bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan mutakhir (state of ... ii.pdf · rele jarak yang digunakan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review)
Penelitian mengenai rele jarak saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait rele jarak tersebut, dijadikan
sebagai acuan (referensi) dalam pengembangan pembahasan pada skripsi ini. Hal
ini dilakukan bertujuan untuk menentukan batasan – batasan masalah yang akan
dibahas pada penelitian ini. Adapun beberapa tinjauan mutakhir dari referensi
penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penelitian yang berjudul “Analisis Setting Rele Jarak Pada Sistem SUTT 150
kV Pembangkit Celukan Bawang” oleh Bhimantara Ari Sugandi (2010)
dengan metode analisis perhitungan.
Penelitian tersebut membahas mengenai besar nilai setting dan
pembagian zone pengaman yang sesuai untuk rele jarak pada saluran Gilimanuk –
Celukan Bawang, saluran Celukan Bawang – Pemaron, dan saluran Kapal –
Celukan Bawang. Rele jarak yang digunakan pada analisis tersebut adalah jenis
rele Quadramho.
2) Penelitian yang berjudul “Studi Pengaruh Uprating Saluran Transmisi
Tegangan Tinggi 150 kV Terhadap Setting Rele Jarak Antara GI Kapal – GI
Padang Sambian – GI Pesanggaran” oleh Sang Kompyang Supriana (2014)
dengan metode analisis perhitungan.
Penelitian tersebut membahas mengenai pengaruh uprating konduktor
(penghantar) terhadap setting rele jarak pada saluran transmisi 150 kV. Dalam
penelitian ini diperoleh hasil yakni dengan dilakukannya uprating untuk
mengamankan SUTT 150 kV menyebabkan perubahan impedansi yang
5
berpengaruh terhadap persentase dari zone kerja masing – masing pengaman
sehingga dapat terjadinya malfunction.
3) Penelitian yang berjudul “Setting Rele Jarak Pada Sistem SUTT 150 kV GI
Kapal – GI Padang Sambian Menggunakan Metode Adaptive Neuro – Fuzzy
Inference System (ANFIS)” oleh M. Nordiansyah (2014) dengan metode
ANFIS.
Penelitian tersebut membahas tentang menentukan setting rele jarak pada
sistem SUTT 150 kV GI Kapal – GI Padang Sambian menggunakan metode
Adaptive Neuro – Fuzzy Inference System (ANFIS).
4) Penelitian yang berjudul “Comparative Evaluation of Adaptive and
Conventional Distance Relay for Parallel Transmission Line with Mutual
Coupling” oleh S.G. Srivani, Chandrasekhar Reddy Atla, dan K.P. Vittal
(2008) dengan metode simulasi pada PSCAD / EMTDC.
Penelitian ini membahas tentang evaluasi perbandingan adaptif rele jarak
dengan konvensional rele jarak pada jaringan transmisi dengan memperhitungkan
mutual coupling.
2.2 Sistem Proteksi (Pengaman Sistem)
Tingkat keandalan suatu sistem tenaga listrik ditinjau dari frekuensi
pemadaman dan waktu pemadaman. Semakin tinggi frekuensi pemadaman dan
semakin lama waktu pemadaman, maka tingkat keandalan sistem tenaga listrik
tersebut semakin rendah. Pemadaman tersebut biasanya dapat terjadi dikarenakan
adanya gangguan pada sistem tersebut, baik berupa gangguan internal sistem
ataupun gangguan eksternal dari sistem tenaga listrik. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dibutuhkan mekanisme yang dapat menghindari frekuensi
pemadaman dan waktu pemadaman yang terlampau sering dalam waktu yang
6
cukup lama. Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem proteksi (pengaman sistem) untuk
mengamankan jaringan tenaga listrik.
Suatu sistem proteksi jaringan SUTT dapat dibagi dalam dua bagian
yakni (Parhusip,dkk,2012):
a) Proteksi utama
Sistem proteksi yang diharapkan bekerja sesegera mungkin ketika terjadi
kondisi abnormal atau gangguan pada daerah pengamanan.
b) Proteksi cadangan
Sistem proteksi yang dimungkinkan apabila pengaman utama tidak dapat
bekerja. Pada proteksi cadangan ini pula dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu :
Sistem proteksi cadangan lokal
Sistem proteksi cadangan yang dapat bekerja, apabila pengaman utama
yang sama gagal bekerja, contoh : penggunaan OCR dan GFR.
