pelimpahan hak asuh anak kepada bapak karena...

114
PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA ISTRI MAFQUD (Analisa Yurisprudensi No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.sy) Oleh: Siti Munawaroh NIM: 107044202135 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2011 M/1432 H

Upload: dangdang

Post on 06-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK

KARENA ISTRI MAFQUD

(Analisa Yurisprudensi No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.sy)

Oleh:

Siti Munawaroh

NIM: 107044202135

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2011 M/1432 H

Page 2: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK

KARENA ISTRI MAFQUD

(Analisa Yurisprudensi No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.sy)

Oleh:

Siti Munawaroh

NIM: 107044202135

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing

Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA

NIP :195703121985031003

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 3: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka sata

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2011 M

Siti Munawaroh

Page 4: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT, Maha Adil dan Maha Pengasih yang telah

melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada semua makhluknya dan penulis

terutamanya dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

Allah selalu curahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, para sahabat yang telah banyak berkorban dalam mensyiarkan Islam

sehingga kita dapat merasakan nikmatnya iman sampai saat ini.

Skripsi ini ditullis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh

gelar starata satu (S.l), dalam jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan

HukunrUIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul: PELIMPAHAN HAK ASUH

ANAK KEPADA BAPAK KARENA ISTR1 MAFQUD (Analisis Yurisprudensi No:

88IPdt. G/2008/PA. JB DiPA Jakarta Bar at).

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat petunjuk, arahan,

dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang

terlibat dan berpartisipasi dalam rangka membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Karenanya penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada

yang terhormat kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

ii

2. Drs. H . A Basiq Djalil SI I. MH Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyyah, Hj

Rosdiana, MA Sekertaris Jurusan, serta Dr. Supriyadi Ahmad, MA Dosen

Pcmbimbing Akademik. Terima kasih atas segala bantuan, perhatian, arahan,

serta bimbingan yang selama ini diberikan.

3. Dr. H. A. Mukri Aji, MA Selaku dosen pembimbing yang senantiasa ikhlas

meluangkan waktunya untuk memberi arahan, koreksi, dan bimbingan yang

sang at berarti demi kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Para narasumber dan staf Pengadilan Agama Jakarta Barat yang telah

memberikan izin dan arahan dalam melaksanakan observasi dan wawancara

selama penulis mengadakan penelitian, khususnya H. Muhiddin, SH, MH,

Hakim yang terlah bersedia diwawancarai dalam menggali keterangan seputar

judul yang penulis angkat.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selama tiga setengah tahun

dengan ikhlas dan sabar memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang

diajarkan dapat menjadi bekal hidup penulis dalam menghadapi samudra

kehidupan dan dapat diamalkan dalam keseharian. Serta, para pimpinan dan

staff perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi

perpustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. H. Muhammad Bakri ayahanda yang selama ini menjadi motivator dan

inspirator dalam melangkah, Hj. Masrifah ibunda yang menjadi tempat

bersandar dikala kejenuhan dan kegelisahan melanda, curahan cinta, kasih,

Page 6: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

iii

perhatian yang beliau berikan dengan tulus, sehingga dapat menyelesaikan

studi ini dengan lancer. Serta kakak-kakakku Hj. Badiah, Muhammad Syafiq,

Siti Aisyah, S.Ag, Solihah, S.Pdi, serta adikku tersayang, Ahmad Murodi yang

turut memotivasi penulis agar menjadi yang terbaik. Doakan ananda semoga

kelak menjadi insan yang berguna bagi diri sendiri dan sesama, dan dapat

mewujudkan segala cita dan impian yang diharapkan.

7. Sofyan Suri kanda yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan dengan

sabar selalu mengiringi sulca duka penulis dalam menjalani masa studi.

8. Sahabat-sahabatku Alumni Pon-Pes At-Taqwa Puteri Pusat Angkatan 2007

yang banyak memberi masukan dan tempat berbagi pengalaman.

9. Teman-teman seperjuangan Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2007,

kawan-kawan SCC 2010, serta kakak kelasku Hilma Yuniasti yang banyak

memberikan masukan dan informasi.

10. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun yang tidak membantu

penulisan skripsi ini.

Atas segala bantuannya penulis menghaturkan jazakumullah khoiron katsiron.

Semoga skripsi ini dapar bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, 10 Maret 2011 M

Penulis

Page 7: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….. 9

D. Metode Penelitian………………………………….. 10

E. Review Studi Terdahulu…………………………… 14

F. Sistematika Penulisan……………………………… 15

BAB II PERCERAIAN DAN HAK ASUH ANAK KARENA ISTRI

MAFQUD

A. Pengertian Perceraian……………………………….. 17

B. Pengertian Hadhanah dan Dasar Hukumnya……….. 20

1) Perspektif Fikih…………………………………. 20

2) Perspektif UU No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

Islam(KHI)……………………………………… 24

C. Syarat-syarat Hadhanah dan Akibat Hukum Hadhanah.. 32

D. Pengertian Istri Mafqud Menurut UU No.1 Tahun 1974 dan

KHI……………………………………………………. 45

Page 8: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

v

E. Hubungan Istri Mafqud Dengan Perceraian……………. 48

F. Akibat Hukum Istri Mafqud Terhadap Hak Asuh Anak … 52

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Jakarta Barat……… 53

B. Letak Geografis…………………………………………. 59

C. Struktur Organisasi……………………………………… 65

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

A. Duduk Perkara…………………………………………. 66

B. Profil Dan Pihak yang terlibat…………………………. 69

C. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim…………….. 69

D. Analisis Penulis………………………………………… 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………. 81

B. Saran…………………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 83

Page 9: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

vi

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………

1. Pedoman Wawancara

2. Hasil wawancara

3. Permohonan Melakukan Wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Barat

4. Keterangan Melakukan Wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Barat

5. Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi

6. Putusan Perkara No.881/Pdt.G/2008/PA.JB

Page 10: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah tangga adalah wadah yang pertama dalam masyarakat. Rumah tangga

adalah salah satu dari sekian banyak batu bata masyarakat. Masyarakat tidak akan

menjadi baik kecuali jika rumah tangga ini baik, dan masyarakat tidak akan rusak

kecuali jika rumah tangga ini rusak. Rumah tangga ini terdiri dari rumah. Sebuah

rumah harus mencerminkan ketenangan, kedamaian, kerjasama dan rasa cinta.

Disinilah anak akan tumbuh membentuk ciri kebersamaan dan hubungan.1

Rumah tangga adalah hubungan jiwa dengan jiwa, hubungan ketentraman dan

ketenangan, hubungan kasih dan sayang, hubungan saling menutupi rahasia dan

memeberikan keindahan, dan apapun yang mencerminkan kecintaan yang bisa

dirasakan manusia.

Dalam kehidupan rumah tangga, meskipun pada mulanya dua suami istri

penuh kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar, namun pada kenyataannya

rasa kasih sayang itu bila tidak bisa dirawat bisa menjadi pudar, bahkan bisa hilang

berganti dengan kebencian. Kalau kebencian sudah datang, dan suami istri tidak

dengan sungguh hati mencari jalan keluar dan memulihkan kembali kasih sayangnya,

1 Ummu Ibrahim Ilham, Bagaimana Menjadi Istri yang Shalihah dan Ibu Yang Sukses, (Jakarta:

Darul Falah, 1420 H), cet-II, h. 52

Page 11: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

2

akan berakibat negatif bagi anaknya. Oleh karena itu, upaya kembali memulihkan

kasih sayang merupakan suatu hal yang perlu dilakukan.2

Perceraian diakui dalam Islam sebagai satu jalan keluar terakhir dari kemelut

keluarga, di mana bila hal tersebut tidak dilakukan, maka sebuah rumah tangga

menjadi seperti neraka bagi kedua belah pihak atau bagi salah satunya. Dan hal

seperti ini jelas bertentangan dengan tujuan disyariatkan pernikahan3 yang tertuang

dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 2, yaitu:

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat

atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanaknnya

merupakan ibadah.”4

Salah satu bentuk perkawinan adalah dengan talak. Thalak secara harfiah

berarti lepas dan bebas. Dihubungkannya arti kata ini dengan putusnya perkawinan

karena antara suami dan istri sudah lepas hubungannya dengan masing-masing sudah

bebas. Dalam mengemukakan arti talak secara terminologis kelihatan ulama

mengemukakan rumusan yang berbeda namun esensinya sama.

Selain thalak, bentuk perceraian yang lain adalah dengan fasakh. Fasakh

berasal dari bahasa arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara etimologi berarti

membatalkan. Sedangkan secara terminologis fasakh berarti pembatalan ikatan

pernikahan oleh Pengadilan Agama berdasarkan tuntutan istri atau suami yang dapat

2 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana,

2004) h. 137

3 Mashuri Kurtubi, Menikah Itu Indah, (Jakarta: Insan Madani, 2007) h. 44

4 DEPAG RI, UU No. 1 Tahin 1974 dan Pedoman Akad Nikah, (Jakarta: DEPAG RI, 2006) h. 62

Page 12: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

3

dibenarkan Pengadilan Agama atau karena pernikahan yang terlanjur menyalahi

hukum pernikahan. Faktor-faktor penyebab terjadinya fasakh antara lain: syiqaq

(pertengkaran), fasakh karena cacat, fasakh karena ketidakmampuan suami memberi

nafkah, fasakh karena suami ghaib (mafqud), fasakh karena melanggar perjanjian

dalam perkawinan.5

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian tentang faktor salah satu pasangan

suami istri mafqud (hilang). Mafqud secara bahasa berarti hilang atau menghilangkan

sesuatu, sedangkan secara terminologis berarti orang yang hilang dari negerinya

dalam waktu yang cukup lama.6

Dalam kenyataan, tujuan mulia perkawinan tidak selamanya berjalan secara

baik. Kehidupan berumah tangga memang tidak selamanya berjalan mulus tanpa

konflik, perbedaan, atau perdebatan, bahkan adakalanya hubungan perkawinan

tersebut di landa problem yang berakhir dengan perceraian.

Munculnya perubahan pandangan hidup yang berbeda antara suami dan istri,

timbul perbedaaan pendapat antara keduanya, berubahnya kecendrungan hati pada

masing-masing pihak memungkinkan timbulnya krisis rumah tangga yang merubah

suasana harmonis menjadi percekcokan, persesuaian menjadi pertikaian, kasih sayang

menjadi kebencian, kesetiaan menjadi pengkhianatan.

5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2007),hal.190

6 Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid III, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999),

hal.1037

Page 13: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

4

Undang-undang No.1 Tahun 1974 Pasal 1 dijelaskan bahwa tujuan

perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa atau dalam bahasa Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebut dengan

mitsaqan ghaliza (ikatan yang kuat), namun dalam realitanya seringkali perkawinan

tersebut kandas ditengah jalan yang mengakibatkan putusnya perkawinan. Menurut

pasal 38 Undang-undang Perkawinan menyatakan: perkawinan dapat putus karena

kematian, perceraian, dan atas keputusan Pengadilan.

Kematian sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan adalah jika salah satu

pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk sebab perceraian,

Undang-undang Perkawinan memberikan aturan-aturan yang telah baku, terperinci,

dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan dengan putusan pengadilan adalah

jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama. Undang-

undang Perkawinan tidak menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan

hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang itu. Bahkan didalam penjelasan

Undang-undang Perkawinan, pasal 38 tersebut dipandang “cukup jelas”.

Jika merujuk kepada hukum perdata pada pasal 493 dinyatakan: apabila selain

terjadinya meninggalkan tempat tinggal dengan sengaja, seorang diantara suami istri

selama genap sepuluh tahun telah tak hadir ditempat tinggalnya, sedangkan kabar

tentang hidup atau matinya pun tak pernah diperolehnya, maka si istri atau suami

yang ditinggalkanya, atas izin Pengadilan Negeri tempat tinggal suami istri bersama

berhak memanggil pihak yang tak hadir tadi dengan tiga kali panggilan umum

berturut-turut dengan cara seperti diatur dalam pasal 467 dan 468 yaitu ketentuan

Page 14: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

5

yang berkenaan dengan dianggap meninggalnya seseorang dimana antara lain

disyaratkan paling tidak, tidak terdengar kabar beritanya untuk masa lima (5) tahun

atau lebih, yakni dari jangka terakhir terdengar berita orang itu masih hidup.7

Dalam literatur-literatur fikih banyak ditemukan tentang status perkawinan

karena suami mafqud (hilang). Akan tetapi tidak dijelaskan secara jelas tentang istri

mafqud (hilang). Untuk itu adalah suatu yang penting dan menarik untuk diteliti

permasalahan tentang permohonan thalak suami karena istri mafqud serta

pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut.

Suatu gugatan perceraian, bisa mengundang berbagai permasalahan.

Disamping gugatan carai itu sendiri, muncul pula masalah-masalah lain sebagai

akibat dari dikabulkannya perceraian tersebut, seperti masalah pembagian harta

bersama, dan bila mana mempunyai keturunan timbul pula masalah tentang siapa

yang lebih berhak untuk melakukan hadhanah terhadap anak.

Hadhanah secara bahasa berarti meletakan sesuatu dekat tulang rusuk seperti

menggendong, atau meletakan sesuatu dalam pangkuan. Seorang ibu waktu

menyusukan,meletakan anak dipangkuannya, dan melindunginya dari segala sesuatu

yang menyakiti. Erat kaitannya dengan itu, hadhanah secara istilah adalah tugas

menjaga dan mengasuh atau mendidik bayi atau anak kecil sejak ia lahir sampai ia

mampu menjaga dan mengatur dirinya sendiri.

Seorang anak pada permulaanya hidup sampai umur tertentu memerlukan

orang lain dalam kehidupannya, baik dalam pengaturan fisiknya, maupun dalam

7 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hal.216-218

Page 15: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

6

pembentukan akhlaknya. Seorang yang melakukan tugas hadhanah sangat berperan

dalam hal tersebut. Oleh sebab itu masalah hadhanah mendapat perhatian khusus

dalam ajaran islam. Diatas pundak kedua orangtualah terletak kewajiban untuk

melakukan tugas tersebut. Bilamana orang tuanya atau salah satunya tidak dapat atau

tidak layak untuk tugas tersebut dikarenakan suatu hal, maka hendaklah ditentukan

pengasuh yang memenui kriteria dan syarat-syarat yang memenuhi ketentuan untuk

melakukan pengasuhan tersebut, terlebih ketika terjadi percerain antara keduanya8.

Ketentuan tentang hak hadhanah akibat terjadi perceraian orang tuanya telah

diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 156, yaitu

Akibat putusnya pernikahan karena perceraian ialah:

A. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya, kecuali

bilamana ibunya telah meninggal dunia maka kedudukannya digantikan oleh:

1. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu

2. Ayah

3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah

4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

5. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis kesamping dari ayah

B. anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hak hadhanah

dari ayah atau ibunya

C. apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah diculupi, maka atas

8 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, hal. 169

Page 16: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

7

permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan

hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.9

Seperti keterangan tersebut diatas, dalam perkara perceraian yang terjadi

antara Muhammad Arief bin Achmad dengan Survita Widiyanti binti Moch Surip

yang dikarunia 2 orang anak, anak pertama berusia 10 thn, dan anak kedua berusia 7

tahun. Pernikahan mereka telah terbina selama 11 tahun, akan tetapi dengan

kehadiran kedua anak dalam hubungan pernikahan mereka, tetap saja sering terjadi

percekcokan yang disebabkan berbagai hal, diantaranya yang diutarakan suami dalam

posita nya adalah karena adanya perselingkuhan istrinya dengan pria lain yang Non-

Muslim.

Pada puncak keretakan hubungan rumah tangga mereka, sang istri pergi

meninggalkan rumah selama beberapa bulan tanpa alasan yang jelas dan tidak

diketahui keberadaannya, serta tidak pernah memberi kabar berita kepada

keluarganya. Sampai akhirnya suami menjatuhkan cerai kepada Pengadilan Agama

Jakarta Barat dan dijatuhkanlah talak 1 kepada pasangan suami istri tersebut. Tapi

permasalahan yang penulis ingin soroti adalah keputusan hakim menetapkan hak

hadhanah kepada bapak/suami.

Oleh karena itu berawal dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang PELIMPAHAN HAK ASUH

ANAK KEPADA BAPAK KARENA ISTRI MAFQUD (Analisa Yurisprudensi

No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB).

9 Departement Agama RI, Kompilasi Hukum Islam dan Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan,

(Jakarta: DEPAG RI. 2003) h. 91

Page 17: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

8

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1.Pembatasan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang di atas, maka penulis membatasi bahwa

fokus dari penelitian adalah berkenaan dengan pada apa yang menjadi dasar

pertimbangan hakim dalam menetapkan pelimpahan hak asuh anak kepada bapak

karena Istri Mafqud dalam pokok bahasan analisis putusan Pengadilan Agama Jakarta

Barat No. 881/Pdt.G/PA.JB.

Dalam putusan No.881/Pdt.G/2008/PA.JB hakim memutuskan bahwa suami

dapat menjatuhkan talak pada istri yang mafqud (hilang) selama 7 (tujuh) bulan.

Sehingga pelimpahan Hak Asuh Anak ditetapkan kepada bapak. Putusan ini menarik

untuk diteliti guna mengetahui proses sampai putusan ini ditetapkan hakim.

2. Rumusan Masalah

Menurut peraturan yang berlaku dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal

156 bahwa hak hadhanah apabila ibu tidak ada maka, jatuh kepada wanita-wanita

dalam garis lurus keatas dari ibu. Sedang dengan kenyataan yang ada dilapangan

hadhanah diberikan langsung kepada bapak seperti yang diputuskan Pengadilan

Agama Jakarta Barat dalam putusan perkara No.881/Pdt.G/2008/PA.JB.

Kemudian untuk memecahkan masalah yang ada, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metode ijtihad majelis hakim dalam menetapkan suatu keputusan

dalam menentukan hak hadhanah akibat perceraian dalam putusan No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB?

Page 18: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

9

2. Apa dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam menetapkan

pelimpahan hak hadhanah kepada bapak dalam putusan No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB?

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Dengan menganalisa latar belakang dan rumusan tersebut maka penelitian ini

bertujuan:

1. Untuk mengetahui metode ijtihad yang digunakan oleh majelis hakim dalam

menentukan hak hadhanah akibat perceraian dalam putusan No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB.

2. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam

menetapkan hak hadhanah kepada bapak dalam putusan No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB.

II. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat skripsi ini adalah sebagai berikut:

A. Terapan

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Syariah (S.Sy) di

Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Skripsi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi para hakim

di lingkungan Pengadilan Agama Jakarta Barat dalam menentukan kepada siapa

hak hadhnah harus diberikan ketika terjadi perceraian antara suami istri.

Page 19: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

10

B. Ilmiah.

Skripsi ini diharapkan mampu manambah wawasan bagi penulis khususnya dan

masyarakat luas umumnya terutama terkait penentuan hak hadhanah setelah

terjadi perceraian antara suami istri.

D. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu

deskripsi berupa kata-kata, ungkapan, norma-norma atau aturan-aturan dari kasus

yang diteliti, oleh karena itu penulis berupaya mencermati mengenai hak hadhanah

atas anak kepada bapak setelah terjadinya perceraian yang diakibatkan karena istri

mafqud.

Dilihat dari segi tujuan, penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat

deskriptif analisis, yaitu penelitian lapangan yang menggambarkan data dan informasi

dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam.

Dan dari segi tipe penelitian hukum, penelitian ini juga termasuk jenis

penelitian kepustakaan (Library Research), penelitian kepustakaan dilakukan dengan

menggunakan buku-buku, kitab-kitab fiqih, perundang-undanganan, dan

Yurisprudensi yang berhubungan dengan skripsi ini.

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

Page 20: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

11

a) Dokumentasi, yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri dan mempelajari

data primer dari dokumen-dokumen berkas putusan perkara No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB Di samping itu dilakukan penelusuran dan pengkajian

terhadap berbagai tulisan yang berkaitan dengan pembahasan ini, dalam aspek

hukum untuk mempertajam analisis terhadap putusan pengadilan tersebut.

b) Interview (wawancara) yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan

pedoman wawancara. Adapun pihak yang diwawancarai adalah hakim Pengadilan

Agama Jakarta barat yang memutus perkara ini. Metode ini dipakai untuk

memperoleh gambaran yang jelas tentang pertimbangan hukum dan upaya

majelis hakim untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga dapat membantu

proses analisis data.

3. Sumber Data

A. Data Primer

Data primer adalah berkas putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

dalam perkara No.881/Pdt.G/2008/PA.JB, buku-buku, internet, Yurisprudensi dan

beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan hak hadhanah atas anak, lalu

dikumpulkan serta diklasifikasikan berdasarkan jenisnya.

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari wawancara terhadap hakim

untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana pertimbangan hakim dalam

menetapkan perkara, kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan

menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

Page 21: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

12

4. Analisa Data

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis mengenai alasan

dan dasar hukum yang dijadikan pegangan hakim dalam menetapkan keputusan

terhadap kasus yang dibahas. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan analisa yurisprudensi dan mengidentifikasi apa yang

menjadi perhatian penulis yaitu terhadap putusan hakim yang berkenaan dengan hak

asuh anak kepada bapak akibat permohonan talak suami pada istri yang mafqud

(hilang) di Pengadilan agama Jakarta Barat. Serta apa yang merupakan persoalan.

Dalam melakukan identifikasi ini proses yang akan penulis lakukan antara

lain:

1. Proses katagorisasi, yaitu proses menyusun kembali catatan dari hasil observasi

atau wawancara menjadi bentuk yang lebih sistematis.

2. Proses Prioritas, yaitu dengan memilih mana katagori yang dapat ditampilkan dan

mana yang tidak perlu ditampilkan.

3. Proses penentuan kelengkapan, yaitu untuk mengetahui apakah katagori yang

dihasilkan sudah cukup atau belum.

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan konten

analisis, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dengan mendeskripsikan

putusan perceraian dengan No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB dan menghubungkannya

dengan hasil interview dari hakim yang memutus perkara tersebut.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif. Artinya penyusun

lebih mempertajam analisis dengan memahami kualitas dari data yang diperoleh.

Page 22: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

13

Kemudian dibahas secara mendalam tentang putusan Pengadilan Agama terkait

dengan pertimbangan hakim terhadap penentuan hak hadhanah atas anak yang

muncul dari ketentuan yurisprudensi.

5. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, secara tekhnis penulisan berpedoman kepada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, diterbitkan oleh: Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, cet. Pertama.

E. STUDI KAJIAN TERDAHULU

No Identitas Substantif Perbedaan

1 Skripsi oleh Firman

Suleman, Tahun 2009,

Program Studi Ahwal

Syakhsiyyah,

konsentrasi Peradilan

Agama

Judul “Hak Pemeliharaan

anak yang belum

mumayyiz akibat

perceraian (Studi Kritis

terhadap tentang Pasal

105 point A KHI)”.

Berisi tentang

pembahasan mengenai

efektifitas penerapan

pasal 105 point A KHI

sebagai sumber dalam

Dari segi isi skripsi, skripsi

tersebut membahas tentang

efektivitas penerapan pasal

105 point A KHI dalam

menyelesaikan sengketa

hadhnah di lingkungan

Pengadilan Agama,

dengan melakukan studi

kritis terhadap pasal 105

point A KHI, sedangkan

penulis dengan

Page 23: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

14

menyelesaikan sengketa

hadhanah di lingkungan

Pengadilan Agama

menganalisis putusan

hakim tentang hak anak

dan juga menganalisis

pertimbangan hakim

dalam memutuskan

perkara

2 Skripsi oleh Zainul

Arifin, tahun 2004,

Program Studi

Akhwal Syakhsiyyah,

Konsentrasi Peradilan

Agama

Judul “Prioritas hak asuh

ayah terhadap anak di

bawah umur (Studi Kasus

di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan).

Berisi tentang

pembahasan mengenai

prioritas hak asuh ayah

terhadap anak yang masih

dibawah umur secara

teoritis maupun praktis.

Secara umum, skripsi

tersebut membahas tentang

sejauh mana prioritas

diberikan kepada ayah

dalam masalah hak asuh

anak yang belum

mumayyiz akibat

perceraian di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan,

sedangkan penulis

melakukan analisa

yurisprudensi terhadap

salah satu putusan hakim

di Pengadilan Agama

Jakarta Barat dengan

Page 24: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

15

putusan No.

881/Pdt.G/2008/PA.JB.

3 Skripsi oleh Aditya

Nur Pratama, tahun

2009 Program Studi

Akhwal Syakhsiyyah,

konsentrasi Peradilan

Agama, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Judul “:Pencabutan hak

asuh anak dari ibu (Studi

Analisis Putusan

Pengadilan Agama

Depok No.

430/Pdt.G/2006/PA.Dpk).

Berisi tentang landasan

teori seputar hak asuh

(hadhanah)anak meliputi

pengertian hadhanah,

dasar hokum hadhanah,

syarat-syarat hadhinah

dan hadhin, masa

hadhanah, serta analisa

terhadap putusan

Pengadilan Agama

Depok tentang

pencabutan hak asuh anak

dari ibu.

Secara umum, skripsi

tersebut mambahas tentang

pencabutan hak asuh

(hadhanah) anak dari ibu,

sedangkan penelitian

penulis tentang hak asuh

anak yang belum

mumayyiz kepada bapak

akibat perceraian karena

istri mafqud. Walaupun

cara yang dilakukan sama

yaitu menganalisis

putusan, namun hal ini

jelas berbeda dengan

skripsi tersebut, karena

penelitian penulis bukan

berkaitan dengan

pencabutan hak asuh anak,

melainkan hak hadhanah

Page 25: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

16

kepada bapak karena istri

mafqud.

4 Skripsi oleh Jamil

Fathoni, tahun 2009,

Jurusan Peradilan

Agama, Konsentrasi

Akhwal Syakhsiyyah,

UIN Jakarta

Judul “Perkara cerai

gugat karena suami

mafqud(analisa beberapa

putusan PA Jakarta Pusat

dari Persfektif Fiqih)”.

Berisi tentang perceraian

(khulu’) serta mafqud

dalam persfektif fiqih dan

undang-undang No. 1

Tahun 1974, serta analisa

tentang putusan-putusan

pengadilan Agama

Jakarta Pusat perceraian

akibat suami mafqud.

Secara umum, skripsi

tersebut berisi tentang

cerai gugat kerena suami

mafqud, sedangkan penulis

menitik beratkan pada

ketetapan hak hadhanah

yang diakubatkan karena

istri mafqud, dan skripsi

tersebut menganalisis

beberapa putusan sehingga

dasar keputusan hakim

berbeda-beda dan juga

tidak efisien karena

memerlukan waktu dan

tenaga yang lebih banyak

dalam mengumpulkan

data.

Page 26: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

17

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembahasan dan agar penulisan skripsi ini lebih

terfokus dan sistematis, maka penulis mengklasifikasi permasalahan dalm beberapa

bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama : Pada bab ini berisi pendahuluan yang memberikan gambaran secara

umum dan menyeluruh tentang skripsi dengan menguraikan tentang

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, analisa data dan

sistematika penelitian.

Bab Kedua : Pada bab ini peneliti berusaha menjelaskan tentang hak asuh

anak kepada bapak terhadap istri mafqud menurut hukum Islam dan

hukum positif yaitu undang-undang N0. 1 tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam (KHI).

Bab Ketiga : Pada bab ini tentang eksistensi Pengadilan Agama Jakarta Barat,

kewenangan Pengadilan Agama Jakarta Barat, Pengadilan Agama

Jakarta Barat secara organisasi dan perkara hak asuh anak kepada

bapak karena istri mafqud yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta

Barat.

Bab Keempat : pada bab ini penulis berusaha menjelaskan permasalahan yang

dijadikan objek kajian dengan menganalisa dan menjelaskan putusan

pengadilan yang dijadikan objek penelitian penulis. Menjelaskan

hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam menetapkan

Page 27: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

18

putusan serta menjelaskan metode ijtihad hakim, juga sumber hokum

yang dijadikan sandaran hakim dalam mengambil keputusan.

Bab Kelima : pada bab ini berisi kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang

dirumuskan serta saran-saran dan harapan penulis.

Page 28: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

19

BAB II

PERCERAIAN DAN HAK ASUH ANAK

KARENA ISTRI MAFQUD

A. Pengertian Perceraian

Menurut ketentuan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan pasal 38, bahwa perkawinan dapat putus karena kematian,

perceraian dan atas keputusan pengadilan. Putusnya perkawinan karena kematian

sering disebut oleh masyarakat dengan istilah cerai mati. Sedangkan putusnya

perkawinan karena perceraian ada dua sebutan yaitu cerai gugat dan cerai talak.

Talak terambil dari kata „‟ithlaq‟‟ yang menurut bahasa artinya melepaskan

atau meninggalkan‟‟. Menurut istilah syara‟ talak yaitu : 1

Melepas perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.

Al-Jaziry mendefinisikan :

Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan

ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu. Menurut Abu Zakaria Al-Anshari, talak adalah:

Melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.192.

Page 29: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

20

Jadi, talak itu adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah

hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya, dan ini terjadi

dalam hal talak ba‟in sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan adalah

berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua

menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yaitu terjadi dalam talak

raj‟i.2

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada dasarnya

mempersulit terjadinya perceraian, alasan-alasan mempersulit itu adalah :

1. Perkawinan itu tujuannya suci dan mulia sesuai dengan pasal 1 Kompilasi Hukum

Islam. Sedangkan perceraian dalah perbuatan yang dibenci Allah.

2. Untuk membatasi kesewenang-wenangan suami terhadap istri.

3. Untuk mengangkat derajat dan martabat istri (wanita) sehingga setaraf dengan

derajat dan martabat suami.

Hukum Islam membenarkan dan mengizinkan perceraian, kalau perceraian itu

lebih baik dari pada tetap berada dalam ikatan perkawinan. Walaupun maksud dari

perkawinan itu mencapai kebahagiaan dan kerukunan hati masing-masing, dan

kebahagiaan, akan tetapi hal itu tidak dapat dipaksakan. Karena itulah Islam tidak

mengikat mati perkawinan, tetapi tidak pula mempermudah perceraian. Artinya

perceraian adalah tindakan terakhir yang dilakukan setelah terlebih dahulu menempuh

usaha-usaha perdamaian. Demi kebahagiaan yang dapat diharapkan sesudah

2 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 193.

Page 30: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

21

terjadinya perceraian tanpa ada rasa penyesalan. Putusnya perkawinan karena

perceraian dapat terjadi karena dua hal yaitu :3

1. Cerai Talak

Cerai talak biasanya hanya berlaku bagi mereka yang melangsungkan

perkawinan menurut agama Islam. Islam menetapkan hak talak itu berada di

tangan suami, yakni memiliki hak mentalak istri sampai tiga kali talak.

Namun demikian hak itu tidak dapat digunakan oleh suami begitu saja

dengan sewenang-wenang. Suami yang hendak melakukan talak terhadap istrinya

harus didepan pengadilan agama yang berwenang dan memperlihatkan

kepentingan para istri. Cerai talak menurut hukum agama ada tiga macam yaitu

talak raj‟i, talak bain shugra dan talak bain kubra.

2. Gugatan Perceraian

Gugatan perceraian hanya dilakukan para istri, karena dalam hukum

agama Islam istri tidak mempunyai hak mentalak suami. Dalam hukum

perkawinan agama islam sendiri diberi hak untuk menuntut perceraian dari sang

suami dengan cara khulu. Adapun alasan terjadinya perceraian terdapat dalam

pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.4

3 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam , (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 247.

4 Ibid., h. 249

Page 31: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

22

B. Pengertian Hadhanah dan Dasar Hukumnya

1. Perspektif Fikih

Konsep pemeliharaan dan perlindungan anak dalam hukum Islam (fiqh) lebih

dikenal dengan hadhanah yang merupakan salah satu dari hak anak yang wajib

dipenuhi. Menurut Muhammad Mugniyah, pemeliharaan dan pengawasan harta itu

bukan hanya untuk anak yatim saja tetapi juga berlaku untuk orang gila, anak yang

masih kecil, safih dan bangkrut.5

a. Menurut Etimologi

6

Hadhanah berasal dari hadlan, yaitu berarti samping, yakni masuk kesamping.

Sedangkan menurut Syara' ialah pendidikan dan pengajaran terhadap anak bagi yang

berhak melakukan hadhanah. Ataupun pendidikan dan pengasuhan orang yang tidak

dapat mandiri terhadap hal-hal yang membahayakan dirinya, karena masih kanak-

kanak atau karena tidak waras. Dengan demikian diperlukan pemeliharaan

kondisinya, dan penyediaan makanan, pakaian dan tempat tidurnya, juga tentang

kebersihannya, cuci pakaian pada usia tertentu, dan lain sebagainya.

5 Abd.Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h.166.

6 Wahbah Al Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa adillatuhu Juz IV, (Damaskus: Daar Fikr, 1404-

1984), h. 717.

Page 32: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

23

Menurut Wahbah Al Zuhaili, hadhanah merupakan hak bersama antara kedua

orang tua serta anak-anak, sehingga apabila nantinya timbul permasalahan dalam

hadhanah, maka yang diutamakan adalah hak anak.7

Dalam meniti kehidupannya di dunia seorang anak memiliki hak mutlak yang

tidak dapat diganggu gugat. Orang tua tidak boleh begitu saja mengabaikan lantaran

hak-hak anak tersebut termasuk ke dalam salah satu kewajiban orang tua terhadap

anak yang telah digariskan dalam Islam, yakni حضانةال , memelihara anak sebagai

amanah Allah yang harus dilaksanakan dengan baik.

Kewajiban orang tua merupakan hak anak. Menurut Abdul Rozak, anak

mempunyai hak-hak sebagai berikut:8

1. Hak anak sebelum dan sesudah melahirkan

2. Hak anak dalam kesucian keturunannya.

3. Hak anak dalam pemberian nama yang baik.

4. Hak anak dalam menerima susuan.

5. Hak anak dalam mendapatkan asuhan, perawatan dan pemeliharaan.

6. Hak anak dalam kepemilikan harta benda atau hak warisan demi kelangsungan

hidupnya.

7. Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

7 Wahbah Al Zuahili, Al-Fiqh Islam Wa Adillatuhu Juz VII, (Damaskus: Daar Al-Fikr,

1984), h. 279.

8 Neng Djubaedah,dkk, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Hecca Utama,

2005), h. 177.

Page 33: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

24

Hadhanah berarti di samping atau berada di bawah ketiak.9 Hadhanah

(pemeliharaan anak) berasal dari kata إحتضن- حضنا – يحضن – حضن yang artinya

mengasuh anak atau memeluk anak. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, hadhanah

berasal dari kata (الحضن ) yang artinya lambung.10

Seperti dalam ungkapannya: ( حضن

yang diartikan (الطير بيضه11

“burung itu mengapit telur yang ada di bawah sayapnya”.

Begitu pula seorang perempuan (ibu) yang memelihara anaknya. Selain itu hadhanah

diambil dari kata الحضن yang berarti pendamping. Karena seorang pengasuh akan

senantiasa mendampingi anak yang ada dalam asuhannya. Arti kata حضانةال adalah

.atau pengasuhan المريبة12

Kata hadhanah berasal dari kata hadhana yang berarti menempatkan sesuatu

di antara ketiak dan pusar13

. Seekor burung betina yang mengeram telurnya diantara

sayap dan badannya disebut juga hadhanah.

Menurut Satria Efendi bahwa حضانةال berasal dari kata yang berarti حضن

meletakkan sesuatu dekat dengan tulang rusuk yakni menggendong atau meletakan

sesuatu dalam pangkuan sedangkan menurut istilah tugas menjaga dan mengasuh atau

9 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid II ,(Jakarta: PT.Ictiar Baru Van Hoeve,

1999), h.415.

10 Muhammad Ibn Ismail al-Shan‟ani al-Kahlani, Subul al-Salam, Juz. III, (Bandung:

Maktabah Dahlan, t.th.), h.227.

11 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,Jilid II , Cet.IV, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), h.288.

12 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Depok: Gema Insani, 2000), h.748.

13Syaikh Hasan Ayuub, Fiqih Keluarga, Cet.IV, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h.391.

Page 34: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

25

mendidik bayi masih kecil sejak ia lahir sampai mampu menjaga dan mengatur

dirinya sendiri.14

b. Menurut Terminologi

Para ulama ahli fiqih mendefinisikan hadhanah adalah melakukan

pemeliharaan anak-anak yang masih kecil atau perempuan atau yang sudah besar

tetapi belum tamyiz tanpa perintah darinya, menyediakan sesuatu yang menjadikan

kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik

jasmani, rohani, dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan

memikul tanggung jawabnya15

.

