pasien trauma.doc
TRANSCRIPT
Penilaian dan Pengelolaan Awal
ICHSAN, Ners-B, 2003
PENILAIAN DAN PENGELOLAAN AWALPENDERITA TRAUMAI. Pendahuluan
Kematian karena trauma akibat keterlambatan pertolongan
Ketidakmampuan tenaga kesehatan menilai dengan baik serta memberi pertolongan awal
Tindakan yang tidak tepat dan cepat
Penilaian Awal :
1. Persiapan
2. Triase
3. Survei primer
4. Resusitasi
5. Pemantauan dan re-evaluasi lanjut
6. Penanganan menetap
II. Tahap Pengelolaan Penderita
a. Tahap Pra Rumah Sakit Koordinasi antara petugas lapangan rumah sakit
Informasi kerumah sakit sudah disampaikan sebelum mengirim/membawa pasien :
Jaga airway, breathing, kontrol perdarahan dan syok
Immobilitas pasien
Kirim pasien ke rumah sakit terdekat (pusat trauma)
Sertakan pasien keterangan yang dibutuhkan di rumah sakit yang meliputi : waktu kejadian, sebab kejadian, riwayat pasien & mekanisme kejadian serta jenis perlakuanIII. Triase Menilai pasien berdasarkan tingkat kebutuhan pasien dan sumber daya yang tersedia Tindakan ( berdasarkan pada ABC dengan tetap menjaga cervical spine control serta perdarahan
Hal ini berlaku baik dilapangan maupun rumah sakit
Sebelum pengiriman dilakukan scoring
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :a) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : gawat darurat dan multi trauma
b) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : Pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu serta tenaga paling sedikit
IV. Survei PrimerPenilaian keadaan pasien & prioritas keadaan berdasarkan jenis :
Perlukaan
Tanda-tanda Vital
Mekanisme ruda paksa
Pasien luka parah, prioritas tindakan diberikan berurutan :
a. Airway ( control servikal
b. Breathing dan ventilasi
c. Circulation dengan control perdarahan
d. Disability ( Sistem Neurologis
e. Exposure ( Cegah kedinginanPENTING ( Fase pra rumah sakit ( ABC, lakukan resusitasi bila diperlukan kemudian fiksasi pasien ( TransportasiA. Airway ( control servikalPenilaian : Kelancaran Airway
Periksa adanya observasi jalan napas (benda asing, fraktur tulang wajah, mandibula dan maksila, fr. laring dan trakea
Tetap menjaga vertebra servikal ( risiko fraktur servikal > lakukan Chin Lift (Jaw Thrust)
Jangan lakukan ekstensi, fleksi atau rotasi leherKemungkinan patahnya tulang servikal bila ada :
1. Trauma ( ( kesadaran
2. Adanya luka ( Trauma tumpul diatas clavikula
3. Setiap multi trauma (2 regio atau lebih)
4. Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakan (Bio Mecanic Trauma ) ( Sebaiknya pasang kolar Bila ada gangguan jalan napas ( BHD (Bantuan Hidup Dasar)B. Breathing dan ventilasi Jalan napas baik tidak mutlak ventilasi baik
Ventilasi yang baik ( fungsi paru, dinding dada dan difragma
Perlukaan ( Bahaya misalnya Tension PneumothoraxC. Circulation dengan Kontrol Perdarahan1) Volume darah (Cardiac Output) Perdarahan penyebab kematian yang cepat
