partisipasi masyarakat dalam pengembangan taman …

18
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) WAN ABDUL RACHMAN SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA (STUDI KASUS: KELURAHAN SUMBER AGUNG, KECAMATAN KEMILING, KOTA BANDAR LAMPUNG) Nita Febriana 1 , Dewi Sawitri 2 , Yudha Rahman 3 1 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan 1 Email : [email protected] 2 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan 2 Email : [email protected] 1 Email : [email protected] 3 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan 3 Email : [email protected] ABSTRAK Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan bagi perkembangan wilayah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk mengurangi adanya dampak negatif dari pengembangan pariwisata (sosial, ekonomi, dan lingkungan) dibutuhkan pengembangan pariwisata berkelanjutan salah satunya ekowisata, dimana mampu menciptakan pelestarian sumberdaya alam tanpa merusak habibat aslinya. Dalam mencapai tujuan pengembangan kawasan ekowisata perlu adanya partispasi masyarakat yang efektif dan efesien, karena partisipasi masyarakat merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pengembangannya.Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa dalam pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman partisipasi masyarakat sangat penting. Dibuktikan dalam hal Tingkat partsipasi maupun Bentuk Partisipasi mengindikasikan adanya hubungan antara pengetahuan dan keterampilan. Dimana dalam pengambilan keputusan berada pada tangga partisipasi penentraman, artinya masyarakat belum diajak sepenuhnya dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan adanya kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki pemerintah dengan masyarakat. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, masyarakat di Kelurahan Sumber Agung mayoritas hanya lulusan dari SMP, tidak sebanding dengan pemerintah yang memiliki pengetahuan jauh lebih unggul. Sedangkan dalam hal bentuk partisipasi, terutama dalam tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat, menyebabkan pemanfaatan secara ekonomi dan sosial masih tidak maksimal. Kata Kunci : Ekowisata, Partisipasi Masyarakat, Tingkat Partisipasi Masyarakat, Bentuk Partisipasi Masyarakat ABSTRACT Tourism is a promising sector for regional development in order to boost economic growth. To reduce the negative impacts of tourism development (social, economic, and environmental), it is necessary to develop sustainable tourism, one of which is ecotourism, which is able to create natural resource preservation without destroying its original habitat. In achieving the goal of developing an

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN

HUTAN RAYA (TAHURA) WAN ABDUL RACHMAN SEBAGAI

KAWASAN EKOWISATA (STUDI KASUS: KELURAHAN SUMBER

AGUNG, KECAMATAN KEMILING, KOTA BANDAR LAMPUNG)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3 1 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan

1 Email : [email protected] 2 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan

2 Email : [email protected] 1 Email : [email protected]

3 Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Lampung Selatan 3 Email : [email protected]

ABSTRAK

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan bagi

perkembangan wilayah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk

mengurangi adanya dampak negatif dari pengembangan pariwisata (sosial,

ekonomi, dan lingkungan) dibutuhkan pengembangan pariwisata berkelanjutan

salah satunya ekowisata, dimana mampu menciptakan pelestarian sumberdaya alam

tanpa merusak habibat aslinya. Dalam mencapai tujuan pengembangan kawasan

ekowisata perlu adanya partispasi masyarakat yang efektif dan efesien, karena

partisipasi masyarakat merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan

pengembangannya.Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa dalam

pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman partisipasi

masyarakat sangat penting. Dibuktikan dalam hal Tingkat partsipasi maupun

Bentuk Partisipasi mengindikasikan adanya hubungan antara pengetahuan dan

keterampilan. Dimana dalam pengambilan keputusan berada pada tangga

partisipasi penentraman, artinya masyarakat belum diajak sepenuhnya dalam

pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan adanya kesenjangan antara

pengetahuan yang dimiliki pemerintah dengan masyarakat. Jika dilihat dari tingkat

pendidikan, masyarakat di Kelurahan Sumber Agung mayoritas hanya lulusan dari

SMP, tidak sebanding dengan pemerintah yang memiliki pengetahuan jauh lebih

unggul. Sedangkan dalam hal bentuk partisipasi, terutama dalam tahap

pelaksanaan dan pemanfaatan hasil, karena kurangnya pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki masyarakat, menyebabkan pemanfaatan secara

ekonomi dan sosial masih tidak maksimal.

Kata Kunci : Ekowisata, Partisipasi Masyarakat, Tingkat Partisipasi Masyarakat,

Bentuk Partisipasi Masyarakat

ABSTRACT

Tourism is a promising sector for regional development in order to boost

economic growth. To reduce the negative impacts of tourism development (social,

economic, and environmental), it is necessary to develop sustainable tourism, one

of which is ecotourism, which is able to create natural resource preservation

without destroying its original habitat. In achieving the goal of developing an

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

ecotourism area, effective and efficient community participation is needed, because

community participation is the main factor in determining the success of its

development. Based on the analysis, it was found that in the development of the

Forest Park Wan Abdul Rachman, community participation was very important.

Evidenced in terms of the level of participation and forms of participation indicate

a relationship between knowledge and skills. Where in decision making is on the

ladder of placation participation, meaning that the community has not been fully

invited to make decisions. This is because there is a gap between the knowledge

held by the government and the community. Meanwhile, in terms of the form of

participation, especially in the implementation and benefits stages, the lack of

knowledge and skills possessed by the community has resulted in inadequate

economic and social use.

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia menurut

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 3

adalah berbagai macam kegiatan wisata

dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, dan Pemerintah

Daerah. Di Indonesia, pariwisata

merupakan sektor yang menjanjikan

bagi perkembangan wilayah guna

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menurut data Kementrian Pariwisata

(2016), kontribusi sektor pariwisata

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Nasional pada tahun 2014 telah

mencapai 9% dan menyumbang devisa

negara dari sektor pariwisata sebesar Rp

120 triliun. Menurut UNWTO (2013),

Pariwisata berkelanjutan (Sustainable

Tourism) merupakan pariwisata yang

memperhitungkan penuh dampak

ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini

dan masa depan, serta dapat mengatasi

kebutuhan pengunjung, industri,

lingkungan dan masyarakat setempat.

Salah satu konsep dari Sustainable

Tourism (Pariwisata Berkelanjutan)

yaitu konsep ekowisata.

Menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pengembangan Ekowisata di

Daerah, telah mendorong Pemerintah

Daerah untuk mengembangkan

ekowisata yang sudah menjadi trend

dalam kegiatan kepariwisataan di

Indonesia. Peraturan ini menyebutkan

bahwa pengembangan ekowisata wajib

memberdayakan masyarakat setempat

yang dalam hal ini sesuai dengan prinsip

ekowisata yaitu peran aktif masyarakat

sekitar dalam kegiatan perencanaan,

pemanfaatan, dan pengendalian

ekowisata dengan menghormati nilai-

nilai sosial-budaya dan keagamaan

masyarakat di sekitar kawasan wisata.

Adapun indikator keberhasilan dalam

pengembangan ekowisata (TIES, 2015),

yaitu meminimalkan dampak,

membangun kesadaran rasa hormat

terhadap lingkungan dan budaya,

memberikan pengalaman yang positif

bagi pengunjung dan masyarakat

setempat, memberikan manfaat

keuangan langsung untuk konservasi,

memberikan manfaat finansial dan

pemberdayaan bagi masyarakat

setempat, serta meningkatkan

kesejahteraan dan perekonomian

masyarakat setempat.

Keterlibatan masyarakat lokal yang

menurut Fitriyana (2016) merupakan

kunci utama dalam pengelolaan

kawasan wisata dan memberikan

peluang terjalinnya hubungan

kerjasama antara masyarakat dengan

pengelola. Hubungan kerjasama yang

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

terjalin tersebut akibat adanya

keuntungan yang dirasakan kedua belah

pihak. Pihak masyarakat mendapatkan

keuntungan, salah satunya berupa

terbukanya lapangan pekerjaan dan

karena adanya keuntungan yang

diperoleh masyarakat tersebut maka

masyarakat akan ikut merasakan

pentingnya keberadaan suatu kawasan

ekowisata.

