pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam …
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH
DI KABUPATEN TANAH DATAR
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1)
Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar
LUCKY
NIM 14 231 054
JURUSAN EKONOMI SYARIAH/AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
2018 M/ 1439 H
i
ABSTRAK
LUCKY. NIM 14 231 054, Judul Skripsi “Pelaksanaan Strategi
Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Di
Kabupaten Tanah Datar”. Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Nageri
(IAIN) Batusangkar. Pokok permasalahan dalam SKRIPSI ini yaitu pelaksanaan
pemungutan pajak daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar dari
tahun 2013 sampai 2017 selalu mengalami peningkatan baik dari segi target yang
ditetapkan maupun penerimaan pajak daerahnya. Dalam penelitian ini penulis
ingin mengetahui pelaksanan strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar
dalam penerimaan pajak daerahnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Field
Research (penelitian lapangan), dengan menggunakann metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
dengan wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data
menggunakan analisis interaktif dengan pengumpulan data, resuksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Tanah Datar dalam pelaksanaan penerimaan pajak daerah terlaksana
dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari penerimaan pajak daerah Kabupaten Tanah
Datar yang mengalami peningkatan dalam penerimaan pajak daerah maupun
target yang ditetapkan tiap tahunnya, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari
upaya yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. Strategi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam upaya meningkatkan
penerimaan pajak daerah seperti intensifikasi dan ekstensifikasi pajak,
meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, pelayanan, dan Kebijakan yang di
ambil oleh Pemerintah Daerah dalam penerimaan pajak daerah.
.
Kata kunci: Strategi, Dinas Pendapatan Daerah, Pajak Daerah, Kabupaten Tanah
Datar.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
E. Manfaat Dan Luaran Penelitian .................................................. 8
F. Defenisi Operasional ................................................................... 9
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ........................................................................... 11
1. Perpajakan .............................................................................. 11
2. Pemungutan Pajak Daerah .................................................... 20
3. Strategi Pemungutan Pajak .................................................... 41
B. PenelitianYang Relevan ............................................................. 50
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 53
B. Latar Dan Waktu Penelitian ....................................................... 54
C. Instrumen Penelitian.................................................................... 54
D. Sumber Data ................................................................................ 54
iii
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 54
F. Tekhnik Analisis Data ................................................................. 55
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ......................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum Badan Keuangan Daerah (BKD)
Kabupaten Tanah Datar .............................................................. 56
B. Pelaksanaan Strategi Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan
Penerimaan Pajak Daerah Di Kabupaten Tanah Datar .............. 71
1. Identifikasi dan Ekstensifikasi pajak ..................................... 72
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur ................... 83
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan ....................................... 85
4. Kebijakan-kebijakan Dalam Penerimaan Pajak Daerah ....... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 96
B. Saran .......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Pajak yang dikelola Provinsi dan Kabupaten/Kota ................. 3
Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota ..................................... 5
Tabel 3.1 Jadwal Penulisan Skripsi .................................................................. 53
Tabel 4.1 Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tanah Datar ......................... 71
Tabel 4.2 Rincian Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tanah Datar ............ 72
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sruktur Organisasi BKD Kabupatan Tanah Datar ....................... 71
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat Izin melaksanakan Penelitian di Badan Keuangan Daerah (BKD)
Kabupaten Tanag Datar
Lampiran 3. Surat Balasan dari Badan Keuangan Daerah (BKD) Kabupaten Tanah
Datar
Lampiran 4. Surat Tugas Bimbingan Skripsi
Lampiran 5. Daftar Pertayaan Wawancara
Lampiran 6. Kartu Wawancara Kegiatan Penelitian Skripsi
Lampiran 7. Bukti Dokumentasi
Lampiran 8. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dalam rangka penyelenggaraan pemerintahannya, dibagi atas
daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten
dan kota. Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya, untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masayarakat atau sering disebut sebagai
otonomi daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip seluas-luasnya,
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintahan yang ditetapkan Undang-
undang (Muindro, 2008:212).
Tujuan otonomi daerah adalah untuk mencapai penyelenggaraan
manajemen pemerintah yang efektif dan efisien. Dengan adanya otonomi daerah,
setiap daerah otonom memiliki hak, wewenang maupun kewajiban dalam
mengurus sendiri setiap urusan di daerah mereka masing-masing, Termasuk
dalam pengelola keuangan pemerintah daerahnya. Oleh karena itu yang harus
dilakukan oleh pemerintahan daerah adalah mengembangkan kelembagaan dan
mengelolaan dengan baik, agar mampu melaksanakan perannya sebagaimana
mestinya sesuai Undang-undang yang berlaku (Muindro, 2008:212).
Pemerintah daerah dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan
pemerintahannya, dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah
harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang
dimiliki. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber
keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan di daerahnya.
2
Kewenangan dalam urusan keuangan daerah, daerah diberikan hak untuk
memberdayakan segala potensi perekonomian, yang menyebabkan pemerintah
daerah berusaha menggali sumber-sumber perekonomian yang dapat dijadikan
pendapatan daerah. Sumber-sumber pelaksanaan pemerintah daerah terdiri atas
dana perimbangan, pinjaman daerah, pendapatan lain-lain yang sah, dan
pendapatan asli daerah (PAD). Untuk meningkatkan akuntabilitas dan
keleluasaan dalam pembelanjaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD), sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara
maksimal, di dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk diantaranya penerimaan PAD. Menurut pasal 6 ayat (1) UU No. 33
Tahun 2004, penerimaan PAD bersumber dari beberapa penerimaan yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu pos penerimaan PAD dalam APBD adalah pajak daerah, pajak
daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan,
kepada pemerintah daerah tanpa imbalan langsung, yang nantinya iuran tersebut
digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Sehingga pajak
daerah adalah pungutan wajib yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan.
Pajak daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009,
tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa,
berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung, serta digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.
Retribusi Daerah atau Retribusi berdasarkan Undang-undang tersebut adalah
pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu,
yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
3
Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, serta Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah, membawa paradigma baru dalam
pengelolaan daerah, dimana daerah diberikan kewenangan untuk mengelola
sendiri kegiatannya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, Atau dengan
kata lain, daerah berhak mengatur sumber daya daerahnya untuk pencapaian
perencanaan yang diharapkan dalam upaya pemberdayaan daerah untuk
mengambil keputusan sesuai dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri.
Penggalian potensi dari pajak daerah, dapat digunakan untuk menaikan
penerimaan pajak daerah. Penerimaan pajak daerah yang sesuai dengan
Administrasi Daerah, menurut Undang-undang 28 Tahun 2009, pajak daerah dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu :
Tabel 1.1
Jenis Pajak yang dikelola Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak kendaraan bermotor
2. Bea balik nama kendaraan
bermotor
3. Pajak bahan bakar kendaraan
bermotor
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
1. Pajak hotel
2. Pajak restoran
3. Pajak hiburan
4. Pajak reklame
5. Pajak penerangan jalan
6. Pajak mineral bukan logam dan
batuan
7. Pajak parkir
8. Pajak air tanah
9. Pajak sarang burung ruwelet
10. Pajak bumi dan bangunan
pedesaan dan perkotaan
11. Bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan
Sumber: UU No. 28 Tahun 2009
4
Pajak daerah seperti pajak Kabupaten/kota, sangat berperan penting untuk
membantu lancarnya jalan roda pemerintahan dan pembangunan daerah, dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi, karena
sumber penerimaan terbesar APBD saat ini berasal dari sektor pajak. Untuk
mendukung perannya yang begitu besar, masyarakat di daerah diharapkan lebih
peduli dan pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan, sehingga bisa
memberikan kontribusi yang nyata untuk pembangunan daerah.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan
pungutan daerah, yang penerimaannya harus ditingkatkan untuk mewujudkan
pembanguan daerah seperti yang dikehendaki masyarakat daerah, Karena seluruh
rangkaian kegiatan pemerintah. Pembangunan memerlukan dana atau biaya yang
sangat besar, dan ini tidak akan terwujud jika pemerintah daerah tidak bisa
memaksimalkan potensi-potensi yang ada di daerahnya. Seperti yang dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar dengan senantiasa berusaha
meningkatkan penerimaan pajak daerah sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatra Barat yang memiliki kondisi geografis alam yang indah, seperti
perbukitan dan keindahan gunung-gunung yang menjulang tinggi, wisata air
terjuan, pemandian air panas serta banyak tempat wisata lainnya, dengan
keindahan alam dan ditunjang juga dengan udara yang sejuk pada satu wilayah.
Hal ini menjadikan Kabupaten Tanah Datar memiliki kawasan wisata. Kabupaten
Tanah Datar jika dilihat dari potensi perekonomian baik dari sektor pertanian,
perdagangan, industri dan restoran. Selain hasil pertanian, sektor pariwisata dan
hotel, kini menjadi sektor andalan dalam perekonomian di Kabupaten Tanah
Datar. Setiap sektor tersebut berpotensi menghasilkan pajak daerah yang cukup
besar. Untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah, Kabupaten Tanah Datar
berupaya menggali setiap potensi yang ada, Oleh sebab itu diperlukan strategi
serta penatausahaan yang memadai, adapun strategi yang dilaksanakan Dinas
5
Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar terkait dengan upaya penerimaan
pajak daerah seperti :
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
Intensifikasi pajak diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Tanah Datar, untuk meningkatkan penerimaan pajak
yang biasanya diaplikasikan dalam bentuk perubahan tarif pajak dan
peningkatan pengelolaan pajak. Serta meningkatkan penerimaan pajak
daerah melalui penciptaan sumber-sumber pendapatan pajak daerah.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur
Dalam konteks kualitas sumber daya aparatur di era otonomi adalah
kemampuan professional dan keterampilan teknis para pegawai, yang
termasuk kepada unsur staf dan pelaksana di lingkungan pemerintah daerah.
Di Kabupaten Tanah Datar dalam penerimaan pajaknya, dapat diukur
dengan melihat latar belakang pendidikan, keterampilan, pengalaman kerja,
jenjang kepangkatan dan status kepegawaian.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia atau tenaga kerja, proses, tugas serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan atau masyarakat. Pelayanan adalah aktifitas
atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.
4. Kebijakan-kebijakan dalam pemerimaan pajak
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu.
6
Selanjutnya adapun data penerimaan pajak daerah Kabupaten Tanah
Datar, setelah menetapkan ke empat strategi tersebut selama lima tahun terakhir
Sebagai berikut:
Tabel 1.2
Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tanah Datar
(Dalam Rupiah)
No. Tahun Kabupaten Tanah Datar
Target Realisasi Persentase (%)
1. 2013 8.191.151.385,00 7.397.321.463,93 90,31
2. 2014 10.187.541.466,00 9.458.236.048,00 92,84
3. 2015 11.296.125.467,00 10.883.448.759,00 96,35
4. 2016 12.379.061.602,00 11.733.146.397,50 95,11
5. 2017 14.624.911.710,00 16.523.576.857,98 112,63
Sumber : BKD Kabupaten Tanah Datar
Dapat dilihat dari data penerimaan pajak daerah Kabupaten Tanah Datar,
pada tahun 2013 penerimaan pajak daerah yang di peroleh Rp. 7.397.321.463,93
dengan target yang ditetapkan sebesar Rp. 8.191.151.385,00. Sedangkan pada
tahun 2014 penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan sebesar Rp.
2.060.914.584,07 dengan penerimaan pajak daerah Rp. 9.458.236.048,00 dari
target sebesar 10.187.541.466,00. Tahun 2015 penerimaan pajak daerah Rp.
10.883.448.759,00 dari taget yang ditetapkan sebesar Rp. 11.296.125.467,00,
pada tahun 2015 mengalami peningkatan Rp. 1.425.212.711,00 dari tahun 2014.
Selanjutnya pada tahun 2016 penerimaan pajak daerah Rp.
11.733.146.397,50 dengan target yang di tetapkan Rp. 12.379.061.602,00 , pada
tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun 2015 sebelumnya sebesar Rp.
1.695.612.842,00. Tahun 2017 penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah
Datar Rp. 16.523.576.857,98 dari target sebesar Rp. 14.624.911.710,00. Pada
tahun 2017 penerimaan pajak daerah melebihi target yang tekah ditetapkan
7
sebesar Rp. 1898.605.147,98 dan mengalami peningkatan dari tahun 2016
sebesar Rp. 4.790.430.460,48. Jika dilihat dari Penerimaan pajak daerah, baik
dari segi target dan penerimaan pajaknya, Kabupaten Tanah Datar selalu
mengalami peningkatan penerimaan. Ini membuktikan bahwa strategi yang
ditetapakan pemerintah daerah di Kabupaten Tanah Datar terhadap penerimaan
pajak yang selalu mengalami peningkatan dan strategi yang dirancang terlaksana
dengan baik dalam menggali potensi-potensi yang ada di Kabupaten Tanah Datar
dari tahun ke tahun.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin meneliti lebih lanjut
dengan judul penelitian “Pelaksanaan Strategi Pemerintah Daerah Dalam
Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Di Kabupaten Tanah Datar”.
B. Fokus Penelitian
Berasarkan latar belakang di atas maka fokus masalah dalam penelitian
ini yaitu pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak, meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, pelayanan,
dan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah dalam penerimaan Pajak
daerah di Kabupaten Tanah Datar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak di Kabupaten Tanah Datar ?
2. Bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam meningkatan
kualitas sumber daya aparatur di Kabupaten Tanah Datar ?
3. Bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan di Kabupaten Tanah Datar ?
8
4. Bagaimana pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah
Daerah dalam penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka tujuan dari penilitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak di Kabupaten Tanah Datar.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya aparaturdi Kabupaten Tanah Datar.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi Pemerintah Daerah dalam
meningkatkan kualitas pelayanan di Kabupaten Tanah Datar.
4. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan yang di ambil oleh Pemerintah
Daerah dalam penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar.
E. Manfaat dan Luaran Penelitian
1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
a) Bagi Peneliti
Memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu
(S1) pada IAIN Batusangkar,dan dengan adanya penelitian ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis tentang pelaksanaan
strategi Pemerintah Daerah dalam peningkatan penerimaan pajak daerah
di Kabupaten Tanah Datar.
b) Bagi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
menetapkan setrategi penerimaan pajak daerah serta target penerimaan
pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar.
9
c) Bagi Akademisi
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi Akademisi sebagai
referensi untuk menambah pengetahuan mengenai upaya-upaya dan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penerimaan
pajak daerah serta bentuk pelaksanaan penerimaan pajak daerah di
Kabupaten Tanah Datar. Dengan bertambahnya penerimaan pajak
daerah secara tidak langsung akan menambah penerimaan PAD,
sehingga dapat digunakan untuk menunjang peningkatan perekonomian
daerah guna tercapainya kesejahteraan masyarakat.
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui upaya-upaya
dan kebijakanyang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan
penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah yang
penulis maksud yaitu mengenai pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam
peningkatan penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar, maka dapat
penulis menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang
ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan
hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang pemerintah daerah yang
hasilnya digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang balas
jasanya tidak secara langsung diberikan, sedangkan pelaksanaannya dapat
dipaksakan. Untuk pelaksanaan tersebut membutuhkan perencanaan atau strategi,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
10
Sumber-sumber penerimaan yang ada di Kabupaten Tanah Datar yaitu
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,
pajak mineral bukan logam, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung
walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, pajak perolehan atas
tanah dan bangunan. Dalam penerimaan pajak daerah, Kabupaten Tanah Datar
setiap tahunya mengalami peningkatan baik dari segi target maupun penerimaan
pajaknya, dan pada tahun 2017 penerimaan pajak daerah Kabupaten Tanah Datar
melebihi target yang telah ditetapkan.
Upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah, Kabupaten Tanah Datar
menetapkan strategi seperti Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, meningkatkan
kualitas sumber daya aparatur, meningkatkan kualitas pelayanan, dan Kebijakan-
kebijakan yang di tetapkan dalam penerimaan pajak daerah.
Sebuah rencana atau arah tindakan yang sudah terpola atau tersusun yang
digunakan suatu organisasi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas atau
kinerja. Strategi dalam hal ini dapat dinyatakan secara eksplisit berupa dokumen
dan dilaksanakan secara sadar oleh pimpinan organisasi untuk tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Secara aplikasi strategi yang dimaksud adalah arah
tindakan tertentu yang digunakan oleh Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten
Tanah Datar sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas berupa pemungutan
pajak daerah sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, yang penulis maksud dari masalah
penelitian ini adalah suatu penelitian mengenai pelaksanan strategi pemerintah
daerah dalam peningkatan peneriman pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pemahaman Teori Perpajakan
a. Dasar-dasar pajak
1) Pengertian Pajak
Beberapa Definisi pajak menurut para Ahli adalah sebagai berikut:
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.Djajadningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum”
(Resmi, 2016:1).
Menurut Prof.Dr.PJA.Adriani bahwa pajak merupakan iuran
kepada Negara, yang dapat dipaksakan dan terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah (Gustiawan,
2014:2).
Menurut Leroy Beaulieu dalam bukunya “traite de la
science des finances” mengatakan “L’impot et la contribution, soit
directe soit dissimulee, que la puissance publique exige des
habitabts ou des biens pur subvenir aux depenses du
gouverenment”. (pajak adalah baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari penduduk
12
atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah) (Pandiangan,
2014:3).
Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H dalam dasar-dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan merumuskan, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector partikuler ke
sector pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum (Bohari, 2010:25).
