penentuan komoditas unggulan pertanian indonesia dan penyusunan model peramalan volume produksinya

Upload: rezha-nursina-yuni

Post on 30-Oct-2015

629 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Indonesia Dan Penyusunan Model Peramalan Volume ProduksinyaTugas kelompok Perekonomian Indonesia

TRANSCRIPT

  • PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN

    INDONESIA DAN PENYUSUNAN MODEL PERAMALAN VOLUME

    PRODUKSINYA

    Disampaikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

    Perekonomian Indonesia

    Disusun oleh:

    BADAL IMAMUDDIN

    (09.5896)

    EKO SUSANTO

    (09.5953)

    FAJRI IRAMAYA

    PURWANTI

    (09.5966)

    RONY PURBA

    (09.6120)

    KELAS IVSE3

    SEKOLAH TINGGI

    ILMU STATISTIK

    (STIS)

    JAKARTA

    2013

  • PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tujuan utama pembangunan ekonomi nasional adalah untuk meningkatkan

    taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam merumuskan suatu kebijakan

    pembangunan ekonomi, pengambil kebijakan harus memprioritaskan

    pembangunan pada sektor-sektor tertentu. Jika ingin mencapai pertumbuhan

    ekonomi yang tinggi, maka pembangunan ekonomi harus diutamakan pada sektor-

    sektor yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor-sektor di hulu dan

    hilirnya. Selanjutnya, keterkaitan antar sektor yang kuat ini dapat berimplikasi

    pada pertumbuhan yang tinggi. Demikian pula, jika tingkat pengangguran yang

    rendah ingin terpenuhi, maka pembangunan ekonomi harus diprioritaskan pada

    sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja.

    Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut adalah

    dengan mengembangkan potensi di sektor pertanian. Pengembangan ini sangat

    dimungkinkan dengan sumber daya alam melimpah yang dapat diandalkan

    sebagai sumber pendapatan. Banyak ragam komoditas pertanian dan produk

    turunannya yang berpotensi dikembangkan menjadi produk unggulan. Selain itu,

    komoditas pertanian juga memiliki peranan strategis yang tidak hanya dibutuhkan

    untuk memenuhi konsumsi dalam negeri saja, tetapi juga untuk diekspor ke

    berbagai negara sumber tambahan devisa negara.

    Peranan sektor pertanian semakin terlihat jelas ketika krisis keuangan

    global yang mulai terasa di Indonesia pada tahun 2008. Ekspor komoditas

    pertanian membantu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh

    positif. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian memberi sumbangan sebesar

    43,7% terhadap total ekspor Indonesia tahun 2008. Sedangkan, sektor industri

    manufaktur hanya memberi sumbangan sebesar 12,5% dari total ekspor Indonesia

    tahun 2008.

    Berbagai jenis komoditas yang ada dalam sektor pertanian perlu dianalisis

    lebih lanjut untuk menentukan komoditas sektor pertanian mana yang benar-benar

    unggul. Komoditas unggul tersebut tidak hanya dapat diandalkan sebagai sumber

  • pendapatan masyarakat dan devisa negara tetapi juga mampu menarik dan

    mendorong sektor-sektor lainnya untuk berproduksi sehingga dapat

    menggerakkan perekonomian nasional. Namun demikian, tidak mudah untuk

    menentukan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan dengan

    mempertimbangkan aspek potensi dan prospek masing-masing komoditas. Untuk

    itu, penelitian mengenai penentuan komoditas unggulan perlu dilakukan.

    1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah

    Penentuan komoditas unggulan dari suatu sektor mampu meningkatkan

    efisiensi proses pembangunan. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh akan lebih

    terfokus kepada bagaimana upaya menjaga komoditas tersebut tetap dapat

    menjadi komoditas unggulan. Dengan menggunakan bantuan tabel input-output

    (I-O) Indonesia tahun 2005, komoditas unggulan sektor pertanian Indonesia dapat

    ditentukan.

    Selain itu, suatu model peramalan volume produksi komoditas unggulan

    pertanian dibutuhkan sebagai kontrol. Model tersebut dapat digunakan untuk

    meramalkan volume produksi komoditas unggulan di masa mendatang sehingga

    dapat diketahui apabila terjadi penurunan volume produksi.

    Dari uraian di atas, permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan

    pertanian berdasarkan analisis terhadap tabel input-output (I-O)

    Indonesia tahun 2005?

    2. Bagaimanakah model yang tepat untuk meramalkan volume produksi

    komoditas unggulan di masa mendatang?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan komoditas unggulan pertanian Indonesia berdasarkan

    analisis terhadap tabel input-output (I-O) tahun 2005.

    2. Menyusun model peramalan volume produksi komoditas unggulan

    pertanian.

  • LANDASAN TEORI

    2.1. Kajian Teori

    Sektor dan Komoditas Unggulan

    Pengertian sektor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

    lingkungan suatu usaha, misalnya: pertanian, perindustrian dan lainnya. BPS

    menyebutkan bahwa sektor adalah satuan kegiatan ekonomi. Komoditas menurut

    Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bahan mentah yang dapat digolongkan

    menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional,

    misalnya:gandum, karet, kopi dan lainnya.

    Sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang

    relatif besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan

    pertumbuhan ekonomi. Menurut Rustiadi, et al., (2009) sektor unggulan dapat

    diartikan sebagai sektor utama (leading sector) yakni suatu sektor yang

    menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor

    lain dalam perekonomian.

    Adapun ciri-ciri sektor utama (leading sector) adalah sebagai berikut:

    1. Potensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) dari produksi-

    produksi yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai

    kemungkinan berkembang dengan pesat.

    2. Teknik produksi yang lebih modern dan kapasitas dapat diperluas.

    3. Terciptanya tabungan masyarakat dan pada pengusaha menanamkan

    kembali keuntungan untuk pengembangan sektor utama tersebut.

    4. Perkembangan leading sector memacu perluasan kapasitas dan

    modernisasi sektor-sektor lain.

