pemanfaatan sempadan tukad badung sebagai setting kegiatan rekreasi publik kota denpasar

Upload: agungardy

Post on 07-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    1/77

     

    TESIS

    PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNGSEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK

    KOTA DENPASAR

    NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    2/77

     

    TESIS

    PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNGSEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK

    KOTA DENPASAR

    NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA

    NIM 1191861013

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014 

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    3/77

     

    PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNG

    SEBAGAI SETTING KEGIATAN REKREASI PUBLIK

    KOTA DENPASAR

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    pada Program Magister, Program Studi Arsitektur,

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    NYOMAN GEMA ENDRA PERSADA

    NIM 1191861013

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA2014 

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    4/77

     

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 13 OKTOBER 2014

    Mengetahui

    Pembimbing I

    Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD

    NIP. 19601204 198803 1 003

    Pembimbing II

    I Nym Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D 

    NIP. 19740911 200012 1 001

    Ketua Program Studi Magister ArsitekturProgram Pascasarjana

    Universitas Udayana

    G.A.M. Suartika, ST., MengSc., Ph.D

    NIP. 19691018 199412 2 001

    Direktur

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana

    Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K)

    NIP. 19590215 198510 2 001

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    5/77

     

    Tesis Ini Telah Diuji pada

    Tanggal 18 September 2014

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

    Nomor 3529/UN14.4/HK/2014, Tanggal 17 September 2014

    Ketua:

    Gusti Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D

    Anggota :

    1.  Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD

    2.  I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D

    3.  Gusti Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D

    4.  Dr.Ir.I Made Adhika,MSP

    5.  Ni Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MEngSc., PhD

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    6/77

     

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    NAMA : Nyoman Gema Endra Persada

    NIM : 1191861013

    PROGRAM STUDI : Pascasarjana/Program Studi Arsitektur

    JUDUL TESIS : Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung sebagai

    Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis bebas plagiat.

    Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

    saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010

    dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

    Denpasar, 13 Oktober 2014

    Yang membuat pernyataan,

    Nyoman Gema Endra Persada

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    7/77

     

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

    karena atas rahmat-Nya, tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

    Proposal tesis ini mengetengahkan judul “Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung

    sebagai setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar”.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr.

    Ketut Suastika, Sp. PD (K.EMD), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

    kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister

    di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Direktur

    Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr.

    A.A. Raka Sudewi, S.p.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

    untuk menjadi mahasiswa Program Magister di Program Pascasarjana Universitas

    Udayana.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Gusti

    Ayu Made Suartika, ST., MengSc., Ph.D selaku Ketua Program Magister

    Arsitektur dan dosen penguji yang dengan penuh perhatian telah memberikan

    dorongan, bimbingan, arahan dan saran selama penulis mengikuti program

    magister Terima kasih pula sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak  

    Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD dan Bapak   I Nyoman Widya

    Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh

    perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, semangat, serta

    motivasi yang besar kepada penulis. 

    Penulisan dan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan

    maupun saran dari para penguji tesis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Made Adhika, MSP dan ibu Ni

    Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MEngSc., PhD, sebagai dosen penguji yang turut

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    8/77

     

    memberikan masukan dan koreksi terhadap penyusunan tesis, sehingga tesis ini

    dapat terselesaikan walapun jauh dari kata sempurna.

    Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada kedua orang tua Nyoman Sumendra dan I Gusti Ayu Aryani dan juga

    saudara Ni Putu Endrayani dan Made Ayu Megayani yang senantisa memberi

    dorongan, semangat, fasilitas, serta doa yang tulus untuk kelancaran tesis ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu

    dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    Akhir kata penulis ucapkan, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

    Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sekeluarga

    beserta kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian

    tesis ini.

    Denpasar, 13 Oktober 2014

    Penulis

    Nyoman Gema Endra Persada

    Nim. 1191861013

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    9/77

     

    ABSTRAK

    PEMANFAATAN SEMPADAN TUKAD BADUNG SEBAGAI SETTING 

    KEGIATAN REKREASI PUBLIK KOTA DENPASAR

    Rekreasi masyarakat kota merupakan salah satu bentuk penyegaran yang

    wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang publik kota. Kota Denpasar,

    yang merupakan Ibukota Propinsi Bali memiliki perkembangan yang pesat dengan

    industri pariwisatanya. Ruang publik di Kota Denpasar ramai digandrungi pada

    taman-taman kota dan pesisir pantai timur. Diluar fenomena umum tersebut,

    muncul fenomena unik berupa pemanfaatan areal Sempadan Tukad   Badung

    sebagai ruang rekreasi. Dari temuan awal tersebut dilakukanlah penelitian untuk

    menemukan berbagai penyebab, potensi dan kecenderungan dari fenomena

    tersebut dengan melihat tipe dasar pola penyusun ruang, proses dan pihak yang

    terkait dalam fenomena pemanfaatan tersebut.

    Batasan yang digunakan dalam penentuan objek penelitian adalahkeberadaan jalan tepi sungai. Berdasarkan batasan tersebut ditentukan tiga objek

    penelitian yaitu Bendungan Gerak Tukad Badung (Objek 1), Jalan Taman Pancing

    (objek 2) hingga Waduk Muara (objek 3). Penelitian menggunakan metode

    kualitatif dengan pengamatan dan observasi langsung pada setting  dan juga

    wawancara kepada sumber yang relevan dan kompeten. Proses terbentuknya

    setting dijabarkan melalui beberapa klasifikasi terhadap setting dan aktivitas yang

    terjadi pada objek penelitian. Analisis proses terbentuknya setting digunakan

    untuk mengidentifikasi kecenderungan hubungan perilaku dan setting serta pihak-

    pihak yang terkait dalam fenomena tersebut. 

    Temuan penelitian yang pertama melihat dari tipe dasar pola penyusun 

    setting pada objek yaitu  fixed feature space (ruang berbatas tetap). Semifixed

     feature space (ruang berbatas semitetap) yaitu perlengkapan pedagang tetap dan

    kendaraan pengunjung yang diparkir pada  setting. Informal space pada objek  

    penelitian yaitu ruang yang terbentuk dari aktivitas duduk-duduk, mengobrol dan

    bermain. Temuan kedua yaitu beberapa klasifikasi dalam penjabaran proses

    terbentuknya. Aktivitas yang terjadi pada objek yaitu duduk-duduk, memancing,

    berjualan (menetap dan keliling) jajan, beristirahat kerja. Klasifikasi setting 

    berlandaskan teori lanskap  Burton (1995) yaitu : Bentang alam  berupa wilayah

    sungai, vegetasi berupa tanaman hias dan vegetasi perindang, sedangkan binatang

    adalah populasi ikan pada sungai. Penggunaan lahan pada objek yaitu terencana

    (fungsi utama dan rekreasi) dan tidak terencana (ruang sisa dan ruang

    terbengkalai). Aspek Sosial pada objek yaitu adanya peran komunitas yaitu

    komunitas warga, hobi dan profesi. Adapun pola hubungan setting-perilaku padaproses terbentuknya setting adalah setting yang mempengaruhi perilaku, perilaku

    yang mempengaruhi  dan perilaku yang melanggar  setting. Pihak-pihak yang

    terkait dalam terbentuknya setting yaitu masyarakat dimana keterlibatannya

    adalah sebagai pelaku utama yang melakukan aktivitas rekreasi baik pada ruang

    tertata, ruang sisa maupun ruang terbengkalai. Badan pemerintah yang terkait

    yaitu : Disparda Kota Denpasar, PemKot Denpasar, PU Provinsi Bali, PU Kota

    Denpasar hingga pemerintah desa yang memiliki variasi keterlibatan dalam

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    10/77

     

    menangani operasional sungai, pengadaan fasilitas dan penyelenggaraan acara

    seremonial.

    Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan kebersihan sungai dengan

    tidak membuang limbah ke sungai dan pemanfaatan yang menaati peraturan yangberlaku. Masyarakat perlu untuk ikut proaktif dalam kegiatan-kegiatan yang

    dilakukan pemerintah dalam rangka menghidupkan ruang-ruang pada areal

    sempadan Tukad Badung. Pemerintah perlu lebih peka terhadap kegiatan

    pemenuhan kebutuhan rekreasi masyarakat yang dilakukan di Sempadan Tukad

    Badung. Perencanaan dibuat terintegrasi dengan lembaga yang terkait. Status dari

    ruang-ruang publik areal sempadan perlu diperjelas. Apresiasi layak dilayangkan

    kepada BWS Bali Penida dan Pemkot Denpasar atas upayanya meningkatkan

    kualitas kebersihan Sungai Badung sekaligus mempromosikan sebagai suatu daya

    tarik atau objek wisata Kota.

    Kata kunci : Sempadan Tukad Badung, rekreasi publik

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    11/77

     

    ABSTRACT

    UTILIZATION OF BADUNG RIPARIAN AS SETTING FOR DENPASAR

    CITY’S PUBLIC RECREATIONAL ACTIVITIES

    Urban recreational activities is one of refreshment form that must be

    accommodated by local government in its urban public spaces. As a capital of

    Bali Province, Denpasar City is rapidly growing with its tourism industry. Public

    spaces that commonly visited in Denpasar namely city’s parks and beach (east

    coast). Beyond this, the utilization of Tukad Badung (Badung river) river border

    area as a setting for recreational activities appears as a unique phenomenon and

    leads to a research to find the causes and tendencies of this phenomenon based on

    fundamental types of layout pattern, process and parties involved.

