32034416 lingkungan sempadan pantai

23
Oleh: FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2006

Upload: vitel-rian

Post on 19-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Oleh:

FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTURUNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO2006

Page 2: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

2

Page 3: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

I. LINGKUNGAN HIDUP

I.1. Arti Lingkungan Hidup1

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama

makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik dimana

kesemuanya itu menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk

hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti

misalnya udara yang terdiri atas bermacam-macam gas, air dalam

bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati

suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di

dalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut.

Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam

faktor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur

lingkungan hidup tersebut. Dengan mudah dapat kita lihat, suatu

lingkungan hidup dengan 10 orang manusia, seekor anjing, tiga

ekor burung perkutut, sebatang pohon kelapa dan sebuah bukit

batu akan berbeda sifatnya dari lingkungan hidup yang sama

besarnya tetapi hanya ada seorang manusia, 10 ekor anjing,

tertutup rimbun oleh pohon bambu dan rata tidak berbukit batu.

Dalam golongan jenis unsur lingkungan hidup termasuk pula zat

kimia.

1 Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta 2004. halaman 51

3

Page 4: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

A B

Gambar 2.1. Dua kamar sebagai lingkungan hidup dengan jenis dan jumlah

masing-masing jenis unsur yang sama, tetapi dengan hubungan letak yang

berbeda. Ruang A mempunyai sifat yang berbeda dari ruang B.

Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam

lingkungan hidup itu. Misalnya, dalam suatu ruangan terdapat

delapan buah kursi, empat buah meja dan empat buah pot dengan

tanaman kuping gajah. Dalam ruangan itu, delapan kursi diletakkan

sepanjang satu dinding, dengan sebuah meja di muka setiap dua

kursi dan sebuah pot di atas masing-masing meja. Sifat ruangan

berbeda jika dua kursi dengan sebuah meja diletakkan di tengah

masing-masing dinding dan sebuah pot di masing-masing sudut. Hal

yang serupa berlaku juga untuk hubungan atau interaksi sosial

dalam hal unsur-unsur yang terdiri atas benda hidup.

Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.

Misalnya, suatu kota yang penduduknya aktif dan bekerja keras

merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari sebuah kota yang

serupa , tetapi penduduknya santai dan malas.

Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya dan kebisingan.

Suatu lingkungan yang panas, silau dan bising sangatlah berbeda

4

Page 5: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

dengan lingkungan yang sejuk, cahaya yang cukup, tetapi tidak

silau dan tenang.

Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia

seperti ia adanya, yaitu yang disebut fenotipe, adalah perwujudan

yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor

lingkungan. Sifat keturunan, yang terkandung di dalam gen yang

merupakan bagian kromosom di dalam masing-masing sel tubuh,

menentukan potensi perwujudan manusia, yaitu genotipe. Apakah

suatu sifat dalam genotipe itu akan terwujud atau tidak, tergantung

ada tidaknya faktor lingkungan yang sesuai untuk perkembangan

sifat itu. Dobzhansky, seorang ahli ilmu keturunan terkenal,

malahan menyatakan bahwa gen menentukan tanggapan apa yang

akan terjadi terhadap faktor lingkungan. Jadi, menurutnya gen

bukanlah penentu sifat, melainkan penentu reaksi atau tanggapan

terhadap lingkungan. Hal ini terlihat pada tumbuhan hijau yang

ditempatkan di dalam kamar gelap. Tumbuhan itu tidak mampu

membentuk zat hijau daun walaupun ia mempunyai gen untuk

pembentukan zat hijau daun. Setelah ia dikeluarkan dari kamar

gelap dan terkena cahaya, terbentuklah zat hijau daun. Jadi,

makhluk hidup itu juga terbentuk oleh lingkungannya.

Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya

tidaklah sederhana melainkan kompleks karena pada umumnya

dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsur. Pengaruh

terhadap suatu unsur akan merambat pada unsur yang lain

sehingga pengaruhnya terhadap manusia sering tidak dapat dengan

segera terlihat dan terasakan.

Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan hidupnya: udara

untuk pernafasannya, air untuk minum, keperluan rumah tangga

dan keperluan lainnya, tumbuhan dan hewan untuk makanan,

tenaga dan kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan

5

Page 6: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

produksi pertanian. Oksigen yang kita hirup dari udara dalam

pernafasan kita, sebagian besar berasal dari tumbuhan dalam

proses fotosintesis dan sebaliknya gas karbondioksida yang kita

hasilkan dalam pernafasan digunakan oleh tumbuhan untuk proses

fotosintesis. Jelaslah manusia adalah bagian integral lingkungan

hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah suatu

abstraksi belaka.