    Daryanto dan Hafizrianda (2010) menerangkan bahwa komoditas

    unggulan mempunyai kriteria sebagai berikut:

    1. Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan

    perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat

  • memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,

    pendapatan dan pengeluaran. Misalnya, cengkeh di Sulawesi Utara,

    kakao di Sulawesi Tenggara dan minyak bumi dan gas di Nangroe

    Aceh Darussalam dan pariwisata di Bali.

    2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and

    backward linkages) yang kuat, baik sesama komoditas unggulan

    maupun komoditas lainnya.

    3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain

    (competitiveness) di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam

    harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.

    4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages), baik

    dalam hal dasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku.

    5. Memiliki status teknologi (state-of-the-art) yang terus meningkat,

    terutama melalui inovasi teknologi.

    6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai

    dengan skala produksinya.

    7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase

    kelahiran, fase pertumbuhan hingga fase kejenuhan atau penurunan.

    Jika komoditas unggulan yang satu memasuki tahap kejenuhan atau

    penurunan maka komoditas unggulan lainnya harus mampu

    menggantikannya.

    8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

    9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan,

    misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar,

    kelembagaan, fasilitas insentif /disinsentif dan lain-lain.

    10. Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam

    dan lingkungan.

    Dalam penelitian ini, komoditas unggulan pertanian di Indonesia

    dirumuskan dengan mengacu pada pustaka yang telah banyak mengkaji mengenai

    sektor/komoditas unggulan. Kriteria komoditas unggulan pertanian di Indoensia

    dirumuskan sebagai berikut:

    1. Berbasis pada sumberdaya lokal.

  • 2. Dari segi permintaan besar dan semakin kuat.

    3. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and

    backward linkages) yang kuat, baik sesama komoditas unggulan

    maupun komoditas lainnya.

    4. Dampaknya terhadap peningkatan pendpatan rumah tangga.

    Potensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) dari produksi-produksi

    yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai kemungkinan

    berkembang dengan pesat.

    Sektor Pertanian

    BPS mendefinisikan bahwa sektor pertanian mencakup segala pengusaha

    yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana

    hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual ke pihak lain.

    Tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Sektor pertanian

    meliputi tujuh subsektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan

    rakyat, tanaman perkebunan besar, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan,

    perikanan dan jasa perikanan.

    Peramalan

    Peramalan merupakan suatu proses untuk menduga kejadian yang akan

    terjadi di masa yang akan datang dengan tujuan untuk mengurangi resiko

    kesalahan. Adanya kesenjangan waktu (time lag) antara kesadaran akan peristiwa

    mendatang dengan terjadinya peristiwa itu sendiri merupakan alasan utama bagi

    perencanaan pemerintah. Jika waktu tenggang ini nol atau sangat kecil, maka

    peramalan tidak diperlukan. Jika waktu tenggang panjang dan hasil peristiwa

    akhir bergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui, maka perencanaan dan

    peramalan memegang peranan penting. Peramalan diperlukan untuk mengetahui

    kapan atau bagaimana suatu peristiwa akan terjadi sehingga tindakan yang tepat

    dapat dilakukan (Makridakis, 1999).

    Pemilihan Teknik Peramalan

  • Persyaratan yang esensial dalam pemilihan tidak terletak pada penggunaan

    teknik peramalan dengan proses matematika yang rumit ata canggih. Teknik

    terpilih hendaknya menghasilkan ramalan yang akurat, tepat waktu, dan mudah

    dipahami. Pertimbangan lain adalah suatu teknik peramalan harus menghasilkan

    manfaat yang lebih besar dari biaya penggunaannya (efektif dan efisien).

    Untuk memilih suatu metode peramalan yang terbaik, berikut adalah

    beberapa hal yang harus diperhatikan (Makridakis, 1999):

    1. Menetapkan sifat dasar peramalan.

    2. Menjelaskan sifat dasar data yang diteliti.

    3. Mendeskripsikan kemampuan dan keterbatasan dari teknik-teknik

    peramalan.

    4. Mengembangkan sejumlah kriteria yang ditentukan terlebih dahulu

    sebagai dasar untuk memilih kepututsan.

    Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan adalah

    identifikasi dan pemahaman pola dan historis. Ada empat jenis pola data yang

    umu yaitu horizontal atau stasioner, trens, musiman, dan siklus. Jika didapati

    trend, musiman, dan siklus, maka dapat dipilih teknik-teknik yang secara efektif

    mampu mengekstrapolasi pola-pola ini (Hanke dan Reitsch, 1998).

    Teknik Peramalan untuk Data Stasioner

    Pola horizontal muncul ketika data observasi berada di sekitar rata-rata

    atau tingkatan yang konstan. Jenis deret ini disebut sebagai stasioner terhadap

    rata-rata. Dalam bentuk yang paling sederhana, peramalan deret stasioner

    menggunakan deret historis yang tersedia untuk mengestimasi nilai rata-rata yang

    kemudian menjadi peramalan nilai di masa yang akan datang. Tekinik peramalan

    stasioner digunakan apabila:

    1. Pola historis data menghasilkan suatu deret yang stabil dan lingkungan

    di mana deret berada relatif tidak berubah.

    2. Data yang tersedia kurang.

  • 3. Deret data dapat ditransformasi menjadi suatu deret yang stabil.

    Misalnya data ditransformasi menjadi bentuk logaritmik, akar kuadrat,

    atau selisih (differencing).

    4. Deret merupakan himpunan galat ramalan dari suatu peramalan.

    Teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan dalam peramalan deret

    stasioner terdiri dari metode naive, metode rata-rata sederhana, rata-rata bergerak,

    Exponential Smoothing Holt, dan Autoregressive Integrated Moving Average

    (ARIMA) atau metode Box-Jenjins.

    Teknik Peramalan untuk Data dengan Musiman

    Deret musiman didefinisikan sebagai deret waktu dengan pola perubahan

    yang berulang dengan sendirinya dari tahun ke tahun. Pola musiman muncul bila

    observasi data dipengaruhi oleh faktor musiman.

