pcp_pudjosoekarno, 3 phase

54
13 BAB III TEORI DASAR 3.1. Produktifitas Formasi Produktifitas Formasi adalah kemampuan suatu Formasi untuk memproduksikan fluida Formasi yang berupa hidrokarbon pada kondisi tekanan tertentu. Sumur-sumur yang baru umumnya mempunyai tenaga pendorong alamiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan dengan tenaganya sendiri. Penurunan kemampuan produksi terjadi dengan berjalannya waktu produksi suatu sumur, dimana kemampuan dari Formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan mengalami penurunan yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan reservoir. Fluida yang mengalir dari Formasi produktif ke lubang sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor,adapun faktornya antara lain : a. Jumlah fasa fluida yang mengalir, b. Sifat-sifat fisik fluida reservoir, c. Sifat-sifat fisik batuan reservoir, d. Konfigurasi di sekitar lubang bor (adanya lubang perforasi dan kerusakan Formasi akibat skin), e. Kemiringan lubang bor pada Formasi produktif, f. Bentuk daerah pengurasan. Keenam faktor di atas secara ideal harus diwakili dalam persamaan perhitungan kelakuan aliran fluida dari Formasi masuk ke lubang sumur. Dan hingga saat ini belum tersedia suatu persamaan praktis yang memperhitungkan keenam faktor tersebut secara serentak. Aliran dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856) dalam persamaan :

Upload: dino-backtwo-hidayat

Post on 09-Nov-2015

112 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

progresive cavity pump oleh pudjosoekarno

TRANSCRIPT

  • 13

    BAB III

    TEORI DASAR

    3.1. Produktifitas Formasi

    Produktifitas Formasi adalah kemampuan suatu Formasi untuk

    memproduksikan fluida Formasi yang berupa hidrokarbon pada kondisi tekanan

    tertentu. Sumur-sumur yang baru umumnya mempunyai tenaga pendorong alamiah

    yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan dengan

    tenaganya sendiri. Penurunan kemampuan produksi terjadi dengan berjalannya waktu

    produksi suatu sumur, dimana kemampuan dari Formasi untuk mengalirkan fluida

    tersebut akan mengalami penurunan yang besarnya sangat tergantung pada penurunan

    tekanan reservoir.

    Fluida yang mengalir dari Formasi produktif ke lubang sumur dipengaruhi

    oleh beberapa faktor,adapun faktornya antara lain :

    a. Jumlah fasa fluida yang mengalir,

    b. Sifat-sifat fisik fluida reservoir,

    c. Sifat-sifat fisik batuan reservoir,

    d. Konfigurasi di sekitar lubang bor (adanya lubang perforasi dan kerusakan

    Formasi akibat skin),

    e. Kemiringan lubang bor pada Formasi produktif,

    f. Bentuk daerah pengurasan.

    Keenam faktor di atas secara ideal harus diwakili dalam persamaan

    perhitungan kelakuan aliran fluida dari Formasi masuk ke lubang sumur. Dan hingga

    saat ini belum tersedia suatu persamaan praktis yang memperhitungkan keenam

    faktor tersebut secara serentak. Aliran dalam media berpori telah dikemukakan oleh

    Darcy (1856) dalam persamaan :

  • 14

    ( )( )rwreLnBooPwfhkq

    /Pr10 x7.08 3-

    m-

    = .......................................................... (3-1)

    Parameter yang menyatakan produktifitas Formasi adalah Productivity Index

    (PI) dan Inflow Performance Relationship (IPR).

    Productivity Index (PI) merupakan indeks yang digunakan untuk menyatakan

    kemampuan suatu Formasi untuk berproduksi pada suatu beda tekanan tertentu.

    wfs PPqPI-

    = bbl/day/psi ........................................................................... (3-2)

    Persamaan (3-19) di atas diperoleh dari data tes tekanan dan digunakan hanya

    untuk satu macam fluida saja(minyak). Sedangkan untuk dua macam fluida(minyak

    dan air), maka persamaan (3-19) menjadi :

    wfs

    wo

    PPqqPI

    -+

    = bbl/day/psi ..................................................................... (3-3)

    Selain berdasarkan data tekanan dari tes tekanan, harga PI dapat pula

    ditentukan berdasarkan persamaan aliran radial dari Darcy, seperti yang ditunjukkan

    dalam persamaan berikut :

    ( )rwrehkoPI

    ln082.7

    = bbl/day/psi ................................................................. (3-4)

    Sedangkan untuk persamaan minyak dan air, berlaku persamaan

    +=

    Bwwkw

    Booko

    rwrehkPI

    mm)/ln(082.7 bbl/day/psi...................................... (3-5)

    Keterangan :

    q = laju alir fluida produksi (bbl/day),

    qo = laju produksi minyak (bbl/day),

    qw = laju produksi air (bbl/day),

  • 15

    h = ketebalan lapisan reservoir (ft),

    kw = permeabilitas batuan terhadap air (mD),

    ko = permeabilitas batuan terhadap minyak (mD),

    w = viskositas air (cp),

    o = viskositas minyak (cp),

    Bw = faktor volume formasi air (bbl/stb),

    Bo = faktor volume formasi minyak (bbl/stb),

    re = jari-jari pengurasan (ft),

    rw = jari-jari sumur (ft),

    Ps = tekanan statik reservoir (psi),

    Pwf = tekanan alir dasar sumur (psi),

    Ps-Pwf = draw-down pressure (psi).

    Hal utama dalam memproduksikan hidrokarbon suatu sumur adalah harus

    memperhatikan penentuan laju produksi yang akan dihasilkan, yaitu besarnya suatu

    kemampuan Formasi produktif untuk memproduksikan fluida. Menurut (Kermit E.B

    dan H. Dale Beggs, 1977) PI tidak hanya berubah sejalan waktu atau total produksi

    tetapi juga untuk mengubah dengan meningkatkan drawdown dalam waktu tertentu

    terhadap usia sumur. Penentuan laju produksi yang diinginkan (QDesain) harus

    memperhatikan PI dan laju kritis kepasiran karena untuk menghindari laju produksi

    yang melampaui kemampuan sumur, yang akan berakibat kehilangan tekanan alir

    dasar sumur secara drastis, memperpedek usia sumur serta dapat menyebabkan

    kerusakan Formasi.

    Metode Vogel digunakan apabila sumur tersebut memproduksi dua jenis

    fluida, yaitu; air dan minyak.

    Secara matematis perhitungan kurva IPR metode Vogel dijabarkan sebagai

    berikut :

  • 16

    QMax = 2

    PsPwf0.8

    PsPwf0.2-1

    Q

    +

    ,bfpd .......................................... (3-6)

    Keterangan :

    QMax = Laju Produksi Maksimum (bfpd),

    Q = Laju Produksi Aktual (bfpd),

    Ps = Tekanan Reservoir/Statik (psi),

    Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur (psi).

    Grafik IPR yang dihasilkan dari reservoir simulator tersebut akan melengkung

    dan dalam pengembangannya dilakukan anggapan untuk model reservoir bertenaga

    pendorong air ataoupun gas yang terlarut, yaitu :

    1. Reservoir bertenaga gas terlarut ataupun dominasi air,

    2. Hargas skin di sekitar lubang bor sama dengan nol,

    3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi (Pb).

    4.

    Apabila fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur terdiri dari tiga

    jenis fluida(minyak, air dan gas) maka dapat digunakan dengan metode Pudjo

    Soekarno.

    Adapun asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah :

    1. Faktor skin sama dengan nol,

    2. Fluida tersebut berda dalam lapisan yang sama dan mengalir bersama-sama

    secara radial.

    Water cut (WC) digunakan sebagai parameter untuk menyatakan kadar air

    dalam laju produksi total, water cut yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju

    produksi total. Dalam pengembangan kelakuan fluida yang mengalir dari formasi ke

    lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi Metode Pudjo Soekarno.

