strategi komunikasi pemerintah daerah kabupaten …

15
1 STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POSO DALAM AKSI PENOLAKAN PEMBONGKARAN JEMBATAN PAMONA DI TENTENA Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana, Ilmu Komunikasi Oleh: Grivin Cahya Karlingsi Srisanto 602013011 PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

1

STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POSO DALAM

AKSI PENOLAKAN PEMBONGKARAN JEMBATAN PAMONA DI TENTENA

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana, Ilmu Komunikasi

Oleh:

Grivin Cahya Karlingsi Srisanto

602013011

PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

2

Page 3: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

3

Page 4: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

4

Page 5: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

5

Page 6: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

6

Page 7: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

7

PENDAHULUAN

Jembatan Pamona merupakan jembatan yang terbuat dari kayu hitam dan besi. Jembatan

Pamona juga mengandung nilai sejarah tinggi serta menjadi salah satu ikon budaya bagi

masyarakat Poso karena merupakan hasil dari kerjasama masyarakat yang dibuat sekitar tahun

1930-an sebagai bentuk “Mesale” (gotong royong) masyarakat Poso.

Pada tahun 2017 Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten Poso telah menandatangani

kesepakatan dengan PT. Poso Energy, dimana perusahaan ini merupakan perusahaan Pembangkit

Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memanfaatkan arus sungai Poso. Proyek pembangunan lokasi

wisata air ini juga merupakan bagian dari program Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari

PT. Poso Energy. Kedua belah pihak telah bersepakat untuk membangun lokasi wisata taman air

yang meliputi kawasan sekitar mulut danau Poso, sampai ke kelurahan Tendeadongi sepanjang

hampir 2 (dua) kilometer. Sehingga dalam pelaksanaan proyek ini, akan dilakukan pengerukan

pinggir sungai sampai pada muara yang mana terdapat jembatan Pamona, yang mengharuskan

Pemda Kabupaten Poso memutuskan untuk membongkar Jembatan Pamona

(http://sulteng.antaranews.com/berita). Oleh karena tindakan Pemerintah tersebut maka

masyarakat kabupaten Poso menilai, pemerintah bertindak sendiri tanpa melakukan sosialisasi

yang merata atau meliputi seluruh lapisan masyarakat. Beberapa tokoh masyarakat menilai

program CSR yang akan dibuat oleh PT.Poso energy tidak relevan dengan keadaan masyarakat

yang ada disekitar Danau Poso.

Bahkan sejak rencana pembongkaran Jembatan terdengar, masyarakat dan budayawan

terus melakukan aksi penolakan. Baik melalui surat kabar, media sosial dan juga melakukan

demonstrasi di sekitar jembatan Pamona. Sampai pada proyek ini dimulai pada bulan Mei 2018,

masyarakat terus menggaungkan “SAVE YONDO PAMONA” yang berarti selamatkan Jembatan

Pamona sebagai aksi penolakan terhadap pembongkaran Jembatan Pamona. Aksi penolakan

yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Poso yang paling berdampak adalah aksi

demonstrasi yang langsung dilakukan di Jembatan Pamona karena aksi ini melibatkan hampir

ribuan masa, sehingga pemerintah bisa melihat antusias masyarakat Kabupaten Poso yang tidak

ingin Jembatan Pamona dibongkar. Olehnya dari aksi penolakan diatas maka dalam penelitian

ini, penulis ingin mengetahui bagaimana awal mula terbentuknya kebijakan pembongkaran

Jembatan Pamona oleh Pemerintah serta bagaimana strategi komunikasi Pemerintah Kabupaten

Poso menghadapi aksi penolakan pembongkaran jembatan Pamona di Tentena.

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin

Communicatio, yang bersumber dari kata communis communis yang berarti sama. Sama disini

maksudnya adalah sama makna (Uchjana Onong, 2009:9). Harold Laswell dalam karyanya, The

Structure and Function of Communication in Society, Laswell mengatakan bahwa cara yang baik

untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut ini : “Who Says What

In Which Channel To Whom With What Effect?”. Paradigma Laswell (Uchjana Onong, 2009:10)

diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan

yang diajukan itu yakni, komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media

(channel, media), komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient), dan efek

(effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah

Page 8: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

8

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

Strategi Komunikasi

Pada hakekatnya, strategi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi bukan hanya

berfungsi sebagai penunjuk jalan saja melainkan juga menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya. Sehingga strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi dan

manajemen komunikasi. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut keduanya harus

menunjukan operasional secara taktis dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan konsidi. Strategi komunikasi juga sebagai penentu

berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi,

baik secara makro (plammed multi-media strategi) maupun secara mikro (single communication

medium strategy) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2000 : 300) :

- Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif

secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

- Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan

dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak

nilai-nilai budaya.

