pemanfaatan media cerita bergambar dengan …
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN MEDIA CERITA BERGAMBAR DENGAN
METODE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
DALAM MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS
VII DI SMP NEGERI 85 JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Ahmad Lutfi Prasetyo
NIM. 1114013000018
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pemanfaatan Media Cerita Bergambar dengan Metode
STAD (Students Teams Achievement Division) dalam Menulis Teks
Deskripsi Siswa kelas VII di SMP Negeri 85 Jakarta disusun oleh Ahmad
Lutfi Prasetyo, Nomor Induk Mahasiswa 11140130000018, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munawasah pada hari Selasa 27 Juli 2021 di
hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 27 Juli 2021
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan /Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Dr. Makyun Subuki, M.Hum.
NIP. 19800305 200901 1015 10 Agustus 2021
Sekretaris Jurusan11
Novi Diah Haryanti, M.Hum. 10 Agustus 2021
NIP. 19841126 201503 2007
Penguji I
Didah Nurhamidah, M.Pd. 9 Agustus 2021
NIP. 19891219 201903 2010
Penguji II
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. 9 Agustus 2021 NIP. 19640212 199703 2001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
Dr. Suririn, M.Ag.
NIP. 19710319 199803 2001
i
ABSTRAK
Ahmad Lutfi Prasetyo. NIM.1114013000018. Skripsi. Pemanfaatan Media
Cerita Bergambar dengan Metode STAD (Students Teams Achievement
Division) dalam Menulis Teks Deskripsi Siswa kelas VII di SMP Negeri 85
Jakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Dr.
Hindun, M.Pd. 2021
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pemanfaatan Media Cerita
Bergambar dengan Metode STAD (Students Teams Achievement Division) dalam
Menulis Teks Deskripsi Siswa kelas VII di SMP Negeri 85 Jakarta. Penulis
menggunakan media cergam, karena buku cerita yang banyak disukai anak-anak
dibandingkan buku cerita lainnya. Nilai lebih cergam terletak pada unsur fantasi
yang menghibur dan adanya unsur visual. Penggunaan media cergam sebagai
media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi
siswa. Demikian juga ketika guru ingin mengembangkan teks atau karangan
deskripsi siswa maka media cergam ini dapat digunakan secara efektif. Penelitian
ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dimana penulis menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa 92,5%
siswa termotivasi dan lebih kreatif dalam kompetensi menulis khususnya menulis
teks deskripsi. Selain itu, hasil terhadap teks deskripsi siswa kelas VII/H memiliki
rata-rata nilai 80. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan media cergam dapat meningkatkan kompetensi menulis khusunya
menulis teks deskripsi dan dapat membangun motivasi untuk lebih kreatif serta
berfikir kritis dalam bekerja kelompok.
Kata kunci:
Media cerita bergambar, metode STAD, keterampilan menulis teks deskripsi.
ii
ABSTRACT
Ahmad Lutfi Prasetyo. NIM.1114013000018. Thesis. Utilization of Picture
Story Media with STAD (Students Teams Achievement Division) Method in
Writing Description Texts for Class VII Students at SMP Negeri 85 Jakarta.
Department of Indonesian Language and Literature Education. Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor Dr.
Hindun, M.Pd. 2021
The purpose of this study was to determine the use of illustrated story media using
the STAD (Students Teams Achievement Division) method in writing descriptive
text for seventh grade students at SMP Negeri 85 Jakarta. The author uses comic
book media, because story books are preferred by children compared to other
story books. The more diverse value lies in the entertaining fantasy element and
the presence of visual elements. The use of comic book media as learning media
can improve students' ability to write descriptive essays. Likewise, when the
teacher wants to develop a student description text or essay, this comic media can
be used effectively. This research was conducted with a qualitative descriptive
method where the author analyzed the data by describing or describing the data
that had been collected as it was. The results obtained indicate that 92.5% of
students are motivated and more creative in writing competence, especially
writing descriptive text. In addition, the results of the descriptive text of class
VII/H students have an average score of 80. Based on these results, it can be
concluded that the use of comic book media can improve writing competence,
especially writing descriptive texts and can build motivation to be more creative
and think critically in group work.
Keywords:
Picture story media, STAD method, descriptive text writing skills
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, yang tiada henti-hentinya
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: “Pemanfaatan Media Cerita Bergambar dengan Metode
STAD (Students Teams Achievement Division) dalam Menulis Teks Deskripsi
Siswa kelas VII di SMP Negeri 85 Jakarta”.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, para keluarganya, sahabat-sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan
gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dengan kerendahan hati dalam menyusun skripsi ini
membutuhkan bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak, khususnya
Dosen Pembimbing dan doa kedua orang tua, sebagai rasa syukur dan ungkapan
terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum. Ketua Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Haryanti, M.Pd., Sekretaris Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
membimbing dan mengarahkan dengan sabar selama pengerjaan skripsi
berlangsung.
5. Didah Nurhamidah, M.Pd. & Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku
penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya.
iv
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FITK, UIN
Jakarta, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasinya
selama saya berkuliah sehingga hal tersebut mampu memberikan manfaat
pada diri saya.
7. Farid Makrup, SPd., selaku Kepala SMP Negeri 85 Jakarta yang telah
mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dan siswa-siswi SMPN 85
Jakarta.
8. Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan seluruh staff.
9. Kepala Perpustakaan UI dan seluruh staff.
10. Kedua orang tua saya, yaitu Ayahanda Sunarwan dan Ibunda Suningsih,
S.Pd., yang sudah memberikan semangat, memberikan dukungan, doa,
motivasi, nasihat, biaya, dan sebagainya.
11. Adik kandung saya, yaitu Muhammad Iqbal Susanto yang sudah
memberikan semangat untuk saya.
12. Seluruh teman seperjuangan angkatan 2014 yang setia menemani, selalu
memberikan semangat, dan motivasi selama perkuliahan.
Penulis mendoakan agar apa yang telah dilakukan oleh pihak-pihak
yang telah disebutkan di atas dapat dibalas oleh Allah SWT, sebagai
bentuk kebaikan. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat dalam dunia
pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya penulis memohon
kepada pembaca untuk kesempurnaan penelitian dan tulisan berikutnya
yang lebih bermanfaat.
Jakarta, 27 Juli 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR HALAMAN JUDUL
LEMBAR HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran ........................................................... 9
2. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan ................................................ 10
3. Jenis-Jenis Media dalam Pembelajaran ................................................ 12
4. Pemilihan Media Pembelajaran ............................................................ 14
5. Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran ......................................... 15
B. Hakikat Cerita Bergambar
1. Pengertian Cergam ............................................................................... 16
2. Macam-Macam Istilah Cergam ............................................................ 19
3. Manfaat Cergam dalam Pembelajaran .................................................. 20
C. Teks Deskripsi
1. Pengertian dan Jenis-jenis Teks Deskripsi ........................................... 21
2. Kriteria dan Fungsi Teks Deskripsi ...................................................... 22
D. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 23
BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 27
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 27
C. Fokus Penelitian ...................................................................................... 27
D. Pengolahan Data dan Instrumen Penelitian ............................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Profil Sekolah
1. Visi Misi Sekolah ................................................................................. 31
2. Sejarah Sekolah .................................................................................... 32
3. Jumlah Guru ......................................................................................... 32
4. Jumlah Siswa ........................................................................................ 33
B. Analisis Hasil Pembahasan ...................................................................... 33
C. Analisis Data dan Instrumen Penelitian ................................................... 38
vi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain: melalui berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah serta
peningkatan kualitas tenaga pengajar. Upaya tersebut diharapkan membawa
dampak positif terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan,
seperti: mengaplikasikan berbagai teori belajar di bidang pengajaran;
kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan
efisien; kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan kemampuan
menciptakan suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor artinya guru
memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan serta melaksanakan
pengajaran di sekolah. Guru harus dapat memberikan rangsangan untuk
menimbulkan proses berpikir siswa. Guru harus mampu menyediakan
fasilitas agar terjadi interaksi antara siswa dan siswa, serta antara siswa dan
konsep-konsep yang dipelajarinya sehingga proses berpikir terbina.
Upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, telah
ditanamkan sejak jenjang pendidikan terbawah. Pembelajaran bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Indonesia yang
baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang dimilikinya, antara lain
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
2
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa
mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
melalui bahasa tulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan
menulis, yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat
secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan,
pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi dan lain-lain. Sejalan dengan tujuan
tersebut, peran budaya menulis semakin menempati kedudukan yang sentral
di dalam kehidupan modern. Tanpa budaya menulis, arus komunikasi dan
informasi akan terputus sehingga manusia akan terkungkung dalam
keterbelakangan dan kebodohan. Hal itu disebabkan terputusnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia hal tersebut
penting untuk dicarikan solusinya, yaitu bagaimana mata pelajaran bahasa
Indonesia dapat menjembatani dan menuntaskan keterbelakangan tersebut.
Salah satu cara yang penting adalah bagaimana melaksanakan proses
pembelajaran bahasa Indonesia secara baik dan benar. Kesulitan siswa
melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kurang tepat guru memilih
strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan
sekolah menjadikan menulis sebagai suatu budaya baik bagi siswa ataupun
guru tersebut. Oleh karena itu, hal ini sangat mungkin apabila pembelajaran
menulis menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa.
Sebagian siswa pembelajaran menulis itu tidak menyenangkan karena
mereka merasa kesulitan merangkaikan kata. Di lain pihak, sebagian guru
mengatakan bahwa pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang
seharusnya dikuasai siswa. Pembelajaran menulis adalah momok dalam
pelajaran bahasa Indonesia bagi sebagian siswa karena mereka harus berpikir
dan menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan
kosakata siswa cukup memengaruhi minat siswa dalam mengembangkan
idenya untuk dituangkan menjadi tulisan. Akibatnya mereka jadi enggan
untuk mengikuti pembelajaran menulis.
3
Ada beberapa pemasalahan berkaitan dengan sarana prasarana yang
belum memaksimalkan pemanfaatan fasilitas pembelajaran. Guru belum
memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran. Ketersediaan laboratorium, perpustakaan tidak diaplikasikan
dalam proses belajar-mengajar. Guru hanya terpaku pada satu suasana
pembelajaran di dalam kelas. Seharusnya fasilitas yang disediakan sekolah
dapat bermanfaat bila dikelola dan digunakan dengan baik oleh guru. Selain
itu sumber materi ajar yang digunakan belum variatif. Selama proses
pembelajaran guru hanya menggunakan satu buku paket sebagai acuan saja
yang berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (RI), yang seharusnya guru berusaha untuk mengembangkan
pemanfaatan materi ajar dari sumber lain.
Asyhar menyatakan bahwa media pembelajaran yakni segala sesuatu
yang dapat menyalurkan atau menyampaikan pesan dari suatu sumber secara
terencana, sehingga memperoleh lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melaksanakan proses belajar secara efesian dan afektif.1
Media pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus
selektif memilih penggunaan media pembelajaran. Media yang efektif untuk
pengajaran materi tertentu belum tentu efektif untuk mengajarkan materi
lainnya.
Setiap materi mempunyai karakteristik dan turut menentukan pula
media yang digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu pula
dalam pembelajaran menulis, guru harus bisa memilih dan menggunakan
media sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga nantinya
mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Membuat seorang anak mengingat berbagai jenis informasi, kata-kata,
dan tulisan yang sedemikian banyak, bukan cara yang efektif untuk
mengembangkan memorinya. Kunci pengembangan memori anak-anak
1Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi Jakarta,
2012), hlm. 27.
4
adalah dengan mendorong mereka menyusun sebuah kisah dan merangkai
sejumlah kata-kata yang mereka miliki.
Metode STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan
salah satu cara yang tepat dilakukan dalam pembelajaran di kelas karena
metode STAD merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari empat atau
lima orang dengan menghubungkan antara pembelajaran dan keterampilan
sosial. Keterampilan sosial ini berisi unsur akademik dan diharapkan mampu
memberikan pengalaman belajar bagi siswa, baik secara individu maupun
secara berkelompok. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa dalam menerima
perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya. Selain itu, metode pembelajaran ini menuntut siswa agar lebih
aktif, inovatif, kreatif, dan kritis terhadap persoalan yang sedang dipecahkan
untuk mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
Hasil yang diperoleh setelah penerapan metode ini menunjukkan
peningkatan prestasi dan aktivitas belajar siswa yang terlihat dari nilai rata-
rata dan ketuntasan belajar siswa. Terlepas dari hasil yang diperoleh dari
penerapan metode ini, metode STAD belum tentu dapat diterapkan pada
materi ataupun mata pelajaran lainnya. Selain itu, keberhasilan penerapan
metode tidak terlepas dari ketepatan pemelihan media.
Cerita bergambar merupakan media yang didalamnya memiliki unsur
gambar dan sebuah cerita yang terpadu. Unsur visual inilah yang menarik
minat baca anak-anak. Karena unsur visual ini, anak-anak dapat dengan
mudah mengikuti jalan cerita di samping dapat membedakan peran-peran
tokoh dalam cerita tersebut. Dayamanti juga menambahkan bahwa media
cerita bergambar yaitu perantara yang bisa mengkomunikasikan kenyataan
serta ide secara kuat dan jelas dengan kombinasi antara pengungkapan kata-
kata dan gambar.2
2Lely Damayanti, Pengaruh Media Cerita Bergambar Terhadap Kehidupan Sosial Anak Didik
Kelompok B TK Desa Ngepeh Saradan Madiun, (Madiun: PG PAUD IKIP PGRI Madiun, Vol. 3.
No. 2.), http//e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPAUD/article/view/54329. Diakses 29 Oktober
2019.
5
Secara umum, penggunaan media cergam sebagai media pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Demikian
juga ketika guru ingin mengembangkan teks atau karangan deskripsi siswa
maka media cergam ini dapat digunakan secara efektif. Untuk itulah peneliti
yakin bahwa penggunaan cergam sebagai media pembelajaran merupakan
terobosan baru, karena media ini jarang digunakan dalam pembelajaran di
kelas, khususnya di SMP Negeri 85 Jakarta kelas VII/H.
Sudarwan, mengungkapkan manfaat penggunaan cergam sebagai
media dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita
berdasarkan rangkaian gambar secara unit sehingga menjadi karangan narasi
yang utuh, memadukan kalimat menjadi karangan narasi yang padu dengan
menggunakan kata sambung yang tepat, dan menggunakan ejaan dan tanda
baca secara benar dalam karangan.3 Perpaduan antara cergam dengan teks
deskripsi ini menarik siswa untuk lebih kreatif dalam hal menulis deskripsi,
karena dengan cergam yang di dalamnya terdapat gambar-gambar yang
menarik siswa menjadi semangat untuk membaca dan lebih kreatif dalam
menulis teks deskripsi.
Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis deskripsi dengan
media cergam yang menggunakan model pembelajaran STAD belum pernah
diteliti oleh guru lain di SMP Negeri 85 Jakarta. Selain itu, pembelajaran
menulis deskripsi yang berlangsung hanya berkisar tentang pemberian materi
berdasarkan cerita nongambar yang menurut siswa tidak mengembangkan
kreativitas menulis deskripsi. Atas dasar itu, maka dilakukan penelitian media
cerita bergambar, untuk membantu atau meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi. Dengan demikian, skripsi ini mengkaji “Pemanfaatan Media Cerita
Bergambar dengan Metode STAD (Students Teams Achievement Division)
dalam Menulis Teks Deskripsi Siswa kelas VII di SMP Negeri 85 Jakarta”.
