kondisi lingkungan disepanjang tukad badung provinsi bali

59
KONDISI LINGKUNGAN DISEPANJANG TUKAD BANDUNG PROVINSI BALI PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Upload: rusdi-ariawan

Post on 20-Jun-2015

3.016 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

KONDISI LINGKUNGAN DISEPANJANG

TUKAD BANDUNG PROVINSI BALI

PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH :

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber bagi kehidupan makhluk hidup. Air tidak hanya

berguna untuk mencukupi kebutuhan penduduk, tetapi juga keseimbangan

ekosistem. Manusia, binatang, tumbuhan dan mikroorganisme sangat

membutuhkan air sebagai unsur utama di dalam tubuh mereka.

Sungai merupakan salah satu sumber mata air yang dapat dimanfaatkan

manusia dan makhluk hidup lainnya dalam memenuhi kebutuhan biologis mereka.

Sungai tersebar di berbagai tempat, baik pedesaan maupun di perkotaan. Sungai

pedesaan umumnya memiliki air yang masih jernih. Namun sungai yang terdapat

di perkotaan kondisinya jauh dari suasana sungai pedesaan yang alami. Air sungai

kota tidak jernih, melainkan penuh sampah, pekat, hitam dan bau. Di samping itu

rumah-rumah kumuh berjejalan di pinggir sungai menjorok ke tengah, membuat

suasana penat bagi penduduk sekitar. Sungai kota sering menjadi momok

pemerintah kabupaten/kota dalam upaya menata dan memperindah kota.

Salah satu sungai yang melintasi kota Denpasar yaitu Tukad Badung. Namun

bukannya mendukung penciptaan keindahan kota, Tukad Badung justru menjadi

salah satu sumber masalah kota. Pada berbagai sudut Tukad Badung selalu

terdapat genangan sampah yang mengapung. Tukad Badung telah dijadikan

tempat sampah bagi sebagian masyarakat atau warga kota yang kurang memiliki

disiplin lingkungan. Tukad Badung memiliki fungsi seperti sebuah selokan karena

penampakan fisiknya, airnya kotor, berwarna gelap, berlumpur tebal, dipenuhi

sampah dan bau karena limbah dari rumah tangga dan dunia usaha.

Keadaan Tukad Badung yang makin parah dapat merepotkan Bali seandainya

tidak segera dilakukan penataan. Penataan ini menjadi makin penting artinya

karena selain Denpasar adalah kota pariwisata, Tukad Badung sudah terlanjur

diproklamirkan menjadi salah satu obyek wisata kota.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kota untuk menata kondisi

lingkungan di sepanjang Tukad Badung. Penataan sungai ini berupaya

mempertahankan kebersihan air sungai, kelancaran pengerakan air sungai, menata

Page 3: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 3

kawasan bantaran sungai termasuk menata masyarakat yang berada di sekitar

bantaran sungai. Pihak kebersihan kota Denpasar setiap hari turun sungai

membersihkan, menjaring dan menaikkan sampah. Pemerintah kota telah

mengadakan pelebaran sungai, metode kanalisasi dan kini sedang berkonsentrasi

melakukan penanganan terhadap daerah-daerah titik rawan banjir yang diharapkan

menjadi praktis menuju sanitasi lingkungan kota, baik saat musim hujan dan

kemarau. Selain itu perencanaan drainase dimatangkan serta menyiagakan tenaga

penggelontor.

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk menata kembali kondisi

Tukad Badung yang semakin buruk, namun hasilnya belum sesuai dengan yang

diharapkan. Misalnya dalam penanganan limbah organik, anorganik dan kimia di

Tukad Badung yang masih memerlukan strategi dan kajian yang intensif, karena

baku mutu air di Tukad Badung itu sendiri masih tergolong memprihatinkan. Di

samping itu, selama ini masyarakat masih memanfaatkan alur sungai sebagai

tempat pembuangan limbah atau sampah. Hal ini tentu saja dapat menghambat

upaya penataan Tukad Badung.

Kurangnya kesadaran masyarakat dan koordinasi antar instansi yang terlibat

serta gejala-gejala alam yang buruk lainnya yang mungkin terjadi tentu dapat

berpengaruh besar terhadap bau lingkungan, pemandangan alam, pelestarian

perairan pantai, ketersediaan air bahkan dapat menimbulkan kerusakan ekosistem

yang lebih parah di sepanjang Tukad Badung. Apabila kondisi ini dibiarkan terus

menerus, maka tidak mustahil akan terjadi ketidaknyamanan dalam menjalankan

aktivitas kota, kerusakan pemandangan dan aset wisata, krisis air bahkan

kepunahan ekosistem yang tentunya tidak diinginkan oleh semua pihak.

Manusia sebagai bagian dari ekosistem yang memiliki akal sehat tidak boleh

membiarkan masalah-masalah yang terjadi di Tukad Badung ini semakin berlarut-

larut, yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Upaya merekonstruksi

kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung harus segera dilaksanakan.

Keterpaduan program penanganan perlu dipersiapkan dan dimatangkan serta

diterapkan dengan baik agar tercipta ekosistem yang bersih, aman, lestari dan

indah.

Page 4: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran umum kondisi lingkungan di sepanjang Tukad

Badung serta upaya penanganan yang pernah dilakukan oleh Pemerintah ?

2. Bagaimanakah gambaran umum program penangan terpadu yang dapat

mengatasi kompetensinya masalah-masalah yang terjadi di lingkungan

sepanjang Tukad Badung ?

3. Bagaimanakah efektivitas, strategi serta model keterpaduan yang tepat

sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini yaitu :

1. Untuk mengetahui gambaran umum kondisi lingkungan di sepanjang

Tukad Badung serta upaya penanganan yang pernah dilakukan oleh

Pemerintah.

2. Untuk mengetahui gambaran umum program penangan terpadu yang dapat

mengatasi kompetensinya masalah-masalah yang terjadi di lingkungan

sepanjang Tukad Badung.

3. Untuk mengetahui efektivitas, strategi serta model keterpaduan yang tepat

sehingga dapat mewujudkan tujuan yang diharapkan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mengangkat program penanganan terpadu sebagai upaya menata kembali

kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung.

2. Mengatasi kompetensi masalah-masalah ekosistem yang terjadi terutama

di lingkungan sepanjang Tukad Badung dengan tetap memperhatikan

penguasaan wawasan, ilmu pengetahuan serta teknologi.

3. Meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam menjaga

kelestarian lingkungan di sepanjang Tukad Badung.

4. Meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah yang terlibat dalam

penataan Tukad Badung.

Page 5: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 5

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Penulisan paper ini pada pembahasannya dibatasi pada gambaran umum

kondisi Tukad Badung, kondisi upaya penanganannya, program penanganan

terpadu, efektivitas, strategi, model keterpaduan serta analisa kelebihan dan

kelemahannya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari paper ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,

ruang lingkup dan batasan masalah serta sistematika penulisan dari

paper ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori tentang gambaran umum daerah aliran Tukad

Badung, pembangunan dan sumber daya khususnya sumber daya alam

air, serta pendekatan pengelolaan lingkungan.

BAB III : RANCANGAN METODE PENELITIAN

Berisikan lokasi dan waktu penelitian, jenis data, bentuk data, sumber

data, metode penelitian dan analisis data yang digunakan dalam

penyusunan laporan penelitian ini.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi pembahasan tentang gambaran umum kondisi lingkungan di

sepanjang Tukad Badung, upaya penanganan yang pernah dilakukan

oleh Pemerintah, gambaran umum program penangan terpadu serta

efektivitas, strategi dan model keterpaduan yang tepat

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari uraian pembahasan

dan saran-saran yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya.

Page 6: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran umum Daerah Aliran Tukad Badung

2.1.1 Uraian Umum

Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung dengan luas ± 25,0 Km2

dengan batas-batas sebagai berikut:

- bagian utara dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.

- bagian timur dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.

- bagian selatan dibatasi oleh Teluk Benoa.

- bagian barat dibatasi oleh DAS Tukad Mati.

Tukad Badung berawal dari Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung,

kurang lebih 12 Km sebelah utara Kota Denpasar. Sungai tersebut mengalir ke

arah selatan melewati Kota Denpasar dan bermuara di Teluk Benoa. Panjang

Tukad Badung mulai dari hulu sampai Teluk Benoa ± 22 Km. Anak-anak sungai

utamanya adalah Tukad Tagtag dan Tukad Pedih.

2.1.2 Tinjauan Topografi, Iklim dan Geologi

Daerah.pengaliran Tukad Badung merupakan daerah dengan topografi

landai. Sampai jarak ± 10 Km dari muara mempunyai ketinggian 0 m sampai

dengan 20 m di atas permukaan air laut (dpal). Sedangkan daerah hulu bervariasi

antara 20 sampai. dengan.50 m dpal. Dimuara Tukad Badung ini dibuat waduk

muara (estuary reservoir). Sehingga dalam normalisasi alur sungai diperhitungkan

pula efek air balik (back water) dari waduk terutama saat banjir.

Berdasarkan data hujan dari tiga stasiun penakar hujan harian selama ± 37

tahun terakhir, yaitu stasiun Denpasar, Blahkiuh dan stasiun Tabanan maka hujan

rata-rata yang terjadi di DAS Tukad Badung diperkirakan sebesar 182,985 mm.

Stasiun klimatologi terdekat adalah stasiun Ngurah Rai, dimana menurut

data selama 12 tahun menunjukkan bahwa temperatur rata-rata bulanan 27,5 0C

dengan temperatur rata-rata bulanan maksimum 28 0C yang terjadi pada bulan

Januari sampai dengan April dan Oktober sampai dengan Desember. Sedangkan

temperatur rata-rata bulanan terendah 26 0C terjadi pada bulan Juli hingga

Agustus. Temperatur esktrim umumnya berkisar pada 32 0C dan 24

0C terjadi

Page 7: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 7

pada bulan April sampai dengan Oktober.

Kelembaban.relatif rata-rata tahunan ± 77,8 % dengan variasi antara ± 80

% pada musim penghujan dan ± 75 % pada musim kemarau. Penguapan rata-rata

bulanan berkisar antara 3,67 mm/hari sampai dengan 5,10 nm/hari, sedangkan

rembesan (infiltrasi) rata-rata bulanan diestimasi sebesar 2 mm/hari.

Berdasarkan peta geologi Pulau Bali dengan skala 1:250.000 dapat

diketahui bahwa sebagian besar Pulau Bali tertutup oleh endapan Vulkanik

kwarter hingga recent, sedang di sepanjang Tukad Badung dapat dibedakan

menjadi beberapa satuan batuan sebagai berikut :

- Satuan Aluvial pada Tukad Badung berupa pasir., kerikil dan endapan banjir.

Pada muara sungai membentuk kipas aluvial bercampur sedimen pantai berupa

pasir gampingan dan banyak mengandung pecahan korsi. Sebagai tanah penutup

berupa lempung / lanau bercampur pasir sering dijumpai di sepanjan.g Tukad

Badung sampai sekitar 20 m di daerah di dekat muara.

- Satuan batuan Vulkanik yang tersingkap di dasar dan tebing Tukad Badung

merupakan hasil erupsi kegiatan vulkanik Gunung Batur, Gunung Beratan dan

Gunung Buyan berupa lava breksi, batuan pasir tufa serta breksi tuff.

Di bagian selatan jalan Bypass Ngurah Rai dan di sekitar waduk muara

umumnya tertutup oleh rawa-rawa dan hutan bakau, sedang daerah pasang surut

di pantai nampak kering sekitar 1 - 2 Km

2.1.3 Data Aliran Tukad Badung

Di sepanjang Tukad Badung hanya terdapat satu tempat (pos) pengukuran

debit, yaitu di pos duga Ubung (belakang RSU Wangaya).

Dari hasil pengukuran oleh Proyek Hidrologi dan Hidrometri Bali, diperoleh debit

rata-rata maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 3,48 m3/dt. Dan debit

minimum terjadi pada bulan Agustus sebesax 2,06 m3/dt. Umumnya fluktuasi

muka air Tukad Badung menunjukkan trend menaik mulai bulan September

sampai mencapai maksimum pada bulan Februari. Setelah bulan Februari muka

air Tukad Badung menunjukkan trend menurun.

Pada musim kemarau (April - September) debit rata-rata yang tercatat di

pos duga Ubung sebesar 2,39 m3/dt, dan pada musim penghujan debit rata-rata

mencapai 3,04 m3/dt.

Page 8: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 8

Adapun aliran Tukad Badung sebagaimana telah diuraikan di depan hanya

tergantung dari hujan dengan tidak adanya mata air di sepanjang sungai. Namun

demikian keadaan debit Tukad Badung dipengaruhi pula oleh adanya air sisa

(tirisan) dari daerah irigasi yang ada di bagian hulu. Tirisan air itu berasal dari

Bendung Penarungan dan Kapal di Tukad Penet, dan Bendung Mambal dan

Bendung Peraupan di Tukad Ayung. Di samping itu secara langsung mendapat

tambahan (suplesi) air dari Bendung Oongan di Tukad Ayung lewat saluran

Oongan. Saluran Oongan itu bertemu dengan Tukad Badung di Suci.

Dengan adanya saluran suplesi Oongan itu, pemberian air untuk bagian

hilir Tukad Badung dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya. Demikian pula

dengan adanya sisa air irigasi dari Tukad Penet dan Ayung bagi aliran Tukad

Badung, maka pengoperasian pintu-pintu air di Bendung Penarungan, Kapal,

Mambal, Peraupan dan Oongan sangat mempengaruhi aliran air Tukad Badung,

baik kuantitas maupun kualitasnya.

2.1.4 Bangunan-bangunan Perairan di sepanjang Tukad Badung.

Dilihat dari keadaan topografi dan kondisi sungai maka Tukad Badung

dibagi menjadi 3 daerah tinjauan, yaitu :

- Daerah pertama dari Bendung Mertagangga ke hulu.

- Daerah kedua dari Bendung Mertagangga sampai dengan Bendung Gerak Tukad

Badung.

- Daerah ketiga dari Bendung Gerak Tukad Badung sampai dengan muara.

Sepanjang Tukad Badung yang panjangnya ± 22 Km terdapat beberapa

bangunan prasarana dan sarana pekerjaan umum dan 4 bangunan pengambilan

dan satu penampang air, terdiri dari

(1) Bendung Mertagangga.

Bendung ini terletak di desa Ubung Kecamatan Denpasar Barat, Kodya

Denpasar digunakan untuk irigasi 5 subak dengan luas rencana 462 Ha. Akhir-

akhir ini luas arealnya berkurang dengan adanya alih fungsi lahan menjadi ±

134 Ha. Bendung ini ditingkatkan oleh Pryek Irigasi Bali (PIB) yang sampai

dewasa ini masih berfungsi dengan baik.

(2) Pengambilan (Intake) Batan Nyuh.

Bangunan pengambilan ini terletak di Desa Buagan Kecamatan Denpasar

Page 9: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 9

Barat, Kodya Denpasar direncanakan untuk irigasi seluas 324 Ha oleh PIB.

Tetapi realisasi areal sekarang 387,50 Ha. Bangunan ini masih berfungsi

dengan baik.

(3). Pengambilan (Intake) Mergaya.

