parotitis.docx

36
BAB I PENDAHULUAN Parotitis adalah penyakit virus akut yang dapat mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Parotitis sering menjadi penyebab penyakit pada anak-anak, terutama di akhir musim dingin dan musim semi. Parotitis merupakan penyakit pada anak-anak yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Inveksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda, sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, dan urin. 1 Vaksin Parotitis dilisensikan pada tahun 1967 dan direkomendasikan untuk imunisasi rutin pada tahun 1977 , kejadian Parotitis telah menurun ke tingkat yang sangat rendah di AS. Kasus Parotitis dan wabah terus terjadi secara sporadis, dan sering melibatkan individu yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke Parotitis endemik - daerah di luar AS atau yang terkena kasus impor Parotitis . 1 Meskipun vaksinasi adalah strategi terbaik untuk mencegah infeksi Parotitis, vaksin tidak 100 % efektif. Individu yang sebelumnya divaksinasi masih bisa mendapatkan Parotitis, dan wabah telah terjadi pada populasi yang sudah divaksinasi. Pada tahun 2006, wabah Parotitis multistate di Midwestern AS mengakibatkan lebih dari 6.500 kasus yang dilaporkan, banyak dari mereka adalah mahasiswa yang telah menerima 2 dosis vaksin 1

Upload: nunki-aprillita

Post on 21-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

sasdasdad

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Parotitis adalah penyakit virus akut yang dapat mempengaruhi anak-anak dan orang

dewasa. Parotitis sering menjadi penyebab penyakit pada anak-anak, terutama di akhir musim

dingin dan musim semi. Parotitis merupakan penyakit pada anak-anak yang pada 30-40 %

kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Inveksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun

sebelum penyebaran imunisasi. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda,

sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung,

percikan ludah, dan urin.1

Vaksin Parotitis dilisensikan pada tahun 1967 dan direkomendasikan untuk imunisasi

rutin pada tahun 1977 , kejadian Parotitis telah menurun ke tingkat yang sangat rendah di AS.

Kasus Parotitis dan wabah terus terjadi secara sporadis, dan sering melibatkan individu yang

baru-baru ini melakukan perjalanan ke Parotitis endemik - daerah di luar AS atau yang terkena

kasus impor Parotitis .1

Meskipun vaksinasi adalah strategi terbaik untuk mencegah infeksi Parotitis, vaksin tidak

100 % efektif. Individu yang sebelumnya divaksinasi masih bisa mendapatkan Parotitis, dan

wabah telah terjadi pada populasi yang sudah divaksinasi. Pada tahun 2006, wabah Parotitis

multistate di Midwestern AS mengakibatkan lebih dari 6.500 kasus yang dilaporkan, banyak dari

mereka adalah mahasiswa yang telah menerima 2 dosis vaksin Parotitis. Wabah pada tahun

2009, yang mengakibatkan lebih dari 3.000 kasus di komunitas Yahudi erat di New York dan

New Jersey , juga terlibat sebagian besar individu divaksinasi sebelumnya. Identifikasi awal

parotitis penyakit ini penting agar tindakan dapat diambil untuk mencegah penularan penyakit

parotitis luas di masyarakat .1

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun

jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa : Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis,

miokarditis, orchitis, mastitis, dan ketulian. Insidensi parotitis epidemika dengan ketulian adalah

1:15.000. Meningitis yang terjadi berupa meningitis aseptik. Insidensi dari parotitis

meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10 % dari kasus ini penderitanya

berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis meningoencephalitis

adalah 2 %. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neuritis opticus,

1

dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan thrombosis vena central retina. Gangguan

pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral.

Gangguan ini seringkali bersifat permanen.

Kita perlu mengetahui lebih lanjut mengenai parotitis dari definisi, etiologi,

epidemiologi, pathogenesis dan patofisiologi, penegakan diagnosis, tata laksana agar dapat

menangani kasus yang serupa, serta mengetahui penyakit yang menyertai parotitis agar tidak

asing dengan penyakit ini dan dapat memberikan pengobatan yang sesuai.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI KELENJAR SALIVA

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva

mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar

submandibularis, dan kelenjar sublingualis.2

Gambar 1. Glandula salivarius mayor; (1) glandula parotis; (2) glandula

submandibula; (3) glandula sublingual 5

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di

depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang

meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung

parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi

anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator,

dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas.3

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah

parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis

bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping

3

frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat

saliva yang keluar.3

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.

Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara

mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan

kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar

frenulum lingualis.3

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar

labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral

dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan

inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan

kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah

dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mucus.4

            Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini

bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum

lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal

memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak

di lipatan glossopalatinal.4

Kelenjar saliva memproduksi saliva. Saliva terdiri dari mineral, elektrolit, buffer,

enzim, immunoglobulin (secretory IgA), dan sisa metabolisme. Sekresi kelenjar ini

dikontrol oleh sistem nervus autonom. Saliva melicinkan dan membersihkan oral mucosa,

melindunginya dari kekeringan dan potensial karsinogen. Hasil sekresi ini juga membantu

proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim.

Kelenjar saliva diklasifikasikan menjadi mayor dan minor, tergantung pada ukuran,

tapi keduanya memiliki bentuk histology yang sama. Kelenjar saliva mayor dan minor

adalah kelenjar eksokrin dan karenanya memiliki duktus penghubung yang membantu

membawa saliva secara langsung ke rongga mulut, dimana saliva digunakan.

4

Gambar 2. Duktus glandula salivarius mayor 5

A.  Histologi Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva mayor dan minor terdiri dari epitel dan jaringan ikat. Sel epitel

berada di sistem duktus dan memproduksi saliva. Jaringan ikat ada disekeliling epitel,

menjaga dan mendukung kelenjar. Jaringan ikat kelenjar terbagi menjadi capsule, yang

mengelilingi bagian luar seluruh kelenjar dan septa. Setiap septum membantu membagi

bagian dalam kelenjar menjadi lobus yang lebih besar dan lobulus yang lebih kecil.

Capsule dan septa membawa nervus dan pembuluh darah yang mensuplai kelenjar.14

B. Sel Sekretori dan Acini14

5

Sel epitel yang memproduksi saliva adalah sel sekretori. Ada dua tipe sel

sekretori, yaitu sel mucus dan serous, tergantung pada tipe sekresi yang dihasilkan. Sel

mucus memiliki sitoplasma yang keabuan dan memproduksi produk mukis sekretori. Sel

serous memiliki sitoplasma yang terang dan memproduksi produk serous sekretori.

Sel sekretori yang ditemukan dalam kelompok, atau acinus, yang menyerupai

anggur yang berkarang. Setiap acinus terdiri dari sebuah lapisan tunggal sel epitel yang

mengelilingi lumen, pusat pembukaan dimana saliva disimpan setelah diproduksi oleh sel

sekretori.

C. Kelenjar Saliva Mayor14

Adalah tiga pasang kelenjar besar yang memiliki nama. Namanya adalah parotid,

submandibula dan sublingual.

Kelenjar parotid merupakan yang terbesar, namun hanya memberikan 25% dari

total volume saliva. Terletak disebuah area dibelakang mandibular ramus, anterior dan

inferior dari telinga. Duktus yang berhubungan dengan kelenjar parotid adalah ductus

parotid, atau duktus Stenson’s.

Kelenjar submandibula adalah yang kedua terbesar, tapi hanya memberikan 60-

65% dari total volume saliva. Letaknya dibawah mandibula di fosa submandibula,

posterior dari kelenjar sublingual. Duktus yang berhubungan dengan kelenjar

submandibula adalah duktus submandibula, atau duktus Wharton’s.

Kelenjar sublingual yang paling kecil, terlebar, memproduksi hanya 10% dari

total volume saliva. Letaknya difosa sublingual, anterior dari kelenjar submandibula, dari

dasar mulut. Duktus pendek yang berhubungan dengan kelenjar sublingual terkadang

berkombinasi membentuk duktus sublingual, atau duktus Bartholin’s.

D. Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva mayor, namun jumlahnya

lebih banyak. Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin, namun duktus mereka

lebih pendek daripada duktus kelenjar saliva mayor. Ada juga kelenjar saliva minor yang

bernama von Ebner’s salivary glands, terhubung dengan papilla lingual circumvallate,

6

dibagian posterior permukaan dorsal lidah. Kebanyakan kelenjar saliva minor memiliki

sel mucus yang banyak, kecuali kelenjar von Ebner yang hanya terdiri dari sel serous.14

2.2. DEFINISI PAROTITIS

Mumps (Gondongan dan Parotitis) adalah suatu penyakit virus menyeluruh akut dan

menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar

ludah (kelenjar parotis) dintara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan

pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh

dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik. Penyakit ini cenderung menyerang

anak-anak yang berumur 2-12 tahun.6

Mumps atau parotis epidemika merupakan self limiting disease yang disebabkan oleh

infeksi virus yang paling sering terjadi di sekolah- usia anak dan remaja. Gambaran klasik

mumps adalah pembengkakan nonsuppuratif dan rasa nyeri kelenjar ludah. Infeksi ini

biasanya bersifat jInak dan banyak kasus yang subklinis.7

Pada orang dewasa, infeksi ini dapat menyerang testis, sistem saraf pusat, pankreas,

prostat, payudara, dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita

atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan

tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat iodium

dalam tubuh.8

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan

melalui:

1. Kontak langsung

2. Percikan ludah (droplet)

3. Muntahan

4. Bisa pula melalui air kencing

Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%  penderita

tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan

seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar

14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

7

2.3. ETIOLOGI

Virus mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk

dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia

sebagai satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak

langsung, air liur, dan urin. Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal

berupa demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan

kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat berlangsung selama 7-10 hari.

Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar

parotis. Satu minggu setelah terjadi pembengkakan kelenjar parotis pasien dianggap sudah

tidak menular.9

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4

hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <40C, oleh formalin, eter

serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui

hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada mukosa saluran nafas atas kemudian menyebar ke

kelenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12 – 25 hari (masa inkubasi) yang

berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kelenjar parotis,

ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat

melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus adalah

2-3 minggu mulai dari ludah, cairan cerebrospinal, darah, urin, otak, dan jaringan terinfeksi

lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari setelah

munculnya pembengkakan pada kelenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum

pembengkakan kelenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang.8

Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Mumps virus

hidup juga dikultur dalam embrio ayam. Mumps virus mempunyai 2 glikoprotein yaitu

hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Mumps virus sensitif terhadap panas dan

sinar ultraviolet. Tetapi sangat menyukai suasana asam, misalnya ketika air ludah sebagai

media hidupnya dalam keadaan asam oleh air liur dari makanan yang mengandung banyak

asam, seperti jus buah. Dalam ilmu taksonominya klasifikasi Mumps virus adalah sebagai

berikut:

a.  Klasifikasi

Group : V (-) ssRNA

8

Ordo : Mononegavirales

Famili : Paramyxoviridae

Genus : Rubulavirus

Spesies : Mumps Virus    

b. Morfologi

Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/kapsid. Kapsid

ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000 nm.

Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku

yang besar. Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18

nm.8

2.4. EPIDEMIOLOGI

Merupakan penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau

epidemik. Parotitis adalah endemik pada kebanyakan populasi perkotaan (urban). Virus

tersebar dari reservoir manusia dengan kontak langsung, tetes-tetes yang dibawa udara,

benda-benda yang terkontaminasi dengan ludah, dan kemungkinan dengan urin. Virus ini

tersebar ke seluruh dunia dan mengenai kedua jenis kelamin secara sama, 85% infeksi terjadi

pada anak yang lebih muda dari umur 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Sekarang

penyakit sering terjadi pada orang dewasa muda, menimbulkan epidemic di perguruan tinggi

atau di tempat bekerja. Epidemic tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi bukannya

pada menyusutnya imunitas.10

Di daerah dengan 4 musim, parotitis epidemika terutama terjadi pada musim dingin dan

musim semi. Namun penyakit ini tetap ditemukan sepanjang tahun. Penyebaran virus terjadi

dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, dan urin. Virus dapat diisolasi dari

faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada

penderita parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi

dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas

setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan

imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits

epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.

