bab iirepository.unpas.ac.id/32174/1/bab ii.doc · web viewbahkan, yang terbaik adalah apabila...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi
Berhubungan dengan teknologi yang semakin canggih di dalam dunia
usaha, setiap perusahaan selalu bersaing untuk mendapatkan jalan keluar dalam
proses produksinya yang secara efektif dan efisien. Guna mendukung tujuan
proses produksi di dalam perusahaan tersebut diperlukan suatu proses
transformasi yang dapat merubah input menjadi output, yang memiliki nilai
tambah dan dapat menghasilkan keluaran secara optimal yang sering disebut
manajemen produksi dan operasi.
Pengertian dari manajemen produksi dan operasi menurut Sukanto
Reksohadiprojo (1995;3) adalah sebagai berikut :
“Kegiatan yang bertalian dengan penciptaan barang-barang dan jasa-jasa melalui pengubahan / faktor produksi menjadi keluaran / hasil produksi, kegiatan mana memerlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efektif”.
Menurut T. Hani Handoko (1993;3), mengemukakan pengertian
manajemen produksi sebagai berikut :
“Manajemen produksi dan operasi adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya ( atau lebih sering disebut Faktor Produksi ) tenaga kerja, mesin-mesin, bahan mentah, dan sebagainya dalam proses tranformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa”.
Menurut Sofjan Assauri (2004;12). Manajemen Produksi dan Operasi
didefinisikan sebagai berikut :
“Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk mencipatakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa”.
15
Berdasarkan tiga teori di tersebut menunjukan bahwa kegiatan produksi
dan operasi merupakan segala sumber daya masukan perusahaan diintegrasikan
untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan
dapat berupa barang akhir, barang setengah jadi, atau jasa. Bagi perusahaan yang
berorientasikan laba, produk ini selanjutnya dijual untuk memperoleh keuntungan
dan sumber dana yang baru bagi kegiatan operasi berikutnya, sementara bagi
perusahaan atau organisasi nirlaba, produk ini diberikan kepada masyarakat atau
pengguna tertentu untuk memenuhi misi tertentu.
B. Ruang Lingkup Manajemen Operasi dan Produksi
Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan yang mencakup
bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan penetapan keputusan
saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, keputusan jangka
panjang, keputusan jangka pendek serta keputusan-keputusan pada waktu
menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasiannya.
Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi mencakup perancangan
atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem
produksi dan operasi.
Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan
operasi menurut Sofjan Assuri (2004;17-18), meliputi :
1. Seleksi dan Rancangan atau Desain Hasil Produksi ( Produk)Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk, berupa
barang atau jasa, secara efektik dan efisien, serta dengan mutu atau kualitas yang baik. Oleh karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus diawali dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau riset, serta usaha-usaha pengembangan produk yang sudah ada. Dengan hasil riset dan pengembangan produk ini, maka diseleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan bagaimana desain dari produk itu, yang menggambarkan pula spesefikasi dari produk tersebut. Untuk peneyelesaian dan perancangan produk, perlu
16
diterapkan konsep-konsep standardisasi, simplifikasi dan spesialisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan produk dengan kapasitas produksi dan operasi.
2. Seleksi dan Perancangan Proses dan PeralatanSetelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan menghasilkannya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dengan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut. Penyelesaian dan penentuan peralatan yang akan dipilih, tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tetapi juga mencakup bangunan dan lingkungan kerja.
3. Pemilihan Lokasi dan Site Perusahaan dan Unit ProduksiKelancaran produksi dan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh
kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply produk yang dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu untuk menjamin kelancaran, maka sangat penting peranan dari pemilihan lokasi dan site perusahaandan unit produksinya. Dalam pemilihan lokasi dan site tersebut, perlu memperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar.
4. Rancangan Tata-letak ( lay-out) dan Arus Kerja atau Proses.Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah
satu faktor yang terpenting didalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata-letak harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan minimalisasi biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling.
5. Rancangan Tugas Pekerjaan Rancangan tugas dan pekerjaan merupakan bagian yang integral dari
rancangan sisitem. Dalam melaksanakan fungsi produksi dan operasi, maka organisasi kerja harus disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi dan opersi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus merupakan suatu kesatuan dari human engineering, dalam rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal. Di samping itu dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan harus pula memperhatikan kelengkapan tugas pekerjaan yang terkait dengan variabel tugas dalam struktur teknologi, dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh variabel manusianya.
6. Strategi Produksi dan Operasi Serta Pemilihan Kapasitas.Sebenarnya rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan
landasan strategi produksi dan operasi yang disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi dan operasi. Berdasarkan strategi dan operasi, maka ditentukannlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi dan operasi.”
17
Jadi Manajemen Operasi dan Produksi merupakan kegiatan yang
mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan penetapan
keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan operasi dan produksi, yang
umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka panjang, serta keputusan-
keputusan pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan
pengoperasiannya, yang umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka pendek.
Sedangkan pembahasan dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi
menurut Sofjan Assauri (2004;18-19), mencakup :
1. Penyusunan Rencana Produksi dan OperasiKegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai
dengan penyusunan rencana produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan operasi harus tercakup penetapan target produksi, scheduling, routing, dispatching, dab follow- up. Perencanaan kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi.