I.2. Lingkungan Hidup sebagai Sumberdaya2

Dengan mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat

pemenuhan kebutuhan dasar, berarti lingkungan itu merupakan

sumberdaya. Dari lingkungan itu kita mendapatkan unsur-unsur

yang kita perlukan untuk produksi dan konsumsi. Sebagian dari

sumberdaya itu dimiliki oleh perorangan dan badan tertentu,

misalnya lahan dan sepetak hutan. Sebagian lagi sumberdaya itu

merupakan milik umum.

Sumberdaya milik umum memiliki sifat-sifat yang berbeda

dari modal yang biasa kita kenal dalam perusahaan yang dimiliki

secara pribadi atau badan tertentu. Karena milik umum, orang

dapat menggunakannya tanpa pungutan bayaran atau hanya

dengan pungutan ringan. Misalnya, orang dapat menghirup udara

untuk pernafasan. Kita dapat juga dengan bebas membuat sumur

dan menggunakan airnya untuk keperluan rumah tangga serta

menikmati hawa segar dan pemandangan indah daerah

pegunungan.

Apabila ikan laut dieksploitasi, laut itu mempunyai daya

regenerasi. Demikian pula apabila limbah dibuang ke sungai atau

laut, sungai dan laut mempunyai daya untuk mengasimilasi limbah

itu dan membuatnya menjadi tidak mengganggu atau beracun.

Sumberdaya demikian itu disebut sumber daya terperbaharui.

2 Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta 2004. halaman 58

6

Page 7: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Akan tetapi sumberdaya mempunyai daya regenerasi dan

asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan

pelayanan berada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi,

sumberdaya terperbaharui itu dapat digunakan secara lestari. Akan

tetapi apabila batas itu dilampaui, sumberdaya itu akan mengalami

kerusakan dan fungsi sumberdaya itu sebagai faktor produksi dan

konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.

Sumberdaya lingkungan milik umum sering dapat digunakan

untuk bermacam peruntukan secara simultan, tanpa suatu

peruntukan mengurangi manfaat yang dapat diambil dari

peruntukan lain sumberdaya yang sama itu. Misalnya air sungai

dapat digunakan sekaligus untuk melakukan proses produksi dalam

pabrik, mengangkut limbah, pelayaran sungai, produksi ikan dan

keperluan rumah tangga. Jadi, peruntukan itu bersifat non-eksklusif.

Namun, karena pemanfaatan sumberdaya lingkungan milik umum

dapat dilakukan tanpa atau hanya dengan pungutan bayaran yang

ringan saja, unit produksi maupun unit konsumsi cenderung

memaksimumkan pemanfaatannya sehingga mudah terjadi

pemanfaatan yang tidak rasional. Misalnya, orang yang menangkap

ikan dengan racun hama atau dengan bahan peledak dengan

maksud mendapatkan hasil yang besar dengan mudah dalam waktu

yang singkat. Tetapi dengan cara ini, ikan yang kecil-kecil dan jenis

makhluk hidup lain yang sebenarnya tidak ingin ditangkap dan

dimanfaatkan ikut mati. Habitat ikan itu pun ikut rusak.

Kecuali dorongan untuk memaksimumkan keuntungan dari

pemanfaatan sumberdaya milik umum itu, masing-masing unit

produksi dan konsumsi tidak atau sedikit merasa bertanggung-

jawab atas pemeliharaan sumberdaya itu sehingga hal ini jugalah

yang mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya yang tidak rasional.

Untuk menghindari penggunaan yang tidak rasional tersebut

diperlukan campur tangan pemerintah dalam pengelolaan

sumberdaya itu. Dasar hukum ini terdapat dalam Undang-Undang

7

Page 8: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Dasar 1945, pasal 33, ayat 3 yang mewajibkan agar bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya agar dapat

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat harus

didorong. Untuk itu, perlu dikembangkan sistem pajak dan pungutan

lain, serta sistem insentif dan disinsentif. Misalnya suatu

perusahaan yang mengolah limbahnya menjadi industri sampingan

mendapat keringanan pajak. Dengan demikian industri itu akan

mendapat insentif untuk melakukan penelitian untuk mengolah

limbahnya menjadi produk lain yang dapat dijual dengan

keuntungan sehingga perusahaan tersebut mendapat keuntungan

ganda, yakni dari hasil sampingannya itu dan dari keringanan pajak.

