tinjauan pustaka klasifikasi dan morfologi muncak (m. m ... · tinjauan pustaka klasifikasi dan...

11
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Muncak (M. m. muntjak) Morfologi genus Muntiacus secara umum telah banyak diteliti. Demikian pula dengan penelitian seluk-beluk hubungan filogenetiknya yang terus dikembangkan. Dansie (1970) mengklasifikasikan M. m. muntjak sebagai berikut: Kelas : Mammalia, Ordo : Artiodactyla, Subordo : Ruminantia, Famili : Cervidae, Genus : Muntiacus, Spesies : M. muntjak, Subspesies : M. m. montanus, M. m. muntjak, M. m. nainggolani, M. m. rubidus, M. m. pleicharicus. Ciri fisik muncak berupa warna lapisan kulit coklat muda kekuningan sampai coklat kehitaman dan pada punggung terdapat garis kehitaman. Daerah perut hingga leher berwarna putih, khusus leher memiliki variasi warna dari putih sampai coklat muda. Ekor muncak relatif pendek dengan moncong yang agak panjang dan berwarna kehitaman (Dubost 1971). Gambar 1 Indian muntjac (Muntiacus muntjak) jantan dan betina. Muncak jantan sedang berada pada tahap ranggah lunak (velvet) (kiri), sedangkan betina tidak memiliki ranggah (kanan) (Sumber: www.arkive.org ).

Upload: phamdan

Post on 19-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Muncak (M. m. muntjak)

Morfologi genus Muntiacus secara umum telah banyak diteliti. Demikian

pula dengan penelitian seluk-beluk hubungan filogenetiknya yang terus

dikembangkan. Dansie (1970) mengklasifikasikan M. m. muntjak sebagai berikut:

Kelas : Mammalia,

Ordo : Artiodactyla,

Subordo : Ruminantia,

Famili : Cervidae,

Genus : Muntiacus,

Spesies : M. muntjak,

Subspesies : M. m. montanus,

M. m. muntjak,

M. m. nainggolani,

M. m. rubidus,

M. m. pleicharicus.

Ciri fisik muncak berupa warna lapisan kulit coklat muda kekuningan

sampai coklat kehitaman dan pada punggung terdapat garis kehitaman. Daerah

perut hingga leher berwarna putih, khusus leher memiliki variasi warna dari putih

sampai coklat muda. Ekor muncak relatif pendek dengan moncong yang agak

panjang dan berwarna kehitaman (Dubost 1971).

Gambar 1 Indian muntjac (Muntiacus muntjak) jantan dan betina. Muncak jantan sedang berada pada tahap ranggah lunak (velvet) (kiri), sedangkan betina tidak memiliki ranggah (kanan) (Sumber: www.arkive.org).

  

5  

Muncak memiliki panjang tubuh 89 - 135 cm dan bobot tubuh 14 - 35 kg

(Jackson 2002). Muncak jantan lebih besar bila dibandingkan dengan betina,

namun bila didasarkan pada pengukuran tulang kerangka, postur tubuh muncak

jantan ternyata lebih kecil dibandingkan muncak betina. Rataan panjang baris

gigi maxilaris muncak betina adalah 6.03 + 0.21 mm, dan muncak jantan

6.02 + 0.26 mm (Barrette 1987). Bila dibandingkan dengan rusa, muncak jantan

dan betina menunjukkan dimorfisme seksual yang lebih kecil berdasarkan ukuran

tubuhnya (Pond dan Alan 2005). Dimorfisme seksual merupakan perbedaan fisik

atau tingkah laku yang berhubungan dengan jenis kelamin.

Pada muncak jantan, gigi taring atas lebih berkembang yang menonjol

keluar sekitar 2 cm dari os maxillaris dan dapat diamati meskipun muncak

sedang menutup mulutnya (Chapman 1997). Gigi taring dan ranggah muncak

jantan digunakan sebagai alat pertahanan diri saat muncak tersebut berkelahi

dengan muncak jantan lainnya (Dansie 1970).