3Danim Sudarwan, Media Komunikasi Pendidikan: Pelayanan Profesional Pembelajaran dan
Mutu Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
hlm. 134
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut, maka beberapa
hal penting dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru kurang variatif dalam menggunakan media pembelajaran;
2. Guru merasa kesulitan menerapkan beberapa jenis metode
pembelajaran;
3. Sebagian siswa SMPN 85 Jakarta masih kesulitan dalam membuat
teks deskripsi.
C. Batasan Masalah
Bertitiktolak dari penjelasan yang telah diuraikan, dan permasalahan-
permasalahan yang ada di sekolah, baik yang dialami oleh siswa dan guru
yang berhubungan dengan bahasa Indonesia khususnya menulis deskripsi dan
media pembelajaran, serta metode yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran, maka tidaklah semua masalah diteliti, oleh karena itu,
penelitian ini dibatasi dengan mengkaji media cergam dalam bentuk cetak
yang diterbitkan oleh Trasnmedia Pustaka berjumlah 11 halaman.
Media cergam ini bertema persahabatan antara kura-kura dan angsa.
Lalu, teks yang digunakan oleh siswa berupa teks deskripsi berjenis objektif
dan teks deskripsi yang dihasilkan oleh siswa sebanyak 3 paragraf. Penelitian
ini menggunakan metode STAD dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2019/2021 di SMP Negeri 85 Jakarta dengan menggunakan kelas
VII/H sebagai objek penelitiannya.
D. Perumusan Masalah
Bagaimana Pemanfaatan Media Cerita Bergambar dengan Metode STAD
(Students Teams Achievement Division) dalam Menulis Teks Deskripsi Siswa
kelas VII Semester Genap di SMP Negeri 85 Jakarta?
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Rumusan Masalah yang telah disebutkan, tujuan penelitian
ini untuk mengetahui:
1. Bagaimana Pemanfaatan Media Cerita Bergambar dengan Metode STAD
(Students Teams Achievement Division) dalam Menulis Teks Deskripsi
Siswa kelas VII di SMP Negeri 85 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara
lain:
1. Bagi Kepala Sekolah;
a) Bisa menjadi data yang menambah nilai akreditasi sekolah.
b) Menambah informasi dalam dunia penelitian yang terbaru.
2. Bagi Guru;
a) Membuat pembelajaran di kelas lebih variatif dan inovatif
b) Menambah ilmu tentang bagaimana cara mengajar di dalam
kelas dengan suasana yang menyenangkan.
c) Memberi motivasi untuk menggunakan media atau metode
pembelajaran yang lebih bervariatif.
3. Bagi Peneliti lain;
a) Menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian dengan
metode yang berbeda.
b) Menambah ilmu pengetahuan mengenai metode pembelajaran
di kelas.
8
9
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti "perantara" atau
"pengantar".1 Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Media pendidikan dalam arti sempit hanya
memperhatikan dua unsur dari model kawasan keseluruhan, yakni bahan
dan alat yang nantinya berinteraksi dengan siswa.
Hamidjojo dalam bukunya Latuheru memberi batasan media
sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga
ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju.2 Media pembelajaran yang dimaksudkan adalah
sebagai alat atau bahan selain buku teks dalam proses belajar-mengajar,
yang dapat dipakai untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal dalam suatu situasi belajar mengajar.
Wilkinson menambahkan pengertian media terbagi dalam batasan
yang sangat sempit, yaitu alat yang dapat digunakan secara efektif dalam
melaksanakan proses pengajaran yang direncanakan dengan baik.3 Di
dalamnya tidak hanya mencakup media komunikasi elektrik yang
canggih saja melainkan juga media yang lebih sederhana seperti film
bingkai, gambar, foto, diagram, dan gambar bagan yang dapat buat
sendiri oleh guru. Romiszowski (dalam Basuki Wibawa dan Farida
Mukti) memberikan batasan media sebagai pembawa pesan yang berasal
1Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), hlm. 3.
2J.D. Lattuheru, Media Pembelajaran dalam Pengajaran Bahasa Indonesia, (Ujung Pandang:
IKIP Ujung Pandang, 1993), hlm. 43.
3GL. Wilkinson, Media dalam Pembelajaran, (terjemahan Zulkarnaen Nasution, Jakarta, CV.
Rajawali, 1984), hlm.5
10
dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada
penerima pesan.4 Adapun proses belajar-mengajar penerima pesan itu
adalah siswa, sedang pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber
informasi, yaitu guru. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan
siswa melalui indera mereka, siswa dirangsang oleh media, lalu
inderanya digunakan untuk menerima informasi. Apabila media itu
membawa informasi yang bertujuan instruksional mengandung maksud
pengajaran maka hal itu disebut media pembelajaran.
Gagne dan Briggs, berpendapat bahwa media pembelajaran adalah
segala yang meliputi alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi
materi pembelajaran dan menyajikan pesan sehingga merangsang siswa
untuk belajar atau sebagai alat bantu mengajar guru.5 Alat bantu yang
bisa dipakai biasanya berupa alat bantu visual, yaitu: gambar, kaset CD,
kamera, film slide, komputer dan alat-alat yang dapat memberikan
pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan
retensi belajar siswa.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim (guru) kepada penerima (siswa)
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar
berhasil. Pada saat proses belajar- mengajar, pesan yang disalurkan oleh
media dari sumber pesan kepada penerima pesan itu ialah isi pelajaran.
Pesan tersebut berasal dari kurikulum yang disampaikan guru kepada
siswa.
2. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan
4Basuki Wibawa dan Farida Mukti, Media Pengajaran, (Bandung, CV. Maulana, 2001),
hlm.12
5Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.14.
11
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.6 Levie dan Lentz (dalam
Azhar Arsyad) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu:
(1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3) fungsi kognitif, dan (4) fungsi
kompensatoris. Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad) menyatakan
bahwa, media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila
media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok
pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (1) memotivasi minat atau
tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.7
Setiap media yang digunakan memiliki tujuan-tujuan tertentu,
menurut Soeparno, tujuan penggunaan media ialah agar pesan
(informasi) yang dikomunikasikan dapat diserap semaksimal mungkin
oleh para siswa sebagai penerima informasi.8 Bahasa yang
dikomunikasikan melalui lambang verbal saja kemungkinan terserapnya
sangat kecil, sebab bersifat abstrak sehingga sangat sulit dipahami dan
diresapi. Jadi penggunaan media diharapkan dapat memperkonkret
informasi yang dikomunikasikan sehingga informasi tersebut diharapkan
dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi.
Manfaat yang dapat diambil berdasarkan penggunaan media
pembelajaran sebagaimana Azhar Arsyad, dirumuskan sebagai berikut:
(1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar; (2) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses
dan hasil belajar; (3) media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,
dan kemungkinan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya; (4) media pembelajaran mengatasi keterbatasan indera,
ruang dan waktu; dan (5) media pembelajaran dapat memberikan
6Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.16.
7Ibid, hlm. 19.
8Soeparmo, Media Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta, Intan Pariwara, 1988), hlm.5-6
12
kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka.9
3. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran
Berbagai keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran
tersebut tergantung pada media yang digunakan. Beberapa usaha
pengklasifikasian media telah dilakukan oleh Bretz & Briggs (dalam
Basuki Wibawa dan Farida Mukti) dengan kelebihan dan kekurangan
yang mengiringinya. Pengklasifikasian jenis media, di antaranya: media
audio, media visual dan media audio visual.10
Media audio merupakan media yang berisi suara saja sehingga
untuk dapat memanfaatkannya sebagai media dalam pembelajaran guru
haras dapat memperhatikan mengenai aspek kemampuan menyimak yang
dimiliki oleh siswa. Contoh : radio, tape record, dan kaset rekam. Fungsi
media audio untuk menyampaikan pesan audio dari sutnber pesan ke
penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam lambang-lambang auditif
verbal, nonverbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat
dengan indera pendengaran.
Kelebihan media audio, antara lain (1) materi pembelajaran sudah
tetap, dan dapat dipersiapkan sebelumnya; (2) perantara yang digunakan
sangat murah di bandingkan dengan media lain; (3) memungkinkan siswa
untuk belajar mandiri, sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing;
dan (4) suasana dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui
penggunaan musik, latar, dan efek suara yang lain. Sedangkan,
kelemahan media audio, antara lain (1) stimulus secara visual/suara saja
dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan kebosanan pada
siswa; dan (2) media ini cenderung tidak dapat diperbaharui. Perbaikan
biasanya berarti pembuatan rekaman ulang yang memerlukan waktu yang
cukup lama.
9Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.26-27
10
Basuki Wibawa dan Farida Mukti, Media Pengajaran, (Bandung, CV. Maulana, 2001),
hlm.33.
13
Media visual adalah media yang berupa gambar-gambar tanpa
disertai suara. Media ini biasanya digunakan untuk mengajarkan
kemampuan membaca dan menulis siswa. Media visual dibedakan
menjadi dua, yaitu: media visual diam dan media visual gerak. Contoh
media visual adalah foto, gambar, ilustrasi, gambar pilihan, potongan
gambar, transparasi, proyektor gambar kartun, dan cerita bergambar.
Fungsi media visual dalam proses belajar-mengajar, yaitu: untuk
mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak,
membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak
atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan di dalam kelas, serta
mengembangkan kreativitas siswa.
Kelebihan penggunaan media visual, antara lain: (1) menarik minat
dan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran; (2) membantu siswa
untuk memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang
menyertainya; (3) meningkatkan keterampilan membaca dan menulis
siswa; (4) memberi peluang kepada guru untuk bertatap muka dengan
siswanya; dan (5) meningkatkan kreatifitas guru untuk dapat menyiapkan
materi yang diwujudkan dalam bentuk gambar. Kelemahan media visual,
antara lain: (1) semata-mata hanya medium visual; (2) ukuran gambar
seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar; dan (3)
memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan dan kejelian guru
untuk memanfaatkannya. Media audio visual adalah media yang
memiliki unsur suara dan unsur gambar (tampak-dengar). Media ini
biasanya berupa rekaman gambar yang disertai suara yang menjelaskan
mengenai gambar yang disajikan. Contoh media audio visual ialah VCD,
TV, pita suara, film bingkai, dan lain-lain.
Kelebihan media audio visual, antaral lain: (1) mampu
menampilkan gambar, suara dan gerak sekaligus; (2) mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu; dan (3) menghindari pembelajaran yang
verbalistik. Kelemahan media audio visual, antara lain: (1) sulit untuk
direvisi; (2) biayanya relatif mahal; dan (3) memerlukan keahlian khusus.
14
Berdasarkan gambaran jenis-jenis media di atas dapat disimpulkan,
bahwa cergam adalah salah satu bentuk media visual. Hal ini didasarkan
bentuk asli cergam yang berupa gambar-gambar dan cerita tanpa disertai
suara. Cergam dapat dijadikan media pembelajaran karena dapat menarik
minat siswa serta membantu mengingat informasi bahan verbal yang
menyertainya.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Media yang dipilih sudah tentu media yang paling baik. Eselgorth
(dalam Soeparno) mengemukakan bahwa, pengertian baik buruknya
suatu media tidak bergantung kepada mewah atau tidaknya peralatan
yang dipakai.11
Baik buruknya suatu media diukur sampai sejauh mana
media itu dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi.
Media yang digunakan dalam pengajaran harus menunjang proses belajar
siswa sehingga siswa mampu menguasai indikator belajar dalam sebuah
standar kompetensi. Pemilihan media dalam pembelajaran harus sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitas siswa sebagai subjek yang diberdayakan
dalam pendidikan.
Azhar Arsyad merumuskan beberapa kriteria dalam pemilihan
media, yaitu (1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) tepat untuk
mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi; (3) praktis, luwes dan bertahan; (4) guru terampil
menggunakannya; (5) pengelompokan sasaran dan (6) mutu teknis.12
Soeparno mengungkapkan dalam memilih media hendaklah
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) hendaknya mengerti
karakteristik setiap media, sehingga dapat mengetahui kesesuaian media
tersebut dengan pesan atau informasi yang akan dikomunikasikan; (2)
hendaknya memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak
11Soeparno, Media Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta, Intan Pariwara, 1988), hlm.10.
12
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.75-76
15
capai.13
Misalnya, untuk melatih keterampilan menyimak ada baiknya
kalau menggunakan atau memilih media radio atau rekaman.
Selanjutnya, calon guru atau pengajar hendaknya memilih media
yang sesuai dengan metode yang akan digunakan, hendaknya pula
memilih media yang sesuai dengan materi yang akan dikomunikasikan.
Selain itu, memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa, baik
ditinjau dari segi jumlahnya, usianya, atau tingkat pendidikannya dan
hendaknya memilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan tempat media itu dipergunakan. Sehingga sebagai catatan
tambahan, janganlah menggunakan media tertentu dengan alasan bahwa
media merupakan barang baru atau karena media tersebut merupakan
satu-satunya media yang dimiliki.
5. Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran harus sistematis untuk menunjang
efektivitas dan efisiensi prosedur belajar mengajar. Betapapun
canggihnya media yang dipilih, bila tidak digunakan dengan baik
tentunya tidak banyak gunanya. Maka guru perlu mengetahui prosedur
penggunaan media tersebut sebelum digunakan bahan pengajaran.
Budi Nuryanta, dkk. menjabarkan tiga langkah pokok prosedur
penggunaan media pengajaran yang perlu diperhatikan; yaitu: Tahap
Pertama Persiapan, yaitu tahap persiapan dilakukan sebelum penggunaan
media pembelajaran. Tahap ini diperlukan agar penggunaan media dapat
dipersiapkan dengan baik. Guru perlu memperhatikan beberapa hal
dalam pelaksanaan tahapan ini antara lain: (a) guru perlu mempelajari
buku petunjuk penggunaan media tersebut, (b) guru perlu
mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk penggunaan media
tersebut, (c) guru perlu menetapkan penggunaan media tersebut secara
individual atau kelompok, dan (d) guru perlu mengatur posisi duduk
siswa agar penyampaian pesan dapat diterima peserta didik dengan baik.
13Soeparno, Media Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta, Intan Pariwara, 1988), hlm.10-11.
16
Tahap Kedua, Pelaksanaan (Penyajian), yaitu tahap pelaksanaan
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. ada satu hal yang harus
diperhatikan selama menggunakan media tersebut, yaitu hindari
kejadian-kejadian yang dapat mengganggu ketenangan, perhatian dan
konsentrasi peserta. Ketiga, Tindak Lanjut, yaitu kegiatan tindak lanjut
bertujuan memantapkan pemahaman peserta didik terhadap pokok-pokok
materi dan pesan pengajaran yang hendak disampaikan melalui media
tersebut. Kegiatan tindak lanjut umumnya ditandai dengan suatu
kegiatan diskusi, tes, percobaan, observasi, latihan, remidiasi, dan
pengayaan.14
B. Hakikat Cerita Bergambar (Cergam)
1. Pengertian Cergam
Muharam E dan Watti Sudaryanti dalam bukunya Nofriyanti
mengatakan bahwa gambar merupakan perwujudan benda alam dalam
lambang visual dalam bentuk dua dimensi.15
Selain itu, Gonen dan Guler
menjelaskan bahwa dalam buku cerita bergambar, sebuah cerita
sederhana atau dongeng yang diceritakan melalui gambar maupun teks
dan gambar yang digunakan.16
Definisi lain diungkapkan oleh
Gunansyah bahwa melalui penambahan gambar pada tulisan akan
mempermudah siswa dalam menuangkan ide sekaligus dalam waktu
bersamaan dan pembaca akan lebih memahami yang sedang dibacanya.17
Sebuah media cerita bergambar haruslah bisa menceritakan dengan detail
14Budi Nuryanta, Kasurijanta, dan Imam Koerman, Materi Pokok Pengajaran Keterampilan
Berbahasa, (Jakarta, depdikbud, 1997), hlm.4-17.
