parkinzon.docx
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
1/38
PARKINZON
A. PENGERTIANParkinzon adalah gangguan otak progresif yang di tandai oleh degenerasi neuron-
neuron penghasil dopamin yang terletak dalam di hemisfer serebrum di suatu bagian yang
di sebut ganglion basal. Awitan penyakit biasanya pada dekade ke enam dan ke tujuh
kehidupan. Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang di tandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekuatan otot dan hilangnya refleks-refleks jalur
dopaminergik(produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus
streatum(nukleus kaudatus dan nukleus lentikularis) ganglia basalia adalah bagian dari
sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, mudulasi dan mengakhiri
pergerakan serta mengatur gerakan-gerakan otomatis karateristik yang muncul berupa
bradikinesia(pelambatan gerakan) tremor, dan kekakuan otot. Sebagian besar kasus ini di
sebabkan di anggap tidak di ketahui atau idiopatik dan tidak di temukan sebab genetik
yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkanya.
B. PATOFISIOLOGILesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di
dalam substans nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang memproyeksikan
serabut-serabut korpus striatum.
Salah satu neurotransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lainpada
sistem persyarafan pusat adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam
menghambat gerakan pada pusat kontrol gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada
dalam konsentrasi tinggi di bagian-bagian oatak tertentu, pada penyakit parkinzon
dopamin menepis ke dalam substansia nigra dan korpus striatum.
Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak di ketahui.
Parkinzonisme arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompok usia lanjut. Kondisi
ini menyertai ensefilitis, keracunan, atau toksitas(mangan, karbon monoksida) hipoksia
atau dapat akibat pengaruh obat.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
2/38
C. GAMBARAN KLINIS
1. Kesulitan menelan2. Ayunan langkah terseret-seret3. Tremor pada saat istirahat4. Regiditas dan kekakuan otot5. Hilangnya refleks-refleks fostural sehingga terjadi kehilangan keseimbangan
dan kecenderungan membungkuk
E.Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan.
F. Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma
karena jatuh.
G.Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan
dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor
dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan
ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
3/38
3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
5. Kaji tanda depresi.
I. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan.
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria : klien dapat ikut srta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
sendi,bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tidakan untuk meninktkan mobilitas
Intervensi
1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2. lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
3. anjurkan mandi hangan dan masase otot
4. bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
5. kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,menurunkan kekakuan otot,dan mencegah
kontraktur bila otot tidak digunakan.
3. mandi hangan dan masase membantu otototot rileks pada aktifitas pasif
dan aktif mengurangi nyeri otot yang mengakibatkan kekakuan otot.
4. untuk memelihara flexsibilitas sendi sesuai kemampuan
5. peningkatan kemampuan dalamn mobilisasi ekstramitas dapat ditingkatkan dengan latihan
fisik dari tim fisiotera
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
4/38
2. Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya
kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi
personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
1. kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 04 untuk melakukan ADL
2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4. ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas
5. modifikasi lingkungan
Rasional
1. membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
2. klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah frustasi
dan harga diri klien.
3. pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk mengembangkan terapi dan
melegkapi kebutuhan khusus.
4. dukungan padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan
diri.
5. modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Kriteria : mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang tredekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
mengakui dan mengembangkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa
harga didri yang negatif.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
5/38
Intervensi
1. kaji perubahan dari ganguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan .
2. anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak banyaknya hal
untuk dirinya.
3. bantu dan anjurkan perawat baik dengan memperbaiki kebiasaan
4. kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Rasional
1. menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau penilaian intervensi
2. menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri srta
mempengaruhin proses rehabilitasi.
3. membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan
4. dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.kerja sama
fisioterapi terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurani
depresi yang sering muncul pada keadaaan ini.
ASKEP ALZHEIMER
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri dan
neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita berumur 51
tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali
ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak koordinasidan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetris, dan
secara mikroskopis tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi
neurofibrillary.