Penilaian status hemodinamik :
Perubahan kesadaran
Warna kulit
Nadi
Tekanan darah2) Kontrol Perdarahan
Perdarahan dapat :
Eksternal
Internal :
Rongga thorax
Rongga abdomen
Fraktur Pelvis
Fraktur tulang panjang
Perdarahan eksternal ( Balut TekanD. Disability ( Sistem NeurologisDinilai tingkat :
Kesadaran, ukuran dan reaksi pupil
GCS (Glasgow Coma Scale)
Perubahan kesadaran ( ( O2 diotak ( perubahan perfusi jaringan di otak
Pemeriksaan meliputi ventilasi, perfusi dan oksigenasiE. Exposure ( Cegah kedinginan Ini dilakukan untuk memeriksa fisik . thoraks
Cegah kedinginan : Pakai selimut hangat, ruangan cukup hangat, cairan yang sudah dihangatkanV. RESUSITASI1. Air Way
Pertahankan air way: jaw trust / chin lift
Pasien sadar ( dapat dipakai nasopharyngeal
KEGAWATAN TRAUMA Penilaian Trauma
Tujuan yang akan dicapai memerlukan evaluasi
Evaluasi :
1. Evaluasi keadaan penderita secara cepat dan akurat
2. Resusitasi dan stabilisasi
3. Nilai fasilitas apa yang diperlukan pasien gawat darurat pada kasus trauma
4. Transportasi antar rumah sakit harus dengan teknik akurat
5. Harus dilakukan pertolongan pada tiap langkah yang diambil ( prinsip ABC
Berdasarkan akibat trauma pada organ tubuh (The Advance Trauma Life Support) terbagi atas :
1. Trauma Kepala
2. Trauma dada
3. Trauma perut
4. Trauma leher5. Trauma medulla spinalis6. Trauma ekstremitas7. Trauma luka bakar
Yang diperlukan untuk mengatasi kegawatan trauma adalah hal-hal sebagai berikut :
1. Lakukan survei primer secepat mungkin untuk ABCD
2. Bila terjadi gangguan pada jalan napas maka segera lakukan Basic Airway Interventation3. Skema scenario
4. Skor dari trauma
5. Ketahui komponen dari sistem trauma
Ad. 1. Lakukan survei primer secepat mungkin untuk ABCDSURVEI PRIMERTINDAKAN
A. Airway (Jalan Napas)
B. Breathing (Pernapasan)
C. Circulation (Sirkulasi)
D. Disability (Kehilangan Kemampuan) Nilai dan pertahankan
Nilai pernapasan dan pertahankan aktifitas
Nilai sirkulasi dan pertahankan aktifitas
Nilai kehilangan dan kemampuan & lihat status pupil
Survei ABCD disebut dengan survei utama, disamping itu pula diadakan survei EGHISURVEI EGHITINDAKAN
E. Exposure
F. Get Vital (Nilai Tanda Vital)
G. Head to Toe Inspection (Periksa Dari Rambut ke Kaki)I. Inspect The Back
(Periksa Punggung) Pemanasan mencegah hipotermi
Ukur suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
Penilaian Sistemik Penilaian Punggung
Ad. 2. Bila terjadi gangguan pada jalan napas maka segera lakukan Basic Airway InterventationYang DicapaiTeknikDiharapkan
Mempertahankan jalan napas
Cegah manipulasi spina servikalis dan merangsang refleks bersin
Membuka jalan napas dengan menekan rahang dan dagu
Lakukan seksion dengan keteter
Dengarkan suara napas paru pada kedua paru
Berikan 100 % oksigen dengan masker
Napas dengan bagian valve-mask bila terdapat indikasi
Siapkan oral/nasal intubasi, krikotiroidetomi
