yang berhasil dimana perhitungan biaya backflush digunakan, bisa saja tidak terdapat pemisahan antara persediaan bahan baku dan WIP.
Perhitungan backflush menggunakan estimasi akhir periode atas komponen biaya bahan baku dan tenaga kerja untuk semua pekerjaan yang belum selesai, termasuk bahan baku yang belum diproses.
ANALOGI DASAR DARI AKUNTANSI KEUANGAN
Dua metode persediaan yang berbeda digunakan oleh perusahaan non manufaktur yaitu :
a. Metode Perpetual
akun persediaan barang dagang didebit untuk setiap pembelian barang dagang dan dikredit untuk harga pokok dari setiap penjualan.
Tujuannya untuk mencatat setiap peningkatan atau penurunan dalam akun persediaan, sehingga tersedia catatan perpetual dari biaya barang dagangan yang terdapat dalam persediaan.
b. Metode Periodik
Membiarkan saldo awal dari akun persediaan barang dagangan tidak berubah selama periode akuntansi.
aftur, pertamax, premium, solar, oli, minyak tanah, dan lain-lain.
Biaya Bersama (Joint Cost), adalah:
Biaya yang dikeluarkan untuk memproses joint product.
Biaya tersebut meliputi semua biaya produksi yang timbul sebelum joint product dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis produk.
Tidak dapat diikuti jejaknya dan tidak dapat diidentifikasi pada setiap produk yang dihasilkan, sehingga sangat sulit menghitung harga pokoknya sampai pada titik pisah (splitoff point).
Biaya Bersama (Joint Cost) sering juga disebut Biaya Gabungan (Common Cost).
Biaya Gabungan (Common Cost) adalah:
Biaya pemrosesan produk yang menggunakan fasilitas pabrik sama tetapi pemrosesannya tidak bersamaan (bergantian).
BBB dan BTKL mungkin dapat dipisahkan tetapi untuk FOH sulit untuk dipisahkan sehingga muncul Biaya Overhead Bersama (Joint Overhead Cost) dan produk yang dihasilkan disebut Produk Gabungan (Common Product).
Contoh :Perusahaan penghasil susu, dalam pemrosesannya tidak dilakukan bersamaan tetapi bergantian untuk menghasilkan jenis produk seperti susu cair kental, susu bubuk, susu bayi, susu cokelat, dan berbagai jenis susu lain.
Produk Sekutu (Co-Product), adalah:
Pengolahan dua jenis atau lebih produk yang dikerjakan dalam waktu bersamaan, tetapi menggunakan bahan baku dan fasilitas pabrik yang berbeda kecuali bangunan pabrik.
Biaya bersama yang mungkin dibebankan kepada Co-Product seperti biaya penyusutan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan & kebersihan bangunan pabrik, biaya asuransi bangunan pabrik, dan lain-lain. Sedangkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung umumnya dapat diidentifikasi kepada setiap jenis produk.
B.Produk Utama (Main Product) dan Produk Sampingan (By-Product).
Produk Utama (Main Product) adalah: produk yang menjadi tujuan utama proses produksi perusahaan dan umumnya nilai produk tersebut relatif tinggi.
Produk Sampingan (By-Product) adalah:
Produk yang mempunyai nilai relatif lebih rendah yang diproses bersamaan dengan produk lain yang nilainya relatif lebih tinggi.
Bagi kebanyakan industri by-product umumnya tidak dapat dihindari meskipun bukan merupakan tujuan utama berproduksi.
Kemungkinan dapat timbul saat membersihkan bahan baku produk utama (contoh gas dan tir pada perusahaan batu bara bukan butar butar), dapat pula timbul sebagai akibat adanya sisa bahan atau produk rusak dalam proses, mungkin juga timbul pada saat menyiapkan bahan baku (seperti biji kapas, pada saat memisahkan kapas dengan bijinya untuk perusahaan textil; biji apel, biji coklat, dan biji lainnya pada perusahaan sari buah bukan buah sari).
Produk sampingan dapat dibedakan menjadi dua:
(a) Produk sampingan yang langsung dapat dijual tanpa proses lanjut.
