pemahaman kebijakan publik - unismuh

305
Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si i

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dr. NuryanƟ Mustari, S.IP, M.Si

Pemahaman

KEBIJAKAN PUBLIK

Formulasi, Implementasi dan Evaluasi

Kebijakan Publik

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si

i

Page 2: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

ii Kebijakan Publik

PEMAHAMAN KEBIJAKAN PUBLIK

Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik

--Yogyakarta: LeutikaPrio, 2015

xviii + 286 hlm.; 14,5x21 cm

Cetakan Pertama, November 2015

Penulis : Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si

Desain Sampul : Cynthia

Tata Letak : Anwar

Jl. Wiratama No. 50, Tegalrejo, Yogyakarta, 55244

Telp. (0274) 625088

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin dari penerbit.

ISBN 978-602-371-....

Dicetak oleh PT Leutika Nouvalitera

Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Page 3: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kata Pengantar

Alhamdulillah wasyukurillah penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan buku ajar kompleksitas

kebijakan publik.

Kebijakan publik merupakan bentuk intervensi

pemerintah menyelesaikan masalah-masalah publik dalam

berbagai aspek kehidupan. Melalui kebijakan publiklah

pemerintah memiliki kekuatan dan kewenangan hukum

untuk menata kehidupan masyarakat dan sekaligus

memaksakan segala ketentuan yang telah ditetapkan,

sehingga kebijakan publik terkadang menuai pro kontra

dari masyarakat.

Buku ini memuat pemahaman kebijakan publik

secara teoritis yang direlevansikan dengan aspek

kontekstual di lapangan. Bahasan dalam buku ini meliputi

aspek-aspek keilmuan kebijakan publik, antara lain: konsep

dasar kebijakan publik, aliran kebijakan publik, jenis-

jenis kebijakan publik, model formulasi kebijakan, model

implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan publik.

Buku ini berusaha sejauh mungkin untuk mengkorelasikan

teori-teori mengenai kebijakan publik dengan realita

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si iii

Page 4: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

melalui berbagai contoh hasil penelitian dan praktek

lapangan.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua

pihak khususnya mahasiswa Fisip Unismuh Makassar

yang selalu menjadi sumber inspirasi untuk menghasilkan

karya yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan

bacaan mereka.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dalam buku ini. Karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan adanya masukan

dan kritik konstruktif dari semua pihak guna perbaikan

subtansi buku ini kedepan. Akhir kata, selamat membaca,

semoga memberikan manfaat.

Makassar, 17 Oktober 2015

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si

iv Kebijakan Publik

Page 5: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

I. Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : Kebijakan Publik

Kode Mata Kuliah/SKS : KU 64318

Semester : III (Tiga)

Status Mata Kuliah : Wajib

II. Pengajar

Nama : Dr. Nuryanti Mustari,S.IP,M.Si

Alamat : Griya Persada Manggarupi B3 No.6

Telepon : 081355584880

III. Deskripsi Substansi Perkuliahan

Kebijakan publik merupakan mata kuliah wajib

yang menjadi ilmu pengetahuan dasar mengenai kebijakan

publik. Karena itu, bahasan dalam mata kuliah ini meliputi

aspek-aspek keilmuan kebijakan publik, antara lain:

konsep dasar kebijakan publik, aliran kebijakan publik,

jenis-jenis kebijakan publik, model formulasi kebijakan,

model implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan

publik. Perkuliahan ini berusaha sejauh mungkin untuk

mengkorelasikan teori-teori mengenai kebijakan publik

dengan realita melalui berbagai contoh dan praktek

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si v

Page 6: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

lapangan. Dengan demikian pada akhir perkuliahan,

mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek

keilmuan dari kebijakan publik: konsep kebijakan publik,

aliran kebijakan publik, jenis kebijakan publik, formulasi

kebijakan, implementasi dan evaluasi kebijakan publik.

IV. Organisasi Materi

1. Konsep Kebijakan Publik

a. Konsep Dasar Kebijakan Publik

b. Hubungan Kebijakan Publik, Politik dan

Negara

2. Aliran Kebijakan Publik

a. Aliran kontinentalis

b. Aliran anglosaxonis

3. Ciri, jenis dan tingkat kebijakan Publik

a. Ciri Kebijakan Publik

b. Jenis Kebijakan Publik

c. Tingkat Kebijakan Publik

4. Sistem dan siklus kebijakan publik

a. Sistem kebijakan publik

b. Siklus kebijakan publik

vi Kebijakan Publik

Page 7: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

5. Formulasi Kebijkan Publik

a. Penyusunan Agenda Kebijakan Publik

b. Konsep Formulasi Kebijakan Publik

c. Pendekatan dalam Formulasi Kebijakan

Publik

d. Model Formulasi Kebijakan Publik

e. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

f. Hal-Hal yang Mempengaruhi Proses Formulasi

Kebijakan Publik

g. Interaksi Akar yang ada dalam Formulasi

Kebiajakan Publik

h. Model Oreantasi Aktor dalam Formulasi

Kebijakan Publik

i. Relevasi Rekonsiliasi dalam Proses Formulasi

Kebiajakan Publik

6. Implementasi Kebijakan Publik

a. Defenisi Implementasi Kebijakan Publik

b. Pendekatan implementasi kebijakan publik

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi implemen-

tasi kebijakan publik

d. Model Implementasi Kebijakan Publik

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si vii

Page 8: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

7. Kompetensi aparat birokrasi dalam perspektif

implementasi kebijakan publik.

a. Pengertian kompetensi

b. Konsep aparatur birokrasi

c. Perilaku Birokrasi

d. Perilaku Birokrasi dalam Pengimplementasian

Kebijakan Publik

e. Design Kebijakan yang detil

8. Evaluasi kebijakan Publik

a. Defenisi evaluasi kebijakan publik

b. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

c. Tujuan Evaluasi Kebijakan Publik

d. Tahap Evaluasi Kebijakan Publik

e. Hambatan Evaluasi Kebijakan Publik

f. Evaluasi terhadap Dampak Kebijakan

g. Evaluasi Seluruh Kebijakan, Bukan Sebagian

h. Dimensi Evaluasi Kebijakan Publik

viii Kebijakan Publik

Page 9: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

V. Metode dan Strategi Perkuliahan

Metode perkuliahan yang dipakai yaitu problem

based learning (PBL) method. Karena itu, strategi

pembelajaran berupa tanya jawab, tugas terstruktur,

diskusi, belajar mandiri, permainan peran (role play), dan

studi lapang. Pada awal perkuliahan, tanya jawab dilakukan

untuk mengetahui mengenai kebijakan publik yang telah

dimiliki sebelumnya (prior knowledge) oleh mahasiswa

dan untuk melakukan brainstorming atas permasalahan-

permasalahan yang telah diidentifikasi. Tanya jawab juga

dilakukan pada pertengahan maupun akhir perkuliahan.

Sedangkan diskusi berkelompok dilaksanakan untuk

topik-topik tertentu setelah ujian tengah semester. Diskusi

kelompok menggunakan model Jicsaw dan Small Group

Discussion. Permainan peran dilakukan untuk topik

proses formulasi kebijakan publik dalam rangka belajar

memainkan peran dan memahami hakikat substansi

topik yang sedang dibahas. Tugas mandiri merupakan

pekerjaan rumah (homework) untuk mengkaji learning

goal yang belum dibahas pada saat perkuliahan. Studi

lapangan dilakukan setelah semua materi dirampungkan,

untuk menemukan dinamika kebijakan publik secara riil

dilapangan kemudian melakukan perbandingan antara

pemahaman teoritis yang dipahami dengan realitas empirik

yang ditemukan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si ix

Page 10: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

VI. Tugas-Tugas

Mahasiswa diwajibkan untuk membahas,

mengerjakan dan mempersiapkan tugas-tugas yang

telah ditentukan. Tugas-tugas terdiri dari tugas mandiri

yang dikerjakan di luar perkuliahan, tugas yang

harus disimpulkan, dan tugas kelompok yang harus

dipresentasikan dengan powerpoint dan kertas plano.

VII. Ujian-ujian

Ujian-ujian terdiri dari ujian tertulis dalam bentuk

essay dalam masa tengah semester dan akhir semester.

Ujian tengah semester (UTS) atas materi perkuliahan

nomor 1, 2, 3 dan 4. Sedangkan ujian akhir semester (UAS)

dilakukan atas materi 5, 6, dan 7. Materi perkuliahan nomo

8 dinilai dari tugas-tugas yang dipresentasikan. Ujian lisan

dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan dengan

mahasiswa.

VIII. Penilaian

Penilaian meliputi aspek hard skill dan aspek soft

skill. Penilaian hard skill dilakukan melalui tugas-tugas

(TT), UTS dan UAS. Nilai hard skill diperhitungkan

menggunakan rumus nilai akhir (NA) yaitu :

x Kebijakan Publik

Page 11: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

NA = (UT S + TT ) / 2 + 2(UAS )

3

Penilaian soft skill (sikap dan perilaku) berdasarkan

pada pengamatan dalam tatap muka selama perkuliahan,

diskusi, pengumpulan tugas-tugas, kehadiran dalam

perkuliahan, kedisiplinan, dan sikap dalam pelaksanaan

ujian. Nilai soft skill ini dikombinasikan dengan NA untuk

menentukan Nilai Hasil Studi (NHS) mahasiswa. NHS

ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

Nilai Range

A 80-100

B 65-79

C 55-64

D 40-54

E 0- 39

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si xi

Page 12: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

xii Kebijakan Publik

Page 13: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................. iii

Daftar Isi ...................................................................... xiii

BAB 1 KONSEP DASAR KEBIJAKAN PUBLIK .. 1

A. Tujuan..................................................................... 1

B. Pokok Bahasan ....................................................... 1

C. Intisari Bacaan ....................................................... 1

D. RANGKUMAN ..................................................... 20

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ......... 21

BAB 2 ALIRAN KEBIJAKAN PUBLIK ................. 24

A. Tujuan..................................................................... 24

B. Pokok Bahasan ....................................................... 24

C. Intisari Bacaan........................................................ 24

D. RANGKUMAN ..................................................... 34

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ......... 35

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si xiii

Page 14: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 3 CIRI-CIRI, JENIS DAN TINGKAT

KEBIJAKAN PUBLIK ............................................. 37

A. Tujuan.................................................................... 37

B. Pokok Bahasan ...................................................... 37

C. Intisari Bacaan ...................................................... 38

D. RANGKUMAN .................................................... 44

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ....... 45

BAB 4 SISTEM DAN SIKLUS KEBIJAKAN

PUBLIK ...................................................................... 46

A. Tujuan.................................................................... 46

B. Pokok Bahasan ...................................................... 46

C. Intisari Bacaan....................................................... 46

D. RANGKUMAN .................................................... 56

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ........ 57

BAB 5 PENYUSUNAN AGENDA DAN

FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK .................... 59

A. Tujuan.................................................................... 59

B. Pokok Bahasan ...................................................... 60

C. Intisari Bacaan....................................................... 60

D. RANGKUMAN .................................................... 128

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ........ 130

xiv Kebijakan Publik

Page 15: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 6 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PUBLIK ...................................................................... 135

A. Tujuan.................................................................... 135

B. Pokok Bahasan ...................................................... 135

C. Intisari Bacaan....................................................... 136

D. RANGKUMAN .................................................... 189

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ........ 190

BAB 7 KOMPETENSI APARAT BIROKRASI

DALAM PERSPEKTIF IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PUBLIK ............................................. 193

A. Tujuan.................................................................... 193

B. Pokok Bahasan ...................................................... 193

C. Intisari Bacaan....................................................... 194

D. RANGKUMAN .................................................... 217

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ........ 218

BAB 8 EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK ......... 221

A. Tujuan.................................................................... 221

B. Pokok Bahasan ...................................................... 222

C. Intisari Bacaan ...................................................... 222

D. RANGKUMAN .................................................... 272

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN ........ 274

GLOSARIUM.............................................................. 277

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si xv

Page 16: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

xvi Kebijakan Publik

Page 17: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Daftar Gambar

Gambar 2.1 : Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia............................................. 29

Gambar 4.1 : Siklus Kebijakan Publik ..................... 53

Gambar 5.1 : Model sistem Formulasi Kebijakan .... 80

Gambar 5.2 : Hubungan Tiga Elemen Sistem

Kebijakan............................................ 82

Gambar 5.3 : Matriks Pemilihan Model ................... 83

Gambar 6.1 : Sekuensi Implementasi Kebijakan ..... 148

Gambar 6.2 : Model Implementasi Kebijakan

Menurut Meter dan Horn. ................... 151

Gambar 6.3 : Model Implementasi Kebijakan

Menurut Masmanian dan Sabatier ...... 154

Gambar 6.4 : Model Implementasi Kebijakan

Menurut Charles Jones. ...................... 156

Gambar 6.5 : Model Implemetasi Kebijakan

Edward III.......................................... 165

Gambar 6.6 : Matriks Matland ................................. 173

Gambar 6.7 : Ambiguitas Matland ........................... 177

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si xvii

Page 18: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Daftar Tabel

Tabel 7.1 : Korelasi Formulasi Kebijakan dengan

Implementasi Kebijakan........................ 213

xviii Kebijakan Publik

Page 19: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 1

KONSEP DASAR KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 1 ini, Anda diharapkan

akan dapat:

1. Mengetahui konsep dasar kebijakan publik

2. Menjelaskan hubungan kebijakan publik, politik dan

negara

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 1 dijelaskan

1. Pengertian dasar kebijakan publik

2. Deskripsi Hubungan Kebijakan publik, Politik dan

Negara

C. Intisari Bacaan

1. Pengertian Dasar Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan kewenangan

pemerintah menjalankan tugas dan fungsinya dalam

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 1

Page 20: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

hubungannya dengan masyarakat dan dunia usaha.

Pada dasarnya kebijakan pemerintah dalam menata

kehidupan masyarakat di berbagai aspek merupakan

kebijakan yang berorientasi pada kepentingan

publik (masyarakat). Pengertian kebijakan (policy)

adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk

mengarahkan pengambilan keputusan. Dalam setiap

penyusunan kebijakan publik diawali oleh perumusan

masalah yang telah diidentifikasi kemudian

pelaksanaan kebijakan tersebut ditujukan untuk

mengatasi masalah yang terjadi dalam masyarakat.

Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering

diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam kegiatan-kegiatan akademis, seperti dalam

kuliah-kuliah ilmu sosial politik, ekonomi, dan hukum.

Namun istilah ini mungkin juga untuk menunjuk

sesuatu yang lebih khusus, kebijakan pemerintah

tentang Debirokratisasi dan Deregulasi. Menurut

Charles O. Jones (1984;25), istilah kebijakan (policy)

digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan

untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang

sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan

dengan tujuan (goals), program, keputusan (decision),

standar, proposal dan grand design. Namun demikian,

meskipun kebijakan publik mungkin kelihatan sedikit

abstrak atau mungkin dapat dipandang sebagai sesuatu

2 Kebijakan Publik

Page 21: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang terjadi terhadap seseorang, namun sebenarnya

sebagaimana beberapa contoh yang telah disebutkan

terdahulu pada dasarnya kita telah dipengaruhi secara

mendalam oleh banyak kebijakan publik dalam

kehidupan sehari-hari.

Kemudian, James Anderson (1979;4) mengatakan

secara umum istilah “kebijakan” atau “policy”

dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor

(misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun

suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam

suatu bidang kegiatan tertentu. Pengertian kebijakan

seperti ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk

keperluan pembicaraan-pembicaraan bisa, namun jadi

kurang memadai untuk pembicaraan-pembicaraan

yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut

analisis kebijakan publik. Oleh karena itu diperlukan

batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih tepat.

Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau

definisi mengenai apa yang dimaksud dengan

kebijakan publik (public policy) khususnya dalam

literatur ilmu politik. Masing-masing definisi tersebut

memberi penekanan yang berbeda-beda. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan definisi dipengaruhi

oleh masalah tertentu yang ingin ditelaah oleh seorang

analisis kebijakan. Sementara disisi lain, pendekatan

dan model yang digunakan para ahli akhirnya juga

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 3

Page 22: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

akan menentukan bagaimana kebijakan publik tersebut

hendak didefinisikan. Misalnya, apakah kebijakan

dilihat sebagai rangkaian keputusan yang dibuat oleh

pemerintah atau sebagai tindakan-tindakan yang

dampaknya dapat diramalkan.

Dalam kerangka teori ini, penulis akan menyebut

beberapa batasan sebagai keperluan membentuk

kerangka/model penelitian, dan menjelaskan kegunaan

dari masing-masing konsep atau definisi yang akan

dipakai. Selanjutnya, suatu batasan operasional akan

dicantumkan penulis dengan cara menunjukkan

ciri-ciri utama dari setiap konsep atau definisi yang

akan dipakai. Hal ini dilakukan penulis agar dapat

memperoleh manfaat yang lebih besar dan lebih

mudah dalam mengkomunikasikan konsep-konsep

tersebut.

Salah satu definisi mengenai Kebijakan Publik

diberikan oleh Robert Eyestone (1971;18), Eyestone

mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik

dapat didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit

pemerintah dengan lingkungannya”. Konsep ini

mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang

pasti karena apa yang dimaksud kebijakan publik dapat

mencakup banyak hal. Batasan lain tentang kebijakan

publik diberikan oleh Thomas R. Dye (1975;1), yang

mengatakan bahwa “Kebijakan publik adalah apapun

4 Kebijakan Publik

Page 23: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu (public policy is whatever

government choose to do or not to do). Walaupun

batasan yang diberikan ini agak tepat, namun batasan

ini tidak cukup perbedaan yang jelas antara apa yang

diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan apa

yang sebenarnya dilakukan pemerintah. Disamping

itu, konsep ini bisa mencakup tindakan-tindakan

seperti pengangkatan pegawai baru atau pemberian

lisensi. Suatu tindakan yang sebenarnya berada diluar

domain kebijakan publik. Seorang pakar ilmu politik

lain, Carl Friedrich mengatakan bahwa “Kebijakan

sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-

hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap

kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan

mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan,

atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud

tertentu” (Budi Winarno, 2002:16).

Pendapat ini sebenarnya bersifat ambigu

(mendua), namun definisi ini berguna karena

kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan,

dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan

sesuatu. Sejalan dengan definisi yang dikemukakan

oleh Carl, Chief J.O Udoji (1981) dalam Wahab

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 5

Page 24: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

(1998), mengatakan “Siapa yang berpartisipasi

dan apa peranannya dalam proses tersebut untuk

sebagian besar akan tergantung pada struktur politik

pengambilan keputusan itu sendiri”. Definisi ini

menyangkut dimensi yang luas karena kebijakan tidak

hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah, tetapi juga oleh kelompok maupun

individu. Selain itu gagasan bahwa kebijakan

mencakup perilaku yang mempunyai maksud, layak

mendapatkan perhatian dan sekaligus harus dilihat

sebagai bagian definisi kebijakan publik yang penting,

sekalipun maksud atau tujuan dari tindakan-tindakan

pemerintah yang dikemukakan dalam definisi ini

mungkin tidak selalu mudah dipahami.

Kemudian, Charles Lindblom (1968) dalam

Wahab (1997) menuturkan bahwa pembuatan

kebijakan publik (public policy-making) pada

hakekatnya merupakan proses politik yang amat

kompleks dan analitis dimana tidak mengenal saat

dimulai dan diakhirinya, dan batas-batas dari proses

itu sesungguhnya yang tidak pasti. Serangkaian

kekuatan-kekuatan yang agak kompleks itulah yang

kita sebut sebagai pembuatan kebijakan publik yang

kemudian membuahkan hasil yang disebut Kebijakan.

Sejalan dengan pendapat di atas, bahwa kebijakan

merupakan suatu fenomena kompleks yang terdiri

6 Kebijakan Publik

Page 25: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dari sejumlah keputusan yang dibuat oleh sejumlah

individu dan organisasi pemerintah pemerintah

(Muhlis Madani, 2011).

Sedangkan Raymond Bauer (Wahab;1997)

dalam tulisannya yang berjudul the study of policy

formulation, merumuskan pembuatan kebijakan publik

sebagai proses transformasi atau pengubahan input-

input politik menjadi output-output politik. Pandangan

yang dikemukakan oleh Bauer ini dipengaruhi oleh

teoi analisis publik, sebagaimana yang dianjurkan

oleh David Easton. Sementara itu, Amir Santoso

(1993;4-5), dengan mengkomparasi berbagai definisi

yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh

minat dalam kebijakan publik menyimpulkan bahwa

pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik

dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori. Pertama,

pendapat para ahli yang memandang kebijakan publik

identik dengan tindakan-tindakan yang dilakukan

pemerintah. Para ahli yang berpendapat demikian

cenderung beranggapan bahwa semua tindakan yang

dilakukan pemerintah pada dasarnya dapat disebut

sebagai kebijakan publik. Pandangan kedua adalah

pendapat para ahli yang memusatkan perhatiannya

pada implementasi kebijakan (policy implementation).

Kubu yang kedua ini masih dibagi lagi menjadi

dua, kategori, yaitu mereka yang melihat kebijakan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 7

Page 26: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah

yang mempunyai tujuan atau sasaran tertentu, dan

mereka yang beranggapan bahwa kebijakan publik

mempunyai akibat-akibat atau dampak yang dapat

diramalkan/antisipasi sebelumnya. Para ahli yang

termasuk dalam kubu pertama diwakili oleh R.S.

Parker (1975) dan Thomas R. Dye (1978), Edwards III

dan Ira Sharkansky dan Carl Friedrick. Menurut kubu

ini kebijakan publik, secara ringkas terbagi dalam

tiga tahapan proses, yaitu : perumusan kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Ini

berarti bahwa kebijakan publik adalah “serangkaian

perintah dari pembuat keputusan kepada pelaksana

kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-

cara mencapai tujuan tersebut”. Kubu kedua diwakili

oleh Pressman dan Wildavsky (1974), mendefinisikan

kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang

mengundang kondisi-kondisi awal serta akibat yang

dapat diramalkan. Kubu kedua ini lebih melihat

kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan

tindakan. (dalam Budi Winarno, 2002;17)

Tentu saja masih banyak kategori dan definisi

yang dapat dikemukakan menyangkut kebijakan

publik. Masing-masing definisi tersebut memuaskan

menjelaskan satu aspek namun besar kemungkinan

gagal dalam menjelaskan aspek yang lainnya. Oleh

8 Kebijakan Publik

Page 27: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

karena itu, preposisi yang menyatakan bahwa kebijakan

publik merupakan kebijakan yang dikembangkan

dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga dan pejabat-

pejabat pemerintah harus mendapat perhatian sebaik-

baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik

dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain, seperti

kebijakan yang dikeluarkan pihak swasta. Kebijakan

tersebut akan dipengaruhi oleh aktor-aktor dan faktor-

faktor bukan pemerintah, seperti kelompok-kelompok

penekan maupun kelompok-kelompok kepentingan.

Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat

dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar

pemerintah. Dalam konteks tulisan ini kebijakan

publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat

oleh pejabat atau lembaga pemerintah dalam bidang

tertentu, misalnya bidang Pendidikan..

Suatu kebijakan publik mempunyai hubungan

erat antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan

dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap

kebijakan tersebut. Menurut M.Irfan Islamy bahwa

dalam konsep demokrasi modern, kebijaksanaan

negara tidak hanya berisi cetusan pikiran atau

pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi

opini publik (publik opinion) juga mempunyai porsi

yang sama besarnya untuk diisikan (tercermin)

dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan negara. Hal ini

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 9

Page 28: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

berarti pejabat publik yang berwenang menyusun dan

merumuskan kebijaksanaan yang menyangkut publik

harus mendengar pendapat dan saran dari masyarakat

serta mendasarkan pada kepentingan umum, agar

kebijakan tersebut dapat diterima dan sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan. Lebih lanjut M.Irfan

Islamy menguraikan beberapa elemen penting dalam

kebijakan publik, yaitu :

a) Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk

peraturannya berupa tindakan-tindakan pemerintah

b) Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya

dinyatakan sebagai wacana, tetapi dilaksanakan

dalam bentuk yang nyata

c) Bahwa kebijakan publik baik untuk melakukan

sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu itu

mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan

tertentu

d) Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa

ditujukan bagi kepentingan seluruh anngota

masyarakat

Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan

kebijakan kemudian menjadi ciri khusus dari

kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan

bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa yang

dikatakan David Easton (1965;3) sebagai : “penguasa”

10 Kebijakan Publik

Page 29: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dalam sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi

suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif,

administrator, penasehat, raja, dan semacamnya.

Mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat

dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik,

diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik,

mempunyai tanggungjawab untuk masalah-masalah

ini dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima

secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh

sebagian terbesar anggota sistem politik selama

mereka bertindak dalam batas-batas peran yang

diharapkan. (Budi Winarno;18).

Dalam pandangan David Easton, ketika pemerintah

membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah

mengolakasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena

setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di

dalamnya. Senada dengan David Easton, Harrold

Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa

kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai,

dan pratika-pratika sosial yang ada dalam masyarakat.

Ini berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan

dengan nilai-nilai dan pratika-pratika sosial yang ada

dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi

nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai hidup

dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut

akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 11

Page 30: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Sebaliknya suatu kebijakan publik harus mampu

mengakomodasikan nilai-nilai dan pratika-pratika

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Namun demikian, suatu hal yang harus diingat

dalam mendefinisikan kebijakan yang hanya

menekankan pada apa yang diusulkan menjadi

kurang memadai. Oleh karena itu, definisi mengenai

kebijakan publik akan lebih tepat bila definisi tersebut

mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan

dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan.

Berdasarkan pertimbangan semacam ini, maka

definisi kebijakan publik yang ditawarkan oleh

James Andeson dalam hemat penulis lebih tepat

dibandingkan dengan definisi-definisi kebijakan publik

yang lain. Menurut Anderson (1979;3-4), “kebijakan

merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud

yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah

aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan”.

Menurut Budi Winarno (2002;16), konsep kebijakan

ini dianggap tepat karena, memusatkan perhatian pada

apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa

yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep

ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang

merupakan pilihan dimana berbagai alternatif yang

ada. Oleh karena itu menurut Samodra Wibawa

(1994;14), dapat dikatakan bahwa kebijakan publik

12 Kebijakan Publik

Page 31: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dalam beberapa hal, merupakan pen-skala-prioritas-

an tuntutan yang perlu dikelola atau dipenuhi. Karena

tuntutan tersebut dimajukan atau didesakkan oleh

berbagai macam aktor, yang tidak semuanya dapat

dipenuhi oleh sistem politik, maka secara demikian

proses politik dapat dilihat sebagai proses persaingan

dan “tawar-menawar” (bargaining) antara semua

aktor yang terlibat.

Dari keseluruhan konsep/definisi yang telah

disebutkan dapat ditarik kesimpulan, ada empat

elemen utama dalam kebijakan publik yaitu :

a. Input, adalah hal-hal yang mempengaruhi

kebijakan publik seperti manusia (aktor),

pengetahuan dan teknologi, informasi serta nilai-

nilai yang berlaku di masyarakat.

b. Tujuan (goals), merupakan arah dari suatu

kebijakan yang ingin dicapai oleh pembuat

kebijakan.

c. Perangkat (instruments), alat-alat yang digunakan

dalam menjalankan suatu kebijakan.

d. Dampak, hasil yang diperoleh dari suatu kebijakan

baik yang diinginkan maupun yang tidak.

Keempat elemen utama inilah yang menjadi dasar

yang menentukan bentuk-bentuk kebijakan publik

yang diterapkan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 13

Page 32: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik

dapat dilihat dari tiga tingkatan:

a) Kebijakan umum (strategi)

Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat yang

lingkupnya berupa penggarisan mengenai masalah-

masalah makro strategis guna mencapai idaman

nasional, dalam situasi dan kondisi tertentu. Hasil-

hasilnya dapat berbentuk :

• Undang-undang/ UU, yang Kekuasaan

pembuatannya terletak ditangan presiden

dengan persetujuan DPR, atau Peraturan

Pemerintah Pengganti UU/Perpu dalam hal

ihwal kegentingan yang memaksa

• Peraturan Pemerintah/ PP untuk mengatur

pelaksanaan UU, yang wewenang penerbitannya

berada ditangan presiden

• Keputusan Presiden/Kepres atau Instruksi

Presiden/ Inpres, yang Berisi kebijakan

penyelenggaraan pemerintahan yang wewenang

pengeluarannya berada ditangan presiden

• Maklumat Presiden, dalam keadaan tertentu

presiden dapat mengeluarkan Maklumat

Presiden.

14 Kebijakan Publik

Page 33: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b) Kebijakan Manajerial

Kebijakan manajerial merupakan penggarisan

terhadap suatu bidang utama (majorarea)

pemerintahan. Kebijakan ini adalah penjabaran

kebijakan umum guna merumuskan strategi,

administrasi publik dan prosedur dalam bidang

utama tersebut. Wewenang kebijakan manajerial

berada ditangan menteri berdasarkan kebijakan

pada tingkat atasnya. Hasilnya dirumuskan dalam

bentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri atau

Instruksi Menteri, dalam bidang pemerintahan

yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Dalam

keadaan tertentu menteri juga dapat mengeluarkan

Surat Edaran Menteri.

c) Kebijakan teknis operasional

Kebijakan teknis operasional meliputi penggarisan

dalam satu publik dari bidang utama diatas

dalam bentuk prosedur serta teknik untuk

mengimplementasikan rencana, program dan

kegiatan. Wewenang pengeluaran kebijakan teknis

ini terletak di tangan pimpinan eselon pertama

departemen pemerintahan dan pimpinan lembaga-

lembaga non-departemen. Hasil penentuan

kebijakan dirumuskan dalam bentuk Peraturan,

Keputusan, Instruksi Pimpinan Lembaga Non

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 15

Page 34: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Departemen atau Instruksi Direktur Jenderal

dalam masing-masing sektor administrasi yang

dipertanggungjawabkan kepadanya.

Isi dan jiwa kebijakan teknis ini harus sesuai dengan

kebijakan diatasnya dan sudah bersifat pengaturan

pelaksanaan secara teknis dan administratif.

Peraturan, Keputusan, Instruksi Pimpinan Lembaga

Non Departemen atau Instruksi Direktur Jenderal

lazimnya merupakan pedoman pelaksanaan.

2. Kebijakan Publik, Politik dan Negara

Negara adalah sebuah entitas politik yang

bersifat formal yang mempunyai komponen utama :

1. Lembaga pemerintah atau eksekutif

2. Lembaga perundangan atau legislatif

3. Lembaga peradilan atau yudikatif

Di zaman modern, ketiga lembaga ini mempunyai

dua pola : terpisah satu sama lain, terkait satu sama

lain atau salah satu menjadi bagian dari yang lain baik

secara formal maupun dalam arti terkooptasi.

Komponen kedua, komponen rakyat sebagai

warga Negara (citizen). Rakyat sebagai warga Negara

berbeda dengan rakyat bukan sebagai warga Negara.

Rakyat sebagai warga Negara mempunyai hak-hak

kewargaan, yaitu hak politik, hukum ekonomi, sosial,

16 Kebijakan Publik

Page 35: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kultural, sosial, individual, intelektual dan biologis.

Bahasa universal hak-hak tersebut adalah hak asasi

manusia. Rakyat berkembang dalam bentuk masyarakat

kewargaan atau civil society yang menjadi instrument

penyeimbang (counterveiling) terhadap Negara untuk

memastikan bahwa Negara bekerja untuk mencapai

misinya raison d’etre-nya. Bentuk-bentuk wadah

kewargaan tersebut amat beragam, mulai dari wadah

politik seperti partai politik, wadah ekonomi, seperti

badan-badan usaha hingga wadah sosial dalam bentuk

asosiasi-asosiasi formal ataupun informal.

Komponen ketiga, wilayah yang diakui

kedaulatannya. Negara-negara di dunia ini kecuali

Negara palestina adalah Negara yang mempunyai

batasan fisik geografis yang diakui oleh Negara

sekelilingnya dan persatuan bangsa-bangsa.

Komponen keempat, kebijakan publik. Setiap

Negara modern dipastikan mempunyai konstitusi,

peraturan perundangan, keputusan kebijakan sebagai

aturan main hidup bersama. Negara tanpa komponen

keempat itu menjadi Negara gagal karena kehidupan

bersama diatur oleh seseorang atau sekelompok

orang saja , yang bekerja seperti tiran dengan tujuan

memuaskan kepentingan diri dan/atau kelompok saja.

Kebijakan publik termasuk di dalamnya tata kelola

Negara (governance), yang mengatur interaksi antara

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 17

Page 36: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Negara dan rakyat.

Pada dimensi keempat inilah, kita memulai

pemahaman tentang arti penting kebijakan publik

pada konteks makro Negara.Setiap Negara terutama

pemerintahan, sebegai pemegang kekuasaan

berkehendak untuk dapat mengendalikan rakyat.

Sehingga premis awal yang kita bangun

adalah bahwa pemerintahan dimanapun juga dapat

mengendalikan (saja) dan/atau memanajemeni

(mengendalikan value creation) melalui kebijakan

publik yang dikembangkannya. Ketika pemerintah

menetapkan demokratisasi sebagai kebijakan publik,

maka seluruh kehidupan bersama berubah. Kehidupan

secara simultan menjadi bagian dari ekstrapolasi

kebijakan.

Kebijakan publik menetukan bentuk suatu

kehidupan setiap bangsa dan Negara. Semua Negara

menghadapi masalah yang relative sama, yang berbeda

adalah bagaimana respons terhadap masalah tersebut.

Respon ini yang disebut sebagai kebijakan publik. Dan,

karena kebijakan publik adalah domain dari Negara

atau pemerintahan, atau kekuasaan pemegang Negara,

maka kebijkan publik adalah bentuk faktual dari upaya

setiap pemerintah untuk memanajemeni kehidupan

bersama yang disebut Negara dan bangsa. Keunggulan

setiap Negara semakin ditentukan oleh kemampuan

18 Kebijakan Publik

Page 37: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Negara tersebut mengembangkan kebijakan-kebijakan

publik yang unggul.

Di Indonesia istilah public policy itu masih

belum mendapatkan terjemahan yang pasti. Kita

menemui istilah kebijaksanaan umum, kebijaksanaan

pemerintah, kebijakasanaan Negara dan lain

sebagainya. Kebijakan berasal dari kata bijak. Menurut

kamus Ingris Indonesia/Indonesia Ingris karangan

Prof. Drs.S. Woyowasito & WJS Purwodarminto, kata

bijak berarti learned, prudent, experienced. Kata bijak

merupakan kata sifat yang selanjutnya dengan awalan

“ke” dan akhiran “an” menjadi kata benda “kebijakan”.

Hal itu berarti bahwa kebijakan itu menunjukkan

adanya kemampuan atau kualitas yang dimiliki

seseorang dalam keadaanya yang learned (terpelajar),

prudent (baik), dan experienced (berpengalaman).

Dengan demikian kebijakan berarti kata benda yang

tetap menjadi tambahan keterangan terhadap suatu kata

benda lainnya. Kata kebijakan menurut Wojowasito

cs berarti: skill (keterampilan), ability (kemampuan),

capability (kecakapan), insight (kemampuan untuk

memahami sesuatu). Sehingga kebijakan pemerintah

berarti “keterampilan pemerintah” atau sifat-sifat

cakapnya” pemrintah. Jadi kebijakan adalah kata

benda yang menunjukkan sifat sesuatu atau kualitas

yang dimiliki oleh seseorang.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 19

Page 38: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kebijakan, dilihat dari segi istilahnya

menunjukkan pengertian yang sifatnya tetap, serta

melekat pada seseorang yang tidak berubah, kecuali

karena adanya sebab untuk perkembangan.Oleh karena

itu kebijakan merupakan pengertian yang statis (static

concept).

Kebijaksanaan adalah suatu istilah yang

menunjukkan adanya proses, karena merupakan hasil

keputusan atau perbuatan yang mempunyai sifatnya

untuk dilaksanakan. Kebijaksanaan, karena merupakan

hasil perbuatan atau pemikiran seseorang, maka

mengandung berbagai macam kegiatan dan keputusan

lainnya yang berkaitan dengan terealisirnya tujuan

kebijaksanaan itu. Oleh karena itu kebijaksanaan itu

mempunyai sifatnya yang dinamis (dynanmic concept).

Dari uraian di atas jelaslah bahwa sifat “bijak”

adalah sifat-sifat (character) yang melekat pada

manusianya dan “bijakasana” adalah sifat-sifat yang

melekat pada sikap, tingkah laku dan perbuatannya.

D. RANGKUMAN

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang

berupa tindakan-tindakan pemerintah. Kebijakan

publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu itu mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan

publik ditunjukan untuk kepentingan masyarakat.

20 Kebijakan Publik

Page 39: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kebijakan publik menentukan bentuk suatu

kehidupan setiap bangsa dan Negara. Semua Negara

menghadapi masalah yang sama, yang berbeda

adalah bagaimana respons terhadap masalah tersebut.

Respon ini yang disebut sebagai kebijakan publik.

Dan, karena kebijakan publik adalah domain dari

Negara atau pemerintahan, atau kekuasaan pemegang

Negara, maka kebijkan publik adalah bentuk factual

dari upaya setiap pemerintah untuk memanajemeni

kehidupan bersama yang disebut Negara dan bangsa.

Keunggulan setiap Negara semakin ditentukan

oleh kemampuan Negara tersebut mengembangkan

kebijakan-kebijakan publik yang unggul.

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan pengertian kebijakan publik!

2. Jelaskan hubungan antara kebijakan publik,

politik dan Negara!

3. Jelaskan perbedaan kebijakan dan

kebijaksanaan Negara!

4. Jelaskan bentuk-bentuk kebijakan publik!

5. Jelaskan perbedaan konsep kebijakan publik

menurut Dye dan Anderson!

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 21

Page 40: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E. 1997. Public Policy-Making. Holt,

Rinehart and Winston: New York.

Bauer, Raymond. 1998. The Study of Policy Formulation.

New York: Free Press.

Dye, Thomas R. 1995 Understanding Public Policy. New

Jersey: Prentice Hall.

Easton, David. 1965. A Framework for Political Analysis.

Prentice Hall.

Edward III, 1980. Implementation Public Policy.

Washington DC: Congresional Quarter Press.

Islamy, M Irfan. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan

Kebijakan Pemerintah. Jakarta. Bumi Aksa.

Jones, O, Charles. 1994. Pengantar Kebijakan Publik

(Public Polisy). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Madani, Muhlis 2011. Interaksi Aktor dalam Proses

Perumusan Kebijakan Publik. Graha Ilmu.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Pressman, J.L. and Wildavsky. 1973. Implementation.

Barkley and Los Angeles: University of California

Press.

22 Kebijakan Publik

Page 41: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Santoso, Amir. 1993. Analisis Kebijakan Publik: Suatu

Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Soenarko. 2005. Kebijaksanaan Pemerintah. Airlannga:

University Press,Surabaya.

Wahab. 1998. Analisi Kebijakan Publik Teori dan

Aplikasinya. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi

UNIBRAW.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses.

Jakarta: PT Buku Kita.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 23

Page 42: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 2

ALIRAN KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 2 ini, anda diharapkan

akan dapat :

1. Mengetahui dan membandingkan aliran

kontinentalis dan anglosaxonist

2. Mengetahui aliran kebijakan publik di Indonesia

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab II dijelaskan

1. Aliran kontinentalis dan aliran anglosaxonis

2. Deskrisi Aliran Kebijakan Publik di Indonesia

C. Intisari Bacaan

1. Aliran Kontinentalis dan Anglosaxonist

Dalam beberapa tahun belakangan ini, dimana

persoalan-persoalan yang dihadapi pemerintah

sedemikian kompleks akibat krisis multidimensional,

24 Kebijakan Publik

Page 43: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

maka bagaimanapun keadaan ini sudah barang tentu

membutuhkan perhatian yang besar dan penanganan

pemerintah yang cepat namun juga akurat agar

masalah-masalah yang begitu kompleks dan berat

yang dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi.

Kondisi ini pada akhirnya menempatkan pemerintah

dan lembaga-lembaga tinggi Negara lainnya berada

pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit.

Pada dasarnya, meskipun tidak tertulis menurut

Nugroho (2008) dalam memahami kebijakan publik ada

dua jenis aliran atau pemahaman, yaitu kontinentalis

dan anglosaxonis. Pemahaman kontinentalis melihat

bahwa kebijakan publik adalah turunan dari hukum,

bahkan kadang-kadang mempersamakan antara

kebijakan publik dan hukum, utamanya hukum publik

ataupun hukum tata Negara sehingga kita melihatnya

sebagai proses interaksi diantara intitusi-institusi

Negara. Pemahaman anglo-saxon memahami bahwa

kebijakan publik adalah turunan dari politik demokratis

sehingga melihatnya sebagai sebuah produk interaksi

antara Negara dan publik.

Kontinentalis hukum adalah salah satu bentuk

dari kebijakan publik dari sisi wujud maupun produk,

proses atau dari sisi muatan. Karena kebijakan publik

dapat berupa hukum, dapat juga berupa konvensi atau

kesepakatan, bahkan pada tingkat tertentu berupa

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 25

Page 44: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

keputusan lisan atau perilaku dari pejabat publik.

Dari sisi proses, hukum merupakan produk dari

negara atau pemerintah, sehingga posisi rakyat atau

publik lebih sebagai penerima produk atau penerima

akibat dari perilaku negara. Pembuatan hukum tidak

mensyaratkan pelibatan publik dalam prosesnya.

Kebijakan publik disisi lain adalah produk yang

memperjuangkan kepentingan publik, yang filosofinya

adalah mensyaratkan pelibatan publik sejak awal

sampai akhir. Undang-Undang di Indonesia, sebagai

salah satu bentuk terpenting kebijakan publik, dipahami

sebagai produk dari legislatif dan eksekutif, dengan

meniadakan keberadaan publik dalam inti prosesnya.

UUD 1945, termasuk pasca amandemen tidak

menyebutkan kebijakan publik didalamya. Demikian

juga UU nomor 10 Tahun 2004 tentang perundang-

undangan. Dengan demikian, Undang-Undang hanya

dipahami sebagai sebuah produk dari legislatif (DPR

atau DPRD) dan disahkan oleh eksekutif (Presiden/

Kepala Negara atau Kepala daerah). Keberadaan

publik tidak mempunyai dukungan secara politik dan

yuridis formal. Pemahaman ini dapat dipahami karena

sistem politik di Indonesia masih sangat beroroentasi

pada sistem kontinental. Pada sistem kontinental

(Eropa), keberadaan publik cukup diwakili oleh

lembaga perwakilan rakyat atau parlemen. Pelibatan

26 Kebijakan Publik

Page 45: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

publik dalam proses politik, termasuk proses kebijakan

tidak menjadi prioritas utama. Dengan demikian cara

pandang kontinental, kebijakan publik adalah hukum

publik, atau bahkan ada yang ekstrem memahami

kebijakan Publik sebagai salah satu bentuk hukum

tata negara.

