skripsi strategi kebijakan pemerintah terhadap
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STRATEGI KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERHADAP PENGEMBANGAN TATA KELOLA MARITIM
DI KOTA MAKASSAR
OLEH:
SRI WAHYUNI
Nomor Stambuk : 105641116117
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
STRATEGI KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERHADAP PENGEMBANGAN TATA KELOLA MARITIM
DI KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
Sri Wahyuni
Nomor Stambuk : 105641116117
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Sri Wahyuni 2021. Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap
Pengembangan Tata Kelola Maritim Di Kota Makassar (dibimbing
oleh Dr. H. Muhlis Madani dan Hamrun)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi
Kebijakan Pemerintah Dalam Mengembangkan Tata Kelola Maritim Di
Kota Makassar dan untuk mengetahui bagaimana Faktor Pendukung serta
bagaimana Faktor Penghambat Starategi Kebijkan Pemerintah Terhadap
Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara serta dokumentasi. Sumber data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.Pengabsahan data yang digunakan adalah trigulasi dengan
metode, trigulasi dengan teori dan trigulasi dengan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Kebijakan
Pemerintah Terhadap Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota
Makassar melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2
Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019-2039 meliputi kebijakan
perlindungan lingkungan, kebijakan pembangunan sosial ekonomi,
kebijakan pemberdayaan masyarakat, kebijakan penataan kelembagaan
dan penegakan hukum yang dimana dalam mengelola maritim pemerintah
belum sepenuhnya menerapkan prinsip yag menjadi pedoman pada
penataan lingkungan laut dan pulau-pulau kecil yaitu terintegrasi. Serta,
belum kuatnya interaksi antar pemerintah sehingga tidak menimbulkan
kepercayan bagi pihak terkait dalam membuat kebijakan, dengan kata lain
belum berkorelasi. Faktor pendukung strategi kebijakan pemerintah
terhadap pengembangan tata kelola maritim di Kota Makassar adalah
komitmen bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
kerjasama antar semua pihak, potensi maritim yang besar, database yang
jelas, kualitas pendidikan, membuat rencana aksi, partisipasi masyarakat.
Sedangkan faktor penghambat strategi kebijakan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim di Kota Makassar adalah tidak ada
kerjasama antar pemerintah, konflik antar sektor mengenai pemanfaatan
laut, rencana aksi yang tidak tersusun, kurangnya potensi sumber daya
manusia, masyarakat tidak terlibat, kurangnya dana untuk pengelolaan,
tidak tepat dalam menyusun strategi.
Kata kunci: Strategi, Pengelolaan, Maritim
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hiayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap
Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar.”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak
Hamun, S.IP, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari
penyusunan proposal hingga penyelesain skripsi ini.
2. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan cIlmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL SKRIPSI ................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................................... ii
PENERIMAAN TIM .............................................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH .........................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
BAB II ................................................................................................................................. 11
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 11
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 11
E. Kerangka Pikir ...................................................................................................... 26
F. Fokus Penelitian .................................................................................................... 28
G. Deskripsi Fokus penelitian .................................................................................... 28
BAB III ................................................................................................................................ 29
METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 29
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................ 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian....................................................................................... 29
C. Sumber Data .......................................................................................................... 30
ix
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 30
E. Informan Penelitian ............................................................................................... 31
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 32
G. Keabsahan Data .................................................................................................... 33
A. Deskripsi Objek Penelitian.................................................................................... 34
B.Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan Tata Kelola Maritim Kota
Makassar ....................................................................................................................... 38
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap
Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar ............................................... 52
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 61
B. Saran ..................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 67
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................................. 88
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu ......................................................... 12
Tabel 3.1 Informan Penelitian ......................................................................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua
pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Terlihat dengan adanya garis
pantai dihampir seitap pulau di Indonesia yaitu kurang lebih 81.000 km yang
menjadikan Indonesia menjadi urutan kedua sebagai negara yang memiliki
garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi
besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Kurangnya eksplorisasi dan
pemanfaatan sumber daya alam menunjukkan bahwa masyarakat belum
merasakan peran signifikan dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai
dengan belum dikelolanya potensi maritim secara maksimal. Dengan
beragamnya potensi maritim antara lain dalam berbagai bidang baik dalam
kawasan bioteknologi dan wisata kelautan, perairan laut dalam dan mineral
kelautan, perairan dalam. energi kelautan, dan sebagai industri pelayaran dan
pertahanan serta Industri maritim dunia (Hardiana, 2017).
Ketersediaan sumber daya maritim didalam laut Indonesia yang
sangat melimpah akan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang
kuat bilamana sumberdaya kelautan tersebut dapat dikelola secara optimal
dan digunakan secara berkelanjutan. Dibutuhkan peran semua stakeholders
untuk mengoptimalkan sumber daya laut, baik pemerintah, pihak swasta,
akademisi serta masyarakat sipil. Tujuan diperlukannya peran para
2
stakeholders terutama pemerintah dalam pengambilan kebijakan mengenai
tata kelola maritim adalah untuk memperlancar pengelolaan kelautan agar
terjadi perkembangan yang signifikan terhadap perekonomian maritim serta
menjaga keamanan maritim agar laut Indonesia tidak dikuasi oleh orang
asing.
Jika kita berbicara mengenai Tata Kelola Maritim, maka kita harus
bera ngkat kepada sejarah mengapa Maritime Governance kemudian menjadi
suatu topik yang selalu dibicarakan. Kita akan berangkat pada langkah awal
Indonesia memperjuangkan hukum laut untuk mengembalikan kembali
kejayaan bangsa maritim dan memperkokoh Kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dimulai dengan Deklarasi Djuanda pada tanggal 13
Desember 1957, dimana dinyatakan kepada dunia bahwa laut Indoneia adalah
termasuk laut sekitar, laut diantara dan laut didalam Kepulauan Indonesia
menjadi satu kesatuan wilayah Negara Republik Indonesia. Deklarasi tersebut
menegaskan bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang
mempunyai corak tersendiri dan bahwa sejak dahulu kala kepulauan
Nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan. Setelah Deklarasi Djuanda
diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB (United Nations
Convention on the Law of the Sea, UNCLOS) ke-3 tahun 1982 (Tsauro,
2017).
Menurut The National Maritime Institute (Namarin , 2017) tata
pemerintahan dilaut sendiri dib icarakan oleh komunitas kemaritiman sejak
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) dibahas mulai
3
dari 1973 hingga diberlakukan pada tahun 1982. Dalam tata kelola kelautan,
menata kelola ruang lautan merupakan hal yang penting untuk beragam
penggunaan dengan tujuan untuk menghindari konflik pengguna ruang lautan
dan menjaga kelestarian sumberdaya yang terdapat didalamnya. Pengelolaan
maritim menjadi menjadi hal utama yang perlu diperhatikan, karena
kesejahteraan masyarakat Indonesia tidak hanya dilihat dari sudut pandang
mengenai apa yang telah berhasil dikelola oleh semua stakeholders terutama
pemerintah dalam tata kelola non maritim.
Keberhasilan pemerintah dapat dilihat dari sejauhmana pemerintah
mensejahterakan masyarakatnya. Masyarakat akan merasa sejahtera jika
mereka dapat memperoleh sumber daya yang ada di alam. Itulah mengapa
tata kelola pemerintahan mesti berjalan dengan efektif dengan
memperhatikan semua aspek kehidupan dengan melakukan pengelolaan
terhadap apapun yang ada didarat dan yang ada dilaut. Kebijakan poros
maritim merupakan sebuah kebijakan yang bertujuan untuk mencari sumber
penghasilan yang baru dengan cara mengelola laut yang ditujukan untuk
memberikan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama
masyarakat yang terlibat langsung didalamnya. Agar kebijakan tersebut dapat
berjalan sukses pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk
menjalankan kebijakan tersebut seperti dengan penyediaan teknologi untuk
memperkuat industri dan maritim, serta mendorong percepatan pembangunan
infrastruktur dibidang perikanan laut.
4
Keberadaan pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap tata
kelola maritim membawa pengaruh terhadap pengembangan sumber daya
manusia. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Aceh dalam
menjadikan Aceh sebagai pusat poros maritim di wilayah barat Indonesia,
dengan mengembangkan industri perikanan dan bekerjasama dengan seluruh
stakeholder yang bergerak dibidang teknologi informasi untuk melahirkan
masyarakat Indonesia yang berbasis IT untuk menciptakan sumber daya
manusia sebagai salah satu cara untuk mengembangkan ekonomi
kemaritiman (Abidin, 2018).
Tata kelola sumber daya kelautan juga memiliki permasalahan
terutama disektor perikanan yang menjadi pendukung perekonomian negara
untuk itu harus terbebas dari tindakan Illegal, Uunreported, Unregulated
(IUU) Fishing. Potensi suumber daya hayati dibidang perikanan Indonesia
sangatlah potensial dalam mengembangkan perekonomian. Dalam hal ini
perikanan lepas pantai atau yang disebut dengan offshore fisheries merupakan
jenis yang dapat memakmurkan industri perikanan Laut. Akan tetapi
pelanggaran terhadap pengelolaan sumber daya tersebut telah merugikan
Indonesia. IUU Fishing biasanya dilakukan dengan melanggar berbagai
berbagai peraturan dibidang perikanan, perusakan wilayah perairan dan
berbagai pelanggaran hukum lainnya. Begitu maraknya penangkapan ikan
yang eksploitatif sehingga tidak memperhatikan kelestarian sumber daya laut.
(Akbar, 2019).
5
Kota Makassar merupakan salah satu kota yang menarik perhatian
untuk dijadikan locus penelitian terutama dal hal Maritime Governance,
karena selain potensi kelautannya yang cukup besar, potensi kemaritiman
yang dimiliki Kota Makassar juga bisa menjadi daya tarik untuk dikelola
dengan optimal karena sumber daya alamnya yang melimpah. Sudah sejak
lama Makassar dikenal sebagai kota maritim, baik sebagai pusat lalulintas
ikan antar pulau, antar kota, dalam negeri maupun mancanegara. Hal tersebut
memberikan dampak positif terhadap peningakatan perkenomian terutama
bagi masyarakat pesisir.
Makasar juga merupakan salah satu kota Maritim di pesisir
selatan Pulau Sulawesi yang berperan penting dalam sejarah pelayaran
dan perdagangan di Kepulauan Nusantara. Sejak awal pertumbuhannya
di abad ke-15 Makassar telah menunjukkan peran sebagai kota
pelabuhan dalam perdagangan dunia. Makassar juga masuk dalam
jaringan perdagangan sutera yang menghubungkan antara dunia niaga
Asia dan Eropa. Dahulu Makassar dikenal memiliki armada maritim
yang kuat dengan pelabuhan yang menjadi tempat bersandar kapal -
kapal dari berbagai penjuru dunia. Ekonomi maritim Makassar telah
menjadi magnet bagi kedatangan bangsa barat, tidak hanya untuk
berdaganng tetapi bahkan ingin berkuasa atas wilayah ini. Makassar
juga dibesarkan oleh kesuburan wilayah yang kaya akan hasil bumi
dengan eksopr yang luar biasa (Krisdiana, 2019).
6
Dalam sejarah maritim, Makassar juga menjadi titik temu antara
jalur niaga di belahan Timur yaitu Maluku, Papua. Barat yaitu
Kalimantan, Malaka, Jawa serta daratan Asia, Eropa dan Australia .
Beberapa komoditi Nusantara seperti rempah, produk laut, dan juga
kayu cendana dapat dibeli dan ditemui disana. Orang-orang Makassar
juga dikenal sebagai pelaut handal yang dihormati di dunia karena
kehebatannya. "Jejak kemahsyuran pelaut Makassar dapat ditemukan
pada hukum laut internasional yang mengadopsi Hukum Amanagappa
dimana berisi 21 pasal dengan beberapa bagiannya sangat rinci
menjelaskan mengenai ketentuan dalam pelayaran," Karena alasan-
alasan tersebut maka Kota Makassar dianggap ideal dalam gagasan
Indonesia Poros Maritim Dunia (Halidi, 2020).
Saat ini kondisi maritim di Kota Makassar terutama kehidupan
masyarakat pesisir dan pelaku usaha perikanan mengalami perubahan yang
signifikan. Terutama di Pelabuhan Paotere di Desa Gusung Kecamatan Ujung
Tanah yang sekarang ini dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat dan
menjadi pusat niaga nelayan, bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai nelayan yang beraktivitas ditempat ini,
begitupun dengan banyaknya toko-toko yang menjual berbagai macam jenis
ikan, perlengkapan nelayan serta beberapa restoran seafood.
