pembahasan pencernaan 2
DESCRIPTION
pengertian tentang pencernaan, dan alat pencernaan pada ruminansiaTRANSCRIPT
ACARA V
PENCERNAAN
Tujuan Praktikum
Praktikum pencernaan bertujuan untuk mengetahui daya amilolitik
saliva, hidrolisis protein oleh enzim pepsin, hidrolisis protein, hidrolisis
amilum, dan hidrolisis lemak, serta mengetahui penurunan tegangan
permukaan, pigmen empedu (Fourchet) dan pigmen empedu (Gmelin).
Tinjauan Pustaka
Pencernaan merupakan proses pengubahan bahan organik
menjadi senyawa-senyawa sederhana dengan penyusunnya melalui
proses hidrolisis enzimatik yang terjadi pada saluran pencernaan.
Hidrolisis pada makronutrien tidak terjadi secara spontan, tetapi bertahap
dan membentuk beberapa hasil. Proses ini diperlukan untuk
menghasilkan molekul-molekul kecil yang mudah larut dalam air sehinga
dapat diserap melalui dinding usus halus. Absorbsi merupakan kelanjutan
dari proses digesti dalam pemanfaatan bahan makanan oleh tubuh
(Sumardjo, 2009).
Sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan
pada hewan lainnya. Unggas tidak memiliki gigi sehingga tidak terjadi
proses pengunyahan pakan. Pakan akan melewati esofagus dan
langsung menuju tembolok. Pakan di dalam tembolok akan mendapatkan
sekreta mukus yang berfungsi untuk menghaluskan pakan. Setelah
melewati tembolok, pakan menuju lambung kelenjar (proventrikulus) yang
merupakan organ berdinding tebal dan berada di depan lambung otot
(gizzard). Pakan disimpan secara sementara di proventrikulus dan
dicampur dengan enzim pepsin dan amilase yang dihasilkan oleh organ
tersebut. Setelah itu, pakan masuk ke lambung otot, yang merupakan
organ tersusun dari otot yang kuat, yang berisi bebatuan atau pasir, dan
di dalamnya pakan akan dihancurkan. Pakan kemudian berpindah
menuju usus halus, sekum dan usus besar, dan berakhir di kloaka.
Sistem pencernaan pada unggas tergolong cepat karena hanya
membutuhkan waktu cerna 2,5 jam pada ayam petelur dan 8-12 pada
ayam lain (Scanes et al, 2004).
Hewan ruminansia sistem pencernaannya termasuk poligastrik
karena memiliki lambuk jamak, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum. Pencernaan ruminansia dimulai dari mulut yang didalamnya
terjadi pencernaan mekanik dengan menggunakan gigi dan kimuawi oleh
enzim, setelah itu makanan akan masuk ke kerongkongan. Makanan dari
kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan
protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang
dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk
menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus
akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari
mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan
bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum,
yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim (Niwinska, 2012).
Karbohidrat sebelum dapat dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, maka harus dipecah menjadi senyawa yang lebih
sederhana untuk dapat melewati dinding usus, kemudian masuk ke
sirkulasi darah. Proses pencernaan karbohidrat dilakukan dengan
bantuan enzim, yaitu enzim amilase atau ptialin dan disakharidase. Mulut
mengandung enzim amilase saliva yang disekresikan oleh kelenjar
submandibularis, sublingualis, dan parotis. Enzim amilase saliva akan
mengubah karbohidrat menjadi dekstrin. Pada usus halus terdapat enzim
amilase pankreas yang dihasilkan oleh pankreas. Enzim amilase
pankreas mengubah karbohidrat menjadi disakarida (Mark and Smith,
1996).
Pencernaan protein dimulai di lambung oleh enzim pepsin dan
disekresikan dalam bentuk tidak aktif oleh pepsinogen. yang dengan
bantuan HCl mengaktifkan pepsin. Pepsin memecah protein menjadi
polipeptida. Pencernaan protein berlanjut di usus halus, tepatnya pada
bagian duodenum. Enzim-enzim pankreas, yaitu tripsin, kimotripsin, dan
karboksipeptidase disekresikan dalam bentuk inaktif. Enzim enterokinase
akan mengubah tripsinogen menjadi tripsin dan kemudian tripsin akan
mengaktifkan enzim yang lain. Enzim-enzi tersebut akan mengubah
polipeptida menjadi asam amino (James et al., 2002).
