strategi kepolisian dalam mengurangi …
TRANSCRIPT
STRATEGI KEPOLISIAN DALAM MENGURANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KABUPATEN GOWA
MIRNAWATI
Nomor Stambuk: 105610523615
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
STRATEGI KEPOLISIAN DALAM MENGURANGI PELANGGARAN
LALU LINTAS DI KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Diusulkan dan Diajukan Oleh
Mirnawati
Nomor Stambuk : 105610523615
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
MIRNAWATI 2019. Strategi Kepolisian Dalam Mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas Di Kabupaten Gowa (Di Bimbing Oleh Mappamiring dan Muhammad Tahir).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi preventif dan strategi represif yang dilakukan kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas serta faktor penghambat dan faktor pendukung dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menjelaskan dan menggambarkan peristiwa yang benar-benar terjadi dilapangan selama penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini informan terdapat sebanyak 8 orang yang terdiri dari 5 anggota Kepolisian Satlantas Polres Gowa dan 3 anggota masyarakat. Pengambilan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh Kepolisian Polres Gowa yang terdiri dari dua macam yaitu: 1. (a) Strategi preventif yaitu Sosialisasi, kepada kalangan pelajar yang disertai dengan pelatihan (sapaty riding) dan sosialisasi kepada masayarakat yang disertai dengan pembagian brosur. (b) Srategi represif yaitu melakukan kegiatan operasi dengan menindaki pelanggar berupa tilang serta penyitaan. 2. faktor penghambat dan pendukung Kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas. (a) faktor penghambat yaitu: pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat masih kurang serta kurangnya personel kepolisian Satlantas. (b) faktor pendukung yaitu: adanya kerjasama Pihak Kepolisian , dan buku tilang yang dimiliki setiap kopolisian untuk dapat menindaki pelanggar.
Kata Kunci: Strategi Kepolisian, Preventif dan Represif
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul Strategi Kepolisian Dalam Mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kabupaten Gowa dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Mappamiring, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.Si selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat berharga yang diberikan pembimbing kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.Pa selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak dan Ibu Dosen dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univeristas Muhammadiyah Makassar yang memberikan konstribusi
pemikirannya terhadap perkembangan pemikiran penulis.
5. Teristimewa buat kedua Orang Tua saya Ayahanda Mustafa dan Ibunda
Salmawati, dimana karena berkat do’a, kasih sayang dan dukungan semangatnya
yang selama ini banyak berkorban ikhlas lahir dan batin dalam mendidik,
membina, merawat, membesarkan dan mendampingi sehingga peneliti
mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik.
viii
6. Pratu Muh. Alfi Sahar yang selalu memberikan motivasi, bantuan dan semangat
untuk mengalihkan rasa lelah dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Pihak Kepolisian satuan lalu lintas (Satlantas) Polres Gowa yang telah
memberikan izin meneliti dan membantu dalam pengumpulan data untuk
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman mahasiswa jurusan ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya kelas A
angkatan 2015 atas segala bantuan dan kebersamaanya selama menjalani
perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Demi Kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan, dan semoga Allah SWT. Memberikan pahala yang melimpah atas segala kebaikan kita semua, Aamiin ya Rabbalamin.
Makassar, 26 Agustus 2019
Mirnawati
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Halaman Judul ......................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .............................................................................................. iii
Halaman Penerimaan Tim ...................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................... v
Abstrak ................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
A. Konsep Strategi....................................................................................... 5
B. Konsep Kepolisian ................................................................................ 14
C. Konsep Pelanggaran Lalu Lintas .......................................................... 15
x
D. Strategi Kepolisian ............................................................................... 17
E. Kerangka Pikir ...................................................................................... 19
F. Fokus Penelitian ................................................................................... 20
G. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 23
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 23
B. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 23
C. Sumber Data ......................................................................................... 24
D. Informan Penelitian .............................................................................. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 26
G. Pengabsahan Data ................................................................................. 27
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 29
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 29
B. Strategi Kepolisian dalam mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas ...... 47
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ........................................ 64
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73
A. Kesimpulan......................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................................... 25
Tabel 4.2 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin ..................... 31
Tabel 4.3 Data pelanggaran lalu lintas roda empat ............................................... 42
Tabel 4.4 Data pelanggaran lalu lintas roda dua ................................................... 43
Tabel 4.5 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan usia ...................................... 44
Tabel 4.6 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan profesi ................................. 44
Tabel 4.7 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan pendidikan ........................... 45
Tabel 4.8 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis kelamin ....................... 45
Tabel 4.9 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan.................... 46
Tabel 4.10 Data sosialisasi kepada pelajar ........................................................... 49
Tabel 4.11 Data sosialisasi kepada masyarakat .................................................... 54
Tabel 4.11 Jumlah Personel Kepolisian ............................................................... 68
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang terus terjadi di kota besar salah satunya adalah
perkembangan lalu lintas. Perkembangan lalu lintas dapat memberi pengaruh, baik
bersifat positif maupun bersifat negatif bagi kehidupan masyarakat yang setiap tahun
jumlah kendaraan terus meningkat dan tidak disertai penambahan akses jalan raya
yang memadai untuk menampung banyaknya kendaraan. Bagi individu dan
masyarakat zaman sekarang, transportasi seakan bagian dari kehidupan untuk dapat
memudahkan aktivitas sehari-hari ke berbagai tempat yang akan dituju.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 lalu lintas
didefinisikan sebagai gerakan kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan, adalah
prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan atau barang
yang berupa jalan dengan fasilitas pendukungnya.
Namun kenyataannya masih banyak masyarakat sebagai pengguna jalan yang
tidak mematuhi dan mengabaikan keselamatan dan kenyamanan saat dijalan raya
serta tidak menyadari bahwa kecelakaan bemula dari pelanggaran lalu lintas. Oleh
karena itu pihak pemerintah maupun pihak kepolisian memiliki peran penting dalam
mengatasi masalah tersebut agar dapat mengurangi pelanggaran lalu lintas yang
terjadi dengan melakukan penegakan hukum yang kuat.
Proses penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian tentu saja
tidak hanya menindak lanjuti pelanggar lalu lintas melalui teguran, akan tetapi juga
2
melalui penilangan dengan beberapa prosesedur. Pelanggaran lalu lintas atau yang
lebih dikenal dengan istilah tilang, sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat
Kabupaten Gowa yang sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat, sehingga
setiap kali dilakukan operasi tertib berlalu lintas dijalan raya yang dilakukan oleh
pihak kepolisian yang tentunya banyak terjaring kasus pelanggaran lalu lintas.
Pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa terus terjadi, dilihat dari
banyaknya pengguna kendaraan baik itu kendaraan motor, mobil, angkutan umum
dan truk yang terlihat berhenti dipinggir jalan pada saat Pihak Kepolisian menggelar
kegiatan obrasi zebra. Pelanggaran ini, rata-rata masyarakat tidak memiliki
kelengkapan surat-surat kendaraan yakni Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK).
Pelanggaran lalu lintas terjadi disebabkan karena kurangnya tingkat
pendidikan dan pengetahuan masyarakat dalam berkendara mengenai peraturan dan
rambu-rambu lalu lintas jalan serta kurangnya kesadaran hukum warga masyarakat
masih sangat rendah. Lebih lanjut lagi bahwa akar dari permasalahan dibidang lalu
lintas disebabkan oleh masyarakat yang kurang peduli terciptanya ketertiban
berlalulintas yang secara sadar kurang melakukan pengawasan terhadap setiap
kendaraan yang menyalahi aturan dan tidak mempunyai dokumen-dokumen yang
lengkap sehingga layak untuk mengemudi dijalan raya. Sehingga anak kecil atau
dibawah umur 17 tahun sudah diperbolehkan memakai kendaraan yang semestinya
umurnya belum mencukupi sesuai dengan standar kelayakan berkendara dijalan raya.
Hal tersebut di karenakan kurangnya sosialisasi pihak pemerintah maupun pihak
kepolisian kepada masyarakat Kabupaten Gowa yang dapat menjadi himbauan agar
3
masyarakat lebih mengetahui bagaimana tata cara berbelalu lintas dengan benar demi
keselamtan jiwa baik diri sendiri maupun orang lain.
Lalu lintas memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga
penyelenggraannya dikuasai oleh negara pembinaannya dilakukan oleh pemerintah
dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas yang tertib, aman, lancar dan teratur.
Pembinaan tersebut dimulai dari perubahan kesadaran masyarakat itu sendiri
termasuk institusi kepolisian, dimana di dalam UU No.2 Tahun 2002 Pasal 14 ayat
(1b) dinyatakan bahwa “Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertugas menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan”. Dalam hal ini peran
kepolisian sangat penting untuk menjalankan fungsinya dengan baik dan benar
dalam pembinaan lalu lintas untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran dalam berlalu lintas dan diperlukan penetapan suatu aturan yang
berlaku secara umum. Untuk itu diperlukan Strategi kepolisian untuk mencapai
tujuan yang menjadi tugas pokok kepolisian.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik utuk melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Kepolisian Dalam Mengurangi Pelanggaran Lalu
Lintas Di Kabupaten Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka dalam studi
penelitian ini, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa?
4
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka studi penelitian ini
diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk strategi kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu
lintas di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa.
D. Kegunaan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka mamfaat studi
penelitian ini diarahkan untuk mencapai sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
memberikan manfaat bagi ilmuan yang mengkaji masalah tentang strategi
kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi yang
dapat berguna sebagai bahan pertimbangan, masukan dan rumusan pemikiran
bagi kepolisian Kabupaten Gowa dalam mengatasi masalah-masalah pelanggaran
lalu lintas di Kabupaten Gowa.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi Strategi secara ekspilisit, yaitu upaya untuk mengetahui sumber daya
alam maupun sumber saya manusia yang dimiliki dengan mencari tahu apa yang
dibutuhkan masayarakat di lingkungan kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan
keunggulan dalam bersaing sehingga dapat memberikan perbedaan perusahaan dari
perusahaan lainnya dan sebagai ciri khas dari perusahaan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sebagi konsumen yang menjadi tujuan perusahaan. Strategi
tentu saja berubah seiring waktu sesuai dengan kondisi lingkungan, namun agar tetap
kompotitif, perusahaan membuat strategi yang berfokus kepada kompotensi dasar,
mengembangkan sinergi dan menciptakan nilai bagi pelanggan. (Richard 2010: 249)
Menurut Tedjo Tripomo (2005:17): “Strategi adalah kerangka atau rencana
yang mengintegrasikan tujuan-tujuan (goals) kebijakan-kebijakan (policies), dan
tindakan-tindakan atau program (programs) organisasi”.
Menurut Sondang P Siagian (2014), menyatakan bahwa pengertian strategi
adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Sumber lainnya mengatakan bahwa strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan eksekusi
sebuah aktivitas dalam kurung waktu tertentu. Menurut Rangkuti, strategi adalah alat
6
untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat
secara objektif kondisi-kondisi internal sehingga dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan eksternal. Menurut Freddy Rangkuti (2009:3)
Menurut Crown Dirgantoro (2001:5) menyatakan definisi strategi sebagai
berikut:“Strategi adalah hal yang menetapkan arah kepada manajemen dalam arti
orang tentang sumber daya dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentiikasikan
kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan
persaingan dalam pasar.
Strategi sebagai sebuah rencana atau semacam arah rangkaian tindakan
tertentu di dalam suatu organisasi merupakan pedoman atau kelompok pedoman
untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai sebuah rencana strategi memiliki dua
karakteristik esensial, yaitu disusun sebelum rangkaian tidakan tertentu dilaksanakan
dan dikembangkan secara sadar dengan tujuan tertentu. Seringkali strategi
dinyatakan secara ekspilisit, dalam dokumen-dokumen yang dikenal sebagai
rencana-rencana , tetapi ada kalanya strategi tidak dinyatakan secara formal, meski
hal itu jelas tercantum dalam benak orang-orang yang berkepentingan. Definisi ini
mentitik beratkan strategi sebagai sebuah renacana, metode atau suatu seri manuver
atau strategisme yang dilaksanakan untuk mencapai hasil atau tujuan yang telah
direncanakan oleh organisasi sebelumnya. Menurut J.Winardi (2003:112)
Dari berbagai pengertian dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah tindakan sebagai wujud pencapaian tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya melalui beberapa cara atau langkah-langkah yang dilakukan secara
rasional untuk mencapai tujuan.
7
2. Tujuan Strategi
Tujuan strategi berbicara tentang apa yang hendak dilakukan di masa yang
akan datang dengan jangka waktu sekitar 3 sampai 5 tahun untuk dapat mencapai
kunci dari perubahan masa depan. Untuk mencapai tujuan strategi diperlukan arah
yang jelas untuk lebih mudah bertindak dan mengambil keputusan. Tujuan strategi
adalah susuatu yang sudah direncanakan sebelumnya untuk melakukan tindakan dari
semua unit kerja sebagai kegiatan yang menyeluruh dan menyatu dalam suatu
organisasi. (Koten 1991).