Persoalan maritim yang dihadapi Kota Makassar mulai dari
melumpuhnya mata rantai bisnis hingga relasi sosial yang mengalami
perubahan yaitu tatanan kehidupan di pesisir dan pulau-pulau. Selain masalah
7
perikanan, sampah plastik telah menjadi ancaman bagi ekosistem laut dan
pesisir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa adanya paparan mikroplastik bagi
air dan bagi keseluruhan flora dan fauna yang terdapat disekitar perairan Kota
Makassar. Gangguan-gangguan tersebut perlu dihindari dan memperhatikan
sumber daya laut, keamanan laut dan peningkatan ekonomi maritim dengan
meningkatkan sumber daya manusia. Dengan demikian dibutuhkan kebijakan
pemerintah kota dalam menangani persoalan tersebut (Fajar, 2020).
Dalam artikel Bisnissulawesi.com, Makassar. Untuk mendukung
langkah pemerintah untuk memajukan kemaritiman, INSA mencoba untuk
memetakan struktur kebijakan mengenai tata kelola maritim. Juga, berupaya
untuk mensinergikan ide, tentang pertumbuhan industri maritim dan
pelayaran nasional. diharapkan, akan ada ada skema baru tentang arah,
formulasi serta tata kelola kebijakan industri maritim nasional. Setidaknya
dapat memetakan struktur kebijakan secara gamblang serta komprehensif
mengenai tata kelola industri maritim. Pemerintah Kota Makassar mengajak
Indonesia National Shipowners Association (INSA) untuk memperkuat poros
maritim negeri ini, yang dimulai dari Kota Makassar. Pemerintah Kota
Makassar masih terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,
melalui potensi kelautan yang dimiliki. Potensi besar yang dimiliki Kota
Makassar pada sektor kelautan, harus mampu mensejahterakan masyarakat
Makassar terlebih dahulu, sebelum dieksploitasi oleh orang-orang dari luar
penduduk Makassar. Untuk mendukung langkah pemerintah untuk
memajukan kemaritiman, INSA mencoba untuk memetakan struktur
8
kebijakan mengenai tata kelola maritim. Juga berupaya untuk mensinergikan
ide, tentang pertumbuhan industri maritim dan pelayaran nasional. Tata
kelola maritim disini apakah sudah melakukan penyesuaian terhadap pola
pikir.
Dalam membuat kebijakan di Kota Makassar dibutuhkan strategi yang
tepat dalam pengolahannya. Tata kelola maritim di Makassar berbicara
mengenai pemanfaatan sumber daya laut yang perlu dikelola dengan baik dan
digunakan secara optimal dan berkelanjutan seperti pembenahan kawasan
konservasi dan parawisata, mengenai keamanan laut yang hingga saat ini
praktek perikanan merusak masih marak terjadi hingga pencemaraan
lingkungan laut yang menjadi masalah besar, tata kelola mengenai ekonomi
maritim juga terjadi permasalah tentang kemiskinan pesisir yang dimana
tingkat kemiskinana pada tahun 2017 yang sebagia besar berada di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan demikian dibutuhkan strategi pada
kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota mengenai pengelolaan maritim.
(Fajar, 2018).
Diharapkan Strategi Kebijakan oleh Pemerintah Kota Makassar
mampu menyelesaikan permasalahan terkait maritim, untuk tujuan
Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar sehingga terciptanya
kesejahteraan (Prosperity).
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi Kebijakan yang digunakan Pemerintah Kota
Makassar dalam Mengembangkan Tata Kelola Maritim ?
2. Bagimana Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Starategi Kebijkan
Pemerintah dalam Mengembangkan Tata Kelola Maritim di Kota
Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Strategi Kebijakan yang digunakan
Pemerintah Kota Makassar dalam Mengembangkan Tata Kelola Maritim.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Starategi Kebijkan Pemerintah dalam Mengembangkan Tata Kelola
Maritim di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berisi manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian. Adapun
manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi akademis, dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu pemerintahan.
10
b. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan dalam meniliti dan
mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan pengelolaan
kemaritiman.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan bagi pemerintah agar dapat meningkatkan kesejahteraan
di Indonesia melalui kebijakan dalam tata kelola maritim.
b. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga Pemerintah
Indonesia sebagai Penyelenggara Negara.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya menjadi referensi untuk peneliti menjalankan
penelitian, agar peneliti bisa memperluas konsep yang dipakai dalam
mengkaji hasil penelitian. Peneliti tidak mendapatkan judul yang mirip sesuai
pada judul penelitian penulis. Peneliti mengambil sebagian penelitian
sebelumnya guna menambah data. Pada penelitian ini penulis mencantumkan
hasil penelitian yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, adapun persamaan dari
penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang strategi kebijakan pemerintah
untuk mewujudkan kemaritiman dan membahas mengenai faktor yang
mempengaruhi agar terwujudnya pengelolaan maritim. Adapun perbedaannya
yaitu penelitian terdahulu mengenai Strategi Kebijakan Pemerintah untuk
Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Sedangkan pada
penelitian ini adalah untuk mewujudkan Good Maritime Governance demi
terwujudnya kesejahteraan.
12
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun Judul Hasil Penelitian
1. (Hanim &
Noorman, 2017)
Kebijakan Kelautan
Dalam Rangka Menjaga
dan Mengelola SDA
Laut Sebagai Upaya
Mewujudkan Indonesia
Sebagai Poros Maritim
Dunia
Sumber daya kelautan
memiliki potensi yang besar
untuk pengembangan
ekonomi nasional dalam
rangka mewujudkan poros
maritim dunia. Agar hasil
laut dapat dimanfaatkan
secara maksimal Indonesia
harus melakukan inovasi
bidang technology,
diantaranya menggunakan
membangun kerjasama
dengan membuat koordinasi
pada negara canggih.
Begitupun untuk
terwujudnya keinginan
mewujudkan pusat
kemaritiman, negara perlu
mengembangkan hal-hal
keamanan laut.
13
2. (Abidin, 2018) Strategi Pemerintah
Aceh Dalam
Menjadikan Aceh
Sebagai Pusat Poros
Maritim Di Wilayah
Barat indonesia.
Bentuk pelaksanaan strategi
kebijakan poros maritim
yang dilakukan oleh
pemerintah Aceh yaitu :
melakukan peningkatan
infrastruktur pengelolaan
perikanan, melakukan
promosi dan pengembangan
destinasi pariwisata,
Meningkatkan Sumber Daya
Manusia dibidang pelaksana
teknis dan manajemen.
3. (Haras, 2017) Peran TNI AL Dalam
Mendukung
Terwujudnya Indonesia
Sebagai Poros Maritim
Dunia Perspektif
Manajemen Pertahanan
Meskipun didalam kebijakan
penegakkan hukum wilayah
laut Indonesia, semua bagian
terkait yang memiliki
kewenangan seperti TNI AL
mempunyai tanggung jawab
dalam menjalankan
kewajibannya yaitu
menanganai pelanggaran
sekitar perairan laut, banyak
hal yang menghambat yang
14
dijalani oleh TNI AL untuk
meterwujudkan poros
maritim dunia. Seperti
diikemukakan pada
peraturan, bisa memunculkan
factor dalm dan faktor luar
yang berpengaruh pada tugas
TNI AL untuk mendorong
terciptanya poros maritim
dunia.
B. Konsep Strategi Kebijakan Pemerintah
Strategi merupakan tujuan utama atau tujuan menyeluruh diambil
lembaga. Strategi termasuk pilihan memgenai langkah terbaik demi
mewujudkan target organisasi. Di dalam instansi pemerintah daerah, strategi
yang menentukan arah organisasi kemudian dipastikan oleh kepala daerah.
Strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk
mencapai misi organisasi. Pada pembuatan strategi di pemerintahan daerah
digunakan ada 2 jenis pendekatan yakni pendekatan mulai atas kemudian
bawah (top down approach) serta pendekatan dari bawah ke atas (bottom up
approach). Model top down approach, proses pembuatan strategi organisasi
pemerintahan daerah lebih diprioritaskan mulai dari pendapat tingkat atas
kemudian diturunkan pada tingkat berikutnya. Model bottom up approach,
15
level bawah dan menengah menjadi fokus awal proses pembuatan strategi
organisasi pemerintahan daerah (Nugraha, 2019).
Menurut (Nasta’in, 2018). Strategi adalah sebuah langkah suatu
lembaga atau instansi untuk mendapatkan misinya sesuai Analisis SWOT
pada lingkungan luar yang dihadapi serta potensi dalam seperti sumber daya.
Menurut (Siregar, 2016). Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak
ditempuh sebuah instansi demi mendapatkan keinginannya. Maksudnya
adalah strategi luas serta strategi utama. Semua organisasi yang memiliki tata
kelola dengan benar mempunyai strategi.
Menurut (Shaifudin A, 2017). Strategi mengarah pada kebijakan yang
difokuskan dalam mendapatkan fokus utama lembaga atau instansi. Strategi
juga merupakan sebuah rencana cermat mengenai proses dalam mewujudkan
secara khusus. Dalam hal umum, strategi memiliki arti sebuah tanda luas
haluan untuk bekerja dalam usaha mendapatkan tujuan yang ditetapkan.
Kemudian bisa dikatakan bahwa strategi merupakan sebuah arah rencana
atau kebijakan yang tepat dalam bertindak untuk menggapai tujuan yang
diinginkan.
Menurut (Arti SW, 2018). Strategi sebenarnya dilandasi pada analisa
yang terintegrasi dan holistik. Artinya, setelah strategi dibuat maka semua
unsur yang ada dalam perusahaan menurut perspektif jangka panjang, strategi
dirumuskan untuk mengimplementasikan visi dan misi korporasi.
Berdasarkan hasil peneliti sebelumnya, bahwa instansi yang sukses
mengaktualisasikan strategi tidak lebih 30 persen. Keurangannya adalah
16
strategi yang tidak diterapkan secara efektif diakibatkan lagkah pelaksananan
yang kurang melibatkan partisipan dan adanya kebijakan yang tidak sesuai
dengan strategi yang diatur. Menurut (Nurjanah, 2018). Hasil dari perumusan
strategi yaitu satu bahkan lebih strategi yang akan direalisasikan diorganisasi.
Pembuat kebijakan strategi harus menjamin strategi yang akan
mereka tetapkan sehingga strategi akan berjalan dengan baik, tidak hanya
dalam tatanan konseptual saja, akan tetapi mesti diimplementasikan. Dengan
demikian Hatten memberikan petunjuk mengenai prinsip dalam
menyukseskan strategi adalah harus konsisten dengan lingkungannya dengan
mengikuti perkembangan dalam masyarakat, dalam lingkungan yang
memberikan peluang untuk bergerak maju dengan tidak membuat strategi
yang melawan arus. Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya, apabila ada
banyak strategi yang disusun maka strategi yang satu harus konsisten dengan
strategi yang lain dengan tidak berlawanan atau bertolak belakang, setiap
strategi hendaknya disesuaikan antara satu dengan yang lain.
Strategi semestinya mempertimbangakn resiko yang tidak terlalu
besar, walaupun setiap strategi mempunyai resiko akan tetapi haruslah tetap
berhati-hati agar tidak terjebak kedalam masalah yang besar, karenanya
strategi semestinya dapat selalu dipantau. Strategi harusnya dibuat diatas
landasan kesuksesan yang telah didapatkan bukan disusun diatas kegagalan.
Ciri-ciri dari berhasilnya strategi ditunjukkan dengan munculnya dukungan
dari semua pihak yang terlibat, terutama dukungan para eksekutif dan semua
pimpinan unit kerja dalam organisasi (Chusna, 2016).
17
Menurut (Rusdiadi A, 2017). Kebijakan atau Policy digunakan untuk
menunjukkan perilaku seorang aktor, seperti pejabat, suatu kelompok,
maupun lembaga tertentu untuk meyelesaikan persoalan yang sedang
dihadapi. Menurut (Mu’minah M, 2017). Kebijakan berdasar pada
pertimbangan akal dalam proses penyusunannya. Pemikiran seseorang
merupakan unsur yang dominan didalam mengambil keputusan dari
banyaknya pilian dalam pengambilan keputusan kebijakan. Menurut
(Anugrah, 2016). Kebijakan yakni suatu program yang disusun oleh suatu
instansi pemerintahan yang berisikan mengenai perilaku yang mesti
diterapkan dalam rangka agar memecahkan masalah.