2. Perencanaan dan Pengendalian Persediaan dan Pengadaan BahanKelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh
kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi produksi dan operasiditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan. Dalm hal ini perlu diketahui maksud dan tujuan diadakannya persediaan, model-model perencanaan dan pengendalian persediaan, pengadaan dan pembelian bahan, Perencanaan Kebutuhan Bahan (Material Requirment Planning) dan Perencanaan Kebutuhan Distribusi (Distribution Requirement Planning).
3. Pemeliharaan atau Perawatan ( Maintenance) Mesin dan PeralatanMesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan
operasi harus selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan kegiatan pemeliharaan atau perawatan. Dalam pembahasan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan ini akan dicakup tentang penting dan peranan dari kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan, macam-macam kegiatan pemeliharaan atau perawatan, syarat-syarat bagi terlaksananya kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan efisien, serta proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin dan peralatan.
4. Pengendalian MutuTerjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menenukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi. Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang tercakup dalam pengendalian mutu antara lain adalah maksud dan tujuan dari kegiatan pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produk dalam pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta pengendalian mutu secara statistik (Statistical Quality Control).
18
5. Manajemen Tenaga Kerja ( Sumber Daya manusia )Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan
oleh kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya manusianya. Dalam pembahasan manajemen tenaga kerja atau sumber daya manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja ( Work Measurement).”
Jadi cakupan atau kajian dari manajemen operasi dan produksi
dimulai dari penyusunan rencana produksi dan operasi yang merupakan
kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi. Kemudian
pada perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku.
Sampai dengan manajemen tenaga kerja ( Sumber Daya Manusia ). Yang
dimana keseluruhannya saling menunjang dalam pengoperasian sistem
produksi dan operasi.
Para manajer produksi dan operasi mengarahkan berbagai masukan
(Input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (Out Put) dalam jumlah,
kualitas waktu, dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.
Organisasi / perusahaan yang sukses hendaknya mempunyai sistem
pelaporan memberikan informasi umpan balik (Feed Back) agar manajer
dapat mengetahui apakah kegiatan-kegiatannya dapat memenuhi kebutuhan
konsumen atau tidak.
Menurut T. Hani Handoko (1994:4), secara umum ruang lingkup
manajemen produksi dan operasi di gambarkan sebagai berikut :
19
Gambar 2.1Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi
Permintaan barang dan
jasa
MASUKAN ( INPUT )
Manusia :
Kemampuan intelektual dan pshikis
Dana dari :
Modal sendiri, Kredit, Laba, Donasi ( gereja, organisasi swasta ), Pajak
( Organisasi Masyarakat ) dll.
Bahan baku :
Air, Udara, Bahan-bahan kimiawi, minyak, listrik, besi, dll.
PROSES TRANSFORMASI MELALUI
Fasilitas : Mesin :Pabrik KomputerRumah sakit Truck dan MobilRestoran Garis PerakitanSekolah Mesin TikBangunan Kantor Mesin TenunUnit Pemadam Mesin Giling KebakaranGerja dan Mesjid Dll.Dll.
Proses :Proses pelebuyranOperasi pencangkokan jantungTaktik memadamkan apiProses pemotongan,PembentukanFinishingPengajaranAnalisis matematikDll.
KELUARAN INPUT (OUTPUT)
Barang-barang :MobilPermainanVideoSepedaBuku teksKomputer miniEnergiDll.
Jasa-jasa :Perawatan kesehatanPerlindungan polisi;Bantuan pinjaman;Asurani; konsultasi; dll.
Fungsi-fungsi ManajemenPerncanaan,
Pengorganisasian,Pengarahan, pengawasan
LINGKUNGAN EKSTERNPemerintah, teknologi, iklim, konsumen, organisasi, buruh, hubungan internasional dll.
Sumber : T. Hani Handoko “Dasar-dasar Manajemen Produksi & Operasi
Jadi manajemen operasi juga merupakan suatu sistem yang produkstif
yaitu, suatu proses perubahan masukan (input) menjadi barang atau jasa oleh
teknologi yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk proses
transformasi. Yang dimulai dengan permintaan barang dan jasa oleh konsumen
kemudian menjadi masukan ( Input ) yang melalui proses transformasi menjadi
keluaran berupa barang jadi ( Out put ).
C. Kerangka Keputusan Manajemen Produksi dan Operasi
Manajer operasi bertanggung jawab atas keputusan yang mengikat sistem
transformasi, kerangka keputusan ini mengatakan bahwa operasi-operasi
20
mempunyai 5 (lima) tanggung jawab keputusan utama. Menurut T. Hani
Handoko (1994:25) adalah sebagai berikut :
1. ProsesKeputusan ini dinamakan untuk merancang proses produksi secara fisik yang mencakup seleksi tipe proses, pemilikan teknologi, analisis aliran proses, penentuan lokasi fasilitas dan layout, serta pemeliharaan mesin dan penanganan bahan baku.
2. KapasitasKeputusan kapasitas ditujukan pada penyedia volume ukuran yang optimal bagi organisasi, keputusan ini menyangkut perencanaan kapasitas jangka panjang, jangka pendek, peramalan, perencanaan fasilitas, perencanaan agregat, penjadwalan dan keputusan perncanaan lainnya.