Anglo-Saxonist kelompok kedua adalah

kelompok yang memahami kebijakan publik sebagai

sebuah proses politik yang demokratis. Kelompok ini

berisi pemikir-pemikir Anglo-Saxonist. Pemahaman

dapat dilacak dari pemikir liberal Ingris John Stuart

Mills (1806-1873), yang karyanya on liberty (1859)

menjadi karya klasik tentang liberalisme. Gagasan

dasarnya adalah bahwa semua orang mempunyai

hak dan kebebasan yang sama. Prinsipnya sebangun

dengan egalitarianism yang dikembangkan dalam

revolusi Perancis dan dalam gerakan reformasi Martin

Luther. Konsep agalitarianism ini kelak tidak berhenti

di tingkat antar-individu, tetapi antara individu dan

Negara, yang aturan bersamanya (kebijakan publik)

merupakan proses yang pada tempatnya meletakkan

setiap individu masyarakat sebagai bagiannya.

Pemikiran-pemikiran Libertarian menjadi akar

pembentukan negara Amerika Serikat. Sistem Politik

Amerika dibentuk di atas asa yang berbeda dengan

Eropa kontinental. Terdiri atas berbagai suku bangsa

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 27

Page 46: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pendatang Amerika dibangun di atas batas-batas

yang paling ekstrem dengan libertarianisme. Hak

warga Negara secara individual dijamin, dan tidak

pernah dapat dicabut atau dikooptasi Negara. Hal

ini ditetapkan sejak awal kelahiran Amerika dalam

deklarasi kemerdekaannya. Perkembangan selanjutnya

dapat ditebak, kebijakan publik yang berkembang

di Amerika mempunyai pola yang berbeda dengan

Eropa.

2. Aliran Kebijakan Publik di Indonesia

Menurut Nugroho (2008) bagaimana dengan

Indonesia? Kondisi objektif di Indonesia adalah dalam

praktek administrasi publik, dan kebijakan publik

identik dengan hukum. Kondisi ini dapat disimak

dalam praktek pengembangan kualitas kebijakan

di tingkat nasional (DPR, Departemen, dan lain-

lain) maupun daerah (DPRD,Pemda). Oleh karena

itu, agenda yang paling utama adalah melakukan

pengembangan kapasitas untuk legal drafting. Dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir pengamatan, agenda

untuk legal draftimg mencapai 80% atau lebih,

sementara agenda untuk membangun kapasitas untuk

mengembangkan kebijakan publik yang bukan dalam

makna hukum atau legal drafting 20% atau kurang.

Berkenaan dengan karakter kebijakan di

Indonesia, kita menemukan bahwa kebijakan di

28 Kebijakan Publik

Page 47: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Indonesia, sesuai dengan UU No.10 Tahun 2004

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan

Pasal 7 mengatur jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-Undangan sebagai berikut :

a. UUD RI 1945

b. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang

c. Peraturan Pemerintah

d. Peraturan Presiden

e. Peraturan daerah

Gambar 2.1 : Peraturan Perundang-Undangan Indonesia

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 29

Page 48: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dari gambar di atas, kita melihat jenjang

kebijakan di Indonesia yang amat berlapis. Lebih

buruk lagi, kita melihat munculnya kebijakan di tingkat

kementerian yang “mencuri kekuasaan kebijakan”

karena ada sejumlah kebijakan di tingkat menteri yang

ikut mengatur kebijakan di tingkat daerah, termasuk

Perda misalnya: Pendayagunaan Aparatur Negara.

Dari kejenjangan yang sangat berlapis ini saja

kita melihat bahwa Indonesia masih mengikuti pola

kontinentalis. Akibatnya, sebuah kebijakan dapat

full implemented setelah sekian banyak kebijakan

pelaksananya siap. Salah satunya adalah UU No.

23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Kebijakan ini

dilengkapi lebih kurang 12 PP sebagai penerjemahan

kebijakan tersebut, diantaranya tentang standarisasi

pendidikan, hak-hak anak didik, dan otonomi

pendidikan.

Kita dapat membayangkan, untuk menjadikan

UU sisdiknas full implemented diperlukan waktu

5-8 tahun. Permasalahannya, bagaimana jika 5-8

tahun kemudian UU ini tidak lagi relevan? Alangkah

mahalnya, dari segi waktu, SDM maupun dana, serta

konflik sosial-politik untuk mengganti UU yang baru

karena konsekuensinya mengubah seluruh kebijakan

yang ada dan segala turunannya.

30 Kebijakan Publik

Page 49: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Model kebijakan pada Negara-negara Anglo-

Saxonis bisaanya sangat sederhana.Sebuah Undang-

Undang bisaanya lengkap hingga bagaimana

pelaksanaannya. Jadi, tidak diperlukan PP dan

sejenisnya sebagai peraturan pelaksana.Di tingkat

atas hanya ada Undang-Undang dan dibawahnya ada

semacam executive Decision atau semacam Keputusan

Kepala Eksekutif (presiden atau PM).

Contoh selanjutnya yang memperlihatkan

kecenderungan kontinentalisasi adalah pada UU

No.10 Tahun 2004 Pasal 53 menyebutkan :

“Masyarakat berhak memberikan masukan secara

lisan atau tertulis dalam rangka penetapan maupun

pembahasan rancangan undang-undang dan

rancangan peraturan daerah”.

Kata-kata ini juga berarti kalau masyarakat

diam-diam saja, tidak berpartisipasi maka pemerintah

tidak dapat disalahkan, atau secara ekstrim dapat

dikatakan bahwa pemerintah tidak diwajibkan untuk

melibatkan partisipasi publik dalam kebijakan publik.

Kecenderungan kontinentalis pemahaman dan

praktek kebijakan publik di Indonesia paling tidak

disebabkan 3 hal :

1. Tidak terpisahkan dari perjalanan historis Negara

Indonesia yang mewarisi sistem administrasi

publik Belanda.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 31

Page 50: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Bahkan para ahli hukum Indonesia pun berkiblat ke

Belanda hingga saat ini. Para guru menggunakan

buku-buku Belanda, master dan doktor hukum

di belanda adalah yang paling :paten” dibandig

Negara lain. Buku-Buku teks di Indonesia, bahkan

yang diterbitkan ahli hukum tata Negara yang

paling senior pun lebih mengacu pada sistem di

Belanda daripada sistem yang lain yang lebih maju.

3. Pada perkembangan terkini di Indonesia mulai

berkembang wacana kebijakan publik dalam aras

pemikiran anglos-axonis, yang dikembangkan oleh

ilmuwan administrasi publik yang berlatar belakang

Amerika terutama yang berasal dari UGM, seperti :

prof. Sofian Efendi, Prof. Miftah Thoha, Prof.Agus

Dwiyanto, Prof. Muhadjir Darwin, dan dari LAN

Prof. Mustopadijaja AR.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah mengapa

sebagian besar Negara-Negara maju di Eropa Barat

tidak mempermasalahkan pendekatan kontinentalis yang

cenderung top down dibanding pendekatan yang anglos

axonist yang relative mempertemukan pendekatan yang

top down dan bottom up.

Pertama, karena di Negara-negara tersebut tidak

banyak lagi dibuat kebijakan publik, khususnya dalam

bentuk Undang-Undang. Sebagian besar kebijkan publik

32 Kebijakan Publik

Page 51: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

di Negara tersebut telah dibuat di masa lalu dan tetap

relevan dengan kondisi hari ini. Dengan demikian tidak

diperlukan kebijakan baru, melainkan hanya beberapa

revisi kebijakan, itupun jika dianggap perlu.

Kedua, tingginya kualitas aparatur publik baik di

sektor eksekutif atau birokrasi dan legislative atau lembaga

representasi publik atau parlemen. Kualitas manusia

berkaitan dengan profesionalitas dan integritas dari yang

bersangkutan. Salah satu ukurannya adalah rendahnya

tingkat persepsi korupsi di Negara-Negara tersebut.

Dengan demikian meskipun relatif bersifat top down

kualitas manusia yang ada mampu mengelola aspirasi

publik dengan efektif. Pada akhirnya bentuk top down

adalah bentuk formalnya, tetapi bentuk operasionalnya

tetap bootom up.

Ketiga, proses artikulasi dan agregasi kepentingan

publik sudah berjalan dengan baik dan mapan sehingga

proses bootom up seakan berjalan dengan sendirinya (it

goes without saying). Melembaganya proses ini merupakan

bentuk kedewasaan bernegara dari rakyat dan pemerintah.

Jadi pada dasarnya tidak menjadi masalah suatu

Negara memilih pendekatan kontinetalis sebagai model

utamanya dalam mengembangkan kebijakan publik.

Hanya yang harus disadari, sejumlah cateris paribus

yang diperlukan yaitu : tidak banyak kebijakan publik

yang harus dibuat, tingginya kualitas aparatur Negara

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 33

Page 52: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dan pemerintahan dan proses artikulasi dan agregasi

kepentingan publik telah melembaga dalam sistem politik

yang ada. Tanpa salah satu dari ketiganya, penggunaan

model kontinentalis berpotensi mengembangkan masalah

yang lebih besar dan mendasar dari suatu kebijakan publik

yang dikembangkannya.

D. RANGKUMAN

Terdapat 2 aliran dalam kebijakan publik,

yakni aliran kontinentalis dan aliran anglosaxonist.

Pemahaman kontinentalis melihat bahwa kebijakan

publik adalah turunan dari hukum, bahkan kadang-kadang

mempersamakan antara kebijakan publik dan hukum,

utamanya hukum publik ataupun hukum tata negara

sehingga kita melihatnya sebagai proses interaksi diantara

intitusi-institusi Negara. Hukum adalah salah satu bentuk

dari kebijakan publik dari sisi wujud maupun produk,

proses atau dari sisi muatan.Sedangkan Pemahaman

anglosaxonist memahami bahwa kebijakan publik adalah

turunan dari politik demokratis sehingga melihatnya

sebagai sebuah produk interaksi antara negara dan publik.

Hak warga Negara secara individual dijamin, dan tidak

pernah dapat dicabut atau dikooptasi Negara.

Aliran kebijakan publik di Indonesia masih

mengikuti pola kontinentalis. Akibatnya, sebuah kebijakan

34 Kebijakan Publik

Page 53: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dapat full implemented setelah sekian banyak kebijakan

pelaksananya siap. Salah satunya adalah UU No. 23 Tahun

2003 tentang Sisdiknas. Kebijakan ini dilengkapi lebih

kurang 12 PP sebagai penerjemahan kebijakan tersebut,

diantaranya tentang standarisasi pendidikan, hak-hak anak

didik, dan otonomi pendidikan. Model kebijakan pada

Negara-negara Anglo-Saxonis bisaanya sangat sederhana.

Sebuah Undang-Undang bisaanya lengkap hingga

bagaimana pelaksanaannya. Jadi, tidak diperlukan PP dan

sejenisnya sebagai peraturan pelaksana. Di tingkat atas

hanya ada Undang-Undang dan dibawahnya ada semacam

executive Decision atau semacam Keputusan Kepala

Eksekutif (presiden atau PM).

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Sebutkan dua aliran kebijakan publik !

2. Jelaskan perbedaan aliran kebijakan publik !

3. Bagaimana aliran kebijakan publik di Indonesia ?

4. Mengapa sebagian besar negara-negara maju

di Eropa Barat tidak mempermasalahkan

pendekatan kontinentalis yang cenderung top down

dibanding pendekatan anglosaxonis? yang realtif

mempertemukan pendekatan yang top down dan

bottom up?

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 35

Page 54: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

UU No. 10 Tahun 2004 tentang Perundang-Undangan.

UU No. 23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

36 Kebijakan Publik

Page 55: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 3

CIRI-CIRI, JENIS DAN TINGKAT

KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 3 ini, anda diharapkan

akan dapat:

1. Mengetahui dan menjelaskan ciri-ciri kebijakan

publik

2. Mengetahui dan menjelaskan jenis kebijakan

publik

3. Mengetahui dan menjelaskan tingkat kebijakan

publik

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 3 dijelaskan :

1. Ciri-Ciri Kebijakan Publik

2. Jenis Kebijakan Publik

3. Tingkat-Tingkat Kebijakan Publik

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 37

Page 56: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

C. Intisari Bacaan

1. Ciri – Ciri Kebijakan Publik

Wahab (2002) mengemukakan ciri-ciri kebijakan

publik yaitu ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan

publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu

dirumuskan oleh orang-orang yang memiliki wewenang

dalam sistem politik, misalnya pada para ketua adat, ketua

suku, eksekutif, legislator, hakim, administrator, dan lain

sebagainya.

Mereka itulah yang bertanggungjawab atas urusan-

urusan politik tersebut dan berhak untuk mengambil

tindakan-tindakan tertentu, sepanjang tindakan tersebut

masih berada dalam batas-batas peran dan kewenangan

mereka. Oleh karena itu ciri-ciri kebijakan publik

sebagaimana yang terdapat dalam Wahab (2002:6) adalah :

a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang

mengarah pada tujuan daripada perilaku atau tindakan

serba acak dan kebetulan, melainkan tindakan yang

direncanakan.

b) Kebijakan publik hakekatnya terdiri atas tindakan-

tindakan yang saling berkaitan dan berpola mengarah

pada tujuan tertentu yang dilakukan pejabat pemerintah

bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.

Misalnya : kebijakan tidak hanya mencakup keputusan

untuk membuat Undang-Undang dalam bidang

tertentu, akan tetapi diikuti pula keputusan-keputusan

38 Kebijakan Publik

Page 57: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang berkaitan dengan implementasi dan pemaksaan

pemberlakuannya.

c) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang dilakukan

oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu, dalam

arti setiap kebijakan pemerintah itu diikuti dengan

tindakan-tindakan konkrit.

d) Kebijakan publik berbentuk positif maupun negatif,

dalam bentuk positf kebijakan mencangkup beberapa

bentuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan

untuk mempengaruhi masalah tertentu, sementara itu

bentuk yang negatif, kebijakan meliputi keputusan

para pejabat-pejabat pemerintah untuk tidak bertindak

atau tidak melakukan apapun dalam masalah-masalah

dimana campur tangan pemerintah justru diperlukan.

2. Jenis-Jenis kebijakan Publik

Anderson (1970) mengelompokkan jenis-jenis

kebijakan publik sebagai berikut :

a. Subtantive and procedural Policies

Subtantive policy dilihat dari subtansi masalah yang

dihadapi oleh pemerintah, sedangakan procedural

policy dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam

perumusannya (policy stakeholders).

b. Distributif, redistributif, and Regulatory Policies

• Distributif Policy adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang pemberian pelayanan/keuntungan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 39

Page 58: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kepada individu-individu, kelompok-kelompok atau

perusahaan-perusahaan.

• Redistributif policies adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan,

pemilikan atau hak-hak.

• Regulatory Policy adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang pembatasan/pelarangan terhadap

perbuatan/tindakan.

c. Material Policy

Suatu kebijakan yang mengatur tentang

pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material

yang nyata bagi penerimanya.

d. Public Goods and Private Goods Policies

Public goods policy adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang penyediaan barang-barang/pelayanan-

pelayanan oleh pemerintah untuk kepentingan orang

banyak.

Private goods policy adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang penyediaan barang-barang/pelayanan-

pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan

individu-individu (perorangan) di pasar bebas dengan

imbalan biaya tertentu.

Adapun bentuk kebijakan publik yang di buat oleh

pemerintah kota dapat diamati menurut sifatnnya, antara

lain:

40 Kebijakan Publik

Page 59: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

a) Kebijakan Distributif

Kebijakan distributive adalah kebijakan dan program-

program yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan

untuk mendorong kegiatan di sektor swasta atau

kegiatan-kegiatan masyarakat yang membutuhkan

intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi atau

sejenisnya dimana kegiatan tersebut tidak akan berjalan

tanpa adanya campur tangan pemerintah tersebut.

Kebijakan distributif memberikan barang dan jasa

kepada anggota organisasi, termasuk juga membagikan

biaya barang/jasa diantara anggota organisasi.

Misalnya kebijakan pemerintah dalam pendidikan dan

pembangunan jalan raya.

Subsidi yang diberikan oleh pemerintah biasa

mengambil beberapa bentuk Cash atau Inkind (hadiah,

pinjaman dengan bunga lunak, penurunan pajak, dsb.).

b) Regulasi untuk Kompetisi yang Efektif

Kompetisi telah lama dipercaya sebagai cara yang

paling efisien untuk mengoperasikan, mengorganisasi

dan mendisiplinkan pasar. Pasar yang kompetitif akan

menciptakan persebaran sumberdaya secara fair dan

efisien tanpa perlu untuk dikendalikan secara terpusat.

Beberapa keuntungan dari kompetisi adalah:

• Memastikan sumber daya, produk dan layanan

dialokasikan kepada pihak yang paling banyak

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 41

Page 60: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

memilikinya (efisiensialokatif)

• Memaksa pelaku pasar untuk menggunakan

sumber daya yang langkah seproduktif mungkin

(efisiensiproduktif)

• Mendorong pelaku pasar untuk berinovasi dan

berinvestasi pada waktu yang tepat (efisiensidinamis)

c) Kebijakan Distributif

Kebijakan distributif adalah kebijakan dalam

mengalokasikan pelayanan atau manfaat terhadap

segmen tertentu dari masyarakat individu, kelompok,

perusahaan dan masyarakat. Kebijakan distributif

biasanya melibatkan penggunaan dana publik untuk

membantu kelompok, masyarakat atau perusahaan

tertentu. Kebijakan distributif ditandai dengan

pengenaan paksaan secara tidak langsung (kemungkinan

pengenaan paksaan fisik sangat jauh), tetapi kebijakan

itu diterapkan secara langsung terhadap individu.

Individu dapat menarik manfaat dari kebijakan itu,

walaupun tidak dikenakan paksaan kepada individu

untuk meggunakannya.

3. Tingkat-Tingkat Kebijakan Publik

Mengenai tingkat-tingkat kebijakan publik,

Lembaga Administrasi Negara (1997), dalam Sutama

(2012) mengemukakan sebagai berikut :

42 Kebijakan Publik

Page 61: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

a) Lingkup Nasional

• Kebijakan Nasional

Kebijakan nasional adalah kebijakan negara yang

bersifat fundamental dan strategis dalam pencapaian

tujuan nasional/negara sebagaimana tertera dalam

pembukaan UUD 1945.

• Kebijakan Umum

Kebijakan umum adalah kebijakan presiden sebagai

pelaksana UUD, TAP MPR, UU, untuk mencapai

tujuan nasional.

• Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan adalah merupakan penjabaran

dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan

tugas di bidang tertentu.

b) Lingkup Wilayah Daerah

• Kebijakan Umum pada Lingkup Daerah

Kebijakan pemerintah daerah sebagai pelaksana azas

desentralisasi dalam rangka mengatur urusan rumah

tangga daerah.

• Kebijakan Pelaksanaan

1) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka

desentralisasi merupakan realisasi pelaksanaan

Perda.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 43

Page 62: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka

dekonsentrasi merupakan pelaksanaan kebijakan

nasional di daerah.

3) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas

pembantuan (medebewind) merupakan

pelaksanaan tugas pemerintah pusat di daerah

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

D. RANGKUMAN

Ciri Kebijakan publik adalah (1) lebih merupakan

tindakan yang mengarah pada tujuan daripada perilaku atau

tindakan serba acak dan kebetulan, melainkan tindakan

yang direncanakan, (2) Kebijakan publik hakekatnya

terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkaitan dan

berpola mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan

pejabat pemerintah bukan merupakan keputusan yang

berdiri sendiri, (3) Kebijakan bersangkut paut dengan apa

yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang

tertentu dan (4) Kebijakan publik berbentuk positif maupun

negatif.

Jenis Kebijakan Publik terdiri dari : Subtantif and

procedural policies, Distributif-Redistributif-Regulatory

Policies, Material Policy, Public and Private Goods

Policies.

44 Kebijakan Publik

Page 63: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan ciri-ciri kebijakan publik!

2. Jelaskan jenis kebijakan publik!

3. Jelaskan tingkat kebijakan publik!

4. Jelaskan dan berikan contoh kebijakan publik

bentuk positif dan negatif!

5. Sebutkan contoh kebijakan publik di lingkup

nasional dan wilayah daerah!

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E. 1970. Public Policy Making. New

York : Reinhart and Wiston.

Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja AR.

1988. Elemen-Elemen sistem Kebijakan Publik.

Jakarta:Gunung Agung.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo

Wahab. 2002. Analisis Kebijaksanaan, dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 45

Page 64: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 4

SISTEM DAN SIKLUS

KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 4 ini, Anda diharapkan

akan dapat :

1. Mengetahui sistem kebijakan publik

2. Mengetahui dan menganalisis siklus kebijakan publik

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 4 dijelaskan:

1. Sistem kebijakan publik

2. Siklus kebijakan publik

C. Intisari Bacaan

1. Sistem Kebijakan Publik

Sistem kebijakan publik, menurut Mustopadidjaja

AR dalam Sutama (2012) adalah keseluruhan pola

kelembagaan dalam pembuatan kebijakan publik yang

46 Kebijakan Publik

Page 65: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

melibatkan hubungan diantara 4 elemen (unsur), yaitu

masalah kebijakan publik, pembuatan kebijakan publik,

kebijakan publik dan dampaknya terhadap kelompok

sasaran (target groups). Sistem kebijakan publik dikenal

adanya unsur-unsur input, proses, output.

a) Input: Masalah Kebijakan Publik

Masalah kebijakan publik ini timbul karena adanya

faktor lingkungan kebijakan publik yaitu suatu

keadaan yang melatarbelakangi atau perestiwa yang

menyebabkan timbulnya masalah kebijakan publik

tersebut, yang berupa tuntutan-tuntutan, keinginan-

keinginan masyarakat atau tantangan dan peluang,

yang diharapkan segera diatasi melalui suatu kebijakan

publik. Masalah itu dapat juga timbul justru karena

dikeluarkannya suatu kebijakan publik baru.

b) Proses pembuatan kebijakan publik

Proses pembuatan kebijakan publik itu bersifat

politis, dimana dalam proses tersebut terlibat berbagai

kelompok kepentingan yang berbeda-beda, bahkan

ada yang saling bertentangan.

c) Output:

Kebijakan publik yang berupa serangkaian tindakan

yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah atau

mencapai tujuan tertentu seperti yang diinginkan oleh

kebijakan publik.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 47

Page 66: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

d) Impact (dampak), yaitu dampaknya terhadap

kelompok sasaran (target groups)

Kelompok sasaran (target groups) adalah orang-

orang, kelompok-kelompok orang, atau organisasi-

organisasi, yang perilaku atau keadaannya ingin

dipengaruhi atau diubah oleh kebijakan publik

tersebut.

2. Siklus Kebijakan Publik

Kebijakan Publik (Public Policy) adalah

keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak

pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat

oleh pemegang otoritas publik (Setiawan, 2011). Sebagai

keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik

haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang

menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya

melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas

nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan

dilaksanakan oleh administrasi negara yang di jalankan

oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik

dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang

merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara

untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas

kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara

yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik

dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi, dan pada

48 Kebijakan Publik

Page 67: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam

masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai

amanat konstitusi.

Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi

kebijakan publik. Dan sistem politik itu bisa berupa

negara, propinsi, kabupaten/kota, desa, bahkan RT dan

RW. “Institusi” seperti ASEAN, EU, PBB dan WTO

adalah sistem politik juga, yang dapat disebut supranegara.

Kebijakan publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi

(saja), melainkan dapat pula dilaksanakan oleh perusahaan

swasta, LSM ataupun masyarakat langsung. Misalnya,

suatu sistem politik dapat memutuskan untuk mengelola

sampah agar bernilai ekonomis. Sistem politik itu dapat

memerintah tentu saja disertai kompensasi sebuah

perusahaan swasta untuk melakukan pengolahan sampah.

Terminologi kebijakan publik menunjuk pada

serangkaian peralatan pelaksanaan yang lebih luas dari

peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek

anggaran dan struktur pelaksana. Siklus kebijakan publik

sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan,

pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagaimana

keterlibatan publik dalam setiap tahapan kebijakan

bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara

kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya. Dapatkah

publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan,

yakni serangkaian persoalan yang ingin diselesaikan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 49

Page 68: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dan prioritasnya, dapatkah publik memberi masukan

yang berpengaruh terhadap isi kebijakan publik yang

akan dilahirkan. Begitu juga pada tahap pelaksanaan,

dapatkah publik mengawasi penyimpangan pelaksanaan,

juga apakah tersedia mekanisme kontrol publik, yakni

proses yang memungkinkan keberatan publik atas suatu

kebijakan dibicarakan dan berpengaruh secara signifikan.

Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau

pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis

merupakan cerminan pendapat umum (opini publik).

Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan

kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan sejumlah

hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan

perundang-undangan sehingga dapat diketahui publik apa

yang telah diputuskan; kedua, kebijakan ini juga harus

jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga,

diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang

memungkinkan publik mengetahui apakah kebijakan ini

dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau

tidak. Dalam masyarakat otoriter, kebijakan publik adalah

keinginan penguasa semata, sehingga penjabaran di atas

tidak berjalan.Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang

kerap menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap

opini publik dan membangun suatu kebijakan yang

mendapat dukungan publik. Kemampuan para pemimpin

politik untuk berkomunikasi dengan masyarakat untuk

50 Kebijakan Publik

Page 69: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

menampung keinginan mereka adalah satu hal, tetapi

sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin untuk

menjelaskan pada masyarakat kenapa suatu keinginan tidak

bisa dipenuhi. Adalah naif untuk mengharapkan bahwa ada

pemerintahan yang bisa memuaskan seluruh masyarakat

setiap saat, tetapi adalah otoriter suatu pemerintahan yang

tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi

dan berusaha mengkomunikasikan kebijakan yang berjalan

maupun yang akan dijalankannya. Dalam pendekatan

yang lain kebijakan publik dapat dipahami dengan cara

memilah dua konsepsi besarnya yakni kebijakan dan

publik. Terminologi kebijakan dapat diartikan sebagai

pilihan tindakan diantara sejumlah alternatif yang tersedia.

Artinya kebijakan merupakan hasil menimbang untuk

selanjutnya memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan

yang ada. Dalam konteks makro hal ini kemudian diangkat

dalam porsi pengambilan keputusan. Charles Lindblom

adalah akademisi yang menyatakan bahwa kebijakan

berkaitan erat dengan pengambilan keputusan.Karena

pada hakikatnya sama-sama memilih diantara opsi yang

tersedia.Sedangkan terminologi publik memperlihatkan

keluasan yang luar bisaa untuk didefinisikan. Akan tetapi

dalam hal ini setidaknya kita bisa mengatakan bahwa

publik berkaitan erat dengan state, market dan civil

society. Merekalah yang kemudian menjadi aktor dalam

arena publik. Sehingga publik dapat dipahami sebagai

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 51

Page 70: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sebuah ruang dimensi yang menampakan interaksi antar

ketiga aktor tersebut.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan

proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses

maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,

beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji

kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan

kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan

pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita di

dalam mengkaji kebijakan publik (Lindblom,1986:3).

Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-

tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-Tahap atau

siklus kebijakan publik adalah sebagai berikut:

Para pejabat yang dipilih dan diangkat

menempatkan masaalah pada agenda publik. Sebelumnya

masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu

untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.Pada

akhirnya beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan

para perumus kebijakan. Pada tahap ini, suatu masalah

mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah

yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada

pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk

waktuyang lama.

52 Kebijakan Publik

Page 71: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Gambar 4.1 : Siklus Kebijakan Publik

a) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan

kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.

Masalah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan

kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan

suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan

dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 53

Page 72: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan

yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada

tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk

mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

b) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan, yang

ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada

akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut

diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,

konsensus antara direktur lembaga atau keputusan

peradilan. Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan

otorisasi pada proses dasar pemerintahan.

c) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi

catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak

diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan

program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif

pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan adminstrasi maupun

agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan

yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumberdaya

finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini

berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan para

54 Kebijakan Publik

Page 73: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pelaksana (implementors) namun beberapa yang lain

mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

d) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan

dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana

kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,

memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.Oleh

karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-

kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Istilah kebijakan dalam kehidupan sehari-hari

sering digunakan untuk menunjuk suatu kegiatan yang

mempunyai maksud berbeda. Para ahli mengembangkan

berbagai macam definisi untuk menjalankan apa yang

dimaksud dengan kebijakan publik. Masing-masing

definisi memberi penekanan yang berbeda, namun suatu

definisi yang dianggap lebih tepat adalah suatu definisi

yang menekankan tidak hanya pada apa yang diususlkan

pemerintah, tetapi juga mencakup pula arah tindakan

atau apa yang dilakukan oleh pemerintah. Sementara

itu, para ilmuan dalam mengkaji kebijakan publik dapat

menempatkan ilmu politik sebagai ilmu yang “bebas nilai”

atau sebaiknya, dia dapat terlibat aktif dalam memecahkan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 55

Page 74: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

persoalan-persoalan masyarakat. Dan dengan demikian

tidak bebas nilai.

Disisi yang lain, perhatian para ilmuan politik

semakin besar. Ini ditunjukkan oleh banyaknya tulisan dan

studi menyangkut masalah kebijakan publik.Area yang

dapat dikaji dalam kebijakan publik pun semakin luas

meliputi keseluruhan tahap dalam pembuatan kebijakan,

seperti dalam tahap agenda kebijakan, perumusan

kebijakan, implementasi kebijakan, hingga evaluasi

kebijakan. Pendeknya, studi kebijakan publik menjadi

pokok kajian yang semakin menarik.

D. RANGKUMAN

Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi

kebijakan publik.

Kebijakan publik menunjuk pada keinginan

penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat

demokratis merupakan cerminan pendapat umum (opini

publik). Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan

menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan

sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa

peraturan perundang-undangan sehingga dapat diketahui

publik apa yang telah diputuskan; kedua, kebijakan ini juga

harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga,

diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang

56 Kebijakan Publik

Page 75: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

memungkinkan publik mengetahui apakah kebijakan ini

dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau

tidak. Dalam masyarakat otoriter, kebijakan publik adalah

keinginan penguasa semata, sehingga penjabaran di atas

tidak berjalan. Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang

kerap menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini

publik dan membangun suatu kebijakan yang mendapat

dukungan publik.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan

proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses

maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,

beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji

kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan

kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tahap tersebut

terdiri dari : Formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,

implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan sistem kebijakan publik!

2. Jelaskan Siklus kebijakan publik!

3. Jelaskan bagaimana masalah masuk agenda

kebijakan publik!

4. Jelaskan urgensi tahapan adopsi kebijakan publik!

5. Kemukakan contoh bahwa kebijakan publik itu

diformulasi untuk memecahkan masalah!

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 57

Page 76: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja AR. 1988.

Elemen-Elemen Sistem Kebijakan Publik. Jakarta :

Gunung Agung

Lindblom, Charles. 1986. Proses Penetapan Kebijakan

Publik. Edisi Kedua. Jakarta: Airlangga.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

58 Kebijakan Publik

Page 77: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 5

PENYUSUNAN AGENDA DAN

FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 5 ini, Anda diharapkan akan

dapat :

1. Mengetahui penyusunan agenda kebijakan publik

2. Mengetahui konsep formulasi kebijakan publik

3. Mengetahui dan menganalisis pendekatan dalam

formulasi kebijakan publik

4. Mengetahui model formulasi kebijakan publik

5. Mengetahui tahap-tahap dalam formulasi kebijakan

publik

6. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi proses

formulasi kebijakan publik

7. Mengetahui dan menganalisis interaksi aktor dalam

formulasi kebijakan publik.

8. Mengetahui dan menganalisis Model Orientasi Aktor

dalam Formulasi Kebijakan Publik.

9. Memahami relevansi rekonsiliasi dalam proses

Formulasi Kebijakan Publik.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 59

Page 78: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 5 dijelaskan :

1. Penyusunan Agenda Kebijakan Publik

2. Konsep Formulasi Kebijakan Publik

3. Pendekatan dalam Formulasi Kebijakan Publik

4. Model Formulasi Kebijakan Publik

5. Tahap-Tahap Formulasi Kebijakan Publik

6. Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Formulasi

Kebijakan Publik

7. Interaksi Aktor dalam Formulasi Kebijakan Publik

8. Model Orientasi Aktor dalam Formulasi Kebijakan

Publik.

9. Relevansi Rekonsiliasi dalam Proses Formulasi

Kebijakan Publik

C. Intisari Bacaan

1. Penyusunan Agenda Kebijakan

Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan

proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan

publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai

apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda

publik perlu diperhitungkan. Jika sebuah isu telah menjadi

masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda

publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi

sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam

penyusunan agenda juga sangat penting untuk menentukan

60 Kebijakan Publik

Page 79: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda

pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut

juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy

issues biasanya muncul mengenai karakter permasalahan

tersebut.

Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan

merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik

tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian

atas suatu masalah kebijakan. Ada beberapa Kriteria isu

yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,

1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan

Gunn, 1986) diantaranya:

a. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan

menjadi ancaman yang serius

b. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu

berdampak dramatis;

c. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan.

orang banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan

media massa;

d. Menjangkau dampak yang amat luas ;

e. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam

masyarakat ;

f. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit

dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 61

Page 80: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan

masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak

disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk

waktu lama.

Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya

menyiapkan rancangan undang-undang mengirimkan ke

Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan

disetujui. Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

Penyusunan agenda kebijakan seyogyanya dilakukan

berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga

keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh

mengaburkan tingkat urgensi, esensi, dan keterlibatan

stakeholder.

Menurut Nugroho (2008) criteria isu menjadi agenda

kebijakan publik :

1. Apakah isu tersebut dianggap telah mencapai

titik kritis sehingga tidak bias diabaikan

2. Apakah isu tersebut sensitif yang cepat menarik

perhatian masyarakat

3. Apakah isu tersebut menyangkut aspek tertentu

dalam masyarakat

4. Apakah isu tersebut menyangkut banyak pihak

sehingga mempunyai dampak yang luas dalam

masyarakat kalau diabaikan

5. Apakah isu tersebut berkaitan dengan kekuasaan

dan legitimasi

62 Kebijakan Publik

Page 81: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

6. Apakah isu tersebut berkenaan dengan

kecenderungan yang sedang berkembang dalam

masyarakat.

2. Konsep Formulasi Kebijakan Publik

Proses mekanisme perumusan (formulation)

kebijakan merupakan tahap yang paling krusial, karena

implementasi dan evaluasi dapat dilaksanakan apabila tahap

formulasi kebijakan telah selesai, disamping itu kegagalan

suatu kebijakan atau program dalam pencapaian suatu

tujuan sebagian besar besumber dari ketidaksempurnaan

pengelolaan pada tahap formulasinya (Wibawa, 1994;2).

Dalam fase formulasi kebijakan publik, realitas

politik yang melingkupi proses perumusan kebijakan

publik tidak boleh lepas dari fokus kajiannya. Sebab

bila kita melepaskan kenyataan politik itu dari proses

perumusan kebijakannya, maka jelas kebijakan publik

yang akan dihasilkan akan miskin aspek lapangannya.

Sebab sebuah kebijakan publik yang miskin lapangannya

itu jelas akan menemui banyak persoalan pada tataran

implementasinya. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah

lapangan atau lingkungan dimana kebijakan itu hidup

tidaklah pernah steril dari politik (Fadillah Putra, 2003).

Formulasi kebijakan publik adalah langkah

yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 63

Page 82: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

keseluruhan. Oleh karenanya, apa yang terjadi pada fase

ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan

publik yang dibuat pada masa yang akan datang. Oleh

sebab itulah, sangat dibutuhkan kehati-hatian yang lebih

dari para pembuat kebijakan (policy maker) ketika akan

melakukan formulasi kebijakan.

Menurut Frank T. Paine dan William Naumes

bahwa pembuatan kebijakan publik (policy formulation)

melibatkan keseluruhan sistem dengan berbagai kondisi dan

alternatif serta melibatkan proses-proses sosial dan proses-

proses intelektual” (Budi Winarno, 2002;68). Kemudian

menurut James E. Anderson (1979;52) pembuatan

kebijakan merupakan keseluruhan tahap dalam kebijakan

publik yang berupa rangkaian keputusan. Sedangkan

proses perumusan kebijakan publik menyangkut upaya

menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif

disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan

dan siapa yang berpartisipasi. Ia merupakan proses yang

secara spesifik ditujukan untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan khusus. Riant Nugroho (2003:101) menjelaskan

perumusan kebijakan publik adalah inti dari kebijakan

publik karena disini dirumuskan batas-batas kebijakan itu

sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat

ditarik tiga kesimpulan; pertama, bahwa pembuatan

kebijakan menyangkut seluruh tahapan dalam kebijakan

64 Kebijakan Publik

Page 83: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

publik dan perumusan kebijakan adalah salah satu bagian

di dalamnya. Kedua, konsep perumusan kebijakan sama

dengan konsep formulasi kebijakan. Ketiga, output dari

formulasi kebijakan adalah penetapan kebijakan publik

berupa peraturan perundang-undangan. Istilah/konsep

perumusan kebijakan yang akan dipergunakan selanjutnya

dalam tulisan ini adalah formulasi kebijakan.

Formulasi kebijakan merupakan pengembangan

alternatif-alternatif kebijakan dalam menghadapi masalah-

masalah yang telah masuk dalam agenda publik. Untuk

bisa memahami proses formulasi kebijakan, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah perlunya memahami

aktor-aktor yang terlibat atau pemeran dalam proses

perumusan kebijakan, baik aktor-aktor yang resmi maupun

yang tidak resmi, seperti diungkapkan Charles Lindblom

(1984:3), bahwa untuk memahami siapa sebenarnya yang

merumuskan kebijakan, lebih dahulu harus dipahami

sifat-sifat semua pemeran serta partisipan, bagian atau

peran apa yang mereka lakukan, wewenang atau bentuk

kekuasaan yang mereka miliki, dan bagaimana mereka

saling berhubungan serta saling mengawasi. Dari berbagai

jenis pemeran serta partisipan masing-masing mereka

mempunyai peran secara khusus yang meliputi waga

negara biasa, pemimpin organisasi civil society, anggota

DPR/DPRD, pemimpin badan legislatif, aktivis partai,

pemimpin partai politik, hakim, PNS, dan para manajer

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 65

Page 84: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dunia usaha.

Selanjutnya menurut Mark Rushefky (1990:4),

perlu dipertajam dengan melihat cara apa yang mereka

gunakan untuk mempengaruhi proses formulasi sebuah

kebijakan sehingga menjadi sebuah kebijakan yang

ditetapkan. Pembahasan menyangkut aktor-aktor yang

terlibat perlu dilakukan untuk mengetahui siapa yang

berperan utama mendefinisikan masalah dan bagaimana

masalah itu didefinisikan adalah merupakan hal yang

penting. Definisi masalah yang berbeda akan mempunyai

implikasi yang berbeda terhadap kebijakan. Formulasi

kebijakan terjadi di dalam birokrasi pemerintah, kantor-

kantor swasta, kelompok-kelompok kepentingan, ruang

komite legislatif, pertemuan komisi khusus, dan organisasi

perencana kebijakan atau dikenal juga sebagai thinktanks.

Kelompok kepentingan tertentu dapat memformulasikan

proposal kebijakan mereka sendiri melalui asosiasi dengan

para anggota legislatif atau stafnya yang menunjukkan

kesamaan kepentingan. Staf kelompok kepentingan

seringkali menyumbang pengetahuan teknis yang berharga

bagi suatu informasi kebijakan, juga informasi politik

tentang posisi mereka dalam melihat suatu isu.

3. Pendekatan dalam Formulasi Kebijakan Publik

Untuk lebih jauh memahami bagaimana

mekanisme proses perumusan kebijakan publik itu, maka

66 Kebijakan Publik

Page 85: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

terlebih dahulu akan diuraikan beberapa pendekatan atau

model-model dalam proses formulasi kebijakan publik.

Sebagai salah satu bagian dari proses pembuatan

kebijakan seperti telah disinggung sebelumnya,

merupakan proses yang rumit. Oleh karena kerumitan

tersebut, beberapa ahli mengembangkan model-model

atau pendekatan-pendekatan formulasi kebijakan.

Model-model tersebut sangat penting untuk mengkaji

proses formulasi kebijakan agar lebih mudah dipahami

sebagai upaya menyederhanakan realitas serta dapat

menjadi pedoman bagi pemerhati kebijakan publik untuk

menentukan dan mengusulkan hubungan antara konsep-

konsep yang digunakan untuk mengamati gejala sosial.

Dalam menganalisis suatu kebijakan, konsep dan model-

model tersebut dapat memperjelas dan mengarahkan

pemahaman kita terhadap penetapan kebijakan publik,

mempermudah arus komunikasi dan memberikan

penjelasan yang memadai bagi tindak kebijakan.

Secara tipikal formulasi kebijakan merupakan

tindakan yang berpola yang dilakukan sepanjang waktu

dan melibatkan banyak kepentingan. Model formulasi

kebijakan ini tidak hanya satu, tetapi ada banyak model

yang telah dikembangkan oleh para ahli kebijakan.

Menurut Pearsons, (Putra,2003) secara

metodologis, melakukan klasifikasi pendekatan atau model

kebijakan publik pada 5 (lima) pendekatan antara lain ;

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 67

Page 86: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

1) Pendekatan/model kekuasaan; pendekatan atau model

kekuasaan adalah proses yang sangat ditentukan

oleh faktor kekuasaan seperti kelas sosial, birokrasi,

pendidikan, profesionalisme, dan kekuatan modal.

Pendekatan kekuasaan ini dapat dikategorikan dalam

beberapa fokus, yaitu elitism, pluralism, Marxism,

corporatism, professionalism, dan technocracy.

2) Pendekatan/model Rasionalitas; pendekatan atau

model rasionalitas dalam proses perumusan kebijakan

publik pada dasarnya bertumpu pada dua hal, yaitu

rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokrasi.

Artinya pembuatan kebijakan publik harus didahului

oleh pembacaan yang mendalam atas pehitungan-

perhitungan dampak ekonomis apabila kebijakan

tersebut diimplementasikan. Sedangkan rasionalitas

birokrasi, adalah bertumpu pada efisien dan efektifitas

kinerja birokrasi. Oleh karena itu proses perumusan

kebijakan publik haruslah mengacu pada kaidah-

kaidah ideal birokrasi seperti spesialisasi, hirarki, dan

impersonal.