Sedangkan dalam UU Nomor 28 tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpaakan (perubahan ketiga UU
Nomor 6 tahun 1983), untuk pertama kalinya dalam peraturan pajak
Indonesia diberikan pengertian pajak yaitu “pajak adalah kontribusi
wajib kepada negaara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dan
masih banyak lagi definisi yang dikemukakan para ahli perpajakan
yang lain, namun dari beberapa definisi di atas dapat dirumuskan
bahwa pajak adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai
wujud peran serta dalam pembangunan yang pengenaannya
berdasarkan undang-undang dan tidak mendapat imbalan secara
langsung serta dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya
2) Ciri-Ciri Pajak
Berdasarkan definisi di atas maka ciri-ciri yang melekat
pada pajak adalah sebagai berikut :
a) Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang
dan aturan pelaksanaannya serta dapat dipaksakan.
13
b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunukkan adanya kontra
prestasi individual oleh pemerintah.
c) Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
d) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai public investment (Resmi,
2014:2).
e) Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter
yaitu fungsi mengatur. Contoh pajak: PPh, PPN, PBB
(Mardiasmo, 2013:11).
3) Fungsi Pajak
Pengertian “fungsi” dalam fungsi pajak adalah pengertian
fungsi sebagai kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak adalah
kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk
menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan
manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum, suatu
Negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya kehidupan
ekonomi masryarakatnya. Fungsi pajak Umumnya dikenal dengan
dua macam fungsi pajak, yaitu:
a) Fungsi Budgeter
Yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik yang merupakan
suatu alat (suatu sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas Negara yang pada waktunya dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Pajak-pajak
ini terutama akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran rutin, dan apabila masih ada sisa (surplus), maka
surplus ini dapat digunakan untuk membiayai investasi
14
pemerintah (public saving untuk public investment) (Abut,
2010:4).
b) Fungsi Regulerend (mengatur)
Fungsi mengaturnya pajak digunakan sebagai suatu alat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang
keuangan dan fungsi mengatur ini banyak ditujukan terhadap
sector swasta. Kebijakan fiscal sebagai suatu alat pembangunan
harus mempunyai tujuan yang simultan yaitu secara langsung
menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public
investment, dan secara tidak langsung digunakan untuk
menyalurkan private saving ke arah sector-sektor produktif,
sekaligus digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran
yang menghambat pembangunan. Misalnya melalui kebijakan
pembebasan pajak (tax holiday) dan pengenaan PPnBM
(Asyhadie, 2009:195).
4) Unsur Pajak
Adapun Unsur-unsur pajak sebagai berikut:
a) Iuran dari rakyat kepada Negara, yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
c) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk.
d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas (Mardiasmo, 2013:1).
15
5) Penggolongan Pajak
a) Berdasarkan organisasi pengelolaannya
Berdasarkan organisasi pengelolannya (pemungutan),
pajak dapat dibedakan atas:
a. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang pengelolannya dilakukan oleh
pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran umum
(Negara). Yang termasuk pajak pusat yang pengelolaannya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, meliputi sebagai
berikut :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi
atau badan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam suatu tahun pajak.
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang
kena pajak atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean
(dalam wilayah Indonesia). Orang pribadi, perusahaan,
maupun pemerintah yang mengkonsumsi barang kena
pajak atau jasa kena pajak dikenakan PPN. Pada
dasarnya, setiap barang dan jasa adalah barang kena
pajak atau jasa kena pajak, kecuali ditentukan lain oleh
Undang-undang PPN (Fatimah, 2011:5).
3) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian barang
kena pajak tertentu yang tergolong mewah, juga
dikenakan PPnBM.
16
4) Bea Materai
Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas
pemanfaatan dokumentasi, seperti surat perjanjian, akta
notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan
efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas
jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan (Risman,
2013:55).
5) Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau
pemanfaatan tanah dan atau bangunan, PBB merupakan
pajak pusat namun demikian hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada pemerintah daerah
baik provinsi maupun kabupaten/kota (Fatimah,
2011:6).
b. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang pengelolaannya dilakukan
oleh pemerintah daerah guna membiayai pengeluaran-
pengeluaran daerah. Pajak daerah meliputi pendapatan asli
daerah yang terdiri atas: Pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
mineral bukan logam dan batuan, pajak parker, pajak air
tanah, dll.
b) Berdasarkan golongannya (pembayar) pajak dibedakan atas:
a. Pajak Langsung
Pajak Langsung adalah pajak yang pembayaran atau
pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: pajak penghasilan, pajak perseroan dan pajak
kekayaan.
17
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembayaran atau
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: PPN dan PPnBM, cukai dan pita rokok (Abut,
2010:8).
c) Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya pajak dibedakan atas:
a. Pajak Subyektif
Pajak Subyektif adalah pajak yang berpangkal pada diri
orang yang dikenakan pajak. Pajak subyektif dimulai dengan
menetapkan orangnya, kemudian baru dicari obyeknya.
Dalam pemungutan pajak subyektif ini harus ada hubungan
antara Negara pemungut pajak dengan subyek pajak. Jadi
yang penting adalah subyeknya, yang dapat dibedakan
antara perorangan dan badan usaha.
b. Pajak Obyektif
Pajak Obyektif adalah pajak yang berpangkal pada obyek
yang dikenakan pajak dan untuk mengenakan pajaknya
harus dicari obyeknya. Pada pajak obyektif dimulai dengan
obyeknya seperti keadaan, peristiwa, perbuatan dan lainnya,
baru kemudian dicari orangnya yang harus membayar
pajaknya yaitu subyeknya. Dalam pemungutan pajak
obyektif harus ada hubungan antara Negara pemungut pajak
dengan obyek pajak. Pajak obyektif selalu dipungut
berdasarkan asas sumber, sedangkan pajak subyektif selalu
dipungut berdasarkan asas domisili dan asas nasionalitas
(Resmi, 2016:7).
18
6) Kedudukan Hukum Pajak
Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH., hukum pajak
mempunyai kedudukan antara hukum-hukum sebagai berikut:
a) Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya.
b) Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum ini dapat dirincikan sebagai hukum tata
negara, hukum tata usaha (hukum administratif), hukum pajak,
hukum pidana.
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Dalam mempelajari bidang hukum,
berlaku apa yang disebut lex specialis derogate lex generalis, yang
artinya peraturan khusus lebih diutamakan dari pada peraturan
umum atau jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam
peraturan khusus, maka akan berlaku ketentuan yang diatur dalam
peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah hukum
pajak, sedangkan peraturan umum adalah hukum publik atau
hukum yang sudah ada sebelumnya. Hukum pajak menganut
paham imperatif, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda
misalnya dalam hal pengajuan keberatan, sebelum ada keputusan
dari Direktorat Jenderal Pajak bahwa keberatan tersebut diterima,
maka wajib pajak yang mengajukan keberatan terlebih dahulu
membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berbeda
dengan hukum pidana yang menganut paham oportunitas, yakni
pelaksanaannya dapat ditunda setelah ada keputusan lain
(Mardiasmo, 2013:5).
19
7) Dasar Pengenaan Pajak
Sebagai dasar hukum penentuan dasar pengenaan pajak
tetap pasal 1n, pasal 1o, pasal 1p, pasal 1q, dan pasal 1w yang
dengan UU nomor 18 tahun 2000 diubah menjadi pasal 1 ayat 17,
pasal 1 ayat 18, pasal 1 ayat 19, pasal 1 ayat 20, dan pasal 1 ayat 26
UU PPN 184. Dalam pasal 1 ayat 18 dan pasal 1 ayat 20 terjadi
perubahan terminology “Pajak” diganti dengan “pajak pertambahan
nilai”. Khusus bagi pengusaha kena pajak pedagang eceran yang
semula diatur sekilas dalam pasal 29 ayat 3 danpasal 29 ayat 4
peraturan pemerintah nomor 50 tahun 1994 dialihkan menjadi pasal
9 peraturan pemerintah nomor 143 tahun 2000 dan peraturan
pemerintah nomor 24 tahun 2002. Sedangkan sebagai peraturan
pelaksanaan untuk menentukan nilai lain sebagai dasar pengenaan
pajak yang sebelumnya diatur dengan keputusan menteri keuangan
nomor 642/KMK.04/1994 dan nomor 642/KMK.04/1996 diganti
dengan keputusan menteri keuangan nomor 567/KMK.04/2000
tanggal 26 desember 2000 yang kemudian diubah dengan keputusan
menteri keuangan nomor 251/KMK.03/2002 tanggal 31 mei 2002.
Pada tanggal 31 mei 2002 telah ditetapkan keputusan
menteri keuangan nomor 252/KMK.03/2002 dan nomor
253/KMK.03/2002 yang mulai berlaku pada tanggal 1 juni 2002
yang mengatur mekanisme pengenaan PPN atas penyerahan BKP
yang dilakukan oleh PKP pedagang eceran. Sedangkan yang
berkenaan dengan membangun sendiri yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
diatur dalam keputusan menteri keuangan nomor 554/KMK.
04/2000 tanggal 26 desember 2000 yang kemudian di ubah dengan
keputusan menteri keuangan nomor 320/KMK.03/2002 tanggal 28
juni 2002.
20
Perubahan yang mendasar juga terjadi terhadap pola
penghitungan dasar pengenaan pajak atas penyerahan bangunan dan
atau tanah oleh perusahaan real estat atau industrial estat melalui
surat edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-22/PJ.51/2002
tanggal 21 mei 2002 yang menyatakan mulai 1 juni 2002 tidak
berlaku lagi surat edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-
55/PJ.53/1985 dan penegasan dalam surat Direktur Jenderal Pajak
S-1376/6/PJ.3/1986 (Untung, 2006,p.268).
b. Pemungutan Pajak Daerah
1) Pengertian Pajak Daerah
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34
Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009,
yang dimaksud dengan pajak daerah: Pajak daerah, yang selanjutnya
disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
2) Jenis Pajak Daerah
Sesuai dengan pembagian administrasi daerah, menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu:
a) Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan
atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
21
adalah semua kendaraan beroda serta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar
yang pengoperasiannya menggunakan roda motor dan tidak
melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air
Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau pembuatan sepihak atau kendaraan
yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, warisan atau
pemasukan kedalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
d. Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak pajak atas pengambilan
dan atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah
semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
termasuk air laut maupun didarat.
e. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang
dipungut pemerintah. Rokok ini meliputi sigaret, cerutu, dan
22
rokok daun. Pajak rokok yang dipungut oleh instansi
pemerintah dimaksud untuk disetor ke kas umum daerah
provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
b) Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota
Terdapat beberapa pajak yang dipungut dalam Pajak
Daerah Kabupaten/Kota, yaitu :
a. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/
peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari sepuluh.
b. Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya
termasuk jasa boga dan catering.
c. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan dan atau keramaian yang dinikmati dengan
dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, pembuatan atau media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
23
komersial memperkenalkan, menganjurkan, promosikan,
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang atau badan, yang dapat di lihat, dibaca, didengar,
dirasakan atau dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik
dari sumber alam di dalam dan atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral bukan logam dan batuan adalah
mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di
dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan
batu bara.
g. Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara.
h. Pajak Air Tanah
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau
pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat
dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
24
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan pengusahaan sarang burung wallet. Burung
walet adalah satwa yang termasuk collocalia, yaitu
collocalia fuchliap harga, collocalia maxina, collocalia
esculanta, dan collocalia linchi.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah
pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai dan
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan
bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah Kabupaten/ Kota. Sedangkan bangunan adalah
kontruksi teknik yang di tanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan perairan pedalaman atau laut.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Hak atas Tanah dan Bangunan adalah hak atas tanah,
termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya.
3) Tarif Pajak Daerah
Tarif Pajak Daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah
telah di atur dalam UU No. 28 tahun 2009 yang ditetapkan dengan
pembatasan tarif paling tinggi berbeda untuk setiap jenis pajak,
yaitu:
a) Pajak kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 5%
b) Bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi
10%
25
c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi
5%
d) Pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi 20%
e) Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai
rokok
f) Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%
g) Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%
h) Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35%
i) Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25% Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi 10%
j) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi
25%
k) Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30%
l) Pajak air tanah ditetapkan paling tinggi 20%
m) Pajak sarang burung wallet ditetapkan paling tinggi 10%
n) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan
paling tinggi sebesar 0,3%
o) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5% (lima persen).
Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi,
terdapat pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh
pemerintah daerah antara pajak provinsi dengan pajak
Kabupaten/Kota. Saat ini penetapan pajak provinsi di atur dalam
Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah,
menetapkan tarif pajak yang paling tinggi, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah yang bersangkutan
untuk mengelola keuangannya masing-masing berdasarkan
kemampuan dan kondisi daerah yang bersangkutan.
26
4) Peranan Pajak Daerah dalam Mendukung Pembiayaan Daerah
Tujuan penetapan pajak adalah untuk mengalihkan kontrol
sumber daya ekonomi dari wajib kepada negara dalam hal
pemanfaatan atau transfer terhadap wajib pajak yang lain.
Pajak daerah merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah. Pajak Daerah
merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
Adapun Permasalahan yang dihadapi oleh daerah pada umumnya
kaitan penggalian sumber-sumber pajak daerah yang merupakan
salah satu komponen dari PAD adalah belum memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan.
Pajak diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan pemerintah
dan pembangunan daerah untuk meningkatkan serta memeratakan
kesejahteraan masyarakat (Purwanto, 2011:140).
Upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi
intensifikasi pemungutan pajak daerah, anatara lain dapat dilakuakn
dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Memperluas basis penerimaan
Tindakan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat
dipungut oleh daerah yang dalam perhitungan ekonomi dianggap
potensial, antara lain mengidentifikasi pembayar pajak
baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis
data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas
penerimaan, dari setiap jenis pemungutan.
27
b) Memperbaiki proses pemungutan
Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan
antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif,
khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.
c) Meningkatkan pengawasan
Meningkatkan pengawasan, antara lain dengan melakukan
pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses
pengawasan, menerapkan sanksi terhadap pemungutan pajak,
dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan
pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.
d) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya
pemungutan, antara lain memperbaiki prosedur administrasi
pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan
efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.
e) Meningkatkan kapasita penerimaan melalui perencanaan yang
lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
koordinasi dengan instansi terkait di daerah.
5) Asas Pemungutan Pajak Daerah
a) Ditinjau dari aspek ekonomi (perolehan pendapatan)
a. Asas sumber, menurut asas sumber:
1) Negara yang berwenang memungut pajak adalah
Negara tempat sumber penghasilan itu berada.
2) Yang dapat dikenakan pajak adalah orang atau badan
usaha yang memiliki sumber penghasilan tersebut
dimana mereka berada.
3) Obyek yang dikenakan pajak hanya yang dikeluarkan
dari sumber penghasilan yang terletak di Negara
tersebut.
28
4) Obyek pajak yang dapat dikenakan pajak adalah
seluruh penghasilan dimanapun diperoleh (Abut,
2010:11).
b. Asas domisili, menurut asas domisili:
1) Negara yang berwenang memungut pajak adalah
Negara tempat subyek pajak berdomisili.
2) Subyek yang dapat dikenakan pajak adalah orang atau
badan usaha yang berdomisili di Negara tersebut.
3) Yang dikenakan pajak adalah penghasilan yang
diperoleh subyek pajak dimanapun (world wide
income).
c. Asas nasionalitas, menurut asas nasionalitas:
1) Negara yang berwenang memungut pajak adalah
Negara tempat asal kenangsaan orang yang
bersangkutan.
2) Yang dapat dikenakan pajak adalah orang yang
kebangsaan Negara tersebut dimanapun mereka berada
(Resmi, 2016:10).
b) Ditinjau dari aspek keadilan dan falsafah hukum
Filsuf aristoteles yang terkenal dengan bukunya retorica,
mengatakan bahwa hukum bertugas membuat adanya keadilan.
Dengan demikian bahwa tujuan hukum pajak pun untuk
membuat adanya keadilan dalam soal pemungutan pajak. Asas-
asas pemungutan pajak ditinjau dari aspek keadilan dan hukum
meliputi:
a. Asas keadilan
Asas Keadilan ini harus dipegang teguh baik untuk prinsip
mengenai perundang-undangan maupun dalam prakteknya
sehari-hari. Namun keadilan itu sulit dicapai, karena
29
keadilan itu bersifat relative, artinya apa yang dianggap
adil oleh suatu masyarakat atau dianggap adil pada suatu
saat tertentu belum tentu adil bagi masyarakat pada saat
yang lain. Asas Menurut Falsafah Hukum Berkaitan
dengan asas keadilan, maka teori pemungutan pajak yang
dipraktekkan dari zaman ke zaman adalah berdasarkan
falsafah hukumnya adalah teori asuransi, teori kepentingan,
teori bakti, teori daya pikul, teori asas daya beli.
b. Asas Yuridis
Hukum pajak harus dapat memberi jaminan hukum yang
perlu untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk
Negara maupun untuk warganya. Asas yuridis mengatur
beberapa hal yaitu:
1) Hak-hak fiskus harus dijamin oleh undang-undang
sehingga dalam pemungutan pajak dapat berjalan
lancer.
2) Para wajib pajak harus pula mendapat jaminan hukum,
agar tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh fiskus
dan aparatnya.
