identitas pasien

48
Linda lestari (406147017) I. IDENTITAS PASIEN Nama : By. Ny.N Umur : 5 hari Jenis kelamin : perempuan Agama : Islam Suku : Jawa Alamat : Genuksari ,Genuk Jawa Tengah Nama ayah : Tn. Z Umur : 39 tahun Pendidikan terakhir: SMA Pekerjaan : wiraswasta Nama ibu : Ny. NC Umur : 35 tahun Pendidikan terakhir: SMA Pekerjaan : ibu rumah tangga Bangsal : perinatologi No RM : 313555 Lahir : 03 Februari 2015 pukul 02.45 II. DATA DASAR 1. Anamnesis Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang perinatology RSUD Kota Semarang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2015 dan didukung catatan medis. Keluhan utama : bayi lahir tidak menangis Keluhan tambahan : bayi prematur Riwayat Penyakit Sekarang 1

Upload: yanola

Post on 10-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

identitas

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny.N

Umur : 5 hari

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Genuksari ,Genuk Jawa Tengah

Nama ayah : Tn. Z

Umur : 39 tahun

Pendidikan terakhir: SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Nama ibu : Ny. NC

Umur : 35 tahun

Pendidikan terakhir: SMA

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Bangsal : perinatologi

No RM : 313555

Lahir : 03 Februari 2015 pukul 02.45

II. DATA DASAR

1. Anamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang perinatology RSUD Kota

Semarang dilakukan pada tanggal 4 Februari 2015 dan didukung catatan medis.

Keluhan utama : bayi lahir tidak menangis

Keluhan tambahan : bayi prematur

Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelum masuk RS

Ibu G1P0A0, usia 17thn, hamil 25 minggu, riwayat haid teratur, siklus 30 hari, lama haid

+ 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan 3 kali sampai usia. Ibu

sudah mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama kehamilannya.

Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai muntah. Riwayat

penyakit saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing

1

Page 2: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak mengalami banyak

perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan riwayat konsumsi

jamu saat hamil disangkal.

Dua jam sebelum masuk rumah sakit, ibu mengeluh mengeluarkan cairan dari jalan lahir

cukup banyak, warna bening, bau amis. Perut terasa mules dan terasa “ kenceng-kenceng “. Karena perut

semakin mules maka ibu dibawa ke IGD RSUD Kota semarang

Setelah masuk RS

Ibu datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 27 Februari 2015 dengan

pembukaan 4. Ibu direncanakan untuk melahirkan secara spontan oleh dokter.

Lahir bayi laki-laki di VK RSUD Kota Semarang secara spontan pada tanggal 27

Februari 2015 pukul 15.30 WIB, dengan:

- Berat badan lahir 1180 gram, panjang badan 36 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar

dada 24 cm, caput suksaedenum (-), cephal hematom (-)

- Saat lahir bayi meringis, warna kulit merah jambu dengan biru pada ekstremitas,

pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, dan HR > 100 kali/menit

- Setelah 5 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit merah jambu pada

ekstremitas, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit

- Setelah 10 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit merah jambu pada

ekstremitas, pernafasan teratur, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit

- APGAR Score 6-7-8, retraksi dada (+), nafas cuping hidung (+)

- Placenta lahir manual, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun hematoma

- Bayi kemudian dirawat dan diobservasi di ruang perinatologi RSUD kota Semarang

2

Page 3: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Setelah masuk perinatologi

Tanggal Keterangan TTV

27 Februari 2015

Usia : 0 hari

BBL : 1180 gram

Ballard Score :

27 minggu

Keadaan bayi:

Gerakan bayi kurang aktif

Menangis keras (-) merintih

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (-)

Terapi :

Jaga kehangatan

Rawat tali pusat

Inj.vit K 1x1mg

Chloramphenicol u.e

Rawat perinatologi :

Pasang OGT

Infus D10% 8cc/kg 90cc

Inj dexa 2x1/4 amp

CPAP flow 6, PEEP 6, FiO2

60%

Dopamine 3 mcg

HR : 152x/mnt

RR : 60x/mnt

T : 36.5oC

N : i/t cukup

NCH (+)

Thorax:

simetris (+)

Retraksi dada (+)

Pulmo/ snv +/+ rh -/-

Cor/ bj I/II reg, m(-), g (-)

Abd : supel, BU (+)

Ekstremitas

Akral sianosis (-)

SpO2 93%

LAB:

Hb 16.1

Ht 48.3

Trombo 340

Leuko 15.6

GDS: 60

Natrium : 135

Kalium : 4.2

Calcium: 1.25

28 Februari 2015

Usia : 1 hari

BB : 1180 gram

Keadaan bayi

Gerak bayi kurang aktif

Retraksi (+)

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (-)

Terapi :

Infus D10%

CPAP flow 6, PEEP 6,

HR : 130x/mnt

RR : 44x/mnt

T : 36.8oC

N : i/t lemah

SpO2 94%

NCH (+)

Thorax:

simetris (+)

3

Page 4: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

FiO2 55%

Ampisulbactam 2x100 mg

Ca glukonas 2x0.8

Ass:

N. Preterm

BBLSR

Asf. Sedang

NI

Retraksi dada (+)

