analisis pengaruh inklusi keuangan, ketimpangan, …

18
ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, DAN KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2015- 2019 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Donny Arya Pratama 165020101111009 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN,

KETIMPANGAN, DAN KEMISKINAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2015-

2019

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Donny Arya

Pratama

165020101111009

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

Page 2: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Analisis Pengaruh Inklusi Keuangan, Ketimpangan, Dan Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2015-2019

Donny Arya Pratama

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pembangunan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan untuk menuju kearah yang lebih

baik. Pembangunan memerlukan adanya tingkat GNI yang tinggi. Peningkatan GNI harus

dilakukan oleh sebagian besar masyarakat agar manfaat dari peningkatan GNI dapat dirasakan

secara lebih luas. RPJMN tahun 2015-2019 menyatakan target pencapaian pertumbuhan ekonomi

sebesar 8% pada tahun 2019, dengan cara pendalaman sektor keuangan serta perluasan

keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh inklusi keuangan,

kemiskinan, dan ketimpangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2015-2019.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan metode analisis deskriptif. Data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa inklusi

keuangan belum mampu secara efektif dalam menekan hambatan-hambatan yang memperlambat

pertumbuhan ekonomi serta peningkatan produksi masyarakat sehingga kenaikan tingkat inklusi

keuangan belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan merupakan suatu

masalah yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan merupakan perbedaan

kondisi sosial ataupun ekonomi antar masyarakat. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi masih

didominasi oleh pendapatan segelintir orang yang ekstrim. Pertumbuhan ekonomi yang seperti ini

merupakan pertumbuhan ekonomi yang menyengsarakan karena hanya segelintir orang saja yang

ikut berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga hanya segelintir orang itu pula

yang menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: Inklusi keuangan, Kemiskinan, Ketimpangan, Pertumbuhan ekonomi.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan proses perubahan yang berkelanjutan untuk menuju kearah yang

lebih baik. Pelaksanaan pembangunan terjadi dalam berbagai bidang, termasuk pembangunan

ekonomi. Todaro dan Smith (2011) mengatakan Pembangunan memerlukan adanya tingkat GNI

yang tinggi. Namun, masalah utamanya tidak hanya bagaimana meningkatkan GNI, melainkan

siapa saja yang akan meningkatkannya, segelintir orang atau orang banyak. Dalam hal ini jika

peningkatan GNI hanya dilakukan oleh segelintir orang (orang kaya) maka hasil peningkatan itu

hanya menguntungkan mereka. Hal ini mengakibatkan upaya dalam pengentasan kemiskinan akan

bergerak lamban, dan ketimpangan akan semakin parah. Akan tetapi jika peningkatan GNI

dilakukan oleh orang banyak maka mereka pulalah yang akan menikmati manfaat dari peningkatan

tersebut dan pertumbuhan ekonomi akan lebih merata (Todaro.M.p & Smith.S.C, 2011). Indonesia

merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa. Indonesia letaknya

antara benua Asia dan Australia serta diantara Samudra Pasifik dan Hindia.

Indonesia juga dinobatkan menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di dunia dengan

anggota kepulauan sebanyak 17.504 pulau yang dimilikinya, dengan jumlah penduduk 267,7 juta

jiwa yang menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.

Page 3: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Gambar 1 : Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan

Ketimpangan Indonesia tahun 2015-2019

Sumber : BPS, diolah

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terbilang cukup baik. Dalam lima tahun terakhir

pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2019 mengalami

penurunan, dimana tahun 2015 tumbuh sebesar 4,79 persen, tahun selanjutnya tumbuh sebesar

5,02 persen, pada tahun 2018 tumbuh sebesar 5,17 persen dan pada tahun 2019 pertumbuhan

ekonomi mengalami perlambatan menjadi sebesar 5,02 persen. Sjahrir (1986) menyatakan bahwa

pada tahap awal pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan diiringi dengan masalah-

masalah diantaranya adalah pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. Kemiskinan

dan ketimpangan di Indonesia terbilang cukup tinggi dimana pada tahun 2019 gini ratio di

Indonesia sebesar 0.382 sedangkan kemiskinan di Indonesia sebesar 9.41%. Dalam gambar 1.1

tersebut menunjukan perekonomian yang cenderung menguat, tetapi terdapat kendala pada

masyarakat miskin atau masyarakat yang berpendapatan rendah. Masyarakat miskin tersebut hanya

mampu memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan pokok dan tidak dapat memiliki tabungan

serta melakukan investasi.