    Teknik yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan peramalan deret

    musiman antara lain dekomposisi klasik, Sensus X-12, Exponential Smoothing

    Winter, regresi berganda deret waktu, dan ARIMA.

    Langkah-langkah Peramalan

    Menurutut Kuncoro (2004), apapun teknik peramalan yang digunakan,

    maka harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

    1. Menentukan untuk apa peramalan digunakan, tujuan apa yang hendak

    dicapai.

    2. Memilih variabel yang akan diramal.

    3. Menentukan jangka waktu peramalan, apakah jangka pendek,

    menengah, atau jangka panjang.

    4. Memilih metode peramalan.

    5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk meramal.

    6. Melakukan validasi model peramalan.

    7. Melakukan peramalan dengan metode terbaik.

    8. Mengimplementasikan hasil peramalan.

    2.2 Penelitian Terdahulu

  • Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain

    sebelumnya yang permasalahannya hampir sama dengan penelitian ini,

    diantaranya penelitian yang dilakukan Bustami (1998) dalam menganalisis sektor

    kunci dengan menggunakan Tabel I-O Kalimantan Barat tahun 1995 untuk

    mengetahui sektor unggulan di Kalimantan Barat. Dalam rangka menentukan

    sektor unggulan, penelitian tersebut lebih memilih pendekatan dengan indeks

    keterkaitan murni karena indeks tersebut tidak hanya memperhitungkan struktur

    internal setiap sektor produksi, namun juga mempertimbangkan aspek tingkat

    produksi setiap sektor dalam perekonomian. Kesimpulan dalam penelitian tersebut

    menyatakan bahwa sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kalimantan Barat

    adalah sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perkebunan lainnya,

    perkebunan kelapa sawit, industri lainnya, perkebunan karet dan industri minyak

    sawit.

    Penelitian lain yang menggunakan indeks komposit sebagai penentu

    komoditas unggulan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana (2011).

    Penelitiannya terfokus pada sektor unggulan pertanian di Kabupaten Ciamis tahun

    2011. Indeks kompositnya tersusun dari nilai backward dan forward linkage,

    pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Hasil

    penelitiannya menunjukkan bahwa komoditas unggulan pertanian Kabupaten

    Ciamis adalah beras dengan nilai indeks komposit sebesar 0,75.

  • METODOLOGI

    3.1 Ruang Lingkup Penelitian

    Data tabel input-output (I-O) tahun 2005 digunakan untuk menentukan

    komoditas unggulan pertanian. Hasil analisis tabel I-O tahun 2005 tersebut akan

    menghasilkan nilai backward linkage, forward linkage, indeks daya penyebaran,

    indeks derajat kepekaan, angka pengganda output, dan angka pengganda

    pendapatan.

    Variabel yang digunakan untuk membuat model peramalan produksi

    komoditas unggulan pertanian adalah variabel jumlah produksi dalam satuan ton.

    Jumlah produksi komoditas unggulan pertanian dikumpulkan secara bulanan dari

    tahun 2005 hingga tahun 2010.

    3.2 Metode Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

    tabel I-O tahun 2005 dan volume produksi komoditas unggulan pertanian bulanan

    tahun 2005-2010 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

    3.3 Metode Analisis

    Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan tersebut adalah analisis

    deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif yang digunakan adalah

    analisis tabel I-O dan indeks komposit. Analisis Tabel I-O digunakan untuk

    mengetahui nilai-nilai koefisien backward linkage, forward linkage, indeks daya

    penyebaran, indeks derajat kepekaan, angka pengganda output, dan angka

    pengganda pendapatan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan komoditas

    unggulan pertanian dengan menggunakan indeks komposit. Analisis inferensia

    yang digunakan adalah Seasonal Autoregressive Integrated Moving Average

    (SARIMA).

    Analisis Deskriptif

    Analisis Tabel I-O

  • Sektor-sektor yang berada dalam kuadran I yang sebelumnya berjumlah

    175 sektor diagregasi hingga menjadi tabel input-output dengan matriks 42 x 42

    sektor. Agregasi ini dilakukan untuk mempermudah dalam analisis dampak

    pengganda dan berpedoman pada klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia.

    Pengagregasian dari sektor-sektor yang ada adalah sama dengan pembentukan

    KBLI 9 sektor kecuali pertanian yang sengaja tidak diagregat guna penentuan

    komoditas unggulan pertanian nantinya. Sehingga 8 sektor yang merupakan hasil

    agregasi adalah : pertambangan, industri pengolahan, LGA(listrik gas air),

    konstruksi, hotel & restoran, transportasi, keuangan dan jasa-jasa lainnya.

    Analisis Dampak Pengganda

    Dampak pengganda dapat diartikan sebagai suatu dampak yang terjadi

    baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi

    di dalam wilayah sebagai akibat adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen

    perekonomian regional/nasional (BPS 2008). Pada penelitian ini tabel transaksi

    yang digunakan untuk analisis dampak pengganda adalah tabel domestik atas

    dasar harga produsen. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung

    matriks pengganda adalah sebagai berikut:

    1. Menghitung koefisien input

    Koefisien input dapat didefinisikan sebagai berikut :

    dan

    dimana:

    a ij

    = koefisien input antara sektor i oleh sektor j

    v j = koefisien input primer sektor j

    xij = penggunaan input sektor i oleh sektor j

    Xj = output sektor j

    Dalam suatu Tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen,

    matriks koefisien input yang merupakan kumpulan berbagai koefisien

    input dinotasikan sebagai matriks A.

    2. Menghitung matriks leontief

  • Setelah mendapatkan matriks A, tahap selanjutnya untuk memperoleh

    matriks pengganda adalah dengan mengurangkan matriks I (matriks

    identitas) dengan matriks A. Matriks ini dikenal sebagai matriks

    Leontief [I-A].

    3. Menghitung matriks pengganda

    Matriks pengganda merupakan matriks kebalikan (inverse matrix) dari

    matriks Leontief, atau dapat di definisikan sebagai:

    B = [I-A]-1

    dimana:

    B = matriks pengganda berupa kumpulan sel matriks kebalikan

    Leontief (bij)

    I = matriks identitas

    A = matriks koefisien input

    bij = dampak yang terjadi terhadap output sektor i akibat

    perubahan permintaan akhir sektor j.