3) Jaminan terhadap tersimpannya rahasia-rahasia
mengenai diri atau perusahaan-perusahaan wajib pajak
yang telah dituturkannya kepada instansi pajak yang
tidak boleh disalahgunakan oleh fiskus. (Abut,
2010:13).
c. Asas Ekonomis
Sesuai dengan fungsi mengaturnya pajak, maka
pemungutan pajak ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat melalui pembangunan. Untuk itu politik
pemungutan pajak harus memenuhi beberapa ketentuan:
30
1) Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat
lancarnya produksi dan pembangunan.
2) Harus diusahakan supaya jangan sampai menghalang-
halangi rakyat dalam usahanya menuju kebahagiaan
dan jangan sampai merugikan kepentingan umum,
agar ekonomi masyarakat tidak terganggu.
d. Asas Finansial
Sesuai dengan fungsi budgetnya, maka biaya pemungutan
pajak hendaknya lebih kecil daripada pajak yang harus
dibayar oleh masyarakat. Untuk itu fiskus atau aparat
perpajakan harus aktif untuk mengetahui perbuatan,
peristiwa atau keadaan wajib pajak sehingga dengan
mudah mengenakan pajak kepada wajib pajak (Abut,
2010:14).
6) Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil
dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni
dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding kepada majelis pertimbangan pajak.
31
b) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis)
c) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
d) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
e) System pemungutan pajak harus sederhana.
7) Prinsip Pemungutan Pajak
a) Prinsip keadilan dan pemerataan (equality)
Menurut Adam Smith, equality mengandung arti bahwa
keadaan yang sama atau orang yang berada dalam keadaan yang
sama harus dikenakan pajak yang sama. Equality atau kesamaan
dalam sitem perpajakan lazimnya disebut nondiscrimination,
sehingga orang asing dan warga Negara Indonesia yang berada
dalam keadaan yang sama akan diperlakukan sama dan
dikenakan pajak yang sama besar.
Tekanan pajak diantara subjek pajak masimg-masing
hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya, yaitu
seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah
perlindungan negara (Devano.S&Rahayu.S.K, 2006, p.56).
Dalam prinsip social justice penrtiannya sama dengan
prinsip equility Adam smith. Ditarangkan oleh fritz neumark,
keadilan sosial dalam system perpajakan harus memperhatikan :
a. Universality principle
Setiap orang yang mampu membayar pajak, harus dipajaki
secara universal, artinya kepada orang-orang tersebut diberi
beban pajak yang sama, dan bahwa pembebasan-
pembebasan dari setiap wajib pajak harus meliputi semua
bidang dan laporan sosial ekonomi masyarakat.
32
b. The equality principle
Orang-orang atau badan posisi ekonomi yang sama harus
menanggung utang pajak yang samapula.
c. The ability to puy principle
Jumlah beban pajak dipikul oleh individu sesuai dengan
kemampuannya untuk memikul beban pajak itu, dengan
memperhatikan semua sifat-sifat yang melekat pada
individu, sehingga kerugian yang timbul sebagai akibat
pengenaan pajak akan menjadi sama.
d. The principle of redistribution
Prinsip ini menghendaki bahwa distribusi beban pajak
diantara penduduk harus mempunyai akibat untuk
memperkecil perbedaan penghasilan dan kekayaan yang
disebabkan oleh mekanisme pasar bebas (Devano.S&
Rahayu.S.K, 2006, p.58).
b) Prinsip kepastian hukum (certainty)
Dalam prinsip pemungutan pajak yang dikemukakan oleh
Adam Smith, kaidah certainty dimaksudkan supaya pajak yang
harus dibayar seseorang harus jelas dan pasti, tidak dapat
dimulur-mulur atau ditawar-tawar. Kepastian hukum adalah
tujuan setiap undang-undang. Dalam memuat undang-undang
dan peraturan-peraturan yang mengikat umum, harus diusahakan
supaya ketentuan yang dimuat dalam undang-undang adalah
jelas, tegas, dan tidak mengandung arti ganda atau memberikan
peluang untuk ditafsirkan lain (Devano.S&Rahayu.S.K, 2006,
p.59).
Fritz neumark, dengan prinsip pemungutan pajak yang
keempat, yaitu ease administration and compliance,
mengemukakan bahwa sistem perpajakan yang baik haruslah
33
mudah dalam administrasinya dan mudah pulau ntuk
mamatuhinya, Prinsip persyaratan yaitu :
a. The requirement of clarity
Dalam sistem perpajakan, baik UU perpajakan maupun pada
peraturan pelaksanaannya, khususnya dalam proses
pemungutan maka ketentuan-ketentuan pajak harus dapat
dipahami, tidak boleh menimbulkan keragu-raguan, tetapi
harus menimbulkan kejelasan bagi wajib pajak maupun bagi
fiskus.
b. The requirement of continuity
Udang-undangan perpajakan tidak boleh sering berubah, dan
apabila terjadi perubahan, perubahan tersebut harus dalam
konteks perbaruan undang-undang perpajakan secara umum
dan sistematis.
c. The requirement of economy
Biaya-biaya perhitungan, penagihan, dan pengawasan pajak
harus pada tingkat serendah-rendahnya dan konsisten
dengan tujuan-tujuan pajak yang lain. Biaya-biayayang
diminimalkan tidak hanya meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi juga biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban
dan kepatuhan perpajakannya.
d. The requirement of convenience
Pembayaran pajak harus secepat mungkin tidak
memberatkan wajib pajak. Pemerintah biasanya
memperbolehkan pembayaran pajak dalam jumlah besar
secara angsuran dan memberikan jangka waktu yang cukup
untuk penundaan pengembalian SPT (Devano.S&
Rahayu.S.K, 2006, p.56).
34
Rochmat soemitro memberikan pengertian tentang
kepastian hukum, bahwa ketentuan undang-undang tidak boleh
memberikan keragu-raguan. Harus dapat diterapkan secara
konsekuen untuk keadaan yang sama secara terus-menerus.
Undang-undang harus disusun sedemikian rupa hingga tidak
memberikan peluang kepada siapapun untuk memberikan
interprestasi lain dari pada yang dikehendaki oleh pembuat
undang-undang. Dimana untuk memberikan kepastian hukum
perlu diperhatikan beberapa faktor seperti :
a. Materi, subjek, dan objek
Subjek, matrai, dan objek yang tersangkut diuraikan secara
jelas dan tegas dengan menyebutkan kualifikasinya, sifat,
tempat, ciri-ciri, dan waktu.
b. Pendefisian
Pendefisian sesuatu dapat dilakukan secara jelas bila
didalamnya dapat tercukup unsur-unsur dan ciri-ciri dari
hal yang akan didefinisikan.
c. Penyempitan/ perluasan
Penyempitan dan perluasan materi yang menjadi sasaran
pajak harus dilakukan dalam undang-undangnya sendiri.
d. Ruang lingkup
Daya mengikuti dari suatu ketentuan undang-undang tidak
saja ditentukan oleh materinya, juga oleh tempat dan waktu
(Devano.S&Rahayu.S.K, 2006, p.61).
c) Prinsip convenience
Adam Smith mengungkapkan kaidah convenience
dimaksudkan supaya dalam memungut pajak, pemerintah
hendaknya memerhatikan saat-saat yang paling baik bagi si
pembayar pajak. E.R.A Seligman mengemukakan prinsip
35
convenience dalam prinsipnya yang disebut administrative.
Prinsip convenience berhubungan dengan pernyataan tentang
bagaimana pajak itu dibayar, kapan harus dibayar, kemana harus
dibayarkan dan dalam kondisi yang bagaimana pajak itu dibayar
(Devano.S&Rahayu.S.K, 2006, p.63).
Rechmat soemitro mengungkapkan pajak harus dipungut
pada saat yang tepat yaitu pada saat wajib pajak mempunyai
uang, ini akan mengenakan wajib pajak tidak semua wajib pajak
memiliki saat convenince yang sama, yang mengenakan baginya
untuk membayar pajak. Petani lebih lebih mudah membayar
pajak setelah panen, pedangang lebih mudah membayar pada
saat menerima pembayaran dari debitor (Devano.S& Rahayu.
S.K, 2006, p.63).
d) Prinsip efisiensi ekonomi
Adam Smith mengungkapkan kaidah efficiency
dimaksudkan supaya pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan
dengan sehemat-hematnya, jangan sampai biaya-biaya
memungut justru menjadi lebih tinggi dari pada pajak yang
dipungut.
Dalam prinsip administrative E.R.A seligman meliputi
pula prinsip economy menyatakan bahwa biaya-biaya untuk
memungut pajak harus lebih rendah dari pajak yang dipungut.
Prinsip economicyang ada dalam prinsip pemungutan
pajak E.R.A seligman dijabarkan dalam dua prinsip :
a. Innocuity
Hendaknya proses pemungutan pajak tidak menimbulkan
hal-hal yang destruktif. Artinya, beban pajak yang dipikul
oleh para wajib pajak jangan sampai menghalang-halangi
36
perekonomian bangsa, menghambat produksi, atau
mencegah investasi.
b. Efficience
Dimaksutkan supaya sistem perpajakan suatu negara
mampu untuk mencapai hasil-hasilyang diingikan. Artinya,
sistem perpajakan itu harus secara praktis dapat dengan
mudah dilaksanakan, sehingga peneriman yang diharapkan
dari pajak dapat tercapai. Banyak pajak yang mungkin
dalam segi-segi tertentu dianggap baik tetapi sangat sulit
dilaksanakan.
First neumark mengungkapkan prinsip revenue
productivity dalam prinsip pemungutan pajaknya. prinsip ini
menurut fritz neumark menyangkut dua hal, yaitu :
a. The principle of adequacy
Bahwa sistem perpajakan nasional seharusnya dapat
menjamin penerimaan negara untuk membiayai semua
pengeluaran. Sekiranya penerimaan yang berasal dari pajak
telah dapat memenuhi semua pengeluaran negara, maka
negara yang bersangkutan akan dapat dikelompokkan
menjadi negara yang sangat maju dan makmur.
b. The principle of adaptability
Hendaknya sistem perpajakan bersifat cukup fleksibel
untuk menghasilkan penerimaan tambahan bagi negara
apabila terjadi kebutuhan-kebutuhan mendadak negara,
seperti adanya bencana alam nasional , tanpa menimbulkan
keguncangan dalam bidang ekonomi rakyat (Devano.S&
Rahayu.S.K, 2006, p.65).
37
8) Bagi Hasil Pajak Propinsi
Hasil penerimaan Pajak Propinsi sebagian diperuntukkan
bagi kabupaten/kota di wilayah propinsi yang bersangkutan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota
sebesar 30% (tiga puluh persen).
b) Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
diserahkan kepada kabuapten atau kota sebesar 70% (tujuh puluh
persen)
c) Hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada
kabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen)
d) Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada
kabupaten/kota sebesar 50% (lima puluh persen). Khusus untuk
penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yangberbeda
pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air
Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang
bersangkutan sebesar 80% (delapan puluh persen).
9) Perubahan Undang-undang Pajak Daerah
Dewan perwakilan rakyat republik indonesia akhirnya
menyetujui dan mengesahkan rancangan undang-undang pajak
daerah dan retribusi daerah (RUU PDRD) menjadi Undang-undang
pajak daerah dan retribusi daerah (UU PDRD) Nomor 28 tahun
2009, sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 18 Tahun
1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Pengesahan UU
PDRD ini sangat strategis dan mendasar di bidang desentralisasi
fiskal, karena terdapat perubahan kebijakan yang cukup
fundamental dalam penataan kembali hubungan keuangan antara
38
pusat dan daerah. Undang-undang yang baru ini mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 2010. UU PDRD ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a) Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah
dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin
besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
b) Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan
dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat
otonomi daerah.
c) Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis
pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah dan retribusi
daerah yang dipergunakan dalam penyusunan UU ini, yaitu:
a) Pemberian kewenangan pengaturan pajak daerah dan retribusi
daerah tidak terlalu membebani rakyat dan relatifnetral
terhadap fiskal nasional
b) Jenis pajak dan rertribusi yang dapat dipungut oleh daerah
hanya ditetapkan dalam undang-undang
c) Pemberian kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif
pajak daerah dalam batas tarif minimum dan maksimum yang
ditatapkan dalam undang-undang
d) Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan
retribusi yang tercantum dalam undang-undang sesuai
kebijakan pemerintah daerah
e) Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
dilakukan secara preventif dan korektif. Rancangan Peraturan
39
Daerah yang mengatur pajak dan retribusi harus mendapat
persetujuan pemerintah sebelum ditetapkan menjadi PERDA.
Materi yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 ini, antara lain:
a) Penambahan Jenis Pajak Daerah
Terdapat penambahan 4 jenis pajak daerah, yaitu 1 jenis pajak
propinsi dan 3 jenis pajak kabupaten/kota. Jenis pajak propinsi
yang baru adalah Pajak Rokok, sedangkan 3 jenis pajak
kabupaten/kota yang baru adalah PBB Pedesaan dan Perkotaan,
BPHTB, dan Pajak Sarang Burung Walet. Sebagai catatan,
untuk kabupaten/kota ada penambahan 1 jenis pajak yaitu
Pajak Air Tanah yang sebelumnya merupakan pajak propinsi.
a. Pajak Rokok
Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan
oleh pemerintah. Hasil penerimaan Pajak Rokok tersebut
sebesar 70% dibagihasilkan kepada kabupaten/kota di
propinsi yang bersangkutan. Walaupun pajak ini
merupakan jenis pajak baru, namun diperkirakan
pengenaan Pajak Rokok tidak terlalu membebani
masyarakat karena rokok bukan merupakan barang
kebutuhan pokok dan bahkan pada tingkat tertentu
konsumsinya perlu dikendalikan. Di pihak lain,
pengenaan pajak ini tidak terlalu berdampak pada industri
rokok karena beban Pajak Rokok akan disesuaikan
dengan kebijakan strategis di bidang cukai nasional dan
besarnya disesuaikan dengan daya pikul industri rokok
mengikuti naturalgrowth (pertumbuhan alamiah) dari
industri tersebut. Selain itu, penerimaan Pajak Rokok
dialokasikan minimal 50% untuk mendanai pelayanan
kesehatan (pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan
40
sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan,
penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok
(smoking area), kegiatan masyarakat tentang bahaya
merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya
merokok) serta penegakan hukum (pemberantasan
peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan mengenai
larangan merokok).
b. PBB Pedesaan dan Perkotaan
Selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir
seluruh penerimaannya diserahkan kepada daerah. Untuk
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah, khusus PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan
dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih
merupakan pajak pusat. Dengan dijadikannya PBB
Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah, maka
penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai
PAD.
c. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun
seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah. Untuk
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah.
Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan
meningkatkan PAD.
d. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet merupakan jenis pajak
daerah baru, yang dapat dipungut oleh daerah untuk
memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan
41
perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. Bagi
daerah yang memiliki potensi sarang burung walet yang
besar akan dapat meningkatkan PAD.
b) Perluasan Basis Pajak Daerah
Perluasan basis pajak daerah, antara lain adalah:
a. PKB dan BBNKB, termasuk kendaraan pemerintah
b. Pajak hotel, mencakup seluruh persewaan di hotel, dan
c. Pajak restoran, termasuk katering/jasa boga
c) Perluasan Basis Retribusi Daerah
Perluasan basis retribusi daerah dilakukan dengan
mengoptimalkan pengenaan retribusi izin gangguan, sehingga
mencakup berbagai retribusi yang berkaitan dengan lingkungan
yang selama ini dipungut, seperti retribusi izin pembuangan
limbah cair, retribusi AMDAL, serta retribusi pemeriksaan
kesehatan dan keselamatan kerja.
d) Kenaikan Tarif Maksimum Pajak Daerah
Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem
perpajakan dalam rangka peningkatan pendapatan dan
peningkatan kualitas pelayanan, penghematan energi, dan
pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa
jenis pajak daerah dinaikkan, antara lain:
a. Tarif maksimum Pajak kendaraan bermotor, dinaikkan dari
5% menjadi 10% khusus untuk kendaraan pribadi dapat
dikenakan tarif progresif.
b. Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
dinaikkan dari 10% menjadi 20%.
c. Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan
angkutan umum, tarif dapat ditetapkan lebih rendah.
42
d. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi
30%.
e. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(sebelumnya Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan
C), dinaikkan dari 20% menjadi 25%.
e) Bagi Hasil Pajak Propinsi
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan
kemampuan keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi
pelayanan kepada masyarakat, pajak propinsi dibagihasilkan
kepada kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut:
a. Pajak Kendaraan Bermotor, 70% untuk propinsi dan 30%
untuk kabupaten/kota.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, 70% untuk Propinsi
dan 30% untuk kabupaten/kota.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 30% untuk
propinsi dan 70% untuk kabupaten/kota
d. Pajak Air Permukaan, 50% untuk propinsi dan 50% untuk
kabupaten/kota.
e. Pajak Rokok, 30% untuk propinsi dan 70% untuk
kabupaten/kota.
f) Earmarking (Pengalokasian Pajak)
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan
terus-menerus dan sekaligus menciptakan good governance
dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak daerah
wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan
sarana dan prasarana yang secara langsung dapat dinikmati
oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat. Pengaturan
earmarking tersebut adalah:
43
a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib
dialokasikan untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan,
serta peningkatan sarana transportasi umum
b. 50% dari penerimaan Pajak Rokok dialokasikan untuk
mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum
c. Sebagian penerimaan Pajak Penerangan Jalan digunakan
untuk penyediaan penerangan jalan.
Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur
APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di daerah menjadi
lebih kondusif karena PERDA pungutan daerah yang
membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta
memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.
c. Strategi Pemungutan Pajak
1) Pengertian Strategi
Menurut Chandler, strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.