3. Persediaan Keputusan ini menyangkut apa yang dipesan, berapa banyak dan kapan memesannya, sistem dipakai untuk pengendalian persediaan, mengatur bahan-bahan mulai dari pembelian, proses pembuatan sampai barang jadi.
4. Tenaga KerjaManusia adalah hal yang sangat penting dalam operasi, keputusan ini menyangkut seleksi, rekrut, pelatihan, PHK dan lain-lain, yang biasanya bekerja sama dengan manajemen personalia.
5. MutuBertanggung jawab atas mutu barang/jasa yang dihasilkan biasanya berhubungan dengan penetapan standar, desain peralatan, pengawasan dan lain-laqin.
Melalui ruang lingkup manajemen operasional tersebut, terlihat bahwa
pemeliharaan terletak pada tahap proses dari lima tanggung jawab keputusan
utama. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pemeliharaan, denga demikian
kedudukan pemeliharaan sangat diperlukan dalam suatu industri, perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena akan berpengaruh terhadap
kontinuitas proses produksi dan proses produksi.
Jadi pemeliharaan mempunyai bagian yang sangat menetukan dalam
aktivitas-aktivitas perusahaan yang menyangkut kontinuitas dan kelambatran
operasional. Kegiatan pemeliharaan harus benar-benar dapat memperkecil
21
kemacetan, gangguan dan kerusakan selama mesin dioperasikan sehingga
kontinuitas proses produksi tidak terganggu, karena terganggunya mesin akan
mengakibatkan timbulnya biaya atau kerugian yang lebih besar.
D. Pemeliharan
1. Pengertian Pemeliharaan
Perusahaan yang berorientasi laba sering mengejar target produksi dengan
kuantitas besar, ini dilakukan secara terus-menerus sehingga mengabaikan kondisi
umur mesinjuga kapasitas jam kerja mesin yang semestinya. Pembebanan yang
berlebihan terhadap mesin tersebut akan mengakibatkan timbulnya kerusakan dan
kemacetan seperti ausnya komponen-komponen gesekan, longgarnya baut karena
getaran mesin selama proses produksi dan lain sebagainya yang semua itu akan
mengganggu proses produksi.
Secara logika kita mengetahui bahwa setiap benda yang dibuat pasti akan
mengalami kerusakan, tetapi semua itu dapat diperkecil atau dikurangi efeknya
dengan melakukan aktivitas yang dikenal dengan pemeliharaan dengan begitu
dapat memperpanjang umur dan kondisi mesin dapat bekerja sebagai mana
mestinya.
Adapun pengertian pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004;95)
adalah sebagai berikut :
“Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan”.
Menurut AS. Corder (1992;4) mengemukakan bahwa :
22
“Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau untuk memperbaiki sampai suatu kondisi yang bisa diterima.”
Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (1995;345) mengemukakan sebaagai
berikut :
“Pemeliharaan adalah setiap aktivitas yang dirancang bangun sedemikian rupa sehingga sarana dan aktiva lain dalam kondisi yang dapat menunjang tujuan organisasi.”
Berdasarkan definisi diatas, menunjukan bahwa pemeliharaan adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memelihara, memperbaiki serta menjaga
mesin dan peralatan produksi agar selalu berada dalam kondisi operasi yang siap
dipakai, sehingga kontinuitas proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa
yang direncanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat tercapai, kegiatan-
kegiatan pemeliharaan tersebut dapat berupa pemeliharaan, pencegahan sebelum
terjadi kerusakan, ataupun penggantian pengguanaan bagian mesin yang rusak.
2. Maksud dan Tujuan Pemeliharaan
Salah satu maksud utama diadakannya pemeliharaan menurut T. Hani
Handoko (1994;165), adalah sebagai berikut :
“Untuk memelihara reliabilitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimalkan laba atau meminimumkan biaya”.
Maksudnya adalah jika pemeliharaan dijalankan dengan benar, maka
dapat memelihara agar proses produksi tetap berjalan, serta dapat menekan biaya
pemeliharaan yang seminimal mungkin agar dapat meraih keuntungan atau laba
yang maksimal.
Tujuan pemeliharaan menurut Sofjan Assauri (2004;95-96) adalah
sebagai berikut :
23
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tesebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya.
5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu per-usahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.
Sedangkan tujuan pemeliharaan menurut AS. Corder (1992;3) adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset ( yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya ). Hal ini terutama penting di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada ‘memelihara’.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi ( return of investment ) maksimum yang mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan opersional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap wakt, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan saran tersebut.
Jadi tujuan utama dari pemeliharaan secara umum untuk memelihara dan
menjaga fasilitas atau peralatan produksi serta mengadakan perbaikan,
penggantian spare part yang diperkirakan, agar mesin dan peralatan berada dalam
kondisi yang siap pakai sehingga kontinuitas proses produksi dapat berjalan
lancar sesuai yang diharapkan perusahaan.
Syarat-syarat yang diperlukan agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan
secara efisien, menurut Sofjan Assauri (2004;102) adalah sebagai berikut :
1. Harus ada data mengenai mesin danh peralatan yang dimiliki perusahaan.
2. Harus ada planning dan scheduling.
24
3. Harus ada surat perintah ( work orders ) yang tertulis.4. Harus ada persediaan alat-alat / spare part ( stores control ).5. Harus ada catatan ( records ).6. Harus ada laporan, pengawasan dan anilisis ( reports, control and
analysis ).