    Dari matrik pengganda yang diperoleh dapat dicari keterkaitan ke

    belakang atau disebut daya penyebaran dan keterkaitan ke depan atau

    disebut dengan derajat kepekaan.

    a. Keterkaitan Ke Belakang (Backward Linkage)

    Hubungan antara output dan permintaan akhir dijabarkan

    sebagai X=(I-A)-1

    Fd. Dari persamaan tersebut dapat dilihat

    bahwa perubahan 1 unit F1d terhadap X1 akan menimbulkan

    dampak perubahan sebesar b11, terhadap X2 sebesar b21, begitu

    seterusnya. Secara umum jumlah dampak akibat perubahan

    permintaan suatu sektor terhadap output seluruh sektor

    perekonomian adalah:

    rj = b1j + b2j + + bnj =

    dimana:

    rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir

    sektor (j) terhadap output seluruh sektor.

    bij = dampak yang terjadi terhadap semua output sektor (i)

    akibat perubahan permintaan sektor (j).

  • Jumlah dampak (rj) disebut juga dengan jumlah daya

    penyebaran. Daya penyebaran merupakan ukuran untuk melihat

    keterkaitan ke belakang. Untuk membandingkan dampak yang

    terjadi pada setiap sektor, maka harus dilihat besarnya indeks

    daya penyebaran sebagai berikut:

    dimana:

    = Indeks daya penyebaran sektor (j) atau yang lebih dikenal

    dengan daya penyebaran sektor (j).

    b. Keterkaitan Ke Depan (Forward Linkage)

    Jumlah dampak terhadap sektor (i) sebagai akibat perubahan

    permintaan akhir seluruh sektor dituliskan dalam persamaan

    berikut:

    sj = bi1 + bi2 + + bin =

    Ukuran ini disebut juga dengan keterkaitan ke depan (forward

    linkage). Untuk membandingkan dampak yang terjadi pada

    setiap sektor, maka harus dilihat besarnya indeks derajat

    kepekaan sebagai berikut:

    dimana:

    = Indeks derajat kepekaan sektor (i) atau yang lebih dikenal

    dengan derajat kepekaan sektor (i).

    4. Pengganda Output (Output Multiplier)

    Output multiplier merupakan dampak meningkatnya permintaan akhir

    suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian.

    Oi = (I-A)-1

    . Fd

    dimana:

    Oi = pengganda output

    Fd = permintaan akhir (final demand)

  • 5. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)

    Income multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir

    suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di

    wilayah penelitian secara keseluruhan.

    Income multiplier dapat dihitung dengan matriks:

    W = X

    dimana:

    W : Matriks income

    : matriks diagonal koefisien income

    X : matriks output, X= (I-A)-1

    . P

    Indeks Komposit

    Indeks komposit digunakan untuk menentukan komoditas yang menjadi

    unggulan dalam perekonomian Indonesia. Penggunaan indeks komposit dalam

    menentukan komoditas unggulan mengacu pada hasil penelitian Syarifudin (2003)

    dan Amir (2004). Perhitungan indeks pada penelitian ini dilakukan dengan metode

    yang sederhana, yaitu membandingkan nilai yang dimiliki suatu komoditas

    terhadap total nilai yang diberikan oleh seluruh komoditas. Berikut formula

    indeks komposit :

    Keterangan :

    = nilai forward linkage sektor i

    = total forward linkage

    = nilai backward linkage sektor i

    = total backward linkage

    = indeks derajat kepekaan sektor i

    = total indeks derajat kepekaan

    = indeks daya penyebaran sektor i

    = total indeks daya penyebaran

  • = nilai output multiplier

    = total nilai output multiplier

    = nilai income multiplier

    = total income multiplier

    Penentuan klasifikasi peranan suatu komoditas terhadap perekonomian

    nasional mengikuti interpretasi yang digunakan oleh Syarifudin (2003) dan

    Rosdiana (2011). Suatu komoditas diklasifikasikan memiliki peranan yang tinggi

    dan ditentukan sebagai komoditas unggulan jika nilai indeks kompositnya

    melebihi nilai rata-rata dan nilai indeks kompositnya paling tinggi.

    Analisis Inferensia

    Dalam kehidupan seharihari banyak dijumpai data yang diperoleh dari

    observasi suatu fenomena berdasarkan waktu. Rosidi (2004) menyatakan bahwa

    sekumpulan data hasil observasi secara teratur dari waktu ke waktu disebut data

    deret berkala atau biasa disebut time series.

    ARIMA-SARIMA

    Metode ini mengacu pada himpunan prosedur untuk mengidentifikasikan,

    mencocokkan dan memeriksa model ARIMA dengan data deret waktu. Peramalan

    mengikuti langsung dari bentuk model disesuaikan (Hanke et al., 2003). Metode

    Autoregressive Intregated Moving Average (ARIMA) merupakan metode

    gabungan dari model Autoregressive (AR) dan Moving Average (MA). Model AR

    menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel dependen itu

    sendiri pada periode yang sebelumnya, perbedaan dengan model MA adalah pada

    jenis variabel independennya. Variabel independen pada model AR adalah nilai

    sebelumnya (lag) dari variabel dependen (Yt) itu sendiri sedangkan pada model

    MA adalah nilai residual (t) pada periode sebelumnya. Perbedaan antara ARIMA

    dan SARIMA adalah bahwa dalam SARIMA (Seasonal Autoregressive Intregated

    Moving Average) ditambahkan komponen musiman pada penghitungannya.

    Dalam model ARIMA-SARIMA ada empat prosedur yang harus

    dilakukan agar menghasilkan model yang baik (Gaynor, 1994), yaitu :

  • 1. Identifikasi

    Tahap ini bertujuan untuk menentukan apakah deret data stasioner atau

    tidak. Jika deret data tidak stasioner maka perlu dilakukan proses

    differencing sehingga model dapat diidentifikasi. Model sementara

    yang diperoleh dapat berupa model AR, MA, ARMA, ARIMA dan

    SARIMA. Prosedur identifikasi biasanya dilakukan dengan

    mempelajari pola dari fungsi autokorelasi (ACF) dan autokorelasi

    parsial (PACF).