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai populasi,
maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan
http://nyongfendyqsar.blogspot.com/2009/08/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nyongfendyqsar.blogspot.com/2009/08/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nyongfendyqsar.blogspot.com/2009/08/bab-i-pendahuluan.html -
8/14/2019 PARKINZON.docx
6/38
masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga akan semakin banyak yang
berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan
mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga.
Hal ini menunjukan munculnya penyakit degeneratife otak, tumor, multiple stroke, subdural
hematoma atau penyakit depresi yang merupakan penyebab utama demensia.
Isilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala menurunnya
daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia menurut unit Neurobehavior
pada boston veterans Administration Medikal Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek
yang didapat dan bersifat menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen
fungsi luhur yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer (50-60) dan kedua oleh
cerebrovaskuler (20). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita Alzheimer pada abad
terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemic
seperti di Amerika dengan insiden demensia 187 populisi /100.000/tahun dan penderita alzeimer
123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui apa ituAlzheimer ?
2. Tujuan khususMengetahui pengertian Alzheimer ?
Mengetahui etiologi Alzheimer ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFENISI
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguandegenarif yang mengenai sel-sel otak dan
menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
7/38
1003). Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di Negara
maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
II. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolism energy, adanya
formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika
(lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor
genetika.
III. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer s Association (2003), dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
a. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
Lebih sering binggung dan melupakan informasi yang baru dipelajari
Diorintasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya mudah tersinggung,mudah
menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan menuduh pasangannya tidaj setia
lagi/selingkuh.
b. Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
Kesulitan dalam mengerjakan aktifitas hidup seharihari seperti makan dan mandi
Perubahan tingkah laku misalnya : sedih dan emosi
Mengalami gangguan tidur
Keluyuran
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
8/38
Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah
orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama, hingga tidak mengenali wajah
sama sekali. Kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui.)
c. Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan napsu makan, menurunya berat badan
Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh
Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau mudah mengamuk
IV. PATOGENESIS
1. Faktor Genetik
Beberapa penelitian mengungkapkan 50 prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen
autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita Alzheimer
mempunyai resiko menderita dimension 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok control
normal pemeriksaan genetika DNA pada penderitaan Alzheimer dengan familial earli onset
terdapat kelainan lokus pada kromosom 21, diregio proksimal log arm, sedangkan pada familial
late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down
sindrom mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat
neurofibrillary tangles (NFT), senile plague dan penurunan market kolinegik pada jaringan
otaknya yang mengambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer .Hasil penelitian
penyakit Alzheimer terdapat anak kembar menunjukan 40-50 adalah monozygote dan 50 adalah
dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetic berperan dalam penyakit Alzheimer.
Pada sporadic non familial (50-70), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom
6, keadaan ini menunjukan bahwa kemungkunan faktor lingkungan menentukan ekspresi
genetika pada Alzheimer.
2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukan penyebab infeksi pada keluarga penderita Alzheimer yang dilakukan
secara immune blot analisis, ternyata ditemukan adanya antibody reaktif. Infeksi virus tersebut
menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersifat lambat, kronik dan remisi. Beberapa
penyakit infeksi seperti creutzfeldt-jacub dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
9/38
Alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
a) Manifestasi klinik yang sama
b) Tidak adanya respon imun yang spesifik
c) Adanyan plak amyloid pada susunan saraf pusat
d) Timbulnya gejala mioklonus
e) Adanya gambaran spongioform
3. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit Alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium, silicon, mercury, zinc.
Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan
neurofibrilary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat
dijelaskan secara pasti, apakah keberadaannya aluminium adalah penyebab degenerasi neurosal
primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita Alzheimer, juga ditemukan keadaan
ketidakseimbangan merkuri, nitrogen, fosfor,sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.Ada
dugaan bahwa asam amino glutamate akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy
D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (cairan-influks) dan menyebabkan
kerusakan metabolism energy seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita Alzheimer didapatkan
kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alphan protein, anti typsin
alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna
dan meningkat dari penderita alzhaimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan
penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor
immunitas.
5. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan pemyakit Alzheimer dengan trauma kepala.
Hal ini dihubungan dengan petinju yang menderita demensia pugilistic, dimana pada otopsinya
ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
10/38
6. Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmiter pada jaringan otak penderita Alzheimer mempunyai peranan yang
sangat penting seperti :
a) Asetikolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmitter dengan
cara biopsy sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
aktivitas kolinasetil transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa
asetilkolin. Adanya deficit presinaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis,
temporalis superior, nucleus basalis, hipokampus. Kelainan neurotransmitter asetilkolin
merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis neurotransmitter lainnya pada penyakit
Alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsy selalu didapatkan kehilangan cholinergic marker.
Pada penelitian dengan pemberian scopolamine pada orang normal, akan menyebabkan
berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai
patogenesa penyakit Alzheimer.
b) Noradrenalin
Kadar metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun pada jaringan otak penderita
Alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama
noradrenalin pada korteks serebri, berkolerasi dengan deficit kortikal noradrenergik.
Bowen et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita Alzheimer
menunjukan adanya defesit noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Palmer et al
(1987),Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin menurun baik pada post dan
ante-mortem penderita Alzheimer.
c) Dopamine
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurotransmitter region
hypothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan akivitas dopamine pada penderita
Alzheimer. Hasil ini masih controversial, kemungkinan disebabkan karena histopatologi region
hypothalamus setia penelitian bebeda-beda.
d) Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acil pada
biopsy korteks serebri penderita Alzheimer. Penurunan juga didapat pada subregio hipotalamus
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
11/38
sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus sedangkan pada posterior
peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini
beghubungan dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nucleus rephe
dorsalis
e) MAO (manoamin oksidase)
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter monoamine. Akivitas normal MAO A
untuk deaminasi serotonin, norepinefrin, dan sebagian kecil dopamine, sedangakan MAO-B
untuk deaminasi terutama dopamine. Pada penderita Alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A
pada hipotalamus dan frontalis sedangakan MAO-B pada daerah temporal dan menurun pada
nucleus basalis dari meynert.
V. Pemeriksaan penunjang
1.Neuropatologi
Diagnosa definitive tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-
1250gr).Beverapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal,
anterior frontal sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, system somatosensorik
tetap utuh (jerins 1937) kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit Alzheimer terdiri dari :
a. Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbentuk dari filament-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus, dorsal raphe dari
inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit Alzheimer, juga ditemukan pada otak
manula,down sindromeparkinson, SSPE, sindroma ekstrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas
NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
b. Senile plague (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filament-
filamen abnormal, serat amiloid ekstraseluler, astrosit, microglia. Amloid prekusor protein yang
terdapat pada neokorteks, amygdale, hipokampus, korteks somatosensorik, korteks piriformis,
dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual dan
auditorik. Senile plague ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
12/38
senile plague berhubungan dengan penurunan kolinergi. Kedua gambaran histopatologi (NFT
dan senile plague) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit Alzheimer.
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit Alzheimer sangat
selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron pyramidal lobus
temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nucleus batang otak
termasuk lokus seruleus, raphe nucleus dan substanasia nigra. Kematian sel noradrenergic
terutama pada nucleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergic terutama pada lokus seruleus
serta sel serotogenik pada pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada
lesi eksperimen binatang dan ini merupakan harapan dalam pengobatan penyakit Alzheimer.
