pemanfaatan energi terbarukan dalam rangka mengurangi...

13
Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan Lingkungan Kabinet Gelora Pembebasan Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan Lingkungan Sebuah film dokumenter mengenai penyediaan listrik dan bisnis tambang batu bara akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Film dokumenter yang berjudul Sexy Killers ini menarik untuk diikuti, film ini mengangkat masalah-masalah yang timbul dari kegiatan tambang batu bara di Indonesia demi memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia. Film yang diproduksi oleh Watchdoc Documentary ini telah ditonton banyak orang dalam waktu yang singkat. Watchdoc sendiri merupakan salah satu rumah produksi yang sering menampilkan film dokumenter terkait dengan permasalahan di Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus baik secara objektif maupun subjektif dari masyarakat tentang gambaran pasca kegiatan pertambangan yang berdampak negatif untuk kehidupan masyarakat akibat beberapa oknum tidak bertanggung jawab. Film ini dibuka dengan menampilkan gambaran tentang lokasi tambang batu bara, yang menimbulkan beberapa masalah belum terselesaikan. Misal tambang batu bara di Kalimantan Timur membuat galian/lubang tambang yang sampai kini belum tertutupi atau direklamasi. Padahal sesuai dengan perjanjian, setelah proses penambangan selesai, kewajiban perusahaan untuk melakukan reklamasi harus dipenuhi. Puncak permasalahan Sexy Killer adalah bekas kolam-kolam galian tambang batu bara yang tidak direklamasi atau ditimbun kembali, yang menimbulkan banyak korban jiwa. Penanggulangan kerusakan pasca tambang batubara dan PLTU belum diterapkan secara efektif, mulai dari masalah airr bersih yang langka bahkan tercemar, lumpur mencemari sawah, wilayah pertanian kurang produktif sampai polusi udara karena debu lalu lintas pengangkutan batubara. Selain itu ada banyak warga yang mengeluh tentang dampak lingkungan dan ancaman kesehatan. Emisi PLTU yang menggunakan batu bara Selain tambang batu bara, penggunaan batu bara menggunakan PLTU juga menimbulkan suatu masalah. Di dalam film ini digambarkan pengoperasian PLTU sangat merugikan linhkungan. Selain menyoroti Kalimantan Timur, film ini juga menampilkan pulau Karimunjawa dan daerah yang terdapat PLTU di Bali, Batang, Cirebon dan Palu. Contoh PLTU Batang di Jawa Tengah dalam pengoperasiannya membutuhkan batu bara dengan jumlah besar. Di sisi lain, jarak PLTU yang dekat dengan pemukiman warga dan proses pengoperasian PLTU

Upload: hoanghuong

Post on 09-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi

Permasalahan Lingkungan

Sebuah film dokumenter mengenai

penyediaan listrik dan bisnis tambang

batu bara akhir-akhir ini menjadi

perbincangan hangat di Indonesia. Film

dokumenter yang berjudul Sexy Killers ini

menarik untuk diikuti, film ini mengangkat

masalah-masalah yang timbul dari

kegiatan tambang batu bara di Indonesia

demi memenuhi kebutuhan listrik

masyarakat Indonesia. Film yang

diproduksi oleh Watchdoc Documentary

ini telah ditonton banyak orang dalam

waktu yang singkat. Watchdoc sendiri

merupakan salah satu rumah produksi

yang sering menampilkan film

dokumenter terkait dengan permasalahan

di Indonesia.

Singkatnya film ini menimbulkan

diskursus baik secara objektif maupun

subjektif dari masyarakat tentang

gambaran pasca kegiatan pertambangan

yang berdampak negatif untuk kehidupan

masyarakat akibat beberapa oknum tidak

bertanggung jawab. Film ini dibuka

dengan menampilkan gambaran tentang

lokasi tambang batu bara, yang

menimbulkan beberapa masalah belum

terselesaikan.

Misal tambang batu bara di

Kalimantan Timur membuat

galian/lubang tambang yang sampai kini

belum tertutupi atau direklamasi. Padahal

sesuai dengan perjanjian, setelah proses

penambangan selesai, kewajiban

perusahaan untuk melakukan reklamasi

harus dipenuhi. Puncak permasalahan

Sexy Killer adalah bekas kolam-kolam

galian tambang batu bara yang tidak

direklamasi atau ditimbun kembali, yang

menimbulkan banyak korban jiwa.