    2. Estimasi Parameter Model

    Pada tahap ini kita menghitung nilai estimasi awal untuk parameter-

    parameter dari model sementara kemudian dengan menggunakan

    program komputer melalui proses iterasi untuk memperoleh nilai

    estimasi akhir yang meminimumkan jumlah kuadrat galat (sum square

    error).

    3. Diagnostic Checking

    a. Normalitas

    Pengujian normalitas dilakukan terhadap residual model SARIMA

    dengan menggunakan metode Jarque-Berra.

    b. Non-Autokorelasi

    Pengujian nonautokorelasi dilakukan terhadap residual model

    SARIMA dengan menggunakan metode Breusch-Pagan Lagrange

    Multiplier Test.

    c. Homoskedastisitas

    Pengujian homoskedastisitas dilakukan terhadap residual model

    SARIMA dengan mnggunakan metode White Test.

    4. Peramalan

    Model yang telah memenuhi kriteria pengecekan diagnostik dapat

    digunakan untuk melakukan peramalan. Kebijakan dapat disesuaikan

    dengan hasil peramalan yang diperoleh.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Indonesia

    Backward linkage (keterkaitan ke belakang) dan Forward linkage

    (keterkaitan ke depan)

    Berdasarkan hasil penghitungan yang ditunjukkan pada Lampiran 1

    terlihat bahwa tembakau merupakan komoditas dengan nilai backward linkage

    terbesar. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada

    komoditas tersebut sebesar 1 rupiah, sementara permintaan akhir pada komoditas

    lainnya tidak berubah maka output perekonomain Indonesia meningkat sebesar

    1,79 rupiah yang terdistribusi pada komoditas yang menyediakan output bagi

    komoditas tersebut. Sedangkan komoditas pertanian dengan nilai forward linkage

    terbesar adalah padi. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan permintaan

    akhir pada komoditas padi sebesar 1 rupiah akan meningkatkan pasokan input

    antara secara menyeluruh dalam perekonomain Indonesia sebesar 1.4 kalinya.

    Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

    Berdasarkan hasil pada Lampiran 2 dapat dikatakan bahwa komoditas

    yang berbasis domestik dari sisi input adalah komoditas karet dengan nilai IDP

    sebesar 1,05; tebu (1,02); kelapa sawit (1,09); tembakau (1,28); kopi (1,12); susu

    segar (1,15); unggas dan hasil-hasilnya (1,17); dan udang (1,02). Sementara itu,

    dari sisi output, komoditas yang berorientasi domestic hanyalah komoditas padi

    dengan nilai IDK sebesar 1,01. Karena tidak ada satu pun komoditas yang

    sekaligus memiliki nilai IDP dan IDK lebih besar dari satu, maka IDP dan IDk

    belum cukup untuk menentukan komoditas unggulan di Indonesia.

    Angka Pengganda Output (Output Multiplier)

    Berdasarkan hasil pada Lampiran 3, dapat ditunjukkan bahwa semua

    komoditas pertanian Indonesia memiliki nilai output multiplier lebih dari satu. Hal

    ini menunjukkan bahwa komoditas pertanian mempunyai respons yang paling

    besar terhadap perubahan permintaan akhir yang dapat diartikan untuk setiap

    perubahan permintaan akhir satu satuan akan menaikkan output komoditas sebesar

    angka pengganda masing-masing komoditas pertanian yang dianalisis. Komoditas

    yang memiliki angka pengganda output terbesar adalah tembakau, yang

  • menunjukkan bahwa untuk perubahan permintaan akhir sebanyak satu satuan

    (persen) maka akan menaikkan output komoditas tembakau sebesar 1.79 persen.

    Angka Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)

    Berdasarkan hasil pada Lampiran 4, dapat ditunjukkan bahwa semua

    komoditas pertanian Indonesia memiliki nilai income multiplier kurang dari satu.

    Komoditas yang memiliki nilai income multiplier terbesar hanya sebesar 0,46

    yaitu komoditas karet. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi penambahan

    permintaan akhir komoditas karet sebesar satu satuan maka akan meningkatkan

    pendapatan rumah tangga yang bergerak pada komoditas karet ini sebesar 0,46

    kalinya.

    Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian

    Berdasarkan hasil analisis tabel input-output (I-O), uraian berikut akan

    menentukan komoditas yang menjadi komoditas unggulan pertanian di Indonesia

    dengan menghitung nilai indeks komposit. Hasil yang diperoleh dari perhitungan

    kriteria komoditas unggulan tersebut bervariasi untuk suatu komoditasnya

    sehingga menentukan komoditas unggulan pada penelitian ini dilakukan dengan

    merata-ratakan nilai masing-masing indeks dan nilai indeks di atas rata-rata

    dijadikan komoditas unggulan.

    Tabel 1. Indeks Komposit Komoditas Unggulan Pertanian Indonesia

    Ranking No. Komoditas Pertanian IK 1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    12

    17

    27

    26

    18

    15

    24

    13

    28

    33

    Karet

    Tembakau

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Susu segar

    Kopi

    Kelapa sawit

    Hasil pertanian lainnya

    Tebu

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Udang

    0.165

    0.158

    0.157

    0.145

    0.144

    0.144

    0.143

    0.143

    0.140

    0.139

  • Sumber: BPS (diolah)

    Dari hasil penghitungan indeks komposit yang disajikan pada Tabel 1 di

    atas menunjukkan bahwa terdapat 15 komoditas unggulan pertanian di Indonesia

    karena nilai IK kelimabelas komoditas tersebut berada di atas rata-rata nilai IK

    (0,128). Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa komoditas karet merupakan

    komoditas paling unggul di Indonesia karena memiliki indeks komposit tertinggi

    yaitu sebesar 0,165. Oleh sebab itu, penting dilakukan analisis lebih lanjut

    mengenai komoditas karet di Indonesia.