Jadi pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dari peralatan di suatu perusahaan
tergantung dari kebijaksanaan perusahaan itu sendiri, yang kadang-kadang
berbeda dengan kebijaksanaan perusahaan lainnya. Kebijaksanaan bagian
pemeliharaan biasanya ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan. Walaupun
kebijaksanaan telah ditentukan, tetapi di dalam pelaksanaan kebijaksanaan
tersebut manajer bagian pemeliharaan harus memperhatikan enam persyaratan di
atas agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan secara efisien.
3. Jenis-jenis dan Klasifikasi Jenis Pemeliharaan
a. Jenis-jenis Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan terdapat banyak jenis-jenis pemeliharaan yang
dapat digunakan, seperti menurut AS. Corder (1992;124) mengemukakan bahwa
jenis-jenis pemeliharaan terdiri dari :
1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)Yaitu pemeliharaan pemeliharaan yang di organisasikan dan dilakukan dengan pemikiran kemasa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan.
2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tidak Terencana)Hanya satu bentuk pemeliharaan tak terencana, yaitu pemeliharaan darurat (emergency maintenance) yaitu pekerjaan yang terpaksa dilakukan karena terjadinya suatu kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.
3. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan) Pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya atau terhadap kriteria lain yang diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.
4. Corrective / Breakdown Maintenance (Pemeliharaan Setelah Kerusakan Terjadi)Pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.
5. Running Maintenance (Pemeliharaan Berjalan)Pemeliharaan yang dapat dilakukan selama mesin dipakai/beroperasi.
25
6. Shutdown Maintenance (Pemeliharaan Berhenti)Pemeliharaan yang hanya dapat dilakukan selama mesin berhenti.
7. OverhaulPemeliharaan dan perbaikan menyeluruh dari suatu mesin atau alat termasuk bagian-bagiannya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini
Gambar 2.2Hubungan Antara Berbagai Bentuk Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeiliharaan Terencana
Pemeliharaan Tak Terencana
Pemeliharaan Pencegahan
Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan Darurat
Pemeriksaan termasuk
penyetelan dan
pelumasan
Penggantian komponen minor, yaitu pekerjaan
yang timbul langsung dari pemeriksaan
Reparasi minor yang
tidak ditentukan
waktu pemeriksaan
Overhaul terencana
Lihat, rasakan, dengar
Pemeliharaan waktu berhenti
Pemeliharaan
Waktu berjalanSumber : Kusnul Hadi “Teknik Manajemen Pemeliharaan” (1992;4)
Jadi pada intinya seluruh jenis kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk
mencegah dan atau memperbaiki mesin-mesin produksi yang didalam kegiatan
tersebut termasuk didalamnya pencatatan, penyetelan dan reparasi mesin-mesin
produksi.
b. Klasifikasi Jenis Pemeliharaan ( Maintenance )
Klasifikasi pemeliharaan menurut AS. Corder (1992;3) adalah sebagai
berikut :
“Pemeliharaan yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu terencana dan tidak terencana. Bentuk
26
pemeliharaan tak terencana hanya ada satu yaitu pemeliharaan darurat yang didefinisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan atau untuk keselamatan pekerja. Sedangkan pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu : pencegahan dan korektif dimana pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima. Sedangkan pemeliharaan korektif yaitu sebagai kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk Memperbaiki suatu bagian (termasuk penyatelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi kondisi yang bisa diterima.”
Pendapat dari Sukanto Reksohadiprodjo mengenai pemeliharaan
pencegahan ( Preventive Maintenance ) (1995;345) mengemukakan bahwa :
“Preventive Maintenance adalah pemeliharaan pencegahan yang merupakan kegiatan pemeriksaan rutin dan pelayanan yang dirancang bangun untuk melihat secara dini kondisi kegagalan potensial dan melakukan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan yang dapat menghindari persoalan besar operasi”.
Jadi preventive maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan
keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
digunakan, dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapat preventive
maintenance akan terjamin kontinuitas produksinya dan selalu diusahakan dalam
kondisi yang siap dipergunakan untuk setiap proses produksi setiap saat.
Pendapat dari Sofjan Assauri (2004;96) mengemukakan bahwa didalam
pemeliharaan preventive maintenace yang dibedakan menjadi dua bagian, sebagai
berikut :
a. Routine MaintenanceRoutine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari.Contoh : - Pembersihan fasilitas/peralatan, pelumasan atau pengecekan
oli.- Membersihkan perlatan atau fasilitas produksi dari segala
kotoran dan sisa produksi.- Pengecekan kondisi mesin mengenai bunyi, panas dan
penggerakan mesin saat beropersi.
27
- Memberikan pelumas pada komponen yang bergerak seperti roda gigi atau poros yang berputar sehingga tidak aus atau macet.
- Melakukan pengecekan arus listrik sehingga tidak menyebabkan konslet, hubungan arus pendek atau menyetrum operator yang menjalankannya.
b. Periodic MaintenancePeriodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya seminggu sekali, sebulan sekali atau setahun sekali, daapat pula dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksinya tersebut sebagai jadwal kegiatan, misalnya setiap perseratus jam kerja mesin.Contoh :- Membongkar mesin untuk dibersihkan secara keseluruhan
(total) sampai kedalam mesin dan diperiksa apabila menemukan indikasi yang ganjil maka dapat diperbaiki sehingga kerusakan dapat ditanggulangi lebih awal.