Pencernaan lemak hanya terjadi di usus halus oleh enzim lipase
pankreas. Lemak dan produk pencernaannya tidak larut dalam air,
membentuk globul besar pada usus. Enzim lipase tidak mampu mencerna
globul besar tersebut, sehingga empedu disekresikan dari hati ke
duodenum. Empedu adalah cairan yang terdiri dari ion-ion, garam
empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, dan mukus. Garam empedu
akan mengemulsikan lemak, sehingga memecah globul lemak menjadi
droplet yang lebih kecil. Liase kemidian memecah lemak menjadi asam
lemak bebas dan monogliserida (James et al., 2002).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung
reaksi, pipet tetes, gelas ukur, kompor spritus, kertas saring, penangas air
37°C, corong, labu Erlemeyer, mangkuk, dan droplet.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah larutan NaCl 0,2%, saliva encer, air bersih, larutan amilum 1%,
larutan lod, larutan Benedict, larutan HCl encer, karmen fibrin, larutan
pepsin, larutan HCl 0,4%, larutan HCl pekat, larutan akstrak pankreas
netral, kongo merah fibrin, Na2CO3 2%, larutan empedu, susu, fenol red,
serbuk belerang, larutan MgSO4, larutan BaCl2 10%, Reagen Fouched,
dan larutan HNO3 pekat.
Metode
Fungsi Saliva dalam Mulut
Uji daya amilolitik saliva. Air bersih digunakan untuk dikumur-
kumur kemudian kumuran tersebut ditambah dengan 20 ml 0,89% NaCl,
setelah itu kumuran ditampung dalam erlenmeyer lalu digojok dan
disaring sehingga diperoleh saliva encer. Tiga buah tabung reaksi
masing-masing diisi 2,5 ml saliva encer. Tabung I dididihkan lalu
dinginkan segera dan ditambahkan ke dalamnya 2,5 ml amilum 1%.
Tabung II diisi 2,5 ml saliva ditambah dengan 2,5 ml HCl encer dan
ditambahkan lagi dengan 2,5 ml amilum 1%. Tabung III diisi 2,5 ml saliva
ditambah dengan 2,5 ml amilum 1%. Ketiga tabung secara bersamaan
diletakkan pada penangas air 37oC selama 10 menit. Ketiga larutan
dalam tabung diuji Yod, kemudian uji benedict. Jika hasil ujinya positif,
maka ketiga tabung diuji dengan osazon.
Pencernaan dalam Lambung
Uji hidrolisis protein oleh pepsin. Disiapkan tiga tabung reaksi.
Tabung I diisi dengan 1 ml pepsin, kemudian ditambahkan 1 ml HCl 0,4%
dan 1 potong fibrin karmen. Tabung II diisi 1 ml air ditambah dengan 1 ml
HCl 0,4% dan 1 potong fibrin karmen. Tabung III diisi 1 ml pepsin
dididihkan selama 1 menit dan didinginkan, setelah itu ditambah dengan 1
ml HCl 0,4% dan ditambahkan pula 1 potong fibrinkarmen. Ketiga rabung
reaksi diletakkan pada penangas air dengan suhu 37oC selama 10 menit,
kemudian diamati.
Pencernaan oleh Pankreas
Uji hidrolisis protein. Tabung I diisi dengan 1 ml ekstrak
pankreas netral ditambah dengan 2 tetes Na2CO3 2% dan 1 potong kongo
merah fibrin. Tabung II diisi 1 ml ekstrak pankreas netral ditambah
dengan 2 tetes Na2CO3 2% dan 1 potong kongo merah fibrin, kemudian
ditambahkan lagi 2 tetes larutan empedu. Tabung III diisi 1 ml air
ditambah dengan 2 tetes Na2CO3 2% dan 1 potong kongo merah fibrin.