    Gambaran Umum Produksi Karet Indonesia

    Gambar 1. Produksi Karet di Indonesia (Ton) Periode 2005 2010

    Dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa produksi karet di Indonesia relatif

    konstan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 karena hanya bergerak di angka

    produksi 2.500.000 ton per tahun. Perlu diketahui bagaimana kondisi produksi

    karet di Indonesia pada masa yang akan datang mengingat karet merupakan

    0

    500,000

    1,000,000

    1,500,000

    2,000,000

    2,500,000

    3,000,000

    11

    12

    13

    14

    15

    23

    1

    25

    19

    9

    Hasil perkebunan lainnya

    Padi

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Teh

    Sayur-sayuran

    0.136

    0.135

    0.135

    0.134

    0.129

  • komoditas unggulan di Indonesia. Oleh karena itu, peramalan terhadap produksi

    karet pada tahun-tahun berikutnya dirasa perlu untuk dilakukan.

    4.2. Penyusunan Model Peramalan Komoditas Unggulan Pertanian

    Peramalan produksi karet dilakukan dengan teknik ekonometrik yaitu

    dengan mengamati perilaku data produksi karet secara runtun waktu di Indonesia.

    Maka dari itu, dalam penelitian ini digunakan data produksi karet bulanan di

    Indonesia dari periode Januari 2005 hingga Desember 2010.

    Berdasarkan uji stasioneritas, nilai prob.stat sebesar 0,0000 yang

    menunjukkan bahwa data telah stasioner pada level (lihat lampiran 6).

    Selanjutnya, perlu diketahui pola ACF (Autocorrelation Function) dan PACF

    (Partial Correlation Function) dari data tersebut. Hasil yang diperoleh adalah

    sebagai berikut.

    Tabel 2. Plot Autokorelasi dan Korelasi Parsial Data Produksi Karet

  • Dari pola diatas terlihat adanya musiman setiap enam bulan. Terlihat

    bahwa produksi karet terbesar terjadi pada bulan ke-6, ke-12, ke-18, dan ke-24.

    Sedangkan produksi karet terkecil terjadi pada bulan ke-3, ke-9, ke-15, ke-21, dan

    ke-27. Untuk menghilangkan efek musiman ini, maka data produksi karet harus

    didifferencing terhadap musiman. Kemudian dibuat kembali plot ACF dan PACF

    dari data yang telah didifferencing tersebut. Sehingga didapat hasil sebagai

    berikut.

    Tabel 3. Plot Autokorelasi dan Korelasi Parsial Data Differencing Produksi Karet

    Berdasarkan plot ACF dan PACF di atas maka hasil identifikasi model

    awal pada kasus ini adalah:

    1. ARIMA (1,0,1)(1,1,1)6 = d(produksi,0,6) c ar(1) ma(1) sar(6) sma(6)

    2. ARIMA (1,0,1)(1,1,0)6 = d(produksi,0,6) c ar(1) ma(1) sar(6)

    3. ARIMA (1,0,1)(0,1,1)6 = d(produksi,0,6) c ar(1) ma(1) sma(6)

    Tabel 4. Perbandingan Ketiga Model ARIMA Multiplikatif (SARIMA)

  • Model 1 Model 2 Model 3

    c 3664,817

    (0,3317)

    3586,076

    (0,3169)

    1833,960

    (0,1649)

    AR(1) 0,448501

    (0,0023)

    0,449051

    (0,0021)

    -0,036857

    (0,7927)

    SAR(6) -0,844532

    (0,0000)

    -0,833246

    (0,0000)

    MA(1) 0,676092

    (0,0000)

    0,669893

    (0,0000)

    0,855506

    (0,0000)

    SMA(6) 0,052750

    (0,7527)

    -0,898124

    (0,0000)

    Prob(F-statistic) 0,000000 0,000000 0,000000

    R-squared 0,753582 0,753451 0,678454

    Adjusted R-squared 0,735329 0,740003 0,662640

    AIC 22,36280 22,32943 22,51070

    S.E. of regression 16680,43 16532,48 18153,74

    Dari hasil output di atas maka dapat disimpulkan bahwa model terbaik

    untuk meramalkan produksi karet adalah model 2: ARIMA (1,0,1)(1,1,0)6. Model

    tersebut juga telah memenuhi asumsi klasik normalitas (Lampiran 10),

    homoskedastisitas (Lampiran 11), dan non-autokorelasi (Lampiran 12).

    Persamaan model 2 adalah sebagai berikut.

    ( )( )( )

    ( )

    Selanjutnya, model ini lah yang digunakan untuk meramalkan produksi

    karet di Indonesia untuk periode Januari 2011 hingga Desember 2013. Hasil

    peramalan bulanannya dapat dilihat pada Lampiran 13.

  • Gambar 2. Produksi Karet di Indonesia (Ton) Periode 2005 2013

    Apabila dibandingkan dengan hasil estimasi BPS untuk produksi karet

    pada tahun 2011, maka hasil peramalan dengan model SARIMA ini lebih kecil

    daripada besarnya produksi karet hasil estimasi oleh BPS. Perbandingan produksi

    karet pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

    Gambar 3. Perbandingan Peramalan SARIMA dan Estimasi BPS untuk

    Produksi Karet di Indonesia (Ton) Tahun 2011

    0

    500,000

    1,000,000

    1,500,000

    2,000,000

    2,500,000

    3,000,000

    3,500,000

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

    350000

    Peramalan

    Estimasi BPS

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang

    diperoleh adalah sebagai berikut.

    1. Komoditas karet terpilih sebagai komoditas unggulan pertanian

    Indonesia berdasarkan hasil analisis tabel I-O Indonesia tahun 2005

    dan indeks komposit. Nilai indeks komposit komoditas karet berada di

    atas rata-rata indeks komposit dan merupakan yang tertinggi

    dibandingkan dengan nilai indeks komposit komoditas pertanian yang

    lain.