- Melakukan penyetelan ulang untuk menghindari bagian yang kendor yang dapat mengakibatkan mesin tidak bekerja secara optimal bahkan mengakibatkan kerusakan mesin.
Jadi kegiatan periodic maintenance jauh lebih berat daripada kegiatan
routine maintenance. Sebagai contoh dari kegiatan periodic maintenance adalah
pembongkaran carburator ataupun pembongkaran alat-alat di bagian sistem aliran
bensin, penyetelan katup-katup pemasukan dan pembuangan cylinder mesin dan
pembongkaran mesin tersebut untuk penggantian pelor roda ( bearing ), serta
service dan overhaul besar ataupun kecil.
Contoh dari kegiatan routine maintenance adalah pembersihan fasilitas /
peralatan, pelumasan ( lubrication ) atau pengecekan olinya, serta pengecekan isi
bahan bakarnya dan mungkin termasuk pemanasan ( warming up ) dari mesin-
mesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
Kemudian ada langkah atau tindakan-tindakan dalam preventive
maintenance yang sering disebut “FITCAL” menurut Kusnul Hadi (1992;5)
adalah sebagai berikut :
a. Fell (Merasakan)Suatu tindakan yang dilakukan dengan jalan melihat, mendengar, meraba, dan mencium pada mesin yang sedang dijalankan,
28
kemungkinan adanya kelainan-kelainan sebagi gejala atau terjadi kerusakan.
b. Inspection (Memeriksa) Tindakan yang dilakukan dengan jalan mengawasi dan mengamati dari keadaan mesin-mesin yang sedang bekerja. Bentuk penanggulangannya atau hasil pemeriksaan dapat berupa tindakan pengencangan, pembongkaran atau penggantian.
c. Tighten (mengencangkan)Suatu tindakan yang dilaukakan bilamana tampak bagian-bagian mesin yang longgar akibat getaran-getaran pada waktu mesin sedang beroperasi atau pemasangan bagian-bagian yang kurang teliti atau kencang oleh para petugas terdahulu.
d. Clean (Membersihkan)suatu tindakan yyang dilakukan dalam usaha membersihkan bagian-bagian yang terkena debu, paasir, dan kotoran lainnya, juga mengenai hal pengecatan dimasukan dalam tindakan kebersihan.
e. Adjustment (Penyesuaian)Suatu tindakan yang dilakukan apabila ada bagian-bagian mesin atau alat yang beroperasi tidak dalam keadaan stabil atau normal.
f. Lubrication (Melumasi)suatu tindakan yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah gesekan antara dua logam, dan diharapkan berubah menjadi gesekan flusida.
Jadi semua kegiatan tersebut dimaksudkan sebelum terjadi kerusakan,
yang pada umumnya merupakan tindakan preventive maintenance ( pemeliharaan
pencegahan ) yang diterapkan pada mesin atau perlatan yang mempunyai
distribusi waktu kerusakan dengan variabilitas yang kecil, artinya kapan
kerusakan umunya terjadi diketahui dengan pasti.
Tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakan preventive maintenance
menurut Kusnul Hadi dalam bukunya (1992;6) adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi frekuensi kerusakan dan lamanya waktu kerusakan mesin.2. Memperpanjang umur peralatan yang dimiliki perusahaan3. Menjadikan lingkungan kerja yang aman.4. meningkatkan kualitas produksinya yang dihasilkan.
Jadi kegiatan preventive maintenance mengurangi kerusakan pada mesin
produksi yang secara langsung dapat memperpanjang umur dari mesin tersebut,
serta mencipatakan linkungan kerja yang aman dengan tujuan untuk
menghasilkan kualitas produksi yang optimal.
29
Sedangkan pengertian Breakdown Maintenance, menurut AS Corder
yang diterjemahkan oleh Kusnul Hadi dalam buku Teknik Manajemen
Pemeliharaan (1992:4) adalah :
Breakdown Maintenance is the repaire, often of and emergency nature and at cost premium, of facility and equipment that have been until they fall to operate.
Artinya: Breakdown maintenance perbaikan atau reparasi yang sering terjadi sifatnya darurat dan biaya tinggi dari fasilitasnya dan peralatan yang mengalami kegagalan operasi yang setelah digunanakan.
Teori tersebut di atas bahwa kegiatan breakdown maintenance adalah
kegiatan pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan setelah fasilitas-fasilitas
dan peralatan tersebut terhenti/rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Menurut Sofjan Assauri (2004;97) Breakdown maintenance dilaksanakan
dengan tujuan :
1. Mengupayakan agar perlatan rusak segera dapata beroperasi.2. Mengendalikan biaya montir, termasuk biaya kerja normal dan
biaya kerja lembur.3. Mengendalikan biaya operasi.4. Mengendalikan biaya investasi dalam suku cadang yang diperlukan
saat perlatan dan fasilitas diperbaiki.5. Mengendalikan tugas perbaikan yang sesuai untuk setiap
kerusakan.