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nucleus. Jumlah
vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP, perubahan ini sering
didapatkan pada korteks temporomedial, amygdale dan insula. Tidak pernah ditemukan pada
korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada anterhinal, gyrus
cingulated, korteks insula, dan amydala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipitalis. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada
lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit Parkinson. Hansen et al
menyatakan lewy body merupakan variasi dari penyakit Alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologis
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan neuropsikologik
ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungis konginitif umum dan mengetahui
secara rinci pola deficit yang terjadi. Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa. Evaluasi neuropsikologis yang
sistematik mempunyai fungsi diagnostic yang penting karena :
a. Adanya deficit konginitif yang berhubungan dengan demensia awal yang dapat diketahui bila
terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologi secara kompherensif memungkinkan untuk membedakan
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
13/38
kelainan kongnitif pada global demensia dengan defisit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi
fokal, faktor metabolic, dan gangguan psikiatrik
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena
berbagai penyebab. (CERALD) menyajikan suatu prosedur penilaian neuropsikologis denagn
mempergunakan alat baterai yang bermanifestasi gangguan fungsi kongnitif, dimana
pemeriksaan terdiri dari :
1.Verbal fluency animal category
2.Modifikasi boston naming test
3.Mini mental state
4.Word list recall
5.Construction praxis
6.Word list memory
7.Word list recognition
Test ini memakan waktu 30-40 menit dan
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
14/38
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.
5.PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah, metabolisme 02, dan
glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat
berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi dan selalu dan sesuai dengan hasil observasi
penelitian neuropatologi.
6.SPECT (Single Photon Emission Computet Tomography)
Aktivitas I.123 terendah pada refio parieral penderita Alzheimer. Kelainan ini berkorelasi dengan
tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak
digunakan secara rutin
7.Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita Alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calcium, Posfort, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,
serologi sifilis, screening antibody yang dilakukan secara selektif.
VI.Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosis klinis penyakit alzhemer yaitu :
1.Kriteria diagnosis tersangka penyakit Alzheimer terdiri dari :
Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini mental atau
beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test neuropsikologik
Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi>2
Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering> 65 tahun
Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya
2. Diagnosis tersangka penyakit Alzheimer ditunjang oleh:
Perburukan (gangguan berbahasa)
ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku
Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
15/38
Pada gambaran EEG memberiakan gambaran normal atau perubahan non spesifik seperti
peningkatan aktivitas gelomabang lambat
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropu serebri
3.Gambaran lain tersangka diagnosis penyakit Alzheimer setelah dikeluarkan penyebab
demensia lainnya terdiri dari :
Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinensia, delusi, halusinasi, emosi,
kelainan seksual, berat badan menurun
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan
termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot,mioklonus atau gangguan berjalan
Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
4.Gambaran diagnosis tersangka penyakit Alzheimer yang tidak jelas terdiri dari :
Awitan mendadak
Diketemukan gejala neurologic fokal seperti hemiparase, hipestesia, defisit lapangan pandang
dan gangguan koordinasi
Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan
5. Diagnosis klinis kemungkinan penyakit Alzheimer adalah :
Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologic lain, gejala psikiatrik atau kelainan sistemik
yang menyebabkan demensia
Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit
kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya
6.Kriteria diagnosis pasti penyakit Alzheimer adalah gabungan dari criteria klinik tersangka
penyakit Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy atau otopsi.
VII.PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis
masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas
pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai
efek yang menguntungkan
1.Inhibitor kolinesterase
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
16/38
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat
ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk penampilan
intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer .
2.Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan thiamin
pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan
dosis 3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap fungsi
kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3.Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki fungsi kognisi dan
proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer
tidak menunjukan perbaikan klinis yang bermakna.
4.Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alpha 2
reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 mgg, didapatkan hasil yang
kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif.
5.Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah
laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki gejala tersebut.
Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant
(aminitryptiline25-100 mg/hari).
6.Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan enzim
ALC transferace. Penelitian ini menunjukan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil
kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberiaan dosis 1-2 gr /hari/oral selama 1 tahun
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
17/38
dalam pengobatan, disimpulakan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas
kerusakan fungsi kognitif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Adapun pengkalian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
Aktifitas istirahat
Gejala : merasa leleh
Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan
Pola tidur Letargi dan gangguan keterampilan motorik.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.hipertensi,episode emboli
Integritas ego
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan
menonton yang
lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk
benda tidak bergerak dan
emosi stabil
Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinensia urine/feaces
Makanan/cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan
dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan.