Tahap Petumbuhan Ranggah Ranggah merupakan organ asesoris kelamin sekunder pada famili

Cervidae jantan yang tumbuh dan berkembang setelah mencapai masa pubertas

(Wallace dan Birtles 1985). Namun keberadaan ranggah tidak hanya ditemukan

pada Cervidae jantan. Pada spesies rusa rein (Rangifer tarandus) jantan dan

betina, keduanya memiliki ranggah namun ukuran ranggah rusa betina lebih kecil

dibandingkan ranggah rusa jantan (Wilson 1984; Bubenik dan Bubenik 1987).

Pertumbuhan ranggah pada Cervidae betina dapat disebabkan oleh adanya

proses abnormalitas endokrin atau kelainan kromosom (Wilson 1984).

Sebaliknya bila tidak ditemukan adanya ranggah pada Cervidae jantan dapat

dikaitkan dengan kriptorkidisme, hipogonadisme atau abnormalitas kromosom

seks. Penghilangan ranggah dapat dilakukan dengan melakukan kastrasi testis

sebelum memasuki tahap pubertas (Bubenik et al. 1987). Ranggah berfungsi

sebagai penanda aktivitas reproduksi dengan cara menggaruk-garukkan ranggah

pada batang pohon, membuat tanda teritori yang tidak boleh ditempati jantan

lainnya. Selain itu ranggah digunakan pula sebagai alat pertahanan diri pada

saat berkelahi dengan jantan lain untuk memperebutkan betina.

Cervidae jantan dewasa melewati empat tahap pertumbuhan ranggah,

yaitu tahap pedicle, tahap ranggah muda (velvet), tahap ranggah keras (hard

antler), dan tahap lepas ranggah (casting) (Fennessy dan Suttie 1985). Setiap

  

6  

tahap pertumbuhan ranggah memiliki durasi yang berbeda-beda. Hal ini diduga

karena adanya perbedaan spesies, perbedaan bobot badan, serta bentuk dan

ukuran ranggah (Wahyuni et al. 2011).

Pada tahap akhir dari pertumbuhan ranggah lunak (velvet), akan terjadi

proses pengelupasan kulit velvet yang dikenal dengan shedding. Shedding

menandakan bahwa Cervidae, termasuk muncak, telah memasuki tahap ranggah

keras. Tahap ranggah keras merupakan tahap terpanjang dari satu siklus

pertumbuhan ranggah. Hal ini telah dilaporkan sebelumnya pada rusa timor yang

memiliki waktu tahap ranggah keras selama 207.25 hari (Handarini 2006), dan

rusa bawean selama 8 bulan (Semiadi et al. 2003). Data tentang morfologi

pertumbuhan ranggah khususnya ranggah velvet pada muncak (M. m. muntjak)

jantan telah dilaporkan dengan durasi pertumbuhan diantara 98 - 104 hari

(Wahyuni et al. 2011).

Penyebaran Muncak Secara alami kawasan penyebaran muncak di dunia meliputi sebagian

semenanjung Thai-Malaya, pulau-pulau besar di Sunda Besar (Kalimantan,

Jawa, Bali, dan Sumatera), dan berbagai pulau-pulau kecil. Pada daerah bagian

utara Thailand yang berbatasan dengan Semenanjung Malaya, Muntiacus

muntjak diambil untuk ditempatkan di bagian selatan Thailand dan di bagian

paling selatan Myanmar. Sementara itu, keberadaan muncak di Singapura telah

punah (IUCN 2010).

Gambar 2 Peta penyebaran M. muntjak Indonesia dan beberapa negara di Asia

Tenggara. (Sumber : www.iucnredlist.org).

  

7  

Muntiacus muntjak terdiri dari lima belas subspesies yang tersebar di

berbagai wilayah di belahan dunia. Subspesies M. m. annamensis terdapat di

Indochina, M. m. curvostylis di Thailand, M. m. grandicornis di Burma,

M. m. peninsulae di Semenanjung Malaya, dan M. m. nigripes yang disebut

Black-footed atau Black-legged Muntjac berada di Vietnam dan Pulau Hainan.

