patologi

23
Tugas Patologi PATOLOGI A. Pembagian Patologi Patologi meliputi 3 bagian: 1. Menyelidiki berbagai sebab dan tejadinya penyakit, pathogenesis. 2. Menyelidiki perubahan yang terjadi dalam tubuh (morfologi), dapat diselidiki dengan secara : a. Anatomi : Patologi Anatomi b. Histologi : Patologi Histologi c. Sitologi : Patologi Sistologi 3. Menyelidiki fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau kelainan (sakit) a. Sistemik disease : penyakit yang menyerang seluruh tubuh b. Organic disease : penyakit yang menyerang sebagian tubuh Cabang Patologi Wahdaniyah Syamsuddin 150 2010 0154

Upload: wahda-gheztro

Post on 19-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas PatologiPATOLOGIA. Pembagian PatologiPatologi meliputi 3 bagian:1. Menyelidiki berbagai sebab dan tejadinya penyakit, pathogenesis.2. Menyelidiki perubahan yang terjadi dalam tubuh (morfologi), dapat diselidiki dengan secara :a. Anatomi: Patologi Anatomib. Histologi: Patologi Histologic. Sitologi: Patologi Sistologi3. Menyelidiki fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau kelainan (sakit)a. Sistemik disease : penyakit yang menyerang seluruh tubuhb. Organic disease : penyakit yang menyerang sebagian tubuhCabang Patologi1. Patologi bedahPatologi bedah adalah daerah praktek terpenting dan memakan waktu bagi kebanyakan patolog anatomi. Patologi bedah melibatkan pemeriksaan kasar dan mikroskopik spesimen bedah, seperti biopsi yang dibawa oleh dokter bukan bedah seperti dokter penyakit dalam, kulit, dan radiolog intervensi2. SitopatologiSitopatologi adalah cabang ilmu patologi anatomi yang berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam. Sitopatolog dilatih untuk melakukan aspirasi jarum tajam dari organ, massa, ataupun kista yang terletak di permukaan, dan sering bisa memuat diagnosis segera dalam kehadiran pasien dan dokter yang mengajukan konsul. Dalam kasus uji tapis seperti apus Papanicolaou, sitoteknolog yang bukan dokter sering diminta melakukan tinjauan awal, dengan kasus yang satu-satunya positif maupun tak pasti yang diuji oleh patolog.3. Patologi molekulerPatologi molekuler adalah cabang ilmu yang tumbuh dalam patologi anatomi yang berfokus pada penggunakan teknik berdasar asam nukleat seperti hibridisasi in situ, reaksi berantai polimerase transkriptase balik, dan mikroarray asam nukleat untuk studi penyakit khusus pada jaringan dan sel. Patologi molekuler menerima beberapa aspek praktis patologi anatomi dan klinik, dan terkadang dianggap bidang "lintas ilmu".4. Patologi autopsyPatolog anatomi umum dilatih melakukan autopsi, yang digunakan untuk menentukan berbagai faktor yang menyebabkan kematian seseorang. Otopsi penting dalam pendidikan medis para klinikus, dan dalam usaha untuk memperbaiki dan memverifikasi kualitas perawatan medis. Diener adalah tokoh bukan dokter yang membantu patolog pada porsi otopsi diseksi kasar. Otopsi mewakili kurang dari 10% beban kerja patolog di Amerika Serikat.[2] Namun, autopsi adalah pusat persepsi publik di bidang ini, khususnya karena penggambaran patolog di acara televisi seperti Quincy, M.E. dan Silent Witness.5. Patologi forensicPatolog forensik menerima pendidikan subspesialis dalam menentukan penyebab kematian dan informasi lain yang relevan secara hukum dari tubuh seseorang yang mati dalam keadaan non-medis maupun kemungkinan kejahatan. Autopsi mencakup kebanyakan, namun tak semua kerja patolog forensik yang berpraktek, dan patolog forensik adakalanya berkonsultasi untuk memeriksa yang selamat dari serangan kejahatan.6. Patologi AnatomiAhli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh. Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negeri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.Patolog anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pemeriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama.Prosedur yang digunakan dalam patologi anatomi termasuk: Pemeriksaan kasar pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang khususnya penting untuk fragmen jaringan yang besar, karena penyakit itu sering dapat dikenali secara visual. Pada tingkat ini jualah patolog memilih daerah yang akan diproses untuk histopatologi. Kadang-kadang mata dapat diberi suryakanta atau mikroskop stereo, khususnya saat memeriksa organisme parasit. Histopatologi pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang dicat menggunakan teknik histologis. Cat standar adalah hematoksilin dan eosin, namun lainnya juga ada. Pemakaian kaca mikroskop yang dicat dengan hematoksilin dan eosin untuk menyediakan diagnosis spesifik berdasarkan pada morfologi dianggap sebagai keahlian inti patologi anatomi. Ilmu yang mempelajari pengecatan bagian jaringan disebut histokimia. Imunohistokimia menggunakan antibodi untuk mendeteksi keberadaan, keberlimpahan, dan lokalisasi protein spesifik. Teknik ini penting untuk membedakan antara gangguan dengan morfologi yang mirip dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker tertentu. Hibridisasi in situ molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian yang menggunakan teknik ini. Bila probe dilabeli dengan celupan berpendar, teknik ini disebut FISH. Sitopatologi pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan teknik sitologi. Mikroskopi elektron pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang memungkinkan pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan visualisasi organel dalam sel. Penggunaannya telah banyak digantikan oleh imunohistokimia, tapi sering diumumkan untuk tugas tertentu, termasuk diagnosis penyakit ginjal dan pengenalan sindrom silia imotil di antara lainnya. Sitogenetika jaringan - visualisasi kromosom untuk mengenali cacat genetik seperti translokasi kromosom. Imunofenotipe arus - penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri arus. Amat berguna untuk mendiagnosis jenis-jenis leukemia dan limfoma yang berbeda.

B. Klasifikasi PenyakitKlasifikasi penyakit merupakan satu upaya untuk meningkatkan akurasi diagnosis mempergunakan hasil-hasil dari pemeriksaan gejala, tanda, test, dan pembuatan kriteria diagnosis. Klasifikasi penyakit dapat dilakukan berdasarkan agen penyebabnya, patologi penyakit, organ yang terserang, cara pengobatannya, cara penularannya, cara masuk atau keluarnya penyakit dan faktor keterpaparan atau kepekaannya.1. Penyakit menular dan penyakit tidak menular1) Penyakit infeksi/menular (communicable diseases) : Penyakit menular melalui air Penyakit menular melalui udara Penyakit menular melalui kelamin Penyakit menular melalui binatang2) Penyakit non-infeksi/tidak menular/kronik : Penyakit jantung Penyakit kanker Penyakit metabolikJenis-jenis pengelompokan untuk penyakit menular maupun yang tidak menular sebenarnya masih cukup luas, daftarnya masih bisa diperpanjang. Unutk penyakit menular, kelompok-kelompok penyakit lainnya dapat berupa : water-washed diseases, faecal-oral diseases, penyakit menular melalui tanah (soil-mediated infections), diseases water contact, infectious skin rashes, diseases transmitted via body fluids, insect-borne diseases, dan lain-lain. Pengelompokan ini tentu akan memberikan kemungkinan tumpang-tindih antara sesama penyakit.

Klasifikasi penyakit menurut ICD (International Classification of Diseases = Klasifikasi Penyakit Internasional)Sejak tahun 1948 WHO telah menerbitkan buku klasifikasi untuk menjadi pedoman dalam mengklasifikasikan penyakit dan nomor kode untuk setiap penyakit. Sampai saat ini ICD (International Classification of Diseases = Klasifikasi Penyakit Internasional) telah mengalami beberapa revisi yang terakhir revisi ke-10 (ICD-X, tahun 1992).Ada 21 kelompok utama penyakit menurut ICD X, yaitu :

1. Penyakit infeksi dan parasit.Yang termasuk penyakit infeksi berdasarkan ICD-X antara lain : penyakit infeksi usus, tuberculosis, penyakit bakteri zoonotik, penyakit bakteri lainnya, hepatitis virus, infeksi virus pada system saraf, demam berdarah dengue, mikosis, penyakit protozoa, HIV-AIDS, dan lain-lain.Menurut data dari dinas kesehatan pada tahun 2006 berdasarkan ICD X, penyakit infeksi dan parasit yang paling banyak yaitu demam berdarah dengue. Penyakit Demam Berdarah Dengue telah menyebar secara luas ke seluruh kawasan dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit semakin meningkat hingga ke wilayah pedalaman. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB sehingga angka kesakitan dan kematian yang terjadi dianggap merupakan gambaran penyakit di masyarakat.

2. NeoplasmaYang termasuk neoplasma berdasarkan ICD-X yaitu neoplasma ganas, neoplasma in situ, neoplasma jinak, dan neoplasma sifat tidak tentu.Menurut ICD X, WHO 1992, neoplasma yang paling banyak di Indonesia adalah neoplasma sifat tidak tentu. Pada waktu ini presentasi gambaran klinis maupun patologis kelihatannya sebagai suatu neoplasma jinak, tetapi perjalanan penyakit menunjukkan ada sebagian yang dapat berubah sifatnya menjadi ganas. Tidak ada parameter yang dipakai untuk menentukan mana yang tetap jinak dan mana yang akan berubah menjadi ganas, kecuali data epidemiologis.

3. Penyakit darah dan organ pembentuk darah.Yang termasuk penyakit darah dan organ pembentuk darah menurut ICD-X antara lain: anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia hemolitik, anemia aplastik, DIC, purpura, dan beberapa kondisi perdarahan lainnya.Penyakit darah yang paling banyak di Indonesia adalah anemia defisiensi besi. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infeksi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah : diet yang tidak mencukupi, absorpsi yang menurun, kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi, perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.4. Penyakit endokrin, nutrisi dan gangguan imunitas.Yang termasuk penyakit endokrin, nutrisi dan gangguan imunitas menurut ICD-X antara lain: penyakit thyroid, diabetes melitus, malnutrisi, sindrom metabolik, dan lain-lain.Penyakit endokrin yang paling banyak diderita yaitu diabetes melitus. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Tingkat prevalensi dari diabetes melitus adalah tinggi. Diabetes melitus merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat neuropati diabetik. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah ginjal, stroke dan gangren.

5. Gangguan mentalYang termasuk gangguan mental berdasarkan ICD-X antara lain: gangguan mental organik, gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, perubahan kepribadian.Salah satu yang banyak diderita adalah skizofrenia. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

6. Gangguan sistem sarafYang termasuk gangguan system saraf menurut ICD-X antara lain: penyakit inflamasi pada system saraf pusat, gangguan pada ekstrapiramidal, penyakit degeneratif pada sistem saraf, polineuropati, cerebral palsy, penyakit pada sistem saraf lainnya.Di pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GDPO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.

7. Penyakit mata dan adnexaYang termasuk penyakit mata dan adnexa menurut ICD-X antara lain: kelainan pada lensa, system lakrimal, konjungtiva, sclera, kornea, iris, badan ciliar, lensa, koroid dan retina, glaucoma, dan lain sebagainya.Yang paling banyak di derita yaitu katarak. Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Penyebabnya bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut (senil), tapi dapat juga terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan; kelainan sistem metabolik atau sistemik seperti, diabetes melitus.

8. Penyakit telinga dan processus mastoideusYang termasuk dalam penyakit telinga dan processus mastoideus menurut ICD-X antara lain: penyakit telinga bagian luar, penyakit telinga bagian tengah dan mastoid, penyakit telinga bagian dalam, dan beberapa kelainan pada telinga.Yang paling banyak adalah otitis eksterna dan otomikosis. Penyebab otitis eksterna biasanya Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Gejalanya antara lain rasa nyeri yang hebat, apalagi bila daun telinga disentuh atau dipegang, liang tampak bengkak pada tempat tertentu, gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

9. Penyakit sistem peredaran darahYang termasuk dalam penyakit system peredaran darah menurut ICD-X antara lain: demam rematik akut, penyakit jantung rematik, hipertensi, penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskuler dan lain sebagainya.Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga. Dari beberapa penelitian, terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hipertensi bersifat penyakit endemik di Indonesia.

10. Penyakit sistem pernapasanYang termasuk penyakit system pernapasan menurut ICD-X antara lain: infeksi saluran pernafasan atas, influenza dan pneumonia, infeksi saluran pernafasan bawah, dan lain-lain.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada dalam daftar pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia. pada orang normal tidaklah mudah bagi kuman patogen untuk dapat masuk sampai ke dalam saluran pernapasan, mengingat sistem pertahanan paru yang berlapis-lapis dan bermacam-macam bentuknya.

11. Penyakit sistem pencernaanYang termasuk penyakit system pencernaan menurut ICD-X antara lain: penyakit pada esophagus, abdomen, duodenum, dan appendix, hernia, colitis, penyakit pada peritoneum dan lain-lain.Penyakit sistem pencernaan yang paling banyak diderita di Indonesia adalah diare dan gastoenteritis. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC).

12. Penyakit kulit dan jaringan.Yang termasuk penyakit kulit dan jaringan menurut ICD-X antara lain: infeksi pada kulit dan jaringan subkutan, dermatitis dan eksema, urtikaria dan eritema dan lain-lain.

13. Penyakit sistem otot rangka dan jaringanYang termasuk penyakit sistem otot rangka dan jaringan menurut ICD-X antara lain: arthropaties, dorsopathies, kelainan pada jaringan lunak, osteopathies dan chondropathies, dan lain-lain.

14. Penyakit sistem kencing dan kelaminYang termasuk penyakit sistem kencing dan kelamin menurut ICD-X antara lain: penyakit glomerular, gagal ginjal, urolithiasis, penyakit pada ginjal dan ureter, infeksi pada organ pelvis, penyakit non-infeksi pada genital, dan lain-lain.

15. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifasYang termasuk komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas menurut ICD-X antara lain: kehamilan dengan abortus, udema, proteinuri, dan hipertensi pada kehamilan, ketuban pecah dini, infeksi intrapartum, dan lain-lain.

16. Keadaan tertentu yang berasal dari masa perinatal.Yang termasuk keadaan tertentu yang berasal dari masa perinatal menurut ICD-X antara lain: trauma lahir, kelainan pada system pernafasan dan kardiovaskuler, infeksi spesifik pada periode perinatal, dan lain-lain.

17. Malformasi kongenital, deformitas dan abnormalitas kromosom.Yang termasuk malformasi kongenital, deformitas dan abnormalitas kromosom menurut ICD-X antara lain: malformasi kongenital pada sistem saraf, mata, telinga, wajah, sistem sirkulasi, sistem, pernafasan, organ genital, malformasi kongenital dan deformitas pada sistem muskuloskeletal, dan lain-lain.

18. Gejala, tanda dan hasil klinik, dan laboratorium abnormal yang tidak dapat diklasifikasikan.

19. Cedera dan keracunanYang termasuk cedera dan keracunan menurut ICD-X antara lain: cedera pada kepala, leher, thorax, abdomen, tulang belakang, luka bakar, keracunan obat dan lain-lain.

20. Penyebab lain yang menyebabkan kecacatan dan kematianYang termasuk penyebab lain yang menyebabkan kecacatan dan kematian menurut ICD-X antara lain: kecelakaan transportasi, perbuatan yang disengaja yang merugikan diri sendiri, komplikasi akibat operasi, dan lain-lain.

21. Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan Yankes

Wahdaniyah Syamsuddin 150 2010 0154