pedum kegiatan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian 2013.pdf
DESCRIPTION
Pedoman Umum ini secara garis besar memuat sasaran, karakteristik kegiatan dan anggaran, serta kegiatan administrasi. Untuk itu diharapkan Pedoman Umum ini bersama dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di daerah masing-masing. Secara teknis Pedoman Umum ini akan dilengkapi dengan Petunjuk Teknis yang lebih operasional, baik yang disusun oleh unit kerja di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah.TRANSCRIPT
Pedoman Umum PPHP 2011
i
Pedoman Umum PPHP 2011
i
KATA PENGANTAR
Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan
Anggaran Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Tahun 2012 ini disusun untuk memberikan petunjuk dan
pedoman secara umum tentang pelaksanaan
program/kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di tingkat
pusat maupun daerah.
Penerapan penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja mensyaratkan
adanya indikator-indikator kinerja yang jelas pengukurannya dan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk dapat menerapkan penyusunan anggaran
berbasis kinerja, diperlukan adanya rumusan program, kegiatan dan sub
kegiatan dengan disertai masing-masing indikatornya. Dengan harapan,
dampak (impact), hasil (outcome) dan output yang akan dicapai dapat
diselaraskan dengan visi, misi dan sasaran yang akan dicapai oleh
Kementerian/ Lembaga.
Dalam proses perencanaan dan penganggaran pada satuan kerja
tahun 2012 ini mulai diarahkan untuk menggunakan sistem anggaran berbasis
kinerja. Dengan sistem tersebut, pengukuran kinerja mulai dari dampak
(impact), hasil (outcome) dan output diharapkan dapat dilakukan
sebagaimana mestinya.
Pedoman Umum PPHP 2011
ii
Berkenaan dengan hal tersebut, reformasi perencanaan dan
penganggaran tahun 2010-2014 mengharuskan Kementerian/Lembaga dan
Unit-unit Kerja di dalamnya untuk melakukan restrukturisasi program dan
kegiatan dalam kerangka performance budged. Untuk itu melalui Pedoman
Umum ini diharapkan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tahun 2012
dapat dilaksanakan dengan baik.
Pedoman Umum ini secara garis besar memuat sasaran, karakteristik
kegiatan dan anggaran, serta kegiatan administrasi. Untuk itu diharapkan
Pedoman Umum ini bersama dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian di daerah masing-masing. Secara teknis Pedoman Umum ini akan
dilengkapi dengan Petunjuk Teknis yang lebih operasional, baik yang disusun
oleh unit kerja di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah.
Jakarta, Desember 2011 Direktur Jenderal,
Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc
Pedoman Umum PPHP 2011
iii
DAFTAR ISISampe 54
KATA PENGANTAR ........................ I
DAFTAR ISI ........................ III
DAFTAR TABEL ........................ VIII
DAFTAR BAGAN ........................ IX
DAFTAR LAMPIRAN ........................ X
I. PENDAHULUAN ........................ 1
1.1. Latar Belakang ........................ 1
1.2. Tujuan ........................ 4
1.3. Sasaran ........................ 5
1.4. Ruang Lingkup ........................ 5
II. SASARAN DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN PPHP TAHUN 2011
........................ 6
2.1. Arah Pembangunan ........................ 6
2.1.1. Kebijakan Mutu dan Standardisasi ........................ 6
2.1.2. Kebijakan Pemasaran Domestik ....................... 7
2.1.3. Kebijakan Pemasaran Internasional ....................... 8
2.1.4. Kebijakan pengembangan Usaha dan
Investasi
....................... 9
2.1.5. Kebijakan Pengembangan Pengolahan
Hasil Pertanian
....................... 10
2.2. Kegiatan Utama Pembangunan
Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian
....................... 16
III. KARAKTERISTIK KEGIATAN DAN
ANGGARAN
........................ 18
3.1. Karakteristik Umum ........................ 18
3.1.1. Kegiatan Pusat ........................ 18
3.1.2. Kegiatan Dekonsentrasi ........................ 18
3.1.3. Kegiatan Dana Tugas Pembantuan ....................... 20
3.2. Karakteristik Kegiatan ....................... 21
Pedoman Umum PPHP 2011
iv
3.2.1. Alokasi kegiatan ........................ 21
3.2.2. Kegiatan Pengarusutamaan Gender ........................ 22
3.3. Karakteristik Anggaran ........................ 24
3.3.1. Alokasi Anggaran ........................ 24
3.3.2. Struktur Satuan Kerja (Satker) ........................ 25
IV. ADMINISTRASI PROGRAM DAN
ANGGARAN
....................... 26
4.1. Dasar Hukum ....................... 26
4.2. Pengelolaan Anggaran Pembangunan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian di Pusat
....................... 28
4.3. Pengorganisasian dan Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi
....................... 29
4.4. Pengorganisasian dan Pengelolaan Dana
Tugas Pembantuan
....................... 33
4.5. Kewenangan dan Tanggung jawab
Pengelola Anggaran
........................ 37
4.6. Mekanisme dan Persyaratan Usulan.
Penetapan dan Revisi Pejabat Pengelola
Keuangan
....................... 47
4.7. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ........................ 50
4.8. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) ........................ 52
4.9. Mekanisme Revisi ........................ 53
V. PENGELOLAAN KEGIATAN ........................ 56
5.1. Dana Dekonsentrasi ....................... 56
5.1.1. Bimbingan Teknis dan Manajemen
Pengolahan Hasil Pertanian
........................ 56
5.1.2. Pertemuan Koordinasi, Sosialisasi
Pengolahan Hasil Pertanian
...................... 57
5.1.3. Peringatan Hasis Susu Nusantara ....................... 58
5.1.4. Penerapan Sistem Jaminan Mutu ....................... 58
5.1.5. Pengembangan SNI ....................... 59
5.1.6. Pengembangan Jabatan Fungsional PMHP ........................ 60
5.1.7. Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu ........................ 61
5.1.8. Pengembangan Laboratorium ........................ 62
5.1.9. Pengembangan OKKPD ....................... 63
Pedoman Umum PPHP 2011
v
5.1.10. Pengembangan Pasar Tani dan
Pertemuan Nasional Pasar Tani
....................... 64
5.1.11. Pengawalan STA dan Pertemuan Nasional
STA
..................... 65
5.1.12. Pengawalan Pasar Ternak dan Pertemuan
Nasional Pasar Ternak
...................... 66
5.1.13. Pengawalan PIP Agribisnis ...................... 66
5.1.14. Pemantauan dan Pengamanan Harga
Gabah dan Beras
..................... 69
5.1.15. Pemantauan Pasar dan harga Komoditas
Strategis
...................... 70
5.1.16. Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi
Harga
..................... 70
5.1.17. Penguatan Jaringan Pemasaran ...................... 70
5.1.18. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian ...................... 71
5.1.19. Akselerasi Eksport Produk Unggulan
Komoditi Hortikultura
...................... 72
5.1.20. Fasilitasi IG ..................... 73
5.1.21. Promosi Luar Negeri ..................... 74
5.1.22. Promosi Dalam Negeri ..................... 75
5.1.23. Kemitraan dan Kewirausahaan ..................... 76
5.1.24. Peningkatan Pelayanan Investasi ..................... 78
5.1.25. Administrasi, Koordinasi dan Pembinaan ...................... 80
5.1.26. Evaluasi Pemantauan dan Pelaporan ...................... 81
5.1.27. Database PPHP ..................... 83
5.1.28. SLPPHP ………………………….. 84
5.1.29. Pengawalan dan Pembinaan LM 3 Tahun
Sebelumnya
...................... 85
5.2. DANA TUGAS PEMBANTUAN DI
PROPINSI
..................... 86
Pedoman Umum PPHP 2011
vi
5.2.1. Kegiatan Mutu Standardisasi ..................... 86
5.2.2. Kegiatan Pemasaran Domestik ..................... 88
5.2.3. Kegiatan Pemasaran Internasional ..................... 90
5.2.4. Pengolahan Hasil Pertanian ...................... 91
5.3. DUKUNGAN DANA BERKAITAN
DENGAN ADMNISTRASI DAN
KEGIATAN PENUNJANG
..................... 101
5.3.1. Honor Operasional Satuan Kerja ..................... 102
5.3.2. Belanja Bahan ...................... 102
5.3.3. Belanja Honor Output Kegiatan ...................... 102
5.3.4. Belanja Barang Non Operasional Lainnya ...................... 103
5.3.5. Belanja Perjalanan lainnya ...................... 103
5.3.6. Belanja Peralatan dan Mesin untuk
diserahkan kepada masyarakat/pemda
...................... 103
5.3.7. Belanja Gedung dan Bangunan untuk
diserahkan kepada masyarakat/pemda
..................... 104
5.3.8. Belanja Barang Penunjang Kegiatan
Dekonsentrasi untuk diserahkan ke
pemda
...................... 104
5.3.9. Belanja Barang Penunjang Tugas
Pembantuan untuk diserahkan kepada
Pemda
..................... 105
5.3.10 Belanja Bantuan Sosial untuk
Pemberdayaan sosial dalam bentuk uang
..................... 105
5.3.11 Lembaga Mandiri yang Mengakar Di
Masyarakat (LM3)
..................... 106
VI. MONITORING, EVALUASI
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
..................... 109
6.1. Pengendalian Kegiatan dan Anggaran ..................... 109
6.1.1. Ditjen PPHP ..................... 111
6.1.2. Dinas Lingkup Pertanian Propinsi dan
Kabupaten / Kota
..................... 112
Pedoman Umum PPHP 2011
vii
6.2. Pengawasan Program, Kegiatan dan
Anggaran
..................... 113
6.3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan ..................... 115
6.3.1. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Laporan
Kinerja Pelaksana Kegiatan
..................... 116
6.3.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN) ..................... 117
6.3.3. Penerapan Sanksi Dalam Pelaksanaan
Dana Dekonsentrasi dam Dana TP
....................
119
VII. PENUTUP ..................... 120
Pedoman Umum PPHP 2011
viii
DAFTAR tabel
Tabel 1. Rancangan alokasi kegiatan melalui
pemberdayaan dan pengembangan usaha
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian ....107
Tabel 2. Sisem Akuntansi Keuangan (SAK) ..............................123
Tabel 3. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).........123
Pedoman Umum PPHP 2011
ix
DAFTAR bagan
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran
Ditjen PPHP Pusat dan UPT Pusat TA 2012.......... 29
Bagan 2. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas Propinsi TA 2012..................................................... 32
Bagan 3. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker Propinsi TA 2012........ 35
Bagan 4. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan Satker Kabupaten/ Kota TA 2012...... 36
Bagan 5. Alur Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
Dana APBN Ditjen PPHP......................................... 121 Bagan 6. Kerangka Umum Pelaporan SAI Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.................. 124
Pedoman Umum PPHP 2011
x
DAFTAR lampiran
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengolahan
Dan Pemasaran Hasil Pertanian …………………… 121
Lampiran 2. Agenda Pertemuan Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian……… 122
Pedoman Umum PPHP 2011
1
1.1. LATAR BELAKANG
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa
rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk
belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau
tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang
diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan.
Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan
tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan
dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat
mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap
program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada
efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah
perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien,
apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau
output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit.
Bab
1
PENDAHULUAN
Pedoman Umum PPHP 2011
2
Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti
yang terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada
tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung
oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus
efisien dan efektif.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional,
penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi
output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja,
maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke
"output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di
setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada
segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil
kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah
performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan
menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem
penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran
disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-
undang. Siklus anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran
adalah masa satu tahun untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan
anggaran atau waktu di mana anggaran tersebut dipertanggungjawabkan.
Jelaslah, bahwa siklus anggaran bisa mencakup tahun anggaran atau
Pedoman Umum PPHP 2011
3
melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya, berakhirnya suatu siklus
anggaran diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan oleh undang-
undang. Siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap (fase) yaitu :
1. Tahap penyusunan anggaran
2. Tahap pengesahan anggaran
3. Tahap pelaksanaan anggaran
4. Tahap pegawasan peaksanaan anggaran
5. Tahap pengesahan perhitungan anggaran
Untuk dapat menyusun anggaran berbasis kinerja terlebih dahulu
harus disusun perencanaan strategik (renstra). penyusunan renstra dilakukan
secara obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam
pemerintahan dan masyarakat. agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu
ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolok
ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang undangan, pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan
untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/ program/
kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam
rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. salah satu aspek yang
diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan
berupa ABK untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan
indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa
dana, sumber daya manusia dan metode kerja. agar input dapat
diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan
penilaian terhadap kewajarannya. dalam menilai kewajaran input dengan
keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat
diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
1.2. TUJUAN
Pedoman Umum PPHP 2011
4
Tujuan yang ingin dicapai dari Pedum yaitu :
1. Menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran baik di pusat maupun
daerah.
2. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan dalam merencanakan
anggaran kinerja pembangunan pertanian.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan penyusunan
anggaran terpadu berbasis kinerja pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian.
Selanjutnya masing-masing satker diharapkan dapat menindaklanjuti
dengan menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian khusus untuk satker
masing-masing secara lebih spesifik dan rinci termasuk tata cara pencairan
anggaran.
1.3. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dari diterbitkannya Pedoman Umum ini
adalah:
1. Tersusunnya perencanaan kegiatan dan anggaran kinerja
pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebagai
implemantasi kebijakan program pembangunan pertanian
2. Tercapainya evaluasi kinerja dalam pelaksanaan kegiatan baik pusat
dan daerah.
3. Tercapainya efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan
program, kegiatan dan anggaran pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian di semua jenjang pelaksanaan.
Pedoman Umum PPHP 2011
5
4. Tercapainya output dan outcome tepat dan terukur yang dihasilkan
sesuai dengan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
1.4. RUANG LINGKUP Ruang lingkup substansi Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan
Anggaran Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian meliputi:
1. Pengorganiasian anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian tahun 2012
2. Sistem anggaran terpadu berbasis kinerja
3. Tata hubungan kegiatan operasional angaran kinerja pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012
4. Perencanaan anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
6
2.1. ARAH PEMBANGUNAN PPHP
2.1.1. Kebijakan Mutu dan Standardisasi Dalam perdagangan komoditas pangan hasil pertanian di era pasar
global ini, aspek keamanan pangan dan mutu produk merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memenangkan persaingan. Sistem
keamanan pangan dan mutu terpadu produk pangan hasil pertanian harus
sudah mulai diterapkan sejak awal sehingga pada akhir periode diharapkan
sudah berjalan dengan baik. Karena di era pasar bebas ini industri pangan
Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan masuknya
produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam sistem
manajemen mutunya.
Sistem standardisasi mutu merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses produksi sampai
bahan baku hingga produk di tangan konsumen. Penerapan sistem
standarsasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas
di bidang pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan
mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta mendorong
berkembangnya investasi di sektor pertanian.
Kebijakan mutu dan standardisasi yang dilaksanakan adalah: (1) Pengembangan standardisasi sarana dan hasil pertanian
Pengembangan SNI
Regulasi wajib SNI
Bab
2 sasaran dan kegiatan
pembangunan pphp tahun 2012
Pedoman Umum PPHP 2011
7
Sistem Kontrol Internal (SKI) dan ICS
Sertifikasi sistem mutu dan keamanan pangan
Kerjasama dan Harmonisasi Standar
(2) Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Pengawasan
mutu produk pertanian (keamanan pangan dan produk organik) serta
pengoptimalan kinerja Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Pusat/Daerah (OKKP-P / OKKP-D)
(3) Pengembangan sistem uji mutu alsintan
(4) Pembinaan kelembagaan penilai kesesuaian terhadap mutu (lab,
lembaga sertifikasi)
2.1.2. Kebijakan Pemasaran Domestik
Pengembangan pemasaran dalam negeri diarahkan bagi terciptanya
mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem pemasaran yang efisien dan
efektif, meningkatnya posisi tawar petani, serta meningkatnya pangsa pasar
produk lokal di pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi terhadap produk
pertanian Indonesia, serta terpantaunya harga komoditas hasil pertanian di
seluruh provinsi.
Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan yang dilaksanakan
adalah:
(1) Pengembangan jaringan pemasaran domestik,
(2) Pengembangan sarana dan kelembagaan pasar,
(3) Kebijakan pemantauan pasar dan stabilisasi harga
(4) Pengembangan pelayanan informasi pasar.
2.1.3. Kebijakan Pemasaran Internasional
Pedoman Umum PPHP 2011
8
Pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan untuk
percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam bentuk segar
maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar produk lokal di
pasar internasional dan sekaligus meningkatkan perolehan devisa negara.
Disamping itu, pengembangan pemasaran internasional juga dimaksudkan
untuk melindungi produk pertanian dalam negeri.
Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan pemasaran internasional
yang dilaksanakan adalah:
(1) Pengembangan kerjasama pemasaran internasional
(2) Pengembangan analisa pasar, Market Intelligent dan perluasan
pasar internasional,
(3) Peningkatan citra produk unggulan ekspor misalnya CPO
(4) Pengembangan kebijakan proteksi komoditas dan produk pertanian
2.1.4. Kebijakan Pengembangan Usaha dan Investasi
Kebijakan pengembangan usaha tani yang semula berorientasi
produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha
agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang terpadu antara agroinput (hulu)
kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing) serta pemasaran
dengan berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan di samping produksi.
Dengan perkataan lain bahwa bahwa wujud pengembangan usaha yang dituju
adalah berkembangnya agroindustri perdesaan yang berdaya saing.
Pedoman Umum PPHP 2011
9
Pengembangan agroindustri perdesaan dimaksudkan agar nilai tambah atau
profit centre berada pada petani dan perdesaan.
Strategi dalam penembangan usaha dan investasi (PUI) ialah dengan
memperkuat 4 (empat) pilar agribisis yaitu : 1) Sumber daya (khususnya
SDM dan Kelembagaan Usaha), 2) Teknologi, 3) Permodalan dan 4) Pasar.
Untuk itu dilaksanakan program-program kegiatan (Rencana Aksi) PUI yaitu:
1) Pengembangan Kelembagaan, Kemitraandan Kewirausahaan serta akses
permodalan; 2) Pengembangan Promosi dan Layanan Investasi; serta 3)
Promosi Dalam Negeri dan Luar Negeri.
Adapun basis pembinaan/ pengembangan usaha adalah Kelompok
tani / Gabungan Kelompok Tani atau Koperasi Agribisnis pada Kawasan /
Sentra Produksi yang selanjutnya ditrasformaskan sebagai suatu Kawasan
Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agribisnis / Agroindustri
(Kapemba)
No Tolok ukur Kawasan / Sentra Produksi KAPEMBA
1. Target/Sasaran Luas lahan / UPH/promosi produk tertentu
Tingkat kesejahteraan (pendapat) petani
2. Input / Kegiatan Fokus kepada upaya-upaya untuk mencapai tingkat produksi yang diharapkan
Fokus kepada kegiatan untuk memaksimalkan nilai tambah yang dinikmati oleh petani, baik on farm maupun off farm
3. Unit manajemen Tidak harus memperhatikan skala ekonomi
Harus memperhatikan skala ekonomi (dalam satu kesatuan manajemen)
4. Peran Petani Sebagai Produsen Sebagai produsen dan pemasok 5. Stakeholder Hanya yang terkait dengan
produksi Tidak hanya terbatas pada yang terkait dengan produksi
6. Tanggung Jawab Satu sektor tertentu Multi sektor
Pedoman Umum PPHP 2011
10
2.1.5. Kebijakan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil pertanian, dengan
karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai keterbatasannya,
memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki keunggulan. Salah satu
pendekatan terintegrasi yang dipandang sesuai, adalah pendekatan kelompok
yang memiliki jaringan usaha yang terkait. Pendekatan pengembangan
aktifitas usaha pengolahan secara berkelompok dalam kegiatan usaha yang
sejenis, tentunya dapat meningkatkan kapasitas serta dayasaing usaha, yang
kemudian dapat dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda
tetapi masih saling terkait menjadi bentuk klaster (inti dan plasma).
Keunggulan pola klaster ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit bagi
usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala
besar dalam suatu aktifitas usaha yang sama (economic of scale).
Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan klaster, dimana
kelompok usaha yang saling terakit dari berbagai jenis usaha dan beroperasi
dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti memiliki kemampuan untuk
tumbuh dan berkembang. Usaha pengolahan yang berbasis klaster di
beberapa negara, menunjukkan kemampuannya secara berkesinambungan
untuk mampu menembus pasar ekspor, menghasilkan nilai tambah yang
memadai, mampu menyerap tenaga kerja dan sangat responsif terhadap
pemanfaatan inovasi teknologi.
Dengan demikian, pengembangan agroindustri perdesaan, dengan
karakter dan kondisi yang ada, pola pengembangan klaster (inti plasma)
merupakan pilihan yang tepat, karena pelaku usaha pengolahan dapat
meningkatkan aksesibilitasnya terhadap sumberdaya produktif, meningkatkan
kapasitas produksi, meningkatkan akses pasar dan efisiensi usaha sebagai
dampak dari aktifitas usaha yang saling bersinergi.
Pedoman Umum PPHP 2011
11
Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unit usaha yang telah
memperhatikan dan mengembangkan aspek-aspek penyiapan bahan baku
yang bermutu, menerapkan prinsip-prinsip GAP, GHP, dan Good
Manufacturing Practices (GMP), menerapkan sistem jaminan keamanan dan
mutu hasil pertanian khususnya pangan, serta telah memanfaatkan dan
mengelola limbah dengan baik (zero waste). Usaha Agroindustri tersebut
merupakan industri pengolahan hasil pertanian skala kecil-menengah dan
skala rumah tangga yang pada umumnya berada dan dimiliki warga di
perdesaan yang bergerak dalam usaha pengolahan makanan minuman,
biofarmaka, bioenergy, dan pengolahan hasil samping. Agroindustri terpadu
ini dikembangkan dengan tujuan: (a) Meningkatkan nilai tambah hasil panen
di pedesaan, baik untuk konsumsi langsung, maupun untuk bahan baku
agroindustri lanjutan; (b) Memberikan jaminan mutu dan harga sehingga
tercapai efisiensi agribisnis; (c) Mengembangkan diversifikasi produk sebagai
upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan pada
periode tertentu; (d) Sebagai wahana pengenalan, penguasaan, pemanfaatan
teknologi tepat guna dan sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat
pedesaan dalam sistem agribisnis, dan (e) menjaga kelestarian
lingkungan.
Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian yang
dilaksanakan adalah:
(1). Peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan
Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan yang
dihasilkan maka dilakukan pengembangan agroindustri perdesaan
berbasis komoditas ungulan setempat. Agroindustri pedesaan pada
hakikatnya adalah membangun ekonomi kerakyatan di tingkat desa untuk
Pedoman Umum PPHP 2011
12
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan
nilai tambah dan daya saing produk olahan yang dihasilkan.