Teori ini selanjutnya dapat

diimplentasikan dalam pengembangan

ekowisata di Taman Hutan Raya Wan

Abdul Rachman (Tahura WAR). Tahura

WAR memiliki fungsi rekreasi karena

adanya beragam potensi sumberdaya

alam yang sangat menarik. Potensi

sumberdaya alam tersebut harus

dikelola dengan baik sehingga dapat

terwujud pariwisata berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan harus

mencakup kualitas, kesinambungan

serta keseimbangan aspek-aspek

lingkungan, budaya dan manusia. Oleh

karena itu, untuk mewujudkannya, ada

berbagai jenis pariwisata yang dapat

diterapkan di antaranya adalah

ekowisata (ecotourism). Hal ini sesuai

dengan arahan Rencana Tata Ruang

Wilayah 2011-2031 Kota Bandar

Lampung, yang menetapkan Tahura

WAR sebagai kawasan strategis dan

kawasan lindung. Serta arahan

pengembangan wilayah yang tertuang

dalam Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi

Lampung 2012-2022 yang menyatakan

bahwa pengembangan pariwisata di

Tahura WAR berbasis ekowisata

dengan pendekatan Community Based

Tourism (CBT) atau partisipasi

masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka salah

satu upaya yang dapat dilakukan guna

mendukung terwujudnya ekowisata

pada kawasan Tahura WAR, yaitu

melalui upaya melibatkan masyarakat

lokal. Namun prinsip dalam melibatkan

masyarakat secara langsung hanya

mungkin dapat dicapai apabila

masyarakat sendiri ikut serta ambil

bagian sejak awal proses dan perumusan

hasil. Untuk itu maka diperlukannya

informasi secara jelas bagaimana

sebenarnya peran masyarakat lokal

dalam pengembangan pariwisata

sebagai kawasan ekowisata dengan

pendekatan Community Based Tourism

pada kawasan Taman Hutan Raya Wan

Abdurahman.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya kebijakan Rencana

Tata Ruang Wilayah 2011-2031 Kota

Bandar Lampung, Tahura WAR sebagai

kawasan strategis dan kawasan lindung.

Serta arahan Rencana Induk

Pembangunan Pariwisata Daerah

(RIPPDA) Provinsi Lampung 2012-

2022 yang menyatakan yang

pengembangan pariwisata Tahura WAR

berbasis ekowisata dengan pendekatan

Community Based Tourism (CBT) atau

partisipasi masyarakat. Tahura WAR

memiliki fungsi sebagai kawasan

lindung dan kawasan konservasi yang

mempunyai daya tarik wisata, mulai

dari keanekaragaman flaura dan fauna,

pemandangan alam, aliran sungai, air

terjun serta keunikan panorama

alamnya yang tentu harus dijaga

kelestariannya. Dengan potensi

sumberdaya alam yang dimiliki tersebut

agar tetap terjaga, tentu harus dikelola

dengan baik sehingga dapat terwujud

pariwisata berkelanjutan. Pariwisata

berkelanjutan harus mencakup kualitas,

kesinambungan serta keseimbangan

aspek-aspek lingkungan, budaya dan

manusia.

Kawasan Tahura WAR masuk ke

dalam dua wilayah administrasi, yaitu

Kota Bandar Lampung dan Kabupaten

Lampung Selatan. Namun, pusat

kegiatan Tahura WAR ada pada

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

Kecamatan Kemiling yang berjarak ±12

km dari pusat Kota Bandar Lampung.

Keberadaan kawasan dekat dengan

pusat kota ini secara tidak langsung

menunjukkan bahwa kawasan ini

berada dengan masyarakat kota. Sikap

masyarakat kota yang cenderung

memiliki sikap dapat mengurus dirinya

sendiri tanpa harus bergantung pada

orang lain (Soekanto, 2003)

dikhawatirkan akan masuk ke

masyarakat sekitar kawasan kemudian

akan berpengaruh terhadap

pengembangan ekowisata Tahura

WAR. Tahura WAR berada di bawah

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung

melakukan kegiatan pemberdayaan

masyarakat sekitar dalam pengelolaan

kawasan wisata alam (UPTD Tahura

WAR, 2015). Namun, masyarakat

sekitar kurang berpartisipasi aktif di

dalam pengelolaan kawasan wisata di

Tahura WAR. Disisi lain permasalahan

yang ada di Tahura WAR adalah

keterbatasan sumberdaya manusia.

Kondisi tersebut terjadi akibat

kurangnya interaksi yang terjadi antara

masyarakat dan pengelola. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberdayaan

masyarakat sekitar kawasan ekowisata,

khususnya Tahura WAR belum di

implementasikan secara benar. WAR

sebagai obyek wisata.

Oleh karena itu masyarakat lokal

harus ikut serta dalam pengelolaan

pariwisata demi mewujudkan

pengembangan ekowisata pada kawasan

Tahura WAR. Mengingat konsep

ekowisata adalah pelibatan masyarakat

lokal, sehingga partisipasi masyarakat

dalam pengembangan ekowisata di

Tahura WAR menjadi penting untuk

diperhatikan. Untuk mengetahui hal

tersebut dan berdasarkan uraian

permasalahan di atas, penelitian ini

dilakukan berdasarkan pada pertanyaan

penelitian sebagai berikut.

“Bagaimana patisipasi masyarakat

dalam pengembangan Taman Hutan

Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman

sebagai kawasan ekowisata?”

1.3 Tujuan dam Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk

Mengidentifikasi partisipasi masyarakat

dalam pengembangan Taman Hutan

Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman

sebagai kawasan ekowisata.

1.3.2 Sasaran

1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi

masyarakat lokal dalam

pengembangan ekowisata di Taman

Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman.

2. Mengidentifikasi bentuk partisipasi

masyarakat lokal dalam

pengembangan ekowisata di Taman

Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman.

1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah studi pada penelitian ini adalah

Kelurahan Sumber Agung yang terletak

di Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lampung, Provinsi Lampung.

Kelurahan Sumber Agung sendiri

masuk dalam kawasan Taman Hutan

Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman.

Kelurahan Sumber Agung terpilih

menjadi lokasi wilayah studi karena

merupakan pintu gerbang utama

kawasan Tahura WAR serta Kelurahan

Sumber Agung berada pada blok

pendidikan dan penelitian serta

pengelolaan hutan yang dapat

dimanfaatkan namun tetap

memperhatikan kaidah-kaidah

konservasi (Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung, 2009). Berikut adalah

gambaran wilayah studi dalam

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

penelitian ini.

Sumber : Hasil Olahan ArcGis, 2020

GAMBAR 1. 1

PETA WILAYAH STUDI

1.5 Ruang Lingkup Substansi

1. Sasaran 1 : Tingkat Partisipasi

Partisipasi merupakan suatu

keterlibatan dan keikutsertaan

masyarakat dalam sebuah proses, yaitu

masyarakat diberikan hak dalam

pengambilan keputusan dan masyarakat

berkontribusi dalam pelaksanaan

program yang dapat bermanfaat untuk

kegiatan program pembangunan dan

evaluasi program pembangunan (Cohen

dan Uphoff dalam Harahap, 2001).