15
Isna Nofriyanti, Penggunaan Media Cerita Bergambar dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (Pontianak: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol 3 No. 3 http//jurnal.untan.ac.id/index.php/ipdpb/article/view/4950/5057.
Diakses pada 4 September 2019.
16
Mubeccel Gonen & Tulin Guler, The Environment and Its Place in Children’s Picture Story
Books. (Turkey: Procedia Social and Behavioral Sciences, 2011),
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281100893713, diakses 13 Januari
2020.
17
Ganes Gunansyah, Pendidikan IPS: Berorientasi Praktik yang baik, (Surabaya: Unesa
University Press, 2015), hlm. 23.
17
apa yang ingin diceritakan agar siswa sendiri dapat mengetahui isi cerita
yang dipaparkan oleh guru dari media cerita bergambar.
Menurut Hamzah & Nina gambar adalah bentuk representasi visual
dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan diatas kanvas, kertas
atau bahan lain, baik dengan lukisan, gambar atau foto.18
Selain itu,
Guntur Angkat berpendapat bahwa komik, cergam atau kartun
merupakan buku yang cukup poluler di masyarakat khususnya pada
kalangan remaja dan anak-anak.19
Media cergam dapat dikatakan sebagai
alat komunikasi yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi.
Komik atau cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks/narasi yang
berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Marcel Bonnet
(dalam Guntur Angkat) mengemukakan bahwa komik adalah salah satu
produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya,
yang dituang dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran
dan perenungan.20
Akronim cerita bergambar menurut Marcell Boneff, mengikuti
istilah cerita pendek (cerpen) yang sudah lebih dulu digunakan, dan
konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat
tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis katanya. Di dalam cergam,
cerita tidak lagi harus dipingitkan dengan teks tertulis (verbal), tetapi
didekatkan kepada narasi dan bercerita.
Kama mengemukakan bahwa, komik merupakan barang istimewa
yang dapat menyatukan dua buah jenis seni, yakni seni lukis dan seni
sastra.21
Sedangkan, Scot Me Cloud (dalam Kama) menegaskan bahwa,
komik adalah teknologi baru yang sanggup menggabungkan dua unsur
18Lamantenggo Nina & Uno B, Hamzah, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 33.
19
Guntur Angkat, Selintas Sejarah Komik Indonesia, (http://artikel.us/art05-72.html, diakses
10 November 2019
20
Guntur Angkat, Ibid.
21
Kama, Komik Sebagai Budaya Massa, http://k4maxomics.bogspot.com/, diakses 9
Desember 2019.
18
karya seni dengan disiplin ilmu yang berbeda menjadi satu.22
Dua karya
seni tersebut mengalami proses penyederhanaan dan ikonisasi
sedemikian rupa sehingga keduanya dapat menyatu dalam satu media
yaitu komik.
Sedangkan Tarigan mengungkapkan bahwa, mengarang
menggunakan media gambar merupakan satu teknik pengajaran menulis
yang sangat dianjurkan oleh para ahli.23
Mengarang melalui media
gambar berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa. Gambar
yang terlihat diam sebenarnya banyak berkata bagi orang yang peka dan
penuh imajinasi.
Aen Trisnawati mendefinisikan, komik salah satu media yang kaya
akan ide dan imajinasi.24
Ide tersebut kemudian ditransformasi dan
diserap oleh pembaca hingga menjadi sebuah gudang ide yang bisa
dipanggil saat pembaca tersebut memerlukannya, salah satunya untuk
membuat sebuah cerita. Pada akhirnya ide dari komik tersebut setelah
dicampuradukkan dengan ide lainnya, sehingga menjadi sebuah cerita.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa cergam merupakan suatu karya yang memadukan unsur gambar
dan tulisan dalam satu bentuk. Cergam (komik) merupakan salah satu
media yang kaya akan ide dan imajinasi untuk dikembangkan menjadi
tulisan yang kreatif. Ada beberapa kelebihan/keunggulan yang dimiliki
cergam apabila dibandingkan dengan media visual lainnya; antara lain:
(1) siswa lebih mudah memahami jalan cerita suatu karya karena adanya
penggabungan gambar dan cerita; (2) siswa lebih tertarik membaca cerita
yang didukung gambar daripada cerita nongambar; (3) daya imajinasi
siswa dapat lebih dikembangkan; dan (4) penggunaan cergam sebagai
media pembelajaran merupakan terobosan baru karena media ini jarang
22Kama, Ibid,
23
Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung, Angkasa, 1986),
hlm.209.
24
Aen Trisnawati, Membaca Komik Menulis cerpen, http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/200570705/30/khazanah/lainya05.html, diakses 11 Oktober 2019.
19
digunakan dalam pembelajaran di kelas. Cergam mampu membangkitkan
daya khayal siswa untuk dikembangkan lebih jauh menjadi cerita baru 25
.
2. Macam-macam Istilah Cergam
Komik diproduksi tak terbatas demi pemasaran yang telah
mengglobal. Adanya pangsa pasar yang cukup besar membuat beberapa
negara berlomba-lomba membuat komik. Kama menyebutkan beberapa
nama tersebut antara lain dengan istilah: Manga, Comic's, Manhwa,
Bande de Saire, Manhua, dan Cergam.26
Dijelaskan, sebagai berikut:
Manga, merupakan istilah komik yang berasal dari Jepang. Di dalam
manga, biasanya terkandung semangat orang-orang Jepang dalam
mengarungi kehidupan. Semangat yang dimiliki mereka dapat membuat
segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Dalam penggunaan teknik visual, manga kaya akan penggunaan
garis-garis dan tone. Umumnya, manga menggunakan mata untuk
menunjukkan ekspresi dan karakter. Ada satu hal yang unik yaitu cerita
manga dapat memadukan teknologi canggih tanpa melupakan
kebudayaan Jepang. Contoh manga, yaitu: Doraemon, Naruto, Crayon
Sinchan, dan Rourori Kensin.
Comic's, merupakan istilah yang berasal dari Amerika. Ciri-ciri
yang paling menonjol dalam comic's adalah adanya genre superhero. Isi
comic's menonjolkan sisi kekuatan fisik yang luar biasa. Hal ini
tercermin dalam penggambaran otot-otot yang menggelembung bagi pria
dan penggunaan garis kurva ekstrim bagi wanita. Ciri lainnya yaitu selalu
adanya unsur adu fisik di mana kejahatan harus dilenyapkan dengan
kekerasan. Contoh komik Amerika ini adalah: Superman, Batman, dan
X-Men. Manhwa, merupakan istilah komik yang berasal dari Hongkong.
Di dalam manhwa terjadi asimilasi antara gaya manga dan comic's.
25Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung, Angkasa, 1986),
hlm.209.
26
Kama, Komik Sebagai Budaya Massa, 2013, http://k4maxomics.blogspot.com/, Diakses, 9
Desember 2019.
20
Penggambaran karakter manhwa mengikuti gaya manga, tetapi gaya
penceritaannya mengikuti comic's. Silat menjadi yang paling
mendominasi manhwa. Contoh manhwa, yaitu: Saint dan karya-karya
Tony Wong. Bande de Saire, merupakan istilah komik yang berasal dari
Eropa. Gaya penggambaran dalam bande de saire mempunyai nilai
estetis yang tinggi. Tema yang diangkat berupa tema petualangan. Ada
satu hal yang menarik dari bande de saire yaitu komik-komik tersebut
dipelihara, dijaga, dan dilindungi oleh negara. Contoh bande de saire
adalah Tintin, dan Palestine.
Kemudian Manhua, adalah sebutan komik yang berasal dari Korea.
Di dalam manhua terjadi gaya penceritaan yang mirip dengan manga.
Ada ciri khusus dari manhua yaitu penggambaran karakter tokohnya
masih kasar dan banyak menggunakan garis tegas. Contoh manhua
adalah Shin Angyo Oshi, dan Bowling King; dan yang terakhir Cergam
(Cerita Bergambar) merupakan istilah komik Indonesia. Gaya
penceritaan cergam belum menemui gaya yang tepat karena masih
terpengaruh bande de saire dan mango.
Berdasarkan istilah-istilah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
cergam dapat disejajarkan dengan komik. Hal tersebut dikarenakan
kesamaan pengertian yang tekandung antara cergam dan komik. Hanya
saja istilah cergam di Indonesia kurang populer. Masyarakat cenderung
menyebut cergam dengan komik.
3. Manfaat Cergam dalam Pembelajaran
Ari Wijayanti mengungkapkan bahwa, penggunaan cergam sebagai
media pembelajaran memiliki manfaat, sebagai berikut: (1) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita berdasarkan
rangkaian gambar secara unit sehingga menjadi karangan narasi yang
utuh, (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan
kalimat menjadi karangan narasi yang padu dengan menggunakan kata
sambung yang tepat, dan (3) dapat meningkatkan kemampuan siswa
21
dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara benar dalam karangan
narasi.27
C. Teks Deskripsi
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Teks Deskripsi
Teks deskripsi merupakan sebuah paragraf dimana gagasan
utamanya disampaikan dengan cara menggambarkan secara jelas objek,
tempat atau peristiwa yang sedang menjadi topik kepada pembaca,
sehingga pembaca seolah-olah merasakan langsung apa yang sedang
diungkapkan dalam teks tersebut. Hakim mengungkapkan bahwa teks
deskripsi adalah lukisan atau hasil melukiskan atau menggambarkan
sesuatu berdasarkan keadaan yang sebenarnya.28
Wiyanto dalam bukunya mengartikan deskripsi adalah memberikan
penguraian atau melukiskan.29
Deskripsi bisa juga dikatakan uraian,
dengan membaca sebuah tulisan jenis deskripsi seseorag dapat
memahami suatu kondisi, keadaan, atau hal lainnya dengan baik seolah-
olah dapat melihat atau mengalami secara langsung apa yang
diceritakan. Definisi lain tentang deskripsi oleh Ambo, yaitu deskripsi
berasal dari Bahasa latin, yaitu describere yang berarti menulis tentang
membeberkan sesuatu hal.30
Secara singkat deskripsi bertujuan untuk membuat pembaca
menyadari tentang apa yang diserap penulis melalui pancainderannya.
Selain itu karangan deskripsi merangsang perasaan pembaca mengenai
apa yang digambarkannya dan menyajikan suatu kualitas pengalaman
langsung.
Setiap teks memiliki struktur yang khas yang membedakan teks
yang satu dengan teks yang lain, dengan memahami struktur teks akan
27Ari Wijayanti, Pengajaran Bahasa yang Kreatif, 2006,
http://lubisgrafura.wordpress.com/2006. Diakses, 10 November 2019.
28
A. Hakim, Karangan Deskripsi, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 27.
29
Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2004), hlm. 137
30
Fachruddin Ambo Enre, Dasar-dasar Keterampilan Menulis. (Ujung Pandang: Badan
Penerbit IKIP Ujung Pandang, 1994), hlm. 34.
22
memudahkan dalam penulisan teks. Mahsun dalam bukunya struktur
yang menyusun teks deskipsi menjadi satu keutuhan yaitu: (1)
identifikasi atau gambaran umum, (2) deskripsi bagian, pada deskripsi
bagian, (3) penutup, kesan umum.31
Teks deskripsi ialah tulisan yang berusaha memberikan perincian
atau melukiskan dan mengemukakan objek-objek yang sedang
dibicarakan, seperti orang, tempat, suasana atau hal lain. Menurut
Suparno dan Yunus dipilih menjadi dua kategori, yaitu: (1) deskripsi
tempat, (2) deskripsi orang.32
Selain itu, teks deskripsi dapat dikembangkan menjadi tiga jenis,
yaitu teks deskripsi subjektif, teks deskripsi spatial, dan teks deskripsi
objektif. Teks deskripsi subjektif adalah suatu teks yang dalam
penggambaran objeknya berdasarkan atas kesan yang dimiliki oleh
penulis. Teks deskripsi spatial adalah teks yang menjelaskan objeknya
berupa benda, tempat, ruang, dan sebagainya. Lalu, teks deskripsi
objektif adalah teks yang menjelaskan atau menggambarkan objek apa
adanya berdasarkan keadaan objek yang sebenarnya, sehingga pembaca
bisa membayangkan keadaan tanpa ada penambahan opini dari penulis.
2. Kriteria dan Fungsi Teks Deskripsi
Teks deskripsi mempunyai ciri-ciri yang dapat mempermudah
untuk mengenal jenis dari sebuah teks deskripsi, yaitu:
a) Menjabarkan suatu objek seperti benda, tempat, atau suasana
tertentu.
b) Melibatkan panca indera seperti penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan perabaan.
c) Memaparkan ciri-ciri fisik dan sifat objek tertentu, seperti ukuran,
bentuk, warna, dan kepribadian secara jelas dan terperinci.
31Mahsun, Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2014), hlm. 68.
32
Yunus M, dan Suparno, Keterampilan Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.
25.
23
Fungsi dari teks deskripsi adalah menggambarkan atau merincikan
objek dari sudut pandang penulis agar pembaca dapat seolah-olah merasakan,
melihat, ataupun mendengarkan secara langsung keadaan objek tersebut.
D. Penelitian yang Relevan
Banyak peneliti pendahulu yang melakukan penelitian dengan kajian
yang beragam. Beberapa peneliti terdahulu yang sejenis dan bisa menjadi
rekam jejak dalam kajian skripsi ini akan dikemukakan sebagai berikut:
1. Harnawita di Universitas Pasundan
Penelitian yang dilakukan oleh Harnawita tentang Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Hasil Belajar Murid Kelas IV Sekolah Dasar, membuktikan bahwa terdapat
pengaruh pembelajaran kooperatif metode STAD dan motivasi berprestasi
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia.33
Adapun perbedaan penelitian Harnawita dengan skripsi ini adalah:
1. Harnawita meneliti pada tahun 2016, sedangkan penelitian skripsi
ini dilaksanakan pada tahun 2019.
2. Penelitian Harnawita menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebagai meteodologi, sedangkan skripsi ini menggunakan
deskripsi kualitatif.
3. Penelitian Harnawita dilaksanakan di Bandung Jawa Barat, tepatnya
di SDN 1 Kejawar kelas IV. Sementara penelitian ini dilaksanakan
di level SMP Negeri 85 Jakarta Selatan.
2. Susilowati di UNES Semarang
Penelitian dengan metode pembelajaran dan media komik dilakukan
oleh Susilowati, dengan judul kajian; Keefektifan Metode STAD dan CIRC
(cooperative integrated reading an composition) dengan Media Komik
terhadap Keterampilan Menulis Petunjuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Karangtengah. Metode penelitian dilakukan dengan kelas Eksperimen 1 dan
33Harnawita, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode STAD dan Motivasi Berprestasi
Terhadap Hasil Belajar Murid Kelas IV Sekolah Dasar” Universitas Pasundan, 2016.