Penanggulangan kerusakan pasca

tambang batubara dan PLTU belum

diterapkan secara efektif, mulai dari

masalah airr bersih yang langka bahkan

tercemar, lumpur mencemari sawah,

wilayah pertanian kurang produktif

sampai polusi udara karena debu lalu

lintas pengangkutan batubara. Selain itu

ada banyak warga yang mengeluh tentang

dampak lingkungan dan ancaman

kesehatan.

Emisi PLTU yang menggunakan batu

bara

Selain tambang batu bara,

penggunaan batu bara menggunakan

PLTU juga menimbulkan suatu masalah. Di

dalam film ini digambarkan

pengoperasian PLTU sangat merugikan

linhkungan. Selain menyoroti Kalimantan

Timur, film ini juga menampilkan pulau

Karimunjawa dan daerah yang terdapat

PLTU di Bali, Batang, Cirebon dan Palu.

Contoh PLTU Batang di Jawa Tengah

dalam pengoperasiannya membutuhkan

batu bara dengan jumlah besar. Di sisi lain,

jarak PLTU yang dekat dengan pemukiman

warga dan proses pengoperasian PLTU

Page 2: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

akan menghasilkan berbagai bahan kimia

yang sangat berbahaya, diantaranya

merkuri, PM 2.5, nitrogendioksida,

sulfurdioksida dan berbagai gas

berbahaya lainnya. Apabila gas beracun ini

terhirup manusia dapat memicu penyakit

asma hingga kanker. Di Panau, Sulawesi,

masyarakat terkena kanker paru-paru

hingga meninggal, setidaknya delapan

warga meninggal karena kanker dan

masalah paru-paru. 1

Eksploitasi energi memang tidak

dapat dipungkiri akan menimbulkan ekses

ke masyarakat baik secara langsung

maupun tidak langsung, dan tentunya

1 Della Syahni, “Sexy Killer, Ketika Industri Batubara Hancurkan Lingkungan dan Ruang Hidup Warga”, https://www.mongabay.co.id/2019/04/16/sexy-

negara ataupun perusahaan swasta yang

mengeksploitasi energi harus melakukan

langkah preventif guna mencegah ekses

terhadap kesehatan meluas secara masif.

Dalam film ini, akibat dari tambang

batubara beragam dari kekurangan air

bersih dan terlihat tercemar, polusi udara,

dll. Jika kita telaah satu per satu,

kekurangan air bersih dan tercemar dapat

berdampak terjangkitnya wabah penyakit

kulit, sedangkan polusi udara dapat

menimbulkan sesak napas bagi

masyarakat dan yang paling parah adalah

dapat menimbulkan kanker paru-paru.

killer-ketika-industri-batubara-hancurkan-lingkungan-dan-ruang-hidup-warga/, diakses 27 Mei 2019.

Sumber : Petrus Rizki, PLTU Batu Bara sumber polusi, Kebijakan Pemerintah terhadap Energi Perlu Direvisi.

/www.mongabay.co.id/2016/09/21/pltu-batubara-sumber-polusi-kebijakan-pemerintah-terhadap-energi-

perlu-direvisi/. Diakses tanggal 5 Mei 2019.

Page 3: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

Dari data dampak PLTU pada

kesehatan sudah terlihat bahwa proyek

PLTU yang ada di Indonesia saat ini

maupun yang akan datang cukup

memakan banyak korban. Meskipun baru

sebatas proyeksi, tetapi data ini diambil

dari produksi yang sekarang dan

perkiraan yang akan datang. Data di atas

cukup bisa diterima, mengingat Indonesia

menurut data Global Carbon Project pada

tahun 2017 memproduksi gas CO2

mencapai 480 juta ton. Greenpeace

menyatakan bahwa proyeksi saat ini

untuk korban akibat proyek PLTU

batubara menyasar orang dewasa hingga

anak-anak. Untuk orang dewasa, saat ini

akibat yang ditimbulkan akibat dari

paparan PM 2.5 adalah penyakit jantung

iskemik, penyakit paru-paru obstruktif,

stroke dan kanker paru-paru. Sementara

untuk ancaman anak-anak adalah infeksi

pada saluran pernafasan bawah.

Jumlah proyeksi ancaman yang

paling banyak bagi orang dewasa di

indoesia adalah stroke yakni mencapai

angka 2681 orang dan bagi anak-anak

mencapai 282 orang. Bukan hanya itu, jika

pemerintah menambah jumlah PLTU,

maka jumlah korban bisa melonjak 20%-

30%, dan yang paling banyak masih ada

pada ancaman stroke.