Partisipasi masyarakat yang dibahas

dalam sasaran pertama ini adalah

tingkat partisipasi masyarakat akan

disesuaikan dengan karakteristik pada

tangga partisipasi menurut Arnstein

(1969). Dipilihnya tingkat partisipasi

Arnstein (1969) dalam penelitian ini

karena masih sangat relavan untuk

digunakan, tingkat partisipasinya lebih

detail dan merupakan teori yang paling

jelas tingkatannya. Tingkat partisipasi

masyarakat dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana masyarakat

dilibatkan dalam pengambilan

keputusan terkait pengembangan obyek

wisata Tahura WAR. Berdasarkan teori

tersebut, terdapat tiga kelompok tangga

partisipasi masyarakat yaitu :

a. Tidak ada partisipasi (Non-

participation) yang teridir dari

Manipulasi (Manipulation) dan

Terapi (Therapy).

b. Tokenism (Degrees of Tokenism)

yang terdiri dari Informasi

(Information), Konsultasi

(Consultation) dan Penentraman

(Placation).

c. Kekuasaan Warga (Citizen

Power) yang terdiri dari

Kemitraan (Partnership),

Pendelagasian Kekuasaan

(Delegated Power) dan Kontrol

Masyarakat (Citizen Power).

2. Sasaran 2 : Bentuk Partisipasi

Pada sasaran kedua dalam meninjau

bentuk partisipasi masyarakat akan

disesuaikan dengan empat tahap bentuk

partisipasi menurut Cohen dan Uphoff

(1980) serta bentuk partisipasi

masyarakat dalam ekowisata menurut

Rahardjo (2005). Pemilihan

bentuk partisipasi milik Cohen dan

Uphoff (1980) dan Rahardjo (2005),

karena sangat dekat dengan aspek

Perencanaan Wilayah dan Kota,

mewakili tahapan dalam sebuah proses

perencanaan dan dapat digunakan

dalam pengembangan suatu program

yang terdiri dari tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan

hasil, dan tahap evaluasi. Teori ini

digunakan untuk mengetahui bentuk

partisipasi masyarakat atau peran

masyarakat dalam Pengembangan

Tahura WAR sebagai Kawasan

Ekowisata.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan

adalah menggunakan penelitian

deduktif kualitatif. Menurut Sugiyono

(2009) dalam Septi Wulandari, D.

(2019), penelitian kualitatif merupakan

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

suatu penelitian yang memiliki landasan

postpositivisme, hal tersebut digunakan

untuk meneliti kondisi dalam suatu

objek dan dalam pengambilan sampel

menggunakan secara purposive dan

snowball. Selanjutnya pada teknik

pengumpulan data dengan triangulasi

atau secara gabungan. Metode kualitatif

digunakan dalam penelitian ini

didasarkan pada permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini, yaitu

mengidentifikasi tingkat partisipasi

masyarakat dan mengidentifikasi

bentuk partisipasi masyarakat dalam

Pengembangan Tahura WAR sebagai

kawasan ekowisata.

2.2 Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, dalam

pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling dengan teknik non-

probability sampling. Teknik purposive

sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, misalnya orang

tersebut dianggap paling tahu tentang

apa yang kita harapkan (Sugiyono,

2009:300). teknik purposive sampling

untuk menentukan kriteria responden

dalam penelitian ini. Penentuan

responden pada penelitian ini

berdasarkan tiga kategori yaitu

pemerintah, pengelola pariwisata, dan

masyarakat lokal. Tabel I. 1

Kriteria Pemilihan Informan Wawancara

N

o Kriteria

Kategori

Informan

1

Institusi yang

bertanggung jawab

dan memahami

secara mendalam

tentang partisipasi

masyarakat dalam

pengembangan

Taman Hutan Raya

(Tahura) Wan

Abdul Rachman

Institusi yang

memahami

Instansi

Pemerintah

N

o Kriteria

Kategori

Informan

kebijakan dan

informasi

kepariwisataan di

kawasan objek

wisata

Bentuk dukungan

dari pemerintah

daerah terkait

pengembangan

objek wisata

Bentuk kemitraan

dan kerjasama

pemerintah daerah

dalam mendukung

pengembangan

kawasan objek

wisata

2

Sejarah

terbentuknya

Pokdarwis dan

struktur organisasi

pokdarwis

Pihak pengelola

objek wisata yang

berwenang dan

ikut berperan

dalam pengelolaan

dan pengembangan

Taman Hutan Raya

(Tahura) Wan

Abdul Rachman

Kemitraan dalam

pengembangan

objek wisata

Permasalahan dan

kendala dalam

pengembangan

objek wisata

Pengelola

pariwisata

3

Masyarakat yang

mengetahui secara

mendalam

mengenai objek

wisata

Masyarakat yang

merasakan adanya

pengaruh terhadap

perekonomian dari

pengembangan

objek wisata

Masyarakat yang

memiliki peran

dalam

pengembangan

objek wisata

Tokoh

masyarakat

dan

masyarakat

lokal

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

N

o Kriteria

Kategori

Informan

Manfaat yang

dirasakan oleh

masayrakat dalam

pemberdayaan

masyarakat dalam

pengembangan

objek wisata

Kendala yang

dirasakan oleh

masyarakat dalam

pengembangan

objek wisata

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Pada penelitian ini informan utama (Key

Informan) adalah Ibu Eny Puspasari,

S.Hut., M.Si. Sebagai Kepala UPTD

KPHK Tahura Wan Abdul Rachman

sehingga memiliki informasi secara

menyeluruh tentang permasalahan yang

diangkat oleh peneliti serta mengetahui

kondisi masyarakat secara garis besar.

Berikut alur diagram informan

wawancara dalam penelitian ini :

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Gambar 1. 2

Diagram Informan Wawancara Penelitian

2.3 Metode Analisis Data

Analisis deskriptif kualitatif adalah

penjelasan dari hasil wawanacara

temuan lapangan untuk menjawab

sasaran pertama tentang

mengidentifikasi tingkat partisipasi

masyarakat dalam pengembangan

Tahura WAR sebagai ekowisata, serta

menjawab sasaran kedua tentang

mengidentiikasi bentuk partisipasi

masyarakat dalam pengembangan

Tahura WAR sebagai ekowisata.

Analisis ini dilakukan pada beberapa

tahap berupa pengkodean data (Coding)

dan kategorisasi data agar mudah

dipahami.

A. Editting

Kegiatan editing bertujuan untuk

mengecek kembali data-data yang

telah diperoleh yaitu hasil

wawancara dan dokumen-

dokumen literatur. Kegiatan ini

bermanfaat untuk menghilangkan

data-data yang dianggap ragu

kebenerannya atau tidak jelas

sehingga menimbulkan

kebingungan. Kegiatan editing

mencakup hal-hal sebagai berikut

: (Wardiyanta 2006 dalam

Rahman 2016)

Memeriksa kelengkapan data.

Data hasil wawancara dengan

informan yang tidak lengkap

dapat dilakukan wawancara

kembali supaya diperoleh

lengkap dan akurat.

Memeriksa kejelasan data, agar

mudah dipahami.

Memeriksa relevansi data.

Peneliti perlu meyakinkan

informan agar jawaban hasil

wawancara yang diperoleh harus

relavan terhadap permasalahan

penelitian.

Memeriksa konsistensi data,

supaya tidak ada jawaban yang

bertentangan.

Memeriksa keseragaman data,

agar mempermudah dalam

pengolahan data.

B. Pengkodean Data (Coding)

Kegiatan coding bertujuan untuk

mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari hasil penelitian yang

telah diperoleh dari hasil

wawancara terhadap informan-

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

informan (Wardiyanta, 2006

dalam Rahman ,2016). Jawaban

hasil wawancara terhadap

informan maka jawaban tersebut

harus disimpulkan. Coding

digunakan untuk mempermudah

peneliti dalam menganalisis data,

dan membuat kesimpulan hasil

penelitian berdasarkan sasaran-

sasaran yang ditetapkan. Analisis

data tersebut disusun dalam kode-

kode berdasarkan klasifikasi

pertanyaan dari setiap informan

dan satuan informasi. Pengkodean

dilakukan untuk

mengklasifikasikan hasil

wawancara lapangan yang

bertujuan untuk mempermudah

interpretasi dan penggunaan data

dalam analisis. Adapun pola

pengkodean adalah sebagai

berikut :

𝑨 …/𝑩 . . ./𝑪 …/𝑫 . .. Keterangan:

A : jenis kategori informasi dan

cara memperoleh data/informasi

B : kode informan

C : nomor urutan informan

D : nomor urutan informasi

Contoh :

Sasaran ke-1, Pertanyaan no-2,

untuk form wawancara

masyarakat

Didalam suatu pertemuan, apakah

masyarakat diberikan

kesempatan dalam memberikan

pendapat?