24
kelas Ekperimen 2, hasilnya menunjukkan bahwa pada tes akhir proses
pembelajaran dengan menggunakan STAD lebih baik, atau lebih efektif
dibandingkan dengan metode CIRC. Hasil uji t, menunjukan bahwa metode
STAD menunjukan hasil yang signifikan, dari hasil kajian tersebut, metode
STAD merupakan alternatif dalam proses pembelajaran.34
Adapun perbedaan penelitian Susilowati dengan skripsi ini adalah:
1. Susilowati melakukan penelitian pada tahun 2016, sedangkan
penelitian skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2019.
2. Penelitian Susilowati menggunakan quasi eksperimen sebagai
metodologi, sedangkan skripsi ini menggunakan deskripsi kualitatif.
3. Penelitian Susilowati dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karangtengah,
sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 85 Jakarta
Selatan.
4. Choirun Nisa Wisudawati Ula.
Penelitian yang dilakukan oleh Choirun Nisa dengan judul kajian
“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Sederhana melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas III SDN Tebel
Gedangan Kabupaten Sidoarjo” menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan
sederhana pada siswa kelas III SDN Tebel Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
Setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa
menjadi lebih aktif dan memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi
dalam menyelesaikan tugas kelompok.35
Adapun perbedaan penelitian Choirun Nisa dengan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Choirun Nisa melakukan penelitian pada tahun 2017, sedangkan
penelitian skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2019.
34Susilowati, Skripsi: Keefektifan Metode STAD dan CIRC (cooperative integrated reading
an composition) dengan Media Komik terhadap Keterampilan Menulis Petunjuk Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Karangtengah, UNES Semarang. 2016.
35
Choirun Nisa Wisudawati Ula, “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Sederhana
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas III SDN Tebel Gedangan
Kabupaten Sidoarjo”, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2017.
25
2. Penelitian Choirun Nisa menggunakan PTK sebagai metodologi,
sedangkan skripsi ini menggunakan deskripsi kualitatif.
3. Penelitian Choirun Nisa dilaksanakan di SDN Tebel Gedangan
Sidoarjo, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 85
Jakarta Selatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian yang dilakukan di
SMPN 85 Jakarta, merupakan penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan
di tempat lain, akan tertapi berbeda jenjang pendidikannya,tahun pelaksanaan
penelitiannya, dan metodologi yang digunakan dalam penelitian.
Jadi, penggunaan metode Tipe STAD dan penggunaan media cergam
dalam penelitian skripsi ini menunjukkan sesuatu yang berbeda dari peneliti-
peneliti terdahulu.
26
27
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 85 Jakarta (Kelas VII/H)
yang beralamat di Jalan Margasatwa Raya No. 8 Pondok Labu, Jakarta
Selatan. Kepala Sekolahnya bernama Farid Makrup, SPd.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada bulan Juli
2019 sampai Oktober 2019. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 5
Agustus dan 12 Agustus 2019 di kelas VII/H. Penyelesaian penelitian
pada skripsi ini bulan Juni 2021.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini yang menjadi subjek adalah
siswa kelas VII-H SMP Negeri 85 Jakarta yang berjumlah 36 orang.
Terpilihnya kelas tersebut dikarenakan beberapa pertimbangan antara lain
karena di kelas tersebut terdapat permasalahan dalam pembelajaran menulis
yang perlu segera dipecahkan, dalam hal ini masih rendahnya dalam nilai
bahasa Indonesia terutama dalam materi menulis deskripsi, selain itu metode
pembelajaran yang digunakan guru masih ceramah dan tanpa menggunakan
media pembelajaran.
Sedangkan, objek penelitian adalah penerapan metode pembelajaran
tipe STAD dengan menggunakan media cerita bergambar dalam upaya
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada cergam (Cerita Bergambar). Sebagaimana
diketahui bahwa cerita gambar yang dijadikan media pembelajaran di kelas
sangat variatif jenisnya, ada cerita bergambar yang full gambar, ada juga
28
cerita yang sebagian gambar dan sebagian narasi ceritanya. Adapun bentuk
dari cergam yakni ada yang berupa cetak dan virtual. Cergam sudah
diproduksi dari berbagai negara, sebelum adanya teknologi yang canggih
untuk membuat cergam versi virtual negara-negara tersebut berlomba-lomba
memproduksi cergam sehingga terbuatlah berbagai jenis cergam dari penjuru
dunia. Akhirnya terbentuklah istilah cergam dari masing-masing negara,
seperti manga, komik, manhwa, bande de saire, manhua, dan sebagainya.
D. Pengolahan Data dan Instrumen Penelitian
Sesuai dengan tujuan, metode, dan jenis sumber data yang digunakan
maka pengolahan data menggunakan angket. Pengolahan data ini dilakukan
dengan cara meminta siswa menjawab beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data dari informan yang jumlahnya banyak dan tidak
memungkinkan untuk diwawancarai satu per satu. Angket dalam penelitian
ini diterapkan pada siswa kelas VII/H yang berjumlah 36 orang.
Tabel 3.1
Angket Penilaian Siswa terhadap Cergam
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda saat ini menyukai pelajaran
Bahasa Indonesia?
2
Apakah anda menyenangi pelajaran Bahasa
Indonesia karena gurunya mengajar dengan
cara yang sesuai harapan anda?
3
Apakah anda termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan
oleh guru saat ini?
4
Apakah saat ini anda berpendapat bahwa
pelajaran Bahasa Indonesia sudah menjadi
pelajaran yang mudah diikuti?
5
Apakah suasana di kelas Ketika pembelajaran
Bahasa Indonesia saat ini menjadikan anda
bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran?
6 Apakah anda mengharapkan pembelajaran
29
Bahasa Indonesia selalu dilaksanakan dengan
cara-cara yang menyenangkan?
7
Apakah menurut anda pembelajaran dengan
menggunakan media gambar dapat
mempermudah menulis teks deskripsi?
8
Apakah setelah anda mengikuti pembelajaran
dengan metode dan media yang digunakan oleh
gurumu dapat lebih mudah memahami
pelajaran Bahasa Indonesia?
9
Apakah anda menyukai pelajaran Bahasa
Indonesia dengan metode pembelajaran yang
sudah dilakukan oleh guru di kelas?
10
Apakah anda menyukai dan tertarik dengan
pelajaran Bahasa Indonesia apabila cara
mengajar guru menggunakan metode STAD
yang dilakukan oleh gurumu?
Jumlah
Adapun instrumen penelitian dalam pemanfaatan media menggunakan tes
atau pemberian tugas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa
setelah mengikuti pembelajaran menulis teks deskripsi dengan menggunakan
media cergam. Penilaian yang digunakan menggunakan model skor penilaian
Burhan Nurgiyantoro diubahsuaikan yang menekankan pada aspek; struktur,
ejaan, diksi, dan kerapihan.
Tabel 3.2
Tabel Kategori Penilaian Teks Deskripsi
No. Kategori Penilaian Skor Penilaian
1 Struktur 50
2 Ejaan 25
3 Diksi 15
4 Kerapihan 10
30
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
1. Visi dan Misi Sekolah
Visi sekolah SMP Negeri 85 Jakarta sebagai berikut:
a) Terwujudnya Insan SMP Negeri 85 Jakarta.
b) Unggul dalam Prestasi.
c) Berkarakter.
d) Kompetitif.
e) Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan.
f) Berdasarkan Iman dan Taqwa.
Adapun Misi sekolah SMP Negeri 85 Jakarta sebagai berikut:
a) Mewujudkan:
1) Perilaku jujur, disiplin, dan anti korupsi.
2) Proses belajar mengajar dan bimbingan secara aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan dengan pendekatan saintifik untuk
mencapai KI Spiritual, KI sikap sosial, KI pengetahuan, dan KI
Keterampilan.
3) Pendidikan yang demokratis, berakhlakul karimah, cerdas,
sehat, jujur, disiplin, terampil, menguasai pengetahuan,
teknologi, dan seni serta berkarakter dan bertanggung jawab.
b) Mewujudkan:
1) Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dengan pendekatan IT.
2) Pengembangan media pembelajaran berbasis IT dan system
penilaian terintegrasi melalui jaringan ICT.
3) Sekolah berwawasan lingkungan, bersih, sehat, indah, rindang,
tertib, dan disiplin.
32
c) Membimbing:
1) Peserta didik untuk dapat mengenal lingkungan sehingga
memiliki jiwa sosial yang tinggi.
2) Pengelolaan lingkungan hidup dengan cara reuse (guna ulang),
reduce (mengurangi) dan recycle (mendaur ulang).
3) Pembiasaan memelihara dan melestarikan lingkungan hidup.
d) Mendayagunakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar.
e) Mengintegrasikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum.
2. Sejarah Sekolah
Sekolah SMP Negeri 85 Jakarta berstatus negeri dengan alamat Jalan
Margasatwa No.8 Rt15/Rw01, Pondok Labu, Cilandak, Kota Jakarta
Selatan, DKI Jakarta memiliki identitas sebagai berikut:
a) Nomor Telepon/Fax : 021-7657652/Fax: 7657348
b) Nomor Hp : 08121952666
c) Email : [email protected]
d) Website : http://www.smpn85-jkt.sch.id
e) SK Pendirian : 0185/1971
f) SK Izin Operasional : 20-10-1971
g) Luas Tanah/Bangunan : Tiga Lantai
Sarana prasarana yang dimiliki sudah memadai, rombongan belajar
sebanyak 24 ruang kelas dengan kelas VII sebanyak 8 kelas, kelas VIII
sebanyak 8 kelas dan kelas IX sebanyak 8 kelas, dengan ratio kelas
masing-masing berjumlah 36 orang siswa. Sedangkan, penelitian
dilaksanakan di kelas VII-H.
3. Jumlah Guru
Jumlah guru di SMP Negeri 85 Jakarta sebanyak 37 orang, terdiri dari:
a) Guru IPA sebanyak 5 orang.
b) Guru Matematika sebanyak 4 orang.
c) Guru Bahasa Indonesia sebanyak 6 orang.
d) Guru Bahasa Inggris sebanyak 3 orang.
e) Guru Pendidikan Agama sebanyak 3 orang.
33
f) Guru IPS sebanyak 4 orang.
g) Guru Penjasorkes sebanyak 2 orang.
h) Guru Seni Budaya sebanyak 3 orang.
i) Guru PKN sebanyak 2 orang.
j) Guru TIK/Keterampilan sebanyak 2 orang.
k) Guru BP/BK sebanyak 3 orang.
4. Jumlah Siswa
Jumlah siswa di SMP Negeri 85 Jakarta tahun pelajaran 2019/2020
sebanyak 864 siswa dengan jumlah rombel 24 kelas. Adapun
perinciannya dijelaskan sebagai berikut:
a) Jumlah siswa kelas VII sebanyak 288 siswa dengan jumlah rombel
8 kelas, terdiri dari; VII/A, VII/B, VII/C. VII/D, VII/E, VII/F,
VII/G, dan VII/H. Masing-masing setiap rombel memiliki 36
siswa.
b) Jumlah siswa kelas VIII sebanyak 288 siswa dengan jumlah
rombel 8 kelas, terdiri dari; VIII/A, VIII/B, VIII/C, VIII/D, VIII/E,
VIII/F, VIII/G, dan VIII/H. Masing-masing setiap rombel memiliki
36 siswa.
c) Jumlah siswa kelas IX sebanyak 288 siswa dengan jumlah rombel
8 kelas, terdiri dari; IX/A, IX/B, IX/C, IX/D, IX/E, IX/F, IX/G, dan
IX/H. Masing-masing setiap rombel memiliki 36 siswa.
B. Analisis Hasil Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 85 Jakarta selama empat
bulan, dari bulan Juli hingga bulan Oktober. Penulis memulai langkah
awal penelitian pada bulan Juli tepatnya tanggal 25 Juli 2019 dengan
menghubungi pihak sekolah untuk meminta izin melakukan sebuah
penelitian. Setelah mendapatkan izin, keesokan harinya tanggal 26 Juli
2019 penulis mendatangi sekolah tersebut dan menemui Kepala SMP
Negeri 85 Jakarta guna menjelaskan maksud dan tujuan penulis.
34
Akhirnya penulis mendapatkan izin dari Kepala SMP Negeri 85
Jakarta, lalu penulis diperkenalkan yang akan menjadi guru pamong
penulis yaitu Ibu Mocthi salah satu Guru Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 85 Jakarta. Perlu diketahui bahwa di SMP Negeri 85 Jakarta
memiliki Guru Bahasa Indonesia berjumlah 6 orang dan salah satunya
adalah Ibu Mocthi.
Sedikit wawancara bersama Ibu Mocthi mengenai bagaimana
perkembangan pembelajaran di kelas terkhusus mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Ternyata memang sebagian siswa tidak begitu menyukai
pelajaran Bahasa Indonesia, karena mereka menganggap pelajaran
Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang membosankan. Lalu
penulis menanyakan bagaimana media atau metode apa yang digunakan
dalam pembelajaran di kelas. Ibu Mocthi mengatakan bahwa sebagian
guru menggunakan metode ceramah dan penugasan, karena sebagian
guru kesulitan dalam memilih metode apa untuk pembelajaran di kelas
walaupun sarana prasarananya sudah cukup memadai.
Setelah itu, penulis menanyakan di kelas berapakah yang sebagian
siswanya memiliki kecenderungan tidak semangat atau kurang dalam
pelajaran Bahasa Indonesia. Ibu Mochti memberitahukan bahwa ada satu
kelas yang memang kurang dalam pelajaran Bahasa Indonesia,
terkhususnya dalam hal menulis karangan, yaitu kelas VII/H. Kelas
VII/H merupakan kelas yang dipegang oleh Ibu Mochti atau dapat
dikatakan bahwa Ibu Mochti merupakan Wali Kelas VII/H. Ibu Mochti
menjelaskan bagaimana kondisi siswa di dalam kelas saat pelajaran
Bahasa Indonesia.
Ibu Mochti mengakui kesulitan memilih metode dan media apa yang
digunakan saat proses belajar mengajar berlangsung, karena menurut Ibu
Mochti media atau metode yang efektif tidak akan selalu berhasil di
semua materi. Pada dasarnya memang setiap materi memiliki ciri
struktur tertentu, jadi tidak semua materi akan berhasil menggunakan
satu media atau metode yang sama. Ibu Mochti menjelaskan siswa di
35
kelas VII/H dalam bagian menulis karangan deskripsi sangat kurang,
sebagian besar dari mereka kesulitan dalam menyusun sebuah kalimat.
Bertitik tolak dari permasalahan yang sudah dijelaskan oleh Ibu Mochti,
akhirnya penulis memutuskan akan melakukan penelitian “Pemanfaatan
Media Cergam (Cerita Bergambar) dalam Teks Deskripsi menggunakan
Metode STAD (Student Teams Achievement Division)” di kelas VII/H.
Penulis menggunakan media cergam ini untuk memancing atau
memberikan stimulus kepada siswa agar mereka memiliki keinginan
untuk membaca dan setelah itu menulis. Cergam merupakan cerita
bergambar yang isinya terdapat gambar dan tulisan ataupun full gambar,
karakter buku ini yang cocok untuk siswa dalam pengembangan
menulis. Lalu, metode yang digunakan adalah STAD, yakni mereka
akan berkelompok untuk berdiskusi memecahkan sebuah permasalahan.
