partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana …
TRANSCRIPT
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN RENCANA
KERJA PEMERINTAH (RKP) DI DESA BONTORAMBA
KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
SYAHRIR
Nomor Stambuk : 105 64 215 08
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN RENCANA
KERJA PEMERINTAH (RKP) DI DESA BONTORAMBA
KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
SYAHRIR
Nomor Stambuk : 105 64 215 08
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Proposal Penelitian : Partisipasi Masyarakat dalam PenyusunanRencana Kerja Pemerintah (RKP) di DesaBontoramba Kecamatan Pallangga KabupatenGowa.
Nama Mahasiswa : Syahrir
Nomor Stambuk : 105 64 215 08
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
DR. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto, S.Ip.,M.Si
Mengetahui :
Dekan Ketua JurusanFisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto. S.IP, M.Si
iv
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan /Undangan
menguji skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor :
3443/FSP.A.I-VIII/V/2015 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana (S.1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari
Sabtu tanggal 11 bulan Juli tahun 2015
TIM PENILAI :
Ketua Sekretaris
DR. H. Muhlis Madani. M. Si Drs. H. Muhammad Idris. M. Si.NBM : 969 063 NBM : 762 663
Penguji
1. DR. H. Muhlis Madani. M. Si (Ketua) 1. (………………………)
2. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si. (Anggota) 2. (………………………)
3. Samsir Rahim, S.Sos, M.Si. (Anggota) 3. (………………………)
4. Drs. Amir Muhiddin, M.Si. (Anggota) 4. (………………………)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Syahrir
Nomor Stambuk : 105 64 215 08
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat . Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 07 Mei 2015
Yang Menyatakan,
Syahrir
vi
ABSTRAK
Syahrir. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana KerjaPemerintah (RKP) Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga KabupatenGowa. (dibimbing oleh Muhlis Madani dan Luhur Prianto).
Partisipasi Masyarakat Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)merupakan keikutsertaan masyarakat dalam agenda Pemerintahan Desa untukmenentukan arah pembangunan selama satu tahun bersama dengan PemerintahDesa.
Penelitian ini bertujuan untuk Partisipasi Masyarakat dalam PenyusunanRencana Kerja Pemerintah dan untuk mengetahui Faktor yang ikut mempengaruhiPartisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di DesaBontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Jenis penelitian adalahkualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan Penelitian : 8 Orang.Tehnik Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalampenyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di Desa Bontorannu KecamatanPallangga Kabupaten Gowa, Sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkankarena keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah(RKP) dapat membantu Pemerintah Desa dalam menyusun agenda pemerintahanselama satu tahun. Selain itu, dengan keterlibatan masyarakat dalam PenyusunanRencana Kerja Pemerintah (RKP) dapat menyesuaikan dan menyeimbangkanantara keinginan masyarakat dengan keinginan Pemerintah Desa, sehingga dapattercipta arah pembangunan yang betul – betul menyentuh seluruh lapisanmasyarakat.
Keyword : Partisipasi, Masyarakat, RKP Desa
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Perencanaan
Kerja Pemerintah Di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak A.
Luhur Prianto, S.Ip.,M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta memberi dorongan, arahan, motivasi, dan bimbingan
sehingga selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Kepada Bapak A. Luhur Prianto S.Ip.,M.Si selaku ketua jurusan Ilmu
Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
viii
Muhammadiyah Makassar. Para Dosen jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya kepada
penulis selama ini. Kedua orang tua tercinta Ayahanda yang telah melahirkan,
membesarkan, mendidik, mendoakan, memelihara serta memberikan bantuan
moral dan materi, nasehat serta motivasi dan pengorbanan yang sangat besar
dalam melewati hari-hari dalam kehidupan ini.
Terima kasih kepada saudara-saudariku tercinta yang telah memberikan
suport, mendoakan, dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini sampai selesai. Segenap staf Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
yang telah membantu dalam pengurusan administrasi . khususnya kakanda
Hardiansyah, S.Sos. Terima kasih kepada Bapak Abu Talib, selaku kepala Desa
beserta seluruh staf di kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca maupun pihak lain. Akhir kata semoga karya
skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak
yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 07 Mei 2015
Syahrir
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep dan Teori ........................................................ 7
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 13
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 30
D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................ 33
B.Jenis dan Tipe Penelitian.................................................................. 33
C.Sumber Data .................................................................................... 34
D.Informan Penelitian .......................................................................... 35
E.Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 35
x
F. Teknik Analisis Data........................................................................ 36
G. Keabsahan Data............................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian ............................. 40
B. Gambaran Umum Partisispasi Masyarakat Dalam Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Desa ................................................... 57
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyusunan Rencana Keja Pemerintah Desa ................... 71
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 77
B. Saran – Saran .................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,pembangunan
sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Dokumen rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen
perencanaan di Desa dan sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa. Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan
mengikut sertakan masyarakat Desa melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya
masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa.
Keberadaan Desa secara yuridis formal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa dan Undang-Undang Nomor 6 tentang pemerintahan desa.
Berdasarkan ketentuan ini Desa diberi pengertian sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
1
2
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelaksanaan Partisipasi masyarakat sebagai salah satu elemen
pembangunan Desa merupakan proses adaptasi masyarakat terhadap
perubahan yang sedang berjalan. Dengan demikian partisipasi mempunyai
posisi yang penting dalam pembangunan. Sumodingrat menambahkan, bahwa
parasyarat yang harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan
adalah dengan mengikutsertakan semua masyarakat dalam setiap tahap
pembangunan.
Sehingga pembangunan daerah seharusnya lebih terfokus pada
pemberdayaan masyarakat Desa.Otonomi daerah sudah berjalan lebih dari
satu dasa warsa, tetapi kondisi pemerintah di daerah sampai saat ini masih
menghadapi tantangan yang cukup besar dalam melakukan proses reformasi
birokrasi. Di satu sisi daerah harus siap menerapkan desentralisasi, yang juga
berarti memainkan perananan melebihi apa yang selama ini dijalankannya.
Sementara itu, ada penilaian dari beberapa pihak, bahwa birokrasi di daerah
dianggap kurang kompeten. Dalam kondisi demikian, pemerintah daerah
selalu di ragukan kapasitasnya dalam menjalankan desentralisasi. Di sisi lain,
birokrasi daerah juga harus mereformasi diri dari pemerintahan yang korup
menjadi pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel.
Saat ini Pemerintah Desa (Pemdes) setidaknya dapat bernafas lega.
Betapa tidak, untuk menjawab persoalan minimnya sumber dana keuangan
dan rendahnya tingkat kesejahteraan aparat pemilihan desa terjawab dengan
3
beberapa produk perundang-undangan telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Salah satunya adalah produk Undang- undang No. 25 Tahun 2004 dan di
tambah dengan undang-undang no. 6 tentang pemerintahan desa yang
mengatur tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Dibanding dengan
produk sebelumnya, Peraturan Pemerintahtersebut setidaknya telah memberi
secercah harapan untuk mengoptimalkan roda pemerintah desa. Oleh karena
desa tidak lagi mendapat perlakuan diskriminatif seperti pada masa-masa
sebelumnya, dimana desa hanya dijadikan obyek dari seluruh produk politik.
Kehadiran Peraturan Pemerintah itu juga memberi ruang besar dan layak bagi
desa.
Bercermin dari transisi demokrasi yang ditandai dengan sistem
desentralisasi, buah otonomi hanya dinikmati pada tingkat kabupaten dan
kota.Distribusi dana hanya sampai di seputaran birokrasi pemerintahan.
Sementara bagi pemdes sendiri, jika pun memperoleh dana sudah pasti jauh
dari cukup. Malah kesejahteraan yang mereka miliki sangat tidak sebanding
dengan tingkat kesejahteraan para pejabat. Padahal siapapun tahu selama ini
desa memberi kontribusi tidak sedikit pada penerimaan sumber pendapatan
Negara dalam bentuk pajak dan sumber-sumber lainnya.
Sebaik apapun regulasi yang dibuat jika tidak ditunjang dengan
komitmen riil maka hanya selesai di atas kertas saja.Paling tidak sampai saat
ini hampir seluruh pemerintah daerah di Sulawesi bersikap inkonsistensi
untuk menerapkan Alokasi Dana Desa dan Lebih parah lagi karena mereka
terkesan telah mengabaikan aturan perundang-undangan. Pada point satu
4
huruf c pasal 68 Peraturan Pemerintah (PP) No. 72/2005 ditegaskan bahwa
“bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima
oleh kabupaten/kota paling sedikit 10 persen, yang pembagiannya untuk
setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa”.
Namun pada tingkat implementasi tidak demikian halnya.Sejak
Alokasi Dana Desa di programkan, seharusnya Pemda telah melakukan
penyesuaian.Tidak realistis jika alasan ketidaksiapan perangkat aturan dan
sumber daya pemdes dijadikan sebagai kambing hitam. Ironisnya, hanya
karena tertekan oleh Pemdes lantas dana pembangunan Desa/Kelurahan
(DPDK)Pemberian dana tersebut secara tidak langsung telah mengebiri hak-
hak pemerintah dan masyarakat desa. Malah dibeberapa daerah, pemberiaan
DPDK disertai dengan embel-embel layaknya sinter klas yang masuk ke
kampung-kampung.
Inkosistensi sikap Pemda mulai ditunjukkan sejak kebijakan ADD
mulai digulirkan.Keganjilan lain muncul karena hampir setahun sejak
dikeluarkan pada aparat Pemda terkesan menutup-nutupi. Jangankan
tersosialisasi ke aparat Pemdes ditingkat DPRD pun tidak seluruhnya
mendapat informasi.
Selama ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari
pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya
tidak dapat diprediksi.Selain itu, desa memperoleh pula bantuan
pembangunan dari dinas/instansi pemerintah kabupaten, dimana penentuan
program-programnya lebih ditetapkan oleh dinas/instansi itu sendiri (top
5
down). Meskipun programnya baik tetapi sering tidak ketemu dengan asas
manfaat karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh desa. Sehingga
sering kita jumpai masyarakat kurang peduli dalam mendukung program
maupun memeliharanya.
Adapun program pemberdayaan masyarakat di Desa Bontoramba
yaitu akan mengalokasikan anggaran untuk pemberdayaan masyarakat di
bidang usaha produksi gula merah, Program dari alokasi dana desa jaga
adalah penunjangan kegiatan PKK misalnya untuk peruntukan biaya rapat,
pembuatan baju seragam gerak jalan.kemudian untuk peruntukan
infrastruktur desa misalnya untuk pembuatan jamban keluarga dan flat
dekker, serta ada pembiayaan untuk pembinaan anak-anak dan pemuda.
Beberapa Kabupaten telah melakukan inovasi dengan pengalokasian
dana langsung ke desa dari APBD-nya untuk mendukung pembangunan di
wilayah pedesaan. Alokasi dana ke desa ini, telah terbukti mampu mendorong
penanganan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa
secara mandiri, tanpa harus lama menunggu datangnya program-program dari
pemerintah Kabupaten. Dengan adanya alokasi dana ke desa, perencanaan
partisipatif akan lebih berkelanjutan karena masyarakat dapat langsung
merealisasikan beberapa kebutuhan yang tertuang dalam dokumen
perencanaan di desanya.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ?
2. Faktor apa yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa?
C. Tujuan penelitian
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Sebagai
Berikut :
1. Untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa ?
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa?
D. Kegunaan Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara universal
terhadap pengetahuan tentang sejauh mana Partisipasi Masyarakat dalam
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di Desa Bontoramba
Kabupaten Gowa adapun manfaatnya sebagai berikut :
7
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan teori atau
konsep baru yang berkaitan dengan Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa .
2. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi guna
memahami persoalan yang sama, khususnya berkaitan dengan Partisipasi
Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa
Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep Dan Teori Partisipasi
1. Partisipasi Masyarakat
Rahardjo dalam Mardijono (2008:19) mengemukakan partisipasi
diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik
dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi
merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan.
Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang
bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat simobilisasikan. Partisipasi
swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar
kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan
memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian
tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut
kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam
suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung
jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental
serta penentuan kebijaksanaan.
8
9
Sumodingrat (1988) Partisipasi sebagai salah satu elemen
pembangunan merupakan proses adaptasi masyarakat terhadap perubahan
yang sedang berjalan. Dengan demikian partisipasi mempunyai posisi yang
penting dalam pembangunan. Sumodingrat menambahkan, bahwa parasyarat
yang harus terdapat dalam proses pembangunan berkelanjutan adalah dengan
mengikutsertakan semua anggota masyarakat/rakyat dalam setiap tahap
pembangunan.
2. Prinsip-Prinsip Partisipasi
Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan
Partisipati yang disusun oleh Department for International Development
(DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:
a. Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang
terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek
pembangunan.
b. Kesetaraan dan kemitraan ( Equal Partnership ) Pada dasarnya setiap
orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta
mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam
setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang
dan struktur masing-masing pihak.
c. Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan
komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga
menimbulkan dialog.
10
d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) Berbagai
pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan
dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
e. Kesetaraan Tanggung Jawab ( Sharing Responsibility ) Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena
adanya kesetaraan kewenangan ( sharing power ) dan keterlibatannya
dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
f. Pemberdayaan ( Empowerment ) Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas
dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga
melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu
proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
g. Diperllukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
Diharapkan dengan adanya alokasi dana desa yang diberikan kepada
setiap desa maka pemerintah dan masyarakat desa setempat khususnya dalam
hal ini desa Bontoramba kecamatan Pallangga kabupaten Gowa bekerja sama
dengan adanya partisipasi desa khususnya dalam pembangunan dan
pelayanan pemerintahan yang hasilnya akan di nikmati pada mayarakat desa
Bontoranba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Pusic dalam Purnamasari (2008:51-52), menyatakan bahwa
Perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan
menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi
11
atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari 2 hal
sebagai berikut :
a) Partisipasi dalam perencanaan
Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program-
program pembangunan yang telah direncanakan bersama sedangkan segi
negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan
antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan
menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini dapat ditambahkan
bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat
dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang
besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sistem perwakilan.
Masalah yang perlu dikaji adalah apakah yang duduk dalam perwakilan
benar-benar mewakili masyarakat.
b) Partisipasi dalam pelaksanaan
Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian
terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah
selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan
warga negara sebagai obyek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan
pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari
permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk
mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional
terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat
dihindari.
12
Keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan
bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan
keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Satropoetro dalam
Apriyani (2012:34), mengemukakan ada tiga buah unsur penting yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi, yaitu :
1. Bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan atau peranserta, sesungguhnya
merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata
atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha
untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa
kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota
dengan segala nilainya.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi
yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya
ada rasa (sense of belongingnes).
Senada dalam Purnamasari (2008:56-57), mengemukakan kriteria-
kriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut:
1. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.
2. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate.
3. Adanya proses politik melalui negosiasi yang pada akhirnya mengarah pada
pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement).
4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran
kolektif yang merupakan bagian dari proses demokratisasi.
13
Pembangunan adalah proses partisipasi, secara lebih luas, partisipasi
dipandang sebagai suatu proses yang dinamis dan berdimensi jamak.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengarahan
tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting
adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-
kesempatan memperbaiki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peranserta
dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam
bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan. Besarnya manfaat pembangunan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peran
sertanya dalam proses pembangunan itu, sedangkan besar dan mutu peran
sertanya dalam proses pembangunan tergantung pada tingkat kemampuan serta
kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan tersebut
(Hilyana, 2001:29).
Pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan menjadikan
masyarakat tidak hanya dianggap sebagai objek dari pembangunan semata,
tetapi juga sebagai subjek dalam pembangunan. Pembangunan yang
berorientasi pada masyarakat berarti hasil pembangunan yang akan dicapai
akan bermanfaat dan berguna bagi masarakat, selain itu juga resiko akan
ditanggung pula oleh masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai bentuk keterlibatan
masyarakat yang memiliki tujuan dan kebutuhan yang sama dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupannya. Pengertian
14
partisipasi sendiri sangat beragam. Dalam partisipasi diartikan sebagai
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap tahapan pembangunan mulai
dari perencanaan hingga pelaksanaan. Masyarakat tidak lagi menjadi obyek
dari pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan, dimana masyarakat
berperan dalam menyampaikan aspirasi, menentukan pilihan, memanfaatkan
peluang dan menyelesaikan masalahnya. Melalui pendekatan partisipatif ini
masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya yang akan mempengaruhi
kehidupannya maupun lingkungannya.
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Kerja
Pemerintah
Perencanaan Pembangunan Tahunan Dalam perencanaan
pembangunan Tahun Anggaran 2014 setiap tahapnya menghasilkan dokumen
saling terkait dengan dokumen yang dihasilkan dalam tahap sebelumnya.
Adapun dokumen yang dihasilkan selama perencanaan pembangunan tahunan
yaitu : 1) Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Dokumen tersebut
merupakan hasil pemaduserasian usulan kegiatan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang diselenggarakan mulai jenjang
Desa/kelurahan, kecamatan dan kota. Dokumen ini berisi informasi tentang
program, kegiatan beserta nilai anggaran indikatif yang akan diajukan dalam
APBD tahun anggaran 2014. 2) Kebijakan Umum dan Anggaran (KUA)
APBD tahun anggaran 2014. Dokumen tersebut disusun dengan mengacu
kepada tujuan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
15
Menengah Desa (RPJM-Des) dan disesuaikan dengan RKPDes. Dokumen ini
memuat informasi tentang arah kebijakan untuk masing-masing bidang
kewenangan pemerintah daerah. 3) Prioritas dan Plafon APBD tahun anggaran
2014.
Dokumen yang disusun berdasarkan KUA ini memuat informasi
tentang program kegiatan pembangunan. 4) Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tahun anggaran 2014. Dokumen ini disusun berdasarkan
KUA, PPA dan RKPD. APBD secara umum terdiri dari Nota Keuangan
beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (APBD). d. Keterkaitan
antara agenda setting dengan policy formulation. Sesuai dengan Kepmendagri
Nomor 29/2002 Kebijakan Umum dan Anggaran sebagai hasil dari proses
agenda setting, menjadi acuan dalam perencanaan operasional, untuk
menyusun usulan program dan kegiatan. Namun dalam implementasinya di
tahun anggaran 2014, beberapa program dan kegiatan yang diusulkan dalam
Musrenbang tidak sesuai dengan Kebijakan Umum dan Anggaran Perencanaan
Pembangunan Daerah Partisipatif Pembangunan daerah merupakan kegiatan
utama pemerintahan daerah. Karena itu perencanaan pembangunan daerah
membutuhkan partisipasi seluruh unsur pemerintahan daerah (stakeholders)
yang ada di daerah tersebut.
Merupakan bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang
membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu
16
bidang tertentu atau tujuan tertentu, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih
baik (Sulistyani, 2004: 129).
Komunikasi merupakan proses transmisi ide atau informasi dan proses
interaksi ide dan gagasan (Nugroho, 2004:26). Seiring dengan semakin
kompleksnya informasi serta semakin banyaknya pihak yang terlibat maka
dialog akan menjadi lebih efektif bila dilengkapi dengan komunikasi bermedia.
Dicontohkan oleh (Nugroho, 2004:26) bahwa komunikasi bermedia dengan
media individual/pribadi seperti surat, memo dan sebagainya, hingga yang
bersifat publik seperti koran, radio, televisi dan film. Negosiasi adalah
perundingan dengan tawar menawar supaya didapat kata sepakat sesuai dengan
yang diinginkan (Badudu, 2001: 938).
Struktur politik di daerah (kabupaten/kota) tercermin dalam bentuk
pemerintahan daerah otonom. Menurut Nurcholis (2005: 20) pemerintahan
daerah otonom adalah pemerintahan daerah yang badan pemerintahannya
dipilih oleh penduduk (masyarakat) setempat dan memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus urusannya sendiri.
Kepala Daerah adalah pemimpin birokrasi daerah yang tugasnya
menetapkan kebijakan bersama dengan DPRD serta memimpin
pelaksanaannya bersama dengan jajaran birokrasi. Dalam UU No. 32 Tahun
2004, kepala daerah berkewajiban antara lain : 1) menegakkan seluruh
peraturan perundang-undangan 2) meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat 3)
memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat 4) mengajukan rancangan
peraturan daerah dan menetapkannya sebagai peraturan daerah bersama dengan
17
DPRD. Dalam ilmu manajemen, Kepala Daerah ini berperan sebagai top
manager. Menurut Amirullah (2004: 17).
Pelaksana anggaran ikut berpartisipasi dalam penyusunan kerja maka
menghasilkan pengungkapan informasi privat yang mereka miliki. Atasan atau
pemegang kuasa anggaran menerima informasi yang belum diketahui
sebelumnya dan meningkatkan akurasi pemahaman terhadap bawahan atau
pelaksana anggaran sehingga semakin mengurangi informasi asimetris dalam
hubungan atasan atau pemegang kuasa anggaran dan bawahan atau pelaksana
anggaran pelaksana anggaran diberi kesempatan untuk memberikan masukan
berupa informasi yang dimilikinya kepada atasan atau pemegang kuasa
anggaran sehingga atasan atau pemegang kuasa anggaran akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas
(Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono, 2006: 58).
Penetapan penyusunan anggaran pada awal kegiatan mengharuskan
semua anggota organisasi mengarahkan segala kegiatan sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Manajemen pada fungsi perencanaan dalam hal ini dituntut
untuk memperhatikan penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien.
Dalam keterlibatan tersebut, para manajer harus mengetahui seberapa besar
kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai target yang akan dicapai, agar
dalam diri manajer timbul perasaan yang dihargai, dipercaya, yang
mengakibatkanrasa kepuasan pekerjaannya.Akan tetapi dalam kenyataannya,
keterlibatan seseorang selalu dihadapkan pada berbagai masalah di tempat
kerja, seperti perbedaan opini dengan atasan, frustasi, dan rasa kejengkelan
18
terhadap perilaku rekan sekerja yang menciptakan suatu kondisi kerja negatif
dalam organisasi. Disinilah pentingnya individu dalam mengalami kepuasan
kerja. Untuk itu pekerja yang merasa dipuaskan pada pekerjaannya akan,
merasa termotivasi untuk memperbaiki kondisi kerjanya dan memberi respon
yang membangun.
Partisipasi dalam Perencanaan Pembangunan Tahunan . Partisipasi
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) tingkat Desa/Kelurahan diselenggarakan untuk mensinkronkan
berbagai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari forum musyawarah
perencanaan tingkat Rukun Tetangga (RT), sehingga menjadi usulan yang
terpadu tingkat Desa yang selanjutnya akan dibahas kembali ke tingkat
Kecamatan. Sebelum Musrenbang Desa dilaksanakan, terlebih dahulu
dilakukan musyawarah tingkat RT yang umumnya diselenggarakan rutin setiap
bulan atau selapan sekali. Musyawarah RT melibatkan seluruh komponen yang
ada di RT yaitu Ketua RT bersama-sama dengan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) khususnya seksi Pembangunan.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah organisasi kemasyarakatan
yang ada di Desa yang dibentuk dalam upaya memberdayakan masyarakat desa
dan merupakan mitra yang membantu pemerintah Desa di bidang
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya
LPM dibagi menjadi 6 (enam) bidang yaitu bidang agama, bidang pendidikan,
bidang pemuda olahraga dan kesenian, bidang pembangunan, bidang keamanan
dan ketertiban dan bidang perekonomian.