3) Pendekatan Pilihan Publik; pendekatan pilihan

publik (public choice) menurut pandangan William

Niskanen dan Anthony Down (Fadillah Putra, 2003)

menitikberatkan pada mekanisme pasar. Artinya

pendekatan pilihan publik menempatkan lembaga

birokrasi di tengah-tengah pertarungan yang hebat

68 Kebijakan Publik

Page 87: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang ada di pasar (market). Pasar dengan sendirinya

akan menentukan apakah sebuah institusi atau

birokrasi dalam masyarakat itu memuaskan publiknya

(customer) atau tidak, dan pasar pula dapat menghakimi

institusi birokrasi yang tidak dapat memuaskan

publiknya itu secara langsung. Proses perumusan atau

pembuatan kebijakan publik dalam paradigma ini

lebih bertumpu pada mekanisme pasar. Para perumus

kebijakan (decision maker) akan kekurangan kekuatan

(powerless) untuk melakukan transformasi sosial

melalui produk kebijakan yang dibuatnya, sebab dalam

pandangan pendekatan ini semua produk kebijakan

publik dari lembaga negara harus presisi dengan

kehendak publik secara holistik.

4) Pendekatan Personalitas; pendekatan personalitas lebih

banyak melihat proses perumusan atau pembuatan

kebijakan dari sudut pandang psikologis dan ilmu

informasi. Proses perumusan atau pembuatan kebijakan

publik menurut pandangan ini adalah merupakan

sebuah kajian yang terfokus pada sesuatu yang ada

pada benak individu atau kelompok orang pembuat

kebijakan publik tersebut. Menurut Elton Mayo

dan Maslow dalam Fadila Putra (2003) mengatakan

bahwa proses-proses manajemen merupakan sebuah

proses psikologis dari mereka yang ada dalam

proses manajemen itu. Lebih tajam menurut Harold

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 69

Page 88: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Laswel mengatakan bahwa proses perumusan atau

pembuatan kebijakan publik lebih terfokus pada aspek

emosi manusia, personalitas, dan perilaku kelompok

dan hubungan interpersonal, artinya dalam proses

pembuatan dan perumusan kebijakan tidak cukup

hanya melihat aspek-aspek rasional, namun harus

melihat dari sudut pandang yang besifat non-rasional

dalam perilaku politisi dan penguasa birokrasi dalam

melakukan tindakan-tindakan publiknya.

5) Pendekatan Kognisi dan Informasi; pendekatan

kognisi dan informasi merupakan pendekatan lanjutan

dari pendekatan personalitas yang menganalisis

proses perumusan atau pembuatan kebijakan publik

dari aspek bagaimana pembuat kebijakan sebagai

personal merespon stimulasi dari lingkungannya.

Artinya, seorang pembuat kebijakan lebih terfokus

pada bagaimana mereka dapat mengenali masalah,

bagaimana mereka menggunakan informasi yang

dimiliki, bagaimana mereka menentukan pilihan

dari berbagai alternatif yang ada, bagaimana mereka

mempersepsi berbagai realitas yang muncul, dan

bagaimana informasi diproses dan dikomunikasikan

dalam organisasi. Proses pembuatan dan perumusan

kebijakan publik, dengan demikian harus dipandang

sebagai proses akomodasi dan pelibatan berbagai

elemen yang ada dalam masyarakat yang hendak

70 Kebijakan Publik

Page 89: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dijadikan sasaran dari kebijakan publik yang akan

dibuat. Pembuat kebijakan diharapkan tidak lagi

memandang dirinya sebagai satu-satunya aktor yang

menentukan dalam proses perumusan dan pembuatan

kebijakan. Informasi dari seluruh preferensi yang ada

dari berbagai sumber di lingkungannya harus sedapat

mungkin diproses dan diserap sebagai bahan kajian,

sehingga kebijakan publik yang dihasilkan nantinya

akan semakin membumi dan mendapat legitimasi

politik yang kuat dari lingkungannya.

Berdasarkan tipologi model perumusan kebijakan

yang disusun oleh Pearsons, dalam lima model formulasi,

kemudian Nicholas Henry (1975;230) dalam bukunya

Administrasi Negara dan Masalah-Masalah Kenegaraan

membagi formulasi kebijakan publik dalam dua kategori

yakni formulasi kebijakan publik dari sudut proses dan

formulasi kebijakan publik dari sudut hasil dan akibatnya.

Penganalisaan kebijakan publik dari sudut

proses lebih bersifat “deskriptif” yaitu mencoba untuk

menggambarkan bagaimana kebijakan publik itu dibuat.

Termasuk ke dalam pengelompokkan penganalisaan dari

sudut ini adalah model-model seperti institusional, elit-

massa, kelompok dan sistem. Sedangkan penganalisaan

kebijakan publik dari sudut hasil dan akibat lebih

bersifat “preskriptif” yaitu menunjukkan cara-cara untuk

meningkatkan mutu/kualitas isi, hasil dan akibat dari

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 71

Page 90: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan publik, atau dengan singkat bagaimana caranya

meningkatkan kualitas proses formulasi kebijakan publik.

Yang termasuk ke dalam pengelompokkan penganalisaan

dari sudut hasil dan akibat adalah model-model rational-

comprehensive, incremental, dan model mixed-scanning

yang dicetuskan oleh ahli sosiologi Amitai Etzioni.

4. Model Formulasi Kebijakan Publik

Berikut ini adalah penjelasan beberapa macam

model dengan mengikuti kedua macam pengelompokkan

di atas.

1) Model Rational-Comprehensive

Model ini didasarkan atas teori ekonomi atau

konsep manusia ekonomi (consept of an economic

man). Model rasional komprehensif menekankan

pada pembuatan keputusan yang rasional dengan

bermodalkan pada komprehensifitas informasi dan

keahlian pembuatan keputusan. Dalam model ini

konsep rasionalitas sama dengan konsep efisiensi.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa suatu kebijakan

yang rasional itu adalah kebijakan yang sangat efisien,

dimana rasio antara nilai yang dikorbankannya adalah

positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif-

alternatif yang lain. Hasil dari proses pembuatan

kebijakan adalah keputusan yang rasional, yakni suatu

keputusan yang dapat mencapai suatu tujuan yang

paling efektif.

72 Kebijakan Publik

Page 91: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2) Teori Incrementalism

Model ini memandang kebijakan publik sebagai

suatu kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa

lalu dengan hanya mengubahnya (modifikasi) sedikit-

sedikit. Model incremental adalah merupakan kritik

dan perbaikan terhadap model rasional komprehensif.

Karakteristik keputusan yang incremental

sebagai pembuatan kebijakan yang bersifat mengobati

(remedial) dan lebih diarahkan pada pemecahan

masalah-masalah sosial yang konkrit yang ada

sekarang, bukan untuk meningkatkan pencapaian

tujuan-tujuan sosial di masa yang akan datang. (Terry

W. Hartle, 1980;129).

Lindblom (1986), kemudian menyimpulkan

karena pembuatan keputusan selalu diliputi dengan

keterbatasan waktu, kecakapan dan biaya maka

ia tidak mungkin dapat menganalisa semua nilai-

nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, keseluruhan

alternatif-alternatif kebijakan beserta konsekuensi-

konsekuensinya, menilai rasio biaya keuntungan secara

detail, menyusun urutan-urutan alternatif kebijakan

berdasarkan rasio biaya keuntungan dan kemudian

membuat keputusan sesuai dengan informasi yang

relevan .(Islamy, 1992:61).

Menyadari akan keterbatasan-keterbatasan yang

ada pembuat keputusan, maka model incremental

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 73

Page 92: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

hanya memusatkan perhatiannya pada modifikasi

secara sedikit-sedikit atas kebijaksanaan yang ada

sebelumnya.

3). Teori Pengamatan Terpadu (Mixed scanning Theory)

Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi

bernama Amitai etzioni. Ia mencetuskan suatu model

pembuatan keputusan hibrida yang merupakan

gabungan unsur-unsur kebaikan yang ada pada

model rasional-komprehensif dan incremental yang

selanjutnya disebut sebagai model mixed scanning.

Pendekatan ini memanfaatkan dua macam

pendekatan sebelumnya secara fleksibel, yaitu sangat

tergantung dari masalah dan situasinya. Dalam beberapa

hal pendekatan rasional-komprehensif akan diterapkan

bila “high converage scanning” (penjelajahan dan

pengamatan yang luas) diperlukan. Dan beberapa hal

yang lain bila “truncated scanning” (pengamatan

yang mendetail pada suatu sasaran tertentu) diperlukan

maka pendekatan inkremental mendapatkan gilirannya.

Dengan adanya pendekatan mixed-scanning yang

kompromistis ini telah menyadarkan kita tentang

adanya kenyataan-kenyataan yang sangat penting

yaitu bahwa keputusan-keputusan ini tidak sama atau

berbeda-beda baik ruang lingkup maupun dampaknya,

sehingga pendekatan pembuatan keputusan berbeda

diperlukan untuk jenis keputusan yang berbeda pula.

74 Kebijakan Publik

Page 93: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4). Model Institusional

Model ini adalah merupakan model yang

tradisional dalam proses pembuatan kebijakan publik.

Fokus atau pusat perhatian model ini terletak pada

struktur organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan

karena kegiatan-kegiatan politik berpusat pada

lembaga-lembaga pemerintah seperti lembaga

legislatif, eksekutif, yudikatif baik pada pemerintah

pusat, regional, dan lokal. Sehubungan dengan itu

maka kebijaksanaan negara secara otoritas dirumuskan

dan dilaksanakan pada lembaga-lembaga pemerintah

tersebut. Terdapat hubungan yang kuat antara

kebijakan publik dan lembaga-lembaga pemerintah,

hal ini disebabkan karena sesuatu kebijakan tidak dapat

menjadi kebijakan publik kalau ia tidak dirumuskan,

disahkan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan.

Secara tradisional model institusional ini biasanya

menggambarkan tentang struktur organisasi, tugas-

tugas dan fungsi-fungsi pejabat organisasi. Tapi

sayangnya kurang membuat analisa tentang hubungan

antara lembaga-lembaga pemerintahan itu dengan

kebijakan publik. Namun demikian kita harus hati-

hati dalam menilai kaitan lembaga pemerintahan dan

kebijakan publik, karena anggapan yang mengatakan

bahwa apabila struktur kelembagaan berubah maka

kebijakan publik juga ikut berubah tidak selalu benar.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 75

Page 94: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Hal ini disebabkan karena baik lembaga pemerintahan

maupun kebijakan publik banyak dipengaruhi oleh

kekuatan-kekuatan lingkungan (faktor-faktor luar).

5). Model Elit-Massa

Model ini memandang administrator negara

bukan sebagai abdi rakyat “(servant of the people)”

tetapi lebih sebagai “kelompok-kelompok kecil yang

telah mapan “(the establishment)”. Kelompok elit

yang bertugas membuat dan melaksanakan kebijakan

digambarkan dalam model ini sebagai kelompok yang

mampu bertindak/berbuat dalam suatu lingkungan

yang ditandai dengan sikap massa yang apatis,

kerancuan informasi, sehingga massa menjadi lebih

pasif. Kebijakan publik mengalir dari atas ke bawah,

yaitu dari golongan elit ke golongan massa. Kelompok

elit yang mempunyai kekuasaan dan nilai-nilai elit

berbeda dengan massa. Dengan demikian kebijakan

publik adalah merupakan perwujudan keinginan-

keinginan utama dan nilai-nilai golongan elit yang

berkuasa.

Karena kebijakan publik itu ditentukan oleh

kelompok elit maka pejabat pemerintah hanyalah

sekedar pelaksana-pelaksana dari kebijakan yang

ditetapkan oleh elit tadi, sementara tuntutan rakyat

banyak (non elit) tidak diperhatikan. Dengan demikian

elitisme mempunyai arti bahwa kebijakan publik

76 Kebijakan Publik

Page 95: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tidak begitu banyak mencerminkan keinginan rakyat

tetapi keinginan elit. Hal ini menyebabkan perubahan

dan pembaharuan terhadap kebijakan publik berjalan

lambat.

6). Model Kelompok

Model ini menganut paham kelompoknya David

B. Truman dalam bukunya “The Government Process”

(1951) dalam Islamy (1992;42) yang menyatakan

bahwa interaksi diantara kelompok-kelompok adalah

merupakan kenyataan politik. Individu-individu yang

memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik

secara formal maupun informal ke dalam kelompok

kepentingan (interest group) yang dapat mengajukan

dan memaksakan kepentingan-kepentingannya kepada

pemerintah.

Model kelompok melihat kebijakan publik sebagai

equilibrium yang dicapai sebagai hasil perjuangan

kelompok. Untuk menjaga perimbangan tersebut maka

tugas/peranan sistem politik adalah menengahi konflik

yang terjadi diantara kelompok-kelompok tersebut.

Kelompok kepentingan yang berpengaruh diharapkan

dapat mempengaruhi kebijakan publik. Tingkat

pengaruh kelompok kepentingan tersebut ditentukan

oleh jumlah anggotanya, harta kekayaan, kekuatan,

dan kebaikan organisasinya, kepemimpinannya,

hubungan yang erat dengan para pembuat keputusan,

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 77

Page 96: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kohesi intern para anggotanya dan sebagainya.

Aktivitas politis (inklusif formulasi kebijakan

publik) dipandang oleh model ini sebagai hasil

perjuangan kelompok, sehingga para pembuat

kebijakan publik secara terus menerus memberikan

respon terhadap tekanan-tekanan yang diberikan oleh

kelompok tersebut (pressure groups) yaitu dengan

melakukan tawar menawar (bargaining), perjanjian

(negotiating), dan kompromi (compromising) terhadap

persaingan tuntutan-tuntutan dari kelompok-kelompok

yang berpengaruh.

7). Model Sistem Politik

Paine dan Naumen menawarkan suatu model

proses pembuatan formulasi kebijakan yang merujuk

pada model sistem. Model ini diangkat dari uaraian

David Easton dalam “The political sistem”. Model

ini didasarkan pada konsep-konsep teori informasi

(imputs, withinputs, outputs dan feedback) dan

memandang kebijakan publik sebagai respon suatu

sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan

(sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografi, dan

sebagainya) yang ada di sekitarnya. Dengan demikian

kebijakan publik dipandang oleh model ini sebagai

hasil (output) dari sistem politik.

Konsep “political system” mempunyai arti yakni

sejumlah lembaga-lembaga dan aktivitas-aktivitas

78 Kebijakan Publik

Page 97: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

politik dalam masyarakat yang berfungsi mengubah

tuntutan (demand), dukungan (support), dan

resources sebagai input menjadi sebuah keputusan/

kebijakan (output) yang otoritatif bagi seluruh anggota

masyarakat. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa

sistem politik berfungsi mengubah inputs menjadi

outputs.

Tuntutan-tuntutan (demands) timbul bila

individu-individu atau kelompok-kelompok setelah

memperoleh respon dari adanya peristiwa-peristiwa

atau keadaan-keadaan yang ada di lingkungannya

berupaya mempengaruhi proses pembuatan kebijakan

publik. Tuntutan-tuntutan ini bisa berasal dari dalam

sistem politik itu sendiri (misalnya dari anggota

birokrasi atau pejabat pemerintah) atau berasal dari

luar sistem politik (misalnya dari anggota masyarakat,

kelompok kepentingan dan sebagainya).

Dukungan (support) dan sumber-sumber

(resources) diperlukan untuk menunjang tuntutan-

tuntutan yang telah dibuat tadi. Apakah sistem politik

telah berhasil membuat keputusan-keputusan yang

sesuai dengan tuntutan tadi maka implementasi

keputusan-keputusan akan semakin mudah dilakukan.

Menerima keputusan-keputusan, mematuhi undang-

undang, membayar pajak dan sebagainya adalah

merupakan perwujudan dari pemberian dukungan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 79

Page 98: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Lingkungan variabel-variabel sosial ekonomi

dalam suatu negara

Gambar 5.1 : .Model sistem Formulasi Kebijakan

Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari

kegiatan politik. Ini adalah bentuk dan apa yang

pemerintah ingin lakukan atau tidak ingin melakukan

sesuatu yang secara otoritas akan dialokasikannya

kepada seluruh anggota masyarakat. Pengalokasian

keputusan-keputusan pemerintah kepada anggota

masyarakat sudah pasti ada konsekuensinya, baik

itu berupa dampak negatif atau positif atau yang

diharapkan (intended) dan dampak negatif atau yang

tidak diharapkan (unintended) tetapi ternyata muncul

dipermukaan yang telah disadari atau tidak disadari

oleh pembuat kebijakan.

Lingkungan (environment) yang berupa keadaan

sosial ekonomi, politik, kebudayaan, keamanan,

geografi dan sebagainya bisa berpengaruh pada

80 Kebijakan Publik

Page 99: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

inputs, dimana tuntutan-tuntutan bisa langsung

ditransformasikan ke dalam sistem politik atau karena

pengaruh lingkungan juga bisa mati atau tidak dapat

diteruskan pada sistem politik. Pengaruh lingkungan

pada withinputs bisa mewarnai kuantitas, kualitas, dan

kelancaran proses konversi yang pada intinya juga

akan berpengaruh pada outputs. Implementasi outputs

pada masyarakat bisa memberikan dampak positif

dan negatif juga banyak dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan. Termasuk pemanfaatan dampak positif

dan negatif dari kebijakan publik tersebut sebagai

umpan balik (feedback) yang akan dipakai atau

tidak sebagai input baru dalam proses sistem politik

berikutnya. Jadi pengaruh lingkungan ini luas sekali

yaitu ke seluruh sub-sub sistem dari sistem politik.

Lingkungan kebijakan, seperti adanya pengangguran,

kriminalitas, krisis ekonomi, gejolak politik yang ada

pada suatu negara akan mempengaruhi atau memaksa

pelaku atau aktor kebijakan untuk meresponnya,

yakni memasukannya ke dalam agenda pemerintah

dan selanjutnya melahirkan kebijakan publik untuk

memecahkan masalah-masalah yang bersangkutan.

Gambar 5.2 berikut mendeskripsikan hubungan

antara tiga elemen yang terlibat dalam sebuah

kebijakan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 81

Page 100: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Gambar 5.2 : Hubungan Tiga Elemen Sistem Kebijakan

Sumber: Thomas R. Dye dalam William N. Dunn(2000;110).

Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan

kebijakan publik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat

lahir karena pengaruh lingkungan, dan kemudian

ditransformasikan ke dalam suatu sistem politik.

Dalam waktu yang bersamaan ada keterbatasan dan

konstrain dari lingkungan yang akan mempengaruhi

policy markers. Faktor lingkungan tersebut antara lain

karakteristik geografi, seperti sumber daya alam, iklim,

dan topografi; variabel demografi, seperti banyaknya

penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi sosial,

kebudayaan, politik, struktur sosial, dan sistem

ekonomi.

Dari pemetaan beberapa model formulasi

kebijakan publik, kita bias menyimpulkan bahwa untuk

merumuskan atau membuat kebijakan tidaklah sederhana.

Model tersebut dapat membantu kita untuk memnganalisis

sebuah rancangan kebijakan publik. Masalahnya adalah,

model mana yang paling sesuai dengan tugas perumusan

atau formulasi kebijakan. Semua model mempunyai

82 Kebijakan Publik

Page 101: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kelebihan dan kekurangan.

Jawaban dari model mana yang terbaik tidak bisa

dijawab dengan model ini atau model itu; bahkan tidak

pula dengan jawaban mix saja semua model itu karena

memang tidak dapat dicampur bengitu saja. Untuk itu,

sebelum memilih model, tentukan dulu hal-hal berikut:

a) Kompleksitasnya isu atau permasalahan

b) Ketersediaan sumber daya, khususnya kompetensi

sumber daya manusia dan ketersediaan waktu.

Jawaban-jawaban ini akan menentukan pilihan

model mana yang akan diprioritaskan sebagai model kunci

atau model utama.

Sumber Daya

Kompleksitas

Gambar 5.3 : Matriks Pemilihan Model

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 83

Page 102: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dari gambar tersebut tampak bahwa kombinasi-

kombinasi kondisi objektif yang ada sebelum formulasi

kebijakan akan mengarah pada model formulasi atau

perumusan kebijakan yang paling sesuai. Jika disimak,

tampak bahwa model incremental adalah model yang

efektif digunakan justru ketika sumber daya yang tersedia

rendah dan kompleksitas masalah rendah, sementara

model permainan efektif digunakan pada permasalahn

yang kompleks dan sumber daya, khususnya SDM tersedia

dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi untuk membuat

skenario permainan yang memenangkan.

Linblom dalam bukunya “The Policy Making

Process” (Sudarwan Danim, 2000) mengemukakan lima

tahap atau mekanisme untuk mempelajari perumusan

kebijakan publik yaitu :

1) Bagaimana masalah-masalah itu timbul dan masuk

kedalam agenda acara para pembuat atau perumus

kebijakan pemerintah.

2) Bagaimana masyarakat merumuskan masalah-masalah

tersebut untuk pembuatan suatu kebijakan.

3) Sikap apa yang diambil oleh badan legislatif atau

lembaga lainnya atas kebijakan itu.

4) Bagaimana para pemimpin merapatkan/merespon

kebijakan itu.

5) Bagaimana kebijakan itu dievaluasi.

84 Kebijakan Publik

Page 103: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Senada dengan apa yang dikatakan Linblom,

Ann Majchrzak (Sudarwan Danim, 2002) mengemukakan

bahwa tahap-tahap atau mekanisme perumusan kebijakan

publik terdiri atas enam tahap :

1) Mekanisme desiminasi, berkenaan dengan

penyederhanaan masalah-masalah yang ada dengan

cara menemukan informasi-informasi penting tentang

masalah. Artinya masalah-masalah sosial apapun

bentuknya dan bagaimanapun kompleksnya menurut

mekanisme ini dapat disederhanakan.

2) Mekanisme finansial; berkenaan dengan masalah

finansial untuk keperluan dorongan (insentive) atau

keperluan lain misalnya pajak atau bantuan. Artinya

mekanisme ini digunakan apabila uang (financial)

dipandang sebagai kekuatan pendorong untuk

menanggulangi masalah sosial.

3) Mekanisme keteraturan dan pengawasan; mekanisme

ini digunakan apabila ingin memecahkan masalah-

masalah sosial dengan pelaksanaan tentang suatu

aktivitas dimana individu atau organisasi dapat

melakukannya.

4) Mekanisme operasi tindakan; mekanisme ini berkenaan

dengan operasi tindakan kebijakan. Mekanisme ini

digunakan jika tindakan dianggap konstruktif bagi

upaya memecahkan masalah-masalah sosial.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 85

Page 104: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

5) Mekanisme setting prioritas; berkenaan dengan

setting prioritas simbolik atau kebijakan terkait,

dan berhubungan dengan rekomendasi dimana

penyederhanaan indikasi masalah sangat penting

dan harus menjadi pusat perhatian. Mekanisme

ini biasanya digunakan juga untuk memperlambat

keputusan (delay a decision), atau membuat keputusan

untuk tidak memutuskan (make a non-decision).

Mekanisme setting prioritas cenderung berkaitan

dengan keputusan-keputusan politik.

6) Mekanisme penelitian dan pengembangan; sebagai

setting prioritas, penelitian dan pengembangan

(research and development) dapat dijadikan sebagai

alat atau taktik untuk penundaan. Mekanisme ini tidak

terlepas dari peranan aktor, oleh karena itu semua aktor

yang terlibat dlam mekanisme ini harus diidentifikasi,

baik yang mempunyai kekuatan formal secara langsung

maupun yang informal dan tidak langsung.

5. Tahap-Tahap Formulasi Kebijakan

Formulasi kebijakan sebagai suatu proses menurut

Winarno (1989: 53) dapat dipandang dalam 2 (dua)

macam kegiatan. Kegiatan pertama adalah memutuskan

secara umum apa yang harus dilakukan atau dengan kata

lain perumusan diarahkan untuk memperoleh kesepakatan

tentang suatu alternatif kebijakan yang dipilih, suatu

86 Kebijakan Publik

Page 105: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

keputusan yang menyetujui adalah hasil dari proses

seluruhnya. Sedangkan kegiatan selanjutnya diarahkan pada

bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dibuat, dalam

hal ini suatu keputusan kebijakan mencakup tindakan oleh

seseorang pejabat atau lembaga resmi untuk menyetujui,

mengubah atau menolak suatu alternatif kebijakan yang

dipilih. Sejalan dengan pendapat Winarno, maka Islamy

(1991:77) membagi proses formulasi kebijakan kedalam

tahap perumusan masalah kebijakan, penyusunan agenda

pemerintah, perumusan usulan kebijakan, pengesahan

kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian kebijakan.

Berikut uraiannya :

1) Perumusan masalah kebijakan

Pada prinsipnya, walaupun suatu peristiwa, keadaan

dan situasi tertentu dapat menimbulkan satu atau beberapa

problem, tetapi agar hal itu menjadi masalah publik tidak

hanya tergantung dari dimensi obyektifnya saja, tetapi

juga secara subyektif, baik oleh masyarakat maupun para

pembuat keputusan, dipandang sebagai suatu masalah

yang patut dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya.

Oleh karena itu, suatu problem, untuk bisa berubah

menjadi problem umum tidak hanya cukup dihayati

oleh banyak orang sebagai sesuatu masalah yang perlu

segera diatasi, tetapi masyarakat perlu memiliki political

will untuk memperjuangkannya dan yang lebih penting

lagi, problem tersebut ditanggapi positif oleh pembuat

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 87

Page 106: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan dan mereka bersedia memperjuangkan problem

umum itu menjadi problem kebijakan, memasukkannya

kedalam agenda pemerintah dan mengusahakannya

menjadi kebijakan publik, maka langkah pertama yang

harus dilakukan oleh setiap pembuat kebijakan adalah

mengidentifikasikan problem yang akan dipecahkan

kemudian membuat perumusan yang sejelas-jelasnya

terhadap problem tersebut. Kegiatan ini merupakan upaya

untuk menentukan identitas masalah kebijakan dengan

terlebih dahulu mengerti dan memahami sifat dari masalah

tersebut sehingga akan mempermudah dalam menentukan

sifat proses perumusan kebijakan.

2) Penyusunan agenda pemerintah.

Oleh karena masalah publik yang telah

diidentifikasi begitu banyak jumlahnya, maka para

pembuat keputusan akan memilih dan menentukan

problem mana yang seharusnya memperoleh

prioritas utama untuk diperhatikan secara serius

dan aktif, sehingga biasanya agenda pemerintah

ini mempunyai sifat yang khas, lebih kongkrit dan

terbatas jumlahnya.

Anderson (1966:57-59) menyebutkan

beberapa faktor yang dapat menyebabkan problem-

problem umum dapat masuk ke dalam agenda

pemerintah, yakni :

88 Kebijakan Publik

Page 107: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

• Apabila terdapat ancaman terhadap

keseimbangan antar kelompok (group

equlibirium), dimana kelompok-kelompok

tersebut mengadakan reaksi dan menuntut

tindakan pemerintah untuk mengambil prakarsa

guna mengatasi ketidakseimbangan tersebut.

• Kepemimpinan politik dapat pula menjadi

suatu faktor yang penting dalam penyusunan

agenda pemerintah, manakala para pemimpin

politik didorong atas pertimbangan

keuntungan politik atau keterlibatannya untuk

memperhatikan kepentingan umum, sehingga

mereka selalu memperhatikan problem publik,

menyebarluaskan dan mengusulkan usaha

pemecahannya.

• Timbulnya krisis atau peristiwa yang luar

biasa dan mendapatkan perhatian besar

dari masyarakat, sehingga memaksa para

pembuat keputusan untuk memperhatikan

secara seksama terhadap peristiwa atau krisis

tersebut, dengan memasukkan ke dalam agenda

pemerintah.

• Adanya gerakan-gerakan protes termasuk

tindakan kekerasan, sehingga menarik

perhatian para pembuat keputusan untuk

memasukkannya ke dalam agenda pemerintah.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 89

Page 108: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

• Masalah-masalah khusus atau isu-isu politis

yang timbul dalam masyarakat, sehingga

menarik perhatian media massa dan

menjadikannya sebagai sorotan. Hal ini dapat

menyebabkan masalah atau isu tersebut semakin

menonjol sehingga lebih banyak lagi perhatian

masyarakat dan para pembuat kebijakan tertuju

pada masalah atau isu tersebut.

3) Perumusan Usulan Kebijakan

Tahap ini merupakan kegiatan menyusun

dan mengembangkan serangkaian tindakan yang

perlu untuk memecahkan masalah, meliputi :

• Identifikasi alternatif dilakukan untuk

kepentingan pemecahan masalah. Terhadap

problem yang hampir sama atau mirip, dapat

saja dipakai alternatif kebijakan yang telah

pernah dipilih, akan tetapi terhadap problem

yang sifatnya baru maka para pembuat kebijakan

dituntut untuk secara kreatif menemukan

dan mengidentifikasi alternatif kebijakan

baru sehingga masing-masing alternatif jelas

karakteristiknya, sebab pemberian identifikasi

yang benar dan jelas pada setiap alternatif

kebijakan akan mempermudah proses

perumusan alternatif.

90 Kebijakan Publik

Page 109: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

• Mendefinisikan dan merumuskan alternatif,

bertujuan agar masing-masing alternatif yang

telah dikumpulkan oleh pembuat kebijakan

itu jelas pengertiannya, sebab semakin jelas

alternatif itu diberi pengertian, maka akan

semakin mudah pembuat kebijakan menilai dan

mempertimbangkan aspek positif dan negatif

dari masing-masing alternatif tersebut.

• Menilai alternatif, yakni kegiatan pemberian

bobot pada setiap alternatif, sehingga jelas

bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot

kebaikan dan kekurangannya masing-masing,

sehingga dengan mengetahui bobot yang

dimiliki oleh masing-masing alternatif maka

para pembuat keputusan dapat memutuskan

alternatif mana yang lebih memungkinkan untuk

dilaksanakan/dipakai. Untuk dapat melakukan

penilaian terhadap berbagai alternatif dengan

baik, maka dibutuhkan kriteria tertentu serta

informasi yang relevan.

• Memilih alternatif yang memuaskan. Proses

pemilihan alternatif yang memuaskan

atau yang paling memungkinkan untuk

dilaksanakan barulah dapat dilakukan setelah

pembuat kebijakan berhasil dalam melakukan

penilaian terhadap alternatif kebijakan. Suatu

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 91

Page 110: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

alternatif yang telah dipilih secara memuaskan

akan menjadi suatu usulan kebijakan yang

telah diantisipasi untuk dapat dilaksanakan dan

memberikan dampak positif. Tahap pemilihan

alternatif yang memuaskan selalu bersifat

obyektif dan subyektif, dalam artian bahwa

pembuat kebijakan akan menilai alternatif

kebijakan sesuai dengan kemampuan rasio

yang dimilikinya, dengan didasarkan pada

pertimbangan terhadap kepentingan pihak-

pihak yang akan memperoleh pengaruh sebagai

konsekwensi dari pilihannya.

4) Pengesahan Kebijakan

Sebagai suatu proses kolektif, pengesahan

kebijakan merupakan proses penyesuaian dan penerimaan

secara bersama terhadap prinsip-prinsip yang diakui

dan diterima (comforming to recognized principles or

accepted standards). Landasan utama untuk melakukan

pengesahan adalah variabel-variabel sosial seperti sistem

nilai masyarakat, ideologi negara, sistem politik dan

sebagainya.

Proses pengesahan suatu kebijakan biasanya diawali

dengan kegiatan persuasion dan bargaining (Andersson;

1966, 80). Persuasion diartikan sebagai “Usaha-usaha

untuk meyakinkan orang lain tentang sesuatu kebenaran

92 Kebijakan Publik

Page 111: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

atau nilai kedudukan seseorang, sehingga mereka

mau menerimanya sebagai milik sendiri”. Sedangkan

Bergaining diterjemahkan sebagai “Suatu proses dimana

dua orang atau lebih yang mempunyai kekuasaan atau

otoritas mengatur/menyesuaikan setidak-tidaknya

sebagian tujuan-tujuan yang tidak mereka sepakati agar

dapat merumuskan serangkaian tindakan yang dapat

diterima bersama meskipun itu tidak terlalu ideal bagi

mereka”. Yang termasuk ke dalam kategori bargaining

adalah perjanjian (negotiation), saling memberi dan

menerima (take and give) dan kompromi (compromise).

Baik persuasion maupun bargaining, kedua-duanya

saling melengkapi sehingga penerapan kedua kegiatan

atau proses tersebut akan dapat memperlancar proses

pengesahan kebijakan.

6. Hal-Hal yang Mempengaruhi Proses Formulasi

Kebijakan

Menurut Nigro and Nigro dalam Islamy (1991:

25), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses

formulasi kebijakan adalah :

a) Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar

Walaupun ada pendekatan formulasi kebijakan

dengan nama “rationale comprehensive” yang berarti

administrator sebagai pembuat keputusan harus

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 93

Page 112: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

mempertimbangkan alternatif-alternatif yang akan dipilih

berdasarkan penilaian rasional semata, tetapi proses dan

formulasi kebijakan itu tidak dapat dipisahkan dari dunia

nyata, sehingga adanya tekanan dari luar ikut berpengaruh

terhadap proses formulasi kebijakan.

b) Adanya pengaruh kebiasaan lama

Kebiasaan lama organisasi seperti kebiasaan

investasi modal, sumber-sumber dan waktu terhadap

kegiatan suatu program tertentu cenderung akan selalu

diikuti, meskipun keputusan-keputusan tersebut telah

dikritik sebagai sesuatu yang salah sehingga perlu dirubah,

apalagi jika suatu kebijakan yang telah ada dipandang

memuaskan.

c) Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh

pembuat keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-

sifat pribadinya, seperti dalam proses penerimaan atau

pengangkatan pegawai baru, seringkali faktor sifat-sifat

pribadi pembuat keputusan berperan besar sekali.

d) Adanya pengaruh dari kelompok luar

Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan

juga sangat berpengaruh, bahkan sering pula pembuatan

keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan

pengalaman dari orang lain yang sebelumnya berada diluar

proses formulasi kebijakan.

94 Kebijakan Publik

Page 113: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

e) Adanya pengaruh keadaan masa lalu

Pengalaman latihan dan pengalaman pekerjaan

yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan keputusan

atau bahkan orang-orang yang bekerja di kantor pusat

sering membuat keputusan yang tidak sesuai dengan

keadaan dilapangan, hal ini disebabkan karena adanya

kekhawatiran bahwa delegasi wewenang dan tanggung

jawab kepada orang lain akan disalahgunakan.

7. Interaksi Aktor dalam Formulasi Kebijakan Publik

Pada pembahasan mengenai kebijakan publik,

maka aktor mempunyai posisi yang sangat strategis

bersama-sama dengan faktor kelembagaan (institusi)

kebijakan itu sendiri. Interaksi aktor dan kelembagaan

merupakan penentu proses perjalanan dan strategi yang

dilakukan oleh komunitas kebijakan dalam makna yang

lebih luas.

Menurut Howlett dan Ramesh dalam Madani

(2011:36) menjelaskan bahwa pada prinsipnya aktor

kebijakan adalah mereka yang selalu dan harus terlibat

dalam setiap proses analisa kebijakan publik, baik

berfungsi sebagai perumus maupun kelompok penekan

yang senantiasa aktif dan proaktif di dalam melakukan

interaksi dan interelasi di dalam konteks analisis kebijakan

publik.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 95

Page 114: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Anderson

dalam Madani (2011:37) bahwa aktor kebijakan meliputi

aktor internal birokrasi dan aktor eksternal yang selalu

mempunyai consern terhadap kebijakan. Aktor individu

maupun kelompok yang turut serta dalam setiap

perbincangan dan perdebatan tentang kebijakan publik.

Berdasarkan pendapat ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa aktor kebijakan itu seorang maupun

sekelompok orang yang terlibat dalam penentu kebijakan,

baik pada proses perumusan, implementasi dan evaluasi

kebijakan publik. Aktor kebijakan ini dapat berasal dari

pejabat pemerintah, masyarakat, kaum buruh, maupun

kelompok kepentingan.

Menurut Anderson dalam Madani (2011:41)

menyatakan bahwa: Dengan memperhatikan berbagai

ragam dan pendekatan dalam memahami berbagai aktor

yang terlibat dalam proses kebijakan publik, maka konsep

dan konteks aktor adalah sangat terkait dengan macam dan

tipologi kebijakan yang akan dianalisis. Dalam perspektif

formulasi masalah kebijakan publik, maka aktor yang

terlibat secara garis besarnya dapat dipilah menjadi dua

kelompok besar yaitu kelompok dalam organisasi birokrasi

(the official policy makers) dan yang lain adalah kelompok

di luar birokrasi (un-official policy maker).

Winarno dalam Madani (2011:41) berpandangan

bahwa : Kelompok yang terlibat dalam proses kebijakan

96 Kebijakan Publik

Page 115: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

publik adalah kelompok formal dan kelompok non formal.

Kelompok formal seperti badan-badan administrasi

pemerintah yang meliputi: eksekutif, legislatif maupun

yudikatif. Sementara itu, kelompok non formal terdiri dari:

a) Kelompok kepentingan (interest groups), seperti

kelompok buruh, dan kelompok perusahaan

b) Kelompok partai politik

c) Warga Negara individual

Kelompok besar tersebut kemudian jika dianalisis

secara lebih detail maka aktor kebijakan yang sering

kali terlibat dalam proses perundingan dan pengambilan

kebijakan internal birokrasi dapat berupa:

• Mereka yang mempunyai kekuasaan tertentu

(authoritative). Yang pertama adalah relevan

dengan konsep yang selalu melibatkan tiga oknum

penting di dalamnya yaitu lembaga alegislatif,

eksekutif dan yudikatif.

• Mereka yang tergolong sebagai partisipan atau

aktor tidak resmi.

Kelompok yang kedua adalah mereka yang secara

serius seringkali terlibat di luar kelompok tersebut

baik secara langsung mendukung ataupun menolak

hasil kebijakan yang ada. Pada kelompok yang

kedua inilah seringkali wujudnya dapat berupa

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 97

Page 116: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kelompok kepentingan, aktor partai politik, aktor

para ahli dan sarjana atau entrepreneur serta para

intelektual yang ada.

8. Model Orientasi aktor dalam formualasi Kebijakan Publik.

Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses

kebijakan publik merupakan tahap yang paling krusial

karena implementasi dan evaluasi kebijakan hanya dapat

dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijakan telah

selesai, disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau

program dalam mencapai tujuan-tujuannya sebagian besar

bersumber pada ketidak sempurnaan pengolaan tahap

formulasi (Wibawa; 1994:2). Tjokroamidjojo (Islamy;

1991, 24) mengatakan bahwa policy formulation sama

dengan pembentukan kebijakan merupakan serangkaian

tindakan pemilihan berbagai alternatif yang dilakukan

secara terus menerus dan tidak pernah selesai, dalam hal

ini didalamnya termasuk pembuatan keputusan.

Tahap-tahap tersebut mencerminkan aktivitas

yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.

Setiap tahap berhubungan dengan tahap berikutnya, dan

tahap terakhir (penilaian kebijakan) dikaitkan dengan

tahap pertama (penyusunan agenda) atau tahap ditengah

dalam aktivitas yang tidak linear.

98 Kebijakan Publik

Page 117: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Formulasi kebijakan sebagai suatu proses menurut

Winarno (1989:53), dapat dipandang dalam 2 (dua)

macam kegiatan. Kegiatan pertama adalah memutuskan

secara umum apa yang apa yang harus dilakukan atau

dengan kata lain perumusan diarahkan untuk memperoleh

kesepakatan tentang suatu alternatif kebijakan yang dipilih,

suatu keputusan yang menyetujui adalah hasil dari proses

seluruhnya. Sedangkan kegiatan selanjutnya diarahkan

pada bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dibuat,

dalam hal ini suatu keputusan kebijakan mencakup

tindakan oleh seseorang pejabat atau lembaga resmi untuk

menyetujui, mengubah atau menolak suatu alternatif

kebijakan yang dipilih.

Long & Long (1992) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa perumusan kebijakan publik yang

partisipatif, interaksi aktor harus berlangsung secara setara,

intensif dan interface. Model inilah yang disebut model

orientasi aktor. Sementara de Zeeuw (2001), seorang

psikolog menyimpulkan bahwa perumus kebijakan publik

seharusnya memperhatikan potensi dan kemampuan

masyarakat anggota kolektifitas secara keseluruhan

sehingga kebijakan yang ditentukan tidak memihak dan

dapat diakses oleh seluruh aktor yang terlibat dalam

kolektivitas tersebut.

Harmon (1969) meneliti tentang kepentingan

publik yang merupakan konsekuensi yang muncul dalam

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 99

Page 118: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

proses formulasi kebijakan publik yang ditentukan oleh

orientasi dan kepentingan aktor yang terlibat di dalamnya,

baik aktor pemerintah (administrator) maupun aktor

masyarakat yang terdiferensiasi berdasar kelompok-

kelompok kepentingan yang ada di dalam komunitas

masyarakat. Dari berbagai sifat kepentingan publik,

Harmon membuat model gaya atau karakter kebijakan

publik yang mempertemukan antara tingkat responsibilitas

kebijakan (policy responsiveness) dengan tingkat dukungan

kebijakan (policy advocacy) dalam proses formulasi

kebijakannya.

Almond & Verba (1985) meneliti perbandingan

orientasi aktor yang disebut sebagai budaya politik

diberbagai negara menyimpulkan bahwa ada keterkaitan

yang erat antara penampilan rezim politik yang tergambar

dalam model-model dan sifat kebijakan yang dibuatnya

dengan tipologi budaya masyarakatnya. Sinclair (2002)

dalam penelitiannya di Brazilia menekankan pentingnya

peran dan keterlibatan masyarakat dalam segala proses

pembangunan. Dalam model yang disebut “Manitoba

Approach” ini disimpulkan bahwa, konsultasi masyarakat

merupakan bagian integral yang harus dilakukan dalam

setiap tahapan pembangunan, baik proses perencanaan,

pelaksanaan, maupun pelestarian keberlangsungan hasil

pembangunan (Sustainable development).

100 Kebijakan Publik

Page 119: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Long & Long (1992) dan Long & Ploeg (dalam

David Booth (ed),1995), menyatakan bahwa teori

orientasi aktor merupakan pendekatan metodologis

dalam memahami proses sosial. Penekanan kajiannya

lebih mengarah kepada analisis program bukan sebagai

intervensi program atau sebuah bentuk manajemen baru

dalam pelaksanaan program.