Tujuannya adalah untuk memberikan semangat dan motivasi kepada
siswa agar lebih kreatif, inovatif, kritis, dan tentunya akan berdampak
positif dalam hal bersosialisasi.
Setelah berbincang-bincang bersama Kepala Sekolah dan Ibu Mochti,
penulis melanjutkan langkah berikutnya yaitu melakukan observasi
lingkungan sekolah dan di kelas VII/H. Observasi dilakukan minggu
pertama pada tanggal 1 dan 2 Agustus 2019. Penulis diarahkan dan
diperkenalkan fasilitas, ruangan, bangunan, sarana prasarana dan guru
maupun karyawan pendukung di SMP Negeri 85 Jakarta.
Menurut penulis, fasilitas yang mendukung belajar mengajar di SMP
Negeri 85 Jakarta sudah memadai. Terlihat dari memiliki ruang
komputer yang nyaman dan bersih, perpustakaan yang cukup besar dan
nyaman, laboratorium yang bersih, ruang musik untuk meningkatkan
keterampilan siswa, ruang kelas yang nyaman dan bersih, masjid yang
cukup besar, beberapa tempat petakan lahan dijadikan taman untuk
membaca buku atau berdiskusi dengan teman, dan sebagainya.
Setelah berkeliling melihat lingkungan sekolah, penulis masuk ke
kelas VII/H untuk melihat proses belajar mengajar. Saat proses belajar
36
mengajar pelajaran Bahasa Indonesia memang benar sebagian siswa
tidak antusias mengikuti proses belajar tersebut. Mereka lebih asik
melakukan kegiatan sendiri dibandingkan mendengarkan penjelasan dari
guru. Sebagian siswa ada yang mengobrol dengan teman sebangkunya,
seorang siswa yang tertidur, seorang siswa yang asik dengan
menggambar di buku tulisnya, dan sebagian siswa ada yang bercanda
dengan temannya.
Namun, sebagian siswa ada yang memang antusias dalam mengikuti
proses belajar tersebut. Aktif bertanya kepada gurunya, mencatat hal-hal
apa saja yang dijelaskan oleh gurunya, dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh gurunya. Setelah melakukan observasi dengan mengikuti
proses belajar mengajar di kelas VII/H sebanyak dua kali, penulis
melanjutkan langkah berikutnya untuk mempersiapkan alat dan bahan
untuk melakukan penelitian.
Setelah persiapan selesai, penulis dan Ibu Mochti berdiskusi tentang
media dan metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
Tanggal 5 Agustus 2019 penelitian dimulai di kelas VII/H diawali
dengan salam pembuka dari Ibu Mochti selaku Guru Bahasa Indonesia.
Selanjutnya Ibu Mochti memberikan apersepsi untuk mengingat kembali
materi sebelumnya dan memberikan gambaran tentang materi teks
deskripsi.
Setelah itu, Ibu Mochti menjelaskan materi teks deksripsi kepada
siswa dan melakukan tanya jawab. Sebagian siswa ada yang bisa
menjawab pertanyaan dari Ibu Mochti dan sebagian siswa ada yang tidak
bisa menjawab pertanyaan dari Ibu Mochti. Selanjutnya Ibu Mochti
memberikan tugas kepada siswa untuk membuat teks deskripsi dari
media cergam yang berjudul “Kura-kura dan Angsa” sebanyak tiga
paragraf.
Namun, jam pelajaran sudah selesai dan siswa belum ada yang
mengumpulkan maka tugas mereka akan dikumpulkan dalam pertemuan
selanjutnya. Sebelum menutup proses belajar mengajar, Ibu Mochti
37
memberikan sedikit simpulan tentang pembahasan teks deskripsi saat itu.
Akhirnya pertemuan pertama pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII/H
selesai.
Pertemuan selanjutnya tanggal 12 Agustus 2019 untuk melakukan
penelitian proses belajar mengajar di kelas VII/H. Pertemuan tersebut
diawali dengan salam dari Ibu Mochti dan memberikan apersepsi untuk
mengulang atau mengingat kembali materi yang sudah dibahas
sebelumnya. Sebagian besar siswa sudah banyak yang mengerti
mengenai teks deskripsi dan merekapun sudah menyelesaikan tugas
yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Ibu Mochti memberikan arahan kepada siswa untuk membuat
kelompok yang terdiri dari 5 siswa dalam satu kelompok. Mereka
membuat kelompok dengan keinginan mereka sendiri tanpa dipilih oleh
Ibu Mochti. Setelah kelompok terbentuk Ibu Mochti memberikan arahan
untuk mendiskusikan salah satu hasil tugas dari teman kelompok yang
lain. Tugas yang hasilnya bagus akan diberikan hadiah oleh Ibu Mochti
berupa alat tulis.
Proses belajar mengajar saat itu berjalan dengan baik dan siswa
sangat antusias dalam mengikutinya. Siswa-siswi kelas VII/H tersebut
terlihat senang dan menikmati pelajaran Bahasa Indonesia, berbeda
dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Akhirnya proses belajar
mengajar hari itu selesai dan ditutup oleh Ibu Mochti dengan
memberikan simpulan pembahasan materi saat itu. Siswa merasa senang
dan gembira, sebagian siswa yang awalnya tidak antusias dalam
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, namun saat ini sudah ada
kemajuan untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.
Setelah itu penulis membagikan angket kepada siswa kelas VII/H
untuk mengetahui proses kemajuan siswa saat mengikuti pelajaran
Bahasa Indonesia terkhusus setelah menggunakan metode STAD dan
media cergam. Selanjutnya penulis mengumpulkan semua bahan yang
dibutuhkan dan memulai menyusun penelitian ini untuk dianalisis secara
38
deskripsi kualitatif di dalam skripsi yang akan diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan.
C. Analisis Data dan Instrumen Penelitian
1. Analisis Data
Analisis Data yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian
berupa angket (terlampir). Angket dibagikan kepada siswa setelah
mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media
cergam dalam teks deskripsi dan menggunakan metode STAD. Jumlah
angket siswa seharusnya 36 sebagaimana jumlah siswa, akan tetapi
yang dianalisis hanya 32 angket karena 4 siswa lainnya tidak hadir di
sekolah, 2 siswa sedang sakit, 1 siswa alfa, dan 1 siswa izin. Berikut
ini merupakan analisis hasil angket siswa:
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1.
Apakah anda saat ini
menyukai pelajaran Bahasa
Indonesia
2.
Apakah anda menyenangi
pelajaran Bahasa Indonesia
karena gurunya mengajar
dengan cara yang sesuai
harapan anda?
Berdasarkan persamaan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang
menjawab setuju berjumlah 32 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa
berdasarkan persamaan jenis pertanyaan angket di atas memberikan hasil 100%
siswa setuju terhadap cara yang digunakan guru menggunakan media cergam
saat pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini membuat siswa menyukai ataupun
menyenangi pelajaran Bahasa Indonesia.
39
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
3.
Apakah anda termotivasi
dalam mengikuti
pembelajaran Bahasa
Indonesia yang di lakukan
oleh guru saat ini?
5.
Apakah suasana di kelas
ketika pembelajaran Bahasa
Indoenesia saat ini
menjadikan anda
bersemangat dalam
mengikuti proses
pembelajaran?
Berdasarkan persamaan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang
menjawab setuju berjumlah 27 siswa, sedangkan yang menjawab tidak setuju
berjumlah 5 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa berdasarkan persamaan jenis
pertanyaan angket di atas memberikan hasil 85% siswa termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pelajaran Bahasa Indonesia setelah guru menggunakan cara
mengajar yang baru, yaitu menggunakan media cergam dan siswa menjadi
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, ada 15% siswa
yang mungkin tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa
Indonesia walaupun guru menggunakan cara mengajar yang berbeda ataupun
menggunakan media pembelajaran yang baru.
No. Pertanyaan
Jawaban
Ya Tidak
40
4.
Apakah saat ini anda
berpedapat bahwa pelajaran
Bahasa Indonesia sudah
menjadi menjadi pelajaran
yang mudah diikuti?
Berdasarkan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang menjawab setuju
berjumlah 24 siswa, sedangkan yang tidak setuju berjumlah 8 siswa. Hasil ini
menunjukkan bahwa berdasarkan pertanyaan angket di atas memberikan hasil
75% siswa dapat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan lebih mudah,
tentunya setelah guru menggunakan cara yang baru dalam proses belajar
mengajar, yaitu menggunakan media cergam. Selain itu, ada 25% siswa yang
belum bisa menjadikan pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang
mudah diikuti, walaupun guru sudah mengganti cara mengajar di dalam kelas.
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
6.
Apakah anda mengharapkan
pembelajaran Bahasa
Indonesia selalu
dilaksanakan dengan cara-
cara yang menyenangkan?
Berdasarkan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang menjawab setuju
berjumlah 31 siswa, sedangkan yang menjawab tidak setuju 1 siswa. Hasil ini
menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pertanyaan angket di atas memberikan
hasil 96% siswa mengharapkan proses belajar mengajar pelajaran Bahasa
Indonesia dilakukan dengan cara yang menyenangkan atau menggunakan media
semacam cergam. Hal itu membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan
termotivasi dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, ada 4%
siswa yang tidak setuju pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan cara-cara
yang menyenangkan, karena siswa tersebut tidak begitu menyukai pelajaran
Bahasa Indonesia, melainkan menyukai pelajaran yang lain.
41
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
7.
Apakah menurut anda
pembelajaran dengan
menggunakan media gambar
dapat mempermudah
menulis teks deskripsi?
8.
Apakah setelah anda
mengikuti pembelajaran
dengan metode dan media
yang digunakan oleh
gurumu dapat lebih mudah
memahami pelajaran Bahasa
Indonesia?
Berdasarkan persamaan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang
menjawab setuju berjumlah 27 siswa, sedangkan yang menjawab tidak setuju
berjumlah 5 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa berdasarkan persamaan jenis
pertanyaan angket di atas memberikan hasil 85% siswa setuju dengan
pertanyaan tersebut, karena dengan menggunakan media dan metode yang baru
seperti media cergam dan metode STAD siswa termotivasi dan lebih mudah
mengeluarkan kreativitas menulis ke dalam teks deskripsi. Hal ini terbantu juga
dengan adanya gambar-gambar yang menarik perhatian mereka dan proses
pengerjaannya secara berkelompok yang membuat siswa bersemangat untuk
berlomba-lomba membuat teks deskripsi yang bagus. Selain itu, ada 15% siswa
yang tidak setuju dengan pertanyaan tersebut walaupun sudah menggunakan
media cergam dan metode STAD siswa tersebut masih kesulitan membuat teks
deskripsi. Hal yang mendasarinya adalah mereka kesulitan untuk mengeluarkan
ide lalu dituangkan dalam bentuk tulisan sebab, mereka lebih menyukai
bercerita secara langsung.
42
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
9.
Apakah anda menyukai
pelajaran Bahasa Indonesia
dengan metode pembelajaran
yang sudah dilakukan oleh
guru di kelas?
10.
Apakah anda menyukai dan
tertarik dengan pelajaran
Bahasa Indonesia apabila cara
mengajar guru menggunakan
metode STAD?
Berdasarkan persamaan jenis pertanyaan angket di atas, siswa yang
menjawab setuju berjumlah 27 siswa, sedangkan yang menjawab tidak setuju
berjumlah 5 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa berdasarkan persamaan jenis
pertanyaan di atas memberikan hasil 85% siswa setuju terhadap media cergam
yang digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dilengkapi dengan metode
STAD. Adanya media cergam dan dilengkapi dengan metode STAD mereka
bersemangat dan tertarik untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia hal ini
dapat menumbuhkan kreativitas dalam kompetensi menulis khususnya teks
deskripsi. Selain itu, 15% siswa tidak setuju terhadap media cergam dan metode
STAD yang digunakan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Apapun
media atau metode yang digunakan siswa tersebut belum menyukai atau tertarik
terhadap pelajaran Bahasa Indonesia, karena mereka menyukai dan tertarik
terhadap mata pelajaran yang lain.
Berdasarkan hasil angket di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa
setelah mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media cergam dan
metode STAD berdampak hal yang membangun motivasi siswa dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya dalam kompetensi keterampilan menulis teks
deskripsi.
43
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan penulis berupa pemberian tugas
kepada siswa membuat teks deskripsi dari cergam berjudul “Kura-kura dan
Angsa”. Penilaian yang digunakan menggunakan model skor Burhan
Nurgiyantoro diubahsuaikan yang menekankan pada aspek: struktur, ejaan,
diksi, dan kerapihan. Jumlah teks deskripsi siswa seharusnya 36 sebagaimana
jumlah siswa, akan tetapi yang dianalisis hanya 32 karangan karena 4 siswa
lainnya tidak hadir di sekolah, 2 siswa sedang sakit, 1 siswa alfa, dan 1 siswa
izin. Berikut ini merupakan analisis hasil teks deskripsi buatan siswa:
1) Adhelia Eshy R
Berdasarkan struktur karangan Adhelia, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti teks deskripsi siswa
tanpa judul, paragraf pertama sudah menggambarkan secara
deskriptif berupa pendahuluan, paragraf ke dua sudah masuk
kepada inti tema dari cergam “Kura-kura dan Angsa”, dan paragraf
ke tiga dituliskan secara deskriptif oleh Adhelia berdasarkan
khayalannya sendiri bahwa sang kura-kura terjatuh. Inilah
kutipannya: “kura-kura merasa bangga sampai-sampai ia
mengkhayal menjadi raja di danau itu, tetapi tiba-tiba ia terjatuh
karena membuka mulut.”
Berdasarkan ejaan karangan Adhelia, maka penulis
memberikan skor penilaian= 22. Terbukti kata “Danau” seharusnya
/d/ huruf kecil. (terdapat di paragraf pertama). Kemudian, kata
“angsa” seharusnya /A/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat
di paragraf ke dua). Selanjutnya, kata “Keliling” seharusnya /k/
huruf kecil terdapat di paragraf ke dua. Masih di paragraf tersebut,
Adhelia menggunakan tanda “.” sebelum konjungsi intrakalimat,
yaitu “……tetapi….” seharusnya penggunaan tanda koma.
Berdasarkan diksi karangan Adhelia, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti dari diksi yang
digunakan bagus dan mudah dipahami.
44
Berdasarkan kerapihan karangan Adhelia, maka penulis
memberikan skor penilaian= 9. Terbukti dari kerapihan teks
deskripsi yang ditulisnya tersusun perparagraf dengan rapi tanpa
ada coretan.
2) Aila Audri ZA.
Berdasarkan struktur karangan Aila Audri, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti dalam karangan Aila
sudah terpenuhi syaratnya, seperti pendahuluan, isi cerita, dan
akhir cerita. Namun, karangan Aila Audri isi cerita tidak seperti
aslinya, melainkan berdasarkan khayalannya sendiri.
Berdasarkan ejaan karangan Aila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 22. Terbukti kata “kwatir” seharusnya
ditambahkan huruf /h/ dan /a/. (terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Aila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti dari diksi yang
digunakan bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Aila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 9. Terbukti dari kerapihan teks
deskripsi yang ditulisnya tersusun perparagaf dengan rapi tanpa
ada coretan.