Dan menurut istilah fiqih, hadhanah adalah tugas menjaga dan mengasuh atau

mendidik bayi atau anak kecil sejak lahir sampai mampu menjaga atau dapat

mengatur dirinya sendiri. Anak yang sah nasabnya berarti bahwa tugas hadhanah

akan dipikul oleh kedua orang tuanya sekaligus.16

Menurut Imam Taqiyudin hadhanah adalah ibarat menjalankan untuk

menjaga orang (anak) yang belum mumayyiz atau tidak berakal dan mengajarkannya

akan kebaikan serta menjaganya dari sesuatu yang sangat membahayakannya.17

14Satria Effendi, Probelmatika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis Yurisprudensi

dengan Pendekatan Ushuliyah, h.166.

15 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Terjemahan), Cet I, Jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2006), h.237.

16 Neng djubaedah, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Hecca Utama,

2005), h.181.

17 Imam Taqiyudin Abi Bakr Ibn Muhammad al Husaini, Kifayah Al-Akhyar, (Beirut Dar: al-

Fikr, 1994), h. 49.

Page 35: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

26

Peunoh Daly, mengemukakan definisi hadhanah adalah pekerjaan yang

berhubungan dengan memelihara, merawat dan mendidik anak yang masih kecil,

bodoh atau lemah fisik.18

Dalam buku hukum Perdata Islam di Indonesia, dikatakan bahwa hadhanah

adalah memelihara seorang anak yang belum mampu hidup mandiri yang meliputi

pendidikan dan segala sesuatu yang diperlukannya baik dalam bentuk melaksanakan

maupun dalam bentuk menghindari sesuatu yang dapat merusaknya.19

2. Perspektif UU No 1 Tahun 1974 dan KHI (Kompilasi Hukum Islam)

a. Perspektif UU No 1 Tahun 1974

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah

disebutkan tentang penguasaan anak secara tegas yang merupakan rangkaian dari

hukum perkawinan di Indonesia, akan tetapi hukum penguasaan anak itu belum diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 secara luas dan rinci. Oleh karena

itu, masalah penguasaan anak (hadhanah) ini belum dapat diberlakukan secara efektif

sehingga pada hakim di lingkungan Peradilan Agama waktu itu masih

mempergunakan hukum hadhanah yang tersebut dalam Kitab-kitab fikih ketika

memutus perkara yang berhubungan dengan hadhanah itu. Setelah diberlakukan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Inpres Nomor 1

Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, masalah hadhanah

18

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, h.399.

19 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, (Jakarta: Sinar Grafindo, 2006), h.67.

Page 36: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

27

menjadi hukum positif di Indonesia dan Peradilan Agama di beri wewenang untuk

menjadi dan menyelesaikannya.20

Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 42-45

dijelaskan bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya yang

belum mencapai umur 18 tahun dengan cara yang baik sampai nak itu kawin atau

dapat berdiri sendiri. Kewajiban ini berlaku terus menerus meskipun perkawinan

antara orang tua si anak putus karena perceraian atau kematian. Kekuasaan orang tua

juga meliputi untuk mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di

dalam dan di luar Pengadilan. Kewajiban orang tua memelihara anak meliputi

pengawasan (menjaga keselamatan jasmani dan rohani), pelayanan (memberi dan

menanamkan kasih sayang) dan pembelajaran dalam arti yang luas yaitu kebutuhan

primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhandan tingkat sosial ekonomi orang tua si

anak. Ketentuan ini sama dengan konsep hadhanah dalam hukum Islam, dimana

dikemukakan bahwa orang tua berkewajiban memelihara anak-anaknya, semaksimal

mungkin dengan sebaik-baiknya.21

Kendati demikian, secara global sebenarnya Undang-undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 telah memberi aturan pemeliharaan anak tersebut yang

dirangkai dengan akibat putusnya sebuah perkawinan. Di dalam Pasal 41 UU No 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dinyatakan:

20

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana, 2008), h.428-429.

21 Ibid., h. 429.

Page 37: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

28

1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya,

semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada perselisihan mengenai

penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya;

2) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan

yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi

kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya

tersebut.

3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan atau menentukan kewajiban bagi bekas isteri.

Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 41,

dapat dipahami bahwa ada perbedaan antara tanggung jawab pemeliharaan yang

bersifat material dengan tanggung jawab pengasuhan. Pasal 41 ini lebih

memfokuskan kepada kewajiban dan tanggung jawab material yang menjadi beban

suami atau bekas suami jika ia mampu, dan sekiranya tidak mampu Pengadilan

Agama dapat menentukan lain sesuai dengan keyakinannya.22

Pada pasal 45 bab X mengenai hak dan kewajiban antara Orang tua dan anak

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan pada ayat 1

bahwa kedua orang tua wajin memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-

baiknya. Pada ayat 2 menyatakan kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1

pasal ini berlaku sampai anak itu menikah atau dapat berdiri sendiri, kewajiban

22

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cet.V, (Jakarta: UI Press, 1986), h.149.

Page 38: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

29

tersebut berlaku selamanya meskipun antara kedua orang tua putus.23

Selanjutnya

dijelaskan pula pada pasal 47 ayat 1 bab X mengenai Hak dan Kewajiban antara

Orang Tua dan Anak Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

bahwa anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan

perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dari

kekuasaannya. Pada ayat 2, orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala

perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.

b. Perspektif KHI ( Kompilasi Hukum Islam)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 1 huruf g dikatakan bahwa: “Hadhanah

atau memelihara anak adalah kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak

hingga dewasa atau berdiri sendiri.”

Dalam kaitan ini, Kompilasi Hukum Islam pasal 105 menjelaskan secara rinci

dalam hal suami istri terjadi perceraian yaitu (1) pemeliharaan anak yang belum

mumayiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; (2) pemeliharaan anak

yang sudah mumayiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau

ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya; (3) biaya pemeliharaan ditanggung

oleh ayahnya.24

23

Undang-undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus untuk Anggota

ABRI, POLRI, Pegawai Kejaksaan dan Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 14.

24 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo, 2007), h.

138.

Page 39: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

30

Dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 98 menyatakan:

1. Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik atau mental atau belum pernah

melangsungkan perkawinan.

2. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam

dan di luar pengadilan

Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama

ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga berlanjut setelah

terjadinya perceraian.25

Jika orang tua dalam melaksanakan kekuasaannya tidak cakap atau tidak

mampu melaksanakan kewajibannya memelihara dan mendidik anak-anaknya, maka

kekuasaan orang tua dapat dicabut dengan putusan Pengadilan Agama. Adapun

alasan pencabutan tersebut karena: (1) orang tua itu sangat melalaikan kewajiban

terhadap anaknya; (2) orang tua berkelakuan buruk sekali, M. Yahya Harahap

(1975:216) menjelaskan bahwa orang yang melalaikan kewajiban terhadap anaknya

yaitu meliputi ketidakmampuan oarng tua atau sama sekali tidak mungkin

melaksanakannya sama sekali, boleh jadi disebabkan karena dijatuhi hukuman

penjara yang memerlukan waktu lama, sakit uzur atau gila dan bepergian dalam suatu

jangka waktu yang tidak diketahui kembalinya. Sedangkan berkelakuan buruk

25

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan UU

Perkawinan, h. 328.

Page 40: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

31

meliputi segala tingakh laku yang tidak senonoh sebagai pengasuh dan pendidik yang

seharusnya memberikan contoh yang baik.26

Akibat pencabutan kekuasaan dari orang tua sebagaimana tersebut di atas,

maka terhentinya kekuasaan orang tua itu untuk melakukan penguasaan kepada

anaknya. Jika yang dicabut kekuasaan terhadap anaknya hanya ayahnya saja, maka ia

tidak berhak lagi mewakili anak di dalam dan di luar pengadilan. Dengan demikian,

ibunyalah yang berhak melakukan pengasuhan terhadap anak tersebut, ibunyalah

yang mengendalikan pemeliharaan dan pendidikan anak tersebut. Berdasarkan Pasal

49 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, biaya

pemeliharaan ini tetap melekat secara permanen meskipun kekuasaannya terhadap

anaknya dicabut.27

Oleh karena itu walaupun ulama sepakat bahwa ibu yang lebih kuat dalam

melaksanakan hadhanah, namun dalam kenyataannya jika sang ibu tersebut tidak

memiliki perilaku atau akhlak yang baik atau jika sang ibu mempunyai keyakinan

yang berbeda yaitu seorang yang bukan beragama Islam maka demi kemaslahatan

anak, bahkan sang ibu pergi meninggalkan rumah dan tidak diketahui keberadaannya

walaupun telah dilakukan upaya pencarian namun tidak juga diketahui. Maka

26

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana, 2008), h. 431.

27 Soedharyo Soimin, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007),

h. 15.

Page 41: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

32

hadhanah digantikan oleh ayahnya , jika sang ayah memang telah memenuhi syarat-

syarat untuk melaksanakan hadhanah. 28

3. Dasar Hukum Hadhanah

Para ulama sepakat bahwa pemeliharaan anak itu adalah wajib, sebagaimana

wajib memelihara selama dalam pernikahan, adapun dasar hukum dari hadanah atau

pengasuhan anak adalah pada Surat At-Tahrim ayat 629

666

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-

malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan‘’.

Yang dimaksud dengan memelihara keluarga pada ayat diatas yakni

mengasuh dan mendidik mereka sehingga menjadi seorang muslim yang berguna

bagi agama.30

Dan dasar hukum dari hadhanah yang lain sebagaimana dijelaskan dalam

firman Allah pada surat Al Baqarah,(2):233:31

28

Satria Effendi M.Zen, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, h.181.

29 Slamet Abidin, dkk, Fiqih Munakahat II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h.171.

30 Syaikh Hasan Ayuub, Fiqih Keluarga, Cet.IV, h. 391.

31 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Inodonesia,

2000), h. 149.

Page 42: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

33

2

233

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi

yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan

Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan

menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan

Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan

keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu

ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan

Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Maksud dalil diatas adalah bahwasanya orang tua berkewajiban untuk

menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya serta kesehatan baik

secara fisik maupun psikis, karena masa-masa itualah sangat mempengaruhi anak dari

segi perawatan, asuhan dan pendidikan yang harus diberikan dan diperhatikan oleh

kedua orangtuamya. Hal tersebur merupakan upaya mewujudkan manusia yang

berkualitas dan berakhlak tinggi.32

32

Ibid,. h. 150.

Page 43: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

34

C. Syarat-syarat Hadhanah dan Akibat Hukum Hadhanah

Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang

menjadi rukun dalam hukumnya, yaitu orang tua yang disebut hadhin dan anak yang

diasuh atau disebut madhun atau hadinah. Baik masih dalam ikatan perkawinan atau

setelah perceraian, kedua orang tua berkewajiban untuk memelihara anaknya dengan

baik. Adapun syarat-syarat dari hadhin adalah sebagai berikut :33

1. Sudah dewasa, orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan tugas

yang berat itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan tindakan yang

dilakukan itu belum dinyatakan memenuhi persyaratan.

2. Berpikiran sehat, orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak mampu berbuat

untuk dirinya sendiri dan dengan keadaannya itu tentu tidak akan mampu berbuat

untuk orang lain.

3. Beragama Islam, ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama, karena

tugas pengasuh itu termasuk tugas pendidikan yang akan mengarahkan agama

anak yang diasuh. Kalau oleh orang yang bukan agama Islam dikhawatirkan anak

yang diasuh akan jauh dari agamanya.

4. Adil dalam arti menjalankan agama secara baik, dengan meninggalkan dosa

besar dan menjauhi dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini disebut fasiq,

yaitu tidak konsisten dalam beragama, orang yang komitmen agamanya rendah

tidak dapat diharapkan untuk mengasuh anak yang masih kecil.

33

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU

Perkawinan. H. 328.

Page 44: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

35

Sayyid sabiq dalam Kitab Fiqh Sunnah memberikan persyaratan untuk

hadhinah sebagai berikut :34

1. Berakal sehat, jadi bagi orang yang kurang akal dan gila, keduanya tidak boleh

menangani hadhanah.

2. Dewasa, sebab anak kecil sekalipun mumayiz, tetapi ia tetap membutuhkan orang

lain yang mengurusi urusannya dan mengasuhnya.

3. Mampu mendidik, karena tidak boleh menjadi pengasuh orang yang buta atau

rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya untuk mengurus

kepentingan anak kecil, tidak berusia lanjut, yang bahkan ia sendiri perlu diurus.

4. Amanah dan berbudi, sebab orang yang curang tidak aman bagi anak kecil dan

ntidak dapat dipercaya akan dapat menunaikan kewajibannya dengan baik.

5. Islam, anak kecil tidak boleh diasuh oleh pengasuh yang bukan muslim. Sebab

hadanah merupakan masalah perwalian, sedangkan Allh tidak membolehkan

orang Mukmin dibawah perwalian orang kafir, sesuai yang tersirat dalam firman

Allah Swt. Surat Annisa Ayat 141 :35

4141

34

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, (Beirut: Dar Fikr, 1983), h. 289.

35 Ibid., h. 290.

Page 45: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

36

„„(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada

dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari

Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan

jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:

"Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang

mukmin?" Maka Allah akan memberi Keputusan di antara kamu di hari kiamat

dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk

memusnahkan orang-orang yang beriman.’’

6. Ibunya belum kawin lagi

7. Merdeka

Para ulama sepakat bahwa, dalam mengasuh anak disyaratkan bahwa orang

yang mengasuh berakal sehat, bisa dipercaya, suci diri, bukan pelaku maksiat, bukan

penari, bukan peminum khamr, serta tidak mengabaikan anak yang diasuhnya. Tujuan

dari keharusan dari adanya sifat-sifat tersebut diatas adalah untuk memelihara dan

menjamin kesehatan anak dan pertumbuhan moralnya.36

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian menurut Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan berdampak kepada hubungan suami istri

menjadi bekas suami, bekas istri, tempat tinggal dan sebagainya. Tetapi yang lebih

penting mengenai nasib anak dan kepentingannya, biasanya terjadi terhadap anak

yang masih kecil-kecil atau dibawah umur, dalam pasal 156 Kompilasi Hukum Islam

menyatakan bahwa akibat dari putusnya perkawinan karena perceraian adalah :37

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali

bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh wanita

36

M. Jawad Mugniyah, Fikih Lima Mazhab, Cet.17, (Jakarta:Lentera, 2006), h.416.

37 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo, 2007),

h. 138.

Page 46: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

37

dalam garis lurus keatas dari ibu, ayah, wanita dalam garis lurus dari ayah,

saudara perempuan dari anak tersebut, wanita dari kerabat sedarah menurut garis

samping ayah.

b. Anak yang belum mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari

ayah atau ibu.

c. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

permintaan yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah kepada kerabat

lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut

kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anank tersebut dewasa dapat

mengurus diri sendiri (21 tahun).

e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan

Agama memberikan putusnya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d).

f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan

jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut

padanya.38

1. Akibat Hukum Hadhanah

Dari suatu perbuatan tentulah ada suatu akibat hukum yang harus di tanggung

oleh seseorang yang berbuat perbuatan tersebut. Begitu juga dengan pemeliharaan

38

Ibid., h. 138.

Page 47: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

38

anak tentulah ada suatu akibat dari orang tua yang mendapat hak tersebut atau pihak-

pihak yang memelihara anak tersebut.

1. Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan. Pada

dasarnya kedua orang tua berkewajiban memelihara anak yang masih dibawah

umur akibat perceraian. Hal tersebut dinyatakan dalam pasal 47 huruf a Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa ibu dan bapak tetap

berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata demi

kepentingan anak.39

2. Menurut Hukum Islam.

Menurut hukum Islam ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh orang

yang mendapat hak hadhanah anak yang belum dewasa yang diakibatkan dari

perceraian, hal ini diatur dalam pasal 106 Kompilasi Hukum Islam :

1. Orang tua berkewajiban merawat dan mengembangkan harta anaknya yang

belum dewasa atau dibawah pengampuan, dan tidak diperbolehkan

memindahkan atau menggadaikannya kecuali karena keperluan yang

mendesak jika kepentingan dan kemaslahatan anak itu menghendaki atau

suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi.

2. Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan karena

kesalahan dan kelalaian dari kewajiban tersebut pada ayat (1).

39

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, h. 18.

Page 48: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

39

2. Pihak-pihak Yang Berhak Melakukan Hadhanah

Ketika pengasuhan anak merupakan hak dasar ibu, maka para ulama ahli fiqh

menyimpulkan bahwa keluarga ibu dari seorang anak lebih berhak daripada keluarga

bapaknya. Urutan mereka yang berhak mengasuh anak adalah sebagai berikut :40

1. Ibu anak tersebut

2. Nenek dari pihak ibu dan terus ke atas

3. Nenek dari pihak ayah

4. Saudara kandung perempuan anak tersebut

5. Saudara perempuan ibuikut

6. Saudara perempuan ayah

7. Anak perempuan dari saudara perempuan sekandung

8. Anak perempuan dari saudara perempuan seayah

9. Saudara perempuan ibu yang sekandung dengannya

10. Saudara perempuan ibunyang se ibu dengannya (bibi)

11. Saudara perempuan ibu yang seayah dengannya (bibi)

12. Anak perempuan dari saudara perempuan seayah

13. anak perempuan dari saudara laki-laki sekandung

14. Anak perempuan dari saudara laki-laki seibu

15. anak perempuan dari saudara laki-laki seayah

16. Bibi yang sekandung dengan ayah

17. Bibi yang seibu dengan ayah

40

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid II, (Beirut: Dar Fikr, 1983), h. 529..

Page 49: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

40

18. Bibi yang seayah dengan ayah

19. Bibinya ibu dari pihak ibunya

20. Bibinya ayah dari dari pihak ibunya

21. Bibinya ibu dari pihak ayahnya

22. Bibinya ayah dari pihak ayah

Jika anak tersebut tidak mempunyai kerabat perempuan dari kalangan mahram

diatas, atau ada tetapi tidak dapat mengasuhnya, maka pengasuhan anak itu beralih

kepada kerabat laki-laki yang masih mahramnya atau memiliki hubungan darah

(nasab) dengannya sesuai dengan urutan masing-masing. Pengasuhan anak beralih

kepada :41

1. Ayah kandung anak itu

2. Kakek dari pihak ayah dan terus ke atas

3. Saudara laki-laki sekandung

4. Saudara laki-laki seayah

5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

7. Paman yang seayah dengan ayah

8. Pamanya ayah yang sekandung

9. Pamanya ayah yang seayah dengan ayah42

41

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h.394 42

Ibid.,h. 395.