  • 17

    maksqtqo

    ,=Ao + A1(Pwf/Pr)+A2(Pwf/Pr)2 ............................................. (3-7)

    Keterangan :

    An = Konstanta persmaan(n=0,1 dan 2) dimana harganya berbeda untuk

    water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan

    water cut ditentukan dengan analisis regresi :

    An = C0 + C1 (WC) + C2 (WC)2 .......................................... (3-8)

    Cn = Konstanta untuk masing-masing harga An (dalam Tabel III-1).

    Tabel III-1

    Konstanta C (Pudjo Soekarno)

    An C0 C1 C2

    A0 0.980321 -0.115661 x 10-1 0.179050 x 10-4

    A1 -0.414360 0.392799 x 10-2 0.237075 x 10-5

    A2 -0.564870 0.762080 x 10-2 -0.202079 x 10-4

    Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat

    dinyatakan sebagai Pwf / Ps terhadap WC / (WC@Pwf=Ps) dan dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    PsPwfWCWC

    =@= P1 x Exp [P2 x Pwf / Ps] ....................................... (3-9)

    Harga P1 dan P2 ditentukan tergantung water cut dengan persamaan berikut :

    P1 = 1.606207 0.130447 x ln (WC) ........................................... (3-10)

    P2 = -0.517792 + 0.110604 x ln (WC) .......................................... (3-11)

  • 18

    3.2. Sifat Fisik Fluida, Tekanan Head dan Gradien Tekanan

    3.2.1. Sifat Fisik Fluida

    Sifat fisik fluida perlu diketahui karena merupakan variabel utama aliran

    fluida dalam media berpori maupun dalam pipa. Sifat fisik fluida yang akan dibahas

    adalah sifat fisika fluida yang mempengaruhi perencanaan Progressing Cavity Pump

    (PCP) antara lain; kelarutan gas dalam minyak (Rs), kandungan aromatik, viskositas,

    densitas dan specific gravity fluida (SGmix).

    A. Kelarutan Gas Dalam Minyak (Rs)

    Sistem minyak pada tekanan yang tinggi, gas akan terlarut dalam minyak,

    dengan demikian harga kelarutan gas meningkat dan sebaliknya apabila terjadi

    penurunan tekanan, fasa gas akan terbebaskan dari larutan minyak. Jumlah gas yang

    terlarut akan konstan, apabila tekanan mencapai tekanan saturasi (Bubble Point

    Pressure-Pb).

    B. Viskositas

    Viskositas merupakan keengganan suatu fluida untuk mengalir. Harga

    viskositas ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, pada temperatur yang tinggi

    harga viskositas fluida akan mengecil dan sebaliknya pada temperatur rendah harga

    viskositas akan semakin besar. Viskositas juga akan bisa menyebabkan terjadinya

    slip pada alat PCP.

    C. Densitas dan Specific Gravity Fluida

    Densitas suatu fluida adalah bilangan yang menunjukkan berapa berat (gram

    atau lb) fluida tersebut dalam volume 1 cm3 atau cuft, atau dinyatakan dalam rumus

    sebagai berikut :

    hAm.

    =r gr/cm3 atau lb/cuft .............................................................................. (3-12)

  • 19

    Specific Gravity fluida (SG) adalah perbandingan antara densitas fluida

    tersebut dengan air (14.7 psi, 60 oF). Untuk menghitung besarnya SG fluida tertentu,

    biasanya air diambil sebagai patokan densitas sebesar 62.40 lb/cuft. Sehingga specific

    gravity fluida secara sistematis ditulis dengan Persamaan :

    SGf =40.62

    r .................................................................................................... (3-13)

    Dalam teknik Perminyakan specific gravity sering dinyatakan dengan oAPI,

    dengan Persamaan :

    SGoil =APIo+5.131

    5.141 ...................................................................................... (3-14)

    Untuk fluida campuran, besarnya specific gravity dapat ditentukan dengan

    Persamaan berikut :

    SGmix = [(1-WC) x SG oil] + (WC x SG water) .................................. (3-15)

    Keterangan :

    ? ? = densitas fluida (gr/cm3 atau lb/cuft),

    m = berat fluida (gr atau lb),

    A = luasan (cm2 atau ft2),

    h = tinggi (cm atau ft),oAPI = derajat API,

    SGf = specific Gravity fluida,

    WC = water cut (%).

    4.2.2. Tekanan Head dan Gradien Tekanan

    Tekanan hidrostatik suatu fluida adalah tekanan yang disebabkan oleh suatu

    kolom fluida pada suatu luasan. Bila dinyatakan secara matematis :

    hP f = r1441 , lb/in2......................................................................... (3-16)

  • 20

    Pada suatu kolom fluida, tekanan pada suatu titik adalah sama dengan tekanan

    pada permukaan fluida ditambah dengan tekanan akibat kolom fluida setinggi titik

    tersebut dari permukaan. Ketinggian tersebut disebut Head.

    fSGxPH

    433,0= , ft............................................................................. (3-17)

    Jika di dalam silinder atau torak yang semula berada di permukaan cairan

    (dalam bak) air akan naik mengikuti torak sampai mencapai ketinggian Hs,

    Keterangan :

    Hs =r

    P144 .................................................................................................... (3-18)

    Keterangan :

    Hs = suction head (ft),

    P = tekanan permukaan cairan (psi),

    r = densitas fluida (lb/cuft).

    Gradien tekanan disebabkan oleh suatu kolom fluida pada satu unit

    ketinggian, sehingga bila Persamaan (3-8) dimasukkan P = 1 psi dan H = 1 ft, maka

    gradien tekanan (Gf) adalah :

    SGmixxftpsiG f /433,0= .................................................................. (3-19)

    3.3. Progressive Cavity Pump

    Progressive Cavity Pump (PCP) atau biasa disebut pompa ulir moyno

    merupakan salah satu alat dari artificial lift untuk meningkatkan laju produksi dalam

    industri perminyakan. Sejarah PCP dimulai pada akhir tahun 1920-an dimana

    Seorang warga Perancis Rene Moineau mendesain rotary compressor dengan sistem

    mekanisme rotasi baru yang digunakan untuk penggunaan tekanan fluida yang

    bervariasi. Dia menamakan alatnya sebagai Capsulism. Di pertengahan tahun 1950-

  • 21

    an, prinsip PCP diaplikasikan untuk aplikasi motor hidrolik yang berbanding terbalik

    dengan penggunaan PCP. Kemudian pada tahun 1980-an, PCP digunakan sebagai

    metode artificial lift, lebih dikenal sebagai pompa alternatif dari metode

    pengangkatan konvensional yang umumnya dipakai dalam industri perminyakan.

    Sekarang PCP digunakan untuk pengangkatan fluida dengan kedalaman lebih dari

    2000 meter. Alat ini menawarkan banyak keuntungan dibandingkan peralatan

    pengangkatan traditional. Tentunya, yang lebih penting adalah biaya produksi yang

    lebih rendah per barrelnya.

    Elemen Utama & Desain PCP Pompa ini memiliki 2 elemen utama yaitu

    rotor dan stator. Rotor sebagai penggerak PCP, berbentuk batang spiral yang terbuat

    dari alloy steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang

    terbuat dari chrome seara keseluruhan. Biasanya memiliki panjang 1.5 14 meter

    dengan diameter - 1 inch. Sedangkan stator sebagai seal rotor (wadahnya) yang

    berbentuk spiral, terbuat dari steel tube diluarnya dan elastomer berbahan nitrile

    rubber atau viton rubber didalamnya (merupakan co-polymer acrylonitrile &

    butadiene). Stator dengan desain khusus memiliki elastomer yang terbuat dari teflon.