Sedangkan menurut Porter, strategi adalah alat yang sangat penting
untuk mencapai keunggulan bersaing.
Menurut Griffin mendefinisikan strategi sebagai rencana
komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi (Saefullah,
2006:132). Jadi strategi merupakan suatu cara untuk bisa mencapai
tujuan dari perusahaan ataupun instansi dan supaya bisa menjadi
pesaing yang unggul.
Berdasarkan pengertiannya dapat disimpulkan bahwa
strategi memiliki beberapa dimensi atau bersifat multi dimensional.
Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:
44
a) Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Salah satu sifat keputusan strategik ialah bahwa keputusan
tersebut menyangkut seluruh segi organisasi. Karena hanya
pada tingkat manajemen puncaklah akan tampak segala bentuk
implikasi dan remifikasi berbagai tantangan dan tuntutan
lingkungan internal dan eksternal yang sangat mungkin tidak
terlihat oleh para manajer tingkat yang lebih rendah. Selain itu
hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk
mengalokasikan sarana, prasarana, dan sumber lainnya yang
diperlukan untuk mengimplementasikan keputusan yang telah
diambil.
b) Dimensi Alokasi Dana, Sarana dan Prasarana
Disini manajemen puncak berperan selaku integrator dari
berbagai satuan kerja yang merasa berhak atas pengelolaan
dana, sarana, prasarana maupun tenaga kerja dari satuan-satuan
kerja lainnya dalam organisasi. Hal ini tergantung pada sifat
penugasan, sasaran dan pembatasan waktu, mungkin saja satu
satuan kerja diperlukan sebagai “yang terpenting” pada momen
tertentu, tetapi pada momen lain satuan kerja lainlah yang
bersifat strategik.
c) Dimensi Waktu Keputusan Strategik
Salah satu ciri keputusan strategik ialah jangkauan waktunya
yang relative jauh kedepan, apakah itu lima tahun atau pun
sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Penting untuk diperhatikan
bahwa sekali manajemen puncak membuat suatu keputusan
strategik, atas dasar keputusan itulah citra organisasi diciptakan
dan dipelihara.
45
d) Dimensi Orientasi Masa Depan
Disini sebuah organisasi membutuhkan seorang manajer handal
yang memiliki sikap antisipatif dan proaktif. Karena dengan
sikap yang antisipatif dan proaktif, manajemen akan lebih siap
menghadapi tanggapan perubahan yang akan terjadi dan tidak
akan dihadapkan kepada situasi “dadakan”.
e) Konsekuensi Isu Strategik yang Multifaset
Salah satu dimensi keputusan strategik ialah bersifat integrative
dan koordinatif, karena keputusan strategik biasanya
mengjangkau semua komponen atau unsur organisasi.
f) Dimensi Lingkungan Eksternal
Suatu organisasi biasanya mempengaruhi lingkungannya dan
pasti dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang faktor-faktor
umumnya berada diluar kendali organisasi yang bersangkutan.
Untuk itu agar organisasi berhasil meraih keberhasilan yang
didambakannya dimasa depan faktor-faktor eksternal tersebut
harus diperhitungkan dengan matang (Siagian, 2007:18)
2) Fungsi Strategi
Fungsi dari strategi pada dasarnya adalah berupaya agar
strategi yang disusun dapat di implementasikan secara efektif.
Untuk itu, terdapat lima fungsi yang harus dilakukan secara
simultan, yaitu :
a) Mengkomunikasikan suatu maksud (visi) yang ingin dicapai
kepada orang lain.
b) Menghubungkan atau mengaitkan kekuatan atau keunggulan
organisasi dengan peluang dari lingkunganya.
46
c) Memanfaatkan atau mengeksploitasi keberhasilan dan
kesuksesan yang didapat sekarang, sekaligus menyelidiki adanya
peluang-peluang baru.
d) Menghasilkan dan membangkitkan sumber-sumber daya yang
lebih banyak dari yang digunakan sekarang.
e) Menanggapi serta bereaksi atas keadaan yang baru dihadapi
sepanjang waktu (Assauri, 2013:7).
3) Tingkatan Strategi
Dalam manajemen startegi, perusahaan pada umumnya
mempunyai tiga level tingkatan strategi, yaitu:
a) Strategi Korporasi
Strategi ini menggambarkan arah perusahaan keseluruhan
mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah
pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk
untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa
b) Strategi Unit Bisnis
Strategi ini biasanya dikembangkan pada level divisi dan
menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang
atau jasa perusahaan dalam industrinya atau segmen pasar yang
dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis umumnya
menekankan pada peningkatan laba produksi dan penjualan.
Strategi bisnis yang di implementasikan biasanya merupakan
salah satu strategi overall cost leadership, atau diferensiasi.
c) Straregi Fungsional
Strategi ini menekankan terutama pada pemaksimalan sumber-
sumber daya produktivitas. Dalam batasan oleh perusahaan dan
strategi bisnis yang ada disekitar mereka, departemen
fungsional seperti fungsi-fungsi Pemasaran, SDM, Keuangan,
47
Produksi-Operasi mengembangkan strategi untuk
mengumpulkan bersama-sama berbagai aktivitas dan
kompetensi mereka guna meningkatkan kinerja perusahaan
(Umar, 2010:17).
4) Tujuan Strategi
Menurut Muchlis (2007:213) Tujuan dari sebuah strategi
adalah untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi
keunggulan dibandingkan pesaing. Tujuan dari sebuah strategi
merupakan tujuan yang berdimensi jangka panjang yang merupakan
hasil yang diharapkan tercapai beberapa periode atau tahun yang
akan datang, misalnya tujuan yang ingin dicapai adalah
profitability, return on invesment, posisi bersaing kepemimpinan
teknologi, tanggung jawab sosial dan pengembangan sumber daya
manusia.
5) Komponen Strategi
Secara umum, sebuah strategi memiliki komponen-
komponen strategi yang senantiasa dipertimbangkan dalam
menentukan strategi yang akan dilaksanakan, Komponen-
komponen tersebut adalah:
a) Kompetensi yang Berbeda
Yang dimaksud dengan kompetensi yang berbeda adalah sesuatu
yang dimiliki oleh bank dimana bank itu melakukannya dengan
baik dibandingkan dengan bank lainnya.
b) Ruang Lingkup
Yang dimaksud dengan ruang lingkup adalah lingkungan dimana
organisasi tersebut beraktivitas, Strategi yang akan dilakukan
mencakup ruang lingkup yang dihadapi oleh organisasi.
48
c) Distribusi Sumber Daya
Yang dimaksud dengan distribusi sumber daya adalah bagaimana
sebuah organisasi memanfaatkan dan mendistribusikan sumber
daya yang dimilikinya dalam menetapkan strategi organisasi
(Saefullah, 2006:133)
6) Strategi Penerimaan Pajak Daerah
a) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak
Menurut Abubakar dalam Halim (2001:147)
Intensifikasi pajak dan retribusi daerah diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/ kota untuk
meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah yang
biasanya diaplikasikan dalam bentuk:
a. Perubahan tarif pajak dan retribusi daerah.
b. Peningkatan pengelolaan pajak dan retribusi daerah.
Selanjutnya dikatakan bahwa ekstensifikasi pajak dan
retribusi daerah merupakan suatu kebijakan yang dilakukan
oleh daerah kabupaten/ kota dalam upaya meningkatkan
penerimaan pajak daerah melalui penciptaan sumber-sumber
pajak dan retribusi daerah.
b) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur
Koswara (2001:266-267) menyatakan bahwa konteks
kualitas sumber daya aparatur di era otonomi adalah
kemampuan professional dan keterampilan teknis para pegawai
yang termasuk kepada unsur staf dan pelaksana di lingkungan
pemerintah daerah. Hal ini sangat diperlukan agar manajemen
pemerintahan dalam otonomi daerah dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Yang diperlukan tidak hanya jumlahnya
yang cukup, tetapi juga kualitas para pegawai yang harus
49
diukur dengan melihat latar belakang pendidikan, keterampilan,
pengalaman kerja, jenjang kepangkatan dan status
kepegawaian.
c) Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Definisi kualitas dikemukakan oleh Gervin dan Davis
(dalam M.N.Nasution, 2005:3) menyatakan bahwa kualitas
adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia atau tenaga kerja, proses, tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
atau masyarakat”. Definisi Pelayanan menurut Kotler dalam
Nasution (2005:98) adalah aktifitas atau manfaat yang
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan
apapun. Produknya mungkin terikat atau tidak terikat pada
produk fisik.
d) Kebijakan-kebijakan dalam penerimaan pajak daerah
Kebijakan adalah suatu keputusan atau
seperangkat keputusan untuk menghadapi situasi atau
permasalahan yang mengandung nilai-nilai tertentu, memuat
ketentuan tentang tujuan, cara dan sarana serta kegiatan untuk
mencapainya. Kebijakan sebagai keputusan dalam rangka
penyelenggaraan negara pemerintahan negara tersebut :
a. Pilihan pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
b. Bertujuan menghadapi situasi atau permasalahan tertentu
yang bermakna “demi kepentingan publik”
c. Memandu tindakan atau pola tindak pelayanan yang
dilaksanakan oleh pejabatpemerintah
d. Selalu dilandaskan pada peraturan-peraturan perundang-
undangan (Afandy, 2013:1117).
50
B. PenelitianYang Relevan
Mohammad Afandy (2013) dengan judul strategi Dinas Pendapatan
Daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dari pajak daerah di
Kabupaten Penajam Paser Utara, mengunakan Metode deskriptif dengan analisa
kualitatif. Menunjukan bahwa Strategi Dinas Pendapatan Daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah dari pajak daerah di Kabupaten Penajam
Paser Utara melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak.
Faisal Suhaimi (2014) dengan judul strategi Pemerintah Kota Manado
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pajak, mengunakan
Metode deskriptif dengan analisa kualitatif. Menunjukan bahwa strategi
pemerintah Kota Manado dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor
pajak sudah cukup baik dan Strategi yang diupayakan oleh Pemerintah Kota
Manado yaitu Pengelolaan pendapatan bertumpu pada kepentingan publik,
transparan dan rasional, pendekatan pengelolaannya berbasis kinerja, serta
dilakukan pengelolaan secara profesional dan biaya rendah.
Dwi Dian Kusuma (2017) dengan judul Strategi Dinas Pendapatan daerah
Kabupaten Lampung Selatan dalam pemungutan Pajak daerah, mengunakan
Metode deskriptif dengan analisa SWOT. Menunjukan bahwa Pajak daerah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Anggran belanja Daerah (ABD), baik
sebelum maupun sesudah otonomi, dan Pajak daerah berpengaruh terhadap ABD
dengan tingkat yang signifikan, baik sebelum maupun sesudah otonomi.
Rizka, Islahuddin, dan Nadirsyah (2014) dengan judul Analisis strategi
peningkatan pendapatan Pajak daerah dan retribusi daerah dalam Rangka
meningkatkan kemampuan keuangan Daerah di Kota Banda Aceh, mengunakan
metode deskriptif dengan analisa kualitatif. Menunjukan bahwa Strategi
peningkatan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Banda Aceh
dilakukan dengan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi yang
ditempuh meliputi memperluas basis penerimaan, memperkuat proses
pemungutan, meningkatkan pengawasan, meningkatkan efisiensi administrasi dan
51
menekan biaya pemungutan, serta meningkatkan kapasitas penerimaan melalui
perencanaan yang lebih baik. Selanjutnya upaya ekstensifikasi yang ditempuh
meliputi penetapan kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan kewenangan
perpajakan yang lebih besar kepada daerah pada masa mendatang. Upaya
ekstensifikasi juga dilakukan dengan memetakan potensi objek-objek PAD yang
ada di Kota Banda Aceh.
Uly suliswati (2013) dengan judul strategi peningkatan penerimaan pajak
daerah Kabupaten Jember, mengunakan Metode deskriptif dengan analisa
kualitatif. Menunjukan bahwa strategi yang dapat diprioritaskan dalam
peningkatan penerimaan pajak daerah yaitu meningkatkan sumber daya manusia.
Rendahnya sumber daya manusia aparat pajak yang dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap adminitrasi perpajakan dan juga berdampak
pada sumber daya manusia wajib pajak yang bisa menurunkan kepatuhan wajib
pajak. Kemudian prioritas selanjutnya adalah sosialisasi pelayanan pajak
primadan yang terakhir adalah Kemitraan Perpajakan.
Rohmat hafinudin sahroni, djamhur hamid, dan mohammad iqbal (2015)
dengan judul strategi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak
daerah Di Kota Malang, mengunakan Metode deskriptif dengan analisa kualitatif.
Menunjukan bahwa Strategi peningkatan pajak daerah Kota Malang dilakukan
melalui dua cara, yaitu melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi.
Intensifikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan penyesuaian tarif,
peningkatan pengawasan dan pengendalian pembayaran pajak daerah,
peningkatan kualitas sumber daya manusia DISPENDA, dan dengan menetapkan
target penerimaan pajak daerah. Program ekstensifikasi yang dilakukan
DISPENDA Kota Malang adalah dengan melakukan survey lapangan, melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan dinas atau pihak terkait, dan melakukan
sosialisasi. Survey Lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi objek pajak
dan wajib pajak dilapangan. Koordinasi dan kerjasama dilakukan agar
optimalisasi penerimaan pajak daerah meningkat. Sosialisasi dilakukan melalui
52
siaran TV dengan melakukan kerjasama Malang TV, melalui siaran radio di RRI,
dan melalui media Koran Jawa Pos.
Dalam penelitian yang peneliti lakukan di Pemerintahan Daerah
Kabupaten Tanah Datar, mengenai analisis strategi pemerintah daerah dalam
peningkatan penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar. Di lihat dari
beberapa penelitian sebelumnya, maka adapun kesamaan dalam penelitian yang
peneliti lakukan yaitu sama-sama membahas mengenai strategi pemerintah daerah
dalam penerimaan pajak daerah. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu dalam penelitian yang peneliti lakukan, penelitian ini
berfokus ke empat aspek dalam stratgi yang di terapakan oleh pemerintah daerah
kabupaten dalam penerimaan pajak daerah. Adapun empat aspek tersebut yaitu
meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan kualitas sumber daya aparatur,
dan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, dan kebijakkan-kebijakkan yang di
tetapakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah Field Research (penelitian
lapangan), mengunakan metode kualitatifdengan pendekatan deskriptif. Menurut
Sugiyono (2016:2), Penelitian lapangan (Field Research) merupakan penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh
langsung dari responden, dan mengamati secara langsung tugas-tugas yang
berhubungan dengan Penilitian yang sedang dilakukan.
B. Latar Dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten
Tanah Datar, selama lima bulan yaitu mulai bulan April 2018 s/d bulan Agustus
2018.
Tabel 3.1
Jaadwal Penulisan Skripsi
Uraian/
Agenda
April Mei Juni Juli Agustus
1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan
Seminar Propsal
Penelitian
Sidang Munaqasah
C. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dari penelitian ini adalah peniliti sendiri, sedangkan
Instrumen tambahan lainnya yang berguna untuk menunjang kelengkapan data
adalah field note, dan perekam.
54
D. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2016:21), bahwa sumber data penelitian digolongkan
sebagai berikut :
1. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Kantor terkait
Penerimaan Pajak Daerah di Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah
Datar.
2. Sumber data sekunder
Sumber Data sekunder dalam penelitian ini yaitu dokumentasi dan staf
terkait yang berkaitan dengan masalah umumnya berupa bukti, catatan,
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip seperti laporan Badan
anggaran Kabupaten Tanah Datar, laporan Badan Keuangan daerah yang
dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan
yaitu:
1. Wawancara
Adalah sebuah tekhnik pengumpulan data dengan cara melakukan
kegiatan Tanya jawab yang memiliki maksud, dalam hal ini penulis
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada sumber
data yaitu pimpinan dan staf di Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah
Datar.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode terpenting pada penelitian
kualitatif untuk mendapatkan data yang berasal dari catatan-catatan tertulis.
Bahan dan dokumen tulis lainnya dari memorandum organisasi, klinis, atau
catatan program; dan coinformance, publikasi dan laporan resmi.
55
F. Teknik Analisis Data
Tekhnik pengolahan data yang penulis gunakan adalah teknik pengolahan
secara deskriptif kualitatif dengan Analisis interaktif dimana analisis ini
penguraian dan penggambaran secara tertulis, dengan menggunakan angka-
angka. Hal ini dilakukan dengan cara membaca serta memahami hasil
wawancara, bukti, catatan, laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
dipublikasikan dan tidak dipublikasikan yang akhirnya akan dituliskan sebagai
hasil dari pengolahan data. Menurut Miles dan Huberman (2007:20) menyatakan
bahwa analisis interaktif terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
4. Penarikan kesimpulan.
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Teknik Keabsahan data dalam penelitian ini yang penulis gunakan yaitu
dengan Triagulasi, triagulasi adalah teknik penelitian yang menguji kredibilitas
atau kepercayaan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Pada awalnya penulis memperoleh data dalam cara wawancara, lalu di
cek dengan Observasi atau dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik pengujian
mengasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data yang di anggap
benar. Penggunaan analisis Kualitatif deskriptif dalam hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi penulis ataupun pembaca dalam memahami
bagaimana Analisis Strategi Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Penerimaan
Pajak Daerah di Kabupaten Tanah Datar.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Badan Keuangan Daerah Tanah Datar
Untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah dan Ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Tanah Datar menetapkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Selanjutnya, untuk
melaksanakan Ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah maka ditetapkan
Peraturan Bupati Nomor 44 Tahun 2016tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Daerah.
