asesmen pasien

44
IMPLEMENTASI ASSESSMENT OF PATIENT ASSESSMENT OF PATIENT (AOP) RSUPN DR.CIPTO MANGUNKUSUMO Goes to Joint Commission International Accreditation Dr. dr. C.H. Soejono, SpPD, K-Ger & Tim Pokja AOP

Upload: yuyun-eska

Post on 22-Nov-2015

952 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

akreditasi

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI ASSESSMENT OF PATIENT

    ASSESSMENT OF PATIENT (AOP)

    RSUPN DR.CIPTO MANGUNKUSUMO Goes to Joint Commission

    International Accreditation

    Dr. dr. C.H. Soejono, SpPD, K-Ger & Tim Pokja AOP

  • STANDAR AOP

    1. Pengkajian awal (Initial Assessments)

    . 2. Pengkajian ulang (reassessed) secara periodik berdasarkan kondisi pasien & pengobatan

    3. Petugas yang melakukan pengkajian harus

    kompeten

    4. Tim kes bekerja kolaborasi & terintegrasi

    5. Pelayanan Laboratorium

    6. Pelayanan Radiologi diagnostik

  • AOP 1

    Ruang Lingkup Pengkajian Medis:

    Keluhan utama.

    Riwayat penyakit sekarang dan dahulu.

    Riwayat penyakit dalam keluarga.

    Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan.

    Pemeriksaan umum.

    Pemeriksaan fisik.

    Hasil laboratorium & pemeriksaan penunjang.

    Interpretasi awal.

    Daftar masalah Plan of Care

    Kesimpulan umum

    Prognosis

    .

  • Kerangka waktu pengkajian:

    Rawat inap dalam waktu 24 jam

    Rawat jalan dalam waktu 2 jam harus dilengkapi

    Emergency dalam waktu 30 menit

    Pendokumentasian Pengkajian Medis:

    Hasil pemeriksanaan penunjang pasien rawat jalan yang berasal

    dari luar RS bila waktunya kurang dari 30 hari masih bisa dipergunakan

    kecuali bila status kesehatan dan kondisi pasien berubah.

    Hasil dokumentasi pengkajian pasien disimpan dalam rekam medik

    pasien.

    Pengkajian medik awal didokumentasikan sebelum anestesi

    & pembedahan

    AOP 1

  • AOP 1

    Skrining Nyeri:

    Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal keperawatan di emergency, rawat jalan dan rawat inap.

    Metode Penilaian:

    VAS dan Flacc Scale untuk pasien dewasa & anak usia > 1

    tahun (skala 1 10)

    Behaviour Pain Scale untuk pasien ICU / tidak sadar (skala 1- 12)

    Newton Scale untuk pasien neonatus (skala 1 - 20)

    Kategori Penilaian:

    Rendah : VAS 15/20

  • Skrining Jatuh:

    Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal keperawatan di emergency, rawat jalan dan rawat inap Dokter mengecek kesesuaian pengkajian tersebut dengan kondisi pasien dan memastikan tindak lanjutnya dilakukan.

    Metode Penilaian:

    Diruang emergency dan rawat jalan menggunakan Up & Go Test

    Di ruang rawat inap:

    Anak berusia < 12 tahun: semua dianggap berisiko tinggi jatuh.

    Anak yang berusia 12 18 tahun dengan Humpty Dumpty Scale.

    Dewasa (> 18 tahun- < 60 tahun) dengan Morse Fall Scale,

    Pasien usia lanjut ( 60 tahun) dengan Pengkajian Jatuh Usia Lanjut.

    Kategori Penilaian:

    Tidak berisiko

    Risiko Rendah

    Risiko Tinggi

    AOP 1

  • AOP 1

    Skrining Gizi:

    Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal keperawatan di rawat jalan dan rawat inap.

    Metode Penillaian:

    Untuk pasien dewasa dan geriatri menggunakan Malnutrition

    Screening Tools (MST)

    Untuk pasien Obstetri dan Ginekologi dengan modifikasi MST.