PLTU sebagaimana kita tahu

menghasilkan CO2 sebagai hasil

pembakaran dari batu bara. Selain CO2

sendiri terdapat beberapa bahan lain yang

dikeluarkan dari pembakaran batu bara.

Pada tabel diatas dikatakan bagaimana

produksi CO2 yang dihasilkan Indonesia

yang sangat masif. Produksi dari CO2 dapat

mengakibatkan berapa gangguan

kesehatan bagi manusia. Pada saat

Sumber : https://www.tobasatu.com/2017/01/16/pltu-labuhan-angin-banyak-masalah-dprd-sumut-

minta-pln-diberi-sanksi/

Page 4: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

kandungan CO2 di udara mencapai lebih

dari 600 ppm maka tubuh manusia dapat

terkena dampak seperti sesak nafas,

berkeringat, kepala pusing, hiperventilasi,

dan pingsan.2 CO2 merupakan suatu zat

yang berbahaya dan perlu untuk

ditanggulangi.

CO2 selain merupakan gas yang

beracun, gas ini menimbulkan efek lain

yang merugikan bagi lingkungan. CO2

tersebut merupakan salah satu jenis gas

yang merupakan gas rumah kaca. Selain

CO2, jenis gas rumah kaca juga terdiri dari

karbondioksida (CO2), metana (CH4), N2O,

klorofluorokarbon (CFC-11 dan CFC-12).3

Gas rumah kaca tersebut merupakan salah

satu penyebab efek rumah kaca. Gas-gas

tersebut, seperti CO2, menyerap panas

matahari. Proses penyerapan panas

tersebut menyebabkan panas yang

seharusnya dikeluarkan dari bumi

menjadi tetap didalam bumi. Panas

tersebutlah yang akhirnya menyebabkan

efek rumah kaca sehingga terjadi

pemanasan global.4

2 D.S Robertson, “Health effects of increase in concentration of carbon dioxide in the atmosphere”, CURRENT SCIENCE, VOL. 90, NO. 12, 25 JUNE 2006. 3 Working Group I contribution to the Fourth Assessment Reportof the Intergovernmental Panel on Climate Change, “Climate Change 2007

The Physical Science Basis : Frequently Asked Questions and Selected Technical Summary Boxes”, 2007, Friesens, Canada, hlm. 9. 4 Ibid., hlm. 7.

Page 5: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

Jumlah Produksi CO2 yang Besar

Jika kita melihat data yang

dikumpulkan oleh Global Carbon Project,

Indonesia menjadi produsen CO2 nomor

12 di dunia. Berdasarkan penelitian

tersebut pada tahun

2017 Indonesia telah

memproduksi sekitar

487 juta ton CO2.

Produksi dari CO2

tersebut melingkupi

hasil dari bahan bakar

seperti minyak, batu

bara, dan gas bumi

(baik dari proses

Industri maupun

bukan). Jumlah

tersebut

cenderung lebih

sedikit jika dibandingkan dengan 5 negara

penghasil CO2 terbesar, dimana peringkat

teratas dipegang oleh Tiongkok dengan

produksi CO2 sebesar 9839 juta ton; dan

Jepang di peringkat ke lima sebesar 1205

juta ton. Untuk di Indonesia sendiri,

produksi karbon cenderung untuk

meningkat selama beberapa tahun ini.

Walaupun begitu jumlah produksi karbon

tersebut bukan merupakan yang tertinggi

di selama ini. Peningkatan produksi gas

Sumber : Global Carbon Project, 2018, Global Carbon Atlas,

http://www.globalcarbonatlas.org/en/CO2-emissions, diakses tanggal 28 April 2019.

Sumber : Global Carbon Project, 2018, Global Carbon Atlas,

http://www.globalcarbonatlas.org/en/CO2-emissions, diakses tanggal 28 April 2019.

Page 6: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

karbon Indonesia dapat dilihat dalam

grafik diatas.