Kebijakan Publik

Thomas Dye dalam buku Public Policy (Wayne Parson,2005:150) menyatakan kebijakan

publik adalah tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa pemerintah mengambil

tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut. Kebijakan adalah keputusan

pemerintahan yang dibuat oleh seorang yang memegang kekuasaan baik formal maupun

informal. Sedangkan Publik adalah masyarakat umum, rakyat, atau pemegang saham. Tujuan

kebijakan adalah untuk mengubah kondisi yang sudah ada kearah kondisi yang lebih baik.

Richard Titmus dalam tulisannya Social Policy and Introduction (1997) menyatakan bahwa

kebijakan adalah prinsip tindakan pemerintah menuju tujuan tertentu. Kebijakan publik adalah

serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan

kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakn tersebut diusulkan agar

berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud (Agustino, 2008 : 7).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif-kualitatif

memiliki ciri ialah menitikberatkan pada observasi dan suasana ilmiah (natural setting).

Peneliti datang langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat kategori

perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi (Elvinaro Ardianto,

2010:60).

Metode penelitian yang dilakukan adalah wawancara mendalam serta observasi. Data yang

didapatkan berupa data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

wawancara terhadap pihak internal Pemerintah Daerah Kabupaten Poso yang dalam hal ini

adalah Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Poso yaitu bapak Drs. Armol Songko.

Narasumber kedua ialah perwakilan masyarakat yang telah melakukan aksi protes, yaitu Bapak

Dimba Tumimomor selaku budayawan.

Page 9: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

9

Untuk data sekundernya penulis menggunakan data yang penulis dapatkan secara tidak

langsung yang dalam hal ini data-datanya bersumber dari jurnal dan buku yang menunjang

penelitian ini. Dalam hal ini, penulis akan mereduksi data dari beberapa narasumber yang

kemudian penulis kaitkan strategi yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Poso,

sehingga dapat terlihat dengan apakah strategi yang digunakan berimbas pada aksi protes itu

sendiri. Akhirnya akan didapatkan kesimpulan mengenai bagaimana strategi komunikasi yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Poso dalam menangani aksi penolakan

pembongkaran jembatan Pamona.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Poso

Kabupaten Poso termasuk wilayah yang mempunyai potensi pariwisata yang bagus

karena memiliki hampir seluruh elemen pendukung yaitu pegunungan, sungai, laut, danau, air

terjun serta kearifan lokal. Hal ini membuat pemerintah Kabupaten Poso ingin memaksimalkan

salah satu potensi diatas yaitu danau Poso yang ada di Tentena. Kebijakan tersebut juga mengacu

pada Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Poso Nomor 8 Tahun 2006 tentang daerah aliran

Sungai dan Danau.

Sementara di muara Danau Poso terdapat Jembatan Pamona sebagai penghubung antar

kecamatan yang ada di sekitar danau. Uniknya jembatan khusus pejalan kaki ini merupakan

jembatan tua yang dibangun sekitar tahun 1930-an dan terbuat dari kayu. Hal ini menjadi

primadona tersendiri bagi masyarakat yang datang berkunjung di kota tentena terlebih khusus

bagi turis mancanegara. Mereka bisa menikmati dinginnya angin danau poso dan indahnya

panorama danau dari jembatan yang dibangun hasil gotong royong masyarakat ini atau biasa

disebut dengan “Mesale”.

Oleh karena itu, pemerintah berinisiatif ingin menata kembali Jembatan Pamona

sehingga jembatan Pamona dapat digunakan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan karena

mengingat Jembatan Pamona merupakan bagian dari Danau Poso, sehingga penataan Jembatan

Pamona juga bagian dari penataan Danau Poso. Dimana yang sudah diatur dalam Perda nomor 8

pasal 8 ayat 2, yaitu pengelolaan daerah aliran sungai dan danau harus berorientasi pada

pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, seperti yang disampaikan oleh

Drs. Armol Songko seperti berikut:

