pbl4
TRANSCRIPT
Makalah Skill Lab
Pewarisan Kelainan Genetik
Oleh Autosom dan Gonosom
Disusun Oleh:
Leonirma Tengguna
10 2009 197
A2
Januari 2010
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “Pewarisan Kelainan Genetik Oleh Autosom
dan Gonosom” ini berisikan pembahasan skenario kasus yang diberikan dalam
proses pembelajaran terarah dan mandiri keempat (skill lab).
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
pewarisan kelainan genetik dari orang tua kepada keturunannya. Adapun kelainan
genetika dapat diwariskan oleh dua jenis kromosom yaitu autosom dan gonosom.
Keduanya memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu, makalah ini juga berisikan
penganalisaan keturunan dengan diagram Pedigree. Dari diagram Pedigree, dapat
diketahui kemungkinan kondisi keturunan yang dihasilkan.
Akhir kata, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Jakarta, 4 Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………....... i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Bab II. Isi ……………………………………………………………………. 2
2.1. Identifikasi Istilah
2.2. Rumusan Masalah
2.3. Analisis Masalah
2.4. Hipotesis
2.5. Sasaran Pembelajaran
2.5.1. Hukum Mendel ……………………………………….. 2
2.5.2. Pewarisan Sifat Autosomal pada Manusia …………… 3
2.5.2.1. Pewarisan Sifat Autosomal Dominan
2.5.2.2. Pewarisan Sifat Autosomal Resesif
2.5.3. Pewarisan Sifat Gonosom ……………………………. 14
2.5.3.1. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom X
2.5.3.2. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom Y
2.5.4. Persilangan Buta Warna Pada Skenario ………………18
Bab III. Penutup …………………………………………………………… 20
3.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat seorang anak dilahirkan, anak tersebut akan mewariskan berbagai
sifat dan karakter dari kedua orang tuanya. Selama makhluk hidup berkembang
biak, sifat-sifat dari nenek moyang akan terus diturunkan dari generasi ke
generasi. Sifat-sifat tersebut tidak dapat menghilang karena terdapat di dalam gen.
Pada skenario PBL keempat, diceritakan bahwa Andi terkejut saat
menyadari dirinya tidak dapat membedakan lampu merah hijau di perempatan
jalan. Ternyata ibunya pun mengalami hal yang sama. Saat ini Andi kuatir apakah
anaknya kelak juga akan menderita hal yang sama. Untuk mengetahui
kemungkinan keturunan yang dihasilkan Andi, perlu dibuat diagram Pedigree.
Dengan diagram Pedigree, dapat diketahui besar persentase apakah keturunan
tersebut normal, carrier (pembawa), atau mengidap buta warna.
Makalah ini berisikan penjelasan mengenai kelainan-kelainan yang
diwariskan oleh berbagai macam gen, yaitu autosom dan gonosom. Adapun
penurunan sifat dari kedua gen tersebut dibagi lagi menjadi pewarisan
berdasarkan gen dominan dan resesif. Selain itu, makalah ini juga berisi diagram
Pedigree mengenai kemungkinan keturunan yang dihasilkan Andi.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai kelainan yang diturunkan secara genetik serta
mengetahui kemungkinan keturunan yang dihasilkan dengan diagram Pedigree.
1.3. Manfaat
Bertambahnya wawasan pembaca mengenai pewarisan kelainan yang tertaut
pada gen tertentu dan mengetahui manfaat diagram Pedigree
BAB II
ISI
2.1. Identifikasi Istilah
Tidak ada istilah yang tidak dapat dimengerti.
2.2. Rumusan Masalah
Pewarisan gen buta warna.
2.3. Analisis Masalah
2.4. Hipotesis
Pewarisan sifat genetik dipengaruhi oleh autosom dan genosom sesuai
Hukum Mendel.
2.5. Sasaran Pembelajaran
2.5.1. Hukum Mendel
Pewarisan genetik adalah pewarisan karakter atau sifat-sifat genetis dari
orang tua kepada keturunannya. Dari sifat-sifat yang dimiliki orang tua, dapat
diketahui karakter yang akan diwariskan kepada anak-anaknya. Selama berabad-
abad telah dilakukan penelitian mengenai pewarisan genetik. Adapun peneliti
pertama yang berhasilkan mengemukakan rumus pasti mengenai pewarisan
genetika adalah Johan Gregor Mendel. Mendel berhasil menemukan dua hukum
pewarisan genetik. Kedua hukum tersebut dikenal sebagai Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II.
Bunyi Hukum Mendel I yaitu dua anggota dari pasangan gen yang terpisah
(segregasi) masing-masing ke dalam gamet, maka setengah gamet membawa satu
anggota dari pasangan gen, dan setengah gamet lainnya membawa satu anggota
dari pasangan gen yang lainnya. Sedangkan bunyi Hukum Mendel II yaitu selama
proses pembentukan gamet, segregasi pada alel-alel dalam satu gen adalah berdiri
sendiri dari proses segregasi alel-alel dari gen lainnya. Kedua hukum ini dijadikan
dasar dalam pewarisan sifat genetik.
2.5.2. Pewarisan Sifat Autosomal pada Manusia
Sifat autosomal merupakan sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom. Pada manusia, laki-laki dan perempuan memiliki jumlah autosom yang
sama. Adapun sifat autosomal dapat diturunkan baik secara dominan maupun
resesif. Keduanya memiliki ciri khas pewarisan tersendiri.