Atasi sekresi, perdarahan dan muntah
Siapkan pipa nasogastrik
Monitor jalan napas dan ketahui semua masalah Memperbaiki jalan napas ( Stridor berkurang
Stridor berkurang
Tidak digunakan otot tambahan
Tidak ada cianosis
Ad. 3. Skema Triage Decision
Skema Skenario
Langkah I
Langkah II
Langkah III
Langkah IV
Ad. 4. Skor Dari TraumaKECEPATANKODESKORING
A. PernapasanJumlah pernapasan permenit
10 -2425 -35
> 35
< 10
043
2
1
0 A
B. Usaha Respirasi RestriktifNormal Rektraktive1
0 B
C. Tekanan Darah Sistolik
( 90
70 90
50 69
< 50
04
3
2
1
0 C
D. Pengisian Kapiler
Normal
Terlambat
Tidak mengisiNormal
Terlambat
Tidak2
1
0 D
E. Skala Glasgaw
1. Membuka mata
Spontan
Terhadap suara
Terhadap sakit
Tidak ada
2. Refleksi Verbal
Orientasi
Konfusi
Kata tidak senonoh
Suara tidak dapat dimengerti
Tidak
3. Reaksi Motorik
Ikut perintah
Gerak menurut
Gerak menarik
Fleksi
Ekstensi
Tidak adaTotal GCS4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
Total GCS ( 1+ 2 + 3 )
Skor trauma ( A + B + C + D + E )
( Trauma Skor ( 12 = Trauma Berat
Total CGS
Skor
14 15
5
11 13
4
8 10
3
5 7
2
3 4
1
Ad. 5. Ketahui Komponen-komponen Dari Sistem Trauma
TRAUMA DADAAntusian berlebihan penggunaan terapi ventilator dengan kejadian trakeotom yang tinggi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Cara dengan membatasi cairan masukan cairan diuretic, steroi, toilet paru berulang-ulang, dengan blok saraf sela iga atau epidural untuk rasa sakit, dapat menguragi penggunaan ventilator.
Prioritas penggunaan segera trauma dada :
1. Bebaskan jalan napas
2. Berikan ventilasi alveolar dan oksigen cukup
3. Hilangkan rasa sakit
4. Pasang WSD (water sealed drainage)
5. Perbaiki volume darah dan perfusi organ
6. Koreksi ketidak seimbangan asam basa
7. Cegah kegagalan ginjal
Faktor sekunder yang menambah mortalitas dari penyakit jantung sebelumnya dan trauma kepala yang menyertai. Akibat trauma dada selain kerusakan paru, juga terjadi kerusakan jantung, ruptur katup aorta, infark miokard traumatic dan kerusakan pembuluh darah besar terutama aorta.
TRAUMA ABDOMINALDiagnosis dini trauma abdominal yang mengancam kehidupan sering sukar dinilai bila ada trauma ganda dan gambaran klinis tumpang tindih. Lebih sulit lagi bila pasien memerlukan sedasi atau kurarisasi untuk memudahkan ventilasi mekanis.
Dianjurkan segera laparatomi eksplorasi bila :
1. Syok terjadi segera setelah resusitasi berhasil atau kemudian, pada pasien diduga trauma abdominal
2. Pada fhoto abdomen ada udara bebas
3. Ada sindrom limpa robek : ketegangan menetap dibawah batas iga kiri, nyeri bahu, fraktur iga-iga kiri bawah
4. Abdomen bertambah membuncit
5. Secara bertahap nyeri abdomen bertambah tegang atau kaku
6. Bila diduga perdarahan intra peritoneal ; pasang kateter dialisis peritoneal yang dapat membantu diagnosis dan sekaligus lakukan lavase NaCl steril hangat. Dan selanjutnya konsultasikan untuk tindakan pembedahan.
