pembagian hadits secara umum berdasarkan kualitas dan kuantitas rawi

Click here to load reader

Upload: fakhri-cool

Post on 21-May-2015

11.977 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

  • 1.

2. PEMBAGIAN HADITS SECARA UMUMBERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS RAWI Pembagian Hadits berdasarkan Kuantitas Rawi Hadits ditinjau dari segi sedikit banyaknya rawi yang menjadi sumber berita terbagi pada dua macam, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. 1. Hadits mutawatir Mutawatir, menurut bahasa, adalah isim fail musytaq dari Attawatur artinya At-tatabu (berturut-turut). Adapun hadits mutawatir menurut istilah ulama hadits adalah : Khabar yang didasarkan pada pancaindra yang dikabarkan oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersepakat untuk mengkabarkan berita itu dengan dusta. 3. Syarat-syarat Hadits Mutawatir Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indera, yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar-benar hasil pendengaran atau penglihatan sendiri. Jumlah rawinya harus mencapai kuantitas tertentu sehingga tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta. Dengan demikian, jumlahnya adalah relatif, tidak ada batas tertentu. Menurut Abu Ath-thayib jumlah perawinya empat orang, Ashhab As-SyafiI menyatakan lima orang, dan ulama lain menyatakan mencapai 20 atau 40 orang. Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dalam Thabaqah pertama dengan jumlah rawi dalam Thabaqah berikutnya. Klasifikasi Hadits Mutawattir Hadits Mutawattir Lafdzi Hadits Mutawtiir Manawi Hadits Mutawatir 'Amali 4. 2. Hadits Ahad Hadits ahad adalah hadits yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat mutawatir. Hal ini dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits berikut ini : Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir Klasifikasi Hadits Ahad Hadits Masyhur Hadits Aziz Hadits Gharib Kedudukan hadits Ahad dan Pendapat Ulama tentang Hadits Ahad Golongan Ulama, seperti Al-Qasayani, sebagian ulama Dhahiriyah dan Ibnu Dawud, mengatakan bahwa kita tidak wajib beramal dengan hadits ahad. Jumhur ulama ushul menetapkan bahwa hadits ahad memberi faedah dhan. Oleh karena itu, hadits ahad wajib diamalkan sesudah diakui kesahihannya. Sebagian ulama menetapkan bahwa hadits ahad diamalkan dalam segala bidang. 5. * 1. Hadis Sahih Sahih menurut lughat adalah lawan dari saqim, artinya sehat lawan sakit, haq lawan batil. Menurut ahli hadis, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, dikutif oleh orang yang adil cermat dari orang yang sama, sampai berakhir pada rasulullah SAW., atau sahabat atau tabiin, bukan hadis yang syad (kontroversi) dan terkena illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaannya. Dalam definisi lain, hadis sahih adalah: Hadis yang dinukilkan (diriwayatkan) oleh rawi-rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, beriilat, dan tidak janggal. * Syarat-Syarat Hadis Sahih Rawinya bersifat adil Rawinya bersifat dhabit Sanadnya bersambung Tidak berillat Tidak Syadz (janggal) 6. Klasifikasi Hadis Sahih Sahih li dzatih Sahih li ghairih Martabat Hadis Sahih Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang bersanad ashahul asanid, kemudian berturut-turut sebagai berikut: Hadis yang disepakati Bukhari Muslim Hadis yang disepakati imam Bukhari sendiri Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim sendiri Karya-Karya yang Hanya Memuat Hadis Sahih 1. Shahih Bukhari 2. Shahih Muslim 3. Mustadrak al-Hakim 4. Shahih Ibnu Hibban 5. Shahih Ibnu Khuzaimah 7. Hadis Hasan a. Pengertian Hadis Hasan Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari Al-Husna, artinya bagus. Menurut Ibnu Hajar, hadis hasan adalah. Khabar ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syadz. b. Klasifikasi Hadis Hasan Hadis hasan terbagi atas : hasan lidzatih adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis hasan hasan ligairih adalah hadis dhaif yang bukan dikarenakan rawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi dan syahid. c. Kedudukan Hadis Sahih dan Hasan dalam Berhujjah d. Kitab-kitab yang Mengandung Hadis Hasan Fami At-Tirmidzi, dikenal dengan sunan At-Tirmidzi, merupakan sumber untuk mengetahui hadis hasan. Sunan Abu Dawud Sunan Ad-daruquthi 8. Hadis Dhaif Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat). Adapun menurut Muhaditsin hadis dhaif adalah semua hadis yang tidak trkumpul padanya sifat-sifat bagi hadis yang diterima dan menurut kebanyakan pendapat ulama, hadis dhaif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadis sahih dan hasan. Hadits yang tidak sampai pada derajat Hasan. Klasifikasi Hadis Dhaif Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadis dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan. Sebab-sebab tertolaknya hadis dari jurusan sanad adalah: Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun ke dhabitannya Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain. 9. Adapun cacat pada keadilan dan ke dhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu sebagai berikut: Dusta Tertuduh dusta Fasik Banyak salah Lengah dalam menghapal Menyalahi riwayat orang kepercayaan Banyak waham (purbasangka) Tidak diketahui identitasnya Pennganut bidah Tidah baik hafalannya. Klasifikasi Hadis Dhaif Berdasarkan Cacat pada Keadilan dan Ke Dhabitannya Rawi Hadis Maudhu Hadis Munkar Hadis Syadz 10. Klasifikasi hadis Berdasarkan gugurnya Rawi Hadis Muallaq Hadis Mudhal Hadis Mursal Hadis Mudallas 11. KLASIFIKASI BERDASARKAN KUANTITAS RAWI Hadits Marfu Hadits Marfu adalah perkataan, perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., baik sanad hadits tersebut bersambungsambung atau terputus-putus, baik yang menyandarkan hadits itu sahabat maupun lainnya. Marfu artinya yang diangkat, yang dimajukan, yang diambil, yang dirangkaikan, yang disampaikan. Hadits Mauquf Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir. Contohnya: Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu sore jangan menunggu datangnya pagi hari, dan bila kau berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore hari. Ambillah dari waktu sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu. (HR. Bukhari) 12. Hadits Maqthu Hadits Maqthu adalah hadits yang disandarkan kepada tabiin atau orang sebawahnya, baik perkataan atau perbuatan. Dari segi bahasa, berarti hadits yang terputus. Contohnya ialah perkataan Haram bin Jubair, seorang tabiin besar, ujarnya: Orang mukmin itu bila telah mengenal tuhanya azza wajalla, niscaya iamencintainya dan bila ia mencintainya Allah menerimanya. 13. SEKIAN KASIHDANTERIMA