Pada hakekatnya kebijakan tidak terlepas dari keterlibatan semua
elemen yang ada, baik itu masyarakat sebagai elemen terikat dalam hasil
putusan kebijakan, hingga tahap pemerintah sebagai badan penyusun
kebijakan tersebut. Kebijakan yang merupakan sebuah keputusan politis yang
diambil oleh pemerintah merupakan bagian dari sikap pemerintah untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan publik (Fitriani & Yuningsih, 2016).
Dilihat dari penjelasan diatas yang menjelaskan tentang bagaimana
kebijakan dalam sistem politik dan sistem pemerintahan maka ada kaitan dari
dua sistem tersebut yaitu dalam berbagai sistem politik kebijakan publik
direalisasikan oleh lembaga-lembaga pemerintah yag dimana lembaga
pemerintahan tersebut yang akan menjalankan tugas yang telah diberikan
oleh negara sesuai tugasnya sebagai kepala negara. Tugas tersebut harus
berjalan dengan baik dan benar agar tidak merugikan negara.
18
Pada dasarnya pemerintah hadir unutk mencapai segala bentuk
keperluan dasar dari masyarakatnya sendiri, seperti kebutuhan akan rasa
aman. Pada dasarnya hal terebut sesuai dengan teori terbentuknya negara
yaitu negara berfungsi sebagai penjaga malam, masayarakat mereka saling
menjaga satu sama lain dimana sebagian besar masyarakat menjaga sebagian
mayarakat lainnya yang tidur dimalam hari. Sehingga kebutuhan masyarakat
bisa tercukupi terutama kebutuhan akan rasa aman, tertib dan tentram
sehingga menimbulkan kesejahteraan. Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa
fungsi utama dari suatu pemerintah yaitu pelayanan kepada masyarakat atau
pelayanan publik. Baik dari segi pelayanan dalam pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan dan pemberdayaan (Rauf, 2017).
Strategi kebijakan pemerintah merupakan serangkaian informasi
berupa rencana strategis, rencana aksi maupun kesepakatan atau ketentuan
serta keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah. Kebijakan yang
strategis termasuk hal untuk mengambil sebuah langkah atau tindakan demi
terciptanya tujuan yang ingin dicapai. Pemerintah dalam mencapai tujuannya
menggunakan strategi kebijakan sebagai langkah dalam upaya pencapaian
pada sebuah tujuan yang efisiensi dan efektivitas. Dalam mengambil suatu
kebijakan pemerintah harus memperhatikan strategi-strategi untuk
menerapkan suatu kebijakan tersebut.
Kebijakan pemerintah yang telah disepakati harus disampaikan
kepada masyarakat, guna masyarakat dapat mengetahui mengenai kebijakan
tersebut. Sosialisasi kebijakan yang tidak terimplementasikan memunculkan
19
perbandingan pengetahuan mengenai kebijakan yang ada. Setiap strategi yang
dibuat memiliki maksud untuk mempengaruhi masyarakat (Pricahyadi &
Ramadani, 2019).
Menciptakan Good Governance menjadi hal yang tidak bisa ditawar
lagi keberadaannya sehingga mutlak terpenuhi. Prinsip pemerintahan yang
baik yakni akuntabilitas (kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
kinerjanya), transparansi atau keterbukaan (masyarakat tidak hanya
mengakses suatu kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses
perumusannya. Dalam merumuskan kebijakan tidak pula terlepas dari
strategi, begitupun dengan strategi yang tidak terlepas dari yang namanya
perumusan strategi. Tahap perumusan strategi adalah bagian penting dalam
proses pengendalian manajemen, kesalahan pada perumusan strategi dapat
berakibat kesalahan arah organisasi (Amala, 2016).
Tata kelola strategi tidak hanya ditetapkan pada sektor swasta, namun
juga ditetapkan pada sektor publik. Strategi yang digunakan di sektor swasta
dan sektor publik tidak terlampau jauh beda, hanya saja dalam institusi sektor
publik tidak mengharuskan pada arah organisasi dalam mencari laba, tetapi
mengarah pada pelayanan dalam masyarakat. penerapan strategi dalam sektor
publik adalah salah satu solusi terbaik dalam mewujudkan tata peemerintahan
yang baik. Usaha dalam menciptakan kinerja organisasi pemerintah yang
lebih baik dalam memberi pelayanan pada masyarakat, pengaplikasian
pengaturan strategi untuk instansi bidang publik menjadi hal yang begitu
20
penting terhadap pengembangan efektivitas kinerja organisasi bidang publik
(Hubertus, 2016).
Tipe strategi menurut (Sauran, 2018) adalah strategi terintegrasi atau
integration strategies yaitu forward, backward dan horizontal seringkali
disebut sebagai srtategi-strategi vertical integration. Namun, tidak jarang
yang memaksudkan integrasi vertical sebagai hanya integrasi forward dan
backward. Strategi berkorelasi atau disebut dengan aliansi strategi adalah
suatu bentuk kerjasama antar perusahaan dimana adalah suatu bentuk
kerjasama antar perusahaan dimana sumber daya, kemampuan dan core
competencies digabungkan demi kepentingan bersama.
C. Konsep Tata Kelola
Pemerintah dalam konsep tata kelola memiliki tugas, pertama,
mengidentifikasi pemangku kepentingan utama kemudian mengembangkan
hubungan antar pihak-pihak yang terkait, kedua, mempengaruhi dan
mengarahkan hubungan untuk memperoleh hasil, dan ketiga membangun
mekanisme untuk koordinasi yang efektif. Pemerintah dalam tata kelola
juga harus mampu melihat dan merubah sistem hirarki masa lalu dengan
melihat dan mengakui kegagalan, bahkan ketika pemerintah sudah
menemukan tata kelola yang baru, kegagalan masih mungkin terjadi seperti
adanya ketidaksepahaman dan ketegangan dengan masyarakat sipil,
ketidaksamaan organisasi yang terlibat antar sektor seperti swasta, publik,
dan lain-lain (Ginting, 2020).
21
Tata keola pemerintah dari zaman ke zaman telah merasakan
perubahan sesuai dengan dinamis pembaruan jaman yang selalu berkembang.
Perbedaan tata kelola tersebut memunculkan kepada para praktisi untuk
menimbulkan pemahaman lebih baik dari konsep tata kelola pemerintah yang
telah ada meskipun masing-masing pendekatan mempunyai konsekuensi
positif dan negatif. Seperti Sound governance, konsep ini timbul karena
banyak kritikan dari negara berkembang yang mengakui good governance
(Andhika, 2017).
Pengimplementasian Good Governance terhadap pemerintah
merupakan semisal masyarakat memastikan mandat, wewenang, hak dan
kewajibannya telah terpenuhi dengan bsik. Disini bisa diamati bahwa tujuan
dari Good Governance adalah membntuk the professional government, bukan
dalam makna pemerintah yang dikerjakan para teknokrat, namun kepada
siapa saja yang memiliki kualifikasi professional, yakni mereka yang
memiliki ilmu pengetahuan sehingga bisa menerapkan ilmu dan pengetahuan
menjadi bakat, serta dalam pelaksanaanya berdasarkan perilaku dan moral
tinggi (Dhiyavani, 2017).
Dalam mencipatakn pemerintahan yang baik dan jujur maka mesti
melakukan proses tata kelola pemerintahan yang sesuai secara fakta.
Penerapan Good Government Governance terhadap pemerintah daerah
secara simpel yaitu melalui penerapan prinsip tata kelola pemerintahan baik
terhadap sistem dan pengelolaan pemerintahan daerah secara tepat dan adil.
Good Government Governance sebagai suatu konsep dalam menerapkan
22
pemerintahan tidak berhenti hanya sampai pemahaman saja, akan tetapi harus
btul-betul diterapkan dalam strategi nyata hingga bisa mendatangkan
kebaikan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pemerintahan
(Meidina, 2018).
Pemerintahan yang baik dilihat dari proses yang menghasilkan hasil
yang tepat. Ide pemerintah terhadap roda pembangunan dapat berjalan
sinergis apabila berbenturan dengan kepentingan masyarakat dan
mendapatkan dukungan dari masyarakat. Pemerintahan dapat dimaknai baik
apabila produkvitasnya serta kualitasnya dapat memperlihatkan hasil yang
mampu meningkatkan prosperity masyarakat serta membagikan perasaan
aman dan keadilan. Dengan demikian mengapa jika tata kelola pemerintahan
yang baik dapat memengaruhi masyarakat untuk melakukan resistensi
(Ulisah, 2016).
Pada konteks pengelolaan wilayah kelautan harus ditempatkan pada
penentuan prinsip umum (general principles) pemerintahan serta peraturan
perundanganyang mencerminkan good governance terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. Kegagalan pemecahan masalah bisa menghambat dimana
pembangunan berkelanjutan selama ini telah memberikan ruang untuk
koreksi, dari pendekatan yang mengandalkan pengaturan dan pengawasan ke
arah pendekatan yang lebih mengandalkan inisiatif otonom perorangan atau
lembaga.
23
D. Pembangunan Tata Kelola Maritim
Maritime Governance atau tata kelola maritim adalah implementasi
kebijakan serta segala hal yang terkait dengan lautan. Dalam pengeloaan laut
berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan, tindakan dan urusan yang berkaitan
dengan lautan dunia. Dalam pemerintahan, memasukkan pengaruh dari
berbagai aktor lainnya baik aktor negara maupun aktor non-negara, sehingga
negar bukan satu-satunya pelaksana kebijakan dalam pengambilan kebijakan.
Pengaruh stakeholders, LSM, lembaga swasta maupun masyarakat juga
memiliki peran dalam memberikan pengaruh dalam pengambilan kebijakan.
Dalam hal kelautan merupakan masalah yang kompleks karena laut
merupakan milik bersama yang tidak dimiliki oleh satu bangsa. Resiko dari
hal ini adalah mengakibatkan manusia akan menyalahgunakan sumber daya
lautan dengan cara mengelola sumber daya alam dengan tidak sesuai dan
tidak bertanggung jawab dalam merawat sumber dayalaut tersebut. aturan
tentang perilaku laut hanya dapat diterapkan melalui perjanjian internasional.
Oleh sebab itu diperlukan suatu tata kelola untuk menjaga kemaritiman
sehingga pembangunan dalam kemaritim bisa berlanjut.
Kebijakan tata kelola maritim Indonesia merupakan wujud dari visi
misi kelautan Indonesia yang wajib berpegang teguh terhadap kepentingan
nasional, serta keadilan dan keuntungan sebesar-besarnya demi ketentraman
rakyat Indonesia. Pada tanggal 20 Februari 2017, Presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia. sebagaimana dikutip dari laman resmi Setkab
24
dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Dengan demikian perlunya untuk mengelola potensi sumber daya
kelautan yang melimpah dengan optimal dan berkelanjutan hingga
mendatangkan manfaat bagi kemakmuran rakyat.
Bunyi Pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden tersebut yakni “Kebijakan
Kelautan Indonesia adalah pedoman umum kebijakan kelautan dan langkah
pelaksanaanya melalui program dan kegiatan kementrian/lembaga dibidang
kelautan yang disusun dalam rangka percepatan implementasi Poros Maritim
Dunia.” Menurut Perpres, bahwa kebijakan kelautan Indonesia terdiri atas:
a. Dokumen Nasional Kebijakan Kelautan Indonesia.
b. Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia.
Dokumen Nasional Kebijakan Kelautan Indonesia sebagaimana
dimaksud tercantum dalam Lampiran I yang termasuk bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Sedangkan Rencana Aksi Kebijakan
Kelautan Indonesia sebagimana dimaksud ditetapkan untuk periode 5 tahun.
Untuk pertama kalinya Rencana Aksi Kelautan Indonesia ditetapkan untuk
periode tahun 2016-2019 dengan Peraturan Presiden ini. “Rencana Aksi
Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2016-2019 sebagaimana dimaksud
tercntum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini, “ bunyi Pasal 4 ayat 4 Perpres ini.