Boleh kok mba, pemerintah

Alhamdulillah memberikan

kesempatan seluas-luasnya untuk

kita berpendapat. Jadi justru

masyarakat sangat aktif dalam

menyampaikan pendapat dan

saran saran begitu. Biasanya sih

pemuda-pemuda nya yang aktif

karena ide-ide mereka masih baru.

Mungkin juga karena kan

masyarakat disini juga berfikir

pendapat dari kita ini penting

karena menyangkut kegiatan

sehari-hari kita yang disini.

(Wawancara A2. MASY-02.07)

Keterangan :

…… : data yang dapat digunakan

dalam analisis

C. Kategorisasi Data

Kategorisasi data ini dilakukan

dengan memberikan kode

terhadap data sesuai dengan tujuan

dan informasi yang terkandung

dalam data tersebut. Kategorisasi

data dilakukan sesuai dengan

informan dalam mengeskplorasi

fenomena pengaruh

pengembangan pariwisata. Jenis

kode informasi data pada

penelitian diperjelas dengan

keterangan sebagai berikut :

IP : Instansi Pemerintah

PW : Pengelola Wisata

MASY : Masyarakat Lokal

D. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses

menyederhanakan atau memilah

data yang penting dan data yang

tidak digunakan dalam analisis.

Reduksi ini bertujuan untuk

mempermudah dalam proses

analisis data. Proses reduksi ini

juga harus tetap berpedoman pada

kebutuhan data.

E. Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan

data, selanjutnya dilakukan

analisis data menggunakan

metode analisis yang disesuaikan.

Analisis data ini disesuaikan

dengan sasaran yang telah

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

ditentukan sebelumnya. Analisis

yang digunakan meliputi analisis

dalam mengidentifikasi tingkat

partisipasi masyarakat dan

mengidentifikasi bentuk

partisipasi masyarakat dalam

pengembangan Tahura WAR

sebagai kawasan ekowisata.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Pengambilan

Keputusan

Pada bagian ini akan dipaparkan

mengenai hasil analisis yang dilakukan

berdasarkan pengamatan (observasi)

dan wawancara. Pada penelitian ini,

dilakukan analisis terhadap tingkat

partisipasi masyarakat lokal dalam

pengembangan Tahura WAR sebagai

kawasan ekowisata menggunakan

tangga partisipasi Arnstein untuk

mengetahui sejauh mana masyarakat

dilibatkan dan sejauh mana ide atau

usulan masyarakat digunakan dalam

pengambilan keputusan.

Penentuan tingkat partisipasi

masyarakat disesuaikan berdasarkan

karakteristik tangga partisipasi menurut

Arnstein dengan karakteristik

partisipasi masyarakat lokal di

Kelurahan Sumber Agung. Penyesuaian

karakteristik partisipasi dilakukan

melalui wawancara terstruktur pada

informan-informan kunci berdasarkan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan

oleh peneliti. Terdapat delapan

indikator tangga partisipasi Arnstein,

yaitu manipulasi, terapi, informasi,

konsultasi, penentraman, kemitraan,

pendelegasian, dan kotrol masyarakat.

Dimana indikator tersebut untuk

mengetahui sejauh mana masyarakat

dilibatkan dalam pengambilan

keputusan.

Pada tangga manipulasi tidak ada

kesesuaian karakteristik pada tangga

partisipasi menurut Arnstein (1969)

dengan masyarakat di Kelurahan

Sumber Agung. Masyarakat

Kelurahan Sumber Agung sendiri

sudah memiliki kemauan untuk hadir

dalam pertemuan atau rapat-rapat yang

diadakan oleh pemerintah, sehingga

masyarakat memahami tujuan dan

maksud dari Pengembangan di Tahura

WAR. Berdasarkan hasil wawancara

yang telah dilakukan, sebelum adanya

Pengembangan di Tahura WAR,

seluruh informan sepakat bahwa ada

sosialisasi yang dialkukan oleh

pemerintah. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh salah satu informan

sebagai berikut:

“Di Tahura sendiri, kita sudah mulai

memberikan sosialisasi yang namanya

sosialisasi Sadar Wisata dan Sapa Pesona

artinya ditempat mereka itu tidak hanya

hutannya saja yang dijadikan icon saja tetapi

bagaimana daerah disekitarnya supaya bisa

menunjang kegiatan itu, kalau hutannya tidak

perlu disinggung karena hutan itu adalah

ranahnya yaitu pemeritah. Masyarakatnya

adalah imbas dari adanya hutan itu apa yang di

dapat oleh masyarakat. Apalagi di Sumber

Agung banyak sekali potensinya yang bisa

diambil, disinilah kuncinya pemerintah selalu

memberikan sosialisasi pada masyarakat setiap

kali pemerintah mau melaksanakan program-

programnya, agar dapat mengelola pontensi

yang ada sehingga menjadikan nilai bagi

perekonomiannya “.(Wawancara, IP-03.04)

Hasil pengamatan di lapangan juga

menunjukkan bahwa kegiatan rapat

sangat rutin dilakukan, sehingga

seluruh masyarakat yang ikut serta

dalam kegiatan wisata sangat

mengetahui perkembangan terkait

obyek wisata di Tahura WAR yang

ada. Umumnya kegiatan rapat yang

biasa diselenggarakan rutin

dilaksanakan setiap 2 sampai 4 setiap

bulannya. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh salah satu informan

sebagai berikut:

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

“Kalau untuk pertemuan sih sering

dilakukan, apalagi pada saat rencana

penetapan desa wisata dengan Dinas

Pariwisata sering diskusi, itu udah beberapa

kali dilakukan dari bulan Januari, pokoknya

dalam sebulan 2 sampai 3 kali pasti diadakan

rapat rutin. Tapi sekarang yaa terkendala juga

karena covid makanya sekarang belum ada

kelanjutan lagi. Untuk pertemuan seperti itu,

biasanya dari yang diundang hanya beberapa

perwakilan saja, seperti tokoh-tokoh

masyarakat dan dari pokdarwisnya sendiri”

(Wawancara PW-02.05)

Selanjutnya pada tangga terapi,

tidak ada kesesuaian karakteristik pada

tangga partisipasi menurut Arnstein

(1969) dengan masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung. Pada

penyebaran informasi, seluruh

informan sepakat menjawab bahwa

adanya pemberitahuan pertemuan atau

rapat antara pemeritnah dan

masyarakat dalam Pengembangan di

Tahura WAR. Penyebaran informasi

diberikan kepada pokdarwis,

gapoktan, atau kepada tim penyuluh.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh

salah satu informan sebagai berikut:

“…informasi yang kami berikan kepada

masyarakat langsung kami tunjukkan pada

Pokdarwisnya atau tokoh-tokoh

masyarakatnya, atau Gapoktannya dan dibantu

dengan tim penyuluh dari tahuranya. Nanti

pokdarwis yang akan menyampaikan pada

masyarakatnya atau

anggotanya…”(Wawancara, IP-03.04)

Selanjutnya pada tangga informasi,

tidak ada kesesuaian karakteristik pada

tangga partisipasi menurut Arnstein

(1969) dengan masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung. Pada setiap

pertemuan yang dilakukan,

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung diberikan kesempatan dalam

menyampaikan pendapat, serta telah

adanya komunikasi dua arah antara

pemerintah dan masyarakat dalam

rapat dan diskusi yang dilakukan.