8

Page 9: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

II. SEMPADAN PANTAI

Ruang daratan (terestrial), ruang lautan (akuatik) dan ruang

udara dimana wadah yang membentuk kesatuan fungsi dalam satu

ruang di Indonesia ini selain merupakan sumber alam yang penting

artinya bagi kehidupan dan perencanaan serta pelaksanaan

pembangunan yang berkelanjutan juga mengandung fungsi

pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber

daya buatan serta nilai sejarah dan budaya bangsa3. Namun pada

kenyataannya perlindungan pada wilayah pesisir tersebut sering

terabaikan. Kegiatan ekonomi lebih cenderung mendominasi

wilayah ini, meski tak semuanya berupa pabrik. Pada akhirnya,

publik ikut terkena dampak dari ''kesalahan'' mengelola aset

menjanjikan ini. Perlindungan terhadap kawasan pantai bertujuan

melindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu

kelestarian alam wilayah tersebut. Untuk itu berdasarkan Keputusan

Presiden RI Nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan

lindung ditetapkan bahwa daratan sepanjang tepian yang lebarnya

proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat adalah kawasan

sempadan pantai. Adapun untuk pantai buatan, misalnya Marina di

Kelurahan Tawang Mas, sempadannya hanya selebar 50 meter.

Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi pantai. Tentunya ketentuan ini semata-mata

untuk melindungi sumber daya air yang dimiliki oleh setiap daerah

di Indonesia.

Sayangnya, dewasa ini kita bisa melihat telah banyak

pengrusakan terjadi di wilayah sempadan pantai yang seharusnya

menjadi kawasan lindung justru menjadi lahan budidaya, lahan

permukiman bahkan lahan komersil dan servis kota.

3 Kumurur, Veronica. Pola Pemanfaatan Ruang Kota Manado: Tekanan Terhadap Sumberdaya Alamnya. Manado 2006. halaman 4

9

Page 10: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

III. PERMASALAHAN SEMPADAN PANTAI

III.1. Semarang4

Di Semarang, kawasan-kawasan yang memiliki lebar

sempadan 100 meter meliputi Kelurahan Mangkang Kulon,

Mangunharjo, Mangkang Wetan, Randugarut, Karanganyar, Tugu

Rejo, Jrakah (ketujuhnya masuk Kecamatan Tugu), Tambakharjo dan

Tawangsari (masuk Kecamatan Semarang Barat), serta Terboyo

Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo (masuk Kecamatan Genuk).

Sebenarnya, masih ada wilayah lain yang memiliki pantai.

Namun masuk dalam wilayah PT Pelabuhan Indonesia III, yakni

Semarang Utara (Kelurahan Tanjung Mas, Bandarharjo, dan

Panggung Lor), Semarang Timur (Kemijen), serta Gayamsari

(Tambakrejo).

Menyaksikan keelokan alami wisata laut di Semarang ibarat

mencari jarum dalam tumpukan jerami. Kalimat itu agak berlebihan

bila kita dengan gampang bisa menyusuri Pantai Marina, misalnya.

Pantai tanpa pasir yang ditumbuhi rumah-rumah megah itu. Tidak

ada kata gratis memasuki areal jalan beraspal itu. Sekali masuk

pengunjung dipungut Rp 3.000. Lalu pengunjung bisa menikmati

perahu nelayan yang hilir mudik di laut, nelayan yang melemparkan

jala, serta kapal-kapal milik perseorangan untuk menjelajahi luasnya

lautan. Itu saja.

Lalu, ke manakah mencari wisata laut alami di Semarang?

Adakah keriangan anak-anak bermain istana pasir yang akan

ambruk disapu kelembutan ombak? Di mana kita bisa berjalan-jalan

di bibir pantai bersama handai taulan menikmati keindahan

matahari terbenam? Atau bisakan kita bermain bola plastik di atas

4 Suara Merdeka, 17 Mei 2003

10

Page 11: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

permadani pasir yang membentang luas sambil menikmati buih-

buih ombak?