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi
memerlukan strategi yang mantap dan jelas. Tujuan strategi merupakan kunci untuk
menciptakan perubahan yang mengarahkan pada sesuatu yang lebih baik dari kondisi
sebelumnya. Apabila tujuan strategi berjalan dengan baik maka itu sudah menjadi
bentuk kekuatan dan peluang bagi organisasi.
3. Perumusan Strategi
Perumusan strategi mencakup perencanaan dan pengambilan keputusan
untuk mencapai tujuan perusahaan serta membuat rencana stategis spesifik.
Perumusan strategi (strategy formulation) dapat mencakup evaluasi masalah-
masalah dilingkungan internal maupun ekternal dan integritas hasil evaluasi tersebut
kedalam tujuan dan strategi. Proses ini berkebalikan dengan pelaksanaan strategi
(strategy execution) yaitu menggunakan sarana manajerial dan organisasional untuk
mengarahkan berbagai sumber daya agar dapat mencapai tujuan strategis. Para
manajerial dapat menggunakan persuasi, peralatan baru, perubahan struktur,
8
perusahaan atau perubahan sistem imbalan untuk memastikan para pegawai dan
sumber daya digunakan untuk mewujudkan strategi. (Richard L. Daft 2010: 253)
Sedangkan menurut Sondang P Siagian (2014: 35-36) Kesuluruhan upaya
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi memerlukan strategi yang mantap
dan jelas. Dilingkungan dunia bisnis, strategi pada umumnya didefinisikan sebagai
“pernyataan sadar oleh manajemen tentang bidang bisnis apa saja ditekuni oleh
organisasi sekarang dan dalam kegiatan bisnis apa organisasi akan bergerak dimasa
yang akan datang”.
Salah satu instrumen ilmiah yang umum digunakan dalam menentukan dan
menetapkan strategi organisasi yaitu analisis SWOT. Seperti dimaklumi, SWOT
merupakan akronim dari kata-kata Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan),
Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Instrumen ini ternyata ampuh
dalam mempelajari dan menentukan strategi yang tepat. Artinya, agar suatu
organisasi meraih keberhasilan, manajemen mutlak perlu mengenali faktor-faktor
kekuatan organisasi, kelemahannya, peluang yang mungkin atau diperkirakan akan
timbul, dan berbagai ancaman yang harus dihadapi. Para pakar biasanya menekankan
bahwa agar analisis SWOT benar-benar bermanfaat sebagai alat bantu dalam
perumusan dan penentuan strategi organisasi, faktor-faktor kekuatan dan peluang
digabungkan untuk memperoleh manfaat yang maksimal dan kelemahan serta
ancaman juga digabungkan untuk meredam atau meminimalisasi dampak negatifnya.
Agar analisi SWOT benar-benar ampuh sebagai instrumen pembantu dalam
pengambilan keputusan tentang strategi organisasi, diperlukan berbagai informasi
baik yang bersumber dari dalam organisasi sendiri maupun yang digali dari luar
9
organisasi yang bersangkutan. Pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor yang
berupa kekuatan dan kelemahan organisasi, misalnya memerlukan informasi internal
antara lain tentang filsafat organisasi, kemampuannya memiliki dan menguasai
berbagai sarana dan prasarana dan dana, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sumber daya manusia serta budaya organisasi. Organisasi tentang peluang yang
mungkin timbul dan harus dimanfaatkan juga sangat penting antara lain menyangkut
potensi pasar dimana produk organisasi dijual, dibidang bisnis baru, peluncuran
produk baru, dan lain sebagainya. Demikian juga halnya dengan ancaman yang harus
dihadapi, misalnya perubahan kebijaksanaan pemerintah, kemungkinan
terganggunya stabilitasi dan keamanan sosial, bentuk persaingan ketat karena
beberapa perusahaan memproduksi, memasarkan, dan menjual produk serupa atau
produk subsitusi yang oleh para konsumen dipandang mempunyai nilai yang relatif
sama, ancaman pengambilalihan perusahaan oleh pengusaha kuat, misalnya karena
niatnya menduduki posisi yang monopolistik dan oligopolistikdan lain sebagainya.
Penjelasan mengenai empat komponen analisis SWOT menurut David (2005)
yaitu sebagai berikut:
a. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari
suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu dilakukan didalam
nalisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan dibandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika
kekuatan perusahaan tersebut unggul didalam teknologinya, maka keunggulan itu
10
dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
b. Weaknesses (W)
Yaitu analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan
dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini merupakan cara menganalisis
kelemahan didalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala
yang serius dan kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.
c. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi dan kondisi yang merupakan peluang diluar suatu
organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi
dimasa depan. Cara ini adalah untuk perusahaan ataupun organisasi bisa
berkembang dimasa depan atau masa yang akan datang.
d. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus
dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai
macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan dan
organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman
tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik
dimasa sekarang maupun yang akan datang.
Menurut Bambang (2005) terdapat empat unsur dalam perumusan strategi
sebagai berikut yaitu:
a. Mengidentifikasi atau memahami lingkungan sekitar perusahaan di masa depan
dan menentukan visi misi perusahaan guna tercapainya tujuan bersama.
11
b. Melakukan analisis internal dan eksternal perusahaan untuk mengukur kelebihan
dan kekurangan serta peluang dan ancaman dimasa yang akan datang yang
menghambat tercapainya misi.
c. Merumuskan dan merencanakan faktor-faktor ukuran keberhasilan key success
factors dari strategi yang sudah di buat pada tahap analisis.
d. Menentukan ukuran tujuan target, mengevaluasi dan memeriksa strategi dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki.
4. Tipe-tipe Strategi
Setiap organisasi pasti memiliki strategi untuk mencapai tujuan yang telah
dicapai. Tipe strategi yang digunakan dalam suatu organisasi tidaklah sama, ada
beberapa yang digunakan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Kooten dalam Salusu (2006: 104-105), tipe-tipe strategi
meliputi:
a. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-
inisiatif strategi yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu mengenai
apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi ini telah memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari
suatu program tertentu. Kira-kira apa dampaknya apabila sesuatu program
tertentu dilacarkan atau diperkenalkan apa dampaknya bagi organisasi.
12
c. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya)
Srategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-
sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas, kinerja
organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan
sebagainya.
d. Institusional Strategy (Startegi Kelembagaan)
Fokus dari strategi kelembagaan ini ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif Strategi.
Berkaitan dengan penelitian ini, tipe stateginya adalah corporate Strategy
(Strategi Organisasi). Hal ini demikian dikarenakan strategi organisasi melakukan
perencanaan terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan yaitu dengan merumuskan
misi, tujuan yang akan dicapai, menyusun stategi yang baru. Oleh sebab itu strategi
mencakup bagaimana organisasi menentukan tindakan apa yang akan dilakukan dan
untuk siapa sehingga tidakan yang dilakukan jelas serta tepat sasaran.
5. Dimensi-dimensi Strategi
Menurut J.Winardi (2003:113-114), berbagai dimensi yang terdapat dalam
strategi pada suatuorganisasi adalah sebagai berikut:
a. Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang paling penting dan yang perlu dicapai.
Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran menyatakan apa saja yang perlu dicapai,
kapan hasil-hasil harus dilaksanakan dari sasaran-sasaran nilai, menyatakan
kearah mana organisasi tersebut menuju, melalui berbagai macam sasaran
13
keorganisasian yang bersifat menyeluruh, yang menetapkan sifat organisasi, dan
menetapkan target bagi setiap kesatuan keorganisasiannya.
b. Kebijakan-kebijakan yang paling penting dan mengarahkan atau membatasi
kegiatan-kegiatan. Kebijakan-kebijakan (policies) merupakan peraturan-peraturan
atau prosedur-prosedur yang menggariskan batas-batas didalam mana kegiatan
akan dilaksanakan. Peraturan-peraturan demikian sering kali mencapai keputusan-
keputusan kontigen, guna menyelesaikan konflik antara sasaran-sasaran spesifik.
c. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program-program yang akan mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam batas-batas yang telah digariskan. Program-
program menspesifikasi langkah demi langkah tahapan-tahapan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran utama. Mereka menyatakan
bagaimana sasaran-sasaran akan tercapai di dalam batas-batas oleh kebijakan.
Mereka menyatakan bahwa sumber-sumber daya diarahkan kearah pencapaian
tujuan dan dengan apa kemajuan organisasi dapat diukur.
B. Konsep Kepolisian
Dalam pasal 59 Peraturan Susunan Organisasi dan tata kerja pada tingkat
Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor, disebutkan bahwa Satuan Lalu Lintas
(Satlantas) merupakan unsur pelaksanaan tugas pokok yang berada dibawah kepala
Kepolisian Resort (Kapolres). Satlantas dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas
(Kasatlantas) yang bertanggungjawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dibawah kendali Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres).
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang
Lalu lintas dan jalan raya (pasal 7 ayat e), bahwa urusan pemerintahan dibidang
14
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum,
operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pendidikan berlalu lintas,
diselenggarakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tugas kepolisian dibidang lalu lintas tersebut meliputi:
a. Pengujian dan penerbitan surat izin pengemudi (SIM) kendaraan bermotor.
b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor (BPKB, STNK,
TNBK).
c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas dan
angkutan jalan.
d. Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan
angkutan jalan.
e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli lalu lintas.
f. Penegakan hukum yang meliputi penindakan dan penanganan kecelakaan lalu
lintas.
g. Pendidikan berlalu lintas.
h. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
i. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.
Dengan adanya Undang-undang no 22 tahun 2009, dengan melaksanakan
tugas Polri tersebut dalam hal penegakan hukum di jalan raya adalah dengan
melakukan pemeriksaan kendaraan dijalan raya dan penindakan pelanggaran lalu
lintas dan angkutan jalan untuk terciptanya kepatuhan dan budaya keamanan dan
keselamatan berlalu lintas.
Sebagai aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas kepolisian dituntut
mempunyai sikap profesionalisme yang merupakan vara berfikir dalam bertindak
15
dan berperilaku dan diharapkan anggota Kepolisian dapat melaksanakan fungsi dan
perannya sehingga masyarakat sehingga mewujudkan kemanan dan ketertiban
masyarakat.
C. Konsep Pelanggaran Lalu Lintas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pelanggaran adalah
perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan.
Sedangkan lalu lintas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai
gerak bolak balik atau hilir mudik dijalan dari suatu tempat ketempat lainnya.
Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan yang bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas. Pelanggaran
yang dimaksud tersebut adalah sebagaimana diatur dalam pasal 105 Undang-undang
no 22 tahun 2009 yang berbunyi “setiap arang yang mengunggunakan jalan, wajib:
a. Berperilaku tertib
b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang dapat menimbulkan
kerusakan jalan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran lalu
lintas adalah perilaku yang tidak mentaati atau mematuhi peraturan yang berlaku
sehingga tidak layak mengemudi dijalan raya. Oleh karena itu perlunya disiplin
dalam berlalu lintas bagi masyarakat, guna menghindari diri dari pelanggaran yang
dapat berakibat fatal menyebabkan kecelakan lalu lintas jalan.
Berikut ini klarifikasi yang diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009
tentang lalu lintas dengan angkutan jalan sebagai berikut:
16
a. Klasifikasi pelanggaran ringan
1. Pasal 288 ayat (2) jo pasal 106 ayat (5) huruf b: Pengemudi yang tidak dapat
menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang tidak sah akan denda paling banyak
Rp 250.000,00
2. Pasal 288 ayat (1) jo pasal 106 ayat (5) huruf a: Kendaraan bermotor tidak
dilengkapi dengan STNK atau STCK yang ditetapkan oleh Polri akan denda
paling banyak Rp 500.000,00
3. Pasal 280 jo pasal 68 ayat (1): Kendaraan bermotor tdak dipasangi Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Polri akan denda paling
banyak Rp 500.000,00
4. Pasal 290 jo pasal 106 ayat (7): Mengemudi kendaraan tidak menggunakan
sabuk keselamatan dan tidak menggunakan helm akan denda paling banyak Rp
250.000,00
5. Pasal 287 ayat (1) pasal 106 ayat (4) huruf a dan b: Melanggar aturan perintah
atau larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka sebagai
mana yang dimaksud dalam akan denda paling banyak Rp 500.000,00
6. Pasal 276 jo pasal 57 ayat (3): Ranmor tidak dilengkapi dengan ban cadangan,
dongkrak, dan pembuka roda akan denda paling banyak Rp 250.000,00
7. Pasal 285 ayat (7) jo pasal 106 ayat (3) jo pasal 48 ayat (2): Ranmor tidak
memenuhi persyaratan teknis meliputi , kaca spion, klakson, lampu utama,
lampu mundur, lampu rem, alat ukur kecepatan dan penghapus kaca akan
denda paling banyak Rp 500.000,00
b. Klasifikasi pelanggaran sedang
17
1. Pasal 283 jo pasal 106 ayat (1):Melakukan kegiatan lain saat mengemudi serta
dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi
dalam mengemudi dijalan akan denda paling banyak Rp 750.000,00
2. Pasal 281 jo pasal 77 ayat (1): Mengemudi kendaraan bermotor di jalan, tidak
memiliki Surat Izin Mengemudi akan denda paling banyak Rp 1.000.000,00
c. Klasifikasi pelanggaran berat
Jenis pelanggaran ini memiliki sanksi paling besar dan berat diantaran
pelanggaran lainnya yaitu pada Pasal 297 jo pasal 115 ayat (1): berbalapan
dengan kendaraan lain di jalan akan denda paling banyak Rp.3000.000,00.