Dalam Peraturan Presiden tersebut dijelaskan bahwa Kebijakan
Kelautan Indonesia berfungsi sebagai:
25
a. Pedoman bagi Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk
melakukan perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi
pembangunan sektor kelautan untuk mewujudkan Poros Maritim
Dunia.
b. Acuan bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam ikut serta
melaksanakan pembangunan sektor kelautan untuk mewujudkan Poros
Maritim Dunia.
Peraturan Presiden tersebut menegaskan bahwa kebijakan kelautan
Indonesia bisa dilihat kembali secara berkala sesuai perkembangan dan
kepentingan Nasional, begitupun dengan perkembangan dinamika
Internasioanal. Dokumen Kebijkan Kelautan Indonesia sendiri berisi tentang
visi kelautan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia menjadi Poros Maritim
Dunia, dengan menjadi sebuah negara maritim yang maju, berdaulat, mandiri,
kuat serta mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap keamanan
dan perdamaian kawasan dan dunia sesuai dengan kepentingan nasional. Misi
dari Kebijakan Kelautan sendiri adalah terkelolanya sumber daya kelautan
secara optimal dan berkelanjutan, terbangunnya kualitas sumber daya
manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan yang handal,
terbangunnya pertahanan dan keamanan kelautan yang tangguh,
terlaksananya penegakan kedaulatan hukum dan keselamatan dilaut,
terlaksananya tata kelola kelautan yang baik.
Tuntutan terhadap upaya penataan wilayah laut haruslah dilaksanakan
secara terintegrasi, dan saling terkait menjadi satu kesatuan menggunakan
26
kata kunci yaitu keterpaduan. Aspek keterpaduan menjadi salah satu tujuan
fundamental pada kerangka penataan ruang yang berfungsi dalam
memunculkan landasan untuk mengintegrasikan aneka macam kepentingan
baik yang bersifat kewilayaan maupun sektoral, khususnya pada kerangka
pemanfaatan sumber daya alam. Selain itu, keterpaduan merupakan salah
satu asas dalam kerangka penyelenggaraan penataan ruang. Salah satu asas
yang krusial pada kaitan dengan unsur prinsip keberlanjutan pada
pengelolaan wilayah laut yakni unsur kepastian hukum (legal certainty)
(Lekipiouw, 2012).
Lima isu dan fakta pengelolaan pesisir serta rekomendasi terkait
untuk mendorong pengembangan pesisir dan laut sebagai bentuk tata kelola
maritim. Pertama, terkait responsif governance dan efektivitas layanan
pemerintahan di sektor kelautan dan perikanan. Isu kedua terkait revitalisasi
perikanan menuju Sulsel sebagai lumbung pangan dari laut. Isu ketiga adalah
percepatan terbitnya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(RZWP3K) sebagai acuan pengalokasian ruang pesisir dan laut. Isu
keempat adalah pembenahan kawasan konservasi, pariwisata dan
pengendalian aktivitas berpotensi merusak (Chandra, 2018).
E. Kerangka Pikir
Pengembangan tata kelola maritim pada hakikatnya mengarah pada
pembangunan kelautan yang berkaitan dengan perairan Indonesia untuk
digunakan serta dimanfaatkan sebagai peningkatan kesejahteraan dan
keamanan bangsa Indonesia. Dibutuhkan pengembangan terhadap
27
pengelolaan kemaritiman demi terciptanya potensi ekonomi yang besar bagi
suatu bangsa, bahkan bagi kehidupan global. Adanya masalah dalam
pengelolaan maritim dapat menghambat pembangunan nasional. Dengan
demikian dibutuhkankannya solusi untuk tata kelola maritim yang baik dan
sesuai. Pemerintah kota diharapkan dapat melakukan startegi untuk
menentukan kebijakan dalam pengembangan tata kelola maritim di Kota
Makassar demi terwujudnya Prosperity. Para pemerintah perlu menjamin
bahwa strategi yang mereka susun dapat berhasil dengan meyakinkan. Bukan
saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan. Untuk itu,
Hatten memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi dibuat sehingga
dia bisa sukses, seperti bagan kerangka pikir dibawah ini:
Bagan Kerangka Pikir
Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan
Maritime Governance di Kota Makassar
Terwujudnya Pengembangan Tata
Kelola Maritim di Kota Makassar
Faktor
Pendukung:
Komitmen,
kerjasama,
potensi,
database,
pendidikan,
rencana aksi,
partisipasi
masyarakat
Faktor
Penghambat:
Tidak ada
kerjasama,
konflik, rencana
aksi yang tidak
tersusun,
kurangnya
potensi manusia,
masyarakat
tidak terlibat,
kurangnya dana,
tidak tepat
dalam
menyusun
strategi.
Tipe strategi:
(Alfrianty Sauran , 2018)
1. Terintegrasi (keterpaduan)
2. Berkorelasi (saling terkait)
28
F. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengembangan Tata Kelola Maritim berdasarkan Strategi
Terintegrasi dan Berkorelasi di Kota Makassar.
G. Deskripsi Fokus penelitian
1. Terintegrasi merupakan prinsip yang fundamental pada kerangka
penataan ruang yang berfungsi dalam menaruh landasan untuk
mengintegrasikan aneka macam kepentingan baik yang bersifat
kewilayaan juga sektoral, khususnya pada pemanfaatan sumber daya
alam.
2. Berkorelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat yang artinya
memiliki interaksi atau kaitan antara satu dengan yang lain sehingga
menimbulkan kepercayan bagi pihak terkait dalam membuat kebijakan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 2 bulan
setelah seminar proposal. Penelitian dilakukan di Kota Makassar. Dipilihnya
lokasi ini karena beberapa alasan, yaitu lokasi ini merupakan salah satu kota
yang ada di Sulawesi Selatan yang yang memiliki potensi sumber daya laut
yang bisa dijadikan acuan untuk perkembangan tata kelola maritim dan lokasi
tersebut merupakan wilayah pesisir yang dapat diteliti sesuai dengan
perspektif kesejahteraan atau Prosperity.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif yang
bersifat menjelaskan atau mendiskripsikan masalah sesuai apa yang terjadi
dilapangan atau tempat penelitian dimana peristiwa tersebut terjadi yang
dijelaskan secara lebih rinci, jelas dan sesuai dengan fakta. Metode penelitian
ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kaat tertulis atau lisan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Penelitian dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi yang berusaha memahami makna
dari suatu peristiwa yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai berbagai macam data yang diperoleh di lapangan secara objektif,
baik secara lisan maupun tulisan berdasarkan fenomena yang terjadi,
kemudian dianalisis sebagai suatu kesimpulan peneliti.
30
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan dan data sekunder. Dimana data primer diperoleh dari hasil dari cek
lapangan dengan melakukan wawancara kepada pihak yang terkait langsung
dengan pengembangan tata kelola maritim di Kota Makasssar. Data sekunder
sendiri diperoleh dari media seperti buku, artikel, jurnal atau internet yang
saling berkaitan dengan objek yang diteliti sehingga peneliti akan lebih
akurat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang penting dan utama
dalam memeliti karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk memperoleh
data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap obejek penelitian, penelitian terhadapi strategi
kebijakan pemerintah dalam mengembangkan tata kelola maritim di Kota
Makassar.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan keterangan mengenai hal yang diteliti melalui
tanya jawab dengan orang yang dapat memberikat keterangan pada objek
penelitian.
31
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencatatan dokumen data yang terkait dengan
penelitian ini, berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara yang telah
dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada melalui kajian literatur,
buku-buku dan hasil laporan yang berhubungan dengan objek penelitian.
E. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik purposive sampling ini adalah teknik mengambil
informan atau narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema
penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih informan yang
dianggap mengetahui permasalahan yang akan dikaji serta mampu
memberikan informasi yang dapat dikembangkan untuk memperoleh data.
Berdasarkan penelitian yang akan diteliti, maka informan penelitian yaitu:
32
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Inisial
Jenis
kelamin
Jabatan
1. Amran Djafar,
S.Pi
AD L Analisis Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil Dinas Kelautan
dan Perikanan Prov Sulsel
2. Isnadah I P Analisis Kawasan Konservasi
Dinas Kelautan dan Perikanan
Prov Sulsel
3.
Nirwan Dessibali ND L Direktur Eksekutif Yayasan
Konservasi Laut Indonesia
4.
Muhammad
Syukri
MS L Sekretaris Lembaga Maritim
Nusantara
5. Lagu L L Masyarakat Nelayan
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dibuat melalui interactif, terus berjalan hingga
selesai. Dalam mengumpulkan data kuali, pada umumya memfokuskan
kepada tanyajawab dengan narasumber dan pengamatan lansung di lapangan.
Memebentuk analisanya yakni analisa tekstual dari transkip. Analisis data
brupa reduksi data, penyajian data kemudian kesimpulan. Reduksi data
33
adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal-hal pokok dengan
memfokuskan pada hala-hal penting. Penyajian data dalam bentuk uraian
singkat dan sejenisnya. Penarikan kesimpulan yaitu dari data yang diperoleh
kemudian dikategorikan dan dicari temanya, selanjutnya ditarik kesimpulan.
G. Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan penelitian, langkah yang digunakan yaitu
melakukan trigulasi metode, teori, data.
1. Trigulasi dengan metode
Tujuan dilakukannya trigulasi ini adalah agar membuat pengecekan
terhadap mechtode pengumpulan data. Dengan melihat bahwa kebenaran
yang ditemui menggunakan metode wawancara persis dengan metode
observas. Selain melalui informan dan pengammatan, penulis dapat
memanfaatkan pengamatan partisipasi, arsip, tulisan pribadi, gambar, foto.
2. Trigulasi dengan teori
Trigulasi dibuat sesuai aturan dengan menampilkan penjelasan
yang timbul lewat analisa unruk mendapatkan tema. Trigulasi teori dibuat
melalui usaha penemuan cara berbeda, sebagai bentuk pengorganisasian
data dengan solusi mencari kemungkinan logis.
3. Trigulasi dengan data
Dilakukan dengan cara mengecek tingkat kebenaran sebuah informasi
yang didapatkan lewat waktu serta metode lain dengan melakukan
perbandingan terhadap inforasi yang diperoleh, perkataan mengenai
kondisi penelitian dengan yang dikerjakan selama ini.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Kota Makassar
Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab
Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14 sebagai salah satu
daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9
Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang
benar-benar mengembangkan kota Makassar. Abad ke-15 merupakan awal
dimana kota ini telah menunjukkan progresnya dengan menunjukkan peran
sebagai kota pelabuhan yang berperan penting dalam perdagangan dunia.
Berkembangnya Makassar dengan perubahan politik ekonomi yang terjadi
karena masuknya orang Eropa dan dinamika politik Kerajaan Gowa dan
Tallo. Begitupun dengan perdagangan sutera antara Cina dan Eropa yang
menempuh jalur darat akhirnya diabad 15 ini pindah jalur laut, diakibatkan
oleh faktor keamanan.
Pada abad ke-16, kota ini menjadi puast perdagangan yang dominan
di Indonesia Timur sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia
Tenggara. Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring menguatnya
pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan semakin kuatnya politik monopoli
perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada
abad ini terdapat dua pusat pemeintahan yaitu KaleGowa yang letaknya
berada di tanah tinggi pinggiran utara sungai Jeneberang, sedangkan yang
35
lain berada di sungai Tallo. Pada tahun 30-an abad ke-18, pelabuhan
Makassar dibuka bagi kapal-kapal Cina. Komoditi yang dicari berupa hasil
laut dan hutan sehingga tidak dianggap sebagai persaingan bagi monopoli jual
beli rempah-rempah yang didirikan VOC. Sebaliknya, barang dagangan Cina
dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada
yang bisa didapat oleh pedagang asing di negeri Cina sendiri. Adanya pasaran
baru itu, mendorong Kembali aktivitas maritim penduduk kota dan Kawasan
Makassar. Sejak pertengahan abad ke-18 para nelayan Sulawesi secara rutin
berlayar hingga pantai utara Australia yang hingga kini hasil laut merupakan
salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah
Kota Makassar.
Makassar merupakan salah satu bandar di pesisir Selatan Pulau
Sulawesi yang memiliki peran penting dalam sejarah pelayaran dan
perdagangan. Pelabuhan Makasssar memiliki arti penting sebagai bandar
yang menjadi sarana komunikasi dan dialog peradaban antar bangsa. Hal ini
tak terlepas dari interaksi antara para pelaku baik yang bekerja secara
individu maupun kelompok. Semua pihak dari Hingga saat ini peninggalan
sejarah seperti mesjid Katangka, kuburan raja-Raja Tallo dan Gowa, benteng
Somba Opu benteng Roterdam masih dapat disaksikan dinikmati masyarakat
setempat.