Barangkali muncul seabrek pertanyaan lain ketika

membayangkan keindahan laut. Namun, jangan berharap terlalu

banyak dengan wisata laut di Semarang.

Itu saja bagi warga luar kota akan sedikit kesulitan. Lokasinya

terpinggirkan karena berada di balik semak yang tidak terurus.

Akses jalan menuju laut alami itu sangat berbeda dengan Pantai

Marina yang ''swasta'' itu. Jalan yang membentang itu berupa

urukan padas. Mendekati bibir pantai ada cekungan berlumpur. Jika

tidak hati-hati, pengunjung bisa terjebak. Setiba di ''sisa'' pantai itu,

jangan berharap bisa bermain lepas. Pantai alami terkesan kotor.

Panjangnya tidak lebih 500 meter.

Kondisi tersebut membuat prihatin warga Semarang

setidaknya dari pemerhati lingkungan. Menurut pemerhati

lingkungan Prof Dr Sudharto P Hadi MES, pantai sebagai ruang

publik seharusnya dibuka secara luas dan gratis. Ketika pantai

sudah dikuasai oleh swasta, publik yang ingin menikmati pantai

harus membayar.

Rob Meluas

Sebenarnya, lokasi wisata pantai telah tergarap dengan

dibangunnya Maerokoco yang dikenal dengan tiruan Taman Mini

Indonesia Indah (TMII) milik Jawa Tengah. Di lokasi itu dibangun

anjungan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Hanya saja, pengunjungnya dari tahun ke tahun terus

menyusut. Pada awal didirikan dulu setiap kali hari libur bisa

mendapat pemasukan Rp 3 juta dengan tiket Rp 2.500/orang.

''Sekarang untuk mencapai Rp 1 juta saja susah,'' tutur seorang

penjaga loket di Maerokoco.

11

Page 12: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta jurusan pariwisata

di Semarang, Supriyanto, pernah melakukan penelitian di lokasi itu.

Menurutnya, fasilitas di obyek wisata itu sangat minim. Informasi

yang menawarkan Maerokoco susah diperoleh, sehingga banyak

masyarakat yang tidak tahu apa yang bisa dinikmati di anjungan-

anjungan itu.

Selain itu, persoalan rob menjadi penyebab enggannya

masyarakat berkunjung ke Maerokoco. Rob seolah menjadi

pemandangan wisata alami, sebab setiap hari sejak bulan April

selalu terlihat. baik di pagi maupun siang hari.

Bisa jadi, rob itu semakin kentara lantaran di sekitar pantai

semakin bersemi rumah-rumah mewah. Pantai tersebut diuruk

hingga melebihi tinggi Maerokoco. Akibatnya, air laut akan terus

mencari lokasi yang lebih rendah. Daratan yang tidak diuruk itu pun

semakin ambles lantaran tidak kuat menyangga beban di atasnya.

Persoalan rob, memang, telah menjadi pemandangan biasa.

Maka, setiap hari libur masih saja masyarakat berduyun-duyun

menelusuri lokasi pantai yang tersisa. Mereka masih mencari pantai

alami. Menggelar tikar, makan bersama keluarga, atau memancing?

Tapi, sampai kapan romantisme itu masih bisa dinikmati?

Perda Tata Ruang

Dari pengamatan yang dilakukan oleh Purwono Bambang

Nugroho dari atas Kapal TNI-AL Pulau Bengkoang, dalam

penyusuranannya bersama anggota Komisi B yang lain, serta Dan

Lanal Semarang Kolonel (L) Ir Bambang Murdowo Widodo dan

sejumlah perwira Lanal, diketahui bahwa lebih dari 80% kawasan

pantai dikuasai swasta. Akibatnya publik menjadi kehilangan akses

untuk menikmati rekreasi gratis di pantai Semarang. Kalaupun ingin

mengadakan pengembangan wisata pantai hanya terbuka

kemungkinan di Kelurahan Mangungharjo Kecamatan Tugu.

12

Page 13: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Namun, pendapat tersebut dianggap sebagai pengamatan

semu dari atas kapal. Bahkan, menurut Kasubid Pengembangan

Kawasan Bappeda Ir M Farchan, penguasaan lahan di pesisir pantai

oleh pihak swasta sebenarnya tidak masalah, asalkan dikendalikan

dengan peraturan daerah (Perda) tentang Tata Ruang secara

konsisten. Dan, upaya pengendalian tersebut sebenarnya sudah

tertuang dalam Perda tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK) pada masing-masing bagian wilayah kota (BWK).