Pengambilan ini terletak di Desa Buagan Kecamatan Denpasar Barat dan

direncanakan untuk irigasi Mergaya seluas 427 Ha. Bangunan ini yang

ditingkatkan PIB masih herfungsi baik. Sebagian areal sawah telah beralih

fungsi untuk pemukiman dan lain-lain, sehingga yang masih ada seluas 349

Ha.

(4) Bendung Gerak Tukad Badung.

Bendung ini terletak di Desa Buagan dan direncanakan selain untuk irigasi

seluas 542 Ha, juga pengendali banjir Kota Denpasar. Bangunan ini dibangun

Proyek Perbaikan dan Pemeliharaan Sungai Bali tahun 1970/1971,

menggunakan pintu gerak dan masih berfungsi dengan baik. Sawah yang

masih ada saat ini seluas 375,50 Ha.

5) Waduk Muara (Estuary Reservoir).

Waduk ini terletak di Desa Kepaon Kecamatan Denpasar Selatan, Kodya

Denpasar, dengan bendungan dari urugan batu/limestone dengan inti

diafragma wall. Waduk ini merupakan wadah penampungan air dari Tukad

Badung dilengkapi dengan bendung karet sebagai spillway dan pintu radial.

Waduk dengan luas 35 Ha ini dengan kedalaman ± 3,7 m digunakan untuk

penyediaan air baku air bersih 300 l/dt, sehingga air Tukad Badung harus

memenuhi standar air baku tersebut. Waduk ini direncanakan dan ditangani

oleh Proyek Penyediaan Air Baku Bali

2.1.5 Pemanfaatan Air Tukad Badung.

Aliran sungai Tukad Badung terutama telah dimanfaatkan untuk mengairi

lahan pertanian basah (sawah). Berikut ini disajikan nama bendung dan luas

daerah layanan irigasinya sebagai berikut

a. Bendung Mertagangga 134,00 Ha. b. Pengambilan Batan Nyuh 387,50 Ha. c. Pengambilan Mergaya 349,00 Ha. d. Bendung Gerak Tukad Badung 372,50 Ha.

Jumlah = 1.243,00 Ha.

Page 10: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 10

Dari luas irigasi 1.243 Ha di daerah Tukad Badung- seluas ± 1.109 Ha di hilir

Bendung Mertagangga memperoleh suplesi air dari Tukad Ayung. Pola tanah

secara umum adalah padi-palawija. Padi ditanam periode Oktober Januari dan

palawija periode Februari - April. Dengan luas areal tanam padi ± 1.243 Na dan

palawija ± 1000 Ha, kebutuhan air untuk padi diperkirakan 1-2 1/dt/Ha. Sedang

palawija 1,0 1/dt/Ha sebagai "Maintenance Flow". Untuk bulan Mei-September

dianggap diperlukan debit 0,5 m3/dt.

2.2 Pembangunan dan Sumber Daya

2.2.1 Kebutuhan dasar manusia

Pembangunan yang dilakukan semua bangsa bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kualitas hidup manusia ditentukan

oleh tingkat pemenuhan kebutuhan yang paling utama bagi manusia, yang disebut

dengan kebutuhan dasar yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Kebutuhan dasar ini tidak statis, tetapi bersifat dinamis dan berkembang sesuai

dengan tingkat peradaban dan kesejahteraan manusia. Makin sedikit kebutuhan

dasar yang dapat dipenuhi manusia, makin buruk kualitas hidupnya. Hal ini

mengandung makna bahwa makin tinggi derajat kualitas hidup manusia, makin

baik kualitas lingkungan tempat manusia itu berada.

Untuk kelangsungan hidup manusia, setiap anggota masyarakat tidak

hanya membutuhkan materi saja (diukur dengan tingkat pendapatan), tetapi juga

kebutuhan biologis, spiritual, sosial budaya. Jadi, keberhasilan pembangunan

dengan tolok ukur (indicator) pendapatan per kapita per tahun sebenarnya kurang

tepat karena tidak menggambarkan kesejahteraan yang hakiki. Seseorang yang

pendapatannya jauh lebih besar dari rata-rata pendapatan masyarakat dapat merasa

tidak sejahtera karena hidupnya sering tidak nyaman, misalnya terancam oleh

gangguan keamanan. Selain itu, peningkatan pendapatan akan meningkatkan

konsumsi yang pada akhirnya dapat meningkatkan eksploitasi sumber daya alam,

dengan dampak berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Umumnya kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

(1) Kebutuhan dasar hayati. Untuk kelangsungan hidup secara hayati, manusia

hanya memerlukan air, udara, dan pangan dalam kuantitas dan kualitas

Page 11: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 11

tertentu. Dalam hal ini proses kehidupan manusia sangat sederhana, yaitu

lahir, bayi dan tumbuh menjadi dewasa, dan berkeluarga. Bagi yang telah

membuka diri, mereka melakukan transaksi dengan cara barter karena mereka

tidak mengenal uang, pasar atau jual beli. Kelompok ini sering disebut dengan

suku terasing. Masyarakat yang hidup dengan kondisi ini dikategorikan dalam

taraf "prasejahtera". Di beberapa daerah, pemerintah telah mencoba

membangun permukiman bagi suku terasing, yang tidak jauh dari lokasi

mereka tinggal semula. Namun, setelah mereka tempati selama 1-2 bulan,

permukiman tersebut mereka tinggalkan karena suasananya tidak sesuai

dengan kebiasaan mereka di lingkungan alami Adaptasi memerlukan proses

dan waktu (6-12 bulan), yang keberhasilannya ditentukan oleh sifat, karakter,

kebiasaan, kemauan, dan tingkat pendidikan seseorang atau kelompok

masyarakat.

(2) Kebutuhan dasar yang manusiawi. Kebudayaan yang dimililki manusia

membuat manusia berbeda dengan makhluk hidup lain. Manusia mempunyai

akal, budi, dan pengetahuan sehingga tuntutan hidupnya selalu berkembang.

Manusia makan tidak hanya untuk kenyang, namun perlu makanan yang sehat

dan bergizi. Individu atau kelompok masyarakat dikatakan hidup secara

manusiawi, apabila dapat terpenuhi kebutuhan dasar sebagai berikut:

(a) Energi (pangan), pakaian, dan rumah. Kebutuhan dasar ini harus terpenuhi

sehingga yang bersangkutan kutan dapat melakukan aktivitasnya dengan

baik.

(b) Pelayanan dan fasifitas sosial yang pokok. Manusia membutuhkan

pelayanan dan fasilitas sosial yang pokok sehingga dapat meningkatkan

pengetahuannya, jiwa dan fisiknya sehat, serta dapat bepergian ke tempat

lain dengan mudah. Untuk itu, pelayanan dan fasilitas sosial yang sangat

dibutuhkan manusia adalah pendidikan, kesehatan, air bersih, angkutan

umum, dan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

(c) Lapangan pekerjaan. Untuk mencukupi keperluan 1, hidupnya, manusia

harus bekerja. Jenis pekerjaan yang diharapkan seseorang tidak selalu

sama dengan yang lain, bergantung pada kemampuan atau keahliannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan pekerjaan bukan hanya

Page 12: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 12

sebagai sumber pendapatan, melainkan juga sebagai unsur martabat

manusia.

(d) Kesempatan mengembangkan seni dan budaya. Sebagai makhluk berbudi,

berakal, dan berbudaya, manusia menjadi dinamis, kreatif, serta

menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya.

(e) Kebebasan untuk melakukan ibadah agama. Banyak pakar menyatakan

bahwa kebutuhan dasar yang paling mendasar bagi manusia adalah kebe-

basan untuk melakukan ibadah agama. Ibadah agama sebagai wujud iman

seseorang atau kelompok masyarakat merupakan salah satu pernyataan

secara lahiriah tentang imannya. Dalam asas ekologi atau lingkungan,

perbedaan agama ini tidak mungkin dihilangkan karena individu atau

kelompok yang tertekan akan berupaya untuk tetap mempertahankan ke-

beradaannya atau survive. Hak-hak asasi manusia berkaitan erat dengan

kebebasan dan kesempatan (peluang), khususnya yang bersifat universal.

Sebagai contoh hak-hak asasi manusia ialah kebebasan untuk melakukan

ibadah agama, kebebasan mengeluarkan pendapat, kesempatan

memperoleh keadilan, kesempatan untuk berusaha, dan kesempatan untuk

ikut mengambil keputusan dalam hal-hal yang menentukan nasib dirinya

(keluarganya).

Jika salah satu atau sebagian kebutuhan dasar di atas tidak terpenuhi, maka

individu atau kelompok masyarakat itu belum hidup secara manusiawi.

Sebaliknya, seseorang atau kelompok masyarakat yang dapat memenuhi semua

kebutuhan dasar tersebut dikategorikan hidup dalam taraf "sejahtera".

Kebutuhan dasar untuk memilih. Perkembangan kemajuan dan peningkatan

pendapatan masyarakat, juga menyebabkan peningkatan tuntutan kebutuhan hi-

dupnya. Walaupun kebutuhan dasar yang manusiawi sudah terpenuhi, jika

keinginannya tidak tersedia, maka ia merasa tidak "sejahtera". Untuk dapat

memilih harus tersedia berbagai pilihan. Individu atau kelompok masyarakat yang

sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk memilih, dikatakan hidup dalam

taraf "pascasejahtera".

Pengelompokan kebutuhan dasar di atas hendaknya tidak diartikan secara kaku,

tetapi bersifat lentur atau fleksibel. Seseorang bisa saja termasuk dalam kategori

Page 13: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 13

ketiga (pascasejahtera), tetapi kebutuhan dasarnya pada kelompok kedua belum

semua terpenuhi. Sebagai contoh, pendapatan masyarakat cukup tinggi dan

berbagai jenis pilihan tersedia, tetapi hak-hak asasinya tidak dihormati, maka

masyarakat tidak berada pada taraf pascasejahtera. Hal ini banyak terjadi di

masyarakat majemuk (komunitas berbagai etnis) dan atau pemerintahan yang

tidak demokratis.

Apabila dihubungkan dengan ketiga kelompok kebutuhan dasar di atas, maka

hakikat pembangunan adalah untuk membuat masyarakat menjadi sejahtera atau

pascasejahtera. Pembangunan dan hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati

seluruh masyarakat, bukan hanya oleh kelompok tertentu saja. Untuk itu, konsep

pembangunan berwawasan lingkungan seyogianya diterapkan dengan sunguh-

sungguh sehingga masyarakat yang makmur dan sejahtera dapat terwujud secara

berkelanjutan.

2.2.2 Pembangunan

Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, daratan seluas 1,9 juta km2, panjang garis

pantai 80.791 km, laut seluas 3,1 juta km2, gunung api sebanyak 200 buah.

Kondisi geografis ini menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan memang

cukup kompleks sehingga diperlukan sumber daya manusia yang handal. Dalam

perencanaan pembangunan tidak hanya aspek biogeofisik yang menjadi fokus

perhatian, tetapi tidak kalah pentingnya adalah keadaan sosial ekonomi dan sosial

budaya masyarakat, serta ekosistem yang spesifik di daerah setempat. Dengan

demikian, pembangunan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan kualitas

lingkungan yang baik tetap terjaga (dipertahankan).

Pada dasarnya pembangunan adalah suatu perubahan, melalui intervensi manusia

atau perubahan yang sengaja dilakukan manusia dengan mendayagunakan sumber

daya. Dalam hal ini, perubahan sengaja dibuat atau dirancang, dengan tujuan

untuk mencapai kondisi yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya. Dengan

perkataan lain, kegiatan pembangunan merupakan pendayagunaan sumber daya

(alam, buatan, manusia) dan lingkungan sehingga harkat dan kesejahteraan

masyarakat meningkat. Sumber daya alam beserta lingkungannya merupakan

suatu kesatuan ekosistem, yang secara langsung atau tidak langsung bermanfaat

Page 14: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 14

bagi kehidupan manusia. Dalam suatu kesatuan ekosistem, manusia berperan

sebagai produsen, konsumen, dan pengelola.

Dalam kenyataannya, kegiatan pembangunan selalu menimbulkan dampak

lingkungan, baik positif maupun negatif. Untuk mencapai tujuan pembangunan,

upaya memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif

menjadi satu-satunya alternatif yang harus dilaksanakan oleh pelaku

pembangunan. Dengan upaya ini, pembangunan berwawasan lingkungan dapat

diwujudkan dan hasil pembangunan dapat dinikmati generasi sekarang dan

generasi yang akan datang.

A. Perubahan kualitas lingkungan

Perubahan atau perkembangan kualitas lingkungan hidup juga dapat terjadi tanpa

campur tangan manusia melalui kegiatan pembangunan. Artinya, secara alamiah

atau tanpa intervensi manusia, kualitas lingkungan juga dapat berubah. Terjadinya

peristiwa alam, seperti longsor dan banjir akan menyebabkan perubahan kualitas

lingkungan. Apakah perubahan ini dapat pulih atau tidak, bergantung pada daya

lenting lingkungan. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan itu

memulihkan diri secara alamiah. Misalnya, pencemaran ringan suatu perairan oleh

bahan organik dengan jumlah terbatas. Pencemaran ini tidak akan menimbulkan

masalah karena perairan itu mampu memulihkan kualitasnya secara alamiah.

Sebagai akibat peristiwa alam, ada tiga kemungkinan perkembangan kondisi

kualitas lingkungan hidup, yaitu:

(a) Relatif tetap (stabil). Kualitas lingkungan relatif tetap (tidak berubah), jika

daya lenting lingkungan relatif sama dengan tingkat kerusakan. Hal ini

menunjukkan bahwa lingkungan hanya mampu memulihkan kerusakan yang

diakibatkan gangguan alam sehingga kondisi lingkungan kembali seperti

semula. Contoh pada kondisi ini adalah kebakaran hutan (muda) yang luasnya

terbatas atau gempa bumi dengan kekuatan kurang dari 4,0 Skala Richter.

(b) Makin buruk atau menurun. Kualitas lingkungan makin buruk (rusak), apabila

daya lenting lingkungan lebih kecil dari tingkat kerusakan. Dalam hal ini, ling-

kungan tidak mampu memulihkan kerusakan yang terjadi sehingga kualitas

lingkungan menurun dibanding dengan sebelum terjadi peristiwa alam.

Sebagai contohnya untuk kondisi ini adalah terjadinya gempa bumi dengan

Page 15: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 15

kekuatan lebih dari 6,0 Skala Richter dan letusan gunung berapi.

(c) Makin baik. Kualitas lingkungan makin baik, jika daya lenting lingkungan

lebih besar dari tingkat kerusakan. Di sini lingkungan tidak hanya mampu

memulihkan yang rusak ke kondisi semula, tetapi lebih dari itu sehingga

kondisi lingkungan menjadi lebih baik daripada kondisi awal. Contohnya,

banjir (sementara) di daerah rendahan sepanjang sungai atau pantai yang

tidak ada penduduknya. Banjir ini membawa sedimen yang kaya unsur hara

dan terjadi sedimentasi (pengendapan) di daerah rendahan (cekungan). Unsur

hara tersebut menjadi tambahan pupuk bagi tanaman dan vegetasi di lokasi

banjir tersebut

Dengan adanya kegiatan pembangunan tingkat kerusakan lingkungan hidup

bergantung pada upaya pengendalian yang dilakukan oleh pelaku pembangunan.