19
Musyawarah RT dipimpin oleh Ketua RT. Dalam musyawarah tingkat
RT ini, para peserta menyampaikan usulan-usulan kegiatan untuk ditampung
oleh Ketua RW. Materi musyawarah tersebut berupa materi yang menyangkut
kehidupan kemasyarakatan dalam lingkup RW. Usulan kegiatan tersebut dapat
dikategorikan dalam kegiatan pembangunan, kegiatan pemerintahan dan
kegiatan kemasyarakatan. Dalam forum tersebut, usulan-usulan kegiatan yang
dapat diselesaikan pada tingkat Rukun Tetangga (RT) dikembalikan kepada
masing-masing pengurus RT untuk ditindaklanjuti, sedangkan usulan-usulan
kegiatan yang mempunyai skala RT keatas ditampung oleh Ketua RT sebagai
bahan rumusan dalam Rencana Pembangunan Tahunan Rukun Tetangga (RT).
Pengambilan keputusan atas kegiatan yang diusulkan masyarakat
menggunakan 2 (dua) mekanisme yaitu : 1) Untuk pembangunan sarana dan
prasarana fisik yang akan didanai secara swadaya masyarakat maupun dana
dari Pemerintah Kabupaten Gowa, tahap-tahap perencanaan seperti
pengidentifikasian, perumusan, penilaian dan pemilihan usulan kegiatan
sepenuhnya ditentukan bersama-sama oleh seluruh peserta musyawarah ,
sedangkan fungsi Ketua RT hanya mengetahui dan meneruskannya ke tingkat
Desa dan kecamatan. 2) Untuk usulan pembangunan selain dalam point a,
tahap perencanaan seperti pengidentifikasian usulan kegiatan dilakukan oleh
masyarakat, namun perumusan, penilaian dan pemilihan usulan kegiatan
sepenuhnya ditentukan oleh Ketua RW.
Keputusan akhir tidak dikonsultasikan kembali kepada masyarakat.
Seluruh hasil pengambilan keputusan tersebut dituangkan ke dalam Rencana
20
Pembangunan Tahunan Rukun Warga. Hasil musyawarah tingkat RT
selanjutnya dibawa dalam forum Musrenbang Desa. Musrenbang Desa
diselenggarakan setiap tahun sekali pada awal tahun anggaran sebelum tahun
berjalan. . Kepala Desa menentukan peserta yang akan mengikuti Musrenbang
Desa. Peserta musrenbang Desa terdiri dari Ketua RW, Ketua RT, tokoh
masyarakat, Ketua LPM didampingi kepala bidang pembangunan, dan dari
kecamatan yang berkaitan langsung dengan pembangunan yang bersifat fisik
dan non fisik. Acara dimulai dengan pembukaan dan pengarahan oleh Kepala
Desa yang berisi maksud dari penyelenggaraan forum tersebut, gambaran
potensi dan permasalahan untuk skala Desa.
Pembangunan masyarakat desa yang sekarang disebut juga dengan
nama pemberdayaan masyarakat desa pada dasarnya serupa dan setara dengan
konsep pengembangan masyarakat (community development atau CD).
Menurut Schlippe pada mulanya teori tentang pembangunan masyarakat desa
ini tidak ada. Perkembangan teori pembangunan desa itu dimulai dari praktik,
yaitu dari kebutuhan yang dirasakan di dalam masyarakat terutama dalam
situasi social yang dihadapi didalam Negara-negara yang menghadapi
perubahan sosial yang cepat. Secara teoritis, agar suatu desa berkembang
dengan baik, maka teradapat tiga unsur yang merupakan suatu kesatuan, yaitu
a. Desa (dalam bentuk wadah)
b. Masyarakat Desa
c. pemerintahan Desa.
21
Masyarakat desa, adalah penduduk yang merupakan kesatuan
masyakarat yang tinggal pada unit pemerintahan terendah langsung dibawah
camat. Sementara itu, pemerintah desa, adalah kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintah
yang terendah langsung dibawah kepala desa.
Dalam upaya mengembangkan masyarakat di tingkat local, baik
organisasi pemerintah maupun nonpemerintah, selain dibantu oleh tenaga
pendamping (fieldworker atau fasilitator lapangan) biasanya dibantu oleh
tanaga kader (indigenous worker). Kader diharapkan dapat menggantikan
peranan petugas pembangunan desa dalam melanjutkan kegiatan-kegiatan
pembangunan desa. Kader adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat
setempat yang dengan sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan berbagai
kegiatan dalam program pembangunan desa. Kader dapat terdiri dari wanita
atau pria, tua maupun muda, sudah bekerja ataupun belum bekerja, yang
penting mereka merasa terpanggil, ada kesediaan dan kesadaran untuk ikut
bertanggung jawab dalam usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di lingkungannya.
Melakukan pembangunan perdesaan berarti mempersiapkan seluruh
kebutuhan masyarakat yang diindikasikan oleh potensi masyarakat. Potensi
masyarakat bersifat kompherehensif. Masyarakat lokal dalam perjalanan
waktu harus mengembangkan suatu asset yang menjadi suatu sumberdaya
ataupun potensi bagi komunitas tersebut dalam rangka menghadapi perubahan
yang terjadi. Beberapa asset yang harus dimiliki masyarakat sebagai hasil dari
22
pembangunan perdesaan dan pengembangan masyarakat mencakup aset yang
diasumsikan terkait dengan upaya pengembangan modal fisik (physical
capital), modal financial (financial capital), modal lingkungan (environmental
capital), modal teknologi (technological capital), modal manusia (human
capital), dan modal social (social capital).
Pembangunan infrastruktur perdesaan merupakan pendekatan terbaru
dari beberapa konsep pembangunan perdesaan yang telah ada sebelumnya.
Pembangunan infrastruktur perdesaan mempunyai beberapa karakteristrik.
Pertama adalah adanya aktivitas proyek infrastruktur desa yang cukup positif
dalam membantu aksesibilitas masyarakat di bidang sosial-ekonomi dan layak
dikembangkan lebih lanjut dalam mendorong pertumbuhan wilayah
perdesaan. Kedua, kehadiran infrastruktur perdesaan yang berbasiskan pada
kebutuhan masyarakat harus mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kegiatan masyarakat perdesaan. Ketiga, infrastruktur perdesaan dibangun
dengan memperhatikan nilai-nilai masyarakat yang hidup di perdesaan dan
oleh karena itu pendekatan pengembangan masyarakat (community
development) merupakan salah satu ciri melekat berikutnya yang harus
terintegrasi dalam pembangunan infrastruktur perdesaan. Keempat adalah
karakter terakhir pembangunan infrastruktur perdesaan yaitu melibatkan
kelompok fasilitator pengembangan perdesaan yang mempunyai bisnis inti
dalam pemberdayaan masyarakat. Biasanya kelompok-kelompok fasilitator
pengembangan perdesaan ini adalah mereka yang bergiat dalam
pemberdayaan masyarakat sebagai cara memaksimalkan proses, output dan
23
outcome pembangunan perdesaan. Lembaga pengembangan swadaya
masyarakat yang bersumberkan dari warga desa setempat seringkali
merupakan pilihan dalam pelaksanaan sebagai mitra/fasilitator pembangunan
perdesaan, dan bukan para kontraktor atau konsultan perusahaan besar.
Pembangunan infrastruktur perdesaan mempunyai cakupan fungsional
dan kemasyarakatan yang tinggi, artinya bahwa infrastruktur perdesaan yang
dibangun harus dibangun dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat. Jika masyarakat di suatu desa pola sosial budayanya adalah
masyarakat pertanian maka infrastruktur perdesaan harus mengikuti pola
tersebut sebagai dan menjadi infrastruktur yang mendukung sektor pertanian
sebagai kegiatan utama masyarakat perdesaan. Pembangunan infrastruktur
perdesaan akan semakin efektif dalam mendorong pembangunan masyarakat
dan wilayah pedesaan mana kala diikuti dengan kegiatan penguatan
kelembagaan masyarakat, peningkatan perekonomian rakyat untuk mendorong
kesejahteraan, dan peningkatan aspek pengorganisasian masyarakat. Termasuk
mulai memperhatikan program infrastruktur lingkungan di masyarakat seperti
pengolahan limbah, perlindungan sumber air, dan sejenisnya.
Pemerintah desa wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-
Desa), untuk memberikan pedoman bagi pemerintah desa dalam penyusunan
RPJM-Desa dan RKP-Desa, perlu dilakukan pengaturan. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat (RPJM-
Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang
24
memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa,
kebijakan umum, dan program, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan
rencana kerja. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat
(RKP-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun
merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka
ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan
pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan
RPJM-Desa.
C. Pemerintahan Desa
Dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau
dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan barada di Kabupaten atau
Kota. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
25
Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun
hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat
dituntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu kepala desa dengan
persetujuan BPD mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hokum
dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa. Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan, kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan
perkara atau sengketa dari para warganya. Dalam upaya meningkatkan dan
mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan
dibentuk kelurahan sebagai unit pemerintahan kelurahan yang berada di dalam
daerah kabupaten dan/atau daerah kota.
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya
yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga
pengaturan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, seperti
dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, dan keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga
kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat desa.
Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab kepada rakyat desa
yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan
26
kepada Bupati atau melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,
Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya
dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok
pertanggungjawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada
masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk menanyakan dan
atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan pertanggungjawaban tersebut.
Desa tidak lagi merupakan level administrasi, tidak lagi menjadi
bawahan daerah tetapi menjadi independent community, sehingga setiap
warga desa dan masyarakat desanya berhak berbicara atas kepentingannya
sendiri dan bukan dari atas ke bawahan seperti selama ini terjadi. Desa dapat
dibentuk, dihapus, dan/atau digabungkan dengan memperhatikan asal- usulnya
atas prakarsa masyarakat dengan persetujuan pemerintahan kabupaten dan
DPRD. Di Desa dibentuk pemerintah desa yang terdiri atas kepala desa atau
yang disebut dengan nama lain dan perangkat desa. Perangkat Desa terdiri atas
sekretaris desa dan perangkat desa lainnya seperti perangkat pembantu kepala
desa terdiri dari sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan seperti kepala
urusan dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau dengan sebutan lain.
Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan subsistem dari system
penyelenggaraan pemerintah sehingga desa memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa
bertanggungjawab pada BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
tersebut kepada bupati.
27
Dalam menjalankan Pemerintahan Desa, pemerintah desa menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Sedangkan dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsinya, kepala desa:
a. Bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD; dan
b. Menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati
tembusan Camat.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
penanggungjawab utama dalam bidang pembangunan Kepala Desa dapat
dibantu lembaga kemasyarakatan yang ada di desa. Sedangkan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, sekretaris desa, kepala seksi, dan kepala
dusun berada di bawah serta tanggungjawab kepada Kepala Desa, sedang
kepala urusan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada sekretaris desa.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal
209, urusan pemerintah yang menjadi kewenangan desa adalah sebagai
berikut.
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten
atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten atau kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
28
Asal kata “Desa” adalah dari bahasa India, yaitu “swadesi” swadesi
berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang
merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta
memiliki batas yang jelas. Istilah desa ini, juga bisa disebut dengan istilah lain
pada daerah-daerah tertentu misalnya saja dusun dan warga bagi masyarakat
sulawesi selatan. (Sihombing 2007: 1).
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah pewarisan
undang-undang yang lama yang pernah ada yang mengatur desa yaitu
Inlandsche Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura
dan Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitingewesten (IGOB) yang berlaku
untuk diluar Jawa dan Madura. Peraturan ini tidak mengatur desa secara
seragam.
Pemerintahan desa yang diseragamkan.Penyeragaman ini
dimaksudkan untuk memperkuat pemerintahan desa agar mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
menyelenggarakan administrasi desa yang lebih efektif dan efisien serta
memberikan dorongan perkembangan dan pembangunan desa secara
keseluruhan.