(b) Produk sampingan yang harus diproses lanjut baru dijual.
Gambar 1
Proses Produksi Joint Product
(TK) (By Product B)
(Main Produkct A ) (BB) (PROSES PRODUKSI)
(By Product C)
{Joint Process Joint Cost}
C.Penentuan Harga Pokok Produk Bersama (Joint Product).
Manajemen sangat membutuhkan dan berkepentingan terhadap informasi harga pokok setiap jenis produk yang diproduksi, untuk:
a. Menilai persediaan dalam neraca.
b. Menentukan pendapatan.
c. Mengetahui kontribusi masing-masing produk terhadap total laba.
Karena sulit mengetahui dan menghitung harga pokok joint product dalam joint process, maka biaya bersama (joint cost) harus dialokasikan kepada masing masing produk untuk mengetahui harga pokoknya.
Ada beberapa metode alternatif untuk mengalokasikan biaya bersama (joint cost):
1. Metode Nilai Pasar (The Market Value Methods).
2. Metode Kuantitas Fisik (The Quantitative Physical Methods).
3. Metode Biaya Rata-Rata per Unit (The Average Unit Cost Methods).
4. Metode Rata-Rata Tertimbang (The Weighted Average Methods).
Masing-masing metode dijelaskan sebagai berikut:
1. Metode Nilai Pasar (The Market Value Methods).
Penerapan metode ini:
Nilai pasar produk mencerminkan biaya produksi.
Dengan asumsi nilai jual produk perusahaan lebih tinggi dibanding produk lain yang sama karena biaya produksinya lebih tinggi.
Joint Cost yang dialokasikan kepada masing-masing produk berdasarkan perbandingan nilai jual.
a. Joint Product tanpa diproses lebih lanjut setelah split-off point.
Soal 1:
PT Petronas menghasilkan empat jenis produk (P, Q, R, S) melalui joint process sampai dengan split-off point. Total joint cost adalah Rp 240 juta. Kuantitas yang dihasilkan P = 2.000 liter; Q = 1.500 liter; R = 1.000 liter; S = 1.500 liter. Harga pasar (harga jual) masing-masing produk per liter, P = Rp 500; Q = Rp6.000; R = 7.000; dan S = 10.000.
Tentukan alokasi joint cost kepada setiap jenis produk berdasarkan nilai pasar, dimana produk tersebut tidak perlu diproses lebih lanjut setelah split-off point!.
Jawab:
Tabel 1.a
Alokasi Joint Cost (Market Value Methods)
Jenis
Joint product
Jumlah Produksi
(liter)
Market Value
Jumlah Market Value
Ratio (%) Market Value
Alokasi
Joint Cost
P
2.000
Rp 5.000
Rp 10 juta
3,125
Rp 7,500 juta
Q
1.500
60.000
Rp 90 juta
28,125
Rp 67,500 juta
R
1.000
70.000
Rp 70 juta
21,875
Rp 52,500 juta
S
1.500
100.000
Rp 150 juta
46,875
Rp 112,500 juta
Total
6.000
Rp 320 juta
100 %
Rp 240 juta
Argumentasi penerapan metode ini:
Pembebanan Joint Cost kepada produk sesuai dengan nilai jualnya disebabkan karena setiap joint product memberikan kontribusi persentase (%) laba kotor yang sama.
Contoh 2:
Berdasarkan contoh 1 jumlah produk yang terjual setelah split-off point masing-masing adalah: P = 1.800 liter; Q = 1.200 liter; R = 800 liter; dan S = 1.400 liter.