    Untuk pasien bayi/ anak menggunakan Paediatric York hill

    Malnutrition Score (PYMS)

    Dokter membuat resep diit pasien, bekerjasama dengan dietisien.

    Bila penilaian skrining gizi berisiko malnutrisi maka ditindaklanjuti oleh dietisien/ dokter gizi klinik.

  • Pengkajian Status Fungsional:

    Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal keperawatan di rawat inap.

    Metode Penilaian :

    menggunakan Barthel Index Scale

    dilakukan hanya pada pasien dewasa & geriatri

    AOP 1

  • KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP 1.6

    Pengkajian lanjut dilakukan berdasarkan hasil pengkajian awal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan pada seluruh pasien di ruang rawat jalan, ruang rawat inap, dan ruang gawat darurat selama dalam perawatan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo yang teridentifikasi mengalami gangguan status nutrisi, status fungsional, nyeri dan risiko cedera/ jatuh.

    Tujuan dari pengkajian lanjut pasien adalah: Untuk menentukan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tindakan yang diberikan; Untuk menentukan kebutuhan pelayanan rehabilitasi; Untuk pengkajian dan penatalaksanaan nyeri secara komprehensif.

  • KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP 1.6

    Yang melakukan pengkajian lanjut adalah:

    a. Pengkajian lanjut nutrisi dilakukan oleh dietisien, kecuali pada pasien anak dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau tim dokter yang kompeten dalam merawat pasien.

    b. Pengkajian lanjut status fungsional dan risiko tinggi jatuh/ cedera dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidang rehabilitasi medik kecuali pada pasien anak kurang dari 12 tahun.

    c. Pengkajian lanjut nyeri dilakukan oleh dokter yang kompeten.

    d. Jika memerlukan tindak lanjut dapat dikonsultasikan ke departemen / divisi / instalasi yang kompeten.

    SK DIRUT tentang Kebijakan Pengkajian Lanjut

  • KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP 1.6

    Pengkajian lanjut pasien dilaksanakan pada:

    a. Saat teridentifikasi gangguan nutrisi pada pengkajian awal status gizi yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, kecuali pada ruang rawat anak dilakukan oleh dokter yang kompeten.

    b. Saat teridentifikasi gangguan fungsional pada pengkajian awal status fungsional dan risiko tinggi jatuh / cedera yang dilakukan oleh tenaga keperawatan.

    c. Saat teridentifikasi gangguan nyeri pada pengkajian awal skrining nyeri yang dilakukan oleh tenaga keperawatan.

    Hasil pengkajian lanjut pasien didokumentasikan pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi untuk medis dan formulir asuhan gizi awal untuk dietisien/ ahli gizi.

  • PENGKAJIAN ULANG (RE-ASSESSMENT) AOP 2

    Seluruh pasien dilakukan

    pengkajian ulang secara periodik

    berdasarkan kondisi pasien dan

    pengobatan yang diperoleh pasien,

    untuk memonitor respon pasien

    terhadap pengobatan dan

    menyusun rencana untuk

    pengobatan/ perawatan

    selanjutnya

  • AOP 2: PENGKAJIAN ULANG PASIEN

    Kapan terakhir kali diperiksa????...heggrrrrr Risiko

    malnutrisi: setiap minggu Skor nyeri >4: setiap 8 jam Pasca operasi/ tindakan: Setiap 15 menit 1 jam pertama , 30 menit 2 jam berikutnya, setiap 1 jam pada 4 jam berikutnya

  • KEBIJAKAN PENGKAJIAN ULANG MEDIS AOP 2

    Pengkajian ulang dilakukan pada : seluruh pasien di unit rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat selama dalam perawatan di rumah sakit sesuai dengan perubahan kondisi perkembangan kesehatan dan kebutuhan pasien.

    Tujuan dari pengkajian ulang pasien adalah: Untuk menentukan respon pengobatan yang diberikan; Untuk merencanakan pengobatan dan tindakan kesehatan selanjutnya; Untuk menentukan waktu rencana pemulangan pasien.

