pedoman teknis pengembangan pupuk organik tingkat kab-kota 2012
TRANSCRIPT
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik
Tingkat Kabupaten/Kota TA. 2012. Pedoman teknis ini
dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi
petugas pelaksana terkait, khususnya petugas Dinas Pertanian
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan pupuk organik. Para petugas tersebut
diharapkan dapat mempelajari, mencermati dan memahami
pedoman teknis ini sehingga tidak akan terjadi keraguan dalam
implementasi kegiatan di lapangan dan mempermudah gerak
dan langkah dalam melaksanakan kegiatan yang pada akhirnya
dapat dicapai kinerja yang optimal.
Disadari sepenuhnya bahwa pedoman teknis ini masih terdapat
banyak kekurangan sehingga kritik, saran dan koreksi yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Akhirnya sangat diharapkan kegiatan ini
dapat memberikan manfaat dan dapat dilaksanakan dengan
sebaik‐baiknya.
Direktur Pupuk dan Pestisida,
Ir. Suprapti NIP. 19571024 198403 2 001
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. DAFTAR ISI …………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… I. PENDAHULUAN ………………………………………………………
1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1.2. Tujuan ……………………………………………………………… 1.3. Sasaran .............................................................. 1.4. Keluaran …………………………………………………………
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ……………………… 2.1. Pengertian ……………………………………………………… 2.2. Ruang Lingkup …………………………………………………
III. NORMA, STANDAR, KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN UPAYA PERBAIKAN LAHAN DENGAN PUPUK ORGANIK 3.1. Norma ……………………………………………………………… 3.2. Standar ............................................................... 3.3. Kebijakan Pemerintah mengatasi Degradasi Sumber
Daya Lahan ..……………………………………… 3.4. Upaya Perbaikan Lahan Dengan Pupuk Organik
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN ……………………………………… 4.1. Cara Pelaksanaan ............................................... 4.2. Tahapan Pelaksanaan ................………………………
V. INDIKATOR KINERJA ……………………………………………… 5.1. Indikator Masukan (Input) ……………………………… 5.2. Indikator Keluaran (Output) …………………………… 5.3. Indikator Hasil (Outcome) ……………………………… 5.4. Indikator Manfaat (Benefit)……………………………… 5.5. Indikator Dampak (Impact) ………………………………
LAMPIRAN
i ii iii 1 1 3 4 4
5 5 8
9 9 9
10 11
12 12 13
17 17 18 18 19 20
21
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Harga Satuan Kegiatan Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kabupaten/Kota TA. 2012 …………….
2. Lokasi Penerima Kegiatan Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kabupaten/Kota TA. 2012 …………..
22
23
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak tahun 1970‐an, lahan‐lahan pertanian di Indonesia
mulai menggunakan pupuk anorganik secara massal dan
terus‐menerus. Hal ini menyebabkan terjadinya proses
degradasi kesuburan lahan pertanian terutama pada
lahan sawah yaitu ditunjukkan dengan menurunnya
kualitas sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang
mengakibatkan rendahnya kandungan bahan organik
terutama pada lahan sawah, bahkan juga terjadi
penurunan pH tanah. Kondisi tersebut menuntut
penggunaan dosis pupuk anorganik dalam jumlah yang
semakin tinggi dan ditambah dengan pemberian bahan
pembenah tanah untuk meningkatkan pH, guna
mempertahankan tingkat produktivitas yang diinginkan.
Kandungan bahan organik pada lahan pertanian terutama
lahan sawah semakin menipis hingga kurang dari 2%
bahkan di Pulau Jawa hanya sekitar 1%. Kondisi normal
kesuburan lahan sawah mengandung bahan organik 3‐5%
(Badan Litbang Pertanian, 2009).
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 2
Hal ini merupakan permasalahan yang sangat serius
karena dapat mengganggu pencapaian program
ketahanan pangan nasional akibat dari penurunan
produktivitas pertanian. Oleh karena itu, program
perbaikan kesuburan lahan pertanian melalui
peningkatan kandungan bahan organik tanah merupakan
hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan.