Sehingga hasil penjualan produk, harga pokok, dan laba kotor adalah:
Tabel 2.a
Kontribusi Laba Kotor
Berdasarkan Metode Nilai Pasar
Keterangan
Total
P
(1.800 liter)
Q
(1.200 liter)
R
(800 liter)
S
(1.400 liter)
Penjualan
Biaya Produksi
Persediaan Akhir
HPP
Rp 277 juta
240 juta
32,25 juta
207,75 juta
Rp 9 juta
7,5 juta
0,75 juta
6,75 juta
Rp 72 juta
67,5 juta
13,5 juta
54 juta
Rp 56 juta
52,5 juta
10,5 juta
42 juta
Rp 140 juta
112,5 juta
7,5 juta
105 juta
Laba Kotor
Rp 69,25 juta (20%)
Rp2,25juta (25%)
Rp 18 juta (25%)
Rp 14 juta (25%)
Rp 35 juta (25%)
b. Joint Product memerlukan proses lebih lanjut setelah split-off point.
Pada kondisi ini, setiap joint product tidak mempunyai nilai pasar pada saat pemisahan.
Besarnya nilai pasar pada saat split-off dapat ditentukan menggunakan nilai pasar hipotetis (hypothetical market value).
Hypothetical Market Value = Nilai Pasar Biaya Pemrosesan Lanjut.
Contoh 3:
Berdasarkan data contoh 1, biaya pemrosesan lebih lanjut serta harga jual setelah diporses lanjut untuk masing-masing produk adalah:
Jenis Produk
Biaya Proses Lanjut
Harga Jual Per Liter
P
Q
R
S
Rp 4 juta
20 juta
20 juta
56 juta
Rp 10.000
100.000
90.000
160.000
Sehingga alokasi joint cost akan terlihar sebagai berikut:
Produk
( 1 )
Jumlah
(liter)
( 2 )
Harga Pasar
(Rp)
( 3 )
Biaya Proses Lanjut
(Rp)
( 4 )
Nilai Pasar Hipotetis
Alokasi Join Cost
(Rp)
( 7 )
Total Biaya Produksi
{8=(4+7)}
Rp
{5 = (3 4)}
%
{6=(5:3)}
P
Q
R
S
2.000
1.500
1.000
1.500
20.000.000
150.000.000
90.000.000
240.000.000
4.000.000
20.000.000
20.000.000
56.000.000
16.000.000
130.000.000
70.000.000
184.000.000
4.00
35.50
17.50
46.00
9,6 juta
78 juta
42 juta
110,4 juta
13,6 juta
98 juta
62 juta
166,4 juta
Total
6.000 ltr
500.000.000
100.000.000
400.000.000
100%
240 juta
340 juta
2.Metode Kuantitas Fisik (The Quantitative Physical Methods).
Penggunaan metode ini:
Membagi joint cost kepada setiap jenis produk berdasarkan jumlah satuan (unit, kg, meter, dan satuan lainnya).
Jika satuannya berbeda maka harus dikonversi ke satuan ukuran yang sama.
Contoh 4:
Perusahaan penyulingan minyak, setiap mengolah minyak mentah sebanyak 25.500 barel menghasilkan tujuh macam produk sebagai berikut:
Jenis Produk
Kuantitas (Barel)
%
Minyak Gas
Bensin
Kerosin
Minyak pelumas
Minyak bakar
Produk lain
6.000
1.000
3.500
1.500
12.000
1.000
24.00
4.00
14.00
6.00
48.00
4.00
Jumlah
25.000
100%
Produk hilang
500
Jumlah produk yang diproses
25.500
Biaya produksi sebesar Rp 250 juta. Maka alokasi joint cost dapat dilakukan sebagai berikut:
Jenis Produk
Kuantitas
(Barel)
%
Alokasi Biaya
Biaya Per Barel
Minyak Gas
Bensin
Kerosin
Minyak pelumas
Minyak bakar
Produk lain
6.000
1.000
3.500
1.500
12.000
1.000
24.00
4.00
14.00
6.00
48.00
4.00
Rp 60 juta
10 juta
35 juta
15 juta
120 juta
10 juta
Rp 10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
Jumlah
25.000
100%
Produk hilang (menyusut)
500
Jlh produk yg diproses
25.500
3. Metode Biaya Rata-Rata per Unit (The Average Unit Cost Methods).
Alokasi joint cost ke masing masing produk berdasarkan perbandingan biaya rata-rata per satuan X kuantitas.