Berdasarkan dari hasil wawancara,

informan sepakat bahwa dalam setiap

pertemuan yang dilakukan,

masyarakat diberikan kesempatan

untuk menyampaikan pendapat terkait

Pengembangan di Tahura WAR. Hal

ini seperti yang dikatakan oleh salah

satu informan sebagai berikut:

“Boleh kok mba, pemerintah Alhamdulillah

memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk

kita berpendapat. Jadi justru masyarakat sangat

aktif dalam menyampaikan pendapat dan saran

saran begitu. Biasanya sih pemuda-pemuda nya

yang aktif karena ide-ide mereka masih baru.

Mungkin juga karena kan masyarakat disini

juga berfikir pendapat dari kita ini penting

karena menyangkut kegiatan sehari-hari kita

yang disini”.(Wawancara, MASY-02.07)

Selanjutnya pada tangga

konsultasi, adanya kesesuaian

karakteristik pada tangga partisipasi

menurut Arnstein (1969) dengan

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung. Namun, pendapat yang tidak

diperhitungkan tidak sesuai dengan

karakteristik partisipasi pada

Kelurahan Sumber Agung. Pada setiap

pertemuan yang dilakukan,

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung diberikan kesempatan dalam

menyampaikan pendapat, serta telah

adanya komunikasi dua arah antara

pemerintah dan masyarakat dalam

rapat dan diskusi yang dilakukan. Serta

masyarakat diberikan kesempatan

yang seluas-luasnya dalam

menyampaikan pendapat. Pendapat

yang disampaikan masyarakat

diterima dan dipertimbangkan oleh

pemerintah. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh salah satu informan

sebagai berikut:

“Apapun hasil diskusi yang disampaikan

setiap kali ada perkumpulan selalu benar-benar

jadi bahan pertimbangan bagi pemerintah.

Karena dari pemerintahnya pun membuka

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat

untuk terlibat dalam semua kegiatan di

Tahura”. (Wawancara, MASY-01.06)

Selanjutnya pada tangga

penentraman, adanya kesesuaian

karakteristik pada tangga partisipasi

menurut Arnstein (1969) dengan

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung. Hal ini sesuai dengan

karakteristik tangga partisipasi pada

tingkat penentraman yang dijelaskan

Arnstein, dimana telah ada adanya

pemberitahuan informasi terkait rapat

dan diskusi dalam pengembangan

obyek wisata kepada masyarakat.

Namun pemberitahuan informasi

dilakukan hanya melalui kelompok

sadar wisata yang kemudian baru

diinformasikan kepada masyarakat.

Selain itu, telah adanya komunikasi dua

arah dalam rapat dan diskusi yang

dilakukan. Masyarakat diberikan

kesempatan yang seluas-luasnya dalam

menyampaikan pendapat. Pendapat

yang disampaikan masyarakat diterima

dan dipertimbangkan, namun dari

semua hasil yang ada, pengambilan

keputusan diputuskan oleh pemerintah

dan pihak pengelola yang juga

mempertimbangkan pendapat

masyarakat. Keterangan ini sejalan

dengan penjelasan institusi

pemerintahan dalam wawancara

peneliti:

“…pasti ada pengaruhnya, karena ide-ide dari

mereka pun sangat kita butuhkan. Makanya

pendapat-pendapat dari mereka pasti kami

tampung sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi pemerintah daerah dan

pusat. Kalau emang ide mereka sesuai dengan

rencana pasti akan kami usahan terlaksana.

Kami selalu memberikan kewenangan kepada

masyarakat, apalagi tenagga dari mereka pun

sangat dibutuhkan, karena pemerintah tidak

bisa berdiri sendiri. Namun, kami masih selalu

memantau kegiatan mereka, agar tidak

melenceng…” (Wawancara, IP-02.03

Berdasarkan hasil analisis dari

tingkat partisipasi masyarakat dalam

pengembangan Tahura WAR sebagai

kawasan ekowisata berada pada

tangga penentraman. Tangga

penentraman merupakan tingkat

dimana keikutsertaan masyarakat

sudah terlihat dalam bentuk rapat-rapat

atau diskusi-diskusi pertemuan.

Masyarakat diberikan hak dan

kesempatan dalam menyampaikan

pendapat, saran, maupun kritikan. Dari

masukan yang ada tersebut diterima

dan dipertimbangkan bagi pemerintah

maupun pihak pengelola dalam

penentuan pengambilan keputusan.

Namun, partisipasi masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung masih

tergolong semu, dimana partisipasi

yang dilakukan tidak menunjukkan

hasil yang signifikan, bahkan umpan

balik yang disampaikan oleh

masyarakat lokal atas keputusan yang

dambil oleh pemerintah masih ada

yang diabaikan. Padahal substansi

dalam pengembangan wisata berbasis

masyarakat seharusnya partisipasi

yang dilakukan bersifat aktif dan

langsung. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam pengambilan keputusan untuk

pengembangan obyek wisata Tahura

WAR sebagai kawasan ekowisata

masih bersifat top-down dengan kata

lain, pemerintah masih mendominasi

dalam pengembangan Tahura WAR.

3.2 Analisis Bentuk Partisipasi

Masyarakat dalam Pengembangan

Kawasan Ekowisata

3.2.1 Tahap Perencanaan

Pada analisis ini, bentuk partisipasi

masyarakat dalam tahapan

perencanaan memiliki parameter yang

digunakan untuk menentukan derajat

partisipasi masyarakat dalam tahap

perencanaan, yaitu masyarakat

memiliki kehadiran dan keaktifan

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

peserta dalam menyampaikan

pendapat terkait pengembangan obyek

wisata. Bentuk partisipasi masyarakat

dalam tahap perencanaan, masyarakat

memiliki kemauan dalam menghadiri

pertemuan mengenai pengembangan

Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)

Wan Abdul Rachman. Berdasarkan

hasil wawancara dengan informan,

menemukan bahwa kehadiran

masyarakat dalam pertemuan atau

rapat-rapat cukup antusias. Dalam hal

perwakilan masyarakat pada rapat-

rapat atau pertemuan, biasanya

pemerintah hanya mengundang

pokdarwis, tokoh-tokoh masyarakat,

kelompok karang taruna, dan beberapa

perwakilan masyarakat tiap-tiap dusun

di Kelurahan Sumber Agung. Hasil

wawancara menyatakan bahwa

masyarakat tidak dapat diundang

seluruhnya karena kurangnya

kapasitas ruangan rapat. Hal ini seperti

yang dikatakan oleh salah satu

informan sebagai berikut:

“Ya sering, itu sudah jadi kegiatan rutin,

biasanya yang diundang itu tokoh masyarakat,

pak RT, Lurah dan kita-kita yang biasa

kegiatan sosial dimasyarakat gitu. Baru nanti

informasi yang kita dapatkan diinfokan lagi

kemasyarakat luas. Jadi biasanya nanti kita

itu kumpul lagi sama masyarakat mba buat

informasikan hasil yang

didapatkan.”(Wawancara, MASY-01.06)

Berdasarkan hasil wawancara

diatas, maka dapat dipahami bahwa

partisipasi masyarakat terhadap

pengembangan obyek wisata

merupakan partisipasi masyarakat

yang ikut serta hanya orang-orang

tertentu saja. Kemudian tidak semua

masyarakat ikut serta dalam pertemuan

atau rapat-rapat dalam pengambilan

keputusan tersebut. Hal ini karena

kurangnya kapasitas ruang rapat yang

menjadi salah satu faktor

ketidakhadiran masyarakat. Pada

umumnya mereka mengaku sangat

senang berpartisipasi dalam

perencanaan karena tidak jarang usul

atau saran yang diberikan masyarakat

dilaksanakan oleh pemerintah dan

pihak pengelola.