Dari panjang pantai Semarang yang mencapai 16,8 km, kurang

lebih 30% merupakan wilayah pelabuhan, 10% dikuasai

pengembang, sedangkan 60% dikelola petani penggarap. ''Dengan

demikian masih terbuka lebar peluang untuk pengembangan.''

III.2. Bali5

Banyak vila di wilayah Kecamatan Banjar melanggar sempadan

pantai. Selain itu, ada indikasi sejumlah vila tidak memiliki izin

mendirikan bangunan (IMB). Eksekutif diminta segera menindak

para pelanggar tersebut.

Hasil pantauan Komisi B DPRD Buleleng terhadap sejumlah vila

di pesisir pantai di Kecamatan Banjar, sejumlah vila itu terletak

persis di pinggir pantai. Padahal sesuai ketentuan, tidak

diperbolehkan membangun melanggar sempadan yang berjarak 50

sampai 100 meter dari garis pantai. Selain itu di kawasan Tanjung

Alam, Desa Kaliasem, rombongan menemukan sejumlah restoran

mini milik pribadi yang dibuat di areal dermaga mini berbahan kayu

yang menjorok ke tengah laut.

Keberadaan vila yang melanggar sempadan dan tak berizin itu

jelas melanggar aturan dan merugikan masyarakat. Seperti terjadi

di Desa Banyusri dan Bangkangan, penduduk setempat kesulitan

menggunakan jalan untuk upacara melasti lantaran jalan di pinggir

5 Bali Post, 31 Agustus 2006

13

Page 14: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

pantai itu dipaving dan seolah dimiliki pemilik vila. Selain itu, para

nelayan juga kesulitan menambatkan perahunya karena

dilanggarnya sempadan pantai.

Untuk itu, sangat diperlukan perhatian dari pemerintah untuk

mengawasi dan kembali memperhatikan soal pembangunan vila

dan IMBnya. Karena bila dibiarkan, hal itu bisa menjadi ancaman.

Selanjutnya, diharapkan eksekutif secepatnya menindak para

pelanggar aturan pembangunan vila tersebut.

III.3. Aceh6

Telah terjadi abrasi (erosi) yang sangat kuat, pada garis pantai

Ujong Blang Lhokseumawe. Hal ini ditandai dengan pemunduran

garis pantai ke arah darat rata-rata sekitar 145 meter. Pemunduran

garis pantai karena proses abrasi ini akan terus berlangsung hingga

waktu mendatang. Ini akan mengakibatkan air laut masuk atau naik

ke darat melalui rongga tanah (intrusi). Selain itu, juga bisa

mengakibatkan terjadinya pengurangan luas daratan Kecamatan

Banda Sakti.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini perlu adanya penataan

kembali jenis dan bentuk penggunaan lahan sepanjang pantai. Di

samping itu, perlu dijaga kawasan sempadan pantai agar tetap

menjadi kawasan lindung. Kawasan sempadan untuk pantai yang

normal adalah area yang secara proporsional 100 meter dari pasang

tertinggi ke arah barat. Sedangkan pantai aktif seperti Ujong Blang

lebih dari 100 meter.

Selain itu, perlu dilibatkan para pakar dan pemerhati

lingkungan yang ada di Aceh Utara, Pemda, provit terutama PT

Arun, dan masyarakat sekitar yang sering menjadi korban serta

dengan segera perlu dibangun tanggul sepanjang pantai sebagai

6 Serambi, 30 Juni 2001

14

Page 15: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

pengaman hantaman badai dan gelombang laut. Tanggul ini akan

mencegah terjadinya intrusi dan abrasi pantai.

Untuk melengkapi pembuatan tanggul, perlu ditanami pohon

bakau di atas tanggul atau di sepanjang pantai. Akar tanaman

bakau ini dapat mengikat dan menahan pasir atau lahan pantai dari

abrasi dan akresi. Sedangkan batang dan daun bakau dapat

menahan angin dan badai. Di samping itu, tumbuhan bakau bernilai

ekonomis dan menjadi sumber makanan bagi hewan laut.