Biaya rata rata per satuan = jumlah joint cost : jumlah satuan joint product.
Pada metode ini semua jenis produk diolah melalui proses yang sama, sehingga tidak mungkin biaya per unitnya berbeda.
Metode ini secara teknis tidak jauh berbeda dengan metode satuan fisik (sehingga tidak perlu diberikan contoh khusus, gitu ganti!).
4.Metode Rata-Rata Tertimbang (The Weighted Average Methods).
Setiap unit diberi bobot penimbang, dengan memperhatikan ukuran satuan produk, tingkat kesulitan mengolah, waktu produksi untuk setiap unit produk, jumlah BB yang dipakai, perbedaan kualifikasi TK yang mengerjakan, dan faktor lainnya.
Dalam metode ini, joint cost dialokasikan kepada setiap produk menurut perbandingan hasil kali kuantitas dengan angka penimbang dari masing-masing jenis produk.
Contoh 5:
Berdasarkan contoh PT Petronas di atas masing-masing jenis produk diberi angka bobot penimbang: P = 2; Q = 8; R = 11,5; dan S = 15.
Maka alokasi joint cost sebesar Rp 240 juta adalah:
Jenis Produk
Kuantitas
Produksi
Angka Penimbang
Jumlah Satuan Tertimbang
% Jumlah Satuan Tertimbang
Alokasi Joint Cost
P
Q
R
S
2.000
1.500
1.000
1.500
2
8
11,5
15
4.000
12.000
11.500
22.500
8.00
24.00
23.00
45.00
Rp19.2 juta
57.6 juta
55.2juta
108 juta
Jumlah
6.000
50.000
100%
240 juta
*) Perhitungan:
Biaya Rata-Rata Tertimbang adalah: Rp 240 juta : 50.000 = Rp 4.800.
P = 4.000 X Rp 4.800 = Rp 19,2 juta.
Q = 12.000 X Rp 4.800 = Rp 57,6 juta.
R = 11.500 X Rp 4.800 = Rp 55,2 juta.
S = 22.500 X Rp 4.800 = Rp 108 juta.
D.Penentuan Harga Pokok Produk Sampingan (By-Product).
Ada beberapa cara (metode) untuk menghitung harga pokok (costing) by-product:
Metode 1:Diakui sebagai pendapatan kotor (Recognition of Gross Revenue Methods).
a. Penghasilan dari by-product dicatat sebagai pendapatan lain lain (other revenue).
b. Penghasilan dari by-product menambah nilai penjualan (additional sales revenue).
c. Penghasilan dari by-product mengurangi harga pokok penjualan (deduction from COGS).
d. Penghasilan dari by-product mengurangi harga pokok produksi (deduction from production cost).
Metode 2:Diakui sebagai pendapatan bersih (Recognition of Net Revenue Methods).
Metode 3: Replacement of Net Revenue Method.
Metode 4: Market Value (Reversal Cost) Methods.