Penilaian Berat Trauma Penilaian dapat dilakukan dengan nilai yaitu suatu penilaian fisiologik berat trauma berdasarkan data yang mudah didapatkan oleh dokterdan perawat dengan menggunakan teknik non invasif dari respirasi, kardiovaskuler dan saraf pusat. Nilai trauma ini penting untuk menilai prognosis karena itu berguna pada triase untuk memilih skala prioritas. Nilai trauma yang terendah adalah satu (fungsi terganggu) dan yang tertinggi adalah 16 (fungsi normal).Nilai TraumaSkor
A. Laju Napas
(Jumlah napas 15 x 4)
10 24
25 35
> 35
< 10
043
2
1
0
B. Usaha napas
NormalRetriksi10
C. Tekanan Darah Sistolik
> 90 mmHg70 89 mmHg
50 69 mmHg
< 50 mmHg
043
2
1
0
D. Pengisian KapilerNormal< 2 detik
Tidak ada21
0
E. Glasgow Coma Scale
14 -1511 13
8 10
5 7
3 454
3
2
1
Nilai Trauma = A + B + C + D + E
PENANGGULANGAN DIRUMAH SAKITNilai kembali fourmula dasar ABC, bila dikerjakan, lakukan tindakan :
1. Bantuan ventilasi, bergantung pada jenis trauma dan tanda klinis gangguan respirasi. Periksa segera analisis gas darah, bila ada indikasi atau korban apnoe lakukan pemasangan ventilator (IPPV). Hati-hati pada trauma dada, mungkin ada pneumothoraks tekan yang bila tidak diketahui dapat berakibat fatal. Tanda-tanda pneumothoraks tekan :
Tanda gawat napas
Vena-vena leher membengkak
Trakea terdorong ke lateral
Bising napas tidak simetris
Perkusi timpani tidak simetris
Tindakan dekompresi : Tusukan jarum no. 14 atau trokar melalui sela iga II pada hemithorak terkena. Udara keluar cepat memastikan diagnosis. Bila pneumothoraks tekan akibat luka terbuka, buka luka dengan jari atau klem untuk melepaskan udara tersekap. Terapi defenitif dengan memasang pipa torakostomi2. Sirkulasia. Ukur TVS (tekanan vena sentralis) untuk memantau volume darah sirkulasi efektif, terutama pada perdarahan massif dan sebagai patokan pemberian cairan
b. Pantau tekanan darah, sebaiknya tekanan darah arteri langsung dengan memasang kanula intaarterial, biasanya pada a. Radialis. Ini juga berguna untuk mengambil sampel darah Astrup, penting untuk menilai pertukaran gas paru dan keseimbangan asam-basa pasien.
c. Bila ada pasang kateter Swan-Ganz untuk menilai kemampuan fungsi jantung kiri
d. Pasang kateter uretra atau bila ada ruptur uretra pasang kateter supra pubik. Pantau urin tiap jam untuk melihat perfusi ginjal. Normal 50 ml/jam ( 1 ml/kg bb/jam )
e. Berikan infuse NaCl atau Ringer Laktat, darah atau koloid (albumin; pengganti plasma : Dekstran) untuk meningkatkan volume intravaskuler. Pemberian cairan disesuaikan dengan TVS, menggunakan uji beban (Loading Test)Uji beban :
Gunakan cairan Dekstrose 5 %, Ringer Laktat
Nilai awal TVS :
< 8 cm H2O, berikan 200 ml dalam 10 menit
8 14 cm H2O, berikan 100 ml dalam 10 menit
> 14 cm H2O, berikan 50 ml dalam 10 menit
Nilai Kenaikan :
< 2 cm H2O, hipovolemia, lanjutkan cairan 2 5 cm H2O, observasi & ulangi
> 5 cm H2O cukup pertahankan tetesan infus sesuai kebutuhan
Syok pada korban trauma biasa akibat hipovolemia perdarahan. Tamponade jantung, pneumothoraks tekan, dan trauma kepala dapat memperberat syok atau jarang sebagai penyebab syok tanpa disertai hipovolemiaf. Tamponade jantungDitandai dengan kombinasi syok dengan vena-vena leher mengembang mula-mula vena leher mungkin tidak jelas bila tamponade disertai syok perdarahan yang tak teratasi. Curigai tamponade jantung pada korban luka tembus dada (terutama luka tembak) dan luka memar anterior.