Metode yang digunakan mengacu kepada metode

participatory, dimana keseluruhan aktor yang terlibat

dalam kebijakan publik dikaji keseluruhan, tidak hanya

masyarakat seperti petani kecil atau kelompok marjinal

namun juga para pengusaha, tuan tanah dan pemerintah

sebagai salah satu aktor yang memiliki orientasi dalam

interaksi tersebut. Dalam proses ini orientasi masing-

masing aktor menjadi kunci utama yang mewarnai bentuk

dan arah kebijakan yang dihasilkan. Termasuk di dalamya,

kenyataan bahwa ada aktor yang memiliki kekuasaan

berbeda (melebihi aktor lainnya). Hal ini membuat proses

kebijakan publik akan lebih banyak diwarnai oleh orientasi

dan kepentingan dari aktor yang lebih dominan dari yang

lainnya.

Analisis kebijakan publik dengan menggunakan

pendekatan orientasi aktor ini memiliki asumsi-asumsi

dasar : (1) logika yang mendasarinya adalah setiap individu

memperoleh kemampuan dan kesempatan berperan dalam

proses kemasyarakatan dan kehidupan. Dalam konteks

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 101

Page 120: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pembangunan ini bermakna sebagai pembangunan yang

partisipastif: (2) dalam model ini pembangunan berarti

untuk semua kelompok sasaran seperti wanita, anak-

anak, penduduk miskin dan lainnya) dan pembangunan

bermakna pemerataan: (3) pembangunan didasarkan

pada logika keseimbangan ekologi lingkungan, yang

berarti tidak hanya mementingkan generasi sekarang,

tetapi juga generasi mendatang: dalam konteks ini berarti

bermakna pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development).

Pendekatan ini memberikan makna bahwa

persoalan bersama termasuk didalamya adalah persoalan

perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian pembangunan

harus merupakan hasil orientasi masing-masing

aktor, karena tidak bias aktor tertentu seperti Negara

mengatasnamakan masyarakat sebagai pihak yang pasti

memahami dan menerima perencanaan pembangunan

yang dilaksanakan.

Long & Ploeg dalam Booth (ed) 1995 menyatakan

bahwa dalam model orientasi aktor ini pola-pola organisasi

social dan mekanisme kerja serta hasil-hasilnya merupakan

dampak dari interaksi, negosiasi dan perjuangan masing-

masing aktor yang terlibat di dalamnya. Orientasi ini tidak

hanya sekedar interaksi atau pertemuan tatap muka secara

langsung melainkan juga harus didukung oleh situasi atau

suasana afeksi yang mampu mendorong aktualisasi dari

102 Kebijakan Publik

Page 121: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

masing-masing aktor yang terlibat.

Harmon (1969) membuat model gaya atau karakter

kebijakan publik yang mempertemukan antara tingkat

responsibilitas kebijakan (policy responsiveness) dengan

tingkat dukungan kebijakan (policy advocacy) dalam

proses formulasi kebijakannya.

Adapun yang dimaksud dengan responsibilitas

kebijakan (policy responsiveness) adalah penggambaran

(deskripsi) perilaku perumus kebijakan yang bertanggung

jawab terhadap nilai-nilai demokrasi dalam proses

perumusan kebijakan baik dengan melalui musyawarah,

voting maupun cara lain dengan mana tuntutan/kehendak/

kepentingan publik dapat diterjemahkan secara sah dalam

suatu kebijakan yang dibuat secara partisipatif tersebut.

Sementara yang dimaksud dengan dukungan

kebijakan (policy advocacy) adalah mendeskripsikan

perilaku perumus kebijakan dalam memberikan dukungan

yang aktif dan serius (kesediaan) dari para administrator

publik (aktor pemerintah) dalam mengadopsi (menerima

dan melaksanakan) suatu kebijakan yang dibuat bersama

masyarakat tersebut. Dalam sisi masyarakat, dukungan

kebijakan (policy advocacy) dapat dimaknai sebagai

kesediaan aktor masyarakat dalam bekerjasama dengan

pemerintah dalam menerima dan melaksanakan kebijakan

publik.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 103

Page 122: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dari dua indikator formulasi kebijakan tersebut,

Harmon (1969) mendefenisikan model-model karakter atau

gaya kebijakan publik yang terbentuk akibat dari perpaduan

pola proses perumusan (formulasinya). Pertama, gaya

survival terbentuk jika dalam proses formulasi kebijakan

tersebut disusun dengan responsibilitas kebijakan (policy

responsiveness) rendah (low) dan dukungan kebijakan

(policy advocacy) yang rendah (low). Karakter kebijakan

ini terbentuk akibat dari administrator (aktor pemerintah)

membatasi akses para politisi, masyarakat dan pengusaha

(aktor masyarakat) dalam proses perumusan kebijakan

publik. Tujuannya agar keberlangsungan otoritas

kelembagaan pemerintah dan efektifitas kebijakan

pemerintah tetap dapat dijaga.

Kesepakatan antar aktor menggambarkan

perwujudan perumusan kebijakan publik pembangunan

yang partisipatif sehingga mampu mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development). Pembangunan berkelanjutan yang tidak

hanya orientasi kepada pertumbuhan ekonomi semata,

melainkan sangat memperhitungkan eksistensi masyarakat

sebagai objek sekaligus pelaku pembangunan yang

seharusnya mendapatkan porsi penting dalam proses

kebijakan pembangunan secara keseluruhan.

Contoh interaksi aktor dalam formulasi kebijakan

publik yaitu proses Formulasi Kebijakan Publik Sistem

104 Kebijakan Publik

Page 123: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kelas Tuntas Berkelanjutan di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Gowa”.(Basri).

Konsep yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang

kebijakan SKTB Kabupaten Gowa mempunyai landasan,

ruang lingkup dan tujuan yang jelas di antara lain sebagai

berikut :

a. Sistem kelas tuntas berkelanjutan didasarkan pada

landasan pendidikan sebagai berikut :

1. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik menjadi kualitas/kompetensi

yang diharapkan masyarakat.

2. Kualiatas yang diinginkan bangsa terumuskan

dalam tujuan pendidikan berahklak mulia,sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab

(UUSPN, pasal 3)

3. Kualitas belajar peserta didik yang dinyatakan

dalam tujuan pendidikan nasional dikembangkan

dari proses pendidikan minimal pada jenjang

pendidikan dasar tahun sebagai kualitas dasar

manusia Indonesia dan lanjutan pada pendidikan

menengah 3 tahun.

4. Kualitas hasil belajar dalam pengetahuan

yang dinyatakan dalam Kriteria Ketuntasan

Belajar (KKB) yang selalu dapat diperbaiki dan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 105

Page 124: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

ditingkatkan setiapa saat baik pada waktu oleh

pesrta didik, baik pada kelas yang sama maupun di

kelas sesudahnya.

5. Kualitas hasil belajar terkait dengan kemampuan,

nilai dan kebiasaan hanya dapat dikembangkan

secara berkelanjutan dari kelas 1 (SD/MI) sampai

minimal sampai tuntas belajar 9 tahun.

6. Peserta didik adalah subjek dalam belajar

sehingga proses pendidikan harus menempatkan

kepentingan belajar peserta didik sebagai bahan

utama. Oleh karena itu dalam proses belajar,

peserta didik dibantu untuk mencapai kualitas yang

dipersyaratkan dari posisi tidak/belum tahu, tidak/

belum mau, tidak/belum mampu ke posisi tahu,

mau, dan mampu.

7. Sesuai dengan prinsip pendidikan, pengukuran

hasil belajar dilakukan untuk menemukan kesulitan

belajar pada peserta didik pada suatu titik waktu

sehingga guru dapat membrikan bantuan yang

tepat sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.

8. Kurikulum adalah sekolah di setiap jenjang

pedidikan, bukan kurikulum kelas.

9. Pembelajaran adalah proses realisasi dari rencana

pendidikan pada setiap satuan pendidikan dan

jenjang pendidikan.

106 Kebijakan Publik

Page 125: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b. Tujuan pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan

bertujuan :

1. Memberikan kesempatan pada peserta didik

untuk menguasai semua kompetensi sebagaimana

dinyatakan dalam standar komptensi dan

kompetensi dasar serta dirumuskan dalam nilai

kelas minimal.

2. Memberikan pelayanan pendidikan secara

maksimal pada anak didik dalam suasana

pendidikan yang kondusif, sehingga peserta didik

dapat belajar secara optimal dalam suasana belajar

yang menyenangkan dan dapat menuntaskan

pencapaian kompetensi pada seluruh mata pelajaran

di setiap kurikulum pendidikan.

3. Memberikan kesempatan peserta didik agar dapat

menuntaskan penguasaan semua kompetensi dasar

pada setiap mata pelajaran sebelum waktunya untuk

diberikan kesempatan mengambil kompetensi

dasar berikutnya tanpa harus menunggu tahun

pelajaran berikutnya/masa kenaikan kelas.

4. Membantu memfasilitasi pengembangan potensi

peserta didik secara utuh (kecerdasan spiritual,

kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,

kecerdasan sosial, kecerdasan spasial, kecerdasan

berbahasa, kecerdasan musikal, dan kecerdasan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 107

Page 126: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kinestetik) untuk pembentukan kepribadian

bermoral, sejak usia dini sampai akhir hayat dalam

rangka mewujudkan masyarakat belajar; dan

5. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas

lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan

ilmu pengeatahun, keterampilan, sikap, dan nilai

berdasarkan standar nasional dan global.

c. Manfaat sistem kelas tuntas berkelanjutan :

Sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan

memiliki keunggulan dan manfaat dibandingkan

pendekatan yang berlaku di dalam sistem yang umumnya

dilakukan. Manfaat tesebut antara lain :

1. Peserta didik ditantang untuk belajar mencapai

standar kompetensi yang dinyatakan dalam KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal). Rasa percaya diri

peserta didik lebih baik.

2. Kualitas belajar lebih baik dan lebih tinggi serta

terjamin sekolah karena tidak ada peserta didik

yang berkualitas di bawah KKM.

3. Peserta didik lebih bertanggungjawab atas beban

belajar yang menjadi tanggungjawabnya karena

mereka harus mencapai kualitas minimal yang

dinyatakan KKM dan sikap bertanggungjawab

menjadi sikap dirinya.

108 Kebijakan Publik

Page 127: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4. Dengan pencapaian kualitas hasil belajar pada

tingkat KKM dan di atasnya, pada akhir tahun

tidak ada peserta didik yang tinggal kelas karena

mereka memenuhi persyaratan kenaikan kelas.

5. Dengan sistem kredit semester yang menjadi bagian

terintegrasi dari kelas tuntas berkelanjutan, peserta

didik memiliki kesempatan untuk menyelesaikan

lebih cepat sehingga biaya yang dikeluarkan orang

tua untuk pengeluaran pribadi dan hemat.

Dalam proses perumusan kebijakan tidak semua

isu yang dianggap masalah bagi masyarakat perlu

dipecahkan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan,

yang akan memasukkannya ke dalam agenda pemerintah

yang kemudian diproses menjadi sebuah kebijakan

setelah melalui berbagai tahapan. Oleh karena itu untuk

mengetahui bagaimana Formulasi Kebijakan Sistem Kelas

Tuntas Berkelanjutan di DPRD Kabupaten Gowa, maka

dalam penelitian ini peneliti fokuskan ke dalam 4 (empat)

tahapan yakni:

1. Perumusan Masalah Kebijakan

Munculnya isu mengenai terobosan SKTB yang

tidak mengenal siswa tinggal kelas di daerah Gowa

bersejarah, merupakan sistem pendidikan humanis bagi

anak sekolah dan memanusiakan siswa. Kabupaten Gowa

menjadi pelopor penerapan sistem tersebut karena dengan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 109

Page 128: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan ini merupakan titik terang bagi pendidikan pada

masa yang akan datang. Karena dengan munculnya isu

akan mendukung pemerintah untuk mengeluarkan suatu

kebijakan.

Mengenali dan merumuskan masalah merupakan

langkah yang paling fundamental dalam perumusan

kebijakan. Untuk dapat merumuskan kebijakan dengan

baik, maka masalah-masalah publik harus dikenali

dan didefinisikan dengan baik. Kebijakan publik

pada dasarnya merupakan upaya untuk memecahkan

masalah dalam masyarakat. Setelah masalah-masalah

publik diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah

bagaimana kebijakan publik harus dirumuskan. Dalam

tahap ini, mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam

proses perumusan kebijakan merupakan hal yang esensial

karena dengan demikian kita akan dapat memperkirakan

seperti apakah kebijakan publik tersebut akan dirumuskan.

Bagaimana masalah publik tersebut akan didefenisikan

sangat tergantung pada siapa yang merumuskan kebijakan

tersebut yang pada akhirnya, akan menentukan bagaimana

kebijakan tersebut dirumuskan.

Terkait dengan perumusan masalah kebijakan hasil

wawancara peneliti dengan salah satu anggota Pansus

SKTB mengungkapkan bahwa: “Setelah ada ide dan

gagasan dari Bupati Gowa terkait gagasan sistem kelas

tuntas berkelanjutan kita di DPR ini setelah diserahkan

110 Kebijakan Publik

Page 129: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

ke Pansus SKTB, kemudian melakukan observasi ke

lapangan dan mengunpulkan informasi di tenaga pendidik

dan kepala sekolah, terkait dengan kebijakan SKTB,

apakah memang cocok dengan sistem pendidikan nasional

dan tidak bertentangan dengan undang-undang yang

lebih di atasnya, karna sistem kelas tuntas berkelanjutan

ini merupakan program yang pertama di Indonesia, dan

Kabupaten Gowa merupakan kabupaten pertama yang

menganut sistem ini.” (Hasil wawancara dengan TJ, Selasa

4-3-2014).

Setelah pemerintah menangkap isu tersebut,

perlu dibentuk tim perumus kebijakan yang terdiri dari

pejabat birokrasi terkait dan ahli kebijakan publik. Dalam

sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

dan telah direalisasikan kepada masyarakat ada kalanya

merupakan sebuah kebijakan yang dapat diterima dengan

baik oleh masyarakat, karena kebijakan tersebut mampu

menanggulangi krisis dan ketimpangan serta masalah-

masalah yang ada dalam masyarakat, akan tetapi ada

kalanya dalam pemerintah membuat sebuah kebijakan

tidak diterima oleh masyarakat karena kebijakan tersebut

dinilai tidak sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada

dalam masyarakat maka dalam hal ini perlu ada tim khusus

yang menangani kebijakan seperti ini dan sosialisasi yang

jelas agar tidak terjadi kebingungan dalam masyarakat.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 111

Page 130: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Setelah dibentuk tim perumus kebijakan, tahapan

selanjutnya adalah tahap pra kebijakan. Pada tahapan

ini, tim perumus kebijakan langsung membentuk draf

nol kebijakan, tidak lagi merumuskan naskah akademik

atau penjelasan mengenai hal-hal yang akan diatur oleh

kebijakan dan konsekuensi-konsekuensinya. Rumusan

draf nol kebijakan tersebut didiskusikan bersama forum

publik.

Berkaitan dengan perumusan masalah kebijakan

SKTB wawancara peneliti dengan salah satu koordinator

SKTB mengungkapkan bahwa:

“Awalnya dilakukan adanya tim khusus yang

dibentuk oleh DPRD untuk bersama-sama dengan

Pemerintah Daerah untuk membincangkan

mengenai SKTB, seperti apa formulasi sebelum

dibuat Peraturan Daerah tentang SKTB itu jadi

ada eksprosedur dari Dinas Pendidikan tentang

pentingnya SKTB dalam dunia pendidikan.” (Hasil

wawancara dengan UF, Senin 17-3-2014).

Dalam hal ini juga diungkapkan mengenai partipasi

masyarakat yaitu guru, dan kepala sekolah, pendidik

dan pemerhati pendidikan dalam perumusan masalah

kebijakan SKTB berupa pemikiran-pemikiran terkait

program-program yang sejalan dengan SKTB, termasuk

melihat relevansi dengan sistem pendidikan nasional.”

(Hasil wawancara dengan TJ, Selasa 4-3-2014).

112 Kebijakan Publik

Page 131: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dari beberapa pernyataan informan di atas tentang

formulasi kebijakan sistem kelas tuntas berkelanjutan

dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan kebijakan

merupakan proses yang kompleks karena melibatkan

banyak proses maupun variabel-variabel yang harus

dikaji. Kebijakan publik merupakan suatu kesatuan

sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain

secara berkesinambungan, saling menentukan dan saling

membentuk. Kebijakan publik tidak terlepas dari sebuah

proses kegiatan yang melibatkan aktor-aktor yang akan

bermain dalam proses pembuatan kebijakan. Aktor-aktor

tersebut saling berinteraksi untuk menformulasi isu untuk

menjadi agenda kebijakan publik.

2. Penyusunan agenda kebijakan

Tidak semua masalah publik akan masuk ke

dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut akan

berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah-

masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam

agenda kebijakan. Masalah publik yang masuk ke dalam

agenda kebijakan kemudian akan dibahas oleh para perumus

kebijakan, seperti kalangan legislatif, kalangan eksekutif,

agen-agen pemerintah dan mungkin juga kalangan

yudikatif. Masalah-masalah tersebut dibahas berdasarkan

tingkat urgensinya untuk diselesaikan. Menurut Abidin

(2006:127) agenda kebijakan adalah sebuah daftar

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 113

Page 132: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

permasalahan atau isu yang mendapat perhatian serius

karena berbagai sebab untuk ditindaklanjuti atau diproses

pihak-pihak yang berwenang menjadi kebijakan. Proses

masuknya isu ke dalam agenda kebijakan tidak sepenuhnya

dapat dilakukan secara rasional dan lebih sering bersifat

politis.

Di dalam penyusunan agenda kebijakan ada

beberapa aspirasi yang dijaring sebagai bahan pertimbangan

untuk segera menyusun agenda kebijakan SKTB ini dari

beberapa dewan pakar dan masyarakat yaitu Guru besar

Universitas Negeri Makassar termasuk Ketua Dewan

Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Halide

ikut terlibat dalam diskusi dan pembahasan tentang ide

kelas tuntas berkelanjutan tersebut. Mereka menyatakan

program SKTB ini diharpkan berlaku secara nasional. Hal

itu diungkapkan Bupati Gowa, saat melakukan ekspose

di ruang majelis guru besar UNM pada minggu pertama

Februari 2012 lalu.

Rektor UNM (2012) Prof. Dr. Arismunandar,

M.Pd mengatakan, secara kelembagaan dan kepakaran,

guru besar UNM siap mengawal dan menyempurnakan

program pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan, yang

kebetulan hanya berlaku di Kabupaten Gowa, namun

ke depan program tersebut diharapkan supaya berlaku

secara nasional. Meski begitu, lanjut Sekretaris Dewan

Pendidikan Sulsel ini, program SKTB patut mendapat

114 Kebijakan Publik

Page 133: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

apresiasi dan dukungan semua pihak terutama unsur

pemerintah dan masyarakat termasuk penyelenggara

pendidikan selaku stakeholder. Dalam waktu bersamaan,

perbaikan manajemen, tenaga pendidikan dan fasilitas

pembelajaran terus dibenahi secara serius jika program

SKTB dapat diharapkan menjadi model percontohan di

tanah air ini.

Aspirasi dan kerjasama dari berbagai aktor yang

terlibat dalam mewujudkan pelaksanaan SKTB yang

efektif, tidak semudah membalik kedua telapak tangan,

karena dibutuhkan sebuah proses dan kerja keras para

pendidik dan dukungan orang tua peserta didik.

Draf 1 didiskusikan dan diverifikasi dalam focus

group discussion (FGD) yang melibatkan dinas instansi

terkait, pakar kebijakan dan pakar permasalahan yang

di atur. Kebijakan yang akan dikeluarkan disusun sesuai

dengan pakar yang ahli dalam bidangnya didukung dengan

kerjasama yang sangat konsisten. Kebijakan tentang

SKTB di Kabupaten Gowa merupakan salah satu usaha

dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi

peserta didik mencapai penguasaan (mastery level)

terhadap kompetensi tertentu. Hal inilah yang didiskusikan

dalam FGD dengan menempatkan pembelajaran tuntas

(mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam

mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,

berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 115

Page 134: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh

seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan

yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan

warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas

seharusnya dilaksanakan.

Masalah publik yang telah diidentifikasi begitu

banyak jumlahnya, maka para pembuat keputusan akan

memilih dan menentukan problem mana yang seharusnya

memperoleh prioritas utama untuk diperhatikan secara

serius dan aktif, sehingga biasanya agenda pemerintah ini

mempunyai sifat yang khas, lebih kongkrit dan terbatas

jumlahnya dalam penyusunan agenda kebijakan.

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada beberapa

pendapat dari informan yang didapat dari hasil wawancara

dengan tim pansus SKTB bahwa dalam menyusun agenda

kebijakan SKTB Pemerintah Daerah selalu melakukan

sinkronisasi dan koordinasi dengan DPRD. DPRD

bersama Pemerintah daerah merumuskan aturan terkait

dengan SKTB ini, kemudian Pemda mulai melaksanakan

sistem ini dengan mengambil sampel dibeberapa sekolah

di Kabupaten Gowa yang harapannya bisa berlanjut ke

seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Gowa.” (Hasil

wawancara dengan AM, Selasa 4-3-2014).

Terdapat pula kendala-kendala dalam penyusunan

agenda kebijakan SKTB yang diusung oleh Pemerintah

Daerah berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

116 Kebijakan Publik

Page 135: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

informan bahwa:

“Adanya benturan-benturan dengan sistem atau

aturan yang dipakai oleh daerah lain di sekitar

wilayah Kabupaten Gowa karna sisitem ini adalah

sistem baru yang tengah diterapakan di Kabupaten

Gowa.” (Hasil wawancara dengan SH, Selasa 4-3-

2014).

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada kompetisi

yang alot dahulu sebelum dimasukkan ke dalam agenda

kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke

agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada saat itu,

suatu masalah akan disentuh untuk menemukan jalan

keluar. Tahap penyusunan agenda merupakan tahap yang

akan menentukan apakah suatu masalah akan dibahas

menjadi kebijakan publik.

3. Pemilihan alternatif kebijakan

Pada tahap ini, para perumus kebijakan akan

berhadapan dengan berbagai alternatif pilihan kebijakan

yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Para

perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan

kepentingan antar berbagai aktor yang terlibat dalam

perumusan kebijakan. Pada kondisi ini, maka pilihan-

pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan

negosiasi yang terjadi antar aktor yang berkepentingan

dalam pembuatan kebijakan tersebut.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 117

Page 136: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Identifikasi alternatif dilakukan untuk kepentingan

pemecahan masalah terhadap problem yang hampir sama

atau mirip, dapat saja dipakai alternatif kebijakan yang

telah pernah dipilih, akan tetapi terhadap problem yang

sifatnya baru maka para pembuat kebijakan dituntut untuk

secara kreatif menemukan dan mengidentifikasi alternatif

kebijakan baru sehingga masing-masing alternatif jelas

karakteristiknya, sebab pemberian identifikasi yang

benar dan jelas pada setiap alternatif kebijakan akan

mempermudah proses perumusan alternatif.

Pilihan alternatif kebijakan yakni kegiatan

pemberian bobot pada setiap alternatif, sehingga

jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot

kebaikan dan kekurangannya masing-masing, sehingga

dengan mengetahui bobot yang dimiliki oleh masing-

masing alternatif maka para pembuat keputusan dapat

memutuskan alternatif mana yang lebih memungkinkan

untuk dilaksanakan/dipakai. Untuk dapat melakukan

penilaian terhadap berbagai alternatif dengan baik, maka

dibutuhkan kriteria tertentu serta informasi yang relevan.

Berdasarkan itulah, pemilihan alternatif kebijakan SKTB

dilakukan untuk meningkatkan kualitas anak didik dengan

pertimbangan bahwa Peserta didik lebih bertanggungjawab

atas beban belajar yang menjadi tanggungjawabnya karena

mereka harus mencapai kualitas minimal yang dinyatakan

KKM dan sikap bertanggungjawab menjadi sikap dirinya,

118 Kebijakan Publik

Page 137: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dan juga alasan dengan pencapaian kualitas hasil belajar

pada tingkat KKM dan di atasnya, pada akhir tahun tidak

ada peserta didik yang tinggal kelas karena mereka

memenuhi persyaratan kenaikan kelas, selanjutnya dengan

sistem kredit semester yang menjadi bagian terintegrasi

dari kelas tuntas berkelanjutan, peserta didik memiliki

kesempatan untuk menyelesaikan lebih cepat sehingga

biaya yang dikeluarkan orang tua untuk pengeluaran

pribadi dan hemat.

Pemilihan alternatif kebijakan SKTB diharapkan

dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas

adalah untuk meningkatkan rata-rata prestasi peserta didik

dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran

yang lebih sesuai, bantuan serta perhatian khusus bagi

peserta didik yang lambat agar menguasai standar

kompetensi atau kompetensi dasar.

Walupun demikian Dalam pemilihan alternatif

kebijakan terdapat keuntungan dan kerugian yang dialami

oleh peserta didik, keuntungannya diantaranya siswa bisa

selesai sebelum tiga tahun dan bagi siswa yang tidak lulus

ujian nasional tetap bisa melanjutkan ke tahap yang lebih

tinggi dengan melihat persentase kehadiran, kerugian

sampai saat ini belum terdapat celah untuk melihat sisi

kerugiannya.” (masih sementara diteliti)

Pemilihan alternatif yang memuaskan atau yang

paling memungkinkan untuk dilaksanakan barulah dapat

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 119

Page 138: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dilakukan setelah pembuat kebijakan berhasil dalam

melakukan penilaian terhadap alternatif kebijakan. Suatu

alternatif yang telah dipilih secara memuaskan akan

menjadi suatu usulan kebijakan yang telah diantisipasi

untuk dapat dilaksanakan dan memberikan dampak positif.

Tahap pemilihan alternatif yang memuaskan selalu bersifat

obyektif dan subyektif, dalam artian bahwa pembuat

kebijakan akan menilai alternatif kebijakan sesuai dengan

kemampuan rasio yang dimilikinya, dengan didasarkan

pada pertimbangan terhadap kepentingan pihak-pihak

yang akan memperoleh pengaruh sebagai konsekuensi dari

pilihannya.

4. Penetapan kebijakan

Draf 1 yang didiskusikan dan diverifikasi dalam

focus group discussion menghasilkan draf 2 atau draf final

yang akan masuk ke tahap proses legislasi. Setelah salah

satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan untuk

diambil sebagai cara pemecahan masalah, maka tahap

terakhir dalam pembuatan kebijakan adalah menetapkan

kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang

diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai

kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembuatan

kebijakan tersebut.

120 Kebijakan Publik

Page 139: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Setelah kebijakan dirumuskan, disahkan dan

dikomunikasikan kepada khalayak kemudian dilaksanakan

atau diimplementasikan. Implementasi ini, adalah

aktualisasi kebijakan pendidikan yang telah disahkan,

bergantung kepada bagaimana pelaksanaannya di lapangan.

Tolak ukur keberhasilan kebijakan pendidikan adalah pada

implementasinya. Sebaik apapun rumusan kebijakan, jika

tidak diimplementasikan tidak akan dirasakan gunanya.

Sebaliknya sesederhana apapun rumusan kebijakan, jika

sudah diimplementasikan akan lebih berguna apapun dan

seberapa pun gunanya.

Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan

diputuskan untuk diambil sebagai cara pemecahan masalah,

maka tahap terakhir dalam pembuatan kebijakan adalah

menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Penetapan

kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan

kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang

terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut.

memikirkan bagaimana bisa mengakomodir seluruh

masyarakat Indonesia khususnya Kabupaten Gowa

mulai dari masyarakat bawah sampai atas.” (Hasil

wawancara dengan AM, Selasa 4-3-2014).

Bersamaan dengan hal ini juga diungkapkan salah

satu informan kepada penulis bahwa: Kekuatan hukumnya

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 121

Page 140: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor

10 Tahun 2013 Tentang SKTB yang mengikat cara dan

tehnik pelaksanaan serta sanksi-sanksinya.

9. Relevansi Rekonsiliasi dalam Proses Formulasi

Kebijakan Publik

Nilai-nilai seperti demokrasi, individualisme dan

humanitarism mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kebijakan publik (Anderson, 1979). Nilai yang

dianggap baik oleh suatu bangsa belum tentu dianggap

baik oleh bangsa lain. Oleh karena itu kebijakan publik

tidak pernah lepas dari konteks di mana publik berada.

Dalam uraiannya, Anderson mengemukakan bahwa dalam

realitanya, di Amerika misalnya nilai-nilai demokrasi,

individualism dan humanitarism diterima sebagai nilai-nilai

yang memaknai setiap kebijakan publik. Sebagai contoh

dalam proses pembuatan kebijakan yang menekankan

pada kepemilikan pribadi merupakan ekspresi dari nilai

individualism.

Isu-isu demokrasi, pluralisme, keadilan sosial dan

gender sangat penting dalam proses formulasi kebijakan

publik karena kebijakan publik tidaklah bebas nilai (value

free), melainkan sarat akan nilai (value loaded). Klinger

(1983) mengatakan bahwa publik administration and

the agencies, administrator, and employees involved do

not exist in a void. A host of environmental faktors affect

122 Kebijakan Publik

Page 141: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

what publik administrator do and how they should do it.

These faktors, the context of publik administration, include

cultural values, environmental conditions, interest groups,

political parties and laws.

Dalam perkembangan studi kebijakan publik,

kebijakan publik tidaklah berada dalam suatu ruang hampa

dan terlepas dari nilai-nilai, melainkan terdapat pengaruh

dari lingkungan di mana kebijakan publik berada serta sarat

akan nilai-nilai seperti demokrasi, keadilan, pemerataan,

pertanggungjawaban kepada publik dan sebagainya. Isu-

isu seperti demokrasi, pluralisme, keadilan sosial dan

keadilan gender akan sangat mewarnai studi maupun

praktek formulasi kebijakan publik.

Demokrasi yang merupakan bentuk kedaulatan di

tangan rakyat (Nugroho, 2001) yaitu kekuasaan dari, oleh

dan untuk rakyat atau rule by people mempunyai nilai-nilai

liberty dan equality. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-

nilai dasar pembentuk martabat manusia (human dignity).

Demokrasi modern mempunyai pengertian yang mencakup

adanya pilihan rahasia (voting), kebebasan berekspresi,

kebebasan berorganisasi/berasosiasi (termasuk kebebasan

membentuk partai politik), adanya representasi dalam

lembaga legislatif, serta adanya jaminan terhadap hak-

hak warganya. Linz dan Stepan (2001) mengatakan hal

yang sama, bahwa demokrasi merupakan legal freedom

to formulate and advocate political alternatives with the

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 123

Page 142: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

concomitant rights to free association, free speech, and

other basic freedom of person...

Dasar dari proses pembuatan kebijakan publik

adalah adanya mandat dari publik kepada lembaga legislatif

dan eksekutif beserta dengan birokrasinya untuk membuat

kebijakan yang mampu mengaspirasikan kepentingan dan

kebutuhan publik. Koridor demokrasi sangat diperlukan

sebagai wujud pengejewantahan kekuasaan publik

terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai bersama. Dengan

adanya demokrasi, pemerintahan ditujukan kepada publik

(administration for publik), untuk kepentingan publik,

bukannya untuk kepentingan administrator publik.

Isu pluralisme berada dalam suatu konteks

demokratisasi kemasyarakatan. Pluralisme menghargai

perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Dalam proses pembuatan kebijakan yang

bersifat pluralistik, Denhardt (1999) mengatakan

diperlukan akses dari berbagai kelompok dan individual

Blumenthal dalam Denhardt (1999) mengatakan bahwa

the diversity of interests seeking to affect policy is the

nature and essence of democratic government.

Esensi dari pemerintahan yang demokratis adalah

adanya multiragam atau berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu kebijakan. Oleh karena itu pluralisme

menghargai perbedaan kepentingan dari berbagai kelompok

masyarakat, dalam proses pengambilan keputusan, kritik

124 Kebijakan Publik

Page 143: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang ditujukan pada pemerintah yang merupakan salah

satu bentuk perbedaan) bukanlah dianggap sebagai suatu

ancaman untuk menjatuhkan kekuasaan, melainkan

sebagai upaya demokratisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

Dalam studi kebijakan publik sangat dihargai adanya

keberagaman dari berbagai disiplin ilmu yang turut

mewarnai studi kebijakan publik sendiri, misalnya dari

perspektif ekonomi, sosiologi, manajemen dan politik.

Berbagai perspektif tersebut membentuk kebijakan publik

kontekstual. Dalam praktek pembuatan kebijakan publik,

pluralisme dapat menjadi menjadi aset bagi birokrasi

dalam proses demokratisasi. Pluralisme Indonesia

dibingkai dalam kerangka kesatuan. Kesatuan secara ideal

tidak berarti pemerintahan yang monolitik, tidak terjadi

penyeragaman kebijakan dan mampu berempati pada

aspirasi serta kritik dari publik terhadap birokrasi. Dalam

realita Indonesia terutama di masa Orde Baru, terjadi

upaya penyeragaman kepentingan publik dalam proses

pengambilan keputusan, sehingga kebijakan menjadi alat

untuk merealisir kepentingan pihak-pihak yang berkuasa.

Perbedaan diminimalisir dengan tindakan represif,

sehingga stabilitas yang tercipta hanyalah merupakan

stabilitas semu.

Ketika pintu demokrasi mulai dibuka, pluralisme

dapat menimbulkan konflik sekaligus menjadi basis dari

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 125

Page 144: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

proses demokratisasi. Di sinilah letak mengapa pluralisme

sangat penting dalam studi kebijakan publik. Kebijakan

publik harus peka terhadap berbagai perbedaan dalam

masyarakat, mampu mengantisipasi berbagai perbedaan

dan memperlakukannya tidak dengan mengeliminasi

perbedaan tersebut melainkan membangun suatu dialog

yang memungkinkan pluralisme menjadi bagian dari

kebijakan publik yang demokratis, terbuka dan tanggap

terhadap berbagai kepentingan publik.

Isu keadilan sosial menempati posisi penting dalam

studi kebijakan publik. Sebagai suatu studi yang sarat akan

nilai, keadilan sosial (social equity) dapat digunakan : (1) as

the basis for a just democratic society, (2) as in influencing

the behaviour of organizational man, (3) as the legal

basis for distributing publik services, (4) as the practical

basis for distributing publik services, (5) as understood in

coumpound federalism, and (6) as a challenge for research

and anlyasis. (Frederickson, 1997).

Dalam membuat dan mengimplementasikan

suatu kebijakan, administrasi publik haruslah mampu

memperhatikan aspek keadilan sosial dalam setiap

keputusan dan tindakan yang dilakukan, sehingga tidak

merugikan masyarakat, tidak terjadi ketimpangan dalam

masyarakat akibat ketidakadilan dalam distribusi maupun

alokasi sumber daya.

126 Kebijakan Publik

Page 145: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Isu keadilan gender juga penting dalam studi

kebijakan publik seiring dengan adanya demokratisasi

yang mempunyai nilai-nilai kebebasan, persamaan dan

keadilan. Dalam formulasi dan praktek kebijakan publik,

sangat terlihat adanya eliminasi birokrasi terhadap isu-

isu keadilan gender ini. Dalam kasus Adakah Hak Suara

Ibu Rumah Tangga? (Opini, 1999) menunjukkan bahwa

pemerintah tidak memberikan porsi bagi perempuan untuk

menyuarakan hak-haknya. Program-program pemerintah

yang diwujudkan dalam Woman in Development (WID),

Gender and Development (GAD) ternyata juga masih

menempatkan perempuan dalam posisi sulit untuk

meningkatkan kualitas hidupnya, seperti adanya peran

ganda perempuan, diskriminasi dalam pemberian

pelayanan publik, terjadinya kekerasan pada perempuan

dan sebagainya. Proporsi perempuan di lembaga-lembaga

pemerintahan menunjukkan prosentase yang sangat rendah,

seperti DPR (8%), MPR (9%), DPA (2,7 %), Kabinet (3

%), Hakim Agung di MA ( 26,2 %), Jabatan Struktural di

Birokrasi (15,2%), Kepala Desa (2,3%).(Data 2004)

Apabila kebijakan publik bekerja dalam nilai

keadilan sosial sudah seyogyanya memperhatikan semua

kepentingan lapisan masyarakat, baik miskin maupun kaya,

daerah timur maupun barat, petani maupun pengusaha,

laki-laki maupun perempuan. Semua elemen masyarakat

tersebut diletakkan dalam posisi berimbang dalam

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 127

Page 146: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tataran horizontal maupun vertikal, sehingga kehidupan

demokratis pun dapat berlangsung dengan baik.

D. RANGKUMAN

Formulasi kebijakan publik adalah langkah

yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara

keseluruhan. Oleh karenanya, apa yang terjadi pada fase

ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan

publik yang dibuat pada masa yang akan datang. Oleh

sebab itulah, sangat dibutuhkan kehati-hatian yang lebih

dari para pembuat kebijakan (policy maker) ketika akan

melakukan formulasi kebijakan. Formulasi kebijakan

merupakan pengembangan alternatif-alternatif kebijakan

dalam menghadapi masalah-masalah yang telah masuk

dalam agenda publik. Untuk bisa memahami proses

formulasi kebijakan, langkah pertama yang harus dilakukan

adalah perlunya memahami aktor-aktor yang terlibat atau

pemeran dalam proses perumusan kebijakan, baik aktor-

aktor yang resmi maupun yang tidak resmi.

Menurut Pearsons, (Putra, 2003) secara

metodologis, melakukan klasifikasi pendekatan atau model

kebijakan publik pada 5 (lima) pendekatan antara lain ;

1) Pendekatan/model Kekuasaan

2) Pendekatan/model Rasionalitas

3) Pendekatan Pilihan Publik

128 Kebijakan Publik

Page 147: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4) Pendekatan Personalitas

5) Pendekatan Kognisi dan Informasi

Berikut ini beberapa macam model formulasi

kebijakan publik :

1) Model Rational-Comprehensive

2) Teori Incrementalism

3) Teori (Mixed scanning Theory) Pengamatan Terpadu

4) Model Institusional

5) Model Elit-Massa

6) Model Kelompok

7) Model Sistem Politik

Formulasi kebijakan sebagai suatu proses dapat

dipandang dalam 2 (dua) macam kegiatan. Kegiatan

pertama adalah memutuskan secara umum apa yang apa

yang harus dilakukan atau dengan kata lain perumusan

diarahkan untuk memperoleh kesepakatan tentang suatu

alternatif kebijakan yang dipilih, suatu keputusan yang

menyetujui adalah hasil dari proses seluruhnya. Sedangkan

kegiatan selanjutnya diarahkan pada bagaimana keputusan-

keputusan kebijakan dibuat, dalam hal ini suatu keputusan

kebijakan mencakup tindakan oleh seseorang pejabat atau

lembaga resmi untuk menyetujui, mengubah atau menolak

suatu alternatif kebijakan yang dipilih. Menurut Islamy

(1991, 77) membagi proses formulasi kebijakan kedalam

tahap perumusan masalah kebijakan, penyusunan agenda

pemerintah, perumusan usulan kebijakan, pengesahan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 129

Page 148: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian kebijakan.

Menurut Nigro and Nigro (Islamy; 1991, 25),

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi

kebijakan adalah :

1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar

2. Adanya pengaruh kebiasaan lama

3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

4. Adanya pengaruh dari kelompok luar

5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan konsep formulasi kebijakan publik

2. Jelaskan pendekatan dalam formulasi kebijakan

publik

3. Jelaskan model formulasi kebijakan publik

4. Jelaskan hal-hal yang mempengaruhi proses

formulasi kebijakan publik

5. Jelaskan interaksi aktor dalam formulasi kebijakan

publik.

6. Bentuk Kelompok untuk melakukan simulasi

Formulasi Kebijakan Publik.

Mahasiswa melakukan simulasi untuk menganalisis

permasalahan perkotaan yang dihadapi oleh masyarakat

makassar serta kebijakan yang harus di tempuh untuk

130 Kebijakan Publik

Page 149: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

mengatasi permasalahn tersebut. Dalam simulasi ini,

setiap mahasiswa harus menemukan permasalahan sebagai

policy aktor , yang bersama-sama melaksanakan rapat

kerja dengan walikota guna meningkatkan kualitas dan

kinerja pemuda.

Policy aktor yang diperlukan disini, serta tugas-tugas

yang yang harus dijalankan adalah sebagai berikut:

1. Walikota

2. Ketua DPRD

3. Ketua Bappeda tk 1

4. Direktur utama kebersihan

5. Kepala dinas PU

6. LSM

7. Pihak-pihak berkepentingan

Mekanisme simulasi :

1. Walikota Memimpin rapat kerja dengan terlebih dahulu

review terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan

selama ini, beserta masalah-masalah krusial yang

mendesak untuk segera diatasi

2. Masing-masing peserta rapat kerja menyampaikan

keluhan, laporan, rencana kerja yang berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi

3. Secara bersama-sama seluruh peserta rapat kerja

harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan kebijakan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 131

Page 150: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau

hasilhasil yang telah dicapai, serta yang

belum berhasil

c. Menilai tingkat kerja yang dicapai

d. Merumuskan alternatif - alternatif kebijakan

untuk mengatasi atau mengoptimalkan

kebijakan yang pernah ditempuh, sekaligus

memilih atau melaksanakan tindakan yang

paling layak.

e. Disahkannya Regulasi ttg pengelolaan

sampah UU No.18 Tahuan 2008 tentang

pengelolaan sampah, dan PP nomor 81 thn

2012 tentang Pengelolaan sampah rumah

tangga dan sampah sejenis sampah rumah

tangga

DAFTAR PUSTAKA

Almond, G.& Verba S., 1985. Budaya Politik : Studi

Perbandingan Budaya Politik di Berbagai Negara,

Jakarta: Rajawali Press

Anderson, James E. 1979. Public Policy Making. Second

Edition, Chicago, Holt, Rinehart and Winston.

Booth, D.(ed).1995, Rethingking Social Development:

Theory Research and Practice. Centre for Developing

Area Studies, University of Hull.

132 Kebijakan Publik

Page 151: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Basri, Muhammad, 2014, Formulasi Kebijakan Publik

Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan di Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gowa.

Cresswell & Miler, 2000, Methods and Techniques of

Community Development. New York: Territories.

Dunn, William N., 1999, Analisis Kebijakan Publik,

Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Danim , Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Harmon, M.M. 1969, Administrative Policy Formulation

and Public Interest. New York: Harper & Row.

Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public

Affairs. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc.,

Long, N.& Long, A. (eds). 1992. Battlefield of Konowledge:

The Interlocking of Theory and Practice in Social

Research and Development. London: Routledge.

Newman, Williams Lawrence.1997.Social research

methods, London:Needham Heights, Allyn and Bacon

Nigro, A. Felix and G. Liyd Nigro, 1984. Modern Public

Administration, New York: Harper International

Edition

.Nugroho, Riant. 2003. Public Policy: Teori Kebijakan

– Analisis Kebijakan – Proses. Jakarta: Elex Media

Komputindo

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 133

Page 152: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Putra, Fadilla. 2003.paradikma kritis dalam studi kebujakan

publik.yokyakarta:pustaka pelajar.