Semakin berputarnya roda perekonomian kota Makassar di abad ke-19
jumlah pendudukya meningkat sekitar 15.000 penduduk. Pada abad ini
menjadi salah satu port of call utama bagi para pelaut pedagang Eropa, India
36
dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia
maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi diantara Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku.
Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia
Timur setelah Belanda menaklukkan daerah-daerah independen di Sulawesi
di awal abad ke-20. Perekonomiannya berkembang pesat akibat terjadi
kedamaian dibawah pemerintahan kolonial karena tanpa perang yang paling
lama pernah dialami Sulawesi Selatan. Wilayah Kota Makassar diperluas dan
penduduknyapun mengalami penurunan. Diawal abad ini juga berbagai suku
bangsa telah bermukiman di Kota Makassar seperti Bugis, Makassar, Mandar,
Toraja, Cina, Arab, Melayu, India, Jawa, Banjar, Minahasa, Ambon, Sangir,
Madura, Timor, Tanimbar dan Buton. Dimana dominan bekerja sebagai
pedagang dan nelayan.
Sejarah Kota Makassar tidak terlepas dari campur tangan peran
kolonial yang pernah berlangsung di Indonesia. Perkembangan zaman dari
tradisional ke modern dan banyaknya pembangunan menjadi hal yang
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur budaya sehingga dibutuhkan kembali
identitas kota yang dapat dilakukan melalui media sumber daya budaya yang
ada di Kota Makassar berupa bangunan kunaa dan kesenian, organisasi sosial
dan bahasa.
37
2. Letak Geografis Kota Makassar
Makassar sebagai kota terletak di pantai selatan pulau Sulawesi.
Sulawesi merupakan salah satu pulau besar yang berada dibagian tenggara
Benua Asia. Kota ini merupakan kota metropolitan terbesar dikawasan
Indonesia Timur yang terletak dibagan Selatan Pulau Sulawesi. Terletak
antara 119o24’17’38” Bujur Timur dan 5o8’6’19” Lintang Selatan. Yang
memiliki batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara: Kabupaten Maros
b. Sebelah Timur: Kabupaten Maros
c. Sebelah Selatan: Kabupaten Gowa
d. Sebelah Barat: Selat Makassar
.Kota Makassar berada diurutan kelima kota terbesar di Indonesia
dengan luas wilayah 175,77 km2 dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta
jiwa yang beragam suku bangsa menetap didalamnya. Kota ini terletak dekat
dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga
dikenal sebagai “Waterfront City” yang didalamya mengalir beberapa sungai
seperti Sungai Tallo, Sungai Jeneberang dan Sungai Pampang. Kota
Makassar juga merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada
ketinggian anatra 0-25 meter dari permukaan laut. Sesuai Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, luas wilayah kota Makassar
bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut setara dengan 10.000 Ha. Sehingga
kurang lebihb 27.577 Ha.
38
B. Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan Tata Kelola
Maritim Kota Makassar
Sekarang ini tata kelola maritim telah mengalami perkembangan
dibandingkan 20 tahun sebelumnya. Dimana mainstream tentang kelautan
mulai meningkat, bisa dilihat dari segi riset yang dimana sudah banyak
peneliti yang melakukan riset megenai lingkungan hidup dibidang pesisir
Contohnya Lembaga Maritim Nusantara yang melakukan riset terkait
bencana di wilayah pesisir yang dulunya tidak dilakukan. pengelolaan
maritim telah ditemukan berbagai macam solusi terkait persoalan tata kelola
maritim.
Adanya persoalan Kota Makassar dalam mengelola maritim, maka
pemerintah mengambil kebijakan terkait tata kelola maritim, Adapun
Kebijakan Pemerintah terhadap pengembangan tata kelola maritim di
Makassar yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan Analisis Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan
mengenai Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2019
Tentang Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2019-2039 adalah sebagai berikut:
“Kebijakan yang diambil antara lain meliputi kebijakan
perlindungan lingkungan, kebijakan pembangunan sosial ekonomi,
kebijakan pemberdayaan masyarakat, kebijakan penataan
kelembagaan dan hukum.” (Wawancara dengan AD tanggal 7 Mei
2021)
Hal diatas menjelaskan bahwa kebijakan perlindungan lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, meliputi: mewujudkan
39
pengendalian laju kerusakan ekosistem dibawah tingkat kemampuan
pemulihannya, mewujudkan peningkatan kelestarian dan penanganan dampak
lingkungan, mewujudkan peningkatan konservasi dan rehabilitasi ekosistem
pesisir dan pulau-pulau kecil dan lahan kritis lainnya, memelihara dan
mengembangkan konservasi dan mengurangi tingkat pencemaran dan
kerusakan lingkungan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kebijakan pembangunan sosial ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b, meliputi: mewujudkan peningkatan kualitas dan
kesehatan sumber daya manusia, mewujudkan peningkatan kuantitas dan
kualitas sarana dan prasarana, mewujudkan pengembangan sarana dan
prasarana transportasi laut untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, mewujudkan pengembangan mata
pencaharian alternatif, mewujudkan peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi ikan, mewujudkan
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
daya saing dan diversifikasi produk perikanan kelautan, mewujudkan
pengembangan dan penguatan ekonomi berbasis potensi lokal dan kelestarian
lingkungan, mewujudkan pengembangan daya tarik objek dan daerah tujuan
wisata bahari, mewujudkan peningkatan pendapat masyarakat pesisir,
mewujudkan pembangunan sistem tata niaga hasil perikanan yan berkeadilan
dan mewejudkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pesisir dan pulau-pulau kecil melalui kemudahan dalam mengakses lembaga
perbankan dan informasi pasar.
40
Kebijakan pemberdayaan masayarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf c, meliputi: mewujudkan peningkatan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal,
mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang tanggap
terhadap bencana dan mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil
yang mengantisipasi perubahan iklim. Kebijakan penataan kelembagaan dan
penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, meliputi:
mewujudkan pengendalian kegiatan reklamasi pantai untuk mencegah
kerusakan lingkungan di kawasan pesisir, mewujudkan peningkatan penataan
dan penegakan hukum, mewujudkan penataan ruang yang terintegrasi antar
wilayah, sektor maupun pemangku kepentingan dan mewujudkan
pengembangan sistem informasi terpadu.
Seperti yang dikatakan oleh Analisis Kawasan Konservasi Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dalam wawancaranya
terkait Kebijakan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan untuk
Kewenangan/Kedaulatan Kota Makassar dalam pengelolaan maritim adalah
sebagai berikut:
“Peningkatan penegakan hukum dan norma sosial, peningkatan
pelibatan masyarakat dalam proses pembuatan produk hukum,
peningkatan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat dan
peningkatan pemeliharaan ketertiban dan keamanan.” (wawancara
dengan I tanggal 7 Mei 2021).
Kewenangan Kota Makassar meliputi peningkatan penegakan hukum
dan norma sosial, dimana kasus-kasus ketidakadilan hukum masih seringkali
ditemui, dibutuhkan penegakan hukum sesuai dengan norma sosial sebagai
41
petunjuk yang perlu dijalankan dalam kehidupan masyarakat. Peningkatan
pelibatan masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam
mendukung keberhasilan pemerintah untuk menerapkan kebijakan agar
mencapai masyarakat yang sejahtera, pembuatan produk hukum adalah setiap
keputusan, ketetapan, peraturan yang dihasilkan oleh Mahkamah dalam
rangka pelaksanaan tugas dan wewenang serta kewajiban. Sehingga
dibutuhkan pula penguatan terhadap kapasitas kelembagaan masyarakat yang
meliputi usaha untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan berorganisasi
masyarakat sebagai upaya mewujudkan tata kelembagaan yang lebih
partisipatif. Ketertiban dan keamanan dalam pengelolaan maritim dibutuhkan
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pecemaran lingkungan serta
penagkapan ikan secara ilegal.
Kebijakan-kebijakan yang telah dijelaskan membutuhkan strategi oleh
pemerintah dalam pengembangan tata kelola maritim. Dalam penelitian ini
akan diuraikan Strategi untuk Kebijakan Pemerintah Kota Makassar dalam
Pengembangan Tata Kelola Maritim. Dimana strategi yang digunakan yaitu
terintegrasi dan berkorelasi dengan tujuan agar terwujudnya tata kelola
maritim yang lebih baik untuk kedepannya. Hasil kajian kedua strategi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terintegrasi
Dalam menerapkan kebijakan hal utama yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana kebijakan yang diambil dapat membawa kebaikan bagi
suatu daerah dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan
42
melakukan strategi yang tepat maka kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Strategi sangat dibutuhkan untuk menciptakan
perkembangan, demikian pula di Kota Makassar untuk menciptakan tata
kelola maritim yang baik. Yang paling utama dalam pelaksanaan strategi
adalah dengan mengetahui sumber daya manusianya, manusia didalamnya
haruslah memiliki integritas, sebab jika dalam suatu ruang lingkup dapat
terintegrasi maka akan melahirkan suatu potensi atau kemampuan yang
memunculkan nilai-nilai kejujuran dan kewibawaan. Integrasi sendiri
merupakan suatu mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan satu kesatuan
yang utuh.
Seperti yang dikatakan oleh Analisis Kawasan Konservasi Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dalam wawancaranya
terkait dengan integrasi dalam pengembangan tata kelola maritim adalah
sebagai berikut:
“Tata kelola maritim yang baik adalah adanya tata pemerintahan di
bidang kelautan di tingkat daerah maupun pusat yang efisien dan
terintegrasi. Tata kelola maritim yang terintegrasi merupakan suatu
sistem tata kelola dimana bergabungnya seluruh lembaga atau
instansi yang memiliki kepentingan atas kelautan dan dibawah satu
garis koordinasi. Dalam menerapkan strategi kebijakan seperti
kebijakan penataan kelembagaan dan hukum agar terintegrasi adalah
setiap saat melakukan upaya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi
yang menyeluruh, dengan tujuan dapat menghasilkan kesepahaman
dan kesepakatan bersama diantara semua pihak.” (wawancara
dengan I tanggal 7 Mei 2021).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Yayasan
Konservasi Laut Indonesia terkait integrasi dalam tata kelola maritim adalah
sebagai berikut:
43
“Strategi dalam pembuatan kebijakan akan terintegrasi dengan cara
bertemu dan duduk langsung melakukan rembuk bersama kemudian
membagi tugas antara semua stakeholder. Dalam mengambil
keputusan perlu disetuji oleh semua pihak dan tugas-tugas yang
diberikan perlu dijalankan dengan baik agar mencapai integritas
dalam pengelolaan maritim. ” (wawancara dengan ND tanggal 14
April 2021)
Dari hasil dua wawancara diatas dapat dikatakan bahwa memang
dengan membangun relasi dengan semua pihak dan melakukan diskusi
sehingga setiap orang mempunyai tugasnya masing-masing dalam
pengambilan kebijakan, untuk itu tidak akan terjadi kesalahpahaman sehingga
tercipta kesatuan. Dapat dikatakan bahwa dengan melakukan kerjasama
dengan semua pihak maka akan memunculkan sifat kesatuan sehingga dalam
melakukan pengelolaan untuk tujuan perkembangan akan sendirinya tercipta
tata kelola maritim yang terintegrasi.
Kebijakan mengenai terwujudnya penataan kelembagaan dan hukum
melalui strategi kebijakan dalam mewujudkan penataan ruang yang
terintegrasi antar wilayah, sektor maupun pemangku kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d angka 3 terdiri atas:
peningkatan optimalisasi peran dan fungsi pemerintah daerah dan lembaga
terkait dalam pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan dan peningkatan
penerapan rencana Tata Ruang Wilayah Kota Provinsi dan/atau RTRW
Kabupaten/Kota dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
sebagai basis perizinan.