Selanjutnya, partisipasi

masyarakat dalam tahap perencanaan

pada parameter keaktifan masyarakat

dalam mengemukakan pendapat

sangat baik. Masyarakat berperan aktif

dalam menyampaikan pendapat terkait

perencanaan pengembangan Taman

Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman. Hal ini seperti yang

dikatakan oleh salah satu informan

sebagai berikut:

“Kalau kita pasti sih, nyampein pendapat,

masukan dari temen-temen. Yaa kalau

masyarakat pasti ngasih saran, karena banyak

ide-ide yang mau kita sampein. Karena dari

pemerintahnya juga ngasih kita kesempatan

seluas-luasnya buat nyampaikan pendapat

mba” (Wawancara, MASY-03.08)

Secara keseluruhan pada partisipasi

tahap perencanaan, masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung telah

memiliki minat dan kemauan dari

masyarakat untuk ikut berpartisipasi,

terlihat dari antusias dan banyaknya

masyarakat yang ikut hadir dalam

perencanaan. Keaktifan masyarakat

dalam menyampaikan pendapat sudah

baik. Dengan upaya sosialisasi atau

pemberian pengetahuan yang dilakukan

oleh pemerintah dalam pelibatan

masyarakat telah memberikan

kesempatan kepada masyarakat seluas-

luasnya untuk menyampaikan usul atau

ide yang mereka miliki dalam

perencanaan.

3.2.2 Tahap Pelaksanaan

Partisipasi masyarakat salah satu

wujud dari keterlibatan seseorang atau

sekelompok orang dalam melakukan

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

sesuatu. Bentuk partisipasi masyarakat

dalam pengembangan obyek wisata

dapat dilihat dari keterlibatan

masyarakat dalam berbagai kegiatan

yang telah disepakati oleh masyarakat

dan juga pemerintah dalam pelaksanaan

pengambangan pariwisata di Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

Parameter partisipasi masyarakat

dalam tahap pelaksanaan adalah adanya

atraksi atau pertunjukkan masyarakat

lokal, adanya fasilitas kenyamanan yang

disediakan masyarakat, adanya

pemandu wisata dari masyarakat lokal,

adanya penjual cinderamata khas lokal,

masyarakat turut menjaga kenyamanan,

keamanan, ketertiban dan kebersihan,

masyarakat turut serta dalam kerja

bakti, masyarakat turut menyediakan

homestay, membuka warung atau

rumah makan, masyarakat turut

mempromosikan obyek wisata serta

masyarakat turut berpartisipasi dalam

sosialisasi dan pelatihan keterampilan.

Dalam perencanaan pembangunan

tentu masyarakat akan dilibatkan.

Maka dari itu rencana pembangunan

obyek wisata sudah tentu adanya

pelaksanaan di lapangan. Peran serta

masyarakat yang terjadi saat

pelaksanaan pembangunan yaitu

saling berkolaborasi antara pemerintah

dan masyarakat lokal dalam

pengembangan obyek wisata. Hal ini

seperti yang dikatakan oleh salah satu

informan sebagai berikut:

“Kalo untuk keterlibatan kami dari masyarakat

Alhamdulillah sampai saat ini masyarakat

mendapatkan peluang lebih dan seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk ikut andil, yang

penting tidak menabrak aturan di Tahuranya.

Masyarakat diberikan peluang dalam

mengembangkan pariwisata seperti rumah

pohon, penangkaran rusa, pasar dadakan tidak

hanya itu masih banyak lagi yang lainnya,

karena adanya wisata sekarang ini kita-kita

udah ada yang ngebuka penginapan gitu mba

untuk wisatawan yang ingin bermalam sebelum

naik ke bukit, dan masyarakat juga udah banyak

yang ngebuka warung-warung dan rumah

makan mba” (Wawancara, MASY-01.06)

Berdasarkan hasil wawancara

diatas, maka dapat dipahami bahwa

partisipasi masyarakat atau

keikutsertaan masyarakat dalam

pelaksaan pembangunan kawasan

obyek wisata sangat diperlukan karena

dengan melibatkan masyarakat,

pembangunan tersebut akan berjalan

dengan semestinya. Pemerintah tetap

berusaha untuk berupaya mengajak

masyarakat untuk ikut serta dalam

pelaksanaan pembangunan kawasan

obyek wsiata. Partisipasi masyarakat

merupakan faktor penentu sekaligus

sebagai indikator keberhasilan dalam

suatu pembangunan. Seberapa kerja

kerasnya pemerintah membangun untuk

menjalankan program-program, jika

tidak melibatkan masyarakat, maka

tingkat keberhasilan pembangunan dan

keberlanjutan pembangunan akan

berbeda dengan kondisi jika masyarakat

berpartisipasi.

Selain itu, berdasarkan dari hasil

wawancara keterlibatan masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung dalam

pengembangan obyek wisata

selanjutnya berupa partisipasi dalam

bentuk tenaga, masyarakat bergotong

royong dalam hal melakukan

pembangunan dan menjaga kebersihan

di kawasan obyek wisata. Hal ini

seperti yang dikatakan oleh salah satu

informan sebagai berikut:

“…kita gotong royong dalam melakukan

pembangunan-pembangunan yang ada di

Tahura ini, kita disini ada kegiatan rutin juga

mba kayak jumat bersih begitu setiap pagi kita

lakuin, yaa kita sama-sama menjaga aja apa

yang kita miliki disini. Intinya kita disini

masyarakat saling kerja sama supaya

wisatawan yang datang kesini bisa

nyaman…” (Wawancara, MASY-03.08)

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

Dalam hal program pelatihan

pemandu wisata atau tourguide yang

dilaksanakan Dinas Pariwisata

Provinsi Lampung dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya

manusia khususnya masyarakat lokal

yang memiliki potensi sebagai

pramuwisata. Pelatihan pemandu

wisata ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya

masyarakat lokal dalam penerimaan

wisatawan yang berkunjung ke

kawasan obyek wisata. Pelatihan

obyek wisata ini diikuti oleh

masyarakat lokal yang dilatih untuk

mempersiapkan diri menyambut

wisatawan kedepannya. Hal ini seperti

yang dikatakan oleh salah satu

informan sebagai berikut:

“Sering itu, kaya jadi Tour Guide, pelatihan

ini itu, kalau saya dari bujang dulu udah

sering begitu. kalau sekarang mah saya cari

temen untuk yang mewakili. Intinya pelatihan-

pelatihan seperti itu banyak, bahkan ini sudah

jadi kegiatan rutinan dari Dinas Pariwisata

dan Dinas Pertanian” (Wawancara, MASY-

01.06)

Secara keseluruhan pada partisipasi

tahap pelaksanaan atau implementasi,

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung masih bersifat terbatas. Bentuk

partisipasi masyarakat dalam tahap

pelaksanaan atau implementasi pada

pengembangan pariwisata di Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman

masih bersifat pasif, dimana masyarakat

menyediakan fasilitas penunjang wisata

seperti penyewaan tenda dan warung

makan, masyarakat berperan sebagai

pemandu wisata (tourguide),

masyarakat menjaga keamaan dan

kenyamanan kawasan wisata melalui

gotong-royong dan menjaga kebersihan

kawasan wisata, selain itu masyarakat

ikut dalam menyediakan homestay,

serta masyarakat mengikuti pelatihan-

pelatihan keterampilan yang diberikan

oleh pemerintah. Dalam hal ini masih

terdapat kelemahan pada tahap

pelaksanaan pengembangan seperti

belum adanya pertunjukkan atau atraksi

wisata, cinderamata atau oleh-oleh khas

wisata setempat belom tersedia, serta

dalam hal mempromosikan obyek

wisata belum terlihat dalam tahap

pelaksanaan. Padahal tiga hal tersebut

merupakan hal penting untuk

meningkatkan serta memperkenalkan

sebagai daya tarik wisata di Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

3.2.3 Tahap Pemanfaatan Hasil

Tahap menikmati hasil diwujudkan

dari keterlibatan seseorang pada tahap

pemanfaaan suatu proyek atau kegiatan

setelah proyek tersebut selesai

dikerjakan. Menikmati hasil dapat

diterima dalam bentuk materi, jejaring,

maupun fisik dari wilayah tersebut.