Dalam hal ini ada tiga kemungkinan kondisi kualitas lingkungan hidup, yaitu:

(a) Kualitas lingkungan buruk atau menurun. Hal ini dapat terjadi karena sejak

awal pembangunan sampai kegiatan berjalan (tahap operasional), upaya

pengendalian dampak lingkungan tidak direncanakan atau dilakukan oleh

pemrakarsa. Jadi, selama kegiatan berjalan kualitas lingkungan akan terus

menurun.

(b) Kualitas lingkungan mula-mula buruk, kemudian baik. Kondisi ini terjadi

karena sejak awal pembangunan sampai operasional, pengendalian dampak

lingkungan tidak dilakukan oleh pemrakarsa. Seiring dengan meningkatnya

kepedulian masyarakat terhadap lingkungan atau diterapkannya peraturan

perundang-undangan tentang lingkungan, pemrakarsa terpaksa mencegah

perusakan dan pencemaran lingkungan. Apabila sampai pada waktu tl kualitas

lingkungan masih buruk, maka setelah t2 kualitas lingkungan menjadi baik

karena adanya tekanan dari masyarakat atau pemerintah (Gambar 7).

(c) Kualitas lingkungan baik. Hal ini dapat terjadi karena dalam perencanaan

kegiatan (proyek), biaya lingkungan sudah dimasukkan dalam anggaran

pembangunan. Jadi, sejak awal pembangunan sampai selama proyek

beroperasi, dampak lingkungan ditangani dengan serius dan dilakukan secara

kontinu. Perkembangan kualitas lingkungan dengan adanya kegiatan

pembangunan disajikan pada Gambar.

Page 16: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 16

Gambar 1. Perkembangan lingkungan hidup dengan adanya kegiatan

pembangunan

B. Dampak lingkungan

Umumnya di negara-negara sedang berkembang, pengendalian dampak

lingkungan sering tidak dilakukan oleh pemrakarsa atau pelaku pembangunan.

Pemrakarsa selalu berorientasi pada keuntungan ekonomi, tanpa memper-

timbangkan dampak lingkungan yang mungkin timbul. Upaya pengendalian

dampak lingkungan tidak dilakukan pemrakarsa, antara lain disebabkan:

(a) Biaya lingkungan (environmental cost) belum dimasukkan ke dalam

perencanaan suatu kegiatan. Dalam perencanaan suatu kegiatan (proyek

pembangunan), dasar pertimbangan utama adalah aspek ekonomi dan teknis,

sedangkan aspek lingkungan belum atau kurang menjadi perhatian pihak

pemrakarsa. Dengan keadaan ini, terjadinya pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang diakibatkan oleh suatu proyek pembangunan menjadi beban

masyarakat. Seharusnya, biaya lingkungan merupakan bagian dari biaya suatu

proyek pembangunan (menginternalkan biaya lingkungan).

(b) Kendala teknologi dan tenaga kerja. Dampak lingkungan sering timbul karena

teknologi yang digunakan tidak tepat dan tenaga kerja kurang menguasai

bidangnya. Dalam pengendalian dampak lingkungan, diperlukan teknologi

yang ramah lingkungan dan ekonomis, serta tenaga kerja yang menguasai

bidang pekerjaannya. Untuk itu, dalam perencanaan kegiatan, pemrakarsa

harus mempertimbangkan jenis teknologi yang akan digunakan dan

mempersiapkan tenaga kerja yang khusus mengelola lingkungan, dengan

keterampilan dan pengetahuan yang memadai.

(c) Dampak lingkungan timbul, setelah kegiatan berjalan cukup lama. Beberapa

dampak lingkungan (seperti logam berat) memang baru berbahaya atau toksik

setelah suatu kegiatan beroperasi cukup lama. Akan tetapi, hal ini tidak boleh

menjadi pernbenaran (alasan) untuk mentolerir kelalaian pemrakarsa

mengendalikan dampak tersebut. Sejak dini, pemrakarsa sudah mengetahui

Page 17: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 17

jenis bahan baku, bahan penolong, proses produksi, kapasitas produksi, serta

jenis dan volume limbah yang dihasilkan kegiatannya. Pengendalian dampak

negatif yang bersifat toksik harus dilakukan dengan benar, serius, dan sejak

awal kegiatan beroperasi.

(d) Penerapan sanksi hukum (law enforcement) tidak tegas dan konsisten.

Walaupun berbagai peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup

sudah diterbitkan, jika penerapannya tidak tegas dan konsisten, maka

pemrakarsa tidak akan pernah serius melakukan pengendalian dampak

lingkungan. Sanksi hukum barus diterapkan sehingga pemrakarsa berpikir dua

kali, jika kegiatannya merusak dan mencemari lingkungan.

(e) Lembaga swadaya masyarakat (LSM) kurang berperan. Di negara-negara

maju, selain masyarakat patuh terhadap sanksi hukum, LSM merupakan salah

satu kekuatan penekan sehingga perusahaan jarang yang merusak lingkungan.

Di Indonesia, sejak tahun 1990an sudah banyak berdiri LSM yang bergerak

dalam bidang lingkungan hidup. LSM yang sudah sering menggugat

perusahaan di pengadilan karena kasus pencemaran adalah WALHI (Wahana

Lingkungan Hidup), Jakarta. Mungkin, bukan menang atau kalah di

pengadilan yang penting, tetapi pengaruh dan "gesah" gugatan itu bagi

perusahaan-perusahaan lain. Di daerah sangat diperlukan LSM-LSM yang

berkualitas (vokal, objektif, dan gigih) agar pengendalian dampak lingkungan

berjalan dengan baik.

2.2.3 Sumber daya

Sumber daya (resources) adalah sumber persediaan, baik sebagai

cadangan maupun yang baru. Dari sudut pandang ekonomi, sumber daya

merupakan suatu input dalam suatu proses produksi. Sumber daya juga diartikan

sebagai suatu atribut atau unsur dari lingkungan, yang menurut anggapan manusia

mempunyai nilai dalam jangka waktu tertentu, yang ditentukan oleh keadaan so-

sial budaya, ekonomi, teknologi, dan kelembagaan. Dalam hal ini, bisa saja suatu

sumber daya belum dikategorikan sebagai sumber daya karena tidak mempunyai

nilai ekonomi. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi sumber daya itu

dapat diolah atau dimanfaatkan sehingga bernilai ekonomi. Misalnya, pohon atau

batang kelapa sawit hasil peremajaan menjadi masalah karena belum bemilai

Page 18: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 18

ekonomi. Setelah ditebang batang kelapa sawit tersebut dibiarkan membusuk atau

dibakar. Apabila suatu saat ditemukan teknologi untuk mengolahnya menjadi

bahan lain, misalnya bahan baku kertas, maka batang kelapa sawit menjadi

sumber daya yang bernilai ekonomi.

Menurut proses terjadinya, sumber daya dibedakan menjadi dua bagian:

(1) Sumber daya buatan, yaitu sumber daya yang sengaja dibuat manusia untuk

memenuhi kebutuhannya. Contoh: waduk, danau, tempat rekreasi, areal perta-

nian, perkebunan, dan lain-lain.

(2) Sumber daya alam, yaitu sumber daya yang tersedia di alam secara alami.

Contoh: hutan, air, tanah, ikan, satwa, udara, dan sebagainya.

Berdasarkan sifatnya, sumber daya alam dibedakan menjadi:

(a) Sumber daya alam fisik. Sumber daya alam ini merupakan benda-benda

mati (abiotik), tetapi memegang peranan penting dalam menentukan

kualitas lingkungan. Contoh sumber daya ini adalah tanah, air, iklim, dan

mineral-mineral

(b) Sumber daya alam hayati. Sumber daya ini terdiri dari makhluk hidup

(biotik) yang berperan sebagai produsen, perombak, dan konsumen.

Contoh: tumbuhan, mikroorganisme, satwa, dan ikan.

Sumber daya alam juga dibedakan menurut kemungkinan pemulihannya,

yaitu:

(1) Sumber daya alam dapat dipulihkan atau diperbaharui (renewable).

Kerusakan sumber daya ini dapat dipulihkan, baik secara alami maupun

oleh manusia. Kerusakan dapat pulih secara alami, apabila daya lenting

lingkungan sama dengan atau lebih besar dari pada tingkat kerusakan

yang terjadi. Keberhasilan pemulihan kerusakan sumber daya alam lebih

banyak ditentukan oleh manusia melalui pengetahuan dan teknologi yang

dimilikinya. Contoh sumber daya alam dapat dipulihkan atau diperbaharui

adalah tanah, air, hutan, padang rumput, populasi satwa dan ikan.

(2) Sumber daya alam tidak dapat dipulihkan atau diperbaharui

(nonrenezvable). Pemanfaatan sumber daya ini terjadi hanya sekali, tidak

dapat berulang-ulang. Artinya, sekali digunakan langsung habis, tidak da-

pat dipulihkan atau diperbaharui lagi. Dengan kondisi ini,

Page 19: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 19

pemanfaatannya harus dilakukan seefisien mungkin karena persediaannya

di alam terbatas. Contoh: tambang batubara, minyak bumi, gas alam, bijih

besi, bauksit, emas, dan bahan tambang lainnya.

Sumber daya alam yang tidak akan habis (continuous resources). Sumber

daya ini tidak pernah habis, walaupun digunakan terus menerus. Sumber

daya ini tersedia secara alami dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia atau makhluk hidup lainnya dengan menggunakan teknologi.

Contoh: energi matahari, angin, pasang surut air laut, gelombang laut, dan

air terjun.

A. Pemanfaatan sumber daya alam

Dalam pemanfaatan setiap sumber daya alam terjadi suatu proses yang

menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun negatif.

Sebaliknya, kualitas lingkungan juga akan menentukan kelangsungan suatu usaha

atau kegiatan. Artinya, lingkungan yang rusak dapat menyebabkan suatu usaha

tidak dapat beroperasi. Misalnya, pemanfaatan sumber daya alam hutan mangrove

untuk usaha tambak udang. Pembangunan tambak udang hendaknya tidak

membabat habis hutan mangrove, tetapi mempertahankan sebagian hutan

mangrove sebagai jalur atau sabuk hijau (green helt). Dalam hubungannya dengan

tambak udang, sabuk hijau antara lain berfungsi untuk rnencegah terjadinya abrasi

daratan pantai oleh gelombang air laut. Dengan dipertahankannya hutan mangrove

tersebut, maka tambak udang akan aman dari abrasi.

Dampak negatif yang dapat terjadi akibat pemanfaatan sumber daya alam,

antara lain:

(a) Kerusakan (degradasi) sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam

akan mengakibatkan kerusakan, baik di tempat kerusakan itu terjadi maupun

di luarnya. Tingkat kerusakan bergantung pada upaya yang dilakukan untuk

memulihkan atau menanggulangi dan mengendalikan kerusakan.

(b) Pencemaran tanah, air, dan udara. Penambangan, pengangkutan, dan

pengolahan sumber daya alam mineral (bahan tambang), seperti batu bara,

minyak bumi, bauksit, timah, dan lain-lain dapat mencemari tanah, air, dan

udara. Pencemaran tersebut akan mengakibatkan terganggunya kelangsungan

hidup makhluk hidup, termasuk manusia.

Page 20: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 20

(c) Konflik sosial. Konflik sosial dapat terjadi karena kepentingan masyarakat

terganggu. Kegiatan pertambangan misalnya, cukup banyak mengganggu

kepentingan masyarakat. Bukan saja akibat pencemaran dan bising yang

dirasakan masyarakat, tetapi juga kerusakan jalan atau mungkin desa menjadi

terisolir. Demikian juga kegiatan pengusahaan hutan sering menggusur

masyarakat, terutama masyarakat peladang berpindah di Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua). Masyarakat yang terganggu

aktivitas atau sumber penghidupannya tidak selalu dapat menerima keadaan

itu. Akibatnya, sering terjadi konflik sosial berupa bentrokan antara

masyarakat dengan pihak perusahaan atau dengan aparat keamanan dan

kejadian seperti ini telah banyak menelan korban jiwa.

B. Sumber daya alam milik bersama

Permasalahaan utama dalam pendayagunaan sumber daya alam adalah pada

pemanfaatan atau pengeksploitasian sumber daya alam milik bersama (common

property resources). Sumber daya alam milik bersama adalah sumber daya yang

terdapat di alam secara alami, yang tidak dimiliki oleh individu atau kelompok

masyarakat. Sumber daya ini dianggap sebagai milik umum sehingga setiap orang

atau kelompok masyarakat tidak merasa bertanggung jawab atas kerusakannya.

Contoh sumber daya ini adalah hutan, air tawar, air laut, udara, ikan di danau,

sungai dan laut, serta satwa liar.

Hutan sebagai sumber daya alam milik bersama, dalam pemanfaatannya lebih

mudah dikendalikan pemerintah. Hal ini disebabkan peraturan perundang-

undangan tentang kehutanan sudah ada sejak zaman Belanda serta jenis dan fungsi

masing-masing hutan sudah jelas. Lain halnya dengan sumber daya milik bersama

seperti air dan udara, pengendalian kerusakan atau pencemarannya lebih sulit

sebab setiap orang dapat melakukan pencemaran. Kerusakan dan pencemaran

sumber daya alam milik bersama makin berat dan banyak terjadi karena setiap in-

dividu atau kelompok masyarakat merasa tidak ikut bertanggung jawab untuk

melestarikannya. Contoh untuk menjelaskan pemanfaatan sumber daya alam milik

bersama, antara lain:

(a) Si X melihat penebang liar merusak hutan. Dalam hal ini si X tidak berbuat

apa-apa atau tidak melarang penebang liar itu karena si X merasa perbuatan

Page 21: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 21

penebang liar itu tidak mengganggu kepentingannya. Penebang liar tersebut

juga mungkin tidak merasa bersalah karena merasa kayu-kayu di hutan itu

tidak jelas kepemilikannya.

(b) Seseorang atau kelompok masyarakat membuang sampah di sungai atau laut.

Orang atau kelompok tersebut tidak merasa bersalah dengan perbuatannya itu

karena sungai atau laut dianggap tidak ada pemiliknya.

(c) Seseorang melihat pemburu satwa yang dilindungi. Orang tersebut tidak

melarang pemburu satwa itu karena punahnya satwa itu tidak merugikannya.

Pengeksploitasian sumber daya milik bersama secara berlebihan banyak

dilakukan pelaku pembangunan karena belum diciptakan mekanisme pasar yang

membatasinya. Akan tetapi, perjalanan sejarah pembangunan menunjukkan

adanya keterbatasan ketersediaan sumber daya alam, yang disebut dengan

kelangkaan sumber daya alam. Timbulnya kelangkaan sumber daya alam milik

bersama "memaksa" para pakar ekonomi mencari dan memunculkan teori-teori

ekonomi baru, yang disebut dengan ekonomi sumber daya atau ekonomi

lingkungan. Dalam pemanfaatan sumber daya, perlu adanya pembatasan, seperti

diameter pohon yang dapat ditebang, ukuran ikan yang boleh ditangkap, adanya

flora dan fauna langka, serta flora dan fauna yang dilindungi. Semuanya ini

bertujuan untuk memberikan kualitas lingkungan hidup yang•,baik dan

kesejahteraan bagi manusia.

