pasambahan/ panitahan tabang basitumpu, hinggok...

15
TlM PENYUSUN IR. HERMAN RAFI’I DT. SATI ERLAND DT. PAMUNCAK SYAIKHUL AZHAR KH. BASA,. SPD HARFI DT. RAJO MANGKUTO, SE. RUSYDl DJALIL RAJO BODI, BA EDWAR DT. MAJOLELO WENDRI NALDI KH. BANDARO, SPD MUARlF IMAM BATUAH YUSRAN ST. RAJO AMEH MANINJAU, SEPTEMBER 2010 Diketik ulang oleh: EFDY BAHAR SUTAN KULIPAH TANGERANG, SEPTEMBER 2017 EBSK

Upload: lamkiet

Post on 20-Jun-2019

274 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

TlM PENYUSUN IR. HERMAN RAFI’I DT. SATI ERLAND DT. PAMUNCAK SYAIKHUL AZHAR KH. BASA,. SPD HARFI DT. RAJO MANGKUTO, SE. RUSYDl DJALIL RAJO BODI, BA EDWAR DT. MAJOLELO WENDRI NALDI KH. BANDARO, SPD MUARlF IMAM BATUAH YUSRAN ST. RAJO AMEH

MANINJAU, SEPTEMBER 2010

Diketik ulang oleh: EFDY BAHAR SUTAN KULIPAH TANGERANG, SEPTEMBER 2017

EBSK

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................. i

Kata Pengantar Cetakan Kedua ......Error! Bookmark not defined.

SAMBUTAN KETUA KAN MANINJAU ....................................... iv

1 PENDAHULUAN ................................................................ 1 1.1 Gambaran Umum Tentang Nagari Maninjau .............................. 1 1.2 Latar Belakang Penulisan ........................................................... 4 1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Buku ........................................... 4

2 SEJARAH BERDIRINYA NAGARI MANINJAU ........................ 5 2.1 Asal Usul Nagari ......................................................................... 5 2.2 Syarat-Syarat Nagari................................................................... 8

3 SISTEM ADAT NAGARI MANINJAU ........ Error! Bookmark not defined.

4 STRUKTUR KEPENGURUSAN LEMBAGA KAN DAN NAMA-NAMA PEMANGKU ADAT (GELAR SAKO) ..... Error! Bookmark not defined.

4.1 StrukturKepengurusan ................... Error! Bookmark not defined. 4.2 Nama Pemangku Adat atau Gelar Sako ........ Error! Bookmark not defined.

5 ADAT SANGKA NAGARI ............Error! Bookmark not defined. 5.1 Sistem Pengangkatan Penghulu ..... Error! Bookmark not defined. 5.1.1 Proses Pengangkatan Penghulu .... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.1 Hiduik Bakarilahan ........... Error! Bookmark not defined. 5.1.1.2 Mati Batungkek Budi ....... Error! Bookmark not defined.

ii

5.1.2 Prosesi Acara Batagak Gala Panghulu ......... Error! Bookmark not defined. 5.2 Sistem Penyelesaian Sako Jo Pusako ............ Error! Bookmark not defined. 5.2.1 Kusuik Bulu (Kusut Bulu) ............... Error! Bookmark not defined. 5.2.2 Kusuik Rambuik (Kusut Rambut) ... Error! Bookmark not defined. 5.2.3 Kusuik Tali (Kusut Tali) .................. Error! Bookmark not defined. 5.2.4 Kusuik Sarang Tampuo (Kusut Sarang Tempua) Error! Bookmark not defined. 5.3 Adat Nikah Kawin. .......................... Error! Bookmark not defined. 5.3.1 Marisiak dan Pinang Maminang ... Error! Bookmark not defined. 5.3.2 Batalangkai/ Bertunangan ............ Error! Bookmark not defined. 5.3.3 Nikah Siriah/Kawin Ganggang ....... Error! Bookmark not defined. 5.3.4 Persiapan Pernikahan dan Perhelatan ........ Error! Bookmark not defined. 5.3.5 Pelaksanaan Pernikahan dan Perhelatan .... Error! Bookmark not defined. 5.3.6 Cara Berpakaian ............................ Error! Bookmark not defined. 5.3.7 Cara Menghidang .......................... Error! Bookmark not defined. 5.4 Adat Kematian ............................... Error! Bookmark not defined. 5.4.1 Prosesi Pemakaman ...................... Error! Bookmark not defined. 5.4.2 Menjemput Mamak/ Saudara Laki-laki yang kematian lstri Error! Bookmark not defined.