D. Strategi Kepolisian Dalam Mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas
Untuk menanggulangi masalah pelanggaran lalu lintas diperlukan kerjasama
dari semua pihak baik itu dari pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang
bersikap disiplin dalam menetapkan sanksi yang ada maupun masyarakat sebagai
pengguna jalan.
Pemerintah dan aparat penegak hukum seperti istansi yang terkait telah
banyak mengeluarkan peraturan-peraturan, kebijaksanaan, serta pedoman usaha
mengurangi pelanggaran lalu lintas. Hal ini diwujudkan melalui tindakan-tindakan
yang nyata, seperti adanya patroli lalu lintas, pedoman-pedoman pembinaan generasi
muda dan lain-lain. Semua ini dilakukan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas.
(Soedjono, 1976:4)
Sedangkan menurut Alam dan Amir Ilyas (2010: 79-80) strategi untuk
mengurangi pelanggaran lalu lintas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan
starategi pre-emtif, preventif (pencegahan) dan refresif (penindakan).
18
a. Strategi Pre-Emtif
Strategi Pre-Emtif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Strategi yang dilakukan
dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas secara pre-emtif adalah menanamkan
nilai-nilai atau norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut
terinternalisasikan dalam diri seseorang. Meskipun ada kesepakatan untuk
melakukan pelanggaran tetapi tidak ada niat untuk melakukan hal tersebut, maka
tidak akan terjadi pelanggaran. Jadi dalam strategi ini faktor niat menjadi hilang
meskipun ada kesempatan.
b. Strategi Preventif (Pencegahan)
Strategi preventif merupakan tindakan lanjut dari upaya pre-emtif masih
ada tataran pencegahan sebelum terjadi pelanggaran. Dalam strategi ini yang
ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan berupa
pelanggaran. Dengan kata lain, strategi preventif dimaksudkan sebagai usaha
untuk mengadakan perubahan-perubahan yang bersifat positif terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan-gangguan didalam masyarakat, sehingga
tercipta stabilitas hukum.
Tindakan ini merupakan strategi yang lebih baik dari strategi setelah
terjadi suatu tindak pidana. Mencegah tindak pidana atau pelanggaran yaitu
dengan cara memberikan pendidikan dengan memberikan sosialisasi untuk
mengurangi pelanggaran. Sosialisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai,
peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan
partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. (Robert M.Z Lawang)
19
c. Strategi Represif (Penindakan)
Strategi represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau pelanggaran
diberikan penindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman
berupa tilang dan denda serta melakukan penyitaan.
F. Kerangka Pikir
Strategi adalah tindakan sebagai wujud pencapaian tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya melalui beberapa cara atau langkah-langkah yang
dilakukan secara rasional dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, mengidentifikasi
faktor pendukung, efesien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai
tujuan secara efektif.
Sehubungan dengan pelanggaran lalu lintas yang terus terjadi di Kabupaten
Gowa tentunya memerlukan strategi yang handal, dan bagaimana strategi tersebut
dilaksanakan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Alam dan Amir Ilyas (2010:
79-80), strategi untuk mengurangi pelanggran lalu lintas dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu dengan starategi pre-emtif, preventif (pencegahan) dan represif
(penindakan). Dan yang menjadi indikator fokus penelitian ini adalah starategi
preventif (pencegahan) dan represif (penindakan). Untuk mengetahui secara
mendalam bagaimana strategi Kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas
di Kabupaten Gowa dengan menggambarkan bagan kerangka pikir berikut ini:
20
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
G. Fokus Penelitian
Untuk mecocokkan pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini,
maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian
terhadap penulisan karya ilmiah ini. Fokus penelitian merupakan penjelasan dari
kerangka fikir. Adapun variabel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Strategi
Preventif
(Pencegahan)
2. Strategi
Represif
((Penindakan)
Mengurangi Pelanggaran
Lalu lintas
Strategi Kepolisian Dalam Mengurangi
Pelanggaran Lalulintas di Kabupaten Gowa
Faktor Penghambat
1. Pengetahuan
dan tingkat
kesadaran
masyarakat
masih kurang
2. Kurangnya
personil
Kepolisian
Faktor Pendukung
1. Kerja sama
Pihak
Kepolisian
2. Buku Tilang
21
1. Strategi kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten
Gowa.
2. Faktor yang menghambat dan mendukung Strategi kepolisian dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa.
G. Deskripsi fokus penelitian
1. Strategi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan
(goals) kebijakan-kebijakan (policies), dan tindakan-tindakan atau program
(programs) organisasi.
2. Strategi Preventif (Pencegahan)
Strategi Preventif dimaksud sebagai usaha untuk mengadakan perubahan-
perubahan yang bersifat positif yaitu dengan cara memberikan sosialisasi tentang
mematuhi peraturan-peraturan lalu lintas kepada kalangan pelajar mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi yang disertai dengan
pelatihan (sapaty riding) dan sosialisasi kepada masyarakat yang disertai dengan
pembagian brosur dan stikker yang berisi himbauan untuk mematuhi atauran lalu
lintas.
3. Strategi Represif (Penindakan)
Strategi Represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau pelanggaran
diberikan penindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman
yaitu dengan melakukan penilangan dengan menjatuhkan denda serta melakukan
penyitaan kendaraan dalam kegiatan operasi yang dilakukan kepolisian sebagai
efek jerah kepada para pelanggar.
4. Faktor penghambat adalah faktor yang menghambat strategi kepolisian dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas yaitu pengetahuan dan tingkat kesadaran
22
masayarakat masih kurang sehingga masih melakukan pelanggaran dan
kurangnya personel kepolisian Satlantas sehingga strategi prefentif (pencegahan)
dan strategi represif (penindakan) dilakukan belum maksimal. Sedangkan faktor
pendukung adalah faktor yang mendukung strategi kepolisian dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas, yang adanya kerjasama yang dilakukan Pihak Kepolisian
dengan pihak sekolah dan masyarakat dalam memberikan sosialisasi dan adanya
buku tilang yang di miliki setiap anggota kepolisian yang berisi pasal-pasal UU
No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dan berupa sejumlah
sanksi yang akan diberikan kepada pelanggar lalu lintas.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan dilaksanakan di Kabupaten
Gowa. Lokasi ini didasarkan atas pertimbangan karena pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa terus-menerus terjadi. Untuk itu peneliti tertarik melakukan
penelitian di Kabupaten Gowa untuk melihat bagaimana strategi kepolisian Polres
Gowa dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Gowa.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
penelitian kualitatif dengan menjelaskan dan menggambarkan peristiwa yang benar-
benar terjadi baik kejadian secara mendalam, rinci dan tuntas sehingga merupakan
tujuan dari penelitian ini. Oleh sebab itu melalui pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini yaitu dengan menggabungkan dan mencocokkan antara peristiwa yang
terjadi dengan teori yang berlaku.
2. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian fenomenologi yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai masalah-masalah yang akan
diteliti baik berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian
selama penelitian berlangsung maupun pengalaman informan.
24
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan pernyataan atau informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan, dalam hal ini yaitu pihak-pihak kepolisian yang terkait
dengan masalah pelanggran lalu lintas Kabupaten Gowa.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Peraturan Perundang-
undangan, pencatatan dokumen-dokumen (arsip), ataupun data-data informasi lain
mengenai penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peran informan sangat penting dan perlu. Penentuan
narasumber (informan) dalam penelitian ini untuk diwawancarai secara mendalam
dilakukan dengan cara, memilih orang tertentu yang dipandang memiliki
pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang diteliti mengenai strategi
kepolisian Polres Gowa dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas yang terjadi di
Sungguminasa Kabupaten Gowa
Penelitian ini terdapat informan yang terdiri dari 5 orang Anggota Kepolisian
dan 4 orang masyarakat yakni, Kaur Binopnal, Kaur Mintu, Kanit Turjawali, Kanit
Dikyasa, Banit Tilang, Pelajar, Mahasiswa, dan Masyarakat. Untuk mengetahui lebih
jelas informan dalam peneletian ini dapat dilihat pada tabel data informan berikut ini:
25
Gambar 3.1 Data informan penelitian
No Nama Inisial Jabatan Jumlah
1. Ida Ayu Made Ari, S.H IA Kaur Binopnal 1
2. Abdul Aziz AZ Kaur Mintu 1
3. Dalhari DL Kanit Turjawali 1
4. Misbar, S.Sos MS Kanit Dikyasa 1
5. Ahmad Muthahar Syabir AM Banit Tilang 1
6. Raya Anjani RA Pelajar 1
7. Usrianto US Mahasiswa 1
8. Hasniah HS Masyarakat 1
9. Ramli RM Pengendara 1
Jumlah 9
Sumber: Hasil observasi, Juni 2019
E. Tehnik Pengumpulan Data
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian antara lain:
1. Observasi
Observasi adalah tinjauan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui
keadaan wilayah secara langsung sebagai bahan pertimbangan dan referensi
penelitian untuk mendapatkan informan yang dilakukan di Polres Gowa.
26
2. Wawancara
Wawancara yaitu diskusi lapangan dengan pihak yang terkait dalam
pengumpulan data dan informan guna mempercepat dan mengkongkritkan informasi
yang di kumpulkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu informasi tertulis, visual atau fakta yang bisa
dinyatakan dalam bentuk dokumen-dokumen,buku yang mengenai tentang strategi
Kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di Sungguminasa Kabupaten
Gowa.
F. Tehnik Analisis data
Adapun teknik Analisis data yang digunakan pada peelitian ini dikemukakan
oleh Menurut Milles and Huberman, (2012: 173-174) memiliki tiga langkah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada hal
yang penting reduksi data juga berarti komponen pertama dalam analisis data
yang memperpendek, mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting
ataupun tidak berkaitan dengan focus penelitian sehingga penarikan kesimpulan
dapat dilakukan.
27
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat. Menyajikan
data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif hal
ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi secara lebih mudah.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan. kesimpulan
dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada
dilapangan kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya
belum jelas menjadi jelas.
G. Pengabsahan Data
Menurut Sugiyono (2011:121) Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas
data, uji transferability, dan uji comfirmability. Keabsahan data pada penelitian ini
diperiksa menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan teknik
triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai
sumber, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga triangulasi dalam
keabsahan data yaitu triagulasi sumber, triagulasi Teknik dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.
Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan
28
apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang ada pada Polres Gowa.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan
teknik observasi dan wawancara untuk mengecek data yang diperoleh dengan
teknik pengumpulan data sebelumnya.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi Waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu
ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi pada penelitian ini
akan diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, sehingga data
yang diperoleh di Polres Gowa Valid.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Kabupaten Gowa
Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten di bagian selatan
Sulawesi Selatan yang beranjak lebih 10 mkm dari ibu kota provinsi Sulawesi
Selatan, terletak diantara 5°5’ – 5° 34.7’ Litang Selatan (LS) dan 12°33.19’ - 13°15.
17’ Bujur Timur (BT), dengan batas-batas wilayah Kabupaten Gowa:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kab. Maros
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Takalar dan Kab. Jeneponto
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kab. Takalar
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kab. Sinjai, Kab Bulukumba dan
Kab. Bantaeng
Ibu kota Kabupaten Gowa adalah Sungguminasa, yang meliputi seluruh
wilayah kecamatan Somba Opu, sebagian kecamatan Pallangga dan 2 (dua)
Kelurahan di wilayah Kecamatan Bontomarannu. Luas wilayah Kabupaten Gowa
sekitar 1.883,33 km atau sekitar 3,01% dari luas wilayah Sulawesi Selatan, terbagi
dalam 18 kecamatan yang meliputi 167 desa/kelurahan.
Dari 18 kecamatan di Kabupaten Gowa dibagi menjadi 2 golongan
kecamatan berdasarkan sebagian besar wilayah, yaitu kecamatan daratan rendah dan
30
kecamatan daratan tinggi. Terdapat 9 kecamatan yang terletak di daratan rendah dan
9 kecamatan yang terletak di daratan tinggi. Wilayah Kabupaten Gowa yang
termasuk daratan tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao,
Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Kabupaten Gowa
dilalui oleh sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai, demgan luas daerah aliran
yang terbesar adalah sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km2 dengan panjang 90 km.
2. Kondisi penduduk Kabupaten Gowa
Penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2016 sampai 2018 mengalami
peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2016 berjumlah 735. 493, sedangkan pada
tahun 2017 dengan jumlah 748.200 dan tahun 2018 sebanyak 751.981 jiwa, yang
tersebar di 18 kecamatan. Jumlah penduduk terbesar yakni 169.118 jiwa yang
mendiami Kecamatan Somba Opu. Kemudian di Kecamatan Bontolempangan
merupakan wilayah yang jumlah penduduknya paling rendah sebanyak 12.335 jiwa.