    Object of this research is determinated by river bank street and three

    objects (setting) are selected, namely : Bendungan Gerak Tukad Badung (object

    1), Jalan Taman Pancing/Taman Pancing street (object 2) and WadukMuara/estuary dam (object 3). This research conducted based on qualitative

    research methods which include observation in related object/setting and

    interview with relevant and competent sources. Formation process of a setting is

    described through some setting classification and activities that occurs on the

    object of research. This formation analysis is used to identify tendencies of the

    relationship between behavior and its setting as well as parties involved.

    The first finding of this research based on the fundamental types of layout

    pattern which are fixed feature space; Semi fixed feature space included utilities

    of fixed seller and visitor vehicle which is parked on the setting; Informal space,

    space that is formed by the activity of sitting around, chatting, and playing. The

    second finding of this research are some classifications in formation process of a

    setting. Activities that are occur on object/setting including sitting around, fishing,

    food seller (fixed and mobile), take a rest (from work). Setting clasification based

    on Burton’s landscape teory (1995) : a landscape of river areas, vegetation such as

    ornamental plants and shade trees, while the animal is a fish population in the

    river. In land use, there are planned space (for main function and recreational) and

    unplanned space (residual space and abandoned space). And the role of local

    community, hobby group as well as profession group has formed the social aspect

    on object/setting. Meanwhile, setting-behavior relationship in formation process

    of a setting : behavior is determined by setting, setting is determined by bahavior

    and behaviors that violate the setting. Parties involved is community as the prime

    party for recreational activities on designed space, residual space as well as

    abandoned space. Some goverment agencies which are related, namely : DispardaKota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar, Badan Wilayah Sungai Bali-Penida

    (BWS-BP), PU Kota Denpasar as well as village authorities, will be involved in

    variated activities such as river operational/manajement, set up facilities, official

    or public ceremonial.

    Community need to raise awareness of river cleanliness by preventing

    waste dumping into the river and utilization that comply with related regulations.

    Proactive participate from community is needed in supporting government effort

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    12/77

     

    to revitalize the area of Tukad Badung river border. In other hand, The

    government needs to increased sensitivity towards the phenomenon of fullfilling

    the needs of recreation by community. It is needed to set up a synergetic plan

    among stakeholders and government agencies. And, status of public spaces on thearea of Tukad Badung river border needs to be clarified. Highly appreciation are

    addressed to BWS Bali Penida and Pemerintah Kota Denpasar for their efforts to

    improve the cleanliness quality of Badung river and promote it as one of the

    tourist attraction or city tour object.

    Keywords : Badung Riparian, Public Recreational

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    13/77

     

    RINGKASAN

    Kota memiliki aktivitas yang sangat padat dan berperan sebagai pusat

    aktivitas dimana masyarakatnya cenderung bekerja tanpa mengenal waktu,persaingan ketat dan tingkat stress yang tinggi. Masyarakat kota merupakan

    elemen pembentuk kota yang memiliki sisi humanis sebagai manusia yang

    memerlukan penyegaran (refreshing). Rekreasi merupakan salah satu bentuk

    penyegaran yang wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang publik kota.

    Kota Denpasar, yang merupakan Ibukota Propinsi Bali memiliki perkembangan

    yang pesat dengan industri pariwisatanya. Ruang publik ramai digandrungi pada

    taman-taman kota dan pesisir pantai timur. Diluar fenomena umum tersebut,

    ternyata muncul fenomena unik berupa pemanfaatan areal Sempadan Tukad  

    Badung sebagai ruang rekreasi. Dari temuan awal tersebut dilakukanlah penelitian

    untuk menemukan berbagai penyebab potensi dan kecenderungan dari fenomena

    tersebut dengan melihat elemen penyusun, proses dan pihak yang terkait dalam

    fenomena pemanfaatan tersebut.

    Batasan yang digunakan dalam penentuan objek adalah keberadaan jalan

    tepi sungai. Berdasarkan batasan tersebut ditentukan tiga objek penelitian yaitu

    Bendungan Gerak Tukad Badung (Objek 1), Jalan Taman Pancing (objek 2)

    hingga Waduk Muara (objek 3). Penelitian menggunakan metode kualitatif

    dengan pengamatan dan observasi langsung pada setting  dan juga wawancara

    kepada sumber yang relevan dan kompeten. Setting  yang terbentuk direkam

    dengan metode place oriented mapping dan menganalisis tipe dasar pola penyusun

    setting  pada objek. Proses terbentuknya setting dijabarkan melalui beberapa

    klasifikasi terhadap setting dan aktivitas yang terjadi pada objek penelitian.

    Analisis proses terbentuknya setting digunakan untuk mengidentifikasi

    kecenderungan hubungan perilaku dan setting  serta pihak-pihak yang terkaitdalam fenomena tersebut. 

    Temuan penelitian yang pertama yaitu tipe dasar pola penyusun  setting

    pada objek.yaitu  fixed feature space (ruang berbatas tetap) yang dikelompokkan

    lagi menjadi dua yaitu hardscape dan softscape element. Hardscape element yaitu

    berbagai fasilitas fisik pendukung fungsi sungai dan juga beberapa bangunan air .

    Softscape element pada objek adalah berbagai vegetasi yang tumbuh pada objek .

    Semifixed feature space (ruang berbatas semitetap) yaitu perlengkapan pedagang

    tetap dan kendaraan pengunjung yang diparkir pada setting. Informal Space pada

    objek  penelitian yaitu ruang yang terbentuk dari aktivitas civitas saat melakukan

    aktivitas seperti aktivitas duduk-duduk, mengobrol dan bermain. Temuan kedua

    yaitu beberapa klasifikasi dalam penjabaran proses terbentuknya  setting.

    Berdasarkan kelompok kegiatan secara umum, kegiatan pada sempadan terdiridari kegiatan fungsi utama dan kegiatan fungsi rekreasi. Kegiatan pada objek juga

    ada yang terlarang dan ada yang tidak. Aktivitas pada objek yaitu duduk-duduk,

    memancing, berjualan (menetap, keliling) jajan, beristirahat kerja. Berbagai

    elemen fisik yang ada pada setting yang berlandaskan teori lanskap yang membagi

    elemen lanskap menjadi 3 (Burton, 1995) yaitu : Bentang alam  berupa wilayah

    sungai. Vegetasi berupa tanaman hias dan vegetasi perindang, sedangkan binatang

    adalah populasi ikan pada sungai. Penggunaan lahan pada objek yaitu terencana

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    14/77

     

    (fungsi utama dan rekreasi) dan tidak terencana (ruang sisa dan ruang

    terbengkalai).Aspek Sosial pada objek yaitu adanya peran komunitas yaitu

    komunitas warga, hobi dan profesi. Adapun pola hubungan setting-perilaku pada

    proses terbentuknya  setting adalah setting yang mempengaruhi perilaku yangterdiri dari setting yang mendorong terjadinya berbagai perilaku dan yang

    merubah perilaku. Hubungan yang kedua yaitu perilaku yang mempengaruhi 

    setting  yang dikelompokkan juga menjadi dua yaitu perilaku yang mendorong

    terbentuknya  setting baru secara tidak langsung dan secara langsung. Hubungan

    yang ketiga yaitu perilaku yang melanggar  setting yang dikelompokkan menjadi

    dua yaitu perilaku dalam  setting yang dilarang  dan  perilaku yang membentuk  

    setting yang mengganggu fungsi setting utama. Pihak-pihak yang terkait dalam

    terbentuknya setting yaitu masyarakat dan pemerintah yaitu : Disparda Kota

    Denpasar, PemKot Denpasar, PU Provinsi Bali, PU Kota Denpasar. Keterlibatan

    masyarakat adalah sebagai pelaku utama yang melakukan aktivitas rekreasi baik

    pada ruang tertata, ruang sisa maupun ruang terbengkalai. Aktivitas pada ruang

    tertata (dengan fungsi utama/bukan untuk rekreasi) merupakan tanda fenomenaaffordances. Selain adanya affordanes, ada pula yang menjadi suatu pelanggaran

    baik dalam bentuk perilaku maupun sudah membentuk   setting baru.  Aktivitas

    masyarakat pada ruang sisa dan terbengkalai membentuk settting baru yang

    bersifat semifixed feature space  seperti pada pedagang tetap dan setting parkir

    kendaraan. Aktivitas masyarakat pada ruang sisa dan terbengkalai juga menjadi

    stimulus bagi pemerntah untuk melakukan penataan fisik yang mewadahi kegiatan

    rekreasi. Operasional sungai dijalankan oleh PU Kota Denpasar dan PU Propinsi

    Bali (BWS-Bali Penida). Pengadaan fasilitas oleh PU Kota Denpasar dan PU

    Propinsi Bali (BWS-Bali Penida). penyelenggaraan acara seremonial oleh

    Pemkot Denpasar, Disparda Kota Denpasar, Pemerintah desa dan mendapatkan

    dukungan tenaga kebersihan dari PU Kota Denpasar.

    Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan kebersihan sungai dengan

    tidak membuang limbah ke sungai. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan

    ruang sempadan dengan tetap menaati peraturan yang berlaku. Masyarakat perlu

    untuk ikut proaktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam

    rangka menghidupkan ruang-ruang pada areal sempadan Tukad Badung baik

    melalui pengadaan fisik maupun kegiatan seremonial.Pemerintah perlu menyadari

    pentingnya areal sempadan Tukad Badung sebagai wadah rekreasi publik

    masyarakat diluar berbagai upaya yang hanya sebatas mementingkan citra sungai

    yang bersih. Perencanaan berbagai pengadaan fasilitas maupun acara seremonial

    pada areal sempadan Tukad Badung dibuat terintegrasi dengan instansi yang

    terkait serta pemerintah desa. Status dari ruang-ruang publik areal sempadan perlu

    diperjelas mengenai areal yang dilarang dan areal yang bebas diakses oleh umum.Pemerintah perlu meningkatkan kepekaan terhadap fenomena kegiatan rekreasi

    yang terjadi pada areal sempadan Tukad Badung.Apresiasi layak dilayangkan

    kepada BWS Bali Penida dan Pemkot Denpasar atas upayanya meningkatkan

    kualitas kebersihan Sungai Badung sekaligus mempromosikan sebagai suatu daya

    tarik atau objek wisata Kota.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    15/77

     

    DAFTAR ISI 

    Halaman

    SAMPUL DALAM...................................................................................... i

    PERSYARATAN GELAR ......................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN .................... .................................................... iii

    LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................... iv

    LEMBAR SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................... ....... v

    UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................... vi

    ABSTRAK .............................................................................................. viii

    ABSTRACT ............................................................................................... xRINGKASAN........................................................................................... xii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xix

    DAFTAR TABEL ................................................................................. xxiv

    DAFTAR ISTILAH ................................................................................ xxv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xxvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA,KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

    PENELITIAN

    2.1  Kajian Pustaka ................................................................................ 10

    2.1.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi

    dalam Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront

    City ............................................................................................ 10

    2.1.2 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Sungai Badung

    Sebagai Objek Wisata “City Tour” Di Kota Denpasar ................ 11

    2.1.3 Potensi Pengembangan Situ di Bogor sebagai Objek Wisata ....... 12

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    16/77

     

    2.1.4 Kajian Pemanfaatan Tukad Badung sebagai Sarana Wisata Tirta

    untuk mendukung Program City Tour di Kota Denpasar ............ 13

    2.1.5 

    Media Time vs Active Time: Leisure Time among the Youth in

    Disadvantaged Community (Media Waktu vs Waktu Aktif :

    Waktu luang diantara Pemuda pada Komunitas Tertinggal ......... 14

    2.2  Kerangka Berpikir .......................................................................... 17

    2.3  Konsep ........................................................................................... 19

    2.3.1 

    Kawasan Sempadan Sungai ........................................................ 18

    2.3.2 RTH Sempadan Sungai .............................................................. 19

    2.3.3 Peraturan Sungai ........................................................................ 20

    2.3.4 

    Ruang Terbuka Hijau Pada Areal Sempadan Sungai Sebagai

    Potensi Wisata ............................................................................ 22

    2.3.5 Hubungan Manusia dengan Lingkungan Binaan (Desain

    Arsitektur) .................................................................................. 23

    2.3.6 Kegiatan Rekreasi ...................................................................... 25

    2.3.7 Ciri Rekreasi ........................................................................ ..... 27

    2.3.8  Maksud dan Tujuan Rekreasi ................................................... 29

    2.3.9  Jenis-Jenis Rekreasi ................................................................. 30

    2.4 

    Landasan Teori .............................................................................. 31

    2.4.1  Teori Setting ............................................................................ 31

    2.4.2  Teori Setting Perilaku .............................................................. 33

    2.4.3  Teori Unsur Pembentuk Lanskap ........................................ ..... 34

    2.4.4  Teori Affordance ..................................................................... 35

    2.4.5  Teori Sosial (Komunitas dan Modal Sosial) ............................. 37

    2.5 

    Model Penelitian ............................................................................. 38

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 39

    3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................... 39

    3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 42

    3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 44

    3.5 Teknik Pengumpulan Data` ......................................................... 45

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    17/77

     

    3.5.1  Wawancara (interview) ............................................................. 45

    3.5.2  Observasi .................................................................................. 46

    3.5.3 

    Dokumentasi ............................................................................. 47

    3.6 Analisis Data ............................................................................... 47

    3.6.1  Reduksi Data ............................................................................ 48

    3.6.2  Pengklasifikasian data ............................................................... 49

    3.6.3  Kesimpulan /verifikasi data ....................................................... 49

    3.7 

    Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................... 49

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Setting................................................................................ 50

    4.1.1 

    Objek 1(Bendungan Gerak Tukad Badung) ............................... 50

    4.1.2 

    Objek 2(Jalan Taman Pancing) .................................................. 67

    4.1.3 Objek 3(Waduk Muara Nusa Dua) ............................................ 75

    4.2 Tipe Dasar Pola Penyusun Setting ....................................................... 81

    4.2.1 Pola Penyusun Objek 1(Bendungan Gerak Tukad Badung) ....... 82

    4.2.1.1 Pola Penyusun setting A (Dermaga Wahana Air) ............... 82

    4.2.1.2 Pola Penyusun setting B (Warung Rujak) ........................... 83

    4.2.1.3 Pola Penyusun setting C (dua bale bengong) ...................... 83

    4.2.1.4 

    Pola Penyusun setting D (gerbang masuk pintu air) ............ 84

    4.2.1.5 Pola Penyusun setting E (bangunan pintu air) ..................... 85

    4.2.1.6 Pola Penyusun setting F (jalan lingkungan) ................... ..... 86

    4.2.1.7 Pola Penyusun setting G (Warung bakso) ........................... 87

    4.2.1.8 Pola Penyusun setting H (Sandaran sungai) ................... ..... 88

    4.2.2 Pola Penyusun Objek 2(Jalan Taman Pancing) ..................... ..... 88

    4.2.2.1 

    Pola Penyusun setting A (Jembatan Lama) .................... ..... 88

    4.2.2.2 Pola Penyusun setting B (Jalan Taman Pancing) ................ 89

    4.2.2.3 Pola Penyusun setting C (Kanalisasi Jalan Taman Pancing) 90

    4.2.3 Pola Penyusun Objek 3(Bendungan Muara Nusa Dua) .............. 91

    4.2.3.1 Pola Penyusun setting A (Tempat Duduk-Duduk) .............. 91

    4.2.3.2 Pola Penyusun setting B (Areal Operator Waduk) .............. 92

    4.2.3.3 Pola Penyusun setting C (Areal Pintu Air Waduk Muara) ... 93

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    18/77

     

    4.2.3.4 Pola Penyusun setting D (Areal Tepi Waduk Muara) .......... 93

    4.3 Pola  Penyusun Setting dalam Mendukung Aktivitas .......................... 94

    4.4 

    Identifikasi Tipologi dalam Proses Terbentuknya Setting  ................... 96

    4.4.1 Elemen Penyusun Lanskap ........................................................ 96

    4.4.2 Kelompok kegiatan ................................................................... 97

    4.4.3 Terencana-tidaknya kegiatan ..................................................... 98

    4.4.4 Terlarang Tidaknya Kegiatan .................................................... 98

    4.4.5 

    Jenis Kegiatan ........................................................................... 98

    4.4.6 Aspek Sosial ............................................................................. 99

    4.5 Penjabaran Proses terbentuknya Setting .............................................. 99

    4.5.1 

    Proses terbentuknya Objek 1 .................................................... 99

    4.5.1.1 

    Proses terbentuknya Setting A (Bale Tunggu) ................... 99

    4.5.1.2 Proses terbentuknya Setting B (Warung Rujak) ................ 100

    4.5.1.3 Proses terbentuknya Setting C (Dua buah Bale Bengong) . 101

    4.5.1.4 Proses terbentuknya Setting D ( Areal Barat Pintu Air) .... 102

    4.5.1.5 Proses terbentuknya Setting E (Pintu air Bendungan ) ...... 103

    4.5.1.6 Proses terbentuknya Setting F ( Jalan Barat bendungan) ... 104

    4.5.1.7 Proses terbentuknya Setting G (Areal Barat Pintu Air) ..... 105

    4.5.1.8 

    Proses terbentuknya Setting H (Sandaran Tanggul Sungai)106

    4.5.2 Pola yang Terjadi pada Proses terbentuknya Objek 1 ........... ... 106

    4.5.3 Proses terbentuknya Objek 2 ................................................... 108

    4.5.3.1 Proses terbentuknya Setting A (Areal Jembatan Lama) .... 108

    4.5.3.2 Proses terbentuknya Setting B (Jalan Taman Pancing) ...... 109

    4.5.3.3 Proses terbentuknya Setting C (Areal Jalan Tepi Sungai) 110

    4.5.4 

    Pola yang Terjadi dari Proses terbentuknya Objek 2 ............... 111

    4.5.5 Proses terbentuknya Objek 3 (Waduk Muara Nusadua) ........... 113

    4.5.5.1 Proses Terbentuknya Setting A (Areal Bangku Beton) ..... 113

    4.5.5.2 Proses terbentuknya Setting B (Areal Pengelola Waduk) .. 114

    4.5.5.3 Setting C (Areal sekitar Pintu Air Waduk Muara) ............ 115

    4.5.5.4 Proses Terbentuknya Setting D (Areal Tepi Waduk) ........ 115

    4.5.6 Pola yang Terjadi dari Proses Terbentuknya Objek 3 ........... ... 116

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    19/77

     