Contoh:
Metode 1a:
Seles main product (10.000 unit @ $ 2) .....................: $ 20,000
COGS:
Beginning Inventory ( 1.000 unit @ Rp 1.50) .........: $ 1,500
Total Production Cost (11.000 unit @ Rp 1.50) ......: $ 16,500
Cost of Goods Available for Sale .............................: $ 18,000
Ending Inventory (2.000 unit @ $ 1.50) ..................: $ 3,000: $ 15,000
Gross profit .................................................................: $ 5,000
Marketing and Administrative Expenses ....................: $ 2,000
Operating Income .......................................................: $ 3,000
Other Income: Revenue from sales of BY PRODUCT ..: $ 1,500
Income before Income Tax .............................................: $ 4,500
Metode 1b:
Sales:
main product (10.000 unit @ $ 2) .....................: $ 20,000
By Product .........................................................: $ 1,500
Total Sales .........................................................: $ 21.500
COGS:
Beginning Inventory ( 1.000 unit @ Rp 1.50) .........: $ 1,500
Total Production Cost (11.000 unit @ Rp 1.50) ......: $ 16,500
Cost of Goods Available for Sale .............................: $ 18,000
Ending Inventory (2.000 unit @ $ 1.50) ..................: $ 3,000: $ 15,000
Gross profit .................................................................: $ 6,500
Marketing and Administrative Expenses ....................: $ 2,000
Income before Income Tax .............................................: $ 4,500
Metode 1c:
Seles main product (10.000 unit @ $ 2) .....................: $ 20,000
COGS:
Beginning Inventory ( 1.000 unit @ Rp 1.50) .........: $ 1,500
Total Production Cost (11.000 unit @ Rp 1.50) ......: $ 16,500
Cost of Goods Available for Sale .............................: $ 18,000
Ending Inventory (2.000 unit @ $ 1.50) ..................: $ 3,000: $ 15,000
Revenue By-Product ....................................................: $ 1,500
Gross profit .................................................................: $ 6,500
Marketing and Administrative Expenses ....................: $ 2,000
Income before Income Tax .............................................: $ 4,500
Metode 1d:
Seles main product (10.000 unit @ $ 2) .....................: $ 20,000
COGS:
Beginning Inventory ( 1.000 unit @ Rp 1.35) .........: $ 1,350
Total Production Cost (11.000 unit @ Rp 1.50) ......: $ 16,500
Revenue from sales By-Product ..............................: $ 1,500
Net Production Cost ................................................: $15,000
Cost of Goods Available for Sale (12,000 @ 1.3625: $16,350
Ending Inventory (2.000 unit @ $ 1.3625 ...............: $ 2,725 : $ 13,625
Gross profit ................................................................. : $ 6,375
Marketing and Administrative Expenses .................... : $ 2,000
Income before Income Tax ............................................. : $ 4,375
Method 2 : Recognition of Net Revenue.
Method 3 : Replacement Cost Methods.
Method 4 : Market Value (Reversal Cost) Methods.
Contoh:
ItemMain ProductBy-Product
Materials ................................................................$ 50,000
Labor ......................................................................$ 70,000
FOH ........................................................................$ 40,000
Total Productin cost (40.000 units) ........................$ 160.000
Market value (5.000 units @ $ 1.80) ......................$ 9,000
Estimated gross profit consisting of:
Assumed operating profit (20% of sales proces)$1,800
Marketing and Adm. Exp. (5% of sales proces)$ 450
$ 2,250
$ 6,750
Estimated productin cost after split-off:
Material ...............................................................$ 1,000
Labor ...................................................................$ 1,200
FOH .....................................................................$ 300
$ 2,500
Estimated value of By-Product at split-off to be
credited to main product ......................................$ 4,250$ 4,250
Net cost of main product .....................................$ 155,750
Add back actual production cost after split-off...$ 2,300
Total .....................................................................$ 6,550
Total number of unit40.0005.000
Unit cost ............................................................$ 3.894$ 1.31
SOAL:
PT PROCESSOR memproses satu macam produk melalui dua tahap pemrosesan yaitu departemen I (Assembling) dan Departemen II (Finishing).
Data produksi dan biaya yang terjadi selama bulan November 2003 adalah sebagai berikut:
1.
WIP AWAL (1/11/2003):
KETERANGAN
DEPARTEMEN I
DEPARTEMEN II
Kuantitas
5.000 unit
4.000 unit
Harga Pokok:
Dari Dept I
BBB
BTK
FOH
--
Rp 3.525.000
Rp 1.550.000
Rp 3.100.000
Rp 11.250.000
--
Rp 780.000
Rp 720.000
Total
Rp 8.175.000
Rp 12.750.000
Tingkat Penyelesaian:
BBB
BK
100%
40%
--
25%
2.
Data Produksi Selama Nov. 2003
Masuk Proses
Produk Selesai
WIP Akhir (BBB: 100%; BK: 50%)
Produk Hilang Awal Proses
60.000 unit
50.000 unit
14.000 unit
1.000 unit
50.000 unit
40.000 unit
10.000 unit
4.000 unit
3.