Payne Malcom, 1997. Modern Social Work Theory,

Second Edition, London: Mac Milan Press Ltd.

Wibawa, Samodra. 1994. “Kebijakan Publik: Proses dan

Analisis”. Jakarta : Intermedia

Winarno, Budi, 2002, Teori Dan Proses Kebijakan Publik,

Yogjakarta: Madia Pressindo

Sinclair, A. John, 2002, Public Consultation For

Sustainable Development Policy Initiatives: Manitoba

Approach. Policy Studies Journal. (30) 4:423-443.

134 Kebijakan Publik

Page 153: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 6

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 6 ini, anda diharapkan

akan dapat :

1. Mengetahui defenisi implementasi kebijakan public

2. Mengetahui dan memahami Pendekatan Implementasi

Kebijakan Publik

3. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi kebijakan publik.

4. Mengetahui dan menganalisis model implementasi

kebijakan publik.

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 6 dijelaskan:

1. Defenisi Implementasi Kebijakan Publik

2. Pendekatan Implementasi Kebijakan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan Publik

4. Model Implementasi Kebijakan Publik

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 135

Page 154: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

C. Intisari Bacaan

1. Defenisi Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan aspek penting

dari keseluruhan proses kebijakan. Udoji (1981,32)

dengan tegas mengatakan bahwa the execution of policies

is as important if not more important than policy-making.

Policies will remain dreams or blue prints file jackets

unless they are implemented (Pelaksanaan kebijakan adalah

sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada

pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar

berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi

dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Dengan kata

lain pembuatan kebijakan tidak berakhir setelah kebijakan

ditentukan atau disetujui.

Implementasi Kebijakan merupakan langkah

lanjutan berdasarkan suatu kebijakan formulasi. Definisi

yang umum dipakai menyangkut kebijakan implementasi

adalah: (Wahab, 1997: 63) “Implementasi adalah tindakan-

tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu,

pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.”

Dunn (1981: 56) menyatakan bahwa akan halnya

implementasi kebijakan, lebih bersifat kegiatan praktis,

termasuk di dalamnya mengeksekusi dan mengarahkan.

Lebih lanjut dikemukakan sebagai berikut:“Policy

136 Kebijakan Publik

Page 155: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

implementation involves the execution and steering of

a laws of action overtime. Policy implementation is

essentially a practical activity, as distinguished from policy

formulation, which is essentially theoretical.”

Sehubungan dengan sifat praktis yang ada dalam

proses implementasi kebijakan di atas, maka hal yang

wajar bahwa implementasi ini berkaitan dengan proses

politik dan administrasi. Hal tersebut disebabkan karena

ia menyangkut tujuan dari diadakannya kebijakan tersebut

(policy goals).Dan jika dilihat dari konteks implementasi

kebijakan, maka hal tersebut berkaitan dengan kekuasaan

(power), kepentingan dan strategi para pelaku kebijakan,

disamping karakteristik lembaga dan rezim serta ijin

pelaksanaan dan respon terhadap kebijakan.

Konteks implementasi demikian baru akan terlihat

pengaruhnya setelah kebijakan tersebut dilaksanakan.

Hal itulah yang menunjukkan bahwa proses pelaksanaan

kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dan

momentum dalam proses perumusan/pembuatan

kebijakan selanjutnya, sebab berhasil atau tidaknya suatu

kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam

pelaksanaannya. Oleh karena itu, rumusan kebijakan

yang telah dibuat tidak akan mempunyai arti apa-apa

atau hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah

dan baku yang tersimpan rapi dalam sebuah dokumen

kalau tidak diimplementasikan. Berkaitan dengan hal itu,

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 137

Page 156: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dapat dikatakan bahwa salah satu tolok ukur keberhasilan

suatu strategi atau kebijakan terletak pada proses

implementasinya.

Oleh karena itu menurut Jones (1996: 293-294)

“tidak berlebihan jika dikatakan implementasi adalah

merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses

lahirnya kebijakan.” Namun kebanyakan dari kita

seringkali beranggapan bahwa setelah kebijakan disahkan

oleh pihak yang berwenang dengan sendirinya kebijakan

itu akan dapat dilaksanakan, dan hasil-hasilnya pun akan

mendekati seperti yang diharapkan oleh pihak pembuat

kebijakan tersebut. Padahal menurut Putra (2003,79)

: “Sifat kebijakan itu kompleks dan saling tergantung,

sehingga hanya sedikit kebijakan negara yang bersifat self

executing, yang paling banyak adalah yang bersifat non self

executing, artinya kebijakan negara perlu diwujudkan dan

dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga mempunyai

dampak seperti yang diharapkan.”

Hal senada dikemukakan oleh Salusu (2002), bahwa

dalam kasus-kasus tertentu, proses implementasi dapat

tejadi seketika, tetapi kebanyakan harus menunggu karena

memerlukan persiapan yang cukup matang. Implementasi

dari suatu kebijakan adalah sesuatu yang sangat peka,

menuntut kehati-hatian, dan bahkan pada saat penyusunan

alternatif kebijakan dilakukan sudah harus dipertanyakan

bagaimana melaksanakan setiap alternatif tersebut.

138 Kebijakan Publik

Page 157: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Melihat pentingnya fase ini, maka untuk mencermati

proses implementasi dari kebijakan tersebut, terlebih dahulu

harus kita pahami beberapa konsep dari implementasi

itu sendiri. Menurut Salusu (2002), implementasi adalah

seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu

keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk

mencapai sasaran.Guna merealisasikan pencapaian sasaran

tersebut, diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi dapat

dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi

dari berbagai aktivitas guna mencapai sasaran tertentu.

Masih dalam Salusu (2002), Higgins merumuskan

implementasi sebagai rangkuman dari berbagai kegiatan

yang didalamnya sumberdaya manusia menggunakan

sumber daya lain untuk mencapai sasaran dan strategi.

Sehingga kegiatan implementasi ini, menyentuh semua

jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai

pada karyawan lini paling bawah.

Pemahaman lebih lanjut tentang konsep

implementasi dapat pula dilihat dari apa yang dikemukakan

oleh Lineberry dalam Putra (2003: 81) dengan mengutip

pendapat Van Meter dan Van Horn (1975) yang memberikan

pernyataan bahwa, Policy implementation encompasses

those actions by publik and private individuals (and

groups) that are directed at the achievement of goals and

objectives set forth in prior policy decisions. Pernyataan

ini memberikan makna bahwa implementasi adalah

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 139

Page 158: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-

individu, dan kelompok-kelompok pemerintah dan swasta

yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang

menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa implementasi meliputi

semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan

kebijakan dan dampak aktualnya.

Pada bagian lain, mengenai pelaksanaan kebijakan,

Hoogerwerf (1983:17) mengemukakan sebagai berikut:

“Bahwa pelaksanaan kebijakan itu hampir selalu harus

disesuaikan lagi. Hal itu disebabkan karena tujuan

dirumuskan terlalu umum, sarana tidak dapat diperoleh

pada waktunya dan faktor waktu dipilih terlalu optimis,

semua ini berdasarkan gambaran situasi yang kurang tepat.

Dengan perkataan lain pelaksanaan kebijakan didalam

praktek sering menjadi suatu proses yang berbelit-belit,

yang menjurus kepada permulaan baru dari pada seluruh

proses kebijakan atau menjadi buyar sama sekali.”

Keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi

kebijakan dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya

secara nyata dalam meneruskan dan mengoperasionalkan

program-program pemerintah yang telah dirancang

sebelumnya.

Dengan adanya kebijakan implementasi, yang

merupakan bentuk konkret dari konseptualisasi dalam

kebijakan formulasi, tidak secara otomatis merupakan

140 Kebijakan Publik

Page 159: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

garansi berjalannya suatu program dengan baik. Oleh

karena itu suatu kebijakan implementasi pada umumnya

satu paket dengan kebijakan pemantauan atau monitoring.

Mengingat kebijakan implementasi adalah sama peliknya

dengan kebijakan formulasi, maka perlu diperhatikan

berbagai faktor yang akan mempengaruhinya.

2. Pendekatan Implementasi Kebijakan

Agar kebijakan implementatif, maka dikenal

beberapa pendekatan. Secara teoritik empirik, pendekatan-

pendekatan ini dianggap memadai sebagai alat bantu atau

penguatan untuk keberhasilan implementasi kebijakan.

Walau dari berbagai pendekatan praktiknya membutuhkan

pertimbangan kompherensif sehingga pendekatan yang

dipilih, diadaptasi atau mungkin bahkan dikombinasi adalah

teknis sesuai kebutuhan. Untuk kepentingan implementasi

kebijakan, bukan merupakan monopoli secara liniear

dari hanya para ahli kebijakan saja. Tetapi bisa diadopsi

dari para ahli ilmu - ilmu sosial lain, baik dari pakar ilmu

politik, pakar organisasi dan manajemen maupun dari

para ahli lainnya. Dengan kata lain untuk kepentingan

implementasi kebijakan dibutuhkan pendekatan dan ilmu

yang komprehensif sejalan dengan yang dikemukakan

Nicholas Henry (1998:33)sebagai berikut:

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 141

Page 160: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

a) Pendekatan Politik

Istilah pada pendekatan ini mengacu pada pola-

pola kekuasaan dan pengaruh di antara dan yang

terjadi dalam organisasi birokrasi. Asumsi dasarnya

tidak lepas dari proses kekuasaan yang terjadi dalam

keseluruhan proses kebijakan publik. Misalnya adanya

beberapa kelompok kepentingan penentang kebijakan

yang berusaha untuk mengganjal bahkan memboikot

usaha dari berbagai pendukung kebijakan yang ada

dan serta merta dapat menjadi faktor penghambat

dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Rhodes,N

(Wahab:2004:29).

Dengan demikian sukses dan gagalnya suatu

kebijakan publik, akhirnya dipengaruhi oleh kesediaan

dan kemampuan berbagai kelompok kepentingan

dominan yang mungkin terdiri atas berbagai koalisi

kepentingan yang memaksakan kehendak. Dalam

kondisi tertentu distribusi kekuasaan dapat pula

menimbulkan kemacetan pada saat implementasi

kebijakan, walaupun sebenarnya kebijakan publik

secara formal telah diarahkan.

b) Pendekatan Sruktural

Melalui pendekatan ini secara umum dapat dikenali

bahwa struktur yang bersifat “organis” Nampak relevan

untuk implementasi kebijakan. ini sangat dimungkinkan

sebab implementasi kebijakan senantiasa berubah,

142 Kebijakan Publik

Page 161: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

terlebih ketika arus implementasi itu liar bukan linear.

c) Pendekatan Prosedural dan Managerial

Pendekatan prosedural struktural dianggap relevan

untuk proses implementasi kebijakan publik, namun

tidak sepenting upaya untuk mengembangkan proses

dan prosedur yang tepat, termasuk dalam hal ini adalah

proses dan prosedur tatakelola beserta berbagai tehnik

dan metode yang ada. Prosedur dimaksud di antaranya

terkait dengan pross penjadwalan (scheduling)

perencanaan (planning) dan pengawasan (controlling)

kebijakan publik.

Wujud pendekatan managerial ini diantaranya

dapat ditemui pada perencanaan jaringan kerja dan

pengawasan (network planning and control) atau

disebut NPC. Pendekatan ini menggambarkan suatu

kerangka kerja dimana proyek dapat direncanakan dan

proses implementasinya dapat diawasi dengan cara

mengidentifikasi berbagai tugas yang harus diselesaikan,

urutan pelaksanaan waktu bahkan anggaran yang

dikeluarkan.

d) Pendekatan Perilaku

Analisis keprilakuan (behavioral analysis) pada

berbagai masalah manajemen yang paling terkenal

adalah apa yang seringkali disebut para penganut aliran

organisasi sebagai “organitational development” atau

pengembangan organisasi. Pendekatan ini menekankan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 143

Page 162: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pada proses untuk menimbulkan berbagai perubahan

yang diinginkan dalam suatu organisasi melalui

penerapan ilmu keprilakuan (Eddy, 1981:72).

Selain itu, pengembangan organisasi juga

merupakan salah satu bentuk konsultasi manajemen

dimana seorang konsultan bertindak selaku agen

perubahan untuk mempengaruhi seluruh budaya

organisasi yang ada termasuk pada dimensi sikap dan

perilaku pejabat yang menduduki posisi kunci.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Kebijakan

Kebijakan apapun bentuknya sebenarnya

mengandung resiko untuk gagal. Hoogwood dan Gunn

(1984) membagi pengertian kegagalan kebijakan (policy

failure) ke dalam dua kategori yaitu non implementation

(tidak terimplementasikan) dan unsuccesful

implementation (implementasi yang tidak berhasil).

Tidak terimplementasikan mengandung arti bahwa suatu

kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana,

mungkin karena pihak-pihak yang terlibat didalam

pelaksanaannya tidak mau bekerjasama, atau mereka telah

bekerja secara tidak efisien, bekerja setengah hati atau

mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, atau

permasalahan yang dibuat di luar jangkauan kekuasaannya,

sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan-

144 Kebijakan Publik

Page 163: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi.

Akibatnya implementasi yang efektif sukar dipenuhi.

Implementasi yang tidak berhasil terjadi manakala

suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana, namun mengingat kondisi eksternal ternyata

tidak menguntungkan (misalnya tiba-tiba terjadi peristiwa

penggantian kekuasaan, bencana alam, dan sebagainya),

kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan

dampak atau hasil akhir yang dikehendaki (Wahab,1997,62)

Dari uraian tersebut diatas diketahui bahwa dengan

adanya kebijakan implementasi, yang merupakan bentuk

konkret dari konseptualisasi dalam kebijakan formulasi,

tidak secara otomatis merupakan garansi berjalannya suatu

program dengan baik. Oleh karena itu suatu kebijakan

implementasi pada umumnya satu paket dengan kebijakan

pemantauan atau monitoring. Mengingat kebijakan

implementasi adalah sama peliknya dengan kebijakan

formulasi, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang

akan mempengaruhinya. Merilee Grindle mengatakan

dalam kebijakan implementasi akan terkait didalamnya

sekaligus proses politik dan administrasi.

Mazmanian dan Sabatier memandang bahwa

suatu kebijakan implementasi selalu berkaitan dengan

tiga variabel, yakni: (1) variabel karakteristik masalah,

yang terdiri atas ketersediaan teknologi dan teori teknis,

keragaman prilaku kelompok sasaran, sifat populasi,

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 145

Page 164: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

derajat perubahan perilaku yang diharapkan, (2) variabel

daya dukung peraturan, yang terdiri atas kejelasan dan

konsistensi tujuan, ketepatan alokasi sumber dana,

keterpaduan hirarki dalam dan diantara lembaga pelaksana,

aturan-aturan keputusan dari lembaga pelaksana, rekrutmen

pejabat pelaksana dan akses formal pihak luar, (3) variabel

non peraturan, yang terdiri atas kondisi sosial ekonomi

dan teknologi, dukungan publik, sikap dan sumber-sumber

yang dimiliki kelompok-kelompok, dukungan dari pejabat

atasan, komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-

pejabat pelaksana. Kebijakan implementasi merupakan

bagian tugas administrasi negara yang identik dengan

proses politik. Untuk berhasilnya pelaksanaan suatu

kebijakan masing-masing tingkatan perlu memahami

keadaan yang dapat mendukung keberhasilan proses

kebijakan dilaksanakan.

Selain itu, sebagaimana didalam kebijakan formulasi,

didalam kebijakan implementasi juga terdapat 2 (dua)

variabel yang sangat mempengaruhi terselenggaranya

suatu implementasi, yaitu variabel Sumber Daya Manusia

dan Sumber Daya Modal.

a. Sumber Daya Manusia

1. Motivasi

Mengandung makna sebagai suatu ungkapan

kebutuhan seseorang yang bersifat pribadi dan

internal.

146 Kebijakan Publik

Page 165: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Kepemimpinan

Mengandung makna sebagai suatu aktivitas

untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan

mencapai tujuan organisasi.

3. Kinerja

Mengandung makna sebagai hasil yang dicapai

oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk

pekerjaan tertentu.

b. Sumber Daya Modal

1. Biaya dan Manfaat

Mengandung makna membandingkan suatu

kebijakan dengan cara menghitung total biaya dan

total keuntungan yang diukur dalam bentuk uang.

2. Biaya dan Efektivitas

Mengandung makna membandingkan suatu

kebijakan dengan cara mengkuantifikasi total biaya

dan akibat yang diukur dalam bentuk pelayanan.

4. Model Implementasi Kebijakan Publik

Dimensi paling inti dari kebijakan publik adalah proses

kebijakan. Di sini kebijakan publik dilihat sebagai sebuah

proses kegiatan atau sebagai satu kesatuan sistem yang

bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung,

saling menentukan dan saling membentuk.

Dalam bukunya Public Policy, Riant Nugroho (2009,

494-495) memberi makna implementasi kebijakan sebagai

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 147

Page 166: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

“cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Ditambahakan pula, bahwa untuk mengimplementasikan

kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu:

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program

atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari

kebijakan publik tesebut. Secara umum dapat digambarkan

sebagai berikut:

Sekuensi Implementasi Kebijakan

Gambar 6.1 : Sekuensi Implementasi Kebijakan

148 Kebijakan Publik

Page 167: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Pendekatan dalam implementasi kebijakan publik oleh

Peter deLeon dan Linda deLeon (2001) dikelompokkan

menjadi tiga generasi. Generasi pertama, yaitu pada tahun

1970-an, memahami implementasi kebijakan sebagai

masalah-masalah yang terjadi antara kebijakan dan

eksekusinya. Yang menggunakan pendekatan ini, antara

lain: Graham T. Allison dengan studi kasus misil kuba

(1971, 1979). Pada generasi ini implementasi kebijakan

berhimpitan studi pengambilan keputusan di sektor publik.

Generasi kedua, tahun 1980-an, adalah generasi

yang mengembangkan pendekatan implementasi

kebijakan yang bersifat “dari atas ke bawah” (top-downer

perspective). Perspektif ini lebih fokus pada tugas birokrasi

untuk melaksanakan kebijakan yang telah diputuskan

secara politik. Para ilmuwan sosial yang mengembangkan

pendekatan ini adalah Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

(1983), dan Paul Berman (1980). Pada saat yang sama,

muncul pendekatan bottom-upper yang dikembangkan

oleh Michael Lipsky (1971, 1980), dan Benny Hjern

(1982, 1983).

Generasi ketiga, tahun 1990-an, dikembangkan

oleh ilmuwan sosial Malcolm L. Goggin (1990),

memperkenalkan pemikiran bahwa variabel perilaku aktor

pelaksana implementasi kebijakan lebih menentukan

keberhasilan implementasi kebijakan. Pada saat yang

sama, muncul pendekatan kontingensi atau situsional

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 149

Page 168: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dalam implementasi kebijakan yang mengemukakan

bahwa implementasi kebijakan banyak didukung oleh

adaptabilitas implementasi kebijakan tersebut. Para

ilmuwan yang mengembangkan yang mengembangkan

pendekatan ini adalah antara lain Richard Matland (1995),

Helen Ingram (1990), dan Denise Scheberle (1997).

1. Model Van Meter dan Van Horn

Model pertama adalah model yang paling klasik, yakni

model yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan

Carl Van Horn (1975). Model ini mengandaikan bahwa

implementasi kebijakan berjalan seara linear dari kebijakan

publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik.

Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang

mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel berikut:

1. Aktivitas implementasi dan komunikasi antar

organisasi

2. Karakteristik agen pelaksana/implementator

3. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik

4. Kecenderungan (disposition) pelakasana/

implementor

150 Kebijakan Publik

Page 169: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Standar dan Sasaran Kebijakan

Komunikasi antar

Organisasi dan Pengukuhan

Aktivitas

Karakteristik

Organisasi/kom

unikasi antar

hubungan

Sumber

daya Sikap

Pelaksana Kinerja

Kebijakan

Kondisi

Sosial,ekonomi

dan politik

Gambar 6.2 : Model Implementasi kebijakan menurut Meter dan

Horn.

Kesemua variabel tersebut di atas membentuk

sikap pelaksana terhadap kebijakan yang mereka

implementasikan dan menentukan seberapa tinggi kinerja

kebijakannya. Kognisi, netralitas, dan obyektifitas para

individu pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respons

mereka terhadap semua variabel tersebut. Wujud respons

individu pelaksana menjadi penyebab dari berhasil dan

gagalnya implementasi kebijakan, lebih-lebih apabila

sistem nilai yang mempengaruhi sikapnya berbeda dengan

sistem nilai pembuat kebijakan, maka implementasi tidak

akan efektif.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 151

Page 170: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Model Mazmanian dan Sabatier

Model yang kedua adalah model yang dikembangkan

Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) yang

mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya

melaksanakan keputusan kebijakan. Model Mazmanian dan

Sabatier disebut Model Kerangka Analisis Implementasi

(a framework for implementation analysis).

Mazmanian-Sabatier mengklasifikasikan proses

implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel, yaitu:

1. Variabel Independen

Mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang

berkenaan dengan indikator masalah teori dan

teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan

perubahan seperti apa yang dikehendaki

2. Variabel Intervening

Diartikan sebagai kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan

indikator kejelasan dan konsistensi tujuan,

dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi

sumber dana, keterpaduan hirarkis di antara

lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga

pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana yang

memiliki keterbukaan kepada pihak luar, variabel

di luar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi yang berkenaan dengan indikator

152 Kebijakan Publik

Page 171: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan

publi, sikap dan risorsis konstituen, dukungan

pejabat yang lebih tinggi, serta komitmen dan

kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

3. Variabel Dependen

Yaitu tahapan dalam proses implementasi

kebijakan publik dengan lima tahapan, yang terdiri

dari: pertama, pemahaman dari lembaga/badan

pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan

pelaksana. Kedua, kepatuhan objek. Ketiga, hasil

nyata. Ke-empat, penerimaan atas hasil nyata.

Terakhir, kelima, tahapan yang mengarah pada

revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan,

baik sebagian maupun keseluruhan kebijakan yang

bersifat mendasar.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 153

Page 172: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Gambar 6.3: Model Implementasi Kebijakan Menurut Masmanian

dan Sabatier

154 Kebijakan Publik

Page 173: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Model di atas menyiratkan sebuah pengakuan bahwa

meskipun formulasi kebijakan dulunya telah dirumuskan

melalui proses bargaining, konflik maupun persuasi,

tidak berarti para pelaku menghentikan desakannya

ketika kebijakan mulai diimplementasikan. Justru para

pelaku tersebut, baik politisi, kelompok penekan, birokrat

tingkat atas maupun bawah, dan kelompok sasaran sendiri

seringkali lebih intensif memperjuangkan kepentingannya

pada tahap implementasi.

3. Model Charles Jones

Berbeda dengan model Mazmanian dan Sabatier,

Charles Jones menyatakan bahwa implementasi

kebijakan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengoperasikan sebuah program dengan memperhatikan

tiga aktivitas utama kegiatan yaitu : (1) organisasi,

pembentukan dan penataan kembali sumber daya,

unit-unit serta metode untuk menunjang agar program

berjalan, (2) interpretasi, menafsirkan agar program

menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat

diterima serta dilaksanakan, dan (3) aplikasi (penerapan)

berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rutin yang meliputi

penyediaan barang dan jasa.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 155

Page 174: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Organisasi Implementasi

Kebijakan

Interpretasi

Aplikasi

Gambar 6.4 : Model Implementasi Kebijakan Menurut Charles

Jones.

Model yang dikemukakan oleh Charles Jones

mempunyai persamaan dengan model yang dikemukakan

oleh Jan Merse dan Warwick yang pada dasarnya juga

menekankan pada faktor kemampuan organisasi, informasi,

dukungan masyarakat dan pembagian potensi. Hanya saja

pada model Jan Merse menambahkan isi kebijakan sebagai

salah satu kunci sukses mengimplementasikan kebijakan.

4. Model Hogwood dan Gunn

Model ketiga adalah Model Brian W.

Hogwood dan Lewis A. Gunn (1978), untuk dapat

mengimplementasikan kebijakan secara sempurna,

maka diperlukan beberapa persayaratan tertentu.

156 Kebijakan Publik

Page 175: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Syarat-syarat itu adalah:

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/

instansi pelaksana tidak akan menimbulkan

gangguan/kendala yang serius. Beberapa kendala/

hambatan (constraints) pada saat implementasi

kebijakan seringkali berada diluar kendali para

administrator, sebab hambatan-hambatan itu

memang diluar jangkauan wewenang kebijakan

dari badan pelaksana. Hambatan-hambatan tersebut

diantaranya mungkin bersifat fisik maupun politis.

2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu

dan sumberdaya yang cukup memadahi. Syarat

kedua ini sebagian tumpang tindih dengan syarat

pertama diatas, dalam pengertian bahwa kerapkali

ia muncul diantara kendala-kendala yang bersifat

eksternal. Kebijakan yang memilki tingkat

kelayakan fisik dan politis tertentu bisa saja tidak

berhasil mencapai tujuan yang diinginkan karena

menyangkut kendalan waktu yang pendek dengan

harapan yang terlalu tinggi

3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-

benar memadahi. Persyaratan ini mengikuti syarat

item kedua artinya disatu pihak harus dijamin

tidak ada kendala-kendala pada semua sumber-

sumber yang diperlukan, dan dilain pihak, setiap

tahapan proses implementasi perpaduan diantara

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 157

Page 176: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sumber-sumber tersebut harus dapat disediakan.

Dalam prakteknya implementasi program yang

memerlukan perpaduan antara dana, tenaga kerja

dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan

program harus dapat disiapkan secara serentak,

namun ternyata ada salah satu komponen tersebut

mengalami kelambatan dalam penyediaannya

sehingga berakibat program tersebut tertunda

pelaksanaannya.

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan

didasari oleh suatu hubungan kausalitas yang

andal. Kebijakan kadangkala tidak dapat

diimplemetasikan secara efektif bukan lantaran ia

telah diimplementasikan secara asal-asalan, tetapi

kebijakan itu sendiri memang jelek. Penyebabnya

karena kebijakan itu didasari oleh tingkat

pemahaman yang tidak memadahi mengenahi

persoalan yang akan ditanggulangi, sebab-sebab

timbulnya masalah dan cara pemecahanya, atau

peluang-peluang yang tersedia untuk mengatasi

masalahnya, sifat permasalahannya dan apa yang

diperlukan untuk memanfaatkan peluang-peluang

tersebut.

5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan

hanya sedikit mata rantai penghubungnya. Pada

kebanyakan program pemerintah sesungguhnya

158 Kebijakan Publik

Page 177: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

teori yang mendasari kebijakan jauh lebih komplek

dari pada sekedar hubungan antara dua variabel

yang memiliki hubungan kausalitas. Kebijakan-

kebijakan yang memiliki hubungan sebab-akibat

tergantung pada mata rantai yang amat panjang

maka ia akan mudah sekali mengalami keretakan,

sebab semakin panjang mata rantai kausalitas,

semakin besar hubungan timbal balik diantara

mata rantai penghubungnya dan semakin kompleks

implementasinya. Dengan kata lain semakin banyak

hubungan dalam mata rantai, semakin besar pula

resiko bahwa bebarapa diantaranya kelak terbukti

amat lemah atau tidak dapat dilaksanakan dengan

baik.

6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

Implemetasi yang sempurna menuntut adanya

persyaratan bahwa hanya terdapat badan pelaksana

tunggal dalam melaksanakan misi tidak tergantung

badan-badan lain/instansi lainnya. Kalau ada

ketergantungan dengan organisasi-organisasi ini

haruslah pada tingkat yang minimal, baik dalam

artian jumlah maupun kadar kepentingannya. Jika

implementasi suatu program ternyata tidak hanya

membutuhkan rangkaian tahapan dan jalinan

hubungan tertentu, melainkan juga kesepakatan

atau komitmen terhadap setiap tahapan diantara

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 159

Page 178: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sejumlah aktor/pelaku yang terlibat, maka peluang

bagi keberhasilan implementasi program, bahkan

hasil akhir yang diharapkan kemungkinan akan

semakin berkurang.

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan

terhadap tujuan. Persyaratan ini mengharuskan

adanya pemahaman yang menyeluruh mengenahi

kesepakatan terhadap tujuan yang akan dicapai

dan dipertahankan selama proses implementasi.

Tujuan itu harus dirumuskan dengan jelas, spesifik,

mudah dipahami, dapat dikuantifikasikan, dan

disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat dalam

organisasi. Namun berbagai penelitian telah

mengungkap bahwa dalam prakteknya tujuan yang

akan dicapai dari program sukar diidentifikasikan.

Kemungkinan menimbulkan konflik yang tajam

atau kebingungan, khususnya oleh kelompok

profesional atau kelompok-kelompok lain yang

terlibat dalam program lebih mementingkan

tujuan mereka sendiri. Tujuan-tujuan resmi kerap

kali tidak dipahami dengan baik, mungkin karena

komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya

tidak berjalan dengan baik. Kalaupun pada saat

awal tujuan dipahami dan disepakati namun tidak

ada jaminan kondisi ini dapat terpelihara selama

pelaksanaan program, karena tujuan-tujuan

160 Kebijakan Publik

Page 179: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

itu cenderung mudah berubah, diperluas dan

diselewengkan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam

urutan yang tepat. Syarat ini mengandung makna

bahwa dalam menjalankan program menuju

tercapainya tujuan-tujuan yang telah disepakati,

masih dimungkinkan untuk merinci dan menyusun

dalam urutan-urutan yang tepat seluruh tugas yang

harus dilaksanakan oleh setiap bagian yang terlibat.

Kesulitan untuk mencapai kondisi implementasi

yang sempurna masih terjadi dan tidak dapat

dihindarkan. Untuk mengendalikan program

dengan baik dapat dilakukan dengan teknologi

seperti Network planning dan contrrol.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

Syarat ini mengharuskan adanya komunikasi dan

ordinasi yang sempurna diantara berbagai unsur

atau badan yang terlibat dalam program. Hood

(1976) dalam hubungan ini menyatakan bahwa

guna mencapai implementasi yang sempurna

diperlukan suatu sistem satuan administrasi

tunggal sehingga tercipta koordinasi yang baik.

Pada kebanyakan organiasi yang memiliki ciri-ciri

departemenisasi, profesionalisasi, dan bermacam

kegiatan kelompok yang melindungi nilai-nilai dan

kepentingan kelompok hampir tidak ada koordinasi

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 161

Page 180: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang sempurna. Komunikasi dan koordiasi

memiliki peran yang sangat penting dalam proses

implementasi karena data, syaran dan perintah-

perintah dapat dimengerti sesuai dengan apa yang

dikehendaki.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan

dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang

sempurna. Hal ini menjelaskan bahwa harus ada

ketundukan yang penuh dan tidak ada penolakan

sama sekali terhadap perintah dalam sistim

administrasinya. Persyaratan ini menandaskan

bahwa mereka yang memiliki wewenang, harus

juga yang memiliki kekuasan dan mampu menjamin

adanya kepatuhan sikap secara menyeluruh dari

pihak-pihak lain baik dalam organisasi maupun

luar organisasi. Dalam kenyataan dimungkinkan

adanya kompartemenisasi dan diantara badan yang

satu dengan yang lain mungkin terdapat konflik

kepentingan.

5. Model Goggin

Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan James

Lester mengembangkan apa yang disebutnya sebagai

“communicationmodel”untukimplementasikebijakanyang

disebutnya sebagai “generasi ketiga model implementasi

kebijakan” (1990). Goggin dan kawan-kawan bertujuan

162 Kebijakan Publik

Page 181: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan

yang lebih ilmiah dengan mengedepankan pendekatan

metode penelitian dengan adanya variabel independen,

intervening, dan dependen, dan meletakkan komunikasi

sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan. Goggin,

Brown, dkk. (1990) dalam bukunya Implementation

Theory and Practice Toward a Third Generation, secara

implicit mensyaratkan 3 hal penting dalam implementasi

kebijakan, yakni: 1) isi pesan, 2) bentuk pesan, 3) persepsi

mengenai pimpinan negara.(Aneta,2010).

6. Model Grindle

Model ke-enam adalah model Merilee S. Grindle

(1980). Model Implementasi Kebijakan Publik yang

dikemukakan Grindle (1980:7) menuturkan bahwa

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai

kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan

program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup,

selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi kebijakan)

dan Contex of Implementation (konteks implementasinya).

Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan

(interest affected).

2. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).

3. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of

change envisioned).

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 163

Page 182: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision

making).

5. Para pelaksana program (program

implementators).

6. Sumber daya yang dikerahkan (Resources

commited).

Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud:

1. Kekuasaan (power).

2. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest

strategies of actors involved).

3. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution

and regime characteristics).

4. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana

(compliance and responsiveness).

7. Model Elmore, dkk

Model ketujuh adalah model yang disusun Richard

Elmore (1979), Michael Lipsky (1971), dan Benny

Hjern dan David O‟Porter (1981). Model ini dimulai dari

mengidentifikasikan jaringan aktor yang terlibat dalam

proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan,

strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki.

Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan

publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan

sendiri implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan

pejabat pemerintah namun hanya di tataran rendah. Oleh

164 Kebijakan Publik

Page 183: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

karena itu, kebijakan yang dibuat harus sesuai dengan

harapan, keinginan, publik yang menjadi target atau

kliennya, dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah

yang menjadi pelaksananya. Kebijakan model ini biasanya

diprakarsai oleh masyarakat, baik secara langsung maupun

melalui lembaga-lembaga nirlaba kemasyarakatan (LSM).

8. Model Edward III

George Edward III (1980, 1) menegaskan bahwa

masalah utama administrasi publik adalah lack of attention

to implementation. Dikatakannya, without effective

implementation the decission of policymakers will not

be carried out successfully. Edward menyarankan untuk

memperhatikan empat isu pokok agar implementasi

kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource,

disposition or attitudes, dan beureucratic structures.

communication, resource, disposition or attitudes, dan

beureucratic structures.

Gambar 6.5 : Model Implemetasi Kebijakan Edward III

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 165

Page 184: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan

dikomunikasikan pada organisasi dan/atau publik,

ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan,

sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat, dan bagaimana

struktur organisasi pelaksana kebijakan.

Edward menyebutkan terdapat tiga indikator yang dapat

digunakan dalam mengukur faktor komunikasi. Indikator

tersebut antara lain :

1. Transmisi

Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.

Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi

adalah adanya salah pengertian, hal tersebut disebabkan

karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan

komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi

ditengah jalan.

2. Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana

kebijakan (street-levelbureuacrats) haruslah jelas dan tidak

membingungkan (tidak ambigu/mendua). Ketidakjelasan

pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi,

pada tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan

fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada

tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan

tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah

ditetapkan.

166 Kebijakan Publik

Page 185: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

3. Konsistensi

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan

atau dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan

sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan

kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya

pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini

berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik

untuk carry out kebijakan secara efektif.

Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para

implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut,

kecakapaan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan

komitmen untuk melaksanakan kebijakan.

Struktur birokrasi, Edward dalam Nugroho (2011:636),

menjelaskan bahwa struktur birokrasi berkenaan dengan

kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara

implementasi kebijakan publik. Tantangannya adalah

bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic fragmentation

karena struktur ini menjadikan proses implementasi

menjadi jauh dari efektif.

Di Indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi

kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerja sama di

antara lembaga-lembaga negara dan/ atau pemerintahan.

Menurut Edward dalam Agustino (2006:153), dua

karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 167

Page 186: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah:

melakukan standar operating procedures (SOPs) dan

pelaksanaan fragmentasi. SOPs adalah suatu kegiatan

rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana

kebijakan/administrator/birokrat) untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan

standar yang ditetapkan (standar minimum yang dibutuhkan

warga). Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya

penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan atau

aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

9. Model Nakamura dan Smallwood

Model Nakamura dan Smallwood mengambarkan

proses implementasi kebijakan secara detail.

Begitu detailnya, sehingga model ini relatif relevan

diimplementasikan pada semua kebijakan. Tabel di bawah

ini menjelaskan keterkaitan antara pembentukan kebijakan

dan implementasi kebijakan secara praktikal.

Menurut de leon, pada tahun 2000-an, studi tentang

implementasi kebijakan secara intelektual berada di ujung

buntu (The study of Policy Implementation has reached

an intellectual dead end). Menurut Nugroho, sebenarnya

studi implementasi kebijakan pada saat ini bukan berada

di ujung buntu, namun berada pada suatu muara dengan

begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang memberikan

kontribusi pada studi implementasi kebijakan publik.

168 Kebijakan Publik

Page 187: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Studi implementasi kebijakan akan mati jika dipahami

sebagai sesuatu yang kaku berada dalam domain ilmu

administrasi Negara, dan paling jauh Ilmu Politik.

Masuknya pengaruh berbagai cabang ilmu pengetahuan,

memang membawa implikasi praktikalitas. Hal ini dapat

dilihat dari konsep Nakamura dan Smallwood (1980) yang

membuat keterkaitan antara pembentukan kebijakan dan

implementasi kebijakan secara praktikal sebagai berikut:

Policy Makers

Environtment

I-Policy Formation

Policy

Implementers

Environtment

II-Policy

Implementation

Potential

Breakdowns

1. “Classical” Technocracy

a. Policy makers

Formulate Specific goals

b. Policy makers

delegate

technical

authority to

implementers

to achieve

goals.

a. Implementers

support policy

maker, goal

and devise

technical means

to achieve these

goals.

a. Technical failures

of means

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 169

Page 188: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Policy Makers

Environtment

I-Policy Formation

Policy

Implementers

Environtment

II-Policy

Implementation

Potential

Breakdowns

2. Instructed Delegation a. policy makers

formulate specific goals

b. Policy Makers delegate administrative authority to implementers to devise the means to achieve goals.

a. Implementers

support policy

makers‟goals

and negotiate

administrative

means.

a. Technical failure

of means

b. Negotiation

failures

(Complexity

stalemate)

3. Bargaining a. Policy makers

formulate goals

a. Implementers

bargain with

policy makers

over goals and/

or means to

achieve goals

a. Technical failure

of means

b. Bargaining

failures

(stalemate non

implementation)

c. Cooptation or

Cheating

170 Kebijakan Publik

Page 189: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Policy Makers

Environtment

I-Policy Formation

Policy

Implementers

Environtment

II-Policy

Implementation

Potential

Breakdowns

4. Discretionary Experimentation a. Policy makers

support abstract

(undefined)

goals

b. Policy makers

delegate broad

discretionary

authority to

implementers to

refine goals and

means

a. Implementers

refine goals

and means for

policy makers

a. Technical

failures of means

b. Ambiguity

c. Cooptation

d. Unaccountability

5. Bureaucratic Entreprenership a. Policy makers

support goals

and means

formulated by

implementers

a. Implementers

formulate

policy goals

and means to

carry out goals

and persuade

policy makers

to accept their

goals

a. Technical failure

of means

b. Cooptation

c. Unaccountability

d. Policy

preemption

Sumber : Riant Nugroho, 2006

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 171

Page 190: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

10. Model Jaringan

Model ini memahami bahwa proses implementasi

kebijakan adalah sebuah complex of interaction processes

di antara sejumlah besar aktor yang berada dalam suatu

jaringan (network) aktor-aktor yang independen. Interaksi

di antara para aktor dalam jaringan tersebutlah yang akan

menentukan bagaimana implementasi harus dilaksanakan,

permasalahan-permasalahan yang harus dikedepankan,

dan diskresi-diskresi yang diharapkan menjadi bagian

penting di dalamnya.

Pemahaman ini antara lain dikembangkan dalam sebuah

buku yang ditulis oleh tiga orang ilmuwan Belanda, yaitu

Walter Kickert, Erik Hans Klijn, dan Joop Koppenjan,

Managing Complex Networks: Strategies for the Public

Sector (1997). Pada model ini, semua aktor dalam jaringan

relatif otonom, artinya mempunyai tujuan masing-masing

yang berbeda. Tidak ada aktor sentral, tidak ada aktor yang

menjadi koordinator. Pada pendekatan ini, koalisi dan/

atau kesepakatan di antara aktor yang berada pada sentral

jaringan menjadi penentu implementasi kebijakan dan

keberhasilannya.

11. Model Matland

Richard Matland (1995) mengembangkan sebuah

model yang disebut dengan Model Matriks Ambiguitas-

Konflik yang menjelaskan bahwa implementasi secara

172 Kebijakan Publik

Page 191: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

admiministratif adalah implementasi yang dilakukan dalam

keseharian operasi birokrasi pemerintahan. Kebijakan di

sini memiliki ambiguitas atau kemenduaan yang rendah

dan konflik yang rendah. Implementasi secara politik

adalah implementasi yang perlu dipaksakan secara politik,

karena, walaupun ambiguitasnya rendah, tingkat konfliknya

tinggi. Implementasi secara eksperimen dilakukan pada

kebijakan yang mendua, namun tingkat konfilknya

rendah. Implementasi secara simbolik dilakukan pada

kebijakan yang mempunyai ambiguitas tinggi dan konflik

yang tinggi. Pemikiran Matland dikembangkan lebih rinci

sebagai berikut:

Matriks Matland

Gambar 6.6 : Matriks Matland

Pada prinsispnya matrik matland memiliki “empat tepat”

yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan implemenatasi

kebijakan, yaitu:

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 173

Page 192: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

1. Ketepatan Kebijakan

Ketepatan kebijakan ini dinilai dari:

1. Sejauh mana kabijakan yang ada telah

bermuatan hal-hal yang memang

memecahkan masalah yang hendak

dipecahkan. Pertanyaannya adalah how

excelent is the policy.

2. Apakah kebijakan tersebut sudah

dirumuskan sesuai dengan karakter masalah

yang hendak dipecahkan.

3. Apakah kebijakan dibuat oleh lembaga

yang mempunyai kewenangan (misi

kelembagaan) yang sesuai dengan karakter

kebijakan.

2. Ketepatan Pelaksanaan

Aktor implementasi kebijakan tidaklah

hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang bisa

menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama

antara pemerintah-masyarakat/swasta, atau

implementasi kebijakan yang diswastakan

(privatization atau contracting out). Kebijakan-

kebijakan yang bersifat monopoli, seperti kartu

identitas penduduk, atau mempunyai derajat politik

keamanan yang tinggi, seperti pertahanan dan

keamanan, sebaiknya diselenggarakan oleh

pemerintah. Kebijakan

174 Kebijakan Publik

Page 193: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

yang bersifat memberdayakan masyarakat,

seperti penanggulangan kemiskinan, sebaiknya

diselenggarakan pemerintah bersama masyarakat.