2.5.2.1. Pewarisan Sifat Autosomal Dominan
Dalam kriteria penurunan autosom dominan, sifat heterozigot muncul pada
setiap generasi tanpa selang. Bagi orang tua yang menderita kelainan pada
autosom dominan, maka kelainan tersebut akan diwariskan ke setengah dari
jumlah anak. Sedangkan orang tua yang bukan merupakan penderita (normal)
tidak akan mewariskan sifat tersebut kepada anaknya. Pewarisan sifat ini tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Adapun berbagai kelainan yang diwariskan secara
autosom dominan yaitu:
1. Kemampuan mengecap phenylcarbamida (PTC).
Pheniltiocarbamida atau phenilthiouracyl merupakan suatu zat kimia yang
mudah larut dalam air. Bagi penderita kelainan PTC, zat ini akan terasa pahit
bila dicicipi sehingga mereka disebut sebagai “taster”. Sedangkan bagi orang
normal, zat ini tidak memiliki rasa (tawar) sehingga mereka disebut
“nontaster”. Pada penderita, gen yang dimiliki adalah TT atau Tt. Sedangkan
pada orang normal, gen yang dimiliki adalah tt.
2. Dentinogenesis Imperfekta (gigi opalesen).
Dentinogenesis Imperfecta (DI) merupakan gangguan pembentukan dentin
yang bersifat herediter, di mana terjadi anomali pada struktur dentin. Gangguan
ini menyebabkan kerusakan matriks predentin yang menyebabkan dentin
sirkumpulpa tidak terbentuk dan tidak teratur. Ciri khas kelainan ini yaitu
dentin berwarna putih seperti air susu (opalesen). Adapun penyebab dari
kelainan ini adalah gen dominan DD atau Dd. Dentinogenesis Imperfekta
merupakan kelainan yang jarang ditemukan dengan perbandingan 1:8000.
Apabila gigi penderita dirontgen, akan tampak bahwa gigi penderita seputih
susu, email normal, tetapi ruang-ruang pulpa dan saluran-saluran akar pada
kebanyakan gigi terhapus dengan dentin abnormal. Terdapat penambahan
perbatasan pada hubungan antara mahkota dengan akar-akar gigi molar.
3. Achondroplasia.
Achondroplasia merupakan suatu kelainan epifisis yaitu adanya penulangan
pada kartilago sehingga anggota tubuh menjadi pendek. Kelainan ini dapat
ditemukan dalam satu kasus dari setiap 50.000 orang. Penyebab kelainan ini
adalah alel B dominan. Gen BB merupakan gen yang bersifat letal sehingga
penderita achondroplasia dari gen ini akan meninggal pada masa kanak-kanak.
Para penderita achondroplasia yang bertahan hidup adalah mereka yang
memiliki gen Bb.
Tinggi badan rata-rata penderita achondroplasia adalah 131 cm untuk
lelaki dewasa dan 124 cm untuk perempuan dewasa. Karakteristik fitur
achondroplasia adalah lengan dan kaki pendek (terutama lengan atas dan paha),
gerak terbatas pada siku, kepala besar (macrocephaly) serta dahi menonjol.
Masalah kesehatan yang ditemui pada penderita pernafasan melambat atau
berhenti untuk periode singkat (apnea), obesitas, serta infeksi telinga. Pada
masa dewasa, penderita biasanya mengalami kebungkukan (lordosis) serta
nyeri punggung yang menjadi penyebab kesulitan berjalan.
4. Polidaktili (jari lebih).
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan
P, yaitu orang yang mempunyai tambahan jari pada satu atau dua tangan atau
pada kakinya. Yang umum dijumpai adalah terdapatnya jari tambahan pada
satu atau kedua tangan. Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang
terdapat di dekat ibu jari dan ada pula yang terdapat di dekat jari kelingking.
Gen penyebab polidaktili tidak bersifat letal. Pada orang normal, gen yang
dimiliki adalah gen homozigotik resesif (pp).
5. Penyakit Huntington.
Huntington merupakan suatu penyakit degeneratif yang menyerang sistem
saraf. Penyakit ini disebabkan oleh suatu alel dominan A yang mematikan serta
tidak memiliki pengaruh fenotipik nyata sampai individu yang bersangkutan
berusia kira-kira 35 hingga 45 tahun. Begitu perusakan sistem saraf dimulai,
tidak ada jalan untuk memulihkannya dan berakibat fatal. Setiap anak yang
terlahir dari orang tua yang memiliki alel untuk penyakit Huntington memiliki
peluang 50% untuk mewarisi alel dan kelainan tersebut. Adapun alel dari
penyakit ini terletak di suatu lokus di dekat ujung kromosom 4.
6. Penyakit Alzheimer
Penyakit alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang disebabkan
oleh gen autosomal dominan. Penyakit ini dapat timbul pada semua umur.
Secara epidemiologi, penyakit Alzheimer terbagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok yang menderita pada usia kurang dari 58 tahun (early onset) dan
kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun (late onset). Dasar
kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Penyakit alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor genetika juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika.
7. Sindrom Marfan.
Sindrom Marfan adalah kelainan autosom dominan yang terjadi pada jaringan
ikat. Jaringan ikat merupakan protein yang menyokong kulit, tulang, pembuluh
darah serta organ lainnya. Salah satu bagian dari jaringan ikat adalah protein
fibrillin. Timbulnya sindrom Marfan disebabkan adanya kelainan pada protein
fibrilin. Adapun kelainan ini dapat terjadi dari stadium ringan sampai berat
serta memiliki gejala bervariasi. Penderita sindrom Marfan seringkali memiliki
tubuh yang sangat tinggi serta kurus. Sebagian besar penderita sindrom Marfan
memiliki jantung dan pembuluh darah yang bermasalah, seperti aorta yang
lemah atau bocornya katup jantung. Selain itu, kemungkinan mereka juga
memiliki masalah dengan tulang, mata, kulit, sistem syaraf dan paru-paru.