6 PASAMBAHAN/ PANITAHAN ...Error! Bookmark not defined. 6.1 Pasambahan Siriah Dalam Batagak Panghulu ..... Error! Bookmark not defined. 6.2 Pasambahan Malewakan Pangulu/ Batagak Pangulu .......... Error! Bookmark not defined. 6.3 Pasambahan Manjapuik Marapulai Error! Bookmark not defined.

7 TABANG BASITUMPU, HINGGOK MANCANGKAM ........Error! Bookmark not defined.

7.1 Hubungan Tali Darah ...................... Error! Bookmark not defined. 7.2 Hubungan Tali Budi ........................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................Error! Bookmark not defined.

iii

iv

Buku Adat Salingka Nagari Maninjau sengaja ambo tulis ulang

karena setelah ambo batanyo kepada H. Dt. Rajo Mangkuto dan Angku H. R. Dt. Sati – 2 dari 9 Tim Penyusun buku ini tentang keberadaan naskah digital dari “Buku Adat Salingka Nagari Maninjau”, file digitalnya tidak diketahui dimana berada. Ambo maraso, buku ini sangat baik jika bisa dibaca oleh Anak Nagari Maninjau (ANM) – terutamo nan indak gadang di Maninjau - untuk mengetahui bagaimana peraturan / ketentuan adat yang berlaku di Kanagarian Maninjau. Karena itu Ambo menuliskan kembali buku tersebut.

Dalam buku ini Ambo tambahkan Peta Kanagarian Maninjau –

untuk memberikan gambaran letak Kanagarian Maninjau kepada ANM yang jarang atau belum pernah ke Maninjau.

Mohon maaf, kalau dalam pengetikan ulang ini, terdapat kesalahan

atau kekeliruan.

Semoga Buku ini bermanfaat adanya.

Tangerang, September 2017 EB SK

v

SAMBUTAN KETUA KAN MANINJAU

Dek lamo - lupo kok tibo, dek banyak - ragupun datang; adalah fitrah

manusia, dan hanya Allah SWT saja yang Maha Tahu.

Begitu banyaknya kaidah-kaidah atau norma adat yang ada, yang

telah digariskan nenek moyang kita dari dahulu, namun karena tidak tertulis

telah banyak yang kita lupakan. Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa sebagian

generasi muda/ generasi penerus bahkan tidak mengetahui sama sekali

Bertitik tolak pada hal ini, Kerapatan Adat Nagari Maninjau merasa

perlu untuk menerbitkan “Buku Adat Salingka Nagari”, agar dapat menjadi

pegangan dan pedoman yang kongkrit bagi Anak Nagari, baik yang berada di

kampung maupun yang berada di perantauan dalam menjalani hidup ini.

Tim Penyusun Buku Adat Salingka Nagari telah bekerja dengan sangat

baik, sehingga dapat melahirkan buku ini berdasarkan Surat Kerapatan Adat

Nagari Maninjau No.1 Tahun 2010.

Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun.

Semoga Allah akan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.

Maninjau, September 2010

Kerapatan Adat Nagari Maninjau

Ketua

M. DT. Basa

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Tentang Nagari Maninjau

Maninjau adalah salah satu dari beratus Nagari yang ada di Provinsi Sumatera Barat, yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam.

Kenagarian Maninjau secara umum merupakan pusat pemerintahan dan pemukiman penduduk yang berada di sekeliling Danau Maninjau. Hal ini disebabkan nagari ini menjadi lbukota Kecamatan Tanjung Raya. Pemusatan semua struktur pemerintahan ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan pemukiman, sehingga nagari ini menjadi salah satu wilayah yang cukup banyak penduduknya terutama jika dibandingkan dengan nagari-nagari lainnya di sekeliling danau Maninjau.

Gambar 1: Peta Kanagarian Maninjau

2

Secara administrasi Nagari Maninjau berbatasan sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Bayua.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Sungai Batang.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Nagari Kuok Ill Koto.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Danau Maninjau.

Luas Nagari Maninjau keseluruhan adalah 1.583 hektar, yang saat ini terdiri dari 5 (lima) Jorong, yaitu : Gasang, Pasa, Kububaru/Panyinggahan, Bancah, dan Kukuban.