PLTU sendiri yang menjadi

perhatian pertama diawal, bisa

menghasilkan ribuan kilo Ton emisi CO2

setiap tahun. Dalam suatu penelitian

penghitungan emisi CO2 pada PLTU

Banten, PLTU Indramayu, dan PLTU

Rembang, semua PLTU tersebut

mempunyai jumlah emisi diatas empat

ribu kilo ton.5 PLTU Banten dapat

menghasilkan 4341,7 kiloTon (kTon)

emisi CO2 setiap tahunnya; PLTU

Indramayu dapat menghasilkan 6953,1

kTon emisi CO2; sedangkan PLTU

Rembang dapat menghasilkan 5014,6

kTon emisi CO2. Jumlah emisi dari tiga

PLTU tersebut masih belum digabungkan

dengan berbagai PLTU lain yang ada di

Indonesia. Selain itu ketiga PLTU tersebut

mempunyai kapasitas 600-990 MW,

sedangkan di Indonesia terdapat PLTU

yang mempunyai kapasitas hingga 1300

MW. Sehingga bisa saja emisi CO2 yang

dihasilkan lebih besar daripada yang

diperkirakan karena semakin besar energi

listrik yang dihasilkan semakin besar pula

emisi CO2 yang dihasilkan.6

Batu Bara yang bermasalah tidak hanya

di bidang emisi

Merujuk pada definisi yang

tertuang dalam UU No 4 tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan

5 Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman,

“Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara

dan PLTN”, Jurnal Pengembangan Energi

Nuklir, Vol. 15, No. 1, Juni 2015, Hlm. 7.

Batubara, Reklamasi diartikan sebagai

kegiatan yang dilakukan sepanjang

tahapan usaha pertambangan untuk

menata, memulihkan, dan memperbaiki

kondisi lingkungan dan ekosistem.

Sedangkan, Pascatambang diartikan

sebagai kegiatan setelah, akhir, sebagian

atau seluruh kegiatan usaha

pertambangan untuk memulihkan fungsi

lingkungan, dan fungsi sosial. Tambang

batubara di Indonesia umumnya

dilakukan dengan sistem tambang terbuka

(open pit mining) sehingga berdampak

terhadap kerusakan lingkungan. Dampak

kerusakan lingkungan antara lain

hilangnya vegetasi hutan, flora dan fauna

serta lapisan tanah. Oleh karena itu setiap

perusahaan yang melakukan kegiatan

pertambangan wajib melaksanakan

reklamasi lahan bekas pertambangannya.7

6 Ibid., hlm. 6. 7 Sarita Oktorina, “Kebijakan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Berkas Tambang (Studi Kasus Tambang Batu Bara Indonesia)”, Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.3 No.1 – Agustus 2017

Sumber : http://kaltim.prokal.co/read/news/280703-walah-632-

lubang-tambang-tak-jelas-kapan-direklamasi.html

Page 7: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

Dalam kasus tambang di Kaltim ini

galian tambang tidak dilakukan reklamasi

sehingga seolah-olah dilakukan

pembiaran terhadap perusahaan yang

melanggar peraturan. Padahal kewajiban

untik melakukan reklamasi telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78

Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan

Pascatambang. Padahal Peraturan

Pemerintah ini merupakan tujuan untuk

menjalankan amanat undang-undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

dalam melaksanakan pengelolaan

pertambangan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan. Terlebih

kasus ini memuncak ketika bekas galian

merenggut puluhan nyawa itu berada di

empat kabupaten/kota di Kaltim. Yakni,

Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Penajam

Paser Utara, dan Kota Samarinda. Hingga

saat ini sudah ada 32 korban tewas di

bekas galian tambang. Mayoritas korban

masih berusia 6-15 tahun. 8Sebagian besar

lokasi tambang tidak jauh dari

permukiman maupun tempat aktivitas

warga. Padahal jika kita melihat pada

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 4 Tahun 2012, jarak lokasi

tambang tidak boleh kurang dari 500

meter dari permukiman dan tempat

aktivitas warga.

Batu bara yang kemudian

ditambang kemudian akan digunakan

dalam PLTU. PLTU tersebut akan

8 Ilham Safutra, “Dalih Pemprov Kaltim Ketika Lobang Bekas Galian Tambang Makan Korban”, https://www.jawapos.com/jpg-

mengeluarkan gas emisi seperti yang kita

bahas pada subbab sebelumnya. Apabila

PTLU tersebut pengoperasiannya dekat

dengan permukiman warga akan

menghasilkan berbagai bahan kimia yang

sangat berbahaya. Apabila gas beracun ini

terhirup manusia akan mengakibatkan

penyakit asma hingga kanker. Secara

moral negara sudah sepatutnya

memikirkan bagaimana masyarakat bisa

mendapatkan lingkungan yang sehat

seperti yang sudah diamanatkan dalam

pasal 28H UUD 1945 bahwa lingkungan

hidup yang baik dan sehat merupakan hak

asasi setiap warga negara Indonesia. Hal

ini perlu didorong dengan kualitas

lingkungan hidup yang baik diatur dalam

UU PPLH 32/2009 bahwa kualitas

lingkungan hidup yang semakin menurun

telah mengancam kelangsungan

perikehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya sehingga perlu dilakukan

perlindungan dan pengelolaan yang

sungguh-sungguh dan konsisten oleh

semua pemangku kepentingan.