3) Humaida Luthfiah
Berdasarkan struktur karangan Humaida Luthfiah, maka
penulis memberikan skor penilaian= 38. Terbukti di dalam
karangan Humaida ada beberapa coretan yang kurang terbaca,
seperti pada paragraf ke dua pada kata “cik” setelah huruf /k/ tidak
begitu jelas apakah huruf /o/ atau hanya coretan biasa. Masih di
paragraf ke dua pada kata “Angsa” huruf /a/ tidak jelas, lalu pada
kata “pasangan” huruf /a/, /n/, dan /g/ tidak jelas. Selain itu, hasil
karangan ini tidak seperti cerita aslinya, melainkan berdasarkan
khayalan sendiri.
45
Berdasarkan ejaan karangan Humaida, maka penulis
memberikan skor penilaian= 20. Terbukti pada kata “Danau”
seharusnya /d/ huruf kecil. (terdapat di paragraf pertama). Masih di
paragraf pertama kata “Angsa” seharusnya /a/ huruf kecil. (berlaku
juga di paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Humaida, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti dari diksi yang
digunakan cukup mudah dipahami. Namun, ada beberapa
permborosan kata, seperti kata “yang” seharusnya dihilangkan.
(terdapat di paragraf ke tiga). Penggunaan kata konjungsi
antarkalimat yang kurang tepat, pada kata “maka” seharusnya
diganti kata “lalu”.
Berdasarkan kerapihan karangan Humaida, maka penulis
memberikan skor penilaian= 5. Terbukti kerapihan yang dihasilkan
masih kurang.
4) Silvia Raiqa S
Berdasarkan struktur karangan Syifa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 42. Terbukti hasil teks deskripsi yang
dihasilkan dari pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Syifa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 22. Terbukti setelah tanda titik, kata
“mereka” seharusnya /M/ huruf besar sebab awal kalimat, berlaku
juga pada kata “kura-kura” seharusnya /K/ huruf besar sebab awal
kalimat. (terdapat di paragraf pertama). Selanjutnya, pada kata
“angsa” seharusnya /A/ huruf besar sebab awal kalimat, dan setelah
kata “angsa” seharusnya menggunakan tanda koma. (terdapat di
paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Syifa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti dari diksi yang
digunakan bagus dan mudah dipahami.
46
Berdasarkan kerapihan karangan Syifa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 9. Terbukti dari kerapihan teks
deskripsi yang ditulisnya tersusun perparagraf dengan rapi tanpa
ada coretan.
5) Nicholas H.I.M
Berdasarkan struktur karangan Nicholas, maka penulis
memberikan skor penilaian= 36. Terbukti struktur teks deskripsi
yang dihasilkan hanya pendahuluannya, sedangkan isi cerita dan
akhir cerita belum dibuat. Selain itu cerita yang dihasilkan bukan
cerita asli, melainkan berdasarkan khayalannya sendiri.
Berdasarkan ejaan karangan Nicholas, maka penulis
memberikan skor penilaian= 18. Terbukti pada kata “kura-kura”
seharusnya /K/ huruf besar sebab awal kalimat dan kata “mereka”
seharusnya /M/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat di
paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Nicholas, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti pada kata “saking” diksi
yang digunakan merupakan bahasa lisan atau bukan bahasa baku.
Seharusnya diksi tersebut lebih tepat dengan kata “begitu”. Selain
itu Nicholas belum bisa menggunakan padanan kata Bahasa
Indonesia, terbukti dari kata “stok” seharusnya “ketersediaan”.
(terdapat di paragraf ke tiga).
6) Keiza Alya Razak
Berdasarkan struktur karangan Keiza, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti dari struktur teks
deskripsi yang dihasilkan terdapat pendahuluan, isi cerita, dan
akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Keiza, maka penulis
memberikan skor penilaian= 20. Terbukti pada kata “mereka”
seharusnya /M/ huruf besar sebab awal kalimat. Selain itu, pada
47
kata “kura-kura’ seharusnya /K/ huruf besar sebab awal kalimat.
(terdapat di paragraf pertama).
Berdasarkan diksi karangan Keiza, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti dari diksi yang
digunakan bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Keiza, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti dari kerapihan teks
deskripsi yang ditulisnya tersusun perparagraf dengan rapi
walaupun ada sedikit coretan.
7) Amos Glory A.P.
Berdasarkan struktur karangan Amos, maka penulis
memberikan skor penilaian= 39. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan belum mencapai akhir cerita. Berikut ini penggalan teks
deskripsinya: “oiya ayo kita bermain bersama, angsa mengajak
kura-kura dan angsa pun bermain”. Selain itu isi cerita tidak sesuai
dengan cerita aslinya, melainkan berdasarkan khayalannya sendiri.
Berdasarkan ejaan karangan Amos, maka penulis
memberikan skor penilaian= 20. Terbukti kata “dia” seharusnya
/D/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat di paragraf pertama)
Selain itu, kata “kura-kura” seharusnya /K/ huruf besar sebab awal
kalimat. (terdapat paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Amos, maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti diksi yang digunakan
bagus dan mudah dipahami, walaupun sedikit tidak terbaca
dikarenakan model tulisannya.
Berdasarkan kerapihan karangan Amos, maka penulis
memberikan skor penilaian= 6. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan belum cukup rapi dan masih banyak kata yang kurang
terbaca, yaitu: “kura-kura …… angsa”. (terdapat di paragraf ke
tiga).
48
8) Alfiah Nayla
Berdasarkan struktur karangan Alfiah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 42. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan memiliki struktur pendahuluan, isi cerita, dan akhir
cerita. Namun, cerita yang dihasilkan bukan cerita asli, sebagian
cerita berdasarkan khayalannya sendiri.
Berdasarkan ejaan karangan Alfiah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 19. Terbukti tanda baca setelah kata
“sungai” seharusnya menggunakan tanda koma. Selain itu, kata
“bangau” pada kalimat “….tinggal seekor kura-kura dan dua ekor
bangau” seharusnya menggunakan tanda titik dan setelah tanda
titik kata “mereka” /M/ huruf besar sebab awal kalimat. Lalu
setelah kalimat “…berkawan baik” seharusnya menggunakan
konjungsi “dan”. (terdapat di paragraf pertama).
Berdasarkan diksi karangan Alfiah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan
cukup bagus namun sebagian kosa kata yang digunakan tidak
begitu jelas, yakni pada kata “di tepi” huruf /p/ tidak begitu jelas.
(terdapat di paragraf pertama). Selanjutnya pada kata “paruh” huruf
/h/ tidak begitu jelas dan pada kata “saya” huruf /a/ seperti huruf
/u/(terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan kerapihan karangan Alfiah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 6. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan cukup rapi, walaupun beberapa di setiap paragraf
terdapat coretan.
9) Syifa Rembulan T.
Berdasarkan struktur karangan Syifa Rembulan, maka
penulis memberikan skor penilaian= 36. Terbukti teks deskripsi
yang dihasilkan belum terdapat judul dan isi cerita tidak sesuai
dengan cerita aslinya, melainkan berdasarkan khayalannya sendiri.
49
Berdasarkan ejaan karangan Syifa Rembulan, maka penulis
memberikan skor penilaian= 20. Terbukti pada kalimat pertama di
paragraf ke satu yang ditulisnya, Syifa Rembulan mengawali
dengan “disebuah” seharusnya penulisan kata itu dipisah /Di/,
/sebuah/ sebab /di/ sebagai kata depan, bukan awalan. Selain itu,
kata “kura-kura” seharusnya /K/ huruf besar sebab awal kalimat.
(terdapat di paragraf pertama). Selanjutnya, pada kata “mereka”
dan “pasti” tanda yang menghubungkan ke dua kata tersebut tidak
jelas, apakah tanda baca koma atau titik. Lalu diakhir kalimat
“…pasti rasanya sangat bahagia” seharusnya menggunakan tanda
titik. (terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Syifa Rembulan, maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti diksi yang digunakan
cukup bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Syifa Rembulan, maka
penulis memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi
yang dihasilkan sudah cukup rapi dan tidak ada coretan.
10) Rifqi Apriliano P.
Berdasarkan struktur karangan Rifqi, maka penulis
memberikan skor penilaian= 40. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan belum ada judul dan sebagian isi cerita berdasarkan
khayalannya sendiri, namun sudah memiliki struktur pendahuluan,
isi cerita dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Rifqi, maka penulis
memberikan skor penilaian= 22. Terbukti pada kalimat pertama di
paragraf ke satu yang ditullisnya, Rifqi mengawali dengan
“Disebuah” seharusnya penulisan kata itu dipisah /Di/, /sebuah/
sebab /di/ sebagai kata depan, bukan awalan. Berikut buktinya:
“Disebuah danau, hiduplah seekor kura-kura dan angsa.”
50
Berdasarkan diksi karangan Rifqi, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Rifqi, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan rapi dan tidak ada coretan. Namun, Rifqi menulis teks
deskripsi masih menggunakan hiperkorek, yakni Rifqi menyusun
kalimat yang salah diganti dengan kalimat yang baru menggunakan
tip-ex.
11) Taranita Putri M.G.
Berdasarkan struktur karangan Putri, maka penulis
memberikan skor penilaian= 40. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan mempunyai struktur pendahuluan, isi cerita, dan akhir
cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Putri, maka penulis
memberikan skor penilaian= 16. Terbukti pada kalimat “Di sebuah
danau di hutan, hiduplah sepasang angsa dan kura-kura”
seharusnya setelah kalimat tersebut menggunakan tanda titik dan
setelah tanda titik pada kata “suatu” seharusnya /S/ huruf besar
sebab awal kalimat. Begitu juga pada kalimat “…..mengancam
angsa,” seharusnya menggunakan tanda titik dan kata selanjutnya
“angkhirnya” /A/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat di
paragraf pertama).
Berdasarkan diksi karangan Putri, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan
sebagian besar tidak terbaca oleh penulis. Diksi yang digunakan
Putri beberapa ada yang dituliskan masih secara universal dan
membuat keambiguan arti, seperti pada kata “mkn” dapat
dikatakan “makan”, atau “mungkin”, namun penulis mengartikan
kata tersebut adalah kata “mungkin”. Selanjutnya pada kata “sigp”
seharusnya “sigap”. (terdapat di paragraf ke dua).
51
Berdasarkan kerapihan karangan Putri, maka penulis
memberikan skor penilaian= 5. Terbukti kerapihan yang dihasilkan
masih sangat kurang, bahkan penulispun sulit untuk membaca
hasik teks deskripsi Putri.
12) Syifa Arinda P.
Berdasarkan struktur karangan Syifa Arinda, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti teks deskripsi Syifa
mempunyai struktur pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Syifa Arinda, maka penulis
memberikan skor penilaian= 24. Terbukti ejaan yang digunakan
dalam teks deskripsi Syifa sudah bagus, walaupun ada satu kata
“tapi” seharusnya “tetapi”. (terdapat di paragraf ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Syifa Arinda, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Syifa Arinda, maka
penulis memberikan skor penilaian= 9. Terbukti teks deskripsi
Syifa sudah rapi dan tidak ada coretan.
13) Sharika Rayza R.
Berdasarkan struktur karangan Shakira, maka penulis
memberikan skor penilaian= 39. Terbukti alur cerita teks deskripsi
Shakira sudah sampai akhir cerita, namun tidak diberikan paragraf
sehingga pembaca umum akan kebingungan untuk menentukan
pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita. Selain itu, cerita yang
dihasilkan berdasarkan khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Shakira, maka penulis
memberikan skor penilaian= 19. Terbukti sebagian ejaan terdapat
kesalahan, seperti pada kalimat pertama “….tiba-tiba si kura-kura
melihat angsa yang sendirian di tengah danau. kura-kura…..” kata
“kura-kura” seharusnya /K/ huruf besar sebab awal kalimat.
(terdapat di kalimat pertama pada paragraf ke satu). Selanjutnya
52
pada kalimat “dimana angsa yang lainnya.” seharusnya
menggunakan tanda koma. (terdapat di kalimat ke dua pada
paragraf ke satu).
Berdasarkan diksi karangan Shakira, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan
mudah dipahami namun, sebagian besar masih menggunakan diksi
yang tidak baku, seperti pada kata “tapi”, “jawab”,
“kepohonannya”, “menerobos”.
Berdasarkan kerapihan karangan Shakira, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi Shakira
cukup rapi, walaupun ada beberapa coretan.
14) Raditya Rafa P.
Berdasarkan struktur karangan Rafa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 39. Terbukti teks deskripsi Rafa tidak
menggunakan paragraf, sehingga pembaca kesulitan untuk
menentukan bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita. Cerita
yang digunakanpun sebagian berdasarkan khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Rafa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 21. Terbukti ejaan yang digunakan
Rafa sudah bagus walaupun ada beberapa kesalahan, seperti pada
kata “Angsa” seharusnya /a/ huruf kecil sebab nama hewan tidak
menggunakan huruf besar terkecuali awal kalimat. Selanjutnya,
kata “Srigala” seharusnya /s/ huruf kecil sebab nama hewan dan
penulisannya “serigala”. Berikut ini penggalan kalimat yang
disusun oleh Rafa dengan diksi tersebut: “Sesampainya mereka
disana ada seekor Srigala dan Anjing yang berbicara kasar kepada
kura-kura.”.
Berdasarkan diksi karangan Rafa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti teks deskripsi Rafa
sudah bagus dan mudah dipahami.
53
Berdasarkan kerapihan karangan Rafa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi yang
disajikan sudah rapi dan tidak ada coretan. Namun, Rafa menulis
teks deskripsi masih menggunakan hiperkorek, yakni Rafa
menyusun kalimat yang salah diganti dengan kalimat yang baru
menggunakan tip-ex.
15) Rachma Elia Putri
Berdasarkan struktur karangan Rachma, maka penulis
memberikan skor penilaian= 39. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan tidak menggunakan paragraf, sehingga pembaca
kesulitan untuk menentukan bagian pendahuluan, isi cerita, dan
akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Rachma, maka penulis
memberikan skor penilaian= 21. Terbukti pada kalimat “Seperti
sore ini.” seharusnya menggunakan tanda koma dan kata
setelahnya yaitu “Kura-kura” seharusnya /k/ huruf kecil. (terdapat
di kalimat ke enam).
Berdasarkan diksi karangan Rachma, maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti pada kata “Pokoknya”
bukan merupakan bahasa baku. Selain itu diksi yang digunakan
mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Rachma, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan sudah rapi dan tida ada coretan.
16) Nikesha Aqilah D.
Berdasarkan struktur karangan Aqilah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 40. Terbukti struktur teks deskripsi
Aqilah sudah meliputi bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir
cerita, walaupun bagian pendahuluan dan isi cerita digabung
menjadi satu paragraf.
54
Berdasarkan ejaan karangan Aqilah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 22. Terbukti pada kata “roni”
seharusnya /R/ huruf besar sebab nama orang. Selain itu pada kata
“pada” seharusnya /P/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat di
paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Aqilah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Aqilah, maka penulis
memberikan skor penilaian= 6. Terbukti teks deskripsi Aqilah ada
beberapa coretan.
17) Muhammad R.F.