Ketiga tabung diletakkan pada penangas air dengan suhu 37oC selama
10 menit kemudian diamati yang terjadi.
Uji hidrolisis amilum. Disiapkan tiga tabung reaksi. Tabung I diisi
dengan 1 ml ekstrak pankreas netral, 2 tetes Na2CO3 2%, dan 1 ml
amilum 1%, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit, lalu
diuji Iod. Tabung II diisi dengan 1 ml ekstrak pankreas netral, 2 tetes
Na2CO3, dan 1 ml amilum 1% serta ditambahkan 2 tetes larutan empedu,
kemudian diletakkan pada penangas air dengan suhu 37oC selama 10
menit, lalu diuji Iod. Tabung III diisi dengan 1 mkl air, 2 tetes Na2CO3 2%,
dan 1 ml amilum 1%, kemudian diletakkan pada penangas air dengan
suhu 37oC selama 10 menit, lalu diamati yang terjadi.
Uji hidrolisis lemak. Disiapkan tiga tabung reaksi. Tabung I diisi
dengan 2 ml susu lalu ditambahkan dengan 1 ml ekstrak pankreas netral
dan 4 tetes fenol red, setelah itu ditambahkan pula Na2CO3 2% sebanyak
4 tetes sampai larutan berwarna merah muda, kemudian diinkubasi pada
suhu 37oC selama 10 menit. Tabung II, 2 ml susu ditambah dengan 1 ml
ekstrak pankreas netral dan 2 tetes larutan empedu, setelah itu
ditambahkan pula 4 tetes fenol red dan 4 tetes Na2CO3 2% sampai larutan
berwarna merah muda, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 10
menit. Tabung III, 2 ml susu ditambah dengan 1 ml air dan 4 tetes fenol
red, kemudian ditambahkan juga Na2CO3 2% sebanyak 4 tetes sampai
larutan berwarna merah muda, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 10 menit.
Fungsi Empedu
Uji penurunan tegangan muka oleh garam kholat. Disiapkan
dua tabung. Tabung I diisi dengan 2 ml air dan ditambahkan serbuk
belerang. Tabung II diisi 2 ml empedu ditambah dengan serbuk belerang,
kemudian diamati perubahan yang terjadi pada kedua tabung tersebut
diamati.
Uji Fouchet. Larutan empedu sebanyak 0,5 ml masak ditambah
dengan 2 ml aquades dan ditambah pula dengan 2 tetes MgSO4 dan 0,5
ml BaCl2 10% kemudian dimasak sampai terbentuk endapan. Endapan
pada kertas saring ditetesi dengan 1 tetes reagen Fouchet.
Uji Gmelin. Larutan HNO3 pekat 3 ml ditambah dengan 1 ml
empedu melalui dinding tabung, setelah itu diamati perubahan yang
terjadi pada larutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fungsi saliva dalam mulutUji Daya Amfolitik Saliva. Preparasi sampel bertujuan untuk
memperoleh saliva yang akan digunakan dalam praktikum. Preparasi sampel menggunakan larutan NaCl untuk merangsang kelenjar saliva mengsekresikan saliva (enzim amilase saliva). Sekresi saliva dapat dirangsang oleh rangsangan reflek, rangsangan mekanik dan rangsangan kimiawi (Poedjiadi, 1996).
Saliva sebagai sumber enzim dan amilum sebagai substrat. Endapan merah bata menandakan terjadi hidrolisis amilum menjadi maltosa atau glukosa. Endapan merah bata terbentuk karena Cu++ pada reagen bennedict direduksi oleh gugus reduksi pada monosakarida menjadi Cu+
.
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil:Tabel.1 Hasil Uji Daya Amilolitik Saliva
Tabung Hasil
Saliva + amilum, lalu dididihkan Tidak ada endapan merah bata
Saliva + HCl + amilum Tidak ada endapan merah bata
Saliva + amilum Endapan merah bata
Tabung pertama, setelah dilakukan uji Benedict tidak terbentuk
endapan merah bata yang menandakan bahwa larutan tidak terhidrolisis
karena adanya pemanasan menyebabkan enzim saliva rusak sehingga
tidak dapat menghidrolisis protein. Peningkatan suhu dapat menyebabkan
enzim rusak karena enzim tersebut mengalami denaturasi, sehingga
enzim tersebut tidak dapat bekerja lagi (Lehninger, 2000).