Badan Daerah merupakan unsur Penunjang urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah. Salah satu Badan Daerah yang
melaksanakan fungsi penunjang penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
melaksanakan fungsi penunjang di Bidang Keuangan adalah Badan
Keuangan Daerah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 5 Tahun
2017 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi Penunjang di Bidang Keuangan.
Berdasarkan peraturan diatas, maka dibentuk Type Perangkat Daerah untuk
Badan Keuangan Daerah adalah Type A dengan Susunan Organisasi 1 (satu)
Sekretariat dan 6 (enam) bidang. Sekretariat terdiri dari 3 (tiga) sub bagian
serta Bidang terdiri dari atas 3 (tiga) sub bidang. (Badan Keuangan Daerah
Tanah Datar, 2015:3)
2. Visi dan Misi Badan Keuangan Daerah Tanah Datar
Visi Misi Badan Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan Bupati
Tanah Datar Nomor 44 Tahun 2017 adalah sebagai berikut: “Terwujudnya
Pengelolaan Keuangan daerah yang Transparansi dan Akuntabilitas melalui
management yang baik dengan menggunakan teknologi informasi”.
57
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan
sasaran yang ingin dicapai di masa depan. Untuk mewujudkan Visi yang
ingin dicapai, telah dirumuskan Misi sebagai berikut:
a. Mewujudkan sistem pengelolaan Keuangan dan asset Daerah yang
Rasional, transparan, partisipatif dan bertanggungjawab.
b. Meningkatkan Pelayanan Pada Masyarakat.
c. Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Asset
Daerah yang efektif dan efisien.
d. Penerapan Teknologi Informasi untuk pengelolaan keuangan daerah.
(Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2015,p.1)
3. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Oraganisasi Perangkat Daerah
( OPD)
Mengacu kepada visi sebagaimana tersebut di atas, maka sebagai
penjabaran dari setiap Misi Badan Keuangan Daerah Kabupaten Tanah
Datar, perlu ditetapkan pula tujuan dan sasaran yang akan dicapai lima
tahun ke depan untuk setiap misi yang telah ditetapkan. Agar dapat
menggambarkan secara spesifik indikator keberhasilan, maka dari setiap
tujuan ditetapkan pula sasaran dan kebijakan untuk memberikan arah dan
tolok ukur yang jelas dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, dengan
dukungan data kuantitaf sehingga dapat lebih memudahkan dalam
mengevaluasinya.
Badan Keuangan Daerah Kabupaten Tanah Datar menetapkan
tujuan strategis berdasarkan misi 3 Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021
yaitu: “Mewujudkan kehidupan yang harmonis, aman dan teratur dengan
tata pemerintahan yang baik, bersih dan profesional “. Berdasarkan Misi
nomor 3 di atas, Badan Keuangan Daerah Kabupaten Tanah Datar
menetapkan Tujuan dari Misi 3 dari RPJMD adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan.
b. Mengoptimalkan kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan
pembangunan daerah. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2015:2)
58
Berdasarkan Tujuan yang telah ditetapkan tersebut, maka Sasaran
yang akan dicapai selama tahun 2016-2021 adalah :
a. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparansi
dan akutanbel.
b. Meningkatnya kemampuan keuangan daerah dalam pembiayaan
pembangunan daerah (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2015:2).
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, serta
Tata Kerja Badan Daerah, Badan Keuangan Daerah dipimpin oleh Kepala
Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati
melalui melalui Sekretaris Daerah, maka ditetapkan tugas pokok dan fungsi
Badan Keuangan Daerah, Tugas pokok sebagai berikut: ”Melaksanakan
Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang keuangan daerah”
(pasal 8 ayat 1).
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 44 Tahun
2016 ditetapkan fungsi Badan Keuangan Daerah, sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugas dibidang
pendapatan, anggaran, bendahara umum daerah, akuntansi dan
pengelolaan aset.
b. Penyelenggaran urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
pendapatan, anggaran, bendahara umum daerah, akuntansi dan
pengelolaan aset.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang pendapatan,
anggaran, bendahara umum daerah, akuntansi dan pengelolaan aset.
d. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
bidang tugasnya (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:1).
59
5. Struktur Organisasi
a. Susunan organisasi
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016, maka
struktur organisasi Badan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:
a) Kepala Badan
b) Sekretariat, terdiri dari:
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b) Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi.
c) Sub Bagian Keuangan.
c) Bidang Pendapatan Non Pajak Bumi dan Bangunan dan Non Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Non PBB dan BPHTB),
terdiri dari;
a) Sub Bidang Pendataan Non Pajak Bumi dan Bangunan dan Non
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
b) Sub Bidang Penagihan Non Pajak Bumi dan Bangunan dan Non
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan .
c) Sub Bidang Evaluasi dan Keberatan Non Pajak Bumi dan
Bangunan dan Non Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
d) Bidang Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (PBB dan BPHTB), terdiri dari:
a) Sub Bidang Pendataan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
b) Sub Bidang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
c) Sub Bidang Evaluasi dan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan dan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
e) Bidang Anggaran, terdiri dari:
a) Sub Bidang Perencanaan Anggaran.
b) Sub Bidang Kebijakan Anggaran.
c) Sub Bidang Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah.
60
f) Bidang Bendahara Umum Daerah (BUD), terdiri dari:
a) Sub Bidang Penatausahaan Penerimaan Daerah.
b) Sub Bidang Perbendaharaan.
c) Sub Bidang Belanja Satuan Kerja Pengolah Keuangan Daerah
(SKPKD).
g) Bidang Akuntansi, terdiri dari:
a) Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan.
b) Sub Bidang Verifikasi dan Tuntutan Ganti Rugi.
c) Sub Bidang Penatausahaan Akuntansi.
h) Bidang Pengelolaan Aset, terdiri dari:
a) Sub Bidang Penatausahaan.
b) Sub Bidang Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian.
c) Sub Bidang Pemeliharaan Penghapusan dan Pemindah tanganan.
(Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:1)
i) Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Tugas Pokok Badan Keuangan Daerah
Sesuai dengan Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor 44 Tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi,
serta Tata Kerja Badan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:
1) Tugas Kepala Badan adalah sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Badan.
b) Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis dinas sesuai dengan
kebijakan umum pemerintah daerah.
c) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan pemberian dukungan
tugas atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang
pendapatan, anggaran, Bendahara Umum Daerah (BUD), akuntansi
dan pengelolaan aset.
d) Menyelenggarakan penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan.
e) Menyelenggarakan fasilitasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan program, kesekretariatan, koordinasi dan
61
pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, anggaran,
BUD, akuntansi dan pengelolaan aset.
f) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi
terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dinas.
g) Menyelenggarakan koordinasi penyusunan laporan program dan
kegiatan dinas.
h) Menyelenggarakan koordinasi serta memberikan pelayanan bahan
dan informasi dalam rangka pemeriksaan keuangan Badan.
i) Melaksanakan pembinaan kepegawaian sesuai peraturan
perundang-undangan.
j) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
k) Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai
bidang tugas. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:2)
2) Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan urusan rumah tangga Badan, ketatausahaan, tatalaksana,
protokol, laporan, hukum, dan organisasi serta hubungan masyarakat.
Fungsi sekretariat adalah :
a) Pengkoordinasian kegiatan kesekretariatan untuk memfasilitasi
kelancaran tugas badan.
b) Pelaksanaan dan penjabaran peraturan perundang-undangan.
c) Pelaksanaan dan perumusan rencana strategik.
d) Pelaksanaan pelayanan administrasi keluar dan di dalam organisasi.
e) Pelaksanaan fasilitasi kelancaran tugas dan urusan berdasarkan
azas keseimbangan.
f) Pengkoordinasian penyusunan laporan akuntabilitas kinerja SKPD.
(Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:2)
Subbag dilingkungan sekretariat memiliki tugas pokok dan fungsi :
a) Subbag Umum dan Kepegawaian; mempunyai tugas urusan
ketatausahaan, pengendalian surat masuk dan keluar, kearsipan,
rumah tangga, perlengkapan, humas dan protokol, menyiapkan
bahan penyusunan rencana kebutuhan pegawai, mutasi pegawai,
62
gaji berkala, pendidikan dan latihan, cuti, kesejahteraan pegawai,
kehadiran dan administrasi kepegawaian dinas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b) Subbag Keuangan; Sub bagian Keuangan mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan administrasi keuangan, pembukuan,
laporan keuangan dan memelihara dokumen keuangan serta
membuat laporan pertanggung jawaban keuangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c) Subbag Perencanaan, evaluasi dan pelaporan; Subbagian
Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas menyiapkan bahan
penyusunan rencana umum jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang serta proposal pengembangan kegiatan berdasarkan
urusan yang menjadi kewenangan, sesuai skala prioritas dan arahan
pimpinan. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016, p.4)
3) Bidang Pendapatan 1
Bidang Pendapatan 1 (Non PBB dan BPHTB) mempunyai
tugas pokok menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan
pelaksana kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang
lingkup Pendapatan I (Non PBB dan BPHTB). Dalam melaksanakan
tugas Bidang Pendapatan I (Non PBB dan BPHTB) mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a) Mengkoordinasikan perencanaan dan pengembangan pendapatan
daerah (Non PBB dan BPHTB).
b) Mengkoordinir pengadministrasian sistim informasi (Non PBB
dan BPHTB).
c) Mengkoordinir pelaksanakan pengawasan dan pengendalian
pendapatan daerah (Non PBB dan BPHTB).
d) Merumuskan kebijakan teknis pendaftaran, pendataan dan
penetapan Pajak Daerah (Non PBB dan BPHTB).
e) Melaksanakan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak,
menghimpun dan mengolah data objek dan subjek Pajak Daerah
(Non PBB dan BPHTB).
63
f) Menyusun Daftar Induk Wajib Pajak Daerah.
g) Menghitung dan Menetapkan Pajak Daerah (Non PBB dan
BPHTB).
h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai dengan
bidang tugas. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:4)
Bidang Pendapatan I terdiri dari:
a) Seksi Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan I mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang
lingkup Pendaftaran, pendataan, Penetapan I yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan.
b) Seksi Seksi Penagihan I (Non PBB dan BPHTB) mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang
lingkup Seksi Penagihan I (Non PBB dan BPHTB) yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan.
c) Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional dan Keberatan I
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup Perencanaan dan Pengendalian
Operasional dan Keberatan I yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan. (Badan
Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:4-6)
4) Bidang Pendapatan II (PBB dan BPHTB)
Bidang Pendapatan II (PBB dan BPHTB) mempunyai tugas
pokok menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan pelaksana
kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang lingkup
pendapatan II (PBB dan BPHTB). Dalam melaksanakan tugas Bidang
Pendapatan II (PBB dan BPHTB) mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Menyusun perencanaan PBB dan BPHTB.
b) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pendapatan daerah
(PBB dan BPHTB).
c) Perumusan kebijakan teknis pendaftaran, pendataan dan penetapan
Pajak Daerah (PBB dan BPHTB).
64
d) Mengkoordinasikan penilaian dan pemetaan Objek Pajak.
e) Mengkoordinasikan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak,
menghimpun dan mengolah data objek dan subjek Pajak Daerah
(PBB dan BPHTB). (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar,
2016:6)
Bidang Pendapatan II terdiri dari:
a) Seksi Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang
lingkup Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan II yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan.
b) Seksi Penagihan II mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup Penagihan II
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang
menjadi kewenangan.
c) Seksi Perencanaan dan Pengendandalian Operasional dan
Keberatan II mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup Perencanaan dan
Pengendandalian Operasional dan Keberatan II yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:6-8)
5) Bidang Bendahara Umum Daerah (BUD)
Bidang Bendahara Umum Daerah mempunyai tugas pokok
menyiapkan bahan kebijaksanaan dan perumusan pelaksanaan
kegiatan berdasarkan urusan dan program sesuai ruang lingkup
Bendahara Umum Daerah.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Bendahara Umum Daerah
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang penerimaan dan pengeluaran
kas.
b) Perumusan petunjuk teknis dan pembinaan administrasi keuangan
yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
65
c) Pelaksanaan pembukuan dan administrasi penerimaan dan
pengeluaran daerah yang berupa kas dan yang setara kas.
d) Pelaksanaan dan pengendalian penerimaan, penyimpanan dan
pembayaran atas beban rekening kas umum daerah.
e) Pengelolaan utang dan piutang daerah (Badan Keuangan Daerah
Tanah Datar, 2016:8).
Bidang BUD terdiri dari:
a) Seksi Penatausahaan Pembukuaan dan Penerimaan Daerah
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup Penatausahaan Pembukuaan
dan Penerimaan Daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan.
b) Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup Perbendaharaan
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang
menjadi kewenangan.
c) Seksi Belanja SKPKD mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup Belanja SKPKD
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang
menjadi kewenangan. (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar,
2016:8-10)
6) Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
kebijaksanaan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
urusan dan program sesuai ruang lingkup akutansi.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Akuntansi mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a) Penyusunan kebijakan akuntansi dan pedoman teknis
penatausahaan.
b) Perumusan prosedur penatausahaan keuangan daerah.
c) Koordinasi dan rekonsiliasi penyusunan laporan keuangan daerah.
66
d) Pelaksanaan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Pelaksanaan penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
e) Pelaksanaan pembinaan teknis penatausahaan, pertanggungjawaban
dan laporan keuangan daerah. (Badan Keuangan Daerah Tanah
Datar, 2016:10)
Bidang Akuntansi terdiri dari:
a) Seksi Pembukuan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup pembukuan yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan.
b) Seksi Evaluasi dan Teknis Ruang Lingkup (TGR) mempunyai
tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis
ruang lingkup evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan.
c) Seksi Akutansi dan Pelaporan Seksi Akutansi dan Pelaporan
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup Akutansi dan Pelaporan yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:10-12).
7) Bidang Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan
kebijaksanaan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
urusan dan program sesuai ruang lingkup anggaran.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Anggaran mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan prosedur penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah APBD) dan rancangan perubahan APBD.
b) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penyusunan anggaran.
c) Pengendalian penyusunan anggaran.
d) Koordinasi pengelolaan keuangan daerah dan nagari.
67
e) Pembinaan kebijakan keuangan daerah (Badan Keuangan Daerah
Tanah Datar, 2016:12).
Bidang anggaran terdiri dari:
a) Seksi Perencanaan Anggaran Seksi Perencanaan Anggaran
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup Perencanaan Anggaran yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan.
b) Seksi Kebijakan Anggaran Seksi Kebijakan Anggaran mempunyai
tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis
ruang lingkup Kebijakan Anggaran yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan.
c) Seksi Pengendalian penyusunan anggaran dan Informasi
Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang lingkup
Pengendalian penyusunan anggaran dan informasi Pengelolan
Keuangan Daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan,
sesuai urusan yang menjadi kewenangan (Badan Keuangan Daerah
Tanah Datar, 2016:12-13)
8) Bidang Pengelolaan Aset
Bidang Pengelolaan Aset mempunyai tugas pokok menyiapkan
bahan kebijakan dan perumusan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
urusan dan program sesuai ruang lingkup Pengelolaan Aset. Dalam
melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan Aset mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan penyusunan regulasi tentang pengelola barang
milik daerah.
b) Menyelenggarakan penyusunan rencana kebutuhan dan
penganggaranan barang milik daerah.
c) Melaksanakan rekonsialiasi barang milik daerah.
d) Mengkoordinir penetapan status pengguna dan pemanfaatan
68
barang milik daerah.
e) Mengkoordinir penyusunan rencana pengamanan dan pemeliharaan
Barang milik daerah.
f) Mengkoordinir penyusunan rencana penilaian Barang milik daerah.
g) Mengkoordinir penyusunan rencana pemindahtanganan barang
milik daerah.
h) Mengkoordinir penyusunan rencana pemusnahan dan penghapusan
barang milik daerah.
i) Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian barang
milik daerah (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:14).
Bidang pengelolaan aset terdiri dari:
a) Seksi Perencanaan dan Penilaian Seksi Perencanaan dan Penilaian
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup Perencanaan dan Penilaian
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang
menjadi kewenangan.
b) Seksi Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian Seksi
Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melaksanakan kebijaksanaan teknis ruang
lingkup Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan, sesuai urusan yang menjadi
kewenangan.
c) Seksi Pemeliharaan, penghapusan dan pemindah tanganan
mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melaksanakan
kebijaksanaan teknis ruang lingkup. Pemeliharaan, penghapusan
dan pemindahtanganan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan, sesuai urusan yang menjadi kewenangan. (Badan
Keuangan Daerah Tanah Datar, 2016:14-15)
69
9) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan fungsional melaksanakan sebagian tugas
Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan kedudukan.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan
peraturan perundang-undanga dan dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang diangkat oleh Bupati.
Dalam melaksanakan tugas setiap satuan organisasi dan
kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing
maupun antar satuan organisasi dilingkungan pemerintah daerah
serta dengan instansi lain diluar pemerintah daerah sesuai dengan
tugas masing-masing (Badan Keuangan Daerah Tanah Datar,
2016:15-16).