Sejak TA. 2006 sampai dengan TA. 2011 Kementerian
Pertanian telah melakukan kegiatan penyediaan
prasarana pembuatan pupuk organik yang dapat
dilakukan oleh petani sendiri. Penyediaan prasarana
tersebut berupa : APPO sebanyak 1.548 unit, RP3O
sebanyak 436 unit, rumah kompos sebanyak 657 unit,
rumah kompos ICWRMIP sebanyak 150 unit, rumah
kompos SKR sebanyak 50 unit dan UPPO sebanyak 1.470
unit.
Apabila seluruh prasarana pembuat pupuk organik
tersebut dapat beroperasi secara optimal, maka jumlah
pupuk organik yang bisa dihasilkan oleh petani
sebanyak 6.466.500 ton/th (asumsi 1 unit mesin
APPO/RP3O/rumah kompos mampu mengolah bahan
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 3
organik sebanyak 5 ton/hari/unit dan dalam setahun
bekerja selama 300 hari).
Apabila potensi dan sarana tersebut dapat disinergikan
dalam pengembangan pupuk organik maka upaya untuk
meningkatkan kesuburan lahan pertanian melalui aplikasi
pupuk organik dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk
organik tersebut maka diperlukan pembinaan,
inventarisasi dan evaluasi oleh petugas Dinas Pertanian di
Kabupaten/Kota. Untuk keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pengembangan pupuk organik tingkat
kabupaten/kota TA. 2012, maka dipandang perlu untuk
dibuat Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik.
1.2. Tujuan
Pedoman teknis pengembangan pupuk organik ini
digunakan untuk memberikan arahan dan bahan acuan
kepada petugas pertanian provinsi dan kabupaten/kota
dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk
organik.
Tujuan pelaksanaan kegiatan pengembangan pupuk
organik adalah untuk memonitor sejauh mana fasilitasi
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 4
bantuan pengolah pupuk organik (APPO/ UPPO/ RP3O/
Rumah Kompos) telah dimanfaatkan, serta mengetahui
produksi pupuk organik yang telah dihasilkan baik dari
fasilitasi bantuan pengolah pupuk organik tersebut
maupun dari pabrik‐pabrik pupuk organik di daerah yang
bersangkutan.
1.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan pengembangan pupuk organik
pada TA. 2012 adalah sebanyak 200 paket, yang
dialokasikan di 16 provinsi 145 kabupaten/kota.
1.4. Keluaran
Keluaran dari kegiatan pengembangan pupuk organik
tingkat kabupaten/kota adalah meningkatnya
penggunaan pupuk organik dari pemanfaatan fasilitasi
bantuan pengolah pupuk organik dalam rangka perbaikan
kualitas kesuburan lahan sehingga mampu meningkatkan
produktivitas lahan dan memelihara sumber daya lahan
pertanian berkelanjutan.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 5
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
2.1. Pengertian
a. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang
berperan dalam penyediaan unsur hara bagi
keperluan tanaman secara langsung atau tidak
langsung.
b. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari sisa
tanaman dan atau kotoran hewan yang telah melalui
proses rekayasa berbentuk padat atau cair dan dapat
diperkaya dengan bahan mineral alami dan atau
mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan
organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah.
c. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan
dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan.
d. Tanaman Pangan adalah segala hal yang berkaitan
dengan tanaman yang berfungsi sebagai bahan
pangan.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 6
e. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan
buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura,
termasuk didalamnya jamur, lumut, dan tanaman air
yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati
dan atau bahan estetika.
f. Perkebunan adalah segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan
atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
g. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan
dengan sumberdaya fisik, benih, bibit dan atau
bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya
ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran
dan pengusahaannya.
h. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi dan
atau mengadakan pupuk organik di dalam negeri.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 7
i. APPO adalah seperangkat mesin yang berfungsi untuk
mencacah dan menghancurkan bahan organik
menjadi bagian yang kecil‐kecil sehingga memperluas
permukaannya dan mempercepat proses dekomposisi
dalam pembuatan pupuk organik.
j. UPPO adalah unit lengkap proses pembuatan pupuk
organik yang terdiri dari rumah kompos, APPO,
kendaraan angkut roda tiga, ternak sapi sebanyak
30‐35 ekor untuk setiap unitnya.
k. RP3O adalah bangunan beserta mesin APPO sebagai
sarana percontohan membuat pupuk organik di
tingkat kelompok tani.
l. Rumah Kompos adalah bangunan yang berfungsi
untuk memproses bahan organik menjadi kompos/
pupuk organik dan tempat penyimpanan pupuk
organik yang dilengkapi dengan ruang administrasi.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 8
2.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan pengembangan pupuk
organik tingkat kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
a. Pembinaan pengembangan pupuk organik
b. Inventarisasi pengembangan pupuk organik
c. Evaluasi pengembangan pupuk organik
d. Pertemuan koordinasi pengembangan pupuk organik
e. Penyusunan laporan
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 9
III. NORMA, STANDAR, KEBIJAKAN PEMERINTAH
DAN UPAYA PERBAIKAN LAHAN DENGAN PUPUK
ORGANIK
3.1. Norma
Pengembangan pupuk organik merupakan upaya untuk
mengawal ketersediaan dan pemenuhan pupuk organik
di daerah. Adapun alokasi yang menjadi sasaran utama
untuk kegiatan pengembangan pupuk organik adalah
daerah‐daerah sentra produksi tanaman pangan
pendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN), sentra hortikultura, sentra perkebunan
dan sentra peternakan.
3.2. Standar
Pengembangan pupuk organik harus memenuhi
kelayakan sebagai berikut :
a. Pengembangan pupuk organik dilakukan melalui
pembinaan, inventarisasi dan evaluasi pemanfaatan
serta produksi yang telah dihasilkan oleh fasilitas
bantuan pengolah pupuk organik.
b. Pengembangan pupuk organik diarahkan pada
daerah‐daerah sentra produksi tanaman pangan
pendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 10
Nasional (P2BN), sentra hortikultura, sentra
perkebunan dan sentra peternakan.
3.3. Kebijakan Pemerintah Mengatasi Degradasi Sumber
Daya Lahan
Menyadari kondisi kerusakan lahan pertanian yang
semakin meningkat, maka pemerintah melalui
Kementerian Pertanian, mengeluarkan berbagai
kebijakan untuk mendorong penggunaan pupuk organik.
a. Program Go Organik 2010 untuk tanaman pangan
yang mensyaratkan penggunaan bahan organik dalam
proses penanaman.
b. Sosialisasi penggunaan pupuk organik
c. Bantuan langsung pupuk organik dalam bentuk pupuk
organik granul (POG) dan pupuk organik cair (POC)
d. Bantuan alat pembuat pupuk organik dan rumah
percontohan pembuatan pupuk organik
e. Subsidi pupuk organik dalam bentuk POG.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 11
3.4. Upaya Perbaikan Lahan Dengan Pupuk Organik
a. Penambahan bahan organik kedalam tanah dapat
dilakukan melalui pemupukan menggunakan pupuk
organik, seperti kompos dan pupuk kandang.
b. Penambahan pupuk organik dapat mengurangi
dampak negatif pupuk kimia serta memperbaiki sifat
fisik, biologi dan kimia tanah.
c. Pupuk organik bukan untuk menggantikan peran
pupuk kimia, melainkan sebagai pelengkap fungsi
pupuk kimia. Pupuk organik dan pupuk kimia akan
lebih optimal dan lebih efisien penggunaannya bila
dimanfaatkan secara bersama‐sama.