Tanda : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan.dan tampak
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
18/38
semakin kurus.
Higene
Gejala : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi dan kurangberminat
pada waktu makan
Neurosensori
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama
perubahan kognitif,
kehilangan sensasi propriosepsi dan adanya
riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik serta aktifitas kejang.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius,
trauma kecelakaan
Tanda : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
Integritas social
Gejala : Mersa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat
2.Diagnosa keperawatan
1. Resiako terhadap trauma berhubungan dengan:
a. Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
b. Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan keputusan
c. Kelemahan, otot-otot yang tidak terkordinasi, adanya aktifitas kejang
2. Perubahan proses piker berhubungan dengan:
a. Degenerasi neuron irreversible
b. Kehilangan Memori
c. Konflik psikologis
d. Deprivasi tidur
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan :
a. Perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
b. Keterbatasan berhubungan dengan lingkungan sosialnya
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
19/38
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan :
a. Perubahan pada sensori
b. Tekanan psikologik
c. Perubahan pada pola aktivitas
5. Resiko terhadap perubahan pola nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan
berhubungan dengan :
a. Perubahan sensori
b. Kerusakan penilaian dan koordinasi
c. Agitasi
d. Mudah lupa, kemunduran hobi dan penyambunyian
6. perubahan pola eliminasi konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
a. kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
b. ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
c. Perubahan diet atau pemasukan makanan
7. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubung dengan :
a. Kacau mental, pelupa dan disorientasi pada tempat atau orang
b. Perubahan fungsi tubuh, penurunan dalam kebiasaan/control perilaku
c. kurang keinginan /penolakan seksual oleh orang terdekat
d. Kurang privasi
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungen dengan :
a. Tingkah laku pasien yang tidak menentu/terganggu
b. Keluarga berduka karena ketidak berdayaan menjaga orang yangdicintanya
c. Hubungan keluarga sangat ambivalen
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
b. Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan keputusan
c. Kelemahan, otot-otot yang tidak terkordinasi, adanya aktifitas kejang
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
20/38
Intervensi Rasionalisasi
Kaji derajat gangguan kemampuan kompetensi munculnya tingkah laku yang impulsive dan
penurunan persepsi visual. Bantu orang terdekat untuk mengidentifikasi resiko terjadinya bahaya
yang mungkin timbul.
Hilangkan/minimalkan sumber bahaya dalam lingkungan
Alihkan perhatian klien ketika prilaku teragitasi atau bahaya seperti keluar dari tempat tidur
dengan memanjat pagar tempat tidur tersebut Penurunan persepsi visual meningkatkan resiko
terjatuh. Mengidentifikasi resiko potensial di lingkungan dan mempertinggi kesadaran sehingga
pemberi asuhan lebih sadar akan bahaya.
Seorang dengan gangguankognitif dan gangguan persepsi merupakan awal untuk mengalami
trauma sebagai akibat ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap kemampuan
keamanan yang dasar atau mengevaluasi keadaan tertentu.
Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang dapat meningkatkan
prilaku/meningkatkan resiko terjadinya trauma
2.Perubahan proses piker berhubungan dengan :
a. Degenerasi neuro irreversible
b. Kehilangan Memori
c. Konflik psikologis
d. Deprivasi tiduran
Intervensi Rasionalisasi
Kaji tingkat gangguan kognitif seperti perubahan orientasiterhadap orang, tempat dan waktu,
rentang, perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan orang terdekat mengenai perubahan
tingkah laku yang biasa /lamanya masalah yang telah ada
Pertahankan lingkungan yang tenang menyenangkan
Tatap wajah ketika berbicara dengan pasien
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
21/38
Panggil pasien dengan namanya
Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan pada pasien Memberikan dasar untuk
evaluasi/perbandingan yang akan dating dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi
Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan dan dapat
meningkatkan gangguan neuron
Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguan perceptual
Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
individu
Meningkatkan kemungkinan pemahaman
3.Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan :
a. Perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
b. Keterbatasan berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu
yang termasuk didalamnya adalah penurunan penglihatan/pendengaran
Berikan sentuhan dalam cara perhatian Karena keterlibatan otak biasanya global, yaitu dalam
persentasi kecil mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetri yang menyebabkan
pasien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya
Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri
Mengkomunikasikan kenyamanan melalui berbagai cara
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan :
a. Perubahan pada sensori
b. Tekanan psikologik
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
22/38
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
23/38
Identifikasi kebutuhan untuk Rujuk konsultasikan dengan ahli gizi menbantu
memformulasikan perencanaan pendidikan secara individual
Masukan nutrisi mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan yang mendekati berhubungan
dengan kecukupan kalori secara individu
Makanan dalam jumlah yang besar mungkin terlalu banyak untuk pasien yang mengakibatkan
kesulitan dalam menelan. Makanan kecil bisa meningkatkan masukan yang sesuai. Pembatasan
jumlah makanan yang diupayakan hanya sekali waktu pemberian akan menurun kebingungan
pasien mengenai makanan mana yang dipilih
Pendekatan yang santai membantu pencernaan makanan dan menurunkan kemungkinan untuk
marah yang dicetuskan oleh keramaian
Bantuan mungkin diperlukan untuk menggembangkan kesembangan diet secara individu untuk
menemukan kebutuhan pasien/makanan yang disukai
6.Perubahan pola eliminasi konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
a. Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
b. Ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
c. Perubahan diet atau pemasukan makanan
Intervensi Rasional
Kaji pola yang sebelumnya dan bandingkan dengan yang sekarang
Letakan tempat tidur dengan kamar mandi jika memungkinkan buatkan tanda tertentu dipintu
berkode khusus. Berikan cahaya yang cukup tertentu malam hari
Buat program latihan defikasi/kandung kemih. Tingkatkan partisipasi pasien sesuai tingkat
kemampuannya
Anjurkan menu adekuat selama siang hari,diet tinggi serat dari sari buah. Batasi minum saat
menjelang malam dan waktu tidur
Kolaborasi
Berikan obat pelembab feces, metamacil,gliserin supositoria sesuai Memberikan informasi
mengenai perubahan yang mungkin indikasi selanjutnyamemerlukan pengkajian/intervensi
Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinensia mungkin disertai
ketidakmampuan untuk menemukan tempat berkemih
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
24/38
Menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu
menghindari kecelakaan
Menurunkan resiko konstipasi/dehidrasi.Pembatasan minum pada sore menjelang malam dapat
menurunkan seringnya berkemih/inkontinensia pada malam hari
Mungkin diperlukan untuk memfasilitasi/menstimulasi deteksi yang teratur
7.Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan :
a. Kacau mental, pelupa dan disorintasi pada tempat atau orang
b. Perubahan fungsi tubuh, penurunan dalam kebiasaan/control prilaku
c. Kurang keinginan/penolakan seksual oleh orang terdekat
d. Kurang privasi
Intervensi Rasional
Kaji kebutuhan/ kemampuan pasien secara individu
Anjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan/perhatiannya
Berikan jaminan terhadap privasi
Gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan. Ingatkan pasien bahwa ini merupakan tempat