70
Gambar 4.1
Struktur OrganisasiBadan Keuangan Daerah (BKD) Kabupaten Tanah Datar
Kasubag Keuangan
ALNOVRI, A.Md
KEPALA BADAN
HENDRI, B.Ac
Kasubag Umum dan Kepegawaian
RINI YULIANTI, SE
Kasubag Perencanaan dan Evaluasi
FERDINANDUS, SE
SEKRETARIS D.YONASRI, SE. MA
MM
Kabid Bendahara Umum Daerah
ANDRI, SE
Kasubid Penatausahaan
SILVIANA ADLIN, SE
Kasubid Perbendaharaan
VIVI LESTARI, SE.M.Si
Pj. Kasubid Belanja SKPkD
SANDI NEDI, SE
Pj. Kabid Akuntansi FITRIA
Kasubid Pembukuan dan Pelaporan DESFIENTI, SE
Kasubid Verifikasi dan TGR
IRA FITRIA ELISMAN , SE
Pj. Kasubid Penatausahaan
Akunbtansi MARGARETA LISA, SE
Kabid Pendapatan Non PBB dan BPHTB ALI ARMAN, SE
Kabid Pendapatan PBB dan BPHTB RIZALDI, SE
Kasubid Penagihan PBB dan BPHTB
ZAINELDI
Kasubid Pendataan PBB dan BPHTB
HENDRA YANTO, SE
Pj. Kasubid Evaluasi dan Keberatan PBB
dan BPHTB SESCA OKTA
Kasubid Pendataan Non PBB dan BPHTB
ANIKE DESWIRA, SE
Kasubid Penagihan Non PBB dan BPHTB
GUSRI WARDANI, SE
Kasubid Evaluasi dan Keberatan Non PBB dan
BPHTB
Kelompok Jabatan Fungsional
Kabid Anggaran ANDRIANTO, SE. M.sI
Kasubid Kebjakan Anggaran HENDRA
MULYAWERMAN, SE.
Kasubid Perencanaan Anggaran MAWARDI
Kasubid Informasi Pengeloaan Keuangan
Daerah
Kabid ASET BUDI CANDRA, SE
Kasubid Pemeliharaan, Penghapusan &
Pemindahtanganan YESSY AKMALIZA, AP. S.Sos
Kasubid Penatausahaan JIMMI SAPUTRA, S.Sos
Kasubid Perencanaan, Pemanfaatan
KHAIRUL
71
B. Pelaksanaan Strategi Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Pajak
Daerah Di Kabupaten Tanah Datar
Sebelum membahas mengenai pelaksanaan strategi pemerintah daerah
pajak di Kabupaten Tanah Datar, berikut penerimaan pajak daerah di
Kabupaten Tanah Datar dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Secara
keseluruhan atau dari lima tahun trakhir ini, penerimaan pajak daerah yang
diterima Kabupaten Tanah Datar relatif stabil dan selalu mengalami
peningkatan penerimaan pajak daerah tiap tahunnya. Adapun data penerimaan
pajak daerah yang diterima oleh Kabupaten Tanah Datar sebagai berikut:
Tabel 4.1
Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013 s/d 2017
No. Tahun Kabupaten Tanah Datar
Target Realisasi Persentase (%)
1 2013 8,191,151,385,00 7,397,321,463,93 90.31
2 2014 10,187,541,466,00 9,458,236,048,00 92.84
3 2015 11,296,125,467,00 10,883,448,759,00 96.35
4 2016 12,379,061,602,00 11,733,146,397,50 95.11
5 2017 14,624,911,710,00 16,523,576,857,98 112.60
Sumber:Badan Keuangan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Dilihat dari tabel 4.2 bahwa penerimaan pajak daerah Kabupaten
Tanah Datar tahun 2016 pemerimaan pajak daerahnya sebesar Rp.
11,733,146,397,50 dari target yang ditetapkan Rp. 12,379,061,602,00 dengan
persentase pencapaian 95,11%. Pada tahun 2017, penerimaan pajak daerah
Kabupaten Tanah Datar tahun 2017 sebesar Rp. 16,523,576,857,00dari target
yang ditetapkan sebesar Rp. 14,624,911,710,00, dengan persentase pencapaian
112,60%. Jika dilihat dengan penerimaan pajak daerah pada tahun 2016,
penerimaan pajak pada tahun 2017 mengalami peningkatan penerimaan
sebesar Rp. 4,790,430,460.48, yang artinya Kabupaten Tanah Datar dalam
penerimaan pajak daerah tahun 2017 berhasil mencapai target yang
ditetapakan.
72
Kabupaten Tanah Datar dalam penerimaan pajak daerah dengan
mengunakan strategi Intesifikasi dan Ekstensifikasi pajak, meningkatkan
kualitas sumber daya aparatur, meningkatkan kualitas pelayanan, dan
menetapkan kebijakan-kebijakan dalam penerimaan pajak daerah. dengan
strategi tersebut pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar dapat
meningkatkan penerimaan pajak daerahnya. Adapun data penerimaan pajak
daerah Kabupaten Tanah Datar secara terperinci dengan masing-masing
pembagiannya sebagai berikut :
Tabel 4.2
Rincian Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Tanah Datar
(dalam rupiah)
Uraian Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Pajak
Daerah 7.397.321 9.458.236 10.883.488 11.773.146 16.523.576
Pajak Hotel 103.779 83.676 140.173 125.327 144.140
Pajak Restoran 854.608 1.036.362 1.358.442 1.712.568 1.893.073
Pajak Hiburan 900 9.146 5.800 7.944 300
Pajak Reklame 92.771 123.563 130.227 164.182 144.602
Pajak Penerangan Jalan 5.209.511 5.925.985 6.403.664 6.710.326 9.605.990
Pajak Air Tanah 165.333 132.721 149.916 148.669 61.387
Pajak Air Mineral
Bukan Logam Dan
Batuan
461.413 595.657 618.728 805.988 894.822
Pajak Bumi Dan
Bangunan Perdesaan
Dan perkotaan
1.000 1.240.733 1.224.702 1.218.589 1.897.680
Bea Perolehan Hak
Atas Tanah Dan
Bangunan
508.003 310.389 851.793 877.550 1.881.578
Sumber: BKD Tanah Datar
Dari Tabel di atas, terlihat penerimaan pajak daerah Kabupaten
Tanah Datar mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun peningkatan
pemerimaan terjadi secara fluktuatif, hal tersebut terjadi karna dalam
penerimaan pajak daerah tiap tahun selalu mengalami pertambahan dan
pengurangan wajib pajak. Pengurangan terjadi karna ada dari wajib pajak
yang menutup usahanya lantaran mengalami kerugian, sedangkan terjadinya
pertambahan dikarnakan adanya usaha baru atau sumber penerimaan pajak
daerah baru di Kabupaten Tanah Datar. Meningkatnya penerimaan pajak
73
daerah di Kabupaten Tanah Datar tersebut tidak terlepas dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, tanggungjawab, dan pengawasan
keuangan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar.
Srtategi dalam penerimaan pajak daerah yang dilakukan oleh Kabupaten
Tanah Datar yaitu:
1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak
a. Intensifikasi Pajak
Intensifikasi dimaksutkan sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan penerimaan pajak daerah dengan tidak menambah
sumber-sumber penerimaan baru tetapi dengan mengelola sumber-
sumber penerimaan pajak daerah yang ada sebelumnya dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibuk Anike Deswira,
SE. selaku Kasubid. Pendapatan Non PBB dan PBHTB sebagai
Kordinator pengelolaan pajak daerah di Bidang Pendapatan Daerah
Kabupaten Tanah datar. peneliti menanyakan bagaimana
pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam meningkatkan
penerimaan pajak daerah melalui intensifikasi pajak di Kabupaten
Tanah Datar. Berdasarkan penjelasannya, dalam meningkatkan
penerimaan pajak daerah, pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar
melakukan intensifikasi pajak dengan cara sebagai berikut:
1) Pendaftaran dan pendataan wajib pajak
Pendaftaran dan pendataan wajib pajak maksudnya disini yaitu
Untuk mendapatkan data wajib pajak yang memiliki obyek pajak
di wilayah daerah yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan
dengan memberikan formulir, setelah itu petugas pajak mencatat
formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh
wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor
urut yang digunakan sebagai NPWPD, wajib pajak kemudian
mengisi SPTPD. Isian di atas kemudian dicatat dan dituangkan
dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang
akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan
pajak terutang.
74
2) Perhitungan dan penetapan pajak
Kabupaten Tanah Datar dalam perhitungan dan penetapan pajak,
menggunakan dua metode penghitungan yaitu :
a) official assessment system
official assessment system, dimana memberikan
wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak seperti: Reklame,
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Air
Tanah.Penghitungan yang dilakukan Berdasarkan SPTPD,
kepala daerah menetapkan pajak terutang dengan
menerbitkan SKPD. Apabila SKPD tidak atau kurang
dibayar lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD
diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan
STPD.
Tata cara pembayaran Pembayaran pajak dilakukan di
kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh kepala
daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. Apabila pembayaran
pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak disetor ke kas daerah selambatlambatnya
1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh kepala
daerah. Pembayaran pajak ini harus dilakukan secara
sekaligus atau lunas. Tata cara pembukuan dan pelaporan
SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD, dicatat
dalam buku menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD.
Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam
buku jenis pajak, atas dasar buku itu dibuat daftar penetapan,
penerimaan dan tunggakan perjenis pajak. Selanjutnya
dibuat laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis
pajak sesuai masa pajak.
75
b) self assessment system, dimana memberikan wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besar pajak
yang terutang seperti: pajak pribadi, pajak Badan Atau pajak
UsahaUnit, Badan Pengelola PAD.
Sistem pengelolaan pajak terutama pendataan
memang telah dijalankan dengan baik, sistem pendataan yang
ada selama ini, petugas menyerahkan formulir kepada wajib
pajak untuk di isi, dan isian itulah yang akan menjadi dasar
dalam penetapan besarnya tarif pajak yang akan ditetapkan
pada wajib pajak yang bersangkutan”. Mengenai tarif pajak,
setiap tahun mengalami perubahan, oleh sebab itu perlu
dilakukan penyesuaian tarif. Penyesuaian tarif ini, dapat
ditempuh dengan cara menata seluruh sumber-sumber
pendapatan daerah dengan mengkaji ulang PERDA yang
dianggap sudah tidak relevan. Dalam mengadakan
penyusuaian tarif, tidak hanya besar tarif akan tetapi dapat
pula dengan menambahan jenis kriteria dalam penambahan
tarif. Penyesuian tarif selalu mengalami perubahan namun
tidak semua tarif dalam penerimaan pajak berubah. Berikut
keterangan mengenai obyek pajak dan besarnya pajak yang
harus dibayarkan pada masing-masing jenis pajak yang ada
dan diberlakukan di Kabupaten Tanah Datar :
1) Pajak hotel dan restoran, Obyek pajak ini meliputi :
a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka
pendek antara lain: cottage, motel, wisma
pariwisata, dan rumah penginapan termasuk rumah
kos dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang
menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
b) Pelayanan penunjang antara lain : telepon, fax, telex
dan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
c) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan
khusus tamu hotel, antara lain : pusat kebugaran,
76
kolam renang, tenis dan lainnya yang disediakan
atau dikelola hotel.
d) Jasa persewaaan ruangan untuk kegiatan acara atau
pertemuan hotel.
e) Penjualan makanan dan atau minuman di tempat
yang disertai dengan fasilitas penyantapannya.
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran
yang dilakukan kepada hotel dan atau restoran, yaitu
sebesar 10 %.
2) Pajak Reklame
Obyek pajak adalah semua penyelenggaraan
reklame, yang meliputi: Reklame papan/billboard/
megatran, dasar pengenaan pajak adalah nilai sewa
reklame yang dihutung Berdasarkan pemasangan, lama
pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame.
Besarnya pajak ditetapkan sebesar 25 persen dari dasar
pengenaan pajak.
3) Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan dipungut atas setiap
penggunaan tenaga listrik yang berasal dari
PLNmaupun bukan PLN. Dasar pengenaan pajak
adalah nilai jual tenaga listrik, yaitu besarnya tagihan
biaya penggunaan listrik/rekening listrik. Tarip pajak
ditetapkan sebagai berikut:
a) Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN,
bukan untukindustri sebesar 9 persen
b) Penggunana tenaga listrik yangberasal dari PLN,
untuk industry sebesar 5 persen
c) Penggunaan tenaga listrik yangberasal bukan dari
PLN, bukanuntuk industri sebesar 5 persen
d) Penggunana tenaga listrik yangberasal bukan dari
PLN, untukindustri sebesar 3 persen.
77
e) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian
Gol. C Obyek pajak adalah eksploitasibahan galian
golongan C yang meliputi antara lain asbes, batu
tulis, batu kapur, batu apung, garam batu, grafit,
kaolin, kalsit, magnesit, nitrat, pasir, kerikil,
phospat, tawas, zeolit, batu gunung dan sebagainya.
Dasar penggenaan pajak adalah nilai jual hasil
eksploitasi bahan galian golongan C, sementara
besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 20 persen
dari dasar penggenaan pajak.
4) Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanahdan Air
Permukaan
Obyek pajak adalah pengambilan air bawah
tanah dan pengambilan air permukaan. Cara
menghitung nilai perolehan air adalah mengalikan
volume air yang diambil dengan harga dasar air,tarif
pajak ditetapkan sebesar 20 persen dari dasar
pengenaan pajak. Mekanisme pengelolaan pajak
sebenarnya telah ada pedomannya, yaitu Perda atau
juga disebut sebagai peraturan daerah. Namun demikian
dalam tahap pelaksanaan seringkali terjadi
penyimpangan, baik yang dilakukan oleh wajib pajak
sendiri maupun petugas penarik pajak. wajib pajak
permasalahan yang ada umumnya masih berkisar pada
minimnya kesadaran mereka untuk membayar sesuai
dengan yang ditetapkan dan juga waktu
pembayarannya.
Tak jarang petugas harus melakukan jemput
bola untuk sekedar mengingatkan ataupun melakukan
tindakan tegas dikarnakan Masyarakat saat ini masih
kurang kesadarannya untuk membayar pajak, akhirnya
kami-kami inilah yang harus lebih aktif turun ke bawah
78
untuk mengingatkan mereka maupun menarik pajak
yang telah jatuh masa pembayarannya. Oleh karenanya
untuk membuka peluang dalam peningkatan pendapatan
pajak daerah, sistem pengawasan secara internal di
lingkungan optimalkan lebih diintensif, untuk
permasalahan ini maka dilakukan system pelaporan
secara berjenjang dan diberikan batas waktu tertentu.
Mengoptimalkan penerimaan sektor pajak
daerah, pengawasan yang ketat merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan, namun demikian ini juga
tergantung dari sistem, pengawasan yang ada di
lingkungan pemkab sendiri. Pada sistem kerja kami,
kami tetap mempercayakan kepada petugas yang ada di
lapangan dalam mengelola pajak, dan standar yang
digunakan adalah tetap berupa isian formulir yang telah
diisi wajib pajak.
3) Penagihan pajak
Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dikeluarkan 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran. Dalam batas
waktu itu wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang,
apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu tersebut, jumlah pajak harus dibayar ditagih
dengan surat paksa, dan kemudian akan dilanjutkan dengan surat
perintah melaksanakan penyitaan.
b. Ekstensikasi pajak
Ekstensikasi dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan
penerimaan pajak daerah dengan cara memperluas atau menambah
objek penerimaan pajak daerah sebagai sumber penerimaan pajak
daerah yang baru. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibuk
Anike Deswira, SE. selaku Kasubid Pendapatan Non PBB dan
PBHTB Kabupaten Tanah Datar, sebagai Kordinator pengelolaan
79
pajak daerah di Bidang Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah datar.
peneliti menanyakan bagaimana pelaksanaan strategi pemerintah
daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah melalui
ekstensifikasi. Berdasarkan penejelasannya, dalam ekstensifikasi
pajak terdapat dua cara pelaksanaan, adapun pelaksanaan
penerimaan pajak daerah yaitu menggali sumber penerimaan baru
dan Menambah sumber peneriman.
Menggali sumber penerimaan baru yang dimaksutkan disini
yaitu dengan peraturan yang mengatur tentang pungutan yang tidak
tergabung dengan sumber-sumber penerimaan yang ada dan
pemerintahan pusat dalam bentuk proyek yang produktif yang dapat
meransang pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun peningkatan
penerimaan pajak daerah. Sedangkan menambah sumber penerimaan
maksutnya disini yaitu sumber-sumber penerimaan yang betul-betul
baru dan pemungutannya dapat disatukan dengan sumber
penerimaan lama. Dengan kata lain sumber penerimaan baru tersebut
digabungkan dengan sumber penerimaan lama dengan menambah
klasifikasi tarif baru ke dalam peraturan daerah yang lama. Untuk
sumber-sumber penerimaan pajak daerah di Kabupaten Kabupaten
Tanah Datar ternyata dilakukan pada beberapa jenis pajak yang
dianggap sangat potensial, dan juga disertakan estimasi pendapatan
yang dapat diperoleh, lebih jelasnya diuraikan berikut ini :
1) Pajak Hotel dan Restoran
Banyaknya obyek wisata di Kabupaten Tanah datar yang
menarikpara wisatawan dari luar daerah dan luar negeri. Para
wisatawan tersebut membutuhkan fasilitas penginapan dan
rumah makan. Pada kondisi ini maka pihak pengelola hotel
maupun restoran dapat semaksimal mungkin berusaha agar
wisatawan tersebut tinggal lebih lama di Kabupaten Tanah Datar.