    Biasanya memiliki panjang yang kurang lebih sama dengan rotor yaitu sekitar 1.5-14

    meter namun dengan ukuran diameter yang lebih besar antara 2.5-4.5 inch.

    Desain PCP terdiri dari single external helical gear (rotor) yang berputar secara

    ekesentrik didalam double internal helical gear (stator). Keduanya sama-sama

    memiliki minor dan major diameter.

    Instalasi pompa PCP bisa kita lihat pada Gambar 3.1 pada halaman berikut

    ini.

  • 22

    Gambar 3.1. Instalasi Progressive Cavity Pump 19)

    Surface

    Subsurface

  • 23

    PCP terdapat Kelebihan & Kekurangan Keunggulan yang sangat beragam, yaitu;

    1. Keuntungan PCP terletak pada tingginya efisiensi volumetric yang

    mencapai 80%. Dibandingkan dengan metode artificial lift lain, PCP

    merupakan yang tertinggi efisiensi volumetriknya dan dalam mengatasi

    masalah kepasiran serta paraffin. Keunggulan lainnya adalah

    a. Desain pemasangan peralatan yang cukup sederhana,

    b. Tidak terjadi gas lock,

    c. Mampu mengangkat hampir keseluruhan jenis oil (sekitar 5-48

    API),

    d. Penggunaaan energi yang efisien,

    e. Kecil kemungkinan terjadi emulsi akibat agitasi.

    2. Kekurangan PCP terletak pada rentannya dengan temperature yang tinggi.

    Batas maksimum suhu tertinggi adalah 250 F. Beberapa kekurangan PCP

    adalah

    a. Sensitif terhadap tekanan yang berlebihan,

    b. Tidak kompatibel dengan H2S, CO2 & oil gravity yang tinggi,

    c. Kedalaman yang bisa dicapai sekitar 6000 ft. Sangat rendah bila

    dibandingkan dengan ESP & gas lift yang mencapai 15,000 ft,

    d. Flow rate PCP hanya sekitar 8000 bpd. Sangat rendah bila

    dibandingkan dengan ESP yang mencapai 50,000 bpd & gas lift

    yang mencapai 80,000 bpd (Dunia Migas).

    3.3.1. Peralatan Progressive Cavity Pump

    3.3.1.1. Peralatan di Bawah Permukaan

    Peralatan ini dalam satu kesatuan di ujung tubing produksi dan dibenamkan

    ke dalam fluida sumur.

  • 24

    1. Casing

    Casing merupakan suatu pipa baja berfungsi antara lain untuk : Melindungi

    Formasi produktif dari tekanan disekitarnya, memisahkan Formasi produktif satu

    dengan yang lainnya, mempermudah pengaliran fluida dari Formasi produktif.

    Casing dipasang pada lubang sumur Formasi produktif bersamaan dengan tubing

    untuk mempermudah aliran fluida dari Formasi produktif ke permukaan. Gambar

    casing dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan sepesifikasi casing dapat dilihat pada

    Tabel III-2 hal 25 berikut.

    Gambar 3.2 Casing 14)

  • 25

    Tabel III-2

    Sepesifikasi Casing 14)

  • 26

    2. Tubing

    Tubing merupakan pipa alir vertikal yang ditempatkan di dalam casing

    produksi yang berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi sumur ke permukaan atau

    mengalirkan fluida injeksi ke dalam sumur. Disamping itu, tubing dapat juga

    digunakan dalam pekerjaan swab, squeeze cementing, sirkulasi pembersihan sumur

    dan mengalirkan fluida serta material peretak hidraulis dan pengasaman.

    Tubing digantungkan pada tubing hanger dan biasanya ditempatkan beberapa

    feet di atas zona perforasi. Diameter tubing berkisar antara 2 inci sampai 4,50 inci

    dengan panjang setiap single berkisar antara 6 9,50 meter.

    Baik tubing maupun coupling dispesifikasikan oleh API (American Petroleum

    Institute) atas grade, jenis sambungannya, bentuk ulir dan dimensinya. Terdapat

    sembilan grade tubing yaitu : H-40, J-55, K-55, C-75, L-80, N-80, C-95, P-105, dan

    P-110 dimana angka minimum yield strength dan abjad H, J, dan N hanyalah

    kependekan verbal, sedangkan untuk : K berarti mempunyai ultimate strength yang

    lebih besar dibandingkan grade J. C, L berarti restricted yield strength, P berarti high

    strength.

    Untuk jenis sambungan, baik tubing maupun coupling dibagi atas :

    a. External Upset End (EUE).

    b. Non External Upset End (NUE).

    c. Integral Joint.

    Tubing dapat dilihat pada Gambar 3.3 hal 27 dan sepesifikasinya dapat dilihat

    pada Tabel III-3 hal 28 berikut.

  • 27

    Gambar 3.3. Tubing 19)

    Gambar 3.3. Tubing 19)

    Surface

    Subsurface

    Tubing

  • 28

    Tabel III-3

    Sepesifikasi Tubing 19)

    Size

    Linier Mass (lb/ft) Outside

    Diameter

    (in)

    Wall

    Thickness

    (in)

    GradeNon-upset

    TC

    Ex-upset

    TC

    2 7/8 6.40 6.50 2.875 0.217 J-55 : PUN, L-80 : PNU,

    N-80-1 : PNU, C-90 :

    PNU, T-95 : PNU, P-110

    : PNU

    2 7/8 7.80 7.90 2.875 0.276 J-55 : -, L-80 : PNU, N-

    80-1 : PNU, C-90 : PNU,

    T-95 : PNU, P-110 :

    PNU

    2 7/8 8.60 8.70 2.875 0.308 J-55 : -, L-80 : PNU, N-

    80-1 : PNU, C-90 : PNU,

    T-95 : PNU, P-110 :

    PNU

    2 7/8 9.35 9.45 2.875 0.340 J-55 : -, L-80 : PU, N-80-

    1 : -, C-90 : PU, T-95 :

    PU, P-110 : -

    2 7/8 10.50 - 2.875 0.392 J-55 : -, L-80 : P, N-80-1

    : -, C-90 : P, T-95 : P, P-

    110 : -

    2 7/8 11.50 - 2.875 0.440 J-55 : -, L-80 : P, N-80-1

    : -, C-90 : P, T-95 : P, P-

    110 : -

  • 29

    3. Rod Centralizer

    Rod centralizer adalah peralatan yang berupa batang pendek atau kapsul

    rotasional yang digunakan dalam tubing, berada pada sucker rod berfungsi sebagai

    pencegah dengan tanpa putaran pada centralizer. Rod Centralizer dilihat pada

    Gambar 3.4 dan sepesifikasinya dapat dilihat pada Tabel III-4 di bawah ini.

    Gambar 3.4. Rod Centralizer 17)

    Tabel III-4

    Sepesifikasi Rod Centralizer 17)

    Produc Code Size (in) O.D (in) O.D Installed (in)

    20801010 2 x 5/8 1.682 1.750

    20802010 2 x 3/4 1.699 1.791

    20803010 2 x 7/8 1.702 1.813

    20801020 2-1/2 x 5/8 2.082 2.173

    20802020 2-1/2 x 3/4 2.106 2.193

    20803020 2-1/2 x 7/8 2.128 2.240

    20804020 2-1/2 x 1 2.200 2.320

  • 30

    20802030 3 x 3/4 2.698 2.766

    20803030 3 x 7/8 2.780 2.863

    20804030 3 x 1 2.775 2.843

    4. Sucker Rods

    Sucker rods merupakan batang pipa yang digunakan untuk menghubungkan

    rangkaian pipa ke permukaan. Rod atau stang yang digunakan harus cukup kuat

    untuk memutar pompanya. Untuk itu hanya dianjurkan penggunaan rod API Class D

    5/8, 3/4, 7/8, dan 1.Sucker rod ini terletak didalam tubing dan diatas rangkaian

    PCP (rotor, stator dan elastomer). Sucker rod pada rangkaian pc pum dapat dilihat

    pada Gambar 3.5 dan Sepesifikasi sucker rods dapat dilihat pada Tabel III-5

    berikut.