    4.6 Pola Hubungan Setting- Perilaku pada Proses Terbentuknya Setting 117

    4.6.1 Setting yang Mempengaruhi Perilaku ...................................... 118

    4.6.2 

    Perilaku yang Mempengaruhi Setting ...................................... 119

    4.6.3 Perilaku yang Melanggar Setting ................... .......................... 121

    4.7 Analisis Tipologi dalam Proses Terbentuknya Setting ................... ... 122

    4.7.1 Elemen Penyusun Lanskap ...................................................... 122

    4.7.1.1 Bentuk permukaan bumi .................................................. 122

    4.7.1.2 

    Hewan dan vegetasi yang menempati ............................... 127

    4.7.1.3 Penggunaan lahan ............................................................ 133

    4.7.2 Aspek Sosial ........................................................................... 139

    4.7.3 

    Terencana-tidaknya kegiatan ................................................... 140

    4.8 Peran-peran Pihak yang Terlibat dalam pemanfaatan sempadan tukad

    Badung sebagai setting ruang rekreasi publik  

    4.8.1 Masyarakat ............................................................................. 141

    4.8.2 Pemerintah ............................................................................. 141

    4.8.2.1 Disparda Kota Denpasar ................................................... 142

    4.8.2.2 Pengelolaan Bendungan Gerak (DAM Buagan) ................ 144

    4.8.2.3 

    Banjar Gelogor Carik Desa Pemogan ............................... 146

    4.8.2.4 Badan Wilayah Sungai Bali-Penida .................................. 146

    4.8.2.5 PU Kota Denpasar ............................................................ 148

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan ........................................................................................... 154

    5.1.1  Tipe Dasar Pola Penyusun Setting pada Objek ..................... ... 154

    5.1.2  Proses Terbentuknya Setting ................................................... 154

    5.1.3  Pihak-pihak yang terkait dalam terbentuknya setting ............... 156

    5.2 

    Saran ................................................................................................. 156

    5.2.1  Masyarakat ............................................................................. 156

    5.2.2  Pemerintah .............................................................................. 156

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 158

    LAMPIRAN ........................................................................................... 162

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    20/77

     

    DAFTAR GAMBAR

    1.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar .......... .............................. 5

    2.1. Diagram Kerangka Berpikir ............................................................... 16

    2.2 Diagram Hubungan Ilmu-ilmu Perilaku dengan Arsitektur .................. 25 

    2.3 Model Penelitian ................................................................................. 38

    3.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar .......... ............................ 40

    3.2 Peta Lokasi Objek-Objek Penelitian .................................................... 42

    3.3 Diagram teknik analisis data ........................................................................ 48 

    4.1 Peta Lokasi Proyek Sodetan Tukad Mati ............................................. 51

    4.2 Foto Kondisi Objek Wisata Tirta dan Wahana Air yang Terbengkalai

    (Dilihat dari Dermaga) .............................................................................. 52

    4.3 Pembagian Setting pada Objek 1 ......................................................... 53

    4.4 Foto bale tunggu dermaga dari seberang jalan ..................................... 53

    4.5 Potongan arsitektural setting A ............................................................ 54

    4.6 Potongan arsitektural setting B ............................................................ 55

    4.7 Foto warung rujak dengan kondisi bangunan yang semipermanen ....... 56

    4.8 Potongan arsitektural setting C ............................................................ 57

    4.9 Foto dua buah bale bengong di pinggir sungai ..................................... 57

    4.10 Potongan arsitektural setting D .......................................................... 58

    4.11 Foto suasana subsetting ruang D dari tepi jalan ................................. 59

    4.12 Foto Setting yang Terbentuk oleh Pedagang Minuman dan mi ayam . 59

    4.13 Foto pengunjung yang parkir didalam areal pengelola pintu air ......... 60

    4.14 Bangunan pintu air bendungan ......................................................... 61

    4.15 Pemanfaatan lain dimana mesin pintu air mekanis dimanfaatkan

    menjadi fungsi baru sebagai meja dan kursi .......... ............................ 61

    4.16 Pemanfaatan lain pada ruang kontrol pintu air mekanis menjadi

    tempat tidur dan tempat untuk mengobrol oleh pengunjung .............. 62

    4.17 Pemancing yang masih memperhatikan kenyamanan dan

    keselamatan dalam beraktivitas ........................................................ 63

    4. 18 Potongan Arsitektural Setting E.................................................. ..... 63

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    21/77

     

    4.19 Potongan arsitektural setting F .......................................................... 64

    4. 20 Foto jalan lingkungan di sebelah utara .............................................. 64

    4.21 Foto suasana setting yang terbentuk oleh pedagang bakso di sisi

    sungai .............................................................................................. 65

    4.22 Potongan arsitektural setting G .......................................................... 66

    4.23 Potongan arsitektural setting ruang H objek....................................... 66

    4. 24 Foto Tukad Badung diambil dari jembatan lama dengan kanalisasi

    di kedua sisi ..................................................................................... 68

    4.25 Foto PKL di pinggir jalan inspeksi dan foto pengunjung yang

    duduk-duduk di pinggir kanal berumput ........................................... 68

    4.26 Pembagian Objek 2 menjadi 3 setting ............................................... 69

    4.27 Foto situasi setting A ......................................................................... 70

    4.28 Setting yang dibentuk oleh pedagang kopi dan pedagang umpan ....... 70

    4.29 Potongan arsitektural objek 2 setting A ............................................. 71

    4.30 Foto pemancing dan pengunjung lain pada kanal rumput ................... 72

    4.31 PKL menetap yang membentuk setting dan menunjukkan areal

    teritorinya ........................................................................................ 72

    4.32 Warung semi permanen di sisi barat jalan inspeksi ............................ 73

    4.33 Potongan arsitektural objek 2 setting B.............................................. 73

    4.34 Berbagai pemanfaatan lain pada kanalisasi Tukad Badung ................ 74

    4.35 Pengunjung yang parkir sekaligus duduk-duduk di atas sepeda

    motor ............................................................................................... 74

    4.36 Potongan arsitektural setting C objek 2.............................................. 75

    4.37 Foto udara Waduk Muara Nusa Dua pada tahun 2003 ....................... 75

    4.38 Pembagian objek 3 menjadi 4 setting................................................. 76

    4.39 Foto penataan yang dilakukan pada objek.......................................... 76

    4.40 papan tanda pemberlakuan retribusi parkir pada objek ....................... 77

    4.41 Setting yang terbentuk karena aktivitas awal ( kiri) dan Aktivitas

    yang semakin berkembang akibat setting yang dibentuk (kanan) ...... 78

    4.42 Potongan arsitektural objek 3 setting A ............................................. 78

    4.43 Foto Warung didalam areal waduk .................................................... 79

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    22/77

     

    4.44 Potongan arsitektural objek 3 setting b .............................................. 79

    4.45 Foto didepan pintu masuk areal pintu air (kiri) larangan masuk

    areal pengelola (tengah) dan sepeda motor yang parkir didalam

    areal pengelola (kanan) .................................................................... 80

    4.46 Suasana lingkungan di selatan pintu air yang berhadapan dengan

    hutan mangrove ................................................................................ 80

    4. 47 Potongan Arsitektural Objek 3 Setting C .......................................... 81

    4.48 Potongan arsitektural setting D objek 3 ............................................. 81

    4.49 Layout setting A objek 1 ................................................................... 82

    4.50 Layout setting B objek 1 ................................................................... 83

    4.51 Layout setting C objek 1 ................................................................... 84

    4.52 Layout setting D pada objek 1 ........................................................... 85

    4.53 Layout setting E pada objek 1 ........................................................... 86

    4.54 Layout setting F pada objek 1 ............................................................ 86

    4.55 Layout setting G pada objek 1 ........................................................... 87

    4.56 Layout setting H objek 1 ................................................................... 88

    4.57 Layout Setting ruang A objek 2 ......................................................... 89

    4.57 Layout setting B objek 2 ................................................................... 90

    4.58 Layout Setting C objek 2 ................................................................... 90

    4.59 Layout Setting A objek 3 ................................................................... 91

    4.60 Layout Setting B objek 3 ................................................................... 92

    4.61 Layout Setting C objek 3 .................................................................. 93

    4.62 Layout setting D objek 3 ................................................................... 94

    4.63 Diagram setting yang mendorong terjadinya berbagai perilaku .......... 95

    4.64 Diagram setting yang merubah perilaku .......................................... 119

    4.65 Diagram setting yang mendorong terjadinya setting baru ................. 120

    4.66 Diagram setting yang mendorong terjadinya setting baru ................. 120

    4.67 Diagram perilaku dalam setting yang dilarang .............................. ... 121

    4.68 Diagram perilaku yang membentuk setting yang mengganggu

    fungsi setting utama ......................................................................... 122

    4.69 Peta pembagian panorama objek 1 .................................................. 123

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    23/77

     

    4.70 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 1 ........................................ ... 123