Upaya untuk memberikan lingkungan

yang sehat dan mengurangi emisi gas

rumah kaca

Jika melihat kasus pada film Sexy

Killer, ada beberapa masalah lingkungan

dan kesehatan yang disebabkan oleh

today/03/12/2018/dalih-pemprov-kaltim-ketika-lobang-bekas-galian-tambang-makan-korban/, diakses 27 Mei 2019.

Page 8: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

pertambangan batu bara. Selain itu

dampak penggunaan batu bara pada

PLTU yang menghasilkan CO2

dengan jumlah sangat besar dapat

menimbulkan kerusakan

lingkungan yang sangat besar pula

seperti pemanasan global. Dalam

Pasal 28H ayat (1) UUD 1945,

disebutkan bahwa setiap orang

berhak mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat. Pasal

28H ayat (1) tersebut membuat

negara wajib untuk menyediakan

bagi segenap rakyatnya lingkungan

hidup yang baik dan sehat. Sehingga

negara seharusnya bertanggungjawab

menemukan penyelesaian terhadap

permasalahan lingkungan tersebut.

Selain itu Indonesia pada tahun

2015 telah mengikatkan diri terhadap

Paris Agreement. Dalam Pasal 2 Paris

Agreement tersebut diatur bahwa

contracting state dalam hal pembangunan

berkelanjutan sepakat untuk mengurangi

produksi gas emisi rumah kaca. Hal ini

kemudian ditegaskan dalam Pasal 4 Paris

Agreement. Pasal 4 tersebut menyatakan

bahwa penurunan jumlah dari emisi gas

rumahkaca harus dicapai dengan segera

sesuai dengan keadaan dari tiap-tiap

negara. Setelah itu ditekankan bahwa

setiap negara yang menandatangi Paris

Agreement harus berusaha untuk

merencanakan pembangunan jangka

panjang yang rendah akan gas rumah kaca.

Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk

menanggulangi perubahan iklim, dan

pemanasan global dibawah 2℃. Oleh

karena itu, Indonesia yang mengikatkan

diri pada Paris Agreement seharusnya

mencari penyelesaian terhadap

permasalahan jangka panjang terhadap

permasalahan lingkungan termasuk Gas

Emisi.

Ketentuan pada Pasal 28H ayat (1)

UUD 1945 dan Paris Agreement telah

memerintahkan bagi negara untuk

menjamin lingkungan hidup yang baik dan

upaya pengurangan emisi gas rumah kaca.

Tetapi pada hukum yang lebih specialis

masih belum terdapat regulasi yang

mengatur tentang bagaimana

penyelesaian masalah dari emisi gas

rumah kaca tersebut. Proyeksi bauran

energi di Indonesia, terutama dalam

pembangkit tenaga listrik, batu bara masih

Sumber :

https://www.un.org/sustainabledevelopment/climate-action/

Page 9: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

menempati posisi paling tinggi. Dalam

Keputusan Menteri ESDM Nomor 39

K/20/MEM/2019, penggunaan batubara

masih dalam kisaran 54,6% pada tahun

2025 dari total seluruh energi pembangkit

listrik di Indonesia. Jumlah ini menurun

jika dibandingkan dengan tahun lalu

dimana penggunaan batubara di Indonesia

masih dalam kisaran 58,6%. Walaupun

menurun tetapi dapat disimpulkan bahwa

produksi emisi CO2 masih akan tetap tinggi

sampai pada tahun 2025.

Tetapi jika kita melihat Keputusan

Menteri ESDM Nomor 1567

K/21/MEM/2018, terdapat perubahan

pada proyeksi bauran energi pembangkit

listrik. Perubahan tersebut salah satunya

adalah kenaikan persenan penggunaan

energi terbarukan dari total penggunaan

pada pembangkit listrik. Penggunaan

energi terbarukan (EBT) meningkat dari

11% menjadi maksimal sebesar 22,5%

pada tahun 2025. Jumlah ini terus

meningkat dimana dalam Keputusan

Menteri ESDM Nomor 39

K/20/MEM/2019 penggunaan EBT dalam

pembangkit listrik meningkat menjadi

23% keatas pada tahun 2025-2028.