Tindakan Perikardiosentesis :
Baringkan pasien terlentang, pantau EKG hanaran ekstremitas, amankan jalur I.V. Beri pre-medikasi Atropine 0,5 mg I.V, Morfin 5 10 mg I.V, bila pasien sadar dan napas aman, pasang sungkup muka/kanula hidung dengan O2 5 10 liter/menit. Siapkan jarum spinal no. 17 untuk Perikardiosentesis, hubungkan jarum dengan kawat hantaran Perikardiosentesis, hubungkan kawat hanran perikordial dengan menggunakan klem alligator dengan jarum, dan hidupkan EKG. Desinfeksi dengan betadin daerah sekitar Prosesus Xipodeus. Tutup daerah itu dengan kain steril bolong. Tempat tusukan tepat antara kaudal Prosesus Xipodeus dan batas iga bawah kiri diberi analgetik lokal dengan Lidokain 1 % sebanyak 10 ml. Tusukkan jarum dengan sudut 30 45 derajat dari kulit, sebaiknya kearah kesalah satu titik antara bahu kiri dan kanan, sebaiknya kearah takik sternum. Masukan jarum perlahan sambil diaspirasi dan pantau EKG, kalau ST akan menurun. Setelah aspirasi tarik jarum dan tekan tempat tusukan untuk hemostasis, kalau perlu jahit 1 jahitan dan tutup dengan kasa steril g. Monitor EKG Lead II untuk melihat adanya iskemia miocardh. Monitor suhu.
Korban trauma berat sering mengalami hipotermia akibat udara dingin atau transfuse massif. Kenaikan suhu dapat dipakai sebagai patokan perbaikan perfusi perifer
3. Rasa Nyeri
Bila korban sadar, penting menghilangkan rasa nyeri. Gunakan blok saraf atau blok regional, misalnya trauma dada dengan blok sela iga atau epidural. Dapat pula dipakai campuran gas N2O O2, sebaiknya jangan digunakan analgetik narkotik parenteral, karena dapat mengaburkan pemeriksaan trauma kepala atau diagnosis trauma intra abdominal. 4. Antibiotik
Risiko terjadinya kontaminasi kuman tinggi pada kerusakan jaringan hebat diperlukan pemberian profilaksis antibiotika jangka pendek (48 72 jam). Trauma intra abdominal yang mengotori rongga peritoneum, kemungkinan timbulnya syok endotoksin besar. Berikan gentamicyn dan ampicillin.
5. Profilaksis Tetanus
Berikan dosis toksoid ulangan bagi yang pernah mendapat imunisasi, bagi yang belum berikan ATS (Anti Tetanus Globulin).
MASALAH DAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Trauma Kepala
a. Tahap awal, singkirkan penyebab coma ekstrakranial, terutama pada pasien trauma ganda
b. Lakukan segera foto kepala, walau pada anak, kerusakan otak dapat terjadi fraktur tulang tengkorak
c. Pertahankan jalan napas tetap terbuka, karena ini berperan dalam penurunan mortalitas.
Ada tiga faktor pembunuh utama (Major Killing Factors) pada trauma kepala berat : Hematoma intra cranial
Hipoksia Cerebral
Peningkatan massa otak
d. Perlu pemeriksaan Brain Scanning untuk mengetahui secara dini bekuan intracranial dan memungkinkan segala tindakan bedah
e. Pemantauan tekanan intra cranial dengan memasang kateter intra ventrikuler atau transduser ekstradural, terutama penting pada pasien denga ventilasi terkendali dan pemakaian osmotic diuretic untuk menurunkan tekanan intra cranial
Adakah riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, DM, atau kejang-kejang.
Obat yang dimakan korban secara teratur. Tanyakan tentang digitalis, anti koagulan dan steroid.
Apakah peminum alcohol atau narkotik ?
Apakah alergi terhadap obat-obat ?
Pernahkah mengalami komplikasi akibat anastesi ?
Pernahkah mendapat imunisasi tetanus ?
Kapan imunisasi tetanus ulangan diberikan ?
Kapan makan terakhir ?
