pasambahan lakuang tinjauan (m. yunis)

6
SEBUAH WACANA LISAN ‘’PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN’’ Oleh: M.Yunis Berbicara mengenai pasambahan sudah barang tentu sangat luas kajian terhadapnya. Ada masyarakat menamakannya dengan pasambahan upacara perkawinan, pasambahan pengangkatan penghulu, dan pasambahan upacara kematian. Ketiga jenis pasambahan ini dapat diumpamakan bak sebuah pohon, sebagai pohon pasambahan jelas mempunyai cabang-cabang, cabang terdiri dari ranting. Seperti di daerah rantau Pariaman, di dalam pelaksanaan upacara perkawinan terdapat pasa pasambahan upacara perkawinan (cabang) terdiri dari pasambahan naiak urang mudo, manjapuik marapulai dan pasambahan manulak urang mudo sebagai ranting. Sebagai ranting pasambahan naiak urang mudo terdiri dari beberapa helai daun, di antaranya pasambahan lakuang tinjauan (mintak sifaik di Padang), pasambahan siriah, pasambahan makan,dan pasambahan maurak selo. Kategori-kategori ini, perlu pembahasn lebih lanjut, serta membutuhkan waktu dan kesempatan lain untuk membahasnya. Agar penelaahan terhadapnya terfokus penulis akan mengambil salah satu sampel saja yaitu pasambahan lakuang tinjauan. Pasambahan lakuang tinjauan, terjadi dalam upacara perkawinan pada masyarakat Pariaman. Pasambahan tersebut melibatkan dua pihak, di antaranya pihak tuan rumah dan masyarakat setempat. Tetapi, di dalam penuturan tidak melibatkan masyarakat secara keseluruhan, begitu juga halnya

Upload: m-yunis

Post on 18-Jun-2015

375 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN (M. Yunis)

SEBUAH WACANA LISAN ‘’PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN’’

Oleh: M.Yunis

Berbicara mengenai pasambahan sudah barang tentu sangat luas kajian terhadapnya. Ada

masyarakat menamakannya dengan pasambahan upacara perkawinan, pasambahan

pengangkatan penghulu, dan pasambahan upacara kematian. Ketiga jenis pasambahan

ini dapat diumpamakan bak sebuah pohon, sebagai pohon pasambahan jelas mempunyai

cabang-cabang, cabang terdiri dari ranting. Seperti di daerah rantau Pariaman, di dalam

pelaksanaan upacara perkawinan terdapat pasa pasambahan upacara perkawinan

(cabang) terdiri dari pasambahan naiak urang mudo, manjapuik marapulai dan

pasambahan manulak urang mudo sebagai ranting.

Sebagai ranting pasambahan naiak urang mudo terdiri dari beberapa helai daun,

di antaranya pasambahan lakuang tinjauan (mintak sifaik di Padang), pasambahan

siriah, pasambahan makan,dan pasambahan maurak selo. Kategori-kategori ini, perlu

pembahasn lebih lanjut, serta membutuhkan waktu dan kesempatan lain untuk

membahasnya. Agar penelaahan terhadapnya terfokus penulis akan mengambil salah satu

sampel saja yaitu pasambahan lakuang tinjauan.

Pasambahan lakuang tinjauan, terjadi dalam upacara perkawinan pada

masyarakat Pariaman. Pasambahan tersebut melibatkan dua pihak, di antaranya pihak

tuan rumah dan masyarakat setempat. Tetapi, di dalam penuturan tidak melibatkan

masyarakat secara keseluruhan, begitu juga halnya dengan tuan rumah. Dari pihak tuan

rumah, akan diwakili oleh mamak rumah, dan pihak masyarakat akan diwakili oleh

kapalo mudo (DPR Korong).

Kegiatan berpasambahan, diawali ketika tuan rumah mengundang masyarakat

untuk datang kerumahnya, tepatnya pada saat malam pertama dilaksanakannya upacara

perkawinan atau malam bainai. Kegiatan mengundang masyarakat tersebut, sudah

menjadi tradisi dari masyarakat Pariaman. Sebab, upacara perkawinan merupakan salah

satu pelaksanaan dari adat istiadat yang harus ditempuh oleh seseorang ketika orang

tersebut akan melepaskan masa lajangnya (bagi laki-laki) di Pariaman. Begitu pula

halnya dengan perempuan, dia akan menemukan upacara yang sama disaat di

Page 2: PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN (M. Yunis)

dipersuamikan. Maka dari itu, kegiatan yang cukup besar ini mebutuhkan tenaga yang

cukup besar pula untuk melaksanakan.

Unsur-unsur yang membangun pasambahan ini ialah adanya kapalo mudo dan

silang nan bapangka. Kapalo mudo, merupkan orang yang dipilih secara adat untuk

menjalankan tugas sebagai pelaksana adat istiadat setempat. Kapalo mudo dapat diartikan

dengan pemimpin dari orang-orang muda atau koordinator istilah sekarang. Dinamakan

dengan kapalo mudo, karena upacara tersebut didominasi oleh orang-orang yang muda

saja.Kalaupun ada terdapat orang-orang tua, tapi hanya sebatas tempat beriya atau

musyawarah, dan kehadirannya tidak diwajibkan secara keseluruhan, namun

kehadirannya tetap penting bagi kelancaran upacara tersebut.

Dalam pelaksanaan tugasnya, kapalo mudo akan dibantu oleh pemuda-pemuda

yang menyertainya. Hal itu, berkaitan dengan masalah teknisi, dan segala macam

masalah yang membutuhkan tenaga yang besar untuk menyelesaikannya. Seperti,

mendirikan tenda-tenda, menjemput marapulai (mempelai) ataupun menjalang anak daro

(mempelai wanita). Kesimpulannya, pemuda-pemuda di bawah komando kapalo mudo

mempunyai peran yang sangat penting bagi kelancaran upacara perkawinan tersebut.

Silang nan bapangka, merupakan julukan yang diberikan kepada tuan rumah.

Dinamakan dengan silang nan bapangka, karena dari tuan rumahlah berawal masalah.

Jika diartikan silang berarti masalah, nan bapangka artinya yang berpangkal, atau

berawal. Jadi silang nan bapangka, merupakan tempat berawalnya suatu masalah.Tetapi,

pada saat pasambahan berlangsung, tidak seluruhnya silang nan bapangka dilibatkan

secara aktif. Sebagai penyambung lidah, silang nan pangka akan diwakili oleh salah

seorang saja. Biasnya orang yang tertua atau yang dituakan dalam rumah tersebut, di

Minagkabau di sebut juga dengan mamak rumah. Pada saat pasambahan berlangsung,

mamak tetap saja tidak dapat memutuskan masalah yang dikemukan oleh kapalo mudo

tersebut seorang diri. Untuk itu, mamak akan memusyawarahkanya dengan silang nan

bapangka yang ada pada saat itu.

Ketika tuturan adat berlangsung, akan terjadi dialog anatar kapalo mudo dari

pihak masyarakat dengan mamak rumah dari silang nan bapangka. Hal ini, berawal dari

perundingan kapalo mudo sebagai lakuang tinjauan (peninjau). Maka, pada saat ini

mamak rumah akan mengemukakan tujuannya mengundang masyarakat untuk hadir pada

Page 3: PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN (M. Yunis)

saat itu. Dalam memperjuangkan tercapainya tujuan tersebut, maka terjadilah silat lidah

(permainan kata-kata) antara tuan rumah (mamak) dengan masyarakat (kapalo mudo).

Di dalam pelaksanaan upacara tersebut, mamak rumah akan berkata dengan nada-

nada seolah-olah merendah diri ataupun menghiba kepada masyarakat supaya

pekerjaannya yang berat dapat pertolongan dari masyarakat. Karena, tugas tersebut

sangat tidak mungkin dilakukan oleh tuan rumah sendiri. Untuk itu, sangat dibutuhkan

masyarakat sebagai penolong. Atas dasar kata-kata yang merendah ataupun menghiba

inilah lahir kata-kata sambah, manyambah (sembah, menyembah) atau memohon, maka

terciplahlah pasambahan yang artinya sengaja memohon. Di samping itu, sudah menjadi

kebiasaan dari masyarakat Pariaman, ketika ada di antara anggota masyarakat yang akan

mengadakan upacara seperti ini, maka anak yang akan dinobatkan menjadi pengantin

tersebut dianggap anak bersama atau anak masyarakat dan kemenakan masyarakat.

Pasambahan lakuang tinjuan, merupakan dialog antara mamak rumah dengan

masyarakat setempat. Pembahasan di dalamnya, berkisar tentang pelaksanaan upacara

perkawinan, hal ini diutarakan oleh mamak rumah kepada kapalo mudo.

Dalam dialog tersebut, terjadi permaian kata antara tuan ruamah dengan masyarakat.

Deangan bermodalkan kelihaian kedua belah pihak, masing-masingnya akan berusaha

menciptakan kata-kata dan bunyi seindah mungkin. Sehingga, dalam tuturan tersebut

tersirat berbagai macanm makna yang di eplisitkan penyampaiannya. Pengeplisitan

makna tersebut menciptakan dan melatih logika berfikir individu masyarakat. Kepekaan

berfikir inilah yang melatarbelakangi terciptanya pepatah yang cukup terkenal di

Minangkabau. Contohnya ’’kilek camin lahkamuko, kilek baliuang ka kaki atau bakilek

ikan dalam aia, alah tantu jantan batinonyo’’, serta masih banyak lagi pepetah-pepatah

yang seperti itu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna-makna yang dieplisitkan tersebut, di antaranya makna Arsertif (menyatakan),

Responsives (menjawab), Requetives (meminta), Permissives (menyetujui) dan

Comissives promise (menjanjikan). Makna-makna tersebut, sengaja diciptakan

berdasarkan kebutuhan kedua penutur akan kepekaan berfikir dalam hidup

bermasyarakat. Contohnya, makna manjanjikan, sengaja diciptakan oleh penutur maupun

mitra tutur, karena di dalam memutuskan suatau masalah dibutuhkan musyawarah.

Ketika penutur mengemukakan suatu masalah kepada mitra tutur, maka mitra tutur akan

Page 4: PASAMBAHAN LAKUANG TINJAUAN (M. Yunis)

menyatakan dirinya berjanji untuk menjawab dan membahas masalah tersebut, setelah

musyawarah dilakukan dengan kerabat dekatnya. Begitu pulahalnya dengan makna-

makna meminta, menjawab, menyetujui, dan menyatakan. Artinya setiap individu

masyarakat Pariaman, sangat menghargai individu lain yang berada di sekitarnya.

Di dalam pasambahan ini, terjadi pertukaran kedudukan atau posisi bertutur dari

kedua orang yang bertutur. Adakalanya mamak rumah mejadi mitra tutur dan ada pula

kalanya mamak rumah menjadi penutur, begitupula halnya dengan kapalo mudo.

Inilah skelumit tentang pasambahan lakuang tinjauanan (mintak sifat/minta izin) di

Pariman. Mungkin masih banyak wacana-wacana lain yang berkembang berkaitan

dengan pasambahan sebagai salah satu tradisi lisannya orang Minang. Hal ini, tergantung

pada kita, sebagai orang Minang, apakah kita mau mengangkat wacana tersebut ke

permukaan atau tidak ? jawabannya tergantung ke pada pribadi masing-masing individu

Minang itu sendiri.

Mahasiswa Pasca Linguistik Budaya Sastra Unand