OJK (2017) menyatakan bahwa konsep inklusi keuangan ini diharapkan akan berdampak pada

keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam menyokong pertumbuhan ekonomi sehingga

tumbuhnya perekonomian akan bermanfaat untuk lebih banyak orang, menciptakan stabilitas

sistem keuangan, mendukung program penanggulangan kemiskinan serta mengurangi

kesenjangan antar manusia dan antar daerah.

Berdasarkan data dari Menko Perekonomian tahun 2018 diperoleh informasi tentang presentase

kepemilikan rekening yang ditunjukan dalam gambar 2 dibawah ini.

4.79% 5.02% 5.07% 5.17% 5.02%

11.22% 10.70% 10.12% 9.82% 9.41%

0.402 0.394 0.391 0.384 0.382

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan Ekonomi Kemiskinan Gini Ratio

Page 4: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Gambar 2 : Persentase Kepemilikan Rekening Penduduk Dewasa di Indonesia

Sumber : Menko Perekonomian (2018)

Gambar 2 menjelaskan tentang keterjangkauan masyarakat terhadap jasa keuangan dimana

pada tahun 2011 persentase kepemilikan rekening penduduk dewasa di Indonesia hanya sebesar 20

persen. Tren keterjangkauan masyarakat terhadap jasa keuangan ini terus meningkat sampai pada

tahun 2017 menunjukan angka sebesar 48,9 persen. Angka 48,9 persen menunjukan bahwa

mayoritas masyarakat di Indonesia belum memiliki rekening atau dapat dikatan mayoritas

penduduk di Indonesia belum dapat menjangkau jasa keuangan formal khususnya perbankan

karena adanya suatu hambatan. Kelompok masyarakat yang memiliki hambatan sehingga belum

dapat menjangkau jasa keuangan formal dinamakan unbanked people

Di Indonesia terdapat lembaga yang mengukur Indeks inklusi keuangan melalui surveinya

yaitu OJK.

Gambar 3 : Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia

Sumber : OJK (2016)

20

36

48.9

0

10

20

30

40

50

60

2011 2014 2017

Page 5: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Gambar 3 menunjukan Indeks Inklusi Keuangan di masing-masing provinsi di Indonesia dalam

survei nasional literasi keuangan dan inklusi keuangan yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2016

dimana perolehan total Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia adalah sebesar 67,82 persen.

Provinsi dengan perolehan Indeks Inklusi Keuangan terbesar adalah provinsi DKI Jakarta yaitu

sebesar 78,18 persen, sedangkan provinsi dengan perolehan Indeks Inklusi Keuangan terkecil

adalah provinsi Papua Barat yaitu sebesar 58,55 persen. OJK melakukan survei terhadap Indeks

Inklusi Keuangan pada tahun 2013 dan 2016 yang hasilnya masing-masing adalah 59,74 persen

dan 67,82 persen. Dapat dilihat perkembangan dari Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia sejak

tahun 2013 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 8,08 persen. Dari hasil survei

Indeks Inklusi Keuangan pada tahun 2016 tersebut, dapat diasumsikan bahwa 100 orang penduduk

di indonesia hanya ada 68 orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengakses

layanan jasa keuangan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah

sudah menentukan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 sebesar 8%. Sesuai dengan

isi RPJMN 2015-2019 stabilitas sistem keuangan domestik, perluasan jalur keuangan dan

penfokusan sektor keuangan perlu dilakukan untuk mencapai angka yang telah ditetapkan untuk

pertumbuhan ekonomi tersebut. Hal ini dilakukan agar produk jasa keuangan seperti kredit dapat

digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kegiatan produktif, yang nantinya akan

meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga tingkat tabungan, investasi, dan akumulasi

modal. Jadi strategi inklusi keuangan dibutuhkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang

inklusif.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dirancang dalam judul “Analisis Pengaruh Inklusi

Keuangan, Ketimpangan, dan kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun

2015-2019”

Page 6: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

B. TINJAUAN PUSTAKA

Inklusi Keuangan

Bank Dunia (2018) mendefinisikan keuangan inklusif sebagai kondisi ketika setiap individu

memiliki akses ke bermacam layanan keuangan formal (industri perbankan, perasuransian, dana

pensiun, pasar modal) yang memiliki kualitas yang lancar, tempat waktu, dan aman dengan biaya

terjangkau yang cocoki dengan hal yang dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuan tiap-tiap individu

dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Indeks Inklusi Keuangan

Strategi inklusi keuangan memerlukan suatu ukuran kinerja untuk mengetahui sampai mana

perkembangannya. Sarma (2008) mengembangkan perhitungan IIK memiliki Indeks yang dapat

dijadikan ukuran sebuah negara dalam mengembangkan keuangan inklusif dalam tiga dimensi yaitu

dimensi penetrasi perbankan, ketersediaan, kegunaan.

Indeks inklusi keuangan ini berpedoman dengan cara perhitungan yang telah digunakan oleh Sarma

(2012). Sebelum perhitungan dari indeks inklusi keuangan dilakukan, perlu dinormalisasikan indikator

dari setiap dimensi dengan menggunakan rumus berikut:

di = wi(A_i-m_i)/(M_i-m_i ) ; i = 1,2,3..................... (a)

di = Indikator yang sudah dinormalisasi untuk dimensi i

wi = Bobot untuk dimensi i, 0 ≤ wi ≤ 1

Ai = Nilai terkini dari peubah i

mi = Nilai minimum dari peubah i

Mi = Nilai maksimum dari peubah i

Persamaan (a) akan menghasilkan nilai 0 < di < 1. Semakin tinggi nilai di, berarti semakin tinggi

pula perolehan provinsi pada dimensi i. Terdapat tiga dimensi dari inklusi keuangan yang dihitung,

yaitu p untuk penetrasi, a untuk ketersediaan, dan u untuk kegunaan,

Letak titik X, O, dan W merupakan faktor yang penting saat mengukur tingkat keuangan inklusi

keuangan provinsi. Semakin besar jarak antara titik X dengan titik O, menunjukan tingkat inklusi

keuangannya yang semakin tinggi sedangkan semakin kecil jarak antara titik W dengan titik X, berarti

tingkat inklusi keuangan juga semakin tinggi. Kedua jarak tersebut dinormalisasi dengan jarak W dan O

agar nilainya antara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks, menunjukan sistem keuangan yang semakin

inklusif.

apabila jarak antara titik O dengan titik X dilambangkan dengan X1, yaitu:

X1 = √(dp^2+da^2+du^2 )/√(wp^2+wa^2+wu^2 ) ...................................................................... .... (b)

Dan jarak antara titik X dengan titik W dilambangkan dengan X2

X2=1-√(〖(wp-dp)〗^2+〖(wa-da)〗^2+(wu-du)^2)/√(wp^2+wa^2+wu^2) ................................ (c)

jadi nilai indeks inklusi keuangan adalah rata-rata keduanya,

IIK= 1/2 [X1 + X2]............................................................................................................................ (d)

Jika digambarkan ke dalam ruang tiga dimensi, maka indeks inklusi keuangan adalah sebagai

berikut :

Page 7: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Sumber : Sarma (2012)

Nilai Indeks Inklusi Keuangan berada diantara 0 dan wi. Titik O = (0,0,0) pada ruang tiga dimensi

menunjukkan titik kondisi inklusi keuangan yang buruk. Titik X = (dp, da, du) pada ruang tiga dimensi

menunjukan pencapaian inklusi keuangan provinsi, sedangkan titik W (wp, wa, wu) menunjukkan

kondisi inklusi keuangan yang ideal dari setiap dimensi. Dalam penelitian ini diasumsikan bobot yang

digunakan untuk seluruh dimensi bernilai sama (wi = 1). Dengan merujuk dalam penelitian Sarma

(2012), dimana seluruh dimensi memilki bobot yang sama, penelitian ini mengasumsikan bahwa setiap

dimensi memiliki peranan yang sama dalam menentukan tingkat inklusi keuangan.

Ketimpangan

Simon Kuznetz (1955) memberi pemahaman tentang kurva kuznet “U-Terbalik”. Ia mengatakan

bahwa pada tahap awal pembangunan, kesenjangan pendapatan akan semakin tidak merata, namun bila

mencapai titik pembangunan tertentu, distribusi pendapatan akan menuju ke arah sebaliknya atau dapat

dikatakan lebih baik. pemahaman tersebut ditunjukan oleh gambar 2.3 dimana dalam jangka pendek

pertumbuhan pendapatan per kapita dengan distribusi pendapatan berhubungan positif sedangkan untuk

jangka panjang hubungannya menjadi negatif.

Gambar 4 : Kurva Kuznet

Page 8: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Sumber : Todaro (2006)

Indeks gini merupakan koefisien yang terletak antara nol hingga satu. Berikut adalah

pengklasifikasian tingkat ketimpangan pendapatan :

a. G < 0,3 artinya ketimpangan yang tergolong rendah

b. 0,3 < G < 0,5 artinya ketimpangan yang tergolong sedang

c. G > 0,5 artinya tingkat ketimpangan yang tergolong tinggi

Kemiskinan

Kemiskinan menurut Soekanto (1982) didefinisikan yaitu sebagai keadaan ketika seseorang tidak

mampu merawat dirinya setara dengan standar kehidupan kelompok serta tidak mampu menggunakan

fisik ataupun tenaga mentalnya, dalam kelompoknya. Teori lingkaran setan kemiskinan dijelaskan oleh

Ragnar Nurkse (1953) yang menyatakan bahwa “a poor country is poor because it is poor”. Adanya

keterbelakangan, kurangnya modal, dan ketidaksempurnaan pasar mengakibatkan rendahnya

produktivitas. Produktivitas yang rendah akan menyebabkan pendapatan yang rendah, sehingga

tabungan dan investasi pun ikut rendah. Berikut gambar lingkaran setan kemiskinan.

Gambar 5 : Lingkaran Setan Kemiskinan

Sumber : Nurkse (1953) dalam Kuncoro (2004)

Pertumbuhan Ekonomi

Sukirno (2004) menjelaskan bahaw umumnya, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai

peningkatan kemampuan dalam produksi baik barang maupun jasa dalam suatu perekonomian. Kuznets

(1971), mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai meningkatnya kapasitas dari negara yang

tersebut untuk mengadakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya dalam jangka panjang.

Kenaikan kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya perubahan kearah yang lebih baik atau adanya

penyesuaian- penyesuaian yang bersifat teknologi kelembagaan.

Dalam teori solow dijelaskan bahwa tabungan, perkembangan teknologi, dan pertambahan populasi

memiliki pengaruh pada tingkat output serta pertambahanya sepanjang waktu. Model pertumbuhan

solow dibuat untuk memperlihatkan pengaruh antara pertambahan persediaan stok, kemajuan teknologi,

dan angkatan kerja dalam perekonomian, serta bagaimana hal tersebut berpengaruh secara keseluruhan

terhadap output barang dan jasa pada suatu negara. Tingkat tabungan pada perekonomian merupakan

patokan persediaan modal pada tingkat produksinya dalam jangka panjang, sehingga semakin tinggi

tingkat tabungan, berarti semakin tinggi pula tinggi persediaan stok dan tingkat outputnya.

Page 9: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

C. METODELOGI PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2011) penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang

terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.

Penelitian deskriptif akan mampu menghilangkan spekulasi dan penilaian yang muncul hanya

karena kesan semata-mata (Morissan, 2012). Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala –

gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam kehidupan manusia yang dinamakannya sebagai

variabel.

Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah analisis pengaruh inklusi keuangan, ketimpangan, dan kemiskinan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2015-2019. Dalam hal ini akan dilakukan pemilihan

provinsi sesuai dengan pengelompokan dalam tipologi klassen. Analisis tipologi klassen digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang struktur ekonomi masing-masing daerah. Nantinya akan dipilih kuadran yang

memiliki anggota provinsi yang paling banyak. Pemilihan ruang lingkup tersebut berdasarkan ketersediaan data

yang sudah ada di lembaga terkait.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini berdasarkan sumber datanya berjenis penelitian sekunder karena data yang diterbitkan oleh

organisasi. Sumber data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder pada penelitian ini berasal dari

website BI, OJK, BPS, dan Statistik perbankan Indonesia.

Metode analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Data panel

adalah gabungan antara cross section dengan time series.

Page 10: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Tipologi Klassen

Gambar 6 : Hasil Uji Tipologi klassen

Sumber : Spss, diolah penulis, 2020

Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen tersebut dipilih kuadran 3 karena yang memiliki

anggota provinsi paling banyak yaitu dengan jumlah 15 provinsi yang anggota provinsi tersebut

adalah Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi

Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat,

Maluku, Maluku Barat.

Pemilihan Model Data Panel

Hasil uji yang membandingkan antara CEM dengan FEM dapat dilihat sebagai berikut :

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 11.638 (14,57) 0.000

Cross-section Chi-square 101.271 14 0.000

Hasil uji chow diatas menunjukkan metode estimasi terbaik antara common effect dan fixed

effect adalah fixed effect. Hal ini karena nilai probabilitas 0.000 dimana nilai ini kurang dari 0.05

yang artinya bahwa H1 diterima.

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Page 11: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Cross-section random 18.726 3 0.000

Berdasarkan hasil uji hausmann didapatkan bahwa model terbaik antara fixed effect dan

Random effect model adalah fixed effect. Hal ini karena nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari

0.05 atau menolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa Fixed Effect Model lebih baik dari pada

Random effect model. Uji Hausman dan Uji Chow menunjukkan metode estimasi terbaik yang

digunakan dalam penelitian ini dengan Model fixed effect, sehingga tidak perlu dilakukan uji

Lagrange-multiplier.

Uji Multikolinearitas

X1 X2 X3

X1 1.000 -0.266 0.186

X2 -0.266 1.000 0.012

X3 0.186 0.012 1.000

Hasil pengujian dari masing-masing variabel bebas memiliki korelasi lebih kecil dari 0,8 yang

berarti H0 diterima. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian tidak terdapat multikolinearitas dalam

model.

Uji Autokorelasi

Diketahui nilai uji Durbin Watson statistik sebesar 1,789. Nilai tersebut terletak antara 1.709

dan 2.281. Berdasarkan daerah distribusi diatas dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, sehingga

dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi atau tidak terdapat

autokorelasi dalam model.

Uji Heteroskedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.025 0.161 0.152 0.880

X1 -0.025 0.049 -0.511 0.611

X2 0.016 0.042 0.382 0.704

X3 0.010 0.133 0.076 0.940

Dari hasil uji heteroskedastisitas didapatkan bahwa nilai prob seluruh variabel adalah > α (α =

0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Model Durbin-Watson

FEM 1,789

Page 12: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Pengujian Hipotesis

Model terbaik dari penelitian ini adalah fixed effect model. Hasi regresi data panel adalah

sebagai berikut :

Berdasarkan hasil output regresi tersebut, adapun persamaan regresi yang didapatkan

berdasarkan Tabel 4.6 adalah sebagai berikut :

Yt = -0,838 – 0,245 X1 – 0,488 X2 + 0,964 X3

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta atau intersep adalah -0,838.

Setiap kenaikan variabel inklusi keuangan, akan menurunkan variabel pertumbuhan ekonomi

sebesar 0,245 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan. Setiap kenaikan

variabel tingkat kemiskinan, akan menurunkan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,488

satuan dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, dan setiap kenaikan variabel tingkat

ketimpangan akan meningkatkan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,964 satuan dengan

asumsi variabel lainnya dianggap konstan.

Koefisien Determinasi (R-Squared)

Dari analisis pada hasil regresi data panel diperoleh hasil adjusted R (koefisien determinasi)

adalah sebesar 0,691. Hal ini berarti 69,1% variabel pertumbuhan ekonomi dipengaruhi atau dapat

dijelaskan oleh variabel bebasnya, yaitu Variabel Inklusi keuangan (X1), Variabel tingkat

kemiskinan (X2), Variabel tingkat ketimpangan (X3). Sedangkan sisanya 30,9% dipengaruhi oleh

variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

UJI F

Berdasarkan hasil regresi data panel didapatkan nilai F hitung sebesar 10,725. Sedangkan F

tabel (α = 0.05 ; db regresi = 3 : db residual = 71) adalah sebesar 2,734. Karena F hitung > F tabel

yaitu 10,725 > 2,734. Nilai Prob F (0,000) < α = 0.05, hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa Variabel Variabel inklusi keuangan (X1), Variabel tingkat

kemiskinan (X2), Variabel tingkat ketimpangan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Variabel

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.838 0.382 -2.194 0.032

X1 -0.245 0.117 -2.090 0.041

X2 -0.488 0.101 -4.856 0.000

X3 0.964 0.316 3.052 0.003

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.762 Mean dependent var -2.797

Adjusted R-squared 0.691 S.D. dependent var 0.170

S.E. of regression 0.094 Akaike info criterion -1.677

Sum squared resid 0.508 Schwarz criterion -1.121

Log likelihood 80.903 Hannan-Quinn criter. -1.455

F-statistic 10.725 Durbin-Watson stat 1.789

Prob(F-statistic) 0.000

Page 13: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

pertumbuhan ekonomi (Y) di Indonesia periode tahun 2015-2019

Uji-t

Berdasarkan hasil regresi data panel didapatkan :

1. Pengaruh Inklusi Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Nilai t-hitung dari inklusi keuangan pada hasil analisis menggunakan metode regresi panel

FEM, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,090 Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 71) adalah

sebesar 1,994. Hal ini menunjukan H1 diterima karena t hitung > t tabel. Selain itu nilai dari prob

nya sebesar 0,041 dimana lebih kecil dari signifikansi 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel inklusi keuangan berpengaruh signifikan terhadap Variabel

pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode tahun 2015-2019.

2. Pengaruh Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Nilai t-hitung dari tingkat kemiskinan pada hasil analisis menggunakan metode regresi panel

FEM, diperoleh nilai t hitung sebesar 4,856 Sedangkan t tabel adalah sebesar 1,994. Hal ini

menunjukan H1 diterima karena t hitung > t tabel. Selain itu nilai dari prob nya sebesar 0,000

dimana lebih kecil dari signifikansi 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap Variabel pertumbuhan

ekonomi di Indonesia periode tahun 2015-2019.

3. Pengaruh Ketimpangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Nilai t-hitung dari tingkat ketimpangan pada hasil analisis menggunakan metode regresi panel

FEM, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,052 Sedangkan t tabel adalah sebesar 1,994. Hal ini

menunjukan H1 diterima karena t hitung > t tabel. Selain itu nilai dari prob nya sebesar 0,003

dimana lebih kecil dari signifikansi 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel tingkat ketimpangan berpengaruh signifikan terhadap Variabel pertumbuhan

ekonomi di Indonesia periode tahun 2015-2019.

Hubungan Inklusi Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan inklusi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan dengan arah

negatif. Dalam penelitian Kim (2015) menyatakan bahwa inklusi keuangan dapat mengubah

hubungan negatif antara ketimpangan dengan pertumbuhan ekonomi (trade-off antara pertumbuhan

dan ketimpangan) menjadi positif (mengurangi ketimpangan dan mendorong pertumbuhan), efek

ini didorong oleh negara yang berpenghasilan tinggi. Dalam hal ini hubungan negatif berhubungan

dengan penggunaan 15 sampel provinsi di Indonesia yang terdapat dalam kuadran tiga klassen,

dimana kuadran tiga klassen adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, tetapi

tingkat pendapatan per kapita lebih rendah. Dalam hal ini berarti pertumbuhan ekonomi yang

tinggi tercipta karena adanya tingkat ketimpangan yang tergolong sedang dalam provinsi anggota

kuadran 3 tersebut atau dapat dikatakan masih terjadinya trade-off dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Hal ini menyebabkan masih adanya kenaikan pendapatan

segelintir orang yang ekstrim yang menggenjot pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain ini sejalan

dengan pandangan tradisional dimana dalam kuadran ini ketimpangan masih mendominasi dalam

upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi yang

seperti ini adalah pertumbuhan yang menyengsarakan.

Inklusi keuangan disini belum bisa secara efektif meningkatkan pendapatan banyak orang serta

menurunkan hambatan yang memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Page 14: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Hubungan Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan kearah negatif.

Sesuai dengan teori lingkaran setan kemiskinan yang diungkapkan Nurske dalam Kuncoro (2006),

ada 2 sudut pandang yang menghambat negara berkembang dalam mencapai pembangunan yang

pesat yaitu dari segi penawaran modal dan permintaan modal

Dari segi penawaran (supply), rendahnya produktivitas akan menyebabkan pendapatan yang

rendah. Pendapatan yang rendah menyebabkan ketidaksanggupan untuk menabung sehingga

tabungan juga rendah. Rendahnya tingkat tabungan akan menyebabkan tingkat investasi rendah.

Ini akan menyebabkan suatu negara menghadapi akumulasi pembentukan modal yang rendah.

Rendahnya akumulasi pembentukan modal akan kembali menurunkan produktivitas seseorang.

Selanjutnya dari sudut pandang permintaan (demand) rendahnya produktivitas akan menyebabkan

pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah menyebabkan sesorang tidak bisa membeli

banyak barang sehingga permintaannya rendah. Permintaan yang rendah akan menyebabkan

tingkat investasi juga rendah. Rendahnya tingkat investasi akan menyebabkan suatu negara

menghadapi akumulasi pembentukan modal yang rendah. Pembentukan modal yang rendah

nantinya akan menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Hubungan negatif ini terjadi karena

peningkatan kemiskinan, mengindikasikan rendahnya produktivitas masyarakat, yang nantinya

akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi, begitupun sebaliknya.

Hal ini menunjukan pentingnya menurunkan hambatan-hambatan yang memperlambat

pertumbuhan ekonomi, misalnya kemiskinan agar pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat

meningkat dan dapat memberikan manfaat yang lebih luas apabila tercapainya pertumbuhan yang

inklusif.

Hubungan Ketimpangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara ketimpangan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan kearah positif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kuznets menjelaskan tentang suatu hipotesis mengenai hubungan

antara pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan ketimpangan distribusi pendapatan diantara

penduduknya dengan pemberian pemahamannya yaitu kurva kuznets “U- terbalik” dimana pada

tahap awal pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan semakin tidak merata, namun setelah

mencapai titik pembangunan tertentu, distribusi pendapatan akan menuju ke arah yang lebih baik.

Dalam hal ini peningkatan pendapatan segelintir orang secara ekstrim mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi, dan juga sesuai dengan pandangan Mercado (2002) yang merupakan

penganut neo klasik yang percaya pada proses trickle down effect, dimana dalam pandangan ini

akan memfokuskan pertumbuhan di kota pusat pertumbuhan yang nantinya akan menyebar dengan

sendirinya ke daerah sekitar pusat pertumbuhan, sehingga daerah yang tertinggal juga akan maju

dengan sendirinya.

Pertumbuhan ekonomi yang seperti ini merupakan pertumbuhan ekonomi yang tidak

diharapkan karena pertumbuhan ekonomi ini merupakan pertumbuhan yang menyengsarakan

karena hasil dari peningkatan pertumbuhan ekonomi hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang,

hal ini akibat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh segelintir orang.

Page 15: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

E. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan estimasi mengenai pengaruh inklusi keuangan, kemiskinan, dan

ketimpangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode tahun 2015-2019, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Inklusi keuangan di provinsi yang termasuk dalam kuadran tiga klassen berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan anggota kuadran tiga klassen adalah provinsi

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita yang

lebih rendah. Dapat dikatakan masih berlakunya trade-off dalam peningkatan pertumbuhan

ekonomi disini. Inklusi keuangan akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi apabila

provinsi memiliki pendapatan daerah yang tinggi.

2. Peningkatan kemiskinan, mengindikasikan rendahnya produktivitas masyarakat. Rendahnya

produktivitas masyarakat akan menyebabkan pendapatan yang rendah, pendapatan yang rendah ini

akan menyebabkan tingkat tabungan dan tingkat investasi rendah, rendahnya tingkat investasi akan

menyebabkan akumulasi modal yang rendah. Hal ini nantinya akan menurunkan tingkat

pertumbuhan ekonomi sehingga kemiskinan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

3. Kenaikan pendapatan segelintir orang yang ekstrim masih diperlukan untuk menggenjot

pertumbuhan ekonomi, hal ini sejalan dengan pandangan tradisional dimana dalam kuadran ini

ketimpangan merupakan syarat dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Page 16: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

SARAN

Berdasarkan keterbatasan dari penelitian ini, saran yang disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat memperhatikan variabel dalam penelitian ini karena memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalah menentukan kebijakan terkait

peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan kondisi dari tiap provinsi yang

berbeda-beda. Selain itu, pemerintah diharapkan tidak hanya melihat dari tingginya pertumbuhan

ekonomi yang dicapai tetapi juga dapat memperhatikan tingkat inklusi keuangan, ketimpangan,

dan kemiskinan. Hal tersebut dapat memungkinkan adanya pertumbuhan yang inklusif.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga

penulisan jurnal publikasi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus juga penulis

sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan

jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, R. d. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

Alexander. (1994). Pengertian pembangunan menurut Prof.Dr.H.Syamsiah Badrudin,M.Si.

Retrieved 01 20, 2020, from Website Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng:

https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-pembangunan-menurut-

profdrhsyamsiah-badrudinmsi-20

Anderloni, L., Bayot, B., Bledowski, P., IwaniczDrozdowska, M., & Kempson, E. (2008).

FINANCIAL SERVICES PROVISION AND PREVENTION OF FINANCIAL

EXCLUSION. Financial Exclusion.

Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM

YKPN Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. (n.d.). Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan, dan Kemiskinan di

Indonesia. Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/

Baldwin, C. (1986). Counseling & Development.

BI. (2014). BOOKLET KEUANGAN INKLUSIF. Retrieved from Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia:

file:///C:/Users/Notbook/Downloads/Buku%20Saku%20Keuangan%20Inklusif.pdf

BPS. (n.d.). Kemiskinan dan Ketimpangan. Retrieved from Badan Pusat Statistik:

https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-ketimpangan.html

Chatterjee, A. (2020). Financial Inclusion, Information and Communication Technology

Diffusion, and Economic Growth: a panel data analysis. Financial Inclusion.

Damaianti, S. d. (2011). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: remaja rosdakarya.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 update PLS

Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati. (2010). Dasar-Dasar Ekonometrika edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika buku 2 edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati. (2015). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, D. (2012). Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Hartono, B. (2008). Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.

Page 17: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan kualitatif).

Jakarta: GP Press.

Jhingan, M. (2003). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Jhingan, M. (2004). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan,. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Kasiram, M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN Malang Press.

Kempson, E., & Whyley, C. (1999). Kept out or opted out? understanding and combating

financial exclusion. Bristol: Policy Press.

Kim, J. H. (2015). A Study on the Effect of Financial Inclusion on the Relationship Between

Income Inequality and Economic Growth. Financial Inclusion.

Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, M. (2006). Ekonomika Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

Kuncoro, M. (2007). Metode Kuantitatif, Teori, dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kuznets, S. (1955). Economic Growth and Income Inequality. Economic.

Kuznets, S. (1971). Economic Growth of Nations. Cambridge: Harvard University Press.

Leyshon, A., & Thrift, N. (1995). Geographies of Financial Exclusion: Financial

Abandonment in Britain and the United States. Financial Exclusion.

Menko Perekonomian. (2018). Hanya Separuh Penduduk Dewasa di Indonesia yang Memiliki

Rekening. Retrieved from Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik

Indonesia: https://www.ekon.go.id/cari?query=kepemilikan

Mercado, R. (2002). Regional Development in the Philippine: A Review of Experience, State

of the Art and Agenda for Research and Action. Development Studies .

National Australia Bank. (2012). Measuring Financial Exclusion In Australia. Retrieved from

NAB: https://www.nab.com.au/content/dam/nabrwd/documents/reports/financial/2012-

measuring-financial-exclusion-in-australia.pdf

Ningrum, D. K. (2017). ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN DI JAWA

TIMUR PERIODE TAHUN 2011- 2015. Inklusi Keuangan.

Nurkse, R. (1953). Problems of Capital Formation in Underdeveloped Countries. Economic.

OJK. (2016). SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016.

Retrieved from Otoritas Jasa Keuangan: https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-

kegiatan/siaran-pers/Documents/Pages/Siaran-Pers-OJK-Indeks-Literasi-dan-Inklusi-

Keuangan-

Meningkat/17.01.23%20Tayangan%20%20Presscon%20%20nett.compressed.pdf

OJK. (2017). STRATEGI NASIONAL LITERASI KEUANGAN INDONESIA (Revisit

2017). Retrieved from OJK: https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-

kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Strategi-Nasional-Literasi-Keuangan-Indonesia-

(Revisit-2017)-/SNLKI%20(Revisit%202017)-new.pdf

Purba, M. F. (2016). Analisis Keterkaitan Indeks Inklusi Keuangan Terhadap Kemiskinan dan

Ketimpangan Pendapatan Jawa Tengah 2010-2014. Inklusi Keuangan.

Sadono, S. (2004). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sadono, S. (2006). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar. Jakarta: Prenada

Media Group.

Sanjaya, I. M., & Nursechafia. (2016). NKLUSI KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN

INKLUSIF: ANALISIS ANTAR PROVINSI DI INDONEIA. Inklusi Keuangan.

Sanusi, A. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Page 18: ANALISIS PENGARUH INKLUSI KEUANGAN, KETIMPANGAN, …

Sarma, M. (2008). Index of Financial Inclusion. Financial Inclusion.

Sarma, M. (2012). Index of Financial Inclusion – A measure of financial. Money, Finance,

Trade, and Development.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sjahrir. (1986). Ekonomi Politik. Jakarta: LP3ES.

Smith, A. (1776). An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. London:

W. Strahan and T. Cadell.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi hukum dalam masyarakat . Jakarta: CV Rajawali.

Solow, R. M. (1956). A Contribution to the Theory of Economic Growth. The Quarterly

Journal of Economics.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Suhariyanto. (2019). BPS : Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2019 Capai 5,02 Persen.

Retrieved from Bisnis: https://ekonomi.bisnis.com/read/20191105/9/1166959/bps-

pertumbuhan-ekonomi-kuartal-iii2019-capai-502-persen

Sukirno, S. (2001). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tiwari, A. K., Shahbaz, M., & Islam, F. (2013). The impact of financial development on the

rural‐urban income inequality in India using annual data from 1965 to 2008. International

Journal of Social Economics.

Todaro, M. (2006). Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. . Jakarta:

Erlangga.

Todaro, M. P. (1997). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1 & 2. Jakarta: Erlangga.

Todaro, M., & Smith, S. (2006). Pembangunan Ekonomi. Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga.

Todaro, M., & Smith, S. (2015). Economic Development 12th edition. New York: Pearson

Ltd.

Todaro.M.p, & Smith.S.C. (2011). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Todaro.M.P, & Smith.S.C. (2011). Pembangunan Ekonomi . Jakarta: Erlangga.

Van, L. T.-H., The-vo, A., Nguyen, N. T., & VO, D. H. (2019). Financial Inclusion and

Economic Growth: An International Evidence. Financial Inclusion.

Warsame, Mohamed, & Hersi. (2009). The role of Islamic finance in tackling financial

exclusion in the UK. Finance.

World Bank. (2018). Financial Inclusion. Retrieved from The World Bank:

https://www.worldbank.org/en/topic/financialinclusion/overview

Yustika, A. E. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang: BPFE Unibraw.

Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan edisi

pertama. Jakarta: Kencana