Pulmo/ snv +/+ rh -/-

Cor/ bj I/II reg, m(-), g (-)

Abd : supel, BU (+)

Ekstremitas

Akral sianosis (-)

1Maret 2015

Usia : 2 hari

BB : 1180 gram

Advice: jika HR dan SpO2 stabil

turunkan FiO2 CPAP dari 55 50%

HR : 130x/mnt

RR : 44x/mnt

T : 36.8oC

N : i/t lemah

SpO2 94%

2 Maret 2015

Usia : 3 hari

BB : 1180 gram

Keadaan Bayi :

Gerak bayi kurang aktif

Retraksi (+)

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (-)

Advice: aminofilin 4mg/kg diencerkan

dengan D5%, kemudian infus D10%

HR : 140x/m

RR : 40x/m

T: 36.6

N: i/t lemah

SpO2 98%

4

Page 5: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

3Maret 2015

Usia: 4 hari

BB: 1180

Keadaan bayi:

Gerak bayi kurang aktif

Retraksi (+)

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (-)

Terapi : CPAP FiO2 50% flow 6,

PEEP 6

HR : 141x/m

RR: 40x/m

T: 36.2

N: i/t lemah

SpO2: 94%

4 Maret 2015

U: 5 hari

BB : 1180gr

Keadaan bayi:

Sesak ↓

Retraksi (+)

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (+)

CPAP FiO2 40%

Ass/

Hiperbilirubinemia

Advice: Foto Tx 3x24 jam, pantau

dehidrasi, pantau AOP

HR: 158x/m

RR: 40x/m

T: 37.5

N: i/t C

Lab:

bilirubin total: 24.37

bilirubin direk: 0,65

5Maret 2015

U: 6 hari

BB : 1180

Keadaan bayi:

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (+)

Menangis lemah

Terapi: foto tx lanjut

HR : 160x/m

RR: 44x/m

T: 36.9

N: i/t cukup

SpO2: 97%

6 Maret 2015

U: 7 hari

BB: 1040gr

Keadaan bayi:

Ikterik ↓

Sesak (-)

Terapi:

D10%

NaCl 3% 12 ml, KCl 6ml

HR : 136

RR: 32x/m

T: 35.6

N: i/t cukup

5

Page 6: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

menjadi 500ml D10

Inj mero 2x30, amikasin 2x75

Inj Ca glukonas 0.5ml/12jam

aa aqua iv

7 Maret 2015

U: 8 hari

BB: 1040gr

Keadaan bayi:

Kuning (-), sesak (-), diet (+)

Residu coklat

Tx/

Stop foto tx

Inj D10 144/6ml perjam

+ NaCl 3% 12ml, KCl 6ml

menjadi 500ml D10

Inj Meropenem dan Amikasin

lanjut

Inj Ca gluconas 0.6 ml/12 jam

aa aqua

Diet 8x7-10ml ASI (cek

residu, bila jernih lanjut)

Jika Hb < 12 PRC

Inj Ranid 2x1mg iv

ampisulb

HR: 170

RR: 36x/m

T: 36.9

N: i/t C

Lab:

Hb: 11.9

Ht: 35.3

Trombo: 253

Leuko: 62.5

GDS: 229

Biltot: 6.32

Bil direk: 0.42

Natrium : 127

Kalium: 6.9

Calcium: 1.04

9 Maret 2015

U: 10hari

BB: 1040gr

Ass/

N. Preterm

BBLSR

Obs. NI

Neonatal sepsis

N. Hiperbilirubinemia

(perbaikan)

Asfiksia sedang

Terapi: drip dopamin 3 mcg, inj mero+

amikasin, inj Ca gluconas 0,5ml/12

jam, aminofilin, aminosteril

HR :150x/m

RR: 38x/m

T: 37,1

N: i/t C

Lab:

Hb: 14.6

Ht: 43.4

Trombo: 35

Leuko: 32.4

GDS : 215

Natrium : 138

Kalium: 5.40

Calcium: 1.34

6

Page 7: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

11 Maret 2015

U: 12 hari

BB: 1040gr

Keadaan bayi : takikardi

Terapi: FC 1x10cc

HR :198

RR: 40

T: 36.0

Nadi: cukup

SpO2: 96%

12 Maret 2015 Takikardi belum teratasi

Terapi: FC 10ml dalam 30menit

Jika respon NaCl 20ml dalam 1 jam

Jika tidak respon dobutamin 3

mcg/kg/menit

HR: 178-182

15 maret 2015 Takikardi teratasi

Antibiotik stop

Lab:

Hb: 11.9

Ht: 34.9

Trombo 429

Leuko: 12.4

Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah

Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, alergi,

anemia dan penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal

Riwayat Pemeriksaan Prenatal

Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan 3 kali. Ibu sudah mendapat suntikan

tetanus toxoid 2 kali selama kehamilannya.

Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai muntah. Riwayat

penyakit saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing

manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak mengalami banyak

perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan riwayat konsumsi

jamu saat hamil disangkal.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan

7

Page 8: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Lahir bayi perempuan di VK RSUD Kota Semarang dari ibu G1P0A0 hamil 25 minggu,

secara spontan pada tanggal 27Feb 2015 pukul 15.30 WIB, dengan berat badan lahir 1180

gram, panjang badan 36 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 24 cm, caput succaedaneum

(-) dan cephal hematom (-).