    4.71 Foto panorama V4, V5 dan V6 pada objek 1 ................................... 124

    4.72 Peta panoramabentang objek 2 ........................................................ 124

    4.73 Foto panorama V1 dan V4 pada objek 2 .......................................... 125

    4.74 Foto panorama V2 pada objek 2 ...................................................... 125

    4.75 Foto panorama V3 pada objek 2 ...................................................... 125

    4.76 Peta panorama pada objek 3 ............................................................ 126

    4.77 Panorama V1, V2 dan V3 pada objek 3 ........................................ ... 126

    4.78 Diagram pengaruh bentang alam pada objek ................................... 127

    4.79 Pemetaan populasi ikan pada objek 1 .............................................. 128

    4.80 Peta Populasi ikan Pada Objek 2 ................................................. ... 128

    4.81 Peta Populasi ikan Pada Objek 3 ..................................................... 129

    4.82 Diagram pengaruh populasi ikan pada objek ................................... 129

    4.83 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 1 ..... 130

    4.84 Pemetaan pohon perindang dan bangunan peneduh pada objek 2 .... 131

    4.85 Foto pemetaan perindang dan bangunan peneduh pada objek 3 ....... 132

    4.86 Diagram pengaruh Pohon perindang pada objek .............................. 132

    4.87 Diagram pengaruh Bentang alam, ikan dan vegetasi pada objek ...... 133

    4.88 Peta penggunaan lahan pada objek 1 ............................................... 133

    4.89 Peta penggunaan lahan pada objek 2 ............................................... 136

    4.90 Peta penggunaan lahan pada objek 3 ............................................... 137

    4.91 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi

    utama) pada objek ............................................................................ 137

    4.92 Diagram berbagai aktivitas yang terjadi pada areal terencana (fungsi

    rekreasi) pada objek ......................................................................... 138

    4.93 Diagram berbagai aktivitas pada ruang sisa dan terbengkalai pada

    objek ................................................................................................ 138

    4.94 Diagram Terencana tidaknya kegiatan pada objek ........................... 140

    4.95 Jadwal Acara (kiri) dan Desain Panggung (kanan) Konser Musik

    Nanoe Biru dalam Rangka Hari Proklamasi Kemerdekaan

    Indonesia ......................................................................................... 143

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    24/77

     

    4.96 Baliho kegiatan (kiri) dan Setting Tukad Badung (tengah dan

    kanan) dalam Rangka Ulang Tahun Kota Denpasar ......................... 144

    4.97 Diagram struktur pengelolaan DAM Buagan Sebagai Wisata Tirta . 145

    4.98 Sekretariat KUB Segara Guna Batu Lumbang .............................. ... 147

    4.99 Foto pembersihan Sungai Oleh BWS-BP (kiri) dan Foto Sandaran

    rusak yang akan diperbaiki oleh BWS-BP (Kanan) .......................... 147

    4.100 Foto pembersihan manual di Tukad Badung dengan

    menggunakan perahu ....................................................................... 150

    4.101 Peta Wilayah Administratif dan Wewewang tiap Instansi ........... ... 152

    4.102Diagram Hasil Penelitian ................................................................ 153

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    25/77

     

    DAFTAR TABEL

    2.1 Kedudukan Penelitian Kini dan Penelitian Terdahulu ..................... ..... 16

    2.2Affordance Gibson dan Norman ........................................................... 37 

    3.1 Luas Lahan di Kota Denpasar Dirinci per Kecamatan (hektar) ............ 40

    3.2 Data Primer Penelitian ........................................................................ 43

    3.3 Data Sekunder Penelitian .................................................................... 44

    4. 1 Tabel pola dasar penyusun setting di ketiga objek .............................. 95

    4.2 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 1 ..................................... 100

    4.3 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 1 ..................................... 101

    4.4 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 1 ..................................... 102

    4.5 Tabel Proses terbentuknya setting D objek 1 ..................................... 103

    4.6 Tabel Proses terbentuknya setting E objek 1 ...................................... 104

    4.7 Tabel Proses terbentuknya setting F objek 1 ...................................... 104

    4.8 Tabel Proses terbentuknya setting G objek 1 ..................................... 105

    4.9 Tabel Proses terbentuknya setting H objek 1 ..................................... 106

    4.10 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 2 ................................... 109

    4.11 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 2 .......... .......................... 110

    4.12 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 2 .......... .......................... 111

    4.13 Tabel Proses terbentuknya setting A objek 3 ................................... 113

    4.14 Tabel Proses terbentuknya setting B objek 3 .......... .......................... 114

    4.15 Tabel Proses terbentuknya setting C objek 3 .......... .......................... 115

    4.16 Tabel Proses terbentuknya setting D objek 3 ................................... 116

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    26/77

     

    DAFTAR ISTILAH

    Bendungan : Bangunan penahan atau penimbun air untuk

    irigasi (pembangkit listrik dsb)

    Bale : Bangunan tradisional bali dengan lantai yang

    tinggi menyerupai panggung (gazebo)

    DAS : Daerah Aliran Sungai

    Fixed Feature Space : Merupakan elemen berbatas tetap dan sangat sulit

    dirubah

    Ground Tour : Observasi awal dalam suatu penelitian untuk

    melihat fenomena yang ada di lapangan.

    Grassblok : Jenis paving yang

    Hardscape : Elemen keras pada taman (outdoor)seperti batu

    kerikil, perkerasan, dll.

    Informal Space : Ruang yang terbentuk secara informal dari

    interaksi antar individu pada kegiatan tertentu.

    Jalan Inspeksi : Jalan yang dibuat untuk memeriksa keadaan suatu

    objek pada waktu-waktu tertentu

    Kanalisasi : Sistem untuk mengalirkan air hujan, dimana di

    tengah sungai dikeruk dan diperdalam, sementara

    tanah kerukan digeser ke samping kanal, sehingga

    terlihat ada sungai kecil di tengah sungai besar

    dan lahan hijau di kedua tepi kanal mengapit

    sungai kecil tersebut.

    Muara : tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau,

    atau sungai lain; sungai yg dekat dng laut

    Pintu Air : Pintu pada bendungan yang berfungsi mengatur

    besar kecil debit air

    Responden : Penjawab (atas pertanyaan yang diajukan untuk

    penilaian)

    Retribusi : Pungutan uang oleh pemerintah sebagai balas jasa

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    27/77

     

    Sandaran : Dinding pembatas permukaan sungai berupa

    perkerasan dengan kemiringan tertentu

    SemiFixed Feature Space : Merupakan elemen-elemen berbatas tetap tapi

    tetap berkisar dari susunan dan tipe elemen,

    Perubahannya cukup cepat dan mudah.

    Sempadan Sungai : Areal tepi sungai

    Setting : Tata letak dari suatu interaksi antara manusia

    dengan lingkungannya

    Setting perilaku : Suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas,

    tempat dan waktu

    Sodetan : Kanal tambahan untuk membagi debit air pada

    sungai

    Softscape : Elemen lunak pada taman berupa tanaman

    Tukad : Sungai

    Wisata Tirta : Wisata yang mengambil tempat di perairan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    28/77

     

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. (Warga sekitar, PKL, Pemerintah) ....................................... 162

    Lampiran 2. Panduan Observasi Tipe Dasar Pola Penyusun Ruang ......... 163

    Lampiran 3. Panduan Observasi Elemen Lanskap dan Aspek Sosial ....... 164

    Lampiran 4. Data Informan ..................................................................... 165

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    29/77

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab pendahuluan menguraikan tetang latar belakang penelitian, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada latar belakang

    dipaparkan secara singkat mengenai munculnya fenomena unik pada areal

    sempadan Sungai Badung di Kota Denpasar yang akan dijadikan objek penelitian.

    Dalam rumusan masalah diformulasikan tiga pertanyaan yang akan dijawab dalam

    penelitian ini yakni target yang akan dicapai dalam rangka menemukan jawaban

    dari rumusan masalah.

    1.1 Latar Belakang 

    Kota merupakan pusat pertemuan/simpul dari banyak aktivitas yang padat di

    berbagai bidang kehidupan masyarakat. Kota secara alami menjadi tempat

    berkumpulnya penduduk karena ketersediaan barang, jasa serta lapangan

    pekerjaan. Dari aspek ketenaga-kerjaan, kaum pekerja di kota cenderung bekerja

    lebih keras, tanpa mengenal waktu. Tingkat persaingan kerja di kota sangat ketat,

    selain itu kehidupan di kota lebih keras. Ada pula kenyataan lain yang harus

    dihadapi masyarakat kota adalah lalu lintas yang sangat padat hingga sering

    mengalami kemacetan serta angka kriminalitas yang tinggi. Berbagai pencemaran

    lingkungan yang terjadi di perkotaan selain mengganggu kesehatan juga

    mengganggu kenyamanan psikis yang meningkatkan angka stress masyarakat

    kota. Dalam artikel Kompasiana.com berjudul Tingkat Stress di Metropolitan

    Lebih Tinggi (9 April 2011), seorang psikolog bernama Sake Pramawisakti

    berpendapat bahwa banyak faktor yang memicu stres bagi masyarakat

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    30/77

    metropolitan (kota besar). Masyarakat metropolis berasumsi bahwa waktu itu

    amat berharga dan jika hanya tinggal diam menyia-nyiakan waktu, maka akan

    tersingkir. Orang metropolis berlomba-lomba bekerja keras sehingga pola hidup

    menjadi tidak terjaga. Masyarakat kota bekerja melebihi batas kemampuan,

    kemudian daya saing di kota lebih besar dengan kesibukan yang menyita banyak

    waktu, tenaga dan pikiran. Pola makan tidak terjaga, kurangnya istirahat, yang

    bila dibiarkan terus menerus akan menyebabkan berbagai gangguan psikologis

    yang ringan hingga depresi.