Dengan demikian maka pendapatan yang diterima oleh hotel
maupun restoran juga akan meningkat. Langkah berikutnya
adalah menaikkan tarif hotel dan harga makanan secara berkala,
80
dimana para pengusaha umumnya mempunyai kecenderungan
untuk menaikkan tarif dan harga makanan untuk menyesuaikan
dengan kenaikan biaya produksi.
Adanya hotel dan restoran yang belum terdata secara
maksimal maka pihak pengelola pajak mengusahakan melakukan
inventarisasi sceara berkala. Cara ini bertujuan terjadi
panambahan wajib pajak baru terutama dari restoran atau rumah
makan yang selama ini belum melakukan pembayaran pajak
hotel dan restoran. Pada tahap ini bagian pajak mencoba
melakukan mekanisme kontrol, yaitu dengan menyediakan
kwitansi/nota bagi semua wajib pajak hotel dan restoran. Potensi
penerimaan pajak hotel dan restoran didasarkan pada analisis
pertumbuhan. Jumlah kamar dan jenis hotel yang ada di
Kabupaten Tanah Datar, Jumlah total pajak restoran diketahui
dari jumlah keseluruhan potensi pajak pada setiap restoran yang
menjadi wajib pajak. dalam perhitungan tersebut diasumsikan
bahwa rata-rata jumlah pendapatan restoran/rumah makan setiap
bulannya sama.
Ada pengecualian pajak pada penginapan yang amat
sederhana atau rumah makan yang biasa dikunjungi oleh
masyarakat berekonomi lemah. Pengecualian ini dikarenakan dua
hal yaitu:
a) Beban pajak selalu dikenakan kepada konsumen, sehingga
kalau dikenakan pajak maka akan menambah beban bagi
masyarakat yang kurang mampu.
b) Untuk memajukan pengusaha kecil yang begerak di sektor
itu, sehingga dengan pembebasan pajak yang bersangkutan
mendapat kelonggaran untuk mengembangkan dan
meningkatkan usahanya.
2) Pajak Hiburan
Banyaknya pengusaha hiburan yang belum dikutip pajak
hiburannya ternyata direspon baik oleh pemerintah daerah. Untuk
81
mengoptimalkan penerimaan dari sektor ini bagian pajak terus
meningkatkan mekanisme dan peningkatan manajemen
pemungutan pajak hiburan. Salah satu cara yang ditempuh adalah
dengan melakukan penungguan, yaitu memantau kepatuhan
wajib pajak, mulai dari melihat acaranya,target peserta dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan ini juga dilakukan penagihan secara
langsung. Kegiatan lain yang dilakukan adalah operasi yustisi,
yaitu menegakkan hukum.
Kegiatan ini merupakan pemberian sanksi langsung atas
wajib pajak yang tidak patuh/disiplin dalam memenuhi
kwajibannya, dengan jalan mendatangi subyek pajak. Untuk
pelaksanaannya berkoordinasi dengan bagian hukum,
satpol/kepolisian. Besarnya pajak hiburan sangat ditentukan oleh
frekuensi hiburan dalam satu tahun. Di samping itu juga
dipengaruhi oleh macam atau jenis hiburan, penonton, dan tarif
yang dikenakan. Waktu dan bulan pelaksanaannya pun
mempengaruhi terhadap penerimaan pajak hiburan.
3) Pajak Reklame
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tanah Datar, Proses peningkatan pajak reklame juga
dilakukan dengan melakukan penataan sistem atau titik reklame
dan pelelangan titik reklame yang mempunyai nilai jual tinggi.
Beberapa titik sentral kabupaten telah diidentifikasi, dan
dihasilkan pemetaan serta selanjutnya akan disesuaikan dengan
besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Upaya lainnya yang dilakukan adalah melakukan
pemberian sanksi secara tegas pada wajib pajak yang melanggar
aturan. Sanksi tersebut berupa pembongkaran reklame, utamanya
bagi obyek terpasang tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
Besarnya pajak reklame dalam satu tahun bergantung pada
banyaknya reklame, lama pemasangan dan tarifnya. Penerimaan
reklame ini cukup sulit untuk diprediksi, karena sangat
82
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, baik mikro maupun
makro.
Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Bapak Afrisal, SE., selaku Staf BKD pengelolaan penerimaan pajak
daerah dan pendapatan Non PBB dan BPHTB, serta peneliti
melakukan croscek pada dokumen ataupun arsip yang terdapar di
kantor pendapatan Non PBB dan Non BPHTB, bahwasanya dengan
menetapakan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dalam
penerimaan pajak daerah, Kabupaten Tanah Datar mampu
meningkatkan pemerimaan pajak daerahnya dari tahun ke tahun.
Pengelola penerimaan pajak daerah yang dilakukan yaitu melakukan
pencatatan atau pendaftaran sumber-sumber penerimaan pajak yang
telah dikelola selama ini dengan melihat data penerimaan pajak
daerah pada tahun sebelumnya.
Tata cara pendaftaran dan pendataan Untuk mendapatkan
data wajib pajak, beliau melakukan pendataan dan pendaftaran
terhadap wajib pajak, baik yang berdomisili di dalam maupun diluar
wilayah daerah yang memiliki obyek pajak di wilayah daerah yang
bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan formulir,
mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan
oleh wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor
urut yang digunakan sebagai NPWPD, wajib pajak kemudian
mengisi SPTPD. Isian di atas kemudian dicatat dan dituangkan
dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang akan
dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak
terutang.
Tata cara perhitungan dan penetapan pajak Berdasarkan
SPTPD, kepala daerah menetapkan pajak terutang dengan
menerbitkan SKPD. Apabila SKPD tidak atau kurang dibayar lewat
waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, saya selaku
pengelola mengenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2
persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD. Apabila
83
pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak disetor ke kas daerah selambat lambatnya 1 x 24
jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh kepala daerah.
Pembayaran pajak ini harus dilakukan secara sekaligus atau lunas.
Tata cara pembukuan dan pelaporan SPTPD, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, dan STPD, dicatat dalam buku menurut jenis pajak
sesuai dengan NPWPD.
Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam
buku jenis pajak, atas dasar buku itu dibuat daftar penetapan,
penerimaan dan tunggakan perjenis pajak. Selanjutnya dibuat
laporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis pajak sesuai
masa pajak. Sedangkan menambah sumber penerimaan maksutnya
disini yaitu sumber-sumber penerimaan yang betul-betul baru dan
pemungutannya dapat disatukan dengan sumber penerimaan lama.
Dengan kata lain sumber penerimaan baru tersebut digabungkan
dengan sumber penerimaan lama dengan menambah klasifikasi tarif
baru ke dalam peraturan daerah yang lama.
Berdasarkan paparan di atas, menurut analisa penulis
mengenai intensifikasi dan ekstensifikasi pajak yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar penerimaan pajak daerah,
dengan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, Kabupaten
Tanah Datar mampu meningkatkan penerimaan pajak daerah,
walaupun dari beberapa sektor penerimaan mengalami menurunan
dan mengalami peningkatan secara fluktuatif. Intensifikasi pajak
adalah pengelolaan sumber penerimaan pajak daerah yang sudah ada
untuk dioptimalkan pemungutan pajak daerahnya untuk kedepannya,
dimana untuk pengelolaan yang dilakukan oleh Kabupaten Tanah
Datar seperti pendataan. Pendataan adalah prosedur mendata kembali
wajib pajak yang telah membayar pajak pada tahun sebelumnya.
Setelah dilakukan pendataan, dilakukan penghitungan besar
pajak yang akan dikenakan kepada wajib pajak, selanjutnya setelah
melakukan penghitungan, pihak petugas melakukan penagihan
84
kepada wajib pajak atau wajib pajak yang melakukan pembayaran ke
Kantor pendapatan Non PBB dan Non BPHTB. Sedangkan
ekstensifikasi pajak daerah adalah kegiatan yang berkaitan dengan
penambahan jumlah wajib pajak yang belum terdaftar dan perluasan
objek pajak, ekstensifikasi dalam skala mikro, fiskus menambah
wajib pajak terdaftar dari hasil mencermati adanya wajib pajak yang
memiliki obyek pajak untuk dikenakan pajak, namun belum
terdaftar. Ekstensifikasi dapat terjadi secara „soft‟, yaitu wajib pajak
secara suka rela mendaftarkan diri, atau dapat juga, berdasarkan data
yang dimiliki fiskus melakukan pengukuhan secara jabatan.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur
Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur maksutnya disini
yaitu kemampuan pegawai sebagai sumber daya manusia (SDM) dalam
suatu instansi penerintah sangat berperan penting dalam peningkatan
produktivitas kerja di lingkungan organisasi atau pemerintahan. SDM
merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya suatu instansi pemerintah mencapai tujuan dan pengenbangan
misinya seperti tujuan yang ingin di capai oleh pemerintah daerah dalam
peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya.
Berdasarkan hasil wawancara penulis Ibuk Anike Deswira, SE.
selaku Kasubid Pendapatan Non PBB dan PBHTB sebagai Kordinator
pengelolaan pajak daerah di Bidang Pendapatan Daerah Kabupaten
Tanah datar. Peneliti menanyakan bagaimana pelaksanaan strategi
pemerintah daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah
melalui Kualitas SDM. Berdasarkan penjelasan Ibuk Anike Deswira,
untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah, Kabupaten perlu
meningkatkan kualitas sumber daya aparatur. Bentuk peningkatan
melalui SDM, dimana pada kondisi ini peran aparatur dalam melakukan
pelayanan hendaknya tetap memprioritaskan pada aspek kepentingan
masyarakat luas seperti bekerja secara efektif dan efisien, mengingat
wajib pajak yang dilayani pada setiap periode kerja tidak sedikit. Oleh
sebab itu Kabupaten Tanah Datar dalam upaya meningkatkan
85
penerimaan pajak daerahnya, melakukan beberapa upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber aparatur sebagai berikut :
a. melakukan Pelatihan bimbingan teknis (BIMTEK) setiap tahunnya,
pada tahun 2017 pelatihan bimbingan tenknis dilakasanakan pada
tanggal 4 s/d 6 juni 2017 di Kota Padang. BIMTEK merupakan
suatu kegiatan dimana para peserta diberi pelatihan-pelatihanyang
bermanfaat dalam meningkatkan kompentensi peserta yang mana
materi yang diberikan meliputi membangun tim kerja efektif, teknik
komunikasi dalam konteks pelayanan prima, dan survey indeks
kepuasan pelayanan terhadap masyarakat.
b. Mengikuti pelatihan Administrasi keuangan dan sosialisasi pajak
mineral bukan logam dan baruan (Galian C) di Nagari Andaleh
Baro Bukik tanggal 24 Agustus 2017
c. melakukan studi banding ke Kabupaten lain sebagai sarana
pertukaran informasi dengan instansi yang sama dengan Kabupaten/
kota yang berbeda, seperti studi banding ke Dinas Pendapatan
Daerah Kota Bukittinggi dan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Padang tanggal 4 Februari 2017
d. mengikuti sosialisasi tentang pajak daerah ke Kabupaten 50 Kota
pada tanggal 31 Mai 2017
e. mengikuti sosialisasi dan kordinasi aksi pencegahan dan
pemberantasan korupsi, instruksi Presiden No. 10 Tahun 2016
tentang tata cara pemberian keterangan status wajib pajak dalam
rangka pelaksanaan konfirmasi status wajib pajak pelayanan public
tertentu pada instansi pemerintah di Hotel Pangeran Beach Padang
tanggal 20 desember 2017
f. Mengikuti sosialisasi dan kordinasi mengenai Simda Pendapatan ke
Pemko Kota Sawah Lunto tanggal 26 september 2017.
Berdasarkan paparan di atas, menurut analisa penulis mengenai
meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Datar, serta peneliti melakukan croscek pada dokumen
ataupun arsip yang terdapat di kantor pendapatan Non PBB dan Non
86
BPHTB. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber saya aparatur
untuk meningkatkan penerimaan pajak daerahnya, Kabupaten Tanah
Datar melakukan pelatihan, studi ke Kabupaten/kota berbeda dengan
instansi yang sama, mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh pemeintah
provinsi maupun sosialisasi dari Kabupaten/Kota lainnya, dimana
dengan meningkatnya kualitas sumber daya aparatur, akan
meningkatkan penerimaan pajak daerah, dikarnakan dalam melakukan
penagihan pemungutan pajak ke lapangan, petugas mampu membentuk
tim kerja efektif, berkomunikasi baik kepada masyarakat dalam konteks
pelayanan prima, yang mana memberikan dampak yang positif dalam
meningkatnya penerimaan pajak daerah di Kabupaten Tanah Datar.
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Meningkatkan kualitas pelayanan merupakan salah satu usaha
yang sangat penting bagi suatu instansi untuk melayani kebutuhan
masyarakat luas (public service). Oleh sebab itu tuntutan pelayanan yang
diberikan harus secara baik, dan sebagaimana mestinya yang mana hal
tersebut menjadi suatu keharusan. Berdasarkan hasil wawancara penulis
Ibuk Anike Deswira, SE. selaku Kasubid Pendapatan Non PBB dan
PBHTB sebagai Kordinator pengelolaan pajak daerah di Bidang
Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah datar. peneliti menanyakan
bagaimana pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam meningkatkan
penerimaan pajak daerah melalui Kualitas pelayanan di Kabupaten
Tanah Datar. Berdasarkan penjelasan Ibuk Anike Deswira, Fungsi
pemerintah dalam melakukan pelayanan umum terdapat tiga fungsi
pelayanan yaitu:
a. pelayanan umum yang dilakukan dapat berupa environmental
service, misalnya penyediaan sarana dan prasarana seperti jalan
raya, jembatan, taman dan fasilitas umum lainnya, serta pelayanan
yang diberikan terhadap personel service antara lain pelayanan
pendidikan dan kesehatan, keagamaan dan sebagainya.
87
b. Pelayanan development service yang bersifat enabling dan
facilitating atau penyediaan sarana dan prasarana guna
meningkatkan pertumbuhan perekonomian misalnya.
c. Pelayanan protective service yang bersifat pemberian pelayanan
keamanaan dan perlindungan.
Berdasarkan ketiga fungsi pelayanan yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat luas, maka pengelolaan pajak merupakan bagian
dari fungsi kedua. Pada kondisi ini peran aparatur dalam melakukan
pelayanan hendaknya tetap memprioritaskan pada aspek kepentingan
masyarakat luas, seperti bekerja secara efektif dan efisien, mengingat
wajib pajak yang dilayani pada setiap periode kerja tidak sedikit. Untuk
meningkatkan penerimaan pajak daerah, Kabupaten Tanah Datar
melakukan bekerjasama dengan pihak terkait, seperti kantor Kecamatan
di masing-masing wilayah Kabupaten Tanah Datar.
Sementara itu untuk wajib pajak di luar tanggung jawab desa/
kecamatan, atau dengan kata lain ditangani langsung oleh dinas adalah
pajak-pajak khusus, seperti pajak reklame, pajak perorangan dan
sebagainya. Dalam pelakukan pelayanan, petugas dituntut untuk
melakukan pelayanan secara optimal, Adapun pelayanan yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan pelayanan yang ramah dengan 3S (Senyum, Sapa dan
Santun) kepada Masyarakat atau wajib pajak.
2. Melakukan pelayanan dengan baik kepada WP dengan tidak
mempersulit dalam melakukan pembayaran.
3. Melakukan pelayanan kepada wajib pajak yang yang mengalami
kendala dalam melengkapi pesyaratan dalam pengurusan
pembayaran pajaknya dengan membantu melengkapai berkas yang
dapat di lakukan di kantor pelayanan seperti: copy KTP, Formulir,
dan matreai.
Berdasarkan paparan di atas, menurut analisa penulis mengenai
kualitas pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Datar serta meninjau langsung pelayanan yang
88
dilakukan di bidang pendapatan Non PBB dan Non BPHTB, telah
dapat di katakan baik karna selain prasarana dan fasilitas yang di
sediakan dalam melayani wajib pajak seperti tempat duduk, AC, TV,
dan meja, Bidang pendapatan Non PBB dan Non BPHTB juga
melayani wajib pajak dengan selalu menjunjung tinggi kode dan etik
dalam melakukan pelayanan seperti berbicara dengan sopan, melayani
dengan cepat dan tepat. Sehingga wajib pajak merasa puas dengan
pelayanan yang dilakukan oleh Bidang Pendapatan Non PBB dan Non
BPHTB. Pelayanan yang baik dan tanggap, serta wajib pajak puas
dengan pelayanan yang diberikan, Kabupaten Tanah Datar mampu
meningkatkan penerimaan pajak daerah dari tahun ke tajunnya.
4. Kebijakan-Kebijakan dalam Penerimaan Pajak Daerah
Kebijakan yang dimaksutkan disini yaitu serangkaian konsep
dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan
pemungutan penerimaan pajak daerah demi tercapainya target yang
telah ditetapakan sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis
Ibuk Anike Deswira, SE. selaku Kasubid Pendapatan Non PBB dan
PBHTB sebagai Kordinator pengelolaan pajak daerah di Bidang
Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah datar. peneliti menanyakan
kebijakan-kebijakan apa yang diambil dalam meningkatkan
penerimaan pajak daerah. Berdasarkan keterangan ibuk Anike,
kebijakan yang di ambil oleh pemerintah pusat berupa PERBUP
maupun kebijakan Pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar dalam
mendukung peningkatan penerimaan pajak daerah berupa PERDA.