Tabung kedua setelah dilakukan uji Benedict tidak terbentuk
endapan merah bata yang manandakan sedikit terjadi hidrolisis karena
dengan penambahan HCl dapat menghambat kerja enzim. Penambahan
HCl dapat menurunkan pH karena HCl bersifat asam, padahal enzim
petialin bekerja pada pH yang cenderung netral yaitu 5,75 sampai 7,05
(Poedjiadi, 1996).
Tabung ketiga setelah diuji Iod dan hasilnya warna larutan sama
dengan kontrol, maka dilakukan uji Benedict. Hasilnya setelah dilakukan
uji benedict adalah terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata
adalah endapan Cu2O yang merupakan hasil reduksi Cu++ yang berasal
dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ oleh glukosa yang berasal dari hasil
hidrolisis amilum oleh enzim ptialin (Winarno, 2003).
Pencernaan dalam lambung
Hidrolisis protein oleh pepsin. Hidrolisis protein oleh pepsin
bertujuan untuk mengetahui kemampuan enzim pepsin dalam
menghidrolisis protein. Pepsin sebagai sumber enzim, HCl sebagai
pesuasanan asam, dan fibrin karmen sebagai substrat. Prinsip kerjanya
adalah hidrolisis protein pada fibrin karmen oleh pepsin yang diaktifkan
oleh HCl menjadi molekul lebih sederhana yang akan membuat larutan
berwarna merah serta fibrin karmen menjadi lebih kecil.
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil :
Tabel 2. Hasil uji hidrolisis protein oleh pepsin
Tabung Hasil
Pepsin + HCl + fibrin karmen Terjadi hidrolisis protein
Air + HCl + fibrin karmen Tidak terjadi hidrolisis protein
Pepsin (dididihkan) + HCl + fibrin karmen Tidak terjadi hidrolisis protein
Tabung pertama, hasilnya adalah terjadi hidrolisis protein karena
suasana asam dengan adanya penambahan HCl sehingga pepsin aktif.
Pepsin adalah suatu enzim yang dapat memecah molekul protein menjadi
pepton dan proteosa. Pepsinogen diubah menjadi pepsin yang aktif
dengan adanya asam HCl.
Pepsinogen HCl Pepsin
(Poedjiadi, 1996).
Tabung kedua, hasilnya adalah fibrin karmen tidak mengalami
reaksi. Tidak terjadinya reaksi sehingga fibrin karmen mengindikasikan
bahwa karmen fibrin tidak mengalami hidrolisis karena tidak adanya
enzim pepsin yang dapat menghidrolisis protein. Penambahan air tidak
dapat membantu proses hidrolisis karena air bukanlah enzim (Poedjiadi,
1996).
Tabung ketiga, hasilnya adalah tidak terjadi reaksi, fibrin karmen
utuh. Tidak terjadi reaksi karena pemanasan mengakibatkan enzim
pepsin rusak sehingga tidak terjadi hidrolisis protein. Ketika temperatur
naik terlalu tinggi atau diturunkan, maka akan terjadi denaturasi yang
mengakibatkan kecepatan reaksi menjadi turun (Tillman, 1999).
Pencernaa oleh pancreas
Uji hidrolisis protein. Hidrolisis protein bertujuan untuk
mengetahui kemampuan enzim protease pankreas dalam menghidrolisis
protein. Prinsip kerja hidrolisis protein adalah ekstrak pankreas sebagai
sumber enzim protease, kongo merah fibrin sebagai substrat dan Na2CO3
sebagai suasana basa.pemberian Na2CO3 sebagai pesuasana basa
karena enzim tripsin dan khimotripsin bekerja optimal pada suasana
basa. Enzim amilase pankreas akan menghidrolisis amilum atau pati
menjadi senyawa- senyawa yang lebih kecil, seperti glukosa. Pemanasan
pada suhu 37ºC dimaksudkan untuk mengkondisikan seperti keadaan
suhu tubuh (Poedjiadi, 1996).