C. Kualitas hidup dan sumber daya alam

Kualitas hidup manusia terutama ditentukan oleh tingkat pendapatannya.

Walaupun pendapatan yang tinggi bukan satu-satunya indikator kesejahteraan,

tetapi dengan pendapatan yang tinggi seseorang mempunyai peluang lebih besar

untuk mencapai kesejahteraan. Makin tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi

kualitas hidupnya. Apabila suatu wilayah kaya akan sumber daya alam, maka

wilayah itu dapat lebih sejahtera dibanding dengan daerah lain yang lebih sedikit

sumber daya alamnya. Kesejahteraan masyarakat akan makin tinggi, jika wilayah

itu mempunyai sumber daya manusia yang mampu mengelola sumber daya alam

dengan baik.

Sebagai gambaran umum, hubungan antara kualitas hidup (Kh) dengan

sumber daya alam dan jumlah penduduk dapat diformulasikan sebagai berikut:

Page 22: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 22

Kh = Jumlah sumber daya alam yang dapat dikelola___________

Jumlah penduduk x konsumsi sumber daya alam per kapita

Persamaan di atas memperlihatkan bahwa dengan jumlah sumber daya alam yang

dapat dikelola dan konsumsi sumber daya alam per kapita tetap, tetapi jumlah

penduduk bertambah, maka kualitas hidup manusia akan menurun. Kualitas hidup

juga menurun, jika jumlah sumber daya alam yang dapat dikelola dan jumlah

penduduk tetap, tetapi konsumsi sumber daya alam per kapita bertambah. Kualitas

hidup manusia akan jauh menurun, jika jumlah sumber daya alam yang dapat

dikelola tetap, tetapi jumlah penduduk dan konsumsi sumber daya alam per kapita

bertambah.

Gambar 2

Pengerukan lumpur dan sedimentasi di sungai makin sering dilakukan karena

kerusakan lingkungan di daerah hulu

2.2.4 Sumber Daya Alam Air

Air sebagai sumber daya alam, sangat penting dan mutlak diperlukan semua

makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Air digunakan manusia

untuk berbagai keperluan, seperti keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan,

industri, sumber energi, sarana transportasi, dan tempat rekreasi.

Kebutuhan air tiap orang ditentukan oleh tingkat kemajuan peradaban

Page 23: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 23

manusia. Di Indonesia, untuk kebutuhan rumah tangga penduduk di perdesaan

memerlukan air 40-50 It/hari/jiwa, sedangkan penduduk di perkotaan lebih

banyak menggunakan air, yaitu 80-100 It/hari/jiwa. Pada masa mendatang

berbagai kegiatan pembangunan dan kemajuan di dunia makin memerlukan lebih

banyak air dengan kualitas tertentu. Pertumbuhan penduduk, perkembangan

industri, kebutuhan pangan, usaha perikanan air tawar dan pertambakan, serta

kemajuan dan perkembangan teknologi, semuanya memerlukan air.

2.2.4.1 Penggolongan dan peruntukan air

Mengingat pentingnya peranan air, jumlahnya yang terbatas, dan makin

tingginya intensitas pencemaran perairan, memerlukan upaya menjaga kualitas

air. Upaya menjaga kualitas air dapat dilakukan melalui pengelolaan air.

Misalnya, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu kegiatan industri hares diolah

lebih dahulu sebelum dibuang ke perairan umum sehingga tidak mencemari

sungai, waduk, danau, dan atau laut.

Untuk mengendalikan pencemaran air, air dikelompokkan sesuai dengan

peruntukannya menjadi 4 golongan, yaitu:

Golongan A adalah air yang dapat digunakan sebagai sumber air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B adalah air dengan kadar pencemaran rendah, dengan BOD

(Biochemical Oxygen Demand) antara 20-40 miligram/liter. Air

jenis ini masih bisa diminum tetapi harus direbus terlebih dahulu.

Golongan C adalah air dengan kadar BOD lebih tinggi yang peruntukannya

berubah yaitu hanya dapat digunakan untuk keperluan perikanan,

peternakan dan peternakan.

Golongan D adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dapat

dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pem bangkit

listrik tenaga air.

Masing-masing golongan air mempunyai kriteria sendiri, yaitu parameter

kualitas air untuk golongan A, B, C, dan D. Suatu badan air dapat diketahui

kualitas airnya (tercemar atau tidak) melalui analisis contoh air di laboratorium

dan membandingkannya dengan baku mutu air. Apabila hasil analisis

menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar, maka sejak dini dapat dilakukan

Page 24: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 24

upaya pencegahan atau pengendaliannya. Badan air dapat berupa sungai, waduk,

danau, laut, dan air tanah.

Untuk penerapan baku mutu air, setiap sungai harus jelas peruntukannya. Artinya,

semua provinsi atau kabupaten atau kota, menginventarisasi semua sungai (anak

sungai dan sungai utama) dan menggolongkannya menurut peruntukannya. Satu

sungai bisa saja terdiri dari beberapa golongan, bergantung pada peruntukan

sungai bersangkutan. Misalnya, sungai bagian hulu termasuk golongan A atau B,

bagian tengah golongan B atau C, dan bagian hilir golongan C atau D. Dilihat dari

penggolongan sungai diatas, memperlihatkan bahwa pencemaran sungai di Bali

sudah melampaui ambang batas untuk sejumlah peruntukan.

Penggolongan sungai tersebut harus mempunyai kekuatan secara hukum, yaitu

dengan Ketetapan Gubernur, Bupati atau Walikota. Sungai-sungai yang sudah

jelas penggolongan dan peruntukannya, sebaiknya disosialisasikan melalui media

massa dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar sungai bersangkutan. Hal ini

akan memudahkan pemantauan suatu sungai dan melindungi biota perairan,

ekosistem akuatik, dan masyarakat dari dampak pencemaran air.

2.2.4.2 Parameter kualitas air

Reaksi air (pH)

Reaksi atau keasaman suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan

basa dalam air. pH didefinisikan sebagai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen

(H) dalam mol per liter. Air murni pada suhu 250 C mengandung ion H

+ dan OH

-

sebesar 10-7

mol per liter sehingga pH air yang netral adalah 7. Jika nilai pH ku-

rang dari 7, air bersifat asam dan bila pH lebih besar dari 7, air bersifat

basa/alkalis. Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah

yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi

(pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air, yang jika bereaksi

dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+

(larut dalam air). Air

bersifat alkalis (pH tinggi) disebabkan adanya karbonat, bikarbonat, dan atau

hidroksida. Apabila nilai pH air kurang dari 5,0 atau lebih besar dari 9,0 maka

perairan itu sudah tercemar berat sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan

tidak layak digunakan untuk keperluan rumah tangga. Perubahan keasaman air,

baik ke arah asam (pH menurun) atau ke arah alkalis (pH meningkat), perlu

Page 25: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 25

dicermati sehingga ekosistem perairan itu tidak terganggu. Air yang pH-nya tinggi

umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi. Selain gangguan terhadap

ekosistem perairan. pH air yang tinggi juga mengakibatkan penggunaan air

menjadi terbatas, misalnya, tidak layak digunakan untuk prosesing bahan

makanan, tangki-tangki uap, merusak pipa saluran air. Demikian juga pH air yang

rendah dapat mengakibatkan pipa-pipa besi cepat berkarat dan bersifat korosif

terhadap baja.

2.2.4.3 Bahan pencemar perairan

Pencemaran air adalah masuknya bahan yang tidak diinginkan ke dalam air (oleh

kegiatan manusia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas

air tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran air tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk

hidup, tetapi juga mengakibatkan "gangguan" secara estetika, seperti air yang

mengandung minyak atau bahan lain yang mengapung. Bahan pencemar yang

masuk ke suatu perairan biasanya merupakan limbah suatu aktivitas.

Gambar 3

Pencemaran air menyebabkan air tidak dapat digunakan sesuai dengan

peruntukannya

Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar air dibedakan sebagai:

(1) Limbah domestik (limbah rumah tangga, perkantoran, pertokoan, pasar, dan

pusat perdagangan).

Page 26: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 26

(2) Limbah industri, pertambangan, dan transportasi

(3) Limbah laboratorium dan rumah sakit.

(4) Limbah pertanian dan peternakan.

(5) Limbah pariwisata.

Menurut bentuknya, limbah dibedakan menjadi limbah padat, limbah cair,

limbah gas, dan campuran dari limbah tersebut. Selain itu, jenis limbah menurut

susunan kimianya terdiri dari limbah organik dan limbah anorganik, sedangkan

menurut dampaknya terhadap lingkungan dibedakan sebagai limbah bahan

berbahaya dan keracunan (B3) dan limbah yang tidak berbahaya atau beracun.

Ditinjau dari segi ketahanannya di suatu lingkungan, pencemar dibagi menjadi:

(a) Pencemar yang tidak permanen, stabil selama kurang dari satu bulan.

(b) Pencemar sedang, stabil selama 1-24 bulan.

(c) Pencemar cukup permanen, stabil selama 2-5 tahun.

(d) Pencemar permanen, stabil selama lebih 5 tahun.

- Pencemaran air oleh erosi

Peristiwa erosi banyak terjadi di kawasan hutan yang telah rusak dan daerah

pertanian lahan kering pada kemiringan lereng lebih besar dari 8%, tanpa tindakan

konservasi tanah. Selain penurunan kesuburan tanah di tempat terjadinya erosi,

partikel tanah dan bahan organik yang terangkut berikut senyawa yang terkandung

di dalamnya akan mengendap menjadi lumpur (sedimentasi), terlarut, dan atau

tersuspensi di badan air penerima (sungai, waduk, danau, laut).

Kandungan lumpur atau sedimen mengakibatkan pendangkalan perairan. Selain

itu, kandungan lumpur, bahan terlarut dan tersuspensi akan membuat perairan

menjadi keruh. Suatu perairan yang keruh memberikan dampak berkurangnya

oksigen dalam air, sarang tempat ikan bertelur tertutup, dan gangguan terhadap

fotosintetis fitoplankton. Apabila dalam peristiwa erosi tersebut banyak terangkut

unsur P (phosphat) dan atau N (nitrogen), maka unsur ini akan mengakibatkan

suatu perairan menjadi subur, yang disebut dengan peristiwa eutrofikasi.

Eutrofikasi adalah proses pengkayaan suatu perairan (biasanya di waduk atau

danau) oleh unsur hara P dan atau N, yang mengakibatkan terjadinya "ledakan"

fitoplankton (terutama ganggang/algae) dan gulma air. Dampak negatif dari

"ledakan" tersebut adalah berkurangnya persediaan oksigen terlarut untuk biota air

Page 27: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 27

karena fitoplankton memerlukan oksigen yang lebih banyak. "Ledakan"

fitoplankton juga mengakibatkan terhambatnya sinar matahari menembus (masuk

ke dalam) perairan, yang diperlukan untuk proses biokimia dan biota air. Jadi,

pengkayaan suatu perairan oleh unsur P dan atau N akan mengakibatkan

gangguan terhadap keseimbangan ekosistem perairan itu.

Di daerah pertanian dengan penggunaan pestisida (fungisida, insektisida, dan

herbisida) yang intensif, aliran permukaan juga akan mengangkut residu pestisida

ke suatu perairan. Pencemaran air oleh pestisida, terutama jenis yang sukar larut

dalam air sangat berbahaya bagi biota perairan dan manusia melalui suatu proses,

yang disebut dengan proses magnifikasi biologis (biological magnification).

- Pencemaran air oleh logam berat

Pencemaran oleh logam berat terjadi di perairan, tanah, dan udara, tetapi yang

paling berbahaya bagi kehidupan adalah yang terjadi di perairan. Logam berat

adalah logam yang mempunyai densitas (kepadatan) lebih besar dari 5 g/ cm3.

Pencemaran air oleh logam berat akan mengganggu kehidupan, karena

mengakibatkan keracunan yang terakumulasi pada jaringan biota perairan, yang

pada akhirnya akan meracuni manusia dan ternak yang mengkonsumsinya.

Dibandingkan dengan bahan pencemar logam berat, pencemaran air oleh limbah

agroindustri relatif lebih mudah ditangani dan dampaknya tidak seberat limbah

industri lainnya.

2.2.4.4 Upaya penanggulangan pencemaran air

Pencegahan dan penanggulangan pencemaran air yang diakibatkan oleh kerusakan

hutan dan kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan:

(a) Meningkatkan usaha reboisasi dan penghijauan di lahan kritis.

(b) Mencegah perambahan hutan dengan pengawasan dan penerapan sanksi

hukum yang tegas.

(c) Menerapkan sistem pertanian konservasi.

(d) Menggunaan pupuk dan pestisida seperlunya.

(e) Menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air pada setiap pemanfaatan

lahan.

Pencemaran air oleh limbah domestik dan industri atau kegiatan lainnya

dapat dicegah atau diminimalkan dengan cara:

Page 28: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 28

(a) Mengumpulkan limbah padat domestik sehingga tidak masuk ke perairan

umum.

(b) Memanfaatkan limbah padat domestik untuk keperluan lain, seperti

pengomposan untuk limbah bahan organik dan sistem daur ulang bagi limbah

lainnya.

(c) Memproses limbah padat domestik dengan sistem landfill sanitary (sistem

penimbunan berlapis).

(d) Memisahkan limbah padat dari limbah cair

2.2.4.5 Sumber daya air dan masyarakat tradisional

Masyarakat tradisional menganggap dirinya bagian dari alam dan hidup

dari alam sekitarnya sehingga mereka merasa bertanggung jawab untuk mencegah

kerusakan alam. Kepercayaan dan budaya masyarakat tradisional yang

ditunjukkan oleh pandangan, sikap, dan tindakan nyata, disadari atau tidak

merupakan suatu wujud konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Dalam

kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak berhadapan dengan alam, tetapi

beradaptasi dan menyatu dengan alam. Masyarakat tidak pernah belajar tentang

teori konservasi tanah dan air, pengelolaan hutan, kualitas lingkungan, siklus air,

atau ekonomi lingkungan, tetapi mereka telah berbuat yang terbaik terhadap alam

sekitarnya (lingkungan).

Bagaimana dengan era yang serba canggih sekarang, apakah masyarakat

modern harus kembali ke budaya tradisional? Hal ini tentu tidak perlu dilakukan

manusia, tetapi kearifan masyarakat tradisional memandang alam lingkungannya

tidak salah untuk diteladani. Untuk itu, manusia modern wajib menempatkan

dirinya sebagai bagian dari suatu ekosistem, bukan di luar. Dengan demikian,

pemanfaatan sumber daya alam akan disertai rasa tanggung jawab, bukan

mengeksploitasinya secara berlebihan karena mengutamakan materi (harta benda).

Sebagai makhluk ciptaan-Nya yang bernalar dan berbudaya, manusia wajib

mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Dengan pengelolaan sumber daya

alam yang berasaskan pada pelestarian fungsi lingkungan, maka kegiatan pem-

bangunan dan hasilnya tidak menjadi bumerang bagi manusia. Di samping itu,

nilai-nilai budaya masyarakat tradisional yang tidak bertentangan dengan iman

kita, ada baiknya jika digali, dikembangkan, dan dilestarikan.