Kebijakan-kebijakan dalam pemungutan pajak daerah sudah
terdapat di dalam PERBUP dan PERDA dengan adanya kedua
peraturan tersebut, Kabupaten Tanah Datar mampu meningkatkan
penerimaan pajak daerahnya, sedangkan untuk kebijakan-kebijakan
yang di ambil oleh kantor pendapatan daerah tidak ada, sebab untuk
mengambil kebijakan-kebijakan dalam pengelolan tidak
diperbolehkan, dikarnakan menyalahi aturan yang berlaku. Adapun
89
pedoman dalam pemungutan pajak daerah yang dilakukan oleh
Kabupaten Tanah Datar dalam pengelolaan pajaknya sebagai berikut:
a. Peraturan Daerah/PERDA UU No. 6 Th 2011 Tentang Pajak
Daerah
Perda atau disebut juga dengan peraturan daerah adalah
peraturan Undang-undang yang dibentuk oleh pemerintah
provinsi, Dalam Peraturan Daerah No. 6 Th 2011, terdapat tata
cara atau aturan dalam pemungutan pajak daerah. Adapun yang
terdapat di peraturan daerah dijelaskan secara singkat sebagai
berikut:
1) Daerah adalah KabupatenTanah Datar
2) Bupati adalah Bupati Tanah Datar
3) Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan
tugas pembantuan dengan perinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan
5) Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanah Datar
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah
6) Pejabat adalah pegawai yang diberitugas tertentu di bidang
perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
7) Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah
8) Peraturan Bupati adalah peraturan Bupati Tanah Datar
9) Pajak Daerah, selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
90
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
10) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan,
Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, organisasi
Sosial Politik atau Organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk
Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
11) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan Pajak
12) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan Daerah.
13) Pengusaha adalah perorangan dan badan yang
menyelenggarakan usaha atas nama sendiri atau untuk dan
atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.
14) Billing Sistem adalah system pemungutan berupa daftar
harga di buat/diisi oleh pengusaha dan sejenisnya yang
diberikan kepada subjek pajaks ebagai alat bukti pembayaran.
b. Perturan Bupati/PERBUP
PERBUP atau disebut juga dengan Peraturan Bupati
adalah peraturan Undang-undang yang dikeluarkan oleh bupati
dalam suatu daerah pemerintahannya, dalam Peraturan Bupati
91
terdapat peraturan sebagaimana dijelaskan secara singkat sebagai
berikut:
1) Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar.
2) Pemerintah Daeraha dalah Bupati beserta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
3) Bupati adalah Bupati Tanah Datar.
4) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Instansi pelaksana
Pemungutan Pajak Daerah, yang tugas dan fungsinya
melaksanakan Penagihan Pajak Daerah.
5) Instansi-Instansi Pelaksana Pemungut Pajak Daerah dan
Retribusi adalah SKPD teknis yang tugas Pokok dan
fungsinya melaksanakan Pemungutan Pajak dan Retribusi.
6) Instansi Pelaksana Penagihan Pajak Daerah adalah Badan
/Dinas Teknis yang tugas Pokok dan Fungsinya
melaksanakan Penagihan Pajak Daerah.
7) Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
daerah.
8) Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9) Sistem dan Prosedur Pajak Daerah adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari penghimpunan data objekdan subjek
pajak, penentuan besarnya pajak, tata cara penyetoran dan
pembayaran pajak, pelaporan sampai dengan kegiatan
penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan
penyetorannya tidak termasuk BPHTB dan PBB Perkotaan
92
dan Pedesaan.
10) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Perpajakan Daerah.
11) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yangs elanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
12) Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPD adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok Pajak yang terutang;
13) Surat Pemberitahuan Terhutang Pajak Daerah yang
selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang olehWajib
pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran Pajak, Objek Pajak atau bukan Objek Pajak,
dan harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan Perpajakan Daerah
14) Surat-Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Ketetapan Pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak,jumlah kredit
Pajak, jumlah kekurangan pokok Pajak, besarnya sanksi
administratif, dan jumlah Pajak yang masih harus dibayar.
15) Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD
adalah Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
16) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya
disingkat SKPDLB adalah Surat Ketetapan pajak yang
93
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebihbesar dari pajak yang terutang atau
tidak harus terutang.
17) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang
selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan atas jumlah Pajak yang telah
ditetapkan.
18) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya
disingkat SKPDN adalah surat ketetapan yang menentukan
jumlah pokok pajak yang terhutang sama besarnya.
19) Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak daerah dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
20) Pemeriksaan adalah Serangkaian kegiatan meminta, melihat,
meneliti keadaan, menanyakan, mengawasi, memeriksa,
menghimpun, dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/ atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan perpajakan daerah.
Peraturan-peraturan berdasarkan jenis pajaknya yang telah
di tetapkan selama ini dan akan diperbaharui sesuai dengan
Undang-undang pajak daerah. Peraturan Bupati atau PERBUP
yang berlaku, dan dipakai hingga saat ini sebagai berikut:
a. Peraturan Bupati Tanah Datar No 8 Tahun 2012 Tentang
standarisasi harga bahan mineral bukan logam dan batuan
sebagai dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan
batuan.
94
b. Peraturan Bupati Tanah Datar No 4 Tahun 2012 Tentang
dasar-dasar penghitungan nilai sewa reklame dan tata cara
pemasangan reklame serta nilai perolehan air tanah.
c. Peraturan Bupati Tanah Datar No 5 Tahun 2012 Tentang tata
cara pemeriksaan pajak daerah.
d. Peraturan Bupati Tanah Datar No 3 Tahun 2012 Tentang
sistem dan prosedur pemungutan pajak daerah.
Berdasarkan paparan di atas, menurut analisa penulis
mengenai kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Datar serta peneliti melakukan croscek pada
dokumen ataupun arsip yang terdapar di kantor pendapatan Non
PBB dan Non BPHTB. Dalam mengambil suatu kebijakan dalam
pemungutan pajak daerah, baik dari Bidang Pendapatan Non PBB
dan Non BPHTB harus mengikuti prosedur-prosedur atau auran
yang berlaku. Kabupaten dalam melakukan pemungutan pajak,
berpedoman kepada Peratuan daerah atau disebut juga dengan
PERDA, dimana didalam perda tersebut terdapat peraturan secara
umum. PERDA adalah peraturan Undang-undang yang dibentuk
oleh pemerintah Provinsi yang telah ditetakan oleh Gubernur.
Untuk Pajak Sendiri, PERDA yang mengturnya terdapat dalam
PERDA UU No. 6 Th 2011 Tentang Pajak Daerah.
Selanjutnya, dengan adanya PERDA atau Peraturan
Daerah tersebut, dalam menetapakan kebijakan dimana nantinya
akan berupa PERBUP atau peraturan Bupati, dalam merumuskan
peraturan harus mengikuti pedoman atau prosedur-prosedur
seperti mengadakan rapat, mengajukan permohonan kepada
Bupati Kabupaten Tanah Datar berupa saran, dan jika saran
tersebut diterima oleh Bupati Kabupaten Tanah Datar dengan
mempertimbangkan kepentingan masyarakat, maka akan di
keluarkan peraturan berupa Peraturan Bupati atau di sebut juga
PERBUP. Oleh sebab itu mengenai kebijakan-kebijakan yang di
ambil oleh bidang pendapatan daerah dalam pemungutan pajak
95
daerah telah tercantum dalam Peraturan Bupati/PERBUP. Adapun
Peraturan Daerah yg belaku di Tanah Datar yaitu: PERBUP No. 6
Th 2012 tentang cata cara pemungutan pajak secara umum,
PERBUP No 8 Tahun 2012 Tentang standarisasi harga bahan
mineral bukan logam dan batuan sebagai dasar pengenaan pajak
mineral bukan logam dan batuan. PERBUP No 4 Tahun 2012
Tentang dasar-dasar penghitungan nilai sewa reklame dan tata
cara pemasangan reklame serta nilai perolehan air tanah, Dan
PERBUP No 5 Tahun 2012 Tentang tata cara pemeriksaan pajak
daerah.dan sampai sekarang belum ada perubahan.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada fokus masalah yang peneliti temukan, maka
peneliti memberikan beberapa kesimpulan terkait penelitian yang peneliti
lakukan di Kantor pendapatan Kabupaten Tanah Datar, tentang pelaksanaan
strategi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar dalam penerimaan
pajak daerah. Strategi Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten Tanah Datar
sudah cukup baik dalam proses pemungutan pajak daerah. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya penerimaan pajak daerah dari masing-masing sumber
pajak daerah yang ada, dan dilihat dari ter-realisasinya penerimaan pajak
daerah dari target penerimaan pajak daerah yang ditetapkan. Berikut di bawah
ini empat strategi yang digunakan oleh Kantor pendapatan Daerah Kabupaten
Tanah Datar dalam meningkatkan penerimaan pajak daerahnya sebagai
berikut:
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi pajakyakni meningkatkan pendapatan
daerah dengan mengoptimalkan sumber-sumber pajak daerah dan
meningkatkan pendapatan daerah dengan memperluas sumber-sumber
pajak daerah dengan menggali sumber-sumber penerimaan baru,
penyesuaian tarif, dan pengelolaan administrasi.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, Untuk meningkatkan
kualitas pelayanan sumber daya aparatur yang dilakukan oleh Kabupaten
Tanah Datar sebagai berikut:
a. Melaksanakan pelatihan bimbingan teknis (BIMTEK) dari tahun ke
tahunnya, sedangkan pada tahun 2017 pelatihan teknis ini dilakukan
pada tangga 4 s/d 6 Juni 2017 di Kota Padang.
b. Melakukan studi banding ke Kabupaten lain sebagai sarana
pertukaran informasi dengan instansi yang sama dengan kabupaten/
kota yang berbeda.
97
c. Mengikuti pelatihan Administrasi dan sosialisasi pajak mineral
bukan logam dan batuan (Galian C) di Nagari Andalas Baro Bukik
tanggal 24 Agustus 2017.
d. Mengikuti sosialisasi tentang pajak daerah di Kabupaten 50 Kota
dan sosialisasi di Simda Pendapatan ke Pemko Kota Sawahlunto
tanggal 26 September 2017.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan, pelayanan yang dilakukan oleh dinas
pendapatan di Kabupaten Tanah Datar sebagai berikut:
a. Melakukan pelayanan yang ramah kepada Masyarakat atau wajib
pajak.
b. Melakukan pelayanan kepada wajib pajak yang yang mengalami
kendala dalam melengkapi pesyaratan dalam pengurusan
pembayaran pajak.
4. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam penerimaan pajak daerah
oleh Kabupaten Tanah datar sebagai berikut:
a. Praturan Daerah (PERDA) UU No. 6 Th 2011 Tentang Pajak Daerah
Perda atau disebut juga dengan peraturan daerah adalah peraturan
Undang-undang yang dibentuk oleh pemerintah provinsi, dalam
Peraturan Daerah No. 6 Th 2011, terdapat tata cara atau aturan
dalam pemungutan pajak daerah.
b. Peraturan Bupati (PERBUP)
PERBUP atau disebut juga dengan Peraturan Bupati adalah
peraturan Undang-undang yang dikeluarkan oleh bupati dalam suatu
daerah pemerintahannya, berikut adalah peraturan yang dikeluarkan
oleh Bupati Tanah Datar sebagai berikut:
1) Peraturan Bupati Tanah Datar No 8 Tahun 2012 Tentang
standarisasi harga bahan mineral bukan logam dan batuan sebagai
dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan.
2) Peraturan Bupati Tanah Datar No 4 Tahun 2012 Tentang dasar-
dasar penghitungan nilai sewa reklame dan tata cara pemasangan
reklame serta nilai perolehan air tanah.
3) Peraturan Bupati Tanah Datar No 5 Tahun 2012 Tentang tata cara
98
pemeriksaan pajak daerah.
4) Peraturan Bupati Tanah Datar No 3 Tahun 2012 Tentang sistem
dan prosedur pemungutan pajak daerah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang di atas, maka peneliti memberikan
saran sebagai bahan evaluasi antara lai sebagai berikut:
1. Strategi peningkatan pelayanan kepada masyarakat, seiring dengan
perubahan situasi dan kondisi masyarakat yang bervariasi membawa
perubahan kepada sikap mental masyarakat, masyarakat menjadi lebih
kritis dan tidak begitu saja menerima kebijakan pemerintah, untuk itu
kantor Pendapatan Non PBB dan BPHTB dituntut untuk lebih
responsiveterhadap situasi dari kondisi masyarakat untuk kedepannya.
2. Sumber daya aparatur pemerintah Kabupaten Tanah Datar harus terus
ditingkatkan dan diberikan pelatihan-pelatihan khusus berkenaan dengan
bidang pajak daerah agar mampu memberikan kontribusi yang baik
kepada masyarakat serta melaksanakan sistem dan prosedural yang sudah
dibuat dengan sebaik-baiknya.
3. Dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah, pemerintah
hendaknya juga memperhatikan masyarakat jangan sampai malah
menambah beban masyarakat dengan aktifitas-aktifitas pemerintah dalam
kegiatan-kegiatan lapangan di sumber-sumber pendapatan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abut Hilarius. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Diadit Media.
Assauri, Sofjan. 2010. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asyhadie, Zaeni, 2009. Hukum bisnis prinsip dan pelaksanaan di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers.
Ayuningtyas, Arniyanti. 2008. Analisis Pengaruh Pendapatan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanaja Daerah (Studi kasus pada
Seluruh Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah). Skripsi pada FEIS UIN Jakarta.
Bahari H. 2010. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: Rajawali Pers.
Badan Keuangan Daerah Tanah Datar. 2015. Profil Badan Keuangan Daerah Tanah
Datar. Batusangkar
Badan Keuangan Daerah Tanah Datar. 2016. Uraian Rinci Tugas Badan Keuangan
Daerah Tanah Datar. Batusangkar
Badan Keuangan Daerah Tanah Datar. 2017. Uraian Rinci Tugas Badan Keuangan
Daerah Tanah Datar. Batusangkar
Dwi Dian Kusuma. 2017. Strategi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lampung
selatan dalam pemungutan pajak daerah.
Euis Fatimah. 2011. Buku Panduan Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak. Jakarta:
Kementrian Keuangan Republik Indonesia Derektorat Jenderal Pajak.
Faisal Suhaimi. 2015. Strategi pemerintah Kota Manado dalam meningkatkan
Pendapatan asli daerah dari sektor pajak.
Husein Umar. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik: Cara Mudah Meneliti
Masalah-Masalah Manajemen Strategik Untuk Skripsi, Tesis dan Praktek
Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.
Ida Ayu Metha Apsari Prathiwi, nyoman trisna herawati, ni luh gede erni sulindawati.
2015. Analisis strategi penerimaan pajak bumi dan bangunan Pedesaan dan
perkotaan (pbb p2) serta efektivitas Penerimaannya di pemerintah kota
denpasar Tahun 2013-201. Vol. III No. I.
Liberti Pandiangan. 2014. Administrasi Perpajakan Pedoman Praktis Bagi Wajib
Pajak di Indonesia. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Mardiasmo,2013. Perpajakan. Yogyakarta: CV.Andi offset.
Moch. Arief Risman, SE, Msi, BKP. 2013. Panduan Praktis Perpajakan Bagi
Bendahara Pemerintah. Bandung: Fokus Media.
Mohammad Afandy. 2013. Strategi dinas pendapatan daerah dalam Meningkatkan
pendapatan asli daerah dari pajak.Daerah di kabupaten penajam paser
utara.Vol.1 No.3.Hal.1110-1122.
Muindro. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: salemba Empat
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
Purwanto, Sayugo Adi. 2011. Pengaruh Pajak Reklame Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Berau. Jurnal Ekonomi Manajemen
Volume 10 No. 1 Tahun 2016
Riyan yari hidayat. 2012. Strategi peningkatan Penerimaan pajak restoran Di
Kabupaten Kuantan Singingi.
Rizka, Dr. Islahuddin, M.Ec, Ak, Dr. Nadirsyah, M.Si, Ak. 2014. Analisis Strategi
Peningkatan Pendapatan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam
Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah Di Kota Banda Aceh.
ISSN 2302-0164.
Rohmat Hafinudin Sahroni, Djamhur Hamid &Mohammad Iqbal. 2015. Strategi
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui Pajak Daerah Di Kota
Malang.
Siti Resmi, 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Saefullah, H.A. Djadja. 2007. Pemikiran kontemporer administrasi publik (perspektif
manajemen sumber daya manusia dalam era Desentralisasi. Bandung:
LP3AN Fisip UNPAD.
Sofjan Assauri. 2013. Strategic Manajement : Sustainable Competitive Advantages.
Jakarta:Rajawali Pers.
Sony Devano& siti kurnia rahayu. 2006. Perpajakan: konsep,teori,dan isu. Jakarta:
Kencana Prenada media group.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kualitatif (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.
Sukarji. 2013. Pajak pertambahan nilai, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Uly Suliswati. 2013. Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten
Jember.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT
RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah
Wawancara dengan ibuk Annike Deswira, Kasubid Pendapatan Non PBB dan Non
BPHTBB dan Keruangan Daerah Kabupaten Tanah Datar.
Wawancara dengan ibuk Gusriwardani, Kasubid pengelolaaan pajak daerah
Pendapatan Non PBB dan Non BPHTBB dan Keruangan Daerah Kabupaten
Tanah Datar,
Wawancara dengan ibuk Afrizal, Staff penerimaan pajak daerah Bidang Pendapatan
Non PBB dan Non BPHTB Badan Keruangan Daerah Kabupaten Tanah Datar,
Willson Gusliawan, 2014. Pengantar Perpajakan Indonesia. Padang: Sukabina.