Lahan di Kanagarian Maninjau terdiri dari lahan daratan berbukit dan lahan perairan danau. Sebagian besar lahan memiliki derajat kemiringan yang besar, berbukit dan terjal, serta ditutupi oleh vegetasi hutan, tepatnya memiliki habitat hutan dataran rendah. Ada bagian perbukitan yang terdiri dari cadas bebatuan yang dikelilingi hutan primer di arah timur pemukiman.

Sementara penduduk sebagian besar terkonsentrasi di bagian barat, yaitu lebih ke arah pinggir danau. Pada umumnya pemukiman berada di sepanjang pinggir danau.

Antara wilayah pemukiman dengan wilayah yang ditumbuhi hutan, terdapat lahan-lahan yang memiliki kemiringan lebih kecil, yang digunakan masyarakat sebagai lahan pertanian yang terdiri dari sawah yang berbentuk teras dan sebagiannya lahan kebun rakyat.

Nagari Maninjau merupakan daerah yang dilalui jalur transportasi yang menghubungkan kota Bukittinggi dengan lbu Kota Kabupaten Agam Lubuk Basung. Bagian jalur yang terkenal adalah yang melintasi bukit dan terdapat jalur yang berkelok-kelok yang lebih dikenal dengan sebutan Kelok 44. Jalur ini menyajikan keunikan pemandangan bagi pengunjung yang memasuki pusat nagari Maninjau, dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Agam sebagai salah satu ikon wisata di Kabupaten Agam.

Jumlah penduduk Nagari Maninjau pada tahun 2008 adalah 2.890 jiwa. Dari data penduduk ini maka jika dibandingkan dengan luas lahan yang ada, maka kepadatan penduduk rata-rata Nagari Maninjau hanyalah 5,4 jiwa/ km2.

Jika dibandingkan dengan keadaan penduduk pada tahun 1999 jumlah penduduk mencapai 4.219 jiwa, terjadi penurunan jumlah penduduk yang sangat tajam. Hal ini disebabkan dengan tingginya jumlah penduduk yang meninggalkan Nagari Maninjau (atau pergi merantau) jika dibandingkan jumlah penambahan penduduk akibat penduduk pindah masuk maupun iumlah kelahiran baru.

3

Pengaruh dari perilaku merantau ini sangat terasa, ditandai oleh banyaknya lahan sawah maupun perkebunan rakyat (ladang) yang terlantar akibat kurangnya tenaga kerja untuk pengolahannya. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, 3 (tiga) buah kampung yang dulunya Jorong, sudah tidak ada penduduknya lagi, yaitu Ujung, Kubu Gadang dan Panji.

Kebiasaan merantau ini bagi orang Maninjau telah dilakukan turun temurun mulai dari beberapa generasi yang lalu yang juga berkaitan erat dengan terbatasnya jumlah dan jenis lapangan kerja yang tersedia. Untuk daerah Jabodetabek saja pada tahun 2004 telah tercatat (diregistrasi) oleh lkatan Keluarga Maninjau Jabodetabek (IKMJ), jumlah Anak Nagari Maninjau di Jabodetabek sebanyak lebih kurang 3.356 jiwa. lni belum termasuk untuk Anak Nagari yang merantau di daerah-daerah lain diseluruh antero Nusantara. Dan diperkirakan lebih kurang 75 % Anak Nagari Maninjau berada di perantauan, sedangkan yang menetap di kampung mungkin hanya sekitar 25 % saja.

4

1.2 Latar Belakang Penulisan

Dari gambaran umum tentang Nagari Maninjau yang telah disampaikan dapat dikemukakan beberapa hal penting yang perlu digaris bawahi yaitu: 1. Anak Nagari yang berdomisili di rantau jumlahnya jauh lebih besar

dibandingkan dengan yang menetap di kampung. Pesatnya arus merantau dimulai dari masa pergolakan PRRI yaitu sekitar tahun 1958/1959, atau lebih dari 50 tahun yang lalu. Bahkan banyak yang lahir dan dibesarkan di rantau. Maka dikhawatirkan dengan lebih banyaknya Anak Nagari yang berdomisili di rantau ini maka "Adat Salingka Nagari" sudah terlupakan. Dek lamo lupo kok tibo, dek banyak ragupun datang.

2. Karena Nagari Maninjau merupakan pusat pemerintahan Kecamatan sehingga banyak penduduk Nagari Maninjau yang merupakan pendatang dari luar Nagari, baik yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri maupun pedagang dan wiraswasta. Dima bumi dipijak di sinan langik dijunjuang, dima aia disauak, disinan rantiang dipatah.