“jembatan ini rencananya akan dibongkar dan akan dibangun kembali dengan catatan tidak

merubah nilai artistiknya sehingga maksudnya dibuat lebih bagus supaya arus lalu lintas

angkutan sungai itu bisa lebih lancar, bisa masuk dibawah jembatan itu nah kalo kondisi

sekarang kan tidak bisa terlalu masuk, terlalu rendah, kemudian kakinya terlalu rapat gitu

supaya motor-motor danau itu bisa lancar disitu, dan akan dibuat lebih cantik itu aaaa saya kira

itu alasan eeee utamanya adalah yang pertama ingin menata eeee kota wisata Tentena menjadi

lebih menarik ee untuk bisa dikunjungi oleh wisatawan baik mancanegara atau domestic”.

Dari wawancara tersebut didapatkan hasil bahwa Pemerintah Kabupaten Poso ini

sebenarnya ingin membantu meningkatkan perekonimian warga disekitar Danau Poso dengan

cara merevitalisasi Jembatan Pamona. Pemerintah ingin membangun kembali jembatan Pamona

dengan catatan tidak akan mengubah nilai artistik dari Jembatan itu sendiri. Pemerintah

berencana dan berupaya untuk membuat Jembatan Pamona lebih bagus dan bisa mengopimalkan

fungsinya. Olehnya dalam kesempatan ini Pemerintah menjalin kerjasama dengan PT. Poso

Energy dalam proses pembongkaran serta pembangunan kembali Jembatan Pamona itu sendiri.

Page 10: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

10

Kerjasama ini dijalin karena PT. Poso Energy sendiri juga ingin memberikan sumbang sih

kepada warga sekitar Danau Poso dengan cara membangun taman air disana serta melengkapi

fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pemaksimalan Jembatan Pamona di Tentena itu sendiri.

Melalui wawancara penulis pada tanggal 8 Oktober 2018 dengan pihak Pemerintah

Kabupaten Poso, yaitu Bapak Drs. Armol Songko dimana beliau merupakan Kepala Bagian

Hubungan Masyarakat Kabupaten Poso mengatakan bahwa:

“untuk penataan kembali yaa aaaa dan bukan hanya saja jembatan yang mo ditata disitu

ee termasuk juga disekitar sungai Poso itu dibantaran sungai dipinggiran sungai itu akan

dibangun taman disitu taman konservasi namanya nanti. Sehingga Tentena itu sebagai

daerah tujuan wisata itu menarik aaa tidak begitu-begitu saja mengalami perkembangan

supaya bisa dikunjungi oleh wisatawan karena disitu nanti juga dilengkapi dengan

fasilitas-fasilitas sehingga sesuai dengan kondisi saat ini lah”.

Alasan mengapa Pemerintah ingin membangun kembali Jembatan Pamona adalah karena

Pemerintah menilai bahwa jembatan Pamona tersebut belum bisa memaksimalkan fungsinya,

arus lalu lintas di Danau Poso masih terlalu minim dikarenakan hanya perahu-perahu kecil yang

dapat melintas, jarak Jembatan dengan permukaan air Danau Poso terlalu rendah dan juga kaki

jembatan terlalu rapat sehingga terlihat sempit.

Dalam prakteknya Pemerintah mempunyai beberapa rencana kegiatan yang bertujuan

untuk membangun atau memperbaiki fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat menunjang

kemajuan kegiatan masyarakatnya baik dari segi kualitas kehidupan maupun perekonomian.

Oleh karenanya, Pemerintah ingin membangun kembali jembatan Pamona sehingga jembatan

tersebut bisa terlihat lebih besar dan gagah serta dapat dilewati oleh perahu-perahu besar.

Pemerintah juga akan memberikan fasilitas yang sekiranya dapat menunjang minat masyarakat

terhadap Jembatan Pamona itu sendiri. Dari hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa

Pemerintah sudah mengupayakan adanya kebijakan.

Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan

(kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana

kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang

dimaksud (Agustino, 2008 : 7). Jadi, dalam hal ini keputusan yang dibuat oleh Pemerintah

dengan adanya pembongkaran jembatan Pamona yang kemudian nantinya akan dibangun

kembali dengan lebih modern, bisa dijadikan sebagai tempat wisata yang dapat mendongkrak

perekonomian masyarakat sekitar Danau Poso.