- Saat lahir bayi meringis, warna kulit merah jambu dengan biru pada ekstremitas,

pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, dan HR > 100 kali/menit

- Setelah 5 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit merah jambu pada

ekstremitas, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit

- Setelah 10 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit merah jambu pada

ekstremitas, pernafasan teratur, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit

- APGAR Score 6-7-8, retraksi dada (+), nafas cuping hidung (+)

Kesan : neonatus preterm, berat badan lahir rendah, asfiksia sedang

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan :

Berat badan lahir : 1180 gram

Berat badan sekarang : 1240

Panjang badan : 36 cm

Lingkar kepala : 32 cm

Lingkar dada : 28 cm

Perkembangan :

Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Minum Anak

Riwayat Imunisasi

(-)

Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien tidak menggunakan KB.

Riwayat Sosial Ekonomi

Biaya pengobatan ditanggung BPJS

8

Page 9: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Data Keluarga

Ayah Ibu

Perkawinan 1 1

Umur 18 tahun 17 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan terakhir SMP SD

Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga

Keadaan Sehat Sehat

Data Perumahan

Kepemilikan rumah : rumah sendiri

Sumber air bersih : air minum dari gallon isi ulang, libah dialirkan ke

selokan di depan rumah

Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 6 Maret 2014 pukul 14.00 di ruang perinatology.

Bayi laki-laki usia 7 hari, berat badan lahir 1180 gram, panjang badan 36 cm, lingkar kepala

26 cm, lingkar dada 24 cm.

Kesan umum

Compos mentis, sesuai masa kehamilan, bayi tampak kurang aktif, nafas spontan adekuat,

menangis kurang kuat dan tidak ikterik.

Tanda vital

Frekuensi nadi : 120 x/menit

Pernafasan : 36 x/menit

Suhu : 36.2oC

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Status generalis

Kepala

Normocephali, ukuran lingkar kepala 26 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, tidak

tegang dan tidak menonjol

9

Page 10: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Mata

Pupil bulat , isokor, reflex cahaya +/+ normal, kornea jernih, konjungtiva anemis -/-,

sclera ikterik -/-

Hidung

Bentuk normal, nch (+)

Telinga

Normotia, secret (-)

Mulut

Sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Thorax

o Paru

Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan

pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi suprasternal (+), itercostal (+)

Auskultasi : SNV +/+, hantaran +/+, rhonchi -/-, wheezing -/-

Palpasi : areola mamae teraba, papilla mamae (+/+)

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

o Jantung

Inspeksi : pulsasi iktus kordis tampak

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

o Abdomen

Inspeksi : datar, insersi tali pusat di tengah

Auskultasi : bising usus + normal

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : timpani di seluruh abdomen

o Vertebra

Spina bifida (-), meningokel (-)

o Genitalia

Jenis kelamin perempuan

o Anorektal

Anus (+) dalam batas normal

o Ekstremitas

10

Page 11: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Superior Inferior

Deformitas -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Ikterik - -

CRT < 2” < 2”

Tonus normotonus normotonus

Kulit

Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)

Refleks primitive

o Refleks hisap : (+) lemah

o Refleks rooting : (+) lemah

o Refleks moro : (+)

o Refleks palmar graps : (-)

o Refleks plantar graps : (-)

APGAR score

Klinis 1 menit 5 menit 10menit

Appearance ( warna ) 1 2 2

Pulse ( denyut jantung ) 2 2 2

Grimace ( peka rangsang ) 1 1 1

Activity ( tonus otot ) 1 1 1

Respiratory effort ( pernafasan ) 1 1 2

Total 6 7 8

Kesan : asfiksia sedang

bell squash score

11

Page 12: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

- partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang) 1

- ketuban tidak normal

- kelainan bawaan

- asfiksia 1

- preterm 1

- BBLR 1

- Infeksi tali pusat

- Riwayat penyakit ibu

- Riwayat penyakit kehamilan

Pemeriksaan penunjang lain:

X Foto Babygram

cor : normal

pulmo: tak tampak kelainan

III. RESUME

Lahir bayi laki-laki di VK RSUD Kota Semarang dari ibu G1P0A0 hamil 25 minggu, secara spontan pada

tanggal 27 Februari 2015 pukul 15.30 WIB, dengan berat badan lahir 1180 gram, panjang badan 36 cm,

lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 24 cm dan APGAR score 6-7-8. Bayi kurang aktif, Heart rate

152x/mnt, RR 60x/menit, NCH + , retraksi dada (+), besar sesuai masa kehamilan kemudian dirawat di

perinatologi. Hari pertama perawatan didapatkan bayi kurang aktif , NCH (+), retraksi (+). Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, leukosit 15.6 dan pada hari kelima didapat

hiperbilirubin (bilirubin total: 24.37/bilirubin direk: 0,65), kemudian dilakukan fototerapi 3x24 jam, 3

hari kemudian ikterik(-), hasil lab ulang Bil tot: 6.32/ Bil direk: 0.42, ; leukosit 62.5., diberikan terapi

antibiotik leukositosis mengalami perbaikan. 4-5 hari kemudian bayi mengalami takikardi, diberikan

terapi, 4 hari kemudian takikardi dan leukositosis teratasi. Antobiotik dihentikan, dan bayi dalam proses

penggemukan. Hasil bell squash score +4.

