pelaksanaan kegiatan program pengendalian …

133
PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 LAPORAN MAGANG Oleh: Wiwid Handayani 1110101000079 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN

PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA DINAS

KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

LAPORAN MAGANG

Oleh:

Wiwid Handayani

1110101000079

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Magang, April 2014

Wiwid Handayani, NIM: 1110101000079

PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT

TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

xv + 117 halaman, 4 tabel, 2 bagan, 13 grafik, 4 lampiran

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi

masalah kesehatan di dunia terutama di negara berkembang hingga saat ini.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui insidensi

kasus TB tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 129 per 100.000 penduuduk.

Namun penurunan tersebut tidak diimbangi dengan tercapainya beberapa indikator

program pengendalian TB di Kota Tangerang Selatan. Padahal secara umum, seluruh

Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan sudah menjalani strategi DOTS.

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan

Program Pengendalian TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan melakukan observasi secara langsung,

diskusi dengan Wasor TB dan Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit, dan

studi literatur terkait program pengendalian TB. Kegiatan magang ini dilakukan

setiap hari mengikuti jam kerja di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selama

26 hari.

Page 3: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

ii

Kegiatan Program Pengendalian TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan mengacu pada Pedoman Nasional Pengendalian TB dari Kemenkes RI tahun

2011. Secara umum, seluruh kegiatan sudah terlaksana, yaitu perencanaan,

surveilans, monitoring dan evaluasi, pelatihan, supervisi, dan manajemen uji silang

sediaan laboratorium. Namun setiap kegiatan tersebut tidak memiliki indikator untuk

melihat tingkat keberhasilannya. Selain itu, ada beberapa kendala mengenai

pengumpulan data TB di beberapa Rumah Sakit Swasta dan Klinik Swasta yang

belum terlaporkan, penyimpanan logistik TB yang tidak sesuai dengan standar

penyimpanan logistik dari Kemenkes RI, masih banyak tenaga kesehatan program

TB yang belum melakukan pelatihan program TB terutama tenaga dokter dan tenaga

laboratorium dan rendahnya pencapaian jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang

melakukan uji silang sediaan laboratorium serta masih rendahnya pencapaian

indikator pogram TB di di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Oleh sebab itu, disarankan untuk menambah tenaga program TB di Dinas

Kesehatan maupun di Unit Pelayanan Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Selain itu,

perlu disosialiasikannya kebijakan terkait hubungan Dinas Kesehatan dengan Rumah

Sakit Swasta dan Klinik Swasta, dan perlu dilakukannya koordinasi mengenai tugas

dan wewenang dalam penyimpanan logistik, serta perlu dibuatnya indikator di setiap

pelaksanaan kegiatan agar dapat dianalisis dampak pelaksanaan kegiatan dengan

pencapaian indikator di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Daftar bacaan : 29 (1996 – 2014)

Page 4: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Magang

PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT

TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA

TANGERANG SELATAN JANUARI 2013 - MARET 2014

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 22 Maret 2014

Mengetahui

Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

Minsarnawati Tahangnacca, S.KM, M.Kes

Page 5: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

iv

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, April 2014

Penguji I,

c

Hoirunnisa, Ph.D

Penguji II,

Minsarnawati Tahangnaca, SKM., M.Kes

Page 6: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Wiwid Handayani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 02 September 1991

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kemajuan No. 75 RT 06/05

Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12270

Nomor Telepon/HP : 0857-1585-7742

PENDIDIKAN FORMAL

1996 – 1997 : TK Aisyiyah Ciputat

1997 – 2003 : SDN 03 Pagi Jakarta

2003 – 2006 : SLTPN 110 Jakarta

2006 – 2009 : SMAN 90 Jakarta

2010 – Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukurillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dna hidayah-Nya serta nikmat yang berlimpah sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang bejudul ” Pelaksanaan Kegiatan

Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

Rasulullah saw, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amiin.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Febrianti, MSi, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Minsarnawati Tahangnaca, S.KM, M.Kes, selaku penanggung jawab

peminatan Epidemiologi.

4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan

ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan

panulis.

Page 8: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

vii

5. Bapak Dr. M. Rusmin, selaku Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit

Dinas Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin melakukan kegiatan

magang.

6. Bapak Hidayatul Mustafid, SKM, selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan berbagai masukan dan koreksi dalam pembuatan laporan magang

ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan magang ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari

sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan

dimasa yang akan datang. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Amiin.

Ciputat, 15 April 2014

Penulis

Page 9: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Tujuan ............................................................................................................ 4

1.2.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 4

1.2.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 4

1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.3.1. Bagi Mahasiswa ..................................................................................... 5

1.3.2. Bagi Institusi Tempat Magang ............................................................... 5

1.3.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta ............ 6

1.4. Ruang Lingkup .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 8

2.1. Tuberkulosis .................................................................................................. 8

2.1.1 Etiologi Penyakit Tuberkulosis .............................................................. 8

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis.......................................................... 9

Page 10: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

ix

2.1.3 Gejala Penyakit Tuberkulosis .............................................................. 12

2.1.4 Diagnosis Penyakit Tuberkulosis ......................................................... 13

2.1.5 Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis ................................................ 15

2.1.6 Masa Inkubasi Penyakit Tuberkulosis ................................................. 15

2.1.7 Masa Penularan Penyakit Tuberkulosis ............................................... 16

2.1.8 Risiko Penularan Penyakit Tuberkulosis ............................................. 16

2.1.9 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis ...................................................... 17

2.2 Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis ............................................ 18

2.2.1 Gambaran Umum Kebijakan Program ................................................. 18

2.2.2 Sejarah Program ................................................................................... 20

2.2.3 Tujuan Program .................................................................................... 21

2.2.4 Sasaran Program................................................................................... 22

2.2.5 Strategi Program................................................................................... 23

2.2.6 Organisasi Pelaksana Program ............................................................. 24

2.2.7 Pokok Kegiatan Program ..................................................................... 25

2.2.8 Indikator Program ................................................................................ 40

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG ....................................... 45

3.1. Alur Kegiatan .............................................................................................. 45

3.2. Jadwal Kegiatan Magang ............................................................................ 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 51

4.1. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ..................... 51

4.1.1. Visi ....................................................................................................... 51

4.1.2. Misi ...................................................................................................... 52

4.1.3. Keadaan Umum Kota Tangerang Selatan ............................................ 52

4.1.4. Wilayah Kerja ...................................................................................... 53

4.1.5. Kependudukan...................................................................................... 55

Page 11: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

x

4.1.6. Sumber Daya Kesehatan ...................................................................... 56

4.1.7. Pembiayaan Kesehatan......................................................................... 59

4.2. Gambaran Morbiditas dan Mortalitas Penyakit Tuberkulosis di Kota

Tangerang Selatan .................................................................................................. 60

4.2.1. Distribusi Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat, dan Waktu ............. 62

4.2.2. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Klasifikasi Riwayat

Pengobatan .......................................................................................................... 67

4.3. Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan .................................................................................................. 69

4.3.1. Struktur Organisasi .............................................................................. 69

4.3.2. Tujuan Program .................................................................................... 71

4.3.3. Sasaran Program................................................................................... 77

4.3.4. Strategi Program................................................................................... 78

4.3.5. Pelaksanaan Kegiatan Program ............................................................ 78

4.3.6. Pencapaian Indikator Program ............................................................. 88

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 101

5.1 Simpulan .................................................................................................... 101

5.2 Saran .......................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 104

Page 12: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2014 ……………………………………………..………….…... 46

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Selatan tahun 2013………….... 55

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013……………………………………..………….…... 58

Tabel 4.3 Sumber Pembiayaan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2013……………………………………………..……………...….…... 60

Tabel 4.4 Identifikasi Tujuan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013……...….…....... 75

Page 13: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang.……...….……………....................................... 45

Bagan 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan tahun 2013………….……...……........... 54

Bagan 4.2 Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut Jenis Kelamin dan Umur di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013…....................... 63

Page 14: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit TB di Wilayah Kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013……..…....................... 63

Grafik 4.2 Distribusi Penyakit Tuberkulosis berdasarkan Unit Pelayanan Kesehatan

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2013…………………..…...............................……..…....................... 64

Grafik 4.3 Pola Penemuan Kasus (Case Notification Rate) Penyakit Tuberkulosis

berdasarkan Puskesmas di Kota Tangerang Selatan tahun 2013…........ 66

Grafik 4.4 Distribusi Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013................................................................ 68

Grafik 4.5 Angka Penjaringan Suspek di Kota Tangerang Selatan tahun 2013....... 89

Grafik 4.6 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Suspek di Kota

Tangerang Selatan tahun 2013………………………………................ 90

Grafik 4.7 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Semua Pasien TB di Kota

Tangerang Selatan tahun 2013……………………………………….... 91

Grafik 4.8 Proporsi Pasien TB Anak di Kota Tangerang Selatan tahun 2013…..... 92

Grafik 4.9 Angka Notifikasi Kasus TB di Kota Tangerang Selatan tahun 2013…. 93

Grafik 4.10 Angka Konversi di Kota Tangerang Selatan tahun 2013……………... 94

Grafik 4.11 Angka Kesembuhan di Kota Tangerang Selatan tahun 2013………... 96

Grafik 4.12 Angka Keberhasilan Pengobatan di Kota Tangerang Selatan tahun

2013……………………………………………………………………. 97

Grafik 4.13 Angka Error Rate di Kota Tangerang Selatan tahun 2013……………. 98

Page 15: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013

Lampiran 1.2 Gambar Sosialisasi dan Bimbingan Sistem Informasi

Tuberkulosis Terpadu Tahun 2014

Lampiran 1.3 Daftar Tilik Supervisi Program Penanggulangan TB Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan Ke Sarana Pelayanan

Kesehatan

Lampiran 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun

2013

Page 16: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

xv

DAFTAR SINGKATAN

BCG = Bacillus Calmette et Guerin

CDR = Case Detection Rate

CNR = Case Notification Rate

DOTS = Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy

Fasyankes = Fasilitas Pelayanan Kesehatan

FEFO = First Expired First Out

Gerdunas – TB = Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

IUATLD = International Union Against TB and Lung Diseases

Kemenkes RI = Kementerian Kesehatan RI

LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat

MDR / XDR = Multi Drugs Resistance / extensively Drugs Resistance

OAT = Obat Anti Tuberkulosis

PME = Pemantapan Mutu Eksternal

PMI = Pemantapan Mutu Internal

PMO = Pengawasan Minum Obat

PP = Peraturan Perundangan

PPM = Puskesmas Pelaksana Mandiri

PPM = Public Private Mix

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

OAT = Obat Anti Tuberkulosis

SDM = Sumber Daya Manusia

SPS = Sewaktu-Pagi-Sewaktu

TB = Tuberkulosis

UPK = Unit Pelayanan Kesehatan

UPTD = Unit Pelaksana Teknis Daerah

WHO = World Health Organization

Page 17: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan di dunia terutama di negara berkembang

hingga saat ini. Menurut Kemenkes RI (2012), meskipun obat anti

tuberkulosis (OAT) sudah ditemukan dan vaksin Bacillud Calmette-

Guerin (BCG) telah dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis.

Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya insindensi penyakit TB

menjadi penyakit re-emerging. Menyikapi masalah tersebut, pada tahun

1995 WHO (World Health Organization) dan IUATLD (International

Union Against Tuberculosis dan Lungs Disease) mendeklarasikan TB

sebagai suatu kedaruratan dunia (global emergency).

Berdasarkan data dari WHO diketahui bahwa insidensi kasus TB

secara global pada tahun 2012, yaitu sebesar 122 kasus per 100.000

penduduk (WHO, 2013). Dari setiap 6 kasus TB tersebut, satu di antaranya

masih berakhir dengan kematian (Kemenkes RI, 2013). Meskipun obat

anti tuberkulosis (OAT) sudah ditemukan dan vaksin Bacillud Calmette-

Guerin (BCG) telah dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis

terutama di negara berkembang (Kemenkes RI, 2012).

Sebagai salah satu negara berkembang, saat ini Indonesia berada di

peringkat kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Beban TB

tersebut masih terbilang tinggi karena setiap tahunnya terdapat 450.000

kasus baru TB (Kemenkes RI, 2011). Hal ini didukung oleh hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan bahwa

Page 18: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

2

penyakit TB di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah

penyakit stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa

prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru tahun 2013

adalah 0,4%. Angka tersebut ternyata tidak ada bedanya dengan angka di

tahun 2007 (Kemenkes RI, 2013). Hal ini bisa menjadi suatu indikasi

bahwa prevalensi kasus TB belum mengalami perubahan yang signifikan.

Menurut Kemenkes RI (2013), keadaan seperti ini bisa memicu epidemi

TB dan nantinya akan menjadi maslah kesehatan masyarakat yang utama.

Dengan semakin memburuk situasi TB di dunia, terutama di

Indonesia, baik dari peningkatan jumlah kasus TB maupun dari banyaknya

ketidakberhasilan penyembuhkan, sebenarnya pada tahun 1993, WHO

sudah mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency)

(Kemenkes RI, 2012). Bentuk konkret dari pencanangan TB tersebut

adalah adanya rekomendasi dari WHO untuk menggunakan strategi DOTS

sebagai strategi dalam pengendalian TB di seluruh dunia. (Kemenkes RI,

2011).

Menurut Depkes RI (2009), penanggulangan TB dilaksanakan

sesuai dengan azas desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat

manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana

dan prasarana. Menurut Murti,dkk. (2006), salah satu organisasi pelaksana

pengendalian TB adalah Dinas Kesehatan pada tingkat Kabupaten/kota.

Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota merupakan suatu unsur

pelaksana kesehatan Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh seorang kepala

dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2014, diketahui terjadi peningkatan insindensi kasus TB dari tahun

2011 sebesar 106 per 100.000 penduduk menjadi 131 per 100.000

Page 19: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

3

penduduk di tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013, insindensi kasus TB

mengalami penurunan menjadi 129 per 100.000 penduuduk. Namun

penurunan tersebut tidak diimbangi dengan tercapainya beberapa indikator

pengendalian TB di Kota Tangerang Selatan.

Menurut Kemenkes RI (2011), indikator pengendalian TB

digunakan untuk menilai kemajuan atau keberhasilan program

pengendalian TB. Dari data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2014, diketahui bahwa ada beberapa indikator pengendalian TB

yang belum tercapai, yaitu angka CDR sebesar 56% (target nasional

minimal 70%), angka keberhasilan pengobatan sebesar 82% (target

nasional minimal 85%), angka konversi sebesar 75% (target nasional

minimal 80%), angka kesembuhan sebesar 76% (target nasional minimal

85%), dan angka kesalahan laboratorium dari triwulan pertama sampai

triwulan ketiga pada tahun 2013 sebesar 6% (target nasional maksimal 5

%).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2014, diketahui bahwa seluruh UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)

yang berada di wilayah kerja Kota Tangerang Selatan telah melaksanakan

program pengendalian TB DOTS. Dari seluruh UPK tersebut, diketahui

bahwa jumlah kasus TB terbanyak terdapat di RSUD Kota Tangerang

Selatan sebesar 305 kasus (17%) dan puskesmas Ciputat sebesar 156 kasus

(8%). Sedangkan di beberapa rumah sakit swasta seperti RS Eka Hospital,

RS Sari Asih Ciputat, dan RS OMNI, tidak ditemukan data mengenai

kasus TB.

Kemudian berdasarkan klasisfikasi penyakit TB, diketahui bahwa

kasus kambuh di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 mengalami

kenaikan sebesar 2 kali lipat dibanding pada tahun 2011 (Dinkes Kota

Tangsel, 2014). Dari penjabaran tersebut, penulis tertarik untuk

mengetahui “Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit

Page 20: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

4

Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kota Tangerang Selatan tahun

2013”.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Diketahuinya Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian

Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut.

1) Diketahuinya morbiditas dan mortalitas Penyakit Tuberkulosis

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013.

2) Diketahuinya Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

3) Diketahuinya tujuan Program Pengendalian Penyakit

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2013.

4) Diketahuinya sasaran Program Pengendalian Penyakit

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2013.

5) Diketahuinya strategi Program Pengendalian Penyakit

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2013.

6) Diketahuinya pelaksanaan kegiatan Program Pengendalian

Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013.

Page 21: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

5

7) Diketahuinya pencapaian indikator Program Pengendalian

Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Mahasiswa

Manfaat dari kegiatan magang ini bagi mahasiwa adalah

sebagai berikut.

1. Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pemahaman

terkait pelaksanaan program pengendalian penyakit

tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

2. Terlibat langsung dengan kondisi yang sebenarnya dan

mendapatkan pengalaman dalam melakukan program

pengendalian penyakit tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

3. Mendapatkan keterampilan praktis tentang pelaksanaan

program pengendalian penyakit tuberkulosis di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

1.3.2. Bagi Institusi Tempat Magang

Manfaat dari kegiatan magang ini bagi institusi tempat

magang adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan masukan baru dari pengembangan keilmuan di

perguruan tinggi.

2. Memahami peran Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam bidang

epidemiologi khususnya dalam program pengendalian penyakit

menular.

Page 22: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

6

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara institusi magang dengan Program Studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN

Jakarta

Manfaat dari kegiatan magang ini bagi program studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta adalah sebagai berikut.

1. Laporan magang dapat menjadi salah satu evaluasi internal

kualitas pembelajaran.

2. Mendapatkan masukan yang berguna untuk menyempurnakan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

3. Terbinanya jaringan kerjasama dengan institusi tempat magang

dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara

subtansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan SDM

yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

1.4. Ruang Lingkup

Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswi peminatan

Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Februari – 21 Maret 2014.

