pedoman pengawas 2008

128
Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai Karya Tulis Ilmiah dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas Sekolah 0

Upload: mustaqim-zulkifli

Post on 28-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai Karya Tulis Ilmiah dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas Sekolah

Bacaan Pendukung Pada Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah bagi Pengawas Sekolah

Departemen Pendidikan Nasional

0

Page 2: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan2009

1

Page 3: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

PengantarDimulai pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen PMPTK, memberikan bantuan (berupa block grant) bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).

Ada dua tujuan utama, dari kegiatan tersebut: Pertama, untuk meningkatkan kemampuan akademik dan manajerial pengawas sekolah melalui berbagai kegiatan penelitian tindakan sekolah. Kedua, mendorong penggunaan laporan kegiatan tersebut sebagai Karya Tulis Imiah (KTI) dalam pengembangan profesi pengawas sekolah yang selanjutnya dapat dipakai dalam memenuhi persyaratan kenaikan golongan.

Apa dan bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan tersebut, disajikan secara rinci pada Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah .

Sedangkan, bagaimana melaksanakan dan melaporkan kegiatan penelitian tindakan sekolah, agar dapat memenuhi syarat sebagai KTI dalam pengembangan profesi, disajikan melalui buku ini.

Buku ini, dimaksudkan sebagai Bacaan Pendukung terutama bagi para pengawas sekolah yang mengikuti kegiatan PTS. maupun para pembimbing dan para penilai kegiatan. Isinya meliputi: berbagai informasi tentang apa dan bagaimana KTI dalam pengembangan profesi pengawas sekolah dan bagaimana persyaratan serta kriteria penilaiannya.

Dengan memahami informasi tersebut, diharapkan KTI yang dihasilkan dari kegiatan PTS ini, akan sekaligus sesuai dan dapat memenuhi peryaratan sebagai KTI kegiatan pengembangan profesi bagi pengawas sekolah. Semoga.

Jakarta, Maret 2009Direktur Tenaga Kependidikan

Surya Dharma, MPA, PH.D

2

Page 4: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

NIP 130 785 511

Daftar Isi

hlm

Pengantar 1

Daftar Isi 2

Bagaimana menggunakan bacaan pendukung ini?

3

Bab 1.

Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

6

Bab 2.

Penelitian Tindakan Sekolah 30

Bab 3.

Kriteria dan Persyaratan KTI dalam kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

49

Data diri penulis 80

3

Page 5: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bagaimana menggunakan bacaan pendukung ini?

1. Apa isi bacaan pendukung ini?

Bacaan ini memberikan sejumlah informasi di antaranya tentang:

keterkaitan Karya Tulis Ilmiah khususnya bagi pengawas sekolah dengan kegiatan pengembangan profesinya,

apa dan bagaimana melaksanakan dan melaporkan kegiatan penelitian tindakan sekolah, bagi para pengawas sekolah, dan

bagaimana agar laporan kegiatan yang telah dilakukan dapat sekaligus dipakai dan memenuhi syarat sebagai KTI dalam pengembangan profesi.

2. Kemudian apa tujuannya?

Dengan memahami informasi di atas, diharapkan terbentuknya kesamaan pemahaman, di antara para pembimbing, penilai dan terutama para pengawas sekolah, tentang bagaimana melaksanakan kegiatan PTS sebagai bagian dari kegiatan pengembangan profesinya, dan bagaimana agar laporan kegiatannya dapat menjadi KTI yang memenuhi persyaratan dalam kenaikan pangkat golongan.

3. Kepada siapa bacaan ini ditujukan?

Bacaan Pendukung ini ditujukan terutama bagi para pengawas sekolah yang mengikuti kegiatan, maupun bagi para pembimbing dan para penilai kegiatan Peneltian Tindakan Sekolah bagi para pengawas sekolah.

4

Page 6: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

4. Mengapa Bacaan Penunjang ini diperlukan?

Evaluasi hasil kegiatan PTS yang dilakukan pada tahun 2007, menunjukkan masih diperlukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan kegiatan.

1. Pertama, tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik dan manajerial pengawas sekolah melalui berbagai kegiatan penelitian tindakan sekolah, akan dapat lebih optimal dicapai apabila semua pihak yang terkait (para pembimbing, penilai dan pengawas sekolah) memahami bahwa pelaksanaan PTS tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan tugas-tugas profesi kepengawasan. Sehingga kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan TUPOKSI pengawas, tidak mengada-ada, mempunyai manfaat yang jelas untuk meningkatkan profesionalisme kepengawasan.

2. Kedua, tujuan agar laporan kegiatan dapat dipakai sebagai Karya Tulis Imiah (KTI) dalam pengembangan profesi pengawas sekolah yang memenuhi persyaratan untuk kenaikan golongan, juga akan lebih dapat dicapai bila, semua yang terkait lebih memahami kaitan KTI dengan tujuan pengembangan profesi pengawas, serta kriteria KTI yang memenuhi syarat penilaian angka kredit.

Melalui bacaan pendukung inilah diharapkan terjadi kesamaan pemahaman mengenai hal-hal di atas.

5. Bagaimana menggunakaan bacaan pendukung ini?

1. Karena bacaan ini merupakan pendukung, maka bacaan utama yang harus terlebih dahulu dipahami Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas

5

Page 7: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Sekolah.1 Melalui petunjuk teknis tersebut disajikan berbagai informasi di antaranya tentang : (a) Latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran serta hasil yang diharapkan, (b) penjelasan tentang peserta dan pembimbing PTS, (c) substansi penelitian tindakan kepengawasan, (d) Ruang lingkup, mekanisme, dan pembiayaan block grant, (e) Sistematika proposal dan laporan PTS.

2. Bacaan pendukung ini akan memberikan informasi pelengkap, khususnya yang terkait dengan bagaimana agar pelaksanaan dan pelaporan kegiatan dapat menjadi Karya Tulis Ilmiah (KTI) pengembangan profesi pengawas yang memenuhi syarat penilaian angka kredit dalam kenaikan pangkat-golongan.

3. Untuk itu sebelum melaksanaan pelatihan (bagi para pembimbing), penilaian (bagi para penilai) dan pelaksaan serta pelaporan PTK (bagi para pengawas sekolah), disarankan memahami terlebih dahulu makna dari :

keterkaitan Karya Tulis Ilmiah khususnya bagi pengawas sekolah dengan kegiatan pengembangan profesinya,

apa dan bagaimana melaksanakan dan melaporkan kegiatan penelitian tindakan sekolah, bagi para pengawas sekolah, dan

bagaimana agar laporan kegiatan yang telah dilakukan dapat sekaligus dipakai dan memenuhi syarat sebagai KTI dalam pengembangan profesi.

1 Petunjuk Teknis tersebut merupakan kelengkapan dokumen dalam kegiatan Block-Grant PTS. Sebagaimana kegiatan tahun 2007, pada tahun 2008 tentunya akan dibuat pula buku pentunjuk teknis tersebut.

6

Page 8: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bab 1Tanya jawab di sekitar :

Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

7

Jangan hanya reaktif, proaktiflah!

Page 9: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

1. Apa yang dimaksud dengan kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah?

Kepmendidbud No. 025/0/1995, mendefinisikan kegiatan pengembangan profesi guru sebagai kegiatan guru2 dalam rangka pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan yang lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan sekolah.

Macam kegiatan pengembangan profesi bagi pengawas sekolah tentunya berbeda dengan kegiatan pengembangan profesi guru. Hal itu karena berbedanya tugas dan tanggung jawab mereka.

2 Pengembangan profesi bagi Pengawas Sekolah, berbeda dengan guru. Bila guru memfokus pada peningkatan mutu PBM, maka bagi pengawas memfokus pada upaya peningkatan mutu kegiatan kepengawasan yang sesuai dengan TOPUKSI pengawas sekolah.

8

Page 10: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Berikut disajikan ringkasan macam perbedaaan kegiatan pengembangan profesi pengawas dan guru, yang ditetapkan berdasar peraturan yang berlaku saat ini.

pengawas3 guru

membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),

menemukan Teknologi Tepat Guna,

menciptakan karya seni

menyusun pedoman pelaksanaan pengawasan, dan

menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan sekolah

membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),

menemukan Teknologi Tepat Guna,

membuat alat peraga/bimbingan,

menciptakan karya seni, dan

mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Dari tabel di atas tampak, bahwa membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu bentuk dari kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan baik oleh para pengawas sekolah maupun guru.

Jadi, tidak benar bila dinyatakan bahwa kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah harus berupa Karya Tulis Ilmiah.

Memang, pada saat ini, membuat KTI merupakan macam kegiatan pengembangan profesi yang paling banyak dilakukan baik oleh pengawas sekolah, maupun guru.

3 Berdasar Keputusan Berdsama Mendikbud dan KBAKN Nomor 0322/O/1996 nomor 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Anga Kredirnya

9

Page 11: Pedoman Pengawas 2008

1. KTI yang berupa laporan hasil penelitian

2. KTI yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah

3. KTI yang berupa Tulisan Ilmiah Populer yang dimuat di media masa

4. KTI yang berupa prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah

5. KTI yang berupa buku pelajaran atau

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

2. Apa saja macam KTI yang dapat dibuat oleh pengawas sekolah?

Ada 5 (lima) macam KTI yang dapat dilakukan oleh pengawas sekolah, yaitu

Saat ini, pengawas sekolah yang melakukan Penelitian Tindakan Kepengawasan4 sebagai kegiatan pengembangan profesi, sangat meningkat jumlahnya. Hal itu , antara lain disebabkan oleh:1. Para pengawas sekolah makin memahami bahwa

salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah dilakukannya kegiatan nyata sesuai dengan TUPOKSI pengawas di sekolah-sekolah dalam lingkup tanggungjawabnya dan yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil kepengawasan sekolah. Bagi sebagian besar pengawas sekolah, melakukan kegiatan seperti itu, sudah sering dan biasa dilakukan

2. Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya

4 Penelitian Tindakan Kepengawasan, yang dilakukan di sekolah-sekolah binaannya, acapkali di sebut sebagai Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) untuk membedakan dengan penelitian tindakan guru yang dilakukan di kelas dan disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

10

Page 12: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.