By Produksi Yang Terjadi Selama November 2003:
Elemen Biaya
Dept I
Dept II
BBB
BTK
FOH
Rp 60.475.000
Rp 26.950.000
Rp 53.900.000
Rp
Rp 44.220.000
Rp 21.780.000
Total
Rp 141.325.000
Rp 66.000.000
Berdasarkan data data di atas, buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Cost of Production Report) untuk periode bulan November 2003 pada Departemen I dan Departemen II dan perlakuan terhadap WIP menggunakan metode berikut:
Metode Rata Rata (Average Methods).
FIFO Methods.
LIFO Methods.
BAHAS:
1.LHPP DEPT I Metode Rata Rata.
PT PROCESSOR
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
(COST OF PRODUCTION REPORT)
DEPARTEMEN I
PERIODE: BULAN NOVEMBER 2003
(AVERAGE METHOD)
1.
DATA PRODUKSI:
WIP Awal (BB: 100%; BK 40%)
Masuk Proses periode ini
Produk Selesai di Transfer ke Dept II
WIP Akhir (BB: 100%; BK 50%)
Produk Hilang Awal Proses
5.000 unit
60.000 unit
50.000 unit
14.000 unit
1.000 unit
65.000 unit
65. 000 unit
2.
PEMBEBANAN BIAYA:
Elemen By.
HP WIP Aw.
By Nov 03
Jumlah By
Unit Ekuivalen
HP / Unit
BBB
BTK
FOH
Rp 3.525.000
1.550.000
3.100.000
Rp60.475.000
26.950.000
53.900.000
Rp64.000.000
28.500.000
57.000.000
(a)
(b)
(c)
Rp 1.000
500
1.000
Total
Rp 8.175.000
Rp141.325.000
Rp 149.500.000
Rp 2.500
3.
PERHITUNGAN BIAYA:
Harga Pokok Produk Selesai : (50.000 unit X Rp 2.500)
Rp 125.000.000
HP WIP Akhir (BB: 100%; BK: 50%) = 14.000 unit
BBB : (14.000 X 100% X Rp 1.000)
BTK : (14.000 X 50% X Rp 500)
FOH : (14.000 X 50% X Rp 1.000)
14.000.000
3.500.000
7.000.000
Rp 24.500.000
Total Perhitungan Biaya
Rp 149.500.000
Perhitungan:
(a) 50.000 + 14.000 (100%) = 64.000 unit
(b) 50.000 + 14.000 (50%) = 57.000 unit
(c) idem (b). = 57.000 unit.
2.LHPP DEPT I Metode FIFO.
PT PROCESSOR
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
(COST OF PRODUCTION REPORT)
DEPARTEMEN I
PERIODE: BULAN NOVEMBER 2003
(FIFO METHOD)
1.
DATA PRODUKSI:
WIP Awal (BB: 100%; BK 40%)
Masuk Proses periode ini
Produk Selesai di Transfer ke Dept II
WIP Akhir (BB: 100%; BK 50%)
Produk Hilang Awal Proses
5.000 unit
60.000 unit
50.000 unit
14.000 unit
1.000 unit
65.000 unit
65. 000 unit
2.
PEMBEBANAN BIAYA:
Elemen By.
By Nov 03
Unit Ekuivalen
HP / Unit
HP WIP Aw.
By di+kan:
BBB
BTK
FOH
Rp 8.175.000
Rp 60.475.000
26.950.000
53.900.000
Rp 141.325.000
--
5000(0%)+(50.000-5000)+14.000(100%)=59.000
5000(60%)+(50.000-5000)+14.000(50%)=55.000
5000(60%)+(50.000-5000)+14.000(50%)=55.000
Rp 1.025
490
980
Total
Rp 149.500.000
Rp 2.495
3.
PERHITUNGAN BIAYA:
Harga Pokok Produk Selesai : (50.000 unit).