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan

Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 dan menilai

implementasi kegiatan program penyakit menular terutama

tuberkulosis berdasarkan teori yang telah diperoleh dalam proses

perkuliahan.

Page 23: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

7

Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan melakukan

observasi, diskusi, dan studi literatur. Observasi dilakukan dengan

mengamati langsung pelaksanaan program pengendalian penyakit

tuberkulosis dan turut serta dalam proses kerja di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan serta mencatat hal-hal yang dianggap penting

di institusi tersebut. Diskusi dilakukan dengan pembimbing akademik,

kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit, pemegang Program

Pengendalian Penyakit Tuberkulosis (selaku pembimbing lapangan),

dan pegawai lainnya yang ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Studi kepustakaan dilakukan untuk menggali informasi

melalui penelusuran buku dan literatur guna memperoleh konsep

teoritis yang terkait dengan program pengendalian penyakit

tuberkulosis.

Page 24: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh

lainnya seperti tulang, kelenjar, kulit, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2011).

Namun secara umum, sumber penularan penyakit TB lebih banyak terjadi

pada pasien TB Paru dengan BTA (Basil Tahan Asam) positif (Depkes RI,

2007).

2.1.1 Etiologi Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali

oleh Robert Koch pada tahun 1882. Hasil penemuan ini diumumkan

di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan tanggal 24 Maret setiap

tahunnya diperingati sebagai hari Tuberkulosis. Karakteristik bakteri

ini, yaitu mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan

bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak

mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang

terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini juga dapat

bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol,

sehingga disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia

dan fisik, serta tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat

dorman (dapat tertidur lama) dan aerob (Widoyono, 2008).

Bakteri tuberkulosis dapat mati pada pemanasan 100ºC

selama 5–10 menit atau pada pemanasan 60ºC selama 30 menit, dan

dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama

Page 25: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

9

1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap, serta bisa

berbulan-bulan berada pada kondisi tersebut. Namun bakteri ini

tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada

tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih

dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per

jam (Widoyono, 2008).

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Laban (2008), untuk menentukan klasifikasi

penyakit TB, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru.

2) Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA) : positif atau

negatif.

3) Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat.

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), penentuan klasifikasi

penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi

kasus” yang meliputi empat hal, yaitu:

1) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

a. Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput

paru) dan kelenjar pada hilus.

b. Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Page 26: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

10

2) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara

mikroskopis

a. Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS

hasilnya BTA positif.

b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto

toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan

biakan kuman TB positif.

d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah

3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya

hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA

positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus

meliputi:

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

negatif.

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran

tuberkulosis.

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobatan.

3) Klasifikasi bersadarkan tingkat keparahan penyakit

a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan

ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas

Page 27: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

11

(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum

pasien buruk.

b. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan

penyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,

pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang

belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b) TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier,

perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral,

TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan

alat kelamin.

4) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya

a. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu

bulan (4 minggu).

b. Kasus kambuh (Relaps), yaitu pasien tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan

telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau

kultur).

c. Kasus setelah putus berobat (Default), yaitu pasien yang

telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

d. Kasus setelah gagal (Failure), yaitu pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e. Kasus Pindahan (Transfer In), yaitu pasien yang

dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya.

Page 28: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

12

f. Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi

ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus

Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.1.3 Gejala Penyakit Tuberkulosis

Gejala penyakit tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala

umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang

terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada

kasus baru sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara

klinik. Menurut Werdhani (2002), gejala penyakit tuberkulosis

terbagi menjadi dua, antara lain sebagai berikut.

1. Gejala sistemik/umum, yaitu:

a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai

dengan darah).

b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-

kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang

timbul.

c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus, yaitu:

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-

paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas

melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),

dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Page 29: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

13

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti

infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk

saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini

akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus

otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),

gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, penyakit

TB dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien

TB dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita

TB paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak

usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB

paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi

berdasarkan pemeriksaan serologi/darah (Werdhani, 2002).

2.1.4 Diagnosis Penyakit Tuberkulosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka

beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis

(Werdhani, 2002) adalah:

1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

2. Pemeriksaan fisik.

3. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

4. Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

5. Rontgen dada (thorax photo).

6. Uji tuberkulin.

Page 30: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

14

Menurut Kemenkes RI (2011), diagnosis tuberkulosis terbagi

menjadi tiga, yaitu:

1) Diagnosis TB Paru, terdiri dari:

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu

2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB. Pada program TB nasional,

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis

merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto

toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai

penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis.

2) Diagnosis TB ekstra paru, terdiri dari:

a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya

kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura

(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada

limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus)

pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

b. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,

bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari

jaringan tubuh yang terkena.

3) Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)

Pada ODHA, diagnosis TB paru dan TB ekstra paru

ditegakkan sebagai berikut:

Page 31: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

15

a. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan

dahak positif.

b. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif

dan gambaran klinis & radiologis mendukung Tb atau BTA

negatif dengan hasil kultur TB positif.

c. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi

yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

2.1.5 Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu

batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan

terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu

yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara

sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut (Kemenkes RI, 2011).

2.1.6 Masa Inkubasi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Chin (2012), masa inkubasi penyakit TB berawal

dari mulai masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi

primer atau rekasi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu

Page 32: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

16

2–10 minggu. Risiko menjadi TB paru dan TB ekstra paru biasanya

terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi lanten dapat

berlangsung seumur hidup.

2.1.7 Masa Penularan Penyakit Tuberkulosis

Secara teoritis, seorang penderita tetap menular sepanjang

ditemukan basil TB di dalam sputum mereka. Penderita yang tidak

diobati atau yang diobati tidak sempurna, dahaknya akan

mengdndung basil TB selama bertahun-tahun. Tingkat penularan

sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut (Chin, 2011).

1. Jumlah basil TB yang dikeluarkan.

2. Virulensi dari basil TB.

3. Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet.

4. Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada

saat bernyanyi.

5. Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi,

intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi.

2.1.8 Risiko Penularan Penyakit Tuberkulosis

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan

percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru

dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan

dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi

penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI

sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun. Menurut WHO ARTI di Indonesia bervariasi

antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi

tuberkulin negatif menjadi positif (Kemenkes RI, 2011).

Page 33: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

17

2.1.9 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

Menurut Kemenkes RI (2011), Pengobatan TB bertujuan

untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai

berikut:

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis

obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan

kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal

(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-

KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)

oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :

1) Tahap awal (intensif)

a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari

dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat.

b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara

tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.

c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Page 34: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

18

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

2.2 Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis

2.2.1 Gambaran Umum Kebijakan Program

Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih

untuk mengarahkan pengambilan keputusan (Suharno, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2009), kebijakan program pengendalian

penyakit tuberkulosis tercantum pada Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 (Kemenkes RI,

2009), yaitu:

1. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas

desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat

manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber

daya manusia, sarana dan prasarana.

2. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan

strategi DOTS.

3. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah

terhadap program penanggulangan TB.

4. Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu

pelayanan, kemudahan akses, penemuan dan pengobatan

sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya TB-MDR.

5. Penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh sarana

pelayanan kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Umum

Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM), Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru

Page 35: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

19

(BP4), dan Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktik Swasta

(DPS).

6. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TB di

tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan dan

Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.

7. Program penanggulangan TB dengan pendekatan program

DOTS Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical

Approach to Lung Health), dan HDL (Hospital DOTS

Linkages).

8. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi,

penggalangan kerja sama/kemitraan dengan lintas program dan

sektor terkait, pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan

Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB).

9. Peningkatan kemampuan laboratorium TB di berbagai tingkat

pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan

jejaring.

10. Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk

penanggulangan TB dan diberikan kepada pasien secara cuma-

cuma.

11. Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten

dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan

mempertahankan kinerja program.

12. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok

miskin dan kelompok rentan terhadap TB.

13. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap Pasien TB agar

tidak dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

14. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam

MDGs.

Page 36: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

20

2.2.2 Sejarah Program

Berdasarkan sejarahnya, program pengendalian

Tuberkulosis (TB) di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung sejak

zaman penjajahan Belanda, namun masih terbatas pada kelompok

tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui

Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP-4). Sejak tahun 1969,

pengendalian dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Obat

anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar INH,

PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Asam Para

Amino Salisilat (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak

1977 mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari

INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambutol selama 6 bulan

(Kemenkes RI, 2011).

Pada awal tahun 1990-an, WHO dan IUATLD

(International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai

strategi DOTS (Dircetly Observed Treatment Short-course).

Strategi DOTS ini terdiri dari 5 komponen kunci (Kemenkes RI,

2103), yaitu:

1) Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan

pendanaan.

2) Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang

terjamin mutunya.

3) Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi

pasien.

4) Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.

5) Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu

memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan

kinerja program.

Page 37: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

21

Menurut Kemenkes RI (2011), WHO telah

merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam

pengendalian TB sejak tahun 1995. Kemudian sejak tahun 2000,

strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas

pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang diintegrasikan

dalam pelayanan kesehatan dasar. Fokus utama strategi DOTS ini

adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas

diberikan kepada pasien TB tipe menular.

2.2.3 Tujuan Program

Suatu program dikatakan baik apabila memiliki tujuan yang

jelas dan operasional. Manfaat rumusan tujuan operasional

program adalah sebagai berikut (Muninjaya, 2004).

1. Pimpinan akan lebih mudah mengetahui apakah staf telah

melaksanakan tugasnya sesuai dengan agenda keguatan.

Keberhasilan proses manajemen dapat diukur dengan

menghitung tingkat efektivitas kegiatan staf dan efisiensi

penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan program.

2. Jika terjadi kesenjangan antara tujuan/target yang telah

ditetapkan sebagai standar unjuk kerja (standard performance)

dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai (cakupan

program), pimpinan harus melakukan analisis lebih lanjut.

Bandingkan standar dengan hasil yang telah dicapai, analisis

faktor penyebab atau kendala di lapangan terutama yang

bersumber pada kelemahan staf dan manajemen pelaksanaan

program. Demikian pula dengan kendala yang bersumber dari

partisipasi masyarakat.

Page 38: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

22

Menurut Kemenkes RI (2011), tujuan yang akan dicapai

ditetapkan berdasar kurun waktu dan kemampuan tertentu.

Tujuan ini dibedakan menjadi :

1. Tujuan Umum, biasanya cukup satu dan tidak terlalu

spesifik.

2. Tujuan khusus, penjabaran dari tujuan umum yang

dipecah menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih

spesifik dan terukur.

Di dalam buku pedoman pengendalian penyakit

tuberkulosis, diketahui bahwa tujuan dari program

pengendalian penyakit tuberkulosis adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian

tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

2.2.4 Sasaran Program

Sasaran adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan

digarap oleh program yang ingin direncanakan. Menurut

Notoatmodjo (2004), sasaran program kesehatan biasanya terbagi

menjadi dua, yakni:

1) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh

program.

2) Sasaran tidak langsung, yaitu kelompok yang menjadi sasaran

antara program tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap

sasaran langsung.

Menurut Kemenkes RI (2011), sasaran strategi nasional

pengendalian TB mengacu pada rencana strategis kementerian

kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu menurunkan

Page 39: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

23

prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per

100.000 penduduk. Sasaran keluaran adalah:

(1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru (BTA positif)

yang ditemukan dari 73% menjadi 90%;

(2) meningkatkan prosentase keberhasilan pengobatan kasus baru

TB paru (BTA positif) mencapai 88%;

(3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70%

mencapai 50%;

(4) meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan

pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.

2.2.5 Strategi Program

Menurut Mintzberg, strategi adalah pola (strategy is

patern) yang selanjutnya disebut sebagai “ intended strategy”

karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan. Selain itu,

strategi program bisa disebut juga sebagai “realized strategy” karena

telah dilakukan oleh organisasi. Berikut ini adalah beberapa kegiatan

dalam pembuatan strategi (Suryana, 2010).

1. Pengembangan visi, misi, dan tujuan jangka panjang

2. Mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan

dan kelemahan dari dalam organisasi

3. Mengembangkan alternatif strategi

4. Penentuan strategi yang paling sesuai untuk diadopsi

Menurut Kemenkes RI (2011), strategi nasional program

pengendalian TB di Indonesia terdiri dari 7 strategi, yaitu:

1) Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang

bermutu

Page 40: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

24

2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan

kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya

3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah,

masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui

pendekatan Public-Private Mix dan menjamin kepatuhan

terhadap International Standards for TB Care

4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB

5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan

dan manajemen program pengendalian TB

6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap

program TB

7) Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan

informasi strategis.

2.2.6 Organisasi Pelaksana Program

Organisasi adalah sarana untuk melakukan kerja sama antara

orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama dengan

mendayagunakan sumber daya yang dimiliki (Satrianegara, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2011), organisasi pelaksana program

pengendalian penyakit tuberkulosis terdiri dari beberapa aspek,

yaitu:

1. Aspek manajemen program

a. Tingkat Pusat

Upaya pengendalian TB dilakukan melalui Gerakan

Terpadu Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Gerdunas-

TB) yang merupakan forum kemitraan lintas sektor

dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I.

sebagai penanggung jawab teknis upaya pengendalian TB.

Dalam pelaksanaannya program TB secara Nasional

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian

Page 41: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

25

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Sub Direktorat

Tuberkulosis.

b. Tingkat Propinsi

Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi

yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk

dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan

daerah. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat propinsi

dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB

kabupaten/kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim

Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan

kebutuhan kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan program

TB di tingkat Kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Aspek Tatalaksana pasien TB

Aspek tatalaksana pasien TB dilaksanakan oleh

Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/Klinik dan Dokter Praktek

Swasta.

2.2.7 Pokok Kegiatan Program

Pokok – pokok kegiatan program TB dengan strategi DOTS

menurut Kemenkes RI (2011) dan Depkes RI (2009) adalah sebagai

berikut.

1. Tatalaksana Pasien TB, yaitu terdiri dari:

a. Penemuan Tersangka TB

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,

diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Page 42: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

26

Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam

kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan

penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan

dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB,

penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan

kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di

masyarakat.

b. Diagnosis

Penegakan diagnosis TB terbagi menjadi dua yaitu,

diagnosis TB Paru dan diagnosis TB Ekstra Paru.

Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan

bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,

misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto

toraks dan lain-lain.

c. Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan

rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman

terhadap OAT.

2. Manajemen Program, yang terdiri dari:

A. Perencanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), perencanaan

merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sistematis untuk

menyusun rencana berdasarkan kajian rinci tentang

keadaan masa kini dan perkiraan keadaan yang akan

muncul di masa mendatang berdasarkan fakta dan bukti.

Pada dasarnya rencana adalah alat manajemen yang

berfungsi membantu organisasi atau program agar dapat

Page 43: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

27

berkinerja lebih baik dan mencapai tujuan secara lebih

efektif dan efisien.

Tujuan dari perencanaan adalah tersusunnya

rencana program, tetapi proses ini tidak berhenti di sini saja

karena setiap pelaksanaan program tersebut harus dipantau

agar dapat dilakukan koreksi dan dilakukan perencanaan

ulang untuk perbaikan program. Perencanaan merupakan

suatu siklus yang meliputi:

A) Pengumpulan data, yang meliputi:

(a) Data Umum, yaitu data geografi dan demografi

(penduduk, pendidikan, sosial budaya, ekonomi)

serta data lainnya (jumlah fasilitas kesehatan,

organisasi masyarakat). Data ini diperlukan untuk

menetapkan target, sasaran dan strategi operasional

lainnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi

masyarakat.

(b) Data Program, yang meliputi data tentang beban

TB, pencapaian program (penemuan pasien,

keberhasilan diagnosis, keberhasilan pengobatan),

resistensi obat serta data tentang kinerja institusi

lainnya. Data ini diperlukan untuk dapat menilai

apa yang sedang terjadi, sampai di mana kemajuan

program, masalah apa yang dihadapi dan rencana

apa yang akan dilakukan.

(c) Data Sumber Daya, yang meliputi data tentang

tenaga (man), dana (money), logistik (material), dan

metodologi yang digunakan (method). Data ini

diperlukan untuk mengidentifikasikan sumber-

sumber yang dapat dimobilisasi sehingga dapat

menyusun program secara rasional, sesuai dengan

kemampuan tiap-tiap daerah. Di samping untuk

Page 44: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

28

perencanaan, data tersebut dapat dimanfaatkan

untuk berbagai hal seperti advokasi, diseminasi

informasi serta umpan balik.

B) Analisa situasi

Analisis situasi dapat meliputi analisis terhadap

lingkungan internal program (kekuatan dan kelemahan)

dan analisis lingkungan eksternal program (peluang dan

ancaman). Dari analisis ini kita dapat menyusun isu-isu

strategis, termasuk di dalamnya identifikasi masalah.

Identifikasi masalah dimulai dengan melihat

adanya kesenjangan antara pencapaian dengan

target/tujuan yang ditetapkan. Dari kesenjangan yang

ditemukan, dicari masalah dan penyebabnya. Untuk

memudahkan, masalah tersebut dikelompokkan dalam

input dan proses, agar tidak ada yang tertinggal dan

mempermudah penetapan prioritas masalah dengan

berbagai metode yang ada seperti metode “tulang ikan”

(fish bone analysis), pohon masalah dan log frame.

Komponen yang dianalisis terdiri dari 5M (man, money,

material, method, dan market).