Transportasi
Pergantian posisi (pemindahan/transportasi) dapat menambah rasa nyeri dan cedera serta memperberat syok. Karena itu transportasi, tunggu pasien stabil, tidak syok, tidak hipotensi. Selama transportasi pertahankan keadaan umum korban dan bila perlu terapi harus dapat dilakukan.
1. Mencapai korban
Usahakan mencapai tempat kejadian dalam waktu 10 menit karena bila lebih lama kesempatan hidup lebih kecil. Untuk itu diperlukan suatu system komunikasi darurat dengan nomor telepon khusus ( 118 ), melalui system komunikasi ini ambulans dapat dikerahkan segera ketempat kejadian
2. Evakuasi Korban ke Ambulans
Segera setelah korban ditemukan, dapatkan keterangan bagaimana kecelakaaan terjadi. Lakukan pemeriksaan fisik, diagnosis dan terapi :
a. Nilai keadaan korban sebelum dipindahkan.Lindungi atau tunjang fungsi vital dari cara sederhana sampai RJP (Resusitasi Jantung Pulmonal)
b. Prioritas kedua hilangkan rasa nyeri, sebaiknya sebelum korban dipindahkan. Pada trauma spinal, pemasangan bidai spinal dikerjakan sebelum diberi analgesic karena rasa nyeri dapat dipakai sebagai tanda pergerakan hebat
Untuk menghilangkan rasa nyeri dapat digunakan :
a. Pemasangan bidai
b. Kolaborasi pemberian obat analgetik
c. Pemasangan tandu khusus (Blangket Lift)
3. Ambulans
Harus dirancang khusus sehingga dapat mengurangi gerakan korban didalamnya, penerangan cukup, suara ribut kurang (ada peredam suara). Identifikasi kendaraan harus jelas untuk memudahkan lewat dijalan raya. Harus ada peralatan untuk RJP (Laringoskop, pipa endotrakeal, balon katup sungkup, alat isap dll) dan obat-obat darrat serta larutan infus. Orang yang mengawal korban adalah dokter, paramedic atau mahasiswa yang terlatih dalam teknik RJP
Tindakan lain bila ada trauma kepala atau muka :
1.1 Ingat, setiap korban trauma kepala atau muka mungkin disertai trauma servikal. Membuka jalan napas harus hati-hati, manipulasi leher harus minimal. Buka jalan napas dengan mengangkat dagu atau emndorong mandibula kedepan, dengan leher pada posisi netral dan mantapkan kepala dengan bantal pasir atau pasang (nexcalar)
1.2 Periksa benda asing dalam mulut, dan isap lendir, darah muntahan, benda asing dari mulut dan oropharing
1.3 Bila maksila dan mandibula tidak stabil, diperlukan intubasi oro pharyngeal airway (Guedel) atau Krikotomi (Cricothroidotomi atau tracheostomi) 2. Breathing (Napas)Bila tidakj bernapas setelah jalan napas bebas lakukan ventilasi buatan dengan mulut/alat, sebaiknya konsentrasi oksigen tinggi supaya pertukaran gas paru efektif perlu tindakan :2.1 Luka dada terbuka harus segera ditutup. Observasi timbulnya pneumothoraks. Bila ada Pneumothotaks buka penutup secara periodic
3. Circulation (sirkulasi)Sirkulasi efektif membutuhkan 3 komponen, yaitu:3.1 Fungsi pompa (jantung)
3.2 Pembuluh darah yang mampu berkontraksi sebagai reaksi terhadap perubahan volume darah.
3.3 Volume yang cukup (darah)
Pada trauma ganda, satu atau semua komponen ini terancam. Jantung sendiri mungkin rusak akibat trauma benturan pada dada. Trauma tulang belakang dapat mengganggu kemampuan pembuluh darah berkonstriksi terhadap kehilangan volume darah. Volume darah mungkin hilang akibat pendarahanmassif external/internal atau keduanya. Karena itu diusahakan mengembalikan sirkulasi efektif selain melakukan masase jantung luar dengan :
a. Bila nadi arteri karotis tidak teraba, lakukan masase jantung luar. Perhatikan apakah dengan masase jantung efektif, nadi teraba. Bila tidak pertimbangkan kemungkinan tamponadejantung yang membatasi kemampuan pengisian ventrikel.
b. Kendalikan pendarahan dengan tekanan (balut tekan), jika pendarahan hebat akibat cedera pembuluh darah besar baru digunakan (Turniket)
c. Bila ada Military Anti Shock Trousers (MAST) gunakan untuk trauma tungkai, Abdomen atau keduanya.
d. Segera pasang paling sedikit satu atau dua infus I.V dengan kateter besar No. 14 atau 16, dan berikan larutan Nacl atau Ringer Laktat dengan cara diguyur 4 botol pertama.
Ingat syok harus diperhatikan pada setiap pasien trauma, dan amankan jalur I.V di tempatnya. Jika diduga ada trauma kepala infus I.V harus diberikan dengan kecepatan hanya untuk membuka vena.Penilaian Kedua Dan Pemeriksaan FisikBila penilaian/tindakan pertama selesai dan keadaan yang mengancam kehidupan telah diatasi dengan baik diperlukan pemeriksaan fisik :
Tanggalkan pakaian korban, lakukan ditempat teduh
Nilai tingkat kesadaran dan tanda vital
Periksa secara sistematis dari kepala hingga kaki
Periksa : Warna kulit, rabaan kulit (hangat, kering/basah dll), kepala dan leher termasuk pupil
Laju dan irama napas serta pola napas (Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik, kussmaul), tanda-tanda gawat napas.
Kardiovaskuler antara lain : tekanan vena jugularis, irama jantung, bunyi jantung.
Abdominal ; distensi, echimosis lokal, peristaltic, tanda-tanda peritonitis
Anggota tubuh dan tulang belakang ; Luka memar dan deformitas, periksa pulsasi nadi, perasaan serta gerakan pada bagian distal trauma, pengisian kapiler pada luka (menilai sirkulasi perifer). Periksa semua nadi (makin jauh nadi teraba dari jantung makin baik kemampuan jantung memberikan darah kejaringan perifer), periksa kekuatan dan perabaan semua anggota tubuh, tanda-tanda paraplegia atau quadplegia (cedera spinal), hemiplegia (pada stroke), nilai tinggi cedera spinal (dengan jarum uji perasaan umbilicus (Th. X), putting susu (Th. IV), (Th. V), Klavikula (C III)Tabel 1. Inspeksi Kulit
Warna KulitKemungkinan Penyebab
Merah
Putih (pucat)
Biru (cianosis)
Bercak-bercak (syok)Demam
Reaksi alergi
Keracunan carbon monoksida
Kehilangan darah banyak
Takut
Hipoksia
Vasokonstriksi perifer akibat dingin
Gangguan kardiovaskuler (syok)
Tabel 2. Palpasi kulitSuhu KulitKemungkinan Penyebab
Hangat, kering
Hangat , basah
Dingin, keringDingin, basahHeat strokeReaksi terhadap kenaikan suhu internal & eksternalTerbuka kena dinginSyok
Tabel 3. Pemeriksaan PupilPupilKemungkinan Penyebab
Dilatasi
Konstriksi (kecil)
Tdak sama (anisokor)
Takut
Iskemia total
Obat (Atroin)
Dosis berlebih (narkotik)
Kelainan yang mempengaruhi SSP
Cahaya terang
Mungkin normal (2-4 %)
Trauma kepala, stroke
Operasi katarak pada satu muka
Tabel 4. Tanda-tanda Utama Gawat Napas
Prinsip Umum Penanggulangan di Luar Rumah Sakit
1. Tanda klinis terpenting pada trauma kepala adalah perubahan tingkat kesadaran. Catat dengan teliti perubahan ini serta tanda neurologik lain dari setiap pasien trauma kepala (di rumah sakit gunakan GCS)2. Penurunan tekanan darah disebabkan oleh trauma kepala, cari sumber perdarahan besar diseluruh tubuh bila pasien trauma kepala menjadi hipotensi
3. Luka bakar terbuka pada leher harus segera ditutup, untuk mencegah embolus udara4. Pada tiap pasien dengan kemungkinan trauma tulang belakang, immobilisasi akan tulang belakang. Disini termasuk korban trauma kepala hebat, jatuh dari ketinggian, cedera, deselarasi, tanpa memandang ada/tidak trauma medulla spinalis
5. Palpasi dada untuk mengetahui kestabilan dindidng dada, dan setiap bagian tergirik (flail) harus distabilkan dengan plester dll.6. Tutup bagian abdomen yang mengalami evirasi (terbuka) dengan kasa steril dibasahi NaCl. Jangan usahakan mengembalikan bagian tersebut
7. Stabilkan benda yang menyulak (Pisau, benda tajam) di tempatnya
8. Periksa selalu pulsasi nadi diseluruh tungkai
9. Tutup dengan kasa semua luka sebelum dibidai
10. Bidai semua fraktur sebelum memindahkan
Riwayat Kejadian
Riwayat kejadian ditanyakan sambil menangani korban ditempat kajadian, keterangan ini penting bagi siapa yang merawat korban selanjutnya di rumah sakit.
Hal-hal berikut yang penting :
Buat catatan observasi tempat kejadian dengan teliti, bagaiamana terjadinya kecelakaan dan posisi korban waktu ditemukan. Misalnya kecelakaan mobil, apakah kemudi patah, kaca depan hancur atau Dash Board hancur. Pengukuran Tanda Vital & Kesadaran
Skala Glasgow < 13
Tekanan darah sistol < 90 mmHg
Kecepatan respirasi < 10 atau < 29
Hitung skor trauma < 11
Hitung skor trauma pediatric < 9
YA
TIDAK
Bawa ke Pusat Trauma
Periksa Kerusakan Alat
Semua trauma kepala, leher, torso, ekstremitas
Kombinasi trauma dengan luka baker > 25 % atau inhalasi
Fraktur pelvis
Paralisis tungkai
Amputasi proksimal : pergelangan tangan dan sendi
Dikeluarkan dari mobil
Kematian penumpang yang lain
Masa pengeluaran > 20 menit
Jatuh > 20 kaki
Tabrakan kecepatan tinggi
Berjalan terpelanting
Mobil menabrak pejalan kaki
Tabrakan sepeda motor
YA
TIDAK
Bawa ke Pusat Trauma
Evaluasi Untuk Bukti Mekanisme Dari Trauma
YA
YA
TIDAK
TIDAK
Usia < 5 tahun atau > 55 tahun
Diketahui berpenyakit jantung, paru dan psikosis
DM dengan insulin, sirosis, kegawatan, gemuk
Hubungi medical control dan pertimbangkan transport ke pusat trauma
Pertimbangkan Pengobatan
Triase & pengatasan di lapangan
Jaringan komunikasi
Udara dan transportasi darat
Konsep tim trauma
Fasilitas rehabilitasi dan organisasi pengatasan trauma
Pendidikan kesehatan & pengetahuan mengenai trauma serta pencegahannya
Sistem evaluasi dan monitoring
Kebijaksanaan dan bantuan masyarakat terhadap perawatan trauma
Keuangan dalam menghadapi yang tidak mampu
Napas cuping hidung
Napas trakea menyentak (tracheal tug)
Penggunaan otot-otot tambahan pada leher dan abdomen
Raksi sela iga dan supra sternal waktu inspirasi
Takpnoe
Cemas
PAGE 3