Sistem proteksi jarak jauh
Sistem proteksi ini dapat bekerja apabila pengaman utama di tempat lain
gagal bekerja.
Pada dasarnya sistem proteksi harus memenuhi syarat – syarat
diantaranya adalah (Aljufri,dkk,2011) :
a) Cepat yakni mampu bekerja secepat mungkin memisahkan bagian yang
mengalami gangguan dari sistem jaringan yang normal.
b) Sensitif yakni peka terhadap gangguan sekecil apapun.
c) Selektif yakni mampu mengetahui letak gangguan dan memilih pemutus
jaringan terdekat, dengan begitu saluran yang mengalami gangguan saja yang
dipisahkan dari sistem.
d) Andal yakni hanya akan bekerja bila diperlukan (bila kondisi abnormal atau
bekerja saat terjadi gangguan saja) dan tidak bekerja saat kondisi sistem
jaringan dalam keadaan normal.
Adapun tujuan adanya proteksi pada suatu sistem diantaranya adalah
(Tobing,2008) :
a) Mengurangi kerugian produksi
7
b) Menempatkan dan memisahkan gangguan dari peralatan
c) Mengetahui jenis gangguan
d) Melindungi sistem
e) Meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya gangguan pada
sistem
f) Melindungi sistem dari jatuh tegangan (drop voltage) untuk mempertahankan
kestabilan
g) Melindungi keselamatan manusia (pekerja)
2.3 Rele Jarak (Distance Relay)
Rele proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pengamanan saluran transmisi yang digunakan untuk mengamankan jaringan
sistem tenaga listrik. Fungsi utamanya adalah ketika terdapat gangguan pada
sistem, maka peralatan sensing pada rele bekerja mendeteksi adanya gangguan
tersebut dan selanjutnya sinyal dikirim menuju circuit breaker (pemutus) untuk
memutuskan jaringan yang mengalami gangguan (Permana,2010). Salah satu rele
proteksi yang digunakan pada sistem jaringan tenaga listrik adalah rele jarak
(distance relay).
Rele jarak adalah rele pengaman utama pada saluran transmisi. Rele ini
menggunakan pengukuran tegangan dan arus untuk mendapatkan impedansi
saluran yang diamankan. Rele akan bekerja jika impedansi terukur di dalam batas
setting. Rele jarak bergantung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele
proteksi dan tidak bergantung pada besarnya arus gangguan yang terjadi
(Wisatawan,dkk,2012).
8
Gambar 2.1 Daerah Pengamanan (Zone) Rele Jarak
(Sumber : PLN,2006)
Rele jarak (distance relay) membagi daerah operasinya menjadi beberapa
daerah (zone), dimana di setiap area (zone) memiliki reaksi rele jarak yang
berbeda – beda. Berikut ini penjelasan area cakupan (zone) pada rele jarak
(distance relay) (Wisatawan,dkk,2012) :
a) Zone 1 : merupakan daerah proteksi utama. Pada daerah ini rele jarak bekerja
seketika (instantaneous), tanpa adanya perlambatan waktu. Batas zona 1 ini
yaitu dari lokasi rele jarak sampai 80% panjang saluran transmisi.
b) Zone 2 : merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 1, dengan daerah
bekerja meliputi seluruh daerah pada saluran pertama ditambah dengan 20%
daerah yang berada setelah bus depan. Dengan kata lain 100% panjang saluran
pertama ditambah 20% panjang saluran berikutnya, berarti daerah proteksi
rele jarak sampai 120% panjang saluran transmisi. Reaksi rele jarak ini
mengalami perlambatan waktu, dikarenakan daerah ini adalah daerah cadagan
zone 1.
c) Zone 3 : merupakan daerah proteksi cadangan dari zone 2, dengan daerah
meliputi seluruh daerah pada saluran pertama dan kedua ditambah 20%
panjang saluran ketiga. Dengan kata lain zone 3 ini bekerja mengamankan
220% dari panjang saluran pertama. Dikarenakan fungsinya sebagai cadangan
dari zone 2, maka perlambatan waktunya lebih besar daripada zone 2.