Dalam mengelola maritim, kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan
penting untuk diwujudkan dengan melakukan hal-hal yang bisa memberi
44
kemudahan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Analisis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan terkait integrasi dalam mengelola
maritim adalah sebagai berikut:
“Dalam kebijakan mewujudkan peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil melalui
kemudahan dalam mengakses lembaga perbankan dan informasi
pasar terdiri atas peningkatan inventarisasi dan pengelompokan jenis
usaha peningkatan penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap modal usaha dan
peningkatan penguatan permodalan dan manajerial UKM Non BPR
serta koperasi merupakan salah satu bentuk intergritas.” (Wawancara
dengan AD tanggal 7 Mei 2021)
Terwujudnya kebijakan pembangunan sosial ekonomi dengan strategi
kebijakan dalam mewujudkan pengembangan mata pencaharian alternatif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b angka 4 terdiri atas:
peningkatan pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat dan pulau-pulau kecil
dan peningkatan penciptaan mata pencaharian alternatif. Dengan
meningkatkan ekonomi melalui modal usaha yang diberikan maka akan
membantu perekonomian masyarakat yang ada pesisir dan pulau-pulau kecil
di kota Makassar. Selain memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka juga dapat
mengembangkan potensi yang dapat mengembangkan sumber daya manusia.
Integritas pemerintah akan terbentuk dengan masyarakat yang akan
membantu pengembangan tata kelola maritim itu sendiri.
Adapun hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Lembaga Maritim
Nusantara terkait integrasi dalam mengelola maritim adalah sebagai berikut:
“Dengan memberbanyak data base. Jika data base sudah final maka
dengan sendirinya pengelolaan maritim yang terintegrasi bisa
45
diimplementasikan karena jika melakukan pendataan (baseline data)
terkait sosial ekonomi masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui
berapa jumlah nelayan, alat tangkap apa yang digunakan, hingga
bagaimana pengasilan yang didapatkan. Dari situlah bisa dibuatkan
strateginya, kira-kira langkah apa selanjutnya yang dilakukan agar
kemajuan nelayan bisa tercapai. Integritas pemerintah yang kuat
juga menjadi pemicu untuk perkembangan maritim di Makassar.”
(wawancara dengan MS tanggal 27 April 2021)
Dapat dikatakan bahwa terwujudnya kebijakan pemberdayaan
masyarakat dengan strategi pengelolaan dalam kebijakan mewujudkan
peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil secara optimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf c angka 1 terdiri atas: peningkatan pengembangan pola kemitraan antar
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dalam mengembangkan program, peningkatan pemberian wewenang
yang lebih luas bagi lembaga lokal untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
dan peningkatan kearifan lokal sebagai pedoman pemanfaatan sumber daya
pesisir dan penguatan kelembagaan lokal dalam pengelolaan pesisir. dengan
adanya partisipasi dan melibatkan masyarakat juga membutuhkan kekuatan
dan ketegasan pemerintah untuk kebijakan maritim. Salah satunya dengan
memperhatikan data base masyarakat pesisir. Tanpa adanya kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka semua yang dilakukan oleh
pemerintah tidak akan menimbulkan feedback sendiri bagi masyarakatnya.
Seperti hasil wawancara penulis dengan masyarakat yang merasakan
dampak dari pengelolan kelautan selama ini terkait itegrasi dalam tata kelola
maritime adalah sebagai berikut:
46
“Kegiatan saya sehari-hari adalah melaut. Dari sinilah saya
mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
dengan begitu pengelolaan laut diperlukan adanya perhatian agar
terkelola dengan baik untuk kelangsungan hidup para nelayan.
Karena menurut pandangan saya sebagai seorang nelayan strategi
pemerintah mengenai pengelolaan laut belum sepenuhnya
terinegrasikan dengan baik. Masih banyak pengelolaan laut yang
belum diperhatikan seperti banyaknya sampah dan pencurian ikan.
(wawancara dengan L tanggal 3 Mei 2021)
Kebijakan perlindungan lingkungan dalam strategi pengelolaan dalam
kebijakan mewujudkan pengendalian laju kerusakan ekosistem di bawah
tingkat kemampuan pemulihannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
huruf a angka 1 terdiri atas: peningkatan pelestarian dan penanganan dampak
lingkungan dan peningkatan konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove dan
lahan kritis. menunjukkan bahwa kurangnya perhatian pemerintah dan
masyarakat setempat mengenai kebersihan lingkungan laut. Seharusnya
masalah seperti itu tidak sepelehkan karena dapat menyebabkan bencana
akibat banyaknya limbah pabrik atau sampah-sampah disekitaran laut.
Dibutuhkan kesadaran masyarakat yang tentunya harus didukung oleh
pemerintah, misalnya melalui sosialisasi. Begitu juga dengan keamanan laut
yang perlu diperketat demi kelangsungan hidup para nelayan. Dari hasil
observasi yang saya lihat juga demikian masih banyak sampah yang
berserakah dipinggir laut tepatnya di pelabuhan Paotere kota Makassar yang
merusak keindahan dan ekosistem lingkungan laut.
Dari hasil penelitian dengan lima informan diatas dimana terdiri dari
pemerintah terkait, LSM/NGO yang terkait dan masyarakat pesisir, maka
dapat dikatakan bahwa staregi pemerintah terhadap kebijakan tata kelola
47
maritim di kota Makassar terkait kebijakan perlindungan lingkungan,
pembangunan sosial ekonomi, pemberdayaan masyarakat, penataan
kelembagaan dan hukum memerlukan peningkatan dari berbagai aspek
melalui strategi yang terintegrasi.
2. Berkorelasi
Berkorelasi merupakan tipe dari strategi yang perlu diterapkan dalam
melakukan strategi kerena berkorelasi adalah hubungan timbal balik yang
saling terikat. Dimana antara individu satu dengan individu lainnya yang
saling mepengaruhi dan berdasar pada kesadaran untuk saling membantu
sehingga menimbulkan feedback. Dengan berkorelasi akan memunculkan
sifat sosial yang tinggi dimana dalam lingkungan masyarakat sangat
dibutuhkan kesadaran sosial. Demikianlah akan muncul sifat sadar akan
pentingnya menjaga lingkungan baik di darat maupun di laut. Sumber daya
alam di wilayah pesisir yang pengelolaannya ditingkatkan melalui adanya
korelasi. Hal tersebut dapat menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan
pemanfaatan sumber daya alam laut, sehingga semua dapat merasakan
dampak positif dari adanya sumber daya alam baik yang ada di pulau-pulau
besar maupun yang ada di pulau-pulau kecil.
Seperti yang dikatakan oleh Analisis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan terkait bagaimana
korelasi dalam tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Tata kelola maritim yang berkorelasi adalah tata kelola yang
menjamin keberlangsungan sumberdaya alam yang ada dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan sumberdaya alam di
48
wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. (wawancara dengan AD
tanggal 7 Mei 2021)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sekretaris Lembaga Maritim
Nusantara yang membahas terkait korelasi dalam pengembangan tata kelola
maritim adalah sebagai berikut:
“Kebijakan perlu diperkuat agar keterikatan antara masyarakat dan
sumber daya alam tidak bersifat ekspolitatif (serakah) terhadap
lingkungan pesisir. Mengenai strategi kebijakannya dengan
memperkuat institusi lokalnya. (wawancara dengan MS tanggal 27
April)
Terwujudnya kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui strategi
pengelolaan dalam kebijakan mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-
pulau kecil yang tanggap terhadap bencana sebagimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf c angka 2 terdiri atas: peningkatan pembangunan sarana dan
prasarana mitigasi bencana sesuai dengan kebutuhan wilayah dan
kemampuan lokal dan peningkatan pelatihan mitigasi bencana, resiko
bencana dan ketahanan terhadap bencana kepada masyarakat dengan
memanfaatkan sistem mitigasi yang telah dibangun.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil membutuhkan korelasi antar lembaga hukum
dalam perkembangan tata kelola maritim, dengan adalah adanya korelasi,
keterikatan, hubungan, atau kaitan antara masyarakat dengan sumber daya
alam maka dengan begitu pemerintah dan masyarakat akan merasa memiliki
tanggung jawab dalam memanfaatkan ekosistem laut dengan semestinya dan
sumber daya laut tidak akan disalahgunakan dan terbuang begitu saja.
Begitupun korelasi antara pemerintah dengan kebijakan perlu adanya
49
kekuatan untuk tetap membudidayakan sumber daya alam lokalnya tanpa
membiarkan sumber daya alam tersebut dikelola dan dikuasai oleh orang
asin. Dengan ada yang menjadi pemimpin yang dapat menangani
permasalahan yang ada.
Seperti yang dikatakan Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Laut
Indonesia terkait korelasi dalam mengelola maritime adalah sebagai berikut:
“Lebih kepada ada yang menjadi leader. Bagusnya sekarang sudah
ada kementrian koordinator maritim yang menjadi leader. Dari situ
mereka bisa melakukan desiminasi, aturan yang mengumpulkan
semua kebijakan untuk pembangunan sosial ekonomi.” (wawancara
dengan ND tanggal 14 April 2021)
Maksud dari hasil wawancara diatas adalah terwujudnya kebijakan
pembangunan sosial ekonomi melalui strategi pengelolaan dalam kebijakan
meweujudkan peningkatan kualitas dan kesehatan sumber daya manusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b angka 1 terdiri atas:
peningkatan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan
pengelolaan dan peningkatan pengembangan sarana dan prasarana kesehatan
serta peningkatan program penyuluhan kesehatan masyarakat dan sanitasi
lingkungan. dengan adanya struktur pemerintahan untuk bidang maritim
adanya pemimpin yang menjadi penentu kebijakan. Sisa mereka yang
memanfaatkan jabatan sebagai kementrian koordinator maritim untuk
menciptakan poros matitim di Kota Makassar. Jangan sampai jabatan tersebut
disalahgunakan oleh oknum-oknum yang hanya ingin memperoleh kekuasaan
tanpa melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai pemimpin. Dengan
demikian kebijakan dalam meningkatkan ekonomi bisa ditingkatkan.
50
Adapun hasil wawancara dengan masyarakat nelayan terkait
pengelolaan maritim adalah sebagai berikut:
“Jika dikatakan sudah saling terkait, maka pengelolaan laut tidak
akan terjadi pencemaran lingkungan dan penangkapan ikan yang
melanggar hukum karena tidak adanya kerjasama semua pihak.”
(wawancara dengan L tanggal 3 Mei 2021)
Hasil wawancara dengan nelayan menjelaskan bahwa tidak terjalinya
koordinasi entah itu dalam hal komunikasi, perencanaan, pelaksanaan maka
tidak akan ada hubungan yang timbul, tidak aka ada kesatuan yang membuat
semua pihak merasa memiliki tugas sebagai manusia yang tinggal dibumi ini
yang ditelah diberikan sumber daya alam. Hal tersebut yang menyebabkan
banyaknya negara asing yang masuk untuk melakukan penangkapan ikan
secara ilegal dan tidak peduli dengan hasil laut yang semestinya dijaga.
Sehingga diharapkan agra terwujudnya kebijakan perlindungan lingkungan.
Menciptakan feedback atau dengan adanya korelasi antara instansi
satu dengan yang lain merupakan strategi agar kota Makassar menjadi poros
maritim. Seperti yang dikatakan oleh Analisis Kawasan Konservasi Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan terkait korelasi dalam tata
kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Dalam upaya menciptakan poros maritim antara lain senantiasa
melakukan koordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait
dengan pemanfaatan ruang di wilayah laut sebagai upaya
memaksimalkan setiap kegiatan pemanfaatan ruang laut untuk
meniadakan/menekan tumpang tindih kebijakan yang ada.”
