pbl cephal hematoma

26
Cephal Hematoma pada Neonatus Michael Sukmapradipta 102012253 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal hematola terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Anamnesis 1 1

Upload: jessiica-

Post on 06-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok 25

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Cephal Hematoma

Cephal Hematoma pada Neonatus

Michael Sukmapradipta

102012253

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Pendahuluan

Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama

persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cephal hematola

terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala.

Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi

periosteum membedakan cephal hematoma dari caput sucsedeneum. Terdapat juga faktor

predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan,

moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput

terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.

Selain itu,sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin

besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Anamnesis1

Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,

Pendidikan terakhir, Suku bangsa.

Keluhan utama :

Mual muntah

Nyeri punggung

Nyeri dada,

Mudah lelah

Sakit kepala, dll.

Keluhan tambahan

Tentang haid

1

Page 2: PBL Cephal Hematoma

Kapan hari pertama haid terakhir?

Menarche umur berapa?

Apakah haid teratur?

Siklus haid

Berapa lama (hari)

Nyeri haid

Perdarahan antara haid

Tentang kehamilan

Berapa kali hamil

Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu

Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan

Tentang persalinan

Berapa kali bersalin

Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?

Berapa berat badan bayi waktu lahir?

Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?

Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah

Pernikahan sekarang sudah berapa lama?

Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau sedikit?

Berbau atau tidak?

Apakah disertai dengan gatal pada vulva?

Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?

Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?

BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)

Riwayat penyakit pasien

Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?

Operasi di daerah perut dan alat kandungan

Riwayat penyakit keluarga

2

Page 3: PBL Cephal Hematoma

Adakah keturunan kembar?

Riwayat sosial

Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?

Apakah merokok atau minum alkohol?

Pemeriksaan fisik2

1. Kepala

Pada neonatus normal :

a. rambut kulit kepala teraba halus seperti sutera

b. bentuk kepala tergantung presentasi kepala/bokong

c. sutura kranialis teraba terbuka

d. fontanela anterior terbuka, lunak dan datar diameter kurang dari 3,5 cm sedangkan

fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekadar teraba

terbuka

e. lesi traumatik biasanya terjadi berupa : kaput suksedaneum, perdarahan subgaleal,

sefalohematoma, luka tusuk, serta lesi lepuh dan hematoma sirkular.

2. Wajah

a. Pada neonatus normal : wajahnya simetris

b. Abnormalitas : malformasi (mis. Bibir sumbing), paralisis fasial perifer, cedera traumatik

pada wajah (fraktur arkus zigomatikus saat persalinan), tanda eritematosa atau memar

yang ditemukan pada wajah akibat trauma forsep.

3. Mata

a. Pada neonatus yang normal : tidak ada kelainan berarti yang ditemukan pada mata.

b. Abnormalitas : ptosis kongenital, konjungtivitis (pada gonore), kekeruhan kornea (pada

glaukoma kongenital), kekeruhan lensa (pada katarak kongenital).

c. Fungsi penglihatan : bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan biasanya

akan memfiksasikan pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya, paling tidak

sampai jarak tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari satu sisi ke sisi lainnya.

3

Page 4: PBL Cephal Hematoma

Jika tidak ada respon walaupun dilakukan pemeriksaan berulang, maka perlu

pemeriksaan lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.

4. Telinga

a. Pada neonatus usia cukup bulan : telinga luar sudah terbentuk dengan baik dan

mengandung cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk dan mencegah

deformitas.

b. Abnormalitas : adakah lesi dan kelainan kongenital lain yang tampak pada telinga luar?

Lanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi : adakah otitis media atau tidak;

c. Fungsi pendengaran : pada neonatus yang normal akan terjadi respon mengalih pada

suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang berdering, dan terkejut oleh suara yang

keras (di ruangan tanpa suara mengganggu).

5. Hidung

Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung. Periksa : lesi obstruktif/benda asing

bisa berupa mukus, darah dan mekonium (normalnya, bayi akan bersin sebagai refleks untuk

membersihkan hidungnya), serta adakah dislokasi bagian tulang rawan septum nasi

(biasanya akibat trauma persalinan).

6. Mulut

Periksa dengan cara inspeksi dan palpasi : celah dan lengkung palatum; ukuran lidah, warna

sekresi dari mulut, dan lesi. Pada neonatus normal biasanya sudah mempunyai gigi natal.

7. Leher

Ukurannya lebih pendek dari anak yang lebih tua, namun rentang geraknya sudah sempurna;

amati : gerakan leher yang terbatas, massa, cedera.

8. Dada

Pada neonatus normal, dada berbentuk seperti tong dan prosesus xifoideus menonjol. Amati

pula : fraktur klavikula, jarak antar puting dan ukuran kuncup payudara.

9. Paru

Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit dan bernafas dengan

menggunakan diafragmanya. Pada respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak

bersama-sama. Dinding dada normalnya simetris saat bernapas jika dilihat dari lateral.

Retraksi, bunyi mendengkur saat ekspirasi, pengembangan cuping hidung, dan takipneu

4

Page 5: PBL Cephal Hematoma

pada beberapa menit pertama setelah lahir masih dikatakan norma dan akan segera

menghilang. Jika terus bertahan selama beberapa waktu kemudian, maka dikatakan

abnormal dan kemungkinan ada kelainan pada parunya.

10. Kardiovaskular

Kecepatan, irama, titik impuls tertinggi (point of maximum impulse, PMI), murmur

(intensitas dan lokasi), denyut (brakial dan femoral), pengisian kembali kapiler (capillary

refill), warna kulit dan membran mukosa.

11. Abdomen

Bentuk, tali pusat (jumlah pembuluh darah), ukuran hepar/ginjal/limpa, massa, bising usus,

otot dan defek dinding abdomen.

12. Genitourinaria

Genitalia, abnormalitas penis, testis, ukuran labia/klitoris, posisi dan kepatenan anus, cara

BAK dan BAB, lesi.

13. Tulang belakang/neurologis

Cekungan, lesi, massa, dan refleks (mengisap, gag, Moro dan menggenggam).

14. Muskuloskeletal

Rentang pergerakan sendi, jari, tonus, posisi saat istirahat/menangis, massa, dan manuver

pinggul Ortolani dan Barlow.

15. Kulit : warna, tekstur, lesi, transparansi dan tanda lahir.

Pemeriksaan penunjang2,5

Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah

preprandial dan posprandial.Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes

Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl (5,3

mmol/1) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu atau dua

jam setelah makan.

Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk mendeteksi

adakah kelainan pada janin.

Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan dengan cephalhematoma, tidak ada pemeriksaan

laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik kepala atau CT-scan dilakukan bila

terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang tengkorak.

5

Page 6: PBL Cephal Hematoma

Diagnosis Kerja

1. CEPHAL HEMATOMA1,2

Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum

karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.

Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari

seluruh cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau

parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. Cephal hematoma adalah pembengkakan

pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada

subperiostinum Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat

menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan

bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. Klasifikasi Menurut letak jaringan

yang terkena ada 2 jenis yaitu: Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat

secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini

dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah.

Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu.

Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum.

Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan

mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada

bayi dengan gangguan hemostasis darah. Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis,

karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat

dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. Subperiosteal Karena

periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada

daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih

sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertainya.

I.2.Lubchenko Curve

Kurva Lubchenco sampai saat sekarang ini masih digunakan oleh setiap praktisi dalam

merawat bayi baru lahir. Kurva Lubchenco adalah kurva pertumbuhan yang disajikan dalam

bentuk table. . Definisi tentang bayi prematur adalah setiap bayi baru lahir dengan berat lahir

<2500 g. Definisi ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics dan World Health

Assembly. Dokter ahli pediatricsdihadapkan pada masalah hubungan antara usia kehamilan dan

6

Page 7: PBL Cephal Hematoma

pertumbuhan janin. DenganKurva Lubchenco diharapkan dapat menunjukkan hubungan

pertumbuhan janin dan usia kehamilan.

Dari Kurva Lubchenco dimungkinkan definisi yang lebih tepat lahir prematur dan

adopsi luas dari istilah "kecil untuk usia kehamilan", "besar untuk usia kehamilan",

"kelambatan pertumbuhan intrauterine," dan “janin dysmaturity”. Hal ini juga membentuk dasar

untuk memeriksa bayi dengan berat badan lahir lebih besar dari nilai persentil lebih 90% atau

berat badan lahir kurang dari persentil kurang dari 10, sehingga dapat diprediksi masalah medis

yang mungkin terjadi.

Diagnosis banding

A. Caput succedaneum2,6

Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena

tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat

ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala

terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam

vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran

tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan

7

Page 8: PBL Cephal Hematoma

melampaui sutura garis tengah. Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan

pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan

tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat menyebabkan caput succedaneum karena

terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,

tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah

lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi vakum Pada bayi

yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema

sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi

bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran

serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan

biasanya menghilang setelah 2-5 hari.

Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika

memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran

cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering

bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya

tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk

mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini

ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas

terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Proses

perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang terjadi pada

kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui

sutura garis tengah. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan

limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir

dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura. Pembengkakan pada caput succedaneum

dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri

dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat

terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik,

tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk

hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan

8

Page 9: PBL Cephal Hematoma

dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,

kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.

Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:

A. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya penggumpalan cairan dibawah

kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat bengkak atau oedema.

B. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal atau lebih dari

satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang

bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akna berdenyut lebih cepat.

C. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki daerah lunak di kepala

mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat

dimana tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih

banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.

D. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan

menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh

darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun.

Bila darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.

E. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.

B. Perdarahan intrakranial pada neonatus2,4

Perdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti

penting karena dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental.

PIN ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai

umur 4 minggu. Sebabnya PIN banyak. Sering PIN tak dikenal/dipikirkan karena gejala

gejalanya tidak khas. PIN meliputi perdarahan epidural, subdural, subaraknoid,

intraserebral/parenkim dan intraventrikuler Penatalaksanaan dan penanggulangan PIN masih

kurang memuaskan. Untuk menurunkan angka kejadian PIN, usaha yang lebih penting ialah

profilaksis seperti perawatan prenatal, pertolongan persalinan dan perawatan postnatal yang

sebaik-baiknya. Pada umumnya prognosis PIN tidak terlalu menggembirakan. Makalah ini

membahas sekedar insidensi, etiologi, patogenesis, gambaran klinik, diagnosis, penatalaksanaan,

prognosis dan pencegahan PIN yang berkaitan dengan persalinan.

9

Page 10: PBL Cephal Hematoma

Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/ robekan pembuluh - pembuluh

darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran, faktor

dasar ialah prematuritas; pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrional dengan

dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya

berkelok kelok, kadang - kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadi kerusakan

bila ada faktor - faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini ter- utama terjadi pada

perdarahan intraventrikuler/periventrikuler.

Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media

antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi

perdarahan subdural merupakan jenis PIN yang banyak dijumpai pada BCB. Di sini perdarahan

terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-

sinus pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada BCB daripada BKB sebab pada

BKB vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang

terjadi . Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk hematoma subdural. Pada

robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala

dapat timbul segera dapat sampai berminggu-minggu, memberikan gejala - gejala kenaikan

tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural

sudah sangat menurun.

Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yang biasanya

ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi

likuor. Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak,

jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat (kecelakaan).

Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersama perdarahan

intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler . Dari semua jenis PIN, perdarahan

periventrikuler meme- gang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada

bayi prematur. Sekitar 75--90% perdarahan peri ventrikuler berasal dari jaringan subependimal

germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.

Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya aliran darah

ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler

sehingga mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan

10

Page 11: PBL Cephal Hematoma

intraventrikuler 1 Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibat pemberian

natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikantekanan

darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.

Gejala-gejala PIN tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika tidak didukung, oleh riwayat

persalinan yang jelas. Gejala-gejala berikut dapat ditemukan :

1. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya pada perdarahan

subaraknoid.

2. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus. Gejala-gejala

ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan subdural ,

kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.

3. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks

cahaya lambat sampai negatif. Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan

eksoftalmus.

4. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakan susunan

saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipnea dan sianosis

intermiten.

5. Cephalic cry (menangis merintih).

6. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake like

flicking of the tongue) menunjuk- kan perdarahan yang luas dengan kerusakan pada korteks.

7. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila

perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonus otot

akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditas akan

berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnya

kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak

(monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.

8. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor

atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-kadang ada

hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayi

prematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan

11

Page 12: PBL Cephal Hematoma

Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah

1. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu

diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas

motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan

diuresis. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis

lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik 15

2. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02. Bayi

letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan

kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.

3. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertim- bangkan.

4. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5--10%)

dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 5--10%dan Nabik 1,5% 4:1.

Pemberian obat – obatan1,2 :

1. valium/luminal bila ada kejang - kejang. dosis valium 0,3--0,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit,

kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10

mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis

selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum

seterusnya.

2. kortikosteroid berupa deksametason 0,5--1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik

terhadap hipoksia dan edema otak.

3. antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi

yang berlebihan.

4. Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah

terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi pada permukaan korteks.

Tindakan bedah darurat:

Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan explorative burrhole dan

bila positif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat 8.

Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan

kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan

garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor,

dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.

12

Page 13: PBL Cephal Hematoma

Untuk mengurangi terjadinya PIN, yang paling penting ialah pencegahan, yang meliputi

pemeriksaan ibu-ibu hamil secara teratur, memberikan pertolongan dan perawatan yang sebaik-

baiknya, baik waktu persalinan maupun sesudah anak lahir. Perhatian khusus harus diberikan

kepada bayi-bayi prematur (BKB) yaitu mencegah episode asfiksia sebelum dan sesudah

persalinan. Dalam hal ini perlu monitoring keadaan bayi intrapartum, resusitasi segera sesudah

lahir dan mencegah kemungkinan hipoksia oleh sebab-sebab lain 18. Pemberian koagulans

sebagai usaha untuk mencegah timbulnya PIN sampai saat ini belum ada persesuaian paham,

tetapi pemberian vitamin K secara rutin pada BKB dapat dianjurkan.

Etiologi cephalhematoma3

Hematoma dapat terjadi karena :

1. Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu

terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

2. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan

penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan

periosteum.

3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

Tanda dan gejala klinis2,6

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:

1. Adanya fluktuasi

2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir

3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietalBerupa benjolan timbunan kalsium

dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.

Tempatnya tetap. ( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan ).

4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum

5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak

melewati sutura).

13

Page 14: PBL Cephal Hematoma

6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada

tekanan dan berfluktuasi.

7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir

8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas

9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

Patofisiologi1,2

A. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah

yang perdarahan sub periosteum.

B. Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan menggunakan

vacum ekstraksi atau forseps yang sangat sulit. Sehingga moulage berlebihan dan

menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan

pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi Cephal

Hematoma.

C. Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu.

Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput

tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi

penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma. Karena adanya tekanan yang

berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga oudema.

Komplikasi5,6

a. Infeksi

Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka

b. ikterus

Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus karena

inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi

c. Anemia

bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada benjolan terjadi

pendarahan hebatatau pendarahan hebat .

14

Page 15: PBL Cephal Hematoma

d Klasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun

Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan

perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan

Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra

kranial.

Penatalaksanaan3,7

Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan

mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan.

Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)

dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :

1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan

bersih.

2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma

3. Pemberian vitamin K

4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi

ketat untuk mendeteksi perkembangan

5. Pantau hematokrit

6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar

7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi

dalam 2 - 8 minggu

Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena

pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih. Untuk melakukan penanganan

pada kasus cephal hematoma sebagai berikut:

1. lebih hati-hati jangan sering diangkat dari tempat tidur.

2. Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirinya dalam satu minggu.

Terabsosbsinya menjadi lama apalagi terjadi jaringan fibroblast.

3. Tidak di aspirasi karena dikhawatirkan akan terjadi infeksi bila kulit ditusuk jarum sehingga

terjadi trauma akibat peradangan benda asing.

4. Setelah hematoma lenyap, terjadi hemolisis sel darah merah.

5. Stilumus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.

15

Page 16: PBL Cephal Hematoma

6. Hari pertama kopres dingin

7. Hari kedua sampai keempat kompres hangat.

8. Hiperbilirubinemia dapat timbul setelah bayi dirumah.

9. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia. Pada neonatus dengan sefalhematoma

tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapiuntuk mengatasi

hiperbilirubinemia.

10. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan.

11. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari

seluruhcephalhematoma

12. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin

13. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

14. Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik.

15. Diminta cek RS, pada minggu keempat.

Prognosis

Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat

sembuh sendiri dan prognosisnya baik.

Kesimpulan

Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi

sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal

hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran

perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun

perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase

merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal

hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari

itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang

normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.

16

Page 17: PBL Cephal Hematoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Vivian lanny lia. 2010 . asuhan neonatus bayi dan anak balita.Jakarta: salemba

medika

2. Prawirohardjo, sarwono. 2002 . ilmu kebidanan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono

prawihardjo

3. Saifuddin, majang 2001, ilmu kebidanan : patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta :

yayasan esentia medica

4. JNPK-KR/POGI, 2007,Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI.

5. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan. Jakarta: EGC.

6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.

7. Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

8. Varney, H.dkk. 2007. Varney’s Midwifery Text Book Edisi 4. Jakarta: EGC.

17