    2. Dengan menggunakan metode analisis ARIMA-SARIMA, model

    peramalan terbaik untuk komoditas unggulan karet adalah sebagai

    berikut.

    ( )( )( ) ( )

    5.2. Saran

    Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

    percepatan pembangunan agribisnis perkaretan nasional. Agribisnis perkaretan

    nasional merupakan bisnis berbasis usaha pertanian karet atau bidang lain yang

    mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Dalam sudut pandang

    akademik, agribisnis perkaretan nasional mempelajari tentang strategi

    memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan

    baku, kegiatan pascapanen, proses pengolahan, dan tahap pemasaran.

    Beberapa kebijakan yang dapat membantu percepatan pembangunan

    agribisnis perkaretan nasional adalah sebagai berikut.

    1. Penciptaan iklim investasi yang makin kondusif dengan cara

    pemberian kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan pajak (tax

    holiday), selama tanaman atau pabrik belum berproduksi pemberian

    rangsangan kepada perajin industri hilir karet untuk menghasilkan

    produk bernilai tambah tinggi dan mempunyai prospek pasar yang

  • cerah; penciptaan perangkat kepastian hukum dan keamanan baik

    untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan; penghapusan berbagai

    pungutan dan pemberian keringan beban yang memberatkan pelaku

    agribisnis karet; menghilangkan hambatan yang mengganggu

    mekanisme pasar melalui pemerataan pembangunan infrastruktur dan

    penciptaan regulasi yang kondusif bagi pembangunan perkebunan,

    misalnya melalui penyederhanaan prosedur/birokrasi dan keringanan

    pajak.

    2. Pengembangan sarana dan prasarana berupa jalan, jembatan,

    pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan sumber energi (tenaga

    listrik).

  • LAMPIRAN

  • Lampiran 1

    Backward Linkage (BL) dan Forward Linkage (FL) Komoditas Pertanian

    Indonesia

    No. Komoditas Pertanian BL FL

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    Padi

    Jagung

    Ketela pohon

    Ubi jalar

    Umbi-umbian lainnya

    Kacang

    Kedele

    Kacang-kacang lainnya

    Sayur-sayuran

    Buah-buahan

    Padi-padian dan bahan makanan lainnya

    Karet

    Tebu

    Kelapa

    Kelapa sawit

    Hasil tanaman serat

    Tembakau

    Kopi

    Teh

    Cengkeh

    Kakao

    Jambu mete

    Hasil perkebunan lainnya

    Hasil pertanian lainnya

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Susu segar

    1.35

    1.33

    1.20

    1.08

    1.18

    1.22

    1.32

    1.24

    1.21

    1.16

    1.27

    1.48

    1.43

    1.31

    1.53

    1.18

    1.79

    1.57

    1.30

    1.29

    1.32

    1.21

    1.69

    1.57

    1.37

    1.61

    1.41

    1.16

    1.06

    1.04

    1.09

    1.10

    1.09

    1.08

    1.09

    1.06

    1.01

    1.25

    1.12

    1.04

    1.09

    1.01

    1.01

    1.16

    1.01

    1.03

    1.03

    1.02

    1.04

    1.02

    1.19

    1.00

  • 27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Kayu

    Hasil hutan lainnya

    Ikan laut dan hasil aut lainnya

    Ikan darat dan hasil perairan darat

    Udang

    1.64

    1.32

    1.24

    1.25

    1.19

    1.31

    1.43

    1.13

    1.00

    1.09

    1.01

    1.07

    1.03

    1.12

    Sumber: BPS (diolah)

    Lampiran 2

    Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan Komoditas

    (IDK) Komoditas Pertanian Indonesia

    No. Komoditas Pertanian IDP IDK

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    Padi

    Jagung

    Ketela pohon

    Ubi jalar

    Umbi-umbian lainnya

    Kacang

    Kedele

    Kacang-kacang lainnya

    Sayur-sayuran

    Buah-buahan

    Padi-padian dan bahan makanan lainnya

    Karet

    Tebu

    Kelapa

    Kelapa sawit

    Hasil tanaman serat

    Tembakau

    Kopi

    0.96

    0.95

    0.85

    0.77

    0.84

    0.87

    0.94

    0.88

    0.86

    0.82

    0.90

    1.05

    1.02

    0.93

    1.09

    0.84

    1.28

    1.12

    1.01

    0.83

    0.76

    0.74

    0.78

    0.78

    0.78

    0.77

    0.78

    0.76

    0.72

    0.89

    0.80

    0.74

    0.77

    0.72

    0.72

    0.82

  • 19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Teh

    Cengkeh

    Kakao

    Jambu mete

    Hasil perkebunan lainnya

    Hasil pertanian lainnya

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Susu segar

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Kayu

    Hasil hutan lainnya

    Ikan laut dan hasil aut lainnya

    Ikan darat dan hasil perairan darat

    Udang

    0.93

    0.92

    0.94

    0.86

    1.20

    1.11

    0.98

    1.15

    1.17

    0.94

    0.88

    0.89

    0.84

    0.93

    1.02

    0.72

    0.74

    0.73

    0.73

    0.74

    0.72

    0.85

    0.71

    0.81

    0.71

    0.78

    0.72

    0.76

    0.73

    0.80

    Sumber: BPS (diolah)

    Lampiran 3

    Urutan Angka Pengganda Output Komoditas Pertanian Indonesia

    No. Komoditas Pertanian Output Multiplier

    17

    23

    27

    26

    18

    24

    15

    12

    13

    33

    Tembakau

    Hasil perkebunan lainnya

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Susu segar

    Kopi

    Hasil pertanian lainnya

    Kelapa sawit

    Karet

    Tebu

    Udang

    1.79

    1.69

    1.64

    1.61

    1.57

    1.57

    1.53

    1.48

    1.43

    1.43

  • 25

    1

    2

    21

    7

    28

    14

    32

    19

    20

    11

    30

    29

    8

    6

    22

    9

    3

    31

    16

    5

    10

    4

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Padi

    Jagung

    Kakao

    Kedele

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Kelapa

    Ikan darat dan hasil perairan darat

    Teh

    Cengkeh

    Padi-padian dan bahan makanan lainnya

    Hasil hutan lainnya

    Kayu

    Kacang-kacang lainnya

    Kacang

    Jambu mete

    sayur-sayuran

    Ketela pohon

    Ikan laut dan hasil aut lainnya

    Hasil tanaman serat

    Umbi-umbian lainnya

    Buah-buahan

    Ubi jalar

    1.37

    1.35

    1.33

    1.32

    1.32

    1.32

    1.31

    1.31

    1.30

    1.29

    1.27

    1.25

    1.24

    1.24

    1.22

    1.21

    1.21

    1.20

    1.19

    1.18

    1.18

    1.16

    1.08

    Sumber: BPS (diolah)