EBT menjadi menarik disini.

Ditengah keadaan Indonesia yang telah

meratifikasi Paris Agreement yang

mewajibkan pengurangan emisi gas

rumah kaca, energi terbarukan dapat

menjadi suatu penyelesaian. Seperti yang

kita tahu sebagian besar sumber daya

yang digunakan untuk membangkitkan

energi listrik menggunakan batu bara

sehingga emisi CO2 yang dihasilkan untuk

kepentingan ini juga semakin besar.

Energi terbarukan (EBT), berdasarkan

pada UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang

Energi, mempunyai arti energi yang

berasal dari sumber daya energi

berkelanjutan seperti panas bumi, angin,

Sumber : https://wow.tribunnews.com/2018/07/02/presiden-jokowi-bakal-

resmikan-pembangkit-listrik-tenaga-angin-di-sulawesi-selatan

Page 10: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

bioenergi, sinar matahari, terjunan air, dan

lain-lain.9 Melihat definisi tersebut, dapat

dilihat bahwa EBT merupakan salah satu

bentuk energi yang ramah lingkungan

dengan melihat dari sumber-sumber

energi yang tidak atau minim

mengeluarkan gas emisi dalam prosesnya.

Sehingga apabila EBT ini dimanfaatkan

dengan baik dan maksimal maka dapat

mengurangi penggunaan batu bara. Hal ini

akan berimplikasi pada pengurangan

jumlah CO2 yang diproduksi dan

berkurangnya tambang batu bara yang

merusak lingkungan dalam prosesnya.

RUU EBT sebagai awal kedaulatan

energi di bidang EBT

Sebagaimana yang sudah

dijelaskan diatas terkait sumber energi

yang digunakan di Indonesia sebagian

besar masih tergantung oleh Minyak dan

batu bara. Maka dari itu kita perlu solusi

konkret yang dapat setidaknya

mengurangi ketergantungan kita pada

minyak dan batu bara dalam hal sumber

energi.

Indonesia tercatat telah

memanfaatkan energi baru dan

terbarukan sebagai sumber energi, tetapi

jumlahnya masih tidak signifikan yakni

hanya 0.2% saja untuk saat ini.10 Padahal

Indonesia memiliki banyak sekali sumber

9 Lampiran Keputusan Menteri ESDM Nomor 39 K/20/MEM/2019 halaman III-10 10 Imam Kholiq, “Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung Substitusi BBM”, Jurnal IPTEK, Vol 19 No.2, Desember 2015, hlm. 76.

energi baru dan terbarukan yang potensial

untuk dikembangkan.

Yang pertama adalah air, dengan

keadaan alamnya yang cukup asri

Indonesia sangatlah bisa memanfaatkan

air sebagai sumber energi bagi

masyarakatnya. Besar potensi energi air di

Indonesia saja adalah 74.976 MW dan

yang baru termanfaatkan baru sekitar

3.105 MW.11 Oleh karena itu dengan

potensi yang sebesar itu tentunya harus

dimanfaatkan guna mengurangi

ketergantungan terhadap minyak dan

batu bara yang jumlahmya semakin

menipis.

Yang kedua adalah panas bumi, ini

sebagai akibat dari membentang luasnya

jalur gunung berapi yang ada di Indonesia

dengan panjang 7500km dan lebar 50-

200km, berdasarkan penelitian potensi

energi panas bumi di Indonesia mencapai

19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa

8.100 MW, Sumatera 4.885 MW sisanya

tersebar di Sulawesi dan di kepulauan

lainnya.12 Masih banyak sekali energi baru

yang dapat dikembangkan di Indonesia

seperti biodiesel, surya, alkohol dll.

Dengan potensi yang sedemikian besar

tadi, energi baru dan terbarukan ini bisa

sangat dikembangkan dari sisi pendanaan,

regulasi, dll.

11 Abubakar Lubis, “Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan”, J.Tek.Ling, Vol.8 No.2 Jakarta, Mei 2007, hlm. 158. 12 Ibid., hlm. 161.