Pengembangan agroindustri pedesaan akan menumbuhkan dan
mengembangkan usaha yang menyerap, melibatkan masyarakat
pedesaan yang diupayakan untuk melaksanakan usaha pengolahan
dengan menggunakan kaidah pengolahan hasil pertanian yang baik dan
benar.
Karakteristik komoditas yang dikembangkan yaitu komoditas yang laku
dijual dan memiliki nilai ekonomi serta nilai tambah, cocok diusahakan di
wilayahnya baik dari aspek teknis, ekonomi, sosial dan kelestarian
lingkungan.
(2). Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan
Inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan mutlak harus dilakukan
untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekpor produk olahan
hasil pertanian. Untuk itu maka perlu upaya-upaya:
a. Intensifikasi kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber
inovasi teknologi seperti lembaga riset, perguruan tinggi dan bengkel-
bengkel swasta pembuat alat mesin pengolahan dalam rangka
pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna;
b. Innisiasi dan advokasi sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan)
terhadap inovasi teknologi yang dilakukan oleh masyarakat;
c. Reformasi model penerapan teknologi dan sarana pengolahan hasil
pertanian sarana pengolahan yang ramah lingkungan dan
d. Apresiasi para pelaku usaha dengan penerapan teknologi tepat
guna.
Pedoman Umum PPHP 2011
13
(3). Peningakatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui
optimaslisasi dan mordeninsasi sarana pengolahan
Salah satu kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing
produk olahan hasil pertanian adalah efisiensi dalam proses
pengolahan. Tingkat efisiensi pengolahan dengan sendirinya akan
berpengaruh terhadap harga dari setiap produk yang dihasilkan.
Kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi pengolahan hasil
pertanian di antaranya adalah:
a. Optimalisasi, revitalisasi dan modernisasi teknologi dan sarana/
prasarana usaha pengolahan hasil pertanian;
b. Mendorong berkembangnya bengkel alat mesin (alsin) pengolahan
hasil pertanian;
c. Mengembangkan sarana yang mendukung pengembangan produk
olahan sesuai dengan potensi pasar;
d. Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GMP
dalam setiap aspek pengolahan sebagai syarat (pre-requisite)
dalam penerapan sistem jaminan mutu;
e. Mengembangkan kelembagaan pengelolaan sarana pengolahan
yang dikelola secara profesional oleh kelompok tani di sentra
produksi, dan
f. Mengembangkan sistem dan proses pengolahan yang efisien yang
berbasis pada pemanfaatan sarana yang efektif dan berbahan baku
lokal.
(4). Peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan
penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani
Pedoman Umum PPHP 2011
14
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha
pengolahan hasil pertanian di tanah air adalah masih lemahnya
kemampuan sumber daya manusia, kelembagaan usaha, dan sumber
permodalan. Hal tersebut disebabkan oleh pembinaan SDM pertanian
selama ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan produksi
(budidaya) pertanian. Sedangkan pembinaan sumberdaya manusia
pertanian untuk pengolahan hasil pertanian masih kurang (termasuk
sumber permodalan). Hal ini menyebabkan produktivitas dan daya saing
usaha agribisnis masih sangat lemah. Adapun beberapa kebijakan
operasional terkait dengan strategi tersebut adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, pendampingan dalam upaya transfer
teknologi (knowledgement), di bidang pengolahan hasil pertanian
dengan fokus komoditas yang diunggulkan;
b. Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pengolahan hasil
pertanian yang langsung dikelola oleh petani/kelompok tani;
c. Mengembangkan kerjasama usaha pengolahan hasil pertanian baik
horizontal maupun vertikal secara lebih terintegrasi dengan
berbagai ragam skala usaha;
d. Memfasilitasi pelayanan dan informasi dalam kerjasama teknis di
bidang usaha pengolahan hasil pertanian antar pelaku usaha
pengolahan hasil pertanian.
(5). Peningkatan upaya pengelolaan lingkungan
Pada proses pengolahan seringkali limbahnya menimbulkan dampak
lingkungan yang perlu dikelola secara baik. Dampak lingkungan yang
ditimbulkan dapat berupa polusi suara, udara, air dan limbah lainnya.
Dalam kerangka pengelolaan lingkungan usaha pengolahan, maka
kebijakan yang ditempuh mengupayakan peningktan penerapan GMP
Pedoman Umum PPHP 2011
15
pada skala usaha kecil-mengengah dan IRT dan mengembangkan
sistem pengelolaan lingkungan pada usaha pengolahan hasil pertanian
2.2 KEGIATAN UTAMA PEMBANGUNAN PENGOLAHAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN
Kegiatan pembangunan PPHP tahun 2012 merupakan bagian dari program
dan kegiatan utama Kementerian Pertanian, sehingga dituangkan ke dalam
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dengan tujuan sebagai
berikut:
Peningkatan Nilai Tambah; upaya ini difokuskan pada dua hal yakni
perbaikan mutu produk dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung
peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian
(bahan mentah dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian
yang mendapat sertifikat jaminan mutu. Pada akhir tahun 2014 diharapkan
semua produk pertanian organik, kakao fermentasi, bahan olah karet (bokar)
sudah tersertifikasi dengan pemberlakuan sertifikasi wajib. Peningkatan
jumlah olahan diukur dari rasio produk bahan mentah dan olahan. Saat ini 80
% produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah dan 20 %
dalam bentuk olahan. Pada akhir tahun 2014 ditargetkan bahwa 50 % produk
pertanian diperdagangkan dalam bentuk olahan.
Peningkatan Daya Saing; upaya ini akan difokuskan pada pengembangan
produk berbasis sumberdaya lokal yang (1) dapat meningkatkan pemenuhan
permintaan konsumsi dalam negeri; dan (2) dapat mengurangi
ketergantungan impor (substitusi impor). Indikator keberhasilannya adalah
besarnya pangsa pasar (market share) di pasar dalam negeri dan penurunan
net impor. Upaya peningkatan daya saing akan difokuskan pada peningkatan
produksi susu yang selama ini impornya mencapai 73% untuk memenuhi
Pedoman Umum PPHP 2011
16
kebutuhan domestik. Untuk mengurangi besarnya impor gandum/terigu yang
mencapai 6,7 juta ton per tahun akan dikembangkan aneka tepung berbasis
sumberdaya lokal, yang ditargetkan pada akhir 2014 sudah bisa mensubstitusi
20 % impor gandum/terigu. Untuk kakao, ditargetkan pada akhir 2014
kebutuhan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri bisa
dipenuhi semua dari produksi dalam negeri.
Peningkatan Ekspor; upaya ini akan difokuskan pada pengembangan
produk yang punya daya saing di pasar internasional, baik segar maupun
olahan, yang kebutuhan di pasar dalam negeri sudah tercukupi. Indikatornya
adalah pertumbuhan volume ekspor.
Pedoman Umum PPHP 2011
17
3.1 KARAKTERISTIK UMUM
Karakteristik kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian baik
yang berada di pusat maupun yang berada di daerah seperti yang
ditampilkan berikut ini.
3.1.1. Kegiatan Pusat
a. Pengembangan Kebijakan
b. Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program / Kegiatan
c. Pembinaan & Pengawalan Teknis
d. Pelayanan teknis/bisnis
e. Pengembangan Data Base dan Sistem Informasi
f. Public awareness/ promosi produk dan investasi di sektor
pertanian
g. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
3.1.2. Kegiatan Dekonsentrasi
a. Pengembangan Mutu dan Standardisasi
- Penerapan Sistem Jaminan Mutu
- Pengembangan SNI
- Pengembangan Jabfung PMHP
- Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu
- Pengembangan Laboratorium
- Pengembangan OKKPD
b. Pengembangan Pemasaran Domestik
Bab
3 KARAKTERISTIK KEGIATAN DAN
ANGGARAN
Pedoman Umum PPHP 2011
18
- Pengawalan dan Pertemuan Pasar Tani
- Pengawalan dan Pertemuan Nasional STA
- Pengawalan dan Pertemuan Nasional Pasar Ternak
- Pengembangan PIP Agribisnis
- Pemantauan dan Pengamanan Harga Gabah dan Beras
- Pemantauan Pasar dan Harga Komoditas Strategis
- Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi Harga
- Penguatan Jaringan Pemasaran Produk Pertanian
c. Pengembangan Pemasaran Internasional
- Akselerasi Ekspor Komoditas Pertanian
- Akselerasi Ekspor Produk Unggulan Komoditas Hortikultura ke
Singapura
d. Pengembangan Usaha dan Investasi
- Pembinaan Kemitraan dan Kewirausahaan
- Peningkatan Pelayanan Investasi
- Promosi Dalam Negeri
- Promosi Luar Negeri
- Fasilitasi Indikasi Geografis
- Pengembangan Kawasan Pembangunan Ekonomi Masyarakat
Berbasis Agribisnis (KAPEMBA) dan Agrowisata
e. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
- Bimbingan Teknis dan Manajemen Pengolahan Hasil Pertanian
- Pertemuan Koordinasi, Sosialisasi Pengolahan Hasil Pertanian
- Peringatan Hasi Susu Nusantara
3.1.3. Kegiatan Dana Tugas Pembantuan
Pedoman Umum PPHP 2011
19
a. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi
b. Pengembangan Mutu Kopi
c. Revitalisasi Pasar Ternak
d. Oprimalisasi Sub Terminal Agribisnis
e. Pengembangan Jaringan Pemasaran
f. Pengembangan Grading Packaging
g. Akselerasi Ekspor Komoditi Pertanian
h. Revitalisasi Penggilingan Padi
i. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung
j. Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan
k. Pengembangan Pengolahan Jagung
l. Pengembangan Agroindustri Hortikultura
m. Pengembangan Agroindustri Biofarmaka
n. Pengembangan Agroindustri Perkebunan
o. Pengembangan Bokar Bersih
p. Pengembangan Agroindustri Peternakan (Susu)
q. Pengembangan Agroindustri Peternakan (Daging)
r. Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak
s. Pengembangan Pengolahan Limbah Hasil Ternak (Kompos dan
Biogas)
3.2. KARAKTERISTIK KEGIATAN 3.2.1. Alokasi Kegiatan
Dana Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Pendanaan
dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat non
fisik yaitu antara lain : sinkronisasi, koordinasi, fasilitasi, bimbingan teknis,
pelatihan, penyuluhan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian.
Pedoman Umum PPHP 2011
20
Dana Tugas Pembantuan (TP) merupakan penugasan dari pemerintah
pusat kepada daerah dan atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan kepada yang
menugaskan. Pendanaan dalam rangka TP dialokasikan untuk kegiatan
bersifat fisik yaitu anatara lain : pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan
mesin serta kegiatan fisik lainnya.
Dalam rangka mendukung pencapaianan WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) pengadaan barang yang dialokasikan kepada masyarakat
dengan menggunakan Belanja Pemberdayaan Sosial (573111) yang
digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial Dalam
Bentuk Uang untuk komponen Mutu Standardisasi dan Pengolahan Hasil
Pertanian.
Untuk kegiatan lain pada Kegiatan Pemasaran Domestik dan Pemasaran
Internasional menggunakan Belanja Gedung dan Bangunan untuk di serahkan
kepada Masyarakat / Pemda (526113). Pengadaan aset tetap dengan belanja
barang penunjang Dekon / TP tersebut selanjutnya akan diproses Berita
Acara penyerahan aset kepada Pemda yang selanjutnya diserahkan kepada
SDPD / Dinas, paling lambat 6 bulan setelah pengadaan. Apabila barang
tersebut setelah 6 bulan dari pengadaannya belum diserahkan kepada SPD
dengan Berita Acara, maka barang tersebut diklasifikasikan menjadi aset
tetap.
3.2.2. Kegiatan Pengarusutamaan Gender
Pada umumnya, usaha pengolahan produk pertanian skala rumah
tangga maupun skala kecil merupakan unit usaha yang dikelola oleh
perempuan dengan dibantu oleh anggota keluarga baik suami maupun anak-
Pedoman Umum PPHP 2011
21
anak. Untuk memudahkan didalam pembinaannya, usaha – usaha tersebut
dikelola secara grup atau kelompok. Oleh karena itu, keberhasilan program
industrialisasi pedesaan sangat tergantung pada keberhasilan usaha
pengolahan yang dikelola perempuan beserta anggota keluarganya di
perdesaan. Dengan demikian, implementasi program yang blind gender (buta
gender) atau tidak memperhatikan siapa pelaku pembangunan tersebut
akan berakhir pada kegagalan atau tidak berkelanjutan. Dengan demikian,
issu gender menjadi issu penting yang harus diperhatikan didalam
merencanakan suatu program pembangunan usaha pengolahan maupun
pemasaran hasil pertanian (indutrialisasi pedesaan).
Sesuai dengan amanat Inpres No 9/2000, konsep setara dan adil
gender harus benar-benar menjadi pegangan dalam setiap tahapan kegiatan
di Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dimana setara berarti
seimbang relasi antara laki-laki dan perempuan (dan orang lanjut usia, anak-
anak di bawah umur, orangorang dengan kebisaan berbeda/difable, serta
orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi) dalam aspek egaliter,
kemampuan memadai yang meliputi Knowledge Attitude Practise, pengakuan
terhadap eksistensi, ruang partisipasi, pengambilan peran dan fungsi secara
proporsional dalam proses pembangunan secara utuh menyeluruh baik dari
pemanfaatan hasil, pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan, penyusunan,
evaluasi maupun perencanaan pembangunan di bidang Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian.
Proses pengarusutamaan gender memerlukan data terpilah antara
perempuan dan laki-laki, serta kemampuan analisis gender sehingga
menghasilkan sebuah perencanaan pembangunan serta anggaran yang
responsif gender.
Pedoman Umum PPHP 2011
22
Dengan melaksanakan analisis gender, kita dapat mengetahui apakah
perempuan dan laki-laki dapat memperoleh akses partisipasi, pengambilan
keputusan, kontrol dan manfaat yang sama atau tidak dalam kegiatan usaha
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dengan mengetahui hal-hal itu,
maka kegiatan perencanaan, penyusunan anggaran, pelaksanaan kegiatan,
pemantauan dan evaluasi program terkait pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian yang responsif gender dapat dilakukan secara efektif.
3.3. KARAKTERISTIK ANGGARAN 3.3.1. Alokasi Anggaran
Dana APBN yang dialokasikan untuk pembangunan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian tahun anggaran 2012, sebesar
Rp. 519.623.100.000,- yang terdiri atas anggaran di Pusat sebesar
Rp. 155.091.350.000,- dan UPT Balai Pengujian Mutu Alsintan sebesar
Rp. 4.487.144.000,-. Dana di daerah sebesar Rp. 364.531.750.000,- yang
terdiri dari dana Dekonsentrasi di propinsi sebesar Rp. 125.527.250.000,-
dana Tugas Pembantuan di Propinsi sebesar Rp. 222.200.000.000,-
sedangkan untuk Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/ kota sejumlah
Rp. 16.804.500.000,-
Dukungan anggaran Ditjen PPHP untuk sektor Tanaman Pangan di
daerah sebesar Rp. 54.350.000.000; Hortikultura sebesar
Rp. 39.575.800.000; Perkebunan sebesar Rp. 73.450.000.000; dan
Peternakan sebesar Rp. 61.650.000.000. Anggaran yang dialokasikan untuk
pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian hanya bersifat
stimulan (pemacu dan pemicu) dan penguatan modal kepada kelompok
sasaran. Hal ini diharapkan akan terbangun jaringan dan sharing serta
partisipasi dari para pelaku usaha serta pemerintah daerah setempat melalui
Pedoman Umum PPHP 2011
23
APBD Prop/ Kab/ Kota maupun dari pihak swasta dan dari instansi terkait
diluar Kementerian Pertanian.
3.3. 2. Struktur Satuan Kerja (Satker) Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di Pusat dan
Propinsi (Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) serta dana Tugas
Pembantuan di Kabupaten/Kota merupakan Satker Ditjen PPHP tersendiri.
a. Satuan Kerja Pusat
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
mempunyai 2 satker di pusat yaitu :
(1) Satker Direktorat Jenderal Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian.
(2) Satker UPT Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian
b. Satuan Kerja Propinsi
Jumlah satker dana Dekonsentrasi di Propinsi tahun 2012 adalah
sebanyak 80 Satker yang berada di dinas lingkup Pertanian Propinsi
(Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan
Perkebunan) di 33 propinsi. Sedangkan Satker untuk dana tugas
pembantuan di propinsi berjumlah 89 satker di Propinsi.
c. Satuan Kerja Kabupaten / Kota
Jumlah satker dana Tugas Pembantuan di Kabupaten / Kota untuk
kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012 adalah
sebanyak 12 satker yang berada di dinas lingkup pertanian (Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan).
Pedoman Umum PPHP 2011
24
4.1. DASAR HUKUM
Pola pengorganisasian kegiatan dan anggaran merupakan salah satu
penentu arah kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian. Dengan adanya penataan dan pengelolaan organisasi yang tepat
dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, maka akan memberikan dampak
positif terhadap keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Tingkatan
mekanisme kontrol sekaligus pembinaan terhadap implementasi kegiatan
berdasarkan program dan anggaran kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kementerian Pertanian bertanggung jawab atas keberhasilan program
dan anggaran kinerja pembangunan secara nasional. Menteri pertanian
sebagai pengguna anggaran/barang dalam menjalankan tugasnya
dibantu Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala Badan sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran, yang dalam melaksanakan tugas operasionalnya dibantu
oleh Karo/ Direktur/ Sesditjen/ Sesba/ Kapus/ Inspektur dan Pejabat
Pembuat Komitmen. Dalam hal pengendalian dan evaluasi dilakukan
secara terpadu dibawah kendali Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Gubernur bertanggungjawab terhadap keberhasilan program dan
anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan
pertanian di provinsi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas
operasional, Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas / Badan lingkup
pertanian provinsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, dan secara
teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan pertanian
yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas lingkup
Bab
4 ADMINISTRASI PROGRAM DAN ANGGARAN
Pedoman Umum PPHP 2011
25
pertanian provinsi dibantu oleh Bendahara, Pejabat Pembuat Komitmen,
serta Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM, Pengendalian
dan evaluasi dilakukan secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas /
Badan lingkup pertanian provinsi.
c. Bupati/Walikota bertanggungjawab terhadap keberhasilan kegiatan dan
anggaran tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di
kabupaten/kota yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas
operasional, Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala Dinas/Badan lingkup
pertanian kabupaten/kota sebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang
secara teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan
pertanian yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala
Dinas lingkup pertanian Kabupaten /Kota dibantu oleh Bendahara, serta
eselon 3 atau pejabat yang mempunyai kompetensi di lingkup
instansinya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji
Tagihan/Penandatangan SPM. Pengendalian dan evaluasi dilakukan
secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas / Badan lingkup
pertanian kabupaten / kota.
4.2. PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN
PEMASARAN HASIL PERTANIAN DI PUSAT
Pengelolaan anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian di pusat dengan menggunakan pengorganisasian anggaran seperti
pada Bagan 1.
Dalam rangka pengelolaan anggaran pembangunan pertanian di pusat
dan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT Pusat), Menteri Pertanian selaku
pengguna anggaran menetapkan/mengangkat Kuasa Pengguna Anggaran
Pedoman Umum PPHP 2011
26
(KPA), Bendahara, serta Pejabat Penguji dan Pejabat SPM. Untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan, apabila diperlukan Menteri atau KPA
dapat mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Selanjutnya untuk
memperlancar pengelolaan administrasi keuangan oleh PPK dan membantu
kelancaran tugas bendahara, maka KPA dapat mengangkat Pemegang Uang
Muka (PUM).
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian Pusat dan UPT Pusat T.A. 2012
Belanja Belanja
Bendahara Pengeluaran
Verifi kator
Pembu kuan
Kasir
Bendahara Penerimaan
Laporan Keuangan Sistem Akuntansi
Instansi
KUASA PENGGUNA ANGGARAN / BARANG
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
P U M
Verifikasi dokumen
Input Dok./ Penerbit SPM
P U M
PENANGGUNG JAWAB SATUAN PELAKSANA.
Adminis trasi
PEJABAT PENGUJI & PENERBIT SPM
Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Penerbit SP2D
P U M
Rekonsiliasi
Pedoman Umum PPHP 2011
27
4.3. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah pusat. Dana Dekonsentrasi
adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana
yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Kegiatan
pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi
adalah kegiatan non fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang
tidak menambah aset tetap. Kegiatan non fisik antara lain berupa koordinasi
dan perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan,
supervisi, penelitian, survey, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut di atas, dana
dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan
tugas administratif dan / atau pengadaan input berupa barang habis pakai.
Untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi,
Gubernur menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta Pejabat Penguji dan Perintah
pembayaran (PP-SPM). Pengorganisasian Pengelolaan Anggaran Dana
Dekonsentrasi seperti pada Bagan .2
Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara pengeluaran dalam
pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana
dekonsentrasi harus memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA), Pedoman Umum (PEDUM), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk
Pedoman Umum PPHP 2011
28
Teknis (Juknis), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), serta ketentuan atau
peraturan lain yang berlaku.
Penerimaan dan Pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi diadministrasikan dalam
anggaran dekonsentrasi. Apabila ada sisa atau saldo anggaran lebih atas
pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi, maka hal
tersebut merupakan penerimaan kembali APBN dan disetor ke Rekening Kas
Umum Negara.
Pedoman Umum PPHP 2011
29
Bagan 2. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi
Satker Dinas Provinsi TA 2012
Gubernur
Penerima Pelimbahan Wewenang Dana
Dekonsentrasi
Kepala Dinas Propinsi
Kuasa Pengguna Anggaran
Eselon III Dinas Prov
Pejabat Pembuat Komitmen
Eselon III Dinas Prov
Pejabar Pembuat Komitmen (PPK)
Bendahara pengeluaran
Jabatan Fungsional
Kabag TU / Keuangan
Pejabat Penguji dan penerbit SPM (PP-SPM)
PUM
PUM Petugas
Pembukuan Kasir Pengujian
SPP dan Penerbtan
Konsep SPM
Unit Akuntasi Instansi
(SAI)
Pedoman Umum PPHP 2011
30
4.4. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada
daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dengan kewajiban melaporkan
dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
Kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana
tugas pembantuan Tahun Anggaran 2012 adalah untuk kegiatan fisik.