d. Bahan organik memiliki peran penting dalam
memperbaiki sifat fisik tanah. Penambahan bahan
organik yang cukup dapat memperbaiki struktur tanah
agar lebih gembur, mempermudah pengolahan tanah,
dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam
menahan air, meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang pertumbuhan tanaman.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 12
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah
pada prinsipnya akan mengembangkan pemanfaatan berbagai
sumber limbah pertanian insitu (seperti sisa tanaman, sisa
panen, dll) dan limbah peternakan yang pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap, konsisten dan berkesinambungan,
sehingga dapat tercapai perbaikan kualitas dan peningkatan
produktivitas lahan. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi hal‐hal
sebagai berikut :
4.1. Cara Pelaksanaan
Mekanisme pelaksanaan pengembangan pupuk organik
dilakukan sebesar‐besarnya melibatkan petugas dinas
kabupaten/kota setempat. Dengan mekanisme ini
diharapkan pemanfaatan fasilitas bantuan pengolah
pupuk organik di daerah dapat terkawal, kebutuhan akan
pupuk organik dapat termonitor dan terpenuhi. Semua
komponen kegiatan pengembangan pupuk organik
direncanakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh petugas
dinas kabupaten/kota.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 13
4.2. Tahapan Pelaksanaan
4.2.1. Pembinaan Pengembangan Pupuk Organik
Kegiatan pembinaan pengembangan pupuk
organik dilakukan petugas pelaksana dinas
kabupaten/kota, untuk membina dan mengawal
pelaksanaan pengembangan pupuk organik di
wilayah kabupaten/kota setempat. Dalam hal ini
pelaksanaan di lapang dapat dilakukan melalui
sosialisasi dan bimbingan teknis.
4.2.2. Inventarisasi Pengembangan Pupuk Organik
Kegiatan inventarisasi pengembangan pupuk
organik dilakukan petugas pelaksana dinas
kabupaten/kota, untuk menginventarisir sumber‐
sumber penghasil pupuk organik berupa fasilitasi
bantuan pemerintah baik APBN, APBD maupun
swadaya yang berupa APPO, RP3O, ataupun
UPPO yang ada di wilayah kabupaten setempat.
Selain itu dilakukan juga inventarisasi terhadap
pabrik penghasil pupuk organik baik skala rumah
tangga maupun industri yang berada di wilayah
kabupaten/kota setempat.
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 14
4.2.3. Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik
Kegiatan Evaluasi Pengembangan Pupuk Organik
dilakukan petugas pelaksana dinas kabupaten
untuk mengevaluasi seberapa jauh efektivitas
pemanfaatan bantuan pengolah pupuk organik
yang telah difasilitasi baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, telah memberikan
dampak positif bagi pengembangan pupuk
organik di wilayah kabupaten/kota setempat.
Dengan kegiatan evaluasi ini dapat diketahui
permasalahan yang terjadi di lapang serta upaya
tindak lanjutnya.
4.2.4. Pertemuan Koordinasi Pengembangan Pupuk
Organik
Pertemuan koordinasi dilakukan untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan
pengembangan pupuk organik.
Pertemuan koordinasi ini dilakukan sebagai
wadah berdiskusi untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan pengembangan
pupuk organik di wilayah kabupaten/kota
setempat, serta sebagai sarana untuk
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 15
memperlancar komunikasi antara petugas dinas
kabupaten/kota dengan kelompok‐kelompok
penerima bantuan pengolah pupuk organik,
produsen pupuk organik dan stakeholder terkait.
Pertemuan koordinasi ini dilakukan 2 (dua) kali
dalam setahun.