Tujuan breakdown maintenance adalah untuk dapat meminimalkan waktu
terhenti operasi perusahaan, mengendalikan biaya- biaya pemeliharaan dan
oparasi, mengendalikan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan langsung pada
mesin produksi akibat kerusakan yang terjadi pada mesin produksi yang dimilki.
Kualitas Produk
1. Pengertian Kualitas Produk
Definisi kualitas menurut Perbendaharaan istilah ISO 8402 dan dari
Standar Nasional Indonesia ( SNI 19-8402-1991 ), yang dikutip oleh Dorothea
Wahyu Ariani (2003;8) adalah sebagai berikut :
30
“Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu”.
Sedangkan menurut Dorothea Wahyu Ariani, (2003;13) mengemukakan
definisi kualitas sebagai berikut:
“Kualitas adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan”.
Jadi kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan dan harapan konsumen.
Pengertian Mutu menurut Suyadi Prawirosentono, dalam bukunya
Manajemen Mutu Terpadu (2001;6), adalah :
“Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah deikeluarkan”.
Jadi mutu suatu produk adalah segala keadaan fisik, fungsi, dan sifat
yang ada pada produk yang bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsomen.
Pengertian Kualitas Produk menurut Philip Kotler, yang diterjamahkan
oleh Fandy Tjiptono (1997;23) adalah sebagai berikut :
“Kualitas Produk adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan hasil yang ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya berwujud fisik dan menghasilkan kepemilikan sesuatu yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Menurut Feigenbaum, yang diterjemaahkan oleh Dorothea Wahyu Ariani
(2002;8) mengemukakan definisi kualitas produk sebagai berikut :
“Kualitas produk merupakan keseluruhan karakterisitik produk yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk tersebut dalam pemakainnya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”.
31
Berdasarkan definisi diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
produk dalam arti luas adalah sarana pemuas kebutuhan yang berbentuk benda
fisik, pelayanan jasa lembaga dan gagasan-gagasan dimana bentuk-bentuk produk
tersebut mempunyai atribut yang ditawarkan pada konsumen dan karakteristiknya
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
2. Dimensi Kualitas Produk
Faktor-faktor yang menentukan kualitas produk menurut Garvin yang
dikutip oleh Dorothea Wahyu Ariani (2003;14) adalah :
1. Performance ( Kinerja )Yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2. Feature ( Keistimewaan )Yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan.
3. Reliability ( Kepercayaan )Yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
4. Conformace Yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.
5. Durability ( Waktu )Yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
6. ServiceabilityYaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
7. AestheticYaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
8. PerceptionYaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
Jadi kualitas pada industri manufaktur selain harus menekankan pada
produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses produksi.
Bahkan, yang terbaik adalah apabila perhatian pada kualitas bukan pada produk
akhir, melainkan proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses
(work in process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat
diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang
32
bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yangharus dibayar mahal karena
produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang.
3. Klasifikasi Produk dan Kategori Penawaran Produk
a. Klasifikasi Produk
Pada umumnya produk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara salah
satu cara yang banyak digunakan adalah klasifikasi berdasarkan daya tahan atau
berwujud atau tidaknya suatu produk.
Definisi produk menurut Yohanes Lemarto dalam bukunya Prinsip-
Prinsip Pemasaran, (1994:222) mengemukakan :
“Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata ( tangible ) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pemebeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya”.
Menurut Fandy Tjiptono (1996;5) produk dibagi menjadi tiga kelompok
adalah sebagai berikut :
1. Barang Tidak Tahan Lama ( Nondurable Goods )Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa pemakaian. Atau dengan kata lain umur ekonomisnya kurang satu tahun. Contohnya : sabun, garam, gula, kapur tulis dan sebagainya.
2. Barang Tahan Lama ( Durable Goods )Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Contohnya : mobil, motor.
3. Jasa ( Service )Merupakan aktifitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya : bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus keterampilan, hotel, rumah sakit dan sebagainya.
Jadi produk dapat dibedakan kedalam 3 kelompok yang diantaranya
barang yang tidak tahan lama atau habis apabila dipakai, barang tahan lama atau
barang sekunder, serta produk jasa yang diberikan kepada konsumen.
33
b. Kategori Penawaran Produk
Kategori penawaran produk menurut David W. Creaven (1998) yang
diterjemahkan oleh Eddy Herjanto (1999;14) penawaran produk dikategorikan
menjadi empat, yaitu :
1. Benda MurniDalam hal ini penawarannya terdiri atas benda murni, seperti : Sabun, garam, dan sejenisnya. Penawaran produk ini tidak disertai jasa pengiriman.
2. Benda Inti dan Jasa PengirimProduk yang ditawarkan berupa benda inti yang disertai dengan satu atau lebih jasa pengiring untuk meningkatkan kegunaannya.
3. Jasa Inti Yang Disertai Dengan Tambahan Aneka Benda Atau JasaPenawarnnya terdiri atas yang disertai dengan aneka jasa atau aneka penunjang.
4. Jasa MurniPenawarannya termasuk jasa inti disertai jasa penunjang.
Kategori penawaran produk ada yang ditawarkan hanya berupa benda murni
saja tanpa jasa tambahan, dan ada juga yang ditawarkan dengan jasa tambahan
seperti pengiriman atau jasa perbaikan.