Kegiatan fisik adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah
aset tetap. Kegiatan fisik yang dimaksud diantaranya adalah pengadaan
tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta dapat
berupa kegiatan yang bersifat fisik lainnya. Sedangkan kegiatan fisik lainnya
antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin,
pengadaan bibit dan pupuk, atau sejenisnya, termasuk barang bansos yang
diserahkan kepada masyarakat, untuk pemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan
sebagian kecil dana tugas pembantuan dapat dialokasikan sebagai dana
penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/ atau pengadaan input
berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap. Untuk pelaksanaan kegiatan
yang dibiayai dari dana tugas pembantuan, gubernur/bupati/walikota
mengusulkan calon Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran serta Bendahara
Pengeluaran kepada Menteri Pertanian. Menteri Pertanian menetapkan KPA,
PPK, Pejabat Penguji dan Pembat SPM, bendahara Pengeluaran dan
Pedoman Umum PPHP 2011
31
bendahara penerima. Pengorganisasian pengelolaan anggaran tugas
pembantuan di Provinsi seperti pada Bagan 3.
Pedoman Umum PPHP 2011
32
Bagan 3. Struktur Organisasi Pengelolaan Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker di Provinsi TA 2012
Gubernur
Penerima Penugasan Dana Tugas Pembantuan
Kepala Dinas Provinsi
Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Propinsi
Bendahara Pengeluaran
Jabatan Fungsional
Penanggung Jawab
Satuan Pelaksana Kegiatan Kabupaten
Kabag/Kasubag TU/Umum/ Keu
Pejabat Penguji dan Penerbit SPM (PP-SPM)
PUM
PUM kabupaten
Pembukuan Kasir Penguji SPM dan Penerbitan Konsep
SPM
Unit Akuntansi
Instansi SAI PUM
Pedoman Umum PPHP 2011
33
Dana Tugas Pembantuan Propinsi yang ada kegiatan untuk kabupaten,
maka dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan
pertanggungjawaban keuangan perlu dibentuk penanggung jawab kegiatan di
kabupaten, Pemegang Uang Muka (PUMK) dan pelaksana kegiatan tim
teknis dengan surat keputusan KPA/Kepala Dinas Propinsi.
Kegiatan Tugas pembantuan tersebut harus dikoordinasikan dengan
penanggungjawab kegiatan di kabupaten terutama dalam penentuan CP/CL,
pengadaan alat/gedung dan bangunan serta dalam pembinaan/bimbingan
teknis.
Pengorganisasian pengelola anggaran tugas pembantuan di Kab/Kota
seperti pada Bagan 4.
Bagan 4. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan
Satker di Kabupaten / Kota TA 2012
Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara pengeluaran dalam
pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana tugas
pembantuan harus memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Kepala Dinas/Satker
Kuasa Pengguna Anggaran
Kabag/Kasubag TU/Umum/Keu Pejabat Penguji & penerbit SPM
Pencatatan/ Pembukuan dan keuangan
Kasir Adm SAI
Bupati/Walikota Penerima Penugasan Dana
Tugas Pembantuan
Es. III Dinas Kabupaten
Pejabat Pembuat Komitmen
Bendahara Pengeluaran Jabatan Fungsional
PUMK
PUMK
Pedoman Umum PPHP 2011
34
(DIPA), Pedoman Umum (PEDUM) dan Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK), Keputusan penetapan para pelaksana anggaran, membuat,
menyiapkan, menyelenggarakan pembukuan pengelolaan dana tugas
pembantuan dan ketentuan serta perundangan yang berlaku.
4.5. KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB PENGELOLA
ANGGARAN
Dalam pelaksanaan sistem penganggaran yang berorientasi kinerja,
banyak sekali dijumpai masalah yang perlu diselesaikan, sehingga berdampak
terhadap output yang akan dicapai. Permasalahan pengelolaan anggaran
selama ini meliputi ketaatan disiplin pengelolaan anggaran, kegiatan maupun
estimasi alokasi biaya yang tidak tepat, ketidaktepatan waktu pelaksanaan,
acuan standar harga / biaya, kualitas SDM perencana, keterlambatan dalam
pelaporan dan lainnya. Untuk itu perlu pembenahan dengan menciptakan
aparat pengelola anggaran yang disiplin dan penuh tanggungjawab.
Berikut ini dapat dijelaskan rincian kewenangan dan tanggungjawab
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penguji dan Penerbit SPM,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara pengeluaran dengan
ketentuan sebagai berikut :
Pedoman Umum PPHP 2011
35
1 . Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Kewenangan :
a. Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan
yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau
tagihan atas beban APBN
b. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran
c. Mengangkat staf pembantu sesuai kebutuhan
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Mengesahkan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran
Kinerja (ROPAK), Rencana Operasional Kegiatan (ROK) di Satuan
kerja Masing-masing,
b. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
anggaran
c. Memberikan bimbingan dan arahan terhadap pengelola keuangan
dan penanggungjawab kegiatan,
d. Membuat Keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan
yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau
tagihan atas beban APBN antara lain berupa :
1) Keputusan-keputusan/tindakan yang menyangkut pengelolaan
dan pembinaan kepegawaian;
2) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang
terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya
3) Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan
seperti penunjukkan Staf Pembantu Bendahara Pengeluaran,
Staf Administrasi KPA, penetapan pembiayaan kendaraan dinas
operasional, mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas dan
lain-lain;
Pedoman Umum PPHP 2011
36
4) Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa
seperti pengangkatan panitia pengadaan dan pemeriksaan
barang/jasa, keputusan penetapan penyedia barang/jasa,
kontrak/ perjanjian/ SPK dan lain-lain;
5) Menandatangani cek.
e. Memeriksa kas dan pembukuan bendahara sekurang-kurangnya
sekali dalam 3 (tiga) bulan.
f. Membuat laporan keuangan
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kewenangan :
a. Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan
yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau
tagihan atas beban APBN di unit kerjanya sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh KPA berupa :
b. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang
terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya;
c. Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan
seperti penunjukkan staf administrasi pembuat komitmen,
penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional dan
penerbitan surat perintah perjalanan dinas di unit kerjanya.
d. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan
barang/jasa di unit kerjanya seperti pengadaan dan pemeriksa
barang/jasa di unit kerjanya keputusan penetapan penyedia
barang/jasa,kontrak/perjanjian/SPK;
e. Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja bertanggungjawab baik dari segi fisik
maupun dari keuangan atas pelaksanaan.
Pedoman Umum PPHP 2011
37
f. Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari segi
administrasi, fisik, keuangan dang fungsional atas pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakannya.
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Operasional
Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam
ROPAK unit kerjanya,
c. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
anggaran unit kerjanya,
d. Memberikan arahan dan bimbingan terhadap PUM dan penanggung
jawab kegiatan di unit kerjanya,
e. Memeriksa kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak
pihak penagih,
f. Memeriksa kebenaran dokumen yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian
pengadaan barang/jasa
g. Meneliti ketersedian dananya dan membebankan pengeluaran
sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan,
h. Memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran
atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya,
i. Mengajukan permintaan uang muka untuk kegiatan operasional
kantor sesuai ketentuan berlaku,
j. Mengajukan permintaan tagihan bayaran atas pelaksanaan
kegiatan di unit kerjanya (SPJ rampung) dengan Surat Pengantar
yang ditujukan kepada KPA melalui Bendahara Pengeluaran,
k. Melakukan pemeriksaan keadaan Kas PUM sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan sekali,
Pedoman Umum PPHP 2011
38
l. Menyampaikan laporan bulanan realisasi anggaran dan
pelaksanaan kegiatan unit kerjanya kepada KPA,
m. Menandatangani setuju bayar pada kuitansi,
n. Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Pejabat Pengujian dan Perintah Pembayaran/SPM
Kewenangan :
a. Menolak Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari Pejabat
Pembuat Komitmen bilamana :
b. Pengeluaran dimaksud tidak tersedia dananya dan melebihi pagu
dalam DIPA,
c. Bukti pengeluaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan
didukung dengan kelengkapan data yang sah,
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Meneliti dan memeriksa pencapaian tujuan/atau sasaran kegiatan
sesuai dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA
berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan,
b. Meneliti usulan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
c. Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
d. Memeriksa ketersedian pagu anggaran dalam DIPA untuk
memperolah keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu
anggaran,
e. Memeriksa kebenaran atas tagihan yang menyangkut antara lain:
f. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
(nama,orang/perusahaan,alamat,nomor rekening dan nama bank)
Pedoman Umum PPHP 2011
39
g. Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya
dengan prestasi kerja yang telah dicapai sesuai spesifikasi teknis
yang tercantum dalam kontrak)
h. Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan
dana yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi
teknis yang telah ditetapkan.
i. Menerbitkan dan menandatangani Surat Perintah Membayar/SPM
serta menyampaikan Surat Perintah Membayar/SPM ke KPPN
setempat.
4. Bendahara Pengeluaran
Wewenang :
a. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila :
b. Tagihan pembayaran dimaksud tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia,
c. Tagihan pembayaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan
didukung dengan tanda bukti yang sah.
Pedoman Umum PPHP 2011
40
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja kartu
Satuan Kerja,
b. Meneliti kelengkapan tagih dari KPA/PPK,
c. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam
perintah pembayaran,
d. Menguji ketersedian dana yang bersangkutan,
e. Menyediakan uang persedian dan merencanakan penarikan dana
sesuai keperluan belanja operasional kantor,
f. Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan,
SPJ, SPP, SPM, SP2D dan dokumen-dokumen keuangan lainnya,
g. Melaksanakan pembukuan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku,
h. Membantu memeriksa keabsahkan dan dokumen SPJ berikut
kelengkapannya,
i. Meneliti ketersedian dana dalam ROK dan DIPA serta ketepatan
pembebanan anggaran sesuai mata anggaran pengeluaran,
j. Menyampaikan dokumen SPJ dan kelengkapannya yang telah
diteliti kepada KPA melalui staf Administrasi KPA untuk dilakukan
pemeriksaan dokumen tersebut,
k. Meneliti permintaan uang muka dan mengusulkan kepada KPA
mengenai penetapan besarnya uang muka yang akan diberikan,
l. Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP-UP,SPPGU,SPP-
TU dan SPP-LS)
m. Menyampaikan SPP berikut dokumen kelengkapannya kepada
pejabat penguji dan Perintah Pembayaran,
n. Memberikan arahan dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf
Bendahara Pengeluaran dan PUM,
Pedoman Umum PPHP 2011
41
o. Memberikan pungutan dan penyetoran pajak serta menyampaikan
laporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku,
p. Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan dari
KPA/PPK,
q. Menandatangani lunas bayar di kuitansi.
5. Bendahara Penerima
Kewenangan :
Menolak permintaan penggunaan dana penerimaan sebelum mendapat
persetujuan dari Departemen Keuangan.
Uraian Tugas Pekerjaan :
Menagih, menerima, menyimpan, menyetorkan, membukukan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara.
6. Pelaksana Kegiatan
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Menyusun Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja
(ROPAK) unit kerjanya berdasarkan POK, RKA-KL dan DIPA;
b. Melaksanakan rencana kegiatan unit kerjanya yang telah
ditetapkan dalam ROPAK, POK, RKA-KL dan DIPA;
c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan dan keuangan
yang menjadi tanggung jawab di unit kerjanya,
d. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan unit kerjanya.
7. Pemegang Uang Muka (PUM)
Pemegang Uang Muka ditetapkan untuk membantu bendahara
pengeluaran.
Pedoman Umum PPHP 2011
42
Uraian Tugas Pekerjaan :
a. Menerima, Menyimpan, membayar, menatausahakan uang muka
untuk keperluan belanja unit kerjanya.
b. Membantu memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti
pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya;
c. Membantu meneliti kebenaran perhitungan tagihan dalam
dokumen SPJ tersebut dan ketersedian dananya dalam ROPAK
unit kerjanya
d. Membantu memproses penyelesaian SPJ unit kerjanya
e. Meneliti dan menyediakan permintaan uang muka di unit kerjanya.
f. Mengambil uang muka dari Bendahara pengeluaran untuk kegiatan
operasional unit kerjanya.
g. Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen
h. Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan,
SPJ dan dokumen-dokumen keuangan lainnya.
i. Melaksanakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
j. Melaksanakan laporan bulanan, laporan realisasi anggaran belanja
unit kerjanya.
k. Membantu memungut dan menyetorkan pajak.
8. Penanggungjawab Sementara
Apabila Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat yang bertugas melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran,
Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima berhalangan
melaksanakan tugasnya untuk sementara waktu, misal sakit, cuti atau
tugas mengikuti pendidikan dalam jangka waktu kurang dari 4 bulan
harus menugaskan kepada pengganti sementara dengan catatan bahwa
Pedoman Umum PPHP 2011
43
tanggung jawab sepenuhnya tetap pada pemberi kuasa sedangkan
untuk jangka waktu lebih dari 4 (empat) bulan harus diganti. Contoh surat
keterangan / surat kuasa tetap bertanggungjawab terlampir.
9. Ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi
a. Menteri / Pimpinan/ Lembaga/ Gubernur /Bupati/ Walikota yang
terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan
dalam undang undang tentang APBN diancam dengan pidana
penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang.
b. Pimpinan unit organisasi kementerian/ lembaga/ satuan kerja
perangkat daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan
anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang
APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan
ketentuan undang-undang.
c. Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
undang–undang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain
yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tentang APBN.
4.6. MEKANISME DAN PERSYARATAN USULAN, PENETAPAN DAN
REVISI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN
1. Penggantian / Revisi Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat pembuat
Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM, Pejabat
Pengeluaran dan atau Bendahara Penerima dalam Tahun Anggaran
berjalan dapat dilakukan dengan alasan :
a. Yang bersangkutan berhenti / mengundurkan diri dengan
keterangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan yang
dinyatakan dalam bentuk surat pertanyaan.
Pedoman Umum PPHP 2011
44
b. Yang bersangkutan dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dan didukung
dengan surat keterangan dokter.
c. Yang bersangkutan mutasi, ditugaskan keluar wilayah atau tugas
belajar yang dibuktikan dengan surat keputusan pejabat yang
berwenang.
d. Yang bersangkutan terlibat kasus kerugian negara yang
didukung dengan data Laporan Hasil Pemeriksanaan (LHP)
Aparat Pengawas Fungsional.
e. Yang bersangkutan terlibat kasus pelanggaran / kejahatan dan
dalam proses penindakan oleh aparat yang berwajib
f. Yang bersangkutan pensiun atau meninggal dunia.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pejabat pengelola
keuangan Dana Tugas Pembantuan Tahun 2012 adalah sebagai berikut
:
A. Persyaratan Calon Kuasa pengguna Anggaran (KPA)
a. Memegang jabatan Kepala Satuan Kerja Perangka Daerah
(SKPD) (Kepala Dinas/ Kepala Badan atau Kepala Kantor)
b. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat
Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan / Penandatangan
Surat Perintah Membayar dan Bendahara Pengeluaran /
Penerima.
c. Membuat surat pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur,
dan tidak akan melakukan KKN.
B. Persyaratan Calon Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pedoman Umum PPHP 2011
45
a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan
jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran /
kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan
negara
b. Pada SKPD Propinsi dan Kabupaten / Kota adalah Kabag /
Kabid atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan bidang tugas
dan kompetensinya.
c. Diutamakan telah memiliki sertifikat ahli pengadaan barang dan
jasa
d. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Kuasa
Penguuna Anggaran, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan
SPM dan Bendahara Pengeluaran / Penerima.
e. MembuatSurat Pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur
dan tidak akan melalukan KKN.
C. Persyaratan Calon Pejabat Penguji Tagihan / Penandatangan SPM
(PPT/PSPM)
a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan
jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran/
kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan
negara.
b. Pada SKPD Propinsi dan Kebupaten / Kota adalah sekretaris
Dinas / Kabag TU atau Pejabat yang melaksanakan tupoksi
unsur Keuangan / Tata Usaha.
c. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Kuasa
Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen dan
Bendahara Pengeluaran / Penerimaan.
d. Membuat Surat Pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur
dan tidak akan melakukan KKN.
Pedoman Umum PPHP 2011
46
D. Persyaratan Calon Bendahara Pengeluaran / Penerima
a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan
jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran/
kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan
negara.
b. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Manajemen
Keuangan dan peraturan yang berhubungan dengan keuangan.
c. Mempunyai ijasah / Sertifikat Bendahara Pengeluaran /
Penerimaan;
d. Tidak memegang jabatan struktural Eselon I, II, III, IV, Kepala
Kantor dan Kepala SKPD
e. Tidak diusulkan untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA
f. Berpangkat sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat I (II/b)
g. Tidak dalam status masa persiapan pensiun.
h. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Kuasa
Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat
Penguji Tagihan/Penandatangan SPM.
i. Para calon yang diusulkan tidak boleh merangkap sebagai
tenaga fungsional lainnya (peneliti, widyaiswara, penyuluh dll)
j. Membuat surat pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur
dan tidak akan melakukan KKN
k. Harus berlokasi di SKPD yang memiliki DIPA
l. Bagi yang telah menduduki jabatan Bendahara Pengeluaran /
Penerima selama 4 (empat) tahun terus menerus tidah
dicalonkan kembali menduduki jabatan sebagai Bendahara
Pengeluaran / Penerimaan pada SKPD yang bersangkutan.
m. Apabila memungkinkan calon Bendahara Pengeluaran /
Penerimaan agar di usulkan lebih dari 1 (satu) calon.
Pedoman Umum PPHP 2011
47
4.7. DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ditetapkan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing Satker dan setiap DIPA hanya
memuat kegiatan untuk satu Satker. DIPA memuat sasaran yang hendak
dicapai, fungsi, program, dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan
untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja. DIPA dikategorikan menjadi:
Pedoman Umum PPHP 2011
48
a. DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah dokumen pelaksana
anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Pusat
Kementerian Negara / Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan
secara bersama antara Direktorat Pelaksana Anggaran DJPBN
dengan Kementerian / Lembaga terkait. Menteri / Pimpinan
Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan
Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan
menetapkan SP DIPA.
b. DIPA Dana Dekonsentrasi
DIPA Dana Dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan
dana dekonsentrasi, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh
Gubernur. Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan
ditetapkan oleh SKPD yang ditunjuk Gubernur berdasarkan
pendelegasian wewenang dari Menteri Pertanian.
c. DIPA Tugas Pembantuan
DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian
penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan
Tugas Pembantuan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi/kabupaten/kota yang
ditunjuk oleh Menteri Pertanian. Konsep DIPA Tugas Pembantuan
disusun dan ditetapkan oleh Kepala Satker Pusat yang ditunjuk
oleh Menteri Pertanian.
4.8. PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)
Pedoman Umum PPHP 2011
49
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA
yang telah disyahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan / Kepala Kanwil
Ditjen PBN, maka Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran
menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
POK berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan, alat
monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan, alat perencanaan kebutuhan
dana, dan sarana untuk meningkatkan trasnparansi, akuntabilitas, dan
efektivitas pelaksanaan anggaran.
Dalam hal terdapat perubahan POK sebagai akibat dari revisi DIPA,
penyesuaian atas realisasi, perubahan jadwal pelaksanaan aktivitas dan
lainnya, maka POK harus disesuaikan. Apabila perubahan POK
mengakibatkan perubahan kebutuhan dana perbulan maka penyesuaian
tersebut digunakan untuk mengubah halaman III DIPA dan menyampaikan
perubahan Halaman III DIPA kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan
per triwulan. Revisi POK sepanjang tidak mengubah DIPA dilakukan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4.9. MEKANISME REVISI
4.9.1. Revisi POK
Revisi POK dapat dilakukan sepanjang tidak merubah pagu anggaran
antar belanja dalam DIPA. Untuk Dana Dekonsentrasi revisi POK bisa
di lakukan di masing-masing dinas propinsi dengan tembusan kepada
Pedoman Umum PPHP 2011
50
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Sedangkan untuk dana Tugas Pembantuan baik propinsi maupun
kabupaten revisi POK harus diajukan ke Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan dilengkapi data
dukung dan justifikasi.
4.9.2. Revisi DIPA
Revisi DIPA bisa dilakukan apabila terjadi perubahan yang
mengakibatkan pergeseran pagu anggaran antar belanja di dalam
DIPA. Proses revisi DIPA bisa di ajukan ke Kanwil Ditjen
Perbendaharaan setempat dengan persetujuan Ditjen PPHP c.q
bagian Perencanaan.
Usulan persetujuan revisi DIPA harus ditujukan kepada Direktur
Jenderal PPHP dilengkapi dengan data dukung dan justifikasi yang
jelas. Data dukung bisa berupa RAB, daftar perubahan kegiatan,
ataupun daftar dari pihak ketiga apabila diperlukan. Apabila
persetujuan revisi DIPA disetujui oleh Dirjen PPHP, maka selanjutnya
Dinas yang bersangkutan mengajukan usulan revisi DIPA tersebut ke
Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan melampirkan surat
persetujuan dari Eselon I tersebut, arsip data computer (ADK) dan
data pendukung lainnya.
Apabila surat persetujuan revisi DIPA sudah disyahkan oleh Kepala
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan, maka Satker harus
mengajukan perubahan POKnya ke Ditjen PPHP untuk
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian. Dengan demikian revisi tersebut merupakan bagian
dari POK dan DIPA yang telah berjalan.
Pedoman Umum PPHP 2011
51
4.9.3. Pemblokiran DIPA
Pemblokiran anggaran yang tertuang dalam DIPA adalah tindakan
yang diambil oleh petugas penelaahan dari Direktorat Jenderal
Anggaran, Kementerian Keuangan. Tindakan tersebut dilakukan
karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Data pendukung belum lengkap
2. Tidak ada kesesuaian dalam pagu
3. Kebijakan Pemerintah untuk efisiensi anggaran
Pemblokiran yang ditandai dengan tanda bintang (*) bisa
dicairkan/dibuka blokirnya apabila data pendukung (TOR, RAB, data
harga dari pihak ketiga untuk pengadaan barang/alat, serta
rancangan gambar yang diketahui oleh Dinas Kimpraswil setempat
untuk pembangunan/rehap gedung.
Proses revisi DIPA pembukaan blokir harus diusulkan oleh Direktur
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ditujukan ke
Menteri Keuangan up. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan dilengkapi dengan data pendukung seperti diatas.
Pedoman Umum PPHP 2011
52
Kegiatan-kegiatan PPHP yang dikelola di tingkat provinsi dan
kabupaten/ kota seperti ditampilkan berikut ini.
5.1. DANA DEKONSENTRASI 5.1.1. Bimbingan Teknis dan Manajemen Pengolahan Hasil Pertanian
Kegiatan Bimbingan Teknis dan Manajemen bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen bagi aparat pembina
provinsi/ kabupaten/ kota/ kelompok tani/ gapoktan yang berada pada satker
di bidang pengolahan hasil pertanian. Dengan adanya peningkatan
kemampuan di bidang teknis dan manajemen pengolahan hasil pertanian ini,
diharapkan mampu memberikan sharing dalam pengembangan agroindustri
pedesaan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
olahan hasil pertanian yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
Kegiatan ini harus bersinergi dengan kebijakan pembangunan
pertanian berwawasan agribisnis yang diarahkan agar subsistem agribisnis
dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan produk
olahan yang bernilai tambah dan daya saing yang tinggi.