Page 29: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 29

Semua suku bangsa di Indonesia ini mungkin mempunyai tradisi, norma, dan

budaya yang berkaitan dengan pencegahan perusakan lingkungan. Mungkin tanpa

mereka sadari, mereka melakukan penyelamatan lingkungan atau dapat dikatakan

mereka bertindak dengan kearifan lingkungan (ekologi). Berikut ini adalah contoh

suku bangsa yang kepercayaan dan budayanya sangat menghargai alam

sekitarnya.

Masyarakat Bali

Dalam masyarakat Bali, kesempumaan dicapai apabila terjadi keseimbangan

antara "Bhuana Alit" (mikrokosmos, manusia) dengan "Bhuana Agung"

(makrokosmos, alam semesta). Selain itu, mereka percaya adanya suatu kekuatan

luar biasa di luar dirinya, yang mampu mengatur keseimbangan antarunsur-unsur

Panca Maha Bhuta (air, cahaya, angin, angkasa, dan tanah). Unsur-unsur ini juga

dalam keadaan seimbang dengan Bhuana Alit dan Buana Agung, yang disebut Tri

Hita Karana. Dengan berpedoman kepada Tri Hita Karana dan Trimurti,

masyarakat selalu menjaga mata air dari pencemaran dan kerusakan, dengan

membuat berbagai pantangan, termasuk kewajiban untuk memelihara lokasi

sekitar mata air.

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat norma yang harus ditaati anggota

masyarakat, yang disebut dengan awig-awig (peraturan adat desa). Awig-awig ini

berkaitan dengan lingkungan alam, seperti larangan mencuri buah-buahan di

hutan, larangan mengambil kayu yang tumbang di hutan, dan sebagainya. Bagi

anggota masyarakat yang melanggar awig-awig, dikenakan sanksi adat. Awig-

awig tersebut berjalan secara turun-temurun, yang juga banyak kesamaan dengan

nilai-nilai agama Hindu.

Dalam masyarakat Bali juga terdapat "subak", yaitu suatu bentuk organisasi

masyarakat, yang secara khusus mengatur air irigasi. Organisasi subak tetap

langgeng dan dapat berfungsi dengan baik karena dalam operasionalnya tidak

terlepas dari aturan adat dan nilai-nilai agama Hindu.

2.3 Pendekatan pengelolaan lingkungan

Setiap rencana usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak

penting, diperlukan upaya pengelolaan sehingga dampak yang timbul dapat

ditoleransi lingkungan. Untuk itu, pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan

Page 30: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 30

lingkungan pada setiap tahap kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yang

terjadi. Dalam pengembangan dampak positif dan pencegahan terjadinya dampak

negatif, pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan,

dan teknologi. Pendekatan sosial ekonomi menjelaskan aspek sosial ekonomi,

pendekatan kelembagaan menentukan lembaga yang terkait, dan pendekatan

teknologi menguraikan pilihan teknologi yang digunakan dalam upaya

pengendalian dampak.

2.3.1 Pendekatan sosial ekonomi

Contoh pada tahap prakonstruksi (persiapan). Rencana kegiatan pembebasan

tanah berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan masyarakat.

Dalam hal ini pendekatan sosial ekonomi yang dapat dilakukan pemrakarsa,

antara lain adalah:

(a) Pemrakarsa bersama instansi terkait melakukan penyuluhan kepada

masyarakat tentang rencana kegiatan dan manfaatnya bagi masyarakat, daerah,

dan atau negara.

(b) Pemrakarsa melakukan musyawarah mufakat dengan pemilik tanah (tidak

melalui perantara atau pihak ketiga) untuk menentukan besar nilai tanah,

tanaman, dan atau bangunan, dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang

berlaku.

(c) Penduduk menerima uang penggantian tanah secara utuh, pemrakarsa tidak

menggunakan jasa pihak ketiga dan sebaiknya pembayaran dilakukan melalui

bank.

(d) Pemrakarsa mengutamakan penduduk yang terkena pembebasan lahan

menjadi tenaga kerja, sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan

perusahaan.

Contoh pada tahap konstruksi (pekerjaan fisik). Kegiatan pengangkutan

material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan jalan. Untuk itu,

pemrakarsa wajib memperbaiki jalan yang rusak dan sebaiknya jalan tersebut

menjadi lebih baik daripada sebelum ada kegiatan pemrakarsa.

Contoh pada tahap pascakonstruksi (operasional). Suatu usaha atau kegiatan

setelah beroperasi ternyata limbah cairnya mengakibatkan pencemaran terhadap

sumur penduduk di sekitarnya. Pendekatan sosial ekonomi untuk menanggulangi

Page 31: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 31

pencemaran air sumur tersebut dapat dilakukan pemrakarsa dengan menyediakan

air bersih bagi penduduk, misalnya membuat sumur dalam (sumur bor).

Untuk meningkatkan dampak positif pada tahap pascakonstruksi,

pemrakarsa sebaiknya mengalokasikan dana sosial untuk membantu dan atau

membina masyarakat di sekitarnya. Misalnya, bantuan untuk perbaikan atau pem-

bangunan tempat ibadah, perbaikan jalan, bantuan pada perayaan hari-hari besar,

pembinaan KUD, pelatihan keterampilan, dan lain-lain.

2.3.2 Pendekatan kelembagaan (institusi)

Sehubungan dengan contoh di atas, untuk kegiatan pembebasan tanah,

pendekatan kelembagaan (institusi) yang dilakukan pemrakarsa bergantung pada

lokasi rencana lokasi kegiatan. Dalam hal pembebasan lahan, pemrakarsa bekerja

sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) , Badan Pertanahan Nasional (BPN),

dan Camat untuk memberikan penjelasan melalui penyuluhan tentang usaha atau

kegiatan yang akan dilakukan. Demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman

tumbuh, dan bangunan yang akan dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi

harus dicapai melalui musyawarah mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi

terhadap anggota masyarakat.

Untuk melakukan perbaikan jalan, misalnya pemrakarsa dapat bekerja

sama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pencemaran udara

dan perairan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Dalam masalah ketenagakerjaan,

pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan masalah sosial

lainnya bekerja sama dengan Bapedalda.

2.3.3 Pendekatan teknologi

Pendekatan teknologi dalam pengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap

konstruksi dan pascakonstruksi. Pada prinsipnya pendekatan teknologi adalah

penggunaan teknologi yang dapat meminimalkan dampak lingkungan dan secara

ekonomis tidak merugikan pemrakarsa.

Sebagai contoh pendekatan teknologi adalah pada pekerjaan pembukaan

lahan perkebunan besar. Pekerjaan ini akan menimbulkan dampak besar dan

penting berupa erosi. Pendekatan teknologi untuk menekan erosi dapat dilakukan

Page 32: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 32

dengan membuat saluran pembuangan (drainase) pada tempat-tempat tertentu,

mengolah tanah menurut garis kontur, dan membuat guludan untuk menahan laju

aliran permukaan. Setelah pengolahan tanah selesai, pada lokasi yang kemiringan

lerengnya lebih dari 8% dibuat teras atau rorak, dan dilakukan penanaman

tanaman penutup tanah. Untuk mencegah terjadinya tanah longsor dapat

dilakukan dengan menanam pohon-pohonan di tempat-tempat yang terjal atau

membuat tanggul penahan longsor.

Pencemaran udara dapat ditanggulangi melalui upaya pengurangan polutan

(pencemar) yang masuk ke udara, misalnya dengan menggunakan alat penangkap

debu (dust collector) atau saringan debu. Penanganan pencemaran udara oleh gas

pada prinsipnya adalah dengan cara mengurangi kandungan emisi gas pencemar

sehingga gas yang masuk ke udara tidak berbahaya bagi lingkungan. Hal ini dapat

dilakukan dengan memasang alat penyaring gas di sumber pencemar, mengubah

teknologi proses produksi, atau mengganti bahan bakar. Untuk mengurangi bising,

misalnya oleh mesin, dapat dilakukan dengan memasang peredam suara,

menempatkan mesin pada jarak tertentu, atau menempatkan mesin dalam ruang

tertutup.

Pendekatan teknologi yang dibahas dalam uraian selanjutnya adalah

tentang agroindustri. Kegiatan agroindustri menyebar di berbagai tempat sampai

ke perdesaan, banyak menggunakan air, dan berpotensi mencemari perairan

umum. Dampak pencemaran agroindutri sangat luas, baik terhadap manusia

maupun biota perairan.

A. Limbah cair agroindustri

Agroindustri adalah industri yang bahan bakunya hasil pertanian atau mengolah

bagian-bagian tanaman menjadi bahan lain. Contoh agroindustri adalah industri

tapioka, minyak kelapa sawit, gula, karet, nenas, dan lain-lain. Limbah

agroindustri terdiri dari: (a) limbah padat, berupa ampas atau padatan lainnya; (b)

limbah cair, berupa air dengan zat tersuspensi dan terlarut; serta (c) sisa-sisa

bahan baku yang tidak ikut dalam proses produksi.

Limbah padat agroindustri yang diuraikan oleh mikroba akan menghasilkan asam

sulfida (H2S) dan fosfin, yang menyebabkan air "busuk" dengan bau yang

menusuk. Di samping itu, zat beracun seperti asam sianogenik, methan, amonia

Page 33: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 33

bersama-sama dengan karbon dioksida akan menimbulkan gangguan berat

terhadap biota perairan (plankton, benthos, dan nekton).

Umumnya limbah agroindustri berupa senyawa organik yang masuk ke suatu

perairan, memberikan dampak sebagai berikut:

(a) Peningkatan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroba pembusuk

(pengurai) senyawa organik, yang dinyatakan dengan BOD (Biochemical

Oxygen Demand).

(b) Peningkatan oksigen terlarut yang diperlukan dalam proses kimia, yang

dinyatakan dengan COD (Chemical Oxygen Demand).

(c) Penurunan kadar oksigen terlarut (DO, Dissolved Oxygen).

(d) Peningkatan senyawa beracun dalam air dan bau "busuk" yang menyebar dari

perairan itu.

(e) Penurunan pH air sehingga air bersifat asam.

Semua perubahan tersebut akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan

ekosistem perairan.

Dalam proses produksinya, agroindustri menghasilkan limbah cair dalam jumlah

banyak, yang pada akhimya akan masuk ke suatu perairan (sungai, waduk, danau,

dan atau laut). Contoh agroindustri yang berpotensi mencemari perairan umum,

industri tapioka menghasilkan limbah cair sebanyak 50-60 m3 per ton produk

tepung tapioka, industri gula sebanyak 30-40 m3 per ton produk gula, industri pulp

sebanyak 80-100 m3 per ton produk pulp kering udara, industri kertas sebanyak

70-80 m3 per ton produk kertas kering udara, industri karet sebanyak 30-40 m

3 per

ton produk karet, dan industri pengolahan minyak sawit sebanyak 5-6 m3 per ton

produk minyak

sawit. Parameter kunci kualitas air yang umum diamati atau diukur sebagai akibat

limbah cair agroindustri adalah BOD5, COD, pH, total padatan tersuspensi,

minyak dan lemak, serta NH3-N (Amonia total).

Pada tahap awal, pemisahan dan pengumpulan limbah padat merupakan pekerjaan

yang penting karena akan menentukan keberhasilan pengendalian beban

pencemaran pada tahap berikutnya. Limbah padat yang sudah dipisahkan dari

limbah cair, dikumpulkan di tempat tertentu dan diupayakan pemanfaatannya.

Makin banyak limbah padat yang tercampur dengan limbah cair, makin tinggi

Page 34: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 34

beban pencemaran.

B. Pengolahan limbah cair

Pendekatan teknologi yang banyak digunakan dalam pengendalian

pencemaran air oleh agroindustri adalah dengan membangun Unit Pengolahan

Limbah Cair (UPLC). UPLC terdiri dari serangkaian kolam (disebut kolam

stabilisasi), yang bertujuan untuk menstabilkan limbah cair (mengurangi beban

pencemaran). Pemrakarsa banyak memilih teknologi UPLC karena konstruksinya

sederhana, mudah dilaksanakan, dan tanah cukup tersedia. Keunggulan teknologi

UPLC dalam penanggulangan limbah cair adalah sebagai berikut:

(a) Konstruksi sederhana, mudah dirancang dan diubah, jika diperlukan

perubahan.

(b) Tanah yang digunakan mudah direklamasi, jika suatu saat diperlukan untuk

penggunaan lain.

(c) Mampu memulihkan kualitas limbah cair dengan biaya pemeliharaan yang

relatif murah.

(d) Dapat memulihkan pencemaran berat, tetapi dengan masa retensi (retention

time) yang lebih lama.

(e) Relatif tetap aktif walaupun limbah yang masuk beragam, seperti limbah

peternakan, limbah rumah tangga, dan lim

(f) Menghasilkan ganggang (alga) yang mengandung protein tinggi, yang dapat

dimanfaatkan untuk usaha perikanan.

Rancangan dan ukuran UPLC dapat dibuat, jika tersedia data kuantitatif sebagai

berikut:

(1) Berat atau volume bahan baku yang diperlukan dan diproses per satuan waktu

(ton/jam, ton/hari atau m3/jam, m

3/hari).

(2) Volume air yang digunakan dalam proses produksi per satuan waktu (m3/jam

atau m3/hari).

(3) Volume limbah cair yang dihasilkan per berat atau volume produk, atau per

satuan waktu (m3/ton, m

3/m

3 atau m

3/jam).

UPLC dibangun dengan struktur rangkaian beberapa kolam yang satu sama lain

saling berhubungan. Masing-masing kolam mempunyai fungsi dan kedalaman

Page 35: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 35

tertentu, yang terdiri dari:

- Kolam pengendapan (P), kedalaman 1,0-2,0 m

- Kolam anaerobik (A) kedalaman 3,0-5,0 m

- Kolam fakultatif (F), kedalaman 2,0-3,0 m

- Kolam aerobik atau maturasi (M), kedalaman 1,0-1,5 m

Page 36: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bantaran lingkungan sepanjang Tukad Badung

dari hulu sampai mendekati hilir pada kisaran tanggal 10 – 24 Nopember 2004.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan

kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung, kondisi penanganannya, program

penanganan terpadu sebagai salah satu alternatif penataan kembali kondisi

lingkungan di sepanjang Tukad Badung serta efektivitias, strategi, dan model

keterpaduannya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar bantaran Tukad

Badung maupun masyarakat peneliti lingkungan lainnya baik di kalangan

Perguruan Tinggi maupun di instansi pemerintahan yang terkait langsung/tidak

langsung dalam penanganan masalah lingkungan.

3.4 Data

3.4.1 Sumber data

Dalam penulisan paper ini penulis memperoleh data dari beberapa

literatur, hasil observasi lapangan serta keterangan dari para responden/informan

yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Pencarian sumber

pustaka dilakukan secara selektif dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu

kemutakhiran dan relevansi sumber dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

Sedangkan sampel data observasi dan responden dipilih yang representatif dengan

populasinya yang pengumpulannya menggunakan instrumen seperti kamera

digital dan kuisioner.