4. Tingkatan Produk
Tingkatan produk menurut Philip Kotler (1997;52) yang dialih bahasakan
oleh Hendra Teguh dan Ronni sebagai berikut :
1. Manfaat IntiYaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan.
2. Produk Dasar ( Basic Produc )Pada tingkat produk ini, pemasaran harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar.
3. Produk Yang DiharapkanSuatu set atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika mereka membeli produk itu.
5. Produk Yang Tingkatan ( Augmented Produc )Yaitu produk yang memenuhi keinginan pelanggan dan melampui harapan mereka.
6. Produk Potensial ( Potencial Produc )Yaitu mencakup semua peningkatan dan transformasi yang akhirnya akan dialami produk itu dimasa depan.
34
Jadi untuk merencanakan penawaran pasar, pemasaran berpikir lima produk
tiap tingkat untuk menambahkan lebih banyak nilai pelanggan dan membentuk
suatu hirarki nilai pelanggan.
5. Hirarki Produk
Tiap produk berkaitan dengan produk-produk lain tertentu. Hirarki
produk terlentang dari produk dasar sampai dengan produk khusus yang
memuaskan kebutuhan konsumen.
Kita dapat mendefinisikan tujuh tingkat hirarki produk menurut Philip
Kotler (1997;54) yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh sebagai
berikut :
1. Kebutuhan KeluargaYaitu kebutuhan yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk.
2. Produk keluargaYaitu semua kelas produk yang dapat memenuhi suatu kebutuhan inti dengan efektifitas memadai.
3. Kelas ProdukYaitu sekelompok produk diakui mempunyai kesamaan fungsional.
4. Lini ProdukYaitu sekelompok produk dalam suatu kelas produk yang berkaitan erat karena mereka melaksanakan suatu fungsi yang serupa, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau berada dalam rentan harga tertentu.
5. Jenis ProdukYaitu suatu kelompok produk dalam suatu lini produk yang sama memiliki dari berbagai kemungkinan bentuk produk tersebut.
6. MerekYaitu nama diasosiasikan dengan suatu atau beberapa produk dalam hal ini produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakteristik produk tersebut.
7. Unit ProdukYaitu suatu unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan, atau atribut lain.
35
Jadi pada perusahaan manufaktur dalam menghasilkan produknya
harus dapat memenuhi ke-tujuh tingkat hirarki produk yang telah dijabarkan
di atas oleh Philip Kotler, guna menciptakan produk yang baik dan tidak
salah sasaran pemasaran.
F. Hubungan Permeliharaan Mesin dengan Kualitas Produk
Kerusakan-kerusakan yang dialami oleh mesin akan menimbulkan
kontinuitas proses produksi terganggu, yang mengakibatkan perusahaan
menderita kerugian, antara lain terhambatnya proses produksi,
meningkatkan biaya produksi, penurunan kualitas, resiko kecelakaan yang
membahayakan pekerja, waktu penyelesaian order terhambat yang
mengakibatkan kepercayaan pelanggan menurun.
Menurut Sofjan Assauri (2004:95) tujuan utama fungsi pemeliharaan
adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien keseluruhannya.
5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah.
36
Konsumen
Jadi dapatlah dilihat pada poin dua bahwa tujuan utama fungsi
pemeliharaan adalah untuk menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk
memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan
produksi yang tidak terganggu. Dengan kata lain supaya dapat menjaga
kualitas produk yang dihasilkan oleh mesin yang dipelihara.
1. Faktor-faktor Penentu Kualitas Produk
a) Desain Proses Produksi
Mutu produk pun merupakan tanggung jawab seluruh lini organisasi. Selain
unsur manusia, unsur apalagi yang terdapat dalam organisasi. Organisasi ini yang
membuat nilai tambah dari input melalui proses pengulahan sehingga menjadi out
put. Bila hal itu digambarkan akan berbentuk seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.3Proses Kerja dan Metode Pengawasan
Proses Kerja
Input Tugas Nilai
Tambah
Hasil(Out Put)
Metode Pengawasan
Proses Pengawasan Inspeksi
Sumber : Suyadi Prawirosentono “Manajemen Mutu Terpadu” (2001;11)
b) Unsur Dasar Yang Mempengaruhi Hasil
Menurut pendapat Suyadi Prawirosentono (2001;12) ada enam unsur dasar yang
mempengaruhi hasil (Out Put ) sebagai berikut :
1. ManusiaSumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan terjadinya proses penambahan nilai. Kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas
37
adalah kemampuan, pengalaman, pelatihan dan potensi kreativitas yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil.
2. MetodeHal ini meliputi prosedur kerja dimana setiap orang harus melaksanakan kerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada masing-masing individu. Metode ini harus merupakan prosedur kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Walaupun seseorang dapat saja menginterprestasikan tugas-tugasnya secara berbeda satu sama lain asalkan saja pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai rencana.
3. MesinMesin atau peralatan yang digunakan dalam proses penambahan nilai menjadi out put. Dengan memakai mesin sebagai alat pendukung pembuatan suatu produk, memungkinkan berbagai variasi dalam bentuk jumlah, dan kecepatan proses penyelesaian kerja.