4.2.5. Penyusunan Laporan Pengembangan Pupuk
Organik Penyusunan laporan pengembangan pupuk
organik dilakukan melalui penyusunan laporan
semester dan tahunan pengembangan pupuk
organik. Alur laporan pengembangan pupuk
organik adalah sebagai berikut :
a. Laporan semester dibuat oleh petugas
kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk
diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat
b. Laporan semester yang dibuat oleh Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota selanjutnya
direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi
c. Laporan semester yang dibuat oleh Dinas
Pertanian Provinsi dikirim ke pusat melalui pos
dengan alamat :
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 16
Direktorat Pupuk dan Pestisida
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM No. 3 Kanpus Kementerian
Pertanian, Ged. D Lt. 9, Jaksel ‐ 12550
melalui faximile dengan nomor 021 – 7890043
d. Laporan tahunan dibuat oleh petugas
kabupaten/kota dan dikirim ke provinsi untuk
diolah lebih lanjut dengan tembusan ke pusat
e. Laporan tahunan dibuat oleh provinsi
berdasarkan hasil laporan akhir dari
kabupaten/kota kemudian dikirim ke pusat
f. Waktu pengiriman
• Laporan semester kabupaten/kota dikirim
paling lambat tanggal 10 bulan ketujuh
• Laporan tahunan provinsi dikirim paling
lambat pada akhir tahun anggaran
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 17
V. INDIKATOR KINERJA
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah,
diperlukan indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan.
Beberapa indikator kinerja yang digunakan adalah sebagai
berikut :
5.1. Indikator Masukan (Input)
Indikator masukan adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan
pupuk organik dan pembenah tanah, antara lain :
- Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah
(APBN, APBD), bantuan luar negeri, pihak swasta
maupun masyarakat
- Perangkat Peraturan Pemerintah, bahan kebijakan,
dan pedoman pelaksanaan
- Data potensi pengembangan
- Sumberdaya manusia (SDM)
- Prasarana penunjang kerja (fasilitas kantor dan
lapangan)
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 18
5.2. Indikator Keluaran (Output)
Indikator keluaran adalah segala sesuatu berupa produk
yang dihasilkan (fisik dan atau non fisik) sebagai hasil
langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan, antara lain :
- Terealisasinya anggaran yang disediakan dalam
melaksanakan kegiatan
- Tersedianya peraturan, bahan kebijakan, dan
pedoman
- Tersedianya kecukupan bahan baku dan lokasi yang
tepat untuk pengembangan pupuk organik dan
pembenah tanah
- Tersedianya data kebutuhan pupuk organik di
lapangan
- Tersedia Sumberdaya Manusia (SDM) dan petugas
yang handal dalam melaksanakan kegiatan
- Tersedianya fasilitas kerja yang memadai
5.3. Indikator Hasil (Outcome)
Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
dari keluaran kegiatan pada jangka menengah,
antara lain :
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 19
- Termanfaatkannya peraturan, bahan kebijakan, dan
pedoman dalam pengembangan pupuk organik dan
pembenah tanah
- Terwujudnya pengembangan pupuk organik dan
pembenah tanah yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
- Termanfaatkannya semua fasilitas kerja yang ada
antara lain adanya APPO/UPPO/RP3O yang telah
dialokasikan ke daerah
5.4. Indikator Manfaat (Benefit)
Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang dapat
dirasakan/ diharapkan oleh masyarakat dari
pengembangan pupuk organik dan pembenah tanah,
antara lain :
- Terciptanya sentra‐sentra pertanian ramah
lingkungan, pertanian organik pada komoditas
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan yang memanfaatkan pupuk organik dan
pembenah tanah
- Terserapnya tenaga kerja setempat
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 20
- Terjaminnya kualitas mutu dan efektivitas pupuk
organik dan pembenah tanah yang beredar
- Meningkatnya kadar C organik dalam tanah karena
penggunaan pupuk organik
- Terjadinya peningkatan pemanfaatan pupuk organik
sehingga berdampak lingkungan lebih baik
5.5. Indikator Dampak (Impact)
Indikator dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial,
ekonomi, lingkungan atau kepentingan lain dari capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan seperti :
- Tercapainya perbaikan kualitas dan peningkatan
produktivitas lahan dengan penggunaan pupuk
organik dan pembenah tanah dalam berusahatani
- Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat
petani, dengan mengurangi dosis penggunaan pupuk
kimia
- Terwujudnya penataan lingkungan usaha tani yang
lebih baik dan ramah lingkungan
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 22
Lampiran 1.