Kebijakan yang bertujuan mengarahkan kegiatan

kegiatan masyarakat, seperti bagaimana perusahaan

harus dikelola, atau di mana pemerintah tidak

efektif menyelenggarakannya sendiri, seperti

pembangunan industri-industri berskala menengah

dan kecil yang tidak strategis, sebaiknya diserahkan

kepada masyarakat

3. Ketepatan Target

Ketepatan berkenaan dengan tiga hal, yaitu:

1. Apakah target yang dintervensi sesuai dengan

yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang

tindih dengan intervensi lain, atau tidak

bertentangan dengan intervensi kebijakan lain.

2. Apakah targetnya dalam kondisi siap untuk

dintervensi ataukah tidak. Kesiapan bukan saja

dalam arti secara alami, namun juga apakah

kondisi target ada dalam konflik atau harmoni,

dan apakah kondisi target ada dalam kondisi

mendukung atau menolak.

3. Apakah intervensi implementasi kebijakan

bersifat baru atau memperbarui implementasi

kebijakan sebelumnya. Terlalu banyak

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 175

Page 194: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan yang tampaknya baru namun pada

prinsipnya mengulang kebijakan yang lama

dengan hasil yang sama tidak efektifnya dengan

kebijakan sebelumnya.

4. Ketepatan Lingkungan

Ada dua lingkungan yang paling menentukan,

yaitu:

1. Lingkungan Kebijakan

Yaitu interaksi antara lembaga perumus

kebijakan dengan pelaksana kebijakan dengan

lembaga yang terkait. Donald J. Calista

menyebutnya sebagai sebagai variabel endogen,

yaitu authoritative arrangement yang berkenaan

dengan kekuatan sumber otoritas dari kebijakan,

network composition yang berkenaan dengan

komposisi jejaring dari berbagai organisasi

yang terlibat kebijakan, baik dari pemerintah

maupun masyarakat, implementation setting yang

berkenaan dengan posisi tawar-menawar antara

otoritas yang mengeluarkan kebijakan dan jejaring

yang berkenaan dengan implementasi kebijakan.

2. Lingkungan Eksternal Kebijakan

Lingkungan ini oleh Calista disebut sebagai

variabel eksogen, yang terdiri dari atas public

opinion, yaitu persepsi publik akan kebijakan dan

176 Kebijakan Publik

Page 195: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

implementasi kebijakan, interpretive instutions

yang berkenaan dengan interprestasi lembaga-

lembaga strategis dalam masyarakat, seperti

media massa, kelompok penekan, dan kelompok

kepentingan, dalam menginterpretasikan kebijakan

dan implementasi kebijakan, dan individuals, yakni

individu-individu tertentu yang mampu memainkan

peran penting dalam menginterpretasikan kebijakan

dan implementasi kebijakan.

Ke-empat “tepat” tersebut masih perlu didukung oleh tiga

jenis dukungan, yaitu:

1. Dukungan politik;

2. Dukungan strategik; dan

3. Dukungan teknis.

Selain tiga dukungan di atas, penelitian ataupun

analisis tentang implementasi kebijakan sebaiknya juga

menggunakan model implementasi sesuai dengan isu

kebijakannya, sebagaimana yang digambarkan Matland

berikut ini:

Gambar 6.7 : Ambiguitas Matland

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 177

Page 196: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

12. Model Implementasi Soren C. Winter

Winter dalam Peters and Pierre memperkenalkan model

implementasi integratif (Integrated Implementation Model).

Winter berpendapat bahwa keberhasilan implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh formulasi kebijakan, proses

implementasi kebijakan, dan dampak/hasilimplementasi

kebijakan itu sendiri. Selanjutnya Winter mengemukakan

3 (tiga) variabel yang mempengaruhi keberhasilan proses

implementasi yakni :

1. Perilaku hubungan antar organisasi. Dimensinya

adalah :komitmen dan koordinasi antarorganisasi;

2. Perilaku implementor (aparat/birokrat) tingkat bawah.

Dimensinya adalah kontrol politik, kontrol organisasi

dan etos kerja dan norma-norma profesional

3. Perilaku kelompok sasaran. Kelompok sasaran tidak

hanya member pengaruh pada dampak kebijakan tetapi

juga mempengaruhi kinerja aparat tingkat bawah, jika

dampak yang ditimbulkan baik maka kinerja aparat

tingkat bawah juga baik demikian dengan sebaliknya.

Perilaku kelompok sasaran meliputi respon positif

atau negatif masyarakat dalam mendukung atau tidak

mendukung suatu kebijakan yang disertai Adanya

umpan balik berupa tanggapan kelompok sasaran

terhadap kebijakan yang dibuat.

dalam Peters and Pierre memperkenalkan model

implementasi integrative, Winter berpendapat bahwa

178 Kebijakan Publik

Page 197: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh

formulasi kebijakan, proses implementasi kebijakan

dan dampak/hasil implementasi kebijakan itu sendiri.

Selanjutnya winter mengemukakan 3 (tiga) variabel

yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi

yakni: 1) perilaku hubungan antar organisasi, dimensinya

adalah komitmen dan koordinasi organisasi, 2) perilaku

implementor (aparat/birokrat) tingkat bawah, dimensinya

adalah kontrol politik, kontrol organisasi dan etos kerja dan

norma-norma professional, 3) perilaku kelompok sasaran,

kelompok sasaran tidak hanya memberi pengaruh terhadap

dampak kebijakan tetapi juga mempengaruhi kinerja

aparat tingkat bawah, jika dampak yang ditimbulkan baik

maka kinerja aparat tingkat bawah juga baik demikian

sebaliknya. Perilaku kelompok sasaran meliputi respon

positif atau negatif masyarakat dalam mendukung atau

tidak mendukung suatu kebijakan yang disertai adanya

umpan balik berupa tanggapan kelompok sasaran terhadap

kebijakan.

1. Perilaku hubungan antar organisasi

a. Komitmen

Komitmen organisasi menurut Richard M. Steers

(Sri Kuntjoro, 2002) adalah rasa identifikasi, keterlibatan

dan loyalitas yang dinyatakan oleh seseorang terhadap

organisasinya. Dalam menjalankan hubungan antar

organisasi dibutuhkan sikap saling percaya yang berawal

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 179

Page 198: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dari sebuah janji yang dikeluarkan dalam bentuk

pernyataan yang tercermin dalam bentuk tindakan, jadi

apabila komitmen antar organisasi dijaga dengan baik

maka harapan akan kesuksesan implementasi akan

meningkat. Menurut May (2003) dalam karya Soren C.

Winter (12:2008) mengatakan bahwa komitmen adalah

kunci keberhasilan pada pelaksanaan kebijakan, selain itu

menurut Winter (2008) komitmen birokrasi tingkat bawah

dalam melaksanakan kebijakan yang diberikan merupakan

faktor penting bagi mereka dalam mengambil tindakan

dalam sebuah kebijakan.

b. Koordinasi antar organisasi

Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen

yang memegang peranan sama penting dan setara dengan

fungsi-fungsi manajemen lainnya, kesuksesan koordinasi

akan menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan atau

pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu perlu pemahaman

yang mendalam tentang konsep koordinasi yang meliputi

pengertian koordinasi, tujuan koordinasi, tipe koordinasi

dan prinsip-prinsip koordinasi. Pemahaman yang baik

atas koordinasi memungkinkan kita mampu dapat

merencanakan dan melaksanakan koordinasi dengan

baik, Van Meter dan Van Hord dalam Subarsono (2005)

menjelaskan dalam berbagai kasus, implementasi sebuah

program terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan

dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang

180 Kebijakan Publik

Page 199: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

diinginkan. Sedangkan Cheema dan Rondinelli dalam

Subarsono (2008) pembagian fungsi antar instansi yang

pantas.

2. Perilaku aparat tingkat bawah

a. Kontrol organisasi

Dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat

dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat

mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin

bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan. Kontrol organisasi

berfungasi melakukan pengawasan terhadap aktifitas

yang dilakukan oleh staf, baik diluar maupun didalam

lingkungan kerja sehingga staf dapat menjalankan tugas

dengan baik sesuai tugas pokok dan fungsinya. Menurut

Sarwoto (1981:93) pengawasan adalah kegiatan pimpinan

yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil

yang dikehendaki.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan tersebut

dapat diambil suatu pengertian bahwa pengawasan adalah

proses pengamatan yang dilakukan pimpinan untuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya

mengenai pelaksanaan pekerjaan dari pegawai-pegawai

yang menjadi bawahannya agar pelaksanaan pekerjaan

tersebut bisa sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 181

Page 200: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b. Etos kerja

Menurut Usman Pelly (1992:12) etos kerja adalah

sikap yang muncul atas kemauan dan kesadaran sendiri

yang didasari sistem orientasi nilai budaya terhadap

pekerjaan seseorang. Menurut Max Weber etos kerja

adalah perilaku kerja yang etis dan menjadi kebiasaan kerja

yang berporos pada etika., menurut Gertz etos kerja adalah

sikap mendasar terhadap diri dan dunia dipancarkan hidup.

Berdasarkan beberapa pengertian etos kerja menurut para

ahli dapat dipastikan bahwa etos kerja merupakan hal yang

penting dalam suatu pekerjaan oleh karena itu seseorang

perlu memilikinya sebagai penunjang dalam aktifitas

pekerjaannya.

c. Norma-norma profesionalisme

Faktor sumber daya manusia menjadi sangat penting

dalam proses implementasi kebijakan, sebab jika SDM

lemah maka sudah barang tentu kebijakan tidak akan

terimplementasi dengan baik. Sumber daya manusia

merupakan faktor yang sangat penting untuk implementasi

kebijakan agar efektif. Edward III mengemukakan apabila

implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif.

Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya

manusia, yakni kompetensi implementor dan sumberdaya

finansial. Implementasi kebijakan mengalami kendala

karena faktor profesionalisme aparat yang masih kurang,

182 Kebijakan Publik

Page 201: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja staf sangat

baik akan tetapi tidak ditunjang dengan profesionalisme

yang masih harus ditingkatkan.

3. Perilaku kelompok sasaran

a. Respon positif

Mazmanian dan Sabatier dalam subarsono (2005)

dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Tanpa

dukungan kelompok sasaran maka kebijakan tidak akan

maksimal dijalankan.

b. Respon negatif

Respon negatif dalam implementasi kebijakan bagai

sisi uang logam yang tidak dapat dipisahkan, respon

negatif dari masyarakat dapat dijadikan bahan evaluasi

bagi pemerintah.

Temuan Soren Winter (12:2008) bahwa pegawai

yang bekerja tidak terlepas dari pengaruh pemerintah,

yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana

mengimplementasikannya. Perhatian winter juga pada

peran komitmen bahwa sejauh mana pegawai dalam

bekerja mereka tetap memperhatikan aturan-aturan dalam

bertindak dalam melakukan pelayanan.

Contoh Penelitian Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah

(KPA Kabupaten Bulukumba) terhadap penanggulangan

penyakit (HIV/AIDS) di Kabupaten Bulukumba (Azhar

Mukti)

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 183

Page 202: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Implementasi kebijakan penangguangan penyakit

HIV/AIDS dijelaskan dari beberapa indikator yaitu

promosi, pencegahan, pelayanan dan pengobatan.

Upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran

HIV/AIDS melalui tahap promosi adalah suatu langkah

awal yang bersifat persuasive seperti promosi tidak

langsung melalui media informasi dan komunikasi serta

promosi langsung yaitu dengan mengadakan seminar

kesehatan dan promosi inilah menurut analisa penulis,

yang harus terus dikembangkan. Sebagaimana teori

promosi yang dikemukakan oleh World Healt Organization

(WHO 1986) menyebutkan bahwa promosi kesehatan

adalah proses pemberdayaan atau mendirikan masyarakat

untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya melalui peningkatan kemauan, kemampuan

dan lingkunagan yang sehat.

Dalam Perda no. 5 tahun 2008 pada pasal 6

disebukan pencegahan adalah upaya yang dilakukan

secara komprehensif, integratif, partisipatif melalui: a.)

penyelenggaraan kewaspadaan umum dalam rangka

mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dalam kegiatan

pelayanan kesehatan; b.) pemeriksaan HIV/AIDS terhadap

semua darah, produk darah, cairan mani, organ dan

jaringan tubuh yang didonorkan; dan c.) Melaksanakan

pemeriksaan tes HIV/AIDS terhadap kelompok rawan dan

berisiko tinggi. Berdasarkan hasil wawancara mengenai

184 Kebijakan Publik

Page 203: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

upaya yang dalam melakukan penanggulangan HIV/

AIDS pada tahap Pencegahan dilakukan dengan upaya

membagikan Kondom secara gratis kepada mereka yang

dianggap beresiko tinggi.” Selain itu, upaya pemerintah

daerah dalam melakukan penanggulangan HIV/AIDS

dimana setiap jangka waktu tertentu melakukan kontrol

ke tempat-tempat yang dianggap beresiko tinggi penularan

HIV/AIDS.” (Wawancara 2013).

Upaya penanggulangan yang selanjutnya dilakukan

oleh pemerintah pada tahap ketiga ini adalah pelayanan

setelah dilakukan promosi dan pencegahan. Sebagai

lembaga birokrasi yang mengutamakan pelayanan publik,

upaya pelayanan yang dilkakukan pun harus pelayanan

yang bersifat prima, baik kepada masyarakat yang

terkena AIDS maupun masyarakat yang tidak terkena

AIDS. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

kepala Dinas Kesehatan mengenai upaya yang dalam

melakukan penanggulangan HIV/AIDS pada tahap

Pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah Pelayanan

umum menurut keputusan menteri pendayagunaan

aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 adalah

segala pelayanan kegiatan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai pelaksanaan

ketentuan perundang-undangan. Terkait pelayanan terhada

ODHA “Pelayanan selama ini cukup baik yang di lakukan

oleh petugas Rumah Sakit Sultan Daeng Raja kabupaten

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 185

Page 204: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Bulukumba yang sangat menjunjung prinsip pelayanan

HIV/AIDS yaitu tentang kerahasiaan penderita HIV/

AIDS (ODHA) yang sangat di jaga.” (Wawancara SM, 1

oktober 2013). Adapun hasil wawancara penulis dengan

salah satu ODHA mengenai upaya pemerintah daerah

dalam melakukan penanggulangan HIV/AIDS pada tahap

Pelayanan, bahwa Rumah sakit Sultan Daeng Raja belum

menerapkan pelayanan prima karena masih diskriminatif.

Pelayanannya sangat mengucilkan penderita HIV/AIDS.

Selanjutnya Implementasi Kebijakan

Penanggulangan HIV AIDS juga dilihat dari indikator

pengobatan. Dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan

kesehatan orang terinfeksi HIV, penting untuk menjamin

adanya program dukungan yang komprehensif dan

berkisinambungan untuk menahan perkembangan infeksi

menjadi AIDS. Berikut hasil wawancara penulis dengan

kepala dinas kesehatan mengenai upaya penanggulangan

HIV/AIDS pada tahap Pengobatan.

Bicara persoalan pengobatan, obat-obat yang

disediakan oleh rumah sakit yang ada di Bulukumba

cukup memadai, yang dirasakan betul kekurangan

adalah minimnya tenaga ahli yang menangani pasien

penderita HIV, terutam dokter spesialis HIV belum ada

mengakibatkan pengobatannyapun belum spenuhnya

efektiv.” (Wawancara,2013).

186 Kebijakan Publik

Page 205: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kegiatan utama yang perlu dilakukan adalah

penyediaan pengobatan dengan ARV melalui sistem

pengadaan dan distribusi ARV yang optimal serta

lingkungan yang mendukung. Pengobatan merupakan

upaya yang di lakukan oleh pemerintah daerah dalam

penanggulangan HIV/AIDS melalui tiga tahap yaitu:

Menerapkan skrining rutin terhadap pasien IMS (penyakit-

penyakit yang ditularkan melului hubungan seks, seperti

sifilis, GO, virus hepatitis B, klamidia, dll.).

Pengobatan yang dilakukan selama ini dianggap

tidak maksimal karna sebagian penderita malu atau tidak

mau di ketahui oleh orang lain. Dari seluruh penderita

HIV/AIDS yang ada di kabupaten Bulukumba sejauh ini

cuma ada 8 orang yang berobat rutin.

Adapun hasil wawancara penulis dengan salah satu

ODHA atau orang Dengan HIV dan AIDS mengenai upaya

pemerintah daerah dalam melakukan penanggulangan

HIV/AIDS pada tahap Pengobatan. “Sejauh ini pengobatan

yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bulukumba

belum begitu baik, karna selain tidak adanya dokter ahli

dan obat yang di berikan gratis cuma ARV, selebihnya kami

harus membelinya sendiri. Jadi sebagian besar penderita

memilih berobat di Makassar, baik itu di tempat praktek

Dokter ahli HIV/AIDS langsung maupun di Rumah Sakit

yang ada di kota Makassar. Selain obat yang kami peroleh

lebih lengkap, kami juga bisa konsultasi ke Dokter Ahli

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 187

Page 206: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

HIV/AIDS jadi kami tau perkembangan penyakit kami.”

(Wawancara D, 2013).

Faktor pendukung dan penghambat dalam

menjalankan tugas KPA sebagai lembaga yang memediasi

dan mengkoordinasi kepada dinas terkait yang berhubungan

dengan HIV/AIDS terhadap penyebaran HIV/AIDS mulai

dari tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaannya

di kabupaten Bulukumba adalah faktor pendukungnya

yaitu antara lain adanya koordinasi yang baik antara

pengurus KPA dengan pemerintah daerah, sumber daya

manusia yang memadai yang menjadikan KPA memiliki

keanggotaan yang ahli dibidang kesehatan sehingga

menjadikan KPA sangat profesional dan dukungan yang

diberikan kepada pemerintah daerah melalui lembaga-

lembaga non pemerintah seperti LSM yang beraktualitas

sampai kepada lapisan masyarakat yang paling bawah.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah Faktor yang

dapat menghambat upaya dari pemerintah daerah melalui

dinas kesehatan dan KPA di dalam melakukan upaya

penanggulangan HIV/AIDS meliputi :

a. Dana operasional tidak mencukupi sementara anggota

KPA dituntut aktif memperjuangkan kepentingan

masyarakat dan menjalankan berbagai tugas yang

didasarkan pada rujukan program kerja pemerintah

daerah dalam hubungan tata kerja dengan pemerintah

daerah itu sendiri.

188 Kebijakan Publik

Page 207: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b. Kurangnya partisipasi masyarakat terhadap program

pemerintah daerah mengenai upaya pemerintah dalam

penanggulangan HIV/AIDS dikarenakan pengetahuan

masyarakat terutam penderita HIV/AIDS masih sangat

kurang.

D. RANGKUMAN

Implementasi Kebijakan merupakan langkah

lanjutan berdasarkan suatu kebijakan formulasi. Definisi

yang umum dipakai menyangkut kebijakan implementasi

adalah: (Wahab, 1997: 63) “Implementasi adalah tindakan-

tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu,

pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.”

Hoogwood dan Gunn (1984) membagi pengertian

kegagalan kebijakan (policy failure) ke dalam dua kategori

yaitu non implementation (tidak terimplementasikan) dan

unsuccesful implementation (implementasi yang tidak

berhasil). Keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi

kebijakan dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya

secara nyata dalam meneruskan dan mengoperasionalkan

program-program peningkatan kualitas pendidik secara

ideal yang telah dirancang sebelumnya. Suatu kebijakan

implementasi pada umumnya satu paket dengan kebijakan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 189

Page 208: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pemantauan atau monitoring. Mengingat kebijakan

implementasi adalah sama peliknya dengan kebijakan

formulasi, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang

akan mempengaruhinya.

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan definisi implementasi kebijakan publik

2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan publik

3. Jelaskan model implementasi kebijakan publik

4. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-

masing model implementasi kebijakan publik?

5. Model manakah yang paling bagus diantara

model yang dijelaskan di atas?

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, (2004), “Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif ”, Jakarta : Kencana

Basri, Formulasi Kebijakan Publik Sistem Kelas Tuntas

Berkelanjutan di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Gowa

Dunn, W.N. (1981). Publik policy analisys; An introduction.

London: prentica inc.

190 Kebijakan Publik

Page 209: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

De Leon, Linda, 1996. Ethics and Entrepreneurship. Policy

Studies Joumal, Vol.24, No. 3 (495-510)

Edward III, George C. 1980. Implementating Public

Policy. Washington:Congressional Quarterly Press.

Hoogerwerf. 1983. Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Erlangga

Henry, Nicholas. Public Administration and Public Affairs.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc., 1995.

Hogwood, Brian W. dan Lewis A. Gunn, (1984) Policy

Analysis for the Real world, oxford University

Press.

Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik.

Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuntjoro, H. Zainuddin Sri Drs, MPsi. (2002). Komitmen

Organisasi.Jakarta.

Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn, 1975, “The Policy

Implementation Process: A Conceptual Framework

dalam Administration and Society 6, 1975, London:

Sage.

Metcalf and Eddy (1981), Wastewater Engineering

Collection and Pumping of Wastewater, Mc Graw

Hill Inc. New York.

Mukti,Azhar, 2013. Kebijakan pemerintah daerah dalam

penanggulangan Penyebaran penyakit HIV/AIDS

di Kabupaten Bulukumba

Nugroho D, Riant. (2004). Kebijakan Publik Formulasi,

Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Me-

dia Komputindo Kelompok Gramedia.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 191

Page 210: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Nugroho D, Riant. (2006). Kebijakan Publik Untuk Ne-

gara-Negara Berkembang. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia.

Putra, Fadilla. 2003.paradikma kritis dalam studi kebujakan

publik.yokyakarta:pustaka pelajar

Salusu , (2002). Pengambilan keputusan strategik untuk

organisasi publik & organisasi non profir, cetakan

keempat, jakarta gramedia.

Sarwoto, 1981. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen,

Ghalia Indonesia, Jakarta

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Te-

ori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Udoji, Chief J.O. (1981). The African Public Servant as

a Public Maker, Public Policy in Africa, Africa

Association for Public Administration and

Management, Addis Abeba.

Wahab, S.A (1997). Analisis kebijakan: dari formulasi

implementasi kebijakan negara. Ed . 2, jakarta :

bumi aksara

Winter, Søren. 1990. „Integrating Implementation

Research,‟ in Dennis J. Palumbo and Donald

J. Calista (eds), Implementation and the Policy

Process: Opening Up the Black Box, pp. 19-38.

Westport, CT: Greenwood Press.

Winter, Soren.2008.Implementation rezime and Street-

Level Bureacracts, The Danish National Centre For

Social Research

192 Kebijakan Publik

Page 211: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 7

KOMPETENSI APARAT BIROKRASI

DALAM PERSPEKTIF IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 7 ini, Anda diharapkan akan

dapat:

1. Mengetahui pengertian kompetensi

2. Mengetahui dan memahami konsep aparat birokrasi

3. Memahami Perilaku Birokrasi

4. Memahami Perilaku Birokrasi dalam

Pengimplementasian Kebijakan Publik

5. Memahami design Kebijakan Publik yang Detil

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 7 dijelaskan :

1. Pengertian Kompetensi

2. Konsep Aparatur Birokrasi

3. Perilaku Birokrasi/Organisasi

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 193

Page 212: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4. Perilaku Birokrasi dalam Pengimplementasian

Kebijakan Publik

5. Design Kebijakan Publik yang Detil

C. Intisari Bacaan

1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap

individu yang mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

Inti dari definisi kompetensi yang dipahami

selama ini adalah mencakup penguasaan terhadap 3

jenis kemampuan, yaitu: pengetahuan (knowledge,

science), keterampilan teknis (skill, teknologi) dan

sikap perilaku (attitude).

Dalam lingkungan Human Resources,

“Kompetensi” merupakan salah satu kata yang paling

sering disebut. Berikut ini beberapa pengertian dari

Kompetensi :

a) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan

atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang

dituntut oleh pekerjaan tersebut.

b) Kompetensi merupakan karakteristik individu yang

mendasari kinerja atau perilaku ditempat kerja.

194 Kebijakan Publik

Page 213: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

c) Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik

orang dan mengindikasikan cara berperilaku atau

berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung

untuk periode waktu yang lama (Spencer dan

Spencer, 1993:9)

d) Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk

menghasilkan pada tingkat memuaskan di tempat

kerja.

Secara garis besar, kompetensi menjelaskan apa

yang dilakukan orang di tempat kerja pada berbagai

tingkatan dan memperinci standard masing-masing

tingkatan, mengidentifikasi karakteristik pengetahuan

dan ketrampilan yang diperlukan individual yang

memungkinkan menjalankan tugas dan tanggung

jawab secara efektif sehinggga mencapai standard

kualitas profesional dalam bekerja.

Terdapat 5 tipe karakteristik kompetensi :

a) Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan

atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan.

b) Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang

konsisten terhadap situasi atau informasi.

c) Konsep diri, adalah sikap, nilai-nilai atau citra diri

seseorang.

d) Pengetahuan, adalah informasi yang dimiliki orang

dalam bidang spesifik

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 195

Page 214: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

e) Keterampilan, adalah kemampuan mengerjakan tugas

fisik atau mental tertentu

Michael Zwell (2000:25) mendefinisikan lima

kategori kompetensi, yaitu ;

a) Task Achievement

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan

dengan kinerja yang baik. Kompetensi berkaitan

dengan task achievement ditunjukkan oleh ; orientasi

pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi, inisiatif,

efisiensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli pada

kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis.

b) Relationship

Kategori kompetensi yang berhubungan dengan

komunikasi, memiliki hubungan kerja yang baik

dengan orang lain. Kompetensi ini meliputi; kerja

sama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antar

pribadi, kecerdasan organisasional, membangun

hubungan, penyelesaian konflik, perhatian pada

komunikasi dan sensivitas lintas budaya.

c) Personal Attribute

Kompetensi intrinsik individu dan menghubungkan

bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan

berkembang. Kompetensi ini meliputi; integritas dan

kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas

keputusan, manajemen stress, berpikir analitis, dan

berpikir konseptual.

196 Kebijakan Publik

Page 215: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

d) Managerial

Kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan

pengelolaan, pengawasan, dan mengembangkan

orang. Kompetensi manajerial berupa; memotivasi,

memberdayakan/empowering, dan mengembangkan

orang lain.

e) Leadership

Kompetensi yang berhubungan dengan memimpin

organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi,

dan tujuan organisasi. Kompetensi ini meliputi;

Kepemimpinan visioner, berpikir strategis, orientasi

kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun

komitmen organisasi, membangun fokus dan maksud,

nilai-nilai.

Kondisi lingkungan bisnis menunjukkan

adanya trend peniningkatan teknologi dan terjadinya

perubahan sosial. Sumber daya manusia perlu

memahami kecenderungan organisasi multikultural

dan keberagaman kultural. Keadaan tersebut membuat

kompetensi sumber daya manusia semakin penting,

baik bagi eksekutif, manajer, maupun pekerja.

(Spencer dan Spencer, 1993:343)

a) Kompetensi yang diperlukan oleh Eksekutif.

Strategic Thinking, Change Leadership, dan

Relationship Management.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 197

Page 216: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b) Kompetensi yang diperlukan oleh Manajer

Flexibilitas, Change Implementation

(implementasi perubahan), Entrepreneurial

Inovation (inovasi kewirausahaan), Interpersonal

understanding (memahami hubungan antar

manusia), Empowering (memberdayakan), Team

Facilitator ( memfasilitasi Tim ), Portability

(Kemudahan menyesuaikan)

c) Kompetensi yang diperlukan oleh Pekerja

Fleksibilitas, motivasi mencari informasi dan

kemampuan belajar, Achievement motivation

(motivasi berprestasi), Work Motivation under

time pressure (motivasi kerja dalam tekanan

waktu), Collaborativeness (kesediaan bekerja

sama), Customer Service Orientation (orientasi

pada pelayanan pelanggan ).

Michael Zwell (2000:56-68) mengungkapkan

bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang.

a) Keyakinan dan nilai-nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap

orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku.

Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif

dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir

tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan

sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berpikir positif

198 Kebijakan Publik

Page 217: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan

menunjukkan ciri orang yang berpikir ke depan.

b) Keterampilan

Dengan memperbaiki ketrampilan, individu akan

meningkat kecakapannya dalam kompetensi.

c) Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan

pengalaman. Diantaranya pengalaman dalam

mengoragnisasi orang, komunikasi dihadapan

kelompok, menyelesaikan masalah, dsb. Orang

yang tidak pernah berhubungan dengan organisasi

besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan

kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika

kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan. Orang

yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran

strategis kurang mengembangkan kompetensi

daripada mereka yang telah menggunakan pemikiran

strategis bertahun-tahun.

d) Karakteristik kepribadian

Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat

berubah. Kepribadian seseorang dapat berubah

sepanjang waktu. Orang merespons dan berinteraksi

dengan kekuatan dan lingkungan sekitar. Walupun

dapat berubah, kepribadian cenderung berubah dengan

tidak mudah. Tidaklah bijaksana mengharapkan orang

memperbaiki kompetensinya dengan mengubah

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 199

Page 218: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kepribadiannya.

e) Motivasi

Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap

pekerjaan bawahan, memberikan pengakuan dan

perhatian individual dari atasan dapat memberikan

pengaruh positif terhadap motivasi seseorang

bawahan.

f) Isu Emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan

kompetensi. Misalnya, takut membuat kesalahan,

menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak menjadi

bagian, semubanya cenderung membatasi motivasi

dan inisiatif.

g) Kemampuan Intelektual

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif

seperti, pemikiran analitis, dan pemikiran konseptual.

h) Budaya Organisasi

Budaya organsiasi mempengaruhi kompetensi sumber

daya manusia dalam kegiatan sebagai berikut; 1)

proses recruitment dan seleksi karyawan, 2) Sistem

penghargaan, 3) Praktik pengambilan Keputusan, 4)

Filosofi organisasi ( misi-visi, dan nilai-nilai

organisasi ), 5) Kebiasaan dan prosedur, 6) Komitmen

pada pelatihan dan pengembangan , 7) Proses

Organisastional.

200 Kebijakan Publik

Page 219: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Konsep Aparatur Birokrasi

Menurut undang-undang No. 28 Tahun 1999

aparatur adalah terdiri dari:

a) Pejabat Negara pada Lembaga Negara;

b) Menteri;

c) Gubernur;

d) Hakim;

e) Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Dari pengertian ini dapat diidentifikasi beberapa

pengertian: pertama, aparatur diartikan sebagai orang/

pejabat yang memimpin suatu lembaga sekaligus

lembaganya; kedua, aparatur terdiri atas aparatur

kenegaraan dan aparatur pemerintah; ketiga, aparatur

kenegaraan adala lembaga-lembaga negara berdasarkan

UUD 1945; dan keempat, aparatur pemerintahan adalah

aparatur pemerintah baik di Pusat maupun di Daerah,

termasuk BUMN dan BUMD yang berfungsi selaku

aparatur perekonomian negara. Pernyataan ini dapat

diartikan bahwa istilah Aparatur Birokrasi mencakup:

pertama, Aparatur Pemerintah yang sering disebut

juga birokrasi pemerintah, yaitu: Kementerian Negara,

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan

instansi vertikalnya, Aparatur Pemerintahan Daerah, dan

lainnya, yang menjalankan fungsi pemerintahan (pelayanan

dan pengaturan/pengayoman), tanpa bermotif mencari

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 201

Page 220: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

keuntungan; kedua, Aparatur Perekonomian Negara, yaitu:

BUMN dan BUMD, yang meski menjalankan fungsi

bisnis di sektor publik, namun tidak berorientasi semata-

mata mencari keuntungan.

3. Perilaku Birokrasi/Organisasi

Perilaku birokrasi adalah pada hakekatnya

merupakan hasil interaksi birokrasi sebagai kumpulan

individu dengan lingkungannya (Thoha, 2005:138).

Perilaku birokrasi yang menyimpang lebih tepat dipandang

sebagai patologi birokrasi atau gejala penyimpangan

birokrasi (dysfunction of bureaucracy). Dalam kaitannya

dengan fenomena perilaku birokrasi maka kedudukan,

peran dan fungsinya tidak dapat dipisahkan dari individu

selaku aparat (pegawai) yang mempunyai persepsi, nilai,

motivasi dan pengetahuan dalam rangka melaksanakan

fungsi, tugas dan tanggung jawab sosial. Perilaku manusia

dalam organisasi sangat menentukan pencapaian hasil

yang maksimal dalam rangka untuk mencapai tujuan

organisasi. Thoha (2005:29) menjelaskan bahwa perilaku

manusia adalah fungsi dari interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Perilaku seorang individu terbentuk

melalui proses interaksi antara individu itu sendiri dengan

lingkungannya.

Setiap individu mempunyai karakteristik tersendiri,

dan karakteristik tersebut akan dibawanya ketika ia

202 Kebijakan Publik

Page 221: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

memasuki lingkungan tertentu. Karakteristik ini berupa

kemampuan, kepercayaan pribadi, kebutuhan, pengalaman

dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan organisasi

sebagai lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik

tertentu, yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan

hierarki, pekerjaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab,

sistem imbalan dan sistem pengendalian. Jika karakteristik

individu (aparat) dan karakteristik organisasi (birokrasi)

berinteraksi, maka terbentuklah perilaku individu (aparat)

dalam organisasi (birokrasi).

Perilaku Birokrasi adalah merupakan ilmu tentang

perilaku tiap individu dan kelompok serta pengaruh tiap

individu dan kelompok terhadap organisasi, maupun

perilaku interaksi antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam

organisasi demi kemanfaatan suatu organisasi. Perilaku

organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi.

Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus

yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan

metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik,

antropologi dan psikologi.

Seperti halnya ilmu sosial, perilaku organisasi

berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan

menjelaskan. Ada tiga tingkatan analisis pada perilaku

organisasi, yaitu: Individu, Kelompok, Organisasi. Unsur-

unsur perilaku organisasi tersebut mengidentifikasi

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 203

Page 222: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

macam organisasi dilihat dari budaya organisasi

tersebut, yang dapat dikelompokkan menjadi: Organisasi

formal, Organisasi Informal dan Sosial Enviorment.

Ada empat model/framework di dalam perilaku organisasi,

yang akan mempengaruhi operasi dari organisasi,yaitu:

1. Autocratic : Model ini berbasis pada kekuatan, dengan

orientasi managerial yang berwenang, maksudnya

adalah bahwa karyawan/pegawai sangat tergantung

pada pimpinan atau boss, ini membuat pencapaian

kinerja karyawan/pegawai rendah.

2. Custodial : Model yang berbasis pada ekonomi atau

benefit, dengan orientasi pada uang, maksudnya

bahwa karyawan/pegawai merasa aman, nyaman

dan mendapat keuntungan setelah berada didalam

organisasi, pencapaian dalam model ini adalah passive

cooperation.

3. Supportive: Model ini berbasis akan kepemimpinan,

karyawan/pegawai berorientasi pada kinerja (job

performance) dan partisipasi. Karyawan/pegawai pada

model ini mengejar status dan pengenalan, pencapaian

kinerja dapat dicapai dengan meningkat.

4. Collegial: Adalah model yang berdasarkan

Partnership/persekutuan/perseroan, dan berorientasi

pada kerjasama/teamwork. Karyawan/pegawai pada

model ini mempunyai tanggung-jawab dan kesadaran

berdisiplin, dalam pencapaiannya karyawan/pegawai

204 Kebijakan Publik

Page 223: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

memiliki antusias dalam berkinerja.

Perilaku organisasi dalam beberapa jenis

pendekatan manajemen :

1. Manajemen tradisional: Tiap individu memiliki

perilaku tertentu dalam tiap proses perencanaan,

organisasi, penggerakan dan pengawasan. Tiap

kelompok/unit kerja memiliki karakteristik tertentu

dalam berinteraksi di dalam maupun antar kelompok/

unit kerja.

2. Manajemen berdasarkan sasaran : Tiap individu

atau kelompok mempunyai interest tertentu dalam

menentukan sasaran kerja tiap unit dan bahkan mutu

penentuan sasaran organisasi.

3. Manajemen stratejik : Tiap individu atau kelompok

memiliki pandangan yang berbeda dalam menganalisa

lingkungan, penentuan visi dan misi, perumusan

strategi, implementasi strategi maupun pengendalian

strategi.

4. Manajemen terpadu : Tiap individu atau kelompok

memiliki tolokukur mutu yang berbeda dan memiliki

komitmen mutu yang berbeda pula.

4. Perilaku Birokrasi Dalam Pengimplementasian

Kebijakan Publik

Aparatur Birokrasi juga memegang peranan penting

dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan berbagai

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 205

Page 224: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan publik, Aparatur Birokrasi pada pemerintahan

sebagai penyelenggara pelayanan publik sering atau selalu

dikeluhkan karena ketidakefisienan. Untuk mendorong

terbentuknya suatu pemerintahan yang bersih dan

berwibawa maka segenap aparatur pemerintah (birokrat)

wajib melaksanakan tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance). Kekuatan birokrasi Indonesia

sebenarnya bisa menjadi mesin penggerak yang luar

biasa apabila mampu didayagunakan untuk memajukan

kesejahteraan rakyat.

Demokratisasi kebijakan publik (Saiful Arif,

2008) sebenarnya salah satu dari sekian banyak jalan yang

ditempuh untuk mencapai kompetensi keberpihakan negara

terhadap rakyat. Dalam konteks demokrasi, pembuatan

kebijakan publik oleh negara melalui berbagai macam

kebijakan publik dan dilaksanakan mulai dari tingkat

pusat-daerah atau disebut stratifikasi politik kebijakan,

yang dibuat mencerminkan kepentingan dan kebutuhan

pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah sendiri secara

alami mempunyai peran dan fungsi pengemban hajat hidup

masyarakat. Oleh karena itu setiap kebijakan yang dibuat,

harus benar-benar menyerap seluruh kepentingan dan

kebutuhan birokrat pemerintah maupun masyarakat sendiri

sehingga dapat menyelesaikan problem real maupun laten

dari bangsa.

206 Kebijakan Publik

Page 225: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Implementasi program atau kebijakan merupakan

salah satu tahap yang penting dalam proses kebijakan

publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan

agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.

Wahab dalam Setiadi (2005) mengutip pendapat

para pakar yang menyatakan bahwa proses implementasi

kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan

administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan

program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok

sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan-

kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau

tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku semua pihak

yang terlibat, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap

dampak negatif maupun positif, dengan demikian dalam

mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan

pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen

semua pihak utnuk memberikan dukungan.

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat

diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau

penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan sasaran

kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil

yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi

(Ekowati, dkk 2005).

Implementasi kebijakan merupakan tahapan

yang sangat penting dalam proses kebijakan. Artinya

implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 207

Page 226: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

proses kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan

dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan

ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino (2006:154)

bahwa: “The execution of policies is as important if not more

important than policy making. Policy will remain dreams or

blue prints jackets unless they are implemented”.Agustino

(2006:155) menerangkan bahwa implementasi kebijakan

dikenal pendekatan yaitu: “Pendekatan top down yang

serupa dengan pendekatan command and control (Lester

Stewart, 2000:108) dan pendekatan bottom up yang

serupa dengan pendekatan the market approach (Lester

Stewart, 2000:108). Pendekatan top down atau command

and control dilakukan secara tersentralisasi dimulai dari

aktor di tingkat pusat dan keputusan-keputusan diambil di

tingkat pusat. Pendekatan top down bertolak dari perspektif

bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah

ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan

oleh administratur atau birokrat yang berada pada level

bawah (street level bureaucrat)”.

Bertolak belakang dengan pendekatan top down,

pendekatan bottom up lebih menyoroti implementasi

kebijakan yang terformulasi dari inisiasi warga masyarakat.

Argumentasi yang diberikan adalah masalah dan persoalan

yang terjadi pada level daerah hanya dapat dimengerti

secara baik oleh warga setempat. Sehingga pada tahap

implementasinya pun suatu kebijakan selalu melibatkan

208 Kebijakan Publik

Page 227: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

masyarakat secara partisipastif.

Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan

yang diterangkan Dimock & Dimock dalam Tachjan

(2006:28) sebagai berikut: “Pelaksana kebijakan

merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang

terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran organisasional,

analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi,

pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan

program, pengorganisasian, penggerakkan manusia,

pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian”.

Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi

kebijakan publik adalah birokrasi seperti yang dijelaskan

oleh Ripley dan Franklin dalam Tachjan (2006:27):

“Bureaucracies are dominant in the implementation

of programs and policies and have varying degrees of

importance in other stages of the policy process. In policy

and program formulation and legitimation activities,

bureaucratic units play a large role, although they are not

dominant”.Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati

posisi dominan dalam implementasi kebijakan yang

berbeda dengan tahap fomulasi dan penetapan kebijakan

publik dimana birokrasi mempunyai peranan besar namun

tidak dominan. Suatu kebijakan publik tidak mempunyai

arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang dilakukan

dengan program, kegiatan atau proyek.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 209

Page 228: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari

pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan

implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh

pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen

yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk

tetap berada dalam asas program yang telah digariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan

akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan

tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila

implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan

dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang

diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila

sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak

akan terlaksana dengan baik. Jadi implementai kebijakan

akan berhasil tergantung dari perilaku dari pada birokrasi

itu sendiri sebagai implementator dari kebijakan publik,

akan tetapi jika dilihat sekarang perilaku birokrasi belum

mencerminkan secara utuh sebagai pelayan masyarakat.

Sekalipun kebijakan yang lahir sudah bagus akan tetapi

dalam implementasi tidak sukses dikarenakan perilaku

implementator yang tidak patuh sehingga kebijakan itu

akan sulit untuk diimplementasikan dengan baik.

210 Kebijakan Publik

Page 229: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Ripley memperkenalkan pendekatan “kepatuhan”

dan pendekatan “faktual” dalam implementasi kabijakan

(Ripley & Franklin, 1986: 11). Pendekatan kepatuhan

muncul dalam literatur administrasi publik. Pendekatan

ini memusatkan perhatian pada tingkat kepatuhan agen

atau individu bawahan terhadap agen atau individu atasan.

Perspektif kepatuhan merupakan analisis karakter dan

kualitas perilaku organisasi. Menurut Ripley, paling tidak

terdapat dua kekurangan perspektif kepatuhan, yakni:

(1) banyak faktor non-birokratis yang berpengaruh tetapi

justru kurang diperhatikan, dan (2) adanya program yang

tidak didesain dengan baik. Perspektif kedua adalah

perspektif faktual yang berasumsi bahwa terdapat banyak

faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan

yang mengharuskan implementor agar lebih leluasa

mengadakan penyesuaian.