Secara umum perbandingan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Gowa
lebih sedikit dari pada perempuan. Artinya jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dari pada penduduk laki-laki yaitu dengan perbandingan 45% laki-laki dan
55% perempuan. Hal ini dapat dilihat dari jenis kelamin laki-laki penduduk
Kabupaten Gowa sebanyak 370.151 sedangkan perempuan sebanyak 381.830.
jumlah penduduk di Kabupaten Gowa dapa dilihat pada tabel di bawah ini:
31
Tabel 4.1 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kabupaten
Gowa, 2017-2018
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1. Bontonompo
2. Bontonompo Selatan
3. Bajeng
4. Bajeng Barat
5. Pallangga
6. Barombong
7. Somba Opu
8. Bontomarannu
9. Pattallsasang
10. Parangloe
11. Manuju
12. Tinggimoncong
13. Tombolo Pao
14. Parigi
15. Bungaya
16. Bontolempangan
17. Tompobulu
18. Biringbulu
20.167
14.427
34.526
12.794
60.664
19.895
85.108
17.665
12.226
9.122
7.310
11.931
14.963
6.056
7.916
5.909
13.953
15.515
22.170
15.531
35.447
12.594
63.878
20.735
84.010
18.166
12.264
9.665
7.835
12.272
14.646
6.687
8.561
6.426
14.726
16.180
42.337
29.958
69.973
25.388
124.542
40.630
169.118
35.831
24.490
18.787
15.145
24.203
29.609
12.743
16.477
12.335
28.720
31.695
Jumlah 2018
2017
370.151
368.234
381.830
379.966
751.981
748.200
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa 2018
32
3. Profil Polres Gowa
Kepolisian resot yang disingkat Polres adalah pelaksanaan tugas dan
wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota, yang berada du bawah Kapolda. Kepala
Polres yang selanjutnya disingkat Kapolres adalah pimpinan Polri di daerah dan
bertanggung jawab kepada Kapolda.
Polres Gowa sebagai kesatuan kewilayahan dalam rangka mendukung
program Polda Sulsel dan untuk menciptakan Kamtibmas yang kondusif melalui
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, penegakan hukum yang profesional dan
profesioanal serta kebersamaan antar instansi dan masayarakat dalam mendukung
program Polda Sulsel, maka dirumuskan Visi dan Misi Polres Gowa, sebagai
berikut:
a. Visi
Terciptanya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat Prima, tegaknya
hukum dan terjaminnya keamanan di wilayah hukum Polres Gowa serta
terselenggaranya sinergi Polisional secara optimal.
b. Misi
a) Memberikan perlidungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, responsif
dan tidak diskriminatif.
b) Menerapkan perpolisian masayarakat berbasis pada masyarakat patuh hukum
kepada komunitas masyarakat.
c) Meningkatkan kerjasama dengan instansi dan lembaga pemerintahan maupun
masyarakat dalam rangka mendukung operasional kepolisian di wilayah
hukum Polres Gowa.
33
d) Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini terhadap permasahan, ancaman
dan segala kemungkinan gangguan kamtibmas yang bisa terjadidi wilayah
hukum Polres Gowa melalui kegaiatan / operasi penyelidikan dan
pengamanan.
e) Menjaga Kamseltibcar lantas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran
arus lalu lintas orang dan barang.
f) Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan Kamtibmas di wilayah
hukum Polres Gowa.
g) Menegakkan hukum secara profesional, transparan, akuntabel dan modern
seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional Polri.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Polres Gowa
a. Tugas Pokok
Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan
tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Fungsi
Polres menyelenggarakan fungsi:
a) Pemberian pelayanan kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan
penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan, dan pertolongan termasuk
pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat
34
izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindandakan anggota polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Pelaksanaaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna terselenggaranya
deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning).
c) Penyelidikan dan penyelidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan fungsi
laboratorium forensif lapangan dalam rangka penegakan hukum serta
pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
d) Pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui
perpolisian pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan, terjalinnya
hubungan antara Polri dengan masyarakat, koordinasi dan pengawasan
Kepolisian khusus.
e) Pelaksanaan fungsi sabraha, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan
pengawal, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat dan
pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring)pengamanan
untuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan objek vital, pariwisata
dan Very Important Person (VIP)
f) Pelaksanaan fungsi lalu lintas , meliputi kegiatan Turjawali lalu lintas,
termasuk penindakan pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu
lintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka
penegakan hukum dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas.
35
g) Pelaksanaan fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan,
penanganan pertama terhadap tindak pidana perairan, pencarian dan
penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan, pembinaan masyarakat perairan
dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan keamanan di wilayah
perairan.
h) Pelaksanaan fungsi-fungsi lain, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Profil Satlantas Polres Gowa
Satuan lalu lintas (Satlantas) dipimpin oleh Kasat Lantas yang bertanggung
jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolres. Kasat Lantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan
masyarakat Satlantas menyelenggarakan fungsi Pembinaan lalu lintas kepolisian
yaitu pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas.
Tugas polisi lalu lintas adalah melaksanakan tugas polri dibidang lalu lintas
yang meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam pengendalian lalu lintas untuk
mencegah dan meniadakan segala bentuk gangguan serta ancaman agar terjamin
keamanan, ketertiban, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dijalan umum.
36
Bagan 4.2 Struktur Organisasi Sat Lantas Polres Gowa
a. Susunan Organisasi Sat Lantas Polres Gowa terdiri dari:
a) Unsur pimpinan
b) Unsur pengawas dan pembantu pimpinan
c) Unsur pelaksanaan tugas pokok
b. Unsur pimpinan: Kasat
c. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan: Kaur Bin Ops
d. Unsur pelaksanaan tugas pokok terdiri dari:
a) Urmintu
b) Unit Dikyasa
Kasat Lantas
Iptu Hasrawati
Kaur Bin Ops
Iptu Ida Ayu Made Ari. S.H
Kanit Turjawali
Ipda Dalhari
BA URMINTU
Aipda Abdul Aziz
Kanit Dikyasa
Ipda H. Misbar S.Sos
Kanit Regident
Ipda Nursanti, S.H
Kanit Laka
Ipda H. Marwah S.H
37
c) Unit Laka
d) Unit Regident
e. Unit Turjawali
1. Kasat Lantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat
lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan
hukum di bidang lalu lintas.
Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi:
a. pembinaan lalu lintas Kepolisian
b. pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas
(Kamseltibcarlantas)
c. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan
kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin
Kamseltibcarlantas di jalan raya
d. pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan
2. Kaur Binopsnal bertugas melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerja
sama lintas sektoral, pengkajian masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan
operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan
Kamseltibcarlantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
38
Kaur Binopsnal dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kegiatan:
a. merumuskan dan mengembangkan prosedur dan tata cara kerja tetap
pelaksanaan tugas pada fungsi Sat Lantas serta mengendalikan, mengawasi,
mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaannya pada semua unit
pelaksana, termasuk Supervisi bidang lalu lintas ke wilayah Polres jajaran
b. menyiapkan rencana dan program kegiatan termasuk rencana pelaksanaan
operasi Kepolisian yang mengedepankan fungsi teknis lalu lintas dan rencana
latihan fungsi Sat Lantas secara internal dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia Polri
c. mengadakan koordinasi bersama instansi lintas sektoral dalam rangka
kerjasama keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
(Kamseltibcarlantas) dan penegakan hukum lalu lintas
d. mengatur dan mengelola pemanfaatan peralatan dan kendaraan inventaris
untuk mendukung pelaksanaan tugas fungsi Sat Lantas
3. Kaur Mintu bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan.
Kaur Mintu dalam penyelenggaraan tugas, melaksanakan kegiatan :
a. segala pekerjaan/kegiatan staf pelaksanaan tugas fungsi Sat Lantas di
lingkungan Polres
b. membuat laporan secara umum atau periodik dan laporan khusus yang terjadi
di wilayah Polres yang berkaitan dengan masalah lalu lintas
39
c. menyelenggarakan kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data dan
informasi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pelaksanaan kegiatan
serta visualisasi data dalam bentuk grafik, peta, aplikasi online dan lain-lain
d. menyelenggarakan administrasi operasional termasuk administrasi penanganan
pelanggaran lalu lintas
4. Kanit Turjawali bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali dan penindakan
terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.
Kanit Turjawali dalam melaksanakan kegiatan Turjawali dan Gakkum
Lantas, membuat/mengadakan :
a. jadwal dan lokasi ploting kegiatan penjagaan dan pengaturan berdasarkan
situasi prioritas kerawanan lokasi-lokasi tertentu
b. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan pelayanan kegiatan Turjawali
dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum
c. penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas baik secara edukatif menggunakan
teguran dan yuridis menggunakan berita acara singkat (Tilang) / Tipiring atau
berita acara biasa terhadap pelanggaran yang berpotensi atau memiliki bobot
sangat fatal / berat dan dapat merusak fasilitas umum ( putusnya jembatan dll )
d. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi setiap kegiatan
Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas serta melaporkan
pelaksanaan kegiatannya
40
5. Kanit Regident bertugas melayani administrasi Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor serta Pengemudi.
Kanit Regident dalam pemberian pelayanan, melaksanakan kegiatan :
a. penerbitan dan pemberian sarana identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor kepada pemohon yang memenuhi persyaratan baik yang diterbitkan
sendiri maupun dari satuan atasan
b. penerimaan dan penelitian terhadap persyaratan masyarakat pemohon untuk
memperoleh
a) surat izin mengemudi (SIM)
b) surat tanda nomor kendaraan (STNK)
c) buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB)
d) tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) ;
c. melaksanakan pengujian terhadap pengetahuan – pengetahuan, keterampilan
pemohon sim untuk menjamin kebenaran / ketepatan material atas surat izin
yang di terbitkan ;
d. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi dan melaporkan
pelaksanaan kegiatan registrasi / identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor;
41
6. Kanit Dikyasa bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan
Dikmaslantas.
Kanit Dikyasa dalam melakukan pembinaan partisipasi masyarakat, dan
Dikmaslantas melaksanakan kegiatan :
a. koordinasi dengan semua unit dalam fungsi Sat Lantas serta fungsi lain (Sat
Binmas), instansi lintas sektoral dan kelompok-kelompok masyarakat dalam
rangka pembinaan, penyuluhan dan penerangan terkait keamanan, keselamatan
dalam berlalu lintas.
b. melakukan inovasi-inovasi guna peningkatan kesadaran masyarakat dalam
berlalu lintas ;
c. meneliti jalan-jalan rawan serta saran ke instansi lintas sektoral guna
penanggulangannya ;
7. Kanit Laka bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum.
Kanit Laka dalam penanganan kecelakaan lalu lintas, melaksanakan kegiatan
a. penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus kecelakaan lalu lintas sampai
dengan penyerahan berkasa perkara ke penuntut umum ;
b. pengumpulan, pengelolaan data dan informasi yang berkenan dengan
kecelakaan lalu lintas baik secara manual atau aplikasi online ;
c. pengelolaan tahanan dan barang bukti kasus kecelakaan lalu lintas ;
42
d. mengawasi, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi serta melaporkan
pelaksanaan kegiatan termasuk administrasi dukungan anggaran kegiatan
penanganan kecelakaan lalu lintas ;
6. Data pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa pada tahun 2016-2018
Dari Penelitian yang dilakukan di Satlantas Polres Gowa, penulis
mendapatkan data mengenai pelanggaran lalu lintas oleh pengguna kendaraan roda
empat dan roda dua di Kabupaten Gowa dari bulan oktober sampai desember 2018,
dimana dalam kurang waktu tersebut pelanggaran lalu lintas mengalami
penurunanan namun, pelanggaran lalu lintas adakalanya mengalami peningkatan.
Oleh karena itu diperlukan strategi kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu
lintas di Kabupaten Gowa.
Tabel 4.3 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis pelanggaran roda empat pada tahun 2018
Jenis Pelanggaran Oktober November Desember
Muatan
Kelengkapan Ran
Surat-surat
Sabuk keselamatan
Marka rambu
Melawan arus
50
-
90
120
80
3
100
-
260
70
20
3
50
-
75
18
15
-
Jumlah 343 453 158
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
43
Tabel 4.4 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis pelanggaran roda dua pada tahun 2018
Jenis Pelanggaran Oktober November Desember
Helm
Kelengapan
Surat-surat
Boncengan lebih +1
Marka rambu
Melawan arus
250
200
794
50
30
-
104
100
698
-
30
80
50
100
338
5
10
20
Jumlah 1,324 1,012 523
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Dari banyaknya jumlah data pelanggaran yang terjadi dapat disimpulkan
bahwa jenis pelanggaran paling banyak dilakukan oleh pengendara roda empat dan
roda dua di Kabupaten Gowa adalah jenis pelanggaran surat-surat kendaraan
(STNK), yakni pengendara roda empat sebanyak 425 dan pengendara roda dua
sebanyak 1,830. Jumlah pelanggaran lalu lintas roda empat paling banyak dibulan
November yaitu sebanyak 453 sedangkan jumlah pelanggaran lalu lintas roda dua
paling banyak dibulan Oktober yaitu sebanyak 1,324. Hal tersebut terjadi selama 3
bulan terakhir dari bulan oktober sampai desember pada tahun 2018.