  • Lampiran 4

    Urutan Angka Pengganda Pendapatan Komoditas Pertanian Indonesia

    No. Komoditas Pertanian Income Multiplier

    12

    28

    27

    19

    17

    13

    9

    15

    26

    24

    33

    25

    18

    30

    20

    29

    14

    7

    22

    21

    1

    31

    32

    2

    6

    23

    10

    Karet

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Teh

    Tembakau

    Tebu

    Sayur-sayuran

    Kelapa sawit

    Susu segar

    Hasil pertanian lainnya

    Udang

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Kopi

    Hasil hutan lainnya

    Cengkeh

    Kayu

    Kelapa

    Kedele

    Jambu mete

    Kakao

    Padi

    Ikan laut dan hasil aut lainnya

    Ikan darat dan hasil perairan darat

    Jagung

    Kacang

    Hasil perkebunan lainnya

    Buah-buahan

    0.46

    0.37

    0.34

    0.33

    0.31

    0.31

    0.29

    0.28

    0.28

    0.28

    0.27

    0.24

    0.24

    0.22

    0.22

    0.21

    0.20

    0.20

    0.20

    0.19

    0.18

    0.17

    0.17

    0.15

    0.15

    0.15

    0.14

  • 16

    5

    11

    8

    3

    4

    Hasil tanaman serat

    Umbi-umbian lainnya

    Padi-padian dan bahan makanan lainnya

    Kacang-kacang lainnya

    Ketela pohon

    Ubi jalar

    0.14

    0.14

    0.13

    0.13

    0.11

    0.11

    Sumber: BPS (diolah)

    Lampiran 5

    Indeks Komposit Seluruh Komoditas Pertanian di Indonesia

    No. Komoditas Pertanian IK Ranking 1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    Padi

    Jagung

    Ketela pohon

    Ubi jalar

    Umbi-umbian lainnya

    Kacang

    Kedele

    Kacang-kacang lainnya

    Sayur-sayuran

    Buah-buahan

    Padi-padian dan bahan makanan lainnya

    Karet

    Tebu

    Kelapa

    Kelapa sawit

    Hasil tanaman serat

    Tembakau

    Kopi

    Teh

    Cengkeh

    0.135

    0.123

    0.109

    0.102

    0.111

    0.115

    0.125

    0.113

    0.129

    0.109

    0.113

    0.165

    0.143

    0.123

    0.144

    0.109

    0.158

    0.144

    0.134

    0.123

    12

    17

    32

    33

    29

    25

    16

    27

    15

    30

    28

    1

    8

    19

    6

    31

    2

    5

    14

    18

  • 21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    Kakao

    Jambu mete

    Hasil perkebunan lainnya

    Hasil pertanian lainnya

    Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar

    Susu segar

    Unggas dan hasil-hasilnya

    Hasil pemeliharaan hewan lainnya

    Kayu

    Hasil hutan lainnya

    Ikan laut dan hasil aut lainnya

    Ikan darat dan hasil perairan darat

    Udang

    0.121

    0.117

    0.136

    0.143

    0.135

    0.145

    0.157

    0.140

    0.122

    0.121

    0.114

    0.119

    0.139

    21

    24

    11

    7

    13

    4

    3

    9

    20

    22

    26

    23

    10

    Rata-Rata 0,128

    Sumber: BPS (diolah)

    Lampiran 6

    Uji Stasioneritas Data Bulanan Produksi Karet Indonesia

  • Lampiran 7

    Output Model ARIMA (1,0,1)(1,1,1)6

    Lampiran 8

    Output Model ARIMA (1,0,1)(1,1,0)6

  • Lampiran 9

    Output Model ARIMA (1,0,1)(0,1,1)6

    Lampiran 10

    Pengujian Asumsi Normalitas

  • Lampiran 11

    Pengujian Asumsi Homoskedatisitas

    Lampiran 12

    Pengujian Asumsi Non-Autokorelasi

  • Lampiran 13

    Peramalan Produksi Karet Indonesia Periode Januari 2011 Desember 2013

    Tahun Bulan Peramalan

    Produksi (Ton)

    Estimasi BPS

    Produksi (Ton)

    2011

    Januari 249,042.46 257,113

    Februari 212,746.33 230,852

    Maret 204,279.08 224,789

    April 219,454.52 234,300

    Mei 258,156.36 288,989

    Juni 292,153.21 330,025

    Juli 266,929.48 296,512

    Agustus 200,818.99 215,004

    September 190,494.98 203,022

    Oktober 238,873.49 265,428

    November 239,533.32 257,517

    Desember 265,523.67 284,876

    2012

    Januari 258,599.94 -

    Februari 217,331.83 -

    Maret 208,554.81 -

    April 229,266.92 -

    Mei 261,625.08 -

    Juni 294,286.81 -

    Juli 272,114.67 -

    Agustus 210,146.73 -

    September 200,080.68 -

    Oktober 243,845.72 -

    November 249,791.36 -

    Desember 276,894.19 -

    2013

    Januari 267,427.74 -

    Februari 222,707.84 -

    Maret 213,715.88 -

    April 238,272.15 -

    Mei 266,225.92 -

    Juni 297,960.68 -

    Juli 277,907.26 -

    Agustus 218,815.51 -

    September 208,928.57 -

    Oktober 249,490.47 -

    November 259,106.05 -

    Desember 286,981.27 -