Tahap ini dapat diartikan sebagai buah

dari kinerja yang sudah dilaksanakan

dalam pengembangan obyek wisata.

Dengan kata lain, keuntungan yang

diterima masyarakat dari adanya

pengembangan obyek wisata.

Partisipasi dalam tahap pemanfaatan

hasil merupakan salah satu indikator

keberhasilan dari sebuah partisipasi.

Semakin besar manfaat yang dirasakan

maka program tersebut telah berhasil

dilaksanakan. Keberhasilan ini ditandai

dengan adanya peningkatan jumlah

pengunjung. Hal ini secara tidak

langsung telah memberikan dampak

dalam kehidupan masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung, khususnya

dampak ekonomi. Dampak tersebut

merupakan akibat dari adanya

partisipasi masyarakat untuk

mengembangkan obyek wisata.

Pada mulanya masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung adalah

masyarakat dimana penghasilan mereka

mayoritas diperoleh dari berkebun,

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

bertani, dan kuli bangunan, akan tetapi

sejak saat adanya pengembangan obyek

wisata ini warga masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung mulai

terbuka dengan masyarakat pariwisata,

hal itu ditandai dengan banyaknya

warga yang bekerja dan berjualan

disekitar kawasan obyek wisata. Dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis, menunjukkan bahwa pariwisata

mampu mempengaruhi kondisi

ekonomi di Kelurahan Sumber Agung.

Selain mampu memberikan kontribusi

terhadap daerah berupa pendapatan

daerah, pariwisata juga mampu

menciptakan lapangan kerja dari segi

formal ataupun non-formal,

peningkatan lapangan kerja ini secara

tidak langsung dapat memberikan

dampak positif terhadap pengurangan

angka pengangguran dan kriminalitas di

Kelurahan Sumber Agung, hal ini sesuai

dengan apa yang disampaikan oleh

salah satu informan sebagai berikut :

“Dampak ekonomi secara umumnya ya bagus,

ngaruh banget malah, dengan adanya

pariwisata itu salah satu sektor yang bagus,

karena ini lagi Covid jadi semua plan hancur.

Sebelum ada wisata yang dikembangkan

disini, masyarakat itu monoton mba, paling

berkebun, kuli bangunan, sekarang sudah

banyak yang berjualan dipingir jalan, banyak

ide kreatif” (Wawancara, MASY-01.06)

Selain hal diatas masih ada dampak

yang begitu terasa akibat adanya

kegiatan pengembangan pariwisata di

Taman Hutan Raya (Tahura) Wan

Abdul Rachman yaitu peningkatan

kegiatan ekonomi sebagai akibat

dampak dibangunnya sarana-sarana

demi pengembangan pariwisata daerah

tersebut. Hal itu bisa dilihat dari

semakin banyaknya masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung melakukan

kegiatan ekonomi di lokasi obyek

wisata seperti berjualan dan bekerja

sebagai tenaga formal maupun tidak

formal di obyek wisata tersebut. Hal

itu sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh salah satu informan

sebagai berikut :

“Menurut saya sih yaa ngaruh mbak, apalagi

setelah ada wisata ini, pekerjaan masyarakat

gak monoton lagi karena udah banyak ide-ide

kreatif muncul. Dari tahun ke tahun bisa

dikatakan selalu terjadi peningkatan dari segi

perekonomian masyarakat disini, itu bisa

dilihat dari banyaknya masyarakat yang

bekerja ditempat wisata, semisal berdagang,

menjadi tukang ojek, tukang parkir atau

penjaga wc. semua itu yang bekerja

masyarakat disini mba, kami memberdayakan

masyarakat desa kami” (Wawancara, MASY-

02.07)

Secara keseluruhan, dalam tahap

pemanfaatan hasil menunjukkan bahwa

pariwisata mampu mempengaruhi

kondisi ekonomi di Kelurahan Sumber

Agung serta mampu menciptakan

lapangan pekerjaan dari segi normal

ataupun non-formal, peningkatan

lapangan kerja ini secara tidak langsung

dapat memberikan dampak positif

terhadap pengurangan angka

pengangguran dan kemiskinan di

Kelurahan Sumber Agung. Namun hal

ini, partisipasi masyarakat pada tahap

pemanfaatan hasil belum mampu

meningkatkan perekonomian secara

signifikan pada lapisan terbawah di

Kelurahan Sumber Agung, karena

secara keseluruhan usaha pariwisata

yang dikelola oleh masyarakat lokal

mayoritas hanya berskala kecil.

Sehingga kesenjangan masih dapat

dirasakan di Kelurahan Sumber Agung

ini.

3.2.4 Tahap Evaluasi

Partisipasi masyarakat dinilai dalam

bentuk keikutsertaan masyarakat atau

turut berpartisipasi untuk menjaga

jalannya kegiatan pembangunan agar

sesuai dengan yang telah direncanakan

sebelumnya serta mengawasi kegiatan

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

pembangunan serta hasil-hasilnya.

Salah satu aspek yang penting dalam

pelaksanaan rencana sebagai bagian

dari proses perencanaan yang

menyeluruh adalan evaluasi. Evaluasi

ini dimaksudkan untuk mengetahui

pelaksanaan pembangunan berjalan

sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan atau tidak. Dengan dilakukan

evaluasi akan diketahui penyimpangan-

penyimpangan atau permasalahan yang

terjadi dalam pelaksanaan kegiatan

pembangunan. Pada penelitian ini

parameter partisipasi masyarakat yang

digunakan pada tahap evaluasi yaitu

masyarakat diminta untuk menilai

kebijakan pembangunan pariwisata,

masyarakat hadir dan aktif dalam

mengikuti rapat atau pertemuan

evaluasi pengembangan obyek wisata

dan masyarakat berinisiatif memberikan

penilaian, kritik dan saran terhadap

pengembangan pariwisata.

Berdasarkan hasil wawancara,

diketahui bahwa partisipasi masyarakat

pada tahap evaluasi, adanya ajakan dari

pemerintah secara resmi kepada

masyarakat untuk melakukan evaluasi

terkait pengembangan wisata. Evaluasi

yang dilakukan melibatkan pokdarwis,

tokoh-tokoh masyarakat, serta

masyarakat lokal, karena dalam

perencanaan pengembangan yang

dilakukan oleh pemerintah sudah

mendengarkan masukkan dari

masyarakat. Sehingga masyarakat dapat

memberikan pendapat dan usulannya

dari awal hingga pelaksanaan evaluasi.