(Wawancara dengan I tanggal 7 Mei 2021)
Kebijakan perlindungan lingkungan tentang strategi pengolaan dalam
kebijakan mewujudkan pemeliharaan dan pengembangan konservasi
51
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf a angka 4 terdiri atas:
peningkatan konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan ekosistem
melalui pengelolaan kawasan konservasi dan peningkatan dan pengembangan
perlindungan biota laut angka. masih mengalami dinamika yang perlu
diselesaikan dengan cara memanfaatkan sumber daya alam terutama
ekosistem laut untuk memanfaatkan potensi maritim di kota Makassar dengan
cara melibatkan semua pihak terkait. Dari kelima hasil wawancara peneliti
dengan informan terkait strategi kebijakan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim di kota makasssar maka dapat dikatakan
bahwa sama halnya dengan prinsip tata kelola maritim yang baik mengenai
terintegrasi, berkorelasi juga belum sepenuhnya diterapkan dalam melakukan
strategi untuk memutuskan suatu kebijakan dalam pengelolaan yang berkaitan
dengan maritim. Kebijakannya masih lemah karena masih ada kebijakan yang
belum terimplementasikan dengan baik dan ada kebijakan yang tidak sesuai
dengan konteks. Terbukti dari hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif
Yayasan Konservasi Laut Indonesia yang mengatakan bahwa:
“Kebijakan Maritim di Kota Makassar untuk pemerintah kota dalam
hal kelautan kewenangannya di laut mulai menurun semenjak
adanya UU No 23 (Undang-undang Pemerintah Daerah) yang
dimana kewenangan pengelolaan ruang dan laut sudah menjadi hak
Pemerintah Provinsi sehingga kurangnya hak untuk Pemerintah Kota
dalam hal tersebut, dia lebih kepada masayarakatnya.” (Wawancara
dengan ND tanggal 14 April 2021)
Penerapan strategi kebijakan penataan kelembagaan dan penegakan
hukum melalui strategi pengelolaan dalam kebijakan mewujudkan
peningkatan penataan dan penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam
52
Pasal 7 huruf d angka 2 terdiri atas: penigkatan penegakan hukum dan norma
sosial, peningkatan pelibatan masyarakat dalam proses pembentukan produk
hukum, peningkatan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat dan
peningkatan pemeliharaan ketertiban dan keamanan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil terhadap kebijakan kelautan menjadi hal penting
untuk diperhatikan. Strategi terintegrasi dan berkorelasi teradap peningkatan
penegakan hukum dan norma sosial, peningkatan pelibatan masyarakat dalam
proses pembuatan produk hukum, peningkatan penguatan kapasitas
kelembagaan masyarakat dan peningkatan pemeliharaan ketertiban dan
keamanan demi terwujudnya kebijakan perlindungan lingkungan,
pembangunan sosial ekonomi, pemberdayaan masyarakat, penataan
kelembagaan dan hukum karena belum terjadi peningkatan pengawasan
terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Kebijakan Pemerintah
Terhadap Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar
Faktor adalah hal atau keadaan yang mempengaruhi terjadinya
sesuatu. Dalam kesuksesan atau kegagalan sebuah rencana atau kejadian
disebabkan karena adanya faktor yang memberikan pengaruh, baik itu
pengaruh yang baik yang akan menimbulkan pengaruh positif untuk
mendukung kesuksesan sebuah rencana. Maupun pengaruh yang kurang baik
yang akan menimbulkan pengaruh negatif yang akan menghambat sebuah
53
kesuksesan suatu rencana. Begitupun dalam menyusun strategi kebijakan,
dibutuhkan suatau faktor ndukung keberhasilan pemerintah dalam membuat
suatu kebijakan dalam mengelola pemerintahan. Disamping adanya faktor
pendukung ada juga faktor yang bisa penghambat strategi kebijakan
pemerintah dalam mengelola perkembangan maritim di kota Makassar.
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan semua hal yang bersifat mendorong,
melancarkan, membantu dan mempercepat terjadinya sesuatu. Dalam
membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan maritim segala hal
yang dapat mendorong keberhasilan pemerintah dalam menyusun strategi
menjadi penting untuk dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Analisis Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan
terkait faktor pendukung strategi kebijakan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Faktor pendukung keberhasilan strategi pemerintah dalam
mengembangkan tata kelola maritim adalah dilihat dari potensi
maritim yang besar dan komitmen bersama para pengambil
keputusan di tingkat pusat hingga daerah.” (wawancara dengan I
tanggal 7 Mei 2021)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa pemerintah
kota Makassar dapat melakukan perkembangan terhadap pengelolaan maritim
karena Makassar sendiri memiliki potensi untuk menjadi poros maritim
dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki. Tinggal bagaimana sumber daya
manusianya yang dapat melakukan pengelolaan terhadap hal-hal terkait
54
maritim. Konsistensi para pemerintah baik dari pusat maupun daerah sangat
berguna untuk melihat dan melakukan tindak lanjut terhadap potensi tersebut.
Hasil wawancara yang sama dengan Sekretaris Lembaga Maritim
Nusantara mengenai komitmen pemerintah yang menjadi salah satu faktor
pendukung strategi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan tata kelola
maritim adalah sebagai berikut:
“Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam mengelola
maritim ialah dengan adanya data base yang jelas, integritas
pemerintah yang kuat, komitmen pemerintah dan kualitas
pendidikan.” (wawancara dengan MS tanggal 27 April)
Melakukan pendataan, memperbaharui data-data masyarakat pesisir
merupakan hal penting untuk mengetahui jumlah nelayan, penjual hasil laut,
mengetahui apa saja yang mereka butuhkan sangatlah berguna untuk
keberlangsungan hidup masyarakat pesisir. Disinilah komitmen dan integritas
pemerintah sangat penting untuk memperhatikan kehidupan masyarakatnya,
tidak hanya masyarakat yang tinggal di kota-kota besar akan tetapi
masyarakat yang hidup di wilayah pesisir juga sangatlah membutuhkan
perhatian lebih dari pemerintah.
Misalnya dengan meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak
pesisir yang seharusnya diusia mereka yang sangat membutuhkan ilmu
pengetahuan malah banyak yang harus bekerja ikut dengan orang tua mereka,
seperti anak lebih tertarik untuk menangkap ikan tanpa memperdulikan
pendidikan karena disebabkan kurangnya sosialisasi tentang pentingnya
pendidikan dan biaya untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
55
Padahal dari situlah mereka dapat mengembangkan potensi untuk
peningkatan sumber daya manusia yang lebih bermanfaat.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Direktur Eksekutif
Yayasan Konservasi Laut Indonesia terkait faktor pendukung strategi
kebijakan pemerintah terhadap pengembangan tata kelola maritim adalah
sebagai berikut:
“Adapun faktor pendukung strategi kebijakan kelautan adalah
adanya kebijakan berjalan dengan baik, adanya kerjasama lintas
sektor, membuat rencana aksi dan melibatkan masyarakat.”
(wawancara dengan ND tanggal 14 April 2021)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa dengan
adanya rencana yang terstruktur oleh kerjasama antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, kerjasama antara pemerintah dengan lembaga
terkait, begitupun kerjasama dengan masyarakat. Intinya semua stakeholder
perlu terlibat dengan begitu kebijakan akan berjalan dengan efektif sebagai
faktor keberhasilan pemerintah dalam mengelola kemaritiman.
Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Direktur Eksekutif Yayasan
Konservasi Laut Indonesia, Analisis Kawasan Konservasi Dinas Kelautan
dan Perikanan terkait faktor pendukung strategi kebijakan pemerintah
terhadap pengembangan tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Pembagian peran dalam pengelolaan yang melibatkan segenap
pelaku pembangunan kemaritiman baik pemerintah, swasta,
akademisi, masyarakat sipil menjadi faktor pendukung keberhasilan
pemerintah dalam mengelola maritim di kota Makassar.”
(Wawancara dengan I tanggal 7 Mei 2021)
56
Adapun hasil wawancara dengan masyarakat nelayan terkait faktor
pendukung strategi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan tata kelola
maritim adalah sebagai berikut:
“Masyarakat sendiri memiliki peran penting utuk menjaga
kebersihan lingkungan dan juga perhatian pemerintah menjadi
penyebab berkembangnya pengelolaan laut.” (wawancara dengan L
tanggal 3 Mei 2021)
Masyarakat nelayan mengatakan bahwa yang menjadi faktor
pendukung keberhasilan pemerintah terhadap tata kelola maritim yang baik
adanya peran pemerintah sebagai pemimpin dalam lingkungan
masyarakatnya auntuk mengayomi masyarakat untuk membantu keberhasilan
pemerintah kota Makassar, misalnya melalui sosialisasi mengenai kebersihan
lingkungan laut untuk kesejahteraan masyarakat sendiri dan kinerja
pemerintah yang lebih baik akan juga bermanfaat untuk kedepannya sebagai
pemegang kekuasaan.
Kelima informan diatas memberikan informasi mengenai apa yang
menjadi faktor pendukung strategi kebijakan pemerintah kota terhadap
pengembangan tata kelola maritim di kota Makassar adalah komitmen
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kerjasama antar
semua pihak, potensi maritim yang besar, database yang jelas, kualitas
pendidikan, membuat rencana aksi, partisipasi masyarakat.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat merupakan hal yang bersifat menghambat,
menunda bahkan dapat mengagalkan jalannya suatau kegiatan. Hal demikian
57
menjadikan kinerja atau apa yang telah diupayakan oleh seseorang yang ingin
mencapai suatu tujuan menjadi terhalang.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Analisis Kawasan
Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan terkait
faktor penghambat strategi kebijkan pemerintah terhadap pengembangan tata
kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Masih adanya penafsiran yang belum seragam terkait bagaimana
peran pusat dan daerah dalam membangun aspek maritim dan masih
adanya konflik antar sektor terkait pemanfaatan ruang maritim dan
laut masih banyak ditemukan di berbagai tempat.” (wawancara
dengan I tanggal 7 Mei 2021)
Kejelasan bagaimana peran pemerintah pusat dan daerah menjadi hal
utama sebagai faktor yang dapat membangun aspek maritim. Tetapi sekarang
hal tersebut belum ditemukan, terbukti dari hasil wawancara dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan yang mengatakan bahwa
belum ada riset yang menafsirkan hal yang sama tentang bagaimana peran
pemerintah pusat maupun peran pemerintah kota Makassar untuk
membangun poros maritim. Banyaknya permasalahan yang terjadi antara
sesama pihak yang mengelola maritim juga menghambat perkembangan
maritim, mereka tidak melakukan pemanfaatan tata kelola ruang laut dengan
semestinya. Hal demikian terjadi diberbagai daerah terutama di Kota
Makassar.
Begitu juga dengan hasil wawancara peneliti dengan Direktur
Eksekutif Yayasan Konservasi Laut Indonesia, mengatakan bahwa kerjasama
58
yang baik antar lintas sektor akan menjauhkan konflik yang dapat
menghambat pengelolaan maritim, berikut yang dikatakan:
“Strategi kebijakan akan terhambat apabila tidak memiliki kerjasama
yang baik antar lintas sektor dan tidak adanya keterlibatan
masyarakat akan menyebabkan kebijakan tidak berjalan dengan
baik, begitupun dengan tidak adanya rencana aksi yang disusun dari
awal.” (wawancara dengan ND tanggal 14 April 2021)
Hasil wawancara yang sama juga dikatakan oleh Analisis Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan
terkait faktor penghambat strategi kebijkan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Tidak adanya pembuatan kerangka rencana aksi yang sinergis satu
sama lain serta tidak ada keterlibatan segenap pihak secara
horizontal maupun vertikal menjadi pengambat srategi kebijakan
pemerintah dalam mengelola pemerintahan apalagi dalam mengelola
hal terkait maritim” (Wawancara dengan AD tanggal 7 Mei 2021)
Kerjasama merupakan kunci untuk mengkordinator lembaga-lembaga
hingga masyarakat. Sehingga dengan adanya kerjasama antar lembaga akan
memberikan perlindungan terhadap lingkungan maritime baik di kawasan
konservasi perairan maupun wisata bahari. Dengan adanya koordinasi semua
pihak mulai dari kementrian, TNI, LSM/NGO, hingga keterlibatan
masyarakat maka akan mempermudah untuk menyelesaikan permasalahan.
Mereka bisa kompak untuk menyusun rencana agar kebijakan bisa berjalan
baik.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Lembaga
Maritim Nusantara terkait faktor penghambat strategi kebijkan pemerintah
terhadap pengembangan tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
59
“Kurangnya potensi lingkungan seperti sumber daya manusia yang
tidak dikembangkan dan tidak adanya daya dukung, kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya
laut serta kurangnya dana menjadi faktor penghambat keberhasilan
pemerintah terhadap perkembangan tata kelola maritim di Kota
Makassar.” (wawancara dengan MS tanggal 27 April)
Sebelum melakukan pengelolaan alangkah baiknya jika mengetahui
terlebih dahulu bagaimana sebenarnya pengelolaan yang akan mendatangkan
manfaat. Dengan melihat terlebih dahulu bagaimana kemampuan manusia
unuk mengelola sumber daya alam. Adanya potensi maritim di Kota
Makasssar tidak hanya dilihat dari banyaknya sumber daya alam akan tetapi
yang paling utama adalah siapa yang akan mengelola sumber daya laut,
bagaimana cara mereka melakukan pengelolaan, apakah mereka memiliki
kemampuan untuk hal tersebut, akankah sumber daya laut tidak akan sia-sia.