Selain zone 1, zone 2, dan zone 3, biasanya rele jarak juga memiliki
daerah (zone) pembalikan arah daerah ketiga (zone 3 reversed). Zone 3 reversed
9
ini berfungsi untuk menutupi kelemahan pada zone 3, dikarenakan zone ini mudah
terpengaruh jika sistem mengalami kondisi ayunan daya (power swing). Kondisi
ini mengakibatkan nilai impedansi pada saat beban lebih mendekati nilai
impedansi saat gangguan sehingga rele jarak dapat bekerja. Oleh sebab itu,
dengan adanya zone 3 reversed, maka rele jarak tidak bekerja apabila terjadi
ayunan daya (power swing).
2.3.1 Prinsip Kerja Rele Jarak
Rele jarak mengukur tegangan pada titik rele dan arus gangguan yang
terlihat dari rele, dengan membagi besaran tegangan dan arus. Sehingga
perhitungan impedansi dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini
(Tobing,2008) :
= / ......................................................................................................(2.1)
Dimana :
= Impedansi (Ω)
= Tegangan (V)
= Arus gangguan (A)
Rele jarak bekerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Rele akan trip jika nilai impedansi gangguan lebih kecil daripada impedansi
setting (Zf < Zset).
b) Rele tidak akan trip jika nilai impedansi gangguan lebih besar daripada
impedansi setting (Zf > Zset).
Rele jarak (distance relay) didalam mengamankan saluran transmisi
memiliki 4 komponen dasar yakni seperti penjelasan berikut ini (Titarenko dan
Noskov,1987) :
10
Gambar 2.2 Rangkaian Komponen Dasar Rele Jarak (Distance Relay)
(Sumber : Titarenko dan Noskov,1987)
a) Huruf C merupakan komponen starting, komponen ini berfungsi sebagai
pembatas gangguan sehingga apabila gangguan terjadi di luar zone maka rele
tidak boleh bekerja.
b) Huruf P yang ditunjukkan pada gambar di atas ditandai sebagai komponen
power directional, komponen ini berperan mengijinkan suatu pengaman
bekerja apabila terdapat gangguan dengan arah dari bus ke saluran transmisi
yang diamankan.
c) Huruf D pada gambar di atas menunjukkan komponen distance yang berfungsi
menentukan nilai impedansi dari perbandingan tegangan dan arus (Ur/Ir)
sehingga dapat mengukur jarak dari pengaman ke titik gangguan yang terjadi.
d) Sedangkan huruf T adalah komponen time delay, komponen ini merupakan
rangkaian waktu dimana nilainya tergantung dari jarak pengaman ke titik
gangguan.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa arus dan tegangan yang terbaca
pada CT dan VT dibandingkan pada komponen power directional (P) dan
komponen distance (D) untuk memperoleh arah gangguan dan nilai impedansi
11
gangguan, kemudian dari hasil perbandingan tersebut pula ditentukan gangguang
yang terjadi termasuk zone 1, zone 2, atau zone 3 sehingga rele dapat bereaksi.
2.3.2 Setting Rele Jarak
Dalam setting rele jarak, pertama – tama ditetapkan terlebih dahulu nilai
impedansi di sistem tenaga primer. Sehingga impedansi sekunder dapat dihitung
dengan persamaan berikut ini (Samuel,dkk,2012) :
= ( ) .........................................................................................(2.2)
Dimana :
= Impedansi sekunder (Ω)
= Impedansi primer (Ω)
= Rasio Transformator Arus (A)
= Rasio Transformator Tegangan (V)
Sedangkan berikut ini adalah penjelasan setting rele jarak pada setiap
zona (Suprijono,2012) :
1) Setting zone 1
Setting zone 1 tidak mencakup 100% saluran yang diamankan
(diproteksi). Zone 1 biasanya diseting 80% dari panjang saluran transmisi. Hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam setting zone 1 ini adalah :
a) Unit zona 1 tidak diperbolehkan bekerja apabila terdapat gangguan di
terminal ujung saluran dan bekerja seketika apabila terdapat gangguan
terdeteksi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3, apabila terjadi
gangguan pada F1 atau pada F2 maka rele R1 dan R4 bekerja. Apabila
gangguan terjadi pada F1 maka seharusnya hanya rele – rele pada saluran
tersebut yang bekerja, yakni rele R1 dan R2, sedangkan rele R4 tidak
bekerja.