III.4. Manado7

Manado memiliki kawasan sempadan pantai yang memanjang

dari pesisir pantai Malalayang sampai di ujung pantai Maasing dan

di pulau Bunaken, pulau Manado Tua dan pulau Siladen, dimana

saat ini sepanjang kawasan lindung ini telah total berubah menjadi

kawasan budidaya dengan beberapa kegiatan misalnya: kawasan

sempadan pantai kecamatan Malalayang sampai kecamatan

Wenang selain kawasan yang memang sudah ada juga ditambah

dengan lahan baru hasil reklamasi saat ini dimanfaatkan sebagai

lahan komersil yang terdiri dari pertokoan/mall, hotel dan

perumahan mewah. Kawasan sempadan pantai di kecamatan Molas

(Sindulang II, Bitung Karang Ria, Maasing, Tumumpa, Meras,

Tongkaina, Manado Tua dan Bunaken) telah dimanfaatkan sebagai

lahan permukiman penduduk, lahan perkebunan, perikanan, jasa

pariwisata dan sebagian sebagai hutan lindung. Dapat dibayangkan

banyaknya limbah-limbah cair maupun padat yang telah dibuang

oleh pengguna lahan-lahan ini di perairan Teluk Manado. Belum lagi

bakal penghasil limbah yang menempati lahan baru hasil reklamasi

pantai Teluk Manado akan memberikan kontribusi pengrusakan

sumber daya alam laut Manado jika tidak dilakukan proses

minimalisasi limbah.7 Kumurur, Veronica. Pola Pemanfaatan Ruang Kota Manado: Tekanan Terhadap Sumberdaya

Alamnya. Manado 2006. halaman 4

15

Page 16: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Secara nyata, telah terjadi pengrusakan zona lindung bagi

ekosistem perairan laut Teluk Manado akibat dari usaha dan

kegiatan manusia yang terjadi di darat. Sobeknya filter antara dua

ekosistem ini akan memberikan jalan bagi pencemaran lingkungan

laut akibat kegiatan alam yang tidak bisa kita duga, misalnya:

meningkatnya laju aliran permukaan di daratan (run-off) yang

mengakibatkan meningkatnya jumlah sedimen secara cepat dan

tidak alami lagi. Sedimentasi ini tentunya akan sangat

mempengaruhi zona produktif yang menjadi habitat makhluk hidup

di perairan Teluk Manado.

Wujud pola pemanfaatan ruang kota Manado yang baru berupa

sebaran permukiman, industri, tempat kerja yang cenderung

berkembang tidak beraturan dan tidak terkendali serta disebarkan

di zona-zona lindung sudah sangat memprihatinkan. Dari hasil

pengamatan, tidak ada satupun sungai di kota Manado yang luput

dari pemanfaatan sempadan sungainya sebagai lahan budidaya.

Hutan-hutan lindung di alih-fungsikan menjadi lahan permukiman.

Pusat-pusat kegiatan yang berupa pertokoan kini sebagian besar di

letakkan di areal lahan reklamasi, diimana kondisi ini, jika tidak

diperbaiki dan diminimalkan kehadiran limbah cairnya maka akan

merusak sumber daya air yang kita miliki khususnya ekosistem

akuatik. Begitupula dengan kondisi yang terjadi di kawasan

sempadan sungai-sungai di kota Manado, jika tidak diperbaiki pola

pemanfaatan lahannya maka sungai-sungai sebagai inlet pantai

Manado akan mengalami kerusakan total dan tidak dapat

merecovery diri akibat gencarnya limbah yang dibebani padanya.

Kerusakan badan air sungai tentunya akan menambah kontribusi

kerusakan pada perairan Teluk Manado. Semua kegiatan yang

dilakukan di daratan kota Manado akan bermuara ke pantai. Itulah

konsekuensi dari tipologi lingkungan kota Manado.

Wujud pola pemanfaatan ruang kota Manado saat ini, jika tidak

segera diperbaiki akan menjadi kontributor utama rusaknya sumber

16

Page 17: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

daya udara kota ini. Contohnya: pemanfaatan lahan sebagai daerah

komersil dan lahan service kota yang tersebar di sepanjang jalan

Sam Ratulangi dan di setiap jalan protokol di kota Manado saat ini

cenderung tidak terkendali. Kondisi ini telah menimbulkan

kemacetan lalulintas pada jam-jam sibuk pada ruas-ruas jalan

tertentu. Ada kecenderungan ruas-ruas macet ini akan bersambung

satu dengan yang lain jika pertokoan (mall) yang dibangun di

beberapa lokasi jalan Sam Ratulangi selesai dibangun nanti.