  • KEBIJAKAN PENGKAJIAN ULANG MEDIS AOP 2

    Pengkajian ulang pasien dilaksanakan pada (Untuk pasien rawat inap dan gawat darurat) : Dilakukan setiap hari oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau dokter yang telah ditunjuk untuk merawat pasien termasuk akhir pekan dan hari libur; Pasien sedang dalam penatalaksanaan pengobatan atau tindakan kesehatan tertentu yang membutuhkan pemantauan ketat; Setiap ada perubahan kondisi pasien yang signifikan; Untuk pasien rawat jalan, dilakukan setiap kali kunjungan pasien.

    Hasil pengkajian ulang pasien didokumentasikan pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi. Pengkajian ulang (reassesment) dilakukan dalam bentuk Subyektif, Obyektif, Analisa dan Perencanaan (SOAP).

  • KUALIFIKASI PETUGAS KESEHATAN AOP 3

    dokter

    Tim terapis

    dietisien

    Farmasi klinik

    KEBIJAKAN: Petugas yang kompeten

    melakukan pengkajian awal medis adalah Dokter

    Penanggung Jawab Pelayanan pasien (DPJP)/

    Dokter Pendidikan Spesialis (PPDS)

    Dokter Pemeriksa Pasien

    SDM

    Keperawa

    tan

  • KOLABORASI ANTAR PROFESI

    AOP 4

    Kebijakan:

    Kolaborasi antar profesi dalam

    pelayanan pasien SPO:

    1. Penatalaksanaan kasus sulit

    2. Panitia Pengendali Resisten Antibiotik

    3. Meeting Pasien Rawat Bersama IK:

    Petunjuk pengisian catatan perkembangan

    terintegrasi

  • KOLABORASI ANTAR PROFESI AOP 4

    Dokter, perawat dan tim kesehatan

    lain yang bertanggung jawab

    merawat pasien

    BERKOLABORASI untuk

    melakukan analisa dan

    mengintegrasikan hasil pengkajian.

    Kebijakan penggunaan form catatan perkembangan terintegrasi

  • KEBIJAKAN KOLABORASI ANTAR TIM KESEHATAN AOP 4

    Kolaborasi antar tim kesehatan merupakan suatu bentuk kerjasama yang harmonis dengan profesi lain (dokter, tenaga keperawatan, terapis, farmasi, ahli gizi / dietisien, radiographer, analis dan lain-lain) sebagai mitra kerja untuk tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dan masyarakat secara optimal.

    Tujuan dari kolaborasi antar tim kesehatan adalah: Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan; Meningkatkan saling pengertian antar profesi; Meningkatkan hubungan saling percaya; Membuka peluang untuk saling membantu; Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan; Meningkatkan rasa saling menghargai; Meningkatkan hubungan saling memerlukan dalam memberikan pelayanan pasien.

  • KEBIJAKAN KOLABORASI ANTAR TIM KESEHATAN AOP 4

    LANJUTAN.................

    Bila tim kesehatan mengkomunikasikan perkembangan kesehatan dan kondisi pasien dengan profesi lain harus melakukannya dengan prinsip SBAR (Situation: kondisi terkini pasien; Background: riwayat kesehatan pasien, diagnosis pasien masuk/ saat ini; Assessment: adanya penyimpangan dari hasil pengkajian fisik terkini; Request: usulan tindakan/ pemeriksaan yang akan dilakukan selanjutnya).

    Tujuan bersama.

    Adanya tujuan yang sama diantara masing-masing profesi kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, yaitu pasien sebagai fokus utama.

  • IMPLEMENTASI KOLABORASI

    Dokter sebagai captain of the ship dari seluruh tim kesehatan dalam pelayanan pasien.

    Dokter harus membaca pengkajian dan rencana asuhan pasien yang dibuat oleh SDM Keperawatan, dietisien, terapis, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya.