Contact Person :
Bab
5 PENGELOLAAN KEGIATAN
Pedoman Umum PPHP 2011
53
Kasubdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Kasubdit Pengolahan Hasil
Hortikultura, Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Kasubdit Pengolahan
Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.
5.1.2. Pertemuan Koordinasi, Sosoalisasi Pengolahan Hasil Pertanian
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkordinasikan dan mensosialisasikan
pengembangan agroindustri pedesaan dengan instansi-instansi terkait
lainnya. Melalui kegiatan tersebut diharapkan pengembangan agroindustri
pedesaan dapat bersinergi dan didukung oleh berbagai instansi/ pemangku
kepentingan agar pengembangan agroindustri pedesaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Bentuk kegiatan ini antara lain :
a. Inisiasi pembentukkan asosiasi pengolahan
Karakter kegiatan ini berbentuk pertemuan untuk mendorong para
pelaku usaha dapat membentuk asosiasi pengolahan peternakan seperti
aosiasi pengolahan persusuan.
b. Optimalisasi/ revitalisasi unit pengolahan hasil peternakan ditujukan
sebagai upaya membangun sinergitas kebutuhan pelaku usaha dalam
rangka mengoptimalisasikan dan merevitalisasi fungsi – fungsi peralatan
yang tidak berjalan optimal atau memerlukan perbaikan fungsi sehingga
dapat berjalan optimal. Kegiatan ini berupa Pertemuan Teknis di
Propinsi.
Contact Person :
Pedoman Umum PPHP 2011
54
Kasubdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Kasubdit Pengolahan Hasil
Hortikultura,Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan,Kasubdit Pengolahan
Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.
5.1.3. Peringatan Hasi Susu Nusantara
Adalah kampanye minum susu 2012 agar masyarakat sadar dan
pentingnya manfaat susu bagi tubuh, meningkatnya konsumsi susu dan
asupan nutrisi bagi anak-anak Indonesia serta berkembangnya Industri Susu
di Indonesia yang direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Contact Person: KasubdinPengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian
5.1.4. Penerapan Sistem Jaminan Mutu
Merupakan kegiatan fasilitasi penerapan jaminan mutu dan keamanan
pangan bagi pelaku usaha yang berbasis kelompok dan siap untuk dibina.
Penerapan sistem jaminan mutu meliputi penerapan jaminan mutu untuk
produk pertanian non pangan, penerapan jaminan mutu dan keamanan
pangan untuk produk pangan hasil pertanian.
Penerapan sistem jaminan mutu berdasarkan sistem pangan organic
dapat digunakan untuk pembinaan dan sertifikasi organik bagi kelompok tani
yang berusaha di bidang pertanian organik.
Dalam rangka mewujudkan jaminan mutu dan keamanan pangan di sektor
pertanian diperlukan pengawas mutu yang kompeten. Untuk itu pelaksanaan
bimbingan teknis pengawas mutu kakao, bokar, kopi dan tanaman pangan
Pedoman Umum PPHP 2011
55
hortikultura, dalam pelaksanaannya agar mengacu kepada Pedoman Teknis
Pembinaan dan Sertifikasi Organik; Pedoman Teknis Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan
Contack person : Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu,
Direktorat Mutu dan Standardisasi.
5.1.5. Pengembangan SNI
Ruang lingkup kegiatan Pengembangan SNI meliputi pelaksanaan
sosialisasi SNI, pelaksanaan Identifikasi kesiapan penerapan SNI biji kakao
secara wajib.Terdiri dari 2 kegiatan yaitu :
a. Pelaksanaan Sosialisasi SNI
Menginformasikan SNI sektor pertanian yang telah disusun dan
ditetapkan kepada para pembina mutu dan stakeholder yang ada di
daerah serta meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan bagi
pembina mutu di daerah sehingga mampu melaksanakan dan
mengimplementasikan program pengembangan mutu dan standardisasi
yang telah disusun.
b. Identifikasi Kesiapan Penerapan Secara Wajib Sni Biji Kakao
Dalam pelaksanaan Identifikasi Kesiapan Penerapan Secara Wajib SNI
Biji Kakao terdiri dari beberapa tahap sesuai alokasi dana:
1. Sosialisasi rencana pemberlakuan secara wajib SNI biji kakao.
2. Kesesuaian mutu biji kakao di tingkat pelaku usaha terhadap
persyaratan SNI.
3. Capacity building pengawas mutu kakao
Pedoman Umum PPHP 2011
56
Untuk mensosialisasikan rencana kebijakan Pemerintah terkait mutu biji
kakao; untuk mengetahui kesiapan pelaku terhadap penerapan SNI biji kakao
secara wajib serta untuk mengetahui kesesuaian biji kakao dengan SNI
2323:2008.
Contack person : Kasubdit Standardisasi, Direktorat Mutu dan Standardisasi.
5.1.6. Pengembangan Jabfung PMHP
Peranan pemerintah sangat besar dalam rangka melindungi
masyarakat mengkonsumsi pangan yang sehat aman dan bermutu, maka
pemerintah membentuk jabatan fungsional pengawas mutu hasil pertanian
sesuai sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
tentang jabatan fungsional pengawas mutu hasil pertanian (Permenpan
No.Per /17 /MPAN/ 4 / 2006 dan peraturan bersama Menteri Pertanian dan
Kepala BKN No. 59/PERMENTAN/OT.140/11/2006 dan nomor 62 tahun 2006.
Peran Pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) sangat
penting dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu dan keamanan
produk segar dan olahannya.
Jumlah dan kompetensi Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Hasil
Pertanian yang ada saat ini belum dapat memenuhi beban pengawasan pada
pelaku usaha yang mayoritas berdomisili di Kabupaten/ Kota. Oleh karena itu
sumberdaya manusia yang bertugas mengawasi mutu dan keamanan pangan
hasil pertanian harus memiliki kompetensi dibidang pengawasan dan
pengujian mutu hasil pertanian, sehingga perlu dilakukan sosialisasi, pelatihan
dasar dan peningkatan kompetensi bagi pejabat fungsional pengawas mutu
hasil pertanian. Untuk pelaksanaannya agar mengacu pada pedoman teknis
pengembangan jabfung PMHP 2012.
Pedoman Umum PPHP 2011
57
Contack person : Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu,
Direktorat Mutu dan Standardisasi.
5.1.7. Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu
a. Penyiapan Harmonisasi Regulasi dan Standar Internasional Maksud kegiatan ini adalah memudahkan transformasi produk antar/
inter negara terkait dengan era perdagangan bebas dengan tetap memenuhi
peraturan masing-masing negara tersebut.
Dalam kegiatan Penyiapan Harmonisasi Regulasi dan Standar
Internasional tahun 2012 ini akan terfasilitasinya 55 Kelompok Tani produk
kakao, sayuran, dan buah-buahan di 10 provinsi sentra produksi yang mampu
dan dapat melakukan harmonisasi regulasi dan standar internasional negara
tujuan ekspor.
b. Penyiapan Data Ilmiah Residu Bahan Kimia Pangan Segar Hasil Pertanian Dalam kegiatan Kajian Data Ilmiah Bahan Kimia Pangan Hasil
Pertanian tahun 2012 bertujuan menyediakan data ilmiah residu bahan kimia
pangan segar hasil pertanian sebagai data dukung penyusunan posisi
Indonesia dalam penetapan standar BMR pestisida baik nasional, regional
maupun internasional.
Contack person : Kasubdit Kerjasama dan Harmonisasi, Direktorat Mutu dan
Standardisasi.
Pedoman Umum PPHP 2011
58
5.1.8. Pengembangan Laboratorium
Penggunaan dana tugas perbantuan oleh laboratorium pengujian
sebagai berikut:
a. Pengadaan alat penguji residu pestisida
Pengadaan alat pengujian disesuaikan dengan kebutuhan
laboratorium. Alat pengujian disini dapat berbentuk Gas
Chromotography, standar bahan aktif atau peralatan lain yang
menunjang pengujian laboratorium khususnya pengujian residu
pestisida
b. Bimbingan teknis peningkatan kompetensi SDM laboratorium
Dilaksanakan oleh laboratorium penguji dengan melibatkan tim
pembina dari pusat. Peningkatan kompetensi SDM dapat dilakukan
melalui bimbingan teknis baik untuk peningkatan kompetensi
manajemen maupun kompetensi teknis. Salah satu bimbingan teknis
untuk peningkatan kompetensi teknis adalah Bimbingan Teknis
Validasi Metode.
Seluruh kegiatan pengujian yang dilaksanakan oleh laboratorium
khususnya terkait dengan keamanan pangan wajib dilaporkan kepada Ditjen
PPHP minimal 1 kali dalam satu tahun. Penyerahan laporan dilakukan pada
akhir bulan Juni dan Desember tahun berjalan, ditujukan kepada Direktorat
Mutu dan Standardisasi
Contact person : Kasubdit Akreditasi dan Kelembagaan, Direktorat Mutu dan
Standardisasi
5.1.9. Pengembangan OKKPD
Pedoman Umum PPHP 2011
59
Penggunaan dana dekonsentrasi oleh OKKP-D terbagi menjadi 4
kelompok meliputi:
a. Kelompok A : OKKP-D yang sudah diverifikasi;
b. Kelompok B : OKKP-D proses pengajuan verifikasi;
c. Kelompok C : OKKP-D proses penyusunan dan penyempurnaan
dokumen sistem mutu;
d. Kelompok D : OKKP-D yang belum terbentuk.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penyempurnaan dokumen sistem
mutu, pelaksanaan verifikasi OKKP-D, pelaksanaan pemberian sertifikasi dan
registrasi kepada pelaku usaha, peningkatan kompetensi SDM OKKP-D,
bimbingan teknis dan pelaksanaan audit internal OKKP-D. Selain itu OKKP-D
sebagai lembaga pengawas dapat melakukan pengawasan terhadap produk
yang telah disertifikasi dan diregister oleh OKKP-D serta produk segar hasi
pertanian yang beredar dalam rangka menjamin mutu dan keamanan pangan.
Contact person : Kasubdit Akreditasi dan Kelembagaan, Direktorat Mutu dan
Standardisasi
5.1.10. Pengembangan Pasar Tani dan Pertemuan Nasional Pasar Tani Kegiatan Pengembangan Pasar Tani 2012 bertujuan menyediakan
sarana pemasaran bagi petani /poktan / gapoktan agar dapat memasaran
hasil pertaniannya secara langsung kepada konsumen, sehingga akan
meningkatkan posisi tawar dan membuka akses pasar petani. Pengembangan
Pasar Tani dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan sarana dan fungsi
kelembagaan pemasaran hasil pertanian yaitu Poktan PHP (Poktan
Pemasaran Hasil Pertanian / ASPARTAN). Dengan membangun dan
Pedoman Umum PPHP 2011
60
memperluas jaringan pemasaran untuk meningkatkan transaksi hasil
pertanian di Pasar Tani.
Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi Pasar Tani melalui Pertemuan Nasional Pasar Tani 2012
yang dihadiri oleh pembina propinsi dan kabupaten / kota serta pengelola
Pasar Tani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
dan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Pertemuan Nasional Pasar
Tani 2012 direncanakan akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2012 di
Bandung – Jawa Barat.
Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat
Pemasaran Domestik.
5.1.11. Pengawalan STA dan Pertemuan Nasional STA
Kegiatan Optimalisasi STA 2012 bertujuan untuk meningkatkan peran
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai sarana pemasaran hasil pertanian
bagi petani / poktan / gapoktan, agar dapat berfungsi secara optimal melalui
peningkatan pemanfaatan sarana / prasarana yang telah disediakan dan
penguatan fungsi kelembagaan pemasarannya. Melalui optimalisasi STA
diharapkan akan dapat meningkatkan operasionalisasi STA sehingga akan
meningkatkan pemasaran dengan membangun dan pengembangkan jaringan
pemasaran hasil pertanian di STA.
Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi STA melalui Pertemuan Nasional STA yang dihadiri oleh
pembina propinsi dan kabupaten/ kota serta pengelola STA. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan rencana pengembangan
Pedoman Umum PPHP 2011
61
yang akan dilakukan. Pertemuan Nasional STA direncanakan akan
diselenggaran pada bulan Mei 2012 di Denpasar – Bali.
Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat
Pemasaran Domestik.
5.1.12. Pengawalan Pasar Ternak dan Pertemuan Nasional Pasar Ternak
Kegiatan Revitalisasi Pasar Ternak bertujuan untuk meningkatkan
peran Pasar Ternak sebagai sarana pemasaran hasil peternakan bagi petani /
poktan / gapoktan agar dapat berfungsi secara optimal melalui peningkatan
pemanfaatan sarana / prasarana yang telah disediakan dan penguatan fungsi
kelembagaan pemasarannya. Melalui Revitalisasi Pasar Ternak diharapkan
akan dapat meningkatkan operasionalisasi Pasar Ternak sehingga akan
meningkatkan pemasaran hasil peternakan.
Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi Pasar Ternak melalui Pertemuan Nasional Pasar Ternak
yang dihadiri oleh pembina propinsi dan kabupaten / kota serta pengelola
Pasar Ternak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Pertemuan
Nasional Pasar Ternak direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Maret
2012 di Palembang – Sumatera Selatan.
Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat
Pemasaran Domestik.
Pedoman Umum PPHP 2011
62
5.1.13. Pengembangan PIP Agribisnis
Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) agribisnis TA 2012
dilaksanakan di 463 unit pelayanan informasi pasar yang terdiri dari 370 unit
di sentra produksi (kabupaten / kota) dan 93 unit sentra konsumsi (propinsi).
Komoditas yang termasuk dalam kegiatan ini sejumlah 14 komoditi tanaman
pangan, 56 komoditi hortikultura, 20 komoditi perkebunan dan 31 komoditi
peternakan melalui alokasi dana dekonsentrasi yang dikelola oleh Dinas
lingkup pertanian tingkat propinsi. Komponen kegiatan tersebut meliputi :
1. Pertemuan Koordinasi Pembina PIP
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun
dengan tujuan untuk membahas evaluasi kegiatan PIP tahun 2011,
pemantapan PIP tahun 2012 dan membahas perencanaan pelaksanaan
kegiatan PIP tahun 2013. Peserta pertemuan adalah pejabat / pembina
yag menangani pemasaran pada Dinas Lingkup Pertanian tingkat
propinsi. Kegiatan ini direncanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat
pada bulan Februari 2012.
2. Pertemuan Koordinasi Petugas PIP
Kegiatan pertemuan petugas PIP juga merupakan kegiatan yang rutin
dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan antara lain untuk : mengevaluasi
kegiatan yang terkait dengan petugas PIP, memberikan motivasi kepada
para petugas PIP sehingga lebih berperan aktif dan meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan para petugas PIP dalam penyediaan
layanan informasi pemasaran. Kegiatan pertemuan ini diikuti oleh petugas
PIP sentra (kabupaten / kota) dan PIP propinsi yang akan dilaksanakan di
3 wilayah yaitu Batam petugas PIP Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pedoman Umum PPHP 2011
63
(TPH) pada awal bulan Maret 2012, di Palembang Petugas PIP
Perkebunan pada akhir bulan Maret 2012 dan di Denpasar Petugas PIP
Peternakan pada April 2012.
3. Pertemuan Workshop Analisis Pemasaran
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan para petugas PIP dalam hal analisis pemasaran komoditas
pertanian. Kegiatan workshop ini di ikuti oleh calon pejabat fungsional
Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat Ahli pada Dinas lingkup
pertanian tingkat propinsi. Workshop akan diadakan di Kota Banda Aceh,
Propinsi Aceh pada bulan Mei 2012.
4. Pengumpulan dan Pengiriman Data
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas PIP propinsi dan kebupaten berupa
pengumpulan data informasi pemasaran serta pengiriman data informasi
tersebut secara harian melalui sistem sms ke 081380829555 (sms pusat /
kementerian pertanian) atau melalui : faximili : 021-78842007 atau e-mail
[email protected] atau [email protected]
5. Penyebarluasan Informasi Pemasaran
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarkan informasi pemasaran yang
telah dikumpulkan oleh para petugas PIP baik di sentra produksi
(kabupaten / kota) maupun di sentra konsumsi (propinsi). Kegiatan
penyebarluasan informasi pasar dilaksanakan dalam bentuk bulletin
informasi pasar serta penyebarluasan melaui meia massa di wilayah
masing-masing.
6. Analisis Biaya Usaha Tani dan Biaya Pemasaran
Pedoman Umum PPHP 2011
64
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen-komponen biaya
usaha tani dan biaya pemasaran sekaligus analisanya untuk komoditas-
komoditas unggulan di wilayah masing-masing
7. Pembangunan Pusat Informasi Komoditas
Pembangunan Pusat Informasi Komoditas (PIK) ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan informasi pasar komoditas pertanian
khususnya dalam mengakses dan menyebarkan informasi pasar. Pusat
Informasi Komoditas pada tahun anggaran 2012 akan dibangun di Dinas
TPH Propinsi DK Jakarta, Dinas Pertanian TPH Propinsi Jawa Barat,
Dinas Tanaman Pangan Propinsi Gorontalo, Dinas peternakan Propinsi
Jawa Barat dan Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan.
Contact person : Kasubdit Informasi Pasar (08161883914), Direktorat
Pemasaran Domestik
5.1.14. Pemantauan dan Pengamanan Harga Gabah dan Beras
Kegiatan pemantauan dan pengamanan harga gabah/ beras
ditujukan untuk mengamati secara langsung perkembangan harga gabah /
beras di sentra produksi serta implementasi kebijakan pemerintah terhadap
HPP gabah / beras yang diberlakukan serta mekanisme pembelian BULOG
terhadap penyerapan produksi di dalam negeri. Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan informasi perkembangan terkini harga gabah / beras di sentra
produksi serta permasalahan yang berkembang dan upaya atau solusi
alternatif kebijakan didalam pemecahan masalah.
Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga,
Direktorat Pemasaran Domestik
Pedoman Umum PPHP 2011
65
5.1.15. Pemantauan Pasar dan Harga Komoditas Strategis
Kegiatan pemantauan pasar dan harga komoditas strategis ditujukan
untuk mengamati perkembangan harga, distribusi dan produksi di wilayah
sentra produksi terhadap komoditas strategis yang sangat berpengaruh
terhadap perekonomian regional maupun nasional terkait dengan
ketersediaan dan kebutuhan komoditas tersebut secara nasional.
Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga,
Direktorat Pemasaran Domestik
5.1.16. Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi Harga
Kegiatan pembinaan dan pengawalan stabilisasi harga ditujukan
sebagai upaya pembinaan, perbaikan dan evaluasi teradap kegiatan
stabilisasi harga tahun yang sudah dilakukan sehingga dapat berkembang
dan berkesinambungan sebelumnya sehingga kegiatan tersebut mampu
memberikan manfaat bagi petani dan stabilisasi harga komoditi di tingkat
petani
Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga,
Direktorat Pemasaran Domestik
5.1.17. Penguatan Jaringan Pemasaran
Bertujuan untuk pemberdayaan Gapoktan dengan cara membuka
akses pasar terhadap industri lokal maupun nasional, mengoptimalkan pelaku
industri lokal untuk dapat menjalin kerjasama pemasaran dengan Gapoktan
Pedoman Umum PPHP 2011
66
setempat serta memudahkan melakukan pembinaan diantara industri lokal
dengan para gapoktan apabila telah terjadi kesepakatan pemasaran.
Contact person : Kasubdit Jaringan Pemasaran, Direktorat Pemasaran
Domestik
5.1.18. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian
Sejalan dengan perkembangan globalisasi di semua aspek, maka
seluruh negara harus mencermati dampak positif dan negatif dari perubahan
tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi tersebut membawa dampak
ekonomi bagi setiap negara, yang dengan jeli dapat memanfaatkan peluang
yang ada termasuk dalam peningkatan ekspor produk pertanian dengan tetap
berupaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
serta mendorong peningkatan industri hilir dan pemasaran.
Sebagai upaya tindak lanjut dalam upaya peningkatan ekspor produk
pertanian agar berkelanjutan perlu didukung dan fokus pada kegiatan
perbaikan mutu dan pemasaran dengan bantuan penguatan modal kerja
bekerjasama dengan mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan perbaikan
mutu dan pemasaran didukung dengan bantuan sarana dan alat (fisik).
Peningkatan ekspor produk pertanian ini dengan komoditi-komoditi unggulan
yang menjadi andalan Indonesia ke beberapa negara tujuan ekspor.
Contact person : Kasubdit Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
Internasional
5.1.19. Akselerasi Eksport Produk Unggulan Komoditi Hortikultura
Pedoman Umum PPHP 2011
67
Sebagai tindak lanjut dari salah satu kesepakatan antara Presiden RI
dan PM Singapura tanggal 17 – 19 Mei 2010 di Singapura untuk
meningkatkan pangsa pasar ekspor buah dan sayur dari Indonesia ke
Singapura sebesar 30% pada tahun 2104 dan peningkatan ekspor sebesar
20%/tahun, maka peningkatan ekspor buah dan sayur dari Indonesia ke
Singapura perlu terus di dukung dan dikembangkan. Keberhasilan dalam
pengembangan ekspor produk sayur dan buah, pasti memerlukan
peningkatan intensitas komunikasi dan peran masing-masing antara lain
dengan pemerintah, petani, industri, eksportir, pelaku bisnis lainnya, pakar,
peneliti, asosiasi dan akademisi. Komunikasi yang intensif akan menghasilkan
kebijakan dan implementasi yang kondusif dalam upaya mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian khususnya pada
pemasaran produk pertanian baik domestik maupun ekspor.
Untuk itu upaya tindak lanjut dalam meningkatkan ekspor produk
sayur dan buah agar berkelanjutan perlu didukung baik dalam pembinaan,
koordinasi maupun pelatihan untuk penanganan dan manajemen produk
hortikultura untuk tujuan ekspor. Selain itu bentuk dukungan lain dari kegiatan
ini adalah berupa kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya peningkatan
ekspor hortikutlura khususnya buah dan sayur, advokasi produk serta
kerjasama dalam bentuk perluasan areal pertanaman dalam suatu sistem
kawasan yang dapat menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Contact person : Kasubdit Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
Internasional
5.1.20. Fasilitasi IG
Untuk memberikan pengakuan terhadap produk pertanian Indonesia
oleh negara lain, diperlukan perlindungan kepada konsumen dalam
Pedoman Umum PPHP 2011
68
mengkonsumsi produk pertanian asli Indonesia, upaya yang dilakukan adalah
dengan kegiatan pengembangan indikasi geografis yakni terciptanya
pengenalan produk dengan kualitas khas dari suatu wilayah tertentu, serta
sebagai wadah proteksi dan pematenan produk pertanian di pasar
internasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga serta
menghindarkan produk dari pemalsuan dan pemanfaatan ketenaran oleh
pihak yang tidak berhak/bertanggung jawab.