Intinya adalah potensi sumber daya manusia yang menjadi kunci keberhasilan
pengembangan potensi lingkungan.
Jika kurangnya kemampuan manusia dibidang maritim maka
setidaknya mereka melakukan usaha untuk memunculkan potensi tersebut
karena salah satu tugas manusia adalah menjaga sumber daya alam baik yang
telah tersedia di darat maupun yang tersedia di laut. Lain halnya dengan
seseorang yang telah memiliki potensi dibidang maritim mereka telah
memiliki dasar dan ilmu untuk mengaplikasikannya ke lapangan, sisa
bagaimaa mereka mengembangkan potensi tersebut. Dengan melakukan
pemberdayaan masyarakat pesisir sebagai upaya untuk memandirikan
masyarakat menjadi cara untuk memuncukan potensi mereka. Dengan adanya
potensi sumber daya manusia dan sumber daya laut di Kota Makassar maka
60
akan lebih mudah untuk mendapatkan dana untuk pengelolaan. Tanpa adanya
partisipasi pemerintah pengelolaan tidak akan berkembang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat nelayan
terkait faktor penghambat strategi kebijkan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim adalah sebagai berikut:
“Langkah yang salah oleh pemerintah akan menghambat
kesejahteraan masyarakat di lingkungan pesisir dan pulau-pulau
kecil, serta kebutuhan masyarakat sendiri tidak dapat terpenuhi
dengan baik. ” (wawancara dengan L tanggal 3 Mei 2021)
Kebijakan yang tidak sesuai dengan tata kelola maritim akan
menyebabkan strategi pemerintah tidak berhasil dan tidak terjadi
perkembangan, sehingga tidak adanya tidak lanjut yang menyebabkan
lingkungan dan masyarakat pesisir tidak mendapatkan hak mereka sebagai
warga negara yang wajib memperoleh kesejahteraan. Kondisi masyarakat
pesisir terutama nelayan sekarang ini membutuhkan perhatian dari
pemerintah setempat agar mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka
ditengah pandemi yang terjadi sekarang.
Hasil wawancara dari kelima informan diatas mengenai faktor apa
yang menjadi penghambat stretegi pemerintah terhadap pengembangan tata
kelola maritim di kota Makassar adalah tidak ada kerjasama antar pemerintah,
konflik antar sektor mengenai pemanfaatan laut, rencana aksi yang tidak
tersusun, kurangnya potensi sumber daya manusia, masyarakat tidak terlibat,
kurangnya dana untuk pengelolaan, tidak tepat dalam menyusun strategi.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Kebijakan Pemerintah
Terhadap Pengembangan Tata Kelola Maritim di Kota Makassar, maka
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan Tata Kelola
Maritim di Kota Makassar melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019-2039 meliputi
kebijakan perlindungan lingkungan, kebijakan pembangunan sosial ekonomi,
kebijakan pemberdayaan masyarakat, kebijakan penataan kelembagaan dan
penegakan hukum yang masih membutuhkan peningkatan kelestarian dan
pengurangan kerusakan lingkungan, pengembangan mata pencaharian dan
pendapatan masyarakat, peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya, peningkatan penataan dan penegakan hukum melalui strategi
yang terintegrasi dan strategi berkorelasi. Dimana dalam mengelola maritim
pemerintah belum sepenuhnya menerapkan prinsip yag menjadi pedoman
pada penataan lingkungan laut dan pulau-pulau kecil yaitu terintegrasi. Serta,
belum kuatnya interaksi antar pemerintah sehingga tidak menimbulkan
kepercayan bagi pihak terkait dalam membuat kebijakan, dengan kata lain
belum berkorelasi.
62
Faktor pendukung strategi kebijakan pemerintah terhadap
pengembangan tata kelola maritim di Kota Makassar adalah komitmen
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kerjasama antar
semua pihak, potensi maritim yang besar, database yang jelas, kualitas
pendidikan, membuat rencana aksi, partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor
penghambat strategi kebijakan pemerintah terhadap pengembangan tata
kelola maritim di Kota Makassar adalah tidak ada kerjasama antar
pemerintah, konflik antar sektor mengenai pemanfaatan laut, rencana aksi
yang tidak tersusun, kurangnya potensi sumber daya manusia, masyarakat
tidak terlibat, kurangnya dana untuk pengelolaan, tidak tepat dalam
menyusun strategi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan mengenai strategi pemerintah kota
terhadap pengembangan tata kelola maritim di Makassar:
1. Diharapkan Pemerintah Kota Makassar bisa mengambil langkah-langkah
yang tepat agar pengelolaan maritim bisa berkembang.
2. Semoga kedepannya pemerintah bisa mengimplementasikan kebijakan
demi terwujudnya tata kelola maritim yang baik di Kota Makassar.
3. Sebaiknya Blue Economy bisa dikembangkan untuk pengelolaan sumber
daya alam yang berkelanjutan dan demi menjaga keamanan laut
63
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2018). Strategi Pemerintah Aceh dalam Menjadikan Aceh
Sebagai Pusat Posor Maritim di Wilayah Barat Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, 3(November), 5–6.
Akbar, M. F. (2019). Koherensi pengaturan Illegal, Unreported, and
Unregulated Fishing di Indonesia. 8, 245–264.
Amala, Z. A. dan R. (2016). Strategi Pemerintah Daerah Dalam
Meningkatkan. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan
Kinerja Pelayanan Publik Di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, XX(02), 262–277.
Andhika, L. R. (2017). Perbandingan Konsep Tata Kelola Pemerintah:
Sound Governance, Dynamic Governance, dan Open Government.
Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 8(2), 87–102.
https://doi.org/10.22212/jekp.v8i2.867
Anugrah, S. (2016). Pengertian Kebijakan. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Arti SW. (2018). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Bisnis. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Chandra, W. (2018). Lima Rekomendasi untuk Pembangunan Pesisir dan Laut
di RPJMD Sulsel : Mongabay.co.id.
https://www.mongabay.co.id/2018/12/11/lima-rekomendasi-untuk-
pembangunan-pesisir-dan-laut-di-rpjmd-sulsel/
Chusna, R. (2016). Strategi Peningkatan Mutu Layanan Perpustakaan
Lembaga Pendidikan Islam (Studi Multisitus Di MAN Tulungagung 1 dan
MAN 2 Tulungagung. 25.
Dhiyavani, S. I. (2017). Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah,
64
Pengelolan Keuangan Daerah, Sistem Pengendalian Internal, Dan
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap Penerapan Good
Governance. 2006, 1–13.
Fajar, J. (2018). Lima Rekomendasi untuk Pembangunan Pesisir dan Laut di
RPJMD Sulsel.
Fajar, J. (2020). Sampah Plastik Ancam Ekosistem Laut Makassar.
Fitriani, D., & Yuningsih, N. Y. (2016). Analisis Kebijakan Pemerintah
Tentang Pencegahan Dan Penanganan Korban Perdagangan
(Trafficking) Perempuan Dan Anak Di Kabupaten Cianjur. CosmoGov,
2(2), 330. https://doi.org/10.24198/cosmogov.v2i2.10007
Ginting, A. H. (2020). Tata Kelola Kebijakan Maritim di Indonesia dalam
Perspektif Sound Governance. TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen
Pemerintahan, 12(1), 36–50. https://doi.org/10.33701/jt.v12i1.822
Halidi, R. (2020). Kenali Sejarah Makassar, Poros Maritim Nusantara Dulu
dan Sekarang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Hanim, L., & Noorman, M. S. N. (2017). Kebijakan Kelautan Dalam Rangka
Menjaga Dan Mengelola Sumber Daya Alam Laut Sebagai Upaya
Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Jurnal Ilmiah
Hukum LEGALITY, 25(1), 1. https://doi.org/10.22219/jihl.v25i1.5985
Haras, Y. M. (2017). Peran TNI-AL dalam Mendukung Terwujudnya
Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia: Perspektif Manajemen
Pertahanan. Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan, 3(2), 1–14.
http://139.255.245.7/index.php/MP/article/view/144
Hardiana, I. (2017). Potensi Indonesia sebagai Negara Maritim.
http://www.perumperindo.co.id/publikasi/artikel/21-potensi-indonesia-
sebagai-negara-maritim
Hubertus, O. (2016). Penerapan Manajemen Strategi Dalam Mewujudkan
65
Kinerja Organisasi Sektor Publik. Societas: Ilmu Administrasi Dan
Sosial, 5(1), 1–11.
Krisdiana, R. (2019). Pusat Ekonomi Maritim Makassar dan Peranan Bank
Indonesia di Sulawesi Selatan.
Lekipiouw, S. H. (2012a). Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam
Pengelolaan Wilayah Laut - Fakultas Hukum Universitas Pattimura.
Lekipiouw, S. H. (2012b). Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam
Pengelolaan Wilayah Laut - Fakultas Hukum Universitas Pattimura.
https://fhukum.unpatti.ac.id/prinsip-prinsip-good-governance-dalam-
pengelolaan-wilayah-laut/
Meidina, E. (2018). Kajian Pustaka , Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. i, 16–
45.
Mu’minah M. (2017). Deskripsi Teori. 20(2), 140–142.
Namarin. (2017). Antara Poros Maritim Dunia dan Ocean Governance.
Nasta’in, M. N. (2018). Strategi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Di Mi Islamiyah Pinggirsari Kecamatan Ngantru
Kabupaten Tulungagung. 11–68. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/7926/5/BAB II.pdf
Nugraha, Q. (2019). Manajemen Strategis Pemerintahan - Universitas Terbuka
Repository. http://repository.ut.ac.id/id/eprint/4213
Nurjanah, A. N. (2018). Manajemen Strategi dan Analisis Strategi
Perusahaan. Econosy, 1.
Pricahyadi, M., & Ramadani, T. (2019). Strategi Komunikasi Kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Pada Peraturan Gubernur Nomor
110 Tahun 2018. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu
Dan Praktek Administrasi, 16(1), 112–126.
https://doi.org/10.31113/jia.v16i1.222
Rauf, R. (2017). Perubahan Kedudukan Kelurahan Dari Perangkat Daerah
66
Menjadi Perangkat Kecamatan. WEDANA Jurnal Pemerintahan, Politik
Dan Birokrasi, III(April), 221–232.
Rusdiadi A. (2017). Pengertian Kebijakan. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sauran, A. (2018). Formulasi Strategi dan Evaluasi strategi.
Shaifudin A. (2017). Manajemen Strategi Konsep. 14–43.
Siregar, R. A. (2016). pengertian strategi. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tsauro, M. A. (2017). Arti Deklarasi Djuanda dan Konferensi Laut PBB bagi
Indonesia. Gema Keadilan Edisi Jurnal, 186–194.
Ulisah. (2016). Pengaruh Tata Kelola Pemerintahan yang Baik(Good
Governance) Terhadap Resistensi Sosial Perubahan Pembangunan oleh
Masyarakat. Gema Keadilan.
https://media.neliti.com/media/publications/285926-pengaruh-tata-
kelola-pemerintahan-yang-b-08ea934d.pd
67
L
A
M
P
I
R
A
N
68
Gambar Pelabuhan Paotere Makassar
Gambar Wawancara dengan Analisis Pulau Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan
69
Gambar Wawancara dengan Analisis Kawasan Konservasi Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan
70
Gambar Wawancara dengan Sekretaris Lembaga Maritim Nusantara
71
Gambar Wawancara dengan Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Laut
Indonesia
72
Gambar Wawancara dengan masyarakat nelayan
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sri Wahyuni, lahir di Malino Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa, tanggal 7 Juni
1999. Penulis pmerupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dari Bapak Patahuddin dan Ibu Dombong.
Menempuh pendidikan di SDN Lombasang pada
tahun 2005 dan tamat tahun 2011, pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di MTS Bukit
Hidayah Malino dan tamat tahun 2014, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan
ke MA Tarbiyah Takalar tahun dan tamat pada tahun 2017. Kemudian pada tahun
2017 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan
tamat pada tahun 2021.
Selain kuliah, penulis juga pernah mengikuti organisasi seperti
Perhimpunan Mahasiswa Sulawesi Selatan sebagai divisi Pemberdayaan
Perempuan. Penulis telah menyelesaikan pekerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga
dapat memberikan konstribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
selesainya skripsi yang berjudul “Strategi Kebijakan Pemerintah Terhadap
pengembangan Tata Kelola Maritim Di Kota Makassar.”