Lembaga Musyawarah desa merupakan wadah permusyawaratan dari
pemuka-pemuka masyarakat yang ada didesa dan didalam mengambil
keputusannya ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan
memperhatikan kenyataan hidup yang berkembang dalam masyarakat yang
bersangkutan.
29
Kepemimpinan dan peran pemerintah desa pada dasarnya bagaimana
mengkoordinasikan seluruh kepentingan masyarakat desasetiap pengambilan
keputusan dan bukanlah tanggungjawab mudah untuk itu perlu dilimpahkan
kepada semua tingkat pimpinan sampai ketingkat bawah sekalipun seperti
kepala dusun dan lainnya. Pemerintah desa adalah tugas dan fungsi Kepala
Desa yaitu :
1. Memimpin penyelenggara pemeintah desa.
2. Membina kehidupan masyarakat desa.
3. Membina perekonomian desa.
4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
5. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa.
6. Mewakili desanya didalam dan diluar peradilandan dapat menunjuk kuasa
hukumnya.
7. Mengajukan perencanaan peraturan desa dan bersama BPD menetapkan
peraturan desa (PERDES).
8. Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa
yang bersangkutan.
Pemerintahan desa dimaksud untuk memperbaharui dan memperkuat
unsur-unsur demokrasi dalam bentuk dan susunan pemerintahan
desa.Keberadaan peran pemerintah desa bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakatnya.Suatu hal yang penting bahwa lembaga sosial
merupakan wadah aspirasi masyarakat yang menjadi pendorong dinamika
masyarakat desa. Lembaga-lembaga sosial yang ada diharapkan tumbuh
30
sesuai dengan budaya (adat istiadat setempat termasuk didalamnya
bagaimana mengelola lembaga-lembaga desa dengan demikian penguatan
peran pemerintah dan lembaga-lembaga sangat menentukan untuk kemajuan
desa termasuk sektor pembangunannya.
D. Kerangka Pemikiran
Pemerintah desa memegang peran penting dalam pelaksanaan
partisipasi masyarakat baik partisifasi langsung maupun partisipasi
perwakilan dalam penyusunan kerja di desa Keberadaan Partisipasi
masyarakat dalam penyusunan kerja bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat khususnya masyarakat dengan kondisi ekonomi yang bertaraf
miskin.Pemerintah desa dengan peran serta tanggung jawab yang dimiliki
untuk mensejahterakan masyarakatnya tentu berupaya melakukan pembaruan.
Pelaksanaan partisipasinya dari segi potensi akan dapat membantu
masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik
berdasarkan tinjauan prinsip, tujuan dan komponen serta strategi pelaksanaan
masyarakat itu sendiri. Peran pemerintah desa untuk mendukung dan
membantu pelaksanaan kesejateraan dan pembangunan Desa akan
mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Berikut adalah skema kerangka
pemikiran tentang pelaksanaan Partisipasi Masyarakat Desa.
31
KERANGKA PEMIKIRAN
E. Fokus Penelitian
Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
F. Deskripsi Fokus Penelitian.
1. Partisipasi masyarakat adalah peran serta masyarakat dalam suatu
kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan yang ada
disekitarnya.
2. Partisipasi langsung adalah orang yang datang memberi ide terhadap
program atau pelaksanaan kegiatan.
Partisipasi Masyarakat
TercapainyaTujuan Pembangunan Desa
Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes)
Bentuk-Bentuk Partisipasi
Masyarakat
1. Partisipasi Langsung
2. Partisipasi Perwakilan
Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat
1. Kepemimpinan Pemerintah
Desa
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat
3. Regulasi (Aturan)
4.
32
3. Partisipasi Perwakilan adalah bentuk partisipasi masyarakat melalui
perwakilan tokoh masyarakat setempat.
4. Kepemimpinan Pemerintahan Desa adalah kemampuan Pemerintah Desa
dalam mempengaruhi masyarakat agar terlibat dalam Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
5. Regulasi adalah aturan yang diterapkan oleh Pemerintah Desa diwilahnya
khususnya menyangkut tentang keterlibatan masyarakat Desa dalam
agenda penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
6. Tingkat Pendidikan Masyarakat adalah Status Pendidikan masyarakat
masyarakat setempat.
7. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa adalah Perumusan
program Kerja Pemerintah Desa Selama Satu Pemerintahan Desa.
8. Tercapainya tujuan Pembangunan Desa adalah terealasinya keinginan
Pemerintah bersama masyarakat dalam pembangunan Desa.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini selama 2 bulan
dan bertempat di Kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa. Penelitian ini bermaksud melihat bagaimana Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada: (1) di Kantor Desa
Bontoramba Kecamatan Pallangga merupakan salah satu unsur pemerintah di
tingkat Desa yang menangani Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah; (2) untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Adapun pertimbangan dalam
pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas efektifitas, waktu, dana dan
kemudahan dalam mengumpulkan data karena lokasi tersebut mudah
dijangkau oleh penulis.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
mendeskripsikan dan menggambarkan tentang Pratisipasi Masyarakat
dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah apa yang diterapkan di
kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga untuk meningkatkan
34
Partisipasi Masyarakat di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
2. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian ini adalah tipe fenomenologi dimaksudkan untuk
memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti
berdasarkan pengalaman yang dialami oleh informan. Adapun masalah-
masalah yang diteliti adalah mengenai Penyusunan Rencana Kerja apa
yang harus diterapkan Partisipasi Masyarakat di kantor Desa Bontoramba
Kecamatan Pallangga.
C. Sumber Data.
1. Data Primer
Data Primer untuk memperkaya dan mempertajam analisis bagi
penarikan kesimpulan yang meliputi: pengamatan langsung (observasi),
dan wawancara yang dilakukan penulis tentang Partisipasi Masyarakatdi
Kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai
laporan-laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis
yang digunakan dalam penelitian. Adapun laporan atau dokumen yang
bersifat informasi tertulis yang dikumpulkan peneliti adalah mengenai
Partisipasi Masyarakat yang diterapkan Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintahdi kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa.
35
D. Informan Penelitian
Adapun Informan pada Penelitian ini adalah berjumlah 8 Orang yaitu :
No Informan jabatan Jumlah
1 Abu Talib Dg Mile Kepala Desa Bontoramba 1 Orang
2 Nurdin SE. Dg liwang Sekretaris Desa Bontoramba 1 Orang
3 Amran Dg Tika Kasi Pemerintahan 1 Orang
4 Kaharuddin Kasi Pembangunan 1 Orang
5
1. Abd. Rasyid Dg. Ngiri’
2. Abd. Azis Dg. Bali
Kepala Dusun;
1.Balinappang
2.LikoLoe
2 Orang
6
1. Syafaruddin Sija
2. Baha’ Dg. Sarro
Ketua RT:
1.Bontocinde
2.Dusun Bontobiraeng
2 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi (pengamatan) adalah pengamatan data yang dilakukan melalui
pengamatan penulis secara langsung di lapangan mengenai Partisipasi
Masyarakat yang diterapkan dalam upaya meningkatkan Penyusunan
36
Rencana Kerja Pemerintah di Kantor Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa.
b. Studi Kepustakaan (Dokumen) adalah dokumen yang diperlukan dalam
penelitian ini tentang permasalahan-permasalahan yang sedang diteliti
meliputi Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah di Kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa yang diterapkan di kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
c. Wawancara adalah dimana penulis melakukan interview atau wawancara
terhadap Kepala Desa (atasan) atau sekertaris (staf desa) di berbagai
instansidi desa yang bekerja pada Kantor di Desa Bontoramba.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi penelitian
mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
F. Teknik Analisis Data.
Analisis data ialah langkah selanjutya untuk mengelola data dimana
data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk
menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.
Menurut Miles and Huberman (Dalam Sugiyono, 2012:91-99) menjelaskan
bahwa analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
37
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dalam hal ini gambaran mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah di Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa sehingga mempermudah peneliti dalam
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini
peneliti berusaha untuk menguraikan secara singkat tentang bagaimana
Partisipasi Masyarakat yang diterapkan dalam Penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah di kantor Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa berbentuk teks yang bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing and Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles and Hubberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek dalam hal ini
mengenai bagaimana Partisipasi Masyarakatyang diterapkan dalam
Penyusunan Rencana Pemerintah di kantor Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas.
38
G. Keabsahan Data
Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil
penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Menurut Sugiyono
(2012:127), teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggaungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono ada
tiga macam triangulasi yaitu:
1 Triangulasi Sumber
Trianguasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek
ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber
yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang
dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen
yang ada.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan obsevasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya
benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.
39
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid
sehingga kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melalakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan
dengan cara mengecek hasil peneitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.
H. Jadwal Penelitian
Dalam rancangan proposal penelitian perlu pula mencantumkan jadwal
pelaksanaan penelitian, yang mencakup:
1) Persiapan
Peneliti akan melakukan penyusunan instrument penelitian.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti akan melakukan proses pengumpulan
data, pengolahan data, klarifikasi data, analisis data, dan penarikan
kesimpulan.
3) Penyelesaian
Peneliti akan melakukan penyusunan laporan penelitian dan perbaikan
proposal penelitian.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Profil Umum Kantor Desa Bontoramba
Desa Bontoramba adalah salah satu desa yang terletak di bagian timur
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, latar belakang/Sejarah
terbentuknya Desa Bontoramba yang dahulu merupakan pemekaran dari
desa kampili pada tahun 1994. salah satu Desa di Kecamatan Pallangga
adalah dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 8 Tahun 1992
mengenai Pembentukan 18 (Delapan) Kecamatan di Wilayah Kabupaten-
Kabupaten Daerah Tingkat II Gowa dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat
I Sulawesi Selatan.Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 8
Tahun 1992, pengembangan Kecamatan Pallangga yang meliputi Desa
Bontoramba yang dahulunya merupakan salah satu Desa di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa dengan jamlah penduduk 4147 jiwa.dengan
rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2027 jiwa dan berjenis
kelamin perempuan berjumlah 2020 jiwa
Kantor Desa Bontoramba terletak di Kecamatan Pallangga dengan
Jarak ± 9 Km. dari Ibu Kota Kecamatan dan jarak ± 12 Km dari Ibu Kota
Kabupaten Gowa.Luas Wilayah Administrasi Desa Bontoramba ± 571,33
Km2 yang terdiri dari 4 Dusun , RT/RW 15/24 yaitu Dusun Balinappang
RT/RW 2/4, Dusun Bontocinde RT/RW 3/6, Bontobiraeng RT/RW 2/4 dan
40
41
Dusun Likuloe RT/RW 8/10 dengan batas-batas wilayah Desa Bontoramba
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Sakkolia
2. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Julu pa’mai
3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Pa’bentengan
4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Kampili
Desa Bontoramba memiliki visi dan misi sebagai berikut:
V i s i
Mewujudkan Desa Bontoramba yang dinamis dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan Pembangunan dan Kemasyarakatan
serta meningkatkan Partisipasi Masyarakat.
M i s i
Dalam mendukung tercpainya Visi tersebut maka Desa Bontoramba
melakukan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan Disipilin Staf Desa.
2. Meningkatkan Profesionalisme Staf dalam melakukan Pelayanan.
3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan melalui
Musyawarah Rencana Pembangunan.
4. Meningkatkan Pemahaman masyarakat Desa Bontoramba akan
Pentingnya Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan.
5. Meningkatkan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Oleh Pembantu
Kolektor.