Page 11: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

Akan tetapi sebelum kita berjalan

terlalu jauh tentang pengembangannya,

terlebih dahulu kita harus mengetahui

sebenarnya apa itu energi baru dan energi

terbarukan itu sendiri? Jika kita melihat

pada RUU tentang energi baru dan

terbarukan, definisi dari energi baru ialah

semua jenis energi yang berasal dari atau

dihasilkan dari teknologi baru

pemgolahan sumber energi

tidak terbarukan dan sumber

energi terbarukan. Artinya

energi baru ini bisa berasal dari

temuan setelah adanya

penemuan energi dari

eksploitasi tambang dan bisa

juga berasal dari energi

terbarukan itu sendiri. Dalam

RUU Energi baru dan

terbarukan ini disebutkan

contoh sumber energi baru

adalah seperti nuklir, hidrogen,

gas metana dll. Sementara

energi terbarukan menurut

RUU definisinya adalah energi yang

berasal atau dihasilkan sumber energi

terbarukan itu sendiri. Contoh dari

sumber energi terbarukan adalah panas

bumi, angin, bioenergi dll.

Dalam hal pengembangan dari sisi

regulasi sebenarnya pemerintah dan

legislatif sudah cukup bagus untuk

menginisiasi adanya RUU EBT ini. Seperti

dalam perumusan UU ini, pemerintah

cukup serius mempertimbangkan EBT ini

nantinya akan dijadikan tulang punggung

energi dan pembangunan di Indonesia. Ini

terlihat dalam pasal 3 huruf b RUU EBT ini

yang berbunyi "Menjadikan energi baru

dan terbarukan sebagai modal

pembangunan berkelanjutan yang

mendukung perekonomian nasional dan

memperkuat serta mengembangkan posisi

industri dan perdagangan Indonesia.”

Dalam pasal ini terlihat bahwa EBT ini

nantinya bukan hanya dijadikan sumber

energi cadangan bagi masyarakat saja

tetapi juga nantinya dikembangkan lagi

sedemikian rupa untuk menambah

pemasukan negara guna membiayai

pembangunan. Selain itu EBT ini nantinya

juga digunakan untuk menciptakan

lapangan kerja baru bagi masyarakat

seperti yang tertera pada pasal 3 huruf h.

Terkait dengan penguasaannya,

pemerintah juga sepertinya menaruh

perhatian khusus pada EBT ini. Dalam

pasal 4 RUU EBT ini dikatakan bahwa EBT

ini sebagai kekayaan alam nasional dan

sepenuhnya dikuasai oleh negara.

Dikarenakan energi baru ini sumbernya

Sumber : https://www.batamnews.co.id/berita-4325-malaysia-bangun-

pembangit-listrik-tenaga-surya-berkekuatan-9000-mw.html

Page 12: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

bisa berasal dari sumber energi baru

ataupun energi tidak terbarukan berarti

merujuk pasal a quo juga energi baru dan

terbarukan ini sama hakikatnya dengan

bumi yakni dikuasai negara sepenuhnya

dan negara memiliki kewenangan penuh

terkait penggunaannya dengan

dimilikinya hak menguasai negara.

Selain itu jika kita melihat lebih

dalam lagi. Dalam RUU EBT, Pemerintah

memudahkan dalam pengembangan dan

pengelolaan Energi terbarukan. Dalam hal

ini RUU EBT mengatur insentif-insentif

terhadap badan usaha yang bergerak di

bidang pengelolaan EBT. Insentif tersebut

sesuai dengan Pasal 34 ayat (2) RUU EBT

adalah :

a. kemudahan dalam memproduksi dan

sertifikasi bahan bakar cair lokal

berbasis biomassa dan biofuel;

b. pembebasan atau pengurangan bea

masuk;

c. pembebasan atau pengurangan pajak

pertambahan nilai selama dalam hal

menggunakan teknologi dan jasa dalam

negeri;

d. pembebasan atau pengurangan pajak

penghasilan Badan Usaha untuk jangka

waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;

dan/atau

e. jenis insentif lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Insentif ini dapat membuat Badan Usaha

yang bergerak dalam bidang pengelolaan

EBT menjadi mudah dalam pengelolaan

usahanya. Selain itu hal ini dapat memacu

upaya pengelolaan EBT yang semakin

masif pula.

Pemanfaatan EBT dalam

penyediaan tenaga listrik juga diatur

dalam RUU EBT. Pada Pasal 22 ayat (1)

RUU tersebut disebutkan bahwa

pemerintah menugaskan perusahaan

listrik negara (PLN) untuk membeli tenaga

listrik dengan memanfaatkan EBT atau

Sumber Energi Baru. Kewajiban

pemerintah yang menugaskan PLN untuk

menggunakan EBT dapat menjadi solusi

dari pengunaan PLTU yang eksploitatif

dan merusak lingkungan.

