pb 2 uu desa dan inklusi sosial
DESCRIPTION
Desa InklusiTRANSCRIPT
PB 2
Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar, prinsip dan indikator inklusi sosial
2. Menjelaskan pentingnya pendekatan inklusi sosial dalam
pembangunan desa
3 JP (135 menit)
Curah pendapat, tutotial, permainan inklusi sosial
Bahan Bacaan
SPB 2.1. Inklusi Sosial
Tujuan
Waktu
Media
Metode
Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan, perangkat permainan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
pokok bahasan Inklusi sosial.
2. Secara cepat, bagi kelompok menjadi dua. Jika terlalu besar,
peserta bisa dibagi menjadi 3. Masing-masing kelompok terdiri
maksimal 15 anggota.
Proses Penyajian
Alat Bantu
Langkah “Permainan Ekslusi – Inklusi”
1. Masing-masing peserta akan diberikan kertas label berisi status
sosial asli(given status) atau kondisi lahir seseorang, seperti “anak
bupati”, “perempuan”, “waria”, “etnis China”, “anak kepala suku”,
“tuna rungu”, “adik Ketua DPRD” , “darah biru”, “anak kyai”, “istri
kepala desa”, “ahmadiyah”, “terinfeksi HIV/AIDs” dan seterusnya.
2. Peserta diminta untuk mengenakan label masing-masing kemudian
membentuk barisan sesuai urutan dimulai dari yang paling
berpengaruh sampai yang paling termarginalkan secara sosial. Setiap
kelompok akan mendiskusikan urutan tersebut berdasarkan situasi
riil di masyarakat.
3. Peserta mendapatkan label berikutnya, berupa tingkat
pendidikan, atau kemampuan/ketidakmampuan yang dimiliki
seperti “tidak percaya diri”, “Jago diplomasi”, “ahli organisasi”,
lulusan S2 dari Amerika”, “ahli fotografi”, “pandai bermain musik”,
“tidak bisa internet” dll. Sekarang masing-masing orang memiliki dua
label dengan kombinasi yang menarik. Minta peserta untuk kembali
membentuk formasi sesuai dengan label yang diperoleh.
4. Berikan label ketiga yang menggambarkan statusnya saat ini,
misalnya “camat”, “pedagang kelontong”, “petani”, “mahasiswa”,
“direktur LSM”, “anggota dewan”, “pemain band”, “pengusaha
kerupuk”, “Ketua RT”, “kader desa”, “pemilik perkebunan” dst.
5. Dengan kombinasi 3 label tersebut, minta peserta menyusun
formasi berurutan dari yang paling berpengaruh di masyarakat
hingga yang terekslusi.
3. Kemudian minta peserta membuat lingkaran dan mendiskusikan
makna permainan tadi dengan mengajukan pertanyaan:
Apa yang menyebabkan seseorang menjadi termarjinalkan
secara sosial?
Mengapa setiap satu label ditambahkan, formasi kelompok
akan berubah?
Apa yang menyebabkan status seseorang bisa berubah?
Betulkah kapasitas seseorang sangat menentukan perubahan
status?
4. Berdasarkan permainan tadi, jelaskan secara singkat tentang
kelompok marjinal (kelompok terekslusi) di masyarakat. Siapa saja
mereka dan bagaimana umumnya mereka diperlakukan di
masyarakat. Kelompok marjinal seringkali tidak terlihat sehingga
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan tidak
bisa mengakses layanan dasar. Oleh karena itu, seorang fasilitator
perlu mengetahui pendekatan inklusi sosial, yakni pendekatan
yang memungkinkan semua komponen masyarakat, baik yang
paling terpengaruh maupun yang paling termarjinalkan
berpartisipasi dalam pembangunan.
5. Jelaskan bahwa prinsip inklusi sosial bisa kita mulai terapkan pada
praktik selanjutnya tentang teknik fasilitasi.
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi ketimpangan sosial-ekonomi-budaya yang ada
di desa, marginalisasi yang dialami oleh kelompok miskin,
perempuan dan anak.
2. Membongkar korelasi antara kepentingan Negara, pemilik modal
dan masyarakat sipil sebagai obyek.
3. Mempersoalkan kemiskinan, perempuan dan anak menjadi korban
kekuasaan,ketidakadilan kepentingan dan gender.
2 JP (90 menit)
Curah pendapat, tutotial, diskusi kelompok,
Tujuan
Waktu
Metode
SPB 2.2. Identifikasi Marginalisasi Kelompok Sosial Desa
Bahan Bacaan
Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan,
1. Mulailah materi ini dengan mengingatkan kembali materi
sebelumnya tentang inklusi sosial yang sudah dibahas pada sesi
sebelumnya, dikaitkan dengan kondisi kemiskinan dan ketidak
adilan gender, serta kelompok rentan lainnya.
2. Mengungkap kembali pembahasan tentang inklusi sosial dalam
UU Desa yang mengakomodir : kelompok adat, kelompok
marjinal, kelompok miskin dan perempuan.
3. Bagilah jumlah peserta ke dalam beberapa kelompok kecil.
Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan proses
marginalisasi kelompok yang terpinggirkan (miskin, perempuan,
anak, difable, dan marjinal lainnya), dengan panduan sebagai
berikut :
a. Kelompok masyarakat Desa mana yang seringkali
terpinggirkan/terabaikan (miskin, perempuan, anak, difable)?
b. Seperti apa bentuk-bentuk marginalisasi/peminggiran yang
dialami kelompok tersebut?
c. Mengapa marginalisasi itu terjadi?
d. Faktor apa yang menyebabkan kasus-kasus kekerasan terjadi
terhadap perempuan, anak serta kelompok marjinal, dan siapa
pelakunya.
e. Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kondisi
kemiskinan dan kekerasan yang terjadi.
f. Adakah potensi, peluang yang bisa dimanfaatkan untuk
melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Proses Penyajian
Media
Alat Bantu
4. Berikan kesempatan untuk presentasi kelompok dan fasilitasi
dengan mencatat point-point penting yang muncul dari paparan
setiap kelompok.
5. Tegaskan point-point temuan kelompok sebagai bagian penting
dari agenda perubahan yang bisa dilakukan oleh Tenaga Ahli atau
pun pendamping.
6. Akhiri sesi dengan menekankan gagasan penting yang bisa
dilakukan oleh seorang Tenaga Ahli.
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi peluang-peluang untuk mewujudkan
penghormatan dan perlindungan hak kelompok perempuan, anak
dan kelompok rentan lain
2. Merancang advokasi keterlibatan permempuan,kelompok marginal
dalam sistem dan proses pembangunan desa
3 JP (135 menit)
Curah pendapat, tutotial, diskusi kelompok, paparan
Tujuan
Waktu
Metode
SPB 2.3. Advokasi untuk kelompok Perempuan, Anak dan Kelompok Terpinggirkan Lain
Bahan Bacaan
Flipchart, spidol, laptop, infocus, metaplan, perangkat permainan
1. Mulailah aktivitas pembelajaran dengan menjelaskan tujuan
pembahasan materi advokasi, kaitankan dengan materi
sebelumnya.
2. Ulangilah secara ringkas materi sebelumnya untuk
membantu mengingatkan pentingnya pebahasan agenda
kemiskinan, perempuan, dan anak serta kelompok marjinal
lainnya.
3. Bagilah jumlah peserta ke dalam kelompok kecil untu
mendiskusikan strategi advokasi untuk promosi
penghormatan dan perlindungan hak-hak perempuan, anak,
kelompok miskin, kelompok difable dan kelompok
terpinggirkan lain. Pertanyaan berikut bisa menjadi panduan
diskusi.
a) Carilah dasar hukum untuk memperjuangkan hak
kelompok termarjinalkan (perempuan, kaum miskin, anak
dan lainnya), baik dari UU Desa atau peraturan-
perundangan lain.
b) Bagaimana strategi menguatkan hak kelompok
perempuan untuk terlibat dalam musyawarah,
pengambilan keputusan dan dalam proses pembangunan
Desa?
Proses Penyajian
Media
Alat Bantu
c) Hak kelompok masyarakat miskin dan difable yang mana
yang harus diperjuangkan untuk diperhatikan dalam
sistem dan proses pembangunan Desa?
d) Program-program apa yang relevan dengan kebutuhan
pemenuhan hak kaum yang terpiggirkan, terutama anak,
kelompok miskin dan kelompok difable?
e) Bagaimana langkah strategi advokasi untuk
memperjuangkan hak kelompok masyarakat yang
terpinggirkan?
4. Lanjutkan dengan pleno untuk membahas hasil temuan
diskui kelompok. Fasilitator membantu memperjelas atau
mempertajam setiap presentasi kelompok diskusi.
5. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk melakukan
klarifikasi, bertanya atau mempertajam presentasi setiap
kelompok.
6. Rangkumlah hasil diskusi, perkuat temuan-temuan strategis
kelompok dengan menunjukkan dasar-dasar peraturan
perundangan tentang asas inklusi sosial, kesetaraan sosial.
7. Akhiri sesi dengan memberikan tekanan pada pentingnya
sikap kepedulian Tenaga Ahli pada issu inklusi sosial terkait
dengan hak kelompok masyarakat yang terpinggirkan.