Gambar 2.3 Jangkauan Zone 1 Tidak Boleh Hingga Terminal Depan
(Sumber : Suprijono,2012)
12
b) Jangkauan zona 1 tidak boleh kurang dari 50% panjang saluran,
dikarenakan tahanan gangguan. Sebab akan ada daerah pada saluran
tersebut yang tidak mempunyai proteksi seketika.
2) Setting zone 2
Setting zone 2 ini biasanya diseting mencakup hingga beberapa bagian
saluran depan kedua. Impedansi setting zone 2 ini yakni 100% saluran depan
ditambah 20 % saluran depan kedua. Prinsip penyetelan rele pada zona 2 yakni :
a) Zona 2 harus mencakup minimum gangguan di rel depan, dikarenakan
adanya variasi nilai tahanan gangguan. Rele zona 2 diseting 20% lebih
besar dari impedansi gangguan, dengan memberi tahanan gangguan
terbesar yang mungkin terjadi.
b) Unit zona 2 dengan memperhatikan bila adanya transformator di rel depan,
maka zona ini tidak boleh bekerja bila adanya gangguan pada
transformator tersebut. Zona ini sebenarnya dapat mencakup gangguan
pada transformator, asalkan waktu kerja zona ini lebih lama dari waktu
kerja rele – rele proteksi cadangan trafo terlama yang mungkin terjadi.
Dikarenakan zona ini ditujukan sebagai proteksi cadangan utama pada
saluran transmisi, maka waktu penyetelan tidak diperkenankan lebih besar
dari waktu penyetelan terlama dari proteksi cadangan. Penyetelan zona 2
hampir selalu tidak boleh mencakup gangguan pada transformator di rel
depan.
3) Setting zone 3
Jangkauan zona 3 merupakan cadangan unit zona 2 sehingga
jangkauannya lebih jauh dari jangkauan zona 2. Jangkauan zona ini biasanya
diseting 220% melewati saluran di depan dan saluran di depan kedua.
Transformator berada di rel depan, maka zona 3 diseting lebih kecil dari
impedansi saluran di depan ditambah reaktansi transformator. Bila waktu
penyetelan proteksi cadangan terlama transformator lebih kecil dari waktu
penyetelan zona 3, maka penyetelan zona 3 tidak perlu dirubah. Tetapi bila lebih
13
besar dari waktu penyetelan zona 3, maka waktu penyetelan zona ini dapat
diperbesar. Rata – rata waktu penyetelan zona 3 lebih besar dari waktu cadangan
rele – rele transformator.
2.3.3 Karakteristik Rele Jarak (Distance Relay)
Karakteristik rele jarak adalah penerapan dari prinsip dasar rele jarak.
Berdasarkan karakteristik kerjanya, rele jarak dapat dibagi menjadi beberapa jenis
diantaranya (Tobing,2008) :
2.3.3.1 Karakteristik Impedansi
Karakteristik ini mempunyai lingkaran dengan titik pusat di tengah.
Kelemahannya adalah tidak berarah, karena kedua besaran yang dibandingkan
yakni arus dan tegangan dibangkitkan secara mekanis. Masing – masing kopel
yang dibangkitkan tidak tergantung fasanya. Rele bekerja untuk gangguan di
depan dan di belakang rele. Sebagai sistem pengaman, rele ini harus dilengkapi
dengan rele arah (directional) sebagai rele pengukur.
Gambar 2.4 Karakteristik Impedansi
(Sumber : Parhusip,dkk,2012)
2.3.3.2 Karakteristik Mho (Admitansi)
Rele jenis ini bersifat directional, sehingga tidak perlu ditambahkan
elemen penyearah karena rele hanya akan mengamankan gangguan di depannya.
Namun rele jenis ini memiliki keterbatasan dalam mengantisipasi gangguan tanah
high resistance.
14
Gambar 2.5 Karakteristik Operasi Dari Rele Jarak Tipe Mho
(Sumber : Suprijono,2012)
Dari gambar di atas terlihat bahwa karakteristiknya berupa lingkaran yang
melalui titik asal (0,0). Impedansi yang terukur hanya dalam satu arah saja,
dengan demikian rele ini secara otomatis bersifat rele jarak terarah
(Suprijono,2012).