C) Menetapkan masalah prioritas dan pemecahannya

Pemilihan masalah harus dilakukan secara

prioritas dengan mempertimbangkan sumber daya yang

tersedia, karena dengan menentukan masalah yang akan

menjadi prioritas maka seluruh sumber daya akan

dialokasikan untuk pemecahan masalah tersebut. Hal-

hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

prioritas, antara lain :

Page 45: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

29

a) Daya ungkitnya tinggi, artinya bila masalah itu

dapat diatasi maka masalah lain akan teratasi juga.

b) Kemungkinan untuk dilaksanakan (feasibility),

artinya upaya ini mungkin untuk dilakukan.

Dengan memperhatikan masalah prioritas dan

tujuan yang ingin dicapai, dapat diidentifikasi beberapa

alternatif pemecahan masalah. Dalam menetapkan

pemecahan masalah, perlu ditetapkan beberapa

alternatif pemecahan masalah yang akan menjadi

pertimbangan pimpinan untuk ditetapkan sebagai

pemecahan masalah yang paling baik. Pemilihan

pemecahan masalah harus mempertimbangkan

pemecahan masalah tersebut memiliki daya ungkit

terbesar, sesuai dengan sumber daya yang ada dan

dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang

ditetapkan.

D) Menetapkan tujuan, sasaran, indikator

Tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasar

kurun waktu dan kemampuan tertentu. Tujuan dapat

dibedakan antara tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum biasanya cukup satu dan tidak terlalu

spesifik. Tujuan umum dapat dipecah menjadi beberapa

tujuan khusus yang lebih spesifik dan terukur.

Beberapa syarat yang diperlukan dalam

menetapkan tujuan antara lain (SMART):

a) Terkait dengan masalah (Spesific)

b) Terukur (Measurable)

c) Dapat dicapai (Achievable)

d) Relevan, rasional (Realistic)

e) Memiliki target waktu (Timebound).

Page 46: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

30

E) Menyusun rencana kegiatan penganggaran

Tujuan jangka menengah dan jangka panjang

tidak dapat dicapai sekaligus sebab banyak masalah

yang harus dipecahkan sedang sumber daya terbatas.

Oleh sebab itu, perlu ditetapkan prioritas pengembangan

program dengan memperhatikan mutu strategi DOTS.

Untuk itu, implementasi pengembangan program

dilakukan secara bertahap, dengan prinsip efektifitas

dan efisiensi, yaitu :

a) Mempertahankan Mutu, mencakup segala aspek

mulai dari penemuan, diagnosis pasien, pengobatan

dan penanganan pasien (case holding), sampai pada

pencatatan pelaporan. Masing-masing aspek

tersebut, perlu dinilai semua unsurnya, apakah

sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b) Pengembangan Wilayah, didasarkan pada:

1) Besarnya masalah : Perkiraan jumlah pasien

TB BTA Positif

2) Daya ungkit : Jumlah penduduk, kepadatan

penduduk dan tingkat sosial-ekonomi

masyarakat.

3) Kesiapan : Tenaga, sarana dan kemitraan.

F) Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi

Dalam perencanaan perlu disusun rencana

pemantauan dan evaluasi. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menyusun rencana pemantauan dan

evaluasi meliputi:

a) Jenis-jenis kegiatan dan indikator,

b) Cara pemantauan,

Page 47: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

31

c) Pelaksana (siapa yang memantau),

d) Waktu dan frekuensi pemantauan (bulanan /

triwulan / tahunan).

e) Rencana tindak lanjut hasil pemantauan dan

evaluasi.

B. Surveilans

Salah satu komponen penting dari survailans yaitu

pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan

data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan

disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang

dikumpulkan pada kegiatan survailans harus valid (akurat,

lengkap dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam

pengolahan dan analisis. Data program TB dapat diperoleh

dari pencatatan di semua sarana pelayanan kesehatan

dengan satu sistem baku. Formulir-formulir yang

dipergunakan dalam pencatatan TB di:

1) Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah

Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll)

dalam melaksanakan pencatatan menggunakan

formulir:

a) Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa

dahak SPS (TB.06).

b) Formulir permohonan laboratorium TB untuk

pemeriksaan dahak (TB.05).

c) Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).

d) Kartu identitas pasien TB (TB.02).

e) Register TB sarana pelayanan kesehatan (TB.03

sarana pelayanan kesehatan)

Page 48: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

32

f) Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09)

g) Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB

pindahan (TB.10).

h) Register Laboratorium TB (TB.04).

Khusus untuk dokter praktek swasta,

penggunaan formulir pencatatan TB dapat

disesuaikan selama informasi survailans yang

dibutuhkan tersedia.

2) Di Kabupaten/Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan

formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:

a) Register TB Kabupaten (TB.03)

b) Laporan Triwulan Penemuan dan Pengobatan

Pasien TB (TB.07)

c) Laporan Triwulan Hasil Pengobatan (TB.08)

d) Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir

Tahap Intensif (TB.11)

e) Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Uji Silang

dan Analisis Hasil Uji silang Kabupaten (TB.12)

f) Laporan OAT (TB.13)

g) Data Situasi Ketenagaan Program TB

h) Data Situasi Public-Private Mix (PPM) dalam

Pelayanan TB

3) Di Provinsi

Provinsi menggunakan formulir pencatatan dan

pelaporan sebagai berikut:

a) Rekapitulasi Penemuan dan Pengobatan Pasien

TB per kabupaten/kota.

Page 49: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

33

b) Rekapitulasi Hasil Pengobatan per

kabupaten/kota.

c) Rekapitulasi Hasil Konversi Dahak per

kabupaten/kota.

d) Rekapitulasi Analisis Hasil Uji silang provinsi per

kabupaten/kota.

e) Rekapitulasi Laporan OAT per kabupaten/ kota.

f) Rekapitulasi Data Situasi Ketenagaan Program

TB.

g) Rekapitulasi Data Situasi Public-Private Mix

(PPM) dalam Pelayanan TB

C. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia)

dalam program TB bertujuan untuk menyediakan tenaga

pelaksana program yang memiliki keterampilan,

pengetahuan dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan

program TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat

yang sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu

menunjang tercapainya tujuan program TB nasional.

Pengembangan SDM ini, meliputi:

1) Standar Ketenagaan

Ketenagaan dalam program penanggulangan TB

memiliki standar-standar yang menyangkut kebutuhan

minimal (jumlah dan jenis tenaga) untuk

terselenggaranya kegiatan program TB, yaitu:

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:

(1) Puskesmas

a) Puskesmas Rujukan Mikroskopis dan

Puskesmas Pelaksana Mandiri :

Page 50: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

34

minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri

dari 1 dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1

tenaga laboratorium.

b) Puskesmas satelit : minimal tenaga

pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1

perawat/petugas TB.

c) Puskesmas Pembantu : kebutuhan minimal

tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1

perawat/petugas TB.

(2) Rumah Sakit Umum Pemerintah

a) RS kelas A : kebutuhan minimal tenaga

pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3

perawat/petugas TB, dan 1 tenaga

laboratorium.

b) RS kelas B : kebutuhan minimal tenaga

pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3

perawat/petugas TB, dan 1 tenaga

laboratorium.

c) RS kelas C : kebutuhan minimal tenaga

pelaksana terlatih terdiri dari 4 dokter, 2

perawat/petugas TB, dan 1 tenaga

laboratorium.

d) RS kelas D, RSTP dan B/BKPM :

kebutuhan minimal tenaga pelaksana

terlatih terdiri dari 2 dokter, 2

perawat/petugas TB, dan 1 tenaga

laboratorium.

(3) RS swasta : menyesuaikan.

(4) Dokter Praktek Swasta, minimal telah dilatih

Page 51: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

35

b. Tingkat Kabupaten/Kota

(1) Supervisor terlatih pada Dinas Kesehatan,

jumlah tergantung beban kerja yang secara

umum ditentukan jumlah puskesmas, RS dan

Fasyankes lain diwilayah kerjanya serta tingkat

kesulitan wilayahnya. Secara umum seorang

supervisor membawahi 10 - 20 Fasyankes.

Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20

Fasyankes dapat memiliki lebih dari seorang

supervisor.

(2) Gerdunas-TB/Tim DOTS/Tim TB, dan lain-

lainnya, jumlah tergantung kebutuhan.

c. Tingkat Provinsi

(1) Supervisor/Supervisor terlatih pada Dinas

Kesehatan, jumlah tergantung beban kerja yang

secara umum ditentukan jumlah Kab/Kota

diwilayah kerjanya serta tingkat kesulitan

wilayahnya. Secara umum seorang supervisor

membawahi 10-20 kabupaten/kota. Bagi

wilayah yang memiliki lebih dari 20

kabupaten/kota dapat memiliki lebih dari

seorang supervisor.

(2) Koordinator DOTS RS yang bertugas

mengkoordinir dan membantu tugas supervisi

program pada RS dapat ditunjuk sesuai dengan

kebutuhan.

(3) Gerdunas-TB/Tim DOTS/Tim TB, dan lain-

lainnya, jumlah tergantung kebutuhan.

(4) Tim Pelatihan: 1 koordinator pelatihan, 5

fasilitator pelatihan.

Page 52: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

36

2) Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam

rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas.

Konsep pelatihan dalam program TB, terdiri dari:

(a) Pendidikan/pelatihan sebelum bertugas (pre service

training), yaitu dengan memasukkan materi

program penanggulangan tuberkulosis strategi

DOTS`dalam pembelajaran/kurikulum Institusi

pendidikan tenaga kesehatan. (Fakultas Kedokteran,

Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain).

(b) Pelatihan dalam tugas (in service training), yang

terdiri dari pelatihan dasar program TB (initial

training in basic DOTS implementation), pelatihan

penuh, pelatihan ulangan (retraining), pelatihan

penyegaran, dan On the job training (pelatihan di

tempat tugas/refresher) serta pelatihan lanjutan

(continued training/advanced training.

3) Supervisi

Supervisi adalah kegiatan yang sistematis untuk

meningkatkan kinerja petugas dengan

mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas

yang dilakukan secara langsung. Kegiatan yang

dilakukan selama supervisi adalah observasi, diskusi,

bantuan teknis, bersama-sama mendiskusikan

permasalahan yang ditemukan, mencari pemecahan

permasalahan bersama-sama, memberikan laporan

berupa hasil temuan serta memberikan rekomendasi

dan saran perbaikan.

Page 53: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

37

D. Manajemen Laboratorium

Manajemen laboratorium TB meliputi beberapa

aspek yaitu; organisasi pelayanan laboratorium TB, sumber

daya laboratorium, kegiatan laboratorium, pemantapan

mutu laboratorium TB, keamanan dan kebersihan

laboratorium, dan monitoring (pemantauan) dan evaluasi.

Komponen pemantapan mutu terdiri dari 3 hal utama yaitu:

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI), yaitu

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

3. Peningkatan Mutu (Quality Improvement),

terintegrasi dalam PMI dan PME

E. Manajemen Logistik

Pengelolaan logistik meliputi fungsi perencanaan,

pengadaan, penyimpanan distribusi dan penggunaan.

Siklus ini akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh

suatu dukungan manajemen yang meliputi

organisasi,pendanaan, sistem informasi, sumber daya

manusia, dan jaga mutu. Jenis logistik program terdiri dari:

1) Logistik Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

2) Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

F. Monitoring dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu

fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

program (Notoatmodjo, 2007). Pemantauan dilaksanakan

secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera

mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan

yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan

Page 54: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

38

perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-

waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan sampai

dengan 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana

tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai.

Dalam mengukur keberhasilan tersebut diperlukan

indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan

perencanaan dan pengembangan program(Kemenkes RI,

2011).

Masing-masing tingkat pelaksana program

(fasyankes, Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat)

bertanggung jawab melaksanakan pemantauan kegiatan

pada wilayahnya masing-masing. Seluruh kegiatan harus

dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses, maupun

keluaran (output). Cara pemantauan dilakukan dengan

melaksanakan menelaah laporan, pengamatan langsung dan

wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan

masyarakat sasaran (Kemenkes RI, 2011).

G. Kegiatan Penunjang, terdiri dari:

1. Promosi

Promosi yang dilakukan oleh program

pengendalian penyakit TB terdiri dari:

a) Advokasi, diarahkan untuk menghasilkan

kebijakan yang mendukung upaya pengendalian

TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat

mencakup peraturan perundangundangan di

tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti

Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan

Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa,dan

lain sebagainya.

Page 55: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

39

b) Komunikasi, strategi komunikasi yang dilakukan

salah satunya adalah meningkatkan keterampilan

konseling dan komunikasi petugas maupun kader

TB melalui pelatihan.

c) Mobilisasi Sosial, merupakan strategi

membangkitkan keinginan masyarakat, secara

aktif meneguhkan konsensus dan komitmen sosial

di antara pengambil kebijakan untuk

menanggulangi TB.

2. Kemitraan

Kemitraan program penanggulangan TB

merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sektor,

baik dari pemerintah, legislatif, swasta, perguruan

tinggi/kelompok akademisi, kelompok organisasi

masyarakat (organisasi pengusaha dan organisasi

pekerja, kelompok media massa, organisasi profesi,

LSM, organisasi keagamaan, organisasi internasional)

dalam upaya percepatan penanggulangan TB secara

efektif, efisien dan berkesinambungan. Kemitraan TB

dilaksanakan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan

dan saling menguntungkan.

3. Penelitian

Penelitian di bidang TB diperlukan untuk

menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-

kegiatan untuk mencapai tujuan penanggulangan TB.

Penelitian di bidang TB dapat meliputi penelitian

operasional dan penelitian ilmiah (scientific).

Penelitian operasional TB didefinisikan sebagai

penilaian atau telaah terhadap unsur-unsur yang

Page 56: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

40

terlibat dalam pelaksanaan program atau kegiatan-

kegiatan yang berada dalam kendali manajemen

program TB. Hal-hal yang dapat ditelaah dalam

penelitian operasional TB antara lain meliputi sumber

daya, akses pelayanan kesehatan, pengendalian mutu

pelayanan, keluaran dan dampak yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja program penanggulangan

nasional TB.

Sedangkan penelitian operasional dapat dibagi

atas dua jenis yaitu penelitian observasional dimana

tidak ada manipulasi variabel bebas dan penelitian

eksperimental yang diikuti dengan tindakan/intervensi

terhadap variabel bebas. Penelitian observasional

bertujuan menentukan status atau tingkat masalah,

tindakan atau intervensi pemecahan masalah serta

membuat hipotesis peningkatan kinerja program.

Penelitian eksperimental melakukan intervensi

terhadap input dan proses guna meningkatkan kinerja

program. Banyak penelitian telah dilaksanakan

berbagai pihak, namun kegunaanya jauh dari

kepentingan program dan sulit diterapkan. Hal ini

terjadi karena aspek yang diteliti tidak searah dengan

permasalahan yang dihadapi oleh program.

2.2.8 Indikator Program

Menurut Green (1992), indikator adalah variabel – variabel

yang mengindikasikan atau memberikan petunjuk tentang suatu

keadaan tertentu sehingga dapat digunakan untuk mengukur

perubahan (Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Page 57: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

41

RI, 2008). Ada beberapa indikator yang digunakan dalam rangka

pengendalian penyakit TB (Kemenkes RI, 2011), yaitu:

a) Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection

Rate = CDR)

Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang

ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA

positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case

Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru

BTA positif pada wilayah tersebut.

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh

berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA

positif dikali dengan jumlah penduduk. Target Case Detection

Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal

70%.

b) Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate = SR)

Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru

TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik

yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien

baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dengan demikian

angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan

angka pengobatan lengkap.

c) Angka Penjaringan Suspek

Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara

100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun.

Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien

dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan

kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan).

Fasyankes yang tidak mempunyai wilayah cakupan penduduk,

Page 58: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

42

misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta,

indikator ini tidak dapat dihitung.

d) Proporsi Pasien TB Paru BTA positif di antara suspek yang

diperiksa dahaknya

Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan

diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini

menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis

pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.

Angka ini sekitar 5 – 15%. Bila angka ini terlalu kecil

(<5%) kemungkinan disebabkan penjaringan suspek terlalu

longgar, banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek,

atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif

palsu). Sedangkan bila angka ini terlalu besar (>15%)

kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau ada

masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).

e) Proporsi Pasien TB Paru BTA positif di antara seluruh pasien

TB paru

Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif

diantara semua pasien Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini

menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang

menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang

diobati. Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila

angka ini jauh lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah,

dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien

yang menular (pasien BTA Positif).

f) Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien

Adalah prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara

seluruh pasien TB tercatat. Angka ini sebagai salah satu

Page 59: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

43

indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis

TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu

besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.

g) Angka Notifikasi Kasus (CNR)

Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang

ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu

wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan

menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke

tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk

menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau

menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

h) Angka Konversi

Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang

mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani

masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk

mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk

mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat

dilakukan dengan benar. Angka minimal yang harus dicapai

adalah 80%.

i) Angka Kesembuhan

Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru

TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa

pengobatan, di antara pasien baru TB paru BTA positif yang

tercatat. Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA

positif pengobatan ulang dengan tujuan:

(a) Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan

terhadap obat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan

dengan surveilans kekebalan obat.

Page 60: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

44

(b) Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan

menggunakan obat baris kedua (second-line drugs).