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil:
Tabel 3. Hasil uji hidrolisis protein
Tabung Hasil
Ekstrak pankreas + Na2CO3+
kongo merah fibrin
Kongo merah fibrin mengembang
larutan berwarna putih keruh
Ekstrak pankreas + Na2CO3 + kongo
merah fibrin + larutan empedu
Kongo merah fibrin mengembang
larutan berwarna kuning keruh
Air + Na2CO3 + kongo merah fibrin Kongo merah fibrin tidak
mengembang, larutan bening
Tabung pertama menunjukkan larutan berwarna putih keruh dan
kongo merah fibrin mengembang, pada tabung kedua warna larutan
berwarna kuning keruh dengan kongo merah fibrin mengembang, dan
pada tabung ketiga larutan warnanya tetap bening dan kongo merah fibrin
tidak mengembang. Menurut Campbell (2004), pankreas menghasilkan
beberapa enzim hidrolitik dan larutan alkali yang kaya akan bikarbonat.
Bikarbonat itu bekerja sebagai dapar (buffer) yang menetralisasi
keasaman “chyme” dari lambung. Enzim tersebut di antaranya tripsin,
khimotripsin, dan karboksipeptidase. Pankreas menyekresikan enzim
pencerna-protein dalam bentuk inaktif ke dalam lumen duodenum. Enzim
yang disebut enteropeptidase, yang terikat dengan epitelium usus halus,
mengubah tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin tersebut kemudian akan
mengaktifkan prokarboksipeptidase dan khimotripsinogen.
Hidrolisis Amilum. Uji hidrolisis amilum bertujuan untuk
mengetahui kemampuan enzim amilase pankreas dalam menghidrolisis
amilum. Prinsip kerja uji hidrolisis amilum adalah ketika uji benedict gugus
reduksi yang ada pada karbohidrat (aldehid dan keton) dalam keadaan
bebas Cu++ akan direduksi oleh Reagen Benedict menjadi Cu+, dimana
Cu+ akan membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah bata.
Hidrolisis amilum dapat menghasilkan oligosakarida yang dinamakan
dekstrin. Tiga buah dekstrin yang penting sebagai hasil antara hidrolisis
amilum adalah amilodekstrin yang dengan iod memberikan warna ungu,
eritrodekstrin yang dengan iod memberikan warna merah, dan
akrodekstrin yang dengan iod tidak berwarna (Mark et al., 1996).
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil :
Tabel 4. Hasil uji hidrolisis amilum
Tabung Hasil
Ekstrak pankreas + Na2CO3+
amilum
Terbentuk endapan merah bata
Ekstrak pankreas + Na2CO3 +
amilum + larutan empedu
Terbentuk endapan merah bata
lebih banyak
Air + Na2CO3 + amilum Tidak terbentuk endapan merah
bata
Tabung pertama yang diuji dengan uji benedict menghasilkan
endapan merah bata, hal ini menunjukkan hasil uji benedict positif yang
membuktikan terjadinya hidrolisis amilum menjadi maltosa atau glukosa.
Tabung kedua, yang diuji Iod dan Benedict terbentuk endapan merah
bata yang lebih banyak. Uji iod menghasilkan larutan yang tetap berwarna
ungu, hal ini berarti hidrolisis amilum mencapai tahap amilodextrin. Uji
benedict menunjukkan hasil positif dan endapan merah bata yang
terbentuk lebih banyak karena penambahan larutan empedu membuat
hidrolisisnya lebih sempurna. Tabung ketiga yang diuji Benedict tidak
terjadi adanya perubahan warna atau tidak terjadi hidrolisis karena tidak
ada enzim (ekstrak pankreas) yang dapat menghidrolisis protein. Menurut
McGilvery and Goldstein (1996), amilum dapat dihidrolisis sempurna
dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis
juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam ludah dan
dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita oleh enzim
amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa.