Produk Selesai dari WIP Awal:
HP periode yang lalu
Biaya Penyelesaian:
BTK : (5.000 X 60% X Rp 490)
FOH : (5.000 X 60% X Rp 980)
Produk Selesai bulan Nov. 03 (50.000-5.000) X Rp 2.495
Jumlah HP Produk Selesai : 50.000 unit @ Rp 2.497,2
HP WIP Akhir (14.000 unit):
BBB : (14.000 X 100% X Rp 1.025)
BTK : (14.000 X 50% X Rp 490)
FOH : (14.000 X 50% X Rp 480)
8.175.000
1.470.000
2.940.000
14.350.000
3.430.000
3.360.000
Rp 12.585.000
112.275.000
Rp 124.860.000
Rp 24.640.000
Total Perhitungan Biaya
Rp 149.500.000
Perhitungan UE:
WIP Awal (Tk Penyelesaian yang masih diperlukan) + Product Current + WIP Akhir (Tk Penyelesaian yang sudah dinikmati).
3.LHPP DEPT I Metode LIFO.
PT PROCESSOR
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
(COST OF PRODUCTION REPORT)
DEPARTEMEN I
PERIODE: BULAN NOVEMBER 2003
(LIFO METHOD)
1.
DATA PRODUKSI:
WIP Awal (BB: 100%; BK 40%)
Masuk Proses periode ini
Produk Selesai di Transfer ke Dept II
WIP Akhir (BB: 100%; BK 50%)
Produk Hilang Awal Proses
5.000 unit
60.000 unit
50.000 unit
14.000 unit
1.000 unit
65.000 unit
65. 000 unit
2.
PEMBEBANAN BIAYA:
Elemen By.
By Nov 03
Unit Ekuivalen
HP / Unit
By di+kan:
BBB
BTK
FOH
HP WIP Aw.
Rp 60.475.000
26.950.000
53.900.000
Rp 141.325.000
Rp 8.475.000
--
50.000 + 14.000 (100%) 5.000 (100%) =59.000
50.000 + 14.000 (50%) 5.000 (40%) =55.000
50.000 + 14.000 (50%) 5.000 (40%) =55.000
Rp 1.025
490
980
--
--
Total
Rp 149.500.000
Rp 2.495
3.
PERHITUNGAN BIAYA:
Harga Pokok Produk Selesai : (50.000 unit X Rp 2.495).
Rp 124.750.000
HP WIP Akhir : (14.000 unit).
Biaya Penyelesaian Nov 03:
BBB : (14.000 5.000) X Rp 1.025
BTK : (14.000 X 50%) (5.000 X 40%) X Rp 490
FOH : (14.000 X 50%) (5.000 X 40%) X Rp 980
HP WIP Awal
HP WIP Akhir
8.175.000
9.225.000
2.450.000
4.900.000
16.575.000
8.175.000
Rp 24.750.000
Total Perhitungan Biaya
Rp 149.500.000
Perhitungan UE:
Produk Selesai + WIP Akhir (Tk Penyelesaian) - WIP Awal (Tk Penyelesaian).
Daftar PustakaWillian K. Carter, Cost Accounting, 2012.
Mardiasmo, Akuntansi Biaya, Andi Offset, Yogyakarta, 1994.
2015
22
Akuntansi Biaya
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
H. Sabarudin Muslim, SE, MSi
http://www.mercubuana.ac.id
MODUL
PERKULIAHAN
Akuntansi Biaya
Pokok Bahasan
:
JUST IN TIME
(JIT)
DAN BACKFLUSHING
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
Ekonmi & Bisnis
Akuntansi S1
1
2
84031
H. Sabarudin Muslim, SE, MSi
Abstract
Kompetensi
1.
Agara dapat
memahami
pengertian
produk utama
(
main
product
),
produk
sampingan
(
by
-
product
),
produk
bersama (
Joint
Product
),
MODUL PERKULIAHAN
Akuntansi Biaya
Pokok Bahasan:
JUST IN TIME (JIT) DAN BACKFLUSHING
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonmi & Bisnis Akuntansi S1
12
84031 H. Sabarudin Muslim, SE, MSi
Abstract Kompetensi
1. Agara dapat
memahami
pengertian
produk utama
(main
product),
produk
sampingan
(by-product),
produk
bersama (Joint
Product),