3. Apabila kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru, atau kepala sekolah, atau tenaga kependidikan lain di sekolah-sekolah binaannya, dan dengan melakukan seseuatu tindakan yang nyata, maka kegiatan tersebut dapat berupa penelitian tindakan sekolah (PTS).

4. Laporan PTS, yang baik dan benar (yang memenuhi persyaratan APIK5) dapat diberikan angka kredit untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan. Bila laporan PTS tersebut berupa makalah memperoleh 4 (empat) angka kredit, bila laporan PTS tersebut dapat dimuat di jurnal perguruan tinggi dihargai 6 (enam) angka kredit, dan bila laporan PTS itu disajikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah mendapat angka kredit 2,5 (dua setengah).

Oleh karena itu, mulai tahun 2007, Dirjen PMPTK memberikan sejumlah bantuan (berupa block grant) bagi para pengawas sekolah untuk melakukan Penetian Tindakan Sekolah. Bantuan tersebut bertujuan agar pengawas sekolah mampu melaksanakan PTS dengan bantuan bimbingan ahli baik dosen, maupun widyaiswara LPMP.

Hasil kegiatan tersebu, berupa terlaksananya dengan baik kegiatan pengembangan profesi pengawas dalam bentuk Penelitian Tindakan Sekolah dan pelaporan hasil kegiatannya yang berupa makalah dan artikel ilmiah guna dapat diajukan untuk dimuat di jurnal ilmiah.

5 Persyaratan KTI pada pengembangan profesi pengawas sekolah yang dapat dinilai, adalah yang APIK yaitu Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten.

11

Page 13: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

3. Adakah Permasalahan dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas?

Saat ini, jumlah pengawas sekolah6 dengan golongan IVa, sangat banyak. Kabarnya dari sekitar 21 ribu pengawas sekolah di Indonesia, sekitar 80% nya berada di golongan IVa, sisanya tersebar di atas atau di bawah golongan tersebut.7 Jumlah itu akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut diakibatkan oleh:

(a) Persyaratan kenailkan golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, memungkinkan guru (yang dan juga pengawas sekolah) dapat naik pangkat dengan relatif lancar.

(b) Syarat kenaikan pangkat dari golongan IVa ke atas berbeda dengan persyaratan kenaikan pangkat sebelumnya, yaitu dengan adanya kewajiban pengumpulan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi.

(c) Adanya ketidakjelasan bagaimana pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi bagi pengawas sekolah. Akibat dari kekurangjelasan di atas, maka kegiatan yang paling banyak dilakukan pengawas sekolah dalam kegiatan pengembangan profesi adalah membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI)8.

6 Keadaan ini juga terjadi pada para guru7 Menurut sumber lisan dari Depdiknas8 Hal tersebut terjadi karena di antara lima macam kegiatan pengembangan profesi, kegiatan pembuatan Karya Tulis Ilmiah telah mempunyai Pentunjuk Teknis Pelaksanaan yang relative lebih jelas dan operasional dibandingkan dengan macam kegiatan yang lain.

12

Page 14: Pedoman Pengawas 2008

Sebagaimana diketahui, tujuan

utama pengembangan

profesi adalah membuat pengawas

yang makin profesional, dan BUKAN untuk

meningkatkan ketidakjujuran.

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

(d) Tidak sedikit pengawas yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (= membuat KTI) sehingga banyak yang belum mengajukan usulan kenaikan golongannya

(e) Sementara itu, KTI yang diajukan, banyak yang belum memenuhi kriteria, sehingga belum dapat memperoleh nilai angka kredit.

4. Mengapa banyak KTI yang belum memenuhi syarat?

Berdasar pengalaman dalam proses penilaian, terdapat hal-hal sebagai berikut...

(1) Tidak sedikit dari KTI yang diajukan bukan karya sendiri, antara lain misalnya KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KTI tersebut DIBUATKAN oleh orang lain. KTI jenis ini umumnya diambil (dijiplak) dari skripsi, tesis atau laporan penelitian orang lain. Data lapangan menunjukkan adanya beberapa daerah tertentu yang sebagian besar KTI yang diajukan sangat mirip satu dengan yang lainnya.

(2) Cukup banyak dari KTI yang diajukan berisi uraian hal-hal yang terlalu umum dan tidak ada berhubungan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengawas sekolah yang merupakan penerapan kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas sekolah. Padalah KTI semacam itulah yang paling mudah untuk ditiru, dipakai kembali oleh orang lain atau bahkan diganti nama penulisnya dengan nama orang lain.

Sebagai contoh KTI yang berjudul : (a) Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler, (b) Peranan orang tua dalam mendidik anak, (c)Tindakan

13

Page 15: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

preventif terhadap kenakalan remaja, (d) Peranan pendidikan dalam pembangunan, dll. KTI di atas tidak menjelaskan permasalahan spesifik yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab pengawas sekolah.

Sehingga meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, dan tidak ada yang salah dari apa yang dituliskan, tetapi (a) apa manfaat KTI tersebut dalam upaya peningkatan profesi pengawas sekolah?, (b) bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut adalah karya pengawas sekolah yang bersangkutan?

5. Bagaimana Kriteria dan Pedoman penilaian KTI yang ada saat ini?

Di samping memakai berbagai kriteria penulisan Karya Tulis Ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa kriteria dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KARYA TULIS ILMIAH dalam pengembangan profesi, yaitu harus memenuhi kriteria “A P I KA P I K,” yang artinya adalah

AA sli, penelitian harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur.

PP erlu, permasalahan yang dikaji pada kegiatan pengembangan profesi tentunya harus diperlukan dan mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu untuk dipermasalahkan

II lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. KTI harus benar, baik dari sisi teori, fakta maupun analisis yang digunakannya.

14

Page 16: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KK onsisten, KTI harus disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka KTI haruslah berada pada bidang

kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut.

15

Page 17: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

6. Mengapa banyak KTI yang TIDAK Asli?

Berdasar pengalaman dalam proses penilaian, terdapat hal-hal sebagai berikut...

Tidak sedikit dari KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan, merupakan JIPLAKAN, KARYA TULIS ILMIAH orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KARYA TULIS ILMIAH yang DIBUATKAN oleh orang lain

Indikasi tentang hal tersebut seringkali dapat dengan mudah diketahui, misalnya dari data yang tidak konsisten, tulisan yang tidak sama, dan lain-lain.

Namun ada juga yang sangat sulit diketahui, meskipun terdapat beberapa indikasi yang menyatakan bahwa KARYA TULIS ILMIAH tersebut bukan karya sendiri (misalnya: KTI itu sangat berbeda kualitasnya dengan KTI yang lain dari guru yang sama, atau “sangat” akademik, dan lain-lain)

Ada pula sejumlah KTI yang sangat mirip satu dengan yang lain, baik yang diajukan oleh guru yang bersangkutan, atau oleh guru-guru lain di daerah sekitarnya. Umumnya KTI ini mempunyai kesamaan pada kata pengantar, daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka yang sama baik font, ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain.

7. Mengapa banyak KTI yang tidak PERLU?

Dalam praktik dijumpai banyak pula KARYA TULIS ILMIAH yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum.

KTI yang tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengawas pengawas dalam kegiatan pengembangan profesinya.

Mengapa demikian? Karena KARYA TULIS ILMIAH semacam itulah yang paling mudah ditiru.

KTI semacam itulah yang paling mudah dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.

16

Page 18: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Contoh KTI yang berjudul:

Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler.

KARYA TULIS ILMIAH ini sama sekali tidak memaparkan hal spesifik yang berkaitan dengan permasalahan kepengawasan yang menjadi tanggung jawab si penulis. Sehingga meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, dan tidak ada yang salah dari apa yang dituliskan, tetapi bagaimana dapat diketahui bahwa tulisan tersebut adalah karya yang bersangkutan?

Contoh judul KTI lain tidak menunjukkan kegiatan pengawas dalam pelaksanaan pengembangan profesinya:

1. Peranan perpustakaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

2. Peranan pemberdayaan sumberdaya manusia terhadap peningkatan mutu pendidikan

3. Hubungan kepribadian guru dengan prestasi belajar siswa

4. Peran orang tua dalam membangun perilaku anak

5. Wujud pendidikan nilai dan budi pekerti di sekolah untuk membentuk kepribadian siswa

6. Konsep fullday school di Indonesia

7. Membangun pendidikan dasar yang berkualitas dengan konsep CBSA

8. Masa depan anak ditentukan oleh peran keluarga dan sekolah

9. Potret pelaksanaan otonomi pendidikan di Indonesia

10. Penilaian prestasi hasil belajar siswa

11. dan lain-lain (masih sangat banyak judul serupa)

Apa yang terjadi bila, kita memberikan nilai, bagi KTI yang dihasilkan dari ketidakjujuran seperti itu?

17

Page 19: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

18

Page 20: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

8. Apa saja TOPUKSI Pengawas Sekolah?

Tugas pokok pengawas adalah melaksanakan pengawasan akademik dan pengewasan manjerial melalui pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut.

Dalam kaitannya dengan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah, jabaran tugas pokok pengawas sekolah sebagai dasar dalam menentukan tema / atau judul masalah penelitian tindakan kepengawasan dapar dilukiskan dalam bagan di bawah ini9

Kegiatan Supervisi Akademik

Supervisi Manejerial

Memantau 1. Pelaksanaan pembelajaran/bimbing-an dan hasil belajar

2. Keterlasanaan kurikulum tiap mata pelajaran

1. Pelaksanaan ujian nasional PSB dan ujian sekolah

2. Pelaksanaan standar nasional pendidikan

Menilai Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran/ bimbingan

Kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok funsi dan tanggungjawabnya

Membina 1. Guru dalam menyusun silabus dan RPP

2. Guru dalam proses melaksanakan pembelajaran di kelas/Laboratorium/

1. Kepala Sekolah dlm pengelolaan dan admintrasi sekolah

2. Kepala Sekolah dalam mengkoordinir

9 Dikutip dari Petunjuk Teknis Peneltian Tindakan Sekolah (School Action Research) Peningkatan Komptensi Supresvisi Pengawas Sekolah SMA/SMK, Depdiknas, Dirjen PMPTK, 2007.

19

Page 21: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

lapangan

3. Guru dalam membuat mengelola dan menggunakan media pendidikan dan pembelajaran

4. Guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan

5. Guru dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian

6. Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas

pelaksanaan program bimbingan konseling

Melaporkan dan Tindak Lanjut

1. Hasil pengawasan akademik pada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya

2. Menindaklajuti hasil-hasil pengawasan akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru

1. Hasil pengawasan manajerial pada sekolah-sekolah binaannya

2. Menindaklajuti hasil-hasil pengawasan manajerial untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan

Resep sukses dalam menyusun KTI pada pengembangan profesi pengawas, pada prinsipnya sama dengan resep kesuksesan lainnya yakni..

1. Gunakan selalu kemampuan dan kemauan Anda

20

Page 22: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

2. Mulai dari yang mudah, mulai dari diri senndiri, dan mulailah sekarang!

21

Page 23: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

9. Contoh KTI yang diharapkan dapat dikembangkan

Berikut disajikan contoh Judul KTI pengawas sekolah yang kiranya dapat memenuhi kriieria APIK dan sesuai kegiatan pengembangan profesi bagi pengawas

No

Judul Bentuk KTI dan intisari isi

Dinilai sebagai

1 Langkah kreatif dan efisien dalam memantau pelaksanaan pembelajarann sekolah. Studi kasus di beberapa SD se wilayah X …

Tinjuan ilmiah berdasar pengalaman lapangan penulis. Data lapangan, disertai fakta lain dilampirkan

Makalah tinjauan ilmiah,

Nilai 3,5

2 Upaya meningkatkan mutu penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran/ bimbingan di beberapa SMP se wilayah X …

KTI tersebut berupa prasaran yang disajikan pada pertemuan ilmiah tingkat kabupaten, tentang pengalaman penulis sebagai pengawas sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu

Prasaran pertemuan ilmiah

Nilai 2,5

4 Pengaruh penggunaan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pembelajaran siswa pada pelajaran X di beberapa SMA se wilayah X …

Tinjauan ilmiah penggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pembelajaran siswa di beberapa SMA tempat pengawas bertugas. Laporan

Makalah tulisan ilmiah populer

Nilai 2,0

22

Page 24: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

tersebut ditulis di Koran dalam bentuk tulisan ilmiah populer

23

Page 25: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

5 Meningkatkan kemampuan guru-guru mata pelajaran X, di beberapa SMK dalam menyusun silabus dan RPP, melalui kegiatan lokakarya berkesinambungan, di wilayah X

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang disajikan dalam bentuk makalah

Makalah hasil penelitian tindakan sekolah

Nilai 4,0

6 Peningkatan hasil belajar matematika melalui model belajar kelompok kooperatif, di kelas VI, SD.

Dilakukan bersama dengan guru. Pengawas sebagai peneliti.

Penelitian tindakan kelas. Bentuk tindakannya dirinci dengan sangat jelas, juga cara dan hasil data guna evaluasi dan refleksi. Pengawas sebagai peneliti dan guru sebagai praktisi dilakukan dalam 2 siklus selama 4 bulan.

Makalah hasil penelitian karena dilakukan oleh dua orang – pengawas dan peneliti) maka pengawas sebagai penulis pertama mendapat nilai 60% x 4 = 2,4 angka kredit.

7 Pengaruh supervisi pengawas terhadap kreativitas PBM mata pelajaran X, di sekolah-sekolah di daerah Y..

Penelitian diskriptif terhadap pengaruh supervisi pengawas di beberapa SMP di bawah tanggung jawabnya.

Laporan kegiatan berupa artikel ilmiah yang ditulis dan dapat dimuat di Jurnal Ilmiah Perguruan Tinggi X

Artikel ilmiah dimuat di Jurnal

Nilai 6,0

24

Page 26: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

10. Contoh KTI yang belum dapat dinilai

Berikut disajikan contoh beberapa Judul KTI pengawas sekolah yang kurang dapat memenuhi persyaratan APIK sehingga belum memenuhi syarat baik dan benar dan tidak dapat diberi nilai.

No

Judul Intisari isi Alasan penolakan dan saran yang diberikan

1 Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Mendiskripsikan berbagai upaya guna membangun karakter bangsa.

Masalah yang dikaji terlalu luas tidak berkaitan dengan permasalahan nyata yang tugas dan tanggung jawab pengawas sekolah. Hanya berupa “kliping” berbagai pendapat.

2 Dalam rangka HUT PGRI guru bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia

Memaparkan berbagai pendapat pakar tentang tanggung jawab guru dalam peningkatan mutu pendidikan.

Masalah yang dikaji terlalu luas tidak berkaitan dengan permasalahan dan tugas pengawas sekolah.

Disarankan membuat KTI baru yang berfokus pada kegiatan nyata berkait dengan tugas dan tanggung jawab pengawas sekolah.

3 Pengaruh jumlah faktor air semen pada kekuatan tekan beton.

Mengkaji hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan tekan beton yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah yang sebelumnya adalah guru SMK Teknologi

Masalah yang dikaji merupakan penelitian keilmuan beton, dan bukan termasuk dalam tupoksi pengawas sekolah.

Disarankan untuk membuat KTI baru yang berfokus pada kegiatan pemecahan masalah nyata sebagai pengawas.

25

Page 27: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bangunan.

26

Page 28: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

4 Hubungan antara kondisi sosial ekonomi orangtua siswa dengan prestasi belajarnya.

Studi korelasi antara pendapat siswa tentang kondisi sosial ekonomi orangtuanya (yang diambil melalui kuisener) dengan nilai mata pelajarannya

Tidak ada tindakan nyata yang dilakukan pengawas sekolah dalam kegiatan pengawasan.

Disarankan untuk membuat KTI baru yang berfokus pada kegiatan pemecahan masalah nyata berkaitan dengan proses pengawasan

5 Teknologi Informasi, inovasi baru bagi dunia pendidikan

Paparan tentang peranan IT dalam pembelajaran yang diambil dari berbagai media

Terlalu umum. Tidak berkaitan dengan tugas kepengawasan sekolah.

Disarankan untuk membuat KTI baru yang berfokus pada kegiatan pemecahan masalah nyata sebagai pengawas.

27

Page 29: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

11. Bagaimana macam KTI yang berasal dari Laporan Penelitian?

Berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995, makalah hasil penelitian adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian. Dengan demikian, KTI ini merupakan laporan hasil dari suatu kegiatan penelitian yang telah dilakukan.

Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

No Macam bentuk publikasi laporan hasil penelitian

Angka kredit

1 Berupa makalah yang disimpan di perpustakaan. Inilah bentuk laporan hasil penelitian yang paling banyak diajukan sebagai Karya Tulis Ilmiah oleh para pengawas sekolah

4,0

2 Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada jurnal ilmiah.

6,0

3 Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah.

2,5

4 Berupa tulisan ilmiah populer yang disajikan melalui media masa (termasuk melalui jurnal yang

2,0

Rincian kerangka isinya adalah sebagai berikut:

(a) Laporan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk makalah (dengan angka kredit 4)

Bila merupakan laporan hasil Penelitian Tindakan umumnya menggunakan kerangka isi sebagai berikut:

Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari KORWAS yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan

28

Page 30: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

ditandatangi oleh penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.

Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:

Bab I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).

Bab II Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan tindakan dengan ciri-ciri kejiwaan siswa, dan lain-lain.

Bab III Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting penjelasan umum jalannya tindakan rinci tahap demi tahap, siklus demi siklus. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode yang dipandang kreatif dan inovatif,

Bab V Simpulan dan Saran-Saran.

29

Page 31: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.

Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

(b) Artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal (dengan angka kredit 6)

KTI yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).

Masing-masing jurnal mempunyai tatacara penulisannya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara satu jurnal dengan jurnal yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket berikut printoutnya) dll.

Dengan demikian Isi dan sistematika KTI laporan hasil penelitian yang diajukan untuk dimuat di jurnal, sedikitnya terdiri dari :

Judul penelitian Bab I Permasalahan / Pendahuluan

Latar belakang masalah / Perumusan masalah Tujuan dan Manfaat

Bab II Landasan TeoriBab III Metode PenelitianBab IV Hasil dan Analisis HasilBab V Kesimpulan dan Saran

30

Page 32: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di jurnal antara 5 – 10 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu kemampuan untuk memadatkan laporan, agar isinya tetap terkomunikasikan dan terjaga, dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat, menjadi kemampuan yang memerlukan latihan.

(c) Prasaran pada pertemuan ilmiah (angka kredit 2.5)

Isi prasaran yang dapat disajikan pada pertemuan ilmiah banyak macamnya. Namun karena kegiatan mengikuti kegiatan ilmiah (sebagai pemrasaran) masih dalam ruang lingkup untuk peningkatan pengembangan profesi kepengawasan, maka topik atau hal dipermasalahkan tentunya berada pada kawasan topuksi kepengawasan.

Karena itu hal yang umumnya diharapkan disajikan pada pertemuan ilmiah dapat berupa laporan hasil penelitian ataupun berupa sajian pemikiran non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah). Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan ilmiah, makalah yang disajikan pada pertemuan ilmiah seharusnya harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan dan saran.

Masing-masing pantia pertemuan ilmiah (panitia seminar, lokakarya, simpusium, dll) umumnya mepersyaratkan tatacara penulisan makalahnya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara panitia pengarah yang satu dengan yang lainnya, misalnya, tentang ukuran dan

31

Page 33: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket berikut printoutnya) dll.

Apabila makalah prasaran tersebut merupakan hasil penelitian, umumnya menggunakan sistematika sebagaimana KTI yang diajukan untuk dimuat di jurnal sebagai berikut (1) Judul , (2) Bab I

Permasalahan / Pendahuluan (terdiri dari uraian tentang Latar belakang masalah / Perumusan masalah , Tujuan dan Manfaat, (3) Bab II Landasan Teori, (4) Bab III Metode Penelitian, (5) Bab IV Hasil dan Analisis Hasil, (6) Bab V Kesimpulan dan Saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.

(d) Tulisan ilmiah populer (angka kredit 2)

KTI populer, juga dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama berupa laporan hasil kajian penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).

Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan ilmiah harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan dan saran.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai Tulisan Ilmiah Populer yang diajukan melalui media massa namun tidak dapat dinilai apabila: Isi tulisan mempermasalahkan tentang hal-hal di luar kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah

32

Page 34: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Contoh : Pariwisata di kepulauan Seribu, Manfaat tanaman kecubung

Penulisan KTI populer tentu saja berbeda dengan sajian untuk artikel jurnal. Bahasa yang dipakai tentunya lebih populis, mudah dimengerti, menarik, jelas dan kompak. Tidak diperlukan dalam KTI populer sajian seperti penulisan : abstrak, kata-kata kunci, daftar pustaka, catatan kaki, penjelasan referensi, dan lain-lain.

12. Bagaimana Prinsip dalam Menilai KTI Pengembangan Profesi?

Pertama : KTI harus mendukung ketercapaian tujuan kegiatan pengembangan profesi

Menilai KTI ditujukan untuk dapat mendukung tercapainya tujuan kegiatan pengembangan profesi pengawas.

Yang pasti, kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah bertujuan untuk…

1. TIDAK menambah jumlah pengawas yang curang. Karena itu KTI yang tidak jujur, bukan buatan sendiri, jiplakan, atau tidak asli, sudah seharusnya ditolak dan tidak mendapat nilai. Hendaknya penulis KTI seperti itu juga diberikan sangsi.

2. TIDAK untuk menjadikan bahkan mendorong pengawas sekolah melakukan kegiatan yang tidak perlu. Sehingga KTI yang ditulis sekedar untuk melengkapi persyaratan, mengada-ada, tidak ada manfaatnya, hendaknya tidak dapat diberi nilai.

Yang benar adalah, kegiatan pengembangan profesi pengawas bertujuan untuk meningkatkan mutu kinerja pengawas sekolah sebagai seorang yang profesional.

Karena itu KTI yang diajukan untuk dinilai harus berisi LAPORAN KEGIATAN NYATA yang telah dilakukan

33

Page 35: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

Untuk itu KTI tersebut harus dapat menyakinkan pembacanya bahwa apa yang ditulis itu benar-benar suatu kegiatan nyata yang bermakna dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengawas sekolah yang professional.

Untuk dapat menyakinkan pembacanya, KTI itu harus menyertakan penjelasan yang spesifik tentang permasalahan yang dikaji, hendaknya dapat menyertakan data, fakta, format hasil kerja, hasil tes, atau foto-foto yang mampu menunjang dan meyakinkan bahwa apa yang ditulis dalam KTI itu, benar-benar hal yang nyata telah dilakukan oleh si penulis.

Kedua: KTI harus tersaji dalam format keilmuan (ilmiah)

Sebagai Karya Tulis Ilmiah maka setidak-tidaknya harus dipenuhi persyaratan (a) permasalahan yang dikaji berada pada khasanah keilmuan, (b) tersajikan dengan jelas adanya argumentasi konseptual, teorik dari hal yang dipermasalahkan, (c) tersajikan adanya fakta-fakta spesifik dari hal yang dipermasalahkan dan (d) ada diskusi dan kesimpulan terhadap hal yang dipermasalahkan.

KTI sebagai karya ilmiah juga harus tersaji dalam format, penggunaan bahasa yang lazim dipakai pada dunia keilmuan.

Ketiga : KTI pengembangan profesi bukan SKRIPSI, TESIS atau DESERTASI

KTI pengembangan profesi tidak dimaksudkan untuk berkualitas seperti skripsi, tesis ataupun desertasi. KTI tersebut berfungsi sebagai LAPORAN KEGIATAN NYATA yang telah dikerjakan pengawas sekolah, yang disajikan dalam format ilmiah.

34

Page 36: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Kepustakaan

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.

Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di LPMP Makasar, Maret 2005

Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006

Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

Suhardjono dan Supardi (2007). Mengapa Harus APIK, 10 Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Alasan dan Saran dalam menilai KTI pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, Pengawas dan Penilik PLS.

Wasis, D. Dwiyogo. (2007) Penelitian Tindakan Kepengawasan, Untuk Memperbaiki Sekolah dan Pembelajaran. Teori dan Praktik untuk Pengawas Sekolah. Malang : Wineka Media

35

Page 37: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bab 2

Tanya jawab di sekitar:

Penelitian Tindakan Sekolah bagi Pengawas Sekolah

36

Page 38: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian?

Penelitian (riset, research) dapat diedfinisikan kegiatan kajian suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah, secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan yang umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran, atau evaluasi suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi.

Ringkasnya, penelitian merupakan upaya pemecahan atau pemaparan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, dan terdiri dari tiga elemen utama, yaitu (1) masalah, (2) teori, dan (3) pengumpulan dan analisis fakta empirik.

Apapun jenis penelitiannya, kegiatan penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b) mengaji teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel dalam pengembangan / perancangan / pendiskripsian, (c) mengumpulkan fakta empirik, baik dengan menggunakan berbagai intrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat produk tertentu, (d) menganalisis temuan fakta atau produk dengan kriteria teoritik untuk pengambilan kesimpulan, dan (e) menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil penelitiannnya.

Kegiatan penelitian timbul karena adanya sifat manusia yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa permasalahan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah. Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun untuk mengasilkan suatu produk guna pemecahan

37

Page 39: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

masalah praktis yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.

38

Page 40: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

2. Apakah yang dimaksud dengan Masalah?

Dalam kehidupan sangat sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu. Hanya bila masalah tersebut membutuhkan kebenaran berkriteria keilmuan, maka masalah ini disebut masalah keilmuan. Masalah seperti itulah yang semestinya memerlukan jawaban dengan kerangka berpikir tertentu, yaitu digunakannya metode keilmuan, atau memerlukan kegiatan penelitian (ilmiah) dalam mencari jawaban dan pemecahannya.

Meskipun diketahui bahwa masalah keilmuan cukup banyak terdapat di lingkungan kita, namun sering dirasakan betapa sulitnya mengidentifikasikan, memilih dan merumuskan masalah. Kesulitan pertama adalah, darimana kita mendapatkan masalah untuk penelitian kita?

Terdapat berbagai sumber untuk “mendapatkan” masalah. Masalah-masalah keilmuan sangat banyak dijumpai melalui bacaan. Bacaan yang berupa laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal umumnya sarat dengan informasi yang mengungkapkan pula berbagai masalah keilmuan yang menarik.

Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah juga merupakan ladang masalah penelitian yang subur. Melalui kegiatan tersebut, acapkali terlontar berbagai masalah penelitian yang sudah jadi yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai masalah penelitian. Masalah penelitian dapat tergali melalui hasil pengamatan. Dari pengamatan akan timbul berbagai pertanyaan-

39

Page 41: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

pertanyaan yang melalui penelitian dapat dicari jawabannya.

40

Page 42: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

3. Bagaimana permasalahan penelitian yang baik?

Tentu saja tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah dapat diidentifikasi, akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Kelayakan suatu penelitian berkaitan dengan banyak faktor.

Kemanfaatan hasil. Sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis.

Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan yaitu: (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis, dan (b) mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis.

Persyaratan dari segi si peneliti , yang pada prinsipnya sejauh mana kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini menyangkut setidak-tidaknya lima faktor, yakni: biaya; waktu; alat dan bahan; bekal kemampuan teoritis peneliti; dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.

41

Page 43: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

4. Bagaimana Penelitian di Bidang Kepengawasan Sekolah ?

Permasalahan pendidikan yang dapat dikaji melalui penelitian, sangatlah luas. Mulai dari filsafat pendidikan, politik dan kebijakan pendidikan, ekonomi pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan, manajemen, bimbingan dan konseling, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain.

Penelitian pendidikan dapat dilakukan terhadap kajian ilmu pendidikan, kajian praktik pendidikan, dan kajian evaluasi pendidikan. Penelitian ilmu pendidikan meliputi kajian dasar-dasar, teori-teori, dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembangannya, yang berada pada kelompok penelitian dasar. Penelitian terhadap praktik pendidikan lebih diarahkan pada aplikasi teori, yang merupakan penelitian terapan. Penelitian evaluasi pendidikan dan lain-liaiin, yang juga berada pada kelompok penelitian terapan.

Penelitian pendidikan, baik pada bidang ilmu, praktik dan evaluasi pendidikan, dipilahkan dalam tiga kelompok yakni: (a) Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran, (b) Penelitian Bimbingan dan Konseling, dan (c) Penelitian Manajemen Pendidikan (Nana, 2005).

Penelitian-penelitan tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, baik dengan eksperimental maupun non eksperimental.

Melihat luasnya kajian di bidang pendidikan itu, maka penelitian yang dilakukan pengawas dalam pengembangan profesinya, seharusnya difokuskan pada permasalahan yang terkait dengan keilmuan dan praktek tugas kepengawasan sekolah yang merupakan tanggung jawab profesionalnya.

42

Page 44: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

5. Apa saja macam KTI pengawas?

Sebagaimana telah dijelaskan, macam KTI yang dapat dilakukan pengawas pada kegiatan pengembangan adalah:

1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.

2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan.

3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa.

4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiiah.

5. Buku pelajaran atau modulKelima macam karya tulis di atas, kesemuanya adalah Karya Tulis Ilmiah. Dengan demikian semua karya tulis itu harus disusun memakai langkah sesuai dengan metode (berpikir) ilmiah. Ciri khusus metode ilmiah adalah adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.

Karya tulis yang dibuat dengan tidak menggunakan metode keilmuan, misalnya puisi, prosa, atau karya tulis lain yang sejenis, tetap mendapat penghargaan angka kredit melalui kelompok “menciptakan karya seni”.

43

Page 45: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

6. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Sekolah?

Penelitian tindakan banyak dilakukan baik oleh guru maupun pengawas.

Bila dilakukan guru umum disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas dan disingkat denga PTK. Sedangkan bila dilakukan oleh pengawas sekolah, disebut sebagai Penelitian Tindakan Sekolah atau disingkat dengan sebutan PTK.

Tujuan utama PTS adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan pengawas sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.

Secara lebih rinci, tujuan PTS antara lain :

Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan, manajemen dan pembelajaran, termasuk mutu guru, kepala sekolah, khususnya yang berkaitan dengan tugas profesional kepengawasan, di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya.

Meningkatkan kemempuan dan sikap profesional sebagai pengawas sekolah.

Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan

Ciri khusus dari PTS adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

44

Page 46: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.

Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan sekolah harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas.

Di samping itu PTS, karena menggunakan kegiatan nyata di sekolah-sekolah, menuntut etika, antara lain: (a) tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru, maupun kegiatan pendidikan yang berjalan di sekolah (b) jangan terlalu menyita banyak waktu (dalam pengambilan data, dll). (c) masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh pengawas sekolah., (d) dilaksanakan dengan selalu memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan, dll).

Contoh kegiatan PTS ;

Judul : Upaya peningkatan kemampuan guru matematika SMA dalam mengevaluasi hasil belajar siswa melalui lokakarya berkesinambungan, bagi guru-guru matematika SMA se wilayah X di Kabupaten Y tahun Z.

Masalah : kemampuan guru-guru matematika dalam mengevaluasi hasil belajar siswa menunjukkan berbegai kelemahan dan perlu ditingkatkan.

Tindakan yang dilakukan: Berdasar kajian awal diduga tindaka yang berupa lokakarya berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dapat menyelesaikan masalah.

Tindakan dilakukan secara rinci dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengematan, pengumpulan data, serta analisis untuk pengkajian hasil dalam rangka refleksi. Dari hasil refleksi dilanjutkan dengan langkah kegiatana serupa para siklus kegiatan yang berikutnya.

45

Page 47: Pedoman Pengawas 2008

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan data I

Refleksi I

permasalahan

Perencanaan tindakan

II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan data II

Refleksi II

Permasalahan baru hasil refleksi

Bila permasalahan belum terselesaikan

..

Dilanjutkan ke siklus berikutnya..

Dilanjutkan ke siklus berikutnya..

Siklus I

Siklus II

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

PTS terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pelaksanaan PTS dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru bersama peneliti (dalam kasus ini bersama dengan pengawas sekolah) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk

46

Page 48: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka dapat dilanjutkan dengan tahap kegaitan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.

7. Bagaimana menyusun Usulan Penelitian ?

Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu umum disebut sebagai usulan penelitian (proposal penelitian). Usulan penelitian merupakan langkah pertama dari kerja penelitian. Sedangkan KTI, yang merupakan laporan hasil penelitian, merupakan langkah terakhir.

Pada umumnya usulan penelitian terdiri dari :

Judul Penelitian

Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).

Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan

Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang Rencana dan Prosedur Penelitian (terutama: prosedur

47

Page 49: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian).

Rincian dari langkah kegiatan di atas adalah sebagai berikut:

Judul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin permasalahan yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul tersebut. Upayakan pula agar dengan membaca judul itu, pembaca akan tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.

Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya tertulis di dalam judul adalah gambaran dari apa dipermasalahkan, (misalnya: peningkatan hasil belajar) dan macam tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya (misalnya penggunaan model pembelajaran kooperatif).

Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat umum ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, seperti misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan lain-lain.

Bab Pendahuluan

Bab Pendahuluan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian dengan uraian sebagai berikut:

Latar belakang masalah, berisi uraian yang jelas dan rinci mengapa sesuatu itu dipermasalahkan dan akan dijadikan sebagai penelitian. Dengan kata lain, sub bab ini mengungkapkan berbagai landasan, fakta atau berbagai alasan dari masalah yang akan dicari jawabannya. Alasan mengapa mempermasalahkan tersebut, diperlukan untuk

48

Page 50: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian yang diajukan.

Akibat banyaknya kemungkinan yang terjadi, permasalahan harus dibatasi. Dengan membatasi permasalahan diharapkan masalah penelitian dapat lebih dipertegas, dalam arti ditentukan batas-batas ruang lingkupnya. Hanya dengan adanya batas-batas permasalahan yang jelas dapat diketahui dan ditetapkan faktor-faktor apa saja yang perlu dibahas dan faktor-faktor apa yang tidak perlu.

Perumusan dan pemecahan masalah : Bagian terpenting pada usulan penelitian adalah permasalahan, khususnya rumusan masalahnya. Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Sebagai pertanyaan sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Variabel yang akan dikaji harus terungkap jelas demikian pula hubungan di antara variabel tersebut.

Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian yang diusulkan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara spesifik, dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.

Sedangkan kegunaaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian yang berguna setidak-tidaknya bagi kepentingan ilmiah atau kepentingan terapan.

Usulan penelitian harus pula menuliskan pula rancangan pengumpulan dan analisis data, yang disajikan pada bab ketiga. Uraian ini, intinya berisi penjelasan bagaimana data akan diperoleh, menggunakan alat apa, termasuk

49

Page 51: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

pula penjelasan tentang populasi dan teknik samplingnya, serta rancangan analisisnya.

Bab Tinjauan Pustaka

Pada bab kajian / tinjauan kepustakaan dituliskan berbagai kajian teori dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan variabel yang dipermasalahkan. Mengapa? Karena, cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah digunakannya pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi. Yaitu, dipakainya referensi yang berisi teori ilmiah yang sahih maupun berdasar hasil-hasil penelitian yang telah diverifikasi kebenarannya. Hasil-hasil penelitian yang telah diverifikasi kebenarannya pada umumnya merupakan dasar argumentasi ilmiah yang sangat kokoh

Kriteria kepustakaan yang baik. Sedikitnya ada dua syarat utama harus dipenuhi oleh sumber bacaan yang akan digunakan dalam kajian teori, yakni:

a) adanya keterkaitan antara isi bacaan dengan masalah yang dibahas, dan

b) kemutahiran sumber bacaan, artinya sumber bacaan yang sudah kadaluwarsa harus ditinggalkan.

Penelitian dengan daftar kepustakaan yang sangat banyak, namun keterkaitan antara isi kepustakaan dan masalah yang dibahas tidak terlalu jelas, harus dihindari. Kualitas hasil karya ilmiah tidak berkaitan dengan banyaknya buku yang tercantum pada daftar pustaka, tetapi pada kualitas pustaka yang digunakannya.

Bab Metode Penelitian

Pada Bab Metode Penelitian dituliskan antara lain: rancangan penelitian, penjelasan variabel dan instrumen serta metode pengumpulan data, serta rancangan tabulasi dan analisis data dalam pengujian hipotesis.

50

Page 52: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Rancangan penelitian: Pada usulan juga dituliskan gambaran langkah dalam pengambilan sampel. Juga harus dapat terjabarkan teknik-teknik dan alat-alat yang akan digunakan untuk mengamati dan mengukur data.

Kesalahan dalam pencarian fakta ermpirik : Sebagaimana telah diketahui, penelitian merupakan salah satu upaya cara untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Untuk itu peneliti harus mengetahui hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan. Kegiatan yang seringkali berpeluang untuk terjadinya kesalahan dalam kegiatan pencarian data adalah ketika (a) pengambilan sampel; (b) menetapkan hubungan antar variabel; dan (c) saat mengukur variabel.

Instrumen Penelitian. Guna memungkinkan pengujian secara empirik maka konsep-konsep yang diajukan harus dapat diamati dan diukur. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengambil data atau informasi. Kebenaran data atau informasi yang diambil sangat tergantung dari kebenaran instrumen yang dipakai. Dengan demikian penetapan, penyusunan dan penggunaan instrumen merupakan bagian penting pada pelaksanaan penelitian.

Rancangan Pengumpulan dan Analisis Data. Usulan yang baik harus mampu mengungkapkan gambaran langkah dalam pengambilan sampel. Juga harus dapat terjabarkan teknik-teknik dan alat-alat yang akan digunakan untuk mengamati dan mengukur data. Data yang didapat baik melalui eksperimen maupun tidak, akan diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan kaidah-kaidah statistika. Usulan penelitian yang baik, harus mampu pula menunjukkan rancangan teknik analisis data yang akan dipakai dan formula statistika yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.

51

Page 53: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

8. Bagaimana Laporan Hasil Penelitian Tindakan Sekolah?

Umumnya karya tulis ilmiah hasil laporan PTS ini mempunyai kerangka isi sebagai berikut:

Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari KORWAS yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.

Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:

Bab I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian

Bab II Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan tindakandan lain-lain.

Bab III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi,

52

Page 54: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci, terutama langkah yang harus dilakukan oleh siswa, bukan menjelaskan langkah guru yang biasa seperti membuat persiapan, menyiapkan alat, dan seterusnya.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode mengajar yang dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang maksimal

Bab V Simpulan dan Saran-Saran.

Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.

Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

53

Page 55: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

9. Bagaimana Laporan PTK yang kurang mememenuhi syarat?

Berikut disajikan contoh laporan PTK yang dibuat oleh pengawas sekolah yang belum memenuhi kriteria penilaian angka kredit.

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

11

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau bagai pengawas Penelitian Tindakan Sekolah, namun

tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,

juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan Penelitian Tindakan namun :

tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan, juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan penelitian tindakan maka sistematikanya paling tidak memuat:(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap tiap siklus,perubahan pada siswa, guru dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan PTK harus melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian,

54

Page 56: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

12

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan PTK (penelitian tindakan kelas), namun :

Pengawas sekolah justru berperan sebagai guru kelas

Tidak jelas peran pengawas sekolah dalam kegiatan PTK tersebut.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan PTK, namun tampak bahwa peran pengawas sekolah dalam kegiatan tersebut tidak terlalu jelas, tampaknya pengawas sekolah lebih berperan sebagai guru kelas.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan penelitian tindakan maka harus mengikutsertakan guru kelas sebagai praktisi dan pengawas sekolah sebagai peneliti dengan sistematika yang paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap tiap siklus,perubahan pada siswa, guru dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan PTK harus melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-

55

Page 57: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

56

Page 58: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Daftar kepustakaan

------, Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya

------, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

------, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 025/0/1995

Kemmis and McTaggart (1994) The Action Research Planner, Dekain University

Nana Syaodih Sukmadinata, (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudarwan Danim, (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka setia.

Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI do Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Degutentis, Jakarta : Diknas

Suhardjono, (2004), 50 Pertanyaan dan Jawaban di sekitar MENYUSUN USULAN PENELITIAN makalah pada Lokakarya dan Penataran Penelitian Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Widya Gama Malang, Sabtu 14 Agustus 2004

Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005

Suhardjono (2006) Metodologi Penelitian di Bidang Teknik Pengairan. Buku Ajar Jurusan Teknikm Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Suharsimi, Arikunto (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto, (2002), Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang,

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

57

Page 59: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Bab 3

Tanya jawab di sekitar:

Kriteria dan Persyaratan KTI dalam kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

58

Page 60: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

1. Apa Saja Macam KTI bagi pengawas sekolah?

Ada lima macam KTI yang dapat dibuat oleh pengawas sekolah, pada kegiatan pengembangan profesinya, yaitu:10

1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.

2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan.

3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa.

4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiiah.

5. Buku pelajaran atau modul

10 Untuk lebih memperjelas lihat pada Lampiran I dari Keputusan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor : 84/1993 Tanggal 24

Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya. KTI

bagi guru macam KTI tersebut masih ditambah dengan (6) Diktat pelajaran

dan (7) Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat

bagi pendidikan.

59

Page 61: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Rincian besaran nilai angka kredit KTI tersebut adalah sebagai berikut:

No Macam KARYA TULIS ILMIAH

Macam publikasinya Angka kredit

1 KARYA TULIS ILMIAH hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi

Berupa buku yang diedarkan secara nasional

12,5

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas

6,0

Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional

8,0

Berupa makalah didokumentasi di sekolah

4,0

2 KARYA TULIS ILMIAH yang merupakan tinjauan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan

Berupa buku yang diedarkan secara nasional

8,0

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas

4,0

Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional

7,0

Berupa makalah

didokumentasi di sekolah

3,5

3 KARYA TULIS ILMIAH yang berupa tulisan ilmiah popular yang disebarkan melalui media masa

Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada media masa

2,0

4 KARYA TULIS ILMIAH yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah

Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah

2,5

5 KARYA TULIS ILMIAH yang berupa buku

Berupa buku yang bertaraf nasional

5

60

Page 62: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

pelajaran Berupa buku yang bertaraf propinsi

3

61

Page 63: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

2. Mengapa banyak KARYA TULIS ILMIAH belum memenuhi syarat?

Beberapa permasalahan dalam praktik penysunan Karya Tulis Ilmiah yang dapat terjadi antara lain:

1. Adanya KTI yang “keasliannya” diragukan. KTI tersebut diduga kuat bukan karya si penulis.

2. Adanya KTI yang tidak ada manfaatnya. KTI yang dihasilkan hanya sekedar gagasan yang terlalu umum, dan tidak jelas menunjukkan kegiatan apa yang telah dilakukan pengawas sekolah dalam pengembangan profesinya.

Mengapa hal di atas dapat terjadi? Ada beberapa jawaban :

(a) Tidak sedikit jumlah pengawas sekolah yang merasa kurang mampu, atau memang memerlukan peningkatan kemampuan dalam membuat KTI, sehingga pembuatan KTI merupakan hal yang menyulitkan.

(b) Terdapat pengertian yang keliru. Ada yang berpendapat bahwa yang penting adalah ” ada KTI untuk dikirimkan kepada tim penilai guna mendapat pernilaian dalam perolehan angka kredit”. Bagaimana cara membuatnya tidaklah penting.

(c) Sementara itu, di lapangan terdapat banyak peluang untuk meminta tolong orang atau lembaga lain untuk membuatkan KTI bagi dirinya. Kemajuan di bidang

62

Page 64: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

teknologi informasi menjadikan makin mudah untuk menyalin, menjiplak dan bahkan mengkopi KTI orang lain.

(d) Kehendak untuk “membuatkan KTI” makin membesar karena adanya kabar dari mulut ke mulut, bahwa ada KTI yang tidak asli pun berhasil memperoleh nilai.

Mengapa banyak KTI yang terlalu dangkal, serta tidak mampu memberikan gambaran tentang kegiatan pengembangan pengawas sekolah dalam profesinya?

Jawabannya, cukup jelas. KTI seperti itulah yang paling mudah dibuat (atau dibuatkan). Dengan demikian, KTI yang “terlalu umum” di samping tidak dapat mencerminkan pengembangan profesi nyata pengawas sekolah di lapangan, juga lebih cenderung kepada KTI yang tidak asli. Berikut adalah contoh judul-judul KTI yang “terlalu umum” tersebut :

Manfaat perpustakaan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Peran KBK dalam upaya mencerdaskan siswa. Hubungan IQ dengan nilai matematika. Pengaruh kondisi sosek orangtua terhadap

prestasi siswa. dan lain-lain

Meskipun semua judul KTI tersebut berada dalam bidang pendidikan, dan tampaknya tidak ada yang salah, tetapi betapa mudahnya KTI tersebut dipakai, atau ditulis kembali untuk diajukan oleh pengawas sekolah yang lain. Pengalaman menunjukkan KTI semacam itulah yang banyak dijumpai.

63

Page 65: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

3. Bagaimana Kriteria KTI yang dapat dinilai?

Di samping memakai berbagai kriteria penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, ada kriteria khusus untuk menilai KTI pada kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah11 yaitu kriteria “APIKAPIK,” yang artinya…

A A sli, KTI harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur.

Tujuan utama kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah tentu TIDAK untuk meningkatkan ketidakjujuran. Karena itu syarat utama KTI yang memenuhi syarat untuk mendapat angka kredit adalah kejujuran.

KTI yang tidak “asli “ dapat terlihat antara lain melalui,

terdapat bagian-bagian tulisan, atau petunjuk lain yang menunjukkan bahwa KTI itu dirubah di sana-sini dan digunakan sebagai KTI nya (seperti misalnya: bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat petunjuk adanya lokasi dan subyek yang tidak konsisten, terdapat tanggal pembuatan yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang tidak konsisten, tidak akurat

waktu pelaksanaan pembuatan KTI yang kurang masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu banyak dalam kurun waktu tertentu)

adanya kesamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan dengan KTI yang lain, baik yang dibuat oleh yang bersangkutan atau dengan KTI lain dari

11 Untuk itu disarankan untuk menyusun dan menyebarluaskan kriteria dan persyartan khusus tentang KTI bagi pengawas, sebagaimana yang telah ada bagi para guru (yang dibuat tahun 1996 dan sudah harus direvisi kembali)

64

Page 66: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

daerah tertentu (umumnya dengan sampul yang sama, kata pengantar yang sama, teori yang sama, daftar pustaka yang sama, yang berbeda hanya pada subyek mata pelajaran, dan data yang tampak sekedarnya)

adanya keTIDAKsamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan di antara KTI yang dibuat oleh penulis yang sama

KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum, yang tidak berkaitan dengan kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam kegiatan pengembangan profesinya. Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru, dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.

P P erlu, permasalahan yang dikaji harus diperlukan dan mempunyai manfaat, karena tujuan utama dari pengembangan profesi adalah meningkatkan mutu pengawas sekolah agar lebih profesional. Sehingga apa yang ditulis bukan permasalahan yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu untuk dipermasalahkan.

Contoh dari KTI yang tidak perlu tersebut, antara lain…

masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi pengawas sekolah (misalnya KTI berjudul (a) Kemampuan profesional pengawas dalam meningkatkan mutu pembelajaran, (b) Peranan pengawas sekolah dalam melestarikan Pancasila, (c) Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan, dan lain-lain).

65

Page 67: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

masalah yang ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan / pengembangan profesinya sebagai pengawas sekolah 12 , permasalahan yang ditulis, sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya dan merupakan hal mengulang-ulang (misalnya KTI yang berjudul: (a) Hubungan status orangtua siswa dengan prestasi belajar, (b) Korelasi nilai IPA dengan nilai Pendidikan Pancasila, dan (c) Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan nilai Bahasa Indonesia, dan lain-lain.)

masalah berisi hal di luar tupoksi pengawas misalnya (a) rela berkorban untuk tanah air, (b) sejarah kerajaan Sunda Melinda, (c) Agar PEMILU berjalan Jurdil, (d) Teknik memimpin rapat, dan lain-lain

I I lmiah, KTI yang tidak ilmiah antara lain ditandai dengan

masalah yang dituliskan bukan masalah keilmuan dan tidak berkait dengan permasalahan tentang pengembangan profesi (tugas dan tanggung jawab) pengawas sekolah yang spesifik dilakukannya pada lingkup dan daerah kerjanya.

12 Tugas dan kewajiban pengawas sekolah adalah (a) menyusun program catur wulanan pen gawasan sekolah, (b) melaksanakan penilaian, pengolahan, dan analisis data hasil belajar / bimbingan siswa dan kemampuan guru, (c) mengumpulkan dan mengolah data sumberdaya pendidikan, proses belajar mengajar/ bimbingan siswa dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa, (d) melaksanakan analisis komprehensif hasil belajar/bimbingan siswa , (e) memberikan arahan dan bimbingan kepada guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar/ bimbingan siswa, (f) memberikan contoh pelaksanaan tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan siswa, (g) menyusun laporan hasil pengawasan sekolah, (h) melaksanakan evaluasi hasil pengawasan seluruh sekolah yang menjadi tanggung jawabnya, (i) Membina pelaksanaan pengelolaan sekolah, (j) Memberikan bahan penilaian dalam rangka akreditasi sekolah swasta, dan (k) Melaksanakan salah satu atau lebih kegiatan pengembangan profesi dengan angka kredit sekurang-kurangnya 12 (dua belas).

66

Page 68: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai pengawas sekolah (misalnya tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah kepengawas di sekolah atau di wilayah bidang tugasnya)

rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan

kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya

kesimpulan tidak/belum menjawab permasalahan yang diajukan

K K onsisten, KTI harus disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang pengawas sekolah, maka KTInya harus berada pada bidang tugas dan fungsi pengawas sekolah. KTI yang tidak konsisten antara lain ditandai dengan

tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai pengawas sekolah (misalnya KTI yang ditulis merupakan kegiatan guru atau kepala sekolah, bukan tentang kepengawasan)

tidak sesuai latar belakang keahlian atau tugas pokok penulisnya, atau

67

Page 69: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

4. Bagaimana Alasan dan saran dalam penilaian KTI?

Berikut disajikan beberapa contoh alasan dan saran dalam menilai KARYA TULIS ILMIAH yang belum memenuhi syarat dan karena itu tidak dapat diberi nilai.

KTI yang tidak Asli

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

1 Pada KARYA TULIS ILMIAH terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa KARYA TULIS ILMIAH tersebut tidak asli, seperti data yang tidak konsisten, lokasi, nama sekolah, dan data yang dipalsukan, lampiran yang tidak sesuai, dan lain-lain.

(Penilai harus menuliskan / menandai hal-hal tersebut pada KARYA TULIS ILMIAH yang dinilainya)

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya, yaitu adanya berbagai data yang tidak konsisten

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut

68

Page 70: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

telah dilakukan.

KTI yang tidak Asli

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

2 Pada KARYA TULIS ILMIAH terdapat indikasi yang menunjukkan kejanggalan misalnya :

Dalam satu tahun, seorang pengawas sekolah mengajukan lebih dari dua buah KARYA TULIS ILMIAH hasil penelitian.

(Apabila setiap semester dilakukan satu penelitian, maka dalam setahun, dihasilkan maksimal dua KARYA TULIS ILMIAH hasil penelitian)

.

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya, yaitu banyaknya laporan hasil penelitian yang dihasilkan dengan waktu yang tersedia.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

69

Page 71: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

70

Page 72: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Asli

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

3 Pada KARYA TULIS ILMIAH terdapat indikasi yang menunjukkan kejanggalan misalnya :

Beberapa KARYA TULIS ILMIAH dari pengawas sekolah yang sama, sangat berbeda kualitasnya.

Misalnya satu KARYA TULIS ILMIAH berkualitas setara tesis, sedang KARYA TULIS ILMIAH lain yang, mempunyai kualitas yang sangat jauh berbeda.

Tidak wajar apabila kualitas KARYA TULIS ILMIAH dari orang yang sama, mempunyai mutu yang sangat jauh

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya, yaitu adanya perbedaan mutu KARYA TULIS ILMIAH yang mencolok di antara karya yang dibuat oleh seorang pengawas sekolah yang sama

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

71

Page 73: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

berbeda

72

Page 74: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak AsliNo

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

4 Pada KARYA TULIS ILMIAH terdapat indikasi yang menunjukkan kejanggalan misalnya :

KARYA TULIS ILMIAH yang dinyatakan dibuat dalam waktu yang berbeda (misalnya tahun-tahun yang berbeda) mempunyai kesamaan mencolok satu dengan yang lain.

Kesamaan itu misalnya tampak pada kata pengantar, tanggal pengesahan, tanggal pembuatan, foto pelaksanaan yang sama, dan data lain yang menunjukkan ketidakwajaran.

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya, yaitu adanya banyak kesamaan yang mencolok di antara KARYA TULIS ILMIAH yang dinyatakan dibuat pada waktu yang berbeda.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

73

Page 75: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Asli

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

5 KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan tampak sangat mirip skipsi, tesis atau desertasi, yang dapat diduga sangat mungkin karya orang lain, atau tesis yang bersangkutan yang dipakai kembali.

Hal ini tampak dari sajian isi, format kelengkapan kepustakaan, kedalaman teori dan terutama permasalahan penelitiannya.

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya.

KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan sangat mirip skripsi, tesis atau desertasi yang tidak berkaitan dengan kegiatan pengembangan profesinya sebagai pengawas sekolah.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

74

Page 76: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

75

Page 77: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Asli

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

6 Beberapa KARYA TULIS ILMIAH (yang umumnya berasal dari daerah yang sama) sangat mirip.

Kemiripan yang mencolok tersebut tampak pada pengantar, abstrak, teori, daftar pustaka, yang tertulis sama baik bentuk dan ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain.

Fakta di lapangan menunjukkan adanya biro jasa yang bersedia “membuatkan” KARYA TULIS ILMIAH bagi para guru.

Terdapat indikasi yang menunjukkan KARYA TULIS ILMIAH ini diragukan keasliannya.

KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan sangat mirip dengan KARYA TULIS ILMIAH lain dari daerah yang sama. Kemiripan yang mencolok tersebut di antaranya tampak pada kata pengantar, daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka, dan berbagai data yang lain.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut

76

Page 78: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

telah dilakukan.

KTI yang tidak Perlu

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

7 Pada KARYA TULIS ILMIAH yang dibuat oleh Pengawas Sekolah membahas permasalahan di luar atau tidak berkaitan dengan tupoksinya sebagai pengawas sekolah.

Misalnya membahas tentang pariwisata daerah, peranan pengawas dalam pilkada, atau hal-hal lain di luar tupoksi pengawas sekolah.

KARYA TULIS ILMIAH yang dibuat oleh Pengawas Sekolah menunjukkan kejanggalan karena membahas permasalahan di luar atau tidak berkaitan dengan tupoksinya sebagai pengawas sekolah.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan

77

Page 79: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

KTI yang tidak Perlu

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

8 KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai Laporan Penelitian Korelasi namun

tidak jelas kegiatan nyata apa yang telah dilakukan pengawas sekolah dalam kegiatan pengembangan profesi

Contoh :

Korelasi antara motivasi dan hasil belajar

Korelasi antara panjang tungkai kan prestasi lari

Adakah hubungan antara nilai matematika dengan nilai fisika?

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan penelitian korelasi, tetapi,

tidak jelas kegiatan nyata apa yang telah dilakukan pengawas sekolah dalam kegiatan pengembangan profesi

bahasan hanya sebatas mengkorelasikan variabel-variabel yang telah jelas jawabannya, dan tidak berkaitan dengan tindakan professional pengawas sekolah dalam peningkatan profesinya.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam

78

Page 80: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

79

Page 81: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Perlu

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

9 KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai tinjauan / gagasan ilmiah, namun :

hanya berupa diskripsi atau paparan tentang hal yang terlalu luas/ terlalu umum

tidak terkait dengan permasalahan kepengawasan

Contoh judul:

(a) Dalam rangka HUT PGRI pengawas sekolah bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia

(b) Motivasi pengawas sekolah dalam kegiatan olahraga

KTI dinyatakan sebagai tinjauan ilmiah namun belum memenuhi persyaratan, karena hal yang dipermasalahkan berupa diskripsi tentang hal yang terlalu luas/ terlalu umum.

KTI tersebut tidak berkaitan dengan tupoksi pengawas sekolah dan tidak tampak adanya permasalahan berkaitan dengan kegiatan ybs sebagai pengawas sekolah.

Disarankan membuat KARYA TULIS ILMIAH baru yang berupa “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan.

Bila KARYA TULIS ILMIAH dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah tetap harus memasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas kepengawasanya dengan menyertakan fakta-fakta masalah yang terjadi dalam pelaksanaan tugasnya

Sistematika KTI yang berupa tinjauan ilmiah paling tidak memuat :Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penulisanKajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji Sajian fakta-fakta yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah di sekolah-sekolah binaannyaTinjauan atau ulasan tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang berupa gagasan yang bersangkutan berdasar teori dan fakta yang ada.Kesimpulan dan saran

80

Page 82: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

81

Page 83: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Ilmiah

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

10

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan berupa laporan penelitian, namun

latar belakang masalah tidak jelas

rumusan masalah tidak jelas

kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya

metode penelitian, sampling, data, analisis hasil yang tidak / kurang benar

KARYA TULIS ILMIAH berupa laporan hasil penelitian yang menunjukkan (a) latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas, dan (b) rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan (c) kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya, dan (d) metode penelitian, sampling, data, analisis hasil yang tidak / kurang benar.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KTI berupa laporan penelitian, sistematikanya paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksnaan penelitian; (Bab IV) Hasil, analisis hasil dan diksusi hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan penelitian harus pula melampirkan

(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian

82

Page 84: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

tersebut telah dilakukan.

83

Page 85: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Ilmiah

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

11

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau bagai pengawas Penelitian Tindakan Sekolah, namun

tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,

juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan Penelitian Tindakan namun :

tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan, juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan penelitian tindakan maka sistematikanya paling tidak memuat:(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap tiap siklus,perubahan pada siswa, guru dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan PTK harus melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

84

Page 86: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

85

Page 87: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Ilmiah

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

12

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan PTK (penelitian tindakan kelas), namun :

Pengawas sekolah justru berperan sebagai guru kelas

Tidak jelas peran pengawas sekolah dalam kegiatan PTK tersebut.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan PTK, namun tampak bahwa peran pengawas sekolah dalam kegiatan tersebut tidak terlalu jelas, tampaknya pengawas sekolah lebih berperan sebagai guru kelas.

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KARYA TULIS ILMIAH tersebut berupa laporan penelitian tindakan maka harus mengikutsertakan guru kelas sebagai praktisi dan pengawas sekolah sebagai peneliti dengan sistematika yang paling tidak memuat:

(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus,data lengkap tiap siklus,perubahan pada siswa, guru dan klas, bahasan seluruh siklus ; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.

Laporan PTK harus melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

86

Page 88: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

87

Page 89: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Ilmiah

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

13

KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan berupa penelitian eksperimen, tidak dapat diterima karena tidak mengikuti kaidah penulisan laporan penelitian eksperimen

KARYA TULIS ILMIAH yang diajukan berupa penelitian eksperimen, tidak dapat diterima karena tidak mengikuti kaidah penulisan laporan penelitian eksperimen

Disarankan agar membuat penelitian eskperimen baru yang minimal mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

bab I pendahuluan berisi masalah aktual yang berkaitan dengan topik penelitiannya, bab II kajian permasalahan mengetengahkan dasar-dasar teori tentang variabel yang dipermasalahkan dan treatmen serta dasar hipotesisnya, bab III mengetengahkan metode penelitian, penentuan kelompok eksperimen, waktu dan cara pelaksanaan eksperimen, unsur-unsur yang diamati selama percobaan, alat, cara dan aspek yang diamati/diukur dan teknik analisis datanya, bab IV mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini merupakan inti laporan agar disusun secermat dan selengkapnya, dan bab V mengemukakan kesimpulan dan saran yang didasarkan pada bab-bab sebelumnya

Laporan penelitian harus pula melampirkan

semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, kuisener, tes, lembar observasi, pengamatan dan lain-lain, (b) contoh-contoh isian instrumen misalnya hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, jurnal harian, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang mampu memberikan bukti bahwa penelitian tersebut telah dilakukan.

88

Page 90: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

89

Page 91: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Ilmiah

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

14

KARYA TULIS ILMIAH dinayatakan sebagai laporan penelitian deskriptif, namun :

tidak jelas kegiatan nyata apa yang telah dilakukan pengawas sekolah dalam kegiatan pengembangan profesinya

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai laporan penelitian deskriptif, namun tidak jelas kegiatan nyata apa yang telah dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya

Disarankan membuat KARYA TULIS ILMIAH baru yang berupa “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan.

Bila KARYA TULIS ILMIAH dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah tetap harus memasalahkan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas kepengawasanya dengan menyertakan fakta-fakta masalah yang terjadi dalam pelaksanaan tugasnya

Sistematika KTI yang berupa tinjauan ilmiah paling tidak memuat :

Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penulisan

Kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji

Sajian fakta-fakta yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah di sekolah-sekolah binaannya

Tinjauan atau ulasan tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang berupa gagasan yang bersangkutan berdasar teori dan

90

Page 92: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

fakta yang ada.

Kesimpulan dan saran

91

Page 93: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Konsisten

No

Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

15.

KARYA TULIS ILMIAH belum memenuhi persyaratan karena hal yang dipermasalahkan tidak sesuai dengan tugas keseharian penulis dalam upaya pengembangan profesinya

Contoh judul:

Kumpulah naskah khotbah

Etika dalam bermasyarakat agamis

KARYA TULIS ILMIAH tidak memenuhi persyaratan karena hal yang dipermasalahkan tidak sesuai dengan tugas keseharian penulis dalam upaya pengembangan profesinya

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila KARYA TULIS ILMIAH dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah tetap harus memasalahkan hal-hal yang sesuai dengan tugas utama keseharian penulis dengan didukung data faktual yang berkaitan dengan masalahnya.

Penulis harus menyampaikan strategi gagasan/ide untuk memecahkan masalah yang diajukan disertai dukungan teori dan data yang relevan, dengan sistematika: Bab I Pendahuluan (latar belakang masalah, perumusan masalah), Bab II, Kajian teori (berisi teori yang relevan), Bab.III, Pembahasan (gagasan penulis dengan dukungan data dan teori), Bab IV. Simpulan (didasarkan bab sebelumnya)

92

Page 94: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Konsisten

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

16 KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai prasaran ilmiah yang diajukan dalam suatu seminar ilmiah namun :

Isi prasaran mempermasalahkan tentang hal-hal di luar kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah

Contoh :

Prasaran dalam seminar tentang kesehatan

Prasaran dalam seminar di luar bidang kepengawasan

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai prasaran ilmiah yang diajukan dalam suatu seminar ilmiah, namun isi prasaran mempermasalahkan tentang hal-hal di luar kegiatan pengembangan profesi sebagai pengawas sekolah

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila berupa prasaran ilmiah isinya harus konsisten dengan tupoksi pengawas sekolah.

Prasaran juga harus dilakukan pada pertemuan ilmiah minimal di tingkat Kabupaten, dan dilengkapi dengan bukti fisik yang lengkap (daftar hadir, undangan, makalah, pernyataan dari panitia seminar bahwa makalahnya telah mempresentasikan, dan lain-lain)

93

Page 95: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI yang tidak Konsisten

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

17 KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai Tulisan Ilmiah Populer yang diajukan melalui media massa namun :

Isi tulisan mempermasalahkan tentang hal-hal di luar kegiatan pengembangan profesi pengawas sekolah

Contoh :

Pariwisata di kepulauan Seribu

Manfaat tanaman kecubung

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai, Tulisan Ilmiah Populer yang diajukan melalui media massa namun isi tulisannya mempermasalahkan tentang hal-hal di luar kegiatan pengembangan profesinya

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila berupa tulisan ilmiah populer isinya harus konsisten dengan tupoksi pengawas sekolah.

94

Page 96: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

KTI kurang memenuhi pesyaratan / bukti fisik

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

18

KARYA TULIS ILMIAH ini dinyatakan sebagai prasaran ilmiah tetapi dilaksanakan pada pertemuan ilmiah yang tidak memenuhi syarat, misalnya (a) hanya dilakukan di tingkat sekolah, tingkat kecamatan , (b) jumlah dan kapasitas peserta yang kurang sesuai (c) waktu pelaksanaan yang tidak lazim

KARYA TULIS ILMIAH ini dinayatakan sebagai prasaran ilmiah tidak dapat dinilai karena dilaksanakan pada pertemuan ilmiah yang tidak memenuhi syarat, misalnya (a) hanya dilakukan di tingkat sekolah, tingkat kecamatan , (b) jumlah dan kapasitas peserta yang kurang sesuai (c) waktu pelaksanaan yang tidak lazim

Saran : Membuat KARYA TULIS ILMIAH baru yang berkaitan dengan kegiatan nyata dalam pengembangan profesi penulis.

Bila berupa prasaran harus dilakukan pada pertemuan ilmiah minimal di tingkat Kabupaten, dan dilengkapi dengan bukti fisik yang lengkap (daftar hadir, undangan, makalah, pernyataan dari panitia seminar bahwa makalahnya telah mempresentasikan, dan lain-lain)

95

Page 97: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

19 KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan buku / modul namun : Isi buku / modul belum sesuai dengan persyaratan.

KARYA TULIS ILMIAH dinyatakan sebagai, buku/ modul namun KTIl tersebut belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam pedoman.

Disarankan membuat buku/modul baru yang sesuai dengan pedoman.

Atau membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

20 KARYA TULIS ILMIAH yang pernah dinilai dan disarankan untuk diperbaiki,

Namun tidak tidak tampak upaya perbaikan sesuai dengan saran terdahulu, atau perbaikannya tidak sesuai dengan saran

KARYA TULIS ILMIAH pernah dinilai dan disarankan untuk diperbaiki, namun tidak tidak tampak upaya perbaikan sesuai dengan saran terdahulu, atau perbaikannya tidak sesuai dengan saran

Perbaiki kembali KTI tersebut, atau membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

96

Page 98: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

21 KARYA TULIS ILMIAH yang diusulkan tidak jelas jenisnya.

Misalnya: Sistematika sesuai dengan karya tulis Ilmiah jenis Tinjauan Ilmiah, tetapi terdapat tujuan dan manfaat penelitian

KARYA TULIS ILMIAH tidak dapat dinilai, karena tidak jelas jenis KTInya.

Disarankan agar diarahkan ke salah satu jenis karya tulis tertentu misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

22

KARYA TULIS ILMIAH yang diusulkan telah KADALUWARSA

KARYA TULIS ILMIAH tidak dapat dinilai, karena TELAH KADALUWARSA

Disarankan untuk membuat KARYA TULIS ILMIAH baru, karya sendiri, yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan sebagai pengawas sekolah. Misalnya berupa laporan penelitian atau tinjauan ilmiah, prasaran ilmiah, karya ilmiah populer, atau buku pelajaran.

Bila berupa tulisan ilmiah populer isinya harus konsisten dengan tupoksi pengawas sekolah.

97

Page 99: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

98

Page 100: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

BILA KTI dinyatakan telah cukup baik, NAMUN masih terdapat hal yang perlu perbaikan, maka alasannya adalah sebagai berikut …

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

23

Secara keseluruhan KARYA TULIS ILMIAH tersebut telah cukup baik, tetapi BELUM melampirkan kelengkapan (umumnya pada laporan hasil penelitian), sehingga timbul keraguan, apakah KARYA TULIS ILMIAH tersebut memang karya sendiri atau bukan.

KARYA TULIS ILMIAH ini cukup baik. Namun beberapa lampiran penting belum dilampirkan, untuk itu segera di lampirkan sebanyak mungkin bukti-bukti yang mempu menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan profesi tersebut telah dilakukan. Misalnya lampirkan:

semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar-lembar pengamatan,

contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen

dokumen pelaksanaan kegiaran pengembangan profesi yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

24 Secara keseluruhan KARYA TULIS ILMIAH tersebut telah cukup baik, namun belum

KARYA TULIS ILMIAH ini cukup baik. Namun belum terdapat pengesahan, terutama dari KORWAS

Untuk itu, segera dilengkapi

99

Page 101: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

ada persetujuan dari KORWAS atau yang lain

dengan persetujuan / pengesahan sesuai dengan pedoman.

100

Page 102: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

No Hal terdapat pada KARYA TULIS ILMIAH ...

Alasan penolakan dan saran

25 KARYA TULIS ILMIAH yang dinyatakan sebagai prasaran tetapi tidak dilengkapi dengan bukti fisik

seperti (a) pernyataan dari penyelenggara seminar, (b) piagam –bila ada, (c) daftar hadir dan lain-lain.

KARYA TULIS ILMIAH ini dinyatakan sebagai prasaran ilmiah yang diajukan dalam suatu seminar ilmiah, sudah cukup baik, namun tidak ada bukti fisik yang menyatakan hal tersebut

Saran : Lengkapi bukti fisik yang diperlukan, seperti pernyataan dari panitia seminar, undangan, persetujuan korwas, sertifikat, atau bukti pendukung yang lain (daftar hadir peserta, dan lain-lain)

101

Page 103: Pedoman Pengawas 2008

Laporan Penelitian Tindakan Sekolah sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesi Pengawas

Prof. Dr. Ir. H. Suhardjono, M.Pd., Dipl.HE,

Guru besar dalam Metode Penelitian, golongan IVe, lahir di Kebumen, 23 Maret 1946. Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya tahun 1972. Diploma on Hydraulic Engineering dari International Institute of Hydraulic Engineering TH Delft, Nederland, 1977, Magister Kependidikan IKIP Jakarta tahun 1982, dan lulus sebagai Doktor Kependidikan bidang Studi Teknologi Pembelajaran IKIP Malang, 1990. Guru Besar dalam Metode Penelitian tahun 2000.

Ia mengikuti berbagai pendidikan tambahan, di bidang kependidikan dan pengembangan sumber daya air baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain di University of Newcastle, Inggris (1997), International Institute for Infrastructural, Hydraulic and Enviromental Engineering, Manila (1996), State University of New York at Albany, USA (1988), University of Southern California, Los Angeles, USA (1980).

Dosen tetap di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, sejak tahun 1970. Mendapat tugas tambahan sebagai dekan selama dua periode yaitu tahun 1982-1985, dan tahun 2001-2005, ketua P3AI Unibraw 1996-2001, serta pernah mendapat berbagai tugas kependidikan yang lain. Di antaranya sejak 1996 membantu sebagai anggota tim penatar dan penilai KTI dalam pengembangan profesi guru.

Alamat rumah AR Hakim IV/129 Malang

telp. 0341 327834, hp 0811 313 229 E-mail [email protected]

102