pembuatan pupuk organik

28
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air) Oleh Astri Ningtias Suci 1414111010 Kelompok 4 Asisten Dosen Laksmita Yolanda 1314111032

Upload: astriningtiass

Post on 10-Jul-2016

59 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembuatan pupuk organik

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK(Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air)

OlehAstri Ningtias Suci

1414111010Kelompok 4

Asisten Dosen Laksmita Yolanda

1314111032

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2016

Page 2: Pembuatan pupuk organik

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Astri Ningtias Suci

NPM : 1414111010

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Fakultas Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Judul Praktikum : Pembuatan Pupuk Organik

Tempat : Laboratorium Perikanan Universitas Lampung

Waktu Praktikum : 13.00-14.40 WIB

Kelompok : 4 (Empat)

Bandar Lampung, 9 Mei 2016Mengetahui Asisten Dosen,

Laksmita Yolanda NPM. 1314111032

Page 3: Pembuatan pupuk organik

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji. Parameter

fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat

diamati secara visual/kasat mata. Parameter fisik terdapat kandungan partikel,

warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air

sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas (Arianty Gandika dkk, 2012).

Dalam budidaya air membutuhkan pupuk sebagai bahan untuk

mensuburkan perairan. Karena pupuk organik tersusun dari materi makhluk

hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik

mengandung banyak bahan organik dari pada kadar haranya. Sumber bahan

organik dapat berupa sisa panen, limbah ternak, limbah industri yang

menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota.

Pembuatan pupuk organik dilakukan untuk mengurangi ketergantungan

terhadap penggunaan pupuk anorganik sekaligus untuk mengatasi dampak negatif

yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik. Pupuk kimia (anorganik)

dapat mencemari dan meracuni tanah. Pupuk ini berbahaya bagi kesehatan

manusia karena mengandung radikal bebas berupa bahan-bahan beracun yang

terbawa, serta mengendap ke dalam bahan-bahan makanan (Yuwono, 2007).

Maka dilakukanlah praktikum pembuatan pupuk organik ini agar kita

dapat mengetahui pupuk organik yang baik bagi perairan yang akan digunakan

dalam budidaya di bidang perikanan.

I.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum pembuatan pupuk organik dalam

manajemen kualitas air adalah sebagai berikut :

Page 4: Pembuatan pupuk organik

1. Untuk mengetahui bahan yang digunakan pada proses pembuatan pupuk

organik.

2. Untuk Mengetahui reaksi hidrolisis yang terbentuk.

3. Untuk mengetahui hasil fermentasi

Page 5: Pembuatan pupuk organik

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kandungan Kedelai

Kedelai (Glycine max L. Merr) adalah tanaman semusim yang

diusahakan pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam

jumlah besar. Kedelai merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai

sumber vitamin A, E,K, dan beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe,

Zn, dan P. Kadar protein kacangkacangan berkisar antara 20-25%,

sedangkan pada kedelai mencapai 40%. Kadar protein dalam produk

kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat protein

kedelai 70% dan isolat protein kedelai 90% (Winarsi, 2010).

Selain mengandung protein yang tinggi kedelai mempunyai potensi

yang baik sebagai sumber mineral. Beberapa mineral yang terdapat pada

kedelai antara lain adalah Fe, Na, K, Ca, P, Mg, S, Cu, Zn, Co, Mn dan Cl.

Mineral yang terpenting diantara mineral- mineral tersebut adalah Fe

karena selain jumlahnya cukup tinggi, yaitu sekitar 0.9 - 1.5%. Fe juga

terdapat dalam bentuk yang langsung dapat digunakan untuk pembentukan

hemoglobin darah (Suliantari dan Rahayu, 1990).

Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat penting. Komposisi

gizi kedelai bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga

warna kulit maupun kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai

kuning bervariasi antara 31-48% sedangkan kandungan lemaknya

bervariasi antara 11-21%. Antosianin kulit kedelai mampu menghambat

oksidasi LDL kolesterol yang merupakan awal terbentuknya plak dalam

pembuluh darah yang akan memicu berkembangnya 9 penyakit tekanan

darah tinggi dan berkembangnya penyakit jantung koroner (Astuti, 2000).

Page 6: Pembuatan pupuk organik

II.2 Kandungan Dedak

Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi

beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur

pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau

rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf, 1990). Kandungan lemak yang

tinggi yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan

oksidatif. Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12 6

minggu dapat dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang

sangat mudah tengik (Amrullah, 2002).

Dedak padi mengandung lysine dengan ratio efisiens protein tinggi yang

mudah dicerna (<90%). Sembilan asam amino essensial (threonine, valine,

leucine, isoleucine, lysine, tryptophan, phenylalanine, methionine, dan histidine)

diidentifikasi terkandun dalam dedak. Kesembilan asam amino tersebut

diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan balita (Rukmini, 1988).

Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang

cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral

dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang

merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun,

dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan

ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi

mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan

lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian

juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004).

Dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein

kasar 12,9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg

0,95% serta kadar air 9%. Selanjutnya kandungan nutrisi dedak padi memilki

kandungan protein kasar 12%, lemak kasar 12,1%, serat kasar 13%, dan energi

metabolisme 2400 Kkal/kg, Ca 0,20%, P 1,0%, metionin 0,25%, dan lisin 0,45%

(Mathius dan Sinurat, 2001).

Page 7: Pembuatan pupuk organik

II.3 Hidrolisis Protein

Ikatan peptida yang membangun rantai polipeptida dalam protein dapat

diputus (dihidrolisis) menggunakan asam, basa atau enzim pemecahan ikatan

peptida dalam kondisi asam atau basa kuat merupakan proses hidrolisis kimia dan

pemecahan ikatan peptida menggunakan enzim merupakan proses hidrolisis

biokimia reaksi hidrolisis peptida akan menghasilkan produk reaksi yang berupa

satu molekul dengan gugus karboksil dan molekul lainnya memiliki gugus amina

(Juniarso dkk, 2007).

Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik

menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campura

bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun

kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antar asam amino

tersebut. Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetri,

kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi, dan elektroforesis. Salah satu metode

yang banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macam-

macam kromatografi adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan

kromatografi penukar ion (Poejadi, 1994).

Bahan kimia yang umum digunakan untuk menghidrolisis protein adalah

HCl, H2SO4, NaOH, dan Ba(OH)2. Bahan kimia HCl memiliki beberapa

keuntungan diantaranya adalah konsentrasi HCl yang dibutuhkan untuk hidrolisis

sempurna lebih kecil dibandingkan dengan asam sulfat (Kirk, Othmer 1953).

Reaksi hidrolisis protein dapat dibagi dalam beberapa tipe,yaitu :

1.  hidrolisis murni, hanya air yang digunakan untuk proses hidrolisis;

2. hidrolisis dengan larutan asam;

3. hidrolisis dengan larutan alkali;

4. hidrolisis dengan peleburan alkali yang menggunakan air atau tanpa air

pada temperatur tinggi;

5. hidrolisis dengan enzim sebagai katalisator.

Hidrolisat protein ikan memiliki indikasi untuk menurunkan tekanan darah

tinggi, mengurangi stress serta membantu penyembuhan pasien yang menderita

gangguan pada sistem pencernaan (Kristinsson, 2007).

Page 8: Pembuatan pupuk organik

Hidrolisat protein ikan memiliki beberapa kegunaan pada industri pangan

maupun farmasi. Pada industri pangan, hidrolisat protein ikan dapat ditambahkan

ke dalam formula makanan non-alergenik untuk bayi dan suplemen makanan diet.

Hidrolisat protein ikan juga dapat digunakan pada pembuatan produk-produk

dermatologis, seperti krim pembersih muka dan krim pelembab kulit. Selain itu,

hidrolisat protein ikan dapat digunakan secara fungsional sebagai bahan

pengemulsi (Pigot, Tucker, 1990).

II.4 Proses Fermentasi

Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan makanan yang

disebabkan oleh enzim dari kedelai yang mengandung enzim lipoksidase. Bahan

pangan umumnya merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan berbagai

jenis mikroorganisme. Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan beberapa

mikroorganisme diantara beribu-ribu jenis bakteri, khamir, dan kapang yang telah

dikenal. Mikroorganisme yang memfermentasikan bahan pangan untuk

menghasilkan perubahan yang diinginkan dapat dibedakan dari

mikroorganismemikroorganisme yang menyebabkan kerusakan dan penyakit yang

ditularkan melalui makanan (Buckle et al., 1987).

Fermentasi merupakan suatu proses metabolisme yang menghasilkan

produk-produk pecahan baru dan substrat organik karena adanya aktivitas atau

kegiatan mikroba. Fermentasi kedelai menjadi tempe oleh R. oligosporus terjadi

pada kondisi anaerob. Hasil fermentasi tergantung pada fungsi bahan pangan atau

substrat mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhannya.

Dengan adanya fermentasi dapat menyebabkan beberapa perubahan sifat kedelai

tersebut. Senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat

(Winarno, 2002).

Fermentasi terbagi atas dua jenis, yakni homofermentatif dan

heterofermentatif. Homofermentatif adalah fermentasi yang produk akhirnya

hanya berupa asam laktat. Contoh homofermentatif adalah proses fermentasi yang

terjadi dalam pembutan yoghurt. Heterofermentatif adalah fermentasi yang

produk akhirnya berupa asam laktat dan etanol sama banyak. Contoh

Page 9: Pembuatan pupuk organik

heterofermentatif adalah proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan tape

(Belitz, et al., 2009).

Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim

dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi

kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik

dengan menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976), dan menyebabkan terjadinya

perubahan sifat bahan tersebut (Winamo et al, 1980).

Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi

cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi

medium cair adalah proses yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase

cair (Hardjo et al., 1989).

Page 10: Pembuatan pupuk organik

III. METODE KERJA

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum manajemen kualitas air dengan judul “Pembuatan Pupuk

Organik” ini dilakukan pada hari Senin, 25 April 2016 dan di lanjutkan

pengamatan berkelanjutan dari hari Rabu sampai hari Sabtu, 27 sampai 30 April

2016 di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum pembuatan pupuk organik ini adalah

seperti tissue, plastik, ember, tali, kompor, panci, dan alat tulis. Sedangkan bahan

yang digunakan pada praktikum ini adalah bungkil kedelai, dedak, air, ragi tape

2,3 gram.

III.3 Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja dalam praktikum pembuatan pupuk organik adalah

sebagai berikut :

1. Bungkil kedelai di timbang sebanyak 1 kg, kemudian direndam dalam air

tawar selama 1 jam.

2. Bungkil kedelai yang telah di rendam kemudian di rebus selama 2-3 jam.

3. Bungkil yang telah di rebus kemudian di tiriskan, lalu di hamparkan di

bawah sinar matahari atau dikeringkan sampai air yang terdapat pada biji

bungkil tidak ada lagi.

4. Bungkil kedelai yang telah didinginkan , dihamparkan di atas plastik yang

bersih, lalu taburkan ragi di atas bungkil kedelai. Lalu diaduk dan

diratakan dan buat ukuran kedelai mencapai ketebalan sekitar 2-3 cm.

Page 11: Pembuatan pupuk organik

5. Kemudian tutup bungkil kedelai dengan plastik. Lalu pada permukaan atas

dibri lubang-lubang agar oksigen dapat masuk kedalam plastik bungkil

kedelai.

6. Bungkil kedelai diperam selama 48.

7. Setelah diperam selama 48 maka lakukan pengamatan apa yang terjadi

pada bungkil kedelai.

8. Selanjutnya masukkan bungkil kedelai dalam ember, lalu berikan air

secukupnya hingga bungkil kedelai tertutupi air. Lalu tutup bagian atas

ember dengan plastik tertutup lalu di ikat.

9. Lalu pemeraman dilakukan kembali. Selama 3 hari kedepan selalu

dilakukan pengamatan terjadi perubahan apasaja selama 3 hari berturut-

turut catat hasilnya dan dokumentasikan.

10. Dan hari terakhir setelah di lakukan pengamatan, semua bahan di buang

dengan cara di kubur di dalam tanah.

Page 12: Pembuatan pupuk organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Data Kelas

Kel Hari ke-

Bahan

Ragi Identifikasi Gambar

1

1 Dedak Menggunakan jenis Ragi

tape sebanyak 2-3

gram

Muncul jamur berwarna putih ,

plastic berembun,

beraroma asam, tekstur berair

2 Jamur berwarna putih, bertekstur

keras, tidak berair, bau lebih

asam seperti tape

3 Prmukaan dedak air nya

berkurang, berbau tape menyengat,

berjamur putih di permukaan

atas.4 Tekstrur dedak

berair, braroma asam seperti

tape, berjamur putih dibagian

atasnya

Page 13: Pembuatan pupuk organik

21

Bungkil

kedelai

Menggunakan jenis Ragi

tape sebanyak 2,39 gram

Tumbuh jamur di permukaan

berwarna putih, berbau asam, tidak lengket dan sedikit

lembek.

2Bertekstur

lembek, berbau asam, berwarna

putih dan berembun.

3Berbau busuk,

bertekstur lembek, tumbuh

jamur dipermukaan lebih banyak dan berwarna

lebih putih dari sebelumnya.

4Bertekstur

benyek, berbau asam

menyengat, berbau busuk

dan warna kedelai lebih

pucat..

3 1 DedakMenggunakan Ragi tempe sebanyak 2-4

gram

Tumbuh jamur berwarna putih,

Memiliki aroma/bau asam

seperti tape, Tekstur lembek

berair

Page 14: Pembuatan pupuk organik

2 Terdapat jamur berwarna putih,

Berbau asam seperti tape, Berair, jamur

bertambah banyak, Lembek

dan lembap

3 Terdapat jamur berwarna putih,

Berbau menyengat berkurang, Jumlah air

berkurang, Hifa lebih banyak

4 Hifa bertambah, Air berkurang,

Jamur bertambah

banyak, Bau seperti tape

4

1Bung

kil kedela

i

Menggunakan jenis Ragi

tape sebanyak 2-3

gram

Tumbuhnya jamur berwarna putih, terdapat

embun, bararoma asam, jamur berbentuk

bintik-bintik kecil

2 Tumbuh jamur berwarna putih, lembab, terdapat

embun.

Page 15: Pembuatan pupuk organik

3 Warna menjadi putih, jamur lebih banyak yang tumbuh,

bau tidak menyengat, kadar airnya

berkurang dan terdapat binatang.

4 Muncul jamur dalam jumlah

yang lebih banyak, terdapat

belatung pada bagian yang

tidak di tumbuhi belatung, berbau busuk, kadar air

berkurang.

5

1

Dedak

Menggunakan jenis ragi

tape sebanyak 3

gram

Tumbuh jamur berwarna putih, Berbau asam,

Sedikit lembab, Padat

2 Terdapat jamur berwarna putih, Berbau asam, Berair, lembek

Page 16: Pembuatan pupuk organik

3 Terdapat jamur berwarna putih, Berbau asam,

Berair

4 Terdapat jamur lebih banyak, Berbau asam menyengat,

Berair

6 1 Bungkil

kedelai

Ragi tape 2-3kg

Muncul jamur, warna lebih

pucat dibandingkan

saat diberi ragi, beraroma asam,

bertekstur lembek

2 Jamur yang muncul lebih

banyak, bertekstur lembek,

warnanya lebih pucat, bau lebih

asam seperti tape

3 Warna menjadi putih, jamur lebih banyak yang tumbuh, baunya lebih

asam lagi, airnya

berkurang

Page 17: Pembuatan pupuk organik

4 Muncul jamur dalam jumlah

yang lebih banyak, baunya

semakin menyengat,

airnya terserap sehingga

teksturnya semakin lembek,

warnaya ptih pucat (bagian pinggir putih,

tengahnya kekuningan)

IV.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan pengamatan sempel secara

terus menerus pada sempel semua kelompok terdapat jamur pada bungkil kedelai

dan dedak. Proses tumbuhnya jamur pada dedek dan bungkil kedelai secara

bertahap dari perubahan bentuk, perubahan bau dan perubahan tekstur serta

semakin berkurangnya kadar air. Hifa yang tumbuh berawal dari titik titik yang

belum menyebar rata, kemudian tumbuh menyebar dengan ukuran hifa yang kecil

hingga akhirnya hifa menutupi seluruh bagian dedak dan jamur. Namun pada

kelompok 4 tidak semua permukaannya tertutupi oleh hifa, namun terdapat

belatung pada bagian bungkil kedelai yang tidak di tumbuhi jamur. Terdapat

belatung pada pembuatan pupuk kompos disebabkan oleh adanya udara yang

masuk pada ember, sehingga terjadi perubahan suhu, suhu tersebut yang

menyebabkan mikroorganisme tumbuh pada bungkil kedelai.

Selain itu pada praktikum ini ragi yang dipakai yaitu ragi tape. Di dalam

ragi tape terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati)

menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol.

Sedangkan pada ragi tempe yaitu menggunakan jamur Rhizopus oryzae

merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur

Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu

menghasilkan asam laktat Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan

Page 18: Pembuatan pupuk organik

mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino (Soetrisno, 1996).

Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease. Menurut

Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama

waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur.

Semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur.

Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi

kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan

kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam

bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.

Selain itu pemilihan bahan baku pembuatan pupuk organik yaitu bungkil

kedelai dan dedak. Ternyata kacang-kacangan dikenal sebagai sumber protein dan

juga potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral, vitamin

B, dan karbohidrat. Ternyata dedak juga merupakan bahan yang potensial. Dedak

berlimpah ruah ketersediaannya dan juga mempunyai kandungan hara yang tinggi

seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat. Dedak segar

mengandung 12 – 15 persen protein dan 20 – 23 persen karbohidrat

(Koswara ,1992). Oleh sebab itu dedak pun bagus digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan pupuk organik ini.

Page 19: Pembuatan pupuk organik

V. PENUTUP

V.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum pembuatan pupuk organik ini yakni :

1. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ragi 2,3 gram,

bungkil kedelai, dedak dan air.

2. Pada bungkil kedelai terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah

larut dan pemecahan bahan organik kompleks menjadi komponen

monomer atau dimerik yang dapat larut dalam air, sehingga dapat

dengan mudah saat di gunakan sebagai pupuk organic.

3. Dari hasil fermentasi yang dilakukan kelompok kami adalah bungkil

kedelai sebagian di tumbuhi oleh hifa dan sebagian sisi terdapat

belatung tanpa terdapat hifa serta menimbulkan bau yang tidak sedap.