Kemacetan lalulintas tersebut selain menambah stress para

penghuni kota, juga akan memberikan kontribusi gas-gas dari

kendaraan bermotor sebagai perusak sumber daya udara kota

Manado.

Perencanaan kota Manado dari para ahli tata kota terdahulu

kelihatannya cenderung meletakkan zona-zona komersil secara

tidak beraturan, tidak memperhitungkan jarak zona yang satu

dengan zona lainnya, tidak memperhitungkan kondisi jaringan jalan.

Di perkuat lagi dengan tidak ketatnya ijin-ijin yang dikeluarkan bagi

pengusaha-pengusaha di sepanjang jalan protokol kota Manado oleh

Pemda dalam hal penyediaan arena parkir bagi setiap pengusaha

yang menempati jalan-jalan protokol. Kita dapat melihat pada jam-

jam sibuk sebagian jalan protokol digunakan sebagai arena parkir

kendaraan-kendaraan konsumennya. Suasana ini juga yang

memperparah kemacetan yang terjadi. Tidak ketatnya pengawasan

terhadap sistem pengolahan limbah cair bagi pengguna lahan di

sepanjang pantai Manado, sehingga disinyalir bahwa beberapa

pengusaha jasa komersil dan bangunan publik lainnya yang ada di

lokasi ini membuang limbah cair langsung ke perairan Teluk Manado

tanpa di treatment terlebih dahulu. Sangat mengkuatirkan

keberlanjutan kota ini jika terjadi demikian.

Melihat kondisi saat ini dimana pembangunan fisik di kota

Manado semakin meningkat dan cenderung para perencana

membuat pola pemanfaatan ruang yang semakin memperparah

17

Page 18: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

kerusakan sumber daya alam kota ini, dan jika kita melihat dan

mencermati pola pemanfaatan ruang kota Manado yang terjadi

pada 10-15 tahun yang lalu dengan kondisi pertambahan penduduk

yang stabil tanpa pengelolaan dan penataan maka sebenarnya

sudah sangat memberikan peluang kerusakan sumber alam sungai

dan pantai di saat ini. Kondisi demikian sebenarnya jangan sampai

terjadi di saat 10-15 tahun ke depan, akibat penataan ruang

kembali dengan melakukan pengrusakan-pengrusakan barier yang

berupa zona-zona lindung di sepanjang pantai dan di sepanjang

sungai-sungai di Manado ditambah dengan tidak adanya usaha

untuk memanage lingkungan kota Manado. Pola pemanfaatan ruang

yang terjadi saat ini cenderung ditata demikian, dimana tidak lagi

membiarkan kegiatan alam terjadi, yang ada semata-mata hanya

kegiatan manusia, sehingga dapatlah kita bayangkan apa yang

akan terjadi dengan lingkungan alam kita yang cenderung

mempengaruhi lingkungan sosial kota ini jika kondisi ini tidak cepat

dan segera disadari. Kerusakan sudah terjadi akibat dari suatu

keputusan yang tidak seimbang antara kepentingan ekonomi dan

kepentingan keberadaan sumberdaya alam yang lestari. Konsep

kota yang berlanjutan barangkali tidak dapat kita nikmati jika masih

mempertahankan pola lama dan meningkatkan kerusakan dengan

mewujudkan pola pemanfaatan ruang yang baru yang cenderung

sama dengan pola lama.

Saat ini suasana sudah terlanjur dan sedang terjadi

pengrusakan itu, tinggal langkah apa yang akan diambil oleh

pembuat kebijakan dan pengatur kota ini agar model penataan kota

tidak semata-mata hanya mementingkan ekonomi saja melainkan

juga harus memperhitungkan keberlanjutan manusia dan sumber

daya alam (lingkungan hidup) kota Manado. Barangkali gelar kota

Manado tidak saja kota Pantai, kota Bisnis atau predikat apa lagi

yang mensejajarkan kota ini dengan kota-kota modern lain di luar

Indonesia, tapi harus ditambah lagi dengan satu predikat yang

18

Page 19: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

penting yaitu : MANADO KOTA YANG MANUSIAWI DAN

BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE CITY)