Namun, dalam upaya untuk melakukan normalisasi Jembatan Pamona ini Pemerintah

tidak berdiri sendiri. Pemerintah melakukan kerjasama dengan PT.Poso Energy. PT. Poso

Energy sendiri juga ingin melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dengan

cara membangunkan taman air di pinggiran Danau Poso dimana Jembatan Pamona berada. CSR

sendiri menurut Suharto (2007:16) menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang

berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi

juga untuk pembangunan sosial, ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan

berkelanjutan. Dalam hal ini, PT. Poso Energy ingin membangun taman air dipinggiran Danau

Poso karena mereka ingin memberikan sumbangsih kepada masyarakat sekitar pinggiran danau

Poso itu sendiri. Kegiatan CSR ini dianggap dapat memberikan mata pencaharian baru bagi

masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian, karena dengan dibangunnya

Page 11: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

11

taman air ini maka akan mengundang antuasiasme wisatawan baik dari dalam negeri maupun

luar negeri. PT.Poso Energy ini kemudian ingin melakukan kerjasama dengan Pemerintah karena

keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin membangun kembali Jembatan

Pamona tanpa merubah nilai artistik dari jembatan tersebut. Hanya saja dibuat lebih modern dan

dapat berfungsi secara maksimal. Hasil dari diskusi antara Pemerintah Kabupaten Poso dengan

PT. Poso Energy tersebut adalah membongkar Jembatan Pamona yang ada saat ini dan

membangun kembali Jembatan Pamona dan juga pembangunan taman air di pinggiran danau

Poso tersebut.

Protes Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Poso

Dari hasil kerjasama Pemerintah dengan PT. Poso Energy yang berujung pada kebijakan

pembongkaran Jembatan Pamona, menimbulkan beberapa masalah yaitu munculnya gerakan

penolakan kebijakan pembongkaran Jembatan Pamona itu sendiri. Melalui pengamatan penulis

disana , ada banyak bentuk penolakan-penolakan kepada Pemerintah dari masyarakat itu sendiri.

Gerakan penolakan yang telah dilakukan oleh masyarakat adalah adanya beberapa kali aksi demo

di Jembatan Pamona, protes melalui sosial media, melakukan telepon pribadi langsung kepada

Bupati, seperti aksi penolakan yang dilakukan oleh Bapak Dimba Tumimomor yang merupakan

seorang tokoh masyarakat Sulawesi dan juga seorang Budayawan.

Pada kesempatan wawancara yang telah penulis lakukan kepada Bapak Dimba

Tumimomor pada hari Rabu tanggal 1 Agustus 2018 pukul 18.58 mengatakan bahwa keputusan

Pemerintah ini merupakan keputusan sepihak karena tidak mengikutsertakan seluruh lapisan

masyarakat Poso. Sedangkan menurut Anderson dalam Islamy (2000:100), proses pengesahan

kebijakan diawali dengan kegiatan: (a) Persuasion, yaitu usaha-usaha untuk meyakinkan orang

lain tentang suatu kebenaran atau nilai kedudukan seseorang dan mereka mau menerimanya

sebagai milik sendiri; (b) Barganing, yaitu suatu proses dimana kedua orang atau lebih

mempunyai kekuasaan atau otoritas mengatur setidak-tidaknya tujuan-tujuan mereka tidak

sepakati agar dapat merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama tetapi tidak

ideal bagi mereka. Barganing meliputi perjanjian (negotation); saling memberi dan menerima

(take and give); dan kompromi (copromise). Dalam hal ini menurut Dimba Tumimomor,

pemerintah belum sepenuhnya memenuhi tahap diatas karena beliau mengatakan mengetahui

kegiatan pembongkaran dan pembangunan kembali atau normalisasi Jembatan Pamona itu

melalui sosial media yaitu facebook. Beliau juga menambahkan bahwa yang mengetahui serta

yang diikutsertakan sosialisasi hanya masyarakat serta masyarakat yang dekat dengan

Pemerintah saja. Pemerintah tidak melakukan sosialisasi secara merata kepada seluruh lapisan

masyarakat yang akhirnya mengakibatkan tidak semua masyarakat tahu mengenai adanya

rencana normalisasi jembatan itu sendiri.