Hidrolisis lemak. Uji hidrolisis lemak bertujuan untuk mengetahui
kemampuan enzim lipase pankreas dalam menghidrolisis lemak. Prinsip
kerja uji hidrolisis lemak ini adalah larutan berwarna merah akan berubah
menjadi kuning yang menunjukkan adanya hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. susu berperan sebagai substrat, ekstrak pankreas
sebagai sumber enzim, larutan empedu sebagai pengemulsi lemak,
sedangkan fenol red sebagai indikator. Penambahan Na2CO3 berfungsi
untuk menyesuaikan basa larutan karena cairan pankreas dapat bekerja
optimal pada suasana basa (Poedjiadi, 1996).
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil:
Tabel 5. Hasil uji hidrolisis lemak
Tabung Hasil
Susu + ekstrak pankreas + fenol red +
Na2CO3
Merah, diinkubasi menjadi
warna kuning
Susu + larutan empedu + ekstrak
pankreas + fenol red + Na2CO3
Merah, diinkubasi menjadi
warna kuning
Susu + air + fenol red + Na2CO3 Kuning
Hasil pada tabung pertama adalah larutan warna merah berubah
menjadi kuning ketika diinkubasi 37ºC. Hal tersebut menunjukkan
terjadinya hidrolisis lemak oleh lipase pankreas menjadi asam lemak dan
gliserol. Tabung kedua warna larutan yang semula merah setelah
diinkubasi berubah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan adanya hidrolisis
lemak yang lebih sempurna karena penambahan larutan empedu yang
mengemulsikan lemak sehingga lemak menjadi molekul yang lebih kecil,
sedangkan pada tabung ketiga warnanya tetap kuning, hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hidrolisis lemak karena tidak terdapat
enzim. Menurut Poedjiadi (1996), warna larutan menjadi kuning keruh
karena terjadi hidrolisis lemak oleh enzim lipase pankreas menjadi asam
lemak dan gliserol.
Fungsi empedu
Penurunan tegangan permukaan oleh garam kholat. Uji
penurunan tegangan permukanaan oleh garam kholat bertujuan untuk
mengetahui kemampuan garam kholat dalam menurunkan tegangan
permukaan. Prinsip kerja dari Uji penurunan tegangan permukanaan oleh
garam kholat adalah pada cairan empedu terdapat garam Kholat yang
salah satu fungsinya dalah menurunkan tegangan permukaan. Jika cairan
empedu diberi potongan belerang maka potongan belerang tersebut akan
tenggelam.
Berdasarkan uji yang dilakukan, diperoleh hasil:
Tabel 6. Hasil uji penurunan tegangan permukaan oleh garam Kholat
Tabung Hasil
Aquades + serbuk belerang Serbuk belerang tidak
tenggelam
Larutan empedu + serbuk belerang Serbuk belerang tenggelam
Tabung pertama, serbuk belerang tetap berada di atas permukaan
air karena tidak terdapat empedu yang dapat menurunkan tegangan
permukaan. Air tidak dapat menurunkan tegangan permukaan, sehingga
serbuk belerang mengapung di permukaan (Poedjiadi, 1996).
Tabung kedua hasinya adalah serbuk belerang turun ke dasar
tabung. Empedu ini menyebabkan serbuk belerang mengendap yang
menunjukkan bahwa di dalam empedu mengandung garam kholat yang
dapat menurunkan tegangan muka. Empedu merupakan getah yang
dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantong empedu sebelum
disekresikan. Empedu mengandung garam Na dan K dari asam glikholat
dan tavrokholat, pigmen biliverdin dan bilirubin. Garam empedu
digunakan untuk mengaktifkan lipase pankreas dalam mengemulsikan
lemak (Ganong, 2003).