umum(tempat masyarakat banyak) dan tingkah laku yang dilakukan sekarang tidak dapat
diterima
Berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan/mendiskusikan perhatian dari orang terdekat
Metode alternative perlu diciptakan pada keadaan tertentu untuk memfasilitasi kebutuhan akan
intimasi(keinginan untuk melakukan hubungan seksual)
Seseorang dengan gangguan kognitif biasanya kebutuhan dasarnya pada efektif, rasa cinta,
perasaan diterima, dan ekspresi seksual
Tingkah laku ekspresi seksual mungkin berbeda. Privasi memungkinkan seseorang untuk
mengekspresikan keinginan seksualnya tanpa hambatan dari orang lain
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
25/38
Merupakan satu alat yang paling bermanfaat ketika tingkah laku yang tidak sesuai, Seperti
membuka pakaian
Mungkin memerlukan informasikan dan atau konseling mengenai alternatif tertentu dalam
melakukan aktifitas/agresi seksual
8.Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan :
a. Tingkah laku pasien yang tidak menentu/terganggu
b. Keluarga berduka karena ketidak berdayaan menjaga orang yang dicintainya
c. Hubungan keluarga sangat ambivalen
Intervensi Rasional
Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan pasien dirumah
Buat prioritas
Realitas dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan yang ada
Bicarakan semua kontinu kemampuan keluarga dalam merawat pasien dirumah
Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan kecemasannya
Diskusikan kemungkinan adanya isolasi. Berikan penguatan terhadap kebutuhan terhadap
system dukungan
KolaborasiRujuk pada sumber-sumber penyokong setempat seperti perawatan lansia pada siang hari,
pelayanan dirumah, berhubungan dengan asosiasi penyakit Dapat memudahkan beban terhadap
penangganan dan adaptasi rumah
Membantu membuat satu pesan tertentu dan memfasilitasi pemecahan masalah
Menurunkan stress yang menyelimuti harapan yang keliru seperti individu tersebut dapat
menemukan kembali tingkat kemampuan pada masa lalu setelah penggunaan obat tertentu
Tingkah laku yang terhalang, tuntutan perawatan tinggi dan seterusna dapat menimbulkan
keluarga akan menarik diri dari pergaulan social
Orang terdekat memerlukan dukungan yang dihadapi akan meningkatkan selama mengatasi
penyakit untuk memudahkan proses adaptasi
Kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua kebutuhan pasien meningkatkan resiko
penyakit fisik/mental
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
26/38
Koping dengan individu seperti ini adalah tugas perlu waktu dan membuat frustasi
Evaluasi
1. Tidak mengalami trauma, keluarga mampu mengenali risiko potensial di lingkungan dan
mengidentifikasikan tahap-tahap untuk memperbaikinya
2. Mampu mengenali perubahan dalam berpikir/tingkah laku dan faktor-faktor penyebab jika
memungkinkan
3. Mampu mendemonstrasikan respon yang meningkatkan/sesuai dengan stimulasi
4. Mendapatkan diet nutrisi yang seimbang dan mampu mempertahankan kembali berat badan
yang sesuai
5. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang
6. Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat
7. Mampu mengidentifikasi/mengungkapkan dalam diri mereka sendiri untuk mengatasi keadaan
8. Memenuhi kebutuhan seksualitas dalam cara yang dapat diterima
BAB IV
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguandegenarif yang mengenai sel-sel otak dan
menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal
1003 ). Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di Negara
maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
27/38
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolism energy, adanya
formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik
B. Saran
Kita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di otak terdapat area-area yang
mengatur fungsi tertentu. Untuk itu ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada anggota keluarga
ada yang menderita penyakit alzheimer : Buat cacatan kecil, untuk membantu
mengingat,Ciptakan suasana yang menyenangkan, Hindari memaksa pasien untuk mengingat
sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan membuat pasien cemas, Usahakan untuk
berkomunikasi lebih sering, Buatlah lingkunganyang aman,Ajarkan pasien berjalan-jalan pada
waktu siang hari,Bergaya hidup sehat,Mengkonsumsi sayur
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HNP (HERNIA NUKLEUS
PULPOSUS)
I. LANDASAN TEORIA. Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada
diskus intervertebralis (diskogenik)
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia menekan ke arah
kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
B. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis.