Page 50: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

41

Apabila tidak ada seorang pun kerabat dari mahram laki-laki tersebut atau ada

tetapi tidak bisa mengasuh anak, maka hak pengasuhan anak itu beralih kepada

mahram-mahramnya yang laki-laki selain kerabat dekat, yaitu :

1. Ayah ibu (kakek)

2. saudara laki-laki seibu

3. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu

4. Paman yang seibu dengan ayah

5. Paman yang sekandung dengan ibu

6. Paman yang seayah dengan ibu

Selanjutnya jika anak tersebut tidak mempunyai kerabat sama sekali, maka

hakim yang akan menunjuk seorang wanita yang sanggup dan patut mengasuh serta

mendidiknya.

Menurut Sayyid sabiq urutan orang yang berhak dalam hadhanah adalah ibu

yang yang pertama kali berhak atas hak asuhan tersebut.43

Para ahli fiqh kemudian

memperhatikan bahwa kerabat ibu didahulukan daripada kerabat ayah dalam

menangani hadhanah. Urutannya adalah sebagi berikut : Pertama, Ibu. Jika ada suatu

halangan yang mencegahnya untuk didahulukan (umpamanya karena salah satu

syarat-syaratnya tidak terpenuhi), berpindahlah hak hadhanah ke tangan ibunya ibu

(nenek) dan ke atas. Jika ternyata ada suatu halangan, berpindahlah ke tangan ayah,

kemudian saudara perempuannya sekandung, kemudian saudara perempuannya seibu,

saudar perempuen seayah, kemudian kemenakan perempuannya sekandung,

43

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (terjemahan), h.239.

Page 51: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

42

kemenakan perempuannya seibu, saudara perempuan ibu yang seayah, kemenakan

perempuan ibu yang seayah, anak perempuan saudara laki-lakinya sekandung , anak

perempuan saudara laki-lakinya yang seibu, anak perempuan saudara laki-lakinya

yang seayah. Kemudian bibi dari ibu yang sekandung, bibi dari ibu yang seibu, bibi

dari ibu yang seayah. Lalu bibinya ibu, bibinya ayah dari ayahnya ayah. Begitulah

urutannya dengan mendahulukan yang sekandung dari masing-masing keluarga iu

dan ayah.44

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 156 huruf a, anak yang belum

mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali ibunya telah

meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh :

1. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu

2. Ayah

3. Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas

4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

5. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis ke samping dari ibu

6. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.45

a. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

perkawinan dinyatakan: (1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara

44

Ibid., h.239.

45. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo, 2007),

h. 72.

Page 52: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

43

dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bila

terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak pengadilan memberi keputusan.

(2) Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan

yang diperlukan anak itu. Bila bapak tidak memenuhi kewajiban tersebut,

Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

b. Menurut Hukum Islam

1. Dalam menentukan urutan para pihak yang berhak mengasuh atau memelihara

anak ketika terjadi perceraian adalah;

a. Ibu 46

47

Dari Abdullah bin Umar bahwasanya seorang wanita berkata: Ya

Rasulullah, bahwasanya anakku ini perutkulah yang mengandungnya,

asuhankulah yang mengawasinya dan air susukulah minumannya,

Bapaknya hendak mengambilnya dariku. Maka berkatalah Rasulullah:

Engkau lebih berhak atasnya (anak itu) selama engkau belum nikah

(dengan laki-laki lain).

b. Imam Syafi‟i berpendapat bahwa hak pemeliharaan seseorang anak

adalah:48

1. Ibu

46

Syaikh Nashiruddin al-Albani, Sunan Abi Daud, Juz.II, (Riyad: Maktabah al-Ma‟rif li al-

Nashir wa Tawzi 1998), h.32.

47 Ibid., h. 35

48 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh lima Mazhab, h. 417.

Page 53: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

44

2. Nenek dari pihak ibu

3. Nenek dari pihak ayah

4. Saudara perempuan

5. Bibi dari pihak ibu

6. Anak perempuan dari saudara laki-laki

7. Anak perempuan dari saudara perempuan

8. Bibi dari pihak ayah dan kerabat yang masih menjadi mahram bagi si

anak yang mendapat warisan ashabah sesuai dengan urutan pembagian

harta warisan.

c. Kalangan madzhab Hanbali berpendapat bahwa hak asuh anak dimulai

dari:49

1. Ibu Kandung

2. Nenek dari ibu

3. Kakek dari ibu

4. Bibi dari kedua orang tua

5. Saudara perempuan seibu

6. Saudara perempuan seayah

7. Bibi dari kedua orang tua

8. Bibinya ibu, bibinya ayah

9. Bibinya ibu dari jalur ibu

49

Ibid., h.418.

Page 54: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

45

10. Bibinya ayah dari jalur ibu

11. Bibinya ayah dari pihak ayah

12. Anak peempuan dar saudara laki-laki

13. Anak perenpuan dari paman ayah dari pihak ayah, kemudian kerabat

terdekat.

3. Masa Hadhanah

Tidak terdapat ketentuan ayat-ayat dan hadis yang khusus yang menerangkan

tentang masa hadhanah atau kapan berakhirnya masa hadhanah seorang anak akibat

perceraian. Dalam menentukan masa tersebut para ulama fikih hanya melihat dari

suatu isyarat dengan menggunakan ijtihad untuk menentukannya.50

Dalam kitab Fikih Sunnah dikatakan, pengasuhan anak berakhir ketika anak

kecil, laki-laki maupun perempuan, tidak lagi bergantung pada pelayanan wanita

dewasa, mencapai masa tamyiz dan sudah bisa mandiri, yakni dapat mengerjakan

sendiri kebutuhan-kebutuhan dasarnya, seperti makan, berpakaian, dan

membersihkan diri (mandi dan lainnya). Masa ini tidak dapat ditentukan pada usia

tertentu, melainkan ukurannya adalah tamyiz dan lepas dari ketergantungan. Selama

anak kecil sudah mumayyiz dan tidak lagi bergantung pada pelayanan wanita, serta

50

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h.185.

Page 55: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

46

dapat mengerjakan sendiri seluruh kebutuhan dasarnya, maka berakhirlah masa

pengasuhannya.51

Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang batas usia bagi anak kecil laki-laki

tidak memerlukan hadhanah. Sebagian mereka menetapkan 7 (tujuh) tahun, sebagian

lagi 9 (sembilan) tahun, dan yang lain lagi adalah 11 tahun. Kementerian kehakiman

berpendapat bahwa kemaslahatanlah yang harus dijadikan pertimbangan hakim untuk

secara bebas menetapkan kepentingan anak laki-laki kecil sampai usia 11 (sebelas)

tahun. Apabila hakim menganggap kemaslahatan bagia anak ini tetap tinggal dalam

asuhan seorang wanita, maka ia boleh memutuskan demikian sampai usia 9

(sembilan) tahun bagi laki-laki, dan 11 (sebelas) tahun bagi perempuan. Akan tetapi

apabila hakim menganggap bahwa kemaslahatan anak ini menghendaki yang lain,

maka ia dapat memutuskan untuk menyerahkan anak-anak tersebut kepada selain

perempuan.52

Adapun lamanya masa hadhanah, ada beberapa pendapat yang dikemukakan

oleh beberapa Imam Mazhab:

1. Imam Syafi‟i dan Ishak mengatakan bahwa lama masa hadhanah adalah sampai

7 (tujuh) tahun atau 8 (delapan) tahun.

2. Ulama-ulama Hanafiyah dan Ats-Tsauri mengatakan bahwa ibu lebih berhak

mengasuh anak laki-laki sampai ia pandai makan sendiri, dan berpakaia sendiri,

sedang anak perempuan sampai ia haidh.

51

Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqh Sunnah, h. 537

52 Slamet Abidin dkk, Fikih Munakahat 2,h.184.

Page 56: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

47

3. Imam Malik mengatakan bahwa ibu berhak mengasuh anak perempuan sampai ia

menikah. Sedang bapak berhak mengasuh anak laki-laki sampai ia baligh.53

Dalam Kompilasi Hukum Islam menyatakan tentang kapan berakhirnya masa

hadhanah :

1. Pasal 105 menyatakan pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum

berumur 12 tahun adalah hak ibunya.

2. Pasal 98 ayat 1 menyatakan batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau

dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun belum

pernah melangsungkan perkawinan.

D. Pengertian Istri Mafqud Menurut UU No.1 Tahun 1974 dan KHI

Kata mafqud secara etimologis merupakan isim maf‟ul dari lafaz faqada-

yafqudu-faqdan yang berarti hilang atau menghilangkan sesuatu. Jadi yang dimaksud

dengan mafqud dalam konteks ini adalah seorang wanita yang suaminya hilang dan

tidak diketahui keadaan serta keberadaannya. Menurut Wahbah Zuhaily, yang

dimaksud dengan mafqud adalah orang yang hilang tidak diketahui apakah ia masih

hidup sehingga bisa dipastikan kedatangannya kembali atau apakah ia sudah

meninggal dunia sehingga kuburannya dapat diketahui.54

Namun dalam skripsi ini

yang dibahas berbeda dengan sebelumnya yaitu yang mafqud adalah isteri bukanlah

suami.

53

Ibid., h. 185

54 Wahbah Al Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa adillatuhu Juz IV, h. 750.

Page 57: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

48

Dalam bahasa istilah Mafqud bisa diterjemahkan dengan al-Ghaib. Kata ini

secara etimologis memiliki arti ghaib, tiada hadir, bersembunyi, mengumpat. Hilang

dalam hal ini terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Hilang yang tidak terputus karena diketahui tempatnya dan ada berita atau

informasi tentangnya.

2. Hilang yang terputus, yaitu yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya serta

tidak ditemukan informasi tentangnya.

Dari dua definisi diatas, nampak telah jelas bahwa yang dimaksud dengan

mafqud disisni orang yang meninggalkan keluarganya yang sampai pada saat tertentu

keluarganya tidak mengetahui apakah ia masih hidup ataukah sudah meninggalkan

dunia ataukah kabarnya masih tersambung atau akan terputus.

Sebagaimana disebut dalam pasal 1 UU No.1 /1974 dijelaskan bahwa tujuan

perkawinan adalah membentuk keluaraga yang bahagia, kekal, berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa atau dalam KHI disebut dengan Mitsaqan Ghaliza (ikatan

yang kuat), namun dalam realitanya sering kali perkawinan tersebut kandas tengah

jalan yang mengakibatkan putusnya perkawinan baik karena sebab kematian,

perceraian ataupun karena putusan pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh Undang-undang.55

Dalam Undang-undang Perkawinan Pasal 38

dinyatakan: Perkawinan dapat putus karena, (a) kematian, (b)perceraian dan (c) atas

keputusan pengadilan.

55

Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawianan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal

Central Publishing, 2002), h.41.

Page 58: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

49

Adapun dalam masalah ini putusnya perkawinan dengan keputusan

pengadilan adalah jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu

yang cukup lama. Undang-undang Perkawinan tidak menyebutkan berapa lama

jangka waktu untuk menetapkan hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang

itu.56

Dalam PP No.9 Tahun 1975 Pasal 19 point (b) dinyatakan: Salah satu pihak

meninggalkan pihak lain selama (2) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan

tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

Selanjutnya menurut Lili Rasjidi, jika tidak terdengar kabar beritanya untuk

masa lima tahun atau lebih, yakni dari jangka terakhir terdengar berita orang itu

masih hidup. Atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri akan

memanggil orang yang hilang itu melalui selebaran umum untuk menghadap dalam

jangka waktu tiga bulan. Panggilan ini akan diulangi sampai tiga kali jika panggilan

yang pertama dan kedua tidak mendapat sambutan. Setelah itu barulah pengadilan

akan membuat suatu ketetapan tentang telah dianggapnya meninggal orang itu.

Mungkin inilah yang disebut dengan Putusan Pengadilan bahwa orang

tersebut telah wafat, lalu ia kembali maka ia tidak memiliki hak kembali terhadap

suaminya tersebut. Jika suaminya telah menikah kembali, maka ia pun boleh menikah

lagi.

56

Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung:

Alumni, 1982), h.291.

Page 59: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

50

E. Hubungan Istri Mafqud Dengan Perceraian

Ta‟rif talak menurut bahasa Arab adalah „‟melepaskan ikatan‟‟. Yang

dimaksud disini adalah melepaskan ikatan pernikahan. Adapun tujuan pernikahan

adalah sebagai berikut :

1. Untuk hidup dalam pergaulan yang sempurna.

2. Suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur rumah tangga dan keturunan.

3. Sebagai suatu tali yang amat teguh guna memperkokoh tali peraudaraan antara

kaum kerabat laki-laki (suami) dengan kaum kerabat perempuan (istri) sehingga

pertalian itu akan menjadi suatu jalan yang membawa satu kaum (golongan)

untuk tolong-menolong dengan kaum yang lainnya.57

Apabila pergaulan kedua suami istri tidak dapat mencapai tujuan-tujuan

tersebut, maka hal itu akan mengakibatkan berpisahnya dua keluarga. Karena tidak

adanya kesepakatan antara suami istri, maka dengan keadilan Allah Swt. Dibukakan-

Nya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yaitu perceraian yang diharapkan

dapat terjadi ketertiban dan ketentraman antara kedua belah pihak, dan supaya

masing-masing dapat mencari pasangan yang cocok dan dapat mencapai apa yang

dicita-citakan.

Apalagi bila perselisihan suami istri itu menimbulkan permusuhan, menanam

bibit kebencian antara keduanya atau terhadap kaum kerabat mereka, sehingga tidak

ada jalan lain, sedangkan ikhtiar untuk perdamaian tidak dapat diperbaiki lagi, maka

57

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h.401.

Page 60: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

51

talak (perceraian) itulah sebagai jalan satu-satunya yang menjadi pemisah antara

mereka sebab menurut asalnya hukum talak itu makruh.

Dalam Islam sebuah perkawinan terdapat hak dan kewajiban masing-masing

antara suami istri dalam menjalankan rumah tangga yang diatur sangat jelas untuk

membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.58

Dalam Perundang-undangan Perkawinan Indonesia terdapat tiga kategori

tentang hak dan kewajiban suami istri, yaitu :

1. hak dan kewajiban bersama ;

2. kewajiban-kewajiban suami ; dan

3. kewajiban-kewajiban istri.

Adapun kewajiban bersama suami istri yaitu :

1. Wajib menegakkan rumah tangga59

dan hal-hal penting dalam rumah tangga

diputuskan bersama oleh suami dan istri,60

2. Mempunyai hak dan kedudukan yang seimbang dalam kehidupan rumah tangga

dan pergaulan dalam masyarakat,61

3. Berhak melakukan perbuatan hukum,62

58

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h.198. 59

Undang-undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 pasal 30,”suami istri memikul kewajiban

yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dari susunan masyarakat”. (KHI pasal

77 ayat 1).

60 Kompilasi Hukum Islam pasal 80 ayat 1,” suami adalah pembimbing terhadap istri dan

rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal- urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan

oleh suami istri bersama.

61 UU No. 1/1974 pasal 31 ayat 1,‟‟ Hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah

tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat‟‟. (KHI pasal 79 ayat 2).

62 UU No. 1/1974 pasal 31 ayat 2” Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan

hukum”. (KHI pasal 79 ayat 3).

Page 61: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

52

4. Musyawarah bersama dalam menentukan tempat tinggal (rumah),63

5. Wajib saling mencintai, hormat menghormati dan saling membantu,64

6. Mempunyai hak gugat apabila salah satu melalaikan kewajibannya,65

7. Harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama,66

8. Masing-masing berhak menguasai dan menggunakan harta bawaan, hadiah dan

warisan masing-masing,

9. Harus persetujuan bersama untuk menggunakan harta bersama, dan jika terjadi

perceraian, harta bersama diatur menurut hukum masing-masing,

10. suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.67

Adapun kewajiban-kewajiban suami ada empat yaitu :

1. Suami wajib membimbing istri dan rumah tangga.

2. Suami wajib melindungi istri dan memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang

meliputi nafkah, kiswah, tempat tinggal, biaya rumah tangga, biaya perawatan,

biaya pengobatan dan biaya pendidikan.68

63

U No.1/1974 pasal 32 ayat 2,” Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1)

pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama‟‟. (KHI 78 ayat 2).

64 UU No.1/1974 pasal 33,‟‟Suami istri wajib saling cinta mencintai hormat-menghormati,

setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”. (KHI pasal 77 ayat 2).

65 UU No.1/1974 pasal 34 ayat 3,‟‟ Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-

masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan”. (KHI pasal 77 ayat 5).

66 UU No. 1/1974 pasal 35 ayat 1,‟‟harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi

harta bersama‟‟.

67 UU No. 1/1974 pasal 36 ayat 2,‟‟ Mengenai harta bawaan masing-masing , suami dan istri

mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya”.

68 KHI pasal 80 ayat 4,” Sesuai dengan penghasilannya suami menaggung: (a) nafkah,

kiswah, dan tempat kediaman bagi istr; (b) biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan

bagi istri dan anak; (c) biaya pendidikan bagi anak”. KHI pasal 81 ayat 4,” suami wajib melengkapi

Page 62: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

53

3. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istri dan memberi kesempatan

belajar.

4. Suami wajib menyediakan tempat tinggal bagi istri dan anak atau bekas istri yang

masih dalam masa iddah.

Diantara beberapa kewajiban istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

1. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.

2. Mengatur rumah dengan baik.

3. Menghormati keluarga suami.

4. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.

5. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.

6. Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan suami.

7. Selalu berhemat dan suka menabung.

8. Selalu berhias, bersolek untuk atau di hadapan suami.

9. Jangan selalu cemburu buta.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, mengenai kewajiban istri terhadap suami

dijelaskan dalam Pasal 83 dan pasal 84 sebagai berikut: (1) Kewajiban utama bagi

seorang istri adalah berbakti lahir batin kepada suami di dalam batas-batas yang

dibenarkan oleh Hukum Islam,(2) istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan

rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.dan dalam Pasal 84 (1)Istri dapat

dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban, sebagaimana

dimaksud dlam pasal 83 ayat (1), kecuali dengan alasan yang sah, (2)Selama istri

tempat kediaman sesuai sengan kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat

tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.