3. Karena kebiasaan merantau dan banyaknya pendatang yang menetap sebagai penduduk Nagari Maninjau, maka hal ini akan menimbulkan dampak besar terhadap pola pikir Anak Nagari, dan boleh dikatakan bahwa Anak Nagari Maninjau mempunyai wawasan dan pola pikir yang lebih maju atau progresif.

4. Sedangkan dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat sesuai dengan filosofi "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK)”. Adat Salingka Nagari yang telah ditentukan semenjak nenek moyang kita tidak ada yang tertulis.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Buku

Penulisan Buku Adat Salingka Nagari ini bertujuan untuk: 1. Agar generasi muda (Anak Nagari) yang berada di kampung dan atau

terutama yang dilahirkan/ dibesarkan di perantauan dapat mengetahui serta memahami Adat Salingka Nagari (tanah leluhurnya) dengan membaca buku ini. Sebab dengan membaca akan lebih masuk ke dalam fikiran daripada hanya mendengar cerita saja.

2. Bagi penduduk Nagari sebagai pendatang, sebagai pedoman dalam mengaktualisasikan "Dima bumi dipijak di sinan langik dijunjuang" akan lebih mudah setelah membaca buku ini.

3. Untuk menghindari kelupaan dan keragu-raguan dengan membaca kembali buku ini.

5

2 SEJARAH BERDIRINYA NAGARI MANINJAU

2.1 Asal Usul Nagari

Menurut tambo dan keyakinan masyarakat Nagari Maninjau yang diterima keterangannya dari orang tua-tua secara turun temurun bahwa leluhur atau nenek moyang orang Maninjau berasal dari Pariangan Padang Panjang yang menjadi asal seluruh orang Minangkabau yaitu dilereng timur Gunuang Merapi,

Karena perkembangan nenek moyang yang beranak pinak, makin lama pemukiman yang mereka tempati makin terasa sempit, sehingga sebagian dari mereka berpindah mencari tempat pemukiman baru. Perpindahan ini dilakukan secara berkelompok (satu famili), sampai mereka menemukan tempat yang dianggap cocok untuk mendirikan pemukiman baru.

Dalam Tambo Adat Alam Minangkabau, pengembaraan atau perpindahan nenek moyang dari satu tempat ke tempat lainnya diungkapkan dalam pepatah sebagai berikut :

"Dek untuang lah babagi Dek nasib badan bacarai Karano niniak bakambang biak Kambang baratuih-ratuih tahun Bak sipasan anak baranak Anaknyo baranak pulo Dibangun taratak dengan dusun Dibuek Koto jo Nagari"

Pada tempat yang dianggap cocok mereka membuat pemukiman baru dengan merambah hutan dan semak belukar dan mereka membuat pondok-pondok untuk tempat tinggal yang dinamakan dengan taratak.

Pembukaan lahan baru yang dilakukan suatu kelompok famili digambarkan dengan sebuah pantun sebagai berikut:

"Pusako ranah nan balupak Tabik dari luhak nan tuo Partamo tanah ka dibukak Dimulai tatak jo taruko"

Perpindahan suatu kelompok famili diikuti oleh kelompok famili lainnya dengan mendirikan taratak pula, yang berdekatan dengan taratak yang didirikan oleh pendatang terdahulu.

6

Demikianlah selanjutnya sehingga berdirilah taratak yang berdekatan. Masing-masing taratak dipimpin oleh Tuo Taratak yang belum lagi dipanggil penghulu. Kemudian Tuo-Tuo Taratak yang berdekatan itu mengadakan mufakat untuk mempersatukan taratak tersebut menjadi dusun yang diungkapkan dengan pantun sebagai berikut:

"Kapalo labek jalan manurun Diliek dari tapi parak Bamulo tampek ka disusun Dek sapakaik urang taratak"

Pada tingkatan dusun penduduknya sudah lebih banyak, sudah ada tempat ibadah yaitu Surau. Dan mereka telah dapat mendirikan rumah yang sangat sederhana. Dusun dipimpin oleh seorang Tuo Dusun. Mereka sudah mempunyai dua buah suku yang berlainan tapi belum mempunyai penghulu.

Selanjutnya perkembangan dusun meningkat jadi Koto dan selanjutnya menjadi Nagari seperti pantun berikut :

"Rang Koto mambuek tabek Lah dibuek mangko disusun Tatkalo Koto ka dibuek Lah sapakat rang Taratak jo rang dusun" "Bungo padi ka ditampi Lakek uman dalam niru Mangkonyo nagari ka dihuni Lah sapakat sado panghulu"

Koto merupakan pemukiman yang telah ada hak dan kewajiban, seperti nagari, pimpinan ditangan penghulu tapi balairung tidak berdinding dan sudah mempunyai tiga suku yang berbeda.

Selanjutnya Nagari merupakan pemukiman yang telah mempunyai kelengkapan balairung, masjid, balabuah batapian. Ditingkat nagari telah ada empat suku.

Kalau ditelusuri perpindahan nenek moyang orang Maninjau, dari Kanagarian Pariangan Padang Panjang, mereka pindah ke barat lereng Gunung Marapi dan bermukim di Balai Gurah dekat Biaro sekarang. Dari Balai Gurah mereka pindah lagi secara terpisah-pisah ke Kamang, Guguak Tabek Sarojo di Koto Tuo dan ke Jambak. Dari Guguak Tabek Sarojo mereka melanjutkan perjalanan melalui Koto Ilalang Balingka, lalu pindah ke Parik Panjang Matur. Sebagian lagi ada yang pindah ke Pariaman melalui Gunung Tandikat, kemudian melalui Bukit Leter W dan menurun ke Danau Maninjau.

7

Bagian famili yang berpindah ke Jambak kemudian berpecah pula dan sebagian pindah ke Panta dan terus ke Parik Panjang bertemu dengan famili lain yang pindah dari Guguak Tabek Sarojo.

Famili lain yang pindah dari Koto Ilalang sebagian pindah ke Malalak dan meneruskan turun ke Danau Maninjau dan menetap di Labuah Sungai Batang.

Dari Sungai Batang ada yang meneruskan ke Maninjau dan bertemu atau bergabung dengan famili yang turun dari Parik Panjang melalui Panji, Talang dan Kuok. Jadi semua famili atau suku yang ada di Maninjau semuanya berasal dari Pariangan Padang Panjang, tapi datangnya ke Maninjau berdahulu berkemudian.

Sampai di Maninjaupun mereka belum berhenti, ada yang melanjutkan ke Bayur, Sawah Rang Salayan, ke Pagadih Koto Tinggi (IV Koto), dan ada yang lurus ke Lubuk Basung mencari tanah yang lebih luas untuk bertani dan mendirikan pula Nagari disana yaitu Kampung Tangah Lubuk Basung.

Dari risalah asal-usul Nagari dan pengembaraan nenek moyang kita tersebut dapat dipetik beberapa hal penting yang perlu kita ambil sebagai suri tauladan dan kita pegang teguh nilai perjuangan mereka, sehingga tercipta Nagari, sawah ladang, kebun, dan lain-lainnya yang kita warisi sampai saat ini. Pemikiran, perjuangan serta tatanan kehidupan nenek moyang kita antara lain adalah :

1. Nenek moyang kita dahulu telah mempunyai cakrawala pikir yang luas, bahwa dengan semakin berkembangnya jumlah anak kemenakan, mereka telah memikirkan untuk mencari tempat baru untuk pemukiman dan tempat tinggal yang memadai untuk anak kemenakan mereka.

2. Di tempat-tempat baru yang mereka anggap cocok untuk tempat tinggal, mereka merambah atau menatak semak belukar, mereka menaruko membuat petak-petak sawah, dan membuat tali bandar dengan tidak mengenal lelah.

3. Dari taratak-taratak yang telah mereka dirikan mereka bermufakat dan dibuatlah dusun. Dusun-dusun kemudian dikembangkan menjadi koto dan selanjutnya terbentuklah Nagari. Semua ini terjadi karena terciptanya kesepakatan diantara mereka.

Jadi dengan demikian apa-apa yang telah dibuat oleh nenek moyang kita tersebut perlu kita tauladani dan diwariskan kepada anak cucu

8

2.2 Syarat-Syarat Nagari

Persyaratan untuk dapat disebut nagari ditetapkan dalam apa yang disebut dalam adat Minangkabau dengan Undang-Undang Pembentukan Nagari. Pemakaian Undang-Undang disini menurut pengertian adat Minangkabau bukanlah pengertian menurut ilmu Tata Negara. Undang-undang pembentukan nagari menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya suatu pemukiman dapat disebut Nagari, sehingga ada keseragaman pengertian nagari di ketiga Luhak di Minangkabau.

Syarat-syarat berdirinya nagari diungkapkan dalam pantun sebagai berikut:

"Anggari bakarek kuku Dikarek jo pisau sirauik Elok parawik batuang tuo Tuonyo elok kalantai Nagari ba ka-ampek suku Dalam suku babuah paruik Kampuang nan batuo Rumah nan batungganai"

Undang-Undang Nagari dalam Limbago Nan Sapuluah adalah Undang-Undang tentang Nagari yang membuat peraturan-peraturan untuk membentuk sesuatu "Persekutuan Masyarakat Adat" di tingkat Nagari.

Kelompok masyarakat adat yang hendak mendirikan Nagari haruslah sudah tersusun dari 4 (empat) suku yang masing-masing terdiri dari beberapa paruik. Tiap-tiap kampung ada tuanya atau mamaknya sebagai pemimpin, dan setiap rumah ada tungganainya (tunggak nan mananai).

Selain itu perlengkapan Nagari yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

Balai Nan Saruang (Balairung);

Musajik Nan Sabuah (sekurang-kurangnya);

Labuah Nan Golong;

Pasa (Galanggang) Nan Rami;

Tapian Tampek Mandi;

Bapandam Bapakuburan;

Basawah Nan Bapiriang;

Ladang Nan Babintalak;

Rumah Nan Babiliak;

Lumbuang Nan Baririk;

Ameh perak, Bareh padi.

9

Di Nagari Maninjau terdapat 7 (tujuh) suku, yaitu : 1. Caniago dengan 4 orang penghulu;

2. Malayu dengan 5 orang penghulu;

3. Guci dengan 2 orang penghulu;

4. Piliang dengan 7 orang penghulu;

5. Koto dengan 2 orang penghulu;

6. Tanjung dengan 2 orang penghulu; dan

7. Sikumbang dengan 2 orang penghulu.

Nagari Maninjau dahulunya terdiri dari 4 (empat) buah Jorong yaitu: 1. Jorong Nagari (Pusat Nagari) meliputi Nagari, Kapalo Koto, Ujuang,

Guguak, Kukuban, Kayu Tanam, Garonggong, Jambu Putih dan Bancah.

2. Jorong Kubu Gadang Panji, meliputi Kubang Laweh, Kubu Gadang, Panji,

Kubu Pauah, Kubu Salapan, dan Ladang Sapuluah.

3. Jorong Panyinggahan meliputi Sikabu, Panyinggahan Kampung Dalam,

Kubu Baru, Pasa, Muaro Pisang, Kuok dan Talang.

4. Jorong Gasang yang meliputi Penurunan, Aia Angek, Pasie Panjang, Lilin,

dan Batang Maransi.

Tiap-tiap jorong ini dilengkapi dengan sebuah masjid yang menjadi milik Nagari beserta kelengkapannya. Mesjid tertua di Nagari Maninjau dahulunya terletak di Galap (Kolam) yaitu di Jorong Nagari. Kemudian pada tahun 1907 dipindahkan ke Bancah dan sekarang benama Mesjid Ummul Qura. Sesuai dengan jumlah Jorong maka di Nagari Maninjau terdapat 4 mesjid, satu buah mesjid di tiap-tiap Jorong. Disamping Mesjid, dulu Niniak Mamak orang Maninjau yang terdiri dari 7 (tujuh) suku, menandai kawasan kaumnya dengan "Batu Besar". Kawasan suku Caniago dengan Batu Gajah, suku Malayu dengan Batu Sulah, suku Guci dengan Batu Balimbiang, suku Piliang dengan Batu Hampa, suku Sikumbang dengan Batu Bulek, suku Koto dengan Batu Simanahan, dan suku Tanjuang dengan Batu Kurisi. Ketujuh batu tersebut terletak di Jorong Nagari. Dan sebagai induk kesatuan dari batu-batu tersebut disimbolkan dengan Batu Doto (Batu Dewata) dan terletak dalam Danau Maninjau di Ikua Koto. Disamping 4 (empat) buah Mesjid, Nagari Maninjau mempunyai Pasar Nagari yakni Pakan Salasa, yang dahulunya terletak di daerah yang sekarang disebut dengan Salasa Lamo (Salamo). Kemudian Nagari memiliki Galanggang atau tanah lapang yakni Lapangan Panin dan lain-lain kelengkapan Nagari telah dimiliki. Aset nagari yang merupakan tanah nan sabingkah, rumpuik nan sahalai, adalah ulayat “Niniak Mamak". Hal ini bermakna bahwa pengelolaan atau penggunaan semua asset Nagari harus sepengetahuan Ninik Mamak