Alasan utama mengapa beliau tidak meyetujui adanya rencana normalisasi Jembatan

Pamona adalah karena Jembatan Pamona yang ada di Tentena ini merupakan jembatan

peninggalan sejarah yang sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan bukan malah dibongkar dan

dibangun kembali. Proses pelaksanaan kebijakan Pemerintah tersebut dinilai masyarakat kurang

tepat karena berdampak pada pembongkaran Jembatan Pamona yang merupakan ikon budaya

“Mesale” (gotong royong) masyarakat Kabupaten Poso. Pasalnya Jembatan yang sudah berdiri

kokoh sejak sekitar tahun 1930 tersebut merupakan hasil gotong royong masyarakat Poso

sendiri. Masyarakat menganggap dengan adanya kebijakan untuk membongkar Jembatan

Pamona berarti pemerintah tidak menghargai budaya dan kearifan lokal masyarakat Poso.

Disamping itu pengerukan muara danau Poso tersebut dinilai sebagai tindakan yang hanya

Page 12: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

12

mementingkan keuntungan bagi Pemerintah sendiri, masyarakat menilai bahwa kebijakan

tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan Pemerintah pribadi dan sama sekali tidak

mementingkan opini dari masyarakat.

Dalam upaya mengaspirasikan suara masyarakat yang menolak adanya rencana

normalisasi tersebut bapak Dimba Tumimomor juga sudah melakukan berbagai macam cara.

Cara pertama yang ia tempuh adalah dengan menggunakan pendekatan pribadi, beliau

mengirimkan pesan secara pribadi kepada Bupati Poso melalui pesan Facebook dan juga via

telepon. Pesan yang dikirimkan kepada Bupati berisi mengenai alasan penolakan dibongkarnya

Jembatan Pamona. Beliau mengatakan alasan melakukan penolakan kebijakan Pemerintah

karena beliau kecewa karena tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu mengenai pembongkaran

Jembatan Pamona. Padahal Jembatan Pamona tersebut merupakan ikon budaya yang mempunyai

nilai sejarah bagi Masyarakat Poso. Kemudian alasan yang ketiga adalah dengan dibongkarnya

Jembatan Pamona menurut Bapak Dimba Tumimomor dapat merusak ekosistem Danau Poso.

Pasalnya di Muara Danau Poso tersebut merupakan habitat asli dari ikan Sidat (sogili), dimana

ikan tersebut hanya dapat ditemukan di muara Danau Poso.

Cara kedua yang dilakukan oleh tokoh masyarakat adalah membuat artikel di media

massa. Artikel ini berisikan mengenai opini-opini dari budayawan serta tokoh masyarakat yang

memberikan pandangan bahwa Jembatan Pamona patut dipertahankan mengingat Jembatan

tersebut merupakan bentuk kearifan lokal.

Komunikasi media massa ini dilakukan agar masyarakat luas dapat mengetahui tentang

penolakan kebijakan normalisasi Pemerintah. Melalui penerbitan berita serta artikel di media

massa ini maka dapat dikatakan bahwa massa yang memprotes kebijakan Pemerintah ini sudah

melakukan komunikasi informatif dimana komunikasi informatif merupakan proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan sesuatu (Effendy,

2009 : 81).

Jika dilihat dari hasil wawancara kepada Dimba Tumimomor sebenarnya permasalahan

utama yang membuat mereka melakukan aksi penolakan pembongkaran Jembatan Pamona ini

adalah tidak adanya komunikasi secara terbuka yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat

yang ada. Pemerintah dianggap sebagai tokoh tunggal yang menentukan pembongkaran salah

satu ikon budaya masyarakat Poso.

Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Protes Masyarakat Poso Terhadap Kebijakan

Pemerintah

Seperti yang sudah penulis sampaikan sebelumnya, dalam menjalankan suatu kebijakan

selalu dapat menimbulkan pro maupun kontra. Dalam kasus ini Pemerintah Kabupaten Poso

sendiri sebenarnya mempunyai beberapa alasan mengapa ingin membongkar dan membangun

kembali Jembatan Pamona, yang pertama adalah karena Pemerintah ingin membangun jembatan

yang lebih modern sehingga perahu-perahu besar dapat melintasi Jembatan Pamona itu sendiri.

Kedua, seperti yang sudah tuliskan pada sub bab sebelumnya Pemerintah ingin membangun

taman air disana sehingga dapat menarik minat wisawatan dengan begitu maka sebenarnya

Pemerintah menginginkan adanya kenaikan perekonomian masyarakat Danau Poso. Namun, hal

tersebut rupanya tidak disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Dibuktikan dengan masih

adanya beberapa tokoh masyarakat yang menolak akan rencana normalisasi tersebut. Dalam

kasus kali ini sebenarnya yang membuat masyarakat merasa marah adalah karena masyarakat

tidak dilibatkan dalam terbentuknya kebijakan pembongkaran dan pembangunan kembali

Jembatan Pamona.