4. Bahan BakuBaahan baku yang diproses produksi agar menghasilkan nilai tambah menjadi out put, jenisnya sangat beragam. Keragaman bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi nilai out put yang beragam pula. Bahkan perbedaan bahan baku mungkin dapat pula menyebabkan proses pengerjaannya.
5. UkuranDalam setiap tahap proses produksi harus ada ukuran sebagai standar penilaian, agar setiap tahap proses produksi dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan dari standar ukuran tersebut merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja seluruh tahapan proses produksi, dengan tujuan agar hasil out put yang diperoleh sesuai dengan rencana.
6 LingkunaganLingkungan dimana proses produksi berada sangat mempengaruhi hasil atau kinerja proses produksi. Bila lingkungan kerja berubah, maka kinerja pun akan berubah pula. Bahkan faktor lingkungan eksternal pun dapat mempengaruhi kelima unsur tersebut di atas sehingga dapt menimbulkan variasi tugas pekerjaan.
Hal tersebut digambarkan pada gambar 2.4:
Gambar 2.4Kombinasi Unsur-Unsur Yang Membentuk Suatu Proses Kerja
Input
Ukuran Mesin Manusia
Out Put
Lingkungan Bahan Baku Metode
Sumber : Suyadi Prawirosentono “Manajemen Mutu Terpadu”(2001;13)
Untuk menciptakan atau menghasilkan output yang diinginkan harus
ada perpaduan atau kerjasama yang baik antara ke-enam unsur dasar
38
tersebut. Jika ada salah satu yang pincang atau tidak berjalan dan berfungsi
semestinya (Mall Function), akan berpengaruh besar pada produk out put
yang dihasilkan.
G. Alat Dan Teknik Perbaikan Kualitas Produk
1. Flowchart
Flowchart adalah gambaran skematik atau diagram yang
menunjukan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukan
bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain.
Flowchart dalam proses produksi atau operasional pada suatu
organisasi atau perusahaan tersebut digunakan untuk berbagai tujuan, antara
lain :
a. Memberikan pengertian dan petunujuk tentang jalannya
proses produksi atau operasional pada suatu organisasi atau
perusahaan.
b. Membandingkan proses sesungguhnya yang dirasakan para
pelanggan baik pelanggan internalmaupun eksternal dengan proses
ideal yang diinginkan pelanggan tersebut.
c. Mengetahui langkah-langkah yang duplikatif dan langkah-
langkah yang tidak perlu.
d. Mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana
pengukurun dapat dilakukan.
e. Menggambarkan sisitem total.
39
Mulai
Apabila digambarkan, maka secara umum gambaran mengenai
flowchart ini dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Flowchart
Tidak
Ya
Sumber : Dorothea Wahyu Ariani “Manajemen Kualitas” (2002;172)
40
Kegiatan
Kegiatan
Keputusan
Selesai
Gambar di atas menunjukan bagaimana urutan atau rangkaian
kegiatan yang terjadi selama proses produksi atau operasi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Urutan atau rangkaian proses inilah yang
nantinya dapat digunakan untuk membantu mendeteksi kesalahan yang
disebabkan oleh proses produksi atau operasi.
2. Cause and effect Diagram
Cause and effect diagram digunakan untuk menganalisis persoalan
dan faktor-faktoryang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian
diagram tersebut, dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebabsuatu
persoalan.
Diagram tersebut juga disebut Fishbone Diagram karena berbentuk
seperti kerangka ikan.
Cause and effect diagram dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagi
berikut:
a. Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses.
b. Untuk mengidentifikasi kategori dan subkategori sebab-sebab yang
mempengaruhi suatu karakteristik kualitas tertentu.
c. Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data-data
yang perlu dikumpulkan.
Contoh dari cause and effect diagram ini dapat dilihat pada gambar
2.6 tentang keterlambatan penerbangan pesawat.
Gambar 2.6Cause and Effect Diagram
Lain – lain alat/mesin orang
41
Cuaca Pesawat lambat Keterlambatan awak
Keterlambatan datangnya penumpang Kegagalan Mekanik
Keterlambatan bahan bakar Keterlambatan prosedur check in
Keterlambatan bagasi Pengumuman kedatangan buruk
Bahan Prosedur
Sumber : Dorothea Wahyu Ariani “Manajemen Kualitas”(2002;173)
Jadi cause and effect diagram berguna dalam tahap perencanaan ( plan)
dari plan-do-check-action cycle karena dapat membantu mengidentifikasi sebab-
sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya efek yang dikehendaki
oleh pelanggan. Diagram sebab-akibat ini juga dapat diterapkan pada organisasi
atau perusahaan, baik manufaktur maupun jasa.
Pada akhir bab ini peneliti mengetahui bahwa dengan melakukan
pemeliharaan yang baik dapat memperkecil kerusakan-kerusakan mesin yang
terjadi sehingga dapat mempertahankan kontinuitas proses produksi dimana mesin
bekerja dengan optimal, waktu penyelesaian tepat, mutu produk baik, kerusakan
yang tidak diharapkan dapat dihindari, serta fasilitas-fasilitas pemeliharaan dapat
bekerja sesuai dengan yang diharapkan selain itu pelanggan puas terhadap
kualitas produk yang dihasilkan.
42
Keterlambatan penerbangan
pesawat