42
2. Keadaan Perangkat Kantor Desa Bontoramba
Dalam sebuah instansi pemerintahan keadaan Perangkat sangat
menunjang dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai. Keadaan Perangkat
yang perlu diperhatikan yakni keadaan pegawai berdasarkan usia, keadaan
Perangkat berdasarkan golongan, keadaan Perangkat berdasarkan jabatan,
keadaan Perangkat berdasarkan status kepegawaian, dan keadaan Perangkat
berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 1.1 Keadaan perangkat Desa Berdasarkan Usia
No Tingkatan Usia Jumlah Presentase (%)
1 20 – 30 Tahun 5 21,42%
2 31 – 40 Tahun 5 35,71%
3 41 – 50 Tahun 3 35,71%
4 51 – 55 Tahun 1 7,14%
Jumlah 14 Orang 100%
Sumber : Arsip Kantor Desa Bontoramba Tahun 2015
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkatan usia
perangkat di desa Bontoramba dimulai usia 20 – 30 Tahun berjumlah 5 orang
atau sebesar 21,42 persen, usia 31 – 40 Tahun sebanyak 5 orang atau sebesar
35,7 persen, usia 41 - 50 Tahun berjumlah 5 orang atau sebesar 35,71 persen
dan usia 51 – 55 Tahun berjumlah 1 orang atau sebesar 7,1 persen. Sehingga
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkatan usia perangkat di
Kantor Desa Bontoramba di dominasi oleh usia 31- 40 dan 41 – 50 Tahun
yang masing-masing berjumlah 5 orang.
43
Setiap perangkat Desa yang ada di kantor Desa Bontoramba memiliki
masing-masing tingkat pendidikan yang berbeda, hal tersebut dapat dilihat
dari tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2 Keadaan Perangkat Desa Berdasarkan Pangkat.
No Nama Kepala Dusun Jabatan
1 Abd. Rasyid Dg Ngiri Kepala Dusun Balinappang
2 Manja Dg. Ngerang Kepala Dusun Bontocinde
3 Gassing Samad Kepala Dusun Bontobiraeng
4 Abd. Azis Bali Kepala Dusun Likulde
Sumber : Arsip Kantor Desa Bontoramba Tahun 2015
Berdasarkan uraian dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa daftar
kepala dusun yang ada di desa bontoramba berjumlah 4 orang sesuai dengan
jabatan masin-masing selain itu masing-masing kepala dusun mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya masing-masing dengan tetap
berpedoman pada aturan yang berlaku.
Perangkat Desa yang berada di Desa Bontoramba memiliki jabatan
masing-masing sesuai dengan peraturan daerah (PERDA) yang berlaku di
Kabupaten Gowa Nomor 6 Tahun 2006 yang mengatur tentang struktur
organisasi pemerintah desa pada masing-masing jabatan yang ada di Desa
Bontoramba.
44
hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.3 di bawah ini
Tabel 1.3 Keadaan Staf Desa Berdasarkan Jabatan
No Nama Perangkat Desa Jabatan
1 Abu Talib Dg Mile Kepala Desa
2 Nurdin Dg Liwang SE Sekertaris Desa
3 Waldi Nurdin Kaur Umum
4 Melda Asmah S,E Kaur Keuangan
5 Syahrir Kasi Kesra
6 Kaharuddin Kasi Pembangunan
7 Amran Dg Tika Kasi Pemerintahan
Sumber : Arsip Kantor Desa Bontoramba Tahun 2015
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 7 (Enam)
jabatan masing-masing disi oleh Perangkat Desa, yang terdiri dari Kepala
Desa,Sekertaris Desa,Kaur Umum, Kaur Keuangan, Kasi Kesra
(Kesejahteraan Rakyat), Kasi Pembangunan, dan Kasi Pemerintahan.
perangkat Desa yang bekerja pada kantor Desa bontoramba sampai
pada tahun 2015 sepenuhnya belum berstatus perangkat Desa tetap, karena
ada beberapa aparatur pemerintah yang di angkat oleh pejabat yang
berwenang untuk membantu Kepala Desa dalam menyelesaikan tugasnya.
Penempatan Perangkat Desa dalam jabatan maupun golongannya
dilihat berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki masing-masing staf
Desa. Serta kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu tugas yang
diberikan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ia miliki, untuk
mengetahui tingkat pendidikan seluruh aparatur pemerintah di Desa
45
Bontoramba. Berikut tingkat pendidikan yang dimiliki Perangkat Desa yang
ada di kantor Desa Bontoramba pada tabel 1.5 dan tabel 1.6
Tabel 1.5 Tingkat Pendidikan Perangkat DesaNo Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD -
2 SMP -
3 SMA 12 orang
5 S (Strata)-1 2 orang
6 S (Strata)-2 -
Jumlah 14 orang
Sumber : Arsip Kantor Desa Bontoramba Tahun 2015
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh Staf Desa tetap yang ada di kantor Desa
Bontoramba yaitu lulusan SMA sebanyak 10 orang, lulusan S (Strata)-1
sebanyak 2 orang, serta lulusan S (Strata)-2 tidak ada. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa yang mendominasi adalah Staf Desa tetap dengan lulusan
SMA yakni sebanyak 10 orang.
Tabel 1.6 Tingkat Pendidikan Desa Bontoramba
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SD -
2 SMP -
3 SMA 12 orang
5 S (Stara)-1 2 orang
6 S (Strata)-2 -
Jumlah 14 orang
Sumber : Arsip Kantor Desa Bontoramba Tahun 2015
46
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan yang dimiliki Desa Bontoramba yaitu lulusan SMA sebanyak 10
orang, sedangkan lulusan S (Strata)-1 sebanyak 2 orang.
3. Susunan Organisasi Desa Bontoramba
STURUKTUR ORGANISASI
DESA BONTORAMBA KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA
Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tentang Pemerintahan Desa
Dalam melaksanakan tugas Pokok dan fungsi Pelayanan Administrasi,
baik Sekretaris maupun masing-masing Kepala seksi dibantu oleh staf Desa
maupun Kepala Dusun. Sehubungan dengan itu berdasarkan Surat Tugas Kepala
Kepala Desa
KASIPemerintahan
KASIKESRA
KASIPembangunan
Sekretaris Desa
KAURUMUM
KAURKeuangan
KadusBalinappang
Kadus LikuloeKadus BontoBiraeng
Kadus Bontocinde
47
Desa Bontoramba, Nomor. 800/004/Pem/KTM/II/2013, menempatkan perangkat
Desa sebagai mana table berikut:
a. Sekretaris Desa
No Nama staf Desa Jabatan
12
Nurdin SE Dg LiwangAbdul Rahman
Sekretaris DesaStaf Sekretaris Desa
b. Kaur Umum
No Nama staf Desa Jabatan
12
Waldy NurdinNurhayati
Kaur UmumStaf Kaur Umum
c. Kaur Keuangan
No Nama staf Desa Jabatan
12
Melda Asmah S.ERismawati
Kaur KeuanganStaf Kaur Keuangan
d. Seksi Pemerintahan
No Nama staf Desa Jabatan
12
Amran Dg TikaSaipul
Seksi PemerintahanStaf Desa
e. Seksi Pembangunan
No Nama staf Jabatan
12
KaharuddinHidayatulla
Seksi PembangunanStaf Desa
48
f. Seksi Kesra
No Nama staf Jabatan
12
SyahrirSyamsul Alam
Kepala seksi KesraStaf Desa
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Desa merupakan wilayah kerja Kepala Desa sebagai perangkat daerah
dalam wilayah Kecamatan Pallangga berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kabupaten melalui Camat. Desa Bontoramba
sebagai perangkat daerah memiliki struktur organisasi dan mempunyai tugas
pokok dan fungsi sebagai berikut :
Kepala Desa
a) Tugas Pokok
Kepala Desa mempunyai tugas pokok memimpin Desa dalam
membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan kewenangan pemerintahan
yang dilimpahkan oleh Bupati dibidang Pemerintahan ketentraman dan
ketertibaban, ekonomi dan pembangunan, kesejahteraan rakyat, pelayanan
Masyarakat serta pembinaan sekretariat Desa.
b) Fungsi
Dalam melaksanakan Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Kepala Desa menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:
1. penyusunan program dan rencana kerja Kepala Desa.
2. Penyelenggaraan pemerintahan,pembangunan dan Kemasyarakatan.
3. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
49
4. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Dalam Pembangunan.
5. Pelaksanaan Pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah Desa.
6. Pengendalian dan pengkoordinasian seluruh kegiatan unsur Organisasi
Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga.
7. Pengawasan terhadap pelaksanaan program Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan Dalam Pembangunan dan penggunaan anggaran Di
Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga.
Sekretaris Desa
a) Tugas
Sekretariat Desa dipimpim oleh seorang sekretaris mempunyai tugas
pokok membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan dibidang
ketatausahaan,Perangkat Desa, perencanaan dan pelaporan, keuangan, serta
memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur dalam
lingkup Desa Bontoramba.
b) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan program dan rencana kerja anggaran Desa
2. Pelaksanaan kebijakan dibidang kesekretariatan.
3. Penyelenggaraan kegiatan dibidang administrasi umum,administrasi Staf
Desa, administtrasi keuangan dan administrasi perlengkapan serta rumah
tangga Desa Bontoramba.
50
4. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan unsur
organisasi Desa.
5. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Staf dilingkup Desa Bontoramba.
6. Pelaksanaan pelaporan dsan evaluasi kegiatan kesekretariatan.
Kepala Urusan Umum
Kepala Urusan Umum mempunyai beberapa tugas sebagai berikut:
1. Mencatat data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan
desa pada Buku Administrasi Umum.
2. Mengelola Buku Data Peraturan Desa.
3. Mengelola Buku Data Keputusan Kepala Desa.
4. Mengelola Buku Data Inventaris Desa.
5. Mengelola Buku Data Aparat pemerintah Desa.
6. Mengelola Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa.
7. Mengelola Buku Data Tanah di Desa.
8. Mengelola Buku Agenda.
9. Mengelola Buku Ekspedisi.
Kepala Urusan Keuangan
1. Melaksanakan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan kepala desa dan
perangkat desa yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Mengumpulkan dan menganalisa data sumber penghasilan desa yang baru
untuk dikembangkan.
51
3. Melakukan kegiatan administrasi pajak yang dikelola oleh desa (pajak
radio, IPEDA/PBB) dan membantu kegiatan pencatatan pajak rumah
tangga serta pajak lainnya.
4. Melakukan kegiatan administrasi keuangan desa (Anggaran Penerimaan
Pengeluaran Keuangan Desa) baik rutin maupun pembangunan.
5. Melaksanakan tugas lain yangdiberikan oleh sekretaris desa.
Seksi Pemerintahan
a) Tugas
Kepala seksi pemerintahan mempunyai tugas pokok membantu Kepala
Desa dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas dibidang
pemerintahan.
b) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menyelenggarakan fungsi :
1. penyusunan program dan rencana kerja seksi pemerintahan.
2. pelaksanaan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh camat kepada
Kepala Desa dibidang pemerintahan;
3. penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan yang dilimpahkan oleh
camat kepada Kepala Desa.
4. pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di
Desa
5. penyelenggaraan tugas pembantuan tugas lain yang diberikan sesuai
fungsinya.
52
Seksi Pembangunan
a) Tugas
Kepala seksi Pembangunan mempunyai tugas pokok membantu camat
dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan tugas dibidang
pembangunan.
b) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan program dan rencana kerja seksi pembangunan.
2. pelaksanaan kewenangan yang dilimpahkan oleh camat kepada Kepala
Desa di bidang ekonomi dan pemngunan.
3. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kewenagan yang dilimpahkan
oleh camat kepada Kepala Desa.
4. pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
diwilayah Desa Bontoramba.
5. penyelenggaraan tugas pembantuan dan tugas lain yang diberikan sesuai
dengan bidang tugas.
Seksi Kesejahteraan Rakyat
a) Tugas
Kepala seksi perekonomian dan kesejahteraan rakyat mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Desa dalam membina, mengkoordinasikan dan
melaksanakan tugas dibidang perekonomian rakyat.
53
b) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan program dan rencana kerja seksi kesejahteraan rakyat.
2. Pelaksanaan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh camat kepada
Kepala Desa dibidang perekonomian dan kesejahteraaan rakyat.
3. Penyelenggaraan kesejahteraan rakyat sesuai dengan yang dilimpahkan
camat kepada Kepala Desa.