3.4.2 Jenis data

Pada penulisan paper ini digunakan data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi yang diperoleh sendiri dari hasil observasi berupa foto-foto, hasil

wawancara serta informasi dari kuisioner. Data sekunder meliputi data-data

Page 37: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 37

teoritis yang tidak diperoleh sendiri pengumpulannya oleh penulis melainkan

didapat dari berbagai sumber pustaka berupa buku, laporan dari instansi terkait,

jurnal, dan internet yang relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

3.4.3 Analisis Data

Akhirnya setelah data terkumpul, dilakukan diskusi untuk merumuskan

hipotesis, menganalisis serta membahas masalah berdasarkan atas penelaahan

kepustakaan dan observasi tersebut. Dalam penelitian ini, data-data dianalisis

secara deskriptif. Data-data yang ada di dalam literatur dibahas dan dikaji ulang

(studi literatur) untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan akurat.

Sedangkan data-data yang diperoleh dari responden, informasi kuisioner serta

observasi lapangan dibahas, dikaji dan ditarik genaralisasi deskripsi sehingga

diperoleh kebenaran riil dari tujuan penelitian yang diharapkan.

3.5 Alur analisis

Alur analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Persiapan

Pemilihan Judul

Apakah Judul Sudah

Ditentukan?

Pencarian

Literatur

Penyusunan

Laporan

Penelitian

Apakah Ada

Kesalahan?

Memperbaiki

kesalahan

Selesai

tidak

ya

tidak

ya

Gambar 4. Alur Analisis Metodelogi

Page 38: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 38

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kondisi Tukad Badung

4.1.1 Keadaan Lingkungan di Sepanjang Tukad Badung

Kondisi lingkungan Tukad Badung dari hulu sampai hilir secara umum adalah

sebagai berikut :

(1). Bagian Hulu (Bendung Mertagangga ke hulu).

Pada bagian ini masih dominan daerah pertanian basah dan kering dan

pemukiman. Keadaan pemukiman di sepanjang tepi Tukad Badung masih

terbilang normal dalan arti tidak banyak bangunan-bangunan merapat ke tepi

sungai. Belum ada gangguan bangunan dan bahayanya terhadap tepi sungai

maupun terhadap sungainya sendiri..

(2). Daerah dari Bendung Mertagangga sampai Bendung Gerak Tukad Badung.

Daerah ini merupakan daerah pemukiman yang cukup padat, diantaranya ada

beberapa bangunan yang berdekat dengan tepi sungai dan sebagian dinding

sungainya agak rendah sehingga masih kena jangkauan banjir.

(3). Daerah dari Bendung Gerak Tukad Badung sampai ke pantai. Daerah ini di

beberapa bagian masih berupa sawah dan tegalan walaupun di beberapa

tempat sudah merupakan daerah pemukiman. Di muara sungai yang berupa

daerah rawa, telah dibangun waduk muara (estuary reservoir) guna

menampung air yang diperlukan sebagai air baku daerah sekitarnya.

Pada umumnya pembuangan limbah rumah tangga telah menggunakan

septiktank, namun masih banyak yang membuang ke badan sungai. Bagi

pembangunan yang baru, pada umumnya telah menyediakan ruang bebas antara

bangunan dan tepi sungai sebagai cadangan sempadan sungai. Penduduk yang

bermukim di sepanjang Tukad Badung, adalah penduduk Kodya Denpasar yang

termasuk di dalam desa atau kelurahan.

Pada batasan areal sungai masalah yang dihadapi adalah jarak bangunan yang

terletak terlalu dekat dengan tepi sungai, terjadinya penyempitan dan pelebaran

sungai di beberapa tempat terutama di Suci, Pekambingan, Beraban dan Jematang.

Hal ini terjadi karena bantaran sungai dan alirannya digunakan sebagai

Page 39: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 39

pembuangan sampah serta rusaknya bantaran sungai seperti penebangan pohon,

penggalian tanah, penggalian pasir dan pembuatan DAM.

Dengan bertambahnya kunjungan wisatawan baik nusantara maupun asing

ke Bali khususnya Denpasar dan sekitarnya, akan bertambah pula segala

kebutuhan yang perlu disediakan. Karenanya untuk nemenuhi kebutuhan itu,

berkembang pula segala usaha dan industri di sekitar Kota Denpasar. Usaha dan

industri tersebut banyak mengambil lokasi di seputar Tukad Badung. Dan karena

pengolahan limbahnya belum sempurna, pembuangan limbah yang sampai

mengalir ke badan sungai menyebabkan adanya pencemaran. Disamping

pencemaran terjadi akibat adanya buangan limbah rumah tangga dari pusat-pusat

pemukinan di sepanjang sungai.

Hasil pantauan oleh unit Pengujian Kanwil PU Prop. Bali, kualitas air

limbahnya dibandingkan dengan baku mutu air limbah untuk golongan I adalah

sebagai berikut

(1) Kadar PH berkisar antara 5-10 mg/1, sedang untuk baku mutu golongan I

diisyaratkan sebesar 6-9 mg/1. Kebanyakan sample yang diambil berada di

atas ambang batas.

(2) Kadar COD, berkisar antara 26,40. - 8100. mg/l, sedang untuk baku golongan

I disyaratkkan sebsar 40 mg/l. Hampir semua sample yang diambil berada di

atas ambang batas.

(3) Kadar BOD, berkisar antara 11 - 790 mg/l, sedang untuk baku mutu golongan

I disyaratkan sebesar 20 mg/1. Hampir seluruh sample yang diambil berada di

atas ambang batas.

(4) Kadar Detergen, berkisar antara 0,01 - 0,57 mg/1, sedang untuk baku mutu

golongan I disyaratkan sebesar 0,5 mg/1. Beberapa sample yang diambil

berada di atas ambang batas.

Ini berarti limbah usaha dan industri di daerah Tukad Badung,

memberikan kontribusi cukup besar bagi pencemaran air Tukad Badung.

Berdasarkan hasil penelitian, belakangan ini kondisi BOD atau kandungan

oksigen dalam air untuk mengurai unsur organik di hulu Tukad Badung memang

mulai membaik dari 25,9 ppm menjadi 10,25 ppm. Sedangkan, di bagian tengah

dan hilir justru sebaliknya. Kondisi ini makin parah jika dilihat dari kandungan

Page 40: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 40

kimia dalam air yang dibutuhkan untuk mengurai zat kimia (COD). 'Semakin

tinggi nilai BOD cenderung menunjukkan telah terjadi pencemaran bahan

organik. Sedangkan makin tinggi nilai COD, mengindikasikan telah terjadi

pencemaran bahan organik dan kimia yang tinggi di sungai. (Kadis Lingkungan

Hidup Kota Denpasar IGA Gede Suardana Wetan)

Bahkan, kandungan Nitrit (NO2) di Tukad Badung berdasarkan uji kelayakan

terakhir sempat melampaui standar baku mutu air. Pencemaran lain yang perlu

diwaspadai di Tukad Badung adalah coliform dan ecoli. Ini layak diperhatikan,

mengingat ada indikasi pembuangan limbah kamar mandi dan kotoran ternak

langsung diarahkan ke sungai, tanpa diproses lebih awal. Baku mutu air di Tukad

Badung tergolong memprihatinkan.

Hasil penelitian Gede Suarjana (Ilmu Lingkungan Unud, 2003)

menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air Tukad Badung secara

kontinu. Hal itu disebabkan oleh pembuangan limbah masyarakat sebesar

311.928,82 liter/hari, membuat kualitas air Tukad Badung yang berklasifikasi

kelas I di hulu berubah menjadi kelas II di bagian hilir. Hal itu akan makin

memburuk sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk Kota Denpasar yang ñ

3% per tahun tanpa dibarengi perubahan perilaku. Usaha-usaha yang

menghasilkan limbah belum sadar melakukan pengolahan limbah secara benar,

sehingga air sungai yang debitnya mengecil menjadi makin pekat oleh unsur-

unsur pencemar.

Adanya banyak bengkel yang beroperasi di pinggir-pinggir jalan juga

membuat sisa-sisa oli dan minyak meluber ke sungai saat hujan. Ini merupakan

masalah serius dalam upaya menuju sanitasi lingkungan air. Padahal air bagi

warga kota merupakan barang mahal.

Terjadinya penurunan kuantitas air sungai terjadi karena empat hal yaitu :

1. Menurunnya debit mantap air

2. Semakin jauhnya pengaruh pasang air laut ke arah hulu sungai

3. Sedimantasi yang mengendap di dasar sungai akibat aliran airnya mengandung

padatan-padatan yang cukup banyak

4. Tanaman-tanaman di hulu yang berdaya serap tinggi mulai berkurang

Page 41: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 41

Sedangkan penurunan kualitas air sungai disebabkan oleh meningkatnya

kadar polutan akibat sumber pencemaran air sungai dimana sumber pencemaran

tersebut disebabkan oleh limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian

dan sisa sampah yang tidak terangkut serta terkumpul di tempat pembuangan

sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA).

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

lingkungan di sepanjang Tukad Badung menurut pendapat dari para responden

adalah berada dalam kondisi buruk yaitu sebesar 28,57 %. Hal ini bertolak pada

alasan bahwa kondisi air yang masih buruk adalah sebesar 26,32 % diikuti oleh

alasan banyaknya sampah yang masih bermasalah bagi masyarakat adalah

sebesar 18,42 %. Adapun persentase alasan yang dikemukakan oleh para

responden dalam menyimpulkan kondisi umum lingkungan di sepanjang Tukad

Badung dapat dilihat pada tabel berikut :

Alasan Persentase Alasan Persentase

1. Lingkungan mulai bersih 7. Bau Busuk

2. Warna/kondisi air kotor 8. Bisa untuk mancing

3. Lingkungan kotor 9. Kelancaran air buruk

4. Pemandangan Buruk 10. Penghijauan mulai ada

5. Banyak polusi 11. Upaya pemerintah

mulai baik

6. Banyak sampah 12. Aktivitas masyarakat

(buang sampah, pakai mandi)

Sedangkan ada beberapa responden yaitu sebesar 19,04 % yang mengemukakan

Gambar 5. Persentase Kondisi Lingkungan di Sepanjang Tukad Badung

0.00%

4.76%

0.00%

19.04%

9.53%

19.04%

28.57%

19.04%

Baik Sekali BaikCukup Baik Agak BaikAgak Buruk Cukup BurukBuruk Buruk Sekali

Page 42: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 42

bahwa kondisi Tukad Badung sudah agak baik. Hal ini dikarenakan oleh mulai

meningkatnya upaya yang telah dilakukan pemerintah yaitu sebesar ....% menurut

alasan para responden.

Berdasarkan data dari para responden menunjukkan bahwa 4,76 %

masyarakat mengkonsumsi air dari Tukad Badung (khususnya untuk mandi)

sedangkan 85,71 % responden tidak mengkonsumsi air dari Tukad Badung

melainkan dari air PAM atau air sumur. Sedangkan 9,52 % responden menjawab

tidak tahu apakah mereka mengkonsumsi Tukad Badung atau tidak. Tidak ada

satupun responden yang mengungkapkan adanya dampak dari pengkonsumsian

air dari Tukad Badung. Sebesar 95,24 % responden cenderung tidak tahu ada

tidaknya dampak dari pengkonsumsian air Tukad Badung.

Selain itu masyarakat yang mengkonsumsi ikan/hasil panen lainnya dari

Tukad Badung yaitu sebesar 19,04 % mengemukakan tidak adanya dampak buruk

dari pengkonsusian tersebut. Sedangkan bagi yang tidak mengkonsumsi (61,9 %)

maupun yang tidak tahu apakah mereka mengkonsumsi (19,04 %) cenderung

tidak tahu (90,47 %) adanya dampak pengkonsumsian tersebut.

4.1.2 Kondisi Penanganan Masalah Lingkungan di Sepanjang Tukad Badung

Adapun penanganan dari pemerintah diantaranya adalah sebagai berikut

1. Pemerintah pusat telah menetapkan prokasih (program kali bersih) untuk

mengatasi persoalan sungai.

2. Di Bali yang notabene sungainya tergolong kecil, pelaksanaan prokasih baru

dimulai pada tahun 1990. Saat ini pemerintah melalui instansi terkait(Dinas

Pekerjaan Umum/PU) sedangkan melaksanakan prokasih 2000/2005. Berdasarkan

surat keputusan Gubernur No.68 tahun 1995 pemerintah menetapkan dua sungai

sasaran prokasih yaitu Tukad Badung dan Tukad Teba, dengan alasan kedua

sungai itu penuruna kualitas airnya relatif tinggi(jauh melewati batas baku mutu

air normal). Selain tiu terkait dengan pemanfaatn Tukad Badung sebagai explory

DAM untuk air minum.

Pemerintah juga berkepentingan untuk mempersiapkan tersebut sebagai paket

wisata air(city tour). Bahkan tahun lalu sudah mulai disebar benih ikan.

Page 43: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 43

3. Penyediaan fasilitas serta pengarahan ke masyarakat guna meningkatkan

kesadaran tentang kebersihan lingkungan.

Yang masih bermasalah :

1. pasalnya usaha-usaha yang dilakukan prokasih selama ini ternyata salah bidik.

Bukannya nmengatasi masalah pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai

tetapi justru mengatasi jumlah produsen limbah yang bermukim sepanjang sungai.

Contohnya penertiban terhadap industri kecil di sepanjang sungai, dengan menyita

alat-alat produksi mereka, disertai dengan penebusan alat tersebut yang cukup

mahal. Namun, polutan yang berbahaya yang justru diproduksi dari hotel dan

industri ternyata tidak disentuh petugas tramtib. Ini menunjukkan pemerintah

salah orientasi dalam mewujudkan prokasih.

2. kondisi air tukad badung seperti saat ini dengan kualitas dan kuantitas yang

turun tentu sangat tidak efektif. Justru penyebaran benih ikan itu secara tak

langsung bisa meracuni masyrakat yang mengkonsumsinya karena ikan-ikan itu

terkontaminasi polutan.

3. Pemerintah juga dinilai terlalu kaku dalam mengatasi masalah pencemaran.

Undang-undang dan perturan yang telah ada hanya sebatas formalitas,

m,asyarakat pun seenaknya melakukan pelanggaran yang akhirnya kesadaran

tentang kebersihan lingkungan terabaikan.

Tukad Badung telah menelan ratusan juta rupiah APBD Kota Denpasar

baik untuk program kali bersih atau penataan alur sungai. Namun, Tukad Badung

tetap saja menjadi tong sampah mengalir yang kerap menampung limbah dan tinja

yang dibuang sesuka hati warganya.

Tukad Badung, persis membelah jantung kota. Apalagi di kawasan itu, banyak

melintas wisatawan asing yang melakukan wisata perkotaan (city tour).

Komisi D mengaku sudah berulang kali berkoordinasi dalam penataan proyek ini

dengan sidak ke lokasi. Buktinya, pelaksanaannya tetap ngotot dan tanggul yang

ada tetap saja dibangun rendah. Tanggul yang rendah pada musim hujan jelas

akan disapu air sehingga untuk menyulap Tukad Badung menjadi objek city tour

hanya impian. ''Penggagas hendaknya memilih tanamam hias yang sesuai dengan

tekstur tanah dan posisi Tukad Badung. Bukan memilih kangkung,'' sindirnya.

Page 44: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 44

Supartha Yuma juga menilai proyek penataan Tukad Badung tahun anggaran

2002 tergolong mubazir dilihat dari fungsi kepariwisataan. harus ada koordinasi

antarinstansi jika ingin benar-benar mengelola Tukad Badung sebagai aset yang

dibanggakan warga kota. Bahkan, versi Mohamad Hadi, kini masih ada pedagang

yang kucing-kucingan membuang sampahnya ke alur Tukad Badung.