Potensi EBT yang besar di

Indonesia dan dengan regulasi yang

mendukung pengembangan EBT di

Indonesia akan semakin mempermudah

untuk EBT menjadi berkembang, Oleh

karena itu seharusnya dengan

disahkannya RUU EBT akan

mengembangkan pengelolaan EBT.

Berkembangnya EBT terutama di bidang

penggunaan tenaga listrik akan

memperbesar presentase penggunaan

EBT dalam pembangkit tenaga listrik.

Dimana implikasinya pembangkit listrik

yang eksploitatif dan merusak lingkungan

seperti batu bara dan BBM dapat

berkurang presentase penggunaannya

dalam pembangkit tenaga listrik.

Kesimpulam

Dengan telah dibentuknya RUU

terkait energi baru dan terbarukan ini

diharapkan dapat menjadi solusi dari sisi

regulasi dalam memudahkan penggunaan

energi terbarukan. RUU energi terbarukan

Page 13: Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi ...demajusticia.org/.../2019/...Rangka-Mengurangi-Permasalahan-Lingkungan.pdfdi Indonesia. Singkatnya film ini menimbulkan diskursus

Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam Rangka Mengurangi Permasalahan

Lingkungan

Kabinet Gelora Pembebasan

dapat memberi kepastian hukum terkait

kedaulatan Indonesia terhadap energi

baru dan terbarukan yang ada

didalamnya. RUU tersebut juga dapat

memberi kemudahan bagi perusahaan

dalam upaya mengembangkan energi

tersebut. Serta pada akhirnya diharapkan

dapat memperbesar presentase

penggunaan EBT dalam sumber daya

pembangkit listrik.

Semua hal tersebut dilakukan demi

menjaga lingkungan yang baik sesuai

dengan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.

Presentase EBT yang besar akan

mengurangi penggunaan Batu Bara dalam

pembangkit listrik. Dikarenakan batu bara

bersifat eksploitatif dalam

pengambilannya dari alam serta

pengolahannya yang menghasilkan CO2.

Diharapkan batu bara dapat digantikan

posisinya oleh EBT yang lebih ramah

lingkungan sehingga berimplikasi pada

lingkungan yang baik dan sehat.

Daftar Pustaka

Keputusan Menteri ESDM Nomor 1567 K/21/MEM/2018 Keputusan Menteri ESDM Nomor 39 K/20/MEM/2019

Kholiq, Imam, “Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan Untuk Mendukung Substitusi BBM”,

Jurnal IPTEK, Vol 19 No.2, Desember 2015.

Lubis, Abubakar, “Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan”, J.Tek.Ling, Vol.8 No.2 Jakarta, Mei

2007.

Oktorina, Sarita, “Kebijakan Reklamasi dan Revegetasi Lahan Berkas Tambang (Studi Kasus Tambang Batu

Bara Indonesia)”, Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.3 No.1 – Agustus 2017

Paris Agreement Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan Konsep 2 Agustus 2018

Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman, “Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara dan PLTN”,

Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol. 15, No. 1, Juni 2015, Hlm. 7. Robertson, D.S, “Health effects of increase in concentration of carbon dioxide in the atmosphere”, CURRENT

SCIENCE, VOL. 90, NO. 12, 25 JUNE 2006.

Safutra, Ilham, “Dalih Pemprov Kaltim Ketika Lobang Bekas Galian Tambang Makan Korban”,

https://www.jawapos.com/jpg-today/03/12/2018/dalih-pemprov-kaltim-ketika-lobang-bekas-galian-

tambang-makan-korban/, diakses 27 Mei 2019.

Syahni, Della, “Sexy Killer, Ketika Industri Batubara Hancurkan Lingkungan dan Ruang Hidup Warga”,

https://www.mongabay.co.id/2019/04/16/sexy-killer-ketika-industri-batubara-hancurkan-lingkungan-

dan-ruang-hidup-warga/, diakses 27 Mei 2019.

Working Group I contribution to the Fourth Assessment Reportof the Intergovernmental Panel on Climate Change, “Climate Change 2007 The Physical Science Basis : Frequently Asked Questions and Selected Technical Summary Boxes”, 2007, Friesens, Canada.