(c) Menunjukan prevalens HIV, karena biasanya kasus

pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.

j) Angka Kesalahan Laboratorium (Error rate)

Adalah angka kesalahan laboratorium yang menyatakan

prosentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yang dilakukan

oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji silang

(cross check) oleh BLK atau laboratorium rujukan lain. Angka

kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi

maksimal 5%.

Apabila error rate = 5 % dan positif palsu serta negatif

palsu keduanya < 5% berarti mutu pemeriksaan baik. Error rate

ini menjadi kurang berarti bila jumlah slide yang di uji silang

(cross check) relatif sedikit. Pada dasarnya error rate dihitung

pada masingmasing laboratorium pemeriksa, di tingkat

kabupaten/kota. Kabupaten/kota harus menganalisa berapa

persen laboratorium pemeriksa yang ada diwilayahnya

melaksanakan cross check, disamping menganalisa error rate

per PRM/PPM/RS/BP4, supaya dapat mengetahui kualitas

pemeriksaan slide dahak secara mikroskopis langsung.

Page 61: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

45

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG

3.1. Alur Kegiatan

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang

Tahap Persiapan

• Pembuatan Proposal Magang

• Pengajuan permohonan magang ke pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

• Konfirmasi ulang ke pihak institusi magang

• Penentuan pembimbing lapangan oleh pihak institusi magang

Tahap Pelaksanaan

• Melaksanakan kegiatan magang mulai tanggal 11 Februari - 21 Maret 2014

• Mengikuti alur kerja institusi magang

• Melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk laporan meliputi:

• Gambaran umum Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013

• Laporan tahunan program pengendalian tuberkulosis tahun 2013

• Gambaran proses pelaksanaan program pengendalian tuberkulosis tahun 2013

• Gambaran output program pengendalian tuberkulosis tahun 2013

• Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing akademik dan pembimbing lapangan

Tahap Evaluasi dan Presentasi

Laporan

• Melakukan penyusunan laporan magang dibimbing oleh pembimbing akademik dan pembimbing lapangan

• Presentasi laporan magang yang dihadiri oleh tim penguji yang terdiri atas pembimbing akademik, pembimbing lapangan, dan seorang penguji lain yang ditunjuk oleh panitia magang.

Page 62: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

46

Berdasarkan bagan 3.1 diketahui bahwa kegiatan magang

dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan

dan tahap evaluasi dan prensentasi laporan. Melalui kegiatan magang ini,

diharapkan dapat diperoleh gambaran pelaksanan program pengendalian

penyakit tuberkulosis di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Seksi

Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis.

3.2. Jadwal Kegiatan Magang

Berikut ini adalah jadwal kegaiatan magang yang telah

dilaksanakan oleh penulis selama magang di Seksi Program Pengendalian

Penyakit Bidang Program Pengendalian Tuberkulosis di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2014.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2014

No. Hari dan Tanggal Kegiatan Tempat

1. Selasa

11 Februari 2014

Memperkenalkan diri ke

Kepala seksi P2P Dinkes

Tangsel

Dinkes

Tangsel

2. Rabu

12 Februari 2014

Memperkenalkan diri ke staf

P2P dan Surimun Dinkes

Tangsel

Dinkes

Tangsel

3. Kamis

13 Februari 2014

Mengumpulkan data terkait

tuberkulosis

Dinkes

Tangsel

4. Jumat

14 Februari 2014

Melakukan diskusi terkait TB

Paru dan mengumpulkan data

Dinkes

Tangsel

5. Senin

17 Februari 2014

Melakukan diskusi terkait

indikator TB Paru dan

menyusun laporan

Dinkes

Tangsel

6. Selasa Melakukan diskusi terkait Dinkes

Page 63: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

47

18 Februari 2014 indikator TB Paru Tangsel

7. Rabu

19 Februari 2014

Melakukan diskusi terkait

pemeriksaan laboratorium TB

Dinkes

Tangsel

8. Kamis

20 Februari 2014

Melakukan kunjungan dalam

rangka monitoring dan

evaluasi kader Community

TB care.

LSM

Aisyiyah

9. Jumat

21 Februari 2014

Melakukan diskusi terkait

analisis penemuan kasus TB

di Banten dan Tangsel

Dinkes

Tangsel

10. Senin

24 Februari 2014

Melakukan diskusi terkait

faktor-faktor yang

mempengaruhi penemuan

kasus TB BTA positif

Dinkes

Tangsel

11. Selasa

25 Februari 2014

Melakukan izin pengambilan

data surveilans ke kepala

seksi Surveilans dan

Imunisasi Dinkes Tangsel

Dinkes

Tangsel

12. Rabu

26 Februari 2014

Melakukan kunjungan

pelatihan kader PMO

Community TB Care

LSM

Aisyiyah

13. Kamis

27 Februari 2014

Melakukan kunjungan

pelatihan kader PMO

Community TB Care

LSM

Aisyiyah

14. Jumat

28 Februari 2014

Menyusun laporan,

mengumpulkan data, dan

menganalisis indikator

pencapaian program

Dinkes

Tangsel

15. Senin

3 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

PKM.

Pamulang

Page 64: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

48

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

16. Selasa

4 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Pondok

Betung dan

PKM.

Jurangmang

u

17. Rabu

5 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Pondok

Aren dan

Pondok

Pucung

18. Kamis

6 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Pondok

Kacang

Timur dan

PKM.

Parigi

19. Jumat

7 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM. Rawa

Buntu,

Klinik

Rahma

Medika, dan

Klinik PT.

Pratama

20. Senin

10 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Benda Baru

dan RSUD

Tangsel

Page 65: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

49

21. Selasa

11 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Pondok

Ranji dan

PKM.

Rengas

22. Rabu

12 Maret 2014

Mengikuti kegiatan dan

menjadi fasilitator bimbingan

software SITT dan koreksi

laporan data TB 01 dan TB

06

PKM.

Pondok

Jagung dan

PKM. Paku

Alam

23. Kamis

13 Maret 2014

Mengikuti kegiatan dan

menjadi fasilitator bimbingan

software SITT dan koreksi

laporan data TB 01 dan TB

06

PKM.

Ciputat

Timur dan

PKM.

Pisangan

24. Jumat

14 Maret 2014

Mengikuti kegiatan dan

menjadi fasilitator bimbingan

SITT dan koreksi laporan

data TB 01 dan TB 06

PKM.

Ciputat dan

PKM.

Kampung

Sawah

25. Senin

17 Maret 2014

Mengikuti kegiatan dan

menjadi fasilitator bimbingan

SITT dan koreksi laporan

data TB 01 dan TB 06

PKM. Situ

Gintung dan

PKM.

Jombang

26. Selasa

18 Maret 2014

Mengikuti kegiatan dan

menjadi fasilitator bimbingan

software SITT dan koreksi

laporan data TB 01 dan TB

06

PKM.

Serpong I

dan PKM.

Serpong II

27. Rabu Mengikuti kegiatan PKM.

Page 66: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

50

19 Maret 2014 bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

Kranggan

dan PKM.

Setu

28. Kamis

20 Maret 2014

Mengikuti kegiatan

bimbingan software SITT dan

koreksi laporan data TB 01

dan TB 06

PKM.

Bhakti Jaya

dan PKM.

Pondok

Benda

29. Jumat

21 Maret 2014

Mengikuti kegiatan supervisi

dari Dinkes Provinsi Banten

dan Kemenkes RI

PKM.

Ciputat

Dari tabel 3.1 diketahui bahwa kegiatan magang paling sering dilakukan di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2014 adalah kegiatan bimbingan

software SITT dan koreksi laporan data TB 01 dan TB 06 di 29 fasilitas pelayanan

kesehatan di Kota Tangerang Selatan sesuai dengan lampiran 1.2.

Page 67: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan PP No. 8 tahun 2003 pasal 9, Dinas Kesehatan Daerah

Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana kesehatan Kabupaten/Kota

yang dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab kepada

Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah (Murti,dkk., 2006). Dalam

pelaksanaannya, Dinas Kesehatan ini memiliki kewenangan desentralisasi

di bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis kesehatan,

pemberian perizinan dan pelaksanaan kesehatan, serta pembinaan terhadap

UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) kesehatan (Depkes RI, 2004).

Secara umum, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah

suatu unsur pelaksana keseahatan yang berada di bawah pemerintahan

Kota Tangerang Selatan. Sebenarnya Kota Tangerang Selatan sendiri

merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008

berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan

Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November 2008.

Pembentukan daerah otonom baru ini dilakukan dengan tujuan

meningkatkan pelayanan dalam bidang kesehatan (Dinkes Tangsel, 2012).

4.1.1. Visi

Menurut Aditya (2010), visi adalah suatu pandangan jauh

tentang organisasi perusahaan, tujuan – tujuan organisasi atau

perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut pada masa yang akan datang. Beberapa persyaratan yang

hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi:

Page 68: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

52

1. Berorientasi ke depan.

2. Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini.

3. Mengekspresikan kreatifitas.

4. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi

masyarakat.

Visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah

”Rakyat Tangerang Selatan Mandiri dalam Hidup Sehat”.

4.1.2. Misi

Misi adalah perrnyataan tentang apa yang harus dikerjakan

oleh lembaga atau organisasi dalam usahanya mewujudkan visi

(Aditya, 2010). Dalam upaya mencapai Visi Pembangunan

Kesehatan di Kota Tangerang Selatan, Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan menetapkan beberapa misi Selatan yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan pengetahuan masyarakat dan

tenaga kesehatan.

2) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.

3) Meningkatkan kemampuan perlindungan, deteksi dini, dan

penanggulangan penyakit menular dan tidak menular.

4) Meningkatkan jejaring kemitraan di bidang kesehatan.

4.1.3. Keadaan Umum Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi

Banten yaitu pada titik koordinat 106’ 38’ – 106’ 47’ Bujur Timur

dan 06’ 13’ 30 – 06’ 22’ 30’ Lintang Selatan. Secara

administratif, Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh)

kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima)

desa dengan luas wilayah 147,19 km2 atau 14.719 Ha.

Page 69: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

53

Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai

berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota

Tangerang.

Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta &

Kota Depok.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota

Depok.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

4.1.4. Wilayah Kerja

Pada awal pembentukan tahun 2009, Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan memiliki cakupan wilayah kerja yang tersebar

di 11 fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan.

Kemudian pada beberapa tahun berikutnya, Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan terus mengalami pemekaran hingga sekarang

memiliki cakupan wilayah kerja menjadi 29 fasilitas pelayanan

kesehatan yang terdiri dari 25 puskesmas, 1 Rumah Sakit Umum

Daerah dan 3 klinik swasta (workplaces). Berikut ini adalah

gambaran wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

berdasarkan persebaran puskesmas tahun 2013.

Page 70: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

54

Bagan 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan tahun 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2013

Berdasarkan bagan 4.1 dapat diketahui bahwa Puskesmas

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

memiliki 25 Puskesmas terdiri dari 18 Puskesmas Perawatan dan

7 Puskesmas Non Perawatan dan 1 Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan. Puskesmas tersebut tersebar di beberapa

kecamatan, yaitu:

a) Kecamatan Ciputat Timur terdapat 4 puskesmas.

b) Kecamatan Pamulang terdapat 3 puskesmas.

c) Kecamatan Ciputat 4 terdapat puskesmas.

d) Kecamatan Pondok Aren terdapat 6 puskesmas.

e) Kecamatan Serpong Utara terdapat 2 puskesmas.

f) Kecamatan Setu terdapat 3 puskesmas.

g) Kecamatan Serpong terdapat 3 puskesmas.

Page 71: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

55

4.1.5. Kependudukan

Berdasarkan data laporan tahunan di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2013, diketahui bahwa jumlah

penduduk di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Selatan tahun

2013

No Nama Puskesmas Jumlah Penduduk

1 Setu 21.676

2 Kranggan 24.907

3 Bhakti Jaya 25.875

4 Serpong I 31.008

5 Serpong II 38.665

6 Rawa Buntu 80.454

7 Pamulang 161.386

8 Pondok Benda 39.625

9 Benda Baru 112.201

10 Ciputat 58.739

11 Kampung Sawah 66.496

12 Jombang 52.214

13 Situ Gintung 32.846

14 Ciputat Timur 68.844

15 Pisangan 68.725

16 Pondok Ranji 31.745

Page 72: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

56

17 Rengas 26.334

18 Pondok Aren 43.376

19 Jurang Mangu 88.956

20 Parigi 28.558

21 Pondok Betung 81.748

22 Pondok Pucung 29.893

23 PondokKacang Timur 59.089

24 Pondok Jagung 61.336

25 Paku Alam 77.069

Kota Tangerang Selatan 1.411.765

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk di Kota Tangerang Selatan adalah 1.367.185. Adapun

jumlah penduduk tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas

Pamulang. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di

wilayah kerja Puskesmas Bhakti Jaya.

4.1.6. Sumber Daya Kesehatan

Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh

dua faktor yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana. Dari

kedua faktor tersebut, faktor sumber daya manusia lebih penting

daripada sarana prasana pendukung karena secanggih apapun

fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi atau institusi,

tanpa ada sumber daya manusia yang memadai baik kuantitas

maupun kualitas, niscaya organisasi tersebut tidak dapat berhasil

mewujudkan visi dan misi organisasi (Notoatmodjo, 2007). Berikut

Page 73: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

57

ini adalah tenaga kesehatan, sarana dan prasarana yang terdapat di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

1. Tenaga Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

sumber daya manusia kesehatan merupakan subyek sekaligus

obyek pembangunan kesehatan. Kinerja puskesmas sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan (Dinkes Tangsel,

2012).

Berdasarkan laporan tahunan 2013, diketahui bahwa

tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

berjumlah 710 orang yang tersebar di setiap Puskesmas. Tenaga

kesehatan tersebut terdiri dari:

1) Bidan sebanyak 247 orang.

2) Dokter umum sebanyak 66 orang.

3) Dokter gigi sebanyak 43 orang.

4) Perawat sebanyak 108 orang.

5) Perawat gigi sebanyak 15 orang.

6) Petugas gizi sebanyak 8 orang.

7) Kesehatan masyarakat sebanyak 6 orang.

8) Kesehatan lingkungan sebanyak 5 orang.

9) Asisten apoteker sebanyak 8 orang.

10) Apoteker sebanyak 3 orang.

11) Analis sebanyak 20 orang.

12) Pshycoterapis sebanyak 4 orang.

13) Non kesehatan sebanyak 177 orang.

Dari penjabaran tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah

tenaga kesehatan yang paling banyak adalah tenaga bidan

Page 74: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

58

sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah

tenaga apoteker.

2. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Berikut ini adalah sarana dan prasarana kesehatan yang

terdapat di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013

Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

Rumah Sakit 22

Puskesmas 25

Puskesmas dengan tempat perawatan 7

Puskesmas pembantu 13

Tempat tidur puskesmas perawatan 99

Balai pengobatan swasta 287

Praktek dokter umum swasta 287

Praktek dokter gigi swasta 125

Praktek dokter spesialis 107

Praktek bidan swasta 63

Laboratorium Klinik Swasta 30

Optik 42

Apotik 75

Toko Obat berizin 47

Industri kecil obat tradisional 3

Rumah bersalin swasta 33

Pengobatan tradisional 31

Puskesmas keliling 25

Page 75: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

59

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa jenis sarana dan

prasarana yang terbanyak di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan adalah balai pengobatan swasta dan praktek dokter

swasta. Sedangkan jenis sarana dan prasarana yang paling

sedikit adalah industri kecil obat tradisional.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wasor TB,

diketahui bahwa seluruh puskesmas di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan memiliki kelengkapan

dalam segi pemeriksaan mikroskopis laboratorium. Oleh karena

itu, seluruh puskesmas dikatogerikan sebagai Puskesmas

Pelaksana Mandiri (PPM). Menurut Kemenkes RI (2011), PPM

adalah puskesmas yang memiliki laboratorium mikroskopis TB

yang berguna untuk melakukan pelayanan mikroskopis TB.

4.1.7. Pembiayaan Kesehatan

Menurut Muninjaya (2011), ada empat sumber utama

untuk membiayai pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Pemerintah yang berasal dari APBN, APBD provinsi, dan

APBD kanupaten/kota.

2. Swasta, yang berasal dari investasi langsung oleh pihak

swasta.

3. Masyarakat melalui pembayaran langsung atau yang

terhimpun oleh perusahaan asuransi.

4. Hibah atau pinjaman luar negeri.

Berdasarkan laporan tahun 2013, pembiayaan kesehatan di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bersumber dari APBD

Kota Tangerang Selatan dan APBN, serta dana hibah dari Global

Page 76: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

60

Fund. Berikut adalah sumber pembiayaan kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

Tabel 4.3 Sumber Pembiayaan di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013

No. Sumber Pembiayaan Alokasi Anggaran Kesehatan

Anggaran bersumber dari:

1. APBD Kab/Kota 250.305.182.485

a. Belanja Langsung 224.422.191.950

b. Belanja Tidak Langsung 25.882.990.535

2. APBD Provinsi

3. APBN : 8.192.337.400

Total Anggaran Kesehatan 508.802.702.370

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

4.2. Gambaran Morbiditas dan Mortalitas Penyakit Tuberkulosis di Kota

Tangerang Selatan

Angka kematian dan kesakitan merupakan indeks kesehatan yang

penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat (Budiarto, 2002).

Menurut (Timmreck, 2004) morbiditas (kesakitan) adalah derajat sakit,

cedera, atau gangguan pada suatu populasi. Sedangkan mortalitas adalah

istilah yang berarti “kematian”, atau menjelaskan kematian dan isu-isu

yang terkait.