4. Pelaksanaan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat di Desa Bontoramba.
5. Penyelenggaraan tugas pembantuan tugas lain yang diberikan sesuai
fungsinya.
Tugas dan Fungsi Staf Desa
Staf Desa baik itu tenaga perangkat Desa maupun yang tidak termasuk
dalam memiliki tugas fungsi yang berbeda berdasarkan di mana mereka
ditempatkan. Berikut tugas dan fungsi masing-masing staf desa berdasarkan
seksi di mana mereka ditempatkan ;
Sekretaris
a) Tugas
Staf Desa ataupun yang tidak termasuk memiliki tugas membantu
sekertaris dalam melaksanakan tugas di bidang kesekretariatan.
54
b) Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga honorer menyelenggarakan
fungsinya sebagai berikut:
6. Membantu sekertaris dalam menyelesaikan administrasi kantor.
7. Membantu sekertaris dalam membukukan surat masuk dan surat keluar
Seksi Pemerintahan
a) Fungsi
Tenaga honorer baik itu yang termasuk kategori 2 ataupun yang tidak
termasuk kategori 2 memiliki tugas membantu kepala seksi pemerintahan
dalam melaksanakan tugas di bidang pemerintahan.
b) Tugas
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga honorer menyelenggarakan
fungsinya sebagai berikut:
1. Membantu kepala seksi dalam pembuatan KTP, kartu keluarga, dan akta
kelahiran.
2. Membantu kepala seksi dalam pembuatan sertifikat.
3. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan).
4. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan tanah.
5. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan kewarisan.
6. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan domisili.
7. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan kematian.
8. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan kelahiran.
55
9. Membantu kepala seksi dalam pembuatan surat keterangan pemakaman.
Seksi Pembangunan
a) Fungsi
Tenaga honorer baik itu yang termasuk kategori 2 ataupun yang tidak
termasuk kategori 2 memiliki tugas membantu kepala seksi pembangunan
dalam melaksanakan tugas di bidang pembangunan.
b) Tugas
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga honorer menyelenggarakan
fungsinya sebagai berikut:
1. Membantu kepala seksi pembangunan dalam menyelesaikan pembuatan
surat keterangan IMB ( Izin Mendirikan Bangunan).
2. Membantu kepala seksi pembangunan dalam menyelesaikan surat izin
tempat usaha.
3. Membantu kepala seksi pembangunan dalam menyelesaikan surat izin
gangguan.
4. Membantu kepala seksi dalam melaksanakan kegiatan MUSREMBANG
Tugas Dan Fungsi Kepala Dusun
Kepala dusun berkedudukan sebagai perangkat pembantu kepala desa
dan unsur pelaksana penyelenggara pemerintah desa di wilayah dusun.
Kepala dusun mempunyai tugas membantu kepala desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di
wilayah kerjanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjalankan tugas, kepala dusun mempunyai fungsi yaitu:
56
1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan,
ketentraman dan ketertiban diwilayah kerjanya
2. Membantu kepala desa dalam kegiatan penyuluhan, pembinaan dan
kerukunan warga diwilayah kerjanya
3. Melaksanakan keputusan dari kebijaksanaan kepala desa diwilayah
kerjanya
4. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desaS
B. Gambaran Umum Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana
Pembangunan Desa (Musyrembang)
Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku
kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati Rencana Kerja pemerintah
(RKP) Desa tahun anggaran yang akan direncanakan. Musrenbang Desa
dilaksanakan setiap bulan Januari dengan mengacu pada RPJM desa. Setiap
desa diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM
Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa.
Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang dilaksanakan
oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa, bekerja sama dengan warga dan
para pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan
mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa,
dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tidak
tersedia baik dari dalam maupun luar desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007,
Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKP-Desa)
57
adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun dan merupakan
penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa,
dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program
prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan
maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.
Setiap tahun pada bulan Januari, biasanya didesa-desa diselenggarakan
musrenbang untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa).
Penyusunan dokumen RKP Desa selalu diikuti dengan penyusunan dokumen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), karena suatu rencana
apabila tanpa anggaran sepertinya akan menjadi dokumen atau berkas belaka.
Kedua dokumen ini tidak terpisahkan, dan disusun berdasarkan musyawarah
dan mufakat. RKP Desa dan APB Desa merupakan dokumen dan infomasi
publik. Pemerintah desa merupakan lembaga publik yang wajib
menyampaikan informasi publik kepada warga masyarakat. Keterbukaan dan
tanggung gugat kepada publik menjadi prinsip penting bagi pemerintah desa.
RKP Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dan
disusun melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang)
tahunan atau biasa disebut musrenbang Desa. Dokumen RKPDesa kemudian
menjadi masukan (input) penyusunan dokumen APB Desa dengan sumber
anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan Asli Desa (PA Desa),
58
swadaya dan pastisipasi masyarakat, serta sumber-sumber lainnya yang tidak
mengikat.
a. Proses Penyusunan Dokumen RKP Desa Dapat Dibagi Dalam Tiga
Tahapan yaitu :
1. Tahap Persiapan Musrembang Desa
Merupakan kegiatan mengkaji ulang dokumen RPJM Desa, mengkaji
ulang dokumen RKP Desa tahun sebelumnya, melakukan analisa data dan
memverifikasi data ke lapangan bila diperlukan. Analisis data yang dilakukan
seringkali disebut sebagai “analisis kerawanan desa” atau ”analisis keadaan
darurat desa” yang meliputi data KK miskin, pengangguran, jumlah anak
putus sekolah, kematian ibu, bayi dan balita, dan sebagainya. Hasil analisis ini
dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan draft rancangan awal RKP
Desa dan perhitungan anggarannya.
2. Tahap Pelaksanaan Musrenbang Desa
Merupakan forum pertemuan warga dan berbagai pemangku
kepentingan untuk memaparkan hasil “analisis keadaan darurat/kerawanan
desa”, membahas draft RKP Desa, menyepakati kegiatan prioritas termasuk
alokasi anggarannya. Pasca Musrenbang, dilakukan kegiatan merevisi RKP
Desa berdasarkan masukan dan kesepakatan, kemudian dilakukan penetapan
dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.
3. Tahap Sosialisasi
Merupakan sosialisasi dokumen RKP Desa kepada masyarakat dan
seluruh pemangku kepentingan. Dokumen RKP Desa selanjutnya akan
59
menjadi bahan bagi penyusunan APB Desa. RKP Desa dan APB Desa wajib
dipublikasikan agar masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan dan melakukan
pengawasan partisipatif terhadap pelaksanaannya.
b. Langkah – Langkah Penyusunan Dokumen RKP Desa
1. Pembentukan dan persiapan Pokja (Tim) Perencana Desa
Penyusunan RKP Desa merupakan kelanjutan dari proses penyusunan
RPJM Desa, dan pelaksanaan kegiatannya tetap dijalankan oleh Pokja (Tim)
Perencana Desa yang sama. Beberapa istilah sering dipergunakan untuk tim
ini, yaitu Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM) Desa atau Tim Penyusun
RKP Desa. Istilah apa pun yang digunakan, intinya adalah tim yang bertugas
menyelenggarakan dan memandu proses sejak dari persiapan, pelaksanaan
musrenbang sampai paska musrenbang.
Keluaran (output) dari tahap ini adalah:
1. SK Kepala Desa tentang Pokja (Tim) Perencana Desa atau Tim Penyusun
RKP Desa atau Tim Penyelenggara Musrenbang Desa yang bertugas
memfasilitasi dan menyusun dokumen RKP Desa.
2. Pokja (Tim) Perencana desa yang siap menjalankan tugasnya setelah
memperoleh pembekalan yang diperlukan.
Susunan tim ini biasanya sebagai berikut:
1. Kepala Desa selaku pembina dan pengendali kegiatan;
2. Sekretaris Desa selaku penanggungjawab kegiatan (Ketua Tim);
3. Lembaga Pemberdayaan Kemasyarakatan Desa selaku penanggungjawab
pelaksana kegiatan, termasuk membentuk tim pemandu.
60
Tugas-tugas tim RKP Desa ini antara lain: melakukan
pertemuan/rapat-rapat panitia, membentuk Tim Pemandu, mengidentifikasikan
peserta dan mengundang peserta, menyusun jadwal dan agenda, dan
menyiapkan logistik.
Tim pemandu bertugas untuk mengelola proses dan memfasilitasi
pertemuan/musyawarah seperti kegiatan kajian/analisis data, lokakarya desa,
dan pelaksanaan musrenbang desa.
2. Mereviuw (mengkaji ulang) Dokumen RPJM Desa
Pokja (Tim) Perencana Desa atau Tim Penyusun RKP Desa atau Tim
Penyelenggara Musrenbang Desa melakukan reviuw terhadap dokumen RPJM
Desa dan dokumen RKP Desa tahun lalu sebagai tahap awal pelaksanaan
tugasnya. Bagi desa–desa yang sudah mempunyai RPJM Desa, penyusunan
RKP Desa dilakukan dengan merujuk pada program dan kegiatan indikatif
yang sudah disusun dalam dokumen rencana 5 tahun tersebut. Sedang bagi
desa yang belum mempunyai RPJM Desa, pada tahap pra musrenbang RKP
Desa harus dimulai dari penggalian kebutuhan dan permasalahan masyarakat
melalui musyawarah dusun/RT.
3. Analisis Data Kerawanan Desa
Untuk penyusunan RKP Desa, kajian desa bersama masyarakat
(Participatory Rural Appraisal/PRA dengan proses yang cukup panjang yaitu
musyawarah dusun/RW dan kajian kelompok sektoral) tidak perlu dilakukan.
PRA cukup dilakukan setiap penyusunan RPJM Desa. Walau dokumen RPJM
Desa sudah menyusun program dan kegiatan indikatif selama 5 tahun, namun
61
data/informasi terkini perlu dicek kembali. Analisis data yang dilakukan
disebut sebagai “analisis kerawanan desa” atau ”analisis keadaan darurat
desa”. Hasil analisis ini akan menjadi salah satu materi yang dipaparkan saat
pelaksanaan musrenbang.
Kegiatan ini melibatkan kepala dusun, pemuda dan perempuan.
Hasilnya didampingkan dengan data tahun lalu, untuk dianalisa dan dicari
program apa yang lebih baik dilanjutkan, ditambah, dikurangi, dan
sebagainya. Jadi, sifat dokumen RPJM Desa tidaklah “harga mati” tetapi juga
bukan berarti dengan mudah diubah/diganti program maupun kegiatannya.
Analisis data kerawanan ini digunakan untuk mengkaji ulang dokumen
RPJM Desa, khususnya mengenai prioritas masalah dan kegiatan yang akan
disusun untuk RKP Desa tahun berikutnya. Data-data kerawanan desa
meliputi:
1. Berapa jumlah KK miskin sekarang;
2. Berapa warga yang menganggur sekarang;
3. Berapa anak yang putus sekolah dan yang rawan putus sekolah
sekarang;
4. Berapa jumlah kematian ibu, bayi dan balita selama setahun terakhir;
5. Berapa orang (terutama ibu, bayi, balita) yang mengalami kurang gizi;
6. Berapa kasus wabah penyakit yang terjadi selama setahun terakhir;
7. Dan sebagainya yang dianggap isu-isu darurat/rawan terkait
kemiskinan, gangguan kesejahteraan atau gangguan pemenuhan 10 hak
dasar.
62
4. Penyusunan Draft Rancangan Awal RKP Desa
Sama seperti cara penyusunan draft rancangan awal RPJM Desa, draft
RKP Desa bisa dilakukan dengan Lokakarya Desa yang melibatkan warga
masyarakat, bisa juga dilakukan dengan rapat Pokja (Tim) Perencana desa.