Hal tersebut umumnya diakibatkan karena kelalaian masyarakat serta
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki surat-surat kendaraan
sebagai alat bukti pemilik kendaraan yang berisi nomor registrasi dan identifikasi
kendaraan. Oleh karena itu dalam situasi apapun saat berkendara wajib membawa
surat-surat kendaraan (STNK).
44
Tabel 4.5 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan usia pada tahun 2018
Bulan <17 17-27 28-50 51-70 Jumlah
Oktober
November
Desember
50
200
100
757
400
486
900
800
150
60
62
10
1,667
1,562
746
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data diatas, menunjukkan usia pelaku pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa dari usia <17 tahun hingga 51-70 tahun yang semuanya terdapat
pelanggaran setiap bulannya. Sebagian besar pelanggaran lalu lintas oleh pengguna
kendaraan roda empat dan roda dua didominasi pada usia 28-50 tahun sebanyak
1,850 pelanggar selama 3 bulan yakni mulai bulan oktober sampai desember.
Berdasarkan data usia pelanggaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebagian besar pelanggaran lalu lintas diwilayah Polres Gowa adalah orang dewasa.
Tabel 4.6 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan profesi pelanggar pada tahun 2018
Bulan PNS Swasta Mahasiswa Pelajar Pengemudi Jumlah
Oktober
November
Desember
26
100
25
1191
800
341
300
300
150
100
162
100
50
-
130
1667
1562
746
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pelaku pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa didomiosi pelanggar yang bekerja di Swasta yakni sebanyak 2,332
pengendara melanggar. Sedangkan pelangaran yang paling sedit dilakukan oleh
pengemudi yakni sebanyak 180 pengendara melanggar. Hal ini menunjukkan bahwa
pelanggaran lalu lintas lebih banyak dilakukan oleh Swasta selama tiga bulan mulai
dari bulan oktober sampai desember pada tahun 2018.
45
Tabel 4.7 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan pendidikan pelanggar pada tahun 2018
Bulan SD SLTP SLTA Akademik Putus
Sekolah
Jumlah
Oktober
November
Desember
-
6
-
30
200
100
1582
1056
496
35
300
150
20
-
-
1667
1562
746
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pelaku pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh pelanggar yang
berpendidikan SLTA 3,134. Sedangkan pelangaran yang paling sedit dilakukan oleh
pengemudi yang berpendidikan SD yang hanya sebanyak 6 orang dalam tiga bulan
yakni mulai dari bulan oktober sampai desember pada tahun 2018.
Tabel 4.8 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2018
Bulan Pria Wanita Jumlah
Oktober
November
Desember
1000
900
500
667
662
246
1,667
1,562
746
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pelaku pelanggaran lalu lintas
pengendara roda empat dan roda dua di Kabupaten Gowa yang berjenis kelamin pria
yaitu sebanyak 2.400 orang dan pelanggar berjenis kelamin wanita sebanyak 1,575.
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran lalu lintas lebih banyak dilakukan oleh
pengendara berjenis kelamin pria dibandingkan pengendara berjenis kelamin wanita.
46
Tabel 4.9 Data pelanggaran lalu lintas berdasarkan jenis kendaran pelanggar pada tahun 2018
Jenis kendaran pelanggar Banyaknya pelanggaran Persentase%
Mobil
Motor
954
2,859
30%
70%
Jumlah 3,818 100%
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Dari data yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran lalu
lintas yang terjadi selama tiga bulan terakhir dari bulan oktober sampai desember
2018 sebanyak 3, 818 diantaranya 954 dilakukan oleh pengguna kendaraan roda
empat dan dilakukan oleh pengguna kendaraan roda dua sebanyak 2,859. Hal ini
dapat dilihat bahwa sebagian besar pelanggaran didomisili oleh pengguna kendaraan
roda dua. Beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi karena jumlah
kendaraan roda dua lebih lebih banyak dibandingkan dengan pengendara roda empat.
Selain itu, disebabkan karena angka pembelian roda dua di Kabupaten Gowa yang
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dilihat dari jumlah data penduduk dan
jumlah data pelanggaran lalu lintas pengendara roda empat dan roda dua tahun 2018
di Kabupaten Gowa dapat disimpulkan bahwa, banyaknya jumlah penduduk
sebanyak 751.981 jiwa dan jumlah pelanggar lalu lintas sebanyak 3,818 pengendara
selama 3 bulan yaitu dari bulan oktober sampai desember tahun 2018, diantaranya
oleh pengendara dari usia <17 tahun sampai 70 tahun yang berjenis kelamin pria dan
wanita.
47
B. Strategi Kepolisian dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas
Pelanggaran lalu lintas saat ini menjadi masalah yang dihadapi bagi semua
pengguna jalan. Semakin berbertambahnya kendaraan tidak seimbang dengan
perilaku pengguna kendaraan untuk mematuhi peraturan agar tercipta kondisi lalu
lintas yang aman dan tertib. Dalam hal ini peran kepolisian sangat penting untuk
menjalankan fungsinya dengan baik dan benar dalam pembinaan lalu lintas untuk
mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran dalam berlalu lintas
dan diperlukan penetapan suatu aturan yang berlaku secara umum. Untuk itu
diperlukan Strategi kepolisian untuk mencapai tujuan yang menjadi tugas pokok
kepolisian.
Berbagai cara atau tindakan yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian untuk
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa, diantaranya dengan
menggunakan Strategi Preventif (Pencegahan ) dan Strategi Represif (Penindakan)
yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Preventif (Pencegahan)
Strategi preventif merupakan tindakan lanjut dari upaya pre-emtif masih ada
tataran pencegahan sebelum terjadi pelanggaran. Dalam strategi ini yang ditekankan
adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan berupa pelanggaran.
Dengan kata lain, strategi preventif dimaksudkan sebagai usaha untuk mengadakan
perubahan-perubahan yang bersifat positif terhadap kemungkinan terjadinya
gangguan-gangguan didalam masyarakat, sehingga tercipta stabilitas hukum.
48
Adapun strategi preventif meliputi sosialisasi yang dilakukan kepada pelajar dan
masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Sosialisasi kepada Pelajar
Sosialisasi yaitu proses penanaman nilai dan aturan yang dilakukan kepada
para pelajar Kabupaten Gowa untuk mengetahui bahwa sangat penting untuk
mematuhi peraturan-peraturan lalu lintas sesuai dengan Undang-undang RI No. 22
Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Sedangkan Pelajar merupakan
aset yang penting bagi suatu negara, karena generasi pelajar adalah bibit-bibit yang
harus dikembangkan untuk menjadi generasi yang dapat memajukan kehidupan.
Seorang pelajar yang baik harus mampu menempatkan dirinya dengan
baikpula di kalangan masyarakat. Karena sebagai seorang peserta didik, secara tidak
langsung pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki juga lebih baik di bandingkan
yang lain. Strategi preventif (pencegahan) Pihak Kepolisian melakukan sosialisasi
yang disertai dengan pelatihan (sapaty riding) sebagai sesuatu bentuk pola perilaku
pada saat mengendarai kendaraan secara aman dan nyaman dalam penggunaan
kendaraan bermotor. Kegiatan ini dilakukan kepada anak sekolah mulai dari tingkat
SD sampai perguruan tinggi. Berikut ini data pelaksanaan kegiatan sosialisasi di
kalangan pelajar di Kabupaten Gowa yaitu:
49
Tabel. 4.10 Data sosialisasi Satlantas Polre Gowa kepada pelajar pada tahun 2018
Bulan Tempat
Januari Persantren Madani Alauddin Pao-pao
Februari MA Aliyah Guppi Samata
Polisi SAHABAT ANAK TK Anugrah Kampili
SMP Negeri 2 Sungguminasa
SMK Handayani
Maret SD Bonto kamase Kab.Gowa
SD Negeri 3 Sungguminasa
SMP Negeri 1 Pallangga
April SMA Negeri 1 Bontomarannu
Mei
SMA Negeri 3 Sungguminasa
SMP Negeri 2 Sungguminasa
SMK Negeri 1 Gowa
Juni SMA Negeri 1 Sungguminasa
Juli SMK Negeri 3 Gowa
Agustus SMK Garudaya Bontonompo
SMK Tekhnologi Somba Opu
September SMA Negeri 1 Bajeng
Oktober SMK Negeri 2 Gowa
November SMP Negeri 1 Pallangga
Desember SMA Handayani
SMA Negeri 19 Bajeng Barat
Sumber: Sub bagian Ba Urmintu Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan
dikalangan pelajar selama satu tahun paling banyak pada bulan februari tahun 2018
dilakukan sebanyak 4 kali dan diantaranya dilakukan hanya 1 kali sosialisasi pada
bulan januari, april, juni, juli, september, oktober dan november pada tahun 2018.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang di lakukan pihak kepolisian
50
Satlantas Polres Gowa kepada pelajar di lakukan secara rutin dalam setiap bulan.
Namun, sosialisasi yang di lakukan dalam setiap bulannya tidak menentu.
Hal ini dapat dilihat dari wawancara dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa mengenai sosialisasi yang mengatakan bahwa:
“Sosialisasi dilakukan dilihat dari jumlah data laka, jika kecelakan dominan terjadi di dalam kota, maka kami melakukan sosialisasi disana. Sebelum melakukan sosialisasi kami juga melihat korban kecelakaannya, jika korbannya lebih banyak masyarakat maka kami akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat, namun jika korban kecelakaannya lebih banyak pelajar maka kami akan melakukan sosialisasi disekolah-sekolah” (Hasil
wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh
Pihak Kepolisian dilihat dari jumlah data laka dan korban kecelakaan lalu lintas. Jika
korban kecelakaan lebih banyak masyarakat maka solialisasi akan dilakukan
ditengah-tengah masyarakat sebaliknya jika korban kecelakaan lebih banyak
kalangan muda maka pihak kepolisian akan melakukan sosialisasi disekolah-sekolah.
Jadi sosiasisasi yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian tergantung dari lokasi dan
korbaan kecelakaan lalu lintas.
Tambahan wawancara dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Sebelum melakukan sosialisasi disekolah, kami melakukan koordinasi dengan pihak sekolah karena kami juga tidak mau mengorbankan jam pelajaran mereka, jadi kapan ada waktu kami akan melakukan sosialisasi misalnya hari senin ketika upacara kami menjadi Irup (inspektur) upacara dengan memberikan himbauan kepada anak-anak sekolah” (Hasil wawancara
dengan IA, 8 Juni 2019).
51
Wawancara di atas dapat diketahui bahwa dikatakan bahwa sebelum
melakukan sosialisasi atau penyuluhan disekolah Pihak Kepolisian terlebih dahulu
melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan dilakukan sosialisasi
sehingga sosialisasi yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik.
Berikut adalah hasil wawancara yang dikemukakan Kanit Dikyasa Satlantas
Polres Gowa yang mengatakan bahwa:
“Meski anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar belum bisa mengendarai kendaraan bermotor, kami dari pihak kepolisian memperkenalkan lebih dini sejumlah arti rambu lalu lintas yang ada di jalan” (Hasil wawancara dengan MS, 15 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa, pada dasarnya anak-anak yang
masih duduk dibangku Sekolah Dasar belum mengerti cara berkendara, namun hal
ini dilakukan untuk memberikan pemahaman sejak dini sehingga saat mereka bisa
menggunakan kendaraan sudah lebih paham tentang tata cara berlalu lintas yang baik
dan benar. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Kaur Mintu Polres Gowa
yang mengatakan bahwa:
Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah satu pelajar di SMA Negeri 10
Gowa mengatakan bahwa:
“Kami diberikan sejumlah pengetahuan tentang aturan tata tertib berlalu lintas, diantaranya di wajibkan untuk menggunakan helm standar SNI baik pengendara dan penumpang/pembonceng saat berkendara dan tidak memperbolehkan kami menggunakan kendaraan bermotor jika belum cukup umur sesuai ketentuan” (Hasil wawancara dengan RA, 15 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa, Pihak Kepolisian memberikan
edukasi untuk keselamatan dijalan raya wajib menggunakan helm standar SNI saat
52
akan menggunakan kendaraan baik pengendara dan penumpang/pembonceng dan
menekankan untuk tidak menggunakan kendaraan pada saat usia belum mencukupi
sesuai dengan ketentuan yang diperuntukkan.
Adapun hasil wawancara yang dikemukakan Kanit Dikyasa Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Selain melakukan sosialisasi dengan cara menerangkan kami juga
memberikan pelatihan langsung yang dilanjutkan dengan kegiatan Safety Riding dari pihak Honda mengenai tata cara berkendara dengan baik dan benar” (Hasil wawancara dengan MS, 15 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa Pihak Kepolisian tidak hanya
melakukan sosialisasi dengan cara memberikan penjelasan akan tetapi juga di
lakukan pelatihan tentang bagaimana tata cara berkendara dengan baik dan benar
yang melibatkan langsung mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa.