Kedua perspektif tersebut tidak kontradiktif,

tetapi saling melengkapi satu sama lain. Secara empirik,

perspektif kepatuhan mulai mengakui adanya faktor

eksternal organisasi yang juga mempengaruhi kinerja

agen administratif. Kecenderungan itu sama sekali

tidak bertentangan dengan perspektif faktual yang

juga memfokuskan perhatian pada berbagai faktor

non-organisasional yang mempengaruhi implementasi

kebijakan (Grindle, 1980: 7).

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 211

Page 230: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Berdasarkan pendekatan kepatuhan dan pendekatan

faktual dapat dinyatakan bahwa keberhasilan kebijakan

sangat ditentukan oleh tahap implementasi dan keberhasilan

proses implementasi ditentukan oleh kemampuan

implementor, yaitu: (1) kepatuhan implementor mengikuti

apa yang diperintahkan oleh atasan, dan (2) kemampuan

implementor melakukan apa yang dianggap tepat sebagai

keputusan pribadi dalam menghadapi pengaruh eksternal

dan faktor non-organisasional, atau pendekatan faktual.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji

berdasarkan perspektif proses implementasi dan perspektif

hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah dikatakan

berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk

dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat

program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan,

agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program.

Sedangkan pada perspektif hasil, Program dapat dinilai

berhasil manakala program membawa dampak seperti

yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil

dilihat dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau

dari dampak yang dihasilkan, atau sebaliknya.

212 Kebijakan Publik

Page 231: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

5. Design Kebijakan Publik yang detil

Perlu diperhatikan bahwa, suksesnya perumusan

kebijakan tidak memberi jaminan bahwa implementasi

kebijakan juga akan sukses. Oleh sebab itu, para eksekutif

perlu memberi perhatian pada korelasi antara perumusan

kebijakan dan implementasi kebijakan. Kalau perumusan

strategi adalah berupa persiapan dan pengerahan tenaga

sumber daya sebelum bertindak, implementasi kebijakan

justru mengelola sumber daya dan berbagai kekuatan

yang berkaitan dengan itu untuk mengoperasionalkannya.

Korelasi itu dapat kita lihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 7.1 : Korelasi Formulasi Kebijakan dengan Implementasi

Kebijakan.

Implementasi

Strategi

Formulasi Strategi

Tepat Tidak Tepat

Ekselen Sukses

Sasaran dinikmati

oleh semua pihak

dan keutungan yang

diharapkan tercapai

Selamat atau

Runtuh

Implementasi yang

baik, membantu

menyelamatkan

kebijakan yang

kurang baik

rumusannya, atau

mencegah kegagalan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 213

Page 232: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Implementasi

Strategi

Formulasi Strategi

Tepat Tidak Tepat

Buruk Kesulitan

Implementasi yang

buruk merintangi

kebijakan yang baik

Manajemen bisa

keliru menafsirkan

bahwa kebijakannya

kurang tepat

Kegagalan Sebab

kegagalan sulit

dikenali. Kebijakan

yang buruk

ditandai oleh

ketidakmampuan

melaksanakan.

Sumber: Bonoma, 1984

Dalam Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa sel

pertama, yaitu pertemuan antara formulasi kebijakan yang

tepat dan implementasi yang ekselen, yang prima ternyata

membawa sukses. Sasaran organisasi tercapai yang

sekaligus memberi keuntungan atau kepuasan organisasi.

Kualitas pelayanan akan memuaskan konsumen.

Pada sel kedua, kanan atas, yaitu pertemuan antara

rumusan kebijakan yang kurang tepat dengan pelaksanaan

yang prima, memberi kemungkinan dua hasil, yaitu selamat

atau hancur. Selamat bahwa dengan pelaksanaan yang

prima masih dapat menyelamatkan kebijakan yang kurang

baik perumusannya, tetapi sebaliknya dapat mempercepat

kegagalan. Percepatan kegagalan itu terutama disebabkan

oleh salah penafsiran atas rumusan yang memang sudah

kurang tepat.

214 Kebijakan Publik

Page 233: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Pada sel ketiga, pertemuan antara kebijakan yang

rumusannya sangat tepat dengan implementasi yang

buruk ternyata menghasilkan kesulitan karena dengan

pelaksanaan yang buruk itu akan menghambat pencapaian

sasaran. Ada kemungkinan juga bukan pelaksanaan yang

buruk, melainkan rumusan kebijakan yang kurang tepat,

akibatnya adalah waktu yang begitu lama dengan segala

energi yang habis dipakai dalam proses perumusan

kebijakan itu, sia-sia semuanya.

Pada sel terakhir, kanan bawah yaitu pertemuan

antara dua penampilan yang buruk, rumusan kebijakan

yang tidak tepat diikuti dengan pelaksanaan yang yang

buruk, memberi hasil yang sudah dapat diramalkan, yaitu

kegagalan total. Apa yang diinginkan oleh para eksekutif,

apa yang dicita-citakan oleh semua jajaran unit kerja, tidak

dapat direalisasikan.

Ilustrasi yang sederhana di atas cukup memberi

peringatan bahwa kita tidak dapat merumuskan suatu

kebijakan begitu saja tanpa memikirkan berbagai

konsekuensinya, kemudian implementasinya tidak dapat

dipandang sebagai pekerjaan mudah yang cukup diserahkan

kepada eselon bawah tanpa desain yang dipersiapkan

terlebih dahulu.

Berdasarkan ilustrasi pada tabel korelasi antara

rumusan strategi dan implementasi kebijakan, maka

kebijakan publik yang terletak pada korelasi antara rumusan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 215

Page 234: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

strategi yang kurang tepat karena tidak didukung oleh

desain yang lengkap dan tepat sehingga pelaksanaan atau

implementasi kebijakan publik cenderung tidak efektif,

karena kurang matang dalam perencanaan kebijakan.

Dalam konteks OAR (Objective, Alternative, dan

Risk) Salusu (2000) dikatakan bahwa sebuah kebijakan

harus didasarkan pada tujuan atau sasaran yang hendak

dicapai. Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu,

diperlukan serangkain aktivitas. Jadi dapat dikatakan

bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai

aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu. dapat

tercapai.

Apabila Desain dari kebijakan jelas detilnya

maka pelaksana kebijakan dapat mengerjakannya dengan

mudah. Implementasi kebijakan adalah peralihan tanggung

jawab dari CEO kepada perangkat birokrasi operasional,

sampai kepada setiap karyawan atau staf yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi mengimplementasikan kebijakan

tersebut.

Hal yang perlu disadari bahwa kebijakan publik

dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis

kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik

penjelas, yang disebut Petunjuk Pelaksanaan. Berbeda

dengan Keppres, Inpres, Kepmen, dan Keputusan Kepala

Daerah yang merupakan Kebijakan publik yang bisa

langsung operasional (Nugroho, 2002).

216 Kebijakan Publik

Page 235: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai

apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula

bersifat umum telah diperinci, program-program aksi telah

dirancang dan sejumlah dana/biaya telah dialokasikan

untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran

tersebut.

D. RANGKUMAN

Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang

mendasar dari seseorang individu, yaitu penyebab yang

terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif

”A competency is an underlying characteristic of an

individual that is causally related to criterion-referenced

effective and/or superior performance in a job or situation.

Kebijakan publik dapat diartikan sebagai rencana tindakan

negara atau pemerintah, yang akibat-akibat konstruktif

atau destruktifnya secara langsung berpengaruh kepada

masyarakat luas. Suatu kebijakan atau program harus

diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan

yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang

dalam pengertian luas merupakan alat administrasi

publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta

sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk

menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan

yang diinginkan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 217

Page 236: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Untuk meningkatkan kemampuan aparatur birokrasi

perlu penataan dan perencanaan yang matang, termasuk

kualifikasi yang dikehendaki. Selain kemampuan untuk

memahami keadaan, aparatur birokrasi harus pula

memiliki kemampuan untuk mengikuti perkembangan.

Merekapun dituntut untuk senantiasa aktif mengamati

kemajuan-kemajuan secara umum, baik yang menyangkut

kehidupan nasional maupun yang berkaitan dengan

perkembangan internasional. Dengan demikian aparatur

birokrasi bukanlah aparatur lokal tetapi aparatur nasional.

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Jelaskan pengertian kompetensi

2. Jelaskan pengertian Perilaku Birokrasi

3. Jelaskan perilaku birokrasi dalam Implementasi

Kebijakan Publik

4. Jelaskan design kebijakan yang detil

5. Jelaskan relevansi model banoma dengan

implementasi kebijakan publik?

218 Kebijakan Publik

Page 237: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Saiful. Rohman, Ahmad Ainur, Purnomo, Sa‟id

Mas‟ud, 2008, Reformasi Pelayanan Publik, Program

Sekolah Demokrasi Bekerja Sama dengan

Averroes Press, Malang.

Anderson, J, (1978). Public Policy-Making, Second

edition, Holt, Rinehart and

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik.

Bandung: Alfabeta.

Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di

Indonesia.Yogyakarta Gadjah Mada University Press

Edward III, George C. 1980. Implementating Public

Policy. Washington:Congressional Quarterly Press.

Grindle, Merilee S., (ed), 1980, Politics and Apolicy

Implementation in the Third World, new jersey:

Princetown University Press.

Hicks, Herbert G and Ray Gullett, C. (1981). Organisationnal

utilizing Humang Resourcer 9. Editon. Londong :

praktices- Hall international Edition.

Lester, james., dan joseph sterwart jr. (2000). Public policy:

An Evolution ary Approach, Belmont: Wods worth.

Mas‟oed, Mohtar. 2008. Politik, Birokrasi dan

Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 219

Page 238: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Nugroho D, Riant. (2004). Kebijakan Publik Formulasi,

Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia.

Nugroho J Setiadi, 2005. Perilaku Konsumen. Cetakan

Kedua. Kencana. Jakarta.

Nugroho, Adi. 2002. Analisis dan Perancangan Sistem

Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek.

Informatika:Bandung

Ripley, Ronald B and Grace Franklin. 1986. Policy

Implementation Bereaucracy. Chicago : Dorsey Press.

Salusu, J. (2000), Pengambilan Keputusan Strategik;

Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tachjan. H. 2006. Implementasi Kebijakan Publik.

Bandung. AIPI Bandung-Luslit KP2W Lemlit Unpad

Toha, Miftah. 2005. Perilaku Organisasi Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Winston: 1979 dalam Islamy, Irfan, Prinsip-Prinsip

Perumusan Kebijakan Negara, Cetakan 12, Bumi

Aksara, Jakarta:2003.

220 Kebijakan Publik

Page 239: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

BAB 8

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan Bab 8 ini, Anda diharapkan akan

dapat:

1. Mengetahui defenisi evaluasi kebijakan publik.

2. Mengetahui dan memahami tipe evaluasi kebijakan

publik.

3. Mengetahui dan memahami tujuan evaluasi kebijakan

publik.

4. Mengetahui dan memahami tahapan evaluasi kebijakan

publik.

5. Mengetahui dan memahami hambatan evaluasi

kebijakan publik.

6. Mengetahui dan memahami evaluasi terhadap dampak

kebijakan publik.

7. Memahami Evaluasi seluruh kebijakan bukan sebagian.

8. Mengetahui dan memahami Dimensi Evaluasi

Kebijakan Publik.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 221

Page 240: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

B. Pokok Bahasan

Pencapaian tujuan tersebut dalam Bab 8 dijelaskan:

1. Definisi Evaluasi Kebijakan Publik

2. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

3. Tujuan Evaluasi Kebijakan Publik

4. Tahapan Evaluasi Kebijakan Publik

5. Hambatan Evaluasi Kebijakan Publik

6. Evaluasi terhadap Dampak Kebijakan

7. Evaluasi seluruh Kebijakan, bukan sebagian

8. Dimensi Evaluasi Kebijakan Publik

C. Intisari Bacaan

1. Defenisi Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/

siklus kebijakan publik, menempati posisi terakhir setelah

implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya jika

kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu

dievaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau

kegagalan sebuah kebijakan, sehingga secara normatif

akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat

dilanjutkan; atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan,

atau bahkan harus dihentikan. Evaluasi juga menilai

keterkaitan antara teori (kebijakan) dengan prakteknya

(implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah

dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau

222 Kebijakan Publik

Page 241: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tidak. Dari hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah

sebuah kebijakan/program memberikan manfaat atau

tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi

evaluasi sangat dibutuhkan sebagai bentuk pertanggung-

jawaban publik, terlebih di mata masyarakat yang makin

kritis menilai kinerja pemerintah.

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu

saja. Kebijakan harus diawasi dan salah satu mekanisme

pengawasan tersebut disebut evaluasi kebijakan.

Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana

keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan

kepada konstituennya. Evaluasi diperlukan untuk

melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

(Nugroho,2004).

Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk

menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan suatu kebijakan publik. Oleh karena itu,

evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas sesuatu

“fenomena” di dalamnya terkandung pertimbangan nilai

(valuejudgment) tertentu. (Mustopadidjaja, 2002:45)

Lalu, fenomena apa yang dinilai? tergantung pada

konteksnya. Jika konteksnya kebijakan publik, maka

fenomena yang dinilai menurut Mustopadidjaja, adalah

berkaitan dengan “tujuan, sasaran kebijakan, kelompok

sasaran yang ingin dipengaruhi, berbagai instrumen

kebijakan yang digunakan, responsi dari lingkungan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 223

Page 242: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan

sebagainya”.

Evaluasi kebijakan publik adalah suatu tahap yang

sangat urgen dalam kebijakan publik, dikarenakan untuk

mengukur implementasi dari kebijakan publik tersebut,

apakah sudah tecapai dan sesuai dengan harapan atau

masih menimbulkan banyak masalah pada target group

itu sendiri. Disisi lain, banyak dari kebijakan publik yang

telah dikeluarkan oleh pemerintah namun tidak membawa

dampak (impact) yang cukup berpengaruh bagi seluruh

masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu.

Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses

untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik

dapat membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan

antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan/atau target

kebijakan publik yang ditentukan . (Muhajir,1996)

Evaluasi kebijakan publik tidak hanya untuk melihat

hasil (outcomes) atau dampak (impacts), akan tetapi dapat

pula untuk melihat bagaimana proses pelaksanaan suatu

kebijakan dilaksanakan. Dengan kata lain, evaluasi dapat

pula digunakan untuk melihat apakah proses pelaksanaan

suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk

teknis/pelaksanaan (guide lines) yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, evaluasi kebijakan publik. dibedakan

dalam dua macam tipe. Pertama, tipe evaluasi hasil

(outcomes of public policy implementation) merupakan

224 Kebijakan Publik

Page 243: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

riset yang mendasarkan diri pada tujuan kebijakan.

Kedua, tipe evaluasi proses (process of public policy

implemantation), yaitu riset evaluasi yang mendasarkan

diri pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan adalah

kesesuaian antara proses implementasi suatu kebijakan

dengan garis petunjuk (guide lines) yang telah ditetapkan.

Menurut Weiss (1972:4) unsur-unsur penting yg

terkandung dalam evaluasi kebijakan adalah :

a) Untuk mengukur dampak dengan bertumpu pada

riset yang digunakan.

b) Dampak tadi menekankan pada suatu hasil dari

efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-

aturan atau standar.

c) Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan

(goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang

jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah

dilakukan dengan baik.

d) Memberikan konstribusi pada pembuatan keputusaan

selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa

mendatang sebagai tujuan sosial.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

evaluasi kebijakan publik tujuan utamanya adalah

untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan suatu kebijakan publik. Selanjutnya adalah

memberikan rekomendasi kebijakan berupa keputusan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 225

Page 244: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tentang masa depan kebijakan publik tadi. Alternatif

rekomendasinya, menurut Weiss setidaknya adalah:

a) Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan

b) Diteruskan, tapi perlu diperbaiki baik prosedur,

maupun penetapannya.

c) Perlunya menambah atau mengembangkan strategi

dan teknik program-program khusus.

d) Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di

tempat lain

e) Perlunya mengalokasikan sumberdaya langka

diantara program yang saling berkompetitif.

f) Perlunya menolak atau menerima teori atau

pendekatan kebijakan program.

Tujuan pokok evaluasi adalah untuk melihat seberapa

besar kesenjangan antara pencapaian dan harapan suatu

kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana

mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut. Evaluasi

bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup

kekurangan.

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut

estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup

substansi, implementasi dan dampak (Anderson: 1975).

Evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan

fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya

dilakukan pada tahap akhir saja melainkan kepada seluruh

proses kebijakan.

226 Kebijakan Publik

Page 245: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai

tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat

dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup

waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan

sebuah kebijakan harus dievaluasi. Untuk dapat mengetahui

outcome, dan impact (dampak) suatu kebijakan tentu

diperlukan selang waktu tertentu, misalnya lima tahun

semenjak kebijakan itu diimplementasikan. Sebab kalau

evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak

dari suatu kebijakan belum tampak. Semakin strategis suatu

kebijakan, maka diperlukan tenggang waktu yang lebih

panjang untuk melakukan evalusai. Sebaliknya, semakin

teknis suatu program yang dilakukan, maka evaluasi dapat

dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat

semenjak diterapkanya kebijakan yang bersangkutan.

Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu aktifitas

yang dirancang untuk menilai hasil-hasil kebijakan

pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang

sangat penting dalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik

pengukuranya, dan metode analisisnya. (Subarsono, 2005).

Evaluasi kebijakan merupakan proses mendapatkan

gambaran tentang kebijakan publik dalam pelaksanaanya,

alat yang dipakai dan tujuan-tujuan yang diberikan.

Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai

nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi

informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 227

Page 246: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik

terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan

target evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-

metode analisis kebijakan lainya, termasuk perumusan

masalah dan rekomendasi (Nugroho,2009).

Menurut Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang

berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi

beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program.

Mengikuti William N.Dunn (2003:608-610), istilah

evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),

pemberian angka (rating), dan penilaian (assestment).

Evaluasi kebijakan mempunyai sejumlah

karakteristik yang membedakannya dari metode-metode

analisis kebijakan lainnya. Menurut Dunn (2003:608-

609), evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik yang

membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan

lainnya:

a) Fokus Nilai. Evaluasi dipusatkan pada penilaian

menyangkut keperluan atau nilai dari suatu kebijakan

dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha

untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial

kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha

mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi

kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.

228 Kebijakan Publik

Page 247: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Karena ketepatan tujuan dan sasaran kebijakan dapat

selalu dipertanyakan, evaluasi mencakup prosedur

untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu

sendiri

b) Interdependensi fakta-nilai. Tuntutan evaluasi

tergantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk

menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu

telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi (atau

rendah) diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil

kebijakan berharga bagi sejumlah individu, kelompok

atau seluruh masyarakat; untuk menyatakan demikian,

harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan

secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi

yang dilakukan untuk memecahkan masalah tertentu.

Oleh karena itu, pemantauan merupakan prasyarat

bagi evaluasi.

c) Orientasi Masa kini dan Masa lampau. Tuntutan

evaluative, berbeda dengan tuntutan advokatif,

diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu,

ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi bersifat

retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (expost).

Rekomendasi juga mencakup premis-premis nilai,

bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi

dilakukan (exante).

d) Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan

evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena mereke

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 229

Page 248: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara. Evaluasi

sama dengan rekomendasi yang berkenaan dengan

nilai yang ada (misalnya kesehatan) dapat dianggap

sebagai intrinsic (diperlukan bagi dirinya) ataupun

ekstrinsik (diperlukan karena hal itu mempengaruhi

pencapaian tujuan-tujuan lain). Nilai-nilai sering

ditata di dalam suatu hierarki yang merefleksikan

kepentingan relative dan saling ketergantungan antar

tujuan dan sasaran.

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam

analisis kebijakan. Evaluasi merupakan tahapan penting

dalam pelaksanaan suatu program. Manfaat positif akan

diperoleh apabila evaluasi dijalankan dengan benar

dan memperhatikan segenap aspek yang ada dalam

suatu program. Menurut Dunn (2003:609-611) evaluasi

mempunyai sejumlah fungsi utama dalam analisis

kebijakan, yakni :

a) Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa

jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat

dicapai melalui tindakan publik.

b) Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik

terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan

dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan

mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik

dengan menanyakan secara sistematis kepantasan

230 Kebijakan Publik

Page 249: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah

yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan

dan sasaran, analis dapat menguji alternatif sumber

nilai (misalnya, kelompok kepentingan dan pegawai

negeri, kelompok-kelompok klien) maupun landasan

mereka dalam berbagai bentuk rasionalitas (teknis,

ekonomi, legal, sosial dan subtantif).

c) Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-

metode analisis kebijakan lainnya, termasuk

perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi

tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat

memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah

kebijakan, sebagai contoh, dengan menunjukkan

bahwa tujuan dan target perlu didefenisikan ulang.

Selain hal tersebut di atas, menurut Wibawa (1994:10-

11), evaluasi kebijakan publik memiliki 4 (empat)

fungsi, yaitu :

a) Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret

realitas pelaksanaan program dan dapat

dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola

hubungan antar berbagai dimensi realitas yang

diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat

mengidentifikasi masalah, kondisi dan aktor

yang mendukung keberhasilan atau kegagalan

kebijakan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 231

Page 250: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b) Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui

apakah tindakan yang dilakukan oleh para

pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya,

sesuai dengan standard dan prosedur yang

ditetapkan oleh kebijakan.

c) Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui,

apakah output benar-benar sampai ke tangan

kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada

kebocoran atau penyimpangan.

d) Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui

apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan

tersebut.

Dalam pelaksanaan evaluasi kebijakan digunakan

kriteria-kriteria umum yang dimaksudkan memberi

arahan bagi evaluator. Kriteria-kriteria yang dirumuskan

akan dapat dijadikan sebagai salah satu patokan dalam

menentukan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.

Dunn menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi

kebijakan yang meliputi 6 (enam) tipe sebagai berikut:

a) Efektifitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah

suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang

diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya

tindakan.

b) Efisiensi (efficiency), berkenaan dengan jumlah

usaha yang diperlukan untuk meningkatkan tingkat

efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim

232 Kebijakan Publik

Page 251: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dengan rasionalitas ekonomi, adalah merupakan

hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir

umumnya diukur dari nilai moneternya.

c) Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa

jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan,

nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya

masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada

kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan

hasil yang diharapkan.

d) Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan

rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada

distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok

yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang

berorientasi pada pemerataan adalah kebijakan yang

akibatnya (misalnya, unit pelayanan atau manfaat

moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara

adil didistribusikan. Kriteria kesamaan erat kaitannya

dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan

atau kewajaran untuk mendistribusikan resources

dalam masyarakat.

e) Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan

seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok

masyarakat tertentu. Aspek efektifitas, efisiensi,

kecukupan, kesamaan masih gagal jika belum

menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 233

Page 252: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

f) Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketepatan

secara dekat yang berhubungan dengan rasionalitas

substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan

kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria

individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-

sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari

tujuan-tujuan program dan kepada kuatnya asumsi

yang melandasi tujuan tersebut.

Howlet dan Ramesh (1995) mengelompokkan

evaluasi menjadi 3 (tiga) yaitu :

a) Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi

sisi administratif-anggaran, efisiensi, biaya dari proses

kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan dengan:

1) Effort Evaluation, yang menilai dari sisi input

program yang dikembangkan oleh kebijakan.

2) Performance evaluation, yang menilai keluaran

(output) dari program yang dikembangkan oleh

kebijakan

3) Adequacy of performance evaluation atau

effectiveness evaluation, yang menilai apakah

program dijalankan sebagaimana yang sudah

ditetapkan.

4) Efficiency evaluation, yang menilai biaya program

dan memberikan penilaian tentang keefektifan

biaya tersebut.

234 Kebijakan Publik

Page 253: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

5) Process evaluation, yang menilai metode yang

dipergunakan oleh organisasi untuk melaksanakan

program.

b) Evaluasi judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan

dengan isu keabsahan hukum tempat kebijakan

diimplementasikan, termasuk kemungkinan

pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika,

aturan administrasi negara, hingga hak asasi manusia.

c) Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan

konstitusi politik terhadap kebijakan publik yang

diimplementasikan.

Sesungguhnya, evaluasi kebijakan publik

mempunyai 3 (tiga) lingkup makna, yaitu evaluasi

perumusan kebijakan, evaluasi implementasi

kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan karena

ketiga komponen tersebutlah yang menentukan apakah

kebijakan akan berhasil guna atau tidak. Namun

demikian, konsep dalam konsep “evaluasi” sendiri selalu

terikut konsep “kinerja” sehingga evaluasi kebijakan

publik pada ketiga wilayah bermakna “kegiatan pasca”.

Oleh karena itu, evaluasi kebijakan publik

berkenaan tidak hanya dengan implementasinya,

melainkan berkenaan dengan perumusan, implementasi

dan lingkungan kebijakan publik. Sebagian besar

pemahaman evaluasi kebijakan berada pada domain

implementasi kebijakan. Hal ini bisa dipahami karena

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 235

Page 254: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

memang implementasi merupakan faktor penting

kebijakan yang harus dilihat benar-benar.

Nugroho (2008) mengikuti pernyataan Sofian

Effendi yang mengatakan bahwa tujuan evaluasi

implementasi kebijakan publik adalah untuk

mengetahui variasi dalam indikator-indikator kinerja

yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan

pokok, yaitu :

a) Bagaimana kinerja implementasi kebijakan

publik?

b) Faktor- faktor apasaja yang menyebabkan variasi

itu? Bagaimana strategi meningkatkan kinerja

implementasi kebijakan publik? Pertanyaan ini

berkenaan dengan “tugas” pengevaluasi untuk

memilih variabel-variabel yang dapat diubah atau

actionable variable yang bersifat natural atau

variabel lain yang tidak bisa diubah tidak dapat

memasukkan sebagai variabel evaluasi.

2. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

Menurut Langbein (1980:5), tipe riset evaluasi

dibagi menjadi 2 macam tipe: riset process dan riset

outcomes. Metode riset juga dibedakan menjadi metode

deskriptif dan kausal.

Metode deskriptif lebih mengarah kepada tipe

penelitian evaluasi proses (process of public policy

236 Kebijakan Publik

Page 255: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

implementation), sementara metode kausal lebih

mengarah pada penelitian evaluasi dampak (outcomes

of public policy implementation).

Menurut James Anderson dalam Winarno (2008

: 229) membagi evaluasi kebijakan dalam tiga tipe,

masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini

didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap

evaluasi, sebagai berikut:

a) Tipe pertama Evaluasi kebijakan dipahami sebagai

kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan

dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi

kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama

pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.

b) Tipe kedua merupakan tipe evaluasi yang

memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau

program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih

membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau

efisiensi dalam melaksanakan program.

c) Tipe ketiga Tipe evaluasi kebijakan sistematis,

tipe kebijakan ini melihat secara obyektif program-

program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur

dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauhmana

tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.

Menurut Edi Suharto (2012: 86), model-model

yang umumnya digunakan dalam analisis kebijakan

publik adalah:

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 237

Page 256: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

a) Model Prospektif adalah bentuk kebijakan yang

mengarahkan kajiannya pada konsekuensi-

konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan

diterapkan. Model ini dapat disebut juga model

prediktif.

b) Model Retrospektif adalah analisis kebijakan yang

dilakukan terhadap akibat-akibat kebijakan setelah

kebijakan diimplementasikan. Model ini biasa

disebut model evaluatif, karena banyak melibatkan

pendekatan evaluasi terhadap dampak-dampak

kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.

c) Model Integratif adalah model perpaduan antara

kedua model diatas. Model ini kerap disebut

sebagai model komprehensif atau model holistik,

karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi-

konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul,

baik sebelum maupun sesudah suatu kebijakan

dioperasikan.

3. Tujuan Evaluasi Kebijakan

Evaluasi memiliki beberapa tujuan menurut

Subarsono (2005) yang dapat dirinci sebagai berikut:

a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui

evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian

tujuan dan sasaran kebijakan.

b) Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan

238 Kebijakan Publik

Page 257: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

evaluasi juga dapat diketahui beberapa biaya dan

manfaat dari suatu kebijakan.

c) Mengujur tingkat keluaran (outcome) suatu

kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah

mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran

(output) dari suatu kebijakan.

d) Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih

lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak

dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun

dampak negatifnya.

e) Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan,

evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin

terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan

dan sasaran dengan pencapaian target.

f) Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan

yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi

kebijakan adalah untuk memberikan masukan bagi

proses kebijakan kedepan agar dihasilkan kebijakan-

kebijakan yang lebih baik.

4. TahapanEvaluasi Kebijakan

Tahap evaluasi kebijakan publik menurut

Subarsono (2005):

a) Spesifikasi adalah mengidentifikasi tujuan-tujuan

serta kriteria-kriteria yang harus dievaluasi dalam

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 239

Page 258: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

suatu proses atau kebijakan tertentu. Spesifikasi

adalah merupakan cara dimana manfaat harus dinilai

atau dipertimbangkan.

b) Pengukuran (measurement), secara sederhana

mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan

dengan tujuan kebijakan.

c) Analisis adalah penyerapan dan penggunaan

informasi yang dikumpulkan guna membuat

kesimpulan.

d) Rekomendasi, merupakan suatu penentuan apa yang

seharusnya dilakukan selanjutnya.

5. Hambatan Evaluasi Kebijakan

Berbeda dengan tahapan proses kebijakan publik

yang lain relatif mendapat banyak perhatian, maka

tahap evaluasi kebijakan sering kurang mendapat

perhatian, baik dari kalangan implementator maupun

stekholder yang lain. Suatu program sering hanya

berhenti pada tahap implementasi , tanpa diikuti tahap

evaluasi. Berikut ini diidentifikasi berbagai kendala dan

hambatan dalam melakukan evaluasi kebijakan.

a) Kendala psikologis, banyak aparat pemerintah

masih alergi terhadap kegiatan evaluasi, karena

dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya.

Apabila evaluasi menunjukkan kurang baik, bisa

jadi akan menghambat karier mereka. Sehingga

240 Kebijakan Publik

Page 259: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

banyak aparat memandang kegiatan evaluasi bukan

merupakan bagian penting dari proses kebijakan

publik. Evaluasi hanya dipahami sebagai kegiatan

tambahan yang boleh dilakukan atau tidak.

b) Kendala politis. Evaluasi sering terbentur dan

bahkan gagal karena alasan politis. Masing-masing

kelompok bisa jadi saling menutupi kelemahanya

dari implementasi suatu program dikarenakan ada

deal atau bargaining politik tertentu. Briant dan

White, (1987)

c) Kendala ekonomis, kegiatan evaluasi membutuhkan

biaya yang tidak sedikit, seperti biaya untuk

pengumpulan dan pengolahan data , biaya untuk

para staf administrasi, dan biaya para evaluator.

Proses evaluasi akan mengalami hambatan apabila

tanpa dukungan finansial.

d) Kendala teknis, evaluator sering dihadapkan pada

masalah baik tersedianya cukup data dan informasi

yang up to date, disamping itu, data yang ada

kualitasnya kurang baik, karena supply data kepada

suatu instansi yang lebih tinggi dari instansi yang

lebih rendah hanya dipandang sebagai pekerjaan

rutin dan formalitas tanpa memperhitungkan

substansinya.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 241

Page 260: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

6. Evaluasi Terhadap Dampak Kebijakan

Menurut Wibawa dkk (1994: 29): Evaluasi

dampak memberikan perhatian yang lebih besar kepada

output dan dampak kebijakan dibandingkan kepada

proses pelaksanaannya, sekalipun yang terakhir ini

tidak dikesampingkan dari penelitian evaluatif. Dampak

yang diharapkan mengandung pengertian bahwa ketika

kebijakan dibuat, pemerintah telah menentukan atau

memetakan dampak apa saja akan terjadi. Diantara

dampak-dampak yang diduga akan terjadi ini, ada

dampak yang diharapkan dan ada yang tak diharapkan.

Pada akhir implementasi kebijakan menilai pula

dampak-dampak yang tak terduga, yang diantaranya

ada yang diharapkan dan tak diharapkan, atau yang

diinginkan dan tak diinginkan.

a) Peramalan

Menurut Wibawa dkk (1994: 30): Dalam proses

pembuatan kebijakan ada sebuah tahap yang sangat

penting, yakni peramalan atau forecasting. Karena

kebijakan dimaksudkan untuk menciptakan kondisi

tertentu di masa depan, dan usaha penciptaan itu akan

terkait erat dengan perkembangan lingkungannya,

baik sebagai sasaran perubahan kondisi maupun

sekaligus sebagai penyedia sumber daya, maka

peramalan merupakan tahap yang cukup krusial.

Ketidaktepatan peramalan, yang terwujud sebagai

242 Kebijakan Publik

Page 261: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

overestimating ataupun underestimating, dapat

menjadikan kebijakan yang dibuat tidak efektif.

Beberapa waduk atau bendungan air yang telah

kurang berfungsi pada usianya yang ke-20 tahun

(dari umur yang diharapkan100 tahun), misalnya,

merupakan hasil dari yang ramalannya tentang

tingkat erosi daerah aliran sungai tidak tepat.

Mungkin para pembuat kebijakan tersebut tidak

mampu meramalkan kebutuhan peramalan dan

industri yang selain mengakibatkan meningkatnya

permintaan ruang untuk tempat tinggal dan pabrik

yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan

air juga mengakibatkan tingginya permintaan

terhadap produk hutan, sehingga erosi lebih

mungkin terjadi. Peramalan atau forecasting tersebut

dapat kita pandang sebagai suatu bentuk evaluasi,

yakni evaluasi yang dilakukan sebelum kebijakan

ditetapkan atau dijalankan. Istilah lain dari evaluasi

semacam ini adalah estimating, assessment, prediksi

atau prakiraan. Evaluasi pada tahap pra kebijakan

ini dapat berupa prediksi tentang output kebijakan

maupun dampaknya. Evaluasi berbicara tentang

assessment terhadap dampak kebijakan, khususnya

dampak sosial. Untuk mudahnya digunakan istilah

yang telah cukup populer, yaitu Analisis Dampak

Kebijakan (ADS).

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 243

Page 262: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b) Karakteristik Analisis Dampak Sosial (ADS)

Menurut Effendi (dalam Samodra Wibawa

dkk, 1994: 31): Sebagaimana beberapa sifat yang

dituntut dalam setiap penelitian, ADS sebagai

kerja intelektual harus bersifat empiris, tidak bisa,

rasional, handal dan sahih. dengan kata lain, ADS

haruslah dilakukan secara logika empiris. Analisis

harus bersifat empirik dalam arti bahwa penilaian

yang dilakukan tidak boleh hanya bersifat spekulatif

hipotetik atau asumtif-teoretik, melainkan mesti

diuji atau dikuatkan dengan data atau setidaknya

hasil penelitian yang pernah dilakukan. Selanjutnya,

karena analisis itu dilakukan terhadap altematif yang

tersedia, yang hasilnya nanti adalah pemilihan kita

terhadap alternatif yang paling tepat atau baik, maka

kita harus bersikap tidak memihak atau bias terhadap

salah satu altematif. Maksudnya, sebelum analisis

dilakukan, kita tidak menentukan atau memilih

altematif mana yang kita anggap baik.

Menurut Finsterbusch and Motz (dalam Samodra

Wibawa dkk, 1994: 33): Sementara itu kita juga

perlu menjaga validitas hasil analisis. Tidak itu

saja, prosedur analisis pun hendaknya handal

atau reliabel, dan data atau informasi yang kita

himpun hendaknya cukup akurat. Data yang berasal

dari birokrasi pemerintah seringkali tidak dapat

244 Kebijakan Publik

Page 263: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

diandalkan validitas atau keakuratannya, terutama

jika data itu kita peroleh dari buku laporan seorang

bawahan kepada atasannya. Pada akhirnya, analisis

tersebut dilakukan secara rasional, dalam arti

sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan di

hadapan para pakar yang diakui otoritasnya. Sudah

tentu ADS dengan karakterisitik tadi hanya dapat

diterapkan dan berfaedah apabila proses pembuatan

kebijakannya pun bersifat rasional pula. Dalam hal ini

kebijakan yang dianalisis haruslah memiliki tujuan

maupun alternatif-alternatif tidakan yang jelas,

disamping sudah tentu policy maker-nya terbuka

untuk dikritik. Demikian juga ada kriteria yang jelas

dan standar yang tidak ganda untuk mengevaluasi

setiap alternatif, sehingga secara obyektif kita dapat

memilih alternatif yang terbaik.

Apabila kebijakan dibuat dengan pertimbangan

yang kurang obyektif maka ADS sukar dilaksanakan.

Analisis semacam ini dipaksakan untuk memberikan

legitimasi “ilmiah” terhadap kebijakan. Jika

analisis dilakukan secara rasional, maka hasilnya

kemungkinan besar tidak akan dimanfaatkan oleh

pembuat kebijakan.

c) Langkah-Langkah ADS

Menurut Wibawa dkk (1994: 34): Seorang

analis dalam ADS setidaknya mengerjakan tiga

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 245

Page 264: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

hal, yaitu: (1) secara vertikal memetakan jenis-jenis

dampak yang mungkin terjadi, (2) secara horisontal

melihat maupun memprediksi kecenderungan reaksi

yang diberikan oleh subyek yang terkena dampak

tersebut, dan (3) secara komprehensif merumuskan

penyesuaian kebijakan yang harus dilakukan oleh

policy maker. Sebelum mengerjakan ini semua,

analis harus mernbatasi altematif kebijakan yang

akan dievaluasi. Sebab, kebijakan bisa memiliki

alternatif yang tidak terbatas, yang tidak mungkin

dianalisis semuanya. Oleh karena itu, terlebih dahulu

analis perlu secara konseptual menentukan alternatif

kebijakan yang potensial, untuk diimplementasikan.

Finsterbusch and Motz (Samodra Wibawa dkk,

1994: 33-34): Cara termudah untuk mempersempit

alternatif kebijakan adalah dengan menjawab

pertanyaan “Aspek apa dan yang mengenai kelompok

sosial mana yang perlu dikaji?” Sebagai contoh, ada

rancangan kebijakan untuk menambah ruas jalan dari

kecamatan-kecamatan ke pusat bisnis di perkotaan.

Pertanyaannya adalah “Apakah penambahan

tersebut betul-betul diperlukan? Mengapa?” Setelah

itu, “Ruas mana yang perlu dikaji lebih intensif?”

Setelah ditentukan ruas yang perlu dicermati, maka

pertanyaannya adalah “Memang perlu benarkah

ruas ini dibangun? Mengapa?” Jika jawabannya

246 Kebijakan Publik

Page 265: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

positif, barulah dilakukan analisis terhadap aspek

keteknikan, dampaknya terhadap masyarakat dan

juga kemungkinan peningkatan peruntukan atau

pemanfaatan tanah.

Beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk

memilih dampak yang dijadikan fokus analisis

(Finster busch and Motz, 1980) dalam Samodra

Wibawa dkk, 1994: 34-35) adalah sebagai berikut:

• Peluang terjadinya dampak

• Jumlah orang yang akan terkena dampak.

• Untung-rugi yang diderita subyek dampak.

• Ketersediaan data untuk melakukan analisis.

• Relevansi terhadap kebijakan.

• Perhatian publik terhadap dampak tersebut.

ADS dimulai dengan menetapkan kebijakan

apa yang akan dianalisis. Dalam hal ini dilihat

teknologi apa yang dipakai dalam kebijakan atau

program tersebut dan bagaimana langkah-langkah

implementasinya. Dengan demikian, kajian terhadap

isi kebijakan tersebut selain dilakukan terhadap

aspek teknologinya juga terhadap aspek manajemen

programnya. Setelah itu barulah dianalisis apa dampak

fisik dan ekonomi yang secara teoretik (normatif)

dapat terjadi. Selain dampak fisik dan ekonomi juga

perlu dianalisis dampak lingkungan pada umumnya.

Langkah kedua adalah pendeskripsian dampak

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 247

Page 266: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sosial dari kebijakan tersebut. Jika pada langkah

pertama telah dianalisis dampak fisik dan ekonomi

secara global, maka dalam langkah kedua ini secara

spesifik dan rinci dianalisis dampak sosialnya.

Dalam hal ini ada dua kategori yang harus dianalisis,

yakni unit pedampak dalam arti unit sosial yang

terkena dampak dan jenis atau aspek dampak dalam

anti bidang kehidupan yang terkena dampak. Unit

dampak terdiri dari individu dan keluarga, masyarakat

(RT, RW, desa, kecamatan atau kota), organisasi

dan kelompok sosial, serta lembaga dan sistem

sosial pada umumnya. Sementara itu aspek dampak

meliputi ekonomi, politik, sosial (dalam arti sempit)

dan budaya. Langkah ketiga adalah menentukan

respon individu maupun kelompok yang menjadi

unit dampak. Sikap mereka terhadap program atau

kebijakan secara keseluruhan dianalisis pada tahap

ketiga ini. Selain sikap unit pedampak, perlu dikaji

pula sikap dari masyarakat publik dan pengguna atau

pemanfaat program pada umumnya, dan juga sikap

pegawai dan pejabat pemerintah. Hal yang terakhir

perlu dilakukan, sebab bagaimanapun juga sikap dan

pandangan mereka tidak selalu homogen. Setelah

melihat sikap kelompok-kelompok tersebut terhadap

program, analis harus melihat adaptasi mereka

terhadap program dan juga apa usaha yang mereka

248 Kebijakan Publik

Page 267: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

lakukan jika ada, terutama dari kalangan pejabat

pemerintah untuk memodifikasi program.

Informasi yang diperoleh dari ketiga langkah

tersebut di atas kemudian dimanfaatkan untuk

merumuskan beberapa tindakan penyesuaian

kebijakan (policy adjustments) yang dipandang

perlu. Dalam rumusan ini, penyesuaian bisa

dilakukan terhadap tujuan program itu sendiri,

maupun hanya terhadap waktu pelaksanaan serta

syarat dari prosedurnya. Tidak itusaja, penyesuaian

kebijakan juga dimaksudkan untuk lebih merinci

kebijakan, misalnya perlu diperjelas regulasi dan

persyaratan lainnya, serta memberikan tambahan

instrumen kebijakan seperti bantuan terhadap

pedampak (korban), menyediakan saluran kontrol

sosial, dan menambah fasilitas lain.

7. Evaluasi seluruh kebijakan, bukan sebagian

Mustopadidjaja (2002:45) menegaskan bahwa

evaluasi kebijakan dapat dilakukan pada tahap pemantauan,

pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

Evaluasi kinerja pada pemantauan dimaksudkan

untuk mendapatkan informasi dini mengenai perkembangan

pelaksanaan kebijakan pada momentum atau dalam jangka

waktu tertentu sehingga dapat diketahui hal-hal yang perlu

diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 249

Page 268: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

maupun kebijakan itu sendiri agar rumusan kebijakan

lebih tepat, pelaksanaan kebijakan dapat berjalan dengan

baik, dan tujuan kebijakan dapat dicapai lebih optimal.

