dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
TRANSCRIPT
DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKEMENTERIAN PERTANIANMARET 2016
PEDOMAN TEKNISPENGEMBANGAN PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016
i Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan tahun 2016 disusun dalam
rangka memberikan acuan terhadap pelaksanaan
kegiatan di daerah yang dilaksanakan dengan dukungan
dana APBN Tahun Anggaran 2016 dalam bentuk Tugas
Pembantuan di Provinsi/Kabupaten/Kota atau dana
Dekonsentrasi.
Pedoman teknis ini menjelaskan mengenai
pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan di daerah terutama dalam kaitannya
dengan penyediaan sarana pascapanen dan pengolahan
serta bimtek untuk petani/kelompok tani/gapoktan.
Alokasi kegiatan difokuskan untuk komoditi tebu,
kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, karet, kelapa dan
jambu mete. Selain itu juga dalam rangka memberikan
acuan dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan informasi pasar, pemasaran produk
perkebunan dan pembinaan usaha perkebunan.
ii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan
kegiatan secara tertib, baik teknis maupun
administrasi, agar Dinas yang membidangi perkebunan
dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat hal-hal
yang bersifat spesifik daerah dan belum tertampung
dalam pedoman ini, agar dijabarkan kedalam Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan.
Jakarta,31 Maret 2016 Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. Gamal Nasir, MS Nip. 19560728 198603 1 001
iii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
1
13
16
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
B. Spesifikasi Teknis
18
35
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
B. Pelaksana Kegiatan
C. Lokasi, Jenis, dan Volume
D. Simpul Kritis
40
44
53
55
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang
B. Mekanisme Penyaluran Barang
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
57
57
60
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN
PENDAMPINGAN60
VI. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN 62
iv
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
A. Jenis Laporan
B. Waktu Penyampaian Laporan
62
63
VII. PEMBIAYAAN 65
VIII. PENUTUP 66
LAMPIRAN
v
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
1
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor
andalan bagi perkembangan perekonomian
di Indonesia. Selain sebagai penyumbang
devisa negara, sektor perkebunan juga
berkontribusi sebagai penyedia lapangan
kerja bagi masyarakat Indonesia.
Perkebunan sebagai sektor andalan
perekonomian Indonesia tidak lepas dari
permasalahan yang harus dihadapi antara
lain masih rendahnya kualitas hasil
(produk) yang diperoleh dari usaha
perkebunan, baik itu produk primer
maupun produk sekunder. Kualitas produk
primer yang kurang baik akan berdampak
pada kualitas hasil pengolahan
sekundernya. Hal ini dapat mengakibatkan
permasalahan dalam pemasaran produk
komoditas perkebunan. Rendahnya mutu
selain karena pengaruh perlakuan
budidaya, juga karena penanganan
pascapanen dan pengolahan yang belum
diterapkan sesuai standar.
2
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Arah Kebijakan Umum Pembangunan
Perkebunan adalah mensinergikan seluruh
sumber daya perkebunan dalam rangka
peningkatan daya saing usaha perkebunan,
nilai tambah, produktivitas dan mutu
produk perkebunan melalui partisipasi
aktif masyarakat perkebunan dan
penerapan organisasi moderen yang
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan
dan teknologi serta didukung dengan tata
kelola pemerintahan yang baik.
Peningkatan produk perkebunan berdaya
saing diarahkan melalui penerapan sistem
jaminan mutu Good Agricultural Practices
(GAP), Good Handling Practices (GHP),
Good Manufacturing Practices (GMP)
penerapan standar mutu mulai dari
kegiatan di lapangan hingga sampai ke
meja konsumen, dengan istilah from land
to table. Peningkatan mutu dan
standarisasi dilakukan melalui kebijakan
Penerapan SNI wajib mulai dari tingkat
petani dan pelaku usaha. Salah satu bagian
dalam penerapan standar mutu yaitu
penerapan sistem jaminan mutu Good
3
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Agricultural Practices (GAP), Good
Handling Practices (GHP), Good
Manufacturing Practices (GMP) dan
Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk
perkarantinaan pertanian, serta berbagai
macam sertifikasi lainnya seperti Global
GAP, Organic Farming, Keamanan
Pangan/HACCP, serta Maximum Residue
Limit (MRL) untuk produk komoditas
strategis.
Industri hilir merupakan salah satu kunci
sukses dalam meningkatkan daya saing
produk perkebunan. Selain itu,
peningkatan efisiensi produksi maupun
distribusi produk antara lain melalui
pengembangan dan penggunaan teknologi
budidaya dan input yang lebih efisien,
kelembagaan petani yang menunjang
efisiensi produksi, konsolidasi lahan
pertanian dengan tujuan untuk
meningkatkan luas penguasaan lahan
perkebunan per individu petani. Selain itu
diperlukan penghapusan ekonomi biaya
tinggi dengan menghilangkan inefisiensi
dalam bidang pemasaran seperti pungutan
4
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
liar dan perbaikan sarana infrastruktur
informasi dan telekomunikasi.
Tingginya kebutuhan dan tuntutan akan
informasi pasar pertanian yang meliputi
harga, produksi dan jumlah permintaan
produk oleh pelaku agribisnis mulai dari
tingkat petani sampai konsumen secara
cepat, tepat, akurat, lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan membutuhkan
sistem jaringan informasi pasar yang
memadai. Pentingnya informasi pasar
khususnya harga komoditi unggulan,
menuntut pemerintah pusat dan daerah
bekerja keras untuk membangun jaringan
informasi pasar melalui Pelayanan
Informasi Pasar.
Untuk mengoptimalkan pasar dalam negeri
dan memperkuat daya saing produk
perkebunan, sinergitas pemerintah, pelaku
usaha dan masyarakat perlu ditingkatkan.
Perilaku masyarakat pun perlu diperkuat
dalam menghadapi perdagangan bebas
dengan mengobarkan semangat untuk
mencintai produk dalam negeri. Perbaikan
tata niaga dilakukan untuk menekan biaya
5
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
inefisiensi yang timbul. Kebijakan tata
niaga tarif/pajak/regulasi ekspor dan
impor dilakukan untuk melindungi produk
pertanian dalam negeri. Pengaturan bea
masuk bagi produk-produk impor ke dalam
negeri merupakan kebijakan sementara
dalam jangka pendek sambil dilakukan
pembinaan di dalam negeri terhadap
produk sejenis agar nantinya memiliki
standar kualitas sehingga bisa bersaing
dengan kualitas produk impor. Selain itu
dapat juga menerapkan kebijakan non
tarif barrier yang tidak melanggar
konvensi internasional terkait
perdagangan.
Mekanisme kebijakan penetapan harga
dasar/harga pembelian pemerintah (harga
pasar yang berlaku) pada musim panen
untuk melindungi produsen. Kegiatan
promosi produk perkebunan untuk
memperluas dan meningkatkan pangsa
pasar produk perkebunan unggulan
nasional baik di dalam negeri maupun di
pasar ekspor.
6
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai
peranan yang penting terutama sebagai
sumber pendapatan negara, sumber
teknologi dan manajemen, penyerapan
tenaga kerja, pemicu pengembangan
wilayah, mitra usaha perkebunan rakyat
dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Dalam upaya menjaga
kesinambungannya, maka perlu dilakukan
pembinaan terhadap unit usaha
perkebunan.
Pembinaan usaha perkebunan dilakukan
selain terhadap perusahaan perkebunan
besar juga terhadap perkebunan rakyat
dikarenakan masih banyak permasalahan
khususnya terkait perizinan usaha
perkebunan serta penyediaan lahan yang
semakin terbatas sehingga perlu diketahui
data dan informasi sebenarnya penyediaan
lahan yang tersedia dan diizinkan untuk
usaha perkebunan.
Sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun
2004 tentang Perkebunan yang saat ini
telah disempurnakan dengan UU Nomor 39
Tahun 2014 tentang Perkebunan
7
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
menyatakan bahwa perusahaan
perkebunan yang melakukan usaha
budidaya tanaman perkebunan dengan
luasan skala tertentu dan/atau usaha
pengolahan hasil perkebunan dengan
kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki
izin usaha perkebunan.
Pemberian Izin Usaha Perkebunan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan, dengan jenis izin usaha
perkebunan terdiri dari: Izin Usaha
Perkebunan Budidaya (IUP-B), Izin Usaha
Perkebunan Pengolahan (IUP-P) dan Izin
Usaha Perkebunan (IUP), yang diterbitkan
oleh pemberi izin yaitu Menteri/
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Perusahaan perkebunan yang telah
memiliki IUP-B, IUP-P atau IUP sesuai
Permentan Nomor 98 Tahun 2013, wajib
memiliki sumberdaya manusia, sarana,
prasarana dan sistem pembukaan lahan
tanpa bakar dan menerapkan teknologinya;
8
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
mengelola sumberdaya alam secara lestari;
sistem pengendali kebakaran; sistem
pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT); penerapan AMDAL atau
UKL dan UPL; menyampaikan peta digital
lokasi IUP-B atau IUP; melakukan
kemitraan dengan pekebun, karyawan dan
masyarakat serta melaporkan
perkembangan usaha perkebunan kepada
pemberi izin.
Pembinaan dan pengawasan terhadap
perusahaan perkebunan dilakukan oleh
gubernur atau bupati/walikota dalam
bentuk evaluasi kinerja perusahaan
perkebunan dan penilaian usaha
perkebunan. Penilaian usaha perkebunan
dilakukan sesuai dengan pedoman
penilaian usaha perkebunan.
Penilaian usaha perkebunan yang dilakukan
secara periodik berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/
OT.140/2/2009. Penilaian usaha
perkebunan mulai dilaksanakan pada tahun
2009, yang menjadi penilaian dalam usaha
perkebunan antara lain legalitas,
9
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
manajemen, penyelesaian hak atas tanah,
realisasi pembangunan kebun dan/atau
unit pengolahan, kepemilikan sarana dan
prasarana serta sistem pencegahan dan
pengendalian organisme pengganggu
tanaman, kepemilikan sarana dan
prasarana serta sistem pencegahan dan
pengendalian kebakaran, penerapan
AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan
dan pemberdayaan masyarakat/koperasi
setempat dan laporan.
Sejak diterbitkannya Permentan No. 98
Tahun 2013 tersebut, beberapa hal yang
dipertanyakan oleh dunia usaha dan pihak
pemberi izin antara lain menyangkut
kewajiban pembangunan kebun
masyarakat diwajibkan kepada perusahaan
perkebunan dengan batasan luas berapa,
bagaimana penyediaan lahannya, siapa
yang layak sebagai peserta, serta
pembiayaan. Dan untuk usaha industri
pengolahan hasil perkebunan dalam
mendapatkan IUP-P harus memenuhi
penyediaan bahan baku paling rendah 20%
(dua puluh per seratus) berasal dari kebun
10
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi
dari kebun masyarakat/perusahaan
perkebunan lain melalui kemitraan
pengolahan berkelanjutan.
Pelaku usaha perkebunan harus melakukan usaha perkebunan secara berkelanjutan dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan ekologi. Pelaku usaha cenderung hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, sedangkan aspek sosial budaya dan ekologi belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal tersebut telah mendapat perhatian dari berbagai pihak/masyarakat, baik domestik maupun internasional yang menuntut pengelolaan produk perkebunan berkelanjutan. Sebagai upaya dalam penerapan perkebunan berkelanjutan, telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011 Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) yang telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pertanian
11
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Nomor 11/Permentan/OT.140/3 /2015 tanggal 17 Maret 2015 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan. Selain komoditas kelapa sawit yang telah menerapkan perkebunan berkelanjutan dan saat ini sedang disusun pedoman perkebunan kopi berkelanjutan Indonesia. Salah satu visi bangsa yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 adalah pemanfaatan sumber daya alam (hutan dan perkebunan) secara adil. Kondisi yang ada saat ini, menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan dalam pengelolaan dan kebijakan sumber daya alam sehingga menyebabkan terjadinya korupsi. Dari total 41,69 juta hektar lahan hutan yang dikelola, hanya 1 persen yang diberikan kepada skala kecil dan masyarakat adat. Sementara itu kerusakan hutan, deforestasi terus terjadi dari tahun ke tahun.
Dalam kajian perizinan sumberdaya alam KPK tahun 2013 membuktikan bahwa kebijakan pengelolaan sumberdaya alam sangat rentan dengan korupsi. Akibatnya setiap proses perizinan penuh dengan suap, konflik kepentingan, pengaruh
12
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
perdagangan, pemerasan, bahkan state capture. Komisi Pemberantasan Korupsi melalui kewenangan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menginisiasi Nota Kesepakatan Bersama 12 Kementerian dan Lembaga (termasuk Kementerian Pertanian) tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia yang menyepakati pada tanggal 11 Maret 2013 dengan prinsip berkeadilan dan anti korupsi, membenahi regulasi dan kebijakan terkait sumberdaya alam, menyelaraskan proses perencanaan hutan, dan memastikan pelaksanaan penyelesaian konflik. Penyelamatan sumberdaya kehutanan dan perkebunan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa. Sebagai bagian dari pelaksanaan tugas monitor tersebut KPK telah melakukan kegiatan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 provinsi. Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk melaksanakan pembinaan terhadap usaha
13
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
perkebunan dan gerakan penyelamatan sumber daya alam, maka pada tahun 2016 pemerintah melalui Ditjen Perkebunan mengalokasikan dana APBN melalui kegiatan Tugas Pembantuan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan untuk melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan: a). Koordinasi dan Supervisi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) Sub Sektor Perkebunan, b). Pembinaan dan Monev Penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa Sawit, serta c). Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia.
B. Sasaran Nasional
1) Mendukung Program Peningkatan
Produksi dan Produktivitas melalui
kegiatan penanganan pascapanen dan
pengolahan di provinsi sentra
produksi;
2) Terfasilitasinya kebutuhan kelompok
tani/gapoktan dalam memperoleh dan
memanfaatkan teknologi pascapanen
dan pengolahan secara optimal;
14
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
3) Meningkatnya nilai tambah, daya saing
komoditas perkebunan dalam
memenuhi pasar ekspor dan substitusi
impor;
4) Terciptanya sistem Pelayanan
Informasi Pasar yang cepat, tepat,
kontinyu, up to date dan dapat
dipercaya serta langsung dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna
informasi;
5) Tersedianya data dan informasi pasar
yang berkualitas, akurat, up to date,
kontinyu dan lengkap;
6) Tersebarnya informasi pasar kepada
masyarakat luas;
7) Meningkatnya kualitas SDM pelaksana
kegiatan PIP;
8) Meningkatnya dukungan pengembangan
mutu dan standarisasi bidang
perkebunan;
9) Meningkatnya dukungan program
peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman perkebunan berkelanjutan
melalui kegiatan pembinaan usaha
perkebunan berkelanjutan di provinsi;
15
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
10) Meningkatnya kapasitas petugas dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan;
11) Meningkatnya perbaikan tata kelola sub sektor perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan;
12) Perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya perkebunan untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan negara;
13) Meningkatnya monitoring pelaksanaan usaha perkebunan melalui kepatuhan kewajiban pelaku usaha perkebunan.
16
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Pedoman Teknis
Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil
Perkebunan yakni memberikan petunjuk
dan acuan bagi petugas di provinsi dan
kabupaten/kota dalam pelaksanaan
kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil
perkebunan untuk:
1) Meningkatkan nilai tambah,daya saing,
mutu dan standarisasi produk
perkebunan;
2) Melakukan pembinaan/pengawalan
kegiatan agar dapat berjalan dengan
baik dan tepat sasaran sehingga
agroindustri perkebunan dapat
berkembang di daerah;
3) Meningkatkan/membuka akses pasar
bagi poktan, gapoktan, dalam
memasarkan produk hasil perkebunan,
memberikan harga yang transparan dan
berkeadilan;
4) Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi
Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to
date dan dapat dipercaya, agar dapat
17
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
dimanfaatkan oleh para pengguna
informasi tepat waktu;
5) Meningkatkan kualitas data dan
informasi pasar sehingga lebih akurat,
up to date, kontinyu dan lengkap;
6) Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pelaksana kegiatan pelayanan
informasi pasar;
7) Melakukan Pembinaan Usaha
Perkebunan dan Sosialisasi Legalitas
dan Peraturan Perizinan Usaha
Perkebunan;
8) Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan Pada Kelapa
Sawit;
9) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi
Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Coffee/ISCoffee) kepada
petugas Dinas yang Membidangi
Perkebunan Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan pelaku usaha di
bidang kopi dalam rangka menghimpun
masukan untuk penyusunan Pedoman
Perkebunan Kopi Berkelanjutan
Indonesia;
18
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
10) Koordinasi dan Supervisi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber Daya
Alam Sub Sektor Perkebunan.
II. PRINSIP PENDEKATAN PELAKSANAAN
KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
A1. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
(TP)
1. Pascapanen Hasil Perkebunan
a) Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui
pendekatan kelompok/gabungan
kelompok pada satu wilayah pertanaman
perkebunan dengan harapan para petani
mampu melakukan penanganan
pascapanen dan pengolahan dengan
menghasilkan produk primer/sekunder
(olahan) yang bermutu;
b) Kelompok tani/gabungan kelompok tani
terpilih adalah kelompok tani/gapoktan
yang aktif dan berfungsi serta jelas
kepengurusannya dan sudah terdaftar di
bakorluh. Penentuan kelompok terpilih
19
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
dilakukan melalui seleksi oleh petugas
dinas yang membidangi perkebunan
serta ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat atau Kepala Dinas yang
membidangi perkebunan;
c) Penggunaan lahan untuk pembangunan
UPH/sarana lainnya harus dilengkapi
dengan surat hibah/perjanjian
pemanfaatan lahan;
d) Paket bantuan yang diserah-terimakan
kepada kelompok tani/gapoktan harus
dilengkapi dengan surat perjanjian
pemanfaatan alat/sarana bantuan;
e) Paket bantuan yang akan diberikan
untuk kelompok tani/Gapoktan
dilakukan melalui proses pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan oleh
panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang
membidangi Perkebunan setempat;
f) Proses pengadaan barang/jasa yang
dilakukan harus berdasarkan Perpres No.
54 tahun 2010 dan No. 70 tahun 2012
beserta perubahannya tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
g) Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan
oleh petani atau kelembagaannya
20
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
dilaksanakan dengan bimbingan dan
pendampingan oleh petugas daerah yang
ditunjuk;
h) Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan
pencatatan secara tertib sebagai bahan
penyusunan laporan akhir dan evaluasi;
2. Pengolahan Hasil Perkebunan
a) Penetapan calon penerima/calon lokasi
Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun
2016 hendaknya sudah dilakukan pada
tahun 2015. Apabila belum dilakukan,
agar segera dilakukan pada awal tahun
2016. Surat Keputusan (SK) CP/CL
ditetapkan oleh kepala dinas provinsi.
Khusus untuk TP kabupaten (satker
mandiri) ditetapkan kepala dinas
kabupaten. SK CP/CL ditetapkan paling
lambat akhir maret 2016. Kriteria
poktan/gapoktan calon penerima
sebagai berikut:
Memiliki potensi bahan baku yang
memenuhi skala ekonomi;
Sanggup menyediakan lahan untuk
lokasi bangunan pengolahan yang jelas
statusnya;
21
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Mempunyai komitmen untuk
mengembangkan usaha pengolahan
hasil perkebunan dengan mengisi
formulir naskah ikatan kerjasama
pengelolaan barang;
Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun
2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang
dilakukan oleh petugas Provinsi dan
kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai
dengan form verifikasi.
b) Pembentukan Tim Teknis
- Tim teknis dibentuk oleh kepala dinas
yang membidangi perkebunan;
- Tim Teknis adalah petugas/staf teknis
yang kompeten di bidang perkebunan,
terdiri dari petugas Dinas Provinsi dan
Kabupaten/Kota (sesuai usulan Kepala
Dinas Kabupaten/Kota), apabila
diperlukan tim teknis dapat berasal
dari Balai Penelitian, BPTP Dinas
terkait dan Perguruan Tinggi;
- Tim Teknis bertugas melakukan
pemantapan CPCL, membantu
menyusun dan mengesahkan RUKK,
22
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
pengawalan, monitoring dan evaluasi
terhadap kondisi sarana dan prasarana
sampai dengan selesainya uji coba
komersil;
- Untuk kegiatan yang ada dana bahan
running usaha komersial, tim teknis
bersama-sama dengan rekanan dan
pengelola unit usaha melakukan
running usaha komersial dan membuat
laporannya sebagai dasar berita acara
serah terima barang dari dinas ke
poktan/gapoktan.
c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Kelompok (RUKK)
- RUKK disusun berdasarkan
kebutuhan kelompok sesuai
lampiran;
- Penyusunan RUKK dilakukan oleh
kelompok/gapoktan dibantu
pembina kabupaten dan Provinsi dan
disetujui tim teknis serta ditetapkan
oleh Kepala Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota.
d) Pengadaan gedung pengolah hasil
23
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun
2012 tentang Peraturan Pengadaan
Barang dan Jasa;
- Pembangunan UPH mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan penerapan
cara pengolahan hasil pertanian asal
tumbuhan yang baik (Good
Manufacturing Practices);
- Luas bangunan menyesuaikan
standar harga biaya setempat
dengan pagu anggaran yang ada;
- Pengadaan bangunan termasuk
didalamnya pemasangan instalasi
listrik dan penyambungannya.
e) Pengadaan alat dan mesin
- Pengadaan alat dan mesin
pengolahan hasil harus sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan penerapan
24
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
cara pengolahan hasil pertanian asal
tumbuhan yang baik (Good
Manufacturing Practices);
- Mesin pengolah hasil harus
memenuhi persyaratan SNI
(mempunyai sertifikat penggunaan
tanda SNI/ SPPT SNI) atau minimal
memiliki test report yang
dikeluarkan oleh lembaga
berwenang. Beberapa mesin
pengolah hasil yang telah memiliki
test report dapat dilihat di
www.bpm-alsintan.com;
- Pengadaan alat yang tertuang dalam
RUKK harus sudah termasuk
pemasangan alat, mesin genset,
pelatihan petugas pengelola
(operasional, perawatan,
perbaikan), running test serta
jaminan/garansi selama 1 tahun;
- Contoh spesifikasi beberapa alat dan
mesin pengolahan dapat dilihat pada
lampiran.
25
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
f) Running usaha komersial
- Tahapan ini dilaksanakan pada
kegiatan yang mempunyai anggaran
running usaha komersial. Setelah alat
dan mesin terinstall, maka harus
dilakukan running usaha komersial
sampai alat dan mesin dapat
beroperasi optimal sesuai dengan
spesifikasi teknis, yang dibuktikan
dengan laporan;
- Berita acara serah terima barang
ditandatangani bila running usaha
komersial telah dilaksanakan dan
berhasil memenuhi persyaratan sesuai
dengan kelayakan teknis.
g) Naskah Ikatan Kerja Sama Pengelolaan
Barang
Gapoktan penerima harus
menandatangani naskah ikatan
kerjasama pengelolaan barang
sebagaimana contoh yang tercantum
pada lampiran.
26
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
h) Penyerahan kepada Gapoktan
Penyerahan alat, mesin, dan gedung
dari dinas yang membidangi perkebunan
di provinsi kepada gapoktan dilengkapi
dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan
dan Berita Acara Serah Terima Barang
sesuai format pada lampiran pedoman
ini.
i) Organisasi Usaha Kelompok
Kepemilikan usaha dan pengelolaan
usaha:
1) Unit usaha dimiliki oleh gabungan
kelompok tani (Poktan/Gapoktan);
2) Pengelolaan usaha dilakukan secara
profesional oleh site
manager/pengurus
poktan/gapoktan;
3) Dinas yang memiliki alokasi
anggaran site manager diharapkan
melakukan Recruitment Site
Manager dan Asisten Site Manager
dengan ketentuan sebagai berikut:
27
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Berpengalaman dan mempunyai
jiwa wirausaha dan memiliki latar
belakang pendidikan minimal SMA;
- Berasal/berdomisili dalam wilayah
dimana unit usaha kelompok
berada;
- Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan;
- Site manager dan asisten site
manager yang terpilih ditetapkan
dengan SK kepala dinas provinsi.
j) Pengelolaan Unit Usaha
1) Bahan baku diutamakan berasal dari
anggota poktan/gapoktan;
2) Proses pengolahan hasil, pengemasan
dan penyimpanan dilakukan sesuai
kaidah - kaidah penerapan jaminan
mutu sehingga menghasilkan produk
yang bermutu secara konsisten dan
aman dikonsumsi;
3) Produksi yang dihasilkan dapat berupa
diversifikasi produk secara vertikal
maupun diversifikasi produk secara
horizontal (produk samping). Produk
28
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
yang dihasilkan harus memenuhi
standar produk yang ingin dicapai
secara konsisten;
k) Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kinerja
UPH, maka perlu dilakukan pelatihan
secara internal dan mengikuti
pelatihan eksternal yang relevan.
3. Kegiatan Pemasaran Hasil
a. Pemasaran Domestik
1) Pengumpulan, pengolahan,
pengiriman, penganalisaan serta
penyebarluasan data/informasi
pasar;
2) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas
PIP atau Pejabat Fungsional;
3) Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP)
tingkat terampil dan ahli baik di
provinsi maupun kabupaten yang
mempunyai tugas pokok
menyiapkan, melaksanakan,
menganalisa dan mengkaji kebijakan
29
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
dan mengembangkan pelayanan di
bidang pemasaran hasil pertanian;
4) Kegiatan Peningkatan Akses Pemasaran Domestik Produk Perkebuan: - Kegiatan dilakukan dalam bentuk
pertemuan koordinasi antara stakeholders/pemangku kepentingan komoditas hasil perkebunan yang sudah mempunyai akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi pengembangan akses pemasaran;
- Peserta terdiri dari Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya perlu penguatan dan pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil perkebunan baik segar maupun olahan (industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain;
30
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pola pertemuan dalam bentuk : Fasilitasi Pertemuan / Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.
5) Kegiatan Penyusunan Bahan Kebijakan Harga TBS dan komoditi karet dilaksanakan dalam rangka menyelaraskan harga di tingkat pekebun/poktan/gapoktan dan dapat dijadikan acuan bagi seluruh stakeholder perkebunan. Kegiatan ini juga mencakup desiminasi informasi melalui penyelenggaraan workshop kebijakan harga di sentra produksi;
6) Kegiatan Promosi Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memfaslitasi petani/kelompok tani/gapoktan dan kelembagaan pemasaran dalam pemecahan masalah dan pemasaran hasil pertanian serta sebagai sarana pembelajaran bagi petani/kelompok tani/gapoktan dalam melakukan pemasaran hasil perkebunan. Untuk meningkatkan proporsi pemasaran hasil perkebunan nusantara di pasar domestic;
7) Dalam rangka pelaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata perlu adanyanya
31
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata;
8) Dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan kemitraan dan
kewirausahaan dilakukan
identifikasi kelompok-kelompok
petani yang potensial untuk
dimitrakan, Identifikasi
perusahaan calon mitra bagi
kelompok-kelompok petani yang
potensial serta melaksanakan
pertemuan dan merumuskan
konsep kemitraan yang dapat
dilaksanakan dan penanda-
tanganan MoU oleh para pihak.
b. Pemasaran Internasional
1) Pertemuan Fasilitasi Pengembangan
Akses Pasar Perdagangan
Internasional dilaksanakan dalam
bentuk seminar, kunjungan lapang
(filed trip) atau temu bisnis (bisnis
matching);
2) Peserta meliputi gapoktan
berorientasi ekspor, eksportir atau
calon eksportir produk perkebunan,
Dinas Perkebunan
32
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Provinsi/Kabupaten, Lembaga
Keuangan/Perbankan, Penyuluh
Pertanian, dan calon importer;
3) Materi pertemuan meliputi tata
cara/prosedur ekspor produk
perkebunan dan persyaratan impor
di negara tujuan ekspor, peluang
dan potensi ekspor berbagai
komoditi ekspor di negara tujuan
ekspor, kesepakatan yang dihasilkan
dari forum perundingan bilateral,
regional, multilateral dan kerjasama
komoditi, upaya pengembangan
ekspor produk perkebunan yang
sedang dan akan dilakukan (di
tingkat kabupaten, provinsi maupun
pusat);
4) Lingkup komoditi antara lain kopi
specialty, kakao olahan, teh
specialty, pala organic, lada
organic, mete atau komoditi
perkebunan laiannya yang
merupakankomoditi
unggulan/potensial ekspor.
33
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
4. Kegiatan Pembinaan Usaha
a. Perkebunan Berkelanjutan
Melakukan koordinasi dengan instansi/
institusi terkait baik di tingkat pusat
maupun daerah antara lain:
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional,
Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), dinas yang membidangi
Perkebunan provinsi dan
kabupaten/kota dan perusahaan
perkebunan besar swasta dan negara.
b. Gerakan Nasional Penyelematan SDA
(GNPSDA)
Melakukan koordinasi dengan
instansi/institusi terkait baik di tingkat
pusat maupun daerah antara lain: KPK,
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, Badan Informasi
Geospasial, dinas yang membidangi
perkebunan provinsi dan
34
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
kabupaten/kota dan perusahaan
perkebunan besar swasta dan negara.
A2.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan (Dekon)
1. Kegiatan Standardisasi dan Mutu
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang
merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji
Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola
penyampaian materi dan praktek pengujian
biji kakao sehingga harus tersedia bahan
praktek seperti biji kakao, alat ukur kadar air,
timbangan digital dan alat untuk membelah biji
kakao.
2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu Dan
Keamanan Pangan
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan
koordinasi, sosialisasi serta melakukan
pengawalan kegiatan Penerapan Sistem
jaminan Mutu dan Keamanan Pangan. Selain
itu dilaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan.
35
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Spesifikasi Teknis
1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan
Hasil Perkebunan
Sarana (alat dan mesin) yang digunakan
untuk penanganan pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Perawatan dan pengoperasiannya
mudah;
b. Permukaan peralatan yang
berhubungan dengan bahan yang
diproses tidak boleh berkarat dan
tidak mudah mengelupas;
c. Tidak mencemari hasil seperti unsur
atau fragmen logam yang lepas,
minyak pelumas, bahan bakar, tidak
bereaksi dengan produk, jasad
renik, dan lain-lain;
d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi;
e. Memiliki test report atau SNI.
Spesifikasi alat dan mesin pascapanen
perkebunan yang akan diberikan untuk
kelompok tani seperti pada lampiran.
Selain kegiatan pengadaan alat dan
36
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
mesin pascapanen untuk kelompok
tani, dalam kegiatan penanganan
pascapanen tanaman perkebunan
terdapat kegiatan peningkatan
keterampilan dan kemampuan
kelompok tani melalui pertemuan
teknis.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan
a) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas
PIP atau Pejabat Fungsional;
b) Bentuk kegiatan adalah Fasilitasi Pertemuan/Workshop, field trip, promosi dan koordinasi antar stakeholders/pemangku kepentingan komoditas hasil perkebunan yang berkaitan dengan pemasaran hasill perkebunan;
c) Peserta terdiri dari Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya perlu penguatan dan pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil
37
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
perkebunan baik segar maupun olahan (industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain;
5) Materi pertemuan meliputi tata
cara/prosedur ekspor produk
perkebunan dan persyaratan impor
di negara tujuan ekspor, peluang
dan potensi ekspor berbagai
komoditi ekspor di negara tujuan
ekspor, kesepakatan yang dihasilkan
dari forum perundingan bilateral,
regional, multilateral dan kerjasama
komoditi, upaya pengembangan
ekspor produk perkebunan yang
sedang dan akan dilakukan (di
tingkat kabupaten, provinsi maupun
pusat);
6) Lingkup komoditi antara lain kopi
specialty, kakao olahan, teh
specialty, pala organic, lada
organic, mete atau komoditi
perkebunan laiannya yang
38
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
merupakankomoditi
unggulan/potensial ekspor.
3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan
Berkelanjutan
Materi yang terkait dengan Pembinaan
Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan:
a) Undang-Undang Nomor 39 tahun
2014 tentang Perkebunan;
b) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
98/Permentan/OT.140/9/2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan;
c) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
14 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk
Budidaya Kelapa Sawit;
d) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
07 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penilaian usaha Perkebunan;
e) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang
telah disempurnakan dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
39
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
11 Tahun 2015 tentang Sistem
Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan.
40
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
1. Pascapanen dan Pengolahan
Kegiatan penanganan pascapanen dan
pengolahan di daerah meliputi:
a) Fasilitasi alat/mesin pascapanen,
bangunan UPH;
b) Peningkatan keterampilan dan
kemampuan kelompok
tani/gapoktan melalui pertemuan
teknis;
c) Pembinaan, pengawalan, monitoring
serta evaluasi pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan;
d) Pertemuan kooordinasi teknis
pengolahan bokar bersih.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan
a) Fasilitasi unit pemasaran
poktan/gapoktan;
b) Fasilitasi pertemuan dan koodinasi
harga TBS Kelapa Sawit;
c) Fasilitasi pemasaran karet;
d) Pengembangan peayanan informasi
pasar komoditas perkebunan;
41
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
e) Pengembangan agro industry
perkebunanan;
f) Pengembangan kemitraan dan
kewirausahaan;
g) Pengembangan dan pembinaan
agrowisata;
h) Fasilitasi pengembangan akses
perdagangan internasional.
3. Pembinaan Usaha
a. Ruang lingkup kegiatan Pembinaan
Usaha Perkebunan Berkelanjutan
meliputi:
1) Sosialisasi peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan
legalitas dan perizinan usaha
perkebunan kepada petugas
dinas yang membidangi
perkebunan di
provinsi/kabupaten/kota,
petugas instansi pemerintah
terkait lainnya, dan petugas
perusahaan perkebunan (PBS
dan PTPN) serta pelaku usaha
lainnya;
42
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
2) Sosialisasi perkebunan
berkelanjutan yang meliputi
sosialisasi Permentan No. 19
Tahun 2013 tentang Pedoman
Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia yang
telah disempurnakan dengan
Peraturan Menteri Pertanian No.
11 Tahun 2015 tentang Sistem
Sertifikasi Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan serta
sosialisasi Standar Kopi
Berkelanjutan Indonesia kepada
petugas dinas yang membidangi
perkebunan di
provinsi/kabupaten/kota,
petugas instansi pemerintah
terkait lainnya, dan petugas
perusahaan perkebunan (PBS
dan PTPN) serta pelaku usaha
lainnya;
3) Pembinaan, pengawalan,
monitoring, dan evaluasi melalui
koordinasi dan kunjungan
lapangan terhadap pelaksanaan
43
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
kegiatan pembinaan usaha
perkebunan berkelanjutan.
b. Ruang lingkup kegiatan GNPSDA:
Pembinaan dan bimbingan teknis kepada petugas Dinas yang Membidangi Perkebunan di Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, petugas instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS, PBSN danPBN).
c. Ruang lingkup kegiatan Standardisasi
dan mutu (Dekon):
1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI;
2. Bimbingan Teknis Petugas Registrasi
Surat Tanda Pendaftaran UFPBK;
3. Koordinasi, Sosialisasi , pembinaan
dan Bimtek Penerapan Sistem
jaminan Mutu.
44
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Pelaksana Kegiatan
1. Pascapanen dan Pengolahan Hasil
Perkebunan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai
berikut:
a. Kegiatan Tingkat Pusat
1) Penyusunan Pedoman Teknis;
2) Sosialisasi, Pembinaan dan
Pengawalan Kegiatan;
3) Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan;
4) Pelaporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan.
b. Kegiatan Tingkat Provinsi
1) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak);
2) Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi
Calon kelompok Sasaran;
3) Penetapan Kelompok Sasaran
untuk alokasi APBN melalui TP
Propinsi;
4) Pembinaan, pengawalan dan
pelaksanaan kegiatan;
5) Monitoring serta evaluasi kegiatan;
45
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
6) Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota
1) Penyusunan Petunjuk Teknis
(Juknis);
2) Sosialisasi Kegiatan dan Identifikasi
Calon kelompok Sasaran;
3) Penetapan Kelompok Sasaran
untuk alokasi APBN melalui TP
kabupaten/ kota;
4) Koordinasi/konsultasi ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam
rangka persiapan, pelaksanaan,
pembinaan dan pengawalan
kegiatan;
5) Monitoring serta evaluasi;
6) Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan
a. Kegiatan Tingkat Pusat
1) Penyusunan Pedoman Teknis;
2) Pengumpulan data untuk
penyusunan bahan kebijakan;
3) Verifikasi dan Monitoring
Pelaksanan Kebijakan;
46
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
4) Promosi produk perkebunan
unggulan;
5) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan;
6) Menyelenggarakan pertemuan;
7) Pelaporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan.
b. Kegiatan Tingkat Provinsi
1) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak);
2) Koordinasi/konsultasi ke pusat dan
koordinasi ke lokasi dalam rangka
persiapan dan pelaksanaan
kegiatan;
3) Pembinaan, pengawalan dan
pelaksanaan kegiatan;
4) Monitoring serta evaluasi kegiatan;
4) Pengumpulan data dan informasi
yang berkaitan dengan pemasaran
hasil perkebunan;
5) Menyelenggarakan pertemuan;
6) Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
47
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota
1) Penyusunan Petunjuk Teknis
(Juknis);
2) Koordinasi/konsultasi ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam
rangka persiapan dan pelaksanaan
kegiatan;
3) Monitoring serta evaluasi;
4) Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan
Berkelanjutan
Kegiatan Pembinaan Usaha dan
Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan
oleh Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen
Perkebunan dan Dinas Provinsi yang
menangani fungsi perkebunan, dengan
tugas masing-masing sebagai berikut:
a. Tingkat Pusat
- Menyusun Pedoman Teknis;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas
yang menangani fungsi perkebunan
tingkat Provinsi/Kabupaten/kota;
48
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Melakukan pembinaan, pengawalan
monitoring, dan evaluasi kegiatan
pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan;
- Menyiapkan materi sosialisasi;
- Bersama KPK menyelenggarakan rapat koordinasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;
- Bersama KPK menyelenggarakan rapat evaluasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;
- Menyusun laporan akhir kegiatan.
b. Tingkat Provinsi
- Menyusun Petunjuk Teknis kegiatan
pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan, meliputi: a).
Koordinasi dan Suprevisi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber
Daya Alam (GNPSDA) Sub Sektor
49
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perkebunan b). Pembinaan
dan Monev Penerapan Perkebunan
Berkelanjutan pada Kelapa Sawit
dan c). Sosialisasi Standar
Perkebunan Kopi Berkelanjutan
Indonesia;
- Melakukan konsultasi/koordinasi
dengan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan,
Ditjen Perkebunan;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan dan instansi/lembaga
terkait di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melakukan koordinasi dengan
perusahaan perkebunan (PTPN dan
PBS) di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melaksanakan kunjungan lapangan
untuk memonitor dan mengevaluasi
perusahaan perkebunan (PTPN dan
PBS) serta kelompok tani kopi
berkelanjutan;
- Melaksanakan sosialiasi peraturan
perundang-undangan yang terkait
50
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
dengan perkebunan serta
sosialisasi pedoman perkebunan
berkelanjutan;
- Menyusun laporan Monitoring dan
Evaluasi kegiatan pembinaan usaha
dan perkebunan berkelanjutan dan
menyampaikannya ke Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, Ditjen Perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan di 8 provinsi prioritas melakukan penyiapan data perizinan dan data spasial lokasi kebun melalui monitoring dan evaluasi ke kabupaten serta ke perusahaan perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan di 8 provinsi prioritas melakukan pertemuan/rapat evaluasi terhadap hasil verifikasi pengumpulan data GNPSDA, sesuai jadwal yang disepakati bersama Ditjen Perkebunan dan KPK.
Kegiatan Standardisasi dan Mutu (Dekon)
dilaksanakan oleh Pusat dan Propinsi,
dengan tugas sebagai berikut:
51
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pusat Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi
dan melakukan pengawalan kegiatan
terhadap:
Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Pendampingan penyusunan dokumen sistem mutu;
Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);
Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.
- Daerah
Dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;
Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;
Fasilitator sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dinas perkebunan kabupaten/Kota melakukan pendampingan pelaksanaan penerapan
52
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);
Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL) yang telah ditetapkan oleh kepala dinas perkebunan provinsi harus menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;
Dinas perkebunan Kabupaten/Kota yang menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM Bokar bertanggung jawab untuk meregistrasi UPPB yang telah melakukan sistem jaminan mutu bokar;
Dinas perkebunan kabupaten/kota yang menjadi sentra kakao di provinsi penerima dana dekonsetrasi bertanggung jawab untuk meregistrasi UFPBK serta mendampingi poktan/gapoktan dalam mengajukan permohonan sertifikasi jaminan keamanan pangan bagi UFPBK kepada OKKP-D.
53
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan melakukan penilaian melalui mekanisme sertifikasi jaminan keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan
Hasil Perkebunan
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
penanganan pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan tahun
2016 seperti pada Lampiran.
2. Kegiatan Pembinaan Usaha
a) Koordinasi dan Supervisi Gerakan
Nasional Penyelamatan SUmber Daya
Alam (GNPSDA) Sub Sektor
Perkebunan dilaksanakan di 8
(delapan) provinsi ;
54
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
b) Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan pada
Kelapa Sawit.
Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan pada
Kelapa Sawit dilaksanakan di 18
(delapan belas) provinsi.
c) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi
Berkelanjutan (ISCoffee).
Sosialisasi standar perkebunan kopi
berkelanjutan(ISCoffee) dilaksanakan
di 6 (enam) provinsi sebagaimana
tercantum dalam lampiran.
3. Kegiatan Pengembangan Agroindustri
Perkebunan
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
Pengembangan Agroindustri Perkebunan
tahun 2016 serta detail pelaksanaan
kegiatan tertera dalam lampiran
pedoman ini.
4. Kegiatan Pemasaran Domestik dan
Internasional
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
Pemasaran Domestik dan Internasional
55
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
tahun 2016 serta serta detail
pelaksanaan kegiatan tertera dalam
lampiran pedoman ini.
5. Kegiatan Fasilitasi Standarisasi Mutu
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
Fasilitasi Standardisasi Mutu tahun 2016
serta serta detail pelaksanaan kegiatan
tertera dalam lampiran pedoman ini.
D. Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan
yang menjadi simpul kritis dalam
pelaksanaan kegiatan:
a) Kelompok sasaran penerima bantuan
bukan kelompok yang baru dibentuk
dan organisasinya berfungsi dengan baik
sehingga bantuan yang diberikan dapat
dimanfaatkan dan dikelola secara
optimal serta meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan
petani/kelompok tani/ gapoktan;
b) Proses pelaksanaan pengadaan
barang/jasa sesuai aturan dan tepat
waktu untuk menghindari
56
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
keterlambatan pelaksanaan
program/kegiatan;
c) Penggunaan lahan untuk pembangunan
UPH/sarana lainnya dilengkapi dengan
Surat hibah/perjanjian pemanfaatan
lahan;
d) Penyerahan barang/sarana bantuan
kepada kelompok tani harus dilengkapi
dengan berita acara serah terima
barang dan surat kesanggupan
pemanfaatan alat/sarana;
e) Peserta harus sesuai dengan kriteria
yang dipersyaratkan;
f) Pemilihan Narasumber berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya.
57
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan
melalui metode kontraktual.
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
1. Proses pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan harus mengacu kepada
Perpres no. 54 tahun 2010 berikut
perubahannya (Perpres No. 70 tahun
2012) tentang Peraturan Pengadaan
Barang dan Jasa;
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan
kegiatan, persiapan pengadaan barang
dimulai dari Januari 2016 sekaligus
pengumuman pelelangan;
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling
lambat harus sudah ditandatangani akhir
triwulan I (bulan Maret) tahun 2016;
4. Pelaksanaan kegiatan pertemuan,
workshop, dan fieldtrip sesuai dengan
jadwal pelaksanaan kegiatan.
B. Mekanisme Penyaluran Barang
1. Pengelolaan dan penyaluran barang
harus mengacu kepada Permenkeu
Nomor 248/2010;
58
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan
kegiatan, identifikasi serta penetapan
kelompok sasaran penerima alat/mesin
dilaksanakan pada bulan Januari 2016;
3. Penentuan kelompok tani terpilih
dilakukan melalui seleksi oleh petugas
dinas yang membidangi perkebunan
serta ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat atau Kepala Dinas
yang membidangi Perkebunan;
Adapun kriteria penetapan kelompok
tani sasaran adalah sebagai berikut:
a. Kelompok yang bersangkutan sudah
ada/telah eksis dan aktif,
berpengalaman, bukan bentukan
baru dan sudah terdaftar di
Bakorluh, dapat dipercaya serta
mampu mengembangkan usaha/
kegiatan melalui kerjasama
kelompok, dengan jumlah anggota
minimal 20 orang;
b. Kelompok yang bersangkutan tidak
mendapat penguatan modal atau
fasilitasi lain untuk kegiatan yang
sama/sejenis pada saat yang
bersamaan atau mendapat modal
59
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
pada tahun-tahun sebelumnya
kecuali kegiatan yang diprogramkan
secara bertahap dan saling
mendukung;
c. Kelompok yang bersangkutan tidak
bermasalah dengan perbankan,
kredit atau sumber permodalan
lainnya;
d. Kelompok yang mengalami kesulitan
untuk mengakses sumber
permodalan, sehingga sulit untuk
menerapkan rekomendasi teknologi
anjuran secara penuh dan
memanfaatkan peluang pasar.
4. Penyerahan bantuan
sarana/alat/mesin
pascapanen/pengolahan kepada
kelompok tani harus dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Barang
antara PPK pelaksana kegiatan dengan
Ketua Kelompok Tani yang
bersangkutan dengan dibubuhi Materai
6.000 rupiah.
5. Penyerahan bantuan
sarana/alat/mesin pascapanen kepada
kelompok tani paling lambat harus
60
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
sudah dilakukan pada akhir triwulan 2
(bulan Juni) 2016.
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti
sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan,
sedangkan kegiatan pertemuan teknis
petani dilaksanakan setelah proses
pengadaan alat/mesin/bangunan selesai
dan diserah terimakan kepada kelompok
penerima.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan kelompok dilakukan secara
terorganisir dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan
dukungan dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBD.
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi
kaidah pengelolaan sesuai prinsip
pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintah yang bersih
(clean governance), maka pelaksanaan
61
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip:
mentaati ketentuan peraturan dan
perundangan, membebaskan diri dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
menjunjung tinggi keterbukaan informasi,
transparansi dan demokratisasi, memenuhi
asas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan
ini berada pada dinas/kantor perkebunan
atau yang melaksanakan fungsi perkebunan
lingkup kabupaten/kota. Tanggung jawab
koordinasi pembinaan program berada pada
Dinas perkebunan Provinsi. Tanggung jawab
atas program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian
Pertanian.
Pengendalian melalui jalur struktural
dilakukan oleh tim teknis kabupaten, tim
pembina provinsi dan pusat, sedangkan
pengendalian kegiatan dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). Proses
penegendalian di setiap wilayah direncanakan
dan diatur oleh masing masing instansi.
62
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan
dapat menerapkan prinsip-prinsip
partisipatif, transparansi dan akuntabel.
Pembinaan kepada pelaku usaha perkebunan
dilakukan secara berkelanjutan sehingga
mampu menerapkan peraturan perundangan
yang berlaku.
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor
31/Permentan/OT.140/3/2010 tanggal 19
Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian. Dinas yang
membidangi perkebunan kabupaten dan
provinsi wajib melakukan monitoring,
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
A. Jenis Laporan
63
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim
Pembina Provinsi wajib membuat laporan
tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri
dari:
1. Sistem Monitoring dan Evaluasi
(SIMONEV) meliputi:
Kemajuan pelaksanaan kegiatan
sesuai indikator kinerja;
Perkembangan kelompok sasaran
dalam pengelolaan kegiatan lapangan
berikut realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan
upaya penyelesaian di tingkat
kabupaten dan provinsi.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai
tahapan pelaksanaan kegiatan dengan
materi meliputi: nama petani/kelompok
tani/gapoktan, desa/kecamatan/
kabupaten, luas areal (target dan
realisasi), waktu pelaksanaan,
perkembangan, kendala dan
permasalahan, upaya pemecahan
masalah;
64
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan
yang berhasil dilaksanakan hingga akhir
tahun anggaran, permasalahan yang
dihadapi dan usulan tindak lanjut yang
perlu dilakukan, yang dibuat setelah
program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat setiap bulan dengan
ketentuan:
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan
kepada provinsi, disampaikan paling
lambat tanggal 5 bulan laporan;
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan kepada
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan;
2. Laporan perkembangan fisik dibuat
pertriwulan ditujukan kepada Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan Direktorat Jenderal
65
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perkebunan, disampaikan paling lambat
tanggal 7 bulan laporan;
3. Laporan akhir ditujukan kepada
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat
tanggal 31 Desember 2016.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut
dikirim melalui email dengan alamat:
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN
(Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang
ditampung dalam DIPA Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2016.
66
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
VIII. PENUTUP
Pedoman Teknis kegiatan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan merupakan
acuan secara umum yang perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis) yang lebih
operasional. Diharapkan dengan pedoman
teknis ini, pelaksanaan kegiatan tersebut
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang direncanakan.
67
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LAMPIRAN 1
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN TAHUN 2016
68
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENANGANAN
PASCAPANEN PERKEBUNAN TAHUN 2016
A. Komoditas Kakao
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
33
1 Aceh 1 Bireun 1
2 Pidie Jaya 1
3 Aceh Besar 1
2 Sumbar 4 Padang Pariaman 1
5 Lima Puluh Kota 1
3 Bengkulu 6 Bengkulu Utara 1
4 Jateng 7 Batang 1
5 Jatim 8 Ngawi 1
6 Bali 9 Buleleng 1
7 DIY 10 Gunung Kidul 1
11 Kulon Progo 1
8 NTT 12 Ende 1
13 Manggarai Timur 1
9 Kaltara 14 Nunukan 1
Kaltim Berau 1
10 Sulut 15 Bolaang
Mongondow
1
69
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
16 Bolaang
Mongondow Utara
1
11 Sulteng 18 Kota Palu 1
12 Sulsel 19 Pinrang 1
20 Bone 1
21 Bantaeng 1
22 Luwu Timur 1
23 Bulukumba 1
13 Sulbar 24 Mamuju Tengah 1
14 Sultra 25 Kolaka 1
26 Kolaka Timur 1
27 Konawe Selatan 1
28 Buton 1
15 Gorontalo 29 Gorontalo Kab. 1
30 Boalemo 1
16 Papua 33 Nabire 1
34 Keerom 1
17 Papua Barat 35 Manokwari Selatan 1
70
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Komoditas Kopi
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
60
1 Aceh 1 Gayo Lues 1
2 Sumut 2 Simalungun 8
3 Dairi 6
4 Tapanuli Utara 6
5 Mandailing Natal 4
6 Humbang
Hasundutan
10
3 Sumbar 7 Lima Puluh Kota 1
4 Riau 8 Kep. Meranti 1
5 Sumsel 9 Lahat 1
6 Lampung 10 Lampung Barat 2
11 Tanggamus 2
7 Bengkulu 12 Rejang lebong 1
13 Kepahyang 1
8 Jabar 14 Kuningan 1
15 Bandung 1
16 Garut 3
9 Jateng 17 Kendal 1
18 Pemalang 1
71
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
10 Jatim 19 Lumajang 1
20 Malang 1
11 Bali 21 Tabanan 1
22 Bangli 1
11 Sulsel 23 Enrekang 1
12 NTB 24 Lombok Tengah 1
25 Dompu 1
13 NTT 26 Manggarai Barat 1
27 Alor 1
C. Komoditas Pala
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
3
1 Papua barat 1 Fakfak 3
D. Komoditas Lada
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
3
1 Lampung 1 lampung Timur 2
2 Kalbar 2 Sanggau 1
72
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
E. Komoditas Cengkeh
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
5
1 Sulut 1 Minahasa 1
2 Minahasa Selatan 1
2 Gorontalo 3 Bone Bolango 1
3 Maluku Utara
4 Halmahera Barat 1
5 Halmahera Utara 1
F. Komoditas Karet
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
44
1 Sumut 1 Labuhan Batu Utara 3
2 Asahan 3
2 Sumbar 3 Dharmasraya 4
4 Kota Sawalunto 5
3 Riau 5 Kampar 2
6 Kuantan Singingi 2
4 Sumsel 7 Musi Banyuasin 4
8 Ogan Komering Ilir 2
73
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
9 Musi Rawas 5
5 Bengkulu 10 Bengkulu Utara 3
11 Seluma 2
6 Kalteng 12 Pulang Pisau 3
7 Kalsel 13 Tapin 3
14 Tanah Bumbu 3
8 Kalbar 15 Sambas 1
16 Sanggau 3
G. Komoditas Kelapa
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
25
1 Sulut 1 Bolaang Mongondow
4
2 Minahasa Tenggara 4
3 Minahasa Selatan 6
2 Riau 4 Pelalawan 2
3 Kalbar 5 Sambas 3
4 Maluku 6 Maluku Tenggara Barat
2
7 Kep. Aru 2
5 Malut 8 Kep. Morotai 2
74
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
H. Komoditas Jambu Mete
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
12
1 Sultra 1 Muna 3
2 NTB 2 Lombok Barat 3
3 Bima 3
3 Malut 4 Kep. Sula 3
4 NTT 5 Belu
6 Alor
75
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN FASILITASI
PENGEMBANGAN PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN TAHUN 2016
A. Fasilitasi Pengolahan Gula Tebu
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
10
1 Aceh 1 Gayo Luwes 1
2 Aceh Tengah 2
3 Bener Meriah 2
2 Jambi 4 Kerinci 1
3 Sultra 5 Muna 1
4 Malut 6 Halmahera Timur 1
5 NTB 7 Dompu 2
B. Fasilitasi Pengolahan Coklat
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
4
1 Jawa Timur 1 Blitar 1
2 Sulsel 2 Bulukumba 1
76
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
3 Sulbar 3 Mamuju 1
4 Bali 4 Jembrana 1
C. Fasilitasi Pengolahan Kopi Bubuk
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (UNIT)
7
1 Jambi 1 Merangin 1
2 Jabar 2 Bandung 1
3 Jateng 3 Pati 1
4 Sulsel 4 Toraja Utara 1
5 Sumut 5 Simalungun 1
6 Tapanuli Selatan 1
6 Lampung 7 Lampung Barat 1
D. Fasilitasi Pengolahan Kelapa
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
12
1 Jabar 2 Pangandaran 1
2 Jateng 3 Kebumen 1
4 Magelang 1
3 Sulbar 5 Polewali Mandar 1
77
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
4 Sulteng 6 Donggala 1
5 Gorontalo 7 Pohuwato 1
6 Banten 8 Lebak 1
7 Maluku 9 Maluku Tenggara 1
10 Seram Bagian Barat 1
8 Malut 11 Halmahera Barat 1
12 Halmahera Utara 1
9 Sultra 13 Buton Tengah 1
E. Fasilitasi Pengolahan Sagu
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
11
1 Malut 1 Halmahera Selatan 1
2 Papua 2 Provinsi 1
3 Jayapura 1
4 Nabire 1
5 Keerom 1
6 Supiori 1
7 Mimika 1
3 Papua 8 Provinsi 1
78
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
Barat
9 Sorong 1
10 Sorong Selatan 1
11 Teluk Bintuni 1
F. Fasilitasi Pengolahan Karet
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH
(UNIT)
12
1 Sumbar 1 Sijunjung 1
2 Aceh 2 Aceh Tamiang 1
3 Sumut 3 Asahan 1
4 Tapanuli Utara 1
4 Riau 5 Rokan Hulu 1
5 Sumsel 6 Ogan Ilir 1
7 Musi Rawas 1
6 Bengkulu 8 Bengkulu Tengah 1
7 Banten 9 Lebak 1
8 Jambi 10 Tebo 1
11 Merangin 1
9 Kalsel 12 Balangan 1
79
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL
PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA)
SUB SEKTOR PERKEBUNAN
NO PROPINSI VOLUME (KEG)
1. Jambi 1
2. Bengkulu 1
3. Sumatera Selatan 1
4. Kalimantan Barat 1
5. Kalimantan Tengah 1
6. Kalimantan Utara 1
7. Sulawesi Tengah 1
8. Papua Barat 1
Jumlah 8
80
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PEMBINAAN, MONEV PENERAPAN PERKEBUNAN
BERKELANJUTAN PADA KELAPA SAWIT TAHUN 2016
NO PROPINSI VOLUME
(KEG)
1. Aceh 1
2. Sumatera Utara 1
3. Riau 1
4. Sumatera Barat 1
5. Jambi 1
6. Sumatera Selatan 1
7. Bengkulu 1
8. Lampung 1
9. Bangka Belitung 1
10. Banten 1
11. Kalimantan Barat 1
12. Kalimantan Tengah 1
13. Kalimantan Selatan 1
14. Sulawesi Selatan 1
15. Sulawesi Barat 1
16. Sulawesi Utara 1
17. Sulawesi Tenggara 1
18. Papua 1
81
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI VOLUME
(KEG)
Jumlah 18
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN SOSIALISASI
STANDAR PERKEBUNAN KOPI BERKELANJUTAN
(ISCoffee) TAHUN 2016
NO PROPINSI VOLUME
(KEG)
1. Sumatera Utara 1
2. Lampung 1
3. Jawa Tengah 1
4. Nusa Tenggara
Timur
1
5. Sulawesi Selatan 1
6. Papua 1
Jumlah 6
82
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PEMBINAAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016
NO PROPINSI
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Lampung
8. Bengkulu
9. Jawa Barat
10. Jawa Tengah
11. Jawa Timur
12. Bali
13. D.I. Yogyakarta
14. Banten
15. Kalimantan Barat
16. Kalimantan Selatan
17. Kalimantan Utara
18. Sulawesi Utara
83
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI
19. Sulawesi Tengah
20. Sulawesi Selatan
21. Sulawesi Tenggara
22. Sulawesi Barat
23. Gorontalo
24. Nusa Tenggara Barat
25. Nusa Tenggara Timur
26. Maluku
27. Maluku Utara
28. Papua
29. Papua Barat
84
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
MONITORING DAN EVALUASI PENGOLAHAN
HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016
NO PROPINSI
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Lampung
8. Bengkulu
9. Jawa Barat
10. Jawa Tengah
11. Jawa Timur
12. Bali
13. D.I. Yogyakarta
14. Banten
15. Kalimantan Barat
16. Kalimantan Selatan
17. Kalimantan Utara
18. Sulawesi Utara
85
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI
19. Sulawesi Tengah
20 Sulawesi Selatan
21 Sulawesi Tenggara
22 Sulawesi Barat
23 Gorontalo
24 Nusa Tenggara Barat
25 Nusa Tenggara Timur
26 Maluku
27 Maluku Utara
28 Papua
29 Papua Barat
86
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
BIMBINGAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN TAHUN 2016
NO PROPINSI
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Lampung
8. Bengkulu
9. Jawa Barat
10. Jawa Tengah
11. Jawa Timur
12. Bali
13. D.I. Yogyakarta
14. Banten
15. Kalimantan Barat
16. Kalimantan Selatan
17. Sulawesi Utara
87
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI
18. Sulawesi Tengah
19. Sulawesi Selatan
20 Sulawesi Tenggara
21 Sulawesi Barat
22 Gorontalo
23 Nusa Tenggara Barat
24 Nusa Tenggara Timur
25 Maluku
26 Maluku Utara
27 Papua
28 Papua Barat
88
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
FASILITASI PENGEMBANGAN AKSES PASAR
PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume
(paket)
1. Jawa Barat 1
2. Jawa Tengah 1
3. D.I. Yogyakarta 1
4. Jawa Timur 1
5. Aceh 1
6. Sumatera Utara 1
7. Sumatera Barat 1
8. Riau 1
9. Jambi 1
10. Sumatera Selatan 1
11. Lampung 1
12. Kalimantan Barat 1
13. Kalimantan Tengah 1
14. Kalimantan Selatan 1
15. Kalimantan Timur 1
16. Sulawesi Utara 1
89
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI Volume
(paket)
17. Sulawesi Selatan 1
18. Maluku 1
19. Bali 1
20 Maluku Utara 1
JUMLAH 20 paket
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
FASILITASI UNIT PEMASARAN
POKTAN/GAPOKTANTAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (unit)
1. Sumatera Selatan 1
2. Sumatera Barat 1
3. Jawa Barat 1
4. Jawa Tengah 1
5. Kalimantan Tengah 1
6. Papua 1
JUMLAH 6 unit
90
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
91
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN
FASILITASI PERTEMUAN DAN KOORDINASI
PENETAPAN HARGA TBS KELAPA SAWIT
TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1. Aceh 1
2. Sumatera Utara 1
3. Sumatera Barat 1
4. Riau 1
5. Jambi 1
6. Sumatera Selatan 1
7 Bengkulu 1
8 Lampung 1
9 Kalimantan Barat 1
10 Kalimantan Tengah 1
11 Kalimantan Timur 1
12 Kalimantan Selatan 1
13 Sulawesi Tengah 1
14 Sulawesi Selatan 1
15 Sulawesi Barat 1
16 Banten 1
17 Kep. Bangka Belitung 1
18 Papua 1
19 Papua Barat 1
JUMLAH 19
92
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
PENGEMBANGAN PELAYANAN INFORMASI PASAR
KOMODITAS PERKEBUNAN (TP) TAHUN 2016
NO PROVINSI KABUPATEN KEG
1 ACEH ACEH UTARA 1
ACEH SELATAN 1
ACEH TIMUR 1
ACEH BARAT 1
ACEH TENGAH 1
GAYO LUES 1
ACEH TAMIANG 1
BENER MERIAH 1
PIDIE 1
2. SUMATERA UTARA MADINA 1
TAPANULI SELATAN 1
LABUHAN BATU 1
ASAHAN 1
SIMALUNGUN 1
KARO 1
LANGKAT 1
3. SUMBAR PESISIR SELATAN 1
TANAH DATAR 1
PADANG PARIAMAN 1
AGAM 1
93
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
DHARMAS RAYA 1
PASAMAN BARAT 1
SOLOK 1
LIMA PULUH KOTA 1
4. RIAU KUANTAN SINGINGI 1
INDRAGIRI HILIR 1
INDRAGIRI HULU 1
PELALAWAN 1
SIAK 1
KAMPAR 1
ROKAN HULU 1
ROKAN HILIR 1
BENGKALIS 1
5. JAWA BARAT SUKABUMI 1
CIANJUR 1
KOTA BANDUNG 1
GARUT.TASIK MALAYA 1
CIAMIS 1
MAJALENGKA 1
SUMEDANG 1
SUBANG 1
PURWAKARTA 1
BANDUNG BARAT 1
94
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
TASIK MALAYA 1
IDRAMAYU 1
PANGANDARAN 1
KOTA BANJAR 1
6. SUMSEL OGAN KOMERING ULU 1
OGAN KOMERING ILIR 1
MUARA ENIM 1
LAHAT 1
MUSI RAWAS 1
BANYU ASIN 1
MUSI BANYUASIN 1
OKU SELATAN 1
OKU TIMUR 1
OGAN ILIR 1
EMPAT LAWANG 1
PRABUMULIH 1
PAGAR ALAM 1
LUBUK LINGGAU 1
PALI 1
7. BENGKULU REJANG LEBONG 1
BENGKULU UTARA 1
SELUMA 1
KEPAHIANG 1
95
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
BENGKULU TENGAH 1
8. LAMPUNG LAMPUNG BARAT 1
TRENGGAMAS 1
LAMPUNG SELATAN 1
LAMPUNG TIMUR 1
LAMPUNG UTARA 1
PESAWARAN 1
9. BANGKA BELITUNG BELITUNG 1
BANGKA BARAT 1
BANGKA TENGAH 1
BANGKA SELATAN 1
10. JAMBI MERANGIN
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
KOTA SUNGAI PENUH
TEBO
BATANG HARI
11. BANTEN LEBAK 1
12. JAWA TENGAH CILACAP 1
JEPARA 1
BREBES 1
WONOGIRI 1
13. DIY KULON PROGO 1
96
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
BANTUL 1
GUNUNG KIDUL 1
14. JATIM PACITAN 1
JOMBANG 1
15. BALI JEMBRANA 1
TABANAN 1
BADUNG 1
GIANYAR 1
BALI 1
KARANG ASEM 1
BULELENG 1
KLUNGKUNG 1
16. NUSA TENGGARA BARAT
LOMBOK TIMUR 1
LOMBOK BARAT 1
17. NUSA TENGGARA TIMUR
KUPANG 1
TIMOR TENGAH SELATAN
1
BELU 1
ALOR 1
ENDE 1
NGADA 1
MANGGARAI 1
18. KALIMANTAN BARAT BENGKAYANG 1
LANDAK 1
97
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
PONTIANAK 1
SANGGAU 1
SINGKAWANG 1
19. KALIMANTAN TENGAN
KOTA WARINGIN BARAT
1
KAPUAS 1
BARITO UTARA 1
1
1
SUKAMARA 1
LAMANDAU 1
SERUYAN 1
GUNUNG MAS 1
KATINGAN 1
20. KALIMANTAN SELATAN
TANAH LAUT 1
KOTA BARU 1
BANJAR 1
TAPIN 1
HULU SUNGAI TENGAH 1
HULU SUNGAI SELATAN
1
BALANGAN 1
TABALONG 1
TANAH BUMBU 1
KOTA BANJAR BARU 1
98
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
21. KALIMANTAN TIMUR KUTAI BARAT 1
KUTAI KERTANEGARA 1
22. SULAWESI UTARA SANGIHE 1
BOLAANG MONGONDOW
1
23. SULAWESI SELATAN SELAYAR 1
BULU KUMBA 1
GOWA 1
BARRU 1
BONE 1
PINRANG 1
ENREKANG 1
LUWU 1
LUWU UTARA 1
LUWU TIMUR 1
TORAJA UTARA 1
24. SULAWESI TENGAH BANGGAI
POSO
DONGGALA
PARIGI MOUTONG
TOJO UNA-UNA
KOTA PALU
SIGI
25. SULAWESI TENGGARA
BUTON 1
99
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
KONAWE 1
KOLAKA 1
KONAWE SELATAN 1
BOMBANA 1
KOLAKA TIMUR 1
KOLAKA UTARA 1
MUNA 1
KONAWE UTARA 1
KENDARI 1
BAU-BAU 1
26. SULAWESI BARAT MAMUJU 1
MAMUJU UTARA 1
POLEWALI MANDAR 1
27. GORONTALO GORONTALO 1
BOALEMO 1
28. MALUKU MALUKU TENGAH 1
MALUKU TENGGARA BARAT
1
29. MALUKU UTARA MALUKU TENGAH 1
MALUKU TENGGARA BARAT
1
30. PAPUA JAYAPURA 1
MERAUKE 1
31. PAPUA BARAT MANOKWARI SELATAN 1
PEGUNUNGAN ARVA 1
100
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
RAJA AMPAT 1
TOTAL 183
LOKASI DAN VOLUME PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI PEMASARAN KARET
TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1. Aceh 1
2. Sumatera Utara 1
3. Sumatera Barat 1
4. Riau 1
5. Jambi 1
6. Sumatera Selatan 1
7 Lampung 1
8 Kalimantan Barat 1
9 Kalimantan Timur 1
10 Kalimantan Selatan 1
11 Kalimantan Barat 1
JUMLAH 11
101
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
102
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN
DAN KEWIRAUSAHAAN TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Aceh 1
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatera Barat 1
4 Riau 1
5 Jambi 1
6 Sumatera Selatan 1
7 Lampung 1
8 Kep. Bangka Belitung 1
9 Banten 1
10 Jawa Barat 1
11 Jawa Tengah 1
12 D.I. Yogyakarta 1
13 Jawa Timur 1
14 Kalimantan Barat 1
15 Kalimantan Tengah 1
16 Kalimantan Selatan 1
17 Sulawesi Tengah 1
18 Sulawesi Selatan 1
19 Sulawesi Tenggara 1
20 Bali 1
21 Nusa Tenggara Barat 1
103
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
22 Maluku Utara 1
JUMLAH 22
104
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA
TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Aceh 1
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatera Barat 1
4 Jambi 1
5 Lampung 1
6 Jawa Barat 1
7 Jawa Tengah 1
8 D.I. Yogyakarta 1
9 Jawa Timur 1
10 Kalimantan Selatan 1
11 Sulawesi Utara 1
12 Sulawesi Selatan 1
13 Bali 1
14 Papua Barat 1
JUMLAH 14
105
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN FASILITASI PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU
BOKAR TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Kalimantan Barat 1
2 Sumatera Selatan 1
3 Riau 1
4 Kalimantan Selatan 1
5 Jambi 1
6 Kalimantan Tengah 1
7 Lampung 1
8 Sumatera Utara 1
9 Sumatera Barat 1
10 Bengkulu 1
JUMLAH 10
106
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN CAPACITY BUILDING PENGUJIAN BIJI KAKAO
TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Aceh 1
2 Sumatera Barat 1
3 Lampung 1
4 D.I. Yogyakarta 1
5 Bali 1
6 Sulawesi Selatan 1
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Sulawesi Barat 1
9 Sulawesi Tengah 1
10 Maluku 1
11 Papua 1
12 Papua Barat 1
JUMLAH 12
107
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
BIMTEK PETUGAS REGISTRASI SURAT TANDA
PENDAFTARAN UFPBK TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Aceh 1
2 Sumatera Barat 1
3 Lampung 1
4 D.I. Yogyakarta 1
5 Bali 1
6 Sulawesi Selatan 1
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Sulawesi Barat 1
9 Sulawesi Tengah 1
10 Maluku 1
11 Papua 1
12 Papua Barat 1
JUMLAH 12
108
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
FASILITASI PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU
DAN KEAMANAN PANGAN KOMODITI KAKAO
TAHUN 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
1 Aceh 1
2 Sumatera Barat 1
3 Lampung 1
4 D.I. Yogyakarta 1
5 Bali 1
6 Sulawesi Selatan 1
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Sulawesi Barat 1
9 Sulawesi Tengah 1
10 Maluku 1
11 Papua 1
12 Papua Barat 1
JUMLAH 12
109
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LAMPIRAN 2
JUMLAH KELOMPOK TANI DAN JENIS KEGIATAN
PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN TAHUNAN,
SEMUSIM DAN REMPAH PENYEGAR TAHUN 2016
110
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
JUMLAH KELOMPOK TANI DAN JENIS KEGIATAN
PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN TAHUNAN,
SEMUSIM DAN REMPAH PENYEGAR TAHUN 2016
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan penanganan
pascapanen tanaman perkebunan tahun 2016
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan Pascapanen Kakao
No Lokasi Jenis Jumlah
(KT)
35
1 Aceh Pengadaan sarana,
UPH, alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
3
2 Sumbar 2
3 Lampung 1
4 Bengkulu 1
5 Jateng 1
6 Jatim 1
7 Bali 1
8 DIY 2
9 Kalbar 1
10 Kaltim 1
11 Kaltara 1
12 Sulut 2
13 Sulteng 1
14 Sulsel 5
111
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
15 Sulbar 1
16 Sultra 4
17 Gorontalo 2
18 NTT 2
19 Papua 2
20 Papua Barat 1
2. Penanganan Pascapanen Kopi
No. Provinsi Jenis Jumlah (KT)
25
1 Aceh Pengadaan sarana,
UPH, alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
1
2 Sumbar 1
3 Riau 1
4 Sumsel 1
5 Lampung 4
6 Kalbar 1
7 Bengkulu 2
8 Jabar 3
9 Jateng 2
10 Jatim 2
11 Bali 2
12 Sulsel 1
13 NTB 2
14 NTT 1
112
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
3. Penanganan Pascapanen Pala
No Lokasi Jenis Volume
(KT)
1 Papua Barat Pengadaan sarana,
UPH, alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
3
4. Penanganan Pascapanen Lada
No Lokasi Jenis Volume
(KT)
1 Lampung Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen
1
5. Penanganan Pascapanen Cengkeh
No. PROVINSI Jenis JUMLAH (KT)
5
1 Sulut Pengadaan sarana,
lantai jemur, alat
dan mesin
2
2 Gorontalo 1
3 Malut 2
113
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
pascapanen
6. Penanganan Pascapanen Karet
No Lokasi Jenis Volume(KT)
44
1 Sumbar Penyediaan sarana/ alat pascapanen
9
2 Sumut 6
3 Riau 4
4 Sumsel 11
5 Bengkulu 5
6 Kalsel 6
7 Kalteng 3
7. Penanganan Pascapanen Kelapa
No Lokasi Jenis Volume(KT)
14
1 Sulut Penyediaan sarana/ alat pascapanen
14
8. Penanganan Pascapanen Jambu Mete
No Lokasi Jenis Volume(KT)
12
1 Sultra Penyediaan sarana/ 3
114
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
2 NTB alat pascapanen 6
3 Malut 3
9. Penanganan Pengolahan Gula Tebu
No Lokasi Jenis Volume(Unit)
103
1 Aceh Penyediaan sarana/ alat pengolahan dan bangunan UPH
35
2 Jambi 1
3 Sulteng 5
4 Sultra 30
5 Malut 5
6 NTB 2
7 Papua 19
10. Penanganan Pengolahan Cokelat
No Lokasi Jenis Volume(Unit)
4
1 Jatim Penyediaan sarana/ alat pengolahan dan bangunan UPH
1
2 Sulsel 1
3 Sulbar 1
4 Bali 1
11. Penanganan Pengolahan Kopi Bubuk
No Lokasi Jenis Volume(Unit)
6
1 Jambi Penyediaan sarana/ 1
115
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
2 Jabar alat pengolahan dan bangunan UPH
1
3 Jateng 1
4 Sulsel 1
116
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LAMPIRAN 3
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN PASCAPANEN PERKEBUNAN
117
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN PASCAPANEN PERKEBUNAN
A. KOMODITAS KAKAO
1. Kotak Fermentasi Kakao Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti/yang sejenis
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium atau kayu
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang dilengkapi dengan 1 unit kaki/dudukan sebagai penyangga salah satu kotak
Setiap sisi kotak diberi lubang dengan jarak secukupnya
2. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 5 -15 %
Tipe Digital
3. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
118
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
4. Terpal Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m
Tipe bahan terpal A 12
5. Para para Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm
Tinggi kaki : minimal 1 m
Sungkup dengan plastik UV transparan
6. Timbangan duduk Spesifikasi :
Kapasitas minimal 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
7. Alat Uji Belah Kakao Spesifikasi :
Kapasitas 50 Biji Kakao/Batch (Persyaratan biji kakao hasil fermentasi kadar air 12 -13%)
Tipe : vertikal tekan
Pisau: Stainless Steel
Papan Pembelahan: Kayu Kamper/yang sejenis
8. Bangunan UPH Kakao Spesifikasi :
Pondasi batu dengan tiang beton bertulang
119
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Bangunan UPH : tinggi bangunan + 3,25 m yang terdiri dari dua ruang yaitu : Ruang kerja/fermentasi:
- Lantai di plester, dinding tembok bagian bawah (2/3) bata merah/ batako diplester, acian semen, dan bagian atas (1/3) menggunakan kawat ram yang berfungsi sebagi ventilasi udara, dan terdapat pintu keluar.
Gudang : - Lantai plester, dinding tembok, bata
merah/batako diplester, dan acian semen, ventilasi udara secukupnya serta terdapat pintu keluar.
Luas bangunan : menyesuaikan standar harga bangunan setempat dan pagu anggaran.
9. Rumah Pengering/penjemuran kakao
Spesifikasi :
Bangunan ukuran luas : Ukuran luas : p x l = 4 x 3 m
Lantai dicor dan diaci
Dinding : - Bahan : rangka besi holow uk. 40x40x4
mm, kawat harmonika + plastik UV
- Tinggi dinding + 2 m
Atap :
120
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Bahan : besi hollow uk. 40x40x4 mm,
plastik UV
- Tinggi 60 cm panjang sisi miring 158 cm
Pintu :
- Bahan : besi hollow uk. 40x40x4 mm, kawat harmonika + plastik UV
- Ukuran p x l = 185 x 105 cm
Rak pengering sebanyak 4 set, masing
masing set terdiri dari 6 unit para para
berukuran 90 x 53 cm2. Rak dibuat dalam
2 susun, tiap susun terdiri dari 3 para
para yang dipasang berderet dengan
rangka kayu Uk. 4/6, alas para para dari
kawat ayakan plastik.
B. KOMODITAS KOPI
1. Pulper 1.000 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Pulper 470 Kg/ jam Spesifikasi :
Kapasitas 470 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Pulper 200 Kg/jam Spesifikasi :
121
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Kapasitas 200 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
4. Huller 1000 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
5. Huller 500 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
6. Huller 400 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
7. Huller 300 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
8. Huller 110 Kg/jam Spesifikasi :
Kapasitas 110 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
9. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :
Skala meter : 9 - 20 %
122
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Tipe Digital
10. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
10. Terpal Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)
Tipe bahan terpal A 12
11. Para para Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik UV tranparan
12. Bangunan UPH Kopi Spesifikasi :
Pondasi batu dengan tiang beton bertulang
Bangunan terdiri dari dua ruang yaitu : Ruang kerja:
- Lantai diplester, dinding tembok bagian bawah (2/3) bata merah/ batako diplester, acian semen,
123
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
bagian atas (1/3) menggunakan kawat ram yang berfungsi sebagai ventilasi udara, dan terdapat pintu keluar.
Gudang : - Lantai plester, dinding tembok, bata merah/batako diplester, dan acian semen, ventilasi udara secukupnya serta terdapat pintu keluar.
Luas Bangunan : menyesuaikan harga bangunan setempat dan pagu anggaran.
C. KOMODITAS PALA 1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 50 Kg/jam
Dimensi (p x l x t) 150 cm x 90 cm x 125 cm
Bahan Plat MS, Rangka Plat Siku
Penggerak Dinamo ¾ PK/ Motor Bensin
5,5 PK
2. Terpal Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m ,
Tipe bahan terpal A 12
3. Para Para Sungkup Spesifikasi :
124
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Ukuran : 80 x 200 cm
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik UV transparan
4. Rumah Naungan Bunga Pala (Fully) Spesifikasi :
Ukuran luas 4 x 5 m
Bangunan Permanen dilengkapi dengan papan para-para
Pondasi batu kali dengan slope beton
Dinding Polycarbonat
Atap polycarbonat atau setara
5. Rumah Pengasapan Pala (Asaran Pala) Spesifikasi :
Bangunan permanen dilengkapi pengering buatan
Luas Bangunan ukuran 4 x 4,5 meter
Dinding batako/bata finishing plester semen dilengkapi lubang angin untuk ventilasi
Tinggi Dinding 3 M
Atap seng dan seng transparan/fiber bergelombang
Pondasi batu kali dan slope beton
Alat pengering terdiri dari tungku, blower Idan I ducting, rak dan para-para serta corong asap
D. KOMODITAS LADA
1. Mesin Perontok Lada
125
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Mesin Perontok Lada Spesifikasi :
Kapasitas 100 - 200 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Terpal Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)
Tipe bahan terpal A 12
4. Lantai Jemur Spesifikasi :
Ukuran luas + 150 m
Ketebalan jadi: 0.2 m
Coran beton bertulang
5. Bak Perendaman Lada
Kedalaman (tinggi) : 1.2 M
Ukuran luas : 48 M2 (8 x 6)
Pondasi batu kali dengan slope beton
Lantai coran beton bertulang
Dinding cor beton
Saluran inlet/ outlet : pipa PVC
6. Para para Spesifikasi :
126
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Ukuran : 80 x 200 cm
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik UV tranparan
7. Timbangan duduk Spesifikasi :
Kapasitas minimal 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
8. Sumur Bor
Menggunakan mesin pompa air 16 KVA
Pipa hisap 15 – 25 m (tergantung kondisi ketersediaan mata air)
Pipa penahan tanah 20 – 30 m
Pipa pengantar panjang 50 – 100 m
Kedalaman sumur ± 15 - 30 m (tergantung kondisi ketersediaan mata air)
9. Bangunan Penyimpanan
Ukuran luas + 54 M2 (6 m x 9 m) atau menyesuaikan standar harga bangunan setempat dan pagu anggaran.
Tinggi bangunan minimal 3 M
Pondasi batu dengan tiang beton bertulang.
Dinding bata merah diplester, lantai minimal disemen.
Atap asbes.
Ventilasi udara secukupnya dan terdapat pintu keluar.
127
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
E. KARET
1. Pisau sadap Spesifikasi :
Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata (dalam 40o bentuk V sedang)
Panjang gagang terbuat dari besi ±19,5 cm
Panjang dari gagang ke lubang ±8,5 cm
Panjang lengkungan ±6,5 cm
Panjang gagang ±13,5 - 14,5 cm
Panjang pisau berikut gagang keseluruhan ±34,5 cm
Lebar gagang pisau ±2,5 cm
Tebal gagang pisau ±0,2 cm
Lebar mata pisau ±3,0 cm
2. Mangkok sadap Spesifikasi :
Bahan plastik polipropilena
Volume ±500 cc
Tinggi ±9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ±25 gram
3. Talang sadap Spesifikasi :
128
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan ±1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk ditancapkan ke pohon ±2,5 cm
4. Ring mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari kawat diameter 2 mm
Lebar diameter lingkaran ring ±12 cm
5. Bak pembeku Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ±0,8 mm
Volume ±12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ±10 – 20 cm
Bibir ditekuk keluar, didalam tekukan diberi kawat/tulang
6. Bahan pembeku Spesifikasi : Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
F. KELAPA
1. Rumah Pengasapan
129
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen 4 x 5 m penutup atap 5 x 6 m
Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu atau kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pembakaran 60 x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m2
2. Lantai Jemur Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu (4 x 6 m)
3. Alat Uji Kadar Air
Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
4. Alat Cungkil Daging Kelapa Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan selera petani
Bahan dari Stainless Steel
130
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
5. Alat Pengering Kelapa Spesifikasi :
Dimensi 200 x 200 x 240 cm
Pemanas biomassa
Bahan paltizer 1 mm, siku 5/5
Kapasitas 1 ton/proses
Lama pengeringan 18 – 22 jam
Suhu udara ruang 80o C
Penggerak EM 1 Hp 220 V 1 Ph
Sistem siklon blower, automatic thermocople
6. Mesin Pemarut Kelapa
Spesifikasi :
Dimensi : 38 x 31 x 93 cm
Kapasitas 90 kg/jam
Listrik : 750 watt, 220 Volt
Berat : 35 kg
G. METE
1. Kacip mete model Rem dan model Engkol (sistem terpadu) Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
2. Lantai jemur Spesifikasi :
131
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
Permanen disemen dengan memakai besi beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu (4 x 6 m).
132
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
KEGIATAN PENINGKATAN KETERAMPILAN SDM KELOMPOK TANI
1) Materi yang disampaikan :
Penanganan Pascapanen/Pengolahan Hasil
Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan (GHP, GMP, dan SOP)
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek Pascapanen/Pengolahan Hasil
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang berasal dari kelompok tani/gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen/pengolahan di kabupaten setempat.
133
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN
HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DEPARTEMEN PERTANIAN
TA. 2016
1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Petani/pekebun Indonesia masih merupakan petani
subsisten dengan ciri-ciri dari: (a) Luas kepemilikan lahan
rata-rata rendah; (b) Penerapan input dan teknologi
usaha pertanian masih sederhana; c) Terbatasnya akses
petani ke sumber permodalan; d) Kurangnya
pengetahuan tentang teknologi peningkatan produksi dan
mutu produk; e) Terbatasnya informasi dan akses pasar;
f) Posisi tawar petani yang masih lemah (tidak ada
jaminan harga yang layak). Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan berupaya untuk membuka
akses pasar bagi petani/pekebun dan meningkatkan
posisi tawar untuk meningkatkan pendapatannya.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan posisi tawar
petani dilakukan dengan memfasilitasi pembangunan dan
pemberdayaan sarana dan prasarana pemasaran petani,
serta memfasilitasi jaringan pemasaran (akses
pemasaran) yang bertujuan untuk memperlancar
distribusi produk dari sentra produksi ke sentra konsumen
melalui jalur tataniaga yang efisien.
2
Pengembangan akses pasar sangat penting untuk
membantu distribusi agar petani/gapoktan dapat
memenuhi produk sesuai dengan kebutuhan pelaku
pasar : pedagang/supplyer, pasar induk/pasar modern,
retail, industri/pabrikan, eksportir, pedagang antar pulau,
STA/TA dan konsumen akhir.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan menjadi
salah satu kendala dalam pemasaran hasil perkebunan,
disatu sisi di daerah sentra produksi hasil perkebunan
melimpah, disisi lain produk ini dibutuhkan karena
memang wilayah tersebut tidak dapat memproduksi
sehingga aliran distribusinya harus diatur sedemikian
rupa dengan melibatkan berbagai institusi terkait seperti
perhubungan, perdagangan, perindustrian dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal diatas salah satu penentu daya
saing adalah kemudahan produk untuk diakses oleh
konsumen dengan mutu dan kualitas yang baik, maka
untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam
negeri perlu suatu kebijakan mengenai peningkatan
akses pemasaran yang akan menjamin distribusi
pemasaran hasil pertanian yang efektif dan efisien dan
3
kontinyu, dengan produk yang berkualitas dan harga
bersaing serta mudah diakses oleh konsumen.
Kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil
perkebunan dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan
seperti workshop, temu bisnis, koordinasi penguatan
jaringan pemasaran, fasilitasi sistem resi gudang dan
lain-lain.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Peningkatan Akses Pemasaran” ini adalah sebagai
acuan bagi pembina di tingkat Pusat, Propinsi dan untuk
melaksanakan kegiatan Peningkatan Akses Pemasaran
Hasil Perkebunan.
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dengan disusunnya
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Akses
Pemasaran ini adalah :
4
a. Meningkatnya Akses Pemasaran Produk Perkebunan
melalui berbagai sarana pemasaran misalnya pasar
lelang, pasar tradisional, sistem resi gudang, dll.
b. Meningkatnya kerjasama pemasaran produk
perkebunan dengan industri pengolahan, eksportir,
dan pelaku usaha lainnya.
c. Meningkatnya pendapatan petani/pekebun.
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari kegiatan Peningkatan Akses
Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu :
a. Terbangunnya jaringan pemasaran antara
petani/pekebun, kelompok tani/gapoktan dengan
Industri Pengolahan, pelaku usaha pemasaran,
maupun sesama pelaku pemasaran.
b. Meningkatnya jumlah petani/poktan /gapoktan yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil Perkebunan.
c. Meningkatkan gairah petani/poktan/gapoktan untuk
berusaha disubsektor perkebunan.
5
II. PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dalam
rangka Peningkatan Akses Pemasaran Hasil Perkebunan
adalah pertemuan peningkatan akses pemasaran hasil
perkebunan.
a. Metoda Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan
koordinasi antara stakeholders/pemangku kepentingan
komoditas hasil perkebunan yang sudah mempunyai
akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi
pengembangan akses pemasaran. Peserta terdiri dari
Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten
sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen
hasil perkebunan baik segar dan olahan yang
produknya perlu penguatan dan pengembangan
pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan
baku hasil perkebunan baik segar maupun olahan
(industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga
6
pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan,
pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain.
Pola pertemuan dalam bentuk : Fasilitasi Pertemuan /
Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.
b. Tahapan Kegiatan Persiapan Kegiatan
Tahapan untuk melakukan pertemuan pemasaran hasil
pertanian adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan data primer dan sekunder terkait
dengan komoditas yang akan di fasilitasi dari
daerah sentra produksi.
2) Identifikasi peserta dan narasumber
Peserta dari kegiatan pertemuan ataupun
peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan
adalah:
Perwakilan Dinas Perkebunan
Propinsi/Kabupaten/Kota sentra produksi.
Pekebun/Poktan/Gapoktan disentra produksi
yang produknya sudah siap/eksis dipasarkan.
Pelaku usaha seperti pedagang besar, industri
pengolahan, eksportir dan lembaga-lembaga
pemasaran dan lembaga pembiayaan.
7
Akademisi, peneliti yang berkaitan dengan
pemasaran hasil perkebunan. Narasumber dari
pertemuan peningkatan akses pemasaran
perkebunan agar menyesuaikan dengan
permasalahan pemasaran serta tujuan yang
ingin dicapai oleh pengelola kegiatan.
3) Persiapan kegiatan pertemuan
Penyusunan Jadwal dan atau materi kegiatan
Surat Undangan peserta, narasumber dan
moderator dan lain-lain
Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan
Perlengkapan peserta (ATK, dll)
Administrasi pelaksanaan kegiatan
4) Koordinasi dengan instansi terkait
Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait
didaerah maupun pusat dan stakeholder ataupun
dinas diluar perkebunan terkait untuk membantu
pelaksanaan kegiatan pertemuan sehingga kegiatan
dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
8
5) Penyusunan dan pelaporan kegiatan
Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana kegiatan
akan melaporkan hasil kegiatan ke Direktur Jenderal
Perkebunan.
6) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil
perkebunan akan dilaksanan pada tahun 2016.
9
A. Sumber Biaya Sumber biaya untuk melaksanakan kegiatan
Peningkatan Akses Pemasaran Hasil Perkebunan
berasal dari APBN TA. 2016 yang terdapat pada
program Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Tanaman Perkebunan.
Jenis belanja anggaran yang dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan adalah :
Belanja Bahan
- Adm, Fotokopi,dll
- Penggandaan laporan peningkatan akses
pemasaran perkebunan
Honor yang terkait dengan output kegiatan
- Honor panitia
Belanja Jasa Profesi
- Honor Narasumber
- Honor Moderator
10
Belanja perjalanan biasa
- Perjalanan dalam rangka identifikasi permasalahan
akses pemasaran perkebunan
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
- Biaya akomodasi dan konsumsi serta ruang
meeting pertemuan dalam rangka peningkatan
akses pasar domestik komoditi perkebunan
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan
peningkatan akses pasar komoditi perkebunan
- Perjalanan Narasumber kegiatan peningkatan
akses pasar domestik komoditi perkebunan
Uraian tentang penggunaan dana diatas, adalah sebagai
berikut :
a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan
untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan
penggandaan laporan kegiatan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan.
11
b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan
merupakan biaya yang diberikan kepada staf yang
ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan.
c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang
diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat
pada saat acara berlangsung.
d. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Biaya yang disediakan untuk biaya akomodasi dan
konsumsi serta ruang pertemuan kegiatan pertemuan
peningkatan akses pemasaran, biaya perjalanan staf
Direktorat Jenderal Perkebunan yang ditugaskan dalam
pelaksanaan kegiatan dan biaya perjalanan Narasumber
kegiatan.
e. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang
disediakan dalam rangka identifikasi permasalahan Akses
Pemasaran Perkebunan.
12
III. PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI EMASARAN
KARET
A. Kegiatan Provinsi (Dekonsentrasi)
1. Fasilitasi Pemasaran Karet.
c. Metoda Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan
antara seluruh stakeholders/pemangku
kepentingan komoditas karet. Pertemuan akan
dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Perkebunan
Provinsi,Dinas Perdagangan dan Perindustrian,
Dinas Perkebunan Kabupaten sentra produksi,
petani/pekebun, pengelola pasar lelang karet,
pedagang pengumpul, perwakilan industri
pengolahan karet, asosiasi petani/pekebun,
lembaga pembiayaan, asosiasi industry
pengolahan, peneliti dan eksportir.
13
Pola pertemuan dalam bentuk : Temu Usaha,
Fasilitasi kerjasama pemasaran, Workshop,
dll.
d. Tahapan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
Untuk melakukan pertemuan fasilitasi pemasaran
karet adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data primer dan sekunder terkait
dengan komoditas karet yang akan di fasilitasi
di daerah sentra produksi.
Identifikasi peserta dan narasumber
Peserta dari kegiatan pertemuan fasilitasi
pemasaran karet hasil pertanian adalah:
Perwakilan Dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota
sentra produksi.
Petani/Pekebun dari sentra produksi yang
produknya sudah dapat difasilitasi
pemasarannya.
14
Pelaku usaha seperti pedagang besar, industri
pengolahan, eksportir dan lembaga-lembaga
pembiayaan dan lainnya.
Lembaga Pembiayaan.
Akademisi, peneliti yang berkaitan dengan
pemasaran karet. Asosiasi industry
pengolahan karet
Asosiasi petani/pekebun karet
Narasumber pertemuan Fasilitasi
Pemasaran Karet disesuaikan dengan
permasalahan pemasaran serta tujuan yang
ingin dicapai oleh pelaksana kegiatan.
Narasumber dapat berasal dari : Direktorat
Jenderal Perkebunan, Dinas/Instansi yang
membidangi Perkebunan,
Perdagangan/Perindustrian, Pelaku Usaha
Pemasaran Karet, Industry Pengolahan,
Asosiasi Industry Pengolahan, Akademisi,
Peneliti, Pengelola Pasar Lelang atau
lembaga pemasaran lainnya.
15
Moderator pertemuan Fasilitasi Pemasaran
Karet dapat berasal dari Dinas Perkebunan
Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal
Perkebunan.
7) Persiapan kegiatan pertemuan
Penyusunan Jadwal kegiatan dan materi
kegiatan.
Surat Undangan kepada peserta,
narasumber, moderator dan lain-lain.
Sambutan Pembukaan dan arahan
pimpinan.
Perlengkapan peserta (ATK, dll).
Administrasi pelaksanaan kegiatan.
8) Koordinasi dengan instansi terkait
Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi
terkait didaerah maupun pusat dan stakeholder
ataupun dinas diluar Perkebunan terkait untuk
menjamin pelaksanaan kegiatan pertemuan
16
sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
9) Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Perkebunan
Provinsi yang menerima dana dekonsentrasi
disesuaikan dengan waktu kesiapan pelaksana
kegiatan pada tahun 2016.
10) Penyusunan dan pelaporan kegiatan
Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana
kegiatan (dinas propinsi) harus melaporkan
hasil kegiatan ke Direktorat Jenderal
Perkebunan (c/q. Subdit Pemasaran Hasil
Perkebunan) dalam waktu paling lama + 1
bulan setelah kegiatan.
e. Waktu Pelaksanaan
17
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana
dekonsentrasi ini adalah tahun
2016 oleh Dinas Perkebunan Provinsi. Waktu
pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh pelaksana
kegiatan dekonsentrasi, sebelum kegiatan
dilaksanakan agar terlebih dahulu berkoordinasi
dengan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan (c/q. Subdit Pemasaran) minimal
2 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan.
f. Lokasi
Lokasi kegiatan pertemuan Fasilitasi Pemasaran
Karet adalah di 11 (sebelas) Provinsi seperti
tercantum pada Lampiran.
B. Sumber Biaya
Sumber biaya untuk melaksanakan kegiatan Fasilitasi
Pemasaran Karet berasal dari APBN TA. 2016.
18
Kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet
Belanja Bahan
- Perbanyakan materi kegiatan
- Perbanyakan materi laporan
Honor yang terkait dengan output kegiatan
- Honor panitia
Belanja Jasa Profesi
- Honor Narasumber
- Honor Moderator
Belanja perjalanan biasa
- Dalam rangka koordinasi dan pembinaan
- Dalam rangka konsultasi ke pusat
Belanja perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
- Fasilitasi akses pasar komoditi perkebunan (karet)
- Fasilitasi perjalanan Narasumber
19
Penjelasan tentang penggunaan dana kegiatan diatas,
adalah sebagai berikut :
a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan
untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan
penggandaan laporan kegiatan.
b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan
merupakan biaya yang diberikan kepada staf Dinas
Perkebunan yang ditugaskan dalam penyelenggaraan
kegiatan.
c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang
diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat
pada saat acara berlangsung.
d. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang
disediakan bagi Staf Dinas Perkebunan Provinsi dalam
rangka melakukan koordinasi dan pembinaan ke
Kabupaten dan Konsultasi ke Direktorat Jenderal
Perkebunan (Pusat) terkait dengan kegiatan pemasaran
komoditi karet.
20
e. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
merupakan biaya yang dipergunakan untuk pengadaan
akomodasi dan konsumsi serta ruang meeting pertemuan
kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet dan biaya perjalanan
Narasumber kegiatan.
21
IV. PENUTUP
Semoga petunjuk teknis peningkatan akses pemasaran
hasil perkebunan ini dapat menjadi acuan untuk
melaksanakan kegiatan peningkatan akses pemasaran
hasil perkebunan dengan seluruh pemangku kepentingan
dan stakeholder yang terkait, sehingga diharapkan dari
kegiatan itu akan dapat menghasilkan rumusan-rumusan
konkrit dalam pemecahan permasalahan pemasaran hasil
perkebunan serta berkembangnya jaringan dan akses
pemasaran didaerah-daerah sentra produksi hasil
perkebunan. Terbangunnya akses pemasaran antara
produsen dengan konsumen atau user ataupun produsen
dengan produsen, maka akan menghasilkan suatu hubungan
yang baik dan pemasaran menjadi mudah yang
menguntungkan bagi seluruh pihak yang terlibat
didalamnya. Akhirnya diharapkan tidak ada disparitas harga
yang tinggi antara petani/pekebun dengan industri
pengolahan ataupun dengan konsumen akhir.
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Efisiensi dibidang produksi dan pemasaran agar komoditas yang diperdagangkan bisa bersaing menjadi tuntutan pada era perdagangan di pasar bebas. Perdagangan komoditas perkebunan pada era globalisasi ekonomi saat ini, mengakibatkan terjadinya transparansi pasar yang sangat kuat.
Pada umumnya skala usaha komoditi perkebunan di Indonesia masih relatif rendah, tersebar, dengan kualitas produk yang beragam. Rantai tata niaga pemasaran produk perkebunan segar masih panjang, sehingga disatu sisi memberikan tekanan pada konsumen dalam bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi harga yang diterima relatif rendah.
Disparitas harga antar daerah diakibatkan oleh, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dan selat, serta sentra produsen komoditas perkebunan yang banyak terletak di remote area dan daerah peripheral, sementara konsumen maupun industri terletak di pusat-pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan terciptanya daerah surplus dan minus sebagai akibat dari ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di sentra– sentra konsumen.
Ketidakseimbangan supply dan demand disuatu pasar seringkali mengakibatkan
2
terjadinya fluktuasi harga , baik di sentra produsen maupun sentra konsumen. Pada umumnya fluktuasi harga juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan supply yang disebabkan oleh sifat komoditi yang sangat tegantung dari musim / iklim.
Keberhasilan pembangunan pemasaran komoditas pertanian sangat ditentukan oleh kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran, yang sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinue. Untuk mendukung ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan terpercaya ini diperlukan pelayanan informasi pasar yang baik, sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar.
Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) secara umum telah dilaksanakan sejak awal tahun 1970 pada Direktorat Bina Usaha Tani, di setiap Direktorat Jenderal, Departemen Pertanian. Pada kegiatan ini, data harga dikumpulkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia, dan dikirimkan ke Pusat Data secara mingguan melalui surat/pos, dengan tujuan untuk melakukan pendataan secara statistik.
Pada tahun 1979 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mulai melaksanakan Pelayanan Informasi Pasar sistem harian yang mencakup sebagian besar komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dengan tujuan untuk memberikan
3
informasi harga secara harian kepada para pelaku pasar melalui Radio. Sampai dengan tahun 1999 kegiatan ini sudah teralokasi di 27 propinsi, tetapi dengan terjadinya reorganisasi di Departemen Pertanian pada tahun 2000, kegiatan PIP di tingkat pusat tidak dapat terlaksana secara optimal, meskipun kegiatan ini masih dilaksanakan di daerah.
Pada tahun 2001–2005 kegiatan PIP di tingkat pusat dikoordinasikan oleh Subdit Pasar Domestik, pada masingmasing Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan, pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Sejak tahun 2006, kegiatan PIP dari seluruh sub sektor pertanian dikoordinasikan oleh Sub Direktorat Analisis dan Informasi pada Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Mulai tahun 2016, kegiatan PIP dikoordinasikan oleh masing – masing subsektor (Perkebunan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan) akibat dari dileburnya fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ke Direktorat Jenderal Komoditi. Dan PIP hasil perkebunan akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
4
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman teknis Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Perkebunan ini adalah :
1. Memberikan panduan teknis tentang tata cara pelaksanaan kegiatan PIP.
2. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan sistem pengumpulan data/informasi pasar disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
3. Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to date dan dapat dipercaya agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.
5
II. SISTEM PELAYANAN INFORMASI PASAR HASIL PERTANIAN
Penyelenggaraan Sistem Pelayanan Informasi Pasar (PIP) terdiri dari 3 (tiga) sub sistem yaitu: metode, sumberdaya manusia (SDM) dan sumber dana. Metode PIP terdiri dari pengumpulan, pengolahan, pengiriman, penganalisaan serta penyebarluasan data/informasi pasar. SDM PIP adalah Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten (petugas PIP) yang mempunyai tugas pokok menyiapkan, melaksanakan, mengkaji kebijakan dan mengembangkan pelayanan di bidang analisis pasar hasil pertanian. Dan secara garis besar unsur kegiatan meliputi pengumpulan data, pengumpulan informasi kualitatif, pengolahan data, analisis data dan penyebarluasan informasi pasar.
Sumber dana adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan PIP yang pada tahun 2016 yang dialokasikan pada dana Dekonsentrasi untuk kegiatan di daerah serta dana pertemuan petugas dan pembina PIP yang dilaksanakan oleh Pusat. Berikut uraian secara rinci metoda pelaksanaan PIP yaitu :
2.1. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data harga, data pasokan dan permintaan (supply-demand), data biaya usaha tani, data biaya pemasaran serta data supplier komoditas
6
perkebunan. Data harga terdiri dari data harga tingkat produsen, pengumpul besar dan eksportir.
Data pasokan (supply) terdiri dari data produksi perbulan dan data tonase produk yang dijual di setiap lokasi pasar pengumpulan data harga. Data permintaan (demand) terdiri dari data permintaan pasar dan permintaan industri/perusahaan pengolahan/eksportir.
Data biaya usaha tani terdiri atas data atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan usaha tani termasuk data penerimaan dan keuntungan.
Data biaya pemasaran terdiri atas data/biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran mulai dari tingkat produsen sampai dengan konsumen. Data supplier terdiri dari data pemasok komoditas perkebunan, termasuk jenis komoditi beserta jumlah yang ditawarkan.
2.1.1. Data Harga Produsen
Pencatatan harga tingkat produsen dilakukan di daerah sentra produksi pada masing-masing kabupaten yaitu di tempat-tempat perdagangan (seperti pasar pengumpul desa/kecamatan), rumah/gudang pedagang pengumpul, pinggir jalan, atau tempat lain yang biasa dipergunakan sebagai lokasi transaksi jual-beli.
Kabupaten sentra produksi terpilih adalah
7
beberapa kabupaten yang produksinya terbesar berdasarkan data produksi yang tersedia pada Dinas lingkup Perkebunan. Dari kabupaten sentra terpilih kemudian ditentukan 2-3 kecamatan sentra.
Harga tingkat produsen/harga jual petani adalah harga penjualan petani kepada pedagang pengumpul, pedagang antar daerah atau kepada pabrik pengolahan hasil pertanian. Atau sebaliknya adalah pembelian pedagang pengumpul /perusahaan pengolahan kepada petani. Lokasi pengembangan PIP dan komoditi di sentra produksi sesuai dengan alokasi dana Dekonsentrasi tahun 2016 seperti tercantum pada lampiran.
2.1.2. Data Harga Pengumpul besar
Harga tingkat pengumpul besar dikumpulkan dari lokasi pedagang pengumpul propinsi. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/ jual-beli produk pertanian secara borongan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar antar daerah.
Harga tingkat pengumpul besar yaitu harga penjualan pedagang pengumpul besar kepada eksportir atau perusahaan pengolahan. Lokasi pengembangan PIP di tingkat pengumpul besar tercantum pada lampiran 1 (bagian A).
8
2.1.3. Data Harga Eksportir
Harga tingkat eksportir dikumpulkan oleh petugas PIP propinsi di seluruh Indonesia. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk perkebunan untuk tujuan ekspor. Harga tingkat eksportir yaitu harga penjualan oleh eksportir.
2.1.4. Data harga eceran
Harga eceran dikumpulkan dari pasar pengecer di seluruh ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk perkebunan secara eceran. Harga eceran yaitu harga penjualan pedagang pengecer kepada konsumen atau harga pembelian oleh konsumen kepada pedagang pengecer.
2.1.5. Data Pasokan dan Permintaan (Supply–
Demand)
Data supply yang diperlukan dalam sistem PIP ini adalah data produksi per propinsi serta tonase/volume produk yang diperdagangkan di pasar/lokasi pengumpulan harga grosir untuk komoditas unggulan yang telah ditentukan sebagai data informasi harga. Data demand adalah data permintaan perusahaan industri pengolahan/eksportir/hotel /restoran dan lain-lain. Contoh formulir data pasokan dan permintaan seperti terdapat pada lampiran 2.
---------------------------------------------------------------------------------------- Pedoman Teknis Pelayanan Informasi Pasar
------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk Teknis Pelayanan Informasi Pasar
------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk Teknis Pelayanan Informasi Pasar
9
2.1.6. Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya Usahatani)
Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya Usahatani) sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keuntungan petani. Data ini dikumpulkan setahun sekali untuk komoditi unggulan. Data yang dikumpulkan meliputi : a. Penerimaan (R = Revenue), merupakan penjualan
hasil produksi, dimana nilai penerimaan diperoleh dari perhitungan harga per satuan hasil dikalikan dengan volume hasil produksi.
b. Pengeluaran (C= Cost), merupakan penjumlah semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
c. Keuntungan (B= Benefit), merupakan hasil yang diperoleh dari pengurangan nilai penerimaan dengan pengeluaran. Di dalam perhitungan keuntungan dicantumkan juga perhitungan :
1) R-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara penerimaan (R) dengan pengeluaran (C).
2) B-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara keuntungan (B) dengan pengeluaran (C)
3) Keuntungan perbulan, merupakan asumsi dari keuntungan yang diterima per bulan selama satu kali periode proses produksi.
4) Keuntungan per satuan hasil, merupakan asumsi
10
dari keuntungan yang diterima persatuan hasil produksi
Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa usaha tani tercantum pada lampiran.
2.1.7. Data Analisa Biaya Pemasaran
Data Analisa Biaya Pemasaran adalah data biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap tingkat pedagang pada masing-masing tahap dalam rantai pemasaran. Data ini sangat diperlukan untuk mengetahui margin pemasaran dari setiap tingkat pedagang dan pangsa pasar yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan konsumen akhir.
Data yang dikumpulkan meliputi data penjualan petani/pembelian oleh pedagang tingkat I (tahap I dalam rantai pemasaran) sampai dengan harga pembelian oleh konsumen. Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa biaya pemasaran tercantum pada lampiran.
2.1.8. Data Supplier
Data supplier yang dimaksud adalah data pemasok komoditas pertanian. Data tersebut meliputi :
a. Nama supplier b. Nama perusahaan
11
c. Data perusahaan meliputi provinsi, kabupaten/kota, alamat, nomor telpon, nomor faximili, alamat e-mail dan nama contact person)
d. Jenis usaha (produsen/perdagangan domestik/ eksportir/importir/usaha lainnya)
e. Skala Usaha (kecil/menengah/besar) f. Jenis Komoditi ( perkebunan) g. Jenis Produk (segar dan atau olahan) h. Jumlah penawaran/supply (ton)
2.1.9. Komoditas
Jenis komoditas yang tercakup dalam pelaksanaan PIP ini adalah komoditas unggulan propinsi atau kabupaten/kota, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Komoditas yang banyak dihasilkan di daerah sentra produksi, secara kontinyu artinya komoditi harus tersedia setiap hari di lokasi pencatatan.
b. Jumlah komoditas relatif besar
c. Komoditas sudah diperdagangkan antar daerah (antar kabupaten atau antar kecamatan)
12
2.1.9 Responden
Seperti yang telah dijelaskan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, maka responden yang dijadikan sebagai sumber informasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Responden untuk harga produsen adalah :
1) Petani (harga penjualan kepada pedagang pengumpul atau perusahaan pengolahan hasil)
2) Pedagang pengumpul (harga pembelian dari petani)
3) Eksportir (harga pembelian dari petani apabila melakukan pembelian langsung kepada petani.
b. Responden untuk harga pengumpul besar adalah:
1) pedagang pengumpul (harga penjualan kepada pedagang grosir/eksportir)
2) pedagang grosir/eksportir (harga pembelian dari pedagang grosir/ eksportir)
Jumlah responden yang diambil untuk setiap komoditi adalah 5 orang. Metode penentuan harganya adalah metoda rata-rata tanpa nilai ekstrim yaitu dengan menghilangkan nilai ekstrim tinggi dan rendah.
13
Sebagai contoh:
Responden A Rp. 2 100,-
Responden B Rp. 1700,
Responden C Rp. 2150,-
Responden D Rp. 2200,-
Responden E Rp. 2500,
Harga yang terjadi adalah :
(2100+2150+2200) : 3 = 2150.
c. Responden untuk harga eceran
1) pedagang pengecer (harga penjualan kepada konsumen)
2) konsumen (harga pembelian dari pedagang pengecer)
Jumlah responden yang diambil untuk setiap komoditi adalah 5 orang. Metode penentuan harganya adalah metoda rata-rata tanpa nilai ekstrim yaitu dengan menghilangkan nilai ekstrim tinggi dan rendah.
Sebagai contoh:
Responden ARp. 2 100,-
Responden BRp. 1700,
Responden CRp. 2150,-
Responden DRp. 2200,-
14
Responden ERp. 2500,
Harga yang terjadi adalah :
(2100+2150+2200) : 3 = 2150
d. Responden untuk data produksi dan data tonase adalah:
Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Propinsi/kabupaten dan data tonase diperoleh dari Dinas Pasar pada lokasi pengumpulan data harga grosir/pengumpul
e. Responden untuk data biaya usaha tani adalah:
1) petani/poktan/gapoktan sebagai produsen komoditas perkebunan
2) pedagang sarana produksi (harga sarana produksi)
Mekanisme pengumpulan data biaya usaha tani secara detail akan dijelaskan pada buku petunjuk teknis analisa biaya usaha tani.
15
f. Responden untuk data biaya biaya pemasaran adalah:
1) petani/produsen komoditas perkebunan
2) pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer (semua pedagang yang terlibat dalam satu mata rantai pemasaran) serta eksportir
g. Responden untuk data supplier adalah:
Data supplier diperoleh dari perusahaan pemasok yang bergerak di sub sektor tanaman perkebunan, gapoktan, dinas lingkup perkebunan daerah (provinsi/kabupaten), instansi terkait maupun sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan kevalidan datanya.
2.1.10. Waktu dan Frekuensi
Waktu pencatatan data harga adalah pada saat transaksi jual beli paling ramai, dengan frekuensi pengumpulan data setiap hari kerja (Senin sampai Jumat). Data produksi dikumpulkan dan dikirim setiap bulan, sedangkan data tonase/volume perdagangan di pasar/lokasi pengumpulan data, dikumpulkan dan dikirim setiap minggu.
Data Analisa Usahatani dan Data Biaya Pemasaran dikumpulkan pada setiap akhir musim tanam (Musim Hujan/MH, Musim Kering I/MK I,
16
Musim Kering II/MK II). Untuk data supplier dikumpulkan setiap bulan.
2.2. Pengiriman, Penyebarluasan dan Pelaporan Data
2.2.1. Pengiriman Data
a. Pengiriman Data Harga
Data harga tingkat produsen dan eceran di sentra produksi (kabupaten/kota) serta harga tingkat grosir dan eceran di sentra konsumsi (ibukota provinsi) untuk komoditas yang dikembangkan pada sistem PIP-SMS Harga, dikirimkan setiap hari ke Subdirektorat Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil, Direktorat Pemasaran Domestik melalui:
1) Input data harga melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum pada lampiran.
2) Input data harga melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum pada lampiran 6)
3) SMS Kementerian Pertanian dengan nomor 081380829555(sesuai format pengiriman data melalui SMS pada lampiran.
Untuk komoditas dan tingkat harga diluar pengembangan sistem PIP (SMS Harga) dikirimkan setiap 1 (satu) minggu 1 (satu) sekali ke Subdit Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat
17
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan melalui:
1) Faxcimile / Fax : 021-7819726 2) e-mail : [email protected]
Format pengiriman data informasi pasar melalui fax dan email dikirimkan dalambentuk file excel sesuai format pada lampiran.
b. Pengiriman Data Pasokan (Supply)
Data supply yang dimaksud adalah :
1) Data produksi bulanan di tingkat kabupaten
2) Data produksi bulanan di tingkat provinsi
3) Data tonase mingguan di pasar tingkat kabupaten
4) Data tonase mingguan di pasar tingkat provinsi
Data supply dikirimkan melalui :
1) Input data supply melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum pada Juknis Supply dan Demand)
2) Input data supply melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum pada Juknis Supply dan Demand)
18
Pengiriman Data Demand
Data demand yang dimaksud adalah :
1) Data demand mingguan di tingkat kabupaten
2) Data demand mingguan di tingkat provinsi
Pengiriman data demand dikirimkan melalui :
1) Input data demand melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum Juknis Supply dan Demand)
2) Input data demand melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum Juknis Supply dan Demand)
c. Pengiriman Data Biaya Usaha Tani dan Biaya Pemasaran
Data biaya usahata tani dan biaya
pemasaran dikirimkan ke Subdit Pemasaran Hasil Perkebunan melalui Email: [email protected]
d. Pengiriman Data Supplier
Data supplier baik ditingkat kabupaten/kota maupun propinsi dikirimkan setiap bulan pada minggu pertama ke Subdit Informasi Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, melalui :
19
1) Input data supplier secara langsung melalui sistem GPRS pada website pip.kementan.org
2) Rekap data supplier juga dapat dikirimkan melalui e-mail ke: [email protected]
2.2.2. Penyebarluasan Informasi
Di tingkat propinsi, data/informasi harga grosir, harga produsen dan eceran komoditas unggulan daerah disebarluaskan secara kontinyu melalui berbagai media daerah yaitu:
a. Radio (RRI, Radio Pemda dan atau Radio Swasta)
b. Televis i (TVRI dan TV Swasta)
c. Surat Kabar, Tabloid, atau majalah
d. Papan Harga
e. Webs i te
f. Handphone Nok ia L i fe too l s
g. Pusat I n fo rmas i Komod i ta s ( P IK )
2.2.3. Pelaporan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seluruh petugas PIP harus melaporkan data harga secara harian dan data produksi/tonase secara bulanan ke Pusat (Subdit Pemasaran Hasil
20
Perkebunan, Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan). Petugas PIP juga harus mengirimkan Buletin Pemasaran atau Laporan Tahunan kepada Pusat PIP secara periodik (bulanan atau tahunan).
2.3. Sarana dan Kelembagaan PIP 2.3.1. Sarana
Dalam rangka melaksanakan Kegiatan PIP diperlukan prasarana/peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, mengolah data, mengirimkan data serta menyebarluaskan data. Sarana tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sepeda motor
b. Kalkulator
c. Perlengkapan kerja lapangan (Jas Hujan, sepatu boot, helm)
d. Telepon/faxcimile
e. Handphone
f. Komputer/Laptop
2.3.2. Kelembagaan
Dalam melaksanakan kegiatan PIP diperlukan petugas khusus (Petugas PIP dan atau Pejabat fungsional APHP) yang secara rutin bertugas untuk mengumpulkan, mengolah serta menganalisa data informasi pasar. Petugas PIP dan atau Pejabat
21
fungsional APHP adalah pegawai tetap pada dinas perkebunan propinsi dan atau kabupaten pada Subdinas yang menangani kegiatan pemasaran.
Jabatan fungsional Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Analisa Pasar Hasil Pertanian Dan Angka Kreditnya.
Ketentuan pelaksanaan jabfung APHP diatur berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor 10 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian.
2.4. Sumber Dana
Sumber dana kegiatan PIP berasal dari APBN, APBD I dan APBD II. Untuk dana APBN TA 2016, dana PIP perkebunan terdapat pada Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, yang dialokasikan untuk pelaksankan pertemuan petugas dan Pembina PIP di Pusat dan didaerah melalui dana dekonsentrasi yang dialokasikan pada Dinas lingkup Perkebunan di 31 Propinsi , dengan rincian sebagai berikut:
22
2.4.1. Kegiatan PIP di Pusat
Kegiatan yang dilaksanakan oleh pusat merupakan pertemuan koordinasi yang akan diikuti oleh petugas informasi pasar dari tingkat Provinsi dan Kabupaten serta Pembina PIP. a. Metoda Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan koordinasi dengan Peserta terdiri dari Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina dari Dinas Perkebunan Propinsi. Pola pertemuan dalam bentuk workshop dengan tatap muka langsung dengan narasumber yang menyampaikan materi.
b. Tahapan Persiapan Kegiatan
Tahapan untuk melakukan pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah sebagai berikut : 1) Pengumpulan data primer dan sekunder
terkait dengan PIP dari daerah sentra produksi.
2) Identifikasi peserta dan narasumber Peserta dari kegiatan pertemuan hasil
perkebunan adalah Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina PIP. Narasumber dari pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah Pembina PIP perkebunan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Data dan Informasi Pertanian, dan Stakeholder lainnya.
23
3) Persiapan kegiatan pertemuan - Penyusunan Jadwal dan atau materi kegiatan
- Surat Undangan peserta, narasumber dan moderator dan lain-lain
- Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan - Perlengkapan ATK, dll. - Administrasi pelaksanaan kegiatan
4) Koordinasi dengan instansi terkait Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait didaerah maupun pusat dan stakeholder ataupun dinas diluar Perkebunan yang terkait untuk membantu pelaksanaan kegiatan pertemuan sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5) Penyusunan dan pelaporan kegiatan Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana kegiatan akan melaporkan hasil kegiatan ke Direktur Jenderal Perkebunan.
6) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Petugas Informasi Pasar hasil perkebunan akan dilaksanan pada tahun 2016.
Adapun Rincian dana kegiatan yang mendukung pertemuan PIP di Pusat adalah sebagai berikut: Belanja bahan
24
- Administrasi , fotocopy,dll - Penggandaan laporan Informasi pasar domestik
perkebunan
Honor Output kegiatan - Honor panitia
Belanja jasa profesi - Honor narasumber
- Honor moderator
Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka Identifikasi dan
sinkronisasi informasi pasar. - Belanja Perjalanan Dinas paket Meeting Luar Kota - Dalam rangka pertemuan petugas informasi
pasar dan Pembina - Perjalanan dalam rangka pertemuan petugas PIP
dan Pembina - Perjalanan Narasumber
25
2.4.2. Kegiatan di Provinsi
Belanja bahan
- ATK komputer supplies, penggandaan, dll
Honor yang terkait dengan output kegiatan
- Operasional pengumpulan dan pengiriman data
- Operasional entry dan pengolahan data
- Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP) pulsa dan
langganan internet
Belanja barang non operasional lainnya
- Penyusunan dan Pengiriman database harga ,
BUT dan Biaya Pemasaran
- Penyebaran Informasi Pasar melalui media massa
- Penyusunan Buletin informasi pasar
Belanja perjalanan lainnya (DN)
- Pembinaan ke Kabupaten
- Pertemuan Koordinasi PIP Tingkat Pusat
- Pertemuan Petugas PIP
26
- Pengadaan alat komunikasi untuk pengumpulan data/ informasi
2.4.3. Kegiatan di kabupaten
Honor yang terkait dengan output kegiatan
- Operasional pengumpulan dan pengiriman data
Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat
- Pengadaan alat komunikasi untuk pengumpulan data/ informasi
Belanja barang non operasional lainnya
- Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP) pulsa dan langganan internet
- Penyusunan dan Pengiriman Data Base harga, BUT dan Biaya Pemasaran
Belanja Perjalanan Lainnya (DN)
- Pertemuan Petugas PIP tingkat nasional
Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan
kepada masyarakat
27
- Pengumpulan data ke lokasi
Uraian Penggunaan Dana
Uraian tentang penggunaan dana diatas, adalah sebagai berikut :
Pusat
1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan pertemuan seperti fotocopi, penggandaan laporan, dll
2. Belanja jasa profesi adalah biaya yang dipergunakan untuk membiayai honor narasumber dan moderator kegiatan pertemuan PIP.
3. Belanja perjalan biasa adalah biaya perjalanan yang akan dilakukan untuk melakukan identifikasi dan sinkronisasi informasi pasar ke daerah sentra produksi
4. Belanja perjalan Dinas Paket meeting Luar Kota
adalah biaya yang dipergunakan untuk akomodasi dan konsumsi maupun ruang pertemuan, serta biaya perjalanan dinas petugas dari Direktorat Jenderal Perkebunan pada pertemuan PIP di daerah dan biaya perjalanan narasumber kegiatan.
28
Propinsi dan Kabupaten
1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan – bahan yang diperlukan dalam kegiatan PIP di daerah.
2. Biaya perjalanan pertemuan koordinasi dan pertemuan petugas PIP, merupakan biaya yang digunakan untuk memfasilitasi perjalanan dinas pembina PIP dan petugas PIP untuk menghadiri pertemuan yang dilaksnakan oleh Pusat.
3. Belanja Peralatan dan Mesin, merupakan biaya yang digunakan untuk pengadaan fasilitasi alat pengolahan data dan komunikasi.
4. Honor operasional pengumpulan dan pengiriman data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas PIP untuk pengumpulan data informasi pemasaran komoditas pertanian (harga, dan lain-lain) ke lokasi serta biaya pengiriman data melalui SMS Sender.
5. Honor operasional entry dan pengolahan data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas entry data dan petugas pengolah data PIP
6. Biaya Penyusunan dan Pengiriman Data Base , BUT dan Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan Petugas PIP untuk melaksanakan
29
kegiatan tersebut.
7. Biaya penyebaran Informasi pasar melalui media massa merupakan biaya yang diperguanakan untuk penyebaran PIP di media massa
8. Biaya penyusunan Buletin Informasi Pasar merupakan biaya yang dipergunakan dlam rangka penyusunan Buletin informasi pasar
30
III. PENUTUP
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Informasi Pasar merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan PIP pada Dinas lingkup Perkebunan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Diharapkan dengan adanya Pedoman Teknis ini dapat menyamakan persepsi para petugas dan pembina PIP sehingga tercipta sistem pelayanan informasi pasar yang cepat, tepat, akurat, lengkap, kontinyu dan up to date. Dengan demikian diharapkan jaringan informasi pasar di pusat dan daerah akan semakin kuat dan pelayanan informasi pasar yang cepat, lengkap, tepat sasaran dan waktu serta berkesinambungan dapat terlaksana sehingga peningkatan kegiatan pemasaran hasil komoditas perkebunan bagi masyarakat luas dan secara khusus stake holder terkait dapat terwujud.
Pedoman Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan-2016 1
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 1
I. TEMU USAHA KEMITRAAN
Keberhasilan usaha agribisnis ditentukan terutama oleh 4
faktor atau 4 pilar penunjang usaha agribisnis yaitu (1) Faktor
sumber daya (termasuk sumber daya alam, sumber daya
manusia dan kelembagaan usaha); (2) Modal; (3) Teknologi dan
(4) Akses pasar atau pemasaran. Salah satu strategi untuk
memperkuat faktor-faktor tersebut adalah melalui
pengembangan kemitraan baik kemitraan antar para petani itu
sendiri dalam kelembagaan Kelompok Tani, Gabungan
Kelompok Tani atau Koperasi maupun kemitraan antar petani/
kelompok tani/gabungan kelompok tani/ koperasi dengan
Perusahaan Swasta ataupun BUMN. Sasaran kemitraan
diharapkan pada sisi petani dapat memperkuat keempat faktor
tersebut di atas, sehingga memberikan manfaat yang optimal
bagi petani, sedangkan pada sisi Perusahaan Mitra bertujuan
antara lain dalam rangka efisiensi dan keberlanjutan dari
usahanya. Dengan adanya kemitraan usaha diharapkan dapat
tercipta suatu sistem yang dikelola secara bersama berdasarkan
prinsip : saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan antara stakeholder untuk menjamin
keberlanjutan usaha melalui upaya peningkatan nilai tambah dan
penciptaan produk yang berdaya saing. Selanjutnya melalui
kewirausahaan diharapkan dapat mereposisi petani menjadi
wirausaha pertanian yang profesional dan mandiri.
Secara umum telah terbangun kelembagaan kemitraan
usaha pertanian antara petani baik secara individu maupun
kelompok dengan perusahaan di bidang agribisnis, namun belum
terbangun kelembagaan kemitraan yang saling membutuhkan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan serta tidak
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 2
berkelanjutan. Kelemahan mendasar yang ada antara lain adalah
rendahnya komitmen antara pihak-pihak yang bermitra,
bargaining position yang tidak seimbang, serta kurangnya
transparansi dalam penetapan harga dan pembagian nilai
tambah/keuntungan. Selain itu kendala lain adalah adanya
ketimpangan antara pelaku usaha agribisnis di tingkat
masyarakat yang masih banyak berada di sub sistem agribisnis
hulu on farm dengan pihak lain yaitu pelaku usaha di sub sistem
yang lain.
Beberapa permasalahan dalam membangun kelembagaan
kemitraan agribisnis dari segi teknis, ekonomis dan sosial/
kelembagaan adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dan penguasaan teknologi baik budidaya
maupun panen dan pasca panen pada petani dan aparat
masih kurang
2. Dukungan teknologi informasi masih lemah sehingga dalam
penentuan harga lebih didominasi oleh pihak Perusahaan
Mitra (pemilik modal)
3. Biaya investasi relatif mahal
4. Belum ada jaminan pemasaran, terutama pada waktu
produksi melimpah
5. Harga yang berfluaktuasi terutama saat-saat panen raya.
6. Sistem pembayaran relatif lambat
7. Persaingan yang tidak sehat antara petani produsen dalam
menjual hasil
8. Konsolidasi kelembagaan di tingkat petani masih lemah
9. Perusahaan yang bersedia sebagai avalis dalam kemitraan
agribisnis masih terbatas
10. Komitmen yang dibangun diantara pihak-pihak yang
bermitra masih belum optimal
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 3
11. Kelembagaan usaha petani relatif masih banyak yang
bersifat informal.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan kewirausahaan Indonesia:
1. Jiwa ambtenaar masih mewarnai tingkah laku dan
kebiasaan masyarakat Indonesia.
2. Masih banyak masyarakat yang lebih mementingkan gengsi
dibandingkan kerja keras untuk berprestasi.
3. Masih banyak masyarakat yang lebih memperhatikan
materi tanpa memperhatikan makna dari pekerjaan yang
harus ditangani.
4. Fungsi manajemen tidak berperan baik sehingga pola
manajemen dan mekanisme organisasi tidak bisa
terkendali.
5. Kurangnya modal dalam pengembangan usaha.
6. Kurangnya infrastruktur penunjang pengembangan
kewirausahaan seperti akses penghubung (jalan) dan
akses pemasaran.
Pada APBN Tahun 2016 Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan-Ditjen Perkebunan melalui
Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditi
Perkebunan membiayai kegiatan Temu Usaha Kemitraan.
Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong para
petani/pelaku usaha perdesaan membentuk kelembagaan tani
yang kuat dalam rangka mengembangkan kemitraan usaha,
sehingga dapat mengembangkan usahanya secara lebih
profesional dengan jiwa kewirausahaan yang kuat, untuk
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 4
menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah dan berdaya
saing tinggi.
A. Tujuan
Kegiatan Temu Usaha Kemitraan bertujuan antara lain:
Memfasilitasi terbentuknya dan/atau peningkatan kemitraan
usaha antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra.
B. Sasaran
Terbentuknya dan/atau meningkatnya kemitraan usaha
antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra serta
berkembangnya kewirausahaan dan ekonomi kreatif pada
Poktan/Gapoktan pada 24 satker di 24 Provinsi di Indonesia
sebagaimana terlampir.
C. Output
Terbentuknya kemitraan antara Poktan/Gapoktan dengan
Perusahaan Mitra yang ditandai dengan adanya MoU antara
para pihak tersebut.
D. Outcome
Meningkatnya akses pasar teknologi permodalan dan
capacity building.
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 5
E. Metode Pelaksanaan
a. Identifikasi kelompok-kelompok petani yang potensial
untuk dimitrakan.
b. Identifikasi perusahaan calon mitra bagi kelompok-
kelompok petani yang potensial
c. Melaksanakan pertemuan dan merumuskan konsep
kemitraan yang dapat dilaksanakan dan penanda-
tanganan MoU oleh para pihak.
F. Jadwal Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.
Identifikasi
kelompok-
kelompok petani
yang potensial
untuk dimitrakan
2 Identifikasi
perusahaan calon
mitra bagi
kelompok-
kelompok petani
yang potensial
3. Pertemuan
kemitraan (Temu
Usaha)
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 6
No Jenis Kegiatan
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4. Koordinasi dengan
berbagai
stakeholder dalam
rangka mendukung
kemitraan
G. Anggaran
Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016
untuk kegiatan Temu Usaha Kemitraan dialokasikan pada 24
Satker.
H. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan Temu Usaha Kemitraan, dilaporkan
oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen
Perkebunan.
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 7
II. BIMBINGAN TEKNIS TOT KEMITRAAN DAN
KEWIRAUSAHAAN
Dalam rangka pengembangan usaha kemitraan agribisnis
mulai dari hulu (budidaya) sampai hilir (pengolahan dan
pemasaran), pemerintah mendorong untuk terjadinya kemitraan
usaha yang efektif, adil dan berkelanjutan antara petani yang
tergabung dalam Poktan/Gapoktan, Koperasi Tani, LM3
Agribisnis, Subak Abian, Asosiasi dengan Perusahaan Mitra
(Menengah/Besar/Eksportir) ataupun antara Poktan/Gapoktan itu
sendiri.
Keberhasilan pembangunan agribisnis sangat ditentukan
oleh 4 faktor/ 4 pilar utama yaitu : (1) Sumberdaya mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan
usaha; (2) Modal, (3) Teknologi, dan (4) Pasar. Dengan
demikian, diharapkan seluruh stakeholder akan benar-benar
sadar akan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
tersebut selanjutnya dapat memberikan perhatian secara intensif
dan berimbang kepada keempat faktor atau pilar tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari serangkaian kegiatan yang
memberikan langkah-langkah kongkret dan nyata dalam rangka
pengembangan agribisnis melalui pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian untuk memberikan nilai tambah
dan daya saing antara lain dilakukan pengembangan kemitraan
dan kewirausahaan agribisnis. Secara prinsip kemitraan usaha
tetap diarahkan dapat berlangsung atas dasar norma-norma
ekonomi yang berlaku dalam keterkaitan usaha yang saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Tujuan Mengembangkan usaha kemitraan di bidang pertanian
antara lain untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 8
usaha, peningkatan kualitas sumberdaya mitra, peningkatan
skala usaha serta dalam rangka menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri.
Terhadap kemitraan yang sudah terbangun tersebut, perlu
dilakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi agar dapat
terwujud kemitraan yang adil, efektif dan berkelanjutan.
A. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Bimbingan Teknis TOT Usaha Perkebunan adalah
meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha agribisnis
dibidang perkebunan dengan menerapkan pola kemitraan
Sasaran Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis
Perkebunan yaitu kelompok yang telah tercatat sebagai
kelompok mitra
B. Sasaran
Sasaran yang diinginkan dari kegiatan Bimbingan Teknis
Kemitraan dan Kewirausahaan adalah terlatihnya para pelaku
usaha tentang konsep dan pola kemitraan dan kewirausahaan
perencanaan usaha d
C. Output
Output Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis
Perkebunan adalah terbinanya Poktan/Gapoktan, Koperasi Tani,
LM3 Agribisnis, Subak Abian, Asosiasi yang telah melakukan
kemitraan
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 9
D. Outcome
Outcome Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis
Perkebunan adalah berjalannya kemitraan yang sudah berjalan
dari tahun 2011 – 2015.
E. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi dan monev
terhadap Poktan/Gapoktan yang telah bermitra,
penyusunan jadwal, penentuan materi, menghubungi
narasumber, mempersiapkan undangan kepada peserta
dan narasumber dan berkoordinasi dengan Dinas
Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota lingkup Pertanian
dan instansi terkait lainnya.
b) Tahap Pelaksanaan
Penyampaian materi pendukung di dalam kelas oleh
berbagai narasumber yang terkait.
Diskusi dan tukar menukar informasi tentang materi
yang telah disampaikan, permasalahan dan upaya
pemecahan masalah serta rencana tindak lanjut
terkait dengan pengembangan kemitraan usaha.
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 10
c) Tahap Pembuatan Laporan
Pada tahap ini akan dilakukan pembuatan laporan hasil
pelaksanaan kegiatan, termasuk permasalahan,
pemecahan masalah dan tindak lanjut
F. Jadwal Pelaksanaan
Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bimbingan Teknis
TOT Usaha
agribisnis
Perkebunan
G. Anggaran
Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016
untuk kegiatan Bimbingan Teknis TOT Kemitraan dan
Kewirausahaan dialokasikan pada 22 Satker.
H. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis TOT Kemitraan
dan Kewirausahaan meliputi hasil kegiatan termasuk
Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 11
permasalahan, pemecahan masalah dan tindak lanjut, dilaporkan
oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen
Perkebunan.
PENUTUP
Pembinaan Kemitraan, Kewirausahaan dan Ekonomi
Kreatif melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan
kewenangan berbagai instansi di dalam dan di luar lingkup
Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang
harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para
pelaku usaha agribisnis, Pemerintah Daerah dan masyarakat
luas yang merupakan komponen utama didalam sistem
agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan
bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang
telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta
sasaran yang telah ditetapkan.
Pedoman teknis ini masih harus dijabarkan lebih lanjut ke
dalam pedoman yang lebih operasional yang diterbitkan oleh
Dinas Perkebunan di tingkat provinsi.
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 1
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mengembangkan usaha yang merupakan
salah satu upaya dalam rangka mengembangkan usaha
masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani
pekebun khususnya masyarakat di wilayah agrowisata. Sinergi
antara Pertanian dan Pariwisata merupakan landasan dalam
pengembangan Agrowisata. Dampak positif pengembangan
Agrowisata antara lain dapat meningkatkan nilai jual komoditi
pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber-sumber
pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat
setempat. Untuk pengembangan lebih lanjut sebagai suatu
Kawasan Agrowisata yang dapat memberikan kontribusi nyata
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani pekebun di wilayah yang bersangkutan, maka perlu
adanya suatu koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka
pembinaan dan pengawalan dengan instansi terkait serta
stakeholder untuk menindaklanjuti rencana pengembangan
agrowisata.
Terkait dengan pada kegiatan tersebut diharapkan Kawasan
Agrowisata dapat berkembang. Pedoman Teknis ini adalah salah
satu Pedoman/acuan dalam rangka pelaksanaan kegiatan tahun
2016.
Jakarta, .... 2016
..........................................
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page ii
.................................
NIP. ...........................................
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 1
I. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam
dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat,
kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan
perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia
sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan
sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan
meter di atas permukaan laut. Komoditas perkebunan dengan
keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat
oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya
tarik kuat sebagai agrowisata. Keseluruhannya sangat
berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian
Indonesia.
Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara
dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk
menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar,
pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional,
maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik
menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini
merupakan signal tingginya permintaan akan Wisata Agro dan
sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk
agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian
yang mempunyai daya tarik spesifik.
Potensi Wisata Agro yang sangat tinggi ini belum
sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang
konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan
pengelolaan Obyek Wisata Agro di era globalisasi dan otonomi
daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 2
dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek Wisata Agro dibutuhkan
kerjasama sinergis diantara pelaku yang terlibat dalam
pengelolaan Wisata Agro, yaitu masyarakat, swasta dan
pemerintah.
Kerjasama sinergis diantara pelaku/stakeholder yang
terlibat dalam pengelolaan wisata perlu dilakuka pembinaan dan
pengembangan agrowisata. Pembinaan dan pengembangan
agrowisata kepada stakeholder maupun Pemerintah bisa dalam
bentuk promosi maupun dalam bentuk Focus Group Discussion
antar instansi terkait dalam hal permasalahan-permasalahan
yang ada pada agrowisata serta untuk dapat mengembangkan
agrowisata tersebut.
A. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan koordinasi, dan
sinkronisasi dalam rangka pembinaan dan pengembangan
Kawasan Agrowisata yang potensial di setiap wilayah.
B. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini ialah:
1) Adanya konsep kesepakatan antar stakeholder dalam
mengembangkan Agrowisata untuk suatu Kawasan
tertentu di masing-masing wilayah (Provinsi).
2) Adanya komitmen dukungan dari berbagai pihak
terkait untuk pengembangan Kawasan Agrowisata
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 3
yang bersangkutan.
C. Output
Hasi yang diperoleh antara lain :
1. Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata
2. Komitmen Stakeholder dalam mengembangkan
agrowisata
D. Outcome
Berkembangnya agrowisata.
E. Metode Pelaksanaan
1. Dalam rangka pelaksanaan Pembinaan dan
Pengembangan Agrowisata perlu adanyanya
Kesepakatan Rencana Pengembangan
Agrowisata :
a. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil analisis
potensi Kawasan yang potensial untuk
Pengembangan Kawasan Agrowisata (dilihat dari
aspek teknis, sosial, ekonomi, budaya dan
lingkungan alam.
b. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 4
delineasi Kawasan sebagai salah satu wilayah
yang telah ditetapkan bersama akan
dikembangkan sebagai Kawasan Agrowisata.
c. Menyusun progres hasil koordinasi dan
sinkronisasi mengenai Rencana Tata Ruang dan
Tata Guna Lahan.
d. Melakukan pembinaan dan pengawalan Hasil
pemetaan sesuai komponen-komponen yang
perlu dibangun/dikembangkan serta tahapan
pelaksanaannya dalam rangka pengembangan
wilayah yang bersangkutan sebagai Kawasan
Agrowisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
e. Menyusun progres hasil koordinasi dan
sinkronisasi mengenai pola manajemen
Agrowisata yang direkomendasikan bersama
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan
pengawalan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah:
a. Rapat Koordinasi dan sinkronisasi dengan
stakeholders terkait.
b. Pemantapan rencana pengembangan kawasan
Agrowisata dan atau membentuk Tim
Pengembangan Agrowisata
Koordinasi dan sinkronisasi Penyusunan rencana
dukungan masing-masing sektor terkait dalam
rangka Pengembangan Agrowisata dan Wisata
Agro yang melibatkan instansi terkait, pakar usaha
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 5
Agrowisata dan wakil masyarakat sekitar
agrowisata.
2. Dalam rangka Gelar Potensi Agrowisata :
Menghadiri acara Gelar potensi agrowisata yang
diselenggarakan baik di tingkat Daerah atau di Tingkat
Nasional.
a) Peserta Gelar Potensi Agrowisata adalah
stakeholder terkait di Daerah (Kabupaten/ Kota,
Provinsi), termasuk wakil-wakil dari masyarakat di
sekitar Kawasan Agrowisata dan instansi terkait.
b) Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi pemetaan
Kawasan Agrowisata dengan stakeholders
diharapkan dapat disosialisasikan lebih luas pada
acara Pameran Agrowisata di Tingkat Daerah dan
atau di acara Gelar Potensi Agrowisata yang
rencananya akan di selenggarakan di Jogja Expo
Center pada bulan Mei 2016.
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 6
F. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan
Pengembangan Agrowisata:
No Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rapat
Koordinasi dan
Sinkronisasi
2 Pemantapan
rencana
pengembangan
agrowisata
3. Pelaksanaan
Gelar Potensi
Agrowisata
4.. Pelaporan
G. Anggaran
Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016
untuk kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata
dialokasikan pada 14 Satker.
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 7
H. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan
Agrowisata meliputi hasil koordinasi dan sinkronisasi termasuk
permasalahan, pemecahan masalah dan tindak lanjut, dilaporkan
oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen
Perkebunan.
H. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan
Pengembangan Agrowisata kepada Ditjen Perkebunan Cq.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan paling
lambat bulan November 2016 dan tembusan kepada Sekretariat
Ditjen Perkebunan.
Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 8
PENUTUP
Pengembangan Kawasan Agrowisata melibatkan
stakeholder dengan aspek yang sangat luas dan terkait dengan
kewenangan berbagai instansi di dalam dan di luar lingkup
Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang
harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para
pelaku usaha agribisnis, Pemerintah Daerah dan masyarakat
luas yang merupakan komponen utama didalam sistem
agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan
bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang
telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta
sasaran yang telah ditetapkan.
Pedoman teknis ini masih harus dijabarkan lebih lanjut ke
dalam pedoman yang lebih operasional yang diterbitkan oleh
Dinas Perkebunan Provinsi.
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Persaingan pasar yang sangat kompetitif menuntut setiap
negara yang mempunyai keunggulan komparatif suatu
produk untuk selalu tanggap dan antisipatif. Indonesia
memiliki unggulan komoditi perkebunan seperti kelapa
sawit, kakao, teh, kopi, pala, dll. Berbagai faktor yang
mempengaruhi persaingan pasar tersebut diantaranya isu-
isu yang berkaitan dengan peningkatan daya saing produk
perkebunan Indonesia terutama yang berkaitan dengan
mutu/standarisasi, proteksi lewat hambatan non tarif
barrier serta Sanitary and Phytosanitary (SPS).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi makin
banyak produk yang bernilai tambah dapat dihasilkan dan
peluang pasar komoditi perkebunan Indonesia di pasar
Internasional semakin terbuka luas, namun hal ini belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha
produk Perkebunan Indonesia.
2
Disisi lain, saat ini mulai banyak terjalin berbagai
perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara
mitra dagang baik dalam forum bilateral, regional dan
multilateral termasuk kerjasama komoditi dalam bentuk
Free Trade Agreement (FTA). Kesepakatan perdagangan
bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antar negara
yang merupakan wujud dari liberalisasi perdagangan tidak
bisa dibendung lagi oleh suatu negara secara individual.
Karena dalam situasi seperti ini satu negara tidak lagi
dapat berdiri sendiri, tetapi saling tergantung satu dengan
yang lain.
Perkembangan FTA semakin berkembang antara lain
disebabkan oleh tidak tercapainya kesepakatan
perundingan di dalam wadah WTO, termasuk perundingan
untuk produk perkebunan. Sebagai konsekuensi, sejumlah
negara berlomba untuk melakukan Free Trade
Agreement, baik berupa bilateral maupun regional untuk
meningkatkan perdagangan antar negara yang ikut serta
dalam FTA tersebut.Beberapa FTA antara Indonesia dan
negara mitratelah terbentuk antara lain: Indonesia – Japan
Economic Patnership Agreement (IJ-EPA) dan PTA
3
Indonesia – Pakistan sedangkan yang saat ini masih
dalam tahap negosiasi perundingan antara lain Indonesia
– Korea CEPA, Indonesia – EFTA CEPA, Indonesia – EU
CEPA, Indonesia – Australia CEPA. Dalam forum
regional, Indonesia terlibat dalam forum ASEAN-FTA dan
RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership)
sedangkan dalam forum multilateral Indonesia aktif dalam
WTO. AEC (Asean Economic Community) akan
implementatif pada 31 Desember 2015 dan RCEP
(dengan 16 negara) akan implementatif pada 1 Januari
2016.
FTA membawa dampak ekspansi perdagangan dunia,
menghilangkan hambatan perdagangan dan bertujuan
meningkatkan perdagangan antar anggota. Kesepakatan
utama dalam perdagangan bebas adalah menghilangkan
hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota.
Berbagai kesepakatan hasil negosiasi dan diplomasi di
berbagai forum perdagangan Internasional
perludiinformasikan lebih luas kepada stakeholder /
instansi teknis terkait di daerah sentra produksi di seluruh
4
Indonesia, agar hasil perundingan perdagangan
internasional tersebut bisa peningkatan ekspor produk
perkebunan.
Produk perkebunan sebagian besar berorientasi ekspor,
dimana banyak isu-isu perdagangan internasional yang
terus muncul seperti aflatoksin pada ekspor pala ke Uni
Eropa, kampanye negatif terhadap minyak sawit di Uni
Eropa dan Amerika Serikat serta kandungan cadmium
pada biji kakao, sehingga perlu disusun strategi yang
tepat dalam menyikapi dinamika perdagangan
internasional tersebut untuk meningkatkan ekspor produk
perkebunan.Forum Diskusi Akses Pasar Perdagangan
Internasional ini dapat menjadi wadah untuk
mendiskusikan informasi dari forum internasional serta
potensi dalam negeri. Dari forum ini diharapkan dapat
dihasilkan rumusan yang bermanfaat bagi stakeholder di
dalam dan di luar negeri termasuk perwakilan Indonesia di
luar negeri (KBRI, Atase Perdagangan, Indonesia Trade
Promotion Center/ITPC).
Sehubungan hal tersebut, pada tahun 2016 Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan telah
5
mengalokasikan Dana Dekonsentrasi berupa kegiatan
Fasilitasi Pengembangan Akses Pasar Perdagangan
internasional yang dapat berupa Kegiatan Sosialisasi
Hasil Negosiasi dan Diplomasi di Forum Perdagangan
Internasional atau forum temu bisnis (business matching)
dengan mendatangkan calon pembeli (buyer) dari luar
negeri / negara tujuan ekspor.
2. Tujuan Pedoman Teknis ini disusun sebagai pedoman (acuan)
bagi Satker Penerima Dana Dekonsentrasi TA. 2016
dalam hal pelaksanaan kegiatan, peran dan tugas masing-
masing pelaksana serta mekanisme dan pengadministrasi
dalam pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pengembangan
Akses Pasar Perdagangan Internasional, khususnya untuk
produk perkebunan yang berorientasi ekspor.
3. Sasaran Peningkatan akses pasar internasional untuk produk
perkebunan berorientasi ekspor di daerah penerima Dana
Dekonsentrasi. Selanjutnya diharapkan agar daerah dapat
6
memanfaatkan informasi maupun kegiatan temu bisnis
tersebut untuk membantu para pelaku/calon eksportir hasil
perkebunan dalam meningkatkan akses ke pasar-pasar
tujuan ekspor yang sesuai untuk komoditas unggulan
perkebunan di daerahnya masing-masing.
4. Provinsi Penerima Dana Dekonsetrasi Fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional
Kriteria provinsi yang dipilih sebagai daerah penerima
dana dekonsentrasi adalah provinsi yang memiliki
komoditi potensial ekspor dan pelaku usaha sub sektor
perkebunan yang sudah berorientasi ekspor. Provinsi
penerima dana dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016
adalah sebagai berikut:
1) Daerah Istimewa Aceh,
2) Sumatera Utara,
3) Sumatera Barat,
4) Riau,
5) Jambi,
6) Sumatera Selatan,
7) Lampung,
7
8) Jawa Barat,
9) Jawa Tengah,
10) DI Yogyakarta,
11) Jawa Timur,
12) Kalimantan Barat,
13) Kalimantan Tengah,
14) Kalimantan Selatan,
15) Kalimantan Timur,
16) Sulawesi Utara,
17) Sulawesi Selatan,
18) Maluku,
19) Bali,
20) Maluku Utara.
5. Ruang Lingkup 5.1 Ruang Lingkup Materi
Cakupan materi dapat meliputi : a. Tata cara/prosedur ekspor khususnya untuk produk
perkebunan dan persyaratan importasi di negara
tujuan ekspor. Hal ini bertujuan untuk memberikan
wawasan kepada stakeholder perkebunan tentang
8
pengembangan dan peningkatan akses pasar
internasional.
b. Peluang dan potensi ekspor berbagai komoditi
perkebunan di negara tujuan ekspor yang bertujuan
untuk memberikan informasi kepada stakeholder
tentang informasi pasar produk perkebunan di luar
ngeri dan produk produk perkebunan yang diminati
oleh pasar luar negeri.
c. Berbagai kesepakatan yang dihasilkan dari forum
perundingan bilateral, regional, multilateral maupun
kerjasama komoditi. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada gapoktan mengenai
keterlibatan Indonesia di forum internasional beserta
peranannya dalam pembukaan akses pasar di negara
tujuan dan perlindungan produk perkebunan di dalam
negeri.
d. Upaya pengembangan ekspor produk perkebunan
yang sedang dan akan dilakukan baik ditingkat
kabupaten, provinsi maupun pusat dapat meliputi
berbagai pemerintah mendorong ekspor produk
9
perkebunan, pengembangan market intelligence
produk perkebunan, fasilitasi masalah permodalan
antara gapoktan dengan lembaga pembiayaan, dan
lain-lain.
e. Peningkatan potensi ekspor perkebunan setempat
f. Temu bisnis (business matching) antara calon importir
/ buyer dengan pelaku usaha / poktan perkebunan
5.2 Ruang Lingkup Komoditi Komoditi yang dimaksud dalam pedoman teknis ini adalah
kopi specialty, kakao olahan, tea specialty, pala organik,
lada organik, mete atau komoditi perkebunan lainnya yang
merupakan komoditi perkebunan unggulan / potensial
untuk ekspor di Provinsi penerima Dana Dekonsentrasi
TA. 2016.
10
II. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional
1. Instansi Pelaksana : Pertemuan dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi
Penerima Dana Dekonsentrasi fasilitasi pengembangan
akses pasar perdagangan internasional TA. 2016.
2. Peserta : Target peserta undangan Pertemuan fasilitasi
pengembangan akses pasar perdagangan internasional
adalah stakeholder produk perkebunan seperti :
Gapoktan berorientasi ekspor
Eksportir / calon eksportir produk perkebunan
Dinas Perkebunan Provinsi / Kabupaten
Lembaga Keuangan/Perbankan
Penyuluh Pertanian
Calon importir / buyer
11
Sangat diharapkan bahwa peserta yang mengikuti cara ini
mewakili semua kabupaten dan unsur yang disebutkan di
atas, agar dapat bermanfaat dan tepat sasaran.
3. Narasumber :
Narasumber yang dapat diundang :
• Pejabat berkompeten di lingkup Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan,
Kementerian Pertanian, Lembaga Pembiayaan Ekspor,
Perbankan.
• Praktisi/eksportir yang berpengalaman
• Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
• Pemasok/Eksportir yang berhasil
• Kadin daerah
• Atase perdagangan / ITPC / Atase pertanian
4. Metode Pelaksanaan : Pertemuan Fasilitasi Pengembangan Akses Pasar
Perdagangan Internasional dilaksanakan selama satu hari
penuh dalam format seminar, kunjungan lapang maupun
temu bisnis (business matching). Dalam format seminar,
materi yang disampaikan dalam seminar dapat bentuk
12
paparan dan diskusi. Agar peserta dapat menerima materi
dan berdiskusi dengan baik, sebelum paparan
diselenggarakan sesi ice breaking. Setelah acara utama
para peserta akan melakukan kunjungan lapang (field trip)
ke lokasi petani/gapoktan perkebunan yang berorientasi
ekspor. Sedangkan dalam format temu bisnis, kegiatan
dapat berupa pertemuan langsung antara calon importir /
buyer dengan pelaku usaha / poktan perkebunan.
5. Jadwal Pelaksanaan : (terlampir) 6. Susunan Acara (tentatif *) Tabel 1. Susunan Acara Utama
WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
Sambutan Kepala Dinas
Sambutan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Ice Breaking
Pemaparan
Hasil Negosiasi dan Diplomasi Produk Perkebunan di Forum Perdagangan Internasional
Dir. PPH Bun
Peluang Pemasaran Ekspor Produk dan Strateginya
Dir. Pengembangan Produk Ekspor,
13
Ditjen PEN, Kemendag
Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Bagi Produk Perkebunan
LPEI / Perbankan
Permasalahan ekspor produk perkebunan yang dihadapioleh daerah
Kadin daerah
Successtory Pelaku Usaha /Eksportir
Komoditi unggulan setempat
*) nara sumber bisa disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan ketersediaan anggaran
7. Pelaporan a. Pertanggung Jawaban Pertanggungjawaban baik fisik/teknis maupun administrasi
adalah merupakan tahapan terakhir dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Pengembangan Akses Pasar
Perdagangan Internasional. Secara umum ketentuan
pertanggung jawaban yang benar adalah tercapainya fisik/
output kegiatan berupa laporan pelaksanaan serta
dipenuhinya ketentuan adminsitrasi keuangan.
14
b. Laporan Pelaksanaan Laporan hasil pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Akses Pasar Perdagangan Internasional paling lama
dapat diselesaikan 2 minggu setelah kegiatan
dilaksanakan dan dikirimkan melalui email
[email protected] (format laporan
pelaksanaan selengkapnya terlampir).
c. Database Peserta Setiap peserta khususnya gapoktan yang berpartisipasi
harus membawa dan menyerahkan profil gapoktan dan
mengisi kuisioner yang diberikan untuk penyusunan
database gapoktan berorientasi ekspor (kuisioner
terlampir).
d. Tindak Lanjut Pertemuan Membentuk jaringan komunikasi antara gapoktan
berorientasi ekspor dengan Petugas Dinas Perkebunan
Kabupaten, Provinsi dan Ditjen Perkebunan Kementerian
Pertanian. Dalam hal ini Dinas Perkebunan Propinsi
15
diharapkan bisa menjadi inisiator dan fasilitaror jaringan
komunikasi tersebut, menggunakan aplikasi teknologi
informasi yang tersedia dan mudah dioperasikan oleh
anggota jaringan.
Dengan adanya jaringan komunikasi ini diharapkan akan
menjadi media pembelajaran, tukar menukar informasi
dan peluang pasar secara cepat dan efektif.
16
III. PENUTUP
Dana Dekonsentrasi merupakan bentuk dukungan Ditjen
Perkebunan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan
kualitas SDM petani, pelaku usaha ekspor maupun
instansi teknis terkait dalam rangka fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional.
Keberhasilan pengembangan produk perkebunan
berorientasi ekspor sangat bergantung kepada sinergitas
antara pusat maupun daerah dalam melakukan
pembinaan, pengawalan dan koordinasi dengan
stakeholder.
Pelaksana kegiatan fasilitasi Pengembangan Akses Pasar
Perdagangan Internasionalini diharapkan dapat
bermanfaat bagi peningkatan SDM stakeholder sehingga
mampu memanfaatkan hasil kesepakatan negosiasi dan
diplomasi internasional maupun kegiatan temu bisnis yang
pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dalam
memanfaatkan peluang pasar sekaligus dapat
meningkatkan meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani atau gapoktan serta pelaku usaha
17
perkebunan dan memberikan kontribusi pada peningkatan
perekonomian daerah.
Dari uraian yang telah dipaparkan, diharapkan pedoman
ini dapat dijadikan panduan bagi pelaksana kegiatan
fasilitasi Pengembangan Akses Pasar Perdagangan
Internasional. Diharapkan anggaran yang dialokasikan
dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan tepat
sasaran, sehingga dapat menghasilkan capaian kinerja
yang baik.
18
DAFTAR LAMPIRAN
19
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional TA 2016
NO PROVINSI BULAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
1 Daerah Istimewa Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Lampung
8 Jawa Barat
9 Jawa Tengah
10 DI Yogyakarta
11 Jawa Timur
12 Kalimantan Barat
13 Kalimantan Tengah
20
14 Kalimantan Selatan
15 Kalimantan Timur
16 Sulawesi Utara
17 Sulawesi Selatan
18 Maluku
19 Bali
20 Maluku Utara
21
Lampiran 2. Format Laporan Pelaksanaan
Kata Pengantar Daftar Isi I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan II. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tempat dan Waktu Kegiatan
b. Peserta Kegiatan
c. Pembicara
d. Panitia
e. Anggaran Biaya
f. Susunan Acara III. Rumusan Kegiatan IV. Kesimpulan V. Penutup
22
Lampiran 3. Kuisioner Bagi Gapoktan
Nama Gapoktan / Poktan
:
Jumlah Anggota
:
Tahun Gapoktan Berdiri
:
Luas Lahan Kepemilikan
:
Jenis Produk yang diusahakan
:
Kapasitas Produksi / Volume Produksi
:
Mitra Eksportir
:
Total volume yang disuplai ke eksportir
:
Total volume yang dipasarkan ke dalam negeri
:
Tujuan Pemasaran Dalam Negeri
:
Tujuan Pasar Ekspor
:
Bantuan dari Ditjen PPHP (Apa saja dan tahun berapa)
Peningkatan volume produksi dan volume ekspor sebelum dan setelah di bantu (berapa peningkatannya?)
:
Permasalahan di lapangan / hambatan usahatani
:
23
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya Buku
Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan
Tahun 2016 telah selesai disusun.
Pedoman Teknis ini merupakan acuan bagi aparat
pembina tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dalam melaksanakan kegiatan Pengolahan Hasil
Perkebunan yang didukung dana APBN Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Pedoman ini agar dijabarkan lebih lanjut dalam
bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
di daerah agar lebih aplikatif dalam
penerapannya.
Komitmen semua pihak sangat diharapkan demi
terwujudnya pelaksanaan kegiatan yang lebih baik
dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu,
koordinasi yang sinergis antara pusat, provinsi,
kabupaten/kota sangat diperlukan dalam
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
ii
melakukan pembinaan pengolahan hasil
perkebunan berbasis kelompok.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di daerah agar
lebih baik, maka dimungkinkan adanya perbaikan
pedoman teknis selanjutnya, untuk itu saran dan
masukan yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan pedoman teknis ini dan semoga
bermanfaat.
Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal
Perkebunan
Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................... i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................. v
I. PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang .................................. 1
B. Tujuan dan Sasaran ............................. 4
II. ISTILAH DAN DEFINISI ......................................... 6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................ 10
1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 10
2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan............................... 11
3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 13
4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 16
IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ................. 29
IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN ...................... 31
A. Tingkat Pusat ................................... 32
B. Tingkat Provinsi ................................ 32
C. Tingkat Kabupaten/kota ...................... 33
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
iv
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ..................................................... 35
VI. PENUTUP .......................................................... 39
LAMPIRAN ............................................................. 40
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok ................ 41
Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok ................................. 52
Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi ................ 61
Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan .......... 62
Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan .............................. 63
Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) ..................... 64
Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) ....................... 67
Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report ............. 68
Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan .............................. 70
Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil .................................. 78
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
vi
Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...……… ........................ 80
Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang .................... 82
Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan ....................... 83
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan membutuhkan pengetahuan
tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan
menentukan keputusan bisnis yang akan
diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik
petani produsen, maupun pihak lain yang
bergerak dalam bidang perkebunan.
Sektor perkebunan merupakan salah satu
produk yang menghasilkan komoditas ekspor
yang cukup prospektif, sehingga menjadikan
neraca perdagangan produk perkebunan
meningkat. Peningkatan ini merupakan kata
kunci yang harus dipikirkan dan ditindaklanjuti
dengan upaya nyata oleh seluruh stakeholder
yang terlibat dalam pengembangan pengolahan
hasil perkebunan, terutama oleh pelaku usaha
perkebunan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
2
Selama ini, kontribusi sektor perkebunan
terhadap penerimaan devisa lebih banyak
diperoleh dari produk olahan primer
dibandingkan dengan produk olahan sekunder
(produk hilir). Produk perkebunan pada
umumnya masih dipasarkan dalam bentuk
primer sehingga bernilai rendah dan rentan
terhadap fluktuasi harga. Kecenderungan yang
terjadi dewasa ini adalah bahwa harga
komoditas primer semakin lama semakin
menurun dan harga produk olahan perkebunan
semakin meningkat.
Diversifikasi pengolahan produk hasil
perkebunan saat ini perlu dikembangkan
sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri
maupun untuk tujuan ekspor. Menyadari hal
tersebut, maka pendekatan pembangunan
sektor perkebunan ke depan diarahkan kepada
pengembangan pengolahan hasil perkebunan,
bukan lagi pada pengembangan komoditas.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
3
Secara lebih khusus pendekatannya lebih
difokuskan pada produk olahan, baik produk
antara (intermediate product), produk semi
akhir (semi finished product) dan yang utama
adalah produk akhir (final product) yang
berdaya saing. Sampai saat ini, kegiatan-
kegiatan pengolahan hasil perkebunan
termasuk pemanfaatan produk samping dan
limbahnya (diversifikasi produk) pada umumnya
masih sangat kurang dimanfaatkan.
Untuk itu, salah satu strategi pengembangan
perkebunan ke depan adalah pengembangan
pengolahan hasil perkebunan. Pengembangan
pengolahan hasil perkebunan merupakan
pilihan strategis dalam meningkatkan
pendapatan, membuka lapangan pekerjaan di
pedesaan, dan untuk jangka panjangnya adalah
memperkuat pilar sektor perkebunan.
Dengan memfasilitasi poktan/gapoktan dengan
sarana dan prasarana pengolahan perkebunan
yang memenuhi kaidah GHP/GMP dan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
4
memberikan pelatihan-pelatihan melalui
pembinaan, pengawalan dan pendampingan
pengolahan hasil perkebunan, serta bimbingan
teknis, diharapkan cita-cita membangun unit
pengolahan hasil perkebunan yang kompetitif
dapat tercapai.
Program Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan tahun 2016 ini diharapkan dapat
memberikan substansi yang lebih besar tentang
muatan teknologi pengolahan khususnya sektor
perkebunan sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah, daya saing produk dan
pendapatan petani yang akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan dan Sasaran
Pedoman teknis ini bertujuan sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan pengolahan hasil
perkebunan di daerah yang pembiayaannya
melalui Anggara Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan TA 2016.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
5
Sedangkan sasarannya adalah aparat pelaksana
yang membidangi pengolahan perkebunan di
tingkat Provinsi/ kabupaten/kota (Kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) dan
Poktan/Gapoktan penerima Dana Tugas
Pembantuan TA 2016 sejumlah 55 unit di 31
provinsi.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6
II. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu;
2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah dan/atau
desa, dari pemerintah Provinsi kepada
kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan;
3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal
dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil pemerintah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
7
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah;
4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan;
5. Running usaha komersial adalah uji coba
pemanfaatan alat dan mesin untuk
memproduksi produk sesuai dengan kapasitas
dan kemampuannya sampai diperoleh bukti
bahwa alat dan mesin tersebut mampu
berproduksi sesuai dengan spesifikasi teknisnya
serta menghasilkan produk yang siap
dipasarkan.
6. Program adalah instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan instansi/lembaga untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
8
7. Test Report atau hasil uji adalah keterangan
hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk
kerja, uji beban berkesinambungan, uji
pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan
mesin pertanian.
8. Sentra produksi adalah suatu kawasan yang
mencapai skala ekonomi tertentu sehingga
layak dikembangkan sebagai satuan kegiatan
pengembangan agroindustri pedesaan.
9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan
petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumber daya) kesamaan
komoditi dan keakraban untuk meningkatkan
dan mengembangkan usahanya.
10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah
organisasi gabungan kelompok tani di suatu
wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak
di bidang usahatani, pengolahan dan
pemasaran yang anggotanya terdiri dari
kelompok tani yang bekerjasama untuk
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
9
meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi
usaha.
11. Site Manager adalah orang yang direkrut untuk
mengelola usaha pengolahan yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan dinas
kabupaten/kota setempat;
12. Asisten Site Manager adalah orang yang dapat
direkrut didaerah setempat diutamakan dari
anggota poktan/gapoktan.
13. Pengolahan Hasil Perkebunan adalah suatu
kegiatan mengubah bahan hasil perkebunan
menjadi beraneka ragam bentuk/diversifikasi
olahan dan macamnya dengan tujuan untuk
memperpanjang daya simpan, dan
meningkatkan nilai tambah.
14. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Perkebunan
adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan
dengan motor penggerak maupun tanpa motor
penggerak untuk kegiatan yang terkait dengan
pengolahan hasil perkebunan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
10
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan di daerah/Provinsi/
Kabupaten tahun anggaran 2016 meliputi:
1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan
a. Tujuan: Melakukan pembinaan dan
pengawalan kegiatan pembangunan dan
pengembangan pengolahan hasil
perkebunan agar berjalan dengan
optimal dan sesuai dengan pedoman
teknis.
b. Sasaran: Poktan/Gapoktan penerima
Dana Tugas Pembantuan TA 2016.
c. Mekanisme pelaksanaan:
Pada awal tahun dilakukan Koordinasi
Pelaksanaan Kegiatan pengolahan
perkebunan. Kegitan ini dihadiri oleh pihak
terkait dalam pelaksanaan kegiatan tugas
pembantuan Tahun 2016 (tim teknis, pejabat
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
11
pengadaan, Kelompok Tani/penerima TP,
akademisi/tenaga ahli).
Pembinaan dilakukan secara bersama – sama
baik dari unsur pusat, provinsi maupun
kabupaten. Dalam pembinaan ini, dapat juga
bekerjasama dengan akademisi/tenaga ahli
(BPTP atau perguruan tinggi).
Untuk mengetahui kondisi kelembagaan UPH,
petugas dinas melakukan penilaian
menggunakan form perkembangan
kelembagaan kelompok dan perkembangan
usaha kelompok (Lampiran 1 dan 2) .
Penilaian dilakukan pada saat sebelum
bantuan diterima dan pada akhir tahun
anggaran.
2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan
a. Tujuan: Untuk melihat perkembangan
pemanfaatan fasilitasi alat dan mesin
pengolahan hasil perkebunan dan kinerja
unit usaha poktan/gapoktan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
12
b. Sasaran: Unit pengolahan hasil yang
difasilitasi oleh Ditjen PPHP sampai dengan
tahun 2015 dan Ditjen Perkebunan tahun
2016.
c. Mekanisme Pelaksanaan
1) Monitoring
Monitoring fasilitasi UPH dilakukan oleh
pihak pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Monitoring dilakukan
terhadap perkembangan pelakanaan
kegiatan tahun 2016, dengan
menggunakan form lampiran 3 dan 4
Monitoring terhadap perkembangan UPH
yang difasilitasi dilakukan dengan
menggunakan form pada lampiran 5.
Data yang diperoleh selama melakukan
monitoring akan dibahas pada
pertemuan evaluasi yang dilakukan di
Provinsi. Adapun pelaksanaannya
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
13
Optimalisasi Unit Pengolahan Hasil
Perkebunan yang dilakukan oleh Pusat.
2) Pelaporan
Hasil yang sudah dibahas pada
pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk
keberhasilannya (succes story), harus
dibawa pada pertemuan Optimalisasi
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di
tingkat pusat, yang akan dilaksanakan
bulan November 2016.
3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh dinas perkebunan
Provinsi dalam bentuk pertemuan.
a. Tujuan: Untuk meningkatkan kompetensi
peserta di bidang pengolahan hasil
perkebunan.
b. Sasaran: petugas dinas kabupaten/kota dan
pengelola usaha/ pengurus
Poktan/Gapoktan baik yang telah
mendapatkan fasilitasi dan yang belum
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
14
difasilitasi, tetapi berpotensi untuk
mengembangkan pengolahan hasil
perkebunan.
c. Kriteria Peserta:
Petugas Dinas Kabupaten/Kota:
1) Orang yang menangani bidang
pengolahan hasil perkebunan.
2) Komunikatif sehingga mampu mengawal
dan mendampingi UPH.
3) Bersedia mengikuti bimbingan teknis
mulai dari awal sampai akhir kegiatan.
4) Mempunyai komitmen untuk melakukan
pembinaan dan pendampingan.
Pengelola usaha/ pengurus
Poktan/Gapoktan:
1) Pengelola UPH penerima bantuan dana
TP dan yang potensial mengembangkan
pengolahan perkebunan.
2) Bersedia mengikuti bimbingan teknis
mulai dari awal sampai akhir kegiatan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
15
3) Mempunyai komitmen untuk melakukan
pembinaan dan pendampingan.
d. Materi Bimbingan Teknis
Materi Bimbingan Teknis minimal
mencakup:
1) Teknologi pengolahan hasil, limbah dan
pemanfaatannya.
2) Penerapan manajemen mutu.
3) Manajemen kelembagaan dan usaha.
4) Perijinan
5) Pemasaran
e. Narasumber
Narasumber bimbingan teknis harus
kompeten dibidangnya, dapat berasal dari
balai penelitian dan pengembangan,
akademisi, pengelola usaha yang sudah
berhasil, Badan POM, Dinas Koperasi,
lembaga pembiayaan, dan instansi terkait
lainnya.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
16
f. Pelaporan
Penyusunan laporan berisi seluruh tahapan
mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan kegiatan.
4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan
Penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan
disalurkan melalui dana Tugas Pembantuan.
Kegiatan ini mempunyai tujuan membangun dan
menumbuhkembangkan agroindustri berbasis
kelompok di pedesaan, yang profesional.
Dalam rangka membentuk agroindustri seperti
tersebut di atas, maka diupayakan terintegrasi
dengan unit usaha di sektor lainnya.
Kegiatan Penyediaan alat pengolahan hasil
perkebunan terdiri dari:
1) Fasilitasi Pengolahan Tebu,
2) Fasilitasi Pengolahan Karet,
3) Fasilitasi Pengolahan Kopi,
4) Fasilitasi Pengolahan Kakao,
5) Fasilitasi Pengolahan Sagu,
6) Fasilitasi Pengolahan Kelapa,
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
17
a. Tujuan:
Membangun dan menumbuh kembangkan
unit pengolahan hasil perkebunan berbasis
kelompok dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan petani dan membuka
kesempatan kerja.
b. Sasaran:
Terbangunnya 55 unit usaha pengolahan
hasil perkebunan berbasis kelompok.
c. Lokasi
Kabupaten Penerima Dana Tugas
Pembantuan TA 2016.
d. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan meliputi: fasilitasi
sarana dan prasarana pengolahan komoditi
perkebunan yang terdiri dari fasilitasi
bangunan unit pengolahan hasil, alat dan
mesin pengolahan, fasilitasi pengelola
usaha/site manajer, serta running usaha
komersial.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
18
e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Tahap Persiapan
a) Penetapan calon penerima/calon
lokasi
Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun
2016 hendaknya sudah dilakukan pada
tahun 2015. Apabila belum dilakukan,
agar segera dilakukan pada awal
tahun 2016. Surat Keputusan (SK)
CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas
provinsi. Khusus untuk TP kabupaten
(satker mandiri) ditetapkan kepala
dinas kabupaten. SK CP/CL
ditetapkan paling lambat akhir maret
2016. Kriteria poktan/gapoktan calon
penerima sebagai berikut:
Memiliki potensi bahan baku yang
memenuhi skala ekonomi.
Sanggup menyediakan lahan untuk
lokasi bangunan pengolahan yang
jelas statusnya.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
19
Mempunyai komitmen untuk
mengembangkan usaha pengolahan
hasil perkebunan dengan mengisi
formulir naskah ikatan kerjasama
pengelolaan barang.
Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun
2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang
dilakukan oleh petugas Provinsi dan
kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai
dengan form verifikasi (lampiran 6).
b) Pembentukan Tim Teknis
Tim teknis dibentuk oleh kepala
dinas yang membidangi
perkebunan.
Tim Teknis adalah petugas/staf
teknis yang kompeten di bidang
perkebunan, terdiri dari petugas
Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota
(sesuai usulan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota), apabila
diperlukan tim teknis dapat
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
20
berasal dari Balai Penelitian, BPTP
Dinas terkait dan Perguruan
Tinggi.
Tim Teknis bertugas melakukan
pemantapan CPCL, membantu
menyusun dan mengesahkan RUKK,
pengawalan, monitoring dan
evaluasi terhadap kondisi sarana
dan prasarana sampai dengan
selesainya uji coba komersil.
Untuk kegiatan yang ada dana
bahan running usaha komersial,
tim teknis bersama-sama dengan
rekanan dan pengelola unit usaha
melakukan running usaha
komersial dan membuat
laporannya sebagai dasar berita
acara serah terima barang dari
dinas ke poktan/gapoktan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
21
c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Kelompok (RUKK)
RUKK disusun berdasarkan
kebutuhan kelompok sesuai
lampiran 7.
Penyusunan RUKK dilakukan oleh
kelompok/gapoktan dibantu
pembina kabupaten dan Provinsi
dan disetujui tim teknis serta
ditetapkan oleh Kepala Dinas
Provinsi/ Kabupaten/Kota.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan antara lain
meliputi:
a) Pengadaan gedung pengolah hasil
Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun
2012 tentang Peraturan
Pengadaan Barang dan Jasa.
Pembangunan UPH mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
22
Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan
penerapan cara pengolahan hasil
pertanian asal tumbuhan yang
baik (Good Manufacturing
Practices).
Luas bangunan menyesuaikan
standar harga biaya setempat
dengan pagu anggaran yang ada.
Pengadaan bangunan termasuk
didalamnya pemasangan instalasi
listrik dan penyambungannya.
b) Pengadaan alat dan mesin
Pengadaan alat dan mesin
pengolahan hasil harus sesuai
dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
23
penerapan cara pengolahan hasil
pertanian asal tumbuhan yang
baik (Good Manufacturing
Practices).
Mesin pengolah hasil harus
memenuhi persyaratan SNI
(mempunyai sertifikat
penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI)
atau minimal memiliki test report
yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang (Lampiran 8).
Beberapa mesin pengolah hasil
yang telah memiliki test report
dapat dilihat di www.bpm-
alsintan.com
Pengadaan alat yang tertuang
dalam RUKK harus sudah
termasuk pemasangan alat, mesin
genset, pelatihan petugas
pengelola (operasional,
perawatan, perbaikan), running
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
24
test serta jaminan/garansi selama
1 tahun.
Contoh spesifikasi beberapa alat
dan mesin pengolahan dapat
dilihat pada lampiran 9.
c) Running usaha komersial
Tahapan ini dilaksanakan pada
kegiatan yang mempunyai anggaran
running usaha komersial. Setelah
alat dan mesin terinstall, maka harus
dilakukan running usaha komersial
sampai alat dan mesin dapat
beroperasi optimal sesuai dengan
spesifikasi teknis, yang dibuktikan
dengan laporan seperti pada
lampiran 10.
Berita acara serah terima barang
ditandatangani bila running usaha
komersial telah dilaksanakan dan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
25
berhasil memenuhi persyaratan
sesuai dengan kelayakan teknis.
d) Naskah Ikatan Kerja Sama
Pengelolaan Barang
Gapoktan penerima harus
menandatangani naskah ikatan
kerjasama pengelolaan barang
sebagaimana contoh yang tercantum
pada lampiran 11.
e) Penyerahan kepada Gapoktan
Penyerahan alat, mesin, dan gedung
dari dinas yang membidangi
perkebunan di provinsi kepada
gapoktan dilengkapi dengan Berita
Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita
Acara Serah Terima Barang sesuai
format pada lampiran 12 - 13
f) Organisasi Usaha Kelompok
Kepemilikan usaha dan pengelolaan
usaha:
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
26
Unit usaha dimiliki oleh gabungan
kelompok tani (Poktan/Gapoktan).
Pengelolaan usaha dilakukan
secara profesional oleh site
manager/pengurus
poktan/gapoktan.
Dinas yang memiliki alokasi
anggaran site manager diharapkan
melakukan Recruitment Site
Manager dan Asisten Site Manager
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Berpengalaman dan
mempunyai jiwa wirausaha
dan memiliki latar belakang
pendidikan minimal SMA
2) Berasal/berdomisili dalam
wilayah dimana unit usaha
kelompok berada
3) Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
27
4) Site manager dan asisten site
manager yang terpilih
ditetapkan dengan SK kepala
dinas provinsi
3) Pengelolaan Unit Usaha
a) Bahan baku diutamakan berasal dari
anggota poktan/gapoktan.
b) Proses pengolahan hasil, pengemasan
dan penyimpanan dilakukan sesuai
kaidah - kaidah penerapan jaminan
mutu sehingga menghasilkan produk
yang bermutu secara konsisten dan
aman dikonsumsi.
c) Produksi yang dihasilkan dapat
berupa diversifikasi produk secara
vertikal maupun diversifikasi produk
secara horizontal (produk samping).
Produk yang dihasilkan harus
memenuhi standar produk yang ingin
dicapai secara konsisten.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
28
4) Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kinerja
UPH, maka perlu dilakukan pelatihan
secara internal dan mengikuti pelatihan
eksternal yang relevan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
29
IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan daerah dapat dilihat
pada tabel 1 dan 2 berikut:
Table 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pengolahan Hasil Perkebunan di
Daerah Tahun 2016
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembinaan, pengawalan
dan monitoring
pengolahan hasil
Perkebunan
2 Monitoring Evaluasi
Pengolahan Hasil
Perkebunan
3 Bimbingan Teknis
Pengolahan Hasil
Perkebunan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
30
Table 2 . Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Alat dan Mesin Pengolahan
Perkebunan Tahun 2016
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penetapan SK CP/CL
2 Penetapan SK ULP/Tim Pengadaan Barang dan Jasa
3 Mengumumkan Rencana Pengadaan barang dan Jasa di E-announcement
4 Melakukan proses pengadaan barang
5 Penetapan Pemenang pengadaan Barang dan Jasa & Kontrak
6 Pelaksanaan Pengadaan Barang
7 Pemeriksaan Barang (oleh Tim Penerima Barang)
8 Uji coba alat dan pelatihan Teknis
9 Running usaha komersial
10 Serah terima alat kepada poktan/gapoktan
11 Operasionalisasi peralatan
12 Monitoring dan Evaluasi
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
31
IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN
Pengawalan dan pembinaan dilakukan secara
berkelanjutan, baik oleh Dinas Perkebuan Provinsi,
Kabupaten/kota maupun Pusat, sehingga
Poktan/gapoktan mampu mengoptimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah
diberikan. Pengawalan dan pembinaan ini perlu
didukung dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBN, APBD maupun sumber
pembiayaan lainnya.
Peran Dinas yang menangani di Provinsi dan
Kabupaten/kota sangat menentukan keberhasilan
kegiatan yang bersangkutan. Apabila diperlukan,
maka pengawalan dan pembinaan dimaksud dapat
melibatkan perguruan tinggi atau lembaga terkait
lainnya.
Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan di masing-
masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut:
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
32
A. Tingkat Pusat
1. Menyusun pedoman teknis untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan
Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melaksanakan advokasi, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi.
3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan
pemanfaatan alat dan mesin.
4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan
pengolahan hasil perkebunan.
B. Tingkat Provinsi
1. Menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak)
kegiatan di Provinsi, yang mengacu kepada
pedoman teknis pusat.
2. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi
lintas sektoral di tingkat
Provinsi/Kabupaten/kota dalam rangka
pengadaan alat dan mesin.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
33
3. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis,
dan manajemen alat dan mesin.
4. Menyusun dan melaporkan hasil
pemantauan dan pengendalian serta
menyampaikan laporan ke pusat (Direktorat
Jenderal Perkebunan cq Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hasil
Perkebunan).
C. Tingkat Kabupaten/kota
1. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) dengan
mengacu kepada pedoman teknis dan
petunjuk pelaksanaan (Juklak), disesuaikan
dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial
budaya setempat (spesifikasi lokasi).
2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon
Poktan/gapoktan penerima alat dan mesin.
3. Melakukan pembinaan, pelatihan,
bimbingan teknis, dan manajemen
penggunaan alat dan mesin di daerahnya.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
34
4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan
evaluasi.
5. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan,
pengendalian, dan evaluasi ke Dinas
Perkebunan Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
35
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pelaporan kegiatan Pengembangan Pengolahan
Hasil Perkebunan merupakan salah satu bentuk
media penyampaian informasi terhadap
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak
persiapan sampai akhir pelaksanaan. Melalui
laporan akan dilihat perkembangan pelaksanaan,
hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.
Sistem monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31/permentan/OT.140/3/2010
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian.
Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten
dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi
dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan
kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
36
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan dengan ketentuan sebagai berikut:
A. Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina
Provinsi wajib membuat laporan tentang
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:
1. SIMONEV yang meliputi:
Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai
indikator kinerja
Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut
realisasi fisik dan keuangan
Permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesaian di tingkat Kabupaten dan
Provinsi.
2. Format Laporan menggunakan format yang
telah ditentukan seperti yang dapat dilihat di
lampiran 3 dan 4.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
37
3. Laporan perkembangan fisik yang sesuai
tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi
meliputi: nama petani/kelompok
tani/gapoktan, desa/kecamatan/kabupaten,
luas areal (target dan realisasi), waktu
pelaksaan, perkembangan, kndala dan
permasalahan dan upaya pemecahan masalah.
4. Laporan akhir berisi realisasi kegiatan yang
berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan
usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan:
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan kepada
provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5
bulan laporan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
38
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan kepada
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat
tanggal 7 bulan laporan.
2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan
ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,
Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan
paling lambat tanggal 31 Desember 2016.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
39
VI. PENUTUP
Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi Dinas
Perkebunan Provinsi maupun Kabupaten/kota,
dalam melaksanakan Kegiatan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan Pengolahan Hasil Perkebunan
TA 2016. Dinas Perkebunan Provinsi maupun
Kabupaten/kota diharapkan dapat menjabarkan
lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan
dan Petunjuk Teknis.
Keberhasilan kegiatan Pengembangan Pengolahan
Hasil Perkebunan ini sangat tergantung kepada
komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait,
baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dengan adanya pedoman teknis ini, diharapkan
akan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara
Dinas Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan terhadap Pengembangan
Pengolahan Hasil Perkebunan Berkelanjutan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
40
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
41
Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok I. Data Dasar
No
Nama
Gapoktan/UPH dan Alamat
NamaKetua Gapoktan/
Manager UPH
Waktu
Penilaian
Nama Penilai, Jabatan, No
HP
Ket
II. Hasil Penilaian
Lembar Jawaban
No Kriteria
Fakta di Lapang
(Lingkari salah satu)
Nilai
1 Sekretariat kelompok a b c d
2 Pengelola / Pengurus Kelompok a b c d
3 Administrasi Kelompok a b c d
4 Peraturan (AD/ART) a b c d
5 Rencana kerja Kelompok a b c d
6 Pertemuan Rutin Kelompok a b c d
7 Data perkembangan a b c d
8 Simpanan anggota kelompok a b c d
9 Usaha Kelompok a b c d
10 Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a b c d
11 Laporan Kondisi Anggota Kelompok a b c d
12 Laporan Kegiatan & Keuangan Kelompok a b c d
13 Kemitraan a b c d
14 Akses terhadap permodalan a b c d
TOTAL
Nilai : (a:0) (b:2,5) (c:5) (d:7,5) (e:10)
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
42
Hasil Penilaian :
Perolehan Angka : Jumlah Jawaban
14
Status Gapoktan
(Berdasarkan Hasil Penilaian)
: a) 0 – 5 (Kelompok Pemula)
: b) > 5 – 7,5 (Berkembang)
: c) > 7,5 (Mandiri)
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
43
Kuesioner Kelengkapan Kelompok
1. Sekretariat kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi tidak resmi c. Ada tetapi tidak difungsikan d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
2. Pengelola / Pengurus Kelompok a. Tidak berfungsi b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak c. Berfungsi seadanya d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing
3. Administrasi Kelompok a. Belum ada b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya c. Kadang-kadang dicatat d. Sudah ada tetapi belum tertib e. Sudah ada dan tertib
4. Peraturan (AD/ART) a. Belum mengerti b. Baru ada aturan-aturan lisan c. Sudah ada tetapi belum lengkap d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat
anggota e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota
5. Rencana kerja Kelompok a. Belum dibicarakan b. Dibicarakan lisan saja c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
44
e. Dibicarakan , tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 tahun
6. Pertemuan Rutin Kelompok a. Tidak ada b. Ada tetapi belum rutin c. Ada tetapi pertemuan anggota saja yang rutin d. Ada pertemuan anggota & pengurus rutin tetapi tidak
tercatat. e. Ada rutin , pertemuan anggota setiap bulan , dan
pertemuan pengurus setiap minggu, tercatat. 7. Data perkembangan
a. Tidak ada b. Kadang-kadang dicatat dibuku c. Sudah ada tetapi belum rutin d. Sudah ada , rutin, tetapi tidak dipasang di dinding e. Ada dipajang di dinding dan rutin bulanan
8. Simpanan anggota kelompok a. Belum ada b. Simpanan pokok saja c. Simpanan pokok dan wajib tetapi belum lengkap d. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal e. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal ditambah
simpanan sukarela 9. Usaha Kelompok
a. Tidak ada usaha kelompok hanya ada usaha anggota saja b. Usaha kelompok baru simpan-pinjam secara sederhana c. Usaha kelompok baru simpan-pinjam dari dana program
dan ditangani secara khusus. d. Ada unit usaha lain berupa pemasaran hasil anggota
atau pengadaan sarana produksi untuk anggota disamping simpan pinjam , dan ditangani secara khusus
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
45
e. Usaha simpan-pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil, dan lainnya dikelola secara terpisah, benar, dan menghasilkan
10. Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a. Belum dilakukan b. Dilakukan pengurus, tidak rutin, dan tidak tercatat c. Dilakukan pengurus, rutin, tidak tercatat d. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan pada
rapat anggota e. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan, dan
dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut.
11. Laporan Kondisi Anggota Kelompok a. Belum ada b. Ada, belum lengkap, dan tidak rutin c. Ada , belum lengkap, tetapi rutin d. Ada, lengkap, rutin, tidak selalu dibahas e. Ada, lengkap, rutin, dan selalu dibahas
12. Laporan Kegiatan dan Keuangan Kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi sederhana saja c. Ada tetapi belum lengkap dan berubah-ubah d. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam
bentuk rugi laba dan neraca, tetapi sering terlambat. e. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam
bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota.
13. Kemitraan a. Belum ada b. Dalam proses pembicaraan saja (lisan) c. Sudah dalam bentuk konsep tertulis d. Sudah berhubungan(MoU/kontrak) tetapi belum berjalan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
46
e. Sudah berjalan dengan baik. 14. Akses terhadap permodalan
a. Belum ada b. Tahap perencanaan konsep c. Sudah memulai penjajagan d. Mengajukan proposal e. Sudah terealisasi.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
47
Contoh Rencana Kerja Usaha Kelompok
No Indikator Fakta di Lapangan
Target Rencana Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Monev/
RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sekretariat Kelompok
a) Belum ada e) Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
- Penentuan lokasi sekretariat
- Identifikasi kebutuhan sarana kerja
- Pengadaan sarana kerja
2 Pengelola / Pengurus kelompok
a) Tidak Berfungsi
e) Berfungsi sesuai tugas masing – masing
- Menyusun Tupoksi
- Pelatihan pelaksanaan tupoksi
- Melaksanakan tupoksi
3 Administrasi kelompok
a) Belum ada e) Sudah ada dan tertib - Membuat konsep untuk kartu anggota & buku identitas anggota
- Pelatihan pendaftaran anggota kelompok
- Pengadaan buku administrasi kelompok
- Pelatihan pengadministrasian
- Melakukan pengadministrasian dengan tertib
4 Peraturan AD/ART
a) Belum mengerti
e) Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat
- Menyusun AD/ART
- Pembahasan dan Perbaikan AD/ART
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
48
anggota - Pengesahan AD/ART
- Sosialisasi AD/ART
- Pelaksanaan AD/ART
5 Rencana Keja Kelompok
a) Belum dibicarakan
e) Dibicarakan, tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 thn
- Menyusun rencana kerja berdasarkan hasil monev 14 Kriteria
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun
- Pelaksanaan rencana kerja
6 Pertemuan rutin kelompok
a) Tidak ada e) Ada rutin, pertemuan anggota setiap bulan, pertemuan pengurus setiap minggu dan tercatat
- Membuat jadwal & agenda pertemuan anggota dan pengurus
- Membuat format notulen
- Pelatihan membuat notulen rapat
- Melaksanakan rapat dan membuat notulen
7 Data perkembangan
a) Tidak ada e) Ada dipanjang di dinding dan rutin bulanan
- Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilaporkan
- Membuat format dan jadwal pelaporan
- Menyiapkan sarana tempat pelaporan
- Pelatihan pencatatan laporan
- Membuat laporan perkembangan keleompok setiap tanggal
8 Simpanan anggota kelompok
a) Belum ada e) Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal di tambah simpanan sukarela
- Sosialisasi tentang manfaat simpanan pokok,wajib & sukarela
- Menentukan besarnya simpanan pokok, wajib & sukarela
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
49
- Menentukan aturan tentang simpanan pokok, wajib & sukarela
- Melakukan pencatatan simpanan pokok, wajib & sukarela
9 Usaha kelompok
a) Tidak ada usaha kelompok, hanya ada usaha anggota saja
e) Usaha simpan pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil dan lainnya dikelola secara terpisah, benar dan menghasilkan
- Identifikasi dan penentuan peluang usaha
- Pembuatan proposal usaha
- Sosialisasi proposal usaha
- Penentuan penanggung jawab kegiatan usaha
- Pelaksanaan usaha
- Pembagian sisa hasil usaha sesuai AD/ART
10 Monitoring dan evaluasi anggota kelompok
a) Belum dilakukan
e) Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan dan dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut
- Membuat daftar pertanyaan untuk monev
- Menentukan jadwal monev
- Pelatihan pelaksanaan monev
- Melakukan monev
11 Laporan kondisi anggota kelompok
a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan selalu dibahas
- Membuat format laporan kondisi anggota kelompok
- Membuat laporan kondisi anggota kelompok sesuai hasil monitoring anggota kelompok
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
50
Catatan :
Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.
Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.
- Pembahasan hasil laporan dan menyusun rencana tindak lanjut
- Melaksanakan rencana tindak lanjut
12 Laporan kegiatan & keuangan kelompok
a) Belum ada e) Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota
- Pelatihan penyusunan laporan kegiatan dan keuangan kelompok dalam bentuk rugi laba dan neraca
- Membuat laporan kegiatan dan keuangan kelompok setiap akhir bulan
13 Kemitraan a) Belum ada e) Sudah berjalan dengan baik
- Identifikasi mitra
- Pelatihan penjajakan mitra
- Membuat MOU (Kontrak kerjasama)
- Pelaksanaan kerjasama
14 Akses terhadap permodalan
a) Belum ada e) Sudah terealisasi - Identifikasi lembaga keuangan
- Pelatihan penjajakan lembaga keuangan
- Membuat proposal
- Mengajukan proposal
- Realisasi penerimaan modal
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
51
Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha
kelompok.
Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada
fakta awal yang ada dilapangan.
Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.
Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14
pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak
lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
52
Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok
Perkembangan Usaha Kelompok 1. Sumber bahan baku :
a. Tidak dari kelompok b. Dari kelompok ≤ 25% c. Dari kelompok 26% - 50% d. Dari kelompok 51% - 75% e. Dari kelompok 76% - 100%
2. Ketersediaan bahan baku a. ≤ 20% kapasitas produksi tercukupi b. 21% - 40%kapasitas produksi tercukupi c. 41% - 60% kapasitas produksi tercukupi d. 61% - 80 % kapasitas produksi tercukupi e. 81% – 100 % kapasitas produksi tercukupi
3. Rata-rata Produksi per tahun a. ≤ 20% target produksi b. 21% – 40% target produksi c. 41% - 60% target produksi d. 61% - 80% target produksi e. 81% - 100% target produksi
4. Target produksi per tahun a. ≤ 20% kapasitas terpasang b. 21% – 40% kapasitas terpasang c. 41% - 60% kapasitas terpasang d. 61% - 80% kapasitas terpasang e. 81% - 100% kapasitas terpasang
5. Pelatihan dan komitmen penerapan GMP a. Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP b. Ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP secara
eksternal c. Ada pelatihan GMP secara internal d. Ada komitmen untuk menerapkan GMP setelah
pelatihan GMP internal e. Sudah membentuk tim penerapan GMP
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
53
6. Sarana dan prasarana pengolahan hasil a. Belum memenuhi persyaratan GMP b. 25% memenuhi persyaratan GMP c. 26%-50% memenuhi persyaratan GMP d. 51%-75% memenuhi persyaratan GMP e. 76%-100% memenuhi persyaratan GMP
7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Proses a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat 8. SOP Sanitasi (SSOP)
a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat 9. Program Kebersihan
a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat. 10. Produk olahan yang dihasilkan
a. Belum memenuhi standar yang dipersyaratkan b. 25% memenuhi standar yang dipersyaratkan c. 26%-50% memenuhi standar yang dipersyaratkan d. 51%-75% memenuhi standar yang dipersyaratkan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
54
e. 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan 11. Kemasan produk
a. Pengemasan masih seadanya b. Bahan kemasan food grade tetapi desain kemasan
belum mampu melindungi produk secara benar. c. Bahan kemasan food grade, desain kemasan sudah
mampu melindungi produk tetapi labelnya belum memenuhi persyaratan
d. Bahan kemasan food grade, desain kemasan mampu melindungi produk, label memenuhi persyaratan tetapi belum menarik
e. Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik
12. Pemasaran Produk yang dihasilkan a. Belum ada pasar yang jelas b. pasar di tingkat lokal (desa) c. Pasar tradisional tingkat kecamatan d. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri e. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan
ekspor 13. Pengelolaan Limbah
a. sudah diolah dan dimanfaatkan b. 26%-60% limbah Belum dilakukan c. 25% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan d. 61%-100% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan e. Sudah diolah dan menjadi usaha baru
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
55
Lanjutan Lampiran 1b LEMBAR JAWABAN
Tanggal _____Bulan__________Tahun ______ Data Dasar
1. Nama kelompok : 2. Alamat : 3. Pengurus :
a. Ketua : b. Sekretaris : c. Bendahara :
1 a b c d e 8 a b c d e 2 a b c d e 9 a b c d e 3 a b c d e 10 a b c d e 4 a b c d e 11 a b c d e 5 a b c d e 12 a b c d e 6 a b c d e 13 a b c d e 7 a b c d e
Yang menilai : Nama :
Cara penilaian dan pengkelasan usaha kelompok :
1. Nilai a = 0, nilai b = 2,5, nilai c= 5, nilai d = 7,5 dan nilai e = 10
2. Jumlahkan hasil penilaian untuk 10 kriteria, kemudian dihitung rata-
ratanya dengan membagi 10
3. a. Jumlah rata-rata antara 0 - 5 dikategorikan usaha kelompok pemula
b. Jumlah rata-rata antara > 5 - 7,5 dikategorikan usaha kelompok
berkembang c. Jumlah rata-rata antara > 7,5 dikategorikan usaha
kelompok mandiri
4. Hasil penilaian dan pengkelasan ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk membuat rencana kerja kelompok dengan contoh format
sebagai berikut :
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
56
Contoh Rencana Kerja Perbaikan Rencana Kerja di Kelompok
No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Monev/
RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sumber bahan baku
b) Tidak dari kelompok
f) Dari kelompok 76%-100%
- Identifikasi sumber bahan baku lainnya
- Menambah anggota kelompok pemilik bahan baku
- Melakukan pencatatan pengadaan bahan baku dengan formulir yang mampu telusur
- 1 tahun sesuai program yang disusun
2 Ketersediaan bahan baku
a) ≤20% kapasitas produksi tercukupi
e) 81%-100%
kapasitas produksi tercukupi
- Identifikasi sumber bahan baku
- Menjalin kerjasama dengan penyedia bahan baku
- Melakukan upaya peningkatan produksi dan produktivitas (ekstensifikasi dan intensifikasi)
- Mendokumentasikan program diatas
- 1 tahun sesuai program yang disusun
3 Rata-rata produksi olahan per tahun
b) ≤ 20%
kapasitas produksi
f) 81% – 100% target produksi
- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
57
- Memperluas akses bahan baku
- Memperluas pangsa pasar
- Mengikuti promosi/pameran
- Mendokumentasikan program diatas
4 Target produksi per tahun
a)≤ 20%
kapasitas terpasang
e) 81% – 100% kapasitas terpasang
- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola
- Memperluas pangsa pasar
- Memperluas akses bahan baku
- Mendokumentasikan program diatas
- 1 tahun sesuai program yang disusun
5 Pelatihan dan komitmen penerapan GMP
b) Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP
f) Sudah membentuk tim penerapan GMP
- Mengikuti pelatihan GMP secara eksternal
- Mengadakan pelatihan GMP secara internal
- Melakukan sosialisasi rencana penerapan GMP kepada karyawan
- Membentuk tim penyusun dokumen penerapan GMP
- Membuat dokumentasi pelaksanaan penerapan GMP
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
58
6 Sarana dan prasarana pengolahan hasil
a. Belum memenuhi persyaratan GMP
e) 76%-100% memenuhi persyaratan GMP
- Identifikasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi GMP
- Revitalisasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi standar GMP
- Menambahkan sarana yang kurang
- Membuat program dan pencatatan pelaksanaan kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun SOP Proses
- SOP proses dibahas secara internal
- Perbaikan SOP proses
- Verifikasi SOP proses
- Pengesahan SOP proses
- Pelaksanaan SOP proses
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP proses
- 1 tahun sesuai program yang disusun
8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun SOP sanitasi
- SOP sanitasi dibahas secara internal
- Perbaikan SOP sanitasi
- Verifikasi SOP sanitasi
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
59
- Pengesahan SOP sanitasi
- Pelaksanaan SOP sanitasi
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP sanitasi
9 Program Kebersihan
a) Belum ada e) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun program kebersihan
- program kebersihan dibahas secara internal
- Perbaikan program kebersihan
- Verifikasi program kebersihan
- Pengesahan program kebersihan
- Pelaksanaan program kebersihan
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan program kebersihan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
10 Produk olahan yang dihasilkan
a) belum memenuhi standar yang dipersyaratkan
e) 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan
- Membuat standar internal atau mengadopsi SNI sebagai acuan standar produk yang akan dihasilkan
- Membuat prosedur verifikasi kesesuaian produk
- Melakukan verifikasi kesesuaian standar produk(visual dan atau uji lab)
- Dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
60
11 Kemasan produk b) Kemasan masih seadanya
f) Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik
- Evaluasi
- Mencari informasi tentang kemasan dan pelabelan
- Merencanakan perbaikan kemasan dan label
- Memperbaiki kemasan dan label
- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
12 Pemasaran produk yang dihasilkan
b) Belum ada pasar yang jelas
f) Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan ekspor
- Identifikasi pasar
- Menyusun rencana/strategi pemasaran
- Melakukan kemitraan
- Melakukan promosi
- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
13 Pengelolaan limbah
b) belum dilakukan f) sudah diolah dan menjadi usaha baru
- Identifikasi pemanfaatan limbah
- Merancang program pengolahan limbah
- Membuat SOP Pengolahan Limbah menjadi produk samping
- Melatih petugas pengelolaan limbah
- Mengolah, memanfaatkan, dan memasarkan hasil olahan limbah (produk samping)
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
61
Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi
MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASITA 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
No
Kabupaten/Kota
Kegiatan
Pagu anggaran
Realisasi Kendala
RTL Fisik Keuangan
Target Realisasi Rp %
RTL = Rencana Tindak Lanjut
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
62
Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan
MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN TUGAS PEMBANTUANTA 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
No
Kabupaten/Kota
Kegiatan
Pagu
Anggaran
Realisasi Kendala
RTL Fisik Keuangan
Target Realisasi Rp %
RTL = Rencana Tindak Lanjut
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
63
Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan
Propinsi :
No Kab
/Kota
Nama Gapoktan Alamat, Cp Dan
Hp
Jenis Uph & Bantuan Alat
Tahun Penerimaan
Jenis Produksi Olahan & Merk
Dagang
Kapasitas Produksi
Sertifikasi Jaminan Mutu/
Perijinan*)
Pemasaran
Kendala Upaya
Penanganan Ter
pasang Ter
pakai
Nama mitra usaha
Tujuan
*)Sertifikasi Jaminan Mutu : GHP/GMP/HACCP/ISO
Perijinan : ML/MD
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
64
Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) Data verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan)
I. Data Umum
Nama Poktan/Gapoktan : …………………………………………………………
Jumlah Kelompok : …………………………………………………………
Alamat (Desa, Kec, Kab, Prop) : …………………………………………………………
Komoditi : …………………………………………………………
Luas Areal Gapoktan : …………………………………………………………
Produksi : …………………………………………………………
Jumlah Anggota : …………………………………………………………
Ketersediaan air bersih : …………………………………………………………
Ketersediaan listrik : …………………………………………………………
Kesesuaian Lokasi : …………………………………………………………
Fasilitas Penanganan Limbah : …………………………………………………………
Fasilitasi sarana sebelumnya : ( ada/tidak ada), Sumber bantuan
........., tahun......
Registrasi/sertifikasi produk olahan dari instansi penerbit seperti Dinas
Kesehatan, Dinas Pertanian, BPOM : (ada/tidak ada) Sumber
sertifikasi...............,tahun.......
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
65
II. Kondisi UPH Saat ini
No Nama produk olahan
Ketersediaan Bahan
Baku/Hari
Volume Produksi/(..../....
)
Kemasan/Kondisi
Kemasan Pemasaran
Sarana Yang dimiliki
Ruang prosesing
Alsin yang dimiliki
(kapasitas terpasang /..../....)
Luas :...
Kondisi :...
Status lahan :
Catatan : ................................................................
III. Fasilitasi UPH yang diusulkan
No
Nama produ
k olahan
Ketersediaan Bahan Baku
(.../...)
Volume Produksi
(..../...)
Rencana
Kemasan
Rencana Pemasar
an
Sarana Yang diusulkan*
Ruang prosesing
Alsin yang diusulkan (kapasitas terpasang /..../....)
Revitalisasi (...m2) :...
Pembangunan baru (...m2) :...
Status lahan :
1.......
2......
3.......
Catatan :
*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP
Informasi lainnya : …..................................................................
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
66
IV. Rekomendasi tim verifikasi
(verifikator,petugas pendamping kabupaten, propinsi) :
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
Petugas verifikator Petugas Pendamping Petugas pendamping
Dinas Kabupaten Dinas Propinsi
(........................) (.........................) (........................)
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
67
Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK)
Rekapitulasi RUKK Gapoktan ………… DINAS PERKEBUNAN PROVINSI …………………
Dana Tugas Pembantuan Tahun …….
Menyetujui, Mengetahui,
1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas Prop/Kab/Kota
…………………………
2. Tim Teknis Kab/Kota :
3. Tim Teknis Prop :
No Nama barang Kelompok Penerima
Bantuan/Alamat Volume
Pagu (Rp)
Fasilitasi Pengolahan Kelapa
1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit
2 Mesin Pemeras Santan 1 unit
3 Mesin Penyaring Minyak Kelapa
1 Unit
4 Mesin Pengemas/Pengunci Tutup Botol
1 unit
5 Mesin Pemurni Minyak Kelapa 1 unit
6 ............................ ... unit
7 ............................ ... unit
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
68
Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report
No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian
1 Balai Pengujian Mutu Alat Dan Mesin
Jl. Lio Sawah Indah Citayam, Bojong Pondok Terong, Pancoran Mas, Depok 16431
Alsin Pra Dan Pasca Panen
2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Situgadung, Legok, Tromol Pos 2 – Serpong Tangerang-Banten
Alsin Pra Dan Pasca Panen
3 Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao
Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118, Jawa Timur
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi Dan Kakao
4 Pusat Penelitian Teh Dan Kina
Gambung, Kotak Pos 1013, Bandung 40010, Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Teh Dan Kina
5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PO BOX 1103, Medan 2001, Jl. Brigjen Katamso No. 51, Medan 20158, Sumatera Utara
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
6 Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor
Jl. Salak No. 1 Bogor 16151, Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet
7 Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
Jl. Pahlawan 25 Pasuruan, 67126 Jawa Timur
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Gula
8 Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget
Kotak Pos 1004, Manado, 95001
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa
9 UPTD. Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar
Jl. Darmaga, Bojong Picung, Cihea, Kab. Cianjur, Jabar. Tel. 0263-322358.
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
10 Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung
Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor Sumedang, Tel. 022-7798844.
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
69
No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian
11 Laboratorium Pasca panen, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Jl.Sosio Yustisia Bulak Sumur Yogyakarta, 55281, Tel. 0274-563542
Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan
12 Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, PO. Box 220 Bogor, 16220. Tel. 0251-627931.
Alsin Pra Panen
13 Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak.
Jl. MT. Haryono, SETTU. Bekasi.
Alsin Peternakan.
14 UPTD. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Jl. Syeikh Jamil Jambek Bukittinggi, telp. (0752) 22823
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura
15 UPTD. Perbengkelan dan Pelatihan Alsintan, Dinas Pertanian SUMUT
Jl. AH. Nasution No.7, Medan, SUMUT, Telp. (061)7862124
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
70
Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
KARET
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Slub Cutter (Alat Pemecah)
Kapasitas : 300-500 Kg/ Jam
Dimensi : 1200 x 600 mm
Penggerak : DIESEL 23 pk
Material : Rangka = Mild Steel
Pisau : HSS
Fungsi : Memecah bahan baku menjadi kuran sedang (4 bagian)
2 Creepers (Alat Pemadat) Kapasitas : 100-200 Kg/ Sheift
Material : Mild Steel, UNP 100
Fungsi : Memadatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran
3 Gerobak Dorong Kapasitas angkut : 50-100 Kg
Ukuran Roda : 300-325,8
Velg Roda : Besi Tebal
4 Pembeku Lateks Bahan : Yang direkomendasikan lembaga berwenang
5 Bak Pembeku Bahan Bak : Alumunium
Tebal bahan bak : 0,8 mm
Ukuran Bawah : 30 x 30 cm
Ukuran atas : 50 x 50 cm
Tinggi bak : 40 cm
6 Mangkok sadap Bahan bak : Plastik/ Pilyproline
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
71
Volume : 500 ml
Diameter atas : 11 CM
Tinggi : 9 cm
7 Talang sadap Bahan : Seng
Ketebalan : 0,2 MM
Jumlahgerigi pangkal
: 6-8 buah
Lebar : 4 cm
Panjang : 7 cm
8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi
Sudut mata dalam
: 55"
Tinggi lipatan mata
: 1,5 cm
Tinggi lengkung pisau
: 7 cm
Panjang lengkungan
: 10 cm
Lebar Pisau : 8,1 cm
Lebar mata pisau
: 1,7 cm
Tebal pisau : 0,2 cm
Tebal mata pisau
: 0, 1 cm
9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg
Luas kantai timbang
: 37 x 53 cm
Tinggi Timbangan
: 100 cm
Tinggi lantai : 60 cm
Tinggi pagar : 60 cm
Bahan : Besi
Roda : 4 bh
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
72
10 Gancu Besi ukuran : 50 cm
Gagang gancu : Besi bulat
Panj gagang pegangan
: 10-12 cm
11 Cincin mangkok Bahan : Kawat
Diamater : 100 mm
Kawat : Kaki dan pengait
12 Bak Plastik Diameter : 60-70 mm, T : 60-70 cm
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
73
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Tebu (Pengolahan Gula Merah)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Alat Penggilingan Tebu Type Silinder
Bahan Besi Cor, Besi Baja dan Kuningan
2 Pompa air Daya : 125 watt
3 Wajan / Kawah Dimensi : Diameter 1000 cm
Radius : R 533 mm
Plat Utuh SS 304
Tebal : Min 4 mm (sertifikat)
4 Tutup Kawah / Cerobong Dimensi
diameter : 805 mm
Tinggi : 410 mm
Plat SUS 304
tebal : min 0.5 mm
5 Bailer / Centung Dimensi : 320 x 285 x 150 mm
Plat SUS 304 Tebal : 0.5 mm
6 Mesin Molen Pengaduk Gula Dimensi : 3464 x 118 x 1050 mm
Bak Gula : Plate SUS 304 tebal 2 mm
Frame : UNP 80 mm
Penggerak : Min 8 HP ber SNI
Sistem pengaduk spiral :
Material : SUS 304 diameter As
Spiral 20 mm
Dilengkapi kopling untuk memutar as pengaduk dan ulir ke atas dan ke bawah
Diberi roda 4 buah dan pengunci roda
7 Meja Cetakan Gula Merah Dimensi : Min 2100 x 900 x 850 mm
Rangka mild steel :
Square pipe : 30 x 30 mm
Base Palte SS 304 tebal : minimal 2 mm
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
74
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kakao (alat Pengolahan Coklat)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Roaster • -Kapasitas : 10 - 30 kg/batch
• Motor penggerak : Motor listrik
2 Mesin Pemecah Kulit dan Pemisah biji Kakao Sangrai
• Kapasitas : 10-50 kg/jam
• Tipe : silinder berputar
• Corong pemasukan : plat stainless steel
• Motor penggerak : motor listrik
3 Pemasta kasar
• Kapasitas 20-80 kg/jam
• Motor penggerak : motor listrik
4 Pemasta Halus (Ball Mill)
• Kapasitas : 10-25 kg/batch
• Motor penggerak : motor listrik
5
Choncing • Kapasitas : 10-20 kg/batch
• Motor penggerak : motor listrik
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
75
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kelapa (Alat pengolahan minyak kelapa)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Mesin parutan kelapa - Kapasitas : 30-50 btir/jam
- Penggerak : Motor penggerak
2 Mesin press santan manual
- Kapasitas : 5 kg/press
- Penggerak : Manual
3 Pemisah air dan minyak - Kapasitas : 3-5 liter/proses
4 Cooking Oil plan - Kapasitas : 500 liter - 1000 liter/hari
5 Oven
6 Ayakan Listrik Panjang : 140 cm
Lebar : 60 cm
Tinggi : 90 cm
Dimensi pengayak
: 80 cm x 42 cm
Penggerak dynamo listrik
: single phase 750 W 1400 rpm
7 Timbangan digital Model AL - B Platform
: 48 x 62 cm
Power rechargable
Display LED
Kapasitas : 300 kg
8 Continous Sealing
9 Wajan/Katel Ukuran Diameter : 68 cm
Bahan : galpanis
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
76
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kopi ( Pengolahan kopi bubuk)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Mesin Penyangrai (Roaster)
• Kapasitas 5 – 50 kg/jam • Motor Penggerak SNI • Silinder sangrai : plat stainless steel • Pengaduk dalam silinder : plat stainless steel • Sumber pemanas : kayu bakar/burner
LPG/minyak tanah
2 Mesin Pembubuk
• Kapasitas : 15-60 kg/jam • Motor Penggerak ber SNI
3 Mesin Pengemas otomatis
• Kapasitas : 40 – 100 pack/menit • Sistem pengoperasian : otomatis • Penggerak : motor listrik
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
77
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
SAGU
No NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1. Mesin pres sagu Lebar Rangka : 104 CM
Tinggi Rangka : 175 CN
Volume Tabung : 20 Kg (2 Tabung)
Hidrolik : 50 Ton
Catatan : Bahan Kerangka Besi (H : 15 CM) dan Tabung Stainlis Stell
2. Mesin pemeras
sagu (Extruder)
Kapasitas : 50 Kg Sagu Parutan
Bahan Tabung : Stainles Stell
Waktu Pemerasan : 50 Kg/ 25 Menit
Kerangka : Besi
Saringan : Mess 80 (Bahan Stainlis Stell)
3. Portable Mesin
(Parut)
Bahan : Stainles Stell
Motor Penggerak : B&S Vertikal 670 Kekuatan 6 PK, 9 HP
Waktu Pemerasan : 1 Jam/ Proses
Kerangka : Sasis dan Pegangan bahan dasarnya besi
Bahan Bakar : Bensin
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
78
Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil Provinsi : ..................................... Kabupaten/Kota : ..................................... Nama Poktan/ Gapoktan : ..................................... Alamat : .....................................
I. Pembelian Bahan Baku
No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp) Asal Bahan
Baku
Total
II. Kesesuaian Alat dengan Spesifikasi
No. Jenis Alat Sesuai Tidak Sesuai
Jenis Perbaikan dan Target Penyelesaian
Bila Tidak Sesuai
Total
Jelaskan secara rinci bila tidak sesuai ...............................
III. Hasil Uji Coba Komersial
A. Pelaksanaan
1. Penggunaan alat (pilih salah satu jawaban) :
a. Dengan mudah dapat digunakan oleh Gapoktan
b. Penggunaan alat oleh Gapoktan/Poktan masih perlu
pendampingan
c. Ada kendala yang tidak dapat diperbaiki saat uji coba
komersil, target penyelesaian perbaikan alat pada
tanggal.....
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
79
2. Kapasitas produksi dibandingkan kapasitas terpasang (pilih salah
satu jawaban): a). 100% b).90-99% c)<90%, Yaitu.......%
B. Produksi Produk Olahan
No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp) Total Harga
Jual (Rp)
Total
IV. REKOMENDASI
a. ……………………….
b. ……………………….
c. ……………………….
d. ……………………….
e. ……………………….
..........,......... 2016 PT Penyedia Barang Ketua Kelompok/ Tim Teknis
Gapoktan 1. ......................
2. ......................
(....................) (.......................) 3. .......................
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
80
Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...………
NASKAH IKATAN KERJASAMA PENGELOLAAN BARANG
Pada hari ini ……………., tanggal ………, bulan .........………… tahun………….., yang bertandatangan dibawah ini : 1. Nama : …………………………………….…......................... Jabatan : Kepala Dinas PerkebunanPropinsi........................ Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : …………………………………….…........................ Jabatan : Ketua Kelompok tani/ Gapoktan ……………….…. Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : ........., tanggal .......... tentang bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang bersumber dari APBN TA 2016 Satker Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian mata anggaran kegiatan ...... sebanyak 1 (satu) set dengan spesifikasi teknis terlampir, maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan ikatan kerjasama pengelolaan barang dalam rangka mengoptimalkan penggunaan/pemanfaatan peralatan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. PIHAK PERTAMA berkewajiban :
a. Melakukan pencatatan, pembukuan dan pengadministrasian barang serta keuangan dalam dalam buku inventarisasi barang intern Satker Dinas Perkebunan daerah bukan aplikasi SAI (SABMN)
b. Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan manajemen, pelatihan, pengawalan (supervisi),
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
81
pendampingan, monitoring dan evaluasi kepada kelompok tani/ gapoktan penerima bantuan ...........................
c. Melakukan pelatihan dan pendampingan kepada Gapoktan di bidang pengolahan hasil tanaman pangan.
2. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan peralatan yang diberikan dengan cara : a. Mengadministrasikan/mencatat/membukukan semua
kegiatan usaha pemanfaatan termasuk administrasi keuangan baik penerimaan maupun pengeluarannya.
b. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Pihak Pertama (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota).
3. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan, maka peralatan tersebut akan ditarik oleh PIHAK PERTAMA untuk dialihkan ke Gapoktan lain agar lebih bermanfaat.
Naskah Ikatan Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun atau selama umur ekonomis peralatan ...... sejak ditandatangani, dan dibuat rangkap 5 (lima) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup. Demikian Ikatan Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak. PIHAK KEDUA
Ketua GAPOKTAN
( ……………………………)
PIHAK PERTAMA Kepala Dinas
PerkebunanProvinsi
( ……………………………) NIP. …………………..
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
82
Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang
BERITA ACARA PEMERIKSAAN BARANG Nomor : .....................................................
Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan
.........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Tim Pemeriksa Hasil Pengadaan Pengolahan Hasil
Perkebunan
pada Dinas Perkebunan Propinsi ................................
Alamat : .................................................... (ditulis lengkap)
Menyatakan telah melakukan pemeriksaan pengadaan ........di Propinsi
........................ sebanyak ........ dalam kondisi baru, baik, lengkap
dan dapat dioperasikan (hasil pemeriksaan terlampir).
Demikian Berita Acara Serah Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani
oleh Tim Pemeriksa pada hari, tanggal, bulan, dan tahun seperti tersebut
di atas.
Tim Pemeriksa Barang
1.............................., ......................
2. ............................., ......................
3. ............................., ......................
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
83
Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
Nomor : ............................
Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan .........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ................................................ Jabatan : PT ............................................. Alamat : ................................................ ................................................ ............................. (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : Tim Penerima .............................. pada Dinas Perkebunan Propinsi ......... Alamat : ................................................ ................................................ .............................. ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. PIHAK PERTAMA, telah menyerahkan ....... sebanyak ....... kepada PIHAK KEDUA dengan spesifikasi teknis terlampir.
2. PIHAK KEDUA telah menerima penyerahan ....... tersebut dalam kondisi baru, baik, lengkap dan dapat dioperasikan sesuai hasil pemeriksaan terlampir
3. Jenis alat adalah hasil pengadaan barang pada Satuan Kerja .......yang bersumber dari .......... : Nomor :
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
84
........, tanggal............., sesuai kontrak nomor :
............, tanggal .................................
Demikian Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum sama.
........................,............... 2016
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA Direktur Utama Tim Penerima Barang; PT. ...................... 1. .....................,
2. ....................., ( .................................) 3. .....................,
Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2 (dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI i
DAFTAR LAMPIRAN ................................................. iii
I. PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang .................................. 1
B. Tujuan dan Sasaran ............................. 4
II. ISTILAH DAN DEFINISI ......................................... 6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................ 10
1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 10
2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan............................... 11
3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 13
4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 16
IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ................. 29
IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN ...................... 31
A. Tingkat Pusat ................................... 32
B. Tingkat Provinsi ................................ 32
C. Tingkat Kabupaten/kota ...................... 33
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ..................................................... 35
VI. PENUTUP .......................................................... 39
LAMPIRAN ............................................................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok ................ 41
Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok ................................. 52
Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi ................ 61
Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan .......... 62
Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan .............................. 63
Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) ..................... 64
Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) ....................... 67
Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report ............. 68
Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan .............................. 70
Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil .................................. 78
Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...……… ........................ 80
Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang .................... 82
Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan ....................... 83
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan membutuhkan pengetahuan
tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan
menentukan keputusan bisnis yang akan
diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik
petani produsen, maupun pihak lain yang
bergerak dalam bidang perkebunan.
Sektor perkebunan merupakan salah satu
produk yang menghasilkan komoditas ekspor
yang cukup prospektif, sehingga menjadikan
neraca perdagangan produk perkebunan
meningkat. Peningkatan ini merupakan kata
kunci yang harus dipikirkan dan ditindaklanjuti
dengan upaya nyata oleh seluruh stakeholder
yang terlibat dalam pengembangan pengolahan
hasil perkebunan, terutama oleh pelaku usaha
perkebunan.
Selama ini, kontribusi sektor perkebunan
terhadap penerimaan devisa lebih banyak
diperoleh dari produk olahan primer
dibandingkan dengan produk olahan sekunder
(produk hilir). Produk perkebunan pada
umumnya masih dipasarkan dalam bentuk
primer sehingga bernilai rendah dan rentan
terhadap fluktuasi harga. Kecenderungan yang
terjadi dewasa ini adalah bahwa harga
komoditas primer semakin lama semakin
menurun dan harga produk olahan perkebunan
semakin meningkat.
Diversifikasi pengolahan produk hasil
perkebunan saat ini perlu dikembangkan
sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri
maupun untuk tujuan ekspor. Menyadari hal
tersebut, maka pendekatan pembangunan
sektor perkebunan ke depan diarahkan kepada
pengembangan pengolahan hasil perkebunan,
bukan lagi pada pengembangan komoditas.
Secara lebih khusus pendekatannya lebih
difokuskan pada produk olahan, baik produk
antara (intermediate product), produk semi
akhir (semi finished product) dan yang utama
adalah produk akhir (final product) yang
berdaya saing. Sampai saat ini, kegiatan-
kegiatan pengolahan hasil perkebunan
termasuk pemanfaatan produk samping dan
limbahnya (diversifikasi produk) pada umumnya
masih sangat kurang dimanfaatkan.
Untuk itu, salah satu strategi pengembangan
perkebunan ke depan adalah pengembangan
pengolahan hasil perkebunan. Pengembangan
pengolahan hasil perkebunan merupakan
pilihan strategis dalam meningkatkan
pendapatan, membuka lapangan pekerjaan di
pedesaan, dan untuk jangka panjangnya adalah
memperkuat pilar sektor perkebunan.
Dengan memfasilitasi poktan/gapoktan dengan
sarana dan prasarana pengolahan perkebunan
yang memenuhi kaidah GHP/GMP dan
memberikan pelatihan-pelatihan melalui
pembinaan, pengawalan dan pendampingan
pengolahan hasil perkebunan, serta bimbingan
teknis, diharapkan cita-cita membangun unit
pengolahan hasil perkebunan yang kompetitif
dapat tercapai.
Program Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan tahun 2016 ini diharapkan dapat
memberikan substansi yang lebih besar tentang
muatan teknologi pengolahan khususnya sektor
perkebunan sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah, daya saing produk dan
pendapatan petani yang akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan dan Sasaran
Pedoman teknis ini bertujuan sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan pengolahan hasil
perkebunan di daerah yang pembiayaannya
melalui Anggara Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan TA 2016.
Sedangkan sasarannya adalah aparat pelaksana
yang membidangi pengolahan perkebunan di
tingkat Provinsi/ kabupaten/kota (Kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) dan
Poktan/Gapoktan penerima Dana Tugas
Pembantuan TA 2016 sejumlah 55 unit di 31
provinsi.
II. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu;
2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah dan/atau
desa, dari pemerintah Provinsi kepada
kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan;
3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal
dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil pemerintah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah;
4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan;
5. Running usaha komersial adalah uji coba
pemanfaatan alat dan mesin untuk
memproduksi produk sesuai dengan kapasitas
dan kemampuannya sampai diperoleh bukti
bahwa alat dan mesin tersebut mampu
berproduksi sesuai dengan spesifikasi teknisnya
serta menghasilkan produk yang siap
dipasarkan.
6. Program adalah instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan instansi/lembaga untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;
7. Test Report atau hasil uji adalah keterangan
hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk
kerja, uji beban berkesinambungan, uji
pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan
mesin pertanian.
8. Sentra produksi adalah suatu kawasan yang
mencapai skala ekonomi tertentu sehingga
layak dikembangkan sebagai satuan kegiatan
pengembangan agroindustri pedesaan.
9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan
petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumber daya) kesamaan
komoditi dan keakraban untuk meningkatkan
dan mengembangkan usahanya.
10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah
organisasi gabungan kelompok tani di suatu
wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak
di bidang usahatani, pengolahan dan
pemasaran yang anggotanya terdiri dari
kelompok tani yang bekerjasama untuk
meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi
usaha.
11. Site Manager adalah orang yang direkrut untuk
mengelola usaha pengolahan yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan dinas
kabupaten/kota setempat;
12. Asisten Site Manager adalah orang yang dapat
direkrut didaerah setempat diutamakan dari
anggota poktan/gapoktan.
13. Pengolahan Hasil Perkebunan adalah suatu
kegiatan mengubah bahan hasil perkebunan
menjadi beraneka ragam bentuk/diversifikasi
olahan dan macamnya dengan tujuan untuk
memperpanjang daya simpan, dan
meningkatkan nilai tambah.
14. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Perkebunan
adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan
dengan motor penggerak maupun tanpa motor
penggerak untuk kegiatan yang terkait dengan
pengolahan hasil perkebunan.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan di daerah/Provinsi/
Kabupaten tahun anggaran 2016 meliputi:
1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan
a. Tujuan: Melakukan pembinaan dan
pengawalan kegiatan pembangunan dan
pengembangan pengolahan hasil
perkebunan agar berjalan dengan
optimal dan sesuai dengan pedoman
teknis.
b. Sasaran: Poktan/Gapoktan penerima
Dana Tugas Pembantuan TA 2016.
c. Mekanisme pelaksanaan:
Pada awal tahun dilakukan Koordinasi
Pelaksanaan Kegiatan pengolahan
perkebunan. Kegitan ini dihadiri oleh pihak
terkait dalam pelaksanaan kegiatan tugas
pembantuan Tahun 2016 (tim teknis, pejabat
pengadaan, Kelompok Tani/penerima TP,
akademisi/tenaga ahli).
Pembinaan dilakukan secara bersama – sama
baik dari unsur pusat, provinsi maupun
kabupaten. Dalam pembinaan ini, dapat juga
bekerjasama dengan akademisi/tenaga ahli
(BPTP atau perguruan tinggi).
Untuk mengetahui kondisi kelembagaan UPH,
petugas dinas melakukan penilaian
menggunakan form perkembangan
kelembagaan kelompok dan perkembangan
usaha kelompok (Lampiran 1 dan 2) .
Penilaian dilakukan pada saat sebelum
bantuan diterima dan pada akhir tahun
anggaran.
2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan
a. Tujuan: Untuk melihat perkembangan
pemanfaatan fasilitasi alat dan mesin
pengolahan hasil perkebunan dan kinerja
unit usaha poktan/gapoktan.
b. Sasaran: Unit pengolahan hasil yang
difasilitasi oleh Ditjen PPHP sampai dengan
tahun 2015 dan Ditjen Perkebunan tahun
2016.
c. Mekanisme Pelaksanaan
1) Monitoring
Monitoring fasilitasi UPH dilakukan oleh
pihak pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Monitoring dilakukan
terhadap perkembangan pelakanaan
kegiatan tahun 2016, dengan
menggunakan form lampiran 3 dan 4
Monitoring terhadap perkembangan UPH
yang difasilitasi dilakukan dengan
menggunakan form pada lampiran 5.
Data yang diperoleh selama melakukan
monitoring akan dibahas pada
pertemuan evaluasi yang dilakukan di
Provinsi. Adapun pelaksanaannya
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan
Optimalisasi Unit Pengolahan Hasil
Perkebunan yang dilakukan oleh Pusat.
2) Pelaporan
Hasil yang sudah dibahas pada
pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk
keberhasilannya (succes story), harus
dibawa pada pertemuan Optimalisasi
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di
tingkat pusat, yang akan dilaksanakan
bulan November 2016.
3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh dinas perkebunan
Provinsi dalam bentuk pertemuan.
a. Tujuan: Untuk meningkatkan kompetensi
peserta di bidang pengolahan hasil
perkebunan.
b. Sasaran: petugas dinas kabupaten/kota dan
pengelola usaha/ pengurus
Poktan/Gapoktan baik yang telah
mendapatkan fasilitasi dan yang belum
difasilitasi, tetapi berpotensi untuk
mengembangkan pengolahan hasil
perkebunan.
c. Kriteria Peserta:
Petugas Dinas Kabupaten/Kota:
1) Orang yang menangani bidang
pengolahan hasil perkebunan.
2) Komunikatif sehingga mampu mengawal
dan mendampingi UPH.
3) Bersedia mengikuti bimbingan teknis
mulai dari awal sampai akhir kegiatan.
4) Mempunyai komitmen untuk melakukan
pembinaan dan pendampingan.
Pengelola usaha/ pengurus
Poktan/Gapoktan:
1) Pengelola UPH penerima bantuan dana
TP dan yang potensial mengembangkan
pengolahan perkebunan.
2) Bersedia mengikuti bimbingan teknis
mulai dari awal sampai akhir kegiatan.
3) Mempunyai komitmen untuk melakukan
pembinaan dan pendampingan.
d. Materi Bimbingan Teknis
Materi Bimbingan Teknis minimal
mencakup:
1) Teknologi pengolahan hasil, limbah dan
pemanfaatannya.
2) Penerapan manajemen mutu.
3) Manajemen kelembagaan dan usaha.
4) Perijinan
5) Pemasaran
e. Narasumber
Narasumber bimbingan teknis harus
kompeten dibidangnya, dapat berasal dari
balai penelitian dan pengembangan,
akademisi, pengelola usaha yang sudah
berhasil, Badan POM, Dinas Koperasi,
lembaga pembiayaan, dan instansi terkait
lainnya.
f. Pelaporan
Penyusunan laporan berisi seluruh tahapan
mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan kegiatan.
4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan
Penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan
disalurkan melalui dana Tugas Pembantuan.
Kegiatan ini mempunyai tujuan membangun dan
menumbuhkembangkan agroindustri berbasis
kelompok di pedesaan, yang profesional.
Dalam rangka membentuk agroindustri seperti
tersebut di atas, maka diupayakan terintegrasi
dengan unit usaha di sektor lainnya.
Kegiatan Penyediaan alat pengolahan hasil
perkebunan terdiri dari:
1) Fasilitasi Pengolahan Tebu,
2) Fasilitasi Pengolahan Karet,
3) Fasilitasi Pengolahan Kopi,
4) Fasilitasi Pengolahan Kakao,
5) Fasilitasi Pengolahan Sagu,
6) Fasilitasi Pengolahan Kelapa,
a. Tujuan:
Membangun dan menumbuh kembangkan
unit pengolahan hasil perkebunan berbasis
kelompok dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan petani dan membuka
kesempatan kerja.
b. Sasaran:
Terbangunnya 55 unit usaha pengolahan
hasil perkebunan berbasis kelompok.
c. Lokasi
Kabupaten Penerima Dana Tugas
Pembantuan TA 2016.
d. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan meliputi: fasilitasi
sarana dan prasarana pengolahan komoditi
perkebunan yang terdiri dari fasilitasi
bangunan unit pengolahan hasil, alat dan
mesin pengolahan, fasilitasi pengelola
usaha/site manajer, serta running usaha
komersial.
e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Tahap Persiapan
a) Penetapan calon penerima/calon
lokasi
Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun
2016 hendaknya sudah dilakukan pada
tahun 2015. Apabila belum dilakukan,
agar segera dilakukan pada awal
tahun 2016. Surat Keputusan (SK)
CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas
provinsi. Khusus untuk TP kabupaten
(satker mandiri) ditetapkan kepala
dinas kabupaten. SK CP/CL
ditetapkan paling lambat akhir maret
2016. Kriteria poktan/gapoktan calon
penerima sebagai berikut:
Memiliki potensi bahan baku yang
memenuhi skala ekonomi.
Sanggup menyediakan lahan untuk
lokasi bangunan pengolahan yang
jelas statusnya.
Mempunyai komitmen untuk
mengembangkan usaha pengolahan
hasil perkebunan dengan mengisi
formulir naskah ikatan kerjasama
pengelolaan barang.
Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun
2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang
dilakukan oleh petugas Provinsi dan
kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai
dengan form verifikasi (lampiran 6).
b) Pembentukan Tim Teknis
Tim teknis dibentuk oleh kepala
dinas yang membidangi
perkebunan.
Tim Teknis adalah petugas/staf
teknis yang kompeten di bidang
perkebunan, terdiri dari petugas
Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota
(sesuai usulan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota), apabila
diperlukan tim teknis dapat
berasal dari Balai Penelitian, BPTP
Dinas terkait dan Perguruan
Tinggi.
Tim Teknis bertugas melakukan
pemantapan CPCL, membantu
menyusun dan mengesahkan RUKK,
pengawalan, monitoring dan
evaluasi terhadap kondisi sarana
dan prasarana sampai dengan
selesainya uji coba komersil.
Untuk kegiatan yang ada dana
bahan running usaha komersial,
tim teknis bersama-sama dengan
rekanan dan pengelola unit usaha
melakukan running usaha
komersial dan membuat
laporannya sebagai dasar berita
acara serah terima barang dari
dinas ke poktan/gapoktan.
c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Kelompok (RUKK)
RUKK disusun berdasarkan
kebutuhan kelompok sesuai
lampiran 7.
Penyusunan RUKK dilakukan oleh
kelompok/gapoktan dibantu
pembina kabupaten dan Provinsi
dan disetujui tim teknis serta
ditetapkan oleh Kepala Dinas
Provinsi/ Kabupaten/Kota.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan antara lain
meliputi:
a) Pengadaan gedung pengolah hasil
Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun
2012 tentang Peraturan
Pengadaan Barang dan Jasa.
Pembangunan UPH mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian
Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan
penerapan cara pengolahan hasil
pertanian asal tumbuhan yang
baik (Good Manufacturing
Practices).
Luas bangunan menyesuaikan
standar harga biaya setempat
dengan pagu anggaran yang ada.
Pengadaan bangunan termasuk
didalamnya pemasangan instalasi
listrik dan penyambungannya.
b) Pengadaan alat dan mesin
Pengadaan alat dan mesin
pengolahan hasil harus sesuai
dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan
penerapan cara pengolahan hasil
pertanian asal tumbuhan yang
baik (Good Manufacturing
Practices).
Mesin pengolah hasil harus
memenuhi persyaratan SNI
(mempunyai sertifikat
penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI)
atau minimal memiliki test report
yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang (Lampiran 8).
Beberapa mesin pengolah hasil
yang telah memiliki test report
dapat dilihat di www.bpm-
alsintan.com
Pengadaan alat yang tertuang
dalam RUKK harus sudah
termasuk pemasangan alat, mesin
genset, pelatihan petugas
pengelola (operasional,
perawatan, perbaikan), running
test serta jaminan/garansi selama
1 tahun.
Contoh spesifikasi beberapa alat
dan mesin pengolahan dapat
dilihat pada lampiran 9.
c) Running usaha komersial
Tahapan ini dilaksanakan pada
kegiatan yang mempunyai anggaran
running usaha komersial. Setelah
alat dan mesin terinstall, maka harus
dilakukan running usaha komersial
sampai alat dan mesin dapat
beroperasi optimal sesuai dengan
spesifikasi teknis, yang dibuktikan
dengan laporan seperti pada
lampiran 10.
Berita acara serah terima barang
ditandatangani bila running usaha
komersial telah dilaksanakan dan
berhasil memenuhi persyaratan
sesuai dengan kelayakan teknis.
d) Naskah Ikatan Kerja Sama
Pengelolaan Barang
Gapoktan penerima harus
menandatangani naskah ikatan
kerjasama pengelolaan barang
sebagaimana contoh yang tercantum
pada lampiran 11.
e) Penyerahan kepada Gapoktan
Penyerahan alat, mesin, dan gedung
dari dinas yang membidangi
perkebunan di provinsi kepada
gapoktan dilengkapi dengan Berita
Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita
Acara Serah Terima Barang sesuai
format pada lampiran 12 - 13
f) Organisasi Usaha Kelompok
Kepemilikan usaha dan pengelolaan
usaha:
Unit usaha dimiliki oleh gabungan
kelompok tani (Poktan/Gapoktan).
Pengelolaan usaha dilakukan
secara profesional oleh site
manager/pengurus
poktan/gapoktan.
Dinas yang memiliki alokasi
anggaran site manager diharapkan
melakukan Recruitment Site
Manager dan Asisten Site Manager
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Berpengalaman dan
mempunyai jiwa wirausaha
dan memiliki latar belakang
pendidikan minimal SMA
2) Berasal/berdomisili dalam
wilayah dimana unit usaha
kelompok berada
3) Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan
4) Site manager dan asisten site
manager yang terpilih
ditetapkan dengan SK kepala
dinas provinsi
3) Pengelolaan Unit Usaha
a) Bahan baku diutamakan berasal dari
anggota poktan/gapoktan.
b) Proses pengolahan hasil, pengemasan
dan penyimpanan dilakukan sesuai
kaidah - kaidah penerapan jaminan
mutu sehingga menghasilkan produk
yang bermutu secara konsisten dan
aman dikonsumsi.
c) Produksi yang dihasilkan dapat
berupa diversifikasi produk secara
vertikal maupun diversifikasi produk
secara horizontal (produk samping).
Produk yang dihasilkan harus
memenuhi standar produk yang ingin
dicapai secara konsisten.
4) Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kinerja
UPH, maka perlu dilakukan pelatihan
secara internal dan mengikuti pelatihan
eksternal yang relevan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan daerah dapat dilihat
pada tabel 1 dan 2 berikut:
Table 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pengolahan Hasil Perkebunan di
Daerah Tahun 2016
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembinaan, pengawalan
dan monitoring
pengolahan hasil
Perkebunan
2 Monitoring Evaluasi
Pengolahan Hasil
Perkebunan
3 Bimbingan Teknis
Pengolahan Hasil
Perkebunan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Table 2 . Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Alat dan Mesin Pengolahan
Perkebunan Tahun 2016
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penetapan SK CP/CL
2 Penetapan SK ULP/Tim Pengadaan Barang dan Jasa
3 Mengumumkan Rencana Pengadaan barang dan Jasa di E-announcement
4 Melakukan proses pengadaan barang
5 Penetapan Pemenang pengadaan Barang dan Jasa & Kontrak
6 Pelaksanaan Pengadaan Barang
7 Pemeriksaan Barang (oleh Tim Penerima Barang)
8 Uji coba alat dan pelatihan Teknis
9 Running usaha komersial
10 Serah terima alat kepada poktan/gapoktan
11 Operasionalisasi peralatan
12 Monitoring dan Evaluasi
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN
Pengawalan dan pembinaan dilakukan secara
berkelanjutan, baik oleh Dinas Perkebuan Provinsi,
Kabupaten/kota maupun Pusat, sehingga
Poktan/gapoktan mampu mengoptimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah
diberikan. Pengawalan dan pembinaan ini perlu
didukung dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBN, APBD maupun sumber
pembiayaan lainnya.
Peran Dinas yang menangani di Provinsi dan
Kabupaten/kota sangat menentukan keberhasilan
kegiatan yang bersangkutan. Apabila diperlukan,
maka pengawalan dan pembinaan dimaksud dapat
melibatkan perguruan tinggi atau lembaga terkait
lainnya.
Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan di masing-
masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut:
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
A. Tingkat Pusat
1. Menyusun pedoman teknis untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan
Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melaksanakan advokasi, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi.
3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan
pemanfaatan alat dan mesin.
4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan
pengolahan hasil perkebunan.
B. Tingkat Provinsi
1. Menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak)
kegiatan di Provinsi, yang mengacu kepada
pedoman teknis pusat.
2. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi
lintas sektoral di tingkat
Provinsi/Kabupaten/kota dalam rangka
pengadaan alat dan mesin.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
3. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis,
dan manajemen alat dan mesin.
4. Menyusun dan melaporkan hasil
pemantauan dan pengendalian serta
menyampaikan laporan ke pusat (Direktorat
Jenderal Perkebunan cq Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hasil
Perkebunan).
C. Tingkat Kabupaten/kota
1. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) dengan
mengacu kepada pedoman teknis dan
petunjuk pelaksanaan (Juklak), disesuaikan
dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial
budaya setempat (spesifikasi lokasi).
2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon
Poktan/gapoktan penerima alat dan mesin.
3. Melakukan pembinaan, pelatihan,
bimbingan teknis, dan manajemen
penggunaan alat dan mesin di daerahnya.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan
evaluasi.
5. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan,
pengendalian, dan evaluasi ke Dinas
Perkebunan Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pelaporan kegiatan Pengembangan Pengolahan
Hasil Perkebunan merupakan salah satu bentuk
media penyampaian informasi terhadap
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak
persiapan sampai akhir pelaksanaan. Melalui
laporan akan dilihat perkembangan pelaksanaan,
hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.
Sistem monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31/permentan/OT.140/3/2010
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian.
Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten
dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi
dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan
kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan dengan ketentuan sebagai berikut:
A. Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina
Provinsi wajib membuat laporan tentang
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:
1. SIMONEV yang meliputi:
Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai
indikator kinerja
Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut
realisasi fisik dan keuangan
Permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesaian di tingkat Kabupaten dan
Provinsi.
2. Format Laporan menggunakan format yang
telah ditentukan seperti yang dapat dilihat di
lampiran 3 dan 4.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
3. Laporan perkembangan fisik yang sesuai
tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi
meliputi: nama petani/kelompok
tani/gapoktan, desa/kecamatan/kabupaten,
luas areal (target dan realisasi), waktu
pelaksaan, perkembangan, kndala dan
permasalahan dan upaya pemecahan masalah.
4. Laporan akhir berisi realisasi kegiatan yang
berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan
usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan:
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan kepada
provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5
bulan laporan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan kepada
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat
tanggal 7 bulan laporan.
2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan
ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,
Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan
paling lambat tanggal 31 Desember 2016.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
VI. PENUTUP
Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi Dinas
Perkebunan Provinsi maupun Kabupaten/kota,
dalam melaksanakan Kegiatan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan Pengolahan Hasil Perkebunan
TA 2016. Dinas Perkebunan Provinsi maupun
Kabupaten/kota diharapkan dapat menjabarkan
lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan
dan Petunjuk Teknis.
Keberhasilan kegiatan Pengembangan Pengolahan
Hasil Perkebunan ini sangat tergantung kepada
komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait,
baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dengan adanya pedoman teknis ini, diharapkan
akan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara
Dinas Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melakukan pembinaan terhadap Pengembangan
Pengolahan Hasil Perkebunan Berkelanjutan.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok I. Data Dasar
No
Nama
Gapoktan/UPH dan Alamat
NamaKetua Gapoktan/
Manager UPH
Waktu
Penilaian
Nama Penilai, Jabatan, No
HP
Ket
II. Hasil Penilaian
Lembar Jawaban
No Kriteria
Fakta di Lapang
(Lingkari salah satu)
Nilai
1 Sekretariat kelompok a b c d
2 Pengelola / Pengurus Kelompok a b c d
3 Administrasi Kelompok a b c d
4 Peraturan (AD/ART) a b c d
5 Rencana kerja Kelompok a b c d
6 Pertemuan Rutin Kelompok a b c d
7 Data perkembangan a b c d
8 Simpanan anggota kelompok a b c d
9 Usaha Kelompok a b c d
10 Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a b c d
11 Laporan Kondisi Anggota Kelompok a b c d
12 Laporan Kegiatan & Keuangan Kelompok a b c d
13 Kemitraan a b c d
14 Akses terhadap permodalan a b c d
TOTAL
Nilai : (a:0) (b:2,5) (c:5) (d:7,5) (e:10)
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Hasil Penilaian :
Perolehan Angka : Jumlah Jawaban
14
Status Gapoktan
(Berdasarkan Hasil Penilaian)
: a) 0 – 5 (Kelompok Pemula)
: b) > 5 – 7,5 (Berkembang)
: c) > 7,5 (Mandiri)
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Kuesioner Kelengkapan Kelompok
1. Sekretariat kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi tidak resmi c. Ada tetapi tidak difungsikan d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
2. Pengelola / Pengurus Kelompok a. Tidak berfungsi b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak c. Berfungsi seadanya d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing
3. Administrasi Kelompok a. Belum ada b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya c. Kadang-kadang dicatat d. Sudah ada tetapi belum tertib e. Sudah ada dan tertib
4. Peraturan (AD/ART) a. Belum mengerti b. Baru ada aturan-aturan lisan c. Sudah ada tetapi belum lengkap d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat
anggota e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota
5. Rencana kerja Kelompok a. Belum dibicarakan b. Dibicarakan lisan saja c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
e. Dibicarakan , tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 tahun
6. Pertemuan Rutin Kelompok a. Tidak ada b. Ada tetapi belum rutin c. Ada tetapi pertemuan anggota saja yang rutin d. Ada pertemuan anggota & pengurus rutin tetapi tidak
tercatat. e. Ada rutin , pertemuan anggota setiap bulan , dan
pertemuan pengurus setiap minggu, tercatat. 7. Data perkembangan
a. Tidak ada b. Kadang-kadang dicatat dibuku c. Sudah ada tetapi belum rutin d. Sudah ada , rutin, tetapi tidak dipasang di dinding e. Ada dipajang di dinding dan rutin bulanan
8. Simpanan anggota kelompok a. Belum ada b. Simpanan pokok saja c. Simpanan pokok dan wajib tetapi belum lengkap d. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal e. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal ditambah
simpanan sukarela 9. Usaha Kelompok
a. Tidak ada usaha kelompok hanya ada usaha anggota saja b. Usaha kelompok baru simpan-pinjam secara sederhana c. Usaha kelompok baru simpan-pinjam dari dana program
dan ditangani secara khusus. d. Ada unit usaha lain berupa pemasaran hasil anggota
atau pengadaan sarana produksi untuk anggota disamping simpan pinjam , dan ditangani secara khusus
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
e. Usaha simpan-pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil, dan lainnya dikelola secara terpisah, benar, dan menghasilkan
10. Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a. Belum dilakukan b. Dilakukan pengurus, tidak rutin, dan tidak tercatat c. Dilakukan pengurus, rutin, tidak tercatat d. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan pada
rapat anggota e. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan, dan
dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut.
11. Laporan Kondisi Anggota Kelompok a. Belum ada b. Ada, belum lengkap, dan tidak rutin c. Ada , belum lengkap, tetapi rutin d. Ada, lengkap, rutin, tidak selalu dibahas e. Ada, lengkap, rutin, dan selalu dibahas
12. Laporan Kegiatan dan Keuangan Kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi sederhana saja c. Ada tetapi belum lengkap dan berubah-ubah d. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam
bentuk rugi laba dan neraca, tetapi sering terlambat. e. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam
bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota.
13. Kemitraan a. Belum ada b. Dalam proses pembicaraan saja (lisan) c. Sudah dalam bentuk konsep tertulis d. Sudah berhubungan(MoU/kontrak) tetapi belum berjalan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
e. Sudah berjalan dengan baik. 14. Akses terhadap permodalan
a. Belum ada b. Tahap perencanaan konsep c. Sudah memulai penjajagan d. Mengajukan proposal e. Sudah terealisasi.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Contoh Rencana Kerja Usaha Kelompok
No Indikator Fakta di Lapangan
Target Rencana Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Monev/
RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sekretariat Kelompok
a) Belum ada e) Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
- Penentuan lokasi sekretariat
- Identifikasi kebutuhan sarana kerja
- Pengadaan sarana kerja
2 Pengelola / Pengurus kelompok
a) Tidak Berfungsi
e) Berfungsi sesuai tugas masing – masing
- Menyusun Tupoksi
- Pelatihan pelaksanaan tupoksi
- Melaksanakan tupoksi
3 Administrasi kelompok
a) Belum ada e) Sudah ada dan tertib - Membuat konsep untuk kartu anggota & buku identitas anggota
- Pelatihan pendaftaran anggota kelompok
- Pengadaan buku administrasi kelompok
- Pelatihan pengadministrasian
- Melakukan pengadministrasian dengan tertib
4 Peraturan AD/ART
a) Belum mengerti
e) Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat
- Menyusun AD/ART
- Pembahasan dan Perbaikan AD/ART
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
anggota - Pengesahan AD/ART
- Sosialisasi AD/ART
- Pelaksanaan AD/ART
5 Rencana Keja Kelompok
a) Belum dibicarakan
e) Dibicarakan, tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 thn
- Menyusun rencana kerja berdasarkan hasil monev 14 Kriteria
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun
- Pelaksanaan rencana kerja
6 Pertemuan rutin kelompok
a) Tidak ada e) Ada rutin, pertemuan anggota setiap bulan, pertemuan pengurus setiap minggu dan tercatat
- Membuat jadwal & agenda pertemuan anggota dan pengurus
- Membuat format notulen
- Pelatihan membuat notulen rapat
- Melaksanakan rapat dan membuat notulen
7 Data perkembangan
a) Tidak ada e) Ada dipanjang di dinding dan rutin bulanan
- Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilaporkan
- Membuat format dan jadwal pelaporan
- Menyiapkan sarana tempat pelaporan
- Pelatihan pencatatan laporan
- Membuat laporan perkembangan keleompok setiap tanggal
8 Simpanan anggota kelompok
a) Belum ada e) Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal di tambah simpanan sukarela
- Sosialisasi tentang manfaat simpanan pokok,wajib & sukarela
- Menentukan besarnya simpanan pokok, wajib & sukarela
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
- Menentukan aturan tentang simpanan pokok, wajib & sukarela
- Melakukan pencatatan simpanan pokok, wajib & sukarela
9 Usaha kelompok
a) Tidak ada usaha kelompok, hanya ada usaha anggota saja
e) Usaha simpan pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil dan lainnya dikelola secara terpisah, benar dan menghasilkan
- Identifikasi dan penentuan peluang usaha
- Pembuatan proposal usaha
- Sosialisasi proposal usaha
- Penentuan penanggung jawab kegiatan usaha
- Pelaksanaan usaha
- Pembagian sisa hasil usaha sesuai AD/ART
10 Monitoring dan evaluasi anggota kelompok
a) Belum dilakukan
e) Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan dan dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut
- Membuat daftar pertanyaan untuk monev
- Menentukan jadwal monev
- Pelatihan pelaksanaan monev
- Melakukan monev
11 Laporan kondisi anggota kelompok
a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan selalu dibahas
- Membuat format laporan kondisi anggota kelompok
- Membuat laporan kondisi anggota kelompok sesuai hasil monitoring anggota kelompok
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Catatan :
Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.
Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.
- Pembahasan hasil laporan dan menyusun rencana tindak lanjut
- Melaksanakan rencana tindak lanjut
12 Laporan kegiatan & keuangan kelompok
a) Belum ada e) Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota
- Pelatihan penyusunan laporan kegiatan dan keuangan kelompok dalam bentuk rugi laba dan neraca
- Membuat laporan kegiatan dan keuangan kelompok setiap akhir bulan
13 Kemitraan a) Belum ada e) Sudah berjalan dengan baik
- Identifikasi mitra
- Pelatihan penjajakan mitra
- Membuat MOU (Kontrak kerjasama)
- Pelaksanaan kerjasama
14 Akses terhadap permodalan
a) Belum ada e) Sudah terealisasi - Identifikasi lembaga keuangan
- Pelatihan penjajakan lembaga keuangan
- Membuat proposal
- Mengajukan proposal
- Realisasi penerimaan modal
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha
kelompok.
Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada
fakta awal yang ada dilapangan.
Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.
Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14
pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak
lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok
Perkembangan Usaha Kelompok 1. Sumber bahan baku :
a. Tidak dari kelompok b. Dari kelompok ≤ 25% c. Dari kelompok 26% - 50% d. Dari kelompok 51% - 75% e. Dari kelompok 76% - 100%
2. Ketersediaan bahan baku a. ≤ 20% kapasitas produksi tercukupi b. 21% - 40%kapasitas produksi tercukupi c. 41% - 60% kapasitas produksi tercukupi d. 61% - 80 % kapasitas produksi tercukupi e. 81% – 100 % kapasitas produksi tercukupi
3. Rata-rata Produksi per tahun a. ≤ 20% target produksi b. 21% – 40% target produksi c. 41% - 60% target produksi d. 61% - 80% target produksi e. 81% - 100% target produksi
4. Target produksi per tahun a. ≤ 20% kapasitas terpasang b. 21% – 40% kapasitas terpasang c. 41% - 60% kapasitas terpasang d. 61% - 80% kapasitas terpasang e. 81% - 100% kapasitas terpasang
5. Pelatihan dan komitmen penerapan GMP a. Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP b. Ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP secara
eksternal c. Ada pelatihan GMP secara internal d. Ada komitmen untuk menerapkan GMP setelah
pelatihan GMP internal e. Sudah membentuk tim penerapan GMP
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6. Sarana dan prasarana pengolahan hasil a. Belum memenuhi persyaratan GMP b. 25% memenuhi persyaratan GMP c. 26%-50% memenuhi persyaratan GMP d. 51%-75% memenuhi persyaratan GMP e. 76%-100% memenuhi persyaratan GMP
7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Proses a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat 8. SOP Sanitasi (SSOP)
a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat 9. Program Kebersihan
a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi
belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan
sudah tercatat. 10. Produk olahan yang dihasilkan
a. Belum memenuhi standar yang dipersyaratkan b. 25% memenuhi standar yang dipersyaratkan c. 26%-50% memenuhi standar yang dipersyaratkan d. 51%-75% memenuhi standar yang dipersyaratkan
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
e. 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan 11. Kemasan produk
a. Pengemasan masih seadanya b. Bahan kemasan food grade tetapi desain kemasan
belum mampu melindungi produk secara benar. c. Bahan kemasan food grade, desain kemasan sudah
mampu melindungi produk tetapi labelnya belum memenuhi persyaratan
d. Bahan kemasan food grade, desain kemasan mampu melindungi produk, label memenuhi persyaratan tetapi belum menarik
e. Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik
12. Pemasaran Produk yang dihasilkan a. Belum ada pasar yang jelas b. pasar di tingkat lokal (desa) c. Pasar tradisional tingkat kecamatan d. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri e. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan
ekspor 13. Pengelolaan Limbah
a. sudah diolah dan dimanfaatkan b. 26%-60% limbah Belum dilakukan c. 25% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan d. 61%-100% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan e. Sudah diolah dan menjadi usaha baru
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lanjutan Lampiran 1b LEMBAR JAWABAN
Tanggal _____Bulan__________Tahun ______ Data Dasar
1. Nama kelompok : 2. Alamat : 3. Pengurus :
a. Ketua : b. Sekretaris : c. Bendahara :
1 a b c d e 8 a b c d e 2 a b c d e 9 a b c d e 3 a b c d e 10 a b c d e 4 a b c d e 11 a b c d e 5 a b c d e 12 a b c d e 6 a b c d e 13 a b c d e 7 a b c d e
Yang menilai : Nama :
Cara penilaian dan pengkelasan usaha kelompok :
1. Nilai a = 0, nilai b = 2,5, nilai c= 5, nilai d = 7,5 dan nilai e = 10
2. Jumlahkan hasil penilaian untuk 10 kriteria, kemudian dihitung rata-
ratanya dengan membagi 10
3. a. Jumlah rata-rata antara 0 - 5 dikategorikan usaha kelompok pemula
b. Jumlah rata-rata antara > 5 - 7,5 dikategorikan usaha kelompok
berkembang c. Jumlah rata-rata antara > 7,5 dikategorikan usaha
kelompok mandiri
4. Hasil penilaian dan pengkelasan ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk membuat rencana kerja kelompok dengan contoh format
sebagai berikut :
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Contoh Rencana Kerja Perbaikan Rencana Kerja di Kelompok
No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Monev/
RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sumber bahan baku
b) Tidak dari kelompok
f) Dari kelompok 76%-100%
- Identifikasi sumber bahan baku lainnya
- Menambah anggota kelompok pemilik bahan baku
- Melakukan pencatatan pengadaan bahan baku dengan formulir yang mampu telusur
- 1 tahun sesuai program yang disusun
2 Ketersediaan bahan baku
a) ≤20% kapasitas produksi tercukupi
e) 81%-100%
kapasitas produksi tercukupi
- Identifikasi sumber bahan baku
- Menjalin kerjasama dengan penyedia bahan baku
- Melakukan upaya peningkatan produksi dan produktivitas (ekstensifikasi dan intensifikasi)
- Mendokumentasikan program diatas
- 1 tahun sesuai program yang disusun
3 Rata-rata produksi olahan per tahun
b) ≤ 20%
kapasitas produksi
f) 81% – 100% target produksi
- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
- Memperluas akses bahan baku
- Memperluas pangsa pasar
- Mengikuti promosi/pameran
- Mendokumentasikan program diatas
4 Target produksi per tahun
a)≤ 20%
kapasitas terpasang
e) 81% – 100% kapasitas terpasang
- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun
- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola
- Memperluas pangsa pasar
- Memperluas akses bahan baku
- Mendokumentasikan program diatas
- 1 tahun sesuai program yang disusun
5 Pelatihan dan komitmen penerapan GMP
b) Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP
f) Sudah membentuk tim penerapan GMP
- Mengikuti pelatihan GMP secara eksternal
- Mengadakan pelatihan GMP secara internal
- Melakukan sosialisasi rencana penerapan GMP kepada karyawan
- Membentuk tim penyusun dokumen penerapan GMP
- Membuat dokumentasi pelaksanaan penerapan GMP
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6 Sarana dan prasarana pengolahan hasil
a. Belum memenuhi persyaratan GMP
e) 76%-100% memenuhi persyaratan GMP
- Identifikasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi GMP
- Revitalisasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi standar GMP
- Menambahkan sarana yang kurang
- Membuat program dan pencatatan pelaksanaan kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun SOP Proses
- SOP proses dibahas secara internal
- Perbaikan SOP proses
- Verifikasi SOP proses
- Pengesahan SOP proses
- Pelaksanaan SOP proses
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP proses
- 1 tahun sesuai program yang disusun
8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun SOP sanitasi
- SOP sanitasi dibahas secara internal
- Perbaikan SOP sanitasi
- Verifikasi SOP sanitasi
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
- Pengesahan SOP sanitasi
- Pelaksanaan SOP sanitasi
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP sanitasi
9 Program Kebersihan
a) Belum ada e) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat
- Tim GMP menyusun program kebersihan
- program kebersihan dibahas secara internal
- Perbaikan program kebersihan
- Verifikasi program kebersihan
- Pengesahan program kebersihan
- Pelaksanaan program kebersihan
- Pencatatan dan dokumentasi penerapan program kebersihan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
10 Produk olahan yang dihasilkan
a) belum memenuhi standar yang dipersyaratkan
e) 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan
- Membuat standar internal atau mengadopsi SNI sebagai acuan standar produk yang akan dihasilkan
- Membuat prosedur verifikasi kesesuaian produk
- Melakukan verifikasi kesesuaian standar produk(visual dan atau uji lab)
- Dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
11 Kemasan produk b) Kemasan masih seadanya
f) Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik
- Evaluasi
- Mencari informasi tentang kemasan dan pelabelan
- Merencanakan perbaikan kemasan dan label
- Memperbaiki kemasan dan label
- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
12 Pemasaran produk yang dihasilkan
b) Belum ada pasar yang jelas
f) Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan ekspor
- Identifikasi pasar
- Menyusun rencana/strategi pemasaran
- Melakukan kemitraan
- Melakukan promosi
- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan
- 1 tahun sesuai program yang disusun
13 Pengelolaan limbah
b) belum dilakukan f) sudah diolah dan menjadi usaha baru
- Identifikasi pemanfaatan limbah
- Merancang program pengolahan limbah
- Membuat SOP Pengolahan Limbah menjadi produk samping
- Melatih petugas pengelolaan limbah
- Mengolah, memanfaatkan, dan memasarkan hasil olahan limbah (produk samping)
- 1 tahun sesuai program yang disusun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi
MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASITA 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
No
Kabupaten/Kota
Kegiatan
Pagu anggaran
Realisasi Kendala
RTL Fisik Keuangan
Target Realisasi Rp %
RTL = Rencana Tindak Lanjut
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan
MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN TUGAS PEMBANTUANTA 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
No
Kabupaten/Kota
Kegiatan
Pagu
Anggaran
Realisasi Kendala
RTL Fisik Keuangan
Target Realisasi Rp %
RTL = Rencana Tindak Lanjut
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan
Propinsi :
No Kab
/Kota
Nama Gapoktan Alamat, Cp Dan
Hp
Jenis Uph & Bantuan Alat
Tahun Penerimaan
Jenis Produksi Olahan & Merk
Dagang
Kapasitas Produksi
Sertifikasi Jaminan Mutu/
Perijinan*)
Pemasaran
Kendala Upaya
Penanganan Ter
pasang Ter
pakai
Nama mitra usaha
Tujuan
*)Sertifikasi Jaminan Mutu : GHP/GMP/HACCP/ISO
Perijinan : ML/MD
[Type text]
Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) Data verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan)
I. Data Umum
Nama Poktan/Gapoktan : …………………………………………………………
Jumlah Kelompok : …………………………………………………………
Alamat (Desa, Kec, Kab, Prop) : …………………………………………………………
Komoditi : …………………………………………………………
Luas Areal Gapoktan : …………………………………………………………
Produksi : …………………………………………………………
Jumlah Anggota : …………………………………………………………
Ketersediaan air bersih : …………………………………………………………
Ketersediaan listrik : …………………………………………………………
Kesesuaian Lokasi : …………………………………………………………
Fasilitas Penanganan Limbah : …………………………………………………………
Fasilitasi sarana sebelumnya : ( ada/tidak ada), Sumber bantuan
........., tahun......
Registrasi/sertifikasi produk olahan dari instansi penerbit seperti Dinas
Kesehatan, Dinas Pertanian, BPOM : (ada/tidak ada) Sumber
sertifikasi...............,tahun.......
[Type text]
II. Kondisi UPH Saat ini
No Nama produk olahan
Ketersediaan Bahan
Baku/Hari
Volume Produksi/(..../....
)
Kemasan/Kondisi
Kemasan Pemasaran
Sarana Yang dimiliki
Ruang prosesing
Alsin yang dimiliki
(kapasitas terpasang /..../....)
Luas :...
Kondisi :...
Status lahan :
Catatan : ................................................................
III. Fasilitasi UPH yang diusulkan
No
Nama produ
k olahan
Ketersediaan Bahan Baku
(.../...)
Volume Produksi
(..../...)
Rencana
Kemasan
Rencana Pemasar
an
Sarana Yang diusulkan*
Ruang prosesing
Alsin yang diusulkan (kapasitas terpasang /..../....)
Revitalisasi (...m2) :...
Pembangunan baru (...m2) :...
Status lahan :
1.......
2......
3.......
Catatan :
*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP
Informasi lainnya : …..................................................................
[Type text]
IV. Rekomendasi tim verifikasi
(verifikator,petugas pendamping kabupaten, propinsi) :
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
Petugas verifikator Petugas Pendamping Petugas pendamping
Dinas Kabupaten Dinas Propinsi
(........................) (.........................) (........................)
[Type text]
Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK)
Rekapitulasi RUKK Gapoktan ………… DINAS PERKEBUNAN PROVINSI …………………
Dana Tugas Pembantuan Tahun …….
Menyetujui, Mengetahui,
1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas Prop/Kab/Kota
…………………………
2. Tim Teknis Kab/Kota :
3. Tim Teknis Prop :
No Nama barang Kelompok Penerima
Bantuan/Alamat Volume
Pagu (Rp)
Fasilitasi Pengolahan Kelapa
1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit
2 Mesin Pemeras Santan 1 unit
3 Mesin Penyaring Minyak Kelapa
1 Unit
4 Mesin Pengemas/Pengunci Tutup Botol
1 unit
5 Mesin Pemurni Minyak Kelapa 1 unit
6 ............................ ... unit
7 ............................ ... unit
[Type text]
Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report
No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian
1 Balai Pengujian Mutu Alat Dan Mesin
Jl. Lio Sawah Indah Citayam, Bojong Pondok Terong, Pancoran Mas, Depok 16431
Alsin Pra Dan Pasca Panen
2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Situgadung, Legok, Tromol Pos 2 – Serpong Tangerang-Banten
Alsin Pra Dan Pasca Panen
3 Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao
Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118, Jawa Timur
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi Dan Kakao
4 Pusat Penelitian Teh Dan Kina
Gambung, Kotak Pos 1013, Bandung 40010, Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Teh Dan Kina
5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PO BOX 1103, Medan 2001, Jl. Brigjen Katamso No. 51, Medan 20158, Sumatera Utara
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
6 Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor
Jl. Salak No. 1 Bogor 16151, Jawa Barat
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet
7 Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
Jl. Pahlawan 25 Pasuruan, 67126 Jawa Timur
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Gula
8 Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget
Kotak Pos 1004, Manado, 95001
Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa
9 UPTD. Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar
Jl. Darmaga, Bojong Picung, Cihea, Kab. Cianjur, Jabar. Tel. 0263-322358.
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
10 Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung
Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor Sumedang, Tel. 022-7798844.
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen
[Type text]
No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian
11 Laboratorium Pasca panen, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Jl.Sosio Yustisia Bulak Sumur Yogyakarta, 55281, Tel. 0274-563542
Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan
12 Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, PO. Box 220 Bogor, 16220. Tel. 0251-627931.
Alsin Pra Panen
13 Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak.
Jl. MT. Haryono, SETTU. Bekasi.
Alsin Peternakan.
14 UPTD. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Jl. Syeikh Jamil Jambek Bukittinggi, telp. (0752) 22823
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura
15 UPTD. Perbengkelan dan Pelatihan Alsintan, Dinas Pertanian SUMUT
Jl. AH. Nasution No.7, Medan, SUMUT, Telp. (061)7862124
Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
[Type text]
Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
KARET
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Slub Cutter (Alat Pemecah)
Kapasitas : 300-500 Kg/ Jam
Dimensi : 1200 x 600 mm
Penggerak : DIESEL 23 pk
Material : Rangka = Mild Steel
Pisau : HSS
Fungsi : Memecah bahan baku menjadi kuran sedang (4 bagian)
2 Creepers (Alat Pemadat) Kapasitas : 100-200 Kg/ Sheift
Material : Mild Steel, UNP 100
Fungsi : Memadatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran
3 Gerobak Dorong Kapasitas angkut : 50-100 Kg
Ukuran Roda : 300-325,8
Velg Roda : Besi Tebal
4 Pembeku Lateks Bahan : Yang direkomendasikan lembaga berwenang
5 Bak Pembeku Bahan Bak : Alumunium
Tebal bahan bak : 0,8 mm
Ukuran Bawah : 30 x 30 cm
Ukuran atas : 50 x 50 cm
Tinggi bak : 40 cm
6 Mangkok sadap Bahan bak : Plastik/ Pilyproline
Volume : 500 ml
[Type text]
Diameter atas : 11 CM
Tinggi : 9 cm
7 Talang sadap Bahan : Seng
Ketebalan : 0,2 MM
Jumlahgerigi pangkal
: 6-8 buah
Lebar : 4 cm
Panjang : 7 cm
8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi
Sudut mata dalam
: 55"
Tinggi lipatan mata
: 1,5 cm
Tinggi lengkung pisau
: 7 cm
Panjang lengkungan
: 10 cm
Lebar Pisau : 8,1 cm
Lebar mata pisau
: 1,7 cm
Tebal pisau : 0,2 cm
Tebal mata pisau
: 0, 1 cm
9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg
Luas kantai timbang
: 37 x 53 cm
Tinggi Timbangan
: 100 cm
Tinggi lantai : 60 cm
Tinggi pagar : 60 cm
Bahan : Besi
Roda : 4 bh
10 Gancu Besi ukuran : 50 cm
Gagang gancu : Besi bulat
[Type text]
Panj gagang pegangan
: 10-12 cm
11 Cincin mangkok Bahan : Kawat
Diamater : 100 mm
Kawat : Kaki dan pengait
12 Bak Plastik Diameter : 60-70 mm, T : 60-70 cm
[Type text]
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Tebu (Pengolahan Gula Merah)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Alat Penggilingan Tebu Type Silinder
Bahan Besi Cor, Besi Baja dan Kuningan
2 Pompa air Daya : 125 watt
3 Wajan / Kawah Dimensi : Diameter 1000 cm
Radius : R 533 mm
Plat Utuh SS 304
Tebal : Min 4 mm (sertifikat)
4 Tutup Kawah / Cerobong Dimensi
diameter : 805 mm
Tinggi : 410 mm
Plat SUS 304
tebal : min 0.5 mm
5 Bailer / Centung Dimensi : 320 x 285 x 150 mm
Plat SUS 304 Tebal : 0.5 mm
6 Mesin Molen Pengaduk Gula Dimensi : 3464 x 118 x 1050 mm
Bak Gula : Plate SUS 304 tebal 2 mm
Frame : UNP 80 mm
Penggerak : Min 8 HP ber SNI
Sistem pengaduk spiral :
Material : SUS 304 diameter As
Spiral 20 mm
Dilengkapi kopling untuk memutar as pengaduk dan ulir ke atas dan ke bawah
Diberi roda 4 buah dan pengunci roda
7 Meja Cetakan Gula Merah Dimensi : Min 2100 x 900 x 850 mm
Rangka mild steel :
Square pipe : 30 x 30 mm
Base Palte SS 304 tebal : minimal 2 mm
[Type text]
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kakao (alat Pengolahan Coklat)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Roaster • -Kapasitas : 10 - 30 kg/batch
• Motor penggerak : Motor listrik
2 Mesin Pemecah Kulit dan Pemisah biji Kakao Sangrai
• Kapasitas : 10-50 kg/jam
• Tipe : silinder berputar
• Corong pemasukan : plat stainless steel
• Motor penggerak : motor listrik
3 Pemasta kasar
• Kapasitas 20-80 kg/jam
• Motor penggerak : motor listrik
4 Pemasta Halus (Ball Mill)
• Kapasitas : 10-25 kg/batch
• Motor penggerak : motor listrik
5
Choncing • Kapasitas : 10-20 kg/batch
• Motor penggerak : motor listrik
[Type text]
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kelapa (Alat pengolahan minyak kelapa)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Mesin parutan kelapa - Kapasitas : 30-50 btir/jam
- Penggerak : Motor penggerak
2 Mesin press santan manual
- Kapasitas : 5 kg/press
- Penggerak : Manual
3 Pemisah air dan minyak - Kapasitas : 3-5 liter/proses
4 Cooking Oil plan - Kapasitas : 500 liter - 1000 liter/hari
5 Oven
6 Ayakan Listrik Panjang : 140 cm
Lebar : 60 cm
Tinggi : 90 cm
Dimensi pengayak
: 80 cm x 42 cm
Penggerak dynamo listrik
: single phase 750 W 1400 rpm
7 Timbangan digital Model AL - B Platform
: 48 x 62 cm
Power rechargable
Display LED
Kapasitas : 300 kg
8 Continous Sealing
9 Wajan/Katel Ukuran Diameter : 68 cm
Bahan : galpanis
[Type text]
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
Kopi ( Pengolahan kopi bubuk)
NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1 Mesin Penyangrai (Roaster)
• Kapasitas 5 – 50 kg/jam • Motor Penggerak SNI • Silinder sangrai : plat stainless steel • Pengaduk dalam silinder : plat stainless steel • Sumber pemanas : kayu bakar/burner
LPG/minyak tanah
2 Mesin Pembubuk
• Kapasitas : 15-60 kg/jam • Motor Penggerak ber SNI
3 Mesin Pengemas otomatis
• Kapasitas : 40 – 100 pack/menit • Sistem pengoperasian : otomatis • Penggerak : motor listrik
[Type text]
CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN
SAGU
No NAMA ALSIN SPESIFIKASI
1. Mesin pres sagu Lebar Rangka : 104 CM
Tinggi Rangka : 175 CN
Volume Tabung : 20 Kg (2 Tabung)
Hidrolik : 50 Ton
Catatan : Bahan Kerangka Besi (H : 15 CM) dan Tabung Stainlis Stell
2. Mesin pemeras
sagu (Extruder)
Kapasitas : 50 Kg Sagu Parutan
Bahan Tabung : Stainles Stell
Waktu Pemerasan : 50 Kg/ 25 Menit
Kerangka : Besi
Saringan : Mess 80 (Bahan Stainlis Stell)
3. Portable Mesin
(Parut)
Bahan : Stainles Stell
Motor Penggerak : B&S Vertikal 670 Kekuatan 6 PK, 9 HP
Waktu Pemerasan : 1 Jam/ Proses
Kerangka : Sasis dan Pegangan bahan dasarnya besi
Bahan Bakar : Bensin
[Type text]
Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil Provinsi : ..................................... Kabupaten/Kota : ..................................... Nama Poktan/ Gapoktan : ..................................... Alamat : .....................................
I. Pembelian Bahan Baku
No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp) Asal Bahan
Baku
Total
II. Kesesuaian Alat dengan Spesifikasi
No. Jenis Alat Sesuai Tidak Sesuai
Jenis Perbaikan dan Target Penyelesaian
Bila Tidak Sesuai
Total
Jelaskan secara rinci bila tidak sesuai ...............................
III. Hasil Uji Coba Komersial
A. Pelaksanaan
1. Penggunaan alat (pilih salah satu jawaban) :
a. Dengan mudah dapat digunakan oleh Gapoktan
b. Penggunaan alat oleh Gapoktan/Poktan masih perlu
pendampingan
c. Ada kendala yang tidak dapat diperbaiki saat uji coba
komersil, target penyelesaian perbaikan alat pada
tanggal.....
[Type text]
2. Kapasitas produksi dibandingkan kapasitas terpasang (pilih salah
satu jawaban): a). 100% b).90-99% c)<90%, Yaitu.......%
B. Produksi Produk Olahan
No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp) Total Harga
Jual (Rp)
Total
IV. REKOMENDASI
a. ……………………….
b. ……………………….
c. ……………………….
d. ……………………….
e. ……………………….
..........,......... 2016 PT Penyedia Barang Ketua Kelompok/ Tim Teknis
Gapoktan 1. ......................
2. ......................
(....................) (.......................) 3. .......................
[Type text]
Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...………
NASKAH IKATAN KERJASAMA PENGELOLAAN BARANG
Pada hari ini ……………., tanggal ………, bulan .........………… tahun………….., yang bertandatangan dibawah ini : 1. Nama : …………………………………….…......................... Jabatan : Kepala Dinas PerkebunanPropinsi........................ Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : …………………………………….…........................ Jabatan : Ketua Kelompok tani/ Gapoktan ……………….…. Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : ........., tanggal .......... tentang bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang bersumber dari APBN TA 2016 Satker Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian mata anggaran kegiatan ...... sebanyak 1 (satu) set dengan spesifikasi teknis terlampir, maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan ikatan kerjasama pengelolaan barang dalam rangka mengoptimalkan penggunaan/pemanfaatan peralatan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. PIHAK PERTAMA berkewajiban :
a. Melakukan pencatatan, pembukuan dan pengadministrasian barang serta keuangan dalam dalam buku inventarisasi barang intern Satker Dinas Perkebunan daerah bukan aplikasi SAI (SABMN)
b. Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan manajemen, pelatihan, pengawalan (supervisi), pendampingan, monitoring dan evaluasi kepada
[Type text]
kelompok tani/ gapoktan penerima bantuan ...........................
c. Melakukan pelatihan dan pendampingan kepada Gapoktan di bidang pengolahan hasil tanaman pangan.
2. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan peralatan yang diberikan dengan cara : a. Mengadministrasikan/mencatat/membukukan semua
kegiatan usaha pemanfaatan termasuk administrasi keuangan baik penerimaan maupun pengeluarannya.
b. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Pihak Pertama (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota).
3. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan, maka peralatan tersebut akan ditarik oleh PIHAK PERTAMA untuk dialihkan ke Gapoktan lain agar lebih bermanfaat.
Naskah Ikatan Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun atau selama umur ekonomis peralatan ...... sejak ditandatangani, dan dibuat rangkap 5 (lima) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup. Demikian Ikatan Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak. PIHAK KEDUA
Ketua GAPOKTAN
( ……………………………)
PIHAK PERTAMA Kepala Dinas
PerkebunanProvinsi
( ……………………………) NIP. …………………..
[Type text]
Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang
BERITA ACARA PEMERIKSAAN BARANG Nomor : .....................................................
Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan
.........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Tim Pemeriksa Hasil Pengadaan Pengolahan Hasil
Perkebunan
pada Dinas Perkebunan Propinsi ................................
Alamat : .................................................... (ditulis lengkap)
Menyatakan telah melakukan pemeriksaan pengadaan ........di Propinsi
........................ sebanyak ........ dalam kondisi baru, baik, lengkap
dan dapat dioperasikan (hasil pemeriksaan terlampir).
Demikian Berita Acara Serah Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani
oleh Tim Pemeriksa pada hari, tanggal, bulan, dan tahun seperti tersebut
di atas.
Tim Pemeriksa Barang
1.............................., ......................
2. ............................., ......................
3. ............................., ......................
[Type text]
Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
Nomor : ............................
Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan .........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ................................................ Jabatan : PT ............................................. Alamat : ................................................ ................................................ ............................. (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : Tim Penerima .............................. pada Dinas Perkebunan Propinsi ......... Alamat : ................................................ ................................................ .............................. ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. PIHAK PERTAMA, telah menyerahkan ....... sebanyak ....... kepada PIHAK KEDUA dengan spesifikasi teknis terlampir.
2. PIHAK KEDUA telah menerima penyerahan ....... tersebut dalam kondisi baru, baik, lengkap dan dapat dioperasikan sesuai hasil pemeriksaan terlampir
3. Jenis alat adalah hasil pengadaan barang pada Satuan Kerja .......yang bersumber dari .......... : Nomor :
[Type text]
........, tanggal............., sesuai kontrak nomor :
............, tanggal .................................
Demikian Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum sama.
........................,............... 2016
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA Direktur Utama Tim Penerima Barang; PT. ...................... 1. .....................,
2. ....................., ( .................................) 3. .....................,
Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2 (dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan andalan utama Indonesia, selain sebagai produsen utama dunia juga merupakan salah satu penyumbang devisa negara dari ekspor non migas. Selama sepuluh tahun terakhir perkembangan areal kelapa sawit terus meningkat, hal ini terkait dengan menariknya harga komoditi ini di pasar dunia yang cenderung meningkat walaupun saat ini harga minyak sawit cenderung turun seiring dengan isu ekonomi dunia yang cenderung melemah. Disamping isu isu negatif dari negara pesaing lingkunan tapi perkembangan sawit didalam negeri tetap berjalan. Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai pangan juga dapat digunakan sebagai substitusi dari energi yang berkelanjutan berupa biodiesel. Kedepannya akan terjadi perebutan bahan baku minyak sawit sebagai pangan dan bahan energi jika tidak dikelola dengan baik. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri yang progresif dan memiliki produk turunan yang bervariasi serta mempunyai prospek pasar yang bagus. Luas areal kelapa sawit sampai tahun 2014 sebesar 10,95 juta Ha, dimana seluas 4,55 juta
2
Ha atau sekitar 42% merupakan perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 2 juta kepala keluarga petani serta dapat sebagai penumbuh lapangan kerja lainnya yang tidak terkait langsung dengan produk sawit dan turunannya. Perkebunan rakyat masih memerlukan bantuan dari pemerintah terutama terkait dengan kegiatan dari pasca panen sampai pemasaran tandan buah segar (TBS) sawit. Perkebunan sawit yang dikelola oleh rakyat mempunyai bentuk yang bermacam-macam yaitu swadaya atau mandiri, berkelompok dan membentuk kelembagaan / koperasi; disamping itu proses pemasaran antara pekebun dengan pengolah kelapa sawit ada yang bersifat kemitraan dan ada juga yang tidak melakukan kemitraan ( jual lepas). Yang sering bermasalah adalah yang tidak melakukan kemitraan karena seringkali tidak jelas benih yang ditanam sehungga berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan dan ujung-ujungnya bermuara ke harga TBS yang rendah. Untuk menjembatani anatar pekeun dengan pengolah kelapa sawit maka telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 14 Tahun 2013 tentang Tim Penetapan Pembelian Harga TBS produksi petani Kelapa sawit. Untuk pelaksanaan didaerah maka perlu disusun pedomann agar secara nasional mempunyai persepsi yang sama.
3
Dalam perhitungan penentuan harga TBS komponen utama yang harus diperhatikan adalah prosentase rendemen dari umur masing-masing tanaman dikebun, rendemen dibagi untuk minyak sawit dan inti sawit. Perhitungan rendemen sebaiknya dievaluasi setiap 5 tahun sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan dengan masing-masing propinsi. Dalam menghitung besarnya indeks “K” yang merupakan bagian yang harus diterima oleh petani dilakukan berdasarkan pada harga penjualan, biaya pengolahan dan biaya pemasaran minyak sawit kasar (CPO) dan Inti Sawit (PK) serta biaya penyusutan.
B. Tujuan
Tujuan dari pedoman ini adalah : 1. Untuk memberikan acuan bagi tim
penetapan harga TBS di daerah; 2. Memberi perlindungan perolehan harga yang
wajar dari TBS bagi para pekebun 3. Mengusulkan besarnya indeks “K” kepada
Gubernur
C. Sasaran Sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Menghindari persaingan harga yang tidak
sehat diantara pabrik kelapa sawit 2. Meningkatkan posisi tawar petani pekebun
4
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari pedoman ini meliputi : 1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS ; 2. Mekanisme pelaksanaan rapat tim ;
Memformulasikan besarnya indeks “K” sebagai bahan usulan ke Gubernur;
3. Keanggotaan dari tim penetapan harga; 4. Pembinaan di propinsi dilakukan oleh
Gubernur 5. Pengawasan dilakukan oleh Gubernur
B. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana rapat tim penetapan TBS sawit adalah Pemerintah Daerah dengan diketuai oleh Pemerintah Daerah propinsi atau yang ditunjuk dengan anggota terdiri dari : 1. Pemerintah propinsi, Kabupaten/kota; 2. Dinas Perkebunan Propinsi,
Kabupaten/Kota; 3. perusahaan kelapa sawit,; 4. wakil dari petani pekebun atau kelembagaan
pekebun dan 5. instansi terkait lainnya,
5
C. Lokasi dan waktu 1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS
bertempat di kantor Dinas Perkebunan propinsi.
2. Dinas Perkebunan yang dimaksud adalah daerah sentra produksi sawit sebanyak 20 (dua puluh) propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Papua dan Papua Barat.
3. Waktu pelaksanaan tim penetapan harga dilakukan selama kurun waktu tahun 2016 dan dilaksanakan paling kurang sekali setiap bulan.
D. Simpul Kritis
Permasalahan yang sering muncul adalah tidak transparannya hitungan untuk proses pengolahan yang ada di pabrik, rendemen sawit yang bervariasi dan mempunyai persepsi yang berbeda dalam cara perhitungan indeks “K”. Bagi pekebun yang tidak melakukan kemitraan sering menimbulkan masalah terutama dalam hal menerima harga yang lebih rendah.
6
E. Output Kegiatan
Output dari kegiatan pelaksanaaan tim penetapan harga TBS adalah; 1. Menetapkan usulan besarnya nilai indek “K”
untuk disampaikan kepada Gubernur dan 2. Menetapkan harga TBS hasil kesepakatan
Tim berdasar atas umur tanaman. 3. Harga yang telah disepakati pada bulan ini
digunakan untuk harga pada pembelian bulan berikutnya, atau harga byang telah disepakati periode ini untuk peripode berikutnya.
7
III. PEMBINAAN, PENGAWASAN, MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN
A. PEMBINAAN Pembinaan secara keseluruhan dalam tim penetapan harga dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sementara pembinaan terhadap pekebun atau kelembagaan pekebun dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang melakukan kemitraan sedangkan bagi pekebun yang tidak melakukan kemitraan pembinaan menjadi tugas dan tanggung jawab dari dinas perkebunan.
B. PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan jajaran satuan kerja diwilayahnya yang mempunyai fungsi sebagai pengawasan. Jajaran yang akan melakukan pengawasan akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur
C. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten dan propinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan yang dilakukan secara berjenjang untuk dilaporkan
8
secara terjadwal kepada Direktorat Jenderal Perkebunan.
Jenis Pelaporan: 1. Laporan Bulanan tim penetapan harga
dengan hasil kesepatan berupa: - Besarnya nilai indeks “K” yang diusulkan ke
Gubernur; - Besaran harga TBS sesuai umur tanaman; - Barga CPO dan Inti sawit yang berlaku
2. Laporan Akhir Tahun
Merupakan laporan lengkap hasil kompilasi bulanan yang telah dilaporkan sebelumnya termasuk didalamnya apabila ada permasalahan yang muncul dan solusi pemecahannya
9
IV. PEMBIAYAAN
Segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka rapat Tim Penetapan Harga TBS tersebut diatas dibebankan kepada dana APBN Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2016 yang disimpan dalam bentuk Dana Dekonsentrasi
V. PENUTUP
Pedoman teknis ini digunakan sebagai acuan untuk Dinas Perkebunan dalam melaksanakan rapat Tim penetapan harga TBS didaerah dan menghindari terjadinya perselisihan diantara pemangku kepentingan.
PEDOMAN TEKNIS (Penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi)
PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya “Pedoman Teknis kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Tahun 2016” telah selesai disempurnakan. Petunjuk pelaksanaan kegiatan ini merupakan acuan penyelenggaraan kegiatan bagi provinsi yang mendapat alokasi anggaran dekonsentrasi untuk kegiatan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tahun 2016. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Satuan Kerja Provinsi penerima anggaran harus berkoordinasi dengan lembaga pengawas keamanan pangan daerah. Dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan ini disampaikan juga unit kerja lain yang terlibat dalam proses kegiatan. Apabila kegiatan yang akan dilakukan menimbulkan keraguan bagi daerah atau instansi terkait dan apabila daerah akan melakukan perubahan/revisi, agar berkoordinasi dengan Ditjen Perkebunan cq Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Pedoman ini selalu terus dalam perbaikan, untuk itu saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kiranya pedoman ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak terkait. Semoga bermanfaat.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal Perkebunan,
Ir. Gamal Nasir, M.S NIP. 19560728 198603 1 001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 2
I.3 Sasaran 2
I.4 Hasil yang diharapkan 2
II ISTILAH DAN DEFINISI 2
III PELAKSANAAN KEGIATAN 6
3.1 Mekanisme Pelaksanaan 6
3.2 Pembinaan dan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
10
IV PELAPORAN 19
V KETENTUAN LAIN 19
VI PENUTUP 20
VII LAMPIRAN 21
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1 Lokasi Pembinaan Penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016
9
2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016
9
3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
13
4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Non-Pangan (Bokar)
14
5 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
16
6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan non-Pangan (Bokar)
17
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1 Bagan alir Pembinaan dan Penerapan
Sistem Jaminan Mutu Keamanan Pangan 10
1
PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tuntutan konsumen terhadap standar mutu suatu produk baik pangan maupun non pangan sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Penerapan jaminan mutu merupakan langkah penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pengakuan formal terkait dengan jaminan mutu yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat. Sertifikat tersebut merupakan alat bukti Penerapan Sistem Manajemen Mutu dan dapat menjadi jaminan keberterimaan pangan baik dipasar domestik maupun internasional.
Selain untuk menjamin keamanan pangan, penerapan sistem jaminan mutu juga diterapkan untuk produk non pangan seperti bahan olah karet (Bokar) sebagai pendukung program nasional Bokar Bersih pada tahun 2015. Selanjutnya untuk membantu pelaku usaha (poktan/gapoktan) agar mampu menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu serta produk non pangan yang bermutu, maka Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan fasilitasi dana dekonsentrasi bagi propinsi untuk komoditi kakao dan karet.
2
1.2 Tujuan Untuk memberikan acuan kepada petugas Dinas Lingkup Perkebunan provinsi dalam melaksanakan kegiatan dekonsentrasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
1.3 Sasaran
Poktan/Gapoktan di propinsi penerima dana dekonsentrasi agar mampu menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan, baik untuk produk pangan dan sistem jaminan mutu untuk produk non pangan.
1.4 Hasil yang diharapkan a. Output:
Terlaksananya penerapan sistem jaminan mutu kakao di 12 provinsi dan penerapan sistem jaminan mutu bokar di 11 provinsi untuk siap sertifikasi/registrasi/rekomendasi.
b. Outcome:
Tersedianya produk hasil pertanian melalui sertifikasi/registrasi/rekomendasi.
II ISTILAH DAN DEFINISI
1. Bahan Olah Karet yang selanjutnya Bokar adalah lateks dan atau gumpalan yang dihasilkan pekebun kemudian diolah lebih lanjut secara sederhana sehingga menjadi bentuk lain yang bersifat lebih tahan untuk disimpan serta tidak tercampur dengan kontaminan;
3
2. Biji Fermentasi adalah biji kakao yang memperlihatkan ¾ atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna coklat, berongga dan beraroma khas kakao;
3. Fermentasi adalah proses pembentukan cita rasa khas coklat dengan bantuan mikroba alami agar diperoleh mutu biji kakao yang baik;
4. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha;
5. Good Manufacturing Practices (GMP) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan;
6. Good Handling Practices (GHP) adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah meliputi pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, trimming, sortasi, perendaman, pencelupan, pelilinan, pelayuan, pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan, perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan,
4
standardisasi mutu dan pengangkutan hasil pertanian alat tanaman;
7. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia;
8. Kelompok Tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;
9. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
(OKKP-D) adalah lembaga/institusi atau unit kerja di lingkup Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan sistem jaminan mutu pangan segar hasil pertanian;
10. Pelaku Usaha Perkebunan (PUP) adalah
pekebun dan perusahaan perkebunan yang mengelola usaha perkebunan;
11. Standard Operating Procedure (SOP) adalah
prosedur pendokumentasian pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap kegiatan spesifik untuk setiap tahap produksi, yang terdapat pada suatu unit usaha;
5
12. Standar Sanitation Operation Procedure (SSOP) adalah prosedur pendokumentasian pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap sanitasi yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan yang diproduksi/unit produksi, yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha;
13. Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)
adalah satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh satu atau lebih kelompok pekebun sebagai tempat penyelenggara bimbingan teknis perkebunan, pengolahan, penyimpanan sementara dan pemasaran bokar;
14. Unit Fermentasi Pengolahan Biji Kakao
(UFPBK) adalah satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih kelompok pekebun sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan yang terintegrasi seperti kegiatan pasca panen, pengolahan, pengembangan mutu, penyimpanan sementara, pelatihan dan pemasaran;
6
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Mekanisme Pelaksanaan
3.1.1 Pusat Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dan melakukan pengawalan kegiatan terhadap:
Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Pendampingan penyusunan dokumen sistem mutu;
Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);
Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.
3.1.2 Daerah
a. Dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;
b. Dinas perkebunan provinsi melakukan
identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;
c. Fasilitator sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan dinas perkebunan
7
kabupaten/Kota melakukan pendampingan pelaksanaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);
d. Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL)
yang telah ditetapkan oleh kepala dinas perkebunan provinsi harus menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;
e. Dinas perkebunan Kabupaten/Kota yang
menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM Bokar bertanggung jawab untuk meregistrasi UPPB yang telah melakukan sistem jaminan mutu bokar;
f. Dinas perkebunan kabupaten/kota yang
menjadi sentra kakao di provinsi penerima dana dekonsetrasi bertanggung jawab untuk meregistrasi UFPBK serta mendampingi poktan/gapoktan dalam mengajukan permohonan sertifikasi jaminan keamanan pangan bagi UFPBK kepada OKKP-D.
3.1.3 Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D) Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan melakukan penilaian
8
melalui mekanisme sertifikasi jaminan keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
3.1.4 Lokasi dan Jadwal
Lokasi dan jadwal pembinaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tertera pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1 Lokasi Pembinaan Penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016.
No Provinsi
1. Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Aceh
3. Sumatera Barat
4. Lampung
5. Sulawesi Tengah
6. Sulawesi Selatan
7. Sulawesi Tenggara
8. Maluku
9. Bali
10. Papua
11. Papua Barat
12. Sulawesi Barat
9
Tabel 2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2015
KEGIATAN
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fasilitasi
Penerapan
Sistem Jaminan
Mutu dan
Keamanan
Pangan
Fasilitasi
Penerapan
Sistem Jaminan
Mutu Bokar
10
3.2 Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
Tahapan pembinaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Bagan alir Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
Identifikasi
Pembentukan Tim SKI
Penyusunan Dokumen SKI
Sosialisasi di Poktan
Penerapan SKI
Tindakan perbaikan
Permohonan Sertifikasi/registrasi
Apresiasi dan sosialisasi Apresiasi dan sosialisasi
BimbinganTeknis
Uji laboratorium
Verifikasi
(penerapan SKI)
11
Uraian bagan alir pembinaan penerapan sistem jaminan keamanan pangan sebagai berikut :
3.2.1 Identifikasi
Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi calon pelaku usaha yang akan dibina baik secara langsung atau melalui usulan dinas perkebunan kabupaten/kota agar siap disertifikasi/registrasi.
Kriteria pelaku usaha, poktan/gapoktan yang akan dibina dan siap untuk sertifikasi/registrasi meliputi:
Sudah menerapkan budidaya pertanian yang baik;
Tergabung dalam kelompok;
Bersedia mengikuti tahapan pembinaan dan sertifikasi/registrasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem jaminan mutu secara konsisten dan berkesinambungan;
Memiliki komitmen terhadap sertifikasi/registrasi yang akan dilakukan oleh institusi tekait (OKKP-D, dinas lingkup perkebunan Kabupaten/Kota).
3.2.2 Apresiasi dan Sosialisasi
a. Peserta Anggota/pengurus yang berasal dari
poktan/gapoktan, penyuluh, pembina kabupaten/kota dan pembina provinsi dan pemangku kebijakan lainnya;
12
Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang baik;
Jumlah Poktan/Gapoktan minimal 3 (tiga) kelompok dan setiap poktan/gapoktan diwakili oleh minimal 3 (tiga) orang yang menangani teknis budidaya atau penanganan pasca panen atau pengolahan hasil perkebunan yang baik;
Poktan/gapoktan harus didampingi oleh penyuluh dan petugas pembina dinas perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan mengikuti kegiatan hingga selesai.
b. Narasumber
Pusat dan atau daerah provinsi, kabupaten/kota;
Memilik kompentensi yang memadai dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pendampingan).
Kegiatan apresiasi dilakukan dalam rangka pengenalan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan produk perkebunan yang baik serta untuk membangun komitmen bagi Poktan/Gapoktan yang akan dibina terhadap penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
Materi apresiasi dan sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tertera pada tabel 3 dan tabel 4.
13
Tabel 3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
NO MATERI JPL
(jam pelajaran) @ 45 menit
Narasumber
1 Kebijakan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan produk perkebunan
2 Pusat/daerah
2 Regulasi: Permentan 67 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao
3 Pusat
3 Pengantar Keamanan Pangan
2 Pusat
4 Pengantar Dokumentasi Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan bagi UFPBK
1 Pusat
TOTAL 8
14
Tabel 4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu Non Pangan (Bokar)
NO MATERI JPL
(jam pelajaran) @ 45 menit
Narasumber
1 Kebijakan sistem jaminan mutu produk perkebunan
2 Pusat/daerah
2 Regulasi: Permentan 38 tahun 2008
tentang pengolahan dan pemasaran Bokar
Permendag 53 tahun 2009 tentang Pengawasan mutu Rubber
SNI 06-2047-2002 Bokar
4 Pusat
3 Pengantar Dokumentasi Penerapan Jaminan Mutu bagi UPPB
1 Pusat/Daerah
4 Pengantar Registrasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar
1 Pusat/Daerah
TOTAL 8
3.2.3 Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)
a. Pelaksanaan Kegiatan
Dokumen sistem mutu yang disusun adalah Panduan sistem Kendali Internal (SKI) untuk kelompok yang antara lain terdiri dari: Panduan Mutu (manual); Prosedur; Instruksi Kerja; Formulir Pendukung.
Penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan oleh tim (anggota poktan/gapoktan dan
15
penyuluh) keamanan pangan, dipandu oleh narasumber dari pusat dan daerah. Keterlibatan aktif narasumber daerah sangat diharapkan, dalam melakukan pendampingan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di pelaku hingga tahap sertifikasi.
b. Peserta
Telah mengikuti kegiatan apresiasi dan sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Memiliki komitmen dalam penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang baik;
Poktan/gapoktan harus didampingi oleh penyuluh dan petugas pembina dinas perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan mengikuti kegiatan hingga selesai.
c. Narasumber
Pusat dan atau daerah provinsi, kabupaten/kota;
Memiliki kompentensi yang memadai dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pendampingan).
d. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan teknis penyusunan doksistu dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan apresiasi dan sosialisasi dilaksanakan.
16
Materi bimbingan teknis sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dan Sistem Jaminan Mutu Bokar tertera pada tabel 5 dan 6.
Tabel 5 Materi Bimtek Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan
NO MATERI JPL
(jam pelajaran) @ 45 menit
Narasumber
1 Review Permentan 67 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao
1 Pusat
2 Pedoman pembentukan Unit fermentasi dan pemasaran biji kakao (UFP-BK), Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran (STP), dan penerbitan surat keterangan asal lokasi biji kakao (SKAL-BK)
2 Pusat
3 Pedoman penanganan pasca panen kakao
1 Pusat dan Daerah
4 Pedoman penerbitan surat keterangan kesesuaian mutu (SKKM) dan sertifikat jaminan mutu biji kakao (SJM-BK)
2 Pusat
5 Pedoman pengambilan contoh dan pengujian mutu biji kakao
2 Pusat
6 GHP/GMP, SOP Sanitasi 2 Pusat
7 Sistem Kendali Internal (Teori dan Praktek)
2 Pusat
8 Dokumentasi sistem Mutu (Penyusunan dan presentasi)
3 Pusat dan Daerah
9 Rencana tindak lanjut 1 Daerah
TOTAL 16
17
Tabel 6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Non Pangan (Bokar)
NO MATERI JPL
(jam pelajaran) @ 45 menit
Narasumber
1 Review Permentan 38 tahun 2008 tentang pengolahan dan pemasaran Bokar
1 Pusat dan Daerah
2 Pedoman Penerapan Sistem Jaminan Mutu Bokar
3 Pusat
3 Pedoman Registrasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)
2 Pusat
4 SOP produksi bokar bersih 4 Pusat
5 Sistem Kendali Internal (Teori dan Praktek)
2 Pusat dan Daerah
6 Dokumentasi sistem Mutu (Penyusunan dan presentasi)
3 Pusat dan Daerah
7 Rencana tindak lanjut 1 Daerah
TOTAL 16
3.2.4 Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Dokumen sistem mutu yang telah disusun dengan pengesahan Pimpinan Poktan/Gapoktan disosialisasikan kepada seluruh anggota poktan/gapoktan oleh tim Keamanan Pangan Poktan/Gapoktan. Tim dibantu oleh pendamping agar panduan SKI dapat dipahami dan dijadikan acuan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan.
18
3.2.5 Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan a. Dokumen sistem mutu yang telah disusun
harus diterapkan oleh poktan/gapoktan secara konsisten dan berkesinambungan. Penerapan sistem tersebut dapat dibuktikan dengan membuat catatan/rekaman dengan masa simpan tertentu;
b. Peran penyuluh/pendamping dan Tim keamanan pangan sangat diperlukan;
c. Sebagai bukti penerapan sistem jaminan mutu, poktan/gapoktan melakukan validasi terhadap sampel produk melalui pengujian keamanan pangan ke laboratorium, sedangkan untuk bokar dilakukan secara visual oleh petugas dinas yang kompeten;
d. Sedangkan untuk memastikan konsistensi dan efektivitas penerapan sistem manajemen, dilakukan audit internal oleh tim auditor internal;
e. Untuk memastikan konsistensi dan efektivitas penerapan sistem manajemen mutu bokar, dilakukan verifikasi oleh petugas pengawas mutu bokar yang sudah dilatih
3.2.6 Pra sertifikasi/registrasi /rekomendasi
Sebelum dilakukan sertifikasi/registrasi /rekomendasi oleh lembaga penilai kesesuaian, petugas pusat akan melakukan pra sertifikasi /registrasi/rekomendasi untuk memastikan bahwa sertifikasi/registrasi/rekomendasi layak untuk diajukan kepada lembaga penilai kesesuaian.
19
3.2.7 Tindakan Perbaikan Ketidaksesuaian selama pra sertifikasi/registrasi/ rekomendasi terhadap penerapan sistem, harus diperbaiki terlebih dahulu oleh poktan sebelum diajukan kepada lembaga penilai kesesuaian.
3.2.8 Permohonan Sertifikasi ke lembaga penilai kesesuaian
Poktan/Gapoktan yang telah menyelesaikan tindakan perbaikan dapat mengajukan sertifikasi/registrasi/rekomendasi ke lembaga penilai kesesuaian melalui dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi.
IV PELAPORAN Dinas perkebunan Provinsi penyelenggara kegiatan dekonsentrasi ”Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan” wajib memberikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan paling lambat 1 minggu setelah seluruh tahapan kegiatan selesai dengan format sebagaimana lampiran 2.
V KETENTUAN LAIN
Dalam hal terjadi keadaan perubahan kebijakan yang mendesak, kegiatan dekonsentrasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan diharapkan tetap dijadikan sebagai kegiatan prioritas, mengingat bahwa kegiatan dimaksud dapat mendorong
20
peningkatan nilai tambah dan daya saing produk yang aman dan bermutu.
VI PENUTUP Demikian Pedoman Teknis kegiatan ini dibuat agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tahun 2016.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Laporan Pelaksanaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
Dinas ............ Provinsi ........... Tahun 2016
Nama Poktan/Gapoktan :
Alamat :
Kontak person, nomor Handphone
:
Email :
Komoditi :
Luasan lahan :
Status Pembinaan (doksistu, penerapan, permohonan sertifikasi, sertifikasi)
Lembaga Penilai Keseuaian yang memberikan sertifikat/registrasi/rekomendasi
:
Biodata narasumber :
Catatan: Matriks di atas diisi untuk masing-masing poktan/gapoktan yang dibina atau disertifikasi.
Lampiran Laporan : 1. Biodata poktan/gapoktan yang dibina (nama
poktan/gapoktan, daftar pengurus, alamat sekretariat, nomor telepon, komoditi yang diusahakan, luasan, pemasaran, dll);
2. Copy sertifikat dari OKKP bila sudah sertifikasi.
KEGIATAN
PENGAWALAN REGULASI TEKNIS
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ......................................................................i
DAFTAR TABEL .............................................................. ii
I. PENDAHULUAN .................................................... 1
II. TUJUAN ................................................................. 4
III. SASARAN .......................................................... 4III. SASARAN .............................................................. 5
IV. PENGERTIAN ........................................................ 5
V. RUANG LINGKUP KEGIATAN ................................ 6
VI. MEKANISME PELAKSANAAN............................... 6
VII. PELAPORAN ..................................................... 133
VIII. PEMBIAYAAN ...................................................... 14
IX. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT ....................... 14
X. PENUTUP ............................................................ 144 Lampiran
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lokasi pelaksanaan kegiatan
Capacity BuildingPenilaian Mutu
Biji Kakao Sesuai SNI
8
Tabel 2. Materi kegiatan Capacity
BuildingPenilaian Mutu Biji Kakao
Sesuai SNI
10
Tabel 3. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan
Bimbingan Teknis Petugas
Registrasi Surat Tanda
Pendaftaran
11
Tabel 4. Materi Kegiatan Bimbingan
Teknis Petugas Registrasi Surat
Tanda Pendaftaran
13
1
PENGAWALAN REGULASI TEKNIS
I PENDAHULUAN
Era perdagangan bebas membawa dampak ganda, di
satu sisi membuka kerjasama seluas-luasnya antar
negara, di sisi lain membawa persaingan yang tinggi
dan ketat. Hambatan tarif kini tidak lagi diperbolehkan,
kecuali untuk komoditi yang sangat sensitif bagi
perekonomian atau keadaan sosial suatu
negara.Persaingan dalam perdagangan internasional
semakin meningkat, resiko terhadap membanjirnya
barang impor yang kurang bermutu juga meningkat,
sementara perlindungan terhadap produsen dalam
negeri menjadi sangat terbatas.Sehingga, dalam
rangka melindungi kepentingan domestik banyak
negara menggunakan instrumen non tarif seperti
standar mutu produk.
Standar dapat dipergunakan sebagai persyaratan
spesifikasi minimum yang harus dipenuhi oleh produk
impor untuk memasuki pasar domestik, sekaligus
berfungsi sebagai alat perlindungan konsumen,
khususnya bagi produk-produk yang menyangkut
kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
2
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar
resmi yang berlaku di Indonesia. Untuk sektor
pertanian, telah banyak standar yang dihasilkan
seperti SNI produk, SNI alat dan mesin maupun SNI
metode pengujian, hanya saja keberadaan standar
tersebut masih kurang terinformasi kepada
stakeholder terkait seperti pelaku usaha danpembina
mutu di daerah.
Penerapan SNI perkebunan sampai saat ini sebagian
besar masih bersifat sukarela, namun penerapannya
dapat diwajibkan dengan beberapa pertimbangan
yang menyangkut keamanan, keselamatan dan
kesehatan. Penerapan wajib tersebut dapat ditetapkan
oleh instansi teknis yang terkait dengan
memperhatikan kesiapan pelaku usaha dan sarana
prasarana pendukung seperti laboratorium dan
lembaga sertifikasi. Jika SNI produk perkebunan
yang telah ditetapkan dapat diterapkan dengan baik,
maka ini dapat menjadi keunggulan komparatif bagi
produk tersebut.
Kementerian Pertanian telah menetapkan beberapa
jenis komoditas perkebunan sebagai komoditas
prioritas pengembangan salah satunya biji kakao
dengan pertimbangan potensi untuk peningkatan daya
saing dan nilai tambah yang tinggi serta mempunyai
multiplier effect yang luas terhadap peningkatan
industri perdesaan.
3
Biji kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang
cukup banyak memberikan sumbangan bagi devisa
(data statistik ditjen perkebunan), namun karena mutu
biji kakao Indonesia yang rendah terutama karena
tidak difermentasi, menyebabkan harga biji kakao
Indonesia lebih rendah dari negara kompetetitor
lainnya. Kondisi mutu biji kakao yang demikian juga
menyebabkan industri dalam negeri harus melakukan
impor biji kakao fermentasi dari negara lain, dan
tentunya hal ini sangat menyedihkan padahal produksi
biji kakao Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu
diperlukan upaya perbaikan mutu kakao, salah
satunya adalah melalui proses fermentasi.
Kementerian Pertanian telah menetapkan Permentan
No. 67/Pementan/OT.140/5/2014 tentang Persyaratan
Mutu dan Pemasaran Biji Kakao yang bertujuan untuk
meningkatkan daya saing dan nilai tambah biji kakao
Indonesia, mendukung pengembangan industri kakao
dalam negeri, perlindungan pada konsumen dari
peredaran biji kakao yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, meningkatkan pendapatan petani
serta mempermudah penelusuran kemungkinan
terjadinya penyimpangan produksi dan peredaran biji
kakao.
Sebagai upaya untuk memperkuat penerapan
Permentan tersebut di lapangan diperlukan sumber
daya manusia yang mampuuntuk menguji dan
4
menganalisa biji kakao secara tepat. Oleh karena itu
dianggap perlu untuk melaksanakan kegiatanCapacity
Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI.
Agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan, maka
dibutuhkan standar operasional pelaksanaan di
lapangan.
II TUJUAN
Tujuan disusunnya petunjuk pelaksanaan kegiatan
pengawalan regulasi teknis adalah sebagai acuan
bagi Dinas Perkebunan Provinsi dalam melaksanakan
kegiatan dana dekonsentrasi Capacity Building
Penilaian Mutu Biji Kakao Sesuai SNI dan Bimbingan
Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran
sehingga kegiatan tersebut berjalan efektif, efisien dan
sesuai sasaran yang diharapkan.
III SASARAN
Sasaran kegiatan kegiatan Pengawalan Regulasi
Teknisadalah dipahaminya standar dan kebijakan di
bidang mutu dan standardisasi oleh para Pembina dan
pengawas mutu, produsen, konsumen, serta para
pemangku kepentingan yang adadi daerah. Dengan
demikian diharapkan produk perkebunan yang
dihasilkan di tingkat pelaku usaha dapat sesuai
dengan standar nasional yang telah ditetapkan
5
sehingga produk tersebut memiliki daya saing yang
tinggi.
IV PENGERTIAN
1. Standar adalah dokumen berisi ketentuan,
pedoman, karakteristik kegiatan atau hasilnya
yang dirumuskan melalui konsensus oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dan ditetapkan oleh
badan yang berwenang, sebagai acuan dalam
kegunaan yang bersifat umum dan/atau berulang
untuk mencapai tingkat keteraturan optimum
dalam konteks tertentu;
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah
standar tentang produk (barang, jasa, dan sistem),
proses, sistem manajemen, dan hal lain yang
berkaitan, yang diterapkan secara nasional;
3. SNI wajib adalah SNI yang diberlakukan wajib
secara nasional melalui regulasi teknis;
4. Instansi teknis adalah Kementerian atau
Lembaga Pemerintah Non dilingkungan
pemerintah pusat yang salah satu kegiatannya
melakukan kegiatan standardisasi;
5. Produsen adalah pihak yang mewakili penghasil
produk, baik asosiasi maupun badan usaha;
6
6. Konsumen adalah pihak yang mewakili
kepentingan pengguna produk akhir baik
perorangan maupun organisasi;
7. Penilaian kesesuaian adalah rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk menilai kesesuaian suatu
produk, proses, sistem manajemen, dan/atau
kompetensi personel terhadap standar atau
ketentuan lain yang telah ditetapkan;
Sertifikasi adalah kegiatan penilaian kesesuaian
yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis
bahwa suatu produk, proses, sistem manajemen,
dan/atau kompetensi personel telah memenuhi
standar atau ketentuan lain yang telah ditetapkan.
V RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Standardisasi
meliputi:
1 Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai
SNI;
2 Bimbingan Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda
Pendaftaran.
VI MEKANISME PELAKSANAAN
7
1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao
sesuai SNI
Tujuan
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI bertujuan untuk
mempersiapkan petugas pengawas mutu agar
mampu dan terampil dalam melakukan
pengujian mutu biji kakao sesuai parameter
yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014
tentangPersyaratan Mutu dan Pemasaran Biji
Kakao.
Anggaran
Dana dekonsentrasi dialokasikan dari DIPA
Ditjen Perkebunan Tahun 2016.
Lokasi
Pelaksanaan Kegiatan Capacity Building
Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI
dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian
sebagai berikut :
8
Tabel 1 Lokasi pelaksanaan Kegiatan Capacity
Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai
SNI
No Provinsi
1. Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Aceh
3. Sumatera Barat
4. Lampung
5. Sulawesi Tengah
6. Sulawesi Selatan
7. Sulawesi Tenggara
8. Maluku
9. Bali
10. Papua
11. Papua Barat
12. Sulawesi Barat
Waktu
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI dapat diselenggarakan
mulai bulan Februarisampai Agustus2016.
Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang
merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji
Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola
penyampaian materi dan praktek pengujian biji
kakao sehingga harus tersedia bahan praktek
seperti biji kakao, alat ukur kadar air,
9
timbangan digital dan alat untuk membelah biji
kakao.
Peserta
Peserta kegiatan Capacity Building Penilaian
Mutu Biji Kakao sesuai SNI antara lain adalah
:
Pembina mutu kabupaten/kota tempat
UFPBK berada;
Pengawas mutu/PMHP kabupaten/kota
tempat UFPBK berada;
Anggota kelompok UFPBK (Unit
Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao).
Narasumber
Narasumber berasal dari instansi pusat dan
daerah yang kompeten dalam bidang Mutu
dan Standardisasi khususnya metode
pengujian dan atau penilaian mutu biji kakao.
Materi
Materi berupa kebijakan/Permentan tentang
Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,
bedah SNI biji kakao, teori dan praktek
pengujian/penilaian mutu biji kakao.
10
Tabel 2 Materi Kegiatan Penilaian Mutu Biji Kakao
sesuai SNI NO. MATERI JPL
(jam pelajaran)
@ 45 menit
NARASUMBER
1 Kebijakan/Permentan tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao
2jpl Pusat
2 Bedah SNI biji kakao 2 jpl Pusat 3 Teori
pengujian/penilaian mutu biji kakao
2 jpl Pusat
4 Praktek pengujian/penilaian mutu biji kakao
4 jpl Pusat
Total 10 jpl
2. Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda
Pendaftaran
Tujuan
Kegiatan Bimbingan Teknis Petugas
Registrasi Surat Tanda Pendaftaran bertujuan
untuk mempersiapkan petugas agar mampu
dan terampil dalam melakukan registrasi surat
tanda pendaftaran sesuai dengan parameter
yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014
tentang persyaratan mutu dan pemasaran biji
kakao.
11
Anggaran
Dana dekonsentrasi yang dialokasikan antara
Rp. 100.000.000,- s.d 120.000.000,- /lokasi.
Lokasi
Pelaksanaan Kegiatan bimbingan teknis
petugas registrasi surat tanda pendaftaran
dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 3 Lokasi Pelaksanaan kegiatan Bimbingan
Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda
Pendaftaran
No Provinsi
1. Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Aceh
3. Sumatera Barat
4. Lampung
5. Sulawesi Tengah
6. Sulawesi Selatan
7. Sulawesi Tenggara
8. Maluku
9. Bali
10. Papua
11. Papua Barat
12. Sulawesi Barat
Waktu
Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi surat
tanda pendaftaran dapat diselenggarakan mulai
bulan Februari sampai Agustus 2016.
12
Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi
surat tanda pendaftaran dilakukan dengan
mengumpulkan petugas registrasi di satu
pertemuan untuk dilatih bagaimana tatya cara
melakukan pendaftaran yang sesuai dengan
Permentan 67 Tahun 2014 dimaksud.
Pelatihan dilaksanakan dengan pola
penyampaian materi.
Peserta
Peserta kegiatan bimbingan teknis petugas
registrasi surat tanda pendaftaran antara lain:
petugas yang diberi tugas untuk melakukan
registrasi surat tanda pendaftaran sesuai
dengan Permentan 67 Tahun 2014
Narasumber
Narasumber berasal dari instansi pusat dan
daerah yang kompeten dalam bidang Mutu
dan Standardisasi.
Materi
Materi berupa kebijakan/Permentan tentang
Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,
teori dan praktek registrasi surat tanda
pendaftaran, Sistem Informasi Kakao
Fermentasi (SIKAF).
13
Tabel 4Materi kegiatan Bimbingan Teknis Petugas
Registrasi Surat Tanda Pendaftaran
NO. MATERI JPL (jam pelajaran)
@ 45 menit
1 Kebijakan/Permentan tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao
2jpl
2 teori dan praktek registrasi surat tanda pendaftaran
4 jpl
3 Sistem Informasi Kakao Fermentasi (SIKAF)
2 jpl
Total 8 jpl
VII PELAPORAN Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan
Pengawalan Regulasi Teknis maka disusun laporan
pelaksanaan kegiatan Capacity Building Penilaian
Mutu Biji Kakao sesuai SNI dan kegiatan Bimbingan
Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran.
Laporan tersebut wajib ditembuskan ke Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen
Perkebunan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
pelaksanaan kegiatan.
14
VIII PEMBIAYAAN Biaya untuk pelaksanaan “kegiatan “Pengawalan
Regulasi Teknis” dialokasikan melalui APBN TA 2016
pada Dinas Provinsi lingkup Perkebunan.
IX EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. UFPBK memiliki anggota yang memahami
persyaratan mutu biji kakao dan bisa melakukan
pengujian mutu secara mandiri.
2. Petugas Dinas Perkebuan dapat melakukan
registrasi surat tanda pendaftaran UFPBK sesuai
dengan Permentan 67 Tahun 2014
X PENUTUP Pedoman teknis inibersifat dinamis dan akan
disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan masyarakat.
15
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014
TENTANG PERSYARATAN MUTU DAN PEMASARAN BIJI
KAKAO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kakao merupakan
salah satu komoditas unggulan perkebunan bersifat strategis yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, menghasilkan devisa bagi negara, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan membantu pelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. bahwa dalam rangka untuk menindaklanjuti amanat ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunanserta untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat
dan terjaminnya mutukeamanan pangan, maka perlu dilakukan upaya pengawasan mutu biji kakao;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437);
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3718);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020);
11. Peraturan Pemerintah Nomor
14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41967);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
15. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125);
16. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126);
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/O.T 140/07/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices);
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/O.T 140/02/2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2
010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan;
22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/ OT.140/9/2012 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan;
Memperhatikan : Notifikasi Indonesia G/SPS/N/IDN/64 terkait Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PERTANIAN TENTANG PERSYARATAN MUTU DAN PEMASARAN BIJI KAKAO.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Biji Kakao adalah biji kakao dari tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yang berasal dari biji kakao mulia atau biji kakao lindak setelah melalui proses fermentasi, dicuci atau tanpa dicuci, dikeringkan dan dibersihkan.
2. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan dan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) serta keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
3. Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
4. Pelaku Usaha adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia yang menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang penanganan kakao.
5. Unit Fermentasi dan Pemasaran Biji Kakao yang selanjutnya disebut UFP-BK adalah unit usaha yang dibentuk oleh satu atau lebih Poktan atau Gapoktan atau Pelaku Usaha
sebagai tempat kegiatan penanganan, pemrosesan, dan pemasaran Biji Kakao.
6. Surat Tanda Pendaftaran yang selanjutnya disebut STP adalah dokumen tertulis yang diterbitkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten atau kota yang menyelenggarakan fungsi perkebunan yang menyatakan bahwa UFP-BK telah terdaftar secara resmi.
7. Surat Keterangan Asal Lokasi Biji Kakao yang selanjutnya disebut SKAL-BK adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh UFP-BK yang menerangkan asal Biji Kakao dan telah memenuhi persyaratan mutu sebagai pelengkap administrasi dalam proses perdagangan dan/atau peredaran Biji Kakao.
8. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat yang selanjutnya disebut OKKP-P adalah institusi atau unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.
9. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah yang selanjutnya disebut OKKP-D adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.
10. Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao yang selanjutnya disebut SJM-BK adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh OKKP-D kepada UFP-BK yang telah mampu menerapkan sistem jaminan mutu.
11. Surat Keterangan Kesesuaian Mutu yang selanjutnya disebut SKKM adalah dokumen yang terbitkan oleh OKKP-D yang menerangkan hasil penilaian kesesuaian mutu Biji Kakao terhadap persyaratan mutu Biji Kakao yang sudah ditentukan.
12. Sistem Jaminan Mutu Biji Kakao adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menerapkan jaminan mutu sesuai pedoman penanganan pasca panen hasil pertanian asal tanaman yang baik (good handling practices).
13. Penanganan Biji Kakao adalah bagian dari rangkaian kegiatan mulai dari sortasi buah sampai menghasilkan Biji Kakao sesuai persyaratan mutu Biji Kakao.
14. Pemasaran Biji Kakao adalah kegiatan transaksi jual beli Biji Kakao yang dilakukan antara UFP-BK dengan industri pengolahan dan atau eksportir.
15. Industri Pengolahan adalah suatu industri yang melakukan kegiatan mengubah Biji Kakao sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi.
16. Eksportir adalah orang perseorangan, lembaga atau lembaga usaha, baik berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan ekspor Biji Kakao.
17. Kemitraan Usaha adalah kerjasama antara UFP-BK dengan industri pengolahan dan atau eksportir.
18. Serangga Hidup adalah serangga pada stadia apapun yang ditemukan hidup pada partai barang.
19. Biji Berserangga adalah Biji Kakao yang dibagian dalamnya terdapat serangga pada stadia apapun atau terdapat bagian-bagian dari tubuh serangga, atau yang memperlihatkan kerusakan karena serangga yang dapat dilihat oleh mata.
20. Benda-Benda Asing adalah benda-benda lain yang bukan berasal dari tanaman kakao.
21. Kotoran (waste) adalah benda-benda berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih, ranting dan benda lainnya yang berasal dari tanaman kakao.
22. Biji Pecah adalah Biji Kakao dengan bagian yang hilang berukuran setengah (½) atau kurang dari bagian Biji Kakao yang utuh.
23. Biji Berjamur adalah Biji Kakao yang ditumbuhi jamur di bagian dalamnya dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata.
24. Biji Slaty adalah biji yang tidak terfermentasi sempurna yang pada kakao lindak memperlihatkan separuh atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna ungu, keabu-abuan seperti sabak atau biru keabu-abuan bertekstur padat dan pejal, sedangkan pada kakao mulia permukaannya berwarna putih kotor.
25. Biji Berkecambah adalah Biji Kakao yang telah berkecambah atau yang telah lepas kecambahnya dengan ditandai adanya lubang.
26. Biji Berbau Asap dan/atau hammy dan/atau berbau asing adalah biji yang berbau asap, berbau hammy atau bau asing lainnya yang ditentukan metode uji.
Pasal 2
(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar
dalam pemenuhan persyaratan mutu Biji Kakao yang beredar.
(2) Peraturan ini bertujuan untuk:
a. meningkatkan daya saing dan nilai tambah Biji Kakao Indonesia;
b. mendukung pengembangan industri
berbahan baku kakao dalam negeri; c. memberikan perlindungan pada konsumen
dari peredaran Biji Kakao yang tidak memenuhi persyaratan mutu;
d. meningkatkan pendapatan petani kakao; dan
e. mempermudah penelusuran kembali kemungkinan terjadinya penyimpangan produksi dan peredaran.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan ini mencakup: a. kelembagaan; b. persyaratan mutu dan penanganan; c. pemasaran; dan d. pembinaan dan pengawasan.
Pasal 4
(1) Biji Kakao yang beredar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat berasal dari produksi dalam negeri dan berasal dari pemasukan.
(2) Biji Kakao yang berasal dari produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai persyaratan mutu yang ditandai dengan SKAL-BK.
(3) Biji Kakao yang berasal dari pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan karantina tumbuhan dan keamanan pangan sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB II
KELEMBAGAAN
Pasal 5
(1) UFP-BK harus memiliki struktur organisasi,
sarana dan prasarana kerja.
(2) Struktur organisasi UFP-BK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri
atas ketua, sekretaris, bendahara, sub unit
sarana prasarana, sub unit pembelian dan
pemasaran, sub unit penanganan, dan sub unit
pengawasan mutu internal.
Pasal 6
(1) UFP-BK dalam menerbitkan SKAL-BK harus
memiliki STP dan SJM-BK.
(2) Jika UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) belum memilikiSJM-BK, maka UFP-BK
harus memiliki SKKM dari OKKP-D.
Pasal 7
(1) Untuk mendapatkan STP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), UFP-BK yang
terbentuk dari Poktan/Gapoktanharus
memenuhi persyaratan dengan memiliki:
a. struktur organisasi;
b. kartu anggota dan buku identitas anggota;
c. legalitas pembentukan Poktan/Gapoktan
dari pejabat berwenang;
d. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga;
e. modal usaha; dan
f. denah lahan.
(2) Untuk mendapatkan STP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), UFP-BK yang
terbentuk dari Pelaku Usaha harus memenuhi
persyaratan dengan memiliki:
a. struktur organisasi;
b. akte pendirian dan perubahannya;
c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. surat keterangan domisili; dan
f. denah lahan.
(3) Tatacara mendapatkan STP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
(4) STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) berlaku selama UFP-BK operasional.
(5) STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dicabut apabila UFP-BK tidak
operasional dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
berturut-turut.
(6) UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat mengajukan permohonan ulang STP
apabila akan melakukan kegiatan kembali.
Pasal 8
(1) Permohonan untuk mendapatkan SJM-BK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan dengan
melengkapi:
a. formulir permohonan;
b. fotocopy STP;
c. bukti penerapan jaminan mutu berupa SOP
dan dokumen pendukung; dan
d. laporan kesesuaian mutu 1 (satu) bulan
terakhir.
(2) Tatacara mendapatkan SJM-BK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sebagaimana
tercantum dalam Lampiranyang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
(3) SJM-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan surveilen
paling kurang 1 (satu) tahun 1 (satu) kali.
Pasal 9
(1) UFP-BK yang telah memiliki SJM-
BKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus
melakukan pengambilan contoh dan penilaian
kesesuaian mutu secara internal setiap akan
menerbitkan SKAL-BK.
(2) Pengambilan contoh dan penilaian kesesuaian
mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh petugas UFP-BK yang sudah
terlatih dan kompeten dalam melakukan
pengambilan contoh dan penilaian mutu Biji
Kakao sesuai prosedur pengujian dalam SNI
2323:2008/Amd I:2010 Biji Kakao dan
perubahannya.
(3) Petugas pengambil contoh dan penilai
kesesuaian mutu harus memenuhi persyaratan
kompetensi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
(4) Hasil penilaian kesesuaian mutu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan
persyaratan mutu Biji Kakao.
(5) UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang hasil penilaian kesesuaian mutunya
sesuai persyaratan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berhak menerbitkan
SKAL-BK.
Pasal 10
(1) Permohonan untuk mendapatkan SKKM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
harus memenuhi persyaratan dengan
melengkapi:
a. formulir permohonan; dan
b. fotocopy STP.
(2) SKKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh UFP-BK kepada OKKP-D setiap
kali akan melakukan peredaran Biji Kakao.
(3) Tatacara mendapatkan SKKM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur sebagaimana
tercantum dalam Lampiranyang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
(4) SKKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku hanya 1 (satu) kali untuk penerbitan
SKAL-BK.
Pasal 11
OKKP-D dalam menerbitkan SJM-BK dan SKKM
harus memiliki kompetensi sumber daya manusia
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.
BAB III
PERSYARATAN MUTU DAN PENANGANAN
Pasal 12
Persyaratan mutu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (4) paling kurang
harus memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut:
a. Serangga Hidup : tidak ada
b. Kadar Air :maksimal 7,5 %
c. Biji Berbau Asap dan/atau
hammy dan/atau Berbau Asing : tidak ada
d. Kadar Benda Asing : tidak ada
e. Kadar Biji Pecah : maksimal 2 %
f. Kadar Biji Berjamur : maksimal 4 %
g. Kadar Biji Slaty : maksimal 20 %
h. Kadar Biji Berserangga : maksimal 2 %
i. Kadar Kotoran (waste) : maksimal 3 %
j. Kadar Biji Berkecambah : maksimal 3 %
Pasal 13
(1) UFP-BK yang menghasilkan Biji Kakao sesuai
dengan persyaratan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 diberikan insentif
berupa fasilitasi pembinaan penanganan
pascapanen dan prioritas mendapatkan
bantuan.
(2) Tata cara untuk menghasilkan Biji Kakao
sesuai dengan persyaratan mutu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao yang
telah ditetapkan.
BAB IV
PEMASARAN
Pasal 14
UFP-BK dalam mengedarkan Biji Kakao yang
dihasilkannya wajib menyertakan SKAL-BK.
Pasal 15
(1) Industri pengolahan kakao atau eksportir
dilarang menerima Biji Kakao yang tidak
dilengkapi SKAL-BK.
(2) UFP-BK sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14
dalam mengedarkan Biji Kakao dapat:
a. menjalin kerjasama Kemitraan Usaha dengan
industri pengolahan dan eksportir
berdasarkan azas manfaat dan berkelanjutan
yang saling menguntungkan yang dituangkan
dalam kontrak/kerjasama perjanjian;
b. menggunakan mekanisme sistem resi gudang;
dan
c. menggunakan mekanisme pasar lelang.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
(1) Pembinaan UFP-BK dilakukan secara
berjenjang oleh SKPD kabupaten/kota dan
provinsi yang menyelenggarakan fungsi
perkebunan, serta instansi pusat yang terkait.
(2) Pembinaan UFP-BK meliputi pembinaan
kelembagaan, penanganan pasca panen,
penerapan sistem jaminan mutu serta
pemasaran.
(3) UFP-BK melakukan pembinaan internal kepada
anggotanya dalam menghasilkan Biji Kakao.
Pasal 17
(1) UFP-BK melakukan pengawasan internal
kepada anggotanya dalam menghasilkan Biji
Kakao.
(2) Pengawasan kepada UFP-BK dilakukan oleh
OKKP-D.
(3) Pengawasan kepada UFP-BK meliputi
pengawasan aspek kelembagaan, penanganan
pasca panen, penerapan sistem jaminan mutu
serta pemasaran.
Pasal 18
(1) UFP-BK yang telah menerbitkan SKAL-BK,
wajib menyampaikan laporan penerbitan SKAL-
BK kepada OKKP-D setiap 6 (enam) bulan
sekali.
(2) OKKP-D wajib menyampaikan laporan
perkembangan UFP-BK yang telah menerbitkan
SKAL-BK kepada Direktur Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian selaku Ketua
OKKP-P setiap 6 (enam) bulan sekali.
Pasal 19
(1) OKKP-D memberikan sanksi kepada UFP-BK
apabila:
a. menerbitan SKAL-BK untuk Biji Kakao yang
tidak sesuai persyaratan;
b. dalam peredaran Biji Kakao tidak
melampirkan SKAL-BK; dan/atau
c. tidak menyampaikan laporan berkala
berturut-turut selama 1 (satu) tahun.
(2) Sanksi kepada UFP-BK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran pertama secara tertulis diberikan
apabila UFP-BK melakukan kesalahan;
b. teguran kedua secara tertulis diberikan
apabila teguran pertama belum ditanggapi
oleh UFP-BK dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan; dan
c. pencabutan SJM-BK apabila dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan setelah teguran kedua
belum ditanggapi.
(3) Industri pengolahan dan eksportir yang
menerima Biji Kakao tidak dilengkapi SKAL-BK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
diusulkan kepada Kementerian Perindustrian
untuk dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 20
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 24 (dua
puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Mei 2014
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
2014 NOMOR 679
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014 TANGGAL : 12 Mei 2014
TATA CARA MEMPEROLEH STP, SJM-BK, SKKM, PENERBITAN SKAL-BK DAN PERSYARATAN
KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA I. TATA CARA MEMPEROLEH STP, SJM-BK, SKKM,
PENERBITAN SKAL-BK
A. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Pendaftaran (STP)
1. Permohonan diajukan oleh Ketua UFP-BK kepada SKPD Kabupaten atau Kota yang membidangi perkebunan dengan cara mengisi Formulir Permohonan dengan menggunakan Formulir 1.
2. Penilaian dokumen dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala SKPD yang membidangi perkebunan dengan cara memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen permohonan dengan menggunakan Formulir 2.
3. Hasil penilaian dokumen permohonan yang telah dinyatakan lengkap selanjutnya dilakukan penilaian lapang oleh petugas yang ditunjuk.
4. Penilaian lapang dilakukan dengan melihat kesesuaian antara dokumen permohonan dan kondisi lapangan.
5. Selanjutnya SKPD melakukan penerbitan STP
untuk UFP-BK yang telah dinyatakan lulus penilaian lapang dengan menggunakan Formulir 3.
6. Penomoran STP mengikuti ketentuan sebagaimana contoh berikut:
Keterangan :
72.02 = Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk Prop. Sulawesi Tengah, Kab. Poso.
STP = Kode/singkatan Surat Tanda Pendaftaran.
0005 = Nomor urut pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kepala Pemerintah Kabupaten atau Kota yang membidangi perkebunan yang diberikan kepada UFP-BK.
06/2013 = Bulandan tahun dikeluarkannya STP.
B. Tata Cara Memperoleh Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK)
NO. 72.02- STP - 0005-06/2013
1. Permohonan diajukan oleh Ketua UFP-BK kepada OKKP-D dengan cara mengisi Formulir Permohonan dengan menggunakan Formulir 4.
2. Penilaian dokumen dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D dengan cara memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen permohonan menggunakan Formulir 5.
3. Hasil penilaian dokumen permohonan yang dinyatakan belum lengkap dilakukan penundaan yang disampaikan kepada pemohon dengan menggunakan Formulir 6.
4. Hasil penilaian dokumen permohonan yang telah dinyatakan lengkap selanjutnya dilakukan penilaian lapang oleh inspektor yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.
5. Penilaian lapang dilakukan oleh inspektor dengan melihat kesesuaian antara dokumen permohonan dan kondisi lapangan dengan menggunakan Formulir 7.
6. Hasil penilaian lapang dilaporkan oleh inspektor kepada ketua OKKP-D dengan menggunakan Formulir 8.
7. Selanjutnya dilakukan pengambilan contoh oleh
Petugas Pengambil Contoh yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.
8. Contoh selanjutnya dinilai kesesuaian mutunya berdasarkan Persyaratan Mutu dalam Pasal 10 ayat (3) oleh penilai yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.
9. Hasil penilaian lapang dan hasil penilaian mutu selanjutnya dibahas dalam rapat Komisi Teknis.
Hasil rapat komisi teknis berupa rekomendasi Komisi Teknis menggunakan Formulir 9.
10. Apabila ada klarifikasi perbaikan yang harus ditindaklanjuti oleh UFP-BK maka disampaikan oleh Ketua OKKP-D kepada UFP-BK menggunakan Formulir 10.
11. Apabila hasil rekomendasi Komisi Teknis menyatakan UFP-BK berhak memperoleh SJM-BK, maka selanjutnya diterbitkan SJM-BK oleh ketua OKKP-D dengan menggunakan Formulir 11.
12. Tata cara penomoran SJM-BK mengikuti ketentuan sebagaimana contoh berikut:
Keterangan :
75.03 = Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk Prop. Gorontalo, Kab. Bone Bolango.
SJM-BK = Kode/singkatan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao.
0005 = Nomor urut sertifikat yang dikeluarkan oleh OKKP-D.
06/2013 = Bulan dan tahun
dikeluarkannya SJM-BK.
13. Selanjutnya Ketua OKKP-D menyerahkan SJM-BK kepada UFP-BK menggunakan Formulir 12.
C. Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan
Kesesuaian Mutu (SKKM)
NO. 75.03- SJM-BK -0005-06/2013
1. Permohonan diajukan oleh UFP-BK kepada OKKP-D dengan cara mengisi Formulir permohonan menggunakan Formulir 13.
2. Selanjutnya Ketua OKKP-D menunjuk Petugas Pengambil Contoh untuk melakukan pengambilan contoh di lokasi UFP-BK.
3. Contoh selanjutnya dinilai kesesuaian mutunya
berdasarkan Persyaratan Mutu dalam Pasal 10 ayat (3) oleh penilai yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.
4. Hasil penilaian diterbitkan oleh penguji yang
diketahui oleh Ketua OKKP-D menggunakan
Formulir 14.
5. Hasil penilaian yang dinyatakan memenuhi
kesesuaian mutu selanjutnya oleh Ketua OKKP-
D diterbitkan SKKM menggunakan Formulir 15.
6. Tata cara penomoran SKKM mengikuti
ketentuan sebagaimana contoh berikut:
Keterangan :
75.03 = Kode Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk Prop.
Gorontalo, Kab. Bone Bolango.
SJM-BK = Kode/singkatan Surat
Keterangan Kesesuaian Mutu.
0005 = Nomor urut SKKM yang
dikeluarkan oleh OKKP-D.
06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya
SKKM.
NO. 75.03-SKKM-0005-06/2013
D. Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan Asal
Lokasi Biji Kakao (SKAL-BK)
1. UFP-BK yang telah memiliki SJM-BK atau
SKKM berhak menerbitkan SKAL-BK setiap kali
akan melakukan peredaran biji kakao dengan
menggunakan Formulir 16.
2. UFP-BK yang memiliki SJM-BK, setiap akan
menerbitkan SKAL-BK harus melakukan
pengambilan contoh oleh petugas pengambil
contoh dan penilaian kesesuaian mutu oleh
penilai yang berasal dari internal UFP-BK.
3. UFP-BK yang hanya memiliki SKKM berhak
menerbitkan SKAL-BK hanya untuk satu
lot/partai biji kakao yang dinilai kesesuaian
mutunya.
4. Tata cara penomoran SKAL-BK mengikuti
ketentuan sebagaimana contoh berikut:
Keterangan :
13.04 = Kode Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk Prop.
Sumatera Barat, Kab. Tanah Datar
0000 = Nomor urut STP-UFPBK
0005 = Nomor urut SKAL-BK yang
dikeluarkan oleh UFP-BK
06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya
SKAL–BK
NO. 13.04-SKAL-BK-0000-0005-06/2013
5. Biji kakao yang telah memiliki Nomor SKAL-BK
harus mencantumkan Nomor SKAL-BK tersebut
pada setiap kemasannya.
6. Setiap 6 bulan sekali UFPBK harus melaporkan
penerbitan SKAL-BK kepada ketua OKKP-D
menggunakan Formulir 17.
II. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
A. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)
1. Persyaratan Inspektor
a. Pendidikan dan pengalaman kerja:
(1) SMU/SMK/D1 (Pertanian) pengalaman minimal 3 tahun dibidang pertanian.
(2) D2/D3 (Pertanian) pengalaman minimal 2 tahun dibidang pertanian.
(3) S1/S2/S3 (Pertanian) pengalaman minimal 1 tahun dibidang pertanian.
b. Lulus pelatihan Inspektor Keamanan Pangan.
2. Persyaratan Petugas Pengambil Contoh
a. Pendidikan minimal SMU/SMK atau sederajat.
b. Secara teknis mampu dalambidang pengambilan contoh komoditi tertentu.
c. Telah menyelesaikan dan lulus pelatihan pengambilan contoh komoditi tertentu, oleh penyelenggara pelatihan PPC yang diakui oleh unit kerja dengan tupoksi relevan.
d. PPC bukan petugas yang melakukan pengujian atas contoh yang diambilnya.
3. Persyaratan Penilai Kesesuaian Mutu
a. Pendidikan yg cukup minimal SMU/SMK atau sederajat.
b. Mengerti dan memahami prinsip-prinsip, elemen-elemen dan kriteria mutu kakao.
c. Secarateknis mempunyai keterampilan dalam penilaian mutu kakao serta standar yang menjadi acuannya.
d. Mampu melaksanakan analisa terhadap pemenuhan kesesuaian persyaratan dan kriteria mutu kakao.
B. Unit Fermentasi dan Pemasaran Biji Kakao (UFP-BK)
1. Persyaratan Petugas Pengambil Contoh
a. Pendidikan dan pengalaman kerja:
(1) SMA pengalaman minimal 1 tahun menangani kakao; atau
(2) SMP pengalaman minimal 2 tahun menangani kakao.
b. Lulus pelatihan Petugas Pengambil Contoh biji kakao.
2. Persyaratan Penilai Kesesuaian Mutu
a. Pendidikan dan pengalaman kerja: (1) SMA pengalaman minimal1 tahun
menangani kakao; atau (2) SMP pengalaman minimal 2 tahun
menangani kakao.
b. Lulus pelatihan Penilai Kesesuaian Mutu biji kakao. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSWONO
Formulir 1
Formulir Permohonan Surat Tanda Pendaftaran (UFP-BK dari Poktan/Gapoktan)
Kepada Yth. Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan Di Tempat
Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK : 2. Alamat :
3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK : 5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile : 7. Kontak Person yang dapat dihubungi
a. Nama : b. Alamat :
c. Telepon/Faximile : mengajukan permohonan Surat Tanda Pendaftaran(STP) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Sebagai kelengkapan permohonan, kami lampirkan persyaratan sebagai berikut:
KODE LAMPIRAN PERSYARATAN
1 A Formulir isian data umum
1 B Struktur organisasi
1 C Denah lahan
1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi dan Pemasaran
1 E Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
1 F Sarana prasarana yang dimiliki
1 G Nama anggota dan penguasaan lahan
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
...., ...................20....... Ketua UFP-BK (nama dan tanda tangan)
Formulir 1
Formulir Permohonan Surat Tanda Pendaftaran
(UFP-BK dari pelaku usaha)
Kepada Yth. Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan Di Tempat
Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK :
2. Alamat : 3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK :
5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile :
7. Kontak Person yang dapat dihubungi a. Nama :
b. Alamat :
c. Telepon/Faximile : mengajukan permohonan Surat Tanda
Pendaftaran(STP) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Sebagai kelengkapan permohonan, kami
lampirkan persyaratan sebagai berikut :
KODE LAMPIRAN
PERSYARATAN
1 A Formulir isian data umum
1 B Struktur organisasi
1 C Denah lahan
1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi dan Pemasaran
1 H Akte Pendirian dan
Perubahannya
1 I Sarana prasarana yang
dimiliki
1 J Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP)
1 K Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
1 L Surat Keterangan domisili
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
............., ........20.......
Ketua UFP-BK
(nama dan tanda tangan)
1 A
FORMULIR ISIAN DATA UMUM
1. Nama UFP-BK : …………………………
2. Alamat : …………………………
3. Nama Ketua UFP-BK : …………………………
4. Nomor Kartu tanda
penduduk ketua UFP-BK
: …………………………
5. Alamat ketua UFP-BK : …………………………
6. Nomor telpon/HP : …………………………
7. Nomor Faximili : …………………………
8. Kapasitas produksi : …………………………
9. Tujuan pasar : …………………………
10. Kondisi Bangunan : Permanen / semi permanen *)
11. Jumlah anggota : ……………..…...Orang
12. Luas lahan : ……………………ha
13. Modal Usaha : ……………………
14. Jumlah tenaga kerja : : …………………..Orang
Keterangan : *) pilih salah satu
.....................,..........20
Pemohon
(nama dan tanda tangan)
Formulir 2
FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN
DOKUMEN SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP)
(Untuk UFP-BK dari poktan/gapoktan)
Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan
1 A Formulir isian data
umum
1 B Struktur organisasi
1 C Denah lahan
1 D Daftar SDM yang
menangani Fermentasi dan Pemasaran
1 E Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
1 F Sarana prasarana yang
dimiliki
1 G Nama anggota dan
penguasaan lahan
Formulir 2
FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN
DOKUMEN SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP) (Untuk UFP-BK dari Pelaku usaha)
Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan
1 A Formulir isian data umum
1 B Struktur organisasi
1 C Denah lahan
1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi
dan Pemasaran
1 H Akte Pendirian dan
Perubahannya
1 I Sarana prasarana yang dimiliki
1 J Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
1 K Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
1 L Surat Keterangan domisili
Formulir 3
SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP)
NAMA INSTANSI ……………………………….
Nomor Pendaftaran:
………………………. Diberikan Kepada:
………………………..
Alamat:
………………………………
telah memenuhi persyaratan pendaftaran
sebagai Unit Usaha Fermentasi dan Pemasaran Biji
Kakao (UFP-BK)
KOP
INSTANSI
Surat Tanda Pendaftaran ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
Tanggal Ditetapkan :
Kepala .......................
Nama : .................... NIP. ........................
Formulir 4
Formulir Permohonan
Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK)
Kepada Yth. Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D) Di
Tempat
Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK :
2. Alamat : 3. Nomor HP :
4. Nama UFP-BK : 5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile :
7. Kontak Person yang dapat dihubungi a. Nama : b. Alamat :
c. Telepon/Faximile :
mengajukan permohonan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) kepada Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D).
Sebagai kelengkapan permohonan kami tersebut, berikut kami sampaikan persyaratan sebagai berikut :
a. Fotocopi Surat Tanda Pendaftaran;
b. Bukti penerapan pengolahan dan pemasaran
biji kakao (SOP dan dokumen pendukung);
c. Hasil Penilaian Mutu Biji Kakao minimal 1
(satu) bulan terakhir;
d. Formulir Isian Penerapan Mutu Biji Kakao
(terlampir).
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
........., ................20... Pemohon
(nama dan tanda tangan)
Formulir 5
FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN
SERTIFIKAT JAMINAN MUTU BIJI KAKAO
(SJM-BK)
Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan
5 A Fotocopi Surat Tanda Pendaftaran;
5 B Bukti penerapan pengolahan dan pemasaran biji kakao –
(Dokumen mutu, SOP dan dokumen pendukung);
5 C Hasil Penilaian Mutu Biji Kakao minimal 1
(satu) bulan terakhir;
5 D Formulir Isian
Penerapan Mutu Biji Kakao
5 D FORMULIR ISIAN PENERAPAN MUTU BIJI
KAKAO
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
I. KELEMBAGAAN
a. Memiliki struktur organisasi
b. Memiliki data anggota yang dicatat dalam kartu anggota
c. Memiliki Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
d. Memiliki modal usaha
e. Memiliki denah lahan
f. Memiliki SDM pengolah dan pemasaran biji kakao
g. Memiliki tenaga pengawas mutu internal biji kakao
h. Memiliki STP-UFPBK
II. PANEN
a. Melalukan panen tepat waktu
b. Menggunakan cara panen yang
tepat
c. Menggunakan peralatan panen
yang tepat
III PENANGANAN PASCA PANEN
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
A. SORTASI BUAH
a.
Melakukan sortasi buah
sebelum pemanenan
b.
Melakukan pemisahan buah sehat dan yang tidak sehat
(terserang hama dan penyakit, busuk atau cacat).
c.
Buah yang terserang hama penyakit ditimbun ditempat terpisah dan segera dikupas
kulitnya.
d. Kulit buah yang terserang
hama atau penyakit segera ditimbun dalam tanah
B. PEMERAMAN atau PENYIMPANAN BUAH
a. Melakukan pemeraman buah
b. Pemeraman buah dilakukan dengan penimbunan buah
kakao dalam keranjang atau goni dan ditutup daun-daun kering
c. Pemeraman dilakukan di tempat yang bersih, terbuka
(tetapi terlindung dari panas matahari langsung dan aman dari gangguan hewan
d. Menghentikan pemeraman sebelum buah rusak atau
busuk
C. PEMECAHAN BUAH
a. Pemecahan buah dilakukan
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
secara hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao
b. Pemecahan buah dilakukan secara serentak
c. Pemecahan buah kakao menggunakan peralatan yang
tidak merusak biji kakao
d. Melakukan pemisahan biji yang sehat dengan yang cacat dan
kotoran lainnya
e. Memasukkan buah dalam
wadah fermentasi segera setelah pemecahan buah
D. FERMENTASI
a. Menggunakan peralatan
fermentasi
b. Menggunakan penutup yang
bersih dan tidak menggotori biji kakao
c. Wadah fermentasi dilengkapi
dengan lubang tempat pembuangan air
d. Lamanya fermentasi 4-5 hari
e. Dilakukan pembalikan biji setelah 2 hari
f. Pembalikan biji kakao menggunakan peralatan yang
dianjurkan yang tidak mencemari produk
E. PENGERINGAN BIJI
a. Pengeringan dilakukan
menggunakan sarana/peralatan
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
yang tidak mencemari produk
b. Penjemuran dilakukan sampai
kadar air maksimal 7,5 %
F. SORTASI BIJI KERING
a. Melakukan pemisahan kotoran dan benda asing
b. Melakukan pemisahan biji berdasarkan ukuran biji
G. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
a. Biji kakao dikemas menggunakan kemasan karung goni bersih, non toksik, bebas
hama dan bau asing.
b. Kemasan ditutup rapat dan
kuat dengan berat bersih maksimum setiapkarung 62,50
kg atau 16 karung per ton atau cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual
c. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi,
jenis mutu dan identitas produsen
d. Pelabelan menggunakan bahan yang tidak mencemari biji kakao
e. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih dan penerangan
lampu yang memadai, kelembaban tidak melebihi 75%, ventilasi cukup, dan tidak
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
campur dengan produk pertanian lainnya yang berbau
keras.
f. Partai barang disusun dalam
stapelan dengan tinggi maksimum 16 karung, jarak antar staple 60 cm, jarak stapel
dengan dinding gudang 80 cm
g. Tumpukan karung disangga
dengan palet dari papan-papan kayu maksimal setinggi 8-10 cm, jarak dari dinding 15-20
cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimal 10 cm.
IV STANDAR MUTU
a. Melakukan pengujian mutu
sesuai prosedur
b. Hasil uji sesuai dengan
persyaratan mutu biji kakao
V. PRASARANA DAN SARANA
PASCA PANEN
1. BANGUNAN
a. Lokasi bebas dari pencemaran (bukan di daerah pembuangan, jauh dari peternakan, industri
yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan
tempat lain yang sudah tercemar.
b. Lokasi berada pada tempat
yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
airnya buruk.
c. Lokasi dekat dengan sentra
produksi
d. Kondisi keseluruhan bangunan
baik
e. Bangunan dirancang tidak
dimasuki binatang pengerat, serangga dan hama lainnya
f. Bangunan cukup luas untuk melakukan kegiatan pengolahan
g. Bangunan dirawat dengan baik
h. Penerangan cukup
i. Ventilasi cukup
j. Bangunan dilengkapi sarana
penyediaan air bersih
k. Bangunan dilengkapi sarana
pembuangan
l. Luas bangunan memadai
m. Langit-langit terawat
n. Dinding terawat
o. Lantai bersih dan tidak tergenang air
p. Terdapat sarana pengolahan limbah padat
q. Tempat sampah tertutup
r. Sarana toilet tersedia
2. ALAT DAN MESIN
a. Permukaan yang berhubungan
dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
mengelupas
b. Mudah dibersihkan
c. Tidak mencemari produk
d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi
3. WADAH DAN PEMBUNGKUS
a. Menggunakan wadah yang
dapat melindungi dan mempertahankan mutu
b. Wadah dan pembungkus dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur
yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk
c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.
d. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan
dikenakan tindakan sanitasi.
e. Wadah dan bahan pengemas
disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan
dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.
VI PELESTARIAN LINGKUNGAN
a. Menghindari polusi yang
berasal dari lokasi usaha yang dapat menggangu lingkungan
VII PENGAWASAN
a. Menerapkan system
NO PERSYARATAN YA TIDAK KET
pengawasan
b. Melakukan pencatatan
VIII. TENAGA KERJA
a. Tenaga kerja harus berbadan sehat.
b. Memiliki keterampilan sesuai
dengan bidang pekerjaannya.
c. Mempunyai komitmen dengan
tugasnya.
Formulir 6
Nomor :
Lampiran : Perihal* : Penundaan Pendaftaran SJM-BK
Kepada Yth.: .....................................
di - ....
Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana perihal diatas oleh petugas yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D, tanggal ........., maka :
a. Nama UFP-BK : b. Alamat : c. Telepon/Faximile :
dengan ini diberitahukan bahwa, persyaratan Permohonan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao
yang Saudara ajukan belum dapat diproses lebih lanjut sebelum Saudara melengkapi kekurangan persyaratan sebagai berikut:
a.................................. b..................................
c................................... d................................... e...................................
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
………….., ..........20...
Ketua OKKP Daerah
....................................... NIP. ........................
Formulir 7
FORMULIR PENILAIAN LAPANG
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
I. KELEMBAGAAN
a. Memiliki struktur organisasi
b. Memiliki data anggota yang dicatat dalam kartu anggota
c. Memiliki Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
d. Memiliki modal usaha
e. Memiliki denah lahan
f. Memiliki SDM pengolah dan pemasaran biji kakao
g. Memiliki tenaga pengawas mutu internal biji kakao
h. Memiliki STP-UFPBK
II. PANEN
a Melalukan panen tepat waktu
b Menggunakan cara panen yang tepat
c Menggunakan peralatan panen yang tepat
III PENANGANAN PASCA PANEN
A. SORTASI BUAH
a. Melakukan sortasi buah
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
sebelum pemanenan
b. Melakukan pemisahan buah sehat dan yang tidak sehat (terserang hama dan penyakit, busuk atau cacat).
c. Buah yang terserang hama penyakit ditimbun ditempat terpisah dan segera dikupas kulitnya.
d. Kulit buah yang terserang hama atau penyakit segera ditimbun dalam tanah
B. PEMERAMAN atau PENYIMPANAN BUAH
a. Melakukan pemeraman buah
b. Pemeraman buah dilakukan dengan penimbunan buah kakao dalam keranjang atau goni dan ditutup daun-daun kering
c. Pemeraman dilakukan di tempat yang bersih, terbuka (tetapi terlindung dari panas matahari langsung dan aman dari gangguan hewan
d. Menghentikan pemeraman sebelum buah rusak atau busuk
C. PEMECAHAN BUAH
a. Pemecahan buah dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
b. Pemecahan buah dilakukan secara serentak
c. Pemecahan buah kakao menggunakan peralatan yang tidak merusak biji kakao
d. Melakukan pemisahan biji yang sehat dengan yang cacat dan kotoran lainnya
e. Memasukkan buah dalam wadah fermentasi segera setelah pemecahan buah
D. FERMENTASI
a. Menggunakan peralatan fermentasi
b. Menggunakan penutup yang bersih dan tidak menggotori biji kakao
c. Wadah fermentasi dilengkapi dengan lubang tempat pembuangan air
d. Lamanya fermentasi 4-5 hari
e. Dilakukan pembalikan biji setelah 2 hari
f. Pembalikan biji kakao
menggunakan peralatan yang dianjurkan yang tidak mencemari produk
E. PENGERINGAN BIJI
a. Pengeringan dilakukan menggunakan sarana/peralatan yang tidak mencemari produk
b. Penjemuran dilakukan sampai
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
kadar air maksimal 7,5 %
F. SORTASI BIJI KERING
a. Melakukan pemisahan kotoran dan benda asing
b. Melakukan pemisahan biji berdasarkan ukuran biji
G. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
a. Biji kakao dikemas menggunakan kemasan karung goni bersih, non toksik, bebas hama dan bau asing.
b. Kemasan ditutup rapat dan kuat dengan berat bersih maksimum setiapkarung 62,50 kg atau 16 karung per ton atau cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual
c. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu dan identitas produsen
d. Pelabelan menggunakan bahan yang tidak mencemari biji kakao
e. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih dan penerangan lampu yang memadai, kelembaban tidak melebihi 75%, ventilasi cukup, dan tidak campur dengan
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
produk pertanian lainnya yang berbau keras.
f. Partai barang disusun dalam stapelan dengan tinggi maksimum 16 karung, jarak
antar staple 60 cm, jarak stapel dengan dinding gudang 80 cm
g. Tumpukan karung disangga dengan palet dari papan-papan kayu maksimal setinggi 8-10 cm, jarak dari dinding 15-20 cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimal 10 cm.
IV STANDAR MUTU
a Melakukan pengujian mutu sesuai prosedur
b Hasil uji sesuai dengan persyaratan mutu biji kakao
V. PRASARANA DAN SARANA PASCA PANEN
1. BANGUNAN
a. Lokasi bebas dari pencemaran (bukan di daerah pembuangan, jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar.
b. Lokasi berada pada tempat
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk.
c. Lokasi dekat dengan sentra produksi
d. Kondisi keseluruhan bangunan baik
e. Bangunan dirancang tidak dimasuki binatang pengerat, serangga dan hama lainnya
f. Bangunan cukup luas untuk melakukan kegiatan pengolahan
g. Bangunan dirawat dengan baik
h. Penerangan cukup
i. Ventilasi cukup
j. Bangunan dilengkapi sarana penyediaan air bersih
k. Bangunan dilengkapi sarana pembuangan
l. Luas bangunan memadai
m. Langit-langit terawat
n. Dinding terawat
o. Lantai bersih dan tidak tergenang air
p. Terdapat sarana pengolahan limbah padat
q. Tempat sampah tertutup
r. Sarana toilet tersedia
2. ALAT DAN MESIN
a. Permukaan yang berhubungan dengan bahan
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mengelupas
b. Mudah dibersihkan
c. Tidak mencemari produk
d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi
3. WADAH DAN PEMBUNGKUS
a. Menggunakan wadah yang dapat melindungi dan mempertahankan mutu
b. Wadah dan pembungkus dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk
c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.
d. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi.
e. Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.
VI PELESTARIAN LINGKUNGAN
a. Menghindari polusi yang berasal dari lokasi usaha yang
NO PERSYARATAN MI-NOR
MA-YOR
KRI-TIS
KET.
dapat menggangu lingkungan
VII PENGAWASAN
a. Menerapkan system pengawasan
b. Melakukan pencatatan
VIII.
TENAGA KERJA
a. Tenaga kerja harus berbadan sehat.
b. Memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya.
c. Mempunyai komitmen dengan tugasnya.
Keterangan :
Kritis : Berpengaruh langsung dan signifikan terhadap mutu biji kakao yang
dihasilkan Mayor : Berpengaruh tidak langsung dan
cukup signifikan terhadap mutu biji
kakao yang dihasilkan Minor : Berpengaruh tidak langsung dan tidak
signifikan terhadap mutu biji kakao
yang dihasilkan
Hasil penilaian
Tanda Tangan Inspektor dan Tanggal
Tanda Tangan Auditi dan Tanggal
Formulir 8
LAPORAN HASIL PENILAIAN LAPANG
Nomor : ....
Kepada Yth, Ketua OKKP-D
di. tempat
Berdasarkan hasil penilaian lapang yang kami lakukan berdasarkan :
Nomor Surat Perintah Tugas
Tanggal Surat
Nomor Permohonan SJM-BK
Tanggal Surat Permohonan
Tanggal Mulai Pemeriksaan
Tanggal Selesai pemeriksaan
Nama UFPBK : Alamat :
Telpon/HP/Fax : Hasil Pemeriksaan :
……………….………….20.. Tim Inspektor,
Ketua Anggota
(Nama lengkap) (Nama lengkap)
NIP.NIP. Formulir 9
REKOMENDASI KOMISI TEKNIS
Pada hari ini, ……… tanggal ……… tahun …..
telah dilakukan pembahasan atas hasil inspeksi
terhadap :
UFPBK :
Alamat :
Telp/Fax :
Inspektor : Ketua :
Anggota :
dengan hasil kesepakatan Tim/Panitia Teknis
yang hadir sebanyak ……. orang sebagai berikut
:
( ) Berhak memperoleh Sertifikat Jaminan
Mutu Biji Kakao (SJM-BK)
( ) Belum berhak memperoleh Sertifikat
Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) dengan
perbaikan sebagaimana terlampir.Saudara
diberi waktu selama dua minggu untuk
melakukan perbaikan tersebut dan
mengirimkannya kembali kepada kami.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Komisi Teknis:
1. Anggota : ………………
2. Anggota : ………………
3. Anggota : ………………
4. Anggota : ………………
5. Anggota : ………………
Mengetahui,
Ketua Otoritas Kompeten Kemanan Pangan
Daerah
.................................
NIP. .............................
Formulir 10
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Klarifikasi Tindakan Perbaikan
Kepada Yth.: ......................
di ....
Sehubungan dengan belum diselesaikannya
tindakan perbaikan atas temuan
ketidaksesuaian pada unit usaha Saudara,
bersama ini kami meminta klarifikasi kepada
Saudara terkait dengan hal dimaksud. Adapun
temuan ketidaksesuaian tersebut adalah :
No Temuan
Ketidaksesuaian
Kategori Temuan
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya
diucapan terima kasih.
OKKP Daerah
.................................
NIP............................
Formulir 11
SERTIFIKAT JAMINAN MUTU BIJI KAKAO (SJM-BK)
OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH
PROVINSI ...........................
Nomor Sertifikat: ……………………….
Diberikan Kepada: ……………………………..
Alamat: ………………………………
telah memenuhi persyaratan Jaminan Mutu Biji Kakao
Sertifikat ini berlaku selama 3 (tiga) tahun mulai
dari tanggal ditetapkan. Tanggal Ditetapkan :
Tanggal Berakhir :
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah
LOGO OKKP-D
Provinsi....................
.............................. NIP. ........................
Formulir 12
Nomor : Lampiran :
Perihal : Penyerahan Sertifikat Jaminan Mutu Biji kakao
Kepada Yth : ……………….. di -
…………….. Bersama ini kami sampaikan Sertifikat Jaminan
Mutu Biji Kakao, mengingat bahwa Unit UsahaSaudara telah memenuhi persyaratan.Terkait dengan hal tersebut,
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerahakan :
1. Melakukan surveilen sekurang-kurangnya 1 (kali) dalam setahun untuk menjamin konsistensi penerapan sistem mutu.
2. Melakukan audit investigasi jika terjadi indikasi penyimpangan yang dapat dilakukan
berkoordinasi dengan instansi terkait. Sertifikat ini dapat dicabut oleh OKKP-D apabila UFP-BKmelakukan pelanggaran, baik dengan
sengaja maupun tidak sengaja terhadap persyaratan yang telah ditetapkan. Demikian disampaikan, untuk menjadi
perhatian.
Ketua OKKP DaerahProvinsi .......
.............................
NIP. ...................
Formulir 13 Formulir Permohonan
Surat Keterangan Kesesuaian Mutu (SKKM)
Kepada Yth.
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Di
Tempat
Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK : 2. Alamat :
3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK :
5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile : 7. Kontak Person yang dapat dihubungi
a. Nama : b. Alamat : c. Telepon/Faximile :
mengajukan permohonan Surat Keterangan
Kesesuaian Mutu (SKKM) kepada Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D).
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
.............., ............20....
Pemohon (nama dan tanda tangan)
Formulir 14
HASIL PENILAIAN KESESUAIAN MUTU BIJI
KAKAO
Nama UFP-BK : Alamat :
Uraian Produk : Tanggal Terima :
Tanggal Penilaian : Hasil penilaian mutu :
NO KARAKTERISTIK SATUAN
HASIL UJI
PERSYARATAN
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air (b/b) % Maksimal 7,5
3. Biji berbau asap,tak normal, dan atau hammy dan atau berbau asing
- tidak ada
4. Benda asing b/b % tidak ada
5. Kadar biji pecah b/b % maksimal 2
6. Biji berjamur biji/biji
% maksimal 4
7. Biji slaty biji/biji % maksimal 20
8. Biji berserangga biji/biji
% maksimal 2
9. Kotoran biji/biji % maksimal 3
10. Biji berkecambah % maksimal 3
biji/biji
……………………, ………………….20
Mengetahui : Penilai
Ketua OKKP-D
Nama Nama NIP NIP
Formulir 15
SURAT KETERANGAN KESESUAIAN MUTU
OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH
PROVINSI ...........................
Nomor SKKM: ……………………….
Diberikan Kepada: ……………………………..
Alamat:
………………………………
telah memenuhi kesesusaian mutu biji kakao Surat Keterangan ini berlaku hanya untuk
partai barang yang dilakukan penilaian mutu
Tanggal Ditetapkan :
Tanggal Berakhir :
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah
LOGO OKKP-D
Provinsi....................
....................................
NIP. ........................
Formulir 16
SURAT KETERANGAN ASAL LOKASI BIJI
KAKAO (SKAL-BK)
Nomor SKAL-BK : Nama UFPBK :
Nomor STP-UFPBK : Alamat :
Diskripsi barang : - Kemasan : - Berat total :
- Hasil pengujian :
NO KARAKTERISTIK SATUAN
HASIL UJI
PERSYARATAN
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air (b/b) % Maksimal 7,5
3. Biji berbau asap,tak normal, dan atau hammy dan atau berbau asing
- tidak ada
4. Benda asing b/b % tidak ada
5. Kadar biji pecah b/b % maksimal 2
6. Biji berjamur biji/biji % maksimal 4
7. Biji slaty biji/biji % maksimal 20
8. Biji berserangga biji/biji % maksimal 2
9. Kotoran biji/biji % maksimal 3
10. Biji berkecambah biji/biji % maksimal 3
Tanggal Diterbitkan SKAL-BK :
LOGO UFPBK
Ketua UFPBK .....................................................
Formulir 17
Kepada Yth.
Ketua OKKP-D Di
Tempat Bersama ini kami laporkan penerbitan Surat
Keterangan Asal Lokasi Biji Kakao (SKAL-BK) oleh UFP-BK...................sejak tanggal
............sampai dengan tanggal ...........sebagai berikut :
No Nomor SKAL-BK Tanggal Terbit Tujuan Pasar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. Dst.....
Demikian, atas perhatiaannya diucapkan terimakasih.
Ketua UFPBK
Nama
PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
PELAYANAN INFORMASI PASAR
TAHUN 2016
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN DOMESTIK
TAHUN 2016
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA
TAHUN 2016
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN DAN KEWIRAUSAHAAN
TAHUN 2016
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
TAHUN 2016
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
Lampiran 4
Posisi :
SERAPAN % VOLUME %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
FORMAT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2016
FISIK
SATKER DINAS PERKEBUNAN PROVINSI/KABUPATEN
UPAYA TINDAK
LANJUTPERMASALAHAN
KEUANGAN
TARGET REALISASI
KEUANGAN FISIKNAMA KEGIATANKODE
42
34
Lampiran 2. Formulir Input Data Pasokan (Supply) dan Permintaan (Demand)
2. F
orm
at In
form
asi s
uppl
y-de
man
d
Jum
lah
Paso
kan
(Ton
)As
al D
aera
h Pa
soka
nTu
juan
Pen
girim
anJu
mla
h Pe
ngiri
man
Kete
rang
an :
-Tu
juan
Pen
girim
an b
isa
mel
iput
i : P
erus
ahaa
n Pe
ngol
ahan
, Eks
port
ir, R
esto
ran,
dll
Supp
lyDe
man
dN
o.Ko
mod
iti
35
Lampiran 3. Formulir Analisa Biaya Usaha Tani
36
No. Uraian Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
I PENGELUARAN
A. Tenaga Kerja
1 Pengolahan tanah s/d siap tanam ha
2 Penanaman hkp
3 pemeliharaan
Memupuk hkp
Menyiang hkw
Pengend.hama dan penyakit hkp
Penyiraman hkp
4 Panen hkp
5 Pasca Panen (Penjemuran) hkw
Jumlah A.
B. Sarana Produksi
1 Benih/bibit kg
2 Pupuk (Anorganik)
- Urea tablet/prill kg
- SP-36 kg
- ZA kg
- NPK kg
3 Pupuk Organik/Kandang/Hijau kg
4 Pestisida Cair liter
Jumlah B
C. Lain-lain Pengeluaran
- Sewa lahan Ha
Jumlah C
Total Pengeluaran / Biaya Produksi (I=A+b+C)
II. PENERIMAAN / OUTPUT
Nilai Produksi/Penerimaan (II) kg
III. ANALISIS BIAYA USAHA TANI
- Keuntungan (U) = II-I
- R/C ratio = (II/I)
- B/C ratio = (U/I)
- BEP
1) harga
2) produksi
Volume
Lampiran 4. Formulir Analisa Biaya Pemasaran
37
No. Harga
(Rp/Kg)
Biaya
(Rp/Kg) Profit Margin
Persentase
(%)
I Harga tingkat Petani 13,500 67.50
II Harga Pedagang Pengumpul 15,000 75.00
a ongkos angkut 100.00 0.50
b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50
c ongkos pengemasan 100.00 0.50
d biaya susut 750.00 3.75
e retribusi 50.00 0.25
400.00 2.00
1,500 7.50
III Harga Pedagang Antar Daerah 17,000 85.00
a ongkos angkut 100.00 0.50
b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50
c ongkos pengemasan 100.00 0.50
d biaya susut 850.00 4.25
e retribusi 50.00 0.25
800 4.00
2,000 10.00
IV Harga Pedagang besar / grosir 18,500 92.50
a ongkos angkut 50.00 0.25
b ongkos pengemasan 100.00 0.50
c biaya susut 555.00 2.78
d retribusi 50.00 0.25
745 3.73
1,500 7.50
V Harga Pedagang Pengecer 20,000 100.00
a ongkos angkut 100.00 0.50
b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50
c ongkos pengemasan 100.00 0.50
d retribusi 50.00 0.25
1,150 5.75
1,500 7.50
Total Biaya Penanganan 3,405 17.03
Total Keuntungan 3,095 15.48
Margin Pemasaran 6,500 32.50
Unsur Biaya
Lampiran 5. Format Pengiriman Data melalui Sistem SMS-Sender
38
Cara mendownload Aplikasi Deptan SMS Sender1. Membuka browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL
http://m.pip.kementan.org/2. Lalu pilih menu Download SMS Sender.
1.
2.
3. Setelah memilih menu tersebut aplikasi akan otomatis terdownload dan terinstal diponsel.
Tampilan AplikasiCara Penggunaan
1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas- Laporan Supply Produsen- Laporan Supply Tonase- Laporan Demand Mingguan
2. Tingkat Wilayah- Provinsi- Kabupaten
3. Tipe Komoditas- Pertanian- Perkebunan- Peternakan
4. Jenis Produk
5. Tanggal
A. Pengiriman Informasi Harga tingkat Provinsi
39
1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas
Tipe Komoditas : Perkebunan
2. Tingkat Wilayah- Provinsi
3. Tipe Komoditas- Perkebunan
4. Jenis Produk
a. Peternakan Pengumpulb. Peternakan Eksportir
5. Tanggal : (adalah tanggal pengambilan data harga)
6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi
7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’
Aplikasi akan melakukan pengirimanSMS dan menunjukkan pesan “Sending Message.. Please Wait..” di paling bawah, menunjukkan bahwa SMS sedang dalam proses pengiriman. Jangan tutup aplikasi ketika aplikasimasih menunjukkan pesan ini.
Aplikasi menampilkan pesan “Message Sent.”, menunjukkan bahwa SMS sudahdikirim. Jangan tutup aplikasi ketikaaplikasi masih menunjukkan pesan ini. Beberapa saat kemudian pesan“Message Sent.” Menghilang dari layar. Aplikasi boleh ditutup.
40
Entry Data Harga Perkebunan tingkat Pengumpul
Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat pengumpul, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :
1. Harga Pengumpul Karet Lump (Rp/Kg)2. Harga Pengumpul Karet Sheet (Rp/Kg)3. Harga Pengumpul Kakao Fermented (Rp/Kg)4. Harga Pengumpul Kakao Unfermented (Rp/Kg)5. Harga Pengumpul Biji Kopi Robusta (Rp/Kg)6. Harga Pengumpul Biji Kopi Arabika (Rp/Kg)7. Harga Pengumpul Kopra (Rp/Kg)8. Harga Pengumpul Lada Hitam (Rp/Kg)9. Harga Pengumpul Lada Putih (Rp/Kg)10.Harga Pengumpul Bunga Cengkeh (Rp/Kg)11.Harga Pengumpul CPO (Rp/Kg)12.Harga Pengumpul TBS (10 Tahun) (Rp/Kg)
Entry Data Harga Perkebunan tingkat Eksportir
Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat Eksportir, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :
1. Harga Eksportir Karet Lump (Rp/Kg)2. Harga Eksportir Karet Sheet (Rp/Kg)3. Harga Eksportir Kakao Fermented (Rp/Kg)4. Harga Eksportir Kakao Unfermented (Rp/Kg)5. Harga Eksportir Biji Kopi Robusta (Rp/Kg)6. Harga Eksportir Biji Kopi Arabika (Rp/Kg)7. Harga Eksportir Kopra (Rp/Kg)8. Harga Eksportir Lada Hitam (Rp/Kg)9. Harga Eksportir Lada Putih (Rp/Kg)10.Harga Eksportir Bunga Cengkeh (Rp/Kg)11.Harga Eksportir CPO (Rp/Kg)
41
B. Pengiriman Informasi Harga Tingkat Kabupaten
1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas
Tipe Komoditas : Perkebunan
2. Tingkat Wilayah- Kabupaten
3. Tipe Komoditas- Perkebunan
4. Jenis Produk
a. Perkebunan Produsen
5. Tanggal : (adalah tanggal pengambilan data harga)
6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi
7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’
42
Aplikasi akan melakukan pengirimanSMS dan menunjukkan pesan “Sending Message.. Please Wait..” di paling bawah, menunjukkan bahwa SMS sedang dalam proses pengiriman. Jangan tutup aplikasi ketika aplikasimasih menunjukkan pesan ini.
Aplikasi menampilkan pesan “Message Sent.”, menunjukkan bahwa SMS sudahdikirim. Jangan tutup aplikasi ketikaaplikasi masih menunjukkan pesan ini. Beberapa saat kemudian pesan“Message Sent.” Menghilang dari layar. Aplikasi boleh ditutup.
Entry Data Harga Perkebunan tingkat Produsen
Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat pengumpul, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :
1. Harga Kelapa Dalam (Rp/Butir)2. Harga Kelapa Hibrida (Rp/Butir)3. Harga Kopra (Rp/Kg)4. Harga Kopi Arabika Gabah (Rp/Kg)5. Harga Kopi Robusta Berasan (Rp/Kg)6. Harga Lada Hitam (Rp/Kg)7. Harga Lada Putih (Rp/Kg)8. Harga Kakao Fermented (Rp/Kg)9. Harga Unfermented Asalan (Rp/Kg)10.Harga Karet Lump (Rp/Kg)11.Harga Slab Tipis (Rp/Kg)12.Harga Slab Tebal (Rp/Kg)13.Harga Kemiri Biji (Rp/Kgf)
14. Harga Kemiri Kupas Bulat (Rp/Kg)15. Harga Bunga Cengkeh Kering (Rp/Kg)16. Harga TBS (>10 Th) (Rp/Kg)17. Harga Teh Pucuk Basah (Rp/Kg)18. Harga Gula Tebu (Rp/Kg)19. Harga Mete Gelondong (Rp/Kg)20. Harga Nilam Kering (Rp/Kg)21. Harga Pinang Kering Kupas (Rp/Kg)22. Harga Vanili (Rp/Kg)
43
Lampiran 6. Format Pengiriman Data melalui Sistem GPRS
Aplikasi web mobile PIP Kementerian Pertanian (Kementan) ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk menunjang penginputan data dan pelaporan harga komoditaspertanian, perkebunan, maupun peternakan. Melalui web ini, pengguna dapatmenginput data harga komoditas maupun melihat harga komoditas tersebut sesuaidengan tanggal dan lokasi yang diinginkan. Aplikasi ini dapat diakses denganmenggunakan browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL http://m.pip.kementan.org/
44
A. Input Harga Komoditas Tingkat Provinsi melalui Sistem GPRS
Pengguna dapat mengakses fungsi Input Harga Komoditas ini untuk memasukkandata harga suatu jenis komoditas yang sesuai dengan tingkat wilayah (provinsi/kabupaten) dan tanggal yang diinginkan.
Input Harga Komoditas
Untuk Tingkat Provinsi: PILIH TINGKAT WILAYAH PROVINSI
TAHAP : Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Provinsi
yang bersesuaian Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.
45
TAHAP : Setelah menekan tombol Verifikasi Data Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih
Laporan harian harga grosir dan eceran komoditas beras tingkat provinsi
Setelah memilih Laporan harian harga pengumpul dan eksportir komoditas Perkebunan tingkat provinsi, maka selanjutnya harus mengisi ‘field’ yang tersedia
Setelah semua field terisi, pilih submit untuk mengirimkan data
B. Input Harga Komoditas Tingkat Kabupaten melalui Sistem GPRS
46
Untuk Tingkat Kabupaten: PILIH TINGKAT WILAYAH Kabupaten
Input Harga Komoditas
TAHAP : Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Kabupaten
yang bersesuaian Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.
47
TAHAP : Setelah menekan tombol Verifikasi Data Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih
Laporan harian harga produsen komoditas perkebunan tingkat kabupaten
Setelah memilih Laporan harian harga produsen komoditas Perkebunan tingkat kabupaten, maka selanjutnya harus mengisi ‘field’ yang tersedia
Setelah semua field terisi, pilih submit untuk mengirimkan data
48
Lampiran 7. Format Pengiriman Data Harga melalui Sistem SMS.
A. Format Input Data Harga Sentra (Kabupaten)
49
B. Format Input Data Harga tingkat Pengumpul dan Eceran (Provinsi)
50
51
52
Lampiran 8. Format Pengiriman Data Supplier Komoditas Perkebunan
A. Melihat Data Supplier melalui website : pip.kementan.org - Mengakses laman pip.kementan.org
- Memilih menu Supplier
53
- Memilih menu Supplier List
- Memilih Menu Supplier List, pilih jenis komoditas :
perkebunan
54
- Memilih menu klik untuk detail
55
- Melihat menu detail supplier list
B. Menginput Data Suplier melalui website :
pip.kementan.org
- Mengakses laman pip.kementan.org/index.php/auth/login
56
- Masukkan E-mail/Login dan Password
- Memilih Menu Manajemen Supplier
57
- Pilih menu Manajemen Supplier : Manage Supplier : Klik
Menu Add
- Isilah Form yang tersedia pada Add New Supplier
- Setelah semua field diisi lalu klik OK
58
- Apabila data yang di entry sudah berhasil diinput, Data
supplier tersebut akan tampil dalam list supplier
59
Lampiran 9. Contoh Format Pengiriman Data Informasi
Pasar melalui Fax dan E-mail (file excel)
60
hr-1
hr-2
hr-3
hr-4
hr-5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kete
rang
an :
-Ti
ngka
t Har
ga m
elip
uti :
- Pro
duse
n (P
etan
i/Pe
tern
ak/P
ekeb
un)
- Pen
gum
pul/
RPA
/RPH
- Gro
sir
- Kon
sum
en (E
cera
n)
Rata
2
Mg
ini
Rata
2
Mg
Lalu
Peru
baha
n
(%)
No.
Kom
oditi
Tk. H
arga
Satu
an h
arga
Haria
n/M
ingg
uan
Bula
n :--
----
----
----
-- T
ahun
201
1