Tatkala Drs. Made Suwendha diangkat menjadi Walikota Denpasar, sekitar empat

tahun lalu, pembenahan Tukad Badung ditempatkannya sebagai prioritas yang

tinggi, untuk mendapatkan perhatian dan penataan. "Kami mengerahkan seluruh

masyarakat untuk ikut membersihkan Tukad Badung," katanya.

Setelah badan sungai dapat dibersihkan dan ditata, menyusul penduduk di sekitar

alur sungai ditertibkan, sehingga di pinggirnya mampu dibangun jalan inspeksi

yang beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat.

Itulah kelebihan penataan Tukad Badung. Kalau di Yogya, di Kali Code, jalan

inspeksinya hanya merupakan jalan setapak. Sedangkan di Tukad Badung, jalan

inspeksinya berupa jalan raya beraspal. Sehingga itu sekaligus sebagai jalan

alternatif, kalau terjadi kemacetan lalu lintas di pusat kota (Jalan Hassanudin,

Jalan Sulawesi, dan sekitarnya).

Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Oka, yang melakukan inspeksi di Kodya

Denpasar beberapa waktu lalu menyatakan kagum dengan partisipasi masyarakat

kota, yang ikut berperan menata Tukad Badung.

Pihak walikota hanya menganggarkan Rp 50 juta untuk penataan, pengerukan,

dan pembuatan jalan inspeksi itu, namun swadaya masyarakat mencapai Rp 600

juta. Itu berupa lahan milik masyarakat, yang direlakan untuk jalan inspeksi.

Sehingga kini, sebagian Tukad Badung, tidak lagi sebagai halaman belakang

perumahan. Tapi sebaliknya.

Gubernur Bali dan tim pembina pembangunan Daerah Bali, yang diantar Walikota

Made Suwendha, berjalan kaki di sepanjang jalan inspeksi yang telah dibangun.

Mereka bercakap-cakap dengan penduduk sekitar sungai. "Tolong ikut jaga wajah

sungai ini," kata Gubernur Oka kepada warga.

Made Suwendha mengatakan, tidak gampang menyadarkan penduduk yang sudah

puluhan tahun hidup dalam keadaan kumuh, dan yang sudah terbiasa

memanfaatkan Tukad Badung sebagai tempat pembuangan kotoran rumah tangga

Page 45: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 45

dan kotoran manusia. "Kami minta kepada aparat untuk melakukan pendekatan

secara manusiawi," kata walikota.

Hasilnya? Tidak mengecewakan. Sampai dengan akhir 1996, telah mampu

ditertibkan 10.723 rumah kumuh, tanpa gejolak. Namun diakui, sukses penataan

rumah kumuh di suatu kawasan, tanpa disadari muncul lagi perumahan kumuh di

kawasan lain. "Pembangunan perumahan kumuh oleh masyarakat lebih cepat dari

langkah-langkah yang kami ambil," kata Made. Oleh karenanya, ia bertekad

mengambil langkah-langkah yang lebih intensif.

Ketika Gubernur Bali meninjau, koresponden Mutiara melihat, penduduk sekitar

Tukad Badung menggunakan pipa-pipa air yang cukup panjang untuk membuang

kotoran ke Tukad Badung. Jadi, ya, sami mawon. Bagaimana ini?

Walikota Drs. Made Suwendha mengatakan, pendidikan terhadap masyarakat

kumuh tidak dapat dilaksanakan sekaligus. Ia bersyukur, penduduk sudah mau

menjauh dari tepi sungai, dan merelakan pembangunan jalan inspeksi. "Kita harus

bekerja pelan-pelan," katanya lagi. Setelah sempadan sungai ditata, kemudian

mendidik mereka membuat lubang WC, sehingga tidak membuang kotoran ke

sungai melalui pipa.

Petugas yang menata Tukad Badung mengatakan, masyarakat yang berdomisili di

tepi Tukad Badung, pada umumnya pedagang kecil dan banyak pula penjudi.

"Ketika kami bekerja di sini, mereka enak saja leha-leha mengelus-elus (Bali:

ngecel) ayam aduan," katanya. Lalu, bagaimana sikap kita? "Ya, kita harus

bersabar, dan selalu melakukan pendekatan dengan baik-baik. Sehingga tidak ada

gejolak. Karena memang demikianlah pesan Pak Wali," kata petugas itu.

Bagaimana riwayatmu nanti? Itulah pertanyaan yang harus dijawab. Karena kini,

investasi yang ditanamkan di Tukad Badung, mencapai miliaran rupiah. Bukan

saja pelaksanaan penataan di sempadannya, namun hilir sungai, telah akan

dimanfaatkan bagi pengembangan air minum, dengan membangun sebuah dam.

Rencananya air yang ditampung pada dam di hilir Tukad Badung, akan diolah,

dan dimanfaatkan untuk penyediaan air bersih bagi hotel-hotel internasional di

kawasan Bukit Jimbaran, Pecatu, dan lain-lain di ujung Bali Selatan yang

berkapur.

Page 46: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 46

Ini berarti, dengan teknologi yang sudah berkembang, air Tukad Badung yang di

hulu telah tercemar, ternyata di hilir mampu diolah untuk air bersih (air minum).

Suatu teknologi yang sangat mengagumkan.

Pada satu dekade yang akan datang, wajah Tukad Badung akan semakin cantik

dan akan memperindah wajah Kota Denpasar di bagian hulu, sedangkan airnya di

bagian hilir, diolah untuk air minum untuk wisatawan.

Tercatat, investasi yang ditanamkan di Tukad Badung sekitar 10 miliar. Kecuali

untuk penataan sempadan, juga biaya pembangunan jembatan sekitar Rp 1,5

miliar, pengelolaan sumber air dan penanggulangan banjar Rp 1,5 miliar, proyek

penyediaan air baku dari Tukad Badung bernilai lebih dari Rp 1 miliar, pembuatan

trasharck senilai Rp 2,5 miliar, perbaikan feder canal senilai Rp 1,8 miliar, dan

lain-lain. Semua itu membuktikan betapa Tukad Badung di tengah kota ini,

mendapat perhatian yang serius. Sementara ini penghijauan di tebing sungai sudah

mulai dilaksanakan di kawasan tepi Tukad Badung. Misalnya di kawasan Jalan

Gatot Subroto. Tindakan ini juga penting, karena dengan memanfaatkan tepi

Tukad Badung untuk kawasan hijau (mungkin sebagai kawasan hijau kota),

kalangan tertentu tidak akan berani menyerobot lahan itu.

Sungai yang melintas di jalur kota hendaknya dijadikan sarana untuk menunjang

kenyamanan hidup

Wali Kota Denpasar Puspayoga mengakui ada banyak hal yang harus dibina

khususnya mentalitas warga dalam menjaga alur sungai. Adanya pengetatan

aturan membuang limbah ke sungai diharapkan membuat aksi buang limbah

sembarangan dapat ditekan. Dalam konteks ini peran serta masyarakat adat layak

diakomodasi. Pemberian sanksi terhadap warga yang membuang limbah ke sungai

perlu diberlakukan demi terjaganya sanitasi lingkungan sungai termasuk kualitas

air di Denpasar

Menengok ke belakang, penataan Tukad Badung sebenarnya sudah dimulai

sejak awal 1980-an. Ditandai dengan pelebaran badan sungai, pengerukan dan

senderisasi. Kemudian secara berkelanjutan berlangsung hingga akhir 2002.

Sehingga, hampir seluruh bagian Tukad Badung di kedua sisinya telah

disenderisasi (pengerasan tebing sungai dengan membangun senderan permanen).

Tukad Badung dulunya tak selebar sekarang ini, pada beberapa bagian ditumbuhi

Page 47: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 47

pohon-pohon besar, sehingga tak ubahnya sungai-sungai besar yang biasa terlihat

di pedesaan. Pembangunan senderan ini dilanjutkan dengan pembangunan jalan

inspeksi pada beberapa ruas yang masih memungkinkan. Secara garis besar,

penataan sungai kota yang komprehensif dapat dilakukan dalam tiga program --

(1) penataan air sungai, (2) penataan kawasan bantaran sungai, dan (3) penataan

masyarakat bantaran sungai. Pada ketiga hal ini, pemerintah kabupaten/kota tetap

menjadi motor penggeraknya.

1. Penataan air sungai

Penataan ini berupaya mempertahankan kebersihan air sungai dan menjaga

kelancaran pengerakan air sungai. Menciptakan Tukad Badung yang benar-benar

bersih dan sampah sungai nampaknya sulit, karena ini berpulang pada

kedisiplinan warga. Di sini terlihat upaya gigih pihak kebersihan kota Denpasar

yang harus setiap hari turun sungai membersihkan, menjaring dan menaikkan

sampah. Tinggal perlu dicarikan lokasi tepat untuk menaikkan sampah sungai agar

tidak meluber ke jalan dan menganggu keindahan kota. Secara periodik perlu

diadakan pengerukan untuk menjaga kedalaman sungai yang optimal.

Melihat kondisi debit air Tukad Badung yang kecil, sementara pelebaran

sungai dibuat untuk mengantisipasi limpahan air saat musim hujan, pada musim

kemarau lebar sungai jadi mubazir. Lumpur sungai terlihat dan sampah menepi ke

pinggir sungai. Pemkot mensiasati dengan kanalisasi. Di tengah sungai dikeruk

dan diperdalam, sementara tanah kerukan digeser ke samping kanal, sehingga

terlihat ada sungai kecil di Tukad Badung. Lahan hijau di bawah sungai di kedua

tepi kanal. Metode ini cukup akurat memperlancar jalannya air dan mempermudah

pembersihan rutin sungai. Layaknya petak-petak rumput di pinggiran sungai.

Petak itu dipisahkan oleh alur got menuju sungai. Kejelian Pemkot membangun

ini patut dipuji.

Dengan kanalisasi, justru didapat beberapa kemudahan. Pertama,

kemudahan dalam pembersihan serta pengontrolan sampah. Kedua, pergerakan air

lancar. Ketiga, keindahan dan kenyamanan. Sebelumnya pembangunan kanal

sempat direncanakan untuk penanaman kangkung darat, sehingga bisa

dimanfaatkan masyarakat. Namun dalam perkembangannya berubah menjadi

lahan rumput hijau. Lahan ini akhirnya dimanfaatkan oleh masyarakat yang gemar

Page 48: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 48

memancing. Penataan semacam ini dapat dilihat di selatan Hotel Raya, Jalan

Hasanudin Denpasar. Ada baiknya ke depan untuk renovasi atau pembangunan

pada senderan pada sisi tukad Badung lainnya perlu dikembangkan bentuk fisik

senderan sungai yang tak harus miring, terlebih dengan sudut kemiringan yang

tajam, justru dibuat ruang/tempat bagi pot bunga. Ini penting juga untuk

keselamatan bagi masyarakat bantaran sungai.

2. Penataan kawasan bantaran sungai

Penataan ini ditujukan untuk membangun sebuah keserasian antara sungai,

senderan dan lingkungan sekitarnya. Upaya yang dilakukan dengan pembangunan

jalan inspeksi dan taman di pinggir sungai. Termasuk di dalamnya penataan

perumahan kumuh di sepanjang bantaran sungai. Pada kondisi Tukad Badung dan

Tukad Teba yang terdapat banyak sampah, Pemkot bersiasat "menyembunyikan"

atau menutupi pemandangan sungai ini dari penglihatan umum masyarakat yang

melintasi jalan kota. Green belt atau sabuk hijau tanaman menjadi pilihan guna

meminimalisir wajah sungai yang tidak mengenakkan. Pinggiran sungai yang

berdampingan langsung dengan jalan raya ditanami tumbuh-tumbuhan yang

terdiri dari jenis pohon perdu dan tumbuhan peneduh. Upaya ini menghasilkan

taman mini yang hijau memanjang.

Pandangan pemakai jalan raya bisa dibuat "teduh" dengan kehadiran taman

ini. Hanya sayang upaya ini kurang dibarengi mekanisme perawatan yang baik. Di

dalamnya terkandung aspek pemeliharaan rutin berupa penyiraman, perawatan

dan peremajaan. Peremajaan dilakukan dengan penggantian tanaman green belt

dengan jenis dan variasi baru, namun masih dalam kelompok perdu dan peneduh.

Tujuannya, menghadirkan suasana keindahan taman dan terlihat makin variatif.

Sebab yang terjadi, karena tumbuh-tumbuhan ini berada langsung di tepi jalan,

maka pada daun, ranting dan dahannya menumpuk debu, sampah dan sisa-sisa

pembuangan knalpot motor.

Hal lain yang perlu diperhatikan, sering kali tumbuhan pada taman kecil di

pinggir jalan ini dibiarkan tumbuh liar, tak terurus. Jika ini tidak dilakukan

perawatan dengan seksama, bukan keindahan yang didapatkan, justru taman yang

kotor dan kusam. Ini juga akan mengganggu estetika pada fasilitas publik. Untuk

perawatan, terutama untuk menghindarkan tanaman dari kerusakan yang

Page 49: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 49

diakibatkan alam, injakan pejalan kaki dan tangan-tangan jahil yang keras terjadi

pada taman publik, pihak Pemkot membuatkan pagar besi mengelilingi taman.

Dengan pagar besi ini, tumbuhan taman hidup dengan baik dan efektif untuk

keamanan tanaman.

Upaya lain yang ditempuh Pemkot untuk meminimalisir kesan kotor sungai

ialah upaya mendadani Tukad Badung dengan taman bunga. Walau belum pada

semua pinggiran sungai, terutama aliran sungai yang terletak di selatan Hotel

Raya Jalan Hasanudin telah dibuatkan taman bunga di bantaran sungai. Pot beton

ini dibuat persis pada bibir atas senderan Tukad Badung. Jenis pohon yang

ditanam di antaranya jenis bunga-bungaan yang didominasi jenis bunga kertas

(bougenvile). Hadirnya pot bunga ini lumayan memberikan kesegaran dan

mereduksi pemandangan kumuh yang seringkali menghiasi bantaran sungai.

Kini, upaya mendadani pinggiran Tukad Badung dilakukan pula secara

sporadis oleh beberapa warga yang memiliki rumah tinggal di pinggiran Tukad

Badung. Senderan sungai yang miring monoton, mereka modifikasi dengan

membangun pot-pot bunga. Coba perhatikan di wilayah Banjar Buagan di Jalan

Imam Bonjol yang wilayah banjar-nya dibelah oleh Tukad Badung. Selain secara

infividu memberikan keasrian bagi halaman rumah warga bersangkutan, juga

memberikan kontribusi positif bagi penataan Tukad Badung. Ide semacam ini

merupakan inisiatif konstruktif warga. Artinya, warga memiliki kesadaran untuk

ikut menata sungai dan kawasan bantarannya.