IV. DIAGNOSIS BANDING

12

Hasil: 4

<4 : obs NI

>4 : NI

Page 13: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Neonatus preterm

o SMK ( Sesuai Masa Kehamilan )

o BMK ( Besar Masa Kehamilan )

o KMK ( Kecil Masa Kehamilan )

Berat badan lahir

o Berat badan lahir rendah

o Berat badan lahir sangat rendah

o Berat badan lahir cukup

o Berat badan lahir lebih

Gangguan nafas :

o Asfiksia sedang

Faktor janin : BBLR, preterm, makrosomia, fetal distress, post term,

letak sungsang, gemeli

Faktor maternal : infeksi, partus lama, HT gestasional

o Asfiksia ringan

o Asfiksia berat

Hiperbilirubinemia

Neonatal infeksi

Sepsis neonatorum

V. DIAGNOSIS SEMENTARA

Neonatus preterm, sesuai masa kehamilan, dengan asfiksia sedang, hiperbilirubinemia,

neonatal infeksi, dan sepsis neonatorum

VI. TERAPI

Non medikamentosa

- Jaga jalan nafas

- Jaga kehangatan

- Rawat tali pusat

Medikamentosa

- CPAP

- Infus D10%

- Ampisulbactam 2x130 mg

13

Page 14: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

- Ca glukonas 2x0.8

- Dopamine 3 meq

VII. PROGNOSIS

AD Vitam : ad malam

Ad sanationam : ad malam

Ad fungtionam : ad malam

VIII. USUL

Cek darah rutin

Cek bilirubin

Konsul mata/THT

Cek residu

Kultur

GDS

.

Tinjauan Pustaka

A. ASFIKSIA NEONATUS

14

Page 15: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Definisi

Kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur dan tidak adekuat segera setelah

lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses

ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.

Etiologi

Faktor janin

BBLR, preterm, makrosomia, fetal distress, post term, letak sungsang, gemeli

Faktor maternal

infeksi, partus lama, HT gestasional, perdarahan antenatal, CPD, persalinan

pervaginam dengan bantuan alat

Faktor Plasenta

lilitan tali pusat, solusio placenta, placenta previa

Patofisiologi

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam

keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah

dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin,

sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus

arteriosus kemudian masuk ke aorta.

Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama

oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli

akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke

dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.

Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada

sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan

peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi

sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.

15

Page 16: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan

tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga

aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen

yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang

banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke

seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen

(21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen

meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit.

Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan

mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.

Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-

parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam

akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan

rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam

pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/ pengangkutan O2 selama kehamilan

persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi

sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan

fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia

yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan

penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas

(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,

usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua

(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian

oksigen dengan segera.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan

pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan

pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut

16

Page 17: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen

tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang. asam

organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik.

Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh

beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan

mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan

menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung

dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya

resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh

lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi

dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi

menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan lahir

tidak bernafas/menangis. Pada anamnesis juga diarahkan untuk mencari faktor resiko.

Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat

ringannya asfiksia.

Tanda Nilai O Nilai 1 Nilai 2

A Appearace

(warna kulit)

Seluruh tubuh

biru atau putih

Badan merah

kaki biru

Seluruh tubuh

merah

P Pulse

(Denyut

Nadi)

Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit

G Grimece

(Refleks)

Tidak ada Perubahan

mimik

Bersin/menangis

A Activity

(Tonus Otot)

Lumpuh Ekstremitas

sedikit fleksi

Gerakan aktif

Ekstremitas fleksi

17

Page 18: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

R Respiration

effort

(Usaha

bernafas)

Tidak ada Lemah Menangis kuat

Tabel: Skor ApgarKETERANGAN

1. Skor apgar 7-10 ( Vigorous Baby).

2. Skor apgar 4-6 (Mild-moderate asphyxia) Asfiksia sedang. Pada pemeriksaan

fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik

atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

3. Skor apgar 0-3 (Severe-asphyxxia) asfiksia berat. Pada pemeriksaan fisis akan

terlihat frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat,

dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

Pemeriksaan Penunjang

Foto polos dada

Laboratorium : Darah rutin, analisa gas darah

o Pada pemeriksaan analisa gas darah, menunjukkan hasil :

Pa O2 < 50 mm H2O

PaCO2> 55 mm H2O

pH < 7,30

18

Page 19: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

ALGORITMA RESUSITASI NEONATUS

( American Heart Assocciation 2010 )

19

Page 20: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Komplikasi

Sistem Pengaruh

Sistem Saraf Pusat Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark, perdarahan

intrakranial, kejang-kejang, edema otak, hipotonia,

hipertonia

Kardiovaskular Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek, bising jantung,

insufisiensi trikuspidalis, hipotensi

Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom

20

Page 21: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

kegawatan pernapasan

Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks

Adrenal Perdarahan adrenal

Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis

Metabolik Sekresi ADH yang tidak sesuai, hiponatremia,

hipoglikemia, hipokalsemia, mioglobinuria

Kulit Nekrosis lemak subkutan

Hematologi Koagulasi intravaskular tersebar

Komplikasi yang mungkin terjadi dan perawatan pasca resusitasi yang dilakukan:

Sistem organ Komplikasi yang

mungkin terjadi

Tindakan pasca resusitasi

Otak Apnu Kejang Pemantauan apnu Bantuan ventilasi

kalau perlu Pemantauan gula darah,

elektrolit Pencegahan hipotermia

Pertimbangkan terapi anti kejang

Paru-paru Hipertensi pulmoner

Pneumonia

Pneumotoraks Takipnu

transien Sindrom

aspirasi mekonium

Defisiensi surfaktan

Pertahankan ventilasi dan oksigenasi

Pertimbangkan antibiotika Foto toraks

bila sesak napas Pemberian oksigen alir

bebas Tunda minum bila sesak

Pertimbangkan pemberian surfaktan

Kardiovaskuler Hipotensi Pemantauan tekanan darah dan frekuensi

jantung Pertimbangkan inotropik(misal

dopamin) dan/atau cairan penambah

volume darah

Ginjal Nekrosis tubuler akut Pemantauan produksi urin Batasi

masukan cairan bila ada oliguria dan

volume vaskuler adekuat Pemantauan

kadar elektrolit

Gastrointestinal Ileus Enterokolitis

nekrotikans

Tunda pemberian minum Berikan cairan

intravena Pertimbangkan nutrisi

21

Page 22: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

parenteral

Metabolik/

hematoogik

Hipoglikemia

Hipokalsemia,

hiponatremia Anemia

Trombositopenia

Pemantauan gula darah Pemantauan

elektrolit Pemantauan hematokrit

Pemantauan trombosit

Prognosis

Asfiksia ringan : tergantung pada kecepatan penetalaksanaan

Asfiksia berat : dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama.

Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan

neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.

SEPSIS NEONATORUS

Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain atau

dapat dikatakan suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan tersebut. Septikemia adalah

penyakit sistemik yang berhubungan dengan adanya dan bertahannya mikroorganisme patogen atau

toksinnya di dalam darah. Bakteremia adalah adanya bakteri di dalam darah. Viremia adalah adanya

virus di dalam darah. Defenisi Sepsis Neonatorum Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis

dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan. Dalam

sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya

menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis

22

Page 23: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu

proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi

multiorgan, dan akhirnya kematian

Klasifikasi Sepsis Neonatorum Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat

diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal

sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis).

o Sepsis awitan dini (SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam

periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat

proses kelahiran atau in utero. Incidence rate sepsis neonatorum awitan dini

adalah 3,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15-50% pasien tersebut

meninggal.

o Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam)

yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial).

Proses infeksi pasien semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi

horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada SAD yaitu kira-kira 10-

20%.7 SAD sering dihubungkan dengan infeksi intranatal, sedangkan SAL sering

dihubungkan dengan infeksi postnatal terutama nosokomial.

Tabel di bawah ini mencoba menggambarkan klasifikasi sepsis berdasarkan awitan dan sumber

infeksi.

Tabel 2.1. Klasifikasi sepsis berdasarkan awitan dan sumber infeksi

Dini Lambat

Awitan <72jam >72jam

Sumber infeksi Jalan lahir Lingkungan (nosokomial)

Patogenesis Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena

terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa

faktor anti infeksi dari cairan amnion. Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal

dan pascanatal. Lintas infeksi perinatal dapat digolongkan sebagai berikut:

23

Page 24: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

1. Infeksi Antenatal. Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta,

kuman berasal dari ibu, kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan

masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal

antara lain oleh Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui

lintas ini adalah toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi

tranplasenta biasanya selain skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining

terhadap TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).

2. Infeksi Intranatal , Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi

asendens yaitu infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Karena

ketuban pecah dini maka kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas

menyebabkan korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi

menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis

menyebabkan amnionitis dan liquor amnion yang terinfeksi ini masuk ke

traktus respiratorius dan traktus digestivus janin sehingga menyebabkan

infeksi disana. Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin

pada saat melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain.

Pada umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri

yang menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika,

paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari

setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama

melahirkan.

3. Infeksi Pascanatal Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi

nosokomial yang diperoleh bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu,

seperti kontaminasi oleh alat-alat, sarana perawatan dan oleh yang

merawatnya. Kuman penyebabnya terutama bakteri, yang sebagian besar

adalah bakteri Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman Gram negatif

umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu intranatal dan pascanatal.

Gejala klinik

24

Page 25: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Gejala Klinik 21 Gejala klinik infeksi sistemik pada neonatus tidak spesifik dan seringkali sama

dengan gejala klinik gangguan metabolik, hematologik dan susunan saraf pusat. Peningkatan

suhu tubuh jarang terjadi dan bila ada umumnya terdapat pada bayi cukup bulan. Hipotermia

lebih sering ditemukan daripada hipertermia.

Gejala klinik sepsis neonatorum pada stadium dini sangat sulit ditemukan karena tidak spesifik,

tidak jelas dan seringkali tidak terobservasi. Karena itu, dibutuhkan suatu dugaan keras terhadap

kemungkinan ini agar diagnosa dapat ditegakkan. Gejala klinik sepsis pada neonatus dapat

digolongkan sebagai:

Gejala umum:

bayi tidak kelihatan sehat (not doing well),

tidak mau minum, kenaikan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh dan sclerema.

Gejala gastrointestinal: muntah, diare, hepatomegali dan perut kembung

Gejala saluran pernafasan: dispnea, takipne dan sianosis.

Gejala sistem kardiovaskuler: takikardia, edema, dan dehidrasi.

Gejala susunan saraf pusat: letargi, irritable, dan kejang.

Gejala hematologik: ikterus, splenomegali, petekie, dan perdarahan lain.

epidemiologi

Penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta menyebutkan bahwa

berdasarkan umur, proporsi bayi dengan sepsis yang berumur 0-7 hari adalah 77,2%

sedangkan yang berumur > 7 hari adalah 22,8%. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi bayi

laki-laki dengan sepsis adalah 61,4% sedangkan bayi perempuan adalah 38,6%

Insiden sepsis neonatorum di negara berkembang sangat bervariasi menurut waktu dan

lokasi. Insiden yang bervariasi di berbagai rumah sakit tersebut dihubungkan dengan angka

prematuritas, perawatan perinatal, persalinan, dan kondisi lingkungan waktu perawatan.

Penelitian Rasul tahun 2007 di Banglasdesh menyebutkan bahwa insiden infeksi perinatal

yang tinggi yaitu 50-60% selama dua puluh tahun yang lalu mengalami penurunan menjadi

20-30% di negara-negara berkembang. Di India, berbagai studi menunjukkan bahwa

kejadian bervariasi antara 10-20 per 1.000 kelahiran hidup.

25

Page 26: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Prematuritas

Prematur adalah satu-satunya faktor paling signifikan berkorelasi dengan sepsis. Risiko

meningkat sebanding dengan penurunan berat lahir. Bayi prematur adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir prematur mempunyai berat

badan lahir rendah, namun bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah belum tentu

mengalami kelahiran prematur. Bayi prematur rentan mengalami infeksi/septikemia.

Infeksi/septikemia empat kali beresiko menyebabkan kematian bayi prematur. Umumnya

imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor

imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.

Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Incidence

rate sepsis neonatorum yang dilaporkan bervariasi, antara 1-8 per 1.000 kelahiran hidup,

dengan kejadian terbanyak pada bayi kurang bulan dengan Berat lahir rendah. Bayi berat

lahir rendah adalah bayi yang kurang atau sama dengan 2500 gram saat lahir. Tujuh persen

dari semua kelahiran termasuk kelompok ini. Kebanyakan persoalan terjadi pada bayi yang

beratnya kurang dari 1500 gram dengan angka kematian yang tinggi dan membutuhkan

perawatan dan tindakan medik khusus.Dalam penelitian Stoll, dari 7.861 bayi dengan berat

badan lahir sangat rendah (berat lahir)

Status Kembar Bayi

kembar berisiko tinggi untuk infeksi streptococcus grup B dan infeksi lain walaupun sudah

dikendalikan untuk prematuritasnya selain itu bayi lahir dengan status kembar kemungkinan

akan lahir dengan BBLR, sehingga akan berisiko mengalami sepsis karena organ tubuhnya

belum sempurna sehingga sistem imunnya kurang yang menyebabkan mudah terkena

infeksi. Menurut Mochtar, berat badan satu janin kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan

dari janin tunggal. Berat badan masing-masing janin kembar tidak sama, umunya berselisih

26

Page 27: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang

satu kurang bertumbuh dari yang lainnya. Pengaruh kehamilan kembar pada janin adalah

umur kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin dalam kehamilan

kembar, sehingga kemungkinan terjadinya bayi prematur sangat tinggi

Faktor Ibu

Umur ibu : Umur ibu melahirkan dibagi dalam 3 kelompok usia remaja dengan umur < 20

tahun, kelompok usia reproduksi sehat dengan umur 20-35 tahun dan kelompok usia risiko

tua dengan umur > 35 tahun. Ibu hamil dengan umur lebih muda sering mengalami

komplikasi kehamilan dengan hasil kehamilan tidak baik. Pada kelompok umur risiko tua

kejadian berat badan lahir rendah juga meningkat. Menurut penelitian, ditemukan 84% ibu

yang melahirkan bayi prematur berusia kurang dari 20 tahun dan usia lebih dari 35 tahun

(umur risiko tinggi).34 Dalam penelitian Suwiyoga tahun 2007 dengan menggunakan

rancangan penelitian studi kohort di Indonesia menemukan bahwa insiden sepsis

neonatorum di kelompok umur ibu kurang dari 20 tahun adalah 14,2 %, lebih tinggi dari

insidens sepsis di kelompok umur 20 tahun atau lebih. Usia ibu kurang dari 20 tahun

diketahui berhubungan dengan kolonisasi kuman Streptococcus Grup Beta di jalan lahir.

Umur kehamilan

Umur Kehamilan Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama

haid yang terakhir. Lama kehamilan dapat dibedakan atas

Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu,

janin dapat hidup tetapi prematur.

Berat janin antara 1.000-2.500 gram.

Partus matures atau aterm (cukup bulan), adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu,

janin matur, berat badan di atas 2.500 gram. iii. Partus postmaturus (serotinus) adalah

persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus cukup bulan.

Ketuban Pecah DIni

27

Page 28: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Ketuban pecah dini (KPD) Ketuban pecah dini (KPD) yaitu bocornya cairan amnion sebelum mulainya

persalinan, terjadi pada kira-kira 7 sampai 12 persen kehamilan. Paling sering ketuban pecah pada atau

mendekati saat persalinan; persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban pecah

dini dihubungkan dengan kehamilan preterm, ada risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas

perinatal akibat imaturitas janin. Sepsis neonatorum dini sering dihubungkan dengan KPD karena infeksi

dengan KPD saling mempengaruhi. Infeksi genital bawah dapat mengakibatkan KPD, demikian pula KPD

dapat memudahkan infeksi asendens. Infeksi asendens ini dapat berupa amnionitis dan korionitis,

gabungan keduanya disebut korioamnionitis. Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada

bayi meningkat sekitar 1% dan bila disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4

kalinya.

Dalam penelitian Suwiyoga, dkk tahun 2007 dengan menggunakan rancangan penelitian studi kohort di

Indonesia menemukan bahwa resiko SAD pada ketuban pecah kurang 12 jam adalah 1,5 kali, sesudah

12-18 jam adalah 7 kali dan pada 18-24 jam adalah 9 kali. Selain itu, KPD merupakan faktor risiko utama

prematuritas yang merupakan penyumbang utama SAD dan kematian perinatal. Infeksi dan demam

(>38°C) pada masa peripartum Infeksi dapat merupakan akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih,

kolonisasi vagina oleh Streptococcus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi

obstetrik lainnya. Ibu yang menderita infeksi ketika hamil dapat menyebabkan dampak yang besar

terhadap ibu maupun janin dan bayi neonatal seperti infeksi neonatal.39 a.2.7. Cairan ketuban hijau

keruh dan berbau. Dalam penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 dengan menggunakan rancangan

penelitian uji diagnostik potong lintang di RS Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat proporsi ibu dengan

keadaan air ketuban keruh melahirkan bayi yang mengalami sepsis neonatorum sebanyak 33,1%.

bell squash score

- partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)

- ketuban tidak normal

- kelainan bawaan

- asfiksia

- preterm

- BBLR

- Infeksi tali pusat

- Riwayat penyakit ibu

- Riwayat penyakit kehamilan

28

Hasil:

<4 : obs NI

>4 : NI

Page 29: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

HIPERBILIRUBINEMIA

definisi

Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin serum total >5mg/dL. Ikterus atau jaundice

adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi

pada jaringan. Ikterus pada neonatus akan terlihat bila kadar bilirubin serum >5mg/dL. Istilah

hiperbilirubin sering disalahartikan sebagai ikterus berat yang membutuhkan terapi segera.

Hiperbilirubin adalah keadaaan transien yang sering ditemukan baik pada bayi cukup bulan (50-70%)

maupun bayi prematur (80-90%). Sebagian besar hiperbilirubinemia adalah fisiologis dan tidak

membutuhkan terapi khusus, tetapi karena potensi toksik dari bilirubin maka semua neonatus harus

dipantau untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia berat.

Etiologi

1. Hiperbilirubinemia fisiologis

Kadar bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated bilirubin, UCB) pada neonatus cukup bulan

dapat mencapai 6-8mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu berangsur turun. Pada bayi prematur,

awitan ikterus terjadi lebih dini , kadar bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih

tinggi, serta memerlukan waktu lebih lama untuk menghilang, mencapai 2 minggu. Kadar

bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5 dan masih dapt

naik menjadi >15mg/dL tanpa adanya kelainan tertentu. Kadar bilirubin akan mencapai <2mg/dL

setelah usia 1 bulan, baik pada bayi cukup bulan ataupun prematur. Hiperbilirubinemia fisiologis

dapat disebabkan beberapa mekanisme:

a. Peningkatan produksi bilirubin, yang disebabkan oleh:

- Masa hidup eritrosit yang lebih singkat

- Peningkatan eritropoiesis inefektif

b. Peningkatan sirkulasi enterohepatik

c. Defek uptake bilirubin oleh hati

d. Defek konjugasi karena aktivitas uridin difosfat glukuronil transferase (UDPG-T) yang rendah

29

Page 30: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

e. Penurunan ekskresi hepatik

2. Hiperbilirubinemia nonfisiologis

Keadaan dibawah ini menandakan kemungkinan hiperbilirubinemia nonfisiologis dan

membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut:

- Awitan ikterus sebelum usia 24jam

- Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi

- Peningkatan bilirubin serum >5mg/dL/24jam

- Kadar bilirubin terkonjugasi >2mg/dL

- Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan minum, penurunan

berat badan, apneu, takipneu, instabilitas suhu)

- Ikterus yang menetap >2minggu

Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI. Biasanya

timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi ASI belum banyak. Untuk neonatus cukup bulan

sesuai masa kehamilan (bukan bayi berat lahir rendah), hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena bayi

dibekali cadangan lemak coklat, glikogen, dan cairan yang dapat mempertahankan metabolisme selama

72jam.

Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu (ASI). Insiden pada bayi

cukup bulan berkisar 3-4%. Pada sebagian besar bayi, kadar bilirubin turun pada hari ke-4, tetapi pada

breast-milk jaundice, bilirubin terus naik, bahkan dapat mencapai 20-30mg/dL pada usia 14 hari. Bila ASI

dihentikan, bilirubin akan turun secara drastis dalam 48jam. Bila ASI diberikan kembali, maka bilirubin

akan kembali naik namun tidak setinggi sebelumnya. Bayi menunjukkan pertambahan berat badan yang

baik, fungsi hati normal, dan tidak terdapat bukti hemolisis. Breast-milk jaundice dapat berulang (70%)

pada kehamilan berikutnya. Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan breast-milk jaundice belum

diketahui tetapi diduga timbul akibat terhambatnya uridine diphosphoglucuronic acid glucuronyl

transferase (UDGPA) oleh hasil metabolisme progesteron, yaitu pregnance-3-alpha 2-beta-diol yang ada

di dalam ASI sebagian ibu.

30

Page 31: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Metabolisme bilirubin

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus, perlu diketahui sedikit

tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar

bilirubin tersebut berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau

eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang

menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi

bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya

mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan

sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar.

Di dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan

masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persnyawaan dengan ligandin

(protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hati, tempat

terjadinya proses konjugasi.

Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk

bilirubin indirek. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan

melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam

saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin.

Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorbsi

enterohepatik.

Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama

kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut

antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari)

dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan mencapai

puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10-14 kadar bilirubin pun

biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup bulan dan kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang

bulan. Pada keadaan ini peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut ikterus

fisiologik.

Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun

sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan

kerusakan sel tubuh t3, misal kerusakan sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian

31

Page 32: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Perbedaan bilirubin 1 dan 2:

Bil I Bil II

Larut dalam air - +

Larut dalam lemak + -

Ekskresi mll ginjal - +

Rx dgn reagen Vanderr Bergl

(reagen)

indirect direct

Penilaian hiperbilirubin:

Kramer:

1. Kepala –dada

2. Dada-umbilicus

32

Page 33: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

3. Umbilicus-paha

4. Lengan-tungkai

5. ekstremitas

Tatalaksana

-breast-feeding jaundice:

- pantau jumlah ASI yang diberikan, apakah sudah mencukupi atau belum

- pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari

- pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan

- jika kadar bilirubin mencapai 15mg/dL, perlu dilakukan penambahan volume cairan dan

stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara

-pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila hiperbilirubinemia menetap >6hari, kadar bilirubin

>20mg/dL atau riwayat terjadi breastfeeding jaundice pada anak sebelumnya

Breastmilk jaundice:

- American Academy of pediatrics tidak menganjurkan penghentian ASI dan

merekomendasikan agar ASI terus diberikan

- Gartner dan Aurbach menyarankan penghentian ASI sementara untuk memberi

kesempatan hati menkonjugasi bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar

bilirubin tidak turun, maka penghentian ASI dilanjutkan sampai 24jam dan

dilakukan pengukuran kadar bilirubin tiap 6 kam. Bila kadar bilirubin tetap

meningkat setelah penghentian ASI selama 24 ajm, maka jelas penyebabnya

bukan karena ASI. Air susu ibu kembali diberikan sambil mencari penyebab

hiperbilirubinemia.

- Bayi dengan penyakit hemolitik : hati-hati terhadap kemungkinan hemolitik yang

membutuhkan transfusi tukar

33

Page 34: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Panduan terapi sinar untuk bayi prematur

Berat Indikasi terapi sinar bilirubin

serum total (mg/dL)

Indikasi transfusi tukar Bilirubin

serum total (mg/dL)

<1000g Dimulai dalam 24 jam pertama 10-12

1000-1500 g 7-9 12-15

1500-2000 g 10-12 15-18

2000-2500g 13-15 18-20

34

Page 35: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Keterangan:

1. Transfusi tukar segera diberikan untuk bayi yang menunjukkan ensefalopati bilirubin akut

(hipertoni, arching, retrocollis, opistotonus, demam, high pitched cry) atau bilirubin serum total

>5mg/dL diateas garis yang ditentukan

2. Faktor resiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu,

sepsis, asidosis

3. Periksa albumin serum dan hitung rasio bilirubin/ albumin

4. Bilirubin yang digunakan adalah bilirubin serum total

35

Page 36: IDENTITAS PASIEN

Linda lestari (406147017)

Daftar pustaka

1. Pedoman Pelayanan Medis IDAI jilid 1, II tahun 2011

2. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO

3. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd Ed. 2008. Jakarta: EGC

4. American Heart Assocciation. Algorithma of Resucitation. 2010. Available at www.aha.com

36