    Gambar 3.5. Sucker Rods 14)

    Surface

    Subsurface

    Sucker Rod

    Tabel III-4

    Sepesifikasi Rod Centralizer 17)(lanjutan)

  • 31

    Tabel III-5

    Sepesifikasi Sucker Rods 14)

    RodGrade /

    Type

    Physical Properties Maximum Recommended Torque Ft. Lbs

    TensileStrength1000 PSI

    YieldStrength1000 PSI 13/16 7/8 1 1 1/4

    D/54 115-140 85 Min - 675 1,010 -

    D/78 115-140 85 Min - 735 1,100 2,000

    D/75 115-140 90 Min - 750 1,110 2,100

    SS/96 135-150 115 Min - 800 1,200 N/A

    SS/97 140-150 115 Min - 800 1,200 2,500

    Weight,

    lbs/ft

    - - 2.22 2.90 4.17

    5. Rotor

    Rotor sebagai penggerak PCP, berbentuk batang spiral yang terbuat dari alloy

    steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang terbuat dari

    chrome secara keseluruhan. Biasanya memiliki panjang 1.5 14 meter dengan

    diameter - 1 inch. Peralatan rotor dapat dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.

    ROTOR

    Gambar 3.6. Rotor 13)

    Tabel sepesifikasi rotor dapat dilihat pada Tabel III-6 berikut.

  • 32

  • 33

    6. Stator

    Stator sebagai seal rotor (wadahnya) yang berbentuk spiral, terbuat dari steel

    tube diluarnya dan elastomer berbahan nitrile rubber atau viton rubber didalamnya

    (merupakan co-polymer Acrylonitrile & butadiene). Stator dengan desain khusus

    memiliki elastomer yang terbuat dari teflon. Biasanya memiliki panjang yang

    kurang lebih sama dengan rotor yaitu sekitar 1.5-14 meter namun dengan ukuran

    diameter yang lebih besar antara 2.5-4.5 inch. Desain PCP terdiri dari single

    external helical gear (rotor) yang berputar secara ekesentrik didalam double

    internal helical gear (stator). Keduanya sama-sama memiliki minor dan major

    diameter . Stator dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Tabel karet elastomer dapat

    dilihat pada Tabel III-7 di bawah ini.

    Gambar 3.7. Stator 22)

    Tabel III-7

    Spesifikasi Elastomer yang Tersedia di Pabrik 22)

    Stator

  • 34

    Keterangan Tabel di atas untuk pendesaian PCP sumur A pada Lapangan

    B, yaitu ;

    1. Abrasifitas ;

    a. Poor = Hanya mampu beropresi pada laju kritis kepasiran di

    bawah 25 bfpd,

    b. Medium = Mampu beroperasi pada laju kritis kepasiran antara

    25 75 bfpd,

    c. Good = Mampu beroperasi pada laju kritis kepasiran antara 75

    125 bfpd,

    d. Exelent = Mampu beroperasi pada laju kritis kepasiran diatas

    125 bfpd.

    2. Kadar aromatis minyak ;

    a. Poor = Hanya mampu beroperasi optimum pada SGoil dibawah

    17 oAPI,

    b. Medium = Mampu beroperasi optimum pada SGoil antara 17

    37 oAPI,

    c. Good = Mampu beroperasi optimum pada Sgoil antara 37 57oAPI,

    d. Exellent = Mampu beroperasi optimum pada SGoil diatas 57oAPI.

    8. Stop Bushing

    Suatu alat penahan rotor yang berbentuk seperti ujung pena dan terdapat

    penghalang silang pada diameter dalam, yang berfungsi untuk menahan beban dan

    putaran rotor PCP.

  • 35

    9. Torque Anchor

    Torque anchor merupakan alat penahan yang ada pada PCP stator dan tubing

    dari putaran torsi. Torque Anchor dapat dilihat pada Gambar 3.8 dan sepesifikasi

    alat dapat dilihat pada Tabel III-8 di bawah ini.

    Gambar 3.8. Torque Anchor 13)

    Tabel III-8

    Sepesifikasi Torque Anchor 13)

  • 36

    10. Peralatan Tambahan

    Alat-alat lain untuk peralatan di bawah permukaan, antara lain : tubing adaptor,

    gas achor dan tubing perforated. Tubing adaptor berfungsi untuk menghubungkan

    antara tubing satu dengan tubing lainnya yang berlainan ukuran. Gas anchor

    berfungsi untuk mengurangi gas yang masuk intake, sedangkan tubing perforated

    berfungsi sebagai pelindung intake dari luapan pasir yang berlebihan di dasar lubang.

    3.4.1.2. Peralatan di Atas Permukaan

    Peralatan di atas permukaan terdiri atas : Wellhead, Adaptor(Stuffing Box),

    Flow tee, Nipple, Pressure Switch, Hammer Union, Cross Over(Cross Tee), Drive

    Head Assembly, Motor Support, Motor, Reducer Strees.

    1. Kepala Sumur (well-head).

    Well head merupakan peralatan kontrol sumur di permukaan yang terbuat dari

    besi baja membentuk suatu sistem seal/penyekat untuk menahan semburan atau

    kebocoran cairan sumur ke permukaan yang tersusun atas casing head (casing

    hanger) dan tubing head (tubing hanger).

    a. Casing hanger

    Merupakan fitting (sambungan tempat menggantungkan casing). Di antara casing

    string pada casing head terdapat seal untuk menahan aliran fluida keluar. Pada

    casing terdapat pula gas-outlet yang berfungsi untuk :

    - Meredusir tekanan gas yang mungkin timbul di antara casing string.

    - Mengalirkan fluida di annulus.

    b. Tubing head

    Tubing head terletak di bawah silang sembur(sumur sembur alam) untuk

    menggantungkan tubing dan menghubungkan tubing dengan sistem silang

    sembur.

    Fungsi utama dari tubing head, adalah :

    - Sebagai penyokong rangkaian tubing.

  • 37

    - Menutup ruang antara casing-tubing pada waktu pemasangan X-mastree atau

    perbaikan kerangan/valve.

    - Fluida yang mengalir dapat dikontrol dengan adanya connection di atasnya.

    Well head dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan sepesifikasi alat pada Tabel III-9

    berikut.

    Gambar 3.9. Well Head 22)

    Tabel III-9

    Sepesifikasi Well Head 22)

  • 38

    2. Adaptor

    Adaptor atau stuffing box adalah alat yang yang digunakan sebagai penghubung

    atau alas antara well head dengan drive head yang terletak diatas well head. Selain itu

    juga adaptor digunakan sebagai pencegah kebocoran fluida dari well head ke

    peralatan pompa permukaan. Adaptor dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan

    sepesifikasi adaptor dapat dilihat pada Tabel III-10 di bawah ini.

    Gambar 3.10. Adaptor 8)

    Tabel III-10

    Sepesifikasi Adaptor 8)

    Tabel korelasi H2S dan CO2 dapat dilihat pada Tabel III-11 berikut.

  • 39

    Tabel III-11

    Korelasi H2S dan CO2 8)

    3. BOP

    Blowout prevention system(BOP) adalah profil yang dipasang di bawah drive

    head assembly. Fungsi utama BOP yaitu menutup lubang sumur ketika terjadi kick.