    Masyarakat kota merupakan elemen pembentuk kota yang memiliki sisi

    humanis sebagai manusia. Manusia secara alami akan merespon segala tekanan

    yang didapatkan secara terus menerus dengan keluar dari situasi tersebut dan

    melakukan kegiatan yang menyegarkan pikiran. Penyegaran pikiran dilakukan

    untuk menghilangkan segala kejenuhan yang berpotensi stress dalam bentuk

    kegiatan rekreasi. Aktifitas rekreasi merupakan aktivitas yang sangat penting

    dilakukan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat kota.

    Samsudin A. Rahim dkk, (2011) menyatakan pengaruh signifikan antara

    minimnya waktu luang yang digunakan untuk kegiatan rekreasi oleh pemuda di

    pemukiman kota tertinggal (dipinggiran Kota Kuala Lumpur, Malaysia) terhadap

    tingginya angka perilaku negatif seperti perusakan fasilitas umum (vandalism),

    balapan liar, pencurian, penyalahgunaan narkoba serta tingginya angka pemuda

    yang merokok. Tingginya angka perilaku negatif tersebut secara psikologis

    berawal dari tekanan mental yang dialami oleh pemuda di pinggiran Kota Kuala

    Lumpur akibat rendahnya intensitas kegiatan rekreasi yang dilakukan. Temuan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    31/77

    tersebut membuktikan bahwa penyediaan akomodasi untuk aktivitas rekreasi pada

    masyarakat kota tidak dapat dipandang sebelah mata oleh pemerintah selaku

    pemangku kebijakan dalam memanfaatan ruang-ruang publik kota.

    Moritz Lazarus, dalam Richard Kraus (1996), seorang filsuf Jerman,

    menyatakan bahwa kegiatan rekreasi bermanfaat untuk mengembalikan atau

    mengisi ulang energi mental. Lazarus membedakan energi menjadi dua yaitu

    energi fisik dan mental. Saat melakukan aktivitas rekreasi, orang dewasa akan

    menggunakan energi fisik yang surplus karena tidak pernah dipakai namun akan

    mengisi energi mental yang habis karena pikiran yang lelah setelah bekerja.

    Dengan kata lain, manusia yang secara fisik terlihat segar tidak menjamin bahwa

    manusia tersebut segar juga secara mental. Keseimbangan antara energi fisik dan

    mental diperlukan oleh manusia agar lebih produktif dalam beraktifitas.

    Setiap manusia yang beraktifitas sebagai masyarakat kota pun memerlukan

    suatu penyegaran seperti kegiatan rekreasi. Tingkatan pemenuhan kebutuhan

    rekreasi masyarakat kota akan dipengaruhi kemampuan ekonominya. Kebutuhan

    rekreasi masyarakan kota wajib diakomodasi pemerintah dalam ruang-ruang

    publik kota.

    Kota Denpasar sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang juga

    merupakan ibukota Provinsi Bali dengan masyarakat sebanyak 629.588 jiwa

    (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar tahun 2010) mengalami

    perkembangan yang pesat dengan industri utama di bidang pariwisata. Kota

    Denpasar memiliki beberapa ruang terbuka publik yang banyak digandrungi oleh

    masyarakatnya. Ruang terbuka publik taman-taman kota yang ada seperti

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    32/77

    Lapangan Niti Mandala Renon, Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung ,

    dan Taman Kota Lumintang.

    Ditinjau secara historis, (Stephen Carr, dkk, 1992), tipologi ruang terbuka

    publik adalah: taman-taman publik, lapangan plaza, taman peringatan, pasar,

     jalan, lapangan bermain, ruang terbuka pemukiman, jalan hijau dan jalan taman,

    atrium/pasar, pasar pusat kota (swalayan), ruang-ruang sisa dan ruang-ruang tepi

    air.

    Berdasarkan tipologi tersebut, istilah ruang tepi air/daerah sempadan tepi air

    termasuk dalam ruang terbuka yang dapat diakses bebas oleh masyarakat umum

    untuk mewadahi berbagai aktivitas (sosial). Daerah sempadan sungai merupakan

    ruang terbuka publik (Car,1992) yang dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya

     juga sebagai ruang terbuka hijau lainnya seperti fungsi ekologis, fungsi sosial,

    budaya, ekonomi, estetika (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun

    2008).

    Merujuk pada kondisi geografis Kota Denpasar yang memiliki wilayah

    perairan berupa pantai dan sungai. Wilayah pantai Kota Denpasar yang

    berhadapan dengan Laut Bali di timur yaitu Pantai Matahari Terbit, Sanur,

    Mertasari, Sindhu, dll. Daerah sempadan pantai yang ada, walaupun sudah

    terdesak oleh keberadaan akomodasi wisata komersil (hotel, restaurant, cafe dll),

    ternyata masih cukup tertata sebagai ruang terbuka publik yang ramai dikunjungi

    masyarakat umum terutama pada hari-hari libur.

    Wilayah perairan berupa sungai yang terbesar di Kota Denpasar yaitu Tukad  

    (sungai) Badung. Tukad Badung mengalir pada wilayah Kabupaten Badung dan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    33/77

    membelah jantung Kota Denpasar. Di Denpasar, Tukad  Badung memiliki peran

    sentral dan strategis dimana daerah aliran sungai (DAS) Tukad  Badung mencakup

    sebagian besar wilayah Kota Denpasar. Tukad  Badung ternyata tidak mengalami

    perkembangan pesat seperti yang terjadi pada wilayah pesisir. Pencemaran limbah

    dan pemukiman kumuh merupakan permasalahan utama yang sempat

    menghambat perkembangan areal sempadan Tukad Badung. Berbagai upaya yang

    dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatan kualitas kebersihan di wilayah

    sempadan Tukad Badung akhirnya menunjukkan hasil, kondisi kebersihan Tukad  

    Badung pun makin membaik.

    Gambar 1.1 Peta Lokasi Tukad Badung di Kota Denpasar

    Sumber : Google maps 2013

    Tukad Badung memiliki jalan inspeksi (jalan kontrol) yang dinamakan Jalan

    Taman Pancing. Jalan yang menyusuri badan sungai ini dibangun oleh pemerintah

    dengan tujuan untuk meningkatkan dan menjaga kebersihan Tukad Badung. Jalan

    inspeksi tersebut juga dapat menjadi jalan alternatif yang menghubungkan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    34/77

    wilayah strategis di Denpasar Selatan dengan wilayah Kuta. Kebersihan yang

    meningkat kemudian memunculkan fenomena unik berupa kegiatan rekreasi pada

    areal sempadan Tukad Badung.

    Pada jalan inspeksi inilah kemudian dilakukan ground tour untuk melihat

    tanda-tanda adanya kegiatan rekreasi publik di sempadan Tukad   Badung.

    Pengamatan awal menemukan fenomena unik dimana ada sejumlah masyarakat

    yang berdiam pada ruang-ruang sekitar sempadan Tukad   Badung pada waktu-

    waktu tertentu. Berbagai kegiatan juga dapat ditemukan termasuk yang bersifat

    rekreatif. Hal tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda kecenderungan

    masyarakat yang mulai memanfaatkan setting  yang ada di sempadan Tukad

    Badung untuk kegiatan rekreasi. Kegiatan-kegiatan tersebut terlihat terjadi

    dengan spontan dan alamiah. Walaupun dengan situasi dan kondisi yang terlihat

    seadanya, fenomena tersebut terjadi secara konsisten.

    Fenomena unik tersebut terjadi pada areal sempadan sungai yang termasuk

    dalam ruang terbuka hijau publik. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) publik

    di tengah kota dengan proporsi tertentu merupakan suatu keharusan karena

    fungsinya yang sangat vital. Tukad Badung yang memiliki DAS yang mencakup

    Kota Denpasar dan sekitarnya berperan krusial dalam menopang kehidupan

    masyarakat Kota Denpasar. Pengelolaan wilayah sekitar Tukad   Badung untuk

    kepentingan masyarakat telah lama dilakukan pemerintah dengan melibatkan

    berbagai instansi terkait. Pengelolaan areal sempadan Tukad Badung untuk

    kegiatan rekreasi juga telah banyak dilakukan oleh pemerintah kota, namun

    hingga saat ini gaungnya belum terlalu terdengar oleh masyarakat luas. Selain itu,

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    35/77

    berbagai upaya pengadaan setting  rekreasi pada areal sempadan Tukad Badung

    yang dilakukan oleh pemerintah terlihat seperti terpisah-pisah dan kurang

    kontekstual dengan fenomena-fenomena unik yang telah berkembang sejak lama

    disana.

    Fenomena-fenomena unik yang berkembang pada areal sempadan terjadi

    menyebar terutama pada areal kanalisasi sungai. Banyak setting yang terbentuk

    dengan tingkat ke-permanen-an yang berbeda-beda. Pemanfaatan yang

    berkembang secara sporadis tersebut layaknya pisau bermata dua, dimana di satu

    sisi mungkin dapat menguntungkan bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain,

    dampak kegiatan tersebut dapat mengganggu fungsi utama dari setting  hingga

    mendesak keberlanjutan ekologis di Sungai Badung. Perkembangan perilaku

    masyarakat yang lepas dari pengawasan dan kontrol pemerintah dalam

    memanfaatkan setting  sempadan Tukad Badung menimbulkan berbagai

    kemungkinan buruk seperti terjadinya berbagai perilaku-perilaku negatif yang

    menyebabkan permasalahan sosial yang berkaitan dengan minuman keras, obat-

    obatan terlarang, seks bebas dan perilaku kriminal lainnya.