Muncak India (Indian muntjac) merupakan sebutan untuk tiga subspesies yaitu

M. m. aureus yang dapat ditemukan di Semenanjung India, M. m. malabaricus di

India Selatan dan Srilanka serta M. m. vaginalis di Burma sampai ke Cina bagian

barat daya. Selain itu, beberapa subspesies Indian muntjac juga tersebar di

Indonesia, yaitu M. m. montanus yang disebut Muncak gunung terdapat di

Sumatera, M. m. bancanus di Pulau Bangka dan Belitung, M. m. nainggolani di

Bali dan Pulau Lombok, M. m. pleicharicus di Kalimantan Selatan, M. m. rubidus

di Kalimantan Utara, M. m. robinsoni di Pulau Bintan, dan M. m. muntjak yang

disebut Javan Muntjac tersebar di Jawa dan Sumatera Selatan (IUCN 2010).

Muncak sangat sulit ditemukan, terutama karena keberadaan muncak tidak

mencolok dan adanya siklus ranggah. Adanya siklus ranggah ini menyebabkan

saat ranggah lepas dan ranggah velvet, muncak hidup soliter sehingga sulit

ditemukan. Akan tetapi pada saat ranggah keras, muncak memungkinkan

ditemukan dalam kawanannya. Di samping itu, keberadaan muncak di alam

dapat diketahui dari suaranya yang menyerupai gonggongan atau menemukan

fesesnya, dibandingkan menemukan keberadaan muncak tersebut. Schaller

yang sejak tahun 1967 meneliti tentang muncak, hanya pernah melihat muncak

sebanyak 23 kali selama 14 bulan saat bekerja di Kanha dan selama 14 bulan

saat di Wilpattu (Sri Lanka). Muncak dapat terlihat saat Schaller bersembunyi

dalam lubang air dan berjalan dengan kecepatan rendah (IUCN 2010). Organ Reproduksi Jantan

Organ reproduksi jantan terdiri atas gonad, saluran reproduksi, kelenjar-

kelenjar asesoris kelamin, dan organ kopulatoris. Gonad pada hewan jantan yaitu

testis atau testikulus. Saluran reproduksi meliputi epididimis, duktus deferens,

dan uretra. Kelenjar-kelenjar asesoris terdiri atas ampula, kelenjar vesikularis,

kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretralis (Toelihere 1981).

Testis terbungkus di dalam kantung skrotum dan memiliki saluran-saluran

yaitu epididimis dan duktus deferens. Testis menghasilkan spermatozoa dan

hormon testosteron. Skrotum memberikan lingkungan yang lebih cocok yaitu

  

8  

temperatur yang lebih rendah untuk menjaga spermatozoa agar tetap fertil

sehingga mampu mencapai organ reproduksi betina dan membuahi ovum.

Testis

Testis merupakan gonad jantan yang berfungsi dalam proses pembentukan

spermatozoa yang dikenal dengan spermatogenesis dan menghasilkan hormon

steroid jantan. Spermatogenesis berlangsung di dalam tubuli seminiferus testis.

Tubulus seminiferus dipisahkan oleh jaringan intersisial yang terdiri atas sel-sel

interstisial, buluh darah, dan sel-sel makrofag. Sel-sel interstisial atau dikenal

dengan sel Leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon androgen (Colville dan

Bassert 2002, Frandson et al. 2009).

BA

DC

Gambar 3 Organ reproduksi jantan beberapa ruminansia. A.Babi, B.Kuda, C.Domba,

D.Sapi. Organ reproduksi jantan terdiri atas vesika urinaria (1), duktus deferens (2), ampula (3), kelenjar vesikularis (4), kelenjar prostat (5), kelenjar bulbouretralis (6), testes (7), dan fleksura sigmoidea (8) (Sumber: Frandson et al. 2009).

  

9  

Testis terletak di daerah prepubis, terbungkus dalam kantung skrotum dan

digantung oleh funikulus spermatikus. Umumnya testis berbentuk oval dengan

ukuran yang bervariasi bergantung spesies (Colville dan Bassert 2002). Kambing

dan domba memiliki testes berbentuk lonjong, berukuran panjang

0.75 – 1.15 cm, diameter 0.35-0.68 cm, dan bobot 250-300 g (Hafez 1987).