    Blow-out merupakan suatu aliran fluida Formasi yang tak terkendalikan sampai

    kepermukaan. Blow-out biasanya diawali dengan adanya kick yang merupakan

    suatu intrusi fluida bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat

    berkembang menjadi blow-out bila tidak segera diatasi. Alat blowout prevention

    system dapat dilihat pada Gambar 3.11 dan sepesifikasi BOP dapat dilihat pada

    Tabel III-12 di berikut.

  • 40

    Gambar 3.11. BOP 8)

    Tabel III-12

    Sepesifikasi BOP 8)

  • 41

    4. Flow Tee

    Flow Tee berfungsi Sebagai penyambung antara flow line yang satu dengan yang

    lain. Mekanisme kerjanya merupakan penyambung pipa baja yang berbentuk huruf

    T. Di permukaan, diantara sambungan flow line. Flow Tee dapat dilihat pada

    Gambar 3.12 dan sepesifikasi flow tee dapat dilihat pada Tabel III-13 hal 42

    berikut.

    Gambar 3.12. Flow Tee 11)

    5. Nipple

    Nipple Adalah bagian dari sistem tubing, dimana bagian dalamnya mempunyai

    profil untuk memasang alat kontrol aliran. Ada dua macam jenis nipple, yaitu jenis

    selective nipple dan jenis non selective nipple (no go nipple), yang mempunyai

    diameter dalam sedikit lebih kecil dari jenis yang selective. Jenis selective bisa

    dipasang lebih dari satu pada suatu rangkaian tubing, sedangkan jenis non selective

    hanya dipasang satu untuk setiap sumur dan ditempatkan bagian paling bawah dari

    susunan tubing. Perlatan nipple pada PCP dapat dilihat pada Gambar 3.13 hal 43 dan

    sepesifikasi nipple dapat dilihat pada Tabel III-13 hal 44 berikut.

  • 42

    Tabel III-13

    Sepesifikasi Flow Tee 11)

  • 43

    Gambar 3.13. Nipple 18)

  • 44

    Tabel III-14

    Sepesifikasi Nipple 18)

    6. Motor

    Motor dapat dipilih apakah motor listrik atau motor bakar bensin/gas/diesel dari

    1 sampai dengan 100 HP lebih. Memilih alat motor diperlukan pertimbangan

    mengenai pemilihan diameter frames dan sheave (pulleys). Sheave ini akan

  • 45

    menentukan kecepatan putar pompa, yang harus diusahakan agar di bawah 300 rpm,

    agar kerusakan peralatan dapat dihindarkan. Motor listrik dapat diihat pada Gambar

    3.14 dan sepesifikasi motor dapat dilihat pada Tabel III-15 hal 47 berikut.

    Gambar 3.14. Motor 22)

    5. Drive Head Assembly

    Drive head assembly adalah alat yang dipakai untuk memutar rod di permukaan.

    Drive head assembly memiliki bagian yang dapat memutar secara horizontal (vertical

    spindle drive, mesin diletakan horizontal) atau vertikal (vertical angle drive, mesin

    diletakan vertikal) dan bisa dipakai spasi terbatas seperti di offshore misalnya.

    Dianjurkan maksimum putara drive head assembly adalah 300 rpm. Drive had

    assembly terdiri dari : backstop break assembly, spiral bevel gear reducer assembly

    dan sheave. Rangkaian Drive head assembly dapat dilihat pada Gambar 3.15 dan

    sepesifikasi drive head assembly dapat dilihat pada Tabel III-15 hal 47 berikut.

  • 46

    Gambar 3.15. Drive Head Assembly 18)

    A. Backstop break assembly

    Backstop break assembly terdiri dari roller ramp over clutch yang

    dipasangkan di drive sheave, dan dikelilingi oleh serbuk rem di seluruh bagian

    yang bekerja ditempatkan pada housing tertutup. Alat ini berfungsi sebagai alat

    pengaman bagi seluruh peralatan PCP, dan rem akan bekerja saat drive sheave

    berusaha akan memutar balik(berputar berlawanan arah).

    B. Spiral bavel gear reducer assembly

    Susunan roda gigi bavel ini digunakan untuk mengurangi kecepatan

    putaran dan dapat juga untuk mengubah arah putaran secara menyiku sesuai

    dengan rotasi dari rotor pompa.

    C. Sheave

    Sheave atau pullleys berfungsi untuk meneruskan putaran motor ke pony

    rod yang dihubungkan melalui belt. Shave dapat diganti-ganti untuk

    mendapatkan kecepatan putar yang berbeda dengan kecepatan motor yang

    sama disesuaikan dengan laju produksi. Salah satu keunggulan PCP yaitu

    fleksibel terhadap laju aliran yang diinginkan.

  • 47

    Tabel III-15

    Sepesifikasi Motor dan Drive Head Assembly 18)

    ModelWLBQ7.5 WLBQ11 WLBQ15 WLBQ22 WLBQ30 WLBQ37 LLBQ45 WLBQ55

    MotorPower

    kW 7.5 11 15 22 30 37 45 55

    HP 10 15 20 30 40 50 60 75

    Power supply 380 VAC/50 Hz (or other special requirements)

    Rated load 150 kN (337, 500 lb)

    Range ofRotatingspeed (r/min)

    75, 100, 150, 200 100, 150, 200 150, 260, 350

    Polishedrod

    mm29 32, 36 38

    in1-1/8 1-1/4, 1-9/16 1-3/4

    Weightkg 430 460 550 580 600 800 800 1, 000

    lb 948 1, 014 1, 213 1, 279 1, 323 1, 764 1, 764 2, 205

    Wellheadconnection API 7 1/6-3000 Psi-R45 flange (or special requirements and other attachment)

    Reversal andbrake

    Overrunning clutch brake (adjustable)

    Adjustingspeed

    Changing pulley or using VSD

    6. VSD (Variable Speed Drive)

    Suatu alat yang digunakan sebagai regulator listrik dari sumber listrik menuju

    motor listrik dan untuk membaca semua aktifitas pompa baik dari besarnya rpm

    sampai besarnya power yang ada pada PCP. Alat VSD dapat dilihat pada Gambar

    3.16 dan sepesifikasi alat dapat dilihat pada Tabel III-16 berikut.

  • 48

    Gambar 3.16. VSD (Variable Speed Drive) 23)

    Tabel III-16

    Sepesifikasi Variable Speed Drive 23)

    Unit Size Speed Range Max Input Speed Max input torque

    4 W 9:1 2000 rpm 15 in lb

    4 W 6:1 1800 rpm 22 in lb

    5 W 9:1 1800 rpm 22 in lb

    5 W 6:1 1700 rpm 33 in lb

    3.4. Prinsip Kerja Progressive Cavity Pump (PCP)

    Prinsip kerja PCP yaitu bekerja dengan mengandalkan 2 elemen utama(rotor

    dan stator). Variable speed drive mengalirkan listrik ke motor listrik dari sumber

    energi listrik. Motor listrik sebagai prime mover (penggerak) berada di permukaan

    yang menggerakkan rotor di lubang sumur dengan bantuan sucker rod. Gaya

  • 49

    centrifugal rotor menyebabkan fluida mengalir kedalam stator dan terus mengair

    melalui tubing hingga ke permukaan.

    3.5. Tipe Progressive Cavity Pump (PCP)

    Jenis pompa sangat dipengaruhi oleh kapasitas dan kedalaman sumur dimana

    setiap tipe pompa memiliki kapasitas dan kedalaman maksimal sehingga pompa itu

    bisa bekerja secara optimal. Beberapa kinerja dari berbagai pompa dihadirkan dalam

    bentuk katalog yang diterbitkan oleh produsen. Kurva kinerja dari suatu pompa

    benam listrik menampilkan hubungan antara : Head Capacity, Rate Capacity, RPM,

    Horse Power dan Efisiensi Pompa yang disebut dengan Pump Performance Curve.

    Kapasitas berkaitan dengan volume, laju alir cairan yang diproduksikan, termasuk

    juga gas bebas atau gas yang terlarut dalam minyak. Adapun tipe-tipe pompa dari

    spesifikasi PCM Moineau Oilfield sebagai contoh berdasarkan ukuran diameter

    tubing; 2 3/8 inch, kapasitas laju alir ; 15,8 85 m3/day (100 536 bfpd) dan

    Horsepower = 1 40 hp (selengkapnya lihat di Lampiran A). Contoh tipe PCP

    dengan Ukuran 2-7/8 inch dapat dilihat pada Tabel III-17 sebagai berikut.

    Tabel III-17

    Contoh Tipe PCP dengan Ukuran2-7/8 inch 12)

  • 50

    3.6. Dasar Desain Progressive Cavity Pump (PCP)

    Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan desain PCP karena

    dengan desain yang tepat maka kerja pompa akan menjadi maksimal. Adapun hal-hal

    yang diperhitungkan adalah:

    A. Static Fluid Level (SFL, ft)

    Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak diproduksikan), sehingga tidak ada

    aliran, maka tekanan di depan perforasi sama dengan tekanan statik sumur. Sehingga

    kedalaman permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah :

    feetGfPc

    GfPsDSFL perfmid ,

    +-= .................................................................... (3-20)

    B. Working Fluid Level/Operating Fluid Level (WFL, ft)

    Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar q (bbl/D), dan

    tekanan alir dasar sumur adalah Pwf (Psi), maka ketinggian (kedalaman bila diukur

    dari permukaan) fluida di annulus adalah :

    feetGfPc

    GfPwfDWFL midperf ,

    +-= .................................................................. (3-21)

    Keterangan :

    SFL = Static Fluid Level (ft),

    WFL = Working Fluid Level (ft),

    Ps = Tekanan Statik sumur (psi),

    Pwf = Tekanan alir dasar sumur (psi),

    q = Rate produksi (bpd),

    Dmidperf = Kedalaman mid-perforasi sumur (ft),

    Pc = Tekanan di casing (psi).

    Gf = Gradien Fluida sumur, psi/ft.

  • 51

    3.6.1. Pump Setting Depth

    A. Pump Setting Depth Minimum

    Pump setting depth minimum merupakan keadaan yang diperlihatkan dalam

    Gambar 3.17(b). Posisi minimum dalam waktu yang singkat akan terjadi pump-off,

    oleh karena ketinggian fluida level di atas pompa relatif sangat kecil atau pendek

    sehingga gas yang akan dipompakan. Pada kondisi ini Pump Intake Pressure (PIP)

    akan menjadi kecil. Jika PIP mencapai harga di bawah Pb, maka akan terjadi

    penurunan effisiensi volumetric dari pompa (disebabkan terbebasnya gas dari

    larutan). PSD minimum dapat ditulis dengan Persamaan :

    PSDmin = WFL + feetGfPc

    GfPb ,+ ............................................................ (3-22)

    Atau

    +=

    GfPcWFLPSDmin ,feet ..................................................................... (3-23)

    B. Pump Setting Depth Maksimum

    Pump setting depth maksimum merupakan keadaan yang ditunjukkan oleh

    Gambar 3.17(c). Posisi maksimum juga kedudukan yang kurang menguntungkan

    karena keadaan ini memungkinkan terjadinya overload, yaitu pengangkatan beban

    kolom fluida yang terlalu berat. PSD maksimum dapat didefinisikan :

    feetGfPc

    GfPbDPSD perfomid ,max --= - ..................................................... (3-24)

    Atau

    -= - Gf

    PcDPSD perfomidmax , feet .......................................................... (3-25)

  • 52

    Gambar 3.17. Berbagai Posisi Pompa pada Kedalaman Sumur 18)

    C. Pump Setting Depth Optimum

    Pump Setting Depth Optimum ialah kinerja pompa dalam keadaan optimum

    pada kedalaman tertentu dalam kolom working fluid leavel. Kedudukan ini yang

    paling dikehendaki dalam perencanaan pompa ESP seperti dalam Gambar 3.17(d).

    Pompa dalam keadaan optimum apabila, setting kedalaman pompa 100 meter di

    bawah working fluid leave(aturan umum). Penentuan kedalaman pompa yang

    optimum agar tidak terjadi pump-off dan overload serta sesuai dengan kondisi rate

    yang dikehendaki, maka kapasitas pompa yang digunakan harus disesuaikan dengan

    produktivitas Formasi dan kemampuan hisap fluida dari sumur yang bersangkutan.

    Penentuan PSD optimum ini dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya casing head,

  • 53

    yang mana akan mempengaruhi tekanan casing atau tekanan yang bekerja pada

    permukaan dari fluida di annulus. Pompa (rotor & stator) berada dibawah lubang

    perforasi jika masalah pada sumur adalah gas sedangkan pompa berada diatas lubang

    perforasi jika masalah yang terjadi pada sumur adalah kepasiran.

    Hal ini akan mempengaruhi besarnya suction head dari pompa.

    a. Untuk casing head tertutup, maka :

    Kedalaman pompa optimum = WFL +f

    c

    GPPIP -

    .............................................. (3-26)

    c. Untuk casing head terbuka, maka :

    Kedalaman pompa optimum = WFL +f

    atm

    GPPIP -

    ............................................ (3-27)

    Keterangan :

    PSDmin = Pump setting depth minimum (ft),

    WFL = Working fluid leavel (ft),

    Pb = Tekanan buble poin (psi),

    Pc = Tekanan casing (psi),

    Gf = Gradien fluida (psi/ft)

    PSDmax = Pump setting depth maksimum (ft),

    Dmid-perfo = Kedalaman mid perforasi (ft),

    PIP = Pump Intake pressure (psi),

    Patm = Tekanan atmosfer (14,7 psi).

    Catatan penting dalam pemasangan pompa cavity yang terdapat dalam

    Pertamina PCP manual handbook, yaitu; Pompa (rotor & stator) berada dibawah

    lubang perforasi jika masalah pada sumur adalah gas sedangkan pompa berada diatas

    lubang perforasi jika masalah yang terjadi pada sumur adalah kepasiran dan jarak

  • 54

    pemasangan pompa minimal 100 m atau 328 ft dibawah fluid level untuk

    mengantisipasi loss flow yang terjadi.

    Sedangkan jarak yang dibutuhkan oleh aliran dari perforasi(pwf) menuju titik

    intake pump yang berjarak lebih dari 50 ft, maka diperlukan konfersi antara PIP

    dengan pwf. Konfersi PIP ke pwf dapat dijabarkan secara matematis berikut ini.

    PIPc@PWF = pwf + (GF x 0.433 psi/ft x Mix Density), psi ................... (3-28)

    Atau

    PIPc ? pwf = Dmid + (? Dmid Max.Head Pump), psi ............................ (3-29)

    Keterangan :

    Pwf = Pressure well flour (psi),

    GF = Gradien fluida (psi/ft),

    Mix Density = Densitas campuran (lb/ft3),

    Dmid = Mid perforasi (psi),

    Max Head Pump = Kedalaman maksimum Head pump (psi).

    3.6.2. Total Dynamic Head

    Total Dynamic Head (TDH) merupakan total ketinggiaan (head) yang

    dibutuhkan untuk mengangkat fluida dengan laju produksi yang diinginkan dari

    kolom working fluid level (WFL) sampai ke permukaan. Dalam memilih pompa dan

    motor yang akan dipakai, perlu diketahui laju produksi yang diinginkan, friction loss

    dan TDH-nya.

    Bila fluida mengalir di dalam pipa maka akan mengalami tegangan geser (shear

    stress) pada dinding pipa, sehingga terjadi kehilangan sebagian tenaganya yang sering

    di sebut dengan friction loss. Hazen-William membuat suatu Persamaan empiris

    untuk friction loss, yaitu:

  • 55

    = 8655,4

    85,1

    85,1 3.34100083.2ID

    Q

    CF ............................................................ (3-30)

    Keterangan :

    F = Friction Loss (/ 1000 ft),

    C = konstanta Hazen-William yaitu 120,

    Q = laju produksi (BPD),

    ID = diameter dalam tubing (inchi).

    Berdasarkan Persamaan tersebut, Hazen-William membuat Grafik friction

    loss seperti yang ditunjukkan dalam Grafik 3.1 berikut ini.

    Grafik .3.1. Friction Loss Hazen-William 1)

  • 56

    Selain itu perlu diketahui pula ukuran casing apakah pompa dapat

    dimasukkan kedalamnya, demikian pula ukuran tubing dan ruang di permukaan

    (offshore) perlu diketahui untuk pemasangan alat di permukaan seperti, drive

    head, dll. Secara matematis total dynamic head (TDH) dapat dijabarkan sebagai

    berikut:

    TDH = WFL + FLP x 2.31 ft/psi , feet .................................... (3-31)

    Atau

    TDH = (PSD terpasang X GF) + FLP, psi ............................... (3-32)

    Atau

    ffl HZSGTHPXTDH ++= ft/psi31.2 ,feet .......................... (3-33)

    Atau

    TDH = WFL + HT + Hf ,feet .................................................... (3-34)

    Hf = F x

    ft

    PSD1000

    , feet ......................................................... (3-35)

    GfTPDHT = , feet ..................................................................... (3-36)

    Keterangan :

    TDH = Total dynamic head (ft),

    WFL = Working fluid level (ft),

    FLP = Flow line pressure (psi),

    PSD = Pump setting depth (ft),

    GF = Gradien fluida (pssi/ft),

    THP = Tubing Head Pressure (psi),

    SG = Specific Gravity (fraction),

    Zfl = Fluid Area (ft),

  • 57

    Hf = Head Friction (ft),

    HT = Well head tubing pressure head (ft),

    TPD = Tubing pressure drop (psi).

    3.6.3. Toque dan Horse Power

    Hidrolik torsi adalah bagian dari tekanan differential dan kemampuan pompa

    untuk memuntahkan fluida, sedangkan horse power yang diperlukan oleh pompa itu

    merupakan fungsi dari total torsi pada pompa. Kurva kinerja pompa menyatakan

    horse power yang didasarkan atas kecepatan laju alir, kedalaman head dan torsi.

    Maka dengan demikian horse power dapat dinyatakan dalam dua perhitungan, yaitu

    dengan menggunakan kurva kinerja pompa(performace chart) dan Persamaan

    matematis. Secara matematis horse power, torsi dan RPM pompa dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    1714TDHxQHP = ................................................................................ (3-37)

    Atau

    a. HPpolishrod = (T x RPM) / 5252 ....................................................... (3-38)

    b. HPhydraulic =( ) ( )

    4360/m3 meteroptimumPSDxdQ IPR .......................... (3-39)

    c. HPmotor = HP polishrod + HP motor ......................................................... (3-40)

    T = (HP x 5252) / RPM .............................................................. (3-41)

    Atau

    torquefrictionRPMdmntDisplacemePumpxQmeterHeadT +=125

    )//()( 3 ..(3-42)

    Catatan : harga friction torque =50-200 lb-ft. Untuk pipa baja : 100-120 lb-ft.

    RPM = (HP x 5252) / T .................................................................... (3-43)

  • 58

    Keterangan :

    HP = Horse Power (hp),

    Q = Laju alir (Galon/menit),

    TDH = TDH(ft) x Gf (psi/ft) = (psi),

    T = Torque (ft-lbs),

    RPM = Kecepatan putar per menit (rpm).

    Sedangkan secara Grafik performance chart, mula-mula dari titik rate

    desain(bfpd) ditarik garis horizontal ke kanan hingga menyentuh garis head desain

    (ft), kemudian ditarik garis vertikal ke bawah hingga mendapatkan nilai RPM

    desain(rpm), sedangkan garis vertikal kebawah yang menyentuh garis bantu/garis

    putus-putus head(ft) ditarik garis horizontal hingga memperoleh nilai horse

    power(hp). Grafik performance chart dapat dilihat pada Grafik 3.2 berikut.

    Grafik. 3.2. Cara Mencari HP Motor dengan Grafik 12)

  • 59

    3.6.4. Variable Speed Drive (VSD)

    VSD merupakan alat untuk mengontrol kerja dari Pump Unit yang dilengkapi

    dengan Switchboard yang berfungsi mengatur putaran motor pada pompa. Arus

    listrik yang menuju ke pompa diatur dengan mengontrol harga Ampere (Running

    Current) atau memperhatikan harga frequency Hz (Running Speed) dan dapat

    diketahui tekanan yang diderita pompa dalam pengurasan agar tidak terjadi Over

    Load atau kelebihan beban dimana putaran pompa terlalu rendah sedangkan laju

    produksi besar atau Under Load yang terjadi sebaliknya. Sehingga dengan

    membuat range atau batasan kerja pompa maka pompa akan otomatis mati apabila

    terjadi over load atau under load dalam range waktu yang sudah ditentukan.

    Penentuan VSD dapat dijabarkan dengan rumus sebagi berikut.

    VSD = 75 % x HP x 1Kw ................................................................... (3-44)

    Keterangan :

    VSD = Varibel speed drive (Kw),

    HP = Horse Power yang digunakan.

    3.6.5. Kapasitas dan Effisiensi PCP

    PCP memiliki kapasitas atau volume yang berbeda, sesuai dengan kapasitas

    yang telah ditetapkan oleh produsen pompa cavity. Berdasarkan laju fluida dengan

    memaksimalkan kecepatan dimana pompa harus mengoperasikan, kapasitas pompa

    cavity dapat dijabarkan secara matematis sebagai berikut :

    hQactualQdesain = 100 (3-45)

    Keterangan :

    Qdesain = Laju fluida desain pompa (m 3 /day atau bbl/day),

    Qactual = Laju fluida sebenarnya (m 3 /day atau bbl/day),

    ? ? = Effisiensi pompa desain (%).

  • 60

    Sedangkan effisiensi pompa desain dijabarkan secara matematis sebagai

    berikut:

    ( ) %100V xNQ

    ?Pump

    ign x= ...................................................................... (3-46)

    Keterangan :

    Q = Laju alir yang diinginkan (bpd),

    ? = Effisiensi pompa desain (%),

    N = Kecepatan pompa berputar (RPM),

    VPump =Kapasitas pemindahan pompa setiap rpm (m3/day/rpm atau

    bbl/day/rpm).

    Desain kecepatan fluida lebih besar dibanding kecepatan sebenarnya. Untuk

    menghitungnya dengan menggunakan rumus :

    NQdesainV =min ..(3-47)

    Keterangan :

    Vmin = Kapasitas pemindahan minimum pompa yang diperlukan

    setiap rpm (m 3 /day/rpm atau bbl/day/rpm),

    Qdesain = Desain kecepatan pompa (m 3 /day atau bbl/day),

    N = kecepatan pompa berputar (RPM).

    3.6.6. Pemilihan Kabel Listrik

    Pemilihan kabel termasuk diantaranya ialah pemilihan ukuran kabel, tipe kabel

    dan panjang kabel. Biasanya kabel yang ada dilapangan mempunyai panjang

    minimum 25 meter, karena pada sumur minyak yang mempunyai gas tinggi apabila

    terjadi sesuatu pada kabel jadi tidak rusak pada rangkaian PCP.

  • 61

    3.7. Metodologi Perencanaan PCP

    A. Flow Chart Pendesaian PCP

    Perencanaan PCP yang benar harus sesuai dengan flow chart pendesaian PCP,

    flow chart pendesaian PCP dapat dilihat pada Gambar 3.18 berikut.

    B. Prosedur Perencanaan PCP

    Sesuai dengan flow chart Gambar 3.18 di atas, prosedur perencanaan

    progressive cavity pump(PCP) terdiri atas penentuan type pompa dan effisiensi

    volumetris pompa. Parameter-parameter yang diperlukan dalam perencanaan yaitu ;

    data komplesi sumur, data reservoir, data produksi harian dan data lainnya. Adapun

    langkah-langkah perencanaan PCP sebagai berikut.

    Gambar 3.18 Flow Chart Pendesaian PCP

    Qdesain yang ditentukan dari kurfa IPR

  • 62

    Alur langkah perencanaan progressive cavity pump, yaitu :

    1. Menentukan laju alir yang diinginkan berdasarkan kurva IPR

    a. Membuat kurva IPR metode Pudjo Soekarno dengan menggunakan

    Persamaan (3-8), (3-9), (3-10), (3-11) dan Persamaan (3-7)

    b. Menghitung harga productivity indect(PI) dengan menggunakan Persamaan

    (3-2)

    2. Menentukan pump setting depth

    a. Menghitung SGmix dengan menggunakan Persamaan (3-14) dan

    Persamaan (3-15)

    b. Menghitung gradien fluida (GF) dengan menggunakan Persamaan (3-19)

    c. Menentukan pump setting depth minimum dengan menggunakan

    Persamaan (3-22)

    d. Menentukan pump setting depth maximum dengan menggunakan

    Persamaan (3-24)

    e. Menentukan pump setting depth optimum dengan ketentukan letak pompa

    berada 100 meter atau sekitar 328 ft di bawah Static fluid leavel.

    3. Menentukan Total dynamic head (TDH)

    a. Menentukan friction loss dengan menggunakan Persamaan (3-30)

    b. Menghitung head friction loss dengan menggunakan Persamaan (3-35)

    c. Menentukan well head tubing pressure head dengan menggunakan

    Persamaan (3-36)

    d. Sedangkan menghitung TDH dengan menggunakan Persamaan (3-34).

    4. Menentukan type pompa yang dipilih berdasarkan kedalaman TDH dan laju

    alir yang diinginkan serta type elastomer berdasarkan parameter ; kadar

    aromatik minyak, tingkat abrasifitas dan temperatur sumur.

    5. Menentukan horse power motor , RPM optimum dan torsi PCP

    a. Menentukan horse power dan RPM optimum PCP menggunakan

    performance chart (seperti terlihat pada Grafik 3.3 di atas), untuk horse

    power motor dikalikan 1.5 sebagai Safety lapangan

  • 63

    b. Menentukan torsi PCP yang direkomendasikan dengan menggunakan HP

    PCP dan Persamaan (3-42).

    c. Menentukan horse power motor secara matematis dengan menggunakan

    Persamaan (3-38), (3-39) dan Persamaan (3-40) setelah itu dikalikan 1.5

    sebagai Safety lapangan

    6. Menentukan variable speed drive (VSD)

    VSD yang direkomendasikan dapat ditentukan dengan persamaan (3-44),

    yaitu harga 75 % dari harga HP dikalikan dengan 1 Kw

    7. Mengevaluasi effisiensi volumetris PCP

    Effisiensi PCP dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3-46).

    Masalah yang sering terjadi pada PCP dapat dilihat pada Tabel III-18 berikut :

    Tabel III-18Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP 20)

    GEJALA TANDA-TANDAKEMUNGKINAN

    PENYEBABANJURAN UNTUK

    PERBAIKAN

    Tak adaaliran

    Aspenggerak

    tidakberputar

    1. Belt/Pulli longgar/lepas Kencangkan atau gantisabuk (belt) atau pulli

    2. Motor listrik tidakmendapat aliran listrik

    Cek sekering, daya listrikataupun controllernya

    3. Motor rusak Ganti motor4. Bearing (laher) atau

    poros rusak Hubungi pabriknya

    5. Kawat aliran listrik kemotor salah Benarkan

    Aspenggerakberputar

    1. Rod/Stang patah Ganti rod/stang

    2. Kebocoran pipa salur(tubing)

    Perbaiki/cek gesekandengan rod (kalau benar

    beri rod guide)

  • 64

    3. Sambungan tubingterlepas Angkat tubing/betulkan

    4. Rotor rusak Ganti rotor

    5. Rotor tak pas di stator Cek spasi rotor/turunkanrotor6. Pompa agakrusak/stator jebol

    Ganti stator/diskusikandengan pabrik pompa

    7. Rotor terlalu dalamsampai di bawah stator Naikkan sampai stator

    8. Rusak karena asam/zatkimia atau karena

    tekanan

    Ganti alat dan tanyakanke service company

    9. Peletakan statorterbalik

    Cabut dan balikkan

    As berputarterlalulambat

    1. Pulli salah ukuran Cek ukurannya/ganti

    2. Belt tergelincir (slip) Kencangkan/ganti

    3. Problem motor Cek motor dan terminallistrik

    4. Daya salah Perbaiki daya terminal dilistrik

    5. Keceptan motor salah Ganti motor listriknya

    Produksimenurunterhadapwaktu

    1. Temperatur terlalutinggi

    Ganti dengan rotor/statoryang tahan temperatur

    tinggi2. Stator melunak karena

    zat kimia/minyakaromatik

    Ganti stator dan cekfluida yang lewat/akan

    digunakan3. Pompa tertutup kotoran/

    padatan/pasirPompakan cairan di atas

    pompa (back flushed

    4. Pompa terkena zat yangabrasif

    Cepatkan pompa danbersihkan lubang masuk

    AliranKecil

    Lajuproduksikonstan

    1. Lubang masuk pompabuntu

    Tarik pompa danbersihkan lubang masuk

    (back flushed)

    Tabel III-18Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)

  • 65

    PutaranDrive Headterlalulambat

    1. Pulli salah ukuran Cek dan Ganti2. Belt selip Kencangkan/ganti belt

    3. Problem motor Cek kecepatanmotor/terminal listrik

    4. Daya salah Cek power di trafo5. Kecepatan motor salah Ganti motor listrik

    AliranNaik

    Laju taktetap

    1. GLR tinggi di lubangmasuk pompa

    Turunkan kedudukanpompa/ gunakan gas

    2. Rotor terlalu dalammenyentuh penyetop didasar sumur

    separator/Turun

    Naikkan rotor supayamasuk tepat ke stator

    3. Rod bengkok karenalubang sumur miring

    Maksimum PCP 5o,gunakan centralizer

    4. Pompa tak cukupterlumasi

    Ganti ke pompa lebihtinggi kelasnya

    PackingBocor

    Cairanproduksibocor di

    Untuk bisa bekerja effektif, packing memang harusbocor sedikit

    tetapi relatifkecil (asberputarbenar)

    2. Ukuran rotor todak pasTemperatur terlalu rendahdari perkiraan ganti rotor

    yang sesuai3. Disain pompa salah Ganti pompa yang benar

    4. Sumur kering Cek potensial reservoir

    5. GLR terlalu tinggi Turunkan kedudukanpompa/ gunakan gas

    separator

    6. Rotor/stator aus Naikkan kecepatan pompaGanti/perbaiki

    7. Kebocoran tubing

    Tabel III-18Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)

  • 66

    packing1. Pipa salur (flowline)

    buntu/ tertutupCek kebuntuan

    2. Kebocoran di kepalasumur

    Betulkan/keraskan

    3. Penyetelan packing Ratakan pengerasan4. Penyetelan terlalu kuat Ratakan penyetelan5. Tekanan alir terlalu

    tinggiCek denganrepresentative pabrikpompa

    6. Packing aus Ganti packingnya

    Tabel III-18Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)