Berdasarkan struktur karangan Muhammad R.F., maka
penulis memberikan skor penilaian= 35. Terbukti tidak ada judul
dalam teks deskripsi tersebut, selain itu pembagian pendahuluan,
isi cerita, dan akhir cerita tidak begitu jelas sebab Muhammad R.F.
membuat teks deskripsi tidak terstruktur. Cerita yang dihasilkan
tidak sama dengan cerita aslinya, melainkan berdasarkan
khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Muhammad R.F., maka
penulis memberikan skor penilaian= 19. Terbukti pada kata
“macan” seharusnya /M/ huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat
di kalimat ke dua). Selanjutnya pada kata “saat” seharusnya /S/
huruf besar sebab awal kalimat. (terdapat di kalimat ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Muhammad R.F., maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti diksi yang digunakan
sudah cukup bagus dan cukup mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Muhammad R.F., maka
penulis memberikan skor penilaian= 7. Terbukti masih ada
beberapa coretan di dalam teks deskripsi.
55
18) Muhammad F.D.A
Berdasarkan struktur karangan Muhammad F.D.A., maka
penulis memberikan skor penilaian= 42. Terbukti teks deskripsi
yang dihasilkan sudah meliputi bagian pendahuluan, isi cerita, dan
akhir cerita. Namun, isi cerita tidak sama dengan cerita aslinya,
melainkan berdasarkan khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Muhammad F.D.A., maka
penulis memberikan skor penilaian= 20. Terbukti pada kalimat
“…sedang mencari makan.” seharusnya menggunakan tanda koma.
Selain itu, pada kata “kura-kura” seharusnya /K/ huruf besar sebab
awal kalimat. (terdapat di paragraf pertama).
Berdasarkan diksi karangan Muhammad F.D.A., maka
penulis memberikan skor penilaian= 12. Terbukti pada kata “tapi”
seharusnya menggunakan kata “tetapi”. (terdapat di paragraf
pertama). Demikian juga diksi lainnya yang digunakan cukup
mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Muhammad F.D.A., maka
penulis memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi
yang dihasilkan sudah cukup rapi walaupun ada beberapa coretan.
19) Naila Nasywa I
Berdasarkan struktur karangan Naila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti teks deskripsi Naila
sudah mencakup bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Naila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 21. Terbukti pada kata “ada”
seharusnya /A/ huruf besar sebab awal kalimat dan awal paragraf.
Selanjutnya pada kata “kemudian” seharusnya /K/ huruf besar
sebab awal kalimat. (terdapat di paragraf pertama). Selain itu, pada
kalimat “Sebelum terbang. Si angsa berpesan…..” seharusnya tidak
perlu menggunakan tanda titik. (terdapat di paragraf ke dua).
56
Berdasarkan diksi karangan Naila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Naila, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan sudah rapi dan tidak ada coretan.
20) Lahva Anisah
Berdasarkan struktur karangan Lahva, maka penulis
memberikan skor penilaian= 42. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan sudah meliputi bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir
cerita. Namun, isi cerita tidak seperti cerita aslinya, melainkan
berdasarkan khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Lahva, maka penulis
memberikan skor penilaian= 21. Terbukti pada kata “Tinggallah”
seharusnya /t/ huruf kecil sebab tidak diawal kalimat. (terdapat di
paragraf pertama). Selanjutnya pada kata “Angsa” seharusnya /a/
huruf kecil sebab nama hewa tidak menggunakan huruf besar
terkecuali awal kalimat. (terdapat di paragraf ke dua dan ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Lahva, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Lahva, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi Lahva
sudah rapi namun, ada beberapa coretan.
21) Agil Akbar N.
Berdasarkan struktur karangan Agil, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan sudah memiliki bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir
cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Agil, maka penulis
memberikan skor penilaian= 24. Terbukti ejaan yang digunakan
57
sudah bagus dari segi tanda baca, besar kecilnya huruf, dan
konjungsi antarkalimat.
Berdasarkan diksi karangan Agil, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan karangan Agil, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan sudah rapi namun, dari segi bentuk tulisan masih terlihat
miring dan beberapa kalimat menggunakan hiperkorek.
22) Aleka Takiya
Berdasarkan struktur karangan Aleka, maka penulis
memberikan skor peneliaian= 38. Terbukti karangan teks deskripsi
yang dihasilkan Aleka belum sampai akhir cerita. Berikut
penggalan teks deskripsi: “Sedangkan kura-kura tidak. tetapi kura-
kura memiliki tem purung yang begitu keras yang bisa
membantunya saat ada predator buas yang ingin memangsangnya”.
(terdapat di paragraf ke tiga). Selain itu, dalam teks deskripsi Aleka
belum terdapat judul dan struktur teksnya hanya pendahuluan dan
isi cerita. Selanjutnya isi ceritanya berbeda dengan cerita aslinya,
melainkan berdasarkan khayalannya saja.
Berdasarkan ejaan karangan Aleka, maka penulis
memberikan skor penilaian= 18. Terbukti pada kata
“Pemandangan” seharusnya /p/ huruf kecil sebab bukan di awal
kalimat. (terdapat di paragraf pertama). Selain itu, pada kata “kura-
kura” dan “seperti” seharusnya /k/ dan /s/ huruf besar sebab di
awal kalimat. (terdapat di paragraf ke dua). Selanjutnya pada
kalimat “Sedangkan kura-kura tidak. tetapi kura-kura….”
seharusnya menggunakan tanda koma setelah kata “tidak” dan
pada kata “tem purung” seharusnya digabung menjadi
“tempurung”. (terdapat di paragraf ke tiga).
58
Berdasarkan diksi karangan Aleka, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti beberapa diksi yang
digunakan terlihat ambigu, seperti pada kata “kura2” memiliki arti
yang universal dan seharusnya dituliskan “kura-kura”. (terapat di
paragraf pertama dan paragraf ke dua). Selain itu pada kata “dg”
yang memiliki arti universal dan seharusnya dituliskan “dengan”.
(terdapat di paragraf pertama).
Berdasarkan kerapihan karangan Aleka, maka penulis
memberikan skor penilaian= 6. Terbukti terdapat banyak coretan
dalam teks deskripsi Aleka dan menggunakan hiperkorek yaitu
menuliskan kata yang salah lalu diganti dengan kata yang beru
menggunakan tip-ex. Tulisan yang dihasilkannyapun terlihat
miring.
23) Alif Senja AR.
Berdasarkan struktur karangan Alif, maka penulis
memberikan skor penilaian= 35. Terbukti karangan yang
dihasilkan Alif tidak sesuai dengan tugas yang diberikan. Hasil
teks deskripsi Alif mendeskripsikan keseluruhan fisik kura-kura
dan angsa, bukan mendeskripsikan cerita persahabatan kura-kura
dan angsa.
Berdasarkan ejaan karangan Alif, maka penulis
memberikan skor penilaian= 18. Terbukti pada kata “kura2” dan
“cangkang2” seharusnya dituliskan “kura-kura” dan “cangkang”.
(terdapat di paragraf pertama, ke dua, dan ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Alif, maka penulis memberikan
skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan memiliki arti
ambiguitas, seperti pada kata “kura2” dan “cangkang2”. (terdapat
di paragraf pertama, ke dua, dan ke tiga).
Berdasarkan kerapihan karangan Alif, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti beberapa tulisan
menggunakan hiperkorek yakni menuliskan kata yang salah dan
59
mengganti dengan yang baru menggunakan tip-ex. (terdapat di
paragraf pertama, ke dua, dan ke tiga).
24) Annisa Putri A
Berdasarkan struktur karangan Annisa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 35. Terbukti karangan yang
dihasilkan Alif tidak sesuai dengan tugas yang diberikan. Hasil
teks deskripsi Alif mendeskripsikan keseluruhan fisik kura-kura
dan angsa, bukan mendeskripsikan cerita persahabatan kura-kura
dan angsa.
Berdasarkan ejaan karangan Annisa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 17. Terbukti pada kata “Bersisik”,
“Berkaki”, “Tumbuhan”, “Daging”, “Jalannya”, “Di”, “Apa”,
“Berumur” seharusnya /b/, /t/, /d/, /j/, /a/ seharusnya huruf kecil
karena kata tersebut bukan di awal kalimat dan kata depan /di/
tidak menggunakan huruf besar. (terdapat di paragraf pertama).
Selanjutnya kata “Dan” seharusnya diganti dengan kata “Selain
itu,” sebab kata hubung “dan” tidak diperkenankan berada di awal
paragraf. (terdapat di paragraf ke dua).
Selain itu kata “Bebek” dan “Burung” seharusnya /b/ huruf
kecil sebab nama hewan tidak menggunakan huruf besar terkecuali
di awal kalimat. Berikut penggalan teksnya: “…dari kerabatnya
Bebek dan Bebeh Juga Dapat….” (terdapat di paragraf ke dua).
Sebagian besar ejaan dalam teks deskripsi Annisa menggunakan
ejaan yang kurang tepat terkhusus untuk penggunaan huruf besar
dan kecil.
Berdasarkan diksi karangan Annisa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti teks deskripsi Annisa
menggunakan diksi yang tidak baku, berikut penggalan teksnya:
“…tidak memiliki gigi hewan ini ada yang memakan
Tumbuhan…” seharusnya dapat diganti seperti “sebagian kura-
kura berjenis hewan herbivora”. Selain itu pada kalimat
60
“…Jalannya lambat,” seharusnya dituliskan “bergerak lambat”.
(terdapat di paragraf pertama). Selanjutnya pada kalimat
“…penampilannya mirip seperti…” seharusnya hanya
menggunakan salah satu kata “mirip” atau “seperti”. (terdapat di
paragraf ke tiga).
Berdasarkan kerapihan karangan Annisa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan terdapat beberapa coretan dan bentuk tulisan terlihat
miring.
25) Aqeela Celta A.B.
Berdasarkan struktur karangan Celta, maka penulis
memberikan skor penilaian= 35. Tebrukti teks deskripsi yang
dihasilkan Celta tidak sesuai dengan tugas yang diberikan. Celta
menulis teks deskripsi mengenai ciri fisik tikus, bukan menulis teks
deskripsi tentang persahabatan kura-kura dan angsa.
Berdasarkan ejaan karangan Celta, maka penulis
memberikan skor penilaian= 18. Terbukti pada kalimat “telinga
besar dan ekor yang panjang dan tak berambut.” Seharusya kata
“dan” pertama dihilangkan lalu diganti dengan tanda koma.
Selanjutnya kata “beberapa” seharusnya /b/ huruf besar sebab di
awal kalimat. (terdapat di paragraf pertama). Selain itu pada
kalimat “Maka dari itu” menggunakan tanda koma sebab kalimat
tesebut konjungsi antarkalimat. (terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Celta, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan
dapat dipahami namun, akibat Celta tidak memperhatikan tugas
yang diberikan dan membuat tugas yang salah jadi penulis
memberikan pengurangan nilai terhadap tugas Celta.
Berdasarkan kerapihan karangan Celta, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi Celta
61
kurang rapi sebab bentuk tulisannya terlihat miring dan ada
beberapa kata kurang terbaca.
26) Arsa Dharu U.
Berdasarkan struktur karangan Arsa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 35. Terbukti karangan yang
dihasilkan Arsa tidak sesuai dengan tugas yang diberikan. Hasil
teks deskripsi Arsa mendeskripsikan keseluruhan fisik kucing,
bukan mendeskripsikan cerita persahabatan kura-kura dan angsa.
Berdasarkan ejaan karangan Arsa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 18. Terbukti pada kalimat “Saya
mempunyai kucing, karena kucing hewan yang lucu” seharusnya
tanda koma berada setelah kata “karena” sebab kata tersebut
konjungsi antarkalimat. (terdapat di paragraf pertama). Selanjutnya
pada kata “menyimbangkannya” seharusnya ditulis
“menyeimbangkannya”. (terdapat di paragraf ke dua). Selain itu
pada kalimat “..padakucing…” seharusnya ke dua kata tersebut di
pisah “…pada kucing…” (terdapat di paragraf ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Arsa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 11. Terbukti diksi yang digunakan
dapat dipahami namun, akibat Arsa tidak memperhatikan tugas
yang diberikan dan membuat tugas yang salah jadi penulis
memberikan pengurangan nilai terhadap tugas Arsa.
Berdasarkan kerapihan karangan Arsa, maka penulis
memberikan skor penilaian= 7. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan kurang rapi, bentuk tulisan terlihat miring, dan
menggunakan hiperkorek pada beberapa kata.
27) Chesya R.P.W.
Berdasarkan struktur karangan Chesya, maka penulis
memberikan skor penilaian= 39. Terbukti teks deskripsi Chesya
mempunyai judul Angsa dan Kura-kura namun, isi teksnya tidak
menceritakan persahabatan antara ke dua hewan tersebut,
62
melainkan mendeskrispsikan ciri-ciri dan perbedaan antara ke dua
hewan tersebut.
Berdasarkan ejaan karangan Chesya, maka penulis
memberikan skor penilaian= 20. Terbukti pada kalimat “…seperti
angsa mempunya bulu sedangkan kura-kura tidak, kura-kura
mempunyai…” seharusnya setelah kata “tidak” menggunakan
tanda titik. (terdapat di paragraf ke dua). Selanjutnya pada kalimat
“Angsa bisa terbang, kadang kelebihan angsa membuat iri kura-
kura,” seharusnya tanda koma tersebut diganti dengan kata “dan”
lalu kata “kadang” diganti menjadi “terkadang”. (terdapat di
paragraf ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Chesya, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami hanya ada beberapa kata yang
menggunakan kata tidak baku, seperti “karna”. (terdapat di
paragraf ke tiga).
Berdasarkan kerapihan karangan Chesya, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi Chesya
sudah rapi namun, beberapa kata menggunakan hiperkorek.
28) Dhika Moudy P.W.
Berdasarkan struktur karangan Dhika, maka penulis
memberikan skor penilaian= 38. Terbukti teks deskripsi Dhika
tidak memiliki judul dan alur ceritanya belum selesai. Berikut
penggalan teksnya: “Dia tidak pernah mengejek kura-kura yang
jalannya lambat” (terdapat di paragraf ke tiga).
Berdasarkan ejaan karangan Dhika, maka penulis
memberikan skor penilaian= 24. Terbukti ejaan yang Dhika
hasilkan sudah bagus dari segi peletakkan tanda baca, besar
kecilnya huruf dan konjungsi antarkalimat yang digunakan.
63
Berdasarkan diksi karangan Dhika, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti diksi yang digunakan
Dhika bagus dan mudah dipahami.
Berdasarkan kerapihan Dhika, maka penulis memberikan
skor penilaian= 7. Terbukti kerapihan penulisan teks deskripsi
Dhika belum cukup rapi, bentuk tulisannya masih terlihat miring.
29) Edgar Timothy P.
Berdasarkan struktur karangan Edgar, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti struktur teks deskripsi
yang dihasilkan meliputi pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Edgar, maka penulis
memberikan skor penilaian= 21. Terbukti ejaan teks deskripsi
Edgar sudah bagus namun setiap selesai per paragraf tidak
disertakan tanda titik. Selain itu, kata “tiba tiba” seharusnya
diberikan tanda hubung /-/. (terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan diksi karangan Edgar, maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti diksi yang digunakan
cukup mudah dipahami namun, beberapa kata dalam teks deskripsi
tersebut memiliki arti amibiguitas, seperti “lagit” seharusnya
“langit” (paragraf pertama), kata “melamu” seharusnya “melamun”
(paragraf ke dua), dan kata “gembita” seharusnya “gembira”
(paragraf ke tiga).