    SDM Keperawatan:

    Pengkajian alergi, skrining gizi, nyeri, risiko jatuh, status

    fungsional, rencana asuhan keperawatan/ kebidanan dan lain2.

    Dietisien:

    Pengkajian lanjut status malnutrisi dan rencana asuhan gizi

  • PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

    Program laboratorium yg aman tersedia, diikuti dan

    terdokumentasi.

    Tes di laboratorium dilakukan oleh individu yg

    kompeten & hasilnya diinterpretasi oleh tenaga

    yg qualified.

    Hasil lab selesai sesuai waktu yg ditetapkan

    oleh organisasi : TAT

    Untuk pemeriksaan cito < 2 jam.

    Setiap operator termasuk dokter harus melakukan

    pengecekan fungsi terhadap peralatan laboratorium

    yang akan digunakan sesuai panduan manual alat

    tersebut.

  • PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

    Penulisan pada Form Permintaan

    Laboratorium harus lengkap terisi

    termasuk identitas (nama lengkap &

    tanggal lahir) dan data klinis pasien.

    DIAGNOSIS TIDAK BOLEH DISINGKAT.

    Outlet Laboratorium: Lantai 6 Gedung A,

    Loket Lab 24 jam, IRJT, IGD

  • PELAYANAN LABORATORIUM

    AOP 5

    SISTEM PELAPORAN NILAI

    KRITIS

    Nilai kritis adalah hasil

    pemeriksaan laboratorium yang

    secara signifikan diluar batas

    normal dan dapat

    mengindikasikan kondisi yang

    berisiko tinggi terhadap nyawa

    pasien.

    Dilaporkan

    sesuai dengan

    SPO Pelaporan

    Hasil Kritis

    (IPSG 2)

  • Petugas Laboratorium Petugas Radiologi Yang merekam EKG

    HASIL KRITIS

    DPJP, bila tidak bisa, hubungi dokter/ perawat ruangan

    Catat tanggal, jam, nama yang dihubungi, nama penelepon

    Dokter/ perawat penerima pesan: Catat tanggal, jam, nama penelepon dengan TBaK

    Penyampaian

    hasil sesuai

    SPO

    PPDS/ Perawat ruangan yg menerima pesan: 15 menit I melapor ke DPJP

    15 menit II : DPJP

    15 menit III : Divisi /

    Konsulen jaga

    15 menit IV : Divisi /

    Konsulen jaga

    Ka IGD Ka ICU DMK

    TINDAKAN

  • 26

    DEFINISI Pelaporan Hasil Kritis: Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang

    memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 1 (satu) jam.

    PROSEDUR 1. Dokter menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa dihubungi, langsung

    menghubungi dokter/ perawat unit rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat.

    2. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU menelpon, NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI dan NAMA LENGKAP YANG MENELEPON.

    3. Petugas ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan TBaK dan mencatat dalam catatan terintegrasi.\

    4. Petugas tsb di atas menghubungi DPJP/ PPDS yg merawat pasien dengan mekanisme pelaporan sbb:

    Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito

  • 27

    a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP/ PPDS yang merawat, bila

    belum berhasil menghubungi, ke langkah berikut b. 15 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil menghubungi, ke

    langkah berikut c. 15 menit ke tiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Divisi departemen terkait.

    Bila di luar jam kerja/ hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil menghubungi ke langkah berikut:

    d. 15 menit ke empat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil juga maka dapat menghubungi urutan pimpinan sebagai berikut: Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi, Kepala ICU, jika tidak dapat dihubungi Direktur Medik & Keperawatan

    e. Dokter yang dilaporkan ttg hasil kritis tsb, bertanggung jawab thd interpretasi hasil & pengambilan tindakan thd pasien.

    Semua upaya di atas dicatat dalam rekam medik berikut jamnya.

    Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito

  • AOP 5: LABORATORY SERVICES

    NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA

    KIMIA NEWBORN

    KIMIA ANAK

    DEWASA

    Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas

    Bilirubin mg/dL - 15

    Glukosa mg/dL 30 325

    Kalium mmol/dL 2,8 7,8

    Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas

    Glukosa mg/dL 46 455

    Laktat mmol/dL - 4,1

    Bilirubin Total mg/dL - 20

    Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas

    Laktat mmol/dL - 3,4

    Kalium mmol/dL 2,8 6,2

  • AOP 5: LABORATORY SERVICES

    NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

    Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas

    Hemoglobin

    dewasa

    g/dL 5 20

    Hemoglobin bayi

    baru lahir

    g/dL 5 25

    Hematokrit % 20 60

    WBC / 1000 50000

    Platelet / 20000 800000

    INR 5

  • PELAYANAN LABORATORIUM

    AOP 5

    5.5. Reagen atau zat lain yang dibutuhkan untuk pemeriksaan laboratorium tersedia dan dievaluasi untuk memastikan hasil akurat.

    5.6. Prosedur pengumpulan, identifikasi, penanganan, serta transportasi aman bagi spesimen harus diikuti.

    Kebijakan, IK, Check list, Laporan Reagen & spesimen

  • AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

    AOP.6.

    Radiologi

    diagnostikdan

    pencitraan

    MEMENUHI

    STANDAR lokal dan

    nasional

    serta hukum dan

    peraturan yang

    berlaku

    Permenkes RI tentang Penyelenggaraan

    Pelayanan Radiologi

    Kepmenkes tentang Standar Pelayanan

    Kedokteran Nuklir di

    sarana pelayanan

    Kesehatan

    Kebijakan Direktur RSCM ttg Pelayanan Radiologi

  • AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

    AOP.6

    Pelayanan yang

    MEMADAI,

    TERATUR dan

    NYAMAN

    tersedia untuk

    memenuhi

    kebutuhan

    pasien.

    Profil Radiologi dalam proses akreditasi 9001:2008

    Pelayanan radiologi tersedia 24 jam.

    Kebijakan Pelayanan Radiologi.

    SPO Pelayanan Emergensi

    Tersedianya alur pasien Radiologi

  • PELAYANAN RADIOLOGI AOP 6

    Penulisan pada Form Permintaan

    RADIOLOGI harus lengkap terisi

    termasuk identitas (nama lengkap &

    tanggal lahir) dan data klinis pasien.

    DIAGNOSIS TIDAK BOLEH DISINGKAT.

  • AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

    Proteksi radiasi berlaku tidak hanya utk pekerja, tetapi juga utk pasien dan keluarga pasien/ pengantar

    Meminimalkan efek radiasi thd pasien otomatis mengurangi efek radiasi thd pekerja radiasi

    Justifikasi, optimasi, dan limitasi merupakan tiga utama proteksi radiasi

  • JUSTIFIKASI

    Justifikasi yang paling sederhana adalah penentuan indikasi pemeriksaan

    Indikasi tidak tepat ataupun malah tidak ada indikasi utk pemeriksaan dng radiasi pengion, melanggar prinsip proteksi radiasi

  • OPTIMASI

    Optimasi contoh sederhana adalah melakukan pemeriksaan dengan sedikit mungkin radiasi tetapi tidak mengurangi nilai diagnostik

    Contoh: abdomen 2 posisi sudah cukup dibanding abdomen 3 posisi

  • LIMITASI

    Limitasi adalah membatasi radiasi yang diberikan.

    Contoh: apron, perisai timbal, pengurangan waktu radiasi

    INGAT! Efek stokastic radiasi yang tidak pernah bisa diprediksi dapat muncul walaupun hanya dengan karena radiasi yang minimal.

  • Setiap dokter yang meminta, melakukan pemeriksaan dengan radiasi pengion bertanggung jawab thd risiko efek stokastic pada pasien, keluarga pasien, pengantar, dan pekerja radiasi

    Jika ada yang melanggar, akan berhadapan dengan Tim Proteksi Radiasi RSCM serta hukum pidana yang berlaku

  • Perlengkapan Proteksi Radiasi

    Apron timbal

    Pelindung Gonad

    Pelindung Tiroid Timbal

    Sarung tangan

    Kacamata timbal

    Tabir timbal

    Pemantauan Dosis perorangan: Film Badge, TLD

  • Pasien dengan Dugaan Implant Radioaktif?

    Pasien dengan riwayat penyakit keganasan/ kanker harus menjalani screening dengan cara menjawab pertanyaan kuesioner dari dokter yang merawatnya curiga terpasang implan lapor ke Tim Proteksi Radiasi RSCM (Contact Person dr. Benny *Dept. Radiologi+ 08161327705) Tim akan melakukan pengukuran paparan radiasi bersama dengan Dept. Radioterapi.

    Bila dosis masih dalam batas ambang, pasien dapat berobat sesuai dengan rekomendasi yang diberikan pada waktu pengukuran (untuk menghindari paparan yang berlebihan untuk petugas medis dan lingkungan)

    Apabila ditemukan dosis di luar ambang batas yang ditentukan, pasien harus diisolasi di ruang perawatan yang telah ditentukan (ruangan khusus).

  • Pertanyaan skrining untuk pasien yang dicurigai terpasang implant radioaktif:

    1. Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keganasan? (Jika YA diteruskan ke pertanyaan nomor 2)

    2. Apakah pasien pernah mendapatkan perawatan di luar negeri untuk penyakit keganasannya? (Jika YA diteruskan ke pertanyaan nomor 3)

    3. Dimana dirawat dan di negara apa?

    4. Apakah pasien pernah mendapatkan pengobatan implant radioaktif untuk penyakit keganasannya? (Jawaban bisa YA atau TIDAK)

    Pasien yang harus dilaporkan ke bagian investigasi Tim Proteksi Radiasi adalah pasien yang pada pertanyaan ketiga menjawab negara China dan jawaban apapun dari pertanyaan keempat.

    Hasil pertanyaan tersebut selain dilaporkan ke tim proteksi juga harus ditulis di catatan perkembangan pasien terintegrasi.

    Catatan tambahan :

    Rumah sakit di cina yang harus diwaspadai RS Tumor Gianyang dan Fuda Cancer

  • Kesimpulan Pengkajian medis pasien terdiri dari:

    1. Pasien baru Pengkajian awal medis

    2. Pasien lama Pengkajian ulang (reassessment dengan format SOAP):

    a. pasien ranap dilakukan setiap hari, termasuk hari libur, sabtu, dan minggu.

    b. Pasien rajal dilakukan setiap kunjungan.

    3. Pasien yang akan dilakukan tindakan dan mendapat sedasi: dilakukan pengkajian pra sedasi (Pasien baru: Pengkajian awal medis, Pasien lama: SOAP dicatatan terintegrasi)

  • Kesimpulan 4. Dalam pengkajian awal medis dibuat rencana tatalaksana pasien.

    5. Pengkajian awal keperawatan yang dibuat perawat dicek hasilnya

    oleh dokter: risiko jatuh, skrining nyeri, risiko nutrisi, status

    fungsional,kebutuhan edukasi, discharge planning, apakah

    membutuhkan pengkajian lanjut atau tidak agar perawatan pasien

    benar-benar terintegrasi.

    6. Cek penilaian ulang risiko jatuh, nyeri, status fungsional, atau nutrisi

    sesuai kondisi pasien.

    7. Form permintaan laboratorium, PA, dan radiologi: identitas pasien

    (nama lengkap & tgl lahir) serta kondisi klinis pasien harus

    dituliskan.

    8. Pengkajian medis yang dibuat PPDS harus mendapat persetujuan

    DPJP dalam bentuk ttd dan nama DPJP di bawah tulisan PPDS.

  • TERIMA KASIH

    ASSESSMENT OF PATIENT (AOP)

    RSUPN DR.CIPTO MANGUNKUSUMO Goes to Joint Commission

    International Accreditation