2.3.3.3 Karakteristik Reaktansi
Impedansi yang dilihat pada rele jarak jenis ini tidak memperhatikan
adaanya tahanan busur, karena dianggap tahanan busur untuk berbagai gangguan
hampir sama. Rele ini hanya mengukur komponen reaktif dari impedansi jaringan.
Rele ini memiliki sifat tidak berarah (non directional), sehingga perlu ditambah
rele arah (directional) dalam pengaplikasiannya pada jaringan transmisi. Dengan
setting jangkauan resistif yang cukup besar, maka rele ini dapat mengantisipasi
gangguan tanah dengan nilai tahanan yang tinggi.
Jika reaktansi yang dilihat rele lebih kecil dari reaktansi yang diatur,
maka rele akan bekerja. Rele ini baik digunakan untuk pengamanan gangguan
tanah dikarenakan karakteristik rele jenis ini kurang dipengaruhi oleh adanya
tahanan busur sewaktu terjadinya hubung singkat satu fasa ke tanah. Berikut ini
merupakan gambar dari karakteristik reaktansi :
15
Gambar 2.6 Karakteristik Reaktansi Dengan Starting Mho
(Sumber : Parhusip,dkk,2012)
2.3.3.4 Karakteristik Quadrilateral
Karakteristik rele jenis ini adalah kombinasi dari 3 jenis yakni : resistif,
reaktansi, dan berarah. Dengan setting jangkauan resistif cukup besar, maka
karakteristik rele ini dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan yang
tinggi (high resistance). Namun kecepatannya sedikit lebih lambat dari jenis Mho.
Gambar 2.7 Karakteristik Quadrilateral
(Sumber : Parhusip,dkk,2012)
2.3.4 Pola Proteksi Rele Jarak (Distance Relay)
Dalam mengamankan saluran transmisi dari berbagai gangguan yang
dapat terjadi, rele jarak diharapkan dapat ditripkan dengan seketika pada kedua
sisi ujung saluran. Oleh sebab itu, rele jarak perlu dilengkapi fasilitas teleproteksi
(PLN,2006). Pola proteksi pada rele jarak ditentukan berdasarkan kebutuhan
untuk keamanan perlatan dan keandalan operasi sistem, selain itu pula tidak
mengesampingkan aspek
proteksi pada rele jarak (Parhusip,dkk,2012)
a) Pola proteksi dasar (
Pola proteksi ini beker
dengan back up time
b) Pola proteksi dilengkapi teleproteksi
Berikut ini pola proteksi
dengan teleproteksi (Sudrajat,dkk,2014) :
Permissive Underreach Transfer Trip Scheme
Peralatan teleproteksi (TP) pada pola ini akan mengirim sinyal ke
peralatan teleproteksi (T
mendeteksi gangguan pada zona 1.
sinyal, apabila rele mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal
TP, maka rele akan memberikan perintah trip waktu zona 1.
untuk keamanan perlatan dan keandalan operasi sistem, selain itu pula tidak
mengesampingkan aspek – aspek investasi. Berikut ini berbagai jenis pola
proteksi pada rele jarak (Parhusip,dkk,2012) :
dasar (basic)
Pola proteksi ini bekerja secara instant pada area setting zone 1
back up time untuk zone 2 dan zone 3 tanpa dilengkapi teleproteksi.
Gambar 2.8 Pola Proteksi Basic
(Sumber : Parhusip,dkk,2012)
Pola proteksi dilengkapi teleproteksi
Berikut ini pola proteksi pada sistem jaringan tenaga listrik yang dilengkapi
dengan teleproteksi (Sudrajat,dkk,2014) :
Permissive Underreach Transfer Trip Scheme (PUTT)
Peralatan teleproteksi (TP) pada pola ini akan mengirim sinyal ke
peralatan teleproteksi (TP) pada gardu induk di depannya, a
mendeteksi gangguan pada zona 1. Pada gardu induk yang menerima
sinyal, apabila rele mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal
TP, maka rele akan memberikan perintah trip waktu zona 1.