Page 13: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

13

Langkah pertama yang ditempuh oleh Pemerintah sesuai yang dikatakan oleh Bapak Drs.

Armol Songko mengatakan bahwa setelah adanya protes, Pemerintah melakukan diskusi, baik itu

diskusi kecil maupun diskusi besar. Dalam hal ini diskusi kecil yang dilakukuan oleh Pemerintah

yaitu mengajak beberapa tokoh masyarakat, tokoh agama serta budayawan. Selain itu pemerintah

juga melakukaan diskusi besar dengan masyarakat sekitar danau Poso bersama dengan

perwakilan PT. Poso Energy. Dalam hal ini Pemerintah sudah mencoba untuk melakukan

komunikasi persuasif sehingga masyarakat sekitar danau Poso mampu mengerti apa sebenarnya

maksud dan tujuan dari pemerintah untuk membongkar dan membangun kembali jembatan

Pamona. Pemerintah juga bertindak untuk menjembatani dan memfasilitasi pertemuan antara PT.

Poso Energy dengan masyarakat. Pemerintah dan PT. Poso Energy berupaya untuk memberikan

sosialisasi dan menceritakan mengenai tujuan sebenarnya dilakukan pembongkaran serta

pembangunan kembali Jembatan Pamona itu sendiri.

Pemerintah sudah melakukan komunikasi persuasif, dimana komunikasi persuasif adalah

komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan

keinginan komunikator. Dalam hal ini Pemerintah merupakan komunikator dan keinginan yang

diinginkan oleh Pemerintah adalah masyarakat akhirnya mengerti tujuan dan maksud mengenai

normalisasi jembatan Pamona sehingga masyaraka dapat menghentikan aksi penolakan terhadap

kebijakan tersebut (Barata, 2003 : 170).

Langkah kedua yang sudah Pemerintah upayakan adalah agar adanya pertemuan, diskusi

serta sosialisasi antara tokoh masyarakat dengan PT. Poso Energy agar hal-hal yang selama ini

dipermasalahkan mampu menemukan titik terang. Namun, sayangnya dari pertemuan-pertemuan

serta diskusi yang telah ditempuh Pemerintah tersebut belum bisa meredam aksi penolakan dari

masyarakat mengenai pembongkaran Jembatan Pamona.

Kemudian, langkah terakhir yang dilakukan oleh Pemerintah ialah tidak memberikan

tanggapan mengenai aksi penolakan yang dilakukan oleh beberapa masyarakat, baik yang

dilakukan di media sosial maupun media lainnya. Pemerintah menyiasati pemberitaan negatif

tersebut dengan menerbitkan artikel-artikel serta berita positif mengenai kegiatan dan pencapaian

atau prestasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah. Sehingga diharapkan dapat mengkaburkan

berita mengenai normalisasi Jembatan Pamona. Hal ini dirasa paling efektif karena Pemerintah

berfikir protes yang dilakukan oleh masyarakat sudah sedikit berkurang karena teredam

pemberitaan positif lainnya dari Pemerintah. Dikatakan efektif karena menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia apabila kegiatan tersebut ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)

(https://kbbi.web.id/efektif-atau-efektip) serta dapat membawa hasil, berhasil guna tentang

usaha atau tindakan, dalam hal ini hasil yang didapatkan oleh pemerintah adalah berkurangnya

pemberitaan serta aksi penolakan pembongkaran Jembatan Pamona.

Jika ditilik lagi hasil dari wawancara bersama Bapak Armol ini, maka sebenarnya mereka

sudah memikirkan terlebih dahulu mengenai rencana pembongkaran Jembatan Pamona ini,

terbukti dengan pernyataan Bapak Drs. Armol yang mengatakan bahwa Pemerintah sudah

mengetahui bahwa kebijakan yang dibuat dapat memunculkan beberapa dampak.

Kebijakan yang dibuat pasti akan memunculkan dampak yang salah satunya adalah

pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat, lebih

jauh lagi bahwa kebijakan dapat mempunyai akibat yang diharapkan ataupun tidak diharapkan

(Agustino, 2008 : 191). Dalam hal ini dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan yang dibuat oleh

Pemerintah yaitu adanya aksi penolakan dari masyarakat.