Page 63: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

54

dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4)

huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya, (3)Kewajiban

suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz, (4)

Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti

yang sah. 69

F. Akibat Hukum Istri Mafqud Terhadap Hak Asuh Anak

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian menurut Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan berdampak kepada misalnya mengenai

hubungan suami istri menjadi bekas suami, bekas istri, tempat tinggal dan

sebagainya. Tetapi yang lebih penting mengenai nasib anak dan kepentingannya,

biasanya terjadi terhadap anak yang masih kecil-kecil atau dibawah umur, hal

tersebut diatur dalam pasal 156 Kompilasi Hukum Islam.70

Sesuai dengan ketentuan Pasal 105 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam,

bahwa : „‟Dalam hal terjadinya perceraian, maka pemeliharaan anak yang belum

mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya‟‟.71

Namun demikian,

Pengadilan Agama Jakarta Barat telah menetapkan hak asuh anak (hadhanah) anak

yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun kepada bapaknya ‘’akibat talak

yang dijatuhkan suami kepada istri yang mafqud’’, sebagaimana tertuang dalam

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor : 881/Pdt.G/2008/PA.JB.

69

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 164.

70 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademia Pressindo, 2007),

h. 138.

71 Ibid,.h. 158.

Page 64: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

55

BAB III

PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Jakarta Barat

Keberadaan Pengadilan Agama merupakan fenomena khas yang terdapat di

sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim. Di Indonesia cikal bakal

Pengadilan Agama telah ada sejak zaman kesultanan pada abad ke-15 Muslim

dibeberapa wilayah nusantara. Kedudukan Pengadilan Agama selanjutnya bahkan

mendapat pengakuan dari kolonial Belanda pada abad ke-19 M. Namun, sungguhpun

mempunyai status yuridis baru diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal

19 Januari 1882 dengan dikeluarkannya surat keputusan No 241, keberadaan

peradilan Agama hingga hampir 50 tahun Indonesia merdeka lebih bersifat semu dan

tetap berada di posisi marjinal. Padahal kedudukan dan peran mereka sangatlah

sentral dalam tatanan masyarakat di Indonesia.2

Lahirnya Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama telah membuka babak baru bagi proses penguatan yang signifikan untuk

struktur dan kapasitas yurisdiksi Peradilan Agama. Boleh dibilang bahwa sejak

dekade 1990-an, konsilidasi peradilan agama berlangsung dengan cukup intensif dan

mengalami perkembangan institusional yang pesat dari waktu ke waktu. Intergrasi

struktur peradilan agama sejak tahun 2004 yang sebelumnya berada di bawah

1 Staatblad 1882 No. 152 Tentang Pengadilan Agama Di Jawa Dan Madura

2 Demi Keadilan dan Kesetaraan Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di

Indonesia,cet. Pertama,( Jakarta: Pusat Studi Konstitusi Hukum dan HAM (PUSKUMHAM) UIN

Syarif Hidayatullah ,2009), h. 78.

Page 65: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

56

koordinasi Departemen Agama, ke dalam wilayah administrasi Mahkamah Agung

mendorong percepatan proses kemajuan di berbagai bidang, temasuk peningkatan

anggaran belanja tahunan dan kualitas sumber daya manusia.

Terhadap Stb. 1882 No. 152 para ahli hukum bersepakat bahwa hal tersebut

merupakan hasil dari teori Receptio In Complexu LWC Van den Berg. Keberadaan

Peradilan Agama mulai digugat ketika lahirnya teori Hukum Adat oleh Van Vollen-

Hoven dan Snouck Hurgronje dengan teori Receptie, akibat dari teori tersebut

pemerintah Hindia Belanda meninjau kembali kedudukan Peradilan Agama karena

Stb. 1882 No. 152 dianggap merupakan suatu kesalahan pemerintah Hindia Belanda

yang mengakui terbentuknya Peradilan Agama Stb. 1882 No. 152 yang intinya

"memperlakukan undang-undang agama", diganti dengan Stb. Tahun 1907 No. 204,

Stb. Tahun 1919 No. 262 yang intinya "memperhatikan undang-undang agama".3

Pasca proklamasi kemerdekaan, tanggal 17 Agustus 1945 berdasarkan pada

Pasal II Aturan Peralihan kemudian dipertegas dengan Peraturan Presiden No. 2

pada tanggal 10 Oktober 1945 dalam Pasal 1, dijelaskan:

"Segala badan-badan negara yang ada sampai berdirinya Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945 selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang

Dasar, maka tetap berlaku asal saja tidak bertentangan dengan undang-undang

3 Dadang Muttaqien, “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama

Dalam Persfektif Sosiologi Hukum”, artikel diakses pada 19 April 2010 dari http://msi-

uii.net.baca.asp?kategori=rubrik&menu=259

3 Dadang Muttaqien, dkk, Peradilan Agama Dan Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata

Hukum Indonesia, ( Yogyakarta : UII Press, 1999), h.39

Page 66: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

57

tersebut".4 Dengan demikian Peradilan Agama sebagai produk hukum kolonial

Hindia Belanda masih dipergunakan di Indonesia.

Di zaman pemerintahan Hindia Belanda Pengadilan Agama berkembang,

daerah demi daerah dalam keadaan yang tidak sama, baik namanya, wewenangnya

maupun strukturnya. Legitimasi keberadaan Pengadilan Agama waktu itu didasarkan

pada pasal 75 ayat (2) Regerings Reglement (RR) yang berbunyi :

“Dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang Indonesia asli atau orang

yang dipersamakan dengan mereka, maka mereka tunduk kepada putusan hakim

agama atau kepada masyarakat mereka menurut undang-undang agama atau

ketentuan-ketentuan agama mereka”.5

Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga

kantor yang dinamakan Kantor Cabang yaitu:

a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarat Utara

b. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah

c. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk6

Ketiga kantor cabang tersebut termasuk dalam wilayah yuridiksi hukum

cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian pada tanggal 16 Desember

1976 telah keluar Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 tentang

4 Peraturan Presiden No.2 tahun 1945 Tentang Pembaharuan Tata Hukum Kolonial Menjadi

Tata Hukum Nasional.

5 Regerings Reglement pasal 75 ayat 2 Tentang Tata Hukum Kolonial.

6 Dadang Muttaqien, dkk, Peradilan Agama Dan Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata

Hukum Indonesia, h.40

Page 67: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

58

pembentukan cabang Mahkamah Islam, yang menyatakan bahwa semua Pengadilan

Agama di propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di Daerah

Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam wilayah hukum Makhamah Islam Tinggi Cabang

Bandung. Istilah Mahkamah Islam Tinggi kemudian berkembang menjadi Pengadilan

Tinggi Agama (PTA).7

Setelah itu perpindahan Pengadilan Tinggi Agama Surakarta ke Jakarta

didasari oleh Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 61 Tahun

1985, akan tetapi realisasi pelaksanaannya terjadi pada tanggal 30 Oktober 1987 lalu

secara otomatis wilayah hukum pengadilan agama di wilayah DKI Jakarta menjadi

wilayah hukum hukum pengadilan tinggi agama Jakarta.8

Perkembangan yang terjadi dari masa ke masa bahwa terbentuknya kantor

pengadilan agama Jakarta Barat merupakan jawaban dari perkembangan masyarakat

Jakarta.

Faktor terbentuknya kantor cabang pengadilan agama Jakarta Barat adalah

sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk di wilayah Jakarta Barat dan

bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Barat yang

wilayahnya cukup luas.9

7 Indolaw, “Keputusan Menteri Agama No. 71 Tahun 1976 Tentang Pembentukan Cabang

Mahkamah Islam”, artikel diakses pada 19 April 2010, dari

www.indolaw.net/Seiten/SachindexHead.html

8 Ibid., h.41

9 Wawancara Pribadi dengan Muhiddin, Jakarta, 7 Februari 2011

Page 68: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

59

Kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat mengalami perpindahan tempat.

Pertama kali kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat berada di jalan Limo Kebayoran

Lama, yang merupakan dana dari sebuah yayasan. Dikarenakan status kepemilikan

bangunan masih Hak Guna Bangunan (HGB) maka gedung Pengadilan Agama lalu

berpindah tempat, yang terletak di jalan Flamboyan II/2, Cengkareng Barat Jakarta

Barat. Tergolong tidak strategis karena tidak dilewati kendaraan umum atau jaraknya

± 1500 M dari jalan Kamal Raya dan berdampingan dengan rumah susun

Cengkareng.10

Gedung Pengadilan Agama Jakarta Barat yang dibangun pada tahun 1994 dan

selesai pada tahun 1997 adalah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Kemudian

olehnya diserahterimakan kepada Pengadilan Agama Jakarta Barat pada tanggal 19

Mei 199711

untuk dipergunakan sebagai tempat kegiatan Pengadilan Agama Jakarta

Barat dalam melaksanakan tugas penegakan hukum dan keadilan. Pada saat ini

kondisinya sebagai berikut:

1. Luas Tanah

Luas tanah kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat seluruhnya adalah 3.056 M²

yang seluruhnya berupa tanah darat.

2. Luas Bangunan kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat seluruhnya 2.400 M².12

10

Laporan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2009, h. 45

11 Ibid., h.45

12 Ibid., h.46

Page 69: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

60

Pengadilan Agama Jakarta Barat sebagaimana instansi yang melaksanakan

tugas kekuasaan kehakiman dalam menjalankan tugasnya yang menjadi landasan

hukum dan landasan kerjanya adalah:

1. Undang-undang Dasar 1945.

2. Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan

kehakiman.

3. Undang-undang Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

4. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

5. Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan

undang-undang Nomor 1 tahun 1974.

7. Keputusan Ketua Menteri Agama RI Nomor KMA/ 004/ SK/ II/ 1992 tanggal 24

Februari 1992 tentang susunan organisasi dan tata kerja kepanitraan Pengadilan

Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan keputusan Menteri Agama RI Nomor

303 tahun 1990 tentang susunan organisasi dan tata kerja kesekertariatan

Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.

8. Keputusan Menteri Agama RI Nomor KMA/ 001/ SK/ I/ 1991 tanggal 24 Januari

1991 tentang pola pidana dalam Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi

Agama.

9. Keputusan Menteri Agama RI Nomor KMA/ 006/ SK/ III/ 1994 tentang

pengawasan dan evaluasi atas hasil pengawasan oleh pengadilan tingkat banding

dan pengadilan tingkat pertama.

Page 70: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

61

10. Undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan

dengan tugas dan wewenang Pengadilan Agama.

11. Keputusan Presiden Nomor 21 tahun 2004 tentang perubahan satu bab dibawah

Mahkamah Agung RI.13

B. Letak Geografis

Secara geografis wilayah Jakarta Barat terletak antara 6º 10’ LS dan 106º 49’

BT. Wilayah hukum Pengadilan agama Jakarta Barat meliputi wilayah kota Jakarta

Barat yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan 49 (empat puluh sembilan) Kelurahan

yaitu:

1. Kecamatan Cengkareng

Kecamatan Cengkareng terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Cengkareng Timur

2) Kelurahan Cengkareng Barat

3) Kelurahan Kapuk

4) Kelurahan Rawa Buaya

5) Kelurahan Duri Kosambi

6) Kelurahan Kedaung Kali Angke14

2. Kecamatan Grogol Pertamburan

Kecamatan Grogol Pertamburan terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan, yaitu:

13

Pengadilan Agama Jakarta Barat, artikel diakses pada 19 April 2010 dari http://pajb.net

14 Ibid.

Page 71: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

62

1) Kelurahan Grogol

2) Kelurahan Tanjung Duren Utara

3) Kelurahan Tanjung Duren Selatan

4) Kelurahan Tomang

5) Kelurahan Jelambar

6) Kelurahan Jelambar Baru

7) Kelurahan Wijaya Kusuma15

3. Kecamatan Tambora

Kecamatan Tambora terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Tambora

2) Kelurahan Tanah Sareal

3) Kelurahan Duri Utara

4) Kelurahan Duri Selatan

5) Kelurahan Angke

6) Kelurahan Roa Malaka

7) Kelurahan Pekojan

8) Kelurahan Jembatan Besi

9) Kelurahan Jembatan Lima

10) Kelurahan kali Anyar

11) Kelurahan Krendang16

15

Ibid.

Page 72: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

63

4. Kecamatan Taman Sari

Kecamatan Taman Sari terdiri dari 8 (delapan) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Taman Sari

2) Kelurahan Glodok

3) Kelurahan Keagungan

4) Kelurahan Krukut

5) Kelurahan Tangki

6) Kelurahan Maphar

7) Kelurahan Mangga Besar

8) Kelurahan Pinangsia17

5. Kecamatan Palmerah

Kecamatan Palmerah terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Palmerah

2) Kelurahan Kota Bambu Utara

3) Kelurahan Kota Bambu Selatan

4) Kelurahan Kemanggisan

5) Kelurahan Jati Pulo

6) Kelurahan Slipi18

6. Kecamatan Kembangan

16

Ibid.

17 Ibid.

18 Ibid.

Page 73: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

64

Kecamatan Kembangan terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Kembangan Selatan

2) Kelurahan Kembangan Utara

3) Kelurahan Meruya Utara

4) Kelurahan Meruya Selatan

5) Kelurahan Srengseng

6) Kelurahan Joglo19

7. Kecamatan Kalideres

Kecamatan Kalideres terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Kalideres

2) Kelurahan Tegal Alur

3) Kelurahan Kamal

4) Kelurahan Semanan

5) Kelurahan Pegadungan20

Adapun batas wilayah Pengadilan Agama Jakarta Barat, yaitu:

1) Utara : Kabupaten Tangerang dan Kota Madya Jakarta Utara

2) Timur : Kota Madya Jakarta Utara dan Kota Madya Jakarta Pusat

3) Selatan : Kota Madya Jakarta Selatan dan Kota Madya Tangerang

4) Barat : Kota Madya Tangerang.21

19

Ibid.

20 Ibid.

Page 74: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

65

C. Strukur Organisasi

Berdasarkan surat keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 004 tahun

1992 tentang susunan organisasi serta surat keputusan Menteri Agama RI Nomor

303 tahun 1990 tentang susunan organisasi ditetapkan bahwa struktur organisasi

Pengadilan Agama Jakarta Barat sebagaimana berlaku pada Pengadilan Agama di

lingkungan Departemen Agama RI, adalah sebagai berikut:

a. Ketua : Drs. H. Musfizal Musa, SH, MH

b. Wakil Ketua : Drs. Masrur, SH, MH

c. Dewan Hakim :

- Dra. Nuraini Saladin, SH

- Drs. Asep Gupron, SH

- Drs. TB A Murtaqi, S.Y, SH

- Drs. Muhiddin, SH, MH

- Dra. Ida Hamidah, MH

- H. M. Ali Syarifuddin, M.LC, SH

- Dra. Hj. A. Salimah, SH, MH

- Drs. Abu Thalib Zisma

- Drs. M. Rosyid Ya’kub

- Drs. M. Rizal, SH, MH

21

Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2009, h.41

Page 75: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

66

d. Panitera/ Sekertaris : Eliakim Sihotang, SH

e. Wakil Sekertaris : Neneng Kurniati, S.Ag

f. Wakil Panitera : Hj. Umi Salamah T, SH, MH

g. Ka. Sub. Keuangan : Imron Rosyidi, SH

h. Ka. Sub Kepegawaian : Nisrin, SH

i. Ka. Sub. Umum : Suryatiningsih

j. Panmud Permohonan : Ruslan P, SH

k. Panmud Gugatan : Endang. P, SH

l. Panmud Hukum : Drs. H. Abdul Chaer HN, SH

m. Panitera Pengganti :

- Turchamun Ichwanuddin, SH

- Saparanto, SH

- Abdul Hamid, S.Ag

- Atiyah Shaufanah, SH

- Patimah, SH

- Junaedi, SH

- Muhlis, SH

n. Jurusita : Ahlan, SH

o. Jurusita Pengganti :

- Djuhdan Muharom

- H. Jamhur

- Toto Sudarto

Page 76: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

67

- Imam Suwardi

- Rostina, Shi

- Abdul Ghofur.22

STRUKTUR ORGANISASI23

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT (UNDANG-UNDANG No. 7/1989/ Jo UU No. 3/2006 )

22

Ibid., h.42

23 Pengadilan Agama Jakarta Barat, artikel diakses pada 24 April 2010 dari

http://www.pajb.net/index.php/struktur-organisasi

Page 77: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

68

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

A. Deskripsi Perkara/Duduk Perkara

Dalam surat gugatan duduk perkara/posita sangat eksistensinya, setiap surat

gugatan memuat posita. Pada hakikatnya posita atau fundamentum petendi yaitu

menguraikan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa.1 Biasanya dalam

praktik baik dalam putusan ataupun surat gugatan lebih dikenal atau lebih lazim

disebut dengan tentang duduk perkara yang menjadi dasar gugatan atau menguraikan

secara kronologis duduk perkaranya kemudian penguraian tentang hukumnya, tidak

berarti harus menyebutkan peraturan-peraturan hukum yang dijadikan dasar tuntutan,

melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan dalam persidangan nanti

sebagai dasar dari tuntutan.2

Tentang posita atau duduk perkara dalam surat gugatan yang tertanggal 10

Oktober 2008 yang terdaftar di bagian Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakara Barat

dengan register perkara Nomor: 881/Pdt.G/2008/PA.JB. Telah mengajukan

Permohonan talak sebagai berikut:

1. Bahwa, pada tanggal 06 Juni 1997, Pemohon dengan Termohon melangsungkan

pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama

1 Faizal Kamil, Asas Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Badan Penerbi Iblam, 2005),h.60.

2 Fauzie Yusuf Hasibuan, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum

Indonesia, 2006), h.9.