19

Page 20: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

IV. PEMECAHAN PERMASALAHAN

Secara umum, permasalahan yang terjadi di lingkungan

sempadan pantai terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat

akan sempadan pantai, dimana sempadan pantai yang seharusnya

menjadi kawasan lindung justru berubah menjadi kawasan budidaya

dengan beberapa kegiatan antara lain dimanfaatkan sebagai lahan

komersil (pertokoan/mall, hotel dan perumahan mewah), lahan

permukiman penduduk, lahan perkebunan, perikanan, jasa

pariwisata dan sebagian sebagai hutan lindung. Dapat dibayangkan

banyaknya limbah-limbah cair maupun padat yang telah dibuang

oleh pengguna lahan-lahan ini yang tentunya apabila tidak

dilakukan proses minimalisasi limbah akan memberikan kontribusi

pengrusakan sumber daya alam laut di wilayah tersebut.

Secara nyata, telah terjadi pengrusakan zona lindung bagi

ekosistem perairan laut akibat dari usaha dan kegiatan manusia

yang terjadi di darat. Sobeknya filter antara dua ekosistem ini akan

memberikan jalan bagi pencemaran lingkungan laut akibat kegiatan

alam yang tidak bisa kita duga, misalnya: meningkatnya laju aliran

permukaan di daratan (run-off) yang mengakibatkan meningkatnya

jumlah sedimen secara cepat dan tidak alami lagi. Sedimentasi ini

tentunya akan sangat mempengaruhi zona produktif yang menjadi

habitat makhluk hidup di wilayah perairan.

Belum lagi masalah bencana alam yang terjadi seperti kejadian

di Lhokseumawe dimana telah terjadi abrasi yang sangat kuat pada

garis pantai Ujong Blang Lhokseumawe yang ditandai dengan

pemunduran garis pantai. Hal seperti ini akan mengakibatkan air

laut masuk atau naik ke darat melalui rongga tanah (intrusi) serta

mengakibatkan pengurangan luas daratan.

20

Page 21: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

Dari masalah-masalah tersebut tentunya diharapkan adanya

pemecahan agar masalah yang terjadi tidak semakin menjadi-jadi.

Sebenarnya, masalah sempadan pantai sudah jelas diatur dalam

Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

yakni kawasan perlindungan pantai meliputi daratan sepanjang

tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik

pantai. Lebar garis sempadan ini adalah 100 meter dari titik pasang

tertinggi ke arah darat, untuk pantai alam. Adapun untuk pantai

buatan, misalnya Marina di Kelurahan Tawang Mas, sempadannya

hanya selebar 50 meter. Namun, sayangnya masyarakat masih

kurang mengetahui tentang sempadan ini. Untuk itu, sangat

diharapkan bantuan dari Pemerintah Kota untuk masing-masing

daerah agar dapat mensosialisasikannya baik di dalam Rancangan

Tata Kota maupun kepada masyarakat serta mengawasi dan

kembali memperhatikan soal pembangunan di wilayah sempadan

pantai.

Selain mensosialisasikan sempadan pantai sebagai kawasan

lindung, diperlukan tindak lanjut seperti penjagaan serta penataan

kembali jenis dan bentuk penggunaan lahan sepanjang pantai.

Selain itu, perlu dilibatkan para pakar dan pemerhati lingkungan

yang ada di tiap-tiap daerah serta masyarakat sekitar yang sering

menjadi korban serta dengan segera perlu dibangun tanggul

sepanjang pantai sebagai pengaman hantaman badai dan

gelombang laut. Tanggul ini akan mencegah terjadinya intrusi dan

abrasi pantai.

Untuk melengkapi pembuatan tanggul, perlu ditanami pohon

bakau di atas tanggul atau di sepanjang pantai. Akar tanaman

bakau ini dapat mengikat dan menahan pasir atau lahan pantai dari

abrasi dan akresi. Sedangkan batang dan daun bakau dapat

menahan angin dan badai. Di samping itu, tumbuhan bakau bernilai

ekonomis dan menjadi sumber makanan bagi hewan laut.

21

Page 22: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

22

Page 23: 32034416 Lingkungan Sempadan Pantai

DAFTAR PUSTAKA

Bali Post, 31 Agustus 2006

Kumurur, Veronica. 2006. Pola Pemanfaatan Ruang Kota Manado: Tekanan Terhadap Sumberdaya Alamnya. Manado

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan dan Pembangunan. PT Penerbit Djambatan: Jakarta.

Serambi, 30 Juni 2001

Suara Merdeka, 17 Mei 2003

23