    Dengan demikian, Fenomena tersebut sangat menarik untuk diteliti lebih

    lanjut. Penelitian akan menelusuri berbagai komponen yang mempengaruhi

    perkembangan setting yang terbentuk pada areal sempadan Tukad Badung, seperti

    elemen penyusun setting, proses terbentuknya, hingga pihak-pihak yang terkait

    dalam fenomena tersebut. Temuan-temuan yang didapatkan pada penelitian ini

    diharapkan nantinya dapat memberi suatu rekomendasi yang berharga dalam

    memberikan pertimbangan kepada pemangku kebijakan agar dapat menghasilkan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    36/77

    kebijakan penataan ruang publik di areal Sempadan Tukad Badung yang

    kontekstual dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Denpasar.

    1.2 

    Rumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai

    berikut :

    1.2.1  Bagaimana tipe dasar pola penyusun setting kegiatan rekreasi publik pada

    areal sempadan Tukad Badung di Kota Denpasar?

    1.2.2  Bagaimana proses terbentuknya setting kegiatan rekreasi publik pada areal

    sempadan Tukad Badung?

    1.2.3  Bagaimana peran pihak terkait dalam pemanfaatan Tukad Badung sebagai

    setting kegiatan rekreasi publik Kota Denpasar?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1.3.1  Untuk mengidentifikasi tipe dasar pola penyusun setting kegiatan rekreasi

    publik pada areal sempadan Tukad Badung di Kota Denpasar. 

    1.3.2  Untuk dapat menganalisa proses terbentuknya setting kegiatan rekreasi

    publik pada areal sempadan  Tukad Badung dan menyimpulkan pola

    kecenderungan yang terjadi dan berbagai tipologi yang ada. 

    1.3.3  Untuk dapat mengetahui peran pihak terkait dalam pemanfaatan sempadan

    Tukad Badung sebagai setting kegiatan rekreasi publik Kota Denpasar.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    37/77

    1.4 

    Manfaat

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

    1.4.1  Praktis

    Untuk dapat memberikan pandangan dan rekomendasi mengenai gambaran

    pemanfaatan ruang untuk tempat-tempat rekerasi pada ruang publik di

    Kota Denpasar kepada perencana kota dan stakeholder

    1.4.2  Akademis

    Sebagai salah satu referensi penelitian mengenai pemanfaatan ruang untuk

    tempat-tempat rekreasi pada ruang publik khususnya pada areal sempadan

    sungai yang merupakan satu elemen penting dalam urban planning 

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    38/77

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

    PENELITIAN

    Pada bab ini akan data berupa literatur-literatur berkaitan dengan

    permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini, yang meliputi : kajian

    pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. Kajian pustaka

    menguraikan tentang penelitian-penelititan terdahulu terkait dengan penelitian

    yang akan dilakukan. Landasan teori dan konsep berperan sebagai background

    knowledge. Model penelitian merupakan pola pikir dalam penelitian ini yang

    disajikan dalam bentuk skema

    2.1 Kajian Pustaka

    Telah banyak dilakukan penelitian tentang aktivitas rekreasi pada waterfront

    sebagai ruang publik, baik berupa jurnal, thesis, maupun desertasi oleh para

    peneliti didalam maupun luar negeri. Penelusuran dilakukan untuk dapat

    membandingkan dan juga mengetahui posisi dari penelitian yang sudah dilakukan

    terhadap penelitian kali ini.

    2.1.1  Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi dalam

    Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City,

    Penelitian ini merupakan thesis dari M. Tahir (2005) mahasiswa

    Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

    Semarang. Tahir meneliti mengenai potensi Kota Tanjung pinang yang memiliki

    karakteristik sebagai kota tepi pantai yang bisa dimanfaatkan sebagai daerah

    rekreasi alam. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai belum optimalnya

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    39/77

    pemanfaatan potensi kawasan pesisir Kota Tanjungpinang terutama kawasan tepi

    pantai sebagai kawasan rekreasi.

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis

    SWOT karena output yang diharapkan berupa strategi pemanfaatan ruang

    kawasan untuk mengoptimalkan karakteristik Kota Tanjungpinang sebagai kota

    tepi pantai berupa strategi.

    2.1.2 

    Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Sungai Badung Sebagai

    Objek Wisata “City Tour” Di Kota Denpasar

    Penelitian yang dilakukan oleh I Made Dony Hartayasa (2002) merupakan

    thesis saat menempuh Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

    Penelitian ini mengemukakan tentang upaya pemerintah dalam mengatasi

    sampah/limbah di Tukad Badung  serta perencanaan untuk menjadikan Sungai

    Badung sebagai salah satu objek wisata City Tour.

    Penelitian mencari tahu peranan dan partisipasi masyarakat bantaran

    dalam merencanakan, mengelola dan menjaga Sungai Badung dari pencemaran.

    Penelitian dilakukan dengan mengadakan survey terhadap instansi dan masyarakat

    di bantaran sungai menggunakan kuisioner. Data dianalisis dengan metode

    kualitatif dan menggunakan uji beda antara tokoh masyarakat dengan masyarakat

    bantaran sungai.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan

    oleh pemerintah Kota Denpasar dengan membuat program-program perencanaan

    dan telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat bantaran sungai tidak sekuat partisi

    tokoh masyarakatnya dalam menyusun perencanaan Sungai Badung.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    40/77

    2.1.3 

    Potensi Pengembangan Situ di Bogor sebagai Objek Wisata

    Penelitian ini merupakan thesis dari Arofa A. Rahman (2010) mahasiswa

    Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

    Semarang. Rahman dalam penelitiannya mengemukakan potensi dari situ yang

    dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang tetap mempertimbangkan faktor

    ekologis dan hidrologis. Sebaliknya, situ yang ada di Bogor justru mengalami

    kondisi yang memprihatinkan,pendangkalan, penyusutan dan pemanfaatan secara

    liar oleh penduduk sekitar.

    Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi situ di Kota Bogor sebagai

    objek wisata. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi

    eksisting situ di Kota Bogor dan menganalisis kualitas situ serta menganalisis

    potensi situ di Kota Bogor sebagai objek wisata serta menganalisis pengembangan

    situ di Kota Bogor menjadi objek wisata agar dapat dirumuskan arahan

    pengembangan situ di Kota Bogor sebagai objek wisata.

    Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan metode

    analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan analisis

    skoring untuk mengukur kualitas situ berdasarkan aspek penyusutan luasan,

    kedalaman musim hujan, penurunan muka air, batas situ, keberadaan bangunan

    air, tutupan vegetasi air/gulma dan kualitas air dan mengukur potensi situ sebagai

    objek wisata di Kota Bogor berdasarkan komponen pariwisata dari aspek

    ketersediaan atraksi, transportasi, infrastruktur, sarana fasilitas penunjang

    pariwisata dan promosi serta menganalisis pengembangan situ menjadi objek

    wisata di Kota Bogor.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    41/77

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka kualitas situ di Kota

    Bogor terbagi menjadi tiga yaitu situ dengan kualitas baik, kualitas terganggu dan

    kualitas rusak

    2.1.4 

    Kajian Pemanfaatan Tukad Badung sebagai Sarana Wisata Tirta

    untuk mendukung Program City Tour di Kota Denpasar

    Merupakan thesis yang disusun oleh Putra Lanang Dwija, mahasiswa

    Magister Manajemen Kota ITS pada tahun 2003. Lanang dalam penelitiannya

    mengangkat potensi yang masih dapat dikembangkan oleh tuntutan akan

    perkembangan Kota khususnya Kota Denpasar yaitu pengembangan disektor

    pariwisata dengan paket City Tour sebagai program Andalan. Sesuai dengan

    konsep dasar pengembangan obyek wisata City Tour di Kota Denpasar, salah satu

    obyek wisata yang dikaitkan dengan rencana program City Tour di Kota Denpasar

    sebagai bahan penelitian ini adalah adalah Obyek Kawasan Wisata Alam yang

    memanfaatkan Kawasan Tukad (Sungai) Badung sebagai sarana wisata tirta,

    dengan alokasi wilayah pemanfaatan sepanjang 5,7 Km yang berawal dari

    Jembatan Jalan Maruti (Kampung Jawa) sampai dengan Bendung Gerak (Banjar

    Abian Tegal Desa Dauh Puri Kauh). Dalam penelitian ini digunakan penelitian

    secara kualitatif dengan alat analisis deskriptif kualitatif dan Teknik Delphi.

    Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat faktor kecenderungan yang

    terjadi (Trend Oriented ) dari masing-masing segmen di sepanjang aliran sungai

    dari wilayah pemanfaatan sungai, dengan unit yang diteliti adalah Kondisi Fisik

    Sungai, Wisata Yang Ada, Lingkungan Sosial Budaya di Sekitar DAS, dan

    Kondisi Lahan Yang Ada di Daerah DAS. Sedangkan Teknik Delphi diperlukan

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    42/77

    untuk mendapat masukan dari beberapa pakar (Expert) dan organisasi masyarakat

    dalam hal rencana strategis dan prioritasnya untuk pemanfaatan Tukad Badung

    sebagai sarana wisata tirta Dari keterpaduan analisa deskriptif kualitatif, yang

    melihat kecenderungan yang terjadi di masing-masing segmen aliran sungai dan

    Teknik Delphi, maka Tukad Badung dapat dikembangkan dan memberikan

    manfaat untuk kegiatan wisata tirta dengan beberapa pertimbangan yang perlu

    dilakukan yaitu melalui pembenahan lingkungan, baik yang ada di dalam sungai

    maupun yang ada di luar sungai, dan juga peran partisipasi masyarakat yang ada

    di sekitar Tukad Badung, melalui rencana strategis yang telah diprioritaskan untuk

    masing-masing segmen, sehingga pemanfaatan Tukad Badung sebagai sarana

    wisata tirta dapat berlangsung.

    2.1.5   Media Time vs Active Time: Leisure Time among the Youth in

     Disadvantaged Community (Media Waktu vs Waktu Aktif : Waktu luang

    diantara Pemuda pada Komunitas Tertinggal

    Penelitian ini terdapat di dalam jurnal International Journal of Human and

    Social Sciences 6:3 2011 penelitian dilakukan oleh Samsudin A. Rahim, dkk,

    dimana Rahim merupakan direktur di Pusat Pemberdayaan Pemuda di Universitas

    Kebangsaan Malaysia, dengan rekan-rekannya yang merupakan dosen di

    Universitas yang sama dari Jurusan Psikologi dan Pengembangan Manusia dan

    Jurusan Media dan Komunikasi.

    Rahim,dkk meneliti bagaimana para pemuda pada permukiman kota

    tertinggal menggunakan waktu luangnya (waktu senggang diluar rutinitas harian).

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melibatkan 695

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    43/77

    responden yang rentan umurnya 15-25 tahun yang tinggal di apartemen

    berbangunan tinggi dengan penduduk kelas ekonomi menengah kebawah pada

    pinggiran Kota Kuala Lumpur, Malaysia 

    Penelitian Rahim menemukan suatu pengaruh signifikan antara minimnya

    waktu luang yang digunakan untuk kegiatan rekreasi oleh pemuda di pemukiman

    kota tertinggal (dipinggiran Kota Kuala Lumpur,Malaysia) terhadap tingginya

    sifat antisosial dan angka perilaku negatif seperti perusakan fasilitas umum

    (Vandalism), balapan liar, pencurian, penyalahgunaan narkoba serta tingginya

    angka pemuda yang merokok. Tingginya angka perilaku negatif tersebut secara

    psikologis berawal dari tekanan mental yang dialami oleh pemuda di Pinggiran

    Kota Kuala Lumpur akibat rendahnya intensitas kegiatan rekreasi yang dilakukan.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    44/77

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    45/77

    2.2 

    Kerangka Berpikir

    Kerangka berpikir merupakan hasil abstraksi dan sintetis dari teori yang

    dikaitkan dengan masalah penelitian yang dihadapi untuk menjawab dan

    memecahkan masalah penelitian. Kerangka berpikir terdiri dari tahapan-tahapan

    suatu penelitian mulai dari latar belakang untuk menentukan fokus/masalah

    penelitian, merumuskan tujuan dan sasaran penelitian, menentukan teori-teori

    yang digunakan sebagai dasar terkait dengan penelitian yang dilakukan, tahap

    mengumpulkan data, kemudian menganalisis data, hingga memperoleh suatu hasil

    penelitian, dan terakhir merumuskan kesimpulan, rekomendasi studi dan saran.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    46/77

    Gambar 2.1 Diagram  Kerangka Berpikir

    LANDASAN

    TEORI

    Pemilihanobjek menjadi

    3 kasus

    RUMUSAN MASALAH 

    1. Bagaimana tipe dasar polapenyusun setting  kegiatan

    rekreasi publik pada arealsempadan Tukad Badung

    di Kota Denpasar?

    2. 

    Bagaimana proses

    terbentuknya setting

    kegiatan rekreasi publikpada areal sempadan Tukad Badung?

    3. 

    Bagaimana peran pihak

    terkait dalam pemanfaatansempadan Tukad Badung

    sebagai setting kegiatanrekreasi publik Kota

    1. BendunganGerak DAM

    Tukad

    Badung2.

     

    JalanInspeksi

    (JalanTaman

    Pancing)

    3. WadukMuara Nusa

    dua

    TUKADBADUNG

    Daerah

    sempadan TukadBadung di

    wilayah Kota

    Denpasar

    1. 

    Kawasan

    SempadanSungai 

    2. RTH Sempadan

    Sungai 

    3. 

    Peraturan Sungai4. 

    Ruang TerbukaHijau Pada Areal

    Sempadan

    Sungai SebagaiPotensi Wisata 

    5. KegiatanRekreasi 

    6. 

    Elemen Setting 

    STUDI

    LITERATUR

    GROUNDTOUR

    DE AWAL

    METODE PENELITIAN

    •  observasi

    •  wawancara

    •  Tema 1

    •  Tema 2

    •  Tema 3

    •  Tema ke n

    TEMA-TEM

    TEMUAN

    KASUS

    Kasus 1

    Kasus 2

    Kasus 3

    Pada grand tour di harapkanmenemukan beberapa fenomenakegiatan rekreasi di areal sempadan

    Tukad Badung

    Target Hasil ground tour memunculkan 3

    rumusan masalah

    Hasil ground tour menetapkan 3 objek

    penelitian sebagai kasus

    Tempen

    sebe

    Teori Lanskap

    Teori Setting

    Teori Setting Perilaku

    Teori Affordances 

    Teori Komunitas sosial 

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    47/77

    2.3 

    Konsep

    Konsep memberikan batasan atau peristilahan dalam penelitian ini, dan

    konsep memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan

    komponen dari kerangka teori.

    2.3.1 

    Kawasan Sempadan Sungai 

    Definisi kawasan sempadan sungai merujuk pada Perda RTRWK Denpasar no

    27 tahun 2011. Berdasarkan Perda tersebut, kawasan sempadan sungai adalah

    kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sungai, meliputi sungai alam dan buatan,

    kanal, dan saluran irigasi primer dengan mengambil garis tegak lurus dari tepi

    sungai ke tembok bangunan atau tiang struktur bangunan terdekat, batas mana

    tidak boleh dilampaui.

    2.3.2  RTH Sempadan Sungai

    Perhatian terhadap keberadaan ruang terbuka hijau pada daerah sempadan

    sungai dilakukan untuk menjaga kelestarian sungai itu sendiri. Penetapan garis

    sempadan sungai di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria dibawah

    ini.

    2.3.2.1.  Sungai bertanggul

    Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan

    sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Dengan

    pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar

    dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    48/77

    2.3.2.2.  Sungai tidak bertanggul

    Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

    ditetapkan menjadi tiga berdasarkan kedalamannya. Pertama sungai yang

    mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-

    kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu.

    Kedua, sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20

    m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai

    pada waktu ditetapkan. Ketiga, sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20

    m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai

    pada waktu ditetapkan.(Menteri PU, 2008)

    2.3.3  Peraturan Sungai

    Setelah 20 Tahun berlalu, Pemerintah akhirnya mampu merampungkan PP

    tentang Sungai yang baru, yaitu PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai sebagai

    pengganti dari PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai. PP ini dibentuk sebagai

    penyesuaian terhadap perkembangan kondisi yang ada serta sebagai tindak lanjut

    UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

    Dalam PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai diatur mengenai batas garis

    sempadan sungai sesuai dengan karakterisitik masing-masing sungai. Garis

    sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang

    ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Fungsi sempadan sungai adalah

    sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan agar fungsi sungai

    dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    49/77

    Garis sempadan pada sungai dalam PP No. 38 tahun 2011 tentang Sungai

    ditentukan sebagai berikut:

    2.3.3.1.Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

    ditentukan: paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan

    kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai

    kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter); paling sedikit berjarak 15

    m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur

    sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai

    dengan 20 m (dua puluh meter); dan paling sedikit berjarak 30 m (tiga

    puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai,

    dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).

    2.3.3.2.Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan

    ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan

    kanan palung sungai sepanjang alur sungai.

    2.3.3.3.Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan

    ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan

    palung sungai sepanjang alur sungai.

    2.3.3.4.Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan

    paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul

    sepanjang alur sungai.

    2.3.3.5. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan

    paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki tanggul

    sepanjang alur sungai.

  • 8/18/2019 Pemanfaatan Sempadan Tukad Badung Sebagai Setting Kegiatan Rekreasi Publik Kota Denpasar

    50/77

    2.3.3.6.Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang air laut, dilakukan

    dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sesuai cara 1

    sampai 5 di atas yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.

    2.3.3.7.Garis sempadan danau paparan banjir ditentukan mengelilingi danau

    paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter) dari tepi

    muka air tertinggi yang pernah terjadi.

    2.3.3.8.Garis sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam ditentukan

    mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 m (dua ratus meter) dari

    pusat mata air.

    Terhadap daerah sempadan sungai diberikan perlindungan dengan cara

    pembatasan pemanfaatan sempadan sungai. Pemanfaatan sempadan sungai hanya

    dapat dilakukan untuk keperluan tertentu meliputi bangunan prasarana sumber

    daya air, fasilitas jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum, rentangan

    kabel listrik dan telekomunikasi dan kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu

    fungsi sungai, misalnya tanaman sayur-mayur.

    2