8. Familial Hiperkolesterolemia
Familial hiperkolesterolemia adalah suatu kelainan dimana seseorang memiliki
kadar kolesterol jahat yang tinggi (LDL atau Low Density Lipoprotein) sedari
lahir. Kelainan ini dapat menyebabkan serangan jantung pada usia dini.
Familial hiperkolesterolemia disebabkan oleh rusaknya gen pada kromosom
19. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak dapat menghapus kolesterol LDL dari
aliran darah sehingga penderita mengalami aterosklerosis pada usia dini.
Kelainan ini diwariskan melalui gen autosom dominan. Penderita homozigot
dominan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada penderita heterozigot.
Kadar kolesterol pada penderita homozigot dominan dapat melebihi 600mg/dL
dimana keadaan demikian sangat meningkatkan risiko serangan jantung dan
penyakit jantung.
9. Anonychia.
Anonychia adalah suatu kelainan di mana kuku dari beberapa jari tangan atau
kaki tidak ada atau tidak baik tumbuhnya. Penyebab dari kelainan ini adalah
adanya gen An pada kromosom.
10. Neurofibromatosis (Penyakit Recklinghausen)
Neurofibromatosis adalah kelainan genetik pada sistem saraf. Kelainan ini
umumnya mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel saraf.
Akibatnya, timbul tumor pada saraf tersebut. Neurofibromatosis disebabkan
oleh pewarisan pada autosom dominan atau terjadinya mutasi pada gen. Tidak
ada pengobatan medis untuk penderita kelainan ini. Adapun perawatan medis
lebih difokuskan pada pengontrolan gejala. Untuk pengobatan lebih lanjut
dapat mencakup operasi untuk mengangkat tumor, terapi radiasi serta obat-
obatan. Terdapat tiga jenis neurofibriomatosis, antara lain:
Tipe 1 (NF1) menyebabkan perubahan kulit dan cacat tulang. Kelainan tipe
ini umumnya sudah diderita sejak lahir.
Tipe 2 (Qxg2) menyebabkan gangguan pendengaran, telinga berdenging
dan rendahnya keseimbangan tubuh. Kelainan tipe ini umumnya muncul
pada masa remaja.
Schwannomatosis menyebabkan rasa sakit yang hebat. Kelainan tipe ini
adalah jenis yang paling langka.
11. Brakidaktili
Brakidaktili adalah suatu kelainan genetik di mana jari tangan atau kaki
memendek karena memendeknya ruas-ruas tulang jari. Penderita brakidaktili
memiliki gen dalam keadaan heterozigot (Bb). Gen homozigot dominan (BB)
merupakan gen letal yang menyebabkan kematian pada masa embrio. Individu
dengan gen homozigot resesif (bb) merupakan individu normal.
12. Retinal Aplasia
Retinal aplasia adalah suatu kelainan yang menyebabkan orang lahir dalam
keadaan buta. Penyebab dari kelainan ini adalah gen dominan Ra.
13. Katarak.
Katarak adalah suatu penyakit mata yang menyebabkan orang menjadi buta.
Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan K.
14. Daun telinga yang bebas.
Daun telinga yang bebas (artinya tidak tumbuh melekat) dan bentuk meruncing
dari pangkal tumbuhnya rambut di dahi (Widow’s Peak) juga ditentukan oleh
gen dominan pada autosom.
15. Warna rambut.
Warna rambut disebabkan adanya pigmen melanin. Jika pigmen melanin
terdapat dalam jumlah besar, maka rambut berwarna coklat tua sampai hitam.
Apabila melanin berjumlah sedikit, maka rambut berwarna putih atau pirang.
Orang dengan rambut coklat tua atau hitam memiliki gen BB atau Bb,
sedangkan orang dengan rambut putih memiliki gen bb.
16. Berbagai karakter fisiologis.
Lekuk pipit, lekuk di dagu, tumbuhnya rambut yang tebal di tangan, lengan,
dan dada, serta kemampuan untuk membengkokkan ibu jari dengan sudut yang
tajam merupakan sifat-sifat yang diturunkan oleh gen dominan.
2.5.2.2. Pewarisan Sifat Autosomal Resesif
Ribuan kelainan genetik diketahui diwariskan sebagai sifat resesif
sederhana. Kelainan-kelainan ini memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda
mulai dari sifat yang relatif tidak berbahaya, seperti albinisme sampai ke keadaan
yang mengancam kehidupan, seperti fibrosis sistik. Suatu penyakit yang
diwariskan secara resesif muncul hanya dalam individu homozigot resesif.
Individu heterozigot yang secara fenotipe normal disebut carrier karena mereka
dapat saja mewariskan alel resesif tersebut kepada keturunannya. Adapun
berbagai kelainan yang diwariskan secara autosom resesif antara lain:
1. Albinisme
Albinisme merupakan suatu kelainan genetik yang diturunkan melalui
autosom resesif aa, di mana melanin hanya memproduksi sedikit atau tidak
sama sekali warna (pigmen) di kulit, rambut, dan mata. Terdapat dua jenis
albinisme, yaitu:
Albinisme tipe 1. Kelainan ini disebabkan oleh gangguan produksi pigmen
pada melanin.
Albinisme tipe 2. Kelainan ini adalah disebabkan kerusakan pada gen P.