Dari hasil analisa penulis yang didapatkan dari wawancara yang melibatkan Bpk. Armol

dan Bpk.Dimba Tumimomor, masyarakat hanya menuntut agar tidak membongkar Jembatan

Page 14: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

14

Pamona. Pada umumnya masyarakat belum mengetahui Jembatan Pamona akan dibangun

kembali, masyarakat terlampau fokus pada pembongkaran Jembatan Pamona yang dilakukan

oleh Pemerintah. Padahal jika dicermati kembali Pemerintah tidak hanya semata-mata akan

membongkar jembatan tersebut namun sebaliknya, Pemerintah akan membangun kembali

jembatan dengan lebih modern tersebut sehingga Jembatan tersebut dapat digunakan untuk

dilalui oleh kapal-kapal besar. Selain itu, Pemerintah juga akan membangun taman air disana

sehingga dengan begitu masyarakat sekitar dapat mempunyai usaha untuk menunjang

perekonomian mereka. Masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan adanya kerusakan

ekosistem di danau Poso karena apabila Jembatan Pamona sudah jadi maka secara perlahan-

perlahan ekosistempun akan terbentuk kembali dengan sendirinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang peneliti telah lakukan kepada tokoh Masyarakat

serta Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Poso , penulis menarik beberapa

kesimpulan mengenai Strategi Komunikasi Pemerintah Daerah Kabupaten Poso Dalam Aksi

Penolakan Pembongkaran Jembatan Pamona di Tentena. Berikut ini merupakan beberapa hasil

penelitian yang penulis dapatkan antara lain Kebijakan Pembongkaran Jembatan Pamona

dilatarbelakangi oleh keinginan Pemerintah untuk memaksimalkan potensi pariwisata untuk

mendongkrak perekomian masyarakat ada disekitar Danau. Oleh karena itu, Pemerintah

melakukan kerjasama dengan PT. Poso Energy karena mereka juga mempunyai kepentingan

CSR yaitu untuk membangun taman air di muara Danau Poso yang akhirnya ditetapkan untuk

membongkar dan membangun Jembatan Pamona. Protes yang dilakukan oleh masyarakat Poso

sendiri sebenarnya dilatarbelakangi karena tidak dilibatkannya masyarakat dalam proses rencana

pelaksanaan normalisasi Jembatan Pamona.

Pemerintah akhirnya melakukan strategi setelah adanya aksi protes dari masyarakat

adalah Pemerintah menjembatani dan memfasilitasi pertemuan antara PT. Poso Energy dengan

masyarakat. Dalam kegiatan ini Pemerintah dan PT. Poso Energy berupaya untuk memberikan

materi mengenai tujuan sebenarnya dilakukan pembongkaran serta pembangunan kembali

Jembatan Pamona itu sendiri. Kemudian strategi terakhir yang dilakukan oleh Pemerintah dalam

upaya menangani adanya aksi protes dari masyarakat mengenai pembongkaran Jembatan

Pamona yaitu dengan menerbitkan pemberitaan-pemberitaan positif Pemerintah, keberhasilan

Pemerintah, prestasi-prestasi Pemerintah, dan juga kegiatan positif yang dilakukan oleh

Pemerintah. Hal ini dilakukan Pemerintah untuk meredam pemberitaan mengenai protes

masyarakat.

Daftar Pustaka

Buku

Agustino, Leo. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta; Elex Media Komputindo

Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif.

Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta ; Sinar Grafika

Kamus Bahasa Indonesia, 1989

Kriyantono, Rachmat. 2007. Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Parson, Wayne. 2005. Public Policy.

Suharto. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri : Memperkuat Tanggung Jawab Sosial

Page 15: STRATEGI KOMUNIKASI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN …

15

Perusahaan (CSR). Bandung: Refika Aditama.

Uchjana, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Online

http://sulteng.antaranews.com/berita diakses pada 20 Agustus 2018

https://kbbi.web.id/efektif-atau-efektip diakses pada 21 Agustus 2018

Skripsi dan Jurnal

Fitriyah, Neka. 2014. Strategi Komunikasi Dalam Upaya Penanganan Konflik Pembangunan

Industrial (Studi Kasus Konflik Masyarakat Padarincang Terhadap Pembangunan PT. Aqua

Danone. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Lantemona, George. 2016. Strategi Komunikasi Pemerintah Desa Bagi Konflik Antar Jaga Di

Desa Sendangan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa. Universitas Samratulangi.