Berdasarkan kerapihan karangan Edgar, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti teks deskripsi Edgar
sudah rapi namun, bentuk tulisan terlihat miring.
30) I Made Bagus N.K.
Berdasarkan struktur karangan I Made Bagus, maka penulis
memberikan skor penilaian= 35. Terbukti karangan teks deskripsi I
Made Bagus tidak memiliki judul dan cerita yang disajikan bukan
kura-kura- dan angsa, melainkan kucing dan tikus. Selain itu
struktur dari teks tersebut tidak terarah, paragraf pertama
64
membahas pengantar atau pembuka cerita, lalu paragraf ke dua dan
ke tiga membahas ciri fisik kucing dan tikus.
Berdasarkan ejaan karangan I Made Bagus, maka penulis
memberikan skor penilaian= 23. Terbukti pada kalimat “…mereka
berdua mempunyai selera yang berbeda, namun mereka jadikan…”
seharusya tanda koma setelah kata “namun”.
Berdasarkan diksi karangan I Made Bagus, maka penulis
memberikan skor penilaian= 12. Terbukti beberapa kata dalam teks
deskripsi tersebut memiliki arti ambiguitas, seperti “lua”
seharusnya jika dibaca oleh penulis menjadi “luas”, selanjutnya
kata “tiuus” seharusnya menjadi kata “tikus”. (terdapat di paragraf
pertama). Selain itu, pada kalimat “…dan lain sebaginya”
seharusnya menggunakan “dan lain-lain” atau “dan sebagainya”
(terdapat di paragraf ke dua).
Berdasarkan kerapihan karangan I Made Bagus, maka
penulis memberikan skor penilaian= 8. Terbukti kerapihan teks
deskripsi tersebut sudah rapi namun, sebagian tulisan
menggunakan hiperkorek.
31) Irvin Sakti I.
Berdasarkan struktur karangan Irvin, maka penulis
memberikan skor penilaian= 43. Terbukti struktur teks deskripsi
Irvin sudah meliputi pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Namun, kata “disebuah” seharusnya di pisah “di sebuah”.
Berdasarkan ejaan karangan Irvin, maka penulis
memberikan skor penilaian= 23. Terbukti pada awal kalimat
paragraf ke tiga kata “dan” tidak seharusnya berada di awal
paragraf, melainkan dapat dihilangkan saja.
Berdasarkan diksi karangan Irvin, maka penulis
memberikan skor penilaian= 14. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami.
65
Berdasarkan kerapihan karangan Irvin, maka penulis
memberikan skor penilaian= 8. Terbukti ada beberapa kata yang
menggunakan hiperkorek dan beberapa kalimat yang terlihat
miring.
32) Marlo Diva S
Berdasarkan struktur karangan Marlo, maka penulis
memberikan skor penilaian= 44. Terbukti struktur teks deskripsi
Marlo memiliki bagian pendahuluan, isi cerita, dan akhir cerita.
Berdasarkan ejaan karangan Marlo, maka penulis
memberikan skor penilaian= 23. Terbukti ejaan yang digunakan
sudah bagus namun, pembaca akan kesulitan membedakan tanda
baca koma dan tanda baca titik, seperti: “Hai Angsa. aku sedang
berjalan saja sambil melihat burung.” (terdapat di paragraf ke dua).
Selain itu, kata “Angsa” seharusya /a/ huruf kecil sebab nama
hewan. (terdapat di paragraf ke dua dan ke tiga).
Berdasarkan diksi karangan Marlo, maka penulis
memberikan skor penilaian= 13. Terbukti diksi yang digunakan
sudah bagus dan mudah dipahami namun, beberapa kata tidak
menggunakan kata baku, seperti: “sambil”. (terdapat di paragraf ke
dua).
Berdasarkan kerapihan karangan Marlo, maka penulis
memberikan skor penilaian= 15. Terbukti teks deskripsi yang
dihasilkan rapi dan tidak ada coretan.
Adapun rekap hasil dari penelitian terhadap peningkatan
keterampilan menulis teks deskripsi sebagai berikut:
Tabel 3.3
Penilaian Teks Deskripsi Kelas VII/H
No. Nama Kategori Penilaian Skor
Nilai 1* 2* 3* 4*
1 Adhelia
Eshy R 44 22 14 9 89
66
2 Aila Audri
ZA. 44 22 13 9 88
3 Humaida
Lutfiah 38 20 11 5 74
4 Silvia
Raiqa S 42 21 12 7 82
5 Nicholas H
I M 36 18 11 6 71
6 Keiza Alya
Razak 44 20 14 8 86
7 Amos
Glory AP 36 20 12 6 74
8 Alfiah
Nayla 42 24 12 6 84
9
Syifa
Rembulan
T
36 20 12 7 75
10 Rifqi
Apriliano P 40 22 12 8 82
11 Taranita
Putri MG 40 16 10 5 71
12 Syifa
Arinda P 44 24 14 9 91
13 Shakira
Rayza R 39 19 11 7 76
14 Raditya
Rafa P 39 21 13 8 81
15 Rachmaelia
Putri 39 21 12 8 80
16 Nikesha
Aqilah D 40 22 13 6 81
17 Muhammad
RF 38 23 14 6 81
67
18 Muhammad
FDA 42 20 12 7 81
19 Naila
Nasywa I 44 21 13 8 86
20 Lahva
Anisah 42 21 13 8 84
21 Agil Akbar
N 44 23 13 8 88
22 Aleka
Taqiya 38 18 11 6 73
23 Allif Senja
AR 35 18 11 7 71
24 Annisa
Putri A 35 17 11 7 70
25 Aqeela
Celta AB 35 18 11 7 71
26 Arsa Dharu
U 35 18 11 7 71
27 Chesya R
P.W 39 20 13 8 80
28 Dhika
Moudy PW 39 24 14 7 84
29 Edgar
Timothy P 43 21 12 8 84
30 I Made
Bagus NK 35 23 12 8 78
31 Irvin Sakti I 43 23 14 8 88
32 Marlo Diva
S 44 23 13 8 88
JUMLAH 2567
68
RATA-RATA 80
Keterangan *:
1. Struktur
2. Ejaan
3. Diksi
4. Kerapihan
Berdasarkan hasil dari tabel 3.3 diperlihatkan bahwa nilai rata-rata siswa
kelas VII/H sudah mencapai ketuntasan dalam pelajaran Bahasa Indonesia
terkhusus dalam keterampilan menulis. Hal ini membuktikan bahwa
menggunakan metode dan media yang efektif dengan materi pelajaran yang
tepat akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses
belajar mengajar.
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
“Pemanfaatan Media Cerita Bergambar dengan Metode STAD (Students
Teams Achievement Division) dalam Menulis Teks Deskripsi Siswa kelas VII
di SMP Negeri 85 Jakarta” dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pemanfaatan media cergam dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran di kelas. Namun, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti kordinasi dan komunikasi antara guru dan
siswa. Sebab apabila terjadi kordinasi dan komunikasi yang kurang baik
antara guru dan siswa dapat mengakibatkan siswa hanya bermain-main
dalam belajar. Selain itu, peranan pokok dari cergam dalam pembelajaran
adalah kemampuannya menciptakan minat siswa. Maka dari itu,
penggunaan media cergam secara efektif saat proses belajar mengajar,
guru diharapkan memberikan motivasi yang bersifat membangun dari
buku cergam dan dipadu dengan metode yang tepat, sehingga penggunaan
media cergam dapat menjadi alat pengajaran yang efektif.
2. Hasil yang diperoleh terhadap angket yang diberikan kepada siswa
menunjukkan bahwa 92,5% siswa termotivasi dan lebih kreatif dalam
kompetensi menulis khususnya menulis teks deskripsi. Hal ini
memperlihatkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII/H menikmati dan
memahami pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas menggunakan media
cergam dan metode STAD yang belum pernah digunakan guru di kelas.
3. Selanjutnya, hasil yang diperoleh terhadap teks deskripsi siswa kelas
VII/H memiliki rata-rata nilai 80. Perolehan nilai tertinggi terhadap
pembuatan teks deskripsi yaitu Syifa Arinda P dengan nilai 91. Sedangkan
perolehan nilai terendah terdirr dari 5 siswa, yaitu Nicholas H.I.M,
Taranita Putri M.G., Alif Senja A.R., Aqeela Celta A.B., dan Arsa Dharu
U., dengan nilai 71. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
70
dapat memahami materi dengan cara belajar yang baru, yakni pemanfaatan
media cergam dengan metode STAD (Student Teams Achievement
Division) dalam menulis teks deskripsi.
B. Saran
Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut maka, peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebaiknya lebih memanfaatkan
media yang disediakan di sekolah dan bisa membaca situasi kelas pada
saat materi tertentu agar guru memperoleh ide ingin menggunakan cara
seperti apa saat mengajar di kelas.
2. Permasalahan siswa pada keterampilan menulis yang menjadi fokus
penelitian ini diharapkan dapat diimplikasikan dalam pembelajaran di
sekolah, sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan
memahami setiap materi bahasa Indonesia.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
umum dan menambah referensi proses belajar mengajar di sekolah
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
71
72
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2016.
Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi Jakarta. 2012.
Enre, Fachruddin, Ambo. Dasar-dasar Keterampilan Menuli. Ujung Pandang:
Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. 1994.
Farida Mukti dan Basuki Wibawa. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana.
2001.
Gunansyah, Ganes. Pendidikan IPS: Berorentasi Praktik yang baik. Surabaya:
Unesa University Press. 2015.
Hakim, A. Karangan Deskripsi. Bandung: Angkasa. 1993.
Hamzah B. Uno & Nina Lamantenggo. Teknologi komunikasi & Informasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Latuheru, J.D. Media Pembelajaran dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang. 1993.
Mahsun. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2014.
Nuryanta, Budi, Kasurijanta dan Imam Koermen. Materi Pokok Pengajaran
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud. 1997.
Soeparno. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara. 1988.
Sudarwan, Danim. Media Komunikasi Pendidikan: Pelayanan Profesional
Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar (Proses Belajar Mengajar di Perguruan
Tinggi). Jakarta: Bumi Aksara. 1994.
Suparno dan Mohammad Yunus. Keterampilan Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2007.
Tarigan, Djago. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
1986.
Wilkinson, G.L. Media dalam Pembelajaran. (Terjemahan Zulkarnaen Nasution)
Jakarta: CV. Rajawali. 1984.
73
Wiyanto, Asul. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2004.
Angkat, Guntur. Selintas Sejarah Komik Indonesia, http://artikel.us/art05-72.html
diakses 10 Maret 2013 diakses 10 November 2019.
Damayanti, Lely. Pengaruh Media Cerita Bergambar Terhadap Kehidupan Sosial
Anak Didik Kelompok B TK Desa Ngepeh Saradan Madiun, (Madiun: PG
PAUD IKIP PGRI Madiun, Vol. 3. No. 2.), http//e-
journal.unipma.ac.id/index.php/JPAUD/article/view/54329. Diakses 29 Oktober
2019.
Kama. Komik Sebagai Budaya Massa. http://k4rnaxomics.blogspot.com/ diakses
9 Desember 2019.
Nofriyanti, Isna, dkk. Penggunaan Media Cerita Bergambar dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Pontianak: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 3 No. 3
http//jurnal.untan.ac.id/index.php/ipdpb/article/view/4950/5057. Diakses pada 4
September 2019.
Trisnawati, Aen. Membaca Komik Menulis Cerpen. http://www.pikiran-
rakyat.com/ cetak/ 20057 0705/30 / khazanah/ Iainnya05.htm diakses 11
Oktober 2019.
Tulin Guler & Mubeccel Gonen. The Environment and Its Place in Children’s
Picture Story Books. Turkey: Procedia Social and Behavioral Sciences.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281100893713.
Diakses 13 Januari 2020.
Wijayanti, Ari. Pengajaran Bahasa yang Kreatif http: //lubisgrafura.
wordpress.com/ 2006. diakses tanggal 10 November 2019.
74
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 85 Jakarta
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan (2JP)
I. Kompetensi Dasar
3.2 Menelaah struktur dan kaidah kebahasaan dari teks deskripsi tentang objek
(sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni
daerah) yang didengar dan dibaca
4.2 Menyajikan data, gagasan, kesan dalam bentuk teks deskripsi tentang objek
(sekolah, tempat wisata, tempat bersejarah, dan atau suasana pentas seni
daerah) secara tulis dan lisan dengan memperhatikan struktur, kebahasaan
baik secara lisan atau tulis.
II. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami struktur teks deskripsi dan contoh-contoh telaahnya.
2. Memahami kaidah-kaidah kebahasaan teks deskripsi dan contoh-contoh
telaahnya.
3. Memahami langkah-langkah menulis teks deskripsi.
III. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan doa.
b. Guru melakukan apersepsi dan motivasi serta menyampaikan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan contoh teks deskripsi
yang berupa buku cergam berjudul kura-kura dan angsa.
75
b. Guru memberikan arahan untuk membuat kelompok dan membuat teks
deskripsi mengenai kura-kura dan angsa.
c. Siswa diminta untuk menulis teks deskripsi mengenai kura-kura dan
Angsa sebanyak 3 paragraf.
d. Guru meminta siswa untuk membacakan hasil teks deskripsi di depan
kelas dan hasil yang bagus akan diberikan hadiah.
e. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari kelompok lain tentang
teks deskripsi berjudul kura-kura dan angsa.
3. Penutup
a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan penguatan terhadap materi teks deskripsi.
c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan doa.
IV. Penilaian
1. Sikap : Kedisiplinan mengumpulkan tugas tepat waktu.
2. Pengetahuan : Tes Tertulis
3. Keterampilan : Membuat Teks Deskripsi
Jakarta, 12 Agustus 2019
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
ADHELIA
98
AILA AUDRI
99
HUMAIDA LUTHFIAH
100
SILVIA RAIQA
101
NICHOLAS H.I.M.
102
KEIZA ALYA
103
AMOS GLORY A.P.
104
ALFIAH NAILA
105
SYIFA REMBULAN
106
RIFQI APRILIANO
107
TARANITA PUTRI
108
SYIFA ARINDA
109
SHAKIRA RAYZA
110
RADITYA RAFA
111
RACHMA ELIA
112
NIKESHA AQILAH
113
RIWAYAT PENULIS
Ahmad Lutfi Prasetyo lahir di Jakarta 4 Februari
1996. Penulis anak sulung dari pasangan Bapak
Sunarwan dan Ibu Suningsih. Mengawali pendidikan
sekolah dasar tahun 2002 di SDN 04 Pesanggrahan
Jakarta Selatan dan lulus 6 tahun kemudian. Lalu
melanjutkan ke jenjang SMP, tepatnya di SMP Islam
Al-Hikmah Jakarta Selatan dan lulus tahun 2011. Selanjutnya meneruskan
pendidikan sekolah menengah atas di SMA Cenderawasih 2 Tangerang Selatan
dan lulus tahun 2014. Selama duduk di bangku sekolah, penulis cukup aktif dalam
organisasi dan pernah menjabat sebagai ketua OSIS 2010 dan 2013, serta
mengikuti kegiatan Rohis di SMP dan mengikuti kegiatan KIR di SMA. Kini
penulis menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain menjadi
mahasiswa, penulis juga membuka usaha editing video dan fotografi.