pedoman rpp 2008[1]

75
PEDOMAN UMUM REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN TAHUN 2008 PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

Upload: kiaaaa

Post on 18-Jun-2015

1.657 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PEDOMAN UMUM

REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN

TAHUN 2008

PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) pada tahun 2008 memasuki tahap pemantapan dengan fokus pada aspek penataan kelembagaan penyuluhan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dan kecamatan; penataan ketenagaan; serta peningkatan mutu penyelenggaraan, khususnya pengembangan programa penyuluhan di semua tingkatan wilayah kerja sebagai dasar pembiayaan penyuluhan, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K).

Pemerintah Pusat c.q Departemen Pertanian pada tahun 2008 memberi dukungan terhadap penyelenggaraan program RPP di provinsi dan kabupaten/kota melalui penyediaan anggaran APBN (dana dekonsentrasi dan dana alokasi khusus/DAK) serta pendanaan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (Farmers Empowerment through Agricultural Technology and Information Project/FEATI Project) di 18 provinsi dan 71 kabupaten yang sudah dimulai sejak tahun 2007.

Dukungan anggaran dana dekonsentrasi tahun 2007 bagi Program RPP di 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota (termasuk 6.000 orang Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh) adalah sebesar Rp. 231.715.081.000,- atau peningkatan sebesar 60 % (Rp. 144.763.135.450,-) dibandingkan dengan alokasi anggaran RPP tahun 2006.

Pada tahun 2008 terjadi lagi kenaikan dukungan anggaran bagi Program RPP sebesar 140 % dibandingkan dengan tahun 2007 atau meningkat sebesar Rp. 572.473.908.000,-. Peningkatan ini terjadi pada kegiatan-kegiatan yang didanai dengan dana dekonsentrasi yang mencapai Rp. 128.232.920.000,-; Biaya Operasional 16.000 orang THL-TB Penyuluh sebesar Rp. 236.993.000.000,-; dan peningkatan kapasitas gapoktan sebesar Rp. 20.000.000.000,-, dan FEATI daerah sebesar Rp 187.247.988.000,-.

Seluruh upaya-upaya RPP tersebut diharapkan dapat disinergikan dengan program-program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota yang dllaksanakan dengan dukungan pembiayaan dari APBD I dan APBD II, serta sumber-sumber lain yang syah dan tidak mengikat.

Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan RPP Tahun 2008 memberikan gambaran pokok mengenai arah pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang dlselenggarakan di provinsi dan kabupaten/kota, baik yang dibiayai oleh dana dekonsentrasi maupun APBD, sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan RPP tahun 2008 bagi seluruh penyelenggara penyuluhan pertanian di provinsi maupun kabupaten/kota untuk terselenggaranya penyuluhan secara produktif, efektif dan efisien.

Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Ir. MULYONO MACHMUR, MS NIP. 080 053 625

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan .............................................................................................. 5

C. Output .............................................................................................. 5

D. Sasaran ............................................................................................. 6

E. Pengertian ......................................................................................... 6

II. ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA SATKER DALAM RANGKA PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI RPP ............................................... 9

A. Pusat ................................................................................................ 9

B. Provinsi ........................................................................................... 10

C. Kabupaten/Kota ............................................................................... 10

III. PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN DI PROVINSI ............................................................................................... 11

A. Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi ....................................... 11

B. Penyebaran Informasi Penyuluhan .................................................... 13

C. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS .............................. 17

D. Berperanserta dalam Forum Penyuluhan Pertanian Nasional ............... 21

E. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan di Pusat ............. 23

F. Berperanserta dalam Pertemuan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi di Tingkat Pusat ............................................................................... 25

G. Inventarisasi dan Up dating Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) ................................................................. 28

H. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi ........ 30

I. Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian .............. 34

J. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 18 Provinsi.................................... 37

IV. PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN DI KABUPATEN/KOTA ............................................................................. 38

A. Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa ............................................................................................... 38

B. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS .............................. 42

C. Penyebaran Informasi Penyuluhan .................................................... 47

D. Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan Model ........................... 52

E. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Tingkat Pusat .............................................................................. 56

F. Berperanserta dalam Temu Koordinasi Kelompoktani/Gabungan Kelompoktani .................................................................................. 58

G. Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian ............. 60

H. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi ........ 63

I. Kegiatan P3TIP/FEATI di Kabupaten ................................................ 67

LAMPIRAN ...................................................................................................... 68

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan

oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005 telah ditindaklanjuti dengan

Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) yang dicanangkan oleh

Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 2005 di Banyuasin, Sumatera

Selatan. Program RPP ini mendapat payung hukum yang kuat dengan

terbitnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (UU SP3K) pada tanggal 15 November

2006.

Dengan terbitnya UU No. 16 tahun 2006 tersebut, maka mulai tahun 2007

program RPP difokuskan untuk mengimplementasikan beberapa sub

program, yaitu: (1) penataan kelembagaan penyuluhan; (2) peningkatan

kuantitas dan kualitas penyuluh; (3) peningkatan sistem penyelenggaraan

penyuluhan; (4) peningkatan kepemimpinan dan kelembagaan petani; dan

(5) pengembangan jejaring kerjasama penyuluhan dan agribisnis.

Pada tahun 2006 Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM)

Pertanian menyelenggarakan RPP di Pusat dan 32 provinsi seluruh

Indonesia kecuali DKI Jakarta, yang mencakup 436 kabupaten/kota dengan

dukungan dana dekonsentrasi.

Selanjutnya pada tahun 2007, jangkauan penyelenggaraan penyuluhan

diperluas ke Provinsi DKI Jakarta sehingga mencakup seluruh provinsi dan

440 kabupaten/kota. Pada tahun 2007 satuan kerja (satker) program di 30

provinsi berada di unit kerja Dinas Pertanian Provinsi; sementara di NTT,

Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah berada pada Badan Ketahanan Pangan.

2

Sementara itu, dalam rangka memperkuat implementasi

UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, Departemen Pertanian c.q Badan

Pengembangan SDM Pertanian melaksanakan Program Pemberdayaan

Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer

Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI) di

18 provinsi dan 71 kabupaten mulai tahun 2007 (daftar terlampir). Program

ini bertujuan untuk memberdayakan petani dan organisasi petani dalam

meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui

peningkatan aksesibilitas terhadap informasi, teknologi, modal dan sarana

produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan

kemitraan dengan sektor swasta.

Pada tahun 2008 satker dekonsentrasi di 30 provinsi masih berada di unit

kerja Dinas Pertanian Provinsi; sementara di NTT dan Sulawesi Selatan

tetap pada Badan Ketahanan Pangan. Sedangkan untuk Provinsi Jawa

Tengah satker program berada pada Sekretariat Daerah Bidang

Perekonomian.

Dalam rangka mengimplementasikan UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K,

akan memberi insentif kepada provinsi yang telah membentuk Badan

Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) dan kabupaten/kota yang telah

membentuk badan pelaksana penyuluhan (bapelluh), maka mulai

tahun 2008 kebijakan pembiayaan program RPP sebagai berikut:

1. jangkauan program RPP meliputi 33 provinsi dan difokuskan pada

kabupaten/kota yang memiliki kelembagaan penyuluhan sesuai dengan

amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;

2. kabupaten/kota yang telah membentuk kelembagaan penyuluhan

sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K mendapat

insentif berupa dukungan dana dekonsentrasi untuk kegiatan-kegiatan

sebagai berikut: pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan Model;

Biaya Operasional Penyuluh Pertanian PNS (BOP); penyebaran informasi

3

pertanian untuk penyuluh; administrasi, koordinasi, konsultasi, serta

monitoring dan evaluasi; pengawalan dan pendampingan Tenaga

Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP), dan

peningkatan kapasitas kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok

tani (gapoktan);

3. kabupaten/kota yang belum membentuk kelembagaan penyuluhan

sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K tidak

mendapat biaya pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan Model;

4. kabupaten-kabupaten yang menjadi lokasi P3TIP memperoleh

dukungan dana dekonsentrasi sebagai berikut: BOP; penyebaran

informasi pertanian untuk penyuluh; administrasi, koordinasi,

konsultasi, serta monitoring dan evaluasi; pengawalan dan

pendampingan Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh

Pertanian (THL-TB PP); dan peningkatan kapasitas poktan dan

gapoktan;

5. pengalokasian dana tersebut berprinsip pada sinergitas antara

Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan antara berbagai

sumber pembiayaan yang tersedia, baik APBN, APBD provinsi dan

kabupaten/kota, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak

mengikat.

Diluar sumber pembiayaan dana dekonsentrasi penyuluhan pertanian yang

bersumber dari APBN Departemen Pertanian c.q. Badan Pengembangan

SDM Pertanian serta pembiayaan untuk P3TIP/FEATI (pinjaman Bank Dunia,

APBN, APBD), sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ini tersedia pula

dana APBN dalam rangka membantu kabupaten/kota membiayai kebutuhan

fisik sarana dan prasarana penyuluhan pertanian dalam bentuk Dana Alokasi

Khusus/DAK Bidang Pertanian (alokasi penggunaan DAK secala lebih rinci

mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Pertanian

Tahun 2008).

4

Fokus kegiatan RPP tahun 2008 di provinsi dan kabupaten/kota adalah

sebagai berikut:

1. Kegiatan di Provinsi:

a. Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi (APBD I);

b. Penyebaran Informasi Penyuluhan;

c. Biaya Operasional Penyuluh (BOP) PNS;

d. Berperanserta dalam Forum Penyuluhan Pertanian Nasional;

e. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan

di Tingkat Pusat;

f. Berperanserta dalam Pertemuan Koordinasi Perencanaan dan

Evaluasi di Tingkat Pusat;

g. Inventarisasi dan Up dating Poktan/Gapoktan;

h. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi;

i. Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian;

j. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 18 Provinsi.

2. Kegiatan di Kabupaten/Kota:

a. Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan

dan Desa (APBD II);

b. Biaya Operasional Penyuluh (BOP) PNS;

c. Penyebaran Informasi Penyuluhan;

d. Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan Model;

e. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan

di Pusat;

f. Berperanserta dalam Temu Koordinasi Poktan/Gapoktan di Pusat;

g. Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian;

h. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi;

i. Kegiatan P3TIP/FEATI di 71 kabupaten.

5

Untuk mengefektifkan penyelenggaraan RPP tahun 2008 di provinsi dan

kabupaten/kota, kegiatan penyuluhan yang tidak dialokasikan dari

dana dekonsentrasi agar mendapat dukungan dari APBD I dan

APBD II.

Guna membangun persamaan persepsi di kalangan para penyelenggara

penyuluhan pertanian agar pelaksanaan RPP, khususnya yang dibiayai

dengan dana dekonsentrasi, dapat berjalan secara komprehensif dengan

berprinsip pada sinergitas antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota, maka dipandang perlu untuk menyusun Pedoman

Penyelenggaraan RPP Tahun 2008.

B. Tujuan

Tujuan disusunnya pedoman ini adalah menyediakan acuan di kalangan

para penyelenggara penyuluhan pertanian dalam:

1. menata kelembagaan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota dan di

kecamatan;

2. menyediakan tenaga penyuluh pertanian yang kompeten dan

profesional;

3. menciptakan mekanisme kerja penyuluhan yang efektif dan efisien;

4. menyediakan dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan di daerah;

5. menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi,

terintegrasi dan sinergik antara pusat dan daerah.

C. Output

Keluaran yang diharapkan dengan penyusunan pedoman ini adalah:

1. tertatanya kelembagaan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota dan

di kecamatan;

2. tersedianya tenaga penyuluh pertanian yang kompeten dan

profesional;

6

3. terciptanya mekanisme kerja penyuluhan yang efektif dan efisien;

4. tersedianya dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan di daerah;

5. terselenggaranya kegiatan-kegiatan penyuluhan di daerah yang

terkoordinasi, terintegrasi dan sinergik antara pusat dan daerah.

D. Sasaran

Sasaran kegiatan RPP ini adalah:

1. Kelembagaan penyuluhan di 33 provinsi;

2. Kelembagaan penyuluhan di 440 kabupaten/kota;

3. Balai Penyuluhan Kecamatan di seluruh Indonesia;

4. Penyuluh pertanian PNS penerima BOP, sebanyak 28.465 orang;

5. Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian sebanyak

16.000 orang.

E. Pengertian

1. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang

selanjutnya disebut sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian

pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan , serta sikap

bagi pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan;

2. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah upaya mendudukkan,

memerankan, memfungsikan dan menata kembali penyuluhan

pertanian agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan

korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan;

3. Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya

disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama

serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan

7

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian

fungsi lingkungan hidup;

4. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan yang

selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di

sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan,

pembudidaya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya;

5. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau

koperasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola

usaha pertanian, perikanan dan kehutanan;

6. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang

meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan

kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat;

7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya

atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani,

minatani, agropasture, penangkaran satwa, dan tumbuhan, di dalam

dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani,

agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang;

8. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha

dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang

penyuluhan;

9. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya

dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau

dan mampu menjadi penyuluh;

10. Programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang

selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang

disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman

sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan;

8

11. Pos penyuluhan desa/kelurahan adalah kelembagaan penyuluhan pada

tingkat desa/kelurahan yang merupakan unit kerja nonstruktural yang

dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. Pos

penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh,

pelaku utama dan pelaku usaha.

9

II. ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA SATKER DALAM RANGKA PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI RPP

Penyelenggaraan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian tahun 2008 di provinsi dan

kabupaten/kota didukung oleh dana dekonsentrasi yang bersumber dari APBN

Departemen Pertanian cq. Badan Pengembangan SDM Pertanian Tahun 2008,

disamping dana yang bersumber dari APBD dan sumber-sumber lain yang sah

dan tidak mengikat. Dana dekonsentrasi ini dikelola oleh satker Dinas Pertanian

Provinsi yang berada di 30 provinsi, dan di dua provinsi lainnya, yaitu: NTT,

Sulawesi Selatan berada pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi, sedangkan

Jawa Tengah berada pada Sekretariat Daerah Bidang Perekonomian.

Adapun organisasi dan mekanisme kerja Satker dalam rangka pengelolaan

P3TIP/FEATI akan diatur dalam pedoman teknis tersendiri yang akan diterbitkan

oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Tahun 2008 dan merupakan

satu kesatuan dengan pedoman ini (termasuk penjelasan rinci mengenai

kegiatan di provinsi dan kabupaten).

Organisasi dan mekanisme kerja satker dalam rangka pengelolaan dana

dekonsentrasi dapat digambarkan sebagai berikut:

A. Pusat

a. Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian merupakan pembina dan

pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas pelaksanaan kegiatan

yang dibiayai melalui dana dekonsentrasi;

b. Dalam pelaksanaan sehari-hari Kepala Badan Pengembangan SDM

Pertanian dibantu oleh pejabat struktural yang ditunjuk sebagai

Pejabat Pembuat Komitmen (P2K).

10

B. Provinsi

a. Sesuai dengan peraturan Menteri Pertanian

No.211/Kpts/KU.510/5/2005, kewenangan pengelolaan dan

tanggungjawab dana dekonsentrasi Departemen Pertanian dilimpahkan

kepada Gubernur;

b. Selanjutnya berdasarkan ketentuan tersebut, Gubernur membentuk

satker di tingkat provinsi. Di 30 provinsi satker ini berada pada Dinas

Pertanian Provinsi, di dua provinsi lainnya, yaitu: NTT, Sulawesi

Selatan berada pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi, sedangkan

Jawa Tengah berada pada Sekretariat Daerah Bidang Perekonomian;

c. Dalam pengelolaan anggaran dekonsentrasi, Gubernur mendelegasikan

wewenangnya kepada Kepala Dinas Pertanian/Kepala Badan

Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi/Asisten Daerah Bidang

Perekonomian untuk bertindak sebagai pejabat KPA, sekaligus

menunjuk pejabat struktural di Dinas/BKP/Sekretariat Daerah Bidang

Perekonomian sebagai P2K, Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat

Penguji Surat Perintah Membayar (SPM) berdasarkan usulan Kepala

Dinas/ BKP/ Asisten Daerah Bidang Perekonomian Provinsi;

d. Kuasa Pengguna Anggaran selanjutnya menunjuk Pemegang Uang

Muka (PUM) provinsi dan kabupaten/kota serta atasan langsungnya

berdasarkan usulan kepala kelembagaan penyuluhan/kepala dinas.

C. Kabupaten/Kota

a. Kepala Kelembagaan Penyuluhan Pertanian/Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota sebagai Atasan Langsung PUM bertindak selaku

penanggungjawab kegiatan di kabupaten/kota;

b. Dalam pengelolaan anggaran dekonsentrasi, penanggungjawab

kegiatan di kabupaten/kota dibantu oleh pelaksana teknis kegiatan.

11

III. PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN DI PROVINSI

A. Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi

Dinas Pertanian/Badan Ketahanan Pangan/Badan Koordinasi Penyuluhan

Provinsi memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan tingkat provinsi

yang dilakukan oleh para penyuluh bersama perwakilan kelembagaan

pelaku utama dan pelaku usaha dengan dukungan anggaran yang

bersumber dari APBD I.

1. Tujuan

a. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan di

tingkat provinsi;

b. Memberikan acuan bagi penyuluh di provinsi dalam menyusun

rencana kegiatan penyuluhan;

c. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk

disampaikan dalam forum musyawarah perencanaan

pembangunan pertanian (musrenbangtan) tahun berikutnya.

2. Sasaran

Sasaran penyusunan programa penyuluhan provinsi adalah para

penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha di tingkat provinsi

dengan difasilitasi oleh Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi atau

kepala kelembagaan penyuluhan provinsi dengan dukungan

pembiayaan yang bersumber dari APBD Provinsi.

3. Output

a. Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan di tingkat

provinsi;

12

b. Tersedianya acuan bagi penyuluh di provinsi dalam menyusun

rencana kegiatan penyuluhan;

c. Tersedianya bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk

disampaikan dalam forum musrenbangtan tahun berikutnya.

4. Waktu

Programa penyuluhan provinsi disusun setiap tahun dan memuat

rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus

anggaran di masing-masing tingkatan. Pengesahan programa

penyuluhan provinsi ini paling lambat dilakukan pada bulan Desember

tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya

5. Pelaksanaan

a. Penyusunan programa penyuluhan provinsi dimulai dari

perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan.

Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah yang

dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan

skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan

fokus pembangunan di wilayah provinsi;

b. Penyusunan programa penyuluhan provinsi ini dilakukan oleh para

penyuluh pertanian di provinsi dan perwakilan kelembagaan

pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-

pertemuan untuk menghasilkan draf programa penyuluhan

provinsi;

c. Selanjutnya draf programa penyuluhan provinsi disajikan dalam

pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi

perencanaan dari dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan

kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku

usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;

13

d. Programa penyuluhan provinsi yang sudah final ditandatangani

oleh koordinator penyuluh di provinsi dan perwakilan

kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan

oleh Ketua Badan Koordinasi Penyuluhan/kepala kelembagaan

penyuluhan provinsi, dan diketahui oleh pejabat dinas/instansi

lingkup pertanian, perikanan, dan kehutanan yang membidangi

perencanaan di masing-masing unit kerjanya;

e. Naskah programa ini kemudian dijabarkan oleh masing-masing

penyuluh kedalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) di

provinsi, serta disampaikan dalam forum musrenbangtan provinsi

sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan provinsi.

B. Penyebaran Informasi Penyuluhan

Penyebaran informasi penyuluhan dibutuhkan oleh pelaku utama dan pelaku

usaha dalam rangka peningkatan produktivitas usahanya serta

pengembangan komoditas unggulan di daerahnya, serta dalam upaya

membangun sistem peringatan dini terhadap ancaman serangan hama

penyakit (hapen), banjir, kekeringan, perubahan cuaca, iklim, dan lain-lain.

Untuk itu para penyelenggara penyuluhan perlu terus meningkatkan

pelayanan informasi, baik informasi teknologi, harga, pasar, permodalan,

maupun informasi tentang kebijakan pembangunan pertanian di wilayah

kerjanya.

Kegiatan penyebaran informasi penyuluhan ini antara lain dilaksanakan

melalui pengadaan Tabloid Mingguan Sinar Tani untuk 477 orang penyuluh

pertanian di 33 provinsi termasuk penyuluh yang berada di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP).

Pendayagunaan Tabloid Mingguan Sinar Tani ini mulai tahun 2008,

intensitas sisipan liptan akan ditingkatkan menjadi dua minggu sekali,

14

sedangkan Mimbar Penyuluhan Agribisnis tetap diterbitkan per minggu.

Adapun pengisian materi dimaksud dilakukan oleh Tim Penyusunan Materi

Penyuluhan pada Badan Pengembangan SDM Pertanian. Tim ini

beranggotakan para penyuluh pertanian yang ditugaskan pada Eselon I

lingkup Departemen Pertanian.

Selain itu, pusat juga akan mendukung penyediaan berbagai materi

informasi pertanian yang diperlukan oleh daerah melalui penyebarluasan

media cetak dan elektronik yang pembuatannya dilakukan di tingkat pusat.

Pada tahun 2008, pusat juga akan mendukung penyebaran informasi

penyuluhan di daerah dengan melakukan kegiatan pengembangan siaran

pedesaan melalui kerjasama dengan media televisi dan radio yang memiliki

jangkauan luas.

1. Tujuan

Tujuan penyebaran informasi penyuluhan di provinsi, adalah:

a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat pertanian,

perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang

perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim,

cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan

pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya;

b. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan penyuluh di provinsi

dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku utama

dan pelaku usaha di wilayah kerjanya;

c. Menyediakan topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh

mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;

d. Melengkapi bahan bacaan sebagai sumber informasi di

perpustakaan provinsi.

15

2. Sasaran

Sasaran Tabloid Mingguan Sinar Tani adalah 477 orang penyuluh

pertanian yang bertugas di provinsi, termasuk penyuluh yang berada di

BPTP dengan kriteria yang sama dengan kriteria penyuluh yang berhak

menerima BOP. Jumlah eksemplar Tabloid Mingguan Sinar Tani yang

dikirim untuk setiap penyuluh adalah satu eksemplar per minggu

selama satu tahun (48 eksemplar) yang pembiayaannya bersumber

dari dana dekonsentrasi di provinsi.

3. Output

a. Meningkatnya wawasan dan pengetahuan masyarakat pertanian,

perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang

perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim,

cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan

pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya;

b. Meningkatnya wawasan dan pengetahuan penyuluh di provinsi

dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku utama

dan pelaku usaha di wilayah kerjanya;

c. Tersedianya topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh

mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;

d. Bertambahnya bahan bacaan sebagai sumber informasi di

perpustakaan provinsi.

4. Waktu

Pengiriman Tabloid Mingguan Sinar Tani setiap minggu selama

setahun.

16

5. Pelaksanaan

a. Pendistribusian Tabloid Mingguan Sinar Tani

1) Tabloid Mingguan Sinar Tani disalurkan melalui satker

provinsi untuk selanjutnya didistribusikan kepada para

penyuluh melalui koordinator penyuluh di provinsi disertai

dengan tanda bukti penerimaan dari para penyuluh yang

bersangkutan;

2) Materi yang dianggap penting dapat dijadikan bahan diskusi

atau seminar terbatas di kalangan penyuluh di provinsi

dengan mengundang narasumber terkait;

3) Satker provinsi mengajukan permohonan kepada Redaksi

Sinar Tani dengan alamat Gedung Arsip, Kantor Pusat

Departemen Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3, Jakarta 12550

(Telp. 021-7812162-63 dan 7817544; Fax. 021-7818205),

disertai dengan alamat lengkap pengirim termasuk kode pos;

b. Penyebarluasan informasi melalui media cetak maupun elektronik

1) Satker provinsi melalui dana APBD I diharapkan dapat

menggandakan dan pendistribusian materi/informasi

penyuluhan baik berupa media cetak maupun elektronik

yang diproduksi di tingkat pusat kepada petugas, pelaku

utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing;

2) Satker provinsi membantu menginventarisasi umpan balik

dari petugas, pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah

kerja masing-masing terhadap materi/informasi penyuluhan

yang diproduksi di tingkat pusat;

3) Satker provinsi menyelenggarakan kerjasama dengan stasiun

radio, stasiun televisi lokal baik pemerintah maupun swasta

yang memiliki jangkauan ke seluruh kabupaten/kota di

17

wilayah kerja masing-masing dalam menyebarluaskan materi

siaran pedesaan baik yang diterima dari pusat maupun

diproduksi sendiri di tingkat provinsi.

C. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS

Biaya Operasional Penyuluh (BOP) Pertanian adalah dana yang dapat

digunakan langsung oleh para penyuluh pertanian di provinsi yang berhak

menerimanya, untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan.

1. Tujuan

a. Meningkatkan motivasi kerja penyuluh pertanian dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan di provinsi;

b. Meningkatkan mobilisasi penyuluh pertanian di provinsi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya;

2. Sasaran

Sasaran pengguna dana BOP tahun 2008 di provinsi adalah sejumlah

477 orang penyuluh pertanian di 33 provinsi (termasuk penyuluh yang

sementara masih di BPTP) senilai Rp 250.000,-/orang/bulan dengan

pembiayaan yang bersumber dari dana dekonsentrasi di provinsi.

Untuk itu, mengingat keterbatasan dana dekonsentrasi yang tersedia di

tingkat pusat, maka daerah dapat menambahkan dukungan dana

operasional penyuluh, antara lain melalui penyediaan uang kerja

bimbingan (UKB) atau bentuk-bentuk pendanaan lain yang bersumber

dari APBD atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Adapun persyaratan-persyaratan ditetapkan sebagai berikut:

a. Yang berhak menerima BOP:

1) Penyuluh pertanian PNS yang telah diangkat menjadi pejabat

fungsional penyuluh pertanian dan atau yang telah

18

disesuaikan dengan jabatannya (diimpassing) sesuai SK

MENKOWASBANGPAN No.19 Tahun 1999;

2) Tidak sedang melaksanakan tugas belajar;

3) Bertugas dan melakukan pembinaan penyuluhan pertanian di

wilayah kerjanya;

4) Untuk penyuluh pertanian dengan keahlian perikanan dan

telah diangkat kembali sebagai pejabat fungsional penyuluh

pertanian bisa memperoleh BOP, kecuali bila yang

bersangkutan diangkat dalam jabatan fungsional lain atau

bertugas pada unit kerja di luar lingkup pertanian;

5) Tidak ditugaskan dalam jabatan struktural termasuk

bendahara pengeluaran, pengelola satker, maupun PUM.

b. Yang tidak berhak menerima BOP:

1) Penyuluh pertanian yang sedang dalam tugas belajar lebih

dari 6 (enam) bulan;

2) Penyuluh pertanian yang telah mengalami mutasi jabatan

dari fungsional ke struktural;

3) Penyuluh pertanian yang mendapat tugas khusus di luar

tugas sebagai penyuluh;

4) Penyuluh pertanian yang tidak dapat memenuhi

kewajibannya, dengan alat verifikasi, yaitu: Programa

Penyuluhan Provinsi; Rencana Kerja Tahunan Penyuluh

Pertanian (sebelum pencairan BOP triwulan I dan

seterusnya); dan Laporan Bulanan Kegiatan Penyuluh

Pertanian serta persetujuan dari Koordinator Penyuluh atau

atasan langsung penyuluh (mulai triwulan II dan

seterusnya).

3. Output

Output yang diharapkan dari pemberian BOP, adalah sebagai berikut:

19

a. Meningkatnya motivasi kerja penyuluh pertanian di provinsi dalam

melaksanakan penyuluhan di provinsi;

b. Meningkatnya mobilisasi penyuluh pertanian dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya.

4. Waktu

Waktu penggunaan BOP dimulai sejak bulan Januari sampai dengan

Desember 2008 (12 bulan).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan pencairan dan pendistribusian BOP bagi penyuluh

pertanian, adalah sebagai berikut:

a. Melakukan verifikasi ulang terhadap penyuluh calon penerima

BOP sebelum pencairan BOP triwulan I tahun 2008;

b. Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian yang

bertugas di tingkat provinsi dialokasikan melalui satker provinsi;

c. Kuasa Pengguna Anggaran di satker provinsi menerbitkan SK

penyuluh pertanian penerima BOP di provinsi dan kabupaten/kota

berdasarkan usulan dari kelembagaan penyuluhan provinsi dan

kabupaten/kota;

d. Pencairan dana BOP dilakukan oleh bendahara pengeluaran satker

provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening PUM di provinsi;

e. Selanjutnya PUM provinsi mentransfer BOP ke rekening masing-

masing penyuluh pertanian provinsi atas dasar persetujuan dari

koordinator penyuluh provinsi atau atasan langsung penyuluh;

f. Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian provinsi

tersebut dapat diambil oleh penyuluh pertanian yang

bersangkutan pada rekeningnya masing-masing di bank yang

20

ditunjuk berdasarkan rekomendasi dari koordinator penyuluh

provinsi atau atasan langsung penyuluh;

g. Rekomendasi tersebut dikeluarkan triwulanan setelah penyuluh

terlebih dahulu menyerahkan: programa penyuluhan, RKTP,

laporan bulanan kegiatan penyuluh pertanian selama triwulan

sebelumnya;

h. Penyerahan laporan bulanan dimaksud dapat dilakukan pada saat

pertemuan bulanan penyuluh di provinsi;

i. Tidak ada pemotongan BOP kecuali pemotongan pajak bagi

penyuluh golongan III dan IV;

j. Dana BOP digunakan untuk biaya operasional penyuluh sesuai

dengan RKTP yang merupakan penjabaran dari Programa

Penyuluhan Pertanian Provinsi;

k. Kuasa Pengguna Anggaran Provinsi yang ditunjuk Gubernur

menginstruksikan penyuluh pertanian (yang belum memiliki

nomor rekening bank) untuk segera membuka rekening pada

bank yang disepakati sebagai bank penyalur;

l. Kuasa Pengguna Anggaran Provinsi yang ditunjuk melakukan

koordinasi dengan bank penyalur dan koordinator penyuluh

pertanian di provinsi dalam mencairkan BOP;

m. Pencairan dana BOP dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 3

(tiga) bulan sekali;

n. Pada akhir tahun 2008, kinerja setiap penyuluh pertanian akan

dievaluasi berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan

penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Programa penyuluhan di setiap

tingkatan; (2) Rencana kerja tahunan penyuluh di wilayah kerja

masing-masing sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan

pelaku usaha; (3) Data peta wilayah untuk pengembangan

teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan komoditas

21

unggulan; (4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian

secara merata dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan

pelaku usaha; (5) Tumbuhkembangnya keberdayaan dan

kemandirian pelaku utama, kelompoktani, kelompok

usaha/asosiasi petani dan usaha formal (lembaga usaha formal

lainnya); (6) Terwujudnya kemitraan usaha antara pelaku utama

dengan pelaku usaha yang saling menguntungkan;

(7) Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke

lembaga keuangan, informasi, sarana produksi (pertanian,

perikanan dan kehutanan) dan pemasaran; (8) Meningkatnya

produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing

wilayah kerja; (9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan

pelaku utama di wilayah kerjanya;

o. Penilaian kinerja penyuluh pertanian yang dikaitkan dengan

pencapaian 9 (sembilan) indikator kinerja penyuluh dilakukan oleh

tim yang ditetapkan oleh KPA Satker provinsi;

p. Koordinator penyuluh provinsi atau atasan langsung penyuluh

agar segera melaporkan kepada satker provinsi, apabila terjadi

alih tugas, pensiun, wafat, dan tindak indisipliner lainnya, untuk

dilakukan pemberhentian terhadap penyaluran BOP. Apabila

penyuluh tersebut tetap menerima BOP, maka yang bersangkutan

akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Berperanserta dalam Forum Penyuluhan Pertanian Nasional

Dalam rangka memperoleh gambaran mengenai penyelenggaraan sistem

penyuluhan pertanian setelah terbitnya UU No. 16 Tahun 2006 tentang

SP3K, dipandang perlu untuk menyelenggarakan forum penyuluhan

pertanian nasional. Dari forum ini diharapkan dapat diperoleh gambaran

22

kemajuan maupun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan

solusinya, khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan RPP.

1. Tujuan

a. Memperoleh gambaran mengenai penyelenggaraan RPP di pusat,

provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa;

b. Memadukan, menyerasikan dan menyelaraskan penyelenggaraan

sistem penyuluhan pertanian di pusat, provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, dan desa sehingga berdayaguna dan berhasil guna.

2. Sasaran

Sasaran forum penyuluhan pertanian nasional, adalah:

a. Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan atau pimpinan

kelembagaan penyuluhan/satker dekonsentrasi dari 33 provinsi;

b. Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.

3. Output

a. Gambaran mengenai penyelenggaraan RPP di pusat, provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan desa;

b. Tercapainya sinkronisasi dalam penyelenggaraan sistem

penyuluhan pertanian di pusat, provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, dan desa sehingga berdayaguna dan berhasil guna.

4. Waktu

Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan Forum Penyuluhan

Pertanian Nasional, yang dijadwalkan akan berlangsung pada bulan

Juli-Agustus 2008.

23

5. Pelaksanaan

Peran serta provinsi dalam forum penyuluhan pertanian nasional ini

dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala Badan Pengembangan

SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan

Pertanian.

Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK administrasi, koordinasi,

konsultasi dan monev yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi

di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di

suatu provinsi tidak memadai jumlahnya untuk membiayai

keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam pertemuan di Pusat,

maka agar diupayakan dukungan dana APBD provinsi.

E. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan Badan

Koordinasi Penyuluhan Provinsi atau kelembagaan penyuluhan provinsi

dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat pusat.

1. Tujuan

a. Menyamakan persepsi dan meningkatkan komitmen para

penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah dalam melakukan

penataan kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, dan

pembiayaan penyuluhan sesuai dengan amanah

UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;

b. Menyediakan media untuk terjadinya proses saling belajar

diantara para penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah

dalam rangka mempercepat implementasi UU No. 16 Tahun 2006

tentang SP3K.

24

2. Sasaran

Sasaran forum pimpinan kelembagaan penyuluhan di tingkat pusat,

adalah:

a. Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan atau pimpinan

kelembagaan penyuluhan/satker dekonsentrasi dari 33 provinsi;

b. Kepala badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota atau

pimpinan kelembagaan penyuluhan di kabupaten/kota, khususnya

yang sesuai dengan amanah UU No. 16 tahun 2006 tentang SP3K

dari 33 provinsi;

c. Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.

3. Output

a. Diperolehnya persamaan persepsi dan meningkatnya komitmen

para penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah dalam

melakukan penataan kelembagaan, ketenagaan,

penyelenggaraan, dan pembiayaan penyuluhan sesuai dengan

amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;

b. Terjadinya proses saling belajar diantara para penyelenggara

penyuluhan di pusat dan daerah dalam rangka mempercepat

implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K.

4. Waktu

Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan Forum Pimpinan

Kelembagaan Penyuluhan di tingkat pusat, yang dijadwalkan akan

berlangsung pada bulan April 2008.

5. Pelaksanaan

Peranserta provinsi dalam pertemuan konsultasi dan koordinasi

penyuluhan ini dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala Badan

25

Pengembangan SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat Pengembangan

Penyuluhan Pertanian.

Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK administrasi, koordinasi,

konsultasi dan monev yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi

di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di

suatu provinsi tidak memadai jumlahnya untuk membiayai

keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam pertemuan di Pusat,

maka agar diupayakan dukungan dana APBD provinsi.

F. Berperanserta dalam Pertemuan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi di Pusat

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan Badan

Koordinasi Penyuluhan Provinsi atau kelembagaan penyuluhan provinsi

dalam Pertemuan Koordinasi Perencanaan dan Pertemuan Evaluasi di Pusat.

1. Tujuan

a. Pertemuan Koordinasi Perencanaan Kegiatan

1) Menyusun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) satker

provinsi dan Rencana Operasional Kegiatan (ROK)

kabupaten/kota) tahun 2008;

2) Menyusun usulan rencana program dan kegiatan

dekonsentrasi 33 provinsi dan satker P3TIP/FEATI 18

provinsi dan 71 kabupaten tahun 2009;

3) Sosialisasi Pedoman Umum RPP dan P3TIP Tahun 2008.

b. Pertemuan Evaluasi Kegiatan

1) Mengetahui sejauhmana kemajuan yang dicapai dan

hambatan serta masalah yang dihadapi dalam

penyelenggaraan program RPP tahun 2007;

26

2) Menghimpun saran-saran dan umpan balik dari para

penyelenggara penyuluhan di daerah terhadap perbaikan

penyelenggaraan program RPP ke depan.

3. Sasaran

a. Pertemuan Koordinasi Perencanaan Kegiatan

1) Pejabat Pembuat Komitmen dan petugas yang membidangi

program/perencanaan pada Badan Koordinasi Penyuluhan

atau satker dekonsentrasi/kelembagaan penyuluhan 33

provinsi;

2) Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.

b. Pertemuan Evaluasi Kegiatan

1) Pejabat/petugas yang membidangi monitoring dan evaluasi

pada Badan Koordinasi Penyuluhan atau kelembagaan

penyuluhan dari 33 provinsi;

2) Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.

4. Output

a. Pertemuan Koordinasi Perencanaan Kegiatan

1) Tersusunnya POK satker provinsi dan ROK kabupaten/kota

tahun 2008;

2) Tersusunnya rencana kegiatan dan anggaran dana

dekonsentrasi 33 provinsi dan satker P3TIP/FEATI 18

provinsi dan 71 kabupaten tahun 2009;

3) Tersosialisasinya Pedoman Umum RPP dan P3TIP Tahun

2008.

27

b. Pertemuan Evaluasi Kegiatan

1) Diketahuinya kemajuan yang dicapai dan hambatan serta

masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan program RPP

sampai dengan tahun 2008;

2) Terhimpunnya saran-saran dan umpan balik dari para

penyelenggara penyuluhan di daerah terhadap perbaikan

penyelenggaraan program RPP ke depan.

5. Waktu

Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan di tingkat pusat, yaitu

sebagai berikut:

a. Pertemuan Koordinasi Perencanaan di tingkat pusat dijadwalkan

pada bulan Januari/Februari 2008;

b. Pertemuan Evaluasi di tingkat pusat dijadwalkan pada bulan

Agustus 2008.

6. Pelaksanaan

Pertemuan perencanaan kegiatan dan evaluasi ini dilaksanakan

berdasarkan undangan dari Kepala Badan Pengembangan SDM

Pertanian cq. Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian.

Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK administrasi, koordinasi,

konsultasi dan monev yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi

di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di

suatu provinsi tidak memadai jumlahnya untuk membiayai

keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam pertemuan di Pusat,

maka agar diupayakan dukungan dana APBD provinsi.

28

G. Inventarisasi dan Up dating Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompoktani (Gapoktan)

Kelompoktani merupakan kelembagaan pelaku utama yang dibentuk atas

dasar kesepakatan diantara pelaku utama, dari, oleh dan untuk mereka

sendiri. Dalam pengembangan kelembagaannya, poktan didorong untuk

tumbuh menjadi gapoktan yang berbadan hukum, berorientasi ekonomi

dan mampu membentuk jejaring kerja yang lebih luas. Mengingat sampai

saat ini perkembangan jumlah desa di seluruh Indonesia telah mencapai

69.929 desa, maka diharapkan dapat ditumbuhkembangkan kurang lebih

sejumlah 69.929 gapoktan atau embrio gapoktan dari 189.813 poktan dan

13.149 gapoktan yang ada dewasa ini (kondisi per November 2007).

Selanjutnya, gapoktan ini perlu difasilitasi dan diberdayakan agar tumbuh

dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Dalam rangka

menyusun database poktan/gapoktan di seluruh Indonesia dipandang perlu

mengidentifikasi keberadaan poktan/gapoktan tersebut, guna memudahkan

upaya pembinaannya, serta pemantauan dan evaluasi perkembangannya.

1. Tujuan

a. Menginventarisasi data kelembagaan poktan/gapoktan;

b. Menyusun database dan profil gapoktan.

2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini yaitu penyuluh pertanian lapangan di 69.929 desa

di seluruh Indonesia.

3. Output

a. Tersedianya data kelembagaan poktan/gapoktan;

b. Tersedianya database dan profil gapoktan.

29

4. Waktu

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari – April 2008.

5. Pelaksanaan

a. Kegiatan ini dilaksanakan oleh penyuluh pertanian lapangan

dikaitkan dengan pembinaan poktan/gapoktan di wilayah

kerjanya;

b. Jenis database poktan yang diinventarisir yaitu: nama poktan,

alamat poktan, tahun pembentukan, nama anggota poktan, jenis

usaha anggota poktan, nama pengurus poktan (ketua, sekretaris,

dan bendahara), dan mitra usaha (format sebagaimana pada

Lampiran 1);

c. Jenis database gapoktan yang diinventarisir yaitu: nama

gapoktan, alamat gapoktan, tahun pembentukan, nama poktan

anggota gapoktan, jenis usaha poktan anggotanya, nama

pengurus gapoktan (ketua, sekretaris, bendahara, pimpinan unit-

unit usaha), dan mitra usaha (format sebagaimana pada

Lampiran 2);

d. Pengambilan dan pemutakhiran data poktan/gapoktan dilakukan

sejalan dengan pelaksanaan dengan Sistem Kerja LAKU;

e. Database poktan/gapoktan ini dikirimkan pada bulan Mei 2008

kepada Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Jl.

Harsono RM No. 3, Kantor Pusat Departemen Pertanian,

Gedung D, Lantai 5, Jakarta Selatan atau melalui alamat

Email: [email protected]

6. Pembiayaan

Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi di

provinsi.

30

H. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi

Administrasi dimaksudkan untuk memfasilitasi biaya operasional

penyelenggaraan penyuluhan di tingkat provinsi, seperti honorarium

petugas, pengadaan alat tulis kantor, perbanyakan/penggandaan, surat

menyurat, serta penyusunan dan pengiriman laporan provinsi ke pusat

dalam berbagai bentuk formulir sesuai dengan Pedoman Teknis

Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2008.

Koordinasi dan konsultasi dimaksudkan selain untuk memfasilitasi

pelaksanaan fungsi koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di tingkat provinsi,

juga untuk memfasilitasi keperansertaan provinsi dalam penyelenggaraan

forum/pertemuan-pertemuan di tingkat pusat.

Monitoring dimaksudkan untuk melakukan pemantauan kegiatan

penyelenggaraan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota guna memastikan

ketepatan penggunaan input/sumberdaya penyuluhan, mengendalikan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan agar berjalan sesuai dengan

jadwal dan hasil yang diharapkan, dan mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses yang sedang berjalan.

Evaluasi dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan dampak dari

suatu kegiatan penyelenggaraan penyuluhan di kabupaten/kota sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik

dan obyektif serta terdiri dari evaluasi saat kegiatan berlangsung, sebelum

kegiatan dimulai, dan sesudah kegiatan selesai.

1. Tujuan

a. Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan

di kabupaten/kota;

31

b. Mengetahui tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan

maupun yang telah selesai sebagai bahan untuk menetapkan

kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;

c. Membangun sikap aparat yang transparan dan akuntabel;

d. Menyediakan umpan balik dari seluruh stakeholders (pemangku

kepentingan) dalam rangka penyempurnaan perencanaan

program dan penyelenggaraan penyuluhan;

e. Mengukur pencapaian dampak kegiatan penyuluhan sesuai

dengan indikator yang ditetapkan;

f. Menyediakan laporan berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan).

2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah pelaksana dan koordinator

penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di provinsi dalam melaksanakan

administrasi, koordinasi dan konsultasi, monitoring dan evaluasi

kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dan pelaporannya dari satker

provinsi ke tingkat pusat.

Pembiayaan kegiatan administrasi, koordinasi dan konsultasi,

monitoring dan evaluasi ini dialokasikan pada dana dekonsentrasi di

provinsi.

3. Output

a. Diketahuinya tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya

penyuluhan;

b. Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang

berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan menetapkan

kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;

c. Terbangunnya sikap aparat yang transparan dan akuntabel;

32

d. Tersedianya umpan balik dari seluruh stakeholders dalam rangka

penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan;

e. Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan);

f. Terukurnya pencapaian dampak kegiatan penyuluhan baik yang

dilaksanakan oleh penyuluh PNS sesuai dengan indikator yang

ditetapkan.

4. Waktu

Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan

tujuannya.

5. Pelaksanaan

Kegiatan administrasi diperuntukkan guna mendukung kegiatan

operasional satker provinsi, antara lain honorarium petugas,

pengadaan alat tulis kantor, perbanyakan/penggandaan, surat

menyurat, serta penyusunan dan pengiriman laporan provinsi ke pusat

dalam berbagai bentuk formulir sesuai dengan Pedoman Teknis

Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun

2008.

Sementara kegiatan koordinasi dan konsultasi diperuntukkan guna

mendukung mobilitas kelembagaan penyuluhan provinsi untuk

menghadiri forum/pertemuan-pertemuan penyuluhan di tingkat pusat.

Kegiatan monitoring dan evaluasi provinsi dilakukan oleh pejabat/staf

yang ditunjuk dan dalam pelaksanaannya mengacu kepada beberapa

instrumen/indikator kinerja penyuluh antara lain:

a. programa penyuluhan di setiap tingkatan;

33

b. rencana kerja tahunan penyuluh yang disusun oleh setiap

penyuluh berdasarkan programa penyuluhan di masing-masing

tingkatan;

c. buku kerja penyuluh yang menggambarkan aktivitas harian yang

bersangkutan sebagai salah satu alat kendali kinerja penyuluh;

d. laporan hasil supervisi, monitoring dan evaluasi;

e. data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi

sesuai dengan pewilayahan;

f. data jumlah petani/poktan/gapoktan yang akses ke lembaga

keuangan, informasi, sarana produksi pertanian, perikanan dan

kehutanan serta pemasaran;

g. data jumlah petani/poktan/gapoktan yang bermitra dengan

pengusaha menengah dan besar;

h. ketersediaan informasi teknologi pertanian, perikanan dan

kehutanan secara merata, tepat guna dan tepat waktu;

i. laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di provinsi

disampaikan oleh Gubernur c.q Satker Provinsi kepada Menteri

Pertanian c.q Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Pusat Pengembangan

Penyuluhan Pertanian. Laporan bulanan kegiatan dari Satker

Provinsi paling lambat diterima tanggal 10 pada bulan berikutnya

meliputi rekapitulasi kegiatan di kabupaten/kota dan kegiatan di

provinsi dengan alamat Pusat Pengembangan Penyuluhan

Pertanian, Kantor Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM

No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Gedung D, Lantai

V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 021-7804386.

Jenis-jenis pelaporan dan formatnya Pedoman Teknis Supervisi,

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2008 beserta

34

petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh

Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2008 dan

merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini.

I. Pengawalan dan Pendampingan Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)

Salah satu fokus Program RPP adalah peningkatan kuantitas dan kualitas

penyuluh. Jumlah desa/kelurahan di seluruh Indonesia saat ini sebanyak

69.929 desa/kelurahan, sementara jumlah penyuluh pertanian yang tersedia

saat ini hanya 30.502 orang (PNS: 28.879 dan tenaga honorer: 1.623),

sehingga masih dibutuhkan kurang lebih 40.000 orang tenaga penyuluh

pertanian.

Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan tersebut, Departemen

Pertanian pada tahun 2007 membuat kebijakan merekrut Tenaga Harian

Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP) sebanyak 6.000 orang

yang ditempatkan di desa/kelurahan dalam wilayah kabupaten/kota di

seluruh Indonesia sesuai dengan daerah asal yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja THL-TB PP selama periode April-

Desember 2007 diperoleh informasi bahwa keberadaan THL-TB PP pada

umumnya dirasakan sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani/poktan

dan dipandang sangat membantu penyuluh PNS selaku mitra kerjanya

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan. Untuk itu, THL-TB

PP yang dinilai berkinerja baik direkomendasikan oleh unit kerja

kabupaten/kota tempat mereka ditugaskan untuk diperpanjang kontrak

kerjanya sebagai THL-TB PP pada tahun 2008 selama periode 10 bulan

(Februari-November 2008).

Dalam rangka membantu kelancaran kegiatan pembinaan THL-TB PP

mencakup penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB PP

35

yang dilakukan oleh Badan Pengembangan SDM Pertanian bekerjasama

dengan BRI Pusat dan untuk memperoleh umpan balik petani atas kinerja

THL-TB PP sesuai dengan tugas dan fungsinya di lapangan, maka

disediakan kegiatan pengawalan dan pendampingan THL-TB PP di provinsi

dan kabupaten/kota.

1. Tujuan

a. Memantau penempatan THL-TB PP dan penugasannya di tingkat

desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;

b. Memantau kelancaran penyaluran honorarium dan biaya

operasional bagi THL-TB PP ke rekening masing-masing melalui

kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB PP tersebut ditugaskan;

c. Menyepakati mekanisme kerja yang kondusif antara THL-TB PP

dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama

dan pelaku usaha;

d. Memantau kinerja THL-TB PP dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya melalui kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB PP

tersebut ditugaskan;

e. Membuat rekapitulasi laporan THL-TB PP dari seluruh

kabupaten/kota di wilayahnya ke pusat;

f. Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh

THL-TB PP di lapangan, serta memberikan saran-saran dan

umpan balik ke pusat;

g. Melaporkan berbagai permasalahan THL-TB PP yang tidak dapat

dipecahkan di daerah kepada pusat.

2. Sasaran

a. THL-TB PP yang berpendidikan SLTA, D III dan D IV/S1 bidang

pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang direkrut

36

tahun 2007 dan diperpanjang kontraknya tahun 2008, maupun

THL-TB PP yang baru direkrut tahun 2008;

b. Kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB PP ditugaskan.

Adapun fasilitas yang diberikan kepada THL-TB PP adalah berupa

honorarium, biaya operasional, dan bantuan biaya pemondokan selama

masa kontrak tahun 2008 (10 bulan) yang bersumber dari dana APBN

pusat

3. Output

a. Tertibnya penempatan THL-TB PP dan penugasannya di tingkat

desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;

b. Lancarnya penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi

THL-TB PP ke rekening masing-masing THL-TB PP di wilayah

kerjanya;

c. Disepakatinya mekanisme kerja yang kondusif antara THL-TB PP

dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama

dan pelaku usaha;

d. Terlaksananya kegiatan-kegiatan THL-TB PP sesuai dengan tugas

dan fungsinya;

e. Tersusunnya rekapitulasi laporan triwulanan THL-TB PP dari

seluruh kabupaten/kota di wilayahnya untuk dikirimnya ke tingkat

pusat;

f. Terpecahkannya masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB PP

di lapangan, serta diperolehnya saran-saran dan umpan balik ke

pusat;

g. Terinformasikannya berbagai permasalahan THL-TB PP yang tidak

dapat dipecahkan di daerah kepada pusat untuk ditindaklanjuti.

37

4. Waktu

a. Perpanjangan kontrak THL-TB PP yang direkrut tahun 2007 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diperpanjang kontraknya

dilakukan selama periode Februari-November 2008 (10 bulan);

b. Masa kontrak THL-TB PP baru yang direkrut tahun 2008 dimulai

selama periode Februari-November 2008 (10 bulan).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Pengawalan dan Pendampingan THL-TB PP

mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman

Pembinaan THL-TB PP yang akan segera terbit pada tahun 2008.

Adapun pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini disediakan pada

dana dekonsentrasi provinsi.

J. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 18 Provinsi

Kegiatan-kegiatan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan

Informasi Pertanian Tahun 2008, yaitu:

1. Administrasi;

2. Pendidikan dan Pelatihan Teknis;

3. Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja;

4. Monitoring dan Evaluasi.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI tahun 2008 lebih lanjut agar

mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Program Volume 1 dan 2,

sedangkan daftar lokasi P3TIP/FEATI terdapat pada lampiran 3.

38

IV. PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN DI KABUPATEN/KOTA

A. Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan

dan Desa

Badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota atau Kepala kepala

kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota memfasilitasi penyusunan

programa penyuluhan tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa yang

dilakukan oleh para penyuluh bersama perwakilan kelembagaan pelaku

utama dan pelaku usaha di masing-masing tingkatan dengan dukungan

anggaran yang bersumber dari APBD.

1. Tujuan

a. Menyediakan acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan bagi

para penyelenggara di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan

desa;

b. Memberikan acuan bagi penyuluh di kabupaten/kota, kecamatan

dan desa dalam menyusun rencana kegiatan penyuluh di masing-

masing tingkatan;

c. Menyediakan bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk

disampaikan dalam forum musrenbangtan kabupaten/kota,

musrenbang kecamatan dan musrenbangdes tahun berikutnya.

2. Sasaran

Sasaran penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota,

kecamatan dan desa adalah para penyuluh dan pelaku utama serta

pelaku usaha di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa dengan

difasilitasi oleh badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota atau

kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota, balai penyuluhan

39

kecamatan dan pos penyuluhan desa dengan dukungan pembiayaan

yang bersumber dari APBD kabupaten/kota.

3. Output

a. Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan bagi para

penyelenggara di tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa;

b. Tersedianya acuan bagi penyuluh di kabupaten/kota, kecamatan

dan desa dalam menyusun rencana kegiatan penyuluhan;

c. Tersedianya bahan penyusunan perencanaan penyuluhan untuk

disampaikan dalam forum musrenbangtan kabupaten/kota,

musrenbang kecamatan dan musrenbangdes tahun berikutnya.

4. Waktu

Programa penyuluhan kabupaten/kota, kecamatan dan desa disusun

setiap tahun dan memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya

dengan memperhatikan siklus anggaran di masing-masing tingkatan.

Pengesahan programa penyuluhan kabupaten/kota paling lambat

dilakukan pada bulan November tahun berjalan, untuk dilaksanakan

pada tahun berikutnya, sedangkan pengesahan programa penyuluhan

kecamatan paling lambat dilakukan pada bulan Oktober tahun berjalan,

untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. Adapun programa

penyuluhan desa cukup diketahui oleh kepala desa/lurah, namun

paling lambat telah selesai disusun (final) paling lambat bulan

September tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.

5. Pelaksanaan a. Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota atau

kecamatan dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan

cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan

masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku

usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan

40

pelaku usaha dan fokus pembangunan di masing-masing

tingkatan;

b. Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota dan

kecamatan ini dilakukan oleh para penyuluh pertanian di masing-

masing tingkatan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan

pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk

menghasilkan draf programa penyuluhan;

c. Selanjutnya draf programa penyuluhan tersebut disajikan dalam

pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi

perencanaan dari dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan

kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku

usaha dalam rangka sintesa kegiatan penyuluhan;

d. Programa penyuluhan kabupaten/kota yang sudah final

ditandatangani oleh koordinator penyuluh di kabupaten/kota dan

perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha,

kemudian disahkan oleh kepala badan pelaksana penyuluhan atau

kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota dan diketahui oleh

pejabat dinas/instansi lingkup pertanian, perikanan, dan

kehutanan yang membidangi perencanaan di masing-masing unit

kerjanya. Sedangkan di kecamatan ditandatangani oleh kepala

balai penyuluhan kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku

utama dan pelaku usaha dan diketahui oleh pimpinan cabang

dinas/instansi terkait;

e. Naskah programa ini kemudian dijabarkan oleh masing-masing

penyuluh ke dalam RKTP di masing-masing tingkatan, serta

disampaikan dalam forum musrenbangtan kabupaten/kota

(programa kabupaten/kota) atau musrenbangtan kecamatan

(programa kecamatan) sebagai bahan penyusunan perencanaan

pembangunan di masing-masing tingkatan;

41

Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang

tercantum dalam programa penyuluhan kabupaten/kota dan

kecamatan bersumber dari dana APBD kabupaten/kota, APBD

provinsi dan APBN serta sumber lain yang tidak mengikat.

f. Adapun penyusunan programa penyuluhan desa/kelurahan

dimulai dengan penggalian data dan informasi mengenai potensi

desa, monografi desa, jenis komoditas unggulan desa dan

tiungkat produktivitasnya, keberadaan poktan/gapoktan,

keberadaan kelembagaan agribisnis desa, masalah-masalah yang

dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data

ini dilakukan oleh penyuluh bersama-sama dengan tokoh dan

anggota masyarakat guna menjaring kebutuhan nyata, harapan

dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain dengan

metode Participatory Rural Appraisal (PRA);

g. Pertemuan-pertemuan dalam rangka penyusunan programa

penyuluhan di desa/kelurahan dimotori oleh para penyuluh (PNS,

swasta dan swadaya) yang bertugas di desa/kelurahan dan

dihadiri oleh kepala desa/kelurahan, tokoh masyarakat, serta

pengurus kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha;

h. Pertemuan-pertemuan ini pada akhirnya menghasilkan programa

desa yang merupakan sintesa antara kegiatan poktan/gapoktan di

tingkat desa dengan kegiatan dinas/cabang dinas lingkup

pertanian yang dialokasikan di desa tersebut;

i. Programa penyuluhan desa/kelurahan tidak disahkan, namun

diketahui oleh kepala desa/kelurahan agar dapat disinergikan

dengan program pembangunan di wilayahnya;

j. Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang

tercantum dalam programa penyuluhan desa/kelurahan

bersumber dari dana APBD kabupaten/kota, APBD provinsi dan

APBN serta sumber lain yang tidak mengikat.

42

B. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS

Biaya Operasional Penyuluh (BOP) Pertanian adalah dana yang dapat

digunakan langsung oleh para penyuluh pertanian di seluruh wilayah

kabupaten/kota yang berhak menerimanya, untuk melaksanakan kegiatan

penyuluhan (termasuk penyuluh yang bertugas di balai penyuluhan

kecamatan dan desa).

1. Tujuan

a. Meningkatkan motivasi kerja penyuluh pertanian dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan di seluruh wilayah

kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa);

b. Meningkatkan mobilisasi penyuluh pertanian di seluruh wilayah

kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa) dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Sasaran

Sasaran pengguna dana BOP tahun 2008 adalah sejumlah 27.988

orang penyuluh pertanian di seluruh wilayah kabupaten/kota

(termasuk di kecamatan dan desa) senilai Rp 250.000,-/orang/bulan,

dengan pembiayaan yang bersumber dari dana dekonsentrasi.

Untuk itu, mengingat keterbatasan dana dekonsentrasi yang tersedia di

tingkat pusat, maka daerah dapat menambahkan dukungan dana

operasional penyuluh, antara lain melalui penyediaan uang kerja

bimbingan (UKB) atau bentuk-bentuk pendanaan lain yang bersumber

dari APBD kabupaten/kota atau sumber lain yang sah dan tidak

mengikat.

Adapun persyaratan-persyaratannya ditetapkan sebagai berikut:

a. Yang berhak menerima BOP:

43

1) Penyuluh pertanian PNS yang telah diangkat menjadi pejabat

fungsional penyuluh pertanian dan atau yang telah

disesuaikan dengan jabatannya (diimpassing) sesuai SK

MENKOWASBANGPAN No.19 Tahun 1999;

2) Tidak sedang melaksanakan tugas belajar;

3) Bertugas dan melakukan pembinaan penyuluhan pertanian di

wilayah kerjanya;

4) Untuk penyuluh pertanian dengan keahlian perikanan dan

telah diangkat kembali sebagai pejabat fungsional penyuluh

pertanian bisa memperoleh BOP, kecuali bila yang

bersangkutan diangkat dalam jabatan fungsional lain atau

bertugas pada unit kerja di luar lingkup pertanian;

5) Tidak ditugaskan dalam jabatan struktural termasuk

bendahara pengeluaran, pengelola satker, maupun PUM.

b. Yang tidak berhak menerima BOP:

1) Penyuluh pertanian yang sedang dalam tugas belajar lebih

dari 6 (enam) bulan;

2) Penyuluh pertanian yang telah mengalami mutasi jabatan

dari fungsional ke struktural;

3) Penyuluh pertanian yang mendapat tugas khusus di luar

tugas sebagai penyuluh;

4) Penyuluh pertanian yang tidak dapat memenuhi

kewajibannya, dengan alat verifikasi, yaitu: Programa

Penyuluhan di masing-masing tingkatan; Rencana Kerja

Tahunan Penyuluh Pertanian (sebelum pencairan BOP

triwulan I dan seterusnya); dan Laporan Bulanan Kegiatan

Penyuluh Pertanian serta persetujuan dari Koordinator

Penyuluh atau atasan langsung penyuluh (mulai triwulan II

dan seterusnya).

44

3. Output

Output yang diharapkan dari pemberian BOP, adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya motivasi kerja penyuluh pertanian di seluruh

wilayah kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa)

dalam melaksanakan penyuluhan di masing-masing tingkatan;

b. Meningkatnya mobilisasi penyuluh pertanian dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya.

4. Waktu

Waktu penggunaan BOP dimulai sejak bulan Januari sampai dengan

Desember 2008 (12 bulan).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan pencairan dan pendistribusian BOP bagi penyuluh

pertanian, adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan ulang terhadap penyuluh calon penerima

BOP sebelum penyusunan RKA-KL (Rencana Kegiatan dan

Anggaran-Kementerian Lembaga) pada tahun berjalan;

b. Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian yang

bertugas di seluruh wilayah kabupaten/kota (termasuk di

kecamatan dan desa) dialokasikan melalui satker provinsi;

c. Kuasa Pengguna Anggaran di satker provinsi menerbitkan SK

penyuluh pertanian penerima BOP di provinsi dan di seluruh

wilayah kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa)

berdasarkan usulan dari kelembagaan penyuluhan provinsi dan

kabupaten/kota;

d. Pencairan dana BOP dilakukan oleh bendahara pengeluaran satker

provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening PUM di

kabupaten/kota;

45

e. Selanjutnya PUM di kabupaten/kota memasukkan BOP ke

rekening masing-masing penyuluh pertanian di seluruh wilayah

kabupaten/kota yang bersangkutan (termasuk di kecamatan dan

desa) atas dasar persetujuan dari koordinator penyuluh

kabupaten/kota atau atasan langsung penyuluh;

f. Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian di seluruh

wilayah kabupaten/kota tersebut (termasuk di kecamatan dan

desa) dapat diambil oleh penyuluh pertanian yang bersangkutan

pada rekeningnya masing-masing di bank yang ditunjuk

berdasarkan rekomendasi dari koordinator penyuluh

kabupaten/kota atau atasan langsung penyuluh;

g. Rekomendasi tersebut dikeluarkan triwulanan setelah penyuluh

terlebih dahulu menyerahkan: programa penyuluhan, RKTP,

laporan bulanan kegiatan penyuluh pertanian selama triwulan

sebelumnya;

h. Penyerahan laporan bulanan dimaksud dapat dilakukan pada saat

pertemuan bulanan penyuluh di kabupaten/kota;

i. Bagi penyuluh pertanian di kabupaten/kota yang tidak memiliki

PUM karena alasan tertentu, BOP akan langsung ditransfer

langsung oleh satker provinsi ke rekening penyuluh yang

bersangkutan atas dasar rekomendai dari koordinator penyuluh

atau atasan langsung penyuluh di kabupaten/kota;

j. Tidak ada pemotongan BOP kecuali pajak yang dikenakan bagi

penyuluh gol III dan IV;

k. Dana BOP digunakan untuk biaya operasional penyuluh sesuai

dengan RKTP yang merupakan penjabaran dari Programa

Penyuluhan Pertanian di masing-masing tingkatan;

l. Kepala badan pelaksana penyuluhan di kabupaten/kota

mengistruksikan penyuluh pertanian (yang belum memiliki nomor

46

rekening bank) untuk segera membuka rekening pada bank yang

ditunjuk;

m. Kepala badan pelaksana penyuluhan di kabupaten/kota,

melakukan koordinasi dengan bank penyalur yang ditunjuk dan

koordinator penyuluh pertanian di kecamatan dalam mencairkan

BOP;

n. Koordinator penyuluh pertanian di balai penyuluhan kecamatan

mengirimkan surat rekomendasi pengeluaran BOP kepada kepala

badan pelaksana penyuluhan di kabupaten/kota;

o. Pencairan dana BOP dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 3

(tiga) bulan sekali;

p. Pada akhir tahun 2008, kinerja setiap penyuluh pertanian akan

dievaluasi berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan

penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Programa penyuluhan di setiap

tingkatan; (2) Rencana kerja tahunan penyuluh di wilayah kerja

masing-masing sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan

pelaku usaha; (3) Data peta wilayah untuk pengembangan

teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan komoditas

unggulan; (4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian

secara merata dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan

pelaku usaha; (5) Tumbuhkembangnya keberdayaan dan

kemandirian pelaku utama, kelompoktani, kelompok

usaha/asosiasi petani dan usaha formal (lembaga usaha formal

lainnya); (6) Terwujudnya kemitraan usaha antara pelaku utama

dengan pelaku usaha yang saling menguntungkan; (7)

Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga

keuangan, informasi, sarana produksi (pertanian, perikanan dan

kehutanan) dan pemasaran; (8) Meningkatnya produktivitas

agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja;

47

(9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama di

wilayah kerjanya;

q. Penilaian kinerja penyuluh pertanian yang dikaitkan dengan

pencapaian 9 (sembilan) indikator kinerja penyuluh dilakukan oleh

tim yang ditetapkan oleh kepala badan pelaksana penyuluhan di

kabupaten/kota;

r. Koordinator penyuluh kabupaten/kota atau atasan langsung

penyuluh agar segera melaporkan kepada satker provinsi, apabila

terjadi alih tugas, pensiun, wafat, dan tindak indisipliner lainnya,

untuk dilakukan pemberhentian terhadap penyaluran BOP.

Apabila penyuluh tersebut tetap menerima BOP, maka yang

bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

C. Penyebaran Informasi Penyuluhan

Salah satu kegiatan nyata yang mempunyai dampak luas terhadap

pembangunan masyarakat pertanian di pedesaan adalah Penyebaran

Informasi Penyuluhan yang dibutuhkan oleh pelaku utama dan pelaku

usaha. Untuk itu para penyelenggara penyuluhan perlu terus meningkatkan

pelayanan informasi, baik informasi teknologi, harga, pasar, permodalan,

maupun informasi tentang kebijakan pembangunan pertanian di wilayah

kerjanya.

Kegiatan penyebaran informasi penyuluhan dilaksanakan dalam 2 (dua)

bentuk, yaitu pengadaan Tabloid Sinar Tani dan penyebaran informasi

penyuluhan melalui media cetak atau media elektronik. Penyebaran

informasi penyuluhan dengan berlangganan Tabloid Sinar Tani dibiayai oleh

dana dekonsentrasi, sedangkan penyebaran informasi penyuluhan melalui

media cetak lainnya atau media elektronik difasilitasi oleh Pemerintah

Daerah melalui APBD/APBN atau sumber lain yang tidak mengikat.

48

Pendayagunaan Tabloid Mingguan Sinar Tani ini mulai tahun 2008,

intensitas sisipan liptan akan ditingkatkan menjadi dua minggu sekali,

sedangkan Mimbar Penyuluhan Agribisnis tetap diterbitkan per minggu.

Adapun pengisian materi dimaksud dilakukan oleh Tim Penyusunan Materi

Penyuluhan pada Badan Pengembangan SDM Pertanian. Tim ini

beranggotakan para penyuluh pertanian yang ditugaskan pada Eselon I

lingkup Departemen Pertanian.

Penyebarluasan materi penyuluhan didukung oleh penggunaan media cetak

dalam bentuk brosur, folder, leaflet, poster atau media elektronik dalam

bentuk siaran pedesaan (sipedes) melalui kerjasama dengan RRI daerah,

radio swasta daerah, stasiun TVRI daerah atau TV swasta.

Materinya penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan pelaku utama dan

pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian

sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan dalam rangka peningkatan

produktivitas usahanya serta pengembangan komoditas unggulan di

daerahnya. Materi penyuluhan berisikan unsur pengembangan SDM dan

peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi,

informasi, ekonomi, manajemen, hukum dan pelestarian lingkungan. 1. Tujuan

Tujuan penyebaran informasi penyuluhan di kabupaten/kota adalah:

a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat pertanian,

perikanan dan kehutanan di pedesaan tentang perkembangan

informasi inovasi teknologi, iklim, cuaca, serangan hama dan

penyakit, harga, pasar, permodalan, maupun informasi tentang

kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di

wilayah kerjanya;

b. Meningkatkan akses para penyuluh, pelaku utama dan pelaku

usaha terhadap sumber informasi pertanian, perikanan dan

49

kehutanan dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku

utama dan pelaku usaha;

c. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan penyuluh di

kabupaten/kota;

d. Menyediakan topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh

mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan,

dan penyuluhan, guna melihat kelayakan penerapannya di tingkat

pelaku utama dan pelaku usaha;

e. Melengkapi bahan bacaan sebagai sumber informasi di

perpustakaan kabupaten/kota.

2. Sasaran

a. Sasaran penyebaran informasi penyuluhan di kabupaten/kota

yaitu penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha;

b. Sasaran Tabloid Sinar Tani adalah 27.988 orang penyuluh

pertanian yang berada di kabupaten/kota dan kecamatan dengan

kriteria yang sama dengan penyuluh yang berhak menerima BOP.

Jumlah eksemplar Tabloid Mingguan Sinar Tani yang dikirim adalah

satu eksemplar per minggu atau 48 eksemplar per tahun yang

pembiayaannya bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi di

kabupaten/kota.

3. Output

a. Meningkatnya wawasan dan pengetahuan masyarakat pertanian,

perikanan dan kehutanan di pedesaan tentang perkembangan

informasi inovasi teknologi, iklim, cuaca, serangan hama dan

penyakit, harga, pasar, permodalan, maupun informasi tentang

kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di

wilayah kerjanya;

50

b. Meningkatnya akses para penyuluh, pelaku utama dan pelaku

usaha terhadap sumber informasi pertanian, perikanan dan

kehutanan dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku

utama dan pelaku usaha;

c. Berkembangnya wawasan dan pengetahuan penyuluh di

kabupaten/kota;

d. Tersedianya topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh

mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan,

dan penyuluhan, guna melihat kelayakan penerapannya di tingkat

pelaku utama dan pelaku usaha;

e. Tersedianya bahan bacaan sebagai sumber informasi di

perpustakaan kabupaten/kota.

4. Waktu

Penyebaran informasi penyuluhan melalui media cetak maupun

elektronik dilaksanakan secara terus menerus selama setahun.

Sedangkan waktu pengiriman Tabloid Sinar Tani setiap minggu selama

setahun.

5. Pelaksanaan

a. Pendistribusian Tabloid Sinar Tani

1) Tabloid Mingguan Sinar Tani disalurkan melalui koordinator

penyuluh kabupaten/kota untuk selanjutnya didistribusikan

kepada para penyuluh disertai dengan tanda bukti

penerimaan dari para penyuluh yang bersangkutan;

2) Materi yang dianggap penting dapat dijadikan bahan diskusi

atau seminar terbatas di kalangan penyuluh di provinsi

dengan mengundang narasumber terkait;

51

3) Pembayaran langganan akan dilakukan oleh Bendahara

Pengeluaran di satker provinsi atau PUM kabupaten/kota

kepada Redaksi Sinar Tani;

4) Guna memudahkan pendistribusian Tabloid Sinar Tani,

satker provinsi atau dinas lingkup pertanian atau

kelembagaan penyuluhan penerima dana dekonsentrasi di

kabupaten/kota agar mengajukan alamat pengiriman yang

terjangkau pos langsung kepada Redaksi Sinar Tani dengan

alamat Jl. Harsono RM No. 3, Gedung Arsip, Kantor Pusat

Departemen Pertanian, Jakarta (12550), Telp. 021-7812162-

63 dan 7817544; Fax. 021-7818205, disertai dengan alamat

lengkap pengirim termasuk kode pos.

b. Penyebarluasan informasi melalui media cetak maupun elektronik

1) Menyelenggarakan kerjasama penyiaran dengan stasiun

radio, stasiun televisi lokal baik pemerintah maupun swasta

yang memiliki jangkauan ke seluruh pedesaan di wilayah

kerja masing-masing;

2) Kerjasama siaran dapat berupa kerjasama dalam

memproduksi siaran pedesaan dan/atau menyiarkan hasill

produksi sipedes yang dibuat di provinsi dan pusat;

3) Materi sipedes dapat berisi perkembangan kebijakan atau

program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan

yang mutakhir dan/atau masalah-masalah yang perlu segera

ditanggulangi. Materi dapat dituangkan dalam bentuk

penulisan populer, yang tepat waktu dan tepat sasaran.

Contoh materi-materi siaran pedesaan, antara lain:

keberhasilan usaha petani, permasalahan dan pemecahan

usaha pertanian; informasi harga komoditas pokok, stok

pangan lokal dan nasional; dan informasi yang bersifat

melindungi petani dan lain-lain.

52

D. Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan Model

Dalam rangka mendukung RPP, pada tahun 2006 kegiatan pengembangan

balai penyuluhan model sebagai percontohan bagi daerah sekitarnya telah

dilaksanakan di 6 (enam) provinsi lokasi Revitalisasi Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan (RPPK). Pada tahun 2007 lokasi pengembangan balai

penyuluhan model diperluas ke 343 kabupaten di 33 provinsi.

Pada tahun 2008, dukungan untuk pelaksanaan kegiatan ini dibatasi pada

75 kabupaten yang telah membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai

dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K per Juli 2007.

1. Tujuan

a. Mewujudkan kelembagaan penyuluhan kecamatan yang tangguh

sesuai dengan potensi wilayah/komoditas unggulan daerah,

sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan kecamatan yang

ideal;

b. Mendorong pemerintah daerah kabupaten untuk mereplikasi

kelembagaan penyuluhan kecamatan yang ideal di kecamatan

lain;

c. Menyediakan fasilitas penyuluhan/jasa konsultasi agribisnis yang

memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam

mengembangkan usahanya;

d. Mendukung penyuluh dalam kapasitasnya memfasilitasi proses

pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

2. Sasaran

Tujuh puluh lima unit balai penyuluhan kecamatan di 75 kabupaten,

33 provinsi dengan penyebaran satu balai penyuluhan model di setiap

kabupaten yang bersangkutan. Bagi kabupaten yang sudah memiliki

embrio balai penyuluhan kecamatan model yang dirintis sejak tahun

53

2006/2007 agar dapat meneruskan pengembangannya sampai balai

penyuluhan kecamatan tersebut mampu mewujudkan kapasitasnya

yang ideal dengan dukungan berbagai sumber pembiayaan lain di luar

dekonsentrasi (APBD dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak

mengikat).

3. Output

a. Terwujudnya kelembagaan penyuluhan kecamatan yang tangguh

sesuai dengan potensi wilayah/komoditas unggulan daerah,

sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan kecamatan yang

ideal;

b. Terwujudnya komitmen pemerintah daerah kabupaten untuk

mereplikasi kelembagaan penyuluhan kecamatan yang ideal di

kecamatan lain;

c. Tersedianya fasilitas penyuluhan/jasa konsultasi agribisnis yang

memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam

mengembangkan usahanya;

d. Tersedianya dukungan bagi penyuluh dalam kapasitasnya

memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku

usaha.

4. Waktu

Pengembangan balai penyuluhan kecamatan model ini dilaksanakan

selama periode satu tahun.

5. Pelaksanaan

a. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk memperkuat

kapasitas balai penyuluhan kecamatan model dan dapat dibiayai

dari dana dekonsentrasi adalah sebagai berikut:

54

1). pelaksanaan PRA;

2). identifikasi kebutuhan informasi pertanian;

3). pendampingan penyusunan rencana kegiatan

poktan/gapoktan, RDK/RDKK, programa desa/kelurahan;

4). penyusunan programa penyuluhan kecamatan;

5). rembug-rembug petani/poktan/gapoktan di kecamatan;

6). forum-forum penyuluhan pertanian pedesaan;

7). Pelatihan penyuluh di balai penyuluhan kecamatan dan

administrasi serta pelaporan;

8). perakitan materi, media dan alat bantu penyuluhan yang

spesifik lokasi;

9). advokasi penumbuhan dan pengembangan pos penyuluhan

desa;

10). pengembangan fungsi balai penyuluhan kecamatan sebagai

pusat jasa konsultasi agribisnis di pedesaan;

11). percontohan di lahan balai penyuluhan kecamatan

(demplot/demfarm beserta ”hari lapang petani”);

12). kaji terap;

13). penyebaran informasi dan teknologi;

14). pelatihan bagi petani/kelompok tani/gapoktan di balai

penyuluhan kecamatan;

15). supervisi, evaluasi dan penilaian kinerja penyuluh oleh

koordinator penyuluh di balai penyuluhan kecamatan.

b. Pemerintah kabupaten dapat memfasilitasi pengadaan sarana dan

prasarana balai penyuluhan model melalui APBD dan DAK, antara

lain sebagai berikut:

1). Sarana perkantoran balai penyuluhan kecamatan.

2). Perpustakaan: 1 paket bahan-bahan pustaka; 1 unit rak

buku; 1 unit ruang baca; dan 1 set komputer dan printer.

55

3). Sarana dan prasarana pelatihan: 1 unit ruang

kelas/pertemuan; 15 meja; 30 kursi rapat/pertemuan; alat

bantu mengajar (1 OHP, 1 wireless, 1 radio, 1 televisi, 1 unit

perlengkapan ubinan, 1 pH meter, 1 soil tester (PUTS), 1

BWD, 1 alat ukur kadar air, dan 1 VCD/DVD player).

4). Sarana dan prasarana perakitan media informasi: spesimen

basah dan kering; papan display informasi usaha pertanian;

informasi harga, pasar, permodalan; dan rekomendasi

teknologi tepat guna.

5). Database: monografi wilayah; data kelompok tani/gapoktan

beserta jenis usaha dan kepemilikan lahannya; data

petugas; data sarana dan realisasi sasaran intensifikasi; dan

data angka ramalan padi dan palawija.

6). Peta komoditas unggulan.

7). Lahan percontohan BPP.

8). Alat pengukur curah hujan.

9). Alat-alat pertanian.

c. Pemilihan calon balai penyuluhan kecamatan model agar

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1). minimal memiliki 5-10 orang penyuluh;

2). memiliki bangunan yang layak;

3). status kepemilikan lahan balai penyuluhan kecamatan jelas

dan tidak bermasalah;

4). mudah dijangkau;

5). dekat dengan domisili petani;

6). dekat dengan sentra produksi, pengolahan, pemasaran

komoditas unggulan wilayah;

7). memiliki lahan untuk percontohan;

8). komitmen pemda kuat;

56

9). sedapat mungkin dipilih balai penyuluhan kecamatan yang

telah atau direncanakan akan direhab/dibangun dengan DAK

atau APBD;

10). sedapat mungkin terintegrasi dengan kegiatan PRIMA TANI

yang dilaksanakan di 201 desa dan tersebar di 200

kabupaten/kota, 33 provinsi seluruh Indonesia dan Program

Peningkatan Beras Nasional (P2BN) di 16 provinsi.

E. Berperanserta dalam Forum Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan pimpinan

kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota dalam Forum Pimpinan

Kelembagaan Penyuluhan di tingkat pusat.

1. Tujuan

a. Menyamakan persepsi dan meningkatkan komitmen para

penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah dalam melakukan

penataan kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, dan

pembiayaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 tahun

2006 tentang SP3K;

b. Menyediakan media untuk terjadinya proses saling belajar

diantara para penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah

dalam rangka mempercepat implementasi UU No. 16 tahun 2006

tentang SP3K.

2. Sasaran

Sasaran forum pimpinan kelembagaan penyuluhan di tingkat pusat,

adalah:

a. Kepala badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota atau

pimpinan kelembagaan penyuluhan di kabupaten/kota, khususnya

57

yang sesuai dengan amanah UU No. 16 tahun 2006 tentang SP3K

dari 33 provinsi;

b. Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan atau pimpinan

kelembagaan penyuluhan/satker dekonsentrasi dari 33 provinsi;

c. Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.

3. Output

a. Diperolehnya persamaan persepsi dan meningkatnya komitmen

para penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah dalam

melakukan penataan kelembagaan, ketenagaan,

penyelenggaraan, dan pembiayaan penyuluhan sesuai dengan

amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;

b. Terjadinya proses saling belajar diantara para penyelenggara

penyuluhan di pusat dan daerah dalam rangka mempercepat

implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K.

4. Waktu

Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan Forum Pimpinan

Kelembagaan Penyuluhan di tingkat pusat, yang dijadwalkan akan

berlangsung pada bulan April 2008.

5. Pelaksanaan

Peranserta kabupaten/kota dalam forum pimpinan kelembagaan

penyuluhan di Pusat ini dilaksanakan berdasarkan undangan dari

Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat

Pengembangan Penyuluhan Pertanian.

Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK administrasi, koordinasi,

konsultasi dan monev yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi

di kabupaten/kota. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang

58

tersedia di suatu kabupaten/kota tidak memadai jumlahnya untuk

membiayai keperansertaan kabupaten/kota yang bersangkutan dalam

pertemuan di Pusat, maka agar diupayakan dukungan dana APBD

kabupaten/kota.

F. Berperanserta dalam Temu Koordinasi Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) di Pusat

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 273/Kpts/OT.160/4/2007

tanggal 13 April 2007, pembinaan poktan diarahkan pada penerapan sistem

agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota

masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama

antarpetani dan dengan pihak lain yang terkait.

Guna mengetahui seberapa jauh upaya pemberdayaan poktan/gapoktan

telah memberi dukungan terhadap proses alih teknologi, pemecahan

masalah usahatani, penyusunan RDK/RDKK, peningkatan akses terhadap

permodalan dan pasar guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan

petani, dipandang perlu untuk menyelenggarakan Temu Koordinasi

Poktan/Gapoktan di Pusat.

1. Tujuan

a. Memperoleh gambaran mengenai pemberdayaan

poktan/gapoktan di kecamatan dan desa;

b. Menyediakan media untuk terjadinya proses saling belajar

diantara para ketua/pengurus poktan/gapoktan;

c. Meningkatkan kepemimpinan, keterampilan manajemen dan

kewirausahaan ketua/pengurus gapoktan.

59

2. Sasaran

a. Ketua/pengurus poktan/gapoktan di tingkat kecamatan dan desa

yang berasal dari 440 kabupaten/kota;

b. Pembina poktan/gapoktan

3. Output

a. Gambaran mengenai pemberdayaan poktan/gapoktan di

kecamatan dan desa;

b. Terjadinya proses saling belajar diantara para ketua/pengurus

poktan/gapoktan;

c. Meningkatnya kepemimpinan, keterampilan manajemen dan

kewirausahaan ketua/pengurus gapoktan.

4. Waktu

Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan Temu Koordinasi

Poktan/Gapoktan yang dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Mei

2008.

5. Pelaksanaan

Peran serta kabupaten/kota dalam pertemuan Temu Koordinasi Poktan

dan Gapoktan ini dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala

Badan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat

Pengembangan Penyuluhan Pertanian.

Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK administrasi, koordinasi,

konsultasi dan monev yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi

DIPA Satker Dekonsentrasi lingkup Badan Pengembangan SDM

Pertanian di kabupaten/kota. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi

yang tersedia di suatu provinsi tidak memadai jumlahnya untuk

membiayai keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam

60

pertemuan di Pusat, maka agar diupayakan dukungan dana APBD

kabupaten/kota.

G. Pengawalan dan Pendampingan Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)

Salah satu fokus Program RPP adalah peningkatan kuantitas dan kualitas

penyuluh. Jumlah desa/kelurahan di seluruh Indonesia saat ini sebanyak

69.929 desa/kelurahan, sementara jumlah penyuluh pertanian yang tersedia

saat ini hanya 30.502 orang (PNS: 28.879 dan tenaga honorer: 1.623),

sehingga masih dibutuhkan kurang lebih 40.000 orang tenaga penyuluh

pertanian.

Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan tersebut, Departemen

Pertanian mulai tahun 2007 membuat kebijakan merekrut THL-TB PP

sebanyak 6.000 yang ditempatkan di desa/kelurahan dalam wilayah

kabupaten/kota di seluruh Indonesia sesuai dengan daerah asal yang

bersangkutan.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja THL-TB PP selama periode April-

Desember 2007 diperoleh informasi bahwa keberadaan THL-TB PP pada

umumnya dirasakan sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani/poktan

dan dipandang sangat membantu penyuluh PNS selaku mitra kerjanya

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan. Untuk itu, THL-TB

PP yang dinilai berkinerja baik direkomendasikan oleh unit kerja

kabupaten/kota tempat mereka ditugaskan untuk diperpanjang kontrak

kerjanya sebagai THL-TB PP pada tahun 2008 selama periode 10 bulan

(Februari-November 2008).

Dalam rangka membantu kelancaran kegiatan pembinaan THL-TB PP

mencakup penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB PP

yang dilakukan oleh Badan Pengembangan SDM Pertanian bekerjasama

61

dengan BRI Pusat dan untuk memperoleh umpan balik petani atas kinerja

THL-TB PP sesuai dengan tugas dan fungsinya di lapangan, maka

disediakan kegiatan pengawalan dan pendampingan THL-TB PP di provinsi

dan kabupaten/kota.

1. Tujuan

a. Memantau penempatan THL-TB PP dan penugasannya di tingkat

desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;

b. Memantau kelancaran penyaluran honorarium dan biaya

operasional bagi THL-TB PP ke rekening masing-masing THL-TB

PP di wilayah kerjanya;

c. Menyepakati mekanisme kerja yang kondusif antara THL-TB PP

dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama

dan pelaku usaha;

d. Memantau kinerja THL-TB PP dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya;

e. Membuat rekapitulasi laporan THL-TB PP dari seluruh desa dan

kecamatan di wilayahnya ke tingkat provinsi;

f. Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh

THL-TB PP di lapangan, serta memberikan saran-saran dan

umpan balik ke provinsi;

g. Melaporkan berbagai permasalahan THL-TB PP yang tidak dapat

dipecahkan di daerah kepada provinsi.

2. Sasaran

a. THL-TB PP yang berpendidikan SLTA, D III dan D IV/S1 bidang

pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang direkrut

tahun 2007 dan diperpanjang kontraknya tahun 2008, maupun

THL-TB PP yang baru direkrut tahun 2008;

b. Kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB PP ditugaskan.

62

Adapun fasilitas yang diberikan kepada THL-TB PP adalah

berupa honorarium, biaya operasional, dan bantuan biaya

pemondokan selama masa kontrak tahun 2008 (10 bulan)

yang bersumber dari dana APBN pusat.

3. Output

a. Tertibnya penempatan THL-TB PP dan penugasannya di tingkat

desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;

b. Lancarnya penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi

THL-TB PP ke rekening masing-masing THL-TB PP di wilayah

kerjanya;

c. Disepakatinya mekanisme kerja yang kondusif antara THL-TB PP

dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama

dan pelaku usaha;

d. Terlaksananya kegiatan-kegiatan THL-TB PP sesuai dengan tugas

dan fungsinya;

e. Tersusunnya rekapitulasi laporan triwulanan THL-TB PP dari

seluruh desa dan kecamatan di wilayahnya untuk dikirimnya ke

tingkat provinsi;

f. Terpecahkannya masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB PP

di lapangan, serta diperolehnya saran-saran dan umpan balik ke

provinsi;

g. Terinformasikannya berbagai permasalahan THL-TB PP yang tidak

dapat dipecahkan di daerah kepada tingkat provinsi untuk

ditindaklanjuti.

4. Waktu

a. Perpanjangan kontrak THL-TB PP yang direkrut tahun 2007 dan

dinyatakan memenuhi syarat untuk diperpanjang kontraknya

dilakukan selama periode Februari-November 2008 (10 bulan);

63

b. Masa kontrak THL-TB PP baru yang direkrut tahun 2008 dimulai

selama periode Februari-November 2008 (10 bulan).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Pengawalan dan Pendampingan THL-TB PP

mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman

Pembinaan THL-TB PP yang akan segera terbit pada tahun 2008.

Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari alokasi dana

dekonsentrasi di kabupaten/kota.

H. Administrasi, Koordinasi dan Konsultasi, Monitoring dan Evaluasi

Administrasi dimaksudkan untuk memfasilitasi biaya operasional

penyelenggaraan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota, seperti honorarium

petugas, pengadaan alat tulis kantor, perbanyakan/penggandaan, surat

menyurat, serta penyusunan dan pengiriman laporan provinsi ke pusat

dalam berbagai bentuk formulir sesuai dengan Pedoman Teknis

Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2008.

Koordinasi dan konsultasi dimaksudkan selain untuk memfasilitasi

keperansertaan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan forum/pertemuan-

pertemuan di tingkat pusat.

Monitoring dimaksudkan untuk melakukan pemantauan kegiatan

penyelenggaraan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota guna memastikan

ketepatan penggunaan input/sumberdaya penyuluhan, mengendalikan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan agar berjalan sesuai dengan

jadwal dan hasil yang diharapkan, dan mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses yang sedang berjalan.

64

Evaluasi dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan dampak dari

suatu kegiatan penyelenggaraan penyuluhan di kabupaten/kota sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik

dan obyektif serta terdiri dari evaluasi saat kegiatan berlangsung, sebelum

kegiatan dimulai, dan sesudah kegiatan selesai.

1. Tujuan

a. Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan

di kabupaten/kota;

b. Mengetahui tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan

maupun yang telah selesai sebagai bahan untuk menetapkan

kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;

c. Membangun sikap aparat yang transparan dan akuntabel;

d. Menyediakan umpan balik dari seluruh stakeholders (pemangku

kepentingan) dalam rangka penyempurnaan perencanaan

program dan penyelenggaraan penyuluhan;

e. Mengukur pencapaian dampak kegiatan penyuluhan sesuai

dengan indikator yang ditetapkan;

f. Menyediakan laporan berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan).

2. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah pelaksana dan koordinator

penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dalam

melaksanakan administrasi, koordinasi dan konsultasi, monitoring dan

evaluasi kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dan pelaporannya dari

kabupaten/kota ke provinsi.

Pembiayaan kegiatan administrasi, koordinasi dan konsultasi,

monitoring dan evaluasi ini bersumber pada dana dekonsentrasi yang

dialokasikan di kabupaten/kota.

65

3. Output

a. Diketahuinya tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya

penyuluhan;

b. Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang

berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan menetapkan

kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;

c. Terbangunnya sikap aparat yang transparan dan akuntabel;

d. Tersedianya umpan balik dari seluruh stakeholders dalam rangka

penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan;

e. Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan);

f. Terukurnya pencapaian dampak kegiatan penyuluhan baik yang

dilaksanakan oleh penyuluh PNS sesuai dengan indikator yang

ditetapkan.

4. Waktu

Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan

tujuannya.

5. Pelaksanaan

Kegiatan administrasi diperuntukkan guna mendukung kegiatan

operasional satker provinsi, antara lain honorarium petugas,

pengadaan alat tulis kantor, perbanyakan/penggandaan, surat

menyurat, serta penyusunan dan pengiriman laporan provinsi ke pusat

dalam berbagai bentuk formulir sesuai dengan Pedoman Teknis

Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun

2008.

66

Sementara kegiatan koordinasi diperuntukkan guna mendukung

mobilitas kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota untuk menghadiri

forum/pertemuan-pertemuan penyuluhan di tingkat pusat.

Kegiatan monitoring dan evaluasi provinsi dilakukan oleh pejabat/staf

yang ditunjuk dan dalam pelaksanaannya mengacu kepada beberapa

instrumen/indikator kinerja penyuluh antara lain:

a. programa penyuluhan di setiap tingkatan;

b. rencana kerja tahunan penyuluh yang disusun oleh setiap

penyuluh berdasarkan programa penyuluhan di masing-masing

tingkatan;

c. buku kerja penyuluh yang menggambarkan aktivitas harian yang

bersangkutan sebagai salah satu alat kendali kinerja penyuluh;

d. laporan hasil supervisi, monitoring dan evaluasi;

e. data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi

sesuai dengan pewilayahan;

f. data jumlah petani/poktan/gapoktan yang akses ke lembaga

keuangan, informasi, sarana produksi pertanian, perikanan dan

kehutanan serta pemasaran;

g. data jumlah petani/poktan/gapoktan yang bermitra dengan

pengusaha menengah dan besar;

h. ketersediaan informasi teknologi pertanian, perikanan dan

kehutanan secara merata, tepat guna dan tepat waktu;

i. laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di

kabupaten/kota disampaikan oleh Bupati c.q penanggungjawab

kegiatan di kabupaten/kota kepada Gubernur c.q Satker Provinsi

dan tembusan disampaikan kepada Kepala Pusat Pengembangan

Penyuluhan Pertanian dengan alamat Kantor Pusat Departemen

Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta

67

Selatan, Gedung D, Lantai V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 021-

7804386;

j. Laporan bulanan kegiatan dari kabupaten/kota paling lambat

diterima tanggal 5 pada bulan berikutnya untuk keperluan

rekapitulasi laporan di tingkat provinsi.

Jenis-jenis pelaporan dan formatnya Pedoman Teknis Supervisi,

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2008 beserta

petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh

Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2008 dan

merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini.

I. Kegiatan P3TIP/FEATI di Kabupaten

Kegiatan-kegiatan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan

Informasi Pertanian Tahun 2008, yaitu sebagai berikut:

1. Administrasi;

2. Pendidikan dan Pelatihan Teknis;

3. Pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri;

4. Pembangunan Gedung Operasional (BPP);

5. Rehabilitasi Gedung Operasional (BPP);

6. Pengadaan Mebelair dan Peralatan;

7. Pengadaan Alat Pengolah Data;

8. Pameran;

9. Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja;

10. Monitoring dan Evaluasi.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI tahun 2008 lebih lanjut agar

mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Volume 1 dan 2, sedangkan daftar

lokasi P3TIP terdapat pada lampiran 3.

68

69

70

Lampiran 3. Lokasi Pelaksanaan P3TIP/FEATI

No Provinsi Kabupaten 1. Sumatera Utara 1.Asahan, 2.Labuhan Batu, 3.Simalungun,

4.Tapanuli Selatan, 5. Karo 2. Sumatera Barat

6.Solok, 7.Pesisir Selatan, 8.Lima Puluh Kota, 9.Padang Pariaman, 10.Solok Selatan

3. Jambi 11.Merangin, 12.Tanjung Jabung Barat, 4. Sumatera Selatan 13.Banyuasin 5. Banten 14.Serang 6. Jawa Barat

15. Sukabumi; 16.Subang, 17.Indramayu, 18.Majalengka, 19.Garut, 20.Kuningan, 21.Karawang, 22.Cirebon

7. Jawa Tengah 23.Brebes, 24.Magelang, 25.Batang; 26 Temanggung

8. Jawa Timur 27.Malang, 28.Tulungagung, 29.Tuban, 30.Kediri 9. Yogyakarta 31.Kulonprogo, 32.Bantul, 33.Gunung Kidul 10. Kalimantan Selatan 34.Hulu Sungai Selatan, 35.Hulu Sungai Tengah,

36.Balangan, 11. Sulawesi Utara

37. Minahasa Utara, 38.Minahasa, 39.Minahasa Selatan, 40.Bolaang Mongondow, 41.Tomohon, 42.Kep.Sangihe

12. Sulawesi Selatan 43.Gowa, 44.Enrekang, 45.Maros, 46.Bone, 47.Luwu, 48.Sinjay

13. Sulawesi Tenggara 49.Konawe, 50.Konawe Selatan, 51.Muna, 52.Kolaka, 53.Buton

14. Sulawesi Tengah 54.Donggala, 15. Gorontalo 55.Boalemo, 56.Poahatu, 57.Bone Bolango,

58.Gorontalo 16. NusaTenggara Barat 59.Lombok Barat, 60.Bima, 61.Dompu,

62.Sumbawa, 63.Lombok Tengah 17. Nusa Tenggara Timur 64.Manggarai, 65.Sumba Timur, 66.Ngada,

67.Ende, 68.Sumba Barat, 69.Belu 18. Kalimantan Barat 70.Sambas, 71.Pontianak