Uji pigmen empedu (metode gmelin). Ujipigmen empedu
(metode gmelin) bertujuan untuk mengetahui piegmen-pigmen empedu
dengan metode Gmelin. Prinsip kerjanya adalah terbentuk cincin warna
ungu yang terdiri dari warna hijau, biru, ungu, merah, dan kuning
kemerahan. Cincin warna terbentuk karena HNO3 pekat mengoksidasi
pigmen empedu.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil:
Tabel 6. Hasil uji pigmen-pigmen empedu metode Gmelin
Tabung Hasil
3mL HNO3 + 1mL empedu melalui
dinding
Terbentuk lapisan berwarna
hijau kekuningan
Pada uji gmelin hasil yang di dapatkan terbentuk lapisan berwarna
hijau kekuningan yang disebabkan oleh HNO3 mengoksidasi pigmen
empedu. Menurut Poedjiadi (1996), pigmen empedu bereaksi dengan
HNO3 pekat maka terjadi proses hidrolisis, yaitu HNO3 pekat
mengoksidasi pigmen empedu sehingga menghasilkan cincin warna yang
terdiri dari warna hijau, biru, ungu, merah dan kuning kemerahan.
Uji fouchet. Uji pigmen-pigmen empedu (metode Fouchet)
bertujuan untuk mengetahui pigmen empedu menggunakan metode
Fouchet. Prinsip kerjanya adalah reagen Fouchet mengoksidesi pigmen
empedu bilirubin menjadi biliverdin yang berwarna hijau kekuningan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil:
Tabel 7. Hasil uji pigmen-pigmen empedu metode Fouchet
Tabung Hasil
Empedu dumasak + MgSO4 + BaCi2
10%
Endapan BaSO4 putih + empedu
menjadi hijau
Endapan pada kertas saring + larutan
Fouchet
Warna endapan dari hijau
avocado menjadi hijau kebiruan
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil yaitu endapan BaSO4
berwarna putih namun ketika ditambahkan larutan empedu, warna
berubah menjadi hijau kebiruan karena reagen fouchet mengoksidasi
bilirubin menjadi billiverdin. Menurut Poedjiadi (1996) Perubahan warna
tersebut disebabkan oleh adanya reaksi antara MgSO4 dan BaCl2. Reaksi
tersebut sebagai berikut.
MgSO4 + BaCl2 MgCl2 + BaSO4
Bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin sehingga warnanya menjadi
hijau. Menurut Oman (1995), di dalam empedu terkandung garam-garam
organik, garam-garam mineral, kholesterol dan zat warna bilirubin dan
biliverdin. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa empedu memiliki pigmen warna hijau muda yaitu
bilirubin yang apabila dioksidasi menjadi biliverdin warnanya akan
berubah menjadi biru kehijauan.
KESIMPULAN
Berdasarkan prektikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa enzim amilase saliva dalam mulut dapat menghidrolisis amilum
menjadi maltosa atau glukosa, pencernaan dalam lambung enzim pepsin
yang diaktifkan HCl dari peptidase dapat menghidrolisis protein menjadi
pepton. Pada pencernaan dalam enzim protease pankreas dapat
menghidrolisis protein menjadi polopeptoda, enzim amilase pankreas
menghidrolisis amilum menjadi maltosa atau glukosa yang ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata, enzim lipase dapat
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Fungsi empedu
dapat menurunkan tegangan permukaan, terdapat pigmen empedu
biliverdin dengan metode Fouchet, terdapat pigmen empedu dengan
metode Gmelin ditandai terbentuknya cincin warna.
DAFTAR PUSTAKA
Champbell, N., J.B. Reece., and Mitchell L. 2002. Biologi Edisi Kelima
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Ganong, F.W. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
James, Joyce, Colin Baker, dan Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lehninger, A.L. 2000. Biochemistry. Worth Publishers, Inc. New York-USA.
Marks, Dawn B., Allan D. Marks, and Colleen M. Smith. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Dasar. Penerbit EGC. Jakarta.
Niwinska, Barbara. 2012. Digestion in Ruminants. Licensee InTech. 15: 246-252.
Oman, K. 1995. Biologi Umum. Ganeca Exact: Bandung.
Poedjiadi, A dan. 1996. Dasar–dasar Biokimia Edisi Revisi. UI Press. Jakarta.
Sacher, R. A. and Richard A. M. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Scanes CG, George B, Ensminger M. 2004. Poultry Sci. Ed ke-4. Illinois: Interstate Publisher. hlm 28-32.
Winarno, F.G. 2003. Enzim Pangan. Gramedia. Yogyakarta.