Page 78: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

69

Kecamatan Palmerah Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta (Kutipan Akta Nikah

Nomor: 227/19/VI/1997 tanggal 06 Juni 1997);

2. Bahwa, setelah pernikahan tersebut PEMOHON dengan TERMOHON bertempat

tinggal dirumah kontrakan di Jalan KS. Tubun III-B, Kelurahan Slipi, Jakarta

Barat;

3. Bahwa, selama pernikahan tersebut PEMOHON dan TERMOHON telah hidup

rukun sebagaimana layaknya suami istri dan telah dikaruniai 2 orang anak yang

bernama:

1. AHMD MUZAMIL, lahir tanggal 5Juni 1998.

2. NUR KHALIZAH, lahir tanggal 9 November 2001.

4. Bahwa, kurang lebih sejak bulan April tahun 2008 ketentraman rumah tangga

PEMOHON dan TERMOHON mulai goyah, yang disebabkan oleh:

1. Termohon sering menolak ajakan untuk berhubungan suami isteri terhadap

Pemohon.

2. Termohon sering meninggalkan anak-anak disaat Pemohon kerja.

3. Pemohon dan Termohon pisah tempat tinggal sejak tanggal 14 Agustus 2008.

4. Termohon telah berselingkuh dengan Pria lain Non Muslim.

5. Bahwa puncak keretakan hubungan rumah tangga antara pemohon dan termohon

tersebut terjadi pada bulan Agustus tahun 2008, yang akibatnya termohon telah

pergi meninggalkan pemohon hingga sekarang tanpa alasan yang jelas dan sah

dan selama itu Termohon tidak pernah pulang dan tidak pernah kirim kabar serta

Page 79: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

70

tidak diketahui alamatnya yang jelas dan pasti di wilayah Republik Indonesia

(GHOIB).

6. Bahwa Pemohon telah berusaha keras mencari Termohon, kemudian Pemohon

mencari keberadaan Termohon di rumah Paman Termohon di Cipondoh-

Tangerang namun Pemohon tidak mengetahui keberadaan Termohon sampai

sekarang.

7. Bahwa pemohon telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan

musyawarah namun tidak berhasil.

8. Bahwa akibat tindakan tersebut diatas, Pemohon sudah tidak sanggup lagi

memberikan nasehat dan bimbingan kepada Termohon dan Pemohon sudah tidak

sanggup lagi melanjutkan rumah tangga dengan Termohon, maka jalan keluar

yang terbaik bagi Pemohon menceraikan Termohon dihadapan sidang Pengadilan

Agama Jakarta Barat.

9. Bahwa 2 orang anak hasil perkawinan Pemohon dan Termohon saat ini masih

kecil dan membutuhkan kasih sayang dari Pemohon sebagai Ayah kandungnya,

oleh karenanya mohon Pemohon ditunjuk sebagai pengasuh dan pemelihara atas

anak tersebut.3

3 Arsip Pengadilan Agama Jakarta Barat, Putusan No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB

Page 80: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

71

B. Profil dan Pihak Yang Terlibat

a. Pemohon adalah Mohammad Arief bin Achmad, umur 39 tahun, agama Islam,

pendidikan SLTA, Pekerjaan Karyawan Swasta, Tempat tinggal di Jalan

KS.Tubun III RT.008 RW. 007 No. 15, Kelurahan Slipi Kecamatan Palmerah

Kota Jakarta Barat.

b. Tergugat adalah , Survita Widiyanti binti Moch. Surip H.U, Umur 29 tahun,

agama Islam, Pendidikan SMP, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dahulu bertempat

tinggal di Jalan KS. Tubun III-B RT.008 RW. 007 No. 15, Kelurahan Slipi

Kecamatan Palmerah Kota Jakarta Barat.

c. Ahamad Syaikhu bin Ilyas adalah sebagai saksi dari pihak pemohon yang telah

memberikan keterangan dimuka persidangan.

d. M.Satri bin Umar adalah sebagai saksi dari pihak pemohon yang telah

memberikan keterangan dimuka persidangan.

e. Drs. H. Muhiddin, SH.MH yaitu sebagai Hakim Ketua.

f. H. M. Ali Syarifuddin, M.Lc,SH yaitu sebagai Hakim Anggota I.

g. Drs. H. Nemin Aminuddin, SH.MH yaitu sebagai Hakim Anggota II.

h. Saparanto, SH sebagai Panitera Pengganti.

C. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim

Acuan utama dalam membuat pertimbangan hukum adalah apa yang terjadi

dalam proses persidangan serta ketentuan hukum yang berlaku di lingkungan

Page 81: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

72

peradilan. Putusan-putusan hakim pada dasarnya tidak boleh melewati apa yang

dimohon atau digugat.

Salah satu celah yang dapat memanfaatkan untuk memaksimalkan tuntutan,

misalnya melalui permintaan menetapkan putusan berdasarkan pada prinsip ex aequo

et bono, yang memberikan kelonggaran bagi hakim untuk menggali hukum seluas-

luasnya demi menegakkan keadilan.4

Majelis hakim dalam memutuskan suatu perkara dituntut suatu keadilan dan

untuk itu hakim melakukan penilaian terhadap peristiwa dan fakta-fakta yang ada

apakah benar-benar terjadi. Hal ini hanya bisa dilihat dari pembuktian,

mengklasifikasikan antara yang penting dan tidak penting (mengkualifikasi), dan

menanyakan kembali kepada pihak lawan mengenai keterangan saksi-saksi dan fakta-

fakta yang ada.5

Adapun pertimbangan hukum dalam memutuskan perkara ini adalah bahwa

majelis hakim telah berupaya mendamaikan pemohon agar bersabar dahulu akan

tetapi tidak berhasil dan Majelis telah memanggil pihak Termohon dengan patut akan

tetapi tidak hadir dipersidangan, dan tidak hadirnya Termohon tersebut tidak disertai

dengan alasan yang sah, maka Majelis menyatakan bahwa perkara ini dapat diperiksa

tanpa hadirnya pihak Termohon (verstek).

4 Demi Keadilan dan Kesetaraan Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di

Indonesia,cet. Pertama,( Jakarta: Pusat Studi Konstitusi Hukum dan HAM (PUSKUMHAM) UIN

Syarif Hidayatullah ,2009), h.78.

5 Wawancara Pribadi dengan Muhiddin, Senin, 7 Februari 2011

Page 82: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

73

Majelis hakim juga mempertimbangkan hal lainnya yaitu, bahwa gugatan

penggugat dapat dibuktikan dengan mengajukan alat bukti berupa fhotocopy salinan

Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama dengan No: 277/19/VI/1997 dan fhotocopy

akta kelahiran kedua anaknya serta surat keterangan ghaib dari kelurahan No.

730/1.755.0/08. Selain bukti surat, penggugat juga menghadirkan 2 orang saksi yang

menerangkan mengenai dalil gugatan pemohon yang pada intinya menguatkan dalil-

dalil permohonan Pemohon dan telah berusaha merukunkan akan tetapi tidak berhasil

kini rumah tangga Pemohon pisah tempat tinggal sejak bulan agustus 2008 dan saksi

sudah berusaha mencari tidak berhasil.

Berdasarkan hasil penelitian dalam petitum dari gugatan penggugat, putusan

No. 881/Pdt.G/2008/PA.JB, maka pertimbangan hukum majelis hakim yang

mencakup hal-hal pokok tersebut, yang salah satunya:

Pertimbangan pertama, menimbang bahwa berdasarkan pernyataan pemohon

yang dikuatkan dengan adanya bukti P.1 kepada Pengadilan Agama Jakarta Barat

yaitu bahwa pemohon dan termohon terikat dalam perkawinan yang sah.

Pertimbangan kedua, menimbang berdasarkan relaas panggilan nomor

881/Pdt.G/2008/PA.JB tanggal 21 Oktober 2008 dan nomor yang sama tanggal 21

Nopember terbukti bahwa pihak termohon telah dipanggil secara patut akan tetapi

tidak hadir dan tidak hadirnya pihak termohon tersebut tidak disertai dengan alasan

yang sah.

Pertimbangan ketiga, menimbang bahwa yang menjadi permasalahan

pemohon mengajukan permohonannya adalah karena rumah tangga pemohon dan

Page 83: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

74

termohon tidak harmonis, sering berselisih dan bertengkar. Antara pemohon dan

termohon sudah bermusyawarah akan tetapi tidak berhasil untuk itu pemohon

mengajukan untuk mengikrarkan talak terhadap pemohon.

Pertimbangan keempat, menimbang bahwa saksi-saksi keluarga dari pemohon

di dalam persidangan telah menerangkan yang pada intinya menguatkan dalil-dalil

permohonan pemohon. Hal ini diperkuat oleh saksi dari pihak pemohon bahwa rumah

tangga pemohon telah pisah tempat tinggal sejak bulan Agustus 2008 dan saksi sudah

berusaha mencari namun tidak berhasil.

Pertimbangan kelima, menimbang bahwa berdasarkan pasal 1 UU No. 1 tahun

1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam bahwa tujuan perkawinan adalah untuk

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal namun yang terjadi

dalam rumah tangga pemohon adalah sebaliknya yaitu suatu rumah tangga yang

dibarengi dengan perselisihan dan pertengkaran dan pihak pemohon telah

menghadirkan saksi keluarga yang keterangannya menguatkan dalil-dalil pemohon

sementara termohon meskipun telah dikaruniai 2 (dua) dipanggil dengan patut tidak

hadir dipersidangan, untuk itu Majelis Hakim berkesimpulan bahwa termohon

mengetahui adanya persidangan untuk itu gugurlah hak jawab termohon dengan

demikian alasan pemohon patut untuk dinyatakan terbukti.

Pertimbangan keenam, menimbang bahwa berdasarkan bukti-bukti tersebut

alasan pemohon telah sesuai dengan Pasal 19 huruf (F) PP.9 tahun 1975 Jo.Pasal 116

huruf (F) Kompilasi Hukum Islam, selain itu bahwa Pengadilan telah memanggil

termohon secara patut akan tetapi tidak hadir dalam persidangan maka berdasarkan

Page 84: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

75

Pasal 125 HIR Jo Pasal 39 ayat 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 permohonan

pemohon patut untuk dikabulkan.

Pertimbangan ketujuh, menimbang bahwa selama perkawinan antara

pemohon dan termohon telah dikaruniai 2 (dua) orang anak. Berdasarkan ketentua

pasal 41 huruf (a) UU nomor 1 tahun 1974 bahwa akibat putusnya perkawinan baik

ibu maupun bapak tetap berkewajiban dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya

berdasarkan kepentingan anak maka berdasarkan tuntutan pemohon tersebut dan

karena termohon tidak hadir dan dengan memperhatikan bukti P.2 dan P.3. Majelis

hakim mengabulkan permohonan dengan menetapkan bahwa anak pemohon dan

termohon ditetapkan pengasuhan dan pemeliharaannya kepada pemohon yaitu

bapaknya.

D. Analisis Penulis

Kasus ini adalah mengenai perkara permohonan talak yang diajukan karena

berbagai polemik rumah tangga yang terjadi karena istri telah meninggalkan rumah

dan Pengadilan Agama menyatakan istri mafqud/ghoib.

Mengenai putusan hakim No: 881/Pdt.G/2008/PA.JB, dengan memperhatikan

dalil-dalil serta bukti-bukti yang diajukan oleh penggugat yang menguatkan

keterangannya, maka pada tanggal 24 Februari 2009 Majelis Hakim yang diketuai

oleh Drs. H. Muhiddin, S.H, M.H dan panitera pengganti Suparanto, S.H, serta di

hadiri oleh pihak pemohon tanpa hadirnya termohon memutuskan untuk

mengabulkan permohonan pemohon dengan verstek untuk mengikrarkan talaknya

Page 85: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

76

kepada istrinya selaku pihak termohon serta menetapkan hak asuh kedua anaknya

jatuh kepada diri pemohon.

Landasan yang dijadikan sandaran majelis hakim untuk mengabulkan gugatan

pemohon tentang permohonan ikrar talak sebagai tuntutan primer adalah sebagaimana

ternyata bahwa kedua belah pihak telah kehilangan hakekat dan makna dari

perkawinan tersebut, dimana ikatan perkawinan antara keduanya sudah demikian

rapuh, tidak terdapat lagi rasa sakinah (ketenangan), dan telah luput dari rasa

mawadah (cinta) dan rahmah (kasih sayang) dan mempertahankan perkawinan seperti

itu tidak akan membawa maslahat, bahkan mungkin melahirkan mudharat yang lebih

besar bagi pemohon dan termohon.

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut majelis hakim

berpendapat bahwa dalil-dalil gugatan penggugat telah memenuhi alasan perceraian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf (F) PP No. 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116

huruf (F) KHI sehingga majelis hakim memandang patut untuk mengabulkan

permohonan pemohon tersebut untuk mengucapkan ikrar talak.

Dan mengenai ketentuan yang di pakai dalam menentukan hak hadhanah

kepada pihak pemohon adalah berdasarkan ketentuan pasal 41 huruf (a) Undang-

undang No. 1 Tahun 1974 yang di dalamnya mengatur bahwa akibat putusnya

perkawinan itu baik ibu ataupun bapak tetap berkewajiban untuk memelihara dan

mendidik anak-anaknya berdasarkan kepentingan si anak, dan dengan memperhatikan

bukti-bukti yang diajukan oleh pemohon seperti keterangan mafqudnya pihak istri,

Page 86: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

77

maka majelis hakim menetapkan bahwa hak asuh anak jatuh kepada pemohon yakni

bapak.

Setelah penulis mengadakan interview dengan salah satu dari majelis hakim

yang memutus perkara ini yakni Drs. H. Muhiddin, S.H, M.H. di Pengadilan Agama

Jakarta Barat perihal mengenai permasalahan yang menjadi obyek permasalahan

dalam penelitian ini, maka penulis mendapatkan kejelasan mengenai masalah yang

ingin diungkap dalam penelitian ini, khususnya mengenai hak asuh anak yang belum

mumayyiz kepada bapak.

Dalam perkara tersebut, ibu/istri sebagai pihak termohon tidak diketahui

keberadaannya, dan dari hasil perkawinan mereka telah dikaruniai anak yang ketika

perceraian diajukan oleh ayahnya anak tersebut belum mumayyiz, memang dalam

aturannya anak yang belum mumayyiz jatuh kepada ibunya, akan tetapi karena

ibunya tidak diketahui keberadaannya, jelas hak hadhanah anak tersebut jatuh kepada

bapaknya yang jelas keberadaannya untuk selanjutnya mengasuhnya.6

Dalam mengambil sebuah putusan, tentunya majelis hakim mengadakan

musyawarah terlebih dahulu, selanjutnya melihat kepada acuan hukum yang telah

ada, dan dalam perkara hak hadhanah dalam putusan tersebut telah diatur ketika

seorang anak yang belum mumayyiz maka hak hadhanahnya jatuh kepada ibunya,

akan tetapi istrinya dinyatakan tidak diketahui keberadaannya, maka hak hadhanah

atas anak tersebut jatuh kepada bapaknya. Kedekatan antara anak dengan ayahnya

dapat menjadikan suatu alasan yang menjadikan hak hadhanah diberikan kepada si

6 Wawancara Pribadi dengan Muhiddin, pada tanggal 7 Februari 2011.

Page 87: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

78

ayah tersebut, apalagi dalam kasus ini si ibu dinyatakan tidak diketahui

keberadaannya, jelas si ayah yang berhak atas hadhanah anaknya tersebut.7

Adapun analisa yang dapat penulis jabarkan dan jelaskan dalam kasus ini

adalah bahwa landasan hukum yang digunakan oleh majelis hakim sudahlah tepat

yakni dengan menggunakan Pasal 19 huruf (F) PP No. 8 Tahun 1975 jo. Pasal 116

huruf (F) KHI untuk landasan dalam perceraiannya, dan pasal pasal 41 huruf (a)

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 mengenai ketentuan hak hadhanah. Akan tetapi

majelis hakim tidak menggunakan pasal 105 dari KHI yang menjelaskan secara detail

ketentuan mengenai kepada siapa hak hadhanah itu diserahkan sebagai akibat dari

perceraian. Serta Majelis Hakim tidak menggunakan Pasal 156 Kompilasi Hukum

Islam mengenai urutan penerima hak hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz,

terlebih ketika istri dinyatakan tidak diketahui keberadaannya.

Kepentingan anak dalam hal ini perlu didahulukan, karena mereka sebagai

salah satu korban dari perceraian orang tuanya, jangan sampai karena orang tua yang

bercerai hak anak pun diabaikan. Kedua orang tua masih mempunyai tanggung jawab

penuh terhadap anak-anak mereka, dari segi perawatan, pendidikan, pemberian kasih

sayang, dan pemenuhan kebutuhannya (nafkah).

Kalau kita melihat kasus antara Mohammad Arief dengan Survita Widiyanti

yang dalam putusan dinyatakan bahwa Survita sering kali menolak ajakan untuk

berhubungan suami isteri terhadap suaminya, ia sering kali meninggalkan anak-anak

7 Ibid.

Page 88: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

79

disaat suaminya kerja, bahkan mereka telah pisah tempat tinggal sejak tanggal 14

Agustus 2008, dan Survita telah berselingkuh dengan pria Non Muslim.

Maka jelaslah dari kasus tersebut bahwa Survita tidak layak mendapatkan hak

asuh anak. Salah satu persyaratan seorang yang berhak menerima hak tersebut adalah

amanah dan berakhlak. Kalau dilihat Survita sebagai ibu sudah termasuk orang yang

tidak amanah dan berakhlak. Terbukti dengan sering meninggalkan anak-anak ketika

suaminya sedang bekerja, bahkan ia telah meninggalkan suami dan anak-anaknya

tanpa kabar. Padahal anak-anak mereka masih kecil yang sangat membutuhkan

kasih sayang dari kedua orang tuannya. Karena anak adalah makhluk yang mulia

sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Isra ayat 70:

1770“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di

daratan dan di lautan kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan

mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan’’.

Selain itu anak dibawah umur, terutama anak kecil, disamping belum

memiliki fisik yang kuat, juga belum memiliki daya nalar yang sempurna sehingga

mereka sangat rentan dengan penindasan, baik yang dilakukan oleh orang tuanya

sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, Islam memberikan perlindungan khusus

kepada anak kecil, bukan saja sejak lahir tetapi juga sejak mereka masih dalam

kandungan sampai usia dewasa. Di antara perlindungan Islam terhadap anak adalah

Page 89: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

80

ditemukan berbagai ketetapan mengenai hak-hak yang dimiliki anak, seperti hak

untuk disusui, diberi nama yang baik, dirawat dan dididik secara benar dan lain

sebagainya.8

Dengan adanya ketentua khusus yang berkaitan dengan anak, khususnya anak

kecil, maka seharusnya para pengasuh, baik orang tua atau bukan, harus memahami

ketentuan yang ada dalam ajaran agama Islam, sebab ketidaktahuan tentang

ketentuan-ketentuan khusus bagi anak dapat menyebabkan pelanggaran terhadap hak-

hak anak.