Selain itu, evaluasi kinerja pada pemantauan ini juga

dapat diperoleh identifikasi kelemahan kebijakan dan

penyimpangan terhadap sistem dan Proses pelaksanaan

kebijakan, serta saran koreksi terhadap penyimpangan

pelaksanaan ataupun terhadap kebijakan itu sendiri.

Evaluasi pada perumusan dilakukan pada sisi post-

tindakan, yaitu lebih pada proses perumusan daripada

muatan kebijakan yang bisanya hanya menilai apakah

prosesnya sudah sesuai dengan prosedur yang sudah

disepakati.

Evaluasi kinerja dalam rangka pengawasan harus

dapat memberikan informasi obyektif mengenai tingkat

capaian pelaksanaan kebijakan pada momentum atau

dalam jangka waktu tertentu mengenai kekeliruan atau

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan

serta rekomendasi mengenai tindak lanjut hasil temuan

pengawasan.

Evaluasi kinerja pada tahap pertanggungjawaban

harus dapat memberikan analisis obyektif mengenai

perkembangan pelaksanaan, perubahan atau penyesuaian

yang telah dilakukan berikut alasannya dan penilaian

tingkat capaian kinerja dalam jangka waktu tertentu.

250 Kebijakan Publik

Page 269: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Studi evaluasi kebijakan (Sudiyono, 1992)

merupakan suatu analisis yang bersifat evaluatif sehingga

konsekuensinya lebih restrospeksi dibandingkan

prospeksi. Dan dalam mengevaluasi seorang analis

berusaha mengidentifikasi efek yang semula direncanakan

untuk merealisir suatu keberhasilan dan dampak apa yang

ditimbulkan dari akibat suatu kebijakan.

Studi evaluasi ini mempunyai 2 (dua) pendekatan

(Sudiyono,1992) yaitu :

a) Pendekatan kepatuhan, asumsinya apabila para

pelaksana mematuhi semua petunjuk atau aturan yang

diberikan maka implementasi sudah dinilai berhasil.

Kemudian pendekatan ini disempurnakan lagi dengan

adanya pengaruh : a) ekstern, kekuatan non birokrasi

dalam pencapaian tujuan, b) intern, program yang

dimaksudkan untuk melaksanakan suatu kebijakan

sering tidak terdesain dengan baik sehingga perilaku

yang baik dari para pelaksana (birokrasi) tetap tidak

akan berhasil dalam mencapai tujuan kebijakan.

b) Pendekatan perspektif, “what’s happening (apa yang

terjadi). Pendekatan ini menggambarkan pelaksanaan

suatu kebijakan dari seluruh aspek karena implementasi

kebijakan melibatkan beragam variabel dan faktor.

Dalam studi evaluasi, menurut Finsterbusch dan

Motz (dalam wibawa dkk, 1994) terdapat 4 (empat)

jenis evaluasi yaitu :

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 251

Page 270: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

a) Single program after only, merupakan jenis evaluasi

yang melakukan pengukuran kondisi atau penilaian

terhadap program setelah meneliti setiap variabel yang

dijadikan kriteria program. Sehingga analis tidak

mengetahui baik atau buruk respon kelompok sasaran

terhadap program.

b) Single program befora-after, merupakan penyempurnaan

dari jenis pertama yaitu adanya data tentang sasaran

program pada waktu sebelum dan setelah program

berlangsung.

c) Comparative after only, merupakan penyempurnaan

evaluasi kedua tapi tidak untuk yang pertama dan analis

hanya melihat sisi keadaan sasaran bukan sasarannya.

d) Comparative before-after, merupakan kombinasi ketiga

desain sehingga informasi yang diperoleh adalah efek

program terhadap kelompok sasaran.

8. Dimensi Evaluasi Kebijakan Publik

Secara garis besar ada dua dimensi penting yang

harus diperoleh informasinya dari studi evaluasi kebijakan

publik. Dimeensi tersebut adalah :

1. Evaluasi kinerja pencapaian tujuan kebijakan,

yakni mengevaluasi kinerja orang-orang yang

bertanggungjawab mengimplementasikan kebijakan.

Darinyakita akan memperoleh jawaban atau

informasi mengenai kinerja implementasi, efektifitas

252 Kebijakan Publik

Page 271: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

dan efisiensi, dan sebagainya yang terkait.

2. Evaluasi kebijakan dan dampaknya, yakni

mengevaluasi kebijakan itu sendiri serta kandungan

programnya. Sehingga kita akan memperoleh

informasi mengenai manfaat (efek) kebijakan, dampak

(outcome) kebijakan, kesesuaian kebijakan/program

dengan tujuan yang ingin dicapainya (kesesuaian

antara sarana dan tujuan).

Menurut Palumbo, dimensi kajian pada studi evaluasi

mencakup keseluruhan siklus di dalam proses kebijakan,

dari saat penyusunan desain kebijakan, saat implementasi,

hingga saat selesai diimplementasikan. Kajian dalam studi

evaluasi kebijakan meliputi dimensi-dimensi :

1. Evaluasi Proses pembuatan kebijakan atau sebelum

kebijakan dilaksanakan. Pada tahap ini, menurut

Palumbo diperlukan dua kali evaluasi. Pertama, evaluasi

desain kebijakan, untuk menilai apakah alternative-

alternatif yang dipilih sudah merupakan alternative

yang paling hemat dengan mengukur hubungan antara

biaya dengan manfaat (cost-benefit analysis, dan lain-

lain yang bersifat rasional dan terukur. Kedua, evaluasi

legitimasi kebijakan, untuk menilai derajat penerimaan

suatu kebijakan atau program oleh masyarakat/

stakeholder/kelompok sasaran yang dituju oleh

kebijakan tersebut. Metode Evaluasi diperoleh melalui

jajak pendapat (pooling), survey, dll

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 253

Page 272: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Evaluasi Formatif yang dilakukan pada saat proses

implementasi kebijakan sedang berlangsung. Tujuan

evaluasi formatif ini utamanya adalah untuk mengetahui

seberapa jauh sebuah program diimplementasikan

dan kondisi-kondisi apa yang dapat diupayakan

untuk meningkatkan keberhasilannya. Dalam istilah

manajemen, evaluasi formatif adalah monitoring

terhadap pengaplikasian kebijakan.

3. Evaluasi sumatif yang dilakukan pada saat kebijakan

telah diimplementasikan dan memberikan dampak.

Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur

bagaimana efektifitas kebijakan/program tersebut

member dampak yang nyata pada problem yang

ditangani.

Evaluasi Formatif

Evaluasi Formatif adalah untuk mengevaluasi

pelaksanaan program yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Merupakan evaluasi terhadap proses

2. Menilai tingkat kepatuhan pelaksana atas standard

aturan

3. Menggunakan model-model dalam implementasi

4. Biasanya bersifat kuantitatif

5. Melihat dampak jangka pendek dari pelaksanaan

kebijakan/ program.

254 Kebijakan Publik

Page 273: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Tujuan evaluasi formatif ini adalah untuk melihat :

1. Sejauh mana sebuah program mencapai target populasi

yang tepat.

2. Apakah penyampaian pelayanannya telah sesuai dan

konsisten dengan spesifikasi program atau tidak;

3. Sumberdaya apa yang dikeluarkan dalam melaksanakan

program tersebut (Rossi & Freeman dalam Parsons,

h.550).

Jenis Evaluasi Formatif

1. Evaluasi administratif : Biasanya evaluasi

administrative dilakukan dalam lingkup pemerintahan

yang dikaitkan dengan aspek-aspek ketaatan finansial

dan prosedur.

2. Evaluasi Yudisial : Evaluasi yang berkaitan dengan

obyek-obyek hukum

3. Evaluasi Politik : Evaluasi yg dilakukan oleh lembaga-

lembaga politik

Aspek-Aspek Evaluasi Formatif

Aspek-aspek kinerja implementasi yang dievaluasi

dalam evaluasi formatif ini adalah :

1. Effort Evaluation: Mengevaluasi kecukupan input

program

2. Performance Evaluation: Mengkaji output

dibandingkan dengan input program.

3. Effectiveness Evaluation: Mengkaji apakah

pelaksanaannya sesuai dengan sasaran & tujuan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 255

Page 274: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4. Effeciency Evaluation: Membandingkan biaya dengan

output yang dicapai

5. Process Evaluation: Mengkaji metode pelaksanaan,

aturan dan prosedur dalam pelaksanaan.

Evaluasi Sumatif/Evaluasi Dampak

Dampak adalah perubahan kondisi fisik maupun

sosial sebagai akibat dari output kebijakan ; Akibat

yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada

kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak

diharapkan), dan sejauh mana akibat tersebut mampu

menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran

(impact); Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi

program pada kelompok sasaran, baik yang sesuai dengan

yang diharapkan ataupun tidak dan apakah akibat tersebut

tidak mampu menimbulkan perilaku baru pada kelompok

sasaran (effects).

Tujuan Evaluasi Sumatif/Dampak

Evaluasi sumatif umumnya dilakukan untuk

memperoleh informasi terkait dengan efektifitas

sebuah kebijakan/program terhadap permasalahan yang

diintervensi. Evaluasi ini bertujuan untuk:

a. Menilai apakah program telah membawa dampak

yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga

dan lembaga

256 Kebijakan Publik

Page 275: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

b. Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan

intervensi program

c. Mengeksplore apakah ada akibat yang tidak

diperkirakan baik yang positif maupun yang negatif

d. Mengkaji bagaimana program mempengaruhi

kelompok sasaran, dan apakah perbaikan kondisi

kelompok sasaran betul-betul disebabkan oleh

adanya program tersebut ataukah karena faktor

lain.

Dimensi Dampak

Dimensi dampak yang dikaji dalam evaluasi kebijakan

ini meliputi

a. Dampak pada masalah publik (pada kelompok

sasaran) yang diharapkan atau tidak.

b. Dampak pada kelompok di luar sasaran sering

disebut eksternalitas / dampak melimpah (spillover

effects)

c. Dampak sekarang dan dampak yang akan datang.

d. Dampak biaya langsung yang dikeluarkan untuk

membiayai program dan dampak biaya tak

langsung yang dikeluarkan publik akibat suatu

kebijakan (misalnya dampak terhadap pengeluaran

rumah-tangga akibat relokasi pemukiman yang

menyebabkan jarak ke sekolah/tempatkerja makin

jauh, dlsb).

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 257

Page 276: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Tipe Dampak

Ada 4 tipe utama dampak program :

a. Dampak pada kehidupan ekonomi : penghasilan, nilai

tambah dsb

b. Dampak pada proses pembuatan kebijakan: apa yg

akan dilakukan pada kebijakan berikutnya

c. Dampak pada sikap publik : dukungan pada pemerintah,

pada program dsb

d. Dampak pada kualitas kehidupan individu, kelompok

dan masyarakat yg bersifat non ekonomis.

Unit-Unit Sosial Terdampak

Sebuah kebijakan/program dapat membawa dampak pada

berbagai unit sosial

1. Dampak individual : biologis (penyakit, cacat fisik

dsb karena kebijakan teknologi nuklir misalnya),

psikologis (stress, depresi, emosi dsb), lingkungan

hidup (tergusur, pindah rumah dsb), ekonomis

(naik turunnya penghasilan, harga, keuntungan

dsb), sosial serta personal

2. Dampak organisasional : langsung (terganggu atau

terbantunya pencapaian tujuan organisasi), tak

langsung (peningkatan semangat kerja, disiplin)

3. Dampak pada masyarakat (meningkatnya

kesejahteraan; dlsb)

258 Kebijakan Publik

Page 277: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

4. Dampak pada lembaga dan sistem sosial

(meningkatnya kesadaran kolektif masyarakat;

menguatnya solidaritas sosial, dlsb).

Faktor-Faktor Kegagalan Dampak

Sebuah kebijakan/program bisa saja gagal

memperoleh dampak yang diharapkan meski proses

implementasi berhasil mewujudkan output sebagaimana

yang dituntut oleh program tersebut, namun ternyata gagal

mencapai outcomesnya; apalagi jika proses implementasi

gagal mewujudkan keduanya. Hal ini menurut Anderson

bisa saja disebabkan karena :

1. Sumber daya yang tidak memadai

2. Cara implementasi yang tidak tepat (misalkan pilihan-

pilihan tindakan yang kontra produktif seperti studi

banding atau membeli mobil bagi pejabat yang

memakan banyak biaya dengan tujuan meningkatkan

kapasitas layanan)

3. Masalah publik sering disebabkan banyak faktor tetapi

kebijakan yang dibuat hanya mengatasi satu faktor saja

4. Cara menanggapi kebijakan yang justru dapat

mengurangi dampak yang diinginkan (misalkan

karena takut dianggap melanggar prosedur, maka

implementor bertindak sesuai „textbook‟ walau

situasinya mungkin berbeda)

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 259

Page 278: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

5. Tujuan-tujuan kebijakan tak sebanding bahkan

bertentangan satu sama lain (misalnya kebijakan untuk

menumbuhkan industri dalam negeri yang memberi

insentif pajak dan kemudahan modal; tapi di sisi lain

ada kebijakan kenaikan harga listrik dan kenaikan

harga sumber energi, dll)

6. Biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dari

masalahnya (yang ini sering terjadi di Indonesia,

terutama karena seringnya terjadi mark-up harga,

ataupun karena bentuk-bentuk kegiatan yang terkesan

dicari-cari untuk penyerapan anggaran yang seharusnya

tidak dibutuhkan.

7. Banyak masalah publik yang tak mungkin dapat

diselesaikan

8. Timbulnya masalah baru sehingga mendorong

pengalihan perhatian dan tindakan

9. Sifat dari masalah yang akan dipecahkan (Anderson,

1996)

Kriteria yang harus dipenuhi dalam evaluasi :

1. Relevansi : harus mampu memberikan informasi yang

tepat pada pembuat dan pelaku kebijakan, mampu

menjawab secara benar pertanyaan dalam waktu yang

tepat

2. Signifikan : harus mampu memberikan informasi yang

baru dan penting.

260 Kebijakan Publik

Page 279: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

3. Validitas : mampu memberikan pertimbangan yang

tepat sesuai dengan hasil nyata/data empiric mengenai

hasil kebijakan.

4. Reliabilitas : dapat membuktikan bahwa hasilnya

diperoleh dengan penelitian yang teliti

5. Obyektif : tidak memihak /bias

6. Tepat waktu

7. Daya guna : hasil penelitian dapat dipahami dan

dimanfaatkan oleh pelaku dan pembuat kebijakan

Contoh Evaluasi Kebijakan Publik adalah Evaluasi

Kebijakan Umum Anggaran Daerah yang Responsif

Gender di Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju.(Andi

Elva Susanti)

Pengintegrasian kesetaraan gender sudah menjadi

salah satu strategi pembangunan di Indonesia yang dalam

rencana pembangunan jangka menengah 2010-2014,

bahkan secara eksplisit sudah ada sejak tahun 2000 dalam

dokumen program Pembangunan Nasiona (propenas).

Dengan keberadaannya di dalam Pembangunan Nasional,

maka sudah sepatutnya pelaku pembangunan baik di

pihak pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dapat

memahami dengan baik apa yang di maksud dengan

kesetaraan gender dan bagaimana perannya di dalam

pembangunan.

Berdasarkan data United Nation Depelopment

Program (UNDP) 2002, tingkat harapan hidup di Mamuju

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 261

Page 280: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

termasuk yang terendah jika dibandingkan dengan

kabupaten/kota lainnya di Sulsel (sebelum pemekaran

ke Sulbar). Ironisnya, tingkat harapan hidup tersebut

sampai tahun 2006 (setelah pemekaran ke Sulawesi Barat)

cenderung semakin rendah. Ini dapat dilihat dari angka

kematian ibu yang dari tahun 2005 ke tahun 2006 justru

semakin meningkat. Angka kematian bayi juga masih tetap

tinggi, pada tahun 2008 masih mencapai angka 122 bayi,

jumlah gizi buruk pun demikian sampai mencapai 235

kasus.

Jika dinilai dari fasilitas kesehatan yang tersedia,

Mamuju memang masih jauh tertinggal dibandingkan

Kabupaten/Kota lain. Sampai saat ini Mamuju baru

memiliki 1 unit Rumah Sakit Umum, 19 unit Puskesmas

ditambah 12 unit Puskesmas pembantu serta 43 unit

Puskesmas Keliling. Sementara untuk apotek baru

berjumlah 6 buah. Jumlah ini tentu masih jauh dari angka

ideal jika dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan

di Mamuju yang berjumlah 130 desa/kel. Apalagi

keberadaan Puskesmas masih tidak merata di seluruh

daerah, sehingga banyak desa-desa yang tidak terjangkau

karena letak Puskesmas yang terlalu jauh dan diperparah

dengan minimnya sarana transportasi (angkutan umum)

dan buruknya jalan.(UNDP tahun 2000).

262 Kebijakan Publik

Page 281: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe

penelitian Deskriptif Kualitatif, yaitu tipe penelitian

yang berusaha untuk menggambarkan secara jelas

tentang evaluasi kebijakan umum anggaran daerah yang

responsive gender di dinas kesehatan kabupaten Mamuju.

Informan, terdiri dari:Pimpinan Tim anggaran pemeritah

daerah (TAPD), Kepala dinas kesehatan, Kepala badan

perencaan pembangunan daerah (bappeda), Ketua badan

anggaran (banggar) DPRD, Ketua komisi kesejahteraan

rakyat (kesra), Kepala dinas pemberdayaan perempuan

dan perlindungan anak.

Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan

oleh Dunn (1994) dalam Nawawi (2009:169) mencakup

lima indikator, yaitu

1. Efektifitas,apakah hasil organisasi yang diinginkan

tercapai.

2. Kecukupan,seberapa jauh hasil yang telah tercapai

dapat memecahkan masalah.

3. Pemerataan, apakah manfaat didistribusikan merata

kepada kelompok masyarakat yang berbeda.

4. Responsivitas, apakah hasil kebijakan memuat hasil

preferensi/nilai kelompok dan dapat memuaskan

mereka.

5. Ketepatan, apakah hasil yang dicapai bermanfaat.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 263

Page 282: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Kajian Teori Tentang Anggaran Responsif Gender.

Kategori anggaran responsif gender dalam alokasi

belanja pemerintah menurut Debbie Budlender, Sri

Mastuti , dan Umi Sumbullah :

1. Indikator kategori anggaran spesifik gender (gender

specific).

Meliputi alokasi anggaran yang diperuntukkan

bagi kebutuhan spesifik gender tertentu seperti

kebutuhan perempuan, kebutuhan laki-laki, kebutuhan

anak, bayi dan balita atau kebutuhan lansia. Sebagai

contoh: Alokasi anggaran pelayanan papsmear

(pemeriksaan kesehatan rahim) untuk perempuan;

program peningkatan keselamatan ibu melahirkan

dan anak; penanganan dan penanggulangan kanker

prostat, penyuluhan kesehatan jantung pada laki-

laki yang terbiasa merokok; Alokasi anggaran untuk

pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia

2. Indikator kategori alokasi anggaran untuk

menigkatkan kesempatan yang setara dalam pekerjaan

(affirmative action) meliputi :Alokasi anggaran

program yang meringankan beban ganda perempuan,

alokasi anggaran program dalam rangka mengurangi

diskriminasi baik laki-laki maupun perempuan,

alokasi anggaran program dalam rangka mengurangi

deprivasi baik laki-laki maupun perempuan, dan

alokasi anggaran program dalam rangka mengurangi

264 Kebijakan Publik

Page 283: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

marginalisasi baik laki-laki maupun perempuan.

Sebagai contoh;

3. Indikator kategori alokasi anggaran umum yang

mainstream yaitu alokasi umum yang memiliki

tendensi terhadap keadilan gender. Sebagai contoh:

Alokasi anggaran pembangunan smoking area;

Alokasi anggaran pembangunan pojok ASI; Alokasi

anggaran yang dievaluasi pengguna jasa pelayanan

kesehatan di RS, Klinik-klinik, Puskesmas dan lain-

lain.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Efektivitas

Desain anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah, belum adanya pemisahan desain anggaran yang

khusus untuk program gender budget bahkan pemisahan

anggaran antara perempuan dan laki-laki tidak ditetapkan

oleh pemerintah daerah mamuju.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 265

Page 284: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

No. Poragram Gender Budget Program yang Terlaksana

1. Program pelayanan

kesehatan: Kampanye

Eliminasi Kusta,

Operasional

PUSKESMAS,

Pemantapan Pelayanan

Persalinan dan Deteksi

Dini Tumbuh kembang

Anak, Program Keluarga

Berencana, Program

Kesehatan Reproduksi

Remaja dengan kegiatan

Advokasi dan Kesehatan

Reproduksi Remaja

(KRR).

Kampanye Eliminasi Kusta,

Operasional PUSKESMAS,

Pemantapan Pelayanan

Persalinan dan Deteksi

Dini Tumbuh kembang

Anak, Program Keluarga

Berencana, Program

Kesehatan

2. Program Pembinaan

Peran Serta Masyarakat

dalam Pelayanan KB/ KR

yang Mandiri:

Fasilitasi Pembentukan

Kelompok Masyarakat

Peduli KB, Pengelolaan

Data dan Informasi

Program KB.

Program Pembinaan Peran

Serta Masyarakat dalam

Pelayanan KB/ KR yang

Mandiri:

Fasilitasi Pembentukan

Kelompok Masyarakat

Peduli KB, Pengelolaan

Data dan Informasi

Program KB.

266 Kebijakan Publik

Page 285: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

No. Poragram Gender Budget Program yang Terlaksana

3. Program Pengembangan

Sumber Daya,

Kelembagaan, Sarana

dan Prasarana Kesehatan

meliputi Peningkatan

Kualitas Perencanaan dan

Kinerja PUSKESMAS,

Pengawasan Obat dan

Makanan, Pelatihan

Taman Posyandu dan

lain-lain.

Program Pengembangan

Sumber Daya,

Kelembagaan, Sarana dan

Prasarana Kesehatan

4. Program Pencegahan

dan Penanggulangan

Penyakit: Pekan

Imunisasi Nasional

(PIN), Penanggulangan

Rabies, Penanggulangan

Kasus Diare,

Pemberian Imunisasi,

Penanggulangan Demam

Berdarah.

Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit:

Pekan Imunisasi Nasional

(PIN), Penanggulangan

Rabies, Penanggulangan

Kasus Diare, Pemberian

Imunisasi, Penanggulangan

Demam Berdarah.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 267

Page 286: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

No. Poragram Gender Budget Program yang Terlaksana

5. Program Perbaikan Gizi

dan Kesehatan Keluarga,

meliputi: Pemantauan

Konsumsi Garam

Beryodium, Penjaringan

dan Pelayanan Ibu Hamil

Resiko Tinggi dan kasus

Kesakitan, Kematian

Maternal Perinatal,

Pelayanan Audit Maternal

Perinatal Klinik dan Non

Klinik, Pendamping

Persalinan Dukun dan

Kesehatan Reproduksi,

Investigasi, Intervensi

dan Pendampingan Gizi

Buruk.

Program Perbaikan Gizi

dan Kesehatan Keluarga,

meliputi:

Penjaringan dan Pelayanan

Ibu Hamil Resiko Tinggi

dan kasus Kesakitan,

Kematian Maternal

Perinatal, Pendamping

Persalinan Dukun dan

Kesehatan.

6. Program Penyuluhan

Kesehatan, meliputi:

Penyuluhan Keamanan

Pangan (Makanan

Bebas Formalin, Borax,

Rhodamin B dan Yellow);

Sosialisasi Tentang Alat

Kesehatan dan Kosmetik

Bagi Apotik, Optik

dan Salon, Sosialisasi

Program Kesehatan

Remaja dan Usia Lanjut.

Program Penyuluhan

Kesehatan, meliputi:

Program Kesehatan Remaja

dan Usia Lanjut.

Sumber: diolah dari data primer 2011

268 Kebijakan Publik

Page 287: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

2. Kecukupan

Proses pencapaian program yang dinilai cukup

dan memadai kepada masyarakat. Pelaksanaan

program gender budget dapat dinilai berdasarkan

dari data proses pencapaian program gender budget.

Program gender budget diharapkan dapat mencapai

target sesuai dengan harapan pemerintah dari program

gender budget.

Berdasarkan hasil wawancara kami kepada ketua

pemberdayaan perempuan, mengenai penerapan

program Gender Budget, bahwa :

Sampai saat ini program Gender Budget masih terus dikembangkan, agar program ini mampu

menyentuh setiap lapisan masyarakat. Sehingga

program ini diketahui oleh masyarakat, sosialisasi

dari dinas kesehatan terus di tingkatkan untuk

perkembangan dan kemajuan program Gender

Budget. (Wawancara, Siti Masyita, Rabu, 29 Maret

2012 ).

Permasalahan yang sering muncul dari

pembangunan daerah adalah kurangnya dukungan

terhadap pemerintah dalam menjalankan program

pembangunan daerah.

3. Pemerataan

Proses penyebaran rencana kerja atau program

kerja dari kebijakan pemerintah sudah merata. Tapi

masih ada beberapa pemerintah kecamatan yang tidak

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 269

Page 288: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

merespon dengan baik program gender budget dari

pemerintah. Sehingga pemeretaan program gender

budget menjadi terkendala dan tidak mampu dirasakan

dengan baik oleh masyarakat.

Gender budget merupakan konsep yang

menyeimbangkan anggaran daerah dengan tujuan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa

prinsip dasar yang perlu dipenuhi. pemahaman

yang menyeluruh tentang permasalahan yang

khas perempuan dan laki-laki menjadi keharusan.

Transparansi anggaran, juga tekad yang kuat untuk

mendengarkan kebutuhan perempuan dan anak

sebagai kelompok rentan, juga menjadi hal yang

mutlak hingga di tingkat pemerintahan lokal.

4. Responsifitas

Dalam hal responsifitas, respon masyarakat masih

jauh dari harapan pemerintah. Namun pemerintah

masih terus melanjutkan dan meningkatkan sosialisasi

untuk pengembangan program gender budget.

Kurangnya respon masyarakat ini dipengaruhi oleh

respon dari pemerintah setempat yang tidak mampu

merespon program pemerintah daerah dengan baik.

Berikut adalah daftar kecamatan di Kabupaten

Mamuju berdasarkan respon terhadap program

gender budget.

270 Kebijakan Publik

Page 289: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Daftar Kecamatan Kecamatan Yang Merespon Tapalang

Tapalang Barat

Mamuju Simboro dan

Kepulauan Kalukku

Papalang

Sampaga

Tommo

Kalumpang

Bonehau

Budong-Budong

Pangale Topoyo

Karossa

Tobadak.

Mamuju

Kalukku

Kalumpang

Bonehau

Topoyo

Karossa

Tobadak

Tappalang Simboro dan

Kepulauan Tommo

Data Sekunder tahun 2011

Minimnya sarana dan prasarana penunjang

pelaksanaan program gender budget di 5 kecamatan

tersebut, menjadi salah satu faktor kendala dalam

pelaksanaan program gender budget. faktor kendala

lainnya adalah kurang sumber daya pelaksana dalam

struktur pemeritahan kecamatan. Selain itu buruknya

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 271

Page 290: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

sarana dan prasarana transportasi juga menjadi

penyebab terkendalanya pelaksanaan program gender

budget di 5 kecamatan lainnya.

5. Ketepatan

Ketepatan dalam hal ini adalah tepatnya sasaran

atau pemberian program secara tepat. Sasaran atau

pemberian program Gender Budget yang akan

dilaksanakan kepada masyarakat sudah tepat karena

sebagian masyarakat sudah mengetahui apa itu

program Gender Budget.

Upaya perbaikan kondisi atau pencapaian

kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan

tersebut dilandasi oleh berbagai kesepakatan baik di

tingkat global/dunia, maupun kesepakatan nasional.

D. RANGKUMAN

Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai

tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat

dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup

waktu. Untuk dapat mengetahui outcome dan impact

(dampak) suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu

tertentu misalnya lima tahun semenjak kebijakan itu di

implementasikan, sebab kalau evaluasi dilakukan terlalu

dini maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan

272 Kebijakan Publik

Page 291: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

belum tampak. Evaluasi kebijakan merupakan proses

mendapatkan gambaran tentang kebijakan publik dalam

pelaksanaannya, alat yang dipakai dan tujuan-tujuan yang

diberikan. Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi

memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan,

nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan

publik.

Tujuan pokok evaluasi adalah untuk melihat seberapa

besar kesenjangan antara pencapaian dan harapan suatu

kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah bagaimana

mengurangi atau menutup kesenjangan tersebut. Evaluasi

bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup

kekurangan. Ciri-ciri dari evaluasi kebijakan publik

menurut Nugroho (2009) adalah;

1. Menemukan hal-hal yang strategis untuk meningkatkan

kinerja kebijakan.

2. Evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat

kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.

3. Prosedur dapat dipertanggung jawabkan secara

metodologi

4. Dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau

kebencian

5. Mencakup rumusan, implementasi, lingkungan dan

kinerja kebijakan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 273

Page 292: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

E. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN

1. Tunjukkan perbedaan obyek analisis dalam lingkup

studi implementasi dan lingkup studi evaluasi, dengan

mengambil sebuah contoh kebijakan/program yang

sedang dilaksanakan di sekitar anda.

2. Dari contoh kasus kebijakan/program yang sama,

buatlah rencana penelitian evaluasinya dengan

memperimbangkan apa saja yang menjadi:

3. Definisikan Program secara jelas (dengan melihat

terdiri dari apa saja komponen-komponen Program

tersebut

4. Spesifikasikan sasaran-sasaran tujuan/goals program,

dampaknya serta yang menjadi unit-unit sosial

terdampaknya.

DAFTAR PUSTAKA

AR. Mustopadidjaya (2002), Manajemen Proses Kebijakan

Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi

Kinerja, Jakarta:LAN

Anderson, James E.1970. Public Policy Making, New

York: Reinhart and Wiston.

Bryant dan White. 1987. Manajemen Pembangunan Untuk

Negara Berkembang, Cetakan Pertama, Alih Bahasa

Rusyanto L. Simatupang, LP3ES, Jakarta.

274 Kebijakan Publik

Page 293: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Howlett, michhael, dan M.ramesh (1995) studyng public

policy: policy ciles and policy subsystem. Oxford: ox-

ford university press.

Lester, james P,, dan joseph stewart Jr,, (2000). Public pol-

icy: an Evalution ary Approach, balmont: wadsworth.

Noeng, Muhadjir, 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif

Edisi III. Yogyakarta: Rake Sarasin

Nugroho, Riant. 2004. Kebijkan publik: formulasi,

implementasi, dan evaluasi. Jakarta: media Elex

komputindo.

Nugroho, Riant (2008) public policy. Jakarta : PT Elex me-

dia komputindo.

Palumbo, Dennis J. 1994. Public Policy In America, Government In Action, USA: Harcourt Brace & Company.

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem

Informasi. Bumi Aksara. Jakarta

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Te-

ori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudiyono. 1992. Model Penelitian Evaluasi (Evaluasi

Dampak Program) Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

Fisipol. UGM Yogyakarta.

Susanti, Andi Elva, 2012. Evaluasi Kebijakan Umum

Anggaran Daerah yang Responsif Gender Di

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 275

Page 294: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. Universitas

Muhammadiyah Makassar: Program Studi Ilmu

Pemerintahan.

Weiss, C.H. (1972). Evaluation research: Methods for

assessing program effectiveness. Toronto: Englewood

Cliff.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses.

Jakarta: PT Buku Kita

Wibawa, Samudra, 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Ja-

karta : Raja Grafindo Persada.

276 Kebijakan Publik

Page 295: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

GLOSARIUM

Bijak adalah sifat-sifat (character) yang melekat pada

manusianya.

Bijakasana adalah sifat-sifat yang melekat pada sikap,

tingkah laku dan perbuatannya.

Kebijakan publik merupakan kewenangan pemerintah

menjalankan tugas dan fungsinya dalam hubungannya

dengan masyarakat dan dunia usaha.

Input, adalah hal-hal yang mempengaruhi kebijakan

publik seperti manusia (aktor), pengetahuan dan

teknologi, informasi serta nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat.

Tujuan (goals) merupakan arah dari suatu kebijakan yang

ingin dicapai oleh pembuat kebijakan.

Perangkat (instruments) adalah alat-alat yang digunakan

dalam menjalankan suatu kebijakan.

Dampak merupakan hasil yang diperoleh dari suatu

kebijakan baik yang diinginkan maupun yang tidak.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 277

Page 296: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Negara adalah sebuah entitas politik yang bersifat formal

yang mempunyai komponen utama eksekutif,

legislatif dan yudikatif.

Kebijaksanaan adalah suatu istilah yang menunjukkan

adanya proses, karena merupakan hasil keputusan

atau perbuatan yang mempunyai sifatnya untuk

dilaksanakan.

Anglo-Saxon kelompok yang memahami kebijakan publik

sebagai sebuah proses politik yang demokratis.

Kontinentalis hukum adalah salah satu bentuk dari

kebijakan publik dari sisi wujud maupun produk,

proses atau dari sisi muatan hokum.

Subtantive policy dilihat dari subtansi masalah yang

dihadapi oleh pemerintah.

Procedural policy dilihat dari pihak-pihak yang terlibat

dalam perumusannya (policy stakeholders).

Distributif Policy adalah suatu kebijakan yang mengatur

tentang pemberian pelayanan/keuntungan kepada

individu-individu, kelompok-kelompok atau

perusahaan-perusahaan.

Redistributif policies adalah suatu kebijakan yang

mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan,

pemilikan atau hak-hak.

278 Kebijakan Publik

Page 297: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Regulatory Policy adalah suatu kebijakan yang mengatur

tentang pembatasan/pelarangan terhadap perbuatan/

tindakan.

Material Policy adalah suatu kebijakan yang mengatur

tentang pengalokasian/penyediaan sumber-sumber

material yang nyata bagi penerimanya.

Publik goods policy adalah suatu kebijakan yang mengatur

tentang penyediaan barang-barang/pelayanan-

pelayanan oleh pemerintah untuk kepentingan orang

banyak.

Private goods policy adalah suatu kebijakan yang mengatur

tentang penyediaan barang-barang/pelayanan-

pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan

individu-individu (perorangan) di pasar bebas

dengan imbalan biaya tertentu.

Kebijakan nasional adalah kebijakan Negara yang

bersifat fundamental dan strategis dalam pencapaian

tujuan nasional/Negara sebagaimana tertera dalam

pembukaan UUD 1945.

Kebijakan umum adalah kebijakan presiden sebagai

pelaksana UUD, TAP MPR, UU, untuk mencapai

tujuan nasional.

Kebijakan Pelaksanaan adalah merupakan penjabaran dari

kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan tugas

di bidang tertentu.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 279

Page 298: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Sistem kebijakan publik adalah keseluruhan pola

kelembagaan dalam pembuatan kebijakan publik

yang melibatkan hubungan diantara 4 elemen

(unsur), yaitu masalah kebijakan publik, pembuatan

kebijakan publik, kebijakan publik dan dampaknya

terhadap kelompok sasaran (target groups). Sistem

kebijakan publik dikenal adanya unsur-unsur input,

proses, output.

Model kekuasaan adalah proses yang sangat ditentukan

oleh faktor kekuasaan seperti kelas sosial, birokrasi,

pendidikan, profesionalisme, dan kekuatan modal.

Model rasionalitas dalam proses perumusan kebijakan

publik pada dasarnya bertumpu pada dua hal, yaitu

rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokrasi.

Pendekatan pilihan publik menempatkan lembaga birokrasi

di tengah-tengah pertarungan yang hebat yang ada di

pasar (market).

Pendekatan personalitas lebih banyak melihat proses

perumusan atau pembuatan kebijakan dari sudut

pandang psikologis dan ilmu informasi.

Pendekatan kognisi dan informasi merupakan pendekatan

lanjutan dari pendekatan personalitas yang

menganalisis proses perumusan atau pembuatan

kebijakan publik dari aspek bagaimana pembuat

280 Kebijakan Publik

Page 299: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

kebijakan sebagai personal merespon stimulasi dari

lingkungannya.

Model rasional komprehensif menekankan pada pembuatan

keputusan yang rasional dengan bermodalkan pada

komprehensivitas informasi dan keahlian pembuatan

keputusan.

Model incremental adalah kritik dan perbaikan terhadap

model rasional komprehensif.

Mixed scanning Theory adalah suatu model pembuatan

keputusan hibrida yang merupakan gabungan unsur-

unsur kebaikan yang ada pada model rasional-

komprehensif dan incremental yang selanjutnya

disebut sebagai model mixed scanning.

Model Institusional merupakan model yang tradisional

dalam proses pembuatan kebijakan publik karena

fokus atau pusat perhatian model ini terletak pada

struktur organisasi pemerintah.

Model Elit-Massa merupakan kelompok yang mampu

bertindak/berbuat dalam suatu lingkungan yang

ditandai dengan sikap massa yang apatis, kerancuan

informasi, sehingga massa menjadi lebih pasif.

Model Kelompok melihat kebijakan publik sebagai

equilibrium yang dicapai sebagai hasil perjuangan

kelompok.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 281

Page 300: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Model Sistem Politik mempunyai arti yakni sejumlah

lembaga-lembaga dan aktivitas-aktivitas politik

dalam masyarakat yang berfungsi mengubah tuntutan

(demand), dukungan (support), dan resources sebagai

input menjadi sebuah keputusan/kebijakan (output)

yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat.

Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam proses kebijakan

publik merupakan tahap yang paling krusial karena

implementasi dan evaluasi kebijakan hanya dapat

dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijakan telah

selesai, disamping itu kegagalan suatu kebijakan atau

program dalam mencapai tujuan-tujuannya sebagian

besar bersumber pada ketidaksempurnaan pengolaan

tahap formulasi

Mekanisme desiminasi artinya masalah-masalah sosial

apapun bentuknya dan bagaimanapun kompleksnya

menurut mekanisme ini dapat disederhanakan.

Mekanisme finansial artinya mekanisme ini digunakan

apabila uang (financial) dipandang sebagai kekuatan

pendorong untuk menanggulangi masalah sosial.

Mekanisme keteraturan dan pengawasan digunakan

apabila ingin memecahkan masalah-masalah sosial

dengan pelaksanaan tentang suatu aktivitas dimana

individu atau organisasi dapat melakukannya.

282 Kebijakan Publik

Page 301: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Mekanisme operasi tindakan digunakan jika tindakan

dianggap konstruktif bagi upaya memecahkan

masalah-masalah sosial.

Mekanisme setting prioritas digunakan memperlambat

keputusan (delay a decision), atau membuat

keputusan untuk tidak memutuskan (make a non-

decision).

Mekanisme penelitian dan pengembangan tidak terlepas

dari peranan aktor, oleh karena itu semua aktor yang

terlibat dlam mekanisme ini harus diidentifikasi, baik

yang mempunyai kekuatan formal secara langsung

maupun yang informal dan tidak langsung.

Mekanisme Koordinasi adalah proses atau rangkaian

kegiatan penyelarasan pikiran pendapat, dan perilaku

dalam mewujudkan wewenang dan tanggungjawab

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing

dengan membangun kebersamaan antar aktor sertiap

tahap dalam proses formulasi kebijakan. Disamping

itu koordinasi juga dapat diartikan sebagai upaya

mewujudkan jaringan kerja (net-work) ekstenal.

Mekanisme Sinkronisasi adalah proses atau rangkaian

kegiatan memadukan dua atau lebih kegiatan yang

berbeda untuk mencapai tujuan bersama dalam

memilih dan menentukan masalah publik yang perlu

mendapat prioritas utama pemecahan.

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 283

Page 302: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

Mekanisme Simplifikasi adalah proses atau rangkaian

kegiatan penyederhanaan prosedurdan mekanisme

yang ada pada setiap tahap dalam proses perumusan

kebijakan, untuk memudahkan akses bagi seluruh

stakeholders untuk berperan pada setiap tahap

formulasi kebijakan.

Aktor kebijakan yaitu seorang maupun sekelompok

orang yang terlibat dalam penentu kebijakan, baik

pada proses perumusan, implementasi dan evaluasi

kebijakan publik.

Aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan dapat

dibagi menjadi kelompok formal dan kelompok non

formal. Kelompok formal biasanya terdiri dari aktor

resmi yang mempunyai kekuasaan untuk membuat

kebijakan seperti eksekutif, legislatif dan eksekutif.

Sedangkan pada aktor non formal terdiri dari

masyarakat baik individu, kelompok kepentingan

maupun aktor partai politik.

Autocratic : Model ini berbasis pada kekuatan, dengan

orientasi managerial yang berwenang, maksudnya

adalah bahwa karyawan/pegawai sangat tergantung

pada pimpinan atau boss, ini membuat pencapaian

kinerja karyawan/pegawai rendah.

Custodial : Model yang berbasis pada ekonomi atau

benefit, dengan orientasi pada uang, maksudnya

284 Kebijakan Publik

Page 303: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

bahwa karyawan/pegawai merasa aman, nyaman

dan mendapat keuntungan setelah berada didalam

organisasi, pencapaian dalam model ini adalah

passive cooperation.

Supportive: Model ini berbasis akan kepemimpinan,

karyawan/pegawai berorientasi pada kinerja (job

performance) dan partisipasi. Karyawan/pegawai

pada model ini mengejar status dan pengenalan,

pencapaian kinerja dapat dicapai dengan meningkat.

Collegial: Adalah model yang berdasarkan Partnership/

persekutuan/perseroan, dan berorientasi pada

kerjasama/teamwork. Karyawan/pegawai pada

model ini mempunyai tanggung-jawab dan kesadaran

berdisiplin, dalam pencapaiannya karyawan/pegawai

memiliki antusias dalam berkinerja.

Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik : Pendekatan goal-

end oriented. Dapat juga digunakan pendekatan lain,

misalnya Pendekatan Sistem (amitai Etzioni) atau

goal-free evaluation (Susan Salasin), karena goal-end

oriented approach dipandang memiliki keterbatasan

:1). Mengabaikan sasaran yang tidak dinyatakan

secara eksplisit (misalnya keberlangsungan

program); 2). Sulit merumuskan tujuan senyatanya

dari pernyataan tujuan program/kebijakan yang yang

mencerminkan retorika politik, justifikasi bantuan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si 285

Page 304: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh

pendanaan, mobilisasi dukungan, dan legitimasi

program; 3). Sasaran-sasaran selalu bisa berubah

sebagai respon atas tuntutan-internal organisasi dan

lingkungan; 4) Mengabaikan efek-efek samping dari

kebijakan.

Self-executing, dengan dirumuskannya dan disahkannya

suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan

terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya

pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara

lain.

Non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan

publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh

berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan

tercapai.

286 Kebijakan Publik

Page 305: Pemahaman KEBIJAKAN PUBLIK - Unismuh