9

Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai

4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun. Epidemic muncul kembali jika cakupan

vaksinasi menurun.11

2.5. PATOGENESIS

Virus masuk tubuh mungkin via hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada

mukosa saluran nafas atas kemudian menyebar ke kelenjar limfe local dan diikuti viremia

umum setelah 12 – 25 hari yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang

dituju virus adalah kelenjar yang paling rentan yaitu kelenjar parotis, ovarium, pancreas,

tiroid, ginjal, jantung atau otak. Pada kelenjar parotis terutama pada kelenjar ludah

terdapat kelainan yaitu pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.

proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan

selanjutnya virus berdiam di system saraf pusat melalui pleksus koroideus lewat infeksi

pada sel mononuklear. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan

nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi

dan nekrosis jaringan.10

Berbagai mekanisme pathogenesis diperkirakan terjadi pada jaringan yang

terinfeksi virus parotis epidemika menyebabkan peningkatan IgG dan IgM yang dapat

terdeteksi dengan ELISA. IgM meningkat pada stadium awal infeksi (hari kedua sakit)

mencapai puncaknya dalam minggu pertama dan bertahan sampai 5-6 bulan.

Immunoglobulin G muncul pada akhir minggu pertama, mencapai puncaknya 3 minggu

kemudian dan bertahan seumur hidup. Immunoglobulin A juga meningkat saat infeksi.12

2.6. MANIFESTASI KLINIS

Tidak semua terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan

sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun

demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat

menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) sekitar 12-24

hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi

dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut:10

10

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan

38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri

rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit

membuka mulut). 

2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali

dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami

pembengkakan. 

3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.

4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan

kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi

pembengkakan  testis karena penyebaran melalui aliran darah.

Gambar 3. Anak dengan Parotitis Epidemika13

Gejala klasik yang timbul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit telinga dan

diperberat jika mengunyah makanan. Pada anak yang lebih besar mengeluh

pembengkakan dan nyeri rahang pada stadium awal penyakit, terutama saat makan

makanan asam seperti jus lemon atau cuka. Pembengkakan dapat maju dengan sangat

cepat mencapai ukuran maksimum dalam beberapa jam, walaupun biasanya berpuncak

dalam 1-3 hari. Sehingga aurikula akan terangkat dan terdorong ke lateral. Selama masa

pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyei tekan sangatlah hebat. Keluhan akan berkurang

saat pembesaran kelenjar mencapai ukuran maksim. Daerah yang mengalami

pembengkakan terasa lunak dan nyeri. Untuk lebih jelas mengenai pembesaran kelenjar

parotis dapat dilihat pada gambar 4. (8)

11

Gambar 4. Perbandingan Kelenjar Parotis Normal dengan Mumps13

Bersamaan dengan pembengkakan kelenjar dapat terjadi edema laring dan

palatum mole sehingga mendorong tonsil ke tangah. Tidak terdapat hubungan antara

luasnya pembengkakan dengan derajat demam yang diderita. Demam akan turun dalam

1-6 hari dimana suu tubuh kembali normal sebelum pembegkakan kelenjar hilang.

Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7 hari.12

Pembengkakan kelenjar sublingual sering bilateral dan dimulai dari

pembengkakan kelenjar di region submental dan dasar mulut. Dari 3 kelenjar ludah maka

keterlibatan kelenjar sublingual yang paling jarang terjadi.12

Parotitis epidemika yang diderita selama kehamilan menyebabkan peningkatan

kematian fetus terutama pada trimester pertama. Kematian diduga infeksi pada gonad ibu

sehingga terjadi perubahan hormonal tidak ada perubahan. Tidak ada bukti infeksi virus

parotitis epidemika selama kehamilan menyebabkan malformasi pada fetus.12

2.7. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis pada pemeriksaan fisik.

Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar

amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian

menjadi normal kembali dalam dua minggu.

o Keterangan klinis berupa :

- Ada kontak dengan penderita mumps 2-3 minggu sebelumnya

- gambaran klinis serupa parotitis

- tanda-tanda aseptoc meningitis

12

- Isolasi virus mumps dan test serologic tidak diperlukan pada mumps yang klasik

tetapi pada keadaan-keadaan yang meragukan seperti bila tidak ada parotitis atau

pada recurrent parotitis. Sekurang-kurang ada 3 uji serologic untuk mebuktikan

spesifik mumps antibodi:

1. Complement fixation antibodies (CF)

2. Hemagglutination inhibitor antibodies (HI)

3. Virus neutralizing antibodies (NT)

CF paling praktis dan paling dipercaya. Countries antibodies dapat dibuktikan di

darah pada minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada peninggian jelas.