Mengingat anak-anak kelak akan menjadi orang-orang dewasa yang

mempunyai peran penting di masa mendatang, bahkan di pundaknya tergantung nasib

dunia ini karena mereka tumpuan harapan generasi tua sekarang, maka syariat Islam

banyak mengungkap dan membahas mereka.

Adanya ketentuan hukum-hukum yang berkenaan dengan anak-anak

merupakan peringatan bagi para orang tua atau pengasuh dan pendidik akan

pentingnya memperhatikan anak-anaksejak kelahirannya dan memperhatikan segala

urusannya sejak ia mulai merasakan angin kehidupan dunia. Hal ini dimaksudkan

agar hak-hak anak dapat terlindungi dan dapat tumbuh dewasa menjadi seorang

manusia yang sehat dan kuat jasmani dan rohaninya.9

Berdasarkan hal tersebutlah seorang anak yang dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi

8 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2000), h. 145. 9 Ibid,. h. 146

Page 90: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

81

perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang

semua itu membutuhkan orang dewasa yang penuh totalitas memperhatikan fase-fase

perkembangan anak, karena perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi

selanjutnya. Selain totalitas harus dibutuhkan pula seseorang yang amanah dan

berakhlak.

Dalam hal pengasuhan anak terlebih sebagai akibat dari perceraian orang

tuanya, yang pertama harus diperhatikan adalah kepentingan anak. Analisis jender

dapat membantu mengeliminasi kemungkinan adanya stereotype jender yang seolah-

olah memandang setiap perempuan memilki kemampuan dan kesanggupan untuk

memelihara anak, sebaliknya seolah-olah laki-laki tidak memilki kemampuan

tersebut. Namun hal tersebut adalah benar karena selam ini secara adat dan sosio-

kultural pengasuhan anak ada dibawah ibunya, hubungan anak dan ibu umumnya

jauh lebih dekat sebagai kelanjutan dari fungsi biologisnya yang melahirkan dan

menyusuinya.

Dalam konteks itu, KHI nampaknya menggunakan alasan kebiasaan dan

kelaziman anak berada dalam asuhan ibunya terutama dibawah umur 12 tahun.

Sebagaimana dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 105, dalam hal terjadinya

perceraian:(1(Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12

tahun adalah hak ibunya; (2) Pemeliharaan anak sudah mumayyiz diserahkan kepada

anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaannya; (3) Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Page 91: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

82

Seorang hakim juga dapat menggunakan analisis jender untuk mendudukan

posisi dan kepentingan anak. Demikian juga apabila anak telah berusia 12 tahun, anak

bisa saja masih memiliki hubungan yang sangat erat dengan ibunya. Dalam hal yang

semacam ini, sensitivitas jender dapat membantu hakim untuk memupuskan

streoptype tentang peran ibu dan bapak dalam pengasuhan anak. Pegangan utama

hakim adalah bagaimana memberi perlindungan dan kebijakan bagi anak.10

Oleh karena itu penulis setuju dengan putusan Pengadilan Agama Jakarta

Barat Nomor: 881/Pdt.G/2008/PA.JB yang memutuskan bahwa hak pemeliharaan

(hadhanah) anak jatuh kepada Mohammad Arief sebagai bapak bukan kepada Survita

sebagai ibu. Lebih anjut Hakim Pengadilan Agama menyatakan dalam memutuskan

perkara tersebut Hakim lebih berdasarkan kemaslahatan anak.11

10

Tim Penulis, Demi Keadilan dan Kesetaraan, h. 42

11 Wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat, Senin, 7 Februari 2011

Page 92: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

1. Landasan hukum yang digunakan dalam memutus perkara dengan putusan No:

881/Pdt.G/2008/PA.JB dengan menggunakan Pasal 19 huruf (F) PP No. 8 Tahun

1975 jo. Pasal 116 huruf (F) KHI untuk landasan dalam perceraiannya, dan pasal

pasal 41 huruf (a) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 mengenai ketentuan hak

hadhanah. Akan tetapi majelis hakim tidak menggunakan pasal 105 dari KHI

yang menjelaskan secara detail ketentuan mengenai kepada siapa hak hadhanah

itu diserahkan sebagai akibat dari perceraian. Serta Majelis Hakim tidak

menggunakan Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam mengenai urutan penerima hak

hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz, terlebih ketika istri dinyatakan tidak

diketahui keberadaannya dan harus di gantikan.

2. Metode ijtihad yang digunakan hakim dalam menetapkan hak hadhanah merujuk

pada KHI Pasal 105 (a) yang menjelaskan bahwa hak pemeliharaan anak yang

belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Dan di dalam

Pasal 49 Undang-undang no. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa hak kekuasaan

mengasuh anak oleh masing-masing pihak dapat ditarik oleh pihak lain bila: 1) ia

Page 93: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

86

sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya; 2) Ia berkelakuan buruk.

Kelalaian dan ketidak bertanggung jawaban istri sebagai ibu inilah yang membuat

majelis hakim menjatuhkan hak hadhanah kepada bapaknya dalam putusan No.

881/Pdt.G/2008/PA.JB. Di samping itu, pertimbangan psikologis dan

kemaslahatan anak yang memang menjadi pertimbangan utama dalam pemberian

hak hadhanah yang dijadikan acuan majelis hakim.

B. Saran

1. Pembahasan masalah hak hadhanah hendaknya diajarkan di sekolah-sekolah,

baik pada tingkat SMP/MTS ataupun SMA/MA. Selain itu, para ulama, da’i,

dan khatib pun hendaknya menyampaikan hukum masalah hadhanah kepada

masyarakat dalam kuliah keagamaan dan ceramah agar anak yang menjadi

korban perceraian tetap terpelihara kemaslahatannya. Tapi yang paling utama

adalah bagaimana perceraian itu sendiri sebagai penyebab timbulnya

hadhanah tidak sampai terjadi, atau minimal dapat diminimalisir.

2. Bagi pemerintah perlunya sosialisasi UU No. 1 tahun 1974 dan KHI tentang

hadhanah berkaitan dengan hak asuh anak.

3. Kepada Pengadilan Agama agar lebih aktif lagi mentelusuri dan menggali

hukum-hukum yang hidup dalam masyarakat. Serta lebih peka terhadap

sensititas gender, karena dengan begitu maka para hakim akan dapat

mewujudkan keadilan yang berbasis sensitivitas gender.

Page 94: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

87

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Kementrian Agama RI, Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 2009.

Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqh Munakahat 2. Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademia Pressindo,

2007.

al Husaini, Imam Taqiyudin Abi Bakr Ibn Muhammad. Kifayah a-Akhyar. Beirut

Dar: al-Fikr,1994.

Al-Fauzan, Saleh. Fiqih Sehari-hari. Depok: Gema Insani, 2000.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam. Jakarta: Sinar Grafindo, 2006

Al-Zuhaily, Wahbah. Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Daar Fikr, 1989.

Al-Kahlani, Muhammad Ibn Ismail al-Shan’ani. Subul al-Salam. Bandung:

Maktabah Dahlan, t.th.

Amir Syarifudin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat

dan UU Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2006.

Amir, Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.

Artikel diakses pada tanggal 25 Desember 2010, http//: Abiyazid

WordPress.com/12/25/Hadhanah-hak-asuh-anak-html.

Ayub, Syaikh Hasan. Fikih Keluarga. Jakarta: Al-Kautsar, 2005.

Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT.Ictiar Baru Van Hoeve,

1999.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Ke arah

Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: Rajawali, 2000.

Page 95: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

88

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

Jakarta: Kencana, 2008.

Muttaqien, Dadang.“Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan

Agama Dalam Persfektif Sosiologi Hukum”, artikel diakses pada 19 April

2010 dari http://msi-uii.net.baca.asp?kategori=rubrik&menu=259.

-----------, Dadang dkk, Peradilan Agama Dan Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata

Hukum Indonesia, Yogyakarta : UII Press, 1999.

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1988.

Demi Keadilan dan Kesetaraan Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim

Agama di Indonesia,cet. Pertama, Jakarta: Pusat Studi Konstitusi Hukum dan

HAM (PUSKUMHAM) UIN Syarif Hidayatullah ,2009.

DEPAG RI, Kompilasi Hukum Islam dan Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan.

Jakarta: DEPAG RI, 2003.

DEPAG RI, UU No. Tahun 1974 dan Pedoman Akad Nikah, Jakarta: DEPAG RI,

2006.

Djubaedah, Neng. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Hecca

Utama, 2005.

Effendi,Satria. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah. Jakarta: Kencana, 2004.

Harahap, Yahya. Hukum Perkawinan Nasional. Medan: CV Zahir, 1975.

Hasan Ayuub, Syaikh. Fiqih Keluarga. Cet. Ke-4, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005.

Ilham, Ummu Ibrahim. Bagaimana Menjadi Istri yang Shalihah dan Ibu yang Sukses.

Jakarta: Darul Falah, 1420.

Page 96: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

89

Indolaw, “Keputusan Menteri Agama No. 71 Tahun 1976 Tentang Pembentukan

Cabang Mahkamah Islam”, artikel diakses pada 9 Februari 2011, dari

www.indolaw.net/Seiten/SachindexHead.html.

Ismail al Kahlani, Muhammad. Subulussalam Juz III. Bandung: Dahlan Tth,2000.

Kamil, Faizal. Asas Hukum Acara Perdata. Jakarta: Badan Penerbi Iblam, 2005.

Kompilasi Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004.

Kurtubi, Mashuri. Menikah Itu Indah. Jakarta: Insan Madani, 2007.

Laporan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2009.

Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2009.

M. Zein, Satria Efendi. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. Jakarta:

Kencana, 2004.

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,

2005.

Muchtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan

Bintang, t.th.

Mugniyah, Muhammad Jawad, Fikih Lima Mazhab.Cet.II, Jakarta: Lentera, 2006.

Nashiruddin al-Albani, Syaikh. Sunan Abi Daud. Juz II, Riyad: Maktabah al-Ma’rif li

al-Nashir wa Tawzi 1998.

Nuruddin, Amiur dan Akmal, Azhari. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:

Prenada Media Kencana, 2004.

Pengadilan Agama Jakarta Barat, artikel diakses pada 19 April 2010 dari

http://pajb.net

Page 97: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

90

Pengadilan Agama Jakarta Barat, artikel diakses pada 24 April 2010 dari

http://www.pajb.net/index.php/struktur-organisasi

Prodjohamidjojo, Martiman. Hukum Perkawianan Indonesia. Jakarta: Indonesia

Legal Central Publishing, 2002.

Rahman Ghazali, Abdul. Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994.

Rasjidi, Lili. Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia.

Bandung: Alumni, 1982.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr, 1983.

-----------------, Fiqh Sunnah Tarjamah Jilid 3. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2004.

Soimin, Soedharyo, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta: Sinar Grafika,

2007.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media,

2006.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: UI Press, 1986.

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet.I, .

Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007.

Tim Penyusun. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid III. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1999.

Wawancara Pribadi dengan Muhiddin. Jakarta, 14 Februari 2011.

Yusuf Hasibuan, Fauzie. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Yayasan Pustaka Hukum

Indonesia, 2006.

Page 98: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

91

Page 99: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 100: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

HASIL WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Senin, 7 Februari 2011

Waktu : 10.00-11.30

Tempat : Ruang Hakim IV Pengadilan Agama Jakarta Barat

Nama Responden : Drs. H. Muhiddin, SH, M.H.

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

1. Apa konsep hadhanah menurut bapak?

Hadhanah adalah ketentuan mengenai hak asuh anak ketika orang tua

memutuskan untuk bercerai, hak hadhanah diajukan ketika para pihak yang

berperkara telah mempunyai anak, terkadang gugatan mengenai hak hadhanah

tidak dipersengketakan apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak untuk

tetap mengurus anak bersama-sama, tetapi memang dipersengketakan ketika

salah satu pihak merasa yang paling berhak atas hak asuh anak tersebut dan ingin

mengurusnya langsung.

2. Biasanya perkara hadhanah di ajukan terjadi setelah perkawinan putus, siapa

yang paling banyak dari yang berperkara mengajukan hak asuh anak?

Setahu saya selama menjabat sebagai seorang hakim, yaitu isteri yang biasa

mengajukan hak asuh anak setelah putusnya perkawinan yang berkekuatan

Page 101: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

hukum tetap, dan anakpun jatuh padanya. Dari pihak suami juga tidak keberatan

apabila anak diasuh oleh isterinya. Kecuali pihak yang mengajukan hak asuh

anak adalah suami/bapak, ini jarang terjadi di pengadilan agama. Sebab kenapa

suami/bapak mengajukan hak asuh anak berada padanya, karena ada faktor-

faktor yang mengharuskan anak berada dalam asuhannya. Apabila pihak-pihak

dari istri/ibu anak-anak juga tidak bisa mengurus, merawat serta mendidik anak-

anak, tentu saja anak jatuh pada bapak dari anak-anak, selama bapak bisa

memberikan pengajaran, merawat anak-anak yang masih kecil agar tumbuh

dengan baik.

3. Bagaimana proses menyelesaikan perkara hadhanah yang selama ini terjadi?

Dan apakah perlu melibatkan keterangan anak dalam proses persidangan

tersebut?

Perkara hadhanah ini terkadang diajukan dalam sebuah pokok perkara yaitu

apabila para pihak ingin melakukan pengasuhan dan merasa yang paling berhak

atas hak asuh/hadhanah tersebut atau para pihak merasa pasangannya mempunyai

tabiat yang buruk sehingga timbul kekhawatiran apabila anak diasuh olehnya,

karenanya ia merasa perlu memasukkan gugatan mengenai hak hadhanah

tersebut, dalam proses penyelesaiannya sama seperti dalam proses persidangan

yang diatur dalam aturan hukum acara, karena biasanya gugatan hak hadhanah

ini menjadi salah bagian yang akan dibuktikan dalam persidangan (kumulasi

obyektif).

Page 102: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 105, bahwa keterangan anak yang

disengketakan diperlukan ketika anak tersebut telah mumayyiz, yaitu telah

berusia 12 tahun. Karena dia mempunyai hak pilih kepada siapa ia ingin diasuh,

akan tetapi untuk anak yang belum mumayyiz, maka pertimbangannya adalah

fakta yang terungkap di persidangan.

4. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan dalam proses persidangan? Apakah

hambatan yang ditemui dalam menyelesaikan perkara hadhanah dalam putusan

ini?

Dalam proses persidangan ini dilakukan 2X (dua kali) relaas berdasarkan Hukum

Acara Perdata, dan adapun hambatan dalam memeriksa sebuah perkara pasti ada,

seperti dalam perkara ini, pihak istri selaku termohon tidak diketahui

keberadaannya sehingga keterangan dari pihak tergugat tidak didapatkan, selain

itu perlu waktu lama untuk memastikan bahwa termohon tidak diketahui

keberadaannya. Adapun pemanggilan (relaas) bagi pihak perkara yang Ghaib

yaitu selam 4 (empat) bulan.

5. Selama menangani perkara hadhanah, apakah putusan No.

881/Pdt.G/2008/PA.JB ini berbeda dengan perkara hadhanah lainnya?

Dalam perkara tersebut, ibu/istri sebagai pihak termohon tidak diketahui

keberadaannya, dan dari hasil perkawinan mereka telah dikaruniai anak yang

ketika perceraian diajukan oleh ayahnya anak tersebut belum mumayyiz,

Page 103: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

memang dalam aturannya anak yang belum mumayyiz jatuh kepada ibunya, akan

tetapi karena ibunya tidak diketahui keberadaannya, jelas hak hadhanah anak

tersebut jatuh kepada bapaknya yang jelas keberadaannya untuk selanjutnya

mengasuhnya. Jadi perbedaannya hanya karena ibu/istri tidak ada dan tidak

diketahui keberadaannya.

6. Sebenarnya apa yang dimaksud pernyataan pihak termohon ghaib atau mafqud

dalam putusan ini?kenapa dikatakan ghaib?

Dalam putusan No. 881/Pdt.G/2008/PA.JB, ghaib yang dimaksud adalah karena

sistem pemanggilannya atau proses hukum formilnya. Sedang mafqud adalah

hukum materiilnya. Ghaib ini karena relaas pengadilan tidak sampai kepada

termohon dan pengumuman persidangan ini sudah diumumkan melalui radio,

namun pihak termohon tidak juga hadir dalam persidangan. Sehingga putusan

pengadilan menyatakan pihak termohon atau ibu tidak diketahui keberadaannya.

7. Bukti apa saja yang ditunjukkan oleh pemohon yang mengajukan hak asuh anak

jatuh kepada Bapak? Kenapa tidak kepada saudara dari pihak ibu?

Bukti yang diajukan pihak pemohon diantaranya adalah fhoto copy akta nikah,

foto copy akta kelahiran kedua anaknya dari hasil pernikahan dengan pihak

termohon, serta fhoto copy surat keterangan ghoib dari kelurahan yang

menyatakan bahwa termohon tidak diketahui keberadaannya, selain itu

berdasarkan keterangan saksi-saksi yang menyatakan bahwa termohon telah

Page 104: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

meninggalkan rumah dan pemohon telah berusaha mencarinya tetapi tidak

menemukannya, dari bukti-bukti tersebutlah maka majelis hakim memutuskan

untuk memberikan hak asuh kepada pihak pemohon sebagai ayah kandung si

anak. Mengenai ketentuan kepada siapa hak hadhanah diberikan, KHI telah

mengatur masalah tersebut, kalau tidak jatuh kepada ibu, maka setelahnya hak

hadhanah jatuh kepada bapak, sebab bapak mempunyai ikatan batin yang kuat

dengan anak kandungnya sendiri. . Kedekatan antara anak dengan ayahnya dapat

menjadikan suatu alasan yang menjadikan hak hadhanah diberikan kepada si

ayah tersebut, apalagi dalam kasus ini si ibu dinyatakan tidak diketahui

keberadaannya, jelas si ayah yang berhak atas hadhanah anaknya tersebut.

8. Apa yang menjadi landasan hukum putusan yang di putuskan oleh Majelis

Hakim?