Ukuran testes dexter dan testes sinister rusa timor pada tahap ranggah keras

adalah: panjang 9.178 + 0.238 cm dan 9.094 + 0.296 cm, diameter

4.343 + 0.221 cm dan 4.238 + 0.312 cm, dan bobot 187.85 + 13.61 g

(Handarini 2006). Ruminansia lainnya yaitu kancil memiliki ukuran testis dengan

panjang 1.233 + 0.289 cm, diameter 0.820 + 0.192 cm, dan bobot 0.81 + 0.17 g

(Najamudin 2010).

Skrotum Skrotum adalah kulit berkantung yang ukuran, bentuk, dan lokasinya

menyesuaikan dengan testis yang berada di dalamnya. Kulit skrotum tipis,

lembut, dan relatif kurang berambut. Di sebelah dalam dari kulit skrotum terdapat

tunika dartos dengan serabut-serabut otot yang akan berkontraksi pada cuaca

dingin, dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding abdominal.

Tunika dartos melintas bidang median antara dua testes dan membantu

membentuk septum skrotal, yang membagi testes menjadi dua bagian, yaitu

testes dexter et sinister (Frandson et al. 2009). Skrotum pada domba lebih

pendek dan tidak mempunyai leher dibandingkan dengan sapi (Hafez 1987).

Skrotum dari domba ini sering ditutupi oleh bulu-bulunya, yang mungkin

dikarenakan ketidaksuburan sehingga mengganggu dalam menghilangkan panas

(Dyce et al. 2002). Lingkar skrotum pada domba garut yaitu 3.236 + 0.168 cm

(Rizal 2004), sedangkan lingkar skrotum rusa timor pada tahap ranggah keras

2.021 + 0.091 cm (Handarini 2006).

Epididimis Epididimis adalah suatu struktur tunggal memanjang yang bertaut rapat

dengan testis. Epididimis menghubungkan duktus eferens pada testis dengan

duktus deferens (vas deferens) (Frandson et al. 2009). Epididimis terdiri atas

kaput epididimidis, korpus epididimidis, dan kauda epididimidis.

  

10  

A B C Gambar 4 Anatomi epididimis. Bagian-bagian epididimis terdiri atas A.Kaput, B.Korpus,

C.Kauda (Sumber: Senger 2003).

Kaput epididimidis membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk

mangkok yang dimulai pada ujung proksimal testis. Umumnya berbentuk U dan

hanya berbeda dalam ukuran. Pada ujung proksimal testis, kaput epididimidis

menjadi pipih dan bersambung ke korpus epididimidis. Pada ujung distal testis,

korpus membentuk kauda epididimidis (Salisbury dan VanDemark 1961).

Fungsi utama epididimis adalah untuk menyalurkan spermatozoa yang

berasal dari rete testis ke duktus eferens testis yang dapat terjadi karena tekanan

cairan di dalam testis. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pematangan

sperma, dan tempat penyimpanan sperma yaitu di bagian kauda epididimidis

(Salisbury dan VanDemark 1961).

Duktus Deferens Duktus deferens mengangkut spermatozoa dari epididimis menuju ke

uretra saat ejakulasi terjadi. Duktus deferens menghubungkan kauda epididimidis

dengan bagian pelvis dari uretra. Lapisan tebal dari otot halus pada dindingnya

menyebabkan duktus deferens menjadi sangat kompak (Colville dan

Bassert 2002).

Duktus deferens meninggalkan kauda epididimidis kemudian bergerak

melalui kanalis inguinalis yang merupakan bagian dari funikulus spermatikus dan

pada cincin inguinal internal memutar ke belakang, memisah dari buluh darah

dan syaraf dari funikulus spermatikus. Selanjutnya sepasang duktus deferens

mendekati uretra, bersatu dan kemudian berjalan ke dorsokaudal vesika urinaria,

serta dalam lipatan peritoneum yang disebut lipatan urogenital (genital fold)

(Frandson et al. 2009).