Tujuan yang ingin diharapkan dari kegiatan ini adalah terciptanya
pengenalan indikasi geografis kepada produsen, eksportir dan assosiasi
produk pertanian serta pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di
tingkat propinsi serta kabupaten. Adapun bentuk kegiatan yang akan
dilakukan antara lain pertemuan dalam rangka pembentukan Masyarakat
Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), rancangan pembuatan peta indikasi
geografis serta rancangan penyusunan buku persyaratan indikasi geografis.
Contact person : Kasubdit Promosi Luar Negeri, Direktorat Pengembangan
Usaha dan Investasi
5.1.21. Promosi Luar Negeri
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk pertanian
Indonesia di beberapa negara dan memfasilitasi pelaku usaha pertanian baik
produsen / kelompok tani maupun eksportir produk pertanian Indonesia pada
pameran internasional di beberapa negara. Adapun sasaran yang ingin
dicapai antara lain terjadinya kontak bisnis dan kerjasama antara para pelaku
usaha pertanian Indonesia dengan pelaku usaha manca negara, meningkatan
daya saing produk pertanian Indonesia agar mampu menembus pasar
Pedoman Umum PPHP 2011
69
internasional, pencitraan hasil pertanian Indonesia, perluasan pasar
internasional serta memeliharaan dan peningkatan pemasaran produk
pertanian (segar dan olahan) di luar negeri.
Dasar Penentuan / PemilihanLokasi / Negara atau Jenis Pameran
yang diikuti adalah :
1. Kerjasama dengan KBRI dalam rangka mendukung kebijakan
Diplomasi Total.
2. Kerjasama dengan Kementerian Perdagangan melalui ATDAG dan
ITPC.
3. Kerjasama dengan ATANI; di negara akreditasnya.
4. Komoditi Unggulan Indonesia yang berorientasi ekspor.
Secara Umum dapat merupakan kombinasi diantara 4 point tersebut secara
integrasi.
Contact person : Kasubdit Promosi Luar Negeri, Direktorat Pengembangan
Usaha dan Investasi
5.1.22. Promosi Dalam Negeri A. Fasilitasi Promosi dan Pameran a. Agro & Food Expo
b. Indonesia Agribusiness Expo
c. Batam Agribusinees Expo
Tujuan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Promosi dan Pameran adalah
mempromosikan dan mengembangkan sektor agribisnis Indonesia secara
komprehensif melalui media promosi yang berbentuk pameran untuk
Pedoman Umum PPHP 2011
70
mendukung program peningkatan daya saing dan nilai tambah produk
unggulan pertanian.
Sasaran kegiatan ini meliputi meningkatkan kualitas produk pertanian
nusantara sehingga memiliki daya saing yang tinggi, tumbuhnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya penggunaan produk lokal nusantara diantara
membanjirnya produk impor, ketertarikan para investor untuk dapat
berinvestasi di bidang pertanian.
B. Pekan Raya Tani
Pasar Tani adalah sarana terjadinya transaksi produk-produk pertanian
antara petani produsen dengan konsumen. Pasar Tani binaan Kementerian
Pertanian diresmikan pertama kali pada 16 Maret 2007 di halaman kantor
pusat Kementerian Pertanian, Jakarta. Saat ini pasar tani sudah memiliki
kelembagaan yang disebut: Asosiasi Pasar Tani (ASPARTAN) dan
diketuai oleh anggota dari Aspartan. Pembentukan Pasar Tani di beberapa
propinsi pada tahun 2010 telah mencapai 33 Pasar Tani di 16 Propinsi seluruh
Indonesia yang dibina oleh Dinas Pertanian setempat.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pekan Raya Tani Nasional adalah
Mempromosikan keberadaan Pasar Tani yang telah dibentuk di beberapa
propinsi, memberi peluang yang seluas-luasnya kepada para petani yang
tergabung dalam Gapoktan untuk memasarkan hasil produksinya, memberi
pembelajaran yang inovative bagi petani untuk dapat melakukan kerjasama
yang baik dibidang pemasaran.
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan akses pemasaran melalui
pembangunan dan pengembangan pasar tani yang dikelola oleh kelompok
Pedoman Umum PPHP 2011
71
tani atau gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) melalui Pekan Raya Tani
yang dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha petani anggota
gapoktan.
Contact person : Kasubdit Promosi Dalam Negeri, Direktorat Pengembangan
Usaha dan Investasi
5.1.23. Kemitraan dan Kewirausahaan A. Pendampingan dan Pengawalan Program Pola Insentif Two in One
Pada tahun 2012 Program Insentif Pola Two in One, diberikan dalam
bentuk dana TP kepada Poktan/ Gapoktan/ Koperasi, maka Poktan/
Gapoktan/ Koperasi yang bersangkutan akan mendapatkan 2 insentif
yaitu insentif teknologi dari APBN (+ APBD) dan insentif pembiayaan
dari Non APBN (+ APBD). Dalam pelaksanaannya, Program/Kegiatan
ini akan melibatkan Poktan/Gapoktan/Koperasi sebagai Kelompok
Mitra dan “Inti” sebagai Perusahaan Mitra yang diikat dalam kemitraan
usaha.
Diperlukan peran Dinas lingkup Pertanian Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam rangka melakukan pembinaan pengembangan
usaha, penguatan kelembagaan dan manajemen, serta kemitraan dan
kewirausahaan bagi Poktan/Gapoktan/Koperasi penerima Program
Insentif Two in One TA. 2012.
B. Pembuatan Master Plan Pengembangan Agrowisata Agrowisata merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif di sektor
pertanian yang dapat memberikan nilai tambah bagi usaha agribisnis
dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Beberapa dampak
Pedoman Umum PPHP 2011
72
positif pengembangan agrowisata antara lain meningkatkan nilai jual
komoditi pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber-
sumber pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat
setempat seperti penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainnya,
kantin, penjualan cindera mata, dan lain-lain. Selain itu, agrowisata
merupakan salah satu wahana yang efektif dalam rangka promosi
produk-produk pertanian dan budaya Nusantara
Dalam rangka pengembangan Agrowisata, perlu disusun Master Plan
untuk masing-masing kawasan. Namun, sebagai pilot model yang
akan dibiayai dengan APBN Ditjen PPHP perlu dipilih 4 lokasi di antara
beberapa kawasan potensial Agrowisata. Terhadap 4 lokasi terpilih
tersebut perlu dibuat Master Plan-nya sebagai acuan seluruh
stakeholder untuk pembangunan lebih lanjut.
C. Studi Kelayakan Pabrik Gula Mini
Saat ini Indonesia hanya mempunyai 62 pabrik gula dengan total
kapasitas sekitar 200 ribu TCD (Ton Cane per Day). Ke-62 pabrik
tersebut hanya mampu memproduksi gula berbasis tebu sebesar 2,3
juta ton dari total kapasitas produksi 3,54 juta ton. Dalam rangka
peningkatan produksi gula di dalam negeri perlu untuk mendorong
investor pabrik gula baru. Di samping itu salah satu strategi lainnya
ialah mendorong peran masyarakat petani tebu untuk
mengembangkan industri gula skala kecil (pabrik gula mini) dengan
fasilitasi pemerintah. Upaya ini selain membantu penyediaan gula
nasional juga akan berdampak langsung meningkatkan pendapatan
petani tebu dan memperluas lapangan kerja di perdesaan.
Studi Kelayakan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk
membangun satu prototype teknis dan manajemen Pabrik Gula Mini
kapasitas 100 TCD dengan pola manajemen kemitraan antara petani
Pedoman Umum PPHP 2011
73
(Poktan/Gapoktan) tebu dan Koperasi petani tebu sebagai pengelola
Pabrik Gula Mini yang bersangkutan.
Contact person : Kasubdit Kemitraan dan Kewirausahaan, Direktorat
Pengembangan Usaha dan Investasi email : [email protected]
5.1.24. Peningkatan Pelayanan Investasi A. Penyusunan ( Buku dan CD ) Peluang Investasi Daerah
Hasil identifikasi dan pengumpulan data potensi dan peluang investasi
di masing – masing daerah kabupaten/kota dapat dijadikan acuan
untuk menyusun buku dan CD peluang investasi daerah. Bahan
promosi investasi tersebut akan disebarluaskan kepada masyarakat
luas baik calon investor dalam maupun luar negeri. Buku dan CD
peluang investasi daerah diharapkan dapat disajikan dalam tampilan
yang menarik dan informasi yang disampaikan jelas dan akurat,
sehingga apabila calon investor tertarik untuk berinvestasi didaerah
tersebut dapat segera ditindak lanjuti. Buku dan CD tersebut
diharapkan dapat disusun dalam dua versi bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
B. Gelar Potensi Investasi Pertanian Bahan promosi investasi (buku dan CD) peluang investasi daerah yang
telah disusunakan disebarluaskan kepada calon investor baik dalam
maupun luar negeri melalui kegiatan Gelar Potensi Investasi Pertanian/
Investment day. Daerah diberi kesempatan untuk dapat memaparkan
Pedoman Umum PPHP 2011
74
potensi dan peluang investasi daerahnya masing – masing dan calon
investor diberi kesempatan untuk berdiskusi Tanya jawab dengan
pemapar, untuk mendapatkan informasi yang lebih detail, akan
disediakan forum “one on one meeting” sehingga calon investor dapat
berdiskusi lebih lanjut dengan masing – masing daerah.
C. Investment Forum Buku dan CD peluang investasi daerah yang telah disusun akan di
sebarluaskan kepada calon investor luar negeri dan pelaksanaan
kegiatan investment forum akan dilaksanakan diluar negeri. Daerah
diberi kesempatan untuk dapat memaparkan potensi dan peluang
investasi daerahnya masing – masing dan disediakan forum untuk
diskusi Tanya jawab dengan calon investor di luar negeri. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih jelas, akan disediakan forum “one
on one meeting” sehingga calon investor dapat berdiskusi lebih detail
untuk mendapatkan informasi terkait investasi pertanian di Indonesia.
Contact person : Kasubdit Investasi, Direktorat Pengembangan Usaha dan
Investasi
5.1.25. Administrasi, Koordinasi dan Pembinaan Dalam rangka penyamaan persepsi, pandangan dan arah pembangunan
PPHP, maka dilakukan pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP yang
dilaksanakan oleh dinas lingkup pertanian provinsi. Selain itu dilakukan pula
koordinasi dalam rangka penyusunan program dan rencana kegiatan untuk
satu tahun ke depan melalui kegiatan Koordinasi Penyusunan Program
PPHP.
Pedoman Umum PPHP 2011
75
Selain itu pula, Dinas lingkup pertanian provinsi diberi kewenangan
dalam melakukan identifikasi, pembinaan dan monitoring kegiatan PPHP di
kabupaten/kota yang memperoleh tugas pembantuan dari Ditjen PPHP. Hasil
yang diperoleh menjadi acuan dalam menyusun dan merencanakan kegiatan
tahun selanjutnya, dimana akan disusun dalam pertemuan koordinasi program
kegiatan, pertemuan penyusunan RKA-KL awal, serta dilakukan
penyempurnaan dalam kegiatan penyusunan RKA-KL finalisasi.
Contact person : Kabag Perencanaan, Sekretariat. Ditjen PPHP telp. 021-
78837929.
5.1.26. Evaluasi Pemantauan dan Pelaporan
Pedoman Umum PPHP 2011
76
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan di masing-masing Satker
(pusat, provinsi, kabupaten/ kota) sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab
masing-masing. Selain di tingkat Satker, masing-masing penanggungjawab
kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan evaluasi program dan kegiatan
secara menyeluruh hendaknya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh
masing-masing Satker atau Satlak SPI.
Laporan hasil pemantauan yang wajib dilaporkan oleh setiap Satker
adalah laporan bulanan dan triwulan berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006
yang telah telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi
Software SIMONEV, dan setiap SKPD harus menyampaikan copy file (back
up) data kepada Ditjen PPHP. Jika aplikasi software SIMONEV belum
dikuasai atau mengalami permasalahan, maka laporan dibuat secara manual
dengan menggunakan microsoft office excel sesuai dengan format simonev
dan format PP 39 tahun 2006.
Selain laporan berkala tersebut, juga ada laporan teknis pelaksanaan
kegiatan, laporan tahunan atau laporan hasil pelaksanaan kegiatan selama 1
(satu) tahun serta laporan insidentil sewaktu-waktu diperlukan bilamana terjadi
sesuatu yang bersifat insidentil.
Untuk pemantapan dan peningkatan keterampilan petugas evaluasi
pelaporan dilaksanakan Workshop SIMONEV yang wajib diikuti oleh petugas
evaluasi pelaporan pada setiap Satker lingkup Ditjen PPHP.
Dalam rangka pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan akan
dilaksanakan Pertemuan Pengendalian dan Evaluasi Awal secara regional di
4 (empat) wilayah, dimana anggaran pelaksanaannya telah dialokasikan pada
Pedoman Umum PPHP 2011
77
4 (empat) Dinas lingkup Pertanian Propinsi yang ditunjuk (pembagian wilayah,
lokasi pelaksanaan dan instansi pelaksana dapat dilihat di agenda nasional).
Peserta pertemuan ini adalah pejabat yag menangani bidang PPHP pada
Satker Kabupaten/ Kota dan Propinsi lingkup Ditjen PPHP serta pada
Kabupaten/ Kota pelaksana kegiatan Tugas Pembantuan Propinsi.
Pada akhir tahun anggaran akan dilaksanakan Pertemuan Evaluasi
Nasional dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan
tahun 2012 di daerah; menginventarisir kendala, hambatan, permasalahan,
tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pelaksanaan program/kegiatan
tahun 2012 serta upaya pemecahannya; menginventarisir success story tahun
2011; serta upaya memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan
program/ kegiatan PPHP selanjutnya. Peserta pertemuan ini adalah pejabat
yag menangani bidang PPHP pada Satker Kabupaten/ Kota dan Propinsi
lingkup Ditjen PPHP.
Contact person : BagianEvaluasidanPelaporan, SekretariatDirektoratJenderal,
telp/ fax : 021-7804526, email : [email protected].
5.1.27. Database PPHP
Pengembangan Database PPHP meliputi Metodologi pengumpulan
data, kompilasi data serta implementasi penyajian informasi yang menjadi
indicator kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di
daerah. Pengelolaan data dan informasi yang tersedia adalah merupakan
output dari kinerja Ditjen PPHP, apa saja yang telah dilakukan dan
dikembangkan selama ini terkait fasilitasi program pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian di daerah.
Pedoman Umum PPHP 2011
78
Tujuan Pengembangan Database pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian ini adalah sebagai panduan di dalam melakukan pengumpulan dan
pengolahan data yang berguna untuk menggambarkan kinerja pembangunan
PPHP. Berfungsi dalam menganalisa secara langsung perkembangan
kegiatansektor pengolahan dan pemasaran hasil pertanian serta
memperolehinformasi untuk indikatorpemerintah sebagai bahan pemantauan
perkembangan sektor agribisnis.
Sasaran Pengembangan Database PPHP adalah :
1. Tersedianya standarisasi system dan prosedur pengumpulan data,
metode pengolahan dan penyajiannya
2. Tersedianya profil usaha lingkup industry berbasis pertanian yang lengkap
beserta skala usahanya yang tergolong besar, sedang, kecil dan mikro
(rumahtangga)
3. Termonitornya perkembangan industry pertanian
Penyusunan Metodologi Pengembangan Database PPHP merupakan
langkah awal di dalam upay amenyediakan data yang komprehensi sekaligus
menjawab permasalahan terkait keterbatasan data PPHP. Database yang
tersusun secara sistematis dan bertahap dapat menunjukkan indicator kinerja
PPHP secara menyeluruh dalam skala nasional.
Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Direktorat
Jenderal
5.1.28. SLPPHP
Dalam rangka mendukung upaya percepatan mengubah perilaku
pelaku usaha dan pelaku utama dalam bidang pengolahan dan pemasaran
Pedoman Umum PPHP 2011
79
hasil pertanian dari sikap ketergantungan ke arah kemandirian; dari saling
ketergantungan ke arah kerja dalam kelompok; dan dari pekerja terampil
menjadi pekerja profesional maka Ditjen PPHP menyelenggarakan kegiatan
pelatihan bagi penyuluh, pendamping, pelaku usaha dan pelaku utama dalam
bentuk Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanaian (SL-
PPHP).
Sasaran yang diharapkan dalam penyelenggaraan SL-PPHP ini dapat
dirinci sebagai berikut:
1. SL – PPHP bagi PL-I adalah: widyaiswara pertanian, petugas/penyuluh
pertanian dari Departemen Pertanian dan Dinas lingkup pertanian di
tingkat Propinsi yang menjadi teamwork/fasilitator tingkat Propinsi.
2. SL – PPHP bagi PL-II adalah petugas/penyuluh dari dinas/instansi
lingkup pertanian yang akan menjadi teamwork/fasilitator di tingkat
Kabupaten/Kota.
3. SL-PPHP bagi PU adalah Pelaku Usaha, Kelompok Tani, Gapoktan
yang bergerak dibidang pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian.
Bagi Dinas Propinsi lingkup Pertanian yang mendapat alokasi dana
dekonsentrasi untuk penyelenggaraan SL-PPHP harus melaksanakan
kegiatan tersebut berdasarkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
SLPPHP. Agar kegiatan pelatihan SL-PPHP bagi PL-I, SL-PPHP bagi PL-II
dan SL-PPHP bagi PU dapat berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan
yang diharapkan, maka dibentuk organisasi penyelenggara baik di tingkat
Pusat maupun di tingkat Daerah.
Contact person : Bagian Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal
Pedoman Umum PPHP 2011
80
5.1.29. Pengawalan dan Pembinaan LM3 Tahun Sebelumnya
Kegiatan pengawalan dan pembinaan oleh Dinas lingkup pertanian
propinsi berupa pertemuan, koordinasi perkembangan usaha LM3 agar usaha
yang dilaksanakan dapat meningkatkan peran serta santri, anggota dan
masyarakat di sekitarnya sehingga menjadi agent of develompment dan
menjadi lembaga ekonomi mikro yang tumbuh dan berkembang
Contact person : Sekretariat Direktorat Jenderal
5.2. DANA TUGAS PEMBANTUAN DI PROVINSI
Kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan dana tugas pembantuan
di Provinsi adalah sbb:
5.2.1. Kegiatan Mutu Standardisasi
A. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi
Dalam rangka mewujudkan mutu kakao fermentasi yang baik, selain
menerapkan sistem jaminan mutu juga diperlukan sarana prasanana agar
dihasilkan biji kakao fermentasi yang bermutu. Disamping itu penguatan
kelembagaan sangat diperlukan dalam rangka efisiensi penerapan sistem
jaminan mutu, dan untuk mendapatkan akses pasar yang berkelanjutan
melalui kemitraan yang transparan dan berkeadilan. Sedangkan untuk
menampung hasil biji kakao fermentasi anggota kelompok, maka diperlukan
Penguatan Modal Usaha Kerja (PMUK), sehingga petani akan menjual biji
kakao fermentasi kepada kelompoknya, bukan kepada tengkulak. Dengan
Pedoman Umum PPHP 2011
81
demikian kegiatan tugas pembantuan untuk Pengembangan Mutu Kakao
Fermentasi seyogyanya dialokasikan untuk pengadaan sarana prasarana
yang dibutuhkan, bimbingan teknis manajemen (mutu, kelembagaan dan
usaha) dan PMUK. Selanjutnya pelaksanaannya agar mengacu kepada
Pedoman Teknis Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi 2012
Contact person : Subdit. Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu,
Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen. PPHP
B. Pengembangan Mutu Kopi Dalam rangka mewujudkan mutu kopi yang baik, selain menerapkan
sistem jaminan mutu juga diperlukan sarana prasanana agar dihasilkan kopi
yang bermutu. Disamping itu penguatan kelembagaan sangat diperlukan
dalam rangka efisiensi penerapan system jaminan mutu, dan untuk
mendapatkan akses pasar yang berkelanjutan melalui kemitraan yang
transparan dan berkeadilan. Sedangkan untuk menampung hasil biji kopi
anggota kelompok, maka diperlukan Penguatan Modal Usaha Kerja (PMUK),
sehingga petani akan menjual biji kopi kepada kelompoknya, bukan kepada
tengkulak. Dengan demikian kegiatan tugas pembantuan untuk
Pengembangan Mutu Kopi seyogyanya dialokasikan untuk pengadaan sarana
prasarana yang dibutuhkan, bimbingan teknis manajemen (mutu,
kelembagaan dan usaha) dan PMUK. Selanjutnya pelaksanaannya agar
mengacu kepada Pedoman Teknis Pengembangan Mutu Kopi 2012.
Contact person : Subdit. Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu,
Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen. PPHP
Pedoman Umum PPHP 2011
82
5.2.2. Kegiatan Pemasaran Domestik a. Revitalisasi Pasar Ternak
Sistem pemasaran ternak di indonesia pada umumnya masih
berlangsung secara tradisional. Sistem jual beli atau mekanisme penentuan
harga masih didominasi dan berdasarkan kepercayaan diantara pihak-pihak
tertentu yaitu para pedagang pengumpul (tengkulak/blantik). Oleh karena
kondisi pemasaran ternak tersebut, maka perlu adanya peningkatan efisiensi
pemasaran ternak serta kemudahan akses para peternak
Tujuan dari kegiatan revitalisasi pasar ternak adalah memfasilitasi
terbangunnya pasar ternak sebagai sarana bagi para peternak dalam
memasarkan ternaknya, khususnya daerah/ lokasi yang telah ada cikal bakal
pasar ternak sebelumnya. Kegiatan ini meliputi bangunan pasar ternak, alat
dan sarana pasar ternak.
Contact person : Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat
Pemasaran Domestik
b. Optimalisasi Sub Terminal Agribisnis (STA)
Tujuan dari kegiatan optimalisasi STA adalah mengoptimalkan
operasionalisasi STA sehingga dapat menjadi agen pemasaran bagi petani/
kelompoktani, dan menfasilitasi terjadinya kemitraan dan pasar lelang di STA
yang dapat menguntungkan petani.
Kegiatan optimalisasi pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA)
dilakukan pada lokasi pembangunan STA pada tahun anggaran sebelumnya
Pedoman Umum PPHP 2011
83
atau revitalisasi pasar tradisional yang telah ada. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk menjadikan kegiatan STA dapat beroperasi dengan optimal. Selain itu,
pada STA ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
meningkatkan peran STA, diantaranya bimbingan teknis, fasilitasi kemitraan,
dan fasilitasi sistem informasi pasar. Selain itu, kegiatan STA diberi bantuan
permodalan, sebagai upaya menghidupkan kegiatan perdagangan di STA
secara berkesinambungan.
Contact person : Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat
Pemasaran Domestik
c. Pengembangan Jaringan Pemasaran
Bertujuan untuk pemberdayaan Gapoktan dengan cara membuka
akses pasar terhadap industri lokal maupun nasional, mengoptimalkan pelaku
industri lokal untuk dapat menjalin kerjasama pemasaran dengan Gapoktan
setempat serta memudahkan melakukan pembinaan diantara industri lokal
dengan para gapoktan apabila telah terjadi kesepakatan pemasaran.
Contact person : Kasubdit Jaringan Pemasaran, Direktorat Pemasaran
Domestik
d. Pengembangan Grading Packaging
Kegiatan ini merupakan kegiatan fasilitasi untuk komoditas yang
spesifik lokalitas dan merupakan bagian dari pengembangan pemasaran hasil
Pedoman Umum PPHP 2011
84
pertanian yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada hasil
pertanian, sehingga dapat di proses dan di simpan lebih lama.
Contact person :
5.2.3. Kegiatan Pemasaran Internasional
A. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian
Sejalan dengan perkembangan globalisasi di semua aspek, maka
seluruh negara harus mencermati dampak positif dan negatif dari perubahan
tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi tersebut membawa
dampak ekonomi bagi setiap negara, yang dengan jeli dapat memanfaatkan
peluang yang ada termasuk dalam peningkatan ekspor produk pertanian
dengan tetap berupaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah dan daya
saing produk serta mendorong peningkatan industri hilir dan pemasaran.
Sebagai upaya tindak lanjut dalam upaya peningkatan ekspor produk
pertanian agar berkelanjutan perlu didukung dan fokus pada kegiatan
perbaikan mutu dan pemasaran dengan bantuan penguatan modal kerja
bekerjasama dengan mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan perbaikan
mutu dan pemasaran didukung dengan bantuan sarana dan alat (fisik).
Peningkatan ekspor produk pertanian ini dengan komoditi-komoditi unggulan
yang menjadi andalan Indonesia ke beberapa negara tujuan ekspor.
Contact person : Kasubdit Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
Internasional
5.2.4. Pengolahan Hasil Pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
85
A. Revitalisasi Penggilingan Padi
Revitaliasi terhadap penggilingan padi dilakukan dengan cara
memperbaiki, mengganti dan menambah unit penggillingan padi kecil
sehingga dapat meningkatkan rendemen dan menghasilkan beras yang
berkualitas baik. Menurut data BPS sebagian besar unit pengolahan gabah
dan beras sebagian besar perlu direvitalisasi karena sudah tua (rata-rata) di
atas 10 tahun.
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
B. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung
Pengembangan agroindustri aneka tepung berbasis sumberdaya lokal
dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi tepung sebagai substitusi
impor dan penganekaragaman bahan pangan (diversifikasi pangan). Dalam
rangka mendukung percepatan diversifikasi pangan tersebut maka dilakukan
penumbuhkembangan unit-unit pengolahan aneka tepung berbahan baku
sumberdaya lokal (ubi kayu, ubi jalar).
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
C. Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan
Pengembangan agroindustri tanaman pangan dilakukan untuk
pengembangan agroindustri kedelai dan keripik. Dalam upaya pengembangan
Pedoman Umum PPHP 2011
86
agroindustri kedelai diharapkan dilakukan penumbuhan dan pengembangan
unit pengolahan kedelai untuk pangan (sari kedelai, tahu, kedelai dll) dan
untuk pakan ternak.
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
D. Pengembangan Agroindustri Jagung
Pengembangan agroindustri jagung dilakukan dalam upaya
swasembada berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan.
Penumbuhkembangan unit-unit pengolahan jagung untuk pangan (tepung dan
grits) dan untuk pakan ternak. Dalam upaya pengembangan agroindustri
jagung diharapkan setiap tahun akan dilakukan penumbuhan dan
pengembangan unit pengolahan jagung untuk pangan dan pakan ternak
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
E. Pengembangan Agroindustri Hortikultura
Merupakan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing produk segar melalui usaha-usaha pengolahan hasil ditingkat
Gapoktan, kegiatan ini berbentuk fisik (pengadaan peralatan) dan non fisik
(Pembinaan dan Bimtek). Dalam rangka mengoptimalisasikan koordinasi
peralatan yang ada maka pada lokasi – lokasi penempatan peralatan
sebelum tahun 2012, dapat dimungkinkan untuk direvitalisasi sehingga
kinerja peralatan menjadi lebih baik lagi.
Pedoman Umum PPHP 2011
87
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
F. Pengembangan Agroindustri Biofarmaka
Merupakan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing produk biofarmaka melalui usaha-usaha pengolahan hasil ditingkat
Gapoktan, kegiatan ini berbentuk fisik (pengadaan peralatan) dan non fisik
(Pembinaan dan Bimtek). Dalam rangka mengoptimalisasikan koordinasi
peralatan yang ada maka pada lokasi – lokasi penempatan peralatan
sebelum tahun 2012, dapat dimungkinkan untuk direvitalisasi sehingga
kinerja peralatan menjadi lebih baik lagi.
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
G. Pengembangan Agroindustri Perkebunan
a). Bimbingan Teknis dan Pengawalan Agroindustri Perkebunan
Bimbingan ini diberikan kepada petugas dan anggota kelompok
pengelola UPH perkebunan dari lokasi binaan dan pengawalan
agroindustri perdesaan. Dengan bimbingan teknis ini diharapkan dapat
menumbuhkan unit pengolahan di Sentra Produksi. Selain itu dapat
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan komoditas
perkebunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan
keluarganya serta mendorong mempercepat tumbuhnya desa
agroindustri di wilayah sentra produksi perkebunan.
b). Bantuan Sarana Pengolahan Perkebunan
Pedoman Umum PPHP 2011
88
Sarana pengolahan perkebunan ini meliputi berbagai bangunan dan
alat pengolahan perkebunan seperti: pengolahan kelapa, atsiri, mete,
tebu, gambir, teh dan lada. Tujuan kegiatan pengembangan
agroindustri perkebunan adalah : (1) Mengembangkan unit – unit
usaha pengolahan dan pemasaran hasil agroindustri perkebunan di
pedesaan yang berskala ekonomis, (2) Meningkatkan diversifikasi
produk dan nilai tambah produk agroindustri perkebunan sehingga
mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan petani dan
keluarganya, (3) Meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan,
mengurangi tingkat kemiskinan sekaligus mencegah arus urbanisasi,
(4) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani dalam melakukan
pengolahan Bokar Bersih, (5) Mendorong tumbuhnya desa agroindustri
dan berkembangnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil
agroindustri perkebunan di suatu wilayah pedesaan.
Contact Person : Subdit Pengolahan Perkebunan, Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Telp (021) 78842569 Ext. 5334, email :
H. Pengembangan Bokar Bersih
Dalam rangka upaya untuk meningkatkan peranan dan daya saing
komoditas karet salah satu upaya dilakukan adalah melalui perbaikan mutu
bahan olah karet. Dasar hukum untuk mendukung kegiatan ini adalah
Peraturan Menteri Pertanian No.38/ Permentan/ OT.149/ 8/ 2008 tentang
Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bokar (Bahan Olah Karet). Kegiatan
pengembangan Bokar bersih antara lain:
a). Bimbingan Teknis dan Pengawalan Bokar Bersih
Pedoman Umum PPHP 2011
89
Bimbingan ini diberikan kepada petugas dan anggota kelompok
pengelola UPPB dari lokasi binaan dan pengawalan agroindustri
perdesaan. Dengan bimbingan teknis ini diharapkan dapat
menumbuhkan unit pengolahan Bokar di Sentra Produksi. Selain itu
dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan Bokar
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya
serta mendorong mempercepat tumbuhnya desa agroindustri di
wilayah sentra produksi Bokar.
b. Bantuan Sarana Pengolahan Bokar Bersih
Alokasi dana untuk bantuan sarana pengolahan bokar bersih dari
Ditjen PPHP dialokasikan untuk pengembangan UPPB (Unit
Pengolahan dan Pemasaran Bokar) untuk menghasilkan bokar bersih
dan bermutu dimana pengelolaannya langsung oleh gabungan
kelompok tani (Gapoktan) terpilih dari CP/CL Dinas setempat. Sarana
pengolahan bokar bersih ini meliputi berbagai bangunan dan alat
pengolahan Bokar. Tujuan kegiatan pengembangan agroindustri
perkebunan adalah : (1) Mengembangkan unit – unit usaha
pengolahan dan pemasaran hasil Bokar di pedesaan yang berskala
ekonomis, (2) Meningkatkan diversifikasi produk nilai tambah dan
perbaikan mutu produk Bokar sehingga mampu meningkatkan
pendapatan, kesejahteraan petani dan keluarganya,
(3) Meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan, mengurangi tingkat
kemiskinan sekaligus mencegah arus urbanisasi,
(4) Mendorong tumbuhnya desa agroindustri dan berkembangnya
usaha pengolahan dan pemasaran hasil agroindustri perkebunan di
suatu wilayah pedesaan.
Pedoman Umum PPHP 2011
90
Contact Person : Subdit Pengolahan Perkebunan, Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Telp (021) 78842569 Ext. 5334, email :
I. Pengembangan Agroindustri Peternakan (susu) Kegiatan ini, dilaksanakan dengan menumbuhkembangkan usaha
persusuan berbasis pada kelompok/Gapoknak yang kemudian ditindaklanjuti
dengan bantuan peralatan penanganan dan pengolahan susu, permodalan
sampai pada kegiatan pendampingan pengembangan usahanya.
Dalam upaya mengembangkan usaha industri pengolahan susu skala
kecil di perdesaaan, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada periode
tahun 2004 – 2011 telah merintis pembangunan Unit Pengolahan Susu
Pasteurisasi yang dikelola oleh Gapoknak (Gabungan Kelompok peternak)
dan Koperasi Susu di 41 Kabupaten/Kota tersebar di 11 propinsi..
Contact person : Subdit. Pengohan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP.
J. Pengembangan Agroindustri Peternakan (daging)
Pengembangan Agroindusri Daging bertujuan untuk menghasilkan
produk olahan daging yang baik diperlukan kualitas bahan baku daging yang
baik pula. Sehingga diperlukan perlakuan dan teknologi yang tepat terhadap
bahan baku daging guna menghindari terjadinya kerusakan dan pembusukan
sebelum diolah. Selanjutnya, untuk menghasilkan produk olahan daging siap
dikonsumsi oleh masyarakat dengan aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)
Pedoman Umum PPHP 2011
91
diperlukan penanganan yang cermat mulai dari pemilihan bahan baku,
pemilihan peralatan (teknologi) yang sesuai, proses produksi yang baik,
pengemasan sampai distribusi dan pemasaran.
Dukungan dan fasilitasi pemerintah dalam pengembangan industri
pengolahan daging yang terencana, terintegrasi dan berkesinambungan
berbasis pada pengembangan kelompok peternak atau Gapoktan perlu terus
ditingkatkan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatan
peternak/ pelaku usaha pengolahan daging.
Contact person : Subdit.Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP
K. Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak
Produk peternakan sebagai bahan pangan umumnya berupa daging,
susu dan telur serta produk olahannya. Produk tersebut sebagian besar
dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan yang dilakukan dalam skala
peternakan rakyat, baik sebagai usaha keluarga maupun tergabung dalam
kelompok peternak ataupun gabungan kelompok peternak (gapoknak).
Untuk itu adanya potensi sumber daya lokal yang dimiliki oleh berbagai
daerah, diharapkan mampu meningkatkan peluang keberhasilan dalam
mengatasi permasalahan dibidang pakan ternak.
Maksud kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan peternak /
kelompok peternak / gabungan kelompok peternak dalam penyediaan pakan
ternak secara mandiri dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya
saing bagi produk peternakan yang akan dihasilkan.
Pedoman Umum PPHP 2011
92
Melalui kebijakan ini diharapkan mampu memberikan andil terhadap
pemberdayaan peternak dalam meningkatkan pendapatan melalui
pengolahan pakan yang menggunakan bahan baku pakan lokal. Berdasarkan
atas pemahaman di atas, maka salah satu upaya yang dikembangkan dalam
membantu para peternak dibidang penyediaan sarana pengolah pakan ternak
adalah dengan mengalokasikan anggaran yang ditempatkan di daerah melalui
tugas pembantuan untuk dapat dilaksanakan oleh masing – masing daerah
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen.
K. Pengembangan Limbah Hasil Ternak (kompos dan biogas)
Secara umum kegiatan peternakan terdiri dari kegiatan budidaya,
pemerahan, pemotongan ternak dan pengolahan hasilnya. Dalam proses
produksinya akan dihasilkan produk utama berupa daging, susu dan telur
serta dihasilkan pula limbah sebagai ekses negatif dari kegiatan tersebut.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan sangat beragam dan
bergantung pada jenis kegiatan, jenis ternak, pakan dan air yang digunakan
serta proses yang dijalankan. Perkembangan kegiatan peternakan yang pesat
– untuk menghasilkan produk- ternyata tidak selalu dibarengi dengan upaya
untuk menekan jumlah, jenis dan tingkat bahaya limbah yang dihasilkan.
Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan dan
berdampak pada penurunan kesehatan manusia, hilangnya habitat alami,
tercemarnya sumber-sumber air serta mengakibatkan kerugian sosial dan
ekonomi yang cukup besar.
Pedoman Umum PPHP 2011
93
Limbah yang dihasilkan dari setiap jenis kegiatan peternakan berlainan
bergantung pada jenis ternak dan kegiatan yang dijalankan. Secara umum
kegiatan budidaya menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, sisa pakan,
urine dan air cucian/ pembersihan kandang. Sedangkan bagi kegiatan
pemotongan ternak, limbah yang dihasilkan berupa kotoran ternak, sisa
pakan, rumen, kulit, bulu, tulang, lemak, darah dan air cucian kandang/ruang
RPH.
(1) Peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan
(2) Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan
(3) Peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui
optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan
(4) Peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan
penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani
(5) Peningkatan upaya pengelolaan lingkungan
Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen.
5.3. DUKUNGAN DANA BERKAITAN DENGAN ADMINSTRASI DAN
KEGIATAN PENUNJANG
Pada sistem penganggaran tahun 2012 ada beberapa perubahan yang
mendasar terutama pada akun belanja yang digunakan, dibandingkan dengan
sistem penganggaran tahun 2011, baik sistem penganggaran pusat maupun
Pedoman Umum PPHP 2011
94
sistem penganggaran daerah, namun perubahan tersebut lebih banyak pada
sistem penganggaran untuk daerah. Perubahan akun yang diganti terutama
untuk mendukung kegiatan di daerah baik di propinsi maupun di kabupaten.
Akun belanja modal (53) pada tahun 2011 masih digunakan untuk
menampung anggaran yang digunakan untuk membeli barang yang akan
menjadi asset pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
namun pada tahun 2012 akun belanja modal (53) hanya digunakan di pusat,
sedangkan di daerah sistem penganggaran semuanya menggunakan akun
belanja barang (52) yang digunakan untuk pembelian barang yang nantinya
akan menjadi asset pemerintah daerah, maupun pembelian barang/ alat yang
diperuntukkan masyarakat. Pada tahun 2012 akun Belanja Bantuan Sosial
(57) dipergunakan untuk kegiatan Mutu Standardisasi dan Pengolahan Hasil
Pertanian pada Dana Tugas Pembantuan baik di satker Propinsi maupun
Satker Kab / Kota. Lebih lengkapnya mengenai Bantuan Sosial akan
dijelaskan dalan Juknis Bantuan Sosial Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian.
Dalam pelaksanaan kegiatan, diperlukan dukungan dana berkaitan
dengan administrasi kegiatan dan kegiatan penunjang lainnya. Untuk itu
dalam kegiatan TA. 2012 dana kegiatan administrasi dan dana penunjang
kegiatan yang tercantum dalam Petunjuk Operasional Kerja, adalah berikut
ini.
5.3.1. Honor Operasional Satuan Kerja (Kode Akun 521115)
Kegiatan ini diperuntukkan bagi pelaksana kegiatan seperti honor KPA,
PPK, pejabat penguji dan penerbit SPM, Bendahara pengeluaran / PUMK.
Staf pengelola keuangan, pejabat pengadaan barang / jasa, dan honor
petugas SAI.
Pedoman Umum PPHP 2011
95
5.3.2. Belanja Bahan (Kode Akun 521211)
Pengeluaran yang digunakan untuk membeli barang yang sifatnya habis
pakai seperti: ATK, konsumsi/makanan, bahan cetakan, dokumentasi,
spanduk, biaya foto copy dll. Belanja bahan biasanya sebagai pendukung
kegiatan non operasional seperti bimbingan teknis, seminar, pertemuan,
sosialisasi, pameran, rapat dll.
5.3.3. Belanja Honor Output Kegiatan (Kode Akun 521213) Akun ini digunakan untuk menampung anggaran yang akan digunakan
sebagai honor yang mendukung suatu kegiatan yang sifatnya sementara.
Honor yang dimaksudkan disini adalah honor yang mendukung tercapainya
suatu output kegiatan seperti honor tim dan honor panitia pertemuan.
5.3.4. Belanja Barang Non Operasional lainnya (Kode Akun 521219) Akun belanja barang non operasional lainnya (521219) digunakan untuk
menampung anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan non
operasional dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan satuan kerja.
Pengeluaran–pengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini antara lain
kegiatan pertemuan yang memerlukan waktu hingga beberapa hari, dan
berada diluar kantor. Selain pertemuan akun ini juga digunakan untuk
menampung perjalanan yang sifatnya lokal dalam kota.
5.3.5. Belanja Perjalanan Lainnya (Kode Akun 524119)
Pedoman Umum PPHP 2011
96
Akun ini digunakan untuk menampung kegiatan penunjang dalam
mencapai target kegiatan yang akan dicapai dalam bentuk perjalanan dinas.
Yang dibiayai dari perjalanan ini adalah perjalanan keluar daerah/kota dengan
jarak minimal 5 km dari batas kota/kabupaten. Apabila masih dibawah 5 km
perjalanan dinas yang dipakai adalah transport lokal.
5.3.6. Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada
masyarakat/ Pemda Kode Akun (526112)
Akun belanja ini merupakan akun baru yang dibuat oleh Kementerian
Keuangan. Tujuan dari akun ini adalah untuk menampung kegiatan belanja
barang peralatan atau mesin yang diperuntukkan kepada masyarakat dan
bukan menjadi asset pemerintah daerah.
Tata cara pengadaannya pun memakai dasar Perpres 54, artinya
melalui pelelangan. Didalam pelaksanaannya pabila dalam jangka waktu 6
(enam) bulan setelah diadakan barang tidak diserahkan kepada masyarakat,
maka peralatan tersebut akan menjadi asset pemerintah daerah.
5.3.7. Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada
masyarakat/ Pemda (Kode Akun 526113)
Belanja ini pemanfaatannya sama dengan akun 526112, namun
peruntukannya berbeda yaitu untuk menampung kegiatan belanja gedung dan
bangunan yang diperuntukkan kepada masyarakat dan bukan menjadi asset
pemerintah daerah.
Pedoman Umum PPHP 2011
97
Tata cara pengadaannya pun sama dengan akun 526112 memakai
dasar Perpres 54 yaitu melalui pelelangan. Didalam pelaksanaannya pabila
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah diadakan barang tidak diserahkan
kepada masyarakat, maka gedung dan bangunan tersebut akan menjadi
asset pemerintah daerah.
5.3.8. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada pemerintah daerah (Kode Akun 526211)
Akun belanja ini merupakan akun baru yang dibuat untuk menampung
kegiatan belanja barang penunjang dekonsentrasi. Akun ini merupakan akun
pengganti belanja modal. Kegiatannya pun hanya untuk pengadaan
barang/peralatan yang nantinya akan menjadi asset pemerintah daerah.
Apabila masih menggunakan akun belanja modal, maka barang tersebut
merupakan asset pusat, dan bukan asset daerah. Tujuan dari akun ini adalah
untuk mengurangi asset pusat yang berada di daerah.
Akun yang digunakan adalah 526211, dan kegiatan yang termasuk
dalam akun ini seperti pengadaan komputer, pengadaan kendaraan, dan
pengadaan yang lainnya yang nantinya akan menjadi asset pemerintah
daerah.
5.3.9. Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan untuk diserahkan kepada pemerintah daerah (Kode Akun 526212)
Akun yang digunakan adalah 526212, dan kegiatan yang termasuk
dalam akun ini sama dengan kegiatan dekonsetrasi, namun barang yang
dibelanjakan akan menjadi asset pemerintah kabupaten/kota. seperti
Pedoman Umum PPHP 2011
98
pengadaan komputer dan pengadaan yang lainnya yang nantinya akan
menjadi asset pemerintah daerah.
5.3.10. Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial dalam Bentuk Uang (Kode Akun 573111)
Pemanfaatan akun ini adalah untuk menampung kegiatan yang
sifatnya bantuan dalam bentuk transfer uang kepada kelompok masyarakat.
Kegiatan yang termasuk dalam bantuan sosial dalam bentuk transfer uang
adalah:
1. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi
2. Pengembangan Mutu Kopi
3. Revitalisasi Penggilingan Padi
4. Pengembangan Agroindustri Tepung- Tepungan
5. Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan
6. Pengembangan Pengolahan Jagung
7. Pengembangan Agroindustri Hortikultura
8. Pengembangan Agroindustri Biofarmaka
9. Pengembangan Agroindustri Perkebunan
10. Pengembangan Bokar Bersih
11. Pengembangan Agroindustri Peternakan (Susu dan Daging)
12. Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak
13. Pengelolaan Limbah Hasl Ternak (Kompos dan Biogas)
14. Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Melalui LM3
Bantuan sosial dengan pola transfer uang mengacu pada Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Tahun Anggaran 2012 yang diterbitkan
oleh Kementerian Pertanian.
5.3.9. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3)
Pedoman Umum PPHP 2011
99
Bantuan sosial yang diberikan Direktorat Jenderal PPHP kepada
masyarakat melalui lembaga keagamaan dikenal dengan Lembaga Mandiri
yang Mengakar di Masyarakat (LM3). LM3 yang berbasis keagamaan seperti :
pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara, pura, dan subak yang
mempunyai SDA dan SDM bergerak di bidang agribisnis. LM3 yang bergerak
di bidang agribisnis tersebut dapat dijadikan sebagai percontohan
pengembangan agribisnis di lokalita karena adanya sinergi LM3 dengan
masyarakat sekitarnya.
Keberadaan LM3 selama ini diterima baik oleh masyarakat karena
turut berperan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, pengembangan
para santri/siswa maupun masyarakat sekitar yang mencakup bidang
moral/keagamaan, ekonomi, maupun sosial kemasyarakatan. Kementerian
Pertanian setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan
pembinaan, pelatihan, penyaluran bantuan dan pemantauan LM3.
Pada tahun anggaran 2012 dalam DIPA Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tersedia anggaran untuk fasilitasi
pengembangan LM3 yang berupa bantuan sarana/prasarana, peralatan
pengolahan dan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha
agribisnis LM3. Diharapkan dengan adanya pembinaan yang berkelanjutan
disertai dengan pemberian bantuan sarana pengolahan akan mampu memacu
tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis LM3. Dinas lingkup Pertanian
Provinsi dan Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan pembinaan,
koordinasi, sosialisasi, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan
laporan perkembangan LM3 ke Direktorat Jenderal PPHP.
Pedoman Umum PPHP 2011
100
Tabel 1. Rancangan alokasi kegiatan melalui pemberdayaan LM3 dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
No. Kegiatan Keterangan 1. Pusat (a) dialokasikan dana administrasi untuk kegiatan
pengelolaan dan penyusunan kebijakan. (b) dialokasikan dana sosial langsung ke LM3 terpilih di
Kabupaten/Kota (yang ditentukan melalui proses seleksi)
2. Provinsi Dialokasikan dana pembinaan pada Dana Dekonsentrasi 3. Kabupaten
/ Kota Blok grant untuk LM3 terpilih langsung disalurkan dari Pusat melalui skim BLM (Bantuan Langsung Masyarakat)
Proses pengajuan proposal kegiatan LM3 dan mekanisme penetapan LM3
diatur tersendiri pada Pedum dan Juklak LM3. Alokasi dana pendampingan
teknis pada rencana usaha LM3
(Contact person : Sekretariat LM3 Ditjen PPHP, telp/fax. 021 7827275 )
Pedoman Umum PPHP 2011
101
6.1. PENGENDALIAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), maka unit dan satuan kerja diharapkan dapat mengidentifikasi
terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan
dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan
tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan
organisasi. SPI itu sendiri merupakan proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah tersebut, Kementerian
Pertanian telah menerbitkan Permentan Nomor 23/Permentan/ OT.140/ 5/
2009 tentang Pedoman Umum SPI di Lingkungan Kementerian Pertanian.
Penerapan SPI menjadi kewajiban bagi seluruh jajaran Kementan termasuk
Dinas lingkup Pertanian. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri atas
unsur : (a) lingkungan pengendalian; (b) penilaian resiko; (c) kegiatan
pengendalian; (d) informasi dan komunikasi; dan (e) pemantauan
pengendalian intern. Penerapan unsur-unsur SPI sebagaimana dimaksud di
atas harus dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan
Instansi Pemerintah.
Bab
6 MONITORING, EVALUASI,
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
Pedoman Umum PPHP 2011
102
Pengendalian kegiatan dan anggaran merupakan kegiatan yang cukup
penting mengingat banyaknya kendala dan permasalahan yang sering ditemui
dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran. Disamping itu pengelola kegiatan,
anggaran dan penerima manfaat dituntut dapat bekerja sama serta
melaksanakan tugas secara transparan, akuntabel, penegakan hukum dan
perlakuan yang adil/ kesetaraan. Pengendalian terhadap implementasi
kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan pertanian di daerah bertujuan
untuk :
a) Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta
kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran dengan
tujuan dan sasaran yang ingin di capai.
b) Mengantisipasi secara dini terhadap permasalahan dan kendala yang
dihadapi sehingga dapat dicari solusinya
c) Mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan pelaksanaan
kegiatan dan penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai dengan
rencana serta sasaran yang ingin dicapai.
d) Mendapatkan bahan untuk dijadikan masukan perbaikan dan
kelancaran pengelolaan anggaran dan kegiatan.
Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mengacu pada Peraturan
Menteri Pertanian No. 31/2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan,
Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian.
6.1.1. Ditjen PPHP
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan lingkup Kementerian
Pertanian maka pengendalian kegiatan dan anggaran kinerja ini dilakukan
oleh unit kerja Eselon I termasuk Ditjen PPHP sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing. Hal ini mengingat beragamnya komoditas yang dkembangkan
Pedoman Umum PPHP 2011
103
di daerah serta jenis kegiatan yang dilaksanakan. Bentuk pengendalian yang
dilakukan adalah:
1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis di daerah melalui
penerbitan Pedoman Umum / Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis sebagai acuan / rambu – rambu dalam operasional kegiatan.
2) Sosialisasi Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis sebelum tahapan pelaksanaan kegiatan.
3) Bimbingan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja pelaksanaan
program, kegiatan dan anggaran kinerja.
4) Peningkatan kualitas SDM melalui sosialisasi, workshop atau
pelatihan.
5) Melakukan kunjungan ke daerah untuk melakukan supervisi
pembinaan, pengendalian, bimbingan, monitoring, evaluasi, arahan
serta sejenisnya, sehingga kontrol yang diberikan dapat mendukung
keberhasilan kegiatan di daerah
6) Melakukan evaluasi semesteran dan tahunan untuk mengetahui
kinerja keseluruhan dan menjadi dasar perencanaan program dan
anggaran berikutnya.
7) Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dengan Satuan
Pelaksana Pengendalian Intern (SATLAK PI) sebagai penggeraknya.
6.1.2. Dinas lingkup pertanian Provinsi dan Kabupaten/ Kota
Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, maka operasional kegiatan
tidak lepas dari kendali pimpinan instansi pelaksana. Untuk itu perlu dilakukan
pengendalian intensif, antara lain:
1) Memberikan bimbingan administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan
dilapangan.
Pedoman Umum PPHP 2011
104
2) Menyusun Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, prosedur tata
kerja, jaringan kerja, dan koordinasi dengan instansi terkait pusat
maupun daerah di dalam operasional kegiatan.
3) Pembentukan Satuan Pengendali Intern (SATLAK PI) pada masing-
masing Dinas diharapkan dapat mempercepat terwujudnya penerapan
SPI di masing-masing instansinya. SATLAK ini dibentuk dan
ditetapkan oleh Kepala Dinas, sehingga masing-masing Dinas
mempunyai satu SATLAK untuk pengendalian seluruh kegiatan dan
anggaran di lingkup Dinas (termasuk kegiatan dan anggaran
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian). Tugas dan fungsi
SATLAK PI mengacu pada Permentan No. 23 tahun 2009.
4) Dalam upaya pencapaian target kinerja seperti yang telah ditetapkan
dalam dokumen perencanaan secara efektif, efisien, ekonomis dan
tertib, maka setiap penanggung jawab kegiatan harus melakukan
pengelolaan resiko dengan melakukan identifikasi, analisis,
pemantauan dan evaluasi resiko masing-masing kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan Permentan No. 23 tahun
2009.
6.2. PENGAWASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN
Pedoman Umum PPHP 2011
105
Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, pengawasan fungsional
pembangunan pertanian masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian . Selain itu oleh manajemen dengan penerapan SPI,
pengendalian dilakukan secara berjenjang dari Eselon I sampai dengan staf
dan kepala Dinas, Kepala Sub Dinas sampai ke Staf. Pengawasan dapat
dilakukan setiap saat selama proses manajemen berlangsung.
Pengawasan fungsional kegiatan program dan anggaran kinerja
pembangunan pertanian secara eksternal juga dilakukan oleh aparatur
pengawasan seperti BPK dan BPKP. Pengawasan yang dilaksanakan berupa
pemeriksaan reguler yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara
reguler terhadap obyek pemeriksaan lingkup Kementerian Pertanian
berdasarkan program kerja pengawasan tahunan maupun pemeriksaan non
reguler. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian,
pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan
anggaran kinerja.
Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya
relatif besar, mempunyai aspek pelayanan masyarakat, serta mempunyai
peran strategis terhadap keberhasilan pembangunan pertanian dan bidang-
bidang rawan kebocoran. Sistem dan upaya pengawasan terus dikembangkan
dan disempurnakan melalui berbagai langkah yang efektif agar dapat
mengamankan kebijakan pembangunan pertanian secara berdaya guna dan
berhasil guna. Upaya tersebut dilakukan melalui penyempurnaan dan
pemanatapan sistem dan proses penyusunan program kerja pemeriksaan
dengan mengikutsertakan secara aktif unsur-unsur perencana dan pelaksana.
Dalam rangka mendukung implementasi program dan anggaran kinerja,
maka pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
Pedoman Umum PPHP 2011
106
a. Pemeriksaan kinerja aparat pengelolaan kegiatan, yaitu pemeriksaan
apakah sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku.
b. Pemeriksaan yang mengarah pada pelaksanaan wewenang sesuai
tupoksi, apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak
sehingga akan dapat merekomendasikan penyempurnaan pada
kegiatan yang akan datang.
c. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja, dimana instansi pelaksana kegiatan
harus mempertanggungjawabkan keberhasilan dan atau kegagalan
pelaksanaan wewenang dan tupoksi instansi tersebut.
d. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan
pendalaman untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang
bersumber dari laporan masyarakat. Pemeriksaan ini termasuk pula
untuk pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu
terhadap adanya dugaan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan
wewenang.
e. Setiap satker baik pusat maupun daerah wajib melakukan tindak lanjut
hasil pengawasan yang tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dan melaporkan, serta menyampaikan bukti-bukti penyelesaian
tindak lanjut kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan pengawasan fungsional (Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian atau BPKP) selambat-lambatnya 30 hari setelah
diterimanya LHP.
f. Dalam melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan, satker tidak perlu
lagi melakukan klarifikasi atas temuan hasil pemeriksaan, tetapi
melaksanakan tindak lanjut atas saran-saran atau rekomendasi yang
disampaikan oleh tim pemeriksa.
Pedoman Umum PPHP 2011
107
6.3. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Landasan hukum monitoring, evaluasi dan pelaporan adalah Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional; PP No. 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan serta Peraturan Menteri
Pertanian No. 31/ 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan
Pelaporan Pembangunan Pertanian.
Monitoring atau pemantauan adalah kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat
diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan dilaksanakan secara
berkesinambungan dan bertujuan memberikan indikasi awal dari
perkembangan atau kekurangan suatu program/kegiatan yang sedang
berjalan.
Evaluasi adalah suatu penilaian dalam kurun waktu tertentu yang
mencoba untuk menilai relevansi secara sistematis dan objektif, efisiensi,
efektivitas pelaksanaan, dan dampak/ keberhasilan dari program dan
kegiatan yang sedang berjalan maupun yang telah selesai. Evaluasi dapat
diartikan pula merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi
masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana
dan standar. Pemantauan dilakukan pada seluruh program/kegiatan,
sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara lebih selektif. Pada dasarnya
pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang diperlukan untuk pelaporan
dan pengendalian.
Pedoman Umum PPHP 2011
108
Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil
pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah
ditentukan secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya.
Dalam rangka menganalisis capaian kinerja pembangunan pertanian,
maka peran pemantauan dan evaluasi merupakan bagian penting untuk
menilai tercapai atau tidaknya tujuan program/kegiatan yang dilaksanakan.
Hasil pemantauan dan evaluasi dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk perbaikan kebijakan dan
perencanaan di masa mendatang maupun pelaksanaan program/kegiatan
yang sedang berjalan. Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut harus tersaji
dalam bentuk laporan yang informatif, cepat, tepat dan akurat sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pimpinan sebagai bahan pengambilan keputusan.
Pada dasarnya antara pemantauan dan evaluasi hampir sama dan
saling berkait, namun dilihat dari ciri input, waktu, dan fokusnya, maka
pemantauan lebih memperhatikan inputkegiatan, periode pelaksanaan lebih
pendek, dan target pemantauan lebih terfokus, sedangkan evaluasi lebih
memperhatikan outputkegiatan; periode pelaksanaan lebih panjang; dan
target group lebih luas. Dilihat dari keperluan data, pemantauan
menggunakan data internal kegiatan itu sendiri seperti laporan keuangan,
input (barang dan jasa) yang disediakan, sedangkan evaluasi selain
menggunakan data internal juga menggunakan data di luar kegiatan sebagai
pembanding untuk menjalankan fungsi kontrolnya. Biasanya pemantauan
terbatas pada tahapan pelaksanaan, operasional, dan pemeliharaan saat
kegiatan sedang berlangsung. Namun,hakekatnya pemantauan dan evaluasi
merupakan satu proses dalam kegiatan untuk menjaga konsistensi dan
efektivitas pencapaian sasaran/target.
Pedoman Umum PPHP 2011
109
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan di masing-masing Satker
(pusat, provinsi, kabupaten/ kota) sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab
masing-masing. Selain di tingkat Satker, masing-masing penanggungjawab
kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan evaluasi program dan kegiatan
secara menyeluruh hendaknya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh
masing-masing Satker atau Satlak SPI.
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/ 2008
maka SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi dan dana
Tugas Pembantuan wajib menyusun laporan pertanggung jawaban yang
meliputi : (1) Laporan Manajerial dan (2) Laporan Akuntabilitas.
(1) Laporan Manajerial mencakup :
a. Perkembangan realisasi fisik dan penyerapan dana
b. Pencapaian target keluaran
c. Kendala yang dihadapi
d. Saran tindaklanjut
(2) Laporan Akuntabilitas meliputi Laporan Keuangan dan Laporan Barang
Laporan Keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan Realisasi Anggaran,
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Laporan Barang mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penatausahaan
BMN.
6.3.1. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
Pedoman Umum PPHP 2011
110
a. Laporan Pemantauan Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD)
Kabupaten/Kota
Setiap SKPD lingkup pertanian Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil
pemantauan setiap bulan dan triwulan dengan menggunakan formulir
laporan yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun
2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan pemantauan
dengan menggunakan Formulir A. Laporan penanggung jawab kegiatan
disampaikan kepada penanggung jawab program pada Satuan Kerja
masing-masing. Penanggung jawab program menyusun laporan hasil
pemantauanan dengan menggunakan Formulir B. Laporan Penanggung
Jawab program disampaikan kepada Kepala SKPD. Kepala SKPD
Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil pemantauan berdasarkan
laporan dari Penanggung Jawab Program dengan menggunakan
Formulir C. Laporan tersebut disampaikan Kepada Menteri Pertanian
melalui SKPD Provinsi yang ruang lingkup tugas dan fungsinya sama
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang
bersangkuan berakhir.
b. Laporan Pemantauan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Setiap SKPD lingkup pertanian Provinsi menyusun laporan hasil
pemantauan setiap bulan dan triwulan dengan menggunakan formulir
laporan yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun
2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan hasil pemantauan
dengan menggunakan Formulir A. Laporan penanggung jawab kegiatan
disampaikan kepada penanggung jawab program pada Satuan Kerja.
Penanggung jawab program menyusun laporan hasil pemantauan
dengan menggunakan Formulir B. Laporan Penanggung Jawab
program disampaikan kepada Kepala Satuan Kerja (SKPD). Kepala
SKPD Provinsi menyusun laporan hasil pemantauan berdasarkan
laporan dari Penanggung Jawab Program dalam Satuan kerjanya dari
Pedoman Umum PPHP 2011
111
SKPD Kabupaten/Kota yang ruang lingkup tugas dan fungsinya sama
dengan menggunakan Formulir C. Laporan tersebut disampaikan
Kepada Menteri Pertanian melalui Eselon-I terkait selambat-lambatnya 8
(delapan) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir.
c. Laporan Pemantauan Satuan Kerja Pusat dan UPT Pusat
Setiap Satuan Kerja Pusat (Eselon-II/UPTPusat) di lingkup Kementerian
Pertanian menyusun laporan hasil pemantauan dengan menggunakan
formulir laporan yang ditetapkan didalam Peraturan Pemerintah No.39
Tahun 2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan hasil
pemantauan dengan menggunakan Formulir A. Laporan Penanggung
Jawab Kegiatan disampaikan kepada penanggung Jawab Program
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang
bersangkuan berakhir. Penanggungjawab Program menyusun laporan
dengan menggunakan Formulir B. Kepala satuan kerja menyusun
laporan hasil pemantauan di Satuan Kerja kepada Menteri pertanian
melalui Eselon-I dengan menggunakan Formulir C selambat-lambatnya
10 (sepuluh) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan
berakhir. Bila Satuan kerja dimaksud tidak mempunyai DIPA sendiri,
maka laporan kepala Satuan kerja cukup menggunakan Formulir B.
Pedoman Umum PPHP 2011
112
d. Laporan Pemantauan Unit Organisasi Eselon-I
Kepala Unit Organisasi Eselon-I menyusun laporan hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan setiap bulan dan triwulan dengan
menggunakan laporan hasil pemantauan Satuan Kerja lingkup Eselon-I
dan Laporan SKPD (pelaksanaan DK & TP), dengan menggunakan
Formulir C. Laporan Hasil pemantauan Unit Organisasi Eselon-I
disampaikan kepada Menteri Pertanian selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir..
Format laporan hasil pemantauan tersebut telah dimodifikasi dan
disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV, dan setiap
SKPD harus menyampaikan copy file (back up) data kepada Ditjen PPHP.
Jika aplikasi software SIMONEV belum dikuasai atau mengalami
permasalahan, maka laporan dibuat secara manual dengan menggunakan
microsoft office excel sesuai dengan format simonev dan format PP 39 tahun
2006 dan atau laporan realisasi perkembangan pelaksanaan kegiatan sesuai
format terlampir.
Selain laporan berkala tersebut, juga ada laporan teknis pelaksanaan kegiatan, laporan tahunan atau laporan hasil pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun serta laporan insidentil sewaktu-waktu diperlukan bilamana terjadi sesuatu yang bersifat insidentil. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan dasar penentuan anggaran tahun berikutnya.
Alur pelaporan kinerja pelaksanaan kegiatan dana APBN Kementerian
Pertanian sebagai berikut.
Bagan 5. Alur Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Dana APBN Ditjen PPHP
Pedoman Umum PPHP 2011
113
(Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan Telp / Fax : (021) 7804526)
6.3.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN)
Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU
No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Menteri
Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor Per-51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga dalam rangka
pertanggungjawaban keuangan setiap Kementrian Negara/ Lembaga sebagai
entitas wajib menyajikan laporan Keuangan (SAK-SIMAKBMN) bulanan,
semester dan tahunan laporan dimaksud termasuk laporan Barang Milik
Negara. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu
disampaikan tepat waktu dan disusun sesuai dengan Sistem Akutansi
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
KEMENTERIAN
PERTANIAN
DITJEN PPHP
GUBERNUR
DINAS
PROVINSI
BUPATI /
WALIKOTA
DINAS KABUPATEN /
KOTA
Sektor/program (14 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya)
Sub-sektor/Sub-program (10 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya)
- Kompilasi Kegiatan Dana TP (8 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya) - Kegiatan Dana Dekonsentrasi (5 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya)
Kegiatan Dana TP (5 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya)
Pedoman Umum PPHP 2011
114
Ditjen PPHP sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA-E1/UAPPB-E1) wajib membuat laporan
Keuangan gabungan yang meliputi unit eselon I yang bersangkutan dan
kantor-kantor vertikal dilingkungannya kepada Menteri/Pimpinan lembaga
atasannya yang tersumber dari dana APBN baik itu dana dekonsentrasi
maupun dana tugas pembantuan.
Agar sistem pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) dapat berjalan
dengan baik, maka : (1). Setiap satker di tingkat provinsi/ Kab yang mengelola
dana PPHP wajib menunjuk seorang petugas khusus yang menangani
pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) yang dikukuhkan dengan surat
keputusan KPA. (2). Setiap satker, pengelolaan dana PPHP agar dapat
difasilitasi sekurang-kurangnya 1 (satu) unit P.C Unit dan 1 (satu) unit Note
Book/Laptop khusus untuk mendukung pelaporan keuangan.
Adapun laporan keuangan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang wajib
disampaikan adalah :
Tabel 2. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) :
No Jenis Laporan / ADK Periode Laporan
Bulanan Semesteran Tahunan
1 Neraca X X X
2 LRA X X X
3 CaLK - X X
4 ADK X X X
Tabel 3. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
No Jenis Laporan / ADK Periode Laporan
Pedoman Umum PPHP 2011
115
Semesteran Tahunan
1 Laporan Barang X X
2 Catatan Ringkas Barang
Milik Negara (CRBMN) X X
3 LKB X X
4 ADK X X
Bagan 6. Kerangka umum pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan
ADK & LAP
LAP
LAP
Sebagai kelengkapan Laporan barang (SIMAKBMN) wajib
menyampaikan fotocopy dokumen kontrak, Berita Acara Serah Terima Barang
UAPA/UAPB
GUBERNUR/ BUPATI/
WALIKOTA
UAPPA-E1/
UAPPB-E1
UAPPA-W/ UAPPB-W
UAKPA/ UAKPB
DEKON/TP
UAKPA/ UAKPB
DEKON/TP
UAKPA/ UAKPB
DEKON/TP
Pedoman Umum PPHP 2011
116
pengadaan barang belanja modal, belanja sosial, antara penyedia barang/jasa
dengan pengguana/satker yang bersangkutan.
Untuk efektivitas dan kualitas pelaporan barang (SIMAK BMN) di
UAPPB-E1 (Ditjen PPHP). Wajib mengumpulkan data laporan ADK (Arsip
data Komputer) dari tingkat Satker Dekon/TP untuk memperbaiki laporan
SIMAKBMN Semester I, II dan tahunan. Mekanisme pelaporan SAI Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan seperti pada Error! Reference source
not found..
Penyerahan laporan dapat disampaikan melalui fax / email, pos, website, telp
ke alamat / contac person :
Evaluasi : Bag. Evaluasi : Telp / Fax : 021-7816185, 021-7804526
Email Simonev : [email protected]
Kontak Person : Asti : 08128081805
Email : [email protected]
Maria Nunik : 08129393028
Email : [email protected]
Mugi Hidayat : 081388745998
Email : [email protected]
Ernawati : 085719533881
Alamat Surat : Sekretaris Ditjen PPHP
(Cq Bagian Evaluasi dan Pelaporan)
Kanpus Kementerian Pertanian, Gd D. Lt 2
Jl. Harsono RM no.3, Ragunan – Jakarta Selatan
SAI : Ditjen Pengolaan danPemasaran Hasil Pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
117
Cq Bagian Keuangan dan Perlengkapan. Jl. Harsono RM no.3, Ragunan
Pasar Minggu Jakarta Selatan, Gd D Lantai 1
Email : [email protected] (SAK)
[email protected] (SIMAK – BMN)
Telp / Fax : 021 – 78837034
Absensi Laporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN) dapat dilihat melalui website
hppt://agribisnis.deptan.go.id
Pelaksana SAK : Rini Suminar : 0818 924364
Mainanto : 021 94991556
Ricky Mondosa : 0856 95277993
Aldo : 0815 86119646
Yanti : 0857 14103546
Pelaksana SIMAK BMN
Mulyo Basuki : 0857 8203217
Hari Yudanto : 0813 10222251
Amaliyati : 0815 9048867
6.3.3. Penerapan Sanksi Dalam Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan DanaTugas Pembantuan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan (pasal 48 dan seterusnya) SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan lalai atau
tidak penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dana dimaksud
kepada kementerian/lembaga dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan
dan/atau penghentian alokasi pendanaan.
Pedoman Umum PPHP 2011
118
Sanksi penundaan pencairan sebagaimana dimaksud diatas dikenakan
kepada SKPD apabila tidak melakukan rekonsiliasi laporan keuangan dengan
Kantor Pelayanan Perbedaharaan Negara (KPPN) dan Rekonsiliasi barang
milik negara dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) setempat sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai sistem akuntani dan pelaporan keuangan pemerintah
pusat. Pengenaan sanksi penundaan pencairan dimaksud tidak
membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan Dana
Dekonsentrasi dan / atau Dana Tugas Pembantuan.
Penghentian pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila
: SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan kepada kementerian /
lembaga yang memberikan Dana dekonsentrasi dan / atau Dana Tugas
Pembantuan secara berturut-turut 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan
dan atau ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksanaan Badan
Pemeriksanaan Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jenderal Kementian / lembaga yang bersangkutan atau aparat
pemeriksa fungsional lainnya.
Untuk melaksanakan penghentian pembayaran sebagaimana dimaksud
diatas setelah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
Kementerian/Lembaga menetapkan Surat Keputusan penghentian
pembayaran dana. Surat Keputusan penghentian dana dimaksud
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
Kementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan Dana
Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan untk tahun berikutnya
Pedoman Umum PPHP 2011
119
apabila SKPD penerima dana dimaksud tidak memenuhi target kinerja
pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan, tidak pernah
menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku
pada tahun anggaran sebelum dan/atau melakukan penyimpangan sesuai
hasil pemeriksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga
yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.
Pedoman Umum PPHP 2011
120
Pembinaan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan instansi
lain didalam dan diluar lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu,
kerjasama yang harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para
pelaku usaha agribisnis, pemerintah daerah dan masyarakat luas yang
merupakan komponen utama didalam sistem agribisnis sangat dibutuhkan.
Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung diharapkan
program-program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai
tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan.
Pedoman ini bersifat umum, karena itu masih perlu dijabarkan lebih
lanjut ke dalam petunjuk kegiatan yang lebih operasional berdasarkan
anggaran kinerja dalam Petunjuk Teknis (Juknis) ataupun Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) yang diterbitkan oleh direktorat teknis maupun dinas
terkait di tingkat provinsi dan kabupaten. Selain itu, pedoman-pedoman lain
yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan juga
menjadi referensi tambahan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan pertanian secara utuh.
Bab
7 PENUTUP
Pedoman Umum PPHP 2011
1
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN
Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian
Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, MSc
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Dr. Ir. Gardjita Budi, M Agr. St
Subdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu
Ir. Andjar
Rochani, MM
Subdit Akreditasi dan Kelembagaan
Ir. Ita Istiningdiyah
Munardini, MP
Subdit Standardisasi
Drh. Theatty
Gumbirawati R, MM
Subdit Kerjasama dan
Harmonisasi
Ir. Sri Sulasmi, M.Sc
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian
Ir. Nazaruddin, MM
Subdit Hortikultura
Ir. Akhmad Suhardiyanto,
M.Sc Subdit
Perkebunan
Ir. Viva Satriana, M.Eng
Subdit Tanaman Pangan
Ir. Pither Noble, MS
Subdit Peternakan
Ir. Judiarso
Sekretariat Direktorat Jenderal
Ir. Yasid Taufik, MM
Bagian Evaluasi dan Pelaporan
Ir. Gunawan
Wibisono, M.Si
Bagian Perencanaan
Ir. Agus Amran, SU
Bagian Keuangan dan Perlengkapan
Ir. Ahmad Djunaidi
Bagian Umum
Drs. Suprihartono
Subbag Perbendaharaan Eni Widjajati, SS
Subag Akuntansi dan Verifikasi
Dra. Rini suminar
Subbag Program DR. Prayudi Syamsuri,
M.Si
Subbag Anggaran Diah Ismayaninggrum,
SE, SP
Subbag Kerjasama Ir. Andi Arnida
Massusungan, M.Sc
Subbag Kepegawaian Dra. Dwi Heriati
Subbag Hukum dan Humas
Asri Wasponingsih, SH
Subbag Data dan Informasi
Ahmad Wiro’i, S.Kom, MM
Subbag Evaluasi Nur Asti Sumanti, S.Pi
Subbag Tata Usaha dan Rumah Tangga
Harjono, SH, MM
Subbag Pelaporan dan Tindaklanjut
Ir. Maria Nunik Sumartini, MP
Seksi Serealia Ir. Budi Lestari
Seksi Aneke Kacang dan Aneka Umbi Ir. RR Retno P
Seksi Tan. Buah dan Sayuran
Ir. Rosita Angraini, MM
Seksi Tan. Florikultura dan Tan.
Obat Ahmad Syaripudi,
SP
Seksi Tan. Semusim Ir. Lucyanti
Seksi Tan. Tahunan Ir. Suharto
Seksi Ruminansia Drh. Hastho
Yulianto
Seksi Non Ruminansia
Rohmadi, SP
Seksi Tan. Pangan dan Horti
Siti Pudjiarti, SP
Subbag Tata Usaha M. Krisna Yuwana,
MM
Seksi Tan. Pangan dan Horti
Ir. Emma Edyarti, SKM, MKM
Seksi Bun dan Nak Ir. Azril Bahri
Seksi Bun dan Nak Drh. Lili Darwita,
MM
Seksi Tan. Pangan dan Horti
Siti Noor Jannah, SP
Seksi Bun dan Nak Ir. RM Simamora
Seksi Tan. Pangan
dan Horti Jumiran, SP, MM
Seksi Bun dan Nak
Yusdianta, SP
Subbag Perlengkapan Drs. Wiyono
Subbag Tata Usaha Drs. Koesyono,
MM
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Ir. Jamil Musanif
Subdit Investasi
Ir. Maruli Indra, M.Sc
Subdit Promosi Dalam
Negeri
Ir. Andrizal , MM
Subdit Kemitraan dan Kewirausahaan
Dr.Akbarsyah Rivai Saad,
M.Sc
Subdit Promosi Luar Negeri
Ir. I Nyoman Gede Widhi
Adnyana, MM
Direktorat Pemasaran Domestik
Ir. Mapudin, MM
Subdit Pemantauan Pasar dan
Stabilisasi Harga
Ir. Bambang Kuncoro, MM
Subdit Sarana dan
Kelembagaan Pasar
Ir. Efy Sofyadi,
M.Sc
Subdit Informasi Pasar
Ir. Wenny Astuti, MM
Subdit Jaringan
Pemasaran
Ir. Jogarini Pramati, M.Sc
Direktorat Pemasaran Internasional
Ir. Mesah Tarigan, M.Sc
Subdit Pemasaran
Bilateral
Ir. Dedi Junaidi, M.Sc
Subdit Pemasaran
Regional dan Multilateral
Ir. Ferial Lubis,
MM
Subdit Analisis dan
Pengembangan Ekspor
Ir. Octa Muchtar, M.Econ
Subdit Kerjasama Komoditi
Ir. Ari Agung Prihatin,MM
Seksi Kemitraan Ir. Siti Bibah Indrajati, MM
Seksi Kewirausahaan dan
Ekonomi Kreatif Ir. Alfiansyah
Subbag Tata Usaha Erni Yuliarti, SP
Seksi Tan. Pangan dan Hortikultura
Ir. Niken Wikanti
Seksi Perkebunan dan Peternakan
Harumi Mungulia A, SP.i, M.Si
Seksi Daya Saing Ir. Freddy Abidin
Seksi Eksibi dan Expo
Ir. Sadaruddin
Seksi Daya Saing Ir. Aman Rachman
Seksi Eksibisi dan Expo
Ir. Woro Palupi, MP
Subbag Tata Usaha Andi M Idil Fitri,
SE, MM
Seksi Analisi Pasar Ofi Nidausoleha,
SP
Seksi Desiminasi Informasi Pasar Ir. Mochamad
Amir, ME
Seksi Pemantauan Pasar
Oim Abdulrahman, SST, SP
Seksi Stabilisasi Harga
Tardi Toyib, SP, MM
Seksi Sarana Pasar Ir. Novi Suryani
Seksi Kelembagaan Pasar
Ir. Ai Nirwani
Seksi Akses Pasar Ir. Siti Aminah, MM
Subbag Tata Usaha Ria Intan, SP
Seksi Analisis Ekspor
Ir. Resfolidia
Seksi Seksi Pengembangan
Ekspor Dede Sulaeman,
ST, M.Si
Seksi Wil. Asia Pasifik dan Amerika
Komarudin, SE, M.Sc
Seksi Wil. Afrika, Timur Tengah, dan
Eropa Ermia Sofiyessi,
STP, M.Agr
Seksi Regional Drh. Erlina Suyanti,
M.Appsc
Seksi Multilateral Ir. Aderina Uli Panggabean,
M.Agrsc
Seksi Kerjasama Komoditi Regional Ir. Destialisma,
M.Sc
Seksi Kerjasama Komodit Multilateral
dan Bilateral Diah Fitri
Palupi,SE,MM
Seksi Fasilitasi Pemasaran
Ir. Yuliastuti Purwaningsih
Kepala Balai Pengujian Mutu
Alsintan
Ir. Edy Trijono, MM
Seksi Layanan Teknis
Ir. Afrizul
Kasubbag Tata Usaha Drs. Triyono, MM
Pedoman Umum PPHP 2011
122
AGENDA PERTEMUAN NASIONAL KOORDINASI, BIMBINGAN TEKNIS/PENGAWALAN DAN PROMOSI
PPHP TAHUN 2012
SEKRETARIAT
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT
PERSON CALON PESERTA
1 Penyerahan POK ( 3 wilayah)
Padang, Pontianak dan Denpasar
Januari Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : [email protected], [email protected]
Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan Provinsi
2 Penyusunan RKAKL
Juli Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : [email protected], [email protected]
Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan Provinsi
3 Finalisasi RKAKL Oktober Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : [email protected], [email protected]
Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan ProvinsI
4 Rapat Kerja Ditjen PPHP
Februari Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : [email protected]
Dinas lingkup Pertanian se- Indonesia
5 Pertemuan Renja Ditjen PPHP Tahun 2014
November Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, [email protected]
Dinas lingkup Pertanian se- Indonesia
Pedoman Umum PPHP 2011
123
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSON CALON PESERTA
6 Workshop E-Proposal (2 wilayah)
Januari Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929,
Dinas lingkup Pertanian se- Indonesia
7 Workshop PL-1 Maret Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP
Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929,
Lokasi SLPPHP
8 Peningkatan Keterampilan Petugas Evaluasi dan Pelaporan (Workshop SIMONEV)
Jakarta Maret/ April Ditjen PPHP bekerjasama dengan Pusdatin Kementan
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Petugas SIMONEV Satker Kab/ Kota, Propinsi dan UPT BPMA Telp/ Fax. 021-7804526
Email: [email protected]
9 Pertemuan Evaluasi Awal Tahun 2011 (4 wilayah)
1) Wilayah Sumatera Padang (Sumatera Barat)
Mei Dinas Pertanian Prop. Sumatera Barat
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi
Telp/ Fax. 021-7804526
Email: [email protected]
2) Wilayah DKI Jakarta, Jabar, Banten dan Kalimantan
Bandung (Jawa Barat)
Mei Dinas Peternakan Prop. Jawa Barat
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Telp/ Fax. 021-7804526
Pedoman Umum PPHP 2011
124
Email: [email protected]
Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSON
CALON PESERTA
3) Wilayah Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT
Semarang (Jawa Tengah)
Mei Dinas Pertanian Prop. Jawa Tengah
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi
Telp/ Fax. 021-7804526 Email: [email protected]
4) Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua
Makassar (Sulawesi Selatan)
Mei Dinas Peternakan Prop. Sulawesi Selatan
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi
Telp/ Fax. 021-7804526 Email: [email protected]
10 Pertemuan Evaluasi Kinerja PPHP Nasional
Banda Aceh Desember Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Ditjen PPHP
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi
Telp/ Fax. 021-7804526 Email: [email protected]
11 Workshop SPI Jakarta April Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Ditjen PPHP
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi
Telp/ Fax. 021-7804526 Email: [email protected]
Pedoman Umum PPHP 2011
125
12 Koordinasi Pengelolaan Keuangan Satker Dekon dan TP
Februari Bagian Keuangan dan Perlengkapan, Sekretariat Ditjen PPHP
PPK dan bendahara Satker TP
13 Hari Pangan Sedunia Oktober Bagian umum, Sekretariat Ditjen PPHP
Seluruh lingkup Kementerian Pertanian, Kelautan ,kehutanan dan PEMDA setempat
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSON
CALON PESERTA
14 Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jakarta / Bogor Maret Direktorat PHP Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Seluruh Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten
Telp/Fax : (021) 78837929 Email : [email protected]
15 Koordinasi pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan (Karet)
Jambi Maret Direktorat PHP Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Seluruh Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten sentra produksi karet Telp/Fax : (021) 78837929
Email : [email protected]
16 Koordinasi pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan (Kakao)
Bali April Direktorat PHP Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Seluruh Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten sentra produksi kakao Telp/Fax : (021) 78837929
Email : [email protected]
17 Pertemuan Nasional STA
Bali Mei Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Dinas Pertanian Tanaman Pagan dan Hortikultura
Pedoman Umum PPHP 2011
126
Telp/Fax : (021) 7815880 Propinsi dan Kabupaten
18 Pertemuan Nasional Pasar Ternak
Palembang Juni Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Dinas Peternakan Propinsi dan Kabupaten
Telp/Fax : (021) 7815880
19 Pertemuan Nasional Pasar Tani
Bandung September Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Dinas Pertanian Tanaman Pagan dan Hortikultura Propinsi dan Kabupaten Telp/Fax : (021) 7815880
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSON
CALON PESERTA
18 Pertemuan Rapat Teknis Pemasaran Domestik
Makasar Februari Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel
Kasubdin PPHP Dinas Lingkup Pertanian
Telp/Fax : (021) 7815880
19 Rapat Teknis Bandung Maret Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Direktorat Pasdom
Dinas Pertanian Propinsi
20 Pertemuan Koordinasi Pembina PIP
Mataram - NTB Minggu III bulan Februari
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar
Dinas Pertanian Daerah
21 Pertemuan Koordinasi Petugas PIP TPH
Batam - Kepri Minggu III bulan Maret
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880
Dinas Pertanian Daerah
Pedoman Umum PPHP 2011
127
Kasubdit Informasi Pasar
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT
PERSEN
CALON PESERTA
1. Rapat Teknis Bandung Maret Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Direktorat Pasdom
Dinas Pertanian Propinsi
2. Pertemuan Koordinasi Pembina PIP
Mataram - NTB Minggu III bulan Februari
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar
Dinas Pertanian Daerah
3. Pertemuan Koordinasi Petugas PIP TPH
Batam - Kepri Minggu III bulan Maret
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar
Dinas Pertanian Daerah
4. Pertemuan Koordinasi Petugas PIP Perkebunan
Palembang - Sumsel
Minggu IV bulan Maret
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar
Dinas Pertanian Daerah
5. Pertemuan Koordinasi Petugas PIP Peternakan
Denpasar - Bali Minggu II April
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar
Dinas Pertanian Daerah
6. Workshop Analisis Pemasaran
Banda Aceh - Aceh
Minggu II Mei
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880
Dinas Pertanian Daerah
Pedoman Umum PPHP 2011
128
Kasubdit Informasi Pasar 7. Rapat Koordinasi
Perberasan Nasional Surabaya Juli Direktorat Pemasaran
Domestik Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 78852571 KasubditPemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga Informasi Pasar
Instansi Pemerintah, BUMN, BUMD (stakeholder)
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSEN CALON PESERTA
8. Pertemuan Nasional pasar tani 2012
Bandung - Jabar Minggu II bulan Oktober (tentative)
Direktorat Pemasaran Domestik dan Dinas Pertanian TPH Prov Jabar
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Jl. Surapati No. 71 Bandung Telp/Fax : (022) 2500713
Pembina Provinsi, Kab/kota Pengelola Pasar tani
9. Fasilitasi Pengembangan dan Pengelolaan Saran Pemasaran
Bogor - Jabar Minggu IV Mei dan Juli
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar,
Pengelola dan Petani/Poktan/Gapoktan Pasar Tani dan STA
10. Fasilitasi Pengembangan dan Pengelolaan Kelembagaan Pemasaran
Bogor - Jabar Minggu IV Mei dan Juli
Direktorat Pemasaran Domestik
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar,
Pengelola dan Petani/Poktan/Gapoktan Pasar Tani dan STA
Pedoman Umum PPHP 2011
129
MUTU DAN STANDARDISASI
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGA
RA
ALAMAT/CONTACT
PERSEN
CALON PESERTA
1. Sosialisasi Mutu dan Standardisasi
Sumatera Barat, Jawa timur, Sulawesi Selatan
April Minggu 1, Mei Minggu 1, Juni Minggu 1
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit standardisasi
Pembina Mutu (pusat ,Prov) Pelaku usaha , Fungsional
2. Pertemuan Teknis Penerapan Jaminan Mutu
Sulut Februari 2011 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit standardisasi
Penerima Dekon dan TP 2012
3. Pertemuan Teknis Pengawasan Jaminan Mutu
Jogja Mei 2011
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Dinas Lingkup Pertanian Se indonesia
4. Bulan Mutu Batam Oktober 2011 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Dinas Lingkup Pertanian Se indonesia
5. Pertemuan evaluasi Pelaksanaan dekon
Bali November 2011
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881
Penerima dekon dan TP 2012
11. Pertemuan Nasional
STA Denpasar - Bali Minggu III
bulan Maret 2012 (tentative)
Dinas Pertanian TPH Prov Bali
Jl. WR Supratman No. 51 Denpasar – bali Telp/fax : (0361)228716/231967
Pembina Provinsi, Kab/kota Pengelola STA
12. Pertemuan Nasional Pasar Ternak
Palembang - Sumsel
Minggu I bulan Maret (tentative)
Dinas Pertanian TPH dan Horti Prov. Sumsel
Jl. Kapten Tendean No. 137 Palembang – Sumsel Telp/fax : (0711) 352373/250741
Pembina Provinsi, Kab/kota Pengelola Pasar Ternak
Pedoman Umum PPHP 2011
130
TP Kasubdit PPJM 6. Penerapan Kopi Sumut,Jawa
tengah,NTB Maret –April 2012
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Penerima dekon dan TP
7. Pengawasan Kakao Sulteng, Sulsel, Sumbar
Juni 2012 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Penerima dekon dan TP
8. Pengawasan Kopi Lampung, Bali Juni 2012 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Penerima dekon dan TP
9. Pengawasan Bokar Jambi, Sumsel, Kalteng, Kaltim
April-Mei 2012 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Sumbar,Jambi,riau,Sumut,Sumsel,Sumbar,Sumut Aceh,Kabar,kalteng ,Kalsel, Kaltim
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA
ALAMAT/CONTACT PERSEN
CALON PESERTA
10. Penerapan Bokar Riau, Bengkulu, Sumbar, Kalbar
Februari- maret 2012
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Kalimantan dan Sumatera
11. Pengawasan Tanaman Pangan dan Horti
Sulsel Mei 2012 Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Dinas lingkup Pertanian
12. Evaluasi Dekon dan TP Kopi dan Kakao Tahun 2012
Jawa Timur Awal Oktober 2012
Direktorat Mutu dan Standardisasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Peberima dekon dan TP kako dan kopi
Pedoman Umum PPHP 2011
131
PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT
PERSEN
CALON PESERTA
1. Peringatan Hari Susu
Nusantara DIY Juli
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881
Seluruh Dinas Lingkup Pertanian dan Pelaku Usaha
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT
PERSEN
CALON PESERTA
1. The Royal Flora
Ratchaphruek 2011
Chiang Mai -
Thailand
14 Desember
2011 - 15
Maret 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
2 Ildex 2012
Bangkok -
Thailand
8-10 Febuari
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
3 Biofach 2012
Nuremberg -
Jerman
15 – 18
Febuari 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
4 Malaysia International Kuala Lumpur - 4-7 April Direktorat Pengembangan Usaha
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
132
Halal Showcase
(MIHAS) 2012
Malaysia 2012 dan Investasi Kasubdit Promosi Luar Negeri
5 Specialty Coffee
Association of
America (SCAA) 2012
Portland, Oregon
- Amerika
Serikat
18 - 19 April
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
6 Salon International de
L’agriculture Au
Maroc 2012
Meknes -
Maroko
25 - 29 April
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSEN CALON PESERTA
7 International
Horticulture Goyang
Korea
Goyang - Korea
Selatan
26 April – 15
Mei 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
8 Horti Asia 2012
Bangkok -
Thailand
9-11 Mei
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
9 Thaifex – World of
Food Asia in Bangkok
Bangkok -
Thailand
23 - 27 Mei
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
133
PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI
2012
10
World Tea Expo 2012
Las Vegas,
Nevada -
Amerika Serikat
1-3 Juni 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
11
Saudi Agriculture 2012 Riyadh - Arab
Saudi
23 - 26
September
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
12 Halal And Healthy
Product Fair 2012 Istambul -Turki
13-16
Oktober 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
13 Triestexpresso Expo
2012 Trieste - Italia
25-27
Oktober 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
134
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA ALAMAT/CONTACT PERSEN CALON PESERTA
14 CAEXPO 2012 Nanning -China Oktober 2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
15 Café Show 2012
Seoul -Korea
Selatan
November
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
16 The 32nd India
International Trade
Fair 2012
New Delhi - India
14 – 27
November
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
17 International Business
Forum for Indonesia
Special Product
Bali September
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
18 Tea Tour for
International Traders
and Industries
Jawa Barat November
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
19 Temu Usaha Asia (China) /
Timur Tengah
(Uni Arab)
Juni - Juli
2012
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Pedoman Umum PPHP 2011
135
No KEGIATAN TEMPAT WAKTU PENYELENGGARA
ALAMAT/CONTACT PERSEN CALON PESERTA
1 Agro & Food Expo Jakarta Dit Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri
Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta
2 Indonesia Agribusiness Expo
Surabaya Dit Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri
Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta
3 Pekan Raya Tani Dit Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri
Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta
4 Batam Agribusiness Expo Batam Dit Pengembangan Usaha dan Investasi
Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri
Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta