patofisiologi

2
Patofisiologi meningitis Ada jalur utama dimana agent infeksi (bakteri, virus, fungi, parasit) dapat mencapai system saraf pusat (CNS) dan menyebabkan penyakit meningeal. Awalnya, agent infeksi berkolonisasi atau membentuk suatu fokal infeksi pada host. Kolonisasi ini bisa berbentuk infeksi pada kulit, nasopharynx, traktus respiratorius, traktus gastrointestinal atau traktus urinarius . Dari area kolonisasi ini, organism menembus submucosa melawan pertahanan host (misalnya, barier fisik, imunitas local, fagosit/makrofag) dan mencapai akses ke system saraf pusat melalui (1) invasi kedalam sirkulasi darah (bakteremia, viremia, fungemia, dan parasitemia) dan selanjutnya secara hematogenous dilepaskan ke system saraf pusat ); (2) kerusakan neuronal (misalnya, nervus olfactory dan peripheral) dengan agent penyebab misalnya, Naegleria fowleri, Gnathostoma spinigerum; atau (3) kontak langsung (misalnya, sinusitis, otitis media, congenital malformations, trauma, inokulasi langsung selama manipulasi intrakranial) . ketika berada berada di dalam system saraf pusat, bakteri akan mengaktifkan sel lain seperti microglia yang dapat mensekresi IL-1 dan TNF alpha (tumor necrosis factor) yang akan dipertahankan sebagai antigen. Reaksi imun intra SSP ini memicu sebuah sirkulus sejak perangsangan netrofil untuk melepaskan protease dan mediator toksin lain seperti radikal bebas O2, yang selanjutnya akan meningkatkan jejas inflamasi pada sawar darah otak, sehingga memudahkan lebih banyak bakteri dan netrofil yang berada pada sirkulasi untuk masuk ke cairan serebrospinalis. Akhirnya respon inflamasi yang timbul pada meningitis bakterial akan mengganggu Sawar Darah Otak (blood brain barier). Mekanisme bagaimana bakteri menembus sawar darah otak sampai belum saat ini belum jelas. Bakteri yang menembus sawar otak akan merusak lapisan meningens dengan memasuki lapisan duramater lalu menuju lapisan archnoid yang merupakan lapisan halus dan membatasi antara lapisan duramater dan piamater. Dibawah lapisan archnoid terdapat lapisan subarachnoid yang merupakan tempat diproduksinya cairan serebrospinal. Adanya komponen dinding sel bakteri yang dilepaskan kedalam cairan serebrospinal merangsang produksi dari sitokine inflamasi seperti Interleukin 1 dan 6, prostaglandin dan TNF. Semua faktor inilah yang menginduksi terjadinya inflamasi dan kerusakan sawar darah otak.

Upload: muhammad-akrim

Post on 29-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: patofisiologi

Patofisiologi meningitis

Ada jalur utama dimana agent infeksi (bakteri, virus, fungi, parasit) dapat mencapai system saraf pusat (CNS) dan menyebabkan penyakit meningeal. Awalnya, agent infeksi berkolonisasi atau membentuk suatu fokal infeksi pada host. Kolonisasi ini bisa berbentuk infeksi pada kulit, nasopharynx, traktus respiratorius, traktus gastrointestinal atau traktus urinarius. Dari area kolonisasi ini, organism menembus submucosa melawan pertahanan host (misalnya, barier fisik, imunitas local, fagosit/makrofag) dan mencapai akses ke system saraf pusat melalui (1) invasi kedalam sirkulasi darah (bakteremia, viremia, fungemia, dan parasitemia) dan selanjutnya secara hematogenous dilepaskan ke system saraf pusat ); (2) kerusakan neuronal (misalnya, nervus olfactory dan peripheral) dengan agent penyebab misalnya, Naegleria fowleri, Gnathostoma spinigerum; atau (3) kontak langsung (misalnya, sinusitis, otitis media, congenital malformations, trauma, inokulasi langsung selama manipulasi intrakranial). ketika berada berada di dalam system saraf pusat, bakteri akan mengaktifkan sel lain seperti microglia yang dapat mensekresi IL-1 dan TNF alpha (tumor necrosis factor) yang akan dipertahankan sebagai antigen. Reaksi imun intra SSP ini memicu sebuah sirkulus sejak perangsangan netrofil untuk melepaskan protease dan mediator toksin lain seperti radikal bebas O2, yang selanjutnya akan meningkatkan jejas inflamasi pada sawar darah otak, sehingga memudahkan lebih banyak bakteri dan netrofil yang berada pada sirkulasi untuk masuk ke cairan serebrospinalis. Akhirnya respon inflamasi yang timbul pada meningitis bakterial akan mengganggu Sawar Darah Otak (blood brain barier). Mekanisme bagaimana bakteri menembus sawar darah otak sampai belum saat ini belum jelas. Bakteri yang menembus sawar otak akan merusak lapisan meningens dengan memasuki lapisan duramater lalu menuju lapisan archnoid yang merupakan lapisan halus dan membatasi antara lapisan duramater dan piamater. Dibawah lapisan archnoid terdapat lapisan subarachnoid yang merupakan tempat diproduksinya cairan serebrospinal. Adanya komponen dinding sel bakteri yang dilepaskan kedalam cairan serebrospinal merangsang produksi dari sitokine inflamasi seperti Interleukin 1 dan 6, prostaglandin dan TNF. Semua faktor inilah yang menginduksi terjadinya inflamasi dan kerusakan sawar darah otak.

Hubungan otore dengan meningitis

Otore (keluar cairan dari telinga) dapat menyebabkan komplikasi intracranial seperti meningitis. Adanya peradangan pada telinga tengah sebagian besar disebabkan oleh kolesteatoma. Apabila otore dapat berlangsung secara kronis, kolesteatoma yang berawal hanya pada telinga tengah melalui lapisan epitel yang berhubungan dengan lapisan epitel sel mastoid yang melekat di tulang temporal juga dapat menyebabkan terjadinya peradangan (mastoiditis) dan berpotensi untuk menyebabkan erosi mastoid sehingga tulang temporal yang berdekatan dengan lapisan duramater ini memudahkan terjadinya inveso bakteri pada lapisan duramater lalu menyebar menuju lapisan subrachnoid.