  

11

 

G

 

 

Pad

bergabung

dapat me

(Colville d

a sebagian

g dengan

engandung

an Bassert

n besar hew

uretra. Pe

kelenjar y

2002).

wan, duktu

mbesaran

yang merup

us deferens

ini disebut

pakan kom

s akan mem

t dengan a

mponen pem

mbesar seb

ampula. Am

mbentuk se

belum

mpula

emen

Kelenjar AAsesoris KKelamin Kele

sebagai m

nutrisi spe

betina yan

vesikularis

terdapat s

asesoris

semua he

enjar aseso

media trans

erma dan b

ng bersifat a

s, kelenjar

sepasang,

bervariasi

ewan (Frand

oris kelam

sport sperm

berperan se

asam. Kele

prostat da

kecuali kel

pada setia

dson et al. 2

min pada h

ma. Semen

ebagai buff

njar asesor

an kelenja

enjar prost

ap spesies,

2009).

hewan jan

menyediak

fer saat be

ris kelamin t

r bulbouret

at. Morfolo

, tetapi lok

tan mengh

kan kondisi

erada di sa

terdiri atas a

tralis. Kele

gi dan mor

kasinya rel

hasilkan se

yang baik

luran repro

ampula, ke

enjar-kelenja

rfometri ke

atif sama

emen

k bagi

oduksi

lenjar

ar ini

lenjar

pada

Amp

Ampula b

domba, da

selanjutny

(Frandson

kelenjar

(Hafez 19

7.253 + 0

Kancil m

(Najamud

pula adalah

berkembang

an sedikit p

ya bermuara

n et al. 2009

vesikularis

987). Panjan

.239 cm (N

memiliki dia

in 2010).

h pembesar

g dengan b

pada anjing

a ke dalam

9). Ampula

merupaka

ng ampula

alley 2006)

ameter am

ran kelenjar

baik pada h

, namun ke

m duktus def

mengandu

an sumber

domba yait

), dan kanci

mpula 0.20

r pada bag

hewan janta

elenjar ini tid

ferens dan

ng fruktosa

r terbesar

tu 7.0 cm (T

il 1.733 + 0

0 cm dan

gian ujung d

an seperti

dak ada pa

memberika

a dan asam

penghasi

Toelihere 1

.287 cm (N

bobot 0

duktus defe

kuda, sapi

da babi. Am

an cairan se

sitrat, mes

l substans

981), rusa

Najamudin 2

0.07 + 0.0

erens.

, dan

mpula

emen

kipun

si ini

timor

2010).

01 g

Gambar 5

Kelenjar asedan Harris 1

esoris kelam1991).

in pada M. rreevesi (Summber: Modifikaasi dari Chappman

12  

Kelenjar vesikularis berada di kedua belah sisi luar dari ampula. Hasil

sekresi kelenjar ini mengandung heksosa, fruktosa, dan asam sitrat dengan

konsentrasi tinggi yang selanjutnya akan disekresikan ke kolikulus seminalis

(Hafez 1987). Duktus kelenjar vesikularis dexter et sinister memasuki pelvis

uretra pada daerah yang sama dengan duktus deferens. Kelenjar vesikularis

terdapat pada hewan domestik kecuali anjing dan kucing (Colville dan

Bassert 2002).

Ukuran kelenjar vesikularis domba adalah panjang 0.4 cm, lebar 0.2 cm,

tinggi 0.15 cm, dan bobot 5 g (Toelihere 1981). Panjang kelenjar vesikularis dari

rusa timor 4.536 + 0.142 cm (Nalley 2006) dan kancil 1.800 + 0.346 cm. Tebal

dan bobot kelenjar vesikularis kancil 0.573 + 0.110 cm dan 0.029 + 0.009 g

(Najamudin 2010).

Kelenjar prostat adalah kelenjar yang tidak berpasangan yang mengelilingi

pelvis uretra. Pada hewan-hewan tua, prostat dapat membesar dan berhubungan

dengan sistem urinaria. Kelenjar ini menghasilkan sekreta yang bersifat alkalis

yang berperan sebagai buffer saat berada di saluran reproduksi betina yang

bersifat asam dan memberikan bau yang spesifik pada cairan semen

(Frandson et al. 2009).

Kelenjar prostat dapat ditemukan sebagai korpus prostat atau pars

diseminata. Korpus prostat merupakan badan kompak yang berada pada bagian

dorsal pelvis uretra, yang terletak di sebelah luar otot uretra. Pars diseminata

merupakan bagian prostat yang secara difus tersebar di sekitar pelvis uretra dan

berada dalam dinding pelvis uretra. Pada anjing dan kucing, korpus prostat

berukuran besar, berbentuk globular, dan berkembang dengan baik yang

mengelilingi keseluruhan uretra (anjing) dan sebagian besar uretra (kucing).

Kuda memiliki korpus prostat yang seluruhnya berada di luar pelvis uretra dan

terdiri atas dua lobus lateral yang dihubungkan oleh istmus. Sedangkan kelenjar

prostat yang berbetuk pars diseminata dapat ditemukan pada ruminansia kecil,

seperti kambing dan domba (King 1993). Panjang korpus prostat pada domba

3.0 cm (Toelihere 1981) dan rusa timor 2.061 + 0.033 cm (korpus prostat)

(Nalley 2006). Korpus prostat pada kancil memiliki panjang 1.733 + 0.252 cm,

tebal 0.653 + 0.006 cm, dan bobot 0.43 + 0.07 g (Najamudin 2010).

  

13  

Kelenjar bulbouretralis yang dikenal dengan kelenjar Cowper, adalah

sepasang kelenjar yang terletak pada sisi pelvis uretra di sebelah kranial dari

arcus ischiadicus, dan di sebelah kaudal dari kelenjar-kelenjar asesoris kelamin

lainnya. Kelenjar bulbouretralis ditemukan pada semua jenis hewan ternak

kecuali anjing dan berukuran besar pada babi (Frandson et al. 2009). Kelenjar

bulbouretralis dilapisi oleh muskulus bulbospongiosus yang tebal dan kuat, dan

membentuk saluran hingga ke dorsal divertikulum (Dyce et al. 2002). Fungsi

kelenjar ini membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urin dan kotoran-

kotoran lainnya sebelum ejakulasi berlangsung (Hafez 1987). Ukuran kelenjar

bulbouretralis domba yaitu panjang 0.15 cm, lebar 0.1 cm, tinggi 0.1 cm, dan

bobot 3 g (Toelihere 1981). Kelenjar bulbouretralis pada kancil memiliki panjang

0.826 + 0.102 cm, tebal 0.547 + 0.085 cm, dan bobot 0.86 + 0.04 g

(Najamudin 2010).

Penis Penis merupakan organ kopulatoris hewan jantan yang berfungsi ganda

yaitu sebagai saluran untuk pengeluaran urin dan penyaluran semen ke dalam

saluran reproduksi hewan betina. Penis terdiri atas radiks, korpus, dan ujung

bebas yang berakhir pada glans penis (Hafez 1987). Pada ujung bebas penis

ruminansia kecil terdapat prosesus uretralis (2 – 3 cm pada rusa, 3 – 4 cm pada

domba) melewati glans penis (Dyce et. al. 2002).

A B Gambar 6 Perbandingan penis pada beberapa ruminansia. A. Domba dan B. Sapi.

Penis terdiri atas prosesus uretralis (1), preputium (2), glans penis (3) (Sumber: Senger 2003).

  

14  

  

Penis domba berukuran panjang 35 cm dengan fleksura sigmoidea yang

berkembang baik. Diameter penis relatif kecil 1.5 - 2 cm. Panjang glans penis

5 - 7.5 cm dan mempunyai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm yang

disebut prosesus uretralis yang merupakan bagian terminal uretra

(Toelihere 1981). Penis rusa timor memiliki panjang total 43.75 + 2.47 cm dan

panjang bebas preputium 3.5 + 0.88 cm (Nalley 2006). Penis kancil memiliki

panjang total 14.233 + 1.474 cm, panjang bebas preputium 5.833 + 1.041 cm,

glans penis 4.433 + 0.208 cm, dan diameter 0.40 cm (Najamudin 2010).