dukungan pengolahan dan pemasaran hasil

575
DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

Upload: truongque

Post on 12-Jan-2017

260 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKEMENTERIAN PERTANIANMARET 2016

PEDOMAN TEKNISPENGEMBANGAN PENGOLAHAN

DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

Page 2: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

i Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan tahun 2016 disusun dalam

rangka memberikan acuan terhadap pelaksanaan

kegiatan di daerah yang dilaksanakan dengan dukungan

dana APBN Tahun Anggaran 2016 dalam bentuk Tugas

Pembantuan di Provinsi/Kabupaten/Kota atau dana

Dekonsentrasi.

Pedoman teknis ini menjelaskan mengenai

pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil

perkebunan di daerah terutama dalam kaitannya

dengan penyediaan sarana pascapanen dan pengolahan

serta bimtek untuk petani/kelompok tani/gapoktan.

Alokasi kegiatan difokuskan untuk komoditi tebu,

kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, karet, kelapa dan

jambu mete. Selain itu juga dalam rangka memberikan

acuan dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan

pengembangan informasi pasar, pemasaran produk

perkebunan dan pembinaan usaha perkebunan.

Page 3: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

ii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan

kegiatan secara tertib, baik teknis maupun

administrasi, agar Dinas yang membidangi perkebunan

dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai acuan

dalam pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat hal-hal

yang bersifat spesifik daerah dan belum tertampung

dalam pedoman ini, agar dijabarkan kedalam Petunjuk

Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan.

Jakarta,31 Maret 2016 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS Nip. 19560728 198603 1 001

Page 4: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

iii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Sasaran Nasional

C. Tujuan

1

13

16

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

B. Spesifikasi Teknis

18

35

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

B. Pelaksana Kegiatan

C. Lokasi, Jenis, dan Volume

D. Simpul Kritis

40

44

53

55

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang

B. Mekanisme Penyaluran Barang

C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya

57

57

60

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN

PENDAMPINGAN60

VI. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN 62

Page 5: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

iv

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

A. Jenis Laporan

B. Waktu Penyampaian Laporan

62

63

VII. PEMBIAYAAN 65

VIII. PENUTUP 66

LAMPIRAN

Page 6: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

v

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Page 7: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sektor

andalan bagi perkembangan perekonomian

di Indonesia. Selain sebagai penyumbang

devisa negara, sektor perkebunan juga

berkontribusi sebagai penyedia lapangan

kerja bagi masyarakat Indonesia.

Perkebunan sebagai sektor andalan

perekonomian Indonesia tidak lepas dari

permasalahan yang harus dihadapi antara

lain masih rendahnya kualitas hasil

(produk) yang diperoleh dari usaha

perkebunan, baik itu produk primer

maupun produk sekunder. Kualitas produk

primer yang kurang baik akan berdampak

pada kualitas hasil pengolahan

sekundernya. Hal ini dapat mengakibatkan

permasalahan dalam pemasaran produk

komoditas perkebunan. Rendahnya mutu

selain karena pengaruh perlakuan

budidaya, juga karena penanganan

pascapanen dan pengolahan yang belum

diterapkan sesuai standar.

Page 8: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Arah Kebijakan Umum Pembangunan

Perkebunan adalah mensinergikan seluruh

sumber daya perkebunan dalam rangka

peningkatan daya saing usaha perkebunan,

nilai tambah, produktivitas dan mutu

produk perkebunan melalui partisipasi

aktif masyarakat perkebunan dan

penerapan organisasi moderen yang

berlandaskan kepada ilmu pengetahuan

dan teknologi serta didukung dengan tata

kelola pemerintahan yang baik.

Peningkatan produk perkebunan berdaya

saing diarahkan melalui penerapan sistem

jaminan mutu Good Agricultural Practices

(GAP), Good Handling Practices (GHP),

Good Manufacturing Practices (GMP)

penerapan standar mutu mulai dari

kegiatan di lapangan hingga sampai ke

meja konsumen, dengan istilah from land

to table. Peningkatan mutu dan

standarisasi dilakukan melalui kebijakan

Penerapan SNI wajib mulai dari tingkat

petani dan pelaku usaha. Salah satu bagian

dalam penerapan standar mutu yaitu

penerapan sistem jaminan mutu Good

Page 9: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Agricultural Practices (GAP), Good

Handling Practices (GHP), Good

Manufacturing Practices (GMP) dan

Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk

perkarantinaan pertanian, serta berbagai

macam sertifikasi lainnya seperti Global

GAP, Organic Farming, Keamanan

Pangan/HACCP, serta Maximum Residue

Limit (MRL) untuk produk komoditas

strategis.

Industri hilir merupakan salah satu kunci

sukses dalam meningkatkan daya saing

produk perkebunan. Selain itu,

peningkatan efisiensi produksi maupun

distribusi produk antara lain melalui

pengembangan dan penggunaan teknologi

budidaya dan input yang lebih efisien,

kelembagaan petani yang menunjang

efisiensi produksi, konsolidasi lahan

pertanian dengan tujuan untuk

meningkatkan luas penguasaan lahan

perkebunan per individu petani. Selain itu

diperlukan penghapusan ekonomi biaya

tinggi dengan menghilangkan inefisiensi

dalam bidang pemasaran seperti pungutan

Page 10: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

liar dan perbaikan sarana infrastruktur

informasi dan telekomunikasi.

Tingginya kebutuhan dan tuntutan akan

informasi pasar pertanian yang meliputi

harga, produksi dan jumlah permintaan

produk oleh pelaku agribisnis mulai dari

tingkat petani sampai konsumen secara

cepat, tepat, akurat, lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan membutuhkan

sistem jaringan informasi pasar yang

memadai. Pentingnya informasi pasar

khususnya harga komoditi unggulan,

menuntut pemerintah pusat dan daerah

bekerja keras untuk membangun jaringan

informasi pasar melalui Pelayanan

Informasi Pasar.

Untuk mengoptimalkan pasar dalam negeri

dan memperkuat daya saing produk

perkebunan, sinergitas pemerintah, pelaku

usaha dan masyarakat perlu ditingkatkan.

Perilaku masyarakat pun perlu diperkuat

dalam menghadapi perdagangan bebas

dengan mengobarkan semangat untuk

mencintai produk dalam negeri. Perbaikan

tata niaga dilakukan untuk menekan biaya

Page 11: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

inefisiensi yang timbul. Kebijakan tata

niaga tarif/pajak/regulasi ekspor dan

impor dilakukan untuk melindungi produk

pertanian dalam negeri. Pengaturan bea

masuk bagi produk-produk impor ke dalam

negeri merupakan kebijakan sementara

dalam jangka pendek sambil dilakukan

pembinaan di dalam negeri terhadap

produk sejenis agar nantinya memiliki

standar kualitas sehingga bisa bersaing

dengan kualitas produk impor. Selain itu

dapat juga menerapkan kebijakan non

tarif barrier yang tidak melanggar

konvensi internasional terkait

perdagangan.

Mekanisme kebijakan penetapan harga

dasar/harga pembelian pemerintah (harga

pasar yang berlaku) pada musim panen

untuk melindungi produsen. Kegiatan

promosi produk perkebunan untuk

memperluas dan meningkatkan pangsa

pasar produk perkebunan unggulan

nasional baik di dalam negeri maupun di

pasar ekspor.

Page 12: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai

peranan yang penting terutama sebagai

sumber pendapatan negara, sumber

teknologi dan manajemen, penyerapan

tenaga kerja, pemicu pengembangan

wilayah, mitra usaha perkebunan rakyat

dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan

hidup. Dalam upaya menjaga

kesinambungannya, maka perlu dilakukan

pembinaan terhadap unit usaha

perkebunan.

Pembinaan usaha perkebunan dilakukan

selain terhadap perusahaan perkebunan

besar juga terhadap perkebunan rakyat

dikarenakan masih banyak permasalahan

khususnya terkait perizinan usaha

perkebunan serta penyediaan lahan yang

semakin terbatas sehingga perlu diketahui

data dan informasi sebenarnya penyediaan

lahan yang tersedia dan diizinkan untuk

usaha perkebunan.

Sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun

2004 tentang Perkebunan yang saat ini

telah disempurnakan dengan UU Nomor 39

Tahun 2014 tentang Perkebunan

Page 13: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

menyatakan bahwa perusahaan

perkebunan yang melakukan usaha

budidaya tanaman perkebunan dengan

luasan skala tertentu dan/atau usaha

pengolahan hasil perkebunan dengan

kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki

izin usaha perkebunan.

Pemberian Izin Usaha Perkebunan

berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan, dengan jenis izin usaha

perkebunan terdiri dari: Izin Usaha

Perkebunan Budidaya (IUP-B), Izin Usaha

Perkebunan Pengolahan (IUP-P) dan Izin

Usaha Perkebunan (IUP), yang diterbitkan

oleh pemberi izin yaitu Menteri/

Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya.

Perusahaan perkebunan yang telah

memiliki IUP-B, IUP-P atau IUP sesuai

Permentan Nomor 98 Tahun 2013, wajib

memiliki sumberdaya manusia, sarana,

prasarana dan sistem pembukaan lahan

tanpa bakar dan menerapkan teknologinya;

Page 14: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

mengelola sumberdaya alam secara lestari;

sistem pengendali kebakaran; sistem

pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT); penerapan AMDAL atau

UKL dan UPL; menyampaikan peta digital

lokasi IUP-B atau IUP; melakukan

kemitraan dengan pekebun, karyawan dan

masyarakat serta melaporkan

perkembangan usaha perkebunan kepada

pemberi izin.

Pembinaan dan pengawasan terhadap

perusahaan perkebunan dilakukan oleh

gubernur atau bupati/walikota dalam

bentuk evaluasi kinerja perusahaan

perkebunan dan penilaian usaha

perkebunan. Penilaian usaha perkebunan

dilakukan sesuai dengan pedoman

penilaian usaha perkebunan.

Penilaian usaha perkebunan yang dilakukan

secara periodik berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/

OT.140/2/2009. Penilaian usaha

perkebunan mulai dilaksanakan pada tahun

2009, yang menjadi penilaian dalam usaha

perkebunan antara lain legalitas,

Page 15: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

manajemen, penyelesaian hak atas tanah,

realisasi pembangunan kebun dan/atau

unit pengolahan, kepemilikan sarana dan

prasarana serta sistem pencegahan dan

pengendalian organisme pengganggu

tanaman, kepemilikan sarana dan

prasarana serta sistem pencegahan dan

pengendalian kebakaran, penerapan

AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan

dan pemberdayaan masyarakat/koperasi

setempat dan laporan.

Sejak diterbitkannya Permentan No. 98

Tahun 2013 tersebut, beberapa hal yang

dipertanyakan oleh dunia usaha dan pihak

pemberi izin antara lain menyangkut

kewajiban pembangunan kebun

masyarakat diwajibkan kepada perusahaan

perkebunan dengan batasan luas berapa,

bagaimana penyediaan lahannya, siapa

yang layak sebagai peserta, serta

pembiayaan. Dan untuk usaha industri

pengolahan hasil perkebunan dalam

mendapatkan IUP-P harus memenuhi

penyediaan bahan baku paling rendah 20%

(dua puluh per seratus) berasal dari kebun

Page 16: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi

dari kebun masyarakat/perusahaan

perkebunan lain melalui kemitraan

pengolahan berkelanjutan.

Pelaku usaha perkebunan harus melakukan usaha perkebunan secara berkelanjutan dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan ekologi. Pelaku usaha cenderung hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, sedangkan aspek sosial budaya dan ekologi belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal tersebut telah mendapat perhatian dari berbagai pihak/masyarakat, baik domestik maupun internasional yang menuntut pengelolaan produk perkebunan berkelanjutan. Sebagai upaya dalam penerapan perkebunan berkelanjutan, telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011 Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) yang telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pertanian

Page 17: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Nomor 11/Permentan/OT.140/3 /2015 tanggal 17 Maret 2015 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan. Selain komoditas kelapa sawit yang telah menerapkan perkebunan berkelanjutan dan saat ini sedang disusun pedoman perkebunan kopi berkelanjutan Indonesia. Salah satu visi bangsa yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 adalah pemanfaatan sumber daya alam (hutan dan perkebunan) secara adil. Kondisi yang ada saat ini, menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan dalam pengelolaan dan kebijakan sumber daya alam sehingga menyebabkan terjadinya korupsi. Dari total 41,69 juta hektar lahan hutan yang dikelola, hanya 1 persen yang diberikan kepada skala kecil dan masyarakat adat. Sementara itu kerusakan hutan, deforestasi terus terjadi dari tahun ke tahun.

Dalam kajian perizinan sumberdaya alam KPK tahun 2013 membuktikan bahwa kebijakan pengelolaan sumberdaya alam sangat rentan dengan korupsi. Akibatnya setiap proses perizinan penuh dengan suap, konflik kepentingan, pengaruh

Page 18: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

perdagangan, pemerasan, bahkan state capture. Komisi Pemberantasan Korupsi melalui kewenangan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menginisiasi Nota Kesepakatan Bersama 12 Kementerian dan Lembaga (termasuk Kementerian Pertanian) tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia yang menyepakati pada tanggal 11 Maret 2013 dengan prinsip berkeadilan dan anti korupsi, membenahi regulasi dan kebijakan terkait sumberdaya alam, menyelaraskan proses perencanaan hutan, dan memastikan pelaksanaan penyelesaian konflik. Penyelamatan sumberdaya kehutanan dan perkebunan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa. Sebagai bagian dari pelaksanaan tugas monitor tersebut KPK telah melakukan kegiatan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 provinsi. Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk melaksanakan pembinaan terhadap usaha

Page 19: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

perkebunan dan gerakan penyelamatan sumber daya alam, maka pada tahun 2016 pemerintah melalui Ditjen Perkebunan mengalokasikan dana APBN melalui kegiatan Tugas Pembantuan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan untuk melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan: a). Koordinasi dan Supervisi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNPSDA) Sub Sektor Perkebunan, b). Pembinaan dan Monev Penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa Sawit, serta c). Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia.

B. Sasaran Nasional

1) Mendukung Program Peningkatan

Produksi dan Produktivitas melalui

kegiatan penanganan pascapanen dan

pengolahan di provinsi sentra

produksi;

2) Terfasilitasinya kebutuhan kelompok

tani/gapoktan dalam memperoleh dan

memanfaatkan teknologi pascapanen

dan pengolahan secara optimal;

Page 20: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

3) Meningkatnya nilai tambah, daya saing

komoditas perkebunan dalam

memenuhi pasar ekspor dan substitusi

impor;

4) Terciptanya sistem Pelayanan

Informasi Pasar yang cepat, tepat,

kontinyu, up to date dan dapat

dipercaya serta langsung dapat

dimanfaatkan oleh para pengguna

informasi;

5) Tersedianya data dan informasi pasar

yang berkualitas, akurat, up to date,

kontinyu dan lengkap;

6) Tersebarnya informasi pasar kepada

masyarakat luas;

7) Meningkatnya kualitas SDM pelaksana

kegiatan PIP;

8) Meningkatnya dukungan pengembangan

mutu dan standarisasi bidang

perkebunan;

9) Meningkatnya dukungan program

peningkatan produksi dan produktivitas

tanaman perkebunan berkelanjutan

melalui kegiatan pembinaan usaha

perkebunan berkelanjutan di provinsi;

Page 21: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

10) Meningkatnya kapasitas petugas dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan;

11) Meningkatnya perbaikan tata kelola sub sektor perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan;

12) Perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya perkebunan untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan negara;

13) Meningkatnya monitoring pelaksanaan usaha perkebunan melalui kepatuhan kewajiban pelaku usaha perkebunan.

Page 22: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Pedoman Teknis

Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil

Perkebunan yakni memberikan petunjuk

dan acuan bagi petugas di provinsi dan

kabupaten/kota dalam pelaksanaan

kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil

perkebunan untuk:

1) Meningkatkan nilai tambah,daya saing,

mutu dan standarisasi produk

perkebunan;

2) Melakukan pembinaan/pengawalan

kegiatan agar dapat berjalan dengan

baik dan tepat sasaran sehingga

agroindustri perkebunan dapat

berkembang di daerah;

3) Meningkatkan/membuka akses pasar

bagi poktan, gapoktan, dalam

memasarkan produk hasil perkebunan,

memberikan harga yang transparan dan

berkeadilan;

4) Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi

Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to

date dan dapat dipercaya, agar dapat

Page 23: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

17

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

dimanfaatkan oleh para pengguna

informasi tepat waktu;

5) Meningkatkan kualitas data dan

informasi pasar sehingga lebih akurat,

up to date, kontinyu dan lengkap;

6) Meningkatkan kualitas sumber daya

manusia pelaksana kegiatan pelayanan

informasi pasar;

7) Melakukan Pembinaan Usaha

Perkebunan dan Sosialisasi Legalitas

dan Peraturan Perizinan Usaha

Perkebunan;

8) Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan Pada Kelapa

Sawit;

9) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Coffee/ISCoffee) kepada

petugas Dinas yang Membidangi

Perkebunan Provinsi dan

Kabupaten/Kota dan pelaku usaha di

bidang kopi dalam rangka menghimpun

masukan untuk penyusunan Pedoman

Perkebunan Kopi Berkelanjutan

Indonesia;

Page 24: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

18

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

10) Koordinasi dan Supervisi Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber Daya

Alam Sub Sektor Perkebunan.

II. PRINSIP PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

A1. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

(TP)

1. Pascapanen Hasil Perkebunan

a) Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui

pendekatan kelompok/gabungan

kelompok pada satu wilayah pertanaman

perkebunan dengan harapan para petani

mampu melakukan penanganan

pascapanen dan pengolahan dengan

menghasilkan produk primer/sekunder

(olahan) yang bermutu;

b) Kelompok tani/gabungan kelompok tani

terpilih adalah kelompok tani/gapoktan

yang aktif dan berfungsi serta jelas

kepengurusannya dan sudah terdaftar di

bakorluh. Penentuan kelompok terpilih

Page 25: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

dilakukan melalui seleksi oleh petugas

dinas yang membidangi perkebunan

serta ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah setempat atau Kepala Dinas yang

membidangi perkebunan;

c) Penggunaan lahan untuk pembangunan

UPH/sarana lainnya harus dilengkapi

dengan surat hibah/perjanjian

pemanfaatan lahan;

d) Paket bantuan yang diserah-terimakan

kepada kelompok tani/gapoktan harus

dilengkapi dengan surat perjanjian

pemanfaatan alat/sarana bantuan;

e) Paket bantuan yang akan diberikan

untuk kelompok tani/Gapoktan

dilakukan melalui proses pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan oleh

panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang

membidangi Perkebunan setempat;

f) Proses pengadaan barang/jasa yang

dilakukan harus berdasarkan Perpres No.

54 tahun 2010 dan No. 70 tahun 2012

beserta perubahannya tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

g) Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan

oleh petani atau kelembagaannya

Page 26: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

20

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

dilaksanakan dengan bimbingan dan

pendampingan oleh petugas daerah yang

ditunjuk;

h) Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan

pencatatan secara tertib sebagai bahan

penyusunan laporan akhir dan evaluasi;

2. Pengolahan Hasil Perkebunan

a) Penetapan calon penerima/calon lokasi

Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun

2016 hendaknya sudah dilakukan pada

tahun 2015. Apabila belum dilakukan,

agar segera dilakukan pada awal tahun

2016. Surat Keputusan (SK) CP/CL

ditetapkan oleh kepala dinas provinsi.

Khusus untuk TP kabupaten (satker

mandiri) ditetapkan kepala dinas

kabupaten. SK CP/CL ditetapkan paling

lambat akhir maret 2016. Kriteria

poktan/gapoktan calon penerima

sebagai berikut:

Memiliki potensi bahan baku yang

memenuhi skala ekonomi;

Sanggup menyediakan lahan untuk

lokasi bangunan pengolahan yang jelas

statusnya;

Page 27: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

21

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Mempunyai komitmen untuk

mengembangkan usaha pengolahan

hasil perkebunan dengan mengisi

formulir naskah ikatan kerjasama

pengelolaan barang;

Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun

2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang

dilakukan oleh petugas Provinsi dan

kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai

dengan form verifikasi.

b) Pembentukan Tim Teknis

- Tim teknis dibentuk oleh kepala dinas

yang membidangi perkebunan;

- Tim Teknis adalah petugas/staf teknis

yang kompeten di bidang perkebunan,

terdiri dari petugas Dinas Provinsi dan

Kabupaten/Kota (sesuai usulan Kepala

Dinas Kabupaten/Kota), apabila

diperlukan tim teknis dapat berasal

dari Balai Penelitian, BPTP Dinas

terkait dan Perguruan Tinggi;

- Tim Teknis bertugas melakukan

pemantapan CPCL, membantu

menyusun dan mengesahkan RUKK,

Page 28: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

22

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

pengawalan, monitoring dan evaluasi

terhadap kondisi sarana dan prasarana

sampai dengan selesainya uji coba

komersil;

- Untuk kegiatan yang ada dana bahan

running usaha komersial, tim teknis

bersama-sama dengan rekanan dan

pengelola unit usaha melakukan

running usaha komersial dan membuat

laporannya sebagai dasar berita acara

serah terima barang dari dinas ke

poktan/gapoktan.

c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Kelompok (RUKK)

- RUKK disusun berdasarkan

kebutuhan kelompok sesuai

lampiran;

- Penyusunan RUKK dilakukan oleh

kelompok/gapoktan dibantu

pembina kabupaten dan Provinsi dan

disetujui tim teknis serta ditetapkan

oleh Kepala Dinas Provinsi/

Kabupaten/Kota.

d) Pengadaan gedung pengolah hasil

Page 29: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

23

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pengadaan gedung pengolah hasil

mengacu pada Perpres 70 tahun

2012 tentang Peraturan Pengadaan

Barang dan Jasa;

- Pembangunan UPH mengacu pada

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan penerapan

cara pengolahan hasil pertanian asal

tumbuhan yang baik (Good

Manufacturing Practices);

- Luas bangunan menyesuaikan

standar harga biaya setempat

dengan pagu anggaran yang ada;

- Pengadaan bangunan termasuk

didalamnya pemasangan instalasi

listrik dan penyambungannya.

e) Pengadaan alat dan mesin

- Pengadaan alat dan mesin

pengolahan hasil harus sesuai

dengan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan penerapan

Page 30: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

24

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

cara pengolahan hasil pertanian asal

tumbuhan yang baik (Good

Manufacturing Practices);

- Mesin pengolah hasil harus

memenuhi persyaratan SNI

(mempunyai sertifikat penggunaan

tanda SNI/ SPPT SNI) atau minimal

memiliki test report yang

dikeluarkan oleh lembaga

berwenang. Beberapa mesin

pengolah hasil yang telah memiliki

test report dapat dilihat di

www.bpm-alsintan.com;

- Pengadaan alat yang tertuang dalam

RUKK harus sudah termasuk

pemasangan alat, mesin genset,

pelatihan petugas pengelola

(operasional, perawatan,

perbaikan), running test serta

jaminan/garansi selama 1 tahun;

- Contoh spesifikasi beberapa alat dan

mesin pengolahan dapat dilihat pada

lampiran.

Page 31: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

25

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

f) Running usaha komersial

- Tahapan ini dilaksanakan pada

kegiatan yang mempunyai anggaran

running usaha komersial. Setelah alat

dan mesin terinstall, maka harus

dilakukan running usaha komersial

sampai alat dan mesin dapat

beroperasi optimal sesuai dengan

spesifikasi teknis, yang dibuktikan

dengan laporan;

- Berita acara serah terima barang

ditandatangani bila running usaha

komersial telah dilaksanakan dan

berhasil memenuhi persyaratan sesuai

dengan kelayakan teknis.

g) Naskah Ikatan Kerja Sama Pengelolaan

Barang

Gapoktan penerima harus

menandatangani naskah ikatan

kerjasama pengelolaan barang

sebagaimana contoh yang tercantum

pada lampiran.

Page 32: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

26

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

h) Penyerahan kepada Gapoktan

Penyerahan alat, mesin, dan gedung

dari dinas yang membidangi perkebunan

di provinsi kepada gapoktan dilengkapi

dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan

dan Berita Acara Serah Terima Barang

sesuai format pada lampiran pedoman

ini.

i) Organisasi Usaha Kelompok

Kepemilikan usaha dan pengelolaan

usaha:

1) Unit usaha dimiliki oleh gabungan

kelompok tani (Poktan/Gapoktan);

2) Pengelolaan usaha dilakukan secara

profesional oleh site

manager/pengurus

poktan/gapoktan;

3) Dinas yang memiliki alokasi

anggaran site manager diharapkan

melakukan Recruitment Site

Manager dan Asisten Site Manager

dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 33: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

27

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Berpengalaman dan mempunyai

jiwa wirausaha dan memiliki latar

belakang pendidikan minimal SMA;

- Berasal/berdomisili dalam wilayah

dimana unit usaha kelompok

berada;

- Site manager tidak sebagai

pengurus poktan/gapoktan;

- Site manager dan asisten site

manager yang terpilih ditetapkan

dengan SK kepala dinas provinsi.

j) Pengelolaan Unit Usaha

1) Bahan baku diutamakan berasal dari

anggota poktan/gapoktan;

2) Proses pengolahan hasil, pengemasan

dan penyimpanan dilakukan sesuai

kaidah - kaidah penerapan jaminan

mutu sehingga menghasilkan produk

yang bermutu secara konsisten dan

aman dikonsumsi;

3) Produksi yang dihasilkan dapat berupa

diversifikasi produk secara vertikal

maupun diversifikasi produk secara

horizontal (produk samping). Produk

Page 34: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

28

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

yang dihasilkan harus memenuhi

standar produk yang ingin dicapai

secara konsisten;

k) Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam rangka meningkatkan kinerja

UPH, maka perlu dilakukan pelatihan

secara internal dan mengikuti

pelatihan eksternal yang relevan.

3. Kegiatan Pemasaran Hasil

a. Pemasaran Domestik

1) Pengumpulan, pengolahan,

pengiriman, penganalisaan serta

penyebarluasan data/informasi

pasar;

2) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas

PIP atau Pejabat Fungsional;

3) Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP)

tingkat terampil dan ahli baik di

provinsi maupun kabupaten yang

mempunyai tugas pokok

menyiapkan, melaksanakan,

menganalisa dan mengkaji kebijakan

Page 35: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

29

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

dan mengembangkan pelayanan di

bidang pemasaran hasil pertanian;

4) Kegiatan Peningkatan Akses Pemasaran Domestik Produk Perkebuan: - Kegiatan dilakukan dalam bentuk

pertemuan koordinasi antara stakeholders/pemangku kepentingan komoditas hasil perkebunan yang sudah mempunyai akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi pengembangan akses pemasaran;

- Peserta terdiri dari Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya perlu penguatan dan pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil perkebunan baik segar maupun olahan (industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain;

Page 36: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

30

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pola pertemuan dalam bentuk : Fasilitasi Pertemuan / Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.

5) Kegiatan Penyusunan Bahan Kebijakan Harga TBS dan komoditi karet dilaksanakan dalam rangka menyelaraskan harga di tingkat pekebun/poktan/gapoktan dan dapat dijadikan acuan bagi seluruh stakeholder perkebunan. Kegiatan ini juga mencakup desiminasi informasi melalui penyelenggaraan workshop kebijakan harga di sentra produksi;

6) Kegiatan Promosi Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memfaslitasi petani/kelompok tani/gapoktan dan kelembagaan pemasaran dalam pemecahan masalah dan pemasaran hasil pertanian serta sebagai sarana pembelajaran bagi petani/kelompok tani/gapoktan dalam melakukan pemasaran hasil perkebunan. Untuk meningkatkan proporsi pemasaran hasil perkebunan nusantara di pasar domestic;

7) Dalam rangka pelaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata perlu adanyanya

Page 37: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

31

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata;

8) Dalam pelaksanaan kegiatan

pengembangan kemitraan dan

kewirausahaan dilakukan

identifikasi kelompok-kelompok

petani yang potensial untuk

dimitrakan, Identifikasi

perusahaan calon mitra bagi

kelompok-kelompok petani yang

potensial serta melaksanakan

pertemuan dan merumuskan

konsep kemitraan yang dapat

dilaksanakan dan penanda-

tanganan MoU oleh para pihak.

b. Pemasaran Internasional

1) Pertemuan Fasilitasi Pengembangan

Akses Pasar Perdagangan

Internasional dilaksanakan dalam

bentuk seminar, kunjungan lapang

(filed trip) atau temu bisnis (bisnis

matching);

2) Peserta meliputi gapoktan

berorientasi ekspor, eksportir atau

calon eksportir produk perkebunan,

Dinas Perkebunan

Page 38: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

32

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Provinsi/Kabupaten, Lembaga

Keuangan/Perbankan, Penyuluh

Pertanian, dan calon importer;

3) Materi pertemuan meliputi tata

cara/prosedur ekspor produk

perkebunan dan persyaratan impor

di negara tujuan ekspor, peluang

dan potensi ekspor berbagai

komoditi ekspor di negara tujuan

ekspor, kesepakatan yang dihasilkan

dari forum perundingan bilateral,

regional, multilateral dan kerjasama

komoditi, upaya pengembangan

ekspor produk perkebunan yang

sedang dan akan dilakukan (di

tingkat kabupaten, provinsi maupun

pusat);

4) Lingkup komoditi antara lain kopi

specialty, kakao olahan, teh

specialty, pala organic, lada

organic, mete atau komoditi

perkebunan laiannya yang

merupakankomoditi

unggulan/potensial ekspor.

Page 39: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

33

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

4. Kegiatan Pembinaan Usaha

a. Perkebunan Berkelanjutan

Melakukan koordinasi dengan instansi/

institusi terkait baik di tingkat pusat

maupun daerah antara lain:

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, Kementerian Agraria dan

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional,

Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM), dinas yang membidangi

Perkebunan provinsi dan

kabupaten/kota dan perusahaan

perkebunan besar swasta dan negara.

b. Gerakan Nasional Penyelematan SDA

(GNPSDA)

Melakukan koordinasi dengan

instansi/institusi terkait baik di tingkat

pusat maupun daerah antara lain: KPK,

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, Kementerian Agraria dan

Tata Ruang, Badan Informasi

Geospasial, dinas yang membidangi

perkebunan provinsi dan

Page 40: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

34

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

kabupaten/kota dan perusahaan

perkebunan besar swasta dan negara.

A2.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan (Dekon)

1. Kegiatan Standardisasi dan Mutu

Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji

Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang

merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji

Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola

penyampaian materi dan praktek pengujian

biji kakao sehingga harus tersedia bahan

praktek seperti biji kakao, alat ukur kadar air,

timbangan digital dan alat untuk membelah biji

kakao.

2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu Dan

Keamanan Pangan

Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan

koordinasi, sosialisasi serta melakukan

pengawalan kegiatan Penerapan Sistem

jaminan Mutu dan Keamanan Pangan. Selain

itu dilaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan

Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan.

Page 41: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

35

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Spesifikasi Teknis

1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan

Hasil Perkebunan

Sarana (alat dan mesin) yang digunakan

untuk penanganan pascapanen dan

pengolahan hasil perkebunan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Perawatan dan pengoperasiannya

mudah;

b. Permukaan peralatan yang

berhubungan dengan bahan yang

diproses tidak boleh berkarat dan

tidak mudah mengelupas;

c. Tidak mencemari hasil seperti unsur

atau fragmen logam yang lepas,

minyak pelumas, bahan bakar, tidak

bereaksi dengan produk, jasad

renik, dan lain-lain;

d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi;

e. Memiliki test report atau SNI.

Spesifikasi alat dan mesin pascapanen

perkebunan yang akan diberikan untuk

kelompok tani seperti pada lampiran.

Selain kegiatan pengadaan alat dan

Page 42: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

36

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

mesin pascapanen untuk kelompok

tani, dalam kegiatan penanganan

pascapanen tanaman perkebunan

terdapat kegiatan peningkatan

keterampilan dan kemampuan

kelompok tani melalui pertemuan

teknis.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan

a) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas

PIP atau Pejabat Fungsional;

b) Bentuk kegiatan adalah Fasilitasi Pertemuan/Workshop, field trip, promosi dan koordinasi antar stakeholders/pemangku kepentingan komoditas hasil perkebunan yang berkaitan dengan pemasaran hasill perkebunan;

c) Peserta terdiri dari Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya perlu penguatan dan pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil

Page 43: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

37

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

perkebunan baik segar maupun olahan (industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain;

5) Materi pertemuan meliputi tata

cara/prosedur ekspor produk

perkebunan dan persyaratan impor

di negara tujuan ekspor, peluang

dan potensi ekspor berbagai

komoditi ekspor di negara tujuan

ekspor, kesepakatan yang dihasilkan

dari forum perundingan bilateral,

regional, multilateral dan kerjasama

komoditi, upaya pengembangan

ekspor produk perkebunan yang

sedang dan akan dilakukan (di

tingkat kabupaten, provinsi maupun

pusat);

6) Lingkup komoditi antara lain kopi

specialty, kakao olahan, teh

specialty, pala organic, lada

organic, mete atau komoditi

perkebunan laiannya yang

Page 44: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

38

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

merupakankomoditi

unggulan/potensial ekspor.

3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan

Berkelanjutan

Materi yang terkait dengan Pembinaan

Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan:

a) Undang-Undang Nomor 39 tahun

2014 tentang Perkebunan;

b) Peraturan Menteri Pertanian Nomor

98/Permentan/OT.140/9/2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan;

c) Peraturan Menteri Pertanian Nomor

14 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk

Budidaya Kelapa Sawit;

d) Peraturan Menteri Pertanian Nomor

07 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penilaian usaha Perkebunan;

e) Peraturan Menteri Pertanian Nomor

19 Tahun 2011 tentang Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang

telah disempurnakan dengan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

Page 45: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

39

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

11 Tahun 2015 tentang Sistem

Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan.

Page 46: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

40

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

1. Pascapanen dan Pengolahan

Kegiatan penanganan pascapanen dan

pengolahan di daerah meliputi:

a) Fasilitasi alat/mesin pascapanen,

bangunan UPH;

b) Peningkatan keterampilan dan

kemampuan kelompok

tani/gapoktan melalui pertemuan

teknis;

c) Pembinaan, pengawalan, monitoring

serta evaluasi pascapanen dan

pengolahan hasil perkebunan;

d) Pertemuan kooordinasi teknis

pengolahan bokar bersih.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan

a) Fasilitasi unit pemasaran

poktan/gapoktan;

b) Fasilitasi pertemuan dan koodinasi

harga TBS Kelapa Sawit;

c) Fasilitasi pemasaran karet;

d) Pengembangan peayanan informasi

pasar komoditas perkebunan;

Page 47: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

41

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

e) Pengembangan agro industry

perkebunanan;

f) Pengembangan kemitraan dan

kewirausahaan;

g) Pengembangan dan pembinaan

agrowisata;

h) Fasilitasi pengembangan akses

perdagangan internasional.

3. Pembinaan Usaha

a. Ruang lingkup kegiatan Pembinaan

Usaha Perkebunan Berkelanjutan

meliputi:

1) Sosialisasi peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan

legalitas dan perizinan usaha

perkebunan kepada petugas

dinas yang membidangi

perkebunan di

provinsi/kabupaten/kota,

petugas instansi pemerintah

terkait lainnya, dan petugas

perusahaan perkebunan (PBS

dan PTPN) serta pelaku usaha

lainnya;

Page 48: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

42

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

2) Sosialisasi perkebunan

berkelanjutan yang meliputi

sosialisasi Permentan No. 19

Tahun 2013 tentang Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia yang

telah disempurnakan dengan

Peraturan Menteri Pertanian No.

11 Tahun 2015 tentang Sistem

Sertifikasi Perkebunan Kelapa

Sawit Berkelanjutan serta

sosialisasi Standar Kopi

Berkelanjutan Indonesia kepada

petugas dinas yang membidangi

perkebunan di

provinsi/kabupaten/kota,

petugas instansi pemerintah

terkait lainnya, dan petugas

perusahaan perkebunan (PBS

dan PTPN) serta pelaku usaha

lainnya;

3) Pembinaan, pengawalan,

monitoring, dan evaluasi melalui

koordinasi dan kunjungan

lapangan terhadap pelaksanaan

Page 49: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

43

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

kegiatan pembinaan usaha

perkebunan berkelanjutan.

b. Ruang lingkup kegiatan GNPSDA:

Pembinaan dan bimbingan teknis kepada petugas Dinas yang Membidangi Perkebunan di Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, petugas instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS, PBSN danPBN).

c. Ruang lingkup kegiatan Standardisasi

dan mutu (Dekon):

1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji

Kakao sesuai SNI;

2. Bimbingan Teknis Petugas Registrasi

Surat Tanda Pendaftaran UFPBK;

3. Koordinasi, Sosialisasi , pembinaan

dan Bimtek Penerapan Sistem

jaminan Mutu.

Page 50: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

44

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Pelaksana Kegiatan

1. Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Perkebunan

Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai

berikut:

a. Kegiatan Tingkat Pusat

1) Penyusunan Pedoman Teknis;

2) Sosialisasi, Pembinaan dan

Pengawalan Kegiatan;

3) Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan;

4) Pelaporan Hasil Pelaksanaan

Kegiatan.

b. Kegiatan Tingkat Provinsi

1) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak);

2) Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi

Calon kelompok Sasaran;

3) Penetapan Kelompok Sasaran

untuk alokasi APBN melalui TP

Propinsi;

4) Pembinaan, pengawalan dan

pelaksanaan kegiatan;

5) Monitoring serta evaluasi kegiatan;

Page 51: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

45

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

6) Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota

1) Penyusunan Petunjuk Teknis

(Juknis);

2) Sosialisasi Kegiatan dan Identifikasi

Calon kelompok Sasaran;

3) Penetapan Kelompok Sasaran

untuk alokasi APBN melalui TP

kabupaten/ kota;

4) Koordinasi/konsultasi ke provinsi

dan koordinasi ke lokasi dalam

rangka persiapan, pelaksanaan,

pembinaan dan pengawalan

kegiatan;

5) Monitoring serta evaluasi;

6) Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan

a. Kegiatan Tingkat Pusat

1) Penyusunan Pedoman Teknis;

2) Pengumpulan data untuk

penyusunan bahan kebijakan;

3) Verifikasi dan Monitoring

Pelaksanan Kebijakan;

Page 52: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

46

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

4) Promosi produk perkebunan

unggulan;

5) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan;

6) Menyelenggarakan pertemuan;

7) Pelaporan Hasil Pelaksanaan

Kegiatan.

b. Kegiatan Tingkat Provinsi

1) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak);

2) Koordinasi/konsultasi ke pusat dan

koordinasi ke lokasi dalam rangka

persiapan dan pelaksanaan

kegiatan;

3) Pembinaan, pengawalan dan

pelaksanaan kegiatan;

4) Monitoring serta evaluasi kegiatan;

4) Pengumpulan data dan informasi

yang berkaitan dengan pemasaran

hasil perkebunan;

5) Menyelenggarakan pertemuan;

6) Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

Page 53: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

47

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota

1) Penyusunan Petunjuk Teknis

(Juknis);

2) Koordinasi/konsultasi ke provinsi

dan koordinasi ke lokasi dalam

rangka persiapan dan pelaksanaan

kegiatan;

3) Monitoring serta evaluasi;

4) Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan

Berkelanjutan

Kegiatan Pembinaan Usaha dan

Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan

oleh Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen

Perkebunan dan Dinas Provinsi yang

menangani fungsi perkebunan, dengan

tugas masing-masing sebagai berikut:

a. Tingkat Pusat

- Menyusun Pedoman Teknis;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

yang menangani fungsi perkebunan

tingkat Provinsi/Kabupaten/kota;

Page 54: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

48

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Melakukan pembinaan, pengawalan

monitoring, dan evaluasi kegiatan

pembinaan usaha perkebunan

berkelanjutan;

- Menyiapkan materi sosialisasi;

- Bersama KPK menyelenggarakan rapat koordinasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;

- Bersama KPK menyelenggarakan rapat evaluasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;

- Menyusun laporan akhir kegiatan.

b. Tingkat Provinsi

- Menyusun Petunjuk Teknis kegiatan

pembinaan usaha perkebunan

berkelanjutan, meliputi: a).

Koordinasi dan Suprevisi Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber

Daya Alam (GNPSDA) Sub Sektor

Page 55: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

49

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perkebunan b). Pembinaan

dan Monev Penerapan Perkebunan

Berkelanjutan pada Kelapa Sawit

dan c). Sosialisasi Standar

Perkebunan Kopi Berkelanjutan

Indonesia;

- Melakukan konsultasi/koordinasi

dengan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan,

Ditjen Perkebunan;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan dan instansi/lembaga

terkait di provinsi dan

kabupaten/kota;

- Melakukan koordinasi dengan

perusahaan perkebunan (PTPN dan

PBS) di provinsi dan

kabupaten/kota;

- Melaksanakan kunjungan lapangan

untuk memonitor dan mengevaluasi

perusahaan perkebunan (PTPN dan

PBS) serta kelompok tani kopi

berkelanjutan;

- Melaksanakan sosialiasi peraturan

perundang-undangan yang terkait

Page 56: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

50

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

dengan perkebunan serta

sosialisasi pedoman perkebunan

berkelanjutan;

- Menyusun laporan Monitoring dan

Evaluasi kegiatan pembinaan usaha

dan perkebunan berkelanjutan dan

menyampaikannya ke Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan, Ditjen Perkebunan;

- Dinas yang membidangi perkebunan di 8 provinsi prioritas melakukan penyiapan data perizinan dan data spasial lokasi kebun melalui monitoring dan evaluasi ke kabupaten serta ke perusahaan perkebunan;

- Dinas yang membidangi perkebunan di 8 provinsi prioritas melakukan pertemuan/rapat evaluasi terhadap hasil verifikasi pengumpulan data GNPSDA, sesuai jadwal yang disepakati bersama Ditjen Perkebunan dan KPK.

Kegiatan Standardisasi dan Mutu (Dekon)

dilaksanakan oleh Pusat dan Propinsi,

dengan tugas sebagai berikut:

Page 57: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

51

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pusat Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi

dan melakukan pengawalan kegiatan

terhadap:

Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

Pendampingan penyusunan dokumen sistem mutu;

Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);

Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.

- Daerah

Dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;

Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;

Fasilitator sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dinas perkebunan kabupaten/Kota melakukan pendampingan pelaksanaan penerapan

Page 58: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

52

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);

Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL) yang telah ditetapkan oleh kepala dinas perkebunan provinsi harus menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;

Dinas perkebunan Kabupaten/Kota yang menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM Bokar bertanggung jawab untuk meregistrasi UPPB yang telah melakukan sistem jaminan mutu bokar;

Dinas perkebunan kabupaten/kota yang menjadi sentra kakao di provinsi penerima dana dekonsetrasi bertanggung jawab untuk meregistrasi UFPBK serta mendampingi poktan/gapoktan dalam mengajukan permohonan sertifikasi jaminan keamanan pangan bagi UFPBK kepada OKKP-D.

Page 59: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

53

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan melakukan penilaian melalui mekanisme sertifikasi jaminan keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan

Hasil Perkebunan

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan

penanganan pascapanen dan

pengolahan hasil perkebunan tahun

2016 seperti pada Lampiran.

2. Kegiatan Pembinaan Usaha

a) Koordinasi dan Supervisi Gerakan

Nasional Penyelamatan SUmber Daya

Alam (GNPSDA) Sub Sektor

Perkebunan dilaksanakan di 8

(delapan) provinsi ;

Page 60: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

54

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

b) Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan pada

Kelapa Sawit.

Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan pada

Kelapa Sawit dilaksanakan di 18

(delapan belas) provinsi.

c) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi

Berkelanjutan (ISCoffee).

Sosialisasi standar perkebunan kopi

berkelanjutan(ISCoffee) dilaksanakan

di 6 (enam) provinsi sebagaimana

tercantum dalam lampiran.

3. Kegiatan Pengembangan Agroindustri

Perkebunan

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan

Pengembangan Agroindustri Perkebunan

tahun 2016 serta detail pelaksanaan

kegiatan tertera dalam lampiran

pedoman ini.

4. Kegiatan Pemasaran Domestik dan

Internasional

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan

Pemasaran Domestik dan Internasional

Page 61: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

55

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

tahun 2016 serta serta detail

pelaksanaan kegiatan tertera dalam

lampiran pedoman ini.

5. Kegiatan Fasilitasi Standarisasi Mutu

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan

Fasilitasi Standardisasi Mutu tahun 2016

serta serta detail pelaksanaan kegiatan

tertera dalam lampiran pedoman ini.

D. Simpul Kritis

Beberapa hal yang harus diperhatikan

yang menjadi simpul kritis dalam

pelaksanaan kegiatan:

a) Kelompok sasaran penerima bantuan

bukan kelompok yang baru dibentuk

dan organisasinya berfungsi dengan baik

sehingga bantuan yang diberikan dapat

dimanfaatkan dan dikelola secara

optimal serta meningkatkan nilai

tambah dan pendapatan

petani/kelompok tani/ gapoktan;

b) Proses pelaksanaan pengadaan

barang/jasa sesuai aturan dan tepat

waktu untuk menghindari

Page 62: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

56

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

keterlambatan pelaksanaan

program/kegiatan;

c) Penggunaan lahan untuk pembangunan

UPH/sarana lainnya dilengkapi dengan

Surat hibah/perjanjian pemanfaatan

lahan;

d) Penyerahan barang/sarana bantuan

kepada kelompok tani harus dilengkapi

dengan berita acara serah terima

barang dan surat kesanggupan

pemanfaatan alat/sarana;

e) Peserta harus sesuai dengan kriteria

yang dipersyaratkan;

f) Pemilihan Narasumber berdasarkan

kompetensi yang dimilikinya.

Page 63: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

57

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN

Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan

melalui metode kontraktual.

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa

1. Proses pengadaan barang dan jasa yang

dilakukan harus mengacu kepada

Perpres no. 54 tahun 2010 berikut

perubahannya (Perpres No. 70 tahun

2012) tentang Peraturan Pengadaan

Barang dan Jasa;

2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan

kegiatan, persiapan pengadaan barang

dimulai dari Januari 2016 sekaligus

pengumuman pelelangan;

3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling

lambat harus sudah ditandatangani akhir

triwulan I (bulan Maret) tahun 2016;

4. Pelaksanaan kegiatan pertemuan,

workshop, dan fieldtrip sesuai dengan

jadwal pelaksanaan kegiatan.

B. Mekanisme Penyaluran Barang

1. Pengelolaan dan penyaluran barang

harus mengacu kepada Permenkeu

Nomor 248/2010;

Page 64: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

58

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan

kegiatan, identifikasi serta penetapan

kelompok sasaran penerima alat/mesin

dilaksanakan pada bulan Januari 2016;

3. Penentuan kelompok tani terpilih

dilakukan melalui seleksi oleh petugas

dinas yang membidangi perkebunan

serta ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah setempat atau Kepala Dinas

yang membidangi Perkebunan;

Adapun kriteria penetapan kelompok

tani sasaran adalah sebagai berikut:

a. Kelompok yang bersangkutan sudah

ada/telah eksis dan aktif,

berpengalaman, bukan bentukan

baru dan sudah terdaftar di

Bakorluh, dapat dipercaya serta

mampu mengembangkan usaha/

kegiatan melalui kerjasama

kelompok, dengan jumlah anggota

minimal 20 orang;

b. Kelompok yang bersangkutan tidak

mendapat penguatan modal atau

fasilitasi lain untuk kegiatan yang

sama/sejenis pada saat yang

bersamaan atau mendapat modal

Page 65: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

59

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

pada tahun-tahun sebelumnya

kecuali kegiatan yang diprogramkan

secara bertahap dan saling

mendukung;

c. Kelompok yang bersangkutan tidak

bermasalah dengan perbankan,

kredit atau sumber permodalan

lainnya;

d. Kelompok yang mengalami kesulitan

untuk mengakses sumber

permodalan, sehingga sulit untuk

menerapkan rekomendasi teknologi

anjuran secara penuh dan

memanfaatkan peluang pasar.

4. Penyerahan bantuan

sarana/alat/mesin

pascapanen/pengolahan kepada

kelompok tani harus dilengkapi dengan

Berita Acara Serah Terima Barang

antara PPK pelaksana kegiatan dengan

Ketua Kelompok Tani yang

bersangkutan dengan dibubuhi Materai

6.000 rupiah.

5. Penyerahan bantuan

sarana/alat/mesin pascapanen kepada

kelompok tani paling lambat harus

Page 66: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

60

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

sudah dilakukan pada akhir triwulan 2

(bulan Juni) 2016.

C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya

Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti

sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan,

sedangkan kegiatan pertemuan teknis

petani dilaksanakan setelah proses

pengadaan alat/mesin/bangunan selesai

dan diserah terimakan kepada kelompok

penerima.

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan kelompok dilakukan secara

terorganisir dan berkelanjutan sehingga

kelompok mampu mengembangkan usahanya

secara mandiri. Untuk itu diperlukan

dukungan dana pembinaan lanjutan yang

bersumber dari APBD.

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi

kaidah pengelolaan sesuai prinsip

pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good

governance) dan pemerintah yang bersih

(clean governance), maka pelaksanaan

Page 67: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

61

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip:

mentaati ketentuan peraturan dan

perundangan, membebaskan diri dari praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),

menjunjung tinggi keterbukaan informasi,

transparansi dan demokratisasi, memenuhi

asas akuntabilitas.

Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan

ini berada pada dinas/kantor perkebunan

atau yang melaksanakan fungsi perkebunan

lingkup kabupaten/kota. Tanggung jawab

koordinasi pembinaan program berada pada

Dinas perkebunan Provinsi. Tanggung jawab

atas program dan kegiatan adalah Direktorat

Jenderal Perkebunan, Kementerian

Pertanian.

Pengendalian melalui jalur struktural

dilakukan oleh tim teknis kabupaten, tim

pembina provinsi dan pusat, sedangkan

pengendalian kegiatan dilakukan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA). Proses

penegendalian di setiap wilayah direncanakan

dan diatur oleh masing masing instansi.

Page 68: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

62

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan

yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan

dapat menerapkan prinsip-prinsip

partisipatif, transparansi dan akuntabel.

Pembinaan kepada pelaku usaha perkebunan

dilakukan secara berkelanjutan sehingga

mampu menerapkan peraturan perundangan

yang berlaku.

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian nomor

31/Permentan/OT.140/3/2010 tanggal 19

Maret 2010 tentang Pedoman Sistem

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian. Dinas yang

membidangi perkebunan kabupaten dan

provinsi wajib melakukan monitoring,

evaluasi dan pelaporan secara berjenjang

dilaporkan kepada Direktorat Jenderal

Perkebunan, dengan ketentuan sebagai

berikut:

A. Jenis Laporan

Page 69: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

63

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim

Pembina Provinsi wajib membuat laporan

tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri

dari:

1. Sistem Monitoring dan Evaluasi

(SIMONEV) meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan

sesuai indikator kinerja;

Perkembangan kelompok sasaran

dalam pengelolaan kegiatan lapangan

berikut realisasi fisik dan keuangan;

Permasalahan yang dihadapi dan

upaya penyelesaian di tingkat

kabupaten dan provinsi.

2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai

tahapan pelaksanaan kegiatan dengan

materi meliputi: nama petani/kelompok

tani/gapoktan, desa/kecamatan/

kabupaten, luas areal (target dan

realisasi), waktu pelaksanaan,

perkembangan, kendala dan

permasalahan, upaya pemecahan

masalah;

Page 70: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

64

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan

yang berhasil dilaksanakan hingga akhir

tahun anggaran, permasalahan yang

dihadapi dan usulan tindak lanjut yang

perlu dilakukan, yang dibuat setelah

program berakhir.

B. Waktu Penyampaian Laporan

1. Simonev dibuat setiap bulan dengan

ketentuan:

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan

kepada provinsi, disampaikan paling

lambat tanggal 5 bulan laporan;

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan kepada

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling

lambat tanggal 7 bulan laporan;

2. Laporan perkembangan fisik dibuat

pertriwulan ditujukan kepada Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan Direktorat Jenderal

Page 71: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

65

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perkebunan, disampaikan paling lambat

tanggal 7 bulan laporan;

3. Laporan akhir ditujukan kepada

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling lambat

tanggal 31 Desember 2016.

Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut

dikirim melalui email dengan alamat:

[email protected],

[email protected],

[email protected].

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN

(Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang

ditampung dalam DIPA Direktorat Jenderal

Perkebunan tahun 2016.

Page 72: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

66

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

VIII. PENUTUP

Pedoman Teknis kegiatan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan merupakan

acuan secara umum yang perlu

dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan

Petunjuk Teknis (Juknis) yang lebih

operasional. Diharapkan dengan pedoman

teknis ini, pelaksanaan kegiatan tersebut

dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang direncanakan.

Page 73: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

67

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LAMPIRAN 1

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PERKEBUNAN TAHUN 2016

Page 74: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

68

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENANGANAN

PASCAPANEN PERKEBUNAN TAHUN 2016

A. Komoditas Kakao

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

33

1 Aceh 1 Bireun 1

2 Pidie Jaya 1

3 Aceh Besar 1

2 Sumbar 4 Padang Pariaman 1

5 Lima Puluh Kota 1

3 Bengkulu 6 Bengkulu Utara 1

4 Jateng 7 Batang 1

5 Jatim 8 Ngawi 1

6 Bali 9 Buleleng 1

7 DIY 10 Gunung Kidul 1

11 Kulon Progo 1

8 NTT 12 Ende 1

13 Manggarai Timur 1

9 Kaltara 14 Nunukan 1

Kaltim Berau 1

10 Sulut 15 Bolaang

Mongondow

1

Page 75: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

69

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

16 Bolaang

Mongondow Utara

1

11 Sulteng 18 Kota Palu 1

12 Sulsel 19 Pinrang 1

20 Bone 1

21 Bantaeng 1

22 Luwu Timur 1

23 Bulukumba 1

13 Sulbar 24 Mamuju Tengah 1

14 Sultra 25 Kolaka 1

26 Kolaka Timur 1

27 Konawe Selatan 1

28 Buton 1

15 Gorontalo 29 Gorontalo Kab. 1

30 Boalemo 1

16 Papua 33 Nabire 1

34 Keerom 1

17 Papua Barat 35 Manokwari Selatan 1

Page 76: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

70

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Komoditas Kopi

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

60

1 Aceh 1 Gayo Lues 1

2 Sumut 2 Simalungun 8

3 Dairi 6

4 Tapanuli Utara 6

5 Mandailing Natal 4

6 Humbang

Hasundutan

10

3 Sumbar 7 Lima Puluh Kota 1

4 Riau 8 Kep. Meranti 1

5 Sumsel 9 Lahat 1

6 Lampung 10 Lampung Barat 2

11 Tanggamus 2

7 Bengkulu 12 Rejang lebong 1

13 Kepahyang 1

8 Jabar 14 Kuningan 1

15 Bandung 1

16 Garut 3

9 Jateng 17 Kendal 1

18 Pemalang 1

Page 77: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

71

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

10 Jatim 19 Lumajang 1

20 Malang 1

11 Bali 21 Tabanan 1

22 Bangli 1

11 Sulsel 23 Enrekang 1

12 NTB 24 Lombok Tengah 1

25 Dompu 1

13 NTT 26 Manggarai Barat 1

27 Alor 1

C. Komoditas Pala

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

3

1 Papua barat 1 Fakfak 3

D. Komoditas Lada

PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)

3

1 Lampung 1 lampung Timur 2

2 Kalbar 2 Sanggau 1

Page 78: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

72

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

E. Komoditas Cengkeh

PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)

5

1 Sulut 1 Minahasa 1

2 Minahasa Selatan 1

2 Gorontalo 3 Bone Bolango 1

3 Maluku Utara

4 Halmahera Barat 1

5 Halmahera Utara 1

F. Komoditas Karet

PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)

44

1 Sumut 1 Labuhan Batu Utara 3

2 Asahan 3

2 Sumbar 3 Dharmasraya 4

4 Kota Sawalunto 5

3 Riau 5 Kampar 2

6 Kuantan Singingi 2

4 Sumsel 7 Musi Banyuasin 4

8 Ogan Komering Ilir 2

Page 79: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

73

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

9 Musi Rawas 5

5 Bengkulu 10 Bengkulu Utara 3

11 Seluma 2

6 Kalteng 12 Pulang Pisau 3

7 Kalsel 13 Tapin 3

14 Tanah Bumbu 3

8 Kalbar 15 Sambas 1

16 Sanggau 3

G. Komoditas Kelapa

PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)

25

1 Sulut 1 Bolaang Mongondow

4

2 Minahasa Tenggara 4

3 Minahasa Selatan 6

2 Riau 4 Pelalawan 2

3 Kalbar 5 Sambas 3

4 Maluku 6 Maluku Tenggara Barat

2

7 Kep. Aru 2

5 Malut 8 Kep. Morotai 2

Page 80: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

74

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

H. Komoditas Jambu Mete

PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)

12

1 Sultra 1 Muna 3

2 NTB 2 Lombok Barat 3

3 Bima 3

3 Malut 4 Kep. Sula 3

4 NTT 5 Belu

6 Alor

Page 81: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

75

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN FASILITASI

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN HASIL

PERKEBUNAN TAHUN 2016

A. Fasilitasi Pengolahan Gula Tebu

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

10

1 Aceh 1 Gayo Luwes 1

2 Aceh Tengah 2

3 Bener Meriah 2

2 Jambi 4 Kerinci 1

3 Sultra 5 Muna 1

4 Malut 6 Halmahera Timur 1

5 NTB 7 Dompu 2

B. Fasilitasi Pengolahan Coklat

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

4

1 Jawa Timur 1 Blitar 1

2 Sulsel 2 Bulukumba 1

Page 82: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

76

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

3 Sulbar 3 Mamuju 1

4 Bali 4 Jembrana 1

C. Fasilitasi Pengolahan Kopi Bubuk

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (UNIT)

7

1 Jambi 1 Merangin 1

2 Jabar 2 Bandung 1

3 Jateng 3 Pati 1

4 Sulsel 4 Toraja Utara 1

5 Sumut 5 Simalungun 1

6 Tapanuli Selatan 1

6 Lampung 7 Lampung Barat 1

D. Fasilitasi Pengolahan Kelapa

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

12

1 Jabar 2 Pangandaran 1

2 Jateng 3 Kebumen 1

4 Magelang 1

3 Sulbar 5 Polewali Mandar 1

Page 83: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

77

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

4 Sulteng 6 Donggala 1

5 Gorontalo 7 Pohuwato 1

6 Banten 8 Lebak 1

7 Maluku 9 Maluku Tenggara 1

10 Seram Bagian Barat 1

8 Malut 11 Halmahera Barat 1

12 Halmahera Utara 1

9 Sultra 13 Buton Tengah 1

E. Fasilitasi Pengolahan Sagu

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

11

1 Malut 1 Halmahera Selatan 1

2 Papua 2 Provinsi 1

3 Jayapura 1

4 Nabire 1

5 Keerom 1

6 Supiori 1

7 Mimika 1

3 Papua 8 Provinsi 1

Page 84: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

78

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

Barat

9 Sorong 1

10 Sorong Selatan 1

11 Teluk Bintuni 1

F. Fasilitasi Pengolahan Karet

NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH

(UNIT)

12

1 Sumbar 1 Sijunjung 1

2 Aceh 2 Aceh Tamiang 1

3 Sumut 3 Asahan 1

4 Tapanuli Utara 1

4 Riau 5 Rokan Hulu 1

5 Sumsel 6 Ogan Ilir 1

7 Musi Rawas 1

6 Bengkulu 8 Bengkulu Tengah 1

7 Banten 9 Lebak 1

8 Jambi 10 Tebo 1

11 Merangin 1

9 Kalsel 12 Balangan 1

Page 85: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

79

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL

PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA)

SUB SEKTOR PERKEBUNAN

NO PROPINSI VOLUME (KEG)

1. Jambi 1

2. Bengkulu 1

3. Sumatera Selatan 1

4. Kalimantan Barat 1

5. Kalimantan Tengah 1

6. Kalimantan Utara 1

7. Sulawesi Tengah 1

8. Papua Barat 1

Jumlah 8

Page 86: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

80

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PEMBINAAN, MONEV PENERAPAN PERKEBUNAN

BERKELANJUTAN PADA KELAPA SAWIT TAHUN 2016

NO PROPINSI VOLUME

(KEG)

1. Aceh 1

2. Sumatera Utara 1

3. Riau 1

4. Sumatera Barat 1

5. Jambi 1

6. Sumatera Selatan 1

7. Bengkulu 1

8. Lampung 1

9. Bangka Belitung 1

10. Banten 1

11. Kalimantan Barat 1

12. Kalimantan Tengah 1

13. Kalimantan Selatan 1

14. Sulawesi Selatan 1

15. Sulawesi Barat 1

16. Sulawesi Utara 1

17. Sulawesi Tenggara 1

18. Papua 1

Page 87: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

81

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI VOLUME

(KEG)

Jumlah 18

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN SOSIALISASI

STANDAR PERKEBUNAN KOPI BERKELANJUTAN

(ISCoffee) TAHUN 2016

NO PROPINSI VOLUME

(KEG)

1. Sumatera Utara 1

2. Lampung 1

3. Jawa Tengah 1

4. Nusa Tenggara

Timur

1

5. Sulawesi Selatan 1

6. Papua 1

Jumlah 6

Page 88: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

82

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PEMBINAAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

NO PROPINSI

1. Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Jambi

6. Sumatera Selatan

7. Lampung

8. Bengkulu

9. Jawa Barat

10. Jawa Tengah

11. Jawa Timur

12. Bali

13. D.I. Yogyakarta

14. Banten

15. Kalimantan Barat

16. Kalimantan Selatan

17. Kalimantan Utara

18. Sulawesi Utara

Page 89: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

83

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI

19. Sulawesi Tengah

20. Sulawesi Selatan

21. Sulawesi Tenggara

22. Sulawesi Barat

23. Gorontalo

24. Nusa Tenggara Barat

25. Nusa Tenggara Timur

26. Maluku

27. Maluku Utara

28. Papua

29. Papua Barat

Page 90: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

84

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

MONITORING DAN EVALUASI PENGOLAHAN

HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

NO PROPINSI

1. Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Jambi

6. Sumatera Selatan

7. Lampung

8. Bengkulu

9. Jawa Barat

10. Jawa Tengah

11. Jawa Timur

12. Bali

13. D.I. Yogyakarta

14. Banten

15. Kalimantan Barat

16. Kalimantan Selatan

17. Kalimantan Utara

18. Sulawesi Utara

Page 91: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

85

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI

19. Sulawesi Tengah

20 Sulawesi Selatan

21 Sulawesi Tenggara

22 Sulawesi Barat

23 Gorontalo

24 Nusa Tenggara Barat

25 Nusa Tenggara Timur

26 Maluku

27 Maluku Utara

28 Papua

29 Papua Barat

Page 92: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

86

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

BIMBINGAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL

PERKEBUNAN TAHUN 2016

NO PROPINSI

1. Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Jambi

6. Sumatera Selatan

7. Lampung

8. Bengkulu

9. Jawa Barat

10. Jawa Tengah

11. Jawa Timur

12. Bali

13. D.I. Yogyakarta

14. Banten

15. Kalimantan Barat

16. Kalimantan Selatan

17. Sulawesi Utara

Page 93: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

87

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI

18. Sulawesi Tengah

19. Sulawesi Selatan

20 Sulawesi Tenggara

21 Sulawesi Barat

22 Gorontalo

23 Nusa Tenggara Barat

24 Nusa Tenggara Timur

25 Maluku

26 Maluku Utara

27 Papua

28 Papua Barat

Page 94: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

88

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

FASILITASI PENGEMBANGAN AKSES PASAR

PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume

(paket)

1. Jawa Barat 1

2. Jawa Tengah 1

3. D.I. Yogyakarta 1

4. Jawa Timur 1

5. Aceh 1

6. Sumatera Utara 1

7. Sumatera Barat 1

8. Riau 1

9. Jambi 1

10. Sumatera Selatan 1

11. Lampung 1

12. Kalimantan Barat 1

13. Kalimantan Tengah 1

14. Kalimantan Selatan 1

15. Kalimantan Timur 1

16. Sulawesi Utara 1

Page 95: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

89

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI Volume

(paket)

17. Sulawesi Selatan 1

18. Maluku 1

19. Bali 1

20 Maluku Utara 1

JUMLAH 20 paket

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

FASILITASI UNIT PEMASARAN

POKTAN/GAPOKTANTAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (unit)

1. Sumatera Selatan 1

2. Sumatera Barat 1

3. Jawa Barat 1

4. Jawa Tengah 1

5. Kalimantan Tengah 1

6. Papua 1

JUMLAH 6 unit

Page 96: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

90

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Page 97: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

91

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN

FASILITASI PERTEMUAN DAN KOORDINASI

PENETAPAN HARGA TBS KELAPA SAWIT

TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1. Aceh 1

2. Sumatera Utara 1

3. Sumatera Barat 1

4. Riau 1

5. Jambi 1

6. Sumatera Selatan 1

7 Bengkulu 1

8 Lampung 1

9 Kalimantan Barat 1

10 Kalimantan Tengah 1

11 Kalimantan Timur 1

12 Kalimantan Selatan 1

13 Sulawesi Tengah 1

14 Sulawesi Selatan 1

15 Sulawesi Barat 1

16 Banten 1

17 Kep. Bangka Belitung 1

18 Papua 1

19 Papua Barat 1

JUMLAH 19

Page 98: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

92

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

PENGEMBANGAN PELAYANAN INFORMASI PASAR

KOMODITAS PERKEBUNAN (TP) TAHUN 2016

NO PROVINSI KABUPATEN KEG

1 ACEH ACEH UTARA 1

ACEH SELATAN 1

ACEH TIMUR 1

ACEH BARAT 1

ACEH TENGAH 1

GAYO LUES 1

ACEH TAMIANG 1

BENER MERIAH 1

PIDIE 1

2. SUMATERA UTARA MADINA 1

TAPANULI SELATAN 1

LABUHAN BATU 1

ASAHAN 1

SIMALUNGUN 1

KARO 1

LANGKAT 1

3. SUMBAR PESISIR SELATAN 1

TANAH DATAR 1

PADANG PARIAMAN 1

AGAM 1

Page 99: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

93

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

DHARMAS RAYA 1

PASAMAN BARAT 1

SOLOK 1

LIMA PULUH KOTA 1

4. RIAU KUANTAN SINGINGI 1

INDRAGIRI HILIR 1

INDRAGIRI HULU 1

PELALAWAN 1

SIAK 1

KAMPAR 1

ROKAN HULU 1

ROKAN HILIR 1

BENGKALIS 1

5. JAWA BARAT SUKABUMI 1

CIANJUR 1

KOTA BANDUNG 1

GARUT.TASIK MALAYA 1

CIAMIS 1

MAJALENGKA 1

SUMEDANG 1

SUBANG 1

PURWAKARTA 1

BANDUNG BARAT 1

Page 100: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

94

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

TASIK MALAYA 1

IDRAMAYU 1

PANGANDARAN 1

KOTA BANJAR 1

6. SUMSEL OGAN KOMERING ULU 1

OGAN KOMERING ILIR 1

MUARA ENIM 1

LAHAT 1

MUSI RAWAS 1

BANYU ASIN 1

MUSI BANYUASIN 1

OKU SELATAN 1

OKU TIMUR 1

OGAN ILIR 1

EMPAT LAWANG 1

PRABUMULIH 1

PAGAR ALAM 1

LUBUK LINGGAU 1

PALI 1

7. BENGKULU REJANG LEBONG 1

BENGKULU UTARA 1

SELUMA 1

KEPAHIANG 1

Page 101: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

95

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

BENGKULU TENGAH 1

8. LAMPUNG LAMPUNG BARAT 1

TRENGGAMAS 1

LAMPUNG SELATAN 1

LAMPUNG TIMUR 1

LAMPUNG UTARA 1

PESAWARAN 1

9. BANGKA BELITUNG BELITUNG 1

BANGKA BARAT 1

BANGKA TENGAH 1

BANGKA SELATAN 1

10. JAMBI MERANGIN

TANJAB TIMUR

TANJAB BARAT

KOTA SUNGAI PENUH

TEBO

BATANG HARI

11. BANTEN LEBAK 1

12. JAWA TENGAH CILACAP 1

JEPARA 1

BREBES 1

WONOGIRI 1

13. DIY KULON PROGO 1

Page 102: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

96

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

BANTUL 1

GUNUNG KIDUL 1

14. JATIM PACITAN 1

JOMBANG 1

15. BALI JEMBRANA 1

TABANAN 1

BADUNG 1

GIANYAR 1

BALI 1

KARANG ASEM 1

BULELENG 1

KLUNGKUNG 1

16. NUSA TENGGARA BARAT

LOMBOK TIMUR 1

LOMBOK BARAT 1

17. NUSA TENGGARA TIMUR

KUPANG 1

TIMOR TENGAH SELATAN

1

BELU 1

ALOR 1

ENDE 1

NGADA 1

MANGGARAI 1

18. KALIMANTAN BARAT BENGKAYANG 1

LANDAK 1

Page 103: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

97

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

PONTIANAK 1

SANGGAU 1

SINGKAWANG 1

19. KALIMANTAN TENGAN

KOTA WARINGIN BARAT

1

KAPUAS 1

BARITO UTARA 1

1

1

SUKAMARA 1

LAMANDAU 1

SERUYAN 1

GUNUNG MAS 1

KATINGAN 1

20. KALIMANTAN SELATAN

TANAH LAUT 1

KOTA BARU 1

BANJAR 1

TAPIN 1

HULU SUNGAI TENGAH 1

HULU SUNGAI SELATAN

1

BALANGAN 1

TABALONG 1

TANAH BUMBU 1

KOTA BANJAR BARU 1

Page 104: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

98

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

21. KALIMANTAN TIMUR KUTAI BARAT 1

KUTAI KERTANEGARA 1

22. SULAWESI UTARA SANGIHE 1

BOLAANG MONGONDOW

1

23. SULAWESI SELATAN SELAYAR 1

BULU KUMBA 1

GOWA 1

BARRU 1

BONE 1

PINRANG 1

ENREKANG 1

LUWU 1

LUWU UTARA 1

LUWU TIMUR 1

TORAJA UTARA 1

24. SULAWESI TENGAH BANGGAI

POSO

DONGGALA

PARIGI MOUTONG

TOJO UNA-UNA

KOTA PALU

SIGI

25. SULAWESI TENGGARA

BUTON 1

Page 105: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

99

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

KONAWE 1

KOLAKA 1

KONAWE SELATAN 1

BOMBANA 1

KOLAKA TIMUR 1

KOLAKA UTARA 1

MUNA 1

KONAWE UTARA 1

KENDARI 1

BAU-BAU 1

26. SULAWESI BARAT MAMUJU 1

MAMUJU UTARA 1

POLEWALI MANDAR 1

27. GORONTALO GORONTALO 1

BOALEMO 1

28. MALUKU MALUKU TENGAH 1

MALUKU TENGGARA BARAT

1

29. MALUKU UTARA MALUKU TENGAH 1

MALUKU TENGGARA BARAT

1

30. PAPUA JAYAPURA 1

MERAUKE 1

31. PAPUA BARAT MANOKWARI SELATAN 1

PEGUNUNGAN ARVA 1

Page 106: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

100

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

RAJA AMPAT 1

TOTAL 183

LOKASI DAN VOLUME PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI PEMASARAN KARET

TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1. Aceh 1

2. Sumatera Utara 1

3. Sumatera Barat 1

4. Riau 1

5. Jambi 1

6. Sumatera Selatan 1

7 Lampung 1

8 Kalimantan Barat 1

9 Kalimantan Timur 1

10 Kalimantan Selatan 1

11 Kalimantan Barat 1

JUMLAH 11

Page 107: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

101

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Page 108: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

102

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN

DAN KEWIRAUSAHAAN TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Aceh 1

2 Sumatera Utara 1

3 Sumatera Barat 1

4 Riau 1

5 Jambi 1

6 Sumatera Selatan 1

7 Lampung 1

8 Kep. Bangka Belitung 1

9 Banten 1

10 Jawa Barat 1

11 Jawa Tengah 1

12 D.I. Yogyakarta 1

13 Jawa Timur 1

14 Kalimantan Barat 1

15 Kalimantan Tengah 1

16 Kalimantan Selatan 1

17 Sulawesi Tengah 1

18 Sulawesi Selatan 1

19 Sulawesi Tenggara 1

20 Bali 1

21 Nusa Tenggara Barat 1

Page 109: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

103

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

22 Maluku Utara 1

JUMLAH 22

Page 110: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

104

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA

TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Aceh 1

2 Sumatera Utara 1

3 Sumatera Barat 1

4 Jambi 1

5 Lampung 1

6 Jawa Barat 1

7 Jawa Tengah 1

8 D.I. Yogyakarta 1

9 Jawa Timur 1

10 Kalimantan Selatan 1

11 Sulawesi Utara 1

12 Sulawesi Selatan 1

13 Bali 1

14 Papua Barat 1

JUMLAH 14

Page 111: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

105

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN FASILITASI PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU

BOKAR TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Kalimantan Barat 1

2 Sumatera Selatan 1

3 Riau 1

4 Kalimantan Selatan 1

5 Jambi 1

6 Kalimantan Tengah 1

7 Lampung 1

8 Sumatera Utara 1

9 Sumatera Barat 1

10 Bengkulu 1

JUMLAH 10

Page 112: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

106

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUMEN KEGIATAN CAPACITY BUILDING PENGUJIAN BIJI KAKAO

TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Aceh 1

2 Sumatera Barat 1

3 Lampung 1

4 D.I. Yogyakarta 1

5 Bali 1

6 Sulawesi Selatan 1

7 Sulawesi Tenggara 1

8 Sulawesi Barat 1

9 Sulawesi Tengah 1

10 Maluku 1

11 Papua 1

12 Papua Barat 1

JUMLAH 12

Page 113: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

107

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

BIMTEK PETUGAS REGISTRASI SURAT TANDA

PENDAFTARAN UFPBK TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Aceh 1

2 Sumatera Barat 1

3 Lampung 1

4 D.I. Yogyakarta 1

5 Bali 1

6 Sulawesi Selatan 1

7 Sulawesi Tenggara 1

8 Sulawesi Barat 1

9 Sulawesi Tengah 1

10 Maluku 1

11 Papua 1

12 Papua Barat 1

JUMLAH 12

Page 114: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

108

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN

FASILITASI PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU

DAN KEAMANAN PANGAN KOMODITI KAKAO

TAHUN 2016

NO PROPINSI Volume (Keg)

1 Aceh 1

2 Sumatera Barat 1

3 Lampung 1

4 D.I. Yogyakarta 1

5 Bali 1

6 Sulawesi Selatan 1

7 Sulawesi Tenggara 1

8 Sulawesi Barat 1

9 Sulawesi Tengah 1

10 Maluku 1

11 Papua 1

12 Papua Barat 1

JUMLAH 12

Page 115: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

109

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LAMPIRAN 2

JUMLAH KELOMPOK TANI DAN JENIS KEGIATAN

PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN TAHUNAN,

SEMUSIM DAN REMPAH PENYEGAR TAHUN 2016

Page 116: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

110

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

JUMLAH KELOMPOK TANI DAN JENIS KEGIATAN

PENANGANAN PASCAPANEN TANAMAN TAHUNAN,

SEMUSIM DAN REMPAH PENYEGAR TAHUN 2016

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan penanganan

pascapanen tanaman perkebunan tahun 2016

adalah sebagai berikut :

1. Penanganan Pascapanen Kakao

No Lokasi Jenis Jumlah

(KT)

35

1 Aceh Pengadaan sarana,

UPH, alat dan mesin

pascapanen serta

peningkatan

keterampilan SDM

petani

3

2 Sumbar 2

3 Lampung 1

4 Bengkulu 1

5 Jateng 1

6 Jatim 1

7 Bali 1

8 DIY 2

9 Kalbar 1

10 Kaltim 1

11 Kaltara 1

12 Sulut 2

13 Sulteng 1

14 Sulsel 5

Page 117: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

111

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

15 Sulbar 1

16 Sultra 4

17 Gorontalo 2

18 NTT 2

19 Papua 2

20 Papua Barat 1

2. Penanganan Pascapanen Kopi

No. Provinsi Jenis Jumlah (KT)

25

1 Aceh Pengadaan sarana,

UPH, alat dan mesin

pascapanen serta

peningkatan

keterampilan SDM

petani

1

2 Sumbar 1

3 Riau 1

4 Sumsel 1

5 Lampung 4

6 Kalbar 1

7 Bengkulu 2

8 Jabar 3

9 Jateng 2

10 Jatim 2

11 Bali 2

12 Sulsel 1

13 NTB 2

14 NTT 1

Page 118: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

112

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

3. Penanganan Pascapanen Pala

No Lokasi Jenis Volume

(KT)

1 Papua Barat Pengadaan sarana,

UPH, alat dan mesin

pascapanen serta

peningkatan

keterampilan SDM

petani

3

4. Penanganan Pascapanen Lada

No Lokasi Jenis Volume

(KT)

1 Lampung Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen

1

5. Penanganan Pascapanen Cengkeh

No. PROVINSI Jenis JUMLAH (KT)

5

1 Sulut Pengadaan sarana,

lantai jemur, alat

dan mesin

2

2 Gorontalo 1

3 Malut 2

Page 119: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

113

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

pascapanen

6. Penanganan Pascapanen Karet

No Lokasi Jenis Volume(KT)

44

1 Sumbar Penyediaan sarana/ alat pascapanen

9

2 Sumut 6

3 Riau 4

4 Sumsel 11

5 Bengkulu 5

6 Kalsel 6

7 Kalteng 3

7. Penanganan Pascapanen Kelapa

No Lokasi Jenis Volume(KT)

14

1 Sulut Penyediaan sarana/ alat pascapanen

14

8. Penanganan Pascapanen Jambu Mete

No Lokasi Jenis Volume(KT)

12

1 Sultra Penyediaan sarana/ 3

Page 120: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

114

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

2 NTB alat pascapanen 6

3 Malut 3

9. Penanganan Pengolahan Gula Tebu

No Lokasi Jenis Volume(Unit)

103

1 Aceh Penyediaan sarana/ alat pengolahan dan bangunan UPH

35

2 Jambi 1

3 Sulteng 5

4 Sultra 30

5 Malut 5

6 NTB 2

7 Papua 19

10. Penanganan Pengolahan Cokelat

No Lokasi Jenis Volume(Unit)

4

1 Jatim Penyediaan sarana/ alat pengolahan dan bangunan UPH

1

2 Sulsel 1

3 Sulbar 1

4 Bali 1

11. Penanganan Pengolahan Kopi Bubuk

No Lokasi Jenis Volume(Unit)

6

1 Jambi Penyediaan sarana/ 1

Page 121: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

115

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

2 Jabar alat pengolahan dan bangunan UPH

1

3 Jateng 1

4 Sulsel 1

Page 122: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

116

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LAMPIRAN 3

SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN PASCAPANEN PERKEBUNAN

Page 123: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

117

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN PASCAPANEN PERKEBUNAN

A. KOMODITAS KAKAO

1. Kotak Fermentasi Kakao Spesifikasi :

Kapasitas 40-50 Kg/Batch tipe bak kayu

Jenis kayu meranti/yang sejenis

Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm

Siku penguat : plat aluminium atau kayu

Dimensi : 40 x 40 x 50 cm

1 set terdiri dari dua kotak kayu yang dilengkapi dengan 1 unit kaki/dudukan sebagai penyangga salah satu kotak

Setiap sisi kotak diberi lubang dengan jarak secukupnya

2. Alat Ukur Kadar Air

Spesifikasi :

Skala meter : 5 -15 %

Tipe Digital

3. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :

Tipe Digital MC – 7825G

Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh

1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%

Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm

Berat 690 gram

Page 124: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

118

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

4. Terpal Spesifikasi :

Ukuran minimal 6 x 4 m

Tipe bahan terpal A 12

5. Para para Spesifikasi :

Ukuran : 80 x 200 cm

Tinggi kaki : minimal 1 m

Sungkup dengan plastik UV transparan

6. Timbangan duduk Spesifikasi :

Kapasitas minimal 500 Kg

Ukuran : 48 x 62 cm

7. Alat Uji Belah Kakao Spesifikasi :

Kapasitas 50 Biji Kakao/Batch (Persyaratan biji kakao hasil fermentasi kadar air 12 -13%)

Tipe : vertikal tekan

Pisau: Stainless Steel

Papan Pembelahan: Kayu Kamper/yang sejenis

8. Bangunan UPH Kakao Spesifikasi :

Pondasi batu dengan tiang beton bertulang

Page 125: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

119

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Bangunan UPH : tinggi bangunan + 3,25 m yang terdiri dari dua ruang yaitu : Ruang kerja/fermentasi:

- Lantai di plester, dinding tembok bagian bawah (2/3) bata merah/ batako diplester, acian semen, dan bagian atas (1/3) menggunakan kawat ram yang berfungsi sebagi ventilasi udara, dan terdapat pintu keluar.

Gudang : - Lantai plester, dinding tembok, bata

merah/batako diplester, dan acian semen, ventilasi udara secukupnya serta terdapat pintu keluar.

Luas bangunan : menyesuaikan standar harga bangunan setempat dan pagu anggaran.

9. Rumah Pengering/penjemuran kakao

Spesifikasi :

Bangunan ukuran luas : Ukuran luas : p x l = 4 x 3 m

Lantai dicor dan diaci

Dinding : - Bahan : rangka besi holow uk. 40x40x4

mm, kawat harmonika + plastik UV

- Tinggi dinding + 2 m

Atap :

Page 126: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

120

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Bahan : besi hollow uk. 40x40x4 mm,

plastik UV

- Tinggi 60 cm panjang sisi miring 158 cm

Pintu :

- Bahan : besi hollow uk. 40x40x4 mm, kawat harmonika + plastik UV

- Ukuran p x l = 185 x 105 cm

Rak pengering sebanyak 4 set, masing

masing set terdiri dari 6 unit para para

berukuran 90 x 53 cm2. Rak dibuat dalam

2 susun, tiap susun terdiri dari 3 para

para yang dipasang berderet dengan

rangka kayu Uk. 4/6, alas para para dari

kawat ayakan plastik.

B. KOMODITAS KOPI

1. Pulper 1.000 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 1.000 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

2. Pulper 470 Kg/ jam Spesifikasi :

Kapasitas 470 Kg/ jam

Motor penggerak ber-SNI

3. Pulper 200 Kg/jam Spesifikasi :

Page 127: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

121

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Kapasitas 200 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

4. Huller 1000 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 1000 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

5. Huller 500 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 500 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

6. Huller 400 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 1000 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

7. Huller 300 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 1000 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

8. Huller 110 Kg/jam Spesifikasi :

Kapasitas 110 Kg/jam

Motor penggerak ber-SNI

9. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :

Skala meter : 9 - 20 %

Page 128: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

122

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Tipe Digital

10. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :

Tipe Digital MC – 7825G

Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh

1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%

Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm

Berat 690 gram

10. Terpal Spesifikasi :

Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)

Tipe bahan terpal A 12

11. Para para Spesifikasi :

Ukuran : 80 x 200 cm

Tinggi kaki : 1 m

Sungkup dengan plastik UV tranparan

12. Bangunan UPH Kopi Spesifikasi :

Pondasi batu dengan tiang beton bertulang

Bangunan terdiri dari dua ruang yaitu : Ruang kerja:

- Lantai diplester, dinding tembok bagian bawah (2/3) bata merah/ batako diplester, acian semen,

Page 129: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

123

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

bagian atas (1/3) menggunakan kawat ram yang berfungsi sebagai ventilasi udara, dan terdapat pintu keluar.

Gudang : - Lantai plester, dinding tembok, bata merah/batako diplester, dan acian semen, ventilasi udara secukupnya serta terdapat pintu keluar.

Luas Bangunan : menyesuaikan harga bangunan setempat dan pagu anggaran.

C. KOMODITAS PALA 1. Mesin pemecah cangkang

Spesifikasi :

Kapasitas : 50 Kg/jam

Dimensi (p x l x t) 150 cm x 90 cm x 125 cm

Bahan Plat MS, Rangka Plat Siku

Penggerak Dinamo ¾ PK/ Motor Bensin

5,5 PK

2. Terpal Spesifikasi :

Ukuran minimal 6 x 4 m ,

Tipe bahan terpal A 12

3. Para Para Sungkup Spesifikasi :

Page 130: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

124

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Ukuran : 80 x 200 cm

Tinggi kaki : 1 m

Sungkup dengan plastik UV transparan

4. Rumah Naungan Bunga Pala (Fully) Spesifikasi :

Ukuran luas 4 x 5 m

Bangunan Permanen dilengkapi dengan papan para-para

Pondasi batu kali dengan slope beton

Dinding Polycarbonat

Atap polycarbonat atau setara

5. Rumah Pengasapan Pala (Asaran Pala) Spesifikasi :

Bangunan permanen dilengkapi pengering buatan

Luas Bangunan ukuran 4 x 4,5 meter

Dinding batako/bata finishing plester semen dilengkapi lubang angin untuk ventilasi

Tinggi Dinding 3 M

Atap seng dan seng transparan/fiber bergelombang

Pondasi batu kali dan slope beton

Alat pengering terdiri dari tungku, blower Idan I ducting, rak dan para-para serta corong asap

D. KOMODITAS LADA

1. Mesin Perontok Lada

Page 131: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

125

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Spesifikasi :

Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam

Motor penggerak ber-SNI

2. Mesin Perontok Lada Spesifikasi :

Kapasitas 100 - 200 Kg/Jam

Motor penggerak ber-SNI

3. Terpal Spesifikasi :

Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)

Tipe bahan terpal A 12

4. Lantai Jemur Spesifikasi :

Ukuran luas + 150 m

Ketebalan jadi: 0.2 m

Coran beton bertulang

5. Bak Perendaman Lada

Kedalaman (tinggi) : 1.2 M

Ukuran luas : 48 M2 (8 x 6)

Pondasi batu kali dengan slope beton

Lantai coran beton bertulang

Dinding cor beton

Saluran inlet/ outlet : pipa PVC

6. Para para Spesifikasi :

Page 132: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

126

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Ukuran : 80 x 200 cm

Tinggi kaki : 1 m

Sungkup dengan plastik UV tranparan

7. Timbangan duduk Spesifikasi :

Kapasitas minimal 500 Kg

Ukuran : 48 x 62 cm

8. Sumur Bor

Menggunakan mesin pompa air 16 KVA

Pipa hisap 15 – 25 m (tergantung kondisi ketersediaan mata air)

Pipa penahan tanah 20 – 30 m

Pipa pengantar panjang 50 – 100 m

Kedalaman sumur ± 15 - 30 m (tergantung kondisi ketersediaan mata air)

9. Bangunan Penyimpanan

Ukuran luas + 54 M2 (6 m x 9 m) atau menyesuaikan standar harga bangunan setempat dan pagu anggaran.

Tinggi bangunan minimal 3 M

Pondasi batu dengan tiang beton bertulang.

Dinding bata merah diplester, lantai minimal disemen.

Atap asbes.

Ventilasi udara secukupnya dan terdapat pintu keluar.

Page 133: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

127

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

E. KARET

1. Pisau sadap Spesifikasi :

Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata (dalam 40o bentuk V sedang)

Panjang gagang terbuat dari besi ±19,5 cm

Panjang dari gagang ke lubang ±8,5 cm

Panjang lengkungan ±6,5 cm

Panjang gagang ±13,5 - 14,5 cm

Panjang pisau berikut gagang keseluruhan ±34,5 cm

Lebar gagang pisau ±2,5 cm

Tebal gagang pisau ±0,2 cm

Lebar mata pisau ±3,0 cm

2. Mangkok sadap Spesifikasi :

Bahan plastik polipropilena

Volume ±500 cc

Tinggi ±9 cm, diameter bibir 13 cm

Berat ±25 gram

3. Talang sadap Spesifikasi :

Page 134: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

128

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Bahan dari besi tipis

Ukuran panjang 6 – 6,5 cm

Lebar permukaan ±1,5 cm

Lebar pangkal yang bergerigi untuk ditancapkan ke pohon ±2,5 cm

4. Ring mangkok sadap

Spesifikasi :

Bahan terbuat dari kawat diameter 2 mm

Lebar diameter lingkaran ring ±12 cm

5. Bak pembeku Spesifikasi :

Bahan terbuat dari alumunium

Tebal ±0,8 mm

Volume ±12 liter

Bagian atas 60 x 40 cm

Bagian bawah 55 x 35 cm

Tinggi ±10 – 20 cm

Bibir ditekuk keluar, didalam tekukan diberi kawat/tulang

6. Bahan pembeku Spesifikasi : Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

F. KELAPA

1. Rumah Pengasapan

Page 135: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

129

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Spesifikasi :

Bangunan semi permanen 4 x 5 m penutup atap 5 x 6 m

Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu atau kawat setinggi 2 m

Terdapat lubang pembakaran 60 x 60 cm

Ruang pembakaran 3 m2

2. Lantai Jemur Spesifikasi :

Permanen disemen dengan memakai besi beton

Pinggir/dinding keliling memakai batu (4 x 6 m)

3. Alat Uji Kadar Air

Spesifikasi :

Tipe Digital MC – 7825G

Sumber arus : Battery tipe AA2500mAh

1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%

Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm

Berat 690 gram

4. Alat Cungkil Daging Kelapa Spesifikasi :

Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan selera petani

Bahan dari Stainless Steel

Page 136: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

130

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

5. Alat Pengering Kelapa Spesifikasi :

Dimensi 200 x 200 x 240 cm

Pemanas biomassa

Bahan paltizer 1 mm, siku 5/5

Kapasitas 1 ton/proses

Lama pengeringan 18 – 22 jam

Suhu udara ruang 80o C

Penggerak EM 1 Hp 220 V 1 Ph

Sistem siklon blower, automatic thermocople

6. Mesin Pemarut Kelapa

Spesifikasi :

Dimensi : 38 x 31 x 93 cm

Kapasitas 90 kg/jam

Listrik : 750 watt, 220 Volt

Berat : 35 kg

G. METE

1. Kacip mete model Rem dan model Engkol (sistem terpadu) Spesifikasi :

Tipe REM

Kapasitas 30 – 50 kg/hari

Penggerak manual

2. Lantai jemur Spesifikasi :

Page 137: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

131

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Permanen disemen dengan memakai besi beton

Pinggir/dinding keliling memakai batu (4 x 6 m).

Page 138: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

132

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

KEGIATAN PENINGKATAN KETERAMPILAN SDM KELOMPOK TANI

1) Materi yang disampaikan :

Penanganan Pascapanen/Pengolahan Hasil

Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan (GHP, GMP, dan SOP)

Strategi dan Jaringan Pemasaran

Kelembagaan Usaha

Praktek Pascapanen/Pengolahan Hasil

2) Peserta

Peserta pertemuan teknis adalah petani yang berasal dari kelompok tani/gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen/pengolahan di kabupaten setempat.

Page 139: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

133

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

Page 140: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN

HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DEPARTEMEN PERTANIAN

TA. 2016

Page 141: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Petani/pekebun Indonesia masih merupakan petani

subsisten dengan ciri-ciri dari: (a) Luas kepemilikan lahan

rata-rata rendah; (b) Penerapan input dan teknologi

usaha pertanian masih sederhana; c) Terbatasnya akses

petani ke sumber permodalan; d) Kurangnya

pengetahuan tentang teknologi peningkatan produksi dan

mutu produk; e) Terbatasnya informasi dan akses pasar;

f) Posisi tawar petani yang masih lemah (tidak ada

jaminan harga yang layak). Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan berupaya untuk membuka

akses pasar bagi petani/pekebun dan meningkatkan

posisi tawar untuk meningkatkan pendapatannya.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan posisi tawar

petani dilakukan dengan memfasilitasi pembangunan dan

pemberdayaan sarana dan prasarana pemasaran petani,

serta memfasilitasi jaringan pemasaran (akses

pemasaran) yang bertujuan untuk memperlancar

distribusi produk dari sentra produksi ke sentra konsumen

melalui jalur tataniaga yang efisien.

Page 142: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

Pengembangan akses pasar sangat penting untuk

membantu distribusi agar petani/gapoktan dapat

memenuhi produk sesuai dengan kebutuhan pelaku

pasar : pedagang/supplyer, pasar induk/pasar modern,

retail, industri/pabrikan, eksportir, pedagang antar pulau,

STA/TA dan konsumen akhir.

Wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan menjadi

salah satu kendala dalam pemasaran hasil perkebunan,

disatu sisi di daerah sentra produksi hasil perkebunan

melimpah, disisi lain produk ini dibutuhkan karena

memang wilayah tersebut tidak dapat memproduksi

sehingga aliran distribusinya harus diatur sedemikian

rupa dengan melibatkan berbagai institusi terkait seperti

perhubungan, perdagangan, perindustrian dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal diatas salah satu penentu daya

saing adalah kemudahan produk untuk diakses oleh

konsumen dengan mutu dan kualitas yang baik, maka

untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam

negeri perlu suatu kebijakan mengenai peningkatan

akses pemasaran yang akan menjamin distribusi

pemasaran hasil pertanian yang efektif dan efisien dan

Page 143: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

kontinyu, dengan produk yang berkualitas dan harga

bersaing serta mudah diakses oleh konsumen.

Kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil

perkebunan dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan

seperti workshop, temu bisnis, koordinasi penguatan

jaringan pemasaran, fasilitasi sistem resi gudang dan

lain-lain.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan Akses Pemasaran” ini adalah sebagai

acuan bagi pembina di tingkat Pusat, Propinsi dan untuk

melaksanakan kegiatan Peningkatan Akses Pemasaran

Hasil Perkebunan.

C. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dengan disusunnya

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Akses

Pemasaran ini adalah :

Page 144: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

a. Meningkatnya Akses Pemasaran Produk Perkebunan

melalui berbagai sarana pemasaran misalnya pasar

lelang, pasar tradisional, sistem resi gudang, dll.

b. Meningkatnya kerjasama pemasaran produk

perkebunan dengan industri pengolahan, eksportir,

dan pelaku usaha lainnya.

c. Meningkatnya pendapatan petani/pekebun.

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari kegiatan Peningkatan Akses

Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu :

a. Terbangunnya jaringan pemasaran antara

petani/pekebun, kelompok tani/gapoktan dengan

Industri Pengolahan, pelaku usaha pemasaran,

maupun sesama pelaku pemasaran.

b. Meningkatnya jumlah petani/poktan /gapoktan yang

terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil Perkebunan.

c. Meningkatkan gairah petani/poktan/gapoktan untuk

berusaha disubsektor perkebunan.

Page 145: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

II. PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dalam

rangka Peningkatan Akses Pemasaran Hasil Perkebunan

adalah pertemuan peningkatan akses pemasaran hasil

perkebunan.

a. Metoda Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan

koordinasi antara stakeholders/pemangku kepentingan

komoditas hasil perkebunan yang sudah mempunyai

akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi

pengembangan akses pemasaran. Peserta terdiri dari

Petugas Dinas Perkebunan Propinsi atau Kabupaten

sentra produksi, pekebun/poktan/gapoktan produsen

hasil perkebunan baik segar dan olahan yang

produknya perlu penguatan dan pengembangan

pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan

baku hasil perkebunan baik segar maupun olahan

(industri pengolahan, eksportir), serta dan lembaga

Page 146: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan,

pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain.

Pola pertemuan dalam bentuk : Fasilitasi Pertemuan /

Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.

b. Tahapan Kegiatan Persiapan Kegiatan

Tahapan untuk melakukan pertemuan pemasaran hasil

pertanian adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan data primer dan sekunder terkait

dengan komoditas yang akan di fasilitasi dari

daerah sentra produksi.

2) Identifikasi peserta dan narasumber

Peserta dari kegiatan pertemuan ataupun

peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan

adalah:

Perwakilan Dinas Perkebunan

Propinsi/Kabupaten/Kota sentra produksi.

Pekebun/Poktan/Gapoktan disentra produksi

yang produknya sudah siap/eksis dipasarkan.

Pelaku usaha seperti pedagang besar, industri

pengolahan, eksportir dan lembaga-lembaga

pemasaran dan lembaga pembiayaan.

Page 147: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

Akademisi, peneliti yang berkaitan dengan

pemasaran hasil perkebunan. Narasumber dari

pertemuan peningkatan akses pemasaran

perkebunan agar menyesuaikan dengan

permasalahan pemasaran serta tujuan yang

ingin dicapai oleh pengelola kegiatan.

3) Persiapan kegiatan pertemuan

Penyusunan Jadwal dan atau materi kegiatan

Surat Undangan peserta, narasumber dan

moderator dan lain-lain

Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan

Perlengkapan peserta (ATK, dll)

Administrasi pelaksanaan kegiatan

4) Koordinasi dengan instansi terkait

Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait

didaerah maupun pusat dan stakeholder ataupun

dinas diluar perkebunan terkait untuk membantu

pelaksanaan kegiatan pertemuan sehingga kegiatan

dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

Page 148: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

5) Penyusunan dan pelaporan kegiatan

Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana kegiatan

akan melaporkan hasil kegiatan ke Direktur Jenderal

Perkebunan.

6) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil

perkebunan akan dilaksanan pada tahun 2016.

Page 149: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

A. Sumber Biaya Sumber biaya untuk melaksanakan kegiatan

Peningkatan Akses Pemasaran Hasil Perkebunan

berasal dari APBN TA. 2016 yang terdapat pada

program Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Tanaman Perkebunan.

Jenis belanja anggaran yang dipergunakan dalam

pelaksanaan kegiatan adalah :

Belanja Bahan

- Adm, Fotokopi,dll

- Penggandaan laporan peningkatan akses

pemasaran perkebunan

Honor yang terkait dengan output kegiatan

- Honor panitia

Belanja Jasa Profesi

- Honor Narasumber

- Honor Moderator

Page 150: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

Belanja perjalanan biasa

- Perjalanan dalam rangka identifikasi permasalahan

akses pemasaran perkebunan

Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

- Biaya akomodasi dan konsumsi serta ruang

meeting pertemuan dalam rangka peningkatan

akses pasar domestik komoditi perkebunan

- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan pertemuan

peningkatan akses pasar komoditi perkebunan

- Perjalanan Narasumber kegiatan peningkatan

akses pasar domestik komoditi perkebunan

Uraian tentang penggunaan dana diatas, adalah sebagai

berikut :

a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan

untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan

penggandaan laporan kegiatan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan.

Page 151: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan

merupakan biaya yang diberikan kepada staf yang

ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan.

c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang

diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat

pada saat acara berlangsung.

d. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Biaya yang disediakan untuk biaya akomodasi dan

konsumsi serta ruang pertemuan kegiatan pertemuan

peningkatan akses pemasaran, biaya perjalanan staf

Direktorat Jenderal Perkebunan yang ditugaskan dalam

pelaksanaan kegiatan dan biaya perjalanan Narasumber

kegiatan.

e. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang

disediakan dalam rangka identifikasi permasalahan Akses

Pemasaran Perkebunan.

Page 152: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

III. PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI EMASARAN

KARET

A. Kegiatan Provinsi (Dekonsentrasi)

1. Fasilitasi Pemasaran Karet.

c. Metoda Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan

antara seluruh stakeholders/pemangku

kepentingan komoditas karet. Pertemuan akan

dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Perkebunan

Provinsi,Dinas Perdagangan dan Perindustrian,

Dinas Perkebunan Kabupaten sentra produksi,

petani/pekebun, pengelola pasar lelang karet,

pedagang pengumpul, perwakilan industri

pengolahan karet, asosiasi petani/pekebun,

lembaga pembiayaan, asosiasi industry

pengolahan, peneliti dan eksportir.

Page 153: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Pola pertemuan dalam bentuk : Temu Usaha,

Fasilitasi kerjasama pemasaran, Workshop,

dll.

d. Tahapan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

Untuk melakukan pertemuan fasilitasi pemasaran

karet adalah sebagai berikut :

Pengumpulan data primer dan sekunder terkait

dengan komoditas karet yang akan di fasilitasi

di daerah sentra produksi.

Identifikasi peserta dan narasumber

Peserta dari kegiatan pertemuan fasilitasi

pemasaran karet hasil pertanian adalah:

Perwakilan Dinas yang membidangi

perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota

sentra produksi.

Petani/Pekebun dari sentra produksi yang

produknya sudah dapat difasilitasi

pemasarannya.

Page 154: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

Pelaku usaha seperti pedagang besar, industri

pengolahan, eksportir dan lembaga-lembaga

pembiayaan dan lainnya.

Lembaga Pembiayaan.

Akademisi, peneliti yang berkaitan dengan

pemasaran karet. Asosiasi industry

pengolahan karet

Asosiasi petani/pekebun karet

Narasumber pertemuan Fasilitasi

Pemasaran Karet disesuaikan dengan

permasalahan pemasaran serta tujuan yang

ingin dicapai oleh pelaksana kegiatan.

Narasumber dapat berasal dari : Direktorat

Jenderal Perkebunan, Dinas/Instansi yang

membidangi Perkebunan,

Perdagangan/Perindustrian, Pelaku Usaha

Pemasaran Karet, Industry Pengolahan,

Asosiasi Industry Pengolahan, Akademisi,

Peneliti, Pengelola Pasar Lelang atau

lembaga pemasaran lainnya.

Page 155: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

Moderator pertemuan Fasilitasi Pemasaran

Karet dapat berasal dari Dinas Perkebunan

Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal

Perkebunan.

7) Persiapan kegiatan pertemuan

Penyusunan Jadwal kegiatan dan materi

kegiatan.

Surat Undangan kepada peserta,

narasumber, moderator dan lain-lain.

Sambutan Pembukaan dan arahan

pimpinan.

Perlengkapan peserta (ATK, dll).

Administrasi pelaksanaan kegiatan.

8) Koordinasi dengan instansi terkait

Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi

terkait didaerah maupun pusat dan stakeholder

ataupun dinas diluar Perkebunan terkait untuk

menjamin pelaksanaan kegiatan pertemuan

Page 156: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16

sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

9) Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Perkebunan

Provinsi yang menerima dana dekonsentrasi

disesuaikan dengan waktu kesiapan pelaksana

kegiatan pada tahun 2016.

10) Penyusunan dan pelaporan kegiatan

Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana

kegiatan (dinas propinsi) harus melaporkan

hasil kegiatan ke Direktorat Jenderal

Perkebunan (c/q. Subdit Pemasaran Hasil

Perkebunan) dalam waktu paling lama + 1

bulan setelah kegiatan.

e. Waktu Pelaksanaan

Page 157: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

17

Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana

dekonsentrasi ini adalah tahun

2016 oleh Dinas Perkebunan Provinsi. Waktu

pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh pelaksana

kegiatan dekonsentrasi, sebelum kegiatan

dilaksanakan agar terlebih dahulu berkoordinasi

dengan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan (c/q. Subdit Pemasaran) minimal

2 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan.

f. Lokasi

Lokasi kegiatan pertemuan Fasilitasi Pemasaran

Karet adalah di 11 (sebelas) Provinsi seperti

tercantum pada Lampiran.

B. Sumber Biaya

Sumber biaya untuk melaksanakan kegiatan Fasilitasi

Pemasaran Karet berasal dari APBN TA. 2016.

Page 158: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

18

Kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet

Belanja Bahan

- Perbanyakan materi kegiatan

- Perbanyakan materi laporan

Honor yang terkait dengan output kegiatan

- Honor panitia

Belanja Jasa Profesi

- Honor Narasumber

- Honor Moderator

Belanja perjalanan biasa

- Dalam rangka koordinasi dan pembinaan

- Dalam rangka konsultasi ke pusat

Belanja perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

- Fasilitasi akses pasar komoditi perkebunan (karet)

- Fasilitasi perjalanan Narasumber

Page 159: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19

Penjelasan tentang penggunaan dana kegiatan diatas,

adalah sebagai berikut :

a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan

untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan

penggandaan laporan kegiatan.

b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan

merupakan biaya yang diberikan kepada staf Dinas

Perkebunan yang ditugaskan dalam penyelenggaraan

kegiatan.

c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang

diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat

pada saat acara berlangsung.

d. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang

disediakan bagi Staf Dinas Perkebunan Provinsi dalam

rangka melakukan koordinasi dan pembinaan ke

Kabupaten dan Konsultasi ke Direktorat Jenderal

Perkebunan (Pusat) terkait dengan kegiatan pemasaran

komoditi karet.

Page 160: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

20

e. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

merupakan biaya yang dipergunakan untuk pengadaan

akomodasi dan konsumsi serta ruang meeting pertemuan

kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet dan biaya perjalanan

Narasumber kegiatan.

Page 161: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

21

IV. PENUTUP

Semoga petunjuk teknis peningkatan akses pemasaran

hasil perkebunan ini dapat menjadi acuan untuk

melaksanakan kegiatan peningkatan akses pemasaran

hasil perkebunan dengan seluruh pemangku kepentingan

dan stakeholder yang terkait, sehingga diharapkan dari

kegiatan itu akan dapat menghasilkan rumusan-rumusan

konkrit dalam pemecahan permasalahan pemasaran hasil

perkebunan serta berkembangnya jaringan dan akses

pemasaran didaerah-daerah sentra produksi hasil

perkebunan. Terbangunnya akses pemasaran antara

produsen dengan konsumen atau user ataupun produsen

dengan produsen, maka akan menghasilkan suatu hubungan

yang baik dan pemasaran menjadi mudah yang

menguntungkan bagi seluruh pihak yang terlibat

didalamnya. Akhirnya diharapkan tidak ada disparitas harga

yang tinggi antara petani/pekebun dengan industri

pengolahan ataupun dengan konsumen akhir.

Page 162: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efisiensi dibidang produksi dan pemasaran agar komoditas yang diperdagangkan bisa bersaing menjadi tuntutan pada era perdagangan di pasar bebas. Perdagangan komoditas perkebunan pada era globalisasi ekonomi saat ini, mengakibatkan terjadinya transparansi pasar yang sangat kuat.

Pada umumnya skala usaha komoditi perkebunan di Indonesia masih relatif rendah, tersebar, dengan kualitas produk yang beragam. Rantai tata niaga pemasaran produk perkebunan segar masih panjang, sehingga disatu sisi memberikan tekanan pada konsumen dalam bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi harga yang diterima relatif rendah.

Disparitas harga antar daerah diakibatkan oleh, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dan selat, serta sentra produsen komoditas perkebunan yang banyak terletak di remote area dan daerah peripheral, sementara konsumen maupun industri terletak di pusat-pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan terciptanya daerah surplus dan minus sebagai akibat dari ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di sentra– sentra konsumen.

Ketidakseimbangan supply dan demand disuatu pasar seringkali mengakibatkan

Page 163: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

terjadinya fluktuasi harga , baik di sentra produsen maupun sentra konsumen. Pada umumnya fluktuasi harga juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan supply yang disebabkan oleh sifat komoditi yang sangat tegantung dari musim / iklim.

Keberhasilan pembangunan pemasaran komoditas pertanian sangat ditentukan oleh kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran, yang sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinue. Untuk mendukung ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan terpercaya ini diperlukan pelayanan informasi pasar yang baik, sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar.

Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) secara umum telah dilaksanakan sejak awal tahun 1970 pada Direktorat Bina Usaha Tani, di setiap Direktorat Jenderal, Departemen Pertanian. Pada kegiatan ini, data harga dikumpulkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia, dan dikirimkan ke Pusat Data secara mingguan melalui surat/pos, dengan tujuan untuk melakukan pendataan secara statistik.

Pada tahun 1979 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mulai melaksanakan Pelayanan Informasi Pasar sistem harian yang mencakup sebagian besar komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dengan tujuan untuk memberikan

Page 164: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

informasi harga secara harian kepada para pelaku pasar melalui Radio. Sampai dengan tahun 1999 kegiatan ini sudah teralokasi di 27 propinsi, tetapi dengan terjadinya reorganisasi di Departemen Pertanian pada tahun 2000, kegiatan PIP di tingkat pusat tidak dapat terlaksana secara optimal, meskipun kegiatan ini masih dilaksanakan di daerah.

Pada tahun 2001–2005 kegiatan PIP di tingkat pusat dikoordinasikan oleh Subdit Pasar Domestik, pada masingmasing Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan, pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Sejak tahun 2006, kegiatan PIP dari seluruh sub sektor pertanian dikoordinasikan oleh Sub Direktorat Analisis dan Informasi pada Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Mulai tahun 2016, kegiatan PIP dikoordinasikan oleh masing – masing subsektor (Perkebunan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan) akibat dari dileburnya fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ke Direktorat Jenderal Komoditi. Dan PIP hasil perkebunan akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.

Page 165: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan pedoman teknis Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Perkebunan ini adalah :

1. Memberikan panduan teknis tentang tata cara pelaksanaan kegiatan PIP.

2. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan sistem pengumpulan data/informasi pasar disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

3. Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to date dan dapat dipercaya agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.

Page 166: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

II. SISTEM PELAYANAN INFORMASI PASAR HASIL PERTANIAN

Penyelenggaraan Sistem Pelayanan Informasi Pasar (PIP) terdiri dari 3 (tiga) sub sistem yaitu: metode, sumberdaya manusia (SDM) dan sumber dana. Metode PIP terdiri dari pengumpulan, pengolahan, pengiriman, penganalisaan serta penyebarluasan data/informasi pasar. SDM PIP adalah Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten (petugas PIP) yang mempunyai tugas pokok menyiapkan, melaksanakan, mengkaji kebijakan dan mengembangkan pelayanan di bidang analisis pasar hasil pertanian. Dan secara garis besar unsur kegiatan meliputi pengumpulan data, pengumpulan informasi kualitatif, pengolahan data, analisis data dan penyebarluasan informasi pasar.

Sumber dana adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan PIP yang pada tahun 2016 yang dialokasikan pada dana Dekonsentrasi untuk kegiatan di daerah serta dana pertemuan petugas dan pembina PIP yang dilaksanakan oleh Pusat. Berikut uraian secara rinci metoda pelaksanaan PIP yaitu :

2.1. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data harga, data pasokan dan permintaan (supply-demand), data biaya usaha tani, data biaya pemasaran serta data supplier komoditas

Page 167: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

perkebunan. Data harga terdiri dari data harga tingkat produsen, pengumpul besar dan eksportir.

Data pasokan (supply) terdiri dari data produksi perbulan dan data tonase produk yang dijual di setiap lokasi pasar pengumpulan data harga. Data permintaan (demand) terdiri dari data permintaan pasar dan permintaan industri/perusahaan pengolahan/eksportir.

Data biaya usaha tani terdiri atas data atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan usaha tani termasuk data penerimaan dan keuntungan.

Data biaya pemasaran terdiri atas data/biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran mulai dari tingkat produsen sampai dengan konsumen. Data supplier terdiri dari data pemasok komoditas perkebunan, termasuk jenis komoditi beserta jumlah yang ditawarkan.

2.1.1. Data Harga Produsen

Pencatatan harga tingkat produsen dilakukan di daerah sentra produksi pada masing-masing kabupaten yaitu di tempat-tempat perdagangan (seperti pasar pengumpul desa/kecamatan), rumah/gudang pedagang pengumpul, pinggir jalan, atau tempat lain yang biasa dipergunakan sebagai lokasi transaksi jual-beli.

Kabupaten sentra produksi terpilih adalah

Page 168: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

beberapa kabupaten yang produksinya terbesar berdasarkan data produksi yang tersedia pada Dinas lingkup Perkebunan. Dari kabupaten sentra terpilih kemudian ditentukan 2-3 kecamatan sentra.

Harga tingkat produsen/harga jual petani adalah harga penjualan petani kepada pedagang pengumpul, pedagang antar daerah atau kepada pabrik pengolahan hasil pertanian. Atau sebaliknya adalah pembelian pedagang pengumpul /perusahaan pengolahan kepada petani. Lokasi pengembangan PIP dan komoditi di sentra produksi sesuai dengan alokasi dana Dekonsentrasi tahun 2016 seperti tercantum pada lampiran.

2.1.2. Data Harga Pengumpul besar

Harga tingkat pengumpul besar dikumpulkan dari lokasi pedagang pengumpul propinsi. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/ jual-beli produk pertanian secara borongan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul besar antar daerah.

Harga tingkat pengumpul besar yaitu harga penjualan pedagang pengumpul besar kepada eksportir atau perusahaan pengolahan. Lokasi pengembangan PIP di tingkat pengumpul besar tercantum pada lampiran 1 (bagian A).

Page 169: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

2.1.3. Data Harga Eksportir

Harga tingkat eksportir dikumpulkan oleh petugas PIP propinsi di seluruh Indonesia. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk perkebunan untuk tujuan ekspor. Harga tingkat eksportir yaitu harga penjualan oleh eksportir.

2.1.4. Data harga eceran

Harga eceran dikumpulkan dari pasar pengecer di seluruh ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk perkebunan secara eceran. Harga eceran yaitu harga penjualan pedagang pengecer kepada konsumen atau harga pembelian oleh konsumen kepada pedagang pengecer.

2.1.5. Data Pasokan dan Permintaan (Supply–

Demand)

Data supply yang diperlukan dalam sistem PIP ini adalah data produksi per propinsi serta tonase/volume produk yang diperdagangkan di pasar/lokasi pengumpulan harga grosir untuk komoditas unggulan yang telah ditentukan sebagai data informasi harga. Data demand adalah data permintaan perusahaan industri pengolahan/eksportir/hotel /restoran dan lain-lain. Contoh formulir data pasokan dan permintaan seperti terdapat pada lampiran 2.

---------------------------------------------------------------------------------------- Pedoman Teknis Pelayanan Informasi Pasar

------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk Teknis Pelayanan Informasi Pasar

------------------------------------------------------------------------------------------ Petunjuk Teknis Pelayanan Informasi Pasar

Page 170: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

2.1.6. Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya Usahatani)

Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya Usahatani) sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keuntungan petani. Data ini dikumpulkan setahun sekali untuk komoditi unggulan. Data yang dikumpulkan meliputi : a. Penerimaan (R = Revenue), merupakan penjualan

hasil produksi, dimana nilai penerimaan diperoleh dari perhitungan harga per satuan hasil dikalikan dengan volume hasil produksi.

b. Pengeluaran (C= Cost), merupakan penjumlah semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

c. Keuntungan (B= Benefit), merupakan hasil yang diperoleh dari pengurangan nilai penerimaan dengan pengeluaran. Di dalam perhitungan keuntungan dicantumkan juga perhitungan :

1) R-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara penerimaan (R) dengan pengeluaran (C).

2) B-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara keuntungan (B) dengan pengeluaran (C)

3) Keuntungan perbulan, merupakan asumsi dari keuntungan yang diterima per bulan selama satu kali periode proses produksi.

4) Keuntungan per satuan hasil, merupakan asumsi

Page 171: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

dari keuntungan yang diterima persatuan hasil produksi

Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa usaha tani tercantum pada lampiran.

2.1.7. Data Analisa Biaya Pemasaran

Data Analisa Biaya Pemasaran adalah data biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap tingkat pedagang pada masing-masing tahap dalam rantai pemasaran. Data ini sangat diperlukan untuk mengetahui margin pemasaran dari setiap tingkat pedagang dan pangsa pasar yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan konsumen akhir.

Data yang dikumpulkan meliputi data penjualan petani/pembelian oleh pedagang tingkat I (tahap I dalam rantai pemasaran) sampai dengan harga pembelian oleh konsumen. Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa biaya pemasaran tercantum pada lampiran.

2.1.8. Data Supplier

Data supplier yang dimaksud adalah data pemasok komoditas pertanian. Data tersebut meliputi :

a. Nama supplier b. Nama perusahaan

Page 172: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

c. Data perusahaan meliputi provinsi, kabupaten/kota, alamat, nomor telpon, nomor faximili, alamat e-mail dan nama contact person)

d. Jenis usaha (produsen/perdagangan domestik/ eksportir/importir/usaha lainnya)

e. Skala Usaha (kecil/menengah/besar) f. Jenis Komoditi ( perkebunan) g. Jenis Produk (segar dan atau olahan) h. Jumlah penawaran/supply (ton)

2.1.9. Komoditas

Jenis komoditas yang tercakup dalam pelaksanaan PIP ini adalah komoditas unggulan propinsi atau kabupaten/kota, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Komoditas yang banyak dihasilkan di daerah sentra produksi, secara kontinyu artinya komoditi harus tersedia setiap hari di lokasi pencatatan.

b. Jumlah komoditas relatif besar

c. Komoditas sudah diperdagangkan antar daerah (antar kabupaten atau antar kecamatan)

Page 173: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

2.1.9 Responden

Seperti yang telah dijelaskan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, maka responden yang dijadikan sebagai sumber informasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Responden untuk harga produsen adalah :

1) Petani (harga penjualan kepada pedagang pengumpul atau perusahaan pengolahan hasil)

2) Pedagang pengumpul (harga pembelian dari petani)

3) Eksportir (harga pembelian dari petani apabila melakukan pembelian langsung kepada petani.

b. Responden untuk harga pengumpul besar adalah:

1) pedagang pengumpul (harga penjualan kepada pedagang grosir/eksportir)

2) pedagang grosir/eksportir (harga pembelian dari pedagang grosir/ eksportir)

Jumlah responden yang diambil untuk setiap komoditi adalah 5 orang. Metode penentuan harganya adalah metoda rata-rata tanpa nilai ekstrim yaitu dengan menghilangkan nilai ekstrim tinggi dan rendah.

Page 174: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Sebagai contoh:

Responden A Rp. 2 100,-

Responden B Rp. 1700,

Responden C Rp. 2150,-

Responden D Rp. 2200,-

Responden E Rp. 2500,

Harga yang terjadi adalah :

(2100+2150+2200) : 3 = 2150.

c. Responden untuk harga eceran

1) pedagang pengecer (harga penjualan kepada konsumen)

2) konsumen (harga pembelian dari pedagang pengecer)

Jumlah responden yang diambil untuk setiap komoditi adalah 5 orang. Metode penentuan harganya adalah metoda rata-rata tanpa nilai ekstrim yaitu dengan menghilangkan nilai ekstrim tinggi dan rendah.

Sebagai contoh:

Responden ARp. 2 100,-

Responden BRp. 1700,

Responden CRp. 2150,-

Responden DRp. 2200,-

Page 175: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

Responden ERp. 2500,

Harga yang terjadi adalah :

(2100+2150+2200) : 3 = 2150

d. Responden untuk data produksi dan data tonase adalah:

Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Propinsi/kabupaten dan data tonase diperoleh dari Dinas Pasar pada lokasi pengumpulan data harga grosir/pengumpul

e. Responden untuk data biaya usaha tani adalah:

1) petani/poktan/gapoktan sebagai produsen komoditas perkebunan

2) pedagang sarana produksi (harga sarana produksi)

Mekanisme pengumpulan data biaya usaha tani secara detail akan dijelaskan pada buku petunjuk teknis analisa biaya usaha tani.

Page 176: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

f. Responden untuk data biaya biaya pemasaran adalah:

1) petani/produsen komoditas perkebunan

2) pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer (semua pedagang yang terlibat dalam satu mata rantai pemasaran) serta eksportir

g. Responden untuk data supplier adalah:

Data supplier diperoleh dari perusahaan pemasok yang bergerak di sub sektor tanaman perkebunan, gapoktan, dinas lingkup perkebunan daerah (provinsi/kabupaten), instansi terkait maupun sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan kevalidan datanya.

2.1.10. Waktu dan Frekuensi

Waktu pencatatan data harga adalah pada saat transaksi jual beli paling ramai, dengan frekuensi pengumpulan data setiap hari kerja (Senin sampai Jumat). Data produksi dikumpulkan dan dikirim setiap bulan, sedangkan data tonase/volume perdagangan di pasar/lokasi pengumpulan data, dikumpulkan dan dikirim setiap minggu.

Data Analisa Usahatani dan Data Biaya Pemasaran dikumpulkan pada setiap akhir musim tanam (Musim Hujan/MH, Musim Kering I/MK I,

Page 177: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16

Musim Kering II/MK II). Untuk data supplier dikumpulkan setiap bulan.

2.2. Pengiriman, Penyebarluasan dan Pelaporan Data

2.2.1. Pengiriman Data

a. Pengiriman Data Harga

Data harga tingkat produsen dan eceran di sentra produksi (kabupaten/kota) serta harga tingkat grosir dan eceran di sentra konsumsi (ibukota provinsi) untuk komoditas yang dikembangkan pada sistem PIP-SMS Harga, dikirimkan setiap hari ke Subdirektorat Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil, Direktorat Pemasaran Domestik melalui:

1) Input data harga melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum pada lampiran.

2) Input data harga melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum pada lampiran 6)

3) SMS Kementerian Pertanian dengan nomor 081380829555(sesuai format pengiriman data melalui SMS pada lampiran.

Untuk komoditas dan tingkat harga diluar pengembangan sistem PIP (SMS Harga) dikirimkan setiap 1 (satu) minggu 1 (satu) sekali ke Subdit Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat

Page 178: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

17

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan melalui:

1) Faxcimile / Fax : 021-7819726 2) e-mail : [email protected]

Format pengiriman data informasi pasar melalui fax dan email dikirimkan dalambentuk file excel sesuai format pada lampiran.

b. Pengiriman Data Pasokan (Supply)

Data supply yang dimaksud adalah :

1) Data produksi bulanan di tingkat kabupaten

2) Data produksi bulanan di tingkat provinsi

3) Data tonase mingguan di pasar tingkat kabupaten

4) Data tonase mingguan di pasar tingkat provinsi

Data supply dikirimkan melalui :

1) Input data supply melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum pada Juknis Supply dan Demand)

2) Input data supply melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum pada Juknis Supply dan Demand)

Page 179: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

18

Pengiriman Data Demand

Data demand yang dimaksud adalah :

1) Data demand mingguan di tingkat kabupaten

2) Data demand mingguan di tingkat provinsi

Pengiriman data demand dikirimkan melalui :

1) Input data demand melalui SMS Sender (format pengiriman tercantum Juknis Supply dan Demand)

2) Input data demand melalui Sistem GPRS (format pengiriman tercantum Juknis Supply dan Demand)

c. Pengiriman Data Biaya Usaha Tani dan Biaya Pemasaran

Data biaya usahata tani dan biaya

pemasaran dikirimkan ke Subdit Pemasaran Hasil Perkebunan melalui Email: [email protected]

d. Pengiriman Data Supplier

Data supplier baik ditingkat kabupaten/kota maupun propinsi dikirimkan setiap bulan pada minggu pertama ke Subdit Informasi Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik, melalui :

Page 180: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19

1) Input data supplier secara langsung melalui sistem GPRS pada website pip.kementan.org

2) Rekap data supplier juga dapat dikirimkan melalui e-mail ke: [email protected]

2.2.2. Penyebarluasan Informasi

Di tingkat propinsi, data/informasi harga grosir, harga produsen dan eceran komoditas unggulan daerah disebarluaskan secara kontinyu melalui berbagai media daerah yaitu:

a. Radio (RRI, Radio Pemda dan atau Radio Swasta)

b. Televis i (TVRI dan TV Swasta)

c. Surat Kabar, Tabloid, atau majalah

d. Papan Harga

e. Webs i te

f. Handphone Nok ia L i fe too l s

g. Pusat I n fo rmas i Komod i ta s ( P IK )

2.2.3. Pelaporan

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seluruh petugas PIP harus melaporkan data harga secara harian dan data produksi/tonase secara bulanan ke Pusat (Subdit Pemasaran Hasil

Page 181: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

20

Perkebunan, Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan). Petugas PIP juga harus mengirimkan Buletin Pemasaran atau Laporan Tahunan kepada Pusat PIP secara periodik (bulanan atau tahunan).

2.3. Sarana dan Kelembagaan PIP 2.3.1. Sarana

Dalam rangka melaksanakan Kegiatan PIP diperlukan prasarana/peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, mengolah data, mengirimkan data serta menyebarluaskan data. Sarana tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sepeda motor

b. Kalkulator

c. Perlengkapan kerja lapangan (Jas Hujan, sepatu boot, helm)

d. Telepon/faxcimile

e. Handphone

f. Komputer/Laptop

2.3.2. Kelembagaan

Dalam melaksanakan kegiatan PIP diperlukan petugas khusus (Petugas PIP dan atau Pejabat fungsional APHP) yang secara rutin bertugas untuk mengumpulkan, mengolah serta menganalisa data informasi pasar. Petugas PIP dan atau Pejabat

Page 182: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

21

fungsional APHP adalah pegawai tetap pada dinas perkebunan propinsi dan atau kabupaten pada Subdinas yang menangani kegiatan pemasaran.

Jabatan fungsional Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Analisa Pasar Hasil Pertanian Dan Angka Kreditnya.

Ketentuan pelaksanaan jabfung APHP diatur berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor 10 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian.

2.4. Sumber Dana

Sumber dana kegiatan PIP berasal dari APBN, APBD I dan APBD II. Untuk dana APBN TA 2016, dana PIP perkebunan terdapat pada Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, yang dialokasikan untuk pelaksankan pertemuan petugas dan Pembina PIP di Pusat dan didaerah melalui dana dekonsentrasi yang dialokasikan pada Dinas lingkup Perkebunan di 31 Propinsi , dengan rincian sebagai berikut:

Page 183: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

22

2.4.1. Kegiatan PIP di Pusat

Kegiatan yang dilaksanakan oleh pusat merupakan pertemuan koordinasi yang akan diikuti oleh petugas informasi pasar dari tingkat Provinsi dan Kabupaten serta Pembina PIP. a. Metoda Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan koordinasi dengan Peserta terdiri dari Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina dari Dinas Perkebunan Propinsi. Pola pertemuan dalam bentuk workshop dengan tatap muka langsung dengan narasumber yang menyampaikan materi.

b. Tahapan Persiapan Kegiatan

Tahapan untuk melakukan pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah sebagai berikut : 1) Pengumpulan data primer dan sekunder

terkait dengan PIP dari daerah sentra produksi.

2) Identifikasi peserta dan narasumber Peserta dari kegiatan pertemuan hasil

perkebunan adalah Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina PIP. Narasumber dari pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah Pembina PIP perkebunan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Data dan Informasi Pertanian, dan Stakeholder lainnya.

Page 184: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

23

3) Persiapan kegiatan pertemuan - Penyusunan Jadwal dan atau materi kegiatan

- Surat Undangan peserta, narasumber dan moderator dan lain-lain

- Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan - Perlengkapan ATK, dll. - Administrasi pelaksanaan kegiatan

4) Koordinasi dengan instansi terkait Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait didaerah maupun pusat dan stakeholder ataupun dinas diluar Perkebunan yang terkait untuk membantu pelaksanaan kegiatan pertemuan sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5) Penyusunan dan pelaporan kegiatan Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana kegiatan akan melaporkan hasil kegiatan ke Direktur Jenderal Perkebunan.

6) Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Petugas Informasi Pasar hasil perkebunan akan dilaksanan pada tahun 2016.

Adapun Rincian dana kegiatan yang mendukung pertemuan PIP di Pusat adalah sebagai berikut: Belanja bahan

Page 185: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

24

- Administrasi , fotocopy,dll - Penggandaan laporan Informasi pasar domestik

perkebunan

Honor Output kegiatan - Honor panitia

Belanja jasa profesi - Honor narasumber

- Honor moderator

Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka Identifikasi dan

sinkronisasi informasi pasar. - Belanja Perjalanan Dinas paket Meeting Luar Kota - Dalam rangka pertemuan petugas informasi

pasar dan Pembina - Perjalanan dalam rangka pertemuan petugas PIP

dan Pembina - Perjalanan Narasumber

Page 186: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

25

2.4.2. Kegiatan di Provinsi

Belanja bahan

- ATK komputer supplies, penggandaan, dll

Honor yang terkait dengan output kegiatan

- Operasional pengumpulan dan pengiriman data

- Operasional entry dan pengolahan data

- Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP) pulsa dan

langganan internet

Belanja barang non operasional lainnya

- Penyusunan dan Pengiriman database harga ,

BUT dan Biaya Pemasaran

- Penyebaran Informasi Pasar melalui media massa

- Penyusunan Buletin informasi pasar

Belanja perjalanan lainnya (DN)

- Pembinaan ke Kabupaten

- Pertemuan Koordinasi PIP Tingkat Pusat

- Pertemuan Petugas PIP

Page 187: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

26

- Pengadaan alat komunikasi untuk pengumpulan data/ informasi

2.4.3. Kegiatan di kabupaten

Honor yang terkait dengan output kegiatan

- Operasional pengumpulan dan pengiriman data

Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat

- Pengadaan alat komunikasi untuk pengumpulan data/ informasi

Belanja barang non operasional lainnya

- Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP) pulsa dan langganan internet

- Penyusunan dan Pengiriman Data Base harga, BUT dan Biaya Pemasaran

Belanja Perjalanan Lainnya (DN)

- Pertemuan Petugas PIP tingkat nasional

Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan

kepada masyarakat

Page 188: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

27

- Pengumpulan data ke lokasi

Uraian Penggunaan Dana

Uraian tentang penggunaan dana diatas, adalah sebagai berikut :

Pusat

1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan pertemuan seperti fotocopi, penggandaan laporan, dll

2. Belanja jasa profesi adalah biaya yang dipergunakan untuk membiayai honor narasumber dan moderator kegiatan pertemuan PIP.

3. Belanja perjalan biasa adalah biaya perjalanan yang akan dilakukan untuk melakukan identifikasi dan sinkronisasi informasi pasar ke daerah sentra produksi

4. Belanja perjalan Dinas Paket meeting Luar Kota

adalah biaya yang dipergunakan untuk akomodasi dan konsumsi maupun ruang pertemuan, serta biaya perjalanan dinas petugas dari Direktorat Jenderal Perkebunan pada pertemuan PIP di daerah dan biaya perjalanan narasumber kegiatan.

Page 189: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

28

Propinsi dan Kabupaten

1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan – bahan yang diperlukan dalam kegiatan PIP di daerah.

2. Biaya perjalanan pertemuan koordinasi dan pertemuan petugas PIP, merupakan biaya yang digunakan untuk memfasilitasi perjalanan dinas pembina PIP dan petugas PIP untuk menghadiri pertemuan yang dilaksnakan oleh Pusat.

3. Belanja Peralatan dan Mesin, merupakan biaya yang digunakan untuk pengadaan fasilitasi alat pengolahan data dan komunikasi.

4. Honor operasional pengumpulan dan pengiriman data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas PIP untuk pengumpulan data informasi pemasaran komoditas pertanian (harga, dan lain-lain) ke lokasi serta biaya pengiriman data melalui SMS Sender.

5. Honor operasional entry dan pengolahan data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas entry data dan petugas pengolah data PIP

6. Biaya Penyusunan dan Pengiriman Data Base , BUT dan Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan Petugas PIP untuk melaksanakan

Page 190: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

29

kegiatan tersebut.

7. Biaya penyebaran Informasi pasar melalui media massa merupakan biaya yang diperguanakan untuk penyebaran PIP di media massa

8. Biaya penyusunan Buletin Informasi Pasar merupakan biaya yang dipergunakan dlam rangka penyusunan Buletin informasi pasar

Page 191: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

30

III. PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Informasi Pasar merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan PIP pada Dinas lingkup Perkebunan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Diharapkan dengan adanya Pedoman Teknis ini dapat menyamakan persepsi para petugas dan pembina PIP sehingga tercipta sistem pelayanan informasi pasar yang cepat, tepat, akurat, lengkap, kontinyu dan up to date. Dengan demikian diharapkan jaringan informasi pasar di pusat dan daerah akan semakin kuat dan pelayanan informasi pasar yang cepat, lengkap, tepat sasaran dan waktu serta berkesinambungan dapat terlaksana sehingga peningkatan kegiatan pemasaran hasil komoditas perkebunan bagi masyarakat luas dan secara khusus stake holder terkait dapat terwujud.

Page 192: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan-2016 1

Page 193: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 1

I. TEMU USAHA KEMITRAAN

Keberhasilan usaha agribisnis ditentukan terutama oleh 4

faktor atau 4 pilar penunjang usaha agribisnis yaitu (1) Faktor

sumber daya (termasuk sumber daya alam, sumber daya

manusia dan kelembagaan usaha); (2) Modal; (3) Teknologi dan

(4) Akses pasar atau pemasaran. Salah satu strategi untuk

memperkuat faktor-faktor tersebut adalah melalui

pengembangan kemitraan baik kemitraan antar para petani itu

sendiri dalam kelembagaan Kelompok Tani, Gabungan

Kelompok Tani atau Koperasi maupun kemitraan antar petani/

kelompok tani/gabungan kelompok tani/ koperasi dengan

Perusahaan Swasta ataupun BUMN. Sasaran kemitraan

diharapkan pada sisi petani dapat memperkuat keempat faktor

tersebut di atas, sehingga memberikan manfaat yang optimal

bagi petani, sedangkan pada sisi Perusahaan Mitra bertujuan

antara lain dalam rangka efisiensi dan keberlanjutan dari

usahanya. Dengan adanya kemitraan usaha diharapkan dapat

tercipta suatu sistem yang dikelola secara bersama berdasarkan

prinsip : saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan antara stakeholder untuk menjamin

keberlanjutan usaha melalui upaya peningkatan nilai tambah dan

penciptaan produk yang berdaya saing. Selanjutnya melalui

kewirausahaan diharapkan dapat mereposisi petani menjadi

wirausaha pertanian yang profesional dan mandiri.

Secara umum telah terbangun kelembagaan kemitraan

usaha pertanian antara petani baik secara individu maupun

kelompok dengan perusahaan di bidang agribisnis, namun belum

terbangun kelembagaan kemitraan yang saling membutuhkan,

saling memperkuat dan saling menguntungkan serta tidak

Page 194: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 2

berkelanjutan. Kelemahan mendasar yang ada antara lain adalah

rendahnya komitmen antara pihak-pihak yang bermitra,

bargaining position yang tidak seimbang, serta kurangnya

transparansi dalam penetapan harga dan pembagian nilai

tambah/keuntungan. Selain itu kendala lain adalah adanya

ketimpangan antara pelaku usaha agribisnis di tingkat

masyarakat yang masih banyak berada di sub sistem agribisnis

hulu on farm dengan pihak lain yaitu pelaku usaha di sub sistem

yang lain.

Beberapa permasalahan dalam membangun kelembagaan

kemitraan agribisnis dari segi teknis, ekonomis dan sosial/

kelembagaan adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dan penguasaan teknologi baik budidaya

maupun panen dan pasca panen pada petani dan aparat

masih kurang

2. Dukungan teknologi informasi masih lemah sehingga dalam

penentuan harga lebih didominasi oleh pihak Perusahaan

Mitra (pemilik modal)

3. Biaya investasi relatif mahal

4. Belum ada jaminan pemasaran, terutama pada waktu

produksi melimpah

5. Harga yang berfluaktuasi terutama saat-saat panen raya.

6. Sistem pembayaran relatif lambat

7. Persaingan yang tidak sehat antara petani produsen dalam

menjual hasil

8. Konsolidasi kelembagaan di tingkat petani masih lemah

9. Perusahaan yang bersedia sebagai avalis dalam kemitraan

agribisnis masih terbatas

10. Komitmen yang dibangun diantara pihak-pihak yang

bermitra masih belum optimal

Page 195: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 3

11. Kelembagaan usaha petani relatif masih banyak yang

bersifat informal.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan kewirausahaan Indonesia:

1. Jiwa ambtenaar masih mewarnai tingkah laku dan

kebiasaan masyarakat Indonesia.

2. Masih banyak masyarakat yang lebih mementingkan gengsi

dibandingkan kerja keras untuk berprestasi.

3. Masih banyak masyarakat yang lebih memperhatikan

materi tanpa memperhatikan makna dari pekerjaan yang

harus ditangani.

4. Fungsi manajemen tidak berperan baik sehingga pola

manajemen dan mekanisme organisasi tidak bisa

terkendali.

5. Kurangnya modal dalam pengembangan usaha.

6. Kurangnya infrastruktur penunjang pengembangan

kewirausahaan seperti akses penghubung (jalan) dan

akses pemasaran.

Pada APBN Tahun 2016 Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan-Ditjen Perkebunan melalui

Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditi

Perkebunan membiayai kegiatan Temu Usaha Kemitraan.

Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong para

petani/pelaku usaha perdesaan membentuk kelembagaan tani

yang kuat dalam rangka mengembangkan kemitraan usaha,

sehingga dapat mengembangkan usahanya secara lebih

profesional dengan jiwa kewirausahaan yang kuat, untuk

Page 196: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 4

menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah dan berdaya

saing tinggi.

A. Tujuan

Kegiatan Temu Usaha Kemitraan bertujuan antara lain:

Memfasilitasi terbentuknya dan/atau peningkatan kemitraan

usaha antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra.

B. Sasaran

Terbentuknya dan/atau meningkatnya kemitraan usaha

antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra serta

berkembangnya kewirausahaan dan ekonomi kreatif pada

Poktan/Gapoktan pada 24 satker di 24 Provinsi di Indonesia

sebagaimana terlampir.

C. Output

Terbentuknya kemitraan antara Poktan/Gapoktan dengan

Perusahaan Mitra yang ditandai dengan adanya MoU antara

para pihak tersebut.

D. Outcome

Meningkatnya akses pasar teknologi permodalan dan

capacity building.

Page 197: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 5

E. Metode Pelaksanaan

a. Identifikasi kelompok-kelompok petani yang potensial

untuk dimitrakan.

b. Identifikasi perusahaan calon mitra bagi kelompok-

kelompok petani yang potensial

c. Melaksanakan pertemuan dan merumuskan konsep

kemitraan yang dapat dilaksanakan dan penanda-

tanganan MoU oleh para pihak.

F. Jadwal Pelaksanaan

No Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1.

Identifikasi

kelompok-

kelompok petani

yang potensial

untuk dimitrakan

2 Identifikasi

perusahaan calon

mitra bagi

kelompok-

kelompok petani

yang potensial

3. Pertemuan

kemitraan (Temu

Usaha)

Page 198: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 6

No Jenis Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

4. Koordinasi dengan

berbagai

stakeholder dalam

rangka mendukung

kemitraan

G. Anggaran

Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016

untuk kegiatan Temu Usaha Kemitraan dialokasikan pada 24

Satker.

H. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan Temu Usaha Kemitraan, dilaporkan

oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen

Perkebunan.

Page 199: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 7

II. BIMBINGAN TEKNIS TOT KEMITRAAN DAN

KEWIRAUSAHAAN

Dalam rangka pengembangan usaha kemitraan agribisnis

mulai dari hulu (budidaya) sampai hilir (pengolahan dan

pemasaran), pemerintah mendorong untuk terjadinya kemitraan

usaha yang efektif, adil dan berkelanjutan antara petani yang

tergabung dalam Poktan/Gapoktan, Koperasi Tani, LM3

Agribisnis, Subak Abian, Asosiasi dengan Perusahaan Mitra

(Menengah/Besar/Eksportir) ataupun antara Poktan/Gapoktan itu

sendiri.

Keberhasilan pembangunan agribisnis sangat ditentukan

oleh 4 faktor/ 4 pilar utama yaitu : (1) Sumberdaya mencakup

sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan

usaha; (2) Modal, (3) Teknologi, dan (4) Pasar. Dengan

demikian, diharapkan seluruh stakeholder akan benar-benar

sadar akan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

tersebut selanjutnya dapat memberikan perhatian secara intensif

dan berimbang kepada keempat faktor atau pilar tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari serangkaian kegiatan yang

memberikan langkah-langkah kongkret dan nyata dalam rangka

pengembangan agribisnis melalui pembangunan pengolahan

dan pemasaran hasil pertanian untuk memberikan nilai tambah

dan daya saing antara lain dilakukan pengembangan kemitraan

dan kewirausahaan agribisnis. Secara prinsip kemitraan usaha

tetap diarahkan dapat berlangsung atas dasar norma-norma

ekonomi yang berlaku dalam keterkaitan usaha yang saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Tujuan Mengembangkan usaha kemitraan di bidang pertanian

antara lain untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan

Page 200: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 8

usaha, peningkatan kualitas sumberdaya mitra, peningkatan

skala usaha serta dalam rangka menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri.

Terhadap kemitraan yang sudah terbangun tersebut, perlu

dilakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi agar dapat

terwujud kemitraan yang adil, efektif dan berkelanjutan.

A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Bimbingan Teknis TOT Usaha Perkebunan adalah

meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha agribisnis

dibidang perkebunan dengan menerapkan pola kemitraan

Sasaran Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis

Perkebunan yaitu kelompok yang telah tercatat sebagai

kelompok mitra

B. Sasaran

Sasaran yang diinginkan dari kegiatan Bimbingan Teknis

Kemitraan dan Kewirausahaan adalah terlatihnya para pelaku

usaha tentang konsep dan pola kemitraan dan kewirausahaan

perencanaan usaha d

C. Output

Output Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis

Perkebunan adalah terbinanya Poktan/Gapoktan, Koperasi Tani,

LM3 Agribisnis, Subak Abian, Asosiasi yang telah melakukan

kemitraan

Page 201: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 9

D. Outcome

Outcome Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis

Perkebunan adalah berjalannya kemitraan yang sudah berjalan

dari tahun 2011 – 2015.

E. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan Kegiatan sebagai berikut :

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi dan monev

terhadap Poktan/Gapoktan yang telah bermitra,

penyusunan jadwal, penentuan materi, menghubungi

narasumber, mempersiapkan undangan kepada peserta

dan narasumber dan berkoordinasi dengan Dinas

Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota lingkup Pertanian

dan instansi terkait lainnya.

b) Tahap Pelaksanaan

Penyampaian materi pendukung di dalam kelas oleh

berbagai narasumber yang terkait.

Diskusi dan tukar menukar informasi tentang materi

yang telah disampaikan, permasalahan dan upaya

pemecahan masalah serta rencana tindak lanjut

terkait dengan pengembangan kemitraan usaha.

Page 202: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 10

c) Tahap Pembuatan Laporan

Pada tahap ini akan dilakukan pembuatan laporan hasil

pelaksanaan kegiatan, termasuk permasalahan,

pemecahan masalah dan tindak lanjut

F. Jadwal Pelaksanaan

Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bimbingan Teknis

TOT Usaha

agribisnis

Perkebunan

G. Anggaran

Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016

untuk kegiatan Bimbingan Teknis TOT Kemitraan dan

Kewirausahaan dialokasikan pada 22 Satker.

H. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis TOT Kemitraan

dan Kewirausahaan meliputi hasil kegiatan termasuk

Page 203: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 11

permasalahan, pemecahan masalah dan tindak lanjut, dilaporkan

oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen

Perkebunan.

PENUTUP

Pembinaan Kemitraan, Kewirausahaan dan Ekonomi

Kreatif melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan

kewenangan berbagai instansi di dalam dan di luar lingkup

Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang

harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para

pelaku usaha agribisnis, Pemerintah Daerah dan masyarakat

luas yang merupakan komponen utama didalam sistem

agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan

bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang

telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan.

Pedoman teknis ini masih harus dijabarkan lebih lanjut ke

dalam pedoman yang lebih operasional yang diterbitkan oleh

Dinas Perkebunan di tingkat provinsi.

Page 204: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 1

Page 205: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mengembangkan usaha yang merupakan

salah satu upaya dalam rangka mengembangkan usaha

masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani

pekebun khususnya masyarakat di wilayah agrowisata. Sinergi

antara Pertanian dan Pariwisata merupakan landasan dalam

pengembangan Agrowisata. Dampak positif pengembangan

Agrowisata antara lain dapat meningkatkan nilai jual komoditi

pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber-sumber

pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat

setempat. Untuk pengembangan lebih lanjut sebagai suatu

Kawasan Agrowisata yang dapat memberikan kontribusi nyata

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya

petani pekebun di wilayah yang bersangkutan, maka perlu

adanya suatu koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka

pembinaan dan pengawalan dengan instansi terkait serta

stakeholder untuk menindaklanjuti rencana pengembangan

agrowisata.

Terkait dengan pada kegiatan tersebut diharapkan Kawasan

Agrowisata dapat berkembang. Pedoman Teknis ini adalah salah

satu Pedoman/acuan dalam rangka pelaksanaan kegiatan tahun

2016.

Jakarta, .... 2016

..........................................

Page 206: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page ii

.................................

NIP. ...........................................

Page 207: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 1

I. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam

dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat,

kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia

sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan

sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan

meter di atas permukaan laut. Komoditas perkebunan dengan

keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat

oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya

tarik kuat sebagai agrowisata. Keseluruhannya sangat

berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian

Indonesia.

Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara

dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk

menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar,

pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional,

maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik

menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini

merupakan signal tingginya permintaan akan Wisata Agro dan

sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk

agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian

yang mempunyai daya tarik spesifik.

Potensi Wisata Agro yang sangat tinggi ini belum

sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.

Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang

konkrit dan operasional guna tercapainya kemantapan

pengelolaan Obyek Wisata Agro di era globalisasi dan otonomi

daerah. Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang

Page 208: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 2

dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek Wisata Agro dibutuhkan

kerjasama sinergis diantara pelaku yang terlibat dalam

pengelolaan Wisata Agro, yaitu masyarakat, swasta dan

pemerintah.

Kerjasama sinergis diantara pelaku/stakeholder yang

terlibat dalam pengelolaan wisata perlu dilakuka pembinaan dan

pengembangan agrowisata. Pembinaan dan pengembangan

agrowisata kepada stakeholder maupun Pemerintah bisa dalam

bentuk promosi maupun dalam bentuk Focus Group Discussion

antar instansi terkait dalam hal permasalahan-permasalahan

yang ada pada agrowisata serta untuk dapat mengembangkan

agrowisata tersebut.

A. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan koordinasi, dan

sinkronisasi dalam rangka pembinaan dan pengembangan

Kawasan Agrowisata yang potensial di setiap wilayah.

B. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini ialah:

1) Adanya konsep kesepakatan antar stakeholder dalam

mengembangkan Agrowisata untuk suatu Kawasan

tertentu di masing-masing wilayah (Provinsi).

2) Adanya komitmen dukungan dari berbagai pihak

terkait untuk pengembangan Kawasan Agrowisata

Page 209: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 3

yang bersangkutan.

C. Output

Hasi yang diperoleh antara lain :

1. Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata

2. Komitmen Stakeholder dalam mengembangkan

agrowisata

D. Outcome

Berkembangnya agrowisata.

E. Metode Pelaksanaan

1. Dalam rangka pelaksanaan Pembinaan dan

Pengembangan Agrowisata perlu adanyanya

Kesepakatan Rencana Pengembangan

Agrowisata :

a. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil analisis

potensi Kawasan yang potensial untuk

Pengembangan Kawasan Agrowisata (dilihat dari

aspek teknis, sosial, ekonomi, budaya dan

lingkungan alam.

b. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil

Page 210: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 4

delineasi Kawasan sebagai salah satu wilayah

yang telah ditetapkan bersama akan

dikembangkan sebagai Kawasan Agrowisata.

c. Menyusun progres hasil koordinasi dan

sinkronisasi mengenai Rencana Tata Ruang dan

Tata Guna Lahan.

d. Melakukan pembinaan dan pengawalan Hasil

pemetaan sesuai komponen-komponen yang

perlu dibangun/dikembangkan serta tahapan

pelaksanaannya dalam rangka pengembangan

wilayah yang bersangkutan sebagai Kawasan

Agrowisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.

e. Menyusun progres hasil koordinasi dan

sinkronisasi mengenai pola manajemen

Agrowisata yang direkomendasikan bersama

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan

pengawalan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah:

a. Rapat Koordinasi dan sinkronisasi dengan

stakeholders terkait.

b. Pemantapan rencana pengembangan kawasan

Agrowisata dan atau membentuk Tim

Pengembangan Agrowisata

Koordinasi dan sinkronisasi Penyusunan rencana

dukungan masing-masing sektor terkait dalam

rangka Pengembangan Agrowisata dan Wisata

Agro yang melibatkan instansi terkait, pakar usaha

Page 211: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 5

Agrowisata dan wakil masyarakat sekitar

agrowisata.

2. Dalam rangka Gelar Potensi Agrowisata :

Menghadiri acara Gelar potensi agrowisata yang

diselenggarakan baik di tingkat Daerah atau di Tingkat

Nasional.

a) Peserta Gelar Potensi Agrowisata adalah

stakeholder terkait di Daerah (Kabupaten/ Kota,

Provinsi), termasuk wakil-wakil dari masyarakat di

sekitar Kawasan Agrowisata dan instansi terkait.

b) Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi pemetaan

Kawasan Agrowisata dengan stakeholders

diharapkan dapat disosialisasikan lebih luas pada

acara Pameran Agrowisata di Tingkat Daerah dan

atau di acara Gelar Potensi Agrowisata yang

rencananya akan di selenggarakan di Jogja Expo

Center pada bulan Mei 2016.

Page 212: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 6

F. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan

Pengembangan Agrowisata:

No Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Rapat

Koordinasi dan

Sinkronisasi

2 Pemantapan

rencana

pengembangan

agrowisata

3. Pelaksanaan

Gelar Potensi

Agrowisata

4.. Pelaporan

G. Anggaran

Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016

untuk kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata

dialokasikan pada 14 Satker.

Page 213: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 7

H. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan

Agrowisata meliputi hasil koordinasi dan sinkronisasi termasuk

permasalahan, pemecahan masalah dan tindak lanjut, dilaporkan

oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen

Perkebunan.

H. Pelaporan

Laporan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan

Pengembangan Agrowisata kepada Ditjen Perkebunan Cq.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan paling

lambat bulan November 2016 dan tembusan kepada Sekretariat

Ditjen Perkebunan.

Page 214: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 8

PENUTUP

Pengembangan Kawasan Agrowisata melibatkan

stakeholder dengan aspek yang sangat luas dan terkait dengan

kewenangan berbagai instansi di dalam dan di luar lingkup

Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang

harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para

pelaku usaha agribisnis, Pemerintah Daerah dan masyarakat

luas yang merupakan komponen utama didalam sistem

agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan

bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang

telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta

sasaran yang telah ditetapkan.

Pedoman teknis ini masih harus dijabarkan lebih lanjut ke

dalam pedoman yang lebih operasional yang diterbitkan oleh

Dinas Perkebunan Provinsi.

Page 215: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Persaingan pasar yang sangat kompetitif menuntut setiap

negara yang mempunyai keunggulan komparatif suatu

produk untuk selalu tanggap dan antisipatif. Indonesia

memiliki unggulan komoditi perkebunan seperti kelapa

sawit, kakao, teh, kopi, pala, dll. Berbagai faktor yang

mempengaruhi persaingan pasar tersebut diantaranya isu-

isu yang berkaitan dengan peningkatan daya saing produk

perkebunan Indonesia terutama yang berkaitan dengan

mutu/standarisasi, proteksi lewat hambatan non tarif

barrier serta Sanitary and Phytosanitary (SPS).

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi makin

banyak produk yang bernilai tambah dapat dihasilkan dan

peluang pasar komoditi perkebunan Indonesia di pasar

Internasional semakin terbuka luas, namun hal ini belum

dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha

produk Perkebunan Indonesia.

Page 216: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

Disisi lain, saat ini mulai banyak terjalin berbagai

perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara

mitra dagang baik dalam forum bilateral, regional dan

multilateral termasuk kerjasama komoditi dalam bentuk

Free Trade Agreement (FTA). Kesepakatan perdagangan

bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antar negara

yang merupakan wujud dari liberalisasi perdagangan tidak

bisa dibendung lagi oleh suatu negara secara individual.

Karena dalam situasi seperti ini satu negara tidak lagi

dapat berdiri sendiri, tetapi saling tergantung satu dengan

yang lain.

Perkembangan FTA semakin berkembang antara lain

disebabkan oleh tidak tercapainya kesepakatan

perundingan di dalam wadah WTO, termasuk perundingan

untuk produk perkebunan. Sebagai konsekuensi, sejumlah

negara berlomba untuk melakukan Free Trade

Agreement, baik berupa bilateral maupun regional untuk

meningkatkan perdagangan antar negara yang ikut serta

dalam FTA tersebut.Beberapa FTA antara Indonesia dan

negara mitratelah terbentuk antara lain: Indonesia – Japan

Economic Patnership Agreement (IJ-EPA) dan PTA

Page 217: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

Indonesia – Pakistan sedangkan yang saat ini masih

dalam tahap negosiasi perundingan antara lain Indonesia

– Korea CEPA, Indonesia – EFTA CEPA, Indonesia – EU

CEPA, Indonesia – Australia CEPA. Dalam forum

regional, Indonesia terlibat dalam forum ASEAN-FTA dan

RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership)

sedangkan dalam forum multilateral Indonesia aktif dalam

WTO. AEC (Asean Economic Community) akan

implementatif pada 31 Desember 2015 dan RCEP

(dengan 16 negara) akan implementatif pada 1 Januari

2016.

FTA membawa dampak ekspansi perdagangan dunia,

menghilangkan hambatan perdagangan dan bertujuan

meningkatkan perdagangan antar anggota. Kesepakatan

utama dalam perdagangan bebas adalah menghilangkan

hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota.

Berbagai kesepakatan hasil negosiasi dan diplomasi di

berbagai forum perdagangan Internasional

perludiinformasikan lebih luas kepada stakeholder /

instansi teknis terkait di daerah sentra produksi di seluruh

Page 218: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

Indonesia, agar hasil perundingan perdagangan

internasional tersebut bisa peningkatan ekspor produk

perkebunan.

Produk perkebunan sebagian besar berorientasi ekspor,

dimana banyak isu-isu perdagangan internasional yang

terus muncul seperti aflatoksin pada ekspor pala ke Uni

Eropa, kampanye negatif terhadap minyak sawit di Uni

Eropa dan Amerika Serikat serta kandungan cadmium

pada biji kakao, sehingga perlu disusun strategi yang

tepat dalam menyikapi dinamika perdagangan

internasional tersebut untuk meningkatkan ekspor produk

perkebunan.Forum Diskusi Akses Pasar Perdagangan

Internasional ini dapat menjadi wadah untuk

mendiskusikan informasi dari forum internasional serta

potensi dalam negeri. Dari forum ini diharapkan dapat

dihasilkan rumusan yang bermanfaat bagi stakeholder di

dalam dan di luar negeri termasuk perwakilan Indonesia di

luar negeri (KBRI, Atase Perdagangan, Indonesia Trade

Promotion Center/ITPC).

Sehubungan hal tersebut, pada tahun 2016 Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan telah

Page 219: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

mengalokasikan Dana Dekonsentrasi berupa kegiatan

Fasilitasi Pengembangan Akses Pasar Perdagangan

internasional yang dapat berupa Kegiatan Sosialisasi

Hasil Negosiasi dan Diplomasi di Forum Perdagangan

Internasional atau forum temu bisnis (business matching)

dengan mendatangkan calon pembeli (buyer) dari luar

negeri / negara tujuan ekspor.

2. Tujuan Pedoman Teknis ini disusun sebagai pedoman (acuan)

bagi Satker Penerima Dana Dekonsentrasi TA. 2016

dalam hal pelaksanaan kegiatan, peran dan tugas masing-

masing pelaksana serta mekanisme dan pengadministrasi

dalam pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pengembangan

Akses Pasar Perdagangan Internasional, khususnya untuk

produk perkebunan yang berorientasi ekspor.

3. Sasaran Peningkatan akses pasar internasional untuk produk

perkebunan berorientasi ekspor di daerah penerima Dana

Dekonsentrasi. Selanjutnya diharapkan agar daerah dapat

Page 220: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

memanfaatkan informasi maupun kegiatan temu bisnis

tersebut untuk membantu para pelaku/calon eksportir hasil

perkebunan dalam meningkatkan akses ke pasar-pasar

tujuan ekspor yang sesuai untuk komoditas unggulan

perkebunan di daerahnya masing-masing.

4. Provinsi Penerima Dana Dekonsetrasi Fasilitasi

Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional

Kriteria provinsi yang dipilih sebagai daerah penerima

dana dekonsentrasi adalah provinsi yang memiliki

komoditi potensial ekspor dan pelaku usaha sub sektor

perkebunan yang sudah berorientasi ekspor. Provinsi

penerima dana dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016

adalah sebagai berikut:

1) Daerah Istimewa Aceh,

2) Sumatera Utara,

3) Sumatera Barat,

4) Riau,

5) Jambi,

6) Sumatera Selatan,

7) Lampung,

Page 221: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

8) Jawa Barat,

9) Jawa Tengah,

10) DI Yogyakarta,

11) Jawa Timur,

12) Kalimantan Barat,

13) Kalimantan Tengah,

14) Kalimantan Selatan,

15) Kalimantan Timur,

16) Sulawesi Utara,

17) Sulawesi Selatan,

18) Maluku,

19) Bali,

20) Maluku Utara.

5. Ruang Lingkup 5.1 Ruang Lingkup Materi

Cakupan materi dapat meliputi : a. Tata cara/prosedur ekspor khususnya untuk produk

perkebunan dan persyaratan importasi di negara

tujuan ekspor. Hal ini bertujuan untuk memberikan

wawasan kepada stakeholder perkebunan tentang

Page 222: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

pengembangan dan peningkatan akses pasar

internasional.

b. Peluang dan potensi ekspor berbagai komoditi

perkebunan di negara tujuan ekspor yang bertujuan

untuk memberikan informasi kepada stakeholder

tentang informasi pasar produk perkebunan di luar

ngeri dan produk produk perkebunan yang diminati

oleh pasar luar negeri.

c. Berbagai kesepakatan yang dihasilkan dari forum

perundingan bilateral, regional, multilateral maupun

kerjasama komoditi. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman kepada gapoktan mengenai

keterlibatan Indonesia di forum internasional beserta

peranannya dalam pembukaan akses pasar di negara

tujuan dan perlindungan produk perkebunan di dalam

negeri.

d. Upaya pengembangan ekspor produk perkebunan

yang sedang dan akan dilakukan baik ditingkat

kabupaten, provinsi maupun pusat dapat meliputi

berbagai pemerintah mendorong ekspor produk

Page 223: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

perkebunan, pengembangan market intelligence

produk perkebunan, fasilitasi masalah permodalan

antara gapoktan dengan lembaga pembiayaan, dan

lain-lain.

e. Peningkatan potensi ekspor perkebunan setempat

f. Temu bisnis (business matching) antara calon importir

/ buyer dengan pelaku usaha / poktan perkebunan

5.2 Ruang Lingkup Komoditi Komoditi yang dimaksud dalam pedoman teknis ini adalah

kopi specialty, kakao olahan, tea specialty, pala organik,

lada organik, mete atau komoditi perkebunan lainnya yang

merupakan komoditi perkebunan unggulan / potensial

untuk ekspor di Provinsi penerima Dana Dekonsentrasi

TA. 2016.

Page 224: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

II. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi

Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional

1. Instansi Pelaksana : Pertemuan dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi

Penerima Dana Dekonsentrasi fasilitasi pengembangan

akses pasar perdagangan internasional TA. 2016.

2. Peserta : Target peserta undangan Pertemuan fasilitasi

pengembangan akses pasar perdagangan internasional

adalah stakeholder produk perkebunan seperti :

Gapoktan berorientasi ekspor

Eksportir / calon eksportir produk perkebunan

Dinas Perkebunan Provinsi / Kabupaten

Lembaga Keuangan/Perbankan

Penyuluh Pertanian

Calon importir / buyer

Page 225: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

Sangat diharapkan bahwa peserta yang mengikuti cara ini

mewakili semua kabupaten dan unsur yang disebutkan di

atas, agar dapat bermanfaat dan tepat sasaran.

3. Narasumber :

Narasumber yang dapat diundang :

• Pejabat berkompeten di lingkup Direktorat Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan,

Kementerian Pertanian, Lembaga Pembiayaan Ekspor,

Perbankan.

• Praktisi/eksportir yang berpengalaman

• Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

• Pemasok/Eksportir yang berhasil

• Kadin daerah

• Atase perdagangan / ITPC / Atase pertanian

4. Metode Pelaksanaan : Pertemuan Fasilitasi Pengembangan Akses Pasar

Perdagangan Internasional dilaksanakan selama satu hari

penuh dalam format seminar, kunjungan lapang maupun

temu bisnis (business matching). Dalam format seminar,

materi yang disampaikan dalam seminar dapat bentuk

Page 226: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

paparan dan diskusi. Agar peserta dapat menerima materi

dan berdiskusi dengan baik, sebelum paparan

diselenggarakan sesi ice breaking. Setelah acara utama

para peserta akan melakukan kunjungan lapang (field trip)

ke lokasi petani/gapoktan perkebunan yang berorientasi

ekspor. Sedangkan dalam format temu bisnis, kegiatan

dapat berupa pertemuan langsung antara calon importir /

buyer dengan pelaku usaha / poktan perkebunan.

5. Jadwal Pelaksanaan : (terlampir) 6. Susunan Acara (tentatif *) Tabel 1. Susunan Acara Utama

WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

Sambutan Kepala Dinas

Sambutan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Ice Breaking

Pemaparan

Hasil Negosiasi dan Diplomasi Produk Perkebunan di Forum Perdagangan Internasional

Dir. PPH Bun

Peluang Pemasaran Ekspor Produk dan Strateginya

Dir. Pengembangan Produk Ekspor,

Page 227: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Ditjen PEN, Kemendag

Fasilitasi Pembiayaan Ekspor Bagi Produk Perkebunan

LPEI / Perbankan

Permasalahan ekspor produk perkebunan yang dihadapioleh daerah

Kadin daerah

Successtory Pelaku Usaha /Eksportir

Komoditi unggulan setempat

*) nara sumber bisa disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan ketersediaan anggaran

7. Pelaporan a. Pertanggung Jawaban Pertanggungjawaban baik fisik/teknis maupun administrasi

adalah merupakan tahapan terakhir dalam rangka

pelaksanaan kegiatan Pengembangan Akses Pasar

Perdagangan Internasional. Secara umum ketentuan

pertanggung jawaban yang benar adalah tercapainya fisik/

output kegiatan berupa laporan pelaksanaan serta

dipenuhinya ketentuan adminsitrasi keuangan.

Page 228: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

b. Laporan Pelaksanaan Laporan hasil pelaksanaan kegiatan Pengembangan

Akses Pasar Perdagangan Internasional paling lama

dapat diselesaikan 2 minggu setelah kegiatan

dilaksanakan dan dikirimkan melalui email

[email protected] (format laporan

pelaksanaan selengkapnya terlampir).

c. Database Peserta Setiap peserta khususnya gapoktan yang berpartisipasi

harus membawa dan menyerahkan profil gapoktan dan

mengisi kuisioner yang diberikan untuk penyusunan

database gapoktan berorientasi ekspor (kuisioner

terlampir).

d. Tindak Lanjut Pertemuan Membentuk jaringan komunikasi antara gapoktan

berorientasi ekspor dengan Petugas Dinas Perkebunan

Kabupaten, Provinsi dan Ditjen Perkebunan Kementerian

Pertanian. Dalam hal ini Dinas Perkebunan Propinsi

Page 229: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

diharapkan bisa menjadi inisiator dan fasilitaror jaringan

komunikasi tersebut, menggunakan aplikasi teknologi

informasi yang tersedia dan mudah dioperasikan oleh

anggota jaringan.

Dengan adanya jaringan komunikasi ini diharapkan akan

menjadi media pembelajaran, tukar menukar informasi

dan peluang pasar secara cepat dan efektif.

Page 230: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16

III. PENUTUP

Dana Dekonsentrasi merupakan bentuk dukungan Ditjen

Perkebunan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan

kualitas SDM petani, pelaku usaha ekspor maupun

instansi teknis terkait dalam rangka fasilitasi

Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional.

Keberhasilan pengembangan produk perkebunan

berorientasi ekspor sangat bergantung kepada sinergitas

antara pusat maupun daerah dalam melakukan

pembinaan, pengawalan dan koordinasi dengan

stakeholder.

Pelaksana kegiatan fasilitasi Pengembangan Akses Pasar

Perdagangan Internasionalini diharapkan dapat

bermanfaat bagi peningkatan SDM stakeholder sehingga

mampu memanfaatkan hasil kesepakatan negosiasi dan

diplomasi internasional maupun kegiatan temu bisnis yang

pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dalam

memanfaatkan peluang pasar sekaligus dapat

meningkatkan meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani atau gapoktan serta pelaku usaha

Page 231: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

17

perkebunan dan memberikan kontribusi pada peningkatan

perekonomian daerah.

Dari uraian yang telah dipaparkan, diharapkan pedoman

ini dapat dijadikan panduan bagi pelaksana kegiatan

fasilitasi Pengembangan Akses Pasar Perdagangan

Internasional. Diharapkan anggaran yang dialokasikan

dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan tepat

sasaran, sehingga dapat menghasilkan capaian kinerja

yang baik.

Page 232: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

18

DAFTAR LAMPIRAN

Page 233: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Fasilitasi

Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional TA 2016

NO PROVINSI BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

1 Daerah Istimewa Aceh

2 Sumatera Utara

3 Sumatera Barat

4 Riau

5 Jambi

6 Sumatera Selatan

7 Lampung

8 Jawa Barat

9 Jawa Tengah

10 DI Yogyakarta

11 Jawa Timur

12 Kalimantan Barat

13 Kalimantan Tengah

Page 234: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

20

14 Kalimantan Selatan

15 Kalimantan Timur

16 Sulawesi Utara

17 Sulawesi Selatan

18 Maluku

19 Bali

20 Maluku Utara

Page 235: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

21

Lampiran 2. Format Laporan Pelaksanaan

Kata Pengantar Daftar Isi I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Tujuan II. Pelaksanaan Kegiatan

a. Tempat dan Waktu Kegiatan

b. Peserta Kegiatan

c. Pembicara

d. Panitia

e. Anggaran Biaya

f. Susunan Acara III. Rumusan Kegiatan IV. Kesimpulan V. Penutup

Page 236: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

22

Lampiran 3. Kuisioner Bagi Gapoktan

Nama Gapoktan / Poktan

:

Jumlah Anggota

:

Tahun Gapoktan Berdiri

:

Luas Lahan Kepemilikan

:

Jenis Produk yang diusahakan

:

Kapasitas Produksi / Volume Produksi

:

Mitra Eksportir

:

Total volume yang disuplai ke eksportir

:

Total volume yang dipasarkan ke dalam negeri

:

Tujuan Pemasaran Dalam Negeri

:

Tujuan Pasar Ekspor

:

Bantuan dari Ditjen PPHP (Apa saja dan tahun berapa)

Peningkatan volume produksi dan volume ekspor sebelum dan setelah di bantu (berapa peningkatannya?)

:

Permasalahan di lapangan / hambatan usahatani

:

Page 237: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

23

Page 238: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
Page 239: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya Buku

Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan

Tahun 2016 telah selesai disusun.

Pedoman Teknis ini merupakan acuan bagi aparat

pembina tingkat provinsi dan kabupaten/kota

dalam melaksanakan kegiatan Pengolahan Hasil

Perkebunan yang didukung dana APBN Direktorat

Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Pedoman ini agar dijabarkan lebih lanjut dalam

bentuk Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

di daerah agar lebih aplikatif dalam

penerapannya.

Komitmen semua pihak sangat diharapkan demi

terwujudnya pelaksanaan kegiatan yang lebih baik

dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu,

koordinasi yang sinergis antara pusat, provinsi,

kabupaten/kota sangat diperlukan dalam

Page 240: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

ii

melakukan pembinaan pengolahan hasil

perkebunan berbasis kelompok.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di daerah agar

lebih baik, maka dimungkinkan adanya perbaikan

pedoman teknis selanjutnya, untuk itu saran dan

masukan yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Kami mengucapkan terima kasih

kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi

dalam penyusunan pedoman teknis ini dan semoga

bermanfaat.

Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal

Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001

Page 241: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................... i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................. v

I. PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang .................................. 1

B. Tujuan dan Sasaran ............................. 4

II. ISTILAH DAN DEFINISI ......................................... 6

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................ 10

1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 10

2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan............................... 11

3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 13

4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 16

IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ................. 29

IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN ...................... 31

A. Tingkat Pusat ................................... 32

B. Tingkat Provinsi ................................ 32

C. Tingkat Kabupaten/kota ...................... 33

Page 242: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

iv

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ..................................................... 35

VI. PENUTUP .......................................................... 39

LAMPIRAN ............................................................. 40

Page 243: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok ................ 41

Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok ................................. 52

Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi ................ 61

Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan .......... 62

Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan .............................. 63

Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) ..................... 64

Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) ....................... 67

Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report ............. 68

Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan .............................. 70

Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil .................................. 78

Page 244: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

vi

Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...……… ........................ 80

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang .................... 82

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan ....................... 83

Page 245: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan membutuhkan pengetahuan

tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan

menentukan keputusan bisnis yang akan

diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik

petani produsen, maupun pihak lain yang

bergerak dalam bidang perkebunan.

Sektor perkebunan merupakan salah satu

produk yang menghasilkan komoditas ekspor

yang cukup prospektif, sehingga menjadikan

neraca perdagangan produk perkebunan

meningkat. Peningkatan ini merupakan kata

kunci yang harus dipikirkan dan ditindaklanjuti

dengan upaya nyata oleh seluruh stakeholder

yang terlibat dalam pengembangan pengolahan

hasil perkebunan, terutama oleh pelaku usaha

perkebunan.

Page 246: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

2

Selama ini, kontribusi sektor perkebunan

terhadap penerimaan devisa lebih banyak

diperoleh dari produk olahan primer

dibandingkan dengan produk olahan sekunder

(produk hilir). Produk perkebunan pada

umumnya masih dipasarkan dalam bentuk

primer sehingga bernilai rendah dan rentan

terhadap fluktuasi harga. Kecenderungan yang

terjadi dewasa ini adalah bahwa harga

komoditas primer semakin lama semakin

menurun dan harga produk olahan perkebunan

semakin meningkat.

Diversifikasi pengolahan produk hasil

perkebunan saat ini perlu dikembangkan

sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup

tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri

maupun untuk tujuan ekspor. Menyadari hal

tersebut, maka pendekatan pembangunan

sektor perkebunan ke depan diarahkan kepada

pengembangan pengolahan hasil perkebunan,

bukan lagi pada pengembangan komoditas.

Page 247: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

3

Secara lebih khusus pendekatannya lebih

difokuskan pada produk olahan, baik produk

antara (intermediate product), produk semi

akhir (semi finished product) dan yang utama

adalah produk akhir (final product) yang

berdaya saing. Sampai saat ini, kegiatan-

kegiatan pengolahan hasil perkebunan

termasuk pemanfaatan produk samping dan

limbahnya (diversifikasi produk) pada umumnya

masih sangat kurang dimanfaatkan.

Untuk itu, salah satu strategi pengembangan

perkebunan ke depan adalah pengembangan

pengolahan hasil perkebunan. Pengembangan

pengolahan hasil perkebunan merupakan

pilihan strategis dalam meningkatkan

pendapatan, membuka lapangan pekerjaan di

pedesaan, dan untuk jangka panjangnya adalah

memperkuat pilar sektor perkebunan.

Dengan memfasilitasi poktan/gapoktan dengan

sarana dan prasarana pengolahan perkebunan

yang memenuhi kaidah GHP/GMP dan

Page 248: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

4

memberikan pelatihan-pelatihan melalui

pembinaan, pengawalan dan pendampingan

pengolahan hasil perkebunan, serta bimbingan

teknis, diharapkan cita-cita membangun unit

pengolahan hasil perkebunan yang kompetitif

dapat tercapai.

Program Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan tahun 2016 ini diharapkan dapat

memberikan substansi yang lebih besar tentang

muatan teknologi pengolahan khususnya sektor

perkebunan sehingga mampu meningkatkan

nilai tambah, daya saing produk dan

pendapatan petani yang akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan petani.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan dan Sasaran

Pedoman teknis ini bertujuan sebagai acuan

dalam melaksanakan kegiatan pengolahan hasil

perkebunan di daerah yang pembiayaannya

melalui Anggara Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan TA 2016.

Page 249: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

5

Sedangkan sasarannya adalah aparat pelaksana

yang membidangi pengolahan perkebunan di

tingkat Provinsi/ kabupaten/kota (Kegiatan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) dan

Poktan/Gapoktan penerima Dana Tugas

Pembantuan TA 2016 sejumlah 55 unit di 31

provinsi.

Page 250: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

6

II. ISTILAH DAN DEFINISI

1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah dan/atau kepada instansi

vertikal di wilayah tertentu;

2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari

pemerintah pusat kepada daerah dan/atau

desa, dari pemerintah Provinsi kepada

kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari

pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu dengan

kewajiban melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaannya

kepada yang menugaskan;

3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal

dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur

sebagai wakil pemerintah yang mencakup

semua penerimaan dan pengeluaran dalam

rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak

Page 251: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

7

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi

vertikal pusat di daerah;

4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang

berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh

daerah dan desa yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

pelaksanaan tugas pembantuan;

5. Running usaha komersial adalah uji coba

pemanfaatan alat dan mesin untuk

memproduksi produk sesuai dengan kapasitas

dan kemampuannya sampai diperoleh bukti

bahwa alat dan mesin tersebut mampu

berproduksi sesuai dengan spesifikasi teknisnya

serta menghasilkan produk yang siap

dipasarkan.

6. Program adalah instrumen kebijakan yang

berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan instansi/lembaga untuk mencapai

sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi

anggaran, atau kegiatan masyarakat yang

dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;

Page 252: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

8

7. Test Report atau hasil uji adalah keterangan

hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk

kerja, uji beban berkesinambungan, uji

pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan

mesin pertanian.

8. Sentra produksi adalah suatu kawasan yang

mencapai skala ekonomi tertentu sehingga

layak dikembangkan sebagai satuan kegiatan

pengembangan agroindustri pedesaan.

9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan

petani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(sosial, ekonomi, sumber daya) kesamaan

komoditi dan keakraban untuk meningkatkan

dan mengembangkan usahanya.

10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah

organisasi gabungan kelompok tani di suatu

wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak

di bidang usahatani, pengolahan dan

pemasaran yang anggotanya terdiri dari

kelompok tani yang bekerjasama untuk

Page 253: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

9

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi

usaha.

11. Site Manager adalah orang yang direkrut untuk

mengelola usaha pengolahan yang ditetapkan

oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan dinas

kabupaten/kota setempat;

12. Asisten Site Manager adalah orang yang dapat

direkrut didaerah setempat diutamakan dari

anggota poktan/gapoktan.

13. Pengolahan Hasil Perkebunan adalah suatu

kegiatan mengubah bahan hasil perkebunan

menjadi beraneka ragam bentuk/diversifikasi

olahan dan macamnya dengan tujuan untuk

memperpanjang daya simpan, dan

meningkatkan nilai tambah.

14. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Perkebunan

adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan

dengan motor penggerak maupun tanpa motor

penggerak untuk kegiatan yang terkait dengan

pengolahan hasil perkebunan.

Page 254: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

10

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan di daerah/Provinsi/

Kabupaten tahun anggaran 2016 meliputi:

1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan

a. Tujuan: Melakukan pembinaan dan

pengawalan kegiatan pembangunan dan

pengembangan pengolahan hasil

perkebunan agar berjalan dengan

optimal dan sesuai dengan pedoman

teknis.

b. Sasaran: Poktan/Gapoktan penerima

Dana Tugas Pembantuan TA 2016.

c. Mekanisme pelaksanaan:

Pada awal tahun dilakukan Koordinasi

Pelaksanaan Kegiatan pengolahan

perkebunan. Kegitan ini dihadiri oleh pihak

terkait dalam pelaksanaan kegiatan tugas

pembantuan Tahun 2016 (tim teknis, pejabat

Page 255: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

11

pengadaan, Kelompok Tani/penerima TP,

akademisi/tenaga ahli).

Pembinaan dilakukan secara bersama – sama

baik dari unsur pusat, provinsi maupun

kabupaten. Dalam pembinaan ini, dapat juga

bekerjasama dengan akademisi/tenaga ahli

(BPTP atau perguruan tinggi).

Untuk mengetahui kondisi kelembagaan UPH,

petugas dinas melakukan penilaian

menggunakan form perkembangan

kelembagaan kelompok dan perkembangan

usaha kelompok (Lampiran 1 dan 2) .

Penilaian dilakukan pada saat sebelum

bantuan diterima dan pada akhir tahun

anggaran.

2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan

a. Tujuan: Untuk melihat perkembangan

pemanfaatan fasilitasi alat dan mesin

pengolahan hasil perkebunan dan kinerja

unit usaha poktan/gapoktan.

Page 256: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

12

b. Sasaran: Unit pengolahan hasil yang

difasilitasi oleh Ditjen PPHP sampai dengan

tahun 2015 dan Ditjen Perkebunan tahun

2016.

c. Mekanisme Pelaksanaan

1) Monitoring

Monitoring fasilitasi UPH dilakukan oleh

pihak pusat, provinsi dan

kabupaten/kota. Monitoring dilakukan

terhadap perkembangan pelakanaan

kegiatan tahun 2016, dengan

menggunakan form lampiran 3 dan 4

Monitoring terhadap perkembangan UPH

yang difasilitasi dilakukan dengan

menggunakan form pada lampiran 5.

Data yang diperoleh selama melakukan

monitoring akan dibahas pada

pertemuan evaluasi yang dilakukan di

Provinsi. Adapun pelaksanaannya

dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan

Page 257: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

13

Optimalisasi Unit Pengolahan Hasil

Perkebunan yang dilakukan oleh Pusat.

2) Pelaporan

Hasil yang sudah dibahas pada

pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk

keberhasilannya (succes story), harus

dibawa pada pertemuan Optimalisasi

Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di

tingkat pusat, yang akan dilaksanakan

bulan November 2016.

3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh dinas perkebunan

Provinsi dalam bentuk pertemuan.

a. Tujuan: Untuk meningkatkan kompetensi

peserta di bidang pengolahan hasil

perkebunan.

b. Sasaran: petugas dinas kabupaten/kota dan

pengelola usaha/ pengurus

Poktan/Gapoktan baik yang telah

mendapatkan fasilitasi dan yang belum

Page 258: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

14

difasilitasi, tetapi berpotensi untuk

mengembangkan pengolahan hasil

perkebunan.

c. Kriteria Peserta:

Petugas Dinas Kabupaten/Kota:

1) Orang yang menangani bidang

pengolahan hasil perkebunan.

2) Komunikatif sehingga mampu mengawal

dan mendampingi UPH.

3) Bersedia mengikuti bimbingan teknis

mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

4) Mempunyai komitmen untuk melakukan

pembinaan dan pendampingan.

Pengelola usaha/ pengurus

Poktan/Gapoktan:

1) Pengelola UPH penerima bantuan dana

TP dan yang potensial mengembangkan

pengolahan perkebunan.

2) Bersedia mengikuti bimbingan teknis

mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Page 259: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

15

3) Mempunyai komitmen untuk melakukan

pembinaan dan pendampingan.

d. Materi Bimbingan Teknis

Materi Bimbingan Teknis minimal

mencakup:

1) Teknologi pengolahan hasil, limbah dan

pemanfaatannya.

2) Penerapan manajemen mutu.

3) Manajemen kelembagaan dan usaha.

4) Perijinan

5) Pemasaran

e. Narasumber

Narasumber bimbingan teknis harus

kompeten dibidangnya, dapat berasal dari

balai penelitian dan pengembangan,

akademisi, pengelola usaha yang sudah

berhasil, Badan POM, Dinas Koperasi,

lembaga pembiayaan, dan instansi terkait

lainnya.

Page 260: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

16

f. Pelaporan

Penyusunan laporan berisi seluruh tahapan

mulai dari persiapan sampai akhir

pelaksanaan kegiatan.

4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan

Penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan

disalurkan melalui dana Tugas Pembantuan.

Kegiatan ini mempunyai tujuan membangun dan

menumbuhkembangkan agroindustri berbasis

kelompok di pedesaan, yang profesional.

Dalam rangka membentuk agroindustri seperti

tersebut di atas, maka diupayakan terintegrasi

dengan unit usaha di sektor lainnya.

Kegiatan Penyediaan alat pengolahan hasil

perkebunan terdiri dari:

1) Fasilitasi Pengolahan Tebu,

2) Fasilitasi Pengolahan Karet,

3) Fasilitasi Pengolahan Kopi,

4) Fasilitasi Pengolahan Kakao,

5) Fasilitasi Pengolahan Sagu,

6) Fasilitasi Pengolahan Kelapa,

Page 261: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

17

a. Tujuan:

Membangun dan menumbuh kembangkan

unit pengolahan hasil perkebunan berbasis

kelompok dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan petani dan membuka

kesempatan kerja.

b. Sasaran:

Terbangunnya 55 unit usaha pengolahan

hasil perkebunan berbasis kelompok.

c. Lokasi

Kabupaten Penerima Dana Tugas

Pembantuan TA 2016.

d. Ruang lingkup kegiatan

Ruang lingkup kegiatan meliputi: fasilitasi

sarana dan prasarana pengolahan komoditi

perkebunan yang terdiri dari fasilitasi

bangunan unit pengolahan hasil, alat dan

mesin pengolahan, fasilitasi pengelola

usaha/site manajer, serta running usaha

komersial.

Page 262: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

18

e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1) Tahap Persiapan

a) Penetapan calon penerima/calon

lokasi

Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun

2016 hendaknya sudah dilakukan pada

tahun 2015. Apabila belum dilakukan,

agar segera dilakukan pada awal

tahun 2016. Surat Keputusan (SK)

CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas

provinsi. Khusus untuk TP kabupaten

(satker mandiri) ditetapkan kepala

dinas kabupaten. SK CP/CL

ditetapkan paling lambat akhir maret

2016. Kriteria poktan/gapoktan calon

penerima sebagai berikut:

Memiliki potensi bahan baku yang

memenuhi skala ekonomi.

Sanggup menyediakan lahan untuk

lokasi bangunan pengolahan yang

jelas statusnya.

Page 263: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

19

Mempunyai komitmen untuk

mengembangkan usaha pengolahan

hasil perkebunan dengan mengisi

formulir naskah ikatan kerjasama

pengelolaan barang.

Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun

2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang

dilakukan oleh petugas Provinsi dan

kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai

dengan form verifikasi (lampiran 6).

b) Pembentukan Tim Teknis

Tim teknis dibentuk oleh kepala

dinas yang membidangi

perkebunan.

Tim Teknis adalah petugas/staf

teknis yang kompeten di bidang

perkebunan, terdiri dari petugas

Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

(sesuai usulan Kepala Dinas

Kabupaten/Kota), apabila

diperlukan tim teknis dapat

Page 264: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

20

berasal dari Balai Penelitian, BPTP

Dinas terkait dan Perguruan

Tinggi.

Tim Teknis bertugas melakukan

pemantapan CPCL, membantu

menyusun dan mengesahkan RUKK,

pengawalan, monitoring dan

evaluasi terhadap kondisi sarana

dan prasarana sampai dengan

selesainya uji coba komersil.

Untuk kegiatan yang ada dana

bahan running usaha komersial,

tim teknis bersama-sama dengan

rekanan dan pengelola unit usaha

melakukan running usaha

komersial dan membuat

laporannya sebagai dasar berita

acara serah terima barang dari

dinas ke poktan/gapoktan.

Page 265: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

21

c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Kelompok (RUKK)

RUKK disusun berdasarkan

kebutuhan kelompok sesuai

lampiran 7.

Penyusunan RUKK dilakukan oleh

kelompok/gapoktan dibantu

pembina kabupaten dan Provinsi

dan disetujui tim teknis serta

ditetapkan oleh Kepala Dinas

Provinsi/ Kabupaten/Kota.

2) Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan antara lain

meliputi:

a) Pengadaan gedung pengolah hasil

Pengadaan gedung pengolah hasil

mengacu pada Perpres 70 tahun

2012 tentang Peraturan

Pengadaan Barang dan Jasa.

Pembangunan UPH mengacu pada

Peraturan Menteri Pertanian

Page 266: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

22

Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan

penerapan cara pengolahan hasil

pertanian asal tumbuhan yang

baik (Good Manufacturing

Practices).

Luas bangunan menyesuaikan

standar harga biaya setempat

dengan pagu anggaran yang ada.

Pengadaan bangunan termasuk

didalamnya pemasangan instalasi

listrik dan penyambungannya.

b) Pengadaan alat dan mesin

Pengadaan alat dan mesin

pengolahan hasil harus sesuai

dengan Peraturan Menteri

Pertanian Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan

Page 267: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

23

penerapan cara pengolahan hasil

pertanian asal tumbuhan yang

baik (Good Manufacturing

Practices).

Mesin pengolah hasil harus

memenuhi persyaratan SNI

(mempunyai sertifikat

penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI)

atau minimal memiliki test report

yang dikeluarkan oleh lembaga

berwenang (Lampiran 8).

Beberapa mesin pengolah hasil

yang telah memiliki test report

dapat dilihat di www.bpm-

alsintan.com

Pengadaan alat yang tertuang

dalam RUKK harus sudah

termasuk pemasangan alat, mesin

genset, pelatihan petugas

pengelola (operasional,

perawatan, perbaikan), running

Page 268: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

24

test serta jaminan/garansi selama

1 tahun.

Contoh spesifikasi beberapa alat

dan mesin pengolahan dapat

dilihat pada lampiran 9.

c) Running usaha komersial

Tahapan ini dilaksanakan pada

kegiatan yang mempunyai anggaran

running usaha komersial. Setelah

alat dan mesin terinstall, maka harus

dilakukan running usaha komersial

sampai alat dan mesin dapat

beroperasi optimal sesuai dengan

spesifikasi teknis, yang dibuktikan

dengan laporan seperti pada

lampiran 10.

Berita acara serah terima barang

ditandatangani bila running usaha

komersial telah dilaksanakan dan

Page 269: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

25

berhasil memenuhi persyaratan

sesuai dengan kelayakan teknis.

d) Naskah Ikatan Kerja Sama

Pengelolaan Barang

Gapoktan penerima harus

menandatangani naskah ikatan

kerjasama pengelolaan barang

sebagaimana contoh yang tercantum

pada lampiran 11.

e) Penyerahan kepada Gapoktan

Penyerahan alat, mesin, dan gedung

dari dinas yang membidangi

perkebunan di provinsi kepada

gapoktan dilengkapi dengan Berita

Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita

Acara Serah Terima Barang sesuai

format pada lampiran 12 - 13

f) Organisasi Usaha Kelompok

Kepemilikan usaha dan pengelolaan

usaha:

Page 270: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

26

Unit usaha dimiliki oleh gabungan

kelompok tani (Poktan/Gapoktan).

Pengelolaan usaha dilakukan

secara profesional oleh site

manager/pengurus

poktan/gapoktan.

Dinas yang memiliki alokasi

anggaran site manager diharapkan

melakukan Recruitment Site

Manager dan Asisten Site Manager

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Berpengalaman dan

mempunyai jiwa wirausaha

dan memiliki latar belakang

pendidikan minimal SMA

2) Berasal/berdomisili dalam

wilayah dimana unit usaha

kelompok berada

3) Site manager tidak sebagai

pengurus poktan/gapoktan

Page 271: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

27

4) Site manager dan asisten site

manager yang terpilih

ditetapkan dengan SK kepala

dinas provinsi

3) Pengelolaan Unit Usaha

a) Bahan baku diutamakan berasal dari

anggota poktan/gapoktan.

b) Proses pengolahan hasil, pengemasan

dan penyimpanan dilakukan sesuai

kaidah - kaidah penerapan jaminan

mutu sehingga menghasilkan produk

yang bermutu secara konsisten dan

aman dikonsumsi.

c) Produksi yang dihasilkan dapat

berupa diversifikasi produk secara

vertikal maupun diversifikasi produk

secara horizontal (produk samping).

Produk yang dihasilkan harus

memenuhi standar produk yang ingin

dicapai secara konsisten.

Page 272: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

28

4) Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam rangka meningkatkan kinerja

UPH, maka perlu dilakukan pelatihan

secara internal dan mengikuti pelatihan

eksternal yang relevan

Page 273: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

29

IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan daerah dapat dilihat

pada tabel 1 dan 2 berikut:

Table 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pengolahan Hasil Perkebunan di

Daerah Tahun 2016

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pembinaan, pengawalan

dan monitoring

pengolahan hasil

Perkebunan

2 Monitoring Evaluasi

Pengolahan Hasil

Perkebunan

3 Bimbingan Teknis

Pengolahan Hasil

Perkebunan

Page 274: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

30

Table 2 . Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Alat dan Mesin Pengolahan

Perkebunan Tahun 2016

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penetapan SK CP/CL

2 Penetapan SK ULP/Tim Pengadaan Barang dan Jasa

3 Mengumumkan Rencana Pengadaan barang dan Jasa di E-announcement

4 Melakukan proses pengadaan barang

5 Penetapan Pemenang pengadaan Barang dan Jasa & Kontrak

6 Pelaksanaan Pengadaan Barang

7 Pemeriksaan Barang (oleh Tim Penerima Barang)

8 Uji coba alat dan pelatihan Teknis

9 Running usaha komersial

10 Serah terima alat kepada poktan/gapoktan

11 Operasionalisasi peralatan

12 Monitoring dan Evaluasi

Page 275: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

31

IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN

Pengawalan dan pembinaan dilakukan secara

berkelanjutan, baik oleh Dinas Perkebuan Provinsi,

Kabupaten/kota maupun Pusat, sehingga

Poktan/gapoktan mampu mengoptimalkan

pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah

diberikan. Pengawalan dan pembinaan ini perlu

didukung dana pembinaan lanjutan yang

bersumber dari APBN, APBD maupun sumber

pembiayaan lainnya.

Peran Dinas yang menangani di Provinsi dan

Kabupaten/kota sangat menentukan keberhasilan

kegiatan yang bersangkutan. Apabila diperlukan,

maka pengawalan dan pembinaan dimaksud dapat

melibatkan perguruan tinggi atau lembaga terkait

lainnya.

Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan di masing-

masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut:

Page 276: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

32

A. Tingkat Pusat

1. Menyusun pedoman teknis untuk

mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang

ditetapkan.

2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan

Provinsi dan Kabupaten/kota dalam

melaksanakan advokasi, pengendalian,

pemantauan dan evaluasi.

3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan

pemanfaatan alat dan mesin.

4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan

pengolahan hasil perkebunan.

B. Tingkat Provinsi

1. Menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak)

kegiatan di Provinsi, yang mengacu kepada

pedoman teknis pusat.

2. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi

lintas sektoral di tingkat

Provinsi/Kabupaten/kota dalam rangka

pengadaan alat dan mesin.

Page 277: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

33

3. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis,

dan manajemen alat dan mesin.

4. Menyusun dan melaporkan hasil

pemantauan dan pengendalian serta

menyampaikan laporan ke pusat (Direktorat

Jenderal Perkebunan cq Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hasil

Perkebunan).

C. Tingkat Kabupaten/kota

1. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) dengan

mengacu kepada pedoman teknis dan

petunjuk pelaksanaan (Juklak), disesuaikan

dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial

budaya setempat (spesifikasi lokasi).

2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon

Poktan/gapoktan penerima alat dan mesin.

3. Melakukan pembinaan, pelatihan,

bimbingan teknis, dan manajemen

penggunaan alat dan mesin di daerahnya.

Page 278: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

34

4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan

evaluasi.

5. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan,

pengendalian, dan evaluasi ke Dinas

Perkebunan Provinsi dan Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Page 279: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

35

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pelaporan kegiatan Pengembangan Pengolahan

Hasil Perkebunan merupakan salah satu bentuk

media penyampaian informasi terhadap

serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak

persiapan sampai akhir pelaksanaan. Melalui

laporan akan dilihat perkembangan pelaksanaan,

hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.

Sistem monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian nomor 31/permentan/OT.140/3/2010

tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian.

Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten

dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi

dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan

kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq.

Page 280: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

36

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Jenis Laporan

Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina

Provinsi wajib membuat laporan tentang

pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

1. SIMONEV yang meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai

indikator kinerja

Perkembangan kelompok sasaran dalam

pengelolaan kegiatan lapangan berikut

realisasi fisik dan keuangan

Permasalahan yang dihadapi dan upaya

penyelesaian di tingkat Kabupaten dan

Provinsi.

2. Format Laporan menggunakan format yang

telah ditentukan seperti yang dapat dilihat di

lampiran 3 dan 4.

Page 281: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

37

3. Laporan perkembangan fisik yang sesuai

tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi

meliputi: nama petani/kelompok

tani/gapoktan, desa/kecamatan/kabupaten,

luas areal (target dan realisasi), waktu

pelaksaan, perkembangan, kndala dan

permasalahan dan upaya pemecahan masalah.

4. Laporan akhir berisi realisasi kegiatan yang

berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun

anggaran, permasalahan yang dihadapi dan

usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang

dibuat setelah program berakhir.

B. Waktu Penyampaian Laporan

1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan:

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan kepada

provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5

bulan laporan.

Page 282: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

38

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan kepada

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan, Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling lambat

tanggal 7 bulan laporan.

2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan

ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat

Jenderal Perkebunan, disampaikan paling

lambat tanggal 7 bulan laporan.

3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,

Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan

paling lambat tanggal 31 Desember 2016.

Page 283: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

39

VI. PENUTUP

Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi Dinas

Perkebunan Provinsi maupun Kabupaten/kota,

dalam melaksanakan Kegiatan Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan Pengolahan Hasil Perkebunan

TA 2016. Dinas Perkebunan Provinsi maupun

Kabupaten/kota diharapkan dapat menjabarkan

lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan

dan Petunjuk Teknis.

Keberhasilan kegiatan Pengembangan Pengolahan

Hasil Perkebunan ini sangat tergantung kepada

komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait,

baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dengan adanya pedoman teknis ini, diharapkan

akan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara

Dinas Provinsi dan Kabupaten/kota dalam

melakukan pembinaan terhadap Pengembangan

Pengolahan Hasil Perkebunan Berkelanjutan.

Page 284: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

40

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Page 285: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

41

Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok I. Data Dasar

No

Nama

Gapoktan/UPH dan Alamat

NamaKetua Gapoktan/

Manager UPH

Waktu

Penilaian

Nama Penilai, Jabatan, No

HP

Ket

II. Hasil Penilaian

Lembar Jawaban

No Kriteria

Fakta di Lapang

(Lingkari salah satu)

Nilai

1 Sekretariat kelompok a b c d

2 Pengelola / Pengurus Kelompok a b c d

3 Administrasi Kelompok a b c d

4 Peraturan (AD/ART) a b c d

5 Rencana kerja Kelompok a b c d

6 Pertemuan Rutin Kelompok a b c d

7 Data perkembangan a b c d

8 Simpanan anggota kelompok a b c d

9 Usaha Kelompok a b c d

10 Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a b c d

11 Laporan Kondisi Anggota Kelompok a b c d

12 Laporan Kegiatan & Keuangan Kelompok a b c d

13 Kemitraan a b c d

14 Akses terhadap permodalan a b c d

TOTAL

Nilai : (a:0) (b:2,5) (c:5) (d:7,5) (e:10)

Page 286: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

42

Hasil Penilaian :

Perolehan Angka : Jumlah Jawaban

14

Status Gapoktan

(Berdasarkan Hasil Penilaian)

: a) 0 – 5 (Kelompok Pemula)

: b) > 5 – 7,5 (Berkembang)

: c) > 7,5 (Mandiri)

Page 287: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

43

Kuesioner Kelengkapan Kelompok

1. Sekretariat kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi tidak resmi c. Ada tetapi tidak difungsikan d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi

2. Pengelola / Pengurus Kelompok a. Tidak berfungsi b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak c. Berfungsi seadanya d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing

3. Administrasi Kelompok a. Belum ada b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya c. Kadang-kadang dicatat d. Sudah ada tetapi belum tertib e. Sudah ada dan tertib

4. Peraturan (AD/ART) a. Belum mengerti b. Baru ada aturan-aturan lisan c. Sudah ada tetapi belum lengkap d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat

anggota e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota

5. Rencana kerja Kelompok a. Belum dibicarakan b. Dibicarakan lisan saja c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun

Page 288: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

44

e. Dibicarakan , tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 tahun

6. Pertemuan Rutin Kelompok a. Tidak ada b. Ada tetapi belum rutin c. Ada tetapi pertemuan anggota saja yang rutin d. Ada pertemuan anggota & pengurus rutin tetapi tidak

tercatat. e. Ada rutin , pertemuan anggota setiap bulan , dan

pertemuan pengurus setiap minggu, tercatat. 7. Data perkembangan

a. Tidak ada b. Kadang-kadang dicatat dibuku c. Sudah ada tetapi belum rutin d. Sudah ada , rutin, tetapi tidak dipasang di dinding e. Ada dipajang di dinding dan rutin bulanan

8. Simpanan anggota kelompok a. Belum ada b. Simpanan pokok saja c. Simpanan pokok dan wajib tetapi belum lengkap d. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal e. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal ditambah

simpanan sukarela 9. Usaha Kelompok

a. Tidak ada usaha kelompok hanya ada usaha anggota saja b. Usaha kelompok baru simpan-pinjam secara sederhana c. Usaha kelompok baru simpan-pinjam dari dana program

dan ditangani secara khusus. d. Ada unit usaha lain berupa pemasaran hasil anggota

atau pengadaan sarana produksi untuk anggota disamping simpan pinjam , dan ditangani secara khusus

Page 289: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

45

e. Usaha simpan-pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil, dan lainnya dikelola secara terpisah, benar, dan menghasilkan

10. Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a. Belum dilakukan b. Dilakukan pengurus, tidak rutin, dan tidak tercatat c. Dilakukan pengurus, rutin, tidak tercatat d. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan pada

rapat anggota e. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan, dan

dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut.

11. Laporan Kondisi Anggota Kelompok a. Belum ada b. Ada, belum lengkap, dan tidak rutin c. Ada , belum lengkap, tetapi rutin d. Ada, lengkap, rutin, tidak selalu dibahas e. Ada, lengkap, rutin, dan selalu dibahas

12. Laporan Kegiatan dan Keuangan Kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi sederhana saja c. Ada tetapi belum lengkap dan berubah-ubah d. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam

bentuk rugi laba dan neraca, tetapi sering terlambat. e. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam

bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota.

13. Kemitraan a. Belum ada b. Dalam proses pembicaraan saja (lisan) c. Sudah dalam bentuk konsep tertulis d. Sudah berhubungan(MoU/kontrak) tetapi belum berjalan

Page 290: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

46

e. Sudah berjalan dengan baik. 14. Akses terhadap permodalan

a. Belum ada b. Tahap perencanaan konsep c. Sudah memulai penjajagan d. Mengajukan proposal e. Sudah terealisasi.

Page 291: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

47

Contoh Rencana Kerja Usaha Kelompok

No Indikator Fakta di Lapangan

Target Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Monev/

RTL

1 2 3 4 5 6 7

1 Sekretariat Kelompok

a) Belum ada e) Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi

- Penentuan lokasi sekretariat

- Identifikasi kebutuhan sarana kerja

- Pengadaan sarana kerja

2 Pengelola / Pengurus kelompok

a) Tidak Berfungsi

e) Berfungsi sesuai tugas masing – masing

- Menyusun Tupoksi

- Pelatihan pelaksanaan tupoksi

- Melaksanakan tupoksi

3 Administrasi kelompok

a) Belum ada e) Sudah ada dan tertib - Membuat konsep untuk kartu anggota & buku identitas anggota

- Pelatihan pendaftaran anggota kelompok

- Pengadaan buku administrasi kelompok

- Pelatihan pengadministrasian

- Melakukan pengadministrasian dengan tertib

4 Peraturan AD/ART

a) Belum mengerti

e) Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat

- Menyusun AD/ART

- Pembahasan dan Perbaikan AD/ART

Page 292: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

48

anggota - Pengesahan AD/ART

- Sosialisasi AD/ART

- Pelaksanaan AD/ART

5 Rencana Keja Kelompok

a) Belum dibicarakan

e) Dibicarakan, tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 thn

- Menyusun rencana kerja berdasarkan hasil monev 14 Kriteria

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun

- Pelaksanaan rencana kerja

6 Pertemuan rutin kelompok

a) Tidak ada e) Ada rutin, pertemuan anggota setiap bulan, pertemuan pengurus setiap minggu dan tercatat

- Membuat jadwal & agenda pertemuan anggota dan pengurus

- Membuat format notulen

- Pelatihan membuat notulen rapat

- Melaksanakan rapat dan membuat notulen

7 Data perkembangan

a) Tidak ada e) Ada dipanjang di dinding dan rutin bulanan

- Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilaporkan

- Membuat format dan jadwal pelaporan

- Menyiapkan sarana tempat pelaporan

- Pelatihan pencatatan laporan

- Membuat laporan perkembangan keleompok setiap tanggal

8 Simpanan anggota kelompok

a) Belum ada e) Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal di tambah simpanan sukarela

- Sosialisasi tentang manfaat simpanan pokok,wajib & sukarela

- Menentukan besarnya simpanan pokok, wajib & sukarela

Page 293: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

49

- Menentukan aturan tentang simpanan pokok, wajib & sukarela

- Melakukan pencatatan simpanan pokok, wajib & sukarela

9 Usaha kelompok

a) Tidak ada usaha kelompok, hanya ada usaha anggota saja

e) Usaha simpan pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil dan lainnya dikelola secara terpisah, benar dan menghasilkan

- Identifikasi dan penentuan peluang usaha

- Pembuatan proposal usaha

- Sosialisasi proposal usaha

- Penentuan penanggung jawab kegiatan usaha

- Pelaksanaan usaha

- Pembagian sisa hasil usaha sesuai AD/ART

10 Monitoring dan evaluasi anggota kelompok

a) Belum dilakukan

e) Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan dan dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut

- Membuat daftar pertanyaan untuk monev

- Menentukan jadwal monev

- Pelatihan pelaksanaan monev

- Melakukan monev

11 Laporan kondisi anggota kelompok

a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan selalu dibahas

- Membuat format laporan kondisi anggota kelompok

- Membuat laporan kondisi anggota kelompok sesuai hasil monitoring anggota kelompok

Page 294: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

50

Catatan :

Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.

Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.

- Pembahasan hasil laporan dan menyusun rencana tindak lanjut

- Melaksanakan rencana tindak lanjut

12 Laporan kegiatan & keuangan kelompok

a) Belum ada e) Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota

- Pelatihan penyusunan laporan kegiatan dan keuangan kelompok dalam bentuk rugi laba dan neraca

- Membuat laporan kegiatan dan keuangan kelompok setiap akhir bulan

13 Kemitraan a) Belum ada e) Sudah berjalan dengan baik

- Identifikasi mitra

- Pelatihan penjajakan mitra

- Membuat MOU (Kontrak kerjasama)

- Pelaksanaan kerjasama

14 Akses terhadap permodalan

a) Belum ada e) Sudah terealisasi - Identifikasi lembaga keuangan

- Pelatihan penjajakan lembaga keuangan

- Membuat proposal

- Mengajukan proposal

- Realisasi penerimaan modal

Page 295: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

51

Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha

kelompok.

Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada

fakta awal yang ada dilapangan.

Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.

Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14

pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak

lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.

Page 296: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

52

Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok

Perkembangan Usaha Kelompok 1. Sumber bahan baku :

a. Tidak dari kelompok b. Dari kelompok ≤ 25% c. Dari kelompok 26% - 50% d. Dari kelompok 51% - 75% e. Dari kelompok 76% - 100%

2. Ketersediaan bahan baku a. ≤ 20% kapasitas produksi tercukupi b. 21% - 40%kapasitas produksi tercukupi c. 41% - 60% kapasitas produksi tercukupi d. 61% - 80 % kapasitas produksi tercukupi e. 81% – 100 % kapasitas produksi tercukupi

3. Rata-rata Produksi per tahun a. ≤ 20% target produksi b. 21% – 40% target produksi c. 41% - 60% target produksi d. 61% - 80% target produksi e. 81% - 100% target produksi

4. Target produksi per tahun a. ≤ 20% kapasitas terpasang b. 21% – 40% kapasitas terpasang c. 41% - 60% kapasitas terpasang d. 61% - 80% kapasitas terpasang e. 81% - 100% kapasitas terpasang

5. Pelatihan dan komitmen penerapan GMP a. Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP b. Ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP secara

eksternal c. Ada pelatihan GMP secara internal d. Ada komitmen untuk menerapkan GMP setelah

pelatihan GMP internal e. Sudah membentuk tim penerapan GMP

Page 297: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

53

6. Sarana dan prasarana pengolahan hasil a. Belum memenuhi persyaratan GMP b. 25% memenuhi persyaratan GMP c. 26%-50% memenuhi persyaratan GMP d. 51%-75% memenuhi persyaratan GMP e. 76%-100% memenuhi persyaratan GMP

7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Proses a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat 8. SOP Sanitasi (SSOP)

a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat 9. Program Kebersihan

a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat. 10. Produk olahan yang dihasilkan

a. Belum memenuhi standar yang dipersyaratkan b. 25% memenuhi standar yang dipersyaratkan c. 26%-50% memenuhi standar yang dipersyaratkan d. 51%-75% memenuhi standar yang dipersyaratkan

Page 298: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

54

e. 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan 11. Kemasan produk

a. Pengemasan masih seadanya b. Bahan kemasan food grade tetapi desain kemasan

belum mampu melindungi produk secara benar. c. Bahan kemasan food grade, desain kemasan sudah

mampu melindungi produk tetapi labelnya belum memenuhi persyaratan

d. Bahan kemasan food grade, desain kemasan mampu melindungi produk, label memenuhi persyaratan tetapi belum menarik

e. Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik

12. Pemasaran Produk yang dihasilkan a. Belum ada pasar yang jelas b. pasar di tingkat lokal (desa) c. Pasar tradisional tingkat kecamatan d. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri e. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan

ekspor 13. Pengelolaan Limbah

a. sudah diolah dan dimanfaatkan b. 26%-60% limbah Belum dilakukan c. 25% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan d. 61%-100% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan e. Sudah diolah dan menjadi usaha baru

Page 299: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

55

Lanjutan Lampiran 1b LEMBAR JAWABAN

Tanggal _____Bulan__________Tahun ______ Data Dasar

1. Nama kelompok : 2. Alamat : 3. Pengurus :

a. Ketua : b. Sekretaris : c. Bendahara :

1 a b c d e 8 a b c d e 2 a b c d e 9 a b c d e 3 a b c d e 10 a b c d e 4 a b c d e 11 a b c d e 5 a b c d e 12 a b c d e 6 a b c d e 13 a b c d e 7 a b c d e

Yang menilai : Nama :

Cara penilaian dan pengkelasan usaha kelompok :

1. Nilai a = 0, nilai b = 2,5, nilai c= 5, nilai d = 7,5 dan nilai e = 10

2. Jumlahkan hasil penilaian untuk 10 kriteria, kemudian dihitung rata-

ratanya dengan membagi 10

3. a. Jumlah rata-rata antara 0 - 5 dikategorikan usaha kelompok pemula

b. Jumlah rata-rata antara > 5 - 7,5 dikategorikan usaha kelompok

berkembang c. Jumlah rata-rata antara > 7,5 dikategorikan usaha

kelompok mandiri

4. Hasil penilaian dan pengkelasan ini dapat dijadikan sebagai pedoman

untuk membuat rencana kerja kelompok dengan contoh format

sebagai berikut :

Page 300: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

56

Contoh Rencana Kerja Perbaikan Rencana Kerja di Kelompok

No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Monev/

RTL

1 2 3 4 5 6 7

1 Sumber bahan baku

b) Tidak dari kelompok

f) Dari kelompok 76%-100%

- Identifikasi sumber bahan baku lainnya

- Menambah anggota kelompok pemilik bahan baku

- Melakukan pencatatan pengadaan bahan baku dengan formulir yang mampu telusur

- 1 tahun sesuai program yang disusun

2 Ketersediaan bahan baku

a) ≤20% kapasitas produksi tercukupi

e) 81%-100%

kapasitas produksi tercukupi

- Identifikasi sumber bahan baku

- Menjalin kerjasama dengan penyedia bahan baku

- Melakukan upaya peningkatan produksi dan produktivitas (ekstensifikasi dan intensifikasi)

- Mendokumentasikan program diatas

- 1 tahun sesuai program yang disusun

3 Rata-rata produksi olahan per tahun

b) ≤ 20%

kapasitas produksi

f) 81% – 100% target produksi

- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 301: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

57

- Memperluas akses bahan baku

- Memperluas pangsa pasar

- Mengikuti promosi/pameran

- Mendokumentasikan program diatas

4 Target produksi per tahun

a)≤ 20%

kapasitas terpasang

e) 81% – 100% kapasitas terpasang

- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola

- Memperluas pangsa pasar

- Memperluas akses bahan baku

- Mendokumentasikan program diatas

- 1 tahun sesuai program yang disusun

5 Pelatihan dan komitmen penerapan GMP

b) Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP

f) Sudah membentuk tim penerapan GMP

- Mengikuti pelatihan GMP secara eksternal

- Mengadakan pelatihan GMP secara internal

- Melakukan sosialisasi rencana penerapan GMP kepada karyawan

- Membentuk tim penyusun dokumen penerapan GMP

- Membuat dokumentasi pelaksanaan penerapan GMP

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 302: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

58

6 Sarana dan prasarana pengolahan hasil

a. Belum memenuhi persyaratan GMP

e) 76%-100% memenuhi persyaratan GMP

- Identifikasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi GMP

- Revitalisasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi standar GMP

- Menambahkan sarana yang kurang

- Membuat program dan pencatatan pelaksanaan kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun SOP Proses

- SOP proses dibahas secara internal

- Perbaikan SOP proses

- Verifikasi SOP proses

- Pengesahan SOP proses

- Pelaksanaan SOP proses

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP proses

- 1 tahun sesuai program yang disusun

8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun SOP sanitasi

- SOP sanitasi dibahas secara internal

- Perbaikan SOP sanitasi

- Verifikasi SOP sanitasi

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 303: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

59

- Pengesahan SOP sanitasi

- Pelaksanaan SOP sanitasi

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP sanitasi

9 Program Kebersihan

a) Belum ada e) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun program kebersihan

- program kebersihan dibahas secara internal

- Perbaikan program kebersihan

- Verifikasi program kebersihan

- Pengesahan program kebersihan

- Pelaksanaan program kebersihan

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan program kebersihan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

10 Produk olahan yang dihasilkan

a) belum memenuhi standar yang dipersyaratkan

e) 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan

- Membuat standar internal atau mengadopsi SNI sebagai acuan standar produk yang akan dihasilkan

- Membuat prosedur verifikasi kesesuaian produk

- Melakukan verifikasi kesesuaian standar produk(visual dan atau uji lab)

- Dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 304: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

60

11 Kemasan produk b) Kemasan masih seadanya

f) Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik

- Evaluasi

- Mencari informasi tentang kemasan dan pelabelan

- Merencanakan perbaikan kemasan dan label

- Memperbaiki kemasan dan label

- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

12 Pemasaran produk yang dihasilkan

b) Belum ada pasar yang jelas

f) Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan ekspor

- Identifikasi pasar

- Menyusun rencana/strategi pemasaran

- Melakukan kemitraan

- Melakukan promosi

- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

13 Pengelolaan limbah

b) belum dilakukan f) sudah diolah dan menjadi usaha baru

- Identifikasi pemanfaatan limbah

- Merancang program pengolahan limbah

- Membuat SOP Pengolahan Limbah menjadi produk samping

- Melatih petugas pengelolaan limbah

- Mengolah, memanfaatkan, dan memasarkan hasil olahan limbah (produk samping)

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 305: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

61

Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASITA 2016

Dinas Propinsi :

Bulan :

Tanggal laporan :

No

Kabupaten/Kota

Kegiatan

Pagu anggaran

Realisasi Kendala

RTL Fisik Keuangan

Target Realisasi Rp %

RTL = Rencana Tindak Lanjut

Page 306: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

62

Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN TUGAS PEMBANTUANTA 2016

Dinas Propinsi :

Bulan :

Tanggal laporan :

No

Kabupaten/Kota

Kegiatan

Pagu

Anggaran

Realisasi Kendala

RTL Fisik Keuangan

Target Realisasi Rp %

RTL = Rencana Tindak Lanjut

Page 307: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

63

Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan

Propinsi :

No Kab

/Kota

Nama Gapoktan Alamat, Cp Dan

Hp

Jenis Uph & Bantuan Alat

Tahun Penerimaan

Jenis Produksi Olahan & Merk

Dagang

Kapasitas Produksi

Sertifikasi Jaminan Mutu/

Perijinan*)

Pemasaran

Kendala Upaya

Penanganan Ter

pasang Ter

pakai

Nama mitra usaha

Tujuan

*)Sertifikasi Jaminan Mutu : GHP/GMP/HACCP/ISO

Perijinan : ML/MD

Page 308: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

64

Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) Data verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan)

I. Data Umum

Nama Poktan/Gapoktan : …………………………………………………………

Jumlah Kelompok : …………………………………………………………

Alamat (Desa, Kec, Kab, Prop) : …………………………………………………………

Komoditi : …………………………………………………………

Luas Areal Gapoktan : …………………………………………………………

Produksi : …………………………………………………………

Jumlah Anggota : …………………………………………………………

Ketersediaan air bersih : …………………………………………………………

Ketersediaan listrik : …………………………………………………………

Kesesuaian Lokasi : …………………………………………………………

Fasilitas Penanganan Limbah : …………………………………………………………

Fasilitasi sarana sebelumnya : ( ada/tidak ada), Sumber bantuan

........., tahun......

Registrasi/sertifikasi produk olahan dari instansi penerbit seperti Dinas

Kesehatan, Dinas Pertanian, BPOM : (ada/tidak ada) Sumber

sertifikasi...............,tahun.......

Page 309: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

65

II. Kondisi UPH Saat ini

No Nama produk olahan

Ketersediaan Bahan

Baku/Hari

Volume Produksi/(..../....

)

Kemasan/Kondisi

Kemasan Pemasaran

Sarana Yang dimiliki

Ruang prosesing

Alsin yang dimiliki

(kapasitas terpasang /..../....)

Luas :...

Kondisi :...

Status lahan :

Catatan : ................................................................

III. Fasilitasi UPH yang diusulkan

No

Nama produ

k olahan

Ketersediaan Bahan Baku

(.../...)

Volume Produksi

(..../...)

Rencana

Kemasan

Rencana Pemasar

an

Sarana Yang diusulkan*

Ruang prosesing

Alsin yang diusulkan (kapasitas terpasang /..../....)

Revitalisasi (...m2) :...

Pembangunan baru (...m2) :...

Status lahan :

1.......

2......

3.......

Catatan :

*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP

Informasi lainnya : …..................................................................

Page 310: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

66

IV. Rekomendasi tim verifikasi

(verifikator,petugas pendamping kabupaten, propinsi) :

.................................................................................

.................................................................................

.................................................................................

Petugas verifikator Petugas Pendamping Petugas pendamping

Dinas Kabupaten Dinas Propinsi

(........................) (.........................) (........................)

Page 311: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

67

Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK)

Rekapitulasi RUKK Gapoktan ………… DINAS PERKEBUNAN PROVINSI …………………

Dana Tugas Pembantuan Tahun …….

Menyetujui, Mengetahui,

1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas Prop/Kab/Kota

…………………………

2. Tim Teknis Kab/Kota :

3. Tim Teknis Prop :

No Nama barang Kelompok Penerima

Bantuan/Alamat Volume

Pagu (Rp)

Fasilitasi Pengolahan Kelapa

1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit

2 Mesin Pemeras Santan 1 unit

3 Mesin Penyaring Minyak Kelapa

1 Unit

4 Mesin Pengemas/Pengunci Tutup Botol

1 unit

5 Mesin Pemurni Minyak Kelapa 1 unit

6 ............................ ... unit

7 ............................ ... unit

Page 312: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

68

Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report

No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian

1 Balai Pengujian Mutu Alat Dan Mesin

Jl. Lio Sawah Indah Citayam, Bojong Pondok Terong, Pancoran Mas, Depok 16431

Alsin Pra Dan Pasca Panen

2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Situgadung, Legok, Tromol Pos 2 – Serpong Tangerang-Banten

Alsin Pra Dan Pasca Panen

3 Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao

Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118, Jawa Timur

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi Dan Kakao

4 Pusat Penelitian Teh Dan Kina

Gambung, Kotak Pos 1013, Bandung 40010, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Teh Dan Kina

5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit

PO BOX 1103, Medan 2001, Jl. Brigjen Katamso No. 51, Medan 20158, Sumatera Utara

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit

6 Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Jl. Salak No. 1 Bogor 16151, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet

7 Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

Jl. Pahlawan 25 Pasuruan, 67126 Jawa Timur

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Gula

8 Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget

Kotak Pos 1004, Manado, 95001

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa

9 UPTD. Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar

Jl. Darmaga, Bojong Picung, Cihea, Kab. Cianjur, Jabar. Tel. 0263-322358.

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

10 Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung

Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor Sumedang, Tel. 022-7798844.

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen

Page 313: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

69

No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian

11 Laboratorium Pasca panen, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Jl.Sosio Yustisia Bulak Sumur Yogyakarta, 55281, Tel. 0274-563542

Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan

12 Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kampus IPB Dramaga, PO. Box 220 Bogor, 16220. Tel. 0251-627931.

Alsin Pra Panen

13 Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak.

Jl. MT. Haryono, SETTU. Bekasi.

Alsin Peternakan.

14 UPTD. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Jl. Syeikh Jamil Jambek Bukittinggi, telp. (0752) 22823

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura

15 UPTD. Perbengkelan dan Pelatihan Alsintan, Dinas Pertanian SUMUT

Jl. AH. Nasution No.7, Medan, SUMUT, Telp. (061)7862124

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

Page 314: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

70

Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

KARET

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Slub Cutter (Alat Pemecah)

Kapasitas : 300-500 Kg/ Jam

Dimensi : 1200 x 600 mm

Penggerak : DIESEL 23 pk

Material : Rangka = Mild Steel

Pisau : HSS

Fungsi : Memecah bahan baku menjadi kuran sedang (4 bagian)

2 Creepers (Alat Pemadat) Kapasitas : 100-200 Kg/ Sheift

Material : Mild Steel, UNP 100

Fungsi : Memadatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran

3 Gerobak Dorong Kapasitas angkut : 50-100 Kg

Ukuran Roda : 300-325,8

Velg Roda : Besi Tebal

4 Pembeku Lateks Bahan : Yang direkomendasikan lembaga berwenang

5 Bak Pembeku Bahan Bak : Alumunium

Tebal bahan bak : 0,8 mm

Ukuran Bawah : 30 x 30 cm

Ukuran atas : 50 x 50 cm

Tinggi bak : 40 cm

6 Mangkok sadap Bahan bak : Plastik/ Pilyproline

Page 315: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

71

Volume : 500 ml

Diameter atas : 11 CM

Tinggi : 9 cm

7 Talang sadap Bahan : Seng

Ketebalan : 0,2 MM

Jumlahgerigi pangkal

: 6-8 buah

Lebar : 4 cm

Panjang : 7 cm

8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi

Sudut mata dalam

: 55"

Tinggi lipatan mata

: 1,5 cm

Tinggi lengkung pisau

: 7 cm

Panjang lengkungan

: 10 cm

Lebar Pisau : 8,1 cm

Lebar mata pisau

: 1,7 cm

Tebal pisau : 0,2 cm

Tebal mata pisau

: 0, 1 cm

9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg

Luas kantai timbang

: 37 x 53 cm

Tinggi Timbangan

: 100 cm

Tinggi lantai : 60 cm

Tinggi pagar : 60 cm

Bahan : Besi

Roda : 4 bh

Page 316: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

72

10 Gancu Besi ukuran : 50 cm

Gagang gancu : Besi bulat

Panj gagang pegangan

: 10-12 cm

11 Cincin mangkok Bahan : Kawat

Diamater : 100 mm

Kawat : Kaki dan pengait

12 Bak Plastik Diameter : 60-70 mm, T : 60-70 cm

Page 317: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

73

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Tebu (Pengolahan Gula Merah)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Alat Penggilingan Tebu Type Silinder

Bahan Besi Cor, Besi Baja dan Kuningan

2 Pompa air Daya : 125 watt

3 Wajan / Kawah Dimensi : Diameter 1000 cm

Radius : R 533 mm

Plat Utuh SS 304

Tebal : Min 4 mm (sertifikat)

4 Tutup Kawah / Cerobong Dimensi

diameter : 805 mm

Tinggi : 410 mm

Plat SUS 304

tebal : min 0.5 mm

5 Bailer / Centung Dimensi : 320 x 285 x 150 mm

Plat SUS 304 Tebal : 0.5 mm

6 Mesin Molen Pengaduk Gula Dimensi : 3464 x 118 x 1050 mm

Bak Gula : Plate SUS 304 tebal 2 mm

Frame : UNP 80 mm

Penggerak : Min 8 HP ber SNI

Sistem pengaduk spiral :

Material : SUS 304 diameter As

Spiral 20 mm

Dilengkapi kopling untuk memutar as pengaduk dan ulir ke atas dan ke bawah

Diberi roda 4 buah dan pengunci roda

7 Meja Cetakan Gula Merah Dimensi : Min 2100 x 900 x 850 mm

Rangka mild steel :

Square pipe : 30 x 30 mm

Base Palte SS 304 tebal : minimal 2 mm

Page 318: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

74

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kakao (alat Pengolahan Coklat)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Roaster • -Kapasitas : 10 - 30 kg/batch

• Motor penggerak : Motor listrik

2 Mesin Pemecah Kulit dan Pemisah biji Kakao Sangrai

• Kapasitas : 10-50 kg/jam

• Tipe : silinder berputar

• Corong pemasukan : plat stainless steel

• Motor penggerak : motor listrik

3 Pemasta kasar

• Kapasitas 20-80 kg/jam

• Motor penggerak : motor listrik

4 Pemasta Halus (Ball Mill)

• Kapasitas : 10-25 kg/batch

• Motor penggerak : motor listrik

5

Choncing • Kapasitas : 10-20 kg/batch

• Motor penggerak : motor listrik

Page 319: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

75

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kelapa (Alat pengolahan minyak kelapa)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Mesin parutan kelapa - Kapasitas : 30-50 btir/jam

- Penggerak : Motor penggerak

2 Mesin press santan manual

- Kapasitas : 5 kg/press

- Penggerak : Manual

3 Pemisah air dan minyak - Kapasitas : 3-5 liter/proses

4 Cooking Oil plan - Kapasitas : 500 liter - 1000 liter/hari

5 Oven

6 Ayakan Listrik Panjang : 140 cm

Lebar : 60 cm

Tinggi : 90 cm

Dimensi pengayak

: 80 cm x 42 cm

Penggerak dynamo listrik

: single phase 750 W 1400 rpm

7 Timbangan digital Model AL - B Platform

: 48 x 62 cm

Power rechargable

Display LED

Kapasitas : 300 kg

8 Continous Sealing

9 Wajan/Katel Ukuran Diameter : 68 cm

Bahan : galpanis

Page 320: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

76

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kopi ( Pengolahan kopi bubuk)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Mesin Penyangrai (Roaster)

• Kapasitas 5 – 50 kg/jam • Motor Penggerak SNI • Silinder sangrai : plat stainless steel • Pengaduk dalam silinder : plat stainless steel • Sumber pemanas : kayu bakar/burner

LPG/minyak tanah

2 Mesin Pembubuk

• Kapasitas : 15-60 kg/jam • Motor Penggerak ber SNI

3 Mesin Pengemas otomatis

• Kapasitas : 40 – 100 pack/menit • Sistem pengoperasian : otomatis • Penggerak : motor listrik

Page 321: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

77

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

SAGU

No NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1. Mesin pres sagu Lebar Rangka : 104 CM

Tinggi Rangka : 175 CN

Volume Tabung : 20 Kg (2 Tabung)

Hidrolik : 50 Ton

Catatan : Bahan Kerangka Besi (H : 15 CM) dan Tabung Stainlis Stell

2. Mesin pemeras

sagu (Extruder)

Kapasitas : 50 Kg Sagu Parutan

Bahan Tabung : Stainles Stell

Waktu Pemerasan : 50 Kg/ 25 Menit

Kerangka : Besi

Saringan : Mess 80 (Bahan Stainlis Stell)

3. Portable Mesin

(Parut)

Bahan : Stainles Stell

Motor Penggerak : B&S Vertikal 670 Kekuatan 6 PK, 9 HP

Waktu Pemerasan : 1 Jam/ Proses

Kerangka : Sasis dan Pegangan bahan dasarnya besi

Bahan Bakar : Bensin

Page 322: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

78

Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil Provinsi : ..................................... Kabupaten/Kota : ..................................... Nama Poktan/ Gapoktan : ..................................... Alamat : .....................................

I. Pembelian Bahan Baku

No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp) Asal Bahan

Baku

Total

II. Kesesuaian Alat dengan Spesifikasi

No. Jenis Alat Sesuai Tidak Sesuai

Jenis Perbaikan dan Target Penyelesaian

Bila Tidak Sesuai

Total

Jelaskan secara rinci bila tidak sesuai ...............................

III. Hasil Uji Coba Komersial

A. Pelaksanaan

1. Penggunaan alat (pilih salah satu jawaban) :

a. Dengan mudah dapat digunakan oleh Gapoktan

b. Penggunaan alat oleh Gapoktan/Poktan masih perlu

pendampingan

c. Ada kendala yang tidak dapat diperbaiki saat uji coba

komersil, target penyelesaian perbaikan alat pada

tanggal.....

Page 323: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

79

2. Kapasitas produksi dibandingkan kapasitas terpasang (pilih salah

satu jawaban): a). 100% b).90-99% c)<90%, Yaitu.......%

B. Produksi Produk Olahan

No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp) Total Harga

Jual (Rp)

Total

IV. REKOMENDASI

a. ……………………….

b. ……………………….

c. ……………………….

d. ……………………….

e. ……………………….

..........,......... 2016 PT Penyedia Barang Ketua Kelompok/ Tim Teknis

Gapoktan 1. ......................

2. ......................

(....................) (.......................) 3. .......................

Page 324: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

80

Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...………

NASKAH IKATAN KERJASAMA PENGELOLAAN BARANG

Pada hari ini ……………., tanggal ………, bulan .........………… tahun………….., yang bertandatangan dibawah ini : 1. Nama : …………………………………….…......................... Jabatan : Kepala Dinas PerkebunanPropinsi........................ Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : …………………………………….…........................ Jabatan : Ketua Kelompok tani/ Gapoktan ……………….…. Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : ........., tanggal .......... tentang bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang bersumber dari APBN TA 2016 Satker Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian mata anggaran kegiatan ...... sebanyak 1 (satu) set dengan spesifikasi teknis terlampir, maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan ikatan kerjasama pengelolaan barang dalam rangka mengoptimalkan penggunaan/pemanfaatan peralatan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. PIHAK PERTAMA berkewajiban :

a. Melakukan pencatatan, pembukuan dan pengadministrasian barang serta keuangan dalam dalam buku inventarisasi barang intern Satker Dinas Perkebunan daerah bukan aplikasi SAI (SABMN)

b. Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan manajemen, pelatihan, pengawalan (supervisi),

Page 325: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

81

pendampingan, monitoring dan evaluasi kepada kelompok tani/ gapoktan penerima bantuan ...........................

c. Melakukan pelatihan dan pendampingan kepada Gapoktan di bidang pengolahan hasil tanaman pangan.

2. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan peralatan yang diberikan dengan cara : a. Mengadministrasikan/mencatat/membukukan semua

kegiatan usaha pemanfaatan termasuk administrasi keuangan baik penerimaan maupun pengeluarannya.

b. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Pihak Pertama (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota).

3. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan, maka peralatan tersebut akan ditarik oleh PIHAK PERTAMA untuk dialihkan ke Gapoktan lain agar lebih bermanfaat.

Naskah Ikatan Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun atau selama umur ekonomis peralatan ...... sejak ditandatangani, dan dibuat rangkap 5 (lima) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup. Demikian Ikatan Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani

oleh kedua belah pihak. PIHAK KEDUA

Ketua GAPOKTAN

( ……………………………)

PIHAK PERTAMA Kepala Dinas

PerkebunanProvinsi

( ……………………………) NIP. …………………..

Page 326: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

82

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang

BERITA ACARA PEMERIKSAAN BARANG Nomor : .....................................................

Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan

.........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Tim Pemeriksa Hasil Pengadaan Pengolahan Hasil

Perkebunan

pada Dinas Perkebunan Propinsi ................................

Alamat : .................................................... (ditulis lengkap)

Menyatakan telah melakukan pemeriksaan pengadaan ........di Propinsi

........................ sebanyak ........ dalam kondisi baru, baik, lengkap

dan dapat dioperasikan (hasil pemeriksaan terlampir).

Demikian Berita Acara Serah Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani

oleh Tim Pemeriksa pada hari, tanggal, bulan, dan tahun seperti tersebut

di atas.

Tim Pemeriksa Barang

1.............................., ......................

2. ............................., ......................

3. ............................., ......................

Page 327: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

83

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan

BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG

Nomor : ............................

Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan .........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : ................................................ Jabatan : PT ............................................. Alamat : ................................................ ................................................ ............................. (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : Tim Penerima .............................. pada Dinas Perkebunan Propinsi ......... Alamat : ................................................ ................................................ .............................. ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. PIHAK PERTAMA, telah menyerahkan ....... sebanyak ....... kepada PIHAK KEDUA dengan spesifikasi teknis terlampir.

2. PIHAK KEDUA telah menerima penyerahan ....... tersebut dalam kondisi baru, baik, lengkap dan dapat dioperasikan sesuai hasil pemeriksaan terlampir

3. Jenis alat adalah hasil pengadaan barang pada Satuan Kerja .......yang bersumber dari .......... : Nomor :

Page 328: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

84

........, tanggal............., sesuai kontrak nomor :

............, tanggal .................................

Demikian Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum sama.

........................,............... 2016

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA Direktur Utama Tim Penerima Barang; PT. ...................... 1. .....................,

2. ....................., ( .................................) 3. .....................,

Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2 (dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)

Page 329: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
Page 330: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI i

DAFTAR LAMPIRAN ................................................. iii

I. PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang .................................. 1

B. Tujuan dan Sasaran ............................. 4

II. ISTILAH DAN DEFINISI ......................................... 6

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................ 10

1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 10

2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan............................... 11

3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 13

4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan ..................................... 16

IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ................. 29

IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN ...................... 31

A. Tingkat Pusat ................................... 32

B. Tingkat Provinsi ................................ 32

C. Tingkat Kabupaten/kota ...................... 33

Page 331: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ..................................................... 35

VI. PENUTUP .......................................................... 39

LAMPIRAN ............................................................. 40

Page 332: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok ................ 41

Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok ................................. 52

Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi ................ 61

Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan .......... 62

Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan .............................. 63

Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) ..................... 64

Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK) ....................... 67

Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report ............. 68

Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan .............................. 70

Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil .................................. 78

Page 333: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...……… ........................ 80

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang .................... 82

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan ....................... 83

Page 334: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan membutuhkan pengetahuan

tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan

menentukan keputusan bisnis yang akan

diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik

petani produsen, maupun pihak lain yang

bergerak dalam bidang perkebunan.

Sektor perkebunan merupakan salah satu

produk yang menghasilkan komoditas ekspor

yang cukup prospektif, sehingga menjadikan

neraca perdagangan produk perkebunan

meningkat. Peningkatan ini merupakan kata

kunci yang harus dipikirkan dan ditindaklanjuti

dengan upaya nyata oleh seluruh stakeholder

yang terlibat dalam pengembangan pengolahan

hasil perkebunan, terutama oleh pelaku usaha

perkebunan.

Page 335: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Selama ini, kontribusi sektor perkebunan

terhadap penerimaan devisa lebih banyak

diperoleh dari produk olahan primer

dibandingkan dengan produk olahan sekunder

(produk hilir). Produk perkebunan pada

umumnya masih dipasarkan dalam bentuk

primer sehingga bernilai rendah dan rentan

terhadap fluktuasi harga. Kecenderungan yang

terjadi dewasa ini adalah bahwa harga

komoditas primer semakin lama semakin

menurun dan harga produk olahan perkebunan

semakin meningkat.

Diversifikasi pengolahan produk hasil

perkebunan saat ini perlu dikembangkan

sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup

tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri

maupun untuk tujuan ekspor. Menyadari hal

tersebut, maka pendekatan pembangunan

sektor perkebunan ke depan diarahkan kepada

pengembangan pengolahan hasil perkebunan,

bukan lagi pada pengembangan komoditas.

Page 336: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Secara lebih khusus pendekatannya lebih

difokuskan pada produk olahan, baik produk

antara (intermediate product), produk semi

akhir (semi finished product) dan yang utama

adalah produk akhir (final product) yang

berdaya saing. Sampai saat ini, kegiatan-

kegiatan pengolahan hasil perkebunan

termasuk pemanfaatan produk samping dan

limbahnya (diversifikasi produk) pada umumnya

masih sangat kurang dimanfaatkan.

Untuk itu, salah satu strategi pengembangan

perkebunan ke depan adalah pengembangan

pengolahan hasil perkebunan. Pengembangan

pengolahan hasil perkebunan merupakan

pilihan strategis dalam meningkatkan

pendapatan, membuka lapangan pekerjaan di

pedesaan, dan untuk jangka panjangnya adalah

memperkuat pilar sektor perkebunan.

Dengan memfasilitasi poktan/gapoktan dengan

sarana dan prasarana pengolahan perkebunan

yang memenuhi kaidah GHP/GMP dan

Page 337: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

memberikan pelatihan-pelatihan melalui

pembinaan, pengawalan dan pendampingan

pengolahan hasil perkebunan, serta bimbingan

teknis, diharapkan cita-cita membangun unit

pengolahan hasil perkebunan yang kompetitif

dapat tercapai.

Program Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan tahun 2016 ini diharapkan dapat

memberikan substansi yang lebih besar tentang

muatan teknologi pengolahan khususnya sektor

perkebunan sehingga mampu meningkatkan

nilai tambah, daya saing produk dan

pendapatan petani yang akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan petani.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan dan Sasaran

Pedoman teknis ini bertujuan sebagai acuan

dalam melaksanakan kegiatan pengolahan hasil

perkebunan di daerah yang pembiayaannya

Page 338: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

melalui Anggara Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan TA 2016.

Sedangkan sasarannya adalah aparat pelaksana

yang membidangi pengolahan perkebunan di

tingkat Provinsi/ kabupaten/kota (Kegiatan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) dan

Poktan/Gapoktan penerima Dana Tugas

Pembantuan TA 2016 sejumlah 55 unit di 31

provinsi.

Page 339: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

II. ISTILAH DAN DEFINISI

1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah dan/atau kepada instansi

vertikal di wilayah tertentu;

2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari

pemerintah pusat kepada daerah dan/atau

desa, dari pemerintah Provinsi kepada

kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari

pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu dengan

kewajiban melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaannya

kepada yang menugaskan;

3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal

dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur

sebagai wakil pemerintah yang mencakup

semua penerimaan dan pengeluaran dalam

rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak

Page 340: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi

vertikal pusat di daerah;

4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang

berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh

daerah dan desa yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

pelaksanaan tugas pembantuan;

5. Running usaha komersial adalah uji coba

pemanfaatan alat dan mesin untuk

memproduksi produk sesuai dengan kapasitas

dan kemampuannya sampai diperoleh bukti

bahwa alat dan mesin tersebut mampu

berproduksi sesuai dengan spesifikasi teknisnya

serta menghasilkan produk yang siap

dipasarkan.

6. Program adalah instrumen kebijakan yang

berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan instansi/lembaga untuk mencapai

sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi

anggaran, atau kegiatan masyarakat yang

dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;

Page 341: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7. Test Report atau hasil uji adalah keterangan

hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk

kerja, uji beban berkesinambungan, uji

pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan

mesin pertanian.

8. Sentra produksi adalah suatu kawasan yang

mencapai skala ekonomi tertentu sehingga

layak dikembangkan sebagai satuan kegiatan

pengembangan agroindustri pedesaan.

9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan

petani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(sosial, ekonomi, sumber daya) kesamaan

komoditi dan keakraban untuk meningkatkan

dan mengembangkan usahanya.

10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah

organisasi gabungan kelompok tani di suatu

wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak

di bidang usahatani, pengolahan dan

pemasaran yang anggotanya terdiri dari

kelompok tani yang bekerjasama untuk

Page 342: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi

usaha.

11. Site Manager adalah orang yang direkrut untuk

mengelola usaha pengolahan yang ditetapkan

oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan dinas

kabupaten/kota setempat;

12. Asisten Site Manager adalah orang yang dapat

direkrut didaerah setempat diutamakan dari

anggota poktan/gapoktan.

13. Pengolahan Hasil Perkebunan adalah suatu

kegiatan mengubah bahan hasil perkebunan

menjadi beraneka ragam bentuk/diversifikasi

olahan dan macamnya dengan tujuan untuk

memperpanjang daya simpan, dan

meningkatkan nilai tambah.

14. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Perkebunan

adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan

dengan motor penggerak maupun tanpa motor

penggerak untuk kegiatan yang terkait dengan

pengolahan hasil perkebunan.

Page 343: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan di daerah/Provinsi/

Kabupaten tahun anggaran 2016 meliputi:

1. Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Perkebunan

a. Tujuan: Melakukan pembinaan dan

pengawalan kegiatan pembangunan dan

pengembangan pengolahan hasil

perkebunan agar berjalan dengan

optimal dan sesuai dengan pedoman

teknis.

b. Sasaran: Poktan/Gapoktan penerima

Dana Tugas Pembantuan TA 2016.

c. Mekanisme pelaksanaan:

Pada awal tahun dilakukan Koordinasi

Pelaksanaan Kegiatan pengolahan

perkebunan. Kegitan ini dihadiri oleh pihak

terkait dalam pelaksanaan kegiatan tugas

pembantuan Tahun 2016 (tim teknis, pejabat

Page 344: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

pengadaan, Kelompok Tani/penerima TP,

akademisi/tenaga ahli).

Pembinaan dilakukan secara bersama – sama

baik dari unsur pusat, provinsi maupun

kabupaten. Dalam pembinaan ini, dapat juga

bekerjasama dengan akademisi/tenaga ahli

(BPTP atau perguruan tinggi).

Untuk mengetahui kondisi kelembagaan UPH,

petugas dinas melakukan penilaian

menggunakan form perkembangan

kelembagaan kelompok dan perkembangan

usaha kelompok (Lampiran 1 dan 2) .

Penilaian dilakukan pada saat sebelum

bantuan diterima dan pada akhir tahun

anggaran.

2. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Perkebunan

a. Tujuan: Untuk melihat perkembangan

pemanfaatan fasilitasi alat dan mesin

pengolahan hasil perkebunan dan kinerja

unit usaha poktan/gapoktan.

Page 345: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

b. Sasaran: Unit pengolahan hasil yang

difasilitasi oleh Ditjen PPHP sampai dengan

tahun 2015 dan Ditjen Perkebunan tahun

2016.

c. Mekanisme Pelaksanaan

1) Monitoring

Monitoring fasilitasi UPH dilakukan oleh

pihak pusat, provinsi dan

kabupaten/kota. Monitoring dilakukan

terhadap perkembangan pelakanaan

kegiatan tahun 2016, dengan

menggunakan form lampiran 3 dan 4

Monitoring terhadap perkembangan UPH

yang difasilitasi dilakukan dengan

menggunakan form pada lampiran 5.

Data yang diperoleh selama melakukan

monitoring akan dibahas pada

pertemuan evaluasi yang dilakukan di

Provinsi. Adapun pelaksanaannya

dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan

Page 346: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Optimalisasi Unit Pengolahan Hasil

Perkebunan yang dilakukan oleh Pusat.

2) Pelaporan

Hasil yang sudah dibahas pada

pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk

keberhasilannya (succes story), harus

dibawa pada pertemuan Optimalisasi

Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di

tingkat pusat, yang akan dilaksanakan

bulan November 2016.

3. Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh dinas perkebunan

Provinsi dalam bentuk pertemuan.

a. Tujuan: Untuk meningkatkan kompetensi

peserta di bidang pengolahan hasil

perkebunan.

b. Sasaran: petugas dinas kabupaten/kota dan

pengelola usaha/ pengurus

Poktan/Gapoktan baik yang telah

mendapatkan fasilitasi dan yang belum

Page 347: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

difasilitasi, tetapi berpotensi untuk

mengembangkan pengolahan hasil

perkebunan.

c. Kriteria Peserta:

Petugas Dinas Kabupaten/Kota:

1) Orang yang menangani bidang

pengolahan hasil perkebunan.

2) Komunikatif sehingga mampu mengawal

dan mendampingi UPH.

3) Bersedia mengikuti bimbingan teknis

mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

4) Mempunyai komitmen untuk melakukan

pembinaan dan pendampingan.

Pengelola usaha/ pengurus

Poktan/Gapoktan:

1) Pengelola UPH penerima bantuan dana

TP dan yang potensial mengembangkan

pengolahan perkebunan.

2) Bersedia mengikuti bimbingan teknis

mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Page 348: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3) Mempunyai komitmen untuk melakukan

pembinaan dan pendampingan.

d. Materi Bimbingan Teknis

Materi Bimbingan Teknis minimal

mencakup:

1) Teknologi pengolahan hasil, limbah dan

pemanfaatannya.

2) Penerapan manajemen mutu.

3) Manajemen kelembagaan dan usaha.

4) Perijinan

5) Pemasaran

e. Narasumber

Narasumber bimbingan teknis harus

kompeten dibidangnya, dapat berasal dari

balai penelitian dan pengembangan,

akademisi, pengelola usaha yang sudah

berhasil, Badan POM, Dinas Koperasi,

lembaga pembiayaan, dan instansi terkait

lainnya.

Page 349: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

f. Pelaporan

Penyusunan laporan berisi seluruh tahapan

mulai dari persiapan sampai akhir

pelaksanaan kegiatan.

4. Penyediaan Alat Pengolahan Hasil Perkebunan

Penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan

disalurkan melalui dana Tugas Pembantuan.

Kegiatan ini mempunyai tujuan membangun dan

menumbuhkembangkan agroindustri berbasis

kelompok di pedesaan, yang profesional.

Dalam rangka membentuk agroindustri seperti

tersebut di atas, maka diupayakan terintegrasi

dengan unit usaha di sektor lainnya.

Kegiatan Penyediaan alat pengolahan hasil

perkebunan terdiri dari:

1) Fasilitasi Pengolahan Tebu,

2) Fasilitasi Pengolahan Karet,

3) Fasilitasi Pengolahan Kopi,

4) Fasilitasi Pengolahan Kakao,

5) Fasilitasi Pengolahan Sagu,

6) Fasilitasi Pengolahan Kelapa,

Page 350: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

a. Tujuan:

Membangun dan menumbuh kembangkan

unit pengolahan hasil perkebunan berbasis

kelompok dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan petani dan membuka

kesempatan kerja.

b. Sasaran:

Terbangunnya 55 unit usaha pengolahan

hasil perkebunan berbasis kelompok.

c. Lokasi

Kabupaten Penerima Dana Tugas

Pembantuan TA 2016.

d. Ruang lingkup kegiatan

Ruang lingkup kegiatan meliputi: fasilitasi

sarana dan prasarana pengolahan komoditi

perkebunan yang terdiri dari fasilitasi

bangunan unit pengolahan hasil, alat dan

mesin pengolahan, fasilitasi pengelola

usaha/site manajer, serta running usaha

komersial.

Page 351: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1) Tahap Persiapan

a) Penetapan calon penerima/calon

lokasi

Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun

2016 hendaknya sudah dilakukan pada

tahun 2015. Apabila belum dilakukan,

agar segera dilakukan pada awal

tahun 2016. Surat Keputusan (SK)

CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas

provinsi. Khusus untuk TP kabupaten

(satker mandiri) ditetapkan kepala

dinas kabupaten. SK CP/CL

ditetapkan paling lambat akhir maret

2016. Kriteria poktan/gapoktan calon

penerima sebagai berikut:

Memiliki potensi bahan baku yang

memenuhi skala ekonomi.

Sanggup menyediakan lahan untuk

lokasi bangunan pengolahan yang

jelas statusnya.

Page 352: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Mempunyai komitmen untuk

mengembangkan usaha pengolahan

hasil perkebunan dengan mengisi

formulir naskah ikatan kerjasama

pengelolaan barang.

Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun

2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang

dilakukan oleh petugas Provinsi dan

kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai

dengan form verifikasi (lampiran 6).

b) Pembentukan Tim Teknis

Tim teknis dibentuk oleh kepala

dinas yang membidangi

perkebunan.

Tim Teknis adalah petugas/staf

teknis yang kompeten di bidang

perkebunan, terdiri dari petugas

Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

(sesuai usulan Kepala Dinas

Kabupaten/Kota), apabila

diperlukan tim teknis dapat

Page 353: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

berasal dari Balai Penelitian, BPTP

Dinas terkait dan Perguruan

Tinggi.

Tim Teknis bertugas melakukan

pemantapan CPCL, membantu

menyusun dan mengesahkan RUKK,

pengawalan, monitoring dan

evaluasi terhadap kondisi sarana

dan prasarana sampai dengan

selesainya uji coba komersil.

Untuk kegiatan yang ada dana

bahan running usaha komersial,

tim teknis bersama-sama dengan

rekanan dan pengelola unit usaha

melakukan running usaha

komersial dan membuat

laporannya sebagai dasar berita

acara serah terima barang dari

dinas ke poktan/gapoktan.

Page 354: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Kelompok (RUKK)

RUKK disusun berdasarkan

kebutuhan kelompok sesuai

lampiran 7.

Penyusunan RUKK dilakukan oleh

kelompok/gapoktan dibantu

pembina kabupaten dan Provinsi

dan disetujui tim teknis serta

ditetapkan oleh Kepala Dinas

Provinsi/ Kabupaten/Kota.

2) Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan antara lain

meliputi:

a) Pengadaan gedung pengolah hasil

Pengadaan gedung pengolah hasil

mengacu pada Perpres 70 tahun

2012 tentang Peraturan

Pengadaan Barang dan Jasa.

Pembangunan UPH mengacu pada

Peraturan Menteri Pertanian

Page 355: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan

penerapan cara pengolahan hasil

pertanian asal tumbuhan yang

baik (Good Manufacturing

Practices).

Luas bangunan menyesuaikan

standar harga biaya setempat

dengan pagu anggaran yang ada.

Pengadaan bangunan termasuk

didalamnya pemasangan instalasi

listrik dan penyambungannya.

b) Pengadaan alat dan mesin

Pengadaan alat dan mesin

pengolahan hasil harus sesuai

dengan Peraturan Menteri

Pertanian Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan

Page 356: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

penerapan cara pengolahan hasil

pertanian asal tumbuhan yang

baik (Good Manufacturing

Practices).

Mesin pengolah hasil harus

memenuhi persyaratan SNI

(mempunyai sertifikat

penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI)

atau minimal memiliki test report

yang dikeluarkan oleh lembaga

berwenang (Lampiran 8).

Beberapa mesin pengolah hasil

yang telah memiliki test report

dapat dilihat di www.bpm-

alsintan.com

Pengadaan alat yang tertuang

dalam RUKK harus sudah

termasuk pemasangan alat, mesin

genset, pelatihan petugas

pengelola (operasional,

perawatan, perbaikan), running

Page 357: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

test serta jaminan/garansi selama

1 tahun.

Contoh spesifikasi beberapa alat

dan mesin pengolahan dapat

dilihat pada lampiran 9.

c) Running usaha komersial

Tahapan ini dilaksanakan pada

kegiatan yang mempunyai anggaran

running usaha komersial. Setelah

alat dan mesin terinstall, maka harus

dilakukan running usaha komersial

sampai alat dan mesin dapat

beroperasi optimal sesuai dengan

spesifikasi teknis, yang dibuktikan

dengan laporan seperti pada

lampiran 10.

Berita acara serah terima barang

ditandatangani bila running usaha

komersial telah dilaksanakan dan

Page 358: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

berhasil memenuhi persyaratan

sesuai dengan kelayakan teknis.

d) Naskah Ikatan Kerja Sama

Pengelolaan Barang

Gapoktan penerima harus

menandatangani naskah ikatan

kerjasama pengelolaan barang

sebagaimana contoh yang tercantum

pada lampiran 11.

e) Penyerahan kepada Gapoktan

Penyerahan alat, mesin, dan gedung

dari dinas yang membidangi

perkebunan di provinsi kepada

gapoktan dilengkapi dengan Berita

Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita

Acara Serah Terima Barang sesuai

format pada lampiran 12 - 13

f) Organisasi Usaha Kelompok

Kepemilikan usaha dan pengelolaan

usaha:

Page 359: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Unit usaha dimiliki oleh gabungan

kelompok tani (Poktan/Gapoktan).

Pengelolaan usaha dilakukan

secara profesional oleh site

manager/pengurus

poktan/gapoktan.

Dinas yang memiliki alokasi

anggaran site manager diharapkan

melakukan Recruitment Site

Manager dan Asisten Site Manager

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Berpengalaman dan

mempunyai jiwa wirausaha

dan memiliki latar belakang

pendidikan minimal SMA

2) Berasal/berdomisili dalam

wilayah dimana unit usaha

kelompok berada

3) Site manager tidak sebagai

pengurus poktan/gapoktan

Page 360: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4) Site manager dan asisten site

manager yang terpilih

ditetapkan dengan SK kepala

dinas provinsi

3) Pengelolaan Unit Usaha

a) Bahan baku diutamakan berasal dari

anggota poktan/gapoktan.

b) Proses pengolahan hasil, pengemasan

dan penyimpanan dilakukan sesuai

kaidah - kaidah penerapan jaminan

mutu sehingga menghasilkan produk

yang bermutu secara konsisten dan

aman dikonsumsi.

c) Produksi yang dihasilkan dapat

berupa diversifikasi produk secara

vertikal maupun diversifikasi produk

secara horizontal (produk samping).

Produk yang dihasilkan harus

memenuhi standar produk yang ingin

dicapai secara konsisten.

Page 361: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4) Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam rangka meningkatkan kinerja

UPH, maka perlu dilakukan pelatihan

secara internal dan mengikuti pelatihan

eksternal yang relevan

Page 362: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

IV. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan daerah dapat dilihat

pada tabel 1 dan 2 berikut:

Table 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pengolahan Hasil Perkebunan di

Daerah Tahun 2016

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pembinaan, pengawalan

dan monitoring

pengolahan hasil

Perkebunan

2 Monitoring Evaluasi

Pengolahan Hasil

Perkebunan

3 Bimbingan Teknis

Pengolahan Hasil

Perkebunan

Page 363: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Table 2 . Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Alat dan Mesin Pengolahan

Perkebunan Tahun 2016

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penetapan SK CP/CL

2 Penetapan SK ULP/Tim Pengadaan Barang dan Jasa

3 Mengumumkan Rencana Pengadaan barang dan Jasa di E-announcement

4 Melakukan proses pengadaan barang

5 Penetapan Pemenang pengadaan Barang dan Jasa & Kontrak

6 Pelaksanaan Pengadaan Barang

7 Pemeriksaan Barang (oleh Tim Penerima Barang)

8 Uji coba alat dan pelatihan Teknis

9 Running usaha komersial

10 Serah terima alat kepada poktan/gapoktan

11 Operasionalisasi peralatan

12 Monitoring dan Evaluasi

Page 364: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

IV. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN

Pengawalan dan pembinaan dilakukan secara

berkelanjutan, baik oleh Dinas Perkebuan Provinsi,

Kabupaten/kota maupun Pusat, sehingga

Poktan/gapoktan mampu mengoptimalkan

pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah

diberikan. Pengawalan dan pembinaan ini perlu

didukung dana pembinaan lanjutan yang

bersumber dari APBN, APBD maupun sumber

pembiayaan lainnya.

Peran Dinas yang menangani di Provinsi dan

Kabupaten/kota sangat menentukan keberhasilan

kegiatan yang bersangkutan. Apabila diperlukan,

maka pengawalan dan pembinaan dimaksud dapat

melibatkan perguruan tinggi atau lembaga terkait

lainnya.

Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan di masing-

masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut:

Page 365: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

A. Tingkat Pusat

1. Menyusun pedoman teknis untuk

mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang

ditetapkan.

2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan

Provinsi dan Kabupaten/kota dalam

melaksanakan advokasi, pengendalian,

pemantauan dan evaluasi.

3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan

pemanfaatan alat dan mesin.

4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan

pengolahan hasil perkebunan.

B. Tingkat Provinsi

1. Menyusun petunjuk pelaksanaan (Juklak)

kegiatan di Provinsi, yang mengacu kepada

pedoman teknis pusat.

2. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi

lintas sektoral di tingkat

Provinsi/Kabupaten/kota dalam rangka

pengadaan alat dan mesin.

Page 366: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

3. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis,

dan manajemen alat dan mesin.

4. Menyusun dan melaporkan hasil

pemantauan dan pengendalian serta

menyampaikan laporan ke pusat (Direktorat

Jenderal Perkebunan cq Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hasil

Perkebunan).

C. Tingkat Kabupaten/kota

1. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) dengan

mengacu kepada pedoman teknis dan

petunjuk pelaksanaan (Juklak), disesuaikan

dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial

budaya setempat (spesifikasi lokasi).

2. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon

Poktan/gapoktan penerima alat dan mesin.

3. Melakukan pembinaan, pelatihan,

bimbingan teknis, dan manajemen

penggunaan alat dan mesin di daerahnya.

Page 367: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan

evaluasi.

5. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan,

pengendalian, dan evaluasi ke Dinas

Perkebunan Provinsi dan Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Page 368: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pelaporan kegiatan Pengembangan Pengolahan

Hasil Perkebunan merupakan salah satu bentuk

media penyampaian informasi terhadap

serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak

persiapan sampai akhir pelaksanaan. Melalui

laporan akan dilihat perkembangan pelaksanaan,

hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.

Sistem monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian nomor 31/permentan/OT.140/3/2010

tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian.

Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten

dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi

dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan

kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq.

Page 369: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Jenis Laporan

Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina

Provinsi wajib membuat laporan tentang

pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

1. SIMONEV yang meliputi:

Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai

indikator kinerja

Perkembangan kelompok sasaran dalam

pengelolaan kegiatan lapangan berikut

realisasi fisik dan keuangan

Permasalahan yang dihadapi dan upaya

penyelesaian di tingkat Kabupaten dan

Provinsi.

2. Format Laporan menggunakan format yang

telah ditentukan seperti yang dapat dilihat di

lampiran 3 dan 4.

Page 370: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

3. Laporan perkembangan fisik yang sesuai

tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi

meliputi: nama petani/kelompok

tani/gapoktan, desa/kecamatan/kabupaten,

luas areal (target dan realisasi), waktu

pelaksaan, perkembangan, kndala dan

permasalahan dan upaya pemecahan masalah.

4. Laporan akhir berisi realisasi kegiatan yang

berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun

anggaran, permasalahan yang dihadapi dan

usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang

dibuat setelah program berakhir.

B. Waktu Penyampaian Laporan

1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan:

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan kepada

provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5

bulan laporan.

Page 371: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan kepada

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan, Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling lambat

tanggal 7 bulan laporan.

2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan

ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat

Jenderal Perkebunan, disampaikan paling

lambat tanggal 7 bulan laporan.

3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,

Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan

paling lambat tanggal 31 Desember 2016.

Page 372: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

VI. PENUTUP

Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi Dinas

Perkebunan Provinsi maupun Kabupaten/kota,

dalam melaksanakan Kegiatan Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan Pengolahan Hasil Perkebunan

TA 2016. Dinas Perkebunan Provinsi maupun

Kabupaten/kota diharapkan dapat menjabarkan

lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan

dan Petunjuk Teknis.

Keberhasilan kegiatan Pengembangan Pengolahan

Hasil Perkebunan ini sangat tergantung kepada

komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait,

baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dengan adanya pedoman teknis ini, diharapkan

akan meningkatkan koordinasi yang sinergis antara

Dinas Provinsi dan Kabupaten/kota dalam

melakukan pembinaan terhadap Pengembangan

Pengolahan Hasil Perkebunan Berkelanjutan.

Page 373: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Page 374: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lampiran 1. Kuisioner Perkembangan Kelembagaan Kelompok I. Data Dasar

No

Nama

Gapoktan/UPH dan Alamat

NamaKetua Gapoktan/

Manager UPH

Waktu

Penilaian

Nama Penilai, Jabatan, No

HP

Ket

II. Hasil Penilaian

Lembar Jawaban

No Kriteria

Fakta di Lapang

(Lingkari salah satu)

Nilai

1 Sekretariat kelompok a b c d

2 Pengelola / Pengurus Kelompok a b c d

3 Administrasi Kelompok a b c d

4 Peraturan (AD/ART) a b c d

5 Rencana kerja Kelompok a b c d

6 Pertemuan Rutin Kelompok a b c d

7 Data perkembangan a b c d

8 Simpanan anggota kelompok a b c d

9 Usaha Kelompok a b c d

10 Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a b c d

11 Laporan Kondisi Anggota Kelompok a b c d

12 Laporan Kegiatan & Keuangan Kelompok a b c d

13 Kemitraan a b c d

14 Akses terhadap permodalan a b c d

TOTAL

Nilai : (a:0) (b:2,5) (c:5) (d:7,5) (e:10)

Page 375: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Hasil Penilaian :

Perolehan Angka : Jumlah Jawaban

14

Status Gapoktan

(Berdasarkan Hasil Penilaian)

: a) 0 – 5 (Kelompok Pemula)

: b) > 5 – 7,5 (Berkembang)

: c) > 7,5 (Mandiri)

Page 376: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Kuesioner Kelengkapan Kelompok

1. Sekretariat kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi tidak resmi c. Ada tetapi tidak difungsikan d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi

2. Pengelola / Pengurus Kelompok a. Tidak berfungsi b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak c. Berfungsi seadanya d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing

3. Administrasi Kelompok a. Belum ada b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya c. Kadang-kadang dicatat d. Sudah ada tetapi belum tertib e. Sudah ada dan tertib

4. Peraturan (AD/ART) a. Belum mengerti b. Baru ada aturan-aturan lisan c. Sudah ada tetapi belum lengkap d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat

anggota e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota

5. Rencana kerja Kelompok a. Belum dibicarakan b. Dibicarakan lisan saja c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun

Page 377: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

e. Dibicarakan , tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 tahun

6. Pertemuan Rutin Kelompok a. Tidak ada b. Ada tetapi belum rutin c. Ada tetapi pertemuan anggota saja yang rutin d. Ada pertemuan anggota & pengurus rutin tetapi tidak

tercatat. e. Ada rutin , pertemuan anggota setiap bulan , dan

pertemuan pengurus setiap minggu, tercatat. 7. Data perkembangan

a. Tidak ada b. Kadang-kadang dicatat dibuku c. Sudah ada tetapi belum rutin d. Sudah ada , rutin, tetapi tidak dipasang di dinding e. Ada dipajang di dinding dan rutin bulanan

8. Simpanan anggota kelompok a. Belum ada b. Simpanan pokok saja c. Simpanan pokok dan wajib tetapi belum lengkap d. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal e. Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal ditambah

simpanan sukarela 9. Usaha Kelompok

a. Tidak ada usaha kelompok hanya ada usaha anggota saja b. Usaha kelompok baru simpan-pinjam secara sederhana c. Usaha kelompok baru simpan-pinjam dari dana program

dan ditangani secara khusus. d. Ada unit usaha lain berupa pemasaran hasil anggota

atau pengadaan sarana produksi untuk anggota disamping simpan pinjam , dan ditangani secara khusus

Page 378: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

e. Usaha simpan-pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil, dan lainnya dikelola secara terpisah, benar, dan menghasilkan

10. Monitoring dan Evaluasi Anggota Kelompok a. Belum dilakukan b. Dilakukan pengurus, tidak rutin, dan tidak tercatat c. Dilakukan pengurus, rutin, tidak tercatat d. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan pada

rapat anggota e. Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan, dan

dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut.

11. Laporan Kondisi Anggota Kelompok a. Belum ada b. Ada, belum lengkap, dan tidak rutin c. Ada , belum lengkap, tetapi rutin d. Ada, lengkap, rutin, tidak selalu dibahas e. Ada, lengkap, rutin, dan selalu dibahas

12. Laporan Kegiatan dan Keuangan Kelompok a. Belum ada b. Ada tetapi sederhana saja c. Ada tetapi belum lengkap dan berubah-ubah d. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam

bentuk rugi laba dan neraca, tetapi sering terlambat. e. Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam

bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota.

13. Kemitraan a. Belum ada b. Dalam proses pembicaraan saja (lisan) c. Sudah dalam bentuk konsep tertulis d. Sudah berhubungan(MoU/kontrak) tetapi belum berjalan

Page 379: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

e. Sudah berjalan dengan baik. 14. Akses terhadap permodalan

a. Belum ada b. Tahap perencanaan konsep c. Sudah memulai penjajagan d. Mengajukan proposal e. Sudah terealisasi.

Page 380: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Contoh Rencana Kerja Usaha Kelompok

No Indikator Fakta di Lapangan

Target Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Monev/

RTL

1 2 3 4 5 6 7

1 Sekretariat Kelompok

a) Belum ada e) Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi

- Penentuan lokasi sekretariat

- Identifikasi kebutuhan sarana kerja

- Pengadaan sarana kerja

2 Pengelola / Pengurus kelompok

a) Tidak Berfungsi

e) Berfungsi sesuai tugas masing – masing

- Menyusun Tupoksi

- Pelatihan pelaksanaan tupoksi

- Melaksanakan tupoksi

3 Administrasi kelompok

a) Belum ada e) Sudah ada dan tertib - Membuat konsep untuk kartu anggota & buku identitas anggota

- Pelatihan pendaftaran anggota kelompok

- Pengadaan buku administrasi kelompok

- Pelatihan pengadministrasian

- Melakukan pengadministrasian dengan tertib

4 Peraturan AD/ART

a) Belum mengerti

e) Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat

- Menyusun AD/ART

- Pembahasan dan Perbaikan AD/ART

Page 381: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

anggota - Pengesahan AD/ART

- Sosialisasi AD/ART

- Pelaksanaan AD/ART

5 Rencana Keja Kelompok

a) Belum dibicarakan

e) Dibicarakan, tertulis dengan jadwal pelaksanaan selama 1 thn

- Menyusun rencana kerja berdasarkan hasil monev 14 Kriteria

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun

- Pelaksanaan rencana kerja

6 Pertemuan rutin kelompok

a) Tidak ada e) Ada rutin, pertemuan anggota setiap bulan, pertemuan pengurus setiap minggu dan tercatat

- Membuat jadwal & agenda pertemuan anggota dan pengurus

- Membuat format notulen

- Pelatihan membuat notulen rapat

- Melaksanakan rapat dan membuat notulen

7 Data perkembangan

a) Tidak ada e) Ada dipanjang di dinding dan rutin bulanan

- Mengidentifikasi kegiatan yang harus dilaporkan

- Membuat format dan jadwal pelaporan

- Menyiapkan sarana tempat pelaporan

- Pelatihan pencatatan laporan

- Membuat laporan perkembangan keleompok setiap tanggal

8 Simpanan anggota kelompok

a) Belum ada e) Simpanan pokok dan wajib sesuai jadwal di tambah simpanan sukarela

- Sosialisasi tentang manfaat simpanan pokok,wajib & sukarela

- Menentukan besarnya simpanan pokok, wajib & sukarela

Page 382: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

- Menentukan aturan tentang simpanan pokok, wajib & sukarela

- Melakukan pencatatan simpanan pokok, wajib & sukarela

9 Usaha kelompok

a) Tidak ada usaha kelompok, hanya ada usaha anggota saja

e) Usaha simpan pinjam, sarana produksi, pemasaran hasil dan lainnya dikelola secara terpisah, benar dan menghasilkan

- Identifikasi dan penentuan peluang usaha

- Pembuatan proposal usaha

- Sosialisasi proposal usaha

- Penentuan penanggung jawab kegiatan usaha

- Pelaksanaan usaha

- Pembagian sisa hasil usaha sesuai AD/ART

10 Monitoring dan evaluasi anggota kelompok

a) Belum dilakukan

e) Dilakukan pengurus, rutin, tercatat, dibicarakan dan dilakukan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut

- Membuat daftar pertanyaan untuk monev

- Menentukan jadwal monev

- Pelatihan pelaksanaan monev

- Melakukan monev

11 Laporan kondisi anggota kelompok

a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan selalu dibahas

- Membuat format laporan kondisi anggota kelompok

- Membuat laporan kondisi anggota kelompok sesuai hasil monitoring anggota kelompok

Page 383: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Catatan :

Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.

Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.

- Pembahasan hasil laporan dan menyusun rencana tindak lanjut

- Melaksanakan rencana tindak lanjut

12 Laporan kegiatan & keuangan kelompok

a) Belum ada e) Ada, laporan kegiatan lengkap, laporan keuangan dalam bentuk rugi laba dan neraca dan diumumkan setiap pertemuan anggota

- Pelatihan penyusunan laporan kegiatan dan keuangan kelompok dalam bentuk rugi laba dan neraca

- Membuat laporan kegiatan dan keuangan kelompok setiap akhir bulan

13 Kemitraan a) Belum ada e) Sudah berjalan dengan baik

- Identifikasi mitra

- Pelatihan penjajakan mitra

- Membuat MOU (Kontrak kerjasama)

- Pelaksanaan kerjasama

14 Akses terhadap permodalan

a) Belum ada e) Sudah terealisasi - Identifikasi lembaga keuangan

- Pelatihan penjajakan lembaga keuangan

- Membuat proposal

- Mengajukan proposal

- Realisasi penerimaan modal

Page 384: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha

kelompok.

Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada

fakta awal yang ada dilapangan.

Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.

Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14

pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak

lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.

Page 385: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lampiran 2. Kuisioner Perkembangan Usaha Kelompok

Perkembangan Usaha Kelompok 1. Sumber bahan baku :

a. Tidak dari kelompok b. Dari kelompok ≤ 25% c. Dari kelompok 26% - 50% d. Dari kelompok 51% - 75% e. Dari kelompok 76% - 100%

2. Ketersediaan bahan baku a. ≤ 20% kapasitas produksi tercukupi b. 21% - 40%kapasitas produksi tercukupi c. 41% - 60% kapasitas produksi tercukupi d. 61% - 80 % kapasitas produksi tercukupi e. 81% – 100 % kapasitas produksi tercukupi

3. Rata-rata Produksi per tahun a. ≤ 20% target produksi b. 21% – 40% target produksi c. 41% - 60% target produksi d. 61% - 80% target produksi e. 81% - 100% target produksi

4. Target produksi per tahun a. ≤ 20% kapasitas terpasang b. 21% – 40% kapasitas terpasang c. 41% - 60% kapasitas terpasang d. 61% - 80% kapasitas terpasang e. 81% - 100% kapasitas terpasang

5. Pelatihan dan komitmen penerapan GMP a. Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP b. Ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP secara

eksternal c. Ada pelatihan GMP secara internal d. Ada komitmen untuk menerapkan GMP setelah

pelatihan GMP internal e. Sudah membentuk tim penerapan GMP

Page 386: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

6. Sarana dan prasarana pengolahan hasil a. Belum memenuhi persyaratan GMP b. 25% memenuhi persyaratan GMP c. 26%-50% memenuhi persyaratan GMP d. 51%-75% memenuhi persyaratan GMP e. 76%-100% memenuhi persyaratan GMP

7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Proses a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat 8. SOP Sanitasi (SSOP)

a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat 9. Program Kebersihan

a. Belum ada b. Sudah dibuat tapi belum disahkan c. Sudah ada, sudah disahkan tapi belum diterapkan d. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan tapi

belum tercatat e. Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan

sudah tercatat. 10. Produk olahan yang dihasilkan

a. Belum memenuhi standar yang dipersyaratkan b. 25% memenuhi standar yang dipersyaratkan c. 26%-50% memenuhi standar yang dipersyaratkan d. 51%-75% memenuhi standar yang dipersyaratkan

Page 387: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

e. 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan 11. Kemasan produk

a. Pengemasan masih seadanya b. Bahan kemasan food grade tetapi desain kemasan

belum mampu melindungi produk secara benar. c. Bahan kemasan food grade, desain kemasan sudah

mampu melindungi produk tetapi labelnya belum memenuhi persyaratan

d. Bahan kemasan food grade, desain kemasan mampu melindungi produk, label memenuhi persyaratan tetapi belum menarik

e. Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik

12. Pemasaran Produk yang dihasilkan a. Belum ada pasar yang jelas b. pasar di tingkat lokal (desa) c. Pasar tradisional tingkat kecamatan d. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri e. Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan

ekspor 13. Pengelolaan Limbah

a. sudah diolah dan dimanfaatkan b. 26%-60% limbah Belum dilakukan c. 25% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan d. 61%-100% limbah sudah diolah dan dimanfaatkan e. Sudah diolah dan menjadi usaha baru

Page 388: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lanjutan Lampiran 1b LEMBAR JAWABAN

Tanggal _____Bulan__________Tahun ______ Data Dasar

1. Nama kelompok : 2. Alamat : 3. Pengurus :

a. Ketua : b. Sekretaris : c. Bendahara :

1 a b c d e 8 a b c d e 2 a b c d e 9 a b c d e 3 a b c d e 10 a b c d e 4 a b c d e 11 a b c d e 5 a b c d e 12 a b c d e 6 a b c d e 13 a b c d e 7 a b c d e

Yang menilai : Nama :

Cara penilaian dan pengkelasan usaha kelompok :

1. Nilai a = 0, nilai b = 2,5, nilai c= 5, nilai d = 7,5 dan nilai e = 10

2. Jumlahkan hasil penilaian untuk 10 kriteria, kemudian dihitung rata-

ratanya dengan membagi 10

3. a. Jumlah rata-rata antara 0 - 5 dikategorikan usaha kelompok pemula

b. Jumlah rata-rata antara > 5 - 7,5 dikategorikan usaha kelompok

berkembang c. Jumlah rata-rata antara > 7,5 dikategorikan usaha

kelompok mandiri

4. Hasil penilaian dan pengkelasan ini dapat dijadikan sebagai pedoman

untuk membuat rencana kerja kelompok dengan contoh format

sebagai berikut :

Page 389: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Contoh Rencana Kerja Perbaikan Rencana Kerja di Kelompok

No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan Waktu

Pelaksanaan

Monev/

RTL

1 2 3 4 5 6 7

1 Sumber bahan baku

b) Tidak dari kelompok

f) Dari kelompok 76%-100%

- Identifikasi sumber bahan baku lainnya

- Menambah anggota kelompok pemilik bahan baku

- Melakukan pencatatan pengadaan bahan baku dengan formulir yang mampu telusur

- 1 tahun sesuai program yang disusun

2 Ketersediaan bahan baku

a) ≤20% kapasitas produksi tercukupi

e) 81%-100%

kapasitas produksi tercukupi

- Identifikasi sumber bahan baku

- Menjalin kerjasama dengan penyedia bahan baku

- Melakukan upaya peningkatan produksi dan produktivitas (ekstensifikasi dan intensifikasi)

- Mendokumentasikan program diatas

- 1 tahun sesuai program yang disusun

3 Rata-rata produksi olahan per tahun

b) ≤ 20%

kapasitas produksi

f) 81% – 100% target produksi

- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 390: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

- Memperluas akses bahan baku

- Memperluas pangsa pasar

- Mengikuti promosi/pameran

- Mendokumentasikan program diatas

4 Target produksi per tahun

a)≤ 20%

kapasitas terpasang

e) 81% – 100% kapasitas terpasang

- Menyusun program kerja pengolahan hasil per tahun

- Sosialisasi rencana kerja selama 1 Tahun kepada semua anggota/pengelola

- Memperluas pangsa pasar

- Memperluas akses bahan baku

- Mendokumentasikan program diatas

- 1 tahun sesuai program yang disusun

5 Pelatihan dan komitmen penerapan GMP

b) Tidak ada pegawai yang mengikuti pelatihan GMP

f) Sudah membentuk tim penerapan GMP

- Mengikuti pelatihan GMP secara eksternal

- Mengadakan pelatihan GMP secara internal

- Melakukan sosialisasi rencana penerapan GMP kepada karyawan

- Membentuk tim penyusun dokumen penerapan GMP

- Membuat dokumentasi pelaksanaan penerapan GMP

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 391: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

6 Sarana dan prasarana pengolahan hasil

a. Belum memenuhi persyaratan GMP

e) 76%-100% memenuhi persyaratan GMP

- Identifikasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi GMP

- Revitalisasi sarana prasarana yang rusak/tidak memenuhi standar GMP

- Menambahkan sarana yang kurang

- Membuat program dan pencatatan pelaksanaan kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun SOP Proses

- SOP proses dibahas secara internal

- Perbaikan SOP proses

- Verifikasi SOP proses

- Pengesahan SOP proses

- Pelaksanaan SOP proses

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP proses

- 1 tahun sesuai program yang disusun

8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun SOP sanitasi

- SOP sanitasi dibahas secara internal

- Perbaikan SOP sanitasi

- Verifikasi SOP sanitasi

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 392: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

- Pengesahan SOP sanitasi

- Pelaksanaan SOP sanitasi

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan SOP sanitasi

9 Program Kebersihan

a) Belum ada e) Sudah ada, sudah disahkan, sudah diterapkan, dan sudah tercatat

- Tim GMP menyusun program kebersihan

- program kebersihan dibahas secara internal

- Perbaikan program kebersihan

- Verifikasi program kebersihan

- Pengesahan program kebersihan

- Pelaksanaan program kebersihan

- Pencatatan dan dokumentasi penerapan program kebersihan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

10 Produk olahan yang dihasilkan

a) belum memenuhi standar yang dipersyaratkan

e) 76%-100% memenuhi standar yang dipersyaratkan

- Membuat standar internal atau mengadopsi SNI sebagai acuan standar produk yang akan dihasilkan

- Membuat prosedur verifikasi kesesuaian produk

- Melakukan verifikasi kesesuaian standar produk(visual dan atau uji lab)

- Dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 393: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

11 Kemasan produk b) Kemasan masih seadanya

f) Kemasan mampu melindungi produk, bahannya food grade, memenuhi persyaratan pelabelan, dan sudah menarik

- Evaluasi

- Mencari informasi tentang kemasan dan pelabelan

- Merencanakan perbaikan kemasan dan label

- Memperbaiki kemasan dan label

- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

12 Pemasaran produk yang dihasilkan

b) Belum ada pasar yang jelas

f) Sudah ada kemitraan untuk pasar dalam negeri dan ekspor

- Identifikasi pasar

- Menyusun rencana/strategi pemasaran

- Melakukan kemitraan

- Melakukan promosi

- Pencatatan dan dokumentasi kegiatan

- 1 tahun sesuai program yang disusun

13 Pengelolaan limbah

b) belum dilakukan f) sudah diolah dan menjadi usaha baru

- Identifikasi pemanfaatan limbah

- Merancang program pengolahan limbah

- Membuat SOP Pengolahan Limbah menjadi produk samping

- Melatih petugas pengelolaan limbah

- Mengolah, memanfaatkan, dan memasarkan hasil olahan limbah (produk samping)

- 1 tahun sesuai program yang disusun

Page 394: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lampiran 3. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASITA 2016

Dinas Propinsi :

Bulan :

Tanggal laporan :

No

Kabupaten/Kota

Kegiatan

Pagu anggaran

Realisasi Kendala

RTL Fisik Keuangan

Target Realisasi Rp %

RTL = Rencana Tindak Lanjut

Page 395: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lampiran 4. Form Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Tugas Pembantuan

MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN TUGAS PEMBANTUANTA 2016

Dinas Propinsi :

Bulan :

Tanggal laporan :

No

Kabupaten/Kota

Kegiatan

Pagu

Anggaran

Realisasi Kendala

RTL Fisik Keuangan

Target Realisasi Rp %

RTL = Rencana Tindak Lanjut

Page 396: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016

Lampiran 5. Monitoring Perkembangan Poktan/Gapoktan Penerima Sarana Peralatan Pengolahan Perkebunan

Propinsi :

No Kab

/Kota

Nama Gapoktan Alamat, Cp Dan

Hp

Jenis Uph & Bantuan Alat

Tahun Penerimaan

Jenis Produksi Olahan & Merk

Dagang

Kapasitas Produksi

Sertifikasi Jaminan Mutu/

Perijinan*)

Pemasaran

Kendala Upaya

Penanganan Ter

pasang Ter

pakai

Nama mitra usaha

Tujuan

*)Sertifikasi Jaminan Mutu : GHP/GMP/HACCP/ISO

Perijinan : ML/MD

Page 397: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 6. Formulir verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan) Data verifikasi CP/CL (Poktan/Gapoktan)

I. Data Umum

Nama Poktan/Gapoktan : …………………………………………………………

Jumlah Kelompok : …………………………………………………………

Alamat (Desa, Kec, Kab, Prop) : …………………………………………………………

Komoditi : …………………………………………………………

Luas Areal Gapoktan : …………………………………………………………

Produksi : …………………………………………………………

Jumlah Anggota : …………………………………………………………

Ketersediaan air bersih : …………………………………………………………

Ketersediaan listrik : …………………………………………………………

Kesesuaian Lokasi : …………………………………………………………

Fasilitas Penanganan Limbah : …………………………………………………………

Fasilitasi sarana sebelumnya : ( ada/tidak ada), Sumber bantuan

........., tahun......

Registrasi/sertifikasi produk olahan dari instansi penerbit seperti Dinas

Kesehatan, Dinas Pertanian, BPOM : (ada/tidak ada) Sumber

sertifikasi...............,tahun.......

Page 398: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

II. Kondisi UPH Saat ini

No Nama produk olahan

Ketersediaan Bahan

Baku/Hari

Volume Produksi/(..../....

)

Kemasan/Kondisi

Kemasan Pemasaran

Sarana Yang dimiliki

Ruang prosesing

Alsin yang dimiliki

(kapasitas terpasang /..../....)

Luas :...

Kondisi :...

Status lahan :

Catatan : ................................................................

III. Fasilitasi UPH yang diusulkan

No

Nama produ

k olahan

Ketersediaan Bahan Baku

(.../...)

Volume Produksi

(..../...)

Rencana

Kemasan

Rencana Pemasar

an

Sarana Yang diusulkan*

Ruang prosesing

Alsin yang diusulkan (kapasitas terpasang /..../....)

Revitalisasi (...m2) :...

Pembangunan baru (...m2) :...

Status lahan :

1.......

2......

3.......

Catatan :

*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP

Informasi lainnya : …..................................................................

Page 399: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

IV. Rekomendasi tim verifikasi

(verifikator,petugas pendamping kabupaten, propinsi) :

.................................................................................

.................................................................................

.................................................................................

Petugas verifikator Petugas Pendamping Petugas pendamping

Dinas Kabupaten Dinas Propinsi

(........................) (.........................) (........................)

Page 400: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 7. Contoh Rencana Usaha Kegiatan Kelompok (RUKK)

Rekapitulasi RUKK Gapoktan ………… DINAS PERKEBUNAN PROVINSI …………………

Dana Tugas Pembantuan Tahun …….

Menyetujui, Mengetahui,

1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas Prop/Kab/Kota

…………………………

2. Tim Teknis Kab/Kota :

3. Tim Teknis Prop :

No Nama barang Kelompok Penerima

Bantuan/Alamat Volume

Pagu (Rp)

Fasilitasi Pengolahan Kelapa

1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit

2 Mesin Pemeras Santan 1 unit

3 Mesin Penyaring Minyak Kelapa

1 Unit

4 Mesin Pengemas/Pengunci Tutup Botol

1 unit

5 Mesin Pemurni Minyak Kelapa 1 unit

6 ............................ ... unit

7 ............................ ... unit

Page 401: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 8. Daftar Lembaga yang Berwenang Mengeluarkan Test Report

No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian

1 Balai Pengujian Mutu Alat Dan Mesin

Jl. Lio Sawah Indah Citayam, Bojong Pondok Terong, Pancoran Mas, Depok 16431

Alsin Pra Dan Pasca Panen

2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Situgadung, Legok, Tromol Pos 2 – Serpong Tangerang-Banten

Alsin Pra Dan Pasca Panen

3 Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao

Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember 68118, Jawa Timur

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi Dan Kakao

4 Pusat Penelitian Teh Dan Kina

Gambung, Kotak Pos 1013, Bandung 40010, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Teh Dan Kina

5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit

PO BOX 1103, Medan 2001, Jl. Brigjen Katamso No. 51, Medan 20158, Sumatera Utara

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit

6 Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Jl. Salak No. 1 Bogor 16151, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet

7 Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

Jl. Pahlawan 25 Pasuruan, 67126 Jawa Timur

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Gula

8 Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget

Kotak Pos 1004, Manado, 95001

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa

9 UPTD. Balai Pengembangan Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar

Jl. Darmaga, Bojong Picung, Cihea, Kab. Cianjur, Jabar. Tel. 0263-322358.

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

10 Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung

Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor Sumedang, Tel. 022-7798844.

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen

Page 402: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

No Lembaga / Laboratorium Alamat Prioritas Pengujian

11 Laboratorium Pasca panen, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Jl.Sosio Yustisia Bulak Sumur Yogyakarta, 55281, Tel. 0274-563542

Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan

12 Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kampus IPB Dramaga, PO. Box 220 Bogor, 16220. Tel. 0251-627931.

Alsin Pra Panen

13 Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak.

Jl. MT. Haryono, SETTU. Bekasi.

Alsin Peternakan.

14 UPTD. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Jl. Syeikh Jamil Jambek Bukittinggi, telp. (0752) 22823

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura

15 UPTD. Perbengkelan dan Pelatihan Alsintan, Dinas Pertanian SUMUT

Jl. AH. Nasution No.7, Medan, SUMUT, Telp. (061)7862124

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

Page 403: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 9. Contoh Spesifikasi Sarana, Alat dan Mesin Pengolahan Perkebunan

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

KARET

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Slub Cutter (Alat Pemecah)

Kapasitas : 300-500 Kg/ Jam

Dimensi : 1200 x 600 mm

Penggerak : DIESEL 23 pk

Material : Rangka = Mild Steel

Pisau : HSS

Fungsi : Memecah bahan baku menjadi kuran sedang (4 bagian)

2 Creepers (Alat Pemadat) Kapasitas : 100-200 Kg/ Sheift

Material : Mild Steel, UNP 100

Fungsi : Memadatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran

3 Gerobak Dorong Kapasitas angkut : 50-100 Kg

Ukuran Roda : 300-325,8

Velg Roda : Besi Tebal

4 Pembeku Lateks Bahan : Yang direkomendasikan lembaga berwenang

5 Bak Pembeku Bahan Bak : Alumunium

Tebal bahan bak : 0,8 mm

Ukuran Bawah : 30 x 30 cm

Ukuran atas : 50 x 50 cm

Tinggi bak : 40 cm

6 Mangkok sadap Bahan bak : Plastik/ Pilyproline

Volume : 500 ml

Page 404: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Diameter atas : 11 CM

Tinggi : 9 cm

7 Talang sadap Bahan : Seng

Ketebalan : 0,2 MM

Jumlahgerigi pangkal

: 6-8 buah

Lebar : 4 cm

Panjang : 7 cm

8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi

Sudut mata dalam

: 55"

Tinggi lipatan mata

: 1,5 cm

Tinggi lengkung pisau

: 7 cm

Panjang lengkungan

: 10 cm

Lebar Pisau : 8,1 cm

Lebar mata pisau

: 1,7 cm

Tebal pisau : 0,2 cm

Tebal mata pisau

: 0, 1 cm

9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg

Luas kantai timbang

: 37 x 53 cm

Tinggi Timbangan

: 100 cm

Tinggi lantai : 60 cm

Tinggi pagar : 60 cm

Bahan : Besi

Roda : 4 bh

10 Gancu Besi ukuran : 50 cm

Gagang gancu : Besi bulat

Page 405: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Panj gagang pegangan

: 10-12 cm

11 Cincin mangkok Bahan : Kawat

Diamater : 100 mm

Kawat : Kaki dan pengait

12 Bak Plastik Diameter : 60-70 mm, T : 60-70 cm

Page 406: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Tebu (Pengolahan Gula Merah)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Alat Penggilingan Tebu Type Silinder

Bahan Besi Cor, Besi Baja dan Kuningan

2 Pompa air Daya : 125 watt

3 Wajan / Kawah Dimensi : Diameter 1000 cm

Radius : R 533 mm

Plat Utuh SS 304

Tebal : Min 4 mm (sertifikat)

4 Tutup Kawah / Cerobong Dimensi

diameter : 805 mm

Tinggi : 410 mm

Plat SUS 304

tebal : min 0.5 mm

5 Bailer / Centung Dimensi : 320 x 285 x 150 mm

Plat SUS 304 Tebal : 0.5 mm

6 Mesin Molen Pengaduk Gula Dimensi : 3464 x 118 x 1050 mm

Bak Gula : Plate SUS 304 tebal 2 mm

Frame : UNP 80 mm

Penggerak : Min 8 HP ber SNI

Sistem pengaduk spiral :

Material : SUS 304 diameter As

Spiral 20 mm

Dilengkapi kopling untuk memutar as pengaduk dan ulir ke atas dan ke bawah

Diberi roda 4 buah dan pengunci roda

7 Meja Cetakan Gula Merah Dimensi : Min 2100 x 900 x 850 mm

Rangka mild steel :

Square pipe : 30 x 30 mm

Base Palte SS 304 tebal : minimal 2 mm

Page 407: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kakao (alat Pengolahan Coklat)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Roaster • -Kapasitas : 10 - 30 kg/batch

• Motor penggerak : Motor listrik

2 Mesin Pemecah Kulit dan Pemisah biji Kakao Sangrai

• Kapasitas : 10-50 kg/jam

• Tipe : silinder berputar

• Corong pemasukan : plat stainless steel

• Motor penggerak : motor listrik

3 Pemasta kasar

• Kapasitas 20-80 kg/jam

• Motor penggerak : motor listrik

4 Pemasta Halus (Ball Mill)

• Kapasitas : 10-25 kg/batch

• Motor penggerak : motor listrik

5

Choncing • Kapasitas : 10-20 kg/batch

• Motor penggerak : motor listrik

Page 408: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kelapa (Alat pengolahan minyak kelapa)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Mesin parutan kelapa - Kapasitas : 30-50 btir/jam

- Penggerak : Motor penggerak

2 Mesin press santan manual

- Kapasitas : 5 kg/press

- Penggerak : Manual

3 Pemisah air dan minyak - Kapasitas : 3-5 liter/proses

4 Cooking Oil plan - Kapasitas : 500 liter - 1000 liter/hari

5 Oven

6 Ayakan Listrik Panjang : 140 cm

Lebar : 60 cm

Tinggi : 90 cm

Dimensi pengayak

: 80 cm x 42 cm

Penggerak dynamo listrik

: single phase 750 W 1400 rpm

7 Timbangan digital Model AL - B Platform

: 48 x 62 cm

Power rechargable

Display LED

Kapasitas : 300 kg

8 Continous Sealing

9 Wajan/Katel Ukuran Diameter : 68 cm

Bahan : galpanis

Page 409: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

Kopi ( Pengolahan kopi bubuk)

NO NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1 Mesin Penyangrai (Roaster)

• Kapasitas 5 – 50 kg/jam • Motor Penggerak SNI • Silinder sangrai : plat stainless steel • Pengaduk dalam silinder : plat stainless steel • Sumber pemanas : kayu bakar/burner

LPG/minyak tanah

2 Mesin Pembubuk

• Kapasitas : 15-60 kg/jam • Motor Penggerak ber SNI

3 Mesin Pengemas otomatis

• Kapasitas : 40 – 100 pack/menit • Sistem pengoperasian : otomatis • Penggerak : motor listrik

Page 410: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

CONTOH SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PERKEBUNAN

SAGU

No NAMA ALSIN SPESIFIKASI

1. Mesin pres sagu Lebar Rangka : 104 CM

Tinggi Rangka : 175 CN

Volume Tabung : 20 Kg (2 Tabung)

Hidrolik : 50 Ton

Catatan : Bahan Kerangka Besi (H : 15 CM) dan Tabung Stainlis Stell

2. Mesin pemeras

sagu (Extruder)

Kapasitas : 50 Kg Sagu Parutan

Bahan Tabung : Stainles Stell

Waktu Pemerasan : 50 Kg/ 25 Menit

Kerangka : Besi

Saringan : Mess 80 (Bahan Stainlis Stell)

3. Portable Mesin

(Parut)

Bahan : Stainles Stell

Motor Penggerak : B&S Vertikal 670 Kekuatan 6 PK, 9 HP

Waktu Pemerasan : 1 Jam/ Proses

Kerangka : Sasis dan Pegangan bahan dasarnya besi

Bahan Bakar : Bensin

Page 411: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 10. Laporan Running Usaha Komersil Provinsi : ..................................... Kabupaten/Kota : ..................................... Nama Poktan/ Gapoktan : ..................................... Alamat : .....................................

I. Pembelian Bahan Baku

No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp) Asal Bahan

Baku

Total

II. Kesesuaian Alat dengan Spesifikasi

No. Jenis Alat Sesuai Tidak Sesuai

Jenis Perbaikan dan Target Penyelesaian

Bila Tidak Sesuai

Total

Jelaskan secara rinci bila tidak sesuai ...............................

III. Hasil Uji Coba Komersial

A. Pelaksanaan

1. Penggunaan alat (pilih salah satu jawaban) :

a. Dengan mudah dapat digunakan oleh Gapoktan

b. Penggunaan alat oleh Gapoktan/Poktan masih perlu

pendampingan

c. Ada kendala yang tidak dapat diperbaiki saat uji coba

komersil, target penyelesaian perbaikan alat pada

tanggal.....

Page 412: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

2. Kapasitas produksi dibandingkan kapasitas terpasang (pilih salah

satu jawaban): a). 100% b).90-99% c)<90%, Yaitu.......%

B. Produksi Produk Olahan

No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp) Total Harga

Jual (Rp)

Total

IV. REKOMENDASI

a. ……………………….

b. ……………………….

c. ……………………….

d. ……………………….

e. ……………………….

..........,......... 2016 PT Penyedia Barang Ketua Kelompok/ Tim Teknis

Gapoktan 1. ......................

2. ......................

(....................) (.......................) 3. .......................

Page 413: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 11. Naskah Ikatan Kerjasama Pengelolaan Barang antara Dinas Perkebunan Propinsi dengan Gapoktan...………

NASKAH IKATAN KERJASAMA PENGELOLAAN BARANG

Pada hari ini ……………., tanggal ………, bulan .........………… tahun………….., yang bertandatangan dibawah ini : 1. Nama : …………………………………….…......................... Jabatan : Kepala Dinas PerkebunanPropinsi........................ Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : …………………………………….…........................ Jabatan : Ketua Kelompok tani/ Gapoktan ……………….…. Alamat : …………………………………….…........................ Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA) Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : ........., tanggal .......... tentang bantuan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang bersumber dari APBN TA 2016 Satker Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian mata anggaran kegiatan ...... sebanyak 1 (satu) set dengan spesifikasi teknis terlampir, maka kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan ikatan kerjasama pengelolaan barang dalam rangka mengoptimalkan penggunaan/pemanfaatan peralatan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. PIHAK PERTAMA berkewajiban :

a. Melakukan pencatatan, pembukuan dan pengadministrasian barang serta keuangan dalam dalam buku inventarisasi barang intern Satker Dinas Perkebunan daerah bukan aplikasi SAI (SABMN)

b. Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan manajemen, pelatihan, pengawalan (supervisi), pendampingan, monitoring dan evaluasi kepada

Page 414: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

kelompok tani/ gapoktan penerima bantuan ...........................

c. Melakukan pelatihan dan pendampingan kepada Gapoktan di bidang pengolahan hasil tanaman pangan.

2. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan peralatan yang diberikan dengan cara : a. Mengadministrasikan/mencatat/membukukan semua

kegiatan usaha pemanfaatan termasuk administrasi keuangan baik penerimaan maupun pengeluarannya.

b. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Pihak Pertama (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota).

3. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan, maka peralatan tersebut akan ditarik oleh PIHAK PERTAMA untuk dialihkan ke Gapoktan lain agar lebih bermanfaat.

Naskah Ikatan Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun atau selama umur ekonomis peralatan ...... sejak ditandatangani, dan dibuat rangkap 5 (lima) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup. Demikian Ikatan Kerjasama ini dibuat dan ditandatangani

oleh kedua belah pihak. PIHAK KEDUA

Ketua GAPOKTAN

( ……………………………)

PIHAK PERTAMA Kepala Dinas

PerkebunanProvinsi

( ……………………………) NIP. …………………..

Page 415: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 12. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Barang

BERITA ACARA PEMERIKSAAN BARANG Nomor : .....................................................

Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan

.........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Tim Pemeriksa Hasil Pengadaan Pengolahan Hasil

Perkebunan

pada Dinas Perkebunan Propinsi ................................

Alamat : .................................................... (ditulis lengkap)

Menyatakan telah melakukan pemeriksaan pengadaan ........di Propinsi

........................ sebanyak ........ dalam kondisi baru, baik, lengkap

dan dapat dioperasikan (hasil pemeriksaan terlampir).

Demikian Berita Acara Serah Pemeriksaan ini dibuat dan ditandatangani

oleh Tim Pemeriksa pada hari, tanggal, bulan, dan tahun seperti tersebut

di atas.

Tim Pemeriksa Barang

1.............................., ......................

2. ............................., ......................

3. ............................., ......................

Page 416: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

Lampiran 13. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang dari Rekanan ke Dinas Perkebunan

BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG

Nomor : ............................

Pada hari ini, hari ........., tanggal ........................, bulan .........................., tahun dua ribu empat belas, yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : ................................................ Jabatan : PT ............................................. Alamat : ................................................ ................................................ ............................. (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : Tim Penerima .............................. pada Dinas Perkebunan Propinsi ......... Alamat : ................................................ ................................................ .............................. ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. PIHAK PERTAMA, telah menyerahkan ....... sebanyak ....... kepada PIHAK KEDUA dengan spesifikasi teknis terlampir.

2. PIHAK KEDUA telah menerima penyerahan ....... tersebut dalam kondisi baru, baik, lengkap dan dapat dioperasikan sesuai hasil pemeriksaan terlampir

3. Jenis alat adalah hasil pengadaan barang pada Satuan Kerja .......yang bersumber dari .......... : Nomor :

Page 417: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

[Type text]

........, tanggal............., sesuai kontrak nomor :

............, tanggal .................................

Demikian Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum sama.

........................,............... 2016

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA Direktur Utama Tim Penerima Barang; PT. ...................... 1. .....................,

2. ....................., ( .................................) 3. .....................,

Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2 (dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)

Page 418: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan andalan utama Indonesia, selain sebagai produsen utama dunia juga merupakan salah satu penyumbang devisa negara dari ekspor non migas. Selama sepuluh tahun terakhir perkembangan areal kelapa sawit terus meningkat, hal ini terkait dengan menariknya harga komoditi ini di pasar dunia yang cenderung meningkat walaupun saat ini harga minyak sawit cenderung turun seiring dengan isu ekonomi dunia yang cenderung melemah. Disamping isu isu negatif dari negara pesaing lingkunan tapi perkembangan sawit didalam negeri tetap berjalan. Produk kelapa sawit selain digunakan sebagai pangan juga dapat digunakan sebagai substitusi dari energi yang berkelanjutan berupa biodiesel. Kedepannya akan terjadi perebutan bahan baku minyak sawit sebagai pangan dan bahan energi jika tidak dikelola dengan baik. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri yang progresif dan memiliki produk turunan yang bervariasi serta mempunyai prospek pasar yang bagus. Luas areal kelapa sawit sampai tahun 2014 sebesar 10,95 juta Ha, dimana seluas 4,55 juta

Page 419: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

Ha atau sekitar 42% merupakan perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 2 juta kepala keluarga petani serta dapat sebagai penumbuh lapangan kerja lainnya yang tidak terkait langsung dengan produk sawit dan turunannya. Perkebunan rakyat masih memerlukan bantuan dari pemerintah terutama terkait dengan kegiatan dari pasca panen sampai pemasaran tandan buah segar (TBS) sawit. Perkebunan sawit yang dikelola oleh rakyat mempunyai bentuk yang bermacam-macam yaitu swadaya atau mandiri, berkelompok dan membentuk kelembagaan / koperasi; disamping itu proses pemasaran antara pekebun dengan pengolah kelapa sawit ada yang bersifat kemitraan dan ada juga yang tidak melakukan kemitraan ( jual lepas). Yang sering bermasalah adalah yang tidak melakukan kemitraan karena seringkali tidak jelas benih yang ditanam sehungga berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan dan ujung-ujungnya bermuara ke harga TBS yang rendah. Untuk menjembatani anatar pekeun dengan pengolah kelapa sawit maka telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 14 Tahun 2013 tentang Tim Penetapan Pembelian Harga TBS produksi petani Kelapa sawit. Untuk pelaksanaan didaerah maka perlu disusun pedomann agar secara nasional mempunyai persepsi yang sama.

Page 420: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

Dalam perhitungan penentuan harga TBS komponen utama yang harus diperhatikan adalah prosentase rendemen dari umur masing-masing tanaman dikebun, rendemen dibagi untuk minyak sawit dan inti sawit. Perhitungan rendemen sebaiknya dievaluasi setiap 5 tahun sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan dengan masing-masing propinsi. Dalam menghitung besarnya indeks “K” yang merupakan bagian yang harus diterima oleh petani dilakukan berdasarkan pada harga penjualan, biaya pengolahan dan biaya pemasaran minyak sawit kasar (CPO) dan Inti Sawit (PK) serta biaya penyusutan.

B. Tujuan

Tujuan dari pedoman ini adalah : 1. Untuk memberikan acuan bagi tim

penetapan harga TBS di daerah; 2. Memberi perlindungan perolehan harga yang

wajar dari TBS bagi para pekebun 3. Mengusulkan besarnya indeks “K” kepada

Gubernur

C. Sasaran Sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Menghindari persaingan harga yang tidak

sehat diantara pabrik kelapa sawit 2. Meningkatkan posisi tawar petani pekebun

Page 421: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari pedoman ini meliputi : 1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS ; 2. Mekanisme pelaksanaan rapat tim ;

Memformulasikan besarnya indeks “K” sebagai bahan usulan ke Gubernur;

3. Keanggotaan dari tim penetapan harga; 4. Pembinaan di propinsi dilakukan oleh

Gubernur 5. Pengawasan dilakukan oleh Gubernur

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana rapat tim penetapan TBS sawit adalah Pemerintah Daerah dengan diketuai oleh Pemerintah Daerah propinsi atau yang ditunjuk dengan anggota terdiri dari : 1. Pemerintah propinsi, Kabupaten/kota; 2. Dinas Perkebunan Propinsi,

Kabupaten/Kota; 3. perusahaan kelapa sawit,; 4. wakil dari petani pekebun atau kelembagaan

pekebun dan 5. instansi terkait lainnya,

Page 422: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

C. Lokasi dan waktu 1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS

bertempat di kantor Dinas Perkebunan propinsi.

2. Dinas Perkebunan yang dimaksud adalah daerah sentra produksi sawit sebanyak 20 (dua puluh) propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Papua dan Papua Barat.

3. Waktu pelaksanaan tim penetapan harga dilakukan selama kurun waktu tahun 2016 dan dilaksanakan paling kurang sekali setiap bulan.

D. Simpul Kritis

Permasalahan yang sering muncul adalah tidak transparannya hitungan untuk proses pengolahan yang ada di pabrik, rendemen sawit yang bervariasi dan mempunyai persepsi yang berbeda dalam cara perhitungan indeks “K”. Bagi pekebun yang tidak melakukan kemitraan sering menimbulkan masalah terutama dalam hal menerima harga yang lebih rendah.

Page 423: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

E. Output Kegiatan

Output dari kegiatan pelaksanaaan tim penetapan harga TBS adalah; 1. Menetapkan usulan besarnya nilai indek “K”

untuk disampaikan kepada Gubernur dan 2. Menetapkan harga TBS hasil kesepakatan

Tim berdasar atas umur tanaman. 3. Harga yang telah disepakati pada bulan ini

digunakan untuk harga pada pembelian bulan berikutnya, atau harga byang telah disepakati periode ini untuk peripode berikutnya.

Page 424: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

III. PEMBINAAN, PENGAWASAN, MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN

A. PEMBINAAN Pembinaan secara keseluruhan dalam tim penetapan harga dilakukan oleh Pemerintah Daerah, sementara pembinaan terhadap pekebun atau kelembagaan pekebun dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang melakukan kemitraan sedangkan bagi pekebun yang tidak melakukan kemitraan pembinaan menjadi tugas dan tanggung jawab dari dinas perkebunan.

B. PENGAWASAN

Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan jajaran satuan kerja diwilayahnya yang mempunyai fungsi sebagai pengawasan. Jajaran yang akan melakukan pengawasan akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur

C. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten dan propinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan yang dilakukan secara berjenjang untuk dilaporkan

Page 425: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

secara terjadwal kepada Direktorat Jenderal Perkebunan.

Jenis Pelaporan: 1. Laporan Bulanan tim penetapan harga

dengan hasil kesepatan berupa: - Besarnya nilai indeks “K” yang diusulkan ke

Gubernur; - Besaran harga TBS sesuai umur tanaman; - Barga CPO dan Inti sawit yang berlaku

2. Laporan Akhir Tahun

Merupakan laporan lengkap hasil kompilasi bulanan yang telah dilaporkan sebelumnya termasuk didalamnya apabila ada permasalahan yang muncul dan solusi pemecahannya

Page 426: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

IV. PEMBIAYAAN

Segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka rapat Tim Penetapan Harga TBS tersebut diatas dibebankan kepada dana APBN Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2016 yang disimpan dalam bentuk Dana Dekonsentrasi

V. PENUTUP

Pedoman teknis ini digunakan sebagai acuan untuk Dinas Perkebunan dalam melaksanakan rapat Tim penetapan harga TBS didaerah dan menghindari terjadinya perselisihan diantara pemangku kepentingan.

Page 427: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS (Penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi)

PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 428: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya “Pedoman Teknis kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Tahun 2016” telah selesai disempurnakan. Petunjuk pelaksanaan kegiatan ini merupakan acuan penyelenggaraan kegiatan bagi provinsi yang mendapat alokasi anggaran dekonsentrasi untuk kegiatan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tahun 2016. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Satuan Kerja Provinsi penerima anggaran harus berkoordinasi dengan lembaga pengawas keamanan pangan daerah. Dalam petunjuk pelaksanaan kegiatan ini disampaikan juga unit kerja lain yang terlibat dalam proses kegiatan. Apabila kegiatan yang akan dilakukan menimbulkan keraguan bagi daerah atau instansi terkait dan apabila daerah akan melakukan perubahan/revisi, agar berkoordinasi dengan Ditjen Perkebunan cq Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Pedoman ini selalu terus dalam perbaikan, untuk itu saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kiranya pedoman ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak terkait. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Februari 2016

Direktur Jenderal Perkebunan,

Ir. Gamal Nasir, M.S NIP. 19560728 198603 1 001

Page 429: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Tujuan 2

I.3 Sasaran 2

I.4 Hasil yang diharapkan 2

II ISTILAH DAN DEFINISI 2

III PELAKSANAAN KEGIATAN 6

3.1 Mekanisme Pelaksanaan 6

3.2 Pembinaan dan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

10

IV PELAPORAN 19

V KETENTUAN LAIN 19

VI PENUTUP 20

VII LAMPIRAN 21

Page 430: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Lokasi Pembinaan Penerapan Sistem

Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016

9

2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016

9

3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

13

4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Non-Pangan (Bokar)

14

5 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

16

6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan non-Pangan (Bokar)

17

Page 431: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Bagan alir Pembinaan dan Penerapan

Sistem Jaminan Mutu Keamanan Pangan 10

Page 432: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tuntutan konsumen terhadap standar mutu suatu produk baik pangan maupun non pangan sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Penerapan jaminan mutu merupakan langkah penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pengakuan formal terkait dengan jaminan mutu yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat. Sertifikat tersebut merupakan alat bukti Penerapan Sistem Manajemen Mutu dan dapat menjadi jaminan keberterimaan pangan baik dipasar domestik maupun internasional.

Selain untuk menjamin keamanan pangan, penerapan sistem jaminan mutu juga diterapkan untuk produk non pangan seperti bahan olah karet (Bokar) sebagai pendukung program nasional Bokar Bersih pada tahun 2015. Selanjutnya untuk membantu pelaku usaha (poktan/gapoktan) agar mampu menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu serta produk non pangan yang bermutu, maka Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan fasilitasi dana dekonsentrasi bagi propinsi untuk komoditi kakao dan karet.

Page 433: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

1.2 Tujuan Untuk memberikan acuan kepada petugas Dinas Lingkup Perkebunan provinsi dalam melaksanakan kegiatan dekonsentrasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

1.3 Sasaran

Poktan/Gapoktan di propinsi penerima dana dekonsentrasi agar mampu menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan, baik untuk produk pangan dan sistem jaminan mutu untuk produk non pangan.

1.4 Hasil yang diharapkan a. Output:

Terlaksananya penerapan sistem jaminan mutu kakao di 12 provinsi dan penerapan sistem jaminan mutu bokar di 11 provinsi untuk siap sertifikasi/registrasi/rekomendasi.

b. Outcome:

Tersedianya produk hasil pertanian melalui sertifikasi/registrasi/rekomendasi.

II ISTILAH DAN DEFINISI

1. Bahan Olah Karet yang selanjutnya Bokar adalah lateks dan atau gumpalan yang dihasilkan pekebun kemudian diolah lebih lanjut secara sederhana sehingga menjadi bentuk lain yang bersifat lebih tahan untuk disimpan serta tidak tercampur dengan kontaminan;

Page 434: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

2. Biji Fermentasi adalah biji kakao yang memperlihatkan ¾ atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna coklat, berongga dan beraroma khas kakao;

3. Fermentasi adalah proses pembentukan cita rasa khas coklat dengan bantuan mikroba alami agar diperoleh mutu biji kakao yang baik;

4. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha;

5. Good Manufacturing Practices (GMP) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan;

6. Good Handling Practices (GHP) adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah meliputi pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, trimming, sortasi, perendaman, pencelupan, pelilinan, pelayuan, pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan, perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan,

Page 435: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

standardisasi mutu dan pengangkutan hasil pertanian alat tanaman;

7. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya

yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia;

8. Kelompok Tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota;

9. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah

(OKKP-D) adalah lembaga/institusi atau unit kerja di lingkup Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan sistem jaminan mutu pangan segar hasil pertanian;

10. Pelaku Usaha Perkebunan (PUP) adalah

pekebun dan perusahaan perkebunan yang mengelola usaha perkebunan;

11. Standard Operating Procedure (SOP) adalah

prosedur pendokumentasian pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap kegiatan spesifik untuk setiap tahap produksi, yang terdapat pada suatu unit usaha;

Page 436: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

12. Standar Sanitation Operation Procedure (SSOP) adalah prosedur pendokumentasian pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap sanitasi yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan yang diproduksi/unit produksi, yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha;

13. Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)

adalah satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh satu atau lebih kelompok pekebun sebagai tempat penyelenggara bimbingan teknis perkebunan, pengolahan, penyimpanan sementara dan pemasaran bokar;

14. Unit Fermentasi Pengolahan Biji Kakao

(UFPBK) adalah satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih kelompok pekebun sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan yang terintegrasi seperti kegiatan pasca panen, pengolahan, pengembangan mutu, penyimpanan sementara, pelatihan dan pemasaran;

Page 437: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Mekanisme Pelaksanaan

3.1.1 Pusat Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dan melakukan pengawalan kegiatan terhadap:

Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

Pendampingan penyusunan dokumen sistem mutu;

Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);

Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.

3.1.2 Daerah

a. Dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Bimbingan Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;

b. Dinas perkebunan provinsi melakukan

identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;

c. Fasilitator sistem jaminan mutu dan

keamanan pangan dinas perkebunan

Page 438: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

kabupaten/Kota melakukan pendampingan pelaksanaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);

d. Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL)

yang telah ditetapkan oleh kepala dinas perkebunan provinsi harus menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;

e. Dinas perkebunan Kabupaten/Kota yang

menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM Bokar bertanggung jawab untuk meregistrasi UPPB yang telah melakukan sistem jaminan mutu bokar;

f. Dinas perkebunan kabupaten/kota yang

menjadi sentra kakao di provinsi penerima dana dekonsetrasi bertanggung jawab untuk meregistrasi UFPBK serta mendampingi poktan/gapoktan dalam mengajukan permohonan sertifikasi jaminan keamanan pangan bagi UFPBK kepada OKKP-D.

3.1.3 Otoritas Kompeten Keamanan Pangan

Daerah (OKKP-D) Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan melakukan penilaian

Page 439: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

melalui mekanisme sertifikasi jaminan keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

3.1.4 Lokasi dan Jadwal

Lokasi dan jadwal pembinaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tertera pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1 Lokasi Pembinaan Penerapan Sistem

Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2016.

No Provinsi

1. Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Aceh

3. Sumatera Barat

4. Lampung

5. Sulawesi Tengah

6. Sulawesi Selatan

7. Sulawesi Tenggara

8. Maluku

9. Bali

10. Papua

11. Papua Barat

12. Sulawesi Barat

Page 440: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

Tabel 2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA 2015

KEGIATAN

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Fasilitasi

Penerapan

Sistem Jaminan

Mutu dan

Keamanan

Pangan

Fasilitasi

Penerapan

Sistem Jaminan

Mutu Bokar

Page 441: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

3.2 Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Tahapan pembinaan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Identifikasi

Pembentukan Tim SKI

Penyusunan Dokumen SKI

Sosialisasi di Poktan

Penerapan SKI

Tindakan perbaikan

Permohonan Sertifikasi/registrasi

Apresiasi dan sosialisasi Apresiasi dan sosialisasi

BimbinganTeknis

Uji laboratorium

Verifikasi

(penerapan SKI)

Page 442: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

Uraian bagan alir pembinaan penerapan sistem jaminan keamanan pangan sebagai berikut :

3.2.1 Identifikasi

Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi calon pelaku usaha yang akan dibina baik secara langsung atau melalui usulan dinas perkebunan kabupaten/kota agar siap disertifikasi/registrasi.

Kriteria pelaku usaha, poktan/gapoktan yang akan dibina dan siap untuk sertifikasi/registrasi meliputi:

Sudah menerapkan budidaya pertanian yang baik;

Tergabung dalam kelompok;

Bersedia mengikuti tahapan pembinaan dan sertifikasi/registrasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem jaminan mutu secara konsisten dan berkesinambungan;

Memiliki komitmen terhadap sertifikasi/registrasi yang akan dilakukan oleh institusi tekait (OKKP-D, dinas lingkup perkebunan Kabupaten/Kota).

3.2.2 Apresiasi dan Sosialisasi

a. Peserta Anggota/pengurus yang berasal dari

poktan/gapoktan, penyuluh, pembina kabupaten/kota dan pembina provinsi dan pemangku kebijakan lainnya;

Page 443: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang baik;

Jumlah Poktan/Gapoktan minimal 3 (tiga) kelompok dan setiap poktan/gapoktan diwakili oleh minimal 3 (tiga) orang yang menangani teknis budidaya atau penanganan pasca panen atau pengolahan hasil perkebunan yang baik;

Poktan/gapoktan harus didampingi oleh penyuluh dan petugas pembina dinas perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan mengikuti kegiatan hingga selesai.

b. Narasumber

Pusat dan atau daerah provinsi, kabupaten/kota;

Memilik kompentensi yang memadai dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pendampingan).

Kegiatan apresiasi dilakukan dalam rangka pengenalan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan produk perkebunan yang baik serta untuk membangun komitmen bagi Poktan/Gapoktan yang akan dibina terhadap penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

Materi apresiasi dan sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tertera pada tabel 3 dan tabel 4.

Page 444: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Tabel 3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

NO MATERI JPL

(jam pelajaran) @ 45 menit

Narasumber

1 Kebijakan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan produk perkebunan

2 Pusat/daerah

2 Regulasi: Permentan 67 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao

3 Pusat

3 Pengantar Keamanan Pangan

2 Pusat

4 Pengantar Dokumentasi Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan bagi UFPBK

1 Pusat

TOTAL 8

Page 445: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

Tabel 4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan Mutu Non Pangan (Bokar)

NO MATERI JPL

(jam pelajaran) @ 45 menit

Narasumber

1 Kebijakan sistem jaminan mutu produk perkebunan

2 Pusat/daerah

2 Regulasi: Permentan 38 tahun 2008

tentang pengolahan dan pemasaran Bokar

Permendag 53 tahun 2009 tentang Pengawasan mutu Rubber

SNI 06-2047-2002 Bokar

4 Pusat

3 Pengantar Dokumentasi Penerapan Jaminan Mutu bagi UPPB

1 Pusat/Daerah

4 Pengantar Registrasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar

1 Pusat/Daerah

TOTAL 8

3.2.3 Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu)

a. Pelaksanaan Kegiatan

Dokumen sistem mutu yang disusun adalah Panduan sistem Kendali Internal (SKI) untuk kelompok yang antara lain terdiri dari: Panduan Mutu (manual); Prosedur; Instruksi Kerja; Formulir Pendukung.

Penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan oleh tim (anggota poktan/gapoktan dan

Page 446: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

penyuluh) keamanan pangan, dipandu oleh narasumber dari pusat dan daerah. Keterlibatan aktif narasumber daerah sangat diharapkan, dalam melakukan pendampingan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di pelaku hingga tahap sertifikasi.

b. Peserta

Telah mengikuti kegiatan apresiasi dan sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

Memiliki komitmen dalam penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang baik;

Poktan/gapoktan harus didampingi oleh penyuluh dan petugas pembina dinas perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan mengikuti kegiatan hingga selesai.

c. Narasumber

Pusat dan atau daerah provinsi, kabupaten/kota;

Memiliki kompentensi yang memadai dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pendampingan).

d. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan bimbingan teknis penyusunan doksistu dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan apresiasi dan sosialisasi dilaksanakan.

Page 447: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16

Materi bimbingan teknis sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dan Sistem Jaminan Mutu Bokar tertera pada tabel 5 dan 6.

Tabel 5 Materi Bimtek Sistem Jaminan Mutu dan

Keamanan Pangan

NO MATERI JPL

(jam pelajaran) @ 45 menit

Narasumber

1 Review Permentan 67 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao

1 Pusat

2 Pedoman pembentukan Unit fermentasi dan pemasaran biji kakao (UFP-BK), Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran (STP), dan penerbitan surat keterangan asal lokasi biji kakao (SKAL-BK)

2 Pusat

3 Pedoman penanganan pasca panen kakao

1 Pusat dan Daerah

4 Pedoman penerbitan surat keterangan kesesuaian mutu (SKKM) dan sertifikat jaminan mutu biji kakao (SJM-BK)

2 Pusat

5 Pedoman pengambilan contoh dan pengujian mutu biji kakao

2 Pusat

6 GHP/GMP, SOP Sanitasi 2 Pusat

7 Sistem Kendali Internal (Teori dan Praktek)

2 Pusat

8 Dokumentasi sistem Mutu (Penyusunan dan presentasi)

3 Pusat dan Daerah

9 Rencana tindak lanjut 1 Daerah

TOTAL 16

Page 448: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

17

Tabel 6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Non Pangan (Bokar)

NO MATERI JPL

(jam pelajaran) @ 45 menit

Narasumber

1 Review Permentan 38 tahun 2008 tentang pengolahan dan pemasaran Bokar

1 Pusat dan Daerah

2 Pedoman Penerapan Sistem Jaminan Mutu Bokar

3 Pusat

3 Pedoman Registrasi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)

2 Pusat

4 SOP produksi bokar bersih 4 Pusat

5 Sistem Kendali Internal (Teori dan Praktek)

2 Pusat dan Daerah

6 Dokumentasi sistem Mutu (Penyusunan dan presentasi)

3 Pusat dan Daerah

7 Rencana tindak lanjut 1 Daerah

TOTAL 16

3.2.4 Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Dokumen sistem mutu yang telah disusun dengan pengesahan Pimpinan Poktan/Gapoktan disosialisasikan kepada seluruh anggota poktan/gapoktan oleh tim Keamanan Pangan Poktan/Gapoktan. Tim dibantu oleh pendamping agar panduan SKI dapat dipahami dan dijadikan acuan penerapan sistem mutu dan keamanan pangan.

Page 449: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

18

3.2.5 Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan a. Dokumen sistem mutu yang telah disusun

harus diterapkan oleh poktan/gapoktan secara konsisten dan berkesinambungan. Penerapan sistem tersebut dapat dibuktikan dengan membuat catatan/rekaman dengan masa simpan tertentu;

b. Peran penyuluh/pendamping dan Tim keamanan pangan sangat diperlukan;

c. Sebagai bukti penerapan sistem jaminan mutu, poktan/gapoktan melakukan validasi terhadap sampel produk melalui pengujian keamanan pangan ke laboratorium, sedangkan untuk bokar dilakukan secara visual oleh petugas dinas yang kompeten;

d. Sedangkan untuk memastikan konsistensi dan efektivitas penerapan sistem manajemen, dilakukan audit internal oleh tim auditor internal;

e. Untuk memastikan konsistensi dan efektivitas penerapan sistem manajemen mutu bokar, dilakukan verifikasi oleh petugas pengawas mutu bokar yang sudah dilatih

3.2.6 Pra sertifikasi/registrasi /rekomendasi

Sebelum dilakukan sertifikasi/registrasi /rekomendasi oleh lembaga penilai kesesuaian, petugas pusat akan melakukan pra sertifikasi /registrasi/rekomendasi untuk memastikan bahwa sertifikasi/registrasi/rekomendasi layak untuk diajukan kepada lembaga penilai kesesuaian.

Page 450: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19

3.2.7 Tindakan Perbaikan Ketidaksesuaian selama pra sertifikasi/registrasi/ rekomendasi terhadap penerapan sistem, harus diperbaiki terlebih dahulu oleh poktan sebelum diajukan kepada lembaga penilai kesesuaian.

3.2.8 Permohonan Sertifikasi ke lembaga penilai kesesuaian

Poktan/Gapoktan yang telah menyelesaikan tindakan perbaikan dapat mengajukan sertifikasi/registrasi/rekomendasi ke lembaga penilai kesesuaian melalui dinas perkebunan provinsi penerima dana dekonsentrasi.

IV PELAPORAN Dinas perkebunan Provinsi penyelenggara kegiatan dekonsentrasi ”Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan” wajib memberikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan paling lambat 1 minggu setelah seluruh tahapan kegiatan selesai dengan format sebagaimana lampiran 2.

V KETENTUAN LAIN

Dalam hal terjadi keadaan perubahan kebijakan yang mendesak, kegiatan dekonsentrasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan diharapkan tetap dijadikan sebagai kegiatan prioritas, mengingat bahwa kegiatan dimaksud dapat mendorong

Page 451: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

20

peningkatan nilai tambah dan daya saing produk yang aman dan bermutu.

VI PENUTUP Demikian Pedoman Teknis kegiatan ini dibuat agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan tahun 2016.

Page 452: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

LAMPIRAN

Page 453: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Lampiran 1

Laporan Pelaksanaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

Dinas ............ Provinsi ........... Tahun 2016

Nama Poktan/Gapoktan :

Alamat :

Kontak person, nomor Handphone

:

Email :

Komoditi :

Luasan lahan :

Status Pembinaan (doksistu, penerapan, permohonan sertifikasi, sertifikasi)

Lembaga Penilai Keseuaian yang memberikan sertifikat/registrasi/rekomendasi

:

Biodata narasumber :

Catatan: Matriks di atas diisi untuk masing-masing poktan/gapoktan yang dibina atau disertifikasi.

Lampiran Laporan : 1. Biodata poktan/gapoktan yang dibina (nama

poktan/gapoktan, daftar pengurus, alamat sekretariat, nomor telepon, komoditi yang diusahakan, luasan, pemasaran, dll);

2. Copy sertifikat dari OKKP bila sudah sertifikasi.

Page 454: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

KEGIATAN

PENGAWALAN REGULASI TEKNIS

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 455: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ......................................................................i

DAFTAR TABEL .............................................................. ii

I. PENDAHULUAN .................................................... 1

II. TUJUAN ................................................................. 4

III. SASARAN .......................................................... 4III. SASARAN .............................................................. 5

IV. PENGERTIAN ........................................................ 5

V. RUANG LINGKUP KEGIATAN ................................ 6

VI. MEKANISME PELAKSANAAN............................... 6

VII. PELAPORAN ..................................................... 133

VIII. PEMBIAYAAN ...................................................... 14

IX. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT ....................... 14

X. PENUTUP ............................................................ 144 Lampiran

Page 456: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi pelaksanaan kegiatan

Capacity BuildingPenilaian Mutu

Biji Kakao Sesuai SNI

8

Tabel 2. Materi kegiatan Capacity

BuildingPenilaian Mutu Biji Kakao

Sesuai SNI

10

Tabel 3. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan

Bimbingan Teknis Petugas

Registrasi Surat Tanda

Pendaftaran

11

Tabel 4. Materi Kegiatan Bimbingan

Teknis Petugas Registrasi Surat

Tanda Pendaftaran

13

Page 457: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1

PENGAWALAN REGULASI TEKNIS

I PENDAHULUAN

Era perdagangan bebas membawa dampak ganda, di

satu sisi membuka kerjasama seluas-luasnya antar

negara, di sisi lain membawa persaingan yang tinggi

dan ketat. Hambatan tarif kini tidak lagi diperbolehkan,

kecuali untuk komoditi yang sangat sensitif bagi

perekonomian atau keadaan sosial suatu

negara.Persaingan dalam perdagangan internasional

semakin meningkat, resiko terhadap membanjirnya

barang impor yang kurang bermutu juga meningkat,

sementara perlindungan terhadap produsen dalam

negeri menjadi sangat terbatas.Sehingga, dalam

rangka melindungi kepentingan domestik banyak

negara menggunakan instrumen non tarif seperti

standar mutu produk.

Standar dapat dipergunakan sebagai persyaratan

spesifikasi minimum yang harus dipenuhi oleh produk

impor untuk memasuki pasar domestik, sekaligus

berfungsi sebagai alat perlindungan konsumen,

khususnya bagi produk-produk yang menyangkut

kesehatan, keamanan, keselamatan, dan pelestarian

fungsi lingkungan hidup.

Page 458: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

2

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar

resmi yang berlaku di Indonesia. Untuk sektor

pertanian, telah banyak standar yang dihasilkan

seperti SNI produk, SNI alat dan mesin maupun SNI

metode pengujian, hanya saja keberadaan standar

tersebut masih kurang terinformasi kepada

stakeholder terkait seperti pelaku usaha danpembina

mutu di daerah.

Penerapan SNI perkebunan sampai saat ini sebagian

besar masih bersifat sukarela, namun penerapannya

dapat diwajibkan dengan beberapa pertimbangan

yang menyangkut keamanan, keselamatan dan

kesehatan. Penerapan wajib tersebut dapat ditetapkan

oleh instansi teknis yang terkait dengan

memperhatikan kesiapan pelaku usaha dan sarana

prasarana pendukung seperti laboratorium dan

lembaga sertifikasi. Jika SNI produk perkebunan

yang telah ditetapkan dapat diterapkan dengan baik,

maka ini dapat menjadi keunggulan komparatif bagi

produk tersebut.

Kementerian Pertanian telah menetapkan beberapa

jenis komoditas perkebunan sebagai komoditas

prioritas pengembangan salah satunya biji kakao

dengan pertimbangan potensi untuk peningkatan daya

saing dan nilai tambah yang tinggi serta mempunyai

multiplier effect yang luas terhadap peningkatan

industri perdesaan.

Page 459: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3

Biji kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang

cukup banyak memberikan sumbangan bagi devisa

(data statistik ditjen perkebunan), namun karena mutu

biji kakao Indonesia yang rendah terutama karena

tidak difermentasi, menyebabkan harga biji kakao

Indonesia lebih rendah dari negara kompetetitor

lainnya. Kondisi mutu biji kakao yang demikian juga

menyebabkan industri dalam negeri harus melakukan

impor biji kakao fermentasi dari negara lain, dan

tentunya hal ini sangat menyedihkan padahal produksi

biji kakao Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu

diperlukan upaya perbaikan mutu kakao, salah

satunya adalah melalui proses fermentasi.

Kementerian Pertanian telah menetapkan Permentan

No. 67/Pementan/OT.140/5/2014 tentang Persyaratan

Mutu dan Pemasaran Biji Kakao yang bertujuan untuk

meningkatkan daya saing dan nilai tambah biji kakao

Indonesia, mendukung pengembangan industri kakao

dalam negeri, perlindungan pada konsumen dari

peredaran biji kakao yang tidak memenuhi

persyaratan mutu, meningkatkan pendapatan petani

serta mempermudah penelusuran kemungkinan

terjadinya penyimpangan produksi dan peredaran biji

kakao.

Sebagai upaya untuk memperkuat penerapan

Permentan tersebut di lapangan diperlukan sumber

daya manusia yang mampuuntuk menguji dan

Page 460: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4

menganalisa biji kakao secara tepat. Oleh karena itu

dianggap perlu untuk melaksanakan kegiatanCapacity

Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI.

Agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan, maka

dibutuhkan standar operasional pelaksanaan di

lapangan.

II TUJUAN

Tujuan disusunnya petunjuk pelaksanaan kegiatan

pengawalan regulasi teknis adalah sebagai acuan

bagi Dinas Perkebunan Provinsi dalam melaksanakan

kegiatan dana dekonsentrasi Capacity Building

Penilaian Mutu Biji Kakao Sesuai SNI dan Bimbingan

Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran

sehingga kegiatan tersebut berjalan efektif, efisien dan

sesuai sasaran yang diharapkan.

III SASARAN

Sasaran kegiatan kegiatan Pengawalan Regulasi

Teknisadalah dipahaminya standar dan kebijakan di

bidang mutu dan standardisasi oleh para Pembina dan

pengawas mutu, produsen, konsumen, serta para

pemangku kepentingan yang adadi daerah. Dengan

demikian diharapkan produk perkebunan yang

dihasilkan di tingkat pelaku usaha dapat sesuai

dengan standar nasional yang telah ditetapkan

Page 461: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5

sehingga produk tersebut memiliki daya saing yang

tinggi.

IV PENGERTIAN

1. Standar adalah dokumen berisi ketentuan,

pedoman, karakteristik kegiatan atau hasilnya

yang dirumuskan melalui konsensus oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dan ditetapkan oleh

badan yang berwenang, sebagai acuan dalam

kegunaan yang bersifat umum dan/atau berulang

untuk mencapai tingkat keteraturan optimum

dalam konteks tertentu;

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah

standar tentang produk (barang, jasa, dan sistem),

proses, sistem manajemen, dan hal lain yang

berkaitan, yang diterapkan secara nasional;

3. SNI wajib adalah SNI yang diberlakukan wajib

secara nasional melalui regulasi teknis;

4. Instansi teknis adalah Kementerian atau

Lembaga Pemerintah Non dilingkungan

pemerintah pusat yang salah satu kegiatannya

melakukan kegiatan standardisasi;

5. Produsen adalah pihak yang mewakili penghasil

produk, baik asosiasi maupun badan usaha;

Page 462: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

6

6. Konsumen adalah pihak yang mewakili

kepentingan pengguna produk akhir baik

perorangan maupun organisasi;

7. Penilaian kesesuaian adalah rangkaian kegiatan

yang bertujuan untuk menilai kesesuaian suatu

produk, proses, sistem manajemen, dan/atau

kompetensi personel terhadap standar atau

ketentuan lain yang telah ditetapkan;

Sertifikasi adalah kegiatan penilaian kesesuaian

yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis

bahwa suatu produk, proses, sistem manajemen,

dan/atau kompetensi personel telah memenuhi

standar atau ketentuan lain yang telah ditetapkan.

V RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Standardisasi

meliputi:

1 Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai

SNI;

2 Bimbingan Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda

Pendaftaran.

VI MEKANISME PELAKSANAAN

Page 463: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

7

1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao

sesuai SNI

Tujuan

Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji

Kakao sesuai SNI bertujuan untuk

mempersiapkan petugas pengawas mutu agar

mampu dan terampil dalam melakukan

pengujian mutu biji kakao sesuai parameter

yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014

tentangPersyaratan Mutu dan Pemasaran Biji

Kakao.

Anggaran

Dana dekonsentrasi dialokasikan dari DIPA

Ditjen Perkebunan Tahun 2016.

Lokasi

Pelaksanaan Kegiatan Capacity Building

Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI

dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian

sebagai berikut :

Page 464: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

8

Tabel 1 Lokasi pelaksanaan Kegiatan Capacity

Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai

SNI

No Provinsi

1. Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Aceh

3. Sumatera Barat

4. Lampung

5. Sulawesi Tengah

6. Sulawesi Selatan

7. Sulawesi Tenggara

8. Maluku

9. Bali

10. Papua

11. Papua Barat

12. Sulawesi Barat

Waktu

Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji

Kakao sesuai SNI dapat diselenggarakan

mulai bulan Februarisampai Agustus2016.

Mekanisme Pelaksanaan

Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji

Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang

merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji

Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola

penyampaian materi dan praktek pengujian biji

kakao sehingga harus tersedia bahan praktek

seperti biji kakao, alat ukur kadar air,

Page 465: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

9

timbangan digital dan alat untuk membelah biji

kakao.

Peserta

Peserta kegiatan Capacity Building Penilaian

Mutu Biji Kakao sesuai SNI antara lain adalah

:

Pembina mutu kabupaten/kota tempat

UFPBK berada;

Pengawas mutu/PMHP kabupaten/kota

tempat UFPBK berada;

Anggota kelompok UFPBK (Unit

Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao).

Narasumber

Narasumber berasal dari instansi pusat dan

daerah yang kompeten dalam bidang Mutu

dan Standardisasi khususnya metode

pengujian dan atau penilaian mutu biji kakao.

Materi

Materi berupa kebijakan/Permentan tentang

Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,

bedah SNI biji kakao, teori dan praktek

pengujian/penilaian mutu biji kakao.

Page 466: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

10

Tabel 2 Materi Kegiatan Penilaian Mutu Biji Kakao

sesuai SNI NO. MATERI JPL

(jam pelajaran)

@ 45 menit

NARASUMBER

1 Kebijakan/Permentan tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao

2jpl Pusat

2 Bedah SNI biji kakao 2 jpl Pusat 3 Teori

pengujian/penilaian mutu biji kakao

2 jpl Pusat

4 Praktek pengujian/penilaian mutu biji kakao

4 jpl Pusat

Total 10 jpl

2. Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda

Pendaftaran

Tujuan

Kegiatan Bimbingan Teknis Petugas

Registrasi Surat Tanda Pendaftaran bertujuan

untuk mempersiapkan petugas agar mampu

dan terampil dalam melakukan registrasi surat

tanda pendaftaran sesuai dengan parameter

yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014

tentang persyaratan mutu dan pemasaran biji

kakao.

Page 467: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11

Anggaran

Dana dekonsentrasi yang dialokasikan antara

Rp. 100.000.000,- s.d 120.000.000,- /lokasi.

Lokasi

Pelaksanaan Kegiatan bimbingan teknis

petugas registrasi surat tanda pendaftaran

dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian

sebagai berikut :

Tabel 3 Lokasi Pelaksanaan kegiatan Bimbingan

Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda

Pendaftaran

No Provinsi

1. Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Aceh

3. Sumatera Barat

4. Lampung

5. Sulawesi Tengah

6. Sulawesi Selatan

7. Sulawesi Tenggara

8. Maluku

9. Bali

10. Papua

11. Papua Barat

12. Sulawesi Barat

Waktu

Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi surat

tanda pendaftaran dapat diselenggarakan mulai

bulan Februari sampai Agustus 2016.

Page 468: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12

Mekanisme Pelaksanaan

Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi

surat tanda pendaftaran dilakukan dengan

mengumpulkan petugas registrasi di satu

pertemuan untuk dilatih bagaimana tatya cara

melakukan pendaftaran yang sesuai dengan

Permentan 67 Tahun 2014 dimaksud.

Pelatihan dilaksanakan dengan pola

penyampaian materi.

Peserta

Peserta kegiatan bimbingan teknis petugas

registrasi surat tanda pendaftaran antara lain:

petugas yang diberi tugas untuk melakukan

registrasi surat tanda pendaftaran sesuai

dengan Permentan 67 Tahun 2014

Narasumber

Narasumber berasal dari instansi pusat dan

daerah yang kompeten dalam bidang Mutu

dan Standardisasi.

Materi

Materi berupa kebijakan/Permentan tentang

Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,

teori dan praktek registrasi surat tanda

pendaftaran, Sistem Informasi Kakao

Fermentasi (SIKAF).

Page 469: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

13

Tabel 4Materi kegiatan Bimbingan Teknis Petugas

Registrasi Surat Tanda Pendaftaran

NO. MATERI JPL (jam pelajaran)

@ 45 menit

1 Kebijakan/Permentan tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao

2jpl

2 teori dan praktek registrasi surat tanda pendaftaran

4 jpl

3 Sistem Informasi Kakao Fermentasi (SIKAF)

2 jpl

Total 8 jpl

VII PELAPORAN Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan

Pengawalan Regulasi Teknis maka disusun laporan

pelaksanaan kegiatan Capacity Building Penilaian

Mutu Biji Kakao sesuai SNI dan kegiatan Bimbingan

Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran.

Laporan tersebut wajib ditembuskan ke Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen

Perkebunan paling lambat 1 (satu) bulan setelah

pelaksanaan kegiatan.

Page 470: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

14

VIII PEMBIAYAAN Biaya untuk pelaksanaan “kegiatan “Pengawalan

Regulasi Teknis” dialokasikan melalui APBN TA 2016

pada Dinas Provinsi lingkup Perkebunan.

IX EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. UFPBK memiliki anggota yang memahami

persyaratan mutu biji kakao dan bisa melakukan

pengujian mutu secara mandiri.

2. Petugas Dinas Perkebuan dapat melakukan

registrasi surat tanda pendaftaran UFPBK sesuai

dengan Permentan 67 Tahun 2014

X PENUTUP Pedoman teknis inibersifat dinamis dan akan

disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

kebutuhan masyarakat.

Page 471: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

15

LAMPIRAN

Page 472: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014

TENTANG PERSYARATAN MUTU DAN PEMASARAN BIJI

KAKAO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kakao merupakan

salah satu komoditas unggulan perkebunan bersifat strategis yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, menghasilkan devisa bagi negara, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan membantu pelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. bahwa dalam rangka untuk menindaklanjuti amanat ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunanserta untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat

Page 473: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

dan terjaminnya mutukeamanan pangan, maka perlu dilakukan upaya pengawasan mutu biji kakao;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);

Page 474: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437);

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227 Tambahan Lembaran

Page 475: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5492);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3718);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020);

11. Peraturan Pemerintah Nomor

14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41967);

Page 476: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

15. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125);

Page 477: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

16. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 126);

17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;

18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/O.T 140/07/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices);

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/O.T 140/02/2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian;

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2

Page 478: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap

Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan;

22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/ OT.140/9/2012 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan;

Memperhatikan : Notifikasi Indonesia G/SPS/N/IDN/64 terkait Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI

PERTANIAN TENTANG PERSYARATAN MUTU DAN PEMASARAN BIJI KAKAO.

Page 479: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Biji Kakao adalah biji kakao dari tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yang berasal dari biji kakao mulia atau biji kakao lindak setelah melalui proses fermentasi, dicuci atau tanpa dicuci, dikeringkan dan dibersihkan.

2. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan dan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) serta keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

3. Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

4. Pelaku Usaha adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia yang menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang penanganan kakao.

5. Unit Fermentasi dan Pemasaran Biji Kakao yang selanjutnya disebut UFP-BK adalah unit usaha yang dibentuk oleh satu atau lebih Poktan atau Gapoktan atau Pelaku Usaha

Page 480: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

sebagai tempat kegiatan penanganan, pemrosesan, dan pemasaran Biji Kakao.

6. Surat Tanda Pendaftaran yang selanjutnya disebut STP adalah dokumen tertulis yang diterbitkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten atau kota yang menyelenggarakan fungsi perkebunan yang menyatakan bahwa UFP-BK telah terdaftar secara resmi.

7. Surat Keterangan Asal Lokasi Biji Kakao yang selanjutnya disebut SKAL-BK adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh UFP-BK yang menerangkan asal Biji Kakao dan telah memenuhi persyaratan mutu sebagai pelengkap administrasi dalam proses perdagangan dan/atau peredaran Biji Kakao.

8. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat yang selanjutnya disebut OKKP-P adalah institusi atau unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.

9. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah yang selanjutnya disebut OKKP-D adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian.

10. Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao yang selanjutnya disebut SJM-BK adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh OKKP-D kepada UFP-BK yang telah mampu menerapkan sistem jaminan mutu.

Page 481: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

11. Surat Keterangan Kesesuaian Mutu yang selanjutnya disebut SKKM adalah dokumen yang terbitkan oleh OKKP-D yang menerangkan hasil penilaian kesesuaian mutu Biji Kakao terhadap persyaratan mutu Biji Kakao yang sudah ditentukan.

12. Sistem Jaminan Mutu Biji Kakao adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menerapkan jaminan mutu sesuai pedoman penanganan pasca panen hasil pertanian asal tanaman yang baik (good handling practices).

13. Penanganan Biji Kakao adalah bagian dari rangkaian kegiatan mulai dari sortasi buah sampai menghasilkan Biji Kakao sesuai persyaratan mutu Biji Kakao.

14. Pemasaran Biji Kakao adalah kegiatan transaksi jual beli Biji Kakao yang dilakukan antara UFP-BK dengan industri pengolahan dan atau eksportir.

15. Industri Pengolahan adalah suatu industri yang melakukan kegiatan mengubah Biji Kakao sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi.

16. Eksportir adalah orang perseorangan, lembaga atau lembaga usaha, baik berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan ekspor Biji Kakao.

17. Kemitraan Usaha adalah kerjasama antara UFP-BK dengan industri pengolahan dan atau eksportir.

18. Serangga Hidup adalah serangga pada stadia apapun yang ditemukan hidup pada partai barang.

Page 482: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

19. Biji Berserangga adalah Biji Kakao yang dibagian dalamnya terdapat serangga pada stadia apapun atau terdapat bagian-bagian dari tubuh serangga, atau yang memperlihatkan kerusakan karena serangga yang dapat dilihat oleh mata.

20. Benda-Benda Asing adalah benda-benda lain yang bukan berasal dari tanaman kakao.

21. Kotoran (waste) adalah benda-benda berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih, ranting dan benda lainnya yang berasal dari tanaman kakao.

22. Biji Pecah adalah Biji Kakao dengan bagian yang hilang berukuran setengah (½) atau kurang dari bagian Biji Kakao yang utuh.

23. Biji Berjamur adalah Biji Kakao yang ditumbuhi jamur di bagian dalamnya dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata.

24. Biji Slaty adalah biji yang tidak terfermentasi sempurna yang pada kakao lindak memperlihatkan separuh atau lebih permukaan irisan keping biji berwarna ungu, keabu-abuan seperti sabak atau biru keabu-abuan bertekstur padat dan pejal, sedangkan pada kakao mulia permukaannya berwarna putih kotor.

25. Biji Berkecambah adalah Biji Kakao yang telah berkecambah atau yang telah lepas kecambahnya dengan ditandai adanya lubang.

26. Biji Berbau Asap dan/atau hammy dan/atau berbau asing adalah biji yang berbau asap, berbau hammy atau bau asing lainnya yang ditentukan metode uji.

Pasal 2

Page 483: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar

dalam pemenuhan persyaratan mutu Biji Kakao yang beredar.

(2) Peraturan ini bertujuan untuk:

a. meningkatkan daya saing dan nilai tambah Biji Kakao Indonesia;

b. mendukung pengembangan industri

berbahan baku kakao dalam negeri; c. memberikan perlindungan pada konsumen

dari peredaran Biji Kakao yang tidak memenuhi persyaratan mutu;

d. meningkatkan pendapatan petani kakao; dan

e. mempermudah penelusuran kembali kemungkinan terjadinya penyimpangan produksi dan peredaran.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan ini mencakup: a. kelembagaan; b. persyaratan mutu dan penanganan; c. pemasaran; dan d. pembinaan dan pengawasan.

Pasal 4

(1) Biji Kakao yang beredar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat berasal dari produksi dalam negeri dan berasal dari pemasukan.

(2) Biji Kakao yang berasal dari produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 484: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

sesuai persyaratan mutu yang ditandai dengan SKAL-BK.

(3) Biji Kakao yang berasal dari pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan karantina tumbuhan dan keamanan pangan sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB II

KELEMBAGAAN

Pasal 5

(1) UFP-BK harus memiliki struktur organisasi,

sarana dan prasarana kerja.

(2) Struktur organisasi UFP-BK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri

atas ketua, sekretaris, bendahara, sub unit

sarana prasarana, sub unit pembelian dan

pemasaran, sub unit penanganan, dan sub unit

pengawasan mutu internal.

Pasal 6

(1) UFP-BK dalam menerbitkan SKAL-BK harus

memiliki STP dan SJM-BK.

(2) Jika UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) belum memilikiSJM-BK, maka UFP-BK

harus memiliki SKKM dari OKKP-D.

Pasal 7

(1) Untuk mendapatkan STP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), UFP-BK yang

Page 485: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

terbentuk dari Poktan/Gapoktanharus

memenuhi persyaratan dengan memiliki:

a. struktur organisasi;

b. kartu anggota dan buku identitas anggota;

c. legalitas pembentukan Poktan/Gapoktan

dari pejabat berwenang;

d. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga;

e. modal usaha; dan

f. denah lahan.

(2) Untuk mendapatkan STP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), UFP-BK yang

terbentuk dari Pelaku Usaha harus memenuhi

persyaratan dengan memiliki:

a. struktur organisasi;

b. akte pendirian dan perubahannya;

c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. surat keterangan domisili; dan

f. denah lahan.

(3) Tatacara mendapatkan STP sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan ini.

(4) STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) berlaku selama UFP-BK operasional.

(5) STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dicabut apabila UFP-BK tidak

operasional dalam jangka waktu 2 (dua) tahun

berturut-turut.

Page 486: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(6) UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dapat mengajukan permohonan ulang STP

apabila akan melakukan kegiatan kembali.

Pasal 8

(1) Permohonan untuk mendapatkan SJM-BK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

harus memenuhi persyaratan dengan

melengkapi:

a. formulir permohonan;

b. fotocopy STP;

c. bukti penerapan jaminan mutu berupa SOP

dan dokumen pendukung; dan

d. laporan kesesuaian mutu 1 (satu) bulan

terakhir.

(2) Tatacara mendapatkan SJM-BK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), sebagaimana

tercantum dalam Lampiranyang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) SJM-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan surveilen

paling kurang 1 (satu) tahun 1 (satu) kali.

Pasal 9

(1) UFP-BK yang telah memiliki SJM-

BKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus

melakukan pengambilan contoh dan penilaian

kesesuaian mutu secara internal setiap akan

menerbitkan SKAL-BK.

Page 487: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(2) Pengambilan contoh dan penilaian kesesuaian

mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh petugas UFP-BK yang sudah

terlatih dan kompeten dalam melakukan

pengambilan contoh dan penilaian mutu Biji

Kakao sesuai prosedur pengujian dalam SNI

2323:2008/Amd I:2010 Biji Kakao dan

perubahannya.

(3) Petugas pengambil contoh dan penilai

kesesuaian mutu harus memenuhi persyaratan

kompetensi sebagaimana tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan ini.

(4) Hasil penilaian kesesuaian mutu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan

persyaratan mutu Biji Kakao.

(5) UFP-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang hasil penilaian kesesuaian mutunya

sesuai persyaratan kompetensi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) berhak menerbitkan

SKAL-BK.

Pasal 10

(1) Permohonan untuk mendapatkan SKKM

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

harus memenuhi persyaratan dengan

melengkapi:

a. formulir permohonan; dan

b. fotocopy STP.

(2) SKKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan oleh UFP-BK kepada OKKP-D setiap

kali akan melakukan peredaran Biji Kakao.

Page 488: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(3) Tatacara mendapatkan SKKM sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diatur sebagaimana

tercantum dalam Lampiranyang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(4) SKKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku hanya 1 (satu) kali untuk penerbitan

SKAL-BK.

Pasal 11

OKKP-D dalam menerbitkan SJM-BK dan SKKM

harus memiliki kompetensi sumber daya manusia

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

ini.

BAB III

PERSYARATAN MUTU DAN PENANGANAN

Pasal 12

Persyaratan mutu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (4) paling kurang

harus memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut:

a. Serangga Hidup : tidak ada

b. Kadar Air :maksimal 7,5 %

c. Biji Berbau Asap dan/atau

hammy dan/atau Berbau Asing : tidak ada

d. Kadar Benda Asing : tidak ada

e. Kadar Biji Pecah : maksimal 2 %

f. Kadar Biji Berjamur : maksimal 4 %

g. Kadar Biji Slaty : maksimal 20 %

h. Kadar Biji Berserangga : maksimal 2 %

Page 489: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

i. Kadar Kotoran (waste) : maksimal 3 %

j. Kadar Biji Berkecambah : maksimal 3 %

Pasal 13

(1) UFP-BK yang menghasilkan Biji Kakao sesuai

dengan persyaratan mutu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 diberikan insentif

berupa fasilitasi pembinaan penanganan

pascapanen dan prioritas mendapatkan

bantuan.

(2) Tata cara untuk menghasilkan Biji Kakao

sesuai dengan persyaratan mutu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao yang

telah ditetapkan.

BAB IV

PEMASARAN

Pasal 14

UFP-BK dalam mengedarkan Biji Kakao yang

dihasilkannya wajib menyertakan SKAL-BK.

Pasal 15

(1) Industri pengolahan kakao atau eksportir

dilarang menerima Biji Kakao yang tidak

dilengkapi SKAL-BK.

(2) UFP-BK sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14

dalam mengedarkan Biji Kakao dapat:

Page 490: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

a. menjalin kerjasama Kemitraan Usaha dengan

industri pengolahan dan eksportir

berdasarkan azas manfaat dan berkelanjutan

yang saling menguntungkan yang dituangkan

dalam kontrak/kerjasama perjanjian;

b. menggunakan mekanisme sistem resi gudang;

dan

c. menggunakan mekanisme pasar lelang.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

(1) Pembinaan UFP-BK dilakukan secara

berjenjang oleh SKPD kabupaten/kota dan

provinsi yang menyelenggarakan fungsi

perkebunan, serta instansi pusat yang terkait.

(2) Pembinaan UFP-BK meliputi pembinaan

kelembagaan, penanganan pasca panen,

penerapan sistem jaminan mutu serta

pemasaran.

(3) UFP-BK melakukan pembinaan internal kepada

anggotanya dalam menghasilkan Biji Kakao.

Pasal 17

(1) UFP-BK melakukan pengawasan internal

kepada anggotanya dalam menghasilkan Biji

Kakao.

(2) Pengawasan kepada UFP-BK dilakukan oleh

OKKP-D.

Page 491: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(3) Pengawasan kepada UFP-BK meliputi

pengawasan aspek kelembagaan, penanganan

pasca panen, penerapan sistem jaminan mutu

serta pemasaran.

Pasal 18

(1) UFP-BK yang telah menerbitkan SKAL-BK,

wajib menyampaikan laporan penerbitan SKAL-

BK kepada OKKP-D setiap 6 (enam) bulan

sekali.

(2) OKKP-D wajib menyampaikan laporan

perkembangan UFP-BK yang telah menerbitkan

SKAL-BK kepada Direktur Jenderal Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian selaku Ketua

OKKP-P setiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 19

(1) OKKP-D memberikan sanksi kepada UFP-BK

apabila:

a. menerbitan SKAL-BK untuk Biji Kakao yang

tidak sesuai persyaratan;

b. dalam peredaran Biji Kakao tidak

melampirkan SKAL-BK; dan/atau

c. tidak menyampaikan laporan berkala

berturut-turut selama 1 (satu) tahun.

(2) Sanksi kepada UFP-BK sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat berupa:

a. teguran pertama secara tertulis diberikan

apabila UFP-BK melakukan kesalahan;

Page 492: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

b. teguran kedua secara tertulis diberikan

apabila teguran pertama belum ditanggapi

oleh UFP-BK dalam jangka waktu 1 (satu)

bulan; dan

c. pencabutan SJM-BK apabila dalam jangka

waktu 1 (satu) bulan setelah teguran kedua

belum ditanggapi.

(3) Industri pengolahan dan eksportir yang

menerima Biji Kakao tidak dilengkapi SKAL-BK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)

diusulkan kepada Kementerian Perindustrian

untuk dikenakan sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

PENUTUP

Pasal 20

Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 24 (dua

puluh empat) bulan terhitung sejak tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Mei 2014

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSWONO

Page 493: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 21 Mei 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

2014 NOMOR 679

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014 TANGGAL : 12 Mei 2014

TATA CARA MEMPEROLEH STP, SJM-BK, SKKM, PENERBITAN SKAL-BK DAN PERSYARATAN

KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA I. TATA CARA MEMPEROLEH STP, SJM-BK, SKKM,

PENERBITAN SKAL-BK

A. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Pendaftaran (STP)

1. Permohonan diajukan oleh Ketua UFP-BK kepada SKPD Kabupaten atau Kota yang membidangi perkebunan dengan cara mengisi Formulir Permohonan dengan menggunakan Formulir 1.

2. Penilaian dokumen dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala SKPD yang membidangi perkebunan dengan cara memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen permohonan dengan menggunakan Formulir 2.

Page 494: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3. Hasil penilaian dokumen permohonan yang telah dinyatakan lengkap selanjutnya dilakukan penilaian lapang oleh petugas yang ditunjuk.

4. Penilaian lapang dilakukan dengan melihat kesesuaian antara dokumen permohonan dan kondisi lapangan.

5. Selanjutnya SKPD melakukan penerbitan STP

untuk UFP-BK yang telah dinyatakan lulus penilaian lapang dengan menggunakan Formulir 3.

6. Penomoran STP mengikuti ketentuan sebagaimana contoh berikut:

Keterangan :

72.02 = Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk Prop. Sulawesi Tengah, Kab. Poso.

STP = Kode/singkatan Surat Tanda Pendaftaran.

0005 = Nomor urut pendaftaran yang dikeluarkan oleh Kepala Pemerintah Kabupaten atau Kota yang membidangi perkebunan yang diberikan kepada UFP-BK.

06/2013 = Bulandan tahun dikeluarkannya STP.

B. Tata Cara Memperoleh Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK)

NO. 72.02- STP - 0005-06/2013

Page 495: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1. Permohonan diajukan oleh Ketua UFP-BK kepada OKKP-D dengan cara mengisi Formulir Permohonan dengan menggunakan Formulir 4.

2. Penilaian dokumen dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D dengan cara memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen permohonan menggunakan Formulir 5.

3. Hasil penilaian dokumen permohonan yang dinyatakan belum lengkap dilakukan penundaan yang disampaikan kepada pemohon dengan menggunakan Formulir 6.

4. Hasil penilaian dokumen permohonan yang telah dinyatakan lengkap selanjutnya dilakukan penilaian lapang oleh inspektor yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.

5. Penilaian lapang dilakukan oleh inspektor dengan melihat kesesuaian antara dokumen permohonan dan kondisi lapangan dengan menggunakan Formulir 7.

6. Hasil penilaian lapang dilaporkan oleh inspektor kepada ketua OKKP-D dengan menggunakan Formulir 8.

7. Selanjutnya dilakukan pengambilan contoh oleh

Petugas Pengambil Contoh yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.

8. Contoh selanjutnya dinilai kesesuaian mutunya berdasarkan Persyaratan Mutu dalam Pasal 10 ayat (3) oleh penilai yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.

9. Hasil penilaian lapang dan hasil penilaian mutu selanjutnya dibahas dalam rapat Komisi Teknis.

Page 496: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Hasil rapat komisi teknis berupa rekomendasi Komisi Teknis menggunakan Formulir 9.

10. Apabila ada klarifikasi perbaikan yang harus ditindaklanjuti oleh UFP-BK maka disampaikan oleh Ketua OKKP-D kepada UFP-BK menggunakan Formulir 10.

11. Apabila hasil rekomendasi Komisi Teknis menyatakan UFP-BK berhak memperoleh SJM-BK, maka selanjutnya diterbitkan SJM-BK oleh ketua OKKP-D dengan menggunakan Formulir 11.

12. Tata cara penomoran SJM-BK mengikuti ketentuan sebagaimana contoh berikut:

Keterangan :

75.03 = Kode Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk Prop. Gorontalo, Kab. Bone Bolango.

SJM-BK = Kode/singkatan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao.

0005 = Nomor urut sertifikat yang dikeluarkan oleh OKKP-D.

06/2013 = Bulan dan tahun

dikeluarkannya SJM-BK.

13. Selanjutnya Ketua OKKP-D menyerahkan SJM-BK kepada UFP-BK menggunakan Formulir 12.

C. Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan

Kesesuaian Mutu (SKKM)

NO. 75.03- SJM-BK -0005-06/2013

Page 497: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

1. Permohonan diajukan oleh UFP-BK kepada OKKP-D dengan cara mengisi Formulir permohonan menggunakan Formulir 13.

2. Selanjutnya Ketua OKKP-D menunjuk Petugas Pengambil Contoh untuk melakukan pengambilan contoh di lokasi UFP-BK.

3. Contoh selanjutnya dinilai kesesuaian mutunya

berdasarkan Persyaratan Mutu dalam Pasal 10 ayat (3) oleh penilai yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D.

4. Hasil penilaian diterbitkan oleh penguji yang

diketahui oleh Ketua OKKP-D menggunakan

Formulir 14.

5. Hasil penilaian yang dinyatakan memenuhi

kesesuaian mutu selanjutnya oleh Ketua OKKP-

D diterbitkan SKKM menggunakan Formulir 15.

6. Tata cara penomoran SKKM mengikuti

ketentuan sebagaimana contoh berikut:

Keterangan :

75.03 = Kode Propinsi dan

Kabupaten/Kota untuk Prop.

Gorontalo, Kab. Bone Bolango.

SJM-BK = Kode/singkatan Surat

Keterangan Kesesuaian Mutu.

0005 = Nomor urut SKKM yang

dikeluarkan oleh OKKP-D.

06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya

SKKM.

NO. 75.03-SKKM-0005-06/2013

Page 498: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

D. Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan Asal

Lokasi Biji Kakao (SKAL-BK)

1. UFP-BK yang telah memiliki SJM-BK atau

SKKM berhak menerbitkan SKAL-BK setiap kali

akan melakukan peredaran biji kakao dengan

menggunakan Formulir 16.

2. UFP-BK yang memiliki SJM-BK, setiap akan

menerbitkan SKAL-BK harus melakukan

pengambilan contoh oleh petugas pengambil

contoh dan penilaian kesesuaian mutu oleh

penilai yang berasal dari internal UFP-BK.

3. UFP-BK yang hanya memiliki SKKM berhak

menerbitkan SKAL-BK hanya untuk satu

lot/partai biji kakao yang dinilai kesesuaian

mutunya.

4. Tata cara penomoran SKAL-BK mengikuti

ketentuan sebagaimana contoh berikut:

Keterangan :

13.04 = Kode Propinsi dan

Kabupaten/Kota untuk Prop.

Sumatera Barat, Kab. Tanah Datar

0000 = Nomor urut STP-UFPBK

0005 = Nomor urut SKAL-BK yang

dikeluarkan oleh UFP-BK

06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya

SKAL–BK

NO. 13.04-SKAL-BK-0000-0005-06/2013

Page 499: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5. Biji kakao yang telah memiliki Nomor SKAL-BK

harus mencantumkan Nomor SKAL-BK tersebut

pada setiap kemasannya.

6. Setiap 6 bulan sekali UFPBK harus melaporkan

penerbitan SKAL-BK kepada ketua OKKP-D

menggunakan Formulir 17.

II. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

A. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)

1. Persyaratan Inspektor

a. Pendidikan dan pengalaman kerja:

(1) SMU/SMK/D1 (Pertanian) pengalaman minimal 3 tahun dibidang pertanian.

(2) D2/D3 (Pertanian) pengalaman minimal 2 tahun dibidang pertanian.

(3) S1/S2/S3 (Pertanian) pengalaman minimal 1 tahun dibidang pertanian.

b. Lulus pelatihan Inspektor Keamanan Pangan.

2. Persyaratan Petugas Pengambil Contoh

a. Pendidikan minimal SMU/SMK atau sederajat.

b. Secara teknis mampu dalambidang pengambilan contoh komoditi tertentu.

c. Telah menyelesaikan dan lulus pelatihan pengambilan contoh komoditi tertentu, oleh penyelenggara pelatihan PPC yang diakui oleh unit kerja dengan tupoksi relevan.

d. PPC bukan petugas yang melakukan pengujian atas contoh yang diambilnya.

Page 500: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

3. Persyaratan Penilai Kesesuaian Mutu

a. Pendidikan yg cukup minimal SMU/SMK atau sederajat.

b. Mengerti dan memahami prinsip-prinsip, elemen-elemen dan kriteria mutu kakao.

c. Secarateknis mempunyai keterampilan dalam penilaian mutu kakao serta standar yang menjadi acuannya.

d. Mampu melaksanakan analisa terhadap pemenuhan kesesuaian persyaratan dan kriteria mutu kakao.

B. Unit Fermentasi dan Pemasaran Biji Kakao (UFP-BK)

1. Persyaratan Petugas Pengambil Contoh

a. Pendidikan dan pengalaman kerja:

(1) SMA pengalaman minimal 1 tahun menangani kakao; atau

(2) SMP pengalaman minimal 2 tahun menangani kakao.

b. Lulus pelatihan Petugas Pengambil Contoh biji kakao.

2. Persyaratan Penilai Kesesuaian Mutu

a. Pendidikan dan pengalaman kerja: (1) SMA pengalaman minimal1 tahun

menangani kakao; atau (2) SMP pengalaman minimal 2 tahun

menangani kakao.

b. Lulus pelatihan Penilai Kesesuaian Mutu biji kakao. MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Page 501: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ttd.

SUSWONO

Formulir 1

Formulir Permohonan Surat Tanda Pendaftaran (UFP-BK dari Poktan/Gapoktan)

Kepada Yth. Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan Di Tempat

Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK : 2. Alamat :

3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK : 5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile : 7. Kontak Person yang dapat dihubungi

a. Nama : b. Alamat :

Page 502: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

c. Telepon/Faximile : mengajukan permohonan Surat Tanda Pendaftaran(STP) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Sebagai kelengkapan permohonan, kami lampirkan persyaratan sebagai berikut:

KODE LAMPIRAN PERSYARATAN

1 A Formulir isian data umum

1 B Struktur organisasi

1 C Denah lahan

1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi dan Pemasaran

1 E Anggaran Dasar dan Rumah Tangga

1 F Sarana prasarana yang dimiliki

1 G Nama anggota dan penguasaan lahan

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

...., ...................20....... Ketua UFP-BK (nama dan tanda tangan)

Page 503: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 1

Formulir Permohonan Surat Tanda Pendaftaran

(UFP-BK dari pelaku usaha)

Kepada Yth. Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang

membidangi perkebunan Di Tempat

Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK :

2. Alamat : 3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK :

5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile :

7. Kontak Person yang dapat dihubungi a. Nama :

Page 504: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

b. Alamat :

c. Telepon/Faximile : mengajukan permohonan Surat Tanda

Pendaftaran(STP) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Sebagai kelengkapan permohonan, kami

lampirkan persyaratan sebagai berikut :

KODE LAMPIRAN

PERSYARATAN

1 A Formulir isian data umum

1 B Struktur organisasi

1 C Denah lahan

1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi dan Pemasaran

1 H Akte Pendirian dan

Perubahannya

1 I Sarana prasarana yang

dimiliki

1 J Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP)

1 K Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP)

1 L Surat Keterangan domisili

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

............., ........20.......

Page 505: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ketua UFP-BK

(nama dan tanda tangan)

1 A

FORMULIR ISIAN DATA UMUM

1. Nama UFP-BK : …………………………

2. Alamat : …………………………

3. Nama Ketua UFP-BK : …………………………

4. Nomor Kartu tanda

penduduk ketua UFP-BK

: …………………………

5. Alamat ketua UFP-BK : …………………………

6. Nomor telpon/HP : …………………………

7. Nomor Faximili : …………………………

8. Kapasitas produksi : …………………………

9. Tujuan pasar : …………………………

10. Kondisi Bangunan : Permanen / semi permanen *)

11. Jumlah anggota : ……………..…...Orang

12. Luas lahan : ……………………ha

13. Modal Usaha : ……………………

14. Jumlah tenaga kerja : : …………………..Orang

Keterangan : *) pilih salah satu

.....................,..........20

Page 506: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pemohon

(nama dan tanda tangan)

Formulir 2

FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN

DOKUMEN SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP)

(Untuk UFP-BK dari poktan/gapoktan)

Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan

1 A Formulir isian data

umum

1 B Struktur organisasi

1 C Denah lahan

1 D Daftar SDM yang

menangani Fermentasi dan Pemasaran

1 E Anggaran Dasar dan Rumah Tangga

1 F Sarana prasarana yang

dimiliki

1 G Nama anggota dan

penguasaan lahan

Page 507: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 2

FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN

DOKUMEN SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP) (Untuk UFP-BK dari Pelaku usaha)

Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan

1 A Formulir isian data umum

1 B Struktur organisasi

1 C Denah lahan

1 D Daftar SDM yang menangani Fermentasi

dan Pemasaran

1 H Akte Pendirian dan

Perubahannya

1 I Sarana prasarana yang dimiliki

1 J Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

1 K Nomor Pokok Wajib

Page 508: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Pajak (NPWP)

1 L Surat Keterangan domisili

Formulir 3

SURAT TANDA PENDAFTARAN (STP)

NAMA INSTANSI ……………………………….

Nomor Pendaftaran:

………………………. Diberikan Kepada:

………………………..

Alamat:

………………………………

telah memenuhi persyaratan pendaftaran

sebagai Unit Usaha Fermentasi dan Pemasaran Biji

Kakao (UFP-BK)

KOP

INSTANSI

Page 509: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Surat Tanda Pendaftaran ini berlaku sejak

tanggal ditetapkan.

Tanggal Ditetapkan :

Kepala .......................

Nama : .................... NIP. ........................

Formulir 4

Formulir Permohonan

Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK)

Kepada Yth. Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan

Daerah (OKKP-D) Di

Tempat

Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK :

2. Alamat : 3. Nomor HP :

4. Nama UFP-BK : 5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile :

7. Kontak Person yang dapat dihubungi a. Nama : b. Alamat :

c. Telepon/Faximile :

Page 510: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

mengajukan permohonan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) kepada Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D).

Sebagai kelengkapan permohonan kami tersebut, berikut kami sampaikan persyaratan sebagai berikut :

a. Fotocopi Surat Tanda Pendaftaran;

b. Bukti penerapan pengolahan dan pemasaran

biji kakao (SOP dan dokumen pendukung);

c. Hasil Penilaian Mutu Biji Kakao minimal 1

(satu) bulan terakhir;

d. Formulir Isian Penerapan Mutu Biji Kakao

(terlampir).

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

........., ................20... Pemohon

(nama dan tanda tangan)

Page 511: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 5

FORMULIR PENILAIAN KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN

SERTIFIKAT JAMINAN MUTU BIJI KAKAO

(SJM-BK)

Kode Persyaratan Ada Tidak Keterangan

5 A Fotocopi Surat Tanda Pendaftaran;

5 B Bukti penerapan pengolahan dan pemasaran biji kakao –

(Dokumen mutu, SOP dan dokumen pendukung);

5 C Hasil Penilaian Mutu Biji Kakao minimal 1

(satu) bulan terakhir;

5 D Formulir Isian

Penerapan Mutu Biji Kakao

Page 512: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

5 D FORMULIR ISIAN PENERAPAN MUTU BIJI

KAKAO

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

I. KELEMBAGAAN

a. Memiliki struktur organisasi

b. Memiliki data anggota yang dicatat dalam kartu anggota

c. Memiliki Anggaran Dasar dan Rumah Tangga

d. Memiliki modal usaha

e. Memiliki denah lahan

f. Memiliki SDM pengolah dan pemasaran biji kakao

g. Memiliki tenaga pengawas mutu internal biji kakao

h. Memiliki STP-UFPBK

II. PANEN

a. Melalukan panen tepat waktu

b. Menggunakan cara panen yang

tepat

c. Menggunakan peralatan panen

yang tepat

III PENANGANAN PASCA PANEN

Page 513: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

A. SORTASI BUAH

a.

Melakukan sortasi buah

sebelum pemanenan

b.

Melakukan pemisahan buah sehat dan yang tidak sehat

(terserang hama dan penyakit, busuk atau cacat).

c.

Buah yang terserang hama penyakit ditimbun ditempat terpisah dan segera dikupas

kulitnya.

d. Kulit buah yang terserang

hama atau penyakit segera ditimbun dalam tanah

B. PEMERAMAN atau PENYIMPANAN BUAH

a. Melakukan pemeraman buah

b. Pemeraman buah dilakukan dengan penimbunan buah

kakao dalam keranjang atau goni dan ditutup daun-daun kering

c. Pemeraman dilakukan di tempat yang bersih, terbuka

(tetapi terlindung dari panas matahari langsung dan aman dari gangguan hewan

d. Menghentikan pemeraman sebelum buah rusak atau

busuk

C. PEMECAHAN BUAH

a. Pemecahan buah dilakukan

Page 514: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

secara hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao

b. Pemecahan buah dilakukan secara serentak

c. Pemecahan buah kakao menggunakan peralatan yang

tidak merusak biji kakao

d. Melakukan pemisahan biji yang sehat dengan yang cacat dan

kotoran lainnya

e. Memasukkan buah dalam

wadah fermentasi segera setelah pemecahan buah

D. FERMENTASI

a. Menggunakan peralatan

fermentasi

b. Menggunakan penutup yang

bersih dan tidak menggotori biji kakao

c. Wadah fermentasi dilengkapi

dengan lubang tempat pembuangan air

d. Lamanya fermentasi 4-5 hari

e. Dilakukan pembalikan biji setelah 2 hari

f. Pembalikan biji kakao menggunakan peralatan yang

dianjurkan yang tidak mencemari produk

E. PENGERINGAN BIJI

a. Pengeringan dilakukan

menggunakan sarana/peralatan

Page 515: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

yang tidak mencemari produk

b. Penjemuran dilakukan sampai

kadar air maksimal 7,5 %

F. SORTASI BIJI KERING

a. Melakukan pemisahan kotoran dan benda asing

b. Melakukan pemisahan biji berdasarkan ukuran biji

G. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

a. Biji kakao dikemas menggunakan kemasan karung goni bersih, non toksik, bebas

hama dan bau asing.

b. Kemasan ditutup rapat dan

kuat dengan berat bersih maksimum setiapkarung 62,50

kg atau 16 karung per ton atau cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual

c. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi,

jenis mutu dan identitas produsen

d. Pelabelan menggunakan bahan yang tidak mencemari biji kakao

e. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih dan penerangan

lampu yang memadai, kelembaban tidak melebihi 75%, ventilasi cukup, dan tidak

Page 516: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

campur dengan produk pertanian lainnya yang berbau

keras.

f. Partai barang disusun dalam

stapelan dengan tinggi maksimum 16 karung, jarak antar staple 60 cm, jarak stapel

dengan dinding gudang 80 cm

g. Tumpukan karung disangga

dengan palet dari papan-papan kayu maksimal setinggi 8-10 cm, jarak dari dinding 15-20

cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimal 10 cm.

IV STANDAR MUTU

a. Melakukan pengujian mutu

sesuai prosedur

b. Hasil uji sesuai dengan

persyaratan mutu biji kakao

V. PRASARANA DAN SARANA

PASCA PANEN

1. BANGUNAN

a. Lokasi bebas dari pencemaran (bukan di daerah pembuangan, jauh dari peternakan, industri

yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan

tempat lain yang sudah tercemar.

b. Lokasi berada pada tempat

yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan

Page 517: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

airnya buruk.

c. Lokasi dekat dengan sentra

produksi

d. Kondisi keseluruhan bangunan

baik

e. Bangunan dirancang tidak

dimasuki binatang pengerat, serangga dan hama lainnya

f. Bangunan cukup luas untuk melakukan kegiatan pengolahan

g. Bangunan dirawat dengan baik

h. Penerangan cukup

i. Ventilasi cukup

j. Bangunan dilengkapi sarana

penyediaan air bersih

k. Bangunan dilengkapi sarana

pembuangan

l. Luas bangunan memadai

m. Langit-langit terawat

n. Dinding terawat

o. Lantai bersih dan tidak tergenang air

p. Terdapat sarana pengolahan limbah padat

q. Tempat sampah tertutup

r. Sarana toilet tersedia

2. ALAT DAN MESIN

a. Permukaan yang berhubungan

dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak

Page 518: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

mengelupas

b. Mudah dibersihkan

c. Tidak mencemari produk

d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi

3. WADAH DAN PEMBUNGKUS

a. Menggunakan wadah yang

dapat melindungi dan mempertahankan mutu

b. Wadah dan pembungkus dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur

yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk

c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.

d. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan

dikenakan tindakan sanitasi.

e. Wadah dan bahan pengemas

disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan

dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.

VI PELESTARIAN LINGKUNGAN

a. Menghindari polusi yang

berasal dari lokasi usaha yang dapat menggangu lingkungan

VII PENGAWASAN

a. Menerapkan system

Page 519: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN YA TIDAK KET

pengawasan

b. Melakukan pencatatan

VIII. TENAGA KERJA

a. Tenaga kerja harus berbadan sehat.

b. Memiliki keterampilan sesuai

dengan bidang pekerjaannya.

c. Mempunyai komitmen dengan

tugasnya.

Page 520: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 6

Nomor :

Lampiran : Perihal* : Penundaan Pendaftaran SJM-BK

Kepada Yth.: .....................................

di - ....

Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana perihal diatas oleh petugas yang ditunjuk oleh Ketua OKKP-D, tanggal ........., maka :

a. Nama UFP-BK : b. Alamat : c. Telepon/Faximile :

dengan ini diberitahukan bahwa, persyaratan Permohonan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao

yang Saudara ajukan belum dapat diproses lebih lanjut sebelum Saudara melengkapi kekurangan persyaratan sebagai berikut:

a.................................. b..................................

c................................... d................................... e...................................

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

………….., ..........20...

Page 521: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ketua OKKP Daerah

....................................... NIP. ........................

Formulir 7

FORMULIR PENILAIAN LAPANG

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

I. KELEMBAGAAN

a. Memiliki struktur organisasi

b. Memiliki data anggota yang dicatat dalam kartu anggota

c. Memiliki Anggaran Dasar dan Rumah Tangga

d. Memiliki modal usaha

e. Memiliki denah lahan

f. Memiliki SDM pengolah dan pemasaran biji kakao

g. Memiliki tenaga pengawas mutu internal biji kakao

h. Memiliki STP-UFPBK

II. PANEN

a Melalukan panen tepat waktu

b Menggunakan cara panen yang tepat

c Menggunakan peralatan panen yang tepat

III PENANGANAN PASCA PANEN

A. SORTASI BUAH

a. Melakukan sortasi buah

Page 522: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

sebelum pemanenan

b. Melakukan pemisahan buah sehat dan yang tidak sehat (terserang hama dan penyakit, busuk atau cacat).

c. Buah yang terserang hama penyakit ditimbun ditempat terpisah dan segera dikupas kulitnya.

d. Kulit buah yang terserang hama atau penyakit segera ditimbun dalam tanah

B. PEMERAMAN atau PENYIMPANAN BUAH

a. Melakukan pemeraman buah

b. Pemeraman buah dilakukan dengan penimbunan buah kakao dalam keranjang atau goni dan ditutup daun-daun kering

c. Pemeraman dilakukan di tempat yang bersih, terbuka (tetapi terlindung dari panas matahari langsung dan aman dari gangguan hewan

d. Menghentikan pemeraman sebelum buah rusak atau busuk

C. PEMECAHAN BUAH

a. Pemecahan buah dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao

Page 523: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

b. Pemecahan buah dilakukan secara serentak

c. Pemecahan buah kakao menggunakan peralatan yang tidak merusak biji kakao

d. Melakukan pemisahan biji yang sehat dengan yang cacat dan kotoran lainnya

e. Memasukkan buah dalam wadah fermentasi segera setelah pemecahan buah

D. FERMENTASI

a. Menggunakan peralatan fermentasi

b. Menggunakan penutup yang bersih dan tidak menggotori biji kakao

c. Wadah fermentasi dilengkapi dengan lubang tempat pembuangan air

d. Lamanya fermentasi 4-5 hari

e. Dilakukan pembalikan biji setelah 2 hari

f. Pembalikan biji kakao

menggunakan peralatan yang dianjurkan yang tidak mencemari produk

E. PENGERINGAN BIJI

a. Pengeringan dilakukan menggunakan sarana/peralatan yang tidak mencemari produk

b. Penjemuran dilakukan sampai

Page 524: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

kadar air maksimal 7,5 %

F. SORTASI BIJI KERING

a. Melakukan pemisahan kotoran dan benda asing

b. Melakukan pemisahan biji berdasarkan ukuran biji

G. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

a. Biji kakao dikemas menggunakan kemasan karung goni bersih, non toksik, bebas hama dan bau asing.

b. Kemasan ditutup rapat dan kuat dengan berat bersih maksimum setiapkarung 62,50 kg atau 16 karung per ton atau cara lain bila ada persetujuan antara pembeli dan penjual

c. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu dan identitas produsen

d. Pelabelan menggunakan bahan yang tidak mencemari biji kakao

e. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih dan penerangan lampu yang memadai, kelembaban tidak melebihi 75%, ventilasi cukup, dan tidak campur dengan

Page 525: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

produk pertanian lainnya yang berbau keras.

f. Partai barang disusun dalam stapelan dengan tinggi maksimum 16 karung, jarak

antar staple 60 cm, jarak stapel dengan dinding gudang 80 cm

g. Tumpukan karung disangga dengan palet dari papan-papan kayu maksimal setinggi 8-10 cm, jarak dari dinding 15-20 cm. Jarak tumpukan karung dari plafon minimal 10 cm.

IV STANDAR MUTU

a Melakukan pengujian mutu sesuai prosedur

b Hasil uji sesuai dengan persyaratan mutu biji kakao

V. PRASARANA DAN SARANA PASCA PANEN

1. BANGUNAN

a. Lokasi bebas dari pencemaran (bukan di daerah pembuangan, jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak dikelola secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar.

b. Lokasi berada pada tempat

Page 526: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

yang layak dan tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk.

c. Lokasi dekat dengan sentra produksi

d. Kondisi keseluruhan bangunan baik

e. Bangunan dirancang tidak dimasuki binatang pengerat, serangga dan hama lainnya

f. Bangunan cukup luas untuk melakukan kegiatan pengolahan

g. Bangunan dirawat dengan baik

h. Penerangan cukup

i. Ventilasi cukup

j. Bangunan dilengkapi sarana penyediaan air bersih

k. Bangunan dilengkapi sarana pembuangan

l. Luas bangunan memadai

m. Langit-langit terawat

n. Dinding terawat

o. Lantai bersih dan tidak tergenang air

p. Terdapat sarana pengolahan limbah padat

q. Tempat sampah tertutup

r. Sarana toilet tersedia

2. ALAT DAN MESIN

a. Permukaan yang berhubungan dengan bahan

Page 527: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mengelupas

b. Mudah dibersihkan

c. Tidak mencemari produk

d. Mudah dikenakan tindakan sanitasi

3. WADAH DAN PEMBUNGKUS

a. Menggunakan wadah yang dapat melindungi dan mempertahankan mutu

b. Wadah dan pembungkus dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk

c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.

d. Sebelum digunakan wadah harus dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi.

e. Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.

VI PELESTARIAN LINGKUNGAN

a. Menghindari polusi yang berasal dari lokasi usaha yang

Page 528: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

NO PERSYARATAN MI-NOR

MA-YOR

KRI-TIS

KET.

dapat menggangu lingkungan

VII PENGAWASAN

a. Menerapkan system pengawasan

b. Melakukan pencatatan

VIII.

TENAGA KERJA

a. Tenaga kerja harus berbadan sehat.

b. Memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya.

c. Mempunyai komitmen dengan tugasnya.

Keterangan :

Kritis : Berpengaruh langsung dan signifikan terhadap mutu biji kakao yang

dihasilkan Mayor : Berpengaruh tidak langsung dan

cukup signifikan terhadap mutu biji

kakao yang dihasilkan Minor : Berpengaruh tidak langsung dan tidak

signifikan terhadap mutu biji kakao

yang dihasilkan

Hasil penilaian

Tanda Tangan Inspektor dan Tanggal

Page 529: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Tanda Tangan Auditi dan Tanggal

Formulir 8

LAPORAN HASIL PENILAIAN LAPANG

Nomor : ....

Kepada Yth, Ketua OKKP-D

di. tempat

Berdasarkan hasil penilaian lapang yang kami lakukan berdasarkan :

Nomor Surat Perintah Tugas

Tanggal Surat

Nomor Permohonan SJM-BK

Tanggal Surat Permohonan

Tanggal Mulai Pemeriksaan

Tanggal Selesai pemeriksaan

Nama UFPBK : Alamat :

Telpon/HP/Fax : Hasil Pemeriksaan :

……………….………….20.. Tim Inspektor,

Page 530: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ketua Anggota

(Nama lengkap) (Nama lengkap)

NIP.NIP. Formulir 9

REKOMENDASI KOMISI TEKNIS

Pada hari ini, ……… tanggal ……… tahun …..

telah dilakukan pembahasan atas hasil inspeksi

terhadap :

UFPBK :

Alamat :

Telp/Fax :

Inspektor : Ketua :

Anggota :

dengan hasil kesepakatan Tim/Panitia Teknis

yang hadir sebanyak ……. orang sebagai berikut

:

( ) Berhak memperoleh Sertifikat Jaminan

Mutu Biji Kakao (SJM-BK)

( ) Belum berhak memperoleh Sertifikat

Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) dengan

perbaikan sebagaimana terlampir.Saudara

diberi waktu selama dua minggu untuk

Page 531: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

melakukan perbaikan tersebut dan

mengirimkannya kembali kepada kami.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan

kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Komisi Teknis:

1. Anggota : ………………

2. Anggota : ………………

3. Anggota : ………………

4. Anggota : ………………

5. Anggota : ………………

Mengetahui,

Ketua Otoritas Kompeten Kemanan Pangan

Daerah

.................................

NIP. .............................

Page 532: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 10

Nomor :

Lampiran :

Perihal : Klarifikasi Tindakan Perbaikan

Kepada Yth.: ......................

di ....

Sehubungan dengan belum diselesaikannya

tindakan perbaikan atas temuan

ketidaksesuaian pada unit usaha Saudara,

bersama ini kami meminta klarifikasi kepada

Saudara terkait dengan hal dimaksud. Adapun

temuan ketidaksesuaian tersebut adalah :

No Temuan

Ketidaksesuaian

Kategori Temuan

Page 533: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya

diucapan terima kasih.

OKKP Daerah

.................................

NIP............................

Page 534: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 11

SERTIFIKAT JAMINAN MUTU BIJI KAKAO (SJM-BK)

OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH

PROVINSI ...........................

Nomor Sertifikat: ……………………….

Diberikan Kepada: ……………………………..

Alamat: ………………………………

telah memenuhi persyaratan Jaminan Mutu Biji Kakao

Sertifikat ini berlaku selama 3 (tiga) tahun mulai

dari tanggal ditetapkan. Tanggal Ditetapkan :

Tanggal Berakhir :

Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan

Daerah

LOGO OKKP-D

Page 535: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Provinsi....................

.............................. NIP. ........................

Formulir 12

Nomor : Lampiran :

Perihal : Penyerahan Sertifikat Jaminan Mutu Biji kakao

Kepada Yth : ……………….. di -

…………….. Bersama ini kami sampaikan Sertifikat Jaminan

Mutu Biji Kakao, mengingat bahwa Unit UsahaSaudara telah memenuhi persyaratan.Terkait dengan hal tersebut,

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerahakan :

1. Melakukan surveilen sekurang-kurangnya 1 (kali) dalam setahun untuk menjamin konsistensi penerapan sistem mutu.

2. Melakukan audit investigasi jika terjadi indikasi penyimpangan yang dapat dilakukan

berkoordinasi dengan instansi terkait. Sertifikat ini dapat dicabut oleh OKKP-D apabila UFP-BKmelakukan pelanggaran, baik dengan

sengaja maupun tidak sengaja terhadap persyaratan yang telah ditetapkan. Demikian disampaikan, untuk menjadi

perhatian.

Page 536: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ketua OKKP DaerahProvinsi .......

.............................

NIP. ...................

Formulir 13 Formulir Permohonan

Surat Keterangan Kesesuaian Mutu (SKKM)

Kepada Yth.

Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Di

Tempat

Bersama ini, kami: 1. Nama Ketua UFP-BK : 2. Alamat :

3. Nomor HP : 4. Nama UFP-BK :

5. Alamat UFP-BK : 6. Telepon/Faximile : 7. Kontak Person yang dapat dihubungi

a. Nama : b. Alamat : c. Telepon/Faximile :

mengajukan permohonan Surat Keterangan

Kesesuaian Mutu (SKKM) kepada Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D).

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Page 537: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

.............., ............20....

Pemohon (nama dan tanda tangan)

Formulir 14

HASIL PENILAIAN KESESUAIAN MUTU BIJI

KAKAO

Nama UFP-BK : Alamat :

Uraian Produk : Tanggal Terima :

Tanggal Penilaian : Hasil penilaian mutu :

NO KARAKTERISTIK SATUAN

HASIL UJI

PERSYARATAN

1. Serangga hidup - Tidak ada

2. Kadar air (b/b) % Maksimal 7,5

3. Biji berbau asap,tak normal, dan atau hammy dan atau berbau asing

- tidak ada

4. Benda asing b/b % tidak ada

5. Kadar biji pecah b/b % maksimal 2

6. Biji berjamur biji/biji

% maksimal 4

7. Biji slaty biji/biji % maksimal 20

8. Biji berserangga biji/biji

% maksimal 2

9. Kotoran biji/biji % maksimal 3

10. Biji berkecambah % maksimal 3

Page 538: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

biji/biji

……………………, ………………….20

Mengetahui : Penilai

Ketua OKKP-D

Nama Nama NIP NIP

Page 539: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Formulir 15

SURAT KETERANGAN KESESUAIAN MUTU

OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH

PROVINSI ...........................

Nomor SKKM: ……………………….

Diberikan Kepada: ……………………………..

Alamat:

………………………………

telah memenuhi kesesusaian mutu biji kakao Surat Keterangan ini berlaku hanya untuk

partai barang yang dilakukan penilaian mutu

Tanggal Ditetapkan :

Tanggal Berakhir :

Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan

Daerah

LOGO OKKP-D

Page 540: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Provinsi....................

....................................

NIP. ........................

Formulir 16

SURAT KETERANGAN ASAL LOKASI BIJI

KAKAO (SKAL-BK)

Nomor SKAL-BK : Nama UFPBK :

Nomor STP-UFPBK : Alamat :

Diskripsi barang : - Kemasan : - Berat total :

- Hasil pengujian :

NO KARAKTERISTIK SATUAN

HASIL UJI

PERSYARATAN

1. Serangga hidup - Tidak ada

2. Kadar air (b/b) % Maksimal 7,5

3. Biji berbau asap,tak normal, dan atau hammy dan atau berbau asing

- tidak ada

4. Benda asing b/b % tidak ada

5. Kadar biji pecah b/b % maksimal 2

6. Biji berjamur biji/biji % maksimal 4

7. Biji slaty biji/biji % maksimal 20

8. Biji berserangga biji/biji % maksimal 2

9. Kotoran biji/biji % maksimal 3

10. Biji berkecambah biji/biji % maksimal 3

Tanggal Diterbitkan SKAL-BK :

LOGO UFPBK

Page 541: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Ketua UFPBK .....................................................

Formulir 17

Kepada Yth.

Ketua OKKP-D Di

Tempat Bersama ini kami laporkan penerbitan Surat

Keterangan Asal Lokasi Biji Kakao (SKAL-BK) oleh UFP-BK...................sejak tanggal

............sampai dengan tanggal ...........sebagai berikut :

No Nomor SKAL-BK Tanggal Terbit Tujuan Pasar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8. Dst.....

Demikian, atas perhatiaannya diucapkan terimakasih.

Ketua UFPBK

Nama

Page 542: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

PELAYANAN INFORMASI PASAR

TAHUN 2016

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 543: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENINGKATAN AKSES PEMASARAN DOMESTIK

TAHUN 2016

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 544: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA

TAHUN 2016

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 545: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN DAN KEWIRAUSAHAAN

TAHUN 2016

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 546: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

TAHUN 2016

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2016

Page 547: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

Lampiran 4

Posisi :

SERAPAN % VOLUME %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

FORMAT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2016

FISIK

SATKER DINAS PERKEBUNAN PROVINSI/KABUPATEN

UPAYA TINDAK

LANJUTPERMASALAHAN

KEUANGAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN FISIKNAMA KEGIATANKODE

42

Page 548: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
Page 549: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

34

Lampiran 2. Formulir Input Data Pasokan (Supply) dan Permintaan (Demand)

2. F

orm

at In

form

asi s

uppl

y-de

man

d

Jum

lah

Paso

kan

(Ton

)As

al D

aera

h Pa

soka

nTu

juan

Pen

girim

anJu

mla

h Pe

ngiri

man

Kete

rang

an :

-Tu

juan

Pen

girim

an b

isa

mel

iput

i : P

erus

ahaa

n Pe

ngol

ahan

, Eks

port

ir, R

esto

ran,

dll

Supp

lyDe

man

dN

o.Ko

mod

iti

Page 550: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

35

Lampiran 3. Formulir Analisa Biaya Usaha Tani

Page 551: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

36

No. Uraian Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

I PENGELUARAN

A. Tenaga Kerja

1 Pengolahan tanah s/d siap tanam ha

2 Penanaman hkp

3 pemeliharaan

Memupuk hkp

Menyiang hkw

Pengend.hama dan penyakit hkp

Penyiraman hkp

4 Panen hkp

5 Pasca Panen (Penjemuran) hkw

Jumlah A.

B. Sarana Produksi

1 Benih/bibit kg

2 Pupuk (Anorganik)

- Urea tablet/prill kg

- SP-36 kg

- ZA kg

- NPK kg

3 Pupuk Organik/Kandang/Hijau kg

4 Pestisida Cair liter

Jumlah B

C. Lain-lain Pengeluaran

- Sewa lahan Ha

Jumlah C

Total Pengeluaran / Biaya Produksi (I=A+b+C)

II. PENERIMAAN / OUTPUT

Nilai Produksi/Penerimaan (II) kg

III. ANALISIS BIAYA USAHA TANI

- Keuntungan (U) = II-I

- R/C ratio = (II/I)

- B/C ratio = (U/I)

- BEP

1) harga

2) produksi

Volume

Lampiran 4. Formulir Analisa Biaya Pemasaran

Page 552: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

37

No. Harga

(Rp/Kg)

Biaya

(Rp/Kg) Profit Margin

Persentase

(%)

I Harga tingkat Petani 13,500 67.50

II Harga Pedagang Pengumpul 15,000 75.00

a ongkos angkut 100.00 0.50

b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50

c ongkos pengemasan 100.00 0.50

d biaya susut 750.00 3.75

e retribusi 50.00 0.25

400.00 2.00

1,500 7.50

III Harga Pedagang Antar Daerah 17,000 85.00

a ongkos angkut 100.00 0.50

b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50

c ongkos pengemasan 100.00 0.50

d biaya susut 850.00 4.25

e retribusi 50.00 0.25

800 4.00

2,000 10.00

IV Harga Pedagang besar / grosir 18,500 92.50

a ongkos angkut 50.00 0.25

b ongkos pengemasan 100.00 0.50

c biaya susut 555.00 2.78

d retribusi 50.00 0.25

745 3.73

1,500 7.50

V Harga Pedagang Pengecer 20,000 100.00

a ongkos angkut 100.00 0.50

b ongkos bongkar/muat 100.00 0.50

c ongkos pengemasan 100.00 0.50

d retribusi 50.00 0.25

1,150 5.75

1,500 7.50

Total Biaya Penanganan 3,405 17.03

Total Keuntungan 3,095 15.48

Margin Pemasaran 6,500 32.50

Unsur Biaya

Lampiran 5. Format Pengiriman Data melalui Sistem SMS-Sender

Page 553: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

38

Cara mendownload Aplikasi Deptan SMS Sender1. Membuka browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL

http://m.pip.kementan.org/2. Lalu pilih menu Download SMS Sender.

1.

2.

3. Setelah memilih menu tersebut aplikasi akan otomatis terdownload dan terinstal diponsel.

Tampilan AplikasiCara Penggunaan

1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas- Laporan Supply Produsen- Laporan Supply Tonase- Laporan Demand Mingguan

2. Tingkat Wilayah- Provinsi- Kabupaten

3. Tipe Komoditas- Pertanian- Perkebunan- Peternakan

4. Jenis Produk

5. Tanggal

A. Pengiriman Informasi Harga tingkat Provinsi

Page 554: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

39

1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas

Tipe Komoditas : Perkebunan

2. Tingkat Wilayah- Provinsi

3. Tipe Komoditas- Perkebunan

4. Jenis Produk

a. Peternakan Pengumpulb. Peternakan Eksportir

5. Tanggal : (adalah tanggal pengambilan data harga)

6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi

7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’

Aplikasi akan melakukan pengirimanSMS dan menunjukkan pesan “Sending Message.. Please Wait..” di paling bawah, menunjukkan bahwa SMS sedang dalam proses pengiriman. Jangan tutup aplikasi ketika aplikasimasih menunjukkan pesan ini.

Aplikasi menampilkan pesan “Message Sent.”, menunjukkan bahwa SMS sudahdikirim. Jangan tutup aplikasi ketikaaplikasi masih menunjukkan pesan ini. Beberapa saat kemudian pesan“Message Sent.” Menghilang dari layar. Aplikasi boleh ditutup.

Page 555: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

40

Entry Data Harga Perkebunan tingkat Pengumpul

Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat pengumpul, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :

1. Harga Pengumpul Karet Lump (Rp/Kg)2. Harga Pengumpul Karet Sheet (Rp/Kg)3. Harga Pengumpul Kakao Fermented (Rp/Kg)4. Harga Pengumpul Kakao Unfermented (Rp/Kg)5. Harga Pengumpul Biji Kopi Robusta (Rp/Kg)6. Harga Pengumpul Biji Kopi Arabika (Rp/Kg)7. Harga Pengumpul Kopra (Rp/Kg)8. Harga Pengumpul Lada Hitam (Rp/Kg)9. Harga Pengumpul Lada Putih (Rp/Kg)10.Harga Pengumpul Bunga Cengkeh (Rp/Kg)11.Harga Pengumpul CPO (Rp/Kg)12.Harga Pengumpul TBS (10 Tahun) (Rp/Kg)

Entry Data Harga Perkebunan tingkat Eksportir

Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat Eksportir, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :

1. Harga Eksportir Karet Lump (Rp/Kg)2. Harga Eksportir Karet Sheet (Rp/Kg)3. Harga Eksportir Kakao Fermented (Rp/Kg)4. Harga Eksportir Kakao Unfermented (Rp/Kg)5. Harga Eksportir Biji Kopi Robusta (Rp/Kg)6. Harga Eksportir Biji Kopi Arabika (Rp/Kg)7. Harga Eksportir Kopra (Rp/Kg)8. Harga Eksportir Lada Hitam (Rp/Kg)9. Harga Eksportir Lada Putih (Rp/Kg)10.Harga Eksportir Bunga Cengkeh (Rp/Kg)11.Harga Eksportir CPO (Rp/Kg)

Page 556: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

41

B. Pengiriman Informasi Harga Tingkat Kabupaten

1. Pilih Jenis Laporan- Laporan Harga Komoditas

Tipe Komoditas : Perkebunan

2. Tingkat Wilayah- Kabupaten

3. Tipe Komoditas- Perkebunan

4. Jenis Produk

a. Perkebunan Produsen

5. Tanggal : (adalah tanggal pengambilan data harga)

6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi

7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’

Page 557: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

42

Aplikasi akan melakukan pengirimanSMS dan menunjukkan pesan “Sending Message.. Please Wait..” di paling bawah, menunjukkan bahwa SMS sedang dalam proses pengiriman. Jangan tutup aplikasi ketika aplikasimasih menunjukkan pesan ini.

Aplikasi menampilkan pesan “Message Sent.”, menunjukkan bahwa SMS sudahdikirim. Jangan tutup aplikasi ketikaaplikasi masih menunjukkan pesan ini. Beberapa saat kemudian pesan“Message Sent.” Menghilang dari layar. Aplikasi boleh ditutup.

Entry Data Harga Perkebunan tingkat Produsen

Apabila pilih jenis produk Perkebunan tingkat pengumpul, maka akan muncul ‘filed’yang harus diisi, yaitu :

1. Harga Kelapa Dalam (Rp/Butir)2. Harga Kelapa Hibrida (Rp/Butir)3. Harga Kopra (Rp/Kg)4. Harga Kopi Arabika Gabah (Rp/Kg)5. Harga Kopi Robusta Berasan (Rp/Kg)6. Harga Lada Hitam (Rp/Kg)7. Harga Lada Putih (Rp/Kg)8. Harga Kakao Fermented (Rp/Kg)9. Harga Unfermented Asalan (Rp/Kg)10.Harga Karet Lump (Rp/Kg)11.Harga Slab Tipis (Rp/Kg)12.Harga Slab Tebal (Rp/Kg)13.Harga Kemiri Biji (Rp/Kgf)

14. Harga Kemiri Kupas Bulat (Rp/Kg)15. Harga Bunga Cengkeh Kering (Rp/Kg)16. Harga TBS (>10 Th) (Rp/Kg)17. Harga Teh Pucuk Basah (Rp/Kg)18. Harga Gula Tebu (Rp/Kg)19. Harga Mete Gelondong (Rp/Kg)20. Harga Nilam Kering (Rp/Kg)21. Harga Pinang Kering Kupas (Rp/Kg)22. Harga Vanili (Rp/Kg)

Page 558: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

43

Lampiran 6. Format Pengiriman Data melalui Sistem GPRS

Aplikasi web mobile PIP Kementerian Pertanian (Kementan) ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk menunjang penginputan data dan pelaporan harga komoditaspertanian, perkebunan, maupun peternakan. Melalui web ini, pengguna dapatmenginput data harga komoditas maupun melihat harga komoditas tersebut sesuaidengan tanggal dan lokasi yang diinginkan. Aplikasi ini dapat diakses denganmenggunakan browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL http://m.pip.kementan.org/

Page 559: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

44

A. Input Harga Komoditas Tingkat Provinsi melalui Sistem GPRS

Pengguna dapat mengakses fungsi Input Harga Komoditas ini untuk memasukkandata harga suatu jenis komoditas yang sesuai dengan tingkat wilayah (provinsi/kabupaten) dan tanggal yang diinginkan.

Input Harga Komoditas

Untuk Tingkat Provinsi: PILIH TINGKAT WILAYAH PROVINSI

TAHAP : Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Provinsi

yang bersesuaian Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.

Page 560: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

45

TAHAP : Setelah menekan tombol Verifikasi Data Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih

Laporan harian harga grosir dan eceran komoditas beras tingkat provinsi

Setelah memilih Laporan harian harga pengumpul dan eksportir komoditas Perkebunan tingkat provinsi, maka selanjutnya harus mengisi ‘field’ yang tersedia

Setelah semua field terisi, pilih submit untuk mengirimkan data

B. Input Harga Komoditas Tingkat Kabupaten melalui Sistem GPRS

Page 561: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

46

Untuk Tingkat Kabupaten: PILIH TINGKAT WILAYAH Kabupaten

Input Harga Komoditas

TAHAP : Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Kabupaten

yang bersesuaian Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.

Page 562: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

47

TAHAP : Setelah menekan tombol Verifikasi Data Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih

Laporan harian harga produsen komoditas perkebunan tingkat kabupaten

Setelah memilih Laporan harian harga produsen komoditas Perkebunan tingkat kabupaten, maka selanjutnya harus mengisi ‘field’ yang tersedia

Setelah semua field terisi, pilih submit untuk mengirimkan data

Page 563: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

48

Lampiran 7. Format Pengiriman Data Harga melalui Sistem SMS.

A. Format Input Data Harga Sentra (Kabupaten)

Page 564: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

49

B. Format Input Data Harga tingkat Pengumpul dan Eceran (Provinsi)

Page 565: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

50

Page 566: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

51

Page 567: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

52

Lampiran 8. Format Pengiriman Data Supplier Komoditas Perkebunan

A. Melihat Data Supplier melalui website : pip.kementan.org - Mengakses laman pip.kementan.org

- Memilih menu Supplier

Page 568: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

53

- Memilih menu Supplier List

- Memilih Menu Supplier List, pilih jenis komoditas :

perkebunan

Page 569: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

54

- Memilih menu klik untuk detail

Page 570: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

55

- Melihat menu detail supplier list

B. Menginput Data Suplier melalui website :

pip.kementan.org

- Mengakses laman pip.kementan.org/index.php/auth/login

Page 571: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

56

- Masukkan E-mail/Login dan Password

- Memilih Menu Manajemen Supplier

Page 572: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

57

- Pilih menu Manajemen Supplier : Manage Supplier : Klik

Menu Add

- Isilah Form yang tersedia pada Add New Supplier

- Setelah semua field diisi lalu klik OK

Page 573: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

58

- Apabila data yang di entry sudah berhasil diinput, Data

supplier tersebut akan tampil dalam list supplier

Page 574: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

59

Lampiran 9. Contoh Format Pengiriman Data Informasi

Pasar melalui Fax dan E-mail (file excel)

Page 575: DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

60

hr-1

hr-2

hr-3

hr-4

hr-5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kete

rang

an :

-Ti

ngka

t Har

ga m

elip

uti :

- Pro

duse

n (P

etan

i/Pe

tern

ak/P

ekeb

un)

- Pen

gum

pul/

RPA

/RPH

- Gro

sir

- Kon

sum

en (E

cera

n)

Rata

2

Mg

ini

Rata

2

Mg

Lalu

Peru

baha

n

(%)

No.

Kom

oditi

Tk. H

arga

Satu

an h

arga

Haria

n/M

ingg

uan

Bula

n :--

----

----

----

-- T

ahun

201

1