Hal itu sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh salah satu informan

sebagai berikut :

“… pemerintah sekarang mainsetnya tidak lagi

topdown semua, pasti buttom up jadi pasti

mendengar pendapat masyarakat dan pihak-

pihak lainnya. Mengapa kita mengundang

mereka kalau kita tidak mendengar pendapat

mereka...” (Wawancara, IP-01.01)

Selain itu, masyarakat juga ikut

hadir dan aktif dalam penyampaian

pendapat maupun usul dalam rapat

evaluasi, serta berinisiatif memberikan

penilaian, kritik maupun saran terhadap

pengembangan obyek wisata. Kondisi

ini hampir sama seperti pada tahapan

perencanaan. Masyarakat yang hadir

dalam rapat pertemuan baik

perencanaan maupun evaluasi

cenderung aktif dalam penyampaian

pendapat. Masyarakat beranggapan

bahwa kesempatan yang diberikan oleh

pemerintah untuk menyampaikan

pendapat dan usulan harus

dimanfaatkan secara efektif, sehingga

masyarakat berperan aktif dalam

menyampaikan pendapat dan ikut

menjalankan keputusan yang

ditentukan. Hal itu sesuai dengan apa

yang disampaikan oleh salah satu

informan sebagai berikut :

“Ohh yaa pasti ikut mba, masyarakat disini juga

memang seneng sekali kalau ada rapat-rapat

atau perkumpulan. Kalo terakit dengan hasil

evaluasi gitu kita sering mba bahas dengan

pemerintahya, karena kendala atau masalah

kan pasti ada, tapi masyarakat disini dan pihak

tahura saling kolaborasi, kita saling tuker

pikiran gimana baiknya untuk pengembangan

kedepan. Karena kalau pengembangan itu

berhasil kan masyarakat juga yang merasakan

dan diuntungkan.” (Wawancara, MASY-03.08)

Berdasarkan pernyataan diatas,

secara keseluruhan bentuk partisipasi

masyarakat di Kelurahan Sumber

Agung pada tahap evaluasi sudah ada

kehadiran dari masyarakat dan kemauan

masyarakat untuk memberikan

pendapat atau saran. Masyarakat terlibat

dalam pelaksanaan program yang

berjalan untuk mencapai tujuan. Ketika

program dijalankan, masyarakat

mengetahui kekurangan yang harus

diperbaiki untuk kemajuan kedepannya.

Namun, dalam jalannya program-

program pengembangan di kawasan

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

pariwisata di Taman Hutan Raya

(Tahura) Wan Abdul Rachman masih

sepenuhnya diawasi oleh pemerintah,

sehingga masyarakat yang seharusnya

terlibat dalam hal ini tidak merasakan

mengawasi jalannya pengembangan

pariwisata.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

partisipasi masyarakat sangat penting

dalam pengembangan Tahura WAR

sebagai kawasan ekowisata. Dibuktikan

bahwa partisipasi masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung dalam

pengembangan obyek wisata yang

belum sempurna, hal ini dikarenakan

mayoritas sumber penghasilan utama di

Kelurahan Sumber Agung adalah tani

dan buruh, serta masih rendahnya

tingkat pendidikan pada masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung. Hal ini

membuktikan bahwa Sumber Daya

Manusia (SDM) di Kelurahan Sumber

Agung masih sangat terbatas atau masih

tergolong rendah, sehingga

pengembangan pariwisata di kawasan

Tahura WAR belum menghasilkan hasil

yang baik, karena masih kurangnya

pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat untuk ikut berpartisipasi

dalam pengembangan obyek wisata.

Tingkat partisipasi masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung berada pada

tangga partisipasi penentraman yaitu

sudah adanya pastisipasi masyarakat,

namun partisipasi masyarakat tersebut

masih tergolong semu, dimana

partisipasi yang dilakukan tidak

menunjukkan hasil yang signifikan,

bahkan umpan balik yang disampaikan

oleh masyarakat lokal atas keputusan

yang dambil oleh pemerintah masih ada

yang diabaikan. Selanjutnya, pada

partisipasi masyarakat dalam tahapan

pengembangan berdasarkan dari

keempat tahapan yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pemanfaatan hasil, dan tahap evaluasi.

Secara keseluruhan masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung berpartisipasi

aktif pada tahap perencanaan dan

tahap evaluasi, hal ini dapat dikatakan

berpartisipasi aktif karena partisipasi

masyarakat pada Kelurahan Sumber

Agung dalam kedua tahap tersebut

berupa partisipasi dalam bentuk buah

pikiran atau pendapat dan kehadiran

dalam suatu pertemuan dengan

pemerintah. Sedangkan pada tahap

pelaksanaan masih memiliki kelemahan

dimana belum adanya atraksi wisata,

cinderamata, serta dalam hal

mempromosikan obyek wisata belum

dilakukan. Padahal tiga hal tersebut

merupakan hal penting untuk

meningkatkan daya tarik wisata di

Tahura WAR. Kemudian tahap

pemanfaatan hasil, walaupun

masyarakat merasakan adanya

peningkatan ekonomi, namun

peningkatan tersebut tidak signifikan,

karena secara keseluruhan usaha

pariwisata yang dikelola oleh

masyarakat lokal mayoritas hanya

berskala kecil. Sehingga kesenjangan

masih dapat dirasakan di Kelurahan

Sumber Agung.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam

pengembangan obyek wisata Tahura

WAR sebagai kawasan ekowisata baik

dari tingkat partisipasi maupun dari hal

bentuk partisipasi, mengindikasikan

bahwa adanya hubungan dengan

pengetahuan dan keterampilan. Hal

ini dibuktikan dalam hal pengambilan

keputusan yang masih berada ada

tingkat penentraman, dimana

masyarakat belum diajak sepenuhnya

dalam pengambilan keputusan. Jika

dilihat dari teori, terdapat kesenjangan

antara pengetahuan yang dimiliki oleh

pemerintah dengan pengetahuan yang

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN TAMAN …

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul

Rachman sebagai Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan

Kemiling, Kota Bandar Lampung)

Nita Febriana1, Dewi Sawitri2, Yudha Rahman3

dimiliki oleh masyarakat. Jika dilihat

dari tingkat pendidikan, masyarakat di

Kelurahan Sumber Agung mayoritas

hanya lulusan dari SMP, tidak

sebanding dengan pemerintah yang

memiliki pengetahuan jauh lebih

unggul. Kemudian jika dilihat dalam

setiap tahapan pengembangan, terutama

dalam hal tahap pelaksanaan dan tahap

pemanfaatan hasil, karena kurangnya

pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki masyarakat, menyebabkan

pemanfaatan secara ekonomi dan sosial

masih tidak maksimal. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pengembangan Tahura

WAR masih bersifat top-down dengan

kata lain, pemerintah masih

mendominasi dalam pengembangan

pariwisata. Padahal bila mengacu pada

konsep pariwisata berkelanjutan

(ekowisata), peran pemerintah

diharapkan sebagai fasilitator dengan

memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk pengembangan

pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa

pengembangan pariwisata di Tahura

WAR dengan konsep ekowisata

berbasis Community Based Tourism

(CBT) belum terwujud

DAFTAR PUSTAKA

(UNWTO), W. T. (2013). Sustainable

Tourism for Development

Guidebook. Madrid: World

Tourism Organization

(UNWTO).

[UPTD Tahura WAR] Unit Pengelola

Teknis Daerah Tahura WAR.

2015. Rencana Pengelolaan

Jangka Panjang Taman Huta

Raya Wan Abdul Rachman.

Lampung (ID): UPTD Tahura

WAR.

Arnstain, S. R. (1969). A Leader of

Citizen Participation, 35(4),

216-224.

Cohen, J. M., & Uphoff, N. T. (1980).

Participation’s place in rural

development: Seeking clarity

through specificity. World

Development, Vol 8(3), 213–

235.

Fitriyana, D. (2016). Konflik

Manajemen antara Pengelola

dan Masyarakat di Tahura

Djuanda Bandung. Jawa Barat:

JUMPA

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33

Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengembangan Ekowisata di

Daerah

Rahman, Y. (2016). Perubahan

Perilaku Ekonomi Masyarakat

sebagai Dampak

Pengembangan Pariwisata

Alam Perdesaan : Studi Kasus

Pemandu Wisata Air Terjun

Nyarai Kecamatan Lubuk

Alung, Provinsi Sumatera Barat.

Semarang: Universitas

Diponegoro

Septi Wulandari, D. (2019). Partisipasi

Masyarakat Lokal dalam

Mendukung Pengembangan

Obyek Wisata Air Terjun

Temam sebagai Kawasan

Ekowisata. Lampung Selatan:

Institut Teknologi Sumatera. Soekanto S. 2003. Sosiologi suatu

Pengantar. Jakarta (ID): PT Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&B.

Bandung: Alfabeta.