Wawancara yang dikemukakan oleh salah satu Mahasiswa Politeknik
Pembangunan Pertanian Gowa yang mengatakan bahwa:
“Memang betul Pihak Kepolisian telah melakukan sosialisasi dan pelatihan
tata tertib lalu lintas di kampus kami, awalnya kami hanya mengetahui cara
menggunakan kendara tapi belum cukup paham mengenai peraturan-
peraturan lalu lintas, dengan sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan
Kepolisian, kami jadi lebih mengerti dan mendapatkan wawasan yang lebih
luas lagi tentang tata cara berlalu lintas dan bisa mengoreksi kesalahan yang
pernah dilakukan saat mengendarai motor seperti posisis berkendara” (Hasil
wawancara dengan US, 15 Juni 2019).
53
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa dengan adanya sosialisasi dan
pelatihan tata cara berlalu lintas maka akan lebih mengerti dan memahami
bagaimana tata cara berkendara dengan baik serta memiliki kesadaran untuk
mengoreksi diri sendiri terhadap pelanggaran yang pernah dilakukan dan sebisa
mungkin untuk tidak melakukan pelanggaran yang sama serta lebih berhati-hati
dalam menggunakan kendaraan.
b. Sosialisai kepada Masyarakat
Sosialisasi sebagai sarana yang digunakan untuk menyampaikan atau
memberitahukan kepada masyarakat tentang tata cara berlalu lintas dengan baik dan
benar. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki
tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat yang di taati dalam lingkungan
masing-masing.
Strategi preventif (pencegahan) yang dilakukan Pihak Kepolisian kepada
masyarakat melalui sosialisasi dan disertai dengan pembagian brosur dan stikker.
Pembagian brosur dan stikker merupakan salah satu media yang digunakan untuk
dapat menyampaikan suatu informasi berupa himbauan kepada pengguna jalan agar
dapat mematuhi tata tertib berlalu lintas di Kabupaten Gowa. Berikut ini data
pelaksanaan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Gowa yaitu:
54
Tabel 4.11 Data sosialisasi Satlantas Polres Gowa kepada masyarakat pada tahun 2018
Bulan Tempat Januari Jl. KH. Wahidin Hasyim Sungguminasa
Februari Jl. Hos Cokroaminoto Sungguminasa
Maret Jamaah mesjid Siratol Mustakim
April Jl. Sultan Hasanuddin Somba Opu
Kelurahan tamarunang Kec. Soba Opu
Kelurahan samata Kec. Soba Opu
Mei RT II Jl. Bokolu
Juni Jl. Poros Pallangga Kec. Pallangga
Juli -
Agustus Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo
Jl. Malino
September Jl. Syech Yusuf III
Oktober -
November -
Desember Jl. Mangka DG. Bombong
Jl. Andi Tonro Permai
Sumber: Sub bagian Ba Urmintu Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan
kepada masyarakat paling banyak pada bulan april spada tahun 2018, diantaranya
sosialisasi yang dilakukan ada yang hanya 1 kali dalam sebulan yakni pada bulan,
januari, februari, maret, mei, juni dan september. Bahkan terdapat tidak ada kegiatan
sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat dalam sebulan yakni pada bulan juli,
oktober dan november. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan
kepada masyarakat hanya sebagian kecil dari jumlah penduduk di Kabupaten Gowa,
artinya sosialisasi yang dilakukan belum maksimal.
55
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa mengatakan bahwa:
“Kami menekankan kepada masyarakat sebagai orangtua untuk tidak
memberikan kendaraan kepada anak-anak mereka yang belum berusia 17 tahun sebagai syarat ketentuan kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM)”
(Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa Pihak Kepolisian secara tegas
tidak memperbolehkan penggunaan kendaraan pada usia yang belum mencukupi
standar ketentuan kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM). Kepemilikan Surat Izin
Mengemudi (SIM) sebagai tanda seseorang sudah memiliki kematangan seseorang
berlalu lintas.
Adapun hasil wawancara yang dikemukakan Kanit Dikyasa Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Kami juga berharap masyarakat sebagai orangtua dapat memberikan contoh
yang baik kepada anak-anaknya untuk tidak melakukan pelanggaran” (Hasil wawancara dengan MS, 15 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sebagai orangtua yang baik harus
memberikan contoh kepada anak-anaknya, karena pada umunya anak-anak
melakukan sesuatu bergantung dari apa yang mereka lihat. Jadi sangat penting
memberikan perilaku-perilaku yang baik sehingga potensi pelanggaran lalu lintas
dapat menurun.
Berikut hasil wawancara yang dikemukakan Kanit Turjawali Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Dalam melakukan sosialisasi kami juga membagikan brosur dan stikker
yang berupa himbauan kepada masyarakat Dalam himbauan tersebut berisi
56
tiga poin himbauan yakni menghimbau pengendara roda dua agar selalu menggunakan Helm standar SNI demi keselamatan berlalu lintas, himbauan kedua petugas menghimbau agar pengemudi mobil selalu menggunakan sabuk keselamatan saat berkendara, sedangkan himbauan yang ke tiga yaitu dilarang menggunakan Handphone pada saat berkendara. Selain itu ketiga poin tersebut, juga terdapat himbauan kepada masyarakat agar selalu patuh pada aturan berlalulintas dan tetap memperhatikan keselamatan baik diri sendiri maupun orang lain” (Hasil wawancara dengan DL, 10 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa pemberian brosur dan stikker
berupa tulisan yang berisi himbauan untuk menjaga keselamatan diri dalam
berkendara baik diri sendiri maupun penggendara lainnya. Untuk itu masyarakat
tidak hanya sebatas dibaca atau didengarkan saja namun diharapkan masyarakat
memiliki kesadaran sehingga dapat lebih mematuhi tata tertib berlalu lintas sesuai
dengan apa yang telah disampaikan oleh pihak kepolisian.
Adapun hasil wawancara dengan masyarakat Kabupaten Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Memang betul pihak kepolisian sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, namun sosialisasi tersebut tidak merata kesemua lapisan masyarakat. Umumnya pihak kepolisian hanya melakukan sosialisasi hanya diperkotaan saja, padahal sosialisasi seperti ini sangat di perlukan bagi oleh masyarakat karena menurut saya menurut saya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui peratura-peraturan lalu lintas yang ada.” (wawancara dengan HS, 15 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sosialisasi seharusnya dilakukan
secara menyeluruh tidak hanya di wilayah perkotaan saja melainkan di wilayah desa
juga perlu dilakukan sosialisasi, karena sebagian masyarakat bekerja di kota jadi
mereka juga harus mengetahui dampak-dampak negatif yang terjadi ketika tidak
mematuhi peraturan-peraturan lalu lintas dalam berkendara sehingga hal tersebut
57
dapat membuat masyarakat tidak mementingkan kepentingan pribadi dalam berlalu
lintas.
Dari beberapa hasil wawancara di atas, sosialisasi yang dilakukan kepada
pelajar dan masyarakat dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1) Realitanya anak yang masih dibawah umur saat berkendara sering melanggar
peraturan lalu lintas karena belum mengetahui dan dan memahami peraturan-
peraturan lalu lintas. Pernyataan tersebut telah dijelaskan dalam pasal 81 ayat (2),
disebutkan bahwa “syarat usia sebagaimana telah dimaksud pada ayat (1)
ditentukan paling rendah usia 17 tahun untuk surat izin mengemudi A, surat izin
mengemudi C dan surat izin mengemudi D. Dengan penetapan usia minimal
mereka yang berada dijalan raya sudah memiliki kematangan pemikiran, sehingga
dalam menjalankan kendaraan tidak didasarkan pada emosi, namun lebih
mengedepankan pemikiran sehat berdasar rasionalitas. Oleh karena berbagai
strategi yang telah dilakukan oleh Pihak Kepolisian Satlantas Polres Gowa lebih
banyak melakukan sosialisasi atau penyuluhan serta memberkan pelatihan
langsung tentang tata cara berlalu lintas yang baik dan benar mulai dari tingkat
SD sampai perguruan tinggi.
2) Perlu adanya kesadaran dari pihak orang tua untuk memberikan pemahaman yang
benar kepada anak-anaknya dan memberikan contoh yang baik sehingga
kedisiplinan berlalu lintas dapat terwujud. apalagi di usia anak-anak yang masih
kecil yang secara langsung meniru dan mengaplikasikan apa yang telah diajarkan
oleh orang tua. Tentunya sosialisasi yang diberikan kepada anak haruslah yang
bernilai positif bukan negatif. Sosialisasi yang dilakukan harus merata kepada
58
semua masyarakat baik didaerah perkotaan maupun desa. Berkendara dalam desa
tidak berbahaya dibandingkan dengan berkendara di jalan raya atau daerah kota,
namun masayarakat desa juga akan berkendara di jalan raya sehingga harus
mengetahui mereka juga harus mengetahui bagaimana tata cara berkendara yang
aman, baik dan benar. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi yang dilakukan
masih kurang maksimal sehingga masih banyak masyarakat masih melanggar
karena belum mengetahui tentang peraturan-peraturan lalu lintas dan dampak
yang ditimbulkan dari pelanggaran tersebut.
Hasil penelitian tersebut senada dengan teori yang didapatkan pada bab II
menurut Alam dan Amir Ilyas (2010: 79-80) yang mengatakan bahwa dalam strategi
pencegahan yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan
kejahatan berupa pelanggaran. Dengan kata lain, strategi preventif dimaksudkan
sebagai usaha untuk mengadakan perubahan-perubahan yang bersifat positif.
Mencegah tindak pidana atau pelanggaran yaitu dengan cara memberikan pendidikan
dengan memberikan sosialisasi untuk mengurangi pelanggaran. Sedangkan menurut
Robert M.Z Lawang (1985) yang mengatakan bahwa Sosialisasi merupakan proses
mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan
untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Begitupun pada penelitian ini, sosialisasi diberikan pihak kepolisian Satlantas
Polres Gowa kepada pelajar berupa memberikan pemahaman dan disertai dengan
pelatihan (sapaty riding) sedangkan sosialisasi kepada masyarakat Kabupaten Gowa
dengan cara memberikan pemahaman dan di sertai dengan pembagian brosur dan
stikker yang berisi himbauan untuk mematuhi peraturan lalu lintas. Namun
59
sosialisasi tentang tata tertib berlalu lintas belum dilakukan secara merata baik itu di
sekolah-sekolah maupun masyarakat Kabupaten Gowa sehingga strategi preventif
(pencegahan) belum di lakukan secara maksimal. Seharusnya Satlantas Polres Gowa
melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah dan masyarakat secara rutin, teratur dan
merata keseluruh wilah Kabupaten Gowa, sehingga mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman yang sama mengenai peraturan-peraturan lalu lintas.
2. Strategi Represif (Penindakan)
Strategi represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau
pelanggaran diberikan penindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan
hukuman berupa tilang serta melakukan penyitaan kendaraan. Strategi Represif
(penindakan) meliputi penilangan dan penyitaan. Tilang dan penyitaan tidak hanya
dilakukan pada saat kegiatan oprasi, tetapi penyitaan juga dapat dilakukan
Kepolisian pada saat melakukan patroli atau pengaturan lalu lintas dijalan ketika
mendapati masyarakat yang melakukan pelanggaran lalu lintas secara kasat mata.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Oprasi yang dilakukan juga dilihat dari jumlah data Laka, dimana jumlah data Laka yang paling banyak, maka disitulah akan dilakukan oprasi karena salah satu penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah melakukan pelanggaran lalu lintas” (Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa operasi yang dilakukan
oleh pihak kepolisian tidak harus setiap hari, akan tetapi operasi sebra dilakukan di
daerah yang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai langkah pihak kepolisian
60
melakukan penindakan terhadap pelanggar lalu lintas sehingga dapat mengurangi
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Adapun hasil wawancara dengan Banit Tilang Satlantas Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Kegiatan operasi sebagai upaya untuk menekan pelanggaran berlalu lintas,
dan untuk melaksanakan penegakkan hukum yang tegas kepada masyarakat yang memang melakukan pelanggaran lalu lintas” (Hasil wawancara dengan AM, 10 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa kegiatan operasi dilakukan dengan
tujuan untuk menegakkan hukum secara tegas kepada masyarakat yang melakukan
pelanggaran lalu lintas.
Tabel 4.10 Data pelanggaran lalu lintas Satlantas Polres Gowa dari tahun 2016-2018
Sumber: Sub bagian Banit Tilang Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Berdasarkan data pelanggaran diatas menunjukkan bahwa jumlah
pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa dari tahun 2016-2018 mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Dalam tindakan operasi dilakukan penindakan sanksi
kepada para pelanggar lalu lintas akan dilakukan penilangan dan penyitaan terhadap
pelanggar lalu lintas.
Adapaun wawancara peneliti dengan Banit Tilang Satlantas Polres Gowa
yang mengatakan bahwa:
“Tilang sebagai bentuk pemberian sanksi yang dikenakan bagi pelanggar lalu lintas agar tidak melakukan kesalahan dalam berlalu lintas” (Hasil
wawancara dengan AM, 10 Juni 2019).
61
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa tilang yang dilakukan oleh pihak
kepolisian sebagai bentuk efek jerah kepada pelanggar yang melakukan pelanggaran
lalu lintas yakni membayar sejumlah denda sesuai dengan Undang-Undang RI
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Hal ini sebagai tindakan
agar pelanggar jerah sehingga tidak melakukan pelanggaran lalu lintas lagi pada saat
berkendara.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Pemberian tilang atau sanksi sesuai dengan bentuk pelanggaran yang dilakukan pengendara atau pengemudi” (Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa Pihak Kepolisian melakukan
penilangan kepada setiap masyarakat yang melakukan pelanggaran lalu lintas dan
sanksi yang diberikan sesuai dengan bentuk pelanggaran yang telah dilanggar.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Pada saat terjadi pelanggaran Kepolisian memiliki 3 hak, yang bisa kami
sita ada 3 yaitu SIM, STNK dan kendaraannya. Diluar dari itu kami tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyitaan” (Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa dalam melakukan penilangan
Kepolisian hanya dapat menyita tiga benda pelanggar diantaranya yaitu SIM, STNK
dan kendaraan pelanggar. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ba Tilang
Satlantas Polres Gowa yang mengatakan bahwa:
62
“Kami cek surat-surat kendaraan ada atau tidak seperi SIM dan STNK. Jika pajak kendaraan sudah lewat maka kami akan mengambil SIMnya dan STNK tersebut wajib dibayar pajak karena jika belum membayar pajak sama saja STNK tidak sah, begitupun sebaliknya jika masa aktif SIMnya sudah lewat maka harus dilakukan perpanjangan SIM. Jika SIM dan STNKnya tidak ada atau tidak sah maka kami akan menyita kendaraannya” (Hasil wawancara dengan AM, 10 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa Kepolisian memiliki kewenangan
untuk melakukan penyitaan berupa SIM, STNK dan kendaraan pelanggar. Jika SIM
dan STNK yang ditunjukkan tidak sah atau tidak dapat menunjukkannya kepada
petugas Kepolisian maka kendaraannya yang akan di sita sebagai tanda bukti
penyitaan atas barang yang disita oleh pihak Kepolisian dari pelanggar.
Adapun hasil wawancara yang masyarakat Kabupaten Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Pada saat itu kepolisian melakukan oprasi zebra dan saya tidak membawa
SIM karena saya sedang terburu-buru dan ada keperluan mendesak makanya saya tetap nekad untuk melewati jalan yang dilakukan oprasi oleh Kepolisian dan tiba-tiba saya disuruh berhenti oleh salah satu Polisi yang sedang bertugas dan meminta surat-surat kendaraan, karena saya tidak membawa SIM makanya saya hanya menunjukkan STNK pada polisi dan polisi tersebut menahan STNK saya dan digantikan dengan surat tilang” (Hasil wawancara
dengan RM, 15 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa faktor masayarakat melakukan
pelanggaran lalu lintas yakni adanyan keperluan yang mendesak sehingga surat-surat
penting dalam berkendara lupa dibawa sehingga melakukan pelanggaran lalu lintas.
Namun apapun alasannya masayarakat tetap melakukan pelanggaran yang telah
diatar dalam undang-undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
63
Pendapat yang sama dengan masyarakat sebagai pengemudi Kabupaten Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Saya pernah ditilang karena tidak membawa SIM dan pihak kepolisian menawarkan kepada saya untuk disidang ditempat atau disidang dipengadilan. Lalu saya memilih untuk disidang ditempat karena menurut saya apabila disidang di pengadilan prosesnya lebih lama dan dendanya pun bisa lebih mahal” (Hasil wawancara dengan RM, 15 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di ketahui bahwa proses hukum terkesan berbelit-
belit sehingga kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk sidang ditempat untuk
melakukan damai dengan pihak kepolisian dengan melakukan suap dibandingkan
menyelesaikan perkara lalu lintas di persidangan.
Dari beberapa wawancara diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
Penindakan pelanggaran lalu lintas yang di lakukan oleh Polisi lalu lintas terhadap
pengguna jalan Kabupaten Gowa yang biasanya di kenal dengan proses tilang dan
melakukan penyitaan berupa Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) serta kendaraan, sebagai sebagai tanda bukti penyitaan atas
barang yang disita oleh pihak Kepolisian dari pelanggar.
Hasil penelitian tersebut senada dengan teori yang didapatkan pada bab II
menurut Alam dan Amir Ilyas (2010: 79-80) yang mengatakan bahwa strategi
represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau pelanggaran diberikan
penindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman berupa tilang
dan denda serta melakukan penyitaan.
Tilang dan penyitaan dilakukan sebagai bentuk efek jerah agar masyarakat
tidak lagi melakukan pelanggaran Untuk mengurangi pelanggara lalu lintas, namun
64
kewenangan kepolisian dalam melakukan penyitaan dalam penilangan sering sekali
di salah gunakan oleh beberapa oknum Kepolisian untuk melakukan pemerasan
terhadap pengendara, ini menjadi permasalahan yang sering terjadi dalam
pelaksanaan bagaimana kewenangan dan fungsi aparat Kepolisian dalam melakukan
penyitaan barang bukti tindak pidana pelangaran lalu lintas. Berdamai dengan
pelanggar lalu lintas Berdamai dengan pelanggar lalu lintas dan meminta uang
(pungli) adalah memberi pengalaman yang sangat jelek bagi para pelanggar, mereka
tidak mengindahkan lagi pelanggaran yang dilakukan karena tidak mendapat sanksi
apa-apa dari petugas, tetapi akan mendidik menyiapkan uang untuk memberi
kepetugas guna pelanggran yang dilakukan, jelas bagi mereka yang melakukan
pungli ini akan menambah permasalahan lalu lintas.
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung
1. Faktor Penghambat
Faktor penghambat adalah sesuatu yang sifatnya menghambat. Hambat
sendiri maksudnya adala membuat sesuatu hal bisa perjalanan, pekerjaan dan
semacamnya menjadi tidak lancar, lambat atau tertahan. Adanya hambatan atau
kendala tersebut sering menyebabkan masyarakat Kabupaten Gowa untuk
melakukan pelanggaran lalu lintas, diantaranya sebagai berikut:
a. Pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat masih kurang
Pengetahuan adalah segala informasi yang ketahui. Dengan adanya
pengetahuan yang didapatkan seseorang menjadi mengetahui perbedaan kebenaran
dan kesalahan. Setiap pengguna jalan wajib mengetahui dan memahami setiap aturan
yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-undang, Perpu,
65
Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi
dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Selain memiliki
pengetahuan tentang peraturan dalam lalu lintas masyarakat juga harus memiliki
sikap kesadaran yang merupakan keadaan mengingat, sehingga dengan pengetahuan
yang dimiliki masyarakat tidak melakukan pelanggaran lalu lintas karena memiliki
sikap kesadaran bahwa melanggar peraturan lalu lintas adalah perbuatan yang salah.
Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran yang dimiliki masyarakat adalah dua hal
yang sangat penting dalam berlalu lintas.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Pengetahuan masyarakat tentang keselamatan dan tertib berlalu lintas masih
kurang sehingga kesadaran masyarakat tentang peraturan lalu lintas masih minim” (wawancara dengan ID 8 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa pengetahuan masyarakat terhadap
peraturan lalu lintas atau tata tertib lalu lintas masih kurang, sehingga masyarakat
sering kali menyepelekan keselamatannya sendiri yang bahkan bisa berdampak
terhadap keselamatan orang lain. Selain itu, kurangnya kesadaran dalam diri
masyarakat dalam mentaati peraturan lalu lintas karena menganggap hal tersebut
tidak penting, masyarakat hanya menganggap bagaimana bisa sampai ketempat yang
ingin dituju. Sikap kurangnya kesadaran inilah yang menjadi penyebab masyarakat
melakukan pelanggaran lalu lintas. Berikut hasil wawancara di atas, Kanit Dikyasa
Satlantas Polres Gowa yang mengatakan bahwa:
“Masyarakat selalu menganggap bahwa melakukan pelanggaran lalu lintas
adalah hal-hal yang biasa sehingga mereka terus melakukannya. Misalnya
66
masyarakat tidak menggunakan helm ketikan tujuannya dekat” (wawancara dengan MS 15 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa adanya anggapan bahwa
melakukan pelanggaran lalu lintas adalah hal yang biasa. Hal ini yang menyebabkan
masyarakat sering melakukan pelanggaran secara berulang baik itu pelanggaran yang
sama maupun bentuk pelanggaran yang berbeda terutama masyarakat tidak
menggunakan helm ketika tempat tujuan mereka dekat, namun masyarakat tidak
menyedari bahwa penggunaan helm ketika berkendara sangat penting bagi
keselamatan diri sendiri sebagai pemakai jalan.
Adapun hasil wawancara yang dikemukakan Kanit Turjawali Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Sebagian besar masyarakat tertib berlalu lintas ketika ada polisi yang sedang
melakukan penertiban atau pengaturan lalu lintas dan oprasi, namun jika mereka tidak melihat polisi yang sedang bertugas dijalan raya masyarakat kembali melakukan pelanggaran lalu lintas” (wawancara dengan DL 10 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa tertib berlalu lintas pengendara
roda empat maupun pengendara roda dua hanya dilakukan pada saat pihak kepolisian
sedang melakukan tugas di jalan raya, selebihnya masyarakat kembali melakukan
pelanggaran lalu lintas baik dengan pelanggaran yang sama maupun pelanggaran
yang berbeda. Adapun hasil wawancara peneliti dengan Kaur Mintu Satlantas Polres
Gowa yang mengatakan bahwa:
“Sebagian besar masyarakat gowa bekerja di Makassar, apalagi yang berada
diwilayah kota yang jumlah penduduknya lebih banyak. Karena mereka orang yang bekerja, jadi lebih fokus pada pekerjaan dibandingkan anak-
67
anaknya. Sikap kepedulian itulah yang kurang sehingga menjadikan anak-anak liar dalam berkendara” (wawancara dengan AZ 8 Mei 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui sebagian besar masyarakat yang
bertempat tinggal diwilayah kota adalah orang-orang bekerja. Untuk itu mereka tidak
memiliki kesempatan untuk mengantar anak-anaknya kesekolah mereka malah
membiarkan anak-anaknya membawa kendaraan sehingga terjadi pelanggaran lalu
lintas. Hal tersebut juga berdampak pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan pihak
kepolisian yang kesulitan untuk bertemu langsung dengan orang tua siswa.
Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahan dan
kesadaran masyarakat Kabupaten Gowa dalam mematuhi peraturan-peraturan lalu
lintas masih kurang, walaupun sudah banyak dilakukan tindakan untuk memberikan
pemahaman kepda masyarakat seperti penyuluhan, sosialisasi, pembagian brosur dan
stikker namun masih banyak masyarakat Kabupaten Gowa yang melakukan
pelanggaran. Hal ini terjadi karena tingkat kesadaran dalam diri masih sangat
kurang. Untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengendara tidak hanya
cukup dibekali dengan pengetahuan, akan tetapi harus menumbuhkan sikap
kesadaran untuk berkendara juga sangat penting. Dengan adanya sikap sadar dan
didukung oleh pengetahuan yang dimiliki masyarakat maka pengendara akan lebih
mematuhi peraturan-peraturan berlalu lintas. Namun kenyataannya, hal ini masih
sebatas pemberian informasi kepada masyarakat, tetapi belum mampu merubah
kesadaran masyarakat atau menanamkan kesadaran kepada masyarakat agar dapat
mematuhi tata tertib berlalu lintas.
68
b. Kurangnya personil Kepolisian
Salah satu faktor yang menjadi hambatan Polres Gowa dalam melakukan
strategi untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas adalah kurangnya personil
Satlantas Polres Gowa.
Tabel 4.12 Jumlah Personel Satlantas Polres Gowa
No Jabatan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kasatlantas
Kaur Binopsnal
Kaur Mintu
Kanit Regident
Kanit Dikyasa
Kanit Laka
Kanit Turjawali
Banit Mintu
Banit Regident
Banit Dikyasa
Banit Laka
Banit Turjawali
1
1
1
1
1
1
1
4
10
3
11
31
Jumlah 66
Sumber: Satlantas Polres Gowa, Juni 2019
Sesuai dengan uraian tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah anggota
satuan lalu lintas (Satlantas) Polres Gowa berjumlah 66 orang yang terdiri dari
Kasatlantas 1 orang, Kaur Binopsnal 1, Kaur Mintu 1 orang yang disertai dengan
Banit Mintu 4 orang, Kanit Regident orang yang disertai dengan Banit Regident 10
orang, Kanit Dikyasa 1 orang yang disertai dengan Banit Dikyasa 3 orang, Kanit
Laka 1 orang yang disertai dengan Banit Laka 11 orang, dan Kanit Turjawali 1 orang
69
yang disertai dengan Banit Turjawali sebanyak 31 orang, dengan jumlah keseluruhan
66 orang.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kanit Dikyasa Satlantas Polres
Gowa mengatakan bahwa:
“Salah satu yang menjadi hambatan kami melakukan sosialisasi adalah kurangnya personel Kepolisian di bagian Satlantas, dan jarak yang terlalu jauh sehingga kami tidak dapat menjangkau seluruh desa yang ada di Kabupaten Gowa” (Hasil wawancara dengan MS, 10 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa yang menjadi hambatan dalam
melakukan sosialisasi di pedesaan karena jarak yang jauh sehingga dapat
menjangkau seluruh desa yang ada di Kabupaten Gowa. Adapun wawancara peneliti
dengan Kaur Binopsnal Satlantas Polres Gowa mengatakan bahwa:
“Memang perlu penambahan personel yang sekarang ini realnya hanya berjumlah 66 orang sehingga kami terkendala dalam melakukan melakukan upaya mengurangi pelanggaran lalu lintas” (Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa kurangnya personel anggota
kepolisian Satlantas menjadi kendala dalam melakukan upaya dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas.
Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kurang porsonel
Satlantas Polres Gowa sangat mempengaruhi strategi Kepolisian yang menjadi
kendala dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas Kabupaten Gowa. Kondisi ini
dibuktikan dengan ketidak sesuaian kebutuhan pelaksanaan tugas di lapangan yang
sangat padat. Hal ini meyebabkan Kepolisian terkendala dalam melakukan upaya
pencegahan dan penindakan dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas, utamanya
70
pada Kepolisian yang bertugas dalam melakukan sosialisasi kepada pelajar dan
masyarakat yang hanya berjumlah 4 orang sementara wilah Kabupaten cukup luas
sehingga Pihak Kepolisian tidak dapat menjangkau seluruh wilah utamanya daerah
pedesaan.
2. Faktor pendukung
Faktor pendukung adalah semua faktor yang sifatnya turut mendorong,
menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat terjadinya sesuatu.
Adapun faktor yang mendukung Kepolisian dalam melakukan strategi untuk
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Gowa yaitu:
a. Kerja sama Pihak Kepolisian
Kerjasama adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama bisa terjadi ketika individu-
individu yang bersangkutan mempunyai kepentingan dan kesadaran yang sama
untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Dalam hal ini
kerjasama yang dimaksud yaitu kerjasama antara pihak Kepolisian dengan pihak
sekolah maupun masyarakat. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kaur
Binopsnal Satlantas Polres Gowa yang mengatakan bahwa:
“Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan yang akan diselenggarakan kepada para pelajar selalu dilakukan koordinasi terlebih dahulu kepada pihak sekolah yang akan dikunjungi karena kami juga tidak mau mengorbankan jam pelajaran mereka”
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa koordinasi sebagai langkah awal
yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk memberikan kepastian agar kegiataan
71
yang akan dilakukan tidak mengganggu kegiatan lainnya. Tujuan melakukan
koordinasi salah satunya adalah mencegah terjadinya konflik dalam melakukan
kerjasama. Selain itu koordinasi sebagai langkah yang baik agar tercipta interaksi
yang baik antara pihak kepolisian dengan pihak sekolah.
Hasil wawancara yang dikemukakan Kaur Mintu Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Selain dalam bentuk penyampaian langsung kepada anak sekolah kami juga memberikan selebaran kepada pihak sekolah dimana selebaran tersebut berisi surat pernyataan yang diberikan kepada para siswa untuk diberikan kepada orang tua mereka dan wajib menandatangani surat pernyataan tersebut yang berisi bahwa tidak akan memberikan kendaraan kepada anak-anaknya” (Hasil
wawancara dengan AZ, 8 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa selain memberikan pemahaman
langsung kepada anak sekolah Pihak Kepolisian juga memberikan selebaran yang
berisi surat pernyataan kepada para orang tua siswa yang menyatakan bahwa
orangtua tidak boleh memberikan kendaraan kepada anaknya karena belum memiliki
kematangan dalam berkendara. Kerja sama lainnya yang dilakukan dengan pihak
Honda dan Yahama.
Adapun hasil wawancara dengan Kanit Dikyasa Satlantas Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Dalam kegiatan pelatihan melalui safaty riding kami melibatkan pihak Honda atau Yahama untuk mendukung kegiatan yang akan kami lakukan baik kepada pelajar maupun masyarkat” (Hasil wawancara dengan MS, 15 Juni 2019).
72
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa dalam kegiatan pelatihan yang
dilakukan Kepolisian melibatkan pihak honda dan yamaha untuk membantu
kelancarkan kegiatan pelatihan melalui safaty riding.
Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa adanya dukungan
dari pihak sekolah di Kabupaten Gowa dalam melakukan sosialisasi atau penyuluhan
serta pelatihan tata tertib berlalu lintas, sangat membantu Pihak Kepolisian dalam
melaksanakan tujuan untuk menciptakan keamanan, kenyamanan pengendara dan
kelancaran arus lalu lintas di jalan raya.
b. Buku Tilang
Peraturan yang merupakan perangkat berisi patokan dan ketentuan untuk
dijadikan pedoman sebagai hasil dari keputusan yang telah disepakati oleh
masyarakat yang bersifat mengikat, membatasi dan mengatur dan harus ditaati serta
harus dilakukan untuk menghindari sangsi dengan tujuan menciptakan ketertiban,
keteraturan, dan kenyaman. Peraturan dibuat dengan tujuan untuk mengatur sehingga
terjadi keteraturan, untuk bisa mencapai tujuan, yakni keteraturan tersebut, tentu
peraturan harus dipatuhi. Peraturan juga merupakan tanda kepastian dan ketegasan,
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Adapun hasil wawancara dengan Kaur Binopsal Satlantas Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Setiap polisi yang ditugaskan dalam melakukankegiatan operasi harus memiliki buku tilang agar menjadi penunjang ketika terjadi pelanggaran pihak kepolisian memiliki kewenangan dalam memberlakukan penilangan. Dalam
73
buku tilang terdapat pasal-pasal dan beserta denda yang harus dibayar oleh pelanggar” (Hasil wawancara dengan IA, 8 Juni 2019).
Wawancara diatas dapat di ketahui bahwa Setiap polisi harus memiliki buku
tilang yang berisi peraturan-peraturan yang terdapat sanksi denda sejumlah uang
sesuai dengan bentuk pelanggaran yang dilakukan pelanggar
Pendapat yang sama dengan Banit Tilang Satlantas Polres Gowa yang
mengatakan bahwa:
“Pada saat masayarakat melakukan pelanggaran kami akan menegur
pelanggar dan menerangkan dengan jelas kepada pelanggar apa kesalahan yang terjadi, pasal berapa yang telah dilanggar dan beserta denda yang harus dibayar oleh pelanggar dengan menunjukkan buku tilang” (Hasil wawancara dengan AM, 10 Mei 2019).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Penegakan hukum
bidang lalu lintas adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum bidang lalu lintas dan angkutan jalan secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
seabgaimana yang telah diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan. Penegakan hukum yang kuat memerlukan komitmen moral yang
tinggi harus dimiliki oleh penagakan hukum. Hanya dengan tegaknya hukum,
keberlangsungan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara dapat terus berlangsung
aman, tertib, dalam suasana yang damai. Namun kenyataannya hukum di Kabupaten
Gowa masih melemah karena masih terdapat masyarakat yang menyelesaikan proses
tilang dengan membayar uang yang lebih sedikit di bandingkan sanksi yang telah di
tetapkan dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan atau
buku tilang.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai Strategi Kepolisian dalam
Mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kabupaten Gowa, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pelanggaran lalu lintas selama tiga bulan dari bulan
oktober sampai pada bulan desember pada tahun 2018 pelanggaran lalu lintas
mengalami penurunanan namun, pelanggaran lalu lintas adakalanya mengalami
peningkatan. Oleh karena itu dilihat strategi preventif (pencegahan) yang
dilakukan Satlantas Polres Gowa belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari
data sosialisasi yang dilakukan kepada di kalangan pelajar dan masyarakat belum
maksimal. Salah satu faktor yang menjadi hambatan Polres Gowa dalam
melakukan strategi untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas adalah kurangnya
personil Satlantas Polres Gowa. Kondisi ini dibuktikan dengan ketidak sesuaian
kebutuhan pelaksanaan tugas di lapangan yang sangat padat. Hal ini meyebabkan
Kepolisian terkendala dalam melakukan upaya pencegahan dan penindakan dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas, utamanya pada Kepolisian yang bertugas
dalam melakukan sosialisasi kepada pelajar dan masyarakat yang hanya
berjumlah 4 orang sementara wilah Kabupaten cukup luas sehingga Pihak
Kepolisian tidak dapat menjangkau seluruh wilah utamanya daerah pedesaan di
Kabupaten Gowa.
75
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian maka penulis memberikan saran yang
semestinya akan dapat bermanfaat untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Gowa.
1. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, tenaga pendidik, anak-
anak sekolah, orangtua maupun masyarakat umum untuk meminimalisir atau
mengurangi adanya masalah-masalah pelanggaran lalu lintas dengan mematuhi
peraturan-peraturan lalu lintas yang berlaku sesuai dengan undang-undang no
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat maupu aparat penegak hukum itu sendiri.
2. Perlu adanya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menghindari
terjadinya pelanggaran lalu lintas. Disinilah peran kepolisian sangat
dibutuhkan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat agar menerima dan
melaksanakan strategi atau cara-cara yang dilakukan oleh pihak kepolisian
dalam menangangani masalah pelanggaran lalu lintas.
76
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A.S dan Ilyas, Amir. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi Books.
Daft, Richard L. 2011. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
David, Fred R. 2005. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Grasindo, Jakarta.
Hariadi, Bambang. 2005. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Bisnis.
Bayumedia Publishing: Malang.
Koteen, J Salusu. 1991, Pengambilan Keputusan Strategi: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Frofil. Jakarta: Grasindo
Miles dan Huberman. 2012. Teknik Analisis Data. Jakarta: PT Gunung Agung.
Muhammad, Suarsono. 2013. Strategi pemerintahan: Manajemen Organisasni Publik, Jakarta: Erlangga.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integradet Marketing Communication. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Salusu J. 2006. Pengambilan Keputusan Strateguk Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Jakarta: Grasindo.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 2014. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Soekanto, Soerjono. 1990. Polisi Lalu Lintas. Bandung: Mandar Maju.
Tripomo, Tedjo. 2005. Manajemen Strategi. Rekayasa Sains, Jakarta.
77
Winardi J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. 2003. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang RI No 22 Tahun 2009 pasal 7 ayat (e) Tentang Lalu lintas dan jalan raya.
Undang-undang RI No 22 Tahun 2009 pasal 105 tentang Lalu lintas Penggunaan
Jalan
Undang-Undang RI No 22 tahun 2009 pasal 260 ayat (1), Tentang Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang RI No.2 Tahun 2002 Pasal 14 ayat (1b) Tentang Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia.
78
L
A
M
P
I
R
A
N
79
Dokumentasi di kantor Polres Gowa
Hasil wawancara dengan Kaur Binopnal Satlantas Polres Gowa
Hasil wawancara dengan Kaur Mintu Satlantas Polres Gowa
80
Hasil wawancara dengan Kanit Turjawali Satlantas Polres Gowa
Hasil wawancara dengan Kanit Dikyasa Satlantas Polres Gowa
Hasil wawancara dengan Ba Tilang Satlantas Polres Gowa
81
Hasil wawancara dengan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa
Hasil wawancara dengan pelajar SMA Negeri 10 Sungguminasa
Hasil wawancara dengan masyarakat Kabupaten Gowa
82
Sosialisasi oleh Satlantas Polres Gowa dengan pelajar yang disertai dengan pelatihan
pada halaman 45-52
Sosialisasi oleh Satlantas Polres Gowa dengan masyarakat yang disertai dengan
pembagian brosur pada halaman 52-56
83
RIWAYAT HIDUP
Mirnawati, lahir di Kalumpang pada tanggal 1998.
Anak pertama dari 2 bersaudara, buah cinta dan kasih dari
pasangan dari Mustafa dan Salma dalam keluarga yang
sederhana. Penulis memulai jenjang pendidikan dasar
pada tahun 2003 di SD Inpres Bontosallang Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa dan selesai pada tahun
2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 dan
Bontonompo Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa selesai pada tahun 2010.
Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Bajeng Barat Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dan selesai pada tahun
2015. Berkat usaha dan kerja keras yang disertai doa kedua orang tua pada tahun
2015, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Program Strata satu (S1). Penulis sangat bersyukur atas rahmat dan kasih
sayang Allah SWT karena telah diberikan kesempatan untuk membina ilmu
pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Saat ini penulis
mengharapkan dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik dan
membahagiakan kedua orang tua serta berusaha menjadi manusia yang berguna bagi
agama, masyarakat bangsa dan Negara.