Landasan hukum tentang hak hadhanah anak jelas terdapat dalam Pasal 41 huruf

(a) Undang-undang No 1 tahum 1974 dimana akibat perceraian baik ibu ataupun

bapak tetap berkewajiban dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya

berdasarkan kepentingan si anak.

9. Para Ulama Fiqh berbeda pendapat mengenai batas usia anak belum mumayiz,

lalu menurut bapak/ibu hakim kapan seorang anak itu dapat dikatakan belum

mumayiz dan mumayiz?

Page 105: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

Dalam menetapkan putusan yang menjadi landasan setelah adanya kodifikasi

hukum, maka yang menjadi acuan adalah ketentuan-ketentuan yang tertulis yakni

undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai hukum positif di Indonesia,

dalam hal ini ketentuan mengenai mumayiz seorang anak telah terdapat dalam

KHI yakni usia 12 tahun, hal inipun (aturan dalam KHI) merupakan pengolahan

dari berbagai pendapat ulama yang kemudian dilihat unsur kesesuaian dan

maslahatnya.

10. Bagaimanakah metode ijtihad Majelis Hakim dalam menetapkan suatu keputusan

dalam menentukan hak hadhanah akibat perceraian dalam putusan Nomor

228/Pdt.G/2009/PAJB?

Dalam mengambil sebuah putusan, tentunya majelis hakim mengadakan

musyawarah terlebih dahulu, selanjutnya melihat kepada acuan hukum yang

telah ada, dan dalam perkara hak hadhanah dalam putusan tersebut telah diatur

ketika seorang anak yang belum mumayyiz maka hak hadhanahnya jatuh kepada

ibunya, akan tetapi istrinya dinyatakan tidak diketahui keberadaannya, maka hak

hadhanah atas anak tersebut jatuh kepada bapaknya.

11. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim, sehingga hak hadhanah anak

belum mumayiz diberikan kepada bapak?

Seperti yang dijelaskan pada pertanyaan sebelumnya, bahwa terdapat acuan

hukum yang mengatur rentetan pemberian hak hadhanah anak yang menjadi

Page 106: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

korban perceraian orangtuanya, dan dalam persidangan diungkap bahwa ibu dari

anak tidak diketahui keberadaannya, maka hal itu pulalah yang menjadi dasar

pertimbangannya.

12. Apakah dalam perkara hak hadhanah ini, majelis mempertimbagkan faktor

psikologi?

Dalam masalah hak hadhanah tentunya yang menjadi tujuan utama adalah untuk

mendapatkan kemaslahatan bagi si anak, karena kepentingan mereka harus di

dahulukan. Tentunnya pertimbangan psikologi diperlukan, seperti bagi anak yang

sudah mumayyiz di persilahkan memilih antara kedua orang tuanya yang akan

mengasuhnya, kemudian proses pemeriksaan si anak pun kami (Majelis Hakim)

terlebih dahulu melepas baju toga kami agar si anak tidak takut. Dan untuk anak

yang belum mumayyiz, ketika majelis hakim mendapati si anak lebih dominan

nyaman dan baik kepada bapaknya, maka hak hadhanah akan di serahkan kepada

bapak, karema sekali lagi kepentingan anak harus di dahulukan.

Jakarta, 7 Februari 2011

Page 107: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

Instrumen Pengumpulan Data

No Masalah Dassolen Dassein Jenis alat Pengumpul Data

1 Fiqh Munakahat

1) Pernikahan:

Tujuan pernikahan

ialah untuk membentuk

sebuah keluarga yang

sakinah mawaddah wa

rahmah, suatu keluarga

yang hidup rukun dan

harmonis serta untuk

memperoleh keturunan

yang dirawat, diasuh,

dan dipelihara dengan

baik secara bersama-

sama oleh kedua orang

tuanya.

2) Perceraian:

Perceraian merupakan

sesuatu yang

dibolehkan, namun

dibenci oleh Allah

SWT.

Faktanya, tujuan

penikahan tidak

tercapai karena

hubungan keluarga

yang tidak rukun dan

tidak harmonis dapat

menyebabkan terjadi

perceraian sehingga

anak dari hasil

pernikahan yang sah

tidak dapat dirawat,

diasuh, dan dipelihara

secara bersama-sama

oleh kedua orang

tuanya.

Perceraian

merupakan solusi

atau jalan keluar

terbaik yang dapat

ditempuh apabila

pasangan suami istri

tidak dapat hidup

rukun dan harmonis.

Wawancara dengan

Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Barat dan pihak

yang berperkara (baik

pihak Penggugat maupun

tergugat).

2 Konsep Hadhanah Pemeliharaan anak

yang masih kecil atau

belum mumayiz adalah

hak ibunya selama ia

belum menikah dengan

laki-laki lain.

Faktanya, dalam

putusan hakim

Pengadilan Agama

Jakarta Barat

No.228/Pdt.G/2009/P

AJB memutuskan

bahwa pemeliharaan

anak belum mumayiz

Wawancara dengan

Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Barat.

Page 108: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

adalah hak bapaknya.

3 Perspektif

Undang-undang

Kewajiban orang tua

dalam pemeliharaan

anak diatur dalam UU

No. 1 Tahun 1974,

KHI, dan UU

Perlindungan Anak

terkait dengan hak-hak

anak terhadap orang tua

baik dalam hubungan

pernikahan maupun

setelah perceraian.

Faktanya, terjadinya

perceraian

menyebabkan

kepentingan anak

terabaikan dan

perlindungan atas

hak-hak anak tidak

terealisasi dengan

baik.

4 Psikologi Anak

Pasca Perceraian

Keutuhan keluarga

merupakan salah satu

faktor yang

mempengaruhi

pertumbuhan serta

pembentukan

kepribadian anak

secara fisik dan mental

menjadi pribadi yang

baik.

Ketidak utuhan

keluarga merupakan

salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi

pembentukan

kepribadian anak

secara fisik dan

mental menjadi

terhambat.

Wawancara dengan

Psikolog Anak dan Anak

korban Perceraian

Page 109: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

PEDOMAN WAWANCARA HAKIM

Nama : Drs. Muhiddin SH.MH

Jabatan : Hakim Ketua

Alamt Kantor : Pengadilan Agama Jakarta Barat

1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjabat sebagai hakim?

2. Apa pengetahuan bapak/ibu hakim tentang hadhanah yang terjadi di Pengadilan Agama?

3. Bagaimana proses penyelesaian perkara hadhanah selama ini yang anda lakukan sebagai

seorang hakim?

4. Perkara hadhanah biasanya diajukan setelah putusnya perkawinan, lalu siapakah yang paling

banyak dari pihak yang berperkara yang mengajukan hak asuh anak?

5. Dalam menyelesaikan perkara hadhanah ini, butuh waktu berapa lama? Dan perlu berapa kali

sidang?

6. Apakah dalam menyelesaikan perkara hadhanah banyak hambatan alias terulurnya waktu

dalam memutuskan perkara?

7. Selama menangani perkara hadhanah, apakah putusan No. 228/Pdt.G/2009/PAJB ini

berbeda dengan perkara hadhanah yang lain?

8. Bukti apa saja yang ditunjukkan oleh Penggugat yang mengajukan hak asuh anak jatuh

padanya bukan kepada Tergugat?

9. Menurut bapak/ibu hakim, faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan hak hadhanah

anak diberikan kepada pihak suami/bapak bukan kepada pihak istri/ibu?

10. Para Ulama Fiqh berbeda pendapat mengenai batas usia anak belum mumayiz, lalu menurut

bapak/ibu hakim kapan seorang anak itu dapat dikatakan belum mumayiz dan mumayiz?

11. Bagaimanakah metode ijtihad majelis hakim dalam menetapkan suatu keputusan dalam

menentukan hak hadhanah akibat perceraian dalam putusan Nomor 881/Pdt.G/2008/PAJB?

12. Apa yang menjadi pertimbangan majelis hakim, sehingga hak hadhanah anak belum

mumayiz diberikan kepada bapak?

13. Apa keterangan anak yang disengketakan diperlukan dalam persidangan?

14. Bagaimanakah bapak/ibu hakim mengadili kasus sengketa hak asuh anak, jika kedua orang

tua anak tersebut masing-masing mempertahankan hak asuhnya?

Page 110: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

Tentang Mafqudnya seorang Istri

1. Apa sebenarnya definisi mafqud sesuai dengan konteks perkara dalam putusan

No.881/Pdt.G/2008/PA.JB?

2. Bagaimana pendapat para ulama mengenai mafqud? Pada umumnya yang banyak terjadi

adalah suami yang dinyatakan mafqud, apakah ada perbedaan diantara keduanya?

3. Bagaimana pertimbangan hakim atau landasan majelis hakim bahwa seorang istri dinyatakan

ghaib atau mafqud dalam perkara tersebut?

4. Berapa lamakah seseorang dikatakan mafqud?

5. Ketentuan apa sajakah yang harus diterima oleh seseorang yang mafqud dalam perkara ini?

6. Kenapa dalam perkara ini putusan menyatakan bahwa hak asuh anak jatuh kepada bapak?

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) urutan pemeliharaan anak itu jelas diatur

dalam pasal 156, bahwa urutan pertama adalah wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari

ibu, bagaimana pertimbangan hakim sebenarnya dalam memberikan amar putusan dalam

perkara ini?

WAWANCARA PIHAK YANG BERPERKARA

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ibu menggugat cerai suami ibu?

2. Apa pengetahuan ibu mengenai anak belum mumayiz?

3. Apa yang ibu ketahui mengenai perkara hadhanah di Pengadilan?

4. Apa yang ibu ketahui mengenai syarat-syarat mengasuh anak (hadhanah)?

5. Bukti apa saja yang dapat ibu tunjukkan kepada majelis hakim agar hak hadhanah anak

diberikan kepada ibu bukan kepada bapak/pihak suami?

6. Bagaimana perasaan ibu jika salah satu dari keempat anak ibu hak hadhanahnya diberikan

kepada bapak/pihak suami?

7. Apakah ibu dapat menerima keputusan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

dalam putusan Nomor 228/Pdt.G/2009/PAJB yang memutuskan hak hadhanah anak ibu

diberikan kepada bapak/pihak suami?

8. Apakah ibu akan mengajukan upaya banding terhadap putusan hakim tersebut?

Page 111: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

HASIL WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Senin, 7 Februari 2011

Waktu : 10.00-11.30

Tempat : Ruang Hakim IV Pengadilan Agama Jakarta Barat

Nama Responden : Drs. H. Muhiddin, SH, M.H.

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat

1. Apa konsep hadhanah menurut bapak?

Hadhanah adalah ketentuan mengenai hak asuh anak ketika orang tua memutuskan untuk

bercerai, hak hadhanah diajukan ketika para pihak yang berperkara telah mempunyai anak,

terkadang gugatan mengenai hak hadhanah tidak dipersengketakan apabila telah terjadi

kesepakatan antara para pihak untuk tetap mengurus anak bersama-sama, tetapi memang

dipersengketakan ketika salah satu pihak merasa yang paling berhak atas hak asuh anak

tersebut dan ingin mengurusnya langsung.

2. Biasanya perkara hadhanah di ajukan terjadi setelah perkawinan putus, siapa yang paling

banyak dari yang berperkara mengajukan hak asuh anak?

Setahu saya selama menjabat sebagai seorang hakim, yaitu isteri yang biasa mengajukan hak

asuh anak setelah putusnya perkawinan yang berkekuatan hukum tetap, dan anakpun jatuh

padanya. Dari pihak suami juga tidak keberatan apabila anak diasu oleh isterinya. Kecuali

pihak yang mengajukan hak asuh anak adalah suami/bapak, ini jarang terjadi di pengadilan

agama. Sebab kenapa suami/bapak mengajukan hak asuh anak berada padanya, karena ada

faktor-faktor yang mengharuskan anak berada dalam asuhannya. Apabila pihak-pihak dari

istri/ibu anak-anak juga tidak bisa mengurus, merawat serta mendidik anak-anak, tentu saja

anak jatuh pada bapak dari anak-anak, selama bapak bisa memberikan pengajaran, merawat

anak-anak yang masih kecil agar tumbuh dengan baik.

3. Bagaimana proses menyelesaikan perkara hadhanah yang selama ini terjadi?

Perkara hadhanah ini terkadang diajukan dalam sebuah pokok perkara yaitu apabila para

pihak ingin melakukan pengasuhan dan merasa yang paling berhak atas hak asuh/hadhanah

tersebut atau para pihak merasa pasangannya mempunyai tabiat yang buruk sehingga timbul

kekhawatiran apabila anak diasuh olehnya, karenanya ia merasa perlu memasukkan gugatan

Page 112: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

mengenai hak hadhanah tersebut, dalam proses penyelesaiannya sama seperti dalam proses

persidangan yang diatur dalam aturan hukum acara, karena biasanya gugatan hak hadhanah

ini menjadi salah bagian yang akan dibuktikan dalam persidangan (kumulasi obyektif).

4. Apakah dalam menyelesaikan perkara hadhanah dalam putusan ini, banyak hambatan alias

butuh waktu yang cukup lama?

Hambatan dalam memeriksa sebuah perkara pasti ada, seperti dalam perkara ini, pihak istri

selaku termohon tidak diketahui keberadaannya sehingga keterangan dari pihak tergugat

tidak didapatkan, selain itu perlu waktu lama untuk memastikan bahwa termohon tidak

diketahui keberadaannuya

5. Apa keterangan anak yang disengketakan diperlukan dalam persidangan?

Keterangan anak yang disengketakan diperlukan ketika anak tersebut telah mumayyiz,

karena dia mempunyai hak pilih kepada siapa ia ingin diasuh, akan tetapi untuk anak yang

belum mumayyiz, maka pertimbangannya adalah fakta yang terungkap di persidangan.

6. Selama menangani perkara hadhanah, apakah putusan No. 881/Pdt.G/2008/PA.JB ini

berbeda dengan perkara hadhanah lainnya?

Dalam perkara tersebut, ibu/istri sebagai pihak termohon tidak diketahui keberadaannya, dan

dari hasil perkawinan mereka telah dikaruniai anak yang ketika perceraian diajukan oleh

ayahnya anak tersebut belum mumayyiz, memang dalam aturannya anak yang belum

mumayyiz jatuh kepada ibunya, akan tetapi karena ibunya tidak diketahui keberadaannya,

jelas hak hadhanah anak tersebut jatuh kepada bapaknya yang jelas keberadaannya untuk

selanjutnya mengasuhnya. Jadi perbedaannya hanya karena ibu/istri tidak ada dan tidak

diketahui keberadaannya.

7. Bukti apa saja yang ditunjukkan oleh pemohon yang mengajukan hak asuh anak jatuh kepada

Bapak? Kenapa tidak kepada saudara dari pihak ibu?

Bukti yang diajukan pihak pemohon diantaranya adalah fhoto copy akta nikah, foto copy

akta kelahiran kedua anaknya dari hasil pernikahan dengan pihak termohon, serta fhoto copy

surat keterangan ghoib dari kelurahan yang menyatakan bahwa termohon tidak diketahui

keberadaannya, selain itu berdasarkan keterangan saksi-saksi yang menyatakan bahwa

termohon telah meninggalkan rumah dan pemohon telah berusaha mencarinya tetapi tidak

menemukannya, dari bukti-bukti tersebutlah maka majelis hakim memutuskan untuk

memberikan hak asuh kepada pihak pemohon sebagai ayah kandung si anak. Mengenai

Page 113: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

ketentuan kepada siapa hak hadhanah diberikan, KHI telah mengatur masalah tersebut, kalau

tidak jatuh kepada ibu, maka setelahnya hak hadhanah jatuh kepada bapak, sebab bapak

mempunyai ikatan batin yang kuat dengan anak kandungnya sendiri. . Kedekatan antara

anak dengan ayahnya dapat menjadikan suatu alasan yang menjadikan hak hadhanah

diberikan kepada si ayah tersebut, apalagi dalam kasus ini si ibu dinyatakan tidak diketahui

keberadaannya, jelas si ayah yang berhak atas hadhanah anaknya tersebut.

8. Apa yang menjadi landasan hukum putusan yang di putuskan oleh Majelis Hakim?

Landasan hukum tentang hak hadhanah anak jelas terdapat dalam Pasal 41 huruf (a)

Undang-undang No 1 tahum 1974 dimana akibat perceraian baik ibu ataupun bapak tetap

berkewajiban dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya berdasarkan kepentingan si

anak

9. Para Ulama Fiqh berbeda pendapat mengenai batas usia anak belum mumayiz, lalu menurut

bapak/ibu hakim kapan seorang anak itu dapat dikatakan belum mumayiz dan mumayiz?

Dalam menetapkan putusan yang menjadi landasan setelah adanya kodifikasi hukum, maka

yang menjadi acuan adalah ketentuan-ketentuan yang tertulis yakni undang-undang dan

peraturan pemerintah sebagai hukum positif di Indonesia, dalam hal ini ketentuan mengenai

mumayiz seorang anak telah terdapat dalam KHI yakni usia 12 tahun, hal inipun (aturan

dalam KHI) merupakan pengolahan dari berbagai pendapat ulama yang kemudian dilihat

unsur kesesuaian dan maslahatnya.

10. Bagaimanakah metode ijtihad Majelis Hakim dalam menetapkan suatu keputusan dalam

menentukan hak hadhanah akibat perceraian dalam putusan Nomor 228/Pdt.G/2009/PAJB?

Dalam mengambil sebuah putusan, tentunya majelis hakim mengadakan musyawarah

terlebih dahulu, selanjutnya melihat kepada acuan hukum yang telah ada, dan dalam perkara

hak hadhanah dalam putusan tersebut telah diatur ketika seorang anak yang belum

mumayyiz maka hak hadhanahnya jatuh kepada ibunya, akan tetapi istrinya dinyatakan tidak

diketahui keberadaannya, maka hak hadhanah atas anak tersebut jatuh kepada bapaknya.

11. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim, sehingga hak hadhanah anak belum

mumayiz diberikan kepada bapak?

Seperti yang dijelaskan pada pertanyaan sebelumnya, bahwa terdapat acuan hukum yang

mengatur rentetan pemberian hak hadhanah anak yang menjadi korban perceraian

Page 114: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK KARENA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4506/1/SITI MUNAWAROH-FSH.pdf · 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini

orangtuanya, dan dalam persidangan diungkap bahwa ibu dari anak tidak diketahui

keberadaannya, maka hal itu pulalah yang menjadi dasar pertimbangannya