Gambar 2.9 Skema PUTT
(Sudrajat,dkk,2014)
16
untuk keamanan perlatan dan keandalan operasi sistem, selain itu pula tidak
aspek investasi. Berikut ini berbagai jenis pola
setting zone 1, bekerja
tanpa dilengkapi teleproteksi.
pada sistem jaringan tenaga listrik yang dilengkapi
Peralatan teleproteksi (TP) pada pola ini akan mengirim sinyal ke
i depannya, apabila rele
Pada gardu induk yang menerima
sinyal, apabila rele mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal
17
Permissive Overreach Transfer Trip (POTT)
Peralatan teleproteksi (TP) mengirim sinyal ke peralatan teleproteksi (TP)
pada gardu induk di depannya apabila mendeteksi gangguan zona 2. Pada
gardu induk yang menerima sinyal, apabila rele jarak mendeteksi
gangguan pada zona 2, maka memberikan perintah trip pada waktu zona 1.
Berikut ini skema POTT :
Gambar 2.10 Skema POTT
(Sudrajat,dkk,2014)
Blocking Scheme
Peralatan teleproteksi pada pola ini mengirim sinyal ke peralatan
teleproteksi pada gardu induk di depannya apabila rele mendeteksi
gangguan pada reverse zone. Pada gardu induk yang menerima sinyal,
apabila rele mendeteksi gangguan pada forward zone zona 2, maka rele
akan memberikan perintah blocking. Apabila rele tidak menerima sinyal
namun mendeteksi gangguan pada daerah depan (zone 2), maka rele akan
memberikan perintah trip seketika. Berikut ini skema Blocking :
Gambar 2.11 Skema Blocking
(Sudrajat,dkk,2014)
18
2.4 Mutual Induktansi (Mutual Inductance)
Induktansi merupakan sifat suatu rangkaian listrik yang dapat
menyebabkan timbulnya ggl (gaya gerak listrik atau potensial listrik) di dalam
rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian tersebut (self
inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian lainnya
(induktansi bersama atau mutual inductance) (Anindita,dkk,2013). Induktansi ini
dapat muncul dikarenakan adanya medan listrik yang ditimbulkan oleh arus
listrik.
Bila arus mengalir dalam suatu rangkaian listrik, maka timbul medan
listrik. Gambar 2.12 menunjukkan suatu saluran dengan medan listrik yang
terjadi. Garis – garis flux tersebut membentuk lingkaran – lingkaran tertutup yang
meliputi rangkaian. Perubahan arus dalam kedua penghantar tersebut
menyebabkan suatu perubahan banyaknya garis flux yang meliputi rangkaian.
Setiap perubahan flux yang meliputi suatu rangkaian akan mengibas tegangan
dalam rangkaian tersebut (Mismail,1983).
Gambar 2.12 Medan Listrik Di Sekitar Penghantar
(Sumber : Mismail,1983)
2.5 GMD (Geometric Mean Distance) dan GMR (Geometric Mean Radius)
Pada saluran transmisi double circuit, induktansi juga dipengaruhi oleh
GMD (Geometric Mean Distance) dan GMR (Geometric Mean Radius). Radius
rata – rata geometris (GMR) dari suatu luas adalah limit dari jarak rata – rata
geometris (GMD) antara pasangan elemen dalam suatu luas tersebut, bila jumlah
elemen tersebut diperbesar hingga tak terhingga (Sujatmiko,2009). Berikut ini
persamaan GMD dan GMR (El – Hawary,2000) :
19
= ( ) / ..................................................................(2.3)
= ( ′ ′ ′ ′ ) / ....................................................................(2.4)
= ( ′ ′ ′ ′ ) / ...................................................................(2.5)
= ( ′ ′ ′ ′ ) / ....................................................................(2.6)
Dimana :
GMD = Geometric Mean Distance
Deq = Jarak yang diukur dari titik pusat penghantar (m)
= (( )( )( )) / .....................................................(2.7)
= ( ′( ′)) / .................................................................................(2.8)
= ( ′( ′)) / ................................................................................(2.9)
= ( ′( ′)) / ..............................................................................(2.10)
Dimana :
GMR = Geometric Mean Radius
r = Jari jari penghantar (cm)
Deq = Jarak yang diukur dari titik pusat (m)
Gambar 2.13 Double Circuit Conductor
(Sumber : El – Hawary,2000)
2.6 Impedansi Saluran Transmisi
Pada perhitungan setting rele jarak, impedansi adalah parameter pokok
yang digunakan. Impedansi pada saluran transmisi terdiri dari impedansi urutan
positif, impedansi urutan negatif, dan impedansi urutan nol. Berikut ini persamaan
impedansi (Samuel,dkk,2012) :
20
Z = R + j (XL + XC) .......................................................................................(2.11)
Dengan :
Z = Impedansi (Ω)
R = Resistansi (Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ω)
XC = Reaktansi kapasitif (Ω)
Untuk mencari total impedansi pada saluran transmisi dapat dihitung
dengan persamaan :
Z = (R + j (XL + XC)) x L..............................................................................(2.12)
Dengan :
Z = Impedansi (Ω)
R = Resistansi (Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ω)
XC = Reaktansi kapasitif (Ω)
L = Panjang saluran (km)
Sedangkan perhitungan mutual inductance pada saluran double circuit
dapat diperoleh dengan persamaan :
= ..................................................................................................(2.13)
= ..................................................................................................(2.14)
Zm = (Rm + jXm) x L...................................................................................(2.15)
Keterangan :
Rm = Resistansi Mutual (Ω)
Xm = Reaktansi Mutual (Ω)
Zm = Impedansi Mutual (Ω)
R1 = Resistansi pada saluran 1 (Ω)
R2 = Resistansi pada saluran 2 (Ω)
X1 = Reaktansi pada saluran 1 (Ω)
X2 = Reaktansi pada saluran 2 (Ω)
L = Panjang saluran (km)
21
2.7 Rele Jarak Numerik
2.7.1 Gangguan Fasa (Phase Fault)
Gambar 2.14 menunjukkan saluran yang mengalami gangguan antar fasa.
Apabila impedansi dari rele menuju titik gangguan adalah sama pada kedua fasa B
dan C, self impedance adalah Zs, mutual impedance antar fasa adalah Zm. Jika
tegangan dan arus fasa B dan C adalah Vb, Vc, Ib, Ic, serta tegangan pada titik
gangguan adalah Vf, maka Vb dan Vc dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut (Toshiba,2005) :
Vb = Zs x Ib + Zm x Ic + Vf .................................................................................................................(2.16)
Vc = Zs x Ic + Zm x Ib + Vf .................................................................................................................(2.17)
Dari persamaan tersebut, diperoleh :
Vb – Vc = (Zs – Zm) x (Ib – Ic) .......................................................................(2.18)
Dimana :
Zs = Self impedance
Zm = Mutual impedance
Ketika setiap fasa saluran adalah simetris, positive sequence – zero sequence
impedance Z1 dan Z0 sesuai dengan metode komponen simetris yang didefinisikan
oleh persamaan berikut, menggunakan self impedance Zs dan mutual impedance
Zm maka :
Z1 = Zs – Zm ..................................................................................................(2.19)
Z0 = Zs + 2 Zm ............................................................................................................................................(2.20)
Dimana :
Z1 = Positive sequence impedance
Z0 = Zero sequence impedance
Persamaan 2.7 dapat ditulis kembali sebagai berikut :
Z1 = (Vb – Vc) / (Ib – Ic) ................................................................................(2.21)
Seperti yang ditunjuk di atas, positive sequence impedance digunakan untuk
setting rele terhadap gangguan fasa.
22
Gambar 2.14 Gangguan Antar Fasa (Two Phase Fault)
(Sumber : Toshiba,2005)
2.7.2 Gangguan Terhadap Tanah (Earth Fault)
Gambar 2.15 merupakan saluran yang mengalami gangguan satu fasa ke
tanah (single phase earth fault). Pengukuran jarak hingga ke titik gangguan
terhadap gangguan satu fasa ke tanah, tidak mudah dilakukan. Hal ini dikarenakan
impedansi saluran zero sequence termasuk earth return umumnya berbeda dengan
impedansi positive sequence.
Gambar 2.15 Gangguan Satu Fasa Terhadap Tanah
(Sumber : Toshiba,2005)
Dengan asumsi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol adalah V1F,
V2F, dan V0F, tegangan pada titik rele dari setiap sirkit simetris ditunjukkan pada
persamaan di bawah ini (Toshiba,2005) :
V1 = Z1 x I1 + V1F .........................................................................................(2.22)
V2 = Z1 x I2 + V2F .........................................................................................(2.23)
V0 = Z0 x I0 + Z0m x I0m + V0F ......................................................................(2.24)
Dimana :
V1 = Relay point positive sequence voltage (V)
V2 = Relay point negative sequence voltage (V)
23
V0 = Relay point zero sequence voltage (V)
V1F = Fault point positive sequence voltage (V)
V2F = Fault point negative sequence voltage (V)
V0F = Fault point zero sequence voltage (V)
I1 = Relay point positive sequence current (A)
I2 = Relay point negative sequence current (A)
I0 = Relay point zero sequence current (A)
I0m = Adjacent line zero-sequence current (A)
Z1 = Fault point - relay point positive-sequence impedance (Ω)
Z0 = Fault point - relay point zero-sequence impedance (Ω)
Z0m = Adjacent line zero-sequence mutual impedance (Ω)
Gambar 2.16 Saluran Ekivalen Gangguan Satu Fasa Ke Tanah
(Sumber : Toshiba,2005)
2.7.3 Sistem Zone Time Actual
Sistem proteksi pada rele jarak dibagi dalam 3 zone dan masing – masing
mempunyai waktu tunda berbeda – beda. Pembagian zone ini bertujuan untuk
memperoleh koordinasi dalam mengamankan sistem dari berbagai gangguan yang
dapat terjadi. Pada zone pertama 80% dari panjang saluran yang diamankan, zona
kedua adalah 120% dari panjang saluran, dan zona ketiga adalah 220% dari
panjang saluran yang diamankan (PLN,2006). Berikut ini ketentuan pembagian
time actual setiap zone :
24
a) Time actual dan setting pada zone 1
Secara umum zone 1 diset 80% dari panjang saluran. Pada saat pengukuran
bisa saja terjadi kesalahan pengukuran pada rele jarak, hal ini dapat terjadi
disebabkan karena kesalahan perbandingan dari trafo arus (CT), trafo
tegangan (PT), dan impedansi saluran. Dengan mempertimbangkan adanya
kesalahan – kesalahan dari data saluran, CT, PT, dan peralatan penunjang lain
sebesar 10% - 20%, maka zone 1 rele diset 80% dari panjang saluran yang
diamankan (PLN,2006) :
Zone 1 reach = 0,8 x panjang saluran pertama (ZAB) ............................(2.25)
T1 = 0 detik (tanpa perlambatan waktu)
Gambar 2.17 Skema Proteksi Zone 1 Pada Rele Jarak
(Sumber : Mason,1956)
b) Time actual dan setting pada zone 2
Pada zone 2 ditentukan lebih panjang daripada zone 1, dengan demikian waktu
tundanya lebih lama dibanding zone 1. Pada zone 2 secara umum diset 100%
dari panjang saluran pertama dan 20% dari panjang saluran kedua, dengan
waktu (time actual) sekitar 0,4 sampai dengan 0,8 detik. Zone 2 ini
dimaksudkan sebagai pengaman cadangan apabila zone 1 gagal bekerja.
Zone 2 min = 1,2 x panjang saluran pertama (ZAB) ...............................(2.26)
25
Gambar 2.18 Skema Proteksi Zone 2 Min Pada Rele Jarak
(Sumber : Mason,1956)
Zone 2 maks = 0,8 x (ZAB + 0,8 . ZBC) ...................................................(2.27)
Zone 2 maks ini diusahakan memberikan pengaman cadangan sejauh mungkin
setelah Z1.
T2 = 0,4 sampai dengan 0,8 detik
Gambar 2.19 Skema Proteksi Zone 2 Maks Pada Rele Jarak
(Sumber : Mason,1956)
c) Time actual dan setting pada zone 3
Zone 3 ditentukan 220% dari panjang saluran yang diamankan dan waktu
tunda yang digunakan sekitar 1,2 sampai dengan 1,6 detik. Zone 3 difungsikan
sebagai pengaman cadangan apabila pada zone 2 gagal beroperasi.
Zone 3 min = 1,2 x (ZAB + ZBC) .............................................................(2.28)
26
Gambar 2.20 Skema Proteksi Zone 3 Min Pada Rele Jarak
(Sumber : Mason,1956)
Zone 3 maks = 0,8 x (ZAB + (1,2 . ZBC) . k .............................................(2.29)
(k = faktor infeed)
T3 = 1,2 sampai dengan 1,6 detik
Gambar 2.21 Skema Proteksi Zone 3 Maks Pada Rele Jarak
(Sumber : Mason,1956)