Titer meningkat lebih dari 4 kali atau lebih berarti mumps. Kadar amylae dalam

serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankteattis. Kadar amylase

rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan paroits, puncaknya tercapai di

minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada minggu ke-2 atau 3. kira-

kira 70% mumps disertai amylase yang meninggi.

Kasus: 15

Bayi perempuan usia 19 hari dengan gejala demam 3 hari , iritabilitas,

pembengkakan pada periauricula sisi kanan, riwayat kelahiran dengan usia

kehamilan 37 minggu lebih 3 hari dengan persalinan normal, tidak keluhan saat

hamil dan berat bayi saat lahir 3200 G. pada pemeriksaan bayi mudah menangis ,

dan berat 3450 G, temperatur rectal 380 nampak benjolan pada regio parotitis

dekstra, difus dengan konsistensi lunak, pada palpasi teraba hangat. Pasien tidak

memiliki riwayat pembedahan mastitis atau infeksi sebelumnya. Pada

pemeriksan darah didapatkan leukosit 18600/mm3 pada pemeriksaan USG

didapatkan masa dengan clyndamycin dan meropenem. Pada kultur darah dan

cairan cerebrospinal tidak didapatkan kelainan maka drainase tidak diperlukan

dan dilepas setelah 10 hari pemberian terapi.kistik dan bersekat pada region

parotis kanan. Telah dilakukan pemeriksaan darah dan cairan cerebrospinal

untuk dilakukan biakan. pasien diberikan terapi amikacin, vancomycin and

ceftazidim. Drainase bedah dilakukan setelah 12 jam pemberian obat.

13

Setelah empat hari terapi berjalan tidak didapat perbaikan kondisi. Kultur abses

parotis menunjukkan pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penggunaan

vancomycin dan ceftazidim dihentikan dan diganti.

Gambar 5. Parotitis pada Neonatus

2.8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan

yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah

adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering

menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.

Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya

infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

Hemaglutination inhibition (HI) tes

14

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat

dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga.  Jika perbedaan titer spesimen

4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya  parotitis.

Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan

fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.

Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer

antibodi parotitis epidemika.  Uji netralisasi asam serum adalah metode yang

paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak

mahal.

Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon

antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis

epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1

bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian  menurun secara

lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.  Peningkatan 4

kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang

baru terjadi.  Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai

maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12

minggu.

Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus

dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor

serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi

dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang

diberi serum hiperimun.

15

2.9. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain, seperti pada infeksi virus termasuk

infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza 1 dan 3,

sitomegalovirus, atau keadaan koksakivirus yang jarang dan infeksi koriomeningitis

limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji laboratorium spesifik:

- Parotitis supuratif, dimana nanah sering dapat dikeluarkan dari duktus

- Parotitis berulang, suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tetapi mungkin   

bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas

- Kalkulus salivarius, menyumbat saluran parotis, atau lebih sering saluran 

submandibuler dimana pembengkakan intermitten,

- Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun,

- Limfosarkoma atau tumor parotis lain yang jarang

- Orkitis akibat infeksi selain daripada parotitis epidemika, misalnya infeksi yang jarang

oleh koksakivirus atau virus koriomeningitis limfositik, atau parotitis yang disebabkan

oleh sitomegalovirus pada anak yang terganggu imunnya.

2.10. Komplikasi klinis

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi

jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.

Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis,

miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,  tetapi

kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat

menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal

tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang 

kurang dini menurut Nelson (2000) :

1. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian

disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).

Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

16

2. Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah

(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran

mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena

mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga

kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi

mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada

testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.  Bila testis terkena

infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari

setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena

menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah.  Rata-rata lamanya 4

hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas diperkirakan

sekitar 13%.  Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

4. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,

mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan

akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung

mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan

otot wajah.

5. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita

wanita pasca pubertas.

6. Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam

17

waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai

sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan

pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya

pankreatitis akibat mumps. 

7. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria

terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. 

Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi

namun jarang. Dapat sembuh sempurna  tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi

pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya

antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat

terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis 

seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan

takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

10. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan

dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang

tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala

sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah

sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh

sempurna.

18

11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi

dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20

hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan

penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat

eksoftalmus; trombosis vena sentral.

2.11. PENGOBATAN

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang

berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus

“Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, dan pijatan parotis

eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya

asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka

antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1. Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup.

c. Kompres panas dingin bergantian.

d. Medikamentosa.

e. Analgetik-antipiretik bila perlu.

metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko

menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.

Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin

seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

19

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf

perlu rawat inap diruang isolasi.

a. Diet lunak, cair dan TKTP.

b. Analgetik-antipiretik.

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi.

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit

kepala.

b. Orkhitis

istrahat yang cukup

pemberian analgetik

sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4

hari).

c. Pankreatitis dan Ooporitis

Simptomatik saja

2.12. PROGNOSIS

Pada umumnya bagus sekali, kematian sangat jarang. Meningoencephalitis biasanya tidak

ganas dan jarang bersequele walaupun insiden setelah atrofi testis setelah orchitis tinggi

tetapi kemandulan sangat jarang ditemukan. Hanya persentasi kecil yang mendapat tuli

permanen.

2.13. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan

imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi

komplikasi.

20

2. Aktif 

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang

hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan

subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007).  Vaksin ini tidak menyebabkan

panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. 

Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan

rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan

virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi

“mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan

proteksi 15 sampai 95 %.  Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan

tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi

variola yang diberikan serentak.

Kontraindikasi pemberian imunisasi:

Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin

Demam akut

Selama kehamilan

Leukimia dan keganasan

Limfoma

Sedang diberi obat-obat imunosupresif

Alkilasi dan anti metabolit

Sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam

situasi ini

21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis. Penyakit parotitis yang

lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang

terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara

telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi

bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan

kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan

penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15

tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat

perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-

kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

 

B. Saran

Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini  sehingga harus

sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada pemberian

antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan operasi.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Maryland Department of Health and Mental Hygiene. Mumps. In local health department guidelines for the epidemiological investigation and control of mumps. Center for immunization. 201 W. Preston St. Baltimore. (410) 767 – 6679. 2012

2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. More, K.L. and Agur, A.M.R. (1995). Anatomi klinis dasar. Alih Bahasa : dr. Hendra Laksman. Jakarta : Hipokrates.

4. Van Rensburg B.G.J. Oral Biology. Germany: Quintessense Publishing, 1995.5. http://www.doktergigi.net/2013/07/kelainan-kelenjar-ludah.html 6. Depkes RI. Mumps (parotis epidemika). Pedoman pengobatan dasar di puskesmas; 2007.

Jakarta: 2008. p. 1587. Vika S. Kancherla, I. Celine Hanson. Mumps resurgence in the united states. The journal

of allergy and clinical immunology volume 118, issue; 2006. P. 938 – 941.8. Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI.

9. Sari Pediatri 2009;11(1):47-51)10. Behrman RE, Kliegman RM , Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2.

Jakarta : EGC ; 2000. H. 1074-7711. Isselbacher KJ. Prinsip – prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke 13. Jakarta : EGC ;

2011.h. 935 – 812. Lubis, CP . Buku ajar ilmu keshatan anak, infeksi dan penyakit tropis. Edisi ke-1. Jakarta:

EGC ;2002.h. 195-20213. Logo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauuci AS, Hauser SL, Loscaalzo J. Harrison’s

principles of internal medicine. 18thed. United States: McGraw-Hill Medical;2011.p.326714. Mary Bath-Balogh, Margareth J. Fahrenbach. Dental Embryology, Histology, and

Anatomy. 2ndEd. Elsevier Sauders;Missouri.2006.15. Iran J Pediatri. Neonatal Suppurative Parotitis:A Case Report Journal. 2014; vol 24.p.

451 -456

23