HARGA SATUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PUPUK ORGANIK
TINGKAT KABUPATEN/KOTA TA. 2012
Harga Satuan Jumlah Biaya
(Rp.) (Rp.)Pengembangan Pupuk Organik 15.000.000
1 Belanja Bahan 3.600.000 - Penjilidan dan penggandaan laporan 2 Pkt 300.000 600.000 - Rapat koordinasi pengembangan pupuk organik 2 Kali 1.500.000 3.000.000
2 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 2.400.000 - Penyusunan laporan semester pengembangan pupuk organik 8 OH 150.000 1.200.000 - Penyusunan laporan tahunan pengembangan pupuk organik 8 OH 150.000 1.200.000
3 Belanja Perjalanan Lainnya 9.000.000 - Pembinaan pengembangan pupuk organik 20 OP 150.000 3.000.000 - Inventarisasi pengembangan pupuk organik 20 OP 150.000 3.000.000 - Evaluasi pengembangan pupuk organik 20 OP 150.000 3.000.000
No. Kegiatan Volume
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 23
Lampiran 2.
LOKASI PENERIMA KEGIATAN PENGEMBANGAN PUPUK ORGANIK
TINGKAT KABUPATEN/KOTA TA. 2012
1 NAD 1 Aceh Timur TP2 Aceh Tamiang TP3 Aceh Besar TP4 Aceh Barat TP5 Aceh Tengah TP6 Bireun TP7 Bener Meriah TP8 Lhouksumawe TP
2 Sumatera Utara 9 Serdang Berdagai TP10 Serdang Berdagai Peternakan11 Deli Serdang TP12 Tapanuli Utara TP13 Tapanuli Utara Peternakan14 Tapanuli Selatan TP15 Simalungun TP16 Simalungun Peternakan17 Samosir TP18 Asahan TP19 Asahan Perkebunan20 Asahan Peternakan21 Langkat TP22 Tanah Karo TP23 Pak Pak Bharat TP
3 Sumatera Barat 24 Pasaman Barat TP25 Pasaman Barat Peternakan26 Dharmas Raya TP27 Limapuluh Kota TP28 Limapuluh Kota Perkebunan29 Pesisir Selatan TP30 Pesisir Selatan Peternakan31 Agam TP32 Pasaman TP33 Solok Selatan TP34 Solok TP35 Solok Peternakan36 Sijunjung TP37 Sijunjung Peternakan
4 Sumatera Selatan 38 Ogan Ilir TP39 Musi Banyuasin TP40 Musi Rawas Peternakan41 OKU Peternakan42 Banyuasin TP43 Banyuasin Peternakan44 Lahat TP45 OKI TP46 OKI Peternakan47 Empat Lawang TP48 Empat Lawang Peternakan49 Kota Prabumulih TP
5 Lampung 50 Way Kanan TP51 Tanggamus Peternakan52 Lampung Selatan TP53 Lampung Selatan Peternakan54 Lampung Tengah TP55 Lampung Tengah Peternakan56 Lampung Barat TP57 Lampung Barat Peternakan
No Propinsi Nama Kabupaten Nama Satker Kabupaten/Kota
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 24
58 Pesawaran TP59 Pesawaran Peternakan
6 Banten 60 Lebak TP61 Pandeglang TP62 Pandeglang Peternakan63 Serang TP
7 Jawa Barat 64 Cianjur TP65 Cianjur Peternakan66 Sumedang TP67 Purwakarta TP68 Tasikmalaya Peternakan69 Kuningan TP70 Sukabumi TP71 Cirebon TP72 Garut TP73 Majalengka TP74 Ciamis TP75 Kota Cirebon Peternakan76 Bandung TP77 Indramayu TP78 Bandung Barat TP79 Kota Banjar TP
8 Jawa Tengah 80 Grobogan TP81 Grobogan Peternakan82 Pekalongan TP83 Tegal TP84 Tegal Peternakan85 Klaten TP86 Klaten Peternakan87 Brebes TP88 Brebes Peternakan89 Semarang TP90 Wonosobo TP91 Batang TP92 Batang Peternakan93 Pati TP94 Pati Peternakan95 Purworejo TP96 Purbalingga TP97 Pemalang TP98 Pemalang Peternakan
9 DIY 99 Sleman TP100 Sleman Peternakan101 Bantul TP102 Kulonprogo TP103 Kulonprogo Peternakan104 Gunung Kidul TP105 Gunung Kidul Peternakan
10 Jawa Timur 106 Gresik TP107 Jember TP108 Banyuwangi TP109 Nganjuk TP110 Nganjuk Peternakan111 Ponorogo TP112 Malang TP113 Lamongan TP114 Tuban TP
No Propinsi Nama Kabupaten Nama Satker Kabupaten/Kota
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 25
115 Bondowoso TP116 Pamekasan TP117 Sidoarjo TP118 Situbondo TP119 Situbondo Peternakan120 Jombang TP121 Jombang Peternakan122 Blitar TP123 Bangkalan Peternakan124 Bojonegoro TP125 Tulung Agung TP126 Ngawi TP127 Ngawi Peternakan
11 Bali 128 Tabanan TP129 Tabanan Peternakan130 Buleleng TP131 Buleleng Peternakan132 Badung TP133 Klungkung TP134 Gianyar TP
12 NTB 135 Sumbawa Barat TP136 Sumbawa Barat Peternakan137 Lombok Timur TP138 Lombok Barat TP139 Lombok Barat Peternakan140 Bima TP141 Lombok Tengah TP142 Dompu TP143 Dompu Peternakan144 Lombok Utara TP145 Sumbawa TP146 Sumbawa Perkebunan147 Sumbawa Peternakan
13 Kalimantan Selatan 148 Tanah Laut TP149 Tapin TP150 Tapin Perkebunan151 Kota Baru TP152 Barito Kuala TP153 Barito Kuala Peternakan154 Tanah Bumbu TP155 Hulu Sungai Tengah TP156 Hulu Sungai Selatan TP157 Tabalong TP
14 Sulawesi Selatan 158 Soppeng TP159 Soppeng Peternakan160 Luwu Timur TP161 Bone TP162 Toraja Utara TP163 Wajo TP164 Gowa TP165 Gowa Peternakan
No Propinsi Nama Kabupaten Nama Satker Kabupaten/Kota
Pedoman Teknis Pengembangan Pupuk Organik Tingkat Kab/Kota TA. 2012 26
166 Maros TP167 Maros Peternakan168 Bulukumba TP169 Bulukumba Peternakan170 Parepare TP171 Tana Toraja Peternakan172 Luwu TP173 Pangkajene Kepulauan TP174 Barru TP175 Barru Peternakan176 Enrekang TP177 Bantaeng TP178 Bantaeng Peternakan179 Sidrap TP180 Sidrap Peternakan181 Pinrang TP182 Pinrang Peternakan
15 Sulawesi Utara 183 Minahasa Selatan TP184 Bolaang Mongondow TP185 Minahasa Utara TP186 Minahasa TP187 Bolaang Mongondow Utara TP188 Kota Tomohon TP
16 Sulawesi Tenggara 189 Kolaka TP190 Kolaka Peternakan191 Konawe Selatan TP192 Konawe Selatan Peternakan193 Buton TP194 Konawe TP195 Konawe Peternakan196 Muna TP197 Muna Peternakan198 Kolaka Utara TP199 Wakatobi TP200 Wakatobi Peternakan
JUMLAH 200 Paket
No Propinsi Nama Kabupaten Nama Satker Kabupaten/Kota