Secara umum, langkah-langkah penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa sama
saja, hanya penyusunan RKP Desa lebih ringkas/sederhana. Untuk RKP Desa
dilakukan lokakarya desa. Peserta lokakarya adalah berbagai komponen desa
(terdiri dari Sekretaris Desa sebagai Ketua, Ketua LKMD sebagai Sekretaris
dan beranggotakan : LKMD, Tokoh Masyarakat dan Wakil Perempuan),
biasanya juga melibatkan unsur muspika kecamatan atau unsur UPTD. Proses
lokakarya penyiapan RKP Desa adalah sebagai berikut:
Persiapan:
Menyusun jadwal dan agenda, mengumumkan secara terbuka kepada
masyarakat mengenai agenda lokakarya desa, membuka
pendaftaran/mengundang calon peserta, menyiapkan peralatan, bahan materi
dan notulen.
Pelaksanaan:
1. Pendaftaran peserta lokakarya.
2. Pemaparan tujuan, metode serta keluaran lokakarya oleh Tim
Perencana Desa.
3. Pemaparan dan analisa kebijakan dan arah program desa. Narasumber
dari Desa: tokoh masyarakat, pengurus Kelembagaan Masyarakat
Desa, LSM yang bekerja di Desa tersebut. Topik-topik pembahasannya
63
adalah: Evaluasi pembangunan tahun sebelumnya (RKP Desa
sebelumnya),Pemaparan dan analisa kegiatan di dalam dokumen
RPJM Desa dan Pemaparan dan analisa keadaan darurat desa.
4. Pemaparan dan analisa kebijakan dan arah program supra desa.
Narasumber: dari Kecamatan (Camat /yang mewakili, Kasi PMD,
Kepala UPTD/yang mewakili) dan Kabupaten (DPRD dari Dapil yang
bersangkutan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat).
5. Pengembangan draft rancangan awal RKP Desa : Penentuan draf
prioritas pembangunan tahun yang akan datang dan Penyusunan draf
matrik program dan kegiatan RKP Desa.
6. Penandatanganan berita acara dan penutupan lokakarya.
5. Persiapan Teknis/logistik Musrenbang
Setelah dokumen draft RKP Desa tersusun, panitia pendukung
bertugas untuk menyiapkan logistik (tempat, alat dan bahan/materi) untuk
kegiatan pelaksanaan musrenbang. Undangan disebarkan kepada warga
masyarakat dan pemangku kepentingan serta kegiatan diumumkan secara
terbuka. Jadual dan agenda disusun oleh tim pemandu. Tim pemandu dan tim
notulen mengadakan persiapan teknik memandu dan mendokumentasikan
hasil musrenbang.
6. Pelaksanaan Musrenbang RKP Desa
Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan pihak yang
berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan
64
terkena dampak hasil musyawarah untuk menyepakati rencana kegiatan tahun
anggaran berikutnya (tahun yang direncanakan).
Peserta Musrenbang RKP Desa adalah berbagai komponen desa
(terdiri dari Sekretaris Desa sebagai Ketua, Ketua LPM sebagai Sekretaris dan
beranggotakan : LPM, Tokoh Masyarakat dan Wakil Perempuan), unsur
Kecamatan, unsur SKPD, ditambah unsur DPRD dari daerah pemilihan (dapil)
bersangkutan.
Tujuan musrembang RKP Desa:
1. Menyusun prioritas kebutuhan/masalah yang akan dijadikan kegiatan
untuk penyusunan RKP Desa dengan pemilahan sbb : Prioritas kegiatan
desa yang akan dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai oleh APB Desa
yang bersumber dari Pendapatan Asli Desa (PA Desa), Alokasi Dana Desa
(ADD), dana swadaya desa/masyarakat, dan sumber lain yang tidak
mengikat, dan Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri
yang dibiayai oleh APBD kabupaten/kota, APBD Propinsi, APBN.
2. Menyiapkan prioritas masalah daerah yang ada di desa yang akan
diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan
pemerintah daerah (UPTD dan atau SKPD);
3. Menyepakati Tim Delegasi Desa yang akan memaparkan persoalan daerah
yang ada di desanya pada forum musrenbang kecamatan untuk
penyusunan program pemerintah daerah (UPTD dan atau SKPD) tahun
berikutnya.
65
Penting untuk diperhatikan:
1. Pada prakteknya, lebih banyak desa membawa usulan kegiatan skala desa
ke musrenbang kecamatan sehingga tidak dapat diakomodir oleh program
supra desa terutama SKPD. Usulan yang dibawa dari desa ke atas
semestinya yang bukan kegiatan skala desa, tapi kegiatan skala kecamatan
atau kabupaten.
2. Seringkali terjadi kesulitan dalam memilah antara kegiatan skala desa
dengan skala kabupaten. Biasanya akan muncul usulan kegiatan baru yang
di bawa oleh peserta musrenbang yang tidak mengikuti proses
sebelumnya.
3. SKPD dan anggota DPRD belum terlibat sehingga usulan untuk skala
kabupaten kadang tidak sinkron dengan Rancangan Renstra SKPD.
4. Masih minimnya keterlibatan warga miskin dan perempuan sehingga perlu
diterapkan kuota jumlah peserta perempuan.
5. Rapat kerja Pokja (Tim) Rencana Desa
Draft RKP Desa kemudian diperbaiki berdasarkan hasil musrenbang di
dalam rapat Pokja (Tim) Perencana Desa. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
dokumen RKP Desa oleh Kades.
8. Penyusunan SK Kades tentang RKP Desa
Penyusunan draf Surat Keputusan Kepala Desa tentang RKP Desa
dilakukan oleh sekretaris desa. Draft Surat Keputusan Kepala Desa tentang
RKP Desa diserahkan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Surat
Keputusan Kepala Desa tentang RKP Desa.
66
9. Sosialisasi
Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan
kepada masyarakat oleh pemerintah desa. Materi Sosialiasasi adalah Lampiran
SK RKP Desa yang memuat program dan kegiatan tahun bersangkutan. Media
sosialisasi RKP Desa sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masing-masing
desa. Beberapa alternatif media sosialisasi yang bisa digunakan antara lain:
Forum masyarakat baik formal maupun non formal, poster RKP Desa dan
APB Desa, papan informasi desa, papan informasi dusun/RW/RT, dan
sebagainya.
Sasaran sosialisasi di tingkat desa adalah: warga masyarakat pada
umumnya, toga, tomas, Lembaga Masyarakat Desa (LKMD, PKK, RW, RT,
dsb), kelompok-kelompok kepentingan (kelompok tani, kelompok pedagang,
nelayan, perempuan pedagang kecil, dsb.).
C. Partisipasi Masyarakat dalam Rencana Penyusunan Kerja Pemerintah
(RKP) di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
Di era demokrasi seperti sekarang ini masyarakat senantiasa
dilibatkan dalam penyusunan program kerja pemerintahan baik pada
tingkatan pusat maupun pada tingkatan desa, olehnya itu sudah menjadi
sebuah keharusan bahwa masyarakat harus senantiasa berpartisipasi aktif
dalam memberikan gagasan-gagasannya terkait dengan program-program
Pkerja yang akan dilaksanakan nantinya. Berikut ini ada beberapa jenis
partisipasi masyarakat terhadap penyusunan rencana kerja pemerintah desa
yaitu:
67
1. Partisipasi Secara Langsung
Partisipasi langsung adalah keikutsertaan masyarakat secara langsung
dalam menyampaikan ide, gagasan dan konsep dalam penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP). Keikutsertaan masyarakat dalam Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah menjadi hal yang sangat urgen untuk pengambilan
keputusan dalam musyawarah.
Sebagaimana pandangan yang dikemukakan oleh Kepala Desa
Bontoramba sebagai berikut :
“Keikutsertaan masyarakat dalam hal Penyusunan Rencana KerjaPemerintah (RKP) di Desa Bontoramba sudah cukup berpastisipasi dalamMesyrembang Desa karena keikutsertaan masyrakat dalam pengambilankeputusan musyawarah itu bwegitu penting karena karena masyarakat adalahobyek utama dalam hal pelaksanaan Program Pemerintah Desa yang akandilaksanakan” (Wawancara dilakukan dengan Informan, 01 Mei 2015)
Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Kasi Pemerintahan
Desa Bontoramba sebagai berikut :
“Dengan adanya Partisipasi masyarakat dalam penyusunan RencanaKerja Pemerintah (RKP) itu memberikan nilai positif dalam membanguntatanan Kehidupan Desa yang lebih baik, dan saat ini masyarakat cukup ikutterlibat dalam hal pengambilan keputusan dalam musyawarah RencanaPembangunan Desa” (Wawancara dengan Informan HT, 01 Mei 2015)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan, bahwa partisipasi aktif
masyarakat dalam pemerintahan terutama dalam hal penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) dapat menentukan arah pembangunan, sehingga
kedepan antara Pemerintah dan Masyarakat dapat menjalin hubungan yang
baik, terutama adalah pelibatan masyarakat dalah Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa (Musyrembang) Desa. Saat ini Masyarakat di Desa
Bontoramba cukup antusias dalam mengikuti Musyrembang Desa. Hal ini
68
bertujuan agar masyarakat dapat ikut andil dalam proses pengambilan
keputusan pemerintahan.
Sebagaimana wawancara yang dilakukan peneliti kepada Kepala
Dusun Balinappang menyatakan bahwa :
“Keterlibatan kami dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Desa,itu demi mengetahui proses pelaksanaan rencana kerja pemerintah selamasatu tahun anggaran, sehingga kita juga tau bentuk-bentuk program yang akandijalankan oleh pemerintah, jangan sampai apa yang dijalankan olehpemerintah itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat’ (Wawancaradengan Informan AN, 01 Mei 2015).
Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Ketua RT 01 Dusun
Bontocinde Desa Bontoramba menyatakan bahwa :
“Keikutsertaan kami di Musyrembang Desa, membawa aspirasimasyarakat dan untuk selanjutnya disampaikan dalam forum musyrembang,sehingga masyarakat tahu arah pembangunan yang akan dilaksanakan olehPemerintah” (Wawancara dengan Informan SS, 01 Mei 2015).
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas, menyatakan bahwa
Pemerintah dan Masyarakat ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan, artinya antara Pemerintah dan Masyarakat harus dapat sejalan
dalam menjalankan agenda – agenda pembangunan di Desa. Sehingga apa
yang diinginkan bersama dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Maka dengan keterlibatan masyarakat diharapkan dapat
membawa gebrakan baru dalam forum musyawarah.
Seperti dengan kutipan wawancara yang disampaikan oleh Kasi
Pembangunan Desa Bontoramba sebagai berikut :
“Pelibatan masyarakat dalam Forum Musyrembang Desa, karena kitaingin tahu apa yang menjadi keluhan dan keinginan masyarakat dalampembangunan karena yang lebih tahu keadaan dimasyarakat adalah
69
masyarakat sendiri karena dia yang rasakan pahit manisnya pembangunan”(Wawancara dengan Informan AR, 02 Mei 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa
keterlibatan langsung masyarakat dalam forum Musyrembang Desa dapat
memberikan sumbangsih yang konstruktif dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Desa, karena masyarakat adalah salah satu stakeholder
penting dalam pengambilan keputusan Musyawarah dalam rangka
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
2. Partisipasi Perwakilan
Partisipasi perwakilan adalah partisipasi secara tidak langsung
masyarakat dalam agenda Musrembang Desa suatu keterlibatan masyarakat
Melalui RT untuk mengikuti Musyrembang. Partisipasi dalam musyawarah
rencana pembangunan kerja merupakan keaktifan masyarakat dalam
melaksanakan agenda atau program kerja yang ada di kantor desa bontoramba
sesuai dengan apa yang telah di susun bersama pada saat pembahasan
program kerja yang ada. berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
hidayatullah selaku kepala kasi pemerintahan pada hari selasa 6 April 2015
sebagai berikut:
“berbicara masalah partisifasi masyarakat maka hampir setiap penyusunanrencana kerja pemerintah desa, masyarakat yang di undang selalumenyempatkan diri untuk hadir tetapi kadang pula masyarakat desamempercayakan kehadiran mereka untuk diwakili oleh RT dalam rapatpenyusunan agenda kerja.”(Wawancara dengan Bapak HT pada tanggal 8April 2015).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua RT Balinappanp terkait
masalah partisifasi perwakilan yaitu:
70
“masyarakat yang di undang untuk menghadiri penyusunan rencana kerjapemerintah desa cenderung tidak bisa hadir dalam rapat tersebut hal itudikarnakan karna kesibukan masyarakat di pekerjaan masing-masingsehingga masyarakat cenderung mempercayakan kehadiran mereka untukdiwakili oleh RT dalam penyusunan rencana kerja tersebut” (Wawancaradengan Informan BS, 8 April 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat
disimpulkan bahwa kehadiran masyarakat dalam rapat penyusunan rencana
kerja pemerintah desa cenderung memberikan kepercayaan kepada RT untuk
mewakili kehadiran mereka hal itu di sebabkan karna kesibukan masyarakat
dipekerjaan masing-masing tetapi kadang masyarakat sendiri yang datang
langsung untuk menghadiri rapat tersebut apabila masyarakat tidak terlalu
sibuk di pekerjaannya
Dalam penyusunan rencana kerja memang sudah seharusnya
masyarakat di libatkan karna tidak bisa di pungkiri bahwa masyarakat sendiri
yang paham akan kondisi desa tetapi dalam hal ini masyarakat juga tidak bisa
di paksakan untuk hadir karna kesibukan masyarakat di pekerjaan masing-
masing sehingga masyarakat hanya mampu memberikan kepercayaan kepada
RT untuk mewakili kehadiran mereka dalam rapat musyawara rencana
pembangunan desa (Musrembang) di kantor desa yang di adakan satu kali
dalam satu tahun, sehingga hasil proses perencaan yang dilakukan dapat lebih
berpihak kepada mereka.
71
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa
1. Kepemimpinan Kepala Desa
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Pemerintah
khususnya dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa.
Kepemimpinan merupakan faktor penentu terhadap tinggi rendahnya
partisipasi dari masyarakat dalam agenda–agenda pemerintahan. Keterlibatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan Program
sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai keberhasilan tujuan perencanaan
perencannaan Pembangunan Desa. Pemimpin selaku Pembina, pengayom dan
pemberi layanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang
mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi.
Kepemimpinan Desa dalam menggerakkan masyarakat agar dapat
terlibat dalam proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa,
sangat dibutuhkan demi untuk menjaga kestabilan program yang akan
dijalankan ditengah-tengah masyarakat. Saat ini di Desa Bontoramba bersifat
lebih terbuka terhadap masyarakat mengenai pelaksanaan Musyrembang, Dulu
agak tertutup jika melaksanakan kegiatan Musyrembang.
Sebagaimana pendapat yang diutarakan oleh salah seorang Kepala
Dusun Likoloe menyatakan bahwa :
“Pelibatan Masyarakat Selama Kepemimpinan Desa yang baru ini, Lebih baikdibanding dengan sebelumnya, karena masyarakat sudah cukup diberikankesempatan untuk terlibat dalam kegiatan Musyrembang Desa” (Wawancaradengan Informan AB, 25 April 2015).
72
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh salah seorang Ketua RT di
Dusun Bontocinde menyatakan bahwa :
“Pemerintah Desa sekarang sudah agak bagusmi, karena masyarakat sudahdianggap pentingmi untuk mengikuti Musyrembang Desa, dulu masyarakatkadang tidak dianggap pentingji, maupi sseng pemilihan baru dianggappenting” (Wawancara dengan Informan SS, 25 April 2015).
Berdasarkan Hasil wawancara diatas cukup memberikan penjelasan
bahwa selama ini di Desa Bontoramba, sudah sedikit ada perubahan sikap dari
Pemerintah Desa yang terbuka terhadap masyarakat, sehingga masyarakat
tidak lagi dianggap tidak penting dalam momentum pengambilan keputusan
bagi Pemerintah Desa, terutama dalam hal pengambilan keputusan mengenai
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa, Untuk dijalankan selama
satu Tahun anggaran Pemerintahan. Jadi Faktor Kepemimpinan itu cukup
berpengaruh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
Musyrembang Desa.
Masyarakat seharusnya memang dilibatkan dalam hal penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa, sehingga dengan itu Program
Pemerintah dapat terealisasikan di tengan-tengah masyarakat. Jadi Pemerintah
tidak boleh memandang enteng masyarakat, karena masyarakat adalah obyek
pembangunan jadi kalau ada program Pemerintah yang tidak diterima oleh
masyarakat, Pemerintah tentunya akan kelabakan dalam menjalankan
program,sehingga yang terjadi adalah porgram yang dilaksanakan tidak
maksimal.
73
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh
lingkungan dari masyarakat tersebut. hal ini membuat masyarakat memahami
ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Bontoramba
mengatakan bahwa :
“Pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa bontoramba masih sangatminim hal ini disebabkan karna hampir sebagian besar penduduk desaBontoramba tidak mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sehinggamempengaruhi masyarakat itu sendiri untuk berpartisipasi dalam penyusunanrencana kerja karna ketidaktahuan masyarakat akan rencana kerja yang harusdi programkan” (Wawancara dengan Informan NL, 26 April 2015).
Pandangan yang sama juga diungkapkan Oleh Kasi Pembangunan
Desa Bontoramba menyatakan bahwa :
“Sebagian besar pendidikan masyarakat di Desa Bontoramba masihsangat rendah, jadi itu terkadang menjadi kendala bagi masyarakat untukmenyalurkan hasil pemikirannya dalam peyusunan Rencana Kerja Pemerintah(RKP) Desa, disebabkan karena ketidaktahuan dalam menyampaikan ide dangagasan” (Wawancara dengan Informan AR, , 26 April 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
penyusunan rencana kerja di sebabkan karna kurangnya pengetahuan yang
dimiliki masyarakat dalam menyusun rencana kerja, padahal keterlibatan
masyarakat dalam penyusunan rencana kerja pemerintah desa sangatlah
diperlukan sebab bagaimanapun juga masyarakatlah yang lebih paham akan
kondisi di desa mereka. Olehnya itu tentunya ini menjadi tugas bagi
pemerintah setempat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang tahapan-tahapan dalam penyusunan rencana kerja sehingga
74
kedepannya masyarakat desa mampu terlibat secara aktif dalam penyusunan
rencana kerja tersebut.
3. Regulasi (Aturan)
Aturan yang di jadikan acuan bagi masyarakat dalam berpartisifasi
terhadap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa. Aturan ini
sangatlah penting karna tidak bisa di pungkiri bahwa regulasi ini yang
dijadikan pedoman bagi masyarakat dalam berpartisifasi langsung ataupun
diwakili oleh RT masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan terkait masalah aturan yang dijadikan acuan bagi masyarakat dalam
berpartisifasi terhadap penyusunan rencana kerja pemerintah Desa adalah
sebagai berikut:
“berbicara masalah aturan tentunya ada aturan yang mengatur dan aturaninilah yang dijadikan acuan bagi masyarakat dan pemerintah desa tentangpartisifasi masyarakat baik partisipasi secara langsung maupun partisfasiketerwakilan dalam rapat penyusunan rencana kerja pemerintah desa”
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh informan lain bahwa terkait
masalah regulasi yang mengatur tentang penyusunan rencana kerja
pemerintah desa yaitu:
“jelas ada aturan yang mengatur terkait penyusunan rencana kerja pemerintahdesa karna tidak mungkin masyarakat mampu berpartisifasi secara langsungataupun di wakili oleh RT apabila tidak ada aturan yang mengatur haltersebut dan aturan yang ada tidak hanya mengatur masalah partisifasi tetapijuga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan rencana kerjapemerintah desa” (Wawancara dengan Informan AR, , 26 April 2015).
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada
regulasi yang mengatur persoalan partisipasi masyarakat dalam penyusunan
rencana kerja sehingga masyarakat mempunyai dasar yang jelas untuk
75
berpartisifasi baik secara langsung maupun partisifasi perwakilan dan aturan
tersebut tidak hanya mengatur tentang partisifasi tetapi juga mengatur secara
keseluruhan hal-hal yang berkaitan penyusunan rencana kerja pemerintah
desa secara keseluruhan.
Berbicara masalah regulasi memang sudah seharusnya ada regulasi
yang mengatur persoalan penyusunan rencana kerja pemerintah desa sehingga
aturan ini yang dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah desa dalam
melakukan rapat penyusunan rencana kerja pemerintah desa, selain itu
dengan adanya regulasi tersebut maka pemerintah desa mendapatkan
kejelasan tentang hal-hal apa saja yang harus di lakkan dalam penyusunan
rencana kerja tersebut tanpa keluar dari aturan yang ada dan selanjutnya
aturan ini juga berfungsi sebagai barometer untuk mengukur tingkat
partisifasi masyarakat dalam penyusunan rencana kerja pemerintah desa baik
partisipasi secara langsung maupun partisipasi perwakilan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoramba
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mengenai Pratisipasi Masyarakat
dalam Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa tersebut. Maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan, sebab
Masyarakat adalah objek utama pembangunan di Desa, jadi dengan
keterlibatan masyarakat dapat mewujudkan tujuan pembangunan di
Pedesaan yang berpihak pada kepentingan seluruh masyarakat.
2. Persoalan Kepemimpinan Pemerintah Desa, Regulasi (Aturan) yang
diterapkan di Desa serta Tingkat Pendidikan Masyarakat cukup
memberikan pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di Desa Bontoramba Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa.
B. Saran- Saran
1. Kepada Pemerintah Desa agar lebih meningkatkan pelayanan terbaik bagi
masyarakat sehingga dapat terwujud pembangunan Desa yang tidak hanya
dinikmati oleh segelintir masyarakat tetapi dapat menyentuh seluruh
lapisan masyarakat yang ada di Desa Bontoramba Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa.
76
77
2. Kepada Pemerintah Desa Bontoramba agar kiranya lebih memperhatikan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam hal
pendidikan di Desa Bontoramba sehingga seluruh elemen masyarakat
dapat merasakan indahnya menempuh pendidikan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2004. Partisipasi Masyarakat Dalam pelestarian Hutan Mangrove DiDesa EretanKulon Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.Universitas Pendidikan Indonesia.
Apriyani. 2012. Peranan Kebudayaan Daerah Dalam Perwujudan Masyarakat Didaerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan KebudayaanYogyakarta.
Badudu, 2001. Pemerintah Desa Dan Marga.Jakarta PT. Rajawali GrafindoPersada.
Hilyana, 2001. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Mardijono, 2008. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan.Media Ilmu. Surabaya
Monique Sumampouw, 2004, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Jakarta: SinarGrafika.
Sugiyono, 2012. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Sulistyani, 2004. Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembangunan.Cahaya Terbit. Bandung
Nugroho, 2004. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa ParangtritisKretek Bantul Yogyakarta. Sekolah Pasca Sarjana Universitas GadjahMada, Yogyakarta.
Nurcholis, 2005. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam PerencanaanPembangunan Di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. ProgramPascasarjana Universitas Diponeoro, Semarang.
Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono, 2006. Partisipasi MasyarakatDalamPengembanganDesa Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin,Makassar.
Purnamasari, 2008. Partisipasi dalam Organisasi dan Kemasyarakatan. KaidahIlmu. Yogyakarta
Sihombing 2007. Pola Partisipasi dan Pemberdayaan MasyarakatProgram PascaSarjana Program : Magister Ilmu Administrasi Konsentrasi : MagisterAdministrasi PublikUniversitas Diponegoro.
79
Sumodingrat, 1988. Pemerintah Desa dan Administrasi Desa. Jakarta PTRajawaligrafindo Persada.
Dokumen-Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan disesuaikandengan RKPD
Kepmendagri Nomor 29/2002
UU No. 32 Tahun 2004
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 209
UU NO 6 Tahun 2014 Tentang Desa.