Penderita tipe ini memiliki sedikit warna saat lahir.
Tipe albinisme yang paling parah adalah Oculocutaneous albinisme. Penderita
kelainan ini memiliki warna putih atau merah muda pada rambut, kulit, dan
iris, serta memiliki masalah penglihatan. Albinisme jenis lain, yang disebut
albinisme okular tipe 1 (OA1), hanya mempengaruhi mata. Pengidap kelainan
ini memiliki kulit dan mata yang masih dalam batas normal. Akan tetapi, pada
pemeriksaan mata akan ditemukan tidak adanya pewarnaan di bagian belakang
mata (retina). Selain tipe-tipe tersebut, terdapat satu lagi tipe albinisme yang
disebabkan oleh satu gen. albinisme tipe ini disebut Hermansky-Pudlak
syndrome (HPS). Kelainan ini muncul bersamaan dengan gangguan
perdarahan, penyakit paru-paru dan usus.
2. Fenilketonuria (PKU)
Fenilketonuria adalah kelainan yang disebabkan penurunan autosom resesif pp,
di mana kadar fenilalanin meningkat dalam darah. Fenilalanin adalah asam
amino yang ditemukan dalam protein dan dalam beberapa pemanis buatan. Bila
PKU tidak diobati, kadar fenilalanin dapat bertambah sampai ke tingkat yang
berbahaya di dalam tubuh sehingga menyebabkan keterbelakangan mental dan
masalah kesehatan serius lainnya. Bayi yang terlahir dengan PKU memiliki
risiko keterbelakangan mental karena mereka terpapar kadar fenilalanin yang
sangat tinggi sebelum dilahirkan. Bayi tersebut kemungkinan memiliki berat
badan rendah dan tumbuh lebih lambat daripada anak-anak seusianya. Selain
itu, masalah medis yang muncul adalah gangguan pada jantung, ukuran kepala
yang kecil (mikrosefalus), serta memiliki tingkah laku yang bermasalah.
3. Bisu tuli
Bisu tuli adalah kelainan genetik di mana penderita tidak dapat mendengar atau
berbicara. Penyebab dari kelainan ini adalah adanya gen resesif dd atau ee pada
autosom. Gen pada penderita bisu tuli adalah DDee, Ddee, ddEE, atau ddEe.
Sedangkan pada orang normal, gen yang dimiliki adalah DDEE atau DdEe.
4. Alkaptonuria
Alkaptonuria adalah kelainan genetik di mana urin berwarna hitam saat terkena
udara. Ochronosis (suatu penumpukan pigmen gelap di jaringan ikat seperti
tulang rawan dan kulit) juga merupakan karakteristik dari gangguan ini.
Pigmentasi biru kehitaman pada urin ini biasanya terjadi pada usia lebih dari 30
tahun. Penderita alkaptonuria biasanya menderita radang sendi (terutama di
tulang belakang) yang dimulai pada awal masa dewasa. Selain itu, penderita
alkaptonuria seringkali memiliki masalah pada jantung, batu ginjal, dan batu
prostat.
Kelainan ini disebabkan adanya mutasi pada gen HGD. Gen HGD
berfungsi untuk memproduksi enzim homogentisate oksidase yang memecah
asam amino fenilalanin dan tirosin. Mutasi pada gen HGD merusak peran
enzim dalam proses ini. Akibatnya, asam homogentisat yang diproduksi oleh
fenilalanin dan tirosin yang rusak terakumulasi dalam tubuh. Kadar asam
homogentisat dan senyawa terkait yang berlebihan ditampung pada jaringan
penghubung sehingga tulang rawan dan kulit menjadi lebih gelap. Seiring
waktu, penumpukan zat tersebut pada persendian menyebabkan arthritis. Selain
itu, asam homogentisat juga diekskresikan dalam urin sehingga urin menjadi
gelap ketika terkena udara.
5. Kretinisme (Hipotiroidisme Kongenital)
Hipotiroidisme kongenital adalah suatu kelainan yang ditemukan sedari bayi
baru lahir yang disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh fungsi tiroid
(hipotiroidisme). Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang memproduksi yodium
berisi hormon pengatur pertumbuhan, perkembangan otak, dan metabolisme
tubuh. Kelainan tersebut terjadi apabila kelenjar tiroid gagal untuk berfungsi
dengan baik. Jika tidak diobati, hipotiroidisme kongenital dapat menyebabkan
keterbelakangan mental dan pertumbuhan yang tidak normal. Di Amerika
Serikat dan banyak negara lain, semua bayi yang baru lahir dites hipotiroidisme
kongenital. Jika pengobatan dimulai pada bulan pertama setelah kelahiran, bayi
biasanya berkembang secara normal.
Sebagian besar kasus hipotiroidisme kongenital adalah sporadis, artinya
kelainan ini terjadi pada orang yang tidak memiliki silsilah kretinisme di
keluarganya.
6. Penyakit Tay-Sachs
Penyakit Tay-Sachs disebabkan oleh suatu enzim disfungsional yang gagal
menguraikan lipid tertentu pada otak. Gejala dari penyakit ini biasanya terlihat
beberapa bulan setelah lahir. Bayi mulai mengalami sesak napas, kebutaan, dan
degenerasi kinerja motorik dan mental. Bahkan dengan perawatan medis yang
terbaik, anak-anak dengan penyakit Tay-Sachs biasanya meninggal pada usia 4.
Penyakit Tay-Sachs paling sering terjadi pada orang Jahudi Ashkenazik yang
leluhurnya tinggal di Eropa Tengah. Dalam populasi tersebut, frekuensi
penyakit Tay-Sachs ini ditemukan adalah satu dari setiap 3600 orang.
7. Fibrosis Sistik (Cystic Fibrosis / CF)
Fibrosis Sistik adalah kelainan pewarisan pada lendir dan kelenjar keringat.
Kelainan ini menyerang paru-paru, pankreas, hati, usus, sinus dan organ-organ
kelamin. CF menyebabkan lendir menjadi kental dan lengket. Banyaknya
lendir pada paru-paru menyebabkan masalah pernapasan dan memudahkan
bakteri untuk tumbuh. Akibatnya, terjadi infeksi berulang berulang dan
kerusakan paru-paru.
Kelainan ini dapat diderita sedari lahir, atau baru muncul saat seseorang
beranjak remaja atau memasuki tahap dewasa muda. Meskipun tidak ada obat
untuk CF, perawatannya telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Sampai tahun 1980-an, sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak dan
remaja. Kini, dengan meningkatkan perawatan, para penderita CF rata-rata
dapat hidup lebih dari 35 tahun.
8. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit disebabkan oleh substitusi suatu asam amino tunggal dalam
protein hemoglobin berisi sel-sel darah merah. Ketika kandungan oksigen
darah individu yang diserang itu rendah (pada tempat-tempat tinggi atau pada
waktu mengalami ketegangan fisik), hemoglobin sel sabit akan mengubah sel-
sel darah merah menjadi bentuk sabit (Eritrosit berbentuk bulan sabit ini
mengalami hemolisis sehingga menyebabkan anemia berat yang dikenal
sebagia anemia sel sabit. Gen sel sabit adalah salah satu contoh dari suatu gen
yang bertahan dan menyebar di dalam populasi yang berasal dari penduduk
kulit hitam Afrika. Keuntungan dari gen ini adalah dapat memberikan resistensi
terhadap satu jenis malaria. Kelainan-kelainan yang disebabkan oleh anemia sel
sabit antara lain nekrosis tulang mandibula, osteomilitis, osteitis dan sindrom
Gardner's. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke
jaringan yang disebabkan eritrosit berbentuk sickle cell. Gambaran radiografi
pada daerah yang mengalami kelainan-kelainan menunjukkan adanya area
radiolusen dan radiopak.
9. Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah bawaan (keturunan) yang menyebabkan sel
darah merah (eritrosit) mengalami hemolisis. Penyakit ini banyak terdapat di
negara-negara di sekitar laut tengah. Thalasemia merupakan kelainan genetik
yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis rantai
Hemoglobin, sehingga hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk mengikat
oksigen. Adapun thalasemia dibedakan atas:
a. Thalasemia α
Thalasemia α sering dijumpai pada penduduk Asia, terutama disebabkan
adanya delesi (tidak adanya) gen α. Pada individu normal, terdapat 4 gen α
dalam sepasang kromosom, yaitu 2 gen kromosom paternal (berasal dari
ayah). Delesi dapat terjadi pada 1 gen sampai 4 gen. Banyaknya delesi gen
α menentukan derajat keparahan pasien yaitu:
Pada delesi 1 gen α (disebut α Thalasemia 2) hanya berpengaruh sedikit
terhadap kelainan fungsi darah.
Pada delesi 2 gen α (disebut α Thalasemia 1) berakibat anemia ringan.
Pada delesi 3 gen α (disebut “HbH disease”) berakibat anemia berat.
Pada delesi 4 gen α berakibat fatal pada bayi.
b. Thalasemia β
Thalasemia β yang heterozigotik mengakibatkan anemia ringan dan
biasanya tidak memerlukan pengobatan. Dalam keadaan homozigotik,
terjadi anemia berat dan memerlukan transfuse darah. Pada Thalasemia βo
yang homozigotik, sama sekali tidak ditemukan adanya HbA. Sedangkan
pada thalasemia β+ yang homozigotik, HbA ditemukan dalam jumlah
sedikit sekali.
c. Thalasemia бβ
Pada Thalasemia бβ atau Thalasemia F, terjadi penekanan produksi rantai б
pada Thalasemia β. Dalam keadaan heterozigotik, ditemukan HbA dalam
jumlah sedikit dan banyak HbF. Pada keadaan homozigotik, hanya
ditemukan HbF saja dan penderita mengalami anemia yang agak berat.
Thalasemia ditentukan oleh gen dominan Th. Orang normal memiliki
genotip thth. Bayi homozigotik dominan ThTh (Thalasemia mayor)
menderita anemia berat sehingga berakibat fatal. Individu heterozigotik
Thth (Thalasemia minor) menderita anemia tidak berat sehingga dapat
bertahan hidup.
10. Freidreich’s Ataxia
Friedreich's ataxia adalah kelainan pewarisan yang merusak sistem saraf.
Kelainan ini menyebabkan kerusakan pada saraf tulang belakang dan saraf
yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki. Biasanya, gejala
kelainan ini dimulai dari usia 5 sampai 15 tahun. Gejala utama adalah ataksia,
yaitu sulit untuk mengkoordinasi gerakan. Sedangkan gejala yang lebih spesifik
antara lain: kesulitan berjalan, otot melemah, gangguan pada gerakan mata,
skoliosis, dan jantung berdebar-debar. Penderita Friedreich's ataksia biasanya
memerlukan kursi roda 15 sampai 20 tahun setelah gejala pertama kali muncul.
2.5.3. Pewarisan Sifat Gonosom
Gonosom adalah gen yang berada di dalam kromosom seks. Terdapat dua
jenis kromosom sex, yaitu kromosom X dan Y. Pada kromosom X, terdapat dua
jenis pewarisan yaitu pewarisan terpaut kromosom X resesif dan dominan.
Sedangkan pada kromosom Y, hanya terdapat satu jenis pewarisan.
2.5.3.1. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom X
(Pewarisan gen tertaut kromosom X terdiri dari dua jenis, yaitu pewarisan terpaut
kromosom X resesif dan dominan. Penderita pria akan selalu menunjukkan
fenotipe dari kelainan ini dan mewariskan kelainan tersebut kepada semua
keturunan perempuannya, tetapi tidak pada anak laki-lakinya. Pada perempuan
carrier dari kromosom X yang mengandung gen resesif, gejala fenotipe tidak akan
tampak. Akan tetapi, ia akan mewariskan gen dengan perbandingan yang sama
untuk semua keturunannya.
A. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom X Resesif
1. Buta Warna Merah dan Hijau
Buta warna adalah suatu kelainan pada persepsi warna. Kelainan ini
menyebabkan perbedaan dalam melihat warna sesungguhnya, mulai dari kesulitan
untuk membedakan beberapa jenis warna sampai pada ketidakmampuan total
untuk mendeteksi warna. Kondisi ini dibagi menjadi tiga kategori utama: buta
warna merah-hijau, buta warna biru-kuning, dan buta warna total.
Buta warna merah-hijau adalah jenis paling umum di masyarakat.
Penderita kelainan ini memiliki kesulitan dalam membedakan antara warna merah
dan hijau. Mereka melihat warna-warna ini secara berbeda dari kebanyakan orang
dan mungkin mengalami masalah penamaan warna yang berbeda. Penderita buta
warna jenis ini lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan.
Buta warna merah-hijau diwariskan oleh pautan kromosom X dominan.
Pada laki-laki (yang hanya memiliki satu kromosom X), cukup satu salinan
mengubah gen tiap sel untuk menyebabkan kelainan ini. Pada wanita (yang
memiliki dua kromosom X), mutasi harus terdapat di kedua salinan dari gen untuk
menyebabkan gangguan ini. Ciri khas dari pautan jenis ini adalah pewarisan
hanya bias dilakukan oleh ibu.
2. Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan genetik di mana terjadi gangguan pada proses
pembekuan darah. Penderita hemofilia sering mengalami perdarahan yang
berkepanjangan. Dalam kasus hemofilia yang parah, perdarahan hebat terjadi
setelah cedera ringan atau tidak ada cedera sama sekali (perdarahan spontan).
Terjadinya komplikasi serius disebabkan oleh perdarahan ke dalam sendi, otot,
otak, atau organ internal lainnya.
Terdapat dua jenis hemofilia yaitu hemofilia A (dikenal sebagai hemofilia
klasik) dan hemofilia B (dikenal sebagai penyakit Natal). Meskipun keduanya
memiliki gejala yang sama, tetapi mutasi terjadi pada gen yang berbeda. Penderita
hemofilia B yang langka (hemofilia B Leiden) mengalami perdarahan yang
berlebihan pada masa anak-anak, tetapi berkurang setelah pubertas. Selain itu,
terdapat jenis hemofilia langka lainnya yang tidak disebabkan oleh pewarisan
mutasi gen. Gejala yang tampak adalah perdarahan pada kulit, otot, atau jaringan
lunak lain. Biasanya kelainan ini terjadi pada usia dewasa.
Hemofilia A dan hemofilia B merupakan pewarisan dari kromosom X
resesif. Kelainan yang disebabkan oleh kromosom X resesif menyerang laki-laki
lebih sering daripada perempuan. Ciri khas dari pewarisan kromosom X adalah
ayah tidak dapat menurunkan sifat-sifat tersebut kepada anak perempuannya.
Seorang wanita yang memiliki satu salinan pengubah gen dalam tiap sel
(disebut carrier) dapat mewariskan gen tersebut untuk anak-anaknya, tetapi
biasanya tidak mengalami gangguan. Namun, dalam suatu kasus ditemukan
sekitar 10% wanita carrier akan mengalami masalah perdarahan ringan.
3. Distrofi Otot (Duchenne and Becker Muscular Dystrophy)
Distrofi otot adalah kelainan genetik di mana terjadi kelemahan otot yang
progresif (atrofi). Distrofi otot jenis Duchenne dan Becker menyebabkan
gangguan pada otot rangka dan otot jantung. Kondisi ini terjadi lebih sering pada
laki-laki daripada perempuan.
Distrofi otot Duchenne dan Becker memiliki gejala yang serupa dan
disebabkan oleh mutasi pada gen yang sama. Adapun perbedaannya terdapat
dalam tingkat keparahan, usia onset, dan peningkatan kelemahan otot. Pada
penderita distrofi otot Duchenne, kelemahan otot cenderung muncul pada anak
usia dini. Anak-anak pengidap kelainan ini mengalami penundaan perkembangan
motorik, seperti duduk, berdiri, dan berjalan. Pada masa remaja, penderita akan
membutuhkan kursi roda. Adapun penyebab dari kelainan ini yaitu tidak adanya
satu protein otot yang penting yang disebut distrofin.
Berbeda dengan Distrofi otot Becker. Gejala distrofi otot Becker biasanya
lebih ringan dan menunjukkan berbagai macam variasi. Pada kebanyakan kasus,
kelemahan otot baru terlihat jelas di masa kanak-kanak atau remaja dan memiliki
peningkatan yang jauh lebih lambat daripada distofi otot Duchenne.
A. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom X Dominan
1. Sindrom Fragile X
Sindrom Fragile X adalah kondisi genetik yang menyebabkan kelainan
pada pertumbuhan individu, yaitu ketidakmampuan belajar dan gangguan
kognitif. Biasanya, laki-laki lebih rentan terhadap kelainan ini daripada
perempuan.
Penderita sindrom Fragile X biasanya berperilaku hiperaktif dan memiliki
kecemasan yang berlebihan. Mereka juga memiliki kesulitan untuk terfokus pada
suatu hal. Seiring waktu, penderita laki-laki memiliki karakteristik fisik yang
khas, yaitu wajah yang panjang, telinga besar, menonjolnya rahang dan dahi, jari
yang sangat fleksibel, dan testikel yang membesar setelah pubertas.
2. Sindrom Rett
Sindrom Rett adalah gangguan perkembangan otak yang terjadi hampir
secara eksklusif pada anak perempuan. Setelah usia 6 sampai 18 bulan dengan
perkembangan yang tampak normal, anak-anak dengan sindrom Rett akan
memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dan berbahasa, belajar, koordinasi tubuh,
dan berbagai gangguan pada fungsi otak lainnya.
Pada awal masa kanak-kanak, penderita perempuan kehilangan
pengetahuan akan penggunaan tangan mereka dengan meremas tangan berulang-
ulang, membuat gerakan mencuci, atau bertepuk tangan. Mereka memiliki ukuran
kepala kecil (mikrosefalus) dan cenderung tumbuh lebih lambat dari anak-anak
seusianya. Selain itu, gejala lain yang timbul yaitu kelainan pernapasan, kejang,
lengkungan abnormal pada tulang belakang (skoliosis), dan gangguan tidur.
Lebih dari 99 persen kasus sindroma Rett klasik terjadi pada orang yang
dalam keluarganya tidak terdapat sejarah dari kelainan ini. Sebagian besar dari
kelainan pada kasus ini merupakan hasil dari mutasi baru pada gen.
2.5.3.2. Pewarisan Gen Tertaut Kromosom Y
Gen yang tertaut pada kromosom Y disebut gen holandrik. Gen ini
merupakan gen tertaut kelamin sempurna yang sangat langka. Kelainan pada gen
holandrik diwariskan dari ayah kepada semua anak laki-lakinya, tetapi tidak
pernah diwariskan kepada anak perempuannya. Adapun kelainan diwariskan oleh
kromosom Y antara lain:
1. Hairy Pinnae (Hypertrichosis)
Hypertrichosis adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan (tidak normal)
pada seorang individu. Hypertrichosis berbeda dengan hirsutisme, yaitu
pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita yang mengikuti pola distribusi
pada laki-laki. Hypertrichosis dapat menjalar ke seluruh tubuh atau terisolasi
pada suatu bagian kecil. Kemunculan Hypertrichosis dapat diperoleh sedari
lahir atau beberapa waktu saat individu tersebut memasuki masa pertumbuhan.
Hypertrichosis merupakan kelainan genetik yang disebabkan
mutasi spontan pada gen yang terpaut kromosom Y. Pada penderita
Hypertrichosis lanuginosa akan diperoleh hasil diagnosis berupa kanker dalam
berbagai bentuk. Rambut yang tumbuh meliputi rambut panjang dan halus
seperti sutra serta terdapat pada wajah, hidung, dan kelopak mata (area yang
biasanya tidak berambut). Sampai kini, belum diketahui mengapa kanker
menyebabkan pertumbuhan rambut yang berlebihan ini. Penyebab lain yang
mungkin memicu hypertrichosis antara lain: gangguan metabolisme seperti
porfiria cutanea tarda, pemakaian obat-obatan atau bahan kimia, serta
Anorexia nervosa.
2. Sindaktili (Webbed Toes)
Sindaktili merupakan kelainan genetik di mana terjadi perlekatan antar jari
tangan atau kaki. Perlekatan biasanya terjadi hanya pada kulit, tetapi dalam
kasus yang langka melibatkan penggabungan (fusi) dari tulang. Sindaktili
mungkin ditemukan selama pemeriksaan bayi atau anak. Bentuk yang paling
umum adalah perlekatan antara jari kedua dan ketiga. Sindaktili juga dapat
terjadi bersamaan dengan cacat lahir pada tengkorak, wajah, dan tulang.
3. Antigen HY
Antigen H-Y adalah protein membran plasma spesifik yang ditemukan hanya
pada pria yang secara langsung membentuk testes dari gonad. Pada wanita
tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada antigen H-Y, sehingga jaringan gonad
baru mulai berkembang setelah 9 minggu kehamilan membentuk ovarium.
2.5.4. Persilangan Buta Warna Pada Skenario
Pada skenario PBL keempat, diceritakan bahwa Andi terkejut saat
menyadari dirinya tidak dapat membedakan lampu merah hijau di perempatan
jalan. Ternyata ibunya pun mengalami hal yang sama. Saat ini Andi kuatir apakah
anaknya kelak juga akan menderita hal yang sama. Dari skenario tersebut, dapat
dibuat diagram Pedigree mengenai kemungkinan pewarisan buta warna, yakni
sebagai berikut:
1. Ayah Andi normal sedangkan ibunya merupakan penderita buta warna, maka:
P : XY XcbXcb
F1: XcbY XcbX
F1 : Keturunan yang dihasilkan dari persilangan ini yaitu 50% pria penderita
buta warna dan 50% perempuan carrier. Dari diagram ini dapat
disimpulkan bahwa Andi termasuk ke dalam pria penderita buta warna.
2. Andi yang merupakan penderita buta warna menikah dengan seorang
perempuan. Dalam kasus ini, terdapat tiga kemungkinan yaitu perempuan
yang dinikahinya adalah seorang normal, carrier buta warna, atau penderita
buta warna. Adapun diagram persilangannya adalah sebagai berikut:
Andi menikah dengan seorang perempuan normal.
F1: XcbY XX
F2: XY XcbX
F2: Keturunan yang dihasilkan dari persilangan ini yaitu 50% pria normal
dan 50% perempuan carrier.
Andi menikah dengan seorang perempuan carrier buta warna.
F1: XcbY XcbX
F2: XcbY XY XcbX XcbXcb
F2: Keturunan yang dihasilkan dari persilangan ini yaitu 25% pria
penderita buta warna, 25% pria norma, 25% perempuan carrier, dan
25% perempuan penderita buta warna. Dari diagram ini dapat
disimpulkan bahwa Andi termasuk ke dalam pria penderita buta
warna.
Andi menikah dengan seorang perempuan buta warna.
F1: XcbY XcbXcb
F2: XY XcbXcb
F2: Keturunan yang dihasilkan dari persilangan ini yaitu 50% pria normal
dan 50% perempuan penderita buta warna.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kelainan genetik
dapat diturunkan oleh dua jenis kromosom, yaitu autosom (kromosom tubuh) dan
gonosom (kromosom seks). Dari masing-masing kromosom ini, pewarisan sifat
dapat dibagi lagi menjadi dominan dan resesif. Keseluruhannya memiliki ciri khas
pewarisan masing-masing. Selain itu, besar kemungkinan pewarisan sifat kepada
keturunan juga dapat diketahui dengan diagram Pedigree. Dari skenario yang ada,
dapat dihitung kemungkinan kondisi keturunan, yaitu apakah keturunan tersebut
normal, carrier, atau penderita buta warna.
DAFTAR PUSTAKA
Genetic Home Reference. Genetic inheritance. Dipublikasikan pada 31 Januari
2010. Diunduh dari http://ghr.nlm.nih.gov/glossary=geneticinheritance, 7
Februari 2010.
Nugraha ZS. Genetika dasar. Edisi 2008-9. Diunduh dari
http://medicine.uii.ac.id/upload/Blok-Biomedis-2008-2009-Genetika-Dasar-
Kedokteran-UII.pdf, 7 Februari 2010.
Yendriwati. Dentinogenesis imperfekta. Edisi 2004. Diunduh dari
http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-yendriwati.pdf, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Achondroplasia. Dipublikasian pada 31 Januari 2010.
Diunduh dari http://ghr.nlm.nih.gov/condition=achondroplasia, 7 Februari 2010.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Mendel dan ide tentang gen. Dalam:
Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga;2002.h269-73.
Medline Plus. Marfan syndrome. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/marfansyndrome.html, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Familial hypercholesterolemia. Diunduh dari: http://www.nlm.
nih.gov/medlineplus/ency/article/000392.htm, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Neurofibromatosis. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/neurofibromatosis.html, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Albinism. Dipublikasikan pada 31 Januari 2010.
Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001479.htm, 7
Februari 2010.
Genetics Home Reference. Phenylketonuria. Dipublikasikan pada 31 Januari
2010. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=phenylketonuria, 7 Februari
2010.
Genetics Home Reference. Alkaptonuria. Dipublikasikan pada 31 Januari 2010.
Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=alkaptonuria, 7 Februari 2010.
Genetics Home Reference. Congenitalhypothyroidism. Dipublikasikan pada 31
Januari 2010. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=
congenitalhypothyroidism, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Tay sachs disease. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/taysachsdisease.html, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Cystic fibrosis. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/cysticfibrosis.html, 7 Februari 2010.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Gambaran radiografi rongga mulut
pada penderita sickle cell anemia. Diunduh pada: http://library.usu.ac.id/
index.php/component/journals/index.php?
option=com_journal_review&id=3003&task=view, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Freidreich’s Ataxia. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/friedreichsataxia.html, 7 Februari 2010.
National Institution of Neurological and Stroke. Freidreich’s Ataxia. Diunduh
dari: http://www.ninds.nih.gov/disorders/friedreichs_ataxia/detail_friedreichs_
ataxia.htm, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Color vision deficiency. Dipublikasikan pada 31
Januari 2010. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=colorvision
deficiency, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Hemophilia. Dipublikasikan pada 31 Januari 2010.
Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=hemophilia, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Duchenne and becker muscular dystrophy.
Dipublikasikan pada 31 Januari 2010. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/
condition=duchenneandbeckermusculardystrophy, 7 Februari 2010.
Genetic Home Reference. Fragile X syndrome. Dipublikasikan pada 31 Januari
2010. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=fragilexsyndrome, 7
Februari 2010.
Genetic Home Reference. Rett syndrome. Dipublikasikan pada 31 Januari 2010.
Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition=rettsyndrome, 7 Februari 2010.
DermNet NZ. Hypertrichosis. Dipublikasikan pada 24 Desember 2007. Diunduh
pada: http://dermnetnz.info/hair-nails-sweat/pdf/hypertrichosis-dermnetnz.pdf , 7
Februari 2010.
Genetic Home Reference. Syndactyly. Dipublikasikan pada 31 Januari 2010.
Diunduh pada: http://ghr.nlm.nih.gov/glossary=syndactyly, 7 Februari 2010.
Medline Plus. Webbing of the fingers and toes. Diunduh pada:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003289.htm, 7 Februari 2010.