C. Insidensi
Angka kejadian dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNPdidahului oleh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak)
mendorong barang berat. Lakilaki lebih banyak dari pada wanita.
D. Gejala
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
28/38
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi
dan nyeri tekan.
HNP terbagi atas:
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
2. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit
dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kakiberkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di
punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom
yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkattungkai yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di
sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif). Valsava
dab nafsinger akan memberikan hasil posistif.
E. Patofisiologi
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta syang berat dengan keluahan utamanya adalahnyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan . Hal ini desebabkan oleh
spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi
skoliosis.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatifa. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik
adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi pangguldan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur
harus dari papan yang larus dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannyagangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
1. Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-
steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor(diasepam, klordiasepoksid).
2. KausalKolagenese.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
29/38
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam)untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
2. Terapi operatifTerapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yangnyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.
3. Rehabilitasia. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-hari (the
activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau
aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawahP, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri
tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular ataunyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin
nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat
diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas
yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak.
Obat-obatan yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin
lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks),
metabolik (osteoporosis).
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
30/38
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
4. Pemeriksaana. Pemeriksaan Umum
* Keadaan umumPemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
1) Inspeksi
- Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusineyurogenik
- Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis yang
miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal.- Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
- Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
- Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
2) palpasi dan perkusi
- Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien- Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.
- Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-
posterior- Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
3) Neuorologik
4) Pemeriksaan motorik
- Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan
menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.- Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
- Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
5) Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk
menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang
terganggu.
6) Pemeriksaan refleks
- Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP
lateral di L4-5 refleks negatif.- Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas
tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon
achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
31/38
7) Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio
laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
b. Pemeriksaan penunjang- Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antarvertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan
lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
- Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
- Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
5. Penatalaksanaan
(lihat pada landasan teori)
6. Dignosa keperawatanDiagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata ataupun
potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi
atau dikurangi.1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia4) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
B. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi,menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan
klien adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil
dan menntukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks
intervertebralis
Tujuan:Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil:
- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.- Lokasi nyeri minimal
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
32/38
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi
1) Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
R/ Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan keefektifan tindakan penghilangan nyeri.
2) Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
R/ Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.
3) Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan relaksasi
R/ Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
4) Terapi analgetik
R/ Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi
Tujuan: Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.Kriteria hasil:
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi
1) Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan
harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hariR/ Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2) Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien danmenjalani operasi
R/ Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malahmenimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klienR/ Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4) Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
R/ Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
33/38
5) Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
R/ Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukungdia untuk berkomunikasi.
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegiaTujuan:
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil:- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
1) Ubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerahyang tertekan.
2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantungdan pernapasan.
3) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakitR/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan:Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
R/ Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
2) Rubah posisi tiap 2 jamR/ Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjolR/ Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
34/38
4) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisiR/ Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan danpelunakan jaringan tiap merubah posisiR/ Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulitR/ Mempertahankan keutuhan kulit
C. PelaksanaanPelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan
yang diberikan pada klien.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
35/38
TUGAS INDIVIDU
GANGGUAN NEOROLOGI PADA LANSIA
MUHAMMAD ASAD
10.01.082
S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR 2010/2011
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
36/38
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
37/38
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya, sehingga kami dari
kelompok IV dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial ini. Selesainya tugas ini berkat bantuan
dan adanya saling kerjasama.
Laporan ini merupakan kumpulan dari beberapa hasil pemaparan materi SISTEM
NEUROBEHAVIOR mengenai infeksi saraf pusat. Materi yang terdapat dalam laporan ini
meliputi: konsep dasar medik, konsep dasar keperawatan, farmakologi, prinsip-prinsip etis,
penatalaksanaan keperawatan, pendidikan kesehatan, dan beberapa hasil penelitian yang terkait
dengan penyakit meningitis, ensefalitis, tetanus, dan bells palsy.
Diharapkan dengan adanya laporan ini, dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan
bagi para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik, saran dan nasihat dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
-
8/14/2019 PARKINZON.docx
38/38