Mereka memiliki keinginan agar Tukad Badung selalu terlihat bersih dan

indah. Terlebih pada beberapa banjar yang berdampingan dengan Tukad Badung,

sungai dimanfaatkan untuk kegiatan atraktif. Misalkan acara 17 Agustusan, Tukad

Badung misalkan praktis digunakan sebagai media utama pesta rakyat dengan

menggelar lomba memancing, kano race ataukah tarik tambang air. Upaya-upaya

sporadis masyarakat bisa disikapi dengan upaya terprogram Pemkot terhadap

pembangunan keindahan Tukad Badung. Ini untuk mendapatkan penataan yang

lebih terencana dan terpadu. Upaya sporadis itu juga menandakan formula

terhadap penataan Tukad Badung belumlah ditemukan secara tepat. Masih terbuka

ruang bagi masyarakat ikut rembug memikirkan format fisik penataan Tukad

Badung.

Page 50: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 50

3. Penataan masyarakat bantaran sungai

Penataan ini merupakan upaya nonfisik dan lebih pada membangun

kesadaran kolektif warga terhadap keberadaan sungai dan arti pentingnya bagi

kehidupan kota. Sosialisasi peraturan daerah (Perda) tentang kebersihan dan

ketertiban mesti terus dilakukan, secara simultan mengevaluasi dan

memperbaikinya. Penataan ini dimaksudkan memberikan pendidikan dan

pemahaman kepada masyarakat di sepanjang bantaran sungai untuk secara

bersama-sama memelihara dan menjaga keberadaan sungai. Tak hanya lewat

papan pengumuman belaka. Minimal hasil yang ingin diperoleh dari masyarakat

adalah kedisiplinan untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai. Pemkot dalam

penataan ini harus memiliki "nafas panjang". Sebab, usaha ini membutuhkan

waktu panjang untuk menyadarkan masyarakat.

Meski sangat sulit mewujudkan Tukad Badung sebagai objek wisata kota,

namun ada sisi positif yang dapat diambil. Invisible point-nya justru terletak

gerakan kebersihan sungai. Hal yang sangat sulit diwujudkan Pemkot yang

memiliki sungai kota di Indonesia dengan tingkat kesadaran masyarakat yang

masih kecil dan peraturan yang sulit ditegakkan. Dengan "roh" objek wisata kota,

penataan Tukad Badung secara fisik dapat dilakukan menuju sungai kota yang

bersih dan indah. Pengelolaan sampah sungai yang efektif, efisien dan terkontrol.

Tinggal bagaimana upaya meminimalisir keberadaan kawasan kumuh yang masih

banyak terlihat di bantaran sungai, meski letaknya jauh dari jalan protokoler kota.

Terpenting adalah menumbuhkan rasa memiliki warga pada sungai kota.

Penanganan limbah organik, anorganik dan kimia di Tukad Badung memerlukan

strategi dan kajian yang intensif.

4.2 Program Penanganan Terpadu

pencemaran sungai di Pulau Dewata itu jika dibiarkan akan merusak kelestarian

perairan pantainya yang sejauh ini diandalkan sebagai aset wisatanya.

Tingginya potensi pencemaran air di Denpasar ini, menurut Suardana Wetan,

akibat posisi geografis Denpasar sebagai pusat kota. Denpasar yang lokasinya

berada di bagian hilir sungai akhirnya menampung semua limpahan yang dibuang

di hulu sungai. Ia memastikan dari sejumlah sungai yang ada, Tukad Badung

Page 51: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 51

masih sangat berat beban pencemarannya. Menyadari kondisi ini, warga harus

kembali disadarkan bahwa sungai bukanlah tong sampah mengalir yang menjadi

tempat seenaknya membuang sampah. Sungai yang melintas di jalur kota

hendaknya dijadikan sarana untuk menunjang kenyamanan hidup.

Atas pertimbangan bahwa penyusunan Program Kerja Daerah PROKASIH

2005 akan mengacu kepada Rencana Induk PROKASIH 2005 maka pokok-pokok

dari rencana induk tersebut dikutip sebagai risalah dalam pedoman ini.

A. Visi PROKASIH

Menjadikan PROKASIH sebagai institusi yang diakui dan dirujuk oleh

pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam upaya pengelolaan

pengendalian pencemaran air yang efektif dan efisien.

B. Misi PROKASIH

1. Mewujudkan keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungannya.

2. Melestarikan fungsi lingkungan hidup khususnya lingkungan perairan sungai.

3. Meningkatkan sumber daya kelembagaan di bidang pengendalian pencemaran

lingkungan.

C. Tujuan PROKASIH 2005

Meningkatkan kualitas air sungai sampai mencapai tingkat mutu air yang terbaik,

dan mengelola fungsi sempadan sungai sebagaimana mestinya, serta

meningkatkan kedaya-gunaan dan kemanfaatan lingkungan sungai bagi

kepentingan umum secara berkelanjutan, melalui upaya tindak kerja seraya

meningkatkan sumber daya dan kapasitas kelembagaan di bidang pengendalian

pencemaran air.

Tujuan tersebut dapat diuraikan menjadi tiga tolok-ukur tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas air sungai;

2. Meningkatkan fungsi, daya-guna dan hasil-guna lingkungan sungai;

3. Meningkatkan sumber daya dan kapasitas kelembagaan (institutional

resources) di bidang pengendalian pencemaran air.

D. Kebijaksanaan Pelaksanaan

1. Pengendalian dampak lingkungan sungai dilakukan dalam rangka :

a. Peningkatan kesejahteraan manusia, sehingga manusia menjadi dimensi

sentral dalam upaya pelestarian fungsi lingkungan sungai;

Page 52: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 52

b. Hak setiap orang atas air sungai dengan kualitasnya yang terbaik;

c. Kewajiban setiap orang untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan

sungai.

2. Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan :

a. Mengutamakan upaya pencegahan dari pada penanggulangan;

b. Menerapkan kombinasi instrumen kebijaksanaan (mix policy tools), baik

yang bersifat pembinaan maupun yang bersifat upaya paksa berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

c. Polluter Pays Principle, yaitu prinsip bahwa pihak yang menimbulkan

limbah yang harus bertanggung jawab penuh terhadap pencemaran dan

penurunan kualitas lingkungan yang ditimbulkannya;

d. Memperhatikan praktek-praktek manajemen yang baik dan benar dengan

memperhatikan tanggung jawab (accountability) bagi setiap pelakunya.

3. Pemanfaatan air, yang cenderung menjadi sumber daya alam yang semakin

langka, dilakukan sebijaksana mungkin dengan memperhatikan pelestarian

fungsi lingkungan, kepentingan umum dan generasi masa depan.

4. Penerapan teknologi bersih dalam kegiatan produksi dan konsumsi.

5. Pengembangan keberdayaan masyarakat melalui peningkatan ketersediaan

informasi, pengetahuan, kesadaran, komitmen, dan kemampuan dalam

pelestarian fungsi lingkungan sungai.

F. Sasaran PROKASIH 2005

Ketiga tolok-ukur tujuan PROKASIH 2005, sebagaimana diuraikan

sebelumnya, akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran-sasaran yang dalam

hal ini disebut dengan Sasaran PROKASIH 2005. Sasaran tersebut adalah

seperti diuraikan berikut ini.

1. Sasaran dalam rangka pencapaian butir tujuan : Meningkatkan kualitas air

sungai, meliputi :

a. Menurunnya masukan beban pencemaran ke dalam sungai;

b. Meningkatnya kapasitas konservasi air sungai.

2. Sasaran dalam rangka pencapaian butir tujuan : Meningkatkan daya-guna dan

hasil-guna lingkungan sungai, meliputi :

Page 53: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 53

a. Berfungsinya sempadan sungai sesuai dengan yang ditetapkan peraturan

perundang-undangan;

b. Meningkatnya daya-guna dan hasil-guna sempadan sungai bagi

kepentingan umum.

3. Sasaran dalam rangka pencapaian butir tujuan : Meningkatkan sumber daya

dan kapasitas kelembagaan bidang pengendalian pencemaran air, meliputi :

a. Ditetapkannya peraturan yang mengarah kepada kejelasan dan kepastian

hukum di bidang pengendalian pencemaran air;

b. Diwujudkannya pengorganisasian PROKASIH yang efektif dan efisien;

c. Ditetapkannya Program Kerja Daerah PROKASIH 2005;

d. Disusun dan ditetapkannya panduan/pedoman kerja operasional;

e. Dicukupinya prasarana/sarana kerja minimal yang diperlukan untuk

mendukung kegiatan PROKASIH;

f. Dicukupinya anggaran minimal yang proporsional dengan masalah dan

kemampuan Daerah;

g. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia aparatur pelaksana

PROKASIH;

h. Diterbitkannya laporan dan publikasi secara baik dan berkala tentang

upaya pengendalian pencemaran air.

G. Ruang Lingkup

Ruang lingkup program kerja PROKASIH meliputi tiga dimensi lingkup

kerja, terdiri atas :

lingkup waktunya (berupa rentang waktu tahapan kerja);

lingkup kegiatannya (yang dikelompokkan dan dikemas sebagai paket-paket

kegiatan); dan

lingkup lokasi kerjanya (sesuai dengan kelompok sasaran dan paket

kegiatannya).

Uraian mengenai ketiga dimensi lingkup program kerja tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Lingkup Waktu : Rentang Waktu Tahapan Kerja

Lingkup rentang waktu tahapan kerja pelaksanaan PROKASIH dibagi menjadi

dua rentang waktu, yaitu

Page 54: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 54

a. Program Kerja Jangka Menengah Lima Tahunan, yaitu perioda Tahun

2000 – 2005.

b. Program Kerja Jangka Pendek Tahunan, yang dalam hal ini adalah

program kerja yang tercermin dalam APBD dan APBN.

2. Lingkup Lokasi

Struktur lokasi kegiatan PROKASIH adalah terdiri atas lokasi-lokasi kegiatan

dengan struktur sebagai berikut :

a. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) PROKASIH;

b. Propinsi PROKASIH;

c. Ruas Zona Kerja DPS PROKASIH;

d. Kabupaten/Kota PROKASIH;

e. Lokasi Kerja PROKASIH.

3. Lingkup Kegiatan : Paket-paket Kegiatan

Sasaran PROKASIH 2005 dicapai dengan menyelenggarakan kegiatan yang

secara garis besar dapat dikelompokkan dan dikemas menjadi paket-paket

kegiatan. Beberapa kemungkinan Paket Kegiatan Alternatif akan diuraikan dalam

Bab IV.

Disebut alternatif karena paket tersebut merupakan pilihan, yang pemilihannya

dilakukan oleh tiap Pemerintah Daerah berdasarkan relevansinya dengan urgensi

masalah spesifik pada lokasi yang bersangkutan. Selain itu, Pemerintah Daerah

dapat menetapkan paket kegiatan lain yang tidak terdapat dalam pedoman ini.

Untuk itu perlu dilakukan identifikasi mengenai tipologi masalahnya pada tiap

ruas PROKASIH.

4.1 Efektivitas, strategi serta model keterpaduan yang tepat

Strategi yang kembangkan antara lain sebagai berikut.

1. Pengembangan “aliansi strategis” dengan individu, lembaga, dan kelompok

masyarakat, untuk meningkatkan komitmen masyarakat, bisnis, dan

pemerintah dalam pengendalian pencemaran air.

2. Peningkatan keberdayaan masyarakat dalam berperan dan berperan-serta

dalam pengendalian dampak lingkungan.

Page 55: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 55

3. Perluasan ruang lingkup PROKASIH 2005 sehingga mencakup ruas-ruas

hulu, tengah, dan hilir sungai, serta daerah tangkapan airnya, baik daerah

urban maupun daerah rural, kawasan budi-daya dan non budi-daya.

4. Perluasan ruang lingkup dilakukan dengan memperhatikan urgensi masalah

dan kapasitas kelembagaan daerah.

5. Penerapan empat kaidah kerja (yang disingkat dengan “SAFE”) sebagai

berikut :

a. Simplifikasi (Simplification)

b. Tanggung jawab (Accountability)

c. Fokus (Focus)

d. Penegakan (Enforcement)

6. Pentahapan pelaksanaan PROKASIH 2005 dimulai dengan tahap transisi, dari

program kerja sebelumnya ke arah program kerja 2005. Diperkirakan tahap

transisi tersebut memerlukan waktu sekitar dua tahun. Selama tahap transisi

ini, dilakukan kegiatan persiapan dan pengembangan sistem, seperti misalnya:

ketata-laksanaan, tatanan kelembagaan, sistim informasi, pendataan dan

penyediaan informasi.

7. Promosi PROKASIH 2005 secara “high profile” melalui media cetak dan

elektronik semaksimal mungkin.

Page 56: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 56

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada pembahasan dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Gambaran umum kondisi di sepanjang Tukad Badung meliputi antara lain :

2. Gambaran umum program Penanganan Terpadu

3. Efektivitas, strategi dan model keterpaduan

5.2. Saran-Saran

1. Upaya-upaya sporadis masyarakat bisa disikapi dengan upaya terprogram

Pemkot terhadap pembangunan keindahan Tukad Badung. Ini untuk

mendapatkan penataan yang lebih terencana dan terpadu. Upaya sporadis itu

juga menandakan formula terhadap penataan Tukad Badung belumlah

ditemukan secara tepat. Masih terbuka ruang bagi masyarakat ikut rembug

memikirkan format fisik penataan Tukad Badung.

2. Sosialisasi dan penerapa Perda tentang kebersihan perlu lebih digiatkan secara

kotinu, sehingga pembuangan limbah ke badan sungai Tukad Badung dapat

ditekan sekecil mungkin.

3. penanganan limbah organik, anorganik dan kimia di Tukad Badung

memerlukan strategi dan kajian yang intensif. Pengelolaan sampah sungai

yang efektif, efisien dan terkontrol.

4. perencanaan drainase dimatangkan

5. upaya meminimalisir keberadaan kawasan kumuh yang masih banyak terlihat

di bantaran sungai, meski letaknya jauh dari jalan protokoler kota. Terpenting

adalah menumbuhkan rasa memiliki warga pada sungai kota.

6. hasil yang ingin diperoleh dari masyarakat adalah kedisiplinan untuk tidak lagi

membuang sampah ke sungai

7. perlu dicarikan lokasi tepat untuk menaikkan sampah sungai agar tidak

meluber ke jalan dan menganggu keindahan kota.

Page 57: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 57

Page 58: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 58

DAFTAR PUSTAKA

http://www.suarapembaruan.com/mutiara/News/1997/03/040397/Peristiw/peri

s2/pe ris2.html Wayan Windia

Kompas Online IN/LH: KMP - Tercemar, 10 Sungai di Bali

[email protected]

http://www.balipost.co.id/index.php Tukad Badung Hasilkan Dua Truk

Sampah tiap Hari (044)

http://www.balipost.co.id/index.html Tukad Badung Bagian ''City Tour''

Kangkung Tenggelam dan Pusat MCK (dir)

http://www.balipost.co.id/index.html Penguasaan Sumber Air oleh Negara,

Seberapa Urgensinya? A. Agung Dalem, S.T., M.T.

http://www.lin.go.id/Info-RI_com-Portal Informasi dan Layanan Pemerintah

Republik Indonesia.html Sanitasi Lingkungan di Kota Denpasar

Pencemaran Air Terburuk di Bali (wil3/ch/bpol)

http://www.balipost.co.id/index.html Upaya Penataan Sungai Kota, Tukad

Badung sebagai Kasus jung iryana

Laporan dari PPLH Bali

Kliping....

Bappeda Bali

Page 59: Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali

PUTU RUSDI ARIAWAN 59

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi