pedoman_inventarisasi_hutan

17
BAB II. INVENTARISASI HUTAN A. INVENTARISASI HUTAN Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil. Hirarki inventarisasi hutan adalah Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi hutan tingkat Unit Pengelolaan Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan dalam inventarisasi hutan adalah : 1. Inventarisasi Hutan Nasional dengan systematic sampling 20 km x 20 km, dan bisa dirapatkan menjadi 10 km x 10 km dan 5 km x 5 km. 2. Inventarisasi Hutan menggunakan metode Systematic Strip Sampling with Random Start, dengan intensitas sampling : - Inventarisasi dalam rangka pencadangan IUPHHK menggunakan metode intensitas sampling 0,3% (apabila belum tersedia hasil penafsiran citra landsat) dan 0,1% (apabila telah tersedia hasil penafsiran citra landsat) - 8 - - Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan foto udara yang berkualitas baik : 0,05 % - Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan citra satelit TM/SPOT berkualitas baik (penutupan awan < 10 %) : 0,1 %. - Inventarisasi dengan stratifikasi citra satelit kualitas kurang baik (penutupan awan > 10 %) : 0,3 % - Inventarisasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) terdiri dari : RKUPHH sampling dengan intensitas 1 % RKLUPHH sampling dengan intensitas 5 % RKTUPHH sensus 100 % 3. Inventarisasi hutan tanaman : - Kelas Umur I - II : 0,5 % - Kelas Umur III - IV : 1 % - > Kelas Umur V : 2,5 % - Masak tebang miskin riap : 2,5 % 4. Inventarisasi Rotan menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,5 - 1,0 %, 5. Inventarisasi bambu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara) dan 0,1 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot). 6. Inventarisasi Sagu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling minimal 2 %. 7. Inventarisasi Nipah menggunakan metode Systimatic Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara ) dan 0,1 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot). 8. Inventarisasi fauna menggunakan metoda transek jalur. Tahapan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan : 1. Tahap persiapan meliputi : penyiapan peta-peta dasar, rescoring dan evaluasi areal, penyiapan bahan, alat dan tenaga/organisasi, penstratifikasian dan penarikan contoh serta penyiapan rencana kerja disertai peta kerja. 2. Pelaksanaan Lapangan meliputi : pencarian titik awal, diikuti pembuatan unit contoh/jalur serta pengumpulan data pohon /tumbuhan/fauna maupun data penunjang 3. Pengolahan data - 9 -

Upload: erwin-janujaj

Post on 26-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pedoman_inventarisasi_hutan

BAB II. INVENTARISASI HUTAN

A. INVENTARISASI HUTAN

Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil.

Hirarki inventarisasi hutan adalah Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi hutan tingkat Unit Pengelolaan

Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan.

Metode yang digunakan dalam inventarisasi hutan adalah : 1. Inventarisasi Hutan Nasional dengan systematic sampling 20

km x 20 km, dan bisa dirapatkan menjadi 10 km x 10 km dan 5 km x 5 km.

2. Inventarisasi Hutan menggunakan metode Systematic Strip Sampling with Random Start, dengan intensitas sampling : - Inventarisasi dalam rangka pencadangan IUPHHK

menggunakan metode intensitas sampling 0,3% (apabila belum tersedia hasil penafsiran citra landsat) dan 0,1% (apabila telah tersedia hasil penafsiran citra landsat)

- 8 -

- Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan foto udara yang berkualitas baik : 0,05 %

- Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan citra satelit TM/SPOT berkualitas baik (penutupan awan < 10 %) : 0,1 %.

- Inventarisasi dengan stratifikasi citra satelit kualitas kurang baik (penutupan awan > 10 %) : 0,3 %

- Inventarisasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) terdiri dari : ● RKUPHH sampling dengan intensitas 1 % ● RKLUPHH sampling dengan intensitas 5 % ● RKTUPHH sensus 100 %

3. Inventarisasi hutan tanaman : - Kelas Umur I - II : 0,5 % - Kelas Umur III - IV : 1 % - > Kelas Umur V : 2,5 % - Masak tebang miskin riap : 2,5 %

4. Inventarisasi Rotan menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,5 - 1,0 %,

5. Inventarisasi bambu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara) dan 0,1 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).

6. Inventarisasi Sagu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling minimal 2 %.

7. Inventarisasi Nipah menggunakan metode Systimatic Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara ) dan 0,1 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).

8. Inventarisasi fauna menggunakan metoda transek jalur.

Tahapan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan : 1. Tahap persiapan meliputi : penyiapan peta-peta dasar, rescoring

dan evaluasi areal, penyiapan bahan, alat dan tenaga/organisasi, penstratifikasian dan penarikan contoh serta penyiapan rencana kerja disertai peta kerja.

2. Pelaksanaan Lapangan meliputi : pencarian titik awal, diikuti pembuatan unit contoh/jalur serta pengumpulan data pohon /tumbuhan/fauna maupun data penunjang

3. Pengolahan data

- 9 -

Page 2: pedoman_inventarisasi_hutan

4. Analisis data 5. Pelaporan

Mekanisme : Waktu : 1. Inventarisasi Hutan Nasional :

- Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. - Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata

kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena kebakaran, bencana alam, dll.

2. Inventarisasi Hutan Tingkat Provinsi : - Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. - Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata

kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena kebakaran, bencana alam, dll.

3. Inventarisasi Hutan Tingkat Kabupaten/Kota : - Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali. - Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata

kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena kebakaran, bencana alam, dll.

4. Inventarisasi Hutan Tingkat Daerah Aliran Sungai : - Dilaksanakan secara periodik 5 tahun sekali - Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan nyata

kondisi sumber daya hutan seperti halnya karena kebakaran, bencana alam.

5. Inventarisasi Tingkat Unit Pengelolaan : - Dilaksanakan dan atau dievaluasi secara periodik setiap

5 tahun untuk RKL. - Untuk RKT dilaksanakan 1 tahun sekali.

Penyelenggara dan Pembina Inventarisasi Hutan :

NO

TK. INVENTARISASI

PENYELENGGARA PEMBINA

1 2 3 4 1. 2. 3.

Inventarisasi Tk. Nasional Inventarisasi Tk. Provinsi Inventarisasi Tk. Kab/Kota

Menteri Gubernur Bupati/Walikota

Menteri Baplan, Ditjen PHKA, Ditjen RLPS dan Ditjen BPK Dinas Kehutanan Prov.

- 10 -

4. Inventarisasi Tk. DAS

- DAS lintas Provinsi diselenggarakan oleh Eselon I Dephut

- DAS lintas Kab/Kota diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Prov.

- DAS dalam wilayah Kab/Kota diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Kab/Kota

- Baplan untuk Tk. Provinsi

- Dinas Kehutanan Provinsi untuk Tk. Kabupaten/Kota

5. Inventarisasi Tk. Unit Pengelolaan

Unit Pengelola Eselon I terkait lingkup Dephut

Lokasi : 1. Dalam Kawasan Hutan :

a. Hutan Produksi tetap dan Hutan Produksi Terbatas (HP dan HPT) : - Inventarisasi hutan dalam rangka Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam dan Hutan Tanaman (pada HP).

- Inventarisasi hutan non kayu - Inventarisasi Fauna

b. Hutan Produksi (HP) untuk inventarisasi dalam rangka (IUPHHK)

c. Hutan Lindung - Risalah Hutan Lindung

d. Hutan Konservasi - Inventarisasi Fauna

2. Diluar Kawasan Hutan a. Inventarisasi Sosial Budaya b. Inventarisasi Hutan Rakyat

- 11 -

Page 3: pedoman_inventarisasi_hutan

B. BAHAN PENETAPAN TEBANGAN TAHUNAN (BPTT) ♦ Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada

hutan alam yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin untuk memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu.

♦ Areal Kerja Pengusahaan Hutan adalah areal hutan yang dibebani Hak Pengusahaan Hutan.

♦ Etat adalah jumlah luas areal hutan yang dapat dipanen atau jumlah kayu yang dapat dipungut dalam suatu jangka pengusahaan atau jangka waktu tertentu sedemikian rupa sehingga terjamin kelestarian pengusahaan hutan, terdiri dari Etat luas (hektar), Etat Volume (meter kubik) dan Etat jumlah Pohon (batang).

♦ Etat Tebangan Tahunan adalah jumlah luas areal hutan yang dapat dipanen atau jumlah kayu yang dapat dipungut tiap-tiap tahun sedemikian rupa selama jangka waktu pengusahaan hutan sehingga terjamin kelestarian pengusahaan hutan, terdiri dari Etat Luas (hektar per tahun), Etat Volume (meter kubik per tahun) dan Etat jumlah Pohon (batang per tahun).

♦ Jatah Produksi Tahunan adalah produksi kayu bulat yang ditetapkan dengan berdasarkan Etat Tebangan Tahunan dan aspek pengusahaan hutan/ faktor eksploitasi (fe)

♦ Faktor eksploitasi (fe) adalah intensitas pembalakan yang besarnya berkisar 0,7 sampai 0,9 yang ditetapkan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam menekan besarnya limbah kegiatan eksploitasi hutan.

Ruang lingkup Bahan Penetapan Tebangan Tahunan meliputi : penghitungan etat luas, etat jumlah batang dan etat volume yang mana etat tebangan tahunan ini akan dijadikan sebagai dasar untuk Bahan Penetapan Tebangan Tahunan, baik bagi permohonan IUPHHK Hutan Alam maupun untuk perpanjangan IUPHHK Hutan Alam.

- 12 -

Prinsip : Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Nomor : 154/Kpts/VII-3/1994 tanggal 5 September 1994 tentang Pedoman Perhitungan Etat Tebangan Tahunan Areal Hak Pengusahaan Hutan Selama Jangka Waktu Pengusahaan Hutan, prinsip pembuatan BPTT adalah : a. Pada hakekatnya etat volume tidak dibenarkan melebihi

pertumbuhan tegakan (riap). b. Pemanfaatan semua jenis kayu secara optimal kecuali jenis yang

dilindungi. c. Menjamin kelestarian produksi dan kelestarian hutan d. Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah dibidang pengusaha-

an hutan e. Menjamin fungsi perlindungan hutan. f. Batas limit diameter yang dapat ditebang disesuaikan dengan

fungsi hutan : - Hutan Produksi Tetap : Ø ≥ 50 cm - ke atas - Hutan Produksi terbatas : Ø ≥ 60 cm - ke atas - Hutan Payau : Ø ≥ 10 cm - ke atas

Berdasarkan SK Menhut No. 88/Kpts-II/2003 tgl. 12 Maret 2003 tentang Kriteria Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi Yang Dapat Dilakukan Pemanfaatan Hutan Secara Lestari. Pada pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa potensi hutan alam pada hutan produksi ditetapkan berdasarkan jumlah pohon setiap hektar berdasarkan kelas diameter dari rata-rata setiap petak kerja tebangan pada hutan alam produksi sebelum dan setelah penebangan secara rayonisasi. 1) Rayonisasi Potensi Hutan Minimal Pada Hutan Alam Tanah Kering

Potensi Hutan Minimal Jumlah Pohon/Ha Minimal Jml Pohon sebelum Penebangan Minimal Jumlah Pohon Nagawi sehat setelah

penebangan

No

Klas Dia-

meter Ø (cm) I II III IV V VI I II III IV V VI

1 10-19 108

108 108 108 108 108 75 75 75 75 75 75

2 20-49 39 39 39 39 39 39 25 25 25 25 25 25 3 ≥ 50 16 15 15 14 17 14 5 5 5 4 6 4

I. Sumate- ra II. Kaliman tan III. Sula- Wesi IV. NTB V. Maluku VI. Papua

- 13 -

Page 4: pedoman_inventarisasi_hutan

2) Rayonisasi Potensi Hutan Minimal Pada Hutan Alam Tanah Basah/rawa

Potensi Hutan Minimal Jumlah Pohon/Ha Minimal jumlah pohon Nagawi sehat sebelum penebangan

Minimal jumlah pohon Nagawi sehat setelah penebangan

Ket.

No.

Klas Diameter Ø (cm)

I II III I II III 1. 10 - 19 108 108 108 75 75 75 2. 20 - 39 39 39 39 25 25 25 3. ≥ 40 21 16 18 8 5 7

I. Sumatera II. Kalimantan III. Papua

Hirarki : a. Bahan Penetapan Tebangan Tahunan Nasional (Quota). b. Bahan Penetapan Tebangan Tahunan Unit Pengelolaan

Tujuan Perhitungan Etat Tebangan Tahunan adalah sebagai dasar untuk Bahan Penetapan Tebangan Tahunan, baik bagi permohonan IUPHHK Hutan Alam maupun untuk perpanjangan IUPHHK Hutan Alam.

Metode yang digunakan dalam Penghitungan Etat Tebangan tahunan adalah :

Luas areal berhutan efektif Etat Luas =

Rotasi Tebangan (daur)

Luas Areal Berhutan Efektif = Luas Areal berhutan – Luas Kawasan Hutan Lindung dalam Areal Etat Jml Batang = Etat Luas x Jumlah batang per Ha x Faktor

Pengaman

Etat Volume = Etat Luas x Volume kayu per Ha x Faktor Pengaman

Tahapan Pelaksanaan Penghitungan Etat Tebangan Tahunan : a. Penetapan peta areal kerja (WA) yang mencantumkan luas

areal kerja. b. Perhitungan luas areal berhutan dan tidak berhutan

berdasarkan hasil survei potensi dan penafsiran citra landsat 2 tahun terakhir atau potret udara.

- 14 -

c. Menghitung luas areal berhutan efektif (luas areal berhutan setelah dikurangi kawasan lindung : sempadan pantai, sempadan sungai, buffer zone, plasma nutfah, kebun benih, PUP, sarana prasarana, dan kawasan lindung dengan kelerengan > 40%)

d. Menghitung Etat Tebangan (luas dan potensi tegakan) Mekanisme : a. Proses :

- Peta Areal kerja ditetapkan oleh Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan;

- Luas areal berhutan dan tidak berhutan berdasarkan peta kerja ditentukan atas dasar hasil survei lapangan, serta peta penafsiran citra landsat atau potert udara yang dilaksanakan oleh Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan;

- Penghitungan luas areal berhutan efektif dan penghitungan etat tebangan oleh Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan;

- Bahan Penetapan Tebangan Tahunan di tetapkan oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan.

b. Waktu :

- 7 (tujuh) hari setelah diterimanya peta areal kerja (WA) dan data pendukung lainnya antara lain peta hasil penafsiran citra landsat.

Pemroses : a. Badan Planologi kehutanan cq. Pusat Inventarisasi dan

Perpetaan Hutan. b. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan.

- 15 -

Page 5: pedoman_inventarisasi_hutan

C. RISALAH HUTAN TANAMAN

♦ Risalah Hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memantau proses perkembangan keadaan tegakan hutan dan perubahan-perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul akibat berbagai hal selama pengelolaan

♦ Hutan Tanaman adalah hutan yang dibentuk sebagai hasil dari kegiatan penanaman di kawasan hutan tanaman.

Ruang lingkup Risalah Hutan Tanaman meliputi : seluruh aspek teknis dan non teknis yang merupakan faktor-faktor yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan keadaan hutan. Aspek teknis meliputi fisik lapangan, sistem silvikultur yang digunakan dan keadaan hutannya sendiri. Sedangkan aspek non teknis meliputi sejarah perkembangan dan keadaan sosial ekonomi dari masyarakat di sekitar hutan yang dirisalah.

Prinsip : Hutan Tanaman yang telah berumur 5 tahun ke atas dan merupakan hasil dari kegiatan Reboisasi.

Tujuan Risalah Hutan Tanaman adalah untuk mengetahui proses perkembangan keadaan tegakan hutan, perubahan-perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul sebagai akibat adanya gangguan baik alami maupun oleh manusia serta untuk menaksir kemampuan produksi dari hutan yang dirisalah.

Metode yang digunakan dalam Risalah Hutan Tanaman adalah Stratified Systematic Line Plot Sampling untuk masing-masing jenis tanaman. Kriteria stratifikasi adalah kelas umur tanaman dengan interval kelas 2 tahun untuk tanaman berdaur pendek dan interval kelas 5 tahun untuk jenis tanaman berdaur panjang. Bentuk unit contoh dalam jalur berupa lingkaran dengan luas 0,1 Ha. Peletakan plot pertama pada jalur pertama dilakukan secara acak (random) dan untuk plot berikutnya baik pada jalur pertama dan jalur berikutnya diletakan secara sistematik dengan jarak antar plot sesuai dengan intensitas sampling.

- 16 -

Intensitas sampling adalah perbandingan antara jumlah luas atau unit contoh (plot) terpilih terhadap luas kawasan yang dirisalah atau unit populasi dinyatakan dalam persen. Intensitas sampling ditetapkan 1,0 %. Jarak antar jalur 200 meter dan jarak antar plot 500 meter.

Tahapan Pelaksanaan Risalah Hutan Tanaman : 1. Persiapan; terdiri dari persiapan peralatan dan bahan

perlengkapan, peta kerja skala 1 : 50.000 atau 1 : 10.000, pembuatan bagan penariak contoh, penyusunan tim pelaksana dan organisasi kerja.

2. Pelaksanaan terdiri dari: a. Pengumpulan Data Sekunder (sejarah perkembangan, letak

dan luas hutan, geologi dan tanah, iklim, sistem silvikultur dan data sosial ekonomi).

b. Pengumpulan Data Primer ( penentuan titik awal, pembuatan unit contoh, pengukuran).

3. Analisis Data, terdiri : dari perhitungan massa tegakan, perhitungan derajat kesempurnaan bidang dasar.

4. Pelaporan

Mekanisme : Perisalahan hutan tanaman hasil reboisasi diatur sbb. : 1. Untuk jenis tanaman berdaur pendek (kurang dari 25 tahun),

seperti Paraserianthes falcataria, Eucalyptus sp dan lain-lain, perisalahan dilakukan setiap 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun.

2. Untuk tegakan dengan jenis tanaman berdaur panjang (25 tahun dan lebih), seperti Shorea spp, Swietenia sp dan lain-lain, perisalahan dilakukan tiap 10 (sepuluh) tahun sekali.

3. Dalam keadaaan khusus seperti terjadinya kebakaran hutan, perambahan hutan dan bencana alam lainnya yang dinilai kritis, maka perisalahan dapat dilakukan lebih dari satu kali selama periode tersebut pada butir a dan b di atas.

Pelaksana :

- Dinas Kehutanan (d/h. Sub Biphut) - UPTD BIPHUT

- 17 -

Page 6: pedoman_inventarisasi_hutan

D. RISALAH HUTAN LINDUNG

♦ Risalah Hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memantau proses perkembangan keadaan tegakan hutan dan perubahan-perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul akibat berbagai hal selama pengelolaan.

♦ Hutan Lindung adalah kawasan hutan yg mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan utk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Ruang lingkup Risalah Hutan Lindung meliputi : aspek fisik, biotik dan sosial ekonomi. Aspek Fisik terdiri dari letak dan luas, topografi, tanah, iklim, dan aspek fisik lainnya yang mempunyai nilai penting, seperti gua, air terjun. Aspek Biotik meliputi keadaan vegetasi hutan, flora langka dan satwa. Aspek Sosial Ekonomi meliputi keadaaan penduduk dan sarana perhubungan. Prinsip : Kondisi hutan minimal baik (berhutan). Prioritas utama perisalahan adalah areal-areal hutan lindung yang mendapat tekanan penduduk atau gangguan lainnya baik oleh adanya kegiatan usaha manusia maupun gangguan alam.

Tujuan Risalah Hutan Lindung adalah untuk mengetahui proses perkembangan keadaan hutan, perubahan-perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul sebagai akibat adanya gangguan baik alami maupun oleh manusia. Sehingga strategi pengamanan hutan dan usaha perbaikannya dapat dilakukan sedini mungkin.

Metode yang digunakan dalam Risalah hutan lindung adalah Systematic Strip Sampling With Random Start. Pada penarikan contoh ini, unit contoh berupa jalur ukur (lebar 20 m). Peletakan/pemilihan jalur ukur pertama dilakukan secara acak (random) dan jalur berikutnya diletakkan secara sistimatik dengan jarak antar jalur sesuai intensitas sampling. Bentuk dan ukuran unit contoh pada jalur ukur berupa petak persegi atau bujur sangkar.

- 18 -

Intensitas sampling ditetapkan 1,0 %. Untuk tujuan tertentu yang perisalahannya perlu dilakukan lebih detail maka intensitas penarikan contoh dapat diperbesar.

Tahapan Pelaksanaan Risalah Hutan Lindung : 1. Persiapan; terdiri dari persiapan peralatan dan bahan

perlengkapan (alat ukur diameter, kelerengan, kompas, alat tulis, tally sheet dan lain-lain), peta-peta ( kerja skala 1 : 50.000 atau 1 : 10.000, peta penafsiran citra landsat jika tersedia, peta topografi dan lain-lain), pembuatan bagan penarikan contoh, (sampling), penyusunan tim pelaksana dan organisasi kerja.

2. Pelaksanaan terdiri dari: a. pengumpulan Data Sekunder (sejarah perkembangan, letak

dan luas hutan, geologi dan tanah, iklim, bentang alam spesifik, debit dan kadar lumpur sungai, tipe hutan, data sosial ekonomi.

b. Pengumpulan Data Primer ( penentuan titik awal, penentuan unit contoh/jalur ukur, pengukuran; pencacahan jenis, pengukuran diameter pohon, pengukuran lereng lapangan, pengamatan flora langka, pengamatan satwa, pengamatan bentang alam spesifik).

3. Analisis Data; terdiri dari penyusunan daftar nama jenis tumbuhan dan satwa, perhitungan Indeks Nilai Penting (INP), kelerengan lapangan, keadaan tegakan.

4. Pelaporan

Mekanisme : Waktu : Pelaksanaan Perisalahan hutan lindung dilakukan setiap 10 tahun, kecuali terdapat keadaan khusus, misalnya terjadi kebakaran hutan, perambahan yang dinilai kritis atau bencana alam lainnya, maka perisalahan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam periode 10 tahun. Pelaksana : 1. Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH). 2. Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten/Kota.

- 19 -

Page 7: pedoman_inventarisasi_hutan

E. ENUMERASI KLASTER TSP/PSP.

♦ Klaster TSP/PSP adalah petak contoh yang terdiri dari 9 (sembilan) plot Temporer Sampel Plot (TSP) yang berbentuk bujursangkar berukuran 100 x 100 m dan berjarak 500 m di antara sisi-sisinya. Plot yang di tengah selain sebagai TSP juga berlaku sebagai Permanen Sampel Plot (PSP).

♦ Enumerasi Klaster TSP/PSP adalah kegiatan pengumpulan data pada klaster plot baik pada TSP maupun PSP.

Ruang lingkup enumerasi klaster TSP/PSP meliputi: survei keadaan fisik hutan, anakan, pohon, rotan, bambu, sagu dan nipah jika ada pada plot TSP dan PSP.

Lokasi klaster plot terletak di : 1. Kawasan hutan yang berhutan. 2. Hutan konifer, hutan tanaman dan hutan mangrove.

Tujuan Enumerasi Klaster TSP/PSP untuk mendapatkan informasi awal mengenai potensi tegakan dan kondisi lahan.

Metode yang digunakan adalah systematic sampling. Plot-plot klaster TSP/PSP tersebar secara sistematis di seluruh wilayah Indonesia kecuali P. Jawa.

Tahapan Pelaksanaan Enumerasi Klaster TSP/PPSP 1. Perencanaan 2. Ketua Regu dan asistennya hendaknya menentukan satu

atau dua cara terbaik untuk menuju lokasi plot, mengecek titik awal, azimut dan jarak plot, menjelaskan deskripsi plot, mengecek peralatan serta lembar data.

3. Menuju plot 4. Menetapkan titik awal dengan tanda yang tidak mudah

hilang : sebuah patok atau pohon atau tiang yang ditandai dengan nomor klaster plot dan azimut serta jarak ke sudut barat daya tract no. 5 dengan cat merah atau kuning. Dilanjutkan dengan membuat rintisan dengan membabat dan menandai/mengecat setiap jarak tertentu sehingga dapat ditemukan/diikuti dengan mudah walaupun sudah beberapa bulan.

- 20 -

5. Membuat kerangka plot Kerangka plot ditunjukkan pada gambar berikut :

Sembilan tract membentuk bujursangkar, tract seluas 100 m x 100 m berjarak 500 m, kecuali di hutan pasang surut (bakau , tanaman dan nipah) yang berjarak 100 m dan ukuran tractnya adalah 50 m x 50 m. Tract tengah (Nomor 5) berlaku sebagai TSP/PSP. Untuk TSP ada 8 pusat subplot. Untuk PSP seluas 1 Ha dibagi ke dlm 16 record unit. Di hutan tanaman, hutan konifer (Pinus, Cemara, Araucaria) dan tetap dibuat PSP dengan ukuran 50 m x 50 m.

- 21 -

Page 8: pedoman_inventarisasi_hutan

Di hutan pasang surut klaster dienumerasi jika terdapat paling tidak tiga tract yg tidak berada di air.

6. Melakukan enumerasi - Menentukan pusat subplot - Mencatat nomor tract, nomor subplot dan mencatat

deskripsi plot meliputi zone, easting, northing, Provinsi, system lahan, ketinggian, kategori tataguna lahan, kondisi tegakan, hamparan dan kelerengan.

- Mengerjakan subplot berjari-jari 1 m untuk pencatatan semai (tinggi kurang dari 1,5 m)

- Mengerjakan subplot berjari-jari 2 m untuk pencatatan pancang (tinggi > 1,5 m tetapi dbh kurang dari 5 cm)

- Mengerjakan subplot barjari-jari 5 m untuk mengukur tiang (dbh dari 5 sampai 19,9 cm kecuali di hutan tanaman, hutan konifer dan bakau dimana tiang adalah dari 5 sampai dengan 9,9 cm)

- Mengerjakan sub plot berjari-jari 10 m untuk pencatatan rotan dan bambu.

- Melakukan sampling untuk pohon-pohon dengan dbh minimal 20 cm (atau 10 cm di hutan tanaman, konifer dan bakau).

7. Waktu

Pelaksanaan enumerasi TSP/PSP memerlukan waktu: - Hutan Dataran Rendah 24 hari kerja - Hutan Rawa 28 hari kerja

8. Lokasi : Klaster TSP/PSP terletak di Hutan Rawa dan Hutan

Dataran Rendah, hutan mangrove dan hutan tanaman.

9. Data: Sampai dengan tahun 1996 telah dibuat plot TSP/PSP sebanyak 2.735 klaster tersebar di seluruh fungsi hutan yaitu Hutan Lindung 393 klaster, HAS-W 232 klaster, Hutan Produksi 611 klaster, Hutan Produksi Terbatas 619 klaster dan Hutan Produksi yang dapat diKonversi sebanyak 713 klaster.

- 22 -

F. RE-ENUMERASI PSP

- Plot Sampel Permanen (PSP) adalah plot yang terletak di tengah klaster plot, seluas 1 Ha yang dibagi ke dalam 16 (enam belas) record unit (RU) berukuran 25 m x 25 m, di tengah-tengahnya diletakkan pusat RU sebagai pusat pengukuran.

- Re-enumerasi PSP adalah kegiatan pengulangan pengumpulan data terhadap hasil pengukuran plot-plot permanen yang telah dienumerasi reguler.

Ruang lingkup Re-enumerasi PSP meliputi: survei keadaan fisik hutan, permudaan, pohon dan rotan pada plot PSP.

Prinsip: - Kondisi hutan masih baik - Umur enumerasi 4 – 5 tahun

Tujuan Re-enumerasi PSP adalah untuk memantau pertumbuhan pohon dan perkembangan tegakan serta memantau perubahan hutan. Metode : Systematik sampling sesuai dengan enumerasi terdahulu.

Tahapan Pelaksanaan Re-enumerasi PSP : a. Mekanisme:

Pengukuran ulang atau re-enumerasi PSP dilakukan apabila pengukuran sebelumnya sudah berumur 4 – 5 tahun dan keadaan klaster masih bagus. Klaster-klaster yang akan dire-enumerasi harus dikoordinasikan lebih dahulu dengan Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan.

b. Proses: - Perencanaan awal Daftar klaster yang akan dire-enumerasi dikoordinasikan

dengan Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan - Perencanaan lapangan Ketua Regu dan Asistennya perlu melakukan pemeriksaan

ulang data hasil enumerasi PSP (hasil pengukuran sebelumnya), menentukan cara terbaik untuk mendapatkan

- 23 -

Page 9: pedoman_inventarisasi_hutan

pusat klaster di lapangan, pemeriksaan alat-alat yang akan digunakan, mempersiapkan tally sheet dan menentukan langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk melaksanakan re-enumerasi secara efisien.

- Pencapaian lokasi plot - Rekonstruksi petak Petak PSP direkonstruksi ulang bentuk dan ukurannya

dengan mengukur azimuth dan jarak datar lapangan antar sudut-sudutnya.

- Deskripsi lahan Kondisi di wilayah petak PSP dan sekitarnya diamati

deskripsi/informasi lahannya seperti Provinsi, sistem lahan, ketinggian, kategori penggunaan lahan, tipe hutan, kondisi tegakan, tahun penebangan, hamparan, kelerengan dan aspek.

- Pengamatan tanah dan perubahan lahan Pengamatan tanah yang dilakukan meliputi tekstur

tanah, warna tanah, batuan dan posisi kelerengan. Pengamatan perubahan lahan meliputi perubahan areal karena adanya faktor alam dan manusia seperti kebakaran, tanah longsor, penebangan atau kegiatan lainnya.

- Pencacahan dan Pengukuran Vegetasi Pencacahan dan pengukuran dilakukan untuk semai,

sapihan, tiang, pohon serta rotan jika ditemukan pada petak PSP.

- Pelaporan Waktu : Pelaksanaan re-enumerasi PSP memerlukan waktu: - Hutan Dataran Rendah 12 hari kerja - Hutan Rawa 16 hari kerja

Lokasi Re-Enumerasi PSP adalah petak PSP yang telah dienumerasi dan terletak di Hutan Rawa dan Hutan dataran Rendah dengan ketinggian <1000 m dpl. Data sampai dengan Desember 2003 telah dilakukan re-enumerasi sebanyak 1.292 klaster dengan rincian 1.096 klaster masih dalam kondisi baik dan 196 klaster tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

- 24 -

G. INVENTARISASI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA.

Inventarisasi Sosial, ekonomi dan budaya adalah pengumpulan data dan informasi mengenai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang tinggal di dalam/sekitar hutan, yakni mengenai permasalahan-permasalahan mendasar serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan yang telah dan sedang berjalan.

Ruang lingkup 1. Sasaran kegiatan adalah diperolehnya data mengenai sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat di dalam/sekitar hutan yang digunakan sebagai input perencanaan kehutanan bottom up.

2. Pelaksana adalah PNS dari pusat dan daerah yang ditunjuk melalui surat perintah tugas, serta dapat juga dengan melibatkan LSM dan/atau konsultan diluar PNS yang berkompeten.

3. Lokasi di dalam dan di lauar kawasan hutan.

Tujuan Inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya Adalah tersedianya data dan informasi mengenai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijakan pengelolaan hutan dalam mewujudkan kelestarian SDH sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam/sekitar hutan. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yakni pengambilan sample secara sengaja dengan beberapa pertimbangan menyangkut wilayah/lokasi, informan (tokoh kunci), responden. Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Inventarisasi Bersama Masyarakat, yakni membangun hubungan baik dengan warga setempat sambil melakukan observasi dan wawancara). Tahapan pelaksanaan : 1. Mekanisme dan proses

a. Persiapan sebelum ke lapangan - Mencari informasi dan data dasar mengenai masyarakat

dan lokasi yang hendak dijadikan objek inventarisasi.

- 25 -

Page 10: pedoman_inventarisasi_hutan

- Menyiapkan peta kerja - Menyiapkan peralatan wawancara dan observasi;

blanko pedoman wawancara & kuestioner data primer, tape + kaset, buku tulis + alat tulis, serta kamera.

b. Pengumpulan Data dan Informasi Sosial Budaya - Data Sekunder - Data primer - Hasil observasi/pengamatan

c. Pengolahan dan analisa - Editing - Koding - Tabulasi data - Analisa secara descriptive analysis berdasarkan hasil

tabulasi data dan hasil observasi + hasil wawancara secara mendalam dengan tokoh kunci (informan).

d. Penyusunan laporan

2. Tata waktu a. Dapat mengikuti mekanisme waktu Inventarisasi Hutan,

yakni secara periodik 5 tahun sekali atau kurang dari 5 tahun bila terjadi suatu kasus.

b. Kapan saja bilamana data/informasi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di dalam/sekitar hutan tersebut di dapat dari studi pustaka atau literatur yang menyediakan informasi aktual dan dapat dipertanggung jawabkan.

Data/Informasi Sosial, Ekonomi dan Budaya 1. Monografi dan Demografi Desa serta Kondisi Hutan

Terdekat dengan Lokasi obyek. 2. Sistem Ekonomi masyarakat kaitannya dengan kehutanan 3. Organisasi dan pranata sosial masyarakat kaitannya dengan

kehutanan. 4. Persepsi masyarakat terhadap hutan. 5. Partisipasi masyarakat terhadap kelestarian hutan 6. permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

kaitannya dengan kehutanan.

- 26 -

H. PENYUSUNAN NERACA SUMBER DAYA HUTAN (NSDH).

Neraca Sumber Daya Hutan adalah suatu informasi yang dapat menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya.

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan meliputi : a. Sasaran kegiatan yaitu perubahan data luas dan potensi Sumber

Daya Hutan. b. Tingkatan kegiatan terdiri dari :

- Penyusunan NSDH Provinsi. - Penyusunan NSDH Nasional.

c. Tahapan kegiatan terdiri dari : - Perencanaan - Organisasi Pelaksana dan Tata Waktu, - Pelaksanaan - Pengendalian dan Pengawasan.

Tujuan Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran menyeluruh tentang kondisi dan keadaan Sumber Daya Hutan pada kurun waktu satu tahun (Januari s/d Desember).

Metode yang digunakan adalah metode obyektif praktis yaitu : melalui pengumpulan data primer dan sekunder baik pada instansi kehutanan maupun instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan sistem pendekatan data numerik atau spasial yang diperoleh dari daftar isian.

Tahapan Pelaksanaan : a. Mekanisme dan Proses

Mekanisme dan proses dalam kegiatan penyusunan NSDH adalah : - Pembentukan Tim Penyusun yang ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) bagi Provinsi tempat kedudukan BPKH dan Kepala Dinas Provinsi yang menangani bidang kehutanan bagi Provinsi bukan tempat kedudukan BPKH.

- 27 -

Page 11: pedoman_inventarisasi_hutan

- Tim Penyusun menyiapkan data Neraca Sumberdaya hutan (NSDH)/saldo akhir tahun terakhir sebagai saldo awal.

- Memasukkan data pada program data entry NSDH. - Pengiriman buku NSDH beserta lampiran (peta)

disampaikan kepada instansi terkait; untuk Provinsi : Menteri Kehutanan, Kepala Badan Planologi Kehutanan, Gubernur Provinsi, Ketua BAPPEDA Provinsi, Instansi Kehutanan terkait di Provinsi, sedangkan untuk Pusat : Menteri Kehutanan, Unit eselon I lingkup DEPHUT, Unit Eselon II lingkup Badan Planologi Kehutanan, dan Departemen terkait (sektoral).

- Mengumpulkan data perubahan dari instansi terkait sesuai tugas dan fungsinya seperti Dinas Kehutanan Provinsi dan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan di Provinsi tersebut sesuai format dalam lampiran petunjuk pelaksanaan termasuk peta lokasi perubahannya.

- Memberikan penjelasan terhadap instansi tersebut untuk keperluan data sesuai format dimaksud untuk tahun yang akan datang.

- Merekap data yang telah diperoleh dari berbagai instansi dan menganalisa data yang sama dari instansi yang berbeda untuk tidak terjadi pengulangan data pada format data untuk program NSDH.

- Melakukan pengecekan data dan lokasi tersebut terhadap peta.

- Memasukkan data pada program NSDH atau dilaksanakan secara manual dengan aplikasi program lain.

- Memasukkan data lokasi perubahan pada peta (menggunakan sistim SIG atau manual ).

- Mencetak hasil dari pengolahan data untuk bahan penyusunan narasi.

- Penyusunan narasi buku NSDH berdasarkan data yang telah disiapkan.

- Menyelesaikan draft buku NSDH termasuk lampiran dan petanya untuk bahan pembahasan.

- 28 -

- Melaksanakan pembahasan dengan mengundang instansi terkait dengan mengumpulkan koreksi guna perbaikan penyusunan NSDH termasuk untuk masa berikutnya.

- Menyelesaikan penyusunan final buku NSDH termasuk lampiran dan peta.

- Menggandakan buku NSDH, lampiran dan peta sesuai kebutuhan.

- Pengiriman buku NSDH, lampiran dan peta kepada instansi terkait; untuk NSDH Provinsi kepada Eselon I Dephut, Eselon II lingkup Badan Planologi Kehutanan, Pemerintahan Provinsi, Dinas Kehutanan Provinsi, Bapeda, UPT Dephut, dan lain-lain dan untuk NSDH Nasional kepada Eselon I Dephut, Eselon II lingkup Badan Planologi Kehutanan, Pemerintahan Provinsi, BPKH, Kementerian Lingkungan Hidup, Sekretaris Negara, Bakosurtanal, dan lain-lain.

b. Tata Waktu

Tata waktu pelaksanaan penyusunan NSDH adalah T-1 (T minus satu). Contoh : NSDH tahun 2004 disusun pada tahun 2005. - Penyusunan NSDH Provinsi dilaksanakan pada bulan Januari

s/d Juli, dimana pada bulan Agustus diasumsikan NSDH Provinsi telah sampai di Pusat.

- Penyusunan NSDH Nasional dilaksanakan pada bulan Agustus s/d Desember.

- Untuk pelaksanaan kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan penyusunan NSDH ini seperti Bimbingan, Evaluasi, Monitoring dan Uji Petik dapat dilaksanakan sepanjang tahun, baik untuk penyusunan NSDH Provinsi maupun penyusunan NSDH Nasional. Keterkaitan tata waktu penyusunan NSDH Provinsi dan Nasional yang sangat terbatas dan saling menunjang tersebut perlu diperhitungkan tentang sumber dana yang digunakan.

Pelaksana : a. NSDH Nasional dilaksanakan oleh Badan Planologi Kehutanan b. NSDH Provinsi dilaksanakan oleh Balai Pemantapan Kawasan

Hutan (BPKH) bagi Provinsi bukan tempat kedudukan BPKH.

- 29 -

Page 12: pedoman_inventarisasi_hutan

c. Unit Eselon I lainnya lingkup Departemen Kehutanan memberikan data dan informasi.

d. Unit Pelaksana Teknis lingkup Departemen Kehutanan memberikan data dan informasi sesuai bidang tugasnya,

e. Unit Pelaksana Teknis bidang Kehutanan lingkup Pemerintah Provinsi memberikan data dan informasi sesuai bidang tugasnya.

Lokasi Di Pusat dan Provinsi (daerah). Data-Data. - Luas kawasan hutan berdasarkan fungsi (Peta Penunjukkan

Kawasan Hutan dan Perairan bagi Provinsi yang telah ada penunjukkan sesuai Keputusan Menteri, Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan bagi Provinsi yang belum ada penunjukkan), dan type hutan.

- Kondisi penutupan lahan (hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman, tidak berhutan.

Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi : No. Nama Ilmiah Nama Indonesia 1 2 3

Mamalia (Menyusui)

1. Anoa depressicornis Anoa dataran rendah, kerbau pendek 2. Anoa quarlesi Anoa Pegunungan 3. Arctictis binturong Binturung 4. Arctonic collaris Pulusan 5 Babyrousa babyrussa Babirusa 6 Balaenoptera musculus Paus Biru 7 Balaenoptera physalus Paus bersirip 8 Bos sondaicus Banteng 9 Capricornis

sumatrensis Kambing Sumatera

10 Corvus Kuhli, Asis Kuhli

Rusa Bawean

11 Corvus spp. Menjangan, Rusa, Sambar (semua jenis dari genus Corvus)

12 Celusea Paus (semua jenis dari famili Cetacea

- 30 –

13 Cuon alpinus Ajag 14 Cynocephalus

variegates Kubung, Tando, Walangkekes

15 Cynogate bennetti Musang air 16 Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi 17 Dendrolagus spp Kanguru pohon (semua jenis dari

genus Dendrolagus) 18 Dicerorphinus

sumatrensis Badak Sumatera

19 Delphinidae Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Delphinidae)

20 Dugong dugon Duyung 21 Elephas indicus Gajah 22 Felis badia Kucing merah 23 Felis bengalensis Kucing hutan, meong congkok 24 Felis marmorota Kuwuk 25 Felis Planiceps Kucing dampak 26 Felis temmincki Kucing emas 27 Felis viverinus Kucing bakau 28 Helarctos malayanus Beruang madu 29 Hylobatidae Owa, kera tak berbuntut (semua jenis

dari famili Hylobatidae) 30 Hytrix brachyura Landak 31 Iomys horsfieldi Bajing terbang ekor merah 32 Lariscus hosei Bajing tanah bergaris 33 Lariscus insignis Bajing tanah, Tupai tanah 34 Lutra intra Lutra 35 Lutra sumatrana Lutra Sumatera 36 Macaca brunnescens Monyet Sulawesi 37 Macaca maura Monyet Sulawesi 38 Macaca pagenis Bokol, Beruk Mentawai 39 Macaca tankeana Monyet jambul 40 Macrogalidea

mussohenbrooki Musang Sulawesi

41 Manis javanica Trenggiling, Peusing 42 Megaptera

novaeangliae Paus bongkok

43 Muntiacus muntjak Kidang, Muncak 44 Mydans javanensis Sigung 45 Nasalis larvatus Kabau, Bekantan 46 Neofelis nebulusa Harimau dahan 47 Nesolagus netscheri Kaleinci Sumatera

- 31 -

Page 13: pedoman_inventarisasi_hutan

48 Nycticebus concarg Malu malu 49 Orcaella brevirostris Lumba lumba air tawar, pesut 50 Panthera pardus Macan kumbang, Macan tutul 51 Panthera tigris

sondaica Harimau jawa

52 Panthera tigris sumatrae

Harimau Sumatera

53 Petaurista elegans Cukbo, Bajing terbang 54 Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari genus

Phalanger) 55 Pongo pygmaeus Orang utan, Mawas 56 Presbitys frontata Lutung dahi putih 57 Presbytis rubicunda Lutung mrah, Kelasi 58 Presbytis aygula Surili 59 Presbytis potenziani Joja, Lutung Mentawai 60 Presbytis thomasi Rungka 61 Prionodon linsang Musang congkok 62 Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut 63 Ratufa bicolor Jelarang 64 Rhimoceras sondaicus Badak Jawa 65 Simias concolor Simpei Mentawai 66 Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk 67 Tarsius spp. Binatang hantu, Singapuar (semua

jenis dari genus Tarsius 68 Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis dari

genus Thylogale) 69 Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis

dari genus Tragulus) 70 Zephildae Lumba-lumba air laut (semua jenis

famili Ziphildae) AVES (Burung) 71 Acciptiridae Burung alap-alap, Elang (semua jenis

dari famili Accipitridae) 72 Aethopyga exima Jantingan gunung 73 Aethopyga

duyvenbodei Burung Madu Sangihe

74 Alcedinidae Burung Udang, Raja Udang (semua jenis dari famili Alcedinidae)

75 Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan 76 Anhinga melanogaster Pecuk ular 77 Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi

- 32 -

78 Argusianus argus Kuau 79 Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih 80 Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong,

Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae)

81 Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul kuning 82 Cacatua goffini Kakatua gofin 83 Cacatua meluccensis Kakatua seram 84 Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning 85 Cairina scutulata Itik liar 86 Caloenas nicobarica Junai, Burungmas, Minata 87 Casuarius bennetti Kasuari kecil 88 Casuarius casuarius Kasuari 89 Casuarius

unappenddiculatus Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning

90 Ciconia episcopus Bangau hitam, Sandanglawe 91 Colluricinela

megarhyncha sanghirensis

Burung sohabe coklat

92 Crocias albonotatus Burung matahari 93 Ducula whartoni Pergam raja 94 Egretta saera Kuntul karang 95 Egretta spp Kuntul, Bangau putih (semua jenis

dari genus Egretta) 96 Elanus caerulleus Alap-alap putih, alap-alap tikus 97 Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap tikus 98 Eos histrio Nuri Sangir 99 Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut 100 Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe 101 Falconidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis

dari famili Falconidae) 102 Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung 103 Garrulax rafifrons Burung kuda 104 Goura spp. Burung dara mahkota, burung titi,

Mambruk (semua jenis dari genus Goura)

105 Gracula religiosa mertensi

Beo Flores

106 Gracula religiosa robusta

Beo Nias

- 33 -

Page 14: pedoman_inventarisasi_hutan

107 Gracula religiosa

venerata Beo Sumbawa

108 Grus spp Jenjang (semua jenis dari genus Grus) 109 Himantopus

himantopus Trulek lidi, Lilimo

110 Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak 111 Ibis leucocephala Bluwok berwarna 112 Lorius roratus Bayan 113 Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau tongtong 114 Leucopsar rothschildi Jalak Bali 115 Limnodromus

semipalmatus Blekek Asia

116 Lophozosterops javanica

Burung kaca mata leher abu-abu

117 Lophura bulweri Beleang ekor putih 118 Loriculus catamene Serindit Sangihe 119 Loriculus exilis Serindit Sulawesi 120 Lorius domicellus Nori merah kepala hitam 121 Macrocephalon maleo Burung maleo 122 Megalaima armillaris Cangcarang 123 Megalaima corvine Haruku, ketuk-ketuk 124 Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok jawa 125 Megapodiidae Maleo, Burung gosong (semua jenis

dari famili Megapodidae) 126 Megapodius

reintwardtii Burung gosong

127 Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili Meliphagidae)

128 Musciscapa ruecki Burung kipas biru 129 Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwuk 130 Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces

(semua jenis dari famili Nectariniidae) 131 Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus

Numenius) 132 Nycticorax caledonicus Kowak merah 133 Otus migicus beccarii Burung hantu Biak 134 Pandionidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis

dari famili Pandionidae) 135 Paradiseidae Burung Cendrawasih (semua jenis dari

famili Paradiseidae)

- 34 -

136 Pavo muticus Burung Merak 137 Pelecanidae Gangsa Laut (semua jenis dari famili

Pelecanidae 138 Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua

jenis dari famili Pittidae) 139 Plegadis falcinellus Ibis hitam, roko-roko 140 Polyplectron

malacense Merak kerdil

141 Probosciger aterimus Kakatua raja, Kakatua hitam 142 Psatria exilis Glatik kecil, Glatik gunung 143 Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih 144 Psittrichas fulgidus Kasturi raja, Betet besar 145 Ptilonorhynchidae Burung namdur, Burung dewata 146 Rhipidura euryura Burung kipas perut putih, Kipas

gunung 147 Rhipidura javanica Burung kipas 148 Rhipudura phoenicura Burung kipas ekor merah 149 Satchyris grammiceps Burung kipas dada putih 150 Satchyris

melanothoras Burung tepus pipi perak

151 Sterna zimmermanni Dara laut berjambul 152 Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari

famili Sternidae) 153 Sturnus melanopterus Jalak putih , Kaleng putih 154 Sula abbotti Gangsa batu aboti 155 Sula dactylatra Gangsa batu muka biru 156 Sula leucogaster Gangsa batu 157 Sula sula Gangsa batu kaki merah 158 Tanygnathus

sumatranus Nuri Sulawesi

159 Threskiornis aethiopicus

Ibis putih, Platuk besi

160 Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi 161 Tringa guttifer Trinil tutul 162 Trogonidae Kasumba, Suruke, Burung luntur 163 Vanellus macropterus Trulek ekor putih REPTILIA/MELATA 164 Batagur baska Tuntong 165 Caretta caretta Penyu tempayan

- 35 -

Page 15: pedoman_inventarisasi_hutan

166 Carettochelys

insculpta Kura-kura Irian

167 Chelodina novaeguineae

Kura Irian leher panjang

168 Chelonia mydas Penyu hijau 169 Chitra indica Labi-labi besar 170 Chlamydosaurus kingii Soa payung 171 Chondropython viridis Sanca hijau 172 Crocodylus

novaeguineae Buaya air tawar Irian

173 Crocodylus porosus Buaya muara 174 Crocodylus siamensis Buaya siam 175 Dermochelys coriacea Penyu belimbing 176 Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek 177 Eretmochelys

imbricata Penyu sisik

178 Gonychephalus dilophus

Bunglon sisir

179 Hydrasaurus amboinensis

Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon

180 Lepidochelys alivacea Penyu ridel 181 Natator depressa Penyu pipih 182 Orlitia borneensis Kura-kura gading 183 Python molurus Sanca bodo 184 Python timorensis Sanca Timor 185 Tiliqua gigas Kadal panana 186 Tomistoma schlegelii Senyulong, buaya sapit 187 Varanus borneensis Biawak Kalimantan 188 Varanus gouldi Biawak coklat 189 Varanus indicus Biawak Maluku 190 Varanus komodoensis Biawak Komodo, Ora 191 Varanus nebulosus Biawak abu-abu 192 Varanus prasinus Biawak hijau 193 Varanus timorensis Biawak Timor 194 Varanus togianus Biawak Togian INSECTA

(SERANGGA)

195 Cethosia myrina Kupu bidadari 196 Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri 197 Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliat

- 36 -

198 Ornithoptera paradisea Kupu sayap burung surga 199 Ornithoptera priamus Kupu burung priamus 200 Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil 201 Ornithoptera tithonus Kupu burung titon 202 Trogonotera brookiana Kupu trogon 203 Troides amphrysus Kupu raja 204 Troides andromanche Kupu raja 205 Troides criton Kupu raja 206 Troides haliphron Kupu raja 207 Troides helena Kupu raja 208 Troides hypolitus Kupu raja 209 Troides meoris Kupu raja 210 Troides miranda Kupu raja 211 Troides plato Kupu raja 212 Troides rhadamatus Kupu raja 213 Troides riedeli Kupu raja 214 Troides vandepolli Kupu raja PISCES (IKAN) 215 Homaloptera gymnogaster Selusur Maninjau 216 Latimeria chalumnae Ikan raja laut 217 Notopterus spp. Belida Jawa, Lopis Jawa (semua

jenis dari genus Notopterus) 218 Pritis spp Pari Sentani, Hiu Sentani (semua

jenis dari genus Pritis) 219 Puntius microps Wader goa 220 Scleropages formosus Peyang Malaya, Tangkelasa 221 Scleropages jardini Arowana Irian, Peyang Irian,

Kaloso ANTHOZOA 222 Antiphates spp. Akar bahar, Koral Hitam (semua

jenis dari genus Antiphates) BIVALVIA 223 Birgus latro Ketam kelapa 224 Cassis cornuta Kepala kambing 225 Charonia tritonis Triton terompet 226 Hippopus hipopus Kima tapak kuda, Kima kuku

beruang

- 37 -

Page 16: pedoman_inventarisasi_hutan

227 Hippopus porcellanus Kima Cina 228 Nautilus pompillius Nautilus berongga 229 Tachipleus gigas Ketam tapak kuda 230 Tridacna crocea Kima kunai, Lubang 231 Tridacna derasa Kima Selatan 232 Tridacna gigas Kima Raksasa 233 Tridacna maxima Kima kecil 234 Tridacma squamosa Kima sisik, Kima seruling 235 Trochus niloticus Troka, susur bundar 236 Turbo marmoratus Batu laga, Siput hijau TUMBUHAN 1. Palmae 237 Amorphophallus

docussilvae Bunga bangkai jangkung

238 Amorphophallus tilamum Bunga bangkai raksasa 239 Borrassodendron

borneensis Bindang, Budang

240 Caryota no Palem Raja/Indonesia 241 Ceratolobus glaucescens Palem Jawa 242 Cystotachys lakka Pinang Merah Kalimantan 243 Cystotachys ronda Pinang Merah Bangka 244 Engeissona utilis Bertan 245 Johanneste ijsanaria

altifrons Daun payung

246 Livistona spp Palem Kipas Sumatera (semua jenis dari genus Livistona)

247 Nonga gajah Palem Sumatera 248 Phoenix paludosa Korma rawa 249 Pigafatta filaris Manga 250 Pinanga javana Pinang Jawa II. Rafflessiacea 251 Rafflesia spp. Rafflesia, Bunga Padina (semua

jenis dari genus Rafflesia) III. Orchidaceae 252 Ascocentrum miniatum Anggrek kebutan 253 Coelogyne pandurata Anggrek hitam 254 Corybas fornicatus Anggrek koribas

- 38 -

255 Cymbidium hartinaluanum Anggrek hartinah 256 Dendrobium catinecloesum Anggrek karawai 257 Dendrobium d’albertisii Anggrek albert 258 Dendrobium lasianthera Anggrek stuberi 259 Dendrobium macrophyllum Anggrek jamrud 260 Dendrobium ostrinoglossum Anggrek karawai 261 Dendrobium phalaenopsis Anggrek larat 262 Grammatophyllum

papuanum Anggrek raksasa Irian

263 Grammatophyllum speciosum

Anggrek tebu

264 Macodes petola Anggrek kiaksara 265 Paphiopedilum

chamberlainiamun Anggrek kasut kumis

266 Paphiopedilum glaucophyllum

Anggrek kasut berbulu

267 Paphiopedilum praestans Anggrek kasut pita 268 Paraphalaenopsis denevei Anggrek bulan bintang 269 Paraphalaenopsis laycockii Anggrek bulan kalimantan tengah 270 Paraphalaenopsis

serpentilingua Anggrek bulan kalimantan Barat

271 Paraphalaenopsis amboinensis

Anggrek bulan ambon

272 Paraphalaenopsis gigantean Anggrek bulan raksasa 273 Paraphalaenopsis

sumatrana Anggrek bulan sumatera

274 Paraphalaenopsis violacose Anggrek kelip 275 Renanthera matutina Anggrek jingga 276 Spatholottis zurea Anggrek Sendok 277 Vanda celebica Vanda mungil minahasa 278 Vanda hookeriana Vanda pensil 279 Vanda pumela Vanda mini 280 Vanda sumatrana Vnda Sumatera IV. Nephentaceae 281 Nephontes spp. Kantong Semar (semua jenis dari

genus Nephontes) V. Dipterocarpaceae 282 Shorea stenopten Tengkawang 283 Shorea stenoptera Tengkawang

- 39 -

Page 17: pedoman_inventarisasi_hutan

284 Shorea gysberstiana Tengkawang 285 Shorea pinanga Tengkawang 286 Shorea compressa Tengkawang 287 Shorea seminis Tengkawang 288 Shorea martiniana Tengkawang 289 Shorea maxistoperyx Tengkawang 290 Shorea beccariana Tengkawang 291 Shorea mictrantha Tengkawang 292 Shorea Palembanica Tengkawang 293 Shorea lepidota Tengkawang 294 Shorea singkawang Tengkawang

- 40 -