Berdasarkan Depkes RI (2006), untuk mengetahui prediksi

jumlah kasus dalam tahun berjalan, dapat digunakan analisis trend

tahunan, yaitu dengan mempelajari periode peak seasional kasus. Berikut

ini adalah grafik jumlah kasus dan kematian akibat penyakit tuberkulosis

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota tahun 2009 – 2013.

Page 77: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

61

Grafik 4.1 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit

Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Dari grafik 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah kasus penyakit TB

mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Namun

pada tahun 2013, jumlah kasus penyakit TB mengalami penurunan

walaupun tidak terlalu drastis. Hal ini juga sama pada jumlah kematian

akibat penyakit TB di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Jumlah kematian ini mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2012. Namun mengalami penurunan di tahun 2013.

Menurut Kemenkes RI (2011), ada beberapa penyebab utama

meningkatnya beban masalah TB, antara lain sebagai berikut.

1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat.

2. Kegagalan program TB selama ini yang diakibatkan oleh tidak

memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya

1183 1094

1228

1852 1825

18 16 9 44 13 0

500

1000

1500

2000

2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2009-2013

Jumlah Kasus

JumlahKematian

Page 78: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

62

organisasi pelayanan TB, tidak memadaianya tatalaksana kasus, dan

lain-lain.

3. Perubahan demografi karena meningkatnya penduduk dunia dan

perubahan struktur umur kependudukan.

4. Adanya dampak pandemi dari penyakit HIV.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

(2014), dari tahun 2009 jumlah penduduk di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan dan mencapai

klimaksnya pada tahun 2012. Oleh karena itu, faktor perubahan demografi

penduduk dapat menjadi suatu indikasi meningkatnya jumlah kasus dan

jumlah kematian akibat TB di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

Hal tersebut didukung oleh data dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan (2014) yang menunjukkan bahwa setiap tahunnya,

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengalami pemekaran wilayah

kerja. Wilayah tersebut teridentifikasi dari cakupan wilayah kerja UPK

(Unit Pelayanan Kesehatan) di Kota Tangerang Selatan. Awal berdiri

(tahun 2009), wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

hanya mencakup 11 UPK. Tahun berikutnya meningkat menjadi 13 UPK

dan pada tahun 2011 menjadi 27 UPK. Kemudian pada tahun 2012

menjadi 28 UPK dan pada tahun 2013 jumlah UPK di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sebanyak 33 UPK.

4.2.1. Distribusi Penyakit Berdasarkan Orang, Tempat, dan Waktu

Frekuensi dan distribusi masalah kesehatan (khususnya

penyakit) pada umumnya bervariasi menurut karakteristik orang

(person), tempat (place), dan waktu (time) (Bustan, 2006). Berikut

adalah distribusi penyakit tuberkulosis berdasarkan karakteristik

orang, tempat dan waktu

Page 79: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

63

a. Orang (Person)

Person adalah karakteristik dari individu yang

mempengaruhi keterpaparan yang mereka dapatkan dan

suskeptibilitasnya terhadap penyakit. Karakteristik dari person

bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

kebiasaaan, dan status sosial-ekonomi (Bustan, 2006).

Berdasarkan karakteristik orang, mayoritas penduduk

yang mengalami penyakit tuberkulosis (TB) di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 -

2013 adalah laki – laki yaitu sebesar 57%. Kemudian

berdasarkan kategori umur, penyakit ini mayoritas menyerang

orang dewasa yaitu sebesar 25% pada kisaran umur 25 – 34

tahun. Berikut adalah adalah bagan distribusi penyakit TB

berdasarkan kategori jenis kelamin dan umur di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 - 2013.

Bagan 4.2 Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut Jenis Kelamin dan

Umur di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

57%

43%

Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut Jenis Kelamin di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2009 - 2013

Laki - Laki Perempuan

5% 5%

20%

25% 18%

13%

10%

4%

Distribusi Penyakit Tuberkulosis menurut Umur di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2009 - 2013

0 - 5 tahun

5 - 14 tahun

15 - 24 tahun

25 - 34 tahun

35 - 44 tahun

45 - 54 tahun

55 - 65 tahun

> 66 tahun

Page 80: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

64

b. Tempat (Place)

Perbedaan distribusi penyakit menurut tempat

memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat

menjadi pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang

belum diketahui (Bustan, 2006). Berikut ini adalah distribusi

kasus TB berdasarkan Unit Pelayanan Kesehatan di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4.2 Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Unit Pelayanan

Kesehatan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

96

63

100 94 82 88

74 53 51

31

65 36 35

0 26

56 36 27 17

50 68

28 42 45 55

29

80

29

361

8 0 0 0 0 0 0

50

100

150

200

250

300

350

400

Serp

on

g I

Po

nd

ok

Jagu

ng

Cip

uta

t

Kam

pu

ng

Saw

ah

Jom

ban

g

Po

nd

ok

Are

n

Pam

ula

ng

Cip

uta

t Ti

mu

r

Jura

ng

Man

ggu

Setu

LKC

Kra

ngg

an

Par

igi

PT.

Ind

ah K

iat

PT.

Pra

tam

a

Po

nd

ok

Ben

da

Be

nd

a B

aru

Situ

Gin

tun

g

Po

nd

ok

Ran

ji

Pis

anga

n

Re

nga

s

Pak

ual

am

Po

nd

ok

Pu

cun

g

Po

nd

ok

Bet

un

g

Po

nd

ok

Kac

ang…

Serp

on

g II

Raw

a B

un

tu

Bh

akti

Jay

a

RSU

D K

ota

Tan

gse

l

RS

Eka

Ho

spit

al

Pre

mie

re B

inta

ro

RS

Sari

Asi

h C

ipu

tat

RS

OM

NI

RS

Med

ika

Klin

ik R

ahm

a M

edik

a

Jum

lah

Kas

us

Unit Pelayanan Kesehatan

Page 81: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

65

Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa jumlah kasus

TB terbanyak di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 terdapat di RSUD Kota

Tangerang Selatan yaitu sebesar 361 kasus. Sedangkan di

beberapa Rumah Sakit atau Klinik Swasta seperti RS Eka

Hospital, RS Sari Asih Ciputat, RS OMNI, RS Medika dan

Klinik Rahma Medika, tidak ditemukan kasus TB. Menurut

hasil wawancara dengan wasor TB Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, diketahui bahwa ada kendala dari

pencatatan dan pelaporan kasus TB di Rumah Sakit dan Klinik

Swasta tersebut sehingga data kasus TB tidak terlaporkan ke

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

c. Waktu

Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam,

hari, bulan, atau tahun. Informasi waktu bisa menjadi pedoman

tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat. Mempelajari

panjangnya waktu berguna untuk mengkaitkan dengan

terjadinya perubahan angka kesakitan (Bustan, 2006).

Penemuan kasus merupakan langkah pertama dalam

kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan

pasien TB menular secara bermakna akan dapat menurunkan

kesakitan dan kematian akibat TB sekaligus merupakan

kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di

masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan indikator pengendalian TB, diketahui

bahawa indikator Angka Notifikasi Kasus (Case Notification

Rate) merupakan angka berguna untuk menunjukkan

kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan

Page 82: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

66

pasien pada wilayah tertentu karena apabila dikumpulkan

secara serial, angka ini akan menggambarkan kecenderungan

penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tertentu

(Kemenkes RI, 2011). Dari penjabaran tersebut, berikut ini

adalah grafik mengenai Pola Penemuan Kasus (Case

Notification Rate) Penyakit Tuberkulosis di Kota Tangerang

Selatan tahun 2009 – 2013.

Grafik 4.3 Pola Penemuan Kasus (Case Notification Rate) Penyakit

Tuberkulosis Berdasarkan Puskesmas di Kota Tangerang Selatan

tahun 2009 - 2013 (per 100.000 penduduk)

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.3 diketahui bahwa pada tahun 2013

terjadi peningkatan penemuan kasus TB pada setiap Puskesmas

di Kota Tangerang Selatan jika dibandingkan dengan tahun –

tahun sebelumnya. Menurut Kemenkes RI (2011), penemuan

123

59

32 117

59

127

34

45 20

129

88 81

68 14 40 19 57

144

22 33

24 36

34

72

112

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Serp

ong I

Pondok J

agung

Cip

uta

t

Kam

pung S

aw

ah

Jom

bang

Pondok A

ren

Pam

ula

ng

Cip

uta

t Tim

ur

Jura

ng M

anggu

Setu

Kra

nggan

Parigi

Pondok B

enda

Benda B

aru

Situ G

intu

ng

Pondok R

anji

Pis

angan

Rengas

Pakuala

m

Pondok P

ucu

ng

Pondok B

etu

ng

Pondok K

aca

ng T

imur

Serp

ong I

I

Raw

a B

untu

Bhakti J

aya

2013

2012

2011

2010

2009

Page 83: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

67

kasus TB merupakan strategi yang efektif dan efisien untuk

mencegah penularan penyakit TB di masyarakat.

4.2.2. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Klasifikasi

Riwayat Pengobatan

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), klasifikasi penyakit

TB berdasrkan riwayat pengobatan ,yaitu:

1) Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu

bulan (4 minggu).

2) Kasus kambuh (Relaps), yaitu pasien tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan

telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau

kultur).

3) Kasus setelah putus berobat (Default), yaitu pasien yang

telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

4) Kasus setelah gagal (Failure), yaitu pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Kasus Pindahan (Transfer In), yaitu pasien yang

dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk

melanjutkan pengobatannya.

6) Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi

ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk kasus

kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulangan.

Berikut ini adalah grafik distribusi klasifikasi

penyakit tuberkulosis tahun 2013 yang diperoleh dari data

Page 84: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

68

laporan Program Pengendalian Penyakit TB di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Grafik 4.4 Distribusi Klasifikasi Penyakit

Tuberkulosis Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.4 diketahui bahwa klasifikasi kasus

TB tertinggi di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan adalah kasus baru yaitu sebesar 847 kasus. Sedangkan

klasifikasi kasus yang terendah adalah kasus gagal. Jika dilihat dari

jumlah kasus baru dan dibandingkan dengan klasifikasi kasus yang

lainnya, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penemuan kasus baru

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

KasusBaru

Kambuh TBEkstraParu

Default Pindah Gagal Lain-lain

Jum

lah

Kas

us

Klasifikasi Kasus

Page 85: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

69

penyakit TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah

berjalan di Kota Tangerang Selatan.

Namun berdasarkan hasil wawancara oleh wasor TB Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui bahwa salah satu

kendala dalam kegiatan penemuan kasus di lapangan (fasilitas

pelayanan kesehatan) adalah dalam menindaklanjuti kasus

pindahan (transfer in). Menurut beliau, kendala tersebut dapat

menyebabkan hasil pengobatan, kesembuhan, dan angka konversi

menjadi bermasalah. Maka perlu dilakukannya pencatatan yang

lebih terperinci mengenai klasifikasi penyakit TB terutama pada

kasus pindahan yang terdapat di setiap fasilitas pelayanan

kesehatan di Kota Tangerang Selatan.

4.3. Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan

4.3.1. Struktur Organisasi

Untuk dapat bekerja secara efektif dalam organisasi,

seseorang harus memiliki pemahaman tentang struktur organisasi,

Struktur organisasi adalah pola formal kegiatan dan hubungan di

antara berbagai subunit dalam organisasi. Dengan memandang

bagan organisasi, seseorang hanya melihat suatu susunan posisi,

tugas-tugas pekerjaan dan garis wewenang dari bagian-bagian

dari oganisasi (Gibson, 1996).

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah salah

satu organisasi pelaksana program pengendalian penyakit

tuberkulosis di wilayah kota Tangerang Selatan. Berdasarkan

struktur organisasi yang terdapat di lampiran 1.1, diketahui bahwa

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan membawahi

beberapa bidang. Salah satu bidang yang berhubungan dengan

Page 86: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

70

program pengendalian penyakit tuberkulosis adalah Kepala

bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Bidang tersebut membawahi 3 (tiga) Kepala seksi yaitu seksi

Pengendalian Penyakit, seksi, Surveilans dan Imunisasi, dan seksi

Kesehatan Lingkungan.

Seksi Program Pengendalian Penyakit melaksanakan 8

(delapan) prioritas program pengendalian penyakit, yaitu

filariasis, DBD, HIV/AIDS, kusta, ISPA, diare, tuberkulosis, dan

penyakit tidak menular. Berikut ini adalah bagan struktur

organisasi dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan hasil wawancara oleh wasor TB di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui bahwa pemegang

program pengendalian penyakit TB berjumlah 1 (satu) orang yang

juga merangkap sebagai wasor TB di Kota Tangerang Selatan.

Pada pelaksanaannya, beliau membawahi 29 UPK. Padahal

menurut Kemenkes RI (2012), setiap pemegang program TTB

membawahi 10-20 UPK.

Kemudian menurut Kemenkes RI (2011), setiap organisasi

pelaksana tingkat kabupaten/kota memiliki tim DOTS.

Berdasarkan hasil wawancara oleh wasor TB, diketahui bahwa tim

DOTS TB berada di setiap fasilitas pelayanan kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Tim DOTS tersebut terdiri dari 29 orang

dokter, 28 orang pengelola TB, dan 29 orang petugas laboratorium.

Dari 29 dokter, diketahui ada 1 dokter yang merangkap sebagai

pengelola program, yaitu di Puskesmas Pondok Betung. Selain itu,

berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa ada beberapa

pengelola program TB yang juga mengelola program lain.

Page 87: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

71

Berdasarkan penjabaran tersebut dapat diindikasikan bahwa

masih kurangnya tenaga kesehatan di Kota Tangerang Selatan

terutama dalam program pengendalian TB.

4.3.2. Tujuan Program

Suatu program dikatakan baik apabila memiliki tujuan

yang jelas dan operasional. Tujuan program adalah hasil akhir

sebuah kegiatan. Tujuan program ini dipakai untuk mengukur

keberhasilan kegiatan program (Muninjaya, 2004). Menurut

Kemenkes RI (2011), tujuan yang akan dicapai ditetapkan

berdasar kurun waktu dan kemampuan tertentu. Tujuan ini

dibedakan menjadi :

1. Tujuan Umum, biasanya cukup satu dan tidak terlalu spesifik.

2. Tujuan khusus, penjabaran dari tujuan umum yang dipecah

menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih spesifik dan

terukur.

Secara umum, tujuan program pengendalian tuberkulosis

adalah sebagai berikut.

A. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah suatu tujuan yang masih

bersifat umum dan masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-

tujuan khusus dan pada umum masih bersifat abstrak

(Notoatmodjo, 2007). Terkait kendala telaah dokumen

mengenai tujuan program, maka dilakukan wawancara ke

dua orang informan yang berhubungan dengan program

pengendalian penyakit, yaitu Kepala Seksi Program

Pengendalian dan wasor program TB.

Berdasarkan hasil wawacara oleh Kepala Seksi

Program Pengendalian Penyakit, dapat diketahui bahwa

tujuan umum dari program pengendalian TB adalah

Page 88: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

72

menurunkan angka prevalensi kasus TB di masyarakat. Hal

ini dapat terlihat dari hasil transkrip wawancara oleh

Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit.

“Tujuan umumnya menurunkan angka prevalensi TB

yang ada di masyarakat.”

(M.R. Kepala Seksi P2P)

Sebenarnya menurut Kepala Seksi Program

Pengendalian Penyakit, tujuan umum ini ada di setiap

laporan tahunan namun tujuan tersebut merupakan

gabungan dengan program yang lainnya. Pada saat hal ini

diklarifikasikan ke wasor program TB, pihak wasor

program TB membenarkan mengenai penggabungan

tersebut.

“iya, tujuan umum program pengendalian TB gabung

dengan tujuan bidang P2PL namun secara garis besar, tujuan

program pengendalian TB mengikuti tujuan nasional yaitu

memutuskan mata rantai penularan dan menyembuhkan pasien

tuberkulosis.”

(H.M. Wasor TB)

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan

dari tujuan umum. Tujuan khusus merupakan jembatan untuk

tujuan umum, artinya tujuan umum yang ditetapkan akan

tercapai apabila tujuan-tujuan khususnya tercapai

(Notoatmodjo, 2007). Sama halnya dengan tujuan umum, data

terkait tujuan khusus ini juga tidak dapat diperoleh. Namun

berdasarkan hasil wawancara oleh Kepala Seksi Program

Page 89: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

73

Pengendalian Penyakit, diketahui bahwa tujuan khusus dari

program pengendalian penyakit TB antara lain.

1. Meningkatkan penemuan kasus baru.

2. Meningkatkan angka kesembuhan.

3. Menurunkan angka kekebalan kuman terhadap antibiotik

sehingga mencegah terjadinya MDR TB.

4. Menekan angka kekambuhan.

Berikut ini adalah hasil transkrip wawancara oleh

Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit.

“Pertama, menigkatkan penemuan kasu baru. Yang

kedua meningkatkan angka kesembuhan. Menurunkan angka

kekebalan kuman terhadap antibiotik supaya tidak terjadi

MDR, tau?! Kemudian menekan angka kekambuhan. Sudah.”

(M.R. Kepala Seksi P2P)

Menurut Kemenkes RI (2011) dan Muninjaya (2004),

ada beberapa kirteria yang diperlukan dalam menetapkan tujuan

antara lain :

a) Terkait dengan masalah (Specific), yaitu jelas sasarannya

dan mudah dipahami oleh staf pelaksana.

b) Terukur (Measurable), yaitu dapat diukur kemajuannya.

c) Dapat dicapai (Achievable), yaitu sesuai dengan strategi

nasional, tujuan program, dan visi/misi institusi dan

sebagainya.

d) Relevan (Realistic), yaitu dapat dilaksanakan sesuai

dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang tersedia.

e) Memiliki Target waktu (Timebound), yaitu sumber daya

dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk

mencapai tujuan program sesuai dengan target waktu yang

telah ditetapkan.

Page 90: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

74

Tabel 4.5

Identifikasi Tujuan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 berdasarkan Kriteria SMART (Kemenkes RI, 2011)

Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria SMART

berdasarkan Kemenkes RI (2011)

Kesesuaian

Menurunkan angka

prevalensi kasus TB di

masyarakat

Meningkatkan penemuan kasus TB

baru.

Terkait dengan masalah (Spesific) Sesuai

Terukur (measurable) Sesuai

Dapat dicapai (appropriate) Sesuai

Relevan atau rasional (realistic) Sesuai

Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai

Meningkatkan angka kesembuhan. Terkait dengan masalah (Spesific) Sesuai

Terukur (measurable) Sesuai

Dapat dicapai (appropriate) Sesuai

Relevan atau rasional (realistic) Sesuai

Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai

Menurunkan angka kekebalan kuman Terkait dengan masalah (Spesific) Sesuai

Page 91: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

75

terhadap antibiotik sehingga mencegah

terjadinya MDR TB.

Terukur (measurable) Belum sesuai

Dapat dicapai (appropriate) Sesuai

Relevan atau rasional (realistic) Belum Sesuai

Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai

Menekan angka kekambuhan. Terkait dengan masalah (Spesific) Sesuai

Terukur (measurable) Belum Sesuai

Dapat dicapai (appropriate) Sesuai

Relevan atau rasional (realistic) Belum Sesuai

Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai

Page 92: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

76

Berdasarkan tabel 4.5 mengenai tujuan Program

Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 dengan kriteria SMART, diketahui

bahwa terdapat beberapa tujuan yang belum sesuai, yaitu:

1. Pada tujuan kusus meningkatkan penemuan kasus TB baru

dan Meningkatkan angka kesembuhan

Pada dua tujuan khusus ini, ketidaksesuaian tersebut

terletak pada batasan waktu tujuan tersebut akan terlaksana.

Hal ini diketahui dari hasil wawancara oleh wasor TB yang

tidak mengetahui mengenai batasan waktu tersebut.

2. Pada tujuan kusus menurunkan angka kekebalan kuman

terhadap antibiotik (MDR)

Berdasarkan Pedoman Pengendalian TB (Kemenkes

RI, 2011), masalah pengendalian TB MDR sudah menjadi

strategi nasional di Indonesia tahun 2010 – 2014. Dari hasil

diskusi oleh Bapak Solah Imari, diketahui bahwa pengukuran

penurunan angka kekebalan kuman dilakukan secara langsung

oleh program pengendalian TB di tingkat nasional. Jadi, pihak

Dinas Kesehatan melakukan pengukuran secara tidak langsung

yaitu dengan menjamin pengobatan pasien secara tuntas

sampai sembuh. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi

dan telaah dokumen kegiatan program pengendalian TB, tidak

ditemukan kegiatan yang menjurus ke dalam kegiatan untuk

menurunkan angka MDR serta tidak ditemukan batasan waktu

pelaksanaannya.

3. Pada tujuan khusus menekan angka kekambuhan

Sama halnya dengan penjabaran sebelumnya, angka

kekambuhan tidak dapat diukur karena tidak ada indikator

terkait hal tersebut. Selain itu, dalam segi relevansi, tujuan

khusus ini belum sesuai dalam pelaksanaannya karena

berdasarkan hasil observasi, kapasitas tenaga kesehatan di

Page 93: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

77

wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan masih

terbilang sedikit. Dalam segi batasan waktu, tujuan khusus ini

belum menjabarkan batasan waktu pelaksanaan tujuan

tersebut.

Oleh karena itu, perlu ditinjau kembali beberapa tujuan

khusus agar dalam setiap pelaksanaan dapat terukur, ada batasan

waktu, dan sesuai dengan kapasitas tenaga kesehatan di wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

4.3.3. Sasaran Program

Sasaran adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan

digarap oleh program yang direncanakan tersebut (Notoatmodjo,

2004). Menurut Kemenkes RI (2011), penetapan sasaran dan

target program pengendalian TB terbagi menjadi:

a) Sasaran wilayah, ditetapkan dengan memperhatikan besaran

masalah, daya ungkit, dan kesiapan daerah.

b) Sasaran penduduk, yaitu seluruh penduduk di wilayah

tersebut.

c) Penetapan target, yaitu dengan memperkirakan jumlah pasien

TB baru yang ada di suatu wilayah yang ditetapkan secara

nasional.

Menurut Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit,

sasaran program pengendalian penyakit tuberkulosis di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, yaitu:

1. Sasaran wilayah adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Sasaran penduduk adalah seluruh masyarakat.

3. Penetapan target adalah 70% penemuan kasus baru (CDR)

dan 85% kesembuhan (SR).

Page 94: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

78

4.3.4. Strategi Program

Menurut Mintzberg, strategi adalah pola (strategy is

patern) yang selanjutnya disebut sebagai “ intended strategy”

karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan. Selain

itu, strategi program bisa disebut juga sebagai “realized strategy”

karena telah dilakukan oleh organisasi (Suryana, 2010).

Menurut Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit,

strategi Program Pengendalian Penyakit TB di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan mengikuti strategi pelayanan DOTS yang

diarahkan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan RI. Hal

tersebut sesuai dengan salah satu isi dari Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009, yaitu

penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi

DOTS (Depkes RI, 2009).

4.3.5. Pelaksanaan Kegiatan Program

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah salah

satu organisasi pelaksana yang dikelompokkan dalam tingkat

kabupaten/kota. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan oleh

Program Pengendalian Penyakit TB di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan disesuaikan dengan aspek manajemen

program TB yang terdapat dalam Pedoman Pengendalian

Nasional Penyakit TB (Kemenkes RI, 2011), yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan,

pengembangan sumber daya manusia, pemantapan mutu

laboratorium, pengelolaan logistik, monitoring dan evaluasi, serta

kegiatan penunjang seperti promosi, kemitraan, dan penelitian.

Setelah menyusun rencana, langkah selanjutnya adalah

meelaksanakan rencana yang sudah disusun (Azwar, 2010).

Page 95: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

79

Berdasarkan hasil wawacara oleh wasor TB, didapatkan bahwa

pelaksanaan program pengendalian penyakit TB di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan program Tuberkulosis

Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang

sistematis untuk menyusun recana berdasarkan kajian rinci

tentang keadaan masa kini dan perkiraan keadaan yang akan

muncul di masa mendatang berdasarkan pada fakta dan bukti

(Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan oleh wasor TB, Setiap tahun di triwulan 4,

perencanaan program TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dibuat dengan melihat jumlah kasus penyakit TB pada

tahun sebelumnya. Perencanaan tersebut berupa Dokumen

Penggunaan Anggaran (DPA) yang berisi jadwal kegiatan

dalam satu tahun tersebut, biaya operasional di setiap kegiatan,

dan lain – lain.

Berikut ini adalah hasil traskrip wawancara yang

dilakukan dengan Wasor TB.

“Perencanaan program TB setiap tahun berubah sesuai

jumlah kasus TB. Perencanaan program itu berupa Dokumen

Penggunaan Anggaran yang mbak liat dulu.”

(H.M. Wasor TB)

Menurut Kemenkes RI (2011), penyusunan perencanaan

dan penganggaran meliputi tahapan sebagai berikut.

1. Pengumpulan data

Page 96: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

80

2. Analisis situasi

3. Menetapkan masalah prioritas dan pemecahannya

4. Menetapkan tujuan, sasaran, dan indikator

5. Menyusun rencana kegiatan penganggaran

6. Menyusun rencana pemantauandan evaluasi

Menurut Wasor TB, pelaksanaan kegiatan penyusunan

perencanaan dan penganggaran di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan disesuaikan dengan tahapan dari

Kemenkes RI tahun 2011 tersebut.

2. Surveilans Program Tuberkulosis

Surveilans adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

pengumpulan data penyakit secara sistematik, lalu dilakukan

analisis dan interpretasi data, kemudian hasil analisis

didesiminasi untuk kepentingan tindakan kesehatan masyarakat

dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian serta

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Ada 3 macam

metode surveilans TB, yaitu: Surveilans berdasarkan data rutin,

survei periodik / survei khusus, dan survei sentinel (Kemenkes

RI, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wasor TB,

diketahui bahwa metode surveilans yang digunakan adalah

surveilans rutin yang terbagi menjadi laporan per bulan dan

laporan per 3 bulan. Jenis data TB yang dikumpulkan oleh

Wasor TB sesuai dengan arahan dari Kemenkes RI yaitu terdiri

dari register TB Kabupaten (TB.03), laporan triwulan

Penemuan dan Pengobatan Pasien TB (TB.07), laporan

triwulan Hasil Pengobatan (TB.08), laporan triwulan Hasil

Konversi Dahak Akhir Tahap Intensif (TB.11), formulir

Page 97: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

81

Pemeriksaan Sediaan untuk Uji silang dan Analisis Hasil Uji

silang Kabupaten (TB.12), laporan OAT (TB.13), data Situasi

Ketenagaan Program TB, dan Data Situasi Public-Private Mix

(PPM) dalam Pelayanan TB.

Dalam proses pengumpulan data, diketahui bahwa

proses pengumpulan data bukan berasal dari bagian Sumber

Daya Kesehatan namun meminta data tersebut langsung ke

setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Padahal berdasarkan

tingkatnya di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, proses

pengumpulan dimulai dari bidang Sumber Daya Kesehatan lalu

dikategorikan berdasarkan jenis program oleh pihak surveilans.

Setelah itu, data tersebut baru diberikan ke setiap program

untuk dianalisis.

Menurut Wasor TB, terdapat kesulitan dalam

menganalisis data yang berasal dari pihak surveilans karena

karena pengumpulan data yang dilakukan tidak spesifik dengan

klasifikasi penyakit tuberkulosis. Oleh karena itu, pengumpulan

data dilakukan langsung oleh Wasor TB ke setiap fasilitas

pelayanan kesehatan di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

Dalam proses pengumpulan data, menurut Wasor TB,

terdapat beberapa kendala dalam kelengkapan dan ketepatan

laporan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama di

Rumah Sakit Swasta dan Klinik Swasta, yaitu tidak

ditemukannya kasus TB di beberapa Rumah Sakit Swasta dan

Klinik Swasta. Menurut Wasor TB, seluruh Rumah Sakit

Swasta di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tidak melaporkan kasus TB karena tidak ada tenaga

Page 98: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

82

kesehatan yang mencatat setiap kasusTB yang ada di instansi

tersebut.

3. Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang

penting dari proses manajemen karena dengan evaluasi akan

diperoleh umpan balik terhadap program atau pelaksanaan

kegiatan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil wawancara

dengan Wasor TB, diketahui bahwa monitoring dan evaluasi

diselenggarakan sebanyak 4 kali dalam setahun. Kegiatan

monev ini didanai oleh Global Fund dan APBD. Untuk monev

yang didanai oleh Global Fund, biasanya dilaksanakan pada

triwulan 1 dan triwulan 3. Sedangkan untuk monev yang

didanai oleh APBD, biasanya dilaksanakan pada triwulan 2 dan

triwulan 4. Berikut ini adalah hasil traskrip wawancara dengan

Wasor TB.

“Monev setiap tahunnya dilakukan 4 kali. Triwulan 1

dan 3 didanai oleh Global Fund, triwulan 2 dan 4 didanai oleh

APBD.”

(H.M. Wasor TB)

Tujuan dari monitoring dan evaluasi Program

Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan adalah untuk mengetahui apakah kegiatan

program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja, serta

mengetahui hambatan dan masalah dalam pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan monitoring dan

evaluasi yang dilakukan oleh Program Pengendalian Penyakit

Page 99: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

83

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

meliputi:

a. Penjabaran mengenai program pengendalian TB dan

pencapaian indikator secara umum di Kota Tangerang

Selatan dan per fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Penjabaran mengenai hasil supervisi yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ke seluruh

fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Melakukan umpan balik terkait surveilans program TB,

kinerja pengelola Program TB, dan hasil dari uji silang

sediaan laboratorium di setiap fasilitas pelayanan

kesehatan

d. Melakukan tindak lanjut terkait masalah yang ada di setiap

fasilitas pelayanan kesehatan.

Menurut Kemenkes RI (2011), seluruh kegiatan harus

dimonitor baik dari aspek masukan (input), proses, maupun

keluaran (output). Selain itu, program dievaluasi dengan

menilai sejauh mana tujuan dan target tercapai melalui

indikator TB. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

kegiatan monitoring dan evaluasi Program Pengendalian

Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan sudah sesuai dengan arahan dari Kemenkes RI.

4. Penyimpanan dan Pendistribusian Logistik Program

Tuberkulosis

Menurut Kemenkes RI (2011), penyimpanan dan

pendistribusian logistik adalah salah satu bagian dari

pengelolaan logistik. Berdasarkan wawancara dengan Wasor

TB, diketahui bahwa penyimpanan logistik dilakukan di dua

Page 100: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

84

tempat yaitu di Instalasi farmasi dan Gudang yang berada di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Menurut Kemenkes RI (2011), penyimpanan harus

memenuhi standar yang ditetapkan, yaitu:

1) Tersedia ruangan yang cukup untuk penyimpanan, tesedia

cukup ventilasi, sirkulasi udara, pengaturan suhu,

penerangan, aan dari pencurian, kebakaran atau bencana

lainnya.

2) Keadaan tempat penyimpanan bersih, rak tidak berdebu,

lantai disapu dan tembok dalam keadaaan bersih.

3) Setiap penerimaan dan pengeluaran barang harus tercatat.

4) Penyimpanan obat harus disusun berdasarkan FEFO (First

Expired First Out), artinya obat yang kadaluarsanya lebih

awal diletakkan di depan agar dapat didistribusikan lebih

awal.

Menurut Wasor TB dan Kepala Seksi Pengendalian

Penyakit, salah satu kendala dalam Program Pengendalian TB

di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, yaitu dalam

penyimpanan logistik TB. Menurut Wasor TB, banyak logistik

yang disimpan di gudang Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Padahal gudang tersebut tidak sesuai dengan standar

penyimpanan logistik dari Kemenkes RI.

Untuk pelaksanaan kegiatan pendistribusian logistik,

proses pendistribusian logistik yang dilakukan oleh Program

Pengendalian Penyakit TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan sudah sesuai dengan arahan dari Kemenkes RI (2011),

yaitu:

1) Distribusi logistik khususnya obat mengacu pada prinsip

FEFO.

Page 101: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

85

2) Sistem distribusi dapat dilakukan secara tarik dan dorong

(push and pull distribution) yaitu pusat ke gudang

kab/kota/propinsi melakukan pengiriman sesuai dengan

perencanaan tahunan (push) dan khusus buffer stock

dilakukan dengan permintaan (pull).

5. Pelatihan Program Tuberkulosis

Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka

meningkatkan mutu dan kinerja petugas (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara oleh Wasor TB, diketahui bahwa

pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan yang

meliputi:

1) Pelatihan Program TB

Pelatihan program TB di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan pengetahuan mengenai program TB agar

langsung dapat diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kegiatan ini ditujukan untuk dokter, perawat, analis

laboratorium, dan apoteker terutama pengelola program

TB. Kegiatan ini tidak dilakukan langsung oleh Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, namun dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Propinsi Banten yang bersumber dana

dari hibah Global Fund.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013, diketahui bahwa masih

banyak tenaga kesehatan program TB di fasilitas pelayanan

kesehatan yang belum melakukan pelatihan program TB.

Page 102: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

86

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan (2013), diketahui bahwa sumber daya manusia

program TB Paru di fasilitas pelayanan kesehatan

berjumlah 90 orang yang terdiri dari dokter, perawat, dam

tenaga laboratorium. Dari jumlah tersebut, terdapat 76,7%

dokter penanggung jawab program TB dan 63,3% tenaga

laboratorium yang belum melakukan pelatihan terkait

program TB. Sedangkan perawat yang belum melakukan

pelatihan hanya 3,45%. Padahal menurut Kemenkes RI

(2011), peningkatan mutu dan kinerja petugas dapat

ditingkatkan salah satunya dengan cara mengikuti

pelatihan.

2) On The Job Training

On The Job Training adalah kegiatan yang

dialakukan setelah mengikuti pelatihan sebelumnya, tetapi

masih ditemukan masalah dalam kinerjanya, dan cukup

diatasi hanya dengan dilakukan supervisi (Kemenkes RI,

2011). Dalam pelaksanaanya, kegiatan On The Job

Training di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Seltan

melakukan presentasi tentang pelaksanaan operasional

laboratorium yang meliputi pembuatan sediaan dahak yang

berkualitas sampai dengan cara penggunaan dan perawatan

mikroskop.

Kegiatan ini terlaksana di seluruh fasilitas

pelayanan kesehatn di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013.

6. Supervisi

Page 103: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

87

Supervisi adalah kegiatan yang sistematis untuk

meningkatkan kinerja petugas dengan mempertahankan

kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara

langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah

observasi, diskusi, bantuan teknis, bersama-sama

mendiskusikan permasalahan yang ditemukan, mencari

pemecahan permasalahan bersama-sama, memberikan laporan

berupa hasil temuan serta memberikan rekomendasi dan saran

perbaikan (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara oleh Wasor program TB,

diketahui bahwa supervisi ini dilakukan 2 kali dalam setahun.

Pelaksanaan kegiatan ini biasanya dari Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, bersama-sama dengan Dinas Kesehatan

Provinsi, dan Kementerian Kesehatan mendatangi salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dengan

cara mewawancarai dan melakukan observasi kepada pihak

pemegang program TB di fasilitas pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan Daftar Tilik Supervisi Program Penanggulangan

TB Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Ke Sarana

Pelayanan Kesehatan yang ada di lampiran 1.3. Kegiatan ini

terlaksana di seluruh fasilitas pelayanan kesehatn di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

7. Manajemen Uji Silang Sediaan Laboratorium

Manajemen laboratorium TB meliputi beberapa aspek

yaitu; organisasi pelayanan laboratorium TB, sumber daya

laboratorium, kegiatan laboratorium, pemantapan mutu

laboratorium TB, keamanan dan kebersihan laboratorium, dan

monitoring (pemantauan) dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).

Page 104: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

88

Berdasarkan hasil wawancara oleh Wasor program TB,

diketahui bahwa seluruh puskesmas yang ada di Kota

Tangerang Selatan dikategorikan sebagai Puskesmas Pelaksana

Mandiri sehingga proses pemeriksaan mikroskopis bisa

langsung dilakukan di setiap puskesmas. Namun salah satu

kendala di lapangan adalah kurangnya sumber daya tenaga

laboratorium yang berasal dari analis laboratorium.

Secara umum, kegiatan uji silang ini ditujukkan untuk

seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang

Selatan. Kegiatan ini wajib dilakukan setiap bulannya oleh

setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Namun pada

pelaksanaannya, kegiatan uji silang sediaan ini tidak sesuai

dengan target. Pada tahun 2013 di triwulan 4 diketahui bahwa

dari 29 fasilitas pelayanan kesehatan Kota Tangerang Selatan,

hanya 22 fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan uji

silang sediaan laboratorium.

Dari seluruh kegiatan yang terdapat di lampiran 1.4,

diketahui bahwa secara pelaksanaan semua kegiatan tersebut

sudah terlaksana di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013. Namun semua kegiatan tersebut tidak dianalisis lebih

lanjut mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang

dilihat dari pencapaian indikator di setiap kegiatan dan tidak

dihubungkan dengan dengan pencapaian indikator Program

Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

4.3.6. Pencapaian Indikator Program

Menurut Kemenkes RI (2011), keberhasilan program

pengendalian penyakit tuberkulosis ditentukan dari pencapaian

Page 105: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

89

beberapa indikator. Berikut beberapa indikator yang digunakan di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, terutama di bagaian

Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis tahun 2013.

Indikator tersebut antara lain:

1) Angka Penjaringan Kasus

Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya

penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu dengan

memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu

(triwulan/tahunan) (Kemenkes RI, 2011). Berikut adalah

grafik angka penjaringan suspek di Kota Tangerang Selatan

tahun 2013.

Grafik 4.5 Angka Penjaringan Suspek di Kota Tangerang

Selatan tahun 2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

1859

827

1090

1425

546

824

234

583

227

470

1462

477 408

609

170 113

1743

1058

208

1103

115 234 296 344

144

619

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

Jum

lah

Kas

us

Puskesmas

Page 106: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

90

Berdasarkan grafik 4.5 diketahui bahwa angka

penjaringan suspek TB di Kota Tangerang Selatan sebesar

619 suspek per 100.000 penduduk. Angka penjaringan

tertinggi terdapat di puskesmas Setu yaitu sebesar 1859

suspek per 100.000 penduduk. Sedangkan angka penjaringan

terendah terdapat di puskesmas Pondok Ranji yaitu sebesar

113 suspek per 100.000 penduduk. Padahal berdasarkan

telaah dokumen, diketahui bahwa jumlah penduduk di

puskesmas Pondok Ranji hampir sama dengan jumlah

penduduk di Puskemas Serpong I yaitu 31.745 penduduk di

Puskesmas Pondok Ranji dan 31.008 penduduk di Puskesmas

Serpong I. Menurut hasil penelitian dari RYE, Saleh,

Hadiwijoyo (2009), diketahui bahwa petugas yang melakukan

penjaringan suspek TB memiliki peluang 8.92 kali

mendapatkan cakupan penemuan kasus yang tinggi.

2) Proporsi Pasien TB BTA Positif di antara Suspek

Menurut Kemenkes (2011), proporsi Pasien TB BTA

Positif di antara Suspek adalah suatu indikator yang dapat

menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis

pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Berikut

tabel proporsi BTA positif di antara suspek di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013. Berikut

adalah grafik proporsi BTA positif di antara suspek di Kota

Tangerang Selatan tahun 2013.

Page 107: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

91

Grafik 4. 6 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara

Suspek di Kota Tangerang Selatan tahun 2013 (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa dari 29

fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Kota Tangerang

Selatan, terdapat 6 fasilitas pelayanan kesehatan yang

memiliki proporsi BTA Positif di antara suspek kurang atau

bahkan melampaui kisaran angka 5-15%. Angka yang kurang

atau terlalu kecil (<5%) yaitu RS Eka Hospital dan Klinik

Rahma Medika. Sedangkan angka yang terlalu besar (>15%)

yaitu Puskemas Pisangan, Pondok Betung, Pondok Jagung,

dan Pondok Ranji.

Menurut Kemenkes RI (2011), angka yang terlalu

rendah dari 5% menjadi suatu indikasi bahwa terjadi masalah

33

21

17 17 15 15 14

12 12 12 12 11 10 10 10 9 9 9 8 8 8 7 7 7 7 7 6 6 4

0

10

0

5

10

15

20

25

30

35P

ISA

NG

AN

PO

ND

OK

BE

TU

NG

PO

ND

OK

JA

GU

NG

PO

ND

OK

RA

NJI

PA

KU

AL

AM

PA

MU

LA

NG

PO

ND

OK

PU

CU

NG

JOM

BA

NG

PO

ND

OK

KA

CA

NG

PO

ND

OK

AR

EN

PO

ND

OK

BE

ND

A

KR

AN

GG

AN

BH

AK

TI

JAY

A

JUR

AN

G M

AN

GG

U

SIT

U G

INT

UN

G

RS

U T

AN

GS

EL

RA

WA

BU

NT

U

SE

RP

ON

G I

LK

C

RE

NG

AS

KA

MP

UN

G S

AW

AH

CIP

UT

AT

TIM

UR

PA

RIG

I

PT

. P

RA

TA

MA

SE

TU

CIP

UT

AT

BE

ND

A B

AR

U

SE

RP

ON

G I

I

RS

EK

A H

OS

PIT

AL

KL

INIK

RA

HM

A M

ED

IKA

KO

TA

TA

NG

SE

L

Page 108: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

92

pada kriteria suspek yang terlalu longgar dan ada masalah

dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan

angka yang melampaui 15%, menjadi suatu indikasi bahwa

terjadi masalah kriteria suspek yang terlalu ketat dan ada

masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).

3) Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Semua Pasien

TB Paru

Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Semua Pasien

TB Paru adalah suatu indikator yang dapat menggambarkan

prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh

pasien TB yang diobati. Berikut adalah pasien TB Paru BTA

positif di antara semua pasien TB Paru yang tercatat/diobati di

Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4. 7 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara

semua Pasien TB di Kota Tangerang Selatan tahun 2013

(%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

97

64

100

40 45

75 74

48 44 21

84

38 48

60

78

35

60 64

39

66

44 24

38

57 61

22

100

42 37

0

20

40

60

80

100

120

SETU

KR

AN

GG

AN

BH

AK

TI J

AYA

SER

PO

NG

ISE

RP

ON

G II

PR

AW

A B

UN

TUP

AM

ULA

NG

PO

ND

OK

BEN

DA

BEN

DA

BA

RU

CIP

UTA

TK

AM

PU

NG

SA

WA

HJO

MB

AN

GSI

TU G

INTU

NG

CIP

UTA

T TI

MU

RP

ISA

NG

AN

PO

ND

OK

RA

NJI

REN

GA

SP

ON

DO

K A

REN

JUR

AN

G M

AN

GG

UP

AR

IGI

PO

ND

OK

BET

UN

GP

ON

DO

K P

UC

UN

GP

ON

DO

K K

AC

AN

G…

PO

ND

OK

JA

GU

NG

PA

KU

ALA

MR

SUD

TA

NG

SEL

RS

EKA

HO

SPIT

AL

PT

PR

ATA

MA

LKC

Page 109: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

93

Berdasarkan grafik 4.7 diketahui bahwah hanya ada 8

fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang memiliki proporsi

pasien TB Paru BTA positif di antara semua pasien TB lebih

dari 65% yaitu Puskesmas Setu, Bhakti Jaya, Rawa Buntu,

Pamulang, Kampung Sawah, Pisangan, Parigi, dan RS Eka

Hospital. Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

proporsi pasien TB Paru BTA positif di antara semua pasien

TB terendah adalah Puskesmas Ciputat.

Menurut Kemenkes RI (2011), angka proporsi pasien

TB Paru BTA positif di antara semua pasien TB yang kurang

dari 65% menjadi suatu indikasi bahwa mutu dari diagnosis

fasilitas pelayanan kesehatan tersebut rendah dan kurang

memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular

(pasien BTA positif).

4) Proporsi Pasien TB Anak di antara seluruh Pasien TB

Proporsi Pasien TB Anak di antara seluruh Pasien TB

adalah suatu indikator yang berfungsi untuk menggambarkan

ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Berikut adalah

grafik proporsi pasien TB anak di Kota Tangerang Selatan

tahun 2013.

Grafik 4. 8 Proporsi Pasien TB Anak di Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 (%)

Page 110: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

94

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan data yang didapatkan dari laporan

Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2014, diketahui

bahwa proporsi pasien TB anak dilaporkan berdasarkan

triwulan dan gabungan dari seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan di Kota Tangerang Selatan. Dari data tersebut

diketahui bahwa setiap triwulan, prosentase angkanya berada

di bawah 15%. Menurut Kemenkes RI (2011), angka yang

terlalu besar dari 15% menjadi suatu indikasi terjadi

overdiagnosis. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh fasilitas

pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan sudah tepat

dalam pendiagnosisan TB pada anak.

5) Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate)

Angka notifikasi kasus adalah salah satu indikator yang

berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend)

meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah

14 13

11 10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4

Page 111: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

95

tertentu. Berikut adalah grafik proporsi pasien TB anak di

Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4. 9 Angka Notifikasi Kasus TB di Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 (per 100.000 penduduk)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.9 diketahui bahwa ada hanya ada

9 puskesmas yang sudah melampai target penemuan kasus.

Sedangkan puskemas yang memiliki angka CNR terendah

adalah Puskesmas Benda baru. Menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh Friskarini dan Manalu (2009) mengenai Peran

dan Perilaku Tenaga Kesehatan terhadap Program TB Paru

(Studi Kualitatif di Kabupaten Tangerang Banten Tahun

2009) menyatakan bahwa penampilan tenaga kesehatan

sebagai media penyuluh terutama dalam program TB masih

kurang dan jumlah tenaga kesehatan di daerah penelitian yang

dapat membantu keberhasilan TB masih kurang.

6) Angka Konversi

143 145 112

310

75 99

46

141

32

170 141 157

82 77 73 54

258

203

57

123

55

141 93 103

36

050

100150200250300350400450500

SETU

KR

AN

GG

AN

BH

AK

TI J

AYA

SER

PO

NG

I

SER

PO

NG

II

RA

WA

BU

NTU

PA

MU

LAN

G

PO

ND

OK

BEN

DA

BEN

DA

BA

RU

CIP

UTA

T

KA

MP

UN

G…

JOM

BA

NG

SITU

GIN

TUN

G

CIP

UTA

T TI

MU

R

PIS

AN

GA

N

PO

ND

OK

RA

NJI

REN

GA

S

PO

ND

OK

AR

EN

JUR

AN

G…

PA

RIG

I

PO

ND

OK

PO

ND

OK

PO

ND

OK

PO

ND

OK

PA

KU

ALA

M

CNR

Target

Page 112: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

96

Menurut Kemenkes RI (2011), angka konversi adalah

prosentase perubahan pasien baru TB Paru BTA Positif yang

menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan

intensif. Berikut adalah grafik angka konversi di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4.10 Angka Konversi di Kota Tangerang Selatan

tahun 2013 (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.10 diketahui bahwa secara umum

angka konversi di Kota Tangerang Selatan masih rendah yaitu

75% (target 80%). Hal ini dapat terlihat dari 29 fasilitas

pelayanan kesehatan, terdapat 15 fasilitas pelayanan

kesehatan yang memiliki angka konversi dan yang paling

rendah terdapat di RS Eka Hospital. Menurut pemegang

program TB, angka konversi ini juga dipengaruhi dari

pelaporan dan kelengkapan data yang diberikan setiap

triwulan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat

disimpulkan bahwa rumah sakit yang bermitra dengan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, umumnya memiliki

kendala dalam pencatatan dan pelaporan.

98 98 96 93 92 92 89 89 85 85 83 83 80 80 78 75 73 73 73 73 67 65 64 61

52 50 38 33

5

75

0

20

40

60

80

100

120

SE

RP

ON

G I

KA

MP

UN

G…

PO

ND

OK

…JO

MB

AN

GC

IPU

TA

T T

IMU

RB

HA

KT

I JA

YA

SE

RP

ON

G I

IR

AW

A B

UN

TU

PO

ND

OK

AR

EN

RE

NG

AS

PO

ND

OK

…P

AM

UL

AN

GB

EN

DA

BA

RU

PT

. P

RA

TA

MA

SE

TU

PO

ND

OK

…P

ON

DO

K…

KR

AN

GG

AN

CIP

UT

AT

JUR

AN

G…

PO

ND

OK

BE

ND

AP

AK

UA

LA

ML

KC

PIS

AN

GA

NP

AR

IGI

SIT

U G

INT

UN

GP

ON

DO

K R

AN

JIR

SU

TA

NG

SE

LR

S E

KA

…K

OT

A T

AN

GS

EL

Konversi

%

Target %

Page 113: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

97

7) Angka Kesembuhan

Angka kesembuhan merupakan indikator penting dalam

program pengendalian TB Paru karena dari angka ini, suatu

fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengetahui hasil

pengobatan. Di tingkat Kabupaten,angka minimal yang harus

dicapai adalah 85%. Namun, hasil pengobatan lainnya tetap

perlu diperhatikan yaitu berapa pasien dengan hasil

pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default, dan pindah.

Berikut adalah tabel angka kesembuhan per puskemas di

wilayah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4.11 Angka Kesembuhan di Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 (%)

Page 114: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

98

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.11 dapat diketahui bahwa angka

kesembuhan per puskemas di wilayah kerja Kota Tangerang

Selatan tahun 2013 masih di bawah target nasional (85%) yaitu

sebesar 76%. Menurut pemegang program TB di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, angka kesembuhan ini

berhubungan dengan follow up pengobatan pasien yang

melakukan pindahan ke luar fasilitas pelayanan kesehatan yang

sebelumnya pasien tersebut jalani.

8) Angka Keberhasilan Pengobatan

Menurut Kemenkes RI (2011), angka keberhasilan

pengobatan adalah prosentase pasien baru TB Paru BTA

positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh

maupun pengobatan lengkap) di antara pasien baru TB Paru

BTA positif yang tercatat. Berikut adalah grafik angka

keberhasilan pengobatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2013.

100 100 100 96 93 92 88 88 87 87 86 83 79 76 74 73 73 71 68 63 63 50 45 42 37 33

25

0 0

76

0

20

40

60

80

100

120

SE

TU

BH

AK

TI

JAY

A

CIP

UT

AT

TIM

UR

SE

RP

ON

G I

PO

ND

OK

BE

TU

NG

PA

MU

LA

NG

KA

MP

UN

G S

AW

AH

PO

ND

OK

JA

GU

NG

BE

ND

A B

AR

U

PT

. P

RA

TA

MA

RA

WA

BU

NT

U

PA

RIG

I

RE

NG

AS

LK

C

PO

ND

OK

KA

CA

NG

KR

AN

GG

AN

PA

KU

AL

AM

CIP

UT

AT

PO

ND

OK

AR

EN

PIS

AN

GA

N

JUR

AN

G M

AN

GG

U

PO

ND

OK

BE

ND

A

SIT

U G

INT

UN

G

RS

U T

AN

GS

EL

JOM

BA

NG

PO

ND

OK

RA

NJI

RS

Ek

a H

osp

ital

SE

RP

ON

G I

I

PO

ND

OK

PU

CU

NG

KO

TA

TA

NG

SE

L

Kesembuhan %

Target %

Page 115: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

99

Grafik 4.12 Angka Keberhasilan Pengobatan di Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan grafik 4.12 diketahui bahwa secara umum

angka keberhasilan pengobatan di Kota Tangerang Selatan

masih di bawah target (85%) yaitu 82%. Faislitas pelayanan

kesehatan yang paling rendah adalah puskemas Situ Gintung.

Menurut pemegang program TB di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, angka keberhasilan ini juga dapat

dipengaruhi oleh sejauh mana pasien melakukan pindahan di

luar fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dilakukan follow up

perkembangan pengobatan pasien.

9) Angka Kesalahan Laboratorium (Error Rate)

Angka Error Rate adalah angka kesalahan baca laboratorium

yang menyatakan prosentase kesalahan pembacaan

slide/sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksaan

pertama setelah di uji silang (cross check) oleh LBK atau

laboratorium rujukan lainnya (Kemenkes RI, 2011). Berikut

100 100 100 100 96 96 94 93 93 88 88 87 86 85 83 83 81 80 80 76 74 73 69 69 64 60 56 50 45

82

0

20

40

60

80

100

120

SE

TU

BH

AK

TI

JAY

A

SE

RP

ON

G I

I

CIP

UT

AT

TIM

UR

SE

RP

ON

G I

KA

MP

UN

G…

PA

MU

LA

NG

PT

. P

RA

TA

MA

PO

ND

OK

BE

TU

NG

PO

ND

OK

JA

GU

NG

PIS

AN

GA

N

BE

ND

A B

AR

U

RA

WA

BU

NT

U

RE

NG

AS

PO

ND

OK

RA

NJI

PA

RIG

I

PO

ND

OK

LK

C

KR

AN

GG

AN

CIP

UT

AT

PO

ND

OK

AR

EN

PA

KU

AL

AM

PO

ND

OK

BE

ND

A

JUR

AN

G…

PO

ND

OK

JOM

BA

NG

RS

U T

AN

GS

EL

RS

Ek

a H

osp

ital

SIT

U G

INT

UN

G

KO

TA

TA

NG

SE

L

Keberhasilan % Target %

Page 116: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

100

adalah grafik angka Error Rate di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013.

Grafik 4.13 Angka Error Rate di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Berdasarkan hasil wawancara oleh pemegang program

TB, diperoleh data mengenai angka Error Rate namun angka

di triwulan IV belum dapat diketahui karena hasil tersebut

didapatkan dari Labkesda (laboratorium Kesehatan Daerah)

yang menjadi rujukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan. Dari data tersebut diketahui bahwa pada triwulan I

dan II, angka Error Rate > 5%, yaitu sebesar 8% dan 7%.

Sedangkan pada triwulan III angka Error Rate < 5%, yaitu

sebesar 2%.

Menurut Kemenkes RI (2011), angka Error Rate yang

<5% dapat diartikan bahwa mutu pemeriksaan di suatu

fasilitas pelayanan kesehatan sudah baik. Jadi dapat

disimpulkan bahwa mutu pemeriksaan laboratorium

8

7

2

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Triwulan I Triwulan II Triwulan III

Page 117: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

101

mengalami perbaikan dari tiap triwulan dan pada triwualn III,

mutu pemeriksaan tersebut sudah baik.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan dari laporan magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan adalah sebagai berikut.

1. Jumlah morbiditas dan mortalitas Penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012.

2. Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan tahun 2013 dilaksanakan oleh pemegang

program/wasor TB dan dibantu oleh Tim DOTS yang tersebar di setiap

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kota Tangerang Selatan. Wasor

TB tersebut membawahi 29 UPK dan bertanggung jawab terhadap Kepala

Seksi Program Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

3. Tujuan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2013 secara umum, yaitu menurunkan

angka prevalensi kasus TB di masyarakat. Kemudian tujuan khususnya,

yaitu:

1) Meningkatkan penemuan kasus TB baru

2) Meningkatkan angka kesembuhan

Page 118: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

102

3) Menurunkan angka kekebalan kuman terhadap antibiotik sehingga

mencegah terjadinya MDR TB.

4) Menekan angka kekambuhan.

4. Sasaran Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2013 antara lain sebagai berikut.

a. Sasaran wilayah adalah Kota Tangerang Selatan.

b. Sasaran penduduk adalah seluruh masyarakat.

c. Penetapan target adalah 70% penemuan kasus baru dan 85%

kesembuhan.

5. Strategi Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan tahun 2013 disesuaikan dengan strategi dari

pusat yaitu strategi pelayanan DOTS.

6. Pelaksanaan kegiatan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013, yaitu:

1) Perencanaan program Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan disesuaikan dengan tahapan dari Kemenkes RI

tahun 2011.

2) Surveilans Program Tuberkulosis, terdapat beberapa kendala dalam

kelengkapan dan ketepatan laporan di setiap fasilitas pelayanan

kesehatan terutama di Rumah Sakit Swasta dan Klinik Swasta, yaitu

tidak ditemukannya kasus TB di beberapa Rumah Sakit Swasta dan

Klinik Swasta

3) Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis sudah sesuai dengan

arahan dari Kemenkes RI tahun 2011.

4) Penyimpanan logistik di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

yang disimpan tidak sesuai dengan standar penyimpanan logistik dari

Kemenkes RI. Sedangkan pendistribusian logistik sudah sesuai

dengan arahan dari Kemenkes RI.

5) Pelatihan Program Tuberkulosis, terdiri dari pelatihan program TB

dan On The Job Training. Namun masih banyak tenaga kesehatan

Page 119: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

103

program TB di fasilitas pelayanan kesehatan yang belum melakukan

pelatihan program TB terutama tenaga dokter dan tenaga

laboratorium.

6) Supervisi sudah terlaksana di seluruh fasilitas pelayanan kesehatn di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

7) Manajemen Uji Silang Sediaan Laboratorium umumnya terlaksana

namun belum sesuai dengan target yaitu kegiatan ini dilakukan oleh

seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan.

Selain itu, kendala lainnya adalah kurangnya sumber daya tenaga

laboratorium yang berasal dari analis laboratorium.

8) Pencapaian indikator Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 masih rendah

karena hanya 2 indikator yang sudah memenuhi target pencapaian

indiaktor, yaitu Proporsi pasien TB anak dan Proporsi Pasien TB Paru

BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya.

5.2 Saran

Adapun saran bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

terutama Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis adalah sebagai berikut.

1. Perlu ditambahnya tenaga kesehatan di Kota Tangerang Selatan

mengingat masih banyak tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan maupun di

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang masih merangkap.

2. Perlu diperkuatnya jejaring kemitraan dengan rumah sakit swasta klinik

swasta agar pencatatan dan pelaporan menjadi lengkap dan tercapainya

beberapa indikator termasuk angka penemuan kasus dengan cara

mensosialiasikan kebijakan terkait hubungan Dinas Kesehatan dengan

fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja tersebut.

3. Perlunya ditinjau kembali mengenai tujuan umum dan tujuan khusus dari

program pengendalian penyakit tuberkulosis agar lebih jelas, terukur, dan

terarah untuk melihat pencapaian program selama setahun sepekan.

Page 120: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

104

4. Perlunya koordinasi mengenai tugas dan wewenang dalam manajemen

logistik terutama dalam hal penyimpanan logistik antara Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan dengan Instalasi gudang/farmasi agar

penyimpanan lebih tearah.

5. Perlunya dibuat indikator di setiap kegiatan agar dapat dianalisis dampak

pelaksanaan kegiatan dengan pencapaian indikator di Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan.

6. Perlunya dilakukan pemantauan mengenai jumlah fasilitas pelayanan

kesehatan yang melakukan uji silang sediaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Tommy. 2010. Pengertian Visi dan Misi. Diakses pada tanggal 30 Maret

2014 dari link: http://www.scribd.com/doc/202326860/Pengertian-Visi-

Dan-Misi

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administarasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa

Aksara Publisher.

Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bustan, Muhammad, Nadjib. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2008. 505 Tanya-Jawab Epidemiologi. Makassar: Putra Asaad Print.

Murti, dkk. 2010. Perencanaan dan Penganggaran untuk Investasi Kesehatan di

Tingkat Kabupaten dan Kota. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 121: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

105

Chin, James. 2012. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17 Cetakan

IV. Diterjemah oleh I Nyoman Kandun. Jakarta: Infomedika.

Depkes RI. 2004. Desentralisasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI.

_______. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2

Cetakan I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

_______. 2008. Riset Kesehatan Dasar tahun 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan

RI.

________. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan TB . Jakarta:

Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20364

%20ttg%20Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberkolosis%20(TB).pdf

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2014. Data Program Pengendalian

Penyakit TB Tahun 2013. Tangerang Selatan: Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

Eryando, dkk. 2013. Modul GIS Dasar. Depok : FKM UI.

Gibson, Ivancevich. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, dan Proses. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Laban,Yohannes Y. 2008. TBC : Penyakit dan Cara Pencegahannya. Yogyakarta:

Kanisius.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:

Kemenkes RI Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.

Page 122: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

106

________. 2012. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan.

_______. 2012. Rencana Aksi Nasional Pengembangan SDM Pengendalian

Tuberkulosis 2011 – 2014. Jakarta: Kemenkes RI.

________. 2013. Fakta Seputar Tuberkulosis Pengendalian Tuberkulosis

Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI Direktorat Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan.

Muninjaya, A.A. Gede. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

_______. 2011. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Prayitno, Subur. 2005. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat.

Surabaya: Airlangga University Press.

RYE, A., Saleh, Y. D., & Hadiwijoyo, Y. 2009. Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Penemuan Penderita TB Paru di Kota Palu Sulawesi

Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, vol. 25 no. 2.

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi 2.

Terjemahan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

World Health Organization. 2013. Global Tuberculosis Report 2013. Geneva:

WHO.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Werdhani, Retno, Asti. 2002. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi

Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okulasi,

Page 123: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

107

dan Keluarga FK UI. Diakses pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf

Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta :UNY Press. Diakses

pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Karya%20B-Buku%20Dasar-

dasar%20Kebijakan%20Publik.pdf

Suryana. 2010. Manajemen Strategik Untuk Bisnis dan Organisasi Non Profit.

Diakses pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:

https://docs.google.com/document/d/1P3a_2Yppm_EPH1OdhAyQNyN-

BW1uBE7UPyATCDvLcKY/edit?hl=en

Page 124: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

108

Lampiran 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

tahun 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Kepala Dinas

Bidang Bina Kesehatan

Masyarakat

Seksi Kes. Reproduksi Ibu

dan KB

Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat

Seksi Kes. Anak, Remaja, dan

Lansia

Bidang Pelayanan Kesehatan

Seksi Pengawasan Obat dan Makanan

Seksi Sertifikasi dan Sarana Kesehatan

Seksi Kesehatan Khusus

Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Seksi Pengendalian

Penyakit

Seksi Surveilans dan Imunisasi

Seksi Penyehatan Lingkungan

Bidang Pengembangan Sumber Daya

Seksi Perbekalan Kesehatan

Seksi Peran Serta Masyarakat

Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretariat

Sub. Bag. Perencanaan

Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian

Sub. Bag. Keuangan

UPTD Puskesmas

UPTD Gudang Farmasi

UPTD Labkesda

Page 125: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

109

Lampiran 1.2 Gambar Sosialisasi dan Bimbingan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu Tahun 2014

Page 126: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

110

Page 127: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

111

Page 128: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

112

Lampiran 1.3 Daftar Tilik Supervisi Program Penanggulangan TB Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan Ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Kabupaten/ Kota : .......................................................................................

Tanggal Kunjungan : ........................................................................................

Unit kesehatan yang dikunjungi : .........................................................................................

Nama Petugas yang disupervisi : .........................................................................................

Jabatan : .........................................................................................

1. Sumber Daya Manusia

Tim DOTS UPK Nama Dilatih(Tahun)

Aktif/ Tidak

Pimpinan UPK : ………………………… ………………

…………………

Dokter : ………………………… ………………

…………………

Petugas Program : ………………………… ………………

…………………

Petugas Lab : ………………………… ………………

…....……………

Lain-lain : ………………………… ………………

…………………

2. Review Kegiatan Bersama Petugas

a. Penemuan Penderita

1) Jumlah suspek di periksa dahaknya :

a. Tw lalu b. Tw sedang berjalan

a) Apakah semua suspek TB dicatat di TB 06?

Page 129: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

113

Ya Tidak :

…………………………………………

b) Apakah catatan di TB 06 dibuat secara lengkap dan benar?

Ya Tidak :

…………………………………………

c) Apakah semua suspek TB dibuatkan TB 05 untuk melakukan

pemeriksaan mikroskopis?

Ya Tidak :

…………………………………………

d) Apak catatan di TB 04 dibuat dengan benar dan lengkap?

Ya Tidak :

…………………………………………

2) Penderita TB BTA Positif :

3) Proporsi BTA (+) diantara suspek : .../….x 100% =…..%

(Target 5-15%)

4) Angka Penemuan Kasus (CDR) :…/... x 100=…% (Target 70%)

b. Pengobatan Penderita

1) Apakah semua penderita yang ditemukan sudah dapat pengobatan?

Ya Tidak : ………………………………………

2) Apakah semua penderita yang diobati (termasuk penderita BTA

Neg/Ro Pos, EP dan TBC anak) mempunyai kartu penderita (TB.01)

yang lengkap dan benar?

Ya Tidak : ………………………………………

3) Apakah jenis kategori obat yang diberikan sesuai dengan klasifikasi

dan tipe penderita?

Ya Tidak : ………………………………………

4) Cara pemberian obat :

Tahap intensif setiap hari dosis tunggal?

Ya Tidak : ………………………………………

Page 130: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

114

Tahap lanjutan seminggu 3 kali dengan selang waktu (hari) 1-1-2?

Ya Tidak ………………………………………..

5) Apakah penderita menelan obat diunit pelayanan dengan

pengawasan langsung petugas?

Ya Tidak : …………………………………….

6) Apakah untuk semua penderita sudah ditunjuk seorang PMO?

Ya Tidak : ……………………………………

7) Apakah PMO telah diberi penyuluhan?

Ya Tidak : …………………………………….

8) Apakah pemeriksaan dahak ulang dilaksanakan sesuai protap (pada

akhir tahap intensif, pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan

pada akhir pengobatan)?

Ya Tidak : ……………………………………

9) Apakah ada penderita yang mangkir yang belum dilacak?

Ya Tidak : ……………………………………

10) Apakah semua penderita tercatat dalam buku register penderita

(TB.03)?

Ya Tidak : ……………………………………

11) Berapa jumlah penderita baru BTA Positif yang mulai

Pengobatan dalam periode 3 bulan yang lalu? …………

12) Berapa jumlah yang mengalami konversi? ……..

13) Angka persentasi konversi : .../….x 100% = ...% (Target 80%)

14) Berapa jumlah pasien yang sembuh? ………

15) Angka persentasi pasien yang sembuh : …/...x 100% = ….% (Target

85%)

16) Periksa sisa obat dari penderita yang sementara dalam pengobatan,

apakah sisanya sesuai dengan catatan pada kartu penderita (sampel)?

Ya Tidak : ……………………………………

3. Persediaan Obat Dan Bahan-bahan perlengkapan

a. Obat

1) Apakah jumlah stok OAT cukup?

Page 131: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

115

2) Apakah ada obat yang sudah atau hampir kadaluarsa (Kat 1&3 : 6-7

bulan )?

Ya Tidak : ……………………………………..

b. Kelengkapan

1) Apakah pot dahak, kaca sediaan, kartu penderita dan formulir-formulir

lainnya cukup?

Ya Tidak : ……………………………………

4. Khusus untuk unit pelayanan yang melakukan pemeriksaan

mikroskopis :

a. Pewarnaan dan Pembacaan

1) Apakah buku register laboratorium (TB.04) diisi dengan lengkap dan

benar?

Ya Tidak : ………………………………………

2) Apakah semua hasil pemeriksaan sediaan sudah dikirim ke unit yang

memintanya?

Ya Tidak : …………………………………………….

3) Apakah persediaan reagens cukup?

Ya Tidak : ……………………………………………

4) Apakah reagens tersebut belum kadaluarsa (6 bulan)?

Ya Tidak : ……………………………………………

b. Mikroskop

1) Apakah penggunaan mikroskop binokuler?

Ya Tidak : …………………………………………….

2) Apakah penyimpanan mikroskop sesuai petunjuk (bebas debu, bebas

getaran, ditempat kering dan dipasangi lampu 5 watt)?

Ya Tidak : …………………………………………….

3) Apakah kondisi mikroskop dalam keadaan baik?

Ya Tidak : …………………………………………….

c. Penyimpanan dan pengambilan sediaan untuk cross chek :

Page 132: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

116

1) Apakah slide positif dan slide negatif disimpan dalam kotak

tersendiri?

Ya Tidak : …………………………………………….

2) Ambil slide untuk cross chek sesuai petunjuk, yaitu seluruh slide

positif 10 % (secara acak), slide negatif, dengan ketentuan 1 slide

untuk tiap penderita. Isi formulir pengiriman sediaan untuk cross chek

(TB.12)

Ya Tidak : …………………………………………….

5. Bagaimana cara pembuangan limbah Laboratorium?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

6. Ringkasan masalah-masalah yang ditemukan?

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

7. Rencana tindak lanjut (siapa, kapan dan dimana pemecahan masalah

tersebut akan dilaksanakan)

………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

Kota Tangerang Selatan,………….........

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Supervisor

………………………. Hidayatul Mustafid, SKM

NIP. NIP. 19861020 201001 1 004

Page 133: PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN …

117

Lampiran 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit

Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013

No. Kegiatan Waktu Sumber Dana

APBD

tingkat

II

Donor

(Global

Fund)

1. Perencanaan Triwulan 4 √

2. Surveilans Setiap bulan dan per 3

bulan

3. Monitoring dan Evaluasi Triwulan 1 dan 3 √

4. Monitoring dan Evaluasi Triwulan 2 dan 4 √

5. On The Job Training

software SITT

Februari dan Juni √

6. Pelatihan Program TB Sekali